kareba palu koro - humanitarianresponse.info · dalam makalah tersebut, gifvents menjelaskan,...

8
KAREBA PALU KORO KABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG April 2019 - I edisi #11 RUMAH TUMBUH: BUTUH STRATEGI AMPUH L imboro adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Jaraknya sekitar 50,5 km dari Kota Palu atau sekitar 1 jam 15 menit jika ditempuh menggunakan sepeda motor melalui jalan poros Palu ke Mamuju. Perjalanan yang begitu tiba di Donggala akan disuguhi dengan banyaknya galian tipe C agak terobati dengan pemandangan pesisir di sebelah kanan jalan jika kita dari arah kota Palu. Sebelum memasuki Desa Limboro, Kareba Palu Koro menyempatkan untuk mampir di Pasar Ganti membeli ikan untuk makan malam. Setibanya di Limboro, tempat pertama yang disinggahi adalah gudang dan fabrikasi dimana kayu-kayu untuk pembangunan Rumah Tumbuh disimpan dan pengerjaan bagian- bagian rumah tersebut dilakukan. Terlihat para pekerja dengan tekun mengerjakan bagian-bagian kerangka rumah. “Kalau tidak ada halangan, sampai dengan minggu (akhir Maret) ini bisa terkirim 38-40 paket rumah ke penerima manfaat,” kata Masdianto Kartarajasa atau yang lebih akrab dipanggil Anton. Anton adalah fasilitator lokal dari Karsa Institute. Bersama dengan Hamdan Limonu, juga dari Karsa Institute, ia bertanggung jawab atas kelancaran pembangunan Rumah Tumbuh di tujuh dusun di wilayah Desa Limboro. Target pembangunan disana sebanyak 44 unit dengan kemungkinan penambahan sebanyak 26 unit. “Di awal saya sempat pesimis, karena beberapa kendala yang ada, termasuk tukang yang menuntut ongkos terlalu tinggi,” kata Anton. “Tapi dengan pendekatan-pendekatan yang tepat, masalah tersebut bisa diatasi,” katanya. Penyadaran bahwa dengan ikut terlibat dalam pembangunan rumah tumbuh tersebut, mereka ikut pula membantu para warga terdampak. Selain itu mereka diajak berhitung secara keseluruhan, apakah bisa mendapatkan penghasilan yang sama dalam satu bulan ketika mereka bekerja biasa. Untuk menjaga kualitas bangunan rumah, pemilihan bahan baku kayu dan penjadwalan langsung dilakukan ke penyuplai kayu bersama dengan rekan-rekan dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP). “Kalau sampai jelek kualitas kayu yang diberikan, bukan kami yang dikecewakan, tapi masyarakat penerima manfaat,” kata Anton. “Itu yang saya pesankan kepada penyuplai kayunya,” tambahnya. Bersambung ke halaman 6... Penerima manfaat di Dusun 6, Desa Limboro, Donggala sedang mengerjakan Rumah Tumbuh. Foto: Martin Dody/ERCB

Upload: dangcong

Post on 13-Jun-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KOROKABAR PENANGANAN BENCANA SULTENG

April 2019 - I edisi #11

RUMAH TUMBUH: BUTUH STRATEGI AMPUHLimboro adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan

Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Jaraknya sekitar 50,5 km dari Kota Palu atau

sekitar 1 jam 15 menit jika ditempuh menggunakan sepeda motor melalui jalan poros Palu ke Mamuju. Perjalanan yang begitu tiba di Donggala akan disuguhi dengan banyaknya galian tipe C agak terobati dengan pemandangan pesisir di sebelah kanan jalan jika kita dari arah kota Palu.

Sebelum memasuki Desa Limboro, Kareba Palu Koro menyempatkan untuk mampir di Pasar Ganti membeli ikan untuk makan malam. Setibanya di Limboro, tempat pertama yang disinggahi adalah gudang dan fabrikasi dimana kayu-kayu untuk pembangunan Rumah Tumbuh disimpan dan pengerjaan bagian-bagian rumah tersebut dilakukan. Terlihat para pekerja dengan tekun mengerjakan bagian-bagian kerangka rumah.

