kajian waterfootprint

12
KONSEP WATER FOOTPRINT (JEJAK KAKI AIR) DAN KONDISINYA DI INDONESIA Oleh : Heri Apriyanto I. PENDAHULUAN Abraham Maslow yang terkenal dengan Teori tentang Hierarchy of Needs (1943), menempatkan kebutuhan akan air menjadi kebutuhan fisiologi/dasar bersama-sama sandang, pangan dan papan, serta kebutuhan dasar lainnya. Tanpa pemenuhan kebutuhan dasar untuk fisik jasmani ini, maka seorang manusia tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Sejatinya air sebagai salah satu anugerah dari Tuhan kepada manusia yang harus dikelola dengan baik. Namun, keserakahan, kecerobohan dan ketidakpedulian manusia sendirilah terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang menyebabkan air berbalik menjadi musuh dan bencana. Sebagai salah satu komponen sumber daya alam, air dianggap melimpah dan tidak akan pernah habis. Akan tetapi, pada kenyataannya terutama seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, banyak masyarakat kesulitan air dan beberapa daerah mengalami kekeringan. Walaupun keberadaan air di bumi kita ini mendominasi, berlimbah dan hampir 2/3 bagian dari bumi kita ini, namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil yang dapat “digunakan” oleh mahluk hidup. Kelangkaan air dapat juga memicu berbagai konflik sosial, misalnya antara masyarakat dan sektor industri, yang diakibatkan karena tidak meratanya distribusi air tawar. Para ahli memprediksi jika tidak segera dilakukan sistem pengelolaan sumber daya air yang terpadu maka air akan menjadi sumber konflik di abad ke-21 ini. Bocoran laporan dari Pentagon yang dikutip The Observer menyatakan bahwa di dunia ini akan terjadi catastrophic shortage (kekurangan air yang dahsyat) terhadap air di masa mendatang yang akan mengarah pada menyebarnya perang di sekitar tahun 2020 (Fauzi, A., 2004). Pengelolaan sumberdaya air di Indonesia berdasarkan laporan Country Report for the 3rd World Water Forum Kyoto-Japan (2003), dinyatakan akan menghadapi problema yang sangat kompleks, mengingat air mempunyai beberapa fungsi baik fungsi sosial- budaya, ekonomi dan lingkungan yang masing dapat saling bertentangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kegiatan ekonomi, telah terjadi perubahan sumberdaya alam yang sangat cepat. Pembukaan lahan guna keperluan perluasan daerah pertanian, pemukiman dan industri, yang tidak terkoordinasi dengan baik dalam suatu kerangka pengembangan tata ruang, telah mengakibatkan terjadinya

Upload: heri-apriyanto

Post on 19-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

LINGKUNGAN

TRANSCRIPT

  • KONSEP WATER FOOTPRINT (JEJAK KAKI AIR)

    DAN KONDISINYA DI INDONESIA

    Oleh : Heri Apriyanto

    I. PENDAHULUAN

    Abraham Maslow yang terkenal dengan Teori tentang Hierarchy of Needs (1943),

    menempatkan kebutuhan akan air menjadi kebutuhan fisiologi/dasar bersama-sama

    sandang, pangan dan papan, serta kebutuhan dasar lainnya. Tanpa pemenuhan kebutuhan

    dasar untuk fisik jasmani ini, maka seorang manusia tidak mungkin bisa memenuhi

    kebutuhan hidup lainnya. Sejatinya air sebagai salah satu anugerah dari Tuhan kepada

    manusia yang harus dikelola dengan baik. Namun, keserakahan, kecerobohan dan

    ketidakpedulian manusia sendirilah terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang

    menyebabkan air berbalik menjadi musuh dan bencana.

