strategi fundraising yayasan kesejahteraan
TRANSCRIPT
STRATEGI FUNDRAISING YAYASAN KESEJAHTERAAN
TUNANETRA ISLAM (YAKETUNIS) YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universita Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Disusun oleh:
Riris Listyaningrum
11250046
Pembimbing:
Arif Maftuhin, M.Ag, MAIS.
NIP: 19740202 2001121002
PRODI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Bapak dan Ibu ku tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan
semagat, terimakasih atas semua yang kalian berikan.
Adik ku Ninda, yang selalu memberikan motivasi,
Dan Almamater, Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vii
MOTTO
“Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi orang lain”
(Hadist Riwayat Al-Qadha’i)1
1Octavia, Kumpulan Hadist Pilihan, (Jakarta: Media Dewantara, 2009), hlm.
54..
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan taufik-Nya kepada penulis yang telah diberi petunjuk, kekuatan dan
kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga selalu
terlimpahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun
umatnya menuju jalan kebahagian hidup dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa
terimakasih kepada:
1. Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang selalu memberi dorongan kepada
mahasiswanya untuk selalu giat dalam perkuliahan.
2. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Karyawan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga yang telah
memberikan ilmu dan pelayanan dalam penyususnan skripsi.
3. Ibu Abidah, S.Ag, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memberikan arahan mengenai judul skripsi yang diajukan.
4. Bapak Arif Maftuhin, M.Ag, MAIS selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang
telah dengan sabar dan ikhlas memberi bimbingan, arahan dan petunjuk
dalam proses penyususnan skripsi ini.
ix
5. Ayahanda Tugiman dan Ibunda Giparmi tercinta yang dengan penuh kasih
sayang dan tulus ikhlas mendidik serta memberikan dukungan moril maupun
materil hingga selesainya studi.
6. Adikku Ninda Puspita Sari, teman berbagi dan saling memberi dukungan
untuk kesuksesan dan keberhasilan bersama.
7. Bapak Wiyoto selaku sekretaris Yaketunis yang telah memberikan izin
penelitian skripsi serta telah memberikan banyak informasi terkait
fundraising di Yaketunis.
8. Pengurus dan warga Yaketunis yang telah membentu memberikan informasi
terkait penelitian yang dilakukan.
9. Teman-teman PPS Yaketunis (Nida, Haida, Ayu, Hida, Hani), teman-teman
IKS 2011 yang selalu mendukung dan mendoakan untuk keberhasilan
bersama.
10. Teman-teman KKN (Nurhayati, Zidna, Dewi, Rara, Agus, Irfan, Bayu) selalu
mendukung dan memberikan semangat hingga terselasainya penulisan skripsi
ini.
11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan untuk terselesainya skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kepada semua pihak tersebut di atas penulis hanya dapat mengucapkan
terimakasih dan berdoa semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapatkan
balasan berlipat dari Allah SWT. Dan penelitian ini dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 16 Juni 2015
Penulis
Riris Listyaningrum
x
ABSTRAK
Riris Listyaningrum, Strategi Fundraising Yayasan Kesejahteraan
Tunanetra Islam (YAKETUNIS) Yogyakarta. Skripsi: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan cara pendanaan lembaga
sosial Yaketunis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
wawasan terkait dengan fundraising lembaga sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil subjek
penelitian pengurus Yaketunis dan objek penelitian strategi fundraising
Yaketunis. Teori yang digunakan adalah teori fundraising. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data
dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai lembaga sosial Yaketunis
belum secara maksimal melakukan strategi fundraising (menghimpun dana)
secara modern, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan lembaga sosial sejenis.
Kegiatan menghimpun dana Yaketunis lebih berjalan secara filantropi
(kedermawanan). Berasal dari kedermawanan dan kepedulian masyarakat sendiri
untuk membantu sesama yang membutuhkan. Dan jenis filantropi Yaketunis
adalah filantropi tradisional dimana segala bentuk bantuan yang diberikan
penderma untuk Yaketunis tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan lembaga,
tidak ada tujuan secara umum memobilisasi masyarakat untuk menciptakan
keadilan sosial. Dalam tantangan menghimpun dana, dengan adanya pihak yang
tidak bertanggung jawab, yang mengatasnamakan Yaketunis untuk kegiatan
meminta-minta sumbangan ke masyarakat yang sebenarnya tidak dilakukan
Yaketunis, ini menjadikan keresahan lembaga akan menimbulkan
ketidaknyamanan di masyarakat dan dapat mempengaruhi kepercayaan
masyarakat terhadap Yaketunis.
Kata Kunci: Strategi, Fundraising, Yaketunis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BERJILBAB ................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
MOTTO ..................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Penegasan Judul ............................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah .................................................................. 2
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
G. Kerangka Teori................................................................................. 9
H. Metode Penelitian............................................................................. 32
I. Sistematika Pembahasan .................................................................. 37
BAB II: GAMBARAN UMUM YAYASAN KESEJAHTERAAN
TUNANETRA ISLAM (YAKETUNIS) ............................................. 38
A. Sejarah Berdirinya Yaketunis .......................................................... 38
B. Visi dan Misi Yaketunis .................................................................. 43
C. Program Layanan Sosial Yaketunis ................................................. 44
D. Yaketunis sebagai Lembaga Filantropi ............................................ 57
xii
BAB III: STRATEGI FUNDRAISING YAYASAN KESEJAHTERAAN
TUNANETRA ISLAM (YAKETUNIS) .............................................. 60
A. Strategi Fundraising Yaketunis ...................................................... 60
B. Sumber Pendanaan .......................................................................... 76
C. Tantangan Fundraising Yaketunis .................................................. 82
BAB IV: PENUTUP .............................................................................................. 80
A. Kesimpulan ..................................................................................... 86
B. Saran-saran ...................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 92
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) ..................... 42
Gambar 2 Asrama Yaketunis .................................................................................. 44
Gambar 3 Kegiatan ORMAKE (Musrat) ................................................................ 46
Gambar 4 Sekolah Yaketunis .................................................................................. 50
Gambar 5 Sholat Berjamaah ................................................................................... 51
Gambar 6 Musik Yaketunis .................................................................................... 52
Gambar 7 Fasilitas Olahraga ................................................................................... 53
Gambar 8 Al-Qur’an Braille ................................................................................... 56
Gambar 9 Spanduk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SLB A Yaketunis ........ 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Penelitian ini berjudul “Strategi Fundraising Yayasan Kesejahteraan
Tunanetra Islam (YAKETUNIS) Yogyakarta”. Untuk menghindari terjadinya
beragam penafsiran dan pemahaman yang menimbulkan perbedaan pendapat
atas judul penelitian ini, maka penulis perlu menegaskan beberapa istilah-
istilah dalam judul penelitian ini sebagai berikut:
1. Strategi Fundraising
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi
merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.1
Strategi adalah prioritas atau keseluruhan yang luas yang diambil
oleh organisasi, merupakan pilihan-pilihan tentang bagaimana cara
terbaik untuk mencapai misi organisasi.2
Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka
menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari
masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun
1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 1092.
2 Michael Allison dan Jude Kaye, Perencanaan Strategis bagi Organisasi Nirlaba,
(Jakarta: Obor, 2013), hlm. 6.
2
pemerintah) yang digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
operasional organisasi/lembaga sehingga mencapai tujuannya.3
Sehingga yang dimaksud strategi fundraising merupakan pilihan-
pilihan cara dalam perencanaan terbaik yang dilakukan dalam rangka
menghimpun dana untuk membiayai kegiatan operasional organisasi
sehingga dapat mencapai tujuan.
2. Yaketunis
Yayasan Kesejahetraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS)
merupakan lembaga yang diperuntukkan khusus bagi tunanetra. Didirikan
dengan tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat warga tunanetra
dengan memberikan bekal pengetahuan agar tunanetra dapat mandiri dan
mengembagkan potensi yang dimiliki. Yaketunis berdiri pada tanggal 12
Mei 1964, dengan Akta Notaris No.10 Tahun 1964 Notaris Soerjanto
Partaningrat, SH.
B. Latar Belakang
Organisasi sosial adalah organisasi atau lembaga yang melaksanakan
pelayanan dan pengembangan sosial. Organisasi sosial dibentuk oleh
sekelompok orang berdasarkan nilai-nilai sosial yang hidup didalam
3 Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Depok: Piramida, 2006), hlm. 23.
3
masyarakat serta didukung untuk keluar dari kepentingannnya sendiri untuk
selanjutnya peduli dan setia kawan terhadap kepentingan orang lain.4
Berbeda dengan organisasi profit yang tujuan utamanya untuk
mencari laba, organisasi sosial atau non profit tujuan utamanya adalah
melayani dan memberi dampingan kepada warga masyarakat yang belum
dapat memenuhi kebutuhan serta aspirasinya agar mereka mampu
mencukupinya sendiri.5
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 juga
menyebutkan bahwa karakteristik organisasi sosial atau non-profit berbeda
dengan organisasi bisnis, dimana perbedaan utama yang mendasar antar
keduanya terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi sosial
memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para
penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut.6
Oleh karena itu, sebagai organisasi yang bersifat nirlaba maka
organisasi sosial harus mampu memobilisasi sumber-sumber dana yang
4 Aziz Muslim, Metodologi Pengembangn Masyarakat, (Yogyakarta: Bidang Akademik
UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 158.
5Ibid, hlm.158.
