kajian hukum lingkungan internasional dan bioteknologi serta peranannya dalam mengatasi perubahan...

47
KAJIAN HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL DAN BIOTEKNOLOGI SERTA PERANANNYA DALAM MENGATASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN *dipresentasikan pada Konferensi Nasional Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL0 Indonesia ke XX ,14-16 Mei di Pekanbaru, Riau. Andreas Pramudianto,SH,MSi Peneliti Hukum Lingkungan Internasional Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia (PPSML PPs-UI) ABSTRAK Abad mendatang peran bioteknologi (biotechnology) akan terus berkembang dan meningkat dengan pesat. Selain nanotechnology dan information and communication technology(ICT) yang merupakan teknologi masa depan (the future technology),bioteknologi juga merupakan salah satu teknologi yang akan menjadi andalan dari industri masa depan. Sebagai bagian dari pemanfaatan atas sumberdaya alam, bioteknologi diharapkan memberikan keuntungan yang akan diraih terutama dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang saat ini seperti perubahan iklim, ketahanan pangan dan ketersediaan energi. Namun dibalik potensi yang menjanjikan, perlu diwaspadai dampak negatif yang timbul. Untuk itu perlu dikembangkan bioteknologi yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) Studi ini akan mengidentifikasi dan menganalisis peran bioteknologi terutama dalam rangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan persoalan ketahanan pangan dengan melihat sudut pandang hukum lingkungan internasional (international environmental law).

Upload: rudy-edwin

Post on 07-Aug-2015

70 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

KAJIAN HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL DAN BIOTEKNOLOGI SERTA PERANANNYA DALAM MENGATASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN

*dipresentasikan pada Konferensi Nasional Badan Kerjasama Pusat Studi

Lingkungan (BKPSL0 Indonesia ke XX ,14-16 Mei di Pekanbaru, Riau. 

Andreas Pramudianto,SH,MSi

Peneliti Hukum Lingkungan Internasional 

Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Program

Pascasarjana 

Universitas Indonesia (PPSML PPs-UI)

ABSTRAK

Abad mendatang peran bioteknologi (biotechnology) akan terus berkembang

dan meningkat dengan pesat. Selain nanotechnology dan information and

communication technology(ICT) yang merupakan teknologi masa depan (the

future technology),bioteknologi juga merupakan salah satu teknologi yang

akan menjadi andalan dari industri masa depan. Sebagai bagian dari

pemanfaatan atas sumberdaya alam, bioteknologi diharapkan memberikan

keuntungan yang akan diraih terutama dalam menghadapi persoalan-

persoalan yang berkembang saat ini seperti perubahan iklim, ketahanan

pangan dan ketersediaan energi. Namun dibalik potensi yang menjanjikan,

perlu diwaspadai dampak negatif yang timbul. Untuk itu perlu dikembangkan

bioteknologi yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) Studi ini akan mengidentifikasi dan menganalisis peran

bioteknologi terutama dalam rangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim

dan persoalan ketahanan pangan dengan melihat sudut pandang hukum

lingkungan internasional (international environmental law). Perangkat hukum

dan kelembagaan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional

telah berupaya mengantisipasi bioteknologi sebagai teknologi baru dengan

Page 2: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

harapan yang lebih baik terutama bagi peradaban umat manusia di masa

mendatang. 

Kata kunci : Bioteknologi; perubahan iklim; ketahanan pangan; hukum

lingkungan internasional; pembangunan berkelanjutan.

I. PENDAHULUAN

Pada tanggal 24 Maret 1989, kapal tanker Exxon Valdez kandas dan

menumpahkan minyaknya di Prince William Sound, Alaska, yang

menyebabkan terjadinya pencemaran minyak (oil pollution) yang berdampak

cukup luas. Untuk mengatasi hal ini dimulailah suatu upaya penanggulangan

pencemaran minyak yang menggunakan produk bioteknologi dengan

menerapkan teknologi bioremediasi. Teknologi bioremediasi ini memakai

sejenis mikroba yang mampu menyerap minyak. Selama ini dari hasil

penelitian telah menunjukan bahwa, mikroba ternyata dapat mengurangi

tumpahan minyak jauh lebih cepat jika dibandingkan penanggulangan

tumpahan minyak lainnya. Penelitian terhadap mikroba yang mampu

menyerap minyak ini merupakan salah satu perkem¬bangan dari kemajuan

bioteknologi. (http://www.unep.org)(Murphy:2001)

Dewasa ini, kemajuan bioteknologi sedemikian pesatn¬ya dan diunggulkan

sebagai teknologi yang mampu memecahkan beberapa persoalan persoalan

lingkungan hidup dan pembangunan. Menurut Shiva (1994) penerapan

bioteknologi juga menawarkan banyak keuntungan bagi :

- industri primer seperti pertanian, pertambangan 

- industri sekunder seperti kimia obat obatan, pangan 

- industri tersier seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, penelitian,

konsultasi. 

Karena itu bioteknologi sangat potensial dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan industri suatu negara. Kemajuan yang pesat ini tidak terlepas

dari perkembangan ilmu biologi yang diantaranya rekayasa genetika

(genetic enginering) yang telah menjadi ujung tombak industri bioteknologi.

Page 3: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Kemampuan rekayasa genetika diantaranya adalah memproduksi virus yang

bertindak sebagai insektisida, memproduksi enzim dan antibodi, produksi

bakteri yang dapat menyerap minyak, tanaman yang tahan penyakit, tomat

yang disi¬sipkan serat ikan yang mampu tahan lama dll. Tidak seperti

bioteknologi lama, yang masih menekankan penggunakan teknik fermentasi

dan teknik pemuliaan, biotek¬nologi modern ini jauh lebih berkembang

melalui modifikasi bahan bahan genetik dengan penggunaan hewan

percobaan seperti ikan dan jenis jenis mamalia tertentu untuk direkayasa

secara genetik dengan metode rekombinasi DNA (r-DNA) untuk menemukan

"kehidupan baru" (new life). Dengan rekombinasi DNA salah satunya

diciptakan protein rekombinan yang kemudian dikembangkan insulin,

hormon pertumbuhan dll. Perkembangan selanjutnya dikembangkan antibodi

hingga teknologi kloning yang sering disebut sebagai perkembangan fase

ketiga. (Witarto:2005) 

Walaupun demikian selama ini teknologi fermentasi tetap dipakai dalam

bioteknologi baru dengan cara rekayasa genetika mikro-organisme untuk

memproduksi produk produk baru dalam bidang kimia dan biologi seperti

enzim, virus dll. Karena itu bioteknologi kini menjadi pencipta kehidupan

baru dan sangat menjanjikan dengan berbagai keuntungan ekonomis.

Dimulailah era komersialisasi dengan campur tangan banyak perusahaan

multinasional terutama perusahaan biofarmasi sebagai ujung tombak.

Perusahaan Multinasional yang menguasai bioteknologi ini berada di negara

negara maju dan hasil penemuannya dilindungi oleh hak atas kekayaan

intelektual (intelectual property right) seperti hak paten. Tentu saja bagi

perusahaan multinasional yang memiliki dana yang kuat untuk Research and

Development (R&D) menganggap keuntungan bioteknologi sangat besar.

Selain menunjang konsep industri masa depan, (the future industry) juga

menjadikan berbagai bentuk kehidupan baru yang dapat

dikomersialisasikan. Namun demikian timbul juga dampak negatif yang

merugikan seperti dampak negatif dari manipulasi gen gen tertentu,

pencemaran terhadap spesies-spesies asli, pelepasan organisme hasil

rekayasa genetika atau yang dikenal sebagai Genetically Modified Organism

(GMO) dll. Perkembangan bioteknologi yang terkait dengan lingkungan hidup

Page 4: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

diatur dalam perangkat hukum internasional baik soft law maupun hard law.

Perangkat soft law yang mengatur bioteknologi diantaranya seperti Deklarasi

Stockholm 1972, Deklarasi Rio 1992 dan Agenda 21. Sedangkan perangkat

hard law seperti Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati (UNCBD)

1992 dan Protokolnya yaitu Cartagena Protocol 2000. 

Perubahan iklim dan ketahanan pangan merupakan persoalan global yang

dihadapi saat ini. Perangkat hukum internasional telah menyediakan

Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) 1992

yang sudah melakukan lebih dari 15 kali pertemuan para pihak peserta

konvensi (Conferences of the Parties/COP). Dalam beberapa kali pertemuan

dibahas juga masalah pangan. Sementara itu Protokol Kyoto 1997 juga telah

melakukan beberapa kali pertemuan (Meeting of the Parties/MOP) dan akan

berakhir periode komitmennya, sehingga perlu diperbaharui. Kesepakatan

terakhir yang dicapai adalah Copenhagen Accord yang bersifat soft law dan

tidak mengikat secara hukum (non legally binding) yang disetujui pada COP

ke-15 di Kopenhagen, Denmark. 

Perubahan iklim ternyata berdampak sangat luas dan nampaknya akan

berkepanjangan. Terlepas dari perdebatan yang terjadi, perubahan iklim

telah nyata dan terlihat dari laporan berbagai pihak yang memiliki otoritas

yang kompeten seperti laporan IPCC (AR-4), Komisi Stern, UNEP dan banyak

laporan negara (art of the state) atau badan internasional lainnya. Pada

intinya laporan-laporan tersebut menyebutkan adanya kecenderungan

peningkatan suhu rata-rata iklim di bumi yang dapat membahayakan

kehidupan di bumi. Salah satu dampak yang paling berpengaruh adalah

ancaman ketersediaan pangan. Selama ini ketersediaan pangan banyak

dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan distribusi yang tidak merata.

Dengan adanya perubahan iklim, maka peningkatan ancaman ketersediaan

pangan semakin bertambah. Disinilah peran bioteknologi dapat memberikan

kontribusi penting dalam upaya penanganan perubahan iklim dan

peningkatan ketersediaan pangan. Bioteknologi dapat membantu

menurunkan suhu iklim akibat penggunaan CO2. Dengan bioteknologi

ketersediaan pangan dapat ditingkatkan berlipat ganda sehingga ketahanan

pangan dapat terjamin. 

Page 5: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Disisi lain yang perlu diperhatikan adalah dalam beberapa tahun mendatang

nampaknya perkembangan bioteknologi meningkat dengan pesat, namun

resiko terhadap lingkun¬gan hidup masih belum diketahui secara pasti

mengingat hal ini masih tergolong baru. Sementara itu, berbagai perangkat

hukum dan kelembagaan yang menangani masalah bioteknologi masih

sangat terbatas. Peraturan hukum internasional serta lembaga internasional

yang khusus mengatur masalah bioteknologi belum memadai dan hukum

nasional di berbagai negara masih menerapkan kebijakan yang berbeda-

beda. Perbedaan ini akibat dari adanya arus informasi yang menyangkut

bidang bioteknologi masih sangat terbatas diterima terutama oleh sebagian

besar negara-negara berkembang. 

