portofolio tbc paru-desi

28
Presentasi Kasus dan Portofolio TUBERKULOSIS PARU Oleh: dr. Desi Oktariana Pendamping: dr. Bambang Wahyu Nugroho Wahana: Puskesmas Prabumulih Barat KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA 1

Upload: desioktariana

Post on 17-Jan-2016

112 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Portofolio TBC Paru-Desi

Presentasi Kasus dan Portofolio

TUBERKULOSIS PARU

Oleh:

dr. Desi Oktariana

Pendamping:

dr. Bambang Wahyu Nugroho

Wahana:

Puskesmas Prabumulih Barat

KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN

BADAN PPSDM KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

1

Page 2: Portofolio TBC Paru-Desi

2015

PORTOFOLIO

Kasus-1

Topik : Tuberkulosis Paru

Tanggal (Kasus) : 6 November 2014 Presenter : dr. Desi Oktariana

Tanggal Presentasi : 29 Januari 2015 Pendamping : dr. Bambang Wahyu N

Tempat Presentasi : Puskesmas Prabumulih Barat

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan

Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus

Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Laki-laki, 30 tahun, TBC Paru

Tujuan : Tatalaksana TBC Paru

Bahan Bahasan : Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus Audit

Cara membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data

Pasien:

Nama: Tn. H Umur: 30 tahun Pekerjaan: Wiraswasta

Alamat: Desa Padang Bindu

Agama: Islam Bangsa: Indonesia

No. Reg : -

Nama Puskesmas: Prabumulih Barat Telp : Terdaftar sejak :

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:

Keadaan umum tampak sakit sedang dengan keluhan utama batuk terus-menerus

selama ± 3 bulan, disertai dahak warna kuning kental ± 1 sendok teh tiap kali batuk.

Sesak napas ada. Demam terutama pada malam hari, demam tidak terlalu tinggi.

Berkeringat malam hari ada. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun ditandai

dengan celana yang dipakai terasa longgar.

2

Page 3: Portofolio TBC Paru-Desi

2. Riwayat Pengobatan :

Pasien hanya membeli obat batuk warung selama sakit

Riwayat menjalani pengobatan selama 6 bulan disangkal

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

± 3 bulan sebelum berobat ke puskesmas, pasien mengeluh batuk disertai dahak

warna kuning kental < ½ sendok teh tiap kali batuk, darah ( - ). Sesak tidak ada. Nyeri

dada tidak ada. Pasien juga mengeluh demam terutama pada malam hari, demam tidak

terlalu tinggi. Pasien berkeringat pada malam hari. Pasien menyangkal adanya keluhan

mual dan muntah. Pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang, berat badan menurun

ditandai dengan celana yang dipakai terasa longgar. Suara serak tidak ada. BAK dan

BAB tidak ada keluhan. Pasien hanya membeli obat batuk warung selama sakit.

± 1 minggu sebelum berobat ke puskesmas, pasien mengeluh sesak napas. Sesak

tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca, dan emosi. Terbangun malam hari karena sesak tidak

ada. Sembab di kaki tidak ada. Kepala pusing tidak ada, pandangan berkunang tidak ada.

Batuk bertambah sering, dahak warna kuning kental jumlah 1 sendok teh tiap kali batuk,

darah tidak ada. Pasien mengeluh demam terutama di malam hari, demam tidak terlalu

tinggi. Keringat malam hari ada. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun. BAK

dan BAB tidak ada keluhan. Pasien kemudian berobat ke puskesmas

4. Riwayat Keluarga :

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

5. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta

6. Lain-lain :

Riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau TB paru disangkal

Pasien perokok aktif

Daftar Pustaka:

1. Aditama TY, Basri C, Surya A, dkk. 2012. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis edisi ke-2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

2. Ahmad Z. 2002. Tuberkulosis dalam Naskah Lengkap Workshop Pulmonology.

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.

3. Departemen Kesehatan Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia. 2010. Panduan

Tatalaksana Tuberkulosis edisi ke-1. Departemen Kesehatan Indonesia dan

3

Page 4: Portofolio TBC Paru-Desi

Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.

4. Guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi ke-9. Jakarta: EGC.

5. Isbaniyah F, Thabrani Z, Priyanti S, dkk. 2011. Tuberkulosis; Pedoman

Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, Jakarta.

6. Santoso, Danu. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: EGC.

7. Snell, R. 2008. Thorax: Bagian II cavitas Thoracis dalam Anatomi klinik untuk

mahasiswa kedokteran edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Hasil Pembelajaran

1. Definisi dan Etiologi

2. Klasifikasi TBC Paru

3. Penegakan diagnosis TBC Paru

4. Penatalaksanaan TBC Paru

1. Subjektif :

Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh batuk terus-menerus selama ± 3

bulan, disertai dahak warna kuning kental ± 1 sendok teh tiap kali batuk. Sesak

napas ada. Demam terutama pada malam hari, demam tidak terlalu tinggi.

Berkeringat malam hari ada. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun.

Keluhan tersebut dicurigai dapat disebabkan oleh tuberkulosis paru.

2. Objektif :

Hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan sputum, dan foto rontgen thorax AP sangat

mendukung diagnosis tuberkulosis paru. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan

penemuan:

Gejala klinis (batuk ≥ 3 minggu, sesak nafas, demam ringan, keringat pada

malam hari, nafsu makan dan berat badan menurun)

Pada pemeriksaan fisik ditemukan laju pernapasan yang meningkat, ronkhi

sedang di kedua lapangan paru, dan BMI di bawah normal.

Pada pemeriksaan sputum ditemukan BTA (+)

Gambaran rontgen yang khas

3. Assessment :

4

Page 5: Portofolio TBC Paru-Desi

Seorang laki-laki berumur 30 tahun berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk ≥ 3

minggu, sesak nafas, keringat dan demam lama pada malam hari, serta nafsu makan

dan berat badan menurun. Gejala batuk berdahak merupakan respon tubuh untuk

mengeluarkan produk ekskresi dari peradangan. Sesak terjadi jika kerusakan sudah

meluas dan mengganggu proses ventilasi sehingga udara yang sampai ke alveoli

akan berkurang. Gejala sistemik merupakan akibat dari proses peradangan yang

sudah kronik.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan laju pernapasan yang meningkat,ronkhi sedang di

kedua lapangan paru, dan BMI di bawah normal.

Pada pemeriksaan foto toraks standar ditemukan gambaran lesi yang menyokong ke

arah Tb paru aktif yaitu berupa infiltrat. Berdasarkan luas lesi pada paru, ATS

(American Thoracic Society) membaginya atas lesi minimal, lesi sedang dan lesi

luas. Pada foto toraks pasien ini tampak gambaran lesi berupa infiltrat di 2/3 medial

paru kanan dan 1/3 medial paru kiri. Berdasarkan gambaran lesi tersebut, luas lesi

paru pada pasien ini termasuk dalam lesi luas.

Selain itu, diagnosis Tb paru ditegakkan berdasarkan hasil laboratorium.

Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam). Dahak terbaik adalah dahak pagi hari

sebelum makan, kental, purulen, dengan jumlah minimal 3-5 ml. Dahak diperiksa 3

hari berturut-turut dengan pewarnaan Ziel Neelsen atau Kinyoun Gabbet. BTA

dikatakan positif bila BTA dijumpai setidaknya pada dua dari tiga pemeriksaan

BTA. Hasil pemeriksaan BTA sputum pasien positif pada BTA I, II, III.

Terminologi tipe penderita Tb dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kasus baru,

kasus kambuh, kasus gagal, kasus pindahan, kasus berobat setelah lalai, dan kasus

kronik. Terminologi diagnosis dibagi dalam 3 kelompok, yaitu Tb paru BTA positif,

Tb paru BTA negatif dan bekas Tb paru. Yang termasuk Tb paru BTA positif

apabila sputum BTA positif ≥ 2 kali, sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan kultur

positif atau sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan klinis/radiologist sesuai dengan Tb

paru. Tb paru negatif apabila klinis dan radiologist sesuai dengan Tb paru, sputum

