kajian ekonomi regional · jl. jend. sudirman no. 22 padang ... dini nur setiawati...

111
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Padang

Upload: trinhkhue

Post on 24-May-2019

234 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sumatera Barat

Triwulan IV - 2011

Kantor Bank Indonesia Padang

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Triwulan IV-2011

BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI

Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Penerbit : Bank Indonesia Padang Tim Ekonomi Moneter - Kelompok Kajian Ekonomi Jl. Jenderal Sudirman 22 P A D A N G Telp : 0751-31700 Fax : 0751-27313 E-Mail : Mardy Fery ([email protected]) M. Setyawan Santoso ([email protected])

Gaffari Ramadhan ([email protected]) Dini Nur Setiawati ([email protected])

Cover : Depan : Gedung Eks. Bank Indonesia Muaro, Padang Belakang : Jam Gadang, Bukittinggi dan Tari Piring Sumatera Barat Bagian Atas & Bawah : Corak Batik Tanah Liat Khas Sumatera Barat Design : Gaffari Ramadhan

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

i

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penyusunan Kajian

Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Triwulan IV-

2011 dapat diterbitkan. Penyusunan KER Provinsi Sumbar dimaksudkan

untuk memenuhi kebutuhan Bank Indonesia dalam mempertajam informasi

tentang perekonomian regional sehingga dapat mendukung formulasi

kebijakan moneter Bank Indonesia. Lebih lanjut, KER juga ditujukan

sebagai informasi dan bahan masukan bagi pemerintah daerah, kalangan perbankan di daerah,

kalangan akademisi serta semua pihak yang membutuhkan informasi terkini mengenai

perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. KER ini selain diterbitkan dalam bentuk buku,

juga didiseminasikan dalam bentuk soft copy yang dapat diakses melalui www.bi.go.id.

Perekonomian Sumatera Barat pada tahun 2011 menunjukkan perkembangan lebih baik

dengan pertumbuhan yang terus meningkat. Meskipun pada triwulan laporan laju pertumbuhan

ekonomi mengalami perlambatan, namun secara keseluruhan tahun, kinerja ekonomi Sumbar

mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, dari semula tumbuh

5,93% (yoy) menjadi 6,22% (yoy).

Tahun 2011 juga diakhiri dengan pencapaian inflasi tahunan kota Padang triwulan IV-2011

yang kembali turun dan berada di level 5,37%. Ke depan, keberadaan Tim Pengelolaan Inflasi

Daerah (TPID) Sumatera Barat diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengendalian

laju inflasi di Kota Padang, baik melalui upaya koordinasi maupun upaya tindakan.

Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu hingga terbitnya KER ini. Kami berharap semoga KER ini bermanfaat dan dapat

memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Kami senantiasa terbuka untuk

menerima saran dan kritik untuk perbaikan KER ke depan.

PPAADDAANNGG,, 88 FFEEBBRRUUAARRII 22001122

(Ttd)

Joko Wardoyo

Pemimpin

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

ii

DDAAFFTTAARR IISSII

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT .............................. 4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SUMATERA BARAT...................... 5

1.1. Perkembangan Sisi Permintaan ............................................................................ 7

1.2. Perkembangan Sisi Penawaran............................................................................ 14

Boks 1. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan Kabupaten/Kota

di Sumatera Barat........................................................................................... 19

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL .......................................................... 25

2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang...................................................................... 26

2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di Provinsi

Tetangga............................................................................................................... 28

2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa.................................................. 29

2.4. Inflasi Kota Bukittinggi........................................................................................ 33

Boks 2. Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang

Inflasi Daerah Sumatera Barat: Cabe Merah.................................................... 39

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ................................................. 45

3.1. Perkembangan Bank Umum ................................................................................ 46

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)................................................ 50

3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah................................................................. 53

Boks 3. Perkembangan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Sumatera Barat Triwulan

IV-2011........................................................................................................... 57

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ...................................................... 59

4.1. Keuangan Pemerintah Daerah............................................................................. 60

4.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah............................................................... 62

Boks 4. Struktur Belanja Daerah di Kawasan Sumatera dan Perannya dalam

Mendorong Perekonomian.............................................................................. 67

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................... 71

5.1. Transaksi Tunai.................................................................................................... 72

5.2. Transaksi Kliring................................................................................................. 74

5.3. Transaksi BI-RTGS............................................................................................. 75

5.4. Transkasi Anjungan Tunai Mandiri (ATM).......................................................... 76

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

iii

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

DAERAH.................................................................................................................... 79

6.1. Ketenagakerjaan Daerah...................................................................................... 80

6.2. Kesejahteraan....................................................................................................... 83

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH.......................................... . 87

7.1. Perkiraan Ekonomi ........................................................................................... 87

7.2. Perkiraan Inflasi ................................................................................................ 89

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

iv

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 1

RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF

KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL PPRROOVVIINNSSII SSUUMMAATTEERRAA BBAARRAATT

TTRRIIWWUULLAANN IIVV 22001111

Pertumbuhan

ekonomi

Sumbar

tumbuh

meningkat

Konsumsi

mendorong

pertumbuhan

Sektor

perdagangan

dan sektor

industri

pengolahan

membaik

Inflasi Kota

Padang

menurun dan

terkendali

Pertumbuhan

kredit terus

meningkat

Perekonomian Sumatera Barat pada tahun 2011 menunjukkan perkembangan lebih baik dengan pertumbuhan yang terus meningkat. Meskipun pada triwulan laporan laju pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, namun secara keseluruhan tahun, kinerja ekonomi Sumbar mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, dari semula tumbuh 5,93% (yoy) menjadi 6,22% (yoy).

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Peningkatan konsumsi rumah tangga terjadi seiring relatif terjaganya daya beli masyarakat, sementara konsumsi pemerintah melalui belanja daerah menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun lalu. Sedangkan ekspor tumbuh melambat akibat pelemahan permintaan global dan penurunan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.

Dari sisi penawaran, sektor pertanian tumbuh relatif stagnan dengan laju pertumbuhan yang melambat. Curah hujan tinggi dan terbatasnya luas lahan panen tanaman bahan makanan menjadi faktor kurang optimalnya produksi sektor pertanian. Sektor industri pengolahan mengalami perbaikan bersumber dari subsektor industri makanan, minuman dan tembakau dimana hasil produksinya mampu diserap pasar domestik yang masih kuat. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga semakin meningkat bersumber dari maraknya aktivitas perdagangan antar daerah, terutama di kawasan Sumatera.

Mengakhiri tahun 2011, inflasi tahunan kota Padang triwulan IV-2011 kembali turun dan berada di level 5,37%. Kondisi ini disebabkan oleh pengaruh inflasi dari sisi permintaan (demand side) yang relatif minimal. Relatif terkendalinya inflasi kota Padang di penghujung tahun 2011 juga disebabkan oleh base effect dimana pada tahun sebelumnya Indeks Harga Konsumen (IHK) kota Padang meningkat cukup tinggi karena adanya peningkatan harga cabe merah dan beras. Sementara itu, tekanan inflasi di akhir tahun banyak berasal oleh sisi penawaran (supply side), yaitu masuknya musim penghujan yang umumnya mempengaruhi produktivitas beberapa tanaman pangan dan holtikultura.

Perbankan di Sumbar pada triwulan IV-2011 menunjukkan kinerja positif dengan tingginya penyaluran pertumbuhan kredit. Penyaluran kredit bank umum tercatat tumbuh 33,9% (yoy), sementara bank umum syariah tumbuh 19,2% (yoy) dan Bank

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 2

Realisasi

Pendapatan

Asli Daerah

(PAD) melebihi

target

Transaksi tunai

meningkat di

akhir tahun

Tingkat

pengangguran

menurun

Ekonomi

Sumbar di

triwulan I-2012

tumbuh

meningkat

Perkreditan Rakyat (BPR) 19,0% (yoy). Pertumbuhan didorong oleh relatif rendah dan stabilnya inflasi. Selain itu, peningkatan kinerja sektor pertanian dan sektor perdagangan mendorong penyerapan penyaluran kredit. Intermediasi perbankan di Sumbar terus berjalan dengan baik. Hal ini diperlihatkan baik pada bank umum, bank umum syariah maupun BPR dengan tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) melebihi 100%.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) APBD Sumbar pada 2011 lebih tinggi dibandingkan yang ditargetkan. Realisasi PAD hingga 106,72% bersumber dari tingginya realisasi penerimaan pajak daerah dan juga retribusi daerah dengan adanya beberapa peningkatan tarif retribusi jasa umum. Hingga akhir tahun, realisasi belanja operasional mencapai 90,58% sedangkan belanja modal realisasinya sedikit lebih rendah dengan mencapai 88,35%.

Nilai net inflow transaksi tunai di Sumatera Barat pada triwulan IV semakin menurun seiring dengan banyaknya transaksi outflow pada dua bulan terakhir di triwulan IV. Kebutuhan penggunaan transaksi tunai menjelang akhir tahun meningkat dengan sejumlah realisasi konsumsi dan belanja pemerintah, dan juga dengan tingginya konsumsi masyarakat terkait liburan akhir tahun. Di sisi lain, transaksi non tunai menggunakan transkasi kliring relatif stabil sedangkan volume transaksi BI-RTGS mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh tingginya transaksi dari Sumbar ke luar wilayah Sumbar.

Sejalan dengan ekonomi Sumbar yang terus tumbuh, tingkat pengangguran di Sumbar terus menurun. Sepanjang Februari-Agustus 2011 jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan dari 162,5 ribu orang menjadi 142,8 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun dari 7,14% menjadi 6,45%. Selain itu, sektor formal juga lebih mampu menyerap tenaga kerja. Dengan semakin terbukanya peluang pekerjaan di sektor formal, kondisi ini diprakirakan berdampak pada semakin menurunnya penempatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar ke luar negeri.

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan I-2012 diprakirakan tumbuh moderat dengan kecenderungan meningkat pada kisaran 5,2-5,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,52% (yoy). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan juga tumbuh moderat seiring dengan tingkat inflasi yang diprakirakan masih terkendali meskipun ada sedikit potensi peningkatan kenaikan harga kelompok bahan makanan. Sedangkan ekspor tetap tumbuh namun menghadapi gejala harga komoditas utama karet dan CPO di pasar internasional yang cenderung menurun. Dari sisi penawaran, sektor pertanian diprakirakan tumbuh melambat seiring dengan potensi masih terjadinya curah hujan tinggi di kawasan Sumatera. Sektor industri pengolahan diprakirakan relatif membaik mengingat masih kuatnya tingkat konsumsi domestik.

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 3

Inflasi Kota

Padang

diperkirakan

meningkat

Tekanan inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan I-2012. Tekanan inflasi terutama bersumber dari sisi penawaran, terkait dengan pasokan bahan pangan yang diperkirakan cenderung menurun akibat pengaruh kondisi cuaca. Pada akhir triwulan I-2012, inflasi kota Padang diperkirakan berada pada kisaran 5,54%±1%(yoy). Keberadaan Tim Pengelolaan Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi di Kota Padang, baik melalui upaya koordinasi maupun upaya tindakan.

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Ringkasan Eksekutif

Bank Indonesia Padang 4

I II III IV I II III IV

MAKRO

IHK Kota Padang**) 119.62 122.50 123.41 127.69 129.55 128.40 123.41 134.547561

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y %) 3.05 6.96 4.83 7.84 8.30 4.82 7.34 5.37

PDRB - harga konstan (miliar Rp) 9,356.42 9,554.83 9,882.86 10,066.08 10,120.85 10,201.48 10,433.29 10,520.79

- Pertanian 2,245.76 2263.00 2,291.07 2,294.41 2,321.67 2325.83 2,382.37 2,384.78

- Pertambangan dan Penggalian 294.48 298.71 303.33 307.29 308.57 310.49 315.48 317.72

- Industri Pengolahan 1,156.21 1172.92 1,216.98 1,241.73 1,242.01 1245.21 1,260.78 1,262.65

- Listrik, Gas, dan Air Bersih 107.33 108.76 111.70 113.56 114.11 114.39 114.90 115.02

- Bangunan 480.17 505.34 534.31 552.60 556.29 558.89 569.02 577.34

- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,634.24 1694.54 1,788.46 1,823.75 1,827.94 1833.00 1,868.20 1,890.09

- Pengangkutan dan Komunikasi 1,383.02 1409.61 1,469.10 1,515.77 1,525.44 1548.24 1,602.34 1,617.84

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa 489.48 496.00 509.30 516.62 518.85 521.77 531.21 538.44

- Jasa 1,565.73 1605.90 1,658.61 1,700.34 1,705.96 1743.66 1,788.99 1,816.90

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 3.29 4.80 5.48 10.15 8.17 6.77 5.57 4.52

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)*** 355.09 404.75 516.85 621.61 524.12 790.45 627.88 401.02

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)*** 571.20 623.53 884.68 822.13 760.07 859.06 802.11 495.93

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)*** 34.64 29.33 11.28 40.04 34.93 37.85 55.76 45.39

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)*** 82.63 75.38 49.60 66.73 84.69 137.91 98.29 99.06

PERBANKAN****

Bank Umum

Total Aset (Rp triliun) 24.95 26.16 28.31 30.30 31.17 31.78 34.52 34.67

DPK (Rp Triliun) 16.00 18.44 19.85 20.93 20.39 21.17 22.35 22.90

- Tabungan (Rp Triliun) 6.66 8.24 8.83 11.79 9.98 10.03 10.74 10.91

- Giro (Rp Triliun) 4.79 5.50 5.88 3.64 4.68 4.82 5.05 4.98

- Deposito (Rp Triliun) 4.54 4.71 5.14 5.50 5.72 6.31 6.55 7.01

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 18.35 20.47 20.97 21.57 24.25 26.52 27.76 28.89

- Modal Kerja 7.60 7.14 7.40 7.49 8.36 9.39 9.81 10.31

- Investasi 3.63 3.91 3.68 4.45 4.24 4.51 4.64 4.88

- Konsumsi 7.11 9.43 9.89 9.63 11.64 12.62 13.31 13.70

- LDR (%) 114.68 110.99 105.61 103.05 118.92 125.30 124.21 126.15

NPL (gross, %) 2.53 2.42 2.82 2.07 2.13 2.14 2.32 2.32

BPR

Total Aset (Rp triliun) 1.07 1.14 1.15 1.26 1.30 1.33 1.33 1.39

DPK (Rp Triliun) 0.71 0.74 0.74 0.82 0.88 0.89 0.85 0.88

- Tabungan (Rp Triliun) 0.41 0.43 0.42 0.50 0.54 0.55 0.51 0.53

- Deposito (Rp Triliun) 0.30 0.31 0.31 0.32 0.34 0.34 0.34 0.35

Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 0.77 0.82 0.82 0.81 0.85 0.91 0.93 0.97

- Modal Kerja 0.51 0.53 0.54 0.52 0.55 0.59 0.61 0.63

- Investasi 0.08 0.08 0.08 0.08 0.09 0.09 0.10 0.10

- Konsumsi 0.19 0.20 0.21 0.20 0.21 0.23 0.23 0.23

Rasio NPL Gross (%) 7.88 9.11 10.34 9.90 10.24 9.38 8.04 8.18

LDR (%) 109.14 110.50 111.47 99.14 96.48 102.16 109.69 110.26

Keterangan :

* Angka PDRB Tw.IV-2011 merupakan angka rilis BPS

** Menggunakan tahun dasar 2007=100

*** Angka impor dan ekspor Tw. IV-2011 angka sementara, posisi November 2011, open file

**** Data Perbankan untuk Triwulan IV-2011 menggunakan posisi akhir November 2011

Sumber :

- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS

- Data Ekspor Impor berasal dari DSM-BI

- Data Perbankan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (Sekda) - BI

Indikator Ekonomi Terpilih Sumatera Barat

2010INDIKATOR

2011

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

5 Bank Indonesia Padang

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

SUMATERA BARAT

Perekonomian Sumatera Barat (Sumbar) pada tahun 2011 menunjukkan

perkembangan lebih baik dengan pertumbuhan yang terus meningkat.

Meskipun pada triwulan laporan laju pertumbuhan ekonomi mengalami

perlambatan, namun secara keseluruhan tahun, kinerja ekonomi Sumbar

mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun demikian akselerasi pertumbuhan tersebut relatif lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional dan beberapa daerah di wilayah

Sumatera Bagian Tengah.

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga maupun konsumsi

pemerintah menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Peningkatan

konsumsi rumah tangga secara umum di 2011 terkait dengan relatif terjaganya

daya beli masyarakat, sementara konsumsi pemerintah melalui belanja daerah

menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun lalu. Di sisi lain, kegiatan investasi

tumbuh melambat seiring dengan terdapatnya sejumlah kendala yang

mengakibatkan ekspansi kegiatan usaha relatif tertahan. Sementara perlambatan

ekspor terjadi akibat pelemahan permintaan global dan penurunan harga

komditas ekspor utama di pasar internasional.

Dari sisi penawaran, sektor pertanian tumbuh relatif stagnan dengan laju

pertumbuhan yang melambat. Curah hujan tinggi dan terbatasnya luas lahan

panen tanaman bahan makanan menjadi faktor kurang optimalnya produksi

sektor pertanian. Sektor industri pengolahan mengalami perbaikan bersumber

dari subsektor industri makanan, minuman dan tembakau dimana hasil

produksinya mampu diserap pasar domestik yang masih kuat. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran juga semakin meningkat bersumber dari

maraknya aktivitas perdagangan antar daerah, terutama di kawasan Sumatera.

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 6

Kondisi ekonomi Sumatera Barat pada 2011 semakin membaik dengan

mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,22% (yoy). Pertumbuhan ekonomi

tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,93% (yoy) dimana

kinerja ekonomi belum pulih sepenuhnya dari semula pada 2009 sempat anjlok

dan hanya tumbuh sebesar 4,28% (yoy) akibat gempa. Peningkatan pertumbuhan

ekonomi bersumber dari semakin tingginya tingkat konsumsi baik konsumsi

rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Sedangkan di sisi lain,

pertumbuhan investasi relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya dari

semula tumbuh 11,27% (yoy) menjadi 10,82% (yoy), yang antara lain terkait

dengan lahan yang semakin terbatas, khususnya untuk sektor perkebunan.

Pertumbuhan ekspor juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 16,56%

(yoy) menjadi 10,76% (yoy). Pelemahan permintaan ekspor dipicu oleh melesunya

ekonomi beberapa mitra dagang utama akibat gejolak ekonomi yang terjadi di

Amerika dan Eropa.

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat (yoy)

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Sumatera Bagian Tengah (yoy)

Meski mengalami peningkatan pertumbuhan, namun akselerasi

pertumbuhan ekonomi Sumbar masih realtif rendah dibandingkan

daerah-daerah lain di Wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng).

Perekonomian Riau, tanpa memperhitungkan faktor minyak bumi dan gas, pada

2011 mampu tumbuh mencapai 7,52% (yoy). Pertumbuhan bersumber dari

maraknya kegiatan investasi berupa pembangunan beragam infrastruktur.

Perekonomian Jambi juga terus tumbuh meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya dari 7,11% (yoy) menjadi 8,54% (yoy) yang juga ditopang oleh

peningkatan kegiatan investasi swasta baik di sektor perkebunan maupun

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Nasional

Sumatera Barat

Rata-Rata Pertumbuhan Sumbar 5.93

4.17

7.16 7.19 7.116.22

4.06

7.52

6.67

8.54

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Sumbar Riau Riau (Non-Migas) Kepri Jambi

Pe

rse

n

2010

2011

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

7

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

pertambangan. Sedangkan Kep. Riau meskipun pertumbuhannya melambat,

namun pada 2011 tetap mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,67% (yoy).

Perlambatan itu sendiri disebabkan oleh belum pulihnya permintaan global yang

kemudian berdampak pada kegiatan ekspor-impor yang sangat dominan pada

kegiatan ekonomi Kep. Riau. Ke depan prospek ekonomi ketiga daerah tersebut

diprakirakan semakin menjanjikan dengan masuknya ke dalam Koridor Ekonomi

Sumatera pada Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) yang lebih berorientasi di sepanjang pantai timur kawasan

Sumatera.

1.1. Perkembangan Sisi Permintaan

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan (yoy)

Sumber: BPS, diolah

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga pada 2011 dibandingkan tahun sebelumnya

mengalami peningkatan pertumbuhan meskipun pada triwulan IV sempat

mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga pada 2011 tumbuh sebesar

5,24% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya

tumbuh 1,10% (yoy). Kondisi ini terjadi seiring semakin bergairahnya konsumsi

rumah tangga secara akumulatif di 2011 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun

demikian, pada triwulan IV konsumsi rumah tangga sedikit mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja konsumsi rumah tangga

relatif lebih baik di triwulan sebelumnya diwarnai oleh tingginya aktivitas

konsumsi terkait bulan puasa dan lebaran tahun ini dibandingkan dengan

peningkatan aktivitas konsumsi di triwulan IV.

III IV III IV

Konsumsi 3.03% 3.16% 10.40% 3.79% 8.12% 7.01% 7.85%

Konsumsi Rumah Tangga 1.94% 1.18% 9.28% 1.10% 3.14% 2.39% 5.24%

Konsumsi Pemerintah 7.67% 16.91% 18.92% 15.53% 23.00% 21.73% 18.09%

Investasi (PMTB) 4.96% 11.73% 19.10% 11.27% 10.33% 6.96% 10.82%

Net Ekspor (Impor) 4.91% 12.44% 4.66% 23.37% 4.08% -4.36% 7.90%

Ekspor 1.78% 9.01% 12.19% 16.56% 7.57% 6.96% 10.76%

(Impor) -2.09% 4.25% 25.48% 7.52% 12.82% 23.64% 15.11%

PDRB 4.28% 5.48% 10.15% 5.93% 5.57% 4.52% 6.22%

20112011

20102010

2009

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 8

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Grafik 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Domestik (yoy)

Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Permintaan Eksternal (yoy)

Beberapa indikator mengkonfirmasi terjadinya perlambatan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Indeks Keyakinan Konsumen

sepanjang triwulan III dan IV melemah dari 105,9 menjadi 86,3. Selain itu,

penjualan sepeda motor di Sumbar pada triwulan IV meskipun terbilang tinggi

dengan mencapai 47.141 unit, namun jumlah ini lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 57.710 unit, atau terjadi penurunan sebesar

18,3% (qtq). Inflasi Sumbar yang banyak dipengaruhi oleh pergerakan harga

kelompok bahan makanan menjadi faktor penyebab melambatnya pertumbuhan

konsumsi makanan oleh rumah tangga dari triwulan sebelumnya sebesar 2,90%

(yoy) menjadi 1,46% (yoy) pada triwulan IV.

Sumber: Survei Konsumen, KBI Padang

Sumber: DPKD, Sumbar

Grafik 1.5. Survei Konsumen Sumatera Barat Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011

Investasi (PMTB)

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011

Net Ekspor (Impor)

Ekspor

(Impor)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Ind

eks

Indeks Penghasilan Saat IniIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Konsumsi Barang Tahan LamaBatas Area Positif

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Sepeda Motor Minibus

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

9

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

Sumber: BPS

Sumber: SEKDA, BI

Grafik 1.7. Pertumbuhan PDRB Konsumsi Berdasarkan Kelompok Barang

Grafik 1.8. Kredit Konsumsi Rumah dan Kendaraan Bermotor Lokasi Proyek Sumbar

1.1.2. Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah tumbuh signifikan dan cenderung meningkat

seiring dengan meningkatnya belanja pemerintah di akhir tahun.

Konsumsi pemerintah dalam PDRB 2011 tumbuh mencapai 18,09% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15,53% (yoy). Sepanjang triwulan

III dan IV konsumsi pemerintah mampu tumbuh di atas 20%. Total belanja

pemerintah pusat di daerah meningkat 9,83% dibandingkan tahun lalu. Di

samping itu, realisasi belanja APBD hingga akhir tahun anggaran 2011 mampu

mencapai 89,67%.

Tidak hanya itu, jumlah

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

juga mengalami peningkatan.

Jumlah simpanan pemerintah

daerah di perbankan Sumbar pada

triwulan IV-2011 cenderung

meningkat dibandingkan posisi

triwulan sebelumnya. Tidak seperti

siklus tahun-tahun sebelumnya

jumlah simpanan Pemda di perbankan cenderung menurun di triwulan IV yang

diperkirakan digunakan untuk pencairan dana realisasi belanja. Padahal, jumlah

penerimaan PAD pada tahun 2011 melebihi nilai yang ditargetkan dengan

realisasi mencapai 106,72% dari target.

-10

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Pe

rse

n

Konsumsi Makanan

Konsumsi Non Makanan

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2010 2011

Mili

ar

Ru

pia

h

Kredit Rumah Tinggal - - - -

Kredit Kendaraan Bermotor - - - -

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.9. Simpanan Pemerintah Daerah di Bank Umum Sumbar

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

2008 2009 2010 2011

Mili

ar R

up

iah Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 10

1.1.3. Investasi

Investasi tumbuh tinggi namun dengan arah melambat terkait dengan

tertahannya belanja modal untuk ekspansi kegiatan ekonomi.

Pertumbuhan investasi pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 2011

mencapai 10,82%, melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 11,27%

(yoy). Pada triwulan IV investasi hanya tumbuh 6,96% (yoy), jauh lebih lambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu mencapai 10,33% (yoy).

Perlambatan terjadi akibat tertahannya sejumlah upaya ekspansi kegiatan usaha

oleh para pelaku ekonomi, khususnya swasta. Berdasarkan hasil kontak liaison

dengan beberapa pelaku perkebunan kelapa sawit mengatakan bahwa investasi

perluasan area perkebunan tidak dimungkinkan akibat lahan yang semakin

terbatas. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit kini semakin merambah di

wilayah Kalimantan. Selain itu, kendala dalam pengadaan tanah baik untuk

kebutuhan kegiatan usaha maupun perkantoran masih terjadi. Hal ini salah

satunya dapat terlihat pada rendahnya realisasi belanja modal APBD Sumbar

berupa belanja tanah yang hanya mencapai 36,45%.

Sumber: SKDU, BI

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.10. Kapasitas Terpakai Kegiatan Usaha Grafik 1.11. Konsumsi Semen

Sejumlah indikator menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan

investasi. Indikator data perkembangan jumlah konsumsi semen di Sumbar

mengalami penurunan 4,18% dibandingkan tahun lalu dari sebelumnya 280,71

ribu ton menurun menjadi 268,97 ribu ton. Selain itu, penjualan kendaraan

kebutuhan niaga seperti truk dan pick up juga menunjukkan trend penurunan.

Dari sisi aliran pinjaman dari perbankan ke kegiatan usaha juga menunjukkan hal

69.83

66.44

71.8472.63

66.04

69.78

62

64

66

68

70

72

74

III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011

Pe

rse

n

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Rib

u T

on Penjualan Semen (LHS)

Pertumbuhan (yoy) (RHS)

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

11

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

serupa. Penyaluran kredit investasi oleh perbankan di Sumbar tumbuh melambat

dari 26,32% (yoy) menjadi 23,74% (yoy).

Sumber: SEKDA, BI

Sumber: SEKDA, BI

Grafik 1.12. Kredit Investasi Bank Umum dan BPR Lokasi Proyek di Sumbar

Grafik 1.13. Kredit Investasi Bank Umum Lokasi Proyek di Sumbar

Sumber: DPKD Sumbar

Sumber: PLN

Grafik 1.14. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor untuk Kegiatan Usaha

Grafik 1.15. Konsumsi Listrik

1.1.4. Ekspor

Di tengah kondisi ketidakpastian pemulihan ekonomi global, ekspor

Sumbar masih mampu tumbuh tinggi meskipun relatif melambat

dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor Sumbar pada 2011 tumbuh 10,82%

(yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai

16,56% (yoy). Perlambatan terlihat pada sepanjang dua triwulan terakhir dari

semula dapat tumbuh 7,57% (yoy) kemudian menjadi 6,96% (yoy). Total nilai

ekspor non-migas secara keseluruhan hingga posisi terakhir di 2011 mencapai

USD2,34 miliar atau mengalami peningkatan 43,9% (yoy), namun peningkatan ini

lebih lambat dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama mampu tumbuh

sebesar 53,8% (yoy).

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2009 2010 2011

Mili

ar R

up

iah Kredit Investasi (LHS)

Pertumbuhan (yoy) (RHS)

-

20

40

60

80

100

120

140

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2010 2011

Mili

ar R

up

iah

Mili

arR

up

iah

Investasi Agrobisnis (LHS)

Investasi Properti (RHS)

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Pick up

Truck

-

50

100

150

200

250

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Juta

Kw

h

Juta

VA

Daya Tersambung (VA) (sisi kiri)

Energi Jual (kWh) (sisi kanan)

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 12

Pemulihan ekonomi di negara-negara Eropa yang masih diliputi

ketidakpastian melemahkan permintaan global dan turut berimbas pada

menurunnya harga komoditas ekspor utama Sumbar berupa minyak

sawit mentah (CPO) dan karet. Dibandingkan tahun sebelumnya, harga karet

di pasar internasional terkoreksi hingga 26,43% menjadi rata-rata USD349,55/kg,

sedangkan harga CPO terkoreksi 16,55% menjadi rata-rata USD974.45/metrik ton.

