kasus petronas

17
BAB III KASUS Masalah kecurangan bisnis, belakangan ini banyak perusahaan- perusahaan yang melakukan kecurangan dalam meraup keuntungan yang maksimal. Berbagai kecurangan bukan hal yang lumrah lagi. Kecurangan tersebut dilatar-belakangi karena makin banyaknya perusahaan- perusahaan pesaing. Atau alasan biaya hidup yang semakin tinggi (faktor ekonomi). Tentu hal ini sangat berlawanan dengan etika bisnis yang ada. Salah satu contoh perusahaan yang berbuat curang yaitu PT Rashwa Getra Nirwana, sebuah perusahaan suplier resmi Petronas. PT Rashwa Getra Nirwana ini telah mengoplos solar menjadi minyak tanah. Beberapa waktu lalu polisi berhasil menggerebek gudang PT Rashwa Getra Nirwana ini yang bertempatkan di Surabaya. Polisi berhasil menemukan berbagai alat pengoplos dan belasan tangki air serta tong. Di gudang tersebut di temukan sang pemilik PT Rashwa Getra Nirwana yang sedang mengoplos solar dan kemudian di jual sebagai minyak tanah. Di tempat ini tersangka 'mencuci' solar dan dijual sebagai minyak tanah. Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya mengatakan tempat di Dukuh Kupang ini adalah sebagai gudang saja. Sedangkan kantornya adalah di Jalan Taman Darmo Indah Barat. Dalam kasus itu polisi menetapkan Anom Setija Legawa sebagai tersangka. Anom adalah pemilik PT Rashwa Getra Nirwana, sebuah perusahaan suplier resmi Petronas. Dalam usahanya tersebut, Anom berbuat curang. Dia membeli minyak mentah dan solar dari pertambangan rakyat di Bojonegoro. PT Rashwa Getra Nirwana membeli minyak tanah dan solar mentah dari Bojonegoro seharga Rp 2.000 Setelah dibawa ke gudang, minyak dan solar mentah tersebut 'dicuci'. Solar dimasukkan tong dan dibersihkan menggunakan cairan

Upload: rikaa-santika-yulianti

Post on 01-Jan-2016

377 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Petronas dan Analisis

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Petronas

BAB IIIKASUS

Masalah kecurangan bisnis, belakangan ini banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan

kecurangan dalam meraup keuntungan yang maksimal. Berbagai kecurangan bukan hal yang lumrah

lagi. Kecurangan tersebut dilatar-belakangi karena makin banyaknya perusahaan-perusahaan

pesaing. Atau alasan biaya hidup yang semakin tinggi (faktor ekonomi). Tentu hal ini sangat

berlawanan dengan etika bisnis yang ada. Salah satu contoh perusahaan yang berbuat curang yaitu

PT Rashwa Getra Nirwana, sebuah perusahaan suplier resmi Petronas.

PT Rashwa Getra Nirwana ini telah mengoplos solar menjadi minyak tanah. Beberapa waktu lalu

polisi berhasil menggerebek gudang PT Rashwa Getra Nirwana ini yang bertempatkan di Surabaya.

Polisi berhasil menemukan berbagai alat pengoplos dan belasan tangki air serta tong. Di gudang

tersebut di temukan sang pemilik PT Rashwa Getra Nirwana yang sedang mengoplos solar dan

kemudian di jual sebagai minyak tanah.

Di tempat ini tersangka 'mencuci' solar dan dijual sebagai minyak tanah. Kasat Reskrim

Polrestabes Surabaya mengatakan tempat di Dukuh Kupang ini adalah sebagai gudang saja.

Sedangkan kantornya adalah di Jalan Taman Darmo Indah Barat. Dalam kasus itu polisi menetapkan

Anom Setija Legawa sebagai tersangka.

Anom adalah pemilik PT Rashwa Getra Nirwana, sebuah perusahaan suplier resmi Petronas.

