kajian waterfootprint
DESCRIPTION
LINGKUNGANTRANSCRIPT
-
KONSEP WATER FOOTPRINT (JEJAK KAKI AIR)
DAN KONDISINYA DI INDONESIA
Oleh : Heri Apriyanto
I. PENDAHULUAN
Abraham Maslow yang terkenal dengan Teori tentang Hierarchy of Needs (1943),
menempatkan kebutuhan akan air menjadi kebutuhan fisiologi/dasar bersama-sama
sandang, pangan dan papan, serta kebutuhan dasar lainnya. Tanpa pemenuhan kebutuhan
dasar untuk fisik jasmani ini, maka seorang manusia tidak mungkin bisa memenuhi
kebutuhan hidup lainnya. Sejatinya air sebagai salah satu anugerah dari Tuhan kepada
manusia yang harus dikelola dengan baik. Namun, keserakahan, kecerobohan dan
ketidakpedulian manusia sendirilah terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang
menyebabkan air berbalik menjadi musuh dan bencana.
Sebagai salah satu komponen sumber daya alam, air dianggap melimpah dan tidak
akan pernah habis. Akan tetapi, pada kenyataannya terutama seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, banyak masyarakat kesulitan air dan beberapa daerah
mengalami kekeringan. Walaupun keberadaan air di bumi kita ini mendominasi,
berlimbah dan hampir 2/3 bagian dari bumi kita ini, namun pada kenyataannya hanya
sebagian kecil yang dapat digunakan oleh mahluk hidup. Kelangkaan air dapat juga
memicu berbagai konflik sosial, misalnya antara masyarakat dan sektor industri, yang
diakibatkan karena tidak meratanya distribusi air tawar. Para ahli memprediksi jika tidak
segera dilakukan sistem pengelolaan sumber daya air yang terpadu maka air akan menjadi
sumber konflik di abad ke-21 ini. Bocoran laporan dari Pentagon yang dikutip The
Observer menyatakan bahwa di dunia ini akan terjadi catastrophic shortage (kekurangan
air yang dahsyat) terhadap air di masa mendatang yang akan mengarah pada
menyebarnya perang di sekitar tahun 2020 (Fauzi, A., 2004).
Pengelolaan sumberdaya air di Indonesia berdasarkan laporan Country Report for
the 3rd World Water Forum Kyoto-Japan (2003), dinyatakan akan menghadapi problema
yang sangat kompleks, mengingat air mempunyai beberapa fungsi baik fungsi sosial-
budaya, ekonomi dan lingkungan yang masing dapat saling bertentangan. Dengan
semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kegiatan ekonomi, telah terjadi
perubahan sumberdaya alam yang sangat cepat. Pembukaan lahan guna keperluan
perluasan daerah pertanian, pemukiman dan industri, yang tidak terkoordinasi dengan
baik dalam suatu kerangka pengembangan tata ruang, telah mengakibatkan terjadinya
-
degradasi lahan, yang akan berdampak pada ketersediaan air yang akan semakin
mengalami kelangkaan, apalagi tingkat konsumerisme penduduk terhadap air yang masih
tinggi. Namun hal ini tidak hanya dihadapi di Indonesia saja, tetapi juga negara-negara
lain. Gambar 1 menunjukkan tingkat tekanan terhadap ketersediaan air di belahan dunia.
Gambar 1. Distribusi Tekanan terhadap air di dunia berdasarkan FAO (Pengembangan
Lahan dan Air) (sumber : Majumder et.al.,2011).
Para peneliti mengatakan bahwa bila pola konsumsi air saat ini tidak segera diubah
menuju ke arah pemanfaatan air yang lebih berkelanjutan, kelangkaan air akan terus
terjadi dan meluas pada berbagai negara di seluruh dunia. Para ahli sumber daya air
merespon hal tersebut dengan memunculkan konsep untuk mengatasi permasalahan air
tersebut, salah satunya dengan konsep water footprint (jejak kaki air). Hoekstra dan
Chapagain (2004) dalam laporan hasil penelitiannya mendefinisikan jejak kaki
air individu, bisnis atau negara adalah total volume air tawar yang digunakan untuk
memproduksi makanan dan jasa yang dikonsumsi oleh individu, bisnis atau negara.
