kalamsiasi v3n1 mart 2010

Upload: totok-wahyu-abadi

Post on 15-Jul-2015

364 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KALAMSIASIJurnal Ilmu Komunikasi dan Ilmu Administrasi NegaraVol. 3, No. 1, Maret 2010

Daftar IsiJARINGAN KOMUNIKASI KARYAWAN WATER PARK SUN CITY SIDOARJO DALAM PENYELESAIAN PEKERJAAN. Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto ...................................................... PENGARUH EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PIMPINAN DAN BAWAHAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT KELAS II SURABAYA. Didik Hariyanto & Sular....................................................................... PENGARUH RESTORATIVE JUSTICE UNTUK MEMPERKUAT KEPRIBADIAN TERSANGKA ANAK (Studi Advokasi Bagi Anak yang Ditahan dalam Satu Tahanan Bersamaan dengan Tersangka Dewasa) Noor Fatimah Mediawati....................................................................... KAJIAN EMPIRIS PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT PAJAK DAERAH. Haryono ................................................................................................ KONVERGENSI TEKNOLOGI MEDIA DAN KOMPETENSI JURNALIS DENGAN KEBEBASAN PERS DALAM TANGGUNG JAWAB KEBENARAN INFORMASI PADA KARYA JURNALISTIK. Sri Ayu Astuti ....................................................................................... KRITIK ATAS PERAN KOMUNIKASI. Totok wahyu Abadi ............................................................................... IDENTITAS POLITIK DAN POLITIK IDENTITAS SEBUAH TEORETIS. Lusi Andriani ........................................................................................ PENDIDIKAN DAN ALIENASI KEMANUSIAAN (Sebuah Ancangan Teori untuk Analisis Praktik Pendidikan ) Mohammad Isfironi ............................................................................... 89 - 101 79 - 88 71 - 78 57 - 70 47 - 56 35 - 45 21 - 33 1 - 19

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr.Wb. Pembaca yang budiman, Alhamdulillah, Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya Jurnal Kalamsiasi Vol. 3 No. 1 Maret 2010 ini. Semoga apa yang tersaji dalam edisi ini dapat menambah wawasan pengetahuan dalam kerangka mengasah dan meningkatkan kualitas keilmuan kita. Dalam edisi ini, Jurnal KALAMSIASI menyajikan beragam topik yang menyangkut perkembangan ilmu-ilmu sosial humanora, khususnya bidang kajian ilmu Komunikasi, administrasi publik dan kajian ilmu-ilmu sosial politik lainnya yang sejalan dengan Jurnal KALAMSIASI. Bidang kajian ilmu komunikasi Ainur Rochmaniah dan Dedy Iswanto, menelisik Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park Sun City Sidoarjo dalam Penyelesaian Pekerjaan. Didik Hariyanto dan Sular, membahas Pengaruh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Pimpinan dan Bawahan Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya. Sri Ayu Astuti, mengetengahkan masalah Konvergensi Teknologi Media dan Kompetensi Jurnalis dengan Kebebasan Pers dalam Tanggung Jawab Kebenaran Informasi pada Karya Jurnalistik. Totok Wahyu Abadi, menyoroti Kritik Atas Peran Komunikasi. . Bidang kajian ilmu politik Lusi Andriani, mencoba menelaah Identitas Politik dan Politik Identitas Sebuah Teoretis. Sedangkan dalam kajian Administrasi Publik ada Haryono, yang mengetengahkan Kajian Empiris Pelaksanaan Self Assessment Pajak Daerah. Selain itu ada pula tulisan Noor Fatimah Mediawati, dan Mohammad Isfironi, yang akan menambah wawasan dan memperkaya khasanah dalam pengembangan ilmu sosial dan humaniora. Akhir kata, saran dan kritik selalu kami nantikan untuk kebaikan Jurnal yang kita cintai ini dimasa-masa yang akan datang. Selamat Membaca

Wassalamualaikum wr.wb.

Penyunting

JARINGAN KOMUNIKASI KARYAWAN WATER PARK SUN CITY SIDOARJO DALAM PENYELESAIAN PEKERJAANAinur Rochmaniah* Dedy Iswanto**(*Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jalan Majapahit 666 B Sidoarjo, eMail: [email protected]; **Alumnus FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jalan Majapahit 666 B Sidoarjo)

ABSTRACTThe study aims to explain the formed communication network in the completion of employees duty of Water Park Sun City, Sidoarjo, and identify the individuals roles in the formed communication network. Moreover, the research uses 36 respondents and sociometric and sociogram data analysis techniques. The result of the research shows that in completing their duty, employees are always in coordination with other members and a communication network formed is a wheel network pattern and all channels network. The role of each individual that is formed is click, opinion leader, bridge, liaison, and isolate. Keywords: opinion leader, bridge, liaison, dan isolate

PENDAHULUANPada dasarnya suatu organisasi tidak terlepas dari kegiatan komunikasi. Schein menyatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum, melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Dalam hal ini peran komunikasi dibutuhkan dalam rangka koordinasi itu sendiri, sehingga keefektifan komunikasi sangat menentukan, apakah koordinasi itu berjalan dengan baik atau tidak (Muhammad, 2005: 23)1

Koordinasi dalam suatu oganisasi mutlak untuk dilakukan, hal ini dikarenakan bagian-bagian dari organisasi tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri, bagianbagian tersebut terintegrasi dalam suatu sistem dan menjadi bagian dari sistem itu sendiri, yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan suatu produk atau tujuan-tujuan organisasi. Dikatakan sebagai suatu sistem, berarti ada keterkaitan serta ketergantungan diantara individu, atau bagian-bagian didalam organisasi, dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, sehingga bila salah

2

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

satu bagian terganggu maka akan berpengaruh pada bagian lain. Dalam kaitanya dengan koordinasi, organisasi membuat saluran-saluran komunikasi secara resmi, yang sengaja dibentuk guna kelancaran koordinasi. Saluran-saluran tersebut terwujud dalam suatu jaringan komunikasi formal, sehingga terjadi keteraturan kontak dimana setiap pesan yang mengalir harus melewati saluran-saluran resmi tersebut, dalam arti, dari mana pesan itu dibuat, melalui mana pesan itu mengalir, melewati siapa dan ditujukan kepada siapa, sudah sangat jelas, setiap individu dalam jaringan ini sudah ditentukan perananya masing-masing. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas (vertikal), serta mengalir pada tingkatan yang sama dalam struktur organisasi (horisontal). Meskipun pesan itu mengalir pada saluransaluran yang tepat, yang dibuat sedemikian rupa guna kelancaran kordinasi, tetapi tidak menutup kemungkinan saluransaluran tersebut menemui kegagalan. Dengan demikian, manajemen perlu melihat jaringan komunikasi sosial lainya yang bersifat informal sebagai alat bantu yang dapat memaiankan peran dengan baik pada saat saluran dan prosedur formal justru mengalami kegagalan (Hardjana, 2000: 68). Terbentuknya jaringan komunikasi informal tidak dapat dibendung oleh organisasi, sifat hubungan-hubungan pribadi berkembang dalam jaringan ini dengan menggunakan sembarang saluran, artinya saluran-saluran serta hubungan-hubungan yang timbul tidak terkait dengan jabatan atau posisi dalam struktur organisasi, sehingga individu-individu dalam jaringan

ini bebas melakukan kontak dengan siapa saja tanpa ada batasan apapun, dan berlangsung kapanpun, baik didalam jam kerja maupun diluar jam kerja. Dalam penyelesaian pekerjaanya, karyawan sering terkait dengan pola hubungan sosial dalam suatu kelompok sosial yang terbentuk didalam organisasi yang tidak ada kaitanya dengan tugas kedinasan, hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional, yang juga sangat penting pengaruhnya dalam kehidupan organisasi.(Umar,2002:77). Water Park Sun City (WPSC) Sidoarjo adalah perusahaan yang menyediakan sarana hiburan, olah raga, dan rekreasi keluarga dengan konsep taman air, salah satu faktor penentu produksi adalah mengoptimalkan kegiatan komunikasi, guna kelancaran koordinasi dalam penyelesaian tugas atau pekerjaan, juga memberikan pelayanan yang optimal kepada para pengunjung. Hal ini sangat mutlak dilakukan karena produktivitas karyawan dapat dilihat, dinilai, dan dirasakan langsung oleh pengunjung, mengingat, interaksi langsung antara karyawan dengan pengunjung sulit untuk dihindari. Saluran-saluran komunikasi resmi yang dipakai selama ini menyerupai struktur perusahaan, dimana setiap pesan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan, mengalir sesuai dengan garis komando dalam struktur perusahaan, dalam hal ini Manager Operasional bertindak sebagai pusat koordinasi. Pada umumnya komunikasi yang berlangsung berbentuk vertikal. Meskipun hanya terdapat tiga tingkatan dalam struktur perusahaan, sebagian besar karyawan pada tingkatan paling bawah sulit untuk memberikan feed back secara langsung

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

3

pada manager operasional. Adapun feed back tersebut dapat disampaikan secara langsung hanya pada saat dilakukanya meeting, yang pada dasarnya tidak terjadwal secara teratur (insidental). Namun demikian, sebagian dari karyawan pada tingkatan paling bawah mampu memberikan feed back secara langsung. Hal ini dikarenakan ruang kerja yang berdekatan, sehingga memungkinkan komunikasi dari atas ke bawah dapat berjalan secara langsung, dalam artian komunikasi antara manager operasional dengan karyawan pada tingkatan paling bawah dapat berlangsung tanpa harus melalui koordinator, maupun kepala divisi masing-masing. Terlepas dari saluran-saluran resmi yang dibuat perusahaan, hubungan hubungan sosial diluar struktural maupun fungsional berkembang sedemikian rupa. Hal ini ditunjukan dengan adanya suatu bentuk keakraban yang tercermin dalam setiap kegiatan komunikasi yang berlangsung, baik didalam jam kerja maupun diluar jam kerja. Ruang serta mobilitas kerja karyawan yang terbuka memungkinkan berkembangnya pola hubungan antarpersona yang efektif serta mampu menunjang dalam penyelesaian pekerjaan karyawan, karena didalam jam kerja, antar bagian dalam tingkatan ini dapat melakukan komunikasi tatap muka secara langsung tanpa ada batasan ruang. Bagianbagian ini antara lain; cleaning service (OB), Life Guard (LG), Resto, Maintenance, serta Gardener. Meskipun bagianbagian tersebut mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda secara fungsional, disamping mampu bertanggung jawab pada bagianya masing-masing, tanpa adanya instruksi dari koordinator

atau kepala divisi maupun manager operasional, sebagian dari karyawan juga mampu bekerja sama dalam menyelesikan suatu pekerjaan diluar fungsionalnya, apakah bentuk kerja sama itu secara fisik atau sekedar tukar pendapat diantara mereka. Melihat fenomena kegiatan komunikasi antar karyawan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park Sun City Sidoarjo Dalam Penyelesaian Pekerjaan. Karenanya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana jaringan komunikasi karyawan Water Park Sun City (WPSC) Sidoarjo dalam penyelesaian pekerjaan dan bagaimana peranan tiap individu dalam jaringan komunikasi yang terbentuk?