Dalam usahanya tersebut, Anom berbuat curang. Dia membeli minyak mentah dan solar dari

pertambangan rakyat di Bojonegoro. PT Rashwa Getra Nirwana membeli minyak tanah dan solar

mentah dari Bojonegoro seharga Rp 2.000

Setelah dibawa ke gudang, minyak dan solar mentah tersebut 'dicuci'. Solar dimasukkan tong

dan dibersihkan menggunakan cairan pembersih (hipo) dan cairan pembening (bleaching). Setelah

didiamkan dan mengendap, hasilnya kemudian dipindahkan ke tangki. Dan dari tangki, minyak tanah

palsu itu kemudian di masukkan ke mobil tangki kapasitas 5.000 liter. Dan dalam sebulan bisa 4-6

kali menyuling solar menjadi minyak tanah.

Pendistribusiannya, minyak tanah tersebut lalu diedarkan dan dijual ke pangkalan minyak tanah

di kawasan Perak. Sedangkan hasil endapan yang kurang bersih juga dijual dengan diaku sebagai

solar juga di kawasan Perak. Dan minyak tersebut dijual kembali dengan harga Rp 7.800 / liter. PT

Rashwa Getra Nirwana sudah setahun melakukan praktek ilegal ini.

Dilihat dari peristiwa ini yaitu sungguh pemilik PT tidak memiliki etika dan tidak bertanggung

jawab atas apa yang ia lakukan dalam bisnis. Pelaku hanya memikirkan keuntungan yang didapat,

tetapi tidak dengan dampaknya. Dengan harga yang lebih murah, pelaku bias mendapatkan untung

Page 2: Kasus Petronas

yang berlipat ganda. Buruknya, PT membawa lisensi sebagai supplier resmi Petronas. Dan PT Rashwa

Getra Nirwana mampu berbuat seperti itu. Apa jadinya Citra perusahaan Petronas dimata

konsumennya. Tentu konsumen akan berfikir berkali-kali untuk menjadi pelanggan PT tersebut agar

tidak merasa dicurangi dan ditipu.

Tidak hanya pada konsumen dampaknya, investor juga akan segan dalam menanamkan modal

nya di dalam perusahaan Petronas. Dan ini merupakan peluang bagi pesaing untuk menarik

konsumen dan investor.

Oleh karena itu Petronas harus membersihkan namanya atas PT Rashwa Getra Nirwana yang

telah membuat nama perusahaan tercoreng dalam dunia bisnis perminyakan. Dengan meyakinkan

kepada konsumen bahwa produk minyak petronas adalah produk yang original dan bukan oplosan.

Walaupun akan sulit membuat kepercayaan konsumen kembali kepada kita. Apalagi dengan banyak

nya perusahaan bahan bakar minyak yang ada di Indonesia. Dan perushaan juga harus menseleksi

kembali siapa yang dapat di jadikan rekan perusahaan. Terutama yang dapat menjaga citra dan

nama baik perusahaan. Serta peran kepolisian yang selalu siaga dalam memberantas pelaku-pelaku

bisnis yang berbuat curang. Agar konsumen tidak merasa dirugikan.

Page 3: Kasus Petronas

BAB IV

PEMBAHASAN

1.1 Mindset Theory

Terdapat 2 mindset theory yaitu Fragmatism Realism dimana dalam teori ini perusahaan

lebih kearah egoisme dan kapitalis dan Idealism dimana perusahaan melakukan kewajiban

diiringi dengan etika dan memperhitungkan akibat dan dampak serta manfaat yang akan

diperoleh perusahaan.

Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa mindset perusahaan adalah Fragmatism Realism

dimana perusahaan tidak mengindahkan kepentingannya terhadap konsumen, terlebih lagi

mereka sudah bertindak tidak etis, selain dia merugikan pihak lain dalam hal ini adalah Petronas

juga perusahaan tersebut tidak mementingkan konsumen, baik konsumen Petronas ataupun

konsumen lainnya. Perusahaan tersebut jelas terlihat tidak mengindahkan kepentingan investor

karena perusahaan tersebut membawa lisensi dari suplluer resmi Petronas. Perusahaan telah

berbuat curang dengan menyuling solar menjadi minyak tanah dan mengakui bahwa minyak

tanh tersebut adalah minyak tanah dari Petronas.

