kalamsiasi v4n1 2011

Upload: totok-wahyu-abadi

Post on 15-Jul-2015

334 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KALAMSIASIJurmal Ilmu Komunikasi dan Ilmu Administrasi NegaraVol. 4 No.1 Maret 2011

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL SUAMI-ISTRI TERHADAP MOTIVASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SISTEM JAJAR LEGOWO (KASUS DI DESA JAGUL KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI) Lina Arisanti & Sunarru Samsi Hariadi ................................................... LIPUTAN PEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN RIAU POS TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN MURAH BERKUALITAS DAN GANTI RUGI LAHAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU Dewi Sukartik & Ageng Setiawan Herianto ............................................ 15-30 PENERAPAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN UNTUK MEMBANGKITKAN PARTISIPASI MASYARAKAT Dedy Irwandi ................................................................................................ 31-39 EKONOMI POLITIK PENDIRIAN MEDIA PENYIARAN TV LOKAL DI JAWA TIMUR Surokim ........................................................................................................ 41-49 ISLAM IDEOLOGI DAN TERBANGUNNYA PARTAI POLITIK ISLAM (STUDI PADA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA) Lusi Andriyani .............................................................................................. 51-62 KEPEMIMPINAN STRATEGIS PADA PELAYANAN PUBLIK BUILDING THE TRUST Isnaini Rodiyah ........................................................................................... 63-78 REVITALISASI (ILMU) KOMUNIKASI Muhtar Wahyudi ........................................................................................... 79-86 MEMPEREBUTKAN LOYALITAS PELANGGAN Didik Hariyanto ........................................................................................... 87-97 1-14

ii

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Alloh SWT atas terbitnya jurnal KALAMSIASI, volume 4 nomor 1, Maret 2011 ini. Semoga apa yang tersaji dalam edisi ini dapat menambah wawasan pengetahuan dalam kerangka mengasah dan meningkatkan kualitas keilmuan kita. Dalam edisi ini, Jurnal KALAMSIASI menyajikan beragam topik yang menyangkut perkembangan ilmu-ilmu sosial humaniora, khususnya bidang kajian Ilmu Komunikasi, Ilmu Administrasi Publik dan kajian ilmu-ilmu sosial politik lainnya yang sejalan dengan jurnal KALAMSIASI. Dalam bidang kajian Ilmu Komunikasi Lina Arisanti & Sunarru Samsi Hariadi, mengetengahkan masalah Pengaruh Komunikasi Interpersonal Suami-Istri terhadap Motivasi Petani dalam Penerapan Teknologi Padi Sistem Jajar Legowo (Kasus di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri). Sementara itu, Dewi Sukartik & Ageng Setiawan Herianto, menyoroti Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos tentang Program Pendidikan Murah Berkualitas dan Ganti Rugi Lahan Pemerintah Kota Pekanbaru. Sedangkan Dedy Irwandi, meneliti tentang Penerapan Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian untuk Membangkitkan Partisipasi Masyarakat. Dan Muhtar Wahyudi, memperkaya wacana Ilmu Komunikasi dengan menyajikan artikel tentang Revitalisasi (Ilmu) Komunikasi Dalam Kajian Ilmu Politik, ada Surokim, yang membahas Ekonomi Politik Pendirian Media Penyiaran TV Lokal di Jawa Timur. Sedangkan Lusi Andriyani, menyajikan laporan hasil penelitian tentang Islam Ideologi dan Terbangunnya Partai Politik Islam (Studi pada Partai Keadilan Sejahtera). Dalam konteks Ilmu Aministrasi Publik, Isnaini Rodiyah, memaparkan tentang Kepemimpinan Strategis pada Pelayanan Publik Building the Trust. Sedangkan Didik Hariyanto, Memperebutkan Loyalitas Pelanggan Akhir kata, saran dan kritik selalu kami nantikan untuk kebaikan jurnal yang kita cintai ini dimasamasa yang akan dating. Selamat Membaca..

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penyunting

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL SUAMI - ISTRI TERHADAP MOTIVASI PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SISTEM JAJAR LEGOWO (Kasus di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri)Lina Arisanti* Sunarru Samsi Hariadi**(*Lulusan Program Studi Komunikasi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, **Guru Besar Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan Pertanian Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, alamat: Jalan Teknika Utara Pogung Sleman, Yogjakarta)

ABSTRACTThe research aimed (1) to know the effect of farmer activeness in attending agricultuture extension and spouse attitude on farmer pair-spouse interpersonal communication, (2) to know the effect of farmer activeness in attending agricultuture extension, spouse attitude and spouse interpersonal communication on farmer motivation to apply technology of jajar legowo paddy system, and (3) to know the effect of farmer motivation on applying technology of Jajar Legowo paddy cultivation system. The research employ analytical descriptive method with quantitative approach. Data collected from 50 household applying paddy cultivation technology of jajar legowo system in Jagur village, Ngancar District, Kediri Regency. Multiple regression were performed formerly for testing hypothesis, unfortunately the data were not distributed normally. Finaly, non-parametric statistics Rank-Spearman Test were performed for testing hypothesis (a = 5%). The research showed that farmer activeness, and husband-wife attitude affected on farmer-spouse interpersonal communication with 0.004 and 0.01 level of significance respectively. Concerning farmer motivation to apply Jajar Legowo technology; husband-attitude, wife-attitude and farmer pair-spouse interpersonal communication affected on it to apply such technology with 0.02, 0.04 and 0.006 level of significance respectively. Conversely, the farmer activeness does not affect on farmer motivation to apply it. Furthermore, the research showed that farmer motivation did not affect on application of Jajar Legowo technology (significant level = 0.75). Keywords: interpersonal communication, farmer motivation, application of Jajar Legowo technology.1

2

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 1 - 14

PENDAHULUANPembangunan pertanian merupakan bagian penting dari pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Keberhasilan pembangunan pertanian tanaman pangan berkaitan erat dengan peran sumber daya manusia, tingkat pengetahuan dan perubahan perilaku manusia sebagai pelaku pembangunan sangat diperlukan sebagai sarana untuk dapat menerapkan teknologi yang ada. Peningkatan produksi pangan tetap menjadi prioritas dalam pembangunan pertanian, hal ini bertujuan untuk mengimbangi pertambahan penduduk yang terus meningkat. Untuk mengimbangi dan mengatasi kebutuhan pangan yang terus meningkat ini, kita harus meningkatkan dan melipatgandakan produksi bahan pangan padi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah melalui pemberian inovasi kepada petani yaitu teknologi padi system jajar legowo melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Budidaya tanaman padi sistem jajar legowo merupakan rekayasa teknik tanaman padi dengan mengatur jarak tanam antara rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi di dalam barisan dan melebar jarak antar barisan tanaman. Melalui sistem ini, populasi tanaman menjadi bertambah karena adanya tambahan rumpun padi. Teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo diperkenalkan ke petani melalui

kegiatan penyuluhan yang berlangsung dalam bentuk kegiatan sosialisasi dan pertemuan rutin dengan petani. Arus informasi dalam proses penyebaran inovasi kepada petani telah menjadi kebutuhan mendasar dan sebagai syarat terjadinya perubahan baik itu pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan. Perubahan tersebut akan mendorong atau memberi motivasi terjadinya penerapan teknologi usahatani padi yang diberikan. Salah satu cara petani untuk mendapatkan informasi adalah dengan melalui komunikasi interpersonal, disamping dapat melalui komunikasi massa. Komunikasi interpersonal itu mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Jenis komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Komunikasi interpersonal yang dilakukan petani dapat terjadi dalam lingkup keluarga terutama dengan seorang istri yang secara psikologis mempunyai hubungan kedekatan emosional dibanding dengan anggota keluarga yang lain, seperti orang tua, saudara, dan anak. Komunikasi interpersonal berperan dalam mendapatkan informasi pertanian mengenai inovasi/ teknologi baru, pengetahuan, harga pasar dan pengembangan modal yang diperlukan bagi usahatani untuk kelangsungan hidup keluarganya serta peningkatan produksi budidaya padi.

Lina Arisanti dan Sunarru Samsi Hariadi, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Suami-Istri

3

Masyarakat petani di pedesaan lebih cenderung memanfaatkan komunikasi interpersonal dalam memperoleh informasi yang diinginkan, karena lebih mudah dan lebih cepat untuk memperoleh tanggapan balik dan sekaligus bisa memberikan penilaian secara langsung terhadap berbagai kesulitan yang dihadapi oleh petani. Komunikasi interpersonal dalam lingkup keluarga saat ini memang sangat perlu untuk diperhatikan. Bagi petani komunikasi interpersonal terutama melalui interaksi dengan anggota keluarga merupakan cara yang dapat diandalkan selain untuk mendapatkan informasi mengenai inovasi yang diberikan, juga dapat meningkatkan keyakinan atau motivasi dalam diri petani untuk menerapkan inovasi tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh komunikasi interpersonal antara suami dan istri terhadap motivasi petani dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Propinsi Jawa Timur.

KERANGKA TEORETIS 1. Teori Sistem Arus InformasiLionberger dan Gwin (1982), menyatakan bahwa untuk memahami bagaimana arus informasi diorganisasikan dalam pemberian suatu inovasi melalui kegiatan penyuluhan salah satunya melalui fungsi-fungsi yang harus ditampilkan sebagai berikut: 1). Inovasi; 2). Validasi; 3). Diseminasi; 4) pengukuhan informasi dan persuasi; 5) integrasi; 6 ) penguatan; 7) penguasaan. Kaitannya teori di atas dengan penelitian ini adalah bahwa proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri dapat terjadi pada tahap persuasi. Dimana pada tahap tersebut seorang petani akan membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Pada tahap persuasi seorang petani lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi. Ia akan giat mencari keterangan mengenai ide baru tersebut. Karena itu ia perlu memperkuat sikap terhadap ide baru tersebut dengan melalui komunikasi interpersonal dengan keluarganya yaitu dalam hal ini adalah seorang istri dimana kedudukannya sudah dianggap sama atau homofili (kesetaraan) tidak ditinggikan dan tidak direndahkan karena sudah dianggap mitra. Sehingga akan mempertinggi tingkat kepercayaannya dan termotivasi dalam memutuskan suatu inovasi yang diberikan.

PERUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian tersebut, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh komunikasi interpersonal antara suami dan istri terhadap motivasi petani dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri?