Nilai jejak kaki air umumnya dinyatakan dalam satuan volume air yang digunakan setiap
tahunnya. Saat ini, jejak kaki air telah berkembang menjadi alat analisis yang digunakan
untuk mengarahkan perumusan kebijakan kearah isu-isu mengenai keamanan air dan
penggunaan air yang berkelanjutan di negara maju (Hoekstra, 2008). Konsep jejak kaki
air tersebut meliputi dimensi waktu dan ruang, yang berkaitan dengan kapan dan di mana
air itu digunakan. Dengan demikian informasi dari jejak kaki air suatu produk ataupun
komunitas akan membantu pemahaman terhadap bagaimana cara atau strategi untuk
menorangai keberlanjutan dan pemerataan dalam penggunaan sumber daya air tawar.
-
Penilaian jejak kaki air ini pada dasarnya adalah untuk memberi nilai yang sama
pada semua negara tentang penggunaan air. Termasuk di dalamnya adalah upaya untuk
menghargai air sebagai bagian proses produksi layaknya kebutuhan energi yang
menentukan harga jual barang yang diproduksi tersebut. Dengan memahami kebutuhan
air setiap barang dan jasa yang diproduksi, dapat juga dijadikan acuan untuk memulai
mengkonsumsi barang-barang yang ramah menggunakan air. Efisiensi penggunaan air
merupakan salah satu cara untuk melestarikan sumber daya air, selain dengan mencegah
pencemaran pada sumber air. Saat ini, kualitas air bersih secara global menunjukkan tren
penurunan sehingga membutuhkan langkah radikal untuk melestarikannya. Makalah ini
akan membahas konsep jejak kaki air ini, konsep-konsep sebelumnya dan bagaimana
konsidi serta penerapannya di Indonesia.
II. KONSEP WATER FOOTPRINT DAN VIRTUAL WATER
A. Water Footprint
Water Footprint Concept (Konsepsi Jejak Kaki Air), pada awalnya diperkenalkan
oleh Prof. A.Y. Hoekstra dari University of Twente pada 2002, bertujuan sebagai
indikator penggunaan air, dalam kaitannya dengan konsumsi. Termasuk di dalamnya
jejak kaki air untuk pemakaian individu, sektor usaha, negara, atau teritorial yang
didefinisikan sebagai Jumlah total air tawar yang dipergunakan untuk memproduksi
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh, individu, sektor usaha, atau negara. Jejak kaki air
juga didefinisikan sebagai indikator konsumsi air yang terlihat pada penggunaan air
secara langsung dan tidak langsung dari konsumen atau produsen (Aldaya et.al. 2009
dalam Majumder et.al.,2011). Jejak kaki air dari suatu produk mengindikasikan jumlah air
yang terkandung di dalam produk tersebut, tidak terkandung dalam makna sebenarnya,
tetapi secara virtual. Diartikan secara virtual, karena menunjukkan total air yang
digunakan pada seluruh proses produksi produk tersebut. Jejak kaki air terdiri dari tiga
komponen, yaitu : jejak kaki air biru (blue), hijau (green) dan abu-abu (grey). Jejak kaki
air biru adalah volume air tawar yang menguap dari sumber daya air global biru (air
permukaan dan air tanah) untuk menghasilkan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
individu atau komunitas. Jejak kaki air hijau adalah volume air yang diuapkan dari
sumber daya air global hijau (air hujan disimpan dalam tanah sebagai kelembaban tanah).
Jejak kaki air abu-abu adalah volume air yang tercemar yang asosiasi dengan produksi
semua barang dan jasa untuk individu atau komunitas. Yang terakhir dapat diperkirakan
sebagai volume air yang diperlukan untuk mencairkan polutan sedemikian rupa sehingga
kualitas air tetap pada atau di atas standar kualitas air yang telah disepakati
-
Dengan adanya penemuan hasil jejak kaki air beberapa produk yang biasa
dikonsumsi orang sehari-hari tersebut juga dapat menghitung berapa sebenarnya besaran
jejak kaki air kita dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, ataupun 1 tahun. Selain itu, juga dapat
dihitung total jejak kaki air dari suatu provinsi dan suatu negara per orang, bahkan kita
dapat memperkirakan jejak kaki air secara global dari semua negara di seluruh dunia
(Annisa Joviani Astari, 2011).
Menurut Majumder et.al.,2011, jejak kaki air dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
Jejak kaki air konsumen individu
Jejak kaki air dari konsumen individu mendsarakan pada jumlah penggunaan air
tawar langsung dan tidak langsung oleh konsumen. Penggunaan air langsung adalah
air yang digunakan di rumah. Penggunaan air tidak langsung berhubungan dengan
total volume air tawar yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh konsumen.
