karya ilmiah akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-pr-dini sulistyanti.pdf ·...

70
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROID PASCA TIROIDEKTOMI DI RUANG RAWAT BEDAH GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA Karya Ilmiah Akhir DINI SULISTYANTI 0806333801 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Upload: dangmien

Post on 17-Sep-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROID PASCA TIROIDEKTOMI

DI RUANG RAWAT BEDAH GEDUNG A

RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

JAKARTA

Karya Ilmiah Akhir

DINI SULISTYANTI

0806333801

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 2: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROID PASCA TIROIDEKTOMI

DI RUANG RAWAT BEDAH GEDUNG A

RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

JAKARTA

Karya Ilmiah Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

DINI SULISTYANTI

0806333801

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 3: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

ii

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 4: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

iii

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 5: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir ini dengan judul “Analisis Praktik Profesi

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien dengan

Hipertiroid Pasca Tiroidektomi di Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN

Cipto Mangunkusumo Jakarta” tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa banyak pihak yang turut membantu dan memberikan

bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena

itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia (FIK UI);

2. Ibu Riri Maria, M.ANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir

FIK UI;

3. Ibu Debbie Dahlia dan Bapak Adam selaku pembimbing akademik dalam

pembuatan Karya Ilmiah Akhir ini;

4. Ibu Ns. Hepi selaku pembimbing klinik dalam pembuatan Karya Ilmiah

Akhir di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta;

5. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan

serta doa bagi saya

6. Teman-teman angkatan 2008 yang senantiasa berjuang dan bergerak

bersama serta selalu saling memberikan dukungan serta teman baik saya

Yani, Maulia, Elsa, Dwi Janatun, Dwi Haryati.

7. Perawat di ruang rawat bedah gedung A lantai 4 zona A RSUPN Cipto

Mangunkusomo Jakarta, yang telah mendukung praktik profesi ;

8. Teman-teman satu bimbingan: Yuanita Fransisca, Rahayu Setiyawati,

Dhian Luluh, Dias Syeh T, yang sama-sama berjuang dalam penyusunan

Karya Ilmiah Akhir;

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 6: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

v

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut

berpartisipasi hingga selesainnya penyusunan karya ilmiah akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini ini masih terdapat

banyak kekurangan sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.

Depok, Juli 2013

Penulis

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 7: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

vii

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 8: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

viii

ABSTRAK

Nama : Dini Sulistyanti

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan pada Pasien dengan Hipertiroid Pasca Tiroidektomi di

Ruang Rawat Bedah Gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo

Jakarta

Hipertiroidisme merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di

area perkotaan. Salah satu jenis pengobatan hipertiroidisme adalah dengan

tindakan pembedahan yang berpotensi menimbulkan gejala ketidaknyamanan

leher. Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan konsep dasar keperawatan

kesehatan masyarakat perkotaan khususnya penyakit hipertiroid, menerapkan

asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi pada pasien dengan

hipertiroid pasca tiroidektomi, dan menganalisis evidence-based practice yang

sudah dilakukan. Hasil penerapan evidence-based practice berupa latihan

peregangan leher pada pasien pasca tiroidektomi terbukti efektif dalam

mengurangi gejala ketidaknyamanan leher pasca pembedahan. Rekomendasi

penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan latihan peregangan leher pada

pasien pasca tiroidektomi untuk mengurangi gejala ketidaknyamanan leher.

.

Kata kunci: Hipertiroid, Tyroidektomi, latihan peregangan

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 9: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

ix

ABSTRACT

Name : Dini Sulistyanti

Study Program : Nursing Science

Title : The Profession Practice Analytical of Urban Society Health

Nursing to the Hyperthyroidism Patient who had Undergone

Thyroidectomy in the Surgery Care Room Gedung A RSUPN

Cipto Mangunkusumo Jakarta

Hyperthyroidism is one of the health problems that often occur in urban areas.

One of the treatments of hyperthyroidism is a surgery that potentially cause

symptoms of neck discomfort. This paper aimed to explain the basic concepts of

public health nursing in particular urban with hyperthyroid, to implement nursing

care from assessment to evaluation in patients who had undergone thyroid

surgery, and analyze evidence-based practice that has been done. The results of

evidence-based practice application of neck stretching exercises in patients who

had undergone thyroid surgery had effectively reduced postoperative neck

symptoms discomfort after thyroid surgery. Recommendation of this paper is that

nurses need to teach stretching exercises in patients with post thyroidectomy to

reduce neck discomfort symptoms

Keyword : Hyperthyroidism, thyroidectomy, stretching exercise.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 10: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERNYATAAN ORISINILITAS ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................... vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............................... 5

2.2 Hipertiroidisme .................................................................................. 6

2.2.1 Definisi ..................................................................................... 6

2.2.2 Klasifikasi ................................................................................. 6

2.2.3 Etiologi ..................................................................................... 7

2.2.4 Patofisiologi ............................................................................. 8

2.2.5 Tiroidektomi ............................................................................. 9

2.3 Rentang Gerak ................................................................................... 11

2.3.1 Definisi ..................................................................................... 11

2.3.2 Tujuan ....................................................................................... 11

2.3.3 Pengkajian ................................................................................ 11

2.3.4 Prinsip Dasar ............................................................................ 12

2.3.5 Latihan Rentang Gerak ............................................................. 12

BAB 3 TINJAUAN KASUS .............................................................................. 14

3.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................... 14

3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 24

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ......................................................... 26

3.2 Implementasi dan Evaluasi ................................................................ 34

BAB 4 ANALISIS KASUS ................................................................................ 44

4.1 Analisis Kasus Terkait KKMP .......................................................... 44

4.2 Analisis Kasus Kelolaan .................................................................... 45

4.3 Analisis Intervensi Based-evidence Practice .................................... 49

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah .......................................................... 52

BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 54

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 54

5.2 Saran .................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 11: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Laboratorium tanggal 20 Mei 2013 .................................................... 20

Tabel 3.2 Laboratorium tanggal 22 Mei 2013 .................................................... 21

Tabel 3.3 Laboratorium tanggal 24 Mei 2013 .................................................... 21

Tabel 3.4 Daftar obat post-operasi ..................................................................... 24

Tabel 3.5 Analisa data keperawatan.................................................................... 24

Tabel 3.6 Catatan perkembangan ........................................................................ 34

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 12: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Latihan leher .................................................................................... 13

Gambar 4.1 Latihan bahu .................................................................................... 13

Gambar 4.1 Latihan peregangan leher ................................................................ 49

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 13: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Area perkotaan merupakan salah satu pusat pembangunan bagi setiap negara. Hal

ini dapat menimbulkan angka perpindahan masyarakat ke daerah perkotaan

(urbanisasi) semakin meningkat setiap tahunnya. Arus urbanisasi yang tinggi di

negara berkembang diikuti dengan tingkat kemiskinan yang tinggi akan

berdampak pada outcome kesehatan yang buruk (State of the Environment &

Policy Retrospective, 2002). Vlahov (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa

indikator kemiskinan diantaranya rendahnya pelayanan dasar, tempat tinggal yang

dibawah standar, kepadatan penduduk, tempat tinggal yang tidak sehat, dan

pemukiman yang tidak aman. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi

yakni penyakit infeksi dan menular, penyakit degeneratif, gizi, penyakit kelamin,

serta penyalahgunaan napza dan minuman keras (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Salah satu penyakit yang menyerang masyarakat perkotaan adalah penyakit pada

kelenjar tiroid. Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin murni berbentuk kupu-kupu

yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

tepat dibawah kartilago krikoid pada leher Kelenjar tiroid menyekresi dua jenis

hormon yang berbeda. Hormon tiroid bertanggung jawab untuk banyak fungsi

metabolisme penting dalam fisiologi manusia. Mereka meningkatkan tingkat

metabolisme basal, mempengaruhi sintesis protein, membantu untuk mengatur

pertumbuhan tulang panjang dan mempromosikan pematangan neuron (Gardjito,

1997). Ada beberapa gangguan yang mungkin mempengaruhi fungsi normal dari

kelenjar tiroid, termasuk hipertiroidisme, penyakit Graves, gondok menyebar dan

multinodular serta neoplasma.

Hipertiroid merupakan penyakit hormon yang menempati urutan kedua terbesar di

Indonesia setelah diabetes dan jumlahnya kini terus meningkat. Posisi ini serupa

dengan kasus yang terjadi di dunia (Ari, 2010). Di Inggris prevalensi

hipertiroidisme adalah 25 – 30 kasus dalam 10.000 wanita. Sedangkan di Amerika

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 14: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

2

Universitas Indonesia

Serikat terdapat 3 kasus dalam 10.000 wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan

0,4% populasi menderita penyakit Graves biasanya terbanyak pada usia dibawah

40 tahun. Ada beberapa penyebab hipertiroidisme, penyakit graves adalah

penyebab hipertiroidisme yang paling sering ditemukan (Namirazswara, 2010).

Data dari RSCM menunjukkan dalam satu bulan kurang lebih terdapat 288 sampai

300 pasien kunjungan dengan penyakit tiroid, 16% pasien tiroid RSCM di

antaranya adalah lelaki, dan sisanya perempuan. Hal ini juga dikatakan

perempuan memiliki risiko lima sampai delapan kali lebih besar dibandingkan

pria (Namirazswara, 2010). Hal ini diperkuat Schimke (1992) yang menyatakan

bahwa hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingan laki-

laki dan insidennya akan menuncak pada dekade usia ketiga serta keempat.

Keadaan ini dapat timbul setelah terjadinya syok emosional, stres atau infeksi

tetapi makna hubungan ini yang tepat belum dipahami. Penyebab lain

hipertiroidisme yang sering dijumpai adalah tiroiditis dan penggunaan hormon

tiroid yang berlebihan (Smeltzer, et al, 2001). Bertambahnya jumlah penyakit

tiroid ini dapat dihubungkan dengan sosial ekonomi yang rendah, pendidikan

kurang yang biasanya dihubungkan dengan masyarakat urban.

Perubahan dalam produksi hormon tiroid dapat menyebabkan efek merugikan

bagi pasien. Salah satu jenis pengobatan hipertiroidisme ialah dengan tindakan

pembedahan. Pengangkatan kelenjar tiroid (tiroidektomi) adalah prosedur bedah

yang relatif umum dilakukan. Namun, seperti halnya prosedur operasi, ada

kemungkinan komplikasi serius yang mungkin dialami oleh pasien tersebut.

Memberikan asuhan keperawatan yang optimal untuk pasien pasca operasi baik

dari segi medis, psiko, sosio dan spiritual adalah salah satu tugas seorang perawat.

Pasien yang telah menjalani operasi tiroid sering menderita gejala

ketidaknyamanan pada leher. Banyak pasien mengeluh tentang tidak hanya sakit

di lokasi dari operasi tetapi juga kekakuan, tersedak, atau ketidaknyamanan pada

leher, sakit kepala, kaku bahu, dan kesulitan menggerakkan leher atau bahu

(Takamura, 2005). Gejala-gejala ini dapat dirasakan dalam jangka waktu lama

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 15: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

3

Universitas Indonesia

setelah operasi dan bahkan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari pasien.

Kecemasan, depresi, dan tekanan emosional yang kadang-kadang hadir pada

pasien sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Berdasarkan pengamatan penulis selama kurang lebih empat minggu praktik di

RSCM, pasien pasca tiroidektomi yang tidak menggerakkan leher atau bahu

setelah operasi cenderung memperlihatkan gejala leher yang tidak menyenangkan.

Rehabilitasi secara luas telah dilakukan pada bedah ortopedi dan setelah operasi

payudara untuk menghindari keterbatasan dalam gerakan bahu atau lengan

pembengkakan. Namun, kegunaan rehabilitasi tersebut untuk mengurangi gejala

ketidaknyamanan leher setelah operasi leher, termasuk tiroidektomi, jarang

dipelajari atau diterapkan di Indonesia. Sedangkan menurut hasil penelitian di

Jepang yang dilakukan oleh Yuuki Takamura (2005), menyimpulkan bahwa

latihan peregangan pada leher efektif mengurangi gejala ketidaknyamanan pasca

operasi pada pasien baik dengan kanker jinak maupun ganas.

