kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi sulawesi … · sektor primer kembali mendorong...

87
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 2014

Upload: vuongxuyen

Post on 16-May-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I

SULAWESI MALUKU PAPUA

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan

TRIWULAN III 2014

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I

Sulawesi Maluku Papua (Sulampua)

Jl. Jenderal Sudirman No. 3

Makassar 90113, Indonesia

Telepon: 0411 – 3615188/3615189

Faksimili: 0411 – 3615170

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel iii

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I – Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), mencakup aspek

pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem

pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke

depan. Kajian ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam

merumuskan kebijakan moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah

diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Pada triwulan III 2014, ekonomi Sulsel tumbuh tinggi sebesar 8,23% (yoy), dan meningkat dibandingkan dengan triwulan II

2014 yang tumbuh 7,36% (yoy). Kinerja perekonomian Sulsel tersebut berbeda arah dengan perekonomian nasional.

Peningkatan kinerja sektor primer, industri pengolahan, serta sektor perdagangan menjadi penyebab naiknya laju

pertumbuhan ekonomi Sulsel. Masih terjadinya panen, minimalnya gangguan operasional tambang, serta permintaan

yang kuat akan barang hasil industri menjadi faktor pendorong ekonomi Sulsel pada triwulan laporan. Pertumbuhan

ekonomi yang telah dicapai tersebut, di sisi lain masih menyisakan tantangan berupa meningkatnya jumlah penduduk

miskin serta belum membaiknya tingkat ketimpangan pendapatan di masyarakat. Perkembangan harga di Sulsel pada

triwulan laporan masih pada level yang relatif rendah yaitu 3,72% (yoy). Prestasi tersebut sebagai hasil dari ketersediaan

pasokan/stok. Peran TPID se-Sulsel juga tampak lebih nyata dengan adanya perencanaan dan antisipasi kenaikan tekanan

harga, dengan meningkatkan produksi pangan setidaknya beberapa bulan sebelum momen perayaan Idul Fitri. TPID se-

Sulsel juga optimal dalam meningkatkan koordinasi maupun penguatan kelembagaan.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara

langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada

kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik

berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan

dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Makassar, November 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah I - Sulampua

Suhaedi

Direktur Eksekutif

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas: Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork.

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel v

DAFTAR ISI

Daftar Isi

KATA PENGANTAR III

DAFTAR ISI V

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 9

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 10

1.2. SISI PERMINTAAN 10

1.3. SISI PENAWARAN 15

2. KEUANGAN PEMERINTAH 23

2.1. STRUKTUR ANGGARAN 24

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN 24

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN INSTANSI VERTIKAL DI KABUPATEN DAN KOTA 26

3. INFLASI DAERAH 29

3.1. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 30

3.2. INFLASI MENURUT KOTAIHK 34

3.3. DISAGREGASI INFLASI 35

3.4. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 36

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 41

4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 42

4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 45

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 47

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 49

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 50

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 51

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

DAFTAR ISI

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 55

6.1. TENAGA KERJA 56

6.2. PENDUDUK MISKIN 57

6.3. RASIO GINI 58

6.4. NILAI TUKAR PETANI 58

7. PROSPEK PEREKONOMIAN 61

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 62

7.2. PROSPEK INFLASI 65

LAMPIRAN 73

DAFTAR BOKS

BOKS 3.A.

PEMBENTUKAN TPID DI SELURUH KABUPATEN/KOTA SE SULAWESI SELATAN TELAH SELESAI DILAKUKAN 38

BOKS 3.B.

PEMBAGIAN ZONA TPID KABUPATEN DAN KOTA DI SULAWESI SELATAN 39

BOKS 5.A.

PENCANANGAN GERAKAN NASIONAL NON TUNAI (GNNT) 53

BOKS 7.A.

DAMPAK (RENCANA) KENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI 68

BOKS 7.B.

TINDAK LANJUT PROYEK INFRASTRUKTUR, WHAT’S NEXT? 70

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif

Gambaran Umum

Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III 2014 tumbuh

meningkat.

Pada triwulan III 2014, ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) tumbuh sebesar 8,23% (yoy), di atas triwulan II 2014 (7,36%, yoy). Meningkatnya kinerja perekonomian Sulsel didorong oleh produksi sektor utama yang mengalami akselerasi serta percepatan pertumbuhan komponen investasi. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulsel tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2014 (5,01%, yoy). Sementara itu, tekanan inflasi tercatat melambat di triwulan laporan, sebesar 3,72% (yoy), dibandingkan dengan triwulan II 2014 (5,92%, yoy). Turunnya tekanan inflasi didorong oleh kecukupan pasokan dan koordinasi yang optimal antara pemerintah provinsi dengan pemerintah di tingkat kabupaten/kota, melalui kelembagaan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dengan masa persiapan sebelum Lebaran setidaknya 3 (tiga) bulan sebelumnya. Kondisi sistem keuangan menunjukkan indikator perbankan masih dalam tendensi yang melambat, namun tetap dalam risiko yang terjaga. Di sisi lain, transaksi nontunai melalui sarana RTGS mampu tumbuh cukup tinggi. Ke depan, tantangan dalam peningkatan produktivitas sektor utama harus diatasi untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Dari sisi harga, beberapa faktor risiko tekanan inflasi harus diwaspadai, antara lain ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan administered prices.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Investasi meningkat, terkait membaiknya kinerja sektor

primer, industri, dan perdagangan.

Perekonomian Sulsel pada triwulan III 2014 mengalami peningkatan kinerja yang didorong oleh naiknya kinerja sektor primer, industri pengolahan, dan perdagangan. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,23% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,36% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi didukung oleh kegiatan investasi yang mengalami akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi sektoral, meningkatnya pertumbuhan didorong oleh produksi sektor primer, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang tumbuh lebih tinggi dari capaian pada triwulan II 2014. Produksi sektor utama yang membaik diyakini telah berhasil memenuhi kebutuhan dari sisi permintaan sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

Keuangan Pemerintah

Realisasi pendapatan dan belanja pada triwulan III 2014

cenderung lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Realisasi pendapatan maupun belanja fiskal daerah relatif belum optimal. Realisasi pos pendapatan maupun belanja hingga triwulan III 2014 cenderung lebih rendah dari periode yang sama tahun 2013. Dari sisi pendapatan, persentase realisasi pendapatan daerah masih cukup rendah, meski secara nominal, capaiannya lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013. Tertahannya realisasi pendapatan daerah tersebut terutama karena belum maksimalnya realisasi pendapatan pajak daerah dan pendapatan retribusi daerah. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah juga masih cukup rendah, dimana realisasinya sebesar 55,98%, walaupun nominal realisasi

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

belanja triwulan III 2014 tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penyerapan belanja infrastruktur (belanja modal) masih kecil dan diharapkan akan terakselerasi pada triwulan mendatang hingga penghujung tahun 2014 sehingga menjadi stimulan bagi investasi. Sementara realisasi belanja pegawai yang lebih tinggi, turut memberi dorongan pada pertumbuhan konsumsi swasta.

Inflasi Daerah

Tekanan Inflasi Sulsel triwulan III 2014 menurun, disebabkan

oleh berakhirnya berbagai momen perayaan serta

pasokan pangan yang memadai.

Laju inflasi Sulsel pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 3,72% (yoy), lebih rendah dari triwulan II 2014 (5,92%, yoy). Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat pasca berakhirnya rangkaian event besar seperti Idul Fitri, hari kemerdekaan, dan Idul Adha. Melimpahnya pasokan ikan akibat membaiknya cuaca yang mendukung kegiatan penangkapan ikan juga menjadi salah satu penyebab menurunnya tekanan inflasi di periode pelaporan. Terkendalinya inflasi tidak terlepas dari kontribusi TPID. Secara kelembagaan, saat ini seluruh TPID di tingkat kabupaten/kota telah terbentuk seiring semakin intensifnya kegiatan koordinasi di sepanjang periode pelaporan.

Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Intermediasi perbankan melambat, namun risiko masih

dalam batas aman.

Kinerja pembiayaan perbankan di Sulsel pada triwulan III 2014 melambat, namun dengan risiko yang tetap terkendali. Kegiatan intermediasi (LDR) sedikit menurun pada triwulan III 2014 menjadi sebesar 125,06% dari triwulan sebelumnya (129,21%). Kredit konsumsi dan investasi melambat, namun kredit modal kerja masih terakselerasi. Sementara penghimpunan tabungan dan deposito masih meningkat, mendorong akselerasi penghimpunan DPK. Di sisi lain, risiko kredit perbankan masih terjaga dengan baik. Rasio nonperforming loan (NPL) bank umum masih berada pada level aman, antara lain pada sektor korporasi, rumah tangga, maupun UMKM. Namun, perlu ada perhatian khusus pada kualitas kredit yang disalurkan bagi korporasi pertambangan. Sementara itu, pertumbuhan aset bank umum mengalami peningkatan karena didorong oleh pertumbuhan aset semua kelompok bank.

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Masih relatif tingginya pertumbuhan ekonomi

tercermin pada volume RTGS.

Perkembangan kinerja perputaran uang melalui RTGS terus menunjukkan tendensi yang membaik pada triwulan III 2014. Transaksi keuangan nontunai melalui Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mampu tumbuh cukup tinggi pada triwulan laporan setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Sementara itu, transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) masih sedikit mengalami kontraksi. Faktor musiman memengaruhi pergerakan aliran uang kartal pada triwulan III 2014. Meski masih mengalami net outflow, aliran uang yang disetor mulai menunjukkan peningkatan seiring pasca Lebaran. Kegiatan penarikan uang dinilai akan terus meningkat hingga akhir triwulan IV. Adapun pengelolaan uang tunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan melakukan layanan penukaran uang, kas keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mewujudnyatakan clean money policy.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran dan kesejahteraan relatif tidak

berubah signifikan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel mencapai 5,10% (Sakernas Agustus 2014) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya (Agustus 2013). Kemudian, tingkat kesejahteraan yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan III 2014 terpantau membaik dari triwulan sebelumnya. Dari aspek kemiskinan, jumlah penduduk miskin hingga Maret 2014 meningkat dibanding September 2013 baik di kota maupun di desa yaitu tumbuh sebesar 9,73% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin akibat naiknya garis batas kemiskinan. Kendati demikian, kenaikan garis batas kemiskinan Maret 2014 tercatat lebih lambat dari September 2013 yang disebabkan oleh penurunan inflasi tahunan pada Maret 2014.

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 3

Prospek Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV 2014 akan

tetap kuat dengan tingkat inflasi yang terkendali.

Perekonomian Sulsel pada triwulan IV 2014 diperkirakan stabil meningkat, namun untuk keseluruhan tahun 2014 sedikit lebih rendah dari 2013. Tingkat pertumbuhan triwulan IV 2014 dan 2014, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,3% (yoy) dan 7,4% - 8,4% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Sulsel 2014 tetap lebih baik dibandingkan dengan ekonomi nasional. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (konsumsi dan investasi) dan kegiatan ekspor yang tetap kuat. Di sisi penawaran, hampir semua sektor mengalami akselerasi, didorong oleh faktor musiman dan permintaan domestik. Sektor pertanian diperkirakan melambat, karena memasuki musim tanam di sebagian besar daerah.

Tekanan harga akhir tahun 2014 diprakirakan akan tetap terkendali, meski disertai risiko yang dapat meningkatkan inflasi. Ketersediaan bahan makanan dinilai dapat mencukupi dengan masih terjadinya panen padi di beberapa daerah, didukung dengan relatif minimalnya dampak kenaikan tarif tenaga listrik (TTL). Namun demikian, tekanan inflasi dari harga yang ditentukan pemerintah (BBM) akan menjadi faktor risiko utama yang dapat membuat inflasi tercatat jauh di atas perkiraan karena imbas secara langsung maupun tidak langsung.

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

I II III IV I II III IV I II III

MAKRO

- Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72

- Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90

- Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62

- Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05

- Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93

- Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31

- Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12

- Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72

- Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54

- Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01

- Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72

- Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00

- Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59

- Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51

- Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32

- Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79

- Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46

- Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83

- Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46

- Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40

14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 6,936 16,530

1. Pertanian 3,787 4,095 4,321 3,329 3,831 4,059 4,491 3,765 4,243 4,521 5,080

2. Pertambangan dan Penggalian 875 1,116 1,091 1,209 1,123 1,181 1,230 1,153 1,140 1,121 1,223

3. Industri Pengolahan 1,948 1,990 2,033 2,079 2,108 2,187 2,210 2,199 2,238 2,355 2,431

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 157 159 164 168 169 173 178 181 184 194 197

5. Konstruksi/Bangunan 841 868 903 955 913 964 1,022 1,058 986 1,035 1,076

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,509 2,616 2,738 2,798 2,797 2,876 2,966 3,022 3,029 3,139 3,259

7. Angkutan dan Komunikasi 1,436 1,459 1,502 1,553 1,544 1,613 1,660 1,663 1,642 1,668 1,713

8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 1,129 1,240 1,272 1,338 1,323 1,414 1,468 1,480 1,472 1,518 1,535

9. Jasa-jasa 1,460 1,514 1,522 1,544 1,494 1,529 1,604 1,636 1,594 1,622 1,700

14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157

1. Konsumsi 9,586 9,767 9,984 10,142 10,136 10,336 10,675 10,852 10,777 10,965 11,296

2. Investasi 4,070 4,797 4,557 3,387 4,666 5,153 4,323 4,052 4,025 4,993 4,909

3. Ekspor 4,755 5,323 5,659 6,158 5,322 5,634 6,169 6,176 6,098 6,288 6,639

4. Impor 4,269 4,830 4,655 4,713 4,820 5,128 4,339 4,923 4,371 5,073 4,631

14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157 16,530 17,173 18,214

7.90 8.06 8.70 8.88 8.21 6.23 8.26 7.90 8.01 7.36 8.23

269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29 417.56 386.19 366.41 460.02 499.05

223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 193.36

155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 404.72 218.82 123.23 139.10 181.87 149.05

280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.75 216.69 271.11 221.11 258.82 266.39

114.08 147.92 170.67 307.42 102.30 (15.43) 198.75 262.96 227.31 278.14 350.00

*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

2012* 2013*

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton)

Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)

Catatan:

Total PDRB (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton)

Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

2014**

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar)

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar)

INDIKATOR

Indeks Harga Konsumen

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)

I II III IV I II III IV I II III

Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571

45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339

Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693

Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828

Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463

- Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847

- Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457

- Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159

119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 125.06%

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463

- Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435

- Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 537

- Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283

- Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 232

- Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173

- Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748

- Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951

- Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581

- Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115

- Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408

18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 26,768

3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,114 5,297

- Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,088 4,249

- Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 1,027 1,048

- Konsumsi - - - - - - - - - - -

8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 10,329 10,885

- Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,076 6,408

- Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 4,253 4,478

- Konsumsi - - - - - - - - - - -

5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,046 10,586

- Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 7,822 7,680

- Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,224 2,906

- Konsumsi - - - - - - - - - - -

3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 3.57%

4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.98% 5.42%

BANK UMUM SYARIAH

3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619

1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878

Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 346

Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337

Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195

2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926

- Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 985

- Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 670

- Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 3,270

174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% 171.16%

Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara

2013

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

INDIKATOR

BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

2012

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

FDR

Total Aset (Rp Miliar)

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)

2014****

Kredit Menengah *** (Rp Miliar)

LDR

NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%)

Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)

NPL Total gross - Lokasi Bank (%)

Kredit Mikro* (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 7

C. SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II III IV I II III

KAS

Inflow (Rp Miliar) 3,872 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,562

Uang Kertas 3,871 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,561

Uang Logam 0.15 0.13 0.02 0.05 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 0.23

Outflow (Rp Miliar) 1,860 3,174 3,575 3,214 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 5,641

Uang Kertas 1,859 3,171 3,574 3,214 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 5,637

Uang Logam 1.80 2.53 0.86 0.34 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 3.93

Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 893 158 51 272 350 502 989 708 748 620 269

TRANSAKSI RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 11,504 15,473 15,421 19,880 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 22,719

To / Incoming (Rp Miliar) 29,147 37,788 34,631 40,648 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 38,096

From - To (Rp Miliar) 4,578 4,355 4,424 5,049 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 10,970

TRANSAKSI KLIRING

Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,296 9,439 9,466 10,139 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 9,716

Volume Kliring* (Lembar) 281,461 283,706 285,156 294,745 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 260,914

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 558 569 579 605 557 576 874 1,050 675 637 675

Volume Kliring Kredit (Lembar) 37,461 38,646 39,105 40,567 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 30,355

RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 9 9 10 9 10 15 17 11 11 11

RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 595 613 621 644 608 580 632 663 487 477 490

Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,737 8,870 8,887 9,534 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 9,041

Volume Kliring Debet (Lembar) 244,000 245,060 246,051 254,178 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 230,559

RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 139 141 141 151 153 157 156 155 147 150 146

RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,873 3,890 3,906 4,035 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 3,719

Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 294 305 296 292 322 352 402 325 317 387 287

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,013 7,732 7,412 7,623 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 6,765

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 5 5 5 5 6 7 5 5 6 5

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 111 123 118 121 126 126 118 107 119 119 109

Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 208 234 208 206 221 259 307 251 230 328 231

Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,563 6,349 6,033 6,020 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 5,313

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 88 101 96 96 98 103 95 87 95 97 86

*) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari***) Angka sementara

INDIKATOR

Kliring Debet Penyerahan

Kliring Debet Pengembalian

2012*** 2013*** 2014***

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

D. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumbangan Sektor Ekonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

2.58%

7.16%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Rasio PDRB Sulampua terhadap PDB Nasional

Rasio PDRB Sulsel terhadap PDB Nasional

8.23%

5.01%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II II

2010 2011 2012 2013 2014

Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)

Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (yoy)

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian PertambanganPHR Industri PengolahanKomunikasi dan Transportasi LainnyaPDRB

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi PemerintahPMTB Perubahan StokNet Ekspor PDRB

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Inflasi Nasional (yoy)

Inflasi Sulsel (yoy)

BI Rate

100%

110%

120%

130%

140%

150%

160%

170%

180%

190%

200%

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

(Rp Triliun)Aset

DPK Lokasi Bank Pelapor

Kredit LokasiBank

LDR - Skala Kanan

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

7500

7600

7700

7800

7900

8000

8100

8200

8300

8400

8500

2009 2010 2011 2012 2013 2014

(Ribu Orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan

JumlahPenduduk

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

700

750

800

850

900

950

1000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

(Ribu Orang)

% Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 9

1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III 2014 tumbuh

sebesar 8,23% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (7,36%, yoy).

Dari sisi permintaan, akselerasi didukung oleh kegiatan investasi yang

mengalami akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Dari sisi sektoral, meningkatnya pertumbuhan didorong oleh

produksi sektor primer, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan,

hotel, dan restoran (PHR) yang tumbuh lebih baik dari capaian triwulan

sebelumnya. Produksi sektor utama yang membaik diyakini telah berhasil

memenuhi kebutuhan dari sisi permintaan sehingga dapat menopang

pertumbuhan ekonomi. Adapun kinerja konsumsi pemerintah yang melambat

memengaruhi perlambatan pertumbuhan sektor jasa-jasa.

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pada triwulan III 2014, perekonomian Sulsel tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,23% (yoy) setelah sebelumnya tercatat 7,36% (yoy). Dengan perkembangan

tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulsel tercatat masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional pada

triwulan laporan yang tercatat sebesar 5,01% (yoy). Sesuai pola historisnya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

triwulan III biasanya tumbuh positif secara triwulanan, yaitu sebesar 6,06% (qtq) (Grafik 1.1). Menguatnya pertumbuhan

ekonomi Sulsel, dari sisi permintaan, disebabkan oleh perkembangan investasi (termasuk perubahan stok) yang tumbuh

jauh di atas capaian triwulan II 2014. Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian, pertambangan, industri

pengolahan, serta perdagangan menjadi sumber percepatan pertumbuhan ekonomi.

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2. Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan atau pengeluaran, meningkatnya perekonomian Sulsel pada triwulan III 2014 terutama didorong

oleh akselerasi pada komponen investasi. Peningkatan kinerja investasi terutama didorong oleh kinerja perubahan stok

yang tubuh cukup tinggi setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya. Adapun komponen pengeluaran yang

lain relatif mengalami perlambatan, keculai impor. Meski masih tumbuh cukup tinggi, konsumsi rumah tangga tercatat

sedikit mengalami perlambatan. Konsumsi pemerintah pada triwulan laporan juga tidak mampu mencatat akselerasi

kinerja sehingga konsumsi secara total tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. PMTB

(Pembentukan Modal Tetap Bruto) juga mengalami perlambatan pertumbuhan sehingga menahan akselerasi investasi

lebih lanjut. Sementara itu, di tengah perkembangan impor yang membaik setelah terkontraksi pada triwulan

sebelumnya, komponen ekspor justru tercatat tumbuh lebih rendah dari triwulan II 2014 (Tabel 1.1 dan Grafik 1.2).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

(6)

(4)

(2)

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012* 2013** 2014**

%

yoy Nasional qtq Sulsel yoy Sulsel

8.23

5.01

6.06

I II III IV I II III IV I II III

PDRB 7.90 8.06 8.70 8.88 8.39 8.21 6.23 8.26 7.90 7.65 8.01 7.36 8.23

Konsumsi 7.14 7.21 6.95 5.88 6.79 5.74 5.82 6.92 7.00 6.38 6.32 6.08 5.82

Konsumsi Rumah Tangga 6.24 6.47 7.15 6.78 6.67 6.57 6.71 6.83 6.79 6.73 6.74 6.47 6.32

Konsumsi Pemerintah 10.75 10.11 6.20 2.60 7.24 2.53 2.46 7.28 7.80 5.06 4.69 4.55 3.89

Investasi 39.42 42.14 8.64 -7.88 18.68 14.63 7.42 -5.12 19.63 8.23 -13.74 -3.10 13.55

PMTB 22.41 23.43 19.97 15.22 20.00 12.81 13.84 16.05 13.48 14.07 11.48 8.39 5.32

Ekspor -19.09 -11.88 3.14 17.35 -3.34 11.92 5.86 9.01 0.29 6.42 14.60 11.59 7.62

Impor -7.93 5.18 -1.28 -0.78 -1.21 12.90 6.17 -6.79 4.45 4.02 -9.32 -1.08 6.73

Keterangan:

- Konsumsi nirlaba/lembaga nonprofit rumah tangga termasuk ke dalam konsumsi rumah tangga

- PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto

- Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan stok/persediaan/inventori

Pertumbuhan Komponen

Penggunaan (%, yoy)

2012*2012* 2013**

2013** 2014**

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 11

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.2. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Komponen Pengeluaran

1.2.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi kembali mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan

triwulan II 2014. Komponen konsumsi tercatat tumbuh sebesar 5,82% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan

sebelumnya (6,08%, yoy). Perlambatan konsumsi rumah tangga cenderung tidak terjadi secara drastis sehingga angka

pertumbuhannya masih tercatat cukup tinggi. Sementara itu, konsumsi pemerintah juga mengalami perlambatan

sehingga tidak mampu mendorong terjadinya percepatan pada sisi konsumsi secara keseluruhan.