6 ................, “PSAK 45: Pengantar Keuangan Organisasi Nirlaba,
http://keuanganlsm.com/psak-45-pengantar-keuangan-nirlaba/, (Diakses 22 Maret 2015,
pukul 11.36 WIB).
4
diperlukan untuk membiayai dirinya (organisasi) agar dapat beroperasi dan
mencapai tujuannya.7
Beragam bentuk organisasi sosial, salah satunya adalah organisasi
dalam bidang kesejahteraan sosial yaitu yayasan. Yayasan merupakan badan
hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang
tidak mempunyai anggota.8
Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) yang
beralamatkan di Jl. Parangtritis No. 46 Yogyakarta, yang telah berdiri sejak
1964 merupakan salah satu organisasi sosial nirlaba dalam bidang
kesejahteraan yang fokus terhadap tunanetra. Tunanetra di Yayasan ini
dibimbing dan difasilitasi agar dapat terpenuhi hak-haknya selayaknya
manusia dengan kondisi fisik normal umumnya. Bidang gerak dari yayasan
ini adalah panti asuhan atau asrama, yang didalamnya juga meyelenggarakan
pendidikan formal bagi tunanetra dari jenjang sekolah dasar hingga
menengah. Yaitu pendidikan SLB A dan MTs, dimana SLB A merupakan
pendidikan jenjang sekolah dasar bagi anak berkebutuhan khusus yang
didalamnya terdapat pegelompokan-pengelompokan antara lain kelas
persiapan, tingkat dasar, SMP LB-A dan SMK LB-A, sedangkan MTs adalah
pendidikan jenjang menengah pertama yang dalam materi pembelajarannya
7 Aziz Muslim, Metodologi Pengembangn Masyarakat, hlm. 158.
8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, pasal 1ayat (1).
5
lebih banyak kepada materi keislaman seperti fiqih dan aqidah akhlaq.9 Selain
itu berbagai kegiatan dari ketrampilan, musik, keagamaan, olahraga,
berorganisasi juga diselenggarakan oleh Yaketunis untuk memberikan bekal
serta mengasah potensi yang dimiliki tunanetra khususnya tunanetra yang
menjadi anak asuh asrama Yaketunis.
Yaketunis yang kehadirannnya sejak 1964 hingga saat ini, yang
berarti telah mencapai usia lebih dari setengah abad lamanya serta dengan
berbagai fasilitas dan program-program yang dijalankan untuk memenuhi
hak-hak kaum tunanetra maupun pengembangan lembaga, tentu itu semua
memerlukan dana yang tidak sedikit. Namun hingga saat ini Yaketunis
mampu terus bertahan. Dimana dana merupakan dukungan operasional suatu
organisasi untuk dapat mencapai tujuannya, sehingga dana menjadi kekuatan
bagi organisasi untuk dapat terus hidup. Begitu pula Yaketunis dalam
upayanya untuk dapat terus bertahan hidup dan terus memberikan pelayanan
untuk tunanetra, tidak terlepas dari penghimpunan dana untuk lembaga.
Menghimpun dana merupakan langkah penting bagi organisasi nirlaba
sebagai pendukung kehidupan organisasi.
Dari uraian diatas, manarik bagi peneliti untuk mengetahui lebih
lanjut tentang penghimpunan dana organisasi yang dilakukan oleh suatu
organisasi sosial dalam hal ini adalah Yaketunis, hal ini dilakukan melalui
penelitian yang berjudul: “Strategi Fundraising Yayasan Kesejahteraan
Tunanetra Islam (YAKETUNIS) Yogyakarta”.
9 Wawancara dengan Bapak Agus Suryanto, Kepala Sekolah MTs Yaketunis, tanggal 5
Januari 2016.
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis membatasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi fundraising yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan
Tunanetra Islam?
2. Apakah yang menjadi tantangan dalam fundraising?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran rumusan masalah diatas, penulis dapat
menyimpulkan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui strategi fundraising Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam.
2. Mengetahui tantangan dalam fundraising yang dilakukan Yayasan
Kesejahteraan Tunanetra Islam.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran dan menjadi wacana tambahan yang berkaitan
dengan fundraising pada lembaga sosial.
2. Secara Praktis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti khususnya dan
praktisi maupun akademisi umumnya dalam memahami fundraising
lembaga sosial.
7
b. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan saran bagi praktisi,
akademisi dalam penelitian selanjutnya sehingga menjadi
perbandingan penelitian yang lain.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk membedakan penelitian yang
dilakukan dengan penelitian terdahulu, sebagai cara menunjukkan keaslian
dalam penelitian. Belum ada penelitian di Yaketunis yang membahas tentang
fundraising, tetapi berikut beberapa penelitian terdahulu yang telah
ditemukan terkait dengan fundraising, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, penelitian Tuti Hartini “Fundraising pada Rumah Singgah
Ahmad Dahlan Yogyakarta”. Penelitian ini membahas tentang kegiatan
fundraising yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Fundraising dilakukan lembaga sosial RSAD sebagai sumber pendanaan
lembaga, yang digunakan untuk kebutuhan proses penanganan anak jalanan.
Dalam penelitian ini lebih menjelaskan tentang sistem dan pola yang
digunakan serta faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan
program fundraising yang dilakukan lembaga sosial RSADYogyakarta.10
Kedua, Penelitian Surna Lastri “Manajemen Fundraising LSM dalam
Mendukung Pendanaan dan Keberlanjutan Organisasi (Study Kasus Pada
LSM Ma’rifad Banda Aceh)”. Penelitian ini membahas tentang manajemen
yang baik dalam fundraising merupakan hal yang penting. Karena kegiatan
10 Tuti Hartini, Fundraising pada Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta, skripsi
tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2011).
8
penggalangan dana merupakan tulang punggung organisasi dalam
mengeksplorasi pendanaan. Strategi penggalangan dana sangat diperlukan
sebagai alat analisis mengidentifikasi sumber-sumber pendanaan potensial
untuk membuat dana cadangan lembaga demi keberlanjutan dan eksistensi
lembaga. Serta langkah LSM Ma’rifad Banda Aceh dalam meningkatkan
kepercayaan pendonor yang berdampak pada peningkatan penggalangan dana
organisasi.11
Ketiga, penelitian Umi Rosyidah “Strategi Manajemen Fundraising
dalam Peningkatan Penghimpunan Wakaf Yayasan Badan Wakaf Sultan
Agung (YBWSA) Semarang”.Penelitian ini membahas tentang metode-
metode fundraising dalam menghimpun wakaf yang dilakukan Yayasan
Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Semarang. Dalam penelitian ini
dijelaskan juga tentang pendekatan-pendekatan yang dilakukan YBWSA
Semarang dalam penghimpunan (fundraising) serta pengaruh strategi yang
telah dilakukan terhadap keberhasilan program penghimpunan yang
dilakukan YBWSA Semarang.12
Keempat, penelitian Nurlaelatul Afifah “Strategi Fundraising Program
Pemberdayaan Ekonomi (Senyum Mandiri) pada Rumah Zakat”. Penelitian
11 Surna Lastri, Manajemen Fundraising LSM dalam Mendukung Pendanaan dan
Keberlanjutan Organisasi (Study Kasus Pada LSM Ma’rifad Banda Aceh), Jurnal Akuntansi
Muhammadiyah, Vol. 2, No. 3, 2013,
http://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/JAM/article/view/280, diakses pada 22 Maret 2015.
12 Umi Rosyidah, Strategi Manajemen Fundraising dalam Peningkatan Penghimpun
Wakaf Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Semarang, skripsi tidak diterbitkan,
(Semarang: IAIN Walisongo, 2013). http://eprints.walisongo.ac.id/1828/, diakses pada 22
maret 2015 pukul 11.15 WIB.
9
ini membahas tentang model-model fundraising yang digunakan Rumah
Zakat dalam penggalangan dana untuk program-program Rumah Zakat,
khusus dalam bidang pemberdayaan ekonomi serta pengaruh fundraising
dalam peningkatan jumlah dana dan jumlah penerima layanan program
senyum mandiri.13
Dari beberapa penelitian diatas terlihat bahwa ada kedekatan judul
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan penulis.
Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah dimana penelitian yang akan
dilakukan membahas tentang fundraising yang dilakukan Yayasan
Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta sebagai suatu lembaga sosial
nirlaba, yang didalamnya lebih kepada perencanaan langkah-langkah dan cara
dalam fundraising yang dilakukan serta tantangan dalam melaksanakan
fundraising.
G. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori terkait
dengan permasalahan yang diteliti, sehingga mampu untuk memberikan
jawaban dan memperjelas dalam membahas permasalahan.
1. Tinjauan tentang Strategi Fundraising
Strategi fundraising terdiri dari dua kata yaitu strategi dan
fundraising. Menurut Fred R. David, strategi adalah cara untuk mencapai
13 Nurlaelatul Afifah, Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi (Senyum
Mandiri) pada Rumah Zakat, skripsi tidak diterbitkan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2011).http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/274/1/101549-
NURLAELATUL%20AFIFAH-FSH.PDF, diunduh pada 10 Maret 2015.
10
tujuan-tujuan jangka panjang.14 Webster’s New World Dictionary
mendefinisikan strategi sebagai sebuah ketrampilan dalam mengelola
organisasi atau merencanakan stratagem atau cara cerdik untuk mencapai
tujuan.15 Strategi sangat berkaitan dengan arah dan tujuan serta kegiatan
jangka panjang suatu organisasi, karena organisasi tanpa adanya strategi
tidak akan berjalan maksimal.
