kajian kesesuaian dan daya dukung kawasan ...repository.ub.ac.id/7249/1/anas nurhidayah.pdfalat...

80
KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA PANTAI DAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI BANGSRING BANYUWANGI, JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: ANAS NURHIDAYAH NIM. 135080600111019 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA

PANTAI DAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI

BANGSRING BANYUWANGI, JAWA TIMUR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

ANAS NURHIDAYAH

NIM. 135080600111019

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA

PANTAI DAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI

BANGSRING BANYUWANGI, JAWA TIMUR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:

ANAS NURHIDAYAH

NIM. 135080600111019

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

SEPTEMBER, 2017

Page 3: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

HALAMAN PENGESAHAN

Page 4: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul :KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN

EKOWISATA PANTAI DAN TERUMBU KARANG

BERBASIS MASYARAKAT DI PANTAI BANGSRING

BANYUWANGI, JAWA TIMUR

Nama Mahasiswa : ANAS NURHIDAYAH

NIM : 135080600111019

Program Studi : Ilmu Kelautan

PENGUJI PEMBIMBING :

Pembimbing 1 : DR. H. RUDIANTO, MA

Pembimbing 2 : M. ARIF AS’ADI, S.Kel., M.Sc

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :

Dosen Penguji 1 : M. ARIF ZAINUL FUAD, S.Kel., M.Sc

Dosen Penguji 2 : RARASRUM DYAH K., S.Kel., M.Si., M.Sc

Tanggal Ujian : 29 September 2017

Page 5: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Anas Nurhidayah

NIM : 135080600111019

Program Studi : Ilmu Kelautan

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang Saya tulis ini

benar – benar merupakan hasil karya Saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan

Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 20 Juli 2017

Mahasiswa

Anas Nurhidayah

NIM. 135080600111019

Page 6: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

UCAPAN TERIMAKASIH

Awal penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, kritik dan saran, doa, dan

bantuan materi, sehingga selesainya skripsi ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini ijinkan penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada :

1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa shalawat serta salam

penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

2. Kedua orang tua tercinta, yakni Ayahanda Sunardi dan Ibunda Rohmaniah

yang telah memberikan dorongan semangat, motivasi, dan doa di setiap

sujudnya yang tak pernah putus sepanjang masa, khususnya dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Dr. H. Rudianto, MA dan M. Arif As’adi, S.Kel., M.Sc selaku dosen

pembimbing, penghormatan dan penghargaan sebesar – besarnya penulis

ucapkan atas bimbingan serta arahan untuk menyelesaikan tugas akhir ini

dan mengantarkan penulis meraih gelar sarjana.

4. Segenap dosen yang telah memberikan ilmu dan pendidikan selama

kuliah, khususnya dosen program studi Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya.

5. Pihak pengelola Bangsring Under Water, Kelompok Nelayan Samudera

Bhakti, dan Kepala Desa Bangsring yang telah membantu memfasilitasi

dan memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Pantai Bangsring,

Banyuwangi.

6. Sahabatku (Novar Kurnia Wardana, Alif Rofiq Syukron Bisri, Yudha Prawira

Maulana, Sherla Rizqia) yang telah membantu dalam pengambilan data di

lapang, semoga kebaikan dan kesuksesan selalu menyertai kalian.

Page 7: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

7. Tim Rudi Squad (Ayu Puji L., M. Alfath, Wasis Prawinata, Sony Saksono

Putro, Wira Aldus, dan Faizah R. Y.) yang telah berjuang bersama untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Keluargaku Ilmu Kelautan 2013 “ATLANTIK” yang menjadi bagian dari

perjalanan menempuh studi di Program Studi Ilmu Kelautan, atas dorongan

semangat, bantuan pengolahan data, serta kritik dan saran Saya apresiasi

sebesar – besarnya.

Page 8: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

RINGKASAN

ANAS NURHDAYAH. Skripsi tentang Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Pantai dan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Pantai Bangsring Banyuwangi, Jawa Timur. (dibawah bimbingan Dr. H. Rudianto, MA dan M. Arif As’adi, S.Kel., M.Sc)

Sektor pariwisata di Indonesia mengalami tren peningkatan positif. Salah satu wisata yang berpotensi besar untuk dikembangkan adalah wisata bahari. Pantai Bangsring yang terletak di Kabupaten Banyuwangi merupakan kawasan konservasi yang dikelola oleh kelompok nelayan setempat. Potensi yang dimiliki berupa wisata pantai dan terumbu karang (snorkling dan diving). Semenjak dibuka menjadi kawasan ekowisata pada tahun 2012, Pantai Bangsring ramai dikunjungi wisatawan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dapat menjadi salah satu faktor kerusakan ekosistem.

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian dan daya dukung kawasan terhadap ekowisata pantai dan terumbu karang yang ada di Pantai Bangsring dan bentuk pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Bangsring.

Penelitian menggunakan metode survey dan penulisan deskriptif. Observasi terumbu karang menggunakan Line Intercept Transect (LIT) dan analisis data untuk menentukan strategi pengelolaan berbasis masyarakat menggunakan analisis SWOT (Stregth, Weakness, Opportunities, Threat).

Berdasarkan pengukuran parameter kualitas perairan, didapatkan hasil bahwa kualitas perairan Pantai Bangsring sesuai dengan standar baku mutu kualitas perairan untuk wisata. Hasil Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) untuk ekowisata pantai mendapatkan nilai sebesar 75,78 % (S2 = sesuai), untuk kategori ekowisata snorkling sebesar 77,77 % (S2 = sesuai) dan kategori diving sebesar 75,29 % (S2 = sesuai). Daya Dukung Kawasan (DDK) yang dihasilkan untuk ekowisata pantai dapat menampung wisatawan sebesar 794 orang/hari, snorkling sebesar 1.738 orang/hari, dan diving sebesar 695 orang/hari. Analisis pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat menggunakan SWOT, strategi pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat, diantaranya: 1). Pembuatan kebijakan bersama antara pemerintah dan masyarakat terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan; 2). Edukasi kepada wisatawan agar tercipta wisata ramah lingkungan; 3). Optimalisasi peran stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata di Pantai Bangsring.

Page 9: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,

karunia dan hidayah-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Kajian Kesesuaian dan Daya

Dukung Kawasan Ekowisata Pantai dan Terumbu Karang Berbasis

Masyarakat di Pantai Bangsring Banyuwangi, Jawa Timur”. Skripsi ini sebagai

tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak. Penulisan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan,

mengingat kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, namun semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan rujukan

dalam melakukan kegiatan – kegiatan penelitian lebih lanjut.

Malang, 20 Juli 2017

Penulis

Page 10: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. 3

IDENTITAS TIM PENGUJI .................................................................................. 4

PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... 5

UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... 6

RINGKASAN ....................................................................................................... 8

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 9

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 10

DAFTAR TABEL ................................................................................................ 12

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 13

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 14

BAB I. PENDAHULUAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ...................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan ......................................................... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Konsep Dasar Ekowisata ............................ Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Definisi Wisata, Wisata Alam, dan Ekowisata ..... Error! Bookmark not

defined.

2.1.2 Parameter Ekowisata ............................ Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Jenis dan Prinsip Ekowisata ................. Error! Bookmark not defined.

2.2 Ekowisata Bahari......................................... Error! Bookmark not defined.

2.3 Ekosistem Terumbu Karang ........................ Error! Bookmark not defined.

2.4 Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat ........... Error! Bookmark not

defined.

2.5 Daya Dukung Kawasan Ekowisata .............. Error! Bookmark not defined.

2.6 Kesesuaian Area Wisata ............................. Error! Bookmark not defined.

BAB III. METODE PENELITIAN ............................ Error! Bookmark not defined.

3.1 Waktu dan Tempat ...................................... Error! Bookmark not defined.

3.2 Alat dan Bahan ............................................ Error! Bookmark not defined.

3.3 Metode ........................................................ Error! Bookmark not defined.

3.4 Jenis dan Pengumpulan Data...................... Error! Bookmark not defined.

3.5 Prosedur Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined.

Page 11: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

3.6 Analisis Data ............................................... Error! Bookmark not defined.

3.6.1 Analisis Deskriptif ................................. Error! Bookmark not defined.

3.6.2 Analisis Data Kualitas Perairan ............. Error! Bookmark not defined.

3.6.3 Analisis Persentase Penutupan Karang Hidup .... Error! Bookmark not

defined.

3.6.4 Analisis Kesesuaian Ekowisata ............. Error! Bookmark not defined.

3.6.5 Analisis Kesesuaian Ekowisata Pantai .. Error! Bookmark not defined.

3.6.6 Analisis Kesesuaian Ekowisata Snorkling dan Diving Error! Bookmark

not defined.

3.6.7 Analisis Daya Dukung Kawasan ........... Error! Bookmark not defined.

3.6.8 Analisis SWOT ...................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................... Error! Bookmark not defined.

4.1 Kondisi Umum Lokasi .................................. Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Letak Geografis dan Administratif ......... Error! Bookmark not defined.

4.1.2 Profil Pantai Bangsring ......................... Error! Bookmark not defined.

4.1.3 Potensi Pantai Bangsring ...................... Error! Bookmark not defined.

4.1.4 Sarana dan Prasarana Pantai Bangsring ............ Error! Bookmark not

defined.

4.2 Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi ................ Error! Bookmark not defined.

4.3 Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Pantai Bangsring ...... Error!

Bookmark not defined.

4.3.1 Persepsi Masyarakat Lokal ................... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Persepsi Wisatawan ............................. Error! Bookmark not defined.

4.4 Kualitas Perairan Pantai Bangsring ............. Error! Bookmark not defined.

4.5 Kondisi Terumbu Karang ............................. Error! Bookmark not defined.

4.5.1 Persentase Tutupan .............................. Error! Bookmark not defined.

4.5.2 Persentase Life form ............................. Error! Bookmark not defined.

4.6 Kesesuaian Ekowisata Pantai ..................... Error! Bookmark not defined.

4.7 Kesesuaian Ekowisata Snorkling ................. Error! Bookmark not defined.

4.8 Kesesuaian Ekowisata Diving ..................... Error! Bookmark not defined.

4.9 Daya Dukung Kawasan ............................... Error! Bookmark not defined.

4.10 Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat ......... Error! Bookmark not

defined.

4.10.1 Strategi Faktor Internal dan Eksternal . Error! Bookmark not defined.

4.10.2 Matriks SWOT .................................... Error! Bookmark not defined.

4.10.3 Alternatif Pengelolaan Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat .. Error!

Bookmark not defined.

Page 12: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

BAB V. PENUTUP ................................................ Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ................................................. Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran .......................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Alat Penelitian dan Fungsinya

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 2. Bahan Penelitian dan Fungsinya

..................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 4. Baku Mutu Kualitas Air Laut untuk Wisata Bahari

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 5. Kriteria baku kerusakan terumbu karang

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 6. Tabel Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Pantai

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 7. Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Bahari Kategori Snorkling

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 8. Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Bahari Kategori Diving

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 9. Tabel Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 10. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Page 13: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Tabel 11. Matriks SWOT

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 12. Sarana dan Prasarana di Pantai Bangsring

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 13. Penduduk Desa Bangsring Berdasarkan Pengelompokan Umur

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 14. Hasil Pengukuran Kualitas Perairan Pantai Bangsring

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 15. Nilai Kesesuaian Ekowisata Pantai

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 16. Nilai Kesesuaian Ekowisata Snorkling

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 17. Nilai Kesesuaian Ekowisata Diving

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 18. Daya Dukung Kawasan Pantai Bangsring

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 19. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 20. Perhitungan Matriks IFAS

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 21. Perhitungan Matriks EFAS

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 22. Rumus Kombinasi Matriks SWOT

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 23. Matriks SWOT

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Tabel 24. Peringkat Alternatif Strategi Pengelolaan

................................................................................................................... Err

or! Bookmark not defined.

Page 14: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian
Page 15: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

No table of figures entries found.

Page 16: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi pada sektor perikanan dan kelautan Indonesia diantaranya,

perikanan tangkap dan budidaya, pertambangan laut, perhubungan laut, industri

maritim, keanekaragaman biota laut, serta wisata bahari. Sektor pariwisata di

Indonesia belakangan ini mengalami tren peningkatan positif. Hal ini terlihat dari

pemasukan devisa negara. Berdasarkan data (Kementerian Pariwisata (2016),

pemasukan devisa negara dari sektor pariwisata pada tahun 2011 – 2015 sebesar

8.544,39 juta USD; 9.120,85 juta USD; 10.054,15 juta USD; 11.166,13 juta USD;

dan 12.225,89 juta USD. Pada tahun 2015 sektor pariwisata menempati peringkat

lima penyumbang devisa terbesar negara dibawah sektor migas, batu bara,

minyak kelapa sawit, dan karet olahan. Sedangkan kunjungan wisatawan

mancanegara ke Indonesia pada tahun 2015 dan 2016 sebesar 10.406.759 jiwa

dan 12.023.971 jiwa dengan pertumbuhan 15,54 %.

Wisata bahari merupakan salah satu sumberdaya alam di kawasan pesisir

yang dapat memberikan manfaat ekonomi tetapi tetap menjaga kelestariannya

secara berkelanjutan. Menurut KKP (2010), wisata bahari meliputi menyelam

(diving), snorkling, selancar air (surfing), jetsky, dayung sampan atau kano, dan

memancing. Pemandangan alam seperti keindahan pantai, pasir putih, dan air

yang jernih. Selain itu, juga terdapat vegetasi pantai dan terumbu karang, serta

budaya lokal masyarakat pesisir.

Pada negara tropis sebagian besar masyarakat pesisir menggantungkan

hidupnya dari ekosistem terumbu karang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kegiatan penangkapan komersil dan pariwisata adalah kegiatan yang bergantung

pada ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem terumbu karang

mempunyai jasa yang memberikan dampak tidak langsung terhadap keamanan

Page 17: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

dan kesejahteraan masyarakat pesisir, seperti perlindungan garis pantai dan

keanekaragaman hayati (Cesar, 2002).

Pantai Bangsring merupakan kawasan konservasi (Marine Protected Area)

menjadi salah satu destinasi wisata snorkling dan diving favorit di Kabupaten

Banyuwangi. Kawasan seluas 15 Ha itu dikelola oleh masyarakat sekitar yang

tergabung dalam Kelompok Nelayan Ikan Hias – Samudera Bakti (KNIH – SB).

