katarak senilis

26
KATARAK SENILIS I. PENDAHULUAN Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat mengalami perubahan dalam waktu lama Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.Katarak merupakan penyebab utama dari kebutaan di Indonesia. Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,4 % dan katarak menjadi masalah di masyarakat karena menimbulkan kebutaan.Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh proses penuaan. Tugas terpenting tenaga medis adalah memberi informasi yang benar mengenai buta katarak, bahwa buta katarak masih bisa ditanggulangi dengan dilakukan operasi sehingga dapat melihat kembali. Sebagai contoh, deteksi dini, monitoring yang ketat, dan intervensi bedah yang tepat waktu harus diperhatikan dalam manajemen katarak senilis. II. DEFINISI Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. III. EPIDEMIOLOGI Pada dasarnya katarak adalah suatu penyakit mata yang erat hubungannya dengan mereka yang berusia lanjut, karena itu semakin meningkatnya usia harapan hidup, maka prevalensi katarak akan meningkat. Di Amerika serikat, sedikitnya 300.000 – 400.000 gangguan penglihatan karena katarak, dengan komplikasi dari teknik bedah modern menghasilkan 7000 kasus buta yang ireversibel. Pada penelitian Framingham Eye, tahun 1973 – 1975 ditemukan penderita katarak senilis sebanyak 15,5 % dari 2477 pasien yang diperiksa.

Upload: bellinda-nadya-putri

Post on 11-Dec-2014

54 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

Page 1: KATARAK SENILIS

KATARAK SENILIS

I. PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat mengalami perubahan dalam waktu lama

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.Katarak merupakan penyebab utama dari kebutaan di Indonesia. Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,4 % dan katarak menjadi masalah di masyarakat karena menimbulkan kebutaan.Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh proses penuaan.

Tugas terpenting tenaga medis adalah memberi informasi yang benar mengenai buta katarak, bahwa buta katarak masih bisa ditanggulangi dengan dilakukan operasi sehingga dapat melihat kembali. Sebagai contoh, deteksi dini, monitoring yang ketat, dan intervensi bedah yang tepat waktu harus diperhatikan dalam manajemen katarak senilis.

II. DEFINISI

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.

III. EPIDEMIOLOGI

Pada dasarnya katarak adalah suatu penyakit mata yang erat hubungannya dengan mereka yang berusia lanjut, karena itu semakin meningkatnya usia harapan hidup, maka prevalensi katarak akan meningkat.

Di Amerika serikat, sedikitnya 300.000 – 400.000 gangguan penglihatan karena katarak, dengan komplikasi dari teknik bedah modern menghasilkan 7000 kasus buta yang ireversibel. Pada penelitian Framingham Eye, tahun 1973 – 1975 ditemukan penderita katarak senilis sebanyak 15,5 % dari 2477 pasien yang diperiksa.

Katarak senilis terus merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia. Sedikitnya 5 – 10 juta pasien memiliki gangguan penglihatan katarak setiap tahunnya dengan metode teknik bedah modern menghasilkan 100.000 – 200.00 buta mata ireversibel.

IV. ETIOLOGI

Penyebab katarak senilis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.

Beberapa studi telah membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap perkembangan dari katarak senilis. Bermacam-macam hal yang mempengaruhi termasuk kondisi lingkungan, penyakit sistemik, diet, dan umur.

Page 2: KATARAK SENILIS

West dan Valmadrid mengatakan bahwa katarak yang berhubungan dengan usia adalah sebuah penyakit multifaktorial dengan faktor risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan tipe-tipe katarak yang berbeda. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa katarak kortikal dan subkapsular posterior berhubungan erat dengan stres lingkungan seperti paparan sinar ultraviolet, diabetes, dan obat-obat yang diminum. Bagaimanapun katarak nuklear terlihat mempunyai korelasi dengan merokok. Alkohol berhubungan dengan semua jenis katarak.

Analisis yang serupa dilengkapi oleh Miglior dan kawan-kawan. Mereka menemukan bahwa katarak kortikal berhubungan dengan adanya diabetes yang lebih 5 tahun dan meningkatnya kadar potasium dan sodium serum. Adanya riwayat pembedahan dengan anestesi umum dan penggunaan obat-obat sedatif berhubungan dengan penurunan risiko katarak kortikal. Katarak subkapsular posterior dihubungkan dengan penggunaan steroid dan diabetes, sedang katarak nuklear mempunyai hubungan yang berarti dengan asupan kalsitonin dan susu.

Penyakit sistemik dan katarak senilis

-          Katarak senilis berhubungan dengan banyak penyakit sistemik, termasuk kolelitiasis, alergi, pneumonia, penyakit koroner dan penyakit jantung insufisiensi, hipotensi, hipertensi, retardasi mental, dan diabetes.