Strategi merupakan kunci dari terlaksananya misi yang ada dalam
suatu organisasi atau lembaga untuk mencapai tujuan. Strategi juga akan
berfungsi untuk mengarahkan tingkah laku organisasi di dalam
lingkungannya. Strategi adalah sebuah kebutuhan, strategi akan memberi
sebuah cara pikir mengenai organisasi yang akan meningkatkan
kemampuan untuk bertahan dan merupakan alat penting bagi organisasi
yang berkomitmen pada kualitas dan efektivitas.16 Strategi merupakan
kunci kesuksesan.
Fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat baik
perorangan atau instansi (lembaga) agar menyalurkan dana kepada sebuah
organisasi atau lembaga. Makna “mempengaruhi” memiliki beberapa arti,
diantaranya adalah memberitahukan, mengingatkan, mendorong,
14 Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12, terj. Dono Sunardi (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), hlm. 18.
15 Jusuf Udaya, dkk., Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 6.
16 Joyce Young, dkk., Menggalang Dana Untuk Organisasi Nirlaba, (Jakarta: Ina
Publikatama, 2007), hlm. 125.
11
membujuk, merayu atau mengiming-imingi, termasuk juga melakukan
penguatan stressing bila memungkinkan.17
Prof. Suparman dari Badan Wakaf Indonesia mendefinisikan
secara praktis, fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari
individu, organisasi, maupun badan hukum. Fundraising sangat
berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan hukum
untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan
kecerdasan, kepedulian dan motivasi untuk melalukan donor.18
Fundraising merupakan membangun nilai-nilai kemanusiaan, suatu cara
untuk membangun relasi dengan orang-orang yang mempunyai nilai-nilai
yang sama dengan nilai-nilai organisasi, memberi kesempatan bertindak
melalui pemberian dana dengan tujuan sosial kemanusiaan.19
Sehingga yang dimaksud dengan strategi fundraising adalah suatu
cara untuk mempengaruhi masyarakat baik individu atau lembaga agar
peduli dan meyalurkan dana kepada sebuah organisasi atau lembaga. Yang
dilakukan oleh organisasi untuk dapat mencapai tujuan jangka panjang.
17 Muhsin Kalida, Fundraising Taman Bacaan Masyarakat (TBM), (Yogyakarta:
Cakruk Publishing, 2012, hlm 15.
18 Ibid, hlm 16.
19 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat,
(Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 30.
12
a. Tahapan Strategi
Strategi juga melalui berbagai tahapan dalam prosesnya, secara garis
besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu:
1) Perumusan Strategi
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah perumusan strategi
yang akan dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan
suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih
strategi yang dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga
ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari atau melaksanakan sesuatu keputusan dalam proses
kegiatan.20
2) Implementasi Strategi
Setelah kita merumuskan dan memilih strategi yang telah
diterapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi
yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang
telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama
dariseluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.21
20 Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep, hlm. 6.
21 Ibid, hlm. 6.
13
3) Evaluasi Strategi
Tahap akhir dari strategi ini adalah evaluasi strategi. Evaluasi
strategi ini diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat
diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi
menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali
oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk
memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai. Ada tiga
macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu:
a) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
dasar strategi. Adanya perubahanyang akan menjadi satu
hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor
internal yang diantaranya srategi tidak efektif atau hasil
implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil
yang akan dicapai.22
b) Mengukur kinerja (membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan
menyelidiki penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi
individu dan menyimak kemajuan yang dibuat ke arah
pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk
mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah
22 Ibid, hlm. 7.
14
dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting
daripada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.23
c) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa
prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus
berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus
merumuskan strategi yang baru.Tindakan korektif diperlukan
bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan
semula atau pencapaian yang diharapkan.24
b. Tujuan Fundraising
Terdapat lima tujuan pokok fundraising yaitu:
1) Menghimpun dana
Menghimpun dana adalah tujuan fundraising yang paling
dasar. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa
yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama
dan utama. Inilah sebab awalnya mengapa fundraising itu
dilakukan. Bahkan bisa dikatakan bahwa fundraising yang tidak
menghasilkan dana adalah fundraising yang gagal, meskipun
memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena pada akhirnya
apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada
23 Ibid, hlm. 7.
24 Ibid, hlm. 8.
15
sumber daya yang dihasilkan. Apabila sumber daya sudah tidak
ada, maka sebuah lembaga akan kehilangan kemampuan untuk
terus menjaga kelangsungannya, sehingga pada akhirnya akan
mati.25
2) Menghimpun donatur
Tujuan kedua fundraising adalah menghimpun donatur.
Lembaga yang melakukan fundraising harus terus menambah
jumlah donaturnya. Untuk dapat menambah jumlah donasi dari
setiap donatur atau menambah jumlah donatur pada saat setiap
donatur mendonasikan dana yang tetap sama. Diantara kedua
pilihan tersebut, maka menambah donatur adalah cara yang relatif
lebih mudah dari pada menaikkan jumlah donasi dari setiap
donatur. Dengan alasan ini maka mau tidak mau fundraising dari
waktu ke waktu juga harus berorientasi untuk terus menambah
jumlah donatur.26
3) Menghimpun Simpatisan dan Pendukung
Kadang kala ada seseorang atau sekelompok orang yang
telah berinteraksi dengan aktivitas fundraising yang dilakukan
sebuah lembaga, mereka kemudian terkesan, menilai positif dan
bersimpati. Akan tetapi pada saat itu mereka tidak memiliki
25 Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
hlm. 5.
26 Ibid, hlm. 6-7.
16
kemampuan untuk memberikan sesuatu (misal: dana) sebagai
donasi karena ketidakmampuan mereka. Kelompok seperti ini
kemudian menjadi simpatisan dan pendukung lembaga meskipun
tidak menjadi donatur. Kelompok seperti ini akan berusaha
mendukung lembaga pada umumnya dan secara natural bersedia
menjadi promotor atau informan positif tentang lembaga kepada
orang lain. Kelompok seperti ini juga diperlukan oleh lembaga
sebagai pemberi informal kepada setiap orang yang memerlukan.
Dengan adanya kelompok simpatisan dan pendukung ini, maka
lembaga memiliki jaringan informasi informal yang sangat
menguntungkan.27
4) Membangun Citra Lembaga
Disadari atau tidak, aktivitas fundraising yang dilakukan
oleh suatu lembaga, baik secara langsung maupun tidak langsung
akan membentuk citra lembaga. Fundraising adalah garda
terdepan yang menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan
masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk
citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini bisa bersifat positif,
bisa pula bersifat negatif. Dengan citra ini setiap orang akan
mempersepsi lembaga. Jika citra lembaga positif, maka mereka
akan mendukung, bersimpati dan akhirnya memberikan donasi.
Sebaliknya kalau citranya negatif, maka mereka akan
27 Ibid, hlm. 7.
17
menghindari, antipati dan mencegah orang untuk melakukan
donasi.28
5) Memuaskan Donatur
Tujuan kelima dari fundraising adalah memuaskan donatur.
Tujuan ini adalah tujuan yang tinggi yang bernilai jangka panjang
meskipun kegiatannya secara teknis dilakuakan sehari-hari.
Memuaskan donatur menjadi hal yang penting karena jika dontur
puas, maka mereka akan menceritakan lembaga kepada orang lain
secara positif. Secara tidak langsung, donatur yang puas akan
menjadi tenaga fundraiser secara alami tanpa diminta, tanpa
dilantik dan tanpa dibayar. Kebalikannya kalau donatur tidak
puas, maka donatur akan menghentikan donasi (tidak mengulang
lagi) dan menceritakan kepada orang lain tentang lembaga secara
negatif. Karena fungsi pekerjaan kegiatan fundraising juga harus
bertujuan untuk memuaskan donatur.29
c. Prinsip-prinsip Fundraising
Untuk terlaksananya fundraising dengan baik dan benar perlu
dilandasi prinsip-prinsip yang benar. Menurut Bernardian R. Wirjana
28 Ibid, hlm. 8.
29 Ibid, hlm. 8-9.
18
dalam buku berjudul “Metodologi Pengembangan Masyarakat”
menyebutkan prinsip-prinsip dalam fundraising sebagai berikut:
1) Fundraising harus dilakukan dengan cara yang etis dan konsisten
dengan misi organisasi.
2) Melindungi lingkungan hidup yang rentan, membangkitkan apa
yang ada di dalam hati nurani untuk saling peduli dengan sesama.
3) Perlu memiliki rasa hormat dan respek kepada orang-orang yang
memberi maupun orang yang menerima manfaat.
4) Harus memegang prinsip kerahasiaan orang-orang yang dibantu
dan dilayani.
5) Memiliki kredibilitas tinggi, mempunyai tract record yang baik,
akuntabel, berani mempertanggungjawabkan dana yang diterima
kepada donatur, pemerintah dan masyarakat.
6) Dilakukan secara profesional dengan menggunakan aspek-aspek
berbagai disiplin ilmu.30
d. Pentingnya Fundraising bagi Organisasi Sosial
Muhsin Kalida sebagaimana dikutip dalam Aziz Muslim
menyebutkan alasan pentingnya fundraising bagi organisasi sosial
sebagai berikut:
30 Aziz Muslim, Metodologi Pengembangn Masyarakat, (Yogyakarta: Bidang Akade-
mik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 161-164.
19
1) Organisasi sosial memerlukan dana untuk membiayai operasional
organisasi.
2) Membutuhkan dana untuk pengembangan dan memperbesar skala
organisasi dan program.