1.2 Grand Theory

Terdapat juga dua Grand Theory dalam etika bisnis, yaitu Deontologi dan Teleologi. Etika

deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Etika teleology menilai

baik buruknya tindakan diukur berdasarkan tujuan yang akan dicapai dengan tindakan itu atau

berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Dari sini timbullah etika utilitarianisme

dimana prinsip ini mengutamakan manfaat atau kegunaan dari suatu tindakan sebagai hasil dari

sebuah keputusan.

Dalam kasus Perusahaan Garmen ini tentu saja terlihat bahwa Perusahaan menganut

Deontologi, karena dari hasil keputusan yang diambil perusahaan ini bahwa lebih baik

mementingkan keuntunganya semata dengan menyuling terhadap solar yang berasal dari

pertambangan rakyat di bojonegoro, lalu memjualnya ke konsumen dengan “mencucinya”

terlebih dahulu sehingga minyak tanah tersebut mirip seperti minyak tanah non subsidi dari

Petronas.. Perusahaan ini juga mengabaikan tanggung jawabnya terhadap 14 relasi bisnis

perusahaan terutama kepada investor, konsumen dan Negara. Akibatnya ada pihak-pihak yang

dirugikan.

Page 4: Kasus Petronas

1.3 Middle Theory

Teori keadilan terdiri dari tiga macam yaitu :

a. Teori keadilan Legal : menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat

dengan Negara.

Dalam kasus ini, tentu saja perusahaan telah bertindak kurang etis tanpa memetingkan

posisinya sebagia supplier resmi dari Petronas. Selain itu perusahaan juga telah merugikan

Negara, seperti yang kita tahu bahwa Petronas adalah Perusahaan dari Malaysia, yang

menyebabkan secara tidak langsung merugikan nama baik NKRI.

b. Teori keadilan komutatif : Keadilan yang mengatur hubungan yang ada diantara warga

Negara yang satu dengan yang lain.

Di kasus ini, hubungan antara warga Negara sangat tidak adil. Dimana perusahaan Rahswa

kurang mementingkan hubungan dari 14 relasi bisnisnya terutama investor yang terkait.

Yang seharunya mereka mendapatkan supplie minyak dari Petronas, namun mereka

berbuang curang dengan membelinya dari pertambangan yang tidak memenuhi kualitas

Petronas, kemudia minyak tersebut disulling sehingga mirip dengan mnyak dari petronas,

dan parahnya mereka menjual minyak tersebut dengan lisensi dari Petronas, sehingga

harganya pun sama, padahal kulitas minyakna tidak berstandar Petronas. Cara mereka dinilai

tidak etis karena merugikan investor dan Petronas yang citra baik perusahaan tersebut

tercoreng dalam dunia perminyakan.

c. Teori keadilan distributif : Menyangkut pembagian kekayaan atau ekonomi berdasarkan jasa

setiap orang dalam menunjang tercapainya tujuan Negara.

Dalam kasus ini, untuk membagian kekayaan dari hasil dilakukan dengan tidak adil, karena

jelas pemerintah merugi, baik dari segi ekonomi dan nama baik Negara. Selain itu juga

pastinya Petronas juga sangat merugi, karena perusahaan tersebut menjual Minyak hasil

peyulingan atas nama Lisesnsi dari Petronas. Sayangnya, besar kerugian yang ditanggung

oleh Permerintah dan dari Petronas tidak diblow up ke public.

