kasus fungsi

11
 BAB I PENDAHULUAN A. Lata r Bela kang  Negara Indonesia sebagai Negara kesatuan memiliki system pemerintahan Desent ralisasi, yaitu adanya pembagian kewenangan antara pusat dengan daerah. Adapun hal yang mendasari lahirnya system ini adalah sudah tidak populernya lagi system pemer intaha n sentralisasi. Pada system pemeri ntahan sentr alisasi, diman a semua kewena ngan adal ah ada pada pus at men gaki batk an banyak dae rah yang memiliki potensi tidak terjamah oleh pusat. Akibatnya, hanya daerah yang identik dekat dengan pusatlah yang akan maju, dalam hal ini adalah Jawa. arena hal inilah yang akhirnya melahirkan system pemerintahan Desentralisasi yang akhirnya melahirkan daerah!daerah otonom. "al ini sebagaimana dimaksud oleh ##D $%&' pasal $(. Daerah!daerah otonom ini membentuk pemerintahan sendiri didaerahnya dengan kewenangan penuh mengelola daerahnya, dan tentu saja tanpa melampaui kewenan gan!kewenangan yang seharu snya menja di kewenan gan pusat yang diantaranya adalah masalah pertahanan keamanan, politik luar negeri, peradilan, moneter dan )is*al serta agama. Dengan lahirnya daerah otonom, maka terbentuklah pemerintahan daerah yaitu adany a DP+D sebagai badan legis lati e sert a pemeri ntah daerah yang dalam hal ini adalah lembaga -ksekuti) y ang dipimpin oleh walikota at au Bupati yang mempunyai kewaji ban men gel ola daer ahny a. er eka ber wena ng unt uk membuat per aturan!  peraturan yang menyangkut kepentingan daerahnya.  Namun, ada perombakan mengenai )ungsi dan peran dari DP+D. DP+D dulu di tempat kan se bag ai bagi an dari pemer intah dae ra h tela h di pi sa h dan sudah dikembali kan pada )ungsi yan g ses ungg uhny a sehingga puny a keduduk an ya ng sederajat denga n pemeri nt ah daer ah sebagai badan ekse kut i) daer ah. Da lam melaksanakan )ungsi ini, DP+D mempunyai beberapa )ungsi, antara lain/ $. 0ungsi le gi sl as i 1. )ungsi anggaran 2. )ungsi pe ngawasan

Upload: danielle-martin

Post on 06-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai Negara kesatuan memiliki system pemerintahan Desentralisasi, yaitu adanya pembagian kewenangan antara pusat dengan daerah. Adapun hal yang mendasari lahirnya system ini adalah sudah tidak populernya lagi system pemerintahan sentralisasi. Pada system pemerintahan sentralisasi, dimana semua kewenangan adalah ada pada pusat mengakibatkan banyak daerah yang memiliki potensi tidak terjamah oleh pusat. Akibatnya, hanya daerah yang identik dekat dengan pusatlah yang akan maju, dalam hal ini adalah Jawa.

Karena hal inilah yang akhirnya melahirkan system pemerintahan Desentralisasi yang akhirnya melahirkan daerah-daerah otonom. Hal ini sebagaimana dimaksud oleh UUD 1945 pasal 18. Daerah-daerah otonom ini membentuk pemerintahan sendiri didaerahnya dengan kewenangan penuh mengelola daerahnya, dan tentu saja tanpa melampaui kewenangan-kewenangan yang seharusnya menjadi kewenangan pusat yang diantaranya adalah masalah pertahanan keamanan, politik luar negeri, peradilan, moneter dan fiscal serta agama.Dengan lahirnya daerah otonom, maka terbentuklah pemerintahan daerah yaitu adanya DPRD sebagai badan legislative serta pemerintah daerah yang dalam hal ini adalah lembaga Eksekutif yang dipimpin oleh walikota atau Bupati yang mempunyai kewajiban mengelola daerahnya. Mereka berwenang untuk membuat peraturan-peraturan yang menyangkut kepentingan daerahnya. Namun, ada perombakan mengenai fungsi dan peran dari DPRD. DPRD dulu ditempatkan sebagai bagian dari pemerintah daerah telah dipisah dan sudah dikembalikan pada fungsi yang sesungguhnya sehingga punya kedudukan yang sederajat dengan pemerintah daerah sebagai badan eksekutif daerah. Dalam melaksanakan fungsi ini, DPRD mempunyai beberapa fungsi, antara lain:1. Fungsi legislasi

2. fungsi anggaran

3. fungsi pengawasan

dalam makalah ini akan kami bicarakan mengenai DPRD sebagai fungsi pengawasan terhadap jalannya pemerintahan di daerahB. Identifikasi Masalah1. Pemkot Malang dan PT Djarum Malang mengadakan perjanjian kerjasama (PKS) reklame pada 19 Juni 2006, dimana PT Djarum mendapat izin pemasangan papan reklame design neon box ukuran 1x2 meter di sepanjang jalan protokol Kota Malang sejumlah 84 titik.

