kasus freeport mata kuliah kewarganegaraan

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Seluruh pulau di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, memiliki kekayaan masing-masing. Salah satunya adalah Papua. Papua, wilayah Indonesia bagian timur yang kaya akan barang tambang, khususnya emas. Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 telah diatur pengelolaan kekayaan alam Indonesia. Sebagai konstitusi negara, sudah semestinya UUD 1945 diimplementasikan dengan baik dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi hingga saat ini pelaksanaan UUD 1945 belum sempurna, bahkan masih banyak yang menyimpang. Salah satunya adalah operasi PT Freeport yang melanggar implementasi UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Seperti kita ketahui, pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Pasal ini sudah mengatur dengan sangat jelas bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan

Upload: ain-hajawiyah

Post on 29-Nov-2015

238 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Seluruh pulau di

Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, memiliki kekayaan masing-masing.

Salah satunya adalah Papua. Papua, wilayah Indonesia bagian timur yang kaya

akan barang tambang, khususnya emas.

Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 telah diatur pengelolaan kekayaan alam

Indonesia. Sebagai konstitusi negara, sudah semestinya UUD 1945

diimplementasikan dengan baik dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan

bernegara. Tetapi hingga saat ini pelaksanaan UUD 1945 belum sempurna,

bahkan masih banyak yang menyimpang. Salah satunya adalah operasi PT

Freeport yang melanggar implementasi UUD 1945 pasal 33 ayat 3.

Seperti kita ketahui, pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal ini sudah

mengatur dengan sangat jelas bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan,

penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan

hukumnya ada pada negara. Penafsiran dari kalimat "dikuasai oleh negara" dalam

ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi terutama dalam

bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta

memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan

mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1.2. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, penulis membatasi masalah pada penyelewenyan

aplikasi UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 yaitu pada kasus PT Freeport.

1.3. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk:

Page 2: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

1. Mengetahui permasalahan pengelolaan sumber daya alam Indonesia,

khususnya tambang emas di Papua

2. Menganalisis pelanggaran UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dalam pengelolaan

tambang emas di Papua

3. Memberikan sumbangsih pemikiran dan saran dalam permasalahan

pengelolaan kekayaan alam Indonesia

1.4. Manfaat

Setelah melakukan studi kasus ini, manfaat yang kami dapatkan adalah:

1. Mengetahui permasalahan pengelolaan sumber daya alam Indonesia,

khususnya tambang emas di Papua

2. Menganalisis pelanggaran UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dalam pengelolaan

tambang emas di Papua

3. Memberikan sumbangsih pemikiran dan saran dalam permasalahan

pengelolaan kekayaan alam Indonesia

1.5. Metode Penelitian

Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode

studi pustaka yaitu dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik

atau masalah yang diteliti.

BAB II

ISI

2.1. Landasan Teori

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi negara Republik Indonesia

yang berkedudukan sebagai Hukum Dasar Tertulis yang mengatur kehidupan

bangsa Indonesia di seluruh aspek, politik, ekonomi, social, budaya,

pertahanan, keamanan. UUD 1945 berfungsi untuk mengatur bagaimana

kekuasaan negara disusun, dibagi dan dilaksanakan serta menentukan dengan

Page 3: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

jelas apa yang menjadi hak dan kewajiban negara, aparat negara dan warga

negara.

Batang tubuh UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen, tetapi

pembukaannya masih tetap sama seperti awal pertama kali di buat. Pasal-pasal

dalam UUD 1945 jelas harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Oleh Karena itu, penulis akan memaparkan penjelasan dari salah

satu pasal UUD 1945, khususnya pasal 33 yang akan digunakan untuk

menganalisis kasus dalam karya tulis ini.

Penjelasan isi UUD 1945 Pasal 33 ayat 3

Bunyi Pasal 33 UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-

undang

Pada awalnya pasal ini hanya terdiri atas 3 ayat, yaitu ayat I sampai dengan ayat

III. Pada amandemen ke-4 tanggal 11 Agustus 2002 ditambahkan ayat IV danV

sehingga bunyinya menjadi seperti diatas.