Pantai ini memiliki daya tarik wisata berupa wisata pantai, terumbu karang, rumah

apung, Keramba Jaring Apung (KJA), penangkaran Ikan Hiu, fish apartement,

serta keanekaragaman biota laut yang terdapat di sekitar terumbu karang.

Pemanfaatan kawasan konservasi menjadi wisata memang baik dilakukan

untuk memberikan dampak positif secara ekonomi bagi masyarakat sekitar dan

meningkatkan pendapatan suatu daerah. Hal yang perlu diperhatikan adalah

pengelolaan yang baik, dimana kegiatan wisata yang dilakukan dapat berjalan

seimbang dengan pelestarian lingkungan sekitar, sehingga dapat tercipta wisata

berkelanjutan. Istilah demikian sering kita sebut sebagai ekowisata. Menurut WWF

(2009), Aspek kunci dalam ekowisata yaitu jumlah pengunjung terbatas diatur

sesuai daya dukung kawasan, pola wisata ramah lingkungan, pola wisata ramah

budaya dan adat istiadat (nilai edukasi), dan dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat sekitar.

Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas, maka perlu dilakukan kajian

wisata pantai dan terumbu karang untuk mengetahui daya dukung kawasan dan

kesesuaian ekowisata berbasis masyarakat sebagai langkah antisipasi pihak

pengelola terkait peningkatan jumlah wisatawan, sehingga dapat menciptakan

ekowisata berkelanjutan dan menunjang kawasan konservasi yang ada di Pantai

Bangsring Banyuwangi.

Page 18: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan, sehingga permasalahan yang perlu dibahas

diantaranya :

1. Bagaimana kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan untuk ekowisata

pantai dan terumbu karang di Pantai Bangsring Banyuwangi?

2. Bagaimana bentuk pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di Pantai

Bangsring Banyuwangi ?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :.

1. Mengetahui kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan untuk ekowisata

pantai dan terumbu karang di Pantai Bangsring Banyuwangi.

2. Mengetahui bentuk pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di Pantai

Bangsring Banyuwangi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi sumber

informasi dan acuan dalam upaya pengelolaan dan pengembangan Pantai

Bangsring sebagai destinasi wisata yang berorientasi pada konservasi kawasan

dan wisata berkelanjutan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

sekitar dan pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangi.

Page 19: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Ekowisata

2.1.1 Definisi Wisata, Wisata Alam, dan Ekowisata

Konsep memanfaatkan sektor wisata untuk menunjang kawasan

konservasi kian ramai didiskusikan. Secara definisi terdapat perbedaan antara

wisata dan ekowisata. Menurut UU No. 10 Tahun 2009, Wisata adalah kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara. Sedangkan wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang

memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan.

Ekowisata diartikan sebagai perjalanan wisatawan ke daerah terpencil

dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya

suatu daerah, dimana pola wisatanya membantu meningkatkan ekonomi

masyarakat lokal dan menjaga kelestarian alam (WWF, 2009). Senada dengan

WWF, The International Ecotourism Society (1990), mendefinikan ekowisata

adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat yang alami dengan menjaga

kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat.

Kajian yang dilakukan Hakim (2004), menunjukkan hubungan harmonis antara

wisata, bentang alam, keanekaragaman, dan konservasinya dapat terjadi dalam

kehidupan manusia. Lebih lanjut, dampaknya dapat memberikan pengaruh positif

bagi perekonomian lokal dan pendidikan konservasi bagi pengunjung.

2.1.2 Parameter Ekowisata

Karakteristik utama dalam membangun ekowisata yaitu berfokus pada

kealamian (nature), edukasi (education), dan keberlanjutan (sustainability). Marta

Page 20: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Honey (1999) dalam (Hakim, 2004), memberikan kriteria – kriteria dalam

ekowisata, diantaranya :

a. Perjalanan ke kawasan alami

Kawasan alami yang dimaksud yaitu kawasan dengan keanekaragaman

hayati, bentang alam yang indah, unik, dan kaya. Kawasan tersebut bisa

berupa taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, kawasan

perlindungan laut (marine protected area), dan kawasan lindung lainnya.

b. Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan rendah

Dampak dalam ekowisata harus ditekan seminimal mungkin. Dampak

dapat dihasilkan oleh pihak pengelola wisata, wisatawan, pengelola

penginapan maupun restoran, dan lain sebagainya. Semua elemen

diharapkan mampu memberikan dampak seminimal mungkin untuk

menjaga kealamian dan keberlanjutan wisata.

c. Membangun kepedulian terhadap lingkungan

Tujuan aktivitas ini pada dasarnya untuk mempromosikan kekayaan hayati

pada habitatnya dan melakukan pendidikan konservasi secara langsung.

Oleh karena itu, usaha ekowisata diharapkan mampu membawa semua

pihak yang terlibat untuk mempunyai kepedulian terhadap konservasi

lingkungan.

d. Memberikan dampak keuntungan ekonomi langsung bagi kegiatan

konservasi

Sebagian besar di negara berkembang, pembiayaan terhadap kawasan

konservasi rendah sehingga fungsi yang dijalankan tidak maksimal. Dalam

hal ini, ekowisata dengan mekanisme tertentu harus mampu

menyumbangkan aliran dana dari penyelenggaraannya untuk melakukan

konservasi habitat. Tujuan utamanya, yakni memelihara integritas fungsi

ekosistem dari destinasi wisata.

Page 21: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

e. Memberikan dampak keuangan dan permberdayaan masyarakat lokal

Masyarakat lokal harus mendapat manfaat dari aktivitas wisata yang

dikembangkan, seperti pendidikan, sanitasi, perbaikan ekonomi, dan

dampak lainnya. Hal itu untuk menjamin keikutsertaan masyarakat lokal

dalam pertumbuhan ekonomi setempat karena aktivitas wisata.

f. Menghormati budaya setempat

Budaya masyarakat lokal biasanya unik bagi wisatawan dan seringkali

menjadi bagian dari aktraksi wisata. Budaya itu harus mendapatkan

penghargaan, dihormati, dan dilestarikan agar kontribusinya dalam

konservasi dapat memainkan peran.

g. Mendukung Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi

Hakikatnya, masyarakat lokal adalah orang yang hidup bertahun – tahun

dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Beberapa masyarakat secara

tradisional masih tergantung dengan sumberdaya alam sekitar. Oleh

karena itu, melakukan diskusi dengan masyarakat lokal untuk menetapkan

regulasi bersama menjadi parameter yang tepat untuk menunjang

keberhasilan ekowisata.

2.1.3 Jenis dan Prinsip Ekowisata

Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009, jenis

dan prinsip ekowisata dijabarkan sebagai berikut :

A. Jenis – jenis ekowisata

Ekowisata hutan

Ekowisata bahari

Ekowisata pegunungan

Ekowisata karst

Page 22: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

B. Prinsip dalam pengembangan ekowisata, meliputi :

Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata.

Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan

secara lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata.

Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan

menjadi penggerak pembangunan ekonomi.

Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah

presepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab,

komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.

Memberikan kepuasan dan pengalaman pada penunjung.

Partisipasi masyarakat, peran serta masyarakat dalam kegiatan

perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan

menghormati nilai – nilai sosial budaya dan keagamaan di sekitar

kawasan.

Menampung kearifan lokal.

2.2 Ekowisata Bahari

Ekowisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk

menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru yang dilakukan pada

wilayah perairan. Kegiatan wisata ini bukan semata – mata hanya untuk

memperoleh hiburan dari berbagai atraksi dari lingkungan pesisir dan kelautan

tetapi diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk

mengembangkan konservasi lingkungan terkait ekosistem pesisir, sehingga

membentuk kesadaran akan kelestarian lingkungan dimasa yang akan datang

(Gautama, 2011)

Konsep ekowisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam,

karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat

Page 23: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat (1994),

berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar

akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993),

menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang

memasarkan ekosistem yang menarik dan langka.

Skema konsep ekowisata bahari terlihat pada gambar berikut :

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa output langsung dibedakan

menjadi dua, yaitu output langsung bagi manusia berupa hiburan, pengalaman,

dan pengetahuan, sedangkan output langsung bagi alam adalah adanya insentif

yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konservasi alam. Output tak

langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri wisatawan untuk

memperhatikan prilaku hidup agar tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran

ini tumbuh sebagai kesan mendalam yang diperoleh wisatawan selama

berinteraksi langsung dengan lingkungan alam bahari.

2.3 Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang adalah komunitas unik yang seluruhnya terbentuk dari

aktivitas biologi. Karang merupakan salah satu organisme laut yang tidak

bertulang belakang, berbentuk polip yang berukuran mikroskopis (lihat gambar),

Ekowisata

bahari Input

Alam

Manusia

Output tak

langsung

Output langsung

(konservasi alam)

Output langsung (hiburan, pengalaman,

pengetahuan)

Gambar 1. Skema konsep ekotorisme bahari

Page 24: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

namun mampu menyerap kapur dari air laut dan mengendapkannya sehingga

membentuk timbunan kapur yang padat. Klasifikasi karang masuk dalam phylum

Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractina (Kasim, 2011).

Gambar 2. (a) Polip karang; (b) koloni karang; (c) struktur kerangka karang massive

Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang dibedakan menjadi tujuh

kategori utama, yaitu : karang bercabang (branching coral), karang masif/padat

(massive coral), karang submasif/semi-padat (submassive coral), karang

jamur/soliter (mushroom coral), karang meja (tabulate coral), karang lembaran

(folious coral), dan karang menjalar (encrusting coral) (Coremap II, 2007).

Terumbu karang tidak bisa hidup pada sembarang tempat. Kondisi alam

yang cocok untuk pertumbuhan karang diantaranya perairan dengan suhu 18 – 30

oC, kedalaman air kurang dari 50 meter, salinitas air laut 30 – 36 per mil (o/oo), laju

sedimentasi relatif rendah dengan perairan relatif jernih, pergerakan arus yang

cukup, dan substrat yang keras. Karang tidak bisa hidup pada air tawar atau muara

(Sukmara et al., 2001).

2.4 Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat

Ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata

yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh masyarakat setempat

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata. Hal

tersebut didasarkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam dan

budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata. Ekowisata

berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat

Page 25: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

setempat dan meningkat perekonomian masyarakat. Peran masyarakat sekitar

bisa menjadi pemandu wisata, penyedia jasa penginapan (homestay), menjual

kerajinan, menjual makanan dan minuman, dan lain – lain. Ekowisata berdampak

positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada

akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar

penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata (WWF,

2009).

Ekowisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan.

Pengelolaan ekowisata yang baik akan menghasilkan keuntungan dalam berbagai

aspek. Pelibatan masyarakat dalam ekowisata akan menimbulkan perubahan

prilaku sosial yang didalamnya terdapat kerjasama dan persaingan antar pelaku

wisata. kegiatan ekowisata yang banyak menarik minat wisatawan dapat

membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat

tidak saja mendapatkan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, tetapi juga dapat

menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang menunjang kegiatan pariwisata

(Hijriati, 2014).

Menurut WWF (2009), Aspek kunci dalam pengelolaan ekowisata berbasis

masyarakat adalah sebagi berikut :

Masyarakat membentuk lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di

daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi masyarakat.

Prinsip local ownership diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan

prasarana dan prasarana ekowisata.

Pemandu dan penyediaan penginapan (homestay) dari masyarakat sekitar

kawasan.

Page 26: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Perintisan, pengelolaan, dan pemeliharaan obyek wisata menjadi

tanggung jawab masyarakat setempat (termasuk penentuan biaya untuk

wisatawan).

2.5 Daya Dukung Kawasan Ekowisata

Daya dukung merupakan suatu konsep dasar yang dikembangkan untuk

kegiatan pengelolaan sumberdaya alam serta lingkungan yang lestari melalui

ukuran kemampuannya. Konsep ini terutama dikembangkan untuk mencegah

degradasi atau kerusakan sumberdaya alam serta lingkungan. Daya dukung

mampu menciptakan kelestarian alam, keberadaan maupun fungsinya dapat tetap

terwujud dan pada saat bersamaan masyarakat atau pengguna sumberdaya tetap

berada pada kondisi sejahtera. Daya dukung dapat diartikan sebagai suatu

batasan terhadap jumlah kehidupan yang dapat didukung atau ditopang oleh

berbagai habitat (Subur, 2012).

Menurut Dahuri (2008), daya dukung ditentukan oleh kondisi biogeofisik

suatu wilayah serta permintaan manusia akan sumberdaya alam dan jasa

lingkungan, sehingga daya dukung suatu wilayah pesisir dapat diprediksi dengan

jalan menganalisis variabel kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan

wilayah pesisir dalam memproduksi sumberdaya alam maupun jasa lingkungan,

kemudian variabel sosial – ekonomi – budaya yang menentukan kebutuhan

manusia yang tinggal di wilayah pesisir tersebut atau yang tinggal di luar wilayah

pesisir namun berpengaruh terhadap perubahan sumberdaya alam dan jasa

lingkungan di wilayah tersebut.

Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah maksimum yang

dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau merusak

lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi pengunjung,

juga bagi masyarakat setempat (Libosada, 1998). Daya dukung adalah batas -

batas kehadiran wisatawan dan fasilitas pendukungnya yang belum atau tidak

Page 27: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

menimbulkan gangguan terhadap lingkungan fisik maupun kehidupan masyarakat

sekitar serta wisatawan mendapat kepuasan dari kunjungannya tanpa gangguan

akibat kepadatan pengunjung (Maryadi, 2003). Menurut Wilkinson (1990) dalam

Subur (2012), daya dukung lingkungan terdiri dari empat elemen yaitu (1)

kapasitas fisik, (2) kapasitas lingkungan, (3) kapasitas sosial, (4) kapasitas

fasilitas.

Kegiatan ekowisata adalah kegiatan yang sangat menguntungkan, namun

kegiatan ini juga dapat memberikan konsekuensi negatif yaitu rusaknya

lingkungan. Guna menghindari kerusakan lingkungan akibat ketidaksesuaian

antara jumlah pengunjung per satuan luas per satuan waktu, perlu dilakukan suatu

analisis daya dukung untuk tetap menjaga konservasi (Lascurian 1995 dalam

Subur, 2012).

