karya tulis ilmiah tbc paru

97
KARYA TULIS ILMIAH TBC Paru DOWNLOAD KTI LENGKAPNYA DISINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang paling utama. Dalam keadaan normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5 menit (Barbara Kozier, 1995). Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan merupakan gabungan antara aktivitas berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya, yaitu menjamin tersedianya oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel secara terus menerus. TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, organisme patogen atau saprofit yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara. Paru adalah tempat infeksi yang paling umum, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi dimanapun di dalam tubuh. Biasanya bakteri membentuk lesi (tuberkel) didalam alveoli. Lesi ini merusak jaringan paru yang lain yang ada didekatnya, melalui aliran darah, system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli yang

Upload: aang-sutomo

Post on 29-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aang

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

KARYA TULIS ILMIAH TBC Paru

DOWNLOAD KTI LENGKAPNYA 

DISINI BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut

Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang paling utama. Dalam keadaan

normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5 menit (Barbara Kozier,

1995). Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme sel agar dapat

melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan merupakan gabungan antara aktivitas

berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan

pembuangan karbondioksida sebagai hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya, yaitu

menjamin tersedianya oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan

mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel secara terus menerus.

TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang

merupakan bakteri batang tahan asam, organisme patogen atau saprofit yang biasanya

ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara. Paru adalah tempat infeksi

yang paling umum, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi dimanapun di dalam tubuh. Biasanya

bakteri membentuk lesi (tuberkel) didalam alveoli. Lesi ini merusak jaringan paru yang lain

yang ada didekatnya, melalui aliran darah, system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli yang

terjadi melalui aliran darah, system limfatik, atau bronchi menyebabkan tubuh mengalami

reaksi alergi terhadap basil tuberkel dan proteinnya.

 Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi

positif pada test kulit tuberkel. Apabila penderita TBC tidak mendapatkan pengobatan dan

perawatan yang tepat, maka penderita akan mengalami gangguan pemenuhan oksigen,

kerusakan pada paru yang luas, penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan

rasio udara residual terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi oksigen sekunder

akibat infiltrasi / fibrosis parenkim sampai gejala yang membahayakan bagi orang lain yaitu

penularan. Penularan bisa melalui bersin, tertawa, ataupun batuk. ( Niluh Gede Yasmin Asih,

keperawatan medidkal bedah. System pernafasan 83, 2004 ). Akhir-akhir ini, insiden

tuberculosis terutama yang resisten terhadap berbagai obat mengalami peningkatan.

Saat ini penyakit Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pada

Page 2: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

tahun 1995 penyakit Tuberkulosis pernah menempati urutan ketiga, bahkan pada tahun 1993

ditetapkan WHO sebagai tahun kedaruratan global Tuberkulosis. Masalah Tuberkulosis masih

merupakan dilema bagi bangsa ini dengan jumlah penderita tahun 1997 sebanyak + 450.000

orang dan setiap tahunnya penderita TBC akan bertambah sebesar 8 / 10.00 penduduk

+150.000 penderita (Profil Kesehatan Indonesia 1997; 118).

 WHO telah memperkenalkan dan mengadopsi strategi Directly Observed Treatment Short

Course (DOTS) sebagai teknologi masyarakat yang terbukti efektif dalam pemberantasan

penyakit Tuberkulosis (P2TB) dengan pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) yang dilakukan

oleh PMO selama sembilan bulan, namun sayangnya di Indonesia, keberhasilan pengobatan

yang dicapai hanya sekitar 50 % (koran BIDI, oleh Dr. Fachmi Idris, Oktober 2003;4). Bukti

yang terbaru menjelaskan, dari sekitar 47 % yang mencapai program keberhasilan pengobatan

ternyata menunjukan angka kambuh ulang 27 % dan resistensi obat 13 %, jadi angka yang

sesungguhnya menunjukan peningkatan penyakit TBC lebih tinggi (kompas 27 januari 2005). 

Berdasarkan studi dokumentasi dari bagian pencatatan dan pelaporan di Ruang Mawar Rumah

Sakit Krakatau Medika Cilegon - Banten.

TABEL 1

Proporsi Penderita Tuberculosis Paru yang Dirawat 

Di RSKM Cilegon Bulan Januari - Desember 2005

No.    Kasus    Jumlah    Persentase

1.

2.

3.

4.

5.    Bronchopneumoni

TBC

Asma

Bronkhitis

Efusi Pleura    423

199

102

20

8    56,26

26,46

13,56

Page 3: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

2,65

1

    Total    752    100 %

Berdasarkan kasus dengan sistem pernapasan akibat TBC menunjukan angka cukup tinggi

sekali yaitu pada urutan pertama yaitu 79,5 %. Jika tidak segera ditangani dengan baik,

penyakit pernafasan TB Paru dapat mengakibatkan gangguan pada system pernafasan yaitu

infiltrasi kecil lesi dini pada bidang paru atas,  deposit kalsium dari lesi primer yang telah

menyembuh, atau cairan dari suatu efusi. Selain system pernafasan ada banyak system yang

terjangkiti seperti  sistem kardiovaskular, sistem muskuloskeletal, sistem gastrointestinal,

sistem persyarapan, dan sistem perkemihan.

 Dari semua system yang ada penyebaran mikroorganisme akan terlihat merata. Cuma yang

paling mendominasi adalah system cardioivaskuler. Dimana apabila telah terkena maka akan

terjadi insufiensi ataupun stenosis katup yang selanjutnya cardiac output  menurun akibat dari

itu akan terjadi kerusakan pada hampir keseluruhan jaringan tubuh. Untuk menghindari

komplikasi yang lebih serius dan program pengobatan pada TB Paru yang cukup lama maka

perlu adanya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Penanganan dan perawatan yang komprehensif ditujukan pada dua hal yang sangat

fundamental yaitu program pengobatan dan program pencegahan. Pengobatan yaitu dengan

penggunaan obat-obatan pencegahan anti tuberculosis seperti INH, rifampisin, etambutol dll.

Sedang pencegahan dengan peningkatan bersihan jalan nafas, mendukung klien dalam

kepatuhan terhadap regimen pengobatan, meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat dan

penyuluhan penderita serta perimbangan perawatan dirumah. 

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat karya tulis berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan Sistem Pernafasan Akibat TBC di ruang Mawar

Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon - Banten” 

B.    Tujuan Penulisan 

1.    Tujuan Umum 

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung dan komprehensif yang

meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien

dengan gangguan system pernafasan akibat Tuberculosis Paru. 

2.     Tujuan Khusus

Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pernapasan akibat Tuberkulosis Paru yang meliputi : 

Page 4: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

a.  Melakukan pengkajian yang meliputi pengumpulan data dan menetapkan masalah

berdasarkan prioritas masalah

b.    Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada mencakup

penetapan tujuan dan intervensi keperawatan.

c.    Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah

ditetapkan.

d.    Mampu mengevaluasi keberhasilan Askep yang telah dilaksanakan / dilakukan.

e.    Mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan berdasarkan tindakan yang

sudah dilakukan pada klien.

C.    Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data 

Metode yang digunakan dalam penulisan adalah deskriptif yaitu menggambarkan atau

menjelaskan satu keadaan atau kondisi berdasarkan data dan fakta yang diperoleh melalui studi

kasus dengan pendekatan proses keperawatan.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penyusunan asuhan keperawatan ini yaitu dengan cara

sebagai berikut : 

1.    Wawancara teknik pengumpulan data dalam komunikasi didapatkan secara langsung dari

klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.

2.    Observasi teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pemeriksaan keadaan klien

dan keluarga secara langsung sesuai kondisi yang objektif.

3.    Studi kepustakaan (Literatur) teknik pengumpulan data yang didapat melalui referensi

(buku sumber) untuk mendapatkan keterangan secara teoritis berkaitan dengan kasus yang

disajikan.

4.    Studi dokumentasi teknik pengumpulan data dengan mempelajari data dari status / arsip

klien atau catatan-dcatatan yang berkaitan dengan penyakit klien.

D.    Sistem Penulisan 

Sistematika penulisan asuhan keperawatan ini terdiri dari empat bab yaitu : 

1.    BAB I : Pendahuluan.

      Pada BAB 1 diuraian tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari

tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika penulisan.

2.    BAB II : Tinjauan Teori

      Menguraikan tentang teori-teori yang meliputi : pengertian penyakit TBC, anatomi dan

fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dan konsep dasar asuhan keperawatan pada

Page 5: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

klien Tn E dengan gangguan sistem pernafasan akibat TBC meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3.    BAB III : Tinjauan Kasus.

      Pada BAB ini diuraikan mengenai pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn E dengan

gangguan system system pernafasan akibat TBC meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Serta membandingkan kesenjangan antara teori dan

kenyataan pelaksanaan askep di lapangan. 

4.    BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi

5.    DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    Konsep Dasar Penyakit Tuberculosis

1.    Pengertian

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa

yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit

(Sylvia Anderson, 1995:753).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru (Bruner dan

Suddart. 2002 : 584).

Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh

mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J. Corwn, 2001 : 414).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberkulosa gejala

yang sangat bervariasi (FKUI 2001;472).

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan tuberkulosis paru adalah suatu

penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium

tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan terutama

menyerang parenkim paru.

2.    Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

a.    Anatomi Pernafasan 

-    Hidung 

Page 6: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

  Hidung terdiri atas bagian internal dan bagian external. Bagian internal menonjol dari wajah

dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Nares anterior ( lubang hidung ) merupakan

ostium sebelah luar dar4i rongga hidung.

Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjad rongga hidung kanan

dan kiri oleh pembagi vertical yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi oleh

membrane mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, udara tersebut

disaring, dilembabkan dan dihangatkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari

mukosa respirasi yang terdiri dariepitel thorax bertingkat, bersilia dan bersel goblet.

Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mucus yang disekresi olehsel goblet dan kelenjar serosa.

Partikel-paartikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang tedapat dalam

rongga hidung.

Sedang partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia akan mendorong

mucus ke posterior ke rongga hidung dan kesuperior lalu ke faring. Dari sini lapisan mucus

akan tertelan atau dibatukkan keluar.

-    Faring

Faring adalah rongga dibelakang kavum oral meluas dari dasar tengkorak sampai ke laring.

Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian : nasofaring, orofaring dan hifofaring.faring dilapisi

oleh selaput lender.

Adenoid terletak di nasofaring, tonsil palatina terletak anterior terhadap orofaring dan tonsil

lingualis terletak dihipofaring. Adenoid dan tonsil merupakan jaringan limfoid yang membantu

menyaring limfe yang berdirkulasi dari bakteri atau benda-benda asing lainnya yang memasuki

tubuh, khususnya yang memasuki hidung dan mulut.

-    Laring

Laring membentuk ektremitas dan trakea . kerangka laring tersusun daribeberapa kartilago

yang berhubungan dengan ligament-ligamen. Kerangka kartilago melindungi pita suara dan

mempertahankan suatu kekakuan yang memungkinkan terbukannya jalan nafas. Kartilago

tiroid , Adam Apple`s , merupakan bagian kartilago terbesar pada laring yang melindungi

struktur-struktur dalam.

Fungsi utama laring adalah sebagai suatu jalan nafas antara faring dan trakea dan fungsi yang

lain adalah sebagai fonasi. Laring menghasilkan suara karena vibrasi pita suara yang dibentuk

menjadi pola bicara oleh pergerakan faring , palatum, lidah , gigi dan bibir.

-    Trakea

    Trakea merupakan suatu bagian dari jalan nafas yang disusun oleh cincin tulang rawan yang

terbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus

Page 7: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

yang dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon

trakeabronkhial. Permukaan posterior trakea agak pipih (karena cincin tulang rawan di situ

tidak sempurna), dan letaknya tepat didepan esophagus. 

-    Bronkus

    Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, pada pertengahan antara keduanya disebut

karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkhospasme dan batuk yang

kuat jika dirangsang. Bronkus utama kanan dan kiri tidak simetris. Bronkus kanan lebih endek

dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertical.

Sebaliknya, bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea

dengan sudut yang lebih tajam. Bentuk anatomic yang khusus ini mempunyai  implikasi klinis

yang penting.  