Terkoreksinya harga-harga tersebut berimplikasi pada perlambatan peningkatan

nilai ekspor karet dari tahun sebelumnya mencapai 153,4% (yoy) menjadi 74,6%

(yoy), sedangkan perlambatan peningkatan nilai ekspor CPO tidak sedalam karet,

yaitu melambat dari 41,1% (yoy) menjadi 34,8% (yoy).

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.16. Ekspor dan Impor Non-Migas Sumbar Grafik 1.17. Rata-Rata Harga Internasional CPO dan Karet

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.18. Nilai Ekspor Non-Migas Sumbar Grafik 1.19. Volume Ekspor Non-Migas Sumbar

0

5

10

15

20

25

30

35

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2009 2010 2011

juta

USD

Juta

USD

EksporTrade BalanceRata-Rata Ekspor Per TahunImpor (sisi kanan)

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

-

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

USD

/me

tric

to

n

USD

/kg

Karet (LHS)

CPO (RHS)

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2009 2010 2011

Rib

u U

SD

TotalLemak, Minyak dan MalamPlastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet (sisi kanan)

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2009 2010 2011

To

n

To

n

Total

Lemak, Minyak dan Malam

Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet (sisi kanan)

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

13

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

1.1.5. Impor

Di sisi lain, impor terus tumbuh meningkat dengan derasnya aliran

barang impor dipicu oleh relatif menguatnya nilai tukar rupiah.

Pertumbuhan impor pada 2011 mencapai 15,11%, lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya sebesar 7,52% (yoy). Puncak pertumbuhan impor terjadi pada

triwulan IV dengan mencapai pertumbuhan sebesar 23,64% (yoy). Relatif

menguatnya nilai tukar rupiah dibandingkan tahun lalu mendorong pelaku

ekonomi di Sumbar meningkatkan pengadaan barang impor sering dengan

harganya yang menjadi relatif lebih murah. Rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang

tahun 2011 sebesar Rp8.773/USD, menguat dibandingkan tahun sebelumnya yang

rata-rata Rp9.078/USD. Hingga periode terakhir 2011 total impor mencapai

USD173,91 juta atau meningkat 65,1% dibandingkan periode yang sama tahun

lalu.

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Non-Migas Grafik 1.21. Perkembangan Volume Impor Non-Migas

Pelaku ekonomi di Sumbar sebagian besar melakukan impor untuk

pemenuhan barang bahan baku dan modal produksi. Peningkatan impor

sebagian besar merupakan bahan baku perkebunan berupa pupuk impor yang

digunakan sebagai stok untuk keperluan musim tanam. Total impor pupuk

mencapai USD68,45 juta atau meningkat 61,8% (yoy). Di samping itu, pengadaan

barang modal berupa mesin dan peralatan elektronik lainnya juga meningkat

signifikan sebesar 171,4% (yoy) dengan nilai mencapai USD40,93 juta.

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010 2011

Rib

u U

SD

Produk Industri Kimia dan Industri Sejenis

Total Impor Non-Migas

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2009 2010 2011

To

n

Produk Industri Kimia dan Industri Sejenis

Total Impor Non-Migas

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 14

1.2. Perkembangan Sisi Penawaran

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat Sisi Penawaran (yoy)

Sumber: BPS, diolah

1.2.1. Sektor Pertanian

Faktor curah hujan yang tinggi sepanjang tahun 2011 dan semakin

terbatasnya lahan menyebabkan pertumbuhan di sektor pertanian relatif

stagnan dan cenderung melambat. Sektor pertanian pada 2011 tumbuh 3,52%

(yoy), sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,66%

(yoy). Dalam periode triwulan III dan IV pertumbuhan sektor pertanian relatif

stabil dan bahkan cenderung melambat. Perlambatan terbesar terjadi pada

subsektor tanaman bahan makanan yang semula tumbuh 5,02% (yoy) menjadi

3,88% (yoy).

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Grafik 1.22. Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy) Grafik 1.23. Nilai Tukar Petani (NTP)

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan produksi tanaman bahan

makanan menjadi tidak optimal. Indikasi adanya gangguan produksi

berdampak pada perkembangan rata-rata harga Gabah Kering panen (GKP) yang

mengalami peningkatan 22,95% dari triwulan sebelumnya semula Rp3.666,1/kg

III IV III IV

Pertanian 3.47% 2.82% 3.27% 3.66% 3.98% 3.94% 3.52%

Pertambangan & Penggalian 4.66% 6.10% 6.03% 5.80% 4.01% 3.39% 4.03%

Industri Pengolahan 3.57% 2.35% 9.07% 2.51% 3.60% 1.68% 4.65%

Listrik,Gas & Air Bersih 5.80% 1.24% 8.78% 2.35% 2.87% 1.29% 3.87%

Bangunan 4.04% 16.88% 21.03% 13.73% 6.50% 4.48% 9.13%

Perdagangan, Hotel & Restoran 3.76% 0.60% 15.87% 3.48% 4.46% 3.64% 6.89%

Pengangkutan & Komunikasi 5.99% 10.58% 11.91% 9.91% 9.07% 6.73% 8.94%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perushaan 4.08% 6.66% 6.88% 5.75% 4.30% 4.22% 4.91%

Jasa - jasa 5.12% 9.50% 12.15% 9.17% 7.86% 6.85% 8.04%

PDRB 4.28% 5.48% 10.15% 5.93% 5.57% 4.52% 6.22%

201120112010

20102009

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Tanaman Bahan Makanan

Tanaman Perkebunan

Sektor Pertanian

80

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Ind

eks

NTPTanaman PanganHortikulturaTPR

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

15

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

menjadi Rp4.507,3/kg. Luas lahan yang semakin terbatas juga terlihat pada Angka

Ramalan III-2011 di mana luas panen sepanjang Januari-Desember 2011

diprakirakan 461,66 ribu hektar, atau relatif tidak banyak mengalami peningkatan

dibandingkan tahun sebelumnya 460,5 hektar.

Sumber: BPS

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.24. Rata-Rata Harga Gabah Kualitas Gabah Kering Panen (GKP)

Grafik 1.25. Luas Panen Padi

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Grafik 1.26. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan (yoy)

Grafik 1.27. Perkembangan Industri Sedang dan Besar

Sektor industri pengolahan terus tumbuh didukung oleh pasar domestik

yang masih kuat. Sektor industri pengolahan meskipun menunjukkan

perlambatan pada dua triwulan akhir, namun secara keseluruhan di 2011 mampu

tumbuh 4,65% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,51%.

Peningkatan pertumbuhan didorong oleh membaiknya kinerja subsektor industri

makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh meningkat dari 4,49% (yoy)

menjadi 6,35% (yoy), kemudian disusul oleh subsektor industri tekstil, barang dari

kulit dan alas kaki dengan pertumbuhan meningkat dari 1,32% (yoy) menjadi

5,56% (yoy). Di samping itu, subsektor industri semen dan barang galian bukan

2000

2500

3000

3500

4000

4500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Rp

/Kg

400,000

410,000

420,000

430,000

440,000

450,000

460,000

470,000

2009 2010 II 2011 III 2011

ATAP ATAP ARAM ARAM

He

ktar

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Sektor Industri Pengolahan

Makanan, Minuman dan Tembakau

Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Semen & Brg. Galian bukan logam

-35%

-30%

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

Makanan & Minuman

Kimia & Barang Bhn Kimia

Karet & Barang dari Karet &

Plastik

Barang Galian Non-Logam

Industri Sedang & Besar

IV-2010

I-2011

II-2011

III-2011

IV-2011*

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 16

logam tumbuh namun tidak meningkat signifikan dari 2,37% (yoy) menjadi 2,95%

(yoy).

Masih kuatnya permintaan dan konsumsi masyarakat mampu menopang

penyerapan hasil produksi industri di pasar domestik di tengah relatif

melemahnya permintaan global. Perbaikan kinerja sektor industri pengolahan

terlihat pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang

menunjukkan terjadi peningkatan kapasitas produksi terpakai dari tahun

sebelumnya 71,52% menjadi 76,10%. Sementara itu, semakin bergairahnya

subsektor industri makanan, minuman dan tembakau juga terlihat dari

penyaluran kredit oleh perbankan ke susbsektor tersebut dengan pertumbuhan

mencapai 55,4% dibandingkan tahun lalu.

Sumber: SKDU, Bank Indonesia

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

Grafik 1.28. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri

Grafik 1.29. Pertumbuhan Kredit Sektor Industri Per Subsektor

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh meningkat

bersumber dari maraknya aktivitas perdagangan antar daerah di

Sumatera. Secara umum sektor PHR pada 2011 tumbuh meningkat meskipun

perkembangan pertumbuhan triwulanan menunjukkan laju perlambatan. Sektor

PHR pada 2011 tumbuh 6,89% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya

sebesar 3,48% (yoy). Peningkatan pertumbuhan didorong oleh tingginya aktivitas

perdagangan, khususnya dengan daerah-daerah lain di Sumatera yang banyak

diwarnai oleh penyaluran distribusi baik bahan pangan maupun hasil industri.

Arus barang perdagangan dalam negeri melalui Pelabuhan Teluk Bayur

menunjukkan trend peningkatan. Selain itu, kegiatan terkait pariwisata juga

semakin membaik. Tingkat penghunian kamar hotel berbintang mencapai

68.91

71.52

76.38

78.09

73.91

76.1

64

66

68

70

72

74

76

78

80

III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011

Pe

rse

n

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011*

Industri makanan,minuman dan tembakau

Industri peng. bahan kimia dan hasil kimia

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

17

Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang

56,28%, melebihi rata-ratanya yang sebesar 47,35%. Minat wisatawan

mancanegara ke Sumbar relatif meningkat dengan melihat terjadi peningkatan

kunjungan wisatawan sebesar 12,54% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang

mengalami penurunan hingga 42,41%.

Sumber: BPS

Sumber: PT Pelindo II

Grafik 1.30. Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Grafik 1.31. Arus Barang di Pelabuhan Teluk Bayur

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang Grafik 1.33. Jumlah Wisman Melalui Bandara Internasional Minangkabau

1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Tingginya pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi dipicu oleh

tingginya pertumbuhan di sektor perdagangan. Subsektor pengangkutan

meski melambat sepanjang triwulan III dan IV namun secara tahunan dapat

tumbuh 8,75% (yoy) pada 2011. Aliran distribusi perdagangan memacu kegiatan

pengangkutan turut bergerak positif, terutama angkutan jalan raya antar provinsi

di Sumatera. Selain itu, tingginya pertumbuhan subsektor pengangkutan juga

bersumber dari semakin ramainya aktivitas penggunaan pelayanan jasa udara.

Beberapa penyedia jasa penerbangan menambah frekuensi penerbangan dari dan

keluar Sumbar. Jumlah penumpang domestik baik kedatangan maupun

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Sektor PHR

Perdagangan Besar & Eceran

Hotel

Restoran

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010 2011

Rib

u T

on

Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan Dalam Negeri

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

%

Tingkat Hunian Hotel Berbintang Rata-Rata

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Ora

ng

Jumlah Wisman Pertumbuhan (yoy)

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab I: Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat

Bank Indonesia Padang 18

keberangkatan di Bandara Internasional Minangkabau total mengalami

peningkatan 13,41% dibandingkan tahun lalu.

Sumber: BPS

Sumber; PT Angkasa Pura

Grafik 1.35. Pertumbuhan Sektor Konstruksi dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Grafik 1.36. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara International Minangkabau

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Pengangkutan dan Komunikasi

Konstruksi

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010 2011

Ora

ng

Ora

ng

Domestik (LHS)

Internasional (RHS)

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

19

Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan

Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

Latar Belakang

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank

Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi: (1) Pengaturan

kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM; (2)

Pengembangan kelembagaan yang menunjang; (3) Pemberian bantuan teknis; dan

(4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun

lembaga lainnya.

Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia dalam mendorong pengembangan

UMKM adalah melalui pemberian bantuan teknis, salah satunya melalui kegiatan

penelitian dan penyediaan informasi. Kegiatan tersebut diharapkan dapat

memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada

pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang

berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.

Bank Indonesia Padang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Padang telah melakukan penelitian pada tahun 2011 yang bertujuan untuk

penetapan komoditi/produk/jenis usaha (KPJu) unggulan daerah di kabupaten/kota

di Sumatera Barat dengan menggunakan alat analisis Metode Perbandingan

Eksponensial (MPE) dan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Setiap kabupaten/ kota diharapkan memiliki KPJu unggulan dari berbagai

sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Hal ini merupakan

adopsi dari kesuksesan Thailand melalui program One Tambon One Product (OTOP),

yaitu program pengembangan komoditi unggulan di suatu daerah (tambon) yang

sukses dalam membantu pengembangan UMKM.

Dengan program yang lebih fokus, Pemerintah Daerah dapat

memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan komoditi unggulan

tertentu di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan

pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi

angka/tingkat kemiskinan di daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

Perkembangan UMKM Sumatera Barat

Kegiatan UMKM di Sumatera Barat tergolong aktif. Pendataan oleh Dinas

Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Propinsi Sumatera Barat

mengungkapkan bahwa hingga September 2011 tercatat sekurangnya terdapat

34.303 unit UMKM yang tersebar di berbagai kabupaten/kota. Jumlah UMKM

tersebut telah mampu menyerap tenga kerja sekurangnya 74.945 orang. Berdasarkan

ukurannya, sebagian besar UMKM tergolong usaha mikro, diikuti oleh usaha kecil,

serta sebagian kecil tergolong sebagai usaha menengah.

BO

KS

.1

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

20

Tabel Boks 1.1. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Di Sumatera Barat per September 2011

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Propinsi Sumatera Barat, 2011.

Tabel Boks 1.2. Kesepakatan Pengembangan Komoditi Unggulan Antara Propinsi

dengan Kabupaten/Kota Tahun 2008-2012 Menurut Kota/kabupaten di Sumatera Barat

Secara khusus Pemerintah Provinsi Sumatera Barat merespon Perpres Nomor 28

Tahun 2008 dengan menetapkan industri unggulan propinsi. Industri unggulan ini

meliputi 10 jenis yaitu:

1. Industri Hasil Laut

2. Industri Pengolahan Kakao

3. Industri Pengolahan Makanan Ringan

4. Industri Kulit dan Alas Kaki

NO. KABUPATEN/KOTA

JUMLAH UMKM

TOTAL UMKM USAHA MIKRO USAHA KECIL

USAHA MENENGAH

UNIT TENAGA

KERJA UNIT

TENAGA KERJA

UNIT TENAGA

KERJA UNIT

TENAGA KERJA

1 Kab. 50 kota 607 1.661 79 191 1 15 687 1.867

2 Kab. Solok Selatan 94 0 221 0 0 0 315 0

3 Kab. Pasaman 5 0 0 0 0 0 5 0

4 Kab. Tanah Datar 430 3.330 86 657 55 439 571 4.426

5 Kab. Pasaman Barat 12 0 0 0 0 0 12 0

6 Kab. Pesisir Selatan 844 2.039 153 864 5 40 1.002 2.943

7 Kab. Solok 4.156 10.952 168 646 10 52 4.334 11.650

8 Kab. Pdg. Pariaman 4.774 9.818 69 266 12 1.463 4.855 11.547

9 Kab. Agam 8.321 16.642 126 936 23 345 8.470 17.923

10 Kab. Sijunjung 264 264 817 1.789 0 0 1.081 2.053

11 Kab. Dharmasraya 2.068 3.678 274 1.192 1 5 2.343 4.875

12 Kab. Kep. Mentawai 383 699 50 168 2 10 435 877

13 Kota Padang 259 854 157 737 2 19 418 1.610

14 Kota Sawahlunto 57 254 30 567 1 20 88 841

15 Kota Padang Panjang 3.259 4.441 47 507 2 18 3.308 4.966

16 Kota Bukittinggi 77 0 0 0 0 0 77 0

17 Kota payakumbuh 129 156 28 191 0 0 157 347

18 Kota Solok 335 1.453 1.601 0 0 0 1.936 1.453

19 Kota Pariaman 3.567 5.018 596 2.144 46 405 4.209 7.567

TOTAL 29.641 61.259 4.502 10.855 160 2.831 34.303 74.945

No Kab/Kota Komoditi Unggulan

1 Kab. Agam Sayur-sayuran, Sapi Potong

2 Kab. Pasaman Kakao, Perikanan Air Tawar

3 Kab. Pasaman Barat Jagung, Perikanan Laut

4 Kab. Lima Puluh Kota Gambir, Jeruk

5 Kab. Solok Sayur-sayuran, Sapi Potong

6 Kab. Solok Selatan Perikanan Air Tawar, Sapi Potong

7 Kab. Padang Pariaman Kakao, Sapi Potong

8 Kab. Pesisir Selatan Perikanan Laut, Sapi Potong

9 Kab. Tanah Datar Kambing, Casiavera

10 Kab. Sijunjung Sapi Potong, Perikanan Air Tawar

11 Kab. Darmasraya Sapi Potong, Perikanan Air Tawar

12 Kab. Kep. Mentawai Kakao, Pisang

13 Kota Bukittinggi Tanaman Hias, Produk Olahan Hasil Pertanian

14 Kota Padang Perikanan laut, Ayam Potong

15 Kota Sawahlunto Kakao, Karet

16 Kota Padang Panjang Kulit, Sapi Perah

17 Kota Solok Minyak Atsiri, Makanan Ringan

18 Kota Payakumbuh Makanan Ringan, Sapi Potong

19 Kota Pariaman Pisang, Kelapa

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

21

5. Industri Kerajinan Sulaman/Tenun

6. Industri Gambir

7. Industri Minyak Atsiri

8. Industri Maritim

9. Industri Alsintan

10. Industri Semen

Hasil Penetapan KPJu Unggulan UMKM Sumatera Barat

Berdasarkan hasil penelitian pada KPJu unggulan per sektor di setiap

kabupaten/kota, didapatkan KPJu unggulan per sektor tingkat provinsi adalah

sebagai berikut; usaha budidaya padi sawah (tanaman pangan), cabe (sayuran),

pisang (buah-buahan), usaha perkebunan coklat, usaha budidaya sapi potong

(peternakan), usaha penangkapan ikan di perairan umum (perikanan), industri

kerupuk dan sejenisnya (industri), perdagangan komoditi makanan (perdagangan),

jasa reparasi kendaraan bermotor (jasa) dan angkutan darat untuk barang

(angkutan).

Urutan 5 (lima) KPJu dengan skor terbobot tertinggi sebagai KPJu unggulan

lintas sektor di tingkat Provinsi Sumatera Barat didominasi oleh kegiatan/usaha

perkebunan coklat, karet dan kelapa sawit, kemudian diikuti oleh kegiatan/usaha

peternakan ayam ras petelur dan sapi potong.

Tabel Boks 1.3. KPJu Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi,

Menurut Urutan Nilai skor terbobot atau Urutan Unggulan

Sumber: Hasil Survai, Bank Indonesia Padang (2011)

Secara keseluruhan sesuai dengan struktur perekonomian Sumatera Barat,

sektor primer masih merupakan sektor unggulan di provinsi Sumatera Barat. Dari 10

KPJu peringkat lima besar didominasi oleh subsektor perkebunan. Sektor pertanian

dengan sub sektor perkebunan dan peternakan adalah sektor yang memiliki KPJu

unggul untuk provinsi Sumatera Barat. Selanjutnya dengan teridentifikasinya KPJu

unggulan per sektor/sub-sektor ekonomi dan lintas sektor, menuntut diperlukan

No KPJu Sektor /

Subsektor Skor Terbobot

Gabungan

1 Coklat Perkebunan 1,0128

2 Karet Perkebunan 0,8125

3 Kelapa Sawit Perkebunan 0,7986

4 Ayam Ras Petelur Peternakan 0,6881

5 Sapi Potong Peternakan 0,6289

6 Angkutan Bermotor Barang Angkutan 0,6238

7 Bordir/Sulaman Industri 0,5707

8 Penangkapan Ikan di perairan umum Perikanan 0,5604

9 Komoditi Makanan Perdagangan 0,5286

10 Reparasi Kendaraan bermotor Jasa-Jasa 0,5029

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

22

koordinasi dan integrasi kebijakan dan penyusunan program yang bersifat lintas

sektoral atau lintas dinas/instansi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

Hasil rekomendasi penentuan KPJu dalam penelitian ini untuk masing-masing

kabupaten/kota:

Tabel B4. Rekomendasi KPJu unggulan Lintas Sektor Tingkat Kabupaten/kota

Sumber: Bank Indonesia Padang (2011)

Berdasarkan hasil penelitian KPJu unggulan tingkat masing-masing

kabupaten/kota, dapat diketahui bahwa komoditas unggulan utama tingkat propinsi

Sumatera Barat seperti perkebunan coklat, kelapa sawit dan karet, muncul sebagai

produk unggulan di berbagai wilayah kabupaten/kota.

Rekomendasi kebijakan

Selanjutnya rekomendasi kebijakan secara umum dalam kerangka pikir

strategik dapat disampaikan sebagai berikut:

No Kab/Kota Komoditi Unggulan

1 Kab. Agam Industri Konveksi/pakaian jadi, Perkebunan Kelapa sawit, Perkebunan Coklat, Industri Bordir/Sulaman dan Budidaya Ikan mas

2 Kab. Pasaman Perkebunan Coklat, Budidaya Ikan, Perkebunan Nilam, dan Peternakan Ayam Ras Petelur.

3 Kab. Pasaman Barat Penangkapan Ikan di perairan Umum, Perkebunan Kelapa Sawit, Jasa Reparasi kendaraan bermotor, Transportasi Angkutan Bermotor Untuk Barang, dan industri pengolahan Tempe/Tahu.

4 Kab. Lima Puluh Kota Peternakan Ayam Ras petelur, Kerbau, Sapi Potong, Industri Bordir/Sulaman dan Perdagangan Telur.

5 Kab. Solok Pertanian padi sawah , Industri Gula Merah, Industri Kerupuk dan sejenisnya, Industri Penggaraman Ikan, dan Jasa kursus Menjahit

6 Kab. Solok Selatan Perkebunan Kelapa, Perkebunan Kelapa Sawit, Penanaman Padi Sawah, Jasa Reparasi kendaraan bermotor, dan Industri Perabot.

7 Kab. Padang Pariaman Perternakan Sapi Potong, Perdagangan barang elektronik, industry batu bata, perdagangan komoditi makanan dan perkebunan kelapa.

8 Kab. Pesisir Selatan Perdagangan Ikan Teri, Budidaya ikan laut Perkebunan Gambir, Restoran, dan Perkebunan Karet.

9 Kab. Tanah Datar Peternakan ayam ras petelur, perdagangan bahan bakar, perdagangan komoditi makanan, angkutan bermotor untuk barang dan perdagangan barang elektronik.

10 Kab. Sijunjung Perkebunan Nilam, Perkebunan kayu manis, industri perabot dan peternakan kerbau. Angkutan bermotor untuk barang.

11 Kab. Dharmasraya Perkebunan karet, Perkebunan kelapa sawit, industri tempe/tahu, perkebunan coklat dan peternakan sapi potong.

12 Kab. Kep. Mentawai

Perkebunan coklat, budidaya ikan laut, peternakan babi, industri penggaraman ikan dan angkutan speed boat.

13 Kota Bukittinggi Perdagangan komoditi makanan, industri barang-barang tekstil, perdagangan pakaian jadi, wisata alam dan wisata minat khusus

14 Kota Padang Industri Kulit, budidaya ikan laut, industry bordir/sulaman, industry kerupuk dan sejenisnya, industry kue dan makanan ringan

15 Kota Sawahlunto Perkebunan coklat, perkebunan karet, peternakan sapi potong, industri bordir/sulaman, dan peternakan ayam ras pedaging

16 Kota Padang Panjang Industri pengolahan kulit, jasa reparasi kendaraan bermotor, jasa warnet, kursus mengemudi dan percetakan.

17 Kota Solok Angkutan bermotor untuk barang, jasa reparasi kendaraan bermotor, angkutan bermotor untuk penumpang, percetakan, dan budidaya ikan di sawah.

18 Kota Payakumbuh Budidaya ikan di kolam, perkebunan coklat, budidaya ikan di keramba, perdagangan hasil pertanian, peternakan sapi potong.

19 Kota Pariaman Industri Bordir/sulaman, Penangkapan ikan di perairan umum, perdagangan sembako, komoditi makanan, industri kapal/perahu.

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

23

1. Pemerintah Daerah dan Provinsi Sumatera Barat, perlu membuat grand design

pengembangan UMKM Sumatera Barat, di mana setiap daerah mengembangkan

Komoditi/Produk/Jenis Usaha unggulan masing-masing. Berdasarkan hasil

penelitian terdapat beberapa KPJu unggulan yang berbeda antar daerah,

sehingga antar daerah memiliki kompetensi inti yang berbeda-beda.

2. Berdasarkan grand desain tersebut akan terpetakan KPJu masing-masing daerah

sehingga dapat dibangun integrasi horizontal antar daerah yang memiliki KPJu

unggulan yang sama. Integrasi horizontal tersebut akan menciptakan sharing

resources dan akhirnya mampu menciptakan skala ekonomis penurunan biaya

dan terbangunnya keunggulan bersaing bersama.

3. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat perlu membangun integrasi vertikal dari

hulu-hilir untuk setiap KPJu unggulan. Integrasi vertikal tersebut dibangun mulai

dari bahan baku sampai ke distribusi produk, sehingga terbangun supply chain

setiap KPJu unggulan di daerah ini.

4. Upaya peningkatan keunggulan bersaing KPJu unggulan Sumatera Barat, perlu

dibangun kolaborasi antar daerah untuk terjaminannya kestersediaan bahan

baku dan pemasaran KPJu unggulan di daerah Sumatera Barat.

5. Pengembangan KPJu unggulan membutuhkan keterlibatan dan perhatian semua

stakeholders UMKM itu sendiri. Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota perlu

membangun kolaborasi saling menguntungkan antar seluruh komponen

stakeholders, sehingga pengembangan UMKM tersebut berjalan dengan baik

dan masalah yang dihadapi dapat diselesaikan secara komprehensif.

6. Pengembangan KPJu unggulan yang dikelola UMKM ke depan juga

membutuhkan sentuhan teknologi sebagai salah satu alat untuk menciptakan

keunggulan bersaing KPJu itu sendiri.

7. KPJu unggulan setiap daerah secara terus menerus membutuhkan

pengembangan, oleh sebab itu diperlukan upaya peningkatan kompetensi SDM

melalui pendidikan dan pelatihan khusus.

8. KPJu Unggulan dapat dituangkan dalam bentuk ketentuan hukum (seperti Perda

atau Surat Keputusan Kepala Daerah, atau dituangkan dalam dokumen RPJM),

sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua instansi dan

pemangku pemangku kepentingan lain dalam pengembangan UMKM pada

bisnis KPJu Unggulan yang telah teridentifikasi.

9. Untuk membangun supply chain KPJu unggulan, dapat dilakukan dengan

pendekatan klaster yang terintegrasi dari hulu ke hilir, baik dari sisi rantai

produksi maupun rantai pemasaran sehingga mendorong daya saing produk.

Pemprov Sumbar dapat memberikan dukungan dalam bentuk pengembangan

sistem informasi untuk seluruh KPJu unggulan, baik ditingkat provinsi maupun

kabupaten/kota di Sumatera Barat secara komprehensif dan terencana.

10. Untuk membangun keunggulan bersaing maka salah satu faktor penting adalah

pembangunan infrastruktur dan kelembagaan yang mendukung pengembangan

KPJu tersebut. Lembaga dapat berupa koperasi atau organisasi lain yang menjadi

wadah penguatan bargaining power UMKM pengelola KPJu tersebut.

