dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · pendidikan kewarganegaraan akan...

140
dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Insersi

Upload: others

Post on 17-Sep-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Panduan Insersi

Page 2: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 3: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

PANDUAN INSERSI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

DALAM MATA KULIAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

Tim PenulisDikdik Baehaqi Arif, S.Pd., M.Pd.

Syifa Siti Aulia, S.Pd., M.Pd.Drs. Supriyadi, M.Si.

Dr. Anom Wahyu Asmorojati, S.H., M.Hum.

Tim SupervisiDr. Rina Ratih, M.Hum.

Dr. Suyadi, M.Pd.I.Direktorat Pendidikan

dan Pelayanan Masyarakat KPK

Page 4: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

PANDUAN INSERSI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Diterbitkan oleh:Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPKGedung Merah Putih KPKJl. Kuningan Persada Kav. 4, Jakarta Selatan 12920http://www.kpk.go.id

ISBN: 978-602-52387-6-5

Penerbitan buku ini merupakan hasil kerjasama antara Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

Pengarah:Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Deputi Bidang Pencegahan KPK

Koordinator:Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK

Tim Penulis:Dikdik Baehaqi Arif, S.Pd., M.Pd.Syifa Siti Aulia, S.Pd., M.Pd.Drs. Supriyadi, M.Si.Dr. Anom Wahyu Asmorojati, S.H., M.Hum.

Tim Supervisi: Dr. Rina Ratih, M.Hum.Dr. Suyadi, M.Pd.I.Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK

Cetakan Pertama: Jakarta, 2019Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak untuk pendidikan serta nonkomersial lainnya dan tidak untuk diperjualbelikan.

Page 5: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya, sehingga penyusunan buku Panduan Insersi Pendidikan Antikorupsi dalam Mata

Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terselesaikan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tugas untuk melakukan upaya pemberantasan korupsi, salah satunya melakukan Pedidikan Antikorupsi pada setiap jejaring pendididikan. Penyusunan buku panduan ini merupakan salah satu upaya KPK untuk menyediakan bahan ajar bagi para dosen pengampu Pendidikan Antikorupsi. Selain dalam bentuk buku panduan, KPK juga melakukan inovasi dan pengembangan bahan sebagai konsekuensi dari Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) No 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi. Media ajar tersebut antara lain komik, buku saku, film dan juga permainan sehingga dosen dapat mengembangkan metode belajar yang lebih menarik.

Adapun buku panduan ini bersifat umum dan memberikan gambaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas yang mengondisikan mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang antikorupsi dan internalisasi nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan mereka. Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan memiliki irisan yang cukup banyak dengan nilai-nilai antikorupsi sehingga insersi atau sisipan muatan antikorupsi ke dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila atau Kewarganegaraan dapat memperkaya pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang turut terlibat dalam penyusunan buku ini, baik kepada Tim Penulis dari Universitas Ahmad Dahlan, Penelaah dan Tim Supervisi yang telah mendedikasikan gagasan dan waktunya sehingga buku ini dapat tersajikan. Memberantas korupsi membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan kerjasama dari semua elemen bangsa demi mewujudkan indonesia yang maju dan sejahtera. Panjang umur pemberantasan korupsi. Mahasiswa menentukan masa depan bangsa.

Salam Antikorupsi!

Jakarta, 9 Desember 2019

Komisi Pemberantasan Korupsi

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

01

Page 6: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Penguatan Nilai-Nilai Antikorupsi sebagai Identitias Nasional

Indonesia

Penguatan Nilai-Nilai Kemandirian,

Keberanian, Keadilan sebagai Argumen

untuk Membangun Keharmonisan Antara

Kewajiban dan Hak Negara - Warga Negara di Bidang Perekonomian

Nasional dan Kesejahteraan Sosial

Belajar Semangat Integrasi Nasional

dari Para Tokoh Bangsa

Implementasi Nilai-Nilai Antikorupsi dalam Proses

Demokrasi di Bidang Politik, Pemerintahan, dan

Kehidupan Sehari-Hari

Insersi Pendidikan Antikorupsi dalam

Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Semangat Kerja Keras dan Kesederhanaan dalam Penyusunan,

Pelaksanaan dan Pengawasan Konstitusi

BAB II

BAB V

BAB III

BAB VI

BAB I

BAB IV

21

63

41

71

05

51

DAFTAR ISI

02

Page 7: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Faktor-Faktor Penyebab Korupsi sebagai

Tantangan Pembentukan Wawasan

Nusantara

Penutup

Penegakan Hukum dalam Pemberantasan

Korupsi

Dampak Masif Korupsi Terhadap Pertahanan

dan Keamanan

BAB VIII

BAB X

BAB VII BAB IX

91

121

79 109

Negara Asing

Negara Asing

Negara Asing

Negara Asing

Daftar Isi

DAFTAR ISI

03

Page 8: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 9: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

INSERSI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I:

Page 10: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 11: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

A. Konsep dan Landasan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu usaha untuk mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yaitu mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai warga negara sesuai dengan hak-hak dan kewajiban konstitusional mereka. Secara implementatif, pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di sejumlah negara dipahami secara berbeda-beda. Dari kajian Print (1999) terhadap pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Asia dan Pasifik, ditemukan ada yang menyebut Pendidikan Kewarganegaraan sebagai civic education yang mencakup kajian tentang pemerintahan, konstitusi, rule of law, serta hak dan tanggung jawab warga negara. Untuk yang lainnya, Pendidikan Kewarganegaraan disebut dengan citizenship education dengan cakupan dan penekanan kajian meliputi proses-proses demokrasi, partisipasi aktif warga negara, dan keterlibatan warga dalam suatu masyarakat warga (civil society).

Kajian civic education memasukkan pembelajaran-pembelajaran yang berhubungan dengan institusi-institusi dan sistem yang melibatkan pemerintah, budaya politik (political heritage), proses-proses demokratis, hak-hak dan tanggung jawab warga negara, administrasi publik dan sistem peradilan (Print, 1999). Dalam bagian lain, Pendidikan Kewarganegaraan tidak dapat berdiri sendiri, independen dari norma-norma budaya, prioritas politik, harapan sosial, aspirasi pembangunan ekonomi nasional, konteks geopolitik dan sejarah masa lalu (Lee, Grossman, Kennedy, & Fairbrother, 2004).

Peran Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara untuk menjadi warga dunia (global society). Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat membantu warga negara muda pada abad ke-21 agar memiliki kemampuan untuk memperoleh dan belajar untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang akan mempersiapkan mereka untuk menjadi warga negara yang kompeten dan bertanggung jawab sepanjang hidup mereka. Dalam konteks Indonesia, warga negara muda Indonesia yang berjiwa Pancasila harus memiliki wawasan global, karena dalam prinsip kemanusiaan (humanity) yang ada pada sila kedua Pancasila mengandung dimensi yang dapat membuat warga negara Indonesia memiliki wawasan global (Murdiono, Wahab, & Maftuh, 2014).

Tujuan penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan lainnya dikemukakan Ikeno (2007) untuk mendidik anak menjadi anggota masyarakat ideal di tingkat lokal, nasional dan global. Di samping kecenderungan global Pendidikan Kewarganegaraan untuk demokrasi, Pendidikan Kewarganegaraan juga dipengaruhi oleh perkembangan global lainnya.

07

BAB I

Page 12: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

08

BAB I

Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan warga negara, tumbuhnya rasa kebebasan dan persamaan dalam konteks hukum yang berkeadilan, serta penghargaan terhadap hak-hak sipil warga negara.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib bagi perguruan tinggi di Indonesia. Dasar hukumnya merujuk pada Pasal 37 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Kewarganegaraan wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan Bangsa Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan bangsa.

B. Konsep dan Landasan Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi

Upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan dengan mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak Bangsa Indonesia melalui pendidikan. Hal ini disadari bahwa memberantas korupsi bisa dilakukan dengan cara preventif, yaitu mencegah timbulnya mental korupsi pada generasi anak bangsa, dan hal tersebut tidak hanya dapat dilakukan pada satu generasi saja, tetapi juga pada dua atau tiga generasi selanjutnya.

Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa merupakan bagian dari kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya penindakan dan pencegahan tindakan korupsi. Pendidikan Antikorupsi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Pada 30 Juli 2012, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 1016/E/T/2012 tentang Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi kepada seluruh Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis Wilayah I sampai dengan wilayah XII). Serta Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi.

Page 13: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

09

BAB I

Sebagai upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014 (Stranas PPK) dilakukan penyusunan aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) setiap tahun. Berdasarkan lampiran bagian V Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Tahun 2014, disebutkan salah satu dari 22 rencana aksi strategi pendidikan dan budaya Antikorupsi melibatkan lembaga pendidikan tinggi negeri dan swasta dalam implementasiannya.

C. Insersi Pendidikan Antikorupsi dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan kajian etimologis, kata “korupsi” terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang mempunyai arti penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain, dan penggunaan waktu dinas (bekerja) untuk urusan pribadi. Pengertian tersebut dapat dimaknai sebagai pola kejahatan yang direncanakan dan berdampak luas, tidak hanya orang pribadi tetapi juga bisa bersifat kelompok. Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang memerlukan upaya luar biasa (extra ordinary effort) pula untuk memberantasnya. Oleh karena kejahatan korupsi ini mempunyai dampak yang sangat luas dan dapat merugikan berbagai aspek, maka diperlukam upaya pencegahan sejak dini.

Di Indonesia, sebagai suatu langkah maju dalam pemberantasan korupsi, berdasarkan Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2002 dibentuklah lembaga yang memiliki kewenangan khusus dalam pemberantasan korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) . Menurut peraturan tersebut, salah satu tugas KPK adalah melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, di antaranya melalui implementasi Pendidikan Antikorupsi (PAK).

PAK merupakan upaya dalam rangka mencegah perbuatan-perbuatan korupsi melalui pemahaman tentang kejahatan korupsi dan dampaknya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pencegahan ini sudah selayaknya dimulai dari para generasi muda yang nantinya akan memimpin negeri ini. Mahasiswa merupakan bagian dari generasi yang diperhitungkan keberadaannya karena dianggap sebagai kaum terpelajar dan berintelektual. Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pencegahan tindak pidana korupsi melalui kampanye antikorupsi, baik bagi dirinya, keluarga, kampus, dan lingkungan

Page 14: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB I

10

sekitar. Untuk dapat berperan aktif dalam upaya pencegahan ini, maka para mahasiswa perlu dibina dan diberi tentang antikorupsi melalui PAK.

Pemberian pengetahuan kepada mahasiswa melalui PAK di perguruan tinggi, ada yang secara khusus pada satu mata kuliah PAK, ada juga yang diinsersikan ke dalam mata kuliah tertentu melalui kajian nilai-nilainya atau dari segi konten yang berdekatan, misalnya insersi melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Insersi ini dimaksudkan agar pengetahuan tentang kejahatan korupsi dapat dipahami dengan jelas oleh para mahasiswa.

Insersi berasal dari bahasa Inggris yakni insertion yang berarti “penyisipan”. Penyisipan maksudnya adalah menyisipkan mata kuliah PAK ke dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penyisipan ini pada prinsipnya tidak mengubah esensi substansi materi Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi justru menguatkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal materi dan metode pembelajarannya.

Insersi Pendidikan Antikorupsi dalam pembelajaran di Perguruan Tinggi memiliki landasan yuridis dalam Surat Edaran Kemendikbud No. 1016/E/T/ 2012. Surat edaran ini merupakan tindak implementasi dari Instrukti Presiden (Inpres) No. 55 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Serta yang terbaru adalah sebagaimana tertuang dalam Serta Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi.

Istilah “insersi” PAK dalam Surat Edaran No. 1016/E/T/ 2012 diturunkan dari istilah “integrasi” Pendidikan Antikorupsi dalam Inpres No. 55 Tahun 2011. Dengan demikian, insersi merupakan bagian dari integrasi. Dengan kata lain, “integrasi” Pendidikan Antikorupsi penerapannya lebih luas, mencakup semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus bebas dari korupsi, sedangkan insersi Pendidikan Antikorupsi scope nya terbatas pada wilayah pendidikan, terutama Pendidikan Tinggi, khususnya Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun demikian, tidak ada larangan bagi akademisi pada Pendidikan Tinggi yang mengintegrasikan PAK ke dalam pembelajaran atau perkuliahan, tidak sebatas menginsersikan. Bahkan, bisa jadi akademisi mengunakan kedua isilah ini “insersi” atau “integrasi” secara silih berganti dengan maksud yang sama, meskipun aksentuasinya berbeda-beda.

Secara metodologis, baik insersi maupun integrasi memiliki landasan paradigmatik dalam pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan atau transdisipliner. Oleh karena itu, istilah-istilah tersebut perlu dijelaskan secara terperinci. Akan tetapi, penjelasan ini bukan dimaksudkan sekadar mencari perbedaan, melainkan agar pembaca yang budiman dapat memahami secara tepat kapan dan dalam konteks apa istilah-istilah tersebut dapat digunakan.

Page 15: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB I

11

Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan yang memadukan informasi, data, alat, teknik, perspektif, konsep dan teori dari dua atau lebih disiplin ilmu untuk memecahkan masalah fundamental yang pemecahannya di luar jangkauan wilayah satu ilmu tertentu (mono-disiplin). Pendidikan Pancasila dan Pendikan Kewarganegaraan berpotensi untuk dikaji, dipelajari, dan ditelaah secara interdisipliner. Materi-materi dalam Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan syarat dengan nilai-nilai antikorupsi, sehingga dapat dikatakan bahwa jiwa Pancasila adalah jiwa antikorupsi itu sendiri. Dengan kata lain, orang yang berjiwa Pancasila adalah orang yang bersih dari perilaku koruptif. Koruptor adalah pengkhianat Pancasila yang paling nyata. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan Pancasila dengan pendekatan interdisipliner.

Selanjutnya, pendekatan multidisipliner adalah cara pandang dalam mendiskusikan topik tertentu dari sudut pandang keilmuan yang berbeda-beda. Berbagai disiplin ilmu dapat berdialog satu sama lain dalam memecahkan persoalan dengan tetap mempertahankan batas-batas keilmuan yang dimilikinya. Masing-masing disiplin ilmu tidak mengintervensi terlalu jauh dalam penyusunan formulasi problem persoalan, tetapi sebatas menjadi bahan pertimbangan. Persoalan korupsi jelas bukan persoalan “mono-dimensi’, melainkan multidimensi. Koruptor tidak hanya melanggar hukum (mono-disiplin), melainkan juga melangar norma agama, mengingkari kebenaran ilmu ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya (multidisiplin). Oleh karena itu, pendekatan multidimensi diperlukan untuk pencegahan korupsi yang juga multidimensi ini.

Adapun pendekatan transdisipliner merupakan perluasan lebih lanjut dari pendekatan interdisipliner. Pendekatan transdisipliner adalah cara pandang untuk memadukan berbagai disiplin keilmuan yang mampu memecah kebekuan dan kejenuhan ilmu yang berdiri sendiri (mono-disiplin) serta mampu melunakkan batas-batas keilmuan itu sendiri. Pendekatan transdisipliner juga dapat dikatakan cara pandang dalam mengkombinasikan berbagai disiplin ilmu, bahkan non-disiplin ilmu atau pemangku kepentingan yang relevan kemudian menciptakan ilmu baru yang lebih komprehensif dan sintesis yang menjangkau banyak bidang ilmu, contohnya, wacana hukuman mati bagi koruptor masih mempertimbangkan Hak Asasi Manusia.

Di satu sisi gagasan tersebut cukup rasional karena korban terdampak korupsi sangat besar, namun di sisi lain Cina yang sudah menerapkan kebijakan tersebut sampai sekarang masih tinggi tingkat korupsinya. Contoh lainnya adalah temuan pada bidang neurosains (ISHA) yang sudah dapat mendeteksi semacam “basil koruptif” pada otak koruptor (Taufiq Pasiak, 2012). Jika semua calon pejabat publik diwajibkan mengikuti Uji Isha pada bidang neurosains ini untuk mengetahui apakah terdapat basil koruptif pada otak yang bersangkutan, maka korupsi dapat diminimalisir. Dengan demikian, pendekatan

Page 16: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB I

12

transdisipliner adalah pendekatan yang mampu mengkombinasikan berbagai bidang keilmuan untuk menyelesaikan satu problem kebangsaan.

Berdasarkan ulasan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa insersi merupakan bagian dari integrasi, dan integrasi merupakan manifestasi pendekatan inter-, multi- dan transdisipliner. Dari kelima istilah tersebut, terdapat satu persaman, yakni menghindari pendekatan monodisipliner, yakni pembelajaran ilmu tertentu yang berdiri sendiri tanpa bersentuhan dengan disiplin ilmu lain, karena pendekatan ini sudah tidak relevan lagi di abad 21 ini. Oleh karena itu, meskipun berbagai istilah tersebut memiliki keluasan dan kedalaman yang beragam, namun dapat digunakan silih berganti dengan penekanan pada hal-hal tertentu.

Jika insersi dengan beragam istilah yang terkait (integrasi, interdisiplin, multidisiplin, dan transdisiplin) PAK ke dalam Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan dilukiskan dalam diagram venn, maka akan tampak sebagai berikut:

Gambar 1 Insersi PAK ke dalam Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan

Gambar diagram venn di atas menjelaskan bahwa insersi merupakan “irisan” dua disiplin ilmu, yakni Pendidikan Antikorupsi dan pendidikan Pancasilan serta Pendidikan Kewarganegaraan. Di samping insersi, keduanya dapat ditelaah atau dipelajari dengan pendekatan lain, seperti integrasi, inter-multi-, dan transdisiplin. Dengan demikian, insersi merupakan salah satu bentuk pendekatan integrasi, inter-, multi- dan transdisiplin. Pilihan-pilihan pendekatan di atas perlu dibuka seluas-luasnya sebagai pilihan alternatif dalam mimbar akademik. Di samping itu, ragam pendekatan di atas telah menjadi corak pembelajaran atau perkuliahan pada perguruan tinggi khususnya universitas generasi ketiga. Universitas generasi pertama masih menggunakan corak monodisiplin, sedangkan universitas generasi dua masih terkungkung pendekatan dialogis, dan kini (abad ke-21) tibalah saatnya mengunakan pendekatan inter-, multi- dan transdisipliner, termasuk di dalam

Insersi

PendidikanPancasiladan atauPendidikan Kewarganegaraan

PendidikanAntikorupsi

Transdisiplin

Interdisiplin Multidisiplin

Integrasi

Page 17: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

nya adalah integrasi dan insersi. Secara lebih teknis, buku ini menawarkan dua model insersi, yakni paralelisasi dan internalisasi.

1. Paralelisasi

Paralelisasi berasal dari kata paralel yang berarti sama atau sejajar. Paralelisasi adalah upaya mencari titik temu atau titik singgung persamaan dua bidang ilmu atau lebih. Metode ini pernah digunakan Sayyed Hosein Nassr dan Mukti Ali dalam mencari titik temu agama Islam dan Nasrani (Waryani Fajar Riyanto, 2012). Kedua agama ini tidak dapat dilihat dari masing-masing kenabian baik (Islam: Muhammad SAW) maupun (Kristen: Isa AS), tetapi harus dilihat dari Nabi sebelumnya, yakni Ibrahim AS.

Demikian pula dengan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Antikorupsi dan atau Pendidikan Kewarganegaraan. Keduanya harus dicari titik temu untuk dikaitkan satu sama lain. Titik temu inilah yang disebut dengan paralelisasi. Dengan demikian, paralelisasi Pendidikan Pancasila dan atau Pendidikan Kewarganegaran dengan Pendidikan Antikorupsi merupakan titik temu keduanya sehingga saling melengkapi atau saling memperkuat satu sama lain.

Paralelisasi juga dapat dimaknai sebagai “tempelisasi” atau menempelkan dua hal yang sama sehingga terkait satu sama lain atau memperkuat satu sama lain. Dalam konteks ini paralelisasi Pendidikan Pancasila dan atau Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Antikorupsi adalah menempelkan sub materi tertentu dari Pendidikan Antikorupsi pada sub materi lain yang dianggap sama dengan Pendidikan Pancasila dan atau Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Internalisasi

Internalisasi adalah model lain atau varian dari insersi PAK dalam pembelajaran Pancasila dan atau Pendidikan Kewarganegaraan. Internalisasi merupakan penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga menjadi keyakinan yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari (Mukhamad Unggul Wibowo, Djoko Suryo, 2017). Dalam konteks insersi PAK, internalisasi merupakan metode pengembangan sikap antikorupsi melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan atau Kewarganegaraan.

Sikap antikorupsi adalah sembilan nilai antikorupsi, yakni jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Artinya, sembilan nilai antikorupsi inilah yang berusaha untuk diinternalisasi ke dalam diri mahasiswa melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, baik melalui penerimaan nilai, penghargaan nilai penghayatan, nilai antikorupsi maupun aktualisasi nilai.

Internalisasi nilai-nilai antikorupsi melalui pembelajaran Pancasila dan atau Pendidikan Kewarganegaraan dalam diri mahasiswa dapat dilakukan dengan

BAB I

13

Page 18: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB I

14

beragam teknik dan metode. Salah satunya adalah dilema moral. Mahasiswa dihadapkan pada situasi-situasi kritis yang serba dilematis, sehingga setiap keputusan yang diambil merupakan buah dari perenungan dan penghayatan mendalam atas tantangan yang dihadapi, yakni menolak perilaku koruptif. Semakin sering berhadapan dengan situasi dilematis, semakin sering pula ia melakukan perenungan, kontemplasi dan penghayatan mendalam sehingga proses internalisasi nilai dapat berjalan secara efektif.

Metode insersi dilakukan dalam proses pembelajaran tujuannya agar kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyeluruh (holistik) dalam berbagai kajian keilmuan. Buku ini bertujuan untuk menguatkan proses insersi berkaitan dengan Pendidikan Antikorupsi dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Tujuan insersi mata kuliah Pendidikan Antikorupsi ke dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, adalah sebagai berikut.

1. Menggali potensi mahasiswa dalam Pendidikan Antikorupsi sebagai bagian dari perwujudan pembentukan warga negara yang baik dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial mahasiswa mengenai Pendidikan Antikorupsi dalam pembentukan warga negara yang baik.

3. Membentuk pola kepribadian mahasiswa yang dapat menanamkan nilai-nilai antikorupsi sebagai salah satu tujuan pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi.

Berdasarkan tujuan tersebut maka disusunlah buku ini dengan cara penggunaan sebagai berikut.

1. Pelajari kompetensi dasar dan sub-submateri Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Antikorupsi.

2. Pahami tujuan insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Pahami delapan topik insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaan Perguruan Tinggi.

4. Pahami matriks insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaan Perguruan Tinggi.

5. Pahami Tujuan dan Capaian Pembelajaran delapan topik insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaan Perguruan Tinggi.

6. Perhatikan alokasi waktu yang digunakan dalam setiap delapan topik insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaan Perguruan Tinggi.