-    Alveoli 

Alveoli dalam kelompok sakus alveoloris yang menyerupai anggur. Berbentuk sakus terminalis

dipisahkan dari alveolus disekat oleh dinding tipis atau septum. Alveolus merupakan unit

fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300

juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis. Surfaktan, sejenis

fosfolipid yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap

pengembangan pada waktu inspirasi. Dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.

Faktor yang berperan dalam pembentukan surfaktan adalah kematangan sel-sel alveolus dan

sistem enzim biosintetiknya. Kecepatan pergantian yang normal. Ventilasi yang memadai, dan

aliran darah ke dinding alveolis. Definisi surfaktan dianggap sebagai faktor penting pada

patogenesis sejumlah penyakit paru-paru (Sylvia A. Price. 1994 :648).

Bagian paru-paru dijelaskan sebagai berikut : 

1).    Lobus paru-paru

Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai

tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atau lobula. Sebuah

bronkhialkecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakinmenjadi tipis

dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil yang merupakan kantung udara paru-paru.

Jaringan paru-paru bersifat, berpori dan seperti sponBrankhus Pulmonaris

Trakhea terbelah menjadi dua bronkhus utama, bronkhus ini bercabang lagi sebelum

masukparu-paru. Bronkhus pulmonaris bercabang-cabang baru kemudian memasuki paru-paru.

Saluran yang besar mempertahankan agar struknya tetap serupa dengan yang berbeda di

Page 8: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

trakhea. Saluran ini berdinding fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkhus terminalis masuk ke

dalam saluran lain yang disebut vestibulas dan mengalami perubahan pada membran pelapis

yaitu sel epitellium pipih.

Vestibula berjalan beberapa infundibula didalam dindingnya dijumpai kantong udara. Kantung

udara atau alveolus terdiri atas selapis sel epitelium pipih. Alveolus berungsi sebagai

pertukaran gas pada pembuluh kapiler di alveor.

2).    Hilus Paru-paru

Hilus terdiri dari arteri pulmonalis yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru,

sedangkan udara pulmonalis yang berfungsi mengembalikan darah berisi oksigen dari paru ke

kantung. Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkhial sebagai jalan

udara utama. Artri bronkhialis yang menghantarkan darah arteri ke jaringan paru. Vena

bronkhialis berfungsi mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava superior.

Persyarafan paru adalah saraf vagus.

3).    Pleura

Pleura viseralis melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura dan dengan demikian memisahkan

lobus-lobus dari paru. Membran ini kemudian dilepas ke arah hilus dan membentuk pleura

poritalis, dan melapisi bagian dalam dinding. Pleura yang melapisi iga-iga disebut pleura

kostatis serta bagian yang terletak di leher dikenal dengan nama pleura servikalis. Pleura

diperkuat oleh membran yang kuat bernama memberan supra pleuralis (fasio Sibson) dan

diatas membran ini terletak arteri subklavia. Diantara lapisan-lapisan pleura terdapat eksudat

yang berfungsi gesekan anara paru-paru dan dinding dada saat bernafas.

-    Paru-paru

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan terletak di dalam ringga toraks.

Apex paru terletak di atas klavikula d dalam dasar leher dan basis terletak bagian landai dari

toraks di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga.

Permukaan dalam yang memuat hilus, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi

depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung. Berikut ini gambar pernafasan bagian atas

dan bagian bawah 

b.    Vaskularisasi Paru-paru

Paru-paru divaskularisasi dari dua sumber : 

1).    Anteri bronchialis yang membawa zat-zat makanan pada bagian conditioning porhon,

bagian paru yang tidak terlihat dalam pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena

bronchial.

Page 9: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

2).    Arteri dan vena pulmonal yang bertanggung jawab pada vaskularisasi. Bagian yang

terlihat dalam pertukaran gas yaitu alveolus.

b. Fisiologi pernafasan

Mekanisme Pernafasan 

Mekanisme pernafasan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : 

1).    Ventilasi 

Ventilasi yaitu proses bergerak masuk dan keluarnya udara dari paru-paru karena selisih

tekanan yang terdapat diantara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik alat-alat pernafasan.

Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir dimungkinkan adanya peristiwa mekanik inspirasi

yaitu volume thorax bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi

dari beberapa otot m. Sternokleidomastocdius mengangkat sternum ke atas dan m.

sternokleidomastocdius mengangkat sternum ke atas dserratus, m. scalensus, dan m. intercostal

externum berperan mengangkat iga-iga. Thorax membesar ke tiga arah yaitu bagian

anterposteior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan

intrapleura dari sekitar – 4 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar – 8

mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama tekanan

intrapulmonal atau tekanan saluran udara menurun sampai -2 mm Hg (relatif terhadap tekanan

atmosfer) dari 0 mmHg pada waktu inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer

menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir

inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer.

2).    Difusi

Difusi yaitu kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan persial antara

darah dan fase gas. Tekanan parisal oksigen dalam atmosfer pada permukaan Laut besarnya

sekitar 149 MM hg (12 % dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di

alveolus pada tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm Hg.

Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur

dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Dalam keadaan

istirahat normal difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler paru-paru dan alveolus

berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik.

Kecepatan difusi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 

1.    Kekebalan  membran

2.    Luas permukaan membran

Page 10: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

3.    Koefisien difusi gas dalam substansi membran

4.    Perbedaan takan antara kedua sisi membran

3).    Transfortasi dan perfusi.

Transportasi yaitu ikatan kimia oksigen dengan heamoglobin yang bersifat reversibel. Pada

tingkat jaringan oksigen akan berdisosiasi dari haemogglobin dan berdifusi ke dalam plasma,

dari plasma oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan

yang bersangkutan. Transportasi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 

1.    Peningkatan konsentrasi karbondioksida

2.    Peninggian temperatur darah 

3.    Peningkatan 2.3 disfosfogliserat (DPG) yaitu senyawa fosfat yang secara normal berada

dalam darah tepi konsentrasinya berubah pada kondisi yang berbeda.

Pengaturan Pernafasan

Pernafasan merupakan proses otomatis, tetapi masih dapat diatur secara volunter, atau sendiri

yakni walupun manusia tidak harus memikirkan untuk bernafas, namun ia dapat memperlambat

atau mempercepat pernafasan sekendaknya. Pengendalian pernafasan di bawah sadar berpusat

di medulla oblongata yang dirinya impuls-impuls dikirim ke alat-alat pernafasan yang

dipersarafannya.

3.    Etiologi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis,

kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada

beberapa mikobakteria patogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik terhadap

manusia.

Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah

merah.

Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intra seluler yakni dalam sitoplasma makrofag.

Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini memungkinkan bahwa kuman lebih menyenangi

jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal

paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan predilaksi

penyakit tuberkulosis.

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis  antara lain ( Elizabeth J powh 2001: 414) 

1).    Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif

2).    Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi

kartikoteroid atau terinfeksi HIV)

Page 11: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

3).    Pengguna obat-obat IV dan alkoholik 

4).    Individu tanpa perawatan yang adekuat

5).    Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan  gizi, by pass

gatrektomi.

6).    Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)

7).    Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)

8).    Individu yang tinggal di daerah kumuh

9).    Petugas kesehatan

Manifestasi Klinis

Adapun gejala-gejala klinis pada penderita tuberkulosa dapat bermacam-macam atau malah

tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah (Suparna, dkk IPD jilid II, 1991) : 

a.    Demam

Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badan dapat

mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, begitu seterusnya hilang

timbul, sehingga pederita malas tidak pernah berobat dari serangan demam influenza. Keadaan

ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman

tuberkulosis yang masuk.

b.    Batuk

Gejala ini banyak ditemukan. Bentuk terjadi karena adanya iritasi pada brinnchus. Batuk ini

diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Sifat batuk mulai dari yang kering,

kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan ini yang lanjut adalah berupa

batuk darah (haemaptoe) karena terdapat permbuluh-pembuluh darah yang pecah.

c.    Sesak Nafas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan

ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana inflasinya sudah setengah bagian paru-

paru.

d.    Nyeri Dada

Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

e.    Malaise

Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan, anoreksia makin

kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

Page 12: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

4.    Patofisiologi 

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel-sel

efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe

imunitas ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh

lomosit dan limokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersentifitas.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoalus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang

terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung terahan di saluran

hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam

ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian lobus bawah basil

tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada

tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut, sesudah

hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami

konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selular ini dapat sembuh dengan

sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggl atau proses dapat juga terus berjalan dan

bakteri terus difogosit atau kembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah

bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian

bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini

biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperi lesi nekrosis

ini disebut caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa dan jaringan granulasi

disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan

granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk

suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghan dan gabungan terserangnya kelenjar getah

bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks ghon yang mengalami

perkapuran ini dapat dilihat pada orang seghat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiologi

rutin.

Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke

dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang kecil dapat menutup tanpa

peradangan dengan meninggalkan jaringan parut. Bila peradangan mereda lumen bronkhus

dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus.

Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung,

sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang

tidak terlepas. Keadaan ini akan mengakibatkan peradangan aktif pada bronkhus.

Page 13: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Penyakit menyebar secara limohematogen melalui kelenjar-kelenjar getah bening dan secara

hemotogen ke seluruh organ tubuh.

Invasi micobacterium Tuberkulose

5.    Klasifikasi Diagnostik TB adalah : 

1).    TB Paru 

a).    TBA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto thorax menyokong TB, dan

gejala klinis sesuai TB.

b).    TBA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen klinis sesuai TB dan

memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial therapy).

2).    TB paru tersangka

Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling

lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskois langsung (-) atau belum ada hasil

pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB

paru. Pengobatan anti TB harus dimulai.

3).    Bekas TB (tidak sakit)

Ada riwayat TB pada pasien dimasa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen

normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-). Kelompok ini tidak

perlu diobati.

6.    Pemeriksaan Diagnostik

1).    Laboratorium darah rutin ditemukan LED meningkat dan Limfositosis.

2).    Foto thorax posterior anterior dan lateral ditemukan : 

a).    Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segemen apikal lobus bawah

b).    Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)

c).    Adanya kavitas tunggal atau ganda

d).    Kelaian bilateral, terutama di lapangan atas paru

e).    Adanya klasifikasi

f).    Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

g).    Bayangan milier

3).    Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak

Page 14: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

Mikrobakteria tumbuh lambat dan membutuhkan suatu media yang komplek untuk dapat

tumbuh. Untuk tumbuh mikroorganisme ini membutuhkan sekitar 2 minggu atau lebih pada

suhu antara 36-37oC. Koloni yang sudah dewasa, akan berwarna krem dan bentuknya seperti

kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/mililiter media konsentrat yang telah diolah dapat

dideteksi oleh media biakan ini. Pertumbuhan mikrobakteria yang diamati pada media biakan

ini sebaiknya dihitung sesuai dengan jumlah koloni yang timbul.

4).    Tes Pap (Peroksidase anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen, munaperoksidase staining

untuk menentukan adanya tg 6 spesifik terhadap hasil TB.

5).    Tes Mantoux / Tuberkulin

Menyuntikan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit tuberkulin secara

intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar (bagian dalam) lengan bawah setelah kulit

dibersihkan dengan alkohol. Jarum yang digunakan 26-27 G. interpretasi reaksi tes tuberkulin

adalah sebagai berikut : 

a).    Indurasi sebesar 10 mm atau lebih (reaksi bermakna) untuk infeksi lama atau baru

terhadap mycobacterium tuberculosa, karena reaksi sebesar ini pada umumnya menunjukkan

sensitivitas spesifik. Pada keadaan normal, tes dengan hasil diatas tidak perlu diulang untuk

mendapatkan kepastian, keculai bila ada alasan untuk mempertanyakan validitas tes ini.

b).    Indurasi kurang dari 10 mm (reaksi tidak bermakna)

Keadaan ini dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai menderita tuberkulosis,

penderita seropositif HIV, atau orang-orang yang kontak dekat dengan penderita yang

sputumnya positif atau belum lama positif terhadap mycobacterium tuberculosa. Untuk orang-

orang semacam ini tes tidak perlu diulang, kecuali bila orang yang diuji berkontak dengan

penderita tuberculosis, maka harus dilakukan pemeriksaan tindak lanjut sesuai dengan prosedur

rutin untuk orang yang pernah kontak.