Jejak Kaki Air bisnis
Jejak kaki air dari suatu bisnis atau jejak kaki air perusahaan, didefinisikan sebagai
total volume air tawar yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk
menjalankan dan mendukung bisnis. Ini adalah total volume penggunaan air
dikaitkan dengan penggunaan output bisnis. Jejak kaki air bisnis terdiri dari dua
komponen: penggunaan air langsung oleh produser (untuk memproduksi/
manufaktur atau untuk kegiatan penunjang) dan penggunaan air tidak langsung
(dalam rantai pasokan produsen).
Jejak Kaki Air negara
Jejak kaki air suatu negara menunjukkan air yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk bangsa. Ini mencakup dua
komponen: internal dan eksternal jejak kaki air. Komponen pertama mengacu pada
penggunaan sumber air domestik, yang terakhir untuk penggunaan sumber daya air
di negara-negara lain. Sekitar 65% dari total air jejak Jepang berasal dari luar
negeri; sekitar 7% dari jejak kaki air Cina berada di luar Cina (Majumder
et.al.,2011). Ada empat macam faktor utama yang menjadi penentu besaran jejak
kaki air suatu negara atau kawasan teritorial yakni: volume konsumsi (berkaitan
dengan pendapatan kotor nasional); wujud dan sifat konsumsi (misalnya konsumsi
daging yang tinggi atau rendah); iklim atau kondisi pertumbuhan; dan praktek
penggunaan air pertanian (Gany. A.H.A, 2009).
-
B. Virtual Water
Produksi 1 kg beras akan membutuhkan air sebanyak 3.000 liter, 1 kg tepung
jagung akan membutuhkan 900 liter, dan 1 kg daging sapi membutuhkan 16.000 liter.
Mengapa kebutuhan air untuk produksi tersebut sangat besar, karena konsep virtual water
ini memperhitungkan jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap proses seperti misalnya
dalam produksi daging sapi maka komponennya adalah produksi air yang dibutuhkan
untuk makan/minum sapi, memandikan sapi, dan proses-proses pemotongan hewan dan
sebagainya.
Konsepsi virtual water (air maya) ini berbeda dengan konsepsi jejak kaki air namun
tidak dapat terpisahkan. Konsepsi virtual water, pertama kali diperkenalkan oleh
Professor John Anthony Allan dari Kings College London and the School of Oriental and
African Studies, 1990, yang didefinisikan Volume air yang dibutuhkan untuk
memproduksi komoditas atau jasa. Misalnya, jika terjadi perpindahan hasil produk atau
jasa, dari satu tempat ke tempat lainnya, hanya sedikit air yang secara fisik ikut
terpindahkan (namun akan sangat signifikan bila dikonversikan dalam volume air yang
digunakan untuk memproduksi, terlepas dari kandungan air dari produk itu sendiri)
(Hoekstra dan Chapagain (2004).
Industri barang akan menggunakan air sebagai bahan baku dan secara luas
digunakan untuk memproduksi barang-barang industri seperti mobil, sepeda, alat dapur,
dan sebagainya. Rata-rata, sebuah mobil penumpang yang mempunyai berat 1,1 ton
diperkirakan sekitar 400.000 liter air terkandung di dalamnya (WFN 2009). Dengan
metode yang berbeda, sebuah mobil Australia akan memerlukan satu juta liter air (AFGC
2003 dalam Majumder et.al.,2011).
Kandungan virtual water dalam suatu produk juga dibagi menjadi tiga komponen,
yaitu komponen hijau, biru dan abu-abu (WFN 2009 ). Penggunaan air diukur dari segi
volume air yang dikonsumsi (menguap) dan / atau tercemar per unit waktu. Secara
operasional dan supply-chain (rantai pasokan) jejak kaki air dibagi menjadi tiga elemen:
Jejak air biru adalah volume air tawar yang menguap dari sumber daya air global
biru (air permukaan dan air tanah),
Jejak air hijau adalah volume air tawar menguap dari sumber daya air global hijau
(air hujan disimpan dalam tanah sebagai kelembaban tanah).
Jejak air abu-abu adalah volume air yang tercemar, dihitung sebagai volume air
yang diperlukan untuk mencairkan polutan sedemikian rupa sehingga kualitas air
masih di atas standar kualitas air yang telah disepakati.
