bab ii tinjauan pustaka · nama daerah berbeda-beda, ... lobus yang satu dengan lobus yang lain...

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina KDS ) Heyne (1987) mendeskripsikan purwoceng sebagai tanaman terna dengan tinggi antara 15 cm sampai 50 cm yang tumbuh pada dataran tinggi sekitar 2000- 3000 dpl di Jawa Barat, Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Tanaman ini memiliki nama daerah berbeda-beda, antara lain antanan gunung, gebangan depok, rumput dempo atau suripandak abang. Purwoceng banyak dicari orang karena memiliki khasiat obat yang bersifat diuretik terutama digunakan sebagai afrodisiak. Gambar 1 Pimpinella alpina KDS (Prajoko 2010) Tjitrosoepomo (1994) mendiskripsikan purwoceng sebagai tumbuhan yang temasuk terna dari suku Umbelliferae yang berumur pendek atau panjang. Batang berongga dan beralur atau bergerigi membujur pada permukaannya. Daunnya tersebar, berseling atau berhadapan, majemuk ganda atau banyak berbagi, tanpa daun penumpu tetapi memiliki pelepah yang pipih besar (perikladium) dan tidak membungkus batang. Bunganya majemuk dan tersusun seperti payung atau suatu kapitulum, berukuran kecil, berumah satu, aktinomorfik atau sedikit zigomorfik, dan berbilangan lima. Kelopaknya sangat kecil, mahkotanya berjumlah lima dengan ujung yang melengkung ke dalam, berwarna kuning atau keputih-putihan, jarang berwarna

Upload: dinhhanh

Post on 10-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina KDS )

Heyne (1987) mendeskripsikan purwoceng sebagai tanaman terna dengan

tinggi antara 15 cm sampai 50 cm yang tumbuh pada dataran tinggi sekitar 2000-

3000 dpl di Jawa Barat, Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Tanaman ini memiliki

nama daerah berbeda-beda, antara lain antanan gunung, gebangan depok, rumput

dempo atau suripandak abang. Purwoceng banyak dicari orang karena memiliki

khasiat obat yang bersifat diuretik terutama digunakan sebagai afrodisiak.

Gambar 1 Pimpinella alpina KDS (Prajoko 2010)

Tjitrosoepomo (1994) mendiskripsikan purwoceng sebagai tumbuhan yang

temasuk terna dari suku Umbelliferae yang berumur pendek atau panjang. Batang

berongga dan beralur atau bergerigi membujur pada permukaannya. Daunnya

tersebar, berseling atau berhadapan, majemuk ganda atau banyak berbagi, tanpa daun

penumpu tetapi memiliki pelepah yang pipih besar (perikladium) dan tidak

membungkus batang. Bunganya majemuk dan tersusun seperti payung atau suatu

kapitulum, berukuran kecil, berumah satu, aktinomorfik atau sedikit zigomorfik, dan

berbilangan lima. Kelopaknya sangat kecil, mahkotanya berjumlah lima dengan ujung

yang melengkung ke dalam, berwarna kuning atau keputih-putihan, jarang berwarna

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

5

merah muda atau lembayung. Benang sari berjumlah lima yang berseling dengan

mahkota. Bakal buah tenggelam, tertutup oleh bantal tangkai putik yang berbagi dua,

beruang dua, dan dalam tiap ruang terdapat satu tangkai biji yang bergantungan.

Tangkai putik berjumlah 2 dan letaknya terpisah. Buahnya berbelah dua (diakenium),

tiap bagian buah tetap berlekatan pada suatu karpofor. Dalam kulit buah terdapat

saluran-saluran minyak atsiri. Endosperm biji mempunyai tanduk. Sifat-sifat

anatomis yang penting antara lain adanya saluran-saluran resin skizolisigen dalam

gelam akar, batang, dan kulit buahnya, adanya kolenkim dalam korteks primer batang

dan dalam rigi-rigi buah, adanya perforasi sederhana dalam trakea, adanya rambut-

rambut lain yang bukan merupakan kelenjar.