“Kalau tidak ada halangan, sampai dengan minggu (akhir Maret) ini bisa terkirim 38-40 paket rumah ke penerima manfaat,” kata Masdianto Kartarajasa atau yang lebih akrab dipanggil Anton. Anton adalah fasilitator lokal dari Karsa Institute. Bersama dengan Hamdan Limonu, juga dari Karsa Institute, ia bertanggung jawab atas kelancaran pembangunan

Rumah Tumbuh di tujuh dusun di wilayah Desa Limboro. Target pembangunan disana sebanyak 44 unit dengan kemungkinan penambahan sebanyak 26 unit.

“Di awal saya sempat pesimis, karena beberapa kendala yang ada, termasuk tukang yang menuntut ongkos terlalu tinggi,” kata Anton. “Tapi dengan pendekatan-pendekatan yang tepat, masalah tersebut bisa diatasi,” katanya. Penyadaran bahwa dengan ikut terlibat dalam pembangunan rumah tumbuh tersebut, mereka ikut pula membantu para warga terdampak. Selain itu mereka diajak berhitung secara keseluruhan, apakah bisa mendapatkan penghasilan yang sama dalam satu bulan ketika mereka bekerja biasa.

Untuk menjaga kualitas bangunan rumah, pemilihan bahan baku kayu dan penjadwalan langsung dilakukan ke penyuplai kayu bersama dengan rekan-rekan dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP). “Kalau sampai jelek kualitas kayu yang diberikan, bukan kami yang dikecewakan, tapi masyarakat penerima manfaat,” kata Anton. “Itu yang saya pesankan kepada penyuplai kayunya,” tambahnya.

Bersambung ke halaman 6...

Penerima manfaat di Dusun 6, Desa Limboro,

Donggala sedang mengerjakan Rumah

Tumbuh. Foto: Martin Dody/ERCB

Page 2: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KORO

Sejak dahulu, masyarakat Suku Kaili telah mempraktekkan pola-pola mitigasi bencana, berdasarkan pengetahuan lokal yang mereka miliki.

Pengetahuan lokal ini, terejawantahkan lewat tradisi lisan yang berkembang di masyarakat, yakni tutura (bertutur), yang telah diwariskan dalam masyarakat Kaili, dari generasi ke generasi.

Adapun pengetahuan lokal tersbeut meliputi sastra lisan seperti dadendate, kayori, kemudian penamaan tempat berdasarkan nama tumbuhan/hewan, peristiwa alam, tipologi lahan, serta peristiwa sejarah, serta pengetahuan tentang pertanda dari alam, misalnya hewan.

Terkait pertanda dari alam, khususnya hewan, Peneliti dari Komunitas Muda Peduli Hutan (Komiu), GIfvents Lasimpo, mendokumentasikan sejumlah informasi menarik. Informasi tersebut dituangkannya dalam makalah presentasinya berjudul Mitigasi Bencana Berbasis Pengalaman Masyarakat Kaili di Lembah Palu, yang dipresentasikan pada kegiatan Tesa Ntodea yang dilaksanakan Komunitas Bela Indonesia (KBI) Chapter Sulteng, Februari lalu.

Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, salah satu hewan yang menjadi penanda kabar pada masyarakat Kaili adalah burung. Salah satu jenis burung yang dipercaya membawa kabar atau pertanda, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, adalah burung Cekakak Sungai. Dilansir dari Wikipedia, Cekakak sungai atau dalam bahasa Latin disebut Todirhamphus chloris, adalah spesies burung dari keluarga Alcedinidae, dari genus Todirhamphus.

Burung ini merupakan jenis burung pemakan kadal, serangga

besar, katak, ulat, cacaing yang memiliki habitat di daerah terbuka dekat perairan, kebun, kota, tepi hutan, tersebar sampai ketinggian 1.200 mdpl.

Cekakak sungai memiliki tubuh berukuran sedang, yakni sekitar 24 cm. burung ini memiliki warna biru dan putih, dengan mahkota, sayap, punggung, dan ekor berwarna biru kehijauan berkilau terang, serta strip hitam melewati mata. Kerah dan Tubuh bagian bawah putih bersih. Iris coklat, paruh atas abu tua, paruh bawah pucat, kaki abu-abu.