BTA negatif dan kultur negatif atau positif. Bekas Tb paru apabila sputum dan

5

Page 6: Portofolio TBC Paru-Desi

kultur negatif, gejala klinis tidak menunjang dan gambaran radiologis menunjukkan

gambaran tak aktif.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien ini

didiagnosis sebagai kasus baru Tb paru dengan lesi luas BTA positif. Diagnosis

banding berupa kasus baru tumor paru didasarkan pada temuan klinis berupa sesak

napas, batuk, dan riwayat merokok. Penyingkiran diagnosis banding kanker paru

didapat dari pemeriksaan fisik berupa tidak ditemukan sisi paru yang tertinggal,

tidak ditemukannya pekak pada perkusi paru serta bunyi vesikuler yang menurun

pada auskultasi. Selain itu, hasil pemeriksaan sputum BTA positif dan rontgen

thorax memperkuat diagnosis Tn. H berupa kasus baru Tb paru dengan lesi luas

BTA positif.

4. Plan :

Diagnosis : Tuberkulosis Paru

Non-farmakologis

Istirahat

Edukasi kepada pasien agar tidak berhenti minum obat

Farmakologis

OBH syrup 3x1 Sdm

Vitamin B komplek 1 x 1 tablet

Oat kategori 1 fix drug combination (FDC)

6

Page 7: Portofolio TBC Paru-Desi

LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI

• Nama : Tn. H

• Umur : 30 tahun

• Jenis kelamin : Laki - laki

• Alamat : Desa Padang Bindu, Prabumulih

• Status : Belum Menikah

• Pekerjaan : Wiraswasta

• Agama : Islam

ANAMNESIS

Keluhan utama

Batuk terus-menerus selama ± 3 bulan

Riwayat perjalanan penyakit

± 3 bulan sebelum berobat ke puskesmas, pasien mengeluh batuk disertai dahak

warna kuning kental < ½ sendok teh tiap kali batuk, darah ( - ). Sesak tidak ada. Nyeri

dada tidak ada. Pasien juga mengeluh demam terutama pada malam hari, demam tidak

terlalu tinggi. Pasien berkeringat pada malam hari. Pasien menyangkal adanya keluhan

mual dan muntah. Pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang, berat badan menurun

ditandai dengan celana yang dipakai terasa longgar. Suara serak tidak ada. BAK dan

BAB tidak ada keluhan. Pasien hanya membeli obat batuk warung selama sakit.

± 1 minggu sebelum berobat ke puskesmas, pasien mengeluh sesak napas. Sesak

tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca, dan emosi. Terbangun malam hari karena sesak tidak

ada. Sembab di kaki tidak ada. Kepala pusing tidak ada, pandangan berkunang tidak ada.

Batuk bertambah sering, dahak warna kuning kental jumlah 1 sendok teh tiap kali batuk,

darah tidak ada. Pasien mengeluh demam terutama di malam hari, demam tidak terlalu

tinggi. Keringat malam hari ada. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun. BAK

dan BAB tidak ada keluhan. Pasien kemudian berobat ke puskesmas.

7

Page 8: Portofolio TBC Paru-Desi

Riwayat penyakit dahulu:

- Pasien hanya membeli obat batuk warung selama sakit

- Riwayat menjalani pengobatan selama 6 bulan disangkal

- Riwayat kencing manis disangkal

- Riwayat darah tinggi disangkal

Riwayat kebiasaan

- Riwayat merokok ½ bungkus sehari sejak 10 tahun yang lalu

- Riwayat kontak dengan pasien batuk-batuk lama/TBC disangkal

Riwayat penyakit keluarga

- Riwayat penyakit paru dalam keluarga disangkal.

- Riwayat anggota keluarga yang menderita TBC disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

Keadaan umum : tampak sakit

Keadaan sakit : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 104x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan : 26x/menit, thoracoabdominal, reguler

Suhu : 38,2 ° C

Gizi : BB=37 kg, TB=160 cm

Berat badan idaman : (TB-100)-10%(TB-100)= 58,5 kg

RBW= BB/BBI x 100%= 77 % (Underweight)

Dehidrasi : (-)

8

Page 9: Portofolio TBC Paru-Desi

Keadaan spesifik

Kulit

Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit (-), sianosis (-), scar (-),

pucat pada telapak tangan dan kaki (-), pertumbuhan rambut normal.

KGB

Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axilla, leher, inguinal dan submandibula serta

tidak ada nyeri penekanan.