1.4 Prinsip dan Etika Bisnis

a. Prinsip Otonom pada intinya adalah sebuah prinsip yang berdasarkan kepada sikap manusia

untuk bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk

dilakukan. Dalam kasus ini, Perusahaan tidak mengindahkan prinsip otonom karena

Perusahaan Rashwa tidak bertindak secara baik, mereka tidak sadar jika dengan melakukan

penyulingan seperti itu akan merrugikan 14 Relasi bisnisnya terutama Petronas yang

menunjuknya sebagai supplier resmi dari minyak Petronas

Page 5: Kasus Petronas

b. Prinsip Kejujuran pada dasarnya merupakan syarat-syarat wajib dalam perjanjian kontrak

dimana didasarkan atas nilai kepercayaan dari kedua belah pihak atau lebih. Pada kasus ini

jelas dipaparkan bahwa Perusahaan Rashwa tidak menjunjung tinggi prinsip kejujuran ini

dilihat dari dilkukannya proses “pencucian”solar yang dibelinya dari pertambangan rakyat

kemudian solar itu disulling sehingga menjadi minyak tanah dengan menyerupai minyak

tanah dari Petronas kemudian dijual ke pangkalan minyak tanah di kawasan Perak.

Sedangkan hasil endapan yang kurang bersih juga dijual dengan diaku sebagai solar juga di

kawasan Perak. Dan minyak tersebut dijual kembali dengan harga Rp 7.800 / liter

c. Prinsip Keadilan dimana setiap orang diperlakukan sama sesuai dengan aturan adil dan

sesuai criteria rasional yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam kasus ini adil

bukanlah dinilai sama besar tetapi sesuatu yang dirasa yang harus diberikan kepada semua

pihak. Keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dengan menjual minyak tanah yang

berates namakan lisesnsi dari Petronas yang dijual ke beberapa pangkalan minyak hanya

untuk keuntungans emata, yang pada akhirnya mencoreng nama baik Petronas karena

dinilai minyak tersebut tidak memenuhi standar atau bisa dikatanya minyaknya tidak

memiliki kualitas minyak yang baik.

d. Prinsip saling menguntungkan adalah aktivitas yang dijalankan perusahaan harus saling

menguntungkan semua pihak baik eksternal maupun internal, penerapan pada kasus ini,

Perusahaan Rahswa tidak mengindahkan prinsip saling menguntungkan karena investor dan

Negara merasa dirugikan secara ekonomi dan financial.

e. Prinsip Integritas Moral merupakan suatu cara pihak untuk menjaga perilaku (moral) dalam

menjalankan aktivitasnya demi menjaga nama baik perusahaan maupun pribadi. Jelas

dikasus ini perusahaan tidak menjaga nama baiknya ini terlihat dari kurang diperhatikannya

tanggung jawab perusahaan untuk menjaga nama baik dari Petronas, seperti kita tahu

bahwa perusahaan ini merupaka Perusahaan yang di tunjuk resmi sebagai supplier minya

dari Petronas yang berada di Malaysia.

f. Prinsip Non Intervention adalah prinsip untuk tidak ikut campur tangan. Dari kasus ini

pemerintah tidak menggunakan prinsip non intervention karena pemerintah ikut terlibat

dalam membuka praktek illegal ini, dmana praktek ini telah dilakuan oleh Perusahaan

Rashwa kurang lebih 1 tahun.

Page 6: Kasus Petronas

1.5 Bisnis Dalam Konteks Moral

Moral merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan sadar dan tahu mengenai

konsekuensi dari tindakannya. Perusahaan tidak mengindahkan moralitas dalam bisnisnya

bermula dari kecurangan mereka dalam membeli minyak tanah dan solar mentah dari

pertambangan rakyat di Bojonegoro seharga Rp 2.000 kemudian mereka “cuci” atau disuling.

Solar dimasukkan kedalam tong dan dibersihkan menggunakan cairan pembersih (hipo) dan

cairan pembening (bleaching). Setelah didiamkan dan mengendap, hasilnya kemudian

dipindahkan ke tangki. Dan dari tangki, minyak tanah palsu itu kemudian di masukkan ke mobil

tangki kapasitas 5.000 liter. Parahnya distribusi yang dilakukan oleh perusahaan ini dengan

mengatas namakan atau berlisensi dari Petronas. Pendistribusiannya, minyak tanah tersebut

lalu diedarkan dan dijual ke pangkalan minyak tanah di kawasan Perak. Sedangkan hasil

endapan yang kurang bersih juga dijual dengan diaku sebagai solar juga di kawasan Perak. Dan

minyak tersebut dijual kembali dengan harga Rp 7.800 / liter. Mereka menjualnya sama dengan

menjaul minyak dari Petronas yang asli. Perusahaan ini jelas telah merugikan pihak Petronas

dan mereka telah melanggar etika. Padahal ini telah di atur pada UU No. 8 Tahun 1995 Tentang

Pasar Modal dimana setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung:

Pasal 90 (a) : menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau

cara apa pun

Pasal 90 (c) : membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak

mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak

menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat

dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk

diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain

untuk membeli atau menjual Efek.