Burung ini bertengger pada bebatuan atau pohon. Adapun Cekakak Sungai tergolong jenis burung yang sangat ribut, suara keras hampir terdengar sepanjang hari. Sarang Cekakak Sungai berupa galian di bawah pohon atau tepi sungai. Burung ini berkembang biak bulan Maret-Juni, September-Desember. Adapun penyebaran burung ini tersebar di Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, serta Papua.

Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak Sungai dalam bahasa lokal sering disebut dengan sebutan Seko, Tengke, Pepate, atau Papate.

Masyarakat Suku Kaili berkeyakinan, jika burung tersebut terbang dan bersuara menyambar atap rumah, burung tersebut diyakini membawa kabar yang tidak baik. Sehingga masyarakat Kaili, sejak dahulu telah mengetahui tanda-tanda akan ada kejadian buruk yang menimpa mereka.

TONJI SEKO: PENGALAMAN MITIGASI BENCANA SUKU KAILI

Burung Cekakak Sungai

Foto: Dokumen Kabar Sulteng

Bersambung ke halaman 8...

02

Page 3: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KORO

Sudah dua hari ini warga desa Bolapapu terlihat bergiat di pinggiran sungai Rarono, tepatnya di sepanjang jaringan irigasi. Jaringan irigasi ini mengairi area

persawahan, tidak hanya yang berada di desa Bolapapu namun hingga ke desa Tangkulowi. Panjangnya kurang lebih lima kilometer.

Pintu distribusi di bagian hulu jalur irigasi yang sudah rusak akibat banjir bandang tahun 2011. Kondisinya semakin parah akibat diterjang longsoran yang terbawa air dari bagian atas, yaitu dari desa Namo akibat bencana gempa 28 September yang lalu dan arus air dari aliran sungai Rarono Rusaknya pintu distribusi di mulut jaringan irigasi tersebut mengakibatkan tidak bisa diaturnya debit air yang masuk ke arah jalur irigasi.

“Untung masih ada pohon-pohon ini,” kata Masrun sambil menunjuk beberapa pohon yang tumbuh di pinggir bantaran sungai. “Jadi air masih terhalang, tidak langsung menghantam bagian irigasi,” tambahnya. Dampak lain dari rusaknya pintu distribusi tersebut adalah jika terjadi banjir lagi, maka air yang masuk ke jalur irigasi kemungkian akan besar dan dapat membanjiri area persawahan di Desa Bolapapu.

Di sepanjang jaringan irigasi tersebut, sebagian besar bagian sisi atau dindingnya masih berupa tanah. Sehingga jika aliran airnya deras, akan menggerus bagian dinding tersebut. Jika terus tergerus, selain merusak lahan di kanan kiri jalur irigasi tersebut, juga menimbulkan endapan.

Para petani di wilayah desa Bolapapu masih cukup beruntung karena masih dapat memanfaatkan air yang mengalir di jalur irigasi tersebut. Namun tidak demikian dengan para petani di

desa Tangkulowi. Rusaknya jalur irigasi tersebut, menyebabkan air tidak dapat mengalir hingga ke desa tersebut. Kareba Palu Koro mencoba menyusuri jalur irigasi tersebut dan memang ketika tiba di wilayah desa Tangkulowi, tidak ada air yang mengalir di jaringan irigasi di bagian hilir. Jaringannya pun nampak mengalami kerusakan akibat gempa. Untuk saat ini, para petani di wilayah Tangkulowi masih terbantu dengan masih adanya hujan.

“Itulah mengapa kita coba membantu masyarakat di Bolapapu hingga Tangkulowi, yang mata pencahariaannya adalah petani, dengan memperbaiki jaringan irigasi ini,” kata Agus Suranto selaku kepala tim teknis ERCB (Emergency Response Capacity Building). Tujuannya adalah menjaga keberlanjutan mata pencaharian para petani di Bolapapu dan Tangkulowi dengan membangun kembali jaringan irigasi tersebut dengan lebih baik. “Tidak hanya perbaikan pada beberapa bagian sisi dengan pengecoran, ada sekitar lima pintu distribusi air yang juga akan dibangun di sepanjang irigasi ini,” tambah Agus.