Berpijak dari fenomena inilah maka penulis tertarik untuk mempelajari dan

menerapkan latihan peregangan pada leher untuk mengurangi gejala

ketidaknyamanan pada leher pasca operasi tiroid (tiroidektomi). Upaya dilakukan

untuk mengevaluasi kegunaan dari latihan peregangan dalam mengurangi gejala

yang tidak menyenangkan pasca-operasi pada pasien yang telah menjalani operasi

tiroid. Latihan peregangan leher ini tidak hanya untuk membantu menyembuhkan

penyakit tiroid pasca tiroidektomi tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien. Hal ini juga dilakukan untuk mengevaluasi kegunaan dari latihan

peregangan dalam mengurangi gejala yang tidak menyenangkan pasca-operasi

pada pasien yang telah menjalani operasi tiroid.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran hasil asuhan keperawatan pada klien dengan

hipertiroidisme pasca tiroidektomi.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 16: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

4

Universitas Indonesia

1.2.2 Tujuan Khusus

Beberapa tujuan khusus dari penulisan ini yaitu :

1. Menjelaskan konsep dasar keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan

khususnya penyakit hipertiroid.

2. Menjelaskan hasil asuhan keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi

pada pasien dengan hipertiroid pasca tyroidektomi.

3. Menguraikan tentang salah satu intervensi keperawatan berdasarkan

evidence base yang ada

1.3 Manfaat Penulisan

Beberapa manfaat dari penulisan ini yaitu:

1.3.1 Manfaat bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan dapat dijadikan informasi dan masukan bagi keluarga dan tenaga

kesehatan, terutama perawat sebagai dasar perawatan pasien setelah dilakukan

tindakan pembedahan tiroidektomi untuk mengurangi dampak yang mungkin

timbul setelah tindakan pembedahan dilakukan.

1.3.2 Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan dapat digunakan sebagai masukan agar asuhan keperawatan pada

pasien dengan hipertiroid pasca tiroidektomi dapat dimasukkan dalam sub pokok

bahasan pendidikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan yang dapat dilakukan setelah dilakukan tindakan pembedahan

tiroidektomi.

1.3.3 Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut baik

mengenai dampak dari tindakan pembedahan tiroidektomi maupun latihan

peregangan yang mungkin dilakukan pada pasien pasca operasi tiroidektomi.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 17: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

5 Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) merupakan salah satu

bentuk keperawatan yang menekankan pada masalah individu, kelompok, dan

masyarakat yang tinggal di area perkotaan. Tujuan keperawatan kesehatan

masyarakat perkotaan ialah untuk mencegah atau mengurangi masalah

keperawatan masyarakat di daerah perkotaan serta faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat yang sering terjadi pada

perkotaan dengan metode yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat kota.

American Nurses Association (ANA) menyatakan bahwa keperawatan komunitas

adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan atau mempertahankan

kesehatan komunitas dengan cara integrasi keterampilan dan pengetahuan yang

sesuai dengan keperawatan kesehamatan masyarakat (Efendi, 2009).

Kota merupakan pusat pertumbuhan ekonomi, sosial, persaingan global, pusat

kreativitas, inovasi, tempat pergerakan politik, persaingan politik, dan perubahan

budaya (Bourne, 2007). Area perkotaan juga berperan besar dalam penyediaan

lapangan pekerjaan dan tempat untuk meningkatkan. Hal ini menimbulkan angka

perpindahan masyarakat ke daerah perkotaan (urbanisasi) semakin meningkat

setiap tahunnya. Arus urbanisasi yang tinggi di negara berkembang diikuti dengan

tingkat kemiskinan yang tinggi akan berdampak pada outcome kesehatan yang

buruk (State of the Environment & Policy Retrospective, 2002). Vlahov (2007)

menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator kemiskinan diantaranya rendahnya

pelayanan dasar, tempat tinggal yang dibawah standar, kepadatan penduduk,

tempat tinggal yang tidak sehat, dan pemukiman yang tidak aman.

Di dalam konsep keperawatan komunitas, kemiskinan merupakan salah satu

faktor yang mempunyai dampak pada kesehatan pada masyarakat. Terdapat

hubungan yang terjadi dimana rendahnya status sosial ekonomi akan beresiko

terhadap kesehatan seperti gaya hidup termasuk merokok, menggunakan obat-

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 18: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

6

Universitas Indonesia

obatan, latihan, dan diet (Eigsti, McGuire, & Stone, 2002). Sebuah studi yang

dilakukan oleh Cubbin, LeClere, dan Smith (2000) menyatakan bahwa status

sosial ekonomi adalah faktor dari kondisi sakit, kematian, dan outcome kesehatan

lain.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi masalah kesehatan di daerah perkotaan

ialah lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah inti dari kesehatan masyarakat.

WHO (2008) mendefiniskan kesehatan lingkungan meliputi faktor fisik, kimia,

dan biologi di luar manusia serta memeengaruhi perilaku manusia, menekankan

analisis dan kontrol faktor-faktor lingkungan yang berpotensi memengaruhi

kesehatan (Achmadi, 2010). Kesehatan lingkungan meliputi delapan area yaitu

gaya hidup, risiko kerja, kualitas udara, kualitas air, rumah tempat tinggal,

kualitas makanan, kontrol sampah, dan risiko radiasi (McEwen & Nies, 2007).

.

2.2 Hipertiroidisme

2.2.1 Definisi

Hipertiroidisme adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan yang

dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. (Suzanne C.

Smeltzer,2001). Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang

merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Marilynn, E.

Doenges,1999). Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respons jaringan-

jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiriod yang berlebihan.

Keadaan ini dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang

berlebihan. (Sylvia A. Price, dkk, 2005).

2.2.2 Klasifikasi

Thamrin (2007) mengklasifikasikan hipertiroidisme menjadi empat bagian:

a. Goiter Toksik Difusa (Grave’s Disease)

Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan

tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi

kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus. Grave’s

disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 19: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

7

Universitas Indonesia

timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor

keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem

kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu

sendiri.

b. Penyakit Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease)

Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak

disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi

umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.

c. Subakut Tiroiditis

Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan

mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.

Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi

pada beberapa orang.

d. Postpartum Tiroiditis

Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan

dan terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal

secara perlahan-lahan.

2.2.3 Etiologi

Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit

tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon

yang berlebihan. Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid,

hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid

akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif hormon tiroid

terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis

memberikan gambaran kadar hormon tiroid dan TSH yang finggi. TRF akan

Tendah karena uinpan balik negatif dari hormon tiroid dan TSH. Hipertiroidisme

akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan hormon tiroid yang finggi

disertai TSH dan TRH yang berlebihan.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 20: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

8

Universitas Indonesia

2.2.4 Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada

kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga

kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan

sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat

beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel

meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15

kali lebih besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga

diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar

tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa

dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat

peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses

metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme

mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung

tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor

otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita

mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal

juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.

Hipertiroid direkomendasikan oleh beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala;

bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak

mengalami gejala-gejala. Pada pasien-pasien yang lebih tua dari 70 tahun, tanda-

tanda dan gejala-gejala yang khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya,

gejala-gejala menjadi lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-

gejala biasanya berkaitan dengan suatu peningkatan kecepatan metabolisme

tubuh.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 21: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

9

Universitas Indonesia

2.2.5 Tiroidektomi

2.2.5.1 Klasifikasi Tiroidektomi

Tiroidektomi subtotal atau total merupakan tindakan yang dapat dilaksanakan

sebagai terapi primer terhadap karsinoma tiroid, hipertiroidisme atau

hiperparatiroidisme. Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar

tiroid. Lobus kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan

diharapkan kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh

akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon

(Rumahorbo,1999). Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid.

Klien yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang

besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia,

pekerjaan, dan aktifitas (Rumahorbo,1999).

Menurut George dan Rowe (1998), Proses pembedahan pada tiroid tergantung

pada patologi yang mendasari, intervensi bedah akan melibatkan salah satu dari

lima pendekatan yang berbeda. Ini termasuk: (a) lobektomi tiroid parsial

(pengangkatan bagian atas atau bawah dari satu lobus), (b) lobektomi tiroid

(pengangkatan satu seluruh lobus), (c) lobektomi tiroid dengan isthmusectomy

(pengangkatan satu lobus dan isthmus), (d) tiroidektomi subtotal (pengangkatan

satu lobus, isthmus, dan mayoritas dari lobus berlawanan), dan (e) tiroidektomi

total (pengangkatan seluruh kelenjar).

2.2.5.2 Komplikasi Tiroidektomi

Operasi tiroid dikaitkan dengan beberapa komplikasi umum. Ini termasuk

perdarahan, infeksi, dan defisit paratiroid.

a. Pendarahan.

Seperti halnya prosedur bedah, pasien yang menjalani operasi tiroid beresiko

untuk pendarahan. Suplai darah yang melimpah ke tiroid dan diseksi yang

terjadi selama pengangkatan kelenjar berkontribusi potensi perdarahan pasca

operasi. Pembentukan hematoma sekitar lokasi operasi dapat menyebabkan

kompresi trakea mengakibatkan obstruksi jalan napas. Untuk meminimalkan

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 22: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

10

Universitas Indonesia

komplikasi ini, ahli bedah dapat menyisipkan selang drainase untuk

mengalirkan perdarahan (George & Rowe, 1998).

Dressing leher harus dipantau secara ketat untuk perubahan kenyamanan.

Tepi ganti leher harus diperiksa untuk mendeteksi pembengkakan leher

(LeMone & Burke, 2000). Perubahan lingkar leher dapat menunjukkan

pembentukan hematoma. Parameter fisiologis seperti hipotensi dan

takikardia dapat menunjukkan adanya perdarahan pasca operasi. Perubahan

status mental, tanda-tanda vital, perubahan ukuran, ukuran leher, dan

kecurigaan perdarahan harus dilaporkan kepada dokter bedah segera.

b. Infeksi.

Infeksi pascaoperasi adalah risiko semua jenis operasi. Adanya cairan yang

keluar dan bau yang timbul dari luka operasi harus dinilai dan dilaporkan.

Pemantauan suhu dan jumlah darah lengkap untuk tanda-tanda infeksi

adalah fungsi keperawatan yang penting. Pemberian terapi antibiotik dan

perawatan luka secara teliti, dapat mengurangi insiden infeksi pasca-operasi.

c. Defisit Paratiroid.

Hal ini dikarenakan kelenjar paratiroid berada di kedua sisi kelenjar tiroid,

hipoparatiroidisme merupakan komplikasi yang mungkin terjadi akibat

tiroidektomi. Gejala-gejala hipoparatiroidisme biasanya terjadi 24 sampai 72

jam setelah operasi. Pasien akan menunjukkan tingkat kalsium serum rendah

(hypocalcemia), dan mungkin mengeluh mati rasa dan kesemutan pada

tangan, kaki, dan bibir. Intervensi ditujukan untuk memulihkan kadar

kalsium normal untuk mencegah terjadinya kejang dan stridor laring (Prim,

De Diego, Hardisson, Madero, & Gavilan, 2001).

Kadar kalsium serum harus diukur setiap hari jika pasien bergejala. Perawat

harus menilai untuk mati rasa atau kesemutan di sekitar bibir atau tangan.

Trousseau dan Chvostek tanda menunjukkan hipokalsemia dan potensi

tetani. Tanda Trousseau positif kejang karpal yang disebabkan oleh oklusi

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 23: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

11

Universitas Indonesia

arteri lengan dengan manset tekanan darah. Tanda Chvostek yang positif

dtimbulkan dengan menekan saraf wajah dan mengamati kesemutan pada

daerah wajah khususnya dibawah pelipis. Gejala hipokalsemia diperlakukan

dengan penggantian kalsium, seperti 10% larutan kalsium glukonat

intravena (Clement, 1998; LeMone & Burke, 2000).

2.3 Rentang Gerak

2.3.1 Definisi

Latihan rentang gerak merupakan gerak isotonic dimana terjadi kontraksi dan

pergerakan otot yang dilakukan pasien dengan menggerakkan masing-masing

persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal. Rentang gerak

adalah gerakan sendi melalui gerakan sepenuhnya pada semua arah yang sesuai.

Latihan rentang gerak dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan

gerakan sendi, latihan rentang gerak dilakukan secepat mungkin (Smeltzer, 2001)

2.3.2 Tujuan

Latihan rentang gerak ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :

1. Latihan rentang gerak dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan

dan kelenturan otot

2. Mempertahankan fungsi kardiorespiratori

3. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian

2.3.3 Pengkajian

Ketika mengkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan dan

mengobservasi dalam mengumpulkan data tentang:

a. Tinjau catatan pasien untuk memeriksa pengkajian keperawatan pada saat

klien masuk, program dokter, diagnosis medis, pemeriksaan fisik dan

kemajuan dokter guna menentukan batasan mobilitas sendi.

b. Pertimbangkan kemampuan pasien untuk melakukan rentang gerak aktif

dan pasif/ keterbatasan gerak.

c. Kaji latihan rentang gerakan persendian saat ini sebagai data dasar.

d. Kaji adanya kekakuan sendi dan gerakan yang tidak sama.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 24: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

12

Universitas Indonesia

e. Catat setiap adanya masalah pada sendi (keadaan sendi yang akan dilatih)

yang dapat menghambat pergerakan sendi, seperti:

- Pembengkakan

- Nyeri

- kemerahan

f. Kemampuan keluarga atau pemberi perawatan primer, kesediannya,

motivasinya untuk membantu pasien melakukan latihan fisik yang tidak

mampu dilakukannya secara mandiri.