-          Hipertensi sistemik telah ditemukan secara berarti meningkatkan risiko katarak subkapsular posterior.

-          Jalan lain yang mungkin pada perjalanan dari hipertensi dan glaukoma pada katarak senilis adalah perubahan struktur protein dalam kapsul lensa. Selanjutnya menyebabkan perubahan pada transpor membran dan permeabilitas terhadap ion dan akhirnya akan meningkatkan intra okuler yang menyebabkan perubahan bentuk katarak.

Sinar ultraviolet dan katarak senilis

-          Hubungan sinar ultraviolet dan perkembangan dari katarak senilis telah diuraikan secara menarik. Satu hipotesis menjelaskan bahwa katarak senilis, terutama opasitas dari korteks, mungkin disebabkan oleh dampak suhu terhadap lensa.

-          Pada binatang percobaan oleh Al-Ghadyan dan Cotlier mendokumentasikan adanya peningkatan suhu. Pada bagian posterior lensa pada kelinci setelah dipaparkan dengan sinar matahari yang disebabkan oleh efek temperatur pada kornea dan peningkatan suhu badan.

-          Pada studi yang relevan, orang yang berkediaman di area yang besar terpapar sinar ultraviolet lebih mungkin berkembang katarak senilis dan lebih cepat dibandingkan orang yang berkediaman di tempat yang sedikit terpapar sinar ultraviolet.

Faktor risiko lain :

-          Hal lain yang signifikan berhubungan dengan katarak senilis adalah penambahan usia, jenis kelamin perempuan, kelas sosial, dan miopia. Pekerja yang terpapar dengan radiasi infra merah juga memiliki insiden yang tinggi terhadap perkembangan katarak senilis.

-          Meskipun miopia merupakan sebuah faktor risiko, telah terlihat bahwa orang dengan miopia yang telah menggunakan kaca mata setidaknya 20 tahun akan diekstraksi katarak lebih tua

Page 3: KATARAK SENILIS

dibandingkan emetrop. Secara tidak langsung terdapat efek protektif dari kaca mata terhadap radiasi solar ultraviolet.

V. PATOFISIOLOGI

Mata kita bekerja seperti sebuah kamera. Lensa mata yang terletak di dalam mata (di belakang iris) bertugas memfokuskan cahaya agar membentuk suatu bayangan yang tajam di retina. Retina bekerja seperti film pada sebuah kamera yang berfungsi untuk merekam bentuk bayangan suatu objek dalam bentuk gambar. Gambar tersebut dihantarkan melalui saraf optik menuju otak untuk diterjemahkan menjadi sesuatu yang kita lihat.

Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dan kapsul lensa. Pada anak dan remaja , nukleus bersifat lembek sedangkan pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.

Patofisiologi katarak senilis merupakan hal yang kompleks dan belum dimengerti penuh. Pada semua kejadian patogenesisnya merupakan multifaktorial yang melibatkan interaksi kompleks antara bermacam – macam proses fisiologis. Sebagai lensa yang tua, ketebalan dan berat bertambah sedangkan daya akomodasinya berkurang. Terdapat lapisan kortikal baru pada pola konsentrisnya, nukleus ditengah akan tertekan dan mengeras yang disebut sklerosis nuklear.

Mekanisme multipel mempengaruhi kehilangan transparansi lensa yang progresif. Epitelium lensa yang berubah sebagian perubahan umur terutama penurunan densitas sel epithelial lensa dan penambahan sel serat lensa yang berbeda.

Kerusakan oksidasi progresif dari lensa yang sudah tua berkembang menjadi katarak senilis. Beberapa studi menunjukkan peningkatan produk dari oksidasi dan penurunan dari vitamin anti oksidan  dan penurunan dari enzim superoksida dismutase. Penting untuk proses oksidasi pada pembentukan katarak.

Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe utama : katarak nuklear, katarak kortikal, dan katarak subkapsular posterior.

VI. GEJALA KLINIK

Pengambilan anamnesa yang hati–hati sangat penting untuk menggambarkan progresifitas dan kerusakan fungsional dari penglihatan yang disebabkan oleh katarak dan identifikasi penyebab lain  yang mungkin menyebabkan opasitas lensa. Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya memiliki riwayat kemunduran penglihatan progresif dan bertahap. Penyimpangan penglihatan yang bervariasi tergantung pada tipe katarak pasien tersebut.

Penurunan ketajaman penglihatan

Penurunan ketajaman penglihatan adalah keluhan umum pasien dengan katarak senilis. Katarak betul – betul dipertimbangkan secara klinis jika terdapat efek pada ketajaman penglihatan yang berarti. Selanjutnya tipe – tipe yang berbeda dari katarak menghasilkan efek yang berbeda pada ketajaman penglihatan.

