kata pengantar - mandiricom.files.wordpress.com file · web viewmakalah. diajukan untuk memenuhi...

44
STUPA CANDI BOROBUDUR MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Komputer Oleh WAWAN SUWANDI NIS 0405 1087

Upload: phamtuyen

Post on 09-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

STUPA CANDI BOROBUDUR

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,

Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Komputer

Oleh

WAWAN SUWANDINIS 0405 1087

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 TANJUNGSIANG

2006

Page 2: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui oleh:

Wali Kelas,

Harun Hidayat, S.Si.NIP 480 124 384

Pembimbing,

Pujowiatno, S.Pd.NIP 480130880

Page 3: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Wali Kelas,

Harun Hidayat, S.Si.NIP 480 124 384

Pembimbing,

Pujowiatno, S.Pd.NIP 480 130 880

Diketahui oleh:

Kepala Sekolah,

Drs. H.E.H.J. MarbunNIP 130 366 554

Wakasek Urusan Kesiswaan.

Mas’ud Diana, S.Pd.NIP 131 721 088

Page 4: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

MOTO

Manfaatkanlah masa-masa usiamu untuk

beribadah dan menuntut ilmu, karena dengan

menuntut ilmu dan beribadah kita akan selamat

di dunia dan akhirat.

Jadilah seorang peramah karena keramahan

merupakan senjata penakluk yang paling jujur.

Ilmu tanpa diamalkan bagai pohon yang tidak

berbuah.

Kejujuran adalah modal utama untuk menuju

keberuntugan.

Persembahan

Penulis mempersembahkan makalah ini

untuk ayahanda dan ibunda yang telah

memberikan doa restu, untuk pembimbing,

Page 5: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

teman-teman, dan siapa saja yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan

makalah ini.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini, dalam bentuk

serta isi yang sederhana dengan judul Stupa Candi Borobudur.

Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan

Komputer. Dengan makalah ini penulis berkeinginan untuk mengutarakan

pengetahuan dan pengalaman yang didapat dari sekolah maupun dari hasil

pengamatan yang dilaksanakan di Candi Borobudur. Dengan data yang penulis

dapatkan dari hasil pengamatan tersebut serta pengetahuan dari sekolah, setahap demi

setahap penulis menyusun makalah ini dengan tabah dan tekun, sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini sampai akhir.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan

Page 6: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

penyelesaian makalah ini, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1) Drs. H.E.H.J. Marbun, selaku kepala SMA Negeri 1 Tanjungsiang;

2) Bapak Mas’ud Diana, S.Pd., selaku wakasek urusan kesiswaan;

3) Bapak Harun Hidayat, S.Si., selaku wali kelas XI.IPA;

4) Bapak Pujowiatno, S.Pd., selaku pembimbing dalam pembuatan makalah ini;

5) Unit Pengelola Teknis Komputer SMA Negeri 1 Tanjungsiang yang telah

menyediakan fasilitas komputer serta membantu selama pengetikan makalah ini

berlangsung;

6) kedua orang tua yang telah memberikan bantuan dan doa restu, sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini;

7) seluruh teman-teman SMA Negeri 1 Tanjungsiang, khususnya kelas XI IPA yang

telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

demi perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis

berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Tanjungsiang, Maret 2006

Penulis

Page 7: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..... 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ……………………………………... 1