Dari Pemaparan Undang-Undang di atas maka Perusahaan tersebut tidak mengindahkan

tanggung jawabnya terhadap Petronas,Dalam Undang-Undang yang sama pula dijelaskan

bahwa Petronas dalam hal ini dilindungi :

Pasal 4 : Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan mewujudkan terciptanya

kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi

kepentingan pemodal dan masyarakat.

Page 7: Kasus Petronas

Pada Kasus ini, jelas terbahaskan bahwa perusahaan Rashwa ini telah melakukan

pembohongan public baik kepada masyarakat dalam hal ini adalah konsumen dan terutama

kepada Petronas yang telah mempercayai PT. Rahswa ini sebagai supplier resmi dari Petronas.

kminyak yang berlisensi dari Petronas, padahal minya tersebut adalah hasil penyulingan dari

pertambagan minya di Bojonegero. Hal ini sudah di atur dalam UU No 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan.

Pasal 2 (1) : Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap

pengguna Informasi Publik

Pasal 2 (3) : Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi

publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.

Kecurangan yang dilakukan dengan merubah atau “mencuci” minyak dan solar yang

dibeli dari pertambangan rakyat sebesar Rp. 2000 kemudia mereka suling sehingga menyerupai

minyak yang dimiliki oleh Petronas dan dijual seperti harga dari Petronas yaitu Rp 7800/liter

padahal minyak yang dihasilkan atau yang disuling tidak memenuhi kualitas dari Petronas.

Karena kebohongan publik atau ketidak jujuran yang dilakukan maka mereka dapat dikenakan

sanski sesuai dengan UU No 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan

Pasal 52 : Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan,

dan/atau tidak menerbitkan Informasi Publik berupa Informasi Publik secara

berkala, Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta-merta,

Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau Informasi Publik

yang harus diberikan atas dasar permintaan sesuai dengan Undang Undang

ini, dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain dikenakan pidana kurungan

paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Pasal 55 : Setiap Orang yang dengan sengaja membuat Informasi Publik yang tidak

benar atau menyesatkan dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Perusahaan ini jelas tidak mengindahkan tanggung jawab moralnya baik kepada konsumen

maupun kepada Petronas. Kedua perusahaan ini telah melakukan kontrak dalam pasar modal.

Dalam kasus ini pihak Rashwa telah melanggar PP No. 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Di Pasar Modal

Pasal 64 : Sanksi denda, selain sanksi denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63,

pada Pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 paling banyak

Page 8: Kasus Petronas

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) bagi orang perseorangan dan paling

banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi Pihak yang bukan

orang perseorangan, yang melanggar peraturan perundang-undangan di

bidang Pasar Modal.

1.6 Kode Etik

Ciri-ciriprofesi, yang sekaligus diandaikan dimiliki oleh orang – orang yang professional. Ciri – ciri

ini bersifat umum dan terutama terkait dengan pengertian profesi tersebut :

1. Adanya keahlian dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh sekelompok orang yang

professional untuk bisa menjalankan pekerjaanya dengan baik

Dalam kasus ini, pihak perusahaan Rashwa tidak mempunyai keahlian khusus untuk

mengelola minyak, tapi mereka memaksakan dengan menyuling minyak dari pihak lain

selain itu mereka menjualnya dengan lisesnsi dari Petronas guna untuk mendukung

usahanya. Mereka juga telah membohongi Publik terlebih lagi konsumsen yang biasayanya

membeli minyak dari Petronas. Konsumen tidak dilindungi haknya untuk mendapatkan

produk yang aman dari Petronas. Padahal ini di atur dalam UU No 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen dimana

Pasal 3 (d) : Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi

serta akses untuk mendapatkan informasi.