Akar purwoceng mengandung turunan senyawa kumarin, sterol, alkaloid, dan

saponin (Caropeboka dan Lubis 1975, Rostiana et al. 2003), flavonoid, glikosida,

triterpenoid-steroid dan tannin (Rostiana et al. 2003), kelompok furanokuramin

seperti bergapten, isobargapten, dan sphondin (Sidik et al. 1985), sitosterol dan

vitamin E (Rahardjo et al. 2005). Senyawa yang diketahui memberi efek afrodisiaka

diantaranya adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa lain yang

dapat melancarkan peredaran darah (Anwar 2001). Dalam penelitiannya (Rahardjo et

al. 2005) menyatakan bahwa zat berkhasiat pada herbal purwoceng adalah senyawa

sitoesterol dan stigmasterol yang terdapat pada bagian akarnya.

Hasil uji fitokimia yang dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman

Obat dan Aromatik, menunjukkan bahwa zat yang terkandung di dalam akar

purwoceng adalah flavonoid, tanin, steroid, triterfenoid, glikosida, dan alkaloid.

Flavanoid, alkaloid, steroid yang terdapat dalam purwoceng merupakan golongan

fitoestrogen yang mampu berfungsi seperti estrogen karena diduga dapat menduduki

reseptor estrogen dalam tubuh yang akan meningkatkan efek estrogen. Tetapi afinitas

fitoestrogen terhadap reseptor estrogen sangat rendah bila dibandingkan dengan

estrogen endogen. Mekanisme kerja fitoestrogen dalam jaringan adalah berikatan

dengan reseptor estrogen. Menurut Tsourounis (2004) beberapa senyawa flavonoid

merupakan antioksidan. Flavonoid merupakan golongan senyawa polifenol yang

terdiri atas 15 atom karbon sebagai kerangka dasarnya. Susunan rantai karbon dari

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

6

senyawa polifenol menghasilkan tiga jenis struktur yaitu flavonoid, isoflavonoid, dan

neoflavonoid. Purwoceng memiliki dua bahan aktif yang berfungsi sebagai prekursor

estrogen di dalam tubuh yaitu flavonoid dan steroid. Jika dibandingkan keduanya,

flavonoid berpengaruh lebih besar dibandingkan dibandingkan steroid, karena pada

hasil pengujiannya flavonoid menunjukkan positif kuat, sedangkan steroid positif

lemah (Balitro 2011).

Biologi Tikus Putih

Gambar 2 Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley (Tocang 2010)

Menurut Malole dan Pramono (1989), hewan percobaan adalah hewan yang

sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna

mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala

penelitian atau pengamatan laboratorik. Tikus putih sudah sejak lama digunakan

sebagai hewan laboratorium untuk penelitian-penelitian yang berhubungan dengan

kepentingan medis, embriologi, maupun tentang tingkah laku. Hal ini didasarkan

pada pertimbangan faktor ekonomis dan efisiensi. Tikus mempunyai bentuk

morfologis yang kecil sehingga ruangan pemeliharaan yang dibutuhkan relatif kecil,

mudah dalam penanganan, murah, mudah didapat dan cocok untuk penelitian jangka

panjang (Harkness dan Wagner 1989).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

7

Harkness dan Wagner (1989) menuliskan taksonomi tikus norwegia sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Subclass : Theria

Infraclass : Eutheria

Order : Rodensia

Suborder : Myomorpha

Family : Muridae

Superfamily : Muroidea

Subfamily : Murinae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Terdapat tiga galur tikus putih yang sudah dikembangkan sebagai hewan

percobaan yaitu Sprague Dawley, Wistar dan Long Evans. Sprague Dawley lebih

mudah dan cepat berkembangbiak, merupakan jenis tikus albino yang memiliki

kepala yang kecil dengan ekor yang lebih panjang dari badannya. Wistar mempunyai

kepala yang lebar, telinga yang panjang dan ekor yang lebih pendek dari panjang

badan sedangkan Long Evans lebih kecil dari kedua galur lainnya, mempunyai bercak

hitam pada bagian atas kepala dan di belakang leher (Veterinary Library 1996).

Tikus dapat hidup lebih dari tiga tahun, mencapai umur antara 2,5-3,5 tahun.

Bobot badan jantan dan betina dewasa berkisar masing-masing 450 g-520 g dan 250

g-300 g. Masa pubertas dapat dicapai pada umur 65-110 hari, baik pada jantan

maupun pada betina. Pada umur tersebut bobot badan tikus mencapai 250 g untuk

betina dan 300 g untuk jantan dan sudah dapat dikawinkan (Malole dan Pramono

1989). Tikus termasuk hewan poliestrus yaitu hewan yang berahinya lebih dari dua

kali dalam setahun. Siklus berahi berlangsung empat sampai lima hari dengan lama

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

8

estrus 12 jam setiap siklus. Periode siklus berahi pada tikus terdiri atas beberapa

tahap yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus (Harkness dan Wagner 1989).

