kasus 4
DESCRIPTION
8TRANSCRIPT
1
a. Kasus
Seorang laki-laki berusia 20 Tahun dibawa oleh tamannya ke unit gawat darurat RS
dengan keluhan sesak nafas.
b. Resume Literature Review
1. Definisi
Dispnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau
shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk
meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan, akibat meningkatnya usaha
bernafas yang terjadi akibat kongesti pembuluh darah paru dan perubahan
kemampuan pengembangan paru.
Penyebabnya adalah meningkatnya tahanan jalan napas seperti pada obstruksi jalan
napas atas, asma, dan pada penyakit obstruksi kronik. Berkurangnya keteregangan
paru yang disebabkan oleh fibrosis paru, kongesti, edema, dan pada penyakit
parenkim paru dapat menyebabkan dispnea. Kongesti dan edema biasanya
disebabkan oleh abnormalitas kerja jantung. Penyebab lainnya adalah pengurangan
ekspansi paru seperti pada efusi pleura, pneumotoraks, kelemahan otot, dan
deformitas rongga dada.
Dalam mengevaluasi dispnea, perlu diperhatikan keadaan ketika dispnea terjadi.
Dispnea dapat terjadi pada perubahan posisi tubuh :
a) Dispnea yang terjadi pada posisi berbaring disebut ortopneu, biasanya
disebabkan karena gagal jantung. Ortopneu juga terjadi pada penyakit paru tahap
lanjut dan paralisis diafragma bilateral.
b) Platipneu adalah kebalikan dari ortopneu, yaitu dispnea yang terjadi pada posisi
tegak dan akan membaik jika penderita dalam posisi berbaring; keadaan ini
terjadi pada abnormalitas vaskularisasi paru seperti pada COPD berat.
c) Trepopneu jika dengan posisi bertumpu pada sebelah sisi, penderita dispnea
dapat bernapas lebih enak; ditemui pada penyakit jantung (perubahan posisi
menyebabkan perubahan ventilasi-perfusi).
2
d) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) adalah sesak napas yang teijadi tiba-tiba
pada saat tengah malam setelah penderita tidur selama beberapa jam, biasanya
terjadi pada penderita penyakit jantung.
e) Exertional dyspnea adalah dispnea yang disebabkan karena melakukan aktivitas.
Intensitas aktivitas dapat dijadikan ukuran beratnya gangguan napas, misal
setelah berjalan 50 langkah atau setelah menaiki 4 anak tangga timbul sesak
napas. Dispnea yang terjadi ketika berjalan di jalan datar, tingkatan gangguan
napasnya lebih berat jika dibandingkan dengan dispnea yang timbul ketika naik
tangga.
Keluhan sesak napas juga dapat disebabkan oleh keadaan psikologis. Jika
seseorang mengeluh sesak napas tetapi dalam exercise tidak timbul sesak napas
maka dapat dipastikan keluhan sesak napasnya disebabkan oleh keadaan
psikologis.
2. Patofisiologi
Patofisiologi sesak napas akut dapat dibagi sebagai berikut:
a) Oksigenasi Jaringan Menurun
Penyakit atau keadaan tertentu secara akut dapat menyebabkan kecepatan
pengiriman oksigen ke seluruh jaringan menurun. Penurunan oksigenasi jaringan
ini akan meningkatkan sesak napas. Karena transportasi oksigentergantung dari
sirkulasi darah dan kadar hemoglobin, maka beberapa keadaan seperti
perdarahan, animea (hemolisis), perubahan hemoglobin (sulfhemoglobin,
methemoglobin, karboksihemoglobin) dapat menyebabkan sesak napas. Penyakit
perenkim paru yang menimbulkan intrapulmonal shunt, gangguan ventilasi juga
mengakibatkan sesak napas. Jadi, sesak napas dapat disebabkan penyakit-
penyakit asma bronkial, bronkitis dan kelompok penyakit pembulu darah paru
seperti emboli, veskulitis dan hipertensi pulmonal primer.
b) Kebutuhan Oksigen Meningkat
Penyakit atau keadaan yang sekonyong-konyong meningkat kebutuhan oksigen
akan memberi sensasi sesak napas. Misalnya, infeksi akut akan membutuhkan
oksigen lebih banyak karena peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh
karena bahan pirogen atau rangsang pada saraf sentral yang menyebabkan
3
kebutuhan oksigen meningkat dan akhirnya menimbulkan sesak napas.