2.3.4 Prinsip Dasar

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan rentang

gerak:

a. Latihan rentang gerak harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal

2 kali sehari.

b. Latihan rentang gerak dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak

melelahkan pasien.

c. Dalam merencanakan program latihan rentang gerak, perhatikan umur

pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring.

d. Latihan rentang gerak sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan

oleh fisioterapi.

e. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan rentang gerak adalah

leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.

f. Latihan rentang gerak dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya

pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.

g. Melakukan latihan rentang gerak harus sesuai waktunya, misalnya setelah

mandi atau perawatan rutin telah dilakukan.

2.3.5 Latihan Rentang Gerak

Latihan rentang gerak memiliki beberapa gerakan antara lain :

a. Gerakan pada Leher

a) Tundukkan kepala sehingga dagu menempel ke dada

b) Kembalikan posisi kepala menjadi tegak

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 25: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

13

Universitas Indonesia

c) Putar perlahan leher kanan-kiri (leher menghadap ke samping)

d) Tengadahkan leher ke samping kanan kiri sejauh mungkin ke arah

bahu

Gambar 2.1 Gerakan Leher

b. Gerakan Bahu

a) Angkat tangan dari posisi samping mengarah ke atas kepala

b) Kembalikan tangan ke samping tubuh

c) Gerakkan tangan di belakang tubuh

d) Angkat tangan ke arah samping dan menjauhi tubuh

e) Tarik tangan ke arah mendekati tubuh

f) Dengan siku ditekuk, putar bahu dengan menggerakkan tangan ke

dalam dan ke arah luar bagian belakang tubuh

g) Dengan siku ditekuk, gerakkan tangan sampai ke arah luar dan

samping kepala

h) Gerakkan tangan dalam melingkar penuh

Gambar 2.2 Gerakan Bahu

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 26: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

14 Universitas Indonesia

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

a. Informasi Umum

Nama : Ny. M (62 tahun)

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tanggal Masuk : Senin, 20 Mei 2013

Sumber Informasi : Klien, Status Klien

b. Keluhan Utama

Pasien merasa ada benjolan di leher bagian depan sejak 15 tahun yang lalu

c. Alasan Masuk Rumah sakit

Sejak 15 tahun yang lalu, pasien merasa muncul benjolan di leher depan

sisi kanan sebesar ibu jari tangan pasien. Benjolan dirasakan tidak nyeri

dan membesar dalam waktu 2 tahun hingga sebesar kepalan tangan pasien.

Riwayat sesak atau sulit menelan disangkal. Riwayat batuk lama, demam,

atau benjolan ditempat lain diangkat. Pasien pernah dioperasi 5 tahun lalu

di RS Sumber Waras, namun nama operasi tidak diketahui. Satu tahun

kemudian benjolan kembali muncul dan membesar hingga sebesar kepalan

tangan pasien. Riwayat radiasi disangkal, tidak ada keluhan dada berdebar

dan penurunan berat badan.

d. Riwayat Penyakit Masa Lalu dan Penyakit dalam Keluarga

Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Asma disangkal pasien

e. Aktivitas/Istirahat

a) Gejala (Subjektif)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga. Keterbatasan karena penyakit : Pasien

merasa tidak bebas dalam menggerakkan lehernya karena terdapat

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 27: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

15

Universitas Indonesia

benjolan sebesar kepalan tangan pasien. Tidur : 5-6 jam. Tidur siang :

Tidak pernah tidur siang. Kebiasan tidur : tidak ada. Insomnia : tidak

ada. Rasa segar saat bangun : jarang dirasakan

b) Tanda (Objektif)

Status mental : compus mentis. Postur tubuh : Agak bungkuk. Rentang

gerak :bebas tas terbatas pada ekstremitas, namun terbatas pada bagian

leher dan merasa ada yang mengganjal karena terdapat benjolan.

Deformitas : tidak ada. Tremor : tidak ada

Kekuatan otot 4 4 4 4 | 4 4 4 4, massa atau tonus otot : Baik

4 4 4 4 | 4 4 4 4

f. Sirkulasi

a) Gejala (Subjektif)

Riwayat penyakit hipertensi : tidak ada, kelainan jantung :

kardiomegali ringan. Diabetes Mellitus : tidak ada. Edema pada kaki :

tidak ada. Flebitis : tidak ada. Penyembuhan luka lambat : tidak ada.

Ekstremitas : kesemutan : tidak ada, kebas : tidak ada, batuk : ada.

Perubahan frekuensi atau jumlah urin : tidak ada.

b) Tanda (Objektif)

Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi : 80x/menit. Palpasi Nadi :

Karotis : ada, temporal : ada, jugularis : ada, radialis : ada, femoralis :

ada, popliteal : ada, postibial : ada, dorsalis pedis : ada. Palpasi Jantung

: getaran : ada, dorongan : tidak ada, bunyi Jantung : 80x/menit, kuat

dan teratur, S1 : ada, S2 : ada, murmur/gallop : tidak ada. Bunyi nafas

: vesikuler, wheezing : tidak ada, ronchi : tidak ada, distensi vena

jugularis : tidak ada. Ekstremitas : suhu : 36,7oC. tidak terlihat pucat.

Capillary Refill time : < 2detik. Homan‟s signs : tidak ada, varises :

tidak ada. Abnormalitas kuku : tidak ada, penyebaran rambut merata,

membran mukosa : lembab, warna bibir : pink, agak pucat. Punggung

kuku : pink, konjungtiva : tidak anemis, sklera : tidak ikterik

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 28: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

16

Universitas Indonesia

g. Integritas Ego

a) Gejala (Subjektif)

Faktor Stres : penyakitnya dan konflik peran dalam merawat suaminya

yang terbaring sakit dirumah yang sudah total care. Cara menangani

stress : difikirkan dan berdoa. Masalah-masalah finansial : pasien

memperoleh biaya pengobatan dan pengobatan dari Kartu Jakarta

Sehat. Agama : Islam. Kegiatan keagamaan : sholat dan berdoa.

Perubahan pada gaya hidup : pasien terlihat lebih murung dan cemas

selama proses hospitalisasi. Perasaan ketidakberdayaan : tidak ada,

keputusasaan : tidak ada.

b) Tanda (Objektif)

Status emosional : pasien terlihat cemas. Respon fisiologis yang

terobservasi : pasien terlihat lebih murung dan pendiam

h. Eliminasi

a) Gejala (subjektif)

Pola BAB : 1x/hari. Penggunaan laksatif : tidak ada, karakteristik feses

: lunak, kuning kecoklatan. Riwayat perdarahan : tidak ada, hemoroid :

tidak ada. Konstipasi : tidak ada. Diare : tidak ada, Pola BAK : 2-3

x/hari. Karakteristik urin : kuning muda. Kateter urin : tidak terpasang,

nyeri saat BAK : tidak ada. Riwayat penyakit ginjal atau kandung

kemih : tidak ada. Penggunaan diuretic : tidak ada.

b) Tanda (objektif)

Nyeri tekan : tidak ada. Abdomen : rata, tidak ada lesi. Hemoroid :

tidak ada. Bising usus : 4 x/menit

i. Makanan/cairan

a) Gejala (Subjektif)

Diit : biasa, tipe : nasi, sayur, dan lauk. Jumlah makanan perhari :2-3

kali. Makan terakhir : tanggal 20 Mei 2013 pukul 10.00 WIB.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 29: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

17

Universitas Indonesia

b) Tanda (Objektif)

Berat badan : 41 Kg, Tinggi Badan : 150 cm. Bentuk Tubuh : Tegap.

Turgor kulit : agak kering. Membran mukosa : lembab. Edema : tidak

ada. Pembesaran Tiroid : ada, pada leher sebelah kanan sebesar

kepalan tangan pasien. Halitosis : Tidak ada. Kondisi gigi : normal.

Bising usus : 4x/menit

j. Higiene

a) Gejala (Subjektif)

Aktivitas sehari-hari : mengurus suami yang sedang sakit dirumah

karena sudah total care. Mobilitas : bebas bergerak, terbatas pada

bagian leher.

b) Tanda (Objektif)

Penampilan umum : baik, agak cemas. Cara berpakaian : rapi. Bau

badan : tidak ada, kondisi kulit kepala : kutu : tidak ada, ketombe :

tidak ada, berminyak : ya.

k. Neurosensori

a) Gejala (Subjektif)

Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada, pusing jarang terasa. Sakit

kepala : tidak ada, kesemutan : tidak ada. Stroke : tidak ada. Kejang :

tidak ada. Mata : penglihatan kabur : tidak terasa. Telinga : tidak ada

pengeluaran cairan. Epistaksis : tidak ada.

b) Tanda (Objektif)

Status mental : orientasi waktu, tempat, dan orang : baik, masih dapat

mengingat dengan benar. Kesadaran : compus menitis, dan kooperatif.

Halusinasi : tidak ada. Memori jangka pendek dan panjang : masih

dapat mengingat dengan baik. Kacamata : tidak memakai. Kontak

lensa : tidak memakai. Alat bantu dengar : tidak ada. Genggaman

tangan : kuat. Postur : tegak. Paralisis : tidak ada.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 30: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

18

Universitas Indonesia

l. Nyeri

Sebelum operasi, benjolan tidak terasa nyeri

Setelah Operasi :

a) Gejala (Subjektif)

Lokasi : leher klien, luka operasi. Intensitas : sedang, VAS/Skala nyeri

: 2. Frekuensi : 3-4 x/hari. Kualitas : Nyeri tekan. Durasi : ±1 menit.

Penjalaran : tidak ada. Faktor pencetus : Saat sedang menelan. Cara

menghilangkan nyeri : Obat dan istirahat.

b) Tanda (Objektif)

Pasien terlihat mengerutkan muka, menjaga area yang sakit, dan

penyempitan fokus terhadap rasa nyeri yang dirasakannya.

m. Pernafasan

a) Gejala (Subjektif)

Dispnea yang berhubungan dengan batuk/sputum : tidak ada. Riwayat

penyakit : asma : tidak ada, bronchitis : tidak ada. Emfisema : tidak

ada. Pneumonia : tidak ada. TB : tidak ada. Perokok : disangkal.

Penggunaan alat bantu nafas : tidak ada

b) Tanda (Objektif)

Pernafasan : 17 x/menit. Pengembangan paru : simetris. Nafas cuping

hidung : tidak ada. Penggunaan otot-otot bantu nafas : tidak ada. Bunyi

Nafas : vesikuler. Sianosis : tidak ada. Fungsi mental : baik

n. Keamanan

a) Gejala (Subjektif)

Alergi/sensitivitas : tidak ada. Perubahan reaksi imun sebelumnya :

tidak ada. Riwayat penyakit hubungan seksual : tidak ada. Transfusi

darah : tidak pernah. Riwayat cedera/kecelakaan : tidak pernah. Fraktur

/ dislokasi : tidak ada. Arthritis/sendi tidak stabil : tidak stabil. Masalah

punggung : tidak ada. Perubahan pada tahi lalat : tidak ada. Kerusakan

penglihatan/pendengaran : tidak ada. Ambulatory : tidak ada.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 31: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

19

Universitas Indonesia

b) Tanda (Objektif)

Suhu : 36.7oC. integritas kulit : baik. Tonus otot : baik, tidak atrofi.

Cara berjalan : normal. ROM : bebas terbatas pada bagian leher.

Parastesia/paralisis : tidak ada

o. Seksualitas

a) Gejala (Subjektif)

Aktif melakukan hubungan seksual : tidak dikaji. Penggunaan kondom

: tidak pernah. Masalah seksual : tidak dikaji. Perubahan terakhir :

tidak dikaji

b) Tanda (Objektif)

Usia menarche : 12 tahun. Lamanya siklus : 6 hari, sudah menopause

sejak usia 48 tahun. Melakukan pemeriksaan payudara sendiri : tidak

pernah. Pap smear : tidak pernah

p. Interaksi Sosial

a) Gejala (Subjektif)

Status perkawinan : menikah. Lama : 30 tahun. Hidup dengan suami.

