askep tbc paru 1,5 sp
DESCRIPTION
enyTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
TBC PARU& HEMAPTOE
DI RUANG PARU LK RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 20 MEI 2002 S/D 24 MEI 2002
DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan TBC Paru & Hemaptoe
Di Ruang Paru LK RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Surabaya, 24 Mei 2002
Mahasiswa
Subhan
NIM. 010030170 B
Mengetahui
Kepala Ruang Paru
Hj. Supini, S. W., SKM.
NIP. 140 066 020
Pembimbing Akademik
Tintin Sukartini
NIP. 132 255 158
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU & HEMAPTOE
DI RUANG PENYAKIT PARU LAKI RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
OLEH
SUBHAN
Pangertian
Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma
pada paru.
Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999).
Faktor Resiko
Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari
Asia Tenggara.
Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan
penurunan status kesehatan.
Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid &
kemoterapi kanker.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 3
Patofisiologi
Mycobacterium TBC
Masuk jalan napas
Tinggal di Alveoli
Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe
Fibrosis Timbul jar. Ikat
sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.
Sesak
Kuman
Infeksi primer
Sembuh total Sembuh dgn. Sarang Komplikasi
ghon - Menyebar ke seluruh
tubuh scr. Bronkhogen,
limphogen, hematogen
Infeksi post primer Kuman dormant
Muncul bertahun kemudian
Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jar. keju Sarang meluas
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 4
Jika dibatukkan sembuh dgn.
membentuk kavitas. Jar. Fibrotik
.
Kavitas meluas Memadat & membungkus diri Bersih &
menyembuh
Membentuk sarang tuberkuloma
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 5
Gejala Klinis
1. Demam (subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa.
2. Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh
darah).
3. Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.
4. Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura.
5. Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam.
Pengkajian (Doegoes, 1999)
1. Aktivitas /Istirahat
- Kelemahan umum dan kelelahan.
- Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
- Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
- Mimpi buruk.
- Takikardia, takipnea/dispnea.
- Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
2. Integritas Ego :
- Perasaan tak berdaya/putus asa.
- Faktor stress : baru/lama.
- Perasaan butuh pertolongan
- Denial.
- Cemas, iritable.
3. Makanan/Cairan :
- Kehilangan napsu makan.
- Ketidaksanggupan mencerna.
- Kehilangan BB.
- Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.
4. Nyaman/nyeri :
- Nyeri dada saat batuk.
- Memegang area yang sakit.
- Perilaku distraksi.
5. Pernapasan :
- Batuk (produktif/non produktif)
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 6
- Napas pendek.
- Riwayat tuberkulosis
- Peningkatan jumlah pernapasan.
- Gerakan pernapasan asimetri.
- Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
- Suara napas : Ronkhi
- Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
6. Kemanan/Keselamatan :
- Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
- Demam pada kondisi akut.
7. Interaksi Sosial :
- Perasaan terisolasi/ditolak.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 7
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental/darah.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan
dengan infornmasi kurang / tidak akurat.
Intervensi
Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran
udara.
Mendemontrasikan batuk efektif.
Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 8
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan
ventilasi alveolar.
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan
sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan
2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran
sekresi sekret.
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan
mukus, yang mengarah pada atelektasis.
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan
menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 9
Kriteria hasil :
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Rencana tindakan :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
syock sehubungan dengan hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 10
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Diagnosa Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
Menu makanan yang disajikan habis
Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema
Rencana tindakan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas
dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan
saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum
dan sesudah makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan
masukan.
5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien
merasa paling suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan
kalori adekuat.
6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut
a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 11
c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan
metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar.
7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang
cukup.
R/ Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi
parenteral,total, atau makanan per sonde.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 12
Daftar Pustaka
Amin, M., (1999). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2
Jakarta : EGC
(2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 13
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Subhan
N I M : 010030170 B
Ruangan : Paru Laki-Laki No. Reg. : 10079691
Pengkajian : Tanggal 20 Mei 2002 Jam : 11.00 WIB
-------------------------------------------------------------------------------------------------
I. IDENTITAS
Nama : Tn. Diran (D) Tgl. MRS : 20 Mei 2002
Umur : 73 tahun Diagnosa : TB paru + Hemaptoe
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta/pedagang makanan
Pendidikan : SLTA
Alamat : Girilaya 11/17 Surabaya
Alasan Dirawat : Batuk darah selama 1 jam kurang lebih 5 sendok makan,
dan GCS 4 - 4 - 4
Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak napas
Upaya yang telah dilakukan : Telah diberikan bantuan oksigen 2l/menit .