Kebuntingan terjadi selama 21-23 hari dengan jumlah anak perkelahiran 6-12

ekor (Harkness dan Wagner 1989). Pada tikus jarang terjadi bunting semu

(Veterinary Library 1996). Sejak umur kebuntingan 14 hari sudah terlihat adanya

perubahan bentuk kelenjar susu (Malole dan Pramono 1989). Bobot lahir anak tikus

berkisar 5 g-6 g. Anak tikus disapih pada umur 21 hari dengan bobot badan sudah

mencapai 25 g-30 g (Smith dan Mangkoewidjojo 1987).

Perkembangan Kelenjar Susu dan Pembentukan Susu

Kelenjar Susu dan Laktasi

Pertumbuhan dan daya tahan anak selama prasapih dipengaruhi oleh jumlah

anak, bobot lahir anak dan tingkat produksi susu induk selama laktasi (Tuju 2001).

Produksi susu induk selama laktasi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sel epitel

kelenjar susu selama periode kebuntingan, awal laktasi (Tucker 1987), laju

penyediaan zat-zat makanan ke kelenjar serta kelengkapan perangkat sintesisnya

selama laktasi, dan laju involusi sel-sel kelenjar (Wilde dan Knight 1989).

Pertumbuhan dan Perkembangan Kelenjar Susu

Kelenjar susu dianggap homolog dengan kelenjar keringat karena keduanya

berasal dari kulit yang tumbuh kedalam. Setiap kelenjar terdiri atas beberapa lobus.

Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang

disebut stroma. Tiap lobus terdiri atas saluran-saluran yang dikenal dengan duktus

laktiferus. Percabangan duktus ini dipengaruhi hormon mamogenik yaitu progesteron,

estradiol, laktogen plasenta, dan relaksin. Percabangan duktus laktiferus membentuk

ranting-ranting terminal yang disebut lobulo-alveolar. Lapisan lobulo-alveolar

menyusun permukaan sekretori (epitel) tempat proses sintesis susu terjadi (Turner

dan Bagnara 1995). Knight dan Peacker (1982) mengemukakan bahwa selama

kehidupan hewan, kelenjar susu tersebut kemungkinan mengalami perubahan lebih

banyak dan lebih besar dalam ukuran, struktur, komposisi dan aktivitas dibandingkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

9

jaringan atau organ lainnya. Perubahan tersebut dimulai sejak stadium fetus sampai

kelenjar mencapai pematangan dan kemudian pada periode dewasa hanya sedikit

mengalami pengerasan dan surut kembali mengikuti daur reproduksi.

Pertumbuhan kelenjar susu merupakan proses yang sangat kompleks karena

dipengaruhi oleh faktor instrinsik (kontrol lokal) pada kelenjar itu sendiri maupun

pada keseluruhan hewan (kontrol sistemik) sebagai pengaruh eksternal seperti

lingkungan, iklim dan makanan (Knight dan Peacker 1982). Hurley (2000)

mengemukakan bahwa pertumbuhan kelenjar susu terjadi selama lima fase yang

berbeda yaitu: prenatal, sebelum pubertas, selama pubertas, selama kebuntingan dan

awal laktasi.

Pada waktu lahir, kelenjar susu terdiri atas sistem duktus yang masih kurang

berkembang dibandingkan dengan bagian stroma. Namun ketika memasuki masa

pubertas, terjadi pemanjangan duktus ke dalam stroma. Pada siklus estrus pertama,

sistem duktus tumbuh dengan cepat melebihi laju pertumbuhan tubuh umumnya yang

dikenal dengan pertumbuhan allometrik. Pada tikus pertumbuhan allometrik

diteruskan untuk beberapa siklus estrus dan kembali lagi ke pertumbuhan isometrik

sama seperti organ-organ tubuh lainnya. Alveoli yang sesungguhnya pada kelenjar

susu masih belum terbentuk sampai konsepsi. Pada saat konsepsi, terjadi

pemanjangan duktus pada pembentukan alveoli serta permulaan perletakan bantalan

lemak (Tucker 1987). Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu sangat

dipengaruhi oleh hormon mamogenik yaitu progesteron, estradiol, dan laktogen

plasenta. Progesteron berfungsi mengatur perkembangan lobolo-alveolar kelenjar

susu, estradiol berfungsi mengatur perkembangan pertumbuhan duktus kelenjar susu,

dan hormon laktogen plasenta dapat menguatkan efek dari hormon steroid yang

dihasilkan oleh ovarium dan hormon pituitari pada perkembangan kelenjar laktasi

selama kebuntingan (Fahey 1998).