II. DEFINISI DAN PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI 

Genetic Enginering, Recombinant DNA Tecnologies, Molecular Technique,

Gene Manipula¬tion, Transgenetic adalah beberapa istilah populer yang

dipakai dalam bidang bioteknologi modern saat ini. Bioteknologi modern

telah dicoba didefinisikan oleh beberapa ahli dan lembaga internasional. Kim

(1994) mencoba mendefinisi¬kan sebagai industri yang menggunakan

rekombinan DNA dan sel fusion. Selain itu Kantor Bantuan Teknik Konggres

(Office of the Techical Assistance of the US Conggres) menggunakan istilah

bioteknologi yang menunjuk pada teknik-teknik bioprosesing baru.

(Kim:1994) 

Dictionary Environment and Development (Crump:1991) mendifinisikan :

"Bioteknologi is the application of biological organisme, systems and

processes to industrial processes." 

Dalam definisi ini berkaitan dengan kemampuan organisme hidup dan mikro

organisme yang menjadi bagian dari industri penghasil barang dan jasa.

Organisme hidup merupakan bahan penting bagi industri seperti makanan,

obat obatan dll. Sedangkan mikroorganisme telah dikenal sejak zaman

dahulu sebagai penghasil industri bir, keju, susu, roti dll. Penggunaan

Page 6: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

mikroorganisme pada industri modern adalah untuk menghasilkan antibiotik,

vitamin, vinegar , enzim dll. 

Strategie De La Biodiversite (1992) yang dikeluarkan pemerintah Kanada,

mendefinisikan Bioteknologi sebagai :

“Toute application scientifique et technologique l`utilitasion directe ou

indirecte des organismes vivants,en entier ou partie, ou des derives de ceux-

ci, dans leur forme naturelle ou modifiee”.

Dari definisi diatas dinyatakan bahwa bioteknologi merupakan penerapan

secara menyeluruh ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap penggunaan

secara langsung ataupun tidak langsung terhadap seluruh bentuk

kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa luasnya penerapan

bioteknologi karena menggunakan berbagai teknik dan cara untuk

merekayasa seluruh bentuk kehidupan. Hal ini akan berbeda dengan definisi

tradisionil yang masih menekankan pada teknik fermentasi dan pemuliaan. 

Sedangkan Hari Hartiko dalam Krishnayanti dan Jhamtani (1995)

mendefinisikan : 

“ Bioteknologi adalah teknologi yang memanfaatkan mahluk hidup (agen

hayati) yang telah direkayasa untuk menghasilkan barang dan jasa guna

memenuhi kesejahteraan manusia”

Dalam definisi ini rekayasa genetika terhadap mahluk hidup termasuk

diantaranya rekombinan DNA (r-DNA). Karena itu teknik rekombinasi DNA

merupakan tulang punggung pengembangan bioteknologi baru. Melalui

rekombinan DNA diantaranya dapat dihasilkan insulin manusia, vaksin

hepatitis B, hormon pertumbuhan dalam jumlah besar.

Dr. Pratiwi Sudharmono (1986) mendefinisikan bioteknologi sebagai :

“Suatu upaya pemanfaatan sistem biologi untuk menghasilkan barang dan

jasa bagi kepentingan manusia”.

Page 7: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Melalui pemanfaatan sistem biologi diharapkan menghasilkan berbagai

produk barang dan jasa yang berguna bagi manusia. Bidang biologi yang

digunakan diantaranya mikrobiologi, biologi molekular, biokimia, ilmu

genetika, zoology, dll. 

Bioteknologi sebenarnya merupakan kegiatan yang berlangsung sejak jaman

dahulu. Manusia pada jaman purba telah mencoba mengawinkan beberapa

jenis tumbuhan untuk makanan. Tahun 8000 SM telah dilakukan

pengembangbiakan selektif untuk meningkatkan kualitas ternak. Pembuatan

bir sudah dikenal kurang lebih 6000 tahun SM di masa bangsa Somaria dan

Babilon. Penggunaan ragi untuk roti sudah dikembangkan oleh bangsa Mesir

dengan membuat adonan kue asam. Demikian juga dengan penggunaan

cuka, anggur di negara negara Eropa. Sedangkan di beberapa negara Asia

seperti Indonesia tape, tempe, kecap adalah produk bioteknologi lama.

Tahun 4000 SM bangsa Cina telah mengembangkan yoghurt, keju dengan

bakteri asam laktat. Ragi ternyata menjadi komponen penting untuk produk

bioteknologi pada waktu itu. Abad 17 Antony Van Leeuwenhoek telah

menemukan mikroskop dan melihat adanya mikroorganisme untuk

pertamakalinya. Pada tahun 1856 George Mendel melakukan penelitian

rekombinan tumbuhan yang kemudian menghasilkan teori hereditas. Tahun

1857 dan 1876 dari hasil penelitian permulaan Louis Pasteur berhasil

membuktikan kesanggupan mikroorganisme melakukan fermentasi. Dari

hasil penelitian inilah Louis Pasteur berhasil mendapat julukan Bapak

Bioteknologi. (Smith: 1993) Teknologi fermentasi yang merupakan industri

bioteknologi lama, masih tetap digunakan pada saat sekarang ini. Antibiotika

dan vaksin merupakan hasil industri obat yang menggunakan teknologi

fermentasi. Tahun 1919 pertemakalinya istilah bioteknologi digunakan oleh

Karl Ereky dari Hongaria.

Pada tahun 1930 Warren Weaver dan Max Mason telah melakukan

pene¬litian mengenai soal heriditas dan kehidupan sebagai proses kimia,

yang beberapa tahun kemudian ditemukan struktur DNA (Deoxyribo Nucleic

Acid) oleh J.D. Watson dan Francis Chick di tahun 1953. Penemuan ini juga

tak lepas dari model pendekatan breeding programmes (program program

pemuliaan) tanaman dan hewan yang merupakan hasil pekerjaan Charles

Page 8: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Darwin dan George Mendel melalui prin¬sip heriditas dipertengahan abad

19. Walaupun di kemudian hari interbreeding of species (pemuliaan antar

spesies) sudah mulai dikembangkan, namun rahasia kehidupan yang

merupa¬kan ciri suatu mahluk hidup masih belum diketahui sampai

ditemukannya strutur DNA ini. Dari hasil penemuan DNA yang berbentuk

double helical structure dan merupakan molekul kode kehidupan genetik ini

ternyata banyak memberi pengetahuan seluruh rahasia keturun¬an. Dengan

DNA dapat ditentukan karakteristik keturunan suatu generasi tanaman,

hewan atau kehidupan lainnya. Penemuan selanjutnya adalah

mengem¬bangkan pemotongan DNA yang memuat sandi tertentu ke

mahluk hidup lainnya disebut re¬kayasa genetika (genetic enginering).

Inilah yang dikenal dengan nama bioteknologi dengan prinsip baru atau

bioteknologi modern. Bioteknologi baru atau bioteknologi modern memiliki

prinsip yang berbeda dengan bioteknologi lama dimana bioteknologi baru

mampu mengubah perilaku dan kemampuan mahluk hidup sehingga dapat

diperintahkan untuk memproduksi sesuatu yang diperlukan. Keuntungan

hasil rekayasa bioteknologi moderen ini diantaranya adalah memproduksi

bakteri yang mampu menyerap minyak. Bakteri ini bisa digunakan dalam

mengurangi terjadinya pencemaran yang diakibatkan oleh minyak.

Kemudian virus virus yang dapat bertindak sebagai serangga, tanaman

jagung yang tahan penyakit serta tomat yang mampu bertahan hingga

berminggu minggu dll. (Smith:1994)(Shiva:1994)(Krishnayanti &

Jhamtani:1995) 

Ternyata hasil penelitian tersebut memerlukan suatu pengujian dilapangan

agar lebih efektif dari sekedar menggunakan cara simulasi laboratorium.

Maka dalam peristiwa uji ke dalam lapangan ini akan dikenal adanya

Genetically Modified Organism (GMO) atau Living Modified Organism (LMO)

yaitu suatu organisme hidup hasil rekayasa genetika yang belum sempurna

tapi sudah di lepas ke alam. Akibat dari uji lapangan ini kita belum

mengetahui dampak apa yang akan timbul terhadap diperkenalkannya

GMO/LMO ke dalam media lingkungan hidup. Namun kemungkinan adanya

resiko terhadap tercemarnya lingkungan hidup serta gangguan terhadap

kesehatan manusia sangat besar. Karena itu proses tersebut merupakan

Page 9: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

suatu kegiatan yang akan memiliki potensi berbahaya bagi resiko lingkungan

hidup. 

Dengan disetujuinya Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati ( United

Nations Convention on Biological Diversity) yang akhirnya memenuhi syarat

ratifikasi untuk berlaku penuh (enter into force) pada tanggal 29 Desember

1994 maka, berkaitan dengan konsep bioteknologi pasal 2 konvensi ini

(Biodeversity Convention) nampakn¬ya lebih maju dalam mendefinisikan

bioteknologi. Konvensi ini mendefinisikan bioteknologi sbb:

“Biotechnology means any technological application that uses biological

systems, living organism, or derivatives thereof to make or modify products

or processes for specific use”.

(Bioteknologi adalah setiap penerapan teknologi yang menggunakan sistem

sistem hayati, mahluk hidup atau deriv¬ativnya, untuk membuat atau

memodifikasikan produk produk atau proses proses untuk peng¬gunaan

khusus.)

Demikian juga disebutkan dalam alinea terakhir pasal ini dinyatakan bahwa

istilah teknologi menca¬kup juga bioteknologi (technology includes

biotechnology). Konvensi ini semakin memperjelas status hukum

internasional mengenai bioteknologi sebagai suatu teknologi yang

membutuhkan ketrampilan teknik tertentu seperti mulai dari teknik

merekayasa gen hingga mengkombinasi kembali struktur DNA (Recombinant

DNA).

Hal ini dipertegas kembali dengan lahirnya Protokol Kartagena 2000.