Penjelasan pasal 33 menyebutkan bahwa "dalam pasal 33 tercantum dasar

demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan

atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat-lah yang

Page 4: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang". Selanjutnya dikatakan bahwa

"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok

kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".

Sehingga, sebenarnya secara tegas Pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya,

melarang adanya penguasaan sumber daya alam ditangan orang-seorang. Dengan kata

lain monopoli, oligopoli maupun praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber

daya alam adalah bertentangan dengan prinsip pasal 33.Kemudian Hak Negara

menguasai sumber daya alam dijabarkan lebih jauh -setidaknya-- dalam 11 undang-

undang yang mengatur sektor-sektor khusus yang memberi kewenangan luas bagi

negara untuk mengatur dan menyelenggarakan penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan sumber daya alam serta mengatur hubungan hukumnya. Prinsip ini

tertuang dalam:

1. UU Pokok Agraria No. 5 tahun 1960

2. UU Pokok Kehutanan No. 5 tahun 1967

3. UU Pokok Pertambangan No. 11 tahun 1967

4. UU Landasan Kontinen No. 1 tahun 1973

5. UU No. 11 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Pengairan

6. UU No. 13 tahun 1974 tahun 1980 tentang Jalan

7. UU No. 20 tahun 1989 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan

Keamanan

8. UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup

9. UU No. 9 tahun 1985 tentang Ketentuan Pokok Perikanan

10. UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian

11. UU No. 5 tahun 1990 tentang Konserasi Sumberdaya Hayati

Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan

dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga dapat

Page 5: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

disimpulkan bahwa monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada

negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa perekonomian indonesia akan ditopang oleh

3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan

swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme

pasar, serta intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan

(Indrawati,1995). Penafsiran dari kalimat "dikuasai oleh negara" dalam ayat (2) dan

(3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan

untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar

perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas masyarakat dan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jiwa pasal 33 berlandaskan semangat sosial, yang menempatkan penguasaan

barang untuk kepentingan publik (seperti sumber daya alam) pada negara. Pengaturan

ini berdasarkan anggapan bahwa pemerintah adalah pemegang mandat untuk

melaksanakan kehidupan kenegaraan di Indonesia. Untuk itu, pemegang mandat ini

seharusnya punya legitimasi yang sah dan ada yang mengontrol tidak tanduknya,

apakah sudah menjalankan pemerintahan yang jujur dan adil, dapat dipercaya

(accountable), dan tranparan (good governance).

Arti Pasal 33 menurut BPUPKI

Panitia Keuangan dan Perekonomian bentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Mohammad Hatta

merumuskan pengertian dikuasai oleh negara adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah harus menjadi pengawas dan pengatur dengan berpedoman

keselamatan rakyat

2. Semakin besarnya perusahaan dan semakin banyaknya jumlah orang yang

menggantungkan dasar hidupnya karena semakin besar mestinya pesertaan

pemerintah

Page 6: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

3. Tanah haruslah berada di bawah kekuasaan negara

4. Perusahaan tambang yang besar harus dijalankan sebagai usaha negara

Arti Pasal 33 menurut Mahkamah Konstitusi

Penafsiran mengenai konsep penguasaan negara di Pasal 33 UUD 1945 juga dapat

dilihat dalam Putusan MK mengenai kasus-kasus pengujian undang-undang terkait

dengan sumber daya alam. Mahkamah dalam pertimbangan hukum Putusan Perkara

UU Migas, UU Ketenagalistrikan, dan UU Sumber Daya Air (UU SDA) menafsirkan

mengenai “hak menguasai negara (HMN)” bukan dalam makna negara memiliki,

tetapi dalam pengertian bahwa negara hanya merumuskan kebijakan (beleid),

melakukan pengaturan (regelendaad), melakukan pengurusan (bestuursdaad),

melakukan pengelolaan (beheersdaad), dan melakukan pengawasan

(toezichthoundendaad).