2.6 Kesesuaian Area Wisata

Kesesuaian lahan dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat kecocokan

suatu lahan untuk kepentingan tertentu. Analisis kesesuaian lahan salah satunya

dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kawasan bagi pengembangan wisata. Hal

ini didasarkan pada kemampuan wilayah untuk mendukung kegiatan yang dapat

dilakukan pada kawasan tersebut (Ramadhan et al., 2014).

Dalam pengembangan ekowisata yang bergantung pada ketersediaan

sumberdaya hayati, suatu kawasan sangat ditentukan oleh kesesuaian ekologi.

Kesesuaian ekologi ekowisata bahari adalah suatu kriteria sumberdaya dan

lingkungan yang disyaratkan atau dibutuhkan untuk pengembangan ekowisata

bahari. Kriteria kesesuaian area kawasan untuk setiap jenis wisata berbeda –

beda. Kegiatan wisata snorkling misalnya meliputi data kecerahan perairan,

tutupan karang, jenis life form karang, keragaman jenis ikan karang, kecepatan

arus, dan kedalaman (Yulianda, 2007).

Page 28: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Pantai Bangsring,

Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada 3 stasiun

ekowisata pantai dan 3 stasiun ekowisata terumbu karang yang dianggap mewakili

kondisi Pantai Bangsring secara keseluruhan untuk kegiatan ekowisata bahari.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 1. Alat Penelitian dan Fungsinya

No Alat Spesifikasi Satuan Kegunaan

1. Alat tulis - 1 Mencatat hasil penelitian

2. GPS Garmin

GPSmap 78s 1

Menentukan lokasi koordinat

stasiun penelitian

3. Stopwatch - 1 Menghitung waktu pada saat

pengukuran arus

4. Roll Meter - 1 Mengukur lebar pantai dan

pembuatan transek

Page 29: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

No Alat Spesifikasi Satuan Kegunaan

5. Current Meter Konvensional

- 1 Mengukur kecepatan arus

6. Thermometer Hg

- 1 Mengukur suhu air laut

7. Refraktometer - 1 Mengukur salinitas air laut

8. DO Meter pHionLab

DO10 1

Mengukur oksigen terlarut

suatu perairan

9. pH Meter pHionLab

DO10 1 Mengukur pH air laut

10. Laptop ASUS A455L Series

1

Menjalankan software yang

digunakan untuk mengolah

data dan pengerjaan skripsi

11. Camera - 1 Mendokumentasikan

kegiatan

12. Kuesioner - 30 Mengetahui persepsi

masyarakat

13. Timba - 1 Wadah air laut 14. Perahu - 1 Akomodasi menuju lokasi

15. Alat Selam Dasar

Cressi 1 Alat bantu pengambilan data di bawah air

16. Akrilik - 1 Alat tulis dalam air 17. Tongkat skala - 2 Kemiringan pantai

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Bahan Penelitian dan Fungsinya

No Bahan Merk Satuan Kegunaan

1. Tisu Paseo 1 gulung Membersihkan alat

2. Air laut - - Media pengukuran

3. Tali rafia - 1 roll Membuat transek

4. Aquades Hydrobath 1,5 l Kalibrasi alat

3.3 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan cara survey langsung pada lokasi.

Pengambilan data dilakukan melalui observasi langsung di lapangan, studi

literatur, wawancara serta penyebaran kuesioner. Observasi bertujuan

mengidentifikasi permasalahan sebagai dasar kerangka penelitian, selanjutnya

dilakukan studi literatur berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan

objek dan topik penelitian.

Page 30: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

3.4 Jenis dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

skunder. Data primer diperoleh langsung dilapangan dan data skunder dari studi

literatur. Berikut adalah tabel data dalam penelitian ini :

Tabel 3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

No Komponen

Data

Jenis Data Sumber

Data

Teknik Pengambilan

Data Primer Skunder

1

Keadaan Lokasi

Batas administratif dan luas wilayah

√ Kantor Desa Bangsring

Studi pustaka dan wawancara

Topografi √ Kantor Desa Bangsring

Studi pustaka dan wawancara

Sarana dan prasarana

√ Pihak pengelola

Observasi, Wawancara

Sosial, Ekonomi, dan Budaya

√ √

Masyarakat dan Kantor Desa Bangsring

Kuesioner, Wawancara

2

Sumberdaya Manusia

Karakteristik dan Persepsi Masyarakat

√ Responden masyarakat sekitar

Kuesioner, Wawancara

Karakteristik dan Persepsi Wisatawan

√ Responden wisatawan

Kuesioner, Wawancara

Pihak pengelola √ Responden pihak pengelola

Wawancara

3 Terumbu Karang

√ Lapangan LIT

4 Kesesuaian Wisata Bahari

√ Lapangan Observasi dan pengamatan

5 Data Ikan √ Penelitian terdahulu

Studi Pustaka

6 Daya Dukung Kawasan

√ Lapangan Observasi dan pengamatan

7 Pengelolaan Ekowisata

Lapangan, pihak pengelola, Kantor Desa Bangsring

Observasi, Wawancara

Page 31: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

3.5 Prosedur Penelitian

Berikut adalah prosedur penelitian dalam penyusunan skripsi ini :

Survey lokasi

Penentuan lokasi stasiun

Pengambilan data IKW dan DDK

Wawancara dan penyebaran kuesioner

Analisis IKW dan DDK

Analisis data primer Analisis data skunder

Kondisi

kawasan

dan potensi

Persepsi

masyarakat

dan wisatawan

Pengelolaan

berbasis

masyarakat Studi literatur

Olah Data

Hasil

Gambar 2. Prosedur alur penelitian

Page 32: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

3.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, kualitas perairan,

kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, dan analisis SWOT pengelolaan

ekowisata berbasis masyarakat. Hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan

disajikan untuk menyampaikan informasi penting terkait penelitian yang dilakukan..

3.6.1 Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel,

grafik, diagram, dan dalam bentuk uraian. Penyajian data secara visual dapat

memberikan gambaran yang lebih jelas dan terperinci.

3.6.2 Analisis Data Kualitas Perairan

Analisis terhadap sampel air laut dilakukan secara in situ. Hasil dari

pengukuran dibandingkan dengan baku mutu kualitas air laut untuk wisata bahari

berdasarkan Keputusan Menteri LH No.51 Tahun 2004.

Tabel 4. Baku Mutu Kualitas Air Laut untuk Wisata Bahari

No Parameter Satuan Baku Mutu

FISIKA 1 Kedalaman Meter Tidak tercantum 2 Kecerahan1 Meter >6 3 Suhu2 0C Alami a(2) 4 Warna Pt.Co 30 5 Bau - Tidak berbau (b) 6 Sampah - Nihil (b) 7 Lapisan minyak - Nihil (b) KIMIA 1 pH3 - 7 – 8,5 (3) 2 Salinitas4 0/00 Alami a(4) 3 Oksigen terlarut

(DO) mg/l >5

Sumber : Menteri Lingkungan Hidup (2004)

Keterangan :

a. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat

(siang, malam, dan musim)

b. Pengamatan oleh manusia (visual), untuk lapisan minyak yang diacu

adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm

1) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman

euphotic

2) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <20C dari suhu alami

3) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

Page 33: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

4) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salitias rata – rata

musiman

5) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata –

rata musiman

3.6.3 Analisis Persentase Penutupan Karang Hidup

Data kondisi ekosistem terumbu karang diambil menggunakan metode

Line Intercept Transect (LIT) berdasarkan English et al., (1994). Metode ini

menggunakan line transect yang direntangkan sepanjang 50 m sejajar dengan

garis pantai pada kawasan reef slope. Pada pengamatan terumbu karang, metode

ini digunakan untuk mengetahui estimasi penutupan karang hidup, karang mati,

substrat dasar perairan dan biota asosiasi karang. Selain itu, metode ini juga dapat

digunakan untuk menentukan kelimpahan relatif dan keragaman life form karang

(Rogers, Garrison, Grober, Hillis, & Franke, 1994). Data tutupan karang diperoleh

dengan menghitung presentase life form karang yang terlewati oleh belt transect

yang dibentangkan. Metode penempatan transek dijelaskan pada gambar 5. Hasil

pengamatan dari metode ini meliputi kondisi penutupan dan kelimpahan terumbu

karang, tingkat pemutihan (bleaching) dan kematian (mortalitas) terumbu karang.

Gambar 3. Skema penempatan transek LIT

Persentase penutupan karang hidup dapat diperoleh menggunakan rumus:

L = ∑ 𝑳𝒊

𝑵 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Dimana :

L = Persentase penutupan karang

Li = Panjang total setiap kategori penutupan karang

Page 34: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

N = Panjang total transek

Data yang diperoleh kemudian dijumlah untuk mendapatkan panjang total

dari seluruh kategori penutupan karang dan dimasukkan kedalam kriteria kondisi

penutupan karang menurut KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001 mengenai Kriteria

Baku Kerusakan Terumbu Karang untuk mengetahui kondisi terumbu karang pada

kawasan kajian berada dalam kondisi baik atau sudah rusak.

Tabel 5. Kriteria baku kerusakan terumbu karang

PARAMETER KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG

(dalam %)

Persentase luas tutupan terumbu

karang yang hidup

Rusak Buruk 0 – 24,9

Sedang 25 – 49,9

Baik Baik 50 – 74,9

Baik sekali 75 – 100

(Kepmen LH No. 4, 2001)

3.6.4 Analisis Kesesuaian Ekowisata

Analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian

kawasan untuk wisata. Hal ini didasarkan pada kemampuan wilayah untuk

mendukung kegiatan yang dilakukan pada kawasan tersebut. Rumus yang

digunakan untuk kesesuaian wisata bahari adalah (Yulianda, 2007) :

IKW = ∑[𝑵𝒊

𝑵𝒎𝒂𝒌𝒔] 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Dimana : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Perhitungan dalam analisis kesesuaian lahan didasarkan pada beberapa

parameter yang merupakan faktor pendukung terhadap kegiatan yang dilakukan

pada wilayah yang disediakan. Masing-masing parameter tersebut memiliki bobot

penilaian berdasarkan tingkat kepentingannya untuk mendukung kegiatan yang

dapat dilakukan, sedangkan skor penilaian merupakan klasifikasi yang diperoleh

dari hasil pengamatan kondisi di lapangan. Nilai dari setiap parameter merupakan

hasil perkalian dari bobot dan skor, kemudian dijumlahkan nilai dari seluruh

Page 35: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

parameter. Penentuan kesesuaian kawasan dilihat berdasarkan persentase

kesesuaian, yang diperoleh dari perbandingan antara jumlah nilai dari seluruh

parameter sesuai pengamatan di lapangan dengan nilai maksimum yang mungkin

diperoleh.

Kelas kesesuaian kawasan terbagi dalam 4 golongan, yaitu sangat sesuai

(S1) dengan nilai 83 - 100%, sesuai (S2) dengan nilai 50 - <83%, sesuai bersyarat

(S3) dengan nilai 17 - <50%, dan tidak sesuai (N) dengan nilai <17%. Kategori

sangat sesuai (S1) menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang menjadi pembatas

bagi kesesuaian kawasan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Termasuk

dalam kategori sesuai (S2) jika terdapat beberapa faktor sedikit berpengaruh dan

menjadi faktor pembatas bagi kesesuaian kawasan untuk dijadikan sebagai

kawasan wisata. Kategori sesuai bersyarat (S3) menunjukkan bahwa terdapat

faktor yang berpengaruh nyata dan menghambat kesesuaian kawasan untuk

dijadikan sebagai kawasan wisata, sehingga diperlukan upaya dalam pemulihan

kondisi faktor tersebut. Sementara itu, kategori N menunjukkan adanya faktor-

faktor yang menjadi pembatas tetap sehingga menghambat kesesuaian kawasan

yang disediakan untuk dijadikan kawasan wisata.

3.6.5 Analisis Kesesuaian Ekowisata Pantai

Kesesuaian ekowisata pantai disusun berdasarkan kepentingan setiap

parameter untuk mendukung kegiatan wisata pantai. Kesesuaian lahan untuk

ekowisata pantai mempertimbangkan 10 parameter, diantaranya kedalaman

perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus,

kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air

tawar. Hal ini bisa dilihat pada tabel 6. Hasil presentase kesesuaian yang diperoleh

dari perhitungan dikategorikan dalam klasifikasi penilaian, dimana ada 4 klasifikasi

terdiri dari kategori S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (sesuai bersyarat), dan N

(tidak sesuai).

Page 36: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Tabel 6. Tabel Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Pantai

No

Parameter

Bobot

Kategori S1

Skor

Kategori S2

Skor

Kategori S3

Skor

Kategori N

Skor

1 Kedalaman Perairan (m)

5 0 – 3 3 >3 - 6 2 >6 - 10 1 >10 0

2 Tipe pantai 5 Pasir putih 3 Pasir putih, sedikit karang

2 Pasir hitam berkarang, sedikit terjal

1 Lumpur, berbatu, terjal

0

3 Lebar pantai (m)

5 >15 3 10 - 15 2 3 - <10 1 <3 0

4 Material dasar perairan

3 Pasir 3 Karang berpasir

2 Pasir berlumpur

1 Lumpur 0

5 Kecepatan arus (m/s)

3 0 - 0,17 3 0,17 - 0,34 2 0,34 - 0,51 1 >0,51 0

6 Kemiringan pantai (0)

3 <10 3 10 - 25 2 >25 - 45 1 >45 0

7 Kecerahan perairan

1 >10 3 >5 - 10 2 3 -5 1 <2 0

8 Penutupan lahan pantai

1 Kelapa, lahan terbuka

3

Semak belukar rendah, savana

2 Belukar tinggi

1

Hutan bakau, pemukiman, pelabuhan

0

9 Biota berbahaya

1 Tidak ada 3 Bulu babi 2 Bulu babi, ikan pari

1 Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu

0

10 Ketersediaan air bersih

1 <0,5 (km) 3 >0,5 - 1 (km)

2 >1 - 2 (km) 1 >2 (km) 0

Sumber : Yulianda (2007) Dimana : Jumlah = skor x bobot Nilai maksimum = 84 3.6.6 Analisis Kesesuaian Ekowisata Snorkling dan Diving

Matriks kesesuaian untuk ekowisata bahari kategori wisata snorkling dan

diving disusun berdasarkan kepentingan setiap parameter untuk mendukung

kegiatan snorkling dan diving pada kawasan penelitian. Kesesuaian wisata bahari

kategori wisata snorkling mempertimbangkan 7 parameter antara lain kecerahan

perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jumlah jenis ikan karang,

kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, dan lebar hamparan datar karang.