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : minum obat OAT teratur
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mempunyai TB paru sejak 5 tahun yang lalu, minum obat OAT
secara teratur dan mempunyai penyakit kencing batu sejak tahun 1996.
Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk darah sejak 1 hari sebelum MRS, tanggal 30 - 8 - 2001 batuk darah
kira-kira 5 sendok makan, sebelumnya batuk berdahak putih. Lama-lama
penderita tidak sadar lalu di bawa ke rumah sakit.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 14
Riwayat Kesehatan Keluarga
Istrisekarang adalag istri ke dua, tidak mempunyai penyakit yang
berbahaya, menular atau menurun. Kedua anaknya juga tidak mempnyai
penyakit yang berat, hanya batuk pilek dibelikan obat sembuh.
Genogram
Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien bertempat tinggal di Surabaya, yang penduduknya padat, dan udara
panas, pada daerah tempat tinggalnya antar rumah sangat rapat, udara
bersih.
Alat Bantu yang Dipakai
Klien tidak memakai alat bantu, baik gigi, kaca mata maupun pendengaran.
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Klien dalam keadaan lemah, kelin tidur dalamposisi head down
/trendenlenbeg, kaki terpasang infus RL tetesan 20 tetes/menit, dan
terpasang oksigen 2 l /menit.
Tanda-Tanda Vital
Suhu 36,8 celcius, pada axilla, nadi 92 x/menit, tidak teratur, Tensi : 160/90
mmHg. Lengan kanan, RR = 30 x/menit, dengan memakai pernapasan
perut dan bantuan otot pernapasan sternokleidomastoid.
Body System
Pernapasan (B1)
Hidung terpasang kanula oksigen 2l/menit
Trachea tidak ada kelainan
Terdapat retraksi dada, batuk darah kira-kira 200 cc, napas dangkal.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 15
Suara tambahan terdengar bunyi ronchi.
Bentuk dada simestris.
CardioVaskuler (B2)
Dada terasa neyri bila untuk membatukan dahak., palpitasi tidak ada,
clubbing fingger tidak ada.
Suara jantung normal.
Edema : tidak ada.
Persyarafan (B3)
Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6
Kepala dan wajah : tak da kelainan.
Mata : sklera putih, Conjungtiva :merah muda, pupil : isokor.
Leher : tak ada kelaianan.
Reflek batuk ada, tapi tidak keras.
Persepsi sensoris :
Pendengaran : normal /dbn.
Penciuman : normal /dbn.
Pengecapan : normal /dbn.
Penglihatan : normal /dbn.
Perabaan : normal /dbn.
Perkemihan
Produksi urine : ± 1500 ml. Tak tentu.
Warna : kuning kecoklatan, Bau : Khas.
Tidak ada masalah
Pencernaan - Eliminasi Alvi
Mulut dan tenggorokan : mulut keadaan kotor ada bekas cairan darah.
Abdomen : tak ada kelainan.
Rektum tak ada kelainan, BAB 1 x/hari,
Diet TKTP, Bubur, tiap makan dihabiskan.
Tulang - Otot - Integumen
Kemampuan pergerakan bebas, perese tidak ada.
Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan
Tulang belakang tidak ada kelainan.
Kulit : kuning kecoklatan
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 16
Akral dingin basah.
Turgor cukup.
Sistem Endokrine
Tidak ada kelainan
Sosial / Interaksi
Hubungan dnegan klien : kenal
Dukungan keluarga : aktif
Dukungan kelompok/teman/masyarakat : kurang.
Reaksi saat interaksi : kooperatif
Spiritual
Konsep tentang penguasa kehidupan Alloh
Sumber kekuatan/harapan di saat sakit : Alloh.
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : sholat
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama
yang diharapkan saat ini lewat ibadah.