Masalah/stress : penyakitnya dan suaminya yang sedang sakit dan total

care dirumah. Peran dalam struktur keluarga : istri, ibu, dan nenek.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit : financial dan

waktu pengobatan. Penggunaan alat bantu komunikasi : tidak ada,

laringektomi : tidak ada.

b) Tanda (Objektif)

Bicara : normal. Alat bantu bicara : tidak ada. Komunikasi

verbal/nonverbal dengan keluarga : ada. Pola interaksi keluarga : baik.

q. Penyuluhan/ pembelajaran

Bahasa dominan : bahasa Indonesia. Melek huruf : ya. Tingkat pendidikan

: SD. Ketidakmampuan belajar khusus : tidak ada. Keterbatasan kognitif :

tidak ada. Keyakinan kesehatan yang dilakukan : tidak ada. Diagnosa

medis saat masuk RS : SMNT bilateral suspek ganas T3N0M0. Alasan

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 32: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

20

Universitas Indonesia

dirawat : menunggu untuk dilakukan operasi pengangkatan tiroid. Harapan

pasien terhadap perawatan : pasien ingin cepat sembuh dan merawat

suaminya kembali yang sedang sakit dirumah.

r. Hasil Labolatorium :

Tabel 3.1 Labolatorium tanggal 20 Mei 2013 (Pre operasi)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

- Hemoglobin

- Hematokrit

- Eritrosit

- MCV/VER

- MCH/HER

- MCHC/KHER

- Jumlah Leukosit

- Jumlah Trombosit

12.3

36.6

4.14

88.4

29.7

33.6

5.7

279

d/dL

%

10^6/µL

fL

pg

g/dL

10^3/µL

10^3/µL

12 – 15

36 – 46

3,8 – 4,8

80 – 95

27 – 31

32 – 36

5 – 10

150 – 400

Hemostasis

- PT

- APTT

Pasien : 11.3

Kontrol : 12.3

Pasien : 34.4

Kontrol : 34.4

9.8-12.6

INR : 1.01

Kimia Klinik

- SGOT

- SGPT

- Ur

- Cr

- GDS

16

9

21

0.7

81

<27

<34

<50

0.6-1.2

<140

Elektrolit

- Na

- K

- Cl

141

3.56

102,5

132 – 147

3,3 - 5,4

94 – 111

Hormon Tiroid

- T4 Bebas

- TSH sensitif

0.770 ↓

0.940

0.930 - 1.7

0.270 – 4.20

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 33: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

21

Universitas Indonesia

Tabel 3.2 Labolatorium tanggal 22 Mei 2013 (24 jam Post operasi)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

- Hemoglobin

- Hematokrit

- Eritrosit

- MCV/VER

- MCH/HER

- MCHC/KHER

- Jumlah Leukosit

- Jumlah Trombosit

10.5 ↓

31.8 ↓

3. 59↓

88.2

29.2

33.0

9.16

210

d/dL

%

10^6/µL

fL

pg

g/dL

10^3/µL

10^3/µL

12 – 15

36 – 46

3,8 – 4,8

80 – 95

27 – 31

32 – 36

5 – 10

150 – 400

Tabel 3.3 Laboratorium tanggal 24 Mei 2013

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

- Hemoglobin

- Hematokrit

- Eritrosit

- MCV/VER

- MCH/HER

- MCHC/KHER

- Jumlah Leukosit

- Jumlah Trombosit

10.6 ↓

32.0 ↓

3.61 ↓

88

29.4

33.1

8.96

212

d/dL

%

10^6/µL

fL

pg

g/dL

10^3/µL

10^3/µL

12 – 15

36 – 46

3,8 – 4,8

80 – 95

27 – 31

32 – 36

5 – 10

150 – 400

Ca 7.6 8.8-10.2

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 34: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

22

Universitas Indonesia

s. Pemeriksaan Fisik Fokus

Dextra :

Inspeksi : tampak benjolan sebesar

kepalan tangan pasien, warna kulit

sewarna dengan sekitarnya

Palpasi : teraba benjolan yang

bergerak keatas saat menelan, ukuran

10x8x4 cm, konsistensi : padat, tepi

rata, permukaan bernodul, batas

tegas, dapat digerakkan, nyeri tekan

tidak ada

Sinistra :

Inspeksi : Tampak benjolan seukuran telur ayam, warna kulit sewarna

dengan sekitarnya

Palpasi : teraba benjolan padat, permukaan bernodul, tepi rata, batas

tegas, ukuran 5x4x2 cm, dapat digerakan, tidak ada nyeri tekan

t. Pemeriksaan mikroskopis

a. Thyroid Scan ( 22/01/2013)

Struma multi nodosa dengan cold nodule multiple, thyrois uptake total

dalam batas normal

b. Rontgen Thorax PA (25/03/2013)

Proses lama paru kanan, kardiomegali ringan, massa region colli kanan

dengan penyempitan trakea (struma)

c. USG abdomen ( 20/03/2013)

Kista simple ginjal kanan, tak tampak kelainan pada organ abdomen

atas lainnya yang tervisualisasi

d. USG Thyroid (20/03/2013)

Nodul padat multiple dengan degenerasi kistik dan septasi pada kedua

lobus thyroid lebih prominen dilobus kanan yang mendesak trakea ke

kiri

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 35: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

23

Universitas Indonesia

e. Laporan Pembedahan (21/05/2013)

- Tanggal : 21 Mei 2013

- Diagnosis Prabedah : SMNT bilateral Suspek Ganas T3N0M0

- Diagnosis Pascabedah : SMNT bilateral Suspek Ganas T3N0M0

- Tindakan Pembedahan : Total Tyroidectomy

- Jenis Pembedahan : Bersih

- Jenis Anestesi : General Anestesi

- Operasi ke : 1

- Profilaksis : Ya

- Jenis Antibiotik : Cefazolin 2 gr

- Laporan Pembedahan :

Tampak massa tiroid bernodul-nodul, sebagian kistik, sebagian

padat, tak tampak jaringan sehat, diputuskan total tyroidectomy. A.V

tyroidea superior bilateral dipotong dan diligasi. Pool atas tyroid

dibebaskan. Identifikasi laryngeus recurrent bilateral, kelenjar

parathyroid lalu dipreservasi. A.V tyroidea inferior bilateral dipotong

dan diligasi. Tyroid dibebaskan dari bed tyroid, dilakukan total

tyroidectomy. Ketika dibelah, tyroid dengan konsistensi kistik, padat,

dan keras. Dilakukan control perdarahan. Luka operasi dibersihkan

dengan kassa lembab steril. Dipasang drain vacuum 2 buah. Luka

operasi dijahit lapis demi lapis. Operasi selesai.

- Instruksi Post-operasi :

1. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, perdarahan,

edema/hematom region leher, gangguan atau sumbatan jalan nafas,

gejala dan tanda hipocalsemia

2. IVFD RL:D5 : 1000:500/24 jam

3. Diet bertahap setelah sadar

4. Cefazolin 2x1 gr (IV), Ketorolac 3x30mg (IV), Ranitidin 2x50mg

(IV).

5. Periksa DPL, elektrolit pasca operasi

6. Periksa lab : calcium darah, albumin 24 jam post-operasi

7. Ukur drain/12 jam

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 36: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

24

Universitas Indonesia

Tabel 3.4 Daftar Obat Post operasi

No Obat Dosis Waktu Tujuan

1 Cefazolin 2 x 1gr IV 04, 16 Antibiotik, untuk mengurangi

insidensi infeksi luka pasca bedah

2 Ketorolac 3 x30 ml IV 02, 10, 18 Untuk mengurangi nyeri

3 Ranitidin 2x50 mg IV 04, 16 Untuk mengurangi mual

4 Ondan 1x1 tablet PO 07 Untuk mengurangi mual

5 CDR 1x1 tablet PO 19 Memenuhi kebutuhan calcium

tulang

3.2 Diagnosis Keperawatan

Tabel 3.5 Analisa Data Keperawatan

No. Data Masalah Keperawatan

1. Preoperasi

DO :

- Pasien datang dengan wajah tampak tegang

dan sering menanyakan proses perawatan dan

operasi yang akan dijalankannya.

- TTV :

TD : 130/80 mmHg N : 90x/menit

RR : 18x/menit Suhu : Afebris

- Terjadi penyempitan focus terhadap penyakit

dan operasi yang akan dijalankannya

DS :

- Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan

minta didoakan agar operasi yang akan

dijalankannya besok berjalan lancar

Ansietas

(20/Mei/2013)

2. Post-operasi

DO :

- Pasien terlihat lemah namun sudah dapat

duduk

- Pasien sudah makan setengah porsi pagi ini

- TTV :

TD : 100/70 mmHg N: 80x/menit

RR : 16 x/menit Suhu : afebris

- Hasil cek darah setelah operasi belum ada,

masih menunggu 24 jam setelah operasi

- BB : 41 kg, TB : 150 cm, IMT : 18

- Pasien mendapat terapi ranitidine 2x50 mg

(IV), dan ondansentron 1x/hr

DS :

- Pasien mengatakan bahwa semalaman setelah

operasi, pasien merasa mual muntah sehingga

mengganggu tidurnya.

Resiko ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari kebutuhan

(22/Mei/2013, Post-operasi)

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 37: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

25

Universitas Indonesia

3. DO :

- Klien terpasang drain, produksi: hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, horizontal

- Luka operasi klien tertutup kassa

- Klien terlihat menyernyitkan alis matanya

ketika menelan

- TTV :

TD : 100/70 mmHg RR : 16x/menit

N : 80 x/menit suhu : Afebris

Skala nyeri/VAS : 2

DS :

- Klien mengatakan masih sakit ketika menelan

dan didaerah leher

- Klien juga masih membatasi gerak leher karena

nyeri

Nyeri Akut

(22/Mei/2013, Post-operasi)

4. DO :

- Klien terpasang drain, produksi ada, hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, luka

horizontal dan tertutup kassa

- Hasil leukosit, belum ada masih menunggu

pemeriksaan lab darah 24 jam setelah post-

operasi

- TTV :

TD : 100/70 mmHg RR : 16x/menit

N : 80 x/menit suhu : Afebris

- Tidak terlihat kemerahan atau flebitis disekitar

luka operasi

DS :

- klien mengatakan luka operasi terkadang masih

terasa sakit.

- Pasien mengatakan luka operasi tidak terasa

gatal ataupun panas

Resiko Infeksi

(22/Mei/2013, post-operasi)

5. DO :

- Suara klien masih serak dan terlihat sulit

berkomunikasi

- Klien pasca operasi total tyroidectomy

- Klien masih terpasang drain, produksi ada,

hemoragic

- Terkadang klien menggunakan bahasa non-

verbal

DS :

- Klien mengatakan suaranya masih serak dan

susah untuk berbicara

Ganggguan komunikasi verbal

(22/Mei/2013)

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 38: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

26

Universitas Indonesia

Diagnosa Keperawatan yang muncul:

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kejadian

praoperasi dan pascaoperasi

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual dan muntah

3. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah terhadap jaringan

4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi operasi adanya luka di area

leher

5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara atau

kerusakan saraf laring

3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosis Keperawatan 1 :

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai kejadian

praoperasi dan pascaoperasi

Tujuan : Rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan

klien akan :

1. Melaporkan lebih sedikit perasaan gugup

2. Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian praoperasi dan

pascaoperasi

3. Postur tubuh rileks

Rencana Intervensi :

Mandiri :

1. Menginformasikan tentang persiapan preoperasi perawatan pasca operasi

Rasional : mengurangi ansietas klien terhadap proses pengobatan dan

perawatan serta menambah pengetahuan pasien terhadap proses

perawatan.

2. Menginformasikan klien bahwa akan ada suara serak dan

ketidaknyamanan menelan dapat dialami setelah pembedahan tetapi akan

hilang secara bertahap kira-kira 3-5 hari.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 39: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

27

Universitas Indonesia

Rasional : Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu

mengurangi ansietas.

3. Edukasi pasien dan mendemonstrasikan tentang bagaimana menyokong

leher untuk menghindari tegangan pada insisi bila turun dari tempat tidur

atau batuk. Instruksikan pasien untuk menempatkan kedua tangan di

leher untuk menyokong leher.

Rasional : Praktik aktivitas-aktivitas pascaoperasi membantu menjamin

penurunan program pascaoperasi terkomplikasi

Kolaborasi:

4. Beri obat-obatan anti-tiroid bila perlu dan evaluasi keefektifannya.

Rasional : tindakan-tindakan ini membantu menurunkan resiko hemoragi

pasca operasi.

Discharge planning :

5. Beri informasi tentang obat pengganti hormon tiroid yang diresepkan.

Ingatkan pasien bahwa obat akan digunakan untuk sepanjang hidup.

Menekankan bahwa sumber hormon tiroid diangkat pada tiroidektomi

dan bahwa hormone tiroid adalah esensial untuk hidup. Mendengarkan

pasien mengekspresikan perasaannya tentang penggunaan obat-obatan

seumur hidup. Menginstruksikan pasien untuk melaporkan gejala-gejala

hipotiroidisme.