Sedangkan kategori wisata diving mempertimbangkan 6 parameter yaitu

kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jumlah jenis ikan

karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang.

Page 37: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Keterangan dari setiap parameter dapat dilihat lebih terperinci pada Tabel

7 dan 8. Hasil persentase kesesuaian yang diperoleh dari perhitungan

dikategorikan dalam klasifikasi penilaian. Klasifikasi penilaiannya terdiri dari

kategori S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (sesuai bersyarat), dan kategori N

(tidak sesuai). Berdasarkan kategori kesesuaiannya maka dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan bagi arahan pengembangan kawasan untuk wisata

bahari.

Tabel 7. Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Bahari Kategori Snorkling

No

Parameter

Bobot

Kategori S1

Skor

Kategori S2

Skor

Kategori S3

Skor

Kategori N

Skor

1 Kecerahan perairan (%)

5 100 3 80 - <100 2 20 - <50 1 <20 0

2 Tutupan karang (%)

5 >75 3 >50 - 75 2 25 - 50 1 <25 0

3 Jenis life form

3 >12 3 <7 - 12 2 4 - 7 1 <4 0

4 Jenis ikan karang

3 >50 3 30 - 50 2 10 - <30 1 <10 0

5 Kecepatan arus (cm/s)

1 0 – 15 3 >15 - 30 2 >30 - 50 1 >50 0

6 Kedalaman karang (m)

1 1 – 3 3 >3 - 6 2 >6 - 10 1 >10 0

7 Lebar hamparan karang (m)

1 >500 3 >100 -

500 2 20 - 100 1 <20 0

Sumber : Yulianda (2007) Dimana : Jumlah = skor x bobot Nilai maksimum = 57 Tabel 8. Matriks Kesesuaian untuk Ekowisata Bahari Kategori Diving

No

Parameter

Bobot

Kategori S1

Skor

Kategori S2

Skor

Kategori S3

Skor

Kategori N

Skor

1 Kecerahan perairan (%)

5 >80 3 50 - 80 2 20 - <50 1 <20 0

2 Tutupan karang (%)

5 >75 3 >50 - 75 2 25 - 50 1 <25 0

3 Jenis life form

3 >12 3 >7 - 12 2 4 - 7 1 <4 0

4 Jenis ikan karang

3 >100 3 50 - 100 2 20 - <50 1 <20 0

5 Kecepatan arus (cm/s)

1 0 – 15 3 >15 – 30 2 >30 - 50 1 >50 0

6 Kedalaman karang (m)

1 6 – 15 3 >15 - 20 2 >20 - 30 1 >30 0

Sumber : Yulianda (2007)

Page 38: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Dimana : Jumlah = skor x bobot Nilai maksimum = 54 3.6.7 Analisis Daya Dukung Kawasan

Alam mempunyai kemampuan untuk mentolerir gangguan atau tekanan

dari manusia dalam jumlah tertentu dan dapat memulihkan diri secara alami.

Namun, jika gangguan tersebut dalam jumlah yang besar maka dapat terjadi

kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, dalam pengembangan kegiatan wisata

hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Analisis

daya dukung diperlukan dalam pengembangan ekowisata bahari dengan

memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil secara

optimal dan lestari (Pragawati, 2009).

Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang

secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu

tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK

diperoleh dengan perhitungan sesuai dengan rumus (Yulianda, 2007) :

DDK = K x 𝐿𝑝

𝐿𝑡×

𝑊𝑡

𝑊𝑝

Dimana : DDK : Daya Dukung Kawasan K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam 1 hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

Daya Dukung Kawasan hendaknya disesuaikan dengan karakteristik

sumberdaya dan peruntukannya. Oleh karena itu, diperlukan informasi tentang

kondisi sumberdaya agar kelestariannya tetap dapat dipertahankan. Sementara

itu, kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang

horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh

pengunjung lainnya. Daya Dukung Kawasan dijelaskan pada Tabel 9 berikut :

Page 39: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Tabel 9. Tabel Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)

Jenis Kegiatan ∑ Pengunjung

(K) Unit area (Lt) Keterangan

Snorkling 1 100 m2 Setiap 1 org dalam 50 m x 2 m

Diving 1 250 m2 Setiap 1 org dalam 50 m x 5 m

Wisata Pantai 1 50 m2 1 orang setiap 50 m panjang pantai

Sumber : Data diolah (2017)

Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu

yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu

pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt).

Waktu kawasan adalah lama waktu area dibuka dalam satu hari dan rata – rata

waktu kerja sekitar 8 jam, lihat Tabel 10.

Tabel 10. Prediksi Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata

No Kegiatan Waktu yang

dibutuhkan (Wp) - jam

Total waktu 1 hari (Wt) - jam

1 Snorkling 2 8

2 Diving 2 8

3 Wisata pantai 3 8

Sumber : Data diolah (2017) 3.6.8 Analisis SWOT

Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) merupakan

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk menentukan strategi alternaif

pengembangan yang paling tepat dilaksanakan. Analisis ini didasarkan pada faktor

internal dan eksternal untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta dapat

meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2003).

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif

dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan

terhadap faktor-faktor internal dan faktor eksternal, sedangkan analisis secara

kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Kerangka kerja

Page 40: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT yang pertama adalah

identifikasi faktor internal dan eksternal kemudian menentukan skor dari setiap

variabel; ke dua yaitu membuat matriks SWOT berdasarkan variabel pada faktor-

faktor internal dan eksternal yang diperoleh; dan ke tiga adalah membuat tabel

peringkat alternatif strategi.

3.6.7.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Identifikasi dalam SWOT terdiri dari Internal Factor Analysis Summary

(IFAS) dilakukan untuk mengetahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan

serta Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) untuk mengetahui faktor

peluang dan ancaman. Penentuan tingkat kepentingan masing – masing faktor

dimulai dari 4 sampai dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor pengelolaan

ekowisata bahari berbasis masyarakat di Pantai Bangsring. Semua variabel yang

termasuk kategori kekuatan dan peluang diberi nilai mulai dari 1 (tidak penting)

sampai dengan 4 (sangat penting), dan sebaliknya jika kelemahan dan ancaman

yang dimiliki sangat berarti nilainya adalah 1, dan jika kelemahan dan ancaman

yang dimiliki hanya sedikit pengaruhnya maka nilainya adalah 4 (Pragawati, 2009).

Tahap selanjutnya, menentukan bobot dari setiap parameter dengan

jumlah seluruh bobot sebesar 1,0. Penentuan bobot setiap faktor menggunakan

skala 1,2,3, dan 4 yaitu :

1. Jika indikator horizontal kurang penting dibandingkan indikator vertikal

2. Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3. Jika indikator horizontal lebih penting dibandingkan indikator vertikal

4. Jika indikator horizontal sangat penting dibandingkan indikator vertikal

Skor masing – masing dari setiap parameter diperoleh dengan mengalikan

antara bobot dengan tingkat kepentingan setiap faktor internal dan eksternal.

Setelah itu, menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total.

Page 41: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

3.6.7.2 Pembuatan Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah suatu metode yang dapat menghubungkan

kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal dipadukan dengan peluang dan

ancaman sebagai faktor eksternal. Hubungan dari faktor internal dan eksternal

menghasilkan 4 alternatif strategi pengelolaan Pantai Bangsring yang ditunjukkan

pada tabel 11.

Tabel 11. Matriks SWOT

IF EF

S S1, S2, S3, .....

W W1, W2, W3, .....

O O1, O2, O3, .....

Strategi S – O (menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang)

Strategi W – O (meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang)

T T1, T2, T3, .....

Strategi S – T (menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman)

Strategi W – T (meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman)

3.6.7.3 Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Pengelolaan

Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan

memperhatikan faktor – faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan

menentukan peringkat atau prioritas strategi dalam pengelolaan ekowisata bahari

di Pantai Bangsring. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor di

setiap faktor – faktor strategis yang terkait. Peringkat strategi pengelolaan akan

ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua

strategi yang ada.

Page 42: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi

4.1.1 Letak Geografis dan Administratif

Pantai Bangsring terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo,

Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis Desa Bangsring terletak pada koordinat

antara 135, dengan 6 Km atau 1.558.377 yang memiliki luas wilayah 843.796,3

ha/m2. Desa Bangsring termasuk dataran rendah dengan tinggi diatas permukaan

laut 37 mdpl. Desa Bangsring berbatasan langsung dengan :

Sebelah utara : Desa Bengkak

Sebelah timur : Selat Bali

Sebelah selatan : Desa Ketapang

Sebelah barat : Hutan Perhutani / Kab. Bondowoso

Secara administratif Desa Bangsring terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun

Krajan 1, Dusun Krajan 2, dan Dusun Paras Putih dengan rincian 11 Rukun Warga

(RW) dan 40 Rukun Tetangga (RT) yang memiliki jumlah penduduk sebanyak

5.192 jiwa.

4.1.2 Profil Pantai Bangsring

Pantai Bangsring adalah kawasan konservasi terumbu karang yang

memiliki status sebagai kawasan perlindungan laut (Marine Protected Area).

Kawasan perlindungan laut di Pantai Bangsring ditetapkan melalui PERDES

Bangsring NO. 02/429.205.01/2009 Tahun 2009 tentang Zona Perlindungan

Bersama (ZPB). Kawasan ini memiliki zona inti seluas 1 ha dengan zona

pendukung seluas 14 ha yang berada disekitarnya, sehingga keseluruhan ZPB

memiliki luas total sekitar 15 ha. Saat ini Pantai Bangsring dikelola oleh kelompok

nelayan setempat, yaitu Kelompok Nelayan Ikan Hias – Samudera Bakti (KNIH –

SB).

Page 43: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Akses menuju Pantai Bangsring dapat ditempuh melalui beberapa jalur.

Jalur jalan raya Situbondo – Banyuwangi dari Kota Banyuwangi yang kira – kira

berjarak sekitar 20 Km dan dapat ditempuh selama 30 menit. Dari Surabaya,

Pantai Bangsring juga dapat ditempuh melalui jalan provinsi pantai utara dengan

jarak tempuh sekitar 277 Km dengan estimasi perjalanan selama 6 - 7 jam,

sementara jika ditempuh dengan jalur udara, kawasan ini dapat ditempuh dengan

pesawat dari Bandara Juanda – Blimbingsari dengan estimasi perjalanan selama

50 menit, kemudian dari Bandara Blimbingsari dilanjutkan perjalanan darat ke

Pantai Bangsring selama 1 jam.

Pantai Bangsring awalnya sebagai tempat nelayan mencari ikan hias

karena memang mayoritas nelayan di Desa Bangsring berprofesi sebagai nelayan

ikan hias. Pada tahun 2014 Pantai Bangsring dimanfaatkan untuk kegiatan

ekowisata yang diberinama Bangsring Underwater (Bunder). Kegiatan

penangkapan ikan hias di Pantai Bangsring mulai berkurang semenjak pantai ini

dijadikan sebagai tempat ekowisata. Para nelayan yang melakukan kegiatan

penangkapan umumnya akan bekerja diluar Zona Perlindungan Bersama (ZPB),

seperti di Watu Dodol, Kampe, Bengkak, Baluran, hingga ke Pulau Tabuhan.

Begitu pula halnya dengan kegiatan penangkapan ikan konsumsi. Sebagian

nelayan juga ada yang bekerja pada tempat ekowisata yang ada disana.

Gambar 1. Penetapan Kawasan Pantai Bangsring menjadi ZPB

Page 44: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

4.1.3 Potensi Pantai Bangsring

Potensi wisata yang dimiliki Pantai Bangsring yaitu ekosistem terumbu

karang dan wisata pantai. Potensi lain yang terdapat di Pantai Bangsring yaitu

adanya rumah apung dan fish apartment. Keberadaan rumah apung dan fish

apartment menjadi daya tarik tersendiri untuk wisata snorkling dan diving.

Gambar 2. Potensi Wisata Bawah Laut Bangsring Pantai Bangsring memiliki tipe pantai yang landai dengan pasir pantai

warna hitam sedikit berkarang. Vegetasi tanaman di Pantai Bangsring ditutupi oleh

cemara udang yang memang sengaja ditanam oleh pihak pengelola ekowisata.

Selain itu, dibagian utara kawasan terdapat tumbuhan menjalar.

Gambar 3. Potensi Wisata Pantai

4.1.4 Sarana dan Prasarana Pantai Bangsring

Kegiatan ekowisata akan berjalan dengan baik apabila dilengkapi dengan

sarana dan prasana sebagai penunjang wisata. Berikut adalah sarana dan

prasarana yang ada di Pantai Bangsring :

Page 45: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Tabel 1. Sarana dan Prasarana di Pantai Bangsring

No Jenis Keterangan

Fasilitas umum

1 Loket Tempat sewa alat dan pembelian tiket menyabrang ke rumah apung

2 Parkiran Lahan seluas 400 x 300 m2 3 Kamar mandi 36 unit 4 Musholla 1 buah 5 Gazebo 15 unit 6 Rumah baca 1 ruang dan kawasan area 7 Warung makan 6 unit 8 Listrik - 9 Taman bermain Edukasi wisatawan (anak – anak)

10 Penitipan barang Bisa di loket, warung, dan ruang khusus (gratis)

11 Dermaga Penyebrangan ke rumah apung Alat penunjang wisata

1 Alat selam dasar (snorkle, masker, fin)

266 snorkle dan masker, fin 10 buah

2 Set scuba diving 3 buah BCD, 4 buah tabung, 3 buah wetsuit

3 Life jacket 250 buah 4 Katamaran (ke rumah apung) 4 buah 5 Perahu (ke tabuhan) 23 unit 6 Banana boat 1 buah 7 Speed boat 1 buah 8 Kano 7 unit

9 Keramba Jaring Apung (KJA) Tempat penangkaran ikan hiu dan budidaya ikan

Atraksi wisata 1 Rumah apung Gratis

2 Snorkling dan diving Sewa alat snorkling Rp. 35.000,- dan diving Rp. 400.000,-

3 Penangkaran hiu Gratis 4 Rekreasi pantai Gratis

5 Trip ke Pulau Tabuhan dan Menjangan

Tabuhan 500 ribu / kapal, Menjangan 1,8 juta / kapal

6 Bermain kano Disewakan Rp. 20.000,- sampai Rp. 35.000,-

7 Bermain speed boat Disewakan Rp. 150.000,- 8 Bermain banana boat Disewakan Rp. 150.000,- 9 Memberi makan ikan Gratis

4.2 Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi

Secara demografi jumlah penduduk di Pantai Bangsring sekitar 5.192 jiwa

yang tersebar pada 3 dusun. Persebaran penduduk paling besar yaitu pada Dusun

Krajan I sebesar 2.596 jiwa, Dusun Paras Putih sebesar 1.396 jiwa, dan Dusun

Page 46: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Krajan II sebesar 1.200 jiwa. Berdasarkan pengelompokan umur penduduk di

Desa Bangsring pada tabel 13 berikut :

Tabel 2. Penduduk Desa Bangsring Berdasarkan Pengelompokan Umur

Kelompok Usia (th) Jumlah Penduduk (jiwa) Prosentase (%)

0 - 18 1.536 29,63

19 - 56 2.890 55,76

>56 757 14,61

Sebagian besar penduduk di Desa Bangsring berada pada usia produktif

(19 – 56 th) yaitu sebesar 2.890 jiwa atau 55,76 % dengan jumlah penduduk usia

muda (0 – 18 th) sebesar 1.536 jiwa atau 29,63 %, dan penduduk usia tua sebesar

757 jiwa atau 14,61 %.