4

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 1 - 14

2. Teori Komunikasi InterpersonalTeori komunikasi interpersonal dalam peneletian ini digunakan model komunikasi dari Wilbur Schramm dan Osgood. Dimana dalam teori ini menjelaskan bahwa ketika komunikan memberikan umpan balik maka ia akan berada pada posisi komunikator (source). Setiap individu dilihat sebagai sumber sekaligus penerima pesan dan komunikasi dilihat sebagai suatu proses sirkular. Dalam penyampaian inovasi mengenai teknologi jajar legowo melalui komunikasi interpersonal antara suami dan istri berada pada posisi komunikator dan komunikan secara bergantian. Dengan demikian pesan dapat tersampaikan secara efektif (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan).

penelitian ini adalah bahwa dalam proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri, sikap seorang istri terhadap teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo dapat mempengaruhi motivasi suami untuk menerapkan teknologi tersebut. Kemudian sikap istri selanjutnya dapat menjadi acuan pengambilan keputusan seorang suami apakah akan menerapkan atau tidak terhadap teknologi tersebut, dan kontrol tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki seorang suami apakah benar-benar dapat menerapkan teknologi tersebut atau tidak.

4. Teori MotivasiTeori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motivasi proses yaitu teori pengharapan (Expentancy Theory). Teori motivasi pengharapan dapat dilihat dari tiga faktor situasi yaitu;(1) harapan yang menyangkut keyakinan petani untuk dapat menerapkan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo; (2) valensi yang menyangkut halhal yang disukai atau tidak disukai setelah petani menerapkan teknologi tersebut dan (3) instrumentalitas yang merupakan persepsi petani terhadap keyakinan petani dalam menerapkan teknologi yang dihubungkan dengan hal-hal yang disukai atau tidak disukai petani setelah menerapkan teknologi tersebut.

3. Teori sikapDalam penelitian ini digunakan teori tingkah laku terencana (Theory Of Planned Behavior). Karena, dalam teori ini lebih representatif dan merupakan perkembangan dari teori tindakan yang beralasan, dimana dalam teori tingkah laku terencana terdapat tiga faktor yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subjektif dan kontrol tingkah laku dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Kaitannya dengan

Lina Arisanti dan Sunarru Samsi Hariadi, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Suami-Istri

5

Kegiatan penyuluhan teknologi budidaya padi sistem jajar legowo

Keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan

Sikap suami dan istri terhadap teknologi budidaya padi sistem jajar legowo

Komunikasi interpersonal antara suami dan istri

Motivasi petani dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo Penerapan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Proses penyampaian inovasi kepada petani dalam kegiatan penyuluhan berlangsung melalui kegiatan sosialisasi dan pertemuan yang rutin. Tidak sedikit ide-ide yang disebarkan itu gagal dan kandas di tengah jalan. Inovasi tidak berhasil disebarkan, ditolak atau diterima tetapi salah penggunaan. Selain itu kegagalan dalam penyampaian inovasi dikarenakan adanya faktor pengetahuan yang dimiliki petani hanya terbatas pada apa yang dapat mereka rasakan secara langsung, biasanya melalui pengamatan dan apa yang bisa mereka pahami dengan konsep mereka sendiri. Salah satu cara petani untuk mendapatkan informasi adalah dengan melalui komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat terjadi dalam lingkup keluarga, salah satunya yaitu dengan seorang istri. Secara psikologis, istri mempunyai hubungan

emosional yang cukup dekat dibanding anggota keluarga lain serta memiliki peranan yang kuat untuk dapat memberi pengaruh kepada suami sehingga akan termotivasi untuk menerapkan inovasi yang diberikan atau bahkan menolak Penerapan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo. Keaktifan petani dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo Keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan Sikap suami dan istri terhadap teknologi budidaya padi sistem jajar legowo Komunikasi interpersonal antara suami dan istri Kegiatan penyuluhan teknologi budidaya padi sistem jajar legowo inovasi tersebut. Sikap seorang istri akan cenderung diterima oleh suami. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi motivasi seorang suami untuk dapat memutuskan dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo.

6

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 1 - 14

HIPOTESIS1. Diduga keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan mempengaruhi komunikasi interpersonal antara suami dan istri. semakin tinggi keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan, maka proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri semakin efektif (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan). 2. Diduga sikap suami dan sikap istri mempengaruhi komunikasi interpersonal. 1). Semakin positif sikap suami terhadap teknologi padi sistem jajar legowo maka proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri semakin efektif (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan). 2). Semakin positif sikap istri terhadap teknologi padi sistem jajar legowo maka proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri semakin efektif (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan). 3. Diduga keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan mempengaruhi motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo. Semakin tinggi keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan, maka motivasi petani dalam menerapkan

teknologi padi sistem jajar legowo semakin tinggi. 4. Diduga sikap suami dan sikap istri mempengaruhi motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo. 1). Semakin positif sikap suami terhadap teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo maka motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo semakin tinggi. 2). Semakin positif sikap istri terhadap teknologi budidaya tanaman padi sistem jajar legowo maka motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo semakin tinggi. 5. Diduga komunikasi interpersonal antara suami dan istri mempengaruhi motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo. Semakin efektif komunikasi interpersonal (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan) maka motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo semakin tinggi. 6. Diduga motivasi petani mempengaruhi penerapan teknologi padi system jajar legowo. Semakin tinggi motivasi petani maka penerapan teknologi padi system jajar legowo semakin tinggi.

Lina Arisanti dan Sunarru Samsi Hariadi, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Suami-Istri

7

METODE PENELITIANPenelitian deskripsi kuantitatif ini mengambil lokasi di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri. Sampel penelitian ini sebanyak 50 pasangan suami istri yang mengaplikasikan teknologi budidaya tanaman padi sistem Jajar Legowo. Data diperoleh melalui wawancara dan penyebaran angket kepada responden. Setelah terkumpul dan diolah, data dianalisis dengan statistik non-parametrik yaitu uji Rank Spearman. Syarat-syarat uji rank spearman adalah data tidak berdistribusi normal dan jenis data ordinal atau nominal.

dalam penelitian ini yang berbunyi semakin tinggi keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan, maka proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri semakin efektif (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan) diterima. Selanjutnya berdasarkan teori Rogers Shoemaker, 1971 bahwa keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan mempengaruhi proses komunikasi. 2. Pengaruh Sikap Suami dan Sikap Istri terhadap Komunikasi Interpersonal Antara Suami dan Istri 1). Pengaruh Sikap suami terhadap komunikasi interpersonal antara suami dan istri. Taraf signifikasi 0,01< taraf signifikasi () 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel sikap suami dengan komunikasi interpersonal, yaitu semakin tinggi sikap suami, maka komunikasi interpersonal semakin tinggi. Dengan demikian semakin tinggi sikap suami terhadap teknologi jajar legowo mempengaruhi komunikasi interpersonal antara suami dan istri menjadi semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi semakin positif sikap suami terhadap teknologi padi sistem jajar legowo maka proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri semakin efektif (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN1. Pengaruh Keaktifan Petani Mengikuti Kegiatan Penyuluhan terhadap Komunikasi Interpersonal Antara Suami Dan Istri Tingkat signifikasi yang diperoleh sebesar 0,004 < tingkat signifikasi () 0,05% berarti antara variabel keaktifan petani dengan variabel komunikasi interpersonal mempunyai hubungan yang signifikan, yaitu semakin tinggi keaktifan petani maka komunikasi interpersonal semakin tinggi. Dengan demikian semakin tinggi keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan mempengaruhi komunikasi interpersonal antara suami dan istri menjadi semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis

8

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 1 - 14

tersampaikan secara keseluruhan) diterima. 2). Pe n g a r u h s i k a p i s t r i t e r h a d a p komunikasi interpersonal antara suami dan istri Taraf signifikasi yang diperoleh sebesar 0,001< taraf signifikasi () 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel sikap istri dengan variabel komunikasi interpersonal, yaitu semakin tinggi sikap istri, maka komunikasi interpersonal semakin tinggi. Dengan demikian semakin tinggi sikap istri terhadap teknologi jajar legowo mempengaruhi komunikasi interpersonal antara suami dan istri menjadi semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi semakin positif sikap istri terhadap teknologi padi sistem jajar legowo, maka proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri semakin efektif (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan) diterima. Berdasarkan teori sikap dari Fishben Dan Azjen dikatakan bahwa sikap mempengaruhi tingkah laku yaitu komunikasi interpersonal. 3. Pe n g a r u h Ke a k t i f a n Pe t a n i Mengikuti Kegiatan Penyuluhan Terhadap Motivasi Petani Dalam Menerapkan Teknologi Jajar Legowo Taraf signifikasi yang diperoleh sebesar 0,143 > taraf signifikasi () 0,05 berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel keaktifan petani dengan variabel motivasi petani. Dengan demikian semakin tinggi keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan tidak mempengaruhi komunikasi interpersonal antara suami dan istri. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi semakin tinggi keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan penyuluhan maka motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo ditolak. 4. Pengaruh Sikap Suami Dan Sikap Istri Terhadap Motivasi Petani Dalam Menerapkan Teknologi Jajar Legowo 1). Pengaruh Sikap suami terhadap motivasi petani dalam menerapkan teknologi jajar legowo Taraf signifikasi yang diperoleh sebesar 0,027< taraf signifikasi () 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel sikap suami dengan variabel motivasi petani, yaitu semakin tinggi sikap suami, maka motivasi petani semakin tinggi. Dengan demikian semakin tinggi sikap suami terhadap teknologi jajar legowo mempengaruhi motivasi petani dalam penerapan teknologi padi sistem jajar legowo menjadi semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi semakin positif sikap suami terhadap teknologi

Lina Arisanti dan Sunarru Samsi Hariadi, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Suami-Istri

9

padi sistem jajar legowo maka motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo semakin tinggi diterima. 2). Pengaruh Sikap istri terhadap motivasi petani dalam menerapkan teknologi jajar legowo Taraf signifikasi yang diperoleh sebesar 0,046 < taraf signifikasi () 0,05 berarti, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel sikap istri dengan variabel motivasi petani, yaitu semakin tinggi sikap istri, maka motivasi petani semakin tinggi. Dengan demikian semakin tinggi sikap istri terhadap teknologi jajar legowo mempengaruhi motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo menjadi semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi semakin positif sikap istri terhadap teknologi padi sistem jajar legowo, maka motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo diterima. Berdasarkan teori dari Fishben dan Azjen (dalam Azwar, 1995) bahwa, s i k ap mempengaruhi motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation function). Sikap berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kesan pada orang lain.

5. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Antara Suami dan Istri terhadap Motivasi Petani Dalam Menerapkan Teknologi Jajar Legowo Taraf signifikasi yang diperoleh sebesar 0,006 < taraf signifikasi () 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel komunikasi interpersonal dengan variabel motivasi petani yaitu semakin efektif komunikasi interpersonal, maka motivasi petani semakin tinggi. Dengan demikian semakin efektif komunikasi interpersonal antara suami dan istri mempengaruhi motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo menjadi semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi semakin efektif komunikasi interpersonal (komunikasi berjalan dengan baik dan pesan tersampaikan secara keseluruhan) maka motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo semakin tinggi diterima. Berdasarkan teori dari Effendi dalam Liliweri, 1996, mengatakan bahwa komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi motivasi.