Rasional : pemahaman hubungan antara kondisi dan terapi membantu

mengembangkan kepatuhan pasien.

Diagnosa Keperawatan 2 :

Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual dan muntah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan

pasien akan:

- Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai porsi yang diberikan

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 40: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

28

Universitas Indonesia

- Berat badan berada pada rentang normal untuk tinggi dan usia

pasien

- Mengonsumsi nutrisi secara adekuat.

- Terbebas dari tanda-tanda malnutrisi

Rencana Intervensi :

Mandiri

1. Mengidentifikasi status nutrisi pasien dengan menghitung Indek Masa

Tubuh (IMT).

Rasional: IMT adalah salah satu indikator untuk menentukan status

nutrisi pasien. IMT < 18 mengindikasikan status nutrisi kurang.

2. Mengidentifikasi kondisi/gejala yang dialami pasien yang

berkontribusi terhadap penurunan asupan nutrisi, misalnya rasa mual,

muntah, nyeri abdomen, atau rasa „begah‟ di perut.

Rasional: untuk menentukan tindakan yang sesuai dengan etiologi.

3. Memberikan makanan yang tidak terlalu padat dan kaya akan

kandungan protein, menyajikan dalam bentuk menarik dengan interval

waktu tertentu.

Rasional: makanan yang tidak terlalu padat dan kaya akan kandungan

protein dapat diterima pasien sebagai makanan harian.

4. Memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya dan menjelaskan

pentingnya asupan yang cukup selama sakit

Rasional : Pengertian tentang pentingnya asupan nutrisi yang cukup

dapat membantu pasien kooperatif dalam proses perawatan

Kolaborasi :

5. Memberikan pengobatan antiemetic sebelum makan sesuai resep

Rasional: adanya mual dapat menurunkan nafsu makan.

6. Memberikan suplemen vitamin, misalnya A,D,E,K

Rasional: untuk memperbaiki kondisi malnutrisi

Discharge planning :

7. Pertahankan diet tinggi kalsium dan tinggi protein

Rasional : pengangkatan tiroid akan berpengaruh pada kalsium tubuh

sehingga diperlukan asupan kalsium yang memadai. Diet tinggi protein

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 41: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

29

Universitas Indonesia

dimaksudkan untuk mempercepat proses penutupan dan perlekatan

luka operasi

8. Beritahukan dokter bila ada keluhan-keluhan kebas, kesemutan pada

bibir, jari-jari, kedutan pada otot, atau kadar kalsium dibawah rentang

normal. Periksa terhadap tanda Chvostek‟s positif (kedutan wajah

terlihat tepat dibawah pelipis), dan tanda Troussear‟s (spasme

karpopedal dari tangan)

Rasional : temuan-temuan ini menandakan hipokalsemia dan perlunya

penggantian garam kalsium. Kelenjar paratiroid dapat mengalami

cedera atau pengangkatan selama pembedahan tidak hati-hati

Diagnosa Keperawatan 3 :

Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah terhadap jaringan

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang VAS < 3

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 x 24 jam, diharapkan

pasien akan:

- Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri

<3

- Klien tidak terlihat merintih

- Ekspresi wajah klien rileks

Rencana Intervensi :

Mandiri :

1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

Rasional : Menentukan tindakan yang tepat sesuai etiologi nyeri

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.

Rasional : Reaksi nonverbal dapat menjadi indikator nyeri yang dirasakan

klien

3. Berikan lingkungan yang tenang untuk klien

Rasional : lingkungan yang tenang dapat menimbulkan kenyamanan bagi

klien

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 42: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

30

Universitas Indonesia

4. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi, dll) untuk mengatasi

nyeri.

Rasional : Teknik non farmakologis dapat membantu mengurangi nyeri

yang dirasakan klien disamping penggunaan obat

5. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.

Rasional : Respon klien terhadap nyeri dapat menjadi indikator dalam

menilai skala nyeri yang dirasakan klien

6. Kaji kemampuan mobilisasi pada leher pasien

Rasional : mengetahui kemampuan mobilisasi pada leher pasien

7. Mengedukasi tujuan dan pentingnya latihan peregangan leher 3x/hari

Rasional : edukasi dapat menurunkan rasa cemas dan ketakutan yang

dirasakan pasien

8. Mendemonstrasikan latihan peregangan leher yang dapat dilakukan pada

pasien pasca tyroidektomi

Rasional : latihan peregangan dapat mengurangi gajala ketidaknyamanan

leher pasca tyroidektomi dan mencegah kontraktur leher.

9. Menginstruksikan latihan peregangan leher 3x/hari

Rasional : latihan secara rutin dapat menghasilkan efektifitas yang lebih

baik

Kolaborasi :

10. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Rasional : Analgetik perlu untuk mengurangi nyeri pada nyeri yang hebat.

Discharge Planning :

11. Instruksikan untuk melakukan latihan relaksasi nafas dalam jika luka

operasi terasa nyeri

Rasional : teknik relaksasi nafas dalam dapat membantu mengurangi nyeri

yang dirasakan pasien dan merilekskan perasaan pasien

12. Instruksikan untuk melakukan latihan peregangan leher 3x sehari

mencegah kontraktur leher dan gejala ketidaknyamanan leher

Rasional : latihan peregangan leher yang dilakukan secara teratur

mempunyai efektifitas yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas hidup

pasien.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 43: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

31

Universitas Indonesia

Diagnosa Keperawatan 4 :

Resiko infeksi berhubungan dengan insisi operasi adanya luka di area

leher.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 x 24 jam, diharapkan

pasien akan:

- bebas dari gejala infeksi

- angka leukosit normal (5000-10.000)

- TTV dalam batas Normal

Rencana Intervensi :

Mandiri :

1. Pantau tanda-tanda terjadinya infeksi sekitar luka

Rasional : tanda infeksi seperti kemerahan, rasa panas disekitar luka dapat

mengindikasikan terjadinya infeksi

2. Observasi TTV dan peningkatan suhu

Rasional : mengindikasi terjadinya infeksi

3. Anjurkan klien dan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak

dengan klien.

Rasional : cuci tangan dapat menurunkan resiko infeksi

4. Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.

Rasional : sabun anti microba dapat membunuh bakteri dan menurunkan

resiko infeksi

5. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.

Rasional : dapat mencegah penyebaran infeksi

6. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan yang adekuat

Rasional : intake yang adekuat dapat meningkatkan kekebalan sistem

imunitas tubuh

7. Rawat luka insisi dengan teknik steril

Rasional : Dapat mencegah masuknya bakteri

8. Pantau pengecekan lab darah terutama leukosit

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 44: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

32

Universitas Indonesia

Rasional : kenaikan leukosit mengindikasikan terjadinya infeksi

Kolaborasi :

9. Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional : mengurangi insidensi infeksi pada luka pasca pembedahan

10. Beri tahu dokter jika disekitar luka terjadi kemerahan, peningkatan nyeri

tekan atau drainase dari luka, atau terjadi demam. Dapatkan spesimen luka

untuk kultur dalam mengetahui identifikasi organisme infektif. Beri

antibiotic sesuai pesanan

Rasional : temuan-temuan ini menandakan infeksi luka dan perlu terapi

antibiotic

Discharge Planning :

11. Menginstruksikan pasien untuk melihat luka jahitannya. Hubungi dokter

bila ada tanda-tanda infeksi luka : peningkatan nyeri tekan, kemerahan,

drainase, dan demam

Rasional : Mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk.

Diagnosa Keperawatan 5 :

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara atau

kerusakan saraf laring.

Tujuan : Klien dapat berkomunikasi dengan normal

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 x 24 jam, diharapkan

pasien akan:

- Mampu menciptakan metode komunikasi yang dapat dipahami

- Nyeri berkurang atau hilang

- Klien merasa nyaman

Rencana Keperawatan :

Mandiri :

1. Kaji fungsi bicara secara periodic, anjurkan untuk tidak bicara terus

menerus

Rasional : menurunkan tegangan pada pita suara

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 45: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

33

Universitas Indonesia

2. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya

memerlukan jawaban ya/tidak.

Rasional : membatasi bicara dan menurunkan tegangan pita suara

3. Beri metode alternative yang sesuai seperti kertas tulis/papan gambar

Rasional : mempertahankan komunikasi yang efektif

4. Tempatkan infus pada daerah yang tidak menyebabkan gangguan menulis

Rasional : mempermudah dalam menemukan metode komunikasi baru

5. Pertahankan lingkungan yang tenang

Rasional : lingkungan yang tenang dapat merilekskan perasaan pasien

Kolaborasi :

6. Laporkan peningkatan suara serak dan kelemahan bicara

Rasional : perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf

laryngeal, dimana hal ini tidak dapat disembuhkan.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 46: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

34

Universitas Indonesia

3.4 Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.6 Catatan Perkembangan

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

Senin,

20 Mei 2013

17.00

Ansietas 1. Bina hubungan saling percaya dengan

klien

2. Mengkaji tingkat kecemasan klien

3. Mengkaji kebutuhan pengetahuan klien

mengenai penyakit dan proses

perawatannya

4. Memenuhi kebutuhan klien mengenai

penyakit yang proses perawatan yang akan

dijalankannya

5. Mengedukasi persiapan operasi :

- Puasa 8 Jam sebelum operasi

- Mengajarkan teknik relaksasi nafas

dalam dan batuk efektif

- Membersihkan badan dengan sabun

antibakteri

6. Melakukan pengambilan darah untuk cek

lab persiapan operasi

S :

- Pasien mengatakan ingin cepat dioperasi dan minta

didoakan agar operasi yang akan dilakukan berjalan lancar

- Pasien mengatakan cemas berkurang setelah melakukan

teknik nafas dalam

O :

- wajah klien terlihat tegang.

- KU : baik

- Kesadaran : CM

- TTV :

- TD : 130/80 mmHg

- N : 88x/menit

- RR : 18x/menit

- Suhu : Afebris

- Terjadi penyempitan focus klien pada penyakitnya

- Pasien dapat mere-demonstrasikan kembali teknik nafas

dalam dan batuk efektif seperti yang telah diajarkan dengan

baik

A : Cemas teratasi

P :

1. Observasi TTV

2. Evaluasi tingkat kecemasan pasien

3. Motivasi dalam melakukan teknik nafas dalam

4. Persiapan operasi, rencana : selasa, 21 Mei 2013

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 47: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

35

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

Rabu,

22 Mei 2013

08.30

10.00

1. Resiko Nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

2. Nyeri

1. Menanyakan keadaan dan keluhan pasien

saat ini

2. Mengkaji intake klien

3. Menjelaskan bahwa mual dan muntah

adalah efek samping dari proses pembiusan

4. Memotivasi klien agar menghabiskan

makanannya

1. Mengobservasi TTV

2. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan

pasien secara komprehensif

3. Mengobservasi reaksi non-verbal dari nyeri

S :

- Pasien mengatakan tadi malam mual dan muntah dengan

frekuensi sering

- Pasien mengatakan baru mulai makan tadi pagi tapi tidak

menghabiskan makanannya, hanya setengah porsi

O :

- Pasien terlihat lemah namun sudah dapat duduk

- Pasien sudah makan setengah porsi pagi ini

- TTV :

TD : 100/70 mmHg N: 80x/menit

RR : 16 x/menit Suhu : afebris

- Hasil cek darah setelah operasi belum ada, masih menunggu

24 jam setelah operasi

- BB : 41 kg, TB : 150 cm, IMT : 18

- Pasien mendapat terapi ranitidine 2x50 mg (IV), dan

ondansentron 1x/hr

A : Masalah teratasi sebagian

P :

1. Pantau intake klien

2. Motivasi pasien untuk menghabiskan makanannya

3. Lanjutkan terapu sesuai program

S :

- Klien mengatakan masih sakit ketika menelan dan didaerah

leher

- Klien juga masih membatasi gerak leher karena nyeri

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 48: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

36

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

10.00

3. Resiko Infeksi

4. Motivasi dalam melakukan teknik relaksasi

nafas dalam

5. Kolaborasi pemberian analgetik untuk

mengurangi nyeri

1. Memantau tanda-tanda infeksi

2. Mengevaluasi dan memotivasi pasien dan

keluarga dalam melakukan hand hygiene

3. Mengkaji dan mengobservasi keadaan

sekitar luka operasi

4. Mengobservasi produksi drain yang

terpasang

5. Kolaborasi pemberian antibiotic untuk

mencegah infeksi.