Penduduk Desa Bangsring yang sebagian besar beretnis Madura

mayoritas memeluk agama islam, agama lain yang ada disana yaitu Kristen,

Hindu, dan Budha. Meskipun sebagian besar masyarakatnya beragama islam,

kerukunan antar umat beragama terjalin dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan

kegiatan sosial yang dilakukan dengan melibatkan semua masyarakat. Misalnya,

Serangkaian lomba yang diadakan saat hari kemerdekaan (lomba kano, perahu

mini, gerak jalan) selain itu masyarakat di Desa Bangsring kerap mengadakan

kumpul rutin dua minggu sekali (khususnya nelayan) untuk mempererat

persaudaraan.

Mayoritas penduduk Desa Bangsring bermata pencaharian sebagai petani

dan nelayan, petani sebesar 1.614 jiwa, buruh tani sebesar 1.276 jiwa, dan

nelayan sebesar 449 jiwa, sisanya sebagai PNS, pedagang, peternak,

wiwaswasta, pekerja serabutan, dan pengangguran. Berdasarkan data mata

pencaharian terlihat bahwa sektor pertanian menjadi penggerak utama dan sektor

perikanan sebagai pendukung dalam menunjang perekonomian.

Page 47: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Potensi sumberdaya alam laut yang dimiliki Bangsring yaitu ikan hias dan

terumbu karang. Beraneka ragam spesies ikan hias dan karang ada di laut

Bangsring. Sebelum tahun 2008 penangkapan ikan hias besar – besaran

dilakukan oleh nelayan setempat, sehingga hal ini menyebabkan kerusakan pada

ekosistem terumbu karang. Penyebabnya, penangkapan yang tidak ramah

lingkungan, seperti menggunakan bom dan potasium. Pada tahun 2008,

terbentuklah Kelompok Nelayan Ikan Hias – Samudera Bakti (KNIH – SB) yang

kemudian mengadakan pertemuan, sosialisasi, dan pembinaan pada nelayan

setempat mengenai bahaya menggunakan bom dan potasium untuk menangkap

ikan hias. Selain itu, KNIH – SB aktif dalam perbaikan ekosistem terumbu karang

yang rusak. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya Pantai Bangsring sebagai

kawasan ekowisata pada tahun 2014 hingga kini.

4.3 Persepsi Masyarakat dan Wisatawan terhadap Pantai Bangsring

4.3.1 Persepsi Masyarakat Lokal

Responden masyarakat lokal dalam penelitian sebanyak 30 orang yang

tersebar pada Dusun Krajan 1, dimana Dusun Krajan 1 merupakan letak Pantai

Bangsring. Responden yang dipilih terdiri atas tokoh masyarakat, pelajar, petani,

nelayan, pedagang, dan pegawai swasta atau pemerintahan. Dari 30 responden

tersebut 24 berjenis kelamin laki – laki dan 6 berjenis kelamin perempuan.

Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada gambar 9

berikut :

Gambar 4. Pesentase kelompok usia masyarakat

13%

33%27%

27% 0 - 20 th

21 - 30 th

31 - 40 th

>41

Page 48: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Kelompok usia responden sebagian besar berada pada usia produktif,

yaitu usia 21 – 30 tahun sebesar 33%, usia 31 – 40 tahun sebesar 27%, dan usia

diatas 41 tahun sebesar 27%, sisanya berada pada kisaran usia 0 – 20 tahun

sebesar 13%. Secara demografi masyarakat di Pantai Bangsring didominasi oleh

usia muda, namun hal ini tidak sebanding dengan kualitas sumberdaya manusia

yang terlihat dari tingkat pendidikannya. Berikut adalah karakteristik tingkat

pendidikan masyarakat di Pantai Bangsring :

Gambar 5. Persentase tingkat pendidikan masyarakat

Tingkat pendidikan masyarakat di Pantai Bangsring tergolong rendah,

dimana sebagian besar hanya lulusan SD, yaitu sebesar 47 %. Masing – masing

hanya 3 % yang mempunyai ijazah Diploma dan Sarjana. Sebesar 27 % berhasil

menamatkan pendidikan SMP dan 20 % pendidikan tingkat SMA. Hal ini

dikarenakan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.

Masyarakat di sekitar Pantai Bangsring lebih memilih bekerja daripada

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Gambar 6. Persentase mata pencaharian masyarakat

47%

27%

20%

3% 3%SD

SMP

SMA

Diploma

Sarjana

23%

26%17%

17%

17%Petani

Nelayan

Wiraswasta

Pedagang

Lain - lain

Page 49: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Mata pencaharian masyarakat di Pantai Bangsring sebagian besar sebagai

nelayan dan petani yaitu sebesar 26 % dan 23 %. Seiring dengan adanya

ekowisata mulai ramai pedagang disekitar Pantai, yaitu sebesar 17 %, 17 %

sebagai wiraswasta dan pekerjaan lainnya sebesar 17 %. Mata pencaharian

berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Berikut adalah

diagram pendapatan masyarakat :

Gambar 7. Persentase pendapatan per bulan masyarakat

Sebagian besar pendapatan responden masyarakat disekitar kawasan

Pantai Bangsring rata – rata per bulannya mencapai Rp. 500.000,- sampai Rp.

1.000.000,- sebesar 50 %. Masyarakat berpendapatan Rp. 500.000,- sebesar 30

%, pendapatan Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 3.000.000,- sebesar 17 %, dan

pendapatan Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 5.000.000,- sebesar 3 %. Berdasarkan

data responden pendapatan masyarakat lokal di kawasan Pantai Bangsring masih

tergolong rendah. Adanya kawasan ekowisata diharapkan mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar.

Masyarakat lokal mempunyai peranan penting dalam pengelolaan

ekowisata di Pantai Bangsring. Dalam pengelolaan ekowisata peran serta

masyarakat mendapat prioritas atau dipertimbangkan dalam tahap perencanaan,

pelaksanaan, maupun sampai tahap pengawasan, sehingga pemberdayaan

masyarakat lokal dalam pembangunan aspek ekowisata dapat diwujudkan. Berikut

adalah persepsi masyarakat terhadap ekowisata Pantai Bangsring.

30%

50%

17%

3% 0% <500 rb

500rb – 1 juta

1 juta – 3 juta

3 juta – 5 juta

>5 juta

Page 50: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Gambar 8. Distribusi persepsi masyarakat lokal

Berdasarkan gambar 13 diatas, keberadaan terumbu karang dan

keanekaragaman ikan hias merupakan potensi yang menarik untuk

dikembangkan. Persepsi masyarakat terhadap keindahan terumbu karang di

Pantai Bangsring sebesar 53 % menjawab setuju, sedangkan untuk keragaman

ikan sebesar 46 % setuju dan 46 % sangat setuju. Hal ini penting bagi pihak

pengelola untuk melibatkan masyarakat dalam pelestarian ekowisata di Pantai

Bangsring untuk menjaga potensi terumbu karang dan ikan agar tetap terjaga.

Pengembangan homestay dengan memanfaatkan rumah penduduk

mendapat tanggapan baik dari masyarakat, walaupun ada juga yang ragu.

Sebanyak 50 % masyarakat lokal setuju, 30 % sangat setuju, dan hanya 20 %

yang ragu. Masyarakat yang ragu tersebut alasannya, karena mereka

beranggapan rumahnya kurang layak untuk dijadikan homestay bagi wisatawan.

Namun, dilain sisi sebagian besar masyarakat beranggapan dioptimalkannya

rumah masyarakat sebagai homestay, maka tidak perlu lagi dibangun villa yang

memerlukan banyak lahan, selain itu adanya homestay juga akan memberikan

dampak positif bagi masyarakat sekitar.

0

10

20

30

40

50

60

Terumbukarang

Ikanberagam

Pelestarianekowisata

Pelibatanmasyarakat

Homestay Pendidikandan

pelatihan

0 0 0 0 0 00 0 0 0 0 0

13.33

6.67

03.33

2016.67

53.33

46.67 46.67

60

50

56.67

33.33

46.67

53.33

36.67

3026.67

Persentase

Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu Setuju Sangat setuju

Page 51: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Adanya peran aktif dari masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata, maka

masyarakat dapat menikmati pendapatan langsung dari sumberdaya alam mereka

sendiri. Hai ini akan menimbulkan rasa saling memiliki untuk menjaga dan

melestarikan sumberdaya alam yang telah memberikan mereka penghidupan,

sehingga akan tercipta wisata yang berkelanjutan. Berdasarkan tabel diatas,

sebanyak 60 % merespon setuju untuk pelibatan masyarakat lokal dalam

pengelolaan.

Menyikapi pernyataan tentang diadakannya pendidikan dan pelatihan bagi

masyarakat sebgai persiapan tenaga kerja di bidang pariwisata disambut baik oleh

masyarakat. Sebanyak 56 setuju dan 26 sangat setuju, alasan diadakannya

pendidikan dan pelatihan guna memberikan bekal pengetahuan bagi masyarakat

di bidang pariwisata, seperti penyambutan wisatawan, pelatihan bahasa, dan

pembuatan souvenir untuk dijadikan cindermata.

4.3.2 Persepsi Wisatawan

Selain masyarakat, wisatawan memegang peranan penting dalam

pengelolaan ekowisata di Pantai Bangsring. Masukan dari wisatawan nantinya

akan berguna dalam pengelolaan maupun pengembangan ekowisata

kedepannya. Berdasarkan gambar 14, didapatkan karakteristik wisatawan yang

berjumlah 30 responden dengan jenis kelamin laki – laki sebanyak 50 % dan jenis

kelamin perempuan sebanyak 50 %. Berikut karakteristik usia responden:

Gambar 9. Persentase kelompok usia wisatawan

20%

43%

10%

27%0 – 20 th

21 – 30

31 - 40

>41

Page 52: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bangsring usianya beragam. Hal ini

menunjukkan wisata Pantai Bangsring diminati oleh kalangan anak – anak,

pemuda, dan orang dewasa. Motivasi kedatangan wisatawan dapat dilihat pada

gambar dibawah.

Gambar 10. Persentase motivasi kedatangan wisatawan ke Pantai Bangsring

Kedatangan wisatawan ke Pantai Bangsring sebagian besar untuk liburan,

yaitu sebanyak 77 % dan sisanya untuk kegiatan penelitian. Wisatawan yang

berkunjung ke Pantai Bangsring kebanyakan untuk pertama kalinya, namun tak

sedikit juga yang telah mengunjungi Pantai Bangsring lebih dari sekali.

77%

23%

0% 0%

Liburan

Penelitian

Tugas Pekerjaan

Lainnya

Page 53: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Sarana dan prasarana wisata merupakan penunjang untuk kegiatan

wisata. Kelengkapan dan kelayakan sarana dan prasarana diharapkan akan

memberikan kepuasan bagi wisatawan sebagai pelaku atau pengguna fasilitas

tersebut. Berikut adalah persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana yang

ada di Pantai Bangsring :

Gambar 11. Persepsi wisatawan terhadap sarana dan prasarana Pantai Bangsring

Penggunaan transportasi memudahkan perpindahan dan memperlancar

aktivitas wisatawan. Akses transportasi menuju Pantai Bangsring 26,67 %

merespon kurang baik, 33,33 % cukup baik, dan 30 % merespon baik. Wisatawan

yang merespon kurang baik, alasannya karena tidak adanya angkutan umum yang

menuju Pantai Bangsring dan kendaraan seperti bus tidak dapat masuk ke

kawasan Pantai Bangsring, sehingga wisatawan yang menggunakan bus harus

jalan sekitar 1 km untuk menuju lokasi. Fasilitas seperti ketersediaan air bersih,

pembuangan sampah, dan lahan parkir sudah dinilai baik oleh wisatawan. Fasilitas

rumah makan, tempat ibadah, sebagian besar wisatawan menilai sudah cukup

baik.

Pengelolaan objek wisata dibagi menjadi enam variabel, diantaranya

tingkat keamanan, ketersediaan informasi, media promosi, tingkat kebersihan

0

10

20

30

40

50

60

6.670 0 0

3.330 0

26.67

6.67

3026.67

16.67 16.67 16.67

33.33 33.33

50

40

26.6730

46.67

30

50

16.67

26.67

36.67

53.33

26.67

3.3310

3.336.67

16.67

0

10Pers

en

tase

Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik

Page 54: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

linkungan, tingkat pelayanan, dan tingkat kenyamanan selama berada di Pantai

Bangsring.

Gambar 12. Persepsi wisatawan terhadap pengelolaan ekowisata Pantai Bangsring

Keamanan menjadi faktor penting dalam berwisata. Wisatawan akan

merasa terganggu apabila daerah yang dikunjunginya tidak aman. Berdasarkan

gambar 17 diatas menunjukkan kawasan Pantai Bangsring dalam keadaan aman,

dengan rincian 46, 67 % merespon cukup baik, 36,67 % baik, dan 10 % sangat

baik, hanya 6, 67 % atau 2 orang yang merespon kurang baik.