1.2.1 Rumusan Masalah …………………………………………………… 1

1.2.2 Batasan Masalah …………………………………………………….. 2

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 2

1.4 Metode dan Teknik Penelitian ………………………………………. 2

1.4.1 Metode Penelitian ………………………………………………….... 2

1.4.2 Teknik Penelitian ……………………………………………………. 3

BAB II ISI ………………………………………………………………….. 4

2.1 Sejarah Candi Borobudur ……………………………………………. 4

2.1.1 Pendiri Candi Borobudur dan Waktu Didirikannya …………………. 4

Page 8: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

2.1.2 Penemuan Kembali Candi Borobudur ………………………………. 6

2.2 Bangunan Candi Borobudur ……………………………………….... 7

2.2.1 Susunan Bangunan Candi Borobudur ……………………………….. 7

2.2.2 Patung Budha Candi Borobudur …………………………………….. 9

2.2.3 Relief Candi Borobudur ……………………………………………... 13

2.3 Stupa Candi Borobudur ………………………………………………. 14

2.3.1 Stupa Induk ………………………………………………………….. 14

2.3.2 Stupa Berlubang ……………………………………………………... 16

2.3.3 Stupa Kecil …………………………………………………………... 16

BAB III PENUTUP ………………………………………………………... 17

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………... 17

3.2 Saran …………………………………………………………………. 18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... 20

LAMPIRAN

BERITA ACARA BIMBINGAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 9: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stupa merupakan bagian dari Candi Borobudur. Oleh karena itu, untuk

mengetahui lebih lanjut tentang stupa yang ada di Candi Borobudur, mari kita pelajari

atau kita kenali tentang stupa tersebut.

Di India bangunan yang berhubungan dengan ajaran Budha disebut stupa,

stupa adalah bangunan yang berbentuk kubah berdiri di atas sebuah lapik dan diberi

payung di atasnya. Bangunan Candi Borobudur pada hakikatnya adalah stupa juga,

karena mangalami perkembangan yang lama, maka bangunan Candi Borobudur

mempunyai bentuk arsitektur yang lain dari pada yang terdapat di negara-negara

penganut Budha lainnya.

Berpegangan pada latar belakang di atas, penulis mencoba membahas tentang

Stupa Candi Borobudur dan bahasan tersebut penulis jadikan sebagai judul dalam

makalah ini.

Page 10: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

1) Bagaimana sejarah berdirinya Candi Borobudur?

2) Bagaimana bentuk bangunan Candi Borobudur?

3) Bagaimana bentuk stupa Candi Borobudur?

1.2.2 Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya permasalah mengenai Candi Borobudur, maka

dalam hal ini penulis akan membatasi masalah, yaitu:

1) pendiri Candi Borobudur dan waktu didirikannya;

2) penemuan kembali Candi Borobudur;

3) susunan bangunan Candi Borobudur;

4) patung Budha Candi Borobudur;

5) relief Candi Borobudur;

6) bentuk stupa Candi Borobudur.

1.3 Tujuan Penelitian

1) Penulis dapat menjelaskan kembali sejarah berdirinya Candi Borobudur.

2) Penulis dapat menjelaskan kembali bentuk bangunan Candi Borobudur.

3) Penulis dapat menjelaskan kembali bentuk stupa Candi Borobudur.

1.4 Metode dan Teknik Penelitian

Page 11: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

1.4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam,

masyarakat atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995:653).

Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah historis yaitu

prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan cara masa lalu atau

meninggalkan masa lalu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995:355).

1.4.2 Teknik Penelitian

Adapun teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun

makalah ini adalah:

1) teknik observasi atau tinjauan umum, yaitu pengamatan atau peninjauan secara

cermat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995:699);

2) studi kepustakaan, yaitu mempelajari buku-buku pelajaran yang berhubungan

dengan pokok permasalahan.

Page 12: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

BAB II

ISI

2.1 Sejarah Candi Borobudur

2.1.1 Pendiri Candi Borobudur dan Waktu Didirikannya

Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur

didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono dalam bukunya

“Candi Borobudur a Monument of Mainkind (UNESCO, 1976)”, menyebutkan

bahwa tulisan singkat yang dipahatkan di atas piguran-piguran relief kaki candi

(Karmawibangga) mewujudkan suatu garis huruf yang bisa diketemukan pada

berbagai parasasti dari akhir abad VIII sampai awal abad IX. Dimana pada abad itu di

Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut

agama Budha Mahayana.

Sebuah prasasti yang berasal dari abad IX yang diteliti oleh Prof. Dr. J.G.