    Sebagai salah satu komponen sumber daya alam, air dianggap melimpah dan tidak

    akan pernah habis. Akan tetapi, pada kenyataannya terutama seiring dengan

    bertambahnya jumlah penduduk, banyak masyarakat kesulitan air dan beberapa daerah

    mengalami kekeringan. Walaupun keberadaan air di bumi kita ini mendominasi,

    berlimbah dan hampir 2/3 bagian dari bumi kita ini, namun pada kenyataannya hanya

    sebagian kecil yang dapat digunakan oleh mahluk hidup. Kelangkaan air dapat juga

    memicu berbagai konflik sosial, misalnya antara masyarakat dan sektor industri, yang

    diakibatkan karena tidak meratanya distribusi air tawar. Para ahli memprediksi jika tidak

    segera dilakukan sistem pengelolaan sumber daya air yang terpadu maka air akan menjadi

    sumber konflik di abad ke-21 ini. Bocoran laporan dari Pentagon yang dikutip The

    Observer menyatakan bahwa di dunia ini akan terjadi catastrophic shortage (kekurangan

    air yang dahsyat) terhadap air di masa mendatang yang akan mengarah pada

    menyebarnya perang di sekitar tahun 2020 (Fauzi, A., 2004).

    Pengelolaan sumberdaya air di Indonesia berdasarkan laporan Country Report for

    the 3rd World Water Forum Kyoto-Japan (2003), dinyatakan akan menghadapi problema

    yang sangat kompleks, mengingat air mempunyai beberapa fungsi baik fungsi sosial-

    budaya, ekonomi dan lingkungan yang masing dapat saling bertentangan. Dengan

    semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kegiatan ekonomi, telah terjadi

    perubahan sumberdaya alam yang sangat cepat. Pembukaan lahan guna keperluan

    perluasan daerah pertanian, pemukiman dan industri, yang tidak terkoordinasi dengan

    baik dalam suatu kerangka pengembangan tata ruang, telah mengakibatkan terjadinya

  • degradasi lahan, yang akan berdampak pada ketersediaan air yang akan semakin

    mengalami kelangkaan, apalagi tingkat konsumerisme penduduk terhadap air yang masih

    tinggi. Namun hal ini tidak hanya dihadapi di Indonesia saja, tetapi juga negara-negara

    lain. Gambar 1 menunjukkan tingkat tekanan terhadap ketersediaan air di belahan dunia.

    Gambar 1. Distribusi Tekanan terhadap air di dunia berdasarkan FAO (Pengembangan

    Lahan dan Air) (sumber : Majumder et.al.,2011).

    Para peneliti mengatakan bahwa bila pola konsumsi air saat ini tidak segera diubah

    menuju ke arah pemanfaatan air yang lebih berkelanjutan, kelangkaan air akan terus

    terjadi dan meluas pada berbagai negara di seluruh dunia. Para ahli sumber daya air

    merespon hal tersebut dengan memunculkan konsep untuk mengatasi permasalahan air

    tersebut, salah satunya dengan konsep water footprint (jejak kaki air). Hoekstra dan

    Chapagain (2004) dalam laporan hasil penelitiannya mendefinisikan jejak kaki

    air individu, bisnis atau negara adalah total volume air tawar yang digunakan untuk

    memproduksi makanan dan jasa yang dikonsumsi oleh individu, bisnis atau negara.

    Nilai jejak kaki air umumnya dinyatakan dalam satuan volume air yang digunakan setiap

    tahunnya. Saat ini, jejak kaki air telah berkembang menjadi alat analisis yang digunakan

    untuk mengarahkan perumusan kebijakan kearah isu-isu mengenai keamanan air dan

    penggunaan air yang berkelanjutan di negara maju (Hoekstra, 2008). Konsep jejak kaki

    air tersebut meliputi dimensi waktu dan ruang, yang berkaitan dengan kapan dan di mana

    air itu digunakan. Dengan demikian informasi dari jejak kaki air suatu produk ataupun

    komunitas akan membantu pemahaman terhadap bagaimana cara atau strategi untuk

    menorangai keberlanjutan dan pemerataan dalam penggunaan sumber daya air tawar.

  • Penilaian jejak kaki air ini pada dasarnya adalah untuk memberi nilai yang sama

    pada semua negara tentang penggunaan air. Termasuk di dalamnya adalah upaya untuk

    menghargai air sebagai bagian proses produksi layaknya kebutuhan energi yang

    menentukan harga jual barang yang diproduksi tersebut. Dengan memahami kebutuhan

    air setiap barang dan jasa yang diproduksi, dapat juga dijadikan acuan untuk memulai

    mengkonsumsi barang-barang yang ramah menggunakan air. Efisiensi penggunaan air

    merupakan salah satu cara untuk melestarikan sumber daya air, selain dengan mencegah

    pencemaran pada sumber air. Saat ini, kualitas air bersih secara global menunjukkan tren

    penurunan sehingga membutuhkan langkah radikal untuk melestarikannya. Makalah ini

    akan membahas konsep jejak kaki air ini, konsep-konsep sebelumnya dan bagaimana

    konsidi serta penerapannya di Indonesia.