-
Virtual water ini digunakan untuk menghitung jejak kaki air dari suatu wilayah atau
negara atau daerah aliran sungai (DAS). Jejak kaki air merupakan indikator konsumsi
berbasis penggunaan air bagi suatu negara. Indikator penggunaan air ini, sesuai definisi,
merupakan indikator pelepasan atau kehilangan air aktual dari suatu negara. Karena air
tersebut biasanya disimpan di wilayah ini dimana air "digunakan," dampak penggunaan
air pada umumnya diabaikan.
Perdagangan virtual water mengacu pada gagasan bahwa ketika suatu barang dan
jasa yang dipertukarkan, maka yang terjadi adalah virtual water yang diperdagangkan.
Ketika suatu negara impor satu ton gandum dan bukan memproduksinya dalam negeri,
maka negara tersebut mempunyai tabungan sekitar 1.300 m3 air sesungguhnya (nyata).
Jika negara ini adalah air-langka, air yang 'disimpan' dapat digunakan untuk tujuan lain.
Jika negara pengekspor adalah air-langka, bagaimanapun, telah mengekspor 1.300 m3 air
virtual water karena air yang sebenarnya digunakan untuk menumbuhkan gandum tidak
akan lagi tersedia untuk keperluan lain.
Besaran air maya dari dua negara atau kawasan teritorial yang berbeda adalah
jumlah volume air maya yang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya sebagai
hasil produksi yang diperdagangkan. Sementara itu, volume ekspor air maya dari suatu
negara atau kawasan berkaitan dengan ekspor barang atau jasa negara atau kawasan
tersebut. Besaran ini merupakan volume air yang dibutuhkan yang diperlukan untuk
memproduksi barang atau jasa ekspor.
Di sisi lain, volume impor air maya dari suatu negara atau teritorial tertentu
merupakan volume air maya yang dipergunakan (di negara pengekspor) untuk
memproduksi barang atau jasa. Dipandang dari perspektif negara pengimpor, air ini dapat
dianggap sebagai sumber daya tambahan yang datang, tidak temasuk sumber daya air
domestik yang tersedia. Jadi, Keseimbangan air maya dari suatu negara atau teritorial
dalam periode tertentu adalah jumlah netto air maya yang diimpor dalam kurun waktu
tersebut, yang jumlahnya sama dengan volume bruto air maya yang diimpor dikurangi
dengan volume air maya yang diekspor. Besaran positif keseimbangan air maya berarti
sama dengan besaran netto air maya yang diterima dari negara lain. Keseimbangan
negatif berarti sama dengan besaran air maya netto yang diekspor keluar.
Dalam upaya menghitung besaran jejak kaki air suatu negara atau teritorial, adalah
sangat penting untuk mengkuantifikasikan volume aliran air maya yang keluar dan yang
masuk negara atau teritorial tersebut. Jika orang mengambil sumber daya air domestik
sebagai basis awal penilaian jejak kaki air suatu negara atau teritorial, seseorang harus
megurangkan volume jejak kaki air yang yang keluar dari negara atau teritorial dan
menambahkannya dengan volume air jejak kaki air yang masuk ke negara tersebut.
-
III. KONDISI WATER FOOTPRINT INDONESIA DI LINGKUNGAN GLOBAL
Jejak kaki air di dunia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penduduk di
Amerika memiliki jejak kaki air yang tinggi, ternyata karena penduduk di negara ini
mengonsumsi daging yang banyak (satu kilogram daging membutuhkan 16.000 liter air).
Sementara kebanyakan penduduk Indonesia menggunakan konsumsi airnya untuk
produksi produk-produk pertanian. Di sisi lain, Iran memiliki jejak kaki air yang tinggi
bukan karena hasil pertanian ataupun konsumsi daging yang tinggi, melainkan karena
faktor cuaca (evaporasi air yang tinggi) di negara ini, yang sangat berpengaruh dalam
menentukan besaran jejak kaki airnya.