Caspris, menyingkapkan silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturut-turut

memegang pemerintahan yaitu raja Indra, putranya Samaratungga, kemudian putrid

Samaratungga Pramoda Wardani. Pada waktu raja Samaratunggan berkuasa mulailah

dibangun candi yang bernama Bhumu Sam Bhara Budhara, yang dapat ditapsirkan

Page 13: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

sebagai bukti peningkatan kebajikan, setelah melampaui sepuluh tingkat Bodhisatwa.

Kerena penyesuaian pada Bahasa Jawa, akhirnya Bhara Budhara diganti menjadi

Borobudur.

Dari tokoh Jacques Dumarcay seorang arsitek Perancis memperkirakan bahwa

Candi Borobudur berdiri pada zaman keemasan Dinasti Syailendra yaitu pada tahun

750-850 M. Keberhasilan yang luar biasa disamping pendirian Candi Borobudur, juga

berhasil menjalankan kekaisaran Khmer di Kamboja yang pada saat itu merupakan

kerajaan yang besar. Setelah menjalankan kerajaan Khmer, putra mahkota dibawa ke

Indonesia (Jawa) dan setelah cukup dewasa dikembalikan ke Kamboja, dan kemudian

menjadi raja bergelar Jayawarman II pada tahun 802 M. Para pedagang Arab

berpendapat bahwa keberhasilan itu luar biasa mengingat ibu kota kekaisaran Khmer

berada di daratan yang jauh dari garis pantai, sehingg untuk menaklukannya harus

melalui sungai dan danau Tonle Sap sepanjang 500 km (A Guide to, Angkar, Down

F. Rooney, 1994:25).

Lebih lanjut Dumarcay merincikan bahwa Candi Borobudur dibangun dalam

4 tahap dengan perkiraan sebagai berikut:

1) tahap I sekitar tahun 775;

2) tahap II sekitar tahun 790 (bersamaan dengan Kalasaan II, Lumbung I, Sojiwan I);

3) tahap III sekitar tahun 810 (bersamaan dengan Kalasan III, Sewa III, Lumbung

III, Sojiwan II);

4) tahap IV sekitar tahun 835 (bersamaan dengan Gedong Songo grup I, Sambi Sari,

Badut I, Kuning, Banon, Sari dan Plaosan).

Page 14: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

(Sumber: The Temple of Java; Jacques Dumarcay, 1989:27)

Setelah selesai dibangun, selama seratus lima puluh tahun, Borobudur

merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Tetapi dengan runtuhnya

Kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke

Jawa Timur dan Borobudur pun hilang terlupakan.

Karena gempan dan letusan Gunung Merapi, candi itu melesat mempercepat

keruntuhannya. Sedangkan semak belukar trofis tumbuh menutupi Borobudur dan

pada abad-abad selanjutnya lenyap ditelan sejarah.

2.1.2 Penemuan Kembali

Pada abad XVIII Borobudur pernah disebut dalam salah satu kronik jawa,

Babad Tanah Jawi. Pernah juga disebut dalam naskah lain yang menceritakan seorang

Pangeran Yogya yang mengunjungi gugusan seribu patung di Borobudur. Hal ini

merupakan petunjuk bahwa bangunan candi itu ternyata tidak lenyap atau hancur

seluruhnya.

Pada masa pemerintahan Inggris yang singkat dibawah pimpinan Sir Thomas

Stamford reffles pada tahun 1814, Candi Borobudur dibangkitkan dari tidurnya.

Tahun 1915 ditugaskanlah H.C. Cornelius seorang perwira zeni agar mengadakan

penyelidikan. Cornelius yang mendapatkan tugas tersebut, kemudian mengerahkan

sekitar 200 penduduk selama hampir dua bulan. Runtuhan-runtuhan batu yang

memenuhi lorong disingkirkan dan ditimbun disekirar candi, sedangkan tanah yang

menimbunnya dibuang di lereng bukit. Namun pembersihan tersebut tidak dapat

Page 15: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

dilaksanakan secara penuh, karena banyak dinding-dinding yang dikhawatirkan

runtuh.