Menurut mantan kepala desa Bolapapu, Ratu Hasan (58), rencana perbaikan jaringan irigasi ini sudah lama dibahas, tapi belum terealisasi juga. “Bahkan sudah dimasukkan ke dalam musrembang, tapi belum juga ada tindak lanjutnya,” kata Hasan. Ada kurang lebih 70 hektar sawah yang terselamatkan ketika jaringan irigasi dari desa Bolapapu hingga desa Tangkulowi ini sudah diperbaiki, ditingkatkan, dan dapat berfungsi dengan baik. Dengan demikian, ada banyak warga desa Bolapapu dan Tangkulowi pula yang dapat melanjutkan matapencahariannya sebagai petani. (mdk)

MEMBANGUN KEMBALI DENGAN LEBIH BAIK

03

Page 4: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KORO

Para petani di Kabupaten Sigi, khususnya yang ada di tiga kecamatan, yakni Gumbasa, Tanambulava dan Biromaru, yang memanfaatkan air irigasi dari Tanggul Gumbasa,

sudah hampir 6 bulan ini mengalami kesulitan untuk bercocok tanam padi akibat rusaknya jaringan irigasi Gumbasa. Bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi (28/09/2018) yang menghantam wilayah Sulawesi Tengah, termasuk wilayah Kabupaten Sigi, telah merusakkan jaringan tersebut. Padahal jaringan irigasi ini bagai urat nadi bagi para petani di Kabupaten Sigi.

“Ribuan hektar terdampak akibat rusaknya jaringan irigasi ini,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Sigi, Muhammad Basir. “Pada awal dibuat dulu, jaringan irigasi ini untuk melayani kurang lebih 11 ribu hektar sawah. Namun seiring berjalannya waktu, luasan itu menyusut akibat alih fungsi lahan,” tambahnya.

Pemerintah Kabupaten Sigi mendesak kepada pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR agar segera bisa memfungsikan kembali irigasi Gumbasa. “Selain diperbaiki, bagian dasarnya perlu dilantai (dicor) agar tidak banyak air yang hilang dalam perjalanan,” kata Basir. Program perbaikan jaringan irigasi tersebut akan membutuhkan jangka waktu yang panjang.

Solusi pengganti untuk para petani sudah coba diupayakan, misalnya dengan penanaman palawija. Namun dengan teriknya sinar matahari di wilayah Sulawesi Tengah, tidak mudah juga untuk melakukan hal tersebut. Solusi lainnya adalah pengadaan sumur-sumur dangkal. Namun sumur-sumur dangkal tersebut hanya bisa mengairi wilayah yang tidak luas.

Menurut Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapata, perbaikan jaringan irigasi Gumbasa sudah menjadi kewenangan pemerintah

Seorang pekerja melintas di jaringan irigasi Gumbasa yang sedang

diperbaiki Foto: Martin Dody/ERCB

JARINGAN IRIGASI GUMBASA: URAT NADI PETANI

04

Page 5: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KORO

pusat melalui Kementerian PUPR. "Kita sangat berharap kepada Kementerian PUPR agar segera merehabilitasi jaringan irigasi Gumbasa untuk kepentingan masyarakat terdampak bencana," kata Irwan saat mendampingi Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, di Kabupaten Sigi, Kamis, 28 Maret 2019.

Saat perjalanan menuju Kulawi (03/04/19), Kareba Palu Koro menyempatkan untuk melihat proses pengerjaan perbaikan jalur irigasi Gumbasa ini. Dari arah pintu air Gumbasa sudah nampak pengerjaannya, baik perataan, pelebaran maupun pengecoran bagian dasar. Di hari libur pun, para pekerja tetap bekerja. Walaupun mungkin membutuhkan waktu, namun semoga pengerjaan perbaikannya berjalan tanpa kendala sehingga para petani kembali dapat memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah. (mdk)

Proses persiapan pengecoran bagian dasar jaringan irigasi Gumbasa.