KERANGKA TEORIPola Jaringan Komunikasi Karyawan Komunikasi adalah suatu proses memberikan sinyal menurut aturan tertentu sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Brent D Ruben memberikan pengertian komunikasi sebagai berikut; komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok organisasi, dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasikan lingkunganya dan orang lain (Muhammad, 2005 : 3). Menurut Husain Umar (2002) proses komunikasi terdiri dari dua cara yaitu : 1). Proses secara primer. Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan

4

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

seseorang kepada orang lain dalam menggunakan symbol sebagai media yakni, bahasa, gambar, warna.dan sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan. 2). Proses secara sekunder. Adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan alat atau sarana media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Wayne Pace memberikan pengertian komunikasi organisasi sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unitunit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lain dan berfungsi dalam suatu lingkungan. (Umar, 2002:65-66) Di dalam komunikasi organisasi terdapat komunikasi internal, yaitu pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jabatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manejemen). (Effendi, 1984 : 122). Dimensi komunikasi internal dibagi menjadi dua yaitu: 1). Komunikasi Vertikal Yaitu komunikasi dari atas ke bawah (downward communication), dan dari bawah ke atas (Upward communication),

adalah komunikasi yang terjadi dari pimpinan kepada bawahan, serta dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan intruksi, informasi, nasehat serta bimbingan pada setiap karyawan sesuai dengan tingkat kemajuan dalam kinerja maupun karirnya. Sedangkan dari bawahan. Memberikan laporan-laporan serta saransaran dan pengaduan kepada pimpinan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam hal ini tidak langsung berarti pesan harus mengalir secara bertahap melalui saluransaluran resmi untuk sampai kepada komunikan. Hal ini tergantung pada bagaimana organisasi tersebut membuat sistem komunikasinya. 2). Komunikasi Horisontal Yakni komunikasi yang berlangsung dalam tingkatan yang sama dalam struktur organisasi, antara sesama karyawan, anggota staf dengan anggota staf yang lain, dan sebagainya. Komunikasi horisontal biasanya berhubungan dengan pemecahan masalah, koordinasi, penyelesaian konflik, dan desas-desus (Muhammad, 2005:72 ). 3). Komunikasi Lintas Saluran (Diagonal) Komunikasi berlangsung melintasi jalur fungsional, hubungan komunikasi tersebut terjadi pada orang-orang yang diawasi dan yang mengawasi, tetapi mereka bukan atasan atau bawahan dalam struktur organisasi. Mereka dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan ruang kerja mereka hanya untuk terlibat dalam komunikasi informal. Ada tiga pola hubungan individu

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

5

dalam organisasi, seperti yang dikemukakan oleh R. Wayne Pace dan Don F Faules . (Pace : 2006). Yakni : 1). Hubungan Posisional Hubungan yang terbentuk dan ditentukan oleh struktur otoritas serta tugastugas fungsional di dalam organisasi. Hubungan yang paling umum terjadi yakni, hubungan atasan-bawahan (berkenaan dengan jabatan) 2). Hubungan Antarpersona Adalah hubungan paling intim yang terjadi antar individu dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya, dan lain sebagainya. Kedekatan antarpersona diantara individu dalam organisasi cenderung saling memper-hatikan antar satu sama lain, daripada orang-orang lain diluar hubungan tersebut. 3). Hubungan Berurutan Informasi disampaikan ke seluruh organisasi formal oleh suatu proses; dalam proses ini orang di puncak hierarki mengirimkan pesan kepada orang kedua yang kemudian mengirimkanya lagi kepada orang ketiga. Reproduksi pesan orang pertama menjadi pesan orang kedua, dan reproduksi pesan orang kedua menjadi pesan orang ketiga (Haney: 1962). Cara penyebaran dari orang ke orang ini disebut berurutan. Untuk membahas jaringan komunikasi, banyak pakar yang memberikan pendapatnya antara lain:

komunikasi formal, yang sangat menyerupai struktur organisasi. Ada saluransaluran formal melalui mana komunikasi mengalir. Misalnya, seorang pegawai hanya dapat berkomunikasi dengan manajer umum melalui pengawasnya langsung. Prosedur komunikasi demikian melindungi administrator tingkat atas dari informasi yang tidak diperlukan dan menguatkan struktur kekuasaan. Ada juga jaringan komunikasi informal, kadang-kadang disebut grapevine. Komunikasi informal ini terjadi dari luar saluran-saluran yang telah ditentukan, dan paling sering dilakukan dalam interaksi tetap muka atau dengan telepon. Komunikasi informal ini dapat berhubungan dengan tugas atau dengan kemasyarakatan. Grapevine dapat digunakan oleh manejemen puncak untuk membuat pengumuman tidak resmi. Tiap orang dalam organisasi mempunyai peranan dalam jaringan komunikasi formal dan peranan dalam jaringan komunikasi informal, dan kedua peranan ini sangat mempengaruhi berapa banyak dan jenis informasi apakah ia akan menerimanya.

2). Stephen P Robbins .Dimensi vertikal dan horisontal dalam komunikasi organisasi dapat digabungkan dalam bermacam-macam pola atau dengan apa yang disebut jaringan-jaringan komunikasi. Ada lima jaringan yang sudah lazim ditunjukkan atau dipakai yaitu: a). Jaringan rantai Jaringan rantai menunjukkan suatu hierarki vertikal, dimana komunikasi hanya dapat bergerak menuju ke atas atau ke bawah

1). Daniel C. Fedmen dan Hugh J. ArnoldAda dua pola komunikasi dalam organisasi. Pola pertama adalah jaringan

6

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

Gambar 1:

d). Jaringan Lingkaran Jaringan lingkaran memungkinkan anggota-anggota saling mempengaruhi dengan anggota-anggota yang berdampingan, tetapi tidak lebih jauh. Jaringan ini menunjukan suatu hierarki tingkat tiga, tingkat didalam mana terdapat komunikasi vertikal antara atasan dan bawahan, dan komunikasi horisontal hanya pada tingkat paling rendah. Gambar 4:

b). Jaringan Y Apabila kita mengubah jaringan Y terbalik, dapat dilihat dua orang bawahan memberi laporan kepada seorang manajer yang masih mempunyai dua tingkat hierarki di atas menejer. Gambar 2:

e). Jaringan Semua Saluran Jaringan semua saluran memungkinkan tiap subjek mengadakan komunikasi secara bebas dengan ke empat orang anggota lainya. Gambar 5:

c). Jaringan Roda Apabila melihat diagram roda seolah-olah seseorang sedang berdiri diatas jaringan. Jaringan roda menunjukan seorang menejer yang mempunyai empat orang bawahan. Akan tetapi tidak ada pengaruh timbal balik antara orang-orang bawahan. Semua komunikasi disalurkan melalui menejer. Gambar 3:

Peranan-peranan Jaringan Komunikasi R. Wayne Pace dan Don F. Faules (2006:176) menjelaskan bahwa sebuah oranisasi terdiri dari orang-orang dalam berbagai jabatan. Ketika orang-orang dalam jabatan itu mulai berkomunikasi satu dengan lainya, berkembanglah

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

7

keteraturan dalam kontak dan Siapa berbicara kepada siapa lokasi setiap individu dalam pola dan jaringan yang terjadi memberi peranan pada orang tersebut. Secara singkat ada tujuh peranan jaringan komunikasi yaitu:

3). Jembatan (Bridge)Adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lainya. Sebuah jembatan berlaku sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai. Farace dkk (1977) memperkirakan bahwa penyimpangan pesan akan meningkat bila kontak dan hubungan diantara klik terutama ditangani oleh jembatan. Sebagai orang yang menyampaikan pesan dan merupakan citra sentral dalam sistem komunikasi suatu klik, sebuah jembatan rentan terhadap semua kondisi yang menyebabkan kehilangan, kerusakan dan penyimpangan informasi

1). Anggota klikAdalah sebuah kelompok indivdu yang paling sedikit separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainya. Sebuah klik terbentuk bila lebih daripada separuh komunikasi anggota-anggotanya adalah komunikasi dengan sesama anggota, bila setiap anggota dihubungkan dengan semua anggota lainya dan bila tidak ada satu hubunganpun atau seorang anggotapun yang dapat dihilangkan sehingga mengakibatkan kelompok terpecah.

4). Penghubung (Liaison)Adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan salah satu anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Ross dan Harary (1955) mengemukakan bahwa bila seorang penghubung menyebabkan kemacetan maka organisasi akan dirugikan, sedangkan bila penghubung efisien, ia cenderung melancarkan aliran informasi diseluruh organisasi. Rogers dan Agarwala-Rogers (1976), menyatakan bahwa peranan penghubung harus diciptakan secara formal dalam suatu organisasi apabila penghubung ini tidak terdapat secara informal

2). Penyendiri (isolate)Penyendiri adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan kontak dengan anggota kelompok lainya. Konsep penyendiri ini relatif dan harus didefinisikan bergantung pada isi pesan. Jadi mungkin saja seorang anggota organsasi menyendiri dalam suatu jaringan yang pesan-pesanya mengenai hubungan pemerintahan dengan organisasi, tetapi menjadi seorang anggota klik sentral bila pesan-pesanya berkenaan dengan administrasi internal dari suatu divisi dalam organisasi tersebut. Beberapa anggota organisasi menjadi penyendiri bila berurusan dengan kehidupan pribadi pegawai-pegawai lainya, tetapi jelas merupakan anggota klik bila pesan-pesan berkenaan dengan perubahan dalam kebijakan dan prosedur organisasi.

5). Penjaga gawang (Gate Keeper)Menurut Katz dan Lazarsfeld (1955) berarti mengendalikan satu bagian strategis dari suatu saluran. agar memiliki kekuatan untuk memutuskan apakah sesuatu yang mengalir melintasi saluran

8

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

akan sampai kepada kelompok tersebut atau tidak

6). Pemimpin pendapat (Opinion Leader)Adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Orang ini disebut pemimpin pendapat yang dibutuhkan karena pendapat dan pengaruh mereka. Katz dan Lazarsfeld (1955) menggambarkan seorang pemimpin pendapat sebagai suatu bentuk kepemimpinan yang nyaris tidak kelihatan dan tidak dikenali, pada tingkat orang per-orang dalam kontak biasa, maupun kontak sehari-hari.