Kemudian Residen Kedu C.L. Hartman, menyuruh membersihkan sama sekali

bangunannya, sehingga candinya nampak seluruhnya. Sepuluh tahun kemudian stupa

induknya sudah ada dalam keadaan terbongkar, lalu dibersihkan pula bagian

dalamnya, dan kemudian diberi bangunan bambu sebagai tempat menikmati

pemandangan.

Tahun 1885 Ijzerman mengadakan penyelidikan dan mendapatkan bahwa di

belakang batu kaki candi terdapat kaki candi lain yang ternyata dihiasi dengan

pahatan-pahatan relief. Kaki Ijzerman terkenal dengan desas-desus relief misterius

yang menggambarkan teks Karmawibangga yaitu suatu teks Budhis yang melukiskan

hal-hal yang baik dan buruk, masalah hukum sebab dan akibat bagi perbuatan

manusia. Tahun 1890 sampai 1891 bagian relief itu dibuka seluruhnya kemudian

dibuat foto oleh CEPHAS untuk dokumentasi, lalu ditutup kambali.

2.2 Bangunan Candi Borobudur

2.2.1 Susunan Bangunan Candi Borobudur

Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari

atas merupakan suatu bujur sangkar. Tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk,

melainkan hanya bisa naik sampai terasnya. Secara keseluruhan Bangunan Candi

Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing-masing tingkat mempunyai

maksud tersendiri. Sebagai sebuah bangunan, Candi Borobudur dapat dibagi dalam

Page 16: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian pusat, dan

puncak. Pembagian manjadi tiga tersebut sesuai benar dengan tiga lambang atau

tingkat dalam suatu ajaran Budha yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu yang

masing-masing mempunyai pengertian.

1) Kamadhatu

sama dengan alam bawah atau dunia hasrat atau nafsu. Dalam dunia ini

manusia terikat pada hasrat atau nafsu dan bahkan dikuasai oleh hasrat dan kemauan

atau nafsu. Dalam dunia ini digambarkan pada relief yang terdapat di kaki candi asli

diman relief tersebut menggambarkan adegan dari kitab Karmawibangga yaitu naskah

yang menggambarkan ajaran sebab akibat,serta perbuatan yang baik dan jahat.

Deretan relief ini tidak tampak seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang

lebar. Hanya di sisi tenggara tampak relief yang terbuka bagi pengunjung.

2) Rupadhatu

Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk, wujud. Dalam dunia ini

manusia telah meninggalkan segala hasrat atau nafsu tetapi masih terikat pada nama

dan rupa, wujud, bentuk. Bagian ini terdapat pada tingkat 1-5 yang berbentuk bujur

sangkar.

3) Arupadhatu

Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa, wujud, bentuk. Pada tingkat ini

manusia telah bebes sama sekali dan telah memutuskan untuk selama-lamanya segala

ikatan pada dunia fana. Pada tingkatan ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat pada

teras bundar I, II dan III beserta stupa induknya.

Page 17: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

Uraian bangunan secara teknis dapat dirincikan sebagai berikut:

1) lebar dasar : 123 m (lebar=panjang, karena bujur sangkar);

2) tinggi bangunan : 35,4 m (setelah restorasi);

: 42 m (sebelum restorasi);

3) jumlah batu (batu andesit): 55.000 m3 (2.000.000 juta balok batu);

4) jumlah stupa : 1 stupa induk;

: 72 stupa berterawang;

5) stupa induk bergaris tengah : 9,9 m;

6) tinggi stupa induk sampai

bagian bawah : 7 m;

7) jumlah bidang telief : 1.460 bidang (± 2,3 – 3 km);

8) jumlah patung Budha : 504 buah;

9) tinggi patung Budha : 1,5 m.