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

24

Ketersediaan Pasar Harga Penyerapan Tenaga Kerja

Sumbangan thd perekonomian

FOCUS Mencari Komoditi

Unggulan

TUJUAN a. Pertumbuhan Ekonomi

b. Penciptaan Lapangan Kerja c. Peningkatan Daya Saing

INPUT PROSES OUTPUT

Kriteria Kriteria Kriteria

Skilled Tenaga Kerja Bahan Baku Modal

Sarana Produksi/Usaha

Teknologi

Sosial Budaya Manajeman Usaha

Unsur Penilaian

Ketersediaan skilled TK

(pelaksana): • Tingkat Pendidikan • Pelatihan

• Pengalaman kerja

• Jumlah lembaga pelatihan

• Ketersediaan bahan baku

• Harga perolehan bahan baku

• Retensi/parishability bahan baku

• Kesinambungan bahan

baku • Mutu

• Kemudahan • Aspek Lingkungan

• Kebutuhan investasi awal

• Kebutuhan modal kerja

• Aksesibilitas thd sumber pembiayaan

• Ketersediaan Sarana Produksi

• Harga • Kemudahan

• Ketersediaan

• Kemudahan

(memperoleh teknologi)

• Dampak lingkungan

Didukung oleh faktor: • Ciri khas lokal

• Religion/Budaya • Turun temurun

Kemudahan untuk mengelola

Unsur Penilaian

Kemudahan:

• Menjual • Mendistribusikan (lokasi)

• Stabilitas Harga

• Nilai Tambah

Jumlah jenis usaha yang

terpengaruh karena keberadaan usaha ini

(Backward & forward linkages)

Unsur Penilaian

Penyerapan Tenaga Kerja

SEKTOR / SUBSEKTOR

SEKTOR / SUBSEKTOR

Hierarki Konseptual Penentuan KPJu Unggulan Daerah

Lampiran

Hierarki Konseptual Penentuan KPJu Unggulan Daerah

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

25

Bab 3 : Inflasi

Bank Indonesia Padang

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

Mengakhiri tahun 2011, inflasi tahunan kota Padang triwulan IV-2011

kembali turun dan berada di level 5,37%. Kondisi ini disebabkan oleh

pengaruh inflasi dari sisi permintaan (demand side) yang relatif minimal. Hasil

Survei Konsumen Bank Indonesia Padang terhadap 200 rumah tangga

menunjukkan kapasitas pengeluaran konsumsi masyarakat di akhir 2011

cenderung menurun ditengah pesimisme akan kondisi perekonomian saat ini serta

adanya kekhawatiran akan memburuknya kondisi perekonomian di masa

mendatang.

Relatif terkendalinya inflasi kota Padang dipenghujung tahun 2011 juga

disebabkan oleh base effect dimana pada tahun sebelumnya Indeks Harga

Konsumen (IHK) kota Padang meningkat cukup tinggi karena adanya peningkatan

harga cabe merah dan beras. Sementara itu, tekanan inflasi di akhir tahun banyak

berasal oleh sisi penawaran (supply side) yaitu masuknya musim penghujan yang

umumnya mempengaruhi produktivitas beberapa tanaman pangan dan

holtikultura.

Faktor musiman belum masuknya masa panen juga turut berkontribusi

terhadap pergerakan inflasi periode laporan. Namun demikian, keberhasilan

Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta relatif stabilnya

harga komoditas dunia membuat inflasi yang disebabkan faktor eksternal berupa

peningkatan harga komoditas impor dapat sedikit diredam.

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 26

2.1. Perkembangan Inflasi Kota Padang

Inflasi tahunan kota Padang di triwulan IV-2011 tercatat turun

dibandingkan di triwulan III-2011 yakni dari 7,34% (yoy) menjadi 5,37%

(yoy). Tekanan inflasi yang tinggi di triwulan III-2011 lebih disebabkan dampak

meningkatnya permintaan terkait masuknya bulan puasa dan hari raya Idhul Fitri

dimana indeks harga kelompok bahan makanan dan kelompok sandang

mengalami peningkatan cukup tinggi. Tekanan permintaan bahan pangan yang

lebih tinggi selama bulan puasa dan lebaran tahun ini, serta pasokan cabe merah

dan beras yang mulai menurun menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya

kenaikan inflasi pada triwulan III-2011. Di sisi lain, pergerakan harga emas

internasional yang cenderung tinggi dan nilai tukar rupiah yang sempat melemah

turut mempengaruhi inflasi pada kelompok sandang. Sesuai dengan berakhirnya

hari besar pada umumnya, menurunnya hambatan distribusi dan permintaan pada

kelompok bahan makanan di triwulan III tahun ini berdampak pada turunnya

indeks harga kelompok bahan makanan secara signifikan di triwulan IV-2011

yakni dari 11,63% (yoy) menjadi 5,25% (yoy). Sebaliknya, pergerakan indeks harga

kelompok sandang justru semakin meningkat di triwulan IV-2011 mencapai

14,24% (yoy). Peningkatan indeks harga kelompok sandang dipicu oleh kembali

tingginya harga emas di pasar internasional akibat dari ketidakpastian kondisi

perekonomian global sebagai dampak dari krisis yang terjadi di Eropa dan

Amerika Serikat. Pelaku usaha kembali berburu emas yang merupakan aset

pengaman (safe haven) untuk melindungi nilai aset yang dimiliki.

Berbeda dengan pergerakan inflasi nasional yang cenderung memiliki

trend menurun, inflasi kota Padang disepanjang tahun 2011 bergerak

relatif volatile. Inflasi kota Padang di triwulan I-2011 tercatat sebesar 8,30%

(yoy) atau naik dibandingkan inflasi triwulan IV-2010 yang sebesar 7,84% (yoy).

Inflasi kota Padang kemudian turun di triwulan II-2011 menjadi 4,82% (yoy) untuk

selanjutnya kembali naik di triwulan III-2011 menjadi sebesar 7,34% (yoy). Pada

triwulan IV-2011, inflasi kota Padang kembali turun menjadi sebesar 5,37% (yoy).

Sementara itu, inflasi nasional pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 6,65% (yoy)

atau turun dibandingkan inflasi triwulan IV-2010 yang tercatat sebesar 6,96%

(yoy). Pergerakan inflasi ini terus menurun dan mencapai level 3,79% (yoy) di

triwulan IV-2011.

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

27

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

Inflasi kota Padang triwulan IV-2011 berada di atas inflasi nasional. Dalam

kurun waktu 7 tahun terakhir, hanya di tahun 2009 inflasi kota Padang berhasil

berada di bawah level inflasi nasional yakni sebesar 2,05% (yoy) sedangkan inflasi

nasional sebesar 2,78% (yoy). Secara historis, inflasi kota Padang selalu berada

lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Deviasi inflasi kota Padang pada

periode laporan tercatat sebesar 1,58% lebih tinggi. Volatilitas dan relatif

tingginya inflasi kota Padang pada tahun 2011 disebabkan oleh pergerakan

komoditas bahan pangan yang memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan

inflasi kota Padang. Sebagaimana diketahui bahwa bobot kelompok bahan

makanan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2007 memiliki porsi signifikan dalam

pembentukan inflasi kota Padang yakni melebihi 30%. Hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) Bank Indonesia Padang menunjukkan bahwa komoditas yang

memiliki kontribusi besar dalam pembentukan inflasi kota Padang disepanjang

tahun 2011 adalah cabe merah, daging ayam ras, telur ayam ras, daging sapi,

emas perhiasan serta beras.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.1: Perkembangan Inflasi Kota Padang & Nasional (y-o-y)

Sejalan dengan turunnya inflasi tahunan, inflasi triwulanan kota Padang

juga mengalami penurunan dari 3,17% (qtq) menjadi sebesar 1,57% (qtq).

Penurunan laju inflasi triwulanan kota Padang disebabkan pergerakan harga

I II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV I II III IV I II III IV I II III IV

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Nasional 8.81 7.42 9.06 17.1 15.7 15.5 14.6 6.60 6.52 5.77 6.95 6.59 8.16 11 12.1 11.1 7.92 3.65 2.83 2.78 3.43 5.05 5.80 6.96 6.65 5.54 4.61 3.79

Padang 12.6 8.35 11.6 20.5 14.1 16.5 14.4 8.05 10.7 7.79 9.00 6.90 7.59 12.7 13.0 12.7 9.21 2.8 3.55 2.05 3.05 6.96 4.83 7.84 8.3 4.82 7.34 5.37

0

5

10

15

20

pe

rse

n (%

)

* Mulai menggunakan tahun dasar 2007

BBM Naik

BBM Naik

Padang

Nasional

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 28

secara umum sudah kembali normal pasca tingginya permintaan di triwulan III-

2011 akibat dari siklus tahunan masuknya bulan puasa dan perayaan hari raya Idul

Fitri. Namun demikian, pergerakan harga hampir di seluruh kelompok

pengeluaran tercatat masih mengalami peningkatan kecuali pada kelompok

transpor. Kenaikan indeks harga yang cukup tinggi masih terjadi pada kelompok

sandang sebagai kelanjutan dari masih tingginya harga komoditas emas di pasar

internasional. Kenaikan indeks harga kelompok sandang tercatat sebesar 4,04%

(qtq) diikuti oleh kelompok bahan makanan sebesar 3,46% (qtq).

2.2. Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang dan Kota-kota di Provinsi Tetangga

Inflasi tahunan kota di Wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng)

cenderung memiliki pola pergerakan yang sama. Kota di Wilayah

Sumbagteng seperti Batam, Jambi dan Pekanbaru memiliki pola perilaku inflasi

yang sama yakni meningkat di triwulan I-2011, turun di triwulan II-2011,

kemudian meningkat kembali di triwulan III-2011 dan kembali turun di triwulan

IV-2011. Namun demikian, pencapaian inflasi tahunan terendah seluruh kota di

Wilayah Sumbagteng terjadi pada triwulan IV-2011.

Kota Jambi dan Batam memiliki tingkat inflasi tahunan yang lebih rendah

dibandingkan inflasi nasional. Inflasi tahunan kota Jambi triwulan IV-2011

merupakan yang terendah dibandingkan seluruh kota di Wilayah Sumbagteng

yakni sebesar 2,76% (yoy) diikuti oleh inflasi kota Batam sebesar 3,76% (yoy).

Tingkat inflasi kedua kota ini tercatat lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi

nasional yang sebesar 3,79% (yoy). Sebaliknya, tingkat inflasi tahunan tertinggi

terjadi di kota Padang sebesar 5,37% (yoy) diikuti oleh inflasi kota Pekanbaru

sebesar 5,09% (yoy).

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

29

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Nasional, Kota Padang & Kota-kota di Propinsi Tetangga (y-o-y)

Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi triwulanan di wilayah

Sumbagteng juga memiliki pola pergerakan yang menurun. Inflasi

triwulanan terendah di wilayah Sumbagteng terjadi di kota Batam sebesar 0,45%

(qtq) diikuti oleh kota Jambi sebesar 0,52% (qtq). Sesuai dengan pencapaian

inflasi tahunan, inflasi triwulanan kedua kota ini juga berada di bawah inflasi

nasional yang sebesar 0,79% (qtq). Sebaliknya, inflasi triwulanan kota Padang dan

Pekanbaru relatif tinggi yakni masing-masing sebesar 1,57% (qtq) dan 1,50%

(qtq).

2.3. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa

2.3.1. Inflasi Tahunan

Sebagian besar pergerakan indeks harga kelompok barang dan jasa

mengalami penurunan di triwulan IV-2011. Penurunan indeks harga terbesar

terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu dari 11,65% (yoy) di triwulan III-2011

menjadi 5,25% (yoy) di triwulan IV-2011. Kelompok pengeluaran lain yang

tercatat mengalami penurunan indeks harga dibandingkan triwulan sebelumnya

adalah kelompok perumahan dari 4,50% (yoy) menjadi 3,72% (yoy), kelompok

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw.IV

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

yoy

-p

ers

en

(%

)

Nasional Padang Pekanbaru Jambi BatamTA

HU

N D

ASA

R 2

007

= 1

00

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 30

transportasi dan komunikasi dari 2,16% (yoy) menjadi 1,28% (yoy), kelompok

kesehatan dari 5,29% (yoy) menjadi 5,05% (yoy) serta kelompok pendidikan dari

6,06% (yoy) menjadi 5,95% (yoy). Sebaliknya, kelompok sandang dan kelompok

makanan jadi justru mengalami peningkatan indeks harga. Indeks harga

kelompok sandang meningkat dari 11,94% (yoy) menjadi 14,24% (yoy).

Sedangkan indeks harga kelompok makanan jadi meningkat dari 7,81% (yoy)

menjadi 8,08% (yoy).

Trend peningkatan indeks harga kelompok Sandang masih berlanjut

hingga triwulan IV-2011. Pergerakan indeks harga tahunan kelompok sandang

yang mulai mencapai level dua digit di triwulan III-2011, kini kembali meningkat

hingga mencapai 14,24% (yoy) di triwulan IV-2011. Peningkatan ini terutama

disebabkan oleh pergerakan harga emas di pasar internasional dimana para

pelaku ekonomi mulai memilih emas sebagai alternatif investasi yang aman di

tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global saat ini. safe haven

pergerakan harga komoditas emas sangat rentan terhadap pemberitaan yang

terkait dengan perkembangan kondisi perekonomian global khususnya

perkembangan krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat. Berdasarkan hasil

Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia Padang, harga rata-rata emas

perhiasan pada bulan Desember 2011 telah mengalami peningkatan sebesar

22,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kondisi cuaca yang relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu membuat

pergerakan harga tahunan kelompok bahan makanan mengalami

penurunan signifikan. Peningkatan indeks harga kelompok bahan makanan

pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 5,25% (yoy) atau turun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 11,63% (yoy). Pasokan bahan pangan

umumnya mengalami penurunan di akhir tahun yang disebabkan oleh kondisi

cuaca yang cenderung diwarnai oleh curah hujan yang cukup tinggi sehingga

produksi tanaman pangan holtikultura menjadi tidak maksimal. Beras sebagai

komoditas utama penyumbang inflasi juga belum memasuki masa panen sehingga

pergerakan harga kelompok bahan makanan umumnya cukup tinggi pada

periode ini.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

31

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (yoy, %)

2.3.2. Inflasi Triwulanan

Penurunan inflasi triwulanan pada periode laporan terjadi seiring dengan

penurunan sebagian besar kelompok barang dan jasa. Pada triwulan

laporan, hanya kelompok perumahan yang tercatat mengalami kenaikan indeks

harga yakni dari -0,34% (qtq) menjadi 0,38% (qtq). Sebaliknya, kelompok barang

dan jasa lainnya cenderung mengalami penurunan harga. Penurunan indeks

harga terbesar terjadi pada kelompok pendidikan dari 5,25% (qtq) menjadi 0,56%

(qtq) diikuti oleh kelompok sandang yang turun dari 6,77% (qtq) menjadi 4,04%

(qtq).

Secara keseluruhan, peningkatan harga tertinggi pada triwulan IV-2011

terjadi pada kelompok Sandang. Peningkatan harga pada kelompok Sandang

tercatat sebesar 4,04% (qtq) diikuti oleh kelompok bahan makanan sebesar 3,46%

(qtq) dan kelompok makanan jadi sebesar 1,32% (qtq). Peningkatan harga yang

terjadi pada kelompok barang dan jasa lainnya relatif terbatas yakni masih berada

dibawah kisaran 1% dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan harga yang

terjadi pada kelompok sandang didorong oleh adanya peningkatan signifikan

pada harga emas dalam subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar

13,82% (qtq).

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

UMUM / TOTAL 3,05 6,96 4,83 7,84 8,30 4,82 7,34 5,37

Bahan Makanan 2,42 16,42 6,73 19,13 19,02 4,21 11,63 5,25

Makanan Jadi 7,06 6,93 7,19 5,69 5,11 7,12 7,81 8,08

Perumahan 3,53 3,40 3,41 1,74 4,94 5,07 4,50 3,72

Sandang 0,58 4,06 3,16 3,33 3,80 4,87 11,94 14,24

Kesehatan 0,80 0,97 3,97 4,00 4,92 6,62 5,29 5,05

Pendidikan -0,13 -0,14 3,24 3,88 3,95 4,07 6,06 5,95

Transportasi & Komk 1,85 1,62 2,23 2,93 2,37 2,91 2,16 1,28Sumber : BPS Sumbar (diolah)

2010 2011Kelompok Barang & Jasa

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 32

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Padang Menurut Kel. Barang dan Jasa (qtq, %)

Berikut ini akan dipaparkan mengenai pergerakan harga triwulanan per

kelompok barang dan jasa :

Peningkatan harga pada kelompok bahan makanan terjadi sejalan

dengan peningkatan indeks harga yang cukup tinggi pada subkelompok

bumbu-bumbuan. Pada triwulan laporan, harga subkelompok bumbu-bumbuan

tercatat meningkat sebesar 27,74% (qtq). Peningkatan harga ini tercatat masih

lebih rendah jika dibandingkan triwulan III-2011 yang mencapai 38,27% (qtq).

Mulai berkurangnya permintaan masyarakat pasca perayaan hari raya Idhul Fitri

lalu, menjadi penyebab turunnya harga pada subkelompok bumbu-bumbuan.

Namun demikian, pola konsumsi masyarakat minang yang relatif tinggi terhadap

komoditas dalam subkelompok bumbu-bumbuan, membuat pergerakan harga

subkelompok ini masih sangat tinggi di tengah kondisi cuaca yang kurang

kondusif bagi produksi tanaman holtikutura.

Kenaikan harga cabe merah dan beras merupakan sumber dari

meningkatnya indeks harga kelompok bahan makanan. Secara triwulanan

harga cabe merah telah mengalami peningkatan sebesar 56,07% sedangkan

harga beras meningkat sebesar 6,07%. Berdasarkan hasil pemantauan Bank

Indonesia Padang melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan secara

berkala, harga rata-rata cabe merah di akhir triwulan IV-2011 mencapai

Rp38.625/kg atau naik 34,67% dibandingkan harga rata-rata akhir triwulan III-

2011 yang mencapai Rp28.681/kg. Kenaikan harga cabe ini disebabkan oleh

menurunnya pasokan yang masuk ke kota Padang. Kondisi cuaca yang sudah

memasuki musim penghujan menyebabkan produksi cabe merah di Sumbar

mengalami sedikit penurunan. Di sisi lain, pasokan cabe dari daerah penghasil

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

UMUM / TOTAL 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57

Bahan Makanan 1,16 8,30 -0,91 9,74 1,07 -5,17 6,14 3,46

Makanan Jadi 1,85 0,25 2,42 1,07 1,29 2,17 3,08 1,32

Perumahan 0,61 -0,21 0,20 1,12 3,79 -0,09 -0,34 0,38

Sandang -0,33 1,67 0,03 1,94 0,12 2,71 6,77 4,04

Kesehatan 0,22 0,27 3,10 0,38 1,11 1,90 1,81 0,15

Pendidikan -0,11 0,03 3,27 0,67 -0,03 0,14 5,25 0,56

Transportasi & Komk 1,42 -0,10 1,22 0,37 0,87 0,43 0,48 -0,49Sumber : BPS Sumbar (diolah)

2010 2011Kelompok

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

33

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

lainnya seperti Jawa dan Kerinci juga mengalami penurunan, antara lain karena

terjadinya gagal panen akibat hama di daerah produksi cabe.

Untuk komoditas beras, kenaikan harga terjadi sejak akhir Oktober 2011 hingga

periode laporan. Secara historis, harga beras di kota Padang akan mengalami

peningkatan mulai musim tanam di bulan September-Oktober hingga menunggu

musim panen di akhir bulan Januari sampai dengan pertengahan bulan Februari.

Pada periode tersebut harga beras cenderung tinggi karena pasokan beras

umumnya sangat bergantung pada hasil panen sebelumnya. Sedangkan

pengelolaan hasil panen juga tidak dapat maksimal karena masuknya musim

penghujan yang menyebabkan waktu penjemuran padi menjadi terganggu.

Berdasarkan hasil SPH BI Padang, harga rata-rata beras di bulan Desember 2011

untuk kualitas menengah dan rendah telah mengalami peningkatan sebesar 22%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pasokan beras dari Pulau Jawa tidak

berdampak signifikan terhadap pergerakan harga beras di kota Padang. Hal ini

disebabkan beras yang dikonsumsi masyarakat minang berbeda dengan beras

yang berasal dari Pulau Jawa.

Penurunan harga juga terjadi pada beberapa subkelompok dalam

kelompok bahan makanan. Penurunan harga tertinggi terjadi pada

subkelompok ikan segar sebesar -6,15% (qtq), subkelompok daging dan hasil-

hasilnya sebesar -3,02% (qtq), subkelompok ikan diawetkan sebesar -1,99% (qtq)

serta subkelompok lemak dan minyak dan subkelompok kacang-kacangan yang

turun masing-masing sebesar -0,70% (qtq) dan -0,03% (qtq).

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan (qtq, %)

TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Bahan Makanan -1,68 1,16 8,30 -0,91 9,74 1,07 -5,17 6,14 3,46

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 3,36 10,98 -1,99 5,42 5,95 17,01 -9,98 2,00 5,77

Daging dan Hasil-hasilnya -0,89 1,82 2,33 12,32 -4,40 1,93 2,17 1,25 -3,02

Ikan Segar 0,92 -0,47 1,33 3,28 3,48 1,84 6,28 3,57 -6,14

Ikan Diawetkan 1,07 -0,04 -4,72 2,40 7,49 2,59 6,56 0,04 -1,99

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -1,75 -0,24 2,58 4,43 3,28 2,45 1,05 6,31 1,19

Sayur-sayuran 2,65 7,15 3,13 0,59 -0,75 3,53 2,14 7,57 0,84

Kacang - kacangan -9,46 -0,11 0,27 1,05 -0,09 -0,16 0,53 0,38 -0,03

Buah - buahan -5,75 -3,03 2,61 9,56 1,31 2,96 -1,64 3,02 2,53

Bumbu - bumbuan -17,02 -17,16 80,06 -32,06 65,60 -29,96 -32,77 38,27 27,74

Lemak dan Minyak 6,06 0,41 0,04 0,80 6,77 10,26 0,33 4,28 -0,70

Bahan Makanan Lainnya 0,00 0,45 0,08 1,51 4,14 3,68 3,46 2,97 3,72Sumber : BPS Sumbar (diolah)

20112010Kelompok / Subkelompok

2009

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 34

Pada triwulan laporan, indeks harga kelompok makanan jadi masih

mengalami peningkatan sebesar 1,32% (qtq). Peningkatan indeks harga

kelompok makanan jadi terjadi seiring dengan peningkatan indeks harga pada

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 3,77% (qtq),

subkelompok makanan jadi sebesar 0,47% (qtq) serta subkelompok minuman

yang tidak beralkohol sebesar 0,17% (qtq). Komoditas yang dominan memberikan

andil terhadap peningkatan indeks harga pada masing-masing subkelompok

tersebut diantaranya adalah kenaikan harga rokok kretek filter putih sebesar

4,87% (qtq), rokok kretek sebesar 3,33% (qtq), teh sebesar 1,98% (qtq), soto

sebesar 4,55% (qtq) serta rendang sebesar 4,45% (qtq). Masih tingginya kenaikan

harga rokok antara lain terkait dengan penyesuaian harga yang terus dilakukan

oleh produsen untuk menutupi cost yang timbul akibat kebijakan kenaikan cukai

di awal tahun.

Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (qtq, %)

Setelah pada dua triwulan sebelumnya mengalami penurunan, kini

indeks harga kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

kembali meningkat. Pada triwulan laporan, turunnya indeks harga pada

subkelompok biaya tempat tinggal yang semakin minimal tidak mampu meredam

kenaikan indeks harga yang terjadi pada subkelompok lainnya terutama pada

subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air yang tercatat naik sebesar 1,39%

(qtq). Meningkatnya indeks harga bola lampu sebesar 4,61% (qtq) dan indeks

harga bahan bakar rumah tangga sebesar 3,63% (qtq) menjadi sumber

peningkatan indeks harga pada subkelompok ini. Sementara itu, indeks harga

pada subkelompok perlengkapan rumah tangga cenderung stabil atau tidak

mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya.

TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 2,50 1,85 0,25 2,42 1,07 1,29 2,17 3,08 1,32

Makanan Jadi 3,57 1,09 0,07 2,75 0,17 1,16 2,16 1,84 0,47

Minuman yang Tidak Beralkohol 2,36 0,53 -1,45 1,63 1,07 0,93 1,63 2,34 0,17

Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,00 4,53 1,68 2,07 3,20 1,78 2,49 6,31 3,77Sumber : BPS Sumbar (diolah)

2010 20112009Kelompok / Subkelompok

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

35

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar (qtq, %)

Pergerakan indeks harga kelompok sandang masih didominasi oleh

pergerakan harga pada subkelompok barang pribadi dan sandang

lainnya. Indeks harga pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya

tercatat masih mengalami peningkatan sebesar 13,81% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Emas perhiasan masih menjadi komoditas utama yang

mempengaruhi pergerakan indeks harga pada subkelompok ini. Kenaikan indeks

harga emas perhiasan di triwulan laporan tercatat sebesar 16,69% (qtq).

Ketidakpastian kondisi perekonomian global masih mendorong permintaan emas

sebagai aset safe haven tetap tinggi. Namun demikian, volatilitas harga komoditas

emas dunia sepanjang triwulan IV-2011 cenderung mulai menurun dengan trend

yang masih meningkat.

Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (qtq, %)

Trend pergerakan indeks harga kelompok kesehatan kembali menurun di

triwulan IV-2011. Hal ini sejalan dengan pergerakan indeks harga subkelompok

jasa kesehatan dan obat-obatan yang tidak mengalami perubahan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sebaliknya, subkelompok jasa perawatan jasmani yang

mengalami kenaikan indeks harga setelah selama dua triwulan sebelumnya

cenderung stabil. Salah satu komoditas yang memiliki kontribusi terhadap

peningkatan indeks harga subkelompok jasa perawatan jasmani adalah kenaikan

tarif gunting rambut pria sebesar 2,63% (qtq).

TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 2,79 0,61 -0,21 0,20 1,12 3,79 -0,09 -0,34 0,38

Biaya Tempat Tinggal 4,72 1,10 -0,35 -0,38 1,44 6,52 -0,61 -0,76 -0,09

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,69 0,00 0,00 1,36 1,03 0,40 0,00 0,16 1,39

Perlengkapan Rumahtangga 0,11 -0,01 -0,13 0,00 0,02 0,40 2,39 0,22 0,00

Penyelenggaraan Rumahtangga -0,05 0,09 -0,02 0,22 0,22 0,19 1,30 0,34 0,33Sumber : BPS Sumbar (diolah)

2009 2010 2011Kelompok / Subkelompok

TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Sandang 1,77 -0,33 1,67 0,03 1,94 0,12 2,71 6,77 4,04

Sandang Laki-laki 0,81 0,63 0,20 0,27 0,78 0,26 3,54 5,38 0,51

Sandang Wanita 0,65 0,72 0,06 0,02 0,74 0,37 1,97 1,80 0,12

Sandang Anak-anak 0,35 0,02 0,03 0,66 0,46 0,34 1,68 2,85 0,41

Barang Pribadi dan Sandang Lain 14,53 -3,00 6,93 -0,79 5,93 -0,50 3,52 16,91 13,81Sumber : BPS Sumbar (diolah)

20112010Kelompok / Subkelompok

2009

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 36

Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (qtq, %)

Pergerakan indeks harga kelompok pendidikan pada triwulan laporan

turun cukup signifikan terkait dengan berakhirnya periode tahun ajaran

baru yang umumnya jatuh di triwulan II. Hal ini tercermin pada indeks harga

subkelompok pendidikan dan subkelompok kursus-kursus yang tidak mengalami

perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, faktor musiman

masuknya masa libur akhir tahun, telah mendorong terjadinya peningkatan

indeks harga subkelompok rekreasi sebesar 4,54% (qtq). Kegiatan rekreasi sendiri

tercatat mengalami kenaikan indeks harga sebesar 15,02% (qtq) diikuti oleh

sepeda anak yang juga mengalami kenaikan sebesar 4,31% (qtq).

Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (qtq, %)

Kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan merupakan satu-

satunya kelompok yang mengalami penurunan indeks harga pada

triwulan IV-2011. Penurunan tarif jasa angkutan antar kota sebesar -5,52% (qtq)

menjadi pendorong turunnya indeks harga pada subkelompok transpor sebesar -

0,66% (qtq). Selain itu, penurunan indeks harga juga terjadi pada bensin sebesar -

0,04% (qtq) dan mobil sebesar -1,89% (qtq). Sebaliknya, komponen pada

subkelompok jasa penunjang transpor yakni ban dalam motor dan cuci kendaraan

mengalami kenaikan indeks harga berturut-turut sebesar 4,30% (qtq) dan 2,17%

(qtq). Sementara itu, indeks harga pada subkelompok komunikasi dan pengiriman

serta subkelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan.

TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Kesehatan 5,64 0,22 0,27 3,10 0,38 1,11 1,90 1,81 0,15

Jasa Kesehatan 0,35 0,29 0,00 7,94 0,00 0,18 0,00 2,95 0,00

Obat-obatan 0,00 0,04 0,00 0,04 0,03 0,02 6,32 4,70 0,00

Jasa Perawatan Jasmani 0,00 0,00 0,00 0,00 3,83 0,76 0,00 0,00 1,56

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0,00 0,28 0,61 1,56 0,23 2,25 1,86 0,21 0,08Sumber : BPS Sumbar (diolah)

20112009 2010Kelompok / Subkelompok

TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,05 -0,11 0,03 3,27 0,67 -0,03 0,14 5,25 0,56

Pendidikan 0,00 0,00 0,00 5,45 0,00 0,00 0,00 7,85 0,00

Kursus-kursus / Pelatihan 0,00 0,00 0,00 0,00 7,91 0,00 0,00 0,18 0,00

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,25 -0,75 0,04 -0,50 0,00 -0,29 0,84 2,47 -0,60

Rekreasi 0,00 0,00 0,19 0,00 0,56 0,00 0,13 0,00 4,54

Olahraga 0,66 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,16 0,00 0,58Sumber : BPS Sumbar (diolah)

20112010Kelompok / Subkelompok

2009

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

37

Bab II :Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang

Tabel 2.9 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (qtq, %)

2.4. Inflasi Kota Bukittinggi1

Pergerakan inflasi kota Bukittinggi triwulan IV-2011 searah dengan

pergerakan inflasi kota Padang. Secara umum, pola pergerakan inflasi kota

Bukittinggi searah dengan pergerakan inflasi kota Padang namun dengan besaran

yang lebih rendah dibandingkan inflasi kota Padang. Sedangkan pergerakan

inflasi nasional cenderung flat dan berada dikisaran 4% disepanjang triwulan IV-

2011. Pada triwulan laporan inflasi kota Bukittinggi tercatat sebesar 5,07% (yoy)

atau berada sedikit di bawah inflasi kota Padang yang sebesar 5,37% (yoy).

Sedangkan inflasi nasional tercatat sebesar 3,79% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kota Bukittinggi, Kota Padang & Nasional (yoy)

1 Bank Indonesia (BI) Padang dan BPS Provinsi Sumatera Barat bekerjasama melakukan penghitungan

Indeks Harga Konsumen (IHK) dan inflasi Kota Bukittinggi. Nilai konsumsi masyarakat Kota Padang

hasil SBH 2007 digunakan sebagai referensi (sister city) dalam menyusun paket komoditas (commodity

basket) dan diagram timbang yang akan digunakan untuk menghitung IHK dan inflasi Kota Bukittinggi.

Dari hasil pendekatan terpilih sebanyak 300 jenis barang/jasa yang menjadi paket komoditas

penghitungan IHK Kota Bukittinggi.

TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV

Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -0,31 1,42 -0,10 1,22 0,37 0,87 0,43 0,48 -0,49

Transpor -0,43 1,85 -0,18 0,49 0,46 1,00 0,61 1,21 -0,66

Komunikasi Dan Pengiriman 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,16 -2,66 0,00

Sarana dan Penunjang Transpor 0,21 0,49 0,63 13,90 0,43 1,72 0,00 0,00 0,14

Jasa Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Sumber : BPS Sumbar (diolah)

2010 2011Kelompok / Subkelompok

2009

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

Infl

asi t

ahun

an (y

oy -

%)

Bukittinggi

Padang

Nasional

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab II : Perkembangan Inflasi Regional

Bank Indonesia Padang 38

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, kenaikan indeks harga tahunan

tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 8,54% (yoy).

Kenaikan indeks harga tahunan tertinggi berikutnya terjadi pada kelompok

sandang sebesar 8,24% (yoy) diikuti oleh kelompok pendidikan sebesar 5,44%

(yoy). Kelompok kesehatan juga mengalami kenaikan indeks harga tahunan

sebesar 5,06% (yoy) serta kelompok perumahan sebesar 4,15% (yoy). Sebaliknya

kelompok transportasi pada triwulan laporan mengalami penurunan indeks harga

sebesar -0,42% (yoy).

Sebagian besar kelompok barang dan jasa mengalami penurunan indeks

harga tahunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan permintaan

yang mulai menurun mendorong indeks harga sebagian besar kelompok barang

dan jasa pada triwulan IV-2011 mengalami penurunan kecuali untuk kelompok

perumahan serta kelompok transportasi dan komunikasi. Penurunan indeks harga

terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan serta sandang yang secara

musiman selalu terkena dampak perayaan bulan puasa dan lebaran yang jatuh di

triwulan III-2011.

Tabel 2.10 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bukittinggi Menurut Kel. Barang dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

2009

Tw. IV* Tw. I* Tw. II* Tw. III* Tw. IV* Tw. I* Tw. II* Tw. III* Tw. IV*

UMUM / TOTAL 2,60 3,51 6,99 5,58 8,75 9,44 5,54 7,68 5,07

Bahan Makanan 5,26 0,54 13,16 8,68 20,82 22,34 7,65 15,27 8,54

Makanan Jadi 6,31 9,14 8,81 8,45 7,96 7,31 7,47 5,55 3,48

Perumahan 1,82 3,55 4,05 2,52 1,79 3,26 3,22 3,78 4,15

Sandang 10,43 11,14 11,08 10,31 9,57 11,11 11,23 13,34 8,24

Kesehatan 6,88 5,93 6,81 7,34 7,77 8,02 8,26 6,47 5,06

Pendidikan 1,27 1,10 0,97 1,25 2,76 3,21 3,20 7,07 5,44

Transportasi & Komunikasi -7,05 0,00 -0,03 0,60 0,89 0,47 0,34 -0,44 -0,42

Kelompok Barang & Jasa2010 2011

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

39

Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi

Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi Daerah

Sumatera Barat: Cabe Merah

Latar Belakang

Bank Indonesia Padang melakukan penelitian pada tahun 2011 untuk

mengidentifikasi struktur pasar, pola distribusi, perilaku produsen dan pedagang

dalam mekanisme pembentukan harga dan implikasinya terhadap kebijakan

pengendalian harganya di daerah. Penelitian tersebut menggunakan metode survai

kepada produsen dan pedagang 15 komoditas penyumbang inflasi utama di Sumbar

yang terdiri atas komoditas pertanian, perikanan, peternakan, dan industri

pengolahan. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 318 responden.

Salah satu komoditas yang menjadi objek penelitian adalah cabe merah

karena selama ini memiliki kontribusi besar disamping beras dalam pembentukan

inflasi di Sumatera Barat.

Temuan Hasil Survai

Adapun beberapa temuan dalam penelitian tersebut terkait dengan komoditas cabai

sebagai berikut:

1. Jalur Distribusi

Pola distribusi cabe merah di Sumbar relatif panjang. Berdasarkan hasil survai,

terdapat banyak pihak yang terlibat mulai dari produsen, pengepul, pedagang besar,

grosir, bandar, pengecer, hingga konsumen. Namun demikian, meski rantai

perdagangan cukup panjang dan melibatkan banyak pihak, hubungan ini bersifat

fleksibel. Produsen dapat menjual barang tidak melalui pengepul, namun langsung

ke pengecer bahkan ke konsumen.

Sebagai contohnya, pengecer di pasar tradisional dapat memperoleh barang

dagangan tidak hanya dari grosir atau pedagang besar, namun juga dapat

memperoleh dari bandar, grosir, pengepul, bahkan dari produsen langsung. Hal ini

mengindikasikan ketergantungan pasokan dari satu pihak tertentu tidak terjadi

pada komoditas cabe merah.

Hal yang menarik ditemui adalah cabe merah yang dipasarkan di Kota Padang

kebanyakan berasal dari Pulau Jawa (Brebes). Sementara para pengepul yang

berlokasi di daerah Alahan Panjang justru mendistribusikan cabenya ke luar daerah

Sumbar seperti Pekanbaru.

BO

KS

.2

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

40

Gambar Boks 2.1. Jalur Distribusi Cabe Merah

Sumber : Hasil survai, diolah

2. Perilaku Pembentukan Harga

2.1. Pemberian Nilai Tambah

Cabe merah dipasarkan masih dalam bentuk curah. Upaya paling tinggi dalam

menambah nilai tambah baru pada penggilingan agar bisa lebih tahan lama

mengingat sifatnya yang mudah rusak (perishable). Para pedagang dan petani

biasanya menyebutnya “dagangan muda”, artinya produk yang tidak tahan lama dan

harus dijual secepat mungkin karena kalau tidak dia akan cepat busuk, sama halnya

dengan sayuran. Konsumen juga belum memilih cabe merah berdasarkan merek dan

kualitas namun biasanya dikaitkan dengan asal. Apalagi untuk konsumen di Sumbar,

biasanya memilih cabe merah lokal yang dinilai lebih pedas dibandingkan cabe

merah yang diimpor dari daerah lain maupun luar negeri.

Gambar Boks 2.2 Gambar Boks 2.3.

Sumber : Hasil Survai, diolah Sumber : Hasil Survai, diolah

2.2. Fluktuasi Pasokan

Sebagaimana harga cabe merah yang fluktuatif dan sering menjadi

kontributor inflasi terbesar di Kota Padang, pasokan cabe merah juga sangat

fluktuatif. Pada kondisi normal, omset seorang pedagang besar dapat menjual

mencapai 1.469 kg/hari. Namun jika pasokan banyak, omset bisa melonjak 357%

hingga mencapai 6.710 kg/hari. Namun jika kondisi pasokan sedikit, omset pedagang

Bandar

Konsumen

Pengecer

(tradisional)

Produsen Pengepul

Pengecer

(pasar modern)

Pedagang Besar

Grosir

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

41

besar bisa jatuh 38% menjadi 915 kg/hari. Hal ini mengkonfirmasi bahwa faktor

fluktuasi pasokan searah dengan fluktuasi harga cabe merah.

2.3. Margin Berfluktuatif Pada Pedagang Besar dan Pengecer

Ditemukan bahwa 87% pedagang besar menyatakan margin yang diperoleh

bervariasi, sementara semua pengecer menyatakan bahwa margin yang diperoleh

bervariasi. Sementara hanya terdapat 13% pedagang besar yang menyatakan

memperoleh margin tetap. Variasi margin ini disebabkan oleh biaya usaha, harga

pesaing, dan biaya hidup. Hal ini mengindikasikan inflasi dan kondisi persaingan

merupakan factor pembentuk margin yang variatif.

Sebagai tambahan, dalam usaha cabe merah ini harganya sering berubah-

rubah, dalam satu hari harga berubah bisa hingga 3 kali. Sehingga orang yang

bergelut dalam usaha ini bisa memperoleh untung yang besar hingga Rp 2 juta

setiap kali panen namun terkadang mereka juga bisa rugi hingga Rp 2 juta setiap

kali panen.

Cuaca sangat berperan penting dalam menanam cabe, apabila cuaca bagus

dengan curah hujan cukup maka cabe akan bagus dengan panen yang banyak dan

bisa tahan hidup hingga 1 tahun selama 1 kali masa tanam. Namun apabila cuaca

buruk maka tumbuhnya jadi tidak bagus dan panennya pun sedikit bahkan bisa

menyebabkan gagal panen.

Gambar Boks 2.4. Gambar Boks 2.5.

Sumber : Hasil Survai, diolah Sumber : Hasil Survai, diolah

2.3. Ketergantungan Pasokan Kepada Satu Pedagang Relatif Kecil

Fleksibilitas hubungan antar pedagang dalam perdagangan cabe

mengakibatkan ketergantungan pasokan kepada satu pedagang relatif kecil. Hal ini

terkonfirmasi pada sedikitnya pedagang yang menyatakan pasokan di pasar

tergantung pada dirinya. Pada tingkat pengepul, 100% pedagang menyatakan pasar

tidak terganggu jika mengurangi pasokan.

Di tingkat pedagang besar, meski 50% pedagang menyatakan pasar akan

terganggu jika dirinya mengurangi pasokan, namun efeknya relatif sedikit. Di sisi

lain 30% pedagang besar menyatakan tidak terganggu, sementara hanya 20%

pedagang besar yang menyatakan akan mengganggu pasokan jika mengurangi

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

42

penjualan. Pada tingkat grosir, 100% pedagang menyatakan pasar akan sedikit

terganggu, sementara di level pengecer, 58% pedagang menyatakan tidak

terganggu jika mengurangi pasokan.

Gambar Boks 2.6. Gambar Boks 2.7.

Sumber : Hasil Survai, diolah Sumber : Hasil Survai, diolah

2.4. Harga Pesaing Menjadi Penentu Harga Jual

Pada tingkat grosir dan pengecer, aroma persaingan cukup mendominasi. Di

level grosir, 100% responden menyatakan harga ditentukan dari harga pesaing. Hal

yang relatif sama juga terjadi di tingkat pengecer. 90% pengecer menyatakan harga

pesaing menjadi acuan dalam menentukan harga. Namun hal yang berbeda terjadi

pada level pedagang besar. Pada level ini, 60% pedagang besar menyatakan harga

pasar tertinggi menjadi acuan penentuan harga. 30% pedagang besar menyatakan

mengikuti harga pesaing, sementara 10% sisanya mengacu pada biaya ditambah

margin.

Gambar Boks 2.8.

Sumber : Hasil Survai, diolah

2.5. Kendala Distribusi Terkait Kondisi Infrastruktur dan Cuaca

Pada tingkat pedagang besar, masing-masing sebanyak 29% responden

menyatakan cuaca buruk dan kerusakan infrastruktur khususnya jalan menjadi

kendala utama dalam distribusi cabe merah. Sementara, masing-masing sebanyak

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

43

21% responden pedagang besar menyatakan kendala dalam distribusi beras

disebabkan tingginya biaya pengangkutan dan pungutan liar dalam proses distribusi.

Pada tingkat grosir, masing-masing 50% responden menyatakan faktor

infrastruktur dan cuaca buruk menjadi hambatan distribusi. Sementara, pada tingkat

pengecer, masing-masing 40% responden menyatakan cuaca buruk dan kerusakan

infrastruktur sebagai hambatan distribusi, sedangkan sisanya 20% menyebut faktor

tingginya biaya angkutan.

3. Struktur Pasar

Berdasarkan hasil temuan survai menunjukkan bahwa komoditas pertanian

seperti cabe merah, struktur pasar komoditas tersebut diindikasikan pasar

persaingan sempurna baik di tingkat petani, distributor, dan pengecer. Jumlah

pemain untuk komoditas relatif banyak untuk tingkat kota Padang serta barang

yang diperdagangkan homogen.

Tabel Boks 2.1.

Sumber : Hasil Survai, diolah

Jumlah Pemain Kontrol Harga Kontrol Pasokan Sifat Prouduk (Merek)

Produsen >100 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Distributor >100 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Pengecer >100 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Komoditas PeranFaktor Penentu Struktur Pasar

Cabe Merah

Jumlah pemain Kontrol terhadap harga Kontrol terhadap pasokan Sifat produk (Merk) Kesimpulan

1 Cabe Merah Produsen >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Distributor >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

2 Beras Produsen >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Distributor >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer 50-100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

3 Bawang Merah Produsen n.a. Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Distributor >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

4 Daging Ayam Ras Produsen n.a. Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Distributor >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >200 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

5 Daging sapi Produsen n.a. Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Distributor >50 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

6 Telur Ayam Ras Produsen n.a. Ya Ya Tidak Oligopoli

Distributor >200 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >200 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

7 Ikan Tuna Produsen >50 Tidak Tidak Tidak Oligopsoni

Distributor <10 Ya Tidak Tidak Oligopoli

Pengecer >50 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

8 Ikan Tongkol Produsen >50 Tidak Tidak Tidak Oligopsoni

Distributor <10 Ya Tidak Tidak Oligopoli

Pengecer >50 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

9 Ikan Kembung Produsen >50 Tidak Tidak Tidak Oligopsoni

Distributor <10 Ya Tidak Tidak Oligopoli

Pengecer >50 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

10 Rokok Distributor 10 Tidak Signifikan Ya Oligopoli

Pengecer >300 Tidak Tidak Ya Persaingan monopolistis

11 Minyak Goreng Produsen 2 Ya Ya Ya/Tidak Duopoli

Distributor 50 Tidak Tidak Ya/Tidak Persaingan monopolistis

Pengecer >300 Tidak Tidak Ya/Tidak Persaingan monopolistis

12 Tahu Produsen 20-30 Ya Tidak Tidak Persaingan sempurna

Distributor 53 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >100 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

13 Gula Pasir Distributor 5 Tidak Tidak Ya/Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >300 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

14 Pasir Produsen n.a. Ya Ya Tidak Oligopoli

Distributor 8 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

Pengecer >30 Tidak Tidak Tidak Persaingan sempurna

15 Semen Produsen 1 Ya Ya Ya Monopoli

Distributor 7 Ya Ya Ya Oligopoli

Pengecer >30 Tidak Tidak Ya Persaingan monopolistis

Sumber : Hasil Survey, diolah

Struktur PasarNo Komoditas Peran

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

44

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

45

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Perbankan di Sumbar pada triwulan IV-2011 menunjukkan kinerja positif

dengan tingginya penyaluran pertumbuhan kredit. Penyaluran kredit bank

umum tercatat tumbuh 33,9% (yoy), sementara bank umum syariah tumbuh

19,2% (yoy) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 19,0% (yoy). Pertumbuhan

didorong oleh relatif rendah dan stabilnya inflasi. Selain itu, peningkatan kinerja

sektor pertanian dan sektor perdagangan mendorong penyerapan penyaluran

kredit.

Intermediasi perbankan di Sumbar terus berjalan dengan baik. Hal ini

diperlihatkan baik pada bank umum, bank umum syariah maupun BPR dengan

tingkat Loan-to-Deposit Ratio (LDR) melebihi 100%. Akselerasi pertumbuhan

penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) menyebabkan terjadinya aliran dana dari perbankan

atau lembaga keuangan lain dari luar wilayah operasional Sumbar.

Pengelolaan kualitas kredit yang telah disalurkan oleh bank umum secara

keseluruhan, termasuk di dalamnya bank umum syariah, dapat terus

terjaga dengan baik. Non-Performing Loan (NPL) bank umum syariah berada

pada level rendah di 2,32%, sementara bank umum syariah 1,23%. Ekspansi

peningkatan kredit oleh bank umum secara keseluruhan masih dapat diimbangi

dengan pengelolaan kualitas kredit dengan baik. Di sisi lain, pengelolaan kualitas

kredit oleh BPR masih perlu mendapat perhatian. Meski mulai membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya dari semula 8,04% menjadi 7,93%, namun

level tersebut masih berada di atas ambang maksimum yang ditetapkan Bank

Indonesia sebesar 5%. Dengan demikian, pengelolaan kualitas kredit oleh BPR ke

depan masih perlu mendapat perhatian penting untuk mencegah semakin

meningkatnya persentase jumlah kredit non-lancar dari total kredit yang telah

disalurkan.

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 46

3.1. Perkembangan Bank Umum

Tabel 3.1. Indikator Perkembangan Bank Umum di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data sementara hingga bulan November 2011

Jumlah aset bank umum di Sumbar pada triwulan IV-2011 menunjukkan

peningkatan. Total aset bank umum di Sumbar mencapai Rp34,67 triliun, atau

tumbuh 14,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara umum

pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu

tumbuh mencapai 21,9% (yoy). Ekspansi peningkatan aset bank umum di Sumbar

relatif tertahan menjelang akhir tahun. Perlambatan pertumbuhan aset terlihat

pada semua kelompok bank umum dibandingkan pertumbuhan di triwulan III.

Kelompok bank pemerintah tumbuh melambat dari semula 16,6% (yoy) menjadi

11,81% (yoy), begitu pula dengan kelompok bank swasta nasional dari 43,2%

(yoy) menjadi 24,4% (yoy).

III IV III IV* III-2011 IV-2011*

Aset 28,313,793 30,299,416 34,522,919 34,674,903 21.9% 14.4%

Giro 5,884,106 3,638,659 5,053,073 4,984,486 -14.1% 37.0% 21.8%

Tabungan 8,833,363 11,789,580 10,743,089 10,906,474 21.6% -7.5% 47.6%

Deposito 5,137,108 5,504,162 6,552,969 7,009,217 27.6% 27.3% 30.6%

Total DPK 19,854,577 20,932,401 22,349,131 22,900,178 12.6% 9.4%

Modal Kerja 7,397,298 7,492,715 9,809,589 10,311,070 32.6% 37.6% 35.7%

Investasi 3,676,283 4,451,697 4,640,476 4,881,963 26.2% 9.7% 16.9%

Konsumsi 9,894,870 9,626,106 13,309,890 13,695,331 34.5% 42.3% 47.4%

Total Kredit Jenis Penggunaan 20,968,451 21,570,517 27,759,955 28,888,363 32.4% 33.9%

Pertanian 2,497,316 2,519,373 3,003,776 3,073,373 20.3% 22.0% 10.6%

Pertambangan dan Penggalian 160,919 243,593 273,065 289,245 69.7% 18.7% 1.0%

Industri Pengolahan 1,617,883 2,192,169 2,164,606 2,484,160 33.8% 13.3% 8.6%

Listrik, Gas dan Air Bersih 5,243 7,786 5,422 6,144 3.4% -21.1% 0.0%

Konstruksi 276,079 257,527 320,761 335,669 16.2% 30.3% 1.2%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,673,357 5,018,127 5,688,661 5,975,609 21.7% 19.1% 20.7%

Pengangkutan dan Komunikasi 297,412 398,136 323,931 325,597 8.9% -18.2% 1.1%

Keuangan, Real Estate & Jasa Perush. 719,574 776,312 589,650 627,605 -18.1% -19.2% 2.2%

Jasa-jasa 825,799 531,389 2,080,192 2,075,630 151.9% 290.6% 7.2%

Lain-lain 9,894,870 9,626,106 13,309,890 13,695,331 34.5% 42.3% 47.4%

Total Kredit Sektor Ekonomi 20,968,451 21,570,517 27,759,955 28,888,363 32.4% 33.9%

LDR 105.6% 103.0% 124.2% 126.1%

NPL 2.82% 2.07% 2.32% 2.32%

Indikator Perbankan2010 Pangsa

IV-2011*

Pertumbuhan (yoy)2011

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

47

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank (yoy)

Grafik 3.2. Pertumbuhan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan (yoy)

Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Sumbar mengalami

perlambatan pertumbuhan seiring dengan banyaknya penarikan

simpanan menjelang akhir tahun. Total DPK bank umum di Sumbar pada

triwulan IV-2011 mencapai Rp22,9 triliun, atau tumbuh 9,4% dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini relatif melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 12,6% (yoy). Perlambatan dipicu

oleh penurunan pada jumlah tabungan sebesar 7,5% (yoy) menjadi Rp10,9 triliun.

Kondisi ini terjadi akibat banyaknya masyarakat yang menarik dana tabungannya

untuk memenuhi kebutuhan perayaan akhir tahun. Sementara pertumbuhan

jumlah deposito relatif stabil sepanjang triwulan III dan IV yang tumbuh masing-

masing mencapai 27,6% (yoy) dan 27,3% (yoy). Pada periode tersebut suku bunga

deposito untuk jangka 3 bulan mengalami peningkatan dari rata-rata 6,95%

menjadi 7,06%.

Sumber: SEKI Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Simpanan Bank Umum

Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Bank Umum

Bank Pemerintah

Bank Swasta Nasional

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

DPK Giro

Tabungan Deposito

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2009 2010 2011

Pe

rse

n

TabunganDeposito 1 Bulan Deposito 3 Bulan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%Total Kredit

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Konsumsi

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 48

Penyaluran kredit oleh bank umum semakin bergairah dengan

pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Total kredit

bank umum yang disalurkan pada triwulan IV-2011 mencapai Rp28,9 triliun,

tumbuh mencapai 33,9% (yoy). Peningkatan ini lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 32,4% (yoy). Salah satu sumber dari

tingginya pertumbuhan kredit berasal dari derasnya penyaluran kredit konsumsi

yang mencapai Rp13,7 triliun atau meningkat 42,3% (yoy), disusul oleh kredit

modal kerja mencapai Rp10,3 triliun dengan peningkatan sebesar 37,6% (yoy).

Sedangkan kredit investasi hanya tumbuh sebesar 9,7% (yoy) dengan total kredit

yang disalurkan sebesar Rp4,9 triliun. Tingginya pertumbuhan kredit konsumsi

didorong oleh bergairahnya konsumsi masyarakat, terutama untuk pemenuhan

konsumsi barang tahan lama (durable goods), salah satunya kendaraan bermotor.

Pada triwulan IV total kredit kendaraan bermotor sendiri mencapai Rp2,5 triliun

dan mengalami peningkatan pesat hingga 94,1% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Sumber: SEKI, Bank Indonesia

Grafik 3.5. Jumlah Kredit Bank Umum Menurut Kelompok Bank

Grafik 3.6. Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit

Pertumbuhan tinggi kredit modal kerja didorong oleh penyaluran kredit

pada kegiatan ekonomi yang membutuhkan modal berjangka pendek.

Penyaluran ke sektor ekonomi utama seperti sektor pertanian dan sektor

perdagangan pada triwulan IV masing-masing mencapai 22,0% (yoy) dan 19,1%

(yoy). Kedua sektor tersebut banyak menyerap kredit jangka waktu relatif pendek

terkait untuk memenuhi kebutuhan modal pada masa tanam serta modal awal

kegiatan perdagangan. Kredit di sekor pertanian dan sektor perdagangan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Trili

un

Ru

pia

h

Bank Pemerintah danBPD Bank Swasta Nasional

Bank Asing dan Bank Campuran

11

12

13

14

15

16

17

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011

2009 2010 2011

Pe

rse

n

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

49

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

keduanya mendominasi dengan proporsi sebesar 10,6% dan 20,7% dari total

kredit yang disalurkan oleh bank umum di Sumbar.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

Grafik 3.8. Komposisi Penyaluran Kredit Menurut Jenis Lapangan Usaha dan Non-Lapangan Usaha

Proporsi penyaluran kredit untuk kegiatan prdouktif terhadap total

kredit yang disalurkan masih relatif lebih tinggi dibandingkan untuk

kegiatan konsumtif. Persentase jumlah kredit untuk kegiatan produktif

(lapangan usaha) sebesar 52,6%. Pemenuhan kebutuhan kredit rumah tinggal dan

kendaraan bermotor mencapai 6,8% dan 8,6% dari kredit yang disalurkan.

Kondisi ini didukung oleh rata-rata suku bunga kredit yang mulai menunjukkan

arah penurunan, meski penurunannya relatif lambat. Dibandingkan akhir tahun

2010, rata-rata suku bunga kredit konsumsi menurun dari 14,53% menjadi

14,18%, sedangkan rata-rata suku bunga kredit modal kerja menurun dari 12,28%

menjadi 11,97%. Dengan demikian cost of fund meminjam kredit ke perbankan

menjadi relatif lebih rendah. Selain itu, transparansi Suku Bunga Dasar Kredit

(SBDK) perbankan diperkirakan dapat semakin mendorong kompetitifnya tingkat

persaingan suku bunga yang ditawarkan oleh masing-masing perbankan.

Fungsi intermediasi keuangan bank umum di Sumbar berjalan baik. Loan-

to-Deposit Ratio (LDR) bank umum di Sumbar mengalami peningkatan dari

semula 124,2% di triwulan III, menjadi 126,1% di triwulan IV. Namun demikian,

persentase yang melebihi 100% ini juga menunjukkan bahwa masih terdapatnya

ketergantungan sebagian pendanaan kredit dari perbankan atau lembaga

keuangan lainnya di luar wilayah operasional Sumbar. Lebih lagi, akselerasi

pertumbuhan kredit cenderung lebih besar dibandingkan DPK.

-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Pertanian

Industri Pengolahan

Konstruksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

IV-2011*

II-2011

III-2011 52.6%

6.8%

0.0%

0.4%

8.6%

31.5%

47.4%

Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha Rumah Tinggal

Flat dan Apartemen Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan)

Kendaraan Bermotor Lainnya

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 50

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.9. Perkembangan Non-Performing Loan (NPL) Bank Umum

Grafik 3.10. Perkembangan Jumlah Kredit Dalam Perhatian Khusus pada Bank Umum

Bank umum di Sumbar mampu mengelola kualitas kredit tetap terjaga.

Rasio Non-Performing Loan (NPL) pada triwulan IV sebesar 2,32%, relatif tidak

mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi ini masih jauh di

bawah ambang batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

Namun di sisi lain, bank umum di Sumbar perlu memperhatikan jumlah kredit

dalam perhatian khusus (kolektibilitas 2), di mana pada triwulan IV jumlahnya

mencapai Rp1,2 triliun atau mengalami peningkatan 12% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pengelolaan kualitas kredit perlu terus mendapat perhatian penting.

Upaya peningkatan akses kredit ke masyarakat harus tetap memperhatikan

prinsip kehati-hatian (prudential) dalam penyaluran kredit.

3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih menunjukkan peningkatan

meski dengan laju yang melambat. Total aset BPR pada triwulan IV-2011

mencapai Rp1,39 triliun, atau mengalami peningkatan 10,1% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini lebih lambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 15,2% (yoy). Namun

demikian, kinerja BPR masih relatif lebih baik dengan tetap mampu mencatatkan

peningkatan aset sebesar 4,5% dibandingkan triwulan sebelumnya terkait dengan

adanya penutupan satu unit BPR yang berpusat dan beroperasi di wilayah

Sumbar.