a) Jejak Kaki Air Individu
Rata-rata jejak kaki air global adalah 1.240 m air/orang/tahun. Cina rata-rata 700
m air/orang /satu tahun yang merupakan terkecil di dunia dan jejak kaki air Amerika
Serikat adalah 2.480 m air/orang /satu itu merupakan yang terbesar di dunia. Rata-rata
jejak kaki air Finlandia adalah 1.730 m air /orang /tahun, Inggris adalah air 1.695
m/orang /tahun (Chapagain dan Orr 2009), dan Iran adalah 1624 m air/orang/satu
(Chapagain dan Hoekstra , 2007). Sedangkan jejak kaki air Indonesia adalah 1.131 m
/orang /tahun (F. Bulsink, A. Y. Hoekstra, and M. J. Booij, 2010).
b) Jejak Kaki Air Negara
Besaran jejak air global banyak ditentukan oleh konsumsi pangan dan produk
pertanian lainnya, perkiraan kontribusi pertanian terhadap penggunaan air menyeluruh
(6.390 Gm3/tahun) bahkan lebih besar dari beberapa angka statistik terdahulu karena
mengikutsertakan penggunaan air hijau (penggunaan airtanah kapiler). Jika kita
memasukkan kehilangan air irigasi dalam perhitungan, yang memberikan tambahan
sekitar 1.590 Gm3/tahun (Chapagain dan Hoekstra, 2004), maka total volume air yang
dipergunakan adalah menjadi 7.980 Gm3/tahun. Sekitar sepertiga dari jumlah ini
diambilkan dari air biru yang diambil untuk air irrigasi; Sisanya yang dua pertiga adalah
air hijau (air tanah kapiler).
Berdasarkan dari beberapa sumber (www.waterfootprint.org), pada jejak kaki air
tingkat negara maka yang terbesar estimasi total adalah India (1.047 Gm3 /tahun), Cina
(967 Gm3 Gm
3 /tahun), Amerika Serikat (826 Gm
3 Gm
3 /tahun), Brasil (329 Gm
3 Gm
3
/tahun), Rusia (327 Gm3 /tahun) dan Indonesia (318 Gm
3 /tahun). Keenam negara
tersebut secara bersama-sama meliputi sekitar separuh dari total jejak kaki air global yang
terkait dengan produksi tanaman. Sedangkan jejak kaki air hijau terbesar juga ditemukan
dalam enam negara: India (716 Gm3 /tahun), Cina (624 Gm
3 /tahun), Amerika Serikat
(612 Gm3 /tahun), Rusia (305 Gm
3 /tahun), Brasil (304 Gm
3 /tahun) dan Indonesia (286
Gm3 /tahun). Data produsen terbesar negara-negara di dunia disajikan pada Tabel 1.
http://www.waterfootprint.org/
-
Tabel 1. Jejak Kaki Air untuk produksi pertanian
negara-negara terpilih (19962005)
Sumber : M. M. Mekonnen and A. Y. Hoekstra, 2011
IV. WATER FOOTPRINT TANAMAN DI INDONESIA
Besaran jejak kaki air Indonesia pada periode 1997-2001, sebagaimana dikutip dari
Hoekstra - Chapagain, 2007 adalah sebagai berikut:
(1) Penggunaan sumber daya air domestik;
a) pengalokasian sumber air domestik 5,67Gm3/tahun,
b) evaporasi tanaman untuk konsumsi nasional 236,22 Gm3/tahun,
c) ekspor 22,62 Gm3/tahun,
d) industri konsumsi nasional 0,404 Gm3/tahun, untuk ekspor 0,06 Gm3/tahun;
(2) Penggunaan sumber daya air untuk eksternal;
a) barang produksi pertanian 26,09 Gm3/tahun,
b) indusri 1,58 Gm3/tahun,
c) ekspor barang impor 2,74;
(3) Jejak kaki air;
a) total 269,96 Gm3/tahun,
b) per orang 1.317m3/orang/tahun;
(4) Jejak Kaki air berdasarkan katagori konsumsi;
a. Jejak kaki air internal domestik 28 m3/orang/tahun,
b. jejak kaki air internal produksi pertanian 1.153 m3/orang/tahun,
c. jejak kaki air eksternal untuk produk pertanian 1,27 m3/orang/tahun,
d. jejak kaki air internal untuk industri 2 m3/orang/tahun,
e. jejak kaki air eksternal untuk industri 8 m3/orang/tahun.