10

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 1 - 14

6. Pengaruh Motivasi Petani Dalam Menerapkan Teknologi Jajar Legowo Terhadap Penerapan Teknologi Jajar Legowo Taraf signifikasi yang diperoleh sebesar 0,757 > taraf signifikasi () 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi petani dengan variabel penerapan teknologi jajar legowo. Dengan demikian semakin tinggi motivasi petani dalam menerapkan teknologi padi sistem jajar legowo tidak mempengaruhi penerapan teknologi padi sistem jajar legowo. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi semakin tinggi motivasi petani maka penerapan teknologi padi sistem jajar legowo semakin tinggi ditolak. Menurut teori pengharapan bahwa motivasi mempengaruhi usaha seseorang. Petani akan termotivasi menerapkan teknologi jajar legowo, apabila hal tersebut sesuai dengan harapan atau motivasi mereka. Motivasi petani di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri masih tergolong sedang. Hal ini berarti bahwa motivasi petani di dalam penerapan teknologi jajar legowo masih mengikuti atau sekedar ikut-ikutan dengan anggota petani lain yang sudah dianggap berhasil dalam usaha taninya.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN s. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keaktifan petani di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri dalam mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai teknologi jajar legowo mempengaruhi terjadinya komunikasi interpersonal antara suami dan istri. Semakin aktif petani mengikuti kegiatan penyuluhan maka semakin banyak informasi yang diperoleh suami disampaikan kepada istri melalui komunikasi interpersonal. Dalam proses penerimaan suatu inovasi seorang istri dijadikan teman konsultasi yang efektif berhubung kedekatannya secara psikologis. 2. Sikap suami dan sikap istri Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri mempengaruhi komunikasi interpersonal antara suami dan istri mengenai teknologi jajar legowo. Sikap merupakan poin penting dalam komunikasi interpersonal. Sikap positif dari kedua belah pihak dalam komunikasi interpersonal ditunjukkan dalam bentuk sikap yang memberi inisiatif, merespon dengan baik dan memberi informasi yang mendukung teknologi jajar legowo yang diberikan. Semakin positif sikap suami dan istri

Lina Arisanti dan Sunarru Samsi Hariadi, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Suami-Istri

11

tersebut maka proses komunikasi interpersonal mengenai teknologi jajar legowo akan berjalan lebih efektif dan pesan dapat tersampaikan secara keseluruhan. 3. Keaktifan petani mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai teknologi jajar legowo di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tidak mempengaruhi motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar legowo. Mereka lebih cenderung akan melihat hasil dari kegiatan penyuluhan tersebut melalui anggota petani lainnya yang sudah dianggap berhasil dalam setiap kegiatan usahataninya. Kegiatan penyuluhan sendiri pada umumnya bertujuan menyampaikan teknologi dan memberikan soluasi atas permasalahan yang dihadapi petani dalam kegiatan usahataninya. Mereka termasuk dalam golongan penerima mayoritas lambat (late majority) yaitu mereka yang mau menerima ide-ide baru setelah rata-rata anggota petani lainnya menerima dan menerapkan lebih awal. Dengan kata lain, petani akan mengikuti kegiatan penyuluhan jika sudah mengetahui manfaat dari kegiatan tersebut melalui keikutsertaan orang lain. 4. Sikap suami dan sikap istri di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri terhadap teknologi jajar legowo mempengaruhi motivasi petani. Sikap tersebut mempunyai arti bahwa

sikap suami dan sikap istri sudah mulai baik terhadap teknologi yang dianjurkan. Mereka sudah mampu memutuskan untuk mendukung atau tidak mendukung teknologi tersebut. Selanjutnya mereka sudah memiliki kebulatan sikap untuk menerima atau menolak teknologi yang akan diterapkan. Kebulatan sikap tersebut akan meningkatkan keyakinan atau motivasi yang tinggi bagi mereka untuk bisa menerapkan teknologi jajar legowo. 5. Komunikasi interpersonal antara suami dan istri mengenai teknologi padi sisitem jajar legowo di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri mempengaruhi motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar legowo. Komunikasi interpersonal merupakan saluran komunikasi yang efektif dalam merubah pendapat, sikap dan perilaku antara suami dan istri. Perubahan perilaku tersebut didorong oleh motivasi yang ada dalam diri mereka untuk melakukan sesuatu sesuai dengan harapan mereka yaitu menerapkan teknologi jajar legowo. 6. Motivasi petani di Desa Jagul Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri tidak mempengaruhi penerapan teknologi padi sistem jajar legowo. Hal tersebut mengacu pada nilainilai subkultur dari diri petani dalam menerima teknologi yang dianjurkan. Mereka termasuk dalam golongan

12

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 1 - 14

pengikut akhir (Late Majority) yaitu mereka akan mengadopsi ide baru setelah rata-rata anggota sistem sosial menerima. Petani akan melihat dulu anggota petani lainnya yang sudah berhasil menerapkan teknologi jajar legowo, baru kemudian mereka mau untuk menerapkan teknologi tersebut. Dengan kata lain, petani akan termotivasi mengadopsi inovasi yang diberikan apabila hal itu sesuai dengan harapan mereka.

menambah pengetahuan dan pengalaman mereka, sehingga penyuluh mampu menyampaikan materi penyuluhan dengan baik. Peningkatan SDM penyuluh tersebut akan meningkatkan kredibilitas penyuluh di dalam kemampuannya menyebarkan inovasi. Setidaknya memberikan dampak positif kepada aspek konatif (perasaan) petani terhadap inovasi teknologi jajar legowo. 3. Kepada pemerintah melalui dinas pertanian diharapkan membuat media penyuluhan yang lebih bervariasi melalui, foto, gambar, poster, audio visual (vcd), sehingga kegiatan penyuluhan lebih interaktif dan tidak membosankan serta petani akan mengingat lebih banyak mengenai isi pesan yang disampaikan. Media penyuluhan yang ber variasi ini bertujuan agar penyampaian cara tanam teknologi jajar legowo mudah dipahami dan diterapkan oleh petani terutama dalam tahap pemilihan benih, pembibitan, persemaian, pengendalian hama penyakit dan panen. Selanjutnya, agar informasi yang diperoleh petani disampaikan kepada istri melalui proses komunikasi interpersonal dapat berjalan secara efektif. 4. Kepada Dinas Pertanian melalui PPL hendaknya selain memberikan penyuluhan kepada suami, juga

b. Implikasi KebijakanBerdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka penulis ingin merekomedasikan atau menyarankan sebagaimana berikut: 1. Kepada pemerintah melalui dinas pertanian supaya lebih mendorong PPL untuk sering melakukan kunjungan ke petani, dorongan tersebut dapat melalui pemberian insentif bagi kinerja PPL dan tidak terlalu membebani PPL dengan berbagai aturan administrasi pemerintah, sehingga PPL mempunyai banyak waktu untuk melakukan kunjungan dan berdiskusi dengan petani. Setidaknya hal tersebut akan meningkatkan keaktifan petani untuk mengikuti kegiatan penyuluhan. 2. Kepada pemerintah melalui dinas pertanian diharapkan meningkatkan SDM penyuluhnya melalui kegiatan pelatihan, studi banding, kegiatan magang bagi penyuluh yang dapat

Lina Arisanti dan Sunarru Samsi Hariadi, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Suami-Istri

13

memberikan penyuluhan kepada para istri mereka. Agar di dalam proses penerimaan inovasi dapat diterima oleh kedua belah pihak, proses komunikasi interpersonal antara suami dan istri harus dapat berjalan dengan efektif yang akhirnya dapat meningkatkan motivasi petani dalam penerapan teknologi jajar legowo. Komunikasi lebih diarahkan pada saling keterbukaan, sikap yang positif, saling memahami dan penghargaan satu sama lain.

Gibson, James L. dkk, 1997. Organizations Behavior, Structure, Processes. Chicago: Irwin, Kreitner, Robert. and Kinicki, Angelo, 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Liliweri, A. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju. --------------- 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Alfabeta. Lionberger, Gwin. 1982. Communication Strategis. Missouri: Printers & Publishers. Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi B i s n i s . S u r a k a r t a : Pe n e r b i t Erlangga. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survey. J a k a r t a : P T. P u s t a k a L P 3 R S Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAzwar, S. 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Danim, Sudarwan, 2004. Motivasi kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Devito, A, Joseph.1997. Komunikasi A n t a r M a n u s i a . New York: Professional Books.

14

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 1 - 14

LIPUTAN PEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN RIAU POS TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN MURAH BERKUALITAS DAN GANTI RUGI LAHAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARUDewi Sukartik* Ageng Setiawan Herianto**(*Lulusan Program Studi Komunikasi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Jalan Teknika Utara Pogung Sleman Yogjakarta, e-mail: dewi_ [email protected],** Staf Pengajar Komunikasi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada)

ABSTRACTDaily Newspapers Riau Pos has cooperated with the Pekanbaru government in news coverage in the form of a Memorandum of Understanding (MoU) since 2006, especially in related with the development programs, such as low education quality and redresses the impact of urban development land. The research aims to identify the changes in news coverage of Daily Newspapers Riau Pos reporting bias toward the government or the public. The media studies are conducted by using the combination method of framing the analysis with eight units of analysis. The analyzed news is fourteen news that consist of seven news before the MoU and seven news after the MoU. The results of the study show that Daily Newspapers Riau Pos does not align the news coverage about the group of low-quality education for both the government and the public after the MoU. However, the land compensation news groups as an impact of urban development defends on the government. Key words: coverage of news, daily newspaper riau pos, development program, reporting bias, the MoU framing of news and analysis

PENDAHULUANSurat Kabar Harian yang disingkat SKH Riau Pos merupakan media cetak lokal bahkan tertua di Riau, tentunya menjadi salah satu referensi informasi tentang program pembangunan pemerintah.15

Peran surat kabar daerah yang bebas dan bertanggung jawab ini perlu terus diupayakan dan dikembangkan dalam bentuk interaksi positif antara surat kabar daerah, pemerintah, dan masyarakat sehingga terwujud peran serta aktif

16

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

surat kabar lokal dalam mendukung pembangunan, menyebarkan informasi yang objektif dan edukatif, melakukan kontrol sosial, menyalurkan aspirasi rakyat, memperluas komunikasi dan peran serta positif masyarakat. Dengan demikian dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara untuk hidup layak dan sejahtera. Kenyataan di lapangan dalam melaksanakan fungsi dan perannya sebagai media informasi, komunikasi, dan kontrol sosial, SKH Riau Pos dianggap belum maksimal, sebab SKH Riau Pos masih dianggap lebih banyak menyuarakan kepentingan pemerintah Kota Pekanbaru dibandingkan aspirasi/keluhan masyarakat. Misalnya pemberitaan masalah pembangunan diindikasikan bahwa nuansa berita pembangunan lebih memihak kepada Pemko serta sering menyajikan sosok pejabat dengan keberhasilankeberhasilnnya. Permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana liputan pemberitaan SKH Riau Pos tentang aktivitas program pendidikan murah berkualitas bagi warga Pekanbaru dan pelaksanaan ganti rugi lahan dampak pembangunan kota. Tujuannya untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keberpihakan liputan pemberitaan SKH Riau Pos tentang program pendidikan murah berkualitas bagi warga Pekanbaru dan pelaksanaan ganti rugi lahan dampak pembangunan

kota setelah adanya MoU pemberitaan kepada pemerintah Kota Pekanbaru atau kepada masyarakat.