6).    Teknik Polymerase (Chain Reaction)

Detksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat

mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen. Juga dapat mendeteksi

adanya resistensi.

7).    Baction Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)

Detek growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam oleh

Mycobacterium tuberculosa.

8).    Enzyme Linted Immunosorbent Assoy 

Page 15: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Deteksi respon humoral, berupa proses antigen antibodi yang terjadi. Pelaksanaan rumit dan

antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah.

9).    Mycodot

Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada suatu alat

berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat anti

bodi spesifik dalam jumlah memadai maka sisir akan berubah.

10).    Pewarnaan Zeihl-Neilsen

Cairan dahak, otak, kemih dan lambung diwarnai dengan pewarnaan Zeihl-Neilsen dilanjutkan

dengan pewarna flouresen. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal diagnosis, namun

sediaan negatifpun tidak menolak kemungkinan infeksi.

7.    Penatalaksanaan

a).    Medik 

Pengobatan tuberkulosis terutama pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama.

Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang

yang sudah terjangkit infeksi.

Penderita tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua obat untuk

mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah

ioniazid (hidradzid asam isonikotinat = INH) dengan (EMB) atau rifampisin (RIF). Dosis lazim

INH untuk orang biasanya 5 – 10 mg/kg berat badan atau sekitar 300/mg/hari, EMB, 25mg/kg

selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF, 600 mg sekali sehati. Efek samping Etambutol

adalah neuritis retrobular disertai penurunan ketajaman penglihatan, uji ketajaman penglihatan

dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat

jarang terjadi, komplikasi yang berat adalah heatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada

penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada mereka yang berusia 50 tahun

keatas. Disfungsi hati ringan, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum amino

transferase, ditemukan pada 10 – 20 % kasus yang mendapat INH. Waktu minimal terapi

kombinasi 18 bulan sesudah konvensi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu msih harus

dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu tahun

Baru-baru ini CDC dan America Thoracic Society (ATS) mengeluarkan pernyataan mengenai

rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat

tuberkulosis paru yang tidak diobati sebelumnya. Rekomendasi lama pengobatan 6 atau 9

bulan berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat

lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, isalnya : pasien

Page 16: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker.

Pada fase pertama pengobatan pengobatan 6 bulan mendapat rejimen harian yang terdiri dari

INH, RIF dan pirazinamid untuk sekurang-kurangnya 2 bulan, obat-obat ini dapat juga

ditambah dengan streptomisin atau EMB bila diduga terdapat resistensi terhadap INH. Pada

fase kedua diberikan INH dan RIF setiap hari dua kali seminggu dalam 4 bulan.

Rejimen 9 bulan terdiri dari pemberian INH dan RIF setiap hari selama 1 atau 2 bulan, diikuti

pemberian INH dan RIF tiap hari atau dua kali seminggu selama 9 bulan. Seperti rejimen 6

bulan, streptomisin dan EMB harus diberikan diawal pengobatan bila diduga ada resistensi

terhadap INH.

Ada orang dewasa, dosis terapi lazim setiap hari biasanya 300 mg INH dan 600 mg RIF.

Setelah fase permulaan dengan komoterapi yang berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan, dokter

dapat memberikan pengobatan dua kali seminggu. Dosis Inh dua kali seminggu adalah 15

mg/kg berat badan, sedangkan dosis RIF tetap 600 mg.

Meskipun rekomendasi pengobatan jangka pendek juga sesuai untuk anak-anak, tetapi data-

data pemakaian RIF pada anak-anak masih sangat terbatas. Pengurangan dosis INH sampai 10

mg/kg dan RIF sampai 15 mg/kg pada anak-anak dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

hepatotoksik.

b).    Pembedahan 

Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang indikasi pembedahan

dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.

a.    Indikasi mutlak pembedahan

-    Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat sputum tetap (+)

-    Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif

-    Pasien dengan fistula bronkopleura dan enplena yang tidak dapat diatasi secara konservatif

b.    Indikasi relatif pembedahan

-    Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang

-    Kerusakan 1 paru atau lubus dengan keluhan

-    Sisa kavitas menetap

c.    Prinsip Perawatan TBC Secara Umum 

-    Klien dengan penyakit tuberkulosis dapat dirawat di rumah kecuali jika sudah terjadi

komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, pleuritis, dan sebagainya.

-    Kepada klien dan keluarga perlu dijelaskan salin kepatuhan dalam pemberian obat, perlu

juga memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan makanan yang cukup bergizi.

-    Klien harus cukup istirahat / bedrest

Page 17: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    Memperhatikan kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah harus cakup agar pertukaran

udara berjalan dengan baik. Lebih baik jika sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah,

karena akan membantu membasmi kuman. Perlengkapan tempat tidur sebaiknya seminggu

sekali dijemur dan alat tenunnya dicuci.

8.    Pencegahan Transmisi dalam Lingkungan Perawatan

a.    Indentifikasi dan pengobatan dini individu dengan tuberculosis aktif (TB)

-    Pertahankan indeks kecurigaan TB yang tinggi untuk mengidentifikasi kasus dengan cepat 

-    Dengan cepat lakukan terapi efektif banyak obat anti TB berdasarkan pada data klinis dan

surveilensi obat.

b.    Pencegahan penyebaran nuklei droplet infeksius dengan metoda mengontrol sumber dan 

mengurangi kontaminasi mikroba diudara dalam ruangan.

-    Lakukan tindakan isolasi basil than asam (BTA) harus menggunakan respiratoir partikulat

disponsibel yang menempel dengan sangat pas diwajah.

-    Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan infeksius.

-    Individu yang memasuki ruangan isolasi BTA harus menggunakan respirator partikulat

disponsibel yang menempel dengan sangat pas diwajah

-    Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan infeksius

yaitu batuk berkurang secara substansial dan jumlah organisme pada smear sputum berikut

berkurang. Jika diduga dinyatakan adanya resistensi obat, lanjutkan tindak kewaspadaan isolasi

sampai smear sputum menunjukkan negatif terhadap BTA.

-    Gunakan tindakan pencegahan khusus selama prosedur yang merangsang batuk.

9.    Komplikasi Tuberkulosis

Penyebaran ineksi tuberkulosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal sebagai TB miliaris. TB

ini diakibatkan oleh invasi ini terjadi akibat reaksi lambat infeksi dorman dalam paru atau di

tempat lain dan menyebar melalui darah ke organ lainnya. Basil yang memasuki aliran darah

dapat berasal dari fokus kronis yang mengalami ulserasi ke dalam pembuluh darah atau

pembesaran tuerkel yang melapisi permukaan dalam duktus torakik. Organisme bermigrasi dari

fokus infeksi ke dalam aliran darah, terbawa ke seluruh tubuh, dan berdiseminasi melalui

semua jaringan, dengan tuberkel miliaris kecil yang berkembang dalam paru-paru, limpa,

hepar, meningen dan organ lainnya.

Perjalanan klinis tuberkulosis miliaris dapat beragam dari infeksi akut, berkembang secara

progresif dengan demam tinggi sampai proses indolen dengan emam tingkat rendah, anemia

Page 18: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

dan perlemahan tubuh secara keseluruhan. Pada awalnya mungkin tidak terdapat tanda

lokalisasi kecuali pembesaran limpa dan menurunnya jumlah leukosit. Namun demikian dalam

beberapa minggu rontgen dada menunjukkan ketebalan kecil menyebar secara difu ke seluruh

bidang paru yang kemudian semakin meningkat jumlahnya.

Penyebaran TB pada ginjal mengakibatkan perubahan fungsi ginjal hingga terjadi gagal ginjal.

Pada meningan menyebabkan kerusakan sel otak dan berakibat gangguan kesadaran.

Penyebaran pada muskuloskeletal berakibat kerusakan pada tulang dan kemungkinan fraktur

spontan akibat osteomielitis dari infeksi TB.

Efusi plura dapat terjadi 6 – 12 bulan setelah terbentuknya kompleks pimer, kompikasi pada

tulang dan kelenjar getah bening permukaan (superfisial) dapat terjadi akibat penyebaran

hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, tetapi

komplikasi ini dapat terjadi dalam 3 bulan, pleuritis dan penyebaran bronchogen dalam 6 bulan

dan tuberkulosis tulang dalam 1 – 5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer.

10.    Dampak Tuberkulosis Paru Terhadap Sistem-sistem Tubuh Lain

a.    Sistem Pernafasan 

Mycobacterium tuberculosa masuk ke dalam paru-paru dan membentuk tuberkulosa sehingga

terjadi penebalan membran paru yang mengakibatkan difusi oksigen terganggu sehingga intake

oksigen ke dalam paru tidak kuat. Proses peradangan dapat meningkatkan sekresi mukus dalam

bentuk sputum yang menghambat jalan nafas sehingga ventilasi pulmonal terganggu. Proses

peradangan mengakibatkan jaringan paru mati dan berongga, kemudian pembuluh darah pecah

dan terjadilah hemaptoe.

b.    Sistem Cardiovaskular

Proses peradangan pada paru menyebabkan perubahan pada jaringan paru sehingga

menghambat sirkulasi pulmonal sehingga tekanan pada area pulmonal menignkat dan hal ini

berpengaruh pada peningkatan tekanan ventilasi kanan sehingga menyebabkan terjadinya

pleura pulmonal. Gangguan difusi oksigen menyebabkan kadar oksigen dalam sirkulasi darah

menurun sehingga perfusi jaringan menurun yang ditandai dengan adanya cyanosis pada

beberapa bagian tubuh, tekanan darah menurun, nadi lemah.

c.    Sistem pencernaan

Kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga supply oksigen ke otak pun menurun

dan mempengaruhi hypothalamus untuk merangsang nervus vagus mengeluarkan HCL yang

berlebihan yang menimbulkan mual dan anorexia, sehingga menyebabkan penurunan berat

badan kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun menyebabkan supply oksigen ke sel dan

Page 19: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

jaringan menurun, maka terjadi penurunan proses metabolisme.

Disamping itupada klien TBC paru yang sudah lama mendapat pengobatan spesifik therapi,

efek samping dari pemberian INH dan Ethambutol yang lama akan meningkatkan yang lama

akan meningkatkan sekresi HCL sehingga menimbulkan mual dan anorexia.

d.    Sistem Persyarafan

Penurunan kadar oksigen menyebabkan kadar CO2 dalam darah yang merangsang pusat syaraf

di medula oblongata dan pons untuk meningkatkan kerja otot pernafasan sehingga merangsang

RAS menyebabkan klien terjaga. Proses peradangan juga menimbulkan batuk yang lama,

sehingga seringkali timbul nyeri dada. Rangsangan nyeri dan merangsang hypothalamus

sehingga nyeri dipersepsikan. Proses peradangan menyebabkan kompensasi tubuh untuk

meningkatkan metabilisme sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.

e.    Sistem muskuloskeletel 

Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan supply oksigen ke jaringan menurun yang

mengakibatkan proses pembentukan ATP terhambat, akibatnya energi yang dihasilkan sedikit,

menyebabkan klien merasa lelah dan lemah.

B.    Konsep Dasar Asuhan keperawatan TB Paru 

1.    Pengkajian 

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat megnidentifikasi, mengenai

masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan

lingkungan

a.    Pengumpulan data

1).    Identitas

a).    Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan meliputi : nama

hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orang tua

lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki terkena dari pada

perempuan karena faktor kebiasaan seperti merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit

pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan

dengan penyakit orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli

bangunan, sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama, tanggal masuk

rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis dan alamat hubungan dengan

penyakit TBC apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi kurang.

b).    Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

Page 20: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.

2).    Riwayat Kesehatan 

a).    Keluhan utama

Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak nafas disertai batuk-batuk

dan nyeri dadRiwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan awitan gejala yang klien alami

sehingga klien dibawa ke rumah sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan

sekarang menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari keluhan utama. Metode ini

meliputi hal-hal yang memperberat atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu

timbulnya dan lamanya.

c)    Riwayat kesehatan dahulu.