2.2. Pemaparan Kasus

2.2.1 Kasus

a. Sekilas tentang Freeport

Freeport mengelola tambang terbesar dunia di berbagai negara, termasuk 50%

cadangan emas di kepulauan Indonesia. Namun, hanya sebagian kecil

pendapatan yang masuk ke kas negara dibandingkan dengan miliaran US$

keuntungan yang diperoleh Freeport. Kehadiran Freeport pun tidak mampu

menyejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan, namun

berkontribusi sangat besar pada perkembangan perusahaan asing tersebut.

Pada tahun 1995 Freeport baru secara resmi mengakui menambang emas di

Papua. Sebelumnya sejak tahun 1973 hingga tahun 1994, Freeport mengaku

hanya sebagai penambang tembaga. Jumlah volume emas yang ditambang

selama 21 tahun tersebut tidak pernah diketahui publik, bahkan oleh orang Papua

sendiri. Panitia Kerja Freeport dan beberapa anggota DPR RI Komisi VII pun

mencurigai telah terjadi manipulasi dana atas potensi produksi emas Freeport.

Page 7: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

Mereka mencurigai jumlahnya lebih dari yang diperkirakan sebesar 2,16 hingga

2,5 miliar ton emas. DPR juga tidak percaya atas data kandungan konsentrat

yang diinformasikan sepihak oleh Freeport. Anggota DPR berkesimpulan bahwa

negara telah dirugikan selama lebih dari 30 tahun akibat tidak adanya

pengawasan yang serius. Bahkan Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak

dan Bea Cukai mengaku tidak tahu pasti berapa produksi Freeport berikut

penerimaannya

Ternyata ada kesalahan fatal dari dokumen yg dibuat geolog Belanda waktu

itu, disebutkan bahwa bukit2 mengandung emas hanya setinggi 100m. Setelah

diteliti oleh pihak Freeport, ternyata sekitar 400 m ke atas dan sampai 1 km ke

bawah tanah, bukit2 emas tersebut mengandung emas kualitas terbaik dunia!

Tapi mereka ngakunya perusahan mereka tu pertambangan tembaga. kemudian

digali lagi, dan ternyata di bawah LAPISAN EMAS, terdapat lapisan mineral

paling mahal dan paling dicari di dunia. URANIUM-bahan bakar nuklir.

.

Dampak yang ditimbulkan oleh PT Freeport adalah:

1. Kesenjangan ekonomi

Freeport menimbulkan pemiskinan dan penurunan kesejahteraan penduduk

setempat. Pemiskinan berlangsung di wilayah Mimika, yang penghasilannya

hanya sekitar $132/tahun, pada tahun 2005. Di wilayah operasi Freeport,

sebagian besar penduduk asli berada di bawah garis kemiskinan dan terpaksa

hidup mengais emas yang tersisa dari limbah Freeport.

2. Perusakan Lingkungan

Perusakan Lingkungan secara masiv akibat eksploitasi besar-besaran tanpa

mengindahkan keberlangsungan lingkungan jelas sangat merugikan Indonesia.

Pada 9 Oktober 2003, terjadi longsor di bagian selatan area tambang terbuka

Grasberg, menewaskan 13 orang karyawan Freeport. Walhi menyatakan bahwa

longsor terjadi akibat lemahnya kepedulian Freeport terhadap lingkungan.

Page 8: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

3. Pelanggaran HAM

Keberadaan Freeport juga menyisakan persoalan pelanggaran HAM yang

terkait dengan tindakan aparat keamanan Indonesia. Ratusan orang telah menjadi

korban pelanggaran HAM berat bahkan meninggal dunia tanpa kejelasan.

Hingga kini, tidak ada satu pun pelanggaran HAM yang ditindaklanjuti serius

oleh pemerintah bahkan terkesan diabaikan.