Pengelolaan media informasi dan tingkat pelayanan di Pantai Bangsring,

sebagian responden menilai cukup baik dengan sebanyak 40 % dan 46,67 %

merespon cukup baik. Hal ini terlihat dari ketersediaan informasi yang diberikan

oleh pihak pengelola pada wisatawan. Sebanyak 36,67 % wisatawan merespon

cukup baik dan baik untuk ketersediaan informasi di Pantai Bangsring.

Kebersihan di Pantai Bangsring terjaga dengan baik, dimana pihak

pengelola melakukan bersih – bersih sebanyak 2 kali, yaitu ketika pagi hari dan

sore hari. Selain itu, juga ditunjang dengan ketersediaan tempat pembuangan

sampah yang cukup memadai. Terjaganya kebersihan di Pantai Bangsring

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Keamanan Informasi Promosi Kebersihan Pelayanan Kenyamanan

0 0 0 0 0 0

6.67

13.33

2016.67

6.6710

46.67

36.6740

26.67

46.67

33.3336.67 36.67

30

46.67

33.3336.67

1013.33

10 1013.33

20

Pers

en

tase

Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik

Page 55: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

memberikan respon positif terhadap tingkat kenyamanan wisatawan. Hal ini

dibuktikan dengan persepsi wisatawan sebanyak 33,33 % cukup baik, 36,67 %

baik, dan 20 % baik, hanya 10 % atau 3 orang yang beranggapan tingkat

kenyamanan di P7antai Bangsring kurang baik.

Kondisi masyarakat disekitar Pantai Bangsring dibagi menjadi empat

variabel, diantaranya sikap ramah tamah, penerimaan masyarakat, dampak positif

ekowisata terhadap masyarakat lokal, dan keterlibatan masyarakat.

Gambar 13. Persepsi wisatawan terhadap kondisi masyarakat di Pantai Bangsring

Sikap ramah tamah masyarakat terhadap wisatawan di Pantai Bangsring

sebagian besar wisatawan merespon baik dengan nilai 43,33 %, ini berkorelasi

positif dengan variabel penerimaan masyarakat yaitu 46,67 % wisatawan

merespon baik, artinya masyarakat lokal menerima dengan baik wisatawan yang

berkunjung ke Pantai Bangsring. Keterlibatan masyarakat pun cukup tinggi dalam

pengelolaan kegiatan ekowisata di Pantai Bangsring dengan persepsi dari

wisatawan sebanyak 46, 67 % merespon baik. Kondisi masyarakat yang demikian

menjadi indikator bahwa keberadaan ekowisata Pantai Bangsring memberikan

dampak positif terhadap masyarakat lokal.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Sifat ramah Penerimaan Dampak positif Keterlibatan

0 0 0 0

6.673.33

0

6.67

26.6723.33 23.33

30

43.3346.67 46.67 46.67

23.3326.67

30

16.67

Pers

en

tase

Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik

Page 56: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

4.4 Kualitas Perairan Pantai Bangsring

Pengukuran kualitas perairan dalam penelitian dilakukan pada tanggal 25

Februari 2017 menggunakan standar baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 51 tahun 2004. Pengukuran dilakukan pada 3 titik lokasi stasiun dengan

3 kali pengulangan. Pengambilan data dimulai pukul 08.00 WIB menggunakan

perahu kecil. Berikut adalah hasil pengukuran kualitas perairan di Pantai

Bangsring, Banyuwangi :

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Perairan Pantai Bangsring

No Parameter (Satuan)

Stasiun Rata - rata

Baku mutu

Ket. 4 5 6

FISIKA

1 Kedalaman (m)

6,74 5,64 5,4 5,93 Tidak tercantum

Sesuai

2 Kecerahan (%)

100 100 100 100 >6 Sesuai

3 Suhu (oC) 30,3 30,3 29,5 30 Alami Sesuai

4 Warna (Pt.Co)

- - - - - Sesuai

5 Bau TB TB TB TB Tidak Berbau

Sesuai

6 Sampah - - - - Nihil Sesuai

7 Lapisan minyak

- - - - Nihil Sesuai

KIMIA

1 pH 7,22 7,12 7,15 7,16 7 – 8,5 Sesuai

2 Salinitas (o/oo)

31,7 33 31 31,9 Alami Sesuai

3 Oksigen terlarut (Mg/l)

7,46 7,94 7,32 7,57 >5 Sesuai

Kualitas perairan sangat penting bagi keberlangsungan suatu pariwisata,

khususnya wisata bahari. Pada penelitian ini kualitas perairan yang diukur

menunjukkan kesesuaian berdasarkan baku mutu. Berikut penjelasan pada tiap

parameternya :

1. Kedalaman

Berdasarkan tabel 14 diatas menunjukkan kedalaman pada tiap stasiun,

kedalaman tertinggi terdapat pada stasiun 4 yaitu 6,74 m., stasiun 5

kedalamannya 5,64 m, dan stasiun 6 sedalam 5,4 m. Pada stasiun 5

Page 57: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

lokasinya dekat dengan rumah apung dan disekitarnya terdapat fish

apartment yang menjadi daya tarik tersendiri untuk wisata snorkling dan

diving.

2. Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat dihitung

menggunakan sechhi disk. Kecerahan perairan berkaitan dengan

kenyamanan wisatawan karena berpengaruh pada penglihatan dalam air.

Hasil pengukuran kecerahan pada ketiga stasiun yaitu 100 %. Menurut

Armos (2013), nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh padatan

tersuspensi, keadaan cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian dalam

melakukan pengukuran.

3. Suhu

Pengukuran suhu yang dihasilkan pada tiap stasiun relatif sama, yaitu

berkisar 29 – 30 oC. Bengen (2002), menyatakan suhu perairan

mempunyai kaitan erat dengan besarnya intensitas cahaya yang masuk.

Suhu yang normal untuk wilayah perairan pantai berkisar 27 – 35 oC

dengan batas toleransi 36 – 40 oC.

4. pH

Pengukuran pH pada tiap stasiun menghasilkan nilai 7,22 di stasiun 4,

7,12 di stasiun 5, dan 7,15 di stasiun 6. Nilai yang dihasilkan tersebut

sesuai dengan baku mutu kualitas perairan untuk wisata bahari. Menurut

Susana (2009), pH berperan penting sebagai indikator kualitas perairan

sebagai akibat berlimpahnya senyawa – senyawa kimia baik yang bersifat

polutan ataupun non polutan.

5. Salinitas

Page 58: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Nilai salinitas berurutan pada pengukuran setiap stasiun yaitu 31, 7 o/oo, 33

o/oo, dan 31 o/oo. Nilai salinitas yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu

kualitas perairan untuk wisata bahari. Menurut Ramadhan, (2014),

salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh evaporasi (penguapan) air laut,

curah hujan, dan percampuran air tawar dan air laut. Salinitas yang baik

untuk wisata bahari berkisar 30 o/oo sampai dengan 36 o/oo.

6. Oksigen terlarut (DO)

Nilai oksigen terlarut yang didapatkan dari hasil pengukuran tiap stasiun

berkisar 7, 46 di stasiun 4, 7,94 di stasiun 5, dan 7,32 di stasiun 6.

Perubahan nilai oksigen terlarut, Effendi (2003), menyebutkan disebabkan

oleh dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan organik dapat

mengurangi kadar dari oksigen terlarut.

4.5 Kondisi Terumbu Karang

4.5.1 Persentase Tutupan

Kondisi penutupan terumbu karang pada penelitian ini diketahui

menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT). Metode ini mengukur

penutupan karang berdasarkan kategori life form. Beberapa kategori life form

tersebut dikelompokkan menjadi lima kelompok besar, yakni karang keras, karang

lunak, karang mati, substrat, dan lainnya. Berikut adalah tutupan karang pada tiap

stasiun.

Page 59: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Gambar 14. Persentase tutupan tiap stasiun

4.5.2 Persentase Life form

Pada gambar 20 dibawah dapat dilihat bahwa kondisi penutupan karang

pada stasiun 4 memiliki penutupan terbesar berupa sand (SD) sebesar 25,92 %,

rubble (RB) sebesar 25,18 %, dan bebatuan (RCK) sebesar 14,36 % sekaligus

menjadi penutupan unsur abiotik terbesar yang disusul oleh penutupan acropora

branching (ACB) sebesar 9,68 %, karang mati alga (DCA) sebesar 7,82 %, karang

mati (DC) sebesar 5,34 %, sedangkan coral massive (CM), coral foliose (CF), soft

coral (SC), coral submassive (CS), coral mushroom (CMR), coral encrusting (CE),

dan acropora digitate (ACD) masing – masing penutupannya dibawah 5 %. Total

penutupan karang hidup di kawasan ini adalah sebesar 21,38 % dan dikategorikan

buruk menurut KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001.

21.38

5.34

65.4662.48

2.62

34.9

46.66

0.74

47.22

0

10

20

30

40

50

60

70

Karang hidup Karang mati Substrat

Stasiun 4 Stasiun 5 Stassiun 6

Page 60: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Gambar 15. Persentase life form pada stasiun 4

Pada gambar 21 dibawah dapat dilihat bahwa kondisi penutupan karang

pada stasiun 5 memiliki penutupan terbesar berupa acropora branching (ACB)

sebesar 21,42 %, rubble (RB) sebesar 19,54 %, soft coral (SC) sebesar 15,18 %,

bebatuan (RCK) sebesar 8,34 %, coral branching sebesar 7,84 %, sand (SD)

sebesar 7,02 %, coral submassive sebesar 6,96 %, sedangkan coral massive

(CM), coral mushroom (CMR), coral foliose (CF), coral encrusting (CE), acropora

digitate (ACD), dan death coral (DC) masing – masing penutupannya dibawah 5

%. Total penutupan karang hidup di kawasan ini adalah sebesar 62,48% dan

dikategorikan baik menurut KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001.

1.90% 1.50% 1.54%

9.68%

0.16%

2.40%3.56%

0.64%

5.34%

7.82%

25.92%

14.36%

25.18%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

CM SC CS ACB CMR CF CE ACD DC DCA SD RCK RB

Karang Hidup Karang Mati Non biotik

Page 61: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Gambar 16. Persentase life form stasiun 5

Pada gambar 22 dibawah dapat dilihat bahwa kondisi penutupan karang

pada stasiun 6 memiliki penutupan terbesar berupa soft coral (SC) sebesar 31,80

%, yang disusul oleh penutupan bebatuan (RCK) sebesar 24,90 %, sand (SD)

sebesar 17,56 %, coral massive (CM) sebesar 5,48 %, death coral algae (DCA)

sebesar 5,38 %, sedangkan sisanya seperti rubble (RB), acropora branching

(ACB), acropora submassive (ACS), acropora digitate (ACD), death coral (DC),

dan coral submassive (CS) masing – masing penutupannya dibawah 5 %. Total

penutupan karang hidup di kawasan ini adalah sebesar 46,66% dan dikategorikan

sedang menurut KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001.

3.96%

7.84%

0.84%

21.42%

15.18%

2.00%

6.96%

3.64%

0.64%

2.62%

7.02%8.34%

19.54%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

CM CB CMR ACB SC CF CS CE ACD DC SD RCK RB

Karang Hidup Karang Mati Non biotik

Page 62: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Gambar 17. Persentase life form pada stasiun 6

4.6 Kesesuaian Ekowisata Pantai

Pengukuran kesesuaian lahan untuk ekowisata pantai titik pengukuran

dilakukan menggunakan 3 stasiun yang dianggap mewakili secara keseluruhan

Pantai Bangsring. Berikut adalah penjelasan pada tiap stasiunnya :

Stasiun 1 : Stasiun 1 terletak disebelah utara rumah apung yang

merupakan lokasi terjauh dari fasilitas yang disediakan pihak pengelola

untuk wisata pantai. Jarak yang cukup jauh merupakan pertimbangan

pemilihan stasiun ini, karena jarak yang jauh jarang dikunjungi wisatawan,

sehingga aktivitas manusia tergolong rendah.

Stasiun 2 : Stasiun ini dekat dengan dermaga penyebrangan ke

rumah apung. Lokasinya dekat dengan fasilitas yang disediakan Pantai

Bangsring, dan aktivitas manusia cukup padat pada daerah ini.

Stasiun 3 : Stasiun 3 berada disebelah selatan rumah apung dan

merupakan batas Zona Perlindungan Bersama. Pada daerah ini dekat

dengan lahan pertanian warga, aktivitas manusia tidak sepadat seperti

stasiun 2.

5.48%

31.80%

0.40%

4.32%2.54% 2.12%

0.74%

5.38%

17.56%

24.90%

4.76%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

CM SC CS ACB ACS ACD DC DCA SD RCK RB

Karang Hidup Karang Mati Non biotik

Page 63: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Berikut adalah hasil pengukuran kesesuaian lahan untuk wisata pantai

berdasarkan 3 stasiun terpilih :

Tabel 4. Nilai Kesesuaian Ekowisata Pantai

No Parameter Bobot Stasiun Skor Kategori Bobot x

skor

1 Kedalaman perairan (m)

5

1 3 S1 15

2 3 S1 15

3 3 S1 15

2 Tipe pantai 5

1 1 S3 5

2 1 S3 5

3 1 S3 5

3 Lebar pantai (m)

5

1 2 S2 10

2 3 S1 15

3 2 S2 10

4 Substrat 3

1 2 S2 6

2 2 S2 6

3 2 S2 6

5 Kecepatan arus (m/dt)

3

1 3 S1 9

2 3 S1 9

3 3 S1 9

6 Kemiringan pantai (o)

3

1 2 S2 6

2 2 S2 6

3 2 S2 6

7 Kecerahan perairan (m)

1

1 3 S1 3

2 3 S1 3

3 3 S1 3

8 Penutupan lahan pantai

1

1 2 S2 2

2 3 S1 3

3 2 S2 2

9 Biota berbahaya

1

1 3 S1 3

2 3 S1 3

3 3 S1 3

10 Ketersediaan air tawar

1

1 2 S2 2

2 3 S1 3

3 3 S1 3

Berdasarkan tabel perhitungan kesesuaian lahan diatas berikut jumlah bobot x

skor pada tiap stasiunnya :

Stasiun Bobot x skor

1 61

2 68

3 62

Page 64: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Rata - rata 63,66

IKW Stasiun 1 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

61

84 x 100 % = 72,62 %

IKW Stasiun 2 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

68

84 x 100 % = 80,95 %

IKW Stasiun 3 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

62

84 x 100 % = 73,81 %

IKW rata - rata = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

63,66

84 x 100 % = 75,78 %

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) berdasarkan pengukuran tiap stasiun

mendapatkan hasil, diantaranya stasiun 1 sebesar 72,62 % (S2 = sesuai), stasiun

2 sebesar 80,95 % (S2 = sesuai), dan stasiun 3 sebesar 73,81 % (S2 = sesuai).