7). KosmopoliteAdalah orang milik seluruh dunia atau orang yang bebas dari gagasan, prasangka, atau kecintaan lokal, daerah atau nasional, seorang kosmopolite adalah individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu diluar organisasi. Kosmopolite menghubungkan para anggota organisasi dengan orangorang dan peristiwa-peristiwa di luar batasbatas struktur organisasi.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode analisis jaringan (network analysis) yang pada dasarnya bertujuan untuk memetakan kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi ataupun unit kerjanya dalam penyelesaian pekerjaan sesuai dengan fungsionalnya, sehingga dapat digambarkan dalam

suatu jaringan komunikasi berikut peranan tiap individu (peran jaringan kerja komunikasi) dalam setiap jaringan komunikasi yang terbentuk. Penelitian ini dilakukan di Water Park Sun City (WPSC) Sidoarjo dengan pertimbangan bahwa, komunikasi diantara karyawan dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaanya berlangsung penuh dengan keakraban. Yang menarik, sebagian dari anggota-anggotanya mampu membantu dan berfungsi dengan baik pada divisi yang berbeda untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan diluar wewenang dan tanggung jawabnya, baik bentuk kerjasama itu secara fisik maupun sekedar tukar pendapat dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Water Park Sun City(WPSC) Sidoarjo yang berjumlah 36 orang. Sesuai tujuan dari penelitian ini, maka teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, yakni seluruh populasi yang ada dijadikan sampel guna memperoleh gambaran yang utuh dari seluruh populasi yang ada. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap informan. Setelah terkumpul data diolah dan dianalisis. Proses analisis data dilakukan dengan menelaah data, mengelompokan data, menemukan apa yang sesuai dengan fokus penelitian. Untuk menggambarkan data-data tertentu digunakan tabel frekwensi, kemudian untuk menggambarkan suatu jaringan komunikasi yang terbentuk beserta peranan tiap individu dalam jaringan komunikasi, akan dianalisis secara sosiomatriks dan sosiogram.

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

9

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Distribusi pilihan pasangan hubungan komunikasi karyawan dalam penyelesaian pekerjaanUntuk mempermudah analisis data, pilihan pasangan hubungan komunikasi karyawan akan disajikan dalam bentuk sosiomatriks dan sosiogram.Tabel 1Memilih 1 2 3 Jml 5 25 6 % 13,9% 69,4% 16,7% Dipilih 0 1 2 3 4 5 7 JML Jml 6 13 6 3 4 2 2 36 % 16,7% 36,1% 16,7% 8,3% 11,1% 5,5% 5,5% 100%

atau 16,7%, dipilih oleh 3 orang, jumlahnya sebanyak 3 responden atau 8,3%, dipilih oleh 4 orang, jumlahnya sebanyak 4 responden atau 11,1%, dipilih oleh 5 orang, jumlahnya sebanyak 2 responden atau 5,5%, dan dipilih oleh 7 orang, jumlahnya sebanyak 2 reponden atau 5,5%. Pada dasarnya dalam pemilihan pasangan hubungan komunikasinya, responden lebih didasari oleh rasa percaya responden, bahwa pasangan hubungan komunikasinya tersebut mampu membantu penyelesaian permasalahan yang dihadapinya (dalam penyelesaian pekerjaan).

2. Arah hubungan komunikasi dalam penyelesaian pekerjaanTabel 2No 1 2 Hub. Komunikasi Satu arah ( hanya memilih ) Dua arah ( saling memilih ) JUMLAH Jml 40 17 57 % 70,2% 29,8% 100%

JML

36

100%

Sumber: Sosiogram jaringan komunikasi karyawan

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa responden yang memilih 1 orang sebagai pasangan hubungan komunikasinya, hanya terdapat 5 orang responden atau 13,9%, sedangkan yang memilih 2 orang sebagai pasangan hubungan komunikasinya, sebanyak 25 orang responden atau 69,4%, sementara responden yang memilih 3 orang sebagai pasangan hubungan komunikasinya yakni sebanyak 6 responden atau 16,7%. Responden yang tidak dipilih sama sekali oleh responden lain sebagai pasangan hubungan komunikasi, sebanyak 6 responden atau 16,7%, dipilih oleh 1 orang jumlahnya sebanyak 13 responden atau 36,1%, dipilih oleh 2 orang, jumlahnya sebanyak 6 responden

Sumber: Sosiogram jaringan komunikasi karyawan

Dari data yang diperoleh ditemukan 57 hubungan komunikasi, diantaranya 40 hubungan komunikasi atau 70,2% bersifat hanya memilih, tetapi tidak dipilih oleh pasangan komunikasinya, sedangkan 17 pasangan komunikasi lainya atau 29,8% bersifat saling memilih satu sama lain dalam penyelesaian pekerjaanya.

3. Motif Pemilihan Pasangan Hubungan Komunikasi Karyawan Dalam penyelesaian Pekerjaan.Dalam menentukan motif (alasan yang melatarbelakangi pemilihan pasa-

10

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

ngan hubungan komunikasi karyawan) jawaban, responden akan diklasifikasikan sesuai dengan sifat dari hubungan yang terbentuk, antara lain: a. Hubungan Antarpersona, yakni jika antar individu yang saling berhubungan, mempunyai kedekatan emosional antar satu sama lain, menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi mereka melalui penyingkapan diri (self-disclosure), bersikap tulus satu sama lain dengan menunjukan sikap menerima secara verbal maupun non verbal, menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lain dengan memberikan respons-respons yang relevan dan penuh pengertian. b. Hubungan Posisional, yakni hubungan yang ditentukan oleh struktur otoritas dan tugas-tugas fungsional anggota organisasi, antara lain, hubungan atasan dengan bawahan atau sebaliknya (secara langsung), serta hubungan antar anggota dalam satu divisi atau bagian yang sama.

Penyelesaian pekerjaan pada tiap individu dalam menjalankan fungsionalnya, tidak terlepas dari peran serta individu yang lain, dalam pemilihan pasangan hubungan komunikasinya, ditemukan beberapa hal yang melatar belakangi atau yang menjadi motif dalam pemilihan hubungan komunikasi karyawan, antara lain, yang pertama dikarenakan alasan hubungan posisional, yang kedua yakni, dikarenakan hubungan antarpersona, dan yang ketiga bermotif ganda, yakni hubungan posisional dan antarpersona. Jumlah motif pemilihan pasangan hubungan komunikasi karyawan dalam penyelesaian pekerjaanya, dapat dianalisis dalam tabel frekwensi berikut. Adapun motif disini ditujukan pada pilihan pertama responden, dimana menyangkut tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap pasangan komunikasinya tersebut dalam penyelesaian pekerjaanya. Tabel 3 menunjukkan bahwa motif hubungan posisional, ditemukan pada 7 pasangan hubungan komunikasi atau 19,5%, diantaranya adalah pasangan

Tabel 3NO 1 MOTIF HUBUNGAN Posisional PASANGAN KOMUNIKASI (3-1), (4-1),(5-1),(21-19),(23-19), (35-36),(36-37). 2 3 Antarpersona Posisional + antarpersona (19-17),(22-25),(27-17) (1-2),(2-1),(6-2), (7-4), (8-10), (9-10), (10-9), (11-10),(12-16), (13-16), (14-16),(15-16),(16-12), (17-18),(18-17),(20-19), (24-19), (25-3),(26-3),(28-5),(29-28), (30-5), (31-30), (32-5), (33-5), (34-5). JUMLAH 36 36 100% 3 26 8,3% 72,2% JUMLAH 7 % 19,5%

Sumber : Sosiogram jaringan komunikasi karyawan

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

11

responden No (3-1),(4-1),(5-1), yakni komunikasi vertikal yang terjadi antara seorang bawahan dengan atasan (downward communication), dan pasangan responden No (21-19),(23-19) yakni komunikasi antar anggota (horisontal), sedangkan 2 orang responden lainya, saling memilih dalam penyelesaian pekerjaanya, yakni responden No 35 dan 36 yang bertugas pada bagian yang sama. Pasangan hubungan komunikasi dengan motif hubungan antarpersona terdiri dari 3 pasangan hubungan komunikasi lintas saluran, yakni pasangan responden Nomor (7-2),(19-27),(22-25) dan (27-17), dimana 4 orang responden hanya memilih tetapi tidak dipilih oleh pasangan hubungan komunikasinya Pada hubungan dengan motif ganda ( Posisional + Antarpersona ), ditemukan 26 pasangan hubungan komunikasi atau 72,2%, dimana 4 pasangan diantaranya saling memilih sebagai pilihan pertamanya didalam penyelesaian pekerjaan, yakni pasangan responden No (1-2),(9-10),(1216), dan (17-18). Jadi dalam penyelesaian pekerjaanya, mayoritas karyawan WPSC dalam menjalankan fungsionalnya, terkait dengan hubungan antarpersona.

4. Jaringan komunikasi yang terbentuk pada Karyawan WPSC dalam penyelesaian pekerjaanJika melihat pola jaringan yang terbentuk pada beberapa klik, antara lain klik B, E, F dan klik G, maka jaringan yang terbentuk adalah jaringan Roda. Hal ini didasarkan atas pilihan pasangan hubungan komunikasi semua anggotaanggotanya dari masing-masing klik, yang terpusat pada salah satu anggotanya

didalam kliknya masing-masing. Tetapi aksesibilitas anggota masing-masing klik tersebut dalam kegiatan komunikasinya yang berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan tidak terbatas, dalam arti, tiaptiap anggota pada masing-masing klik mampu melakukan kontak yang lebih dengan sebagian anggota lainya. Misalnya, klik B beranggotakan 5 orang, keempat anggotanya masing-masing memilih responden nomor 19 sebagai pasangan hubungan komunikasinya, sehingga menjadikan responden nomor 19 sebagai pusat koordinasi, dimana tingkat ketergantungan anggota lainya kapada responden nomor 19 cukup tinggi. Tetapi pada kenyataanya mereka juga dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini ditunjukan dengan adanya kontak yang lebih pada masing-masing anggota dengan anggota atau sebagian anggota lainya dalam jaringan komunikasi yang terbentuk. Sehingga pola jaringan Roda yang terbentuk hampir menyerupai pola jaringan Semua Saluran. Dengan terbentuknya pola jaringan seperti ini, aksesibilitas anggota dalam mengirim dan menerima pesan/informasi cukup terbuka, tetapi tetap saja tingkat ketergantungan karyawan dalam penyele-saian pekerjaannya, masih banyak tergan-tung pada anggota klik yang berperan sentral sebagai pemimpin pendapat (Opoinion Leader) baik formal maupun tanpa jabatan formal. Sehingga anggota-anggotanya sulit untuk mengambil keputusan atau inisiatif sendiri, ketika terjadi suatu permasalahan dalam penyelesaian pekerjaanya. Pada jaringan Roda yang terbentuk, terjadi kelebihan beban pesan dan pekerjaan pada individu yang berperan sentral sehingga dapat mempengaruhi

12

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

kinerja individu yang berperan sentral itu sendiri. Kurangnya kemandirian karyawan terjadi pada pola jaringan seperti ini, anggota dalam jaringan ini sulit mengambil inisiatif atau langkah-langkah yang cepat dan tepat ketika mendapatkan suatu permasalahan dalam penyelesaian pekerjaanya, karena masih tergantung penuh pada pimpinan maupun peran opinion leader. Sebaiknya menajemen lebih meningkatkan lagi kemampuan SDM karyawan, dengan memberikan pelatihanpelatihan atau kursus-kursus tambahan pada bidang kerja masing-masing. Sehingga karyawan mampu mengambil keputusan sendiri dalam suatu permasalahan tertentu, ketika pimpinan sulit untuk ditemui atau dalam keadaan tertentu ketika terjadi kemacetan atau gangguan komunikasi antara karyawan dengan atasan. Disamping itu juga terbentuk jaringan semua saluran yaitu pada Klik C (No. 17, 18 dan 27), seluruh anggota-anggotanya saling mempengaruhi antar satu sama lain dalam penyelesaian pekerjaanya, meskipun tidak ada hubungan posisional antara responden nomor 27 dengan anggota lainya, ternyata dalam jaringan ini, diantara anggota-anggotanya mampu bertukar peran fungsional. Jaringan ini terbentuk karena hubungan antarpersona yang cukup erat diantara ketiganya. Jaringan Semua Saluran ini juga terbentuk pada klik A dan klik D. Dalam jaringan ini pemecahan suatu permasalahan akan lamban, hal ini karena tidak ada pengaruh yang dominan dari salah satu anggotanya. Tetapi aksesibilitas karyawan dalam menerima dan menyampaikan pesan, tidak terbatas (dapat menggunakan semua saluran).