O :

- Klien terpasang drain, produksi: hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, horizontal

- Luka operasi klien tertutup kassa

- Klien terlihat menyernyitkan alis matanya ketika menelan

- TTV :

TD : 100/70 mmHg RR : 16x/menit

N : 80 x/menit suhu : Afebris

Skala nyeri/VAS : 2

- Pasien mendapat terapi ketorolac 2x30 mg

A : Masalah teratasi sebagian

P :

1. Observasi TTV

2. Pantau tingkat nyeri pasien

3. Motivasi dalam melakukan teknik nafas dalam

4. Lanjutkan terapi sesuai program

S :

- klien mengatakan luka operasi terkadang masih terasa sakit.

- Pasien mengatakan luka operasi tidak terasa gatal ataupun

panas

O :

- Klien terpasang drain, produksi ada, hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, luka horizontal dan

tertutup kassa

- Hasil leukosit, belum ada masih menunggu pemeriksaan lab

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 49: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

37

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

darah 24 jam setelah post-operasi

- TTV :

TD : 100/70 mmHg RR : 16x/menit

N : 80 x/menit suhu : Afebris

- Tidak terlihat rembesan, kemerahan atau flebitis disekitar

luka operasi

- Pasien mendapat terapi antibiotic : cefazolin 2x1gr

A : Masalah teratasi sebagian

P :

1. Observasi TTV

2. Pantau tanda-tanda infeksi dan produksi dran pasien

3. Pertahankan personal hygiene pasien

4. Rawat luka dengan teknik aseptic

5. Lanjutkan terapi sesuai program

6. Ambil darah 24 jam setelah post operasi

Kamis,

23 Mei 2013

10.00

1. Nyeri

2. Resiko Nutrisi

kurang dari

kebutuhan

1. Menanyakan keadaan dan keluhan saat ini

2. Menanyakan intake pasien

3. Mengobservasi TTV

4. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan

pasien secara komprehensif

5. Mengobservasi reaksi non-verbal dari nyeri

6. Motivasi dalam melakukan teknik relaksasi

nafas dalam

7. Mengajarkan latihan peregangan leher dan

bahu dan memberi pengertian tentang

S :

- Pasien mengatakan saat ini sudah tidak mual dan muntah

hanya nyeri diperut, mungkin karena muntah-muntah tadi

malam. Pasien juga sudah menghabiskan makanannya

- Pasien mengatakan masih nyeri di bekas operasi dan masih

terbatas menggerakkan leher

O :

- Klien terpasang drain, produksi: hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, horizontal

- Luka operasi klien tertutup kassa

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 50: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

38

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

11.30

3. Resiko Infeksi

kegunaannya.

8. Kolaborasi pemberian analgetik untuk

mengurangi nyeri

1. Memantau tanda-tanda infeksi

2. Mengkaji dan mengobservasi keadaan

sekitar luka operasi

3. Mengobservasi produksi drain yang

terpasang

4. Kolaborasi pemberian antibiotic untuk

mencegah infeksi.

- TTV :

TD : 100/70 mmHg RR : 17x/menit

N : 78 x/menit suhu : Afebris

Skala nyeri : 1

- Pasien mendapat terapi ketorolac 30mg pukul 10.00

- Sudah dapat melakukan latihan peregangan leher sesuai

yang diajarkan.

A :

- Masalah resiko kekurangan nutrisi teratasi

- Masalah nyeri teratasi sebagian

P :

1. Observasi TTV

2. Pantau tingkat nyeri pasien

3. Motivasi dalam melakukan teknik nafas dalam

4. Motivasi dalam melakukan latihan peregangan leher

5. Lanjutkan terapi sesuai program

S :

- Pasien mengatakan tidak merasa gatal dan panas pada luka

operasi

O :

- Klien terpasang drain, produksi ada, hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, luka horizontal dan

tertutup kassa

- Hasil leukosit 22 Mei 2013 9.16 x 10^3.

- TTV :

TD : 100/70 mmHg RR : 17x/menit

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 51: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

39

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

N : 78 x/menit suhu : Afebris

- Tidak terlihat rembesan, kemerahan atau flebitis disekitar

luka operasi

- Pasien mendapat terapi antibiotic : cefazolin 1gr pukul

04.00

A : Masalah teratasi sebagian

P :

1. Observasi TTV

7. Pantau tanda-tanda infeksi dan produksi dran pasien

8. Pertahankan personal hygiene pasien

9. Rawat luka dengan teknik aseptic

10. Lanjutkan terapi sesuai program

Jum‟at

24 Mei 2013

16.30

1. Resiko Infeksi

2. Nyeri

1. Menanyakan keadaan dan keluhan hari ini

2. Memantau tanda-tanda infeksi

3. Mengkaji dan mengobservasi keadaan

sekitar luka operasi

4. Mengobservasi produksi drain yang

terpasang

5. Motivasi dalam melakukan teknik nafas

dalam

6. Melakukan teknik peregangan leher

bersama

7. Kolaborasi pemberian antibiotic untuk

mencegah infeksi dan obat anti-nyeri

S :

- Pasien mengatakan tidak ada keluhan hanya masih takut

menggerak-gerakkan lehernya

- Pasien mengatakan bahwa leher terasa lebih enak setelah

digerakan

O :

- Klien terpasang drain, produksi ada, serose-hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, luka horizontal dan

tertutup kassa

- Tidak terlihat kemerahan dan gatal pada sekitar luka operasi

- TTV :

TD : 110/70 mmHg RR : 18x/menit

N : 82 x/menit suhu : Afebris

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 52: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

40

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

- Tidak terlihat rembesan, kemerahan atau flebitis disekitar

luka operasi

- Pasien mendapat terapi antibiotic : cefazolin 1gr pukul

16.00

- Pasien terlihat masih takut dalam menggerakkan lehernya.

A :

- Masalah resiko infeksi dan nyeri teratasi sebagian

P :

1. Observasi TTV

2. Pantau tanda-tanda infeksi dan produksi dran pasien

3. Pertahankan personal hygiene pasien

4. Rawat luka dengan teknik aseptic

5. Motivasi dalam melakukan teknik nafas dalam dan latihan

peregangan leher.

6. Lanjutkan terapi sesuai program

Sabtu,

25 Mei 2013

15.00

1. Gangguan

komunikasi verbal

1. Menanyakan keadaan dan keluhan hari ini

2. Mengkaji fungsi bicara, anjurkan untuk

tidak berbicara terus menerus

3. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk

menggunakan komunikasi yang sederhana,

misalnya dengan pertanyaan yang hanya

memerlukan jawaban ya atau tidak, dan

menggunakan bahasa nonverbal

4. Memberi lingkungan yang tenang

S :

- Pasien mengatakan suaranya masih serak dan sulit bicara

O :

- Suara klien masih serak dan terlihat sulit berkomunikasi

- Klien pasca operasi total tyroidectomy

- Klien masih terpasang drain, produksi ada, serose

hemoragic

- Terkadang klien menggunakan bahasa non-verbal

- Pasien telah mampu menggunakan metode komunikasi

yang dapat dipahami

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 53: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

41

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

19.00

2. Resiko Infeksi

3. Nyeri

1. Memantau tanda-tanda infeksi

2. Mengkaji dan mengobservasi keadaan

sekitar luka operasi

3. Mengobservasi produksi drain yang

terpasang

4. Motivasi dalam melakukan teknik nafas

dalam

5. Melakukan teknik peregangan leher

bersama

6. Kolaborasi pemberian antibiotic untuk

mencegah infeksi dan obat anti-nyeri

A : Masalah teratasi

P :

1. Kaji fungsi bicara secara periodik.

2. Laporkan peningkatan suara serak dan kelemahan bicara

S :

- Pasien mengatakan tidak terasa gatal di luka operasinya

- Pasien mengatakan sekarang tidak takut lagi melakukan

peregangan lengan sesuai yang diajarkan

O :

- Klien terpasang drain, produksi ada, serose-hemoragic

- Terdapat luka operasi dileher klien, luka horizontal dan

tertutup kassa

- Tidak terlihat kemerahan dan gatal pada sekitar luka operasi

- TTV :

TD : 120/70 mmHg RR : 17x/menit

N : 86 x/menit suhu : Afebris

- Tidak terlihat rembesan, kemerahan atau flebitis disekitar

luka operasi

- Leukosit tanggal 24 Mei : 8,96 dalam batas normal

- Pasien terlihat lebih percaya diri dalam melakukan latihan

peregangan leher

- Pasien mendapat terapi antibiotic : cefazolin 1gr pukul

16.00

A :

- Masalah resiko infeksi teratasi sebagian

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 54: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

42

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

- Nyeri teratasi sebagian

P :

1. Observasi TTV

2. Pantau tanda-tanda infeksi dan produksi dran pasien

3. Pertahankan personal hygiene pasien

4. Rawat luka dengan teknik aseptic

5. Lanjutkan terapi sesuai program

Senin,

27 Mei 2013

10.00-10.30

1. Nyeri

2. Resiko Infeksi

3. Discharge

planning

1. Menanyakan keadaan dan keluhan hari ini.

2. Observasi TTV

3. Pantau tanda-tanda infeksi

4. Melakukan latihan peregangan leher secara

bersama-sama

5. Edukasi persiapan pulang (discharge

planning) :

- Menginstruksikan untuk latihan leher

seperti yang tertera dalam leaflet yang

diberi 3x/hari

- Menginstruksikan pasien untuk melihat

luka jahitannya. Hubungi dokter bila ada

tanda-tanda infeksi luka : peningkatan

nyeri tekan, kemerahan, drainase, dan

demam

- Beri informasi tentang obat pengganti

hormone tiroid yang diresepkan. Ingatkan

pasien bahwa obat akan digunakan untuk

S :

- Klien mengatakan senang akan pulang kerumah

- Klien mengatakan lehernya menjadi enakan setelah

dilakukan latihan peregangan leher selama beberapa hari

ini

- Klien mengatakan akan control ke poli hari kamis tanggal

30 Mei 2013

O :

- Keadaan umum : tenang

- Kesadaran : compus mentis

- TTV :

- TD : 120/80 mmHg

- Nadi : 88x/menit

- RR : 18x/menit

- Suhu : afebris

- Drain sudah di aff

- Luka operasi sudah dirawat secara aseptik dan ditutup

verband

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 55: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

43

Universitas Indonesia

Hari/tanggal Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Keperawatan Evaluasi

sepanjang hidup. Menekankan bahwa

sumber hormon tiroid diangkat pada

tiroidektomi dan bahwa hormone tiroid

adalah esensial untuk hidup.

Mendengarkan pasien mengekspresikan

perasaannya tentang penggunaan obat-

obatan seumur hidup. Menginstruksikan

pasien untuk melaporkan gejala-gejala

hipotiroidisme.

- Beritahukan dokter bila ada keluhan-

keluhan kebas, kesemutan pada bibir, jari-

jari, kedutan pada otot, atau kadar kalsium

dibawah rentang normal. Periksa terhadap

tanda Chvostek‟s positif (kedutan wajah

terlihat tepat dibawah pelipis), dan tanda

Troussear‟s (spasme karpopedal dari

tangan)

- Pertahankan diet tinggi kalsium dan tinggi

protein

- Menuliskan untuk aktivitas perawatan diri,

obat-obat yang diresepkan, termasuk

nama, dosis, tujuan, jadwal, dan efek

samping obat. Serta mengevaluasi tingkat

pemahaman pasien.

- Tidak tampak tanda-tanda infeksi diluka operasi pasien

- Klien mendapat obat pulang : thyrax 2x1 hr, asam

mefenamat 3x/hr, dan ultracet 2x/hr.

- Suara klien masih serak

A :

- Resiko infeksi dan nyeri teratasi

P :

Tidak ada

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 56: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

44 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS KASUS

4.1 Analisis Kasus Terkait KKMP

Masalah urbanisasi merupakan salah satu masalah yang masih dihadapi didaerah

perkotaan. Daerah perkotaan yang dinilai menjanjikan untuk memperbaiki

keadaan ekonomi, membuat urbanisasi ini masih sering terjadi. Namun urbanisasi

sering kali tidak diiringi dengan kesiapan sumber daya manusia. Kurangnya

tingkat pendidikan, kemiskinan dan faktor gaya hidup dinilai mempengaruhi

masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Tingkat radiasi di area perkotaan yang

penuh dengan bangunan dan pabrik juga dapat mempengaruhi status kesehatan

pasien. Tingkat pendidikan yang rendah, ditambah dengan faktor gaya hidup yang

tidak sehat, kurang berolahraga serta akibat kebiasaan yang serba instan (makan,

minum) menyebabkan masyarakat berinvestasi terhadap beberapa penyakit,

diantaranya adalah hipertiroidisme.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit tipe A. Rumah sakit

ini mempunyai visi menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional, yang

senantiasa memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau. Misinya

antara lain, memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta

terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, menjadi tempat pendidikan dan

penelitian kesehatan, tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan

akuntabel.