Pasal 3 (e) : Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha

Pasal 3 (f) : Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

2. Adanya komitmen moral yang tinggi.

Komitmen moral ini biasanya dituangkan , khususnya untuk profesi luhur , dalam bentuk

aturan khusus yang menjadi pegangangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang

bersangkutan. Dalam kasus ini,telah dipaparkan bahwa perusahaan tidak bisa berlaku etis

dalam tanggung jawabnya menajalankan bisnis yang beretika dan bermoral. Peraturan

Menteri Perindustrian RI Tentang Kode Etik Pelayanan Publik Tahun 2010

Page 9: Kasus Petronas

Pasal 7 (k) : Melakukan kegiatan sendiri dan atau bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan atau orang lain dalam lingkup tugasnya dengan tujuan

untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung

atau tidak langsung merugikan Negara.

Pasal 7 (b) : Melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian masyarakat.

Pada hal ini, jelas telah dipaparkan dalam Midsetnya bahwa perusahaan hanya memetingkan

keuntungan pribadi dengan merugikan konsumen dari Petronas. Padahal sudah di atur dalam

Peraturan tersebut maka Perusahaan Rashwan ini akan mendapatkan sanski.

Pasal 15 (2) : Sanksi moral berupa kewajiban untuk mengajukan permonan maaf secara

lisan dan atau tertulis atau pernyataan penyesalan yang disampaikan secara

terbuka.

1.7 Good Ethical Good Business

Dalam kasus ini perusahaan sudah tidak bersikap etis dalam menjalankan bisnisnya bukan

hanya ia mencoreng nama perusahaan tetapi juga nama perusahaan asing yaitu Petronas.

Perusahaan ini dikatakan tidak etis karena sudah banyak melakukan penyimpangan terhadap 14

relasi bisnisnya, mindset yang digunakan dalam kasus ini adalah pragmatism realisme yang

dimana perusahaan hanya mementingkan keuntungannya saja dalam melakukan bisnis tanpa

memikirkan keadilan apa lagi prinsip. Melihat dari tindakannya tersebut perusahaan tersebut

sudah tidak bermoral dengan melakukan pengoplosan minyak apa lagi perusahaan tersebut

dapat dikatakan good ethics dalam melakukan bisnisnya.

1.8 Tanggung Jawab Moral Perusahaan

1. Syarat pertama bagi tanggungjawab moral atas suatu tindakan adalah tindakan tersebut

dijalankan oleh pribadi yang rasional, pribadi yang kemampuan akal budinya sudah matang

sehingga pribadi itu paham betul dengan apa yang dilakukannya.

Pada kasus tersebut, pemilik dari PT Rashwa Getra Nirwana melakukan tindakannya secara

sadar dan tahu karena kesadaran akan konsekuensinya, tetapi tidak di iringi dengan

pengetahuan apakah tindakan tersebut baik atau buruk untuk dilakukan secara moral. Maka

pemilik dari perusahaan tersebut mempunyai tanggung jawab moral atas tindakannya

karena perusahaan tersebut telah melakukan kecurangan dalam bertindak dan pemiliknya

pun bukan termasuk pribadi yang rasional dan belum memiliki kemampuan akal budi yang

matang untuk memahami betul apa yang dilakukannya.

Page 10: Kasus Petronas

2. Tanggungjawab yang mengandaikan adanya tanggungjawab yang relevan dan dituntut atas

tindakannya, apabila tindakannya dilakukan secara bebas berarti orang tersebut melakukan

tindakan itu bukan dalam keadaan terpaksa atau dipaksa melainkan secara bebas dan

sukarela. Jadi, apabila sesorang melakukannya secara terpaksa atau dipaksa maka tidak

dapat dituntut bertanggungjawab atas tindakannya tersebut. Karena tidak relevan bagi kita

untuk menuntut tanggungjawab moral atas tindakannya.

