kakao print
TRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
MANAJEMEN MUTU DAN REGULASI PANGAN
Produk Komersil ber SNI
“Java Cocoa Powder Classic”
Kelas J
Atika Yahdiyani 105100103111006
Elliza Rachma Dwiyanti 105100100111042
Rizky Febriyanti 105100107111014
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
Produk komersil ber SNI Java Cocoa Powder Classic
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara
nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN. Standar
Nasional Indonesia (SNI) kakao bubuk merupakan revisi dari SNI 01-3747-1995. Menurut
SNI 3747 2009 kakao bubuk merupakan produk yang diperoleh dari bungkil kakao yang di
ubah bentuknya menjadi bubuk. Bungkil kakao merupakan produk yang di peroleh dari
kakao bubuk setelah di hilangkan sebagian lemaknya dengan atau tanpa perlakuan alkalisasi.
Perlakuan alkalisasi merupakan proe penambahan suatu bahan alkalis yang sesuai pada biji
kakao atau keping biji kakao (nibs) atau bungkil kakao (cocoa pre cake) dengan tujuan untuk
mengatur keasaman agar mencapai tingkat yang diinginkan. Kakao bubuk merupakan
produk berupa pasta yang diperoleh dari kakao nib (keping biji kakao) melalui penggilingan
tanpa menghilangkan kandungan lemaknya. Kakao nib merupakam biji kakao yang telah
dibersihkan dan dikeringkan.
Gambar Produk Komersil ber SNI
Java Cocoa Powder Classic
Deskripsi Produk:
Produk komersil berstandar Nasional Indonesia ‘Java Classic Cocoa Powder’
merupakan kakao bubuk premium dengan kandungan lemak kakao 10-12 % dengan warna
coklat kemerahan. Pilihan ideal untuk membuat kue kering, cake, pastri, dekorasi dan aneka
minuman.
Informasi Nilai Gizi :
Takaran saji / serving size 1 tbsp/ 1 tbssp (5g)
Jumlah sajian perkemasan/ serving per Package : 18
Informasi GiziAngka Kecukupan Gizi
Gram %
Lemak total /total fat O,5 g 1%
Protein 1 g 1%
Karbohidrat total 3 g 1%
Natrium O mg 1%
Kalium / potassium 180 g 0%
Persentase AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal
Sumber : Kemasan Java Cocoa Powder Classic
Jumlah per sajian / amount per serving :
Energi total / total energy 15 kal, Energi dari lemak / Energy from fat : 0 kal
Diproduksi oleh:
PT. BUMITANGGERANG MESINDOTAMA (BT COCOA)
Sertifikasi oleh:
CERTIFIKAT COMPANY HACCP- GMP ISO 22000
SNI 01-3747-2009 LSPR- 010-IDN
BPOM RI MD 241310008655
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Tabel Perbandingan Produk Java Cocoa Powder Classic dengan Kakao SNI
Parameter uji SatuanSyarat mutu
SNI Java PowderKeadaan :
a. Bau -Khas kakao, bebas dari
bau asingDiatas standar
b. Rasa -Khas kakao, bebas dari
rasa asingDiatas standar
c. Warna -Cokelat atau warna lain
akibat alkalisasiCoklat kemerah-merahan
Kehalusan (lolos ayakan meh 200) (b/b)
% Min. 99,5 99,5 min mesh sieve
Kulit (shell) dihitung dari alkali free nib (b/b)
% Maks. 1,75 Maks1,75
Kadar air (b/b) % Maks. 5,0 Maks 5,0
Kadar Lemak (b/b) % Min. 10,0 10-12
Cemaran logam :
a. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0 -
b. Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 1,0 -
c. Timah (Sn) mg/kg Maks. 40 Maks 14Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 1,0 -Cemaran mikroba :
a. Angka Lempeng Total
Koloni/g
Maks. 5 x 103 Mak 5x103
b. Bakteri bentuk coli
APM/g <3 negatif
c. Echerichia coli Per g Negatif negatif
d. SalmonellaPer 25
gNegatif negatif
e. KapangKoloni/
gMaks. 50 Maks 50
f. KhamirKoloni/
gMaks. 50 Maks 50
Parameter Uji Java Classic Cocoa Powder berdasarkan SNI
Sumber : BSN dan BT COCOA
Parameter Uji Produk menurut SNI
Produk dinyatakan lulus uji apabila memenuhi uji syarat mutu. Produk diolah secara
higienis dengan pengemasan dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. Parameter uji mutu SNI
meliputi:
a. Bau, rasa, warna
Uji organoleptik dengan menggunakan hidung sebagai indera pencium, lidah sebagai
indera perasa, dan mata sebagai indera penglihat. Menurut standart nasional bau yang
diperbolehkan yaitu sebaiknya bau khas dari kakau dan harus bebas dari bau asing sedangkan
dari produk didapatkan hasil bau kakao diatas standart. Aroma khas kakao asli sangat
penting agar menarik konsumen, karena hal pertama yang konsumen biasa lakukan selain
mencoba rasa adalah mencium aroma khasnya. Rasa menurut standart nasional yaitu rasa
khas kakao dan bebas dari rasa asing, sedangkan pada produk didapat rasa diatas standart.