2.2.2 Patung Budha Candi Borobudur

Candi Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief cerita dan relief hias

saja, tetapi juga dengan patung-patung yang sangat tinggi nilainya. Namun tidak

semua patung dalam keadaan utuh, banyak patung yang tanpa kepala atau tangan

(300 buah) dan 43 hilang. Hal ini disebabkan oleh bencana alam dan tangan jahil atau

pencurian sebelum Candi Borobudur diadakan renovasi (sebelum tahun 1973).

Patung-patung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang terdapat pada

bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Patung Budha di Candi Borobudur berjumlah 504

Page 18: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

yang ditempatkan di relung-relung yang tersusun berjajar pada sisi pagar langkan dan

pada teras bundar (Arupadhatu).

Patung Budha di tingkat Rupadhatu di tempatkan dalam relief yang tersusun

berjajar pada sisi luar pagar langkan. Sedangkan patung-patung di tingkat Arupadhatu

di tempatkan dalam stupa-stupa berlubang di tiga susunan lingkaran pusat. Susunan

patung selengkapanya adalah.

1) Tingkat Rupadhatu

(1) langkan pertama : 104 patung Budha;

(2) langkan kedua : 10 patung Budha;

(3) langkan ketiga : 88 patung Budha;

(4) langkan keempat : 72 patung Budha;

(5) langkan kelima : 64 patung Budha;

jumlah seluruhnya : 432 patung Budha.

2) Tingkat Arupadhatu

(1) teras bundar pertama : 32 patung Budha;

(2) teras bundar kedua : 24 patung Budha;

(3) teras bundar ketiga : 16 patung Budha;

jumlah seluruhnya : 72 patung Budha.

Apabila kita melihat sekilas patung Budha itu nampak serupa semuanya,

tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas

adalah sikap tangan atau yang disebut Mudra yang merupakan khas untuk setiap

patung.

Page 19: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

Sikap kedua belah tangan Budha atau Mudra dalam Bahasa Sanksekerta,

memiliki arti perlambangan yang khas. Ada enam jenis yang bermakna sedalam-

dalamnya. Namun demikian karena macam mudra yang dimiliki oleh patung-patung

yang menghadap semua arah bagian Rupadhatu (lingkaran V) maupun di bagian

Arupadhatu pada umumnya menggambarkan meksud yang sama. Maka jumlah mudra

yang pokok ada lima (Soekmono,1981).

Kelima mudra itu adalah.

1) Bhumisparca Mudra

Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menyentuh tanah. Tangan kiri

terbuka dan menengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut

kanan dengan jari-jarinya menunjuk ke bawah.

Sikap tangan ini melambangkan saat Sang Budha memanggil Dewi Bimi

sebagai saksi ketika ia menangkis serangan Iblis Mara. Mudra ini adalah khas bagi

Dhyani Budha Aksobhya yang bersemayam di Timur. Patung ini menghadap ke timur

langkan I sampai langkan IV. Mudra ini tanda khusus bagi Dhyani Budha Aksobhya

sebagai penguasa daerah timur.

2) Abhaya Mudra

Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menenangkan dan

menyatakan “jangan khawatir”. Tangan kiri terbukan dan menengadah di pangkuan,

sedangkan tangan kanan diangkat sedikit di atas lutut kanan dengan telapak

menghadap ke muka. Patung ini menghadap ke utara langkan I sampai langkan IV

dan merupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amogasidha yang berkuasa di utara.

Page 20: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

3) Dhayani Mudra

Mudra ini menggambarkan sikap semadi. Kedua tangan diletakan di

pangkuan, yang kanan di atas, yang kiri dengan telapaknya menengadah dan kedua

jempolnya saling bertemu. Patung ini menghadap ke barat di langkan I sampai

langkan IV dan merupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amitabha yang menjadi

penguasa daerah barat.

4) Wara Mudra

Mudra ini menggambarkan pemberian amal. Sepintas sikap tangan ini tampak

nampak serupa dengan Bhumisparca Mudra tetapi telapak tangan yang kanan

menghadap ke atas sedangkan jari-jarinya terletak di lutut kanan. Dengan mudra ini

dapat dikenali Dhyani Budha Ratna Sambawa yang bertahta di selatan. Letak patung

ini di langkan I sampai langkan IV menghadap ke selatan.