7. Pahami metode dan aktifitas pembelajaran delapan topik insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaan

Page 19: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Kompetensi Dasar Submateri Pendidikan Kewarganegaraan Insersi PAK

3.1 Menjelaskan tujuan dan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengembangan kemampuan utuh sarjana atau profesional.

A. Menelusuri konsep dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa

B. Menanyakan alasan mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan

C. Menggali sumber historis, sosiologis, dan politik tentang Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan

F. Rangkuman hakikat dan pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan

G. Praktik kewarganegaraan

3.2 Menganalisis esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan dalam pembangunan bangsa dan karakter yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila

A. Menelusuri konsep dan urgensi identitas nasional

B. Menanyakan alasan mengapa diperlukan identitas nasional

C. Menggali sumber historis, sosiologis, politik tentang identitas nasional Indonesia.1. Bendera negara Sang Merah Putih2. Bahasa negara Bahasa Indonesia

BAB II Penguatan nilai-nilai antikorupsi sebagai identitas nasional Indonesia

BAB I

15

Perguruan Tinggi.8. Pergunakan sumber dan media pembelajaran dalam lampiran

yang telah disediakan boleh diperkuat dengan sumber dan media pembelajaran yang lain.

Berdasarkan tujuan insersi tersebut, maka disajikan penguatan insersi dengan menampilkan aspek pengetahuan untuk kompetensi dasar dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Aspek pengetahuan untuk Kompetensi Dasar Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan diberi nomor kode 3, dengan sembilan aspek sehingga muncul 3.1 sampai 3.9. Berdasarkan kajian dari Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Tahun 2016 tergambarkan beberapa sub materi Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan Kompetensi dan submateri Pendidikan Kewarganegaraan tersebut tergambarkan insersi Pendidikan Antikorupsi yang terdiri dari delapan topik insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaan Perguruan Tinggi.

Insersi Pendidikan Antikorupsi dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tergambar pada tabel 1 berikut:

Tabel 1 Matrik Insersi Pendidikan Antikorupsi dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Page 20: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB I

16

Kompetensi Dasar Submateri Pendidikan Kewarganegaraan Insersi PAK

3. Lambang negara Garuda Pancasila 4. Lagu kebangsaan Indonesia Raya5. Semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika6. Dasar falsafah negara Pancasila

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan identitas nasional Indonesia

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi identitas nasional Indonesia

3.3 Mengevaluasi urgensi integrasi nasional sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

A. Menelusuri konsep dan urgensi integrasi nasional 1. Makna integrasi nasional 2. Jenis integrasi 3. Pentingnya integrasi nasional4. Integrasi versus disintegrasi

B. Menanyakan alasan mengapa diperlukan integrasi nasional

C. Menggali sumber historis, sosiologis, politik tentang integrasi nasional1. Perkembangan sejarah integrasi di

Indonesia2. Pengembangan integrasi di Indonesia

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan integrasi nasional1. Dinamika integrasi nasional di Indonesia 2. Tantangan dalam membangun integrasi

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi integrasi nasional

BAB III Belajar semangat integrasi nasional dari para tokoh bangsa

3.4 Menganalisis nilai dan norma yang terkandung dalam konstitusi di Indonesia dan konstitusionalitas ketentuan di bawah UUD 1945 dalam konteks kehidupan bernegara-kebangsaan Indonesia.

A. Menelusuri konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara

B. Perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara Indonesia

C. Menggali sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara Indonesia

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara Indonesia

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara

BAB IV Semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan konstitusi

3.5 Menerapkan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara dalam tatanan kehidupan demokrasi Indonesia yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah untuk mufakat.

A. Menelusuri konsep dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara

B. Menanya alasan mengapa diperlukan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara Indonesia

C. Menggali sumber historis, sosiologis, politik tentang harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara Indonesia1. Sumber historis2. Sumber sosiologis 3. Sumber politik

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara 1. Aturan dasar ihwal pendidikan dan

kebudayaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB V Penguatan nilai-nilai kemandirian, keberanian, keadilan sebagai argumen untuk membangun keharmonisan antara kewajiban dan hak negara - warga negara di bidang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial

Page 21: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB I

17

Kompetensi Dasar Submateri Pendidikan Kewarganegaraan Insersi PAK

3. Aturan dasar ihwal perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial

4. Aturan dasar ihwal usaha pertahanan dan keamanan negara

5. Aturan dasar ihwal hak dan kewajiban asasi manusia

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi harmoni kewajiban dan hak negara dan warga negara1. Agama2. Pendidikan dan kebudayaan3. Perekonomian nasional dan kesejahteraan

rakyat 4. Pertahanan dan keamanan

3.6 Menganalisis hakikat, instrumentasi, dan praksis demokrasi Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan UUD 1945 sebagai wahana penyelenggaran negara yang sejahtera dan berkeadilan.

A. Menelusuri konsep dan urgensi demokrasi yang bersumber dari pancasila1. Apa demokrasi itu? 2. Tiga tradisi pemikiran politik demokrasi 3. Pemikiran tentang demokrasi Indonesia 4. Pentingnya demokrasi sebagai sistem politik

kenegaraan modernB. Menanyakan alasan mengapa diperlukan

demokrasi yang bersumber dari Pancasila C. Menggali sumber historis, sosiologis, dan

politik tentang demokrasi yang bersumber dari Pancasila1. Sumber nilai yang berasal dari demokrasi

desa2. Sumber nilai yang berasal dari Islam3. Sumber nilai yang berasal dari Barat

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan demokrasi yang bersumber dari Pancasila1. Majelis Permusyawaratan Rakyat2. Dewan Perwakilan Rakyat 3. Dewan Perwakilan Daerah

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi demokrasi Pancasila1. Kehidupan demokratis yang bagaimana

yang kita kembangkan?2. Mengapa kehidupan yang demokratis itu

penting? 3. Bagaimana penerapan demokrasi dalam

pemilihan pemimpin politik dan pejabat negara?

BAB VI Implementasi nilai-nilai antikorupsi dalam proses demokrasi dalam bidang politik, pemerintahan dan kehidupan sehari-hari

3.7 Menganalisis dinamika historis konstitusional, sosial- politik, kultural, serta konteks kontemporer penegakan hukum dalam konteks pembangunan negara hukum yang berkeadilan.

A. Menelusuri konsep dan urgensi penegakan hukum yang berkeadilan

B. Menanyakan alasan mengapa diperlukan penegakan hukum yang berkeadilan

C. Menggali sumber historis, sosiologis, politis tentang penegakan hukum yang berkeadilan di Indonesia1. Lembaga penegak hukum2. Lembaga pengadilan

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan penegakan hukum yang berkeadilan Indonesia

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi penegakan hukum yang berkeadilan Indonesia

BAB VII Penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi

Page 22: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Kompetensi Dasar Submateri Pendidikan Kewarganegaraan Insersi PAK

3.8 Mengevaluasi dinamika historis, dan urgensi Wawasan Nusantara sebagai konsepsi dan pandangan kolektif kebangsaan Indonesia dalam konteks pergaulan dunia.

A. Menelusuri konsep dan urgensi wawawan nusantara

B. Menanya alasan mengapa diperlukan wawawan nusantara

C. Menggali sumber historis, sosiologis, dan politik tentang wawasan nusantara1. Latar belakang historis wawasan nusantara 2. Latar belakang sosiologis wawasan

nusantara3. Latar belakang politis wawasan nusantara

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan wawasan nusantara

E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi wawasan nusantara 1. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai

satu kesatuan politik2. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai

satu kesatuan ekonomi3. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai

satu kesatuan sosial budaya4. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai

satu kesatuan pertahanan dan keamanan

BAB VIIIFaktor-faktor penyebab korupsi sebagai tantangan pembentukan wawasan nusantara

3.9 Menganalisis urgensi, dan tantangan ketahanan nasional bagi Indonesia dalam mebangun komitmen kolektif yang kuat dari seluruh komponen bangsa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.

A. Menelusuri konsep dan urgensi ketahanan nasional dan bela negara. Apakah ketahanan nasional itu? Apakah bela negara itu? 1. Wajah ketahanan nasional Indonesia2. Dimensi dan ketahanan nasional berlapis3. Bela negara sebagai upaya mewujudkan

ketahanan nasionalB. Menanyakan alasan mengapa diperlukan

ketahanan nasional dan bela negaraC. Menggali sumber historis, sosiologis, politik

tentang ketahanan nasional dan bela negara D. Membangun argumen tentang dinamika dan

tantangan ketahanan nasional dan bela negara E. Mendeskripsikan esensi dan urgensi ketahanan

nasional dan bela negara1. Esensi dan urgensi ketahanan nasional2. Esensi dan urgensi bela negara

BAB IX Dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan

BAB I

18

Page 23: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 24: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 25: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Penguatan nilai-nilai ANTIKORUPSI SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

BAB II:

Page 26: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 27: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

A. Tujuan Pembelajaran

Menggali nilai-nilai antikorupsi sebagai identitas nasional Indonesia.

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu mengevaluasi nilai-nilai antikorupsi sebagai identitas nasional Indonesia.

Mahasiswa mampu meneladani semangat antikorupsi dari para tokoh masyarakat/bangsa.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit

D. Metode Pembelajaran

Kajian biografi tokoh

Diskusi kelompok (group discussion)

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber Pembelajaran:

a. Orange Juice for Integrity: Belajar Integritas kepada Para Tokoh Bangsa

b. Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggic. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggid. Sumber-sumber lain yang relevan

Media Pembelajaran:

a. Buku Biografi tokohb. Kliping berita:

1. Kisah Tukang Sampah Kembalikan Rp 20 Juta yang Ditemukannya di Jalan https://regional.kompas.com/read/2018/05/27/15180801/kisah-tukang-sampah-kemba-likan-rp-20-juta-yang-ditemukannya-di-jalan?page=all.

2. Kesederhanaan Buya Syafii Ma’arif https://arrahmahnews.com/2018/03/05/eric-tauvani-dan-kisah-kesederhanaan-buya-syafii-maarif/

c. Video:1. Korupsi? No Way!

https://www.youtube.com watch?v=fGUw-efQs6w2. Generasi Antikorupsi

https://www.youtube.com/watch?v=tLBGZGWMqXE

BAB II

23

Page 28: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

3. Bung Hatta Melawan Korupsi dengan Suri Teladan https://www.youtube.com/watch?v=yogBiIAeO-E

4. Keteladanan Mohammad Natsir https://www.youtube.com/watch?v=0jP7dlprfAo

F. Aktifitas Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

a. Dosen mengajak mahasiswa untuk menyimak bersama:1. Tantangan video tentang korupsi: “Korupsi? No Way!”

https://www.youtube.com/watch?v=fGUw-efQs6w2. Kliping koran: E-KTP, Identitas yang Tertunda

https://nasional.sindonews.com/read/1171194/16/e-ktp-identitas-yang-tertunda-1484530565

b. Dosen dan mahasiswa melakukan curah pendapat (brainstorming) dan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman mahasiswa tentang korupsi, nilai-nilai antikorupsi, dan kasus korupsi dalam pengadaan E-KTP.

c. Dosen menyampaikan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti (30 menit)

a. Dosen membagi kelas menjadi empat kelompok.b. Dosen membagi media kliping koran (tautan kliping) tentang

kejujuran dan kesederhanaan, dan/atau video (tautan video) tokoh-tokoh bangsa untuk masing-masing kelompok.

c. Setiap kelompok diminta untuk mengamati video tentang tokoh-tokoh bangsa, sebagai berikut:1. Kelompok 1 Bung Hatta Melawan Korupsi dengan Suri

Teladan https://www.youtube.com/watch?v=yogBiIAeO-E2. Kelompok 2 Keteladanan Mohammad Natsir

https://www.youtube.com/watch?v=0jP7dlprfAo3. Kelompok 3 Kisah Tukang Sampah Kembalikan Rp 20 Juta

yang Ditemukannya di Jalan https://regional.kompas.com/read/2018/05/27/15180801/kisah-tukang-sampah-kembalikan-rp-20-juta-yang-ditemukannya-di-jalan?page=all.

4. Kelompok 4 Kesederhanaan Buya Syafii Ma’arif https://arrahmahnews.com/2018/03/05/eric-tauvani-dan-kisah-kesederhanaan-buya-syafii-maarif/

BAB II

24

Page 29: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Dosen dan mahasiswa melakukan review atas materi yang telah dibahas.

b. Mahasiswa mengerjakan lembar evaluasi. c. Dosen dan mahasiswa menyusun kesimpulan bersama tentang

keteladanan nilai-nilai antikorupsi dari setiap cerita kliping dan video.

d. Dosen menugaskan mahasiswa untuk mengkaji lebih lanjut keteladanan tokoh-tokoh bangsa yang tersaji dalam buku Orange Juice for Integrity: Belajar Integritas kepada Para Tokoh Bangsa dan menyusun artikel sederhana untuk menjawab “Jika saya dihadapkan pada kesempatan untuk melakukan korupsi – seperti para tokoh bangsa itu – maka saya akan melakukan?”

G. Uraian Materi

Nilai-nilai Antikorupsi sebagai Identitas Bangsa

Nilai-nilai antikorupsi yang dirumuskan oleh KPK meliputi sembilan nilai antikorupsi, yaitu nilai jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Jika dikelompokkan, kesembilan nilai-nilai antikorupsi tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok atau tiga aspek dalam nilai-nilai antikorupsi, yaitu: aspek inti, aspek etos kerja, dan aspek sikap.

a. Aspek inti meliputi nilai jujur, disiplin, tanggung jawab.b. Aspek etos kerja meliputi nilai kerja keras, sederhana, mandiri.c. Aspek sikap meliputi adil, berani, peduli.

Nilai-NilaiAntikorupsi

Inti• Jujur• Disiplin• Tanggung Jawab

EtosKerja

• Kerja Keras• Sederhana• Mandiri

Sikap• Adil • Berani• Peduli

BAB II

25

Page 30: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB II

26

1. Jujur adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan. Jujur berarti mengetahui apa yang benar, mengatakan dan melakukan yang benar. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya, lurus hati dan tidak berbohong.

2. Disiplin adalah kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Disiplin berarti patuh pada aturan.

3. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama.

4. Kerja keras adalah sungguh-sungguh berusaha ketika menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. Kerja keras berarti pantang menyerah, terus berjuang dan berusaha.

5. Sederhana adalah bersahaja. Sederhana berarti menggunakan sesuatu secukupnya, tidak berlebih-lebihan.

6. Mandiri adalah dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak bergantung pada orang lain. Mandiri juga berarti kemampuan menyelesaikan, mencari dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.

7. Peduli adalah sikap dan tindakan memerhatikan dan menghiraukan orang lain, masyarakat yang membutuhkan, dan lingkungan sekitar.

8. Adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu. Adil juga berarti perlakuan yang sama untuk semua tanpa membeda-bedakan berdasarkan golongan atau kelas tertentu.

9. Berani adalah hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi ancaman atau hal yang dianggap sebagai bahaya dan kesulitan. Berani berarti tidak takut atau gentar.

Semangat Antikorupsi dari Para Tokoh Masyarakat/Bangsa

Indonesia memiliki tokoh-tokoh yang patut diteladani. Mereka adalah sosok yang secara tegas menolak praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mulai dari menolak amplop berisi uang sampai tidak menerima bingkisan di hari raya. Kisah tokoh Indonesia yang memiliki prinsip kejujuran dan memegang teguh amanat rakyat sebagai seorang pejabat publik adalah sebagai berikut.

Page 31: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Nama Mohammad Hatta sudah tidak asing lagi bagi Bangsa Indonesia. Ia adalah salah satu Pahlawan Proklamasi. Selain berjasa besar bagi kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta, sapaan akrabnya, juga memiliki rekam jejak sebagai seorang sosok yang sangat antikorupsi.

Salah satu kisahnya pada 1970, ketika Bung Hatta dan rombongan mengunjungi Tanah Merah, Irian Jaya, tempat ia sempat dibuang oleh kolonial Belanda. Di Irian Jaya, Bung Hatta disodori amplop berisi uang. Uang tersebut sebenarnya bagian dari biaya perjalanan Bung Hatta yang ditanggung pemerintah. Namun, Bung Hatta menolaknya. “Uang apa ini? Bukankah semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah? Dapat mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti uang apa ini?” kata Bung Hatta. Bung Hatta juga mengatakan bahwa uang pemerintah pun sebenarnya adalah uang rakyat. “Tidak, itu uang rakyat, saya tidak mau terima. Kembalikan,” tegas Bung Hatta seperti dikutip dari buku berjudul Mengenang Bung Hatta (2002).

Ketegasan Bung Hatta perihal korupsi juga tecermin pada hal yang sederhana. Pada suatu ketika, Hatta menegur sekretarisnya karena menggunakan tiga lembar kertas kantor Sekretariat Wakil Presiden untuk mengirim surat pribadi. Menurut Hatta, kertas itu adalah aset negara yang merupakan uang rakyat. Hatta pun mengganti kertas tersebut dengan uang pribadinya.

a. Mohammad Hatta

BAB II

27

Page 32: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB II

28

Mohammad Natsir dilahirkan pada 17 Juli 1908 di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat dari pasangan Mohammad Idris Sutan Saripado dan Khadijah (Luth, 1999; Ma’mur, 1995). Pada masa kecilnya, Natsir sekeluarga hidup di rumah Sutan Rajo Ameh, seorang saudagar kopi yang terkenal di sana. Oleh pemiliknya, rumah itu dijadikan dua bagian: pemilik rumah beserta keluarga tinggal di bagian kiri dan Mohammad Idris Sutan Saripado tinggal di sebelah kanannya (Tim

Buku Tempo, 2011). Ia memiliki 3 orang saudara kandung, masing-masing bernama Yukinan, Rubiah, dan Yohanusun. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya merupakan seorang ulama. Ia kelak menjadi pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro nan Panjang (Adam, 2009).

Natsir mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat Maninjau selama dua tahun sampai kelas dua, kemudian pindah ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Adabiyah di Padang (Tim Buku Tempo, 2011). Setelah beberapa bulan, ia pindah lagi ke Solok dan dititipkan di rumah saudagar yang bernama Haji Musa. Selain belajar di HIS di Solok pada siang hari, ia juga belajar ilmu agama Islam di Madrasah Diniyah pada malam hari (Luth, 1999; Ma’mur, 1995). Tiga tahun kemudian, ia kembali pindah ke HIS di Padang bersama kakaknya. Pada tahun 1923, ia melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) lalu ikut bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietische Pavinderij dan Jong Islamieten Bond (Luth, 1999). Setelah lulus dari MULO, ia pindah ke Bandung untuk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS) hingga tamat pada tahun 1930 (Dzulfikriddin, 2010; Luth, 1999). Dari tahun 1928 sampai 1932, ia menjadi ketua Jong Islamieten Bond (JIB) Bandung (Luth, 1999). Ia juga menjadi pengajar setelah memperoleh pelatihan guru selama dua tahun di perguruan tinggi. Ia yang telah mendapatkan pendidikan Islam di Sumatera Barat sebelumnya juga memperdalam

b. Mohammad Natsir

Page 33: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

H. Evaluasi

Evaluasi proses pembelajaran: Penilaian diskusi

Evaluasi hasil pembelajaran:a. minutes paperb. one sentence and one paragraph summary

I. Lampiran-Lampiran

Lampiran 1: Catatan Laporan Kelompok

Nama TokohKeteladanan Nilai-Nilai

AntikorupsiPenjelasan

Mohammad Hatta

Jujur

Peduli

Mandiri

Disiplin

Tanggung Jawab

Kerja Keras

Sederhana

Berani

ilmu agamanya di Bandung, termasuk dalam bidang tafsir Al-Qur’an, hukum Islam, dan dialektika. Kemudian pada tahun 1932, Natsir berguru pada Ahmad Hassan, yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam Persatuan Islam (Ma’mur, 1995).

Masa kecil Natsir dihabiskan di berbagai tempat mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai pegawai kolonial Belanda. Setelah dari Alahan Panjang, Natsir sempat tinggal di Maninjau dan bersekolah sampai kelas dua. Kemudian pindah ke Padang, untuk bersekolah di HIS Adabiyah. Tak lama berselang, dia pindah ke Solok. Ketika sang ayah pindah ke Makassar, Natsir kembali ke Padang tinggal bersama kakaknya. Di sana dia menamatkan pendidikan dasarnya sebelum akhirnya melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onder-wijs (MULO) di Bandung.

BAB II

29

Page 34: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB II

30

Nama TokohKeteladanan Nilai-Nilai

AntikorupsiPenjelasan

Mohammad Natsir

Jujur

Peduli

Mandiri

Disiplin

Tanggung Jawab

Kerja Keras

Sederhana

Berani

Adil

Nama TokohKeteladanan Nilai-Nilai

AntikorupsiPenjelasan

Ahmad Syafii Ma’arif

Jujur

Peduli

Mandiri

Disiplin

Tanggung Jawab

Kerja Keras

Sederhana

Berani

Adil

Adil

Page 35: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 2: Evaluasi Proses Pembelajaran Lembar Penilaian Diskusi

Keterangan:

1. Kemampuan menyampaikan pendapat2. Kemampuan memberikan argumentasi3. Kemampuan memberikan kritik4. Kemampuan mengajukan pertanyaan5. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik6. Kelancaran berbicara

No NamaAspek Penilaian

TotalCatatan Kualitatif1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

5

dst

Nama TokohKeteladanan Nilai-Nilai

AntikorupsiPenjelasan

Jubadi Jujur

Peduli

Mandiri

Disiplin

Tanggung Jawab

Kerja Keras

Sederhana

Berani

Adil

BAB II

31

Page 36: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB II

32

Kriteria penilaian:

80-100 Memuaskan 470-79 Baik 360-69 Cukup 245-59 Kurang 1

Lampiran 3: Evaluasi Hasil Pembelajaran Minutes Paper dan One Sentence One Paragraph Summary

a. Minutes paper

b. One Sentence and One Paragraph Summary

1. Jawablah pertanyaan berikut dalam waktu 5 menit!Apakah yang paling penting Saudara pelajari dan kuasai selama perkuliahan tentang penguatan nilai-nilai antikorupsi sebagai identitas nasional?

2. Setelah selesai, jawablah pertanyaan berikut dalam waktu lima menit, apa sajakah pertanyaan penting yang masih belum terjawab dan belum Saudara pahami?

3. Setelah selesai, kumpulkanlah jawaban Saudara!

Setelah Saudara mengikuti kegiatan pembelajaran, jawablah dalam kalimat singkat, padat dan jelas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!1. Siapakah tokoh-tokoh bangsa yang memiliki keteladanan

nilai-nilai antikorupsi?