Pada triwulan III 2014, konsumsi rumah tangga tidak mengalami akselerasi seiring berakhirnya masa persiapan pemilu

dan adanya tekanan dari sisi harga. Konsumsi rumah tangga (termasuk nirlaba) tercatat tumbuh sebesar 6,32% (yoy)

setelah tumbuh 6,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan yang terjadi pada dasarnya lebih dipengaruhi oleh

menurunnya aktivitas konsumsi terkait pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Di samping itu, adanya tekanan harga

terkait penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL) dan bahan bakar rumah tangga dinilai menahan perkembangan konsumsi

lebih lanjut. Meski demikian, konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup tinggi seiring stimulus belanja karena adanya

hari besar keagamaan (Lebaran) serta dukungan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian secara umum.

Keyakinan konsumen masih menunjukkan perkembangan yang cukup baik sedangkan penjualan eceran tumbuh relatif

terbatas. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di

Makassar pada periode triwulan laporan mengalami peningkatan (Grafik 1.3). Hal ini menunjukkan adanya optimisme

masyarakat seiring terjaganya tingkat pendapatan yang diterima. Selanjutnya, pergerakan Indeks Penjualan Eceran, hasil

Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia, tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan karena terbatasnya konsumsi

terkait bahan bakar kendaraan bermotor serta barang rumah tangga lainnya (Grafik 1.4). Sementara itu, penyaluran

kredit untuk keperluan konsumsi masih berada dalam tren yang melambat (Grafik 1.5).

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Indeks Penjualn Eceran

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011* 2012* 2013** 2014**

%

Investasi Konsumsi Ekspor Impor Pertumbuhan PDRB

110

120

130

140

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Indeks

IKK Makassar (Rata-rata 3 Bulan) IKK Makassar

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

80

85

90

95

100

105

110

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoyIndeks

Indeks Penjualan Eceran gIndeks - Skala Kanan

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Dari sisi komponen konsumsi pemerintah, terjadi perlambatan pertumbuhan pada triwulan III 2014 dibandingkan

dengan triwulan II 2014. Konsumsi pemerintah mencatat pertumbuhan sebesar 3,89% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh

4,55% (yoy). Realisasi penyerapan anggaran pemerintah yang masih belum mencapai target membuat konsumsi

pemerintah tidak mengalami percepatan pertumbuhan. Penyerapan anggaran, baik APBD maupun APBN, masih berada

pada kisaran 50% - 65%, di bawah target penyerapannya yang sebesar70% - 75%. Hal ini turut dipengaruhi oleh kebijakan

penghematan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah.1 Penghematan anggaran tersebut tercermin dari

indikator giro pemerintah daerah yang sedikit berkurang pada triwulan laporan, berbeda dengan pola historis yang

biasanya terjadi (Grafik 1.6).

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.6. Giro Pemerintah Daerah

1.2.2 Investasi

Pada triwulan III 2014, investasi yang dihitung dari PMTB tumbuh lebih rendah dari triwulan II 2014. PMTB tercatat

tumbuh tidak sebaik capaian triwulan sebelumnya yaitu dari 8,39% (yoy) menjadi 5,32% (yoy). Perlambatan yang terjadi

pada komponen PMTB dinilai lebih disebabkan oleh masih lemahnya kinerja investasi bangunan. Hal ini tercermin dari

indikator nilai tambah sektor bangunan yang tumbuh melambat pada triwulan laporan (Grafik 1.7). Melambatnya

investasi bangunan sebagai dampak dari pertumbuhan belanja modal pemerintah yang memang belum optimal pada

periode laporan.2

Penopang pertumbuhan investasi pada triwulan laporan dinilai terutama bersumber dari kinerja investasi swasta,

khususnya investasi nonbangunan. Pembangunan terkait properti seperti perumahan, ruko, hotel, dan apartemen, tetap

berlangsung, terutama lanjutan dari periode sebelumnya. Hal ini terkonfirmasi dari kinerja realisasi penanaman modal

asing (PMA) maupun dalam negeri (PMDN) yang mengalami akselerasi pada triwulan laporan seiring investasi pada sektor

pertambangan, angkutan, serta sektor listrik, gas, dan air (LGA).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.7. Nilai Tambah Sektor Bangunan Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Investasi

1 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, November 2014 2 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, November 2014

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Giro Pemerintah Daerah gGiro Pemda - Skala Kanan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Miliar

Nilai Tambah Sektor Bangunan ADHK gNilai Tambah

(10)

0

10

20

30

40

50

02468

101214161820

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 13

Perlambatan PMTB pada triwulan III 2014 sejalan dengan melemahnya kinerja indikator pembiayaan. Penyaluran kredit

yang digunakan untuk keperluan investasi mengalami perlambatan dengan kontraksi yang lebih dalam pada triwulan

laporan. Tren perlambatan penyaluran kredit investasi memang telah terjadi sejak triwulan III 2013 (Grafik 1.8). Di sisi

lain, masih baiknya kinerja investasi nonbangunan dikonfirmasi oleh pertumbuhan nilai impor barang modal yang tumbuh

tinggi pada triwulan laporan, jauh di atas triwulan sebelumnya (Grafik 1.9).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Produsen, diolah

Grafik 1.9. Impor Barang Modal Grafik 1.10. Perubahan Stok Produsen Nikel

Meski PMTB tumbuh melambat, kinerja investasi yang dihitung sebagai jumlah PMTB dengan perubahan stok

mengalami perbaikan pada triwulan II 2014. Setelah turun hingga -3,10% (yoy), investasi secara total mampu bertumbuh

sebesar 13,55% (yoy) pada triwulan laporan. Perbaikan tersebut disumbangkan oleh komponen perubahan stok. Indikasi

ini terlihat juga dari perubahan stok salah satu perusahaan terbuka di Sulsel yang mampu tumbuh lebih baik pada

triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan II 2014 (Grafik 1.10).

1.2.3 Ekspor dan Impor

Neraca perdagangan bersih Sulsel pada triwulan III 2014 kembali tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya seiring melemahnya kinerja ekspor. Akselerasi kinerja impor pada triwulan laporan yang dibarengi dengan

deselerasi ekspor membuat pertumbuhan surplus perdagangan atas dasar harga konstan (ADHK) menjadi jauh lebih

lambat dibandingkan dengan triwulan II 2014. Surplus pada triwulan III 2014 tercatat asebagai surplus tertinggi dalam

beberapa periode terakhir (Grafik 1.11). Hal ini turut ditopang oleh surplus pada sisi neraca perdagangan luar negeri

Sulsel untuk barang nonmigas (Grafik 1.12). Pada triwulan laporan, kondisi surplus dapat dicapai seiring dengan adanya

peningkatan nilai ekspor luar negeri nonmigas Sulsel yang disertai dengan penurunan impor luar negeri nonmigas.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.11. Neraca Perdagangan Bersih PDRB Grafik 1.12. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

Pada triwulan III 2014, komponen ekspor masih mampu tumbuh cukup tinggi walaupun melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Ekspor tercatat tumbuh sebesar 7,62% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan II

2014 (11,59%, yoy). Deselerasi kinerja ekspor dinilai merupakan dampak dari melemahnya kinerja ekspor ke luar negeri

(Grafik 1.13). Sementara itu, kegiatan ekspor antardaerah menjadi penopang pertumbuhan yang tercermin dari

pertumbuhan volume barang yang dimuat di pelabuhan Makassar (Grafik 1.14).

(200)

(100)

0

100

200

300

400

500

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyUS$ Juta

Impor Barang Modal gImpor Barang Modal

(2,500)

(2,000)

(1,500)

(1,000)

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

(50)

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyUS$ Juta

Posisi Stok Perubahan Stok gPerubahan Stok - Skala Kanan

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

(6,000)

(4,000)

(2,000)

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Rp MiliarRp Miliar

Ekspor ADHK Impor ADHK Neraca Perdagangan Bersih - Skala Kanan

(100)

0

100

200

300

400

500

600

700

(600)

(400)

(200)

0

200

400

600

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

US$ Juta

Mill

ion

sUS$ Juta

Ekspor Luar Negeri Nonmigas

Impor Luar Negeri Nonmigas

Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Nonmigas - Skala Kanan

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.13. Volume Ekspor Nonmigas Grafik 1.14. Volume Barang yang Dimuat

Beberapa komoditas ekspor utama dengan orientasi penjualan luar negeri mencatat perlambatan pada triwulan III

2014. Ekspor rumput laut, biji coklat (kakao), semen, serta karet alam olahan tumbuh lebih rendah dari triwulan II 2014

(Grafik 1.15). Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kinerja industri manufaktur para negara mitra dagang Sulsel yang

tidak seekspansif triwualn sebelumnya, bahkan mengalami kinerja yang kontraktif (Korea Selatan) (Grafik 1.16). Di lain

pihak, ekspor komoditas industri nikel, perikanan dan pertambangan masih mengalami akselerasi seiring kegiatan

produksi yang berjalan tanpa gangguan sehingga dapat menopang pertumbuhan ekspor secara keseluruhan.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bloomberg

Grafik 1.15. Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Grafik 1.16. Purchasing Managers Index

Impor masih menunjukkan perbaikan pada triwulan II 2014 setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya

seiring peningkatan pada impor barang dari luar negeri maupun dari daerah lain (antardaerah). Pada triwulan laporan,

impor mampu tumbuh hingga 6,73% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya yang turun hingga -1,08% (yoy). Perbaikan

pada komponen impor dikonfirmasi oleh indikator volume barang yang dibongkar di pelabuhan Makassar yang tumbuh

tinggi setelah terkontraksi pada triwulan lalu (Grafik 1.17). Hal yang sama diperlihatkan oleh indikator volume impor

barang yang berasal dari luar negeri (Grafik 1.18). Hal ini terutama didukung oleh kinerja impor barang modal dan bahan

baku yang membaik pada triwulan laporan untuk mendukung kegiatan produksi sektor ekonomi utama.

Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.17. Volume Barang yang Dibongkar Grafik 1.18. Volume Impor Nonmigas

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Volume Ekspor Luar Negeri gVolume Ekspor gNilai Ekspor

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%; yoyRibu Ton

Volume Muat Barang Dalam Negeri gVolume Muat - Skala Kanan

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoy%, yoy

Rumput Laut Karet Alam Olahan

Biji Coklat Semen - Skala Kanan

46

48

50

52

54

56

58

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014

Indeks

Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

0200400600800

1,0001,2001,4001,6001,8002,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%; yoyRibu Ton

Volume Bongkar Barang Dalam Negeri gVolume Bongkar - Skala Kanan

(80)(60)(40)(20)0 20 40 60 80 100 120 140

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Volume Impor Luar Negeri gVolume Impor gNilai Impor

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 15

Pada triwulan III 2014, struktur ekspor maupun impor luar negeri Sulsel relatif tidak mengalami perubahan

dibandingkan periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan dalam komposisi barang

dari Sulsel yang dijual ke luar negeri yang diikuti komoditas pertanian (Grafik 1.19). Sementara itu, impor bahan baku

mencatat pangsa terbesar dari total nilai impor Sulsel di triwulan laporan yang kemudian diikuti oleh impor barang modal

dan barang konsumsi (Grafik 1.20).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.19. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Grafik 1.20. Pangsa Impor Menurut Kategori

Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,

sedangkan gandum kembali menjadi komoditas impor dengan pangsa terbesar. Pada triwulan III 2014, komoditas nikel

matte mengambil pangsa sebesar 58,07% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel (Tabel 1.2). Selanjutnya, produk olahan

kakao dan rumput laut menjadi komoditas dengan pangsa terbesar yaitu masing-masing sebesar 9,58% dan 7,78%. Untuk

impor luar negeri, gandum yang menjadi bahan baku terigu mengambil pangsa 39,648% pada triwulan III 2014 dan

berada pada urutan teratas dalam struktur impor. Setelah gandum, barang industri lainnya dan makanan ternak

mengambil pangsa impor terbesar yaitu masing-masing 19,64% dan 10,97% (Tabel 1.3).

Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

1.3. Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran atau produksi, peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel dipengaruhi terutama oleh akselerasi

kinerja sektor primer. Membaiknya kinera sektor primer diikuti oleh akselerasi pada sektor industri pengolahan dan

kegiatan perdagangan (sektor perdagangan, hotel, dan restoran/PHR). Sementara itu, kinerja sektor sekunder maupun

sektor tersier yang lain tercatat tidak sebaik triwulan sebelumnya (Tabel 1.4). Hal ini membuat perekonomian Sulsel tidak

mengalami akselerasi lebih lanjut.

21.27%

78.05%

0.68% Pangsa Triwulan III 2014

Komoditas Pertanian: US$106.16 Juta

Komoditas Industri: US$389.49 Juta

Komoditas Pertambangan: US$3.40 Juta

20.35%

79.15%

0.49% Pangsa Triwulan III 2014

Barang Modal: US$30.33 Juta

Bahan Baku: US$117.98 Juta

Barang Konsumsi: US$0.74 Juta

KomoditasNilai Ekspor

Triwulan III 2014

(US$ Juta)

Pangsa (%)

Nikel Matte 289.82 58.07

Kakao Olahan 47.81 9.58

Rumput Laut 38.83 7.78

Biji Kakao 27.08 5.43

Udang Segar/Beku 23.09 4.63

Ikan Olahan 17.76 3.56

Kayu Lapis 8.25 1.65

Kopi 7.46 1.49

Buah/Sayuran Olahan 6.29 1.26

Dedak/Bekatul 4.32 0.87

KomoditasNilai Impor

Triwulan III 2014

(US$ Juta)

Pangsa (%)

Gandum 59.15 39.68

Barang Industri Lainnya 29.27 19.64

Makanan Ternak Lainnya 16.35 10.97

Besi/Baja 10.44 7.00

Pupuk 7.45 5.00

Suku Cadang Mesin 4.91 3.30

Alat Listrik 4.75 3.19

Kakao Olahan 3.69 2.48

Kapal Laut dan Sejenisnya 2.58 1.73

Kertas dan Barang dari Kertas 1.57 1.05

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.21. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Sektor Ekonomi

1.3.1 Sektor Pertanian

Pada triwulan III 2014, sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan seiring akselerasi pertumbuhan

produksi di subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor perikanan. Angka pertumbuhan sektor

pertanian pada triwulan laporan tercatat sebesar 13,11% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang tercatat sebesar

11,39% (yoy). Subsektor tabama, dalam hal ini komoditas padi palawija, menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya

akselerasi. Produksi padi, selepas puncak musim panen raya, ternyata masih menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Hal

ini didukung oleh kondisi musim yang sangat mendukung aktivitas pengolahan lahan padi3 sehingga beberapa daerah

yang memang masih mengalami musim panen dapat mencatat hasil yang optimal.

Percepatan pertumbuhan juga dialami subsektor perikanan yang didukung oleh masih terjaganya produksi ikan

tangkap maupun ikan budidaya selama periode triwulan III 2014. Curah hujan yang masih memiliki intensitas rendah

selama periode Juli sampai dengan September 2014 membuat kendala aktivitas penangkapan minimal. Di samping itu,

perkembangan jenis perikanan yang dibudidayakan juga mengalami peningkatan kinerja, terutama udang. Permintaan

dari industri pengolahan udang yang tinggi diyakini mendorong produksi udang di Sulsel. Hal ini dipengaruhi oleh

permintaan yang tetap kuat dari negara mitra dagang serta kurangnya kompetitor sejenis.4 Hal ini terkonfirmasi dari

kinerja volume ekspor udang dan aneka ikan yang mengalami akselerasi (Grafik 1.22 dan Grafik 1.23).

Subsektor peternakan juga diindikasikan memberi sumbangan yang positif bagi sektor pertanian. Hal ini didukung oleh

upaya revitalisasi dan pembenahan pabrik milik dari perusahaan peternak sapi untuk meningkatkan produksi.5 Sementara

itu, subsektor perkebunan menjadi penahan akselerasi lebih lanjut sektor pertanian setelah lewatnya musim panen

3 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, November 2014 4 Hasil liaison kepada eksportir komoditas perikanan, triwulan III 2014 5 Hasil liaison kepada perusahaan peternak sapi, triwulan III 2014

I II III IV I II III IV I II III

PDRB 7.90 8.06 8.70 8.88 8.39 8.21 6.23 8.26 7.90 7.65 8.01 7.36 8.23

Pertanian 5.30 4.31 8.31 3.22 5.40 1.15 -0.89 3.93 13.10 3.95 10.76 11.39 13.11

Pertambangan & Penggalian -10.64 2.23 1.16 26.04 4.44 28.41 5.85 12.78 -4.62 9.26 1.54 -5.04 -0.55

Industri Pengolahan 14.58 8.94 5.64 6.99 8.86 8.24 9.88 8.71 5.76 8.12 6.17 7.67 10.01

Listrik, Gas & Air Bersih 22.02 13.95 10.73 5.31 12.53 7.81 9.18 8.39 8.06 8.36 8.87 11.75 10.74

Bangunan 11.61 7.91 8.38 11.11 9.73 8.62 11.00 13.20 10.73 10.92 7.98 7.40 5.21

Perdagangan, Hotel & Restoran 10.10 9.12 10.41 12.44 10.54 11.48 9.96 8.33 7.98 9.38 8.28 9.15 9.89

Angkutan & Komunikasi 19.42 17.75 14.73 8.68 14.87 7.53 10.55 10.54 7.09 8.92 6.34 3.40 3.15

Keuangan 9.88 19.03 19.81 14.72 15.87 17.21 14.00 15.40 10.62 14.18 11.23 7.38 4.57

Jasa-jasa 1.41 3.19 3.03 1.47 2.27 2.31 0.97 5.38 5.92 3.67 6.72 6.10 6.03

Keterangan:

- Real estate, persewaan, dan jasa perusahaan termasuk ke dalam Sektor Keuangan

Pertumbuhan Sektor Ekonomi

(%, yoy)

2014**2013**

2012*2012*

2013**

(2)

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011* 2012* 2013** 2014**

%

Pertanian Industri PHR Sektor Lainnya PDRB

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 17

kakao. Harga kakao di pasar global yang mulai tumbuh melambat juga menambah tekanan produksi kakao pada triwulan

laporan sehingga subsektor perkebunan tidak dapat melaju lebih cepat (Grafik 1.24 dan Grafik 1.25).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.22. Volume Ekspor Udang Grafik 1.23. Volume Ekspor Aneka Ikan

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

Grafik 1.24. Volume Ekspor Biji Kakao Grafik 1.25. Harga Internasional Kakao

1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Harga komoditas yang relatif masih cukup baik mendukung perbaikan sektor pertambangan dan penggalian pada

triwulan III 2014. Pada triwulan laporan, kinerja sektor ini masih turun sebesar -0,55% (yoy), namun tidak sedalam

kontraksi triwulan lalu yang tercatat sebesar -5,04% (yoy). Perbaikan sektor ini diindikasikan oleh perkembangan ekspor

komoditas pertambangan yang kinerjanya juga membaik pada triwulan laporan seiring harga internasional komoditas

tambang yang sedikit meningkat pada periode laporan (Grafik 1.26 dan Grafik 1.27). Di samping itu, selesainya renegosiasi

kontrak yang dilakukan oleh produsen nikel terbesar di Sulsel dengan pemerintah diyakini membuat kegiatan produksi

dapat berlangsung dengan lebih baik tanpa kendala operasional yang berarti.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

Grafik 1.26. Volume Ekspor Pertambangan Grafik 1.27. Harga Komoditas Tambang

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Ekspor Udang Segar/Beku gEkspor - Skala Kanan

(30)(25)(20)(15)(10)(5)0 5 10 15 20 25

0.00.20.40.60.81.01.21.41.61.82.0

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Ekspor Aneka Ikan gEkspor - Skala Kanan

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Ekspor Biji Coklat gEkspor - Skala Kanan

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2012 2013 2014

%, yoyUS$/kg Kakao

gHarga - Skala Kanan

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Ekspor Pertambangan gEkspor - Skala Kanan

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

US$/metrik tonUS$/metrik ton

Nikel Timah Seng - Skala Kanan Timah Hitam - Skala Kanan

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan kembali tumbuh lebih cepat pada triwulan III 2014 yang didukung oleh perkembangan yang

lebih baik pada industri mikro dan kecil maupun industri besar dan sedang. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 10,01%

(yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya tumbuh 7,67% (yoy). Akselerasi pada sektor industri pengolahan

didorong oleh tetap membaiknya kinerja industri mikro dan kecil (IMK) maupun industri besar dan sedang (IBS) pada

triwulan laporan (Grafik 1.28). Hal ini dipengaruhi oleh momentum perayaan Lebaran dan event besar lainnya di Sulsel

yang mendorong kegiatan produksi para produsen barang industri.

Menguatnya kinerja pertumbuhan sektor industri pengolahan searah dengan perkembangan beberapa subsektor

industri. Pada triwulan laporan, subsektor industri pengolahan semen menunjukkan peningkatan yang signifikan. Setelah

mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya, subsektor industri semen berbalik arah dan mencatat pertumbuhan

pada triwulan laporan (Grafik 1.29). Meski nilai tambah sektor bangunan tumbuh melambat, produsen semen tetap

menggiatkan kegiatan produksi dalam rangka menyimpan stok demi kebutuhan di akhir tahun yang biasanya ditandai

dengan percepatan realisasi proyek investasi bangunan. Motif berjaga-jaga ini diambil produsen semen dinilai agar

kegiatan distribusi dapat lebih efisien mengingat musim penghujan yang akan segera tiba.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.28. Pertumbuhan Industri Grafik 1.29. Realisasi Pengadaan Semen

Subsektor industri kayu olahan serta makanan olahan juga menunjukkan perkembangan kinerja. Hal ini dikonfirmasi

oleh pertumbuhan volume ekspor komoditas kayu olahan dan makanan olahan yang mengalami akselerasi pada triwulan

laporan (Grafik 1.30). Sesuai dengan pola tahunan, produksi kayu olahan yang diekspor ke luar negeri, terutama Jepang,

melambat pada triwulan II namun akan meningkat pada triwulan III untuk mengejar target produksi akhir tahun.

Biasanya, kapasitas produksi diutilisasi hingga mencapai 80% pada triwulan III setelah sebelumnya berkisar antara 60% -

70% saja.6 Untuk industri makanan olahan, naiknya permintaan dinilai mendorong ekspor ikan olahan yang juga didukung

oleh terjaganya bahan baku. Realisasi harga jual sektor industri juga menunjukkan peningkatan yang tentunya menambah

insentif untuk berproduksi (Grafik 1.31).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.30. Volume Ekspor Hasil Industri Grafik 1.31. Harga Jual Sektor Industri Pengolahan

6 Hasil liaison kepada perusahaan furniture, triwulan III 2014

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoy

IMK IBS

(5)

0

5

10

15

20

25

30

35

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Realisasi Pengadaan gRealisasi - Skala Kanan

(200)

(100)

0

100

200

300

400

500

(30)(25)(20)(15)(10)

(5)0 5

10 15 20 25

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoy%, yoy

Kayu Olahan Makanan Olahan - Skala Kanan

(2)

(1)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, Saldo Bersih Tertimbang

Harga Jual Sektor Industri Pengolahan Perkiraan

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 19

1.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)

Sektor LGA kembali tumbuh tinggi namun melambat pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sektor LGA tercatat tumbuh sebesar 10,74% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 11,75% (yoy). Faktor penyebab

perlambatan dinilai datang dari subsektor sumber daya air seiring perkembangan harga yang tidak sebaik triwulan

sebelumnya (Grafik 1.32). Kapasitas produksi sektor ini juga menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(Grafik 1.33). Adapun subsektor listrik menjadi penopang pertumbuhan sehingga tetap tinggi seiring dengan

perkembangan jumlah pelanggan dan satuan pemakaian listrik yang terjual.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.32. Harga Jual Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.33. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor LGA

1.3.5 Sektor Bangunan

Pada triwulan III 2014, sektor bangunan kembali tumbuh melemah searah dengan perkembangan komponen investasi.