KERANGKA TEORETIS 1. Teori Agenda SettingMaxwell Mc Combs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali memperkenalkan teori agenda setting. Teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan publikasi pertamanya berjudul The Agenda Setting Function Of The Mass Media (Nurudin, 2007). Teori agenda setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan kepada pembaca apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus dilihat pembaca dan tokoh siapa yang harus didukung (Nuruddin, 2007). Artinya, media massa (SKH Riau Pos) menyaring berita yang akan disiarkannya. Secara selektif gatekeepers seperti editor atau redaktur bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar) dan cara penonjolan (ukuran judul dan letak pada suratkabar). Teori ini menggambarkan isi media berita memiliki pengaruh pada persepsi publik tentang isu-isu penting, menjelaskan

Dewi Sukartik & Ageng Setiawan H., Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos

17

bahwa apa yang menjadi pemberitaan sebagai sampul berita di media, berita itu akan menjadi agenda publik (khalayak pembaca), dan cara perancangan atau reka bentuk pada sampul berita media tersebut telah menanamkan peranan penting pembentukan opini publik berkenaan dengan apa yang menjadi penting atau tidak penting untuk diberitakan. Teori ini juga mengemukakan bahwa pemberitaan media massa sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini, sehingga membuat penguasa dalam suatu pemerintahan merasa perlu mengendalikan media massa, sebab di satu sisi, pemberitaan pers bisa membuat citra pemerintahan terangkat dan sebaliknya di sisi lain pemberitaan pers pun dapat pula menghancurkan citra pemerintahan. Stephen W Littlejohn (Nurudin 2007) mengatakan agenda setting beroperasi dalam tiga bagian yaitu: (1) Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali; (2) Agenda media dalam banyak hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu mempengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya; (3) Agenda publik mempengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting bagi individu. Dengan

demikian, agenda setting memprediksikan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik, sementara agenda publik sendiri akhirnya mempengaruhi agenda kebijakan. Untuk lebih jelas tiga agenda (agenda media, agenda khalayak, dan agenda kebijakan) dalam teori agenda setting. Ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan Mannheim (Severin dan Tankard Jr, 1992) sebagai berikut: Pertama, agenda media terdiri dari dimensi-dimensi; visibility (visibilitas) yaitu jumlah dan tingkat menonjolan berita; audience salience (tingkat penonjolan bagi khalayak) yaitu relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak; valence (valensi) yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. Kedua, agenda khalayak. Terdiri dari dimensi-dimensi; familiary (keakraban) yaitu derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu; personal salience (penonjolan pribadi) yaitu relevansi kepentingan individi dengan ciri pribadi; favorability (kesenangan) yaitu pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita. Ketiga, agenda kebijakan. Terdiri dari dimensi-dimensi; support (dukungan) yaitu kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu; likelihood of action (kemungkinan kegiatan) yaitu kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan; freedom of action (kebebesan bertindak) yaitu nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah. Berdasarkan penjelasan teori agenda

18

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

setting di atas dapat dipahami bahwa teori ini memiliki peran yang sangat penting ketika melakukan penyunting terhadap fakta atau peristiwa yang diliput oleh media atau wartawan di lapangan karena media massa memainkan peranan yang penting dalam membentuk realitas sosial masyarakat dan sebaliknya. Dalam melaksanakan tugas keseharian media bisa saja menonjolkan satu isu dan mengabaikan isu lain. Disinilah letak peran media ketika melakukan agenda setting, media harus benar-benar dapat menyiarkan berita yang berimbang, faktual, dan objektif sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan dengan pemberitaan media. Sebaliknya agenda publik juga bisa menjadi agenda media. Pada penelitian ini teori agenda setting akan menjawab permasalahan bagaimana SKH Riau Pos memahami dan menulis (menyunting) fakta atau peristiwa tentang aktivitas program pembangunan pemerintah Kota Pekanbaru, apakah dengan adanya MoU pemberitaan tersebut akan terjadi penyuntingan fakta yang tidak berimbang antara aspirasi masyarakat dengan kepentingan pemerintah sehingga fakta-fakta penting yang sebenarnya ingin diketahui pembaca menjadi hilang.

moral masyarakat. Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers harus disertai tanggungjawab terhadap masyarakat. Dalam prinsip teori tanggungjawab sosial, prinsip kebebasan pers masih diper tahankan, tapi harus diser tai kewajiban untuk bertanggungjawab dalam menyiarkan berita harus bersifat objektif atau tidak menyiarkan berita yang dapat menimbulkan keresahan pada masyarakat (Severin dan Tankard, 1992). Berdasarkan penjelasan teori tanggungjawab sosial di atas, satu sisi masyarakat bebas mengeluarkan pendapat atau mencari kebenaran yang bertanggungjawab melalui media sehingga tidak ada pihak yang dirugikan baik pemerintah maupun masyarakat. Disisi lain pemerintah bisa saja menggunakan lembaga atau organisasi untuk mengontrol sistem penyiaran sebagai kedok untuk mencapai kepentingannya. Media massa (SKH Riau Pos) sebagai lembaga sosial yang berfungsi sebagai fungsi kontrol sosial harus bisa menjalankan teori tanggungjawab sosialnya, sehingga dalam mengakomodasi aspirasi/ keluhan masyarakat dan kepentingan pemerintah dalam pemberitaan yang berimbang, objektif dan faktual dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Teori Tanggung Jawab Sosial (social responsibility theory)Te o r i t a n g g u n g j a w a b s o s i a l dikembangkan khusus di Amerika Serikat pada abad ke 20 sebagai protes terhadap kebebasan mutlak dari teori libertarian yang telah menyebabkan kemerosotan

3. Teori Media PembangunanMenurut Mc Quail (1991) teori media pembangunan dikaitkan dengan negaranegara dunia ketiga yang tidak memiliki ciri-ciri sistem komunikasi yang sudah

Dewi Sukartik & Ageng Setiawan H., Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos

19

maju. Pada tahun 1967, Press Foundation of Asia menawarkan konsep jurnalisme pembangunan. Beberapa prinsip utama teori media pembangunan menurut Mc Quail adalah (1) pers harus menerima dan ditetapkan secara nasional; (2) kebebasan pers harus terbuka bagi pembatasan sesuai dengan prioritas-prioritas ekonomi dan kebutuhan melaksanakan tugas-tugas pembangunan yang positif sesuai dengan kebijakan kebutuhan pembangunan bagi masyarakat; (3) pers harus memberikan prioritas isinya kepada budaya dan bahasa nasional; (4) pers harus memberi prioritas dalam berita dan informasi untuk menghubungkannya dengan negaranegara berkembang lain yang berdekatan secara geografis, budaya dan politis; (5) para wartawan dan pekerja pers lainnya mempunyai tanggungjawab maupun kebebasan dalam tugas menghimpun dan menyebarkan informasi mereka; (6) demi kepentingan tujuan pembangunan, negara mempunyai hak untuk ikut campur dalam atau membatasi, operasi-operasi media massa, serta penyelenggaraan sensor, pemberian subsidi dan kontrol langsung dapat dibenarkan. Ciri-ciri penting dari teori media pembangunan ini adalah prinsipnya bahwa media harus menerima dan membangun pembangunan yang positif sesuai dengan kebijaksanaan

yang sudah ditetapkan oleh negara dan juga sesuai undang-undang yang berlaku. Dalam arti meningkatkan proses pembangunan yang lebih maju ke depan mengarah pada perubahan sosial untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Media massa yang berkembang menurut teori ini lebih banyak mengedepankan persoalan pembangunan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya. Teori ini merupakan perkembangan dari teori tanggung jawab sosial yang mana lebih mementingkan pembangunan yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Berdasarkan teori media pembangunan di atas penelitian ini melihat bagaimana peran SKH Riau Pos sebagai media cetak lokal dalam mendukung aktivitas program pembangunan pemerintah Kota Pekanbaru dengan adanya MoU pemberitaan yang dilakukan dengan pemerintah Kota Pekanbaru, apakah hanya mendukung program pembangunan Pemko Pekanbaru tanpa ber tujuan untuk mensejahterakan masyarakat atau mengakomodasi keduanya sehingga terwujud komunikasi dialogis antara Pemko Pekanbaru dengan masyarakat dalam melaksanakan aktivitas program pembangunan pemerintah Kota Pekanbaru.

20

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

SKH RIAU POS

MoU PEMBERITAAN

PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

Berita-Berita Aktivitas Program Pembangunan Pemerintah Kota Pekanbaru Konsep dan Teori yang Relevan untuk Melihat Bagaimana Liputan Pemberitaan SKH Riau Pos tentang Program Aktivitas Pembangunan *) Teori Agenda Setting Teori Tanggungjawab Sosial Teori Media Pembangunan

FUNGSI MEDIA MASSA DALAM PEMBANGUNAN JURNALISME PEMBANGUNAN

*) LIPUTAN PEMBERITAAN SKH RIAU POS TENTANG AKTIVITAS PROGRAM PEMBANGUNAN (PENDIDIKAN MURAH BERKUALITAS, PKL, GANTI RUGI LAHAN DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA, PELAYANAN DAN INFRASRUKTUR) DI PEKANBARU SEBELUM DAN SETELAH ADANYA MoU

Detail tentang bagaimana peristiwa dimaknai dan fakta ditulis di analisis melalui delapan unit analisis yaitu: (1) Sumber Berita (Source) (2) Pendenisian Masalah (Dene Problem) (3) Penyebab Masalah (Diagnose Causes) (4) Pembenaran terhadap Peristiwa/isu (Make Moral Judgement) (5) Rekomendasi Penyelesaian Masalah (Treatment Recommendation) (6) Penggunaan Foto/gras dan Letak Berita (Visual Image) (7) Penulisan Judul, Lead dan Kutipan Sumber (Syntacsis) (8) Tipe Pemberitaan (Satu atau Dua Sisi)

KEPENTINGAN PEMKO

ASPIRASI MASYARAKAT

Dewi Sukartik & Ageng Setiawan H., Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos

21

METODE PENELITIANUntuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keberpihakan liputan pemberitaan SKH Riau Pos tentang dua aktivitas program pembangunan pemerintah Kota Pekanbaru setelah adanya MoU pemberitaan kepada pemerintah Kota Pekanbaru atau kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode gabungan analisis framing dengan delapan unit analisis yaitu sumber berita utama, pendefinisian masalah (define problems), penyebab masalah (diagnose causes), pembenaran masalah (make moral judgement), rekomendasi penyelesaian masalah (treatment recommendation), visual image meliputi penggunaan foto/ grafis dan letak berita, syntacsis meliputi penulisan judul, lead dan kutipan sumber berita, serta tipe pemberitaannya (satu sisi atau dua sisi). Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara studi dokumentasi berita-berita tentang aktivitas program pendidikan murah berkualitas bagi warga Pekanbaru dan pelaksanaan ganti rugi lahan dampak pembangunan kota yang dimuat di halaman metropolis SKH Riau Pos. Total berita yang dianalisis sebanyak empat belas. Tujuh berita sebelum MoU dan tujuh berita setelah adanya MoU.

maupun setelah MoU, dilakukan dengan menggunakan delapan unit analisis yaitu sumber berita utama, pendefinisian masalah (define problems), penyebab masalah (diagnose causes), pembenaran masalah (make moral judgement), rekomendasi penyelesaian masalah (treatment recommendation), visual image meliputi penggunaan foto/grafis dan letak berita, syntacsis meliputi penulisan judul, lead dan kutipan sumber berita, serta tipe pemberitaannya (satu sisi atau dua sisi). Berdasarkan hasil analisis aspek liputan pemberitaan SKH Riau Pos yang mengalami perubahan keberpihakan setelah adanya MoU adalah: (1) sumber berita; (2) penggunaan foto/grafis; (3) penulisan lead dan kutipan sumber. Perubahan keberpihakan tersebut cenderung mengarah kepada pemberitaan yang netral, sebelum MoU netral dalam arti mengakomodasi pernyataan Pemko dan aspirasi/keluhan masyarakat secara bersamaan dalam satu berita, sedangkan setelah adanya MoU cenderung netral dalam arti liputan pemberitaan SKH Riau Pos tidak hanya mengakomodasi pernyataan Pemko tapi juga aspirasi/ keluhan masyarakat. Aspek yang sangat menentukan perubahan tersebut adalah sumber berita yang diwawancara. Sumber berita yang diwawancara dalam hal ini hanya dari pihak Pemko. Namun pada masalah ini pihak Pemko tidak hanya sebagai sumber untuk mengklarifikasikan masalah yang terjadi di masyarakat tapi juga membenarkan atau menyuarakan

BERITA-BERITA PENDIDIKAN MURAH BERKUALITASPembahasan berita-berita pendidikan murah dan berkualitas ini, baik sebelum

22

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

aspirasi/keluhan masyarakat sehingga penulisan beritanya tetap mengakomodasi suara kedua belah pihak (Pemko dan masyarakat). Sebenarnya tipe pemberitaan seperti ini kurang baik meskipun pihak Pemko juga membenarkan terjadinya permasalahan di lapangan, akan tetapi mewawancarai sumber berita utama (masyarakat) jauh akan lebih baik dibandingkan hanya diwakili pihak lain (Pemko atau DPRD), sebab dikhawatirkan pernyataan sumber berita tersebut mengandung muatan politis sehingga sulit mencari pemecahan masalahnya. Selain itu pemilihan sumber berita dipengaruhi oleh sudut pandang wartawan ketika melihat permasalahan di lapangan. Dalam hal ini wartawan SKH Riau Pos cenderung melihat dari sisi pelanggaran aturan yang dilakukan Pemko. Sudut pandang wartawan dan sumber berita yang diwawancara turut menentukan penekanan isi berita, Fishman (Eriyanto, 2007), menjelaskan bahwa ada dua kecenderungan bagaimana proses produksi berita dilihat yaitu pertama, seleksi berita (selectivity of news). Seleksi ini dilakukan wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang bisa diberitakan dan mana yang tidak. Kedua, pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi tapi dibentuk. Wartawanlah yang membentuk berita, mana yang disebut berita mana yang tidak. Peristiwa atau realitas bukanlah diseleksi, melainkan

dikreasi oleh wartawan. Pada perspektif ini fokusnya bagaimana war tawan membentuk berita. Titik perhatian utama difokuskan pada rutinitas dan nilai-nilai kerja wartawan ketika bertemu dengan narasumber. Wartawan bukanlah perekam pasif yang mencatat apa yang terjadi dan dikatakan sumber berita. Melainkan sebaliknya, wartawan adalah perekam yang aktif, wartawan akan berinteraksi dengan dunia (realitas) dan orang yang diwawancarai, hal ini sedikit banyaknya akan menentukan bagaimana bentuk dan isi berita yang dihasilkan. Dilihat dari dua proses produksi berita di atas jelas bahwa peran wartawan sangat menentukan penekanan sebuah berita, hal ini terbuki bahwa meskipun SKH Riau Pos cenderung mewawancarai sumber berita dari Pemko, secara manusiawi dan wujud tanggungjawab sosial dari seorang wartawan pada penulisan lead berita cenderung menghantarkan atau mengungkapkan permasalahan yang terjadi di masyarakat yang dinilai cukup meresahkan orangtua tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos dilihat dari sumber berita yang diwawancara terhadap permasalahan tentang pelaksanaan program pendidikan murah berkualitas di lapangan cenderung berpihak kepada Pemko. Ini disebabkan sumber berita utama (masyarakat) masih enggan untuk mengungkapkan permasalahan yang terjadi secara langsung karena takut mendapatkan ancaman dari pihak

Dewi Sukartik & Ageng Setiawan H., Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos

23

sekolah. Hal ini diperkuat hasil wawancara peneliti dengan wartawan SKH Riau Pos di bawah ini:Masalah sumber berita yang diwawancara terkait permasalahan pendidikan murah berkualitas yang tidak langsung mewawancarai pihak masyarakat karena masyarakat merasa takut mengungkapkan langsung apa yang dialami atas kebijakan sekolah berupa pungutan-pungutan yang memberatkan orang tua, karena takut anaknya mendapat ancaman dari pihak sekolah. (Erwan Sani, wartawan SKH Riau Pos, wawancara 7 Mei 2010).

sekolah yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan terhadap pelaksanaan program tersebut. Tipe pemberitaan seperti ini sebenarnya berdampak kurang baik terhadap hak-hak masyarakat dalam menyampaikan aspirasi/keluhannya melalui SKH Riau Pos karena pernyataan sumber berita yang mewakili aspirasi/ keluhan masyarakat tersebut hanya clise belaka dan syarat dengan muatan politis. Aspek lain yang menunjukkan perubahan liputan pemberitaan SKH Riau Pos adalah penggunakan foto/grafis untuk mendukung atau menguatkan pernyataan sumber berita cenderung netral. Dalam arti penggunaan foto/grafis tidak hanya digunakan untuk mendukung atau menguatkan aspirasi/keluhan masyarakat tapi pada beberapa kasus foto/grafis justru tidak digunakan untuk mendukung atau menguatkan pernyataan sumber. Ini disebabkan sumber berita yang diwawancara dari pihak Pemko tidak hanya mengklarifikasikan masalah yang terjadi di masyarakat tapi juga membenarkan dan menyuarakan aspirasi/ keluhan masyarakat, sebab penggunaan foto/grafis cenderung menyesuaikan dengan arah penekanan isi berita. Dari aspek penulisan lead berita yang merupakan tingkat penonjolan berita paling tinggi setelah penulisan judul, hasil analisis menunjukkan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos cenderung berpihak kepada masyarakat. Ini disebabkan masalah pendidikan

Selain itu wartawan umumnya sering ngepos pada suatu tempat terutama kantor-kantor pemerintahan seperti kantor wali kota, akibatnya sumber berita yang diwawancara hanya terfokus pada satu sumber berita dari pihak pemerintah. Khusus untuk masalah pendidikan murah berkualitas, sumber berita dari pihak Pemko tidak hanya sebagai sumber untuk mengklarifikasikan permasalahan yang terjadi tapi juga membenarkan atau menguatkan aspirasi/keluhan masyarakat. Hal ini diindikasikan bahwa disisi lain SKH Riau Pos dinilai berusaha menaikkan citra kebijakan Pemko melalui pernyataanpernyataan wali kota berupa peringatan atau penegasan kepada pihak sekolah untuk tidak melakukan pungutan di luar kewajaran yang memberatkan orang tua, karena pernyataan wali kota atau pejabat Pemko yang diwawancara tersebut tidak disertai dengan pernyataan tegas tentang sanksi yang akan diberikan kepada pihak

24

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

bagian dari komitmen SKH Riau Pos untuk memajukan pendidikan di Riau dan Pekanbaru pada khususnya. Dilihat dari penulisan lead berita SKH Riau Pos dinilai cukup bagus karena MoU tidak berpengaruh negatif terhadap hak-hak masyarakat untuk menyampaikan aspirasi/ keluhan melalui SKH Riau Pos pada bagianbagian berita yang tingkat penonjolannya paling tinggi. Sementara itu dilihat dari penulisan kutipan sumber cenderung netral. Dalam arti SKH Riau Pos tidak hanya menegaskan pernyataan Pemko tapi juga menegaskan aspirasi/keluhan masyarakat. Ini disebabkan sumber berita yang diwawancara dari pihak Pemko tidak hanya mengklarifikasikan permasalahan yang terjadi tapi juga menyuarakan apa yang menjadi aspirasi/keluhan masyarakat. Pasalnya sumber berita yang diwawancara sangat mempengaruhi penulisan kutipan sumber. Temuan lain menunjukkan bahwa meskipun SKH Riau Pos menulis berita dari dua perspektif dengan menyandingkan aspirasi/keluhan masyarakat dengan pernyataan Pemko secara bersamaan, tapi hanya mewawancarai sumber berita dari pihak Pemko, penulisan kutipan sumber berita hanya dari pihak Pemko. Penulisan seperti ini bertentangan dengan pemberitaan berimbang (netral), menurut Eriyanto (2009) bahwa penulisan kutipan sumber bertujuan untuk membangun objektivitas (prinsip keseimbangan dan tidak memihak). Berdasarkan hasil pembahasan

tentang berita-berita pendidikan murah berkualitas dapat dikatakan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos dinilai cukup bagus dalam menjalankan teori tanggungjawab sosial. Hal ini terbukti bahwa secara umum SKH Riau Pos tidak hanya mengakomodasi kepentingan Pemko tapi juga memberikan ruang kepada masyarakat untuk mengungkapkan apa yang menjadi aspirasi/keluhan mereka terhadap permasalahan yang terjadi. Bentuk tanggungjawab sosial SKH Riau Pos juga dapat dilihat pada style pemberitaannya. Meskipun sumber berita yang diwawancara hanya dari pihak Pemko, tapi pada penulisan lead berita cenderung menggambarkan atau mengungkapkan permasalahan yang terjadi berupa aspirasi/keluhan masyarakat, baru kemudian memuat pernyataan pihak yang berwenang untuk mengklarifikasikan permasalahan yang terjadi. Hal ini sejalan dengan teori tanggungjawab sosial (Severin dan Tankard, 1992) bahwa kebebasan pers harus disertai tanggungjawab terhadap masyarakat dan dalam menyiarkan berita harus bersifat objektif. Keberpihakan liputan pemberitaan SKH Riau Pos tentang permasalahan pelaksanaan program pendidikan murah berkualitas di lapangan juga sejalan dengan teori media pembangunan. Menurut Mc Quail (1991) salah satu prinsip teori media pembangunan adalah para wartawan dan pekerja pers lainnya mempunyai tanggungjawab maupun kebebasan dalam tugas menghimpun