2. Sebutkan, apa sajakah keteladanan antikorupsi yang dimiliki tokoh-tokoh bangsa tersebut?

3. Jika dihubungkan dengan nilai-nilai antikorupsi, keteladanan apakah yang dapat diperoleh dari tokoh berikut:a. Mohammad Hattab. Hoegeng c. Baharuddin Lopa d. Mohammad Natsir

4. Mengapa tokoh-tokoh tersebut dianggap memiliki keteladanan nilai-nilai antikorupsi?

Page 37: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Indonesia Pernah Memiliki Tokoh-Tokoh Berintegritas

Judul : Orange Juice for Integrity: Belajar Integritas kepada Tokoh BangsaPenulis : Tim Komisi Pemberantasan KorupsiPenerbit : Komisi Pemberantasan KorupsiCetakan : I, 2017Tebal : 204 halamanISBN : 978-602-9488-11-1

Korupsi merupakan warisan sejarah dan sudah menjadi budaya bangsa. Pendapat ini seakan terbenarkan banyak tokoh dan pejabat ditangkap KPK karena korupsi. Namun, jika menengok sejarah, sebetulnya Indonesia memiliki banyak tokoh yang penuh integritas, jujur, dan antikorupsi. Mereka menjadi pejabat untuk mengabdi kepada bangsa dan negara, bukan memperkaya diri dan keluarga. Ketika dihadapkan pada pilihan antara kepentingan pribadi dan negara, mereka mendahulukan kepentingan negara, fokus menjalankan amanat rakyat.

KPK menelisik tokoh-tokoh teladan ini, seperti H Agus Salim, Baharuddin Lopa, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Hoegeng Iman Santoso, Ki Hadjar Dewantara, Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Saifuddin Zuhri, Sjafruddin Prawiranegara, R Soeprapto, Ir Soekarno, dan Widodo Budidarmo.

Agus Salim pernah menjadi Menteri Luar Negeri pada Kabinet Amir Sjarifuddin (1947) dan Kabinet Hatta (1948–1949). Dia terkenal karena kesederhanaannya. Suatu ketika, dalam pertemuan para diplomat di Eropa, Agus Salim menyita perhatian banyak orang. Bukan karena kemewahannya, melainkan karena jas yang dikenakan sudah usang dan penuh jahitan di sana-sini.

Agus Salim hingga pensiun belum mempunyai rumah sendiri. Selama menjadi menteri, dia tinggal di kontrakan. Agus Salim berpandangan, menjadi pejabat bukan untuk mencari kekayaan, tapi menderita. Leiden is lijden “memimpin adalah menderita” (hal 13).

Lampiran 4: Indonesia Pernah Memiliki Tokoh-Tokoh Berintegritas

BAB II

33

Page 38: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB II

34

Lain lagi keteladanan Saifuddin Zuhri. Menteri Agama era Presiden Soekarno (1962–1967) ini pernah menolak adik iparnya yang minta diberangkatkan haji dengan fasilitas Kementerian Agama. Kendati adiknya merupakan tokoh yang berjasa pada negara dan secara ekonomi layak mendapat bantuan.

Setelah pensiun, Saifuddin berjualan beras. Uang pensiun tidak pernah diambil karena ingin menghidupi keluarga dari jerih payah sendiri, tidak membebani negara. Uang pensiun yang dikumpulkan dibelikan rumah untuk dijadikan fasilitas umum sebagai rumah bersalin.

Baharuddin Lopa juga demikian. Jaksa Agung era Presiden Abdurrahman Wahid ini ketika menjadi Bupati Majene berani berkonfrontasi dengan petinggi militer yang menyelundupkan. Ketika menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (1982–1986), Lopa berkunjung ke sebuah kabupaten. Tanpa sepengetahuannya, seorang jaksa mengisikan bensin pada mobil dinasnya. Lopa marah dan kembali ke kantor sang jaksa. Ia minta jaksa menyedot kembali bensin. “Saya punya uang jalan untuk beli bensin. Itu harus saya pakai,” tegas Lopa (hal 18).

Lopa tak pernah menggunakan mobil dinas untuk kepentingan keluarga. Ia memasang telepon koin di rumah dinasnya agar keluarga tidak memanfaatkan telepon fasilitas negara. Dalam penegakan hukum, Lopa tak pandang bulu. Kakanwil Kemenag Sulsel, temannya, tetap diseret ke meja hijau karena pengadaan fiktif Al Quran.

Selain kisah para tokoh tadi, buku ini juga menceritakan kisah tokoh-tokoh bangsa lain, termasuk Proklamator Soekarno dan Hatta. Kemudian mantan Kapolri Hoegeng yang terkenal jujur. Kisah keteladanan ketiga tokoh ini sudah sering diangkat dalam berbagai tulisan.

Namun, kisah Sri Sultan Hamengku Buwono IX mungkin masih belum banyak diketahui. Wakil Presiden era Soeharto (1972–1978) ini suatu ketika mengemudikan mobil sendiri ke Pekalongan. Karena belum tahu medan, dia masuk ke jalan tempat mobil dilarang masuk. Seorang polisi menghentikan dan menilangnya.

Begitu tahu yang dihadapi Sri Sultan, polisi itu gugup dan tampak ragu untuk menilang. Namun, Sri Sultan malah tersenyum dan mempersilakan polisi tetap menilang. Bahkan, polisi bernama Brigadir Royadin itu kemudian diminta bertugas di Yogyakarta. Pangkatnya dinaikkan satu tingkat. Alasannya, Royadin merupakan sosok polisi yang berani dan tegas (hal 29).

Kisah para tokoh dalam buku ibarat jus jeruk yang menyegarkan di tengah hausnya masyarakat akan keteladanan. Korupsi bukanlah warisan sejarah, apalagi budaya bangsa.

Diresensi Irfan Maulana, alumnus Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta

Sumber: http://www.koran-jakarta.com/Indonesia-pernah-memiliki-tokoh-tokoh-berintegritas/

Page 39: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

E-KTP, Identitas yang Tertunda

KASUS blanko kosong e-KTP kembali terjadi di sejumlah daerah. Permasalahan yang terjadi sejak pertengahan tahun 2016 lalu ini sempat dibantah oleh pihak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Melalui Sesditjen Dukcapil Kemendagri, pihaknya menjamin bila sepanjang tahun 2016 blanko e-KTP tersedia, sehingga tidak boleh ada daerah yang mengatakan blanko kosong di wilayahnya. Kemendagri meminta setiap kabupaten yang kekurangan blanko bisa segera mengambil ke Kemendagri.

Meski telah dijamin oleh pemerintah pusat, kenyataan yang terjadi di daerah justru sebaliknya. Beberapa daerah mengakui tidak bisa menerbitkan KTP elektronik karena kehabisan blanko.

Bahkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Surakarta sejak awal Oktober 2016 sudah tidak dapat mencetak e-KTP karena telah kehabisan blanko. Apa yang disampaikan oleh Kemendagri bahwa blanko dalam stok yang cukup aman ternyata tidak terbukti.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dalam suatu kesempatan mengakui bila pihaknya mengalami kekurangan blanko karena keterlambatan proses lelang. Sebanyak lima perusahaan yang mengikuti tender, gagal memenuhi syarat sehingga lelang tersebut batal berlangsung.

Padahal, Tjahjo telah menjanjikan akan menyiapkan sebanyak 25,9 juta blanko yang dapat tercetak pada akhir tahun lalu, dengan menggunakan anggaran tahun 2017. Namun hingga saat ini semua rencana itu belum terwujud.

Untuk menggantikan e-KTP Dispendukcapil hanya memberikan selembar kertas keterangan identitas, untuk mereka yang belum mendapatkan identitas resmi dari kecamatan. Masyarakat yang meminta kepastian kapan e-KTP dapat selesai dan bisa segera diambil, tidak mendapat jawaban pasti. Karena semua harus menunggu ketersediaan blanko dari pemerintah pusat.

Kenyamanan seseorang yang membawa selembar kertas tanpa kepastian memiliki identitas yang jelas bentuknya, memang cukup mengecewakan. Tentunya sebuah identitas yang dibuat tidak hanya untuk mengisi dompet saja, melainkan untuk mengurus berbagai kebutuhan yang menyangkut kehidupan.

Seiring dengan program pemerintah yang menggunakan akses identitas pribadi (e-KTP) sebagai identitas secara global, masyarakat yang akan berobat secara gratispun harus memiliki e-KTP. Untuk berobat gratis, e-KTP akan digunakan untuk membuat kartu BPJS.

Bila tidak memiliki e-KTP tentu akan sulit mengurus BPJS. Padahal sakit

Lampiran 5: E-KTP, Identitas yang Tertunda

BAB II

35

Page 40: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB II

36

yang diderita tidak bisa direncakanan sesuai dengan diterbitkannya e-KTP oleh kecamatan.

Keterlambatan pembuatan blanko ini juga tentunya akan berdampak pada pelaksanaan Pilkada serentak yang berlangsung pada tahun ini, hingga pemilu dan pilpres yang akan berlangsung tahun 2019. Meski pesta rakyat itu akan berlangsung dua tahun kedepan, namun akan berpengaruh secara signifikan karena daftar pemilih tetap tetap harus mengacu pada pemilik e-KTP.

Berkaca dari kasus itu, identitas diri yang menjadi pondasi seseorang untuk hadir dalam sebuah negara ternyata hingga saat ini masih sulit untuk diwujudkan. Pengelolaan pemerintahan menjadi pertanyaan, bagaimana menciptakan kemakmuran secara merata bila identitas diri saja sulit didapatkan.

Berbagai alasan keterlambatan dalam proses pembuatan e-KTP yang mungkin bukan hanya soal blanko, harus menjadi perhatian serius Kemendagri. Karena identitas diri adalah bukti bagi seseorang untuk bisa menikmati pelayanan sosial yang digagas oleh pemerintah.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/1171194/16/e-ktp-identitas-yang-tertunda-1484530565

Eric Tauvani dan Kisah Kesederhanaan Buya Syafii Ma’arif

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif (lahir di Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatera Barat, 31 Mei 1935; umur 82 tahun) adalah seorang ulama, ilmuwan dan pendidik Indonesia. Ia pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute, dan juga dikenal sebagai seorang tokoh yang mempunyai komitmen kebangsaan yang tinggi. Sikapnya yang plural, kritis, dan bersahaja telah memposisikannya sebagai “Bapak Bangsa”. Ia tidak segan-segan mengkritik sebuah kekeliruan, meskipun yang dikritik itu adalah temannya sendiri.

Salah satu akun facebook Erik Tauvani menceritakan tentang kesederhanaan Buya Syafii Ma’arif.

Tuan dan puan yang budiman, sosok yang sedang duduk di atas kursi mungil itu, bersongkok hitam, adalah Guru Bangsa. Namanya Ahmad Syafii Maarif. Biasa disapa sebagai Buya Syafii, walaupun Buya sendiri tidak pernah mengharapkan dirinya untuk dipanggil Buya.

Pada akhir Mei nanti batang usianya menyentuh 83 tahun. Sebuah batang usia di atas rata-rata harapan hidup manusia Indonesia. Namun tetap

Lampiran 6: Eric Tauvani dan Kisah Kesederhanaan Buya Syafii Ma’arif

Page 41: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Kisah Tukang Sampah Kembalikan Rp20 Juta

yang Ditemukannya di Jalan

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Jadi orang jujur, prinsip hidup itulah yang selama ini selalu dipegang erat-erat oleh Jubaidi, seorang tukang sampah di Yogyakarta.

Prinsip itu juga yang membuat pria berusia 65 tahun ini tanpa ragu menyerahkan karung goni berisi uang Rp20 juta yang ditemukannya kepada polisi, untuk dikembalikan kepada pemiliknya.

Kisah ini sendiri berawal pada Rabu (23/5/2018) lalu, saat Jubaidi menarik gerobak untuk mengambil sampah di rumah-rumah “langganannya” di sekitar Warungboto, Kota Yogyakarta. Di perjalanan, tepatnya di jalan Veteran, dia melihat sebuah karung goni tergeletak.

Awalnya Jubaidi mengira karung goni tersebut jatuh dari gerobak sampah

Lampiran 7: Kisah Tukang Sampah Kembalikan Rp20 Juta yang Ditemukannya di Jalan

sehat, produktif, kritis, dan rajin ke masjid.

Foto ini saya ambil pada saat azan Magrib dikumandangkan di Masjid Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta, pada hari Sabtu, 3 Maret 2018. Saat para jamaah berbondong-bondong ke masjid, sedangkan Buya telah duduk manis dan khusyuk mendengarkan azan di belakang modin.

Bagi masyarakat kampung Nogotirto, mereka mengenal Buya sebagai sosok yang tidak hanya rajin salat berjamaah di masjid, namun juga merawat masjid, baik secara fisik maupun kegiatan. Bahkan, saya sendiri lebih mudah menemui Buya di masjid dari pada di rumahnya yang berjarak sekitar 20 meter dari masjid.

Aktifitas kemasjidan ini membuat Buya begitu akrab dengan masyarakat sekitar. Tidak jarang Buya “mbakmi” bareng dengan bapak-bapak dan mas-mas takmir masjid saat suara piring dan sendok beradu sebagai tanda penjual bakmi kaki lima sedang lewat. Kadang-kadang mbakmi bareng di warung langganan.

Saya pernah senyum-senyum sendiri ketika mendapati Buya Syafii dan Ibu Lip (istri Buya) jalan berduaan menuju masjid. Sebetulnya biasa saja, tapi pas itu romantis banget. Dari emperan masjid, sambil bergurau, saya berkata:

“Waah, Buya, romantis banget.”. “Hayyaaahh… Sampun sepuh,” balas Buya.. Hehehe.. (ARN)

Sumber: https://arrahmahnews.com/2018/03/05/eric-tauvani-dan-kisah-kesederhanaan-buya-syafii-maarif/

BAB II

37

Page 42: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

temannya yang lebih dulu berkeliling.

“Posisinya ada di pinggir jalan. Awalnya saya kira isinya sampah. Daripada bikin kotor jalan, saya ambil saja,” ujar Jubaidi saat ditemui Kompas.com, Sabtu (26/05/2018).

Jubaidi merasa penasaran dengan isi tas karung goni tersebut. Ia pun berhenti sejenak untuk mengecek isi di dalam karung yang ditemukannya.

Saat dilihat, ternyata karung goni itu di dalamnya bukan berisi sampah, seperti yang ia perkirakan sebelumnya. Tas karung goni tersebut berisi antara lain kipas angin, kalung untuk terapi, power bank, dan ada 19 amplop yang masing-masing berisi uang Rp10.000,00.

Tak hanya itu, yang membuat Jubaidi terkejut, dalam karung tersebut juga terdapat sebuah plastik keresek yang setelah dibuka ternyata berisi uang yang cukup banyak.

“Dibungkus dalam tas kresek, uangnya banyak,” tutur Junaidi.

Mengetahui hal itu, Jubaidi lantas memutuskan mendatangi rumah Ketua Rukun Tetangga (RT). Sesampainya di rumah Ketua RT, Jubaidi menceritakan dan menunjukkan apa yang ditemukannya.

Setelah itu, ia lantas melapor ke Polsek Umbulharjo. Tas karung goni tersebut beserta isinya ia serahkan ke Polsek.

Keputusan itu ia ambil karena barang tersebut bukan miliknya sehingga bukan haknya untuk memiliki. Jubaidi pun tak kepikiran untuk mengambil sedikit pun dari barang yang ditemukannya tersebut.

Jubaidi juga merasa kasihan dengan pemilik karung goni berisi uang itu. Ia berpikir, pemiliknya tentu kebingungan mencari apalagi kehilangan uang yang cukup banyak.

“Tidak ada pikiran dalam hati untuk mengambil sedikit pun, karena itu bukan milik saya. Yang ada, saya berpikiran pemiliknya pasti kebingungan uangnya hilang, jadi harus dikembalikan,” ucap bapak dua orang anak ini.

Polsek Umbulharjo, Kota Yogyakarta lalu melakukan penyelidikan atas barang yang ditemukan oleh Jubaidi. Polisi menulusuri siapa pemilik barang tersebut.

Akhirnya, dari penyelidikan diketahui pemiliknya bernama Edy Prastya (48), warga Gunungketur, Pakualaman. Setelah dipanggil ke Polsek dan dilakukan pengecekan keterangan Edy Prastya merupakan pemilik dari tas tersebut.

Karung goni beserta isi dan uang yang ada didalam dikembalikan kepada Edy Prastya pada Jumat (25/5/2018) kemarin.

“Sudah diserahkan kepada pemiliknya, disaksikan Ketua RT dan Pak Jubaidi,” ucap Kapolsek Umbulharjo, Kompol Alaal Prasetyo.

“Jujur itu penting”

Jubaidi memang bukan asli Yogyakarta. Pria berusia 65 tahun ini berasal dari Mojokerto, Jawa Timur. Jubaidi bersama istrinya memutuskan hijrah

BAB II

38

Page 43: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

ke Yogyakarta untuk mencari pekerjaan.

“Asli saya Mojokerto. Sekitar 27 tahun lalu saya dan istri berangkat ke Yogya untuk mencari penghidupan di sini,” ucapnya.

Setibanya di Yogyakarta, Jubaidi langsung bekerja sebagai tukang sampah. Ia mengambil sampah di rumah-rumah warga yang menjadi “langganannya”. Uang yang ia dapat merupakan iuran dari warga yang membayar jasanya itu.

“Penghasilan cukuplah untuk hidup,” kata Jubaidi.

Jubaidi kini hidup seorang diri. Dua anaknya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya. Sedangkan, istrinya sudah meninggal dunia pada 2006 silam.

“Saya nge-kos, ya pindah-pindah. Sekarang di sini ini (RT 020/RW005 Nomor 14, Kebrokan, Pandeyan, Umbulharjo),” ucapnya.

Jubaidi menuturkan, meski menjadi tukang sampah yang hanya mendapat penghasilan dari iuran warga, yang terpenting bagi dia adalah pekerjaan itu halal dan tidak merugikan orang lain.

Pekerjaan sebagai tukang sampah ini ia jalani dengan ikhlas dan senang hati. Sebab, hal apa pun yang dijalani dengan senang dan ikhlas tidak akan terasa berat.

“Jujur itu penting. Itu memang sudah prinsip, dari dulu berjanji yang bukan milik saya akan saya kembalikan, ya kalau menemukan apa pun harus dikembalikan,” kata dia.

Prinsip hidup itu juga yang menjadi latar belakang keputusannya. Dia tidak mengambil sepeser pun uang yang ada di dalam karung goni hasil temuannya.

“Saya sering menemukan dompet atau barang-barang yang jatuh. Barang-barang itu saya kembalikan kepada pemiliknya. Kalau enggak ketemu, saya serahkan ke berwajib,” tuturnya.

Keputusan mengembalikan barang-barang yang ditemukannya itu pun, tak jarang justru menjadi bahan cibiran teman-temannya. Jubaidi sering diejek “sok jujur” atau “sok tidak butuh uang”.

Namun demikian, hal itu tetap tidak mengubah sedikit pun prinsip hidupnya, yaitu jujur.

“Pernah, sering malah dikatakan ‘sok jujur’, ‘sok enggak butuh duit’, ‘menemukan uang kok dikembalikan’. Tapi ya tetap saja tidak mengubah prinsip saya,” kata Jubaidi.

Sumber: https://regional.kompas.com/read/2018/05/27/15180801/kisah-tukang-sampah-kembalikan-rp-20-juta-yang-ditemukannya-di-jalan?page=all.

BAB II

39

Page 44: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 45: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BELAJAR SEMANGAT INTEGRASI NASIONAL DARI PARA TOKOH BANGSA

BAB III:

Page 46: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 47: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB III

43

A. Tujuan Pembelajaran

Mengidentifikasi semangat memelihara integrasi nasional dari para tokoh bangsa sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu mengidentifikasi semangat dan keteladanan integrasi nasional dari tokoh-tokoh bangsa.

Mahasiswa mampu menunjukkan keteladanan diri dalam memelihara integrasi nasional.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit

D. Metode Pembelajaran

Information Search

Diskusi

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber Pembelajaran:

a. Orange Juice for Integrity: Belajar Integritas kepada Para Tokoh Bangsa;

b. Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi;c. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi;d. Sumber-sumber lain yang relevan.

Media Pembelajaran:

a. Biografi Soekarno; Mohammad Hatta; Jenderal Soedirman; Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Frans Kaisiepo; K.H. Hasyim Asy’ari; Jenderal TNI Gatot Soebroto; Laksamana Madya TNI Yos Sudarso; Ki Bagus Hadikusumo; Mohammad Natsir, Ir. Djuanda

b. Video “Ki Bagus Hadikusuma, Penggagas Utama Sila Ketuhanan Yang Maha Esa” http://www.voa-islam.com/read Indonesiana/2017/06/02/51117/ki-bagus-hadikusumapenggagas-utama-sila-ketuhanan-yang-maha-esa/#sthash.10qLZ34W.dpbs

c. Video “Mosi Integral” https://www.youtube.com/watch?v=_49NnTmQJW8

Page 48: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB III

44

F. Aktifitas Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

a. Dosen dan mahasiswa mengawali kegiatan dengan tanya jawab tentang pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.

b. Dosen mengajak mahasiswa untuk menyimak bersama tayangan video tentang “Mosi Integral” https://www.youtube.com/watch?v=_49NnTmQJW8

c. Dosen mengajak mahasiswa untuk mengkaji semangat memelihara integrasi nasional dari video yang telah ditayangkan

d. Dosen menyampaikan rencana kegiatan dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan Inti (30 menit)

a. Dosen membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (3-5 orang per kelompok).

b. Setiap kelompok diberi tugas untuk mencari informasi, mendiskusikan, dan menjawab pertanyaan tentang semangat memelihara integrasi nasional dari tokoh-tokoh bangsa berikut:1. Kelompok 1 Soekarno;2. Kelompok 2 Mohammad Hatta;3. Kelompok 3 Jenderal Soedirman;4. Kelompok 4 Sri Sultan Hamengkubuwono IX;5. Kelompok 5 Frans Kaisiepo; 6. Kelompok 6 K.H. Hasyim Asy’ari; 7. Kelompok 7 Jenderal TNI Gatot Soebroto; 8. Kelompok 8 Laksamana Madya TNI Yos Sudarso; 9. Kelompok 9 Ki Bagus Hadikusumo; 10. Kelompok 10 Mohammad Natsir;11. Kelompok 11 Ir. Djuanda.

c. Dosen mereview jawaban dari setiap kelompok dan mengembangkan jawaban untuk menambah informasi mahasiswa, sehingga jawaban yang diperoleh semakin jelas.

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Dosen dan mahasiswa melakukan review atas materi yang telah dibahas dengan mengajukan pertanyaan topical review.

b. Dosen dan mahasiswa menyusun kesimpulan bersama tentang semangat memelihara integrasi nasional dari tokoh-tokoh bangsa.

c. Dosen menugaskan mahasiswa untuk mengkaji lebih lanjut semangat memelihara integrasi nasional dari tokoh-tokoh bangsa lain dari berbagai sumber yang relevan.

