kasus remathoid arthritis

37
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.A / Perempuan / 59 tahun b. Pekerjaan : IRT c. Alamat : RT 10 Tj Raden d. Tanggal Berobat : 27 Januari 2014 II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : Menikah b. Jumlah anak : 4 orang c. Status ekonomi keluarga : Kurang mampu d. Kondisi Rumah : Rumah panggung kayu terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur ukuran 6 x 4 m 2 , 1 dapur sekaligus ruang makan dan 1 kamar mandi dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi baik. e. Kondisi Lingkungan Keluarga: baik III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga : 1

Upload: nesya-wijaya

Post on 30-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Remathoid Arthritis

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.A / Perempuan / 59 tahun

b. Pekerjaan : IRT

c. Alamat : RT 10 Tj Raden

d. Tanggal Berobat : 27 Januari 2014

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah anak : 4 orang

c. Status ekonomi keluarga : Kurang mampu

d. Kondisi Rumah : Rumah panggung kayu terdiri dari ruang

tamu, 3 kamar tidur ukuran 6 x 4 m2, 1 dapur sekaligus ruang makan dan

1 kamar mandi dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi baik.

e. Kondisi Lingkungan Keluarga: baik

III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

Riwayat alergi (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes mellitus (-)

Riwayat maag (+)

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama(+). ayah

V. Keluhan Utama :

Sendi-sendi terasa nyeri sejak 4 hari.

1

Page 2: Kasus Remathoid Arthritis

Keluhan tambahan: Lemas

VI. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh nyeri-nyeri pada sendi angoota gerak sejak 4 hari

sebelem berobat ke Puskesmas. Nyeri dirasakan pada kedua pergelangan

kaki, lutut, siku, dan jari jari tangan. Pasien sering merasa nyeri sendi

pada pagi hari dan terasa tegang serta kaku. Kaki dan tangan terasa seperti

kesemutan. Demam (-), riwayat trauma (-). Pasien sebelumnya sering

mengalami keluhan seperti ini, dan pasien sering berobat ke Puskesmas.

Pasien sudah mengalami keluhan ini selama 5 tahun terakhir. Kadang

nyeri pada sendi disertai dengan bengkak, panas dan kemerahan. Jika

keluhan mulai timbul, pasien sering merasa sulit beraktifitas.

Pasien juga sering mengeluh badannya lemas dan capek, apalagi

setelah keluhan nyeri sendi muncul.

VII. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Suhu : 36,5°C

4. Tekanan darah : 110/70 mmHg

5. Nadi : 76 x/menit

6. Pernafasan

- Frekuensi : 16 x/menit

7. Berat Badan : 48 kg

8. Tinggi Badan : 153 cm

Body Mass Index : ( BB) / (TB)2

: (48) / (1,5)2 = 19,9 (normal)

2

Page 3: Kasus Remathoid Arthritis

Patokan BMI :

BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)

BMI 18.5 - 24 = normal

BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)

BMI >30 = obesitas

Pemeriksaan Organ

1. Kepala Bentuk : normocephal

2. Mata Conjungtiva : anemis (-)

Sklera : ikterik (-)

3. Hidung : tak ada kelainan

4. Telinga : tak ada kelainan

5. Mulut Bibir : lembab

Bau pernafasan : normal

6. Leher : Pembengsaran KGB (-), JVP 5-2 cmH20,

7. Thorak

Jantung: BJ I/II reguler normal, murmur(-), gallop(-)

Paru : Nafas vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing(-/-)

8. Abdomen : Soepel, nyeri tekan (-), BU(+) normal

9. Ekstermitas sup/inf : edema (+) dan teraba hangat regio

patella, regio olecranon, ankle join.

hiperemis (+), deformitas (+)

VIII.Diagnosis : Reumatoid Arthritis

IX. Diagnosis Banding

Artritis gout

Demam reumatik.

Osteoartritis.

3

Page 4: Kasus Remathoid Arthritis

X. Pemeriksaan Anjuran

Rontgen

ASTO

Rheumatoid factor

Cairan sinovial

XI. Manajemen

a. Promotif :

Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan

pengobatannya.

Menjelaskan kepada pasien untuk rutin berobat ke dokter.

b. Preventif :

Jika terjadi keluhan, segera berobat ke dokter.