5. Peran Individu Dalam Jaringan Komunikasia. Klik Dalam jaringan komunikasi karyawan, terdapat 7 klik dalam kegiatan komunikasi karyawan WPSC berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan, diantaranya dengan anggota-anggotanya sebagai berikut :Tabel 4.7No 1 2 3 4 5 6 7 Klik Klik A Klik B Klik C Klik D Klik E Klik F Klik G Anggota 1, 2, 6 19, 20, 21, 23, 24 17, 18, 27 3, 22, 25 8, 9, 10, 11 12, 13, 14, 15, 16 5, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 31 Jml 3 5 3 3 4 5 8 31 % 8.33% 13,88% 8,33% 8,33% 11.1% 13,88% 22,2% 86,1%

Jumlah

Sumber : Sosiogram jaringan komunikasi karyawan

Keterangan 1). Klik A Pada tabel di atas klik A beranggotakan 3 orang yang terbentuk karena hubungan posisional maupun hubungan antarpersona diantara anggotanya. 2). Klik B Klik B Beranggotakan 5 orang responden dari bagian yang sama dan saling memahami tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsionalnya, Klik ini terbentuk terkait dengan hubungan antarpersona dan posisional (karena mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama).

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

13

3). Klik C Klik C menunjukan adanya 3 orang responden, pola jaringanya membentuk jaringan lingkaran dan terjadi komunikasi lintas saluran didalamnya (beda divisi/unit kerja) yakni antara responden nomor 27 dengan kedua responden lainya. 4). Klik D Klik D beranggotakan 3 orang responden, yang menunjukan satu orang atasan dan dua orang bawahan. Diantara responden nomor 22 dan 25 tidak terdapat hubungan posisional didalamnya, hubungan yang timbul lebih dikarenakan hubungan antarpersona yang terbentuk diantara keduanya. 5). Klik E Klik E terbentuk dari anggota-anggota dalam satu bagian yang sama, yang menunjukan nomor 10 sebagai seorang jembatan (bridge) sekaligus pemimpin pendapat (opinion leader) dalam kliknya. 6). Klik F Klik F terdiri dari 5 orang anggota dalam bagian yang sama, jika dilihat pola jaringanya, hampir membentuk pola jaringan semua saluran, terjadi lebih dari satu kontak diantara anggota tetapi tidak memenuhi keseluruhan anggota. Komu-nikasi horisontal yang terjadi diantara anggota dikarenakan alasan formal, yakni dalam tugas dan tanggung jawab yang sama, serta sebagian dari mereka juga terkait hubungan antarpersona yang cukup erat.

7). Klik G Klik G memiliki anggota paling banyak dibanding dengan klik-klik yang lain yakni 7 orang responden. sebagai atasan adalah responden nomor 5 yang juga bertindak sebagai pusat koordinasi dari anggotanya

b. Isolate (Penyendiri)Dalam jaringan komunikasi yang terbentuk, ditemukan 3 orang responden yang berperan sebagai isolate, yakni responden nomor 4, 26, dan 36 dapat dikatakan bahwa dalam penyelesaian pekerjaanya ketiga responden tersebut berperan sebagai isolate, hal ini dikarenakan anggota dalam bagian atau divisinya jumlahnya terbatas yakni tidak lebih dari dua orang dan dikarenakan jabatan fungsionalnya didalam jam kerja, ketiga responden tersebut tidak memungkinkan untuk meninggalkan ruang kerjanya, sehingga komunikasi dengan karyawan lainya sangatlah terbatas.

c. Pemimpin Pendapat (Opinion Leader)Dalam Jaringan Komunikasi yang terbentuk ditemukan beberapa Opinion Leader tanpa jabatan formal, dalam hal ini yakni responden yang dipilih paling banyak oleh anggotanya dalam rangka penyelesaian pekerjaan yang akan dianalisis pada tiap-tiap klik sebagai berikut: 1). Klik A Pada klik A tidak ditemukan seorang pemimpin pendapat, kecuali responden nomor 1 yang memegang peran sentral sebagai pusat koordinasi karyawan (Pemimpin Pendapat

14

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

Formal). Adapun komunikasi yang terjadi diantara mereka dalam penyelesaian pekerjaan, dapat saling mempengaruhi, tetapi lebih didominasi oleh responden nomor 1, hal ini dikarenakan otritas kekuasaanya sebagai manajer operasional. 2). Klik B Dalam penyelesaian pekerjaanya anggota-anggota dari klik B menjadikan responden nomor 19 sebagai pemimpin pendapat mereka. Disamping dikarenakan kompetensinya dalam bidang pekerjaanya diantara 4 orang responden yang memilih nomor 19, dua diantara pemilih memiliki motif hubungan antarpersona dengan responden nomor 19, yakni responden nomor 20 dan 24. 3). Klik C Klik C tidak mempunyai pemimpin pendapat, ketiga anggotanya saling mempengaruhi dalam penyelesaian pekerjaanya tetapi lebih didominasi oleh responden nomor 17. Walaupun satu diantara anggotanya berlainan tugas dan bagian, klik ini ternyata sangat solid, hal ini dibuktikan dengan kemampuan mereka dalam bertukar peran fungsional satu sama lain 4). Klik D Responden nomor 3 mempunyai dua peran sekaligus dalam klik ini yakni sebagai pemimpin pendapat formal dan informal, sabagai pemimpin pendapat formal responden nomor 3 adalah seorang pimpinan resmi dari kedua anggotanya.

5). Klik E Klik E mempunyai seorang pemimpin pendapat yakni responden nomor 10, yang dipilih oleh ketiga anggotanya. Responden nomor 10 dipilih karena pengalaman pada bidang kerjanya serta hubungan antarpersona yang terjalin diantara mereka. 6). Klik F Kegiatan komunikasi dalam klik ini lebih menonjol, kelima anggotanya memilih lebih dari satu orang sebagai pasangan hubungan komunikasinya, hal ini menunjukan koordinasi yang maksimal diantara mereka yang dilatarbelakangi juga oleh hubungan antarpersona diantara anggotanya. Responden nomor 16 bertindak sebagai pemimpin pendapatnya, yakni dipilih oleh ke empat orang anggotanya, karena kompetensinya serta hubungan antarpersona yang terjalin. 7). Klik G Klik ini beranggotakan paling banyak dibandingkan dengan klik yang lain, yakni 8 orang responden. Ditemukan 2 orang responden sebagai pemimipin pendapat, antara lain responden nomor 5 serta responden nomor 28. Responden nomor 5 adalah pimpinan dalam jabatan formal dan informal yang dipilih oleh 6 orang anggotanya, satu diantaranya yakni responden nomor 35 ( bukan anggota klik ), responden nomor 5 dipilih karena karena alasan formal (koordinasi dengan atasan langsung) serta hubungan antarpersona diantara mereka. Sedangkan responden

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

15

Gambar 6 Sosiogram Jaringan komunikasi karyawan dalam Penyelesaian Pekerjaan

nomor 28 berperan sebagai pemimpin pendapat tanpa jabatan formal, dipilih oleh 5 orang responden, yakni nomor 5,26,29,32,dan 34 dengan alasan formal dan hubungan antarpersona, tetapi seorang responden yakni nomor 26, bukanlah anggota klik, motif hubunganya semata-mata karena hubungan antarpersona diantara keduanya. Yang menarik kedua responden yang berperan sebagai pemimpin pendapat yakni responden nomor 5 dan 28 terjadi hubungan timbal balik atau saling memilih sebagai pasangan hubungan komunikasi dalam penyelesaian pekerjaanya, karena alasan formal dan hubungan antarpersona diantara keduanya, sehingga koordinasi yang cukup maksimal terbentuk dalam klik ini.

d. Jembatan (Bridge)Seperti diketahui bahwa jembatan adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota kliknya, dan berlaku sebagai pengontak langsung yang mampu menghubungkan kliknya dengan klik yang lain. Dari data sosiogram menunjukan bahwa terdapat peran jembatan pada tiap-tiap klik, jika dilihat dari distribusi pemilihan pasangan hubungan komunikasinya dengan anggota klik lainya. Pada umumnya seluruh anggota dari tiap-tiap klik adalah karyawan dalam satu bagian, kecuali pada klik-klik tertentu. Jika dinilai dari perspektif pola hubungan yang terjadi, sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka peran jembatan dapat dibedakan menjai dua yakni:

16

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

1). Peran Jembatan dengan Pola Hubungan Posisional Adalah peran jembatan yang dibuat dan ditentukan secara formal yang berfungsi mengalirkan informasi dari dalam kliknya kepada klik lain, dalam hal ini ditemukan tiga orang responden yang berperan sebagai jembatan, diantaranya adalah responden nomor 3,4 dan 5, yang secara posisional menduduki jabatan sebagai kepala bagian atau divisi dimana pada pilihan pasangan hubungan komunikasinya berdimensi vertikal yakni dengan responden nomor 1. adapun pesan yang dialirkan adalah masalah penyelesaian pekerjaan yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun permasalahan yang dihadapi oleh anak buahnya, 2). Peran Jembatan dengan Pola Hubungan Antarpersona Adalah peran Jembatan yang dilatarbelakangi oleh hubungan Antarpersona yang mengakibatkan mengalirnya pesan-pesan yang lebih bersifat pribadi yang muncul melalui penyingkapan diri (Self-disclosure), hubungan ini timbul semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sosial maupun emosional karyawan. Adapun pesan yang mengalir lebih beragam, tidak hanya menyangkut masalah perusahaan saja, dan kebutuhan informasi yang sulit didapat pada saluran resmi, akan lebih muda didapat pada saluran dengan pola hubungan seperti ini. Responden yang berperan seperti yang dimaksud diatas adalah responden nomor 5,10, 12, 16, 28, mereka ini dikenal ramah dan

mudah bergaul dengan karyawan lainya.

e. Penghubung (Liaison)Dalam jaringan komunikasi yang terbentuk, ditemukan beberapa responden yang berperan sebagai penghubung. Adapun peran penghubung dalam hal ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian sesuai dengan sifatnya, yakni formal dan informal. Untuk penghubung formal yakni peran yang dengan sengaja dibentuk oleh perusahaan, sementara penghubung informal terbentuk diluar otoritas perusahaan, seperti dijelaskan sebagai berikut : 1) Penghubung Formal