Begitupun dengan penyakit tirotoksikosis, basal metabolic rate meningkat
sehingga kebutuhan oksigen juga meningkat. Aktivitas jasmani juga
membutuhkan oksigen yang lebih banyak sehingga menimbulkan sesak napas.
c) Kerja Pernapasan Meningkat
Panyakit perenkim paru seperti pneumonia, sembab paru yang menyebabkan
elastisitas paru berkurang serta penyakit yang menyebabkan penyempitan
saluran napas seperti asma bronkial, bronkitis dan bronkiolitis dapat
menyebabkan ventilasi paru menurun. Untuk mengimbangi keadaan ini dan
supaya kebutuhan oksigen juga tetap dapat dipenuhi, otot pernapasan dipaksa
bekerja lebih keras atau dengan perkataan lain kerja pernapasan ditingkatkan.
Keadaan ini menimbulkan metabolisme bertambah dan akhirnya metabolit-
metabolit yang berada di dalam aliran darah juga meningkat. Metabolit yang
terdiri dari asam laktat dan asam piruvat ini akan merangsang susunan saraf
pusat. Kebutuhan oksigen yang meningkat pada obesitas juga menyebabkan
kerja pernapasan meningkat.
d) Rangsang Pada Sistem Saraf Pusat
Penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dapat menimbulkan serangan sesak
napas secara tiba-tiba. Bagaimana terjadinya serangan ini, sampai sekarang
belum jelas, seperti pada meningitis, cerebrovascular accident dan lain-lain.
Hiperventilasi idiopatik juga dijumpai, walaupun mekanismenya belum jelas.
e) Penyakit Neuromuskuler
Cukup banyak penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem
pernapasan terutama jika penyakit tadi mengenai diagfragma, seperti miastenia
gravis dan amiotropik leteral sklerosis. Mekanisme yang menyebabkan
terjadinya sesak napas karena penyakit neuromuskuler ini sampai sekarang
belum jelas.
3. Klasifikasi Sesak Napas
Sesuai dengan berat ringannya keluhan, sesak napas dapat dibagi menjadi lima
tingkat dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Sesak Napas Tingkat I
4
Tidak ada pembatasan atau hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Sesak napas akan terjadi bila penderita melakukan aktivitas jasmani lebih berat
dari pada biasanya. Pada tahap ini, penderita dapat melakukan pekerjaan sehari-
hari dengan baik.
b) Sesak Napas Tingkat II
Sesak napas tidak terjadi bila melakukan aktivitas penting atau aktivitas yang
biasa dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Sesak baru timbul bila melakukan
aktivitas yang lebih berat. Pada waktu naik tangga atau mendaki, sesak napas
mulai terasa, tetapi bila berjalan di jalan yang datar tidak sesak. Sebaiknya
penderita bekerja pada kantor/tempat yang tidak memerlukan tenaga lebih
banyak atau pada pekerjaan yang tidak berpindah-pindah.
c) Sesak Napas Tingkat III
Sesak napas sudah terjadi bila penderita melakukan aktivitas sehari-hari, seperti
mandi atau berpakaian, tetapi penderita masih dapat melakukan tanpa bantuan
orang lain. Sesak napas tidak timbul di saat penderita sedang istirahat. Penderita
juga masih mampu berjalan-jalan di daerah sekitar, walaupun kemampuannya
tidak sebaik orang-orang sehat seumurnya. Lebih baik penderita tidak
dipekerjakan lagi, mengingat penyakit cukup berat.
d) Sesak Napas Tingkat IV
Penderita sudah sesak pada waktu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari
seperti mandi, berpakaian dan lain-lain sehingga tergantung pada orang lain pada
waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas belum tampak waktu
penderita istirahat, tetapi sesak napas sudah mulai timbul bila penderita
melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu mendaki atau berjalan-jalan
sedikit, penderita terpaksa berhinti untuk istirahat sebentar. Pekerjaan sehari-hari
tidak dapat dilakukan dengan leluasa.
e) Sesak Napas Tingkat V
Penderita harus membatasi diri dalam segala tindakan atau aktivitas sehari-hari
yang pernah dilakukan secara rutin. Keterbatasan ini menyebabkan penderita
lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya duduk di kursi. Untuk memenuhi
segala kebutuhannya, penderita sangat tergantung pada bantuan orang lain.