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya, tanyakan juga

penyakit infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain.

Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup aktifitas, penggunaan obat-

obat tertentu, kebiasaan hygiene 

d)    Riwayat Kesehatan keluarga

Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru seperti TB paru.

Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan

sekitarnya.

3).    Pola Aktivitas sehari-hari

Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan sesudah sakit meliputi nutrisi,

eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup.

4).    Pemeriksaan Fisik 

Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi berbagai sistem tubuh, maka

akan ditemukan hal-hal sebagai berikut : 

a).    Keadaan Umum

Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya meliputi penampilan

postum tubuh, kesadaran keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat badan,

perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional.

b).    Sistem kardiovaskular

Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi, peningkatan JVP, konjugtiva pucat,

perubahan jumlah hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2 mungkin

Page 21: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

meredup.

c).    Sistem Pernafasan

Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, warna mukosa,

edema, nyeri tekan pada sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada, adanya nyeri,

ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi

nafas dan frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri pleuritik

luas, deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena, perkusi

hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu berkurang. Terdengar

ronchi basah atau kering.

d).    Sistem Gastrointestinal

Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan waktu menguyah.

Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan

keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran

bila telah terjadi komplikasi.

e).    Sistem Genitourinari

Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan pada pola eliminasi BAK, jumlah

urine ouput biasanya menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya retensio atau

inkontinensia urine dengan cara palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola

berkemih dan keluhan klien.

f).    Sistem Muskuloskeletel

Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah,

kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB ditemukan keletihan,

perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat.

g).    Sistem Endokrin

Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat DM pada klien dan keluarga.

h).    Sistem Persyarafan

Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi syaraf kranial dan fungsi

syaraf serebal. Pada klien TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi

komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan

nervus kronial, tanda kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.

i).    Sistem Integumen

Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan, kaji turgor

kulit dan perubahan suhu. Pada klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit

tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama

Page 22: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

akibat pneumotorax, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang

menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.

5).    Data Psikososial

a).    Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini,

pengaruh atas pembicaraan orang lain, kesetabilan emosi.

b).    Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa yang disukai dari

dirinya, sebagaimana orang lain menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan.

c).    Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk berespon,

komunikasi non verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.

d).    Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang menyebabkan

klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain,

hubungan dengan lawan jenis.

e).    Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah tindakan

mamadaptif, kepada siapa klien mengadukan masalah

f).    Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman dekat, cara pemanfaatan

waktu dan gaya hidup

6).    Data Spiritual

Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang penyakit dan proses

kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama,

keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan dan

kematian.

7).    Data Penunjang

Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, AGD, pemeriksaan

radiologik : thorax foto, sputum dan bila perlu pemeriksaan LCS.

Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu : 

a).    Pemeriksaan darah

-    Anemia terutama bila periode akut

-    Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit

-    LED meningkat terutama fase akut

-    AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.

b).    Pemeriksaan radiologik

Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain : 

-    Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru

Page 23: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    Bayangan yang berawan atau berbercak

-    Adanya klasifikasi

-    Kelainan yang bilateral

-    Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu 

-    Bayangan milier

c).    Pemeriksaan Bakteriologi 

Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak penderita TB

d).    Uji Tuberkulin (Mantoux tes)

Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu penyuntikan melalui intrakutan

menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika indusrasi lebih

dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam

penyuntikan. Bila uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru.

8).    Therapi

-    Agen anti infeksi

Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin

-    Diet TKTP

-    Cairan rehidrasi RL

b.    Analisa Data 

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan

konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

kesehatan pada perawatan klien

c.    Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu respon individu pada masalah kesehatan yang aktual

maupun potensial

Dalam buku diagnosa keperawatan menurut Doenges (1999:119-123)

1.    Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun

2.    Resiko infeksi berulang berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun

3.    Tidak efektifnya bbersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental di jalan napas

4.    Resiko kerusakan gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru

5.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia

6.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan

dengan keterbatasan kognitif

Page 24: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

1.    Tidak efktifnya bersihan nafas berhubungan dengan skret kental di jalan nafas

Tupan : bersihan jalan nafas efektif

Kriteria evaluasi : 

-    Klien dapat mengeluarkan sekret

-    Frekuensi dan irama pernafasan normal

2.    Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru

Tupan : tidak terjadi kerusakan perukaran gas

Kriteria evaluasi : 

-    GDA normal

-    Tidak terdapat sianosis

-    Tidak terdapat tanda distres pernafasan

3.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anorexia

Tupan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria evaluasi : 

-    Terdapat peningkatan berat badan

-    Nilai laboratorium normal

4.    Kurangnya pengetahuan tentang kondisi kondisi aturan tindakan dan pencegahan

berhubungan dengan keterbatasan kognitif

Tupan : Pengetahuan tentang kondisi, aturan tindakan dan pencegahan bertambah

Kriteria evaluasi : 

-    Terdapat perubahan peilaku kesehatan menuju lebih baik

-    Klien paham tentang pengobatan

-    Klien berpartisipasi aktif dalam pengobatan

5.    Pelaksanaan

Pelaksanaan  adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana

keperawatan. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membantu individu dalam memenuhi

kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya secara mandiri atau mengatasi permasalahan yang

dihadapinya.

6.    Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada

klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir

(Hidayat, A Aziz, 2002 : 46)

Page 25: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan

klien

O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain

A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah berkembang kearah

perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang

ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa

keperawatan baru

P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi

melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat

rencana baru bila rencana awal tidak efektif.

I : Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana

E : Evaluasi berisi penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah

dilaksanakan dan sejauh mana masalah pasien teratasi.

R : Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan

kembali melalui proses pengumpulan data subjektif, data objektif dan proses analisisnya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

1.    Pengkajian

a.    Pengumpulan Data 

1.    Identitas Klien 

Nama             : Tn. E

Umur             : 32 th

Jenis Kelamin         : Laki-laki

Pendidikan         : SMA

Pekerjaan         : TNT

Agama             : Islam

Alamat             : Leweng Sawo Kota Bumi Cilegon

Tgl. Masuk         : 22.04.2006

Tgl. Pengkajian         : 29.04.2006

No. Medrek         : 158.02.2006

Diagnosa Medis         : TBC (Paru)

Page 26: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

2.    Identitas Penanggung Jawab

Nama             : Ny. E

Umur             : 31 th

Jenis Kelamin         : Perempuan

Pendidikan         : SMA

Agama             : Islam

Alamat             : Leweng Sawo Kota Bumi Cilegon

Hubungan dengan Klien     : Istri 

3.    Riwayat Kesehatan 

a.    Riwayat Kesehatan Sekarang

1.    Keluhan utama saat masuk RS

Klien mengatakan sejak 1 bulan yang lalu mengeluh tidak enak badan ,lemas disertai panas

badan dan menggigil, serta keluar keringat banyak setiap malam diatas jam 01.00 WIB. Klien

merasakan nafsu makan turun, kadang-kadang klien batuk berdahak dengan lendir kekuningan.

Satu bulan sebelum klien masuk rumah sakit,klien merasakan badannya lemas mual ,muntah

sehinhgga klien dibawa oleh keluarga ke RSKM (UGD). Selanjutnya diruangan mawar

dilakukan dilakukan tindakan operasi limpa denoopati pada daerah leher pinggang dan lipatan

paha. 

2.    Keluhan utama saat dikaji

 Pada saat dilakukan  pengkajian klien mengeluh sesak nafas. Sesak dirasakan ketika klien

banyak beraktifitas dan berkurang ketika klien beristirahat, sesak dirasakan pada daerah dada

( kedua lapang paru ) dan tidak menyebar, sesak dirasakan oleh klien seperti diikat oleh tali

yang keras, klien merasakan nyeri sepanjang hari. 

                   b.   Riwayat Kesehatan Dahulu 

Klien mengatakan pernah dirawat di RS KM pada tahun 2005 dengan gastritis selama 3 hari,

klien juga mengatakan punya penyakit TBC ini sudah sejak tahun 2003 sampai sekarang dan

pernah berobat selama 6 bulan, setelah itu tidak berobat lagi dikarenakan kebutuhan ekonomi

keluarga / dialihkan kepentingan keluarga.

b.    Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien tinggal bersama dengan keluarga istrinya, Menurut klien dikeluarganya tidak ada yang

mempunyai penyakit keturunan seperti jantung, hypertensi, dan yang lain, namun dikeluarga

pihak perempuan ada yang menderita penyakit menular seperti TBC  sedangkan mertua laki-

Page 27: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

laki mempunyai penyakit TBC.

GENOGRAM

Ket. :

        : Laki-Laki

: Perempuan

: Sakit

Pola Aktivitas

No.    Aktivitas    Sebelum sakit     Sesudah sakit

1

Page 28: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

2

3

4

5

    Nutrisi 

Page 29: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

    Makan

-    jenis makanan

-    Frekuensi

-    keluahan

    Minum

Jenis 

keluhan

Pola Eliminasi 

a.  BAB

b  BAK

Pola 

Istirahat

 Personal hygiene

    Kebersihan kulit

    Kebersihan gigi

    Kebersihan rambut

Aktivitas 

Page 30: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

    

Nasi, sayur lauk pauk kadang-kadang buah –buahan.

2-3 x / hari, habis ¾ porsi.

Klien mengatakan tidak ada keluhan apapun.

.

3 botol aqua besar dan paling sedikit 6 - 8 gelas hari (1500 – 2000 cc)

Air putih dan air teh

Tidak ada keluhan

2 x/ hari, konsistensi lembek

5 x / hari

Kuning jernih

Siang jam 14.00-17.00 WIB malam hari jam 22.00-05.00 WIB.

Klien mengatakan mandi 2x/hari

Klien gosok gigi 2x / hari 

Klien mencuci rambut 2x / minggu

Klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain.klien juga seorang

karyawan dari PT TNT    

Nasi, sayur, buah-buahan.

3x/hari, habis ½  porsi 

3 – 6 gelas / hari

Page 31: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

klien mengatakan nafsu makan berkurang karena sering mual.dan nyeri pada daerah perut kiri.

3-6 gelas /hari

air putih

klien mengatakan jarang minum

3 x / hari

3x / hari 

kuning jernih

klien mengatakan tidur tidak tentu selama 1-2 jam perhari pada malam hari dan pada siang hari

sekitar 2 jam tidak tentu.

Klien mengatakan hanya dilap dengan air hangat 1x/hari.

Klien gosok gigi 2x / hari

Klien mengatakan selama dirawat belum pernah dicuci rambut.

Klien melakukan aktifitas dibantu oleh perawat dan keluarga termasuk ketika hendak BAB.

4.    Pemeriksaan Fisik 

a.    Keadaan umum : Compos mentis GCS 15

b.    Tanda-Tanda Vital 

TD : 100 / 70 mmhg           N : 100 x / menit

S : 37 ْ0C            R : 24 x / menit 

c.    System Pernapasan

Bentuk hidung simetris, septum terdapat, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak

terdapat secret, mukosa hidung lembab dan berwarna merah muda, patensi hidung kuat, tidak

terdapat nyeri tekan sinus.bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi intercostalis, vertebrate

Page 32: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

lurus, tidak terdapat masa dan tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus antara paru kanan dan

kiri simetris, pengembangan paru saat bernafas simetris, pada perkusi suara paru resonan, suara

psru terdengar vesikuler.respirasi 24 x/ menit. 

      d.   Sistem Kardiovaskuler 

Konjungtiva pucat, tidak terdapat peningkatan  JVP ( Jugularis Vena Pressur ), CRT ( Cafilrary

Refilling Time ) dapat kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat, ictus kordis teraba

pada ICS V Midclavikula kiri, suara perkusi jantung Dulhes, bunyi jantung S1 dan S2

terdengar murni reguler, pulsasi denyut nadi teraba lemah dengan irama teratur, frekwensi

nadi  100 x / menit. TD : 100 / 70 mmHg.

d.    Sistem Pencernaan 

Bibir dan mukosa lembab, tidak terdapat kelainan pada bentuk bibir, gigi jumlah 32 buah,

pergerakan lidah bebas, tidak terdapat lesi, warna merah muda, tidak terdapat nyeri tekan,

terdapat reflek menelan, bentuk perut datar dan terasa sakit bila ditekan kwadran kanan bawah,

dan tidak teraba pembesaran hepar dan limpa, BU 8x/menit, BB 48 kg

e.    Sistem Persyarafan 

Kesadaran compos mentis dengan nilai GCS = 15

Orientasi klien terdapat orang,waktu dan tempat baik terbukti klien dapat menyebutkan dimana

klien sekarang berada serta keluarga yang menunggunya. Klien dapat mengingat kejadian masa

lampau dan kejadian yang baru saja terjadi.