Protokol ini mendefinisikan bioteknologi moderen sbb :

"Modern biotechnology" means the application of: 

a. In vitro nucleic acid techniques, including recombinant deoxyribonucleic

acid (DNA) and direct injection of nucleic acid into cells or organelles, or 

b. Fusion of cells beyond the taxonomic family, that overcome natural

physiological reproductive or recombination barriers and that are not

Page 10: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

techniques used in traditional breeding and selection;

“(Bioteknologi moderen” adalah penerapan:

a. Teknik asam nukleat in vitro, termasuk asam deoksiribonukleat (DNA)

rekombinan dan injeksi langsung asam nukleat ke dalam sel-sel atau

organel-organel, atau

b. Fusi sel-sel yang berada di luar keluarga taksonomi,

yang mengatasi hambatan reproduktif fisiologis alam atau rekombinasi dan

yang bukan merupakan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi

tradisional;)

III. PERUBAHAN IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN.

Sebelum menginjak pada definisi perubahan iklim maka perlu diketahui

istilah pemanasan global. Pemanasan global adalah meningkatnya suhu

rata-rata permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi gas

rumah kaca (GRK) di atmosfer. Sedangkan perubahan iklim menurut

Budianto (2000:195) dalam Rajaguguk, E dan Ridwan K (2001) adalah

sebagai peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena

adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra

merah yang dipancarkan oleh bumi. 

Sedangkan IPCC (2001) menyatakan bahwa climate change refers to a

statistically significant variation in either the mean state of the climate or in

its variability, persisting for an extended period (typically decades or longer).

Selain itu diperjelas juga bahwa climate change may be due to natural

internal processes or external forcings , or to persistent anthropogenic

changes in the composition of the atmosphere or in land use. 

Kementerian Lingkungan Hidup (2001:1) mendefinisikan perubahan iklim

adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan

distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sector

kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi

Page 11: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

dalam kurun waktu yang panjang. 

LAPAN (2002;1) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata

salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan

istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan

wilayah Bumi secara keseluruhan.

Definisi yang umumnya diterima adalah berdasarkan pasal 1 Konvensi

Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim yang menyatakan :

“Climate change means a change of climate which is attributed directly or

inderictly to human activities that alters the composition of the global

atmosphere and which is in addition to natural climate variability observed

over comparable time periods.”

Atau diterjemahkan : 

“Perubahan iklim ialah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau

tidak langsung oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan

komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan

variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat

dibandingkan.”

Perubahan iklim dalam skala global dan waktu yang panjang akan

mempunyai implikasi terhadap lingkungan hidup. Aktivitas manusia yang

berdampak pada perubahan iklim juga akan berpengaruh besar untuk

mengganggu keseimbangan sistem alam. Hal yang nyata adalah gaya hidup

(life style) sebagian besar penduduk bumi yang menyumbang peningkatan

gas rumah kaca di atmosfer yang mengakibatkan pemanasan global (global

warming). 

Menurut LAPAN (2002:1) para peneliti internasional telah mengingatkan

bahwa dunia mulai memanas. Sejumlah data terakhir menunjukkan bahwa

Page 12: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

suhu permukaan bumi telah memanas sejak 150 tahun terakhir. Peningkatan

suhu tersebut tidak konstan akan tetapi siklus pemanasan dan pendinginan

agak konsisten dalam beberapa dekade. Bukti-bukti telah ditunjukan dengan

adanya kenaikan muka air laut, pergeseran zona iklim dan berkurangnya

glasier Pegunungan Alpen. 

Dengan terjadinya perubahan iklim ternyata telah menimbulkan dampak

pada berbagai hal seperti : (KLH:1997)

a. Dampak pada vegetasi alamiah

Secara singkat dalam skenario yang dikemukakan oleh IPCC terutama

skenario emisi tanpa mitigasi (pencegahan) maka akan terjadi kondisi

penguningan pada daun di hutan tropis dan padang rumput tropis di tahun

2080-an khususnya di Afrika dan Amerika Latin. (IPCC:2001)

b. Dampak pada sumber air

Dalam skenario IPCC tanpa mitigasi maka di tahun 2080 akan terjadi

penurunan cadangan air besar-besaran di Australia, India, Afrika bagian

selatandan Eropa serta Timur Tengah..

c. Dampak pada cadangan pangan

Dalam skenario IPCC tanpa mitigasi maka di tahun 2080 akan terjadi

penurunan produksi padi-padian di Afrika, Timur Tengah dan India. 

d. Dampak pada kenaikan paras laut.

Tanpa mitigasi maka di tahun 2080 paras laut akan naik sekitar 40 cm

sehingga menimbulkan banjir yang merugikan. 60 % kenaikan ini akan

terjadi di Asia Tenggara seperti Vietnam, Philipina dan Indonesia.

e. Dampak pada kesehatan manusia

Tanpa mitigasi sekitar tahun 2080 diperkirakan 290 juta penduduk dunia

akan mengalami resiko terjangkit malaria falciparum. Kenaikan ini akan

terjadi di Cina dan Asia Tengah.

Untuk menangani perubahan iklim, maka diperlukan upaya mitigasi dan

adaptasi yang mengarah pada stabilisasi CO2 sehingga diharapkan alam

akan mampu menyesuaikan diri terhadap proses perubahan iklim global.

Dengan demikian penurunan emisi menjadi faktor kunci akan keberhasilan

Page 13: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

dalam menjaga kestabilan iklim bumi.

Salah satu dampak perubahan iklim adalah mempengaruhi ketersediaan

pangan. Pangan yang berasal dari tanaman dan hewan akan mengalami

gangguan seperti penurunan produksi, peningkatan hama penyakit, dll.

Ketersediaan pangan menjadi bertambah terancam jika tanaman pangan

dikonversi menjadi energi. Tanaman singkong, ubi, jagung banyak digunakan

untuk pengembangan energi alternatif seperti biofuel, bioetanol dll. Laporan

FAO tahun 2009 telah menunjukan adanya penurunan produksi hasil sereal.

Hal ini disebabkan adanya cuaca yang kurang baik seperti musim kering

yang lebih panjang. (http://www.fao.org/news/story). Sementara itu lebih dari

1 milyar penduduk mengalami kelaparan terutama di benua Afrika. Karena

itu dalam KTT Pangan Dunia (World Summit Food) tahun 2009 di Roma Itali,

FAO mengusulkan penghapusan kelaparan di tahun 2025. Sedangkan

Millenium Development Goal (MDG) telah mentargetkan untuk memerangi

kemisikinan dan kelaparan paling lambat dicapai tahun 2020. FAO (1997)

mendefinisikan ketahanan pangan sebagai situasi di mana semua rumah

tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh

pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dan di mana rumah tangga tidak

beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. Sedangkan Undang-

Undang Pangan No.7 Tahun 1996 memberikan definisi ketahanan pangan

sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun

mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dengan melihat definisi diatas

maka paling tidak ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai

kondisi ketahanan pangan yaitu: (PPK-LIPI : 2004)

a. kecukupan ketersediaan pangan;

b. stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau

dari tahun ke tahun.

c. aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta 

d. kualitas/keamanan pangan 

Dengan melihat definisi dan komponen diatas, bioteknologi diharapkan akan

memainkan peran penting dalam ketersediaan pangan, kualitas dan

Page 14: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

kemanan pangan serta ketahanan terhadap musim yang juga dapat

dipengaruhi adanya perubahan iklim. 

IV. KEUNTUNGAN DAN RESIKO PENERAPAN BIOTEKNOLOGI 

Pengembangan bioteknologi akan banyak menguntungkan manusia jika

dimanfaatkan secara tepat. Keuntungan yang nyata adalah berkaitan

dengan upaya penin¬gkatan produksi serta mutu yang dihasilkan.

Bioteknologi dimanfaatkan untuk meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan umat manusia. Dalam beberapa bidang seper¬ti pertanian,

kesehatan dan lingkungan hidup, bioteknologi banyak digunakan. Dalam

bidang pertanian, program pemuliaan tanaman yang sudah lama dikenal

khususnya untuk jenis jenis tanaman tertentu, akan dapat dikembangkan

dan ditingkatkan. Hasil pemuliaan bertujuan diantaranya mendapatkan

keunggulan tertentu seperti tahan terhadap penyakit, memiliki buah yang

baik, mampu menyesuaikan/beradaptasi pada perubahan iklim dll. Teorinya

masing masing sel individu memiliki potensi untuk dapat dimasuki semua

tipe sel yang diberikan suatu organisme. Tomat, tembakau, kentang, padi,

kelapa merupakan komoditi penting bagi industri bioteknologi. Dalam upaya

mengontrol hama penyakit beberapa jenis bakteri, atau jamur tertentu yang

dikembangkan melalui bioteknologi ternyata dapat bertindak sebagai

pemusnah bagi insektisida yang mengganggu tanaman. Selain itu banyak

bakteri juga memperoduksi bahan kimia anti jamur. Dalam pengembangan

produksi mikroherbisida merk dagang Collego, Casst dan Devine yang

banyak dipakai di bagian selatan Amerika Serikat merupakan hasil dari

industri berskala besar dalam pengembangan mikroherbisida melalui

bioteknologi. (Mannion 1992). Penemuan padi yang toleran dari kekeringan

merupakan pengembangan dari pemanfaatan bioteknologi.

(http://www.indonesiabch.org) Di bidang Kesehatan, dengan ditemukannya

obat obatan hasil bioteknologi, berbagai penyakit diupayakan memiliki

pengobatannya. Penemuan berbagai jenis enzim sebagai bahan dasar obat

obatan sangat menguntungkan dunia kedokteran.

Dibidang lingkungan hidup, masalah perubahan iklim perlu ditangani dengan

cara mitigasi dan adaptasi. Upaya mitigasi diantaranya adalah mengurangi

Page 15: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

emisi gas rumah kaca seperti pengurangan emisi sulfurheksaflorida,

hidroklouroflorokarbon, nitrooksida, metan dan karbondioksida. Salah

satunya adalah dalam rangka pengurangan emisi karbondioksida melalui

penerapan model Carbon Capture and Storage. Dalam model ini

dimanfaatkan mikrorganisme hasil bioteknologi yang mampu menangkap

dan menyerap karbondioksida. (http://rtm.amazon.com.) Pencemaran

minyak juga mulai dapat diatasi walaupun tidak menyeluruh. Mikroba hasil

bioteknologi yang mampu menyerap minyak ternyata sangat membantu

dalam kasus terjadinya pencemaran minyak. Selain itu berbagai metode

bioremediasi menjadi alat untuk mengurangi pencemaran karena mampu

menjadi bahan biologis yang ramah terhadap lingkungan (environmental

friendly). Manfaat bioteknologi yang disebutkan diatas merupakan sebagian

kecil dari contoh yang ada. Masih banyak manfaat lainnya serta

keuntungannya dengan penggunaan bioteknologi. 

Dalam perkembangannya, bioteknologi juga memiliki resiko yang cukup

tinggi. Ketidak jelasan serta belum mampunya ilmu pengetahuan untuk

mengetahui dan mengatasi resiko yang terja¬di, menyebabkan bioteknologi

dapat menimbulkan dampak yang berbahaya. Resiko timbulnya industri

bioteknologi umumnya terjadi pada kesehatan manusia dan lingkungan

hidup. Karena itu prinsip-prinsip dalam hukum internasional mengenai

pembangunan berkelanjutan (international law of sustainable development)

yang diantaranya adalah prinsip kehati-hatian, prinsip pencegahan, prinsip

pertukaran informasi nampaknya harus diterapkan dalam perkembangan

bioteknologi modern. 