Total pertumbuhan kelenjar susu selama kebuntingan berkisar antara 48%

sampai 94%, bergantung pada masing-masing spesies. Pada tikus, kira-kira 12%

pertumbuhan kelenjar susu terjadi sebelum konsepsi, 48% terjadi selama kebuntingan

sedangkan sisanya terjadi selama laktasi (Tucker 1987).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

10

Proses Pembentukan Susu

Alveolus terdiri dari selapis sel epitel membentuk suatu lumen. Lumen

tersebut dibungkus oleh jaringan mioepitel dan dikelilingi oleh suatu basement

membrane yang terdiri atas jaringan ikat. Darah akan mengalir melalui stroma yakni

ruang inter-alveolar yang terdiri atas jaringan fibroblast, leukosit, sel adiposa, dan

jaringan ikat lain. Lobuli dibentuk dari beberapa alveolus. Beberapa lobuli akan

membentuk beberapa lobus (Hurley 2000).

Di lumen alveolus akan dibentuk susu yang diambil dari bahan-bahan asal

dari darah. Alveolus tempat pembentukan susu akan mengambil cairan dan

komponen darah dengan kemampuan daya selektif yakni keistimewaan memilih

bahan-bahan yang diperlukan serta mengubah bahan-bahan asal darah menjadi bahan

yang lain bentuknya. Susu akan keluar dari lumen epitel dengan cara terjadi ruptur

sel. Susu masuk ke lumen alveoli kemudian masuk ke dalam saluran-saluran halus.

Saluran halus dari tiap-tiap lobuli berkumpul untuk membentuk saluran yang lebih

besar dan akhirnya masuk ke dalam sisterna ambing. Sisterna ambing adalah suatu

ruangan yang berada di bawah kuartir. Selanjutnya susu dialirkan ke ruang puting

susu/kisterna puting. Ruangan akhir penampungan susu dihubungkan oleh sebuah

saluran menuju lubang puting susu. Lubang puting susu memiliki otot-otot sirkuler

yang berfungsi untuk membuka dan menutup lubang puting. Adanya rangsangan

saraf dan tekanan dalam ambing mengakibatkan otot sirkuler mengendur dan susu

dapat keluar (Hurley 2000).

Komponen-komponen susu terdiri dari protein, lemak, laktosa, mineral,

vitamin, dan air. Prekursor protein susu adalah casein, β-laktoglobulin, dan α-

laktalbumin yang disintesis jaringan ambing. Serum albumin, immunoglobulin, dan

γ-casein diserap melalui darah. Lemak disintesis di jaringan ambing. Makanan

dengan kadar lemak yang rendah dapat menurunkan konsentrasi lemak dalam susu.

Laktosa merupakan karbohidrat terpenting yang ditemukan dalam susu. Laktosa

adalah disakarida yang terdiri atas 1 mol galaktosa dan 1 mol glukosa dan hanya

ditemukan didalam susu. Laktosa disintesis di jaringan ambing diambil dari bahan

asal glukosa darah, asam asetat dan asam amino darah. Vitamin dan mineral disintesis

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

11

melaui darah dan disekresikan ke susu. Mineral yang terpenting di dalam susu adalah

kalsium (Hurley 2000).

Proses Pengeluaran Susu

Pada induk betina yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing

berperan sebagai pengeluaran susu yaitu refleks prolaktin dan refleks “Let down”

(Cowie 1980).