5
4. Diagnosis
Pendekatan diagnosis sesak napas dapat dilakukan dengan dua cara:
a) Melakukan pendekatan terhadap masalah atau sistem organ yang menyebabkan
sesak napas
1) Penyebab Sesak Napas yang Berasal dari Jantung
Kegagalan ventrikal kiri
Kegagalan ventrikel kiri oleh berbagai sebab, akan menimbulkan sesak
napas yang disertai ortopneu, paroksismal nokturnal dispneu, kadang-
kadang disertai batuk dengan kelelahan, pembesaran jantung disertai
irama gallop. Sedangkan pada paru ditemukan ronki basah yang
merupakan tanda sembab paru dan kongesti pembuluh darah vena paru.
Pada kegagalan jantung kiri, beberapa gejala dan keluhan yang dapat
membantu ialah sembab paru disebabkan oleh gangguan primer pada
jantung. Pada EKG dijumpai hipertropi ventrikel kiri.
Kegagalan ventrikel kanan
Kegagalan ventrikel kanan ditandai dengan peningkatan tekanan darah
sentral, hepatomegali dan sembab tungkai. Peningkatan tekanan vena
jungularis melebihi 10 CmH2O, sedangkan hati yang membesar terasa
lunak dengan tepi tajam, kadang-kadang terasa pulsasi dan mungkin
pula disertai dengan asites.
Selain kedua gangguan di atas, masih banyak penyebab lain yang
menimbulkan sembab paru dan hipertensi pulmonal yang semua akan
menyebabkan sesak napas. Kelompok penyakit ini akan memberi
gangguan sesuai dengan kombinasi di atas.
2) Penyebab Sesak Napas Karena Gangguan Paru
Pneumotoraks
Terutama pada tipe tension, didapat frekuensi pernapasan meningkat,
dangkal dan tampak sesak. Suara pernapasan menghilang atau
berkurang pada daerah yang sakit disertai pencembungan ruangan antar
6
iga, trakea deviasi ke arah yang sehat dan terdengar hipersonor pada
perkusi.
Infeksi paru
Terutama pneumonia, keluhan sesak napas yang ditimbulkan sesuai
dengan luas proses. Pada pemeriksaan tampak frekuensi pernapasan
meningkat, pernapasan dangkal dan sering disertai sianosis.
Bronkospasme
Asma bronkial yang paling sering. Pada asma ringan keluhan subjektif
mungkin tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik. Tetapi pada asma
berat akan dijumpai kelainan-kelainan sebagai berikut: Penderita
tampak sukar bernapas, otot pernapasan sekunder ikut berkontraksi dan
takikardia. Mungkin terdengar wheezing yang cukup keras sehingga
dapat didengar tanpa menggunakan stetoskop. Pada pemeriksaan
didapatkan hipersonor dan waktu ekspirasi memanjang.
Emboli paru
Keluhan penderita sering ditemukan pada emboli paru selain sesak
napas adalah nyeri pleura, batuk, keringat dingin, sinkop dan batuk
darah.
Gejala yang sering menyertai ialah takikardia, takipneu, ronki basah,
panas badan yang meningkat disertai suara P2 yang mengeras, kadang-
kadang dijumpai sianosis dan tanda-tanda troboflebitis. Diagnosis lebih
diperkuat, jika keluhan tersebut dijumpai pada penderitatua dengan
penyakit kronis, tirah baring cukup lama, ada riwayat trombosis vena
yang terletak lebih dalam atau didahului trauma pada kaki. Keadaan lain
yang sering dihubungkan dengan emboli paru ialah pemakaian estrogen
(pil KB = pil keluarga berencana), penyakit jantung, obesitas,
kehamilan dan pasca operasi.
Pneumonitis interstisialis (alveolitis)
Keradangan pada perenkim paru disebut pneumonitis atau pneumonia.
Jika keradangan ini mengenai interstisial disebut pneumonitis
interstisialis. Di dalam kepustakaan dipakai pula nama lain yaitu
7
fibrosis interstisialis, fibrosing alveolitis dan Hamman Rich Syndrome.