Freeport Indonesia dikabarkan telah melakukan penganiayaan terhadap para

penduduk setempat. Selain itu, pada tahun 2003 Freeport Indonesia mengaku

bahwa mereka telah membayar TNI untuk mengusir para penduduk setempat

dari wilayah mereka. Menurut laporan New York Times pada Desember 2005,

jumlah yang telah dibayarkan antara tahun 1998 dan 2004 mencapai hampir 20

juta dolar AS.

4. Berkembangnya berbagai macam penyakit

Timika bahkan menjadi tempat berkembangnya penyakit mematikan seperti

HIV/AIDS dan jumlah tertinggi penderita HIV/AIDS berada di Papua.

Pemiskinan di Papua

Kegiatan Freeport telah mencetak keuntungan finansial bagi perusahaan

tersebut namun tidak bagi masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan.

Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas,

perak, dan tembaga terbesar di dunia. Pendapatan utama Freeport adalah dari

operasi tambangnya di Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus 2009).

Setiap hari hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 225 ribu

ton bijih emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut

10 ton berjejer sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km).

Para petinggi Freeport mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang

besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika,

Papua. Keuntungan Freeport tidak melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar.

Page 9: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

Di sisi lain, negara pun mengalami kerugian karena keuntungan Freeport yang

masuk ke kas negara sangatlah kecil jika dibandingkan keuntungan total yang

dinikmati Freeport.

Keberadaan Freeport tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat Papua,

bahkan pembangunan di Papua dinilai gagal. Kegagalan pembangunan di Papua

dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di Kabupaten Mimika.

Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport berada, terdiri dari 35%

penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS mencatat sekitar 41

persen penduduk Papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi 60% penduduk

asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat di Provinsi

Papua, yang mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.

Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah warga asli Papua. Jadi

penduduk asli Papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya tinggal di

pegunungan tengah, wilayah Kontrak Karya Frepoort. Kepala Biro Pusat

Statistik propinsi Papua JA Djarot Soesanto, merelease data kemiskinan tahun

2006, bahwa setengah penduduk Papua miskin (47,99 %).

Di sisi lain, pendapatan pemerintah daerah Papua demikian bergantung pada

sektor pertambangan. Sejak tahun 1975-2002 sebanyak 50% lebih PDRB Papua

berasal dari pembayaran pajak, royalti dan bagi hasil sumberdaya alam tidak

terbarukan, termasuk perusahaan migas. Artinya ketergantungan pendapatan

daerah dari sektor ekstraktif akan menciptakan ketergantungan dan kerapuhan

yang kronik bagi wilayah Papua.

2.3. Analisis kasus dan solusi

2.3.2 Hubungan antara Freeport dan UUD 1945 Pasal 33 ayat 3

PASAL 33 yang berbunyi “Bumi, Air dan Kekayaan Alam yang Terkandung

di Dalamnya Dikuasai Oleh Negara”, diabaikan dengan sengaja, diantaranya adalah

Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia

dengan Freeport pada 1967, disamping penyelenggaraan proyek-proyek raksasa

pengerukan mineral bumi yang hanya menyisakan sedikit keuntungan untuk negara

Page 10: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

dan merusak lingkungan hayati sekelilingnya. Pemerintah mengabaikan efek negatif

tersebut.

Padahal pemimpin kita yang dahulu yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sejak

awal meyakini pasal 33 UU 1945 itu dapat memakmurkan dan mensejahterakan

rakyat. Karena, dengan menguasai sumber daya alam sendiri, maka kocek bangsa

menjadi gemuk, sehingga bisa bekerja banyak, memperbaiki peralatan TNI,

infrastruktur, pendidikan dan lain-lain. Sebaliknya pemerintah malah memberikan

kekayaan Negara kita kepada pihak asing untuk dikeruk habis kekayaanya sedangkan

negara hanya mendapat imbalan berupa pajak yang bernilai sangat kecil dibanding

keuntungan yang telah diraih. Sisi buruk lain, negara menerima kerusakan alam

dengan ditinggalkannnya daerah tambang-tambang, tanpa ada perbaikan lingkungan.