1. Refleks prolaktin.

Menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memegang

peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena

aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya

memang tinggi. Pada saat setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang

berfungsinya korpus luteum, maka progesteron sangat berkurang, ditambah

lagi dengan adanya isapan anak yang merangsang puting susu dan payudara,

akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang befungsi sebagai reseptor

mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis

dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor

yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran

faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu

sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga

keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

membuat susu. Kadar prolaktin pada induk betina yang menyusui akan

menjadi normal saat penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada

peningkatan prolaktin walaupun ada isapan anak, namun pengeluaran susu

tetap berlangsung. Pada induk betina yang menyusui, prolaktin akan

meningkat dalam keadaan-keadaan seperti: penurunan stres, anastesi, operasi,

rangsangan puting susu, kopulasi, obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti

reserpin; klorpromazin; fenotiazid. Sedangkan keadaan-keadaan yang

menghambat pengeluaran prolaktin adalah gizi yang jelek dan obat-obatan

seperti ergot dan 1-dopa (Cowie 1980).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

12

2. Refleks let down (milk ejection reflex).

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,

rangsangan yang berasal dari isapan anak ada yang dilanjutkan ke

neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.

Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ

tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel

mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat

dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir

melalui duktus laktiferus masuk ke mulut anak. Faktor-faktor yang

meningkatkan refleks let down adalah: melihat anak, mendengarkan suara

anak dan mencium bayi. Faktor-faktor yang menghambat refleks let down

adalah stres seperti keadaan bingung/pikiran kacau, takut, dan cemas. Bila ada

stres dari induk betina yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari

refleks let down. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin

(epinefrin) yang menyebabkan vasokontraksi dari pembuluh darah alveoli,

sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk dapat mencapai target organ

mioepitelium (Cowie 1980).

Hormon Steroid

Hormon steroid merupakan turunan dari kolesterol. Selain vitamin D, semua

turunan kolesterol memiliki struktur dasar yang sama yaitu cincin

siklopentanoperhidrofenantrena dengan sistem penomoran yang sama dengan

kolesterol. Penurunan kolesterol (C27) menjadi berbagai jenis hormon steroid diawali

dengan reaksi yang menghasilkan suatu senyawa isokaproaldehida (C6) dan

pregnenolon (C21). Berdasarkan jumlah atom karbonnya hormon steroid

dikelompokkan menjadi tiga yaitu pregnan (C21), androstan (C19), dan estran (C18)

(King 2004).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

13

Androstan Pregnan Estran

Gambar 3 Kelompok hormon steroid berdasarkan atom karbonnya (Guyton 1994)

Devlin (1993) diacu dalam Ibrahim (2001), menyatakan bahwa hormon

steroid di bagi ke dalam dua kelas yaitu hormon adrenal dan hormon seksual

(testosteron, estrogen, dan progesteron). Sedangkan King (2004) membagi steroid

menurut asalnya yaitu hormon steroid adrenal dan steroid gonadal. Korteks adrenal

bertanggung jawab dalam memproduksi tiga kelas utama hormon-hormon steroid

yaitu : 1) glukokortikoid, yang meregulasi metabolisme karbohidrat, 2)

mineralokortikoid, yang meregulasi kadar Na dan K dalam tubuh, 3) androgen, yang

memiliki fungsi serupa dengan steroid yang dihasilkan dari gonad jantan.

Ketidaktersediaan hormon-hormon adrenal disebut penyakit Addison, dan bila tidak

diberikan hormon steroid pengganti akan menyebabkan kematian. Hormon steroid

adrenal adalah deoksikortisol, kortisol (glukokortikoid), aldosteron

(mineralokortikoid), androstenedion, dan dehidroepiandrosteron (DHEA). Steroid

gonadal diproduksi oleh testis dan ovari, dua steroid yang utama adalah testosteron

dan estradiol.

Androgen ialah senyawa steroid produk dari testis, ovarium, korteks adrenal,

dan kemungkinan juga dari plasenta. Terdapat lima senyawa androgen yang penting

yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA); ∆4-androstene-3, 17-dion; testosteron; 11β-

hidroksi-∆4-androsten-3, 17-dion; dan adrenosteron. Androgen yang paling aktif

adalah androsteron dan testosteron, masing-masing memberikan aktivitas biologis

sebesar satu unit internasional pada jumlah μg (androsteron) dan 13-16 μg testosteron