Mengistirahatkan sendi yang sakit untuk meredakan nyeri.

Makan makanan yang banyak mengandung asam lemak omega 3 seperti

minyak ikan.

Menurunkan berat badan (pada orang yang gemuk/obesitas) dengan tujuan

untuk mengurangi beban kerja sendi.

Jangan memijat sendi yang sakit.

c. Kuratif :

Non Farmakologi

Kompres bagian yang nyeri dengan menggunakan handuk yang

sudah dicelupkan ke dalam air hangat atau handuk yang berisi

potongan es selama 10-20 menit.

Farmakologi

4

Page 5: Kasus Remathoid Arthritis

Piroxicam 2x10 mg selama 5 hari.

Deksametason 3x 0,5mg selama 5 hari.

Pengobatan tradisional

Bahan:

Daun kumis kucing sebanyak 1 genggam, daun meniran 7 batang,

temulawak 10 potong, daun murbei 1 genggam, dan bidara upas 1

jari.

Cara membuatnya:

Semua bahan ini di rebus dalam air sebanyak 2 gelas, kemudian disaring

untuk diminum airnya. Minum 2 kali sehari secara rutin.

Dengan obat gosok alami:

1. Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih dicampur dan

digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.

2. Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri ditumbuk dan

digosokkan pada bagian tubuh yang sakit.

3. Bengle lempu yang dan cabe ditumbuk halus, kemudian dicampur

dengan minyak kayu putih dan digosokkan pada bagian tubuh yang

sakit.

d. Rehabilitatif

Senam rematik dapat membantu memperbaiki kelenturan, kekuatan,

daya tahan, dan kebugaran tubuh.

Terapi penyinaran dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan

merelaksasi otot

5

Page 6: Kasus Remathoid Arthritis

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

PUSKESMAS OLAK KEMANG

DOKTER: M. Rifki

SIP: 268 STR: 278

Tanggal: 27 Januari 2014

R/ Dexametason mg 0,5 no.XV

S3dd1 tab

R/ Vit B comp VI

S2dd 1 tab

R/ Natrium diklofenak krim no.I

S3dd 1 sue

Pro: Ny.A (59 Th)Alamat: RT 10 Tj Raden

Resep Alternatif

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

PUSKESMAS OLAK KEMANG

DOKTER: M. Rifki

SIP: 268 STR: 278

6

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

PUSKESMAS OLAK KEMANG

DOKTER: M. Rifki

SIP: 268 STR: 278

Tanggal: 27 Januari 2014

R/ Piroxicam mg 100 no. X

s 2 d d 1 tab

R/ Deksametason tab no. XV

s 3 dd 1 tab

Pro: Ny.A (59 Th)Alamat: RT 10 Tj Raden

Page 7: Kasus Remathoid Arthritis

Tanggal: 27 Januari 2014

R/ Sulfasalazine mg 500 no.

S2dd

R/ Sukralfat syr mg 150 no. I

S2dd I C

R/ Natrium diklofenak krim no.I

S3dd 1 sue

Pro: Ny.A (59 Th)Alamat: RT 10 Tj Raden

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi & Fisiologi Tulang Dan Sendi

Sistem muskoletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan

bertanggungjawab terhadap pergerakan. Komponen utama system muskoletal

adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka,

tendon, ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan

struktur-struktur ini.

7

Page 8: Kasus Remathoid Arthritis

a. Tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel

yaitu osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang denagn

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau

jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang

aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan esjumlah besar

fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan

kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan

memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali didalam

darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang

setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan

untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel

besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat

diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.

Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks

dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat

terlepas kedalam aliran darah.

b. Sendi

8

Page 9: Kasus Remathoid Arthritis

Sendi dalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini

dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,

ligament, tendon, fasia atau otot. Terdapat tiga tipe sendi yakni:

Sendi fibrosa (sinartroidal), nerupakan sendi yang tidak dapat

bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki tulang rawan, dan tulang yang satu

dengan tulang lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa.

Sendi kartilaginosa (amfiartroidal) merupakan sendi yang dapat sedikit

bergerak. Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya

dibungkus oleh rawan hialin, disokong olah ligament dan hanya sedikit

bergerak.