Di bidang Pertanian, peningkatan produksi pestisida sering tidak disadari

akan menimbulkan bahaya yang berkepan¬jangan. Pestisida hasil industri

bioteknologi yang dibuat untuk tujuan melawan hama penyakit pada

tanaman ternyata menimbulkan dampak negatif yaitu dapat meningkatkan

racun pada tanaman dan membuat kebal hama penyakit. Selain itu

bioteknologi juga menciptakan jenis jenis unggul yang kemudian dipakai

secara monokultur. Akibatnya jika timbul hama, maka dengan cepat dapat

mematikan jutaan tanaman. Hal ini tentu saja mengancam ketersediaan

pangan dan keanekaragaman hayati (biodeversity). Masuknya spesies

Page 16: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

spesies tanaman baru baik yang melalui hasil pemuliaan di dalam negeri

maupun produk pertanian yang berasal dari kegiatan ekspor-impor dapat

menghancurkan tanaman asli. (Shiva :1994). Beberapa jenis tanaman

produk pertanian transgenik seperti jagung, tomat, kentang yang tidak

memenuhi persyaratan sudah dilarang di Uni Eropa maupun Amerika

Selatan. 

Di bidang Kesehatan, berbagai obat obatan hasil rekayasa genetika dapat

juga menimbulkan kekebalan pada penyakit tertentu. GMO/LMO yang dicoba

di luar laboratorium juga akan membahayakan kesehatan manusia, hewan

serta tumbuhan, jika yang tersebar berupa virus yang masih baru. Ketidak

mampuan manusia untuk memprediksi hasil yang didapat dari GMO/LMO

adalah merupakan masalah yang dihadapi pada saat ini.

Di bidang lingkungan hidup, terhadap suatu produk hasil bioteknologi yang

dilepas ke alam kemudian menimbulkan mutasi gen terhadap jenis-jenis

spesies asli maka akan menimbulkan dampak negatif bagi sistem ekologi.

Sebagai contoh adalah dilepaskannya jenis ikan mas, lele, trout dan salmon

yang telah direkayasa dengan sejumlah gen manusia, sapi dan tikus akan

menimbulkan bahaya pencemaran bagi spesies asli. (Krishnayanti &

Jhamtani:1995). Spesies asli yang sebenarnya merupakan bahan pangan

yang cocok dengan kondisi daerah tersebut akan terancam dan dapat

menghilang. Akibatnya diperlukan penyesuaian atau adaptasi terhadap

perubahan pola pangan yang kadang-kadang memerlukan proses yang lama

serta dana yang tidak kecil. 

Dengan demikian selain keuntungan yang akan diperoleh akan muncul juga

resiko yang harus ditanggung dengan adanya produk bioteknologi.

Keuntungan maupun resiko tersebut harus dapat dikelola dengan

memberikan batasan yang salah satunya melalui uji yang ketat terhadap

produk transgenik ataupun produk lainnya yang berasal dari pemanfaatan

bioteknologi. Karena itu diperlukan perangkat hukum baik di tingkat

internasional, regional maupun nasional yang dapat mengendalikan dan

mengawasi dinamika perkembangan bioteknologi sebagai teknologi baru.

Page 17: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

V. ASPEK HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL UMUM DAN GLOBAL 

Hingga saat ini telah diadakan beberapa kali konferensi yang sangat penting

mengenai lingkungan hidup yaitu di Stockhom (1972), Nairobi (1982), Rio De

Janerio (1992), New York (1997) dan Johanesburg (2002). Beberapa dari

pertemuan tersebut telah menghasilkan dokumen-dokumen penting baik

yang bersifat hard law (legally binding) maupun soft law (non legally

binding). Hasil dari Konferensi Lingkungan Hidup Manusia (United Nations

Conference on Human Environment/UNCHE) yang diadakan di Stockholm,

Swedia salah satunya menghasilkan Deklarasi Stockholm 1972. Prinsip 4

Deklarasi Stockhlom (Stockhlom Declaration on Human Environment 1972)

menyatakan :

“Manusia bertanggung jawab untuk menyelamatkan dan mengelola secara

bijaksana warisan margasatwa dan habitatnya yang kini terancam oleh

kombinasi faktor-faktor yang bertentangan.” 

Prinsip yang tercantum dalam Deklarasi diatas, ternyata telah menyebutkan

adanya ancaman dari penyalahgunaan bentuk teknologi baru yaitu

bioteknologi. Hanya saja deklarasi ini tidak menyebutkan secara tegas,

namun pernyataan “kombinasi faktor-faktor yang bertentangan” telah

menunjukkan adanya perhatian terhadap perkembangan bioteknologi yang

diantaranya teknologi rekombinan DNA (r-DNA), rekayasa genetik (genetic

enginering), manupulasi gen (gene manupulation) yang disalahgunakan

pemanfaatannya. Kasus yang paling nyata dalam perkembangan

bioteknologi fase ketiga adalah lahirnya domba Dolly yang menerapkan

teknologi kloning. Bahkan akhir-akhir ini peneliti Korea berhasil mengkloning

sejenis anjing yang rencananya akan dikomersialisasikan. Sedangkan dalam

rangka adaptasi perubahan iklim, maka beberapa ahli menciptakan hewan

pangan seperti sapi yang tahan dan mampu menyesuiakan /beradaptasi

dengan perubahan iklim. Dengan demikian paling tidak prinsip 4 Deklarasi

Stockholm ini telah memberikan pedoman bagi pembentukan norma dan

peraturan yang berkaitan dengan dimanika perkembangan bioteknologi. 

KTT Bumi tahun 1992 di Rio De Janerio, Barzil telah sepakat menghasilkan

Page 18: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

dokumen-dokumen seperti Deklarasi Rio, United Nations Convention on

Biological Diversity (UNCBD), United Nations Framework Convention on

Climate Change (UNFCCC), Agenda 21 dan Prinsip-prinsip Kehautanan.

Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati 1992 (United Nations

Convention on Biological Diversity/UNCBD) telah mencantumkan ketentuan

mengenai bioteknologi sebagai antisipasi penerapan teknologi baru. Pasal 2

Konvensi ini mendefinisikan bioteknologi sebagai upaya penerapan teknologi

yang menggunakan sistem sistem hayati, mahluk hidup atau derivativnya,

untuk membuat atau memodifikasikan produk produk atau proses proses

untuk penggunaan khusus. Pasal 16 Konvensi ini juga menegaskan

pentingnya akses dan alih teknologi di bidang bioteknologi. Pasal ini

menyatakan :

“Para Pihak menyadari bahwa ke dalam teknologi termasuk juga bioteknologi

dan keduanya akses dan alih teknologi antara-negara para pihak adalah

unsur penting untuk mencapai tujuan dari Konvensi ini.......”

Mengenai masalah hak milik intelektual di bidang bioteknologi Pasal 16 (2)

menyatakan :

“.............Dalam kasus teknologi yang harus mendapatkan paten dan hak

milik intelektual lainnya, akses dan alih teknologi harus memberikan

perlindungan pada hak tersebut.........”

Perlindungan ini nampaknya juga harus saling menguntungkan seperti

dinyatakan dalam Pasal 16 (5) :

“The Contracting Parties, recognizing that patents and other intellectual

property rights may have an influence on the implementation of this

convention, shall cooperate in this regard subject to national legislation and

international law in oreder to ensure that such rights are supportive of and

do not run counter its objectives.”

Page 19: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

(“Negara-negara penandatangan dengan menyadari bahwa paten dan hak

milik intelektual akan memberikan pengaruh pada pelaksanaan dari

konvensi ini , akan bekerjasama atas dasar hukum nasional dan hukum

internasional agar dapat menjamin hak-hak tersebut atas dasar saling

menguntungkan dan tidak berlawanan dari tujuan konvensi ini”).

Ternyata perkembangan bioteknologi begitu pesat dan semakin kompleks.

Karena itu dibutuhkan beberapa ketentuan untuk persoalan baru seperti

keselamatan hayati (biosafety) yang belum dirinci dalam konvensi ini.

Beberapa pihak peserta konvensi mulai mengu¬sulkan adanya suatu

protokol berdasarkan pasal 19 Konvensi Keanekaragaman Hayati 1992. Pasal

19 (3) menyatakan :

"The Parties shall consider the need for and modalities of a protocol setting

out appropriate procedures including inparticular, advance informed

agreement, in the field of the safe trans¬fer, handling and use of any living

modified organisme resulting from biotechnology that may have adverse

effect on the conservation and sutainable use of biological diversity".

(Para pihak wajib mempertimbangkan kebutuhan akan protokol dan model

modelnya yang menentukan prosedur yang sesuai, mencakup khususnya

persetujuan yang diinformasikan lebih dahulu di bidang pengalihan,

penanganan dan pemanfataan secara aman terhadap organisme

termodifikasi hasil bioteknologi, yang mungkin mempunyai akibat merugikan

terhadap konser¬vasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan

keanekaragaman hayati) 

Usulan protokol ini dinamakan Biosafety Protokol atau Protokol Keamanan

Hayati yang sejak Pertemuan Para Pihak I (COP I) di Nassau, Bahama sudah

dibahas dan masih menjadi bahan perdebatan pada COP II di Jakarta,

November 1995 dan COP III di Buenos Aries, Argentina. Hingga akhirnya

pada COP ke-V tahun 2000 yang diadakan di Nairobi, Kenya Protokol ini

Page 20: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

diadopsi dengan nama Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on

Biological Diversity. Tujuan dari protokol ini tercantum dalam pasal 1 yang

menyatakan :

“In accordance with the precautionary approach contained in Principle 15 of

the Rio Declaration on Environment and Development, the objective of this

Protocol is to contribute to ensuring an adequate level of protection in the

field of the safe transfer, handling and use of living modified organisms

resulting from modern biotechnology that may have adverse effects on the

conservation and sustainable use of biological diversity, taking also into

account risks to human health, and specifically focusing on transboundary

movements.” 

“(Sesuai dengan pendekatan kehati-hatian yang tercantum dalam Prinsip

15Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, tujuan dari

Protokol ini adalah untuk memberikan kontribusi dalam menjamin tingkat

perlindungan yang memadai di bidang pemindahan, perlakuan, dan

pemanfaatan yang aman dari organisme hasil modifikasi yang berasal dari

bioteknologi moderen yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap

konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, dengan

mempertimbangkan pula risiko terhadap kesehatan manusia, dan secara

khusus menitikberatkan pada perpindahan lintas batas.)”