Di triwulan II 2014, sektor ini mampu bertumbuh hingga 7,40% (yoy), sementara pada triwulan laporan, sektor ini

mengalami perlambatan dan tumbuh sebesar 5,21% (yoy). Perlambatan di sektor ini sejalan dengan deselarasi pada

komponen investasi, khususnya yang dihitung dari PMTB yang juga mengalami perlambatan di triwulan laporan.

Perlambatan dinilai dipengaruhi oleh realisasi investasi pemerintah yang belum mencapai target. Indikator penjualan

eceran untuk perlengkapan konstruksi serta kredit kepada sektor konstruksi juga mencatat kinerja yang tidak sebaik

capaian triwulan sebelumnya (Grafik 1.34 dan Grafik 1.35).

Sumber: Survei Penjualan Eceran Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.34. Penjualan Eceran Perlengkapan Konstruksi Grafik 1.35. Kredit kepada Sektor Konstruksi

1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Sektor PHR tumbuh menguat pada triwulan III 2014 yang didorong oleh membaiknya kegiatan perdagangan, khususnya

impor, serta terjaganya kinerja pariwisata. Pertumbuhan sektor ini tercatat meningkat dari 9,15% (yoy) pada triwulan I

2014 menjadi 9,89% (yoy) pada triwulan laporan. Akselerasi kinerja sektor PHR salah satunya didorong oleh menguatnya

kegiatan perdagangan antardaerah (Grafik 1.36) yang juga didukung penguatan impor luar negeri. Penjualan eceran juga

secara umum menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan. Perkembangan tersebut didorong oleh peningkatan

(1.5)

(1.0)

(0.5)

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, Saldo Bersih Tertimbang

Harga Jual Usaha Sektor LGA Perkiraan

0102030405060708090

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%

Total Kapasitas Kapasitas Terpakai Sektor LGA

9092949698

100102104106108110

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Indeks

Perlengkapan Konstruksi

0

5

10

15

20

25

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Konstruksi gKredit Konstruksi

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

penjualan eceran riil untuk beberapa kelompok barang konsumsi yaitu kelompok makanan jadi, perlengkapan rumah

tangga, serta suku cadang (Grafik 1.37). Harga jual sektor PHR yang tercatat meningkat berdasarkan hasil survei diyakini

mendorong percepatan pertumbuhan di sektor ini.

Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.36. Volume Bongkar dan Muat Barang Grafik 1.37. Penjualan Barang Eceran Riil

Subsektor hotel mendukung arah pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan seiring tingkat penghunian kamar

hotel masih cukup tinggi. Secara musiman, tingkat penghunian kamar hotel bergerak turun pada awal triwulan namun

kembali meningkat dan mencatat angka tertinggi selama periode 2014 di akhir triwulan (Grafik 1.38). Hal tersebut

dipengaruhi oleh jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Makassar yang tercatat meningkat dan tumbuh lebih

tinggi pada triwulan laporan (Grafik 1.39). Selain karena musim liburan, adanya beberapa festival kebudayaan juga

berhasil menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Sulsel.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.38. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Grafik 1.39. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

1.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi mengalami perlambatan pada triwulan III 2014 karena subsektor

angkutan yang masih terkontraksi. Sektor ini tumbuh dari 3,40% (yoy) menjadi 3,15% (yoy) pada triwulan laporan.

Perlambatan yang terjadi terutama disebabkan oleh masih menurunnya kinerja moda transportasi udara sesuai indikator

lalu lintas penumpang penerbangan domestik maupun internasional (Grafik 1.40). Meski meningkat secara triwulanan

seiring kegiatan arus mudik dan arus balik, peningkatan yang terjadi tidak signifikan yang dinilai dipengaruhi oleh naiknya

harga tiket. Kredit ke sektor pengangkutan pun menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan (Grafik 1.41).

1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Pada triwulan III 2014, sektor keuangan tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, disebabkan

oleh perlambatan subsektor keuangan. Sektor ini tercatat tumbuh 4,57% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dari

pertumbuhan di triwulan II 2014 (7,38%, yoy). Faktor penyebab perlambatan salah satunya datang dari kinerja subsektor

perbankan yang melemah. Penyaluran kredit perbankan di Sulsel masih dalam tren yang melambat sehingga nilai tambah

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRibu Ton

Volume Muat Volume Bongkar gTotal Volume - Skala Kanan

80

90

100

110

120

130

70

80

90

100

110

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

IndeksIndeksTotal

Makanan Jadi

Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya

Suku Cadang - Skala Kanan

30

35

40

45

50

55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

Sulawesi Selatan

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyOrang

Jumlah Kedatangan Wisman gWisman - Skala Kanan

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 21

bruto perbankan di Sulsel turut mengalami deselerasi pertumbuhan pada triwulan III 2014 (Grafik 1.42). Hal ini seiring

upaya pengetatan kebijakan moneter demi stabilisasi perekonomian jangka panjang.

Sumber: Angkasa Pura Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.40. Lalu Lintas Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.41. Kredit Sektor Pengangkutan

Di sisi lain, perkembangan di subsektor properti menopang pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan. Total nilai penjualan salah satu perusahaan properti terbesar di Sulsel memang menunjukkan terjadinya

akselerasi pertumbuhan pada triwulan laporan (Grafik 1.43). Meski pembiayaan dari perbankan menunjukkan

perlambatan, penjualan properti yang masih tinggi mengindikasikan permintaan masyarakat yang tetap kuat sehingga

kegiatan pembangunan properti masih mengalami peningkatan pertumbuhan.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Perusahaan Properti

Grafik 1.42. Nilai Tambah Bank Grafik 1.43. Penjualan Properti

1.3.9 Sektor Jasa-jasa

Sektor jasa-jasa juga tumbuh melambat pada triwulan III

2014 yang disebabkan oleh perlambatan kinerja jasa

pemerintah maupun swasta. Sektor ini tercatat tumbuh

sebesar 6,03% (yoy) setelah tumbuh sebesar 6,10% (yoy)

di triwulan II 2014. Perlambatan tersebut salah satunya

dipengaruhi oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh

melambat pada triwulan laporan. Seiring dengan momen

perayaan Lebaran, beberapa subsektor jasa swasta juga

turut berhenti beroperasi. Hal ini dikonfirmasi oleh

indikator kredit ke sektor jasa sosial masyarakat yang

tercatat melambat pada triwulan III 2014 (Grafik 1.44).

Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik 1.44. Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyJuta Orang

Keberangkatan Kedatangan gPenumpang - Skala Kanan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Pengangkutan gKredit Pengangkutan

0

5

10

15

20

25

30

35

0.00.20.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.41.61.8

2.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Nilai Tambah Bank gNTB

(20)

0

20

40

60

80

100

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Miliar

Penjualan Properti gPenjualan - Skala Kanan

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Jasa Sosial Masyarakat gKredit Jasa Sosial Masyarakat

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 23

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2 Keuangan Pemerintah

Persentase realisasi pendapatan maupun belanja fiskal daerah relatif masih

rendah, bahkan realisasi pos pendapatan maupun belanja hingga triwulan

III 2014 tersebut, cenderung lebih rendah dari periode yang sama pada

tahun 2013.

Dari sisi pendapatan, persentase realisasi pendapatan daerah masih cukup

rendah, terutama karena belum maksimalnya realisasi pendapatan pajak

daerah dan pendapatan retribusi daerah. Meski demikian, secara nominal,

capaiannya lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013.

Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah juga masih cukup

rendah, dimana realisasinya sebesar 55,98%. Penyerapan belanja

infrastruktur (belanja modal) masih kecil dan diharapkan akan terakselerasi

pada triwulan mendatang hingga penghujung tahun 2014 sehingga menjadi

stimulan bagi investasi. Akan tetapi, nominal realisasi belanja triwulan III

2014 tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

2.1. Struktur Anggaran

Dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir, peningkatan nilai APBD Provinsi Sulsel diikuti dengan perubahan struktur baik

pada bagian pendapatan maupun belanja. Dari sisi pendapatan, setelah selama lima tahun terakhir, porsi dana

perimbangan mengalami penurunan, yang menunjukkan tingkat ketergantungan daerah kepada anggaran pusat semakin

menurun. Pada pos Lain-lain PAD yang sah, porsinya mengalami penurunan khususnya pada tahun ini yaitu sebesar

0,24%. Dari sisi belanja, pada triwulan III tahun 2014 porsi belanja modal APBD Provinsi Sulsel masih relatif sama jika

dibandingkan triwulan III tahun 2013 yaitu sebesar 19%. Meskipun demikian, pemerintah Provinsi Sulsel secara konsisten

memberi perhatian yang terus menguat dalam pembangunan infrastruktur daerah yang tercermin pada peningakatan

belanja modal sejak tahun 2012.

Grafik 2.1. Proporsi Pendapatan APBD Grafik 2.2. Proporsi Belanja APBD

2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran

2.2.1 Pendapatan

Realisasi persentase pendapatan daerah pada triwulan III tahun 2014 menurun meski beberapa pos pendapatan secara

nominal lebih besar dari triwulan sebelumnya. Nilai realisasi anggaran pendapatan daerah pada triwulan III 2014

mencapai Rp4,05 triliun atau 71,71% dari total target pendapatan sebesar Rp5,65 triliun. Peningkatan terutama didorong

oleh realisasi pendapatan pajak daerah sebesar Rp1,87 triliun (66,67% dari target), dana alokasi umum Rp1,01 triliun

(83,33% dari target), dan transfer pemerintah pusat lainnya Rp701,87 miliar (75,26% dari target).

Peran realisasi komponen pendapatan asli daerah (PAD) terhadap ekonomi daerah7 pada triwulan III 2014 relatif

menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercermin dari penurunan persentase realisasi terhadap targetnya

dibandingkan tahun sebelumnya. Dana perimbangan per PDRB ADHB, rasio hingga triwulan III 2014 sebesar 0,77%, lebih

rendah daripada triwulan III 2013 sebesar 0,82%. Rasio PAD terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)

memperlihatkan pergerakan yang stabil pada triwulan III 2014. Rasio PAD per PDRB ADHB pada triwulan III 2014 sebesar

1,35%, sama seperti triwulan II 2013 (Grafik 2.3). Pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi di Sulsel, dapat menjadi ukuran

potensi pendapatan daerah yang bisa dihasilkan. Meski mengalami perlambatan dari 7,9% (yoy) dari triwulan II 2014,

menjadi 6,8% pada triwulan III 2014, ekonomi Sulawesi Selatan tersebut masih tumbuh cukup tinggi diatas nasional yaitu

sebesar 5%. Untuk meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan APBD, dapat dilakukan antara lain melalui perluasan basis

penerimaan pajak, meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan, ataupun pemberdayaan Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD).

Pendapatan asli daerah (PAD) mencatat persentase realisasi per anggaran yang sedikit lebih rendah dibanding periode

yang sama tahun 2013. Realisasi komponen PAD sebesar Rp2,13 triliun atau 68,12% dari anggaran yang ditetapkan,

secara nominal meningkat dibandingkan realisasi triwulan III 2013 (Rp1,85 triliun). Peningkatan tersebut terutama

didorong oleh pendapatan pajak daerah yang persentase realisasinya sebesar 66,67% (Rp1,87 triliun). Hal ini disebabkan

masih cukup kuatnya konsumsi rumah tangga di Sulsel dan upaya Pemprov Sulsel untuk terus mengoptimalkan pungutan

pajak di daerah dalam rangka meningkatkan tax ratio. Sementara itu, pencapaian dan target retribusi daerah masih

belum mencapai yang diharapkan. Pajak daerah antara lain terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama

7 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 25

Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Hingga triwulan III 2014, realisasi BBNKB

sebesar Rp735 miliar (66,82%), paling rendah diantara pajak daerah yang lain.8

Tabel 2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulan III 2014

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan Sulsel, Dinas Pendapatan Daerah Sulsel, Biro Bina Perekonomian Sulsel

Realisasi persentase dana perimbangan (DAU dan DAK) relatif sama dengan persentase realisasi tahun sebelumnya.

Persentase realisasi subkomponen dana alokasi umum (DAU) yang sebesar Rp1,01 triliun (83,33%) dan dana alokasi

khusus (DAK) yang sebesar Rp21,89 miliar (30,00%), sesuai dengan anggaran yang disampaikan oleh pemerintah pusat.

Secara umum, persentase realisasi hampir semua komponen pendapatan berada berada di bawah realisasi tahun

sebelumnya antara lain pendapatan pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD

yang sah. Namun demikian, secara nominal total realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2014 lebih tinggi dari

tahun sebelumnya yaitu mencapai Rp4,05 triliun (71,71%), dimana realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp3,63 triliun.

Grafik 2.3. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB Grafik 2.4. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

8 Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Sulsel, 11November 2014, Siaran Pers.

Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI

1. PENDAPATAN

1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 2.587,85 1.847,32 71,38% 3.126,09 2.129,34 68,12%

- Pendapatan Pajak Daerah 2.333,13 1.618,72 69,38% 2.807,47 1.871,77 66,67%

- Pendapatan Retribusi Daerah 65,41 41,46 63,38% 81,52 52,69 64,64%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 66,79 70,12 104,99% 74,60 73,74 98,85%

- Lain-lain PAD yang Sah 122,52 117,02 95,51% 162,50 131,13 80,70%

1.2. DANA PERIMBANGAN 1.457,68 1.126,48 77,28% 1.575,57 1.216,36 77,20%

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 303,64 199,05 65,56% 293,00 186,47 63,64%

- DAU 1.089,77 908,14 83,33% 1.209,60 1.008,00 83,33%

- DAK 64,26 19,28 30,00% 72,98 21,89 30,00%

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - - - 932,62 701,87 75,26%

1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 977,04 660,08 67,56% 13,52 2,47 18,25%

JUMLAH PENDAPATAN 5.022,57 3.633,88 72,35% 5.647,80 4.050,04 71,71%

2. BELANJA

2.1. BELANJA OPERASI 3.862,55 2.205,57 57,10% 4.026,51 2.349,74 58,36%

- Belanja Pegawai 969,07 626,77 64,68% 1.055,35 701,99 66,52%

- Belanja Barang 969,95 468,17 48,27% 1.377,47 644,80 46,81%

- Belanja Bunga 46,25 7,50 16,22% 22,00 10,05 45,68%

- Belanja Hibah 1.224,98 798,85 65,21% 969,43 703,91 72,61%

- Belanja Bantuan Keuangan 650,30 304,29 46,79% 602,25 288,99 47,99%

2.2. BELANJA MODAL 923,79 123,84 13,41% 955,10 294,96 30,88%

2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 15,00 3,30 22,03% 6,00 - 0,00%

JUMLAH BELANJA 4.801,34 2.332,72 48,58% 4.987,61 2.644,70 53,03%

TRANSFER 843,05 604,54 71,71% 1.094,54 760,21 69,46%

TOTAL BELANJA 5.644,40 2.937,26 52,04% 6.082,14 3.404,91 55,98%

SURPLUS / (DEFISIT) (621,83) 696,62 -112,03% (434,34) 645,13 -148,53%

3. PEMBIAYAAN

3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 623,46 42,65 6,84% 485,34 269,18 55,46%

3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 1,63 1,13 - 51,00 - 0,00%

JUMLAH PEMBIAYAAN 621,83 41,52 6,68% 434,34 269,18 61,97%

(Milyar Rupiah)

ANGGARAN

PERUBAHAN 2014

Realisasi s/d TRIWULAN III 2014ANGGARAN

PERUBAHAN 2013

Realisasi s/d TRIWULAN III 2013NO. U R A I A N

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

2.2.2 Belanja

Persentase penyerapan belanja APBD pada triwulan III 2014 belum optimal meski lebih tinggi dibanding triwulan III

2013. Realisasi anggaran belanja daerah sampai dengan akhir triwulan III 2014 sebesar 55,98%, atau lebih tinggi jika

dibandingkan dengan capaian pada triwulan III 2013 yang hanya sebesar 52,04%. Secara nominal, realisasi anggaran

belanja APBD pada periode laporan sebesar Rp3,40 triliun lebih tinggi realisasi tahun 2013 sebesar Rp2,94 triliun atau naik

Rp467,65 miliar.

Pada triwulan III 2014, peran realisasi komponen belanja APBD untuk stimulus ekonomi daerah9 sedikit meningkat.

Rasio belanja modal terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), terlihat meningkat pada triwulan III 2014, yang

menunjukkan terdapat dorongan stimulus fiskal untuk mengakselerasi laju investasi di Sulsel. Rasio belanja modal per

PDRB ADHB periode laporan sebesar 0,19%, sementara tahun 2013 sebesar 0,09%. Demikian pula, peran belanja

operasional per PDRB ADHB ditengarai menurun sesuai dengan penurunan komponen konsumsi pemerintah dalam PDRB.

Rasio belanja operasional triwulan III 2014 hanya sebesar 1,49%, sedikit lebih rendah dari 2013 yang sebesar 1,61%.

Realisasi belanja operasional yang bersifat rutin, baik secara nominal maupun persentase, tercatat sedikit lebih tinggi

dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi terbesar berasal dari belanja hibah. Total pos belanja operasional

terealisasi Rp2,35 triliun (58,36%) dengan penyerapan terbesar pada belanja hibah yaitu sebesar 72,61% dan terkecil

adalah belanja bunga (30,88%). Sementara untuk belanja rutin yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang,

persentasenya cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar 66,52% atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013

(64,68%), dan 46,81% sedikit lebih rendah dari tahun 2013 (48,27%) atau secara nilai sebesar Rp176,63 miliar.

Sementara itu, belanja modal yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, penyerapannya masih rendah namun

mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pos belanja modal pada triwulan III 2014 baru

mencapai Rp294,96 miliar (30,88%), terutama untuk belanja peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi, dan jaringan.

Pemerintah perlu melakukan upaya percepatan pada periode yang akan datang sehingga realisasinya dapat optimal.

Dengan penyerapan yang optimal tentunya memberikan dampak yang lebih baik, karena investasi pemerintah untuk

pembangunan infrastruktur dapat berperan sebagai multiplier effect dalam pertumbuhan investasi dan ekonomi Sulsel.

Pada triwulan III 2014, transfer yang merupakan bentuk hubungan vertikal dengan kabupaten/kota, secara persentase

terealisasi lebih rendah dibanding triwulan III 2013. Transfer pada periode laporan terealisasi sebesar 69,46%, lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya 71,71%. Namun demikian, secara nominal pada triwulan III 2014 (Rp760,21

miliar) terealisasi lebih tinggi dari triwulan III 2013 (Rp604,54 miliar). Berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja

dan pendapatan daerah pada triwulan III 2014, masih terjadi defisit (selisih kurang) anggaran sebesar Rp148,53 miliar.

Kemudian, pengeluran pembiayaan daerah pada triwulan III 2014, APBD Sulsel mencatatkan sisa lebih anggaran (SILPA)

sebesar Rp269,18 miliar.

2.3. Perkembangan Realisasi Anggaran Instansi Vertikal di Kabupaten dan Kota

Pagu anggaran 2014 untuk instansi vertikal di seluruh kabupaten/kota di Sulsel mencapai Rp16,14 triliun. Jumlah

tersebut lebih tinggi daripada anggaran APBD untuk provinsi Sulsel yang sekitar Rp5,65 triliun. Namun demikian, apabila

anggaran APBD Provinsi dijumlah dengan anggaran APBD seluruh 24 Kab./Kota akan mencapai Rp28,44 triliun, lebih tinggi

daripada anggaran instansi vertikal di Sulsel. Dikarenakan realisasi anggaran APBD seluruh APBD Kab./Kota belum

tersedia, maka untuk menggambarkan kondisi insentif fiskal di seluruh Kab./Kota, akan menggunakan pendekatan

realisasi anggaran instansi vertikal di seluruh Kab./Kota.

Pada triwulan III 2014, realisasi anggaran instansi vertikal per jenis belanja di kabupaten/kota masih rendah meski

lebih tinggi dibanding triwulan III 2013. Realisasi anggaran sampai dengan triwulan III 2014 sebesar 56,37% atau lebih

tinggi jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 sebesar 51,41%. Secara nominal, realisasi anggaran per jenis belanja

APBD kab/kota pada periode berjalan sebesar Rp9,1 triliun, lebih tinggi dari triwulan III 2013 sebesar Rp8,8 triliun.

9 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 27

Secara nominal, realisasi anggaran per jenis belanja APBD kab/kota masih di dominasi oleh belanja pegawai meskipun

secara persentase sedikit mengalami penurunan. Pada triwulan III 2014, realisasi belanja pegawai APBD kab/kota

sebesar Rp3,88 triliun atau lebih tinggi dibanding triwulan III 2013 sebesar Rp3,53 triliun. Namun demikian secara

persentase realisasi belanja pegawai triwulan III 2014 (69,44%) lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013 (70,63%).

Tabel 2.2. Pagu Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Triwulan III 2014 APBD Kab/Kota

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Selatan

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 29

3. INFLASI DAERAH

Bab 3 Inflasi Daerah

Laju inflasi Sulsel pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 3,72% (yoy) lebih

rendah dari triwulan II 2014 (5,92%, yoy) yang disebabkan oleh penurunan

tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi

masyarakat pasca berakhirnya rangkaian event besar seperti Idul Fitri, hari

kemerdekaan, dan Idul Adha. Melimpahnya pasokan ikan akibat

membaiknya cuaca yang mendukung kegiatan penangkapan ikan juga

menjadi salah satu penyebab menurunnya tekanan inflasi di triwulan

laporan. Penurunan inflasi juga terkait dengan faktor base effect akibat

inflasi yang tinggi di triwulan III 2013 saat terjadi kenaikan harga BBM

bersubsidi. Terkendalinya inflasi juga tidak terlepas dari kontribusi TPID.

Secara kelembagaan, saat ini seluruh TPID di tingkat kabupaten/kota telah

terbentuk seiring semakin intensifnya kegiatan koordinasi di sepanjang

periode laporan.

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa10

Laju inflasi Sulsel pada triwulan III 2014 tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh

penurunan tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat. Inflasi tercatat sebesar

3,72% (yoy) setelah pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 5,92% (yoy). Turunnya inflasi dipengaruhi oleh berkurangnya

tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan, sandang, serta transpor, komunikasi dan jasa keuangan (Tabel 3.1). Pada

triwulan laporan, inflasi kelompok bahan makanan mengalami penurunan dari 6,15% (yoy) menjadi 1,97% (yoy). Inflasi

kelompok sandang tercatat sebesar 4,12% (yoy), turun dari triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 5,65% (yoy).