3) Membangun landasan pendukung dan mengurangi hidup
tergantung.
4) Untuk memperkuat posisi tawar, menciptakan organisasi yang
efektif dan kokoh mampu hidup dalam jangka panjang.31
e. Metode Fundraising
Pada dasarnya metode dibagi dalam dua jenis, kedua jenis
tersebut sebagai berikut:
1) Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)
Merupakan metode yang menggunakan teknik-teknik yang
melibatkan partisipasi donatur secara langsung. Dimana proses
interaksi dan daya akomodasi terhadap lembaga donor dan
donatur dapat seketika (langsung) dilakukan, sebagai contoh
dari metode ini adalah: direct mail, direct advertising,
telefundraising dan presentasi langsung.32
31 Ibid, hlm. 158-160.
32 Muhsin Kalida, Fundraising Taman Bacaan Masyarakat (TBM), (Yogyakarta:
Cakruk Publishing, 2012), hlm 62.
20
2) Metode Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising)
Metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-teknik
yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara langsung
dimana tidak dilakukan dengan memberikan dana donatur
seketika. Sebagai contoh dari metode ini adalah: advertorial,
image compaing dan penyelenggaraan event, melalui perantara,
menjalin relasi, melalui referensi dan mediasi para tokoh.33
f. Teknik-teknik Fundraising
Beberapa teknik dalam fundraising, diantaranya sebagai berikut:
1) Kampanye
Yaitu fundraising dengan cara melakukan kampanye lewat
berbagai media komunikasi. Media yang digunakan dapat
berupa brosur, spanduk, poster, stiket, liflet, media cetak,
elektronik, internet, dsb.34
2) Face to face
Yaitu fundraising dengan tatap muka antara fundraiser dengan
calon donatur untuk mengadakan dialog dengan tujuan
menawarkan program kerja sama yang saling menguntungkan.
Teknik ini dapat dilakukan dengan kunjungan pribadi ke rumah
33 Ibid, hlm. 62.
34 Aziz Muslim, Metodologi Pengembangn Masyarakat, hlm. 171.
21
calon pendonor, kantor, perusahaan atau membuat presentasi
dalam pertemuan khusus.35
3) Direct mail
Yaitu fundraising dengan cara surat menyurat. Dalam teknik ini
yang perlu diperhatikan adalah penulisan surat yang efektif dan
membuat paket surat yang murah.36
4) Special event
Praktik fundraising dengan menggelar acara-acara khusus yang
dihadiri oleh banyak orang. Bentuknya dapat berupa bazar,
lelang, festival, konser, wisata alam, lomba, penerbitan dan
masih banyak lainnya.37
5) Pembangunan Dana Abadi
Pada salah satu tahap dimana organisasi sudah berjalan dengan
lancar, perencanaan pembangunan dana abadi dapat dimasukkan
dalam tujuan dan sasaran perencanaan strategik organisasi.
Dapat dilakukan melalui cara, menganggarkan sacara teratur
dalam anggaran tahunan organisasi, menyimpan kelebihan dana
anggaran dalam deposito, mengadakan investasi diperusahaan
35 Ibid, hlm. 171.
36 Ibid, hlm.171.
37 Ibid, hlm.171-172.
22
yang bonafit dan aman. Dijalankan dengan cermat, akuntabel,
dipertanggungjwabkan kepada pengurus dan donatur.38
g. Unsur-unsur Fundraising
Berikut beberapa hal yang menjadi unsur penting dalam fundraising:
1) Kebutuhan Donatur
Dimana donatur merupakan orang yang memberikan sebagaian
dananya untuk membiayai sejumlah program dan kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi.39
2) Segmentasi
Sebuah metode tentang bagaimana melihat donatur secara
kreatif. Sebuah seni mengidentifikasi dan memanfaatkan
berbagai peluang yang muncul di masyarakat.40
3) Identifikasi Calon Donatur
Sebagai upaya dalam mempermudah dan membantu petugas
fundraising dalam menentukan target dan sasaran. Karena dalam
menentukan donatur harus jeli dan cermat, mengingat
pentingnya donatur sebagai penopang kehidupan organisasi.41
38 Ibid, hlm.172-173.
39 April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat, hlm. 53.
40 Ibid, hlm. 62.
41 Ibid, hlm. 71.
23
4) Positioning
Sebagai strategi untuk memenangkan dan menguasai benak
pendonatur melalui produk-produk layanan yang ditawarkan.42
5) Produk
Merupakan hal yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan donatur. Produk bukan saja berupa barang namun
juga berupa jasa.43
6) Harga dan Biaya Transaksi
Nilai yang harus dikurbankan oleh seorang donatur untuk
mendapatkan kepuasan layanan dari produk yang ditawarkan.44
7) Promosi
Sebagai alat untuk menginformasikan kepada donatur mengenai
produk dan untuk meyakinkan donatur agar bersimpati dan
mendukung kegiatan yang dilakukan.45
8) Maintenance
Upaya organisasi untuk senantiasa menjalin hubungan baik
dengan donatur, sebagai langkah mempertahankan kerjasama
demi perkembangan organisasi.46
42 Ibid, hlm. 80.
43 Ibid, hlm. 83.
44 Ibid, hlm. 94.
45 Ibid, hlm. 101.
24
h. Tantangan dalam Fundraising
Berikut berapa hal yang menjadi tantangan dalam fundraising, yaitu:
1) Perkembangan fundraising itu sendiri
Sekarang ini baik di media cetak maupun elektronik, semua
berusaha mengadakan penggalangan dana secara canggih dan on
line. Artinya, meskipun ada atau tidak ada musibah (bencana),
media ini senantiasa membuka dompet peduli. Tentu ini menjadi
pesaing berat bagi lembaga-lembaga sosial yang bermaksud
menggalang dana, khususnya bagi lembaga yang masih kecil dan
pemula.47
2) Membesarnya Kebutuhan Masyarakat
Semakin kecilnya dana di bidang kesejahteraan dan pendidikan,
berarti memperbesar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Selalu muncul kebutuhan
baru dan problem baru, urbanisasi berjalan begitu cepat, yang
diiringi berbagai akibat yang luar biasa dari fenomena ini.48
46 Ibid, hlm. 115.
47 Mukhsin Khalida, Fundraising dalam Studi Pengembangan Lembaga Kemasyaratan,
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. V: 2 (Desember, 2004), hlm. 153.
48 Ibid, hlm. 154.
25
2. Tinjauan tentang Organisasi Sosial (Kemanusiaan)
Organisasi sosial lahir dengan tujuan antara lain memberikan pela-
yanan (service) atas kebutuhan dasar masyarakat dan menyediakan model
pendampingan (advocacy) bagi masyarakat yang didasarkan pada sistem
kemandirian (self-reliance). Organisasi tipe ini berpartisipasi menyertai
masyarakat dalam menciptakan demokrasi politik, sosial dan ekonomi. Ba-
sis organisasi sosial bersifat kerelawanan atau semi-kerelawanan dan
dimotivasi oleh sebuah tata nilai tertentu dalam masyarakat (value driven)
karena itu disebut juga ‘voluntary sector’.49
Organisasi sosial merupakan organisasi yang bersifat non-profit,
organisasi jenis ini memiliki beberapa ciri antar lain: (i) umumnya berawal
dari inisiatif masyarakat baik berasal dari tradisi lokal maupun inspirasi
keagamaan; (ii) memiliki tujuan untuk melakukan peningkatan kesejahter-
aan masyarakat dan berorientasi pada pengembangan program pem-
bangunan; (iii) mempunyai mekanisme penggalangan dana sendiri atau
bukan sepenuhnya berasal dari subsidi negara; (iv) dapat berbasis kere-
lawanan atau semi kerelawanan. Dan peran organisasi sosial sebagai beri-
kut: (i) memberikan pelayanan; (ii) mengidentifikasi dan memformulasi
kebutuhan-kebutuhan baru di masyarakat; (iii) memelihara dan mengubah
sistem nilai dalam masyarakat; (iv) memediasi antara individu dan Negara;
49 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam di Indonesia: Negara, Pasar dan Masyarakat,
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 31-32.
26
(v) menyediakan ruang dan forum bagi individu-individu untuk mem-
bangun pranata sosial.50
Ditambahkan oleh Marilyn Taylor dan Diane dalam studinya ten-
tang organisasi sosial menyebutkan bahwa organisasi sosial yang memba-
wa misi sosial yang terkadang memperoleh pendapatan yang berasal dari
pemerintah, hasil sumbangan kedermawanan, lembaga internasional,
membutuhkan ligitimasi sosial dan politik yang kuat dari pemerintah mau-
pun dari masyarakat.Terdapat tiga macam bentuk organisasi-organisasi da-
lam masyarakat sipil yaitu:51
a. Organisasi yang berorientasi pelayanan (service)
Menyediakan bantuan dan asistensi jangka pendek. Contoh konkrit
dari ini adalah kelompok-kelompok masyarakat yang meyelenggara-
kan pelayanan masyarakat (community service) seperti yang dikelola
masjid, gereja dan organisasi masyrakat lainnya.
b. Organisasi yang berorientasi pembangunan (‘development NGOs’)
Tidak langsung bersentuhan dengan kebijakan pemerintah namun be-
rusaha menjalankan program pegembangan masyarakat. Program-
program organisasi dirancang untuk memiliki dampak panjang, contoh
organisasi ini adalah LSM-LSM yang menyediakan kredit mikro dan
pendampingan ekonomi, pendidikan atau kesehatan.