0

100

200

300

400

500

600

700

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

Mili

ar R

up

iahNPL (%) (LHS) NPL Nominal (RHS)

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Mili

ar R

upia

h

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

51

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

Tabel 3.2. Indikator Perkembangan BPR di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

*Data sementara

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.11. Pertumbuhan Aset Bank Perkreditan Rakyat di Sumbar (yoy)

Grafik 3.12. Pertumbuhan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan

Penyaluran kredit oleh BPR terus meningkat. Total kredit yang disalurkan

oleh BPR di Sumbar pada triwulan IV mencapai Rp965,3 miliar dengan

pertumbuhan mencapai 19,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya 14,0% (yoy). Sejalan dengan kinerja penyaluran kredit bank umum,

peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit didorong oleh terus meningkatnya

penyaluran kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Proporsi penyaluran kredit

modal kerja mencapai 64,9% dari total kredit yang disalurkan oleh BPR. Jumlah

kredit modal kerja pada triwulan IV mencapai Rp625,5 miliar atau tumbuh sebesar

19,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya

sebesar 13,0% (yoy).

(qtq) (yoy) (qtq) (yoy)

Aset 1,152,362 1,260,270 1,296,440 1,330,428 1,327,747 1,349,794 -0.2% 15.2% 1.7% 7.1%

Tabungan 423,653 498,021 544,018 550,886 508,967 525,773 -7.6% 20.1% 3.3% 5.6% 60.1%

Deposito 311,448 320,037 338,588 340,116 342,591 349,739 0.7% 10.0% 2.1% 9.3% 39.9%

Total DPK 735,101 818,059 882,606 891,001 851,558 875,512 -4.4% 15.8% 2.8% 7.0%

Modal Kerja 536,773 522,956 548,968 590,967 606,642 626,519 2.7% 13.0% 3.3% 19.8% 64.9%

Investasi 75,980 84,506 87,751 94,147 99,488 104,738 5.7% 30.9% 5.3% 23.9% 10.8%

Konsumsi 206,692 203,594 214,821 225,147 227,937 234,073 1.2% 10.3% 2.7% 15.0% 24.2%

Total Kredit Jenis Penggunaan 819,445 811,056 851,540 910,261 934,067 965,331 2.6% 14.0% 3.3% 19.0%

Pertanian 127,032 133,699 143,693 149,955 160,613 164,964 7.1% 26.4% 2.7% 23.4% 17.1%

Pertambangan dan Penggalian 0 1,241 1,782 2,358 2,519 2,548 6.8% - 1.2% 105.4% 0.3%

Industri Pengolahan 16,247 13,711 15,736 18,225 18,408 19,314 1.0% 13.3% 4.9% 40.9% 2.0%

Listrik, Gas dan Air Bersih 0 188 287 709 841 908 18.6% - 7.9% 383.3% 0.1%

Konstruksi 0 4,425 5,258 6,715 8,014 10,733 19.3% - 33.9% 142.6% 1.1%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 366,419 368,330 386,160 420,272 423,347 435,437 0.7% 15.5% 2.9% 18.2% 45.1%

Pengangkutan dan Komunikasi 0 16,336 19,954 23,382 24,977 27,141 6.8% - 8.7% 66.1% 2.8%

Keuangan, Real Estate & Jasa Perush. 0 2,827 2,080 2,487 2,829 3,186 13.7% - 12.6% 12.7% 0.3%

Jasa-jasa 95,342 66,705 61,768 61,011 64,582 67,025 5.9% -32.3% 3.8% 0.5% 6.9%

Lain-lain 214,405 203,594 214,821 225,147 227,937 234,073 1.2% 6.3% 2.7% 15.0% 24.2%

Total Kredit Sektor Ekonomi 819,445 811,056 851,540 910,261 934,067 965,331 2.6% 14.0% 3.3% 19.0%

LDR 111.5% 99.1% 96.48% 102.16% 109.69% 110.26%

NPL 10.34% 9.90% 10.24% 9.38% 8.04% 7.93%

Indikator Perbankan I-2011 III-2011Pertumbuhan III-2011 Pertumbuhan IV-2011*

IV-2010III-2010 II-2011Pangsa

IV-2011*IV-2011*

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

-20.00%

-15.00%

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%Total Kredit

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Konsumsi

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 52

Kredit modal kerja banyak terserap pada sektor ekonomi yang

membutuhkan permodalan jangka pendek seperti di sektor perdagangan.

Kredit yang disalurkan oleh BPR di sektor perdagangan pada triwulan IV

mencapai Rp435,4 miliar atau 45,1% dari total kredit yang disalurkan.

Pertumbuhan kredit BPR yang disalurkan ke sektor perdagangan terus mengalami

peningkatan dari semula 15,5% (yoy) di triwulan III menjadi 18,2% (yoy) di

triwulan IV. Di sisi lain, tingkat inflasi yang relatif terjaga mendorong tingginya

pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh BPR. Total kredit konsumsi yang

disalurkan oleh BPR pada triwulan IV mencapai Rp234,1 miliar dengan akselerasi

pertumbuhan pada dua triwulan terakhir lebih dari 20%, masing-masing sebesar

26,4% (yoy) dan 23,4% (yoy).

Upaya pengumpulan DPK dari masyarakat oleh BPR belum menunjukkan

kinerja terbaiknya di triwulan IV. Total DPK yang berhasil dihimpun oleh BPR

di triwulan IV sebesar Rp875,5 miliar dengan pertumbuhan 7,0% (yoy),

pertumbuhan ini jauh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu

mencapai 15,8% (yoy). Perlambatan pertumbuhan sangat terlihat pada jumlah

tabungan yang pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh 20,1% (yoy) kemudian

melambat hingga hanya tumbuh 5,6% (yoy) pada triwulan IV. Pada akhir tahun

masyarakat cenderung mencairkan simpanan tabungannya di BPR. Sedangan di

sisi lain, jumlah deposito relatif stabil dengan hanya mengalami koreksi

pertumbuhan dari 10,0% (yoy) menjadi 9,3% (yoy). Lebih tingginya suku bunga

deposito yang ditawarkan BPR dibandingkan bank umum masih menjadi daya

tarik tersendiri bagi masyarakat yang menyimpan dananya dalam bentuk deposito

di BPR.

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

*Data sementara Sumber: SEKDA Sumbar, Bank Indonesia

Grafik 3.13. Pertumbuhan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan

Grafik 3.14. Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) BPR

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Tabungan

Simpanan Berjangka

Total DPK0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

110.00%

120.00%

130.00%

140.00%

LDR (LHS)

NPL (RHS)

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

53

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

Dengan akselerasi pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan

penghimpunan DPK mendorong LDR BPR di Sumbar terus mengalami

peningkatan. Sepanjang triwulan III dan IV LDR BPR mengalami peningkatan dari

109,7% menjadi 110,3%. Persentase LDR yang melebihi 100% ini menunjukkan

bahwa pemenuhan penyaluran kredit oleh BPR masih memerlukan pasokan dana

dari lembaga keuangan lain di luar wilayah operasional Sumbar. Dengan

demikian secara umum, bank umum maupun BPR di Sumbar menghadapi situasi

di mana penyaluran kredit pada kegiatan ekonomi di daerah lebih tinggi

dibandingkan dana masyarakat yang disimpan di perbankan.

Pengelolaan kualitas kredit yang telah disalurkan oleh BPR masih perlu

mendapat perhatian. Rasio NPL mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya dari 8,04% menjadi 8,18%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan

ambang batas maksimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%. Melihat

hal ini, pengelolaan kualitas kredit oleh BPR perlu terus ditingkatkan, selain itu

BPR juga diharapkan secara konsisten menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

penyaluran kredit.

3.3. Perkembangan Bank Umum Syariah

Tabel 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Barat (Juta Rupiah)

Sumber: LBU, Bank Indonesia

Bank umum syariah di Sumbar terus menunjukkan ekspansinya dengan

pertumbuhan aset yang signifikan. Aset bank umum syariah menunjukkan

(qtq) (yoy) (qtq) (yoy)

Asset 1,591,115 1,809,378 2,007,576 2,223,021 2,595,237 2,790,871 16.7% 63.1% 7.5% 54.2%

DPK 1,066,721 1,287,672 1,242,610 1,430,481 1,546,132 1,726,768 8.1% 44.9% 11.7% 34.1% 100.0%

Giro 90,799 97,912 92,251 91,278 108,596 98,969 19.0% 19.6% -8.9% 1.1% 5.7%

Tabungan 535,240 665,378 616,725 661,962 738,146 752,288 11.5% 37.9% 1.9% 13.1% 43.6%

Deposito 440,682 524,382 533,634 677,241 699,390 875,511 3.3% 58.7% 25.2% 67.0% 50.7%

Pembiayaan Menurut Jenis Penggunaan 1,742,775 2,035,610 1,722,784 1,987,584 2,294,122 2,425,632 15.4% 31.6% 5.7% 19.2% 100.0%

Modal Kerja 620,449 621,674 534,870 587,822 610,765 686,326 3.9% -1.6% 12.4% 10.4% 28.3%

Investasi 158,406 187,038 152,334 171,578 184,570 204,474 7.6% 16.5% 10.8% 9.3% 8.4%

Konsumsi 963,920 1,226,898 1,035,580 1,228,184 1,498,787 1,534,832 22.0% 55.5% 2.4% 25.1% 63.3%

Pembiayaan Menurut Sektor Ekonomi 1,742,775 2,035,610 1,722,784 1,987,584 2,294,122 2,425,632 15.4% 31.6% 5.7% 19.2% 100.0%

Pertanian 38,354 36,128 29,184 38,663 40,895 53,625 5.8% 6.6% 31.1% 48.4% 2.2%

Pertambangan 2,619 2,384 1,811 1,511 1,284 784 -15.0% -51.0% -38.9% -67.1% 0.0%

Industri Pengolahan 13,420 13,194 9,915 13,026 14,460 59,209 11.0% 7.7% 309.5% 348.8% 2.4%

Listrik, Gas dan Air - - - - - - - - - - 0.0%

Konstruksi 6,642 5,873 4,349 5,533 5,591 5,864 1.0% -15.8% 4.9% -0.2% 0.2%

Perdagangan 311,487 321,555 220,651 247,475 268,340 295,276 8.4% -13.9% 10.0% -8.2% 12.2%

Transportasi dan Komunikasi 7,509 7,905 5,253 7,558 5,292 6,856 -30.0% -29.5% 29.6% -13.3% 0.3%

Jasa Dunia Usaha 335,144 352,541 345,147 395,906 402,994 386,006 1.8% 20.2% -4.2% 9.5% 15.9%

Jasa Sosial 63,680 69,132 57,693 49,728 56,479 83,180 13.6% -11.3% 47.3% 20.3% 3.4%

Lain-Lain 963,920 1,226,898 1,048,781 1,228,184 1,498,787 1,534,832 22.0% 55.5% 2.4% 25.1% 63.3%

Financing-to-Deposit Ratio (FDR) 163.4% 158.1% 138.6% 138.9% 148.4% 140.5%

Non-Performing Financing (NPF) 1.61% 1.21% 1.31% 1.31% 1.24% 1.23%

III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011*Pertumbuhan IV-2011*Pertumbuhan III-2011 Pangsa IV-

2011*

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 54

akselerasi pertumbuhan yang tinggi meski melambat jika dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu dari tumbuh 63,1% (yoy) menjadi 54,2% (yoy). Total aset bank

umum syariah pada triwulan mencapai Rp2,8 triliun. Upaya bank umum syariah

untuk semakin mengakar di Sumbar dimana dalam jangka waktu satu triwulan

terjadi peningkatan aset hingga 7,5% (qtq). Hal ini juga turut didukung dengan

upaya yang berkelanjutan dalam mensosialisasikan bank syariah di Sumbar.

Jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum syariah juga terus

mengalami pertumbuhan tinggi. Total DPK yang berhasil dihimpun pada

triwulan IV mencapai Rp1,7 triliun, atau mengalami pertumbuhan sebesar 34,1%

(yoy). Meski pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 44,9% (yoy) namun DPK yang

dihimpun didominasi oleh simpanan berjangka waktu lebih panjang. Proporsi

simpanan setara deposito di bank umum syariah mencapai 50,7% dari total DPK.

Pertumbuhannya juga terus meningkat dibandingkan triwulan lalu dari 58,7%

(yoy) menjadi 67,0% (yoy). Kondisi ini menguntungkan di sisi pengelolaan

likuiditas untuk mencegah terjadinya maturity mismatch dalam pembiayaan yang

disalurkan.

Sumber: LBBU, Bank Indonesia

Sumber: LBBU, Bank Indonesia

Grafik 3.15. Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Bank Umum Syariah (yoy)

Grafik 3.16. Perkembangan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Bank

Umum Syariah

Pembiayaan yang disalurkan bank umum syariah tumbuh melambat.

Secara umum pembiayaan bank umum syariah sangat didominasi oleh penyaluran

untuk kegiatan konsumtif yang proporsinya mencapai 63,3%. Dibandingkan

triwulan sebelumnya, pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan melambat dari

31,6% (yoy) menjadi 19,2% (yoy) dengan total mencapai Rp2,4 triliun.

Perlambatan dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan konsumsi yang melambat dari

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

Pe

rse

n

Asset

DPK

Pembiayaan

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

140.00%

160.00%

180.00%

FDR (%) (LHS)

NPF (%)

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

55

Bab III :Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang

31,6% (yoy) menjadi 19,2% (yoy). Kondisi ini diprakirakan adanya upaya bank

umum syariah yang mulai menggarap penyaluran pembiayaan pada kegiatan

produktif. Hal ini ditunjukkan dengan penyaluran pembiayaan modal kerja yang

semula menurun 1,6% (yoy) kemudian mengalami peningkatan sebesar 10,4%

(yoy).

Peran bank umum syariah dalam menggerakan sektor-sektor ekonomi

utama di Sumbar masih perlu ditingkatkan. Pembiayaan untuk kegiatan

produktif hanya terlihat untuk sektor perdagangan, dengan proporsi hanya

12,2% dari total pembiayaan. Penyaluran pembiayaan ke sektor pertanian sebagai

sektor ekonomi utama Sumbar terlihat masih minim, hanya 2,2% dari total

pembiayaan. Dengan demikian, harapan bank umum syariah ke depan dapat

memiliki perhatian besar dalam mengembangkan sektor-sektor ekonomi utama di

Sumbar.

Lebih tingginya jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum

syariah dibandingkan jumlah DPK yang berhasil dihimpun mendorong

tingginya Financing-to-Deposit Ratio (FDR). Pada triwulan IV FDR bank umum

syariah mencapai 140,5%, jauh lebih tinggi dibandingkan bank umum secara

keluruhan maupun BPR. Namun demikian, kualitas pembiayaan yang telah

disalurkan mampu tetap dijaga dengan baik dengan Non-Performing Financing

(NPF) yang hanya sebesar 1,23%, relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 1,24%.

3.4. Perkembangan Kredit di Kabupaten/Kota Sumatera Barat

Pertumbuhan kredit di kabupaten/kota selain kota padang mengalami

mencapai lebih dari 20%. Kondisi ini menggambarkan bank umum maupun

BPR menggarap lebih serius penyaluran kredit di kabupaten/kota di Sumbar selain

Kota Padang yang selama ini menjadi pusat kegiatan ekonomi di Sumbar.

Sementara itu penyaluran kredit di Kota Padang dalam jangka waktu satu tahun

terhadap total kredit yang disalurkan di Sumbar menurun dari 39,1% menjadi

33,6%. Perkembangan ekonomi di beberapa wilayah kabupaten/kota menjadi

sumber keuangan baru bagi penyaluran kredit baik oleh bank umum maupun

BPR.

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab III : Perkembangan Perbankan Daerah

Bank Indonesia Padang 56

Perkembangan menarik terlihat pada penyaluran kredit di Kab. Pasaman

yang prosinya membesar dari semula pada 2010 baru 6,0% dari total

kredit di Sumbar, setahun kemudian menjadi 11,3%. Selain kinerja

perkebunan kelapa sawit yang menggeliat di daerah tersebut, juga terdapat

potensi pertambangan bijih besi yang mulai digarap oleh investor. Seluas 500

hektar lahan kaki perbukitan Lubuk Sikaping diprakirakan menjadi penyumbang

kontribusi peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk

tambang biji besi. Rencana pembukaan tambang biji besi di kawasan Nagari Aia

Manggih dan Nagari Sundata Kecamatan Lubuk Sikaping akan dieksplorasi

perusahaan tambang PT Sumber Minera Bersama (PT SMB), dan kini telah

memasuki tahapan sosialisasi analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

Pada triwulan IV, penyaluran kredit di sektor pertambangan dan penggalian di

Kab. Pasaman mengalami peningkatan hingga 272,54% (yoy).

Tabel 3.4. Perkembangan Penyaluran Kredit oleh Bank Umum dan BPR di Kabupaten/Kota Sumatera Barat

(Juta Rupiah)

Sumber: SEKDA, Bank Indonesia *Data terakhir November 2011

Sementara itu, kabupaten/kota yang baik secara nominal maupun pertumbuhan

kreditnya cukup tinggi adalah Kab. Pasaman (131%), Kab. Agam (58,5%), Kab.

Sawahlunto/Sijunjung (42,2%) dan Kab. Tanah Datar (41%). Daerah-daerah tersebut

selain penyaluran kreditnya lebih dari Rp1 triliun, juga pertumbuhan kreditnya melebihi

40%.

III IV III IV* III-2011 IV-2011* IV-2010 IV-2011*

1 Kab. Agam 928,769 930,742 1,145,305 1,475,580 23.3 58.5 4.3 4.9

2 Kab. Pasaman 1,273,334 1,464,653 3,367,288 3,383,460 164.4 131.0 6.0 11.3

3 Kab. Limapuluh Koto 734,583 755,013 1,023,269 1,056,689 39.3 40.0 3.4 3.5

4 Kab. Solok Selatan 1,042,267 1,036,584 1,329,768 1,355,896 27.6 30.8 4.9 4.5

5 Kab. Padang Pariaman 719,544 1,084,589 1,096,127 1,137,836 52.3 4.9 3.4 3.8

6 Kab. Pesisir Selatan 1,501,887 1,636,432 1,987,554 2,004,760 32.3 22.5 7.0 6.7

7 Kab. Tanah Datar 728,651 722,603 995,976 1,018,831 36.7 41.0 3.4 3.4

8 Kab. Sawahlunto/Sijunjung 1,094,809 1,107,931 1,549,986 1,575,850 41.6 42.2 5.1 5.3

9 Kab. Kepulauan Mentawai 71,643 71,006 109,814 114,662 53.3 61.5 0.3 0.4

10 Kab. Pasaman Barat 540,383 365,403 526,742 566,629 -2.5 55.1 2.5 1.9

11 Kab. Dharmasraya 424,039 432,005 572,781 598,332 35.1 38.5 2.0 2.0

12 Kab. Solok 353,937 356,575 507,919 519,268 43.5 45.6 1.7 1.7

13 Kota Bukittinggi 1,206,523 1,266,230 1,664,363 1,753,657 37.9 38.5 5.6 5.9

14 Kota Padang 8,367,600 8,737,930 9,712,257 10,039,124 16.1 14.9 39.1 33.6

15 Kota Sawahlunto 232,869 235,589 333,653 336,420 43.3 42.8 1.1 1.1

16 Kota Padang Panjang 315,380 317,863 399,937 406,559 26.8 27.9 1.5 1.4

17 Kota Solok 657,345 673,914 858,530 921,641 30.6 36.8 3.1 3.1

18 Kota Payakumbuh 709,796 710,113 934,757 974,582 31.7 37.2 3.3 3.3

19 Kota Pariaman 479,280 476,397 577,996 613,918 20.6 28.9 2.2 2.1

21,382,640 22,381,574 28,694,022 29,853,694 34.2 33.4 100.0 100.0

Pertumbuhan (yoy) % Total Kredit Sumbar

SUMATERA BARAT

2010 2011Kabupaten/Kota

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

57

Perkembangan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat

Sumatera Barat Triwulan IV-2011

Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh perbankan di Sumbar

terus mengalami peningkatan. Realisasi outstanding kredit pada triwulan IV-2011

mencapai Rp968,89 miliar atau mengalami peningkatan 143,3% dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi plafond, terjadi peningkatan 119,0%

(yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp778,6 miliar menjadi Rp1,71 triliun. Geliat

Bank Nagari (BPD) dalam penyaluran KUR memiliki peran penting dalam

peningkatan realisasi outstanding maupun plafond KUR, di mana pada triwulan IV-

2011 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 332,1% (yoy) dan 416,1%

(yoy). Angka tersebut merupakan peningkatan tertinggi dibandingkan 6 bank umum

lainnya yang turut menyalurkan KUR di Sumbar pada periode yang sama.

Tabel Boks 3.1. Perkembangan Realisiasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sumatera Barat

*

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI

Jumlah debitur penerima KUR terus meningkat. Pada triwulan IV-2011

terjadi peningkatan jumlah debitur sebesar 65,2% (yoy) dari semula baru 72.000

debitur pada triwulan IV-2010 kemudian menjadi 118.921 debitur pada triwulan IV-

2011. Selain itu, rata-rata outstanding kredit per debitur terus mengalami

peningkatan. Sepanjang triwulan III dan IV meningkat dari semula Rp7,98

juta/debitur menjadi Ro8,15 juta/debitur.

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI

Gambar Boks 3.1. Pertumbuhan Realisasi KUR di Sumbar (%, yoy)

Gambar Boks 3.2. Proporsi Individual Bank dalam Realisasi Outstanding KUR

* Plafon kredit merupakan total nilai kredit yang disetujui; sedangkan Outstanding merupakan nilai kredit yang sudah dicairkan.

III IV I II III IV* III-2011 IV-2011*

Plafond (Juta Rupiah) 552,981 779,611 997,126 1,254,277 1,535,029 1,707,535 177.6% 119.0%

Outstanding (Juta Rupiah) 241,353 398,272 548,310 725,998 886,846 968,885 267.4% 143.3%

Debitur (Orang) 60,921 72,000 83,443 96,822 111,141 118,921 82.4% 65.2%

Rata-rata Outstanding/Debitur (Jt Rp/Org) 3.96 5.53 6.57 7.50 7.98 8.15

2010Kredit Usaha Rakyat (KUR)

2011 Pertumbuhan

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

Plafond Outstanding Debitur

IV-2010

I-2011

II-2011

III-2011

IV-2011*

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011*

NAGARI

BSM

BUKOPIN

BTN

MANDIRI

BRI

BNI

BO

KS

.3

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

58

Persentase undisbursed loan KUR terhadap total plafond masih

berada pada kisaran 40%. Jumlah undisbursed loan KUR di Sumbar pada triwulan

IV mencapai Rp738,7 miliar atau 43,3% dari plafond KUR. Persentase ini sedikit

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 42,2%. Meski

realisasi outstanding KUR mengalami peningkatan namun persentase undisbursed

loan tidak mengalami perubahan signifikan. Kondisi ini terkait dengan perbankan

yang masih berhati-hati dalam penyaluran KUR agar pengelolaan kualitas kredit

tetap terjaga sehingga dapat mencegah banyaknya penyaluran KUR yang macet.

Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI

Gambar Boks 3.4. Persentase Undisbursed Loan terhadap Plafond KUR

di Sumbar

Gambar Boks 3.5. Proporsi Realisasi Outstanding KUR di Sumbar Menurut

Sektor Ekonomi

Sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)

menjadi dua sektor utama penyaluran KUR di Sumbar. Penyaluran KUR di

sektor PHR pada triwulan IV mencapai Rp477,3 miliar (51,8% dari total outstanding

KUR), disusul oleh sektor pertanian sebesar Rp351,1 miliar (37,3%). Kedua sektor

tersebut selain merupakan sektor ekonomi utama Sumbar, juga banyaknya pelaku

ekonomi informal di sektor-sektor tersebut yang banyak membutuhkan KUR untuk

menyuntik pendanaan kegiatan usahanya. Bagi para pelaku ekonomi informal di

sektor pertanian dan sektor PHR, relatif lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman

melalui KUR dibandingkan melalui skema pinjaman produk perbankan dengan

berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

I II III IV I II III IV*

2010 2011

Pertanian37.32%

Pertambangan0.18%

Perindustrian3.00%

Listrik, Gas dan Air Bersih

0.10%Konstuksi

0.09%

Perdagangan, Hotel dan Restoran

51.80%

Pengangkutan dan Komunikasi

1.28%

Jasa Dunia Usaha5.39%

Jasa Sosial0.73%

Lain-lain0.10%

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab 2 : Keuangan Pemerintah Daerah

Bank Indonesia Padang 59

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumatera Barat terus

mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya kegiatan ekonomi di

daerah. Peningkatan penerimaan ditopang oleh semakin tingginya penerimaan

pajak perdagangan internasional. Kebijakan restrukturisasi tarif untuk produk

kelapa sawit oleh pemerintah pusat mendorong peningkatan penerimaan Bea

Keluar di tengah harga kelapa sawit yang relatif kompetitif di pasar internasional.

Selain itu, masih tingginya tingkat konsumsi masyarakat berkontribusi pada

peningkatan realisasi penerimaan pajak dalam negeri dari Pajak Pertambahan

Nilai (PPN). Namun di sisi lain, pemerintah daerah kini tidak lagi mengirimkan

realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

kepada pemerintah pusat mengingat pemungutannya sudah sepenuhnya

dialihkan ke pemerintah daerah pada 2011.

Dari sisi APBD, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada 2011 lebih

tinggi dibandingkan yang ditargetkan. Kenaikan ini bersumber semakin

tingginya realisasi penerimaan pajak daerah terutama dari kendaraan bermotor

yang penjualannya di Sumbar terus mengalami peningkatan. Penerimaan retribusi

daerah juga terus meningkat terkait dengan penerapan peningkatan tarif

retribusi jasa umum di beberapa daerah di Sumbar.

Belanja operasional masih mendominasi total belanja APBD Sumbar. Porsi

belanja operasional mencapai 68,31% dari total belanja dengan realisasi pada

2011 mencapai 90,58%. Sebagian besar belanja operasional digunakan untuk

pemenuhan belanja pegawai. Di sisi lain belanja modal realisasinya sedikit lebih

rendah dengan mencapai 88,35%. Salah satu penyebab realisasi belanja modal di

bawah 90% ditenggarai karena pemerintah daerah sedikit menghadapi kendala

dalam realisasi belanja tanah sehingga menyebabkan realisasinya menjadi kurang

optimal.

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang 60

4.1. Keuangan Pemerintah Daerah

Realisasi pendapatan APBD pada 2011 melebihi dari yang ditargetkan.

Realisasi total pendapatan ABPD Sumbar 2011 mencapai 105,45% atau sebesar

Rp2,18 triliun. Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan kontribusi sebesar

56,06% dari total pendapatan dalam APBD. Realisasi PAD juga melebihi target

dengan mencapai 106,73%. Peningkatan ini bersumber dari meningkatnya

penerimaan pendapatan pajak daerah, salah satunya berasal dari pajak kendaraan

bermotor. Penjualan kendaraan bermotor, khsususnya sepeda motor di Sumbar

terus meningkat seiring dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Selain

itu, peningkatan tarif retribusi melalui penerbitan Perda Retribusi Jasa Umum

Daerah di beberapa daerah di Sumbar juga menjadi faktor realisasi penerimaan

pendapatan retribusi daerah yang mencapai hingga 128,98%.

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sumbar 2011

Sumber:Biro Aministrasi Pembangunan Prov.Sumbar

Persentase Dana Perimbangan terhadap total pendapatan APBD secara

perlahan cenderung menurun. Dana Perimbangan berupa transfer dari

pemerintah berkontribusi 42,67% dari total pendapatan APBD. Total realisasi

dana perimbangan pada ABPD 2011 sebesar Rp931,88 miliar, sebagian merupakan

(rupiah)

Anggaran Realisasi %

2011 2011

Pendapatan 2,071,161,195,841 2,183,994,619,304 105.45

Pendapatan Asli Daerah 1,147,303,769,956 1,224,450,384,813 106.72

Pendapatan Pajak Daerah 933,800,000,000 983,465,481,647 105.32

Pendapatan Retribusi Daerah 32,331,466,136 41,701,484,580 128.98

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan

80,602,797,176 80,453,318,003 99.81

Lain-lain PAD yang Sah 100,569,506,644 118,830,100,583 118.16

Pendapatan Transfer 916,476,378,503 950,532,271,627 103.72

Transfer Pemerintah Pusat Dana

Perimbangan896,761,428,503 931,882,621,627 103.92

Bagi Hasil Pajak 90,617,393,503 118,939,453,680 131.25

Bagi Hasil Sumber Daya Alam 1,609,290,000 7,084,049,058 440.20

Dana Alokasi Umum 763,801,445,000 764,680,895,000 100.12

Dana Alokasi Khusus 40,733,300,000 41,178,223,889 101.09

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 19,714,950,000 18,649,650,000 94.60Dana Otonomi Khusus - - -

Dana Penyesuaian 19,714,950,000 18,649,650,000 94.60

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 7,381,047,382 9,011,962,864 122.10

Pendapatan Hibah 7,381,047,382 9,011,962,864 122.10

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

61

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang

Dana Alokasi Umum (DAU) yang nilainya mencapai Rp764 miliar, atau 35% dari

total pendapatan APBD Sumbar. Persentase ini relatif menurun jika dibandingkan

tahun sebelumnya yang porsinya sebesar 38,8%. Proporsi DAU dalam pendapatan

daerah secara perlahan berkurang seiring dengan semakin meningkatnya upaya

Pemda Sumbar dalam meningkatkan PAD, terutama melalui peningkatan objek

pajak daerah ataupun merupakan implikasi dari pengalihan pajak pemerintah

pusat menjadi pajak pemerintah daerah, seperti halnya pada kasus BPHTB.