    II. KONSEP WATER FOOTPRINT DAN VIRTUAL WATER

    A. Water Footprint

    Water Footprint Concept (Konsepsi Jejak Kaki Air), pada awalnya diperkenalkan

    oleh Prof. A.Y. Hoekstra dari University of Twente pada 2002, bertujuan sebagai

    indikator penggunaan air, dalam kaitannya dengan konsumsi. Termasuk di dalamnya

    jejak kaki air untuk pemakaian individu, sektor usaha, negara, atau teritorial yang

    didefinisikan sebagai Jumlah total air tawar yang dipergunakan untuk memproduksi

    barang dan jasa yang dikonsumsi oleh, individu, sektor usaha, atau negara. Jejak kaki air

    juga didefinisikan sebagai indikator konsumsi air yang terlihat pada penggunaan air

    secara langsung dan tidak langsung dari konsumen atau produsen (Aldaya et.al. 2009

    dalam Majumder et.al.,2011). Jejak kaki air dari suatu produk mengindikasikan jumlah air

    yang terkandung di dalam produk tersebut, tidak terkandung dalam makna sebenarnya,

    tetapi secara virtual. Diartikan secara virtual, karena menunjukkan total air yang

    digunakan pada seluruh proses produksi produk tersebut. Jejak kaki air terdiri dari tiga

    komponen, yaitu : jejak kaki air biru (blue), hijau (green) dan abu-abu (grey). Jejak kaki

    air biru adalah volume air tawar yang menguap dari sumber daya air global biru (air

    permukaan dan air tanah) untuk menghasilkan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh

    individu atau komunitas. Jejak kaki air hijau adalah volume air yang diuapkan dari

    sumber daya air global hijau (air hujan disimpan dalam tanah sebagai kelembaban tanah).

    Jejak kaki air abu-abu adalah volume air yang tercemar yang asosiasi dengan produksi

    semua barang dan jasa untuk individu atau komunitas. Yang terakhir dapat diperkirakan

    sebagai volume air yang diperlukan untuk mencairkan polutan sedemikian rupa sehingga

    kualitas air tetap pada atau di atas standar kualitas air yang telah disepakati

  • Dengan adanya penemuan hasil jejak kaki air beberapa produk yang biasa

    dikonsumsi orang sehari-hari tersebut juga dapat menghitung berapa sebenarnya besaran

    jejak kaki air kita dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, ataupun 1 tahun. Selain itu, juga dapat

    dihitung total jejak kaki air dari suatu provinsi dan suatu negara per orang, bahkan kita

    dapat memperkirakan jejak kaki air secara global dari semua negara di seluruh dunia

    (Annisa Joviani Astari, 2011).

    Menurut Majumder et.al.,2011, jejak kaki air dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

    Jejak kaki air konsumen individu

    Jejak kaki air dari konsumen individu mendsarakan pada jumlah penggunaan air

    tawar langsung dan tidak langsung oleh konsumen. Penggunaan air langsung adalah

    air yang digunakan di rumah. Penggunaan air tidak langsung berhubungan dengan

    total volume air tawar yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang

    dikonsumsi oleh konsumen.

    Jejak Kaki Air bisnis

    Jejak kaki air dari suatu bisnis atau jejak kaki air perusahaan, didefinisikan sebagai

    total volume air tawar yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk

    menjalankan dan mendukung bisnis. Ini adalah total volume penggunaan air

    dikaitkan dengan penggunaan output bisnis. Jejak kaki air bisnis terdiri dari dua

    komponen: penggunaan air langsung oleh produser (untuk memproduksi/

    manufaktur atau untuk kegiatan penunjang) dan penggunaan air tidak langsung

    (dalam rantai pasokan produsen).

    Jejak Kaki Air negara

    Jejak kaki air suatu negara menunjukkan air yang digunakan untuk menghasilkan

    barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk bangsa. Ini mencakup dua

    komponen: internal dan eksternal jejak kaki air. Komponen pertama mengacu pada

    penggunaan sumber air domestik, yang terakhir untuk penggunaan sumber daya air

    di negara-negara lain. Sekitar 65% dari total air jejak Jepang berasal dari luar

    negeri; sekitar 7% dari jejak kaki air Cina berada di luar Cina (Majumder

    et.al.,2011). Ada empat macam faktor utama yang menjadi penentu besaran jejak

    kaki air suatu negara atau kawasan teritorial yakni: volume konsumsi (berkaitan

    dengan pendapatan kotor nasional); wujud dan sifat konsumsi (misalnya konsumsi

    daging yang tinggi atau rendah); iklim atau kondisi pertumbuhan; dan praktek

    penggunaan air pertanian (Gany. A.H.A, 2009).

  • B. Virtual Water

    Produksi 1 kg beras akan membutuhkan air sebanyak 3.000 liter, 1 kg tepung

    jagung akan membutuhkan 900 liter, dan 1 kg daging sapi membutuhkan 16.000 liter.

    Mengapa kebutuhan air untuk produksi tersebut sangat besar, karena konsep virtual water

    ini memperhitungkan jumlah air yang dibutuhkan dalam setiap proses seperti misalnya

    dalam produksi daging sapi maka komponennya adalah produksi air yang dibutuhkan

    untuk makan/minum sapi, memandikan sapi, dan proses-proses pemotongan hewan dan

    sebagainya.

    Konsepsi virtual water (air maya) ini berbeda dengan konsepsi jejak kaki air namun

    tidak dapat terpisahkan. Konsepsi virtual water, pertama kali diperkenalkan oleh

    Professor John Anthony Allan dari Kings College London and the School of Oriental and

    African Studies, 1990, yang didefinisikan Volume air yang dibutuhkan untuk

    memproduksi komoditas atau jasa. Misalnya, jika terjadi perpindahan hasil produk atau

    jasa, dari satu tempat ke tempat lainnya, hanya sedikit air yang secara fisik ikut

    terpindahkan (namun akan sangat signifikan bila dikonversikan dalam volume air yang

    digunakan untuk memproduksi, terlepas dari kandungan air dari produk itu sendiri)

    (Hoekstra dan Chapagain (2004).

    Industri barang akan menggunakan air sebagai bahan baku dan secara luas

    digunakan untuk memproduksi barang-barang industri seperti mobil, sepeda, alat dapur,

    dan sebagainya. Rata-rata, sebuah mobil penumpang yang mempunyai berat 1,1 ton

    diperkirakan sekitar 400.000 liter air terkandung di dalamnya (WFN 2009). Dengan

    metode yang berbeda, sebuah mobil Australia akan memerlukan satu juta liter air (AFGC

    2003 dalam Majumder et.al.,2011).

    Kandungan virtual water dalam suatu produk juga dibagi menjadi tiga komponen,

    yaitu komponen hijau, biru dan abu-abu (WFN 2009 ). Penggunaan air diukur dari segi

    volume air yang dikonsumsi (menguap) dan / atau tercemar per unit waktu. Secara

    operasional dan supply-chain (rantai pasokan) jejak kaki air dibagi menjadi tiga elemen:

    Jejak air biru adalah volume air tawar yang menguap dari sumber daya air global

    biru (air permukaan dan air tanah),

    Jejak air hijau adalah volume air tawar menguap dari sumber daya air global hijau

    (air hujan disimpan dalam tanah sebagai kelembaban tanah).

    Jejak air abu-abu adalah volume air yang tercemar, dihitung sebagai volume air

    yang diperlukan untuk mencairkan polutan sedemikian rupa sehingga kualitas air

    masih di atas standar kualitas air yang telah disepakati.

  • Virtual water ini digunakan untuk menghitung jejak kaki air dari suatu wilayah atau

    negara atau daerah aliran sungai (DAS). Jejak kaki air merupakan indikator konsumsi

    berbasis penggunaan air bagi suatu negara. Indikator penggunaan air ini, sesuai definisi,

    merupakan indikator pelepasan atau kehilangan air aktual dari suatu negara. Karena air

    tersebut biasanya disimpan di wilayah ini dimana air "digunakan," dampak penggunaan

    air pada umumnya diabaikan.

    Perdagangan virtual water mengacu pada gagasan bahwa ketika suatu barang dan

    jasa yang dipertukarkan, maka yang terjadi adalah virtual water yang diperdagangkan.

    Ketika suatu negara impor satu ton gandum dan bukan memproduksinya dalam negeri,

    maka negara tersebut mempunyai tabungan sekitar 1.300 m3 air sesungguhnya (nyata).

    Jika negara ini adalah air-langka, air yang 'disimpan' dapat digunakan untuk tujuan lain.

    Jika negara pengekspor adalah air-langka, bagaimanapun, telah mengekspor 1.300 m3 air

    virtual water karena air yang sebenarnya digunakan untuk menumbuhkan gandum tidak

    akan lagi tersedia untuk keperluan lain.

    Besaran air maya dari dua negara atau kawasan teritorial yang berbeda adalah

    jumlah volume air maya yang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya sebagai

    hasil produksi yang diperdagangkan. Sementara itu, volume ekspor air maya dari suatu

    negara atau kawasan berkaitan dengan ekspor barang atau jasa negara atau kawasan

    tersebut. Besaran ini merupakan volume air yang dibutuhkan yang diperlukan untuk

    memproduksi barang atau jasa ekspor.

    Di sisi lain, volume impor air maya dari suatu negara atau teritorial tertentu

    merupakan volume air maya yang dipergunakan (di negara pengekspor) untuk

    memproduksi barang atau jasa. Dipandang dari perspektif negara pengimpor, air ini dapat

    dianggap sebagai sumber daya tambahan yang datang, tidak temasuk sumber daya air

    domestik yang tersedia. Jadi, Keseimbangan air maya dari suatu negara atau teritorial

    dalam periode tertentu adalah jumlah netto air maya yang diimpor dalam kurun waktu

    tersebut, yang jumlahnya sama dengan volume bruto air maya yang diimpor dikurangi

    dengan volume air maya yang diekspor. Besaran positif keseimbangan air maya berarti

    sama dengan besaran netto air maya yang diterima dari negara lain. Keseimbangan

    negatif berarti sama dengan besaran air maya netto yang diekspor keluar.

    Dalam upaya menghitung besaran jejak kaki air suatu negara atau teritorial, adalah

    sangat penting untuk mengkuantifikasikan volume aliran air maya yang keluar dan yang

    masuk negara atau teritorial tersebut. Jika orang mengambil sumber daya air domestik

    sebagai basis awal penilaian jejak kaki air suatu negara atau teritorial, seseorang harus

    megurangkan volume jejak kaki air yang yang keluar dari negara atau teritorial dan

    menambahkannya dengan volume air jejak kaki air yang masuk ke negara tersebut.

  • III. KONDISI WATER FOOTPRINT INDONESIA DI LINGKUNGAN GLOBAL

    Jejak kaki air di dunia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penduduk di

    Amerika memiliki jejak kaki air yang tinggi, ternyata karena penduduk di negara ini

    mengonsumsi daging yang banyak (satu kilogram daging membutuhkan 16.000 liter air).

    Sementara kebanyakan penduduk Indonesia menggunakan konsumsi airnya untuk

    produksi produk-produk pertanian. Di sisi lain, Iran memiliki jejak kaki air yang tinggi

    bukan karena hasil pertanian ataupun konsumsi daging yang tinggi, melainkan karena

    faktor cuaca (evaporasi air yang tinggi) di negara ini, yang sangat berpengaruh dalam

    menentukan besaran jejak kaki airnya.

    a) Jejak Kaki Air Individu

    Rata-rata jejak kaki air global adalah 1.240 m air/orang/tahun. Cina rata-rata 700

    m air/orang /satu tahun yang merupakan terkecil di dunia dan jejak kaki air Amerika

    Serikat adalah 2.480 m air/orang /satu itu merupakan yang terbesar di dunia. Rata-rata

    jejak kaki air Finlandia adalah 1.730 m air /orang /tahun, Inggris adalah air 1.695

    m/orang /tahun (Chapagain dan Orr 2009), dan Iran adalah 1624 m air/orang/satu

    (Chapagain dan Hoekstra , 2007). Sedangkan jejak kaki air Indonesia adalah 1.131 m

    /orang /tahun (F. Bulsink, A. Y. Hoekstra, and M. J. Booij, 2010).

    b) Jejak Kaki Air Negara

    Besaran jejak air global banyak ditentukan oleh konsumsi pangan dan produk

    pertanian lainnya, perkiraan kontribusi pertanian terhadap penggunaan air menyeluruh

    (6.390 Gm3/tahun) bahkan lebih besar dari beberapa angka statistik terdahulu karena

    mengikutsertakan penggunaan air hijau (penggunaan airtanah kapiler). Jika kita

    memasukkan kehilangan air irigasi dalam perhitungan, yang memberikan tambahan

    sekitar 1.590 Gm3/tahun (Chapagain dan Hoekstra, 2004), maka total volume air yang

    dipergunakan adalah menjadi 7.980 Gm3/tahun. Sekitar sepertiga dari jumlah ini

    diambilkan dari air biru yang diambil untuk air irrigasi; Sisanya yang dua pertiga adalah

    air hijau (air tanah kapiler).

    Berdasarkan dari beberapa sumber (www.waterfootprint.org), pada jejak kaki air

    tingkat negara maka yang terbesar estimasi total adalah India (1.047 Gm3 /tahun), Cina

    (967 Gm3 Gm

    3 /tahun), Amerika Serikat (826 Gm

    3 Gm

    3 /tahun), Brasil (329 Gm

    3 Gm

    3

    /tahun), Rusia (327 Gm3 /tahun) dan Indonesia (318 Gm

    3 /tahun). Keenam negara

    tersebut secara bersama-sama meliputi sekitar separuh dari total jejak kaki air global yang

    terkait dengan produksi tanaman. Sedangkan jejak kaki air hijau terbesar juga ditemukan

    dalam enam negara: India (716 Gm3 /tahun), Cina (624 Gm

    3 /tahun), Amerika Serikat

    (612 Gm3 /tahun), Rusia (305 Gm

    3 /tahun), Brasil (304 Gm

    3 /tahun) dan Indonesia (286

    Gm3 /tahun). Data produsen terbesar negara-negara di dunia disajikan pada Tabel 1.

    http://www.waterfootprint.org/

  • Tabel 1. Jejak Kaki Air untuk produksi pertanian

    negara-negara terpilih (19962005)

    Sumber : M. M. Mekonnen and A. Y. Hoekstra, 2011

    IV. WATER FOOTPRINT TANAMAN DI INDONESIA

    Besaran jejak kaki air Indonesia pada periode 1997-2001, sebagaimana dikutip dari

    Hoekstra - Chapagain, 2007 adalah sebagai berikut:

    (1) Penggunaan sumber daya air domestik;

    a) pengalokasian sumber air domestik 5,67Gm3/tahun,

    b) evaporasi tanaman untuk konsumsi nasional 236,22 Gm3/tahun,

    c) ekspor 22,62 Gm3/tahun,

    d) industri konsumsi nasional 0,404 Gm3/tahun, untuk ekspor 0,06 Gm3/tahun;

    (2) Penggunaan sumber daya air untuk eksternal;

    a) barang produksi pertanian 26,09 Gm3/tahun,

    b) indusri 1,58 Gm3/tahun,

    c) ekspor barang impor 2,74;

    (3) Jejak kaki air;

    a) total 269,96 Gm3/tahun,

    b) per orang 1.317m3/orang/tahun;

    (4) Jejak Kaki air berdasarkan katagori konsumsi;

    a. Jejak kaki air internal domestik 28 m3/orang/tahun,

    b. jejak kaki air internal produksi pertanian 1.153 m3/orang/tahun,

    c. jejak kaki air eksternal untuk produk pertanian 1,27 m3/orang/tahun,

    d. jejak kaki air internal untuk industri 2 m3/orang/tahun,

    e. jejak kaki air eksternal untuk industri 8 m3/orang/tahun.

  • Jejak kaki air rata-rata terkait dengan konsumsi produk tanaman di Indonesia 1.131

    m3/orang/tahun. Orang-orang di Kalimantan Tengah memiliki jejak kaki air terbesar,