Data dari RSCM menunjukkan dalam satu bulan kurang lebih terdapat 288 sampai

300 pasien kunjungan dengan penyakit tiroid, 16% pasien tiroid RSCM di

antaranya adalah lelaki, dan sisanya perempuan. Atau bisa juga dikatakan

perempuan memiliki risiko lima sampai delapan kali lebih besar dibandingkan

pria. (Namirazswara, 2010). Hal ini diperkuat Schimke (1992) yang menyatakan

bahwa hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingan laki-

laki dan insidennya akan menuncak pada dekade usia ketiga serta keempat.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 57: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

45

Universitas Indonesia

Penyebab lain hipertiroidisme yang sering dijumpai adalah tiroiditis dan

penggunaan hormon tiroid yang berlebihan. (Smeltzer et al, 2001).

Ruang perawatan bedah onkologi di lantai empat zona A RSUPN Cipto

Mangunkusumo mempunyai dua ruangan. Setiap ruangan berkapasitas enam

tempat tidur. Jenis penyakit onkologi yang sering ditangani disini, antara lain ca

atau tumor mammae, ca papiller, Struma Nodosa Non Toksik (SNNT), Struma

Multi Nodosa Toksik (SMNT), tumor parotis, ameloblastoma, dan lain-lain.

Disini penulis mendapat kesempatan untuk praktik dan belajar di ruang perawatan

bedah zona A lantai empat, Gedung A RSCM khususnya di ruang rawat bedah

onkologi.

Selama mahasiswa praktik profesi di ruang onkologi lantai 4 zona A , terdapat

sebelas pasien dengan penyakit tiroid baik itu SNNT, SNMT, ataupun Ca

Pappiler. Mereka akan menjalani operasi tiroidektomi, baik parsial, subtotal,

maupun total. Salah satu pasien yang akan menjalani operasi total tiroidektomi

tersebut dipilih dan dikelola mahasiswa untuk menerapkan evidence based

nursing, yaitu Ny.M (62 tahun) dengan diagnosis SMNT bilateral suspek ganas

T3N0M0.

4.2 Analisis Kasus Kelolaan

Mahasiswa merawat pasien perempuan Ny. M (62 tahun) dengan diagnosa SMNT

(Struma Multi Nodosa Toksik) dextra suspek ganas T3N0M0. Hal ini diperkuat

Schimke (1992) yang menyatakan bahwa hipertiroidisme menyerang wanita lima

kali lebih sering dibandingan laki-laki. Mahasiswa merawat pasien sejak mulai

pasien datang pada tanggal 20 Mei 2013 sampai pasien pulang pada tanggal 27

Mei 2013. Pasien sebelumnya telah memeriksakan penyakitnya di poli tumor

RSCM sebelum masuk ruang rawat untuk dilakukan operasi pembedahan. Pasien

datang dengan keluhan benjolan di leher depan sisi kanan sebesar kepalan tangan

pasien. Pasien mengatakan benjolan tersebut awalnya sebesar ibu jari tangan

pasien kemudian membesar sejak dua tahun sebelum masuk rumah sakit.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 58: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

46

Universitas Indonesia

Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari pembesaran kelenjar

tiroidnya. Pasien mengatakan tidak menyukai makanan yang asin, sehingga hanya

sedikit asupan garam yang masuk ke dalam tubuh. Pasien juga tidak begitu

mengetahui apakah garam yang digunakan untuk memasak selama ini

mengandung yodium atau tidak. Kurangnya konsumsi garam beryodium dapat

menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Hal ini disebabkan karena yodium yang

terkandung dalam garam merupakan bahan utama pembuatan hormon tiroid.

Hipotalamus menghasilkan thyrotropin-releasing hormone yang menyebabkan

kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). TSH ini

merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Namun, Pada

Ny.M, yodium yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon tiroid tidaklah

mencukupi, maka hormon tiroid yang dibutuhkan tubuh tidak dapat dihasilkan.

Jika jumlah hormon tiroid dalam darah tidak mencapai kadar yang dibutuhkan

maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih banyak,

sehingga memperberat kerja kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid,

dan dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

Ny.M memeriksakan benjolan dilehernya, ketika benjolan sudah sebesar kepalan

tangan pasien. Hal ini dikarenakan ketika benjolan masih kecil, benjolan tidak

terasa sakit dan tidak mengganggu. Ny.M memeriksakan benjolannya yang sudah

sebesar kepalan tangan pasien karena merasa telah menggangu dan membatasi

mobilisasi lehernya. Pasien juga terkadang mengeluhkan susah bernafas dan

menelan. Penanganan yang akan dilakukan oleh dokter adalah dengan

pembedahan dan pengangkatan kelenjar tiroid, dikarenakan benjolan yang sudah

membesar.

Pasien telah melakukan beberapa pemeriksaan penunjang ketika berobat di Poli

Tumor RSCM. Pemeriksaan yang telah dilakukan pasien antara lain, Thyroid

Scan ( 22/01/2013) yang menunjukan struma multi nodosa dengan cold nodule

multiple, thyrois uptake total dalam batas normal, Rontgen Thorax PA

(25/03/2013) yang menyimpulkan proses lama paru kanan, kardiomegali ringan,

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 59: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

47

Universitas Indonesia

massa region colli kanan dengan penyempitan trakea (struma), USG abdomen

(20/03/2013) menunjukkan kista simple ginjal kanan, tak tampak kelainan pada

organ abdomen atas lainnya yang tervisualisasi, dan USG Thyroid (20/03/2013)

yang menyimpulkan nodul padat multiple dengan degenerasi kistik dan septasi

pada kedua lobus thyroid lebih prominen dilobus kanan yang mendesak trakea ke

kiri.

Ny.M dioperasi sehari setelah masuk kedalam ruang perawatan. Ny. M dilakukan

operasi total tiroidektomi karena saat diinsisi tidak ditemukan jaringan tiroid yang

masih sehat. Setelah dioperasi, pasien kembali keruangan dengan luka operasi

yang memanjang horizontal dileher dan terpasang drain. Pasien merasa mual

muntah setelah operasi karena efek samping dari general anestesi (anestesi

umum).

Masalah keperawatan yang muncul disini adalah resiko nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh. Masalah ini muncul karena IMT pasien 18,22 masuk dalam

kategori kurus ringan. Menurut WHO, batas indeks massa tubuh perempuan

dewasa normal berkisar antara18,7-23,9. Disini intervensi yang dilakukan adalah

menjelaskan pentingnya asupan gizi bagi pasien yang sedang sakit, menganjurkan

kepada pasien untuk makan sedikit tetapi sering. Hal ini dilakukan untuk

menghindari mual dan muntah. Masalah keperawatanyang ada hubungannya

dengan nutrisi adalah resiko infeksi. Anjuran diet tinggi protein juga diberikan

untuk mencegah infeksi. Menurut Baradero (2009), pasien malnutrisi yang tidak

punya cadangan karbohidrat dan lemak, akan memakai cadangan protein dalam

tubuh untuk menghasilkan energi, mempertahankan fungsi metabolik, dan

memperbaiki sel. Oleh karena itu, kekurangan protein pada pasien post operasi,

dapat mengakibatkan penyembuhan luka yang lambat, dehisensi (luka terbuka),

dan infeksi.

Hari pertama pasca pembedahan, pasien terlihat kaku dan tidak menggerakkan

leher serta bahunya. Ny.M beralasan bahwa luka operasinya masih terasa nyeri

dan takut berakibat buruk pada luka operasi jika Ia menggerakkan lehernya. Nyeri

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 60: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

48

Universitas Indonesia

disini diakibatkan karena adanya kerusakan jaringan kulit akibat luka insisi. Nyeri

merupakan rangsangan yang sering dialami pasien dengan berbagai gangguan.

Rangsangan nyeri melibatkan mekanisme Gate Control of Pain. Teknik relaksasi

yang diajarkan pada pasien adalah teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi

dapat meningkatkan kontrol diri saat klien merasa tidak nyaman dengan nyeri dan

dapat dilakukan pada klien sehat maupun sakit (Potter & Perry, 2005).

Masalah keperawatan lain yang muncul disini adalah gangguan komunikasi

verbal. Masalah keperawatan ini muncul dikarenakan cedera pada pita suara

akibat proses pembedahan. Intervensi yang dilakukan adalah dengan

mempertahankan komunikasi yang sederhana. Hal ini dilakukan untuk membatasi

bicara dan menurunkan tegangan pita suara (Doenges, 1999). Metode komunikasi

alternatif lain yang diajarkan adalah dengan komunikasi menggunakan pertanyaan

sederhana. Menurut Doenges (1999), hal ini digunakan untuk mempertahankan

komunikasi yang efektif.

Masalah keperawatan lain yang terjadi pada Ny. M adalah hambatan mobilisasi

pada daerah leher pasien. Pengaruh immobilisasi terutama pada lansia berpenyakit

kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda (Potter & Perry,

2005). Jika Ny.M tidak menggerakkan lehernya selama masih terdapat luka

operasi dilehernya, maka hal ini dapat berpotensi mengalami kontraktur pada

leher dan dapat mengalami gejala ketidaknyamanan leher pasca tiroidektomi.

Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi masalah ini adalah dengan

mengedukasi latihan peregangan leher seperti yang telah dilakukan oleh Yuuki

Takamura di Jepang pada tahun 2002. Dalam hal ini, diperlukan intervensi

kolaborasi baik dari dokter maupun perawat untuk meyakinkan pasien pasca

tiroidektomi agar mau melakukan latihan perenggangan leher dan bahunya dalam

rangka mencegah kontraktur leher dan mengurangi gejala ketidaknyamanan pada

leher pasca tiroidektomi.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 61: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

49

Universitas Indonesia

4.3 Analisis Intervensi Based-Evidence Practice

Penelitian mengenai stretching leher pasca operasi tiroid pernah dilakukan oleh

Yuuki Takamura, M.D et all pada tahun 2002. Pasien yang diikutkan dalam

penelitian ini melibatkan 409 pasien laki-laki dan perempuan dari usia 19-91

tahun. Pasien yang diikutsertakan mempunyai beberapa diagnosa perioperatif

seperti tumor tiroid ganas maupun jinak, dan penyakit graves. Mereka juga telah

dilakukan operasi total atau subtotal tiroidektomi. Yuuki Takamura membagi

mereka menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok

peregangan.

Disini kelompok peregangan diberikan contoh latihan yang dapat dilakukan dalam

leaflet pada gambar 4.1. Latihan peregangan dilakukan pada setidaknya tiga kali

sehari mulai pagi setelah operasi. Pasien diberitahu terlebih dahulu bahwa luka

pembedahan tidak akan membuka atau berdarah sebagai akibat dari latihan

peregangan, dengan demikian latihan dimulai yang pada awalnya dipandu oleh

seorang dokter. Hal ini penting untuk mendorong pasien agar mau menggerakkan

leher dan bahu mereka secara perlahan dan seluruhnya. Selanjutnya pasien dapat

melakukan latihan dengan sendiri selama proses perawatan. Setelah mereka keluar

dari rumah sakit, latihan juga masih harus dilakukan. Kepatuhan latihan

peregangan diperiksa oleh perawat atau dokter selama konsultasi sehari-hari

mereka.

Gambar 4.1 Latihan peregangan leher

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 62: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

50

Universitas Indonesia

Yuuki Takamura et all selanjutnya membagikan kuesioner untuk menilai

keefektifan dari latihan peregangan leher ini pasca tiroidektomi. Hasilnya

menunjukkan bahwa pasca operasi gejala leher seperti rasa sakit di lokasi

pembedahan, sakit kepala, kekakuan leher, sakit kepala belakang, kekakuan bahu

dan leher, ketidaknyamanan atau nyeri pada leher, kesulitan menggerakkan leher

dan bahu, agak kurang parah dalam kelompok peregangan daripada kelompok

kontrol. Latihan peregangan efektif mengurangi gejala ketidaknyamanan pasca

operasi pada pasien dengan prognosis jinak maupun penyakit ganas. Pada

awalnya, Yuuki Takamura et all merencanakan studi ini dengan harapan

keberhasilan jangka pendek dari latihan peregangan untuk mengurangi gejala

leher pasca operasi, tapi mengejutkan bahwa keefektifan latihan berlangsung

lebih lama dari satu tahun.

Berdasarkan pengamatan klinis penulis selama praktik, pasien yang tidak bergerak

leher atau bahu setelah operasi cenderung melaporkan lebih

gejala ketidaknyamanan leher yang lebih parah. Mereka terlihat kaku dan tidak

mau menggerakkan leher dan bahunya setelah operasi dengan alasan takut luka

operasinya terbuka atau bertambah parah. Padahal menurut Perry dan Potter

(1994), pengaruh immobilisasi terutama pada lansia berpenyakit kronik lebih

cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.