Selanjutnya, inflasi Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan juga mengalami penurunan dimana pada triwulan ini

tercatat 0,87% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,91% (yoy).

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang danJasa

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sementara itu, kelompok lainnya tercatat mengalami kenaikan laju inflasi tahunan pada triwulan II 2014. Kenaikan

terbesar terjadi pada kelompok pendidikan, dimana pada triwulan III 2014 ini tercatat 1,97% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 1,38% (yoy). Kenaikan lainnya terjadi di kelompok makanan jadi yang

tercatat sebesar 5,80% (yoy), naik dari triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 5,38% (yoy). Selanjutnya, inflasi di kelompok

perumahan dan kesehatan juga mengalami peningkatan yang tercatat 6,23% (yoy) dan 5,28% yoy, lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang tercatat 5,96% (yoy) dan 5,22% (yoy).

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

10 Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

Bahan

Makanan

Makanan

JadiPerumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM

1 2.68 6.22 3.48 2.16 2.98 7.08 1.18 3.45

2 7.64 5.23 4.11 7.56 2.73 7.08 1.06 5.00

3 13.43 6.21 4.13 7.65 2.92 4.07 1.76 6.58

4 14.27 5.90 4.14 7.35 3.06 1.80 1.75 6.56

I 13.96 4.47 4.16 8.30 3.08 1.48 1.84 6.32

I I 12.10 5.27 4.57 8.83 6.41 2.43 2.08 6.37

I I I 1.43 4.40 3.70 10.96 7.60 3.00 0.77 3.37

IV 0.24 4.40 3.67 8.69 7.67 2.90 0.73 2.88

I 4.04 4.49 4.18 9.57 7.53 2.94 0.57 4.06

I I 4.94 4.29 3.98 6.99 4.53 2.12 0.47 3.85

I I I 7.81 4.97 3.41 6.51 3.18 1.37 0.63 4.48

IV 6.56 5.03 3.35 7.08 2.83 3.41 1.16 4.40

I 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61

I I 6.22 4.63 3.60 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36

I I I 10.76 4.70 4.76 2.77 3.23 3.66 12.01 7.24

IV 6.97 4.47 6.06 2.36 3.71 1.39 11.58 6.22

I 4.76 5.39 6.25 3.73 3.79 1.33 10.31 5.88

I I 6.15 5.38 5.96 5.65 5.22 1.38 7.91 5.92

I I I 1.97 5.80 6.32 4.12 5.28 1.97 0.87 3.72

TAHUN

2012

2013

2011

2010

2014

(2)

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

Nasional (yoy)

Sulawesi Selatan (yoy)

Sulawesi Selatan (qtq)

%

4.53

3.72

1.83

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 31

3.1.1 Kelompok Bahan Makanan

Pada triwulan III 2014, inflasi di kelompok bahan makanan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan inflasi terjadi dari 6,15% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 1,97% (yoy) pada triwulan III 2014 (Grafik 3.2). Penurunan tingkat inflasi terutama didorong oleh penurunan harga pada subkelompok ikan segar dan aneka kacang di akhir triwulan III 2014. Turunnya harga ikan segar dinilai merupakan dampak peralihan musim hujan ke musim kemarau yang mengakibatkan cuaca berangsur membaik untuk kegiatan penangkapan ikan. Selain itu, puncak musim angin timur di bulan September juga mengakibatkan melimpahnya pasokan ikan di pasar.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Masih terjadinya inflasi di triwulan III 2014 merupakan efek dari faktor musiman (momen hari besar) di sepanjang

periode laporan. Setidaknya ada tiga event besar yang terjadi di periode triwulan III 2014, yaitu Idul Fitri dan hari

kemerdekaan di awal periode laporan serta persiapan Idul Adha di akhir triwulan laporan menyebabkan peningkatan

permintaan di kelompok bahan makanan ini. Namun, laju inflasi tercatat rendah karena tertahan oleh turunnya laju inflasi

beberapa komoditas pangan. Selama triwulan III 2014, beberapa komoditas bahkan mencatat deflasi bulanan yang

mendukung arah penurunan inflasi tahunan, seperti komoditas ikan segar, aneka kacang, aneka sayur (tomat sayur dan

bayam), dan aneka bumbu (bawang dan cabe). Berlangsungnya panen sayuran serta beberapa jenis hortikultura di daerah

sentra (Malino, Enrekang, Jeneponto, Gowa) membuat kondisi pasokan memadai untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat sehingga kenaikan harga akibat faktor musiman tidak terjadi secara signifikan.

3.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan

tembakau pada triwulan III 2014 tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kelompok ini mencatat laju inflasi tahunan sebesar 5,80%

(yoy) pada triwulan laporan (Grafik 3.3). Pada triwulan

sebelumnya, inflasi yang tercatat adalah 5,38% (yoy).

Adanya event besar sepanjang periode triwulan III 2014,

yaitu Idul Fitri dan hari kemerdekaan serta persiapan

menjelang Idul Adha yang dirayakan di awal periode

triwulan IV 2014 menjadi penyebab meningkatnya

tekanan inflasi kelompok komoditas makanan jadi,

minuman, dan tembakau.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Adanya peningkatan laju inflasi pada kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau terutama disebabkan oleh

meningkatnya permintaan. Peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi oleh perayaan Idul Fitri dan hari besar lainnya

sehingga harga berbagai produk makanan dan minuman tidak beralkohol turut meningkat. Beberapa komoditas bahan

pokok seperti gula pasir dinilai merupakan salah satu pendorong naiknya inflasi tahunan, khususnya pada subkelompok

minuman yang tidak beralkohol. Sementara itu, inflasi tahunan ikan segar yang relatif menurun ikut memengaruhi

penurunan inflasi tahunan ikan yang telah diolah menjadi makanan. Adapun pada bulan Idul Fitri, subkelompok tembakau

dan minuman beralkohol mencatat inflasi bulanan tertinggi seiring masih kuatnya permintaan rokok.

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

3.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Pada triwulan III 2014, laju inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar meningkat dibandingkan

triwulan II 2014. Laju inflasi tercatat sebesar 6,32% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (5,96%, yoy) (Grafik 3.4).

Naiknya laju inflasi tahunan didorong terutama oleh subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air seiring penyesuaian

tarif tenaga listrik (TTL) secara bertahap sejak Mei 2014. Pada triwulan laporan, terjadi dua kali penyesuaian yaitu pada

Juli dan September 2014. Selain itu, tekanan inflasi juga bertambah dari kenaikan harga LPG 12 kg yang menyebabkan

cukup besarnya sumbangan komoditas bahan bakar rumah tangga pada inflasi bulanan September 2014. Adapun

permintaan yang meningkat menyebabkan kenaikan inflasi pada subkelompok perlengkapan dan penyelenggaraan rumah

tangga. Pertumbuhan harga properti yang melambat (Grafik 3.5) menjadi penahan kenaikan inflasi lebih lanjut karena

memengaruhi penurunan laju inflasi tahunan subkelompok biaya tempat tinggal.

Seperti yang telah disebutkan di atas, implementasi kebijakan oleh pemerintah yang menaikkan TTL secara bertahap

dan harga LPG pada awal September 2014 menjadi penyebab kenaikan tingkat inflasi. Harga LPG nonsubsidi kemasan

12 kg naik sebesar Rp1.500 per kg (net Pertamina) terhitung mulai tanggal 10 September 2014. Kenaikan ini

mengakibatkan peningkatan harga jual rata-rata LPG tabung 12 kg menjadi Rp7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069 per

kg. Dengan mempertimbangkan komponen biaya lainnya seperti transpor, filing fee, margin agen dan PPN, maka harga

jual di agen menjadi Rp9.519 per kg atau Rp114.300 per tabung dari sebelumnya Rp7.731 per kg atau Rp92.800 per

tabung. Untuk kenaikan TDL per tanggal 1 Juli dan 1 September 2014 sendiri merupakan rangkaian penyesuaian secara

bertahap akibat penghapusan subsidi listrik berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 9 dan No. 19 Tahun 2014.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Survei Harga Properti Residensial Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan Grafik 3.5. Indeks Harga Properti Residensial

3.1.4 Kelompok Sandang

Inflasi kelompok sandang menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh penurunan

harga komoditas emas perhiasan. Pada triwulan III 2014, inflasi tercatat sebesar 4,12% (yoy) menurun dibandingkan

inflasi di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,65% (yoy) (Grafik 3.6). Meskipun masih terjadi peningkatan laju

inflasi pada subkelompok sandang laki-laki dan wanita akibat permintaan yang meningkat, penurunan laju inflasi

subkelompok sandang lainnya tetap mampu membawa inflasi kelompok ini ke tingkat yang lebih rendah pada triwulan

laporan. Komoditas yang menjadi sumber perlambatan inflasi tersebut adalah emas perhiasan.

Penurunan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh penurunan harga acuannya di pasar global. Setelah tercatat naik

cukup tinggi pada Juli 2014 karena impor emas dari India yang cukup besar, harga internasional emas pada Agustus dan

September 2014 mengalami deflasi beruntun (Grafik 3.7). Penyebab penurunan harga adalah merosotnya permintaan

terhadap komoditas emas seiring beralihnya keinginan pasar dari investasi untuk komoditas logam mulia ke investasi

pasar modal seiring sinyal pemulihan perekonomian Amerika Serikat.

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 33

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: World Bank Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Grafik 3.7. Perubahan Harga Emas Internasional

3.1.5 Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan kembali mengalami peningkatan pada triwulan III 2014 yang didorong oleh masih kuatnya

permintaan dan pengaruh perubahan nilai tukar. Pada triwulan laporan, kelompok ini mencatat inflasi sebesar 5,28%

(yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar 3,22% (yoy) pada triwulan II 2014 (Grafik 3.8). Sumber utama peningkatan

tersebut berasal dari inflasi pada subkelompok jasa perawatan jasmani dan kosmetika. Permintaan yang tinggi akan

layanan kesehatan serta produk kosmetika dinilai dampak dari musim perayaan hari besar keagamaan pada triwulan

laporan. Sementara itu, dampak penyesuaian harga produk impor seiring apresiasi mata uang dollar Amerika Serikat

(US$) masih terus berlanjut. Hal ini dinilai membuat harga komoditas berbagai jenis obat maupun produk perawatan

jasmani yang lainnya ikut mengalami penyesuaian (imported inflation). Apalagi, faktor musiman juga memengaruhi

tingkat permintaan terhadap produk-produk tersebut.

3.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami tekanan inflasi yang lebih besar pada triwulan III 2014. Pada

triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 1,97% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai

1,38%(yoy) (Grafik 3.9). Naiknya laju inflasi tersebut didorong oleh peningkatan inflasi di subkelompok pendidikan dan

perlengkapan/peralatan pendidikan. Dimulainya tahun ajaran baru pada triwulan laporan (periode Agustus 2014) menjadi

faktor utama peningkatan harga tersebut. Hal ini tercermin dari meningkatnya biaya sekolah pada berbagai jenjang.

Adanya tahun ajaran baru juga mendorong kebutuhan akan perlengkapan sekolah seperti buku tulis yang harganya

meningkat pada akhir triwulan laporan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Pendidikan

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

3.1.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan terus menurun dari triwulan

sebelumnya. Laju inflasi tercatat sebesar 0,87% (yoy), turun tajam dari 7,91% (yoy) pada triwulan II 2014 (Grafik 3.10).

Subkelompok transpor dan sarana/penunjang transpor menjadi penyebab terjadinya penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh

faktor basis perhitungan (base effect) yaitu tingginya inflasi subkelompok tersebut pada triwulan III 2013 karena

penyesuaian harga BBM bersubsidi. Tanpa adanya kebijakan yang sama pada triwulan laporan, laju inflasi tahunan pun

tercatat turun cukup drastis.

Di samping itu, penurunan inflasi juga merupakan dampak dari berakhirnya arus mudik dan arus balik pasca Lebaran di

akhir triwulan. Turunnya tarif transportasi baik tarif angkutan antarkota, tarif tranportasi laut, serta transportasi udara

pada akhir triwulan laporan diyakini turut berkontribusi pada perlambatan laju inflasi. Hal ini disebabkan oleh selesainya

kegiatan arus mudik serta arus balik selama periode perayaan Idul Fitri. Sementara itu, harga komponen pendukung alat

transportasi juga disinyalir ikut menurun. Hal ini diindikasikan oleh perlambatan pertumbuhan harga karet pada triwulan

laporan (Grafik 3.11).

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: World Bank Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Transpor Grafik 3.11. Perubahan Harga Karet Internasional

3.2. Inflasi Menurut Kota IHK11

Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi yang menurun didorong oleh penurunan inflasi di seluruh kota IHK di Sulawesi

Selatan (Watampone, Makassar Palopo, Parepare, dan Bulukumba). Inflasi Watampone, Makassar, Palopo, Parepare,

dan Bulukumba pada triwulan III 2014, secara berurutan tercatat sebesar 4,55% (yoy); 3,57% (yoy); 4,03% (yoy); 3.04%

(yoy) dan 7,30% (yoy). Pada triwulan sebelumnya, laju inflasi di tiga kota IHK tersebut tercatat sebesar 8,14% (yoy), 5,38%

(yoy), 7,36% (yoy), 5,57% (yoy) dan 14,10% (yoy) (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

11 Mulai Januari 2014, inflasi Sulawesi Selatan dihitung dari agregasi lima kabupaten/kota yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba

I II III IV I II III IV I II III

Watampone 5.69 4.42 3.94 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 7.86 8.14 4.55

Makassar 4.10 3.91 4.61 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 5.46 5.38 3.57

Palopo 4.27 3.99 4.15 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 6.22 7.36 4.03

Parepare 2.00 2.54 3.78 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 5.58 5.57 3.04

Bulukumba 13.94 14.10 7.30

Sulawasi Selatan 4.06 3.85 4.48 4.40 4.61 4.36 7.24 6.22 5.88 5.92 3.72

2014Kota (%, yoy)

2012 2013

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV

2012

Sulawasi Selatan

Makassar

Parepare

%, yoy

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 35

Tabel 3.3. Sumbangan Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Dampak peralihan musim hujan ke musim kemarau yang mengakibatkan serta musim angin timur di bulan September

serta berakhirnya rangkaian event besar (Idul Fitri, hari kemerdekaan, dan Idul Adha) menjadi penyebab utama

penurunan inflasi di seluruh kota. Bila dilihat dari sumbangan inflasi, Kota Makassar menjadi penyumbang penurunan

terbesar diantara kota IHK di Sulsel, dimana pada periode pelaporan tercatat sebesar 2,79% turun dari periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,20%. Sementara sumbangan penurunan inflasi terendah disumbangkan oleh Kota

Parepare (Tabel 3.2).

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.12. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

3.3. Disagregasi Inflasi12

Menurunnya tekanan inflasi di Sulsel pada triwulan III 2014 terutama bersumber dari komponen administered prices

dan volatile food. Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang mendorong penurunan tingkat inflasi

pada periode laporan ini. Tercatat pada triwulan III 2014 laju inflasi dari komponen administered prices sebesar 4,39%

(yoy), turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 11,22% (yoy). Turunnya inflasi administreted prices, selain

pengaruh faktor base effect akibat inflasi yang sangat tinggi pada triwulan III 2013 terkait naiknya harga BBM, juga

dipengaruhi oleh berakhirnya arus mudik dan arus balik pasca Lebaran. Inflasi komponen ini sendiri merupakan dampak

implementasi kebijakan pemerintah yang menaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara bertahap (terakhir pada 1 September

2014) dan harga LPG pada awal September 2014.

12 Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

I II III IV I II III IV I II III

Watampone 0.20% 0.19% 0.22% 0.22% 0.23% 0.22% 0.36% 0.31% 0.45% 0.47% 0.26%

Makassar 3.42% 3.24% 3.77% 3.71% 3.88% 3.68% 6.10% 5.25% 4.27% 4.20% 2.79%

Palopo 0.22% 0.21% 0.25% 0.24% 0.25% 0.24% 0.40% 0.34% 0.40% 0.47% 0.26%

Parepare 0.22% 0.21% 0.24% 0.24% 0.24% 0.23% 0.39% 0.33% 0.39% 0.39% 0.21%

Bulukumba 0.38% 0.39% 0.20%

Sulawasi Selatan 4.06% 3.85% 4.48% 4.40% 4.61% 4.36% 7.24% 6.22% 5.88% 5.92% 3.72%

2014Kota

2012 2013

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Sulawasi Selatan Bulukumba

Makassar Palopo

Parepare Watampone

%, yoy

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.13. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Komponen Disagregasi

Turunnya inflasi pada komponen volatile food merupakan dampak lanjutan hilangnya faktor musiman pasca Lebaran

dan kondisi cuaca yang masih mendukung ketersediaan pasokan. Inflasi pada komponen volatile food tercatat

mengalami penurunan yaitu dari 6,11% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 1,72% (yoy) di triwulan III 2014. Berakhirnya

faktor yang bersifat musiman yaitu hari besar keagamaan serta membaiknya kondisi cuaca mendukung kegiatan produksi

pangan dan kegiatan penangkapan ikan yang mengakibatkan terjaganya harga bahan makanan seperti ikan, daging sapi,

daging ayam, dan telur ayam.

Pada inflasi inti (core inflation), penurunan juga terjadi dalam level yang rendah. Tercatat pada triwulan III 2014, inflasi

pada komponen inti mengalami penurunan dari 4,47% (yoy) menjadi 4,12% (yoy). Inflasi pada komponen core inflation

dipengaruhi oleh masih kuatnya permintaan pada beberapa subkelompok seperti subkelompok kesehatan, pendidikan,

dan makanan jadi. Turunnya harga emas perhiasan menjadi faktor penahan inflasi kelompok sandang yang pada

gilirannya meredam laju inflasi inti sehingga tidak terakselerasi lebih lanjut.

3.4. Koordinasi Pengendalian Inflasi

Perkembangan koordinasi pengendalian inflasi di Sulsel kembali menunjukkan perkembangan yang lebih baik lagi dari

sisi kelembagaan yang ditunjukkan oleh telah berdirinya TPID di seluruh kabupaten/kota. Dengan peresmian TPID

Kabupaten Gowa pada tanggal 21 Oktober 2014, maka saat ini TPID telah ada di 24 kabupaten/kota di seluruh Sulawesi

Selatan (Tabel 3.4). Dengan telah berdirinya TPID di seluruh kabupaten/kota maka diharapkan ke depannya koordinasi

dan proses pengendalian inflasi dapat berjalan lebih baik.

Tabel 3.4. TPID Setingkat Kabupaten/Kota

NO TPID SURAT KEPUTUSAN

KET NOMOR TANGGAL

1 Provinsi Sulawesi Selatan 3956 / XII / 2009 diperbaharui dengan

SK No. 238 / II / 2014

09-Des-09 -

03-Feb-14

2 Kota Palopo 457 / III / 2011 01-Mar-11 Sampel IHK

3 Kabupaten Bone 228 / 2011 06-Jul-11 Sampel IHK

4 Kota Pare-Pare 18 / 2012 17-Jan-12 Sampel IHK

5 Kota Makassar 510.05 / 356 / KEP / II / 2012 14-Feb-12 Sampel IHK

6 Kabupaten Pangkep 374 / VII / 2013 01-Jul-13 -

7 Kabupaten Tana Toraja 179 / VII / 2013 02-Jul-13 -

8 Kabupaten Soppeng 332 / IX / 2013 04-Sep-13 -

9 Kabupaten Maros 560 / KPTS / 500 / IX / 2013 09-Sep-13 -

10 Kabupaten Sinjai 627 / 2013 09-Sep-13 -

11 Kabupaten Bulukumba 1046 / X / 2013 07-Okt-13 Sampel IHK

12 Kabupaten Bantaeng 500 / 621 / XII / 2013 13-Des-13 -

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III

2013 2014

%, yoy

Inflasi IHK Administered Price Core Volatile Food

4.39

3.72

1.72

4.12

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 37

NO TPID SURAT KEPUTUSAN

KET NOMOR TANGGAL

13 Kabupaten Enrekang 673 / KEP / XII / 2013 31-Des-13 -

14 Kabupaten Luwu Timur 04 / I / 2014 02-Jan-14 -

15 Kabupaten Takalar 47 / 2014 15-Jan-14 -

16 Kabupaten Barru 171 / ADM.EKO / I / 2014 29-Jan-14 -

17 Kabupaten Toraja Utara 107 / II / 2014 08-Feb-14 -

18 Kabupaten Luwu No.191/III/2014 18-Mar-14 -

19 Kabupaten Wajo 279 / 2014 20-Mar-14 -

20 Kabupaten Luwu Utara 188.4.45/188/III/2014 20-Mar-14 -

21 Kabupaten Jeneponto 87 / 2014 28-Apr-14 -

22 Kabupaten Sidenreng Rappang 200/IV/2014 28-Apr-14 -

23 Kabupaten Kepulauan Selayar 198 / V / 2014 14-Mei-14 -

24 Kabupaten Pinrang 050/291/2014 23-Jun-14 -

25 Kabupaten Gowa 409/X/2014 21-Okt-14 -

Selama triwulan III 2014, TPID Sulsel telah melakukan koordinasi baik di tingkat wilayah, provinsi, maupun di tingkat

kabupaten/kota. Sepanjang triwulan III 2014, telah dilakukan 2 (dua) kali pertemuan dengan beberapa agenda terkait

penanganan inflasi. Pada 14 Agustus 2014, dilakukan pertemuan untuk menyelaraskan pemahaman program kerja dan

fungsi koordinasi TPID kabupaten/kota. Dari hasil pertemuan tersebut, disepakati untuk melakukan kegiatan studi

banding. Rencana studi banding dilakukan pada minggu terkahir September 2014 dan mengunjungi TPID berprestasi di

Jawa. Rencana ini telah direalisasikan berkoordinasi dengan TPID Provinsi D.I. Yogyakarta. Sementara itu, pertemuan pada

tanggal 22-23 September 2014 mengangkat agenda peningkatan upaya pengendalian ekspektasi inflasi. Pada pertemuan

ini disepakati untuk melakukan komunikasi dengan media secara intensif untuk membantu pengendalian inflasi melalui

jalur media massa dan hasilnya saat ini siaran pers telah dilakukan TPID melalui media massa. Hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) Bank Indonesia juga telah dikomunikasikan untuk mendukung upaya menjangkar ekspektasi inflasi dan

tracking perkembangan harga terkini.

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Boks 3.A. Pembentukan TPID di seluruh Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan telah Selesai Dilakukan

Mandat pembentukan TPID melalui Inmendagri No.027/1696/SJ tahun 2013 telah mendorong seluruh wilayah untuk

membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Terbitnya Inmendagri tersebut menginstruksikan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota untuk membentuk TPID dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian dan mengatasi

permasalahan ekonomi sektor riil serta menjaga stabilitas harga barang dan jasa yang terjangkau oleh masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, Gubernur Sulawesi Selatan telah mengambil langkah-langkah strategis yang salah satunya

adalah mendorong pembentukan TPID di tingkat kabupaten/kota di seluruh Sulawesi Selatan.