Sendi sinovial (diartroidal), merupakan sendi yang dapat digerakkan

dengan bebas. Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi

dilapisi rawan hialin.

c. Jaringan Ikat

Jaringan yang ditemukan pada snedi dan daerah sekitarnya terutama

adalah jaringan ikat yang tersusun dari sel-sel dan substansi dasar. Dua

macam sel yang yang ditemukan pada jaringan ikat adalah sel-sel yang tetap atau

tidak berkembangnya pada jaringan ikat seperti sel mas, sel plasma, limfosit,

monosit dan leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini memiliki peranan penting

pada reaksi-reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat pada penyakit

reumatik. Jenis sel yang kedua dalam jaringan ikat ini adalah sel-sel yang tetap

berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit dan osteoblas. Sel-sel ini

mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan substansi dasar dan

membuat tiap jenis jarinagn ikat memiliki susunan sel tersendiri.

2.2 Definisi Arthritis Rheumatoid

Arthritis Rheumatoid (AR) merupakan penyakit autoimun, dimana

pelapis sendi mengalami peradangan sebagai bagian dari aktivitas sistem

imun tubuh. Juga merupakan suatu keadaan kronis dan biasanya merupakan

9

Page 10: Kasus Remathoid Arthritis

kelainan inflamasi progresif dan etiologi yang belum diketahui yang

dikarakterisasi dengan sendi simetrik poliartikular dan manifestasi sistemik.

Arthritis rheumatoid adalah tipe arthritis yang paling parah dan dapat

menyebabkan cacat, kebanyakan menyerang perempuan hingga tiga sampai empat

kali daripada laki-laki. Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit autoimun

dimana persendian yang biasanya menyerang sendi tangan dan kaki. Secara

simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan

seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. rematik

jenis ini memang banyak hinggap pada wanita daripada pria, biasanya

dirasakan pada awal usia 25-50 tahun dan selanjutnya.

2.3 Epidemologi

Prevalensi AR hanya 0,1-0,3% dikelompok orang dewasa dan 1:100 ribu

jiwa dikelompok anak-anak. Total, diperkirakan hanya terdapat 360 ribu pasien di

Indonesia. Penyakit ini lebih sering menyerang perempuan dengan perbandingan

3:1. Kejadian penyakit ini meningkat dengan bertambahnya umur pada usia 35

hingga 50 tahun. Rheumatoid arthritis diperkirakan memiliki prevalensi 1%

sampai 2% dan tidak memiliki predilections rasial. Hal ini dapat terjadi pada

semua usia, dengan meningkatnya prevalensi sampai dekade ketujuh

kehidupan. Penyakit ini tiga kali lebih umum pada wanita. Pada orang berusia 15

sampai 45 tahun, wanita mendominasi dengan rasio 6:1; rasio jenis kelamin

kurang lebih sama antara pasien dalam dekade pertama kehidupan dan pada

mereka lebih dari 60 tahun.

Data epidemiologi menunjukkan bahwa kecenderungan genetik dan

paparan faktor lingkungan diketahui mungkin diperlukan untuk ekspresi dari

penyakit. Molekul Mayor Histokompatibilitas Compleks (MHC), yang

terletak pada limfosit T, tampaknya memiliki peran penting dalam sebagian

besar pasien dengan rheumatoid arthritis. Molekul-molekul ini dapat dicirikan

dengan menggunakan antigen limfosit manusia (HLA). Mayoritas pasien

10

Page 11: Kasus Remathoid Arthritis

dengan rheumatoid arthritis memiliki HLA-DR4, HLA-DR1, atau keduanya

antigen ditemukan di daerah MHC. Pasien dengan antigen HLA-DR4 adalah

3,5 kali lebih mungkin mengembangkan rheumatoid arthritis dibandingkan

mereka yang memiliki antigen HLA-DR lainnya. Meskipun wilayah MHC

adalah penting, itu bukan penentu tunggal, karena pasien dapat memiliki

penyakit tanpa jenis HLA.

Rheumatoid arthritis adalah enam kali lebih sering terjadi pada kembar

dizigotik dan anak-anak tidak kembar dari orang tua dengan faktor

rheumatoid positif - erosif rheumatoid arthritis bila dibandingkan dengan

anak yang orang tuanya tidak memiliki penyakit. Jika salah satu dari

sepasang kembar monozigot dipengaruhi, kembar lainnya memiliki risiko 30

kali lebih besar terkena penyakit.