5) Dharmacakra Mudra

Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Kedua tangan

diangkat sampai ke depan dada, yang kiri di bawah yang kanan. Tangan yang kiri itu

menghadap ke atas, dengan jari manisnya. Sikap tangan demikian memang serupa

benar dengan gerak memutar sebuah roda. Mudra ini menjadi ciri khas bagi Dhyani

Budha Wairocana yang daerah kekuasaannya terletak di pusat.

Khusus di Candi Borobudur, Wairocana ini juga digambarkan dengan sikap

tangan yang disebut Witarka Mudra atau sikap tangan sedang menguraikan sesuatu,

tangan kiri terbuka di atas pangkuan, dan tangan kanan sedikit terangkat di atas lutut

kanan, dengan telapak tangannya menghadap ke muka dan jari telunjuknya

Page 21: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

menyentuh ibu jari. Patung ini terletak di relung langkan V dan di teras Budha I, II,

III.

Di samping patung Budha yang berjumlah 504 buah masih ada satu patung

Budha yang menghebohkan. Konon menurut cerita, Hartman pada tahun 1842

berkunjung ke Candi Borobudur dan menemukan sebuah patung di dalam stupa

induk. Cerita itu kemudian menyebar dari mulut ke mulut sampai akhirnya dimasukan

dalam sebuah laporan tertulis pada tahun 1953.

Namun Hartman sendiri tidak pernah menulis sesuatu laporan tentang

kegiatannya di Candi Borobudur. Oleh Van Erf patung itu sengaja tidak dikembalikan

ke tempat ia menemukannya, oleh karena tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai

tempat asal yang sebenarnya, patung itu kemudian diletakan di bawah pohon kenari

di sebelah barat laut candi. Patung tersebut ternyata banyak kekurangannya, raut

mukanya buruk sekali, lengan yang satu lebih pendek dari lengan yang lain, jari

tangannya tidak lengkap dan lipatan jubahnya tidak halus pahatannya. Patung itu

rupanya belum selesai pembuatannya.

Kini patung tersebut disimpan di museum Karmawibangga Candi Borobudur

setelah pemugaran Candi Borobudur yang kedua. Disamping patung Budha, dari

setiap pintu Candi Borobudur juga dijaga arca singa, secara keseluruhan arca singa

ada 32 buah.

2.2.3 Relief Candi Borobudur

Candi Borobudur tidak saja menunjukan kemegahan arsitekturnya tetapi juga

mempunyai relief (pahatan atau ukiran) yang sangat menarik. Relief cerita yang

Page 22: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

dipahatkan pada candi itu sangat lengkap dan panjang yang tidak pernah ditemui di

tempat lain di dunia bahkan di India sekalipun.

Bidang relief seluruhnya ada 1460 panel yang jika diukur memanjang

mencapai 2.500 m. Sedangkan jenis reliefnya ada 2 macam, yaitu:

1) relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah;

2) relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.

Agar bisa menyimak cerita dalam relief secara berurutan dianjurkan

memasuki candi melalui pintu sebelah timur dan pada tiap lingkaran berputar ke kiri

dan meninggalkan candi di sebelah kanan.

Relief cerita pada Candi Borobudur menggambarkan beberapa cerita, yaitu:

1) Karma Wibangga, terdiri dari 160 panel, dipahatkan pada kaki tertutup;

2) Lalita Wistara, terdiri dari 120 panel, dipahatkan pada dinding lorong I bagian

atas;

3) Jataka dan Awadana, terdiri dari 720 panel, dipahatkan pada lorong I bagian

bawah, balustrade lorong I atas dan bawah, dan balustrade II;

4) Gandawyuda, terdiri dari 460 panel, dipahatkan pada dinding lorong II dan III,

balustrade III dan IV serta Bhadraceri dinding lorong IV.

2.3 Stupa Candi Borobudur

Stupa Candi Borobudur dibagi menjadi 3 macam, yaitu.