Test Nervus Cranial

(1). Nervus Olfaktorius

 Klien mampu membedakan bau kopi dan kayu putih

(2). Nervus  Optikus

 Klien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm

(3). Nervus Okulomotoris, Troklearis, Abdusen

 Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah, dan  samping mengedip spontan,

pupil osokov simetris dan kontraksi saat diberi cahaya.

(4). Nervus Trigeminus

Klien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat menggerakkan rahangnya, klien

mampu mengedip

(5). Nervus Fasialis.

Klien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin, manis, pada lidahnya, tidak

terdapat parese 

(6). Nervus Auditorius

Page 33: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Klien mendengar dengan jelas dibuktikan dapat menjawab semua pertanyaan.

(7). Nervus Glosofaringeus dan Vagus

klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah.

Klien dapat menelan, uvula bergetar saat klien mengucapkan kata “Ach “.

            (8). Nervus Acessorius

Klien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat diberi tekanan pada dagu disaat klien

menoleh, klien dapat mengangkat bahunya tanpa rasa nyeri dan melawan tekanan yang

diberikan.

(9). Nervus Hipoglosus

kline mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan dapat menariknya dengan baik

dan pergerakan terkontrol.

f.    Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Pada leher kiri terdapat bekas opersi

lympadenopati, tidak terdapat tanda-tanda gangguan hormonal seperti moonface ataupun

exopthalmus, tidak terdapat tremori pada kedua belah tangan.

g.    Sistem Genetourinaria

Bentuk utuh, pada supra pubis terdapat luka post operasi kelenjar KGB + 5 cm yang masih

basah, jahitan masih utuh, pada pacpasi tidak terdapat pembesaran ginjal, blas terasa kosong.

h.    Sistem Muskoloskeletal

-    Postur tubuh simetris, klien dapat membuka mulut, klien dapat menahan pada saat dagu

diberi tahanan.

-    Leher dapat difleksikan 45o, hypertensi 135o, flexi lateral kidanka 45o, dan rotasi 360o. 

-    Extermitas Atas

Bentuk tangan simetris, bahu dapat extensi 18oC, aduksi 45oC rotasi  360o,  pergelangan

tangan dapat di extensikan , fleksi, rotasi, supehasi, prohasi, jari-jari tangan dapat di

abduksikan, reflek bisep, dan tricep (++/++), tidak terdapat odiem terpasang infus RL 20 tpm

pada tangalo kanan.

-    Extermitas bawah

Pada kaki kiri panggul extensi 90o, fleksi, abduks 20o abduksi 45o, extensi lutut 120o,

pergelangan kaki dapat difleksikan, extensi dan jari-jari kaki dapat diversikan, inversi, abduksi,

abduksi, reflek fatella (++/++), kekuatan otot       5   5

Page 34: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

                5   5

i.    Sistem Integumen 

Rambut agak kotor, tidak mudah tercabut, kulit kepala berketombe, tugor kulit baik) S . 376C.,

terdapat luka operasi pada daerah lipatan paha pinggang

j.    Sistem penglihatan dan pendengaran dan wicara

Klien dapat membaca dengan baik, klien dapat menjawab pertanyaan bila diajukan perawat

dengan benar klien dapat bicara dengan arti kulasi yang jelas 

5.    Data Psikologis 

a.    Status Emosi 

Emosi klien tampak stabil dan berbicara dengan nada rendah

b.    Kecemasan 

Expresi wajah klien tampak lemas dan pucat, klien sering bertanya apakah penyakitnya bisa

kambuh lagi, klien mengatakan tidak tahu banyak tentang penyakitnya dan cara perawatannya.

c.    Pola koping

Menurut klien apabila klien punya masalah klien suka bercerita padaGaya Komunikasi 

Klien berbicara cukup jelas, expressi muka sesuatu yang klien rasakan

d.    Konsep Diri 

-    Gambaran diri / body image

Klien merasa tidak puas pada kondisi badannya karena menderita sakit TBC.

-    Identitas Diri

Klien sebagai seorang laki-laki yang telah menikah pegawai PT TNT, dan klien adalah seorang

ayah yang memiliki seorang anak.

 Peran

Klien berperan suami dan tidak dapat melaksanakan perannya karena sakit

-    Idiel Diri

Harapan klien ingin cepat sembuh dan lekas pulang, sehingga ia dapat beraktivitas

sebagaimana sebelum sakit

-    Harga Diri 

Klien merasa bangga dengan dirinya, klien tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini

6.    Data Sosial 

Klien dimasyarakat sebagai seorang pekerjaan buruh di PT. TNT, dan klien sehari-hari

berhubungan baik dengan tetangga-tetangganya. Di RS komunikasi dengan perawat baik,

hubungan dengan keluarga baik dan keluarga mau untuk di ajak kerja sama.

Page 35: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

7.    Data Spiritual 

Falsafah Hidup 

Klien percaya dengan adanya sehat dan sakit, klien mengatakan jika sakit akan sembuh dengan

pengobatan yang teratur disertai do’a kepada Tuhan YME. Selama di RS klien tidak dapat

menjalankan ibadahnya seperti biasa.

8.    Data Penunjang

(1).    Laboratorium 

Tanggal 26 – 04 – 2006 

HAEMATOLOGI I

Haemoglobin

Leukosit

Haematokrit

JUmlah Trombosit     : 9.1

: 4300

: 29.8

: 261.00    G / DL

/ **3

%

/**3    13-16 (lk), 12-14 (*)

5000 – 10000

40-48 (lk), 37-46 (*)

150.000 – 400.000

(2).    Hasil pemeriksaan sputum

Tgl 24 – 04 – 2006 BTA + 

Tgl 26 – 04 – 2006 BTA +

Tgl 30 – 04 – 2006 BTA +

Photo thorax : kesan thorax kusam TB paru duplex Aktif 

9.    Therapy

-    Anadex 3 x 1 tablet        Broxed 1 x 2 gr

-    Santibi 2 H                    Rantin     2 x 1 amp

-    Rifamficin 1 x 1                  Cedantron 3 x 1 amp

-    Inoxin 1 x 1 tablet

Page 36: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    Dumin 3 x 1 tablet

-    Tusilan 3 x 1 tablet

Analisa Data 

No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah 

1.    2.    3.    4.

1.    Ds : 

-    Klien mengeluh sesak nafas dan batuk

Do : 

-    Klien tampak sesak 

-    Klien batuk 

-    Ro : thorax kusam Tb paru duplex aktif 

-    Terdengar suara ronchi

-    Nadi 100 x / mnt

-    Respirasai 28x/mnt

-    Sputum kental warna kuning    Invasi mycobacterium tuberculosa

terbentuk tuberkel pada paru

keruakan jaringan alveoli

pertukaran gas pada alveoli terhambat

Gangguan oxigenasi difusi

    Gangguan oksigenasi : diffusi

No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah 

1.    2.    3.    4.

Page 37: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

2.    Ds : 

-    Klien mengatakan badan klien lemah dan lemah.

-     Klien merasa mudah lelah. 

Do : 

-    Klien tampak lemas

-    Hb 9,1 gr/dl dari nilai normal 13-16 gr/dl.

-    Klien terlihat pucat.

-    TD : 100/70 mmHg.

-    Nadi : 100x/menit.

-    Resp : 28x/menit.

-    Suhu : 37 0c

-    Keperluan klien di bantu oleh keluarga dan perawat     Infeksi kuman TBC pada paru

inflamasi / peradangan pada paru-paru

penyekatan membrane respirasi

oksigenasi kurang

 

metabolisme menurun

energi yang dihasilkan menurun

lemah

aktifitas intolerans    Gangguan intoleransi aktivitas 

Page 38: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

No

Data    Penyebab dan Dampak    Masalah 

1.    2.    3.    4.

3.    Ds : 

-    Klien mengeluh tidak ada nafsu makan

-    Mual 

Do : 

-    Porsi makan tidak habis, hanya ¼ setiap kali makan 

-    BB: 48 KG

-    Hb : 9,1 mg/dl

-    Klien tampak lemas

-    Konjungtiva pucat    Masuknya Mikroorganisme TBC

terjadi reaksi antigen dan antibodi

kerusakan jaringan paru-paru

suplai 02 kejaringan berkuang

Page 39: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 

No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah 

1.    2.    3.    4.

4.    Ds : 

Klien menanyakan terus keadaan penyakit nya dan menanyakan apa pantangannya

Do : 

Ekspresi wajah agak tegang,  klien selalu menanyakan dan proses kejadiannya penyakit pada

pemeriksa klien terlihat murung    Kurangnya pengetahuan pasien tentang keadaan penyakitnya

Salah persepsi

merupakan stressor psikologis 

Menyebabkan klien cemas    Gangguan rasa aman cemas

5.    Ds :

Klien mengatakan susah tidur 

Do : 

-    Wajah lesu 

-    Mata merah 

-    Frekwensi nafas meningkat 

-    Tidur malam 1-2 jam sering terjaga    Reaksi imflamasi pada paru

Peningkatan metabolisme dan oxigenasi di paru-paru

Page 40: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Respon saraf simpatis

Keringat meningkat

RAS teraktivasi untuk mengaktifkan kerja organ tubuh

 

Rem menurun 

Klien terjaga    Gangguan pemenuhan istirahat tidur

No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah 

1.    2.    3.    4.

6.    Ds : 

Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya. 

Do : 

Klien sering bertanya apakah penyakitnya bisa kambuh lagi

    Kurangnya informasi

Kurangnya pengetahuan pasien tentang keadaan penyakitnya

    Kurangnya pengetahuan perawatan di rumah

7.    DS :

Klien mangatakan ada luka bekas insisi pada daerah leher, lipatan paha.

DO :

Terdapat luka bekas insisi pada leher, lipatan paha

Page 41: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

- luka sepanjang 3 cm     Adanya luka insisi pada leher dan paha

port of entry bagi m.o untuk  menginvasi

resiko infeksi    Resiko infeksi

            

            

C.    Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas 

Tanggal 29-04-2006

-    Gangguan oxigenasi : difusi berhubungan dengan kerusakan membran alveoli.

-    Resiko infeksi pada luka insisi b.d post op limfadenopati

-    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d anoreksia akibat sesak nafas

-    Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan RAS yang teraktivasi

akibat sesak dan nyeri dada

-    Aktivitas intolerance b.d kelemahan fisik

-    Resiko kambuh ulang b.d kurangnya pengetahuan klien tantang perawatan dirumah. 

B.    PERENANCAAN KEPERAWATAN

Nama         : Tn. E                                        Diagnosa         : TB Paru Aktif 

Page 42: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Umur         : 30 Tahun                                         Ruang             : Mawar

No. Medrec     : 58-02-83                                         Tgl. Pengkajian     : 29-04-2006

No    Diagnosa Keperawatan    Perencanan

        Tujuan    Intervensi    Rasional

(1)    (2)    (3)    (4)    (5)

1.    Gangguan oksigenasi : diffusi b.d kerusakan membran alveoli. Ditandai dengan :

Ds : 

-    Klien mengeluh sesak nafas dan batuk

Do : 

-    Klien tampak sesak 

-    Klien batuk 

-    Ro : tharox kusam Tb paru duplex akitf 

-    Terdengar suara ronchi

-    Nadi 100 x / mnt

-    Respirasai 28x/mnt

Sekret kental warna kuning    Tupan : 

Tidak terjadi gangguan oksigenasi : diffuse.