Rasa juga ditentukan oleh jenis biji cokelat dan proses roasting. Aroma dan rasa yang tidak
dikehendaki pada produk kakao antara lain bau asap/gosong, tengik, apek dan bau tanah.
Warna menurut SNI yaitu coklat atau warna lain akibat alkalisasi, berdasarkan PH bubuk
dibagi menjadi natural dan alkalis. Produk natural umumnya berwarna coklat sedangkan
produk alkalis terbagi menjadi 3 yaitu low alkalis (PH sekitar 6.2-6.8, warna pada umumnya
coklat ) alkalis (PH sekitar 6.9-7.4, warna pada umumnya coklat kemerahan) dan yang ketiga
yaitu high alkalis (PH sekitar 7.6-8.3 warna pada umumnya merah tua )
b. Kehalusan
Ukuran partikel bahan untuk coklat mempunyai peranan penting karena berpengaruh
terhadap penentuan sifat fisik misalnya tingkat kehalusan tekstur dari serbuk dan sifat kimia
yang berpengaruh terhadap kelarutan. Bubuk coklat berkualitas tinggi memiliki standart
kehalusan minimal 99.75% . Metode pengayakan digunakan untuk mengetahui ukuran mesh,
sehingga dapat dihasilkan serbuk yang halus.
c. Kadar lemak
Prinsipnya ekstrak minyak bebas dari massa sampel kakao dengan pelarut organik
non polar yang sebelumnya dilakukan hidrolisis. Pada produk Java Cocoa Powder Classic
besar kadar lemak 10-12 %, terlihat tidak jauh berbeda dengan penetapan kadar lemak kakao
menurut SNI.
d. Kadar air
Bobot yang dihilangkan selama pemanasan dalam oven suhu 100oC. Bobot hilang
atau kadar air dihitung secara gravimetri. Untuk kadar air maksimal dari produk Java Cocoa
Powder Classic yaitu 5% karena jika kadar airnya melebihi batas atau tinggi maka produk
tidak tahan lama.
e. Kandungan kulit dihitung dari alkali free nib
Setelah didestruksi senyawa-senyawa organik dengan suatu proses yang tidak
mengakibatkan hancurnya sel-sel keras, residu disuspensikan dalam gliserol. Banyaknya
kelompok sel-sel dalam suspensi dan jumlah sel dalam setiap kelompok dihitung. Kandungan
kulit dihitung dengan cara penitipan empiris kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan
antara banyaknya kelompok sel keras dan ukuran rata-rata kelompok kakao bubuk dengan
kandungan kulit 1% yang diukur dalam bahan kering bebas lemak.
f. Penentuan kadar timbal (Pb) dan kadmium (Cd)
Destruksi sampel dengan cara pengabuan kering pada 450oC yang dilanjutkan dengan
pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung dengan spektrofotometer serapan
atom dengan panjang gelombang maksimal 228,8 nm untuk Cd dan 283 nm untuk Pb.
g. Penetapan timah (Sn)
Sampel didestruksi dengan HNO3 kemudian ditambahkan KCl untuk mengurangi Sn
dibaca dengan spektrofotometer panjang gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala
oksidasi N2O – C2H2
.
h. Cemaran mikroba angka lempeng total
Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel diinkubasi dalam pembenihan
yang cocok selama 24 jam sampai dengan 48 jam pada suhu 35 o C. Kualitas mikrobiologi
menjadi penentu keamanan pangan dari produk kakao. Secara garis besar mikroba patogen , coliform
tidak ditemukan pada produk, yang ada hanya total maksimal bakteri pembusuk yang ada pada produk
maksimal sebesar 50 koloni/gram. Adanya bakteri tersebut dapat dikarenakan kondisi penyimpanan
terutama akibat kelembapan. Oleh karena itu produk sebaiknya mendapatkan perilaku produksi yang
sesuai, misalnya saja pada proses pengeringannya.
i. Bakteri coliform dan E.Coli
Pertumbuhan bakteri coliform ditandai dengan terbentuknya gas dalam tabung
durham, setelah sampel uji diinkubasikan dalam pembenihan yang sasuai pada suhu 35oC
selama 24 jam sampai 48 jam yang selanjutnya dirujuk kepada tabel angka paling mungkin.
j. Penentuan kapang dan khamir
Pertumbuhan kapang dan khamir dalam media yang sesuai setelah diinkubasi pada
suhu 25oc atau suhu ruang selama 5 hari.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. SNI 3747: 2009. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Anonim. 2011. Standar Spesifikasi Java Classic Cocoa Powder. btcocoa.com diakses
8 September 2012.