Protokol ini berisi berbagai ketentuan seperti Persetujuan pemberitahuan

terlebih dahulu (Advance Informed Agreement), prosedur pemanfaatan

GMO/LMO secara langsung, kajian resiko, manajemen resiko, perpindahan

lintas batas tidak sengaja dan tindakan darurat, penanganan, pengangkutan,

pengemasan dan pemanfaatan, Balai Kliring Keamanan Hayati,

pengembangan kapasitas dan kewajiban para pihak. 

Dengan demikian maka protokol ini mengatur secara ketat produk

organisme hasil rekayasa genetika atau Genetic Modified Organism (GMO)

atau juga disebut Living Modified Organism (LMO) terutama dalam hal

Page 21: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

perpindahan lintas batas negara. Ekspor impor pada produk-produk

bioteknologi hasil rekayasa genetika harus memenuhi berbagai persyaratan

secara baik teknis, administratif maupun hukum. 

Salah satu dokumen lainnya hasil KTT Bumi 1992 yaitu Agenda 21,

bioteknologi juga telah terprogram terutama dalam Bagian 2 Bab 16.

Program bioteknologi ini meliputi 5 bidang program yaitu :

1. Meningkatkan ketersediaan pangan dan bahan mentah yang dapat

diperbaharui.

2. Meningkatkan kesehatan manusia.

3. Meningkatkan perlindungan lingkungan.

4. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan mekanisme kerjasama

internasional.

5. Mengembangkan mekanisme yang memungkinkan untuk

mengembangkan dan menerapkan bioteknologi yang berwawasan

lingkungan.

Kelima program ini sangat berkaitan erat dengan bab-bab lainnya seperti :

Bab 14 : 

Pertanian : Mengembangkan pertanian secara berkelanjutan dan

pembangunan desa

Bab 15 : 

Keanekaragaman Sumberdaya Hayati : Pelestarian keanekaragaman hayati

Bab 19: 

Bahan Kimia Beracun : Pengelolaan lingkungan bahan kimia beracun yang

berwawasan lingkungan, termasuk mencegah lalu lintas internasional yang

ilegal dari produk berbahaya dan beracun.

VI. ASPEK HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL KHUSUS DAN REGIONAL

Dalam beberapa peraturan regional yang masih bersifat soft law negara

negara maju yang tergabung dalam OECD tahun 1986 pernah mengeluarkan

guideline yang dinamakan OECD. Recombinant DNA Safety Consideration

Page 22: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Safety Considerations for Industrial,Agricultural and Environmental

Application of Organisms Derived by Recombinant DNA Techniques. Tahun

1992 dikeluarkan juga Safety¬ Considerations for Biotechnology yang

diantaranya berisi penilaian keamanan pangan terhadap test Genetic

Modified Organism (GMO). Selain itu dikenal juga adanya Good Development

Principles (GDP). Ketentuan semuanya ini hanya berlaku untuk negara

negara anggota OECD. Uni Eropa (European Union) juga mengeluarkan

ketentuan hukum yang merupakan petunjuk khusus bagi industri

bioteknologi dan batasan batasan penerapannya dalam lingkup regional

Eropa yaitu melalui Council Directive No 90/219 yang berisi pengaturan GMO

dan Council Directive No. 90/220 tahun 1990 berisi mengenai pengaturan

GMO yang berhubungan dengan penggunaan mikroba mikroba dalam sistem

tertutup. Tahun 1992 dikeluarkan lagi Council Decesion No. 92/146 tahun

1992 mengenai pengaturan atas pemberitahuan dan pengabsahan

pelepasan secara sengaja suatu GMO untuk tujuan penelitian dan komersial.

Sejauh ini peraturan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa masih dapat¬

dikatakan merupakan kerangka hukum yang memadai dan terharmonisasi

dalam lingkup hukum internasional re¬gional. Namun khusus mengenai

penggunaan terhadap hewan hewan untuk percobaan Uni Eropa lebih maju

dengan telah ditandatanganinya European Convention for the Prorection of

Vertebrat Animals Used for Experimental and Other Scientific Purpose tahun

1986 di kota Strasbourg (Perancis). Konvensi Eropa ini berkaitan erat dengan

produk soft law yang dikeluarkan oleh Komisi Eropa yaitu Directive 86/609

on the Protection of Animal used experimental and other Scientific Purpose.

Selain ini juga banyak persoalan persoalan baru diatur oleh peraturan ini

seperti masalah hak patent, GMO serta bioteknologi untuk tujuan tujuan

komersial. Pada tahun 1988 diusulkan kembali suatu draft directive

mengenai paten terhadap mahluk hidup yang setelah 7 tahun menjadi

perdebatan sengit. Akhirnya pada tanggal 1 Maret 1995 Parlemen Eropa

menolak draft directive ini dengan perbandingan suara 240 menolak, 188

menyetujui dan 23 abstain. Penolakan atas draf ini menunjukan kebijakan

negara-negara Eropa yang menentang adanya konsep tentang pematenan

bentuk-bentuk kehidupan. Paten terhadap mikroorganisme telah diakui

Page 23: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

dalam Perjanjian Budapest atau yang dikenal dengan nama Budapest Treaty

on the International Recognition of the Deposit of Microorganism for the

Purpose of Patent Procedure tanggal 28 Aprl 1971. Sedangkan mengenai

dampak dari kegiatan yang mempengaruhi lingkungan hidup, negara-negara

seperti Cyprus, Yunani, Finlandia, Liechtenstein, Italy, Luxembourg dan

Belanda telah menandatangani International Convention on Civil Liability for

Damage Resulting from Activities Dangerous to Environment, dimana salah

satu ketentuannya mengatur mengenai GMO.

PBB melalui United Nations Industrial and Development Organization

(UNIDO) juga telah menyusun petunjuk dan kode tingkah laku internasional

yaitu International Biosafety Guidelines and Code of Conduct for the Rellease

of Gennetically Engginering Microorganisme and Plant. Lembaga yang tak

kalah pentingnya adalah FAO yang telah mengeluarkan International

Convention Transgenetic and Plant, International Undertaking on Plant

Genetic Resources (1983), Code of Conduct for Plant Germplasm Collecting

and Transfer (1993), yang diadopsi Resolusi FAO No. 8/93, November 1993.

Pada sekitar tahun 1980-an FAO membentuk Comission on Plant Genetic

Resources. Badan PBB seperti United Nations Education and Scientific

Cooperation Organization (UNESCO) bekerjasama dengan United Nations

Environmental Programme (UNEP) telah mendirikan Microbiological Research

Centres (MIRCENs) yang tersebar di beberapa tempat seperti Bangkok,

Senegal, Nairobi dll. World Data Center for Microorganisme (WDC) dibentuk

di Riken, Jepang yang bertujuan untuk mengumpulkan data berbagai koleksi

mikrorganisme. Pada tahun 1984 UNIDO mendirikan International Center for

Genetic Enginering and Biotechnology (ICGEB) di New Delhi (India) dan

Trieste (Italy).

Lembaga internasional lain yang aktif berhubungan dengan masalah

bioteknologi antara lain Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) yang

dibentuk tahun 1974 dan merupakan kepanjangan Consultatiteve Group on

International Agriculture Research (CGIAR)., International Plant Genetic

Resources Institute (IPGRI), International Agricultural Research Center

(IARC), International Rice Reserach Institute (IRRI), The Human Genome

Organization (HUGO) dan masih banyak lagi. Ada beberapa Non Government

Page 24: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Organization (NGO) yang aktif di bidang bioteknologi seperti : GRAIN

(Genetic Resources Action International), RAFI (Rural Advacement

Foundation International),The Third World Network, CAB (Coallition Againsts

Biopiracy), Crucible Club, dll. Jaringan Kerja telah dibentuk oleh berbagai

NGO diantaranya International Baby Food Action Network, Pecticide Action

Network, Health Action International,Seeds Action Network, International

Network on the Social Impact of Biotechnology, Geneetisches Netzwerk,

Committee for Responsible Genetic dan masih banyak lagi. Sementara itu

lembaga profesi internasional telah mengajukan beberapa usulan yang

berbentuk soft law seperti :

1. Botany 2000 Herbarium Curation yang mengeluarkan Code of Ethics for

Foreign Collectors of Biological Sample (1990)

2. The American Society of Pharmacognosy mengeluarkan Proffesional Ethics

in Economic Botany : A Preliminary Draft of Guidelines (1992). 

3. ASOMPS (Asian Symposium on Medical Plant, Spices and Other Natural

Product) telah menyetujui Manila Declaration concerning Ethical Utilization of

Biological Resources, Code of Ethic for Foreign Biological Sample Collectors

and Contract Guidelines (1992) dan Melaka Accord (1994).

4. Environmental Law Center of IUCN- Board of Cartagena Accord-Peruvian

Environmental Law Association telah menghasilkan Acces to Genetic

Resources of the Andean Pact. 

5. International Organization of Consumers Unions (IOCU) telah menyetujui

suatu deklarasi yang berisi peran bioteknologi yang berorientasi

kemasyarakatan yang dikenal dengan Bogeve Declaration 1987.

Sementara itu mengenai masalah hak milik intelektual (Intelectual Property

Right) yang telah menjadi perdebatan sengit di FAO, WIPO, GATT maupun

badan-badan internasional serta dalam setiap pertemuan mengenai hak

paten atas sumber daya genetik, World Intelectual Property Organization

(WIPO) telah membentuk Komite Ahli tentang Penemuan Bioteknologi dan

Hak Cipta Industri. Pada pertemuannya di tahun 1986 menghasilkan suatu

dokumen yang menyatakan bahwa undang-undang nasional tertentu yang

tidak memberikan perlindungan hak paten pada tanaman, hewan serta

proses-proses hayati sudah merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan.

Page 25: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Karena itu semua penemuan bioteknologi layak untuk mendapatkan

perlindungan paten. (Hobelink:1987) Tentu saja dokumen ini menjadi bahan

perdebatan di WIPO.