Tupen : 

Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari, akumulasi secret berkurang dengan kriteria : 

-    Ronchi berkurang 

-    Frekuensi nafas dalam batas-batas normal 18-24 x/mnt

-    Klien tidak terlihat sesak    1.    Atur dan pertahankan posisi tidur klien dalam semi fowler.

2.    Observasi status pernafasan setiap 8 jam sekali termasuk frekuensi nafas, kedalaman dan

bunyi nafas

3.    Kolaborasi pemberian O2 lembab sesuai dengan kebutuhan klien

4.    Ajarkan metode dalam dan batuk efektif 2-3 kali sehari

Page 43: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

5.    Laksanakan program media

Mucos 3 x 1 tab

1.    Brodxed 3 x 26 mg. Lanjutkan therapi antibiotik 

-    Rifampisin 450gr 1 x 1 tab

-    INH 100mg 3 x 1 tab

-    Etambutol 500mg 2x2 tab

-    Pirazinamid 500mg 2 x 1 tab

6.  Anjurkan klien untuk banyak minum ± 1600-2000 ml/ hari    1.    posisi membantu memaksi

malkan ekspansi paru dan menurunkan upaya per napasan. 

2.    Untuk mengetahui efekti vitas jalan nafas serta kondisi tubuh akibat jalan nafas yang tidak

efektif. 8 jam ditentukan dari pergerakan mukus di saluran nafas yang di dorong oleh silia

(1cm/ment)

3.    Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi 

4.    Metode ini memudahkan ekspansi maksimum paru sehingga dahak akan terdorong keluar. 

5.    Agen mukolik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret dan mencegah penyebaran

kuman lebih lanjut.

6.    dengan minum banyak air membantu klien untuk mengeluarkan secret.        

(1)    (2)    (3)    (4)    (5)

2.

Page 44: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

3.

    Resiko infeksi pada luka insisi b.d post op lympadenopati

Ditandai dengan :

DS :

Klien mangatakan ada luka bekas insisi pada daerah leher, lipatan paha.

DO :

Terdapat luka bekas insisi pada leher, lipatan paha

- luka sepanjang 3 cm

Gangguan pemenuhan kebutuh an nutrisi b.d anorexsia akibat mual, ditandai dengan :

Ds : 

-    Klien mengeluh tidak ada nafsu makan

-    Mual 

Do : 

-    Porsi makan tidak habis, hanya ¼ setiap kali makan 

-    BB: 48 KG

-    Hb : 9,1 mg/dl

-    Klien tampak lemas

-    Konjungtiva pucat    Tupan :

Tidak terjadi infeksi.

Tupaen :

Page 45: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Setelah dilakukan tindakan keperawatan  selama 3 hari tanda-tanda infeksi tidak terjadi.

Dengan kriteria :

Tanda-tanda infeksi tidak ada.

Luka insisi tidak menunjukan adanya infeksi.

Tupan : 

Kebutuhan nutrisi terpenuhi 

Tupen :

Setelah dilakukan perawatan selama lima hari kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria

-    Mual berkurang 

-    Porsi makan habis 

-    Nafsu makan meningkat 

-    BB naik 0.5 kg    1.    kaji keadaan luka bekas insisi.

2.    kaji tanda-tanda vital 

3.    lakuikan perawatan luka insisi.

Page 46: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

1.    Tingkatkan pemahaman klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuhnya serta diit yang di

butuhkan 

2.    Anjurkan minum air hangat sebelum makan dan anjurkan klien untuk memakan makanan

dalam keadaan hangat. 

3. Atur pola makan dengan porsi kecil tapi sering atau makanan yang disukai klien, roti, nasi

atau susu.

4.    Motivasi keluarga untuk memenuhi klien saat makan

5.    Cegah/atasi penurunan selera makan klien dengan cara meningkatkan oral hygiene klien

dan beri motivasi.

6.    Berikan rantin 3 x 1 ampul sesuai instruksi.

7.    Berikan ATP 3 x 1 tab sesuai instruksi

8.    Timbang BB secara rutin

    1.    untuk mengetahui apakah luka dalam keadaan baik.

2.    untuk mengetahui adanya infeksi melalui peningkatan suhu tubuh. 

3.    untuk mencegah infeksi.

Page 47: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

1. Pemahamanan yang baik tentang pentingnya nutrisi terhadap kondisinya akan meningkatnya

motivasi klien dalam memenuhi kebutuhan nya.

2.    Makanan/minuman dalam keadaan hangat akan menam bah menetralisiri asam lambung. 

3.    Porsi kecil akan mengurangi mual dan kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi 

4 Dukungan keluarga terdekt diharapkan membangkitkan semangat klien untuk makan.

8.    Oral hygeine yang kurang akan menimbulkan bau mulut yangkurang sedap sehingga akan

menurunkan selera makan klien. 

9.    Antiemetik dapat mengu rangi mual.

10.    Vitamian bisa membantu mengembalikan atau meningkatkan daya tahan tubuh.

11.    Untuk mengetahui perkemba ngan klien. 

(1)    (2)    (3)    (4)    (5)

4.    Gangguan pemenuhan kebutuh an istrirahat tidur berhubungan dengan RAS yang

teraktivitas akibat sesak dan nyeri dada, ditandai dengan :

Ds :

-    Klien mengatakan susah tidur 

-    Tidur malam 1-2 jam sering terjaga

Do : 

-    Wajah lesu 

-    Mata merah 

-    Frekwensi nafas meningkat     Tupan 

Kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi 

Tupen : 

Setelah dilakukan perawatan selama tiga hari tidur klien bertambah dengan kriteria : 

Page 48: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    Klien tampak segar

-    Klien tidak sering menguap 

-    Jam tidur menjadi tujuh jam     1.    Pertahankan upaya untuk mengurangi sesak dan nyeri

dengan tidur klien dalam semi fowler.

2.    Bereskan tempat tidur dan lingkungan tempat tidur. 

3.    Anjurkan klien dan keluarga untuk membatasi pengunjung dan penunggu hanya boleh dua

orang.

4.    Anjurkan keluarga klien untuk mematikan atau meredupkan lampu ketika klien mau tidur.

5.    Anjurkan klien untuk minum susu hangat ketika akan tidur. 

6.    Anjurkan untuk selalu berdo’a menjelang tidur.     1.    Untuk mencegah kehilangan

oksigen. 

2.    Memberikan rasa nyaman dan diharapkan klien dapat beristirahat.

3.    Pengunjung yang banyak akan menganggu klien untuk istirahat

4.    Lampu yang redup akan mengendorkan syarat-syaraf yang ada pada pola mata sehingga

klien akan tidur.

5.    Asam tritokan yang terkandung dalam susu di harapkan akan membuat klien mengantuk

dan tertidur 

6.    Berdo’a dapat menenangkan jiwa klien. 

Page 49: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

(1)    (2)    (3)    (4)    (5)

5.    Aktivitas intolerance b.d kelemahan fisik akibat tidak seimbangnya antara demand dan

supply 02, ditandai dengan:

Ds : 

-    Klien mengatakan badan klien lemah dan lemah.

-     Klien merasa mudah lelah. 

Do : 

-    Klien tampak lemas

-    Hb 9,1 gr/dl dari nilai normal 13-16 gr/dl.

-    Klien terlihat pucat.

-    TD : 100/70 mmHg.

-    Nadi : 100x/menit.

-    Resp : 28x/menit.

-    Suhu : 37 0c

-    Keperluan klien di bantu oleh keluarga dan perawat    Tupan 

Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas secara bertahap 

Tupan 

Aktivitas klien terpenuhi dalam 4 hari dengan kriteria

-    Lemas berkurang 

-    Klien dapat beraktivitas secara bertahap 

-    Kulit bersih 

-    Rambut dan kulit kepala bersih     2.    Jelaskan pada klien untuk melakukan aktivitas 

3.    Siapkan dan dekatkan peralatan untuk memenuhi kebutuhan ADLnya 

4.    Ajarkan pada klien metoda penghematan energi untuk aktivitas. 

5.    Bantu klien memenuhi kebutuhan personal hygiene

6.    Berikan waktu istirahat setelah klien melakukan aktivitas.

Page 50: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

7.    Libatkan anggota keluarga untuk melatih klien untuk memenuhi kebutuhannya

8.    Hitung denyut nabi dan RR setelah klien melakukan aktivitas    1.    Menambah

pengetahuan pada klien tentang penting nya melakukan aktivitas secara bertahap.

2.    Menyiapkan dan mendekat kan semua peralatan akan memudahkan klien untuk memenuhi

ADLnya.

3.    Agar energi tidak terbuang sehingga mengurangi kelelah an.

4.    Menjaga kebersihan klien dan memberikan rasa nyaman.

5.    Memberikan kesempatan pada tubuh untuk mengum pulkan tenaga baru.

6.    Agar keluarga tidak ber gantung pada perawat untuk pemenuhan kebutuhan ADL klien.

7.    Untuk mengetahui keadaan umum klien setelah melakukan aktivitas.

(1)    (2)    (3)    (4)    (5)

6.    Gangguan rasa aman cemas sedang b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara

pencegahan dan perawatan, ditandai dengan :

Ds : 

Klien menanyakan terus keadaan penyakit nya dan menanyakan apa pantangannya

Do : 

Ekspresi wajah agak tegang,  klien selalu menanyakan dan proses kejadiannya penyakit pada

pemeriksa klien terlihat murung    Tupan 

Raman aman cemas teratasi

Tupen

Rasa aman cemas terpenuhi dengan kriteria :

-    Cemas berkurang 

-    Klien mengerti pencegahan dan perawatan 

-    Klien mengerti tentang kondisi dan proses terjadinya penyakit     1.    Bina hubungan saling

percaya

Page 51: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

2.    Berikan penjelasan tentang pengetian, pencegahan, pera watan dan pengobatan (satpel

terlampir)

3.    Libatkan keluarga dalam  memberikan support sistem    1.    Dengan hubungan saling

percaya diri meningkatkan keyakinan klien terhadap perawat.

2.    Menambah pengetahuan sehingga klien merasa nyaman

3.    Dukungan keluarga terdekat diharapkan membangkitkan semangat klien untuk sembuh

7.    Resiko kambuh ulang berhubungan dengan ketidak teraturannya klien minum obat.

DS :

-    Klien mengatakan dahulu tidak teratur minum obat.

-    klien mengatakan tidak minum obat karena terdorong oleh kebutuhan ekonomi.

DO :

Klien terlihat serius menceritakan kisahnya .

Klien 

-        Tupan : 

Tidak terjadi kambuh ulang

Tupen : 

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 hari pengetahuan klien tentang perawatan di

rumah meningkat dengan kriteria :

-    Klien mengetahui tentang penyakit TBC, penyebab, cara penularan dan perawatan di

rumah 

-    Keluarga dapat bekerjasama untuk mengawasi klien minum obat secara teratur

-    Klien minum obat secara teratur      1.    Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya

kesehatan.

2.    berikan pendidikan kesehatan tentang manfaat obat.

Page 52: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

3.    libatkan keluarga untuk turut mendukung kesehatan klien

4.    Libatkan keluarga menjadi pengawas obat klien 

    1.    Menambahkan pengetahuan klien tentang pentingnya kesehatan bagi klien.

2.    dengan diberikannya pendkesh obat klien  diharapkan mengetahui tentang pentingnya

obat.

3.    dukungan keluaraga turut mendukung kesehatan klien.

4.    keluarga adalah yang pertama berhubungan dengan klien.

C.    Pelayanan 

Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD 

    2    3        4

29-04-2006    07.30    Membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.

Hasil : Respon

Terbina hubungan baik antara klien dan perawat terbukti dari klien mau berbicara dan

mengungkapkan perasaannya.    1,2,3,4,5,6    

29-04-2006    08.00    Merapikan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien 

Hasil : Respon 

-    Klien mengatakan merasa nyaman 

-    Tempat tidur klien terlihat rapi

-    Klien terlihat sedikit tenang    1    

29-04-2006     08. 30    Mengatur posisi klien senyaman mungkin (semi fowler) dan mengganti

balutan 

Hasil : Respon

Klien mengatakan dengan posisi semi fowler merasa lebih baik, klien merasa lemah    3    

29-04-2006    09.0    -    Memberikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya nutrisi bagi

tubuh. 