50 Ibid, hlm.32-33.
51 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam, hlm. 34-36.
27
c. Organisasi yang berorientasi gerakan (‘movement NGOs’)
Lebih bersifat politis dan berusaha menggalang kesedaran masyarakat
misal dalam mendorong terciptanya demokrasi ekonomi, sosial dan
politik. Bukan sekedar memberikan ‘perangkat keras’ pada masyara-
kat bagaimana membangun hidup lebih baik, tetapi juga ‘perangkat
lunak’ bagaimana masyarakat bisa ‘memaksa’ penguasa untuk me-
geluarkan kebijakan yang populis. Ini misalnya dilakukan oleh lem-
baga-lembaga advokasi baik di bidang lingkungan hidup, HAM atau
kemiskinan.
Pendanaan merupakan hal terpenting dalam sebuah organisasi so-
sial, dimana dana diperlukan untuk membiayai dirinya (organisasi) agar
dapat beroperasi dan mencapai tujuannya.52
Berbicara aspek kreativitas penggalangan dana, suatu organisasi
sosial lebih atraktif dalam penggalangan dana. Tidak hanya melalui pola
normatif dan konvensional, tetapi juga memanfaatkan rasa solidaritas,
kepedulian, kebersamaan dan berbagai bentuk kohesi sosial lainnya. Da-
lam buku Pola Dan Strategi Penggalangan Dana Sosial di Indonesia,
tercermin bahwa organisasi-organisasi sektor ketiga atau organisasi sosial
memiliki aktifitas fundraising dan program sosial yang bervareasi dan spe-
52 Aziz Muslim, Metodologi Pengembangn Masyarakat, (Yogyakarta: Bidang Akademik
UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 158.
28
sifik, serta setiap organisasi sosial menggunakan aspek yang berbeda-beda
dalam penggalangan dana.53
3. Tinjauan tentang Lembaga Filantropi
Filantropi berasal dari bahasa Yunani yaitu philos (cinta) dan an-
thropos (manusia), secara harfiah filantropi adalah konseptualisasi dari
praktik memberi (giving), pelayanan (service) dan asosiasi (association)
secara sukarela untuk membantu pihak lain yang membutuhkan sebagai
ekspresi rasa cinta.54
Filantropi atau kedermawanan diartikan sebagai pemberian karitas
(charity) yang didasarkan pada pandangan untuk mempromosikan keadi-
lan sosial dan maslahat bagi masyarakat umum.55 Menurut Robert L Pay-
ton mendefisikan filantropi dalam konteks kegiatan keorganisasian atau
kolektif, filantropi tidak diartikan sebagai kegiatan individu tetapi kegiatan
kolektif yang dilaksanakan melalui lembaga atau organisasi.56
Sehingga yang dimaksud dengan lembaga filantropi adalah lem-
baga atau organisasi kemanusiaan yang lahir atas inisiatif suatu kelompok
53 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam, hlm. 47.
54 Chaider S Bamualim dan Irfan Abu Bakar (ed.), Revilatisasi Filantropi Islam, (Jakarta:
PBB UIN Syarif Hidayatullah, 2005), hlm. 3.
55 PBB UIN Syarif Hidayatullah, Berderma Untuk Sesama, (Jakarta: Teraju, 2003), hlm.
xiii.
56 Hilman Latief, MelayaniUmat Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum
Moderns, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 3.
29
atas dasar kedermawanan untuk menciptakan keadilan dan kepedulian
kepada sesama manusia dengan membantu pihak yang membutuhkan se-
bagai ekspresi rasa cinta.
Praktik-praktik filantropi dapat dilakukan secara tradisional mau-
pun kini telah dikelola melalui organisasi. Pengorganisasian filantropi da-
lam nomenklatur organisasi umumnya dibagi dalam tiga sektor. Sektor
pertama, adalah organisasi negara atau pemerintah (state agencies) yang
bertanggug jawab untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat
melalui berbagai perangkat hukum dan kebijakan. Sektor kedua adalah or-
ganisasi-organisasi swasta yang tujuannya mengakumulasi modal dan
melakukan pengembangan unit-unit yang bersifat profit. Sektor ketiga
direpresentikan oleh organisasi-organisasi sosial atau organisasi nirlaba
(non-profit) yang bertujuan antara lain memberikan pelayanan (service)
atas kebutuhan dasar masyarakat dan menyediakan model pendampingan
(advocacy) bagi masyarakat yang didasarkan pada sistem kemandirian
(self-reliance).57
Melakukan tindakan amal dan memberikan sumbangan untuk
kepentingan orang lain adalah suatu bentuk perebuatan yang sangat pent-
ing dalam kehidupan manusia pada umumnya. Bantuan semacam ini
mempunyai beragam bentuk dari sekedar pemberian bantuan sukarela atas
dasar kebaikan hati hingga sumbangan resmi kepada organisasi yang
57 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam Indonesia (Negara, Pasar dan Masyarakat
Sipil), (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm.31.
30
menerima bantuan materi atau barang yang kemudian disalurkan atau
digunakan untuk kebutuhan masyarakat.58
Budaya berderma dapat mempresentasikan simbol solidaritas, ket-
aatan beragama, kohesi sosial, atriusme dan dapat menjadi cara untuk
menciptakan relasi patron-clien, interaksi reisprositas dan juga merupakan
ekspresi kebanggaan, kekuatan, dan dominasi.59
Suatu tindakan amal dan memberikan bantuan untuk kepentingan
orang lain, bantuan semacam ini mempunyai beragam bentuk dari sekedar
pemberian bantuan sukarela atas dasar kebaikan hati hingga sumbangan-
resmi kepada organisasi yang menerima bantuan materi atau barang yang
kemudian disalurkan atau digunakan untuk kebutuhan masyarakat.60
Nilai-nilai kedermawanan selalu diajarkan dalam semua agama.
Seperti dalam agama lain, Islam juga mengajarkan nilai kesukarelaan da-
lam arti kepedulian, berbagi dengan orang lain, atau menawarkan apa saja
kepada mereka yang menderita atau membutuhkan.61 Sehingga doktrin –
doktrin ajaran agama untuk peduli kepada sesama dan kewajiban untuk
saling tolong menolong, menjadikan motivasi besar bagi setiap umat be-
58 PBB UIN Syarif Hidayatullah, Berderma Untuk Sesama, hlm. vii.
59 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam, hlm. 13.
60 Zain Saidi,Berderma Untuk Sesama,( Jakarta: Teraju, 2003), hlm. vii.
61 Muhammad Ali, Prawacana dalam “Polotik Filantropi Islam Indonesia (negara, pasar
dan masyarakat sipil)”, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. xiii.
31
ragama dalam tindakan kedermawanan yang sangat bermanfaat untuk
mendorong kemaslahatan masyarakat.
Berdasarkan sifatnya ada dua bentuk filantropi yaitu:
a) Filantropi Tradisional
Filantropi tradisional adalah filantropi yang menekankan pada karitas.
Karitas biasanya berbentuk pemberian untuk kepentingan sosial,
sekedar pemberian secara individu dari para dermawan kepada kaum
yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Tanpa
ada maksud untuk memobilisasi secara umum dalam mencapai keadi-
lan sosial. Sehingga filantropi tradisional ini memiliki kelemahan tid-
ak bisa mengembangkan taraf kehidupan masyarakat yang tidak
mampu.62
b) Filantropi Keadilan Sosial
Filantropi Keadilan Sosial merupakan bentuk kepedulian sosial yang
menjebatani antara yang kaya dan yang miskin. Jembatan tersebut di-
wujudkan dalam upaya memobilisasi sumber daya untuk mendukung
kegiatan yang menggungat ketidakadilan struktur yang menjadi
penyebab kemiskinan dan ketidakadilan.63
62 Chaider S Bamualim dan Irfan Abu Bakar (ed.), Revitalisasi Filantropi Islam, (Jakarta:
PBB UIN Syarif Hidayatullah, 2005), hlm. 4.
63 Ibid, hlm. 4.
32
H. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.64 Adapun tahapan-tahapan metode
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
penelitian yang semata-mata melukiskan keadaan objek atau
peristiwanya tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulan-
kesimpulan yang berlaku secara umum.65 Dengan deskriptif kualitatif
penelitian ini mencoba mendeskripsikan tentang strategi fundraising
dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS)
Yogyakarta.
2. Penentuan Subjek dan Objek Penelitan
a. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
pengurus Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta.
Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu.66
64 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabat, 2009), hlm. 3.
65 Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 1, (Yogyakarta: Sandi Offset, 2004), hlm. 3.
66 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 300.
33
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini merupakan permasalahan yang
diteliti dalam penelitian ini yaitu strategi fundraising yang dilakukan
Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) serta tantangan
dalam menjalankan fundraising.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data.67 Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu.68 Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas terpimpin merupakan wawancara dengan
membawa pedoman pertanyaan yang merupakan garis besar hal-hal
yang akan ditanyakan.
Wawancara ini dilakukan kepada pengurus, guru dan anak
asuh Yaketunis yang sebelumnya telah mengatur janji, wawancara
ini dilakukan penulis untuk memperoleh informasi terkait sejarah
67 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 100.
68 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rodakarya,
2010), hlm 180.