2.4 Etiologi

Penyebab dari penyakit Artritis reumatoid tidak diketahui, patogenesis

di perantarai oleh imunitas. Namun kemungkinan penyebab Artritis

reumatoid adalah faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama

diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari

terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama

kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan Artritis reumatoid seropositif.

Pengembangan HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4 :1 untuk menderita

penyakit ini Kecenderungan wanita sering menderita penyakit Artritis

reumatoid dan sering di jumpai pada wanita yang sedang hamil

menimbulkan dugaan adanya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu

faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian

hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana

yang di harapkan. Sedangkan kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor

hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.

Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga penyebab Artritis reumatoid.

Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab Artritis reumatoid juga timbul karena

11

Page 12: Kasus Remathoid Arthritis

umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai

oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Penyebab rematik adalah sel-sel

kekebalan tubuh, seperti limfosit, normalnya melindungi tubuh dari serangan

asing. Akan tetapi dalam penyakit rematik, sel ini justru menyerang persendian

dan jaringan yang sehat.

Penyebab pastinya memang belum diketahui, tapi peneliti meyakini

bahwa hal ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Seseorang kemungkinan memiliki kecenderungan genetik yang jika diserang

bakteri atau virus tertentu, bisa mengalami rematik. Tapi hingga saat ini,

peneliti belum menemukan infeksi khusus. Rematik dapat menyerang kulit, mata,

paru-paru, jantung, darah atau saraf.

Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkenanya artritis

reumatoid adalah:

Jenis Kelamin

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.

Umur

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun

penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis

reumatoid juvenil)

Riwayat Keluarga

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis rematoid

maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

Radikal bebas

Contohnya radikal superokside dan lipid peroksidase yang merangsang

keluarnya prostaglandin sehingga timbul rasa nyeri, peradangan dan

pembengkakan.

12

Page 13: Kasus Remathoid Arthritis

Faktor genetik dan lingkungan

Terdapat hubungan antara HLA-DW4 dengan AR seropositif yaitu penderita

mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.

2.5 Patofisiologi

Arthritis Rheumatoid merupakan akibat dari disregulasi komponen

humoral yang dimediasi sel sistem imun. Kebanyakan pasien menghasilkan

antibodi yang disebut faktor rheumatoid; pasien-pasien seropositif ini

cenderung untuk lebih memiliki “agressive sourse” dibandingkan pasien yang

seronegatif. Immunoglobulin dapat mengaktivasi sistem komplemen, yang

melipatgandakan respon imun dengan meningkatkan kemotaksis, fagositosis, dan

pelepasan limfokin oleh sel mononuklear yang kemudian disajikan kepada

limfosit T. Antigen yang diproses dikenali oleh protein major

hiscompatibility complex (MHC) pada permukaan limfosit, yang berakibat

pada aktivasi sel T dan sel B.

Tumor nekrosis faktor (TNF), interleukin-1 (IL-1), dan interleukin-6

(IL6) merupakan sitokin proinflamasi yang penting dalam inisiasi dan

kelanjutan inflamasi. Sel T yang teraktivasi menghasilkan sitotoksin, yang

secara langsung toksis terhadap jaringan, dan sitokin, yang menstimulasi

aktivasi lebih lanjut proses inflamasi dan menarik sel-sel ke daerah

inflamasi. Makrofag menstimulasi untuk melepaskan prostaglandin dan sitotoksin.

Sel B yang teraktivasi menghasilkan sel plasma, yang membentuk antibodi

dengan kombinasi dengan komplemen, mengakibatkan akumulasi

polymorphonuclear leukocyte (PMN). PMN melepaskan sitotoksin, radikal

bebas oksigen, dan radikal hidroksil yang mendukung kerusakan selular pada

sinovium dan tulang. Substansi vasoaktif (histamin, kinin, prostaglandin)

dilepaskan pada daerah inflamasi, meningkatkan aliran darah dan

permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema, rasa hangat,

13

Page 14: Kasus Remathoid Arthritis

erythema, dan rasa sakit dan membuat granulosit lebih mudah untuk keluar

dari pembuluh darah menuju daerah inflamasi.