Rata – rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 75,78 % (S2 = sesuai).

Pada stasiun 2 mendapatkan nilai IKW tertinggi, hal ini dikarenakan pada stasiun

2 sudah dimanfaatkan dengan baik oleh pihak pengelola yang ditunjang dengan

fasilitas untuk wisata pantai. Pada stasiun 1 dan 3 belum dimanfaatkan secara

optimal untuk kegiatan wisata pantai.

Analisis penentuan nilai IKW dapat dipresentasikan dalam bentuk nilai dari

setiap parameter, nilai diperoleh dari hasil penjumlahan nilai bobot x skor pada tiap

parameternya. Berikut adalah penjelasan pada tiap parameternya :

1. Kedalaman Perairan (m)

Kedalaman perairan merupakan salah satu aspek fisik yang perlu diketahui

dalam kegiatan wisata bahari yang dimanfaatkan untuk berenang atau

sekedar bermain air. Berdasarkan hasil pengukuran kedalaman berkisar

antara 0,5 m – 1,5 m. Kedalaman ideal untuk kegiatan berenang yaitu

maksimal 3 m.

2. Tipe Pantai

Page 65: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Tipe pantai dalam penentuan skor dikategorikan menjadi tipe pantai pasir

putih, pasir putih, pasir berkarang, pasir hitam, lumpur, serta landai dan

terjal. Pantai Bangsring memiliki tipe pantai pasir hitam, berkarang, dan

landai.

3. Lebar Pantai (m)

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh lebar Pantai Bangsring berkisar

antara 10 – 25 m. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Pantai Bangsring

memiliki pantai yang sesuai untuk kegiatan wisata bahari seperti berjemur,

bersantai, atau jelajah pantai. Namun, Pantai Bangsring kurang cocok

untuk kegiatan olahraga dikarenakan tipe pantainya sedikit berkarang.

4. Substrat

Substrat pantai berpengaruh pada aktivitas yang akan dilakukan

wisatawan untuk wisata pantai. Substrat di Pantai Bangsring merupakan

substrat pasir dengan sedikit berkarang.

5. Kecepatan Arus (m/dt)

Kecepatan arus adalah aspek fisik yang cukup berpengaruh untuk kegiatan

wisata pantai, khususnya berenang. Pantai Bangsring merupakan tipe

pantai yang tenang atau tidak meiliki arus yang kuat. Hasil pengukuran

kecepatan arus 0,6 – 0,13 m/dt.

6. Kemiringan Pantai

Pantai Bangsring adalah pantai yang relatif landai, hasil pengukuran

kemiringan pantai berkisar antara 15 – 25o. Karakteristik pantai yang landai

sangat mendukung untuk kegiatan wisata pantai.

7. Kecerahan Perairan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat dihitung

menggunakan sechhi disk. Kecerahan perairan berkaitan dengan

kenyamanan wisatawan karena berpengaruh pada penglihatan dalam air.

Page 66: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Hasil pengukuran kecerahan pada ketiga stasiun yaitu 100 % (sampai

dasar perairan).

8. Penutupan Lahan Pantai

Penutupan lahan pantai berkaitan erat dengan keanekaragaman

tumbuhan yang ada pada pantai tersebut. Pada stasiun 1 ditutupi oleh

semak belukar, stasiun 2 ditutupi oleh tanaman cemara, dan stasiun 3

hanya ditutupi oleh rerumputan.

9. Biota Berbahaya

Berdasarkan dari hasil pengamatan di Pantai Bangsring tidak ditemukan

biota berbahaya seperti bulu babi, ikan pari, hiu, ataupun ular laut.

10. Ketersediaan Air Tawar

Ketersediaan air tawar sangat penting untuk menunjang kegiatan wisata

bahari, untuk mendapatkan air tawar di Pantai Bangsring tidaklah sulit

karena lokasinya yang dekat dengan pemukiman, disana sudah disediakan

fasilitas kamar mandi yang cukup memadai.

4.7 Kesesuaian Ekowisata Snorkling

Pengukuran Indeks Kesesuaian Ekowisata snorkling dilakukan pada

kawasan perairan Pantai Bangsring dilakukan pada 3 lokasi stasiun. Berikut

adalah penjelasannya :

Stasiun 4 : Stasiun 4, lokasinya dekat dengan perbatasan ZPB bagian

utara. Lokasi ini berada di utara rumah apung dan jarang didatangi

wisatawan.

Stasiun 5 : Stasiun 5 terletak di sekitar rumah apung, pada stasiun ini

kegiatan wisatawan yang melakukan snorkling sangat tinggi. Hal ini

dikarenakan lokasinya yang dekat dengan rumah apung, selain itu disekitar

Page 67: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

rumah apung juga terdapat fish apartment dan transplantasi karang. Pada

stasiun 5 ini merupakan area favorit untuk wisata snorkling.

Stasiun 6 : Stasiun 6, lokasinya dekat dengan perbatasan ZPB bagian

selatan. Lokasi ini berada di selatan rumah apung dan kerap didatangi

wisatawan untuk snorkling, meskipun aktivitasnya tidak setinggi pada

stasiun 5.

Berikut merupakan hasil pengukuran Indeks Kesesuaian Ekowisata pada

snorkling:

Tabel 5. Nilai Kesesuaian Ekowisata Snorkling

No Parameter Bobot Stasiun Skor Kategori Bobot x skor

1 Kecerahan Perairan (%)

5 4 3 S1 15

5 3 S1 15

6 3 S1 15

2 Tutupan Karang (%)

5 4 0 N 0

5 2 S2 10

6 2 S2 10

3 Jenis Life Form

3 4 3 S1 9

5 3 S1 9

6 2 S2 6

4 Jenis Ikan Karang

3 4 3 S1 9

5 3 S1 9

6 3 S1 9

5 Kecepatan Arus (cm/dt)

1 4 1 S3 1

5 3 S1 3

6 2 S2 2

6 Kedalaman 1 4 2 S2 2

5 2 S2 2

6 2 S2 2

7 Lebar hamparan karang (m)

1 4 1 S3 1

5 2 S2 2

6 2 S2 2

Berdasarkan tabel perhitungan kesesuaian lahan diatas berikut jumlah bobot x

skor pada tiap stasiunnya :

Stasiun Bobot x skor

4 37

Page 68: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

5 50

6 46

Rata - rata 44,33

IKW Stasiun 4 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

37

57 x 100 % = 64,91 %

IKW Stasiun 5 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

50

57 x 100 % = 87,71 %

IKW Stasiun 5 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

46

57 x 100 % = 80,70 %

IKW rata - rata = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

44,33

57 x 100 % = 77,77 %

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) berdasarkan pengukuran tiap stasiun

mendapatkan hasil, diantaranya stasiun 4 sebesar 64,91 % (S2 = sesuai), stasiun

5 sebesar 87,71 % (S1 = sangat sesuai), stasiun 6 sebesar 80,70 % (S2 = sesuai).

Rata – rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 77,77 % (S2 = sesuai).

Pada stasiun 5 mendapatkan nilai IKW tertinggi, hal ini dikarenakan pada stasiun

5 sudah dimanfaatkan dengan baik oleh pihak pengelola yang ditunjang dengan

fasilitas untuk wisata snorkling, misalnya adanya fish apartment dan rumah apung.

4.8 Kesesuaian Ekowisata Diving

Pengukuran Indeks Kesesuaian Ekowisata diving dilakukan pada kawasan

perairan Pantai Bangsring dilakukan pada 3 lokasi stasiun. Berikut adalah

penjelasannya :

Stasiun 4 : Stasiun 4, lokasinya dekat dengan perbatasan ZPB bagian

utara. Lokasi ini berada di utara rumah apung dan jarang didatangi

wisatawan.

Stasiun 5 : Stasiun 5 terletak di sekitar rumah apung, pada stasiun ini

kegiatan wisatawan yang melakukan diving sangat tinggi. Hal ini

dikarenakan lokasinya yang dekat dengan rumah apung, selain itu disekitar

Page 69: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

rumah apung juga terdapat fish apartment dan transplantasi karang. Pada

stasiun 5 ini merupakan area favorit untuk diving.

Stasiun 6 : Stasiun 6, lokasinya dekat dengan perbatasan ZPB bagian

selatan. Lokasi ini berada di selatan rumah apung dan kerap didatangi

wisatawan untuk diving, meskipun aktivitasnya tidak setinggi pada stasiun

5.

Berikut merupakan hasil pengukuran Indeks Kesesuaian Ekowisata diving:

Tabel 6. Nilai Kesesuaian Ekowisata Diving

No Parameter Bobot Stasiun Skor Kategori Bobot x skor

1 Kecerahan Perairan (%)

5 4 3 S1 15

5 3 S1 15

6 3 S1 15

2 Tutupan Karang (%)

5 4 0 N 0

5 2 S2 10

6 2 S2 10

3 Jenis Life Form

3 4 3 S1 9

5 3 S1 9

6 2 S2 6

4 Jenis Ikan Karang

3 4 2 S2 6

5 2 S2 6

6 2 S2 6

5 Kecepatan Arus (cm/dt)

1 4 1 S3 1

5 3 S1 3

6 2 S2 2

6 Kedalaman 1 4 3 S1 3

5 3 S1 3

6 3 S1 3

Berdasarkan tabel perhitungan kesesuaian lahan diatas berikut jumlah bobot x

skor pada tiap stasiunnya :

Stasiun Bobot x skor

4 34

5 46

6 42

Rata - rata 40,66

Page 70: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

IKW Stasiun 4 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

31

54 x 100 % = 62,96 %

IKW Stasiun 5 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

46

54 x 100 % = 85,18 %

IKW Stasiun 6 = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

42

54 x 100 % = 77,77 %

IKW rata - rata = 𝑁𝑖

𝑁𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 100 % =

40,66

54 x 100 % = 75,29 %

Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) berdasarkan pengukuran tiap stasiun

mendapatkan hasil, diantaranya stasiun 4 sebesar 62,96 % (S2 = sesuai), stasiun

5 sebesar 85,18 % (S1 = sangat sesuai), stasiun 6 sebesar 77,77 % (S2 = sesuai).

Rata – rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 75,29 % (S2 = sesuai).

Pada stasiun 5 mendapatkan nilai IKW tertinggi, hal ini dikarenakan pada stasiun

5 sudah dimanfaatkan dengan baik oleh pihak pengelola yang ditunjang dengan

fasilitas untuk diving, misalnya adanya fish apartment dan rumah apung.

4.9 Daya Dukung Kawasan

Dalam kondisi alaminya, lingkungan memiliki kapasitas dalam hal

menampung sumberdaya manusia yang ada. Perhitungan Daya Dukung Kawasan

(DDK) sangat penting mengingat alam memiliki batasan dalam hal daya tampung

baik dari segi wisata ataupun lainnya. Pantai Bangsring yang dimanfaatkan

sebagai kawasan ekowisata menerima tekanan dari wisatawan dan hal itu bisa

menjadi ancaman apabila alam tidak mampu mentoleransi tekanan tersebut.

Berikut adalah hasil perhitungan DDK di Pantai Bangsring :

Tabel 7. Daya Dukung Kawasan Pantai Bangsring

Nama Area Luas/m2 DDK (orang/hari)

Area Snorkling 43.468 1.738

Area Diving 43.468 695

Area Wisata Pantai 9.930 794

Page 71: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Kegiatan wisata snorkling dan diving merupakan destinasi favorit di Pantai

Bangsring, luas area untuk wisata snorkling dan diving sekitar 43.468 m2 dan

waktu yang disediakan oleh pengelola selama 8 jam. Berdasarkan hasil

pengamatan dan perhitungan yang dilakukan maka didapatkan hasil daya dukung

kawasan area untuk menampung wisatawan sebanyak 1.738 orang (snorkling)

dan 695 orang (diving) per harinya.

Pada area wisata pantai sendiri, kegiatan yang dapat dimaksimalkan

berdasarkan pengamatan dan perhitungan pada luas area 9.930 m2 dengan waktu

yang disediakan selama 8 jam. Daya dukung kawasan untuk area wisata pantai di

Bangsring didapatkan hasil sebanyak 794 orang per harinya. Perbandingan antara

luas, waktu, dan daya dukung memungkinkan wisatawan nyaman dalam

melakukan aktivitas wisatanya.

4.10 Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat

Pengelolaan kawasan ekowisata bahari berbasis masyarakat

menggunakan analisis SWOT. Pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, Threat) untuk pengelolaan ekowisata di Pantai Bangsring didasarkan

pada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Tahapan analisis SWOT yang

dilakukan meliputi identifikasi faktor internal dan eksternal serta alternatif strategi

pengelolaan suatu kawasan serta prioritas pengelolaan berdasarkan skor

tersebut.

4.10.1 Strategi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor intenal merupakan faktor yang berasal dari dalam kawasan Pantai

Bangsring, identifikasi bersumber dari observasi secara langsung d lapangan dan

wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat, dan pihak pengelola

dengan menggunakan media kuesioner. Faktor eksternal merupakan faktor yang

berasal dari luar kawasan Pantai Bangsring yang keberadaannya mempengaruhi

kegiatan ekowisata di Pantai Bangsring.