Sesak napas yang terjadi pada penyakit ini disebabkan oleh gangguan
ventilasi perfusi akibat penebalan septa antara alveol dan kapiler
(alveolar-cappilary block). Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita
panas disertai infeksi akut lain, sesak napas yang progresif disertai
batuk dan dahak purulen. Proses lebih lanjut dapat dijumpai sianosis
dan jari tabuh. Kadang-kadang disertai osteoartropati hipertropik.
Radiologis menunjukkan honey comb yang luas.
Adult respiratory distress syndrome (ARDS).
Keadaan ini sering menyertai shock karena bermacam-macam
penyebab, infeksi, trauma, aspirasi cairan atau inhalasi bahan racun,
penyakit darah, gangguan metabolisme dan masih banyak lagi
penyebab lain. Mula-mula ada sembab interstisiel dan alveol,
selanjutnya terjadi penebalan alveol sehingga proses ventilasi perfusi
terhambat. ARDS perlu dibedakan dengan kegagalan jantung kiri
karena mempunyai gejala yang hampir sama pada ARDS sembab paru
bersifat non-kardiogenik, penyakit berkembang dengan cepat dalam
beberapa jam sampai beberapa hari. Pada kegagalan jantung kiri,
beberapa gejala dan keluhan yang dapat membantu ialah sembab paru
disebabkan oleh gangguan primer pada jantung. Pada EKG dijumpai
hipertropi ventrikel kiri.
3) Gangguan Metabolik
Terutama gangguan metabolik yang menimbulkan asidosis, seperti
ketoasidosis diaberik, asidosis laktik (karena obat-obatan, hipoksia, shock
sekunder dan lain-lain). Diduga ada asidosis metabolik bila terjadi
hiperventilasi dan diare berat tanpa diketahui penyebabnya, anamnesa ada
keracunan obat, koma, riwayat penderita sebagai peminum alkohol.
Gejala klinis yang timbul, tergantung dari akut atau kronisitas proses
penyakit dasar sebagai penyebab. Sebagian besar terjadi karena gangguan
neurologi atau kardiovaskuler, seperti bingung, koma, shock, aritmia,
hiperkalemia atau hiperfosfatemia.
8
4) Kelainan Darah
Amat banyak kelainan darah yang dapat menyebabkan sesak napas, antara
lain : anemia, leukemia, hemoglobin abnormal, perdarahan masif, gangguan
tranfusi dan lain-lain. Semua gangguan ini pada dasarnya menyebabkan
transportasi oksigen terganggu. Konsentrasi oksigen di dalam darah yang
rendah menyebabkan kemoreseptor perifer yang terletak di badan karotis
dan badan aortik menjadi terangsang. Rangsang ini diteruskan ke saraf pusat
melalui n. glossopharyngeus untuk badan karotis dan n. vagus untuk badan
aortik. Keluhan dan gejala yang timbul sebagai akibat hipoksemia ialah
sesak napas, palpitasi, gelisah, bingung, takipneu, takikardia, aritmia,
hipotensi atau hipertensi dan koma.
5) Penyakit Saraf dan Penyakit Neuromuskuler
Penyakit saraf yang biasa menimbulkan sesak napas ialah Amiotropik
lateral sklerosis, Miastenia gravis, Multipel sklerosis dan sindrom Guillain
Barre. Sedangkan penyakit neuromuskuler yang sering menyebabkan sesak
napas ialah poliomielitis, atrofi atau distrofi otot, tumor otak, gangguan n.
phrenicus, mungkin pula keracunan obat seperti kurare, antikolinesterase
dan antibiotika terutama golongan aminoglikosid (yang sering dipergunakan
ialah streptomisin, kanamisin, gentamisin dan amikain) sesak napas yang
terjadi sebagai akibat hiperkapnia, seperti yang tersebut di atas akan
menyebabkan gangguan pada saraf sehingga menimbulkan keluhan dan
gejala antara lain bingung (confusion), nyeri kepala, papiledema, aritmia,
miosis, diaforesis/keringat banyak, hipotensi dan koma.
6) Kehamilan
Terjadinya sesak pada kehamilan menimbulkan pertanyaan apakah wanita
hamil tersebut mempunyai penyakit jantung atau paru yang mendasari atau
apakah sesak napas tersebut disebabkan oleh kehamilan itu sendiri. Untuk
membuat assesmen terhadap sesak napas pada kehamilan ini perlu
memahami perubahan-perubahan kardiopulmonal selama kehamilan normal.