Inflamasi kronik pada jaringan lapisan sinovial kapsul sendi

menghasilkan proliferasi jaringan (bentuk pannus). Pannus menyerang

kartilago dan permukaan tulang, menghasilkan erosi tulang dan kartilago dan

menyebabkan destruksi sendi. Hasil akhir mungkin kehilangan ruang sendi,

kehilangan pergerakan sendi, fusi tulang (ankilosis), dislokasi sendi,

penyusutan tendon dan kelainan bentuk yang kronik.

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda dari AR dapat dilihat sebagai berikut;

Nyeri sendi

Pembengkakan sendi

Nyeri sendi bila disentuh atau di tekan

Tangan kemerahan

Lemas

Kekakuan pada pagi hari yang bertahan sekitar 30 menit

Demam

Berat badan turun

Artritis reumatoid biasanya menyebabkan masalah dibeberapa sendi dalam

waktu yang sama. Pada tahap awal biasanya mengenai sendi-sendi kecil

seperti, pergelangan tangan, tangan, pergelangan kaki, dan kaki. Dalam

perjalanan penyakitnya, selanjutnya akan mengenai sendi bahu, siku, lutut,

panggul, rahang dan leher.

2.7 Diagnosis

14

Page 15: Kasus Remathoid Arthritis

Diagnostik artritis reumatoid dapat menjadi suatu proses yang

kompleks. Pada tahap dini mungkin hanya akan ditemukan sedikit atau tidak ada

uji laboratorium yang positif; perubahan pada sendi dapat minor; dan gejala

gejalanya dapat hanya bersifat sementara. Diagnosis tidak hanya bersandar

pada satu karakteristik saja tetapi berdasarkan pada suatu evaluasi dari

sekelompok tanda dan gejala.

Kriteria diagnostik yang dipakai adalah sebagai berikut:

1) Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak satu jam), Kekakuan di pagi

hari selama lebih dari 1 jam; dapat bersifat generalisata tetapi terutama

menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi

pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa

menit dan selalu berkurang dari satu jam.

2) Artritis pada tiga atau lebih sendi

3) Artritis sendi-sendi jari-jari tangan

4) Artritis yang simetris

5) Nodul rheumatoid, adalah massa subkutan yang ditemukan pada

sekitar sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang

paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku)

atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun

demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat

lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk

suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

6) Faktor reumatoid dalam serum

7) Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)

Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-

kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang

disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu.

Pemeriksaan penunjang

15

Page 16: Kasus Remathoid Arthritis

Tidak banyak berperan dalam diagnosis reumatoid, namun dapat

menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis gejala

pasien.

Pemeriksaan laboratorium

a. Cairan synovial

Kuning sampai putih; derajat kekeruhan menggambarkan peningkatan

jumlah sel darah putih; fibrin clot menggambarkan kronisitas.

Mucin clot. Bekuan yang berat dan menurunnya viskositas

menggambarkan penurunan kadar asam hyaluronat.

Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses

inflamasi, didominasi oleh sel neutrophil (65%).

Glukosa: normal atau rendah.

Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum,

berbanding terbalik dengna kadar komplemen cairan sinovium.

Penurunan kadar komlemen menggambarkan pemakaiannya pada

reaksi imunologis.

Peningkatan kadare IgG dan kompleks imun.

Phagocites – neutrophils yang “difagosit” oleh kompleks immun.

b. Darah tepi

Leukosit: normal atau meningkat (<12.000/mm3). Leukosit menurun

bila terdapat splenomegali; keadaain ini dikenal sebagai Felty’s

syndrome.

Anemia normositer atau mikrositer, tipe penyakit kronis.

c. Pemeriksaan Sero-imunologi

Rheumatoid factor + (IgM) - 75% penderita; 95% + pada penderita dengan

nodul subkutan.

Anti CCP antibodies positif telah dapat ditemukan pada AR dini.

16

Page 17: Kasus Remathoid Arthritis

Antinuclear antibodies positif (10%-50% penderita) dengan titer yang

lebih rendah dibandingkan dengan Lupus Eritematosus Sistemik.

Anti-DNA antibodies negatif.

Peningkatan CRP, fibrinogen dan laju endap darah, menggambarkan

aktivitas penyakit.