Dewi Sukartik & Ageng Setiawan H., Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos

25

dan menyebarkan informasi. Hal ini memberikan penegasan bahwa SKH Riau Pos tidak hanya mengakomodasi kepentingan Pemko tapi juga aspirasi/ keluhan masyarakat. Sementara dilihat dari teori agenda setting, liputan pemberitaan SKH Riau Pos tentang permasalahan pelaksanaan program pendidikan murah berkualitas cenderung mengagendakan aspekaspek pemberitaan yang mengarah kepada netral yaitu agenda media massa ditetapkan tidak hanya sepihak kepada pihak penyokong MoU yaitu Pemko melainkan juga memperhatikan keluhan masyarakat yang juga merupakan agenda masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori agenda setting menurut Mc Combs dan Shaw (Nuruddin, 2007) bahwa sebaiknya media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat dan pemangku kepentingan lain pada gagasan atau peristiwa tertentu dari kedua sisi. Media mengatakan kepada pembaca apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus dilihat pembaca dan peristiwa apa yang harus diperhatikan dan siapa yang perlu didukung untuk mendudukkan masalah secara proporsional.

keberpihakan adalah: (1) pendefinisian masalah; (2) penyebab masalah; (3) pembenaran masalah; (4) rekomendasi penyelesaian masalah; (5) penggunaan foto/grafis; (6) penulisan judul dan lead berita; (7) tipe pemberitaan. Perubahan keberpihakan tersebut cenderung mengarah kepada Pemko. Aspek yang sangat menentukan perubahan tersebut adalah sumber berita yang diwawancara. Sumber berita yang diwawancara hanya dari pihak Pemko sehingga apa yang menjadi hak-hak masyarakat tidak tersampaikan dengan baik melalui SKH Riau Pos. Dari aspek pendefisian masalah, hasil analisis menunjukkan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos cenderung lebih berpihak kepada Pemko setelah MoU ditandatangani. Ini ditunjukkan dengan munculnya sumber berita tunggal yaitu pihak Pemko yang menjadi acuan utama SKH Riau Pos. Sumber berita yang diwawancarai pada masalah ganti rugi lahan dampak pembangunan kota kentara berpihak kepada Pemko. Keberpihakan dirasakan makin jelas apabila ditinjau dari aspek penyebab masalah yaitu liputan pemberitaan SKH Riau Pos cenderung mengungkap kesalahan-kesalahan yang dilakukan warga tanpa menyinggung kesalahan pihak Pemko. Hal ini disebabkan sumber berita yang diwawancara cenderung dari pihak Pemko sehingga pihak Pemko hanya mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan warga. Sementara apa

BERITA-BERITA GANTI RUGI LAHAN DAMPAK PEMBANGUNAN KOTAAspek liputan pemberitaan SKH Riau Pos yang berkait dengan berita ganti rugi lahan yang mengalami perubahan

26

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

yang dikeluhkan warga tidak terungkap karena SKH Riau Pos tidak memberikan ruang yang cukup kepada warga untuk mengungkapkan apa yang dikeluhkan warga. Fa k t o r s u m b e r b e r i t a y a n g diwawancara pada masalah ganti rugi lahan dampak pembangunan kota berbeda dengan masalah pendidikan murah berkualitas. Walaupun wartawan sama-sama mewawancarai sumber berita dari pihak Pemko, tetapi sumber berita yang diwawancara pada masalah ganti rugi lahan dampak pembangunan kota cenderung menyuarakan kepentingan Pemko. Hal ini disebabkan sumber berita yang diwawancara adalah sumber berita inti yaitu tim sembilan yang dibentuk Pemko untuk mengkaji dan melaksanakan ganti rugi lahan dampak pembangunan kota tersebut. Hal ini membuktikan bahwa kredibilitas sumber berita bukan segalanya. Kredibilitas sumber berita yang lebih penting adalah adanya akurasi berita dan perlunya verifikasi dari kedua subyek pemberitaan. Orang yang memiliki atau dianggap punya kredibilitas, belum tentu memiliki informasi atau data akurat. Sebaliknya orang yang dianggap tidak memiliki kredibilitas, informasinya bisa saja memiliki akurasi tinggi Mathari (2007). Selain itu style pemberitaan SKH Riau Pos juga berbeda pada masalah ganti rugi lahan dampak pembangunan kota. Pada masalah pendidikan murah berkualitas, meskipun tidak mewawancarai

sumber berita dari pihak masyarakat tapi pada penulisan lead berita, SKH Riau Pos memuat apa yang menjadi aspirasi/ keluhan masyarakat. Style pemberitaan tersebut tidak berlaku pada masalah ganti rugi lahan dampak pembangunan kota. Dari aspek pembenaran masalah, hasil analisis menunjukkan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos cenderung berpihak kepada Pemko dengan mengungkapkan bukti-bukti kesalahan yang dilakukan warga. Hal ini disebabkan sumber berita yang diwawancara cenderung dari pihak Pemko yaitu Tim Sembilan yang ditunjuk pihak Pemko yang menangani persoalan ganti rugi lahan. Akibatnya, pembuktian masalah hanya mengungkap bukti-bukti kesalahan yang dilakukan warga. Dari aspek rekomendasi penyelesaian masalah, hasil analisis menunjukkan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos juga cenderung berpihak kepada Pemko dengan mengarahkan bahwa yang dapat melakukan penyelesaian masalah hanya apabila warga mengikuti keinginan Tim Sembilan. Padahal jika dilihat dari persoalan yang terjadi di masyarakat, sebenarnya kesalahan tersebut cenderung dilakukan Pemko karena tidak membayarkan nilai ganti rugi lahan warga sesuai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), sementara nilai ganti rugi tersebut selalu menjadi persoalan utama tiap pelaksanaan ganti rugi lahan dampak pembangunan kota. Pemberitaan seperti inilah yang harus diperbaiki SKH Riau

Dewi Sukartik & Ageng Setiawan H., Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos

27

Pos ke depan sehingga lebih berimbang dalam mengakomodasi aspirasi/ keluhan masyarakat dan kepentingan Pemko tentang pelaksanaan programprogram pembangunan pemerintah yang bersinggungan dengan hak-hak masyarakat. Perlu dicatat bahwa kondisi lapangan menunjukkan bahwa terjadinya masalah tersebut bukan murni hanya disebabkan masyarakat yang menuntut ganti rugi yang lebih tinggi nilainya melainkan ganti rugi yang ditawarkan Pemko tidak sepadan dengan kerugian yang akan ditanggung oleh masyarakat. Hal ini diperkuat hasil wawancara peneliti dengan beberapa pembaca SKH Riau Pos di bawah ini:Sampai detik ini SKH Riau Pos lebih banyak menyuarakan kepentingan pemerintah dibandingkan suara masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan Riau Pos ketika melakukan per temuan dengan pemerintah tentang sosialisasi ganti rugi lahan pelebaran Jalan Soekarno Hatta. Suara pemilik lahan hanya diberitakan seadanya sehingga apa yang diinginkan pemilik lahan tidak sampai. (Bolloty Alexandre Kimar Sarah, Pembaca SKH Riau Pos, wawancara 1 Mei 2010) Pe m b e r i t a a n S K H R i a u Po s kecenderungan lebih menyuarakan kepentingan pemerintah pada akhirnya. sering tidak tuntas mencarikan solusi yang pro rakyat, akibat tidak independennya media tersebut. (Haris Jumadi, pembaca Riau Pos, wawancara, 3 Mei 2010)

penggunaan fotografis. Hasil analisis menunjukkan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos berubah cenderung tidak menggunakan foto/grafis untuk mendukung pernyataan sumber berita baik dari Pemko atau warga. Padahal sebelum MoU cenderung digunakan untuk mendukung pernyataan Pemko. Pendapat ini mengacu pada pendapat anggota redaksi untuk berita lain bahwa penggunaan foto/grafis bukan merupakan salah satu aspek penting dalam penonjolan berita di SKH Riau Pos. Dari aspek lainnya yaitu penulisan judul, SKH Riau Pos tetap berhati-hati agar tetap terlihat netral. Sementara itu dilihat dari aspek penulisan lead berita, SKH Riau Pos tetap cenderung berpihak kepada Pemko. Terjadinya perbedaan arah keberpihak pada penulisan syntacsis (judul dan lead) ini tampak adalah menjadi strategi framing redaksi SKH Riau Pos yang tidak ingin terlihat terlalu memihak pada bagian-bagian berita yang menonjol. Apalagi kondisi lapangan tampaknya disadari juga oleh redaksi bahwa permasalahan ganti rugi lahan akar penyebab masalahnya berasal dari kedua belah pihak yaitu (Pemko sendiri dan masyarakat). Berdasarkan hasil pembahasan tentang berita-berita ganti rugi lahan dampak pembangunan kota dapat ditegaskan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos dinilai belum menjalankan teori tanggungjawab sosial dengan baik, sebab liputan pemberitaan SKH Riau

Aspek lain yang dianalisis adalah

28

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

Pos hanya cenderung mengakomodasi kepentingan Pemko. Hal ini bertentangan dengan teori tanggungjawab sosial (Severin dan Tankard, 1992) bahwa kebebasan pers harus disertai tanggungjawab terhadap masyarakat dalam menyiarkan berita harus bersifat objektif. Keberpihak liputan pemberitaan SKH Riau Pos tentang permasalahan pelaksanaan program ganti rugi lahan dampak pembangunan kota di lapangan juga tidak sejalan dengan teori media pembangunan Mc Quail (1991) bahwa salah satu prinsip teori media pembangunan adalah para wartawan dan pekerja pers lainnya mempunyai tanggungjawab maupun kebebasan dalam tugas menghimpun dan menyebarkan informasi. Hal ini terbukti bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos hanya cenderung mengakomodasi kepentingan Pemko. Padahal jika dilihat dari persoalan yang terjadi di masyarakat, sebenarnya kesalahan tersebut cenderung dilakukan Pemko karena tidak membayarkan nilai ganti rugi lahan warga sesuai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), sementara nilai ganti rugi tersebut selalu menjadi persoalan utama tiap pelaksanaan ganti rugi lahan dampak pembangunan kota. Sementara dilihat dari teori agenda setting, secara umum dapat disimpulkan bahwa liputan pemberitaan SKH Riau Pos tentang permasalahan pelaksanaan program ganti rugi lahan dampak pembangunan kota cenderung mengagendakan aspek-aspek pemberitaan

yang mengarah kepada Pemko (keburukan bagi masyarakat), sebab SKH Riau Pos tidak mengakomodasi apa yang menjadi hak masyarakat dengan baik. Media mengarahkan dan membangun agendanya agar pembaca mengikuti apa yang diinginkan oleh media dan pihak penyokong media tersebut.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN SimpulanPemberitaan SKH Riau Pos pada kelompok pendidikan murah berkualitas berhasil menjaga kenetralan pemberitaan yang tetap menawarkan hak jawab kepada pihak yang dipandang akan berseberangan dengan pihak Pemko. Sementara itu pada kelompok berita ganti rugi lahan dampak pembangunan kota, SKH Riau Pos tidak berhasil menjaga kenetralan pemberitaannya, MoU pemberitaan yang dikhawatirkan mempengaruhi keberpihakan SKH Riau Pos akan lebih berpihak kepada Pemko selaku salah satu penyandang dana ternyata terjadi.