Page 49: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

G. Uraian Materi

Gagasan dan Keteladanan Tokoh-tokoh Bangsa dalam Memelihara Integrasi Nasional

Tokoh bangsa yang memiliki keteladanan dalam memelihara integrasi nasional antara lain adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Mohammad Natsir. Pertama, Ki Bagus Hadikusumo adalah anggota dari Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang bertugas merumuskan UUD 1945. Ia mewakili golongan Islam bersama dr. Sukiman Wirjosanjoyo, Haji Abdul Kahar Muzakkir, Wahid Hasyim, Abikoesno Tjokrosoejoso, Mr. Ahmad Soebardjo, dan Haji Agus Salim. Pada saat menjadi anggota BPUPKI, Ki Bagus Hadikusumo tercatat sebagai Pengurus Besar Muhammadiyah.

Di antara kalangan muslim dalam BPUPKI, Ki Bagus Hadikusumo ialah orang paling bersemangat dan teguh pendiriannya dalam menginginkan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Karena pendiriannya tersebut, Soekarno sampai menunjuk Mr. Teuku Mohammad Hasan dan Kasman Singodimedjo untuk bicara dengan Ki Bagus sehari setelah Proklamasi dan sebelum berlangsung sidang PPKI.

Dalam pembicaraan itu, Hasan memberikan tekanan pada pentingnya kesatuan nasional. Adalah sangat mutlak untuk tidak memaksa minoritas-minoritas Kristen penting (Batak, Manado, Ambon) masuk ke dalam lingkaran Belanda yang sedang berusaha kembali datang menjajah Indonesia, (Anderson, 1988). Demikian juga, Kasman Singodimedjo ditugasi untuk membujuk Ki Bagus agar menyetujui usulan agar para tokoh Islam menyetujui untuk menghapus tujuh kata dalam rancangan Pembukaan UUD 1945 dan menggantinya dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kasman Singodimedjo yang menggunakan Bahasa Jawa halus mengatakan kepada Ki Bagus bahwa “Belanda sedang thingil-thingil dan thongol-thongol (sedang bersiap dari kejauhan) menyerbu dan merebut kembali Indonesia yang baru merdeka” (Tanthowi, 2015) akhirnya dapat meluluhkan hati Ki Bagus Hadikusumo, yang pada mulanya berkeberatan untuk menerima usulan para koleganya di PPKI (Nasar, 2015). Logika yang diajukan oleh Kasman untuk meyakinkan Ki Bagus adalah alasan keamanan nasional, di mana kemerdekaan bangsa yang masih sangat muda sedang terancam. Selain itu, Kasman juga meyakinkan Ki Bagus bahwa UUD tersebut bersifat sementara, sebagaimana dikatakan Sukarno pada awal penyampaian pengantar

BAB III

45

Page 50: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB III

46

setelah membuka rapat PPKI pada 18 Agustus siang harinya (Tanthowi, 2015). Kesediaan Ki Bagus Hadikusumo menghapus tujuh kata menyangkut syariat Islam menjadi “kunci” pengesahan Pembukaan UUD 1945 dan prinsip-prinsip dasar negara Pancasila (Nasar, 2015).

Menurut A.M. Fatwa (Sardini, 2016), penerimaan Ki Bagus atas usulan para koleganya telah “memperlihatkan kebesaran hati demi kesatuan dan persatuan bangsa.” Sementara itu, sebuah penelitian Effendy (Tanthowi, 2015) mengajukan analisis yang hampir serupa mengenai kesediaan tokoh-tokoh Islam menerima penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Pertama, dimasukkannya kata-kata “Yang Maha Esa” dapat dilihat sebagai langkah simbolik untuk menunjukkan kehadiran unsur monoteistik Islam dalam ideologi negara. Bagi tokoh-tokoh Islam tersebut, sifat monoteistik tersebut merupakan cermin dari (atau sedikitnya sejalan dengan) prinsip tauhid dalam Islam. Kedua, situasi yang berlangsung menyusul Proklamasi Kemerdekaan mengharuskan para pendiri republik untuk bersatu menghadapi masalah-masalah lain. Yang paling penting di antaranya adalah upaya Belanda untuk kembali menduduki wilayah Nusantara. Selain itu, kesediaan para tokoh Islam tersebut tampaknya juga didorong oleh rasa optimisme karena jumlah konstituen yang besar, sehingga mereka percaya bahwa melalui Pemilu yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat, mereka masih memiliki kesempatan untuk secara konstitusional menjadikan Islam sebagai dasar negara.

Demikianlah, Indonesia baru telah lahir, bukan sebagai negara Islam sebagaimana digagas oleh tokoh-tokoh Islam, dan juga bukan negara sekuler yang memandang agama hanya masalah pribadi. Ketegangan akibat pertentangan ideologis ini telah berakhir dengan suatu jalan tengah, yaitu gagasan mengenai suatu negara yang ingin mengakui suatu asas religiusitas dan ingin bersifat positif terhadap semua agama.

Tokoh kedua adalah Mohammad Natsir. Prestasinya dalam Sejarah Republik Indonesia tercatat dalam sejarah panjang Indonesia. Yang paling besar, salah satunya adalah “Mosi Intergral” yang menyatukan kembali Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mosi Integral disampaikan Mohammad Natsir pada Sidang Parlemen RIS, 3 April 1950.

Mosi Integral lahir dari keprihatinan Mohammad Natsir atas hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, tahun 1949 yang membagi-bagi Indonesia menjadi sekitar 16 negara bagian, dan bentuk pemerintah Indonesia merupakan Republik Indonesia Serikat (RIS). Bagi Mohammad Natsir, hal tersebut tidak memberikan

Page 51: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB III

47

keuntungan bagi Indonesia, sebab itu seperti langkah Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Selain itu kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948 atau yang dikenal sebagai Peristiwa Madiun, juga turut memancing keprihatinan Natsir bahwa ketidakadilan telah menyelimuti negeri ini (Ryandi, 2018).

Sebelum menyampaikan pidatonya pada Sidang Parlemen RIS, Mohammad Natsir terlebih dahulu melakukan lobi-lobi politik yang cukup alot dengan perwakilan negara bagian dan parlemen di DPRS. Di parlemen, Natsir tidak hanya melakukan lobi politik dengan tokoh Islam saja seperti Sirajuddin Abbas dari Persatuan Tarbiyah Indonesia dan Amelz dari Partai Syarikat Islam Indonesia, tetapi Natsir juga melobi I. J Kasimo dari Partai Katolik, A. M Tambunan dari Partai Kristen Indonesia, dan Sukirman dari PKI (Pamungkas, 2018). Mohammad Natsir mengusulkan agar negara bagian RIS berbaur menjadi negara kesatuan Indonesia. Mosi Integral tersebut diterima sangat baik oleh para pemimpin Indonesia saat itu.

Pidato Natsir mendapat riuh tepuk tangan anggota parlemen disusul disetujui sepenuhnya oleh seluruh anggota DPRS-RIS. Pada 17 Agustus 1950 empat bulan pasca Mosi Integral dibacakan, Soekarno membubarkan RIS dan memproklamasikan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai kelanjutan dari Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Mosi Integral telah mengembalikan Indonesia ke dalam bentuk negara kesatuan dan terhindar dari ancaman perpecahan, dengan cara yang demokratis, konstitusional, dan terhormat. Usaha ini adalah buah upaya sosok ulama dan negarawan Mohammad Natsir.

H. Evaluasi

Penilaian proses: Penilaian unjuk kerja (diskusi)

Penilaian hasil: Topical Review

I. Lampiran-Lampiran

Page 52: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Pertanyaan untuk Topical Review

1. Topik ini membahas tentang apa? 2. Mengapa topik itu penting kita bahas?3. Siapakah yang dapat mengemukakan contoh semangat

integrasi dari para tokoh?4. Aktivitas apakah yang dapat kita lakukan untuk meneladani

semangat memelihara integrasi nasional dari para tokoh itu?

BAB III

48

Penelusuran sumber dan diskusi kelompok

Format Isian Hasil Penelusuran Sumber dan Diskusi Kelompok

No Nama Tokoh BangsaSemangat Integrasi

NasionalKeterangan

1 Soekarno

2 Mohammad Hatta

3 Jenderal Soedirman

4Sri Sultan Hamengkubuwono IX

5 Frans Kaisiepo 

6 K.H. Hasyim Asy’ari 

7Jenderal TNI Gatot Soebroto

8Laksamana Madya TNI Yos Sudarso

9Ki Bagus Hadikusumo

10 Mohammad Natsir

11 Ir. Djuanda

Page 53: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 54: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 55: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

SEMANGAT KERJA KERAS DAN KESEDERHANAAN DALAM PENYUSUNAN, PELAKSANAAN, DAN PENGAWASAN KONSTITUSI

BAB IV:

Page 56: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 57: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB IV

53

A. Tujuan Pembelajaran

Mengidentifikasi semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan konstitusi.

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa dapat mengidentifikasi semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan konstitusi. Mahasiswa dapat mengemukakan argumentasi pentingnya semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam membangun integritas pribadi yang mengedepankan kepentingan negara dan bangsa.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit

D. Metode Pembelajaran

Diskusi

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber Pembelajaran:

a. Buku Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi: Nilai-nilai Antikorupsi.

b. UUD 1945.c. Orange Juice for Integrity): Belajar Integritas Semangat Kerja

Keras dan Kesederhanaan.

Media Pembelajaran:

a. Video Hoegeng Imam Santoso (Kepolisian/Tokoh Penegak Hukum) https://www.youtube.com/watch?v=sZVWdBW4kaw

b. Video Baharuddin Lopa (Tokoh Penegak Konstitusi/Peradilan) https://www.youtube.com/watch?v=cPNS6JogH3I

F. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

a. Dosen memberikan pengantar dan penjelasan tentang rencana kegiatan pembelajaran dengan metode diskusi mengenai semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan konstitusi.

b. Mahasiswa mengamati tayangan video tentang perilaku tokoh.

Page 58: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB IV

54

Kegiatan Inti (30 menit)

a. Dosen memfasilitasi pembagian kelas. Kelas dibagi menjadi tiga kelompok dengan tugas masing-masing: 1. Kelompok I mendiskusikan pentingnya semangat kerja keras

dan kesederhanaan dalam penyusun konstitusi; 2. Kelompok II mendiskusikan semangat kerja keras dalam

pelaksanaan konstitusi; 3. Kelompok III mendiskusikan pengawasan terhadap

konstitusi.

b. Dosen meminta kelompok mempelajari dan mendiskusikan tugas masing-masing:1. Kelompok I menelusuri semangat kerja keras dan

kesederhanaan para penyusun konstitusi (sejarah penyusunan dasar negara oleh BPUPKI dan Panitia Sembilan yang melahirkan Piagam Jakarta; Penyusunan Rancangan Dasar Negara; dan Pengesahan UUD 1945 oleh PPKI) dan keterkaitannya dengan mekanisme kerja lembaga-lembaga legislatif dewasa ini;

2. Kelompok II mendiskusikan semangat kerja keras dan kesederhanaan para pelaksana konstitusi (para pejabat eksekutif) dalam menjalankan konstitusi;

3. Kelompok III menelusuri pola perilaku semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam penegakan konstitusi.

c. Dosen meminta mahasiswa untuk melaporkan (presentasi) hasil diskusi tentang perilaku keteladanan dalam penyusunan, pelaksana, dan pengawasan konstitusi dengan semangat kerja keras dan kesederhanaan.

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Secara bersama-sama mengambil simpulan, yakni memaknai pentingnya semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan penegakan, serta pengawasan konstitusi.

b. Mahasiswa membuat satu tugas mengamati, dan menemukan pola-pola perilaku tokoh dari warga masyarakat yang memiliki semangat kerja keras dan kesederhanaan untuk melawan korupsi.

c. Refleksi tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung. Semangat memelihara integritas nasional dari tokoh-tokoh bangsa lain dari berbagai sumber yang relevan.

Page 59: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB IV

55

G. Uraian Materi

Semangat Kerja Keras dan Kesederhanaan Sebagai Nilai Antikorupsi

Merujuk pada ensiklopedia online Wikipedia, semangat kerja dapat dimaknai sebagai dorongan kepada seseorang untuk giat bekerja. Dorongan tersebut berasal dari dirinya sendiri atau dari luar. Kerja Keras bisa diartikan memiliki semangat kerja, akan bekerja keras, tidak mudah menyerah, selalu berusaha sebaik-baiknya. Kerja keras memiliki ciri: (1) kesulitan tidak membuat berhenti bekerja; (2) mencari cara kerja baru; (3) tidak malu bertanya; dan (4) disiplin. Disiplin menunjuk (1) menghargai waktu; (2) tidak mengingkari janji; dan (3) jujur. Sedangkan jujur ditandai dengan: (1) bersedia mengakui kekurangan; (2) tidak takut ejekan; dan (3) taat aturan.

Kesederhanaan adalah properti, kondisi, atau kualitas ketika segalanya dapat dipertimbangkan untuk dimiliki. Kesederhanaan berhubungan dengan beban yang pada diri seseorang yang mencoba untuk menjelaskan atau memahaminya. Sesuatu yang mudah dipahami atau dijelaskan adalah sederhana, berlawanan dari sesuatu yang rumit (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).

Semangat Kerja Keras dan Kesederhanaan Para Penyusun (Legislatif), Pelaksana (Eksekutif), dan Pengawas Konstitusi (Yudikatif). Semangat Kerja Keras dan Kesederhanaan Para Penyusun Konstitusi

Sejarah tokoh bangsa, menunjukkan betapa para anggota panitia penyusun konstitusi bekerja keras menyiapkan dasar negara, Mukadimah dan rancangan pasal-pasal dalam UUD 1945. Dari proses penemuan ide dasar negara, pembentukan panitia kecil (Panitia Sembilan yang melahirkan Piagam Jakarta, dll.) hingga penyusunan Rancangan UUD 1945 pada 10 hingga 16 Juli 1945, kemudian disahkan menjadi UUD 1945 oleh PPKI hanya dalam tempo yang tidak terlalu lama menghasilkan suatu konstitusi bisa diterima dan telah mempersatukan bangsa dan terbentuknya negara Indonesia. Sejarah menunjukkan adanya sejumlah tokoh dengan cerdas dan kerja keras memecahkan permasalahan untuk kepentingan bangsa dan negara ini. Sejarah membuktikan pula, bahwa dalam kondisi fasilitas, sarana dan prasarana yang serba terbatas ketika itu, mereka berjuang dan berprestasi dalam suasana hidup yang penuh kesederhanaan. Kesederhanaan menjadi karakter atau ciri para tokoh bangsa, yang dapat menjadi teladan bagi para anggota legislatif di zaman modern ini.

Semangat kerja keras dan kesederhanaan pelaksanaan konstitusi

Page 60: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

dapat dijelaskan sebagai kerja keras menjalankan tugas-tugas pemerintahan (eksekutif) sesuai dengan ketentuan konstitusi dan peraturan perundang-undangan.

Demikian halnya dalam pengawasan konstitusi. Semangat kerja keras dan kesederhanaan memiliki pola-pola perilaku kerja keras dan kesederhanaan dalam menjalankan fungsi-fungsi mengawasi/ menegakan konstitusi (yudikatif). Berikut Lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif dan yudikatif) yang ada di Indonesia dewasa ini berdasar UUD 1945.

a. Legislatif

Badan Legislatif di Indonesia meliputi: MPR, DPR, DPD.

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Lembaga MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD

yang dipilih melalui pemilihan umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Tetapi setelah UUD 1945 diamandemen istilah lembaga tertinggi negara tidak ada lagi, yang ada hanya lembaga negara.

2. DPRLembaga negara DPR yang bertindak sebagai lembaga

legislatif mempunyai fungsi:• Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga

pembuat undang-undang.• Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga

yang berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

• Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.

3. Dewan Perwakilan DaerahDewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga

perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-banyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun.

BAB IV

56

Page 61: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

b. Eksekutif

Lembaga eksekutif di Indonesia meliputi Presiden dan wakil Presiden beserta menteri-menteri yang membantunya. Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Di Indonesia, Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara.

c. Yudikatif

1. Mahkamah Agung Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang

memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

2. Mahkamah KonstitusiMahkamah Konstitusi, sesuai Pasal 24C UUD 1945,

berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

H. Evaluasi

1. Tes Esai:Kemukakanlah tokoh-tokoh bangsa yang telah memberikan teladan semangat kerja keras dan kesederhanaan, serta sebutkan sejarah prestasinya, sebagai berikut:a. Anggota penyusun konstitusi b. Pejabat pemerintah (eksekutif), dan c. Pengawas berjalannya konstitusi/penegak hukum/peradilan.

2. Apakah semangat kerja keras dan kesederhanaan dapat dijadikan dasar untuk mencegah korupsi, kemukakanlah argumen Saudara!

3. Rencana Tindak Lanjut (RTL): Mahasiswa diberi tugas menemukan seseorang yang dapat dijadikan model yang memberikan teladan semangat kerja keras dan kesederhanaan, yakni seorang tokoh/warga masyarakat pada zaman kini, yang prestasi/keteladanannya diakui oleh masyarakat. Buatlah biografinya!

BAB IV

57

Page 62: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Prof. Dr. Mr. Soepomo, S.H Tokoh Perumus Konstitusi

Hoegeng Imam Santoso Tokoh Penegak Hukum

Baharudin Lopa Tokoh di bidang Peradilan

BAB IV

58

Prof. Dr. Mr. Soepomo, S.H. adalah salah satu tokoh penting yang berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan Mr. Soepomo dijuluki sebagai Arsitek UUD 1945. Ada banyak hal yang dapat diteladani dari Mr. Soepomo, antara lain sebagai berikut.

1. Mr. Soepomo dikenal sebagai pelajar tangguh, ia bahkan melanjutkan sekolah sampai ke negeri Belanda. Semangatnya dalam mengejar pendidikan perlu diteladani siapapun.

2. Meskipun dekat dengan Belanda dan bahkan bekerja di kantor Belanda, namun Mr. Soepomo tetap berani mengkritik belanda di dalam disertasinya. Sikapnya yang selalu memihak pada kebenaran perlu untuk diteladani.

3. Meski Mr. Soepomo memberi kritik, namun ia dikenal dengan etika bahasanya yang sangat sopan sehingga kritikan yang sampaikan tidak ditanggapi secara keras namun membekas. Ini membuktikan bahwa Mr. Soepomo selain cerdas juga berkepala dingin, sikap ini tentu perlu juga kita teladani.

4. Saat merumuskan dasar negara, Mr. Soepomo dan pendiri bangsa lainnya berdiskusi saling memberi pendapat untuk kepentingan bersama dengan mengenyampingkan ego untuk mencapai musyawarah mufakat. Ini nilai teladan yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

a. Prof. Dr. Mr. Soepomo, S.HTokoh Perumus Konstitusi

I. Lampiran-Lampiran

Keteladanan Tokoh: Semangat kerja keras dan kesederhanaan para penyusun, pelaksana, dan pengawas konstitusi

Page 63: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

“Itu Bukan Rumah Kami”Hoegeng Iman Santoso dan keluarganya mendapat sebuah

kejutan besar ketika diangkat sebagai Kepala Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Sumatera Utara pada 1956. Sempat berdiam di Hotel De Boer selama beberapa waktu karena rumah dinas masih dihuni pejabat lama, Hoegeng terkejut bukan kepalang saat tiba giliran menempati rumah itu. Rumah dinas itu dipenuhi barang-barang mewah. Hoegeng tak bisa menerima hal itu. Ia dan keluarganya berkeras tetap tinggal di hotel jika barang-barang mewah itu masih ada di sana. Mereka baru akan pindah bila rumah tersebut hanya diisi barang-barang inventaris kantor. Pada akhirnya, Hoegeng dan keluarganya mengeluarkan semua barang mewah itu ke tepi jalan. Bagi Hoegeng, keberadaan barang-barang mewah itu sangat mencurigakan. Pasalnya, mereka belum mengenal siapa pun di tempat baru tersebut. Belakangan diketahui, barang-barang itu berasal dari bandar judi yang hendak menyuapnya.

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/06/Or-ange-Juice-Integritas-kpk.pdf

b. Hoegeng Imam SantosoTokoh Penegak Hukum

BAB IV

59

“Cerita Baharudin Lopa”Sangat berhati-hati dan cermat sudah menjadi kebiasaan

Baharuddin Lopa. Bagi dia, tak ada urusan sepele. Tak terkecuali soal bensin di mobil yang dipakainya. Suatu ketika, sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, Lopa mengadakan kunjungan ke sebuah kabupaten di wilayah kerjanya. Dalam perjalanan pulang, Lopa tiba-tiba menyuruh ajudannya menghentikan mobil. Lopa bertanya kepada sang ajudan, “Siapa yang mengisi bensin?” Si ajudan pun dengan jujur menjawab, “Pak Jaksa, Pak!”

Mendengar itu, Lopa menyuruh ajudannya memutar mobil, kembali ke kantor sang jaksa yang mengisikan bensin ke mobil itu. Tiba di sana, Lopa meminta sang jaksa menyedot kembali bensin sesuai dengan jumlah yang diisikannya. “Saya punya uang jalan untuk beli bensin, dan itu harus saya pakai,” seloroh Lopa. Kecurigaan Lopa berawal saat jarum penunjuk di meteran bahan

c. Baharudin LopaTokoh di Bidang Peradilan

Page 64: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB IV

60

bakar mendekati “F”. Padahal, seingat dia, saat tiba di tujuan, jarum penunjuk justru mendekati “E”. Dari situlah, ia mengetahui ada orang yang telah mengisikan bensin ke mobilnya.

“Fasilitas Bukan Milik Pribadi”Segala sesuatu harus sesuai peruntukannya. Mobil dinas hanya

untuk keperluan dinas, tak boleh untuk kepentingan pribadi. Bagi Baharuddin Lopa, itu prinsip yang sangat mendasar. Itu sebabnya, dia melarang istri dan ketujuh anaknya menggunakan mobil dinas untuk keperluan sehari-hari. Suatu ketika, hal itu membuat seorang kerabatnya kecele. Ceritanya, pada 1983, Lopa diundang menjadi saksi pernikahan. Tuan rumah yang juga kerabatnya, Riri Amin Daud, dan pagar ayu telah menunggu kedatangannya.

Mereka menanti mobil dinas berpelat DD-3 berhenti di depan pintu. Namun, lama ditunggu, mobil itu tak jua tiba. Ketika sedang resah menanti, tiba-tiba saja suara Lopa terdengar dari dalam rumah. Rupanya, ia bersama sang istri datang ke sana dengan menumpang pete-pete, angkutan kota khas Makassar. “Ini hari Minggu. Ini juga bukan acara dinas. Jadi, saya tak boleh datang dengan mobil kantor,” terang Lopa. Bukan hanya urusan mobil, soal telepon pun Lopa sangat ketat. Di rumahnya, telepon dinas selalu dikunci. Bahkan, semasa menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, dia sampai memasang telepon koin di rumah dinasnya agar pemakaiannya terpantau.