The Agreement on Trade Related Aspects of Intelectual Property (TRIPS)

yang merupakan salah satu hasil dari Deklarasi Marakash 1994 dalam

kerangka World Trade Organization (WTO), menjadi arena perdebatan

hangat karena mengatur hak paten atas bentuk-bentuk kehidupan. Juga

dalam the Union for the Protection of New Varietes of Plant (UPOV) tahun

1991 mengatur berbagai hal menyangkut paten atas beberapa benih

tanaman. Sementara itu beberapa usulan produk hukum dari NGO maupun

badan PBB antara lain (Kate:1995) :

a. Comunity International Property Rights telah mengajukan International

Property Right Legislation yang berhubungan dengan penyediaan sumber-

sumber genetik dan pengaturan hak para pemulia dan hak petani.

b. Third World Network telah mengajukan Model Draft Community Intelectual

Rights Act yang mengatur mengenai kriteria-kriteria baru mengenai klaim

atas hak paten, hubungannya dengan nilai dan praktek budaya penduduk

asli (Indegenous People) , Registry of Innovation yang mengijinkan

masayarakat untuk mendaftarkan ide-idenya, perolehan akses serta

perlindungan patennya dll.

c. UNESCO International /WIPO pada tahun 1985 mengajukan Model

Provisions for National Laws on Protection of Expressions of Folkore Against

Illicit Exploitation and Other Prejudicial Action dimana diatur mengenai

perlindungan atas akses genetik tradisional.

d. dll

Masih banyak peran yang dimainkan berbagai badan internasional, NGO-

NGO serta lembaga-lembaga lainnya dalam pengembangan bioteknologi

yang aman dan berwawasan lingkungan seperti yang diamanatkan dalam

Agenda 21 Bagian 2 Bab 16 yaitu pengelolaan bioteknologi yang

berwawasan lingkungan (Environmentally Sound Management of

Biotechnology).

Page 26: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

VII. ASPEK HUKUM NASIONAL INDONESIA

Indonesia kaya akan sumberdaya alam baik yang hayati maupun non hayati.

Kekayaan sumberdaya alam ini yang salah satunya berupa plasma nuftah

menjadi bahan penting untuk pengembangan di bidang bioteknologi. Di

Indonesia perangkat hukum di bidang bioteknologi selama ini masih tersebar

dan bersifat sektoral. Status pengaturan bidang bioteknologi mulai nampak

jelas dengan diratifikasinya Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati

(United Nations Convention on Biological Diversity/UNCBD) melalui Undang

undang No. 5 tahun 1994. Dalam pertimbangan persetujuan pengesahan

konvensi bagian Penjelasan Umum sub Bab Manfaat Konvensi Butir 6 yang

menyatakan :

"bahwa salah satu manfaat pengesahan konvensi ini adalah pengembangan

dan penanganan bioteknologi agar Indonesia tidak dijadikan ajang uji coba

pelepasan GMO oleh negara negara lain."

Kalimat ini akan menjadi lebih penting mengingat ketentuan ini telah

menegaskan bahwa pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan

bioteknologi yang aman dan melarang adanya uji coba GMO yang dilakukan

pihak lain.

Pasal-pasal dalam Undang-undang No. 5 tahun 1994 yang secara tegas

mengatur masalah bioteknologi ialah Pasal 2, Pasal 8 (g), Pasal 16 dan Pasal

19. Ketentuan ini umumnya menyangkut berbagai masalah seperti definisi,

GMO, akses dan alih teknologi, kerjasama internasional dan perlunya

pengaturan lebih lanjut melalui suatu protokol. Tindak lanjut dari Undang-

undang ini adalah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Pengesahan Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological

Diversity. Dalam bagian pertimbangan dinyatakan sbb :

Mengingat pula Keputusan II/5 Tanggal 17 November 1995 dari Konferensi

para Pihak untuk mengembangkan Protokol Tentang Keamanan Hayati, yang

secara khusus menitikberatkan pada perpindahan lintas batas dari

Page 27: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

organisme hasil modifikasi sebagai hasil bioteknologi moderen yang dapat

mengakibatkan kerugian terhadap konservasi dan pemanfaatan

berkelanjutan keanekaragaman hayati, menetapkan untuk dipertimbangkan,

terutama, prosedur yang layak berdasarkan persetujuan yang telah

diberitahukan terlebih dahulu,

Protokol ini menegaskan keberadaannya sebagai tindak lanjut dari Konvensi

Kenaekaragaman hayati 1992. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah

pengembangan prosedur perpindahan lintas batas dari produk bioteknologi

hasil rekayasa genetika. Protokol ini juga menegaskan tindak lanjut dari

kesepakatan KTT Bumi 1992 terutama Deklarasi Rio 1992 melalui prinsip-

prinsipnya, yang ditegaskan sbb :

Mengukuhkan kembali pendekatan kehati-hatian yang tercantum dalam

Prinsip 15 Deklarasi Rio Tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan

Protokol ini juga lahir unttuk mengantisipasi kemajuan bioteknologi serta

mendorong tingkat kesadaran masyarakat atas kerugian dan resiko dari

pengembangan bioteknologi modern. Hal ini ditegaskan sbb :

Menyadari pesatnya kemajuan bioteknologi moderen dan meningkatnya

kepedulian masyarakat atas potensi yang dapat mengakibatkan kerugian

terhadap keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan pula risiko

terhadap kesehatan manusia,

Selain itu juga diakui perkembangan bioteknologi selain memiliki resiko, juga

potensi yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan. Hal ini ditegaskan

sbb :

Mengakui bahwa bioteknologi memiliki potensi yang besar bagi

kesejahteraan umat manusia jika dikembangkan dan dimanfaatkan dengan

tindakan keamanan yang memadai bagi lingkungan hidup dan kesehatan

manusia.

Page 28: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Sedangkan peraturan lainnya yang berupa Undang-undang atau Peraturan

Pelaksana (PP) secara tidak langsung mengatur beberapa aspek di bidang

bioteknologi. Dalam UU no 12 tahun 1992 tentang sistem Budidaya

Pertanian Pasal 16 yang menyatakan :

"Pemerintah melarang pengadaan, peredaran dan penanaman benih

tanaman tertentu yang merugikan masyarakat, budidaya tanaman,

sumberdaya alam lainnya dan/lingkungan hidup."

Pasal ini dapat diterapkan pada jenis tanaman tertentu hasil rekayasa

genetika yang merugikan. Tanaman hasil rekayasa genetika ini akan dapat

mengakibatkan rusaknya atau tercemarnya spesies tanaman asli sehingga

sepatutnya dilarang untuk diedarkan. Selain itu resiko dari tanaman hasil

rekayasa genetika yang belum diketahui harus dicegah sedini mungkin demi

perlindungan atas sumberdaya dan lingkungan hidup Indonesia.

Dalam hal ini berkaitan dengan dampak penting terhadap lingkungan

Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL Pasal 3 ayat (1)

butir d, f, g. menyatakan :

"Usaha atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting

terhadap lingkungan hidup meliputi :

a..........

b..........

c..........

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan serta lingkungan sosial budaya

e..........

f. Introduksi jenis tumbuh tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik

g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati."

Kegiatan terhadap bioteknologi seperti pelepasan GMO/LMO akan

mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Dalam hal masyarakat

Page 29: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

tradisionil yang memiliki model bioteknologi tradisional seperti pembuatan

jamu, obat-obatan tardisional maka pendirian suatu industri bioteknologi

modern tidak boleh merugikan masyarakat tersebut dengan

mengkomersialisasikan model-model bioteknologi lama melalui cara

mematenkan produk-produk tersebut. Dalam penjelasan PP ini Pasal 3 (1)

bagian f menyatakan : 

“Introduksi suatu jenis tumbuh-tumbuhan baru atau jasad renik (mikro-

organisme) yang dapat menimbulkan jenis penyakit baru terhadap tanaman,

introduksi suatu jenis hewan baru dapat mempengaruhi kehidupan hewan

yang telah ada”.

Pelepasan mahluk hidup hasil rekayasa genetika jika tidak terkendali akan

dapat mencemari spesies asli bahkan dapat menimbulkan kepunahan jika

spesies tersebut memiliki jumlah yang terbatas. Juga suatu hasil penelitian

yang memperkenalkan jenis hewan atau tumbuhan baru hasil rekayasa

genetika haruslah diwaspadai karena akan menimbulkan dampak penting

bagi kesehatan manusia serta lingkungan hidup. Demikian juga halnya

dengan pembuatan bahan hayati dan non hayati melalui proses bioteknologi

dapat menimbulkan dampak penting bagi kehidupan masyarakat. Kasus

yang terkait perkembangan bioteknologi dan lingkungan hidup di Indonesia

yang pernah menyita perhatian publik adalah kasus penanaman kapas

transgenik yang gagal panen di Sulawesi Selatan yang bibitnya berasal dari

PT Monsanto. 

Berkaitan dengan memperkenalkan jenis baru hasil teknologi, Undang-

undang No. 17 Tahun 1985 mengenai Ratifikasi Konvensi Hukum Laut 1982

Bab XII tentang Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Laut, Bagian I

Ketentuan Umum Pasal 196 tentang Penggunaan Teknologi-teknologi atau

memasukkan jenis-jenis asing atau jenis baru ,menyatakan :

“ Negara-negara harus mengambil tindakan segala tindakan untuk

mencegah, mengurangi dan mengendalikan pencemaran lingkungan laut

Page 30: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

sebagai akibat penggunaan teknologi-teknologi yang ada dibawah yurisdiksi

atau pengawasan mereka, atau memasukkan dengan sengaja atau tidak

jenis-jenis asing atau jenis baru ke dalam bagian tertentu lingkungan laut,

hingga dapat mengakibatkan perubahan-perubahan penting dan merugikan

pada lingkungan laut “.

Bioteknologi dikategorikan sebagai teknologi jenis baru dapat

mengakibatkan timbulnya pencemaran di laut melalui masuknya jenis-jenis

spesies baru hasil rekayasa genetika. Dalam prakteknya hal ini dapat terjadi

seperti upaya yang dilakukan baru-baru ini terhadap jenis ikan salmon yang

direkayasa dengan sejumlah gen manusia, sapi dan tikus. Jika ikan salmon

hasil rekayasa genetika dilepas ke lautan maka akan menimbulkan

perubahan penting dan merugikan lingkungan laut yaitu dapat mencemari

jenis-jenis ikan alami.

Mengenai masalah hak paten terhadap penemuan di bidang bioteknologi

telah diatur Undang-undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten pada Pasal 7

menyatakan :

“Paten tidak dapat diberikan untuk invensi tentang:

a. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan;

b. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan

yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;

c. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau 

d. i. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik;

ii. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan,

kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis.”

Dari pasal diatas secara tegas dinyatakan bahwa penemuan atas semua

mahluk hidup tidak dapat dipatenkan. Demikian juga halnya dengan

penemuan-penemuan atas proses biologis untuk memproduksi tanaman

Page 31: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

atau hewan tidak diberikan paten dengan alasan bahwa jenis-jenis tersebut

sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Dalam masalah pangan diatur oleh Undang-undang No. 7 Tahun 1997

tentang Pangan. Dalam Undang-undang ini dikenal adanya istilah rekayasa

genetika pangan. Dalam salah satu ketentuannya yaitu passel 1 menyatakan

:

“Rekayasa genetika pangan adalah suatu proses yang melibatkan

pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain

yang berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu

menghasilkan produk pangan yang lebih unggul.”