Kepala

Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit sedang, deformasi (-).

Mata

Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-),

sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan mata ke segala arah

baik.

Hidung

Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam keadaan baik, tidak

ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping hidung (-).

Telinga

Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran baik.

Mulut

Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-),

stomatitis (-), rhageden (-), bau pernapasan khas (-), faring tidak ada kelainan.

Leher

Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5-2) cmH 0, kaku kuduk (-).

9

Page 10: Portofolio TBC Paru-Desi

Dada

Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)

Paru-paru

Bagian anterior

I : Statis : simetris antara kanan dan kiri

dinamis : gerakan paru kanan dan kiri simetris

sela iga tidak melebar

P : Stemfremitus kanan dan kiri normal

P : Sonor pada kedua lapangan paru

A: Ronkhi sedang pada kedua lapangan paru, wheezing (-)

Bagian Posterior

I : Statis : simetris antara kanan dan kiri

dinamis : gerakan paru kanan dan kiri simetris

sela iga tidak melebar

P : Stemfremitus kanan dan kiri normal

P : Sonor pada kedua lapangan paru

A: Ronkhi sedang pada kedua lapangan paru, wheezing (-)

Jantung

I : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus codis tidak teraba, thrill (-)

P : batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan LS dextra, batas jantung kiri

LMC sinistra

A: HR = 100x/menit, murmur (-), gallop (-)

Perut

I : Datar

P : Lemas ,nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

P : timpani, nyeri ketok (-)

A: BU(+) normal

10

Page 11: Portofolio TBC Paru-Desi

Alat kelamin : tidak diperiksa

Extremitas atas

Kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, acral

hangat, turgor kembali cepat, clubbing finger (-).

Extremitas bawah

Kekuatan +5, nyeri sendi (-), edema pretibial (-), jaringan parut (-), pigmentasi normal,

acral hangat, turgor kembali cepat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (06 November 2014)

Pada pemeriksaan sputum S-P-S ditemukan BTA +++

Rontgen Foto thorax PA

Parenkim paru : infiltrat pada paru kanan dan kiri

Kesan : TB paru lesi luas

11

Page 12: Portofolio TBC Paru-Desi

DIAGNOSIS KERJA

Kasus baru Tb paru lesi luas

DIAGNOSA BANDING

Tumor paru

PENATALAKSANAAN

Non-farmakologis

Istirahat

Edukasi kepada pasien agar tidak berhenti minum obat

Farmakologis

OBH syrup 3x1 Sdm

Vitamin B komplek 1x1 tablet

Oat kategori 1 fix drug combination (FDC)

PROGNOSIS

Vital : Dubia ad bonam

Functional : Dubia ad bonam

Sanationam : Dubia ad bonam

12

Page 13: Portofolio TBC Paru-Desi

FOLLOW-UP SELAMA RAWAT JALAN

Tanggal Pemeriksaan/diagnosis Pengobatan

11/11/2014Keluhan: mual (+)

Diagnosis: Gastritis ec obat Tb

Antacid 3x1

Molaneuron 1x1

OBH syrup 3x1

FDC

18/11/2014 Keluhan: kontrol ulang

Antacid 3x1

Molaneuron 1x1

OBH syrup 3x1

FDC

25/11/2014 Keluhan: kontrol ulang

Antacid 3x1

Molaneuron 1x1

OBH syrup 3x1

FDC

02/12/2014 Keluhan: kontrol ulang

Antacid 3x1

Molaneuron 1x1

OBH syrup 3x1

FDC

13

Page 14: Portofolio TBC Paru-Desi

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

TB paru adalah infeksi kronik pada paru yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis (MTB), ditandai dengan pembentukan granuloma dan

adanya reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Sumber penularan umumnya adalah penderita

Tb yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam (BTA).

ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis adalah suatu jenis kuman yang berbentuk batang

dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um, mempunyai sifat khusus yaitu

tahan terhadap asam pada pewarnaan. Mycobacterium tuberculosis (MTB) memiliki

dinding yang sebagian besar terdiri atas lipid, kemudian peptidoglikan dan

arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam dan ia juga lebih

tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat hidup dalam udara kering

maupun dalam keadaan dingin ( dapat tahan bertahun - tahun dalam lemari es ) dimana

kuman dalam keadaan dormant. Dari sifat ini kuman dapat bangkit kembali dan

menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.