Page 72: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Penentuan variabel faktor internal dan eksternal didapatkan dari hasil

pengamatan, wawancara, dan penyebaran kuesioner, kemudian akan dianalisis

menggunakan pohon masalah. Berikut adalah penentuan variabelnya :

Berdasarkan dari skema pohon masalah diatas, maka berikut adalah

variabel faktor internak dan eksternal :

Tabel 8. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan (Strength) 1. Pantai Bangsring adalah kawasan

Zona Perlindungan Bersama 2. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)

dan Daya Dukung Kawasan (DDK) yang sesuai

3. Kualitas perairan wisata masih sesuai baku mutu

4. Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan ekowisata

Peluang (Opportunity) 1. Program pemda tentang

pengembangan wisata di Banyuwangi

2. Promosi daerah wisata oleh pemerintah daerah

3. Dukungan CSR perusahaan, akademisi, dan komunitas lingkungan

Kelemahan (Weakness) 1. Kondisi SDM yang rendah 2. Belum adanya payung hukum yang

kuat 3. Tidak ada alokasi dana dari

pemerintah

Ancaman (Threat) 1. Prilaku wisatawan yang tidak ramah

lingkungan 2. Sampah dan pencemaran

lingkungan 3. Degradasi wilayah pesisir semakin

meningkat

Pengelolaan

ekowisata di

Pantai Bangsring

Pengukuran

IKW, DDK, dan

kualitas perairan

Kualitas SDM

Rendah

Peran

pemerintah

belum optimal

Prilaku

wisatawan

tidak ramah

lingkungan

Potensi Wisata

Alam

Buatan

Pengelolaan

berbasis

masyarakat

Sampah dan

pencemaran

lingkungan

Kesesuaian

kawasan

kurang

pendidikan dan

pelatihan

pengelolaan

ekowisata

Kerusakan

dan

pencemaran

kawasan

Tingkat

kelembagaan

rendah

Lemahnya

kepemilikan

secara hukum

Gambar 18. Skema pohon masalah

Page 73: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Selanjutnya adalah penentuan skor faktor strategis Internal Factor Analysis

Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS).

Tabel 9. Perhitungan Matriks IFAS

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Strength

1. Pantai Bangsring adalah kawasan Zona Perlindungan Bersama

2. Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan Daya Dukung Kawasan (DDK) yang sesuai

3. Kualitas perairan wisata masih sesuai baku mutu

4. Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan ekowisata

0,27

0,23

0,09

0,17

6

5

2

4

1,62

1,15

0,18

0,68

Sub total 0,76 3,63

Weakness

1. Kondisi SDM yang rendah 2. Belum adanya payung hukum yang kuat 3. Tidak ada alokasi dana dari pemerintah

0,14 0,05 0,05

3 1 1

0,42 0,05 0,05

Sub total 0,24 0,52

Total 1 4,15

Hasil analisis matriks IFAS diperoleh nilai total 4,15 dimana faktor Strength

mempunyai nilai 3,63 sedangkan faktor Weakness mempunyai nilai 0,52.

Tabel 10. Perhitungan Matriks EFAS

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Opportunity

1. Program pemda tentang pengembangan wisata di Banyuwangi

2. Promosi daerah wisata oleh pemerintah daerah

3. Dukungan CSR perusahaan, akademisi, dan komunitas lingkungan

0,19

0,19

0,25

3

3

4

0,57

0,57

1

Sub total 0,63 2,14

Threat

1. Prilaku wisatawan yang tidak ramah lingkungan

2. Sampah dan pencemaran lingkungan 3. Degradasi wilayah pesisir semakin

meningkat

0,31

0,06 0,00

5

1 0

1,55

0,06 0,00

Sub total 0,37 1,61

Total 1 3,75

Page 74: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Hasil analisis matriks EFAS diperoleh nilai total 3,75 dimana faktor Opportunity

mempunyai nilai 2,14 sedangkan faktor Threat mempunyai nilai 1,61. Berikut

adalah rincian IFAS dan EFAS :

Faktor Kekuatan (Strength) = 3,63

Faktor Kelemahan (Weakness) = 0,52

Faktor Peluang (Opportunity) = 2,14

Faktor Ancaman (Threat) = 1,61

4.10.2 Matriks SWOT

Penyusunan matriks SWOT dilakukan setelah identifikasi terhadap faktor

– faktor strategi internal dan eksternal. Total nilai masing – masing faktor yang

dijelaskan dalam identifikasi faktor internal dan eksternal, selanjutnya disusunlah

rumus kombinasi matriks SWOT sebagai berikut :

Tabel 11. Rumus Kombinasi Matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)

Opportunity (O) Strategi (SO) = 3,63 + 2,14 = 5,77

Strategi (WO) = 0,52 + 2,14 = 2,66

Threat (T) Strategi (ST) = 3,63 + 1,61 = 5,24

Strategi (WT) = 0,52 + 1,61 = 2,13

Berikut adalah matriks SWOT berdasarkan tabel identifikasi faktor internal

dan eksternal yang disusun menggunakan rumus kombinasi matriks SWOT :

Tabel 12. Matriks SWOT

Kekuatan (Strength) 1. Pantai Bangsring

adalah kawasan Zona Perlindungan Bersama

2. IKW dan DDK yang sesuai

3. Kualitas perairan wisata masih sesuai baku mutu

Kelemahan (Weakness) 1. Kondisi SDM yang

rendah 2. Belum adanya payung

hukum yang kuat 3. Tidak ada alokasi

dana dari pemerintah

Page 75: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

4. Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan ekowisata

Peluang (Opportunity) 1. Program pemda

tentang pengembangan wisata di Banyuwangi

2. Promosi daerah wisata oleh pemerintah daerah

3. Dukungan CSR perusahaan, akademisi, dan komunitas lingkungan

Strategi S – O 1. Pembuatan kebijakan

bersama antara pemerintah dan masyarakat terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan (S1, S2, S3, S4, O1, O2)

2. Optimalisasi peran stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata di Pantai Bangsring (S4, O1, O2, O3)

Strategi W – O 1. Melakukan pembinaan

berkala untuk SDM masyarakat tentang manajemen ekowisata berbasis masyarakat di Pantai Bangsring (W1, O1, O2)

2. Pengajuan kawasan konservasi pada tingkat Provinsi (W2, O1, O3)

3. Pemanfaatan dana CSR untuk pengelolaan (W3, O3)

Ancaman (Threat) 1. Prilaku wisatawan

yang tidak ramah lingkungan

2. Sampah dan pencemaran lingkungan

3. Degradasi wilayah pesisir semakin meningkat

Strategi S – T 1. Edukasi kepada

wisatawan agar tercipta wisata ramah lingkungan (S2, S3, S4, T1)

2. Pengolahan sampah agar memiliki nilai ekonomi, mengingat di sekitar Pantai Bangsring terdapat pegiat industri kreatif yang memanfaatkan sampah (S4, O2)

3. Peningkatan koordinasi dengan pemangku kepentingan wisata mengenai tata kelola dan penggunaan lahan (S4, O3)

Strategi W – T 1. Peningkatan peran

pemerintah, masyarakat, dan pihak yang berkepentingan lainnya dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana jangka panjang untuk pengelolaan dan pengembangan ekowisata bahari di Pantai Bangsring agar terciptanya ekowisata berkelanjutan (W1, W2, W3, T1, T2, T3)

4.10.3 Alternatif Pengelolaan Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat

Prioritas alternatif pengelolaan ditentukan berdasarkan peringkat (rating).

Alternatif diperoleh dari menjumlahkan skor strategi pengelolaan yang berkaitan.

Page 76: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Strategi tersebut dapat diterapkan dalam pelaksanaan pengelolaan ekowisata di

Pantai Bangsring :

Tabel 13. Peringkat Alternatif Strategi Pengelolaan

Alternatif Strategi Keterkaitan Jumlah

skor Peringkat

Strategi S – O 1. Pembuatan kebijakan bersama

antara pemerintah dan masyarakat terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan

2. Optimalisasi peran stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata di Pantai Bangsring

(S1, S2, S3, S4, O1, O2) (S4, O1, O2, O3)

4,77 2,82

1 3

Strategi W – O 1. Melakukan pembinaan berkala

untuk SDM masyarakat tentang manajemen ekowisata berbasis masyarakat di Pantai Bangsring

2. Pengajuan kawasan konservasi pada tingkat Provinsi

3. Pemanfaatan dana CSR untuk pengelolaan

(W1, O1, O2) (W2, O1, O3) (W3, O3)

1,56 1,62 1,05

7 6 9

Strategi S – T 1. Edukasi kepada wisatawan

agar tercipta wisata ramah lingkungan

2. Pengolahan sampah agar memiliki nilai ekonomi, mengingat di sekitar Pantai Bangsring terdapat pegiat industri kreatif yang memanfaatkan sampah

3. Peningkatan koordinasi dengan pemangku kepentingan wisata mengenai tata kelola dan penggunaan lahan

(S2, S3, S4, T1) (S4, O2) (S4, O3)

3,56 1,25 1,68

2 8 5

Strategi W – T 1. Peningkatan peran pemerintah,

masyarakat, dan pihak yang berkepentingan lainnya dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana jangka panjang untuk pengelolaan dan pengembangan ekowisata bahari di Pantai Bangsring agar terciptanya ekowisata berkelanjutan

(W1, W2, W3, T1, T2, T3)

2,13

4

Page 77: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ekowisata Pantai Bangsring yang merupakan kawasan Zona Perlindungan

Bersama memiliki potensi terumbu karang dan wisata pantai. Berdasarkan hasil

dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kesesuaian lahan untuk kategori ekowisata dibedakan menjadi 3, yaitu

Kategori Ekowisata Pantai

stasiun 1 sebesar 72,62 % (S2 = sesuai), stasiun 2 sebesar 80,95 %

(S2 = sesuai), dan stasiun 3 sebesar 73,81 % (S2 = sesuai). Rata –

rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 75,78 % (S2 =

sesuai).

Kategori Ekowisata Snorkling

stasiun 4 sebesar 64,91 % (S2 = sesuai), stasiun 5 sebesar 87,71 %

(S1 = sangat sesuai), dan stasiun 6 sebesar 80,70 % (S2 = sesuai).

Rata – rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 77,77 % (S2

= sesuai).

Kategori Ekowisata Diving

Stasiun 4 sebesar 62,96 % (S2 = sesuai), stasiun 5 sebesar 85,18 %

(S1 = sangat sesuai), stasiun 3 sebesar 77,77 % (S2 = sesuai). Rata –

rata pada tiap stasiun dihasilkan nilai IKW sebesar 75,29 % (S2 =

sesuai).

2. Daya Dukung Kawasan

Luas area untuk wisata snorkling dan diving sekitar 43.468 m2 dan waktu

yang disediakan oleh pengelola selama 8 jam. Area snorkling dapat

menampung wisatawan sebanyak orang 1.738 / hari, diving sebanyak 695

orang / hari. Luas area wisata pantai sekitar 9.930 m2 dengan waktu yang

Page 78: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

disediakan selama 8 jam dapat menampung wisatawan sebanyak 794

orang / hari.

3. Pengelolaan Ekowisata berbasis masyarakat di Pantai Bangsring

menggunakan analisis SWOT menghasilkan alternatif pengelolaan,

sebagai berikut :

1). Pembuatan kebijakan bersama antara pemerintah dan masyarakat

terkait pengelolaan ekowisata berkelanjutan; 2). Edukasi kepada

wisatawan agar tercipta wisata ramah lingkungan; 3). Optimalisasi peran

stakeholder dan meningkatkan peran pemerintah dalam pengembangan

ekowisata di Pantai Bangsring.

5.2 Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan inventarisasi biota

khususunya identifikasi spesies karang yang ada di kawasan konservasi Pantai

Bangsring. Perlu adanya koordinasi antar pemangku kepentingan untuk

pengelolaan ekowisata berkelanjutan.

Page 79: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA Armos, Nikolas Hersal., 2013. Studi Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe Desa

Mappakalompo Kecamatan Galesong Ditinjau Berdasarkan Biogeofisik. Universitas Hasanuddin Makassar.

Bengen, D. G., 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. IPB

Bogor. Cesar, H., 2002. The Biodiversity Benefits of Coral Reef Ecosystem: Values and

Markets. Amsterdam: Cesar Enviromental Economics Consultan. Dahuri, R., 2008. Daya Dukung Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. IPB

Bogor. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta. English, S., Wilkinson, C., Baker, V., 1994. Survey Manual for Tropical Marine

Resources. Australia: ASEAN Australia Marine Project. Gautama, I Gusti Agung Gede Oka, 2011. Evaluasi Perkembangan Wisata Bahari

di Pantai Sanur. Universitas Udayana Denpasar Bali, Tesis. Hakim, L., 2004. Dasar - dasar Ekowisata. Banyumedia Publishing, Malang. Hijriati, E., Mardiana, R., 2014. Pengaruh Ekowisata Berbasis Masyarakat

terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. IPB Bogor 02, 146–159.

Kasim, F., 2011. Pelestarian Terumbu Karang untuk Pembangunan Kelautan

Daerah Berkelanjutan. Universitas Negeri Gorontalo 1–7. Kementerian Pariwisata, 2016. Rangking Devisa Pariwisata terhadap 11 Ekspor

Barang Terbesar Tahun 2011-2015. Kepmen LH No. 4, 2001. Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. KKP, 2010. Pedoman Umum Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan untuk

Kegiatan Pariwisata Alam Perairan. Jakarta. Maryadi, D., 2003. Peluang Pengembangan Ekowisata di Kawasan Rawa Danau

dan Sekitarnya, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. IPB Bogor. Menteri LH No.51, 2004. Tentang Baku Mutu Kualitas Air Laut untuk Wisata

Bahari. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 th 2009 tentang Pedoman Pengembangan

Ekowisata di Daerah. Pragawati, B., 2009. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir untuk Pengembangan

Ekowisata Bahari di Pantai Binangun, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. IPB Bogor.

Page 80: KAJIAN KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN ...repository.ub.ac.id/7249/1/ANAS NURHIDAYAH.pdfAlat Penelitian dan Fungsinya.....Err or! Bookmark not defined. Tabel 2. Bahan Penelitian

Ramadhan, S., Patana, P., Harahap, Z.A., 2014. Analisis Kesesuaian dan Daya

Dukung Kawasan Wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara 31–43.

Rangkuti, F., 2003. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Subur, R., 2012. Daya Dukung Ekowisata dengan Pendekatan Kapasitas Adaptif

Ekologi di Pulau - pulau Kecil. IPB Bogor. Sukmara, A., Siahainenia, A.J., Rotinsulu, C., 2001. Panduan Pemantauan

Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dengan Metoda Manta Tow. CRMP Indonesia, Jakarta Selatan.

Susana, T., 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut sebagai Indikator

Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. LIPI Jkt., Jurnal Teknologi Lingkungan.

Undang – undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. WWF, 2009. Prinsisp dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Yulianda, F., 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasis Konservasi. IPB Bogor.