Dalam upaya memproduksi pangan yang menggunakan proses rekayasa

genetika, maka diharuskan memeriksa keamanan pangan (food safety)

sebelum diedarkan yang syarat pengujiannya ditetapkan oleh pemerintah.

Hal ini tercantum di dalam passal 13 yang menyatakan : “

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan atau menggunakan bahan baku,

bahan tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau

proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika wajib

terlebih dahulu memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan manusia

sebelum diedarkan.

(2) Pemerintah menetapkan persyaratan dan prinsip penelitian,

pengembangan dan pemanfaatan metode rekayasa genetika dalam kegiatan

atau proses produksi pangan, serta menetapkan persyaratan bagi pengujian

pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika.”

Berkaitan dengan kemanan pangan terutama terkait dengan produk

rekayasa genetika diatur secara khusus melalui Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika. Pasal

1 menegaskan : 

Page 32: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

“1. Keamanan hayati produk rekayasa genetik adalah keamanan lingkungan,

keamanan pangan dan/atau keamanan pakan produk rekayasa genetik.

2. Keamanan pangan produk rekayasa genetik adalah kondisi dan upaya

yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya dampak yang

merugikan dan membahayakan kesehatan manusia, akibat proses produksi,

penyiapan, penyimpanan, peredaran dan pemanfaatan pangan produk

rekayasa genetik.”

Sedangkan tujuan dikeluarkannya PP ini tercantum dalam Pasal 2 yang

menyatakan :

“(1) Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk mewujudkan keamanan

lingkungan, keamanan pangan dan/atau keamanan pakan PRG serta

pemanfaatannya di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, industri,

lingkungan, dan kesehatan nonfarmasi.

(2) Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk meningkatkan hasil guna dan

daya guna PRG bagi kesejahteraan rakyat berdasarkan prinsip kesehatan

dan pengelolaan sumberdaya hayati, perlindungan konsumen, kepastian

hukum dan kepastian dalam melakukan usaha.

Prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional juga ditrerapkan dalam PP ini

yang dicantumkan dalam Pasal 3 :

“Pengaturan yang diterapkan dalam Peraturan Pemerintah ini menggunakan

pendekatan kehati-hatian dalam rangka mewujudkan keamanan lingkungan,

keamanan pangan dan/atau pakan dengan didasarkan pada metode ilmiah

yang sahih serta mempertimbangkan kaidah agama, etika, sosial budaya,

dan estetika”.

Untuk ruang lingkup yang diatur dalam PP ini tercantum dalam Pasal 4 :

“ Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini mencakup pengaturan mengenai:

a. jenis dan persyaratan PRG;

Page 33: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

b. penelitian dan pengembangan PRG;

c. pemasukan PRG dari luar negeri;”

Berkaitan dengan persoalan lingkungan hidup dan hubungannya dengan

bioteknologi khususnya sumberdaya genetika, Undang-undang No. 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab IX Pasal

63 menugaskan pada pemerintah untuk :

“menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam

hayati dan nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan

keamanan hayati produk rekayasa genetik;”

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan bioteknologi

diantaranya Keputusan Menteri Pertanian Nomor 856/Kpts/HK.330/9/1997

tentang Ketentuan Keamanan Hayati Produk Bioteknologi Pertanian hasil

Rekayasa Genetika. Dalam SK Menteri ini diatur mengenai berbagai hal

seperti definisi produk bioteknologi pertanian, keamananhayati, bioteknologi,

genom, DNA, hewan, tanaman dan jasad renik transgenetik. Selain itu

terdapat ketentuan mengenai jenis-jenis produk bioteknologi, syarat dan tata

cara pemanfaatan, hak dan kewajiban, pemantauan dan pelaporan serta

ketentuan peralihan dan penutup. Terdapat daftar formulir yang

dicantumkan dalam lampiran SK Menteri ini seperti formulir Surat

Permohonan Pemanfaatan Produk Bioteknologi Pertanian hasil Rekayasa

Genetika, formulir penilaian Permohonan Pemanfaatan Produk Bioteknologi

Pertanian hasil Rekayasa Genetika dan beberapa formulir lainnya. SK Menteri

ini telah memiliki perangkat kelembagaan yaitu Komisi Keamanan Hayati

dan Tim Teknis Keamanan Hayati. Keputusan ini kemudian dicabut pada

tahun 1999 melalui Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri

Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Pangan

dan Holtikultura dengan Nomor : 998.1/Kpts/OT.210/9/99;

790.a/Kpts-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/1999;

015A/NmenegPHOR/09/1999 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan

Page 34: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika. Ruang lingkup Keputusan

Bersama ini mencakup pengaturan jenis-jenis, syarat-syarat,tatacara, hak

dan kewajiban, pemantauan, pengawasan dan pelaporan keamanan hayati

dan keamanan pangan pemanfaatan Produk pertanian hasil rekayasa

genetik (PPHRG).

Perangkat kelembagaan di bidang bioteknologi secara nasional telah

dikembangkan sejak adanya Panitia Nasional Pengembangan Bioteknologi

yang dibentuk kurang lebih 20 tahun yang lalu. Pada tahun 1989 dibentuk

lembaga yang resmi menangani bioteknologi di beberapa instansi yang

dikenal dengan nama Pusat Keunggulan Pengembangan Bioteknologi.

Beberapa instansi yang ditunjuk oleh Panitia Nasional Pengembangan

Bioteknologi untuk menjadi Pusat Keunggulan Pengembangan Bioteknologi

adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, Lembaga Biologi Molekular Eijkman

UI dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI). Beberapa universitas seperti IPB, ITB dan UGM

melalui Pusat Antar Universitas (PAU) juga mengembangkan Bioteknologi

melalui bidang kajian tertentu. Pusat Pengkajian Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong telah mendirikan Pusat Pengkajian dan

Penerapan Bioteknologi Industri dan Pertanian. Bidang kajian yang digarap

pusat ini merupakan yang terlengkap di Indonesia. Selain mengkaji bidang

pertanian, industri juga bidang-bidang lainnya seperti bidang kesehatan,

kedokteran. 

Kini yang perlu menjadi perhatian untuk pengembangan bioteknologi di

Indonesia adalah bagaimana mengatasi persoalan-persoalan yang mendasar

dan berjangka panjang seperti adanya dampak perubahan iklim,

ketersediaan pangan dan energi serta meningkatkan perekonomian negara

dan rakyat Indonesia. Dengan teknologi baru seperti bioteknologi,

diharapkan dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia yang

berupa sumberdaya genetik dan plasma nuftah. Sebagai negara yang

termasuk megabiodeversity, maka peluang pengembangan bioteknologi

akan sangat besar dan diharapkan memiliki prospek yang cerah di masa

depan. 

Page 35: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

VIII. PELUANG DAN HAMBATAN PENERAPAN BIOTEKNOLOGI.

Dalam penerapan bioteknologi terdapat peluang dan hambatan dalam upaya

mengatasi perubahan iklim dan ketahanan pangan. Mengenai peluang yang

dapat dimanfaatkan dari pengembangan bioteknologi ini adalah dengan

melihat aspek teknis maupun perangkat hukum lingkungan internasional.

Adapun peluang teknis dapat dilakukan dengan :

a. Pengembangan peta genom untuk tanaman dan hewan.

b. Pengembangan tanaman dan hewan sebagai pangan yang tahan dan

mampu beradaptasi dari perubahan iklim.

c. Pengembangan bioteknologi yang lebih efektif dalam upaya penyerapan

gas-gas rumah kaca (GRK) melalui tanaman.

d. Pengembangan mikroorganisme hasil rekayasa genetika yang mampu

menyerap GRK.

e. Pengembangan tanaman-tanaman melalui rekayasa genetika agar

tercapai produktivitas yang tinggi.

f. Mengatasi dampak yang muncul dari kegiatan pertanian, peternakan yang

terpengaruh akibat perubahan iklim dengan memanfaatkan bioteknologi.

g. Pengembangan bioteknologi yang didasarkan pada sumberdaya laut

seperti upaya peningkatan penyerapan GRK di laut.

h. Peningkatan peran lahan dan tanah sebagai bahan penyerap GRK melalui

proses bioteknologi.

i. Peningkatan percepatan pertumbuhan tanaman yang mampu menyerap

GRK melalui proses bioteknologi. 

j. dll

Sedangkan peluang dari aspek hukum lingkungan internasional dalam

pengembangan bioteknologi diantaranya :

a. Beberapa Perjanjian internasional telah memberikan peluang dalam

menerapkan bioteknologi seperti UNCBD, Protokol Cartagena, UNFCCC dll.

Pada dasarnya etentuan-ketentuan dalam perjanjian internasional tersebut

telah meletakan hak dan kewajiban pada negara-negara atau badan-badan

Page 36: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

internasional untuk mengembangkan kehidupan dan peradaban manusia

agar menjadi lebih baik.

b. Dalam prinsip-prinsip hukum telah digunakan dalam menerapkan

bioteknologi. Beberapa peluang telah diberikan misalnya melalui prinsip

kerjasama internasional, prinsip pertukaran informasi, prinsip pembagian

keuntungan (benefit sharing) dll. 

c. Selama ini kebiasaan internasional terkait dengan pengembangan

bioteknologi sudah berlangsung cukup lama. Peluang pengembangan

bioteknologi melalui kebiasaan internasional juga sudah dilakukan dengan

melakukan pertukaran sampel melalui syarat-syarat yang disepakati antar

negara atau badan internasional.

d. Perkembangan soft law seperti declaration, guidelines, action plan dll

banyak memberikan pengaruh besar bagi perkembangan bioteknologi.