Foto: Martin Dody/ERCB

05

Page 6: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KORO

Kayu yang digunakan adalah kayu batang kelapa dan yang dipilih adalah yang sudah tua.

“Kelapa yang sudah tua dan berkurang banyak produksinya yang dipilih dan sebelumnya sudah ditanam dulu (tunas) kelapa penggantinya,” kata Hamdan.

Ketika kayu sudah dikirim ke fabrikasi untuk dikerjakan, tujuh paket kerangka rumah sampai dengan kerangka atap dikejar untuk dikerjakan terlebih dahulu. Ketujuh paket awal tersebut kemudian dikirim ke tujuh dusun, masing-masing satu, sebagai contoh dan bukti ke para penerima manfaat. Strategi ini berbuah manis dengan antusiasme para penerima yang ditunjukkan dengan seringnya mereka menemui para fasilitator dan berkunjung ke fabrikasi. Tidak hanya untuk menanyakan kapan jatah rumah mereka dikirim, namun juga ikut membantu di fabrikasi terutama di hari libur.

Partisipasi para penerima manfaat ditunjukkan dengan

penyediaan batu sebagai bahan neut secara swadaya. “Pembagian batu dan juga paketan rumah (setelah selesai dari fabrikasi) dibagi pula secara bergotong royong per dusun. Tidak ada yang ambil hanya untuk dirinya sendiri,” kata Anton.

Tanpa terasa, dalam tiga minggu pembangunan Rumah Tumbuh di wilayah Limboro sudah hampir mencapai target 44 unit. Ketika Kareba Palu Koro berkeliling, terlihat banyak kerangka rumah yang sudah berdiri beserta atapnya. Para penerima manfaat ketika ditemui menyatakan senang dengan bantuan yang diterima. “Bahan kayunya bagus, saya sampai susah pas pasang paku,” kata Darman di Dusun 6. Darsin, tetangganya bahkan secara swadaya sudah mengubah dimensi rumah menjadi lebih besar. “Saya trauma dengan bangunan batako. Pas gempa, saya tertimpa reruntuhan bangunan sampai kepala harus dijahit,” kata Darsin.

Demikian juga dengan Kamrin di Dusun 2. Ia mengatakan

Berita Foto

Rumah Tumbuh...Dari halaman 1...

06

Page 7: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KORO

Berita fotoPara pemuda di Sibalaya berinisiasi membangun lapangan

Takraw di tengah areal likuefaksi. Menurut Faisal (28), salah

seorang pemuda, mengatakan, "Ada sekitar 30 pemuda

yang dengan sukarela mengumpulkan uang sebesar 10

ribu per orang. Dari hasil pengumpulan itulah dibelikan net,

bola.” "Kami bosan... Makanya kami buat lapangan takraw

ini supaya kami ada aktifitas di sore hari khusnya anak-anak

muda,” sambung Faisal. Ical (18) menambahkan rencananya

akan dibuat lagi satu lapangan voli. “Agar semakin ramai

disini dan agar pemerintah serta masyarakat lain juga bisa

melihat kami disini bahwa kami sudah bangkit,” sahutnya.

Teks & Foto: Florensius/ERCB

agak kapok dengan rumah batako. “Itu lihat sendiri, yang tinggal hanya bagian WC saja, selainnya roboh,” kata Kamrin. “Sementara ini saya tinggal di belakang itu pakai tenda, ingin segera jadi rumah ini (rumah tumbuh),” katanya. “Suami saya kerja sendiri ini rumah, senang sekali dia,” kata Baharyati. “Dengan begini, kalau ada goyangan (gempa) lagi, tidak perlu takut-takut seperti kalau dalam rumah batako,” tambahnya.