Pada pasien kelolaan yaitu Ny. M (62 tahun), terlihat tidak mau menggerakkan

leher dan bahunya pada sehari setelah operasi. Pasien mengatakan bahwa luka

masih terasa nyeri bila digerakkan dan takut jika menggerakkan leher dan

bahunya akan berdampak pada terbukanya luka operasi di lehernya. Intervensi

kolaborasi yang telah dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada luka operasi

klien adalah dengan memberikan analgetik, ketorolac 2x30 mg. Sedangkan

intervensi mandiri yang telah dilakukan pada pasien untuk mengurangi rasa nyeri

adalah teknik relaksasi nafas dalam. Hal ini dilakukan agar nyeri yang dirasakan

pasien dapat hilang ataupun berkurang.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 63: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

51

Universitas Indonesia

Setelah nyeri telah teratasi, pada hari kedua pasca operasi tiroid, pasien diajarkan

latihan peregangan leher sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuuki

Takamura et all pada gambar 4.1. Perawat meyakinkan bahwa latihan ini tidak

berpengaruh pada luka operasi bila dilakukan secara perlahan dan menjelaskan

manfaat dan tujuan dilakukannya latihan peregangan leher ini. Pasien mulai

melakukan latihan peregangan leher pada hari kedua pasca operasi selama 3 kali

sehari. Ny M melakukan latihan peregangan leher 3x sehari selama melakukan

proses perawatan di Rumah Sakit.

Penilaian keefektifan latihan peregangan juga dinilai berdasarkan kuesioner yang

telah dibuat oleh Yuuki Takamura (2005). Penilaian ini dilakukan pada saat

sebelum pasien akan pulang. Penulis menanyakan beberapa pertanyaan, antara

lain :

1. Apakah pasien merasakan nyeri di daerah operasi

2. Apakah pasien merasakan sakit kepala

3. Apakah pasien merasakan ada yang mengganjal di daerah leher

4. Apakah pasien merasakan nyeri kepala belakang

5. Apakah pasien merasakan kekakuan pada leher dan bahu

6. Apakah pasien merasakan ketidaknyamanan atau nyeri pada leher

7. Apakah pasien merasakan kesulitan dalam menggerakan leher atau

bahu

Ny.M mengatakan bahwa nyeri leher yang dirasakannya berkurang dan jarang

dirasakan. Ny.M juga tidak merasakan sakit kepala, nyeri kepala belakang.

Sementara, rasa ada yang mengganjal didaerah leher, rasa kaku pada leher dan

bahu, ketidaknyamanan pada leher dan kesulitam dalam menggerakkan leher atau

bahu masih dirasakan, namun tidak sesering pada sebelum dilakukan latihan

peregangan leher. Selama dilakukan latihan peregangan leher pada Ny.M tidak

terjadi perdarahan pada luka operasi maupun terbukanya luka operasi. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuuki Takamura (2005), yang

mengatakan bahwa latihan peregangan leher ini tidak berpengaruh besar pada luka

operasi, justru dapat megurangi gejala ketidaknyamanan pada leher pasca

tiroidektomi.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 64: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

52

Universitas Indonesia

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

Dalam praktiknya, pasca pembedahan tiroidektomi, pasien Ny.M terlihat tidak

pernah menggerakkan leher dan kepalanya dengan alasan takut luka operasi

terlepas. Hal ini tentu saja berpotensi terjadinya kontraktur pada leher dan

ketidaknyamanan pada leher nantinya. Perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan dan edukator bagi pasien mempunyai peran yang besar untuk

memastikan bahwa stretching leher telah dilakukan dengan baik oleh pasien. Hal

ini dikarenakan stretching leher dapat meminimalkan gejala ketidaknyamanan

pada leher dan meningkatkan kualitas hidup pasien pasca dilakukan tiroidektomi.

Hambatan yang ditemukan oleh penulis selama menegakkan masalah telah

dipaparkan pada analisa di atas. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan

hambatan mobilitas fisik terutama pada daerah leher pasca tyroidektomi

diperlukan contoh gerakan yang memungkinkan untuk dilakukan namun tidak

tersedia di ruangan. Oleh karena itu, penulis mencari solusi yaitu dengan mencari

contoh gerakan yang dapat dilakukan oleh pasien pasca tyroidektomi dari jurnal

kesehatan yang ada. Gerakan latihan peregangan leher dibuat berupa tulisan dan

gambar dalam bentuk leaflet lalu diberikan ke pasien agar dapat dilatih setiap

harinya. Selanjutnya hasil implementasi yang telah dilakukan, kemudian

diberitahukan kepada perawat primer dan didokumentasikan dalam catatan

perkembangan keperawatan pasien diruangan.

Perawat menjelaskan pentingnya stretching leher pada pasien dan keluarga untuk

membantu mencegah kontraktur pada leher atau gejala ketidaknyamanan pada

leher pasca operasi tiroidektomi. Perawat dapat menjelaskan bahwa latihan ini

pernah dilakukan di Jepang pada pasien yang telah menjalani operasi tiroid. Hal

ini dikarenakan kebanyakan pasien takut untuk menggerakkan leher dan bahu

mereka setelah operasi pada leher, dan kekakuan dianggap salah satu penyebab

dari gejala ketidaknyamanan leher pasca operasi. Perawat juga penting untuk

memberitahu pasien bahwa luka bedah tidak terpengaruh oleh stretching leher

sehingga mereka yakin. Hal ini dapat juga dilakukan dengan kolaborasi dengan

dokter bedah untuk mengurangi rasa kecemasan pasien terhadap gerakan

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 65: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

53

Universitas Indonesia

peregangan leher yang dilakukan. Perawat juga dapat mengajarkan dan

menginstruksikan stretching leher ini pada hari sebelum operasi untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik. Stretching leher disamping untuk mencegah

kontraktur leher dan mengurangi gejala ketidaknyamanan leher, juga untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien pasca tiroidektomi.

Dalam hal discharge planning, tidak hanya dokter yang memberikan edukasi

pulang. Peran perawat juga sangat diperlukan dalam pemberian resep keperawatan

pada pasien yang akan pulang. Hal ini dikarenakan pada pasien pasca

pengangkatan kelenjar tiroid, bisa saja terjadi komplikasi salah satunya adalah

hipotiroid. Hipotiroid terjadi karena kelenjar tiroid yang seharusnya memproduksi

hormon tiroid telah diangkat sehingga fungsi normalnya terganggu. Pemberian

obat pengganti hormon tiroid seumur hidup merupakan salah satu konsekuensi

yang harus dilakukan. Solusi yang dapat dilakukan perawat dalam hal discharge

planning adalah dengan pemberian resep keperawatan. Perawat dapat memberi

informasi tentang obat pengganti hormon tiroid yang diresepkan. Mengingatkan

pasien bahwa obat akan digunakan untuk sepanjang hidup. Menekankan bahwa

sumber hormon tiroid diangkat pada tiroidektomi dan bahwa hormon tiroid adalah

esensial untuk hidup. Pemberian edukasi ini dilakukan dengan pemberian catatan

kepada pasien agar pasien lebih mudah dalam mengingatnya.

Resep keperawatan yang diberikan juga mencakup mengenai terapi keperawatan

yang telah diajarkan seperti latihan peregangan leher dan latihan relaksasi nafas

dalam. Terapi keperawatan ini diberikan dalam bentuk leaflet agar mempermudah

pasien dalam memahaminya. Perawat juga menginstruksikan pasien yang akan

pulang untuk melihat luka jahitannya dan menghubungi dokter bila ada tanda-

tanda infeksi luka seperti, peningkatan nyeri tekan, kemerahan, drainase, dan

demam. Pasien diberitahu apabila ada keluhan-keluhan kebas, kesemutan pada

bibir, jari-jari, kedutan pada otot, atau kadar kalsium dibawah rentang normal,

tanda Chvostek‟s positif (kedutan wajah terlihat tepat dibawah pelipis), dan tanda

Troussear‟s (spasme karpopedal dari tangan) untuk segera menghubungi dokter.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 66: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

44 Universitas Indonesia

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan selama memberikan asuhan keperawatan pada

pasien hipertiroid pasca tiroidektomi adalah :

1. Hipertiroid merupakan penyakit hormon yang menempati urutan kedua

terbesar di Indonesia setelah diabetes yang juga merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat perkotaan.

2. Selama periode praktik profesi mahasiswa di ruang bedah onkologi

gedung A lantai 4 zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo, ditemukan

sebelas pasien dengan penyakit tiroid baik itu SNNT (Struma Nodusa Non

Toksik), SNMT (Struma Multi Nodosa Toksik), ataupun Ca Pappiler yang

akan menjalani operasi tiroidektomi, baik parsial, subtotal, maupun total.

3. Diperlukan kolaborasi dokter maupun perawat untuk menjelaskan

pentingnya stretching leher pada pasien dan keluarga untuk membantu

mencegah kontraktur pada leher atau gejala ketidaknyamanan pada leher

pasca operasi tiroidektomi.

4. Latihan perenggangan leher (Stretching exercise) efektif untuk

mengurangi gejala ketidaknyamanan leher pasca operasi tiroidektomi.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penulisan ini yaitu :

1. Saran untuk bidang keilmuan agar dapat memperkaya teori mengenai asuhan

keperawatan pada klien dengan hipertiroidisme pasca tiroidektomi (terutama

latihan peregangan leher) sehingga dapat dijadikan referensi bagi penelitian

tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan hambatan

mobilisasi pada leher.

2. Saran untuk pelayanan di rumah sakit agar dapat mempertahankan asuhan

keperawatan yang diberikan mencakup asuhan keperawatan yang multi-

disipliner (melibatkan bebrbagai disiplin ilmu kesehatan), kolaborasi dengan

disiplin ilmu kesehatan lain serta melibatkan keluarga dalam merawat pasien

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 67: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

55

Universitas Indonesia

hipertiroid pasca tiroidektomi. Peran perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan dan edukator bagi pasien untuk memastikan bahwa stretching

leher telah dilakukan dengan baik oleh pasien.

3. Saran untuk penelitian berikutnya terkait pemberian asuhan keperawatan

pada klien dengan masalah mobilisasi leher pasca tiroidektomi ialah

diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan berikutnya dapat lebih

mengkaji lagi tentang rentang waktu yang diharapkan bagi pasien dalam

melakukan peregangan leher pasca tiroidektomi.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 68: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

56 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Baradero. (2009). Keperawatan perioperatif : prinsip dan praktik keperawatan

perioperatif. Jakarta : EGC

Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3. Jakarta :

EGC

De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 1998., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi., EGC.,

Jakarta

Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya.,

Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam.,FKUI., Jakarta

Doenges E. Marylnn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ketiga.

Jakarta : EGC

Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3,

Penerbit : Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Ganong. F. William.(1999). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, alih bahasa: dr. M.

Djauhari. W, et al. Editor: dr. M .Djauhari.W, Ed 17, Jakarta : Penerbit

EGC.

Gardjito, Widjoseno et al). 1997. Sistem Endokrin, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.

Penerbit EGC. Jakarta

George, H.P., & Rowe, M. (1998). Konsep untuk operasi tiroid. Amerika Journal

of Otolaryngology, 19 (6), 387-393.

Guyton A. C, Hall J.E (1996) .Textbook Of Medical Physiology, Ed 9.

Philadelphia, Pennslyvania : W.B.Saunders Company.

Henderson M. A, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Essentia Medica,

Yogyakarta.

Lawrence M. T. Jr, Stephen J. McP, Maxine A. P. (2001). Current Medical

Diagnosis And Treatment, McGraw-Hill Companies Inc. 2001.

McEwen,M & Nies,M.A. (2007). Community/public health nursing: promoting

the health of populations. Fourth edition. USA: Saunders Elsevier.

Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga,

Balai Penerbit FKUI Jakarta.

Namiraszwara. (2010). www.askep-hiperthyroidism.com, november 2011 14.06

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 69: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

57

Universitas Indonesia

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Penatalaksanaan

Penyakit-penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta : Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, Process,

and Practie. Sixth edition Vol.2. St.Louis: Mosby Year Book.

Smeltzer. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.

Jakarta : EGC.

Takamura, Yuuki, et al. (2005). Stretching Exercise to Reduce Symptoms of

Postoperative Neck Discomfort after Thyroid Surgery: Prospective

Randomized Study. World Journal of Surgery. 29, 775-779.

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013

Page 70: Karya Ilmiah Akhir - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20351595-PR-Dini Sulistyanti.pdf · yang terdiri atas dua lobus yang dihubungkan dengan suatu isthmus yang terletak

Lampiran 1

Universitas Indonesia

Analisis praktik..., Dini Sulistyanti, FIK UI, 2013