34
pendirian lembaga, kegiatan dan program lembaga, fasilitas dan
sarana prasarana, bentuk penghimpunan dana yang dilakukan,
sumber pendanaan lembaga dan kesulitan yang dihadapi dalam
perjalanan lembaga.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan.69
Metode ini dilakukan penulis dengan mengamati secara
langsung kondisi fisik bangunan, keadaaan lingkungan lembaga,
fasilitas di lembaga, kegiatan anak asuh, kegiatan charity di
lembaga.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
yang dibahas berupa catatan-ctatan, trasnkrip prasasti, notulen rapat
dan lain sebagainya.70
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang
berkaitan dengan dokumen-dokumen guna mendapatkan data
tentang lembaga Yaketunis meliputi: sejarah berdiri, visi misi,
struktur organisasi, data anak asuh Yaketunis.
69 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikai, Ekonomi, Kebijakan Pablik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta:Kencana, 2007), hlm.115.
70 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Praktik, (Jakarta: PT. Rienike Cipta, 1996),
hlm. 234.
35
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam
(YAKETUNIS), yang beralamatkan di Jl. Parangtritis No.46 Yogyakarta.
Alasan memilih Yaketunis karena lembaga ini merupakan organisasi
nirlaba dan non-pemerintah yang didirikan atas inisiatif pendirinya yang
ingin memberikan wadah bagi kaum tunanetra untuk mendapatkan hak
pengajaran, ketrampilan dan lain-lain.
5. Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh selanjutnya diolah dengan
cara dianalisa. Analisa data menurut Putton merupakan proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori bab
suatu uraian dasar.71
Proses analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan model analisa data Hubberman dan Miles, yaitu: reduksi
data, penyajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan
perhatian, pengabstrakan dan pentrasformasian data kasar dari
lapangan.72 Reduksi data terus menerus selama penelitian berlangsung.
Selama pengumpulan data berlangsung terjadi reduksi data selanjutnya
berupa membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat
71 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1993), hlm. 103.
72 Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineke Cipta, 2008), hlm. 209.
36
gugusan-gugusan, membuat partisi, menulis memo dan sebagainya.
Reduksi data/proses trasformasi ini terus berlanjut sesudah penelitian
lapangan sampai laporan akhir tersusun.73
Hasil data yang telah diperoleh penulis dari wawancara, observasi
dan dokumentasi, selanjutnya data tersebut diseleksi untuk kemudian
mengkatagorikan data sesuai dengan masalah atau tema yang dibahas.
Penyajian data merupakan proses menyajikan sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan.74
Penarikan kesimpulan diartikan sebagai suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh dari objek penelitian. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung.75
6. Keabsahan data
Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
triangulasi. Triangulasi menurut Moleong dalam bukunya merupakan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu, dalam penelitian ini menggunakan jalan
73 Imam Suprayoga dan Tobrani, Metodologi Penelitian Sosial dan Agama, (Bandung:
Remaja Posdakarya, 2001), hlm. 193.
74 Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 210.
75 Ibid, hlm. 210.
37
membandingkan dengan berbagai sumber, metode dan teori. Adapun
jalannya sebagai berikut:
1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data
dapat dilakukan.76
7. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan diperlukan untuk mempermudah dalam
pemahaman dan penyusunan skripsi, sistematika pembahasan dalam
penelitian ini tersusun sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari penegasan judul, latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kajian teori, sistematika pembahasan.
BAB II : Gambaran umum, berisikan gambaran tentang Yayasan
Kesejahteraan Tunanetra Islam meliputi sejarah berdiri, visi misi, letak
geografis, struktur kepengurusan, keadaan anak asuh Yaketunis, sarana
dan prasarana.
BAB III : Strategi fundraising yang dilakukan Yaketunis dan
tantangan dalam kegiatan fundraising.
BAB IV : Penutup, berisikan tentang kesimpulan dan saran.
Dan pada bagian akhir dalam skripsi ini akan memuat daftar pustaka dan
lampiran lampiran.
76 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ,hlm. 332.
86
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab-bab pembahasan
sebelumnya, dari pemahaman teori terkait dan melihat kenyataan yang terjadi
dilapangan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Yaketunis sebagai lembaga
sosial yang khusus memberikan pelayanan kepada tunanetra. Dalam upaya
fundraising (menghimpun dana) lembaga, Yaketunis tidak melaksanakan
langkah-langkah fundraising modern, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh
lembaga sosial pada umumnya. Dari melakukan perencanaan, penyusunan
langkah-langkah fundraising, agar fundraising dapat berhasil dan
mendapatkan hasil yang maksimal.
Yaketunis memiliki cara tersendiri dalam fundraising (menghimpun
dana) lembaga, sehingga Yaketunis ini berbeda dengan lembaga sosial
umumnya. Atas dasar yang kuat terhadap keyakinannya telah menjalankan
perintah Allah dalam Al-Qur’an, untuk memberi kesempatan pada tunanetra
yang dilakukannya melalui membentuk yayasan khusus bagi tunanetra.
Dengan dasar kuat itulah Yaketunis dalam perjalanannya mempercayakan
segala sesuatunya atas pertolongan Allah. Begitu juga dalam hal pendanaan
lembaga, meski tanpa membentuk usaha fundraising secara khusus dan tidak
melakukan kegiatan fundraising modern seperti pada lembaga sosial pada
umumnya, Yaketunis percaya Allah akan memberikan jalan. Sehingga tanpa
87
melakukan upaya khusus untuk menghimpun dana, dengan adanya
sumbangan masyarakat yang masuk ke Yaketunis ini merupakan pertolongan
Allah.
Sehingga bentuk fundraising (menghimpun dana) untuk Yaketunis
diperoleh dari kedermawanan (filantropi) masyarakat, yang dengan
keihlasannya memberikan donasi untuk tunanetra Yaketunis. Keikhlasan
yang datang dari masyarakat tersebut dalam berderma untuk lembaga,
Yaketunis meyakini hal ini pertolongan dari Allah, yang telah mendorong
jiwa seseorang untuk peduli pada sesama khususnya kepada tunanetra
Yaketunis.
Selanjutnya untuk tantangan dalam fundraising (menghimpun dana),
dengan semakin canggihnya dan kreatif dalam upaya fundraising dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
sejenis, hal ini tidak menjadi kehawatiran yang besar Yaketunis dikarenakan
lembaga ini tidak begitu memanfaatkan teknologi dalam upaya menghimpun
dana. Justru yang menjadi keresahan Yaketunis adalah adanya pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab, yang memanfatkan atau menggunakan nama
lembaga Yaketunis untuk meminta-minta sumbangan pada masyarakat.
B. Saran
Yaketunis dengan segala pencapaian yang telah diraihnya saat ini, yang
menjadikan Yaketunis dapat terus hidup untuk memberikan pelayanan yang
terbaik untuk tunanetra. Agar kedepannya Yaketunis lebih meningkatkan lagi
88
upaya-upaya untuk menigkatkan perannya sebagai lembaga sosial
professional. Yang dapat memberikan manfaat bukan hanya untuk tunanetra
Yaketunis saja, tetapi juga untuk kesejahteraan tunanetra pada umumnya.
Meskipun selama ini Yaketunis merasa cukup dengan usaha dan hasil
fundraising yang diperoleh, tetapi alangkah baiknya sebagai langkah
mengantisipasi kemungkinan hal buruk yang dapat terjadi dikemudian hari
yang dapat mengancam keberlangsungan Yaketunis, sekligus untuk
mengembangkan peran lembaga untuk tunanetra. Dapat melakukan investasi,
melalui usaha-usaha mandiri sebagai kreatifitas lembaga, seperti
menghidupkan kembali usaha penerbitan buku dan Al-Qur’an Braille atau
dengan membentuk usaha dimana melibatkan tunanetra sebagai langkah
memberdayakan tunanetra, agar tunanetra Yaketunis memiliki pengalaman
yang lebih luas serta secara umum dapat menunjukkan dan mengedukasi
masyarakat, terutama yang masih memandang penyandang difabel (tunanetra)
dengan sebelah mata, bahwa tunanetra itu mampu asal diberikan kesempatan.
Sehingga dengan ini mengajak kepada masyarakt untuk saling menghargai
dan peduli kepada sesame agar tercapai kehidupan yang adil dan sejahtera.
89
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah (memenangkan
Persaingan Usaha Bisnis Asuransi dan Bank Syariah Secara Syariah),
Jakarta: PT Gramedia Widiarsana Indonesia, 2007.
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, Depok: Piramedia,
2005.
April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat,
Yogyakarta: Teras, 2009.
Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta: Bidang
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineke Cipta, 2008.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikai, Ekonomi, Kebijakan Pablik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:Kencana,2007.
Chaider S Bamualim dan Irfan Abu Bakar (ed.), Revilatisasi Filantropi Islam,
Jakarta: PBB UIN Syarif Hidayatullah, 2005.
Crown Dirgantoro, Manajemen Strategik Konsep, Kasus dan Implementasi,
Jakarta: Grasindo, 2001.
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rodakarya,
2010.
Fred R. David, Manajemen Strategis Konsep, Edisi 10, terj. Ichsan Setyo Budi,
Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Hendra Sutisna, Fundraising Database, Depok: Piramida, 2006.
Hilman Latief, Politik Filantropi Islam Indonesia (Negara, Pasar dan
Masyarakat Sipil), Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013.
Imam Suprayoga dan Tobrani, Metodologi Penelitian Sosial dan Agama,
Bandung: Remaja Posdakarya, 2001.
Jusuf Udaya, dkk., Manajemen Stratejik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
90
Joyce Young, dkk, Menggalang Dana Untuk Organisasi Nirlaba, Jakarta:
Ina Publikatama, 2007.
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993.