-
Jejak kaki air rata-rata terkait dengan konsumsi produk tanaman di Indonesia 1.131
m3/orang/tahun. Orang-orang di Kalimantan Tengah memiliki jejak kaki air terbesar,
1895 m3/orang/tahun, sedangkan di Jawa Timur memiliki jejak kaki air terkecil, yaitu
sebesar 859 m3/orang/tahun. Penduduk di Jakarta sangat bergantung terhadap sumber air
eksternal, karena wilayah Jakarta merupakan daerah perkotaan yang besar namun hanya
area kecil yang cocok untuk keperluan pertanian. Hal ini menciptakan ketergantungan
pada sumber daya air dari provinsi lain dan negara. Lampung penggunaan sumber daya
air tertinggi internal (98%). Lampung dapat memenuhi kebutuhan sendiri untuk hampir
setiap tanaman, hanya untuk kacang tanah dan kedelai memiliki defisit kecil. Provinsi
memiliki rata-rata menggunakan air internal 84%, untuk 16% lain mereka bergantung
pada provinsi lain atau negara. Tabel 2 menunjukkan jejak kaki air yang terkait dengan
konsumsi produk tanaman per provinsi Indonesia
Tabel 2 Jejak kaki air terkait dengan konsumsi produk tanaman/pertanian
Terpilih per orang berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 20002004
Sumber : F. Bulsink et al., 2010
-
V. REKOMENDASI TINDAKAN MENGURANGI WATER FOOTPRINT
Gambaran mengenai jejak kaki air dari setiap penduduk di berbagai negara dapat
memberikan suatu pemahaman betapa tingginya konsumsi air dari semua orang di dunia
ini. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kearifan penduduk dunia, tidak terkecuali
penduduk Indonesia, untuk memulai memikirkan bagaimana caranya mengurangi
konsumsi air kita sehingga ketersediaan air (tawar) dapat selalu terjaga. Berdasarkan hal
tersebut maka terdapat beberapa alternatif tindakan-tindakan dalam rangka mengurangi
jejak kaki air, yaitu sebagai berikut :
penggunaan suatu proses produksi dengan mengadopsi teknik produksi yang
membutuhkan air lebih sedikit dari setiap unit produksinya dan menerapkan konsep
pemanfaatan air kembali (reused water), misalnya dalam tingkat industri maka air
limbah atau buangan dari satu unit operasi bisa digunakan secara langsung di unit
operasi lainnya; tingkat rumah tangga, air bekas mandi dapat digunakan kembali
utnuk menyiram toilet, menyiram tanaman, mencuci mobil, dan lain-lain.
menerapkan teknik produktivitas air dalam praktik pertanian dengan teknologi
pemanenan air hujan dan irigasi suplementer;
mengubah pola konsumsi penduduk menjadi pola membutuhkan lebih sedikit air.
Misalnya dengan mengurangi konsumsi daging dan barang-barang tertentu, yang
ternyata membutuhkan banyak air dalam proses produksinya. Pendekatan yang lain
bisa dilakukan adalah dengan adanya pemberian harga yang tepat terhadap barang-
barang membutuhkan konsumsi air tinggi, peningkatan kesadaran (publikasi, dll),
dan pemberian label atau produk atau pemberian insentif, sehingga orang dapat
mengubah pola konsumsinya;
membeli barang-barang daur ulang, dan untuk mendaur ulang barang-barang ketika
kita sudah selesai dengan barang tersebut itu. Atau, tetap hanya membeli apa yang
benar-benar kita butuhkan;
memindahkan produksi dari daerah yang mempunyai tingkat produktivitas air lebih
rendah ke daerah yang memiliki tingkat produktivitas air yang tinggi, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air secara global.
VI. PENUTUP
Penurunan kualitas dan kuantitas air tawar yang ada telah menjadi masalah serius di
seluruh dunia. Dalam banyak kasus, masalah yang terkait dengan air tawar berasal dari
tingginya konsumsi air dan pencemaran akibat aktivitas manusia dalam usahanya
membuat suatu produk dan jasa. Sejak globalisasi telah mendorong perdagangan lintas
-
batas produk dan jasa, yang mengakibatkan konsumsi produk dalam satu daerah sering
menyebabkan terjadinya tekanan air dan degradasi lingkungan (perairan darat).