Freeport mengaku keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak

langsung kepada Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Namun

puluhan kali lipatnya masuk ke kantong Amerika dan dipakai untuk menjajah dunia.

Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas

mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeport

diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.

Kegiatan penambangan dan ekonomi Freeport telah mencetak keuntungan

finansial bagi perusahaan tersebut namun tidak bagi masyarakat lokal di sekitar

wilayah pertambangan. Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari

tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Pendapatan utama Freeport

adalah dari operasi tambangnya di Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus

2009). Setiap hari hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 225

ribu ton bijih emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut

10 ton berjejer sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km).

Tingkat kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan orang Papua umumnya

masih sangat jauh dari kondisi ideal. rakyat bangsa Papua dibiarkan terpuruk dalam

Page 11: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

lumpur ketidakberdayaan akibat keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan dan

kematian akibat berbagai penyakit tanpa pengobatan yang baik oleh tenaga medis.

Sementara kekayaan yang berasal dari tanah Papua dikeruk habis-habisan dan dibawa

keluar tanpa ada perbaikan tingkat kesejahteraan di daerah tersebut, sedangkan

masyarakat Papua umumnya serta masyarakat sekitar perusahaan khususnya

mendapat jatah limbah dan dampak kerusakan lingkungan yang parah dan pada

akhirnya mengancam keselamatan hidup.

Dimana pengamalan UUD 1945 Pasal 33 yang salah satu ayatnya berbunyi

“Bumi, Air dan Kekayaan Alam yang Terkandung di Dalamnya Dikuasai Oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”?

Kegagalan Implementasi terhadap Pasal 33

1. Kasus Freeport ini menegaskan kembali bahwa perekonomian yang

seharusnya berdasarkan atas asas kekeluargaan , melainkan berdasarkan atas

kepentingan segolongan pihak yang todak bertanggung jawab.

2. Freeport sebagai sebuah cabang produksi yang memiliki pengaruh penting

terhadap perekonomian bangsa tidak seharusnya dikuasai pihak asing, justru

masyarakat yang seharusnya yang mengelola dan menukmati kekayaan alam,

malah dijadikan budak dengan upah yang minim.

3. Papua yang memiliki kekayaan alam yang tiada ternilai, merupakan asset

kekayaan bangsa, seharusnya dikuasai pemerintah untuk menyejahterakan

rakyat, justru kekayaan alam ini jatuh ketangan asing dengan sepengetahuan

pemerintah, butuh pengajian yang lebih jauh lagi tentang kasus ini.

2.3.3 Faktor-faktor yang membuat Freeport bisa mengeksploitasi SDA Indonesia

Freeport bisa dengan mudah mengambil kekayaan alam Indonesia padahal

sudah ada UUD 1945 yang mengatur dengan jelas bahwa kekayaan alam Indonesia

Page 12: Kasus Freeport Mata Kuliah Kewarganegaraan

dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat. Lalu mengapa hal ini bisa terjadi?

Berikut penyebabnya:

1. Adanya persekongkolan antara pihak Freeport dan Pemerintah

Selama bertahun-tahun James R Moffett, pimpinan perusahaan ini, dengan

tekun membina persahabatan dengan Presiden Soeharto, dan kroni-kroninya.

Ini dilakukannya untuk mengamankan usaha Freeport. Freeport membayar

ongkos-ongkos mereka berlibur, bahkan biaya kuliah anak-anak mereka,

termasuk membuat kesepakatan-kesepakatan yang memberikan manfaat bagi

kedua belah pihak.

2. Kurangnya kontrol dan pengaturan dari pemerintah

3. Kurangnya ketagasan dalam pengawasan pemerintah

4. Kebijakan yang kurang tegas sehingga bisa disiasati oleh perusahaan asing

5.

BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

1.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://www.elaw-ino.org/Membumikan.htm

http://mssatriawan.blogspot.com/2008/07/bung-hatta-dan-pasal-33-uud-1945.html?

zx=ebb24833b6c5bb56

http://id.wikisource.org/wiki/Undang-

Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Naskah_asli/Penjelasan