Muhsin Kalida, Fundraising Taman Bacaan Masyarakat (TBM),Yogyakarta:
Cakruk Publishing, 2012.
Octavia, Kumpulan Hadist Pilihan, Jakarta: Media Dewantara, 2009.
Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah, Berderma Untuk Sesama,
Jakarta: Teraju, 2003.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabat, 2009.
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Praktik, Jakarta: PT. Rienike Cipta,
1996.
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 1, Yogyakarta: Sandi Offset, 2004.
Referensi Skripsi dan Jurnal
Binuko Gilang Perdata, Peran Yayasan Kesejahtraan Tunanetra Islam
(YAKETUNIS) Dalam Pelayanan Kesejahteraan Bagi Anak Asuh, skripsi
tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2015.
Mukhsin Khalida, “Fundraising dalam Studi Pengembangan Lembaga
Kemasyaratan, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. V:2, 2004.
Nurlaelatul Afifah, Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi
(Senyum Mandiri) pada Rumah Zakat, skripsi tidak diterbitkan, Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Surna Lastri,Manajemen Fundraising LSM dalam Mendukung Pendanaan dan
Keberlanjutan Organisasi (Study Kasus Pada LSM Ma’rifad Bunda Aceh),
Jurnal Akuntansi Muhammadiyah, Vol. 2, No.3, 2013.
91
Tuti Hartini, Fundraising pada Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta,
skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2011.
Umi Rosyidah, Strategi Manajemen Fundraising dalam Peningkatan
PenghimpunanWakaf Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA)
Semarang, skripsi tidak diterbitkan, Semarang: IAIN Walisongo, 2013.
Referensi Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, pasal 1ayat (1).
Referensi Internet
Nurlaelatul Afifah, Strategi Fundraising Program Pemberdayaan Ekonomi
(Senyum Mandiri) pada Rumah Zakat,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/274/1/101549-
NURLAELATUL%20AFIFAH-FSH.PDF, diunduh pada 10 Maret 2015.
Profil MAN Maguwoharjo, http://manmaguwoharjo.blogspot.co.id/?m=0,
diakses pada 15 Desember 2015.
Sejarah Yyayasan Dhairmais Bhakti Sosial, http://yayasandharmais.or.id/,
diakses pada 15 Desember 2015.
Surna Lastri, Manajemen Fundraising LSM dalam Mendukung Pendanaan dan
Keberlanjutan Organisasi (Study Kasus Pada LSM Ma’rifad Banda Aceh
http://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/JAM/article/view/280,diakses pada
22 Maret 2015.
Umi Rosyidah, Strategi Manajemen Fundraising dalam Peningkatan
Penghimpun Wakaf Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA)
Semarang, http://eprints.walisongo.ac.id/1828/, diakses pada 22 maret
2015 pukul 11.15 WIB.
…………….…, “PSAK 45: Pengantar Keuangan Organisasi Nirlaba”,
http://keuanganlsm.com/psak-45-pengantar-keuangan-organisasi-nirlaba/.
Diakses 22 Maret 2015, pukul 11.36 WIB.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : RIRIS LISTYANINGRUM
Tempat/Tgl. Lahir : Yogyakarta, 06 Juni 1992
Alamat : Bopongan RT 03 Tamanan Banguntapan Bantul
Yogyakarta
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempaun
Nama Ayah : Tugiman
Nama Ibu : Giparmi
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Grojogan lulus tahun 2005
2. SMP Negeri 1 Pleret lulus tahun 2008
3. SMK Negeri 2 Sewon lulus tahun 2011
4. Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2011
C. Pengalaman Organisasi
1. Bidang Litbang, Badan Koordinasi TKA-TPA Banguntapan
2. Bidang Supervisi, Badan Koordinasi TKA-TPA Kabupaten Bantul
3. Pengajar TPA Nurul Huda Bopongan Bangunharjo
Struktur Kepengurusan Yaketunis
Kepengurusan Yayasan:
Ketua : Drs. H. Subowo, MM.
Wakil Ketua : Drs. H. Khoirul Fuadi
Sekretaris : Wiyoto
Bendahara : H. Hadjid Busyairi
Anggota : 1. Hidayar Sukri
2. Agus Suryono, S.Ag, M.Pd.I
3. Tugiman, S.Pd
4. Afton Rouf
Kepengurusan Panti/Asrama:
Kepala Panti : Wiyoto
Bapak Asrama : Masruri
Pembimbing Asrama : 1. Triumariyadi
2. Tarminingsih
Ketua Ormake : Ridwan
DATA ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL
Nama Panti : YAKETUNIS (Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam)
Alamat : Jl. Parangtritis No. 46 Rt 66/18 Mantrijeron Yogyakarta
No Nama
Jenis
Kela
min
Tempat
Lahir
Tanggal
Lahir Usia
Jenis
PMKS
LKS/
Non LKS
1 Shofiyatun P Gunungkidul 24/6/1994 21 ODK
Tubuh LKS-ODK
2 Ridwan Abdul H L Yogyakarta 11/1/2006 9 ODK
Tubuh LKS-ODK
3 Ghani Santoso L Bantul 19/10/2004 11 ODK
Tubuh LKS-ODK
4 Farah Mujahidin P Jayapura 15/1/2004 11 ODK
Tubuh LKS-ODK
5 Anisa Dwi Safira P Sleman 10/6/2004 11 ODK
Tubuh LKS-ODK
6 Nur Eko Saputra L Bantul 3/11/1997 17 ODK
Tubuh LKS-ODK
7 Kuswantoro L Pemalang 17/6/1999 16 ODK
Tubuh LKS-ODK
8 Dewi Sri Sarjito P Sleman 21/11/2005 20 ODK
Tubuh LKS-ODK
9 Eko Tristanto L Purwokerto 12/10/2005 19 ODK
Tubuh LKS-ODK
10 Aris Maulanan I L Yogyakarta 17/1/1990 25 ODK
Tubuh LKS-ODK
11 Luqman Nur H L Bantul 2/4/2005 10 ODK
Tubuh LKS-ODK
12 Firman Lukmanul L Bantul 26/6/2005 10 ODK
Tubuh LKS-ODK
13 Wildan Havilin L Grobogan 22/2/2004 11 ODK
Tubuh LKS-ODK
14 Frema Annisa P Sleman 17/2/2007 8 ODK
Tubuh LKS-ODK
15 Jajang L Tasikmalaya 3/2/2000 15 ODK
Tubuh LKS-ODK
16 Barokah L Wonosobo 20/12/1997 15 ODK
Tubuh LKS-ODK
17 Lutfiyah P Makassar 9/7/1996 19 ODK
Tubuh LKS-ODK
18 Akbar Ariatono L Bantul 2/2/2003 12 ODK
Tubuh LKS-ODK
19 Anisa Widyastuti P Sleman 21/1/2003 12 ODK
Tubuh LKS-ODK
20 Tri Gunawan L Grobogan 7/9/1996 18 ODK
Tubuh LKS-ODK
21 Avia Cahyani P P Sleman 16/5/2002 13 ODK
Tubuh LKS-ODK
22 Andi Santoso L Cilacap 1/9/1996 18 ODK
Tubuh LKS-ODK
23 Ahmad
Musabikhin L Bantul 23/6/2001 14
ODK
Tubuh LKS-ODK
24 Tio Tegar L Magelang 6/1/1997 18 ODK
Tubuh LKS-ODK
25 Nihlah P Magelang 5/5/1993 12 ODK
Tubuh LKS-ODK
26 Miftakhul L Sidoarjo 23/4/1999 16 ODK
Tubuh LKS-ODK
27 Deni S L Wonosobo 13/1/1991 24 ODK
Tubuh LKS-ODK
28 Herfianto L Bantul 28/11/1995 19 ODK
Tubuh LKS-ODK
29 Imam Mahdi L Gunungkidul 10/8/1995 20 ODK
Tubuh LKS-ODK
30 Arinil Musfiroh P Magelang 28/10/1990 24 ODK
Tubuh LKS-ODK
31 Ridwan Akbar L Demak 29/1/1994 21 ODK
Tubuh LKS-ODK
32 Tarminingsih P Klaten 21/10/1992 22 ODK
Tubuh LKS-ODK
33 Muhlisin L Sleman 17/7/1993 12 ODK
Tubuh LKS-ODK
34 Happy Santoto A L Sleman 27/12/1988 26 ODK
Tubuh LKS-ODK
35 Hargiyanto L Bantul 26/3/1983 32 ODK
Tubuh LKS-ODK
36 Tenjanu Prasetyo L Bantul 10/1/1992 23 ODK
Tubuh LKS-ODK
37 Anang Supriyadi L Kulon Progo 10/11/1990 24 ODK
Tubuh LKS-ODK
38 Rohmadi L Bantul 29/12/1992 22 ODK
Tubuh LKS-ODK
39 Tris Munandar L Purworejo 22/1/1992 23 ODK
Tubuh LKS-ODK
40 M. Tosirin L Pemalang 11/2/1987 28 ODK
Tubuh LKS-ODK