(King 2004).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

14

Testosteron disekresikan mulai dari proses perubahan asetat menjadi

kolesterol kemudian kemudian berubah menjadi pregnenolon dan berubah lagi

menjadi progesteron. Dari pregnenolon menjadi progesteron melalui beberapa

perubahan hingga menjadi testosteron. Testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig

akan menuju sel Sertoli melalui sirkulasi darah dan berperan dalam proses

pematangan sperma. Di dalam sirkulasi darah testosteron ditransportasi oleh adanya

steroid binding globulin (β-globulin) yang disekresikan oleh sel sertoli akibat adanya

rangsangan dari FSH. Sekitar 98% dari testosteron yang bersirkulasi dalam darah

berada dalam keadaan terikat dan sisanya merupakan testosteron yang bebas masuk

ke organ target. Proses tersebut terjadi bila terdapat enzim α-reductase dalam

sitoplasma yang akan merubah testosteron menjadi dehidrotestosteron sehingga dapat

bereaksi dengan reseptor testosteron pada organ target (Johnson dan Everitt 1984).

Hormon steroid seksual terdiri dari testosteron, estrogen dan progesteron

(Ibrahim 2001). Hormon testosteron berfungsi sebagai hormon seksual pada jantan.

Hormon estrogen dan progesteron merupakan hormon seksual pada betina yang juga

berfungsi merawat kebuntingan dan menstimulasi perkembangan kelenjar susu

(Ganong 2003). Hormon estrogen merupakan hormon utama pada hewan betina,

dalam proses pembentukannya melibatkan 2 sel yaitu sel teka dan sel granulosa. Sel

teka akan berkembang di bawah pengaruh Luteinizing Hormone (LH) dan sel

granulosa akan berkembang di bawah pengaruh Follicle Stimulating Hormone (FSH).

Di dalam sel teka yang berkembang, estrogen disekresikan mulai dari proses

perubahan asetat menjadi kolesterol kemudian berubah menjadi pregnenolon dan

berubah lagi menjadi progesteron. Dari progesteron berubah menjadi androstenedion

dengan bantuan enzim 17α-hidroksi progesteron, kemudian berubah menjadi

testosteron. Sel granulosa mendapat asupan testosteron dari sel teka dan akan berubah

menjadi estrogen setelah diaromatisasi oleh enzim aromatase yang distimulasi oleh

FSH. Ada 3 bentuk estrogen di dalam plasma hewan betina yaitu 17β-estradiol,

estron, dan estriol (Johnson dan Everitt 1984).

Estrogen adalah senyawa steroid yang berfungsi terutama terutama sebagai

hormon seks wanita. Walaupun terdapat dalam tubuh pria maupun wanita,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

15

kandungannya jauh lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini

menyebabkan perkembangan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder

pada wanita, seperti payudara, dan juga terlihat dalam penebalan endometrium

maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat menopause, estrogen mulai

berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa efek, diantaranya hot flash,

berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang berlebihan (Anwar 2001). Unit

lobuler saluran terminal dari jaringan payudara wanita-wanita muda sangat responsif

dengan estrogen. Pada jaringan ambing, estrogen menstimulasi pertumbuhan dan

diferensiasi saluran epitelium, menginduksi aktivitas mitotik saluran sel-sel silindris,

dan menstimulasi pertumbuhan jaringan penyambung. Estrogen juga menghasilkan

efek seperti histamin pada mikrosirkulasi ambing. Densitas reseptor estrogen pada

jaringan payudara sangat tinggi pada fase folikuler dari siklus menstruasi dan

menurun setelah ovulasi. Estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker ambing.

Pada wanita-wanita postmenopause dengan kanker ambing, konsentrasi estradiol

tumor tinggi, karena aromatisasi in situ, meskipun adanya konsentrasi estradiol serum

yang rendah (Guyton 1994).

Hormon estrogen disekresikan oleh teka interna dan sel granulosa folikel

ovarium, korpus luteum, dan plasenta. Jalur biosintesis yang melibatkan hormon

androgen dan juga dibentuk melalui aromatisasi androstenedion di dalam sirkulasi.