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi
situasi sakit saat ini : Ya.
Keyakinan/kepercayaa bahwa penyakit dapat disembuhkan : ya
Persepsi terhadap penyebab penyakit : cobaan/peringatan.
Pemeriksaan Penunjang
Photo thoraks terakhir :
- Infiltrat pada kedua apex paru ka-ki
- Fenting diafragma ka-ki
- Kalsifikasi pada parenkhim paru ka-ki
- Laboratorium tanggal 31 - 8 - 2001
Hb. 14,1 (13,5 - 18,9)
Leukosit : 12.250 (4.000 - 11.000/cmm)
Kreatinin Serum: 2,1 (0,7 - 1,3 mg/dl)
BUN = 36 (10 - 20 mg/dl)
- Lab. Tanggal 3 - 9 - 2001
TTH = negatip,
Gram ; positip, negatif (saliva).
Terapi
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 17
- Injeksi Transamin 3 x 1 amp.
- Ampicillin 4 x 1 gr.
- Codein 3 x 1
Tanda Tangan Mahasiswa
Subhan
NIM.: 010030170 B
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 18
ANALISA DATA
NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
S: Klien
mengatakan
kemarin sudah
tidak batuk
darah lagi dan
sesak, sekarang
kalau batuk
darah lagi dan
sesak.
O : Klien
tampak diam,
(setelah batuk
darah)
: Nadi 92 x/menit
: Keluar
keringat dingin
basah
: Klien tampak
menanyakan
masalah klien ke
dokter
S. Klien
mengatakan
segala
keperluannya
dibantu karena
oleh dokter tidak
boleh bergerak.
= Kurang akurat informasi
yang diterima
= Pendidikan klien
= Stress
Fisiologi Emosional
Kognitip
- nadi cepat - diam -
sering
- Diaphoresis - takut
menanyakan
Ansietas
-Klien dengan dx. TB paru
dengan hemamptoe.
- Dapat advis dokter tidak
boleh bergerak
Segala kperluannya dibantu
oleh istrinya seperti makan,
minum BAB,BAK dll.
Ansietas
Sindrom
perawatan
diri
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 19
O : Klien
tampak segala
keperluannya
dibantu istrinya
seperti makan,
minum
BAB,BAK dll.
: Skala AKS = 0
S : Klien
mengelun nyeri
dada bila untuk
batuk
O: Klien
tamapak kalau
batuk tidak
terlalu keras,
tampak
memegangi
dadanya.
: Klien tampak
dian
menyeringai.
: Nadi 92
x/menit.
: Skala nyeri = 2
S: Klien
mengatakan
napasnya sesak
Sindrom perawatan diri
Di alveoli terjadi inflamasi,
kalsifikasi, eksudasi, nekrosis,
dan akhirnya terjadi kavitasi
Batuk dengan tekanan keras
pembuluh darah arteri
pulmonalis pecah
Batuk darah
Merangsang ujung
saraf
terbuka
Nyeri
Inflamasi
Fibrosis disebar oleh
limfe
Timbul jar. Ikat sifat
Elalastik & tebal.
Alveolus tidak
kembali saat ekspirasi
Nyeri
Gangguan
pertukaran
gas
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 20
lagi.
O : Klien
tampak
napasnya cepat
memakai
pernapasan
perut (RR = 30
x/menit).
: Tampak ada
bantuan otot
pernapasan
sternokleidomast
oid.
: Terpasang
oksiegen 2
l/menit
: Posisi klien
tredenlenbeg
(head down).
: Batuk darah ±
200cc.
S: Klien
mengatakan
baru saja batuk
darah ± 1/3 gelas
besar.
O : Klien
Gas tidak dapat
berdifusi dgn.
Baik.
Sesak
Gangguan pertukaran gas
Adanya inflamasi
Fibrosis
Kalsifikasi
- Batuk
Eksudasi - Spuntum
Pururlen
Nekrosisi/perkejuan
Kavitasi ----------------
Hemoptisis
Bersihan jalan
napas tak
efektif
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 21
kedaaan posisi
tredelenbeg
(head down)
: Di mulut masih
ada bekas darah.
: Klien tampak
batuk sambil
mengeluarkan
darah.