Pembentukan TPID kabupaten/kota akan meningkatkan koordinasi dalam pengendalian inflasi, dan meminimalkan

kendala kondisi geografis Sulsel yang cukup luas. Oleh karena itu, Gubernur Sulawesi Selatan mendorong pembentukan

TPID seluruh kabupaten/kota di Sulsel sejak terbitnya Instruksi Menteri Dalam Negeri tersebut. Pembentukan TPID

kabupaten/kota dilakukan secara bertahap, dengan 3 (tiga) strategi utama. Pertama, melakukan kunjungan ke masing-

masing kabupaten/kota yang belum terbentuk, dengan memberikan penjelasan mengenai tujuan dan fungsi TPID, serta

contoh sukses dari TPID kabupaten/kota lainnya. Kunjungan dilakukan oleh sekretariat TPID Provinsi Sulsel secara

bergantian. Kedua, terus melibatkan kepala Daerah dalam High Level Meeting TPID Provinsi Sulsel, maupun perwakilan

kabupaten/kota dalam pertemuan TPID se-Zona. Ketiga, memberikan contoh (template) bentuk surat keputusan TPID

mengacu kepada Inmendagri dan best practice TPID kabupaten/kota lain yang sudah terbentuk.

Pembentukan TPID se-Sulsel ditarget telah selesai pada tahun 2014. Setelah lebih dari separuh TPID (52%) terbentuk di

akhir 2013, maka target tahun 2014 adalah terbentuknya TPID di seluruh kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan. Akhirnya,

pada Oktober 2014, semua kabupaten/kota se-Sulsel telah terbentuk, dengan terbentuknya TPID Kabupaten Gowa13

.

Prosesi pembentukan TPID Kab. Gowa berbeda dengan TPID kabupaten/kota yang lain, karena diiringi dengan proses

pelantikan oleh Bupati Gowa, yang dilanjutkan dengan arahan Visi dan Misi pembangunan Kab. Gowa hingga beberapa

dekade ke depan. Bupati mengharapkan proses kegiatan investasi di Kab. Gowa yang lebih terencana, dengan rencana

pemindahan ibukota Kab. Gowa, dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan menekan laju inflasi.

Gambar 3.A.1. Pelantikan Anggota TPID Kab. Gowa

Dengan telah selesainya proses pembentukan TPID kabupaten/kota, tantangan selanjutnya adalah mengoptimalkan

aksi, komunikasi, dan koordinasi baik di tingkat provinsi, maupun di tingkat kabupaten/kota. Agenda yang menjadi

pekerjaan bersama adalah menjaga ketersediaan pasokan dan stok, kelancaran distribusi, serta pengendalian ekspektasi

inflasi. Dalam rekomendasi High Level Meeting TPID Sulsel di triwulan III 201414

mengamanatkan bahwa agar upaya-upaya

tersebut seharusnya dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sebelum adanya potensi kenaikan harga, sehingga hasilnya lebih

optimal. Misalnya, potensi kenaikan permintaan bumbu dan daging pada saat Lebaran (Juli 2014), kenaikan harganya

dapat diredam karena telah dilakukan produksi dan penyiapan stok sejak bulan April 2014.

13 SK Bupati Gowa No.409/X/2014 tanggal 21 Oktober 2014 14 Diselenggarakan pada tanggal 14 Agustus 2014

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 39

Boks 3.B. Pembagian Zona TPID Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan

Efisiensi koordinasi menjadi latar belakang perlunya adanya zonasi dalam kelembagaan TPID di Provinsi Sulawesi

Selatan. Mengantisipasi perkembangan TPID kabupaten/kota yang semakin pesat, yang disertai dengan peningkatan

intensitas kegiatan dan permintaan pendampingan dan koordinasi, maka TPID Provinsi Sulsel berinisiatif meningkatkan

efisiensi koordinasi dengan jalan pembagian zona TPID kabupaten/kota. Hal ini terkait dengan luas wilayah Sulsel yang

sebesar 45.764,53 km2, terdiri 24 kabupaten/kota (21 kabupaten, 3 kota, 304 kecamatan dan 2.953 desa/kelurahan),

sehingga menjadikan tantangan bagi koordinasi TPID ke depan.

Pengembangan zona TPID dilakukan berdasarkan pendekatan teori Growth Pole. Berdasarkan teori Growth Pole (kutub

pertumbuhan), secara geografis suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas/infrastruktur dan kemudahan sehingga

menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), sehingga berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di daerah yang

bersangkutan dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada. Suatu kota dikatakan sebagai pusat

pertumbuhan harus bercirikan: (1) adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,

(2) adanya unsur pengganda (multiplier effect), (3) adanya konsentrasi geografis, (4) bersifat mendorong pertumbuhan

daerah belakangnya. Oleh karena itu, dalam pembagian zona, ditentukan 1 (satu) kota yang akan menjadi kutub bagi kota

yang lainnya. Dasar penentuan kriteria kutub per zona adalah kota sampel survei biaya hidup (SBH), letak geografis (jarak

antarkota), karakteristik sektoral, dan perkembangan keuangan perbankan.

Berdasarkan sampel Survei Biaya Hidup (SBH)15

, pangsa PDRB, maupun aset perbankan terdapat lima kota yang dapat

dijadikan patokan kutub pertumbuhan. Berdasarkan kota sampel SBH antara lain Kota Palopo, Kota Parepare, Kab. Bone,

Kab. Bulukumba, dan Kota Makassar, menjadi dasar perhitungan inflasi Sulsel. Dengan adanya kota sampel inflasi

tersebut, maka diharapkan inflasi dari kota yang bersangkutan dapat menjadi acuan tingkat inflasi bagi kota lain yang

masuk dalam satu zona. Kelima kota tersebut juga relatif sejalan dengan besaran pangsa PDRB maupun aset perbankan,

terhadap total Sulsel, yang sebaran gradasi panga PDRB maupun aset perbankan relatif merata di sekitar kota tersebut.

Gambar 3.B.1. Pangsa PDRB Kab/Kota terhadap Sulsel

Gambar 1.B.2. Pangsa Aset Perbankan Kab/Kota terhadap Sulsel

Selanjutnya, dari kota-kota yang menjadi kutub tersebut, ditentukan kabupaten yang akan masuk se-zona, dengan

mempertimbangkan geografis (jarak) dan sumbangan terhadap PDRB Sulsel. Penerapaan kriteria jarak adalah dengan

minimasi jarak antar kota (Tabel 3.5 s/d Table 3.9), agar memudahkan koordinasi apabila diselenggarakan pertemuan

zona. Selain itu, diusahakan bahwa masing-masing zona memiliki pangsa sekitar 12%-20% terhadap ekonomi Sulsel,

dengan salah satunya ada kota/kab yang memiliki sumbangan terbesar.

15 Dilakukan oleh BPS

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 3 INFLASI DAERAH

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Tabel 3.B.1. Matrix jarak Zona Palopo Tabel 3.B.4. Matrix jarak Zona Parepare

Tabel 3.B.2. Matrix jarak Zona Bone/Watampone Tabel 3.B.5. Matix jarak Zona Bulukumba

Tabel 3.B.3. Matrix jarak Zona Makassar

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka ditetapkan 5 (lima) Zona antara lain Zona Bone/Watampone, Zona Bulukumba, Zona Makassar, Zona Palopo, dan Zona Parepare. Dengan ditetapkannya 5 (lima) zona TPID ini, diharapkan proses pengelolaaan inflasi akan lebih efektif dan pertumbukan ekonomi akan lebih merata di seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Adapun pembagian zona kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

Gambar 3.B.3. Pembagian Zona TPID Sulsel

Luwu Timur Luwu Utara Toraja Utara Tana Toraja Palopo Luwu

Luwu Timur 0 9 141 126 71 86

Luwu Utara 9 0 148 135 77 88

Toraja Utara 141 148 0 61 77 101

Tana Toraja 126 135 61 0 90 127

Palopo 71 77 77 90 0 38

Luwu 86 88 101 127 38 0

Zona Palopo

Zona PalopoEnrekang Pinrang Sidrap Parepare Barru

Enrekang 0 68 100 91 140

Pinrang 68 0 33 29 76

Sidrap 100 33 0 36 63

Parepare 91 29 36 0 49

Barru 140 76 63 49 0

Zona Parepare

Zona Parepare

Soppeng Bone Wajo Sinjai

Soppeng 0 43 145 39

Bone 43 0 185 78

Wajo 145 185 0 107

Sinjai 39 78 107 0

Zona Bone/Watampone

Zona Bone/Watampone

Bulukumba Bantaeng Jeneponto Selayar

Bulukumba 0 22 55 182

Bantaeng 22 0 33 196

Jeneponto 55 33 0 221

Selayar 182 196 221 0

Zona Bulukumba

Zona Bulukumba

Pangkep Maros Makasar Gowa Takalar

Pangkep 0 9 39 47 62

Maros 9 0 35 38 54

Makasar 39 35 0 41 34

Gowa 47 38 41 0 31

Takalar 62 54 32 31 0

Zona Makassar

Zona Makassar

Zona Palopo

Zona Parepare

Zona Bone

Zona Bulukumba

Zona Makassar

Kab. Luwu TimurKab. Luwu UtaraKab. Toraja UtaraKab. Tana TorajaKota PalopoKab. LuwuKab. Enrekang

Kab. PinrangKab. SidrapKota ParepareKab. Barru

Kab. SoppengKab. BoneKab. WajoKab. Sinjai

Kab. PangkepKab. MarosKota MakasarKab. GowaKab. Takalar

Kab. BulukumbaKab. BantaengKab. JenepontoKab. Selayar

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 41

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Bab 4 Sistem Keuangan dan

Pengembangan Akses Keuangan

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III 2014, dari indikator utama

yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang

disalurkan, memperlihatkan perlambatan pada triwulan laporan.

Perlambatan pertumbuhan aset bank umum didorong oleh perlambatan aset

seluruh kelompok bank terutama bank asing dan campuran. Sementara itu,

kegiatan intermediasi (LDR) sedikit menurun pada triwulan III 2014 menjadi

sebesar 125,06% yang disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan DPK

yang lebih kecil dibandingkan kredit. Sementara itu, risiko kredit perbankan

masih terjaga dengan baik yang tercermin dari Rasio nonperforming loan

(NPL) yang masih berada pada level aman. Masih amannya rasio NPL juga

mendukung ketahanan sektor keuangan baik pada sektor korporasi, rumah

tangga, namun perlu perhatian khusus pada kualitas kredit UMKM yang

pada triwulan laporan sudah melwati batas aman 5%.

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

4.1. Kondisi Umum Perbankan16

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan III 2014, jumlah bank umum di Sulsel relatif tidak berubah dari triwulan

sebelumnya yaitu sebanyak 47 bank. Kemudian, jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya

yaitu sebanyak 29 BPR. Terjadi penambahan kantor pada bank swasta sehingga jumlah kantor cabang (KC) bertambah 1,

sementara kantor cabang pembantu (KCP), kantor kas (KK) maupun kantor fungsional (KF) tidak berubah (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

4.1.2 Aset Perbankan

Total aset bank umum pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset

perbankan tercatat tumbuh sebesar 10,28% (yoy) atau menjadi Rp99,57 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan II

2014 yang tumbuh sebesar 12,97% (yoy) (Tabel 4.2). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan aset pada seluruh kelompok bank terutama pada bank asing dan campuran,

disusul oleh bank pemerintah dan bank swasta nasional masing-masing dari 12,12% (yoy), 11,72% (yoy) dan 14,87% (yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 3,98% (yoy), 9,76% (yoy) dan 11,16% (yoy) pada triwulan laporan.

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Dana Pihak Ketiga (DPK) jenis giro dan deposito yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan III 2014 melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dana yang dihimpun mencapai Rp64,34 triliun atau tumbuh sebesar 12,17%

(yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 14,86% (yoy) (Tabel 4.3).

Perlambatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh menurunnya kinerja jenis simpanan giro dan tabungan. Giro tumbuh

melambat dari 20,24% pada triwulan II 2014 menjadi hanya 5,11% (yoy) sedangkan tabungan tumbuh melambat dari

10,31% (yoy) menjadi 8,58% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara tabungan tumbuh lebih cepat dari 20,97% (yoy)

menjadi 23,39% (yoy).

16 Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kredit yang disalurkan serta menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

Bank Umum (Konv. + Syariah) 36 37 38 40 41 41 41 41 42 44 45 46 46 47 47

Konvensional 31 32 32 34 35 35 35 35 36 38 39 40 40 41 41

UUS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7

Syariah 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Jumlah Kantor* 689 724 812 844 848 895 925 936 940 950 959 971 974 979 980

BPR 27 27 27 27 27 27 28 28 28 29 29 29 29 29 29

*) Termasuk Kanwil, KP, KC, KCP, BRI Unit, KK, KF (data sementara)

RINCIAN20122011 2013 2014*

I II III IV I II III I II III IV I II III

Total Aset 19.69 19.04 20.78 14.66 12.41 12.97 10.28 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571

Bank Pemerintah 17.84 17.14 19.37 11.54 8.97 11.72 9.76 48,337 51,537 53,300 52,533 52,670 57,579 58,500

Bank Swasta Nasional 22.81 22.38 23.30 19.18 17.82 14.87 11.16 31,919 34,293 36,341 37,682 37,606 39,391 40,398

Bank Asing dan Bank Campuran 9.85 (0.02) 2.89 21.38 2.01 12.12 3.98 621 537 647 717 633 602 673

Aset Menurut Kelompok Bank 2013 20132014

Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)

2014

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 43

Kredit yang disalurkan perbankan mencatat perlambatan pertumbuhan pada triwulan III 2014 seiring perlambatan

pada kredit yang digunakan untuk investasi dan konsumsi. Kredit tercatat tumbuh sebesar 7,26% (yoy) menjadi Rp80,46

triliun setelah tumbuh 8,77% (yoy) pada triwulan II 2014. Perlambatan ini didorong oleh melambatnya penyaluran kredit

untuk investasi dan konsumsi sedangkan kredit untuk modal kerja dapat mencatat akselerasi pertumbuhan (Tabel 4.3).

Secara sektoral, penyaluran kredit juga tumbuh melambat pada sebagian besar sektor terutama pada sektor pertanian,

pertambangan, industri pengolahan, LGA, perdagangan, dan pengangkutan. Sementara sektor konstruksi, jasa dunia

usaha, dan jasa sosial masyarakat tumbuh lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 4.4).

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

Dengan pertumbuhan kredit yang melambat, indikator intermediasi perbankan juga tercatat lebih rendah, yang

tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR menjadi 129,21% pada triwulan III 2014, lebih rendah dari

triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 125,06% (Tabel 4.3). Sesuai pola historisnya, perkembangan intermediasi

perbankan selalu tinggi, lebih dari 100%. Penyaluran kredit dengan pangsa yang besar terutama diberikan kepada sektor

perdagangan, sektor jasa dunia usaha, sektor konstruksi, dan sektor industri pengolahan.

Melemahnya kinerja penyaluran kredit diikuti dengan risiko kredit yang tetap terkendali. Ditinjau dari sisi manajemen

risiko, kondisi perbankan Sulsel pada triwulan III 2014 masih menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini tercermin dari rasio

nonperforming loan (NPL) bank umum yang masih terjaga pada level aman (di bawah 5%), yaitu sebesar 3,57%. Angka ini

tercatat mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,54% (Tabel

4.3). Di tengah perlambatan pertumbuhan kredit, perbankan harus tetap menjaga kualitas kredit para nasabahnya agar

rasio NPL terus terjaga di bawah batas aman.

Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

I II III IV I II III I II III IV I II III

DPK 14.36 11.31 14.91 12.52 11.20 14.86 12.17 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339

a. Giro 4.00 11.13 27.07 6.82 2.83 20.24 5.11 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693

b. Tabungan 17.27 10.52 12.37 11.25 10.66 10.31 8.58 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828

c. Deposito 14.72 13.01 13.79 18.01 16.53 20.97 23.39 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819

Kredit 25.25 23.55 22.79 13.84 10.97 8.77 7.26 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463

a. Modal Kerja 26.63 16.67 16.86 6.76 4.92 9.01 14.09 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847

b. Investasi 22.01 36.81 43.39 27.36 19.70 6.77 (1.98) 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457

c. Konsumsi 25.43 24.21 19.41 14.76 12.65 9.48 6.27 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159

LDR (%) 130.72 136.44 130.78 124.72 130.45 129.21 125.06

NPLs Gross (%) 2.94 2.83 2.91 2.85 3.14 3.54 3.57

Komponen 2013 2013

Pertumbuhan (%, yoy)

2014 2014

Nominal (Rp Miliar)

I II III IV I II III I II III IV I II III

Kredit 25.25 23.55 22.79 13.84 10.97 8.77 7.26 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463

Pertanian 54.83 23.84 18.27 15.20 0.18 7.37 3.59 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435

Pertambangan 43.43 23.79 18.29 (0.70) (15.62) 24.84 21.10 447 449 444 397 377 560 537

Industri Pengolahan 53.82 42.92 40.51 (20.26) (26.55) (24.54) (23.94) 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283

Listrik, Gas, Air (2.83) (6.75) (10.02) 35.05 63.77 111.80 91.49 133 116 121 191 218 245 232

Konstruksi 24.20 13.54 14.85 13.44 18.62 31.89 40.69 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173

Perdagangan 28.94 30.21 31.67 26.83 22.08 11.45 10.23 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748

Pengangkutan 50.88 59.70 59.68 25.96 12.48 6.76 3.02 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951

Jasa Dunia Usaha 11.07 8.05 9.04 14.32 15.65 4.79 4.88 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581

Jasa Sosial Masyarakat 3.11 11.08 26.31 26.84 12.94 19.27 22.03 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115

Lain-lain 19.45 17.63 14.99 10.14 9.58 10.18 6.99 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408

Komponen 2013 2013 20142014

Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

4.1.4 Bank Syariah

Total aset perbankan syariah pada triwulan III 2014 tumbuh lebih lambat dari capaian di triwulan sebelumnya. Aset

perbankan syariah tercatat tumbuh sebesar 3,68% menjadi Rp5,62 triliun, lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan II

2014 yang tumbuh sebesar 9,72% (Tabel 4.5). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan syariah pada periode triwulan

laporan terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan aset baik milik bank pemerintah maupun bank swasta

nasional dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 4.5. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah

Kinerja indikator perbankan syariah Sulsel pada triwulan III 2014 menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terutama dilihat dari indikator pertumbuhan DPK dan pembiayaan. Pertumbuhan

penghimpunan dana dan pembiayaan tercatat lebih lambat dari triwulan sebelumnya yaitu masing-masing sebesar

10,96% (yoy) dan 15,49% (yoy) pada triwulan laporan. Financing to Deposit Ratio (FDR) tercatat masih tinggi sebesar

171,16% yang menunjukkan masih belum berimbangnya penghimpunan DPK dibandingkan pembiayaan seiring minat

masyarakat untuk mengambil pembiayaan dari perbankan syariah yang masih tumbuh tinggi. Sementara itu, kualitas

pembiayaan tetap terjaga pada level aman, tercermin dari nonperforming financing (NPF) sebesar 3,27% pada triwulan

laporan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (2,97%).

4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat

Di triwulan III 2014, kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) tetap tumbuh dengan cukup baik meski indikator

menunjukkan adanya perlambatan. Fungsi intermediasi BPR masih sangat tinggi namun sedikit menurun dibanding

triwulan sebelumnya, tercermin dari menurunnya rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dari triwulan III 2014 sebesar 187,46%

menjadi 163,12%. Menurunnya rasio LDR ditopang oleh akselerasi pertumbuhan DPK dari 17,41% (yoy) pada triwulan II

2014 menjadi 34,69% (yoy). Sementara pada sisi penyaluran dana, kredit BPD mengalami kontraksi dari 18,54% (yoy)

menjadi 16,31% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 4.1 dan Grafik 4.2). Adapun aset BPR mengalami perbaikan setelah

sempat mengalami penurunan pada triwulan lalu sebesar -0,50% (yoy) menjadi 4.06% (yoy) pada triwulan III 2014.

I II III IV I II III I II III IV I II III

Aset 42.22 37.86 36.26 23.26 16.31 9.72 3.68 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619

Bank Pemerintah 55.66 27.91 28.78 20.35 15.27 9.78 6.81 913 958 1,033 1,045 1,052 1,051 1,103

Bank Swasta Nasional 39.40 40.39 38.14 23.95 16.55 9.71 2.94 3,890 4,128 4,387 4,531 4,534 4,529 4,516

DPK 35.46 30.77 42.76 39.80 28.28 30.73 10.96 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878

a. Giro 29.19 16.82 21.33 14.22 (12.64) 12.69 42.14 253 232 243 338 221 262 346

b. Tabungan 28.09 21.23 37.71 32.91 30.17 29.51 15.06 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337

c. Deposito 46.32 47.26 53.83 58.10 37.60 36.51 0.56 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195

Pembiayaan 40.30 40.75 38.64 24.87 15.07 17.14 15.49 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926

FDR (%) 181.04 194.41 164.44 151.65 162.40 174.20 171.16

NPF Gross (%) 1.73 1.81 1.56 1.42 1.65 2.97 3.27

Komponen 2013 20132014

Pertumbuhan (%, yoy)

2014

Nominal (Rp Miliar)

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 45

Grafik 4.1. Perkembangan Aset BPR Grafik 4.2. Perkembangan Intermediasi BPR

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah

Di triwulan III 2014, penyaluran kredit korporasi masih

didominasi oleh sektor perdagangan. Sektor

perdagangan memiliki pangsa terbesar dalam struktur

kredit kepada korporasi yang tercatat sebesar Rp18,41

triliun (kredit produktif non-UMKM). Rendahnya porsi

sektor pertanian dan sektor pertambangan menunjukkan

bahwa peran perbankan bagi sektor utama, khususnya

sektor primer, masih memiliki ruang untuk ditingkatkan

(Grafik 4.3). Dari sisi pertumbuhan, penyaluran kredit

kepada sektor korporasi mengalami perlambatan di

triwulan III 2014. Melambatnya pertumbuhan kredit

korporasi ditunjang oleh menurunnya kinerja sektor

pertanian, pertambangan dan perdagangan. Sementara

kredit sektor industri pengolahan tumbuh dekit lebih baik

pada triwulan III 2014 (Grafik 4.4).