Ditemukan dua orang responden yang bertindak sebagai penghubung formal, yakni responden nomor 1 dan 3. seperti diketahui responden nomor 1 adalah seorang manajer operasional yang memegang pucuk pimpinan yang mengharuskanya berkoordinasi dengan bawahanya dan menghubungkanya satu sama lain, sehingga responden nomor 1 menjadi pusat koordinasi dan penyebaran pesan secara langsung kepada karyawan satu tingkat dibawahnya (yang bertindak sebagai kepala divisi/ koordinator) yakni responden nomor 2,3,4 dan 5. 2) Penghubung Informal

Sebagai penghubung informal dalam hal ini adalah responden nomor 7, 17 dan 35. peran penghubung pada responden nomor 7 ditunjukan pada perananya yang mampu menghubungkan antara klik B melalui responden nomor 19 dengan klik A, melalui responden nomor 2, peran penghubung pada responden

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

17

nomor 17 ditunjukan pada perananya yang mampu menghubungkan klik B melalui responden nomor 19 dengan klik D melalui responden nomor 3 yakni antara bawahan dengan atasan. Sulitnya mendapatkan feed back yang sesuai, menjadikan responden nomor 19 melakukan komunikasi keatasnya melalui responden nomor 17 agar didapat feed back yang sesuai. Sedangkan peran penghubung pada responden nomor 35 ditunjukan pada peranananya yang mampu menghubungkan klik A melalui responden nomor 2 dengan klik G melalui responden nomor 5, kegiatan komunikasi yang berlangsung dalam hal ini pada dasarnya dikarenakan hubungan antarpersona yang terjalin diantara mereka, sehinga pada kedua klik yang dihubungkan mampu saling menyerap informasi melalui responden nomor 35. adapun pesan yang mengalir pada saluran ini sangat beragam (tidak terbatas pada masalah perusahaan).

SIMPULANHasil analisis data yang diperoleh, menunjukan bahwa, dalam penyelesaian pekerjaanya, karyawan selalu berkoordinasi dengan anggota yang lainya. Hal ini menunjukan bahwa kerjasama selalu dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan. Hubungan komunikasi yang mencerminkan suatu koordinasi atau kerjasama tidak terlepas dari peran hubungan antarpersona yang cukup erat dan terjalin pada mayoritas karyawan, sehingga memudahkan mereka dalam berkomunikasi dalam artian tidak ada suatu bebanpun pada karyawan dalam kegiatan komunikasi mereka dengan anggota yang lainya.

Jaringan komunikasi yang terbentuk adalah pola jaringan roda dan jaringan semua saluran, dimana semua jaringan komunikasi yang terbentuk tidak satupun komunikasi yang berlangsung menggunakan prosedur formal, baik dari segi media yang digunakan maupun cara penyampaian pesanya. Adapun cara mereka berkomunikasi adalah layaknya suatu obrolan biasa dengan penggunaan bahasa sehari-hari (tidak baku) Pada dasarnya setiap jaringan komunikasi yang terbentuk mencerminkan suatu bentuk kerjasama maupun koordinasi diantara karyawan, dengan wujud kerjasama secara fisik maupun sekedar tukar pendapat diantara mereka. Adapun dalam penelitian ini ditemukan 3 orang responden (anggota Klik C) yang mampu bertukar peran fungsional meskipun tidak ada instruksi dari atasanya. Sementara itu ke 33 responden lainya bentuk kerjasamanya hanya terbatas pada arahan-arahan atau sekedar tukar pendapat dengan pasangan hubungan komunikasinya.

SARANPertama, pada jaringan roda yang terbentuk, terjadi kelebihan beban pesan dan pekerjaan pada individu yang berperan sentral sehingga dapat mempengaruhi kinerja individu yang berperan sentral itu sendiri. Kurangnya kemandirian karyawan terjadi pada pola jaringan seperti ini, anggota-anggota dalam jaringan ini sulit mengambil inisiatif atau langkah-langkah yang cepat dan tepat ketika mendapatkan suatu permasalahan dalam penyelesaian pekerjaanya, karena masih tergantung penuh pada pimpinan maupun peran opinion leader. Sebaiknya menajemen

18

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 1 - 19

lebih meningkatkan lagi kemampuan SDM karyawan, dengan memberikan pelatihanpelatihan atau kursus-kursus tambahan pada bidang kerja masing-masing. Sehingga karyawan mampu mengambil keputusan tersendiri dalam sustu permasalahan tertentu, ketika pimpinan sulit untuk ditemui atau dalam keadaan tetentu ketika terjadi kemacetan atau gangguan komunikasi antara karyawan dengan atasan Kedua, pada jaringan semua saluran, anggota-anggota dalam jaringan ini pada dasarnya saling mempengaruhi dalam penyelesaian pekerjaanya, tetapi dengan tidak ditemukanya peran sentral salah satu anggotanya, baik sebagai pimpinan formal maupun informal, maka dalam pemecahan suatu permasalahan akan lamban, hal ini dikarenakan tidak ada pengaruh yang dominan dari salah satu anggotanya. Anggota-anggota pada jaringan ini diharapkan dapat menilai segala sesuatunya secara proporsional, sehingga dalam pemecahan suatu masalah didalam jaringanya, tidak akan terjadi perdebatan yang tidak perlu. Ketiga, meningkatkan hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan pada masing-masing divisi, khususnya pada divisi OB (Office Boy) dengan atasanya (general Affair), hal ini dikarenakan, selama ini komunikasi yang berlangsung dari bawah-keatas harus melalui seorang penghubung informal, untuk mendapatkan feed back yang dinginkan. Sebaiknya manajemen membentuk peran penghubung formal agar aliran informasi dapat terkontrol, juga mengintensifkan kegiatan komunikasi antara bawahan dengan atasan, dengan sering diadakan meeting atau acara-acara

yang lebih informal, misalnya kegiatan olah raga, atau rekreasi bersama, untuk membentuk suatu keakraban satu sama lain yang memungkinkan dapat membantu keefektifan komunikasi dalam organisasi. Keempat, pada umumnya hubungan antarpersona diantara karyawan dalam kondisi yang baik, tugas manajemen adalah menjaga dan meningkatkan kondisi kehidupan sosial tersebut, guna menciptakan suasana yang kondusif dan hubungan yang harmonis diantara karyawan, yakni dengan mengupayakan sikap yang saling terbuka antara atasan dengan bawahan maupun sesama karyawan pada tingkatan yang sama. Kelima, manajemen dapat memanfaatkan peran individu dalam jaringan komunikasi yang terbentuk, yakni peran pemimpin pendapat informal, peran jembatan, dan peran penghubung informal, jika pada suatu saat saluran-saluran komunikasi formal menemui kegagalan atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur penelitian, Suatu pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Hardjana, Andre. 2000. Audit komunikasi, Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Grasindo Jhon,F Falues and Wayne Pace. 2006. Komunikasi Organisasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, J Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ainur Rochmaniah & Dedy Iswanto, Jaringan Komunikasi Karyawan Water Park...

19

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Onong Uchjana, Effendi. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Metode penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Santoso, Slamet. 1995. Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara

Soekanto, Soerjono. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suparman, IA, 1987. Penganter Sosiometri, Jakarta: Karunika Umar, Husain. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rochmania, Ainur. 2009. Pola arus Informasi Pemulung di TPA Supit, Urang Malang. Jurnal Kalamsiasi, Vol.2, No.2, September 2009.

20

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010

PENGARUH EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PIMPINAN DAN BAWAHAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT KELAS II SURABAYADidik Hariyanto* Sular**(*Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jalan Majapahit 666 B Sidoarjo, email: [email protected]) (**Staf Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya)

ABSTRACTInterpersonal communication is communication form that is face to face, so that we can see feedback directly. Quantitative research aims to describe the influence of interpersonal communication effectiveness of the leadership with subordinates to increase employee performance in the Central Monitoring of Radio Frequency Spectrum and Satellite Orbit Class II Surabaya. By using the Product Moment analysis, the results of research show: 1) effective interpersona communication between leadership and employees can improve employees performance, and 2) interpersonal communication activities have a good role in shaping better attitudes or behaviors. Keywords: interpersonal communication, effectiveness leadership, improve employees performance

PENDAHULUANKomunikasi adalah proses timbal balik (2 arah) antara sumber pesan atau informasi dengan penerima pesan. Dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk pribadi maupun sosial, komunikasi termasuk hal yang wajar dalam pola tindakan manusia. Komunikasi antar manusia sudah mulai berlangsung sejak manusia dilahirkan dan dilakukan hampir sewajar dan seleluasa bernafas. Begitu terbiasanya komunikasi di dalam kehidupan kita, setiap saat dan dimana saja kita bergelut21

dengannya sehingga dilukiskan komunikasi adalah ubiquitous (serba ada, berada dimanapun, dan kapanpun juga). Oleh karenanya kita sering tidak menyadari arti penting komunikasi dalam kehidupan, baru kemudian apabila kita harus menyampaikan informasi, membujuk atau menyelesaikan masalah, kita baru sadar bahwa komunikasi mempunyai peran yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi selalu ada dan mempunyai peran yang penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Setiap saat

22

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 21 - 33

manusia berfikir, bertindak dan belajar menggunakan komunikasi. Kegiatan komunikasi yang dilakukan dapat terjadi dalam berbagai macam situasi atau tingkatan, yaitu intrapribadi, antarpribadi, kelompok dan massa. Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi atau tingkatan komuniksai antarpribadi. Komunikasi antarpribadi seperti bentuk perilaku yang lain, dapat sangat efektf dan juga dapat pula sangat tidak efektif tergantung bagaimaan dua orang berkomunikasi menyampaikan pesan. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga kelompok maupun organisasi. Organisasi, dalam hal ini suatu perusahaan baik berskala besar, menengah maupun kecil, tidak dapat berdiri tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan suatu cara untuk menghubungi orang-orang lain dengan perantara ide-ide, fakta-fakta, pikiran-pikiran dan nilai-nilai. Komunikasi antarpribadi merupakan jembatan pengertian di antara orang-orang. Sehingga mereka dapat membagi apa yang mereka rasakan dan ketahui. Apabila tidak ada komunikasi, pegawai-pegawai tidak dapat mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh teman-teman mereka, manajemen tidak dapat memberikan instruksi-instruksi. Koordinasi pekerjaan adalah mustahil, kerjasama juga tidak akan berjalan dengan baik, karena orang-orang tidak dapat mengkomunikasikan, memberitahukan kebutuhan dan perasaan mereka kepada orang lain. Melihat fenomena komunikasi di atas maka komunikasi antarpribadi sebagai salah satu bagian dari komunikasi secara

umum mempunyai peranan yang penting dalam menentukan keefektifan orangorang bekerjasama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan. Singkatnya ada hubungan yang langsung antara komunikasi antarpribadi pimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai. Meningkatnya kinerja pegawai merupakan sesuatu yang diinginkan oleh setiap organisasi atau perusahaan. Dengan kinerja yang baik organisasi atau perusahaan dapat mencapai tujuan secara maksimal. Termotivasinya pegawai untuk meningkatkan kinerjanya tergantung akan kemampuan dan pemahaman tentang suatu tugas yang dapat dikerjakan oleh pegawai untuk mencapai keefektifan dan keefisienan di dalam melaksanakan tugas kerjanya. Akan tetapi, soal kinerja ini masih merupakan kendala besar di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk di kalangan pekerja. Tidak jarang beberapa pemogokan atau kasus unjuk rasa yang melibatkan para pegawai pada umumnya karena tersumbatnya informasi dan komunikasi antara pegawai dengan pimpinan perusahaan. Sebagai pimpinan perusahaan, seorang dituntut untuk mampu membimbing, menggerakkan, mempengaruhi, mengkoordinir serta mengadakan kontrol atau pengawasan terhadap orang-orang atau kelompoknya, kearah tujuan usaha yang ditetapkan dan telah direncanakan sebelumnya. Adapun bentuk usaha atau dorongan yang bisa diberikan oleh pimpinan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai adalah dengan memberikan hakhak yang semestinya diterima oleh pegawai, baik itu berupa pemberian upah

Didik Hariyanto & Sular, Pengaruh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi...