KLASIFIKASI TUBERKULOSIS

Hingga saat ini belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli radiologi, ahli

patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifikasi

tuberkulosis. Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964, diagnosis pasti

tuberkulosis paru adalah dengan kuman Mycobacterium tuberculosis (MTB) dalam

sputum atau jaringan paru secara biakan. Tidak semua pasien memberikan biakan

sputum positif Menurut WHO tahun 1991, kriteria pasien TB paru adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi atas:

a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.

14

Page 15: Portofolio TBC Paru-Desi

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan

radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan

positif.

b. Tuberkulosis paru BTA (-) adalah:

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan

kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis paru.

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan MTB

positif

Berdasarkan tipe pasien:

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe

pasien yaitu:

a. Kasus baru

Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

b. Kasus kambuh

Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah

dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat

dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif

atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif atau perburukan

dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan:

- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan, dll)

- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten

menangani kasus tuberkulosis.

c. Kasus defaulted atau drop out

Pasien yang telah menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak mengambil obat

selama 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

15

Page 16: Portofolio TBC Paru-Desi

d. Kasus gagal pengobatan

Pasien dengan BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif

pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir

pengobatan.

e. Kasus khronik

Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan

ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

f. Kasus bekas TB

Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran

radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial

menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan

lebih mendukung.

Berdasarkan gambaran radiologi:

a. Lesi TB aktif dicurigai bila:

- Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior lobus atas

paru dan segmen posterior lobus bawah

- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan

atau nodular.

- Bayangan bercak milier

- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

b. Lesi TB inaktif dicurigai bila:

- Fibrotik

- Kalsifikasi

- Schwarte atau penebalan pleura.

16

Page 17: Portofolio TBC Paru-Desi

Luas lesi yang tampak pada foto thorax untuk kepentingan pengobatan dinyatakan

sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif):

- Lesi minimal

Bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih

dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrosternal junction

dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus

vertebra torakalis 5, serta tidak dijumpai kaviti.

- Lesi luas

Bila proses lebih luas dari lesi minimal

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik sangat tergantung pada luas dan

kelainan struktural paru. Pemeriksaan fisik dapat normal pada lesi minimal, kelainan

umumnya terletak pada daerah apikal/posterior lobus atas dan daerah apikal lobus

bawah. Kelainan yang dapat ditemukan antara lain berupa bentuk dada yang tidak

simetris, pergerakan paru yang tertinggal, peningkatan stem fremitus, redup pada

perkusi, suara napas bronkial/amforik/ vesikuler melemah,/ronkhi basah ataupun tanda-

tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.

Dari pemeriksaan foto thorax standar pada TB paru yaitu foto thorax PA dan

lateral ditemukan gambaran lesi yang menyokong ke arah TB paru aktif biasanya berupa

infiltrat nodular berbagai ukuran di lobus atas paru, kavitas (terutama lebih dari satu),

bercak milier ataupun adanya efusi pleura unilateral. Gambaran lesi tidak aktif biasanya

berupa fibrotik, atelektasis, kalsifikasi, penebalan pleura, penarikan hilus dan deviasi

trakea. Berdasarkan luas lesi pada paru, ATS (American Thoracic Society) membaginya

atas lesi minimal, lesi sedang dan lesi luas. Pada foto toraks pasien ini tampak gambaran lesi berupa infiltrat di seluruh

lapangan paru kanan dan kiri. Berdasarkan gambaran lesi tersebut, luas lesi paru pada

pasien ini termasuk dalam lesi luas.

Selain itu, kita dapat menegakkan diagnosis paru berdasarkan hasil laboratorium.

Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) sangat penting dalam menegakkan diagnosis TB

Paru. Dahak terbaik adalah dahak pagi hari sebelum makan, kental, purulen, dengan

jumlah minimal 3-5 ml. Dahak diperiksa 3 hari berturut-turut dengan pewarnaan Ziel

17

Page 18: Portofolio TBC Paru-Desi

Neelsen atau Kinyoun Gabbet. Untuk lebih efisien, Depkes RI menganjurkan

pengambilan dahak SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) yang dikumpulkan dalam 2 hari.