Lebih lanjut terkait aspek pertumbuhan, total kredit

tercatat tumbuh 4,01% (yoy), lebih rendah dari triwulan

II 2014 (5,61%, yoy). Sektor pertanian mencatat

kontraksi yang semakin besar dari -14,82% (yoy) pada

triwulan II 2014 menjadi -32,89% (yoy). Faktor

pendorong perlambatan lainnya adalah sektor industri

perdagangan yang terus mengalami penurunan

pertumbuhan dari 13,59% (yoy) menjadi 9,08% (yoy)

pada triwulan III 2014. Kredit pada sektor pertambangan

yang pada triwulan sebelumnya sempat membaik

kembali mengalami perlambatan dari 42,06% (yoy)

menjadi 25,04% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada

sektor lainnya sepert LGA, konstruksi, pengangkutan dan

jasa sosial masyarakat. Sementara sektor industri

pengolahan dan jasa dunia usaha tumbuh sedikit lebih

baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 4.3. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi

Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Korporasi

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Miliar Aset

gAset - Skala Kanan

0

50

100

150

200

250

0

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014

%Rp Miliar

DPK Kredit LDR - Skala Kanan

Pangsa Triwulan III 2014

Pertanian (0.7%)

Pertambangan (1.6%)

Industri (14.9%)

Perdagangan (51.4%)

Lainnya (31.3%)

0

10

20

30

40

50

60

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoy%, yoyTotal - Skala Kanan Pertanian

Pertambangan Industri

Perdagangan

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Dari sisi kualitas, penyaluran kredit korporasi secara

keseluruhan sedikit membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan, kualitas penyaluran

kredit yang diukur dari NPL tercatat menjadi 4,09%

setelah sebelumnya tercatat sebesar 4,99% (Grafik 4.5).

Namun jika dilihat per sektor ekonomi, NPL kredit pada

sektor pertambangan masih berada di atas batas aman

(5%) yaitu sebesar 23,2% (yoy) pada triwulan III 2014.

Sementara kualitas kredit sektor pertanian mengalami

perbaikan cukup signifikan yang sebelumnya mencapai

37,0% (yoy) menjadi 0,4% (yoy) pada triwulan laporan.

Grafik 4.5. NPL Kredit Korporasi

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi pangsa

yang terbesar dalam struktur kredit rumah tangga pada

triwulan III 2014. Dari total kedit yang disalurkan kepada

rumah tangga sebesar Rp35,40 triliun, KPR memiliki

pangsa mencapai lebih dari 30%, disusul kredit multiguna,

kredit kendaraan bermotor (KKB), dan terakhir kredit

rumah tangga lainnya (termasuk di dalamnya adalah kredit

untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga maupun

kebutuhan rumah tangga lainnya) yang memiliki pangsa

terkecil (Grafik 4.6). Adapun kredit lain-lain merupakan

kredit bukan lapangan usaha serta kredit yang belum

diklasifikasikan secara jelas.

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mencatat

perlambatan kinerja pada triwulan III 2014. Total kredit

yang pada triwulan sebelumnya tumbuh 10,18% (yoy)

turun menjadi 6,97% (yoy). Perlambatan ini terjadi pada

hampir seluruh jenis kredit rumah tangga terutama pada

KPR yang mengalami perlambatan signifikan dari 20,47%

(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi hanya 7,37%

(yoy) pada triwulan III 2014. KKB dan kredit rumah tangga

lainnya mengalami perlambatan moderat masing-masing

dari 35,46% (yoy) dan 57,01 (yoy) menjadi 27,71% (yoy)

dan 37,66% (yoy). Sementara kredit multiguna mengalami

percepatan pertumbuhan dari 2,26% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi sebesar 8,13% (yoy) pada triwulan III

2014 (Grafik 4.7).

Grafik 4.6. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga

Grafik 4.7. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

-10

0

10

20

30

40

50

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%%

Total Industri

Perdagangan Pertanian - Skala Kanan

Pertambangan - Skala Kanan

Pangsa Triwulan II 2014

Kredit PemilikanRumah, KPR (36.4%)

Kredit KendaraanBermotor, KKB (11.8%)

Kredit Multiguna(30.5%)

Kredit Rumah TanggaLainnya (3.1%)

Kredit Lain-lain (18.1%)

(50)

50

150

250

350

450

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoy%, yoy Total KPRKKB RT Lainnya - Skala KananMultiguna - Skala Kanan

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 47

Kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap terjaga

pada tingkat yang aman. Seluruh jenis kredit rumah

tangga memiliki NPL di bawah batas aman 5%. Rasio NPL

tercatat sedikit meningkat dari 1,86% menjadi 1,88% pada

triwulan laporan. KPR yang mencatat angka NPL tertinggi

tetap memiliki rasio yang masih aman sebesar 3,48%.

Berdasarkan kondisi ini, dapat dikatakan bahwa ketahanan

sektor rumah tangga Sulsel masih cukup baik hingga

triwulan III 2014 (Grafik 4.8).

Grafik 4.8. NPL Kredit Rumah Tangga

4.3. Pengembangan Akses Keuangan

Penyaluran kredit bagi UMKM pada triwulan III 2014 tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 10,63% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya sempat melambat

sebesar 9,63% (yoy). Pangsa kredit UMKM (produktif) terhadap total kredit adalah 33,27% atau sebesar Rp26,77 triliun.

Dari nilai tersebut, sekitar 68% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk modal kerja sedangkan sisanya digunakan

untuk investasi (Grafik 4.10). Angka NPL kredit UMKM meningkat pada triwulan III 2014 melewati batas aman (5%)

menjadi sebesar 5,47% (Grafik 4.9). Peningkatan NPL kredit UMKM didorong oleh peningkatan NPL pada hampir semua

sektor terutama sektor perdagangan, konstruksi, pertambangan dan pertanian. UMKM padar sektor pertambangan

mencatat NPL tertinggi pada periode laporan.

Upaya pengembangan akses keuangan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan

mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, KPw BI Wilayah I Sulampua terus mencoba

melakukan kegiatan edukasi keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk dan jasa keuangan

yang dimaksud serta untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk mulai menabung. Pada 9

September 2014, telah dilakukan kegiatan edukasi keuangan dan Gerakan Indonesia Menabung kepada petani dan

nelayan tambak di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Selain itu telah dilakukan pelatihan pengolahan daging sapi

menjadi bakso, sosis dan abon yang bertempat di Teaching Industry Universitas Hasanuddin pada tanggal 29 September

2014 yang diikuti oleh ibu-ibu peserta klaster sapi dari Kabupaten Barru. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilah kepada peserta klaster sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik.

Grafik 4.9. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM Grafik 4.10. Pangsa Kredit UMKM

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

Total KPR KKB RT Lainnya Multiguna

0

5

10

15

20

25

30

35

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoy%

NPLs UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - Skala Kanan

Total Kredit Non-UMKM

67%

Total Kredit UMKM

Produktif + Konsumtif

33%68%

32%

Pangsa Kredit UMKM

Modal Kerja Investasi

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 49

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Bab 5 Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang

Perkembangan kinerja sistem pembayaran menunjukkan tendensi yang

membaik pada triwulan III 2014. Transaksi keuangan nontunai melalui Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) mampu tumbuh cukup tinggi pada triwulan

laporan setelah sebelumnya mengalami kontraksi. Sementara itu, transaksi

keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) masih

sedikit mengalami kontraksi. Faktor musiman memengaruhi pergerakan

aliran uang kartal pada triwulan III 2014. Meski masih mengalami net

outflow, aliran uang yang disetor mulai menunjukkan peningkatan seiring

pasca Lebaran. Kegiatan penarikan uang dinilai akan terus meningkat

hingga akhir triwulan IV. Adapun pengelolaan uang tunai oleh Bank

Indonesia dilakukan dengan melakukan layanan penukaran uang, kas

keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri

keaslian mata uang. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

mewujudnyatakan clean money policy.

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS

Pada triwulan III 2014, transaksi nontunai melalui sarana RTGS melanjutkan tren pertumbuhan yang meningkat. Secara

total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel di triwulan III 2014 sebesar Rp71,79 triliun atau tumbuh hingga 13,69% (yoy), sedikit

lebih tinggi jika dibandingkan triwulan II 2014 sebesar Rp64,81 triliun yang mencatat pertumbuhan10,89% (yoy).Transaksi

BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran transaksi yang masuk (to/incoming) ke perbankan Sulsel dengan

nilai Rp38,09 triliun, lebih tinggi dari aliran transaksi yang keluar (from/outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat

sebesar Rp22,71 triliun maupun dari aliran transaksi antarbank yang ada di Sulsel (from-to) sebesar Rp10,97 triliun.

Pertumbuhan aliran transaksi RTGS baik yang masuk dari Sulsel, yang keluar dari Sulsel, serta antara bank-bank di

Sulsel menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan. Transaksi RTGS dari perbankan di Sulsel kepada perbankan di

luar Sulsel tumbuh sedikit lebih lambat pada triwulan II 2014 yaitu dari 22,83% (yoy) menjadi 21,04% (yoy) (Grafik 5.1).

Transaksi RTGS yang masuk ke perbankan Sulsel dari perbankan di luar Sulsel mengalami ekspansi tipis pada triwulan III

2014 yaitu sebesar 1,28% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar -6,79% (yoy) (Grafik 5.2). Sementara itu, transaksi

dari perbankan di Sulsel kepada perbankan yang juga berada di Sulsel mengalami perlambatan yaitu dari 98,44% (yoy)

pada triwulan II 2014 menjadi 62,41% (yoy) (Grafik 5.3).

Grafik 5.1. Transaksi RTGS From/Outgoing (dari Bank di Sulsel) Grafik 5.2. Transaksi RTGS To/Incoming (ke Bank di Sulsel)

Grafik 5.3. Transaksi RTGS From-To (antarbank di Sulsel) Grafik 5.4. Aliran Uang Kartal Inflow

5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring

Transaksi nontunai melalui sarana kliring yaitu kliring debet penyerahan serta kliring kredit masih mengalami

penurunan pada triwulan III 2014. Pertumbuhan total nilai kliring pada triwulan laporan masih menunjukkan penurunan.

Nilai kliring pada triwulan laporan mengalami kontraksi sebesar -5,11% (yoy) dimana sebelumnya juga mengalami

penurunan sebesar -3,61% (yoy). Penurunan ini juga terindikasi dari menurunnya rata-rata perputaran harian transaksi

kliring pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan rata-rata

perputaran harian tersebut terjadi baik secara nominal maupun volume lembar transaksi (Tabel 5.1). Sementara itu,

secara nominal, penolakan warkat (Cek/Bilyet Giro atau BG) menunjukkan penurunan pada triwulan III 2014 yaitu dari

3,66% menjadi 2,56%. Hal ini sejalan dengan penurunan dari sisi rasio penolakan jumlah warkat yaitu dari 2,46% menjadi

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp TriliunRTGS From

gRTGS From - Skala Kanan

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp TriliunRTGS To gRTGS To - Skala Kanan

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

RTGS From-To gRTGS From-To - Skala Kanan

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

2.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014*

%, yoyRp Triliun

Nominal UTLE

gUTLE - Skala Kanan

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 51

2,30%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai transaksi yang warkatnya ditolak pada triwulan III 2014 lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

5.2. Pengelolaan Uang Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Pada triwulan III 2014, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net outflow sebesar Rp0,08 triliun.

Aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp5,56 triliun pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,07 triliun (Grafik 5.4). Selanjutnya, aliran uang yang keluar (outflow) dari Bank

Indonesia mengalami peningkatan dari Rp3,83 triliun pada triwulan II 2014 menjadi Rp5,64 triliun pada triwulan laporan

(Grafik 5.5). Net outflow yang terjadi namun diikuti oleh mulai meningkatnya intensitas penyetoran uang dipengaruhi

oleh faktor musiman pasca Lebaran pada Bulan Juli 2014 (Grafik 5.6). Pada awal triwulan IV 2014, kegiatan penarikan

uang diperkirakan akan semakin meningkat dan lebih tinggi dibandingkan penyetoran sehingga akan terjadi net outflow

yang sesuai dengan pola historis seperti akhir tahun lalu.

Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Outflow Grafik 5.6. Selisih Inflow dan Outflow

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara kontinu terus berupaya untuk menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.

Dalam rangka penerapan clean money policy, di samping membuka layanan penukaran uang terpusat di gedung Kantor

Perwakilan Bank Indonesia, telah dilakukan juga kas keliling yang menjangkau seluruh wilayah di Sulselbar, bahkan hingga

wilayah terpencil yang cukup sulit dijangkau. Berdasarkan administrasi kegiatan yang ada, pada akhir Maret 2014 yaitu

dari tanggal 18 sampai dengan 22, kas keliling dibuka di daerah Mambi, Pana, dan Sumarorong di Kabupaten Mamasa,

Sulawesi Barat. Pada tanggal 19 sampai dengan 23 Mei 2014, telah dilakukan kegiatan kas keliling di daerah Jalang dan

Doping, Kabupaten Sengkang, Sulawesi Selatan. Kemudian, pada tanggal 18 sampai dengan 22 September 2014

dilaksanakan di daerah Kepulauan Pangkep, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan.

Di samping itu, kegiatan remise ke luar dari Sulsel juga ditempuh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I

(Sulampua) dalam melakukan distribusi uang ke daerah lain. Selama periode triwulan III 2014, telah dilakukan sebanyak

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

- Nominal (triliun rupiah) 8.17 8.04 8.60 9.32 9.30 9.44 9.47 10.14 9.74 9.98 10.24 10.67 9.48 9.62 9.72

- Lembar (ribuan) 265 271 276 283 281 284 285 295 284 286 281 290 260 266 261

- Nominal (triliun rupiah) 0.13 0.13 0.14 0.15 0.15 0.15 0.15 0.16 0.16 0.17 0.17 0.17 0.16 0.16 0.16

- Lembar (ribuan) 4.27 4.37 4.45 4.57 4.47 4.50 4.53 4.68 4.73 4.76 4.68 4.68 4.33 4.43 4.21

- Nominal (%) 2.55 2.20 2.63 2.27 2.38 2.63 2.34 2.16 2.41 2.75 3.28 2.60 2.61 3.66 2.56

- Lembar (%) 2.38 2.66 2.80 2.52 2.28 2.59 2.45 2.37 2.38 2.47 2.33 2.17 2.47 2.46 2.30

Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/BG Kosong (terhadap Kliring Debet Penyerahan)

Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring Kredit dan Debet Penyerahan

Total Perputaran Kliring Kredit dan Kliring Debet Penyerahan

2013URAIAN

2011 2012 2014

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyRp Triliun

Outflow

gOutflow - Skala Kanan

(1.0)

(0.5)

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Rp Triliun

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

8 (delapan) kali kegiatan remise ke daerah lain di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yaitu, Ambon (7 Agustus serta 1

September), Kendari (8 Agustus serta 18 Agustus), dan ke Kupang (2 Juli, 8 Agustus, 27 Agustus, serta 22 Oktober).

Pelaksanaan remise pada tanggal 7 dan 8 Agustus dalam rangka mempersiapkan pengedaran uang pecahan 100.000

tahun emisi 2014 yang mulai diluncurkan Bank Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2014. Bank Indonesia juga melakukan

kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). Kegiatan pemusnahan UTLE pada triwulan III 2014 tercatat sebesar

Rp0,27 triliun, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp0,62 triliun (Grafik 5.7).

5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pecahan besar masih mendominasi peredaran uang palsu yang ditemukan sebanyak 533 lembar pada triwulan III 2014.

Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan laporan adalah pecahan Rp50.000 (77,86%), diikuti

Rp100.000 (20,83%), Rp20.000 (1,31%), Rp10.000 (0,19%) dan Rp5.000 (0,19%), dan Rp10.000 (0,16%)(Grafik 5.8).

Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-

ciri keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I (Sulampua) juga telah melakukan kegiatan

sosialisasi dengan materi dimaksud hingga ke pelosok daerah, di Sulawesi Selatan.

Grafik 5.7. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 5.8. Temuan Uang Palsu

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

1.8

2.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014*

%, yoyRp Triliun

Nominal UTLE

gUTLE - Skala Kanan 20.83%

77.86%

1.69%

Pecahan 100.000

Pecahan 50.000

Pecahan Lainnya

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 53

Boks 5.A. Pencanangan Gerakan Nasional Nontunai (GNNT)

Bank Indonesia secara resmi mencanangkan Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014. Pencanangan ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara BI dengan Kemenko Perekonomian, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah, serta Asosiasi Pemprov seluruh Indonesia. Kerja sama yang dijalin antara pemerintah dan pelaku industri di Bidang Sistem Pembayaran ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen nontunai (less cash society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Kegiatan GNNT merupakan perwujudan langkah Bank Indonesia untuk menciptakan sistem pembayaran yang efisien, aman, dan handal dengan menjunjung tinggi aspek perlindungan konsumen, memperhatikan perluasan akses dan kepentingan nasional.

Sementara di Sulsel, pencanangan GNNT dilaksanakan pada tanggal 9 September 2014. Dalam rangka mengimplementasikan GNNT tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I melakukan kerja sama dengan Universitas Negeri Makassar (UNM) dan 5 (lima) perbankan nasional, yaitu Bank Mandiri, Bank Mega, BRI, BNI, dan BCA untuk menciptakan kawasan non tunai di lingkungan kampus UNM. Rangkaian kegiatan GNNT di UNM meliputi sosialisasi kepada mahasiswa baru, pelatihan penggunaan mesin EDC (Electronic Data Capturer) kepada para kasir di lokasi Kawasan Nontunai, lomba stand up comedy, dan puncaknya adalah grand launching kawasan nontunai di Kampus UNM yang berpusat di kantin La Macca pada tanggal 9 September 2014.

Gambar 5.A.1. Penandatangan MOU antara Bank Indonesia dan UNM

Gambar 5.A.2. Peresmian kawasan non-tunai di Kantin La Macca –

Kampus UNM

Pada periode Agustus s.d. November 2014, sebanyak 12 Kampus di Indonesia telah menciptakan Kawasan Nontunai. Kampus merupakan salah satu tempat pelaksanaan GNNT karena mahasiswa sebagai generasi muda yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak penggunaan instrumen nontunai. Melalui perubahan pola pembayaran dari tunai ke nontunai, mahasiswa maupun masyarakat memperoleh berbagai manfaat, antara lain:

1. Praktis - Masyarakat tidak perlu membawa banyak uang tunai, higienis. 2. Akses Lebih Luas - Meningkatkan akses masyarakat ke dalam sistem pembayaran. 3. Transparansi Transaksi - Membantu usaha pencegahan dan identifikasi kejahatan kriminal. 4. Efisiensi Rupiah - Menekan biaya pengelolaan uang rupiah dan cash handling. 5. Less Friction Economy – Meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian. 6. Perencanaan Ekonomi Lebih Akurat – Transaksi tercatat secara lebih lengkap sehingga perencanaan lebih akurat.

Melalui sosialisasi GNNT tersebut, Bank Indonesia mengharapkan mampu meningkatkan penggunaan APMK dan E-Money dalam mendukung financial inclusion untuk menyediakan produk keuangan maupun akses perbankan yang bisa dijangkau ke seluruh pelosok tanah air.

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 55

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,10%

(Sakernas Agustus 2014) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya

(Agustus 2013). Kemudian, tingkat kesejahteraan yang diukur dari Nilai

Tukar Petani (NTP) triwulan III 2014 terpantau membaik dari triwulan

sebelumnya. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga Maret

2014 meningkat dibanding September 2013 baik di kota maupun di desa

yaitu tumbuh sebesar 9,73% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin akibat dari naiknya garis

batas kemiskinan. Kendati demikian, kenaikan garis batas kemiskinan Maret

2014 tercatat melambat dibandingkan dengan September 2013 yang

disebabkan oleh penurunan inflasi tahunan pada Maret 2014.

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

6.1. Tenaga Kerja

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel mencapai 5,10% (Sakernas Agustus 2014) atau stabil dibandingkan

tahun sebelumnya sebesar 5,10% (Agustus 2013). Secara nominal jumlah pengangguran terbuka Sulsel naik dari 176,91

ribu orang per Agustus 2013 menjadi 188,76 ribu orang per Agustus 2014 (Tabel 6.1). Namun demikian, karena jumlah

angkatan kerja juga meningkat pada Agustus 2014 yang mencapai 3.715,80 ribu orang dari 3.468,19 ribu orang pada

Agustus 2013 atau naik 247,60 ribu orang. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulsel yang tergolong tinggi telah

mengakibatkan terjadinya perubahan pola penyerapan tenaga kerja.

Sektor pertanian, industri, sektor perdagangan, dan sektor jasa berhasil menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

Secara sektoral, penyerapan tenaga kerja pada sektor primer (sektor pertanian) lebih tinggi hampir 50 ribu pekerja

dibandingkan tahun 2013, yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas sektor pertanian. Secara pangsa, sektor

pertanian masih memegang peranan penting karena menyerap 41,80% dari tenaga kerja produktif di Sulsel pada Agustus

2014, meskipun secara persentase menurun dibandingkan periode yang sama taun lalu. Sektor industri mengalami

kenaikan penyerapan 6 (enam) ribu pekerja atau sebesar 2,89% (yoy) menjadi 202 ribu orang di bulan Agustus 2014.

Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menalami kenaikan sebesar 70 ribu pekerja atau sebesar 11,58%

(yoy) menjadi sekitar 673,73 ribu orang. Kenaikan tertinggi dicatat oleh sektor jasa yaitu sebesar 105 ribu pekerja atau

sebesar 19,90% (yoy) menjadi sekitar 703,90 ribu orang (Tabel 6.2).

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel tercatat meningkat karena kenaikan jumlah angkatan kerja yang

bekerja lebih tinggi dari kenaikan jumlah penduduk usia kerja. TPAK naik dari 60,50% pada Agustus 2013 menjadi

62,00% pada Agustus 2014. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2014 mencapai 3,72 juta orang, lebih tinggi daripada

periode setahun sebelumnya sejumlah 3,47 juta orang (Tabel 6.1). Secara sektoral, ditengarai peningkatan TPAK terjadi

karena peningkatan angkatan kerja di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan sektor lainnya. Hasil Survei

Konsumen Bank Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja, juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan Indeks

Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) meningkat sebesar 7,96%. Peningkatan tersebut sangat tinggi bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang turun sebesar 2,34% (yoy). Sementara itu, Indeks Penghasilan Saat Ini

Dibanding 6 Bulan Lalu (IPD6) juga meningkat dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 6.2). Pertumbuhan IPD6 naik

sebesar 6,85% (yoy) lebih besar dibandingkan penurunan triwulan sebelumnya (-2,13%, yoy).

Sumber: Survei Konsumen, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 6.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Grafik 6.2. Indeks Penghasilan Saat Ini

KEGIATAN UTAMA Agustus Agustus

2013 2014

Angkatan Kerja 3.468.192 3.715.801

a. Bekerja 3.291.280 3.527.036

b. Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) 176.912 188.765

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 60,5% 62,0%

Tingkat Pengangguran Terbuka 5,1% 5,1%

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyIndeks

IKLK gIndeks - Skala Kanan

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyIndeks

IPD6 gIndeks - Skala Kanan

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 57

Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

6.2. Penduduk Miskin17

Jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga Maret 2014 meningkat dibanding September 2013 baik di kota maupun di

desa. Jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami kenaikan menjadi 864,3 ribu pada Maret 2014, dari 857,44 ribu per

September 2013, atau naik sebesar 9,73% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk miskin akibat dari naiknya garis batas kemiskinan. Jumlah penduduk miskin kota mengalami peningkatan

sebesar 10% (yoy) menjadi 162,49 ribu orang (Grafik 6.3). Hal yang sama juga dialami oleh penduduk pedesaan yang

mengalami kenaikan sebesar 10% (yoy), menjadi 701,91 ribu orang (Grafik 6.3). Penduduk miskin di pedesaan

menyumbang 81,20% dari total penduduk miskin yang ada, sedangkan sisanya sebesar 18,80% disumbang oleh penduduk

kota. Diperlukan upaya terpadu melalui pengembangan kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas

unggulan daerah untuk memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi pengangguran,

juga dapat mengurangi kemiskinan di pedesaan. Selain itu, diharapkan juga minat masyarakat untuk tetap bekerja di desa

dapat ditingkatkan agar dapat mengurangi tingkat urbanisasi.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulampua Menurut Provinsi September 2013

Pertumbuhan garis kemiskinan pada Maret 2014 baik di kota maupun di desa mengalami perlambatan di bandingkan

dengan September 2013. Perlambatan tersebut sejalan dengan penurunan inflasi pada Maret 2014 menjadi sebesar

5,88% (yoy) dari yang sebelumnya sebesar 7,24% (yoy) pada September 2013. Turunnya inflasi didorong oleh pelemahan

tekanan inflasi kelompok bahan makanan, kelompok transpor, serta kelompok pendidikan. Pelemahan tekanan inflasi

kelompok bahan makanan terjadi pada komponen volatile food yang didukung membaiknya kondisi cuaca hingga akhir

triwulan I 2014 sehingga aktivitas penangkapan ikan juga ikut membaik.