2.3.1 Stupa Induk

Page 23: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain dan terletak di

puncak sebagai mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur. Stupa

induk ini mempunyai garis tengah 9,90 m dan tinggi stupa sampai bagian bawah

pinakel 7 meter. Di atas puncak dahulunya diberi payung (charta) bertingkat tiga

(sekarang tidak terdapat lagi). Stupa induk ini tertutup rapat, sehingga orang tidak

bisa melihat bagian dalamnya. Di dalamnya terdapat ruangan yang sekarang tidak

berisi.

Pada buku “Candi Borobudur” Pustaka Jaya, DR. Soekmono menuliskan

antara lain, puncak stupa yang sekaran ini tidak lengkap lagi. Sudah pernah

diusahakan suatu rekontruksi dan menghasilkan gambaran, dahulu ada 3 susunan

payung yang mengiasi puncaknya. Rekontruksi itu kemudian dibongkar lagi karena

banyak keragua, dimungkinkan batu-batu tersebut yang ditemukan terlalu sedikit,

sehingga tidak ada suatu kepastian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Stupa induk ini tertutup rapat sehingga orang tidak bisa melihat bagian

dalamnya. Drs. Soediman dalam bukunya “Borobudur Keajaiban Dunia”

menerangkan antara lain. Di dalamnya terdapat ruangan yang sekarang tidak berisis.

Ada pendapat yang mengatakan ruangan tersebut untuk menyimpan arca atau relief,

tetapi pendapat itu masih diragukan kebenaranya, kerena sewaktu diadakan

penyelidikan mengenai isi dari stupa induk oleh Residen Kedo Hartman pada tahun

1842 sama sekali tidak dibuat laporan tertulis, sehingga semua pendapat mengenai

stupa induk itu hanyalah dugaan belaka.

Page 24: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

Stupa induk yang berada di tengah-tengah dan paling atas, merupakan

penghias bangunan Candi Borobudur yang anggun dan mempesona. Nampak juga

stupa berlubang yang pada bagian dalamnya terdapat patung Budha, stupa teras II dan

stupa teras III, sedangkan stupa teras I tidak terlihat.

2.3.2 Stupa Berlubang

Stupa berlubang atau terawang adalah stupa yang terdapat pada teras bundar I,

II, dan III dimana didalamnya terdapat 72 buah yang terinci menjadi:

1) teras bundar pertama terdapat : 32 stupa berlubang;

2) teras bundar kedua terdapat : 24 stupa berlubang;

3) teras bundar ketiga terdapat : 16 stupa berlubang;

jumlahnya : 72 stupa berlubang.

2.3.3 Stupa Kecil

Stupa kecil bentuknya hampir sama dengan stupa lainnya, hanya saja

perbedaan yang menonjol adalah dalam ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang

lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan candi. Keberadaan

stupa ini menempati puncak dari relung-relung pada langkan II sampai langkan V,

sedangkan pada langkan I sebagian berupa keben dan sebagian berupa stupa kecil,

jumlah stupa kecil ada 1472 buah stupa.

Page 25: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa.

1). Sampai saat ini belum diketahui secara pasti kapan Candi Borobudur didirikan

dan siapa pendirinya. Namun suatu perkiraan dapat diperoleh dari tulisan-tulisan

singkat yang dipahat di atas pigura-pigura relief kaki asli Candi Borobudur

(Karmawibangga) menunjukan huruf sejenis dengan yang didapatkan pada

prasasti-prasasti dari abad VIII sampai abad IX. Dari bukti-bukti tersebut kita bisa

tahu bahwa Candi Borobudur dibuat atau didirikan sekitar tahun 800 M.

2). Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak. Secara keseluruhan Candi

Borobudur terdiri dari 10 tingkatan yang mempunyai makna tersendiri. bangunan

Candi Borobudur dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian

bawah, tubuh atau bagian pusat dan puncak.