Aromatase (CYP 19) merupakan enzim yang mengkatalis perubahan androstenedion

menjadi estron dan perubahan testosteron menjadi estradiol. Sel-sel teka interna

mempunyai banyak reseptor LH. LH bekerja melalui cAMP untuk meningkatkan

kolesterol menjadi androstenedion. Sebagian androstenedion diubah menjadi estradiol

yang masuk ke dalam sirkulasi. Sel teka interna juga memberikan androstenedion

pada sel granulosa. Sel granulosa membuat estradiol bila mendapat rangsangan dari

androgen dan disekresikan dalam cairan folikel. Sel granulosa memiliki banyak

reseptor FSH untuk meningkatkan sekresi estradiol dari sel granulosa dengan bekerja

melalui cAMP untuk meningkatkan aktivitas aromatase. Sel granulosa matang juga

memiliki reseptor LH yang kemudian akan merangsang pembentukan estradiol

(Ganong 2003).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

16

Fitoestrogen

Fitoestrogen atau sumber estrogen berbasis tumbuh-tumbuhan yang

merupakan senyawa non-steroidal mempunyai aktivitas estrogenik atau

dimetabolisme menjadi senyawa beraktivitas estrogen. Fitoestrogen merupakan suatu

substrat dari tumbuhan yang memiliki khasiat mirip estrogen, meskipun rumus

bangun kimianya berbeda dengan estrogen tetapi memiliki inti yang sama persis

dengan estrogen. Khasiat estrogenik terjadi karena fitoestrogen juga memiliki 2 gugus

–OH/hidroksil yang berjarak 11.0-11.5 A° pada intinya, sama persis dengan inti

estrogen sendiri. Para peneliti sepakat jarak 11 A° dan gugus –OH inilah yang

menjadi struktur pokok suatu substrat agar mempunyai efek estrogenik, yakni

memiliki afinitas tertentu untuk dapat menduduki reseptor estrogen (Tsourounis

2004). Suatu substrat baru akan berefek estrogenik bila telah berikatan dengan

reseptor estrogen. Tetapi afinitas fitoestrogen terhadap reseptor estrogen sangat

rendah bila dibandingkan dengan estrogen endogen (Tsourounis 2004). Menurut

Tsourounis (2004) beberapa senyawa fitoestrogen yang terdapat dalam tanaman

antara lain:

Isoflavone pada buah-buahan, teh hijau, kacang kedelai, dan produk kedelai seperti

tempe, tahu, dan tauco.

Lignane pada biji gandum dan wijen.

Coumestane pada kacang-kacangan dan biji bunga matahari.

Glikoside Tripterpen pada tanaman Cimifuga racemosa (black cohosh) tumbuh di

hutan Amerika Selatan, saat ini telah diekstraksi dan dikemas menjadi produk obat

menopause.

Senyawa-senyawa estrogenik lain yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti

flavones, chalcone, diterpenoid, triterpenoid, coumarine, dan acyclic.

Zat yang paling banyak dalam akar purwoceng adalah alkaloid dan flavonoid.

Alkaloid dan flavonoid termasuk dalam golongan fitoestrogen. Berdasarkan struktur

kimianya, seluruh senyawa golongan flavonoid pada tanaman merupakan induk

flavon. Flavonoid merupakan senyawa larut air, etanol, methanol, dan mengandung

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · nama daerah berbeda-beda, ... Lobus yang satu dengan lobus yang lain dihubungkan dengan jaringan pengikat yang ... pada keseluruhan hewan

17

sistem aromatik yang terkonjugasi. Secara umum flavonoid ditemukan pada

tumbuhan sebagai campuran dan terikat pada gula seperti glikosida, aglikon atau

dalam kombinasi beberapa bentuk aglikon. Senyawa flavonoid diklasifikasikan

menjadi 10 golongan yang terkarakterisasi oleh warna pada teknik spektrofotometer

dan pemisahan pada teknik kromatografi. Golongan tersebut adalah antosianin,

proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, flavonon, dan

isoflavon (Harborne 1987). Flavonoid mempunyai efek hormonal khususnya efek

estrogenik, karena mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen.

Flavonoid pada ekstrak akar purwoceng merupakan senyawa fitoestrogen yang

mempunyai kesamaan struktur kimia dengan estrogen mamalia.

Berikut adalah kemiripan struktur kimia antara estrogen dan flavonoid.

Estrogen Flavonoid

Gambar 4 Struktur kimia estrogen dan flavonoid (Guyton 1994)

Flavonoid mampu berikatan dengan reseptor estrogen (RE), di dalam tubuh ada dua

reseptor estrogen yaitu reseptor estrogen alfa (REα) dan reseptor estrogen beta (REβ).

Reseptor estrogen α terdapat pada organ uterus, testis, hipofisis, ginjal, epididimis,

adrenal, dan payudara. Sedangkan reseptor estrogen β terdapat di ovarium, prostat,

paru-paru, kandung kemih, dan tulang (Barnes dan Kim 1998).