41 Endang Setyowati P Magelang 27/3/1990 25 ODK LKS-ODK
Tubuh
42 Ardina P Wonogiri 23/11/1992 22 ODK
Tubuh LKS-ODK
43 M. Furqon L Demak 22/11/1990 24 ODK
Tubuh LKS-ODK
44 Rusdian Ika N P Ngawi 14/10/1989 24 ODK
Tubuh LKS-ODK
45 Yulia Ayungtyas P Magelang 5/7/1990 25 ODK
Tubuh LKS-ODK
46 Hari Pramono L Purworejo 5/1/1985 30 ODK
Tubuh LKS-ODK
47 Danik Tri H P Sragen 3/7/1983 32 ODK
Tubuh LKS-ODK
48 Triyanto L Sukoharjo 19/9/1984 29 ODK
Tubuh LKS-ODK
49 Tri Umaryadi L Bantul 21/1/1983 32 ODK
Tubuh LKS-ODK
50 Arif Dermawan L Cilacap 17/10/1984 29 ODK
Tubuh LKS-ODK
51 Abdullah Fikri L Lampung 25/9/1989 26 ODK
Tubuh LKS-ODK
52 Deddy Arya N L Sleman 5/6/1994 11 ODK
Tubuh LKS-ODK
53 Nila Nur’aini P Magelang 18/9/1999 15 ODK
Tubuh LKS-ODK
54 Ilma Pasa N P Bantul 10/12/2000 14 ODK
Tubuh LKS-ODK
55 Zukhrufafu A P Magelang 15/7/2003 12 ODK
Tubuh LKS-ODK
56 Nur Wahyu S L Yogyakarta 9/7/2001 14 ODK
Tubuh LKS-ODK
57 Ristanto L Magelang 21/4/2003 12 ODK
Tubuh LKS-ODK
58 Panca Rahmadi P Kalimantan 18/1/2005 10 ODK
Tubuh LKS-ODK
59 Heni Uswatun P Bantul 22/9/1995 19 ODK
Tubuh LKS-ODK
60 Abdul Rokhim L Sleman 7/2/1998 17 ODK
Tubuh LKS-ODK
61 Dita Yudha P P Pati 25/3/1997 18 ODK
Tubuh LKS-ODK
62 Andi Dwi S L Kendal 2/10/1998 16 ODK
Tubuh LKS-ODK
63 Siget Aris P L Bantul 26/4/1998 17 ODK
Tubuh LKS-ODK
64 Arif Prasetyo L Gunugkidul 29/3/1998 17 ODK
Tubuh LKS-ODK
65 Devi Agustina P Bantul 27/8/1997 18 ODK
Tubuh LKS-ODK
66 Jamil Ahmad A L Sleman 5/7/1996 19 ODK
Tubuh LKS-ODK
67 Taufik Rahmadi L Bagan Batu 17/6/1998 17 ODK
Tubuh LKS-ODK
68 Rifan Febriyanto L Bantul 29/2/2000 16 ODK
Tubuh LKS-ODK
69 Arditya R L Magelang 28/7/1998 17 ODK
Tubuh LKS-ODK
70 Muhammad Rifki L Magelang 2/1/1997 18 ODK
Tubuh LKS-ODK
71 Muh. Ramadani L Sleman 8/3/1987 18 ODK
Tubuh LKS-ODK
72 Oviana Nur I P Sleman 19/11/1998 16 ODK
Tubuh LKS-ODK
73 Syifa P Pekalongan 5/12/1999 15 ODK
Tubuh LKS-ODK
74 Deby Sri A P Cilacap 7/12/1999 15 ODK
Tubuh LKS-ODK
75 Fajar Baskoro A L Pemalang 12/11/1995 19 ODK
Tubuh LKS-ODK
76 Wildan Aulia L Yogyakarta 18/2/1995 20 ODK
Tubuh LKS-ODK
77 Saifudin Fajar L Pemalang 7/2/21996 19 ODK
Tubuh LKS-ODK
SARANA DAN FASILITAS YAKETUNIS
1. Sarana Kegiatan
a. Panti/asrama
b. Pendidikan formal
c. Ketrampilan
d. Kesenian
e. Olahraga
f. Kerohanian
2. Faslitas Asrama
a. Ruang asrama putra : 3 kamar dengan ukuran perkamar
10x3m, 8x9m dan 8x6m
b. Ruang asrama putri : 2 kamar dengan ukuran perkamar
10x7m dan 8x6mn
c. Kamar mandi putra : 4 buah dengan ukuran
masing-masing 2x1m
d. Kamar mandi putri : 6 buah dengan ukuran masing-
masing 2x1m
e. Tempat jemuran putra : ukuran 7 x 2 m
f. Tempat jemuran putrid : ukuran 8 x 5 m
g. Dapur : ukuran 5 x 4 m
h. Ruang makan : ukuran 7 x 4 m
i. Mushola : ukuran 6 x 5 m
j. Ruang bapak asrama : ukuran 7 x 5 m
k. Kantor yayasan : ukuran 6 x 4 m
l. Aula : ukuran 8 x 5 m
3. Fasilitas Pendidikan
a. Ruang kelas SLB : 6 kelas dengan ukuran perkelas
6 x 3 m
b. Ruang kelas MTs : 4 kelas dengan ukuran perkelas
5 x 3 m
c. Ruang kantor dan guru SLB : ukuran 7 x 5 m
d. Ruang kantor dan guru MTs : ukuran 6 x 5 m
e. Perpustakaan SLB : ukuran 5 x 4 m
f. Perpustakaan MTs : ukuran 5 x 4 m
g. Ruang komputer MTs : ukuran 4 x 2 m
h. Komputer : 5 buah
i. Ruang pijat : ukuran 3 x 3 m
j. UKS : ukuran 3 x 3 m
4. Fasilitas Olahraga
a. Tenis meja : 1(satu) set
b. Catur : 5 (enam) set
c. Sepak bola : halaman
d. Senam : halaman
e. Matras : 2 buah
5. Fasilitas Kesenian (musik band)
a. Drum : 1 (set) unit
b. Keyboard : 1 (set) unit
c. Gitar : 2 buah
d. Ketipung : 1 buah
e. Ruang rekaman : ukuran 5 x 2 m
PEDOMAN INTERVIEW
1. Sekretaris Yaketunis & Kepala Panti
a. Bagaimana sejarah berdirinya Yaketunis?
b. Sejak kapan bapak bergabung dan menjadi pengurus di Yaketunis?
c. Kapan tepatnya Yaketunis resmi menetap berkantor disini?
d. Bagaimana struktur kepengurusan Yaketunis?
e. Adakah pertemuan atau rapat rutin pengurus?
f. Bagaimana pemahaman bapak tentang lembaga sosial?
g. Berapa jumlah anak asuh Yaketunis?
h. Adakah persyratan tertentu untuk menjadi anak asuh?
i. Bagaimana keadaan keluarga anak asuh Yaketunis, secara ekonomi
maupun hubungannya dengan anaknya?
j. Adakah batasan tertentu lamanya anak tinggal di asrama?
k. Bagaimana perkembangan Yaketunis hingga saat ini menurut bapak?
l. Bagaimana pendapat bapak tentang fundraising/menggalang dana?
m. Pentingkah hal itu dilakukan terutama bagi lembaga sosial?
n. Bagaimanakah fundraising di Yaketunis, seperti apakah caranya?
o. Perlukah suatu strategi itu terutama dalam menggalang dana?
p. Apakah Yaketunis strategi-strategi tertentu dalam menggalang dana?
q. Apakah Yaketunis menyusun perencanaan sampai evaluasi dalam
kegiatan menggalang dana?
r. Bagaimana cara untuk menghidupi lembaga?
s. Bagaimana pendapat bapak tentang tujuan fundraising berikut dan
pelaksannya masing-masing di Yaketunis ini?
t. Bagaimana pendapat bapak tentang cirri-ciri lembaga sosial berikut
(disebutkan) dan apakah Yaketunis sesuai dengan cirri ini?
u. Bagaimana cara lembaga dalam menjalin hubungan dengan donatur?
v. Adakah cara khusu untuk berterimakasih kepada donatur?
w. Apakah Yaketunis memiliki daftar pendonatur?
x. Bagaimana dukungan Pemerintah untuk lembaga ini?
y. Bagaimana respon masyarakat terhadap Yaketunis?
z. Adakah tantangan yang dihadapi Yaketunis dalam menggalang dana?
2. Bendahara Yaketunis
a. Bagaimana sejarah Yaketunis?
b. Sejak kapan bapak menjadi pengurus Yaketunis?
c. Bagaimana program-program Yaketunis?
d. Bagaimana cara Yaketunis dalam menghidupi lembaga?
e. Bisa diceritakan secara detail bentuk dukungan Pemerintah ke Yaketuni
itu seperti apa?
f. Bagaimana perkembangan Yaketunis saat ini menurut bapak?
3. Bapak Asrama Yaketunis
a. Berapa jumlah anak asuh Yaketunis?
b. Apa saja program-program asrama?
c. Fasilitas apa saja yang diberikan untuk anak asuh?
d. Adakah biaya khusus atau syarat tertentu untuk anak Yaketunis?
e. Bagaimana pelaksanaan kegitan-kegiatan di asrama?
f. Apa saja kepengurusan di asrama?
g. Adakah semacam orang tua asuh bagi anak di Yaketunis ini?
h. Bagaimana cara lembaga dalam memenuhi kebutuhan anak?
i. Bagaimana upaya lembaga untuk mengembangkan potensi anak?
j. Bagaimana sejarah dan tujuan Ormake?
k. Adakah prestasi-prestasi yang di raih Yaketunis?
4. Wakil Ketua ORMAKE
a. Bagaimana sejarah dan tujuan ORMAKE?
b. Bagaimana struktur kepengurusan dalam ormake?
c. Apa saja program ormake yang sudah maupun yang belum dilaksanakan?
d. Berapa lama periode kepengurusan Ormake?
e. Adakah syarat tertentu untuk bergabung di Ormake?