Perubahan kardiovaskuler yang paling jelas selama kehamilan adalah
meningkatnya volume darah dan cardiac output. Volume darah mulai
9
meningkat pada trimester pertama dan berangsur-angsur mencapai
maksimum 40-50% dari saat sebelum hamil. Karena volume plasma
meningkat lebih dari massa sel darah, maka hematokrit biasanya menurun,
yang mengakibatkan anemia fisiologis pada kehamilan.
Perubahan saluran napas yang normal pada kehamilan mengakibatkan
alkalosis respirasi kompensata, dimana PO2 lebih tinggi dan PCO2 lebih
rendah daripada sebelum hamil. PCO2 yang rendah ini diduga untuk
memberikan gradient difusi yang meningkatkan kemampuan fetus
membuang sisa-sisa dari metabolisme aerob.
Selama kehamilan juga mengakibatkan naiknya diafragma hingga 4 cm
daripada biasanya, dan FRC (functional residual capacity) dan stable FEV1.
7) Gangguan Psikogenik
Keadaan emosi tertentu; menangis terisak-isak, tertawa terbahak-bahak,
mengeluh dengan menarik napas panjang dan merintih atau mengerang
karena sesuatu penyakit. Semua ini dapat mempengaruhi irama pernapasan.
Perubahan emosi yang sering menimbulkan keluhan sesak napas ialah rasa
takut, kagum atau berteriak yang disertai rasa gembira. Sesak napas yang
disebabkan oleh foktor psikis seperti emosi, sering timbul pada waktu
istirahat, sedangkan sesak napas yang mempunyai latar belakang penyakit
paru obstruktif menahun sering dijumpai pada waktu penderita melakukan
aktifitas.
Sesak napas yang berhubungan dengan faktor emosi, terjadi melalui
mekanisme hiperventilasi. Dalam penelitian Dudley ditemukan bahwa
pengaruh emosi seperti depresi, kecemasan dapat menimbulkan sensasi
sesak napas melalui mekanisme hiperventilasi. Kedua mekanisme tersebut
yang sama-sama dapat dipakai oleh faktor psikis dalam menampilkan
sensasi sesak napas, mungkin dapat dipergunakan sebagai suatu bukti bahwa
foktor emosi khusus berperan atau tidak. Kesukaran bernapas yang timbul,
semata-mata hanyalah merupakan reaksi somatik yang bersifat individu
terhadap pengaruh emosi tadi.
10
a) Melakukan pendekatan sistematik, atas dasar sesak napas akut, subakut atau
kronis.
1) Sesak Akut
Pasien yang mengalami sesak akut yang baru saja terjadi (dalam jam sampai
hari) mungkin mengalami penyakit akut yang memengaruhi jalan napas
(serangan asma akut), parenkim paru (edema paru akut atau proses infeksi
akut seperti pneumonia bakterial), rongga pleura (pneumotoraks), atau
pembuluh darah paru (emboli paru).
2) Sesak Subakut
Sesak yang terjadi secara subakut (dalam hari atau minggu) dapat
menunjukkan adanya eksaserbasi penyakit pernapasan yang telah ada
sebelumnya (asma atau bronkitis kronik), infeksi parenkim yang indolen
(Pneumonia Peunumocystis carinii pada pasien AIDS, pneumonia
mikobakterial atau jamur), proses inflamasi non infeksi yang terjadi secara
perlahan (granulomatosis Wegener, pneumonia eosinofilik, bronkiolitis
obliterans dengan pneumonia, dan sebagainya), penyakit neuromuskuler
(sindroma Guillain Barre, miastenia gravis), penyakit pleura (efusi pleura
dengan berbagai sebab), atau penyakit jantung kronik (gagal jantung
kongestif).
3) Sesak Kronik
Sesak yang terjadi secara kronik (selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun)
seringkali menunjukkan adanya penyakit paru obstruktif kronik, penyakit
paru interstisial kronik, atau penyakit jantung kronik. Penyakit-penyakit
kronik pada jalan napas, bukan hanya PPOK tetapi juga asma, ditandai
dengan adanya periode eksaserbasi dan remisi. Pasien seringkali mengalami
periode sesak yang sangat berat, namun juga diselingi periode dimana gejala
hanya minimal atau tidak ada sama sekali. Sebaliknya, banyak dari penyakit-
penyakit parenkim paru ditandai oleh proses yang lambat namun tidak dapat
diperbaiki.