Bahkan sebagaian besar ketentuan mengenai bioteknologi masih berbentuk

soft law.

e. Isu-isu lintas bidang (cross cutting issues) telah berkembang menjadi

norma/kaedah yang banyak diterima oleh negara-negara atau badan-badan

internasional seperti koordinasi berbagai bidang perjanjian internasional

melalui Multilateral Environmental Agreements (MEAs).

f. dll 

Sedangkan hambatan yanga akan dialami dari aspek teknis diantaranya :

a. Kebijakan teknis bioteknologi dan biosafety belum terharmonisasi.

b. Isu-isu lintas bidang (cross cutting issues) masih belum banyak dipahami

dan dikaji lebih mendalam.

c. Bioteknologi masih merupakan bidang baru dan banyak yang belum

mengetahui dan menguasai.

d. Mekanisme, prosedur dan tata cara di bidang bioteknologi yang terkait

dengan perubahan iklim dan pangan serta bidang lainnya yang masih belum

berkembang. 

e. Infrastruktur dan sumberdaya manusia masih sangat terbatas.

f. Pendanaan belum disediakan secara memadai.

g. Riset bioteknologi masih banyak yang belum dapat diaplikasikan dan

Page 37: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

sebatas publikasi. 

h. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat dan semua pihak masih sangat

rendah.

i. dll

Sedangkan hambatan yang dialami dari aspek hukum diantaranya :

a. Perangkat hukum internasional di bidang bioteknologi masih berkembang

namun belum memiliki kepastian (uncertanty) dikarenakan secara teknis

sebagian masih menjadi perdebatan.

b. Perangkat hukum nasional yang terkait bioteknologi, perubahan iklim dan

ketahanan pangan juga belum berkembang dan masih terbatas pada

penanganan bidang-bidang tertentu.

c. Peraturan perundang-undangan yang ada belum banyak yang mengatur

secara detail terutama masih bioteknologi.

d. Peraturan perundang-undangan masih banyak bersifat sektoral, belum

banyak yang menyentuh kegiatan lintas bidang (cross cutting)

e. Pengetahuan hukum tentang bioteknologi, perubahan iklim dan ketahanan

pangan masih terbatas dan belum meluas.

f. Kesadaran hukum masyarakat mengenai bidang-bidang baru seperti

bioteknologi masih belum berkembang.

g. Aparat hukum dan penegakan hukum masih sangat terbatas dalam

memahami teknologi baru seperti bioteknologi.

h. Pendanaan penelitian hukum terkait bidang-bidang baru seperti

bioteknologi masih sangat rendah.

i. dll

IX. PENUTUP 

Perubahan iklim dan ketahanan pangan ternyata saling terkait dengan

perkembangan bioteknologi. Bioteknologi sebagai teknologi baru diharapkan

dapat mengatasi berbagai persoalan yang muncul seperti perubahan iklim

dan ketahanan pangan. Perangkat hukum dan kelembagaan akan menjadi

Page 38: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

penting terutama dalam hal memberikan panduan serta pedoman terutama

dalam hal adanya peluang pemanfaatan dan batasan yang sesuai dengan

norma internasional. 

Di Indonesia, bioteknologi sebagai salah satu bidang yang harus mendapat

perhatian khusus untuk dikembangkan, dan diharapkan mampu menjadi

teknologi andalan mengingat kekayaan Indonesia akan sumberdaya alam

baik berupa sumber daya genetik maupun plasma nuftah serta bentuk-

bentuk kehidupan lainnya. Dalam era ini kebutuhan akan bioteknologi

khususnya yang menyangkut adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan

upaya penyediaan pangan akan semakin penting di masa mendatang.

Kekayaan sumberdaya alam baik yang berupa mikroorganisme hingga

tanaman serta hewan yang dimiliki Indonesia diharapkan dapat bermanfaat

secara maksimal dengan melalui penerapan bioteknologi. Namun perlu

diperhatikan bahwa bahan baku yang ada harus dimanfaatkan dengan

menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable

development principles) 

Bagi Indonesia, untuk mengembangkan bioteknologi yang aman dan

terjamin kesinambungannya, selain bahan baku, dana, sumberdaya

manusia, kemampuan teknis, masih ada beberapa faktor pendukung lainnya

yang perlu diperhatikan. Diantaranya adalah perangkat hukum dan

kelembagaan yang akan semakin penting dalam rangka meningkatkan peran

bioteknologi yang mampu menghadapi kondisi dan situasi global yang

berkembang. Apalagi dalam masa era dimana ancaman perubahan iklim

berserta dampaknya, bioteknologi harus mampu memberikan solusi yang

tepat dan bermanfaat. Bioteknologi dengan segala produk yang dihasilkan,

paling tidak harus memiliki kriteria yang diantaranya berkualitas baik, aman

terhadap kesehatan atau ramah lingkungan (environmental friendly ) serta

terjamin legalitasnya yaitu hak kepemilikan intelektual (intelectual property

right). Selain itu masih banyak kriteria lainnya yang terkadang di masing-

masing negara memiliki kebijakan tersendiri. 

Dalam menghadapi berbagai produk bioteknologi yang akan memenuhi

pasar dalam negeri, Indonesia harus mempersiapkan peraturan yang jelas

dan tegas. Selain itu proses alih teknologi dan pengawasan ketat terhadap

Page 39: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

peran perusahaan multinasional yang bergerak dibidang bioteknologi, juga

harus diperlakukan dengan hati-hati sehingga tidak berakibat larinya

investasi perusahaan multinasional tsb. 

Sebenarnya masih banyak hal yang belum dibahas dalam tulisan ini, seperti

pelibatan dan peran serta masyarakat, tanggungjawab negara, pelabelan,

analisis resiko, kasus-kasus yang diajukan ke pengadilan dll. Walaupun

demikian tulisan ini paling tidak dapat menggambarkan peran bioteknologi

yang tidak terlepas dari tuntutan perkembangan dan dinamika yang terjadi

dalam bidang lingkungan hidup. Hanya yang menjadi kenyataan adalah

selama ini perkembangan bioteknologi sebagaian besar masih sebatas

penelitian dan kapan hal itu menjadi realita ?

BAHAN BACAAN

I. Buku/artikel/paper

Crump, Andy. 1991. Dictionary of Environmental and Development : Peoples,

Places, Ideas and Organizations, Earthscan Publication Ltd-WWF, London: 35

Francioni, Francesco & Tullio Scovazzi. 1991. International Responsibility for

Environmental Harm, Graham & Trotman/ Martinus Nijhoff, London.

Goldberg, Terri. 1991. Berkesperimen Dengan Peraturan Undang-undang

Bioteknologi diterjemahkan dalam Ecological Studies Project (ESP)

Publication No. 6 Tahun 1991.

Gray, Andrew.1993. Dampak KonservasiKeragaman Hayati Terhadap

Penduduk Asli dalam Shiva, Vandana. 1993.Keragaman Hayati :Perspektif

Page 40: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Sosial dan Ekologi, Konphalindo : 84.

Hobbelink, Henk. 1987. New Hope or False Promise ? Biotechnology and

Third World Agriculture. Diterjemahkan : Suryobroto, Bambang. 1988.

Bioteknologi dan Pertanian Dunia Ketiga :Harapan Baru atau Janji Palsu ?,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Jhamtani, Hira (ed). 1993. Perspektif Sosial dan Ekologi Keragaman Hayati,

Konphalindo, Jakarta.

Kate, Kerry ten. 1995. Biopiracy or Green Petroleum ? Expectations & Best

Parctice in Bioprespecting, ODA, London : 21

Krishnayanti, Ika N & Hira Jhamtani. 1995. Bioteknologi dan Keselamatan

Hayati : Mengantisipasi Dampak Bioteknologi Modern Terhadap Kehidupan

Manusia dan Etika, Konphalindo, Jakarta : 2

Kim, Judy. J. 1993. Out of the Lab and Into the Field : Harmonization of

Deliberate Release Regulations for Genetically Modified Organisms dalam

Fordham International Law Journal, Vol. 16 1992/1993 No. 4: 1164

McGarithy. TO.1991. International Regulation of Deliberate Release

Biotechnologies, Texas International Law Journal, Texas.

Mannion, A.M. & S.R. Bowlby. 1992 Environmental Issues in the 1990s, John

Wiley & Sons Ltd, London. Hal 150.

Murphy, Sean. 2001. Biotecnology and International Law, George Washington

University, Washington.

Scalise, David G & Daniel Nugent. 1993. Patenting Living Matter in The

European Community: Diriment of the Draft Directive dalam Fordham

International Law Journal, Vol.16 1992/1993 No. 4. Hal 1006-1009

Page 41: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

Shiva, Vandana. 1994. Dari Bio Imperilaisme ke Bio Demokrasi, PT Gramedia

Pustaka Utama-Konphalindo, Jakarta.

____________. 1994. Gerakan Lingkungan Dunia Ketiga Perlu Mewaspadai

GATT dalam Seminar Prospek Perekonomian dan Lingkungan Negara Dunia

Ketiga Dalam Kerangka Tata Ekonomi Dunia Baru, Konphalindo- PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta., Hal 9.

____________. 1994 Hati-hati memilih Alih Teknologi Negara Maju dalam Berita

Dunia Ketiga Edisi X Agustus 1994.

Smith, John E. 1993. Prinsip Bioteknologi. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta

Sudharmono, Pratiwi. Pidato Dies Natalis Universitas Indonesia.

Sumantri, Bambang. 1988. Hari Depan Kita Bersama, PT Gramedia, Jakarta:

200.

Tolba, Mustafa K et al (eds). 1992. The World Environment 1972-1992 : Two

Decades of Challenges, UNEP-Chapman & Hall, London.

___________.1987. Research Report: The Social Impact of Biotechnology :

European Found For Improvement of Living and Working Conditions,

Loughlinstown House, Shaukill, Dublin.

Witarto, Arief B. 2005. Bioteknologi sebuah gelombang ekonomi baru, Bisnis

Indonesia, 14 Juni 2005.

dll

Page 42: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

II. Dokuemen/Report/Laporan/Lain-lain

PPK-LIPI. 2004. Ketahanan Pangan, Kemiskinan dan Demografi Rumah

Tangga. Seri Penelitian PPK-LIPI No. 56/2004. Jakarta: Puslit kependudukan _

LIPI.

WIPO Dokumen Biot/CE/II/2” Industrial Property Protection of

Biotechnological Invetions, Jenewa 1985 dalam Hobbelink, Henk: 58.

________________2009. Kumpulan peraturan Perundang-undangan, Jakarta,

Tidak diterbitkan.

Crucible Newsletter Vol 1. No. 1 October 1995

Bulletin on Biological Diversity, Secretariat of The Convention on Biological

Diversity. October 1995.

Dept of State.2000. U.S. Dep’t of State Fact Sheet on U.S.-EU Biotechnology

Cooperation Agreement (May 31, 2000), Washington.

OECD. 2000. OECD Consultation with Non-Governmental Organisations on

Biotechnology and Other Aspects of Food Safety, OECD Doc.

C(2000)86/ADD4 (May 12, 2000).

_____________2008. Report the International Expert Group on Biotechnology :

Inovation and Intelectual Property, The Inovation Partnership, Montreal.

International Law Association. 2008. Report International Law on

Biotechnology in Rio De Janerio. ILA.

http://www.ila-hq.org/

Page 43: Kajian Hukum Lingkungan Internasional Dan Bioteknologi Serta Peranannya Dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan

http://www.lipi.go.id/index

http://rtm.amazon.com

http://www.wikipedia.com/

http://www.indonesiabch.org/

http://www.fao.org/

http://www.un.org

http://www.unep.org

http://www.uncbd.int/

http://www.iucn.org/

http://www/unfccc.int/

http://www.ipcc.org

http://www.sekneg.go.id/

http://www.ssrn.com/abstract

dll

Diposkan oleh ANDREAS PRAMUDIANTO,SH,MSidi 00:33