2. PT Djarum melakukan pembangunan median jalan setinggi 50cm dengan lebar 50 cm di sepanjang titik branding sebagai kompensasi dengan nilai RP 1,6 M dengan biaya perawatan senilai Rp 300 juta tiap tahunnya.

3. Masa berlaku PKS tersebut selama 3 tahun dan dapat diperpanjang lagi.

4. DPRD mengemukakan keberatannya terhadap keberadaan papan-papan reklame tersebut yang dianggap mengganggu keamanan pengguna jalan sepanjang titik branding dan menimbulkan kesan lingkungan kota menjadi tidak sedap di pandang. Menurut DPRD, eksekutif tidak melakukan kajian yuridis dan kajian lapangan lebih rinci sebelum memberikan izin pemasangan papan reklame.

5. DPRD menduga PKS tersebut melanggar pasal 26C PP No. 6 tahun 2006 tentang Penggunaan Aset Negara dimana kompensasi seharusnya dalam bentuk uaang tunai untuk dimasukkan dalam kas daerah, bukan dalam bentuk pelaksanaan pembangunan yang seharusnya ditenderkan tersebut.

6. Muncul kekhawatiran adanya dobel anggaran dalam APBD tahun 2006 karena Pemkot Malang juga menganggarkan pembangunan median jalan di sepanjang titik branding PT Djarum.

C. Rumusan MasalahDari uraian diatas dapat ditarik suatu permasalahan mengenai:

1. Bagaimana fungsi dari DPRD sebagai Lembaga yang mempunyai kewenangan pengawasan terhadap kinerja lembaga Eksekutif

2. Apakah dibenarkan jika Pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan pihak III yang dalam hal ini menyangkut kepentingan daerah serta masyarakatnya tanpa melibatkan DPRD (kasus Perjanjian Kerja Sama antara pemkot malang dengan PT. Djarum dalam pemasangan papan iklan)D. TujuanTujuan dari adanya makalah ini adalah 1. Untuk mengetahui fungsi pengawasan dari DPRD terhadap kinerja Pemerintah daerah sebagai lembaga eksekutif2. Untuk mengetahui apakah pemerintah daerah dibenarkan jika melakukan kerjasama dengan pihak III yang dalam hal ini menyangkut kepentingan daerah serta masyarakatnya tanpa melibatkan DPRD

BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi dari DPRD sebagai Lembaga yang mempunyai kewenangan pengawasan terhadap kinerja lembaga EksekutifSistem desentralisasi ini menghendaki adanya peningkatan terhadap daerah-daerah karena dikelola sendiri oleh orang-orang yang mengetahui apa kebutuhan masing-masing. Tetapi dalam system ini ternyata juga mempunyai dampak negative, diantaranya adalah tampilnya kepala daerah sebagai raja-raja kecil di daerah karena luasnya wewenang yang dimiliki, serta tidak jelasnya hubungan hierarkis dengan pemerintahan diatasnya. Disamping itu, dengan dimilikinya wewenang yang luas dalam pengelolaan kekayaan dan keuangan daerah, terbuka peluang untuk tumbuhnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) didaerah-daerah.(Abdullah, Rozali, 2005:3)

Oleh karena itu, dalam system desentralisasi fungsi dari DPRD dikembalikan sebagai fungsinya yang sebenarnya, yang mempunyai kedudukan yang sama dalam pemerintahan didaerah. DPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di daerah memiliki tiga fungsi, yaitu antara lain:1. fungsi Legislasi, yaitu membentuk peraturan didaerah

2. Fungsi anggaran, yaitu menetapkan anggaran3. Fungsi Pengawasan, yaitu melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan.

Dalam perannya sebagai fungsi pengawasan didaerah, DPRD berwenang:

1. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah.

2. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dari kepala daerah

3. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah

melihat fungsi dari DPRD sebagai lembaga pengawasan terhadap kinerja dari pemerintah daerah tersebut, maka DPRD secara otomatis berhak untuk ikut serta dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang tentu saja berhubungan dengan kemajuan daerah serta masyarakatnya.