Sebagai contoh, tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan penurunan yang berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat dari efek pada gangguan

Page 4: KATARAK SENILIS

penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi miosis. Bagaimanapun katarak  sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan penglihatan jauh dan penglihatan dekat yang bagus. Katarak kortikal umumnya tidak memberi gejala sampai tingkat progresifitas lanjut ketika jari-jari korteks membahayakan axis penglihatan.

-Silau

Peningkatan kesilauan adalah keluhan utama lain pada pasien dengan katarak senilis

-Pergeseran miopik

-Progresifitas dari katarak akan sering meningkatkan kekuatan dioptri lensa terlihat pada tingkat ringan sampai sedang dari miopia. Selanjutnya, pasien – pasien presbiop dilaporkan peningkatan penglihatan dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca yang disebut “ second sight “.

Khasnya, pergeseran miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak kortikal dan subkapsular posterior, lebih lanjut perkembangan kerusakan asimetris lensa miopia menyebabkan gejala anisometropia yang membutuhkan manajemen bedah.

Monookular diplopia

Pada saat perubahan nukleus terpusat pada lapisan paling dalam lensa menyebabkan area refraksi   pada sentral lensa, yang lebih sering jelas terlihat pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi direk. Seperti fenomena yang mengarah kepada diplopia monookular yang tidak dikoreksi dengan kacamata, prisma dan kontak lensa.

STADIUM

Stadium katarak senilis dapat dijelaskan sebagai berikut :

Katarak insipien

Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks jaringan berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test negatif.

Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengaakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikuler. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, sehingga memberikan miopisasi. Pada pemeriksan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Page 5: KATARAK SENILIS

Katarak imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif.

Katarak matur

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali. Pemeriksaanshadow test negatif.

Katarak hipermatur

Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

VII. DIAGNOSIS

Diagnosa  dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan perkembangan katarak.

Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.

Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula

Pemeriksaan slit lamp  tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).

-          Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati

-          Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil

-          Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur

Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Page 6: KATARAK SENILIS

Diagnosis banding dari katarak senilis yaitu katarak traumatik.

IX. PENATALAKSANAAN

Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE).

Ekstraksi katarak intrakapsular

Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat – alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem origasi.

Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat, keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses.

ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.

Extracapsular Cataract Extraction

Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu :

-          Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea

-          Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi atau dieliminasi

-          Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

-          Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis

SICSTeknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.

 Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa pengganti untukmemfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:

Page 7: KATARAK SENILIS

 -kacamata afakia yang tebal lensanya-lensa kontak

 lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat. Kekuatan implan lensa intraokular yang akan digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea(maka juga kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung, sehingga pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontralateral dan apakah terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhan operasi. Jangan biarkan pasien mengalami perbedaan refraktif pada kedua mata.

Fakoemulsifikasi

Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKE, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi. Tindakan operasi katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi memiliki banyak keunggulan diantaranya :

1. Luka operasi sangat pendek(3 ml).2. Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap keluar.3. Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada kondisi

tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.4. Masa penyembuhan lebih singkat.

X. KOMPLIKASI

Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu :

Kamera okuli anterior dangkal atau datar

Ruptur kapsul

Edem kornea

Perdarahan atau efusi suprakoroid

Page 8: KATARAK SENILIS

Perdarahan koroid yang ekspulsif

Tertahannya material lensa

Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka

Iridodialisis

Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu :

Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek

Terlepasnya koroid

Hambatan pupil

Hambatan korpus siliar

Perdarahan suprakoroid

Edem stroma dan epitel

Hipotoni

Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE)

Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten

Perdarahan koroid yang lambat

Hifema

Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis)

Edem makular kistoid

Terlepasnya retina

Endoptalmitis akut

Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak :

Jahitan yang menginduksi astigmatismus

Desentrasi dan dislokasi IOL

Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia

Uveitis kronis

Endoptalmitis kronis

Page 9: KATARAK SENILIS

Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

XI. PROGNOSIS

Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf optik, standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis penglihatan yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor risiko utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes melitus dan retinopati diabetik.

MIOPIA

1. Definisi

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata

tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini

objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan

pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,

membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.

2. Klasifikasi

1. Miopia aksial

Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang

dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola

mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.

2. Miopia kurfatura

Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan

kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia

kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan

kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.

3. Miopia indeks refraksi

Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus

yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.

Page 10: KATARAK SENILIS

4. Perubahan posisi lensa

Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma

berhubungan dengan terjadinya miopia.

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:

1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri

2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri

3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri

4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri

5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri

3. Etiologi

Etiologi dan patogenesis pada miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor

memegang peranan penting dari waktu kewaktu. Teori miopia menurut sudut pandang

biologi menyatakan bahwa miopia ditentukan secara genetik. Pengaruh faktor herediter

telah diteliti secara luas. Macam-macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan

postnatal telah didapatkan untuk operasi penyebab miopia.