Page 53: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    menemani klien saat makan siang menganjurkan klien untuk untuk mengonsumsi makanan

lain seperti roti, nasi, susu sebagai pengganti makanan yang tidak habis menganjurkan klien

untuk memakan makanan.

-    Dalam keadaan masih hangat 

Hasil : Respon 

Klien mengatakan nafsu makan biasa saja.    3    

30-04-2006    09. 10    -    Memandikan klien dengan cara di lapangan menggunakan sabun.

-    Memberikan penjelasan pada klien 

-    Tentang pentingnya mandi bagi tubuh

-    Menganjurkan untuk meningkatkan oral hygiene klien

Hasil : Respon

Klien mengatakan badan terasa segar 

Klien terlihat bersih     5    

Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD 

    2    3        4

10 juni 2006    07.00    Memberikan O2 sesuai kebutuhan klien dan mengobservasi efektivitas

pemberian oksigen, lembab sesuai dengan kebutuhan klien. 

Hasil : Respon

Klien terpasang O2 2lt/menit    2.4    

    07.00    Memberikan obat sesuai dan ganti balutan obat diberikan pad klien

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1 

Hasil : Respon 

Klien minum obat dan ganti balutan sudah diberikan.

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

Page 54: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1    2.4    

    10.30    Mengobservasi tanda-tanda vital 

Hasil : Respon

TD =     110/80 mmHg

N = 100x/menit

S =  376C 

R = 24 x menit    1    

    10.25    Menganjurkan kepada keluarga agar membatasi pengunjung dan mengajurkan

kepada klien agar minum susu dan berdo’a sebelum tidur

Hasil : Respon

-    Yang menunggu klien istirahat keluarga yang lain menunggu diluar.

-    Klien akan mencobanya.     3    

    11.00    Memberikan pendidikan kesehatan kesehatan pada klien pentingnya pengobatan

secara teratur dan perawatan di rumah    5.6    

Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD 

    2    3        4

        Hasil : Respon 

Klien dan keluarga mengatkan mengerti apa yang dijelaskan perawat terbukti klien dapat

mengulangi apa telah perawat katakan        

01-05-2006    07.00    Merapikan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien 

Hasil : Respon

-    Klien mengatakan merasa nyaman 

-    Tempat tidur klien terlihat rapi

-    Klien terlihat sedikit tenang    1    

    07.05    -    Pertahankan posisi tidur setengah duduk

-    Menciptakan lingkungan yang tenang 

-    Menganjurkan keluarga membatasi pengunjung 

Page 55: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Hasil : Respon

Klien mengatakan dengan posisi semi fowler merasa lebih baik     1.2    

    08.00    -    Memandikan klien dengan cara dilap menggunakan sabun

-    Memberikan penjelasan pada klien tentang pentingnya mandi bagi tubuh

Hasil : Respon 

S     : Klien mengatakan badan teras    

              segar

O    : Klien terlihat bersih    3    

    08.00    Memberikan obat sesuai terapi dan ganti balutan (up jahitan) obat diberikan pada

klien.

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1 

Hasil : Respon

Klien minum obat sudah dilaksanakan

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1    1.2    

Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD 

    2    3        4

    08.30    Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : Respon

O :     TD     = 100/80mmHg

N     = 100 x menit

S     = 376 oC

R     = 24 x menit    1.6.5    

    10.00    -    Mengajarkan klien batuk efektif 

Page 56: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    Menganjurkan klien selalu mengeluar kan saat batuk 

Hasil : Respon 

-    Klien masih batuk-batuk disertai dahak

-    Sesak nafas mulai berkurang        

02-05-2006    07.00    Merapikan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien 

Hasil : Respon

-    Klien mengatakan merasa nyaman 

-    Tempat tidur klien terlihat rapi

-    Klien terlihat sedikit tenang        

    07.05    Mengatur posisi klien senyaman mungkin (semi fowler)

Hasil : Respon

Klien mengatakan dengan posisi semi fowler merasa lebih baik         

    08.00    Memberikan obat sesuai terapi obat diberikan pada klien dan ganti balutan (angka

jahitan)

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1

Hasil : Respon

Klien sudah diganti balutan dan nyaman

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1        

02-05-2006    07.00    Merapihkan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien 

Hasil : Respon

-    Klien mengatakan merasa nyaman 

-    Tempat tidur terlihat rapi

-    Klien terlihat sedikit tenang    1.2.4    

Page 57: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD 

    2    3        4

03-05-2006    07.30    -    Mengkaji kekuatan otot

-    Mengajarkan klien untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan

secara mandiri

Hasil : Respon

Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan sendiri    1.2.4    

        Memberikan obat sesuai terapi obat diberikan pada klien 

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1

Hasil : Respon 

Klien minum obat

-    Anadex 3 x 1 

-    Santibi 2 H

-    Rifamficin 1 x 1 

-    Inoxin 1 x 1 

-    Dumin 3 x 1 

-    Tusilan 3 x 1        

    08.45    Memberikan makanan dalam keadaan hangat sesuai dietnya 

Hasil : Respon

Klien mengatakan nafsu makan ada

Porsi makan habis setengah porsi        

    10.00    Mengobservasi tanda-tanda vital 

Hasil : Respon

O :     TD     = Ganti 100/gr

N    = 100 x menit

S     = 326 oC

R    = 24 oC        

Page 58: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

    

C.    Evaluasi Keperawatan 

Evaluasi keperawatan dilakukan dengan pendekatan catatan perkembangan dibawah ini : 

Tgl    DP    Catatan perkembangan    Perawat

1    2    3    4

30-04-2006    1    S : 

-    Klien mengatakan batuk dan sesak nafas

-    Klien mengatakan keluar dahak hanya sedikit

O : 

-    Klien tampak batuk-batuk dan sesak nafas

-    Pada auskultasi masih terdengar ronchi

-    Pernafasan 24 x menit 

A : 

-    Masalah belum teratasi

P : 

-    Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

I :

1.    Mempertahankan posisi tidur semifowler

2.    Mengobservasi frekuensi nafas kedalaman dan bunyi nafas

3.    Memberikan O2 sesuai kebutuhan klien dan mengobservasi efektivitas pemberian

oksigen,  lembab sesuai dengan kebutuhan klien.

4.    Menganjurkan klien selalu mengeluarkan dahak saat batuk

5.    Memberikan obat sesuai program Broxed 1 x 2 Gr IV

E : 

-    Klien masih batuk-batuk disertai dahak

-    Ronchi +/+

-    Respirasi 25 x /menit    

Tgl    DP    Soapier     Perawat

1    2    3    4

Page 59: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

        R : 

-    Ulang tingkat keefektivitan pola nafas    

01-05-2006    2    S : 

-    Klien mengatakan mual berkurang dan nafsu makan ada

O :

-    Klien belum makan 

-    BB tidak ada kenaikan 

A :

-    Masalah teratasi 

P : 

-    Lanjutkan intervensi 

I : 

1.    Memberikan makanan dalam keadaan hangat 

2.    Membrikan rantin I ampul per IV

E : 

-    Klien menghabiskan makanan setengah porsi

R :

-    Kaji ulang pemberian nutrisi    

30-04-2006    3    S : 

-    Klien mengatakan sudah bisa tidur 

-    Klien mengatakan tidur 7 jam sehari

A : 

-    Masalah teratasi

P  : 

-    Lanjutkan intervensi

I : 

-    Pertahankan posisi tidur setengah duduk

-    Menciptakan lingkungan yang tenang

-    Menganjurkan keluarga membatasi pengunjung     

Tgl    DP    Soapier     Perawat

1    2    3    4

        E : 

-    Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur tanpa terjaga    

Page 60: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

30-04-2006    4    S : 

-    Klien mengatakan lemas berkurang

O : 

-    Masalah teratasi

P : 

-    Lanjutkan intervensi 

I : 

-    Memfasilitasi alat-alat mandi 

-    Menghitung denyut nadi setelah klien melakukan aktivitas

E : 

-    Kulit bersih dan rambut dan kulit kepala bersih 

N : 90 x/menit    

02-05-2006    5    S : 

-    Klien mengatakan mengerti pencegahan dan perawatan penyakit TBC

-    Klien mengerti tentang kondisi dan proses terjadinya 

 O : 

-    Klien tidak terlihat murung lagi.    

Tgl    DP    Soapier     Perawat

1    2    3    4

05-05-2006    6    S : 

-    Klien mengantakan sudah tidak lemas

O : 

-    Klien kelihatan segar 

 A : 

Page 61: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

-    Masalah teratasi 

P :

-    Klien sudah pulang    

    

B.    Pembahasan 

Setelah melakukan asuhan keperawatan TNE dengan gangguan sistem pernafasan akibat

Tuberculosis paru akibat diruang Mawar RSKM Cilegon yang dilaksanakan selama lima hari

yaitu pada tanggal 29 – 04 – 2006 s/d 05 – 05  – 2006  dengan menggunakan proses

keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Selama

pelaksanaan, penulis mendapat hambatan, kemudahan dan faktor pendukung yang mendukung

kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada TNE disamping itu penulis juga melihat ada

kesenjangan antara konsep teori dengan kasus yang dihadapi. Pada pembahasan kali ini penulis

akan mengemukakan hambatan, kemudian faktor pendukung dan kesenjangan-kesenjangan

yang ada, serta alasan kesenjangan itu terjadi, adapun hambatan, kemudahan, faktor pendukung

dan kesenjangan itu adalah sebagai berikut : 

1.    Pengkajian 

Penulis tidak mendapat dalam proses pengumpulan data pada TNE hal ini disebabkan karena

kesadaran TNE yang compos menitis, selain itu TNE dan keluarganya menerima kehadiran

penulis dan bersifat kooperatif dalam memberikan informasi mengenai riwayat kesehatan

TNE. 

b.    Identitas klien 

Secara teori lingkungan yang kumuh beresiko tinggi terhadap terjadinya TBC, sedangkan

lingkungan tempat tinggal klien bersih jauh dari pabrik. Kesenjangan ini terjadi karena faktor

predisposisi TBC bukan hanya faktor lingkungan, tapi bisa juga karena klien kontak langsung

dengan penderita TB tanpa disadari.

c.    Riwayat kesehatan sekarang

1).    Keluhan utama masuk Rumah Sakit 

Klien dengan TBC sesuai teori masuk Rumah Sakit dengan keluhan berupa sesak nafas, batuk-

batuk dan nyeri dada. Hal ini sesuai dengan kasus TNE dimana alasan masuk Rumah Sakit

TNE adalah karena sesak nafas, batuk dan nyeri dada sesak 9 bulan sebelum masuk RS klien

pernah berobat dengan keluhan yang sama karena tidak ada perubahan kemudian dirujuk

RSKM Cilegon diruang Mawar.

2).    Keluhan saat pengkajian 

Page 62: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Secara teori keluhan utam saat dikaji pada klien TBC dapat berupa sesak nafas, batuk nyeri

dada. Hal ini sesuai dengan keluhan TNE keluhan utama saat dikao yaitu sesak nafas, batuk

dan nyeri dada. 

d.    Riwayat kesehatan dahulu 

Pada riwayat dahulu pada TNE didapatkan data bahwa TNE mempunyai riwayat penyakit

TBC. Hal ini sesuai dengan teori 

e.    Riwayat kesehatan keluarga 

Menurut teori TBC dapat ditularkan melalui droplet infection sedangkan pada semua anggota

yang tinggal dalam satu rumah, tidak ada yang menderita seperti. Hal ini sesuai dengan teori. 

f.    Pemeriksaan fisik 

Pada teori dengan TBC dapat menyebabkan dampak terhadap sistem tubuh yang lain terhadap

sistem pernafasan akan ditemukan pola nafas yang terganggu, nyeri dada, suara nafas terdengar

ronchi, penggunaan otot-otot pernafasan, frekuensi nafas cepat, kemudian sistem

kardiovaskuler penurun tekanan darah, pucat, konjungtiva anemia, tachikardi, perubahan

jumlah leukosit. Selanjutnya terhadap sistem gastrointestinal akan didapatkan mual dan

anoreksia, genitourinaria terjadi pada eliminasi BAK, jumlah urine output menurun. Sistem

muskuloskeletal akan ditemukan nyeri sendi, nyeri pada tulang sistem persyarafan akan terjadi

meningitis akibat penurunan kesadaran dan pada sistem integumen ditemukan fluktuasi suhu

pada malam hari. Kulit tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. 