Pada kasus tersebut, pemilik dari PT Rashwa Getra Nirwana melakukan tindakan

kecurangan tanpa melalui paksaan dari pihak manapun, tindakan tersebut ia lakukan secara

bebas dan sukarela, oleh karena itu pemilik PT Rashwa Getra Nirwana dapat dituntut

tanggung jawab moral atas tindakannya.

3. Tanggungjawab yang mensyaratkan bahwa orang yang melakukan tindakan tertentu

memang mau melakukan tindakan tersebut. Ia sndiri mau dan bersedia melakukan

tindakannya tersebut. Syarat ini relevan dengan syarat kedua

Pada kasus tersebut, pemilik dari PT Rashwa Getra Nirwana sudah jelas mau dan bersedia

dengan sendirinya untuk melakukan tindak kecurangan pada perusahaan petronas, tanpa

menimbang alternative yang lebih beretika, pemilik perusahaan itu melakukan kecurangan

itu tanpa adanya pilihan lain yang lebih jujur, maka atas tindak kecurangannya itu pemilik PT

Rashwa Getra Nirwana dapat dituntut atas tanggung jawabnya.

1.9 Hak-Hak Konsumen

1. Konsumen berhak mendapat informasi yang lengkap tentang produk/jasa yang ditawarkan

dalam pasar.

Pada kasus tersebut, konsumen jelas tidak mengetahui informasi yang lengkap tentang

produk yang ditawarkan perusahaan, konsumen hanya mengetahui bahwa produk yang di

produksi supplier dari perusahaan Petronas itu adalah solar dan minyak tanah mentah yang

disuling menjadi minyak tanah.

2. Konsumen berhak mengkonsumsi barang/jasa yang aman.

Pada kasus tersebut, kecurangan pemilik PT Rashwa Getra Nirwana mengoplos solar

menjadi minyak tanah sudah tidak mengindahkan hak konsumen untuk mengkonsumsi

barang yang aman. Karena sudah jelas bahwa minyak tanah yang palsu dan solar tidak bukan

untuk dikonsumsi apa lagi minyak tanah palsu ini diedarkan ke berbagai pangkalan minyak.

3. Konsumen berhak mendapat pelayanan yang memadai baik selama maupun setelah

membeli produk.

Dalam kasus, Konsumen dari perusahaan tersebut menerima pelayanan yang baik oleh

perusahaan tetapi tidak dengan pelayanan yang memadai saat setelah membeli produk,

Page 11: Kasus Petronas

produk yang diterima pun jelas palsu dan konsumen secara tidak langsung tidak menerima

pelayanan yang baik setelah membeli produk tersebut.

1.10 Aspek etis dalam Bisnis Internasional

PT Rashwa Getra Nirwana melakukan investasi langsung dengan perusahaan petronas hal ini

disebut korporasi multinasional, maka PT Rashwa Getra Nirwana. Aspek etis dalam bisnis

internasional :

1. KMN tidak boleh dengan sengaja mengakibatkan kerugian langsung

Dalam kasus, jelas PT Rashwa Getra Nirwana secara sengaja mengakibatkan kerugian terhadap

konsumen dan investor karena kecurangan yang dilakukan pemiliknya.

2. KMN harus lebih memberikan manfaat daripada kerugian bagi Negara dimana mereka

beroperasi.

Dalam kasus, hal tersebut tidak diindahkan, malah sebaliknya PT Rashwa Getra Nirwana lebih

mengakibatkan kerugian daripada manfaat terhadap Negara dimana mereka beroperasi.

3. KMN tidak melanggar norma-norma etis, harus menghormati kebudayaan dan berkerjasama

bukan untuk menentangnya.

Dalam kasus, PT Rashwa Getra Nirwana sudah menentang kebudayaan local karena telah

melanggar norma-norma etis yang ada, dengan melakukan kecurangan untuk mementingkan diri

sendiri tanpa mementingkan 14 relasi bisnisnya.

Page 12: Kasus Petronas

BAB VPENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Saran