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/wp-content/uploads/2018/06/Or-ange-Juice-Integritas-kpk.pdf

Page 65: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 66: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 67: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Penguatan nilai-nilai KEMANDIRIAN, KEBERANIAN, KEADILAN SEBAGAI ARGUMEN UNTUK MEMBANGUN KEHARMONISAN ANTARA KEWAJIBAN DAN HaK negaRa - WaRga negaRa DI BIDANG EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN NASIONAL

BAB V:

Page 68: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 69: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB V

65

A. Tujuan Pembelajaran

Penguatan nilai-nilai kemandirian, keberanian dan keadilan sebagai argumen membangun keseimbangan antara kewajiban dan hak negara-warga negara di bidang ekonomi dan kesejahteraan nasional.

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian konsep sistem perekonomi-an nasional dan kesejahteraan sosial menurut UUD 1945.

Mahasiswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor hambatan pengem-bangan keharmonian kewajiban-hak negara dan warga negara dalam implikasi/praktik sistem ekonomi di Indonesia.

Mahasiswa dapat mengungkap nilai-nilai kemandirian, keberanian, dan keadilan untuk melawan korupsi dalam pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit

D. Metode Pembelajaran

Diskusi

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber pembelajaran:

a. Buku Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi: untuk mempelajari nilai-nilai kemandirian, keberanian dan keadilan untuk menangkal perbuatan korupsi.

b. UUD 1945 Pasal 33 tentang sistem perekonomian Indonesia.c. Orange Juice for Integrity: Belajar Integritas Para Tokoh/

Pakar Ilmu Ekonomi Kerakyatan (Moh. Hatta, dan Ahli Ekonomi Kerakyatan lainnya).

d. Pengalaman-pengalaman peserta diskusi.

Media Pembelajaran:

Media gambar/video tentang contoh-contoh praktik pembangunan sistem ekonomi bernuansa kapitalisme dan ekonomi kerakyatan (realitas pasar tradisional).

Page 70: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB V

66

F. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

Dosen memberikan penjelasan tentang pentingnya mempelajari nilai-nilai kemandirian, keberanian, dan keadilan untuk mengembangkan keharmonian kewajiban-hak negara dan warga negara dalam mengimplementasi atau mempraktikkan sistem ekonomi dan mengupayakan kesejahteraan sosial.

Kegiatan Inti (30 menit)

a. Dosen memberikan beberapa contoh fakta/fenomena praktik ekonomi mikro di Indonesia, yakni bahwa di satu sisi berkembang pasar modern di sisi lain keberadaan pasar tradisional sebagai basis ekonomi kerakyatan semakin terperosok.

b. Dosen membagi kelas menjadi dua kelompok dan tugasnya masing-masing, sebagai berikut: Kelompok satu membahas konsep dan implementasi/praktik sistem ekonomi kapitaslisme (segi-segi positif dan negatif, pandangan dan sikap mahasiswa terhadap tanggung jawab, kemandirian, keberanian, dan keadilan melawan korupsi yang dilakukan pemerintah lokal dalam membangun keseimbangan antara kewajiban-hak negara dan warga negara bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial); dan kelompok dua membahas konsep sistem ekonomi kerakyatan berdasar Pasal 33 UUD 1945 dan implementasi/praktiknya (pendapatnya terhadap fenomena pasar tradisional sebagai bagian dari pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, kesenjangan/dilema antara konsep ekonomi kerakyatan dengan fenomena/praktiknya, sikap kemandirian, keberanian, dan keadilan melawan korupsi pemerintah (lokal) menghadapi intervensi pasar modern, memberikan penilaian terhadap dampak praktik sistem kapitalisme, akses warga masyarakat miskin sebagai bagian upaya membangun keseimbangan antara kewajiban, hak negara dan warga negara bidang ekonomi dan kesejahteraan sosial.

c. Dosen meminta laporan (presentasi) hasil diskusi.

Kegiatan Penutup (10 menit)

a. Secara bersama-sama antara mahasiswa dan dosen menemukan simpulan bahwa nilai-nilai kemandirian, keberanian, dan keadilan, diperlukan untuk melawan korupsi dalam membangun keseimbangan antara kewajiban-hak negara dan warga negara, warga negara dengan negara (pemerintah) bidang ekonomi sesuai dasar konstitusi (Pasal 33 UUD 1945).

Page 71: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB V

67

b. Refleksi mengenai proses pembelajaran. c. Rencana Tindak Lanjut (RTL): Mahasiswa memiliki keberpihakan/

kepedulian dalam upaya pengentasan kemiskinan.

G. Uraian Materi

Teori/Konsep Sistem Perekonomian Kapitalisme dan Ekonomi Kerakyatan (Sosialisme)

Sistem Ekonomi Kapitasisme dikembangkan dari paham liberal (kebebasan individu/individualisme). Sistem ini melahirkan sistem pasar bebas. Ciri-ciri sistem ekonomi kapitalisme adalah sebagai berikut:

a. Pemilikan kekayaan pribadib. Tidak ada pembatasan untuk mengumpulkan kekayaanc. Pemerintah tidak campur tangan dalam perekonomian, sehingga

terjadi pasar bebasSistem kapitalisme klasik mengalami pergeseran, semenjak tahun 1930-an sistem kapitalis dimodifikasi menjadi sedikit lebih longgar tetapi tetap menekankan pasar bebas:

a. Sebagian besar harta kekayaan dimiliki secara pribadib. Sedikit batasan nyata terhadap pengumpulan harta kekayaanc. Pengaturan ekonomi oleh pemerintah – pasar bebas dimodifikasid. Terdapat program bantuan kepada golongan lemah oleh

pemerintahSosialisme adalah sistem ekonomi yang ada unsur pengendalian dari pemerintah, tetapi terdapat kebebasan warga negara, ciri-cirinya:

a. Sebagian kekayaan (termasuk industri, jasa umum dan transportasi) dimiliki publik melalui pemerintah yang demokrasi

b. Pembatasan pemilikan kekayaan pribadic. Peraturan pemerintah terhadap ekonomid. Program bantuan terhadap yang lemah dari pemerintah

UUD 1945 untuk Mengkaji Konsep Pengembangan Sistem Ekonomi Berdasar UUD 1945 (Pasal 33) dan Implementasinya

Fenomena Praktik Sistem Ekonomi Kapitalisme (Pasar Modern) dan Sistem Ekonomi Kerakyatan (Pasar Tradisional) di Indonesia:

Pengalaman praktik pasar modern (supermarket, minimarket, dsb.) dan pasar tradisional, yang dapat dilihat antara lain dari siapa pemilik modal dan laba, lokasi keberadaannya, peruntukan dan asas penyelenggaraannya, akses kepada kaum miskin, dsb.

Page 72: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

H. Evaluasi

Tes Esai:

1. Bagaimanakah praktek sistem ekonomi kapitalis dan ekonomi kerakyatan (sosialis) di Indonesia selama ini?

2. Pertumbuhan sistem ekonomi kerakyatan tersendat, bahkan mengalami kemerosotan, apakah yang menjadi penyebabnya?

3. Menurut pendapat Saudara, seharusnya bagaimanakah komitmen/sikap kemandirian, keberanian, dan keadilan untuk melawan korupsi yang ditunjukkan para pejabat pemerintah setempat dalam pengembangan pasar modern dan pasar tradisional?

BAB V

68

Page 73: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 74: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 75: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

iMPleMentaSi nilai-nilai ANTIKORUPSI DALAM PROSES DEMOKRASI DI BIDANG POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KeHiDuPan SeHaRi-HaRi

BAB VI:

Page 76: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 77: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VI

73

A. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi dalam proses demokrasi di bidang politik, pemerintahan dan kehidupan sehari-hari.

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu mengamalkan nilai-nilai antikorupsi dalam sebuah proses demokrasi di bidang politik, pemerintahan dan kehidupan sehari-hari.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit

D. Metode Pembelajaran

Simulasi debatPembelajaran kooperatif

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber pembelajaran:

a. Orange Juice for Integrity: Belajar Integritas kepada Para Tokoh Bangsa;

b. Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi.

Media Pembelajaran:

a. Video anggota DPR RI tertidur saat sidang https: //youtu.be/PkS-LCzV-Lo

F. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan Awal (5 menit)

a. Kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian nilai-nilai antikorupsi kepada mahasiswa, kemudian memberikan gambaran tentang pokok bahasan yang akan didiskusikan.

b. Selanjutnya memaparkan kaitan antara nilai-nilai antikorupsi dengan proses pengambilan keputusan sebagai bagian dari proses demokrasi di bidang politik, pemerintahan dan kehidupan sehari-hari.

c. Tampilkan pertanyaan pembuka seperti apa yang dimaksud dengan nilai-nilai antikorupsi dan pengetahuan serta pemahaman tentang Demokrasi.

Page 78: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VI

74

Kegiatan Inti (40 menit)

a. Membagi mahasiswa dalam kelompok pro dan kontra, kemudian memberikan tema kepada masing-masing kelompok.

b. Selanjutnya mahasiswa berdiskusi untuk membentuk argumen sesuai tema masing-masing. Tema diskusi adalah tentang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dalam mendukung proses demokrasi di Indonesia.

c. Tim Pro menyusun argumen yang mendukung pelaksanaan Pilkada serentak, sementara tim kontra menyusun argumen yang tidak mendukung (menolak) implementasi Pilkada serentak di Indonesia.

Kegiatan Penutup (5 menit)

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan telaah hasil debat oleh dosen, telaah disampaikan dari perspektif pro maupun kontra beserta alasan-alasan yang menjadi dasar. Selanjutnya masing-masing kelompok menyampaikan simpulan debat dan kaitannya dengan nilai-nilai antikorupsi. Kemudian dosen memberikan masukan atas simpulan tersebut. Minta mahasiswa mencari contoh lain yang mencerminkan proses demokrasi Indonesia. Misalnya menampilkan contoh video sengketa Pilkada, tersangka kasus korupsi KPK yang ikuti Pilkada Serentak 2018 https://youtu.be/kGUkSRTzMbE. Dari contoh kasus tersebut mahasiswa diharapkan dapat memiliki pendapat dan argumen, tentang diperbolehkannya seorang tersangka kasus korupsi atau mantan narapidana kasus korupsi berkompetisi dalam kontestasi Pilkada serentak, dampaknya bagi pendidikan politik masyarakat, dan bagaimana mengantisipasi hal tersebut.

G. Uraian Materi

Implementasi Nilai-nilai Antikorupsi dalam Proses Demokrasi di Bidang Politik dan Pemerintahan

Nilai-nilai antikorupsi yang dirumuskan oleh KPK meliputi sembilan nilai antikorupsi, yaitu nilai Jujur, Peduli, Mandiri, Disiplin, Tanggung jawab, Kerja keras, Sederhana, Berani, dan adil. Jika dikelompokan, kesembilan nilai-nilai antikorupsi tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok atau tiga aspek dalam nilai-nilai antikorupsi, yaitu: aspek inti, aspek etos kerja, dan aspek sikap.

a. Aspek inti meliputi nilai jujur, disiplin, tanggung jawabb. Aspek etos kerja meliputi nilai kerja keras, sederhana, mandiric. Aspek sikap meliputi adil, berani, peduli

Page 79: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VI

75

Dalam proses demokrasi di bidang politik dan pemerintahan, nilai-nilai antikorupsi seyogyanya dijadikan sebagai landasan dalam setiap proses pengambilan keputusan. Landasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia itu mempunyai kedudukan yang sama dalam hubungannya satu dengan yang lain.

Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik dua asas pokok yaitu:

a. Pengakuan partisipasi dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara bebas dan rahasia.

b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, Unites States Information Agency (1999, p.5) mengintisarikan demokrasi sebagai sistem yang memiliki 11 pilar, yaitu:

a. Kedaulatan rakyatb. Pemerintah berdasarkan persetujuan dari yang diperintahc. Kekuasaan mayoritasd. Hak-hak minoritas e. Jaminan Hak Asasi Manusiaf. Pemilihan yang bebas dan jujurg. Persamaan di depan hukumh. Proses hukum yang wajari. Pembatasan pemerintahan secara konstitusionalj. Pluralisme sosial, ekonomi dan politikk. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat

Implementasi Nilai-nilai Antikorupsi dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam implementasi nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita tidak menyadari jika perilaku yang ditampilkan misalnya oleh pejabat negara adalah perilaku koruptif. Salah satu contoh perilaku koruptif yang dilakukan dalam pejabat pemerintahan adalah adanya pungutan liar (Pungli) yang dilakukan misalnya oleh aparat dinas perhubungan di jalan raya. Contoh lain yang acapkali kita temui adalah maraknya oknum pejabat pemerintahan daerah yang meminta sejumlah uang kepada pemilik toko di perkotaan dengan dalih untuk retribusi usaha. Padahal jelas dalam konstitusi kita setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk usaha di tempat umum. Ironisnya hal tersebut telah berlangsung sejak lama dan tidak ada tindakan tegas

Page 80: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

dari pemerintah untuk menindak oknum aparat tersebut, juga tidak ada aturan secara formal yang mengatur mengenai perbuatan tersebut, padahal perbuatan tersebut masuk dalam kategori penyalahgunaan wewenang. Untuk itu sangat penting kiranya mahasiswa diberikan materi dan pemahaman dalam hal mengidentifikasi perilaku koruptif dalam pelaksanaan demokrasi, khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan misal penggunaan media sosial untuk kampanye negatif. Untuk dapat mengidentifikasi perilaku koruptif, maka mahasiswa harus memahami nilai-nilai antikorupsi, yaitu jujur, peduli, mandiri, tanggung jawab, sederhana, benar dan adil. Mahasiswa juga perlu memahami tentang bahaya dari perilaku koruptif yang dilakukan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, selain tentu hal tersebut melanggar aturan, perilaku tersebut tentu akan mengakibatkan kerugian pada masyarakat, yang dapat berdampak pada kesejahteraan rakyat.

Demokrasi memberikan alternatif yang lebih banyak dan lebih sehat bagi warga negara, karena demokrasi sangat menjamin kebebasan berkelompok dan berpendapat dalam masyarakat. Di antara kebebasan tersebut meliputi:

a. Kebebasan partisipasi, misalnya pemberian suara pada saat pemilihan umum, kontak dengan pejabat pemerintah, melakukan protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah, dan mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik melalui pemilihan sesuai dengan sistem pemilihan yang berlaku.

b. Kesetaraan antarwarga, merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlukan bagi pengembangan demokrasi Indonesia.

c. Kesetaraan gender, adalah sebuah keniscayaan demokrasi di mana kedudukan laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum.

d. Kedaulatan rakyat, dalam sebuah negara demokrasi, rakyatlah pemegang kedaulatan tertinggi, oleh karena itu pemerintahan berasal dari rakyat dan harus bertanggung jawab pula pada rakyat.

e. Rasa percaya antar kelompok masyarakat merupakan nilai dasar yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Sebah pemerintahan yang demokratis akan sulit terbentuk dan berkembang bila rasa saling percaya satu sama lain tidak tumbuh.

Dalam implementasi nilai-nilai antikorupsi dalam proses demokrasi, dilema akan berpotensi muncul saat keputusan yang akan diambil berkaitan dengan bidang politik dan pemerintahan, mengingat konflik kepentingan dalam bidang politik sangat tinggi, yang kemudian berpengaruh dalam bidang pemerintahan. Setelah masuk dalam

BAB VI

76

Page 81: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

bidang pemerintahan, selanjutnya akan diwujudkan dalam kebijakan atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat dan hal tersebut akan mengimplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

H. Evaluasi

Evaluasi Proses

Dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap proses simulasi debat yang dilakukan oleh setiap kelompok, baik pro maupun kontra, kedalaman materi yang disampaikan, dan tentu cara mempertahankan pendapat yang logis dan santun. Kriteria penilaian tersedia pada lembar indikator penilaian debat. Ungkapkan pula kemungkinan yang dapat terjadi beserta konsekuensinya pada sebuah kasus baik dari sisi pro maupun kontra.

Evaluasi Hasil Pembelajaran

Evaluasi dilakukan dengan memberikan kategori bahasan dalam setiap kelompok pro dan kontra. Tampilkan juga kemungkinan timbulnya persoalan jika Pilkada serentak dilaksanakan dan persoalan yang mungkin juga muncul apabila Pilkada serentak tidak dilaksanakan.

I. Lampiran-Lampiran

BAB VI

77

Tata Cara Debat

1. Masing-masing tim pro dan kontra diberikan waktu 10 menit untuk menyampaikan argumen tentang tema yang dibahas.

2. Tim yang lain dipersilakan untuk mengajukan sanggahan atau pertanyaan yang disampaikan oleh tim yang lain.

3. Selanjutnya tim pro atau kontra dipersilahkan menyampaikan bidasan atas sanggahan atau pertanyaan yang disampaikan tim lain.

4. Bagi tim yang melebihi alokasi waktu maka wajib dihentikan dalam menyampaikan argumen.

Indikator Penilaian Debat

Ketepatan argumen 25%

Ketepatan alokasi waktu 25%

Kualitas pertanyaan atau sanggahan yang diajukan 25%

Ketepatan penyimpulan 25%

Page 82: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 83: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

PENEGAKAN HUKUM DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB VII:

Page 84: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 85: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VII

81

A. Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menganalisis proses penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi.

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu menganalisis peraturan perundang-undangan dalam pemberantasan tidank pidana korupsi.

Mahasiswa mampu menjelaskan proses penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit.

D. Metode Pembelajaran

1. Curah Gagasan (Brain Storming)Curah gagasan tentang mekanisme dan problematika penegakan hukum yang berkeadilan di Indonesia. Dimulai sejak penyusunan aturan-aturan hukum, proses penegakan hukum, aparat penegak hukum, sampai dengan eksekusi yang dilakukan terhadap sebuah putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Dari curah gagasan ini diharapkan mampu menyerap pendapat mahasiswa terkait proses penegakan hukum di Indonesia beserta tantangan yang dihadapi. Mahasiswa diminta menyampaikan pendapat dan gagasannya tentang kasus pembatalan Peraturan KPU oleh Mahkamah Konstitusi terkait mantan narapidana kasus korupsi yang diperbolehkan berkontestasi dalam Pilkada.

2. Diskusi KelompokSetelah diperoleh gagasan-gagasan awal dari mahasiswa tentang problematika penegakan hukum di Indonesia, khususnya terkait putusan MK tersebut, kemudian mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan hasil curah gagasan. Dari diskusi masing-masing kelompok tersebut diharapkan akan muncul solusi dalam setiap permasalahan yang dihadapi dari setiap problematika yang berhasil diidentifikasi dari hasil curah gagasan tersebut. Dari solusi yang diperoleh kemudian dipresentasikan kepada kelompok yang lain guna membaca kemungkinan implementasi solusi yang diperoleh dari diskusi tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberantasan korupsi.

Page 86: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VII

82

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber Pembelajaran:

a. Orange Juice for Integrity: Belajar Integritas kepada Para Tokoh Bangsa.

b. Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi.c. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.d. Jurnal Integritas KPK.e. Sumber lain yang relevan.f. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Media Pembelajaran:

a. Media cetak (koran) dan tabloid misalnya Kompas dan Tempo;b. Video berita tentang tidak jelasnya proses penyelesaian sebuah

kasus hukum yang terjadi. Misalnya video maraknya kepala daerah dan anggota DPR dan DPRD yang terlibat dalam kasus korupsi, sebagai contoh berita tentang KPK; 95 Kepala Daerah Terjerat Kasus Korupsi https://youtu.be/mKxqda7NXT0. Contoh lain adalah video proses penyelesaikan kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan mantan pejabat Polri Joko Susilo https://youtu.be/k0LZdD5xZul.

F. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

a. Pendahuluan dan membangun suasana kelasKegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan kepada mahasiswa bahwa tujuan dari curah gagasan (brain storming) hanyalah untuk mengetahui pendapat-pendapat mereka tentang pentingnya memperkuat perangkat hukum dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan pentingnya pengaturan tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan.

b. Memulai curah gagasanTampilkan pernyataan pembuka tentang konsep penegakan hukum yang berkeadilan, sesuai dengan tujuan dibentuknya negara Indonesia. Mahasiswa diminta menjawab pertanyaan tersebut, kemudian memberikan contoh kasus nyata yang terjadi dalam kehidupan bernegara saat ini. Mahasiswa diminta menyampaikan pendapatnya tentang putusan MA yang membatalkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018, yang melarang mantan narapidana kasus korupsi untuk menjadi calon legislatif.

Page 87: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VII

83

Kegiatan Inti (35 menit)

a. Mendiskusikan dan mengeksplorasi beberapa contoh kasus nyataMenjelaskan definisi penegakan hukum berdasarkan konsep negara hukum dan proses penegakan hukum yang berkeadilan, yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Mendiskusikan dan mengeksplorasi beberapa contoh kasus nyataMahasiswa diminta mendiskusikan tentang berbagai kasus hukum yang mereka dapatkan dalam curah gagasan, kemudian identifikasi berbagai proses penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah, apakah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-undangan. Contoh adalah kasus Korupsi e-KTP https:youtu.be/YCn1130Ntac. Mahasiswa diminta menjelaskan aspek-aspek korupsi yang terdapat dalam peristiwa e-KTP yang melibatkan Setya Novanto. Masing-masing kelompok berdiskusi mengenai kasus tersebut, kemudian membuat simpulan hasil diskusi dari kasus korupsi tersebut.

Kegiatan Penutup (5 menit)

Kegiatan penutup diawali dengan meminta mahasiswa membuat rangkuman kasus-kasus baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan proses penegakan hukum yang berkeadilan, serta memberikan simpulan faktor-faktor penyebab lemahnya perangkat hukum dan penegakan hukum di Indonesia. Kemudian di akhir pembelajaran mahasiswa memberikan solusi terhadap permasalahan penegakan hukum yang dihadapi.

G. Uraian Materi

Penegakan Hukum Dalam Pemberantasan Korupsi

Negara Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana telah ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Negara hukum memiliki beberapa ciri, yaitu:

a. Adanya pengakuan dan perlindungan HAMb. Pemerintahan berdasarkan Undang-Undangc. Adanya pembagian Kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatifd. Adanya peradilan administrasi

Indonesia merupakan negara hukum dengan tujuan utama adalah kesejahteraan rakyat. Dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 tercantum salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Jadi seluruh aspek kehidupan bernegara di Indonesia, termasuk aspek penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan harus berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

Page 88: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Kesejahteraan rakyat tidak akan dapat terwujud apabila terdapat korupsi dalam sistem pemerintahan. Oleh karena itu perangkat hukum dalam pemberantasan korupsi harus kuat dan tidak boleh dilemahkan. Dari perspektif hukum ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penegakan hukum, di antaranya adalah faktor materi hukum, faktor aparat penegak hukum, faktor budaya hukum, dan faktor masyarakat.