4. Patofisiologi

Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk

panjangnya bola mata akibat:

1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang

lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.

2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau

lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia

kurvatura/refraktif.

3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.

Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks

4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya

pasca operasi glaukoma.

Page 11: KATARAK SENILIS

5. Gejala Klinis

Gejala subjektif miopia antara lain:

a. Kabur bila melihat jauh

b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi )

d. Astenovergens

Gejala objektif miopia antara lain:

1. Miopia simpleks :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif

lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol

b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat

disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik :

a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada

1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan

kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia

2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen

miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Page 12: KATARAK SENILIS

Gambar 2. Myopic cresent

3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.

Gambar 3. Fundus Tigroid

Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang

terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan

karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami

dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh

karena rusaknya membrana Bruch.

Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi

hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan

panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada

normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.

Page 13: KATARAK SENILIS

6. Diagnosis

Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada

mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:

Refraksi Subyektif

Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode

yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5

meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata

diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam

penglihatan masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif,

bila dengan lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau

20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis

negatif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif

memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.

Refraksi Obyektif

Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati

refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against

movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.

Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer.

7. Penatalaksanaan

Koreksi Miopia Tinggi

a. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata

Page 14: KATARAK SENILIS

Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun

banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan.

Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai

kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran

lensa yang kecil untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks

material lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa,

semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya

melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang

lebih tinggi.

b. Koreksi Miopia Tinggi dengan Menggunakan Lensa Kontak

Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak.

Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang

telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri.

Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak

keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak

lunak disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer

sedangkan lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).

Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya,

mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu.

Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak

maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang

awet serta perawatannya sulit.

Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang

baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi

astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama,

serta memberikan rasa yang kurang nyaman.

Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada

kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas

Page 15: KATARAK SENILIS

O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar

bisa mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut.

Lensa Kontak Ditinjau dari Segi Klinis

1. Lapang Pandangan

Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak

memerlukan bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang

pandangan yang terkoreksi lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak

hanya sedikit menimbulkan distorsi pada bagian perifer.

2. Ukuran Bayangan di Retina

Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak

verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata,

dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia memiliki bayangan yang lebih

besar di retina, sedangkan pada penderita hipermetropia bayangan menjadi

lebih kecil.

3. Akomodasi

Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan

akomodasi pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada

penderita hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.

Pemilihan Lensa Kontak

Tabel 2.1 Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras

Lensa Kontak Lunak Lensa Kontak Keras

Pemakaian lensa kontak pertama kali Gagal dengan lensa kontak lunak

Pemakaian sementara Iregularitas kornea

Bayi dan anak-anak Alergi dengan bahan lensa kontak lunak

Orang tua Dry eye

Page 16: KATARAK SENILIS

Terapi terhadap kelainan kornea (sebagai

bandage)

Astigmatisme

Keratokonus

Pasien dengan overwearing problem

c. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK

LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan

teknologi laser dingin  (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi

kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi

dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen

menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder

(astigmatisme).

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak

b. Kelainan refraksi:

Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.

Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.

Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri

c. Usia minimal 18 tahun

d. Tidak sedang hamil atau menyusui

e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun

f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak

6 (enam) bulan

g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,

glaukoma dan ambliopia

h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua)

minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

Page 17: KATARAK SENILIS

Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:

a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.

b. Sedang hamil atau menyusui.

c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.

d. Riwayat penyakit glaukoma.

e. Penderita diabetes mellitus.

f. Mata kering

g. Penyakit : autoimun, kolagen

h. Pasien Monokular

i. Kelainan retina atau katarak

Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau

pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai

prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang

dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata,

kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan

peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui

apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.

Persiapan calon pasien LASIK

a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi

b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan

c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan

Custumize LASIK

d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK

menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua

prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur

atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:

a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah

pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini

Page 18: KATARAK SENILIS

dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement)

setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah

tindakan.

b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa

bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup

kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.

c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu

setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin

diperlukan semacam lubrikan tetes mata.

d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata

yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang

seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan

sering membaik setelah 1-3 bulan.

Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:

a. Anestesi topikal (tetes mata)

b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)

c. Tanpa rasa nyeri (Painless)

d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)

e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)

f. Komplikasi yang rendah

g. Prosedur dapat diulang  (Enhancement)

8. Komplikasi

Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi berupa:

- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.

- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat

risiko tinggi terjadinya robekan pada retina.

- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.

- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma.