kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

101
1 KAJIAN STRATEGI FUNDRAISING BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA TERHADAP PENINGKATAN PENGELOLAAN DANA ZIS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh : DEWI MAYANG SARI NIM. 1060 4610 1606 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: others

Post on 11-Sep-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

1  

KAJIAN STRATEGI FUNDRAISING BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA TERHADAP

PENINGKATAN PENGELOLAAN DANA ZIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh : DEWI MAYANG SARI

NIM. 1060 4610 1606

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

2  

KAJIAN STRATEGI FUNDRAISING BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA TERHADAP PENINGKATAN

PENGELOLAAN DANA ZIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

Dewi Mayang Sari NIM. 1060 4610 1606

Pembimbing

Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA NIP. 194512301967122001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 3: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

3  

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Kajian Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah Ketua : Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MH, MM. (.................................) NIP. 195505051982031012 Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH. (.................................) NIP. 197407252001121001 Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Y, MA. (.................................) NIP. 194512301967122001 Penguji I : Drs. H. Hamid Farihi, MA. (.................................) NIP. 195811191986031001 Penguji II : Asep Saepuddin Jahar, MA., Ph.D. (.................................) NIP. 196912161996031001

Page 4: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

4  

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 September 2010 M 15 Syawal 1431 H

Penulis

Page 5: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

5  

ABSTRAKSI

Dewi Mayang Sari. 106046101606, “Kajian Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS”, Program Strata I, Program Studi Muamalah, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Dewasa ini perkembangan organisasi pengelola zakat (OPZ) dari tahun ketahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan kualitas para amilnya. Hal ini berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh OPZ dan tingkat kesadaran kaum muslim dalam menunaikan kewajiban zakatnya. Semakin banyak OPZ bermunculan semakin banyak pula dana masyarakat yang bisa dikelola. Logikanya, semakin profesional organisasi pengelola zakat, semakin baik pula layanan yang diberikan kepada muzaki. Demikian juga tingkat profesionalisme dan kualitas pelayanan OPZ akan mempengaruhi banyak hal, tingkat perolehan dana ZIS, Tingkat kesadaran masyarakat dalam menunaikan kewajibannya membayar zakat dan yang tidak kalah penting adalah tingkat kesejahtraan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan strategi penghiumpunan dana (Fundraising) yang baik agar eksistensi OPZ bisa berlangsung lama.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan membuat list pertanyaan yang diajukan kepada pihak BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang telah ditunjuk oleh pihak BAZIS itu sendiri yaitu Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dipublikasikan berupa laporan keuangan dan laporan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam peningkatan pengelolaan dana ZIS, BAZIS DKI selalu berinovasi dan mencari sumber-sumber ZIS baru, karena potensi ZIS terutama di Jakarta masih banyak yang belum terjamah sehubungan dengan banyaknya warga muslim diwilayah ibu kota.

Page 6: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

6  

بِسْـمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيـمِ

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah serta pertolongan-Nya

akhirnya dengan penuh kesabaran penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh

penulis. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sehubungan dengan itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas

Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat

penyelesaian tugas akhir.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat

dalam mengikuti perkuliahan.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., sebagai Dosen Pembimbing

skripsi yang telah sangat banyak meluangkan waktu dan pikirannya, dan perhatian

membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara

penulisan skripsi.

Page 7: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

7  

4. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH sebagai Pembimbing Akademik

yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti

perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Segenap pihak BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang telah banyak membantu dalam

pembuatan skripsi ini khusunya kepada Mba Yuyun yang telah banyak membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian di BAZIS Provinsi DKI Jakarta.

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai,

hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap Staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Orang Tua ku Tercinta Papa Epi Firnadi & Mama Siti Rogayah, Adik-adikku

Dinar Novitasari & Heru Dermawan, Mbah H. Moch. Syai’in Syahid & Hj. Ida

Nurfaidah, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang serta

doa restunya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk teman-teman PS B’06 (Arie, Giska, Azis, Asril, Diyanti, Heryani, Anya)

seperjuangan dari awal hingga akhir dalam perkuliahan dan penulisan skripsi

terima kasih atas dukungannya kepada penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya

Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006.

Page 8: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

8  

11. Untuk teman-teman kost ku (Eni, Apriyanti, dan semuanya) terima kasih atas

segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

12. Untuk Ridwan Darmansyah, terima kasih perhatiannya yang selalu setia diberikan

kepada penulis, terutama pada masa penulisan skripsi ini hingga selesai.

Semoga segala budi baik dari semua pihak tersebut diterima oleh Allah SWT

serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan semua pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehubungan dengan berbagai keterbatasan

kemampuan penulis, baik kemampuan akademik maupun dalam kemampuan teknik

penulisan. Sehubungan dengan itu, penulis sangat berharap kritik membangun, saran

dan masukan dari pembaca.

Jakarta, 24 September 2010 M 15 Syawal 1431 H

Penulis

Page 9: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

9  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ........................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................ 6

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7

E. Kerangka Teori ............................................................................... 10

F. Metode Penelitian ........................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 14

BAB II : TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 17 A. Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqah .............................................. 17

B. Pengertian Fundraising ...................................................................... 23

C. Fungsi dan Peran ZIS dalam Masyarakat DKI Jakarta ..................... 30

D. Dasar Hukum .................................................................................... 34

Page 10: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

10  

BAB III : SEKILAS PROFIL BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA ............... 41 A. Latar belakang berdirinya BAZIS Provinsi DKI Jakarta .................. 41

B. Dasar Hukum .................................................................................... 50

C. Tujuan ............................................................................................... 52

D. Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................. 53

BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA ....................... 56 A. Analisis Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta

Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS .................................. 56

B. Analisis SWOT BAZIS Provinsi DKI Jakarta .................................. 72

BAB V : PENUTUP ............................................................................................ 84

A. Kesimpulan ....................................................................................... 84

B. Saran .................................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 87

LAMPIRAN .............................................................................................................. 90

Page 11: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

11  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi penting,

strategis, dan menentukan baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan

kesejahtraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu pokok

rukun islam, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadis Nabi, sehingga

keberadayaannya dianggap ma’lum min ad-diin bi adh-dhaurah atau sesuatu

yang sudah umum diketahui umat dan merupakan bagian mutlaq dari keislaman

seseorang. Didalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 27 ayat yang menjajarkan

salat dan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata1.

Al-Qur’an menyatakan bahwa kesediaan berzakat dipandang sebagai

indikator utama ketundukan seseorang terhadap ajaran agama Islam. Ketundukan

seseorang terhadap ajaran agama Islam ciri utama mukmin yang akan mendapat

rahmat dan pertolongan Allah SWT. Kesedian berzakat dipandang pula sebagai

orang yang selalu berkeinginan untuk membersihkan diri dan jiwanya dari

berbagai sifat buruk seperti bakhil, egois, rakus, dan tamak sekaligus

1 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah Gerakan Membudayakan

Zakat, Infaq, Sedekah da n Wakaf, (Jakarta:GemaInsani Press, 2007), h. 68.

Page 12: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

12  

berkeinginan untuk selalu membersihkan, mensucikan, dan mengembangkan

harta yang dimiliknya.

Kewajiban menunaikan zakat merupakan sesuatu yang demikian tegas

dan mutlaq. Karena di dalam ajaran Islam, hal ini terkandung hikmah dan

manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzaki,

mustahiq, harta benda yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat

keseluruhan.

Di tengah problematika perekonomian ini, zakat muncul menjadi

instrument yang solutif dan sustainable. Zakat sebagai instrument pembangunan

perekonomian dan pengetasan kemiskinan umat di daerah. Memiliki banyak

keunggulan dibandingkan instrument fiskal konvensional yang kini telah ada2.

Banyak pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam

rangka menanggulangi masalah kemiskinan. Tidak semua teori dan konsepsi

yang dikemukakan para ahli bisa di praktekan untuk menanggulangi masalah

kemiskinan di tengah masyarakat kita. Dalam hubungan ini, diharapkan dengan

pengelolaan zakat secara profesional dan pendayagunaan dana zakat secara

produktif, akan memberi konstribusi yang berarti bagi upaya penanggulangan

masalah kemiskinan.

2 Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi

Modern, (Jakarta:Paradigma & AQSA Publishing, 2007), h. 192.

Page 13: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

13  

Di Negara kita, sesuai Undang-Undang yang berlaku No.38 tahun 1999

pengelolan zakat, institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat adalah

Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Keberadaan BAZ dan LAZ diharapkan berjalan dengan kegiatannya

masing-masing. Pemerintah memberi kesempatan kepada BAZ dan LAZ untuk

berlomba menarik kepercayaan masyarakat.3 Sebab masyarakat akan

memberikan zakatnya kepada sebuah lembaga yang menunjukan kinerja yang

profesional, amanah, transparan, dan akuntabel.

Dewasa ini perkembangan organisasi pengelola zakat (OPZ) dari tahun

ketahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan kualitas para amilnya.

Hal ini berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh OPZ dan tingkat

kesadaran kaum muslim dalam menunaikan kewajiban zakatnya. Semakin

banyak OPZ bermunculan semakin banyak pula dana masyarakat yang bisa

dikelola.

Logikanya, semakin profesional organisasi pengelola zakat, semakin baik

pula layanan yang diberikan kepada muzaki. Demikian juga tingkat

profesionalisme dan kualitas pelayanan OPZ akan mempengaruhi banyak hal,

tingkat perolehan dana ZIS, Tingkat kesadaran masyarakat dalam menunaikan

3 http://www.bazisdki.go.id. Diakses pada tanggal 1 Juli 2010.

Page 14: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

14  

kewajibannya membayar zakat dan yang tidak kalah penting adalah tingkat

kesejahtraan masyarakat4.

Daya tahan yang begitu luar biasa bertahun-tahun mengalami

perkembangan pasang naik dan pasang surut organisasi dalam membiayai

seluruh program dan operasional organisasinya. Ada OPZ yang memiliki dana

cukup, karena para pencetus dan pendirinya telah menyediakan dana kegiatan

organisasi dalam waktu yang relatif cukup panjang. Namun ada juga OPZ yang

hanya bermodalkan semangat untuk meraih mimpi mendapat simpati dan

kepercayaan masyarakat dengan modal biaya yang sangat kecil sekali, bahkan

bisa dikatakan tidak ada.

Oleh karena itu, bagi organisasi pengelola zakat yang tidak memiliki dana

awal yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan

kegiatan sebuah keharusan bagi organisasi tersebut. Pengumpulan dana untuk

membiayai program dan kegiatan bagi sebuah NGO (Non Government

Organization) biasa disebut dengan fundraising5.

Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka mengimpun

dana dari masyarakat dan sumberdaya lainnya dari masyarakat (baik individu,

4 http://www.bazisdki.go.id. Diakses pada tanggal 1 Juli 2010.

5 Setiyo Iswoyo, Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, (Depok:Piramedia, 2006), h. 45

Page 15: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

15  

kelompok, organisasi, perusahaan, ataupun pemerintah) yang digunakan untuk

membiayai program dan kegiatan operasional organisasi/lembaga sehingga

mencapai tujuannya.6

Sehingga untuk berlangsungnya program dan operasional sebuah OPZ

harus dengan serius menangani masalah ini. Keberhasilan sebuah OPZ baik

LAZIS maupun BAZIS tegantung dari keseriusannya dalam menjalankan

aktifitas fundraising. Jika OPZ aktif dan baik dalam merencanakan bentuk pola

dan strategi fundraising maka eksistensi OPZ akan berlangsung lama.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan tersebut kedalam tulisan (skripsi) dengan judul : “Kajian Strategi

Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Peningkatan

Pengelolaan Dana ZIS”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian skripsi ini tidak meluas dan dapat menjaga

kemungkinan penyimpangan yang terjadi, maka penulis hanya membatasi

pembahasan ini dalam ruang lingkup mengenai Strategi Fundraising BAZIS

Provinsi DKI Jakarta, Peran ZIS dalam Masyarakat DKI Jakarta dan analisis

6 Sutisna, Hendra. Fundraising Database, (Depok: Piramedia, 2006), h. 23

Page 16: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

16  

kelebihan dan kekurangan Program yang telah dilakukan sebagai bahan

perbaikan selanjutnya terhadap peningkatan pengelolaan dana ZIS.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, dan agar penelitian yang

dilakukan lebih terarah dan spesifik maka penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta terhadap

Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS ?

2. Apakah ZIS memiliki peran penting dalam Masyarakat DKI Jakarta ?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan program yang sudah berjalan sebagai

bahan perbaikan selanjutnya ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan diatas maka hasil penelitian

bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta terhadap

Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS.

b. Untuk mengetahui peranan ZIS dalam masyarakat DKI Jakarta.

c. Menganalisa kelebihan dan kekurangan program yang sudah berjalan sebagai

bahan perbaikan selanjutnya.

Page 17: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

17  

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis ingin

agar penelitian ini bisa memberikan manfaat:

a. Untuk menambah wawasan tingkat pemahaman dan pengetahuan bagi penulis

sendiri khususnya, dan bagi para praktisi maupun akademisi pada umumnya

dalam memahami Strategi Fundraising Bazis Provinsi DKI Jakarta terhadap

Peningkatan pengeloalaan dana ZIS.

b. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait dengan

Strategi Fundraising ZIS.

c. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian

selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.

D. Tinjauan Pustaka

Bedasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber

kepustakaan, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok

penelitian ini tampaknya sangat penting dan prospektif, diantara penelitian-

penelitian yang terdahulu antara lain :

1. Ibnu Said (102046125327) “pembinaan spiritual bagi muzakki dan mustahik

serta pengarunya terhadap pengelolaan zakat (studi kasus pada LAZNAS

Baitul Maal Hidayatullah), Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Dalam penelitian ini dibahas tentang metodelogi pembinaan spiritual yang

dilakukan BMH baik untuk muzakki maupun mustahik adalah konsultasi,

Page 18: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

18  

pegajian rutin/bulanan maupun penyampaian keluhan kepada narasumber

secara langsung. Secara kuantitas, pengaruh dari pembinaan spiritual yang

dilakukan BMH berdampak pada jumlah donatur/muzakki yang mengalami

pertumbuhan hampir setiap tahunnya. Pembinaan spiritual yang dilakukan

BMH menjadi ciri LAZ tersebut untuk membantu pemerintah dalam

mengentaskan kemiskinan.

2. Nur Laeli Nafsah (204046102962) “strategi efektifitas penyaluran zakat pada

dompet peduli ummat darut tauhid (cabang jakarta selatan), Jurusan

Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta 2009.

Dalam penelitian ini dibahas tentang strategi efektifitas penyaluran zakat pada

DPU-DT program-program penyaluran yang mana harus dilakukan sesuai

dengan syar’I yaitu terbagi menjadi 8 ashnaf, yang diutamakan kepada fakir

miskin. Program ini lebih diutamakan kepada program pemberdayaan dan

sebagian kecil untuk program santunan. Maka strategi ini membuahkan hasil

yang menguntungkan baik dari muzakki maupun mustahik dan LAZ-pun

mendapatkan hasil dari program yang dimilikinya hingga berkurangnya

mustahik di dokumentasinya serta Negara pun terbantu dalam mengurangi

kemiskinan.

3. Muhammad Nurhadi (204046102949) “pemberdayaan mustahik melalui zakat

produktif (studi kasus pada LAZ Al-Azhar peduli umat), Jurusan Perbankan

Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2009.

Page 19: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

19  

Dalam penelitian ini dibahas mengenai memberdayagunakan mustahik yang

dilakukan oleh LAZ Al-Azhar peduli umat adalah dengan diberdayakannya

pesantren-pesantren yang masih kesulitan dalam menutupi biaya

operasionalnya. Salah satu bentuk program zakat produktif Al-Azhar peduli

ummat adalah dengan melakukan pemberian dana hibah kepada pesantren

untuk diberdayakan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh pesantren

tersebut.

4. Fachri Firdaus (203046101698) “strategi pengembangan organisasi

pengelola zakat (OPZ), Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Dalam penelitian ini yang dibahas adalah tentang strategi pengembangan OPZ

yang dilakukan PKPU antara lain :

a. PKPU dalam kegiatannya banyak memanfaatkan teknologi untuk

menunjang system kerja dari organisasi seperti menggunkan fasilitas

internet, selain itu PKPU menciptakan kemudahan dalam pelayanan zakat

melalui SMS dan ATM.

b. Pengembangan produk, produk-produk PKPU berbentuk program-program

yang telah disusun dan direncanakan, program PKPU telah diberi nama-

nama yang baik dapat menarik minat masyarakat.

Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah :

1. Objek penelitian yang dilakukan berada di BAZIS DKI Jakarta.

Page 20: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

20  

2. Penelitian menggunakan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Tentang

Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah.

3. Untuk mengatahui strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam

mengelola dana ZIS.

E. Kerangka Teori

Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan

dalam Al-Qur’an, sunah nabi, dan ijma ulama, zakat merupaka salah satu rukun

Islam yang selalu disebut sejajar dengan salat7. Dinamakan zakat karena

didalamnya terhapat harapan akan adanya keberkahan, kesucian jiwa, dan

berkembang didalamya kebaikan. Zakat ditujukan dalam Al-Qur’an sebagai

pernyataan yang jelas akan kebenaran dan kesucian iman. Iman tidaklah sekedar

kata-kata, melainkan dengan iman kita harus dapat mewujudkan keberadaan dan

kebaikan Allah SWT8.

Di Negara kita, sesuai Undang-Undang yang berlaku No.38 tahun 1999

pengelolan zakat, institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat adalah

Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)9.

7 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’iy, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter dan

Keuangan Syariah, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2006), h.16 8 Syaikh As-Sayyid Sabiq, Paduan Zakat Menurut Al-Qu’an dan Sunah, (Bogor:Pustaka

Ibnu Katsir, 2005), h. 22. 9 Nasrun Haroen, Amandemen Undang-Undang Pengelolaan Zakat Menuju Tata Kelola

Zakat yang Lebih Baik, Disampaikan pada Seminar Pembahasan RUU Pengelolaan Zakat, Fraksi PKS DPR RI, Jakarta, 4 Maret 2010.

Page 21: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

21  

Keberadaan BAZ dan LAZ diharapka berjalan dengan kegiatannya

masing-masing. Pemerintah memberi kesempatan kepada BAZ dan LAZ untuk

berlomba menarik kepercayaan masyarakat. Sebab masyarakat akan memberikan

zakatnya kepada sebuah lembaga yang menunjukan kinerja yang profesional,

amanah, transparan, dan akuntabel.

Selain tingkat profesionalitas, visi bersama ikut menggerakan seluruh

elemen-elemen organisasi yang ada. Daya tahan yang begitu luar biasa bertahun-

tahun mengalami perkembangan pasang surut organisasi dalam membiayai

seluruh program dan operasional organisasinya, tentulah dikarenakan ketersedian

dana yang cukup bagi organisasi tersebut.

Pengumpulan dana untuk membiayai program dan kegiatan bagi sebuah

NGO (Non Government Organization) bisa disebut dengan fundraising. Pada

awalnya hanyalah wancana saja bagi NGO, tetapi seiring dengan perkembangan

zaman fundraising menjadi kebutuhan bagi NGO. Fundraising sendiri

mengandung pengertian pengumpulan dana.

Fundaraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka

menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari mayarakat

(baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan, ataupun pemeritah) yang akan

digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional

organisasi/lembaga sehingga mencapai tujuan.

Page 22: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

22  

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Menurut Mardalis: “Penelitian deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya terdapat upaya

mendeskripsikan, mencatat analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi

yang sekarang ini terjadi atau ada”. Dengan kata lain, penelitian deskriptif

bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan

melihat kaitan antara variabel-variabel yang diteliti. Variabel ini tidak menguji

hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan

informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.10

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang

dikutip oleh Lexy J. Maleong yaitu sebagai “prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati”.11

10 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,

2002), h. 25. 11 Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2000), Cet. Ke-11, h. 3.

Page 23: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

23  

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan, antara lain:

a. Data primer, yaitu data yang sengaja penulis kumpulkan secara langsung,

pengumpulan data yang dilakukan yakni dengan melakukan studi

kepustakaan.

b. Data sekunder, yaitu data pustaka yang dihimpun dari sejumlah buku-buku,

jurnal-jurnal, surat kabar, media internet, dan sumber bacaan lainnya yang ada

kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Studi Kepustakaan (Library Research), yakni dengan mengkaji data-data yang

diperoleh dari buku-buku, bahan referensi, artikel, brosur dan bahan bacaan

lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dokumentasi yang berkaitan

dengan Strategi Fundraising BAZIS DKI Jakarta.

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu

menggunakan data secara verbal dan kualifikasi bersifat teoritis. Pengelolaan

data kualitatif dilakukan dengan mengedit data kemudian mengkategorikan data

sesuai dengan masalah/tema yang sedang dibahas

Page 24: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

24  

5. Metode Analisa

Metode analisa dalam penelitian ini menggunakan analisis isi dengan

mendeskripsikan teori-teori yang ada kemudian disesuaikan dengan kenyataan

yang ada dan analisis wacana dengan memberikan pernyataan peneliti dari gejala

dan masalah yang ada.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada kaidah-kaidah

penulisan karya ilmiah pada buku pedoman penulisan skripsi, yang diterbitkan

oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cetakan

pertama tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Memuat tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.

BAB II Tinjaun Teoritis

Memuat tentang Pengertian Zakat, Infaq, Shadaqah, pengertian

Fundraising, Fungsi dan Peran ZIS dalam Masyarakat DKI Jakarta dan

Dasar Hukum

Page 25: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

25  

BAB III Sekilas Profil BAZIS Provinsi DKI Jakarta

Memuat tentang Latar Belakang Berdirinya BAZIS DKI Jakarta, Dasar

Hukum, Tujuan, dan Tugas Pokok.

BAB IV Pembahasan dan Analisis Strategis Fundraising BAZIS Provinsi

DKI Jakarta

Memuat tentang Analisis Strategis Fundraising BAZIS Provinsi DKI

Jakarta Terhadap Peningkatan Penegelolaan Dana ZIS Seperti

Kebijakan dibidang Fundraising, Program Sosialisasi, Konsep

Komunikasi, Manajemen Kemitraan dengan Perusahaan, Pencarian

Sumber ZIS Kontemporer, Manajemen Motivasi dan Kontrol, dan

Analisa SWOT.

BAB V Penutup

Merupakan bagian terakhir penulisan yang akan menunjukkan pokok-

pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini

menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada

bagian permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 26: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

26  

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqah

1. Zakat

Zakat berasal dari kata zaka yang berarti ‘suci, ‘baik’, tumbuh’ dan

‘berkembang’ menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi

sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh

Allah untuk diberikan dan dikeluarkan kepada yang berhak menerimanya dengan

persyaratan tertentu pula12. Kaitan antara makna bahasa dan istilah sangat erat

sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi

suci, bersih, baik, tumbuh dan berkembang.13

Adapun persyaratan harta yang wajib dizakati itu antara lain sebagai

berikut. Pertama, al-milk at-tām yang berarti harta itu dikuasai secara penuh dan

dimiliki secara sah, yang didapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian

yang sah dimungkinkan untuk digunakan, diambil manfaatnya, atau kemudian

disimpan. Kedua, an-namā adalah harta yang berkembang jika diusahakan atau

memilki potensi untuk berkembang, misalnya harta perdagangan, deposito

mudharabah, perternakan, pertanian, usaha bersama, obligasi dan lain

sebagainya. Ketiga, telah mencapai nisab, harta itu telah mencapai ukuran

12 Didin Hafidhuddin, Zakat dan Perekonomian Modern, (Jakarta:Gema Insani Press,

2002), h. 7. 13 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang:Pustaka

Rizki Putra,1999.), h.4

Page 27: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

27  

وَالزَّيْتُونَ أُآُلُهُ مُخْتَلِفًا وَالزَّرْعَ وَالنَّخْلَ مَعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَّعْرُوشَاتٍ جَنَّاتٍ أَنشَأَ الَّذِي وَهُوَ وَلاَتُسْرِفُوا حَصَادِهِ يَوْمَ حَقَّهُ وَءَاتُوا إِذَآأَثْمَرَ ثَمَرِهِ مِنْ آُلُوا مُتَشَابِهٍ وَغَيْرَ مُتَشَابِهًا وَالرُّمَّانَ

)١٤١: الأنعام( الْمُسْرِفِينَ لاَيُحِبُّ إِنَّهُ“Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermaca-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Istinbath hukum dari surat Al-An’ām ayat 141, menurut pendapat Abu

Hanifah, keharusan penuh senisab hanya diperlukan awal dan akhir tahun.

Karenanya tidaklah gugur zakat jika terjadi kekurangan nisab di tengah-tengah

tahun, apabila pada akhir tahun telah sempurna lagi. Inilah syarat yang harus

terdapat pada harta yang wajib di zakati dan syarat ini tidak mengenai tumbuh-

Page 28: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

28  

tumbuhan dan buah-buahan. Zakat tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan

diharuskan kita mengeluarkannya setelah dipetik dari batangnya.14

2. Infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta)

untuk kepentingan sesuatu. Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau

pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran

Islam. Jika zakat ada nisabnya, infaq tidak mengenal nisab. Infaq dikeluarkan

oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah,

apakah ia sedang lapang ataupun sempit. Hal tersebut dijelaskan didalam QS. Āl-

Imrān ayat 134 :

يُحِبُّ وَااللهُ النَّاسِ عَنِ وَالْعَافِينَ الْغَيْظَ وَالْكَاظِمِينَ وَالضَّرَّآءِ السَّرَّآءِ فِي يُنفِقُونَ الَّذِينَ )١٣٤: عمران أل( الْمُحْسِنِينَ

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Istinbath hukum dari surat Al-Imrān ayat 134, bahwasanya hukum Infaq

adalah sunah, karena Infaq tidak mengenal nisab, dan Infaq dikeluarkan setiap

orang yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi ataupun rendah, apakah dia

sedang lapang atau sempit dan infaq tidak mengenal batas waktu kapan pun bisa

mengeluarkan Infaq.

Jika zakat harus diberikan kepada mustahiq tertentu (8 ashnāf) maka

infak boleh diberikan kepada siapa pun juga, misalnya untuk kedua orang tua,

14 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat,h. 19

Page 29: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

29  

وَابْنَ وَالْمَسَاآِينِ وَالْيَتَامَى وَاْلأَقْرِبِينَ فَلِلْوَالِدَيْنِ خَيْرٍ مِّن مَآأَنفَقْتُم قُلْ يُنفِقُونَ مَاذَا يَسْئَلُونَكَ )٢١٥: البقرة( عَلِيمُ بِهِ االلهَ فَإِنَّ خَيْرٍ مِنْ تَفْعَلُوا وَمَا السَّبِيلِ

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”.

Istinbath hukum dari surat Al-Baqarah ayat 251, bahwasanya Infaq boleh

diberikan kepada siapapun dan kapanpun, bedanya dengan zakat, zakat hanya

dibatasi kepada delapan ashnaf juga mempunyai ketentuan nisab dan waktunya.

Sedangkan infaq tidak ada batas waktu dan ketentuannya. Infaq bisa diberikan

kepada oarang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang berada

dalam perjalanan

Adapun urgensi infaq bagi seorang muslim antara lain15 :

a. Infaq merupakan bagian dari keimanan dari seorang muslim.

b. Orang yang enggan berinfak adalah orang yang menjatuhkan diri dalam

kebinasaan.

c. Didalam ibadah terkandung hikmah dan manfaat besar, hikmah dan manfaat

manfaat infaq adalah sebagai realisasi iman kepada Allah, merupakan sumber

dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan umat

islam untuk menolong kaum dhuāfā.

15 http://www.uchinfamiliar.blogspot.com/pengrtian-zakat-infaq-sedekah.html. diakses pada tanggal 24 Juli 2010.

Page 30: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

30  

3. Shadaqah

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka

bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi

syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum

dan ketentuan-ketentuannya16. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi,

sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateril. Hadis

riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan jika tidak mampu

bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, membaca

tahmid, tahlil, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.

Seringkali kata-kata sedekah dipergunakan dalam Al-Qur’an, tetapi

maksud sesungguhnya adalah zakat. Hal tersebut dijelaskan didalam QS. At-

Taubah : 60 dan 103.

وَالْغَارِمِينَ الرِّقَابِ وَفِي قُلُوبُهُمْ وَالْمُؤَلَّفَةِ عَلَيْهَا وَالْعَامِلِينَ وَالْمَسَاآِينِ لِلْفُقَرَاءِ الصَّدَقَاتُ إِنَّمَا )٦٠: التوبة( حَكِيمُ عَلِيمٌ وَااللهُ االلهِ مِنَ فَرِيضَةً السَّبِيلِ وَابْنِ االلهِ سَبِيلِ وَفِي

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para Mu'allaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekaan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Biajaksana”.

Bahwasanya telah disebutkan delapan orang yang berhak menerima zakat

yaitu orang fakir, orang miskin, orang-orang yang menjadi amil zakat, para

muallaf yang di bujuk hatinya, riqob, orang yang mempunyai hutang, orang yang

berada dijalan Allah, dan orang yang dalam perjalanan sudah kehabisan bekal.

16 Ibrahim, Yasin, Kitab Zakat, Hukum, Tata Cara dan Sejarah, (Bandung: Marja, 2008), h 45

Page 31: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

31  

Istinbath hukum dari surat At-Taubah ayat 60, zakat wajib disalurkan kepada

delapan ashnaf.

سَمِيعٌ وَااللهُ لَّهُمْ سَكَنٌ صَلاَتَكَ إِنَّ عَلَيْهِمْ وَصَلِّ بِهَا وَتُزَآِّيهِمْ تُطَهِّرُهُمْ صَدَقَةً أَمْوَالِهِمْ مِنْ خُذْ )١٠٣: التوبة( عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Ayat ini menyuruh kepada kepala negara (penguasa) mengambil zakat

dari harta anak kecil dan orang dewasa, untuk mensucikan harta mereka.

Istinbath dari surat At-Taubāh ayat 103, bahwa zakat wajib hukumnya bagi

seluruh umat muslim baik anak kecil maupun dewasa apabila mereka

kaya/mampu.

Yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah berzakat tetapi masih

memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfak atau

bersedekah.17

B. Fundraising

1. Pengertian Fundraising

Fundaraising adalah proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan

sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan

17 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada 2001), h. 70

Page 32: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

32  

dananya kepada sebuah organisasi.18 Kata mempengaruhi masyarakat

mengandung banyak makna: Pertama, dalam kalimat diatas mempengaruhi bisa

diartikan memberitahukan kepada mayarakat tentang seluk-beluk keberadaan

OPZ.

Kedua, mempengaruhi dapat juga bermakna mengingatkan dan

menyadarkan. Artinya mengingatkan kepada donatur untuk sadar bahwa dalam

harta dan dimilikinya bukan seluruhnya diperoleh dari usahanya secara mandiri.

Karena manusia bukanlah lahir sebagai mahluk individu saja, tetapi juga

memfungsikan dirinya sebagai mahluk sosial.

Kesadaran yang seperti inilah yang diharapkan oleh OPZ dalam

mengingatkan para donatur dan muzaki. Sehingga penyadaran dengan

mengingatkan secara terus menerus menjadikan individu dan masyarakat

terpengaruh dengan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang

dilakukanya.

Ketiga, mempengaruhi dalam arti mendorong masyarakat, lembaga dan

individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infaq dan

sedekah dan lain-lain kepada organisasi nirlaba. OPZ dalam melakukan

fundraising juga mendorong kepedulian sosial dengan memperhatikan prestasi

kerja atau anual report kepada calon donatur. Sehingga ada kepercayaan dari

para calon donatur setelah mempertimbangkan segala sesuatunya.

18 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat,

(Yogyakarta : Sukses,2009), h.12

Page 33: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

33  

Keempat, mempengaruhi untuk membujuk para donatur dan muzaki

untuk bertransaksi. Pada dasanya keberhasilan suatu fundraising adalah

keberhasilan dalam membujuk para donatur untuk memberikan sumbangan

dananya kepada organisasi pengelola zakat. Maka tidak ada artinya suatu

fundaraising tanpa adanya transaksi.

Kelima, dalam mengartikan fundraising sebagai proses mempengaruhi

masyarakat, mempengaruhi juga dapat diterjemahkan memberikan gambaran

tentang bagaimana proses kerja, program dan kegiatan sehingga menyentuh

dasar-dasar nurani seseorang. Gambaran-gambaran yang diberikan inilah yang

diharapkan bisa mempengaruhi masyarakat sehingga mereka bersedia

memberikan sebagian dana yang dimilikinya sebagai sumbangan dana zakat,

infaq maupun shadaqah kepada organisasi pengelola zakat.

Keenam, mempengaruhi dalam pengertian fundraising dimaksudkan

untuk memaksa jika diperkenankan. Bagi organisasi pengelola zakat, hal ini

bukanlah suatu fitnah, atau kekhawatiran akan menimbulkan keburukan.

Tentunya paksaan ini dilakukan dengan ahsan sebagai perintah Allah dalam Al-

Qur’an surat At-Taubah ayat 10319.

2. Tujuan Fundraising

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari fundraising bagi sebuah

organisasi pengelola zakat :

19 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat, h. 12-17.

Page 34: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

34  

a. Yang menjadi tujuan pokok dari gerakan fundraisng adalah pengumpulan

dana. Sesuai dengan istilahnya (fundraising) berarti pengumpulan uang.

Namun yang dimaksud disini bukanlah uang saja, tetapi dana dalam arti yang

luas. Termasuk didalamnya barang dan jasa yang memilki nilai materi.

Walaupun demikian dana dalam arti uang adalah penting. Mengingat sebuah

organisasi nirlaba (OPZ) tanpa menghasikan dana maka tidak ada sumber

daya yang dihasilkan. Sehingga apabila sumber daya sudah tidak ada maka

organisasi akan kehilangan kemampuan untuk terus bertahan menjaga

kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa fundraising

yang tidak menghasilkan dana adalah fundraising yang gagal, meskipun

memiliki bentuk keberhasilan yang lain.

b. Gerakan fundraising juga bertujuan menghimpun para muzaki dan donatur.

OPZ yang baik adalah OPZ yang setiap hari memiliki data pertambahan

muzaki dan donatur. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah pertambahan jumlah

dana untuk program pemberdayaan masyarakat berserta operasionalnya. Ada

dua hal yang bisa dilakukan oleh OPZ untuk tujuan ini, pertama, menambah

jumlah sumbangan dana dari setiap donatur dan muzaki, dan kedua,

menambah jumlah donatur dan muzaki itu sendiri.

c. Jika kepercayaan masyarakat terhadap OPZ meningkat maka bisa dipastikan

citra OPZ juga ikut terbawa meningkat. Meningkatkan rasa citra lembaga juga

menjadi salah satu tujuan dari fundraising. Aktifitas fundraing yang dilakukan

oleh sebuah organisasi pengelola zakat, baik langsung maupun tidak langsung

Page 35: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

35  

akan membentuk citra organisasi itu sendiri. Dengan gambaran-gambaran

yang diberikan melalui interaksi baik langsung maupun tidak langsung akan

menumbuhkan citra rasa yang bersifat positif maupun negatif. Dengan citra

ini, setiap anggota masyarakat akan mempersepsi organisasi pengelola zakat,

yang dilanjutkan dengan mengambil sikap dan menunjukan perilaku terhadap

OPZ. Jika citra yang tertanam dibenak para muzaki dan donatur terhadap OPZ

positif, maka masyarakat akan mendukung, dan bersimpati dengan

memberikan sumbangan ZIS-nya. Namun sebaliknya, apabila citra yang ada

didalam benak anggota masyarakat terhadap OPZ negatif, maka mereka akan

menghindari, antipati dan mencegah orang untuk memberikan sumbangan

dana Zakat, Infaq dan Shadaqahnya kepada lembaga.

d. Ketika sebuah OPZ melakukan penggalangan dana ZIS, maka ada tujuan

jangka panjang untuk menjaga loyalitas muzaki dan donatur agar tetap

memberikan sumbangan dana ZISnya kepada OPZ. Walaupun harus dengan

pengorbanan untuk memberikan sumbangan dana tersebut. Pengorbanan yang

dilakukan muzaki dan donatur seolah tidak terasa setelah mendapat imbalan

rasa puas dari pengorbanan yang diberikan oleh lembaga tersebut. Jadi tujuan

memuaskan donatur adalah tujuan yang bernilai jangka panjang, meskipun

kegiatannya dilakukan setiap hari.

e. Kadang-kadang untuk melakukan fundraising, sebuah OPZ membatasi pada

orang-orang tertentu. Sehingga dibutuhkan kepanjangan tangan untuk sampai

pada donatur dan muzaki. Apabila OPZ memiliki citra yang baik dimata

Page 36: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

36  

masyarakat maka akan banyak simpati dan dukungan yang diberikan

kepadanya. Bentuk dukungan dan simpati dari masyarakat terhadap OPZ tidak

selamanya berupa dana, akan tetapi ada sebagian yang tidak memiliki

kemampuan memberikan dana atau sesuatu sebagai sumbangan ZISnya

karena ketidakmampuan mereka sebagai donatur dan muzaki dalam

memberikan dana, memberikan bantuan tenaga dan pemikiran untuk majunya

sebuah organisasi pengelola zakat. Kelompok-kelompok seperti ini sangat

diperlukan oleh OPZ sebagai pemberi kabar dan pemberi informasi kepada

setiap orang yang memerlukannya. Dukungan dan simpatisan yang berbentuk

informan seperti ini, memudahkan lembaga dalam fundraising. Sehingga

semakin banyak relasi dan pendukung sebuah OPZ juga merupakan

diadakannya fundraising.20

3. Fundraising dalam Islam

Pada awal masa Nabi Muhammad SAW, Sumber daya negara Islam pada

saat itu sangat terbatas sehingga sulit mengatur pengadaaan barang-barang untuk

publik. Dalam pembangunan Masjid Nabawi mengunakan pendanaan dari

sumbangan tanah dan tenaga sukarela. Dalam perang tabuk, 30.000 pasukan dan

10.000 ekor kuda sepenuhnya dibiayai oleh sumbangan sukarela. Bahkan ada

sahabat yang menawarkan untuk membeli sumur agar dapat digunakan umat

pada masa kekeringan. Masyarakat Islam melakukan hal tersebut kerena

20 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat, h. 22

Page 37: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

37  

memiliki motivasi yang kuat tentang ajaran agama. Umar Bin Abdul Aziz

sebagai khalifah gemar bersedekah dan wara’. Beliau menjadi seorang zahid

yang hanya mencari kehidupan akhirat yang abadi. Secara tidak langsung, hal ini

memberikan sumbangsih terhadap faktor-faktor mempengaruhi sistem

administrasi serta psikologi pejabat dan para rakyatnya.21

Hal mana yang diharapkan dengan hadirnya cetak biru zakat Indonesia

adalah membuat konstruksi perzakatan sebagai bingkai dan acuan pengaturan

dalam pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia. Siapa yang operasional, siapa

yang menjadi pengawas dan siapa yang mengupayakan perundang-undangan

zakat sehingga sistem pengelolaan zakat terstruktur, operasi serta sasaran

pencapaiannya menjadi terarah dan jelas. Zakat pada dasarnya adalah sistem

yang wajib (obligatory zakat sistem), akan tetapi menjadi sistem sukarela

(voluntary zakat system). dikarenakan beberapa faktor. Salah satu faktor

peralihan ini terjadi karena zakat dalam legaitas hukum perundangan negara

diadopsi sebagai sistem keuangan yang tidak sempurna. Zakat hanya dibebankan

pada aspek agama. Padahal zakat itu harus diambil dari muzakkinya, baik suka

atau tidak kerena hukumnya adalah wajib.

21 http://www. hendrakholid.net/blog/2010/03/16/ Diakses pada tanggal 24 Juli 2010.

Page 38: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

38  

Filantropi Islam mengalami kebangkitan di tangan masyarakat sipil pada

tahun 1990-an, yang dipelopori antara lain oleh Bamuis BNI (berdiri 1968),

Yayasan Dana Sosial Al Falah (1987), dan Dompet Dhuafa Republika (1993),

Era ini kemudian dikenal menjadi era pengelolaan filantropi Islam secara

profesional-modern berbasis prinsip-prinsip manajemen dan tata kelola

organisasi Profesional22.

4. Dasar Hukum Fundraising

Adapun Dasar Hukum yang berkaitan dengan fundraising ini tertera

dalam UU RI, antara lain:

a. UU RI no 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat :

Diantanya dijelaskan dalam bab IV Pasal 14 berbunyi :

1) Badan amil zakat dan lembaga amil zakat wajib menyalurkan zakat yang telah

dikumpulkan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan

hukum Islam.

2) Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan pemberdayaan, yaitu membantu

mustahik untuk meningkatkan kesejahteraannya, baik secara perorangan

maupun kelompok melalui program atau kegiatan yang berkesinambungan.

22 http://www. hendrakholid.net/blog/2010/03/16/ Diakses pada tanggal 24 Juli 2010.

Page 39: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

39  

Pasal yang tertera diatas hanya sebagai contoh, bahwa sesungguhnya

fundraising memang sudah benar-benar diatur dalam UU RI.23

C. Fungsi dan Peran ZIS bagi Masyarakat DKI Jakarta

Sebuah adagium menyatakan “apa yang disediakan oleh dunia sebetunya

sudah cukup untuk semua orang, tetapi tidak akan pernah cukup untuk orang

yang rakus”. Namun pada kenyataannya di satu pihak ada orang yang

bergelimang dengan kenyataan, sementara di pihak lain masih banyak yang jauh

dari kecukupan. Kondisi ini menggambarkan adanya persoalan dalam

pendistribusian ekonomi.

Mengapa orang menjadi miskin ? ada tiga pendekatan yang dapat

menjawab petanyaan ini, yakni system approach, decision-making model, dan

structural approach. Pendekatan Pertama, menekankan pada adanya

keterbatasan pada aspek-aspek geografi, ekologi, teknologi, dan demografi.

Kondisi kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dianggap lebih

banyak menekan warga masyarakat yang tinggal wilayah pedesaan atau

pedalaman. Sebagaimana di ketahui secara umum pemerintah RI menerapkan

model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan yang merujuk pada

teori pembangunan yang dibuat oleh WW. Rostow.24

23 http://www. hendrakholid.net/blog/2010/03/16/ Diakses pada tanggal 24 Juli 2010. 24 Nanich Mahendrawaty dan Agus Effendi, Pengembangan Masyarakat Islam dari

Ideologi Sampai Tradisi, (Bandung: Rosda Karya, 2001), cet-ke1, h. 212

Page 40: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

40  

Pendekatan Kedua, menekankan pada kurangnya pengetahuan,

keterampilan, dan keahlian sebagian warga masyarakat dalam merespon sumber-

sumber daya ekonomi, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Dengan

kata lain, pendekatan ini melihat bahwa sebagian warga masyarakat kurang

memiliki empati dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) untuk mengelola

secara lebih baik, efisien, dan efektif unit-unit usaha yang mereka miliki atau

kuasai, kurang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki teknologi serta

menciptakan dan memperluas pasar komoditi.

Sedangkan Pendekatan Ketiga melihat bahwa kemiskinan itu terjadi

karena adanya ketimpangan dalam penguasaan dan pemilikan faktor-faktor

produksi, seperti tanah, teknologi, dan bentuk kapital lainnya. Di sini wajah

kemiskinan memiliki dimen struktural, yang merupakan akibat dari adanya

ketimpangan dalam pemilikan dan penguasaan aset-aset ekonomi atau kapital

lainnya yang ditunjukkan dengan adanya sebagian anggota masyarakat yang

jumlahnya lebih kecil tetap menguasai dan memiliki faktor-faktor produksi yang

lebih banyak. Sementara, sebagain besar warga masyarakat menguasai dan

memiliki faktor-faktor produksi yang lebih sedikit.25

Menurut Drs. H. Salehuddin Effendi, MM ZIS sebagai instrument

pemberdayaan masyarakat meliputi tiga sisi yaitu :

25 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institute Manajemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis

Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta: Bazis Provinsi DKI Jakarta, 2006), Cet. Ke-1, h. 39

Page 41: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

41  

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling), yaitu mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran

akan potensi yang dimilikinya serta berupa untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering).

3. Melindungi (recovering) dari kemungkinan untuk terjatuh kembali ke dalam

jurang kemiskinan. Ajaran zakat, infak, dan shadaqah sesungguhnya

mendorong kaum muslimin untuk memiliki etos kerja dan usaha yang tinggi,

sehingga memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi

kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa memberi kepada orang yang

berhak menerimanya.26

Dalam konteks itu, penciptaan iklim yang kondusif dan penyelesain

persoalan-persoalan yang ada, kehadiran BAZIS Provinsi DKI Jakarta memiliki

nilai yang strategis, terutama bagi masyarakat Jakarta. Kerja kultural dan

struktural terus-menerus dilakukan. Dengan berpijak pada Surat keputusan

Gubernur DKI Jakarta No.120 tahun 2002 BAB II mengenai kedudukan dan

fungsi, maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta berusaha untuk terus memberi arti

bagi masyarakat Jakarta.

Dalam rangka meningkatkan kualitas mustahik, BAZIS DKI Jakarta

menyadari perlunya memberikan training dan pelatihan. Para mustahik diberikan

26 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institute Manajemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis

Provinsi DKI Jakarta, h. 41-42.

Page 42: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

42  

materi enter-preneurship dan materi yang sesuai dengan keahlian mereka. Hal ini

dimaksudkan agar tumbuh jiwa wirausaha di dalam diri mereka.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta ini, dapat

disebut sebagai upaya yang mensinergikan antara kultur dan struktur dalam hal

penanggulngan kemiskinan dan segala hal yang melingkarinya. Artinya, BAZIS

Provinsi DKI Jakarta tidak berangkat dari ruang hampa dalam menanggulangi

persoalan yang ada di masyarakat Jakarta ini. Semua berdasarkan pada akurasi

dan validitas data dan informasi yang memang menjadi salah satu kelebihan dari

BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Hal ini terlihat dari beragam upaya yang dilakukan

BAZIS Provinsi DKI Jakarta, mulai dari bantuan dana yang bersifat konsumtif-

karitatif, sampai dengan bantuan yang bersifat produktif.27

Sehingga bagi masyarakat DKI Jakarta, ZIS memiliki nilai yang strategis.

Peran dan fungsinya tidak bisa diragukan lagi. Dengan ZIS sebagian masyarakat

dapat mengembangkan potensi usaha yang dimiliki. Dan sebagian yang lain,

bahkan bisa lepas dari “jeratan kaum renternir”28.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan hadirnya BAZIS

Provinsi DKI Jakarta mempunyai nilai strategis khususnya bagi Masyarakat DKI

Jakarta dalam hal penanggulangan kemiskinan dan segala hal yang

melingkarinya. Dengan adanya ZIS masyarakat dapat mengembangkan usaha

27 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institute Manajemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis

Provinsi DKI Jakarta, h. 44. 28 Bazis Provinsi DKI Jakarta & Institut Majemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis Provinsi

DKI Jakarta, Jakarta, 2006.

Page 43: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

43  

dari potensi yang dimiliki dan juga terlepas dari jeratan kaum renternir yang

selama ini sangat meresahkan masyarakat.

D. Dasar Hukum Zakat, Infaq dan Shadaqah

1. Penyebutan Zakat dan Infaq dalam Al Qur-an dan As Sunnah

a. Zakat

) ٤٣: البقراة( الرَّاآِعِينَ مَعَ وَارْآَعُوا الزَّآَاةَ وَءَاتُوا الصَّلاَةَ وَأَقِيمُوا“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku'lah bersama orang-orang

yang ruku”( QS. Al Baqarah : 43)

b. Zakat untuk Delapan Ashnaf

وَالْغَارِمِينَ الرِّقَابِ وَفِي قُلُوبُهُمْ وَالْمُؤَلَّفَةِ عَلَيْهَا وَالْعَامِلِينَ وَالْمَسَاآِينِ لِلْفُقَرَاءِ الصَّدَقَاتُ إِنَّمَا

)٦٠: التوبة( حَكِيمٌ عَلِيمٌ وَااللهُ االلهِ مِنَ فَرِيضَةً السَّبِيلِ وَابْنِ االلهِ سَبِيلِ وَفِي

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, para Mu'allaf yang dibujuk hatinya,untuk

(memerdekaan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-

orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang

diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Biajaksana”. (QS. At-

Taubah: 60).

c. Shadaqah

الرَّحِيم التَّوَّابُ هُوَ االلهَ وَأَنَّ الصَّدَقَاتِ وَيَأْخُذُ عِبَادِهِ عَنْ التَّوْبَةَ يَقْبَلُ هُوَ االلهَ أَنَّ يَعْلَمُوا أَلَمْ

)١٠٤: التوبة(

Page 44: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

44  

“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasannya Allah menerima taubat hamba-

hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat

lagi Maha Penyayang?”. (QS. At Taubah : 104).

d. Nafaqah

وَيَصُدُّونَ بِالْبَاطِلِ النَّاسِ أَمْوَالَ لَيَأْآُلُونَ وَالرُّهْبَانِ اْلأَحْبَارِ مِّنَ آَثِيرًا إِنَّ ءَامَنُوا الَّذِينَ يَأَيُّهَا أَلِيمٍ بِعَذَابٍ فَبَشِّرْهُم االلهِ سَبِيلِ فِي وَلاَيُنفِقُونَهَا وَالْفِضَّةَ الذَّهَبَ يَكْنِزُونَ وَالَّذِينَ االلهِ سَبِيلِ عَن

)٣٤: التوبة(“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-

orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang

dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan

Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa

mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (QS. At-Taubah : 34)

e. Haq

وَالزَّيْتُونَ أُآُلُهُ مُخْتَلِفًا وَالزَّرْعَ وَالنَّخْلَ مَعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَّعْرُوشَاتٍ جَنَّاتٍ أَنشَأَ الَّذِي وَهُوَ

وَلاَتُسْرِفُوا حَصَادِهِ يَوْمَ حَقَّهُ وَءَاتُوا إِذَآأَثْمَرَ ثَمَرِهِ مِنْ آُلُوا مُتَشَابِهٍ وَغَيْرَ مُتَشَابِهًا وَالرُّمَّانَ

)١٤١: الأنعام( الْمُسْرِفِينَ لاَيُحِبُّ إِنَّهُ“Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,

zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama

(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermaca-macam itu) bila dia berbuah,

dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya);

dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al An'ām : 141).

Page 45: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

45  

Istinbath Hukum dari surat-surat diatas, hukum zakat adalah wajib

sedangkan Infaq/Shadaqah hukumnya sunah. Istilah zakat digunkan untuk

beberapa arti namun yang berkembang dalam masyarakat, istilah zakat

digunakan untuk shadaqah wajib dan kata shaqadah digunakan untuk shadaqah

sunah. Sesungguhnya penanaman zakat bukanlah menghasilkan kesuburan dari

harta, tetapi karena mensucikan masyarakat dan menyuburkanya. Zakat

merupakan manifestasi dari kegotong-royongan antara para hartawan dengan

fakir miskin. Pengeluaran zakat merupakan perlindungan bagi masyarakat dari

bencana kemasyarakatan, yaitu kemiskinan, kelemahan baik fisik maupun

mental, masyarakat yang terpelihara dari bencana-bencana tersebut menjadi

masyarakat yang hidup, subur dan berkembang keutamaan didalamnya.

2. Hadis Nabi Tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah

هُوَ إِسْمَعِيلُ حَدَّثَنَا قَالُوا حُجْرٍ وَابْنُ سَعِيدٍ ابْنَ يَعْنِي وَقُتَيْبَةُ أَيُّوبَ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللَّهِ رَسُولَ أَنَّ هُرَيْرَة أَبِي عَنْ أَبِيهِ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ جَعْفَرٍ ابْنُ

جَارِيَةٍ صَدَقَةٍ مِنْ إِلَّا ثَلَاثَةٍ مِنْ إِلَّا عَمَلُهُ عَنْهُ انْقَطَعَ الْإِنْسَانُ مَاتَ إِذَا قَالَ وَسَلَّمَ )مسلم رواه( ُ لَه يَدْعُو صَالِحٍ وَلَدٍ أَوْ بِهِ يُنْتَفَعُ عِلْمٍ أَوْ

“Telah diceritakan Yahya bin Ayyub dan Qutaibah yakni ibnu Said dan ibnu Hujrin, mereka telah berkata telah bercerita Ismail yaitu ibnu Ja’far dan al-ala’ bapaknya Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda apa bila mati (meninggal) seseorang akan terputus amalnya kecuali terhadap tiga hal, shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh” (HR Muslim).29

Istinbath hukum dari hadis diatas hukum zakat adalah wajib. Hadis ini

mengindikasikan bahwa setiap amal sedekah (sedekah yang tidak habis amalnya)

adalah sedekah dalam konteks ini zakat, yang apabila manfaatnya dapat selalu

dirasakan mustahiq sampai akhir hidupnya.

29 Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Khusairi An Naisaburi, Shahih Muslim,

(Al-Azhar Cairo, Dar el Hadith, 1997), Juz 8, Cet. Ke-1, h, 405.

Page 46: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

46  

مُوسَى حَدَّثَنَا الْبَزَّازُ، طَالِبٍ أَبِي بن عَلِيُّ حَدَّثَنَا الْقَطِرَانِيُّ، عَمْرٍو بن أَحْمَدُ حَدَّثَنَا رَسُولُ قَالَ: قَالَ اللَّهِ، عَبْدِ عَنْ الأَسْوَدِ، عَنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ الْحَكَمِ، عَنِ عُمَيْرٍ، بن بِالصَّدَقَةِ، مَرْضَاآُمْ وَدَاوُوا ،بِالزَّآَاةِ الَكُمْأَمْوَ حَصِّنُوا:وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللَّهِ

)الطبراني رواه(.عَاءالدُّ لِلْبَلاءِ وَأَعِدُّوا

“Hadis Riwayat At-Tabrani, dengan sanad Ahmad bin Umar dia berkata : telah diceritakan kepada kami Ali bin Abi Thalib al bazzazi dia telah berkata : telah diceritakan kepada kami Musa bin Umair Al Kufi dia telah berkata: telah menceritakan kepada kami Hakim bin Utaibah dari Ibrahim An-Nakha’i dan Aswad bin Yazid, dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata : Rasulullah Saw bersabda: ” bentengilah dirimu dengan zakat, dan obatilah penyakitmu dengan sedekah, dan perbanyaklah doa untuk menghindari bala”(HR Thabrani).30

Istinbath hukum dari hadis diatas, zakat hukumya wajib. Hadis diatas

menguatkan urgensi kandungan zakat yaitu, Pertama, zakat melindungi harta

dari kebinasaan. Kedua, zakat dapat mengobati penyakit. Ketiga, zakat dapat

menolak bala.

عَبْدِ بْنِ يَحْيَى عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ زَآَرِيَّاءَ عَنْ مَخْلَدٍ بْنُ الضَّحَّاكُ عَاصِمٍ أَبُو حَدَّثَنَا صَلَّى النَّبِيَّ أَنَّ عَنْهُمَا اللَّهُ رَضِيَ عَبَّاسٍ ابْنِ عَنْ مَعْبَدٍ يأَبِ عَنْ صَيْفِيٍّ بْنِ اللَّهِ أَنْ شَهَادَةِ إِلَى ادْعُهُمْ فَقَالَ الْيَمَنِ إِلَى عَنْهُ اللَّهُ رَضِيَ مُعَاذًا بَعَثَ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللَّهُ افْتَرَضَ قَدْ اللَّهَ أَنَّ فَأَعْلِمْهُمْ لِذَلِكَ أَطَاعُوا هُمْ فَإِنْ اللَّهِ رَسُولُ وَأَنِّي اللَّهُ إِلَّا إِلَهَ لَا

اللَّهَ أَنَّ فَأَعْلِمْهُمْ لِذَلِكَ أَطَاعُوا هُمْ فَإِنْ وَلَيْلَةٍ يَوْمٍ آُلِّ فِي صَلَوَاتٍ خَمْسَ عَلَيْهِمْ رواه(فُقَرَائِهِمْ عَلَى وَتُرَدُّ أَغْنِيَائِهِمْ مِنْ تُؤْخَذُ أَمْوَالِهِمْ فِي صَدَقَةً عَلَيْهِمْ افْتَرَضَ )مسلم

“Telah menceritakan kepadaku Abu āsim Ad dhohak bin Makhdad dari Jakaria bin Ishaq dari Yahya bin Abdullah bin Shoifi dari Abi Ma’bad dari ibn Abbas ra, Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya nabi telah mengutus Muadz ra, ke Yaman lalu Nabi berkata suruhlah mereka untuk bersyahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku utusan Allah maka jika mereka telah mentaatimu maka ajarkanlah kepada mereka sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu maka jika mereka telah mentaatimu maka ajarkanlah kepada mereka sesungguhnya Allah telah mewajibkan kaum muslimin

30 At-Thabrani, Mu’jam Al-Kabir, Juz 8, http://www.ahlalheedth.com, diakses Pada

Tanggal 15 Agustus 2010.

Page 47: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

47  

mengeluarkan zakat (sedekah) dalam harta benda kaum muslimin, yang diambil dari mereka yang kaya lalu diserahkan kepada fakir miskin dari mereka”. (HR Muslim).31

Istinbath hukum dari hadis diatas, zakat wajib dikeluarakan bagi mereka

yang memiliki binatang ternak, seperti sapi dan kambing yang telah sampai

ukuran jumlahnya (nisabnya). Juga para pedagang yang memiliki emas, perak,

hasil bumi, hasil tambang dan sejumlah keuangan (senisab).32

هُرَيْرَةَ أَبِي عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ الزِّنَادِ أَبِي عَنْ مَالِكٌ حَدَّثَنِي قَالَ إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا ابْنَ يَا أَنْفِقْ اللَّهُ قَالَ قَالَ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللَّهُ صَلَّى اللَّهِ رَسُولَ أَنَّ عَنْهُ اللَّهُ رَضِيَ )البخارى رواه(َ عَلَيْك أُنْفِقْ آدَمَ

“Telah meceritakan kepada kami Ismail berkata telah diceritakan kepadaku Malik dari abi Zinad dari A’raj dari abi Hurairah ra, (Nabi bersabda) : Allah Swt berfirman : “Hai manusia belanjakanlah hartamu, maka aku akan memberikan belanja kepadamu”. (HR Al-Bukhari).33

Istinbath hukum dari hadis diatas, hadis ini menunjukkan adanya firman

Allah dalam Hadis Qudsi tentang ajakan Allah Swt, agar kaum muslimin

berzakat, bersedekah atau berinfaq yaitu membelanjakan hartanya untuk

kebaikan dan agama Islam.34

Di Indonesia, persoalan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No. 38

Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan Menteri Agama

(KMA) No. 58 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun

31 Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Khusairi An Naisaburi, Shahih Muslim,

Juz 5, h 370. 32 Husein Bahreisj, Hadis Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari Muslim, (Surabaya: Karya

Utama,1997), h. 98. 33 Imam Ibn Zauji, Shahih Bukhari Ma’a Kasyfi Al- Masykal, (Al-Azhar Cairo, Dar el

Hadith, 2008), Juz 16, h 428. 34 Husein Bahreisj, Hadis Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari Muslim,h. 99

Page 48: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

48  

1999 dan keputusan Direktur Jederal Bimbingan Masyarakat dan Islam dan

Urusan Haji No. D/291 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat35.

35 Departemen Agama RI, Pedoman Zakat, (Jakarta:Penerbit Direktorat Pemberdayaan

Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat, 2006), h. 21

Page 49: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

49  

BAB III

SEKILAS PROFIL BAZIS PROVINSI DKI JAKARTA

A. Latar Belakang Berdirinya BAZIS Provinsi DKI Jakarta

Selama ini pemahaman tentang kesalehan atau ketaatan pada agama

Islam. Selalu identik dengan ibadah individual-vertikal. Seseorang akan disebut

saleh ketika rajin melaksanakan ritual vertikal seperti salat. Puasa, haji dan lain-

lain. Memang tidak salah, menyebut hal-hal itu sebagai bentuk kesalehan atau

ketaatan seseorang pada agama. Tetapi dengan pemahaman itu akan

mempersempit makna agama. Karena agama yang di turunkan Tuhan untuk

manusia, sesungguhnya juga mengandung dimensi sosial-horisontal. Artinya,

Tuhan menurunkan agama dengan segala perangkatnya juga mengatur hubungan

sesama makhluknya-Nya.

Kedua ibadah ini meniscahyakan adanya harmoni. Karena menjadi

penanda kesempurnaan seseorang dalam menjalankan agama. Oleh sebab itu,

ketiadaan salah satunya adalah kekurangsempurnaan seseorang dalam

melaksanakan ajaran agama.

Secara tegas Al-Qur’an mengancam orang yang hanya melaksanakan

ritual individual dan mengesampingkan ibadah yang berdimensi sosial-

horisontal. Dalam surat Al-Mā’un orang yang beragama disebut sebagai pendusta

agama, karena tidak peka terhadap permasalahan sosial seperti anak yatim dan

orang miskin. Bila dilihat lebih jauh, sesungguhnya ibadah individual-vertikal

Page 50: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

50  

dan ibadah sosial-horisontal, ibarat dua sisi mata uang, berbeda tapi tidak dapat

dipisahkan, keduanya harus jalan beriringan.

Bila dilihat secara fungsional, rukun Islam bisa dibedakan menjadi Rukun

Pribadi dan Rukun Masyarakat. Rukun Pribadi menyangkut syahadat, salat,

puasa, dan haji. Sedangkan Rukun Masyarakat adalah zakat. Kedua rukun ini

harus ditegakkan, karena menjadi fondasi agama Islam. Mengabaikan satu rukun

saja, berarti meruntuhkan agama Islam.

Zakat sebagai salah satu penyangga bangunan Islam, dengan tanpa

mengabaikan penyangga-penyangga yang lain, sampai kini masih memerlukan

perhatian serius. Bukan saja karena zakat salah satu Rukun Islam, tetapi lebih

dari itu, karena kesadaran kaum muslimin untuk membayar zakat masih rendah.

Padahal, bila dilihat ke dalam Al-Qur’an, kata zakat selalu disebut

bersamaan dengan kata salat sebanyak 82 kali.36 Namun kesadaran akan arti

penting keduanya belum mendapat posisi yang seimbang. Banyak orang rajin

mendirikan salat, namun belum diimbangi dengan kesadaran berzakat. Bahkan,

bila dilihat lebih jauh, perhatian kepada zakat lebih rendah dibandingkan dengan

perhatian pada ibadah yang lain seperti salat, puasa, dan haji. Sebagai umat Islam

lebih tergerak menjalankan rukun pribadi ketimbang rukun masyarakat. Kondisi

ini lebih parah, karena bukan dalam arti yang yang mengerjakan rukun pribadi,

jumlanya lebih banyak ketimbang yang mengerjakan Rukun Masyarakat, yang

36 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, (Jakarta:

BAZIS DKI, 1999), h.. 3

Page 51: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

51  

telah terjadi adalah paradoksal didalam tubuh mereka. Karena, di satu sisi mereka

taat melaksanakan Rukun Pribadi, namun dalam waktu yang bersamaan mereka

cendrung mengabaikan Rukun Masyarakat.37

Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari peran elit agama seperti da’I,

ustadz, dan kiai yang lebih sering menganjurkan kaum muslimin untuk

melaksanakan ibadah salat, puasa, dan haji ketimbang zakat. Namun, pada saat

yang sama, harus diakui pula bahwa ada diantara elit agama yang menyampaikan

pesan zakat. Hanya saja pesan itu masih sempit, dalam pengertian, hanya zakat

fitrah dan zakat mal sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab klasik saja. Kalaupun

ada yang membahas zakat, biasanya hanya dilihat dari sudut hukum saja. Hal ini

dapat dilihat di lapangan saat penyuluh keagamaan memberikan penyuluhan.

Biasanya, yang lebih sering muncul adalah peryataan mengenai hukum.

Misalnya, bagaimana hukumnya kalau zakat diberikan secara langsung oleh

muzakinya. Sangat sedikit ditemukan pandangan masyarakat tentang zakat secara

lebih komprehensip, dalam arti memiliki pandangan yang berdimensi pemihakan

pada persoalan sosial-kemanusiaan.

Mengingat dominannya perspektif hukum ini, menyebabkan sedikitnya

ruang gerak dalam menafsirkan zakat. Sebagaimana mafhum bahwa perpektif

hukum adalah perspektif mutlak-hitam-putih-sehingga menyebabkan sempitnya

ruang tafsir bagi sebagian pemikir muslim untuk melakukan langkah-langkah

37 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Jakarta: institute Manajemen Zakat, 2004), Cet. Ke-

1, h.30

Page 52: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

52  

ijtihady tentang zakat, misalnya pembaruan objek zakat terhadap segmen-segmen

potensial zakat, sebagai efek dari perkembangan perekonomian masyarakat.38

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kesadaran dan aplikasi kaum

muslimin untuk berzakat masih kurang. Oleh sebab itu, meningkatkan kesadaran

berzakat adalah “Pekerjaan Rumah” yang mesti segera dilaksanakan para elit

agama dan siapa saja yang peduli pada kesejahtraan masyarakat.

Meski dinilai masih kurang, potensi kesadaran masyarakat untuk

menunaikan zakat sudah ada. Secara tradisional sebagian masyarakat di

Indonesia ada yang menyerahkan zakat kepada kiai, ustadz, dan elit agama di

lingkungan masing-masing. Biasanya, penyalurannya bergantung pada ijtihad

kiai.

Sebagai proses kesadaran, potensi pengamalan zakat secara tradisional ini

patut dibanggakan. Hanya saja ada beberapa kelemahan mendasar dalam proses

pengalaman zakat seperti ini. Pertama, tidak transparan karena tidak jelas

administrasi pemasukan dan pengeluaran. Hal ini menyebabkan tidak terdatanya

potensi dana yang bisa dikembangkan. Kedua, ada kemungkinan zakat tersebut

tidak disalurkan kepada mustahiknya secara maksimal. Ketiga, hasil

pengumpulan dan ZIS jumlahnya masih relatif sangat kecil sehingga

pendayagunaan belum dapat menyentuh kebutuhan mustahik secara keseluruhan.

Keempat, tidak adanya pengawasan terhadap proses pemasukan dan pengeluaran

38 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010.

Page 53: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

53  

zakat. Dan kelima, lebih sering merupakan upaya karitatif dan tidak produktif.

Dengan demikian, zakat yang seharusnya bisa menjadi salah satu instrument

pemerataan dan pemberdayaan masyarakat belum dapat dimanfaatkan secara

maksimal.39

Meskipun pengalaman zakat tradisional ini patut dibanggakan, bukan

berarti tidak membutuhkan upaya alternatif dan kreatif. Mengingat kelemahan-

kelemahan pengamalan secara tradisional itu, maka mendirikan lembaga

pengelola zakat adalah hal yang tak dapat dipungkiri. Hal ini dimaksudkan agar

zakat yang terkumpul dari masyarakat dapat didata dengan baik, transparan,

dapat disalurkan kepada yang berhak, dan lebih dari itu dapat dikelola secara

produktif, sehingga zakat tidak lagi hanya bersifat karitatif, tetapi juga lebih

dapat memberdayakan masyarakat.

Bila dilihat perzakatan di Indonesia sebenarnya usaha-usaha agar zakat

dikelola dengan baik sudah pernah dilakukan. Upaya itu sudah dimulai sekitar

tahun 1950-an. Misalnya dengan melahirkan berbagai peraturan-peraturan

tentang zakat. Tetapi upaya ini belum menuai hasil yang membanggakan.

Sebelum kemerdekaan upaya mengumpulkan zakat sudah dilakukan oleh

organisasi-organisasi Islam, lembaga-lembaga dakwah, majelis ta’lim dan

pondok pesantren. Namun, secara resmi belum ada peraturan pemerintah yang

secara khusus mengatur masalah zakat. Baru sekitar tahun 1960-an, pembahasan

39 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institute Manajemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis

Provinsi DKI Jakarta, h. 8

Page 54: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

54  

tentang peraturan mengenai pelaksanaan dan pengumpulan zakat di Indonesia

mulai menghasilkan satu peraturan. Kemajuan ini tepatnya terjadi mulai tahun

1968 ketika sebelas tokoh ulama nasional menyerukan pelaksanaan zakat.40

Gayung pun bersambut, seruan ini direspon secara positif oleh Presiden RI

Soeharto saat itu.

Pada tahun 1968 inilah pemikiran tentang perlunya Lembaga pengelola

Zakat (LPZ) di Indonesia mulai terealisasikan. Awal tahun 1968, pada “seminar

zakat” yang diselengarakan oleh Lembaga Research dan Work Shop Fakultas

Ekonomi Universitas Muhammadiyah di Jakarta, Presiden Republik Indonesia

Soeharto untuk pertama kali menghimbau masyarakat untuk melaksanakan zakat

secara konkret. Dalam pidatonya beliau berpesan :

“saya ingin memulai lagi bahwa pegumpulan zakat secara besar-besaran yang

saya serukan itu, saya maksudkan sebagai ajakan seorang muslim untuk

mengamalkan secara konkret ajaran-ajaran Islam bagi kemajuan umat Islam

khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya”.41

Setelah itu, di Istana Merdeka pada acara Isra’ Mi’raj tanggal 26 Oktober

1968 Presiden RI Soeharto secara langsung menyerukan pelaksanaan zakat untuk

menunjang pembangunan. Pada saat yang sama, Presiden RI Soeharto juga

menyatakan kesediaan untuk menjadi amil zakat tingkat nasional.

40 Para Tokoh saat itu adalah : Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri

Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh. Sole Su’aidi, Ustadz M. Ali Al Hamidy, Ustadz Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A Zawawy.

41 Pemda DKI, Pedoman Pengelolaan ZIS di DKI Jakarta, (Jakarta: Pemda DKI, 1992), h 102.

Page 55: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

55  

Untuk mengintensifkan pelaksanaan zakat tersebut dikeluarkan surat

perintah Presiden RI No.07/POIN/10/1968 tanggal 31 oktober 1968 kepada

Mayjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar Hamid, dan Kol. Inf

Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata usaha

penerimaan zakat secara nasional.

Berbagai kalangan masyarakat menyambut baik seruan ini. Tidak lama

setelah itu, beberapa Gubernur Kepala Daerah mengeluarkan keputusan untuk

mendirikan LPZ di daerahya masing-masing.

Menteri Agama Republik Indonesia kemudian mengeluarkan Peraturan

Menteri tentang pembentukan Badan Amil Zakat yang bertugas melaksanakan

melaksanakan pengumpulan dan penyaluran zakat. Badan Amil Zakat (BAZ) ini

berkedudukan di desa-desa dan kecamatan. Pada tingkat kecamatan BAZ

menjadi koordinator bagi pelaksanaan pengumpulan dan penyaluran zakat di

desa-desa.

Untuk lebih memperkuat hal tesebut, Presiden mengeluarkan Surat

Edaran No.B. 133/PRES/11/1968 yang menyerukan kepada pejabat/instansi

terkait untuk membantu dan berusaha ke arah telaksananya seruan Presiden

dalam wilayah atau lingkup kerja masing-masing.42

Seruan Presiden ini ditindaklanjuti oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta

dengan mengeluarkan surat keputusan tentang perlunya LPZ di provinsi DKI

Jakarta.

42 Pemda DKI, Pedoman Pengelolaan ZIS di DKI Jakarta, h. 103.

Page 56: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

56  

Dengan demikian, ada beberapa hal yang secara langsung menjadi latar

belakang berdirinya BAZIS provisi DKI Jakarta, yaitu : pertama, saran sebelas

tokoh ulama nasional yang berkumpul di Jakarta pada 24 September 1968, untuk

membahas beberapa persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia.

Di antara rekomendasi hasil musyawarah tersebut adalah :

a. Perlunya pengelola zakat dengan sistem administrasi dan tata usaha yang baik

sehingga bisa dipertanggungjawabkan pengumpulan dan pendayagunaanya

kepada masyarakat.

b. Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang belum

dilaksanakan secara maksimal. Karenanaya, diperlukan efektivitas

pengumpulan zakat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pembangunan.

Saran sebelas ulama itu ditanggapi secara serius oleh Presiden RI

Soeharto yang kemudian memberikan seruan dan edaran kepada para pejabat dan

instansi terkait untuk menyebarluaskan dan membantu terlaksananya

pengumpulan zakat secara nasional.

Kedua, Seruan Presiden Republik Indonesia pada peringatan Isra Mi`raj

Nabi Muhammad SAW di istana Negara, pada tanggal 26 Oktober 1968 tentang

perlunya intensifikasi pengumpulan zakat sebagai potensi yang besar untuk

menunjang pembangunan.

Dua hal inilah yang melatarbelakangi pendirian BAZIS Provinsi DKI

Jakarta, Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan No. Cb. 14/8/18/68

Page 57: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

57  

tertanggal 5 Desember 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat,

berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.43

Berdasarkan keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ dibentuk

mulai tingkat Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya

adalah mengumpulkan zakat di wilayah DKI Jakarta dan penyalurannya terutama

ditujukan kepada fakir miskin.

Sejak berdiri dari tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil Zakat

(BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja pada aspek

penghimpunan zakat yang terlihat belum optimal. Jumlah dana zakat yang

terhimpun masih jauh dari potensi ZIS yang dapat digali dari masyarakat. Hal ini

disebabkan lembaga ini membatasi diri pada penghimpunan dana zakat saja.

Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dana karena

semakin kompeksnya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta pada 1973

melalui keputusan No. D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973,

menyempurnakan BAZ ini menjadi Badan Amil Zakat dan infaq/shadaqah yang

selanjutnya disingkat menjadi BAZIS.44 Dengan demikian, pengelolaan dan

pengumpulan harta masyarakat menjadi lebih luas, karena tidak hanya mencakup

zakat, akan tetapi lebih dari itu, mengelola dan mengumpulkan infaq/shadaqah

serta amal sosial masyarakat yang lain.

43 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, h. 12.

44 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, h 10.

Page 58: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

58  

B. Dasar Hukum

Dalam perjalanannya, ZIS selalu mendapat perhatian dari berbagai pihak.

Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan UU. Menteri dan Gubernur

Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan keputusan berkaitan dengan ZIS memiliki

nilai strategis dalam pandangan berbagai kalangan, baik pemerintah maupun

masyarakat. BAZIS Provinsi DKI Jakarta sejak berdirinya telah didukung oleh

berbagai kekuatan hukum, baik menyangkut manajemen kelembagaan, maupun

yang bersifat operasional.

Sejalan dengan perkembangan BAZIS produk-produk hukumnya

senantiasa disesuaikan, terutama lahirnya UU No.38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat memberikan implikasi sangat luas pada lembaga pengelola

zakat ini, dia antaranya adanya tuntutan profesionalitas, transparansi,

akuntabilitas, dan kemandirian. Dasar Hukum yang membentengi posisi BAZIS

Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah:

1. Undang-Undang Republik Indonesia No.34 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

3. Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat.

Page 59: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

59  

4. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.373 Tahun 2003 tentang

pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No.38 tentang Pengelolaan

Zakat.

5. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.120 Tahun

2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infaq, dan

Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

6. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.121 Tahun

2002 tentang Pola Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Badan Amil Zakat,

Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.26 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Zakat, Infaq, dan

Shadaqah pada Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta.

8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.51 Tahun

2006 tentang Petunjuk pelaksanaan pengumpulan dan Pendayagunaan Zakat,

Infaq, dan Shadaqah oleh Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta.45

C. Tujuan

Seiring perjalanan waktu BAZIS Provinsi DKI Jakarta selalu berdialog

dengan realitas internal dan eksternal. Realitas internal berkaitan dengan

45 Bazis Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubenur Provinsi DKI Jakarta,

(Jakarta:BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), h.15.

Page 60: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

60  

manajemen dan sumber daya. Sedangkan realitas eksternal berhubungan dengan

dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di masyarakat. Betapapun juga,

BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak ingin ketinggalan kereta zaman yang terus

melaju. Dengan terus melaksanakan tujuan-tujuan sebelumnya, BAZIS Provinsi

DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.121

Tahun 2002 tentang pola pengelolaan ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta

memprioritaskan tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq,

dan shadaqah sesuai dengan tuntunan agama.

2. Meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial

3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq, dan shadaqah.46

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, sejalan dengan perkembangan

zaman, produk-produk hukum BAZIS DKI Jakarta senantiasa mensesuaikan

dengan peraturan yang berlaku yang bertujuan untuk mensejahtrakan Masyarakat

DKI Jakarta melalui program-program BAZIS DKI. Juga meningkatkan

pelayanan bagi para masyarakat dalam menunaikan ZIS sesuai dengan tuntunan

agama Islam.

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai dengan BAB II Pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

No.120 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infaq,

46 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta, h 16.

Page 61: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

61  

dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, maka tugas pokok

BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah :

1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan

shadaqah sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

2. Dalam melaksanakan tugasnya BAZIS bersifat obyektif dan transparan.47

Sedangkan yang menyangkut fungsi, sebagaimana BAB II Pasal 4

Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.120 diatas, maka BAZIS Provinsi

DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan Program Kerja.

2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq, dan shadaqah dari masyarakat

termasuk pegawai di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

3. Pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah sesuai dengan ketentuan

hukumnya.

4. Penyuluhan kepada Masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran

menunaikan ibadah zakat, infaq, dan shadaqah.

5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah agar lebih produktif dan

terarah.

6. Koordinasi, bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan zakat, infaq,

dan shadaqah yang dilaksanakan oleh pelaksana pengumpulan BAZIS.

47 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010.

Page 62: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

62  

7. Penyelenggaraan kerja sama dengan Badan Amil Zakat, infaq dan shadaqah

dan Lembaga Amil Zakat.

8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq,

dan shadaqah.

9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumah-tanggaan

dan sumber daya manusia.48

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tugas pokok dan fungsi BAZIS DKI

Jakarta mengacu pada Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah, tugas pokok

BAZIS DKI Jakarta yaitu menyelenggarakan pengumpulan dan penghimpunan

dana ZIS serta dalam melaksanakan tugasnya BAZIS DKI harus bersifat obyektif

dan transparan. Adapaun fungsi dari BAZIS DKI yaitu, mendayagunakan dana

ZIS serta memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat menunaikan zakat.

48 BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, h.102

Page 63: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

63  

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS STRATEGI FUNDRAISING BAZIS

PROVINSI DKI JAKARTA

A. Analisis Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap

Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS.

Cara penghimpunan zakat memang masih mengundang kontroversi

(ikhtilaf). Ada yang beranggapan bahwa zakat adalah wewenang pemerintah, dan

karena itu pemerintah berkewajiban mengelolanya. Kata “khudz” di dalam Al-

Qur’an surat At-Taubah ayat 103 menunjukan makna perintah. Makna ini berarti

juga kewenangan kekuasaan dalam hal ini kekuasaan selalu identik dengan

Negara.49 Sehingga dapat diartikan bahwa Negara dapat melakukan pemungutan

zakat dari masyarakat. Sebagian yang lain menganggap zakat adalah urusan

agama. Karena urusan agama adalah urusan privat, maka Negara tidak dapat

memasuki wilayah ini.

Pada praktiknya, kedua pandangan ini masih sama-sama berpengaruh.

Misalnya, penggunaan kekuasaan pernah dilakukan dalam Undang-Undang

No.17 Tahun 2000 bahwa zakat dapat mereduksi pajak. Namun implementasi

dari UU ini masih sulit diterapkan, karena perbedaan paradigma dan masih

rendahnya kesadaran masyarakat dalam berzakat.

49 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat, Infaq/ Shadaqah di DKI Jakarta, (Jakarta, BAZIS

DKI, 1999), h. 5

Page 64: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

64  

Kondisi yang plural ini, meniscahyakan kreativitas dalam penciptaan

kesadaran. Namun harus disadari bahwa penciptaan kesadaran bukanlah hal yang

mudah. Sempitnya pemahaman umat Islam tentang jenis harta yang harus

dizakati, kurangnya sosialisasi sebagai akibat dari mahalnya biaya yang harus

dikeluarkan dan masih kuatnya paradigma masyarakat yang menganggap

membayar ZIS langsung kepada mustahik lebih utama dari pada melalui

lembaga amil menempatkan lembaga-lembaga pengelola zakat belum

mendapatkan perhatian penuh dari muzaki, munfiq, dan mutashaddiq.50

Oleh sebab itu, kesadaran memerlukan ruang pencipta. Ia tidak datang

sendiri. Berbagi kalangan masyarakat seperti ulama, tokoh masyarakat, dan

pemerintah harus dapat menciptakan berbagai strategi pendekatan yang dapat

menumbuhkembangkan kepercayaan masyarakat dan mampu mewujudkan

lembaga pengelolaan zakat yang amanah, kredibel-akuntabel, transparan dan

profesional.

Keberadaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta menjadi jawaban permasalahan

diatas, dimana pemerintah dan berbagai elemen masyarakat bersinergi dalam

pengelolaan zakat, baik dalam penghimpunan, pendistribusian, dan

pendayagunaannya.

Penghimpunan (fundraising) ZIS yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI

Jakarta sebagai salah satu tugas BAZIS Provinsi DKI Jakarta sebagaimana

50 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institute Manajemen Zakat. Manajemen ZIS BAZIS

Provinsi DKI Jakarta, h. 66.

Page 65: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

65  

tertulis dalam Surat Keputusan Gubernur No.120/2002 proses ini bukan sekali

jadi. Upaya ini dilakukan dengan kerja kultural-struktural dan melihat realitas

yang berkembang.51

1. Kebijakan di Bidang Penghimpunan (Fundraising)

a. Sasaran

Sasaran penghimpunan ZIS adalah seluruh warga muslim ibukota, yang

dikelompokkan kedalam :

1) Masyarakat umum yang dikoordinasikan oleh kepala kelurahan dan dibantu

oleh Ketua RT/RW serta tokoh agama atau pemuka masyarakat.

2) Karyawan/Pegawai, yang dikoordinasikan oleh kelurahan, kecamatan,

kotamadya, dan BAZIS unit satuan kerja.

3) Para pengusaha nasional, hartawan, dan dermawan yang dikoordinasikan

langsung oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta atas nama Gubernur.

4) Nasabah Bank.

5) Jemaah calon Haji dan Umroh.52

b. Perhitungan Zakat

Sebagaimana tercantum dalam pasal 14 UU RI No.38 Tahun 1999

tentang pengelolaan zakat, ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian dalam

hal penghitungan zakat, yaitu :

51 BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, h. 43 52Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010.

Page 66: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

66  

1) Muzaki melakukan penghitungan zakat sendiri hartanya dan kewajiban

zakatnya berdasaarkan hukum agama.

2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu), muzaki dapat meminta bantuan

kepada badan amil zakat dan badan amil zakat memberikan bantuan kepada

muzaki untuk menghitungnya.

3) Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil

zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang

bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 53

2. Program Sosialisasi

Memberikan pemahaman ZIS kepada masyarakat bukanlah proses yang

instan. Keberhasilan ini tergantung pada bagaimana kesungguhan ajaran ZIS

didakwahkan terus-menerus kedalam masyarakat54. Karena penyadaran ini bukan

hanya terhenti pada kemauan masyarakat untuk menunaikannya. Tetapi

diharapkan juga masyarakat mampu menjadikannya sebagai gerakan yang

menyeluruh dan mampu menggerakkan masyarakat yang lain untuk

menunaikannya pula.

Bagi sebagian masyarakat, menunaikan ZIS masih menghadapi kendala.

Karena diantara mereka masih ada yang belum mengetahui hukum ZIS, peran

53 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010. 54 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010.

Page 67: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

67  

ZIS, dan fungsi amil (BAZIS), siapa yang termasuk muzaki, munfiq, dan

mutashaddiq, bagaimana membayar ZIS serta harus kemana membayarnya.

Sebagai implementasi tugas dan fungsinya, BAZIS Provinsi DKI Jakarta

melaksanakan langkah-langkah sosialisasi yang secara umum adalah :

a. Mengadakan kerjasama secara teknis dengan lembaga/instansi lain dalam hal

penyuluhan dan penghimpunan ZIS.

b. Mengadakan koordinasi. Intergrasi, dan sirkonisasi yang bersifat teknis

(bukan kebijaksanaan) dengan semua pihak, agar penghimpunan ZIS optimal.

c. Mengadakan kerjasama dengan lembaga profesi sejenis sebagai mitra atau

sinergi dalam penyuluhan zakat, infaq dan shadaqah.

Adapun kegiatan sosialisasi yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta

diantaranya :

1) Menyediakan layanan internet dengan situs internet dengan

homepage:http://www.bazisdki.go.id, email : webmaster@bazis dki.go.id,

yang memuat kebutuhan informasi tentang ZIS secara lengkap yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

2) Bagi yang ingin berhubungan langung dengan kantor BAZIS, disediakan

saluran telefon khusus (hotline) dengan nomor : (021) 3144023, 3901367 dan

faksmili (021) 3144579.

3) Selain itu penyebarluasan informasi secara intensif dan berkesinambungan

diupayakan pula melalui media dakwah, cetak, elektronik, penerbitan majalah,

buku, leaflet, baliho, pemasangan spanduk, dan lain-lain.

Page 68: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

68  

4) BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga menitipkan pesan dakwah untuk

menunaikan ZIS kepada para da’I dan khatib jum’at agar umat khususnya

kaum aghniya lebih faham tentang ZIS dan kemudian sadar untuk

menunaikannya.

Keinginan BAZIS Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan jumlah ZIS

diwujudkan dengan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab

itu BAZIS Provinsi DKI Jakarta berusaha memberikan kepuasan dan

kenyamanan masyarakat dalam menunaikan ibadah ini. Konsep pelayanan ini

diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat meski dengan

kegiatan dan kerja yang padat. Upaya ini ditempuh BAZIS Provinsi DKI Jakarta

dengan melakukan beberapa hal antara lain adalah :

a) Program “Jemput Bola”, dalam hal ini petugas BAZIS Provinsi DKI Jakarta

mendatangi muzaki, munfiq dan mutashaddiq untuk mengambil dana ZIS

yang sudah diinformasikan dan disiapkan. Dengan ini mereka tidak perlu

direpotkan pergi ke Bank atau kantor BAZIS untuk membayar ZIS. Upaya ini

merupakan betuk penyadaran umat dalam menunaikan ZIS.

b) Mempertemukan muzaki, munfiq dan mutashaddiq setiap Ramadhan, BAZIS

Provinsi DKI Jakarta mengadakan silaturahmi dengan mengundang mereka di

acara “PEDULI RAMADHAN”. Pada kesempatan ini, BAZIS Provinsi DKI

Jakarta menyerahkan ZIS untuk mustahiq di saksikan langsung oleh muzaki,

munfiq dan mutashaddiq. Dengan demikian, muzaki, munfiq dan mutashaddiq

Page 69: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

69  

merasa percaya, sehingga semakin tergugah untuk menunaikan ZIS dalam

jumlah yang lebih besar.55

3. Konsep Komunikasi

Komunikasi terdiri dari dua jenis, yaitu komunikasi vertikal dan

komunikasi horisontal. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi kebawah,56

biasanya dari manajemen puncak secara hierarkis dalam bentuk instruksi, saran,

peringatan, dan penilaian kepada bawahan. Misalnya, lahirnya Surat Keputusan

Gubernur No. 121 dan 120 tahun 2002. Sedangkan komunikasi keatas adalah

komunikasi dari bawahan ke atas. Biasanya dalam bentuk laporan keuangan,

laporan dari Supervisi Program (SP) tentang perkembangan kerjasama BMT

dengan pedagang kecil di 5 wilayah DKI Jakarta.

Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang sejajar. Dalam kaitannya

dengan BAZIS Provinsi DKI Jakarta, maka komunikasi ini adalah komunikasi

antara personal pegawai dengan pegawai yang lain. Dan komunikasi horisontal

antara bidang dengan bidang yang lain. Komunikasi ini dilakukan untuk

mensinkronkan berbagai program yang ada. Misalnya untuk program bantuan

dana. Hal ini meniscahyakan komunikasi antara bidang pendayagunaan dengan

bidang dana. Perjalanan komunikasi ini bisa secara formal dan periodik dalam

setiap pertemuan dengan melibatkan semua jajaran BAZIS Provinsi DKI Jakarta.

55 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010. 56 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 127.

Page 70: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

70  

Dan bisa juga dilakukan secara nonformal setiap hari prinsipnya adalah fleksibel,

bergantung tingkat kebutuhan.

Perkembangan BAZIS Provinsi DKI Jakarta menganggap perlunya

membuka komunikasi dengan berbagai kalangan masyarkat. Karena dengan

komunikasilah BAZIS Provinsi DKI Jakarta dapat berkembang seperti sekarang.

Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, para ahli ilmu sosial

mengatakan bahwa kurangnya komunikasi akan memperlambat perkembangan.

Begitupula dengan BAZIS Provinsi DKI Jakarta, meniscahnyakan perlunya

keterbukaan dalam berkomunikasi bila perkembangannya tak ingin terhambat.

Sebagai ibadah yang diperintahkan dan dianjurkan Allah SWT,

komunikasi dengan ZIS antara BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan masyarakat

adalah komunikasi yang berbasis kepada Al-Qur’an, yaitu basyiran wa nadhiran

atau tarhib wa targhib (kabar gembira dan ancaman). Memberikan pemahaman

tentang ZIS dilakukan secara komprehensif (menyeluruh). Penyampaian ini

bergantung pada tingkat pemahaman masyarakat dapat dilihat dari respon mereka

terhadap penunaian ZIS dan peningkatan jumlah ZIS. Adapun pesan yang

disampaikan antara lain adalah:

a. Kewajiban menunaikan zakat dan pelaksanaannya melalui lembaga yang

terpercaya.

b. Manfaat dan hikmah ZIS, baik didunia maupun diakhirat diakhir.

c. Ancaman dan resiko bagi pengingkar ZIS, baik didunia maupun diakhirat.

Page 71: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

71  

Sebagai lembaga dengan sistem yang modern, upaya komunikasi tidak

hanya pada ketersampaian pesan kepada khalayak. Tetapi juga berbarengan

dengan komunikasi kelembagaan. Komunikasi kelembagaan ini terkait dengan

citra lembaga. Betapapun lembaga sebagai pengelola harus dapat membangun

komunikasi yang dialogis dengan masyarakat baik secara pemberi maupun

sebagai penerima. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat menaruh kepercayaan

terhadap lembaga pengelola. Adapaun upaya itu meliputi :

1) Transparansi pengelolaan. Hal ini dibuktikan dengan publikasi pengelolaan

kepada khalayak melalui media cetak, media online, dan keterlibatan komisi

pengawas, akuntan publik, dan Badan Pengawas Daerah dalam kontrol

kelembagaan.

2) Modernisasi pengelolaan, yang dirincikan dengan penerapan teknologi

informasi berbasis komputer dan internet serta SOP yang baku.

3) Publikasi. Sebagai lembaga yang didirikan untuk publik, BAZIS Provinsi

DKI Jakarta secara rutin mempublikasikan perkembangan pemikiran,

program, dan informasi pengelolaan melalui Majalah Peduli Umat sebagai

media milik BAZIS Provinsi DKI Jakarta, dan media massa yang lain. Upaya

ini dilakukan untuk memberikan informasi sekaligus penggalangan dana

ZIS.57

57 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis

provinsi DKI Jakarta, h. 76.

Page 72: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

72  

4. Manajemen Kemitraan dengan Perusahaan

Dalam rangka mengoptimalkan potensi ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta

menjalin hubungan dengan berbagai perusahaan yang ada di Jakarta. Disini letak

perbedaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan lembaga pengelola zakat yang

lain. BAZIS Provinsi DKI Jakarta memilki power yang lebih. Power dalam arti

daya tekan maupun image citra dihadapan perusahaan. Tetapi dalam hal ini

bukan berarti BAZIS Provinsi DKI Jakarta menggunakan secara sewenang-

wenang. Dengan kelebihan ini BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah memiliki

database dan peta perusahaan yang ada di Jakarta. Untuk itu bentuk kemitraan

yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan perusahaan adalah :

1) Mengadakan kerjasama secara teknis dengan perusahaan dalam hal

penyuluhan dan penghimpunan ZIS. Upaya ini dilakukan secara koordinatif.

Hal ini dilakukan agar penyuluhan dan penghimpunan ZIS di perusahaan

lebih optimal.

2) Mengadakan kerjasama teknis pembayaran ZIS dengan Bank Syariah

perusahaan jasa komunikasi.

3) Mempertemukan pengusaha (muzaki, munfiq dan mutashaddiq) dengan

mustahiq. Upaya ini dilakukan setiap Ramadhan. Dengan disaksikan

langsung oleh muzaki, munfiq dan mutashaddiq, BAZIS Provinsi DKI Jakarta

menyerahkan ZIS kepada mustahiq. Dengan ini diharapkan para pemberi

merasa puas dan tergugah untuk menunaikan ZIS dengan jumlah yang lebih

Page 73: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

73  

besar. Dan secara tidak langsung menggugah kesadaran yang lain (muzaki,

munfiq dan mutashaddiq) untuk melakukan hal yang sama.

4) Setiap tahun Gubernur mengeluarkan seruan penghimpunan shadaqah

gerakan amal sosial. seruan ini dikeluarkan pada waktu menjelang bulan

Ramadhan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta, pelaksanaanya dengan

mengedarkan map GAR (Gerakan Amal Sosial Ramadhan).

5. Pencarian Sumber ZIS Kontemporer

Meski banyak yang menilai terus mengalami peningkatan dalam

penggalangan dana ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak pernah berhenti

mencari sumber-sumber baru. Karena potensi ZIS, terutama di Jakarta, masih

banyak yang belum terjamah. Dengan potensi SDM dan sistem informasi yang

modern yang sudah ada dan berkembang itu, maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta

terus melakukan beragam inovasi dalam rangka menambah jumlah pundi-pundi.

Tentunya dengan tetap menjaga sumber dana ZIS yang telah ada. BAZIS tidak

ingin terjebak dalam adigum “bagai mengharap hujan dari langit air di tempayan

ditumpahkan”. Upaya yang dilakukan dalam mencari sumber ZIS kontemporer

ini antara lain adalah :

a. Menggarap jamaah Haji plus dan Umroh.

b. Mendekati kalangan profesional. Selama ini upaya ini baru sebatas pribadi

mereka dan belum menyentuh lembaga. Karena itu BAZIS Provinsi DKI

Jakarta melakukan pendekatan, baik secara personal kepada kalangan

profesional ini.

Page 74: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

74  

c. Berkerjasama dengan instansi-instansi di lingkungan pemerintah Provinsi DKI

Jakarta yang memiliki perusahaan-perusahaan mitra kerjanya sebagai

implementasi dari instruksi Gubernur No. 89 tahun 2005.58

6. Manajemen Motivasi dan Kontrol

Prestasi yang diraih BAZIS Provinsi DKI Jakarta seperti saat ini tidak

lepas dari motivasi dan kontrol. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri

seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Sedangkan kontrol dapat diartikan

sebagai pengawasan dan pengendalian.

a. Motivasi

motivasi merupakan hal yang penting, terutama bagi mereka yang bekerja

di lembaga pengelola zakat. Hal ini, baik munculnya dari dalam diri, maupun

dari luar, semisal dari atasan. Jika mereka memahami dan menyadari apa yang

dilakukan, dengan sendirinya mereka akan bekerja dan melakukan sesuatu tanpa

merasakan tertekan. Memunculkan motivasi dari dalam, memang tidak mudah,

tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Upaya yang berulang dan terus-

menerus (sustainable) adalah salah satu jalannya.

Dalam kaitannya dengan motivasi, ada dua hal penting yang dilakukan

pihak manajemen BAZIS Provinsi DKI Jakarta kepada semua unsur yang ada

didalamnya. Pertama, motivasi intristik. Motivasi ini adalah dorongan yang

muncul dari dalam diri seseorang. Dengan motivasi ini, para petugas BAZIS

58 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010.

Page 75: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

75  

Provinsi DKI Jakarta diharapkan dapat bekerja untuk kemaslahatan umat.

Dimana pahalanya tidak tampak secara langsung. Bekerja di BAZIS adalah

tabungan dunia akhirat yang tidak mudah didapatkan di tempat lain. Kalau salah

satunya untuk tabungan dunia saja, mungkin sangat mudah didapatkan. Tapi

menemukan keduanya dunia dan akhirat, bukan sesuatu yang gampang. Motivasi

ini secara kontinu dan berjenjang selalu disampaikan pihak pimpinan kepada

pegawai BAZIS yang ada di semua tingkatan.

Kedua, motivasi ekstrinsik. Merupakan dorongan yang muncul dari luar

diri seseorang. Secara individual bagi pegawai BAZIS yang berprestasi akan

diberikan penghargaan dan hadiah. Secara geografis, bagi wilayah yang

berprestasi juga diberikan penghargaan misalnya dengan menjadikan wilayah

tersebut sebagai wilayah percontohan BAZIS.59

Hadiah yang diberikan dapat berupa piagam dan umrah yang ditetapkan

dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Hadiah ini diberikan sekali

dalam satu tahun. Pada kenyataannya motivasi ekstrinsik ini berdampak positif

karena dapat meningkatkan penghimpunan ZIS dan kinerja pegawai BAZIS

dimasing-masing wilayah.

b. Pengawasan

Sebagai lembaga yang memiliki spirit agama, tentunya semua unsur di

BAZIS Provinsi DKI Jakarta sedapat mungkin berbuat sesuai dengan koridor

59 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010.

Page 76: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

76  

agama. Kontrol atau pengawasan merupakan proses amar ma’ruf nahi munkar.

Dengan pengawasan diharapkan dapat menjamin tercapainya tujuan organisasi,

karena pengawasan merupakan usaha untuk mengembalikan, meluruskan, dan

mengantipasi berbagai penyimpangan agar sesuai dengan perencanaan.

Dengan spirit agama, secara fungsional, sesungguhnya semua unsur di

BAZIS Provinsi DKI Jakarta sudah berfungsi sebagai pengawas (inheren), paling

tidak, bagi diri sendiri. Karena setiap mereka bertanggungjawab terhadap tugas

yang sudah diamanahkan. Sedangkan pengawasan secara formal adalah dengan

kehadiran Komisi Pengawas di dalam struktur BAZIS Provinsi DKI Jakarta.

Upaya pengawasan dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta ada yang

bersifat preventif. Pengawasan ini dilakukan dengan penertiban administrasi,

keuangan, dalam penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan, dan

perkembangan ZIS. Namun secara rinci upaya ini dilakukan dengan hal-hal

berikut :

1) Dalam hal penghimpunan upaya kontrol ini dilakukan dengan menertibkan,

kartu kendali, kupon, formulir menghitung zakat sendiri (MZS), formulir,

tanda bukti setoran ZIS, pembukuan, dan akuntansi.

2) Menurunkan Tim setiap 2 bulan untuk melakukan kontrol pembukuan.

3) Berkoordinasi dengan Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA)

4) Melibatkan Akuntan Publik setiap tahun untuk mengaudit keuangan dari

program yang diselenggarakan BAZI, auditor ini dipilih secara terbuka.

Page 77: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

77  

5) Membuat Standard Operasioanal Prosedur (SOP). Dengan SOP ini diharapkan

pengelolaan BAZIS memiliki sistem yang terkontrol.

6) Adanya Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas.

Secara khusus, kehadiran Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas

bagi lembaga seperti BAZIS memiliki peran yang sangat signifikan. Karena

dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berkembang memerlukan

perspektif baru. Betapapun juga, pembicaraan zakat bukan hanya membahas

perintah pelaksanaan zakat, tetapi pada saat yang sama juga membicarakan

realitas ekonomi, sosial, dan politik yang terus berkembang.

Ada beberapa praktik pengawasan yang dilakukan di BAZIS Provinsi

DKI Jakarta. Pertama, pengawasan awal. Pengawasan ini dilakukan sebagai

upaya preventif untuk menjaga agar tujuan tercapai sesuai rencana dan tetap

menjaga koridor agama. Kedua, pengawasan berjalan. Yaitu pengawasan yang

dilakukan pada saat kegiatan sedang berjalan. Pengawasan ini memungkinkan

adanya evaluasi di tengah berlangsungnya kegiatan. Sehingga memungkinkan

pula adanya pendapat untuk lebih melancarkan proses kegiatan. Ketiga,

pengawasan akhir. Pengawasan ini dilakukan di akhir kegiatan. Karena dilakukan

di akhir, maka pengawasan ini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan bagi

proses kegiatan yang sudah dilaksanakan. Pengawasan ini hanya akan

bermanfaat bagi program selanjutnya.60

60 BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institute Manajemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis

Provinsi DKI Jakarta, Cet. Ke-1, h. 84.

Page 78: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

78  

Dalam hal terjadinya kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh

pengelola, baik dari BAZIS Provinsi DKI Jakarta maupun di wilayah

naungannya, berdasarkan laporan dan bukti maka BAZIS Provinsi DKI Jakarta

akan mengajukannya secara hukum. Bila benar-benar terbukti maka akan

diberikan sanksi tegas sesuai dengan peraturan kepegawaian yang berlaku dan

hukum yang ada (tindakan represif atau tegas).61

B. Analisis SWOT BAZIS Provinsi DKI Jakarta

1. Analisis SWOT

Dalam rangka alur berpikir Manajemen Strategis atau Perencanaan

Strategis, Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan

internal dan eksternal organisasi/perusahaan yang telah dikenal luas untuk

memetakan posisi existing (saat ini) suatu organisasi. Analisis ini idealnya

bertumpu pada basis data tahunan dengan pola 3-1-5. Maksudnya, data yang

diupayakan mencakup data perkembangan organisasi pada 3 tahun sebelum

dilakukan analisis, apa yang akan diinginkan pada tahun dilakukannya analisis

serta kecendrungan organisasi untuk 5 tahun kedepan pasca analisis, hal ini

dimaksudkan agar strategi yang akan diambil memiliki dasar dan fakta yang

dapat dipertanggungjawabkan.

S (Strength) atau faktor kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan, atau

keunggulan-keunggulan lain relatif terhadapt pesaing dan kebutuhan pasar yang

61 Djunaedi Mansyur, Kasubag Humas BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 30 Juli 2010.

Page 79: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

79  

dilayani organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competence)

yang memberikan keunggulan komparatif bagi organisasi di pasar. Sebaliknya,

W (weakness) atau faktor kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam

sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat

kinerja efektif perusahaan. O (Opportunity) atau faktor peluang adalah situasi

penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Sementara,T

(Threat) atau faktor tantangan adalah situasi penting yang tidak menguntungkan

dalam lingkungan perusahaan.62

Bagi BAZIS DKI, hasil analisis SWOT akan menunjukkan kualitas dan

kuantifikasi posisi BAZIS DKI yang kemudian memberikan rekomendasi

strategis terhadap strategi induk umum fungsional BAZIS DKI berikut

rekomendasi fungsional kebutuhan atau modifikasi sumberdaya organisasi.

Analisis SWOT ini juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi keunggulan

bersaing (competitive advantage) BAZIS DKI, yang disebut sebagai

“kemampuan inti” bila resultasi kekuatan dan kelemahannya positif yang akan

menjadi landasan strategi BAZIS DKI untuk survive dan sukses di pasar ‘industri

jasa penggelolaan dana umat’.63

UU Nomor 33 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan UU Nomor 17

tahun 2000 tentang Pajak memberikan implikasi sangant luas pada lembaga

pengelola zakat. Diantaranya, adanya tuntutan profesionalisme, transparansi dan

62 Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan, (Jakarta:

SEM Institute, 2004), h. 68. 63 Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan, h. 70.

Page 80: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

80  

akuntabilitas, serta kemandirian sebagai sebuah institusi publik bagi keberhasilan

pengelolaan zakat.

Bagi BAZIS DKI, dengan posisi strategisnya, tuntutan ini bahkan

dirasakan lebih mendesak untuk segera dipenuhi. Dalam perspektif strategis,

tuntutan ini mengindikasikan adanya kebutuhan rekayasa manajemen dan

organisasi juga rekayasa sistem keuangan dan manajemen sistem informasi guna

menunjang keberhasilan proses-proses internal dalam upaya BAZIS DKI untuk

meningkatkan diri di masa-masa mendatang menuju BAZIS DKI masa depan

sebagai pengelola ZIS terunggul di Indonesia. Tuntutan ini direspon dengan baik

oleh pemerintah DKI Jakarta dengan terbitnya SK Gubernur Propinsi DKI

Jakarta Nomor 2229/2001 tanggal 26 Juli 2001 tentang Pembentukan Tim

Perumus Pengembangan BAZIS DKI Jakarta.

Berdasarkan SK tersebut yang ditindaklanjuti dengan penyusunan Term

of Reference (TOR) dan Proposal Pengembangan BAZIS DKI Jakarta Masa

Depan, ditetapkan adanya program penataan BAZIS DKI pada semua aspek

manajemen dan organisasi menuju BAZIS masa depan. Tujuannya adalah untuk

melakukan perancangan pengembangan manajemen dan organisasi BAZIS DKI

menuju BAZIS DKI masa depan. Sasaran program ini adalah didapatkannya

rancangan pengembangan manajemen dan organisasi menyeluruh bagi

pengembangan BAZIS DKI masa depan yang meliputi: (1) Strategi Induk

Organisasi: Visi, Misi dan Tujuan; (2) Strategi dan Kebijakan Fungsional pada

Fungsi utama Penghimpunan Dana dan Pendayagunaan Dana serta Fungsi

Page 81: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

81  

Pendukung lainnya; (3) Lingkup Program; dan (4) Bentuk Organisasi Yang

Mencakup Struktur, Deskripsi Tugas, Alokasi SDM, Basis komunikasi berikut

Implikasinya.64

Guna mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan

dalam TOR dan Proposal Pengembangan BAZIS DKI Masa Depan, khususnya

untuk Bidang Manajemen dan Organisasi, pendekatan yang digunakan adalah

model alur berpikir Manajemen Strategis. Dalam pendekatan ini, rancangan

pengembangan manajemen dan organisasi BAZIS DKI Masa Depan harus

didasarkan atas hasil Analisis Kondisi (SWOT) BAZIS DKI Excisting

(senyatanya).65

Dari analisis SWOT tersebut, BAZIS DKI memiliki 6 potensi

kemampuan inti yang dapat dikategorikan sebagai kekuatan yang bersumber dari

SDM (1 potensi), sumberdaya organisasi (3 potensi), sumberdaya fisik (2

potensi). Keenam kemampuan ini sangat potensial untuk mendukung harapan

stakeholders (pihak terkait, baik internal atau pelaku organisasi maupun pihak

ekternal organisasi yang memiliki pengaruh pada organisasi, yakni muzakki,

munfiq, mutasaddiq, mustahik, amil dan pemda DKI) BAZIS DKI untuk menjadi

Good Public Institution, yakni dalam hampir seluruh karakter organisasi yang

ingin dibangun berciri: Profesional, Amanah, transparan & Akuntabel, Mandiri,

64 Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan,h.73 65 Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan, h. 75.

Page 82: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

82  

Layanan Prima, dan Budaya Organisasi Mantap serta Memantapkan Jaringan

Kerja berikut Citra Kelembagaan.

Adanya korelasi positif kemampuan inti dengan harapan stakeholders ini

secara spesifik mempertajam rekomendasi strategis analisis SWOT untuk

mereformulasikan Strategi Organisasi yang berorientasikan pertumbuhan

(Growth/expansion Oriented Strategy). Prinsip strategi berorientasi pertumbuhan

agresif atau ekspansi ini adalah dengan menekankan pada penambahan/perluasan

produk, pasar dan fungsi dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan

meningkat. Bagi BAZIS DKI, pilihan strategi yang dinilai paling tepat adalah

Strategi Pertumbuhan Internal.

Arahan Strategi Pertumbuhan Internal diimplementasikan dalam

formulasi strategi berikut mulai dari nama dan strategi induk hingga bentuk

organisasi, sebagai berikut:

a. Nama Organisasi: BAZIS DKI Jakarta dengan corporate slogan/corporate

statement: BAZIS DKI Jakarta Teguh Memegang Amanah, Mitra Kaum

Lemah.

b. Visi: Menjadi Badan Pengelola ZIS yang terunggul dan terpercaya.

c. Misi: (1) Mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah,

profesional, transparan-akuntabel dan mandiri di Jakarta menuju masyarakat

yang sejahtera, berdaya dan bertakwa; (2)menunjang program Pemda DKI

dalam upaya meninggkatkan taraf hidup masyarakat Jakarta sehingga tidak

ada lagi yang tergolong mustahik zakat.

Page 83: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

83  

d. Tujuan: (1) menyelenggarakan kegiatan pengelolaan ZIS secara amanah,

profesional, transparan-akuntabel dan mandiri serta didukung dengan layanan

prima dan budaya organisasi yang mantap; (2) menunjang Pemda DKI dalam

program peningkatan taraf hidup masyarakat dan layanan sosial; (3)

memantapkan jaringan kerja dengan semua pihak untuk membantu semua

asnaf zakat dan masyarakat perlu bantuan (people help need) dengan

berorientasi pada pemberdayaan masyarakat; (4) Meningkatkan citra

kelembagaan melalui keberhasilan pengelolaan ZIS dan kepuasan

stakeholders (muzaki, munfiq dan mutasaddik mustahik, amil dan Pemda

DKI).

e. Strategi Fungsional Pengumpulan: (1) Meningkatkan perolehan jumlah dana

ZIS; (2) meningkatkan jumlah dana ragam Muzakki, Munfiq dan Mutasaddiq;

(3) Meningkatkan kepuasan Muzakki, Munfiq dan Mutasaddiq; (4)

Meningkatkan relasi dan pendukung; (5) meningkatkan citra lembaga.

f. Strategi Fungsional Pendayagunaan: (1) Meningkatkan jumlah dan ragam

Mustahik; (2) Meningkatkan taraf hidup dan keberdayaan Mustahik; (3)

meningkatkan relasi dan pendukung; (4) meningkatkan citra lembaga.

g. Strategi Fungsional Pendukung Operasi: (1) Meningkatkan kualitas SDM

amil; (2) meningkatkan transparansi & akuntabilitas; (3) Meningkatkan

kehandalan data base amil; (4) Meningkatkan tertib administrasi & keuangan;

(5) Meningkatkan self assessment untuk kepentingan evaluasi & rekayasa

ulang organisasi; (6) Meningkatkan citra lembaga.

Page 84: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

84  

h. Kebijakan Fungsional: Sebagai Pola Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah

BAZIS Propinsi DKI Jakarta.

i. Struktur Organisasi: Struktur organisasi BAZIS DKI Jakarta yang ditawarkan

dan dinilai paling tepat adalah struktur primer fungsional, dengan pemimpin

manajemen puncak tunggal dan struktur lini dan fungsional berdsarkan pola

hubungan kerja dan kewenangan.

j. Budaya Organisasi BAZ Jakarta: (1) Syari’ah Adalah Tolak Ukur Aktivitas

BAZIS DKI Jakarta; (2) Pengolahan ZIS Secara Amanah, Profesional,

Transparan dan Akuntabel Adalah Kegiatan Utama BAZIS DKI Jakarta; (3)

Optimalisasi Pengumpulan dan Akuntabel Adalah Kegiatan Orientasi

Produktivitas BAZIS DKI Jakarta; (4) Amanah, Profesionalisme, dan

Kemandirian Adalah Inti Kualitas SDM BAZIS DKI Jakarta.66

2. Budaya Organisasi BAZIS DKI Jakarta

Dalam Bab Pedoman Formulasi Manajemen dan Organisasi, budaya

organisasi (organizational culture) adalah sekumpulan asumsi penting

(keyakinan dan nilai-nilai) yang mempengaruhi opini dan tindakan dalam suatu

perusahaan. Dalam prespektif pengembangan organisasi (Organization

Development/OD), budaya organisasi menggambarkan sistem sosial yang

berlaku dalam sebuah perusahaan yang merangkum aspek-aspek kekuasaan,

nilai, norma dan ganjaran. Kekuasaan berkaitan dengan besarnya tingkat

kewenangan dalam menerapkan budaya organisasi. Nilai mengacu pada standar

66 Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan,h.78

Page 85: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

85  

nilai yang terutama berasal dari manajemen. Norma lebih diidentikan dengan

aturan main dalam perusahaan. Sementara ganjaran adalah sistem berikut

mekanisme reward kepada karyawan yang melaksanakan budaya organisasi.

Dengan berpedoman pada hal tersebut di atas, maka budaya organisasi

yang ditawarkan untuk diterapkan dalam kehidupan lembaga BAZIS DKI Jakarta

adalah terdiri atas sistem nilai berikut:

a. Budaya 1. Syariah adalah tolak ukur aktivitas BAZIS DKI Jakarta. Adalah

lembaga yang didedikasikan untuk menghimpun dan mendayagunakan dana

ZIS. Oleh karena itu, syari’ah menjadi tolak ukur dalam setiap perencanaan,

kebijakan dan organisasi, pelaksanaan kegiatan, serta interaksi diantara

seluruh eksponen pendukungnya.

b. Budaya 2. Pengelolaan ZIS secara Amanah, Profesional, Transparan &

Akuntabel adalah kegiatan utama BAZIS DKI Jakarta.

c. Budaya 3. Optimalisasi Pengumpulan dan Pendayagunaan Dana ZIS adalah

Orientasi Produktivitas BAZIS DKI Jakarta. Produktivitas BAZIS DKI

Jakarta diorientasikan pada terselenggaranya kegiatan pengumpulan dan

pendayagunaan ZIS secara optimal.

d. Budaya 4. Amanah, Profesionalisme, dan Kemandirian adalah inti kualitas

SDM BAZIS DKI Jakarta. Semua program tidak akan terlaksana dengan baik

jika sumberdaya manusia yang bertanggung jawab tidak amanah, profesional

Page 86: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

86  

dan mandiri, maka peningkatan kualitas SDM pengelolas harus menjadi

perhatian semua pihak yang terlibat terus menerus.67

3. Strategi Operasional

Untuk mewujudkan misi, visi, dan tujuan beserta kelengkapan sistemnya

di atas, maka dilakukan berbagai upaya seperti yang disebut di bawah ini.

a. Strategi Fokus

Sesuai dengan kedudukannya sebagai pengelola ZIS, keberhasilan BAZIS

DKI Jakarta sangat ditentukan oleh konsistensi pada tugas.

b. Optimalisasi Sumberdaya

BAZIS DKI Jakarta harus mengoptimalkan sumberdaya dana, manusia, sarana

dan prasarana yang dimiliki untuk mencapai visi, misi dan tujuannya.

Optimalisasi sumberdaya direkomendasikan setelah melihat bahwa potensi

sumberdaya yang ada dinilai cukup untuk membawa BAZIS DKI Jakarta

menggapai visi, misi dan tujuannya.

c. Analisis Strategis

BAZIS DKI Jakarta dimunkan menggandeng lembaga-lembaga tertentu guna

menggalang kerjasama yang saling menguntungkan dengan tetap berada

dalam bingkai konsep yang ditetapkan. Ketepatan memilih lembaga mitra

akan sangat menentukan keberhasilan aliansi. Harus diperhatikan faktor

keunggulan bersaing yang dimiliki oleh lembaga pilihan tersebut, sehingga

aliansi yang terbangun akan memperkuat lembaga.

67 Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan,h. 111

Page 87: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

87  

d. Out- Sourcing

Dalam strategi ini, BAZIS DKI Jakarta memanfaatkan tenaga dari luar

lembaga yang memiliki keahlian spesifik untuk menangani pekerjaan tertentu

pada saat tertentu. Hal ini akan membantu menutupi sumberdaya manusia

yang ada untuk pekerjaan atau keahlian tertentu.68

68 Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan,h. 112

Page 88: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

88  

Bagan hasil indentifikasi variabel SWOT BAZIS DKI

Oleh Konsultan SEM Institute

VARIABEL KEKUATAN 1. Karyawan (amil) Bazis full time. 2. Lembaga Pemerintah. 3. Adanya dukungan sarana – prasarana dari pemda DKI. 4. Posisi Strategis di sentra bisnis dan pemerintahan. 5. Transparansi dalam mengelolaan dana. 6. Kemudahan akses ke media masa. 7. Nama Bazis sudah cukup dikenal. 8. Dewan Pertimbangan yang sudah mulai berfungsi. 9. Sistem dan prosedur yang sudah berlaku.

VARIABEL KELEMAHAN 1. Visi, misi dan Tujuan belum tersusun baik. 2. Database masih lemah. 3. Ekspose program unggulan masih kurang. 4. Diversifikasi dan optimasi program penghimpunan dana

masih kurang. 5. Manajemen dan kualitas SDM masih lemah. 6. Kesejahteraan amil masih kurang. 7. Belum adanya pengembangan karir pengelola (amil), terkendala aturan pegawai negri. 8. Pengawasan dan evaluasi program masih lemah. 9. Belum adanya fungsi R dan D secara kontinyu. 10. Promosi dan komunikasi belum terpada dan optimal. 11. Belum memiliki budaya organisasi. 12. Belum memiliki gedung sendiri.

Page 89: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

89  

VARIABEL PELUANG 1. Adanya kewajiban zakat. 2. Berlakunya UU No. 38/1999 dan UU No. 17/2000. 3. Otonomi daerah dan berlakunya UU No. 34/1999. 4. Dukungan dari pemerintah daerah yang kuat. 5. Adanya peningkatan kesadaran masyarakat. 6. Social responsibility mulai tumbuh di banyak perusahaan. 7. Adanya tuntutan pengelolaan zakat yang profesional. 8. Terbentuknya Ditjen Zakat dan Waqaf Depag. 9. Terbukannya kerjasama dengan BAZ & LAZ yang ada. 10. Perubahan gaya hidup masyarakat. 11. Perkembangan dunia informasi dan teknologi. 12. Dukungan kuat dari berbagai lembaga. Seperti; TV, bank dll.

VARIABEL TANTANGAN 1. Angka kemiskinan meningkat. 2. Masih adanya persepsi buruk tentang Bazis. 3. Masih adanya kebijakan penempatan SDM Pemda DKI ke

Bazis DKI yang tidak sesuai dengan kaidah profesionalisme. 4. Adanya program yang gagal karena terkendala aturan birokrasi. 5. Masih adanya persepsi panutan (taklid buta) masyarakat pada

Kyai/tokoh yang dirujuknya. 6. Adanya ‘pesaing’ sejenis.

Page 90: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

90  

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Strategi Penghimpunan (fundraising) BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam

meningkatkan pengelolaan dana ZIS antara lain :

a. Sasaran Penghimpunan ZIS adalah seluruh warga muslim Ibukota

b. Memberikan pemahaman ZIS kepada masyarakat melalui program sosialisasi

c. Membuka komunikasi dengan berbagai kalangan masyarakat

d. Dalam rangka mengoptimalkan potensi ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta

juga menjalin hubungan dengan berbagai perusahaan yang ada di wilayah

Jakarta.

e. Selalu berinovasi dan mencari sumber-sumber ZIS baru, karena potensi ZIS

terutama di Jakarta masih banyak yang belum terjamah.

f. Agar program-program BAZIS DKI dapat berjalan secara optimal, kinerja

BAZIS DKI tidak terlepas dari motivasi dan pengawasan.

Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta ini membuahkan hasil

yang menguntungkan baik dari muzakki maupun mustahik, dan BAZIS DKI

Jakarta mendapatkan hasil dari program yang dimilikinya, hingga berkurangnya

Page 91: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

91  

mustahik di dokumentasinya serta Negara pun terbantu dalam mengurangi

kemiskinan.

2. BAZIS DKI Jakarta memiliki nilai yang strategis khususnya bagi masyarakat

Jakarta, walaupun dalam hal ini Jakarta adalah Ibukota tetapi masih banyak

warga miskin disekitarnya. Maka dari itu, perananan ZIS sangat berpengaruh

terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat DKI Jakarta yang kurang mampu,

dana yang di berikan BAZIS DKI tidak hanya untuk konsumsi semata tetapi juga

untuk kegiatan produksi agar masyarakat bisa mengembangkan usahanya.

3. Kelebihan dari program-program BAZIS DKI salah satunya adalah program

pendayagunaan dana ZIS yang diwujudkan dalam usaha pengembangan usaha

ekonomi, pembinaan sumberdaya manusia, dan bantuan konsumtif, upaya ini

tidak lain agar mata rantai kemiskinan secara bertahap dapat terlepas. Sedangkan

kekurangannya ada beberapa program unggulan BAZIS DKI Jakarta yang tidak

berjalan, seperti pemberian Qardul Hasan juga pengawasan evaluasi program

yang masih lemah.

B. Saran

Walaupun secara umum hasil pengumpulan dana ZIS mengalami

peningkatan, namun fundraising yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta

masih perlu ditingkatkan lagi, agar strategi fundraising BAZIS Provinsi DKI

Jakarta mampu mencapai target ZIS secara optimal. Juga BAZIS Provinsi DKI

Page 92: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

92  

Jakarta harus terus bereksplorasi sehubugan dengan banyaknya pesaing sejenis

agar BAZIS DKI selalu transparan, amanah, akuntabel juga lebih meningkatkan

tata kerja, SDM pengelola agar masyarakat lebih mempercayakan ZISnya kepada

BAZIS DKI Jakarta.

Page 93: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

93  

DAFTAR PUSTAKA

Bahreisj, Hussein, Hadits Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari Muslim, Surabaya,

Karya Utama, 1997.

BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Majemen Zakat, Manajemen ZIS Bazis

Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006. Cet. Ke-1

BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubenur Provinsi DKI Jakarta, Jakarta,

BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006.

Al Ba’iy, Abdul Al-hamid Mahmud, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter dan

Keuangan Syariah, Jakarta, RajaGrafino Persada, 2006.

Departemen Agama RI, Pedoman Zakat, Jakarta, Penerbit Direktorat Pemberdayaan

Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama

RI, 2006.

Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta, Fakultas

Syariah dan Hukum, 2007

Hafidhuddin, Didin, Agar Harta Berkah dan Berlimpah Gerakan Membudayakan

Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf, Jakarta, Gema Insani Press, 2007.

Hafidhuddin, Didin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq dan sedekah. Jakarta,

Gema Insani Press, 2008.

Hafidhuddin, Didin, Zakat dan Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani Press,

2002.

Page 94: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

94  

Haroen, Nasrun, Amandemen Undang-Undang Pengelolaan Zakat Menuju Tata

Kelola Zakat yang Lebih Baik, Disampaikan pada Seminar Pembahasan RUU

Pengelolaan Zakat, Fraksi PKS DPR RI, Jakarta, 4 Maret 2010.

http://www.baznas.or.id. Diakses pada tanggal 23 Februari 2010.

http://www.uchinfamiliar.blogspot.com/pengrtian-zakat-infaq-sedekah.html. diakses

pada tanggal 24 Juli 2010.

http://www.bazisdki.go.id. Diakses pada tanggal 1 Juli 2010.

http://www. hendrakholid.net/blog/2010/03/16/ Diakses pada tanggal 24 Juli 2010.

Ibrahim, Yasin, Kitab Zakat, Hukum, Tata Cara dan Sejarah, Bandung, Marja, 2008.

Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Khusairi An Naisaburi, Shahih Muslim,

Al-Azhar Cairo, Dar el Hadith, 1997, Juz 8, Cet ke-1.

Imam Ibn Zauji, Shahih Bukhari Ma’a Kasyfi Al- Masykal, Al-Azhar Cairo, Dar el

Hadith, 2008, Juz 16.

Iswoyo, Setiyo. Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, Depok,

Piramedia, 2006.

Konsultan SEM Institute, Laporan Pengembangan BAZIS di Masa Depan, Jakarta,

SEM Institute, 2004.

Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosda Karya,

2000.

Page 95: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

95  

Mahendrawati, Nani, dan Effendi, Agus, Pengembangan Masyarakat Islam,

Bandung, Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. Ke 1.

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta, Bumi Aksara,

2002.

Mufraini, M. Arief, Akuntansi dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan

Kesadarandan Membangun Jaringan, Jakarta, Kencana Prasada Media

Group, 2006.

Pemda DKI, Pedoman Pengelolaan ZIS di DKI Jakarta, Jakarta, Pemda DKI, 1992.

Purwanto, April, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat,

Yogyakarta, Sukses, 2009.

Qaradhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Bandung, Litera Antar Nusa dan Mizan, 1999,

Cet. Ke-5.

Qadir, Abdurrachman, Zakat (Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial), Jakarta,

RajaGrafindo Persada, 2001.

Sabiq, Sayyid, Panduan Zakat menurut Al-Qur’an dan As-Sunah, Bogor, Pustaka

Ibnu Katsir, 2005.

Sakti, Ali, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi

Modern, Jakarta, Paradigma & AQSA Publishing, 2007.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang, Pustaka

Rizki Putra,1999.

Sudewo, Eri, Manajemen Zakat, Jakarta, Institut Manajemen Zakat, Cet. Ke-2004

Sutisna, Hendra. Fundraising Database, Depok, Piramedia, 2006.

Page 96: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

96  

At-Thabrani, Mu’jam Al-Kabir, Juz 8, http://www.ahlalheedth.com, diakses Pada

Tanggal 15 Agustus 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan

Zakat, Disampaikan pada Seminar Pembahasan RUU Pengelolaan Zakat,

Fraksi PKS DPR RI, Jakarta, 4 Maret 2010.

Page 97: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

97  

Page 98: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

98  

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

BADAN AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH PROVINSI DKI JAKARTA

Page 99: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

99  

Hasil PPengumpuulan ZIS

BAZISS Provinsii DKI Jakkarta (20004-2008)

No

1

2 3 4 5

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

Tahun

2004

2005200620072008

0

000,000,000

000,000,000

000,000,000

000,000,000

000,000,000

000,000,000

n

4 8

5 86 17 18 1

2004

GBAZIS 

GBAZIS

Zakat

8.350.646.64

8.720.260.440.927.458.60.676.372.40.232.624.3

2005

rafik HaPropinsi

Grafik HasS Provinsi

200

sil Pe g

6

ni DKI Jak

sil Pengui DKI Jak

48

49 696 441

07

Infaq/Shad

7.907.177

9.762.49710.843.1916.537.5919.747.89

2007

umpulakarta (20

umpulan Zkarta (200

daqah

7.249

7.121 98.891 90.685 98.008

2008

n ZIS004‐2008

ZIS 04-2008)

ZIS

16.257.82

18.482.7521.770.6527.213.9629.980.52

S

23.897

57.570 57.587 63.126 22.315

8)

zakat

infaq/

ZIS

/shadaqah

Page 100: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

1100  

RRencana PBProsentas

2.300.000.00020%

Fakir m

BAZIS Pse Penday

0

miskin F

Provinsi Dyagunaan Zakat 20009 DKI Jakarrta

114.034.1001%

Fi Sabilillah Muallaf, GGharimin, Ibnu

79%8.858.700.00

u Sabil

00

Page 101: kajian strategi fundraising bazis provinsi dki jakarta terhadap peningkatan pengelolaan dana zis

1101  

RRencana P

BAProsentas

7.89

4.117.1523%

BBS

AZIS Provse Penday

9250786845%

55.618%

Bantuan KemaBantuan SosialSosialisasi dan 

vinsi DKIyagunaan

slahatan Umatl KeagamaanBina Lembaga

I Jakarta 2Infaq 2009

2009

5

t & Peningkata

a

5.602.824.90032%

an SDM