Page 26: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

3). Stupa adalah bangunan yang berbentuk kubah terdiri sebuah lapik dan diberi

payung di atasnya. Arti dari stupa antara lain:

(1) sebagai tempat menyimpan reliek (peninggalan yang dianggap suci),

dinamakan juga sebagai Datugrbha (daqoda);

(2) sebagai tanda peringatan dan penghormatan Sang Budha;

(3) sebagai lambang suci umat Budha.

4). Stupa Candi Borobudur dibagi menjadi 3 macam yaitu.

(1) Stupa Induk, stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain dan

terletak di puncak sebagai mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi

Borobudur. Stupa induk ini mempunyai garis tengah 9,90 m dan tinggi stupa

sampai bagian bawah pinakel 7 meter.

(2) Stupa Berlubang, stupa berlubang atau terawang adalah stupa yang terdapat

pada teras bundar I, II, dan III dimana di dalamnya terdapat 72 buah stupa.

(3) Stupa Kecil, stupa kecil bentuknya hampir sama dengan stupa lainnya, hanya

saja perbedaan yang menonjol adalah dalam ukurannya yang lebih kecil dari

stupa yang lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan

Candi Borobudur.

3.2 Saran

Setelah penulis membahas dan mengkaji tentang Stupa Candi Borobudur,

ternyata penulis mendapatkan banyak manfaat dari hasil pembahasan tersebut

Page 27: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

diantaranya pengetahuan tentang Candi Borobudur. Adapun saran yang ingin

disampaikan penulis dari pembahasan materi ini diantaranya.

1). Agar para pembaca khususnya para pelajar bisa lebih dalam mempelajari tentang

Candi Borobudur dan khususnya bagi para pembaca dan umumnya bagi seluruh

masyarakat agar tetap menjadi budaya yang ada.

2). Pihak pengelola Candi Borobudur hendaknya tetap menjaga dan melestarikan

candi agar keaslian dan nilai budaya yang terdapat didalamnya dapat dinikmati

oleh generasi yang akan dating.

3). Diharapkan agar sekolah sering mengdakan kunjungan ke tempat-tempat yang

bersejarah agar para siswa dapat mengetahui sejarah Bangsa Indonesia.

4). Diharapkan pemerintah dapat mejaga dan melestarikan budaya yang ada di

Indonesia.

Page 28: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Madhori. 2004. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Yogyakarta: Tanpa Penerbit.

Soedirman. 1980. Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia. Yogyakarta: Tanpa

Penerbit

Sutanto. 1998. Candi Borobudur. Yogyakarta: Tanpa Penerbit

Page 29: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis makalah ini bernama Wawan Suwandi lahir

pada tanggal 1 Juni 1989. Alamat penulis di Sindanglaya

Desa Sindanglaya Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten

Subang. Penulis beragama Islam. Penulis sangat senang mengaji dan berkumpul

dengan sahabat-sahabat dekat.

Ayahanda penulis bernama Awa Tarwa dan ibunda penulis bernama Nurmah.

Pekerjaan ayahanda dan ibunda penulis adalah seorang petani yang sangat rajin

bekerja keras demi mendapatkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup

bermasyarakat, terutama untuk memenuhi kebutuhan penulis dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran di sekolah.

Semasa kecil penulis mengikuti pendidikan di TK Melati. Kemudian

melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri II Sindanglaya dan lulus pada tahun 2001.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2

Tanjungsiang, lulus pada tahun 2004. Dari Sekolah Menengah Pertama penulis

Page 30: KATA PENGANTAR - mandiricom.files.wordpress.com file · Web viewMAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Pendidikan Kewarganegaraan,

melanjutkan kembali ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanjungsiang dan ketika

pembuatan makalah ini penulis masih duduk di kelas XI IPA.

Selain menjadi pelajar penulis juga aktif dalam Organisasi Palang Merah

Remaja SMA Negeri 1 Tanjungsiang dan ketika pembuatan makalah ini penulis

masih tercatat sebagai Siswa SMA Negeri 1 Tanjungsiang.