Dalam persoalan penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi faktor di atas dapat menjadi lebih banyak lagi, karena korupsi seringkali melibatkan kekuasaan dan penguasa di dalamnya. Fakta tersebut tentu menimbulkan dilema tersendiri bagi implementasi penegakan hukum. Dilema inilah yang kemudian menjadi sebuah polemik pemberantasan korupsi. Apakah sebuah aturan dapat diterapkan bagi seluruh pelaku tindak pidana korupsi tanpa kecuali? Ataukah aturan tersebut masih terbatas diterapkan kepada pihak-pihak tertentu dan tidak bisa diterapkan bagi beberapa pihak yang lain.

Pengaturan Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-Undangan

Menurut UU No 21 Tahun 2001, ada 30 jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak korupsi. Akan tetapi secara ringkas tindakan-tindakan tersebut dapat dikelompokkan menjadi: 1) kerugian keuntungan negara; 2) suap menyuap; 3) penggelapan dalam jabatan; 4) pemerasan; 5) perbuatan curang; 6) benturan kepentingan dalam pengadaan; 7) gratifikasi (pemberian hadiah).

a. Kerugian Keuangan Negara

Korupsi dirumuskan dalam Pasal 2 UU No 31 tahun 1999 jo UU No 21 tahun 2001 jika memenuhi unsur:1. setiap orang;2. memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;3. dengan cara melawan hukum4. dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Contoh:Seorang ibu pegawai Dinas PU dalam proyek pembangunan sebuah jembatan yang dibiayai negara, diam-diam mengurangi jumlah semen yang digunakan. Di atas kertas tertulis 1000 sak, ternyata yang dipakai hanya 500 sak, terus uang sisa pembelian semen dikantongi sendiri.

Hukumannya: penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal 1 miliar.

BAB VII

84

Page 89: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VII

85

b. Suap

Pasal 5 UU No 31 tahun 1999 jo UU No 21 tanun 2001, suap/sogokan/pelicin adalah:1. pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang

ditugaskan untuk menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus untuk sementara waktu;

2. dengan sengaja;3. menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau

membiarkan orang lain menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu;

4. uang atau surat berharga;5. yang disimpan karena jabatannya.

Contoh:Seorang pedagang mobil impor karena ada persyaratan yang tidak bisa terpenuhi, ribuan mobil yang baru saja dikirim oleh supplier dari luar negeri terpaksa ditahan di pelabuhan. Kemudian pedagang tersebut menemui petugas bea cukai dan berjanji akan memberikan satu mobil asal dokumen dirinya dianggap lengkap dan tidak membuat susah dirinya.

Hukumannya: penjara maksimal 5 tahun atau denda maksimal 250 juta

c. Penyalahgunaan Jabatan

Pasal 8 UU No.31 tahun 1999 jo UU No 21 tahun 2001, unsur-unsur korupsi jenis ini adalah:1. pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang

ditugaskan untuk menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus untuk sementara waktu;

2. dengan sengaja; 3. menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau

membiarkan orang lain menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu;

4. uang atau surat berharga;5. yang disimpan karena jabatannya.

Contoh:Seorang staf di sebuah instansi pemerintah setiap bulan diberi 2 juta untuk biaya perawatan mobil dinas. Sebenarnya uang tersebut lebih dari cukup, dan aturan mengatakan sisa uang tersebut harus dikembalikan ke kantor. Jika sampai sisa uang tersebut tidak dikembalikan, maka staf tersebut sudah melakukan korupsi.

Hukumannya: penjara maksimal 15 tahun denda maksimal 750 juta.

Page 90: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VII

86

d. Pemerasan

Pasal 12 UU No 31 tahun 1999 jo UU No 21 tahun 2001 menyebutkan unsur-unsur pemerasan adalah:1. pegawai negeri atau penyelenggara negara;2. dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain;3. secara melawan hukum;4. memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau

menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya;

5. menyalahgunakan kekuasaan.

Hukumannya: Penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal 1 miliar.

e. Perbuatan Curang

Dalam Pasal 7 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 disebutkan unsur perbuatan curang meliputi:1. pemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan;2. melakukan perbuatan curang;3. pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan

bangunan;4. yang dapat membahayakan keamanan orang atau keamanan

barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang.

Contoh:Pemborong yang memanipulasi harga sehingga kualitas buruk.

Hukumannya: Penjara maksimal 7 tahun atau denda maksimal 350 juta.

f. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

Dalam Pasal 12 huruf i UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001, unsur-unsurnya:1. pegawai negeri atau penyelenggara negara;2. dengan sengaja;3. langsung atau tidak langsung turut serta dalam pemborongan

pengadaan atau persewaan;4. pada saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian

ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

Contoh:Kecurangan dalam pengadaan mobil dinas.

Hukumannya: 20 tahun atau denda maksimal 1 miliar.

Page 91: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VII

87

g. Gratifikasi

Unsur-unsur gratifikasi:1. pegawai negeri atau penyelenggara negara;2. menerima gratifikasi;3. yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan

kewajiban atau tugasnya;4. penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK

dalam waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi.

Hukumannya: penjara maskimal 20 tahun atau denda maksimal 1 miliar.

H. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan menyampaikan masukan terhadap hasil diskusi tentang penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi, proses penegakan hukum dan solusi dalam penegakan hukum agar tercapai keadilan. Kegiatan evaluasi meliputi:

1. Evaluasi proses pembelajaran: Lembar penilaian diskusi;2. Evaluasi hasil pembelajaran: Membuat sebuah simpulan

tentang arti penting penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi yang berperspektif keadilan (tidak pandang bulu), kemungkinan-kemungkinan penyimpangan yang dapat terjadi dalam proses penegakan hukum, beserta dampaknya apabila perbuatan korupsi tidak ditindak secara tegas sesuai peraturan perundang-undangan.

I. Lampiran-Lampiran

Lampiran 1: Lembar penilaian diskusi

Format Lembar Penilaian Diskusi

No NamaAspek Penilaian

TotalCatatan Kualitatif1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

5

dst

Page 92: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Keterangan:1. Kemampuan menyampaikan pendapat2. Kemampuan memberikan argumentasi3. Kemampuan memberikan kritik4. Kemampuan mengajukan pertanyaan5. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik6. Kelancaran berbicara

Kriteria penilaian:

80-100 Memuaskan 470-79 Baik 360-69 Cukup 245-59 Kurang 1

BAB VII

88

Page 93: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 94: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 95: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

FaKtOR-FaKtOR PENYEBAB KORUPSI SEBAGAI TANTANGAN PEMBENTUKAN WAWASAN NUSANTARA

BAB VIII:

Page 96: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 97: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

A. Tujuan Pembelajaran

Menggali faktor-faktor penyebab korupsi sebagai bagian dari tantangan pembentukan wawasan nusantara.

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab korupsi sebagai bagian dari tantangan pembentukan wawasan nusantara.

Mahasiswa mampu menganalisis faktor-faktor penyebab korupsi sebagai bagian dari tantangan pembentukan wawasan nusantara.

Mahasiswa mampu menyajikan faktor-faktor penyebab korupsi sebagai bagian dari tantangan pembentukan wawasan nusantara.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit.

D. Metode Pembelajaran

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber Pembelajaran:

Tim Penulis Buku Pendidikan Antikorupsi. (2018). Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Media Pembelajaran:

“Korupsi 24 jam“ https://www.youtube.com watch?v=zMGdj3Lt3Ug

F. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan Awal (5 menit)

a. Sebelum mengawali perkuliahan, mahasiswa membacakan doa terlebih dahulu.

b. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menguraikan materi sebelumnya dan dosen berupaya menghubungkan materi yang akan diidentifikasi tentang faktor-faktor penyebab korupsi sebagai tantangan wawasan nusantara dengan menggali pengetahuan mahasiswa sebelumnya.

BAB VIII

93

Page 98: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

c. Mahasiswa diberi pengantar oleh dosen untuk menguatkan Semangat Melawan Korupsi dengan melihat https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis/corruption-perception-index-cpi (Lampiran 7) yang memperlihatkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia, tentang tingkat korupsi Indonesia makin tinggi.

Kegiatan Inti (40 menit)

a. Mahasiswa melihat Video berjudul yang disajikan oleh dosen “Korupsi 24 Jam” https://www.youtube.com/watch?v=zMGdj3Lt3Ug.

b. Mahasiswa menyimak uraian video kemudian dosen memberi pengantar tentang faktor-faktor penyebab munculnya tindakan korupsi.

c. Mahasiswa berkelompok masing-masing berjumlah 3-5 orang kemudian menjawab pertanyaan evaluasi tertulis yang diberikan oleh dosen.

d. Tiap kelompok memastikan setiap anggota kelompok mengerjakan pertanyaan evaluasi secara maksimal dan memahami setiap jawaban yang diberikan.

e. Sementara mahasiswa bekerja dalam kelompok, dosen berkeliling dalam kelas. Dosen sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik.

f. Pertanyaan evaluasi dikumpulkan untuk diberikan pertanyaan langsung oleh dosen dengan mengambil beberapa sampel mahasiswa.

Kegiatan Penutup (5 menit)

a. Refleksi Perkuliahan yang dilakukan mahasiswa dengan cara menuliskan apa bentuk tindakan individu yang pernah dilakukan sebagai bentuk faktor internal penyebab korupsi.

b. Rencana Tindak Lanjut: 1. Mahasiswa membaca salah satu karya dilema moral dalam

buku Saujana: Di Antara Pilihan (Tim KPK, 2014). (Lampiran 1 dilema moral).

2. Mahasiswa mengungkapkan baik secara lisan maupun tertulis a. Apa yang Saudara lakukan apabila Saudara berada pada

posisi sebagai Arman (penyidik tindak pidana korupsi)?b. Apakah akan terus merasa iba dengan perilaku istri

koruptor yang masih bermewah-mewahan? c. Apakah tidak menghiraukan?

BAB VIII

94

Page 99: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

c. Rencana Aksi Mahasiswa:Mahasiswa diberikan tugas untuk membuat aktivitas kegiatan rencana aksi untuk menindaklanjuti faktor eksternal penyebab korupsi dengan menganalisis faktor eksternal penyebab korupsi yang dapat dikaji dalam dalam bidang politik dengan membaca terlebih dahulu artikel dalam sumber di bawah ini:

1. Politik (Lampiran 4)https://nasional.kompas.com/read/2018/10/07/10381291/lemahnya-inspektorat-dan-biaya-politik-mahal-dinilai-penyebab-korupsi-34Apakah yang Saudara lakukan untuk menyikapi faktor eksternal penyebab korupsi dalam bidang politik?

2. Organisasi (Lampiran 5)https://www.gatra.com/rubrik/nasional/pemerintahan-daerah/358005-Birokrasi-di-Bekasi-Ber i-Peluang-Terjadinya-Korupsi-Gratifikasi-dan-SuapApakah yang Saudara lakukan untuk menghindari faktor eksternal penyebab korupsi dalam bidang organisasi?

3. Politik, Ekonomi (Gaya Hidup), dan Sikap Masyarakat (Lampiran 6)h t t p s : / / w w w . c n n I n d o n e s i a . c o m / n a s i o n -al/20180212161920-12-275656/tiga-faktor-kepala-daer-ah-kerap-korupsi-versi-icw Apa yang Saudara lakukan untuk menyikapi faktor eksternal penyebab korupsi dalam bidang politik, ekonomi (gaya hidup), dan sikap masyarakat?

G. Uraian Materi

Faktor Internal Penyebab Korupsi

a. Aspek perilaku individu (sifat tamak/rakus manusia, moral yang kurang kuat, gaya hidup konsumtif)

Perilaku adalah sikap yang ditampilkan oleh individu. Korupsi merupakan perilaku dari beberapa sifat dalam rakus manusia. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai hal yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya. Lemahnya moral turut andil menyebabkan perilaku individu untuk korupsi. Gaya hidup berhubungan dengan cara kita melakukan, memiliki, menggunakan dan menampilkan perilaku (Røpke, 2009), terkait erat dengan konsumsi dan mendorong tingkat

BAB VIII

95

Page 100: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

dan pola konsumsi (Backhaus, Breukers, Paukovic, Mourik, & Mont, 2011). Pada tataran normal, gaya hidup berubah perlahan, namun globalisasi memengaruhi perubahan itu secara cepat terutama pada kelas menengah akibat dari media dan informasi yang terbuka (Zhang, Deng, Majumdar, & Zheng, 2009). Dengan demikian, gaya hidup konsumtif menjadi faktor yang turut mendorong terjadinya korupsi.

b. Aspek sosial (lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi)

Perilaku itu tidak muncul dengan tiba-tiba dan terbentuk dalam proses yang panjang. Para koruptor juga melewati proses yang panjang dan pengasuhan yang kacau tidak berlandaskan agama sehingga tidak memiliki rasa bersalah ketika mengambil hak orang lain. Anak belajar ketika dia menangis dan orang tua memberikan apa yang diinginkannya di situlah perilaku yang akan dipertahankan oleh si anak untuk meminta apa yang diinginkannya pada orang tua. Contoh lain seperti, kebiasaan memanjakan anak. Ketika apapun yang dia mau tidak ada, alhasil ia akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh apa yang diinginkannya tersebut.

Peran keluarga yang signifikan dalam membentuk perilaku anaknya akan berdampak luas terhadap kehidupan berbangsa. Manakala sebuah keluarga membiarkan rumah tangganya tanpa arah, begitulah kemungkinan miniatur yang dimiliki oleh bangsanya.

Faktor Eksternal Penyebab Korupsi

1. Aspek sikap masyarakat (masyarakat lebih menghormati seseorang secara material/ kekayaan tanpa memandang kekayaan tersebut diperoleh darimana)Sikap masyarakat yang lebih menghormati orang dengan status ekonomi yang lebih tinggi membuat orang berlomba-lomba meraih kekuasaan. Seringkali masyarakat tidak peduli terhadap asal usul perolehan kekayaan.

2. Ekonomi (pendapatan tidak mencukupi kebutuhan)Faktor ekonomi seringkali menjadi penyebab orang korupsi. Alasan gaji yang kecil selalu menjadi penyebabnya. Namun demikian, faktor rendahnya gaji hanya dapat menjelaskan korupsi pada tingkat ‘street level bureaucrats’, tidak untuk korupsi yang “canggih” atau kolusi tingkat tinggi.

BAB VIII

96

Page 101: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

3. Politik (kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan)Politik dan kekuasaan bertalian menjadi penyebab korupsi. Ongkos politik yang besar dengan sistem pemilihan langsung menyebabkan adanya celah untuk korupsi.

4. Organisasi (keteladanan pemimpin yang kurang, tidak adanya kultur organisasi yang benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas, kelemahan sistem pengendalian manajemen, dan lemahnya pengawasan). Semakin efektif sistem pengawasan, akan semakin kecil kemungkinan peluang terjadinya korupsi dan kolusi. Sebaliknya bila korupsi dan kolusi dipraktikkan secara luas berarti ada yang salah dalam sistem pengawasan.

H. Evaluasi

1. Evaluasi Tertulis (Lampiran 2)a. Analisislah 6 contoh bentuk perilaku mahasiswa sebagai

faktor yang dapat mempengaruhi penyebab korupsi skala besar!

b. Analisislah alasan-alasan mengapa mahasiswa dekat dengan perilaku korupsi tersebut!

c. Apakah selain perilaku individu, pengaruh lingkungan dapat mempengaruhi korupsi!

d. Analisislah alasan-alasan mengapa perilaku mahasiswa dalam video tersebut dapat mempengaruhi wawasan Nusantara!

e. JUJUR: Tuliskan 3 bentuk perilaku yang pernah anda lakukan!

2. Evaluasi non TesObservasi Proses Diskusi (Lampiran 3)

3. Evaluasi Refleksi Perkuliahan (Lampiran 8)

4. Evaluasi Rencana Tindak Lanjut (Lampiran 9)

5. Evaluasi Rencana Aksi Mahasiswa (Lampiran 10)

I. Lampiran-lampiran

BAB VIII

97

Page 102: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 1: Dilema Moral

BAB VIII

98

Meluruskan Tujuan

Arman memasukkan semua berkas berita acara yang berhubungan dengan kasus Sutarto ke dalam mapnya. Semuanya disusun agar menjadi sebuah berkas laporan perkara yang lengkap. Di meja kerjanya, Arman menyusun resume untuk berkas perkara tersebut. Dituliskannya segala hal yang menyangkut Sutarto mulai dari penangkapan, penahanan, pengeledahan, penyitaan, barang bukti, sampai keterangan saksi dan tersangka. Semuanya sudah lengkap. Berkas tersebut telah siap disampaikan kepada penuntut umum. Dari segala bahan yang dikumpulkan, diketahui Sutarto terjerat pidana pencucian uang dan gratifikasi. Dengan dua kasus tersebut, hukuman yang akan dituntutkan kepada Sutarto sudah tentu berat. Arman teringat kembali pada ucapan istri Sutarto. Masih ada rasa iba dan tidak tega dalam dirinya. Namun akhirnya Arman meluruskan tujuan penyidikan. Ia tidak ingin penyidikan yang sudah sekian lama ditempuhnya menjadi sia-sia. “Biarlah istri dan anak Sutarto menjadi beban bagi Sutarto, bukan beban diriku,” batinnya saat menyerahkan berkas perkara pada kejaksaan.***Sidang perkara Sutarto digelar. Jaksa penuntut umum membacakan tuntutannya.“Saudara Sutarto, Anda terancam terjerat Pasal 3, 5 UU 8/2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) serta Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 12 huruf (a) (b) UU 31/1999 tentang Tipikor sebagaimana diubah dengan UU 20/2001 junto Pasal 55 dan 56 KUHP. Dengan demikian, Anda dituntut hukuman penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal 1 miliar.” Tubuh Sutarto terlihat lunglai. Jaksa meneruskan pembacaan tuntutan sampai tuntas. Istri Sutarto berteriak-teriak di jajaran tempat penonton sidang. Ia tidak terima dengan tuntutan jaksa. Arman yang mengamati jalannya persidangan dari kejauhan hanya diam tidak bereaksi apapun. Ada ada sedikit rasa sakit dalam batin Arman. Namun ia berusaha menepiskannya.***Minggu itu Arman menghadiri resepsi pernikahan salah satu orang penting ibukota. Kalau bukan karena diajak rekannya, Arman tidak akan hadir di sana. Undangan yang hadir dalam pesta tersebut adalah kalangan orang kaya dan terpandang. Resepsi diadakan di sebuah hotel kelas internasional. Saat tengah menikmati jamuan makan, Arman melihat sosok yang beberapa waktu ini sangat dikenalnya tengah berdiri di antara orang yang hadir. Dandannya sangat wah. Sosok itu seperti istri Sutarto. Mungkin jika tidak membawa anak yang dulu digendongnya di mall itu, ia percaya itu bukan istri Sutarto. Bedanya, anak itu tidak digendongnya sendiri, tetapi digendong oleh seorang baby sitter. Seusai mengahabiskan makanannya, Arman berusaha menghampirinya. Namun, istri Sutarto berjalan pulang dan bergegas masuk ke dalam mobil BMW Z4 yang dikendarainya sendiri. Arman pun tertengun.(Tim KPK, 2014).

Page 103: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 2: Lembar Penilaian Tes

Lampiran 3: Lembar Observasi Diskusi Kelompok

Lembar Observasi untuk Kerja Diskusi Kelompok

No Kriteria Jawaban Skor Nilai

1

Mampu menganalisis 6 contoh bentuk perilaku mahasiswa sebagai faktor yang dapat memengaruhi penyebab korupsi skala besar

60

Maks 60

Mampu menyebutkan 5 contoh bentuk perilaku mahasiswa sebagai faktor yang dapat memengaruhi penyebab korupsi skala besar

45

Mampu menganalisis 4 contoh bentuk perilaku mahasiswa sebagai faktor yang dapat memengaruhi penyebab korupsi skala besar

30

Mampu menganalisis 3 contoh bentuk perilaku mahasiswa sebagai faktor yang dapat memengaruhi penyebab korupsi skala besar

15

Mampu menganalisis 2 contoh bentuk perilaku mahasiswa sebagai faktor yang dapat memengaruhi penyebab korupsi skala besar

10

Mampu menganalisis 1 contoh bentuk perilaku mahasiswa sebagai faktor yang dapat memengaruhi penyebab korupsi skala besar

5

2Mampu menganalisis alasan-alasan mahasiswa dekat dengan perilaku korupsi secara jelas dan lengkap

10 10

3Mampu menyebutkan pengaruh lingkungan terhadap korupsi secara jelas dan lengkap

10 10

4Mampu menganalisis perilaku yang dapat mempengaruhi wawasan Nusantara

10 10

5

Mampu menyebutkan 3 perilaku jujur 30Maks

30Mampu menyebutkan 2 perilaku jujur 20

Mampu menyebutkan 1 perilaku jujur 10

Jumlah

No Nama Peserta DidikAspek yang Di Nilai Skor/

Jumlah1 2 3 4 5 6123456

BAB VIII

99

Page 104: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 4: Faktor Penyebab Korupsi (Politik)

BAB VIII

78910dst

Keterangan:Aspek yang dinilai:1. Kemampuan menyampaikan pendapat.2. Kemampuan memberikan argumentasi.3. Kemampuan memberikan kritik.4. Kemampuan mengajukan pertanyaan.5. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik.6. Kelancaran berbicara.

Skor: Jumlah Skor:• Tidak Baik Skor 1 24 - 30 = Sangat Baik ( 85 - 100 )• Kurang Baik Skor 2 18 - 23 = Baik (70-84)• Cukup Baik Skor 3 12 - 17 = Cukup (60-69)• Baik Skor 4 6 - 11 = Kurang ( > = 59)• Sangat Baik Skor 5

Lemahnya Inspektorat dan Biaya Politik Mahal Dinilai Penyebab Korupsi 34 Kepala Daerah

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak 2012, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menangkap 34 kepala daerah. Faktor utama yang dinilai menyebabkan korupsi kepala daerah adalah lemahnya pengawasan dan biaya politik yang terlalu mahal.

“Ini tentu merusak tujuan proses demokrasi lokal termasuk Pilkada serentak yang diharapkan dapat menghasilkan pemimpin yang lebih berorientasi pada kepentingan rakyat, bukan hanya mengumpulkan kekayaan pribadi dan pembiayaan politik,” ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah melalui keterangan tertulis, Minggu (7/10/2018).

Penerimaan uang sebagai fee proyek merupakan modus yang menonjol pada hampir semua kasus yang melibatkan kepala daerah.

Ada juga beberapa kasus yang menerima uang terkait perizinan, pengisian jabatan di daerah dan pengurusan anggaran otonomi khusus.

Masyarakat dirugikan berkali-kali ketika praktik suap kepala daerah terus terjadi. Korupsi dalam proses pengadaan berisiko mengurangi kualitas bangunan, jembatan, sekolah, peralatan kantor, rumah sakit dan lain-lain yang dibeli.