Sedangkan pada TNE mengalami peningkatan suhu tubuh karena keadaan ini sangat ditentukan

oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. 

Pada data psikologis, sosial dan spiritual timbul suatu kesenjangan dimana didalam teori

keadaan emosi klien tidak stabil. Penolakan untuk berespon, bingung cara mengatasi masalah

sedangkan pada TNE tampak murug dan tenang klien terkontrol, klien sering menanyakan

penyakitnya. 

2.    Diagnosa Keperawatan 

Pada kasua TNE beberapa diagnosa keperawatan yang tidak muncul dan ada pula diagnosa

keperawatan yang tidak muncul juga ada diagnosa yang tidak sesuai dengan teori. 

Diagnosa yang tidak muncul sesuai dengan pada kasus TNE adalah sebagai berikut : 

a.    Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret. Diagnosa ini tidak

muncul karena tidak ada data-data yang mendukung untuk ditegakannya diagnosa ini seperti

tidak ditemukan peristiwa mekanik insipirasi yaitu volume thorak bertambah besar karena

diafragman turun dan iga terangkat akibat kontraksi dari otor muskulus skernoleidomastoidius. 

b.    Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penuruan luas permukaan paru.

Page 63: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

Diagnosa ini tidak muncul karena pengembangan paru kiri dan kanan maksimla dan intervensi

dari masalah ini sudah tercantum pada diagnosa tidak efektifnya bersihan jalan nafas,

walaupun klien ini adanya sesak nafas karena infiltrasi sudah ½ bagian paru-paru, vokal

premitis kiri, jelas, suara dinding dada kiri redup, adanya ronchi pada kedua paru, BTA (+)

hasil foto rongen Cor : Borderline Pulomo : bercak Fibro pada lapangan 

Paru kiri atas, tengah, ilu kasar, gambaran yang menyerupai sarang tawon daerah paru cardiaal

kanan.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. E tetapi dalam teori tidak ada

adalah : 

a.    Gangguan isntirahat tidur berhubungan dengan teraktivasinya RAS diagnosa ini muncul

karena ditermukan data-data yang menunjukkan adanya masalah pada pemenuhan istirahat

tidur pada klien seperti klien tampak lemah dan lesu, mata merah, frekuensi nafas meningkat,

tidur malam 5 jam sering terjaga. Hal ini bisa terjadi karena masih adanya sesak nafas, batuk

yang dirasakan klien.

b.    Aktivitas intoleran berhubungan dengan kelemahan fisik. Diagnosa ini muncul karena

ditemukan data-data yang menunjukkan adanya masalah pada aktivitas intoleransi seperti klien

mengeluh cepat lelah.

3.Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan yang disusun pada Tn. E berdasarkan kepada masalah yang

didapatkan dari hasil analisa data. Rencana tersebut disesuaikan dengan keadaan klien dan

keluarganya serta disusun berdasarkan prioritas. Rencana tindakan keperawatan yang disusun

diprioritaskan untuk mengatasi : 

a.    Tidak efektifnya bersihan jalan nafas dengan rencana tindakan yang berupa  atur dan

pertahankan posisi semi powler, observasi frekuensi nafas dan bunyi nafas, observasi

pemberian oksigen lembab, ajarkan batuk efektif, laksanakan program medis untuk pemberian

terapi sedangkan menurut teori intervensi pada diagnosa keperawatan ini ada 3 intervensi yang

tidak dilakukan seperti intubasi darurat karena akumulasi sekret tidak terjadi penurunan

dirongga pleura tetapi sekret terakumulasi di jalan nafas.

b.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia akibat mual,

rencana tindakan yang berupa, tingkatkan pemahaman klien tentang pentingnya nutrisi,

anjurkan minum air hangat sebelum makan dan berikan makan dalam keadaan hangat porsi

kecil tapi sering, berikan perawatan mulut sebelum makan, beri anti emetik. Sedangkan dalam

Page 64: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

teori intervensi pada diagnosa keperawatan ada 8 intervensi yang tidak direncanakan karena

keterbatasan alat dan biaya klien.

c.    Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dantidur dengan rencana tindakan berupa :

pertahanan posisi semipowler, bereskan tempat tidur dan lingkungan, batasi pengunjung,

anjurkan keluarga untuk mematikan lampu, anjurkan klien untuk minum susu hangat, anjurkan

klien untuk berod’a sebelum tidur. Sedangkan dalam teori ada 6 intervensi sesuai dengan

rencana yang ada

d.    Ganguan rasa aman cemas sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dengan

rencana tindakan 3 sedangkan dalam teori ada 4 intervensi karena kurangnya informasi dan

pengetahuan klien tentang penyakit TBC.

e.    Resiko terjadi penyebaran infeksi dengan rencana tindakan ada 5 sedangkan dalam teori

ada 7 karena kurangnya pengetahuan klien tentang penyebaran penyakit TBC dan disesuaikan

dengan keadaan konsisi klien.

4.Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, namun

tidak mendapat  hambatan dalam pelaksanaan keperawatan karena faktor pendukung

keberhasilan pelaksanaan adalah kooperatifnya klien, kerjasama keluarga selama implementasi,

ketersediaannya sarana dan prasarana yang lengkap dari ruangan dan dukungan penuh dari

pembimbing dan perawat ruangan.

5.Evaluasi

Pada tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif

dilakukan setiap selesai memberikan tindakan keperawatan. Hasil dari evaluasi formatif

menunjukkan bahwa semua tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat

mengurangi ataumengatasi masalah klien saat ini, sedangkan untuk evaluasi sumatif, penulis

melakukan pada hari kelima setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn. E.

Pada evaluasi suamtif hari kelima ditemukan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada

Tn. E dapat terselesaikan semuanya dengan baik, hal disebabkan karena klien dan keluarga

klien yang kooperatif, bekerjasama dengan perawat ruangan yang baik,kerjasama dengan

tenaga kesehatan yang lain kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain, sehingga

pelaksanaan asuhan keperawatanhampir seluruhnya berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan.

Adapun data yang dipeeroleh dari evaluasi terkahir adalah : 

a.    Klien mengatakan batuk dan sesak nafas berkurang

Page 65: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

b.    Klien mengatakan mual berkurang dan nafsu makan bertambah

c.    Klien mengatakan sudah dapat tidur nyenyak

d.    Klien mengatakan lemas berkurang

e.    Klien mengatakan mengerti cara mencegah dan perawatan TBC

f.    Klien mengatakan sudah mengetahui tentang panyakit dan penyebaran penyakitnya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Kesimpulan 

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan gangguan sistem

pernafasan akibat TB paru aktif di ruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon-

Banten, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 

2.    Pengkajian 

Pada tahap pengkajian pada Tn E dengan TN paru aktif keadaan didalam keluarga tidak ada

yang menderita TBC tetapi di keluarga mertua laki-laki yang mempunyai riwayat penyakit

TBC selama 4 bulan dan pernah mendapatkan pengobatan TB.

Pada pemeriksaan fisik terdapat kesenjangan / perbedaan antara teori dan kasus dilapangan

terutama pada sistem pernafasan, hal ini kemungkinan penyebabnya adalah respon dari setiap

individu yang unik dan jenis TB paru yang terjadi pada Tn E. yaitu TB paru aktif dan

gangguan yang terjadi mengenai parenkhim paru sehingga sesak nafas

g.    Diagnosa keperawatan

Dari hasil analisa data, masalah keperawatan yang terjadi pada klien Tn. E adalah tidak

efektifnya bersihan jalan nafas, aktifitas intoleran, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi,

gangguan rasa aman cemas, gangguan pemenuhan istirahat tidur, ganguan aluimita sehari-hari.

3.    Perencanaan

Pada perencanaan sesuai dengan diagnosa yang muncul, maka fokus intervensi diarahkan

untuk mengatasi gangguan tidak efektifnya bersihan jalan nafas, aktivitas intoleran, gangguan

Page 66: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman, cemas sedang gangguan pemenuhan

istirahat tidur, resiko terjadinya penyebaran infeksi, pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

hambatan yang berarti karena berbagai faktor yang mendukung yaitu keluarga yang kooperatif

dan banyaknya literatur yang dapat penulis gunakan.

4.    Pelaksanaan

Seluruh tindakan keperawatan (implementasi) dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang

telah disusun. Diantaranya mempertahankan posisi semifowler, pemberian O2 lembap,

mengobservasi frekuensi dan bunyi nafas. Mengajarkan batuk efektif, memberikan obat sesuai

program medis, Anadex 3 x 1,Santibi 2 H, Rifamficin 1 x 1, Inoxin 1 x 1, Dumin 3 x 1, Tusilan

3 x 1 memberikan penekes tentang pengertian pencegahan, perawatan dan pengobatan, bantu

aktivitas sepereti personal hygiene.

5.    Evaluasi

Pada tahap evaluasi semua diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai dengan kriteria waktu

yang telah ditentukan. Dimana pada pelaksanaan asuhan keperawatan ini ada dua diagnosa

keperawatan yang belum teratasi secara tuntas yaitu : 

a.    Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas, hal ini karena keterbatasan kemampuan penulis

dan waktu asuhan keperawatan dimana perkembangan gangguan masih harus terus dilakukan

observasi dan dilakukan implementasi

b.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini terjadi karena sifat kuman dan efektif dari

pengobatan TB paru aktif dapat mempengaruhi sistem gastrointestinal sehingga klien masih

merasa mual

B.    Rekomendasi 

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan gangguan sistem

pernafasan : TB paru aktif diruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon – Banten,

kiranya penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut : 

a.    Sebaiknya pada saat melakukan pengkajian klien dengan TB paru aktif, perawat dalam

mendpatkan data dari klien mengunakan teknik komunikasi dengan pertanyaan terbuka, suara

yang jelas dan bekerjasama dengan keluarga klien dan memanfaatkan sumber-sumber yang

tersedia, guna mendapatkan data yang subjektif serta terus,  meningkatkan kemampuan dan

keterampilan dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan yang profesional

b.    Menginggat efek samping dan pengobatan TB paru aktif ketajaman penglihatan, berkurang

kemampuan untuk membedakan warna merah dan hijau sehingga dapat menghambat klien

kembali ke khidupan normal maka sebaiknya perawat dapat mempersiapkan keluarga dalam

Page 67: Karya Tulis Ilmiah Tbc Paru

menerima keadaan klien dengan pengetahuan tentang perawat klien dirumah dan menjadi

pengawas minum obat.

c.    Sebaiknya petugas selalu mendokumentasikan tindakan yang diberikan kepada klien

sebagai aspek legal tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart ,2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,Vol I dan II,

Jakarta : EGC.

Carpanito ,Lynda juall, 2000, Alih Bahasa Tim Program Studi Ilmu Keperawatan UNPAD-

PSIK, Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 6, Jakarta :EGC.

Doengoes, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.

Kee, Joyce Lefever. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi

Keperawatan.  Edisi ke-2, Jakarta : EGC, 1997

Keliat, Budi anna, 1994, Proses Keperawatan, Jakarta : EGC.

Kozier, ERB, Olivieri, 1999, Fundamental of Nurshing, Edisi ke-5, Philadelphia : W. B

Saunders Company.

Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni

Pendidikan : Balai Penerbit FKUI.

Monahan, Frances Donovan, Neighbors, Mariene, 1998, Medical Surgical Nurshing, 2nd

Edition, Philadelphia : W. B. Saunders Company.

Potter, Patricia A, 1996, Pengkajian Kesehatan, Jakarta : EGC.

Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson, 1994, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit ,Jakarta : EGC.

Soemanto, Wasty, 1996, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta : Bumi Aksara.