BTA dikatakan positif bila BTA dijumpai setidaknya pada dua dari tiga pemeriksaan

BTA. Kultur lebih sensitif dibanding BTA, namun membutuhkan waktu lebih lama (6-

8 minggu). Metode yang dipakai antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa dan Kudoh.

Hasil pemeriksaan BTA sputum Ny.N adalah +2,+2,+1 pada BTA I, II, III.

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang spesifik untuk TB paru. Kelainan yang

sering dijumpai adalah anemia, peningkatan laju endap darah, lekositosis dan

limfositosis. Pada pasien ini ditemukan anemia, leukositosis, dan peningkatan laju endap

darah.

Terminologi tipe penderita Tb dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kasus baru,

kasus kambuh, kasus gagal, kasus pindahan, kasus berobat setelah lalai, dan kasus

kronik. Kasus baru adalah penderita Tb paru yang belum pernah mendapat OAT atau

yang pernah mendapat OAT tetapi kurang dari satu bulan. Kasus kambuh adalah

penderita Tb paru dengan BTA positif yang sebelumnya sudah dinyatakan sembuh,

tetapi kini datang lagi dan pada pemeriksaan BTA memberikan hasil positif. Kasus gagal

adalah penderita Tb paru dengan BTA positif yang sudah mendapat OAT, tetapi sputum

BTA positif pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.

Batasan ini juga berlaku untuk penderita Tb paru dengan BTA negatif yang sudah

mendapat OAT, tetapi sputum BTA justru menjadi positif pada akhir pengobatan fase

awal. Kasus pindahan adalah penderita Tb paru dari kabupaten/kota lain yang sekarang

menetap di kabupaten/kota ini. Kasus berobat setelah lalai adalah penderita Tb paru

yang menghentikan pengobatan (2 bulan atau lebih) dalam keadaan belum dinyatakan

sembuh dan kini datang lagi untuk berobat dengan BTA positif. Kasus kronik adalah

penderita Tb paru dengan BTA yang tetap positif, walaupun sudah mendapatkan

pengobatan ulang yang adekuat dengan pengawasan yang baik. Pasien ini sudah

mendapat OAT selama 1 minggu, maka kami mendiagnosis pasien ini dengan kasus

baru Tb paru BTA (+) on therapy.

Terminologi diagnosis dibagi dalam 3 kelompok, yaitu Tb paru BTA positif, Tb

paru BTA negatif dan bekas Tb paru. Yang termasuk Tb paru BTA positif apabila

sputum BTA positif ≥ 2 kali, sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan kultur positif atau

sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan klinis/radiologist sesuai dengan Tb paru. Tb paru

18

Page 19: Portofolio TBC Paru-Desi

BTA negatif apabila klinis dan radiologist sesuai dengan Tb paru, sputum BTA negatif

dan kultur negatif atau positif. Bekas Tb paru apabila sputum dan kultur negatif, gejala

klinis tidak menunjang dan gambaran radiologis menunjukkan gambaran tak aktif.

Medikamentosa obat anti Tuberkulosis dibagi 4 kategori.

KategoriKriteria penderita

Regimen pengobatan

Fase

Awal

Fase

lanjutan

I • Kasus baru BTA

(+)

• Kasus baru BTA

(-)

• Ro” (+) sakit

berat

• Kasus TBEP

berat

2 RHZE (RHZS)

2 RHZE (RHZS)

2 RHZE (RHZS)*

6 EH

4 RH

4 R3H3*

II Kasus BTA positif

• Kambuh

• Gagal

• Putus berobat

2 RHZES atau

1 RHZE

2 RHZES atau

1 RHZE*

5 RHE

5 R3H3E3*

III • Kasus baru BTA

(-)

• TBEP ringan

2 RHZ

2 RHZ

2 RHZ*

6 EH

4 RH

4 R3H3*

IV • Kasus kronik Obat-obat sekunder

Oleh karena pasien ini termasuk dalam kategori kasus baru, jadi perlu diobati

dengan OAT kategori I, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid, dan Etambutol

selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4 bulan Rifampisin dan INH.

19