17 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan

Pertanian 1,428,151 43.40% 1.23% 1,474,491 41.80% 3.24%

Industri 196,332 6.00% -13.48% 202,003 5.70% 2.89%

Perdagangan 603,804 18.30% -12.07% 673,726 19.10% 11.58%

Jasa 598,976 18.20% -4.40% 703,903 19.90% 17.52%

Lainnya 463,998 14.10% 1.32% 472,913 13.40% 1.92%

Jumlah 3,291,261 100.00% -27.40% 3,527,036 99.90% 37.15%

Agustus 2013 Agustus 2014Kategori

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan Sulsel

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Pertumbuhan YoY Inflasi YoY

Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Mar-13 Sep-13 Mar-14

Kota 206,201 215,790 221,892 235,488 240,276 7.61% 9.13% 8.29% 4.61% 7.24% 5.88%

Desa 191,195 183,959 192,161 207,023 211,271 0.51% 12.54% 9.94%

Persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain se-

Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan berada pada urutan ketiga terendah (10,28%) setelah Provinsi

Maluku Utara (7,30%) dan Sulawesi Utara (8,75%) (Grafik 6.4). Urutan Provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Utara tersebut

juga tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada September 2014. Sedangkan persentase jumlah penduduk

miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 30,05% dan masih terdapat di Provinsi Papua.

6.3. Rasio Gini18

Gini ratio Provinsi Sulawesi Selatan cenderung meningkat dan lebih tinggi dari provinsi lain di Sulampua. Nilai gini ratio

selama empat tahun terakhir (2010 sampai dengan 2013) cenderung terus membesar yang menunjukkan ketimpangan

pendapatan penduduk yang semakin besar (Tabel 6.4). Pada 2012, gini ratio Sulsel masih sama dengan nasional yakni

0,41. Namun demikian, pada 2013, gini ratio Sulsel justru meningkat menjadi 0,43 atau lebih tinggi daripada nasional

(0,41).Dibandingkan provinsi lain di Sulampua, nilai gini ratio Sulawesi Selatan termasuk tinggi. Angka gini ratio tertinggi

(0,44) terjadi di Gorontalo dan Papua yang terjadi selama 2 (dua) tahun berturut-turut. Setelah dua provinsi tersebut,

berlanjut nilai gini ratio terbesar kedua (0,43) adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Papua Barat. Sementara itu, nilai gini

ratio terendah (0,32) terjadi di Provinsi Maluku Utara dan nilainya lebih baik daripada tahun 2012.

Tabel 6.4. Nilai Gini Ratio

Provinsi 2010 2011 2012 2013

Gorontalo 0,43 0,46 0,44 0,44

Papua 0,41 0,42 0,44 0,44

Sulawesi Selatan 0,40 0,41 0,41 0,43

Sulawesi Tenggara 0,42 0,41 0,40 0,43

Papua Barat 0,38 0,40 0,43 0,43

Sulawesi Utara 0,37 0,39 0,43 0,42

Sulawesi Tengah 0,37 0,38 0,40 0,41

Maluku 0,33 0,41 0,38 0,37

Sulawesi Barat 0,36 0,34 0,31 0,35

Maluku Utara 0,34 0,33 0,34 0,32

Indonesia 0,38 0,41 0,41 0,41

Sumber: Booklet Indikator Kersejahteraan Rakyat, BPS, Agustus 2013

6.4. Nilai Tukar Petani19

Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif membaik, tercermin dari naiknya pertumbuhan Nilai Tukar

Petani (NTP) pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NTP Sulsel pada triwulan III 2014

menurun menjadi sebesar 105,81 lebih tinggi dibandingkan NTP pada triwulan sebelumnya (105,56) (Grafik 6.5).

Penurunan NTP tersebut didorong oleh kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga

maupun keperluan produksi pertanian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan indeks harga hasil produksi pertanian.

Penurunan pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani sebesar 7,52% (yoy) dari sebesar 109,96 pada triwulan III 2013

18 Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. 19NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 59

menjadi sebesar 118,22 pada triwulan III 2014 (Grafk 6.7). Lebih lanjut, Indeks yang Dibayar Petani pada triwulan III 2014

tumbuh sebesar 5,20% dari 106,86 pada triwulan III 2013 menjadi 112,42 pada triwulan III 2014 (Grafik 6.6).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.7. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani

-4

-2

0

2

4

6

8

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyIndeks Nilai Tukar Petani

gIndeks - Skala Kanan

012345678910

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyIndeks Indeks yang Dibayar Petani

gIndeks - Skala Kanan

0

2

4

6

8

10

12

14

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

%, yoyIndeks Indeks yang Diterima Petani

gIndeks - Skala Kanan

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 61

7. PROSPEK PEREKONOMIAN

Bab 7 Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulsel pada triwulan IV 2014 dan untuk keseluruhan tahun

2014, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,3%

(yoy) dan 7,4% - 8,4% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional,

pertumbuhan ekonomi Sulsel 2014 tetap lebih baik. Di sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (konsumsi dan

investasi) maupun permintaan ekspor yang tetap kuat. Di sisi penawaran,

hampir semua sektor mengalami akselerasi, didorong oleh faktor musiman

dan permintaan domestik. Sementara sektor pertanian diperkirakan

melambat, karena masih dalam fase musim tanam.

Tekanan harga akhir tahun 2014 diprakirakan akan tetap terkendali,

dengan besaran masuk dalam rentang target inflasi nasional. Ketersediaan

bahan makanan yang relatif mencukupi, dengan masih terjadinya panen

padi di beberapa daerah, didukung dengan relatif minimalnya dampak

kenaikan harga tarif dasar listrik. Namun demikian, tekanan inflasi dari

harga yang ditentukan pemerintah (BBM) akan menjadi faktor risiko yang

dapat meningkatkan inflasi lebih tinggi dari perkiraan.

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel di triwulan IV 2014 diperkirakan akan didorong oleh aktivitas semua komponen sisi permintaan.

Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV 2014 diperkirakan dalam arah stabil hingga meningkat dalam kisaran 7,8%

- 8,3% (yoy). Dari sisi permintaan, permintaan konsumsi rumah tangga tetap baik, dengan adanya peningkatan

permintaan lokal saat musim perayaan dan liburan akhir tahun. Aktivitas konsumsi lokal ini, mendorong impor Sulsel yang

lebih tinggi, karena untuk memenuhi permintaan masyarakat, industri di Sulsel mengimpor bahan baku sekitar 60% total

impor. Di sisi lain, kegiatan ekspor dan pengiriman ke luar pulau diperkirakan masih melemah. Dari sisi sektoral, konsumsi

lokal mendorong aktivitas sektor industri pengolahan, sektor transportasi, dan sektor perdagangan.

Masih melemahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi 2014, negara permintaan mitra dagang Sulsel dan tren

perlambatan ekonomi dunia, mendorong melemahnya ekspor. Meskipun ekonomi global membaik, namun lebih rendah

dan tidak secepat prakiraan sebelumnya. Perbaikan berasal dari ekonomi negara maju, sementara ekonomi negara

berkembang melambat. Secara kawasan, Tiongkok dan ASEAN cenderung melemah, sementara ekonomi Jepang

meningkat. Dengan mempertimbangkan kondisi domestik dan global, ekonomi Sulsel keseluruhan tahun 2014

diperkirakan cenderung stabil pada kisaran 7,4% - 8,4% (yoy), dibandingkan pertumbuhan tahun 2013 (7,65%, yoy).

Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya

Sementara untuk tahun 2015, ekonomi Sulsel diperkirakan kembali meningkat, didukung pertumbuhan sektor utama

dan kuatnya permintaan. Sektor utama yang diperkirakan meningkat antara lain sektor pertambangan, sektor Industri

pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor transportasi. Peningkatan beberapa sektor tersebut

terkait beroperasinya tambahan smelter dan kegiatan pendukungnya, mulai beroperasinya hotel di Makassar, serta

pembangunan infrastruktur transportasi dan distribusi. Kegiatan sektor-sektor tersebut secara tidak langsung

meningkatkan permintaan barang/jasa masyarakat (konsumsi) dan kegiatan ekspor/impor.

7.1.1 Prospek Sisi Permintaan

Pada triwulan IV 2014, komponen sisi permintaan lokal cenderung tetap kuat dibandingkan triwulan III 2014.

Komponen permintaan lokal yang berasal dari komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi

pemerintah, serta komponen investasi, cenderung tetap kuat. Pendorong peningkatan konsumsi rumah tangga pada

triwulan IV 2014 didukung ekspektasi konsumen tetap terjaga. Hasil survei BPS menunjukkan ekspektasi masyarakat

untuk melakukan pembelian barang tahan lama cenderung meningkat. Di sisi lain, konsumsi pemerintah diperkirakan juga

akan cenderung meningkat. Hingga triwulan III 2014, penyerapan anggaran belanja APBD Sulsel baru berkisar 53,02%,

demikian pula realisasi anggaran belanja juga pemerintah pusat di Sulsel baru mencapai 56,4%. Sisa dari pagu anggaran

yang menumpuk pada akhir tahun 2014, diperkirakan akan meningkatkan konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2014.

4

5

6

7

8

9

10

20

12

Q1

20

12

Q2

20

12

Q3

20

12

Q4

20

13

Q1

20

13

Q2

20

13

Q3

20

13

Q4

20

14

Q1

20

14

Q2

20

14

Q3

20

14

Q4

20

15

Q1

20

15

Q2

20

15

Q3

20

15

Q4

%, yoy

2014:7,4% - 8,4%

2015:7,3% - 8,3%

2012:7,61%

2013:8,37%

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 63

Sumber: Badan Pusat Statistik

p) Perkiraan BPS Sumber: Kanwil Perbendaharaan Negara Sulsel

p) Realisasi s.d. Oktober 2014 Grafik 7.2. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 7.3. Persentase Realisasi Pagu Anggaran Pemerintah Pusat di

Daerah

Komponen investasi Sulsel diprakirakan masih akan meningkat tinggi pada triwulan IV 2014. Keberlanjutan proyek-

proyek yang bersifat multiyears masih menjadi penopang pertumbuhan investasi Sulsel. Beberapa proyek besar yang

akan berlangsung antara lain pembangunan industri pengolahan/pemurnian (smelter) tambang/mineral dan dukungan

daya listriknya, proyek pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten Jeneponto (PLTU, 2x100 MW), kelanjutan proyek

pembangunan 31 hotel dengan tambahan kapasitas mencapai 5.125 kamar di Makassar, Pembangunan Stadion

Barombong dengan 40.000 tempat duduk, pembangunan pusat belanja terintegrasi, dan pembangunan infrastruktur

(kereta api dan pertanian).

Kinerja perdagangan eksternal (ekspor dan impor) diprakirakan menguat sehubungan dengan meningkat hingga

stabilnya perekonomian negara mitra dagang. Pertumbuhan neraca perdagangan bersih (net ekspor) cenderung terus

positif (surplus) pada triwulan IV 2014. Adapun negara-negara tujuan ekspor utama Sulsel antara lain adalah Jepang,

Malaysia, Amerika Serikat, Tiongkok, Singapura, dan Vietnam. Menurut proyeksi World Economic Outlook (IMF) (Tabel

7.1), perkembangan perekonomian tahun 2014 untuk negara Amerika dan ASEAN diperkirakan meningkat, sedangkan

Tiongkok relatif stabil. Sementara ekonomi negara maju di Eropa dan Jepang, cenderung melemah.

Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

WEO (IMF) Juli 2014

WEO (IMF) Oktober 2014

2013 2014p 2015p 2013 2014p 2015p

Amerika Serikat 1,9 1,7 3,0 2,2↑ 2,2↑ 3,1↑

Kawasan Eropa -0,4 1,1 1,5 -0,4→ 0,8↓ 1,3↓

Kawasan Asia China 7,7 7,4 7,1 7,7→ 7,4→ 7,1→ Jepang 1,5 1,6 1,1 1,5→ 0,9↓ 0,8↓

Kawasan ASEAN* 5,2 4,6 5,6 5,2→ 4,7↑ 5,4↓ *) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam p) Proyeksi Keterangan: ↑ Lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya → Sama dengan perkiraan sebelumnya ↓ Lebih rendah dari perkiraan sebelumnya

Pada akhir tahun 2014, indeks harga internasional komoditas utama (nikel dan kakao) diperkirakan tetap tumbuh

tinggi. Harga nikel dan kakao yang trennya terus meningkat, masing-masing tumbuh sebesar 24,2% (yoy) dan 13,8% (yoy),

hingga Oktober 2014. Masih tingginya harga nikel, karena berkurangnya pasokan dari Indonesia, seiring berlakunya

pembatasan ekspor ore oleh Indonesia. Dengan adanya pelonggaran untuk ekspor konsentrat tembaga mulai Agustus

2014, harga komoditas tambang yang lain, termasuk nikel, dinilai dapat sedikit terpengaruh. Sementara peningkatan

harga kakao terkait kekhawatiran terhadap gangguan pasokan kakao dari negara-negara penghasil kakao di Afrika akibat

wabah Ebola20

.

20 Potensi terganggunnya aliran supply kakao dari negara-negara penghasil kakao di Afrika seperti Pantai Gading dan Ghana.

105,5108,1

111,8

110,1

111,1

110,1112,4

109,64

95,0

100,0

105,0

110,0

115,0

120,0

I II III IV I II III IVp

2013 2014

Indeks Tendensi Konsumen Perkiraan Pendapatan RT

Rencana pembelian barang durableSum

be

r :

BP

S

10,6%

31,5%

52,3%

89,3%

9,4%

28,8%

51,4%

89,4%

11,2%

32,4%

56,4%

64,1%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IVp

2012 2013 2014

perkiraan tambahan realisasi s.d.

Desember 2014

35,9%

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Sumber: World Bank

Sumber: World Bank

Grafik 7.4. Perkembangan dan Proyeksi Harga Internasional Nikel Grafik 7.5. Perkembangan dan Proyeksi Harga Internasional Coklat

Sementara itu, perdagangan dalam negeri (antarpulau) diperkirakan lebih rendah seiring melambatnya sektor

tradable. Infrastruktur yang semakin membaik akan mendukung perhubungan antar pulau21

dan memudahkan lalu lintas

pengiriman barang antarpulau yang saat ini menggunakan truk22

dan fasilitas kapal ro-ro. Namun demikian pada triwulan

IV 2014, sektor tradable (pertanian, pertambangan, dan industri pengolahan), diperkirakan akan melemah mendorong

peningkatan ekspor antarpulau di triwulan IV 2014. Demikian pula adanya perayaan hari raya keagamaan (Natal) dan

Tahun Baru, diperkirakan pengiriman barang industri ke kawasan timur diperkirakan meningkat.

7.1.2 Prospek Sisi Penawaran

Pada triwulan IV 2014, hampir seluruh sektor ekonomi diperkirakan meningkat, seiring faktor musiman dan tetap

kuatnya permintaan domestik. Hampir semua sektor ekonomi di Sulsel meningkat, kecuali sektor pertanian dan industri

pengolahan yang cenderung melambat karena faktor musiman. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi

Sulsel tersebut masih sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2014 (5,1% - 5,5%, yoy).

Sektor pertanian, terutama subsektor tabama, diprakirakan akan melambat pada triwulan IV 2014. Meskipun dampak

kekeringan tidak berpengaruh signifikan, namun produksi diperkirakan relatif rendah. Hampir di semua daerah masih

dalam musim tanam. Beberapa daerah yang masih terjadi panen antara lain Pinrang, Sidrap, dan Palopo, dengan luas area

panen yang relatif sedikit. Curah hujan masih rendah di bulan Oktober 2014, dan mulai menengah hingga tinggi di bulan

November hingga Desember 2014. Dari sisi subsektor perkebunan, luas area panen yang terbatas menjadi faktor kendala

di saat tren harga kakao yang masih cenderung meningkat.

Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh meningkat, seiring kenaikan harga nikel dan minimalnya gangguan

operasional. Sektor pertambangan di Sulsel terutama berupa produk nikel. Proses renegosiasi kontrak yang telah selesai

diyakini membuat kendala produksi menjadi minimal. Apalagi, produsen dinilai akan mengejar target produksi akhir

tahunnya sehingga kinerja produksi dapat tumbuh lebih baik lagi. Dari sisi harga internasional nikel, hingga Oktober 2014,

harga nikel naik 24,2% (yoy) hingga level harga USD 17.482,5 per metric ton.

Sektor industri pengolahan diprakirakan akan melambat pada triwulan IV 2014. Pada triwulan III 2014, sektor industri

pengolahan sudah tumbuh relatif tinggi (10,0%; yoy) untuk merespons peningkatan permintaan musiman, yang

diasumsikan peningkatan tersebut juga sudah mengakomodasi tambahan permintaan saat Lebaran dan juga saat

natal/tahun baru. Industri pengolahan biji nikel di Sulsel23

diperkirakan masih memiliki stok yang berlebih untuk

memenuhi permintaan, ditambah pula dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Jepang. Sementara itu, dua industri

semen24

di Sulsel diperkirakan meningkatkan produksinya untuk mengimbangi pembangunan infrastruktur dan sektor

konstruksi yang masih meningkat.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan masih akan tumbuh stabil pada triwulan IV 2014. Kegiatan

perdagangan diperkirakan relatif melambat, seiring pertumbuhan sektor tradable yang cenderung melemah. Selain itu,

21 Penambahan dermaga peti kemas, serta mulai beroperasinya lintas penyeberangan Pelabuhan Paciran, Jawa Timur dengan Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru. 22 Pengiriman barang untuk pengiriman dalam partai kecil,dengan metode tersebut mengurangi biaya bongkar muat barang. 23 Produksi sudah mencapai 78% dalam bentuk nikel matte. Bahkan biji nikel (ore) dari provinsi lain masih potensial dapat menjadi tambahan produksi industri pengolahan biji nikel di Sulsel, karena industri pemurnian logam di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) masih memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan. Potensi biji nikel Sulampua yang masih dapat diolah sekitar 64 juta ton. 24 Dua industri tersebut meningkatkan kapasitas produksi tahun 2014, sehingga masing-masing akan meningkatkan penjualannya sebesar 33,30% (yoy) dan 42,60% (yoy).

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III Okt

2011 2012 2013 2014

yoy$/mtNickel g.Nikel - sisi kanan

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III Okt

2011 2012 2013 2014

yoyUSD/kg

Harga Internasional Coklat g.Harga Internasional Coklat - sisi kanan

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 65

larangan25

untuk melakukan kegiatan dinas dan penyelenggaraan di hotel untuk pegawai negeri sipil, diperkirakan akan

memengaruhi tingkat pertumbuhan sektor PHR.

Sementara itu, sektor keuangan diperkirakan sedikit melambat, sebagaimana ekspektasi pelaku perbankan. Hasil

Survei Perbankan Bank Indonesia triwulan III 2014, memperkirakan perlambatan pertumbuhan kredit triwulan IV 2014.

Sementara keseluruhan tahun 2014 akan sebesar 14,4% (yoy) lebih rendah dari hasil survei sebelumnya (18,2%, yoy),

maupun realisasi tahun 2013 (21,8%).26

Perlambatan sektor keuangan tahun 2014 sesuai perkiraan Bank Indonesia, untuk

mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global dan domestik, sehingga Bank Indonesia27

pun hanya memperkirakan

pertumbuhan kredit/DPK nasional tahun 2014 berkisar antara 15% - 17% (yoy) lebih rendah dari tahun 2013. Diperkirakan

perbankan telah menyesuaikan rencana bisnis bank 2014 untuk menjaga prinsip kehati-hatian.

7.2. Prospek Inflasi

Laju inflasi triwulan IV 2014 secara umum diperkirakan berada dalam rentang 4,60% - 5,60% (yoy), dengan asumsi tidak

ada kenaikan harga dari barang strategis yang diatur pemerintah. Tekanan inflasi yang relatif mereda berasal dari

komponen volatile food dan administered prices, demikian pula inflasi inti cenderung stabil. Relatif stabilnya inflasi karena

ketersediaan bahan makanan yang relatif mencukupi, dengan masih terjadinya panen padi di beberapa daerah.

Sementara dari harga yang ditentukan pemerintah, kenaikan TTL cenderung berdampak minimal. Adapun Bank Indonesia

senantiasa akan mencermati risiko kenaikan inflasi terkait kenaikan harga BBM bersubsidi. Berbagai langkah koordinasi

akan dilakukan untuk meminimalisasi dampak kenaikan harga BBM baik dampak langsung maupun dampak tidak

langsung (ekspektasi harga serta tarif angkutan). Sebagaimana asesmen yang dilakukan, setiap kenaikan BBM bersubsidi

sebesar Rp1.000 per liter di Sulsel diprakirakan menambah sumbangan inflasi sebesar 1,05% - 1,45%. Meskipun terjadi

peningkatan harga dalam jangka pendek, dengan bauran kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi kebijakan yang erat

dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah), tekanan inflasi diyakini akan tetap terkendali dan bersifat temporer. Di sisi lain,

kegiatan untuk menjaga ketersediaan barang dan kelancaran distribusi terus dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Provinsi Sulsel maupun TPID di tingkat kabupaten/kota. Hingga Oktober 2014, semua kabupaten/ kota di

Provinsi Sulsel telah terbentuk TPID, sehingga jumlah TPID adalah 1 (satu) TPID Provinsi dan 24 (dua puluh empat) TPID

Kab./Kota.

Grafik 7.5. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel dan Proyeksinya

Inflasi volatile food diperkirakan cenderung turun didukung oleh pasokan yang mencukupi. Pasokan pangan didukung

oleh panen padi yang masih berlangsung di Kab. Pinrang, Kab. Sidrap, dan Kab. Palopo. Dari sisi stok, kecukupan beras

akan tersedia untuk 20 bulan ke depan. Dari aspek cuaca, curah hujan yang relatif baik pada bulan November dan

Desember 2014, akan mendukung kegiatan penangkapan ikan maupun pengolahan lahan pertanian. Curah hujan sudah

mulai dalam tingkat menengah di bulan November dan mulai tinggi di bulan Desember, terutama di daerah Maros, Gowa,

dan Takalar.