Meningkatnya kadar alpha1 dan alpha2 globulin sebagai acute phase

reactans.

Meningkatnya kadar γ-gobulin menggambarkan kenaikan/akselerasi dari

katabolisme protein pada penyakit kronis.

Kadar komplemen serum normal; menurunnya kadar komplemen

dapat terjadi pada keadaan penyakit dengan gejala ekstra artikular

yang berat seperti vaskulitis.

Adanya circulating immune comlexes – serta ditemukan pada

penyakit dengan manifestasi sistemik.

Pemerikasaan Gambaran Radiologik

Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami

kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena

hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan

densitas tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik

didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang

terkena.

17

Page 18: Kasus Remathoid Arthritis

Radiogram tangan reumatoid. Perhatikan penurungan jarak sendi (panahhitam),

erosi kaput metakarpal (panah putih kecil) dan tejadi deformitas sendi (panah

putih besar).

Perbandingan sendi yang diserang antara AR dan OA

18

Page 19: Kasus Remathoid Arthritis

2.8 Penatalaksanaan

Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus

dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara

pasien dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.

Tanpa hubungan yang baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara

ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama.

a. Terapi nonfarmakologi

1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan

yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin

ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.

2. Istirahat.

Rencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat. Pasien harus

belajar mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus

menghentikan atau memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa sakit

karena aktivitas berlebihan. Beberapa pasien merasakan teknik

relaksasi, pengurangan stres, dan biofeedback sangat membantu.

Beberapa pasien menggunakan tongkat atau bidai untuk melindungi

19

Page 20: Kasus Remathoid Arthritis

persendian dari tekanan. Bidai atau penahan (braces) memberikan

dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga menjaga

persendian pada posisi yang benar seelama tidur maupun beraktivitas.

Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas sebab otot membutuhkan

latihan untuk mencegah kekakuan dan kelemahan. Terapis atau dokter

dapat membantu menentukan bidai yang tepat.

3. Terapi fisik.

Mengurangi rasa sakit dengan cara non farmakologik. Terapi fisik

dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan membantu menjaga

dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan

kejang otot. Mandi atau berendam air hangat akan mengurangi rasa sakit

dan kekakuan. Efek fisiologi dari suhu adalah relaksasi otot dan

mengurangi rasa sakit. Walau demikian pemakaian panas harus

dipertimbangkan secara komprehensif bagi pasien

Penderita ada yang melakukan penyembuhan tanpa obat.

Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air

hangat, dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit.

Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat

menghilangkan rasa sakit atau mengebalkan bagian yang

ngilu. Tanyakan kepada dokter atau terapi mana yang lebih

cocok bagi pasien. Untuk artritis di lutut, pasien dapat memakai

sepatu dengan sol tambahan yang empuk untuk meratakan

pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan

mengurangi tekanan di lutut.

4. Menurunkan berat badan

Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik pada sendi

penyangga berat dan ini adalah prediktor tunggal paling baik dari

kebutuhan operasi sendi. Pengurangan berat badan dikaitkan dengan

pengurangan simtom dan kecacatan. Walau penurunan hanya 5 lb

(2,5Kg) dapat menurunkan tekanan biomekanik pada sendi penyangga

beban. Walau intervensi diet untuk yang berat badan berlebih masuk

20

Page 21: Kasus Remathoid Arthritis

akal, tetapi ini membutuhakan motivasi yang kuat dan program

penurunan badan yang terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan

sangat membantu.

b. Terapi Farmakologi

1. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi

yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:

Aspirin

Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari,

kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan

atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.

Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.

NSAIDs. Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat

mengurangi gejala nyeri dan mengurangi proses peradangan. Yang

termasuk dalam golongan ini adalah ibuprofen dan natrium naproxen.

Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang tinggi bila

dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

2. Kortikosteroid. Golongan kortikosteroid seperti prednison dan

metilprednisolon dapat mengurangi peradangan, nyeri dan

memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek kortikosteroid

memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam

jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek

samping yang serius.

3. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs): Methotrexate

(Immunosupresan), Leflunomide, Sulfasalazin, Hydroxychloroquine

4. Agen Biologi (Etanercept, Infliximab, Adalimumab, Anakinra,

Abatacept, Rituximab)

5. Obat remitif (DMARD) lain. Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka

panjang. Oleh karena itu diberikan pada stadium awal untuk

memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan jaringan

lunak disekitarnya dari kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini

21

Page 22: Kasus Remathoid Arthritis

adalah auranofin, Azathioprine, Penicillamine, Cyclosporine dan garam

emas.

6. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak

berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan

dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur

yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon,

sinovektomi.

c. Pengobatan dengan obat tradisional/bahan alam

Perawatan dan pengobatan terhadap penyakit rheumatik adalah

sebagai berikut.

1) Diusahakan agar badan dalam keadaan hangat.

2) Gunakan campuran garam 1 sendok makan, tawas ½ sendok makan, dan air

rebusan sirih untuk merendam/mengompres bagian badan yang

terserang rheumatik.

3) Daun seledri sebanyak 10 batang dimakan sebagai lalap.

4) Daun kumis kucing sebanyak 1 genggam, daun meniran 7 batang,

temulawak 10 potong, daun murbei 1 genggam, dan bidara upas 1

jari. Semua bahan ini di rebus dalam air sebanyak 2 gelas, kemudian

disaring untuk diminum airnya.

5) Dengan obat gosok alami:

Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih dicampur dan

digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.

Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri ditumbuk dan

digosokkan pada bagian tubuh yang sakit.

Bengle lempu yang dan cabe ditumbuk halus, kemudian dicampur

dengan minyak kayu putih dan digosokkan pada bagian tubuh

yang sakit.

BAB III

ANALISA KASUS

22

Page 23: Kasus Remathoid Arthritis

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Berdasarkan anamnesis dan observasi yang sudah dilakukan, tidak ada

hubungan antara diagnosis penyakit pasien dengan lingkungan rumahnya.

Karena penyakit pasien bukan termasuk penyakit yang berbasis lingkungan,

tetapi autoimun.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Diagnosis penyakit pasien berhubungan dengan hubungan keluarga. Karena

dari anamnesis yang dilakukan diketahui bahwa ada riwayat penyakit ataupun

keluhan yang sama dalam keluarga yaitu sysh pasien menderita rematik.

Dimana berdasarkan penelitian, adanya faktor genetik atau keturunan berisiko

yang tinggi untuk kemungkinan terkena rheumatoid arthritis.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan sekitar.

Tidak ada hubungan antara diagnosis dengan perilaku kesehatan pasien.

Karena pada kasus ini diagnosis penyakit berhubungan dengan faktor

keturunan bukan disebabkan oleh perilaku kesehatan pasien ataupun keluarga

dan lingkungan sekitar.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit

Secara keseluruhan dari anamnesis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa penyakit yang diderita oleh pasien ini ada hubungannya dengan faktor

genetik.

e. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor risiko atau etiologi.

23

Page 24: Kasus Remathoid Arthritis

Untuk faktor risiko genetik/ keturunan, tidak bisa diubah. Namun, yang bisa

kita lakukan adalah mencegah ataupun mengurangi mengurangi nyeri akibat

reumatoid artritis. Beberapa usaha yang bisa dilakukan:

Mengistirahatkan sendi yang sakit sampai nyerinya reda.

Senam rematik dapat membantu memperbaiki kelenturan, kekuatan,

daya tahan, dan kebugaran tubuh.

Mengompres bagian yang nyeri dengan menggunakan handuk yang

sudah dicelupkan ke dalam air hangat atau handuk yang berisi

potongan es selama 10-20 menit.

Terapi penyinaran dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan

merelaksasi otot

BAB IV

LAMPIRAN

24

Page 25: Kasus Remathoid Arthritis

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Kasus Remathoid Arthritis

1. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi ke-4.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Indonesia; 2007.

2. Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilid 1.

Media Aesculapius : Jakarta.

3. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit, edisi 6. Penerbit Nuku Kedokteran. EGC

4. Baratawijaya, Karnen. 2005. Imunologi Dasar. Jakarta: Gaya Baru

5. Criteria for the classification arthritis rheumatoid; 2009, Diunduh dari

URL:http//www. American College of Rheumatology.com

6. Heredity and Arthritis. 2012. American College of Rheumatology

Available at : www.rheumatology.org

26