Tabel 4.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumbar 2011

Sumber:Biro Aministrasi Pembangunan Prov.Sumbar

Belanja APBD mampu dipacu selama triwulan akhir 2011 sehingga

realisasinya dapat mencapai 89,67%. Realisasi belanja operasional pada APBD

2011 sebesar Rp1,14 triliun, atau 90,58% dari yang dianggarkan. Belanja

operasional mendominasi total belanja hingga 68,31%, termasuknya di dalamnya

belanja pegawai yang porsinya mencapai 34,24%. Sementara di sisi lain proporsi

belanja modal terhadap total belanja sebesar 31,53%, relatif lebih rendah

(rupiah)

Anggaran Realisasi %

2011 2011

Belanja 1,856,989,802,919 1,665,104,608,933 89.67

Belanja Operasi 1,255,623,355,159 1,137,404,007,321 90.58

Belanja Pegawai 619,228,362,410 570,201,145,821 92.08

Belanja Barang 496,831,834,564 440,340,498,780 88.63

Bunga - - -

Subsidi - - -

Hibah 44,217,000,000 40,604,038,535 91.83

Bantuan Sosial 95,346,158,185 86,258,324,185 90.47

Belanja Modal 594,235,929,725 525,014,116,890 88.35

Belanja Tanah 14,254,915,958 5,195,332,450 36.45

Belanja Peralatan dan Mesin 71,292,486,873 64,200,259,947 90.05

Belanja Gedung dan Bangunan 168,578,074,585 154,991,123,660 91.94

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 337,579,637,609 298,444,372,683 88.41

Belanja Aset Tetap Lainnya 2,530,814,700 2,183,028,150 86.26

Belanja Tidak Terduga 7,130,518,035 2,686,484,722 37.68

Transfer 471,275,270,582 467,761,183,532 99.25

Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota 471,275,270,582 467,761,183,532 99.25

Bagi Hasil Pajak ke Kab/Kota 402,995,187,630 402,995,187,630 100.00

Bagi Hasil Retribusi ke Kab/Kota

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke

Kab/Kota 68,280,082,952 64,765,995,902 94.85

Jumlah Belanja dan Transfer 2,328,265,073,501 2,132,865,792,465 91.61

Surplus/Defisit (257,103,877,660) 51,128,826,839 -19.89

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang 62

dibandingkan belanja operasional. Total realisasi belanja modal APBD 2011

sebesar Rp525,01 miliar atau 88,35% dari anggaran. Realisasi belanja modal

sedikit mengalami kendala terutama pada realisasi belanja tanah yang hanya

mampu mencapai 36,45%. Upaya pengadaan tanah di Sumbar yang banyak

diwarnai dengan kepemilikan tanah ulayat diprakirakan menjadi salah satu

kendala kurang optimalnya belanja tanah oleh pemerintah daerah.

Realisasi APBD Sumbar pada 2011 diprakirakan mengalami surplus

mengingat realisasi penerimaan yang melebihi yang ditargetkan. Surplus

pada 2011 diprakirakan dapat mencapai Rp51,13 miliar, meskipun anggaran

sebelumnya memperkirakan akan terjadi defisit sebesar Rp257,1 miliar. Dengan

realisasi penerimaan pendapatan yang melebihi 100%, disertai realisasi belanja

berada di bawah 100%, dipastikan neraca akhir APBD Sumbar 2011 akan

mengalami surplus.

4.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pemerintah pusat di wilayah Sumbar terus meningkat seiring

dengan penerimaan dari kegiatan ekonomi yang semakin marak di

Sumbar. Pada triwulan IV-2011 total penerimaan pemerintah pusat di Sumbar

mencapai Rp7,36 triliun, atau meningkat sebesar 44,15% dibandingkan periode

yang sama tahun lalu. Maraknya kegiatan ekspor Sumbar khususnya komoditas

unggulan kelapa sawit dan karet, serta impor kebutuhan bahan baku produksi

maupun barang konsumsi mendorong peningkatan penerimaan pajak

perdagangan internasional dari tahun lalu sebesar Rp809,44 miliar menjadi Rp2,60

triliun, atau mengalami peningkatan hingga 221,31%. Selain itu, aktivitas

pertambangan batubara juga mendorong peningkatan penerimaan Sumber Daya

Alam (SDA) secara signifikan sebesar 352,83%, dari semula Rp13,23 miliar menjadi

Rp59,89 miliar.

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

63

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang

Sumber : Kemenkeu RI, diolah Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik 4.1. Penerimaan Pajak APBN di Sumbar Grafik 4.2. Persentase Penerimaan Pajak APBN

di Sumbar

Persentase penerimaan pajak perdagangan internasional terhadap total

penerimaan pajak semakin meningkat terkait dengan penerapan

peraturan Menteri Keuangan mengenai Bea Keluar produk kelapa sawit.

Penerimaan pajak perdagangan internasional tahun sebelumnya baru sebesar

15,86% dari total penerimaan pajak, namun kemudian meningkat secara

signifikan menjadi 35,35%. Peningkatan dominan terutama bersumber dari

meningkatnya penerimaan Bea Keluar sebesar 226,12% dari tahun sebelumnya

hanya Rp786,31 miliar, kini menjadi Rp2,56 triliun. Kebijakan restrukturisasi tarif

bea keluar ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 Nomor

128/PMK.011/2011 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar

dan Tarif Bea Keluar Crude Palm Oil (CPO) dan Produk Turunannya menjadi faktor

meningkatnya penerimaan Bea Keluar.

Kebijakan restrukturisasi tarif bea keluar produk kelapa sawit

dikeluarkan oleh pemerintah utamanya bertujuan untuk mendorong

hilirisasi dan stabilitas harga domestik. Restrukturisasi tarif yang ditetapkan

berupa perubahan batas bawah atau threshold menjadi US$750 per ton. Artinya,

eksportir akan dikenakan Bea Keluar sebesar 1.5% pada saat harga rata-rata CPO

di luar negeri sebesar US$751-US$800 per ton. Bea Keluar sendiri ditetapkan

maksimal 22,5% pada saat harga rata-rata di atas US$1.250 per ton. Sementara

Tandan Buah Segar (TBS) dikenakan tarif flat sebesar 40% dan Bungkil Kelapa

Sawit dikenakan tarif flat sebesar 20%. Kondisi kegiatan perkebunan kelapa sawit

di Sumbar, sebagian besar produksi kelapa sawit masih berupa minyak sawit

mentah (Crude Palm Oil). Hilirisasi produk kelapa sawit di Sumbar masih relatif

kurang berkembang dibandingkan daerah lain di Sumatera yang juga penghasil

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Mili

ar R

p

Mili

ar R

p

Total Pendapatan

Pajak Dalam Negeri

Pajak Perdagangan Internasional (aksis kanan)

89

.41

%

85

.18

%

88

.50

%

85

.49

%

71

.83

%

54

.47

%

0.99% 2.05% 0.40% 1.57%

15

.86

%

35

.35

%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Rasio Pajak Dalam Negeri thd Total Pendapatan

Rasio Pajak Perdagangan Internasional thd Total Pendapatan

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang 64

kelapa sawit, seperti di Sumatera Utara maupun Riau. Maka, dengan rata-rata

harga CPO di pasar internasional sepanjang 2011 sebesar USD1.073,63/metrik ton

dan masih banyaknya pelaku perkebunan kelapa sawit yang mengekspor produk

tersebut, terus mendorong terjadinya peningkatan penerimaan Bea Keluar.

Sumber : Kemenkeu RI, diolah Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik 4.3. Penerimaan Pajak Dalam Negeri

APBN di Sumbar Grafik 4.4. Persentase Penerimaan Pajak Dalam

Negeri APBN di Sumbar

Persentase Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap total penerimaan

pajak dalam negeri semakin membesar seiring kegiatan konsumsi

masyarakat yang terus meningkat. Persentase PPN terhadap total penerimaan

pajak dalam negeri meningkat dari 38,40% pada tahun sebelumnya menjadi

47,57%. Dalam periode yang sama terjadi peningkatan secara signifikan sebesar

35,4% dari semula Rp1,41 triliun menjadi Rp1,91 triliun. Tingkat inflasi yang relatif

stabil dibandingkan tahun lalu dan juga adanya penyesuaian Upah Minimum

Propinsi (UMP) mendukung semakin bergairahnya konsumsi masyarakat yang

kemudian berdampak pada peningkatan penerimaan PPN dari barang-barang

konsumsi. Peningkatan UMP sebesar 12,23% dari semula pada 2010 sebesar

Rp940.000 per bulan menjadi Rp1.055.000 per bulan juga menjadi salah satu

faktor peningkatan penerimaan pajak penghasilan sebesar 4,34% dari semula

Rp3,67 triliun menjadi Rp4,01 triliun.

Pemerintah pusat kini sepenuhnya tidak lagi menerima Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pada realisasi penerimaan APBN di

wilayah Sumbar di triwulan IV-2011 sudah tidak tercatat lagi penerimaan BPHTB

karena sudah diserahkan sepenuhnya ke pemerintah daerah. Pemerintah pusat

sebelumnya melalui Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah mengeluarkan kebijakan untuk mengalihkan beberapa jenis

pajak yang sebelumnya merupakan pajak Pemerintah Pusat menjadi Pajak Daerah,

769

969

1,571

1,773

1,896 1,979

51

4

61

1

94

9 1,0

78

1,4

08

1,9

06

28

6

32

3

30

8

29

9

28

5

73

19

18

25

26

33

-25

29

35

37

44

49

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Miliar Rp

Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Bumi dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pendapatan Pajak Lainnya

50

.74

%

51

.89

%

54

.39

%

55

.19

%

51

.73

%

49

.38

%

33

.86

%

32.7

3%

32

.87

%

33

.54

%

38

.40

%

47

.57

%

18.89% 17.30%10.65% 9.30% 7.78%

1.83%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Pendapatan Pajak Lainnya

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Pertambahan

Nilai

Pajak Penghasilan

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

65

Bab IV : Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang

salah satunya BPHTB. Kewenangan pemungutan BPHTB oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota ini telah dilaksanakan secara efektif sejak 1 Januari 2011.

Kebijakan ini sendiri dikeluarkan untuk lebih mendorong tercapainya

kemandirian pengelolaan penerimaan daerah.

Sumber : Kemenkeu RI, diolah Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik 4.5. Belanja APBN di Sumbar Grafik 4.6. Persentase Belanja APBN di Sumbar

Sumber : Kemenkeu RI, diolah Sumber : Kemenkeu RI, diolah Grafik 4.7. Persentase Belanja Operasional APBN

di Sumbar Grafik 4.8. Belanja Operasional APBN di Sumbar

Peningkatan realisasi belanja modal berkontribusi pada lebih tingginya

realisasi belanja APBN di Sumbar dibandingkan tahun lalu. Persentase

belanja modal meski masih relatif kecil dibandingkan belanja operasional, namun

secara perlahan menunjukkan peningkatan proporsi dari 21,97% menjadi 28,41%

dari total belanja. Sebaliknya belanja operasional menurun dari 78,03% menjadi

71,59%. Realisasi belanja modal meningkat 42,03% dibandingkan tahun lalu dari

Rp1,35 triliun menjadi Rp1,91 triliun terkait dengan realisasi belanja untuk

pembangunan infrastruktur berupa jalan maupun irigasi di beberapa wilayah

Sumbar yang meningkat sebesar 54,30%. Selain itu, belanja modal peralatan dan

mesin juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 169,33% dari Rp154,6

miliar menjadi Rp416,5 miliar. Peningkatan ini diprakirakan berasal dari realisasi

2,943

3,634

4,252

5,442

6,125

6,727

2,356

3,035 3,359

4,479 4,779 4,816

586 600 894 963

1,346

1,911

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Mili

ar

Rp Total Belanja

Belanja Operasional

Belanja Investasi

80.0

8%

83.5

0%

78.9

8%

82.3

1%

78.0

3%

71.5

9%

19.9

2%

16.5

0%

21.0

2%

17.6

9%

21.9

7%

28.4

1%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Belanja Operasional Belanja Investasi

43

.73

%

43

.15

%

45

.82

%

37

.28

%

40

.39

%

45

.94

%

20

.51

%

19

.91

%

16

.97

%

22

.00

%

24

.66

%

27

.30

%

23

.23

%

21

.13

%

20

.68

%

25

.19

%

18

.87

%

11

.69

%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Belanja Pegawai Belanja Barang

Belanja Bantuan Sosial Belanja Lain-Lain

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

IV-2006 IV-2007 IV-2008 IV-2009 IV-2010 IV-2011

Mil

iar

Rp

Mil

iar

Rp Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Lain-Lain

Belanja Operasional

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab IV :Perkembangan Keuangan Daerah

Bank Indonesia Padang 66

belanja untuk peremajaan dan pengadaan baru mesin maupun peralatan untuk

memenuhi kebutuhan satuan kerja pemerintah pusat yang berada di daerah.

Realisasi belanja operasional sebagian besar terserap untuk pemenuhan

belanja pegawai. Persentase belanja pegawai terhadap total belanja operasional

mencapai 45,94%. Dibandingkan tahun lalu realisasinya mengalami peningkatan

sebesar 14,61% dari Rp1,93 triliun menjadi Rp2,21 triliun. Penyesuaian gaji dan

tunjangan pada 2011 berkontribusi terhadap terjadinya peningkatan belanja

pegawai ini. Di sisi lain, pos belanja barang juga mengalami peningkatan sebesar

11,55%, sedangkan belanja sosial menurun 37,32% terkait dengan relatif tidak

begitu banyaknya kejadian bencana alam atau sosial dibandingkan tahun lalu.

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

67

Struktur Belanja Daerah di Kawasan Sumatera

dan Perannya dalam Mendorong Perekonomian

Total belanja daerah di APBD provinsi (termasuk

kabupaten/kota) memiliki kecenderungan terus mengalami

peningkatan. Pada 2011 total belanja APBD Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota se-Sumatera mencapai sekitar Rp125 triliun. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 10 tahun telah terjadi peningkatan

lebih dari Rp100 triliun jika dibandingkan total belanja pada 2001 yang baru

sekitar Rp23 triliun.

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Gambar Boks 4.1. Total Belanja Daerah APBD Pemerintah Provinisi dan Kab/Kota di Sumatera

Gambar Boks 4.2. Total Belanja Pegawai APBD Pemerintah Provinisi dan Kab/Kota di Sumatera

Belanja pegawai menjadi penggerak utama kenaikan belanja

daerah. Pangsa belanja pegawai terhadap total belanja APBD Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sumatera bervariasi pada kisaran 34-57%.

Berdasarkan pengamatan selama 10 tahun, terjadi peningkatan belanja

pegawai rata-rata mencapai 18% per tahun. Adapun faktor-faktor yang

menyebabkan terus menggelembungnya belanja pegawai antara lain adalah

terus meningkatnya jumlah pegawai, serta adanya wewenang masing-masing

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memberikan tunjangan bagi

peningkatan kesejahteraan untuk para pegawainya.

Peran stimulus APBD di Sumatera terhadap perekonomian

relatif terbatas. Beberapa indikator menunjukkan bahwa peran APBD

dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah justru mengalami penurunan.

Rasio belanja modal perkapita sebagai indikator penyediaan layanan publik

menunjukkan tren yang menurun di semua provinsi, termasuk Riau yang

memiliki sumber yang lebih melalui hasil minyak dan gas bumi dibandingkan

BO

KS

.4

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

68

provinsi lain. Selain itu, APBD juga memiliki kecenderungan relatif tidak

dapat mengejar kebutuhan perekonomian dimana rasio APBD terhadap PDRB

terus menurun di semua provinsi.

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Gambar Boks 4.3. Perkembangan Belanja Modal APBD Pemerintah Provinisi dan Kab/Kota di

Sumatera

Gambar Boks 4.4. Perkembangan Belanja Modal APBD Pemerintah Provinisi dan Kab/Kota di

Sumatera Per Kapita

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Gambar Boks 4.5. Rasio Belanja Modal APBD Pemerintah Provinisi dan Kab/Kota terhadap PDRB di Sumatera

Kemandirian fiskal belum terlihat. Selama satu dekade kebijakan

desentralisasi fiskal belum mampu menunjukkan adanya kemandirian fiskal.

Rasio PAD terhadap Total pendapatan masih stagnan di bawah 15% kecuali di

Kep.Riau dan Sumatera Utara. Bahkan Aceh memiliki rasio PAD terhadap total

pendapatannya hanya sekitar 5%. Ketergantungan daerah terhadap Dana

Alokasi Umum (DAU) dalam struktur pendapatan APBD-nya juga masih tinggi

dan relatif tidak banyak berubah dalam 5 tahun terakhir. Hanya Riau dan

Kepri yang memiliki pangsa DAU cukup rendah di bawah 30% dari total

pendapatan APBD. Sebagian besar daerah di kawasan Sumatera (Aceh,

Sumbar, Jambi, Bengkulu, Lampung dan Babel) memiliki pangsa DAU

melampaui 50%.

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

69

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Sumber: Kementerian Keuangan RI

Gambar Boks 4.6. Rasio DAU terhadap Total Pendapatan APBD Pemerintah Provinisi dan

Kab/Kota terhadap PDRB di Sumatera

Gambar Boks 4.7. Rasio PAD terhadap Total Pendapatan APBD Pemerintah Provinisi dan

Kab/Kota terhadap PDRB di Sumatera

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

2007

2008

2009

2010

2011

0

10

20

30

40

50

60

70

80%

2007

2008

2009

2010

2011

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

70

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab 2 : Keuangan Pemerintah Daerah

Bank Indonesia Padang 71

BAB V

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Nilai net inflow transaksi tunai di Sumatera Barat pada triwulan IV

semakin menurun seiring dengan banyaknya transaksi outflow pada dua

bulan terakhir di triwulan IV. Kebutuhan penggunaan transaksi tunai

menjelang akhir tahun meningkat dengan sejumlah realisasi konsumsi dan belanja

pemerintah, dan juga dengan tingginya konsumsi masyarakat terkait liburan akhir

tahun.

Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan mengalami

peningkatan seiring dengan akumulasi penggunaan uang tunai selama

setahun yang menurunkan kualitas uang. Kondisi ini merupakan gejala

siklikal seperti pada periode sebelumnya dan diperkirakan jumlahnya masih relatif

tinggi hingga triwulan I-2012. Di samping itu, temuan uang palsu juga relatif

meningkat seiring dengan tingginya penggunaan transaksi tunai pada akhir

tahun.

Transaksi non tunai menggunakan transkasi kliring relatif stabil. Transaksi

melalui kliring pada 55 kantor bank di Sumbar yang tercatat sebagai peserta

secara nominal relatif stabil. Sementara volume transaksi BI-RTGS mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh tingginya

transaksi dari Sumbar ke luar wilayah Sumbar.

Transaksi menggunakan fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

diperkirakan akan semakin mudah dengan jaringan interkoneksi yang

semakin luas. Dengan adanya interkoneksi Jaringan ATM dua bank besar antara

Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA) diperkirakan akan semakin

memudahkan masyarakat baik secara umum maupun di Sumbar dalam

memanfaatkan jasa perbankan melalui ATM.

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang 72

5.1 Transaksi Tunai

Sumatera Barat meski masih mengalami net inflow pada triwulan IV

namun nilainya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Net

inflow pada triwulan IV hanya sebesar Rp102 miliar, jauh lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,59 triliun. Jumlah

transaksi inflow pada triwulan IV sebesar Rp1,67 triliun, menurun signifikan

51,68% dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika melihat perkembangan transaksi

bulanan, menurunnya jumlah net inflow disebabkan oleh perkembangan

transaksi tunai pada bulan November dan Desember yang mengalai net outflow

masing-masing sebesar Rp166,22 miliar dan Rp221,02 miliar. Net outflow

menunjukkan bahwa uang yang ditarik oleh perbankan Sumbar dari Bank

Indonesia Padang lebih tinggi dibandingkan yang disetorkan. Net outflow pada

kedua bulan tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya kebutuhan transaksi

tunai untuk memenuhi permintaan sejumlah realisasi konsumsi pemerintah

menjelang akhir tahun dan juga konsumsi masyarakat yang meningkat terkait

liburan akhir tahun.

Sumber : BI

Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow)

Sumber : BI

Grafik 5.2. Perkembangan Aliran Uang Kas Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) setiap bulan

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan efektivitas

dan efisiensi manajemen kas perbankan serta mengoptimalkan

pengolahan uang oleh perbankan. Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran

(SE) BI No.13/9/DPU tanggal 5 April 2011 perihal Penyetoran dan Penarikan Uang

Rupiah oleh Bank Umum di Bank Indonesia yang mencabut SE BI No. 9/37/DPU

tanggal 27 Desember 2007. Dengan ketentuan tersebut, perbankan diberi

kelonggaran dalam hal penyetoran Uang Layak Edar (ULE) dan Uang Tidak Layak

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Tri

liu

n R

p

Inflow Outflow Net Inflow

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011

Trili

un

Rp

Inflow Outflow Net Inflow

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

73

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang

Edar (UTLE) ke Bank Indonesia. Kebijakan ini diharapkan dapat menjaga kualitas

uang yang beredar di masyarakat semakin baik.

Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan meningkat

terkait dengan akumulasi penggunaan transaksi uang tunai selama

setahun yang menurunkan kualitas uang. UTLE yang dimaksudkan

merupakan uang lusuh, uang cacat, uang rusak maupun uang yang telah dicabut

serta ditarik dari peredaran. Jumlah UTLE pada triwulan IV mencapai Rp1,4 trilun,

jika dibandingkan triwulan sebelumnya meningkat signifikan hingga 267,7% dari

Rp381 miliar. Rasio UTLE terhadap jumlah transaksi inflow mencapai 84,15%, jauh

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,06%. Hal tersebut

merupakan kondisi siklikal mengingat penggunaan uang tunai selama setahun

semakin menurunkan kualitas uang dan terakumulasi di akhir tahun. Seperti pada

periode-periode sebelumnya, jumlah UTLE diprakirakan akan masih tinggi hingga

triwulan I-2012, dan mulai kembali mengalami penurunan pada triwulan II dan III.

Sumber : BI

Grafik 5.3. Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

Sumber : BI

Grafik 5.4. Jumlah Temuan Uang Palsu Menurut Pecahan Triwulan III-2011 di Sumatera Barat

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan transaksi tunai pada akhir

tahun diwarnai dengan semakin banyaknya temuan uang palsu. Pada

triwulan IV ditemukan uang palsu hingga 142 lembar, lebih tinggi dibandingkan

trwiulan sebelumnya yang ditemukan 83 lembar. Pecahan uang Rp100.000 dan

Rp50.000 dengan emisi penerbitan 1993-2005 menjadi media utama upaya

peredaran uang palsu di Sumbar. Dengan semakin banyaknya transaksi tunai

menjelang akhir tahun pada bulan November dan Desember probabilitas

ditemukan uang palsu menjadi semakin besar. Penemuan uang palsu di Bank

Indonesia Padang berasal baik dari masyarakat melalui penukaran uang di loket

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Tri

liu

n R

p

%

Rasio PTTB terhadap inflow PTTB (Sisi Kanan)

5

25

45

65

85

105

125

145

165

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Le

mb

ar

Juta

Rp

Nominal (sisi kiri) Lembar (sisi kanan)

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang 74

maupun berasal dari setoran bank melalui proses Hitung Ulang Manual (HUM)

dan Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK).

Bank Indonesia terus berupaya untuk menekan jumlah peredaran uang

palsu di masyarakat. Bank Indonesia terus melakukan kerjasama yang lebih

intensif baik dengan POLRI, Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Koordinasi

Pemberantasan Uang Palsu (BOTASUPAL) serta aparat penegak hukum lainnya

mengenai hasil temuan uang palsu. Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan

sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah ke berbagai level masyarakat

maupun kalangan perbankan dengan tujuan agar peredaran uang palsu dapat

semakin ditekan. Dengan dikeluarkan dan diedarkannya desain baru pecahan

Rp100.000; Rp50.000 dan Rp20.000 dengan menambahkan berbagai fitur

pengaman baru oleh Bank Indonesia diharapkan dapat semakin mempersulit

upaya pencetakan uang palsu.

5.2 Transaksi Kliring

Perkembangan transaksi non-tunai melalui kliring secara nominal relatif

stabil. Rata-rata harian perputaran kliring pada triwulan IV sebanyak 1.497

lembar, menurun sekitar 3,0% dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang

rata-rata per harinya sebanyak 1.543 lembar. Namun demikian jika melihat secara

nominal rata-rata harian perputaran kliring sepanjang triwulan III dan IV relatif

stabil dengan terjadi sedikit peningkatan dari Rp67,5 miliar menjadi Rp68,7 miliar.

Rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp45,9 juta/lembar, meningkat dari

sebelumnya Rp43,7 juta/lembar. Hingga triwulan IV tercatat 55 kantor bank di

Sumbar yang terdaftar sebagai peserta kliring dengan tesebar di Kota Padang,

Bukittinggi, Solok dan Payakumbuh.

Tabel 5.1 - Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong

Sumber : Bank Indonesia

I II III IV I II III IVPerputaran Kliring

Volume (ribu lembar) 86.6 90.4 88.9 92.2 95.8 96.6 92.6 95.8 3.5% 3.5%

Nominal (miliar Rp) 3,151.2 3,388.8 3,550.5 4,037.8 3,711.2 3,929.0 4,047.6 4,122.0 1.8% 1.8%

Penolakan Cek/BG Kosong

- Volume (lembar) 1,969.0 2,622.0 2,404.0 2,591.0 2,369.0 3,234.0 3,021.0 3,232.0 7.0% 7.0%

- Nominal (miliar Rp) 40.6 54.6 50.4 60.0 54.7 70.4 73.0 83.1 13.9% 38.5%

yoyKeterangan 2010

qtq2011

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

75

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang

Rasio penolakan Cek/Bilyet Giro (BG) kosong relatif kecil dan terjadi

sedikit peningkatan. Presentase perbandingan penolakan Cek/BG kosong

dengan seluruh transaksi kliring di Sumbar relatif kecil dimana dari sisi volume

hanya sebesar 3,37%, sementara secara nominal sebesar 2,02%. Nilai tersebut

tidak jauh berbeda dengan triwulan sebelumnya, dimana rasio penolakan Cek/BG

kosong tercatat masing-masing sebesar 3,26% (volume) dan 1,80% (nominal).

Setiap harinya, rata-rata jumlah cek/BG kosong yang ditolak sekitar 50 lembar

dengan nilai transaksi Rp1,22 miliar.

Sumber : BI Sumber : BI

Grafik 5.5. Rata-rata Harian Perputaran Kliring di KBI

Padang

Grafik 5.6. Rasio Cek/BG Kosong terhadap Transaksi Kliring

5.3 Transaksi BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement)

Volume transaksi BI-RTGS

mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan IV-

2011 volume BI-RTGS di Sumbar

mencapai 42.139 transaksi,

meningkat 2,22% dibandingkan

triwulan sebelumnya sebanyak

41.222 transaksi. Total nilai

transaksi BI-RTGS selama triwulan

IV mencapai Rp20,12 triliun. Kegiatan ekonomi di luar wilayah Sumbar yang lebih

bergairah seperti di Riau, Kepulauan Riau maupun Sumatera Utara menjadi

pendorong meningkatnya transaksi volume BI-RTGS ke luar Sumbar. Sepanjang

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

-

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Ra

tus

Le

mb

ar

Mil

iar

Rp

Nominal Volume (sisi kanan)

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Volume (sisi kanan) Nominal

Sumber : BI

Grafik 5.7. Perkembangan Transaksi RTGS Propinsi Sumatera Barat

0

10

20

30

40

50

60

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011

Rib

u L

em

ba

r

Tri

liu

n R

p

Nominal Volume (sisi kanan)

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang 76

dua triwulan terakhir terjadi peningkatan volume transaksi ke luar Sumbar

sebesar 3,91% dari sebelumnya 16.210 transaksi menjadi 16.845 transaksi.