23

yang sesuai, tunjangan makan, tunjangan kesehatan serta memberikan penghargaan berupa bonus dan lain-lain. Di samping itu hubungan yang baik antara pimpinan perusahaan dengan pegawai sangat dibutuhkan, terjalinnya suatu komunikasi yang baik secara tidak langsung akan berdampak positif bagi kemajuan perusahaan. Masalah penting yang sering dihadapi oleh lembaga-lembaga organisasi pemerintah, ekonomi dan bisnis saat ini adalah masalah hubungan (relationship) antara pimpinan dengan pegawai. Banyak pemimpin yang gagal dalam menggerakkan bawahannya untuk bekerja lebih produktif karena kurang efektifnya komunikasi pemimpin dalam hal meningkatkan kinerja pegawainya. Kegagalan ini berkaitan dengan penyampaian pesan dalam bahasa yang kurang jelas, tidak dipahami dan sulit dimengerti. Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan publik , memiliki 40 pegawai, guna memenuhi permintaan pelayanan prima yang terus meningkat dari publik maka salah satu faktor penunjangnya adalah tenaga kerja yang baik dan kinerja yang baik dari para pegawainya. Dengan latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menjadikan permasalahan itu sebagai bahan pembuat penelitian dengan harapan yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut. Adapun judul penelitian rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah efektivitas Komunikasi Antarpribadi Pimpinan dan Bawahan Terhadap Peningkatkan Kinerja Pegawai di Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II

Surabaya

KERANGKA TEORITISMeningkatnya kinerja pegawai merupakan sesuatu yang diinginkan oleh setiap perusahaan. Dengan kinerja yang baik perusahaan dapat mencapai tujuan secara maksimal. Termotivasinya pegawai untuk meningkatkan kinerjanya tergantung akan kemampuan dan pemahaman tentang suatu tugas yang dapat dikerjakan oleh pegawai untuk mencapai keefektifan dan keefisienan di dalam melaksanakan tugas kerjanya. Di lain pihak sebagai pimpinan perusahaan, seseorang dituntut untuk mampu membimbing, menggerakkan, mempengaruhi, mengkoordinir serta mengadakan kontrol atau pengawasan terhadap orang-orang bawahan atau pegawai, ke arah tujuan perusahaan yang ditetapkan dan telah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas dan landasan teori tentang hubungan efektifitas komunikasi antarpribadi pimpinan dan bawahan (variabel X) terhadap peningkatan kinerja pegawai (variabel Y) maka penulis menggambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir

24

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 21 - 33

1. Keefektivan Komunikasi AntarpribadiKomunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Kenyatannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna sesuai pesan berbeda dari yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikannya dengan tepat. Untuk keberhasilan komunikasi Willbur Schramm (1998) menjelaskan adanya empat syarat yang harus dipenuhi: 1. Pesan yang disampaikan haruslah dapat menarik perhatian khalayak (audience) yang dituju. 2. Pesan haruslah mempergunakan lambang-lambang yang dimengerti oleh kedua belah pihak. 3. Pesan tadi haruslah dapat menumbuhkan pribadi dari khalayak dan juga haruslah diberikan cara atau upaya memenuhinya. 4. Pesan haruslah memuat upaya bagaimana dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan harus pula tidak lepas dari lingkungan budaya. Jadi pada intinya komunikasi yang efektif adalah mengenai sasaran atau pencapaian tujuan sesuai dengan maksud si komunikator. Dalam komunikasi interpersonal, apabila maksud dan tujuan komunikator untuk mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku komunikan dapat tercapai maka komunikasi tersebut dapat dikatakaan komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi antarpribadi ini disebabkan karena terjadinya hubungan pribadi antara komunikator dengan

komunikan sehingga komunikator mengetahui dan memahami serta menguasai, antara lain : 1. Frame of reference komunikan selengkapnya. 2. Kondisi fisik dan mental komunikan selengkapnya. 3. Suasana lingkungan pada saat terjadinya komunikasi. 4. Tanggapan komunikan secara langsung. Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa tidak semua bentuk atau jenis komunikasi akan sesuai jika diberlakukan untuk setiap orang (komunikan) yang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda, dan efek yang ditimbulkan dalam proses komunikasipun berbeda pula.Dan salah satu hal terpenting mengapa komunikasi antarpribadi dianggap paling ampuh untuk mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan karena sifatnya yang pada umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Dengan demikian akan terjadi kontak pribadi (personal contact), maksudnya pribadi antara komunikator dan komunikan saling menyentuh. Ketika komunikan menyampaikan suatu pesan, maka umpan balik dari komunikan berlangsung seketika (immediate feedback). Jadi kita dapat mengetahui secara langsung apakah pesan yang kita sampaikan ditanggapi positif atau negatif.

2. Peran PemimpinBanyak hal yang perlu diperankan oleh seorang pemimpin dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya. Secara garis besar hal itu diungkapkan oleh ahli pendidik sebagai berikut :

Didik Hariyanto & Sular, Pengaruh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi...

25

Sebagai Pencipta dan Perencana Seorang pemimpin dituntut untuk dapat mencetuskan pikiran, gagasan atau ide yang baru, mempunyai konsep yang baik, termasuk rapi dan realistis, sehingga ia menjalankan tugasnya dengan teguh menuju ke arah ide yang telah ia cetuskan dan tidak akan mudah terpengaruh oleh pikiran-pikiran orang lain. Di samping itu, sebagai seorang pemimpin harus mampu membuat rumusan perencanaan, menyusun program kerja yang sesuai dan dapat dijangkau oleh setiap pengikutnya. Pemimpin yang hanya pandai merencanakan yang beratberat, tetapi tidak dapat dilaksanakan oleh anggota/bawahannya atau bahkan oleh dirinya sendiri, merupakan pemimpin yang hanya pandai menelurkan ide, gagasan, pikiran, kerangka penyusunan program, tetapi tidak mampu untuk melaksanakannya. Sebagai Seorang Ahli dan Bertindak Sebagai Wasit Seorang pemimpin harus mempunyai keahlian, lebih-lebih dalam bidang yang dipimpinnya. Bukan itu saja, tetapi seberapa boleh ahli dalam banyak hal. Karena seorang pemimpin dipandang oleh anak buahnya sebagai orang yang serba tahu dan serba bisa bahkan menurut cara kepemimpinan di jaman modern sekarang ini. Maka untuk dapat mengisi akan kekurangan itu, dan untuk menjaga jangan sampai mengecewakan, maka para pemimpin dari perusahaan besar terpaksa mengadakan majelis atau staf ahli untuk dapat mengatasi kekurangannya. Namun, untuk jaman yang modern seperti sekarang ini, seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan wawasan

intelektual, berarti pemimpin harus memiliki perangkat-perangkat, antara lain: a. Memiliki kemampuan keilmuan yang memadai dan mampu menerapkan secara tepat dan benar, sesuai dengan perkembangan. b. Memiliki kemampuan kerja secara ilmiah, disiplin, metodo-logis dan sistematis. c. Sanggup melihat dan menemukan kemungkinan-kemungkinan lain selain yang telah ada dalam rangka mencapai kebenaran yang lebih hakiki pada pencapaian tujuan. d. Tidak mudah puas terhadap apa yang telah dicapai, penuh gagasan dan kreatif untuk melakukan peran pembaharuan dan kemajuan. Disamping memiliki pengetahuan yang memadai, pemimpin juga dituntut mempunyai keahlian profesi yang memiliki kualitas, antara lain : a. Mempunyai keahlian dalam bidang profesi masing-masing. b. Jiwanya penuh semangat dan bertanggungjawab untuk bekerja sebaikbaiknya. c. Mampu menetapkan langkah-langkah yang paling efektif dan efisien didalam melakukan kerjanya. d. Mampu bekerja keras, ulet, kreatif dan trampil. e. Memiliki sifat yang dinamis dan berdisiplin. Dalam bentuk yang lain, seorang pemimpin harus bertindak sebagai seorang wasit, yang bertugas menyelesaikan perselisihan atau menangani pengaduan-pengaduan para anak buahnya. Seorang pemimpin harus dapat

26

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 21 - 33

menengahi dengan bertindak secara objektif tanpa pilih kasih atau memihak kepada salah satu golongan. Ia harus bertindak sebagaimana mestinya seorang hakim yang senantiasa memegang keadilan. Seorang pemimpin yang adil atau yang bertindak sebagai seorang wasit, harus berani mengatakan kesalahan dan kebenaran dari pelanggaran dan pekerjaan yang dikerjakan oleh anak buahnya, di samping itu seorang pemimpin harus benar-benar berperan untuk dapat memberikan sanksi/hukuman kepada anggota/anak buahnya yang melanggar dan memuji serta memberikan hadiah kepada anggota/anak buahnya yang telah dapat bekerja sesuai dengan harapan organisasi dan harapan pemimpin. Tindakan bersikap tegas dan adil yang diterapkan seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya pada sebuah organisasi, menentukan pengaruh yang amat besar terhadap keberadaan organisasi itu, sekaligus menunjukkan keberadaan seorang pemimpin pada organisasi itu. Sebagai Pemegang Tanggung Jawab dan Sebagai Korban Seorang pemimpin yang baik, ia harus berani bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatan anak buahnya yang dilakukan atas nama kelompok, bahkan yang bersifat pribadipun, apabila dilakukan oleh anak buahnya, selagi tidak manyalahi aturan-aturan atau ketentuan keputusan, kesalahan yang dikerjakan anak buahnya, perlu dibela atau dipertanggungjawabkan. Namun demikian, tindakan bertang-

gung jawab terhadap anggota/bawahan yang dikerjakan atas nama pribadi, sifatnya memberikan tanggung jawab yang bersifat membangun terhadap perkembangan dan kegiatan anak buah. Itu berarti, setelah seorang pemimpin bertanggungjawab atas segala pekerjaan pelanggaran atau kesalahan yang dikerjakan, anak buahnya diperingatkan atau dipanggil serta diberikan pengarahan agar tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya. Peran lain yang perlu ditanggung oleh seorang pemimpin adalah dia harus berani menerima resiko keburukan yang dibebankan kepada dirinya. Inilah yang perlu disadari, bahwa pada hakikatnya seorang pemimpin adalah tempat melemparkan keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam organisasi yang dipimpinnya. Ia harus rela menjadi korban atau kambing hitam pelemparan-pelemparan itu, sebab pada akhirnya, sebagai seorang pemimpin kelompok ia harus bertanggungjawab atas nasib organisasi yang dipimpinnya. Bertindak sabagai Ayah dan Wakil Kelompok Dalam bertindak sebagai seorang ayah, seorang pemimpin, bukan berarti bersikap maha tahu, atau menganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa, akan tetapi, justru harus bertindak sesuai dengan orang tua yang modern dan bijaksana, yaitu memberikan kesempatan kepada anak buahnya untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan daya kreasi dan fantasinya demi kemajuan mereka sendiri. Ia menaruh cinta kasih terhadap para anggota sesuai dengan sikap seorang ayah terhadap anak kandungnya. Ia

Didik Hariyanto & Sular, Pengaruh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi...

