karies gigi

Upload: adhistihandarie

Post on 08-Mar-2016

115 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kariesdentin

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangKaries gigi merupakan penyakit infeksi pada rongga mulut yang menyerang jaringan keras gigi seperti email, dentin dan sementum, ditandai dengan adanya proses demineralisasi akibat interaksi antara produk-produk mikroorganisme, saliva, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email. Larutnya mineral email karena terganggunya keseimbangan email dan jaringan disekitarnya oleh karena terbentuknya asam mikrobial dari substrat sehingga timbul komponen-komponen organik yang nantinya akan menyebabkan terbentuknya suatu kavitas pada gigi.1,2 Prevalensi karies di indonesia memiliki derajat keparahan yang cukup tinggi. Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari karies gigi menjadi urutan tertinggi yaitu sebesar 45,68% dan termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Selanjutnya dari hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05% (Zatnika, 2010), dan dari penelitian yang dilakukan oleh Astoeti (2010) bahwa di Jakarta, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka ini diduga akan lebih parah lagi di daerah-daerah, serta anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah.Karena tingginya prevalensi tersebut penulis tertarik untuk membahas topik karies pada makalah berikut.1.2 Batasan masalahPembahasan makalah ini dibatasi pada defenisi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan karies gigi

1.3 Tujuan penulisanMakalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai karies gigi

1.4 Metode penulisanMetode penulisan makalah ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Karies GigiKaries gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami proses kronis regresif. Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan olehbakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat yang ditandai denganadanya demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik akibat terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya, menyebabkan terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat berkembang ke jaringan periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi.

2.2 Klasifikasi karies1. Karies Superfisialis, Karies hanya mengenai enamel, dentin belum terkena.2. Karies Media Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. 3. Karies Profunda Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah mengenai pulpa.

2.3 Patogenesis kariesKaries gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut kedentin. Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan empat faktor utama yang harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget, substrat dan waktu. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak beserta bakteri penyusunnya. Dalam proses terjadinya kries, mikroorganisme lactobacillus dan streptococcus mempunyai peranan yang sangan besar. Proses karies dimulai oleh streptococcus dengan membentuk asam sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut mendorong laktobacillus untuk memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses karies.Streptococcus memiliki sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya memegang peranan utama dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan pH turun, membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut bila karbohidrat eksogenkurang sehingga dengan demikian menghasilkan asam terus menerus. Proses karies gigi diperkirakan sebagai perubahan dinamik antara tahap demineralisasi dan remineralisasi. Proses demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian atau keseluruhan dari kristal enamel. Demineralisasi terjadi karena penurunan pH oleh bakteri kariogenik selama metabolisme yang menghasilkan asam organik pada permukaan gigi dan menyebabkan ion kalsium, fosfat dan mineral yang lain berdifusi keluar enamel membentuk lesi di bawah permukaan. sedangkan proses demineralisasi adalah proses pengembalian ion-ion kalsium dan fosfat yang terurai ke luar enamel atau kebalikan reaksi demineralisasi dengan penumpatan kembali mineral pada lesi dibawah permukaan enamel. Remineralisasi terjadi jika asam pada plak dinetralkan oleh saliva, sehingga terjadi pembentukan mineral baru yang dihasilkan oleh saliva seperti kalsium dan fosfat menggantikan mineral yang telah hilang dibawah permukaan enamel. Proses remineralisasi dan demineralisasi terjadi secara bergantian didalam rongga mulut selama mengkonsumsi makanan dan minuman. Lesi awal karies dapat mengalami remineralisasi tergantung pada beberapa faktor diantaranya diet, penggunaan fluor dan keseimbanhan pH saliva. Jika lapisan tipis enamel masih utuh, lesi awal karies akan mengalami remineralisasi sempurna. Sebaliknya, jika lapisan enamel rusak maka proses remineralisasi tidak dapat terjadi secara sempurna dan gigi harus direstorasi. Jika lesi awal karies mengalami demineralisasi terus-menerus, maka lesi akan berlanjut ke dentin membentuk kavitas yang tidak dapat kembali normal (irreversibel), tetapi mungkin juga tidakberkembang (arrested).

2.4 Diagnosis diniPenegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan proses destruksi dan reparasi yang silih berganti. Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek (gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan diagnosis dengan tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara yang disemprotkan perlahan-lahan.Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam. Biasanya pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai terasa menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru mulai karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan membawa bakteri ke dalam karies sehingga penyebaran karies akan semakin cepat.

2.5 Tindakan1. PenambalanHarus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal. Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang.Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen. Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar. Campuran damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal dari pada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.2. PencabutanKeadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan

BAB IIIKESIMPULAN

Karies Gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai. Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi (lubang pada gigi). Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi. Terdapat tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya. Riwayat alamiah penyakit karies gigi ini terdiri beberapa tahap yaitu prepatogenesis, patogenesis, dan pasca patogenesis. Untuk tahap patogenesis dibaglagi menjadi masa inkubasi, tahap dini, dan tahap lanjut. Hal utama yang berpengaruh pada karies adalah permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu. Sedangkan faktor resiko dari karies gigi adalah gigi, bakteri, waktu, usia, letak geografis, pengetahuan, sikap, perilaku, jenis kelamin, suku bangsa, kultur sosial penduduk, diabetes mellitus, radiasi, penggunaan metamfetamin, penggunaan tembakau, makan makanan kariogenik, waktu dan frekuensi sikat gigi.

DAFTAR PUSTAKA1. Kidd, Edwina A.M. Dasar-dasar Karies. Jakarta : EGC, 1991 2. Panjaitan, M. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal . Ed 1st. Medan : USU Press, 1997 3. Panjaitan, M. Ilmu Pencegahan Karies Gigi. Ed 1st. Medan : USU Press, 1997 Tarigan, R. Karies Gigi. Editor : Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates, 19918