Selain itu, DPRD juga mempunyai beberapa hak yang mendukung DPRD sebagai fungsi pengawasan pmerintahan di daerah, antara lain adalah:

1. hak Interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis, yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.2. Hak angket, yaitu pelaksanaan fungsi pengawasan dari DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan tertentu kepala daerah, yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan Negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.3. hak menyatakan pendapat dari DPRD, yaitu hak untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa, yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.Hal-hal diatas dilakukan dalam hal menciptakan check and balances dalam suatu pemerintahan agar tidak terjadi tumpang tindih kekuasaan serta tidak ada otoritas yang berlebihan yang nantinya akan menciptakan pemerintahan yang otoriter didaerah. Selain pengawasan dari legislatif, pangkal dari pengawasan sebenarnya adalah ada pada masyarakat didaerah tersebut. Masyarakat dituntut lebih aktif dalam melakukan fungsi pengawasannya terhadap kinerja pemerintah dan tidak serta merta menerima setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ini berguna agar pemerintah dalam setiap mengeluarkan kebijakan selalu berguna dan sesuai denga aspirasi dan keinginan rakyatnya sehingga pemerintahan akan berjalan dengan ideal. 2. Apakah dibenarkan jika Pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan pihak III yang dalam hal ini menyangkut kepentingan daerah serta masyarakatnya tanpa melibatkan DPRD (kasus Perjanjian Kerja Sama antara pemkot malang dengan PT. Djarum dalam pemasangan papan iklan)

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat melaksanakan kerjasama dengan daerah lain serta dengan pihak ketiga yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas, pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. Kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk suatu Badan Kerjasama yang diatur dengan keputusan bersama. Apabila kerjasama ini membebani daerah dan masyarakat, harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari DPRD. PKS antara Pemerintah Kota Malang dengan PT. Djarum yang disepakati pada bulan Juni tersebut berisikan tentang pengajuan branding mengundang banyak tanda tanya. Pembayaran kompensasi oleh pihak ketiga seharusnya dalam bentuk uang tunai untuk dimasukkan ke dalam kas daerah. Sebagaimana yang ada dalam pasal 26C PP No. 26 tahun 2006 tentang Penggunaan Aset Negara. Kemudian uang hasil pembayaran kompensasi tersebut disusun lagi dalam APBD untuk disalurkan bagi infrastruktur daerah, termasuk pembanguna median jalan dan disalurkan ke pos-pos anggaran lainnya yang lebih dibutuhkan daerah.

Kemudian mengenai pembangunan median jalan, seharusnya melalui proses tender oleh Pemkot Malang, dan tidak dapat langsung diambil alih oleh pihak ketiga itu sendiri. Apalagi mengingat pihak ketiga tersebut, PT Djarum, merupakan badan hukum dengan orientasi laba yang berharap dapat mendapat lahan pemasaran produk mereka pada masyarakat melalui PKS ini, dan tentu saja aspek kesejahteraan publik sangat disampingkan di sini. Dalam kasus ini, Pemkot Malang tidak meminta persetujuan DPRD dalam pembentukan dan kesepakatan yang dibuatnya dengan PT Djarum. Pemasangan papan-papan reklame di sepanjang jalan protokol tersebut dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan karena terlalu dekat dengan ruas jalan, serta adanya jaring-jaring di sekeliling papan reklame yang dapat membahayakan pengguna kendaraan bermotor. Selain itu, dianggap tidak sesuai dengan tata kota karena jarak yang terlalu berdekatan antara papan reklame yang satu dengan yang lainnya menimbulkan kesan kumuh dan semrawut.Dana pembangunan median jalan sebesar Rp 1,6 M dianggap tidak rasional, apalagi setelah melalui perhitungan teknis oleh DPRD ditemui bahwa pembangunan median sepanjang jalan yang menjadi titik-titik branding hanya membutuhkan biaya RP 500 juta. Diduga Pemkot Malang telah melakukan penganggaran ganda dalam rancangan anggaran biaya (RAB). Jika kita lihat lebih lanjut mengenai penjanjian ini, maka terdapat suatu indikasi tindak pidana korupsi dikalangan Pemerintah Kota Malang, ini merupakan asumsi pribadi dari kami. Hal ini didasarkan pada logika kami, bahwa nilai dari Kompensasi yang berupa pembangunan ini adalah senilai 1,6 miliar dari yang seharusnya dibayarkan PT. Djarum yaitu sebesar 3 miliar. Yang akan jadi pertanyaan adalah kemanakah sisa dari kompensasi yang seharusnya dibayarkan oleh PT. Djarum kepada pemerintah Kota Malang? Ataukah mengkin PT. Djarum tidak memenuhi pembayaran kompensasi yang telah ditetapkan dalam PKS. Namun sekali lagi kita tidak akan membicarakan mengenai hal ini. Yang akan kami bicarakan adalah mengenai kerja sama yang dilakukan yang tidak melibatkan DPRD kota Malang, karena ternyata DPRD Kota Malang melakukan Gugatan atas PKS ini.