Implikasi PenelitianKelebihan metode gabungan analisis framing yang digunakan pada penelitian ini adalah tidak hanya dapat melihat keberpihakan pemberitaan pada aspekaspek berita yang sangat menonjol tapi juga pada aspek-aspek yang tersurat. Pemilihan sumber berita harus perlu

Dewi Sukartik & Ageng Setiawan H., Liputan Pemberitaan Surat Kabar Harian Riau Pos

29

pertimbangan untuk mencari kebenaran yang paling benar atas peristiwa yang terjadi. Kredibilitas sumber berita bukan segalanya, yang lebih penting dari kredibilitas adalah akurasi dan verifikasi. Hasil penelitian ini hendaknya juga bisa menjadi pedoman bagi wartawan terutama wartawan pemula. Menulis sebuah berita tidak hanya sekedar melaporkan suatu kejadian atau peristiwa di lapangan apalagi jurnalis pembangunan. Banyak hal yang perlu diperhatikan terutama yang menyangkut hak-hak masyarakat. Diantaranya, bagaimana mengungkap penyebab masalah dan solusi terhadap persoalan yang terjadi. Seorang wartawan yang bijak harus bisa mencari dan jeli mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan penyelesaian terhadap persoalan yang terjadi, sehingga setiap berita yang dibuat hendaknya memiliki implikasi terhadap kebijakan yang akan diambil pemerintah.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2010. Surat Keputusan Perjanjian Kerjasama Pemerintah Kota Pekanbaru dengan Harian Pagi Riau Pos. Nomor 01/KMM-HUMAS/ IV/2010/250/RED/RP/IV/2010 Eriyanto. 2008. Analisis Framing. Yogyakarta: LkiS Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Mathari, Rusdi. 2007. Sumber Berita. Diakses dari http://rusdimathari. wordpress.com/2007/11/16/sumberberita/. Tanggal 23 November 2010 Mc Quail, Denis. 1991. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga Kovack, Bill dan Tom Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta: Yayasan Pantau Severin, Werner J. dan James W. Tankard, Jr. (1992). C o m m u n i c a t i o n Theories: Origins, Methods, and Uses in The Mass Media. New York-London: Logman

30

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 15 - 30

PENERAPAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN UNTUK MEMBANGKITKAN PARTISIPASI MASYARAKATDedy Irwandi

(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jln. G. Obos Km. 5 Kotak Pos 122 Palangkaraya 73111, e-mail:[email protected])

ABSTRACTAttention so desire to put human based on purpose main of agriculture development problems, claims the development experts and social researcher developed returns to relevant paradigm as community development model. This way important to make approach and acurated communication strategies in overcome problems crusial development which has not sided of farmers and answers various local requisitionings. In this papers presented 3 ( three) agriculture development communication strategies that general assumption places forward participation planning principle, that is more farmers in development activities of agriculture: (1) Strategic Extension Campaign (SEC), (2) Partisipatory Rural Community Appraisal (PRCA), and (3) Partisipatory Communication Strategy Design (PCSD). From third of strategies communication presented indicates that there is no applicable communication strategy method without existence of involvement the role of outsider as faslitator development, difference from third of the strategy lays in purpose, were (the process and approach, the application of his adapted for condition and situation of society. Key word: communicatiion strategies, SEC,PRCA, PCSD, society participation

PENDAHULUANParadigma pembangunan ekonomi (economic growth) yang telah lama mondominasi pembangunan di berbagai negara berkembang, tampaknya perlu diimbangi dengan pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development) dan harus diintegrasikan31

dengan paradigma sosial-budaya sebagai keseluruhan proses pembangunan masyarakat (Korten, 1989). Sebagai konsep yang bertumpu pada aspek sosial-budaya, pembangunan pada paradigma ini didefinisikan sebagai strategi pemberdayaan masyarakat yang beorientasi pada nilai-nilai lokal, sosial

32

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 31 - 39

budaya yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Proses pembangunan pertanian tidak saja mengembangkan nilai tambah ekonomis dan keuntungan, tetapi juga nilai tambah sosial secara adil (equaty), setara (equality) dan partisipatif sebagai upaya pengembangan kapasitas petani dan masyarakat perdesaan berdasarkan pada spektrum helping people to help themselves, baik individu, kelompok, maupun sebagai kekuatan civil society. Paradigma ini memandang posisi petani dan masyarakat yang perlu dihargai, dilindungi dan dikembangkan eksistensinya, sehingga apapun bentuk program pembangunan yang dilakukan harus melibatkan peran serta aktif masyarakat. Masyarakat perdesaan dipandang sebagai entitas penting dalam dimensi pembangunan sosial (Dilla S, 2007). Sebagai model yang beorientasi pada masyarakat upaya kegiatan pembangunan, termasuk didalamnya adalah peran komunikasi pembanguan selalu diarahkan pada usaha yang informatif, instruksional, persuasi, edukasi dan advokasi untuk menggali potensi diri dan lingkungan dari komunitasnya, sehingga individu dan komunitas ditempatkan sebagai pelaku sekaligus sasaran dalam proses pembangunan. Proses ini akan memberi kuasa kepada masyarakat menemukan kemandirian dan mengatasi permasalahan yang muncul. Menurut Ndraha. T, (1990) indikator keberhasilan pembangunan masyarakat ditentukan oleh: (1) sejauh mana kondisi

dan taraf hidup masyarakat berhasil diperbaiki dan ditingkatkan, (2) sejauh mana partisipasi masyarakat berhasil digerakan, dan (3) sejauh mana masyarakat untuk berkembang dan mandiri berhasil ditumbuhkan. Untuk mewujudkannya pada tataran aplikatif diperlukan suatu strategi komunikasi yang dapat mendorong partisipasi dan memberdayakan masyarakat, yaitu apakah dalam setiap merencanakan program pembangunan, kita bersama dengan rakyat, melibatkanya atau tidak dengan prinsip with the people, not just for the people, sehingga dapat dikatakan bahwa strategi komunikasi itu baik apabila prinsip tersebut dapat terpenuhi.

PERKEMBANGAN KONSEP STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNANStrategi komunikasi merupakan tahapan penting dari proses pengambilan keputusan untuk bertindak atas sesuatu program pembangunan yang ingin diimplementasikan. Strategi komunikasi akan menentukan langkah-langkah efektif dan cara melakukannya. Setiap strategi memerlukan penekanan yang berbeda dalam proses utamanya, tujuan inter vensinya, dan pendekatannya ( a p p ro a c h ) . S t r a t e g i k o m u n i k a s i pada hakikatnya adalah manajemen perencanaan bagaimana untuk mencapai tujuan (Effendy, 2002) Menurut Rogers dan Shoemaker (1983), fungsi komunikasi pada konteks

Dedy Irwandi, Penerapan Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian untuk Membangkitkan

33

ini dianggap sebagai mekanisme untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Ide pembangunan semestinya berasal dan dimulai dari dalam diri masyarakat bagaimana mereka menggali potensi dan membangun kapasitas dirinya. Kesadaran inilah yang akan menuntun pada perubahan yang lebih luas. Unsur utama dari model penggalian dan pengembangan potensi diri dalam strategi komunikasi adalah partisipasi, sosialisasi dan mobilisasi dalam perencanaan pembangunan. Pada batas ini, upaya pengembangan diri masyarakat dimaksudkan untuk memberikan pencerahan, penguatan dan pemberdayaan masyarakat dalam menggali, mengembangkan dan meningkatkan potensi kemampuan mereka. Dengan demikian penekanannya dititikberatkan pada aliran informasi dan pesan yang bersifat bottom-up atau komunikasi yang horizontal diantara masyarakat. Masyarakat harus berdiskusi bersama, mengindentifikasi kebutuhan, keinginan dan harapan termasuk memutuskan tindakan. Strategi komunikasi pembangunan yang menitik beratkan pada partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat yang dikenal tidak berdaya perlu untuk dibuat berdaya dengan menggunakan berbagai strategi komunikasi. Melalui proses pemberdayaan diharapkan

partisipasi masyarakat meningkat. Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas itu memberikan keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksanannya. Konsep partisipasi dalam pembangunan mempunyai tantangan yang sangat besar dimana paradigma dominan ternyata tidak memberikan kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan upaya membangkitkan partisipasi masyarakat. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan (Ife dan Tesoriero, 2008)

PENERAPAN KONSEP STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNANBegitu besarnya perhatian dan keinginan untuk meletakan manusia sebagai dasar, tujuan utama dari permasalahanpermasalahan pembangunan, menuntut para ahli pembangunan dan ilmuan sosial mengembangkan kembali model paradigma yang relevan. Cara ini dianggap penting untuk menghasilkan pendekatan dan strategi komunikasi yang tepat, dalam menangulangi masalah-masalah krusial pembangunan yang belum memihak pada rakyat serta menjawab berbagai permintaan lokal. Dalam makalah ini disajikan 3 (tiga) konsep strategi komunikasi pembangunan pertanian yang secara umum berasumsi mengedepankan

34

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 31 - 39

prinsip-prinsif perencanaan partisipatif, yaitu lebih mengutamakan pelibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan, meliputi: (1). Strategic Extension Campaign (SEC), 2). Partisipatory Rural Community Appraisal (PRCA), dan (3) Partisipatory Communication Strategy Design (PCSD). Untuk kebutuhan analisis, pada bagian ini diawali dengan menjelaskan tiga strategi komunikasi pembangunan pertanian, kemudian dilanjutkan penyajian uraian indikator-indikator penyusunnya. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan beberapa strategi komunikasi yang telah, sedang atau yang akan dilakukan. Dengan begitu kita mampu melihat, menganalisis dan memilih strategi komunikasi yang tepat dan relevan.