Paru:PPOKAsma
Gangguan restriktif paruPenyakit paru Herediter
Pneumotoraks
Noncardiac atau nonpulmonaryMetabolik kondisi (misalnya, asidosis)NyeriNeuromuscular disordersGangguan OtorhinolaryngealFungsionalKegelisahanPanicHiperfentilasi
Jantung:Gagal jantung kongestif (kanan, kiri atau biventricular)
Penyakit arteri koronerMiokard infark (sejarah atau masa lalu)
CardiomyopathyDisfungsi Katup
Hipertrofi ventrikel kiriAsymmetric septum hipertrofi
PerikarditisAritmia
DIPSNEU(Sesak Nafas)
11
Diagram Ven
c. Analisis Masalah
1. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD dibawa oleh temannya dengan keluhan sesak nafas
yang dirasakan tiba-tiba, dirasakan semakin lama semakin berat, tidak disertai
12
bunyi mengi, tidak disertai perubahan posisi, disertai nyeri dada hilang timbul
disebelah kiri.
1 bulan yang lalu pasien mengeluh baruk berdahak tanpa darah, berat badan
pasien menurun dan sering lemas dan lemah dan tetapi pasien tidak pernah
memeriksakannya
Tidak ada riwayat pemakaian obat tertentu dan sesak nafas tidak timbul
karna bulu binatang, debu dan makanan. Pasien kemudian dibawa ke UGD dan
disarankan untuk dirawat inap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
1 bulan yang lalu pasien mengeluh baruk berdahak tanpa darah, Riwayat trauma
pada dada disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit keluarga
1. Perdarahan abnormal : (-)
2. Penyakit imun : (-)
3. Alergi : (-)
4. Ayahnya mempunyai riwayat TB
e. Riwayat pribadi dan social :
Pasien adalah seorang mahasiswa bekerja di pabrik pembakaran kapur, rumah
pasien dekat dengan pabrik dan ventilasi rumah dipekecil. Pasien diketahui
merokok dari umur 12 tahun.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sesak
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan darah: 120/70
Nadi : 96 kali/mrnit
Suhu : 36,5 c
RR : 40 kali/menit
Berat badan : -
13
Tinggi badan : -
Kulit
Warna : normal, sawo matang
Sianosis : tidak ada sianosis
Turgor : (-)
Kelembaban : normal
Kepala :
Bentuk : normal
Rambut :
Warna : hitam
Tebal/tipis : tebal
Distribusi : merata
Mata :
Palpebra : Normal
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil :
Simetris : simetris
Reflek cahaya : +/+
Telinga :
Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
Serumen : minimal
Nyeri : tidak ada
Hidung :
Bentuk : simetris
Nafas Cuping Hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut :
Bentuk : simetris
14
Bibir : -
Gusi : -
Lidah :
Bentuk : simetris
Pucat/tidak : -
Tremor/tidak : -
Kotor/tidak : -
Warna : normal
Faring :
Hiperemi : tidak ada
Edem : tidak ada
Membran/pseudomembran : tidak ada
Tonsil :
Warna : merah muda
Pembesaran : tidak ada
Abses/tidak : tidak ada
Membran/pseudomembran : tidak ada
Leher :
Vena Jugularis : Tidak meningkat
Pembesaran kelenjar leher : tidak ada
Massa : tidak ada
Toraks :
Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : asimetris
Retraksi : (+) intercosta
Dispnea : (+)
Pernafasan : Ekspirasi paru kiri menurun
Palpasi : Fremitus paru kiri menurun
Perkusi : paru bagian apek hipersonor
Paru bagian kiri mediastinum pekak
15
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Paru kiri Vesikuler menghilang
Suara Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-),
Stridor(-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus terlihat
Palpasi : Apeks teraba
Perkusi : -
Auskultasi :
Suara Dasar : S1 lebih besar dari S2 Tunggal
Bising : Tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Hati : Tidak ada pembesaran
Lien : tidak ada pembesaran
Massa : tidak ada
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), asites (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Ekstremitas :
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-) dan tidak ada parese
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-) dan tidak ada parese
d. Daignosisi Kerja
Peneumothoraks adcausa TB paru
e. Penatalaksanaan awal
Pemberiak Oksigen dengan menggunakan bantuan oksigen baik itu dengan
endotracheal tube ataupun dengan ventilator.