Yang awalnya disambut dengan pesimis sekarang berbuah manis. Pembangunan berjalan dengan baik dan terkomunikasikan dengan baik antar pihak. Papan sebagai bahan dinding sudah dikirim dan mulai dikerjakan di fabrikasi. Tinggal menunggu waktu untuk dikirim ke para penerima manfaat. “Bulan Ramadhan nanti sudah ada rumah untuk kami tinggali,” pungkas Baharyati. (mdk)

07

Page 8: KAREBA PALU KORO - humanitarianresponse.info · Dalam makalah tersebut, Gifvents menjelaskan, hampir di seluruh wilayah Lembah Palu, berdasarkan keyakinan masyarakat Kaili, Cekakak

KAREBA PALU KORO

Kareba Palu Koro adalah media penyebaran informasi terkait penanganan bencana di Sulawesi Tengah yang dikelola oleh Jaringan Emergency Response Capacity Building (ERCB) pada masa tanggap darurat hingga masa rehabilitasi pasca bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Media ini didukung oleh pendanaan dari SHO dan Cordaid dan terbit dua mingguan.

Pemimpin Redaksi: Arfiana Khairunnisa (ERCB Indonesia)

Redaksi: Martin Dody Kumoro, Florensius (Karsa Institute)

Saran dan masukan dapat dikirimkan melalui [email protected] atau dialamatkan ke Jl. Karanja Lembah, Lorong BTN Polda, Samping Perum Kelapa GadingDesa Kalukubula, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi, Sulteng

REDAKSIONAL

Dengan dukungan:

Adapun kabar buruk tersebut, biasanya sering dikaitkan dengan kabar kematian atau kejadian buruk lainnya.

Gifvents menuliskan, Mangge Kose (50) yang merupakan masyarakat Kaili komunitas Da’a, saat ditemui di tempat pengungsian Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Desember 2018 lalu, menceritakan tentang pertanda dari burung tersebut di lokasi pemukiman komunitas mereka.

Mangge Kose menceritakan, dirinya bersama warga lainnya, pergi mencari rotan ke Bulu Kondo, nama sebuah gunung dan hutan di dekat kampung, sehari sebelum terjadi gempa, likuifkasi dan tsunami, 28 September 2018.

Dirinya mengisahkan, di sekitar perkampungan mereka, terdengar ramainya Tonji Seko (Cekakak Sungai), bersahutan dan menyambar banyak atap rumah warga. Fenomena tersebut menurut kepercayaan mereka, adalah pertanda bahwa akan ada musibah besar yang terjadi.

“Naria tonji seko nomoni, kana nariamo inga kami. Nuapa tomajadi.? (Ada Burung Seko (Cekakak Sungai) berbunyi, membuat kami waspada. Apa yang terjadi?),” ujar Mangge Kose, sebagaimana dikisahkan Gifvents.

Pascabencana, Mangge Kose mengatakan, walaupun rumah mereka rusak, namun mereka bersyukur karena semuanya selamat.

Hal itulah kata dia, yang menjadi sebuah kesyukuran, karena Tuhan masih menolong mereka

“Sou kami ri kondo nagero pura, tapi nasikuru kami da’a ria nakuya (rumah kami rusak di Kondo, tetapi syukur kami baik-baik saja),” lanjutnya. Gifvents menuliskan, menurut Mangge Kose Tonji Seko (Cekakak Sungai), seakan menjadi alarm bencana alam dan pembawa kabar buruk. Adapun kepercayaan tersebut, telah turun temurun dititipkan kepada mereka.

“Panguli totu’a nokolu, ane maria seko, kana naria kareba to niulina etu (Menurut leluhur, kalau ada Tonji Seko (Cekakak Sungai) berbunyi, berarti ada yang dia kabar yang ia sampaikan,” tutupnya.

Sumber: Kabar Sulteng Bangkit, 28 Maret 2019Penulis; JefriantoEditor: Yardin Hasan-----------------------

Kabar Sulteng Bangkit adalah media tempat berbagi kabar tentang Palu & sekitarnya pascabencana alam pada 28 September 2018. Halaman ini dikelola oleh AJI Palu didukung oleh Emergency Response Capacity Building (ERCB) dan Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI).

Warga Desa Bolapapu terlihat sedang mengerjakan jaringan irigasi

yang rusak akibat gempa. Foto: Martin Dody/ERCB

Tonji Seko...Dari halaman 2...

08