    1895 m3/orang/tahun, sedangkan di Jawa Timur memiliki jejak kaki air terkecil, yaitu

    sebesar 859 m3/orang/tahun. Penduduk di Jakarta sangat bergantung terhadap sumber air

    eksternal, karena wilayah Jakarta merupakan daerah perkotaan yang besar namun hanya

    area kecil yang cocok untuk keperluan pertanian. Hal ini menciptakan ketergantungan

    pada sumber daya air dari provinsi lain dan negara. Lampung penggunaan sumber daya

    air tertinggi internal (98%). Lampung dapat memenuhi kebutuhan sendiri untuk hampir

    setiap tanaman, hanya untuk kacang tanah dan kedelai memiliki defisit kecil. Provinsi

    memiliki rata-rata menggunakan air internal 84%, untuk 16% lain mereka bergantung

    pada provinsi lain atau negara. Tabel 2 menunjukkan jejak kaki air yang terkait dengan

    konsumsi produk tanaman per provinsi Indonesia

    Tabel 2 Jejak kaki air terkait dengan konsumsi produk tanaman/pertanian

    Terpilih per orang berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 20002004

    Sumber : F. Bulsink et al., 2010

  • V. REKOMENDASI TINDAKAN MENGURANGI WATER FOOTPRINT

    Gambaran mengenai jejak kaki air dari setiap penduduk di berbagai negara dapat

    memberikan suatu pemahaman betapa tingginya konsumsi air dari semua orang di dunia

    ini. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kearifan penduduk dunia, tidak terkecuali

    penduduk Indonesia, untuk memulai memikirkan bagaimana caranya mengurangi

    konsumsi air kita sehingga ketersediaan air (tawar) dapat selalu terjaga. Berdasarkan hal

    tersebut maka terdapat beberapa alternatif tindakan-tindakan dalam rangka mengurangi

    jejak kaki air, yaitu sebagai berikut :

    penggunaan suatu proses produksi dengan mengadopsi teknik produksi yang

    membutuhkan air lebih sedikit dari setiap unit produksinya dan menerapkan konsep

    pemanfaatan air kembali (reused water), misalnya dalam tingkat industri maka air

    limbah atau buangan dari satu unit operasi bisa digunakan secara langsung di unit

    operasi lainnya; tingkat rumah tangga, air bekas mandi dapat digunakan kembali

    utnuk menyiram toilet, menyiram tanaman, mencuci mobil, dan lain-lain.

    menerapkan teknik produktivitas air dalam praktik pertanian dengan teknologi

    pemanenan air hujan dan irigasi suplementer;

    mengubah pola konsumsi penduduk menjadi pola membutuhkan lebih sedikit air.

    Misalnya dengan mengurangi konsumsi daging dan barang-barang tertentu, yang

    ternyata membutuhkan banyak air dalam proses produksinya. Pendekatan yang lain

    bisa dilakukan adalah dengan adanya pemberian harga yang tepat terhadap barang-

    barang membutuhkan konsumsi air tinggi, peningkatan kesadaran (publikasi, dll),

    dan pemberian label atau produk atau pemberian insentif, sehingga orang dapat

    mengubah pola konsumsinya;

    membeli barang-barang daur ulang, dan untuk mendaur ulang barang-barang ketika

    kita sudah selesai dengan barang tersebut itu. Atau, tetap hanya membeli apa yang

    benar-benar kita butuhkan;

    memindahkan produksi dari daerah yang mempunyai tingkat produktivitas air lebih

    rendah ke daerah yang memiliki tingkat produktivitas air yang tinggi, sehingga

    dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air secara global.

    VI. PENUTUP

    Penurunan kualitas dan kuantitas air tawar yang ada telah menjadi masalah serius di

    seluruh dunia. Dalam banyak kasus, masalah yang terkait dengan air tawar berasal dari

    tingginya konsumsi air dan pencemaran akibat aktivitas manusia dalam usahanya

    membuat suatu produk dan jasa. Sejak globalisasi telah mendorong perdagangan lintas

  • batas produk dan jasa, yang mengakibatkan konsumsi produk dalam satu daerah sering

    menyebabkan terjadinya tekanan air dan degradasi lingkungan (perairan darat).

    Jejak kaki air dari suatu produk adalah volume konsumsi air tawar langsung dan

    tidak langsung dan polusi yang dihasilkan keseluruhan rantai produksi dan rantai

    pasokan, termasuk budidaya dan produksi bahan baku, pengolahan, manufaktur,

    transportasi, distribusi, dan konsumsi. Jejak kaki air telah diusulkan sebagai indikator

    penggunaan air langsung dan tidak langsung produk dan jasa, yang juga

    mempertimbangkan akibat pencemaran air. Penerapan konsep jejak kaki air memiliki

    potensi untuk dijadikan sebagai suatu alat untuk meningkatkan efisiensi air dan kualitas

    air antara menggunakan bersaing potensial, dan untuk mendorong pemerintah, bisnis, dan

    masyarakat untuk menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja lingkungan

    dan membuat kebijakan yang tepat tentang pengelolaan air.

    Jejak kaki air Indonesa bersama sama dengan 5 negara lainnya di dunia besarnya

    merupakan sudah meliputi sekitar separuh dari total jejak kaki air global yang terkait

    dengan produksi tanaman. Khusus di Indonesia, jejak kaki air cukup bervariasi antara

    satu provinsi dengan provinsi lain. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi iklim, praktek

    pertanian dan volume konsumsi, walaupun pola konsumsi diasumikan sama semua. Dari

    penggunaan air seluruhnya, maka jejak air per kapita dari beras merupakan yang tertinggi

    yang diperkirakan karena baik tingkat konsumsi besar dan jejak kaki beras relatif besar.

    Berdasarkan data yang ada, maka jejak kaki air di Provinsi Kalimantan Timur merupakan

    yang tertinggi, sedangkan Provinsi Jawa Timur yang terendah.

    DAFTAR PUSTAKA

    ...., ......., Hierarchy of Needs, http://www.integratedsociopsychology.net/

    hierearchy_of_needs.html, diakses 10 Oktober 2010.

    Astari,A.J., 2011, Water Footprint : Konsep Penelusuran Jejak Kaki Air, Harian Pikiran

    Rakyat, 31 Maret 2011, Bandung.

    Bulsink, F. et al, 2010, The Water Footprint of Indonesian Provinces Related to The

    Consumption of Crop Products, Hydrol. Earth Syst. Sci., 14, 119128, 2010.

    Chapagain, A.K., and Orr, S., 2009, An Improved Water Footprint Methodology Linking

    Global Consumption to Local Water Resources: A Case of Spanish Tomatoes,

    Journal of Environmental Management, 90: 1219-1228.

  • Chapagain, A.K., Hoekstra, A.Y., 2004. Water Footprints of Nations, Volume 1: Main

    Report, Value of Water Research Series No. 16, UNESCO-IHE. Deltf The

    Netherlands.

    Fauzi, A., 2004, Mencermati Implementasi UU Sumber Daya Air, Harian Kompas, 15

    Maret 2004, Jakarta.

    Gany, A.H.A., 2009, Konsepsi Tapak-Kaki Air (Water Footprint Concept): Sebagai

    Salah Satu Parameter Global dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Antar-lintas

    Teritorial, Sektor dan Pemangku Kepentingan, Makalah bahan diskusi.

    Haddadin, M.J., 2003, Exogenous Water: A Conduit to Globalization of Water Resources.

    In: Hoekstra, A.Y. Virtual water trade: Proceedings of the International Expert

    Meeting on Virtual Water Trade, Value of Water Research Report Series No. 12,

    UNESCO-IHE, Delft, the Netherlands.

    Hoekstra, A.Y., 2008, Water Neutral: Reducing and Off- setting the Impacts of Water

    Footprints, Value of Water Research Report Series No. 28, UNESCO-IHE, Delft,

    the Netherlands.

    Hoekstra, A. Y., A. K. Chapagain, 2007, Water Footprints Of Nations: Water Use By

    People as a Function of Their Consumption Pattern, Water Resour Management

    (2007) 21:3548.

    Majumder , M. et.al.,2011, Status Indicators of Watershed: Concept of Virtual and Green

    Water Redefined, International Journal of Watershed Management, Issue 1,Vol 1.

    Mekonnen, M.M., Hoekstra, A.Y., 2011, The Green, Blue and Grey Water Footprint of

    Crops and Derived Crop Products, Hydrol. Earth Syst. Sci. Discuss., 8, 763809,

    2011.

    Pemerintah RI, 2003, Water Resources Management Towards Enhancement of Effective

    Water Governance in indonesia, disampaikan dalam Country Report for the 3rd

    World Water Forum Kyoto-Japan 2003, Kyoto, Jepang.

    WFN. 2009, Virtual Water and Water Footprint Database. Diakses dari

    http://www.waterfootprint.org/?page=files/, 2011

    www.waterfootprint.org

    http://www.waterfootprint.org/?page=files/http://www.waterfootprint.org/