: Sampai jam
10.00 WIB darah
yang
dikeluarakan ±
200 cc
Bersihan jalan napas tak efektif
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 22
RENCANA TINDAKAN PERAWATAN
Tanggal 20 Mei 2002
Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif (1 hari).
Kriteria hasil :
Klien tidak ada suara napas tambahan.
Klien mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan
pertukaran udara bila diindikasikan.
Klien minum banyak ( 1500 - 2000 cc)untuk menurnkan kekentalan sekret.
Rencana Tindakan :
1. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak
keras-keras..
R/ Batuk yang keras menyebabkan perdarahan pembuluh adrah pada
pulmonal.
2. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan
ventilasi alveolar.
3. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
4. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan
mukus, yang mengarah pada atelektasis.
5. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 23
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
6. Jelaskan pada klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat : seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk, serta
bau-bauan.
R/ Dengan informasi yang jelas klien diharapkan dapat bekerja sama dalam
pemberian terapi.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian obat transamin 3 x 1 amp., codein 3 x 1 tab, posisi tredelenbeg
(head down)
R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari batuk
darahnya
Diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif (1 hari).
Kriteria hasil :
Klien mengetahui penyebab dari batuk daraha
Klien tidak sesak napas lagi ( R = normal)
Tidak memakai oksigen tambahan.
Rencana tindakan :
1. Berikan posisi yang nyaman, sesuai yang diindikasikan oleh dokter.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 24
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
syock sehubungan dengan hipoksia.
3. Berikan Oksigen sesuai advis dokter 2 l/menit
R/ dapat mengurangi sesak napas / menambahi kekurangan oksigennya.
4. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan dan jelaskan tentang etiologi /faktor pencetus adanya sesak..
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 25
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal : 21 Mei 2002
Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dnegan sekresi yang
kental/ sekresi darah.
1. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
2. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
3. Menganjurkan untuk minum agar menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari
4. Mendorong keluarga dalam memberikan perawatan mulut yang baik setelah
batuk.
5. Menjelaskan pada klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat : seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk, serta
bau-bauan, menghindari banyak bergerak/bicara, tidak boleh batuk dengan
keras-keras.
6. Memberikan advis dokter :
Pemberian obat transamin 3 x 1 amp., codein 3 x 1 tab, posisi tredelenbeg
(head down)
R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari batuk
darahnya
Diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
1. Memberikan posisi yang nyaman, sesuai yang diindikasikan oleh dokter.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
3. Memberikan Oksigen sesuai advis dokter 2 l/menit
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 26
4. Menjelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan dan jelaskan tentang etiologi /faktor pencetus adanya
sesak..
5. Menganjurkanklien untuk berperilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol
diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 27
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(BERDASARAKAN PRIORITAS)
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dnegan sekresi yang
kental/sekresi darah.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dnegan kerusakan membran
alveolar - kapiler.
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan pecahnya pembuluh
darah pulmonal bila batuk darah.
4. Ansietas berhubungan dnegan informasi yang kurang/tidak akurat tentang
terjadinya batuk darah.
5. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dnegan tindakan perawatan
dari batuk darah.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 28
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 21 Mei 2002
Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dnegan sekresi yang
kental/sekresi darah.
S : Klien mengatakan sudah sesak lagi.
O ; Klien tampak memakai pernapasan perut (R ; 20 x/menit).
: Possi klien masih tredelenbeg.
: Tidak ada bantuan otot-otot pernapasan ketika bernapas.
: Terapi Oksigen sudah dilepas.
A : Masalah teratasi
P : Dihentikan, kecuali No. 3, 4, 7.
Diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan dnegan kerusakan membran
alveolar - kapiler.
S : Klien mengatakan batuk darahnya sudah tidak lagi.
O: Klien keadaan masih agak lemah.
: Posisi tredelenbeg.
: Klien masih tampak batuk, tapi tidak keras dan tak ada darahnya.
: Klien tampak bisa tersenyum.
A : Masalah belum teratasi
P : Dilanjutkan No. 1, 2, 5, 6.
DOKUMEN : SUBHAN PSIK FK UNAIR SURABAYA ANGKATAN III 29