Jejak kaki air dari suatu produk adalah volume konsumsi air tawar langsung dan
tidak langsung dan polusi yang dihasilkan keseluruhan rantai produksi dan rantai
pasokan, termasuk budidaya dan produksi bahan baku, pengolahan, manufaktur,
transportasi, distribusi, dan konsumsi. Jejak kaki air telah diusulkan sebagai indikator
penggunaan air langsung dan tidak langsung produk dan jasa, yang juga
mempertimbangkan akibat pencemaran air. Penerapan konsep jejak kaki air memiliki
potensi untuk dijadikan sebagai suatu alat untuk meningkatkan efisiensi air dan kualitas
air antara menggunakan bersaing potensial, dan untuk mendorong pemerintah, bisnis, dan
masyarakat untuk menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja lingkungan
dan membuat kebijakan yang tepat tentang pengelolaan air.
Jejak kaki air Indonesa bersama sama dengan 5 negara lainnya di dunia besarnya
merupakan sudah meliputi sekitar separuh dari total jejak kaki air global yang terkait
dengan produksi tanaman. Khusus di Indonesia, jejak kaki air cukup bervariasi antara
satu provinsi dengan provinsi lain. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi iklim, praktek
pertanian dan volume konsumsi, walaupun pola konsumsi diasumikan sama semua. Dari
penggunaan air seluruhnya, maka jejak air per kapita dari beras merupakan yang tertinggi
yang diperkirakan karena baik tingkat konsumsi besar dan jejak kaki beras relatif besar.
Berdasarkan data yang ada, maka jejak kaki air di Provinsi Kalimantan Timur merupakan
yang tertinggi, sedangkan Provinsi Jawa Timur yang terendah.
DAFTAR PUSTAKA
...., ......., Hierarchy of Needs, http://www.integratedsociopsychology.net/
hierearchy_of_needs.html, diakses 10 Oktober 2010.
Astari,A.J., 2011, Water Footprint : Konsep Penelusuran Jejak Kaki Air, Harian Pikiran
Rakyat, 31 Maret 2011, Bandung.
Bulsink, F. et al, 2010, The Water Footprint of Indonesian Provinces Related to The
Consumption of Crop Products, Hydrol. Earth Syst. Sci., 14, 119128, 2010.
Chapagain, A.K., and Orr, S., 2009, An Improved Water Footprint Methodology Linking
Global Consumption to Local Water Resources: A Case of Spanish Tomatoes,
Journal of Environmental Management, 90: 1219-1228.
-
Chapagain, A.K., Hoekstra, A.Y., 2004. Water Footprints of Nations, Volume 1: Main
Report, Value of Water Research Series No. 16, UNESCO-IHE. Deltf The
Netherlands.
Fauzi, A., 2004, Mencermati Implementasi UU Sumber Daya Air, Harian Kompas, 15
Maret 2004, Jakarta.
Gany, A.H.A., 2009, Konsepsi Tapak-Kaki Air (Water Footprint Concept): Sebagai
Salah Satu Parameter Global dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Antar-lintas
Teritorial, Sektor dan Pemangku Kepentingan, Makalah bahan diskusi.
Haddadin, M.J., 2003, Exogenous Water: A Conduit to Globalization of Water Resources.
In: Hoekstra, A.Y. Virtual water trade: Proceedings of the International Expert
Meeting on Virtual Water Trade, Value of Water Research Report Series No. 12,
UNESCO-IHE, Delft, the Netherlands.
Hoekstra, A.Y., 2008, Water Neutral: Reducing and Off- setting the Impacts of Water
Footprints, Value of Water Research Report Series No. 28, UNESCO-IHE, Delft,
the Netherlands.
Hoekstra, A. Y., A. K. Chapagain, 2007, Water Footprints Of Nations: Water Use By
People as a Function of Their Consumption Pattern, Water Resour Management
(2007) 21:3548.
Majumder , M. et.al.,2011, Status Indicators of Watershed: Concept of Virtual and Green
Water Redefined, International Journal of Watershed Management, Issue 1,Vol 1.
Mekonnen, M.M., Hoekstra, A.Y., 2011, The Green, Blue and Grey Water Footprint of
Crops and Derived Crop Products, Hydrol. Earth Syst. Sci. Discuss., 8, 763809,
2011.
Pemerintah RI, 2003, Water Resources Management Towards Enhancement of Effective
Water Governance in indonesia, disampaikan dalam Country Report for the 3rd
World Water Forum Kyoto-Japan 2003, Kyoto, Jepang.
WFN. 2009, Virtual Water and Water Footprint Database. Diakses dari
http://www.waterfootprint.org/?page=files/, 2011
www.waterfootprint.org
http://www.waterfootprint.org/?page=files/http://www.waterfootprint.org/