Transaksi BI-RTGS yang terbesar di Sumbar terdapat di kota Padang yang sampai

saat ini masih menjadi sentra kegiatan ekonomi utama dengan kontribusi

ekonomi terhadap total PDRB Sumbar hingga mencapai 28%.

Tabel 5.2 - Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Barat

Sumber : Bank Indonesia

5.4. Transkasi Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

Interkoneksi Jaringan ATM dua bank besar antara Bank Mandiri dan Bank

Central Asia (BCA) diperkirakan akan semakin memudahkan masyarakat baik

secara umum maupun di Sumbar dalam memanfaatkan jasa perbankan

melalui ATM. Realisasi interkoneksi jaringan ATM ini merupakan hasil dari MoU

yang ditandatangani antara Bank Mandiri dan PT Rintis Sejahtera (ATM Prima)

mengenai kerjasama jaringan ATM pada 11 Oktober 2011 melalui mediasi Bank

Indonesia. Bank Mandiri bekerja sama dengan BCA mengkoneksikan ATM melalui

jaringan PRIMA untuk memudahkan masyarakat melakukan transaksi keuangan.

Melalui kerjasama ini, nasabah Bank Mandiri dapat bertransaksi tarik tunai, cek saldo

dan transfer antar bank melalui lebih dari 31.700 ATM yang terhubung melalui

jaringan ATM PRIMA, termasuk 8.578 jaringan ATM BCA yang telah terkoneksi

dengan jaringan Cirrus yang tersebar di seluruh dunia. Atau secara total penguatan

jaringan ATM Mandiri akan mencapai lebih dari 40 ribu ATM, baik yang terhubung

melalui Jaringan ATM PRIMA, Link, maupun ATM Bersama yang tersebar di seluruh

Indonesia. Sebaliknya nasabah BCA maupun bank peserta Jaringan ATM PRIMA

lainnya dapat melakukan transaksi serupa di 8.993 ATM Mandiri yang telah

I II III IV I II III IV

RTGS (Rp Miliar) 31,429.72 43,197.72 46,442.94 32,303.67 21,031.07 22,158.89 23,028.65 20,123.40 -12.62% -37.71%

Dari Sumbar

Ke Sumbar (f-t) 4,841.16 4,734.46 4,679.04 3,717.28 1,568.51 1,413 1,583.40 1,470.87 -7.11% -60.43%

Ke Luar Sumbar (f) 9,609.74 15,840.33 12,903.82 11,636.64 7,440.73 9,183 6,767.71 7,312.48 8.05% -37.16%

Ke Sumbar

Dari luar Sumbar (t) 16,978.82 22,622.93 28,860.08 16,949.75 12,021.83 11,562 14,677.54 11,340.05 -22.74% -33.10%

RTGS (volume) 37,288.0 38,212.0 37,174.0 50,305.0 38,512.0 38,777.0 41,222.0 42,139.0 2.22% -16.23%

Dari Sumbar

Ke Sumbar (f-t) 3,428 3,207 3,281 4,029 3,121 2,918 3,047.00 3,096 1.61% -23.16%

Ke Luar Sumbar (f) 14,812 14,379 16,055 19,498 16,290 16,125 16,210.00 16,845 3.92% -13.61%

Ke Sumbar

Dari luar Sumbar (t) 19,048 20,626 17,838 26,778 19,101 19,734 21,965.00 22,198 1.06% -17.10%

Keterangan2010 2011

yoy qtq

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

77

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang

terkoneksi ke lebih dari 21 ribu jaringan ATM Link, 30 ribu jaringan ATM Bersama dan

lebih dari 1,7 juta ATM Visa Internasional yang tersebar di seluruh dunia.

Tabel 5.2. Rekapitulasi Jaringan ATM Bank Umum di Sumatera Barat

(Data per Desember 2011)

Sumber: Bank Indonesia

1 PT. BPD Sumatera Barat 77

2 PT. BPD Sumatera Barat Unit Usaha Syariah 1

3 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) 32

4 PT. Bank BRISyariah 1

5 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) 85

6 PT. Bank BNI Syariah 2

7 PT. Bank Mandiri (Persero) 50

8 PT. Bank Syariah Mandiri 8

9 PT. Bank Tabungan Negara 10

10 PT. Bank Central Asia, Tbk 33

11 PT. Bank Internasional Indonesia 9

12 PT. Bank CIMB Niaga, Tbk 6

13 PT. Bank CIMB Niaga Syariah 1

14 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional -

15 PT. Bank Bukopin 6

16 PT. Bank Syariah Bukopin 3

17 PT. Bank Danamon Indonesia 7

18 PT. Bank Danamon Unit Usaha Syariah 1

19 PT. Bank Permata 4

20 PT. Bank Mega, Tbk 4

21 PT. Bank Syariah Mega Indonesia -

22 PT. Bank Mestika Dharma 2

23 PT. Bank Muamalat Indonesia 8

24 PT. Bank Panin, Tbk 3

25 PT. Bank OCBC NISP, Tbk 2

26 PT. Bank Kesejahteraan Ekonomi 1

27 PT. Bank Sinarmas 1

28 PT. Bank Commonwealth 1

29 PT. Bank Pundi -

J U M L A H 358

ATMNo. Nama Bank

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab V : Perkembangan Sistem Pembayaran

Bank Indonesia Padang 78

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Bank Indonesia Padang 79

BAB VI

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

Terus berkembangnya ekonomi Sumbar turut berdampak pada

penyerapan tenaga kerja yang lebih baik di sektor formal, khususnya

sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Hal ini diindikasikan

juga dengan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian yang semakin menurun,

di mana sebagian besar merupakan kegiatan sektor ekonomi informal.

Penyerapan sektor formal yang membaik mendorong peningkatan penduduk usia

produktif yang bekerja, disertai dengan jumlah pengangguran yang terus

menurun. Dengan semakin terbukanya peluangan pekerjaan di sektor formal,

kondisi diprakirakan berdampak pada semakin menurunnya penempatan jumlah

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbar ke luar negeri.

Rata-rata pengeluaran penduduk per kapita/bulan di Sumbar mengalami

peningkatan, khususnya untuk pengeluaran makanan. Inflasi di Sumbar

yang sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok bahan

makanan menyebabkan pengeluaran penduduk meningkat menyesuaikan tingkat

harga pasar. Kondisi ini berdampak pada bergerak naiknya garis kemiskinan baik

di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Namun demikian, meski garis kemiskinan mengalami peningkatan,

persentase jumlah penduduk miskin di Sumbar tetap mampu mengalami

penurunan dengan adanya perbaikan daya beli melalui penyesuaian Upah

Minimum Propinisi (UMP) yang kenaikannya lebih besar dibandingkan inflasi

tahunan. Dengan demikian tingkat pendapatan penduduk secara riil tetap

mengalami peningkatan.

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Daerah

Bank Indonesia Padang 80

6.1. Ketenagakerjaan Daerah

Jumlah penduduk usia produktif yang bekerja di Sumbar mengalami

peningkatan. Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di Sumbar pada

periode terakhir 2011 tercatat 2.070.725 orang, meningkat 1,4% dibandingkan

tahun lalu. Peningkatan ini jauh lebih lambat dibandingkan daerah tetangga

seperti Riau yang mampu mengalami peningkatan jumlah penduduk usia

produktif yang bekerja hingga 11,7% (yoy), dengan total pada 2001 mencapai

2.424.180 orang. Lambatnya peningkatan penduduk usia produktif yang bekerja

seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Sumbar yang hanya 1,34% per

tahun, sedangkan Riau 3,58% per tahun. Selain itu, perkembangan daerah-daerah

lain dan khususnya di sekitar Sumbar diprakirakan menjadi daya tarik bagi

sebagian penduduk usia produktif bermigrasi ke daerah-daerah tersebut.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di Sumatera

Sumber: Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, BPS

Sejalan dengan ekonomi Sumbar yang terus tumbuh, tingkat

pengangguran di Sumbar terus menurun. Sepanjang Februari-Agustus 2011

jumlah penduduk yang menganggur mengalami penurunan dari 162,5 ribu orang

menjadi 142,8 ribu orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun dari

7,14% menjadi 6,45%. TPT Sumbar masih lebih baik dibandingkan angka nasional

pada periode terakhir di 2011 menunjukkan 6,56%. Sebagian besar penduduk

bekerja Sumbar sebagian besar terserap pada lapangan pekerjaan di sektor

pertanian sebesar 39,31%, disusul sektor perdagangan 21,32%, serta sektor jasa-

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

81

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Daerah

Bank Indonesia Padang

jasa 16,78%. Daya serap di sektor industri relatif rendah, yaitu sebesar 7,40%.

Tidak begitu maraknya kegiatan industri di Sumbar, terbesar hanya industri

Semen dan pengolahan kelapa sawit, menjadi penyebab paling rendahnya sektor

ini dalam penyerapan tenaga kerja.

Tabel 6.1. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di Sumatera

Sumber: Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, BPS dan Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, BPS

Terus berkembangnya ekonomi Sumbar mendorong semakin banyaknya

peluang lapangan kerja di sektor formal yang mampu menyerap lebih

banyak tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sektor formal terus meningkat

dari 624 ribu orang pada 2010, menjadi 736 ribu orang pada 2011. Sedangkan

penyerapan sektor informal mengalami penurunan 1,41 juta orang menjadi 1,32

juta orang. Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor formal terutama

bersumber dari peningkatan penyerapan di sektor perdagangan dari 19,90%

menjadi 21,33%, serta di sektor industri meningkat dari 6,78% menjadi 7,39%.

Peningkatan kapasitas produksi sektor-sektor tersebut menjadi faktor penyebab

terjadinya peningkatan tenaga kerja di sektor formal. Penurunan tenaga kerja di

sektor informal juga terlihat pada penurunan sektor pertanian dalam menyerap

tenaga kerja dari 44,10% menjadi 39,30%.

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Daerah

Bank Indonesia Padang 82

Sumber : BPS Sumber : BPS Grafik 6.1. Penduduk Bekerja Menurut Status

Pekerjaan : Formal dan Informal Grafik 6.2. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama Agustus 2011

Peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor formal diprakirakan

berkontribusi terhadap penurunan jumlah pengiriman Tenaga Kerja

Indonesia dari Sumbar ke luar negeri. Berdasarkan data penempatan tenaga

kerja ke luar negeri dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumbar,

jumlah TKI asal Sumbar yang dikirim ke luar negeri pada 2010 berjumlah 1.197

orang, atau mengalami penurunan sebesar 40,4% dibandingkan tahun lalu yang

mencapai 2.010 orang. TKI asal Sumbar 85% didominasi oleh tenaga kerja wanita,

dan seluruhnya dikirim untuk bekerja di Malaysia.

Sumber: Disnakertrans Sumbar

Sumber: Disnakertrans Sumbar

Grafik 6.3. Pengiriman TKI Asal Sumbar ke Luar Negeri

Grafik 6.4. TKI Asal Sumbar Menurut Jenis Kelamin

508

624736

1,4871,414

1,332

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Agustus 2009 Agustus 2010 Agustus 2011

ribu

Formal

Informal

Berusaha sendiri

22%

Berusaha dibantu buruh

tidak tetap

17%

Berusaha dibantu buruh

tetap

5%

Buruh / karyawan

30%

Pekerja bebas di pertanian

6%

Pekerja bebas di non

pertanian

5%

Pekerja tak dibayar

15%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ora

ng

Total TKI g-TKI (RHS)

152 134 248 272 97 143 181

3,068 2,990 2,827 1,817 1,156 1,867 1,016

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Pria Wanita

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

83

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Daerah

Bank Indonesia Padang

6.2. Kesejahteraan

Rata-rata pengeluaran penduduk di Sumbar sepanjang 2010-2011 secara

umum meningkat sebesar 20,4% (yoy). Rata-rata pengeluaran penduduk

Sumbar pada 2010 sebesar Rp531.874 per kapita/bulan, kemudian meningkat

menjadi Rp640.348 per kapita/bulan, sementara rata-rata pengeluaran penduduk

untuk memenuhi kebutuhan makanan meningkat 18,5% (yoy) dari Rp302.475 per

kapita/bulan menjadi Rp358.338 per kapita/bulan. Inflasi tahunan Sumbar yang

sebesar 5,37% (yoy) turut menjadi penyumbang meningkatnya pengeluaran

masyarakat dengan menyesuaikan tingkat harga di pasar. Lebih khusus lagi,

meningkatnya rata-rata pengeluaran penduduk untuk memenuhi konsumsi

makanan sejalan dengan inflasi Sumbar yang sebagian besar dipicu oleh kenaikan

harga di kelompok bahan makanan.

Tabel 6.2. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di Sumatera

(rupiah)

Sumber: Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi, BPS Catatan: 1) Data tahun 2011 berdasarkan hasil dari Susenas 2011 triwulan I

Peningkatan pengeluaran turut memicu garis kemiskinan di daerah

perkotaan maupun perdesaan di Sumbar mengalami peningkatan.

Sepanjang 2010 dan 2011 terjadi peningkatan garis kemiskinan daerah perkotaan

dari Rp262.173 per kapita/bulan menjadi Rp293.018 per kapita/bulan, atau

meningkat 11,8%. Sementara garis kemiskinan di daerah perdesaan mengalami

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Daerah

Bank Indonesia Padang 84

peningkatan dari Rp214.458 per kapita/bulan menjadi Rp2441.924 per

kapita/bulan, meningkat 12,8%

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan di Daerah Perkotaan di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di Sumatera

(rupiah/kapita/bulan)

Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) panel modul konsumsi, BPS

Tabel 6.4. Garis Kemiskinan di Daerah Perdesaan di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di

Sumatera (rupiah/kapita/bulan)

Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) panel modul konsumsi, BPS

.

Persentase penduduk miskin dapat ditekan dengan adanya peningkatan

Upah Minimum Propinsi (UMP). Persentase penduduk miskin terhadap total

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

85

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Daerah

Bank Indonesia Padang

penduduk di Sumbar sepanjang 2010 dan 2011 mengalami penurunan dari 9,50%

menjadi 9,04%. Daerah dengan tingkat kemisikinan tertinggi di Sumbar terjadi di

Kab. Kepulauan Mentawai (19,77%), sedangkan tingkat kemiskinan terendah

berada di Kota Sawahlunto (2,48%). Meskipun terjadi peningkatan garis

kemiskinan, sebagian penduduk yang sebelumnya masuk dalam kategori

mendekati miskin (near-poor) dapat tertahan untuk tidak masuk dalam kategori

miskin (poor) terkait dengan adanya penyesuaian UMP.

Tabel 6.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di Sumatera*

Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) panel modul konsumsi, BPS dan Laporan Bulanan Data

Sosial Ekonomi, BPS

Catatan: *) Maret 2011

Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sumbar mengalami peningkatan

sebesar 12,23%. Semula pada 2010 UMP Sumbar sebesar Rp940.000 per bulan,

kemudian disesuaikan menjadi Rp1.055.000 per bulan. Peningkatan UMP ini lebih

tinggi dibandingkan tingkat inflasi tahunan 2011 sebesar 5,37% (yoy). Dengan

lebih tingginya peningkatan UMP dibandingkan inflasi, maka di Sumbar terjadi

peningkatan upah riil sebesar 6,86% dalam setahun. Persentase peningkatan UMP

ini juga lebih tinggi dibandingkan peningkatan garis kemiskinan di perkotaan

sebesar 11,77%, dan sedikit lebih rendah dibandingkan peningkatan garis

kemisikinan perdesaan sebesar 12,81%.

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VI : Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan Daerah

Bank Indonesia Padang 86

Tabel 6.6. Upah Minimum Provinsi (UMP) per Bulan (rupiah) di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di Sumatera

Sumber: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, RI

Tabel 6.7. Kabupaten/Kota dengan Jumlah Persentase Penduduk Miskin Tertinggi

dan Terendah di Sumatera Barat Dibandingkan Daerah Lain di Sumatera

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Juli 2010, BPS

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

87

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI

DAERAH

7.1. Perkiraan Ekonomi

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan I-2012 diprakirakan tumbuh

moderat dengan kecenderungan meningkat dibandingkan triwulan IV-

2011. Pertumbuhan ekonomi Sumbar pada triwulan I-2012 diprakirakan berada

pada kisaran 5,2-5,4% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 4,52% (yoy).

Dari sisi permintaan konsumsi rumah tangga tumbuh moderat seiring

dengan tingkat inflasi yang diprakirakan masih terkendali. Meskipun ada

sedikit potensi peningkatan kenaikan harga kelompok bahan makanan, namun

diprakirakan daya beli masyarakat relatif tetap terjaga. Konsumsi pemerintah di

triwulan I-2011 diprakirakan masih terbatas seperti kecenderungan pada periode-

periode sebelumnya di mana realisasi belanja pemerintah minimal di awal tahun.

Sumber: Bank Indonesia, Survei Konsumen

Sumber: US Dept of Agriculture

Grafik 7.1. Ekspektasi Kondisi Ekonomi 6 Bulan Yang Akan Datang Dibandingkan Saat Ini

Grafik 7.2. Proyeksi Harga dan Konsumsi CPO Dunia

Ekspor masih dapat tumbuh meskipun menghadapi gejala harga

komoditas utama karet dan CPO di pasar internasional yang cenderung

menurun. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memproyeksikan

konsumsi minyak sawit mentah (CPO) dunia pada 2012 hanya akan tumbuh

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni Juli

Aug Se

p

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Se

p

Oct

Nov

Dec

2010 2011

Inde

ks

Indeks Ketersediaan Ketersediaan Lap. Kerja

Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Kegiatan Usaha

Batas Positif (100)

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*

MT

USD

/MT

Harga CPO Dunia

Konsumsi CPO Dunia

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang 88

sebesar 5,70% (yoy), melambat dibandingkan 2011 yang mencapai 9,08% (yoy).

Melemahnya permintaan akibat dampak penyelesaian krisis ekonomi di Eropa

yang masih diliputi ketidakpastian diprakirakan akan turut berdampak

melambatnya pertumbuhan produksi CPO dunia yang diprakirakan hanya,56%

(yoy) sepanjang 2012. Selain itu, harga CPO diprakirakan akan berada pada

kisaran USD850 900 per metrik ton. Insentif bagi eksportir masih relatif tinggi

terutama yang menggunakan kontrak ekspor jangka panjang dengan fasilitas

lindung nilai (hedging).

Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Sektor Ekonomi Utama Sumatera Barat

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi penawaran, sektor pertanian diprakirakan tumbuh melambat

seiring dengan potensi masih terjadinya curah hujan tinggi di kawasan

Sumatera. Berdasarkan prediksi BMKG hampir seluruh daerah di kawasan

Sumatera mengalami curah hujan tinggi, bahkan di beberapa daerah utara

Sumatera diprediksi mengalami curah hujan sangat tinggi hingga bulan Maret

2012. Dengan kondisi tersebut, panen produk pertanian khususnya tanaman

pangan sesuai informasi Bulog Divre Sumbar yang akan berlangsung pada bulan

Februari-Maret diprakirakan mengalami sedikit gangguan.

Sumber: BMKG

Grafik 7.3. Prakiraan Curah Hujan Maret 2012

2012*

I IV I

Pertanian 3.38% 3.94% 3.52% 3.2 - 3.4% 4.4 - 4.8%

Industri Pengolahan 7.42% 1.68% 4.65% 2.9 - 3.1% 5.4 - 5.9%

Perdagangan, Hotel & Restoran 11.85% 3.64% 6.89% 4.8 - 5.1% 7.7 - 8.2%

PDRB 8.17% 4.52% 6.22% 5.2 - 5.4% 5.8 - 6.3%

2012*2011

2011

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

89

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang

Pertumbuhan sektor industri pengolahan diprakirakan relatif membaik

terkait masih kuatnya tingkat konsumsi domestik. Peningkatan

pertumbuhan diprakirakan bersumber dari subsektor industri makanan, minuman

dan tembakau di mana hasil produksinya sangat mudah diserap di pasar domestik.

Subsektor industri semen dan barang galian diprakirakan tumbuh moderat

mengingat pasokan kebutuhan semen masih relatif tinggi untuk kawasan

Sumatera terkait banyaknya pembangunan infrastruktur di Sumatera Utara

maupun Riau.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan tumbuh relatif

meningkat didorong oleh semakin maraknya perdagangan antar daerah

di Sumatera. Potensi curah hujan tinggi yang memungkinkan produksi pertanian

berada di bawah ekspektasi akan turut memicu bergeraknya subsektor

perdagangan. Jika pasokan berada di bawah kondisi normal, maka perdagangan

dan distribusi bahan pangan akan semakin ramai, dari daerah yang surplus

mengali ke daerah yang defisit pasokan.

7.2. Perkiraan Inflasi

Tekanan inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan I-2012. Tekanan

inflasi terutama bersumber dari sisi penawaran, terkait dengan pasokan bahan

pangan yang diperkirakan cenderung menurun akibat pengaruh kondisi cuaca.

Tekanan inflasi dari sisi eksternal pun diperkirakan masih cukup tinggi, mengingat

kondisi perekonomian global yang masih tidak menentu. Demikian pula tekanan

inflasi dari sisi administered berpotensi meningkatkan inflasi, antara lain terkait

dengan kebijakan kenaikan cukai rokok sebesar rata-rata 16% di bulan Januari

2012. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan relatif

cukup stabil.

Faktor kondisi cuaca akan mempengaruhi inflasi volatile food. Tingkat

curah hujan yang cukup tinggi di hampir seluruh wilayah Indonesia berpotensi

menyebabkan terganggunya produksi dan distribusi pasokan bahan makanan

baik dari daerah penghasil. Survei Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Padang

menunjukkan adanya kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan di

bulan Januari 2012, terutama untuk komoditas cabe merah, daging ayam ras dan

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang 90

daging sapi. Sementara harga beras masih cukup stabil. Berdasarkan informasi

Bulog Divisi Regional Sumbar, diperkirakan pada bulan Februari hingga Maret

2012 beberapa kota/kabupaten di Sumbar akan memasuki musim panen sehingga

ketersedian beras akan aman.

Sumber: SPH KBI Padang

Grafik 7.4. Perkembangan Komoditas Volatile Food di Kota Padang

Sumber: BPS dan Estimasi Bank Indonesia Grafik 7.5. Proyeksi Inflasi Sumbar

Ekspektasi inflasi konsumen meningkat. Kondisi ini antara lain terkait dengan

rencana pencabutan subsidi BBM yang akan diterapkan mulai bulan April 2012

maupun rencana konversi BBM ke BBG (bahan bakar gas) dan opsi kenaikan

harga BBM bersubsidi dan. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia

mengindikasikan ekspektasi konsumen akan kenaikan harga. Indeks ekspektasi

harga 3 bulan yang akan datang tercatat mengalami kenaikan sebesar 14,50 poin

yakni dari 153,5 menjadi 168,0. Kenaikan inflasi terutama dipengaruhi oleh

menurunnya ketersediaan barang/jasa dan ketidakpastian kebijakan pemerintah

terkait dengan BBM bersubsidi. Kenaikan harga tertinggi diperkirakan terjadi

pada kelompok bahan makanan. Hasil survei juga menunjukkan bahwa kenaikan

tekanan harga akan terjadi pada 6 bulan mendatang.

Bawang Merah

Ayam ras potong

Daging Sapi

58.000

60.000

62.000

64.000

66.000

68.000

70.000

72.000

74.000

76.000

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

MI

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M I

M II

M III

M IV

M V

Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agt 2011 Sept 2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011 Jan 2012

Rp/kgRp/kg

Cabe Merah

Beras Solok

0,00

5,00

10,00

15,00

Tw.I

Tw II

Tw II

I*

Tw IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw.I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw.I

2008 2009 2010 2011 2012

Infl

asi

ta

hu

na

n (

yoy

-%

)

*Mulai menggunakan tahun dasar 2007

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

91

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Padang

Grafik 7.6 Ekspektasi Harga 3 bulan ke Depan

Pada akhir triwulan I-2012, inflasi kota Padang diperkirakan berada pada

kisaran 5,54%±1%(yoy). Keberadaan Tim Pengelolaan Inflasi Daerah (TPID)

Sumatera Barat diharapkan dapat menahan pergerakan laju inflasi di kota

padang, dengan melakukan berbagai upaya koordinasi.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

0

25

50

75

100

125

150

175

200

225

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2010 2011 2012

Inflasi (%)Indeks

Inflasi Kota Padang (year-to-date, %) Indeks Ekspektasi Harga 3 bln mendatang

Indeks Ekspektasi Harga 6 bln mendatang

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Bab VII: Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Bank Indonesia Padang 92

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Lampiran

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

III IV Jumlah I II III IV* Jumlah

1. PERTANIAN 5,241,117.04 5,514,959.62 20,792,321.90 5,661,266.92 5,684,666.54 5,934,208.57 5,963,650.34 23,243,792.37

a. Tanaman Bahan Makanan 2,727,688.21 2,883,881.95 10,859,709.93 2,976,579.79 2,985,462.26 3,124,908.95 3,104,973.76 12,191,924.76

b. Tanaman Perkebunan 1,144,174.21 1,199,145.22 4,519,449.90 1,224,220.13 1,228,982.00 1,283,508.81 1,303,766.33 5,040,477.27

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 435,341.48 456,309.26 1,718,459.63 466,611.08 468,312.36 494,235.43 508,875.48 1,938,034.35

d. Kehutanan 314,699.73 325,347.80 1,244,841.30 330,804.57 332,379.08 338,483.18 343,009.93 1,344,676.76

e. Perikanan 619,213.40 650,275.37 2,449,861.14 663,051.35 669,530.84 693,072.20 703,024.84 2,728,679.22

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 696,635.01 716,243.35 2,763,856.08 720,895.22 725,738.34 747,100.84 753,853.20 2,947,587.59

a. Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Pertambangan tanpa Migas 86,608.52 87,833.21 344,053.97 88,056.05 88,546.05 90,723.73 91,665.65 358,991.47

c. Penggalian 610,026.49 628,410.13 2,419,802.11 632,839.17 637,192.28 656,377.11 662,187.55 2,588,596.12

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2,593,937.47 2,733,642.12 10,197,209.32 2,760,476.29 2,772,647.76 2,850,986.50 2,881,261.30 11,265,371.85

a. Industri Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

1. Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2. Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Industri Tanpa Migas **) 2,593,937.47 2,733,642.12 10,197,209.32 2,760,476.29 2,772,647.76 2,850,986.50 2,881,261.30 11,265,371.85

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 701,097.62 760,149.93 2,734,801.09 768,201.91 772,316.58 788,344.19 783,528.95 3,112,391.63

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1,046,835.17 1,109,910.58 4,107,331.61 1,126,660.69 1,132,334.11 1,168,236.36 1,196,393.10 4,623,624.27

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 83,230.59 85,511.92 329,369.40 86,275.68 86,611.80 86,854.83 87,026.18 346,768.49

4. Kertas dan Barang Cetakan 6,033.49 6,167.75 23,933.45 6,220.85 6,237.01 6,264.85 6,264.30 24,987.00

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 139,561.85 140,389.57 556,243.09 141,026.61 141,372.65 143,318.88 142,418.88 568,137.02

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 571,410.55 585,399.46 2,264,085.13 585,909.79 587,436.16 611,000.96 618,494.49 2,402,841.39

7. Logam Dasar Besi & Baja 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 45,016.25 45,354.18 178,460.68 45,419.93 45,576.73 46,187.19 46,351.83 183,535.68

9. Barang lainnya 751.94 758.73 2,984.86 760.83 762.72 779.24 783.58 3,086.37

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 234,029.11 237,984.92 924,623.75 239,185.09 239,805.70 242,821.65 243,937.29 965,749.73

a. Listrik 212,924.28 216,528.30 841,217.13 217,572.81 218,105.09 220,678.74 221,520.39 877,877.04

b. Gas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

c. Air Bersih 21,104.83 21,456.62 83,406.62 21,612.28 21,700.60 22,142.91 22,416.90 87,872.70

5. BANGUNAN 1,427,673.22 1,539,045.24 5,498,725.09 1,591,740.95 1,601,207.88 1,645,106.59 1,690,717.80 6,528,773.24

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 3,991,483.33 4,273,479.37 15,474,820.99 4,327,154.61 4,348,462.62 4,547,093.70 4,613,940.32 17,836,651.25

a. Perdagangan Besar & Eceran 3,863,023.02 4,135,354.15 14,974,362.58 4,187,180.52 4,207,655.87 4,400,197.97 4,464,823.26 17,259,857.62

b. Hotel 35,644.22 38,529.45 137,871.13 39,090.25 39,463.28 41,160.59 41,562.03 161,276.14

c. Restoran 92,816.09 99,595.77 362,587.28 100,883.84 101,343.47 105,735.14 107,555.03 415,517.49