25

Surat Edaran Mendagri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,menginstruksikan kepada semua kepala daerah, mulai dari gubernur, wali kota, hingga bupati, untuk menggelar rapat di kantor masing-masing. 26 Statistik Perbankan Indonesia Triwulan III 2014 27 Sambutan akhir tahun Gubernur Bank Indonesia, Pertemuan Tahunan Perbankan, 14 November 2013

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ...12

2011 2012 2013 2014

Infl

asi T

ahu

nan

Nasional Sulsel

Sasaran Inflasi 2013: 4,5% + 1Sulsel 2013: 6,22%Nasional 2011: 8,38%

Sasaran Inflasi 2011: 5% + 1

Sulsel 2011: 2,87%Nasional 2011: 3,79%

Sasaran Inflasi 2012: 4,5% + 1Sulsel 2012: 4,41%

Nasional 2012: 4,30%

Sasaran Inflasi 2014:

4,5% + 1

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Oktober 2014 November 2014 Desember 2014

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Grafik 7.6. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan

Inflasi administered prices triwulan IV tahun 2014 diperkirakan meningkat. Kenaikan harga yang diatur pemerintah,

yang dilaksanakan pada triwulan IV 2014 antara lain kenaikan harga LPG28

dan tarif tenaga listrik (TTL)29

. Selain itu, ada

ekspektasi bahwa akan terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan harga LPG dan TTL telah meningkatkan inflasi

administered prices Oktober 2014 menjadi 5,76% (yoy) dari akhir triwulan III 2014 4,39% (yoy). Sementara itu, apabila

BBM bersubsidi dinaikkan pada tahun 2014, maka setiap kenaikan Rp1.000/liter diperkirakan akan meningkatkan inflasi

sekitar 1,05% - 1,45%.

Inflasi komponen core inflation diperkirakan stabil, didorong oleh ekspektasi konsumen dan pedagang yang cenderung

moderat. Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang meningkat, yang tercermin dari hasil Survei

Konsumen (SK) (Grafik 7.7) indeksnya realtif moderat menjadi 183,7 di triwulan IV 2014 dan 169,5 di triwulan I 2015, dari

triwulan III 2014 sebelumnya (184,0). Di sisi lain, indeks ekspektasi pedagang terhadap harga 3 (tiga) bulan yang akan

datang relatif stabil (Grafik 7.8), menjadi 100,06 di triwulan IV 2014 dan 100,04 di triwulan I 2015, dibandingkan dari

triwulan III 2014 (100,00). Pergerakan harga emas internasional masih menurun, sehingga subkelompok sandang lainnya

mengalami perlambatan. Turunnya harga emas internasional, selain masih dipengaruhi penguatan mata uang Amerika

Serikat, juga dikarenakan sentimen terhadap perekonomian Jepang yang membaik. Adanya upaya untuk mempercepat

quantitative easing yang akan ditempuh oleh kebijakan Bank Sentral Jepang membuat pasar bereaksi dengan menjual

emas sehingga harga berangsur turun di pasar global.

28

Kenaikan harga LPG nonsubsidi kemasan 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg (nett Pertamina) yang terhitung mulai tanggal 10 September 2014. Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata LPG 12 kg nett dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp 6.069 per kg. Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lainnya, seperti transpor, filing fee, margin Agen dan PPN, maka harga jual di agen menjadi Rp 9.519 per kg atau Rp 114.300 per tabung dari sebelumnya Rp 7.731 per kg atau Rp 92.800 per tabung. 29 Peraturan Menteri ESDM No. 9 dan No. 19 Tahun 2014. Penyesuaian periode berikutnya akan dilakukan pada bulan November 2014.

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 67

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 7.7. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap Harga

Sumber: World Bank

Grafik 7.9. Perkembangan dan Proyeksi Harga Internasional Emas

Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

I II III IV I II III IV I II III IV* I*

2012 2013 2014 2015

Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad

99,5

99,6

99,7

99,8

99,9

100,0

100,1

100,2

100,3

100,4

100,5

I II III IV I II III IV I II III IV* I*

2012 2013 2014 2015

Ekspektasi Harga Umum 3 bln yad

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III Okt

2011 2012 2013 2014

yoyUSD/troy onz

Emas g.Emas - sisi kanan

I II III IV Total I II III IVP Totalp

Sisi Permintaan

Konsumsi 5,0 6,8 5,7 5,8 6,9 7,0 6,4 6,3 6,1 5,8 7,0 - 7,5 6,1 - 7,1 6,2 - 7,2

Konsumsi swasta 5,7 6,7 6,6 6,7 6,8 6,8 6,7 6,7 6,5 6,3 7,2 - 7,7 6,3 - 7,3 6,6 - 7,6

Konsumsi Pemerintah 2,3 7,2 2,5 2,5 7,3 7,8 5,1 4,7 4,6 3,9 6,2 - 6,7 4,6 - 5,6 5,5 - 6,5

Pembentukan Modal Tetap Bruto 25,5 18,7 14,6 7,4 (5,1) 19,6 8,2 11,5 8,4 5,3 12,5 - 13,0 10,0 - 11,0 13,4 - 14,4

Ekspor (3,8) (3,3) 11,9 5,9 9,0 0,3 6,4 14,6 11,6 7,6 8,3 - 8,8 10,0 - 11,0 4,0 - 5,0

Impor (0,7) (1,2) 12,9 6,2 (6,8) 4,5 4,0 (9,3) (1,1) 6,7 2,5 - 3,0 (1,5) - (0,5) 8,8 - 9,8

Sisi Produksi

Sektor pertanian 6,4 5,4 1,2 (0,9) 3,9 13,1 3,9 10,8 10,9 13,1 7,8 - 8,3 10,0 - 11,0 1,5 - 2,5

Sektor pertambangan & penggalian (7,9) 4,4 28,4 5,9 12,8 (4,6) 9,3 1,5 (3,4) (0,5) 7,8 - 8,3 0,5 - 1,5 7,8 - 8,8

Industri pengolahan 7,6 8,9 8,2 9,9 8,7 5,8 8,1 6,2 7,8 10,0 8,5 - 9,0 7,9 - 8,9 8,5 - 9,5

Listrik, gas & air bersih 8,6 12,5 7,8 9,2 8,4 8,1 8,4 8,9 11,7 10,7 10,7 - 11,2 10,2 - 11,2 10,3 - 11,3

Bangunan 12,1 9,7 8,6 11,0 13,2 10,7 10,9 8,0 6,9 5,2 7,9 - 8,4 7,0 - 8,0 14,0 - 15,0

Perdagangan, hotel & restoran 10,9 10,5 11,5 10,0 8,3 8,0 9,4 8,3 9,1 9,9 9,4 - 9,9 8,7 - 9,7 9,3 - 10,3

Pengangkutan & komunikasi 12,1 14,9 7,5 10,5 10,5 7,1 8,9 6,3 3,4 3,1 4,8 -5,3 4,0 - 5,0 10,5 - 11,5

Keuangan, persewaan dan jasa perush. 14,8 15,9 17,2 14,0 15,4 10,6 14,2 11,2 7,4 4,6 4,0 - 4,5 6,5 - 7,0 12,4 - 13,4

Jasa-jasa 6,7 2,3 2,3 1,0 5,4 5,9 3,7 6,7 6,1 6,0 6,2 - 6,7 5,9 - 6,9 4,9 - 5,9

PDRB (%,yoy) 7,6 8,4 8,2 6,2 8,3 7,9 7,6 8,0 7,3 8,2 7,8 - 8,3 7,4 - 8,4 7,3 - 8,3

Inflasi IHK (%,yoy) 2,9 4,4 4,6 4,4 7,2 6,2 6,2 5,9 5,9 3,7 4,8 - 5,3 4,6 - 5,6 4,0 - 5,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolahp proyeksi Bank Indonesia

2015P2014Pertumbuhan Ekonomi dan

Inflasi Provinsi Sulsel2011 2012

2013

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Boks 7.A. Dampak (Rencana) Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Kenaikan harga BBM bersubsidi akan mendorong postur anggaran pemerintah lebih sehat. Subsidi BBM dapat dialihkan untuk pembiayaan sektor lain. Latar belakang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi karena harga BBM di Indonesia terlalu murah dibandingkan negara lain se-kawasan, sehingga berpotensi BBM diselundupkan. Peningkatan daya beli masyarakat mendorong peningkatan pembelian mobil dan motor, sehingga kuota BBM bersubsidi tiap tahunnya selalu terlampaui. Bahkan, sejak awal tahun 2000, Indonesia telah beralih status menjadi importir BBM, sehingga seperlima APBN Indonesia disedot untuk subsidi energi.

Grafik 7.A.1. Perbedaan Harga Bensin Antar Negara

Dampak kenaikan harga BBM di Sulsel relatif sama dibandingkan nasional. Apabila secara nasional, dampak setiap kenaikan Rp2.000,-

30 per liter BBM akan meningkatkan inflasi sekitar 2,09% - 1,49%, sementara di Sulsel akan

meningkatkan inflasi sekitar 2,07% - 1,47%. Hal ini didorong oleh dampak kenaikan BBM terhadap inflasi secara langsung maupun tidak langsung, terhadap beberapa provinsi cenderung tinggi, karena faktor konsumsi dan kenaikan harga komoditas yang terkait (misal tarif angkutan, komoditas core, dan bahan pangan/volatile food).

TabeI 7.A.1. Prakiraan Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Sumbangan Inflasi

Kenaikan harga BBM diperkirakan juga akan berdampak terhadap kenaikan tingkat kemiskinan. Kenaikan bensin dan solar masing-masing Rp2.000,-per liter akan meningkatkan persentase kemiskinan di Sulsel sekitar 0,87% - 1,27% atau sekitar 73,0 ribu – 113,0 ribu orang. Persentase kenaikan kemiskinan terbesar akan terjadi berturut-turut di Provinsi

30 Harga bensin dan solar bersubsidi naik masing-masing menjadi sebesar Rp8.500,- (30,77%) dan Rp7.500,- (36,36%) yang

berlaku per tanggal 18 November 2014.

USD 0,06USD 0,13

USD 0,29USD 0,42USD 0,45USD 0,47

USD 0,57USD 0,62

USD 0,87USD 1,16

USD 1,28USD 1,32

USD 1,42USD 1,66

USD 2,12USD 2,21

USD 2,60

USD 0,00 USD 0,50 USD 1,00 USD 1,50 USD 2,00 USD 2,50 USD 3,00

VenezuelaArab Saudi

MesirBrunei Darussalam

IndonesiaUni Emirat Arab

IranMalaysiaAmerikaThailand

FilipinaIndiaBrazil

SingapuraInggris

PrancisTurki

*)1 USD = Rp12.151 (rata-rata Oktober 2014)

Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Inflasi (%) Sumbangan (%)

Dampak langsung 1,06 - 1,46

- Bensin 30,77 1,15

- Solar 36,36 0,01

Tarif Angkutan*) 0,22 - 0,62

- Angkutan Antar Kota 24,00 - 26,00 0,01 - 0,41

- Angkutan Dalam Kota 18,00 - 20,00 0,11 - 0,51

Dampak tidak langsung ke komoditas lainnya **) 0,39 - 0,79

- Core 0,47 - 0,87 0,13 - 0,53

- Volatile Food 1,01 - 1,41 0,06 - 0,46

Total dampak ke Inflasi IHK 2,07 -2,47*) Dihitung dari rencana kenaikan tarif angkutan dalam kota dan luar kota di Sulsel

**) Dampak tidak langsung berdasarkan estimasi dengan data terkini, yg mana elastisitas 10% kenaikan harga BBM

bersubsidi akan menambah tekanan inflasi core sekitar 0,17% dan VF sekitar 0,36%.

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 69

Papua (1, 5% - 1,9%), Papua Barat (1,4% - 1,8%) dan Sulawesi Tenggara (1,24% - 1,64%).

Program Pemerintah Pusat untuk meminimalisir penurunan daya beli masyarakat antara lain melalui Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), pemberian beasiswa, peningkatan aspek akses dan mutu pendidikan, Program Keluarga Harapan (PKH), dan pembangunan infrastruktur dasar (jalan, pelabuhan, dan sebagainya). Sementara dari sisi Pemerintah Daerah, TPID (SKPD terkait) perlu memastikan ketersediaan dan pasokan barang kebutuhan pokok/ bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat, meningkatkan Komunikasi yang intensif antara pemerintah daerah dengan masyarakat harus terjalin dengan tagline “Pemerintah Bersama Rakyat”, dan melaksanakan crash program dalam rangka memitigasi dampak penurunan kesejahteraan masyarakat akibat kenaikan harga BBM bersubsidi, misalnya program padat karya dan program peningkatan kualitas pendidikan maupun kesehatan masyarakat.

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Boks 7.B. Tindak Lanjut Proyek Infrastruktur, What’s next?

Sulawesi Selatan masuk dalam koridor Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Sulawesi, yang diarahkan untuk pengolahan produk sumber daya alam. Mengacu kepada Perpres No. 48 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional”. Adapun Kegiatan Ekonomi Utama di Koridor Ekonomi Sulawesi adalah komoditi nikel, pertanian pangan, migas, kakao, dan perikanan.

Di dalam setiap koridor bidang MP3EI terbagi atas 3 besaran, yaitu sektor riil, infrastruktur, dan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan teknologi. Dibandingkan bidang yang lain, jumlah jumlah proyek infrastruktur relatif banyak, dengan nilai investasiyang relatif besar. Dari 80 proyek MP3EI yang berada di Sulsel, 38 diantaranya merupakan proyek infrastruktur, dengan nilai investasi mencapai Rp44.475miliar. Ada pun target penyelesaian, sebagian besar dilakukan setelah tahun 2016. Adapun yang telah diselesaikan sampai dengan tahun 2013 adalah pengerukan kolam Pelabuhan Makassar dan pembangunan PLTA Karebe, Kab. Luwu Timur, dengan investasi Rp4.204 miliar. Sementara proyek yang diperkirakan selesai pada tahun 2014 (misalnya Bandara di Tana Toraja, under pass A.P. Pettarani), masih terkendala pembebasan lahan.

TabeI 7.B.1. Ringkasan Proyek MP3EI di Sulsel

Sumber: Perpres No.48 Tahun 2014

Grafik 7.B.1. Target Periode Selesai Proyek MP3EI Sulsel

Grafik 7.B.2. Target Pembiayaan Proyek MP3EI Sulsel Berdasarkan

Target Periode Selesai

Gambar 7.B.1. Peta Infrastruktur Utama Koridor Ekonomi Sulawesi

BIDANGJUMLAH

PROYEK

JUMLAH INVESTASI

(Rp Miliar)

SEKTOR RIIL 33 32.948

1. Pertanian dan Tanaman Pangan 1 4

2. Perkebunan 1 273

3. Kelautan dan Perikanan 27 1.205

4. Energi dan Sumberdaya Mineral 4 31.467

INFRASTRUKTUR 38 44.475

SDM & IPTEK 9 1.339

TOTAL 80 78.762

2012; 1 2013; 1

2014; 5

2015; 8 ≥2016; 23

2012; 4.200

2013; 4

2014; 697 2015; 8.218

≥2016; 31.356

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 71

Berdasarkan Perpres No.48 Tahun 2014, di Sulawesi Selatan, terdapat 4 (empat) infrastruktur yang menjadi perhatian utama. Keempat infrastruktur tersebut adalah perluasan Pelabuhan Makassar (Makassar New Port) dengan target selesai 2015; penanganan SPAM Makassar dari 1000 l/s menjadi 2000 l/s dengan target selesai 2015; pembangunan PLTU Jeneponto 2 (2x100 MW) dengan target selesai 2016; dan pembangunan PLTU Sulsel Barru 2 (100 MW) dengan target selesai 2016.Pembangunan infrastruktur utama yang terkait MNP masih menunggu izin prinsip dari Kementerian perhubungan terkait penetapan lokasi mega proyek tersebut. Realisasi proyek infrastruktur tersebut sesuai dengan target, akan dapat meningkatkan pertumbuhan investasi Sulsel tahun 2014 dan 2015.

Proyek infrastruktur dalam skema MP3EI rata-rata menggunakan pembiayaan pemerintah, BUMN, dan swasta, yang asumsikan masuk ke dalam penanaman modal dalam negeri. Apabila dihitung secara sederhana, keterkaitan antara pembiayaan PMDN dengan PDRB ataupun investasi (PMTB), tergambar dalam secara scatter dalam grafik 7.B.3 dan 7.B.4. Melalui perhitungan tersebut, diasumsikan setiap kenaikan 1% PMDN akan meningkatkan PDRB maupun investasi sekitar 0,3%.

Grafik 7.B.3. Keterkaitan PDRB dengan PMDN Grafik 7.B.4. Keterkaitan PMTB dengan PMDN

y = 0,312x + 14,13R² = 0,72

17

17,5

18

18,5

19

19,5

20

10 11 12 13 14 15 16

Log PDRB

Log PMDN

Linear (Series1)

y = 0,329x + 12,46R² = 0,333

16,2

16,4

16,6

16,8

17

17,2

17,4

17,6

17,8

18

12 12,5 13 13,5 14 14,5 15 15,5

Log PMTB

Log PMDN

Linear (Series1)

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 73

LAMPIRAN

Lampiran

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)

Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Miliar)

Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)

Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Miliar)

Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Juta)

Sumber : Badan Pusat Statistik

I II III IV I II III

1. Pertanian 14,737 15,533 3,831 4,059 4,491 3,765 16,145 4,243 4,521 5,080

2. Pertambangan & Penggalian 4,108 4,290 1,123 1,181 1,230 1,153 4,688 1,140 1,121 1,223

3. Industri Pengolahan 7,394 8,050 2,108 2,187 2,210 2,199 8,704 2,238 2,355 2,431

4. Listrik,Gas & Air Bersih 575 648 169 173 178 181 702 184 194 197

5. Bangunan 3,251 3,567 913 964 1,022 1,058 3,957 986 1,035 1,076

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 9,645 10,661 2,797 2,876 2,966 3,022 11,661 3,029 3,139 3,259

7. Angkutan & Komunikasi 5,179 5,950 1,544 1,613 1,660 1,663 6,480 1,642 1,668 1,713

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,297 4,979 1,323 1,414 1,468 1,480 5,685 1,472 1,518 1,535

9. Jasa - jasa 5,907 6,041 1,494 1,529 1,604 1,636 6,262 1,594 1,622 1,700

PDRB 55,094 59,718 15,304 15,995 16,828 16,157 64,284 16,530 17,173 18,214

2014**PDRB SEKTORAL 2011* 2012* 2013**

2013**

I II III IV I II III

1. Pertanian 34,788 39,617 10,242 10,822 12,499 10,600 44,163 12,148 13,128 15,269

2. Pertambangan & Penggalian 8,346 8,962 2,670 2,783 2,971 2,640 11,064 2,645 2,603 2,878

3. Industri Pengolahan 16,789 19,408 5,314 5,673 5,775 5,797 22,559 5,924 6,410 6,716

4. Listrik,Gas & Air Bersih 1,246 1,439 390 404 426 441 1,661 460 485 509

5. Bangunan 7,761 9,071 2,406 2,575 2,839 2,968 10,788 2,808 2,975 3,148

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 24,241 28,748 7,778 8,016 8,488 8,750 33,032 8,956 9,331 9,870

7. Angkutan & Komunikasi 10,850 12,983 3,423 3,604 3,885 3,955 14,867 3,959 4,050 4,210

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9,514 11,803 3,272 3,552 3,816 3,945 14,585 3,970 4,106 4,210

9. Jasa - jasa 23,985 27,828 7,390 7,686 8,559 8,430 32,064 8,472 8,714 9,255

PDRB 137,520 159,860 42,886 45,115 49,257 47,525 184,783 49,342 51,802 56,064

2014**PDRB SEKTORAL 2011* 2013**2012*

2013**

I II III IV I II III

1. Konsumsi 36,971 39,480 10,136 10,336 10,675 10,852 41,999 10,777 10,965 11,296

2. Investasi 14,165 16,811 4,666 5,153 4,323 4,052 18,194 4,025 4,993 4,909

3. Ekspor 22,651 21,895 5,322 5,634 6,169 6,176 23,301 6,098 6,288 6,639

4. Dikurangi Impor 18,694 18,467 4,820 5,128 4,339 4,923 19,209 4,371 5,073 4,631

PDRB 55,094 59,718 15,304 15,995 16,828 16,157 64,284 16,530 17,173 18,214

2014**PDRB PENGGUNAAN 2011* 2012* 2013**

2013**

I II III IV I II III

1. Konsumsi 107,798 127,528 34,889 36,028 39,053 40,313 150,284 40,351 41,829 44,210

2. Investasi 34,883 47,012 13,497 15,772 14,148 14,340 57,756 14,182 17,637 17,445

3. Ekspor 30,199 31,813 8,232 9,019 9,906 9,871 37,028 10,255 10,785 11,692

4. Dikurangi Impor 35,361 46,493 13,732 15,704 13,849 16,999 60,284 15,446 18,449 17,282

PDRB 137,520 159,860 42,886 45,115 49,257 47,525 184,783 49,342 51,802 56,064

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

2014**2011*PDRB PENGGUNAAN 2012*

2013**2013**

Pendapatan/Kapita 2009 2010 2011 2012 2013

Sulsel 12,57 14,62 16,85 19,38 22,15

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran

Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Bahan

Makanan

Makanan

Jadi,

Minuman,

Rokok, dan

Tembakau

Perumahan,

Air, Listrik,

Gas, dan

Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi, dan

Olahraga

Transpor dan

KomunikasiUmum

148.73 131.96 122.00 135.79 119.24 116.86 104.73 126.75

149.06 137.77 126.48 147.55 128.36 120.24 105.50 130.39

Triwulan I 156.33 139.19 128.22 149.63 129.86 120.33 105.61 132.89

Triwulan II 156.50 140.33 129.03 150.10 130.61 120.60 105.92 133.44

Triwulan III 161.48 143.21 129.73 154.94 130.98 121.38 106.22 135.69

Triwulan IV 158.86 144.70 130.72 158.05 132.02 124.35 106.72 136.14

Triwulan I 168.84 145.55 132.61 158.64 132.82 124.59 106.55 139.01

Triwulan II 166.24 146.83 133.67 154.02 133.21 124.61 110.11 139.26

Triwulan III 178.85 149.93 135.89 159.22 135.20 125.82 118.97 145.51

Triwulan IV 169.92 151.18 138.64 161.74 136.89 126.08 119.08 144.60

Triwulan I 111.25 108.80 109.10 108.00 105.49 103.66 110.65 109.16

Triwulan II 111.33 109.77 109.58 108.46 107.25 103.72 111.33 109.71

Triwulan III 114.94 112.34 111.74 110.06 108.51 105.35 111.29 111.72

2014*

IHK

(Akhir Periode)

2010

2011

2012

2013

I II III IV I II III

Makassar 129.02 134.91 137.86 138.15 144.29 143.33 143.33 108.94 109.26 111.45

Palopo 136.61 142.22 144.84 144.26 150.25 149.