dimiliki petani dengan teknologi yang akan direkomendasikan oleh fasilitator, namun setalah program berjalan efeknya banyak organisasi berbasis komunitas terlibat dalam kampanye aksinya, seperti kampanye pengendalian hama tikus, kampanye pembukaan lahan tanpa bakar, kampanye penggunaan varietas unggul yang melibatkan peran masyarakat luas. Pr o g r a m - p r o g r a m S E C l e b i h menitikberatkan pada penguatan peran masyarakat setempat sebagai subyek sejak dari need assesment, perencanaan, pelaksanaan, hasil serta proses evaluasi (evaluasi formatif dan sumatif), dengan prinsip masyarakat yang utama. SEC diawali dengan pendekatan Knowledge, Attitude and Practise (KAP) survey, yaitu pemahaman terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan petani, dengan kata lain memulai dari pengetahuan petani dan membangun dengan apa yang sudah mereka punya. Karakteristik penting dari SEC adalah penggunaan strategi yang menyeluruh, rasional, terencana, pragmatis dan fokus pada permasalah dengan menggunakan saluran dan materi pesan komunikasi multimedia efektif dengan biaya yang terseleksi, serta dikombinasi dengan pendekatan sistem komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. K arakteristik lain adalah SEC adalah menghasilkan, membina kader perencanaan dan tenaga terlatih yang siap menjadi fasilitator, melalui pelatihan

1. Strategic Extension Campaign (SEC)SEC adalah metode kampanye penyuluhan strategis yang mengutamakan partisipasi masyarakat dalam strategy planning, management sistematis dan implementasinya di lapangan pada kegiatan penyuluhan pertanian. SEC masih ber tumpu pada komunikasi inovasi yang mengindikasikan bahwa peran fasilitator/outsider/expert (peneliti, penyuluh) masih sangat besar dalam merencanakan program pembangunan. Kegiatan SEC utamanya didesain dan berorientasi kepada kebutuhan petani untuk mempersempit gap antara pengetahuan dan keterampilan yang

Dedy Irwandi, Penerapan Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian untuk Membangkitkan

35

staf (training). Kegiatan mempersiapkan tenaga trainer-trainer ini menjadi penting dalam strategi SEC, karena dirasakanya bahwa program-program pelatihan pembangunan yang diselenggarakan selama ini cenderung kurang relevan, baik dari tujuan, hasil, materi pelatihan, dan dampaknya, SEC hadir untuk mengisi kondisi tersebut dengan melakukan pelatihan staf yang berorientasi pada masalah yang dirasakan oleh petani (farmer centered oriented). Tujuannya adalah memberdayakan petani untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatankegiatan penyuluhan.

partisipasi dan studi sosial kemasyarakatan: Pemahaman Perdesaan Partisipatif atau Participatory Rural Appraisal (PRA), Belajar dan Bertindak atau Partisipatif Participatory Learning and Action (PLA), Pendekatan Kerangka kerja Logis atau Logical Framework Approach (LFP), Perencanaan Proyek Berorientasi Tujuan atau Objective Oriented Project Planning (OOPP), riset kualitatif, kuantitatif, etonografi dan sosial marketing. PRCA juga memanfatkan komunikasi tradisional yaitu media rakyat (folk media) seperti penggunaan dialog, action, musik, lagu dan tarian sebagai media alternatif yang disisipkan pesan pembangunan pertanian, yang tujuannya adalah membangun hubungan kedekatan, pengikat/perekat interaksi sosial, pengakuan/penghargaan identitas diri dan eksistensi budaya masyarakat pada lapisan bawah (grass root). Prinsip yang ditekankan dalam PRCA adalah belajar dari pengalaman, berbuat bersama berperan bersama, mengutamakan kelompok yang terabaikan (marginal), membuka kesadaran baru, membangun rasa percaya diri, memperkaya pengetahuan dan budaya lokal, fleksibel, triangulasi serta menyeimbangkan atau mengurangi bias teknologi Kerangka kerja PRCA dibangun dari dua tipe pendekatan: 1) eksplatori PRCA dan 2). Topical PRCA. Eksplatori adalah proses awal menggali untuk semua permasalahan komunitas dilandasi NOPS (needs, opportunities, problems, solutions)

2. Partisipatory Rural Community Appraisal (PRCA)PRCA adalah strategi komunikasi pembangunan yang lebih mengutamakan partisipasi dan pemberdayaan, melibatkan peran masyarakat perdesaan secara penuh dalam proses perencanaan program komunikasi yang tepat sejak awal. Aktivitasnya ditandai dengan adanya proses interaktif, komunikasi dua arah yang melihat bahwa semua orang sebagai sumber informasi yang pantas untuk didengarkan, yaitu pertukaran informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sudut pandang antara individu dan kelompok. PRCA akan memfasilitasi dialog bersama antara fasilitator dengan masyarakat sasaran, serta membantu memetakan pola jaringan komunikasi yang telah ada. PRCA merupakan strategi yang menggabungkan berbagai pendekatan

36

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 31 - 39

dengan metodologi kualitatif. Hasil dari temuan PRCA kemudian dilanjutkan dengan Baseline Study PRCA dilandasi AKAP (awareness, knowledge, attitudes, practice) pendekatannya kuantitatif yang telah memuat tentang topik spesifik, seperti contoh kekurangan gizi (malnutrition), pertanian tanpa bakar (zerro burning agriculture).

Strategi komunikasi PCSD dilakukan secara sistematik, yang berorientasi rencana dan sistem (plan and system oriented). Langkah yang ditempuh dari partisipatori desain strategi komunikasi PCSD adalah memprioritaskan dan memetakan masalah, sehingga dapat mengidentifikasi pada masalah utama (vocal problem). Pemisahan masalah dengan memanfaatkan temuan PRCA, baseline dan NOPS yang telah dilakukan sebelumnya bersama masyarakat. Dari ketiganya akan membantu kita untuk mengetahui akar masalah. Semua pekerjaan yang dilakukan selama PRCA dan survei baseline ini digunakan untuk merancang strategi komunikasi di PCSD. Agar memudahkan dalam mengenali masing-masing strategi yang akan diterapkan, disajikan matrik indikator pemberdayaan dari model masingmasing strategi komunikasi pembangunan pertanian (Tabel 1)

3. Partisipatory Communication Strategy Design (PCSD)PCSD adalah suatu metode komunikasi partisipatif yang mempunyai kerangka kerja seperti halnya pada PRCA. PCSD merupakan penyesuain dari konsep PRCA, sebab muncul pemahaman baru bahwa perencanaan pembangunan bottom-up planning masih juga terdapat kekurangan, sehingga dikembangkan metode baru untuk menggabungkan antara perencanaan top-down dengan bottom-up planning

Tabel 1. Matrik Indikator Pemberdayaan dalam Strategi Komunikasi PembangunanStrategi Komunikasi Pembangunan SEC - Menyampaikan pesan dan adopsi teknologi TUJUAN - Mempersempit gap KAP (knowledge, attitude, practise) petani dengan teknologi yang direkomendasi - Belajar dari masyarakat PRINSIP - Org luar sebagai faslitator - Pemberdayaan PRCA - mengembangkan potensi & kapasitas diri - dimulai dari Community prole PCSD - mengembangkan kapasitas diri - dimulai dari masyarakat

Indikator Pemberdayaan

- Belajar dari masyarakat - Org luar sebagai faslitator - Pemberdayaan

- Belajar dari masyarakat - Outsider sebagai fasilitator - Interaction group

Dedy Irwandi, Penerapan Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian untuk Membangkitkan Indikator Pemberdayaan Strategi Komunikasi Pembangunan SEC - Komunikasi inovasi - Multimedia murah - Keterlibatan semua kelompok masyakat PRINSIP - Orientasi praktis - Model pengembangan lokal PRCA - Timbal balik, sharing, mengutamakan yg terabaikan (gender) - Santai & informal - Fleksibel & adaptif eldwork, triangulasi - Mengurangi bias tekng. PCSD - Pemberdayaan - Berbagi Pengalaman - Berbuat bersama berperan bersama

37

- Model perencanan Sosial - Sustainable

- Sustainable & integratif - Model perenc. Sosial - Sustainable & integrratif PENDEKATAN PROGRAM PENDEKATAN PARTISIPASI YG DIGUNAKAN PELIBATAN FASILITATOR PROGRAM ACTION CAMPAIGN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN METODOLOGI - Mix approach topdown dan bottom-up planing - Dimulai dari petani Participatory: dalam strategi perencanaan, manajemen, dan implementasi di lapangan Sebagai expert trainer, dan supervisi garis depan Orientasi utamanya pada masyarakat petani KAP (pengetahuan, sikap, keterampilan) Kuantitatif Survey, training, komunikasi kelompok, training for trainers - perencanaan strategi (campaign. Strategic de.v) - Pendekatan system terintegrasi (campaign management planning) Lembaga Pelatihan Fasilitator dan Masyarakat Pergeseran sentralistik ke desentralistik Singkat; ( 18 bulan) Pengalaman keikutsertaan sebagai seseorang sederajat (equal) dalam proses bebagi pengetahuan keterampilan - Bottom-up - Dimulai dari basis community PRA, PLA, LFP,OOPP, etnogra, riset kuantitatif dan kualitatif, periklanan dan pemasaran Sebagai penghubung antara pihak luar dan community setempat Terpadu dan berorientasi pada community - Baseline = AKAP - PRCA = NOPS Kualitatif & kuantitatif Teknik visualisasi, wawancara, kelompok kerja merancang media dan metode komunikasi - Situation Analysis Framework (SAF), - Explatory - Topical - Sumberdaya komunitas lokal - Fasilitator Masyarakat Sendiri Desentralistik (pendelegasian wewenang) Lama: (1 s/d 3 tahun)

- Bottom-up - Dimulai dari masyarakat PRCA, Baseline study, communication objective, strategic communication Pemberi masukan atas keputusan di interaksi group Terpadu dan berorientasi pada interaksi group PRCA dan Baseline Study Mix method - Intervensi komunikasi - Diskusi tema dan desain pesan PRCA + interaksi group dengan analisis sebab akibat

METODE

KERANGKA KERJA

SUMBER INFORMASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAN PEMERINTAH WAKTU

Sumberdaya Lokal Masyarakat Sendiri Desentralistik Waktu yang lama (1 s/d 3 thn) Berbagi pengetahuan dan keterampilan yang equal

UKURAN KEBERHASILAN

Berbagi pengetahuan dan keterampilan yang equal

38

KALAMSIASI, Vol. 4, No. 1, Maret 2011, 31 - 39 Indikator Pemberdayaan Strategi Komunikas