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3,408,312.55 3,653,761.07 13,439,310.29 3,721,194.61 3,789,335.49 3,969,220.86 4,033,547.12 15,513,298.07

a. Pengangkutan 2,804,147.21 2,996,344.24 11,050,824.73 3,054,540.91 3,115,971.90 3,282,592.28 3,334,318.54 12,787,423.62

1. Angkutan Rel 14,750.24 15,057.16 58,169.24 15,221.21 15,336.81 15,451.72 15,477.48 61,487.22

2. Angkutan Jalan Raya 1,979,889.13 2,131,829.62 7,817,973.53 2,178,018.58 2,229,102.50 2,346,783.52 2,375,830.47 9,129,735.07

3. Angkutan Laut 156,330.31 157,343.89 622,599.37 159,058.72 159,579.27 162,910.50 164,392.65 645,941.14

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 71,541.82 72,823.69 281,850.63 73,316.00 73,504.29 73,973.44 74,436.67 295,230.40

5. Angkutan Udara 345,897.06 377,251.61 1,347,794.96 382,072.91 390,854.56 422,974.49 437,584.49 1,633,486.46

6. Jasa Penunjang Angkutan 235,738.66 242,038.28 922,437.00 246,853.49 247,594.48 260,498.61 266,596.76 1,021,543.34

b. Komunikasi 604,165.34 657,416.83 2,388,485.56 666,653.71 673,363.59 686,628.58 699,228.58 2,725,874.45

1. Pos dan Telekomunikasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2. Jasa Penunjang Komunikasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 1,057,089.43 1,079,262.53 4,145,204.69 1,094,404.96 1,101,515.30 1,130,926.88 1,155,945.39 4,482,792.53

a. Bank 332,066.58 341,585.24 1,299,458.91 345,275.57 347,209.23 358,442.55 367,931.66 1,418,859.02

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 264,018.74 269,039.45 1,029,253.29 272,249.40 274,668.24 282,428.07 289,946.87 1,119,292.57

c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

d. Sewa Bangunan 432,278.11 439,588.04 1,703,364.35 447,482.17 450,074.77 459,986.08 467,338.78 1,824,881.79

e. Jasa Perusahaan 28,725.99 29,049.79 113,128.13 29,397.82 29,563.05 30,070.18 30,728.09 119,759.14

9. JASA-JASA 3,546,229.78 3,788,771.51 13,985,181.93 3,862,998.80 3,951,623.50 4,107,894.85 4,210,735.62 16,133,252.77

a. Pemerintahan Umum 2,450,906.23 2,632,737.88 9,693,594.56 2,689,946.43 2,758,853.23 2,861,331.64 2,947,490.23 11,257,621.53

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 1,543,470.52 1,662,267.28 6,099,703.01 1,699,170.70 1,742,764.41 1,803,692.42 1,849,791.13 7,095,418.66

2. Jasa Pemerintah lainnya 907,435.71 970,470.60 3,593,891.54 990,775.73 1,016,088.82 1,057,639.22 1,097,699.10 4,162,202.87

b. Swasta 1,095,323.54 1,156,033.63 4,291,587.38 1,173,052.37 1,192,770.27 1,246,563.21 1,263,245.39 4,875,631.24

1. Sosial Kemasyarakatan 444,264.71 468,457.11 1,741,165.44 474,625.76 482,620.96 504,894.71 510,659.91 1,972,801.35

2. Hiburan & Rekreasi 101,987.12 108,154.29 398,904.77 110,009.04 111,787.54 117,256.18 119,842.42 458,895.19

3. Perorangan & Rumahtangga 549,071.72 579,422.24 2,151,517.17 588,417.56 598,361.77 624,412.31 632,743.06 2,443,934.70

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 22,196,506.94 23,537,149.72 87,221,254.05 23,979,317.44 24,215,003.13 25,175,360.44 25,547,588.38 98,917,269.39

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

* angka sementara

2010LAPANGAN USAHA

2011

LAMPIRAN 1

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2010-2011

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

III IV Jumlah I II III IV* Jumlah

1. PERTANIAN 2,291,073.98 2,294,409.31 9,094,245.77 2,321,671.03 2,325,830.04 2,382,366.80 2,384,778.51 9,414,646.38

a. Tanaman Bahan Makanan 1,141,994.34 1,142,770.89 4,544,386.56 1,168,274.90 1,169,135.77 1,199,366.59 1,187,070.04 4,723,847.30

b. Tanaman Perkebunan 582,021.87 582,859.99 2,302,820.11 583,928.02 585,581.94 598,952.18 606,869.68 2,375,331.82

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 184,530.49 185,012.19 731,310.22 185,241.17 185,655.68 191,826.42 195,320.03 758,043.30

d. Kehutanan 126,939.19 127,564.59 502,124.78 127,707.86 128,106.70 128,891.11 129,113.07 513,818.73

e. Perikanan 255,588.09 256,201.65 1,013,604.10 256,519.09 257,349.95 263,330.51 266,405.68 1,043,605.23

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 303,327.75 307,290.59 1,203,809.02 308,567.64 310,492.43 315,483.37 317,720.78 1,252,264.21

a. Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Pertambangan tanpa Migas 54,096.40 54,728.36 215,143.65 54,867.21 55,155.46 55,172.44 55,217.15 220,412.26

c. Penggalian 249,231.34 252,562.23 988,665.36 253,700.43 255,336.96 260,310.93 262,503.63 1,031,851.95

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,216,984.49 1,241,732.73 4,787,847.71 1,242,012.73 1,245,206.68 1,260,782.58 1,262,654.27 5,010,656.26

a. Industri Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

1. Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2. Gas Alam Cair 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

b. Industri Tanpa Migas **) 1,216,984.49 1,241,732.73 4,787,847.71 1,242,012.73 1,245,206.68 1,260,782.58 1,262,654.27 5,010,656.26

1. Makanan, Minuman dan Tembakau 345,273.57 357,081.55 1,344,484.30 356,239.87 356,644.46 359,965.72 357,001.14 1,429,851.19

2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 474,763.67 484,194.47 1,862,779.00 485,978.90 488,101.91 493,043.30 499,315.96 1,966,440.07

3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 37,320.97 37,400.93 147,742.94 37,449.94 37,529.74 37,573.58 37,586.21 150,139.46

4. Kertas dan Barang Cetakan 3,729.91 3,765.29 14,853.38 3,774.16 3,782.60 3,794.79 3,789.77 15,141.32

5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 80,102.84 80,204.80 319,850.04 80,402.57 80,583.20 80,707.83 78,881.94 320,575.55

6. Semen & Brg. Galian bukan logam 251,118.32 254,350.37 999,623.56 253,428.82 253,774.07 260,800.42 261,146.19 1,029,149.50

7. Logam Dasar Besi & Baja 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 24,283.10 24,340.95 96,951.24 24,344.00 24,395.74 24,498.77 24,533.61 97,772.12

9. Barang lainnya 392.11 394.38 1,563.25 394.47 394.95 398.17 399.45 1,587.04

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 111,695.38 113,560.45 441,350.12 114,110.17 114,392.86 114,900.21 115,024.81 458,428.05

a. Listrik 100,778.05 102,463.36 398,199.50 102,937.04 103,178.55 103,608.64 103,730.57 413,454.80

b. Gas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

c. Air Bersih 10,917.34 11,097.09 43,150.63 11,173.13 11,214.30 11,291.57 11,294.24 44,973.25

5. BANGUNAN 534,309.55 552,603.64 2,072,420.52 556,293.95 558,890.62 569,019.50 577,340.74 2,261,544.81

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,788,462.97 1,823,747.93 6,940,990.93 1,827,938.94 1,832,999.58 1,868,202.06 1,890,087.03 7,419,227.61

a. Perdagangan Besar & Eceran 1,723,274.78 1,757,124.76 6,687,269.41 1,761,150.38 1,765,986.14 1,799,754.96 1,820,977.28 7,147,868.76

b. Hotel 17,767.26 18,147.48 68,568.60 18,190.02 18,357.70 18,747.53 18,787.34 74,082.57

c. Restoran 47,420.93 48,475.69 185,152.92 48,598.54 48,655.75 49,699.57 50,322.41 197,276.28

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,469,099.94 1,515,771.78 5,777,504.58 1,525,444.43 1,548,241.91 1,602,338.33 1,617,843.20 6,293,867.86

a. Pengangkutan 1,076,623.98 1,101,190.40 4,226,516.05 1,108,904.01 1,128,067.05 1,174,454.47 1,184,759.35 4,596,184.88

1. Angkutan Rel 7,830.63 7,882.21 30,855.40 7,910.12 7,960.38 7,986.21 7,988.81 31,845.51

2. Angkutan Jalan Raya 712,961.26 730,221.31 2,798,780.88 736,992.98 752,671.37 783,852.54 787,093.20 3,060,610.09

3. Angkutan Laut 67,190.48 67,422.60 268,022.70 67,586.13 67,750.05 68,277.78 68,809.62 272,423.58

4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 20,167.91 20,263.17 79,842.15 20,310.25 20,357.44 20,461.91 20,566.92 81,696.52

5. Angkutan Udara 154,449.13 159,974.59 600,155.81 160,394.88 163,334.32 173,098.98 178,166.24 674,994.41

6. Jasa Penunjang Angkutan 114,024.56 115,426.52 448,859.11 115,709.66 115,993.50 120,777.05 122,134.55 474,614.76

b. Komunikasi 392,475.96 414,581.38 1,550,988.53 416,540.41 420,174.86 427,883.86 433,083.84 1,697,682.98

1. Pos dan Telekomunikasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2. Jasa Penunjang Komunikasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 509,299.24 516,618.35 2,011,441.28 518,847.20 521,770.25 531,206.52 538,440.11 2,110,264.07

a. Bank 179,641.18 183,457.50 708,313.38 184,234.07 185,198.17 189,247.92 192,311.22 750,991.38

b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 124,031.99 125,453.71 487,438.16 125,987.43 127,038.49 129,303.77 131,400.85 513,730.54

c. Jasa Penunjang Keuangan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

d. Sewa Bangunan 191,049.19 193,061.33 757,991.15 193,901.54 194,745.40 197,818.68 199,753.54 786,219.16

e. Jasa Perusahaan 14,576.88 14,645.82 57,698.59 14,724.16 14,788.19 14,836.15 14,974.49 59,322.99

9. JASA-JASA 1,658,605.93 1,700,341.86 6,530,577.74 1,705,960.66 1,743,657.18 1,788,992.19 1,816,897.09 7,055,507.12

a. Pemerintahan Umum 1,113,400.72 1,142,650.90 4,378,252.61 1,146,162.73 1,174,752.71 1,202,832.12 1,223,919.59 4,747,667.15

1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 707,436.71 727,239.59 2,780,079.60 729,772.35 748,270.81 765,161.18 776,067.39 3,019,271.73

2. Jasa Pemerintah lainnya 405,964.01 415,411.30 1,598,173.01 416,390.39 426,481.89 437,670.94 447,852.20 1,728,395.42

b. Swasta 545,205.21 557,690.96 2,152,325.13 559,797.93 568,904.47 586,160.07 592,977.50 2,307,839.96

1. Sosial Kemasyarakatan 207,842.27 212,209.67 818,262.99 212,849.05 216,318.77 222,295.69 224,380.00 875,843.51

2. Hiburan & Rekreasi 60,017.88 61,475.17 236,455.06 61,737.92 62,690.37 64,653.37 66,031.29 255,112.95

3. Perorangan & Rumahtangga 277,345.06 284,006.12 1,097,607.09 285,210.96 289,895.33 299,211.01 302,566.20 1,176,883.51

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 9,882,859.22 10,066,076.64 38,860,187.68 10,120,846.74 10,201,481.54 10,433,291.55 10,520,786.52 41,276,406.36

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

* angka sementara

2010LAPANGAN USAHA

2011

LAMPIRAN 2

PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2010-2011

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

III IV Jumlah I II III IV* Jumlah

1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 12,105,732.39 12,669,356.60 47,358,437.98 12,671,211.45 12,735,993.89 13,674,676.06 13,929,549.82 53,011,431.23

Private Consumption Expenditure

A. MAKANAN/Food 7,921,324.40 8,279,991.96 30,977,192.33 8,285,828.31 8,287,899.77 8,956,171.02 9,129,607.98 34,659,507.08

B. NON MAKANAN/Non-Food 4,184,407.99 4,389,364.64 16,381,245.65 4,385,383.14 4,448,094.12 4,718,505.05 4,799,941.84 18,351,924.14

2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 200,552.10 206,131.96 796,543.29 210,492.10 214,450.28 223,311.49 230,234.14 878,488.00

SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution

Consumption Expenditure

3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 2,941,778.74 3,138,396.95 11,411,965.14 3,263,118.61 3,500,983.40 4,058,094.33 4,225,797.15 15,047,993.49

Government Consumption Expenditure

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 4,391,127.26 4,713,225.82 17,033,874.25 4,767,693.43 4,831,677.04 5,144,625.45 5,296,063.43 20,040,059.34

Gross Domestic Fixed capital Formation

5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -475,705.16 -417,334.21 -1,191,776.40 -14,244.19 -1,191,215.17 -1,193,678.54 -1,117,505.66 -3,516,643.56

6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 6,247,628.96 6,626,653.66 24,140,386.50 6,177,384.61 7,787,931.64 7,169,229.54 7,498,343.12 28,632,888.91

Export of Goods and Services

Antar Daerah 4,730,478.42 5,025,255.22 18,305,269.63 4,575,772.75 5,690,445.20 5,027,751.55 5,253,471.20 20,547,440.72

Antar Negara 1,517,150.54 1,601,398.44 5,835,116.87 1,601,611.86 2,097,486.44 2,141,477.98 2,244,871.92 8,085,448.19

7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 3,214,607.35 3,399,281.06 12,328,176.71 3,096,338.56 3,664,817.95 3,900,897.89 4,514,893.62 15,176,948.01

JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services

Antar Daerah 1,033,823.79 1,112,331.30 4,060,353.53 1,079,871.05 1,288,209.72 1,601,179.92 1,525,260.26 5,494,520.95

Antar Negara 2,180,783.56 2,286,949.76 8,267,823.18 2,016,467.51 2,376,608.23 2,299,717.97 2,989,633.36 9,682,427.06

22,196,506.94 23,537,149.72 87,221,254.05 23,979,317.44 24,215,003.13 25,175,360.44 25,547,588.38 98,917,269.39

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

* angka sementara

2011

LAMPIRAN 3

PDRB MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2010-2011

Jumlah/ Total

JENIS PENGGUNAAN2010

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

III IV Jumlah I II III IV* Jumlah

1. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAHTANGGA/ 4,862,114.66 4,940,669.88 19,123,578.70 4,975,229.03 4,986,595.66 5,071,342.74 5,093,161.97 20,126,329.39

Private Consumption Expenditure

A. MAKANAN/Food 3,152,205.22 3,203,762.69 12,393,462.90 3,204,215.73 3,210,153.02 3,243,566.71 3,250,790.12 12,908,725.58

B. NON MAKANAN/Non-Food 1,709,909.44 1,736,907.20 6,730,115.80 1,771,013.30 1,776,442.63 1,827,776.03 1,842,371.84 7,217,603.81

2. PENGELUARAN KONSUMSI LEMBAGA 87,377.40 88,730.54 349,182.60 89,374.02 89,804.30 90,542.32 91,158.00 360,878.64

SWASTA NIRLABA/ Non-profit Institution

Consumption Expenditure

3. PENGELUARAN KONSUMSI PEMERINTAH/ 1,275,114.89 1,340,557.61 5,016,264.24 1,339,413.37 1,384,036.65 1,568,342.89 1,631,894.09 5,923,687.00

Government Consumption Expenditure

4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO/ 1,820,188.04 1,924,711.76 7,161,096.17 1,931,557.01 1,937,427.28 2,008,147.58 2,058,576.22 7,935,708.08

Gross Domestic Fixed capital Formation

5. PERUBAHAN STOK/Change in Stock -225,451.04 -343,844.61 -831,256.43 -180,570.68 -735,980.56 -452,874.56 -377,054.26 -1,746,480.06

6. EKSPOR BARANG-BARANG DAN JASA-JASA/ 3,436,983.91 3,550,441.57 13,322,761.90 3,250,546.24 4,010,474.66 3,697,292.49 3,797,583.60 14,755,897.00

Export of Goods and Services

Antar Daerah 2,722,871.66 2,814,006.17 10,529,141.08 2,542,425.21 3,074,879.24 2,771,155.11 2,841,737.63 11,230,197.18

Antar Negara 714,112.25 736,435.40 2,793,620.81 708,121.04 935,595.42 926,137.38 955,845.97 3,525,699.82

7. DIKURANGI IMPOR BARANG-BARANG DAN 1,373,468.63 1,435,190.14 5,281,439.51 1,284,702.26 1,470,876.44 1,549,501.90 1,774,533.10 6,079,613.71

JASA-JASA/ Less Import of Goods and Services

Antar Daerah 474,481.69 513,926.30 1,868,831.77 442,570.10 509,670.38 647,709.94 620,324.63 2,220,275.05

Antar Negara 898,986.94 921,263.84 3,412,607.74 842,132.16 961,206.07 901,791.96 1,154,208.47 3,859,338.66

9,882,859.22 10,066,076.63 38,860,187.68 10,120,846.74 10,201,481.54 10,433,291.55 10,520,786.52 41,276,406.36

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Catatan :

* angka sementara

2011

LAMPIRAN 4

PDRB MENURUT PENGGUNAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN PROVINSI SUMBAR

TRIWULANAN TAHUN 2010-2011

Jumlah/Total

JENIS PENGGUNAAN2010

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Akhir

Periode IHK Perub.(%)

2009

Jan 127.90 119.57 110.59 107.87 109.97 110.54 108.14 115.94 -0.08%

Feb 129.73 120.64 110.74 110.61 110.18 110.71 107.63 116.73 0.68%

Mar 126.41 121.04 110.79 111.14 110.57 110.71 108.03 116.03 -0.60%

Apr 122.73 121.34 110.79 109.33 110.55 110.74 108.71 115.20 -0.72%

Mei 121.44 121.38 110.72 108.89 110.74 110.75 108.17 114.75 -0.39%

Jun 120.44 121.50 110.70 109.22 110.69 110.75 108.17 114.53 -0.19%

Jul 123.37 122.06 110.68 109.30 110.77 110.54 108.29 115.39 0.75%

Agt 125.10 123.21 110.86 108.96 110.64 110.64 107.57 115.91 0.45%

Sep 130.18 124.14 110.91 110.20 110.82 110.64 108.83 117.72 1.56%

Okt 135.40 126.38 113.23 110.66 110.84 110.65 108.09 119.82 1.78%

Nov 132.54 126.29 113.47 111.63 110.96 110.69 108.13 119.19 -0.53%

Des 127.99 127.24 114.00 112.15 111.21 110.69 108.49 118.41 -0.65%

2010

Jan 133.17 129.53 114.14 111.92 111.25 110.69 109.20 120.29 1.59%

Feb 133.25 129.60 114.79 111.66 111.26 110.57 109.49 120.50 0.17%

Mar 129.47 129.59 114.70 111.78 111.46 110.57 110.03 119.62 -0.73%

Apr 130.46 130.14 114.39 111.87 112.02 110.57 110.06 119.94 0.27%

May 132.74 130.01 114.44 112.77 112.09 110.57 110.12 120.59 0.54%

Jun 140.22 129.92 114.46 113.65 111.76 110.60 109.92 122.50 1.58%

Jul 145.39 131.57 114.37 113.08 113.90 110.60 110.88 124.33 1.49%

Aug 141.68 132.10 114.73 113.07 115.15 114.22 111.04 123.87 -0.37%

Sep 138.94 133.06 114.69 113.68 115.22 114.22 111.26 123.41 -0.37%

Oct 138.22 133.29 115.34 114.63 115.45 114.89 111.10 123.48 0.06%

Nov 144.05 133.68 115.41 115.04 115.62 114.98 111.53 125.19 1.38%

Dec 152.47 134.48 115.98 115.89 115.66 114.98 111.67 127.69 2.00%

2011

Jan 169.48 135.54 116.76 115.69 115.79 114.98 111.84 132.42 3.70%

Feb 168.52 136.09 119.83 115.60 116.72 114.69 112.29 133.00 0.44%

Mar 154.10 136.21 120.37 116.03 116.94 114.94 112.64 129.55 -2.59%

Apr 147.61 137.23 120.20 116.88 117.74 114.76 112.93 128.16 -1.07%

May 147.07 137.20 120.45 118.43 118.89 114.96 113.10 128.26 -1.00%

Jun 146.13 139.17 120.26 119.18 119.16 115.10 113.12 128.40 0.11%

Jul 147.43 141.77 119.81 119.83 119.16 119.59 112.87 129.39 0.77%

Aug 150.86 143.04 119.96 123.68 119.25 120.08 113.08 130.85 1.13%

Sep 155.10 143.45 119.85 127.25 121.32 121.14 113.66 132.47 1.24%

Oct 157.76 145.06 120.03 126.59 121.50 120.88 113.04 133.30 0.63%

Nov 158.97 145.08 120.29 129.15 121.50 121.80 113.10 133.91 0.46%

Dec 160.47 145.34 120.30 132.39 121.50 121.82 113.10 134.55 0.48%Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Mulai Menggunakan tahun dasar 2007 = 100

KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPORTU M U M

Lampiran 5

Indeks Harga Konsumen Kota Padang

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan

Jun 2011 Sep 2011 q-t-q y-o-y Sep 2011 Des 2011 q-t-q y-o-y

UMUM 128.40 132.47 3.17% 7.34% 132.47 135.31 2.14% 5.97%

BAHAN MAKANAN 146.13 155.10 8.76% 11.63% 155.1 162.25 12.00% 6.41%Padi-padian, Ubi-ubian dan Hasil-hasilnya 155.82 158.93 -4.76% 13.83% 158.93 173.71 -7.84% 17.43%Daging dan Hasil-hasilnya 146.57 148.40 11.14% 0.81% 148.4 146.47 5.29% 4.07%Ikan Segar 157.29 162.90 7.06% 16.00% 162.9 156.25 1.17% 7.52%Ikan Diawetkan 168.33 168.39 -5.38% 17.55% 168.39 164.81 0.84% 7.03%Telur, Susu & Hasil-hasilnya 149.82 159.27 1.01% 13.67% 159.27 169.81 -0.59% 17.35%Sayur-sayuran 140.69 151.34 -16.70% 12.91% 151.34 158.33 -21.44% 19.01%Kacang-kacangan 116.75 117.19 28.17% 0.66% 117.19 118.90 30.98% 2.22%Buah-buahan 145.26 149.64 -1.57% 5.69% 149.64 153.49 12.27% 7.01%Bumbu-bumbuan 103.41 142.98 66.87% 7.83% 142.98 168.00 20.46% -23.49%Lemak & Minyak 165.47 172.56 -20.83% 23.17% 172.56 172.23 -21.26% 15.14%Bahan makanan lainnya 127.22 131.00 -100.00% 15.02% 131 135.87 -100.00% 14.55%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 139.17 143.45 0.86% 7.81% 143.45 145.38 -1.66% 8.11%Makanan Jadi 137.84 140.37 1.97% 5.43% 140.37 141.07 0.33% 5.77%Minuman yang Tidak Beralkohol 137.34 140.55 10.98% 6.09% 140.55 140.83 12.54% 5.18%Tembakau & Minuman Beralkohol 143.37 152.42 -100.00% 14.44% 152.42 158.17 -100.00% 15.07%

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 120.26 119.85 3.77% 4.50% 119.85 122.01 6.60% 5.20%Biaya Tempat Tinggal 125.74 124.79 -10.71% 6.59% 124.79 127.76 -8.71% 7.57%Bahan Bakar, Penerangan & Air 112.09 112.27 16.14% 1.60% 112.27 113.92 16.08% 2.04%Perlengkapan Rumah Tangga 129.9 130.18 -16.47% 3.03% 130.18 130.32 -16.42% 3.13%Penyelenggaraan Rumah Tangga 108.13 108.50 -100.00% 2.06% 108.5 108.81 -100.00% 2.13%

SANDANG 119.18 127.25 -0.91% 11.94% 127.25 132.43 -6.48% 14.27%Sandang Laki-laki 112.06 118.09 1.75% 10.25% 118.09 119.00 -3.20% 10.24%Sandang Wanita 112 114.02 0.93% 4.96% 114.02 114.31 -0.45% 4.46%Sandang Anak-anak 109.91 113.04 59.87% 5.42% 113.04 113.51 76.48% 5.38%Barang Pribadi, Sandang lainnya 150.3 175.71 -100.00% 27.56% 175.71 199.49 -100.00% 36.71%

KESEHATAN 119.16 121.32 -2.32% 5.29% 121.32 122.82 -0.77% 6.19%Jasa Kesehatan 113.06 116.39 19.11% 3.13% 116.39 120.39 15.71% 6.67%Obat-obatan 128.62 134.67 -13.79% 11.38% 134.67 134.67 -16.38% 11.34%Jasa Perawatan & Jasmani 110.88 110.88 9.90% 4.62% 110.88 112.61 10.06% 2.34%Perawatan Jasmani & Kosmetik 121.6 121.86 -100.00% 4.62% 121.86 122.03 -100.00% 4.52%

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA 115.1 121.14 11.81% 6.06% 121.14 121.82 6.23% 5.95%Jasa Pendidikan 119.32 128.69 5.27% 7.85% 128.69 128.69 -2.39% 7.85%Kursus Pelatihan 125.39 125.61 -14.14% 8.10% 125.61 125.61 -14.81% 0.18%Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 105.06 107.66 0.11% 3.04% 107.66 107.01 2.14% 2.42%Rekreasi 105.18 105.18 -1.10% 0.70% 105.18 109.96 -0.52% 4.68%Olahraga 104.02 104.02 -100.00% 0.16% 104.02 104.63 -100.00% 0.75%

TRANSPORT, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 113.12 113.66 0.48% 2.16% 113.66 112.58 -0.95% 0.81%Transportasi 122.15 123.63 1.21% 3.32% 123.63 122.81 -0.66% 2.16%Komunikasi & Pengiriman 82.24 80.05 -2.66% -2.82% 80.05 77.69 -2.95% -5.68%Sarana & Penunjang Transportasi 124.59 124.59 0.00% 2.16% 124.59 124.76 0.14% 1.86%Jasa Keuangan 108.46 108.46 0.00% 0.00% 108.46 108.46 0.00% 0.00%

Sumber : BPS Prov. Sumatera Barat, * Menggunakan tahun dasar 2007 = 100

IHK IHK

LAMPIRAN 6Inflasi Kota Padang Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa

(Tahun Dasar 2007)

Kelompok / Subkelompok

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Daftar Istilah

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

Istilah Penjelasan

BI-rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik

BI-RTGS Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito

Financing-to-Deposit Ratio (FDR) Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Salah satu indikator ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayar oleh konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk merekam perubahan harga beli di tingkat konsumen (purchasing cost) dari sekelompok tetap barang dan jasa (fixed basket) yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, merupakan rata-rata sederhana dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen.

Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini mencakup keyakinan konsumen mengenai penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, ketepatan waktu saat ini untuk melakukan pembelian barang tahan lama dan jumlah ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu.

Inflasi Persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Kliring Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

waktu tertentu.

Kredit menurut Bank Pelapor/Kantor Cabang

Jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor cabang bank yang memberikan persetujuan serta menyalurkan kredit.

Kredit menurut Lokasi Proyek Jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan berdasarkan lokasi proyek yang dibiayai kredit tersebut.

Kualitas Kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Pada Bank Umum, kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Sedangkan pada BPR kredit digolongkan menjadi 4 kualitas, yaitu Lancar, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito)

mtm Persentase perubahan bulanan (month-to-month)

Non-Perfoming Loan (NPL) Kredit yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, merupakan rasio kredit yang tergolong NPLs terhadap total kredit. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs gross. Semakin rendah rasio NPLs, semakin baik kondisi bank yang bersangkutan.

Non-Performing Financing (NPF) Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu daerah.

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL · Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang ... Dini Nur Setiawati (dini_ns@bi.go.id) ... Joko Wardoyo Pemimpin . ii DAFTTAARR IISSII

qtq Persentase perubahan secara triwulanan (quarter to quarter/q-t-q) dari triwulan ke-n dihitung dengan metode point-to-point dengan dasar triwulan sebelumnya.

yoy Persentase perubahan secara tahunan (year on year/y-o-y) bulan/triwulan ke-n dihitung dengan metode point-to-point dengan dasar bulan/triwulan yang sama dengan tahun sebelumnya (t-1).

ytd Persentase perubahan menurut tahun kalender bulan ke-n dihitung dengan metode point-to-point dengan dasar bulan Desember tahun sebelumnya (t-1) (year to date change/y-t-d).