27

bersikap melindungi mereka pada tempatnya serta selalu memperhatikan nasibnya. Pemimpin yang mengerti secara jelas terhadap perannya yang disamakan seperti peran sebagai seorang ayah terhadap anak kandungnya. Dia akan senantiasa memberikan teguran-teguran dan nasehat-nasehat yang bersifat membangun, demi memotivasi aktifitas dan kegiatan anak buahnya. Dia tidak akan memberikan teguran kepada anak buahnya dihadapan orang banyak, apalagi memarahi dengan menggunakan kata-kata kasar kepada anak buahnya di muka umum. Seorang pemimpin, harus benar-benar menyadari, betapapun kesalahan yang dilakukan oleh anak buahnya harus ditegur dan dimarahi dengan tindakan-tindakan yang bersifat mendidik. Sebab, sekejam-kejamnya seorang ayah, jarang ditemui memakan atau membunuh anaknya sendiri. Itu berarti, sekejam-kejamnya seorang pemimpin dalam organisasi, jangan sampai bertindak mematikan kreatifitas dan wawasan dari anak buahnya. Seorang pemimpin harus menyadari, bahwa dirinya berada di dalam sebuah kelompok. Oleh karena itu setiap yang dikerjakan dan dilaksanakan mesti mewakili atas nama kelompok. Dengan demikian, maka setiap tindakan dan kegiatan harus mencerminkan sebagai tindakan dan kegiatan kelompok.

3. Konsep KinerjaKinerja (performance) menurut Bryan dalam Rusyanto (1989: 22) didefinisikan sebagai the degree acomplishment (tingkat pencapaian hasil), dengan demikian kinerja adalah tingkat penca-

paian suatu tujuan. Sedangkan kinerja menurut International Group for Criterian for National Planning (1969 : 21) adalah : Performance is primary criterian for judging organization: the term performance refer to on going operations activities, program or mission of an organization (Kinerja adalah kriteria yang menentukan dalam suatu organisasi yaitu yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan, program dan misi organisasi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi kerja dari seorang karyawan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam praktiknya, penilaian terhadap kinerja karyawan merupakan kriteria penilaian yang sangat penting, sebagai ukuran keberhasilan seorang karyawan dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu. Menurut Keban et.al. (1995: 9) dikatakan bahwa penilaian terhadap kinerja karyawan dapat menjadi masukan bagi peningkatan kinerja organisasi selanjutnya. Pengukuran kinerja terhadap karyawan sangat bermanfaat untuk melihat atau menilai tentang kualitas, kuantitas dan efisiensi pelayanan, memotivasi para birokrat pelaksana, memonitor para pekerja, melakukan penyesuaian anggaran keuangan, mendorong pemimpin organisasi karya agar lebih memperhatikan para pekerjanya. Dalam rangka memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan, dibutuhkan suatu kriteria pengukuran yang menjadi dasar penilaian, sehingga dapat diketahui apakah seorang karyawan dapat berhasil atau tidak berhasil dalam melaksanakan tujuan, visi dan misi organisasi.

28

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 21 - 33

Lenvine et.al (1990 : 50 ) mengusulkan 3 (tiga) konsep untuk mengukur tingkat kinerja karyawan, yaitu : 1. Responsiveness, adalah berkaitan dengan kemampuan karyawan untuk mengenali kebutuhan organisasi, menyusun programprogram prioritas serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Secara sederhana responsivitas adalah menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan organisasi. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu ukuran kinerja, karena hal tersebut secara langsung dapat menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan tujuan, visi dan misi organisasi. Dengan demikian, apabila responsivitas suatu karyawan rendah, yang ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan oragnisasi, jelas akan menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan tujuan, visi dan misinya. 2. Responsibility, adalah yang berkaitan dengan tanggungjawab pelaksanaan. Apakah pelaksanaan job discription seorang karyawan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijaksanaan organisasi, baik secara implisit maupun eksplisit. Seringkali dalam meningkatkan responsibilitas terjadi benturan dengan responsivitas. Benturan itu terjadi karena kebijakan dan prosedur administrasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, ternyata tidak memadai untuk menjawab dinamika masyarakat yang berkembang.

3. Accountability, Adalah seberapa besar kebijaksanaan dan kegiatan kinerja karyawan ikut konsisten dengan kehendak organisasi. Dalam hal ini berarti kinerja karyawan tidak hanya dapat dilihat dari faktor internal yang dikembangkan organisasi yang bersangkutan, tetapi sebaliknya kinerja diukur dari ukuran eksternal, sepeti pemenuhan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

4. Teori S.O.RBerkaitan dengan kinerja pegawai, maka melalui komunikasi antarpribadi, teori S.O.R merupakan perwujudan pesan yang disampaikan pada komunikan akan menimbulkan efek berupa perubahan sikap yaitu setelah dilakukan pendekatan komunikasi antarpribadi. Teori S-O-R sebagai singkatan dari StimulusOrganismResponse ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (stimulus, S) b. Komunikan (organism, O) c. Efek (response, R) Hovland (dalam Marat) ada tiga variabel penting yang dapat digunakan untuk mengukur sikap yaitu:

Didik Hariyanto & Sular, Pengaruh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi...

29

a. perhatian b. pengertian c. penerimaanGambar 2 Teori SOR

METODE PENELITIANSesuai dengan judul dalam penelitian ini maka tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang menggunakan teknik statistik untuk menguji hubungan 2 buah variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Disini peneliti akan meneliti hubungan antara komunikasi antarpribadi pimpinan sebagai variabel X (variabel independen) dengan kinerja pegawai Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya sebagai variabel Y (variabel dependen). Populasi dan sampel penelitian sebanyak 40 pegawai Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya. Data dikumpulkan dengan mendistribusikan angket kepada seluruh staf yang ada sebagai sampel. Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan pengodingan dan dianalisa dengan korelasi Product Moment

Keterangan : a. Stimulus adalah pesan yang disampaikan, dimana bentuk-bentuk stimulus tersebut bisa berarti pesan dari media massa maupun pesanpesan dari komunikasi yang bersifat antarpribadi. b. Organism : 1) Perhatian adalah bentuk reaksi yang dilakukan oleh organism dan kesadaran individu. 2) Pengertian adalah suatu hasil proses berfikir dengan cara menyimpulkan sebagian dari kenyataan dan setelah itu mengutarakan dengan perkataan. 3) Penerimaan adalah hasil akhir dari perhatian dan pengertian dalam bentuk kesediaan untuk mengubah sikap, prilaku atau pengetahuannya. c. Respon adalah perubahan sikap setelah menerima stimuli.

1. Variabel Independen / Bebas (X)Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen/variabel bebas adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi anatrapribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesanpesan antara dua orang atau diantara sekelopmpok kecil orang dengan beberapa efek dan berupa umpan balik seketika. Dan indikator-indikatornya adalah sebagai berikut : a. Kualitas komunikasi, kualitas dari isi pembicaraan pada saat pimpinan melakukan komunikasi dengan pegawainya. b. Materi pembicaraan, yaitu keragaman

30

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 21 - 33

isi dari materi yang ada pada saat komunikasi itu berlangsung. c. Intensitas komunikasi, yakni lama/ sedikitnya atau jumlah waktu yang dipergunakan dalam pembicaraan. d. Frekuensi komunikasi, merupakan tingkat keseringan komunikasi yang dilakukan. e. Respon komunikasi, yakni tanggapan yang diberikan olah komunikan pada saat proses komunikasi sedang berlangsung.

HASIL PENELITIANBerikut ini akan disajikan data-data yang dikemukakan dalam variabel bebas dan variabel terikat, data-data tersebut diambil dari Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya sebagai daerah sampel. Setelah data-data diperoleh dari jawaban responden yaitu data dalam tabel jawaban responden, data dalam distribusi jawaban responden kemudian rekapitulasi jawaban selanjutnya penulis mencoba menganalisa data-data tersebut apakah variabel Komunikasi Antarpribadi Pimpinan (X) terdapat hubungan terhadap Kinerja Pegawai (Y) dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Untuk itu dibawah ini penulis sajikan tabel total keseluruhan jawaban masing-masing variabel.Tabel 3.20 Total Keseluruhan Jawaban Masingmasing VariabelDATA HASIL X 1050 1050 Y 842 842 XY 22475 22475 X 28642 28642 Y 18062 18062

2. Variabel Dependen / Terikat (Y)Dalam penelitian ini, variabel dependen-nya adalah kinerja pegawai yang merupakan prestasi kerja dari seorang pegawai dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pengertian ini dapat ditentukan indikatorindikator sebagai berikut : a. Produktivitas yaitu kemampuan seseorang untuk dapat menghasilkan suatu barang atau jasa. b. Responsivitas yaitu kemampuan pegawai dalam mengenali kebutuhan organisasi. c. Responsibilitas yaitu tanggungjawab dalam pelaksanaan tugas yang menyangkut benar atau sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan suatu organisasi. d. Akuntabilitas, yakni kemampuan seorang pegawai mengiplentasikan kebijaksanaan dan kegiatan organisasi atau perusahaan secara konsisten, yaitu tidak hanya pada pencapaian target organisasi tetapi juga sasaran yaitu masyarakat.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui hubungan Komunikasi Antarpribadi Pimpinan Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya terhadap peningkatan Kinerja Karyawan adalah 0.6167. Hal ini diartikan bahwa terdapat hubungan yang kuat/tinggi. Nilai r xy = 0.6167 dapat pula diartikan bahwa 61% komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh kinerja karyawan dan 39% komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh unsur-unsur

Didik Hariyanto & Sular, Pengaruh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi...