100

Page 105: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VIII

101

Pengawasan internal

Penguatan aparat pengawas internal secara struktural dinilai semakin mendesak. Bukan hanya agar aparatur pengawas memahami bagaimana celah dan bentuk penyimpangan yang terjadi, tetapi juga revitalisasi posisi pengawas internal yang selama ini tersandera di bawah kepala daerah. Pemerintah diminta segera membuat regulasi baru mengenai struktur pengawas internal agar tidak dikendalikan oleh kepala daerah.

Salah satunya, rancangan undang-undang sistem pengawasan internal daerah.

“Sulit membayangkan inspektorat yang diangkat dan diberhentikan kepala daerah kemudian dapat melakukan pengawasan terhadap atasannya tersebut, apalagi hingga penjatuhan sanksi,” kata Febri.

Inspektorat yang lebih independen diharapkan dapat memetakan siapa saja pemegang proyek yang berulang kali menjadi pemenang tender di daerah.

Kemudian melakukan kajian sejak awal proses penganggaran, pengadaan hingga memfasilitasi keluhan dari masyarakat tentang adanya penyimpangan di sektor tertentu. Butuh perhatian lebih dari Presiden dan DPR untuk menyusun aturan setingkat UU ini.

Biaya politik

Dalam beberapa kasus yang ditangani KPK, dapat diketahui bahwa biaya politik yang tinggi sebagai salah satu faktor pendorong korupsi kepala daerah.

Misalnya, beberapa pelaku mengakui mengumpulkan uang untuk tujuan pencalonan kembali, dan pengumpulan mantan tim sukses untuk mengelola proyek di daerah tersebut.

Menurut Febri, akuntabilitas sumbangan dana kampanye menjadi salah satu faktor krusial yang perlu diperhatikan.

Hubungan pelaku ekonomi dan politik yang tertutup rentan memicu persekongkolan dan penyalahgunaan wewenang saat kepala daerah menjabat.

“Utang dana kampanye tersebut berisiko dibayar oleh kepala daerah melalui alokasi proyek-proyek di daerah. Jika ini tidak diselesaikan, akan semakin sulit mengurai benang kusut korupsi politik di daerah,” kata Febri.

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2018/10/07/10381291-lemahnya-inspektorat-dan-biaya-politik-mahal-dinilai-penyebab-korupsi-34.

Penulis: Abba Gabrillin

Editor: Sandro Gatra

Page 106: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VIII

Lampiran 5: Faktor Penyebab Korupsi (Organisasi)

Birokrasi di Bekasi Beri Peluang Terjadinya, Korupsi, Gratifikasi, dan Suap

Bekasi, Gatra.com - Direktur Jendral Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Soni Sumarsono menilai birokrasi di Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menjadi penyebab adanya potensi tindak pidana korupsi gratifikasi atau suap.

“Banyak celah di birokrasi Pemkab Bekasi yang berpotensi menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi, salah satunya adalah di perizinan,” katanya pada saat melakukan peninjauan di Pemkab Bekasi, sebagaimana diberitakan Antara (23/10).

Soni menjelaskan tindak pidana korupsi sebenarnya dapat dicegah melalui transparansi anggaran serta reformasi di bidang pelayanan dengan berbasis Informasi Teknologi (IT).

“Dengan transparansi semua orang bisa melakukan kontrol. Posisi izin saat ini sampai di mana, masalahnya dimana, jadi semua bisa akses. Jadi kata kuncinya transparansi dan mereformasi,” katanya.

Pelayanan berbasis IT khususnya di perizinan menurut Soni juga diyakini dapat memudahkan dan memangkas waktu.

“Yang tadinya sebulan bisa jadi seminggu. Dan yang seminggu bisa menjadi tiga hari. Jadi makin pendek (proses perizinan) makin baik dan makin transparan. Tapi kalau tertutup enggak bisa kontrol,” katanya.

Soni menambahkan pembenahan sistem, perbaikan organisasi, serta perilaku individual kepemimpinan juga turut dapat mencegah terjadinya kasus serupa di Kabupaten Bekasi.

“Pembenahan sistem tersebut meliputi e-budgeting, e-planning dan lainnya. Perbaikan organisasi dibuat makin ramping. Kalau individual kepemimpinan kita selalu memberikan pembinaan antikorupsi,” katanya.

Yang terpenting baginya saat ini adalah memastikan fungsi pemerintahan berjalan dengan normal seperti sebelumnya.

“Saya ingin ada semangat baru pasca OTT di Kabupaten Bekasi,” katanya.

Sebab biasanya fenomena yang muncul pasca OTT di suatu daerah adalah kelesuan kerja aparatur pemerintah setempat. Untuk itu pendampingan pihaknya ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dan membuat tata kelola pemerintahan menjadi lebih baik.

“Apalagi seperti yang terjadi di Kota Malang. Makanya di Kabupaten Bekasi perlu diubah agar semangat kembali,” katanya.

Sumber:

https://www.gatra.com/rubrik/nasional/pemerintahan-daerah/358005-Birokrasi-di-Bekasi-Beri-Peluang-Terjadinya-Korupsi-Gratifikasi-dan-Suap

102

Page 107: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 6: Faktor Penyebab Korupsi (Politik, ekonomi, gaya hidup, dan sikap masyarakat)

Tiga Faktor Kepala Daerah Kerap Korupsi Versi ICW

Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menciduk kepala daerah menjelang perhelatan Pilkada serentak 2018. Kali ini, Bupati Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), Marianus Sae terjaring operasi tangkap tangan (OTT).

Marianus ditangkap karena diduga menerima suap terkait proyek-proyek di Kabupaten Ngada. Total, dia menerima Rp4,1 miliar. Duit diduga suap itu diperkirakan untuk keperluan kampanye dia sebagai calon dalam Pilgub NTT 2018.

Peneliti Hukum pada Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz menilai, maraknya kepala daerah mengeruk duit korupsi dilatari sejumlah faktor.

“Korupsi kepala daerah disebabkan tiga hal,” ujar Donal kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/2).

Faktor pertama, perilaku buruk partai politik yang belum berubah mengakibatkan biaya politik menjadi sangat mahal. Perilaku buruk itu salah satunya persyaratan mahar bagi siapa pun yang ingin maju mencalonkan diri.

Alhasil, karena biaya politik atau mahar ini, calon yang memenangkan pemilu akan ‘dipaksa’ mengembalikan modal politiknya, misalnya dengan berperilaku korup. Ini yang menyebabkan korupsi tidak kunjung tuntas.

“Kedua, perilaku kepala daerah yang koruptif, bergaya hidup mewah,” ujar Donal.

Faktor ketiga yang juga turut berperan membuat kepala daerah korup, yakni perilaku masyarakat yang apatis. “Misalnya meminta uang kepada calon kepala daerah agar dipilih,” kata Donal.

“Akumulasi tiga hal tersebut yang membuat korupsi kepala daerah terjadi terus menerus,” ucap Donal menambahkan.

Sebelum Marianus, KPK sebelumnya sudah menangkap tangan dua kepala daerah yang disinyalir menggunakan duit suap untuk kepentingan maju dalam Pilkada.

Pada 3 Februari 2018, KPK menciduk Bupati Jombang (Jawa Timur) Nyono Suharli. Nyono diduga menerima suap Rp275 juta terkait pengamanan jabatan kepala dinas kesehatan definitif Pemkab Jombang.

KPK menduga sebanyak Rp50 juta dari total suap itu digunakan Nyono untuk iklan di media lokal terkait Pilkada Kabupaten Jombang 2018.

Jauh sebelumnya, yakni pada 29 Agustus 2018, KPK juga menangkap Bupati Tegal (Jawa Tengah), Siti Mashita Soeparno. Siti diduga menerima suap Rp5,1 miliar terkait pengelolaan dana jasa kesehatan di RSUD

BAB VIII

103

Page 108: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

BAB VIII

104

Lampiran 7: Indeks Persepsi Korupsi Indonesia

Sumber:https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis/corruption-perception-index-cpi

Kardinah dan pengadaan barang jasa di lingkungan Pemkot Tegal tahun 2017.

KPK menduga Siti mengumpulkan duit dari suap untuk keperluan mencalonkan diri di Pilkada Kota Tegal 2018 bersama rekannya, Amir Mirza Hutagalung. (pmg)

Sumber: https://www.cnnIndonesia.com/nasional/20180212161920-12-275656/tiga-faktor-kepala-daerah-kerap-korupsi-versi-icw

Page 109: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 8: Evaluasi Refleksi Perkuliahan

Keterangan:Aspek yang dinilai:1. Kemampuan menanggapi bentuk-bentuk faktor internal penyebab

korupsi dalam menjawab tantangan wawasan nusantara.2. Kemampuan mengkritik bentuk-bentuk faktor internal penyebab

korupsi dalam menjawab tantangan wawasan nusantara.3. Kemampuan memberikan argumentasi mengenai bentuk-bentuk

faktor internal penyebab korupsi dalam menjawab tantangan wawasan nusantara.

Skor: Jumlah Skor:• Tidak Baik Skor 1 24 - 30 = Sangat Baik ( 85 - 100 )• Kurang Baik Skor 2 18 - 23 = Baik (70-84)• Cukup Baik Skor 3 12 - 17 = Cukup (60-69)• Baik Skor 4 6 - 11 = Kurang ( > = 59)• Sangat Baik Skor 5

Lampiran 9: Evaluasi Rencana Tindak Lanjut Mahasiswa

No Nama Peserta DidikAspek yang di Nilai Skor/

Jumlah1 2 312345678910dst

No Nama Peserta DidikAspek yang di Nilai Skor/

Jumlah1 2 31234567

BAB VIII

105

Page 110: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Keterangan:Aspek yang dinilai:1. Kemampuan menghayati peran sebagai salah satu penyidik tindak

pidana korupsi dengan memberikan penjelasan “andai aku menjadi Arman?”

2. Kemampuan mengamalkan perilaku yang menjauhi faktor penyebab tindak pidana korupsi sebagai tantangan pembentukan wawasan nusantara.

3. Kemampuan merespon perilaku-perilaku yang mendekati penyebab korupsi sebagai tantangan pembentukan wawasan nusantara.

Skor: Jumlah Skor:• Tidak Baik Skor 1 24 - 30 = Sangat Baik ( 85 - 100 )• Kurang Baik Skor 2 18 - 23 = Baik (70-84)• Cukup Baik Skor 3 12 - 17 = Cukup (60-69)• Baik Skor 4 6 - 11 = Kurang ( > = 59)• Sangat Baik Skor 5

Lampiran 10: Evaluasi Rencana Aksi Mahasiswa

No Nama Peserta DidikAspek yang di Nilai Skor/

Jumlah1 2 312345678910dst

BAB VIII

106

8910dst

Page 111: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Keterangan:Aspek yang dinilai:1. Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal penyebab

korupsi sebagai tantangan pembentukan wawasan nusantara.2. Kemampuan mengamalkan dengan memberikan contoh aksi

perilaku untuk mencegah faktor-faktor penyebab eksternal perilaku korupsi.

3. Kemampuan merespon bentuk contoh aksi dalam mencegah faktor-faktor penyebab eksternal perilaku korupsi.

Skor: Jumlah Skor:• Tidak Baik Skor 1 24 - 30 = Sangat Baik ( 85 - 100 )• Kurang Baik Skor 2 18 - 23 = Baik (70-84)• Cukup Baik Skor 3 12 - 17 = Cukup (60-69)• Baik Skor 4 6 - 11 = Kurang ( > = 59)• Sangat Baik Skor 5

BAB VIII

107

Page 112: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 113: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

DAMPAK MASIF KORUPSI TERHADAP PERTAHANAN DAN KEAMANAN

BAB IX:

Negara Asing

Negara Asing

Negara Asing

Negara Asing

Page 114: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 115: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

A. Tujuan Pembelajaran

Mengungkap dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan

B. Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.

Mahasiswa mampu menganalisis dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.

Mahasiswa mampu menyajikan dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.

C. Alokasi Waktu

1 x 50 menit

D. Metode Pembelajaran

Cooperative Learning

Picture and Picture melalui The Power of Two

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber pembelajaran:

a. Tim Penulis Buku Pendidikan Antikorupsi. (2018). Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

b. Tim Spora Communication. (2014). Semua Bisa Ber-Aksi (Panduan Memberantas Korupsi dengan Mudah dan Menyenangka). Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Koupsi.

Media Pembelajaran:

Infografis tentang Bahaya dan Dampak Korupsi https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis (Lampiran 1)

F. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)

a. Sebelum mengawali perkuliahan, mahasiswa membacakan doa terlebih dahulu.

BAB IX

111

Page 116: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

b. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menguraikan materi sebelumnya. Dosen berupaya menggali pengetahuan awal siswa mengenai pertahanan dan keamanan Indonesia dengan memberikan pertanyaan “Seberapa kuat pertahanan dan keamanan Indonesia?” “Siapa atau lembaga apa sajakah yang dapat mendukung kuatnya pertahanan dan keamanan Indonesia?”

c. Mahasiswa diajak untuk memiliki Semangat Melawan Korupsi melalui menggali 10 potensi yang dimiliki oleh Indonesia agar tidak korupsi dengan mengkaji gambar dalam https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis/10-potensi-Indonesia-bisa-makmur. (Lampiran 2)

Kegiatan inti (30 menit)

a. Mahasiswa melihat video berjudul yang disajikan oleh dosen “Korupsi 24 Jam” https://www.youtube.com/watch?v=zMGdj3L-t3Ug.

b. Mahasiswa menuliskan pendapatnya masing-masing mengenai gambar yang disajikan oleh dosen.

c. Mahasiswa mencari pasangan dan bertukar jawaban satu sama lain untuk membahas berkaitan dengan gambar yang telah disajikan oleh dosen.

d. Setelah mahasiswa bertemu dan berdiskusi dengan pasangannya, mahasiswa membuat analisis baru tentang gambar tersebut.

e. Setelah selesai menulis analisis tersebut, beberapa mahasiswa mempresentasikan hasil analisis terhadap gambar tersebut.

Kegiatan penutup (15 menit)

a. Mahasiswa bersama dosen melakukan refleksi perkuliahan terhadap bahaya korupsi dan dampaknya terhadap pertahanan dan keamanan. Dengan menganalisis hal-hal di bawah ini:

1. Bagaimanakah pendapat Saudara bahwa Indonesia dapat menjadi negara yang makmur, namun potensi makmurnya dalam pertahanan dan keamanan terhalangi oleh korupsi dengan fakta-fakta yang ada dalam buku “Semua Bisa Beraksi”?

2. Bagaimanakah pendapat Saudara bahwa pertahanan dan keamanan dapat terpengaruh juga oleh korupsi berdasarkan fakta di dalam buku “Semua Bisa Beraksi”?

3. Ekspresikanlah sikap dan perasaan Saudara terhadap kerugian yang diakibatkan ulah koruptor dalam pertahanan dan keamanan melalui puisi/gambar/tulisan!

b. Mahasiswa diminta membuat tulisan sebagai Rencana Aksi

BAB IX

112

Page 117: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Mahasiswa setelah mempelajari Lampiran 3 artikel “lemahnya wilayah perbatasan jadi perhatian pemerintah”. Kemudian menuliskan hal di bawah ini: “Apa yang akan saya lakukan untuk menjaga pertahanan dan keamanan negara Indonesia dari dampak korupsi?”

c. Mahasiswa menjawab pertanyaan tes tertulis sebagai penguat pengetahuan mahasiswa mengenai dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.

G. Uraian Materi

Dampak Masif Korupsi Terhadap Pertahanan dan Keamanan

Dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan meliputi:

Kerawanan Hankamnas karena Lemahnya Alutsista dan SDM

Pada saat ini banyak sekali media yang mengungkapkan bahwa negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah Indonesia, baik dari darat, laut, maupun udara. Hal ini memberikan gambaran bahwa Indonesia masih lemah dalam alutsista dan SDM.

Penguatan alutsista dan SDM pastinya membutuhkan anggaran negara yang sangat banyak. Dewasa ini, anggaran-anggaran yang seharusnya digunakan untuk penguatan alutsista dan SDM ternyata dikorupsi oleh beberapa koruptor. Hal ini menyebabkan lemahnya alutsista dan SDM Indonesia yang berdampak pada timbulnya kerawanan terhadap pertahanan dan keamanan Indonesia.

Lemahnya Garis Batas Negara

Negara Indonesia merupakan negara yang dalam berbagai wilayah baik daratan maupun perairan posisinya berbatasan dengan banyak negara, seperti; Malaysia, Singapura, Cina, Philipina, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia. Kawasan perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang mempunyai peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, serta keamanan dan keutuhan wilayah (Bangun, 2017). Masalah perbatasan memiliki dimensi yang kompleks meliputi faktor krusial yang terkait di dalamnya seperti yurisdiksi dan kedaulatan negara, politik, sosial ekonomi, dan pertahanan keamanan (Bangun, 2017).

Berbagai macam kasus muncul berkaitan dengan wilayah-wilayah perbatasan, salah satunya warga Indonesia yang cenderung lebih dekat dengan negara tetangga seperti Malaysia karena mereka berpikiran Malaysia lebih memberikan kemudahan untuk mereka dalam

BAB IX

113

Page 118: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

menjalankan aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu wilayah tapal batas ini sangat rawan terhadap berbagai penyelundupan barang-barang ilegal dari dalam dan luar negeri, seperti; bahan bakar, bahan makanan, elektronik, sampai penyelundupan barang-barang terlarang seperti; narkotika dan senjata dan amunisi gelap. Selain itu juga sangat rawan terjadinya human trafficking, masuk dan keluarnya orang-orang yang tidak mempunyai izin masuk ke wilayah Indonesia atau sebaliknya dengan berbagai alasan. Apabila kekayaan Indonesia tidak dikorupsi oleh koruptor maka dapat kiranya kita membangun daerah perbatasan sehingga menjadi negara makmur.

Menguatnya Sisi Kekerasan dalam Masyarakat

Kemiskinan yang merajalela pada kehidupan masyarakat mengakibatkan menguatnya rasa sensitif di masyarakat. Korupsi yang mengakibatkan kemiskinan menjadi semakin kuat di Indonesia karena berbagai macam dana negara yang seharusnya dinikmati oleh masyarakat digunakan oleh para koruptor untuk kepentingan pribadinya. Akibatnya munculah berbagai macam tindakan kekerasan di masyarakat.

H. Evaluasi

1. Evaluasi Tertulisb. Bagaimana pendapat Saudara mengenai lemahnya alutsista

dan SDM sebagai dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan negara Indonesia?

c. Bagaimana pendapat Saudara mengenai lemahnya garis batas negara Indonesia sebagai dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan negara Indonesia?

d. Bagaimana pendapat Saudara mengenai menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat sebagai dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan negara Indonesia?

2. Evaluasi Refleksi Perkuliahan (Lampiran 5)

3. Evaluasi Rencana Aksi Mahasiswa (Lampiran 6)

114

BAB IX

Page 119: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

I. Lampiran-lampiran

Lampiran 1: Infografis Dampak Korupsi Bagi Pertahanan Keamanan Negara

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis

115

BAB IX

Page 120: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 2: 10 Potensi Indonesia Bisa Makmur Tanpa Korupsi

Sumber: https://aclc.kpk.go.id/materi/semangat-melawan-korupsi/infografis/10-potensi-Indonesia-bisa-makmur

Lampiran 3: Artikel “Lemahnya Wilayah Perbatasan Jadi Perhatian Pemerintah”

“Lemahnya Pengawasan Wilayah Perbatasan Jadi Perhatian Pemerintah”

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai negara yang di dalamnya terdapat sekitar 17.504 pulau, Indonesia dinilai belum memiliki sistem pengawasan yang baik, khususnya di wilayah perbatasan.Dalam rapat koordinasi pengendalian pengelolaan perbatasan negara yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (17/1/2017) kemarin, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menekankan pentingnya penguatan

116

BAB IX

Page 121: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

pengawasan di wilayah perbatasan. Menurut Tjahjo, peredaran narkoba, senjata, dan masuknya tenaga kerja asing ilegal kerap memanfaatkan lemahnya penjagaan.“Kuncinya kan pertahanan negara di perbatasan. Jangan sampai narkoba lolos, Warga Negara Asing (WNA) masuk tanpa kontrol. Banyak jalan tikus di perbatasan untuk peredaran narkoba dan senjata,” ujar Tjahjo. Oleh karena itu, rencana pemerintah yang ingin membangun wilayah perbatasan guna meningkatkan taraf ekonomi warga di sana bisa jadi sia-sia jika tanpa diiringi kesiapan sistem pengawasan yang baik.Minim penjagaan Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, perlunya pelibatan TNI dalam pengelolaan wilayah perbatasan. Menurut Wiranto, Indonesia memiliki daerah perbatasan terpanjang kedua setelah Kanada, yakni 99.000 kilometer. Namun, kawasan perbatasan di Indonesia minim penjagaan.“Maka tugas baru TNI membangun sistem pertahanan. Caranya dengan memindahkan tentara yang berpusat di Pulau Jawa,” ujar Wiranto. Selain itu, pengiriman personel TNI ke daerah guna mengubah pola penyebaran tentara yang selama ini cenderung terpusat di Pulau Jawa. Sementara itu, Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Ronny F Sompie mengatakan, dari sisi infrastruktur dan peralatan, pihaknya sudah siap untuk melakukan penguatan pengawasan di daerah perbatasan. “Masalah peralatan sudah siap, tinggal dicocokkan dengan jalur listrik dan TI-nya. Jika sudah terpasang akan dioperasikan,” ujar Ronny. Namun yang jadi persoalan, kata Ronny, hingga saat ini jumlah sumber daya manusia untuk meng-cover seluruh wilayah perbatasan belum terpenuhi. Menurut dia, perlu sekitar 8.000 pegawai yang siap ditempatkan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN). “SDM dari Ditjen Imigrasi belum sampai 8.000 se-Indonesia. Padahal kami harus melayani segala kebutuhan PLBN. Kalau menggunakan outsourcing bisa bermasalah terkait moratorium,” kata dia. Oleh karena itu, Ronny mengusulkan agar prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang akan pensiun diperbantukan sebagai pegawai PLBN. “Solusinya bisa alih status prajurit TNI terkait usia pensiun. Saat ini kan hanya Letkol ke atas saja yang bisa alih status. Prajurit pangkat apapun yang akan pensiun di umur 53 tahun bisa ditawarkan alih status menjadi PNS,” ujar Ronny.

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2017/01/18/08270921/lemah-nya.pengawasan.

Penulis : Fachri Fachrudin

117

BAB IX

Page 122: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Lampiran 4: Instrumen Penilaian

Lampiran 5: Evaluasi Refleksi Perkuliahan

Keterangan:Aspek yang dinilai:

1. Kemampuan menghayati bahwa Indonesia dapat menjadi negara yang makmur, namun potensi makmurnya dalam pertahanan dan keamanan terhalangi oleh korupsi.