Sehubungan dengan fungsi pengawasan dari DPRD serta hak-hak yang melekat pada DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan tidak digunakan sehingga dapat dikatakan Pemerintah Kota Malang melakukan perjanjian kerja sama tanpa melibatkan DPRD sebagai lembaga yang berhak ikut serta dalam hal menentukan kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis, yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. DPRD dapat menolak jika bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Perjanjian kerja sama ini kami anggap merupakan hal berpengaruh pada Kota Malang, sebab dengan nilai kompensasi yang sebesar ini akan mampu menambah kas daerah. APBD pun akan bisa ditingkatkan, sehingga pembangunan sarana dan prasarana di kota Malang khususnya akan meningkat yang nantinya juga akan berpengaruh pada peningkatan pelayanan public serta kesejahteraan masyarakat didaerah.Oleh sebab itu, dengan tidak diikutsertakannya DPRD sebagai lembaga yang mempunyai hak-hak pengawasan serta sebagai badan yang bisa memberikan pertimbangan atas kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah, pemerintah daerah tidak melaksanakan chek and balances diantara mereka. dengan demikian fungsi dari DPRD sebagai pengawasan atas kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah tidak dilaksanakan secara optimal.Seharusnya, dalam menjalankan setiap kebijakan yang menyangkut kepentingan didaerah, kepala daerah harus meminta pertimbangan DPRD serta memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari kasus ini dapat kita ketahui bahwa Pemerintah Kota Malang telah melakukan pelanggaran atas peran dan fungsinya, serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu pelanggaran atas PP Nomor 6 tahun 2006 tentang Penggunaan Aset Negara khususnya pada pasal 26c.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

dari beberapa pemaparan diatas dapat kami simpulkan beberapa hal dalam pelaksanaan pemerintahan didaerah dalam system desentralisasi, antara lain adalah:

1. DPRD dikembalikan fungsinya sebaga badan legislative yang berdiri sendiri dan bukan merupakan bagian dari pemerintah didaerah2. Dalam menciptakan check and balances didaerah, maka DPRD memiliki fungsi pengawas terhadap kinerja eksekutif didaerah sehingga dalam mengeluarkan kebijakan yang menyangkut kepentingan daerah dan berpengaruh terhadap masyerakat didaerahnya, kedua lembaga ini harus saling bekerja sama.

3. Pada perjanjian kerja sama antara Pemerintah kota Malang dengan PT. Djarum, pemerintah kota malang telah melanggar ketentuan PP nomor 6 tahun 2006 tentang Penggunaan Aset Negara pasal 26c serta tidak mengikutsertakan DPRD dalam fungsi pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah.

B. Rekomendasi1. Dalam menentukan suatu kebijakan yang berpengaruh terhadap daerah serta masyarakat, hendaknya pemerintah daerah serta merta melibatkan DPRD dalam fungsinya sebagai pengawas

2. Agar DPRD lebih aktif dan mengoptimalkan fungsi pengawasan yang melekat padanya, sehingga terjadi keharmonisan dalam menjalankan roda pemerintahan didaerah3. Masyarakat juga harus lebih aktif mengontrol kinerja dari pemerintahan didaerah dengan aktif mengaspirasikan ide demi kemajuan daerah

ANALISIS TERHADAP FUNGSI PENGAWASAN DPRD TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DI DAERAH(Studi Kasus Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pemerintah Kota Malang dengan PT. Djarum)

Disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur II

Mata Kuliah Hukum Administrasi (B)

Oleh:

Haris Warsita AK

0310100121

Riecki Amanda

0310103144

Indra Novianto

0310100141

Yuyun N

0310103189

Eka Wulandari

0310103055Ardiyano L

0010103015

Cecilia Bhekti K

0310103028

Inggi Putra

0310100143

Achmad Mutasyam

0310103008

Andriditya Satriya

0510113022

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2006