Dilakukan Chest Tube
f. Langkan infestigasi selanjutnya
16
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
o Hematologi
Leukosit : 14.200 /mmk (N=5.000-10.000)
Eritrosit : 5,36 x 106/µL (N=4,5-5,5)
Hitung Jenis Leukosit: eritrosit: 0 ; basofil: 0; segmen: 77; Batang : 3
Limfosit : 20% (N=20-40%)
Hematokrit : 42 Vol% (N=37-54)
Trombosit : 325.000/mm3 (N=150.000-450.000)
LED : 50
Ureum : 49,1
Kreatinin : 1,1
Sputum : (+)
o Pemariksaan Rontegen :
Adanya bercak di apek kiri
g. Diagnosis Definitif
Peneumothoraks sekunder Edcausa TB paru
h. Penatalaksanaan kaustatif
o Antibiotika:
Penyebab pneumotoraks adalah infeksi akibat kuman Mycobacterium
Tuberkulose, maka terapi yang di berikan adalah obat TB:
o Diberikan setiap hari selama 1-2 bulan: INH + Rimpafisin + Pirazinamid
o Dilanjutkan dengan INH + Rimfapisin diberikan 2-3 kali seminggu selama
4-7 bulan.
i. Perjalanan Klinis penyakit
Penyakit paru (TB)
Terbentuknya blebb dan bulla
Akan menjadi kista
Terjadi kerusakan bagian apeks paru berhubungan dengan iskemik atau peningkatan distensi pada alveolidaerah apeks paru akibat tekanan pleura yang lebih negative
Cairan masuk ke dalam ruang pleura
Kolaps spontan karena kerusakan jaringan
Volume ruang pleura meningkat
Distensi pernapasanDistensi pernapasan
Ganguan pertukaran gasPenekanan pada struktur mediasional
Nyeri Dada
17
18
j. Refleksi Diri
Melakukan identifikasi kebutuhan
Yang sudah diketahui dari topic ini adalah Gejala klinik,Diagnosis, penatalaksanaan
yang belum diketahui dari topic ini perjalanan klinis dari dipsneu untuk
menentukan diagnosis yang tepat kesenjangan dari topic ini dari anamnesis,
pemeriksaan Fisik, dan rontegen dan topic yang paling penting adalah menetukan
diagnosis penyekit, perjalanan dari penyakit dan penatalaksanaannya
Mengembangkan dan menerapkan rencana belajar
strategi belajar yang paling sesuai untuk kami untuk mencapai tujuan yaitu
dengan cara membaca teks book dan jurnal dan belajar mengelompokan setiap
gejala klinik dengan penyakit, terapi, dan diagnosis banding sesuai dengan
keluhan utama alternative lain yang kami miliki untuk pembelajaran adalah
membaca catatan kuliah dan slide kuliah yang telah diberikan, sumber belajar
yang kami butuhkan Texs book dan Jurnal, kami pernah memiliki pengelaman
sukses dengan strategi belajar dengan cara merangkum dan mengelompokan
gejala klinik dari penyakit dan diagnosis banding dari penyakit.
Bagaimana kemajuan yang dicapai sejauh ini?
Jangkawaktunya yang diberikan kurang memadai strategi yang perlu kami rubah
dengan menambah dan memperpanjang waktu belajar yang menjadi factor
penentu keberhasilan banyak mencari, membaca dan bertanya, kegagalan kadang
sulit untuk mencari perbedaan gejala klinis dan gejala maniefestasi di setiap
penyakitnya bila tidak teliti dalam mencari, memahami dan membaca, dengan
apa yang telah kami pelajari dari proses yang dapat membantu kami dalam masa
depan dari proses ini semakin banyak ilmu yang diketahui dan dipelajari.
19
Daftar Pustaka
Paul M. Paulman, Audrey A, Paulman, Taylor Manual Diagnosis Klinik dalam 10 Menit, Edisi Kedua, Binarupa Aksara Publisher; 2010; 288-291
Anna Uyainah, Vidhia Umami, Dispnea dalam Lima Puluh Masalah Kesehatan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam
H.O Setiono Husodo, Pemeriksaan Fisi Paru, Pustaka Dian Jakarta, Cetakan Kedua, 1982
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC. 2005
Dispnea (sesak napas) dari www.artikelkedokteran.net
Dyspnea During Pregnancy from www.uptodate.com