2. Kemampuan menghayati bahwa pertahanan dan keamanan dapat terpengaruh juga oleh korupsi.

3. Kemampuan menghayati kerugian yang diakibatkan ulah koruptor dalam pertahanan dan keamanan.

No Kriteria Jawaban Skor

1Mampu menjelaskan lemahnya alutsista dan SDM sebagai dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan negara Indonesia

Maksimal 30

2Mampu menjelaskan lemahnya garis batas Negara Indonesia sebagai dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan negara Indonesia

Maksimal 30

3Mampu menjelaskan menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat sebagai dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan negara Indonesia

Maksimal 40

Jumlah 100

No Nama Peserta DidikAspek yang di Nilai Skor/

Jumlah1 2 312345678910dst

118

BAB IX

Page 123: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Skor: Jumlah Skor:• Tidak Baik Skor 1 24 - 30 = Sangat Baik (85-100)• Kurang Baik Skor 2 18 - 23 = Baik (70-84)• Cukup Baik Skor 3 12 - 17 = Cukup (60-69)• Baik Skor 4 6 - 11 = Kurang ( > = 59)• Sangat Baik Skor 5

Lampiran 6: Evaluasi Rencana Aksi Mahasiswa

Keterangan:Aspek yang dinilai:

1. Kemampuan mengidentifikasi dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.

2. Kemampuan mengamalkan dengan memberikan contoh aksi perilaku untuk mencegah dampak masif terhadap pertahanan dan keamanan.

3. Kemampuan merespon bentuk contoh aksi dalam mencegah dampak masif terhadap pertahanan dan keamanan.

Skor: Jumlah Skor:• Tidak Baik Skor 1 24 - 30 = Sangat Baik (85-100)• Kurang Baik Skor 2 18 - 23 = Baik (70-84)• Cukup Baik Skor 3 12 - 17 = Cukup (60-69)• Baik Skor 4 6 - 11 = Kurang ( > = 59)• Sangat Baik Skor 5

No Nama Peserta DidikAspek yang di Nilai Skor/

Jumlah1 2 312345678910dst

119

BAB IX

Page 124: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 125: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

PENUTUP

BAB X:

Page 126: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 127: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

PENUTUP

Insersi Pendidikan Antikorupsi ke dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah sebuah keniscayaan. Secara imperatif, penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di perguruan tinggi memiliki landasan hukum yang kuat, sebagai salah satu kewenangan KPK, yaitu upaya penindakan dan pencegahan budaya korupsi, di samping kewenangan-kewenangan lain yang menjadi tugas pokoknya.

Merujuk pada Instruksi Presiden RI Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tanggal 30 Juli 2012 telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 1016/E/T/2012 kepada seluruh Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis Wilayah I sampai dengan wilayah XII), dengan perihal Surat Edaran tentang Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi yang ditegaskan dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi. yang wajib dilaksanakan.

Pendidikan Antikorupsi di perguruan tinggi bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup kepada mahasiswa tentang seluk-beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi bukanlah pada upaya penindakan (yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum), melainkan lebih pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya antikorupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan antikorupsi di masyarakat. Karena itu, pendekatan yang dapat digunakan untuk Pendidikan Antikorupsi di perguruan tinggi adalah pendekatan budaya pendekatan budaya (cultural approach).

Pendekatan budaya dalam Pendidikan Antikorupsi dilakukan dengan membangun dan memperkuat sikap antikorupsi individu melalui pendidikan dalam berbagai cara dan bentuk. Pendekatan ini cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk melihat keberhasilannya, biaya tidak besar (low-cost), tetapi hasilnya akan berdampak jangka panjang (long lasting). Melalui pendekatan budaya ini, mahasiswa akan dibekali dengan dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk-beluk korupsi dan pemberantasannya. Tidak kalah penting, adalah mahasiswa dibekali untuk dapat berperan aktif, mahasiswa

BAB X

123

Page 128: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan budaya dalam menanamkan sikap antikorupsi dapat dilakukan pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan melalui penyisipan materi. Materi-materi Pendidikan Antikorupsi dapat disisipkan (insersi) ke dalam materi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Materi-materi antikorupsi dapat dipilih, disesuaikan, dan disisipkan ke dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Buku ini menguraikan secara garis besar alternatif materi-materi pilihan yang dapat disisipkan pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Secara rinci, Bab 1 telah memberikan bekal konseptual tentang urgensi insersi Pendidikan Antikorupsi ke dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, termasuk matriks materi Pendidikan Antikorupsi yang dapat disisipkan pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Bab 2 telah menguraikan penguatan nilai-nilai antikorupsi sebagai identitas nasional Indonesia. Bab 3 telah menguraikan belajar semangat integrasi nasional dari para tokoh bangsa. Bab 4 telah menguraikan semangat kerja keras dan kesederhanaan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan konstitusi. Bab 5 telah menguraikan penguatan nilai-nilai kemandirian, keberanian, keadilan sebagai argumen untuk membangun keharmonisan antara kewajiban dan hak negara - warga negara di bidang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial.Bab 6 telah menguraikan Implementasi nilai-nilai antikorupsi dalam proses demokrasi dalam bidang politik, pemerintahan dan kehidupan sehari-hari. Bab 7 telah menguraikan penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi. Bab 8 telah menguraikan faktor-faktor penyebab korupsi sebagai tantangan pembentukan wawasan nusantara. Bab 9 telah menguraikan dampak masif korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.

Buku Panduan Insersi Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan dapat menjadi alternatif penguatan Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi. Harapannya adalah bahwa mahasiswa tidak hanya dibekali dengan pengetahuan antikorupsi tetapi juga dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai antikorupsi. Mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga terbiasa untuk bertindak antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, buku ini dapat menjadi alternatif bagi para praktisi dan penggiat antikorupsi terutama bagi dosen/tutor pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

BAB X

124

Page 129: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan
Page 130: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. W. (2009). Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Perilaku dan Peristiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Anderson, B. (1988). Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Backhaus, J., Breukers, S., Paukovic, M., Mourik, R., & Mont, O. (2011). Sustainable Lifestyles: Today’s Facts & Tomorrow’s Trends. Wuppertal. Germany.

Bangun, B. H. (2017). Konsepsi dan pengelolaan wilayah perbatasan negara : Perspektif hukum internasional. Tanjungpura Law Journal, 1(1), 52–63.

Dzulfikriddin, M. (2010). Konsepsi dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan Negara: Perspektif Hukum Internasional. Bandung: Mizan. Diambil dari https://books. google.co.id/books?id=T1VoE-YgYD0C&redir_esc=y

Ikeno, N. (2007). On Clarification of the Role and Function of Citizenship Education in Democratic Societies. In 3rd CitiZED International Confrence on Citizenship and Democratic Education (hal. 12). Sidney: 3rd CitiZED International Confrence on Citizenship and Democratic Education.

Lee, W. O., Grossman, D. L., Kennedy, K. J., & Fairbrother, G. P. (Ed.). (2004). Citizenship Education in Asia and the Pacific. Concepts and Issues (CERC Studi). Hong Kong, China: Springer.

Luth, T. (1999). M. Natsir: Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta: Gema Insani.

Ma’mur, I. (1995). Abul Aclâ Mawdudi’S and Mohammad Natsir’s Views on Statehood: A Comparative Study. McGill University.

Mukhamad Unggul Wibowo, Djoko Suryo, D. S. (2017). Internalisasi Nilai-nilai Kejuangan Jenderal Soedirman dalam Pendidikan Karakter di SMA Taruna Nusantara. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Foundasi dan Aplikasi, 5(2), 132–139.

Murdiono, M., Wahab, A. A., & Maftuh, B. (2014). Building a Global Perspective of Young Citizens Having. Jurnal Pendidikan Karakter, 4(2), 148–159.

Nasar, F. (2015). Ki Bagus Hadikusumo, Penggagas Landasan Ketuhanan. Diambil 11 November 2018, dari https://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/ki- bagus-hadikusumo-penggagas-landasan-ketuhanan

Pamungkas, A. J. (2018). Mengenang Mosi Integral Mohammad Natsir. Diambil 11 November 2018, dari https://www.hidayatullah.com/artikel/mimbar read/2018/04/04/139648/mengenang-mosi-integral-mohammad-natsir.html

Print, M. (1999). Introduction civic education and civil society in the Asia-Pacific. In M. Print, J. Ellickson-Brown, & A. R. Baginda (Ed.), Civic Education for Civil Society (hal. 9–18). London: ASEAN Academic Press.

Røpke, I. (2009). The Role of Consumption in Global Warming: An Ecological Economic Perspective. Anthology on Global Warming. . Routledge.

Page 131: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Ryandi, D. (2018, April 3). Mengenang Mosi Integral Natsir, Pencetus Proklamasi Kedua NKRI. Jawa Pos.

Sardini, N. H. (Ed.). (2016). 60 Tahun Jimly Asshiddiqie: Sosok, Kiprah, dan Pemikiran Jakarta: Yayasan Obor.

Tanthowi, P. U. (2015). Ki Bagus Hadikusumo dan Dasar Negara Pancasila. Diambil 11 November 2018, dari https://news.detik.com/kolom/3066703/ki-bagus- hadikusumo-dan-dasar-negara-pancasila

Taufiq Pasiak. (2012). Antara ‘Tuhan Empirik’ dan Kesehatan Spiritual. In Taufiq Pasiak (Ed.), book section. Yogyakarta: Centre for Neuroscience, Health and Spirituality [C-NET].

Tim Buku Tempo. (2011). Natsir: Politik Santun di Antara Dua Rezim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Majalah TEMPO.

Tim KPK. (2014). Saujana: Di antara Pilihan. Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Koupsi.

Waryani Fajar Riyanto. (2012). Implementasi Paradigma Integrasi-Interkoneksi dalam Penelitian Tiga (3) Disertasi Dosen UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga.

Zhang, Y., Deng, J., Majumdar, S., & Zheng, B. (2009). Globalization of Lifestyle: Golfing in China. In H. Lange & L. Meier (Ed.), The new middle classes: Globalizing lifestyles, consumerism and environmental concern (hal. 143–158). London and New York: Springer. https://doi.org/10.1007/978-1-4020-9938-0

Page 132: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

GLOSARIUM

Budaya Politik (Political Heritage)

Bangsa

Bangsa Indonesia

Civil Society

Demokrasi

extra ordinary crime

Hak Warga Negara

Identitas nasional

Integrasi nasional

:

:

:

:

:

:

:

:

:

merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya.

Suatu masyarakat solidaritas dalam skala besar yang disebabkan oleh pengorbanan yang telah diberikan pada masa lalu dan bersedia berkorban untuk masa depan.

Suatu kesatuan sosial yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya civil atau civilized (beradab).

Kekuasaan atau pemerintahan ada di tangan rakyat. Kekuasaan atau pemerintahan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.

Kejahatan luar biasa.

Sesuatu yang dapat dimiliki oleh warga negara dari negaranya, disebut juga hak konstitusional warga negara (citizen’s constitutional right).

Manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.

Usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.

GLOSARIUM

Page 133: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

GLOSARIUM

Keamanan Nasional

Kesejahteraan Sosial

Kewajiban Warga Negara

Kewarganegaraan

Konstitusi

Negara

Pemerintahan

Pendidikan Kewarganegaraan

:

:

:

:

:

:

:

:

Menunjuk ke kebijakan publik untuk memastikan keselamatan dan keamanan negara melalui penggunaan kuasa ekonomi dan militer dan penjalanan diplomasi, baik dalam damai dan perang.

Kesejahteraan sebuah masyarakat. dalam ekonomi, pendayagunaan orang yang dianggap dalam sebuah kesatuan.

Sesuatu yang harus dilakukan oleh warga negara. Kewajiban warga negara ditetapkan oleh konstitusi atau perundang-undangan.

Segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

Peraturan tertulis, kebiasaan, dan konvensi-konvensi kenegaraan (ketatanegaraan) yang menentukan susunan dan kedudukan organ-organ negara, mengatur hubungan antara organ-organ negara itu, dan mengatur hubungan organ-organ negara ter¬sebut dengan warga negara.

Suatu organisasi kekuasan dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.Sesuatu yang dapat dimiliki oleh warga negara dari negaranya, disebut juga hak konstitusional warga negara (citizen’s constitutional right).

Organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu.

Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

GLOSARIUM

Page 134: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

GLOSARIUM

Penegakan Hukum

Perekonomian Nasional

Pertahanan Nasional

Politik

Rule of Law

Tokoh Bangsa

Wawasan Global

Wawasan Nusantara

:

:

:

:

:

:

:

:

Proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada masyarakat.

Segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.

Prinsip hukum yang menyatakan bahwa hukum harus memerintah sebuah negara dan bukan keputusan pejabat-pejabat secara individual.

Pelaku-Pelaku dalam kehidupan bernegara yang memiliki watak atau karakter kebangsaan.

Suatu proses yang dirancang untuk mempersiapkan kemampuan dasar intelektual guna memasuki kehidupan yang bersifat kompetitif sehingga mampu dipergunakan dengan baik.

Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia untuk mengenali diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati kebhinnekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

GLOSARIUM

Page 135: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

INDEKS

INDEKS

AAbdul Kahar Muzakkir, 46Abikoesno Tjokrosoejoso, 46Adil, 8, 26, 75, 76Administrasi Publik, 8Agus Salim, 34, 46Ahmad Soebardjo, 46Ahmad Syafii Ma’arif, 31

BBaharuddin Lopa, 33, 34, 54, 61Bahasa negara, 16Bela negara, 19Bendera negara, 16Berani, 14, 26, 27, 66, 75Bhinneka Tunggal Ika, 17Budaya antikorupsi, 1, 9, 126Budaya politik, 8Bung Hatta, 25, 28Buya Syafii Ma’arif, 24, 25, 37

CCinta tanah air, 2Citizenship education, 8Civic education, 8Civil society, 8

DDemokrasi, 8, 9, 17, 18, 68, 74, 75, 76, 77, 126Dewan Perwakilan Daerah, 18, 57Dewan Perwakilan Rakyat, 18Disiplin, 26, 56, 76,Djuanda, 44, 45, 49DPD, 57, 58DPR, 57, 58, 85

EEtos kerja, 26, 76Extra ordinary crime, 10Extra ordinary effort, 10

FFrans Kaisiepo, 44, 45, 49

GGatot Soebroto, 44, 45, 49Geopolitik, 8Global society, 8

HHak Asasi Manusia, 12, 76Hak negara, 17, 66, 67, 127Hak-hak sipil, 9Hoegeng Imam Santoso, 54, 59, 60Hoegeng Iman Santoso, 34Humanity, 8

IIdentitas nasional, 16, 17, 24, 33, 127 Ikeno, 8Indonesia, 1, 2, 8, 9, 10, 11, 16, 17, 18, 19, 24, 27, 28, 34, 44, 45, 46, 47, 57, 58, 59, 66, 74, 75, 84, 86, 97, 106, 114, 115, 116, 121, 122, 126, 127, Insersi, 1, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 126Integrasi nasional, 17, 44, 45, 49, 126, 127Internalisasi, 14, 15Isa AS, 14

JJujur, 26, 34, 35, 37, 38, 56, 61, 75, 76

Page 136: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

INDEKS

KK.H. Hasyim Asy’ari, 44, 45, 49Kasman Singodimedjo, 46Keadilan, 66, 67, 68, 90, 127Keberanian, 17, 66, 67, 68, 127Kedaulatan rakyat, 17, 76, 77Kejahatan luar biasa, 10Kemandirian, 66, 67, 68, 127Kemanusiaan, 8Kepulauan nusantara, 19Kerja keras, 14, 26, 27, 54, 56, 58, 75, 127Ketahanan nasional, 19Kewajiban konstitusional, 8Ki Bagus Hadikusumo, 44, 45, 46, 47, 49Ki Hadjar Dewantara, 34Konstitusi, 8, 9, 17, 54, 55, 56, 57, 68, 127Korupsi, 1, 9, 10, 11, 12, 24, 28, 34, 56, 59, 66, 67, 75, 84, 85, 87, 88, 90, 96, 97, 98, 99, 100, 102, 103, 104, 108, 114, 115, 116, 117, 121, 122, 126, 127

LLagu kebangsaan, 17 Lambang negara, 17

MMaftuh, 8Mahkamah Agung, 57, 58Mahkamah Konstitusi, 58, 84Majelis Permusyawaratan Rakyat, 18, 57Mandiri, 14, 26, 27, 75, 76, 77Masyarakat, 8, 24, 27, 35, 36, 37, 38, 55, 59, 67, 68, 76, 77, 86, 87, 103, 114, 116, 117, 121, 126, 127Matriks insersi, 15Mental korupsi, 9Metode, 9, 14, 15Mohammad Hatta, 28, 33, 34, 44, 45, 49Mohammad Natsir, 24, 25, 29, 33, 34, 44, 45, 46, 47, 48, 49Mosi integral, 44, 47MPR, 11 , 46, 57

INDEKS

Muhammad SAW, 14Muhammadiyah, 37 , 46Mukti Ali, 14Multidisiplin, 13, 14Murdiono, 8

NNilai antikorupsi, 1, 9, 14, 15, 24, 25, 26, 33, 54, 56, 74, 76, 77, 126Norma, 8, 12, 98, 99, 105

PPancasila, 1, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 18, 45Paralelisasi, 14Partisipasi, 8, 14, 76, 77Peduli, 14, 26, 27, 75, 98, 99Pemerintahan, 8, 9, 29, 36, 57, 58, 66, 68, 75, 76, 78, 88, 105, 127Pendidikan Antikorupsi, 1, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 44, 54, 74, 96, 126Pendidikan kewarganegaraan, 1, 2, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 24, 44, 85, 126, 127Penegakan hukum, 18, 84, 85, 86, 87, 88, 90, 127Pertahanan dan keamanan, 17, 19, 114, 115, 116, 117, 121, 122, 127Political heritage, 8Proklamasi, 28, 46, 47

RR Soeprapto, 34Rasa kebangsaan, 1, 9Rule of law, 8

SSaifuddin Zuhri, 34Sayyed Hosein Nassr, 14Sederhana, 14, 26, 27, 75, 76, 77Sejarah, 8, 17, 34, 35, 46, 55, 56, 58Semboyan negara, 17Sistem Pendidikan Nasional, 1, 8

Page 137: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

INDEKS

INDEKS

Sjafruddin Prawiranegara, 34Soedirman, 44, 45, 49Soekarno, 34, 35, 44, 45, 46, 47, 49

TTanggung jawab, 14, 26, 27, 75, 76, 77Tanggung jawab warga negara, 8Teuku Mohammad Hasan, 46Tindak pidana korupsi, 10, 11, 84, 85, 87, 97, 105Tindakan pencegahan, 10Tokoh bangsa, 24, 25, 33, 34, 44, 45, 46, 57, 58, 74, 84, 127Transdisiplin, 10, 13

UUUD 1945, 9, 46, 54, 57, 58, 59, 66, 67, 68

WWahab, 8Wahid Hasyim, 46Warga dunia, 8Warga negara, 1, 8, 9, 15, 17, 66, 67, 77, 117, 119, 127Wawasan global, 8Wawawan nusantara, 19Widodo Budidarmo, 34

Y

Yos Sudarso, 44, 45, 49

Page 138: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Adalah dosen pada Program Studi PPKn FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan Asesor Kompetensi bidang Penyuluhan Antikorupsi pada Lembaga Sertifikasi Profesi 1 Ahmad Dahlan. Lahir di Garut, 17 Januari 1982. Menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana (2006) dan Magister (2008) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia. Membina mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Landasan dan Teori PPKn, Analisis Kurikulum dan Buku Teks PPKn, Perencanaan Pembelajaran PPKn, Media Pembelajaran PPKn, Keterampilan Mengajar, dan Metode Penelitian PPKn.

E-mail: [email protected].

Adalah dosen tetap Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Sejak tahun 2015. Lahir di Kota Garut pada tanggal 26 Agustus 1989 anak dari pasangan Bapak Drs. H. Mahyar Suara, S.H.,M.Hum dan Ibu Hj. Telly Noviasih, S.Pd, dan Memiliki suami bernama Iqbal Arpannudin, M.Pd. Bertempat tinggal di Dusun Tobratan RT 003 Desa Wirokerten Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Masa pendidikan penulis diawali pada tahun 1993-1994 di TK Darussalam Wanaraja dilanjutkan pada tahun 1994–1995 di TK Pertiwi

Wanaraja, pada tahun 1995-1997 di SDN 1 Wanaraja pada tahun 1997–2001 berpindah sekolah dasar di SDN Gentra Masekdas Tarogong Garut, tahun 2001–2004 di SMPN 1 Garut, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas tahun 2004–2007 di SMAN 1 Garut/ SMAN 11 Garut, dan pada tahun Tahun 2007-2011 terdaftar sebagai mahasiswa FPIPS-UPI Bandung, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kemudian melanjutkan studi di tahun 2012-2015 di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan

Indonesia Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

E-mail: [email protected]

Dikdik Baehaqi Arif, S.Pd., M.Pd.

Syifa Siti Aulia, S.Pd., M.Pd.

BIOGRAFI PENULIS

PENULIS

Page 139: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

Adalah dosen tetap negeri dipekerjakan (DPK) pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Lahir pada 11 Oktober 1957 anak dari pasangan Oerip Hadipurwanto dan Suyati di desa Gebang, Kec. Gebang, Kab. Purworejo. Jenjang pendidikan yang ditempuh, lulus SD Negeri Tlogosono pada tahun 1970, melanjutkan ke SMP Gebang lulus 1973 dan SMA Negeri Purworejo lulus tahun 1976. Gelar Sarjana kependidikan nya diperoleh pada jurusan Civics Hukum Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial (FPIPS) IKIP Yogyakarta pada tahun 1986. Menyelesaikan program magister (S2) pada program studi Ilmu-ilmu Sosial dengan Bidang Kajian Utama Sosiologi dan Antropologi pada PPS Universitas Padjadajaran (UNPAD) lulus pada tahun 1999. Kini sedang menyelesaikan pendidikan S3 pada program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang (UNNES).

E-mail: [email protected]

Adalah dosen negeri dipekerjakan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Lahir di Yogyakarta, 17 November 1979 beralamatkan di Plakaran Kidul, RT 01 Baturetno Banguntapan,

Bantul, Yogyakarta.

Penulis menempuh pendidikan Pendidikan Strata 1 (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada tahun 2001, pendidikan S2 pada Program Pascasarjana ilmu hukum Universitas Jayabaya, Pendidikan S3 pada Program Doktor Ilmu Hukum bidang

Hukum Tata Negara Universitas Islam Bandung. Menjadi Dosen PNS pada Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang, Banten sejak tahun 2004,

kemudian menjadi dosen DPK pada Program Studi PPKN FKIP UAD sejak tahun 2013.

Penulis mengampu beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan pengembangan kelimuannya yakni Ilmu Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Ketenagakerjaan,

dan Hukum Tata Negara.

E-mail: [email protected]

Drs. Supriyadi, M.Si.

Anom Wahyu Asmorojati

PENULIS

Page 140: dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan · 2020. 9. 7. · Pendidikan Kewarganegaraan akan memungkinkan lahirnya perbedaan, pilihan alternatif dalam berbagai aspek kehidupan

9 786025 238765

ISBN: 978-602-52387-6-5