31

lain yang tidak diperhitungkan atau di luar pola yang di kehendaki dalam penelitian. Dan seperti yang telah dikemukakan nilai rxy > r tabel korelasi, maka nilai rxy berarti signifikan. Dengan dihasilkan rxy yang signifikan hipotesa yang menyatakan bahwa korelasi x dan y dalam populasi adalah nol ditolak atas dasar taraf signifikan yang digunakan yaitu 5% atau 1%. Berdasarkan tabel nilai r product moment diperoleh data-data pada taraf signifikan 5% dari 40 responden adalah 0,312 dan taraf signifikan 1% dari 40 responden adalah 0,103. Sedangkan nilai rxy adalah 0,6167 berarti 0,6167 > 0,312 dan 0,6167 > 0,103. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa r xy adalah signifikan.

taraf signifikan 1% dari 40 responden adalah 2,713. Dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai t-test > Ttabel yaitu 4,8405 > 2,025 > 2,713. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai rxy tetap signifikan dan hipotesa yang telah diajukan adalah signifikan. Intepretasi Data Dari hasil uji statistik dan uji t-test yang telah dilakukan tentang hubungan komunikasi antarpribadi terhadap peningkatan kinerja pegawai, hasilnya adalah kuat/tinggi. Ini dibuktikan dengan hasil yang dicapai melalui Nilai r xy =0,6167 dapat pula diartikan bahwa 61 % komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh kinerja pegawai dan 39 % komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh unsur-unsur lain yang tidak diperhitungkan atau di luar pola yang di kehendaki dalam penelitian. Dan seperti yang telah dikemukakan nilai rxy > r tabel korelasi, maka nilai rxy berarti signifikan. Dan dari uji test diperoleh tingkat significannya adalah 15 % . Dengan hasil r xy yang signifikan hipotesa yang menyatakan bahwa korelasi x dan y dalam populasi adalah nol ditolak atas dasar taraf signifikan yang digunakan yaitu 5% atau 1%. Hovland (1948:371), menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi sebagai suatu keadaan interaksi ketika seseorang (komunikator) mengirimkan stimuli (biasanya simbol-simbol verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan), dalam sebuah peristiwa tatap muka. Dengan demikian komunikasi antarpribadi sangat efektif dan mempunyai pengaruh kuat terhadap peningkatan kinerja pegawai. Terutama

3 Pengujian HipotesisAnalisa t-test (Tingkat Signifikan) Analisa t-test dimaksudkan untuk menguji lebih jauh taraf significan dan korelasi x dan y. Bila nilai t-test lebih besar ttabel, maka dapat dikatakan bahwa korelasi antara x dan y adalah signifikan. Demikian juga sebaliknya apabila t-test lebih kecil dari ttabel maka korelasi antara x dan y adalah tidak signifikan. Analisa ini juga menentukan diterima atau ditolaknya 0 (Ho) dan diterima atau tidaknya Hi dimana dalam penelitian ini Hi adalah ada hubungan yang positif dari Komunikasi Antarpribadi Pimpinan Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya terhadap peningkatan Kinerja Karyawan. Untuk Ttabel pada taraf signifikan 5% dari 40 responden adalah 2.025 dan pada

32

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 21 - 33

pada Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya.

SIMPULANBerdasarkan hasil perhitungan pada analisis statistik yaitu dengan product moment maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian responden atas aktifitas komunikasi antarpribadi terjawab melalui hasil analisis kuantitatif pada masingmasing variabel penelitian dimana dari sebagian besar pertanyaan tentang aktifitas komunikasi antarpribadi, dinilai baik oleh sebagian besar responden. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban pada skor 4 oleh sebagian besar responden pada seluruh item pada variabel yang diukur. Permasalahan kedua di dalam penelitian ini terjawab dari hasil pengujian dengan menggunakan product moment korelasi dan uji t, dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian dapat diterima. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel komunikasi antarpribadi terhadap peningkatan kinerja pegawai dapat diterima.

meningkatkan kinerja pegawai. Untuk itu hasil dari penyelenggaraan komunikasi yang baik dan efektif yang telah dicapai selama ini agar tetap dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan terus. 2. Pegawai Hendaknya pimpinan perusahaan menyadari pegawai bukanlah alat, tetapi merupakan bagian daripada organisasi yang merupakan faktor penentu keberhasilan suatu tujuan. Karenanya para pegawai hendaknya selalu patuh dan disiplin didalam melaksanakan tugas kerja sesuai dengan program yang sudah ditentukan oleh pimpinan. Hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai perlu ditingkatkan lagi hingga diperoleh hasil yang maksimal, dengan mengeluarkan segenap daya dan kemampuan yang ada untuk tercapainya suatu tujuan kerja. Peneliti sangat menyadari bahwa didalam melakukan penelitian ini masih banyak kekurangannya, baik dari segi penulisan, redaktur maupun dari segi menyampaian isi dan menyajian materinya. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan saran serta kritik guna perbaikan penulisan yang akan datang.

SARAN1. Pimpinan Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Balai Monetoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Surabaya. Bahwa faktor komunikasi terutama komunikasi antarpribadi pimpinan mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya

DAFTAR PUSTAKACahyono, Yan Yan dan Bagong Suyanto, 1996. Kajian Komunikasi dan Seluk Beluknya, Airlangga University Press, Surabaya Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Professional Books, Jakarta Efendy, Onong Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi Tweori dann Praktek. Remaja Rosda Karya, Bandung

Didik Hariyanto & Sular, Pengaruh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi...

33

Jiwanto, Gunawan, 1995, Komunikasi dalam Organisasi, Pusat Pengembagan Manajemen, Yogyakarta Liliweri, Alo, 1991, Komunikasi Interpersonal, Bina Cipta, Bandung Luthan, Fres. 1989. Human Resources Mangement. Prentice Hall, Inc. New York Masduqi, H.M. 1996. Leadership Teori Kepemimpinan Sebuah Tatapan Perkembangan Jaman. PT. Garuda Buana Indah. Pasuruan Moekiyat. 1993. Teori Komunikasi. Mandar Maju. Bandung Poerwodarminto. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Rahmat, Jalaludin. 1985. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Karya. Bandung Robbins, James G. and Barabara S. Jones. 1993. Komunikasi yang Efektif. CV. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta

Shculer, Randall S. & Susan E. Jackson. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21. erlangga. Jakarta Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Kanisius. Yogyakarta Surachmad, Winarno, 1998, Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung Widjaya, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Rineka Cipta, Jakarta Biro Kepegawaian dan Organisasi, 2006. Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika. Departemen Perhubungan, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Operasional Unit Pelaksana Teknis Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Direktorat Jendral Pos dan Telekomunikasi. Wahyudi. 2004. Jaringan Komunikasi Karyawan PT. Ramayana Lestari Sentosa,Tbk. Plaza Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan. Sidoarjo: FISIP UMSIDA.

34

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010,

PERAN RESTORATIVE JUSTICE UNTUK MEMPERKUAT KEPRIBADIAN TERSANGKA ANAK (Studi Advokasi bagi Anak Yang Ditahan dalam Satu Tahanan Bersamaan dengan Tersangka Dewasa)Noor Fatimah Mediawati(Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jalan Majapahit 666 B Sidoarjo, Telp. 031 8945444)

ABSTRACTThis research is raised because concerned researcher enough with the condition of prisoner of childt which joint with the adult prisoner in one same prisoner place. As for intention of research is to know how about condition a child during in authoritative unrightious prisoner, knowing efforts which have been done by lapas/ rutan in the case of lessening impact of prisoner mixing and as far as what restorative justice can strengthen child personalit. Result of research indicate that is true needed to evacuation/ special new development rutan for child in East Java. This Matter more or less will make the concept of restorative justice more effective, especially if translated in construction of child prisoner in lapas/ rutan Keywords: restorative justice, prisoner of child, construction.

PENDAHULUANSetiap tahun terdapat lebih dari 4000 orang anak usia 13-18 (th) harus berhadapan dengan peradilan pidana. 90% diantaranya mendekam di rutan, dan 80% dari 90 % itu akhirnya diputuskan untuk dipenjara oleh putusan hakim. Demikian data yang dirilis oleh Lembaga Advokasi Pemberdayaan Anak (LAPA). Di Jatim sendiri hingga Agustus 2006 tercatat 110 anak yang menghuni penjara. Mereka tersebar di berbagai Lapas maupun Rutan. Sebagian besar mereka ditahan lantaran kasus pencurian, kesusilaan, pembunuhan dan penganiayaan.35

Melihat begitu banyak jumlah tahanan ini tentu saja berdampak pada tingkat kenyamanan di ruang tahanan. Apalagi bila jumlah ruang tahanan yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah penghuninya. Di Jawa Barat, Rutan Kebon Waru Bandung menampung 1.482 napi dari jumlah kapasitas 780 orang. Dapat dibayangkan, betapa tidak kondusifnya pelayanan ruang tersebut. Kondisi overpopulation/overload pada kenyataannya tidak hanya terjadi di Jabar. Seluruh wilayah Indonesia tidak luput dari hal serupa. Lapas Anak

36

KALAMSIASI, Vol. 3, No. 1, Maret 2010, 35 - 45

Tangerang misalnya, kapasitas Lapas yang berjumlah 220 orang dipaksa untuk dihuni oleh 239 orang (2004, kompas.com). Sedangkan di Jatim, peneliti memperoleh informasi bahwa kapasitas Rutan kelas 1 Surabaya (Rutan Medaeng) yang seharusnya hanya cukup untuk 504 orang, ternyata dihuni oleh 1800 orang bahkan lebih. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa jika anak ditahan bersamaan dengan orang dewasa terlebih dalam kondisi over, besar kemungkinan akan terjadi pelanggaran hak anak. Padahal Undang-undang telah menegaskan,Penahanan terhadap anak dilaksanakan di tempat khusus untuk anak di lingkungan Rumah Tahanan Negara, Cabang Rumah Tahanan Negara, atau di tempat tertentu. (Pasal 44 ayat (6) Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, selanjutnya cukup disebut UU Pengadilan Anak).

KERANGKA TEORIPerlindungan terhadap anak yang mempunyai masalah dengan hukum sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari konsep perlindungan hak anak secara umum. Dalam instrumen internasional, hak anak dijamin dan dilindungi dengan : a. Geneva Declaration of the Rights of the Child of 1924 b. Universal Declararion of Human Rights Universal tentang Hak-Hak Azasi Manusia 1948 c. UU No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political Right. d. Declaration of the Rights of the Child of 1959. e. Convention on the Rights of the Child tahun 1989 (Konvensi tentang Hakhak Anak/KHA) yang telah diratifikasi melalui Kepres 36 tahun 1990. Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) juga harus didasarkan pada beberapa asas yaitu: equality before the law (Pasal 1 KHA); due process of law, simplicity and expediency, accountability, legality principle presumption of innocent (Pasal 37 dan 40 KHA). Di Indonesia asas ini mengacu pada ketentuan UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, UU 23/2002 tentang Perlindungan Anak, dan UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Menurut Haskell & Yablonsky (1974) dalam Mulyana (1986), penanganan terhadap anak nakal sebaiknya lebih