kajian viktimologi korban tindak pidana kekerasan dalam...

20
1 Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Tanjungpinang Razil 1 , Ayu Efritadewi 2 , Pery Rehendra Sucipta 3 , Program Studi Ilmu Hukum., Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik., Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini betujuan untuk mengetahui peran korban terhadap tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di Kota Tanjungpinang tahun. Maka penting untuk memperhitungkan peranan korban dalam suatu tindak pidana merupakan kajian ilmu viktimologi. Bagaimana korban terlibat dalam suatu tindak pidana, diharapkan dapat menimbulkan kesadaran dalam masyarakat agar terhindar dari tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di lingkungan sekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif. Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum skunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan yaitu studi kepustakaan yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan teknik kualitatif atau deduktif. Bedarakan hasil penelitian diketahui bahwa peran korban bersifat aktif dan pasif. Peran aktif tersebut dapat dilihat dari sikap dan keadaan korban sebagai perangsang atau pemicu seseorang untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga atau dapat dikatakan memprovokasi pelaku untuk melakukan kejahatan. Sikap tersebut dapat dilihat dari korban yang sering marang-marah, tindakan tindakan yang menyabab dendam. Selain hal tersebut hasil penelitian juga ini menunjukan peran korban secara pasif dimana secara biologis korban kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kota Tanjungpinang mayoritas berjenis kelamin perempuan, perempuan sering menjadi target kejahatan karena dipresepsikan sebagai manusia yang fisiknya lebih lemah dibanding laki-laki atau dengan istilah lain dapat disebut korban Biologically weak victims. Korban dalam hal ini tidak dapat disalahkan, tetapi masyarakatlah yang harus bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang aman terhadap kelompok yang rentan menjadi korban dari suatu kejahatan. Kata kunci: Viktimologi, Korban, Kekerasan Dalam Rumah Tangga 1 Alumni [email protected] 2 Dosen Pembimbing I [email protected] 3 Dosen Pembimbing II [email protected]

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

1

Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Di Kota Tanjungpinang

Razil1, Ayu Efritadewi

2, Pery Rehendra Sucipta

3,

Program Studi Ilmu Hukum., Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik., Universitas

Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui peran korban terhadap tindak pidana

kekerasan dalam rumah tangga di Kota Tanjungpinang tahun. Maka penting untuk

memperhitungkan peranan korban dalam suatu tindak pidana merupakan kajian

ilmu viktimologi. Bagaimana korban terlibat dalam suatu tindak pidana,

diharapkan dapat menimbulkan kesadaran dalam masyarakat agar terhindar dari

tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di lingkungan sekitarnya. Penelitian

ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif. Jenis dan sumber

bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum

skunder. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan yaitu studi

kepustakaan yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum

primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum yang terkumpul akan

dianalisa dengan menggunakan teknik kualitatif atau deduktif. Bedarakan hasil

penelitian diketahui bahwa peran korban bersifat aktif dan pasif. Peran aktif

tersebut dapat dilihat dari sikap dan keadaan korban sebagai perangsang atau

pemicu seseorang untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga atau dapat

dikatakan memprovokasi pelaku untuk melakukan kejahatan. Sikap tersebut dapat

dilihat dari korban yang sering marang-marah, tindakan tindakan yang menyabab

dendam. Selain hal tersebut hasil penelitian juga ini menunjukan peran korban

secara pasif dimana secara biologis korban kekerasan dalam rumah tangga yang

terjadi di Kota Tanjungpinang mayoritas berjenis kelamin perempuan, perempuan

sering menjadi target kejahatan karena dipresepsikan sebagai manusia yang

fisiknya lebih lemah dibanding laki-laki atau dengan istilah lain dapat disebut

korban Biologically weak victims. Korban dalam hal ini tidak dapat disalahkan,

tetapi masyarakatlah yang harus bertanggung jawab dalam menciptakan

lingkungan yang aman terhadap kelompok yang rentan menjadi korban dari suatu

kejahatan.

Kata kunci: Viktimologi, Korban, Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1 Alumni [email protected]

2 Dosen Pembimbing I [email protected]

3 Dosen Pembimbing II [email protected]

Page 2: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

2

PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara hukum yang menjujung tinggi hak asasi

manusia, hal ini dapat terlihat bagaimana Negara Indonesia memberikan jaminan

hukum terhadap pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia yang terdapat

dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28

huruf A hingga Pasal 28 huruf J dan secara lebih khusus diatur dalam Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia

adalah hak dasar dari setiap warga negara yang melekat pada individu sejak ia

lahir secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang

tidak dapat dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati, dijunjung

tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi

kehormatan dan perlindungan harkat martabat manusia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

merupakan sumber dari segala sumber hukum di Negara Indonesia yang

mendasari seluruh ketentuan-ketentuan hukum di Negara Indonesia, melalui

instrumen peraturan perundang-undangan diharapkan dapat mewujudkan tujuan

Negara Indonesia, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum4.

Seiring berjalannya waktu banyak faktor dan tantangan yang menghambat

terwujudnya tujuan Negara Indonesia, salah satunya adalah begitu banyak dan

beragamnya kejahatan yang mewarnai perjalanan hidup manusia, dan salah satu

bentuk kejahatan yang cukup menonjol adalah kekerasan dalam rumah tangga.

Kekerasan dalam rumah tangga bukan merupakan sesuatu yang asing terdengar

4 Alenia Ke-IV Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

Page 3: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

3

akhir-akhir ini. Pemberitaan mengenai kekerasan dalam rumah tangga hampir

setiap hari selalu menjadi bahasan berita yang menarik.

Tindakan kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga telah

menjadi isu global dan dengan nyata dapat dilihat dari ditetapkannya sejumlah

intrumen hukum internasional Vienna Declaration And Programme of Action

(1993), Convention on the Elimination of All From of Discrimination Against

Woment (1979), Declaration on the Elimination of Violens Against Woment

(1993) dan Beijing Declaration and Platform For Action (1995).

Secara hukum pengertian kekerasan dalam rumah tangga dapat dilihat

pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga menyebutkan :

“Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan

atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran

rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,

atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup

rumah tangga”.

Kosideran menimbang huruf b Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004

Tentang Pengahapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga menyebutkan : bahwa

segala bentuk kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga adalah

pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan merupakan kejahatan terhadap

martabat manusia serta bentuk diskriminasi yang harus di hapus. Pandangan

tersebut didasarkan pada Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, beserta perubahannya. Pasal 28 huruf G ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa

Page 4: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

4

aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu yang merupakan hak asasi”.

Seperti yang terjadi di Kota Tanjungpinang temuan penulis terdapat

beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada POLRES

Kota Tanjungpinang, yakni sebagai berikut :

Tabel 1.

Data Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Tanjungpinang

No Tahun Dilaporkan Diselesaikan

1 2015 29 24

2 2016 26 22

3 2017 17 15

Sumber : Data BPS Kota Tanjungpinang diolah

Data pada tabel di atas, meskipun menunjukan penurunan kuantitas jumlah

kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada POLRES Kota

Tanjungpinang, hal yang berbeda justru disampaikan oleh Kepala Dinas

Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat

(DP3A dan PM) Kota Tanjungpinang, H Ahmad Yanim, dalam sebuah keterangan

persnya pada tanggal 13 maret 2018 beliau menyebutkan bahwa5:

Sepanjang tahun 2017, ada 53 jiwa yang mengalami KDRT. Ini

mengalami penurunan sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, 61 jiwa.

KDRT terjadi pada umumnya karena faktor ekonomi keluarga, ada juga

karena kehadiran pihak ketiga dalam keluarganya.

Berdasarkan Informasi diatas terdapat perbedaan pencatatan data angka

tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang ditangani oleh POLRES Kota

Tanjungpinang dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan

Pemberdayaan Masyarakat (DP3A dan PM) Kota Tanjungpinang. Persoalan

5 Redaksi tanjungpinang pos, KDRT masih tinggi, (http://tanjungpinangpos.id/kdrt masih-

tinggi/diakses pada 23 Oktober 2018, pukul 15.53 WIB

Page 5: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

5

tersebut menunjukan bahwa perhatian terhadap tindak pidana kekerasan dalam

rumah tangga masih terabaikan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya dalam

rangka memberikan perhatian terhadap tindak pidana kekerasan dalam rumah

tangga khususnya korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga sebagai

suatu alternatif lain dalam keseluruhan usaha untuk menanggulangi kejahatan.

Pendekatan terhadap sudut pandang korban dimulai seiring dengan

berkembangnya ilmu viktimologi yang secara khusus memusatkan perhatian pada

arti penting dan peranan korban dalam konteks dinamik berlangsungnya

kejahatan, serta sebab akibat kejahatan.6 Korban sebenarnya memegang peranan

yang menentukan timbulnya tindak pidana sebagai manifestasi sikap dan tingkah

lakunya. Pihak korban dapat berperan baik dalam keadaan sadar atau tidak sadar,

secara langsung atau tidak langsung, sendiri atau bersama-sama secara aktif

maupun pasif yang bergantung pada situasi dan kondisi sebelum, sesaat dan

sesudah kejadian.

Melalui kajian viktimologi akan membuat konsep pidana dan pemidanaan

dalam kerangka penegakan hukum pidana yang selama ini lebih didominasi oleh

pertimbangan dari sudut pelaku dapat dibuat lebih proposional dan lebih dapat

dipertanggungjawabkan. Kejahatan tidak dapat berdiri sendiri melainkan adanya

keterkaitan antara pelaku dan korban

Berdasarkan penjelasan diatas maka penting untuk melakukan penelitian

dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul “Kajian Viktimologi Korban Tindak

Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Tanjungpinang”.

Berdasarkan penjelasan diatas agar penelitian ini lebih mendalam, terarah dan

6 C Maya Indah S, Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi,

Jakarta, Kencana, (2014), hlm.7.

Page 6: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

6

tepat mencapai sasaran, maka permasalah penelitian yang dapat penulis rumuskan

adalah bagaimana peran korban terhadap tindak pidana kekerasan dalam rumah

tangga yang terjadi di Kota Tanjungpinang tahun 2017.

Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian hukum yang

terkonsentrasi pada hukum pidana. Penelitian ini selanjutnya, akan banyak

membahas tentang salah satu cabang ilmu dalam hukum pidana yakni

viktimologi, yang merupakan ilmu pengetahuan tentang korban yang dilakukan

dengan pendekatan kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang

terjadi di Kota Tajungpinang pada tahun 2017 yang telah memiliki kekuatan

hukum tetap.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian normatif

atau penelitian hukum kepustakaan. Pada penelitian ini penulis mengunakan

pendekatan Undang-Undang (statute approach), dilakukan dengan menelaah

semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum

yang sedang ditangani dan Pendekatan Kasus (case approach), dilakuan dengan

cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang

sedang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap7.

Sumber-sumber penelitian hukum (data) pada penelitian ini berupa bahan-

bahan hukum primer dan bahan bahan hukum skunder adalah sebagai berikut :

1. Bahan Hukum Primer

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2016),

hlm 133

Page 7: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

7

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapus

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

b. Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor

182/Pid.Sus/2017/PN Tpg

c. Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor Putusan

157/Pid.Sus/2017/PN Tpg

d. Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor Putusan

416/Pid.Sus/2017/PN Tpg

e. Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor Putusan

230/Pid.Sus/2017/PN Tpg

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum skunder yang digunakan sebagai pendukung dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Literatur dan buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum yang

memiliki kaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini;

b. Makalah, hasil penelitian, jurnal hukum;

c. Artikel baik media cetak maupun media elektronik dan sumber

lainnya yang memiliki keterikatan dengan permasalah dalam

penelitian ini.

Studi dokumen merupakan alat pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini. Studi dokumen merupakan alat pengumpulan bahan hukum yang

dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan mempergunakan Content

Analysis8. Pengelohan data dilakukan dengan cara Klasifikasi Data, Pengolahan

8 Peter Mahmud Marzuki, Ibid., hlm 21

Page 8: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

8

data, dan Interpretasi Hasil Pengolahan Data. Bahan hukum (data) hasil

pengolahan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis secara

kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang

tersusun secara teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif. Sehingga

memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis9. Data dalam

penelitian ini akan diuraikan ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun secara

sistematis, sehingga diperoleh gambaran. Penelitian ini menggunakan teknik

analisis bahan hukum deduktif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pengahapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal 5 yang menyebutkan : Setiap orang

dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup

rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan fisik; b. kekerasan psikis; c.

kekerasan seksual; atau d. penelantaran rumah tangga. Adapun pengertian

kekerasan sebagaimana disebut dalam Pasal 5 Undang-Undang ini adalah sebagai

berikut :

1. kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh

sakit, atau luka berat10

;

2. kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,

rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang11

;

3. kekerasan seksual meliputi12

:

9 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung : Citra Aditya Bakti,

2004)., hlm 127 10

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, Pasal 5 huruf a jo Pasal 6 11

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, Pasal 5 huruf b jo Pasal 7 12

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Pasal 5 huruf c jo Pasal 8

Page 9: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

9

a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang

yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;

b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam

lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan

komersial dan/atau tujuan tertentu.

4. penelantaran rumah tangga, adalah13

:

a. Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup

rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku

baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib

memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada

orang tersebut;

b. Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang

mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi

dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di

luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang

tersebut.

Berdasarkan penelitian penulis menemukan 4 kasus kekerasan dalam

rumah tangga terjadi di Kota Tanjungpinang yang di Putuskan oleh Pengadilan

Negeri Tanjungpinang pada tahun 2017 yang telah berkekuatan hukum tetap

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Tanjungpinang Tahun 2017

No. Nomor Putusan Terdakwa Perbuatan Putusan

1. 182/Pid.Sus/2017/PN Tpg Muhammad Nazir

Syahputra Bin Junaidi

pasal 44

ayat (1)

1 tahun

Penjara

2. 157/Pid.Sus/2017/PN Tpg Firma Sebastian pasal 44

ayat (1)

1 tahun

Penjara

3. 416/Pid.Sus/2017/PN Tpg Suyitno Bin Zaini pasal 44

ayat (2)

1 tahun 6

bulan

Penjara

4. 230/Pid.Sus/2017/PN Tpg Robi Darma Gusni

Binagus

pasal 44

ayat (1)

1 tahun

Penjara

Sumber : Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang

Arif gosita mengemukakan bahwa tindak pidana adalah suatu hasil

interaksi karena adanya interrelasi antara fonomena yang ada yang ada dan saling

mempengaruhi. Pelaku dan korban Masing masing memainkan peran yang

13

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga, Pasal 5 huruf c jo Pasal 9

Page 10: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

10

penting dan menentukan. Korban membentuk pelaku dengan sengaja atau tidak

sengaja berkaitan dengan situasi dan kondisi masing-masing (bersifat relatif)

hubungan antara pelaku dan korban dalam hal ini adalah hubungan yang

fungsional14

. Peran yang dimaksud disini adalah sebagai sikap dan keadaan diri

sesorang yang akan menjadi calon korban ataupun sikap dan keadaan yang dapat

memicu seseorang untuk berbuat kejahatan15

.

Sebelum membahas tentang peran korban dalam suatu tindak pidana

terlebih dahulu penulis memaparkan identitas korban tindak pidana kekerasan

dalam rumah tangga yang terjadi di Kota Tanjungpinang, Secara khusus menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga dalam rumusan Pasal 1 Ayat 3 mendefenisikan korban sebagai

berikut, korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman

kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Bedasarkan kasus sebagaimana tabel 2

diatas hasil penelitian penulis menemukan fakta hukum pihak yang menjadi

korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dikota

tanjungpinang pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.

Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Tanjungpinang tahun 2017

No. Nomor Putusan Korban L/P Usia

1. 182/Pid.Sus/2017/PN Tpg Riana Meisy

Thalia P 21 Tahun

2. 157/Pid.Sus/2017/PN Tpg Rudi Maidi L 40 Tahun

3. 416/Pid.Sus/2017/PN Tpg Desyati P -

4. 230/Pid.Sus/2017/PN Tpg Samsidar P -

Sumber : Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang

14

Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1993), hlm

117 15

Chaerudin dan Syarif Fadillah, Korban Kejahatan Dalam Perspektif Viktimologi Dan

Hukum Pidana Islam (Jakarta: Grhadika Press, 2004)., hlm 10-11

Page 11: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

11

Tabel diatas menunjukan korban kekerasan dalam rumah tangga yang

terjadi di Kota Tanjungpinang secara biologis masing-masing terdiri dari tiga (3)

orang berjenis kelamin perempuan dan satu (1) orang berjenis kelamin laki-laki.

Mengacu pada pendapat Abdussalam mengenai korban perseorangan, istitusi,

lingkungan hidup, masyarakat, bangsa dan Negara. Maka korban sebagaimana

tabel 3 diatas termasuk dalam korban individu yaitu setiap orang sebagai individu

mendapat penderitaan baik jiwa, fisik, metriil, maupun nonmaterial. Sejalan

dengan hal itu korban kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kota

Tanjungpinang pada tahun 2017 dapat dikelompokan dalam Primary

Victimization sebagaimana dikemukan oleh Sellin dan Wolfgang. Yaitu yang

menjadi korban adalah individual, jadi korban disini adalah korban perorangan

(bukan korban kelompok)16

.

Menurut Arif Gosita suatu viktimisasi antara lain dapat dirumuskan

sebagai suatu penimbulan penderitaan (mental, fisik, dan sosial) pada pihak

tertentu oleh pihak-pihak tertentu dan demi kepentingan tertentu17

. Yang

dimaksud dengan pihak-pihak tertentu ialah siapa saja yang terlihat dalam

eksistensi suatu viktimisasi (individu dan atau kelompok/korporasi). Pada posisi

kasus yang telah penulis paparkan diatas terdapat empat (4) buah viktimisasi,

dimana viktimisasi tersebut dilakukan lewat tindak pidana kekerasan dalam rumah

tangga dalam bentuk kekerasan fisik sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU

PKDRT bahwa kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,

jatuh sakit, atau luka berat, selanjutnya akan penulis paparkan dalam bentuk tabel

sebagai berikut :

16

Sri Hartini, Korban Penyalahgunaan Kekuasaan Rezim Orde Baru, Jurnal Civics Vol.

4 No.2 Desember 2007, hlm 58. 17

Arief Gosita, Op.Cit.,hlm. 122

Page 12: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

12

Tabel 2.

Viktimisasi

No. Nomor Putusan Keterangan

1.

Nomor

182/Pid.Sus/2017/

PN Tpg

Riana Meisy Thalia mengalami viktimisasi akibat pemukulan

yang dilakuan Muhammad Nazir Syahputra Bin Junaidi yang

merupakan suaminya dengan cara menampar dibagian kepala

sebanyak 1 (satu) kali menggunakan tangan kanan memukul

tangan kanan dan kiri Riana Meisy Thalia kerang lebih sebanyak

5 (lima) kali menggunakan tangan kanan dan kiri, menendang

kaki kiri dan kanan Riana Meisy Thalia dengan kaki kanan

Terdakwa didaerah betis dan tulang kering Riana Meisy Thalia

sebanyak 1 (satu) kali serta mencekik leher Riana Meisy Thalia

dan mengakibatkan Riana Meisy Thalia mengalami penderitaan

fisik berupa luka dan memar serta tidak dapat menjalankan

aktifitas seperti biasa selama 1 (satu) hari.

2.

Nomor

157/Pid.Sus/2017/

PN Tpg

Rudi Maidi mengalami viktimisasi akibat Pemukulan yang

dilakukan Firma Sebastian yang merupakan anak tiri dari Rudi

Maidi dengan cara mendorong tubuh Rudi Maidi dan langsung

memukul wajah Rudi Maidi dan akibat dari perbuatan Firma

Sebastian, Rudi Maidi mengalami penderitaan fisik berupa sakit

dibagian kepala dan mengalami luka serta mengeluarkan darah

pada bagian pelipis sebelah kanan.

3.

Nomor

416/Pid.Sus/2017/

PN Tpg

Desyati mengalami viktimisasi akibat Pemukulan dengan

mengunakan 1 (satu) batang kayu yang dilakuan Suyitno Bin

Zaini yang merupakan suami Desyati dan mengakibatkan Desyati

mengalami penderitaan fisik berupa luka-luka di bagian kepala

dan mulut, yaitu luka robek pada bagian kening kiri dan dirawat

selama 1 (satu) hari dirumah sakit

4.

Nomor

230/Pid.Sus/2017/

PN Tpg

Samsidar mengalami viktimisasi akibat pemukulan yang

dilkukan oleh Robi Darma Gusni Binagus yang merupakan anak

kadung dari Samsidar, dengan tangan kanannya sebanyak 1

(satu) kali pada bagian pipi kiri perbuatan Robi Darma Gusni

Binagus mengakibatkan Samsidar mengalami penderita fisik

berupa sakit pada bagian kepala sebelah kiri.

Sumber : Pengadilan Negeri Tanjungpinang

Arif gosita mengemukakan bahwa tindak pidana adalah suatu hasil

interaksi karena adanya interrelasi antara fonomena yang ada yang ada dan saling

mempengaruhi. Pelaku dan korban Masing masing memainkan peran yang penting

dan menentukan. Korban membentuk pelaku dengan sengaja atau tidak sengaja

berkaitan dengan situasi dan kondisi masing-masing (bersifat relatif) hubungan

Page 13: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

13

antara pelaku dan korban dalam hal ini adalah hubungan yang fungsional18

. Peran

yang dimaksud disini adalah sebagai sikap dan keadaan diri sesorang yang akan

menjadi calon korban ataupun sikap dan keadaan yang dapat memicu seseorang

untuk berbuat kejahatan19

.

Stepen Schafer yang dikutip oleh Chaerudin dan Syarif

Fadillahmenyatakan bahwa pada prinsipnya terdapat 4 tipe korban dilihat dari

peranannya, yaitu20:

a) Orang yang tidak mempunyai kesalahan apa-apa, tetapi tetap

menjadi korban. Untuk tipe ini, kesalahan ada pada pelaku.

b) Korban secara sadar atau tidak sadar telah melakukan sesuatu yang

meransang orang lain untuk melakukan kejahatan. Untuk tipe ini,

korban dinyatakan turut mempunyai andil dalam terjadinya

kejahatan sehingga kesalahan terletak pada pelaku dan korban.

c) Mereka yang secara biologis dan sosial potensial menjadi korban.

Anak-anak, orangtua, orang yang cacat fisik atau mental, orang

miskin, golongan minoritas dan sebagainya merupakan orang-

orang yang mudah menjadi korban. Korban dalam hal ini tidak

dapat disalahkan, tetapi masyarakatlah yang harus bertanggung

jawab.

d) Korban karena ia sendiri merupakan pelaku. Inilah yang dikatakan

sebagai kejahatan tanpa korban. Pelacuran. perjudian, zina,

merupakan beberapa kejahatan yang tergolong kejahatan tanpa

korban. Pihak yang bersalah adalah korban karena ia juga sebagai

pelaku.

Sebagai penguat argumentasi dalam penelitian ini menulis juga akan

menjelaskan lebih lanjut terkait peran korban kekerasan dalam rumah tangga yang

terjadi di Kota Tanjungpinang menggunakan teori Von Hentig yang dikutip oleh

Rena Yulia, beranggapan bahwa peranan korban dalam menimbulkan kejahatan

adalah21

:

18

Arif Gosita,Op.Cit., hlm 117 19

Chaerudin dan Syarif Fadillah, Op.Cit., hlm 10-11 20

Chaerudin dan SyArief Fadillah, Ibid.., hlm 42. 21

Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).,hlm.81

Page 14: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

14

1. Tindakan kejahatan memang dikehendaki oleh si korban untuk

terjadi;

2. Kerugian akibat tindak kejahatan mungkin dijadikan si korban

untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar;

3. Akibat yang merugikan si korban mungkin merupakan kerja sama

antara si pelaku dan si korban;

4. Kerugian akibat tindak kejahatan sebenarnya tidak terjadi bila tidak

ada provokasi dari si korban.

Hasil penelitian pada kasus yang menimpa korban kekerasan dalam rumah

tangga di Kota Tanjungpinang, bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga di

Kota Tanjungpinang dapat diklasifikasi dalam tipe korban:

“korban secara sadar atau tidak sadar telah melakukan sesuatu yang

meransang orang lain untuk melakukan kejahatan. Untuk tipe ini, korban

dinyatakan turut mempunyai andil dalam terjadinya kejahatan sehingga

kesalahan terletak pada pelaku dan korban”

Dilihat dari teori Von Hentig tentang berperannya korban dalam

terjadinya kejahatan, korban kekerasan rumah tangga dikota tanjungpinang dapat

diklasifikasi dalam :

“Kerugian akibat tindak kejahatan sebenarnya tidak terjadi bila tidak ada

provokasi dari si korban”

Adapun keadaan korban yang dapat merangsang pelaku adalah sebagai

berikut :

1. Pada Kasus Riana Meisy Thalia (182/Pid.Sus/2017/PN Tpg). tindakan korban

yang menolak ajakan terdakwa untuk tinggal dirumah kakaknya. Tindakan

tersebut telah merangsang terdakwa untuk melakukan kekerasan dapat dilihat

dalam kronologis viktimisasi yang dialami Riana Meisy Thalia sebagai berikut:

“Bahwa awal mula kejadian tersebut bermula pada saat Terdakwa pulang

ke rumah Terdakwa menuju kamar dimana Riana Meisy Thalia sedang

tidur didalam kamar, kemudian Terdakwa mengatakan kepada Saksi,

“Rupanya yang mengambil rumah di Batu Km. 17 Bang Edy, jadi kalau

misalnya mau gabung, kau bantulah Rp.300.000,00 (Tiga ratus ribu

rupiah) per bulannya, Tapi sebenarnya Si Edy ini udah nggak mandang

kamu lagi, dia cuma mau ngajak aku sama iyo sebagai keponakannya”,

Page 15: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

15

kemudian Riana Meisy Thalia menjawab, “ya udah kalau dia udah nggak

anggap lagi, cari rumah sendiri aja”, kemudia Terdakwa berkata, “kalau

mau ngekos udah Rp. 500.000,00-Rp. 600.000,00 per bulan”, lalu Riana

Meisy Thalia menjawab, “ya kayak mana lagi dia udah nggak anggap

aku”, kemudian mendengar perkataan tersebut, Terdakwa memukul Saksi”

Riana Meisy Thalia tidak menyadari tindakannya tersebut ternyata telah

merangsang terdakwa melakukan kekerasan terhadapanya. Akibat perbuatan

terdakwa Riana Meisy Thalia mengalami penderitaan fisik berupa luka dan

memar serta tidak dapat menjalankan aktifitas seperti biasa selama 1 (satu) hari.

penderitaan fisik tersebut dapat dihindari apabila Riana Meisy Thalia tidak

melakukan provokasi berupa penolakan akan ajakan terdakwa.

2. Pada kasus Rudi Maidi (157/Pid.Sus/2017/PN Tpg) tindakan korban yang

merangsang terdakwa untuk melakukan kekerasan dapat dilihat dalam

pertimbangan hakim atas keterangan terdakwa yang menjelaskan alasan

terdakwa melakukan tersebut didasari oleh sikap korban yang sering mengatur

mengatur dan memerintah terdakwa tetapi terdakwa tidak menyukai tindakan

korban tersebut sehingga terdakwa dendam terhadap korban.

3. Pada kasus Desyati (416/Pid.Sus/2017/PN Tpg) tindakan korban yang

merangsang terdakwa melakukan kekerasan dapat dilihat dalam viktimisasi

yang dialami oleh Desyati sebagai berikut :

“Awalnya pada hari Rabu tanggal 18 Oktober 2017 sekira pukul 16.45

WIB, saat Desyati sedang mengemasi barang dagangannya Desyati

melihat Terdakwa pulang cepat. Setelah itu Terdakwa duduk di tangga

belakang dapur rumah sambil menelpon seseorang dengan mengunakan

bahasa jawa dan Desyati mendengar dalam percakapan tersebut Terdakwa

menyebut-nyebut nama Desyati dan tiga anaknya, sehingga Desyati

menjadi marah dan menegur Terdakwa dengan berkata “untuk apa sebut-

sebut nama kami lagi? Anak aku tidak tahu apa-apa”, lalu terdakwa

menjawab “udahlah, bising!” Selanjutnya terdakwa mematikan teleponnya

dan mengejar Desyati sambil mengancam Desyati dengan mengepalkan

tangan seakan ingin meninju sehingga Desyati merasa takut dan menyiram

Terdakwa dengan kuah bakso yang saat itu dalam keadaan hangat.

Page 16: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

16

Selanjutnya Desyati kembali memberekan barang-barang jualannya untuk

disimpan kedalam rumah, tiba-tiba Terdakwa datang menyusuli Desyati

daari dalam rumah dengan membawa 1 (satu) batang kayu dan

mengayunkannya kearah Saksi Desyati.

Desyati tidak menyadari bahwa tindakannya memarahi terdakwa telah

merangsang terdakwa untuk melakukan kekerasan terhadap dirinya. Atas

perbuatan terdakwa Desyati mengalami penderitaan fisik berupa luka-luka

di bagian kepala dan mulut, yaitu luka robek pada bagian kening kiri dan

dirawat selama 1 (satu) hari dirumah sakit. Penderitaan tersebut dapat saja

dihindari apabila desyati tindak memprovokasi terdakwa dengan memarah

–marahi terdakwa”.

4. Pada kasus Samsidar (230/Pid.Sus/2017/PN Tpg) tindakan yang merangsang

terdakwa melakukan kekerasan tersebut dapat dilihat dalam viktimisasi yang

dialami oleh Samsi dar sebagai berikut :

“Bahwa pada hari minggu tanggal 07 mei 2017 sekira pukul 18. 00 wib

terdakwa pulang kerumah ibu kandungnya bernama Samsidar di jalan

hutan lindung No. 24 A tanjungpinang, dan menemuinya di kamar yang

sedang terbaring di tempat tidur, selanjutnya terdakwa menanyakan celana

jeans pendek kepada Samsidar yang mana pada saat itu Samsidar dan

dijawab oleh nya “ aku tak tau, aku tak urus pakaian kau dan kau tak

pernah mikirkan makan kau selama 2 ( dua ) bulan di sini dan istri kau ada

menelpon ku minta cerai dengan mu“ setelah itu terjadilah keributan antara

terdakwa dengan saudara samsidar, kemudian terdakwa langsung

memukul Samsidar”

Bedasarkan pertimbangan hakim atas keterangan terdakwa Bahwa

Terdakwa melakukan pemukulan terhadap Ibu kandungnya dikarenakan emosi

dimarahi terus menerus oleh ibu kandungnya. Samsidar tidak menyadari bahwa

tindakannya memarahi terdakwa telah merangsang terdakwa untuk melakukan

kekerasan terhadap dirinya. Akibat perbuatan terdakwa Samsidar mengalami

penderita fisik berupa sakit pada bagian kepala sebelah kiri. Penderitaan tersebut

dapat saja dihindari apabila Samsidar tidak memprovokasi terdakwa dengan

memarah-marahin terdakwa.

Page 17: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

17

Selaian itu pada kasus yang menimpa korban kekerasan dalam rumah

tangga di Kota Tanjungpinang, bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga di

Kota Tanjungpinang juga dapat dikalsifikasi dalam tipe korban “Mereka yang

secara biologis dan sosial potensial menjadi korban”. Dalam istilah lain Schafer

menyebut dengan istilah Biologically weak victims kejahatan disebabkan adanya

keadaan fisik korban seperti wanita, anak-anak, dan manusia lanjut usia (manula)

merupakan potensial korban kejahatan.

Klasifikasi tersebut didasarkan pada fakta sebagaimana Tabel 2. Tentang

korban kekerasan dalam rumah tangga dikota tanjungpinang tahun 2017 dimana

yang banyak menjadi korban secara biologis adalah berjenis kelamin perempuan.

Diantarnya adalah kasus yang menimpa Riana Meisy Thalia, Desyati, dan

Samsidar keadaan biologis korban sebagai perempuan yang cenderung lemah

secara fisik inilah yang membuatnya potensial menjadi korban. Senada dengan

yang dikemukakan Schafer menurut Von Hentig The famale Perempuan, biasanya

menjadi korban kekerasan seksual dan kejahatan terhadap harta benda.

Berdasarkan pada faktor psikologis, sosial, dan biologis Mereka sering menjadi

target kejahatan karena dipresepsikan sebagai manusia yang fisiknya lebih lemah

dibanding laki-laki22

.

Sejalan dengan itu Miriam Budiarjo23

menyebutkan adanya perbedaan

antara laki-laki dan perempuan pada akhirnya menciptakan pola relasi kuasa yang

timpang. Dalam banyak kasus kekerasan terhadap perempuan, kedudukan dan

22

Anggun Malinda, Perempuan Dalam Sistem Peradilan Pidana (Tersangka, Terdakwa,

Terpidana, Saksi, Korban, ( Yogyakarta :Garudhawaca, 2016 ), hlm 68-70 23

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Membangun Akses ke Keadilan

Bagi Perempuan Korban Kekerasan : Perkembangan Konsep Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Penangan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan(SPPT-PKKTP) Cetakan I, (Jakarta : Komisi

Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, 2017).,hlm 7

Page 18: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

18

relasi yang tidak seimbang antara pelaku dan korban telah menjadi faktor utama

penyebab kekerasan terhadap perempuan.

Sejalan dengan pendapat Miriam Budiarjo dan Von Hentig instrumen

hukum internasional Human Rights Reference 3 juga menyebutkan bahwa yang

tergolong ke dalam Kelompok Rentan adalah: a. Refugees, b, Internally Displaced

Persons (IDPs); c. National Minorities, d. Migrant Workers; e. Indigenous

Peoples, f. Children; dan g. Women24

. Dengan kondisinya tersebut kelompok

rentan khususnya perempuan lebih beresiko terlanggar hak-haknya dan lebih

mudah menjadi korban. Oleh karena itu, mereka memerlukan perlindungan yang

lebih dibandingkan mayoritas masyarakat pada umumnya.

KESIMPULAN

Pada tahun 2017 Pengadilan Negeri Tanjungpinang telah menangani 4

buah peritiwa tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga diantarnya dialami

oleh Riana Meisy Thalia dalam Putusan Nomor 182/Pid.Sus/2017/PN Tpg, Rudi

Maidi dalam Putusan Nomor 157/Pid.Sus/2017/PN Tpg, Desyati dalam Putusan

Nomor 416/Pid.Sus/2017/PN Tpg, dan Samsidar dalam Putusan Nomor

230/Pid.Sus/2017/PN Tpg.

Dalam viktimisasi yang dialami oleh Korban kekerasan dalam rumah

tangga yang terjadi dikota tanjungpinang tahun 2017 korban berperan secara aktif,

peran aktif korban tersebut dapat dilihat dari keadan atau situasi korban yang

secara sadar atau tidak sadar telah melakukan sesuatu yang meransang atau dapat

dikatakan memprovokasi terdakwa untuk melakukan kejahatan. tindakan tersebut

24

Iskandar Hoesen, Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan (Wanita, Anak, Minoritas,

Suku Terasing, Dll) Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Makalah Disajikan dalam Seminar

Pembangunan Hukum Nasional ke VIII Tahun 2003, Denpasar, Bali, 14 - 18 Juli 2003, hlm 1.

Page 19: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

19

berupa sikap prilaku korban penolakan, sikap korban yang menimbulkan dendam

dan marah-marah.

Selain itu korban kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dikota

tanjungpinang tahun 2017 juga berperan secara pasif, peran tersebut lebih

dikarenakan keadaan fisik dan biologi korban Riana Meisy Thalia, Desyati, dan

Samsidar yang secara biologis berjenis kelamin perempuan yang cenderung lemah

secara fisiknya sehingga pada akhirnya terjadilah tindak pidana kekerasan dalam

rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Fadillah, C. d. (2004). Korban Kejahatan Dalam Perspektif Viktimologi Dan

Hukum Pidana Islam. Jakarta: Grhadika Press.

Gosita, A. (1993). Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: Akademika Pressindo.

Malinda, A. (2016 ). Perempuan Dalam Sistem Peradilan Pidana (Tersangka,

Terdakwa, Terpidana, Saksi, Korban. Yogyakarta: Garudhawaca .

Marzuki, P. M. (2016). Penelitian Hukum Edisi Revisi . Jakarta: Kencana.

Muhammad, A. (2004). Hukum dan Penelitian Hukum . Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Perempuan, K. N. (2017). Membangun Akses ke Keadilan Bagi Perempuan

Korban Kekerasan : Perkembangan Konsep Sistem Peradilan Pidana

Terpadu Penangan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan(SPPT-

PKKTP) Cetakan I. Jakarta: Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap

Perempuan.

S, C. M. (2014). Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi dan

Kriminologi. Jakarta: Kencana.

Yulia, R. (2010). Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jurnal

Page 20: Kajian Viktimologi Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam ...repository.umrah.ac.id/3368/1/RAZIL-140574201445... · beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan kepada

20

Iskandar Hoesen, 2003. Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan (Wanita,

Anak, Minoritas, Suku Terasing, Dll) Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

Makalah Disajikan dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional ke VIII Tahun

2003, Denpasar, Bali, 14 - 18 Juli

Sri Hartini, 2007. Korban Penyalahgunaan Kekuasaan Rezim Orde Baru, Jurnal

Civics Vol. 4 No.2

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1991 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Nmoro 23 Tahun 2004 Tentang Penghapus Kekerasan Dalam

Rumah Tangga

Internet

Redaksi tanjungpinang pos, KDRT masih tinggi, (http://tanjungpinangpos.id/kdrt

masih-tinggi/diakses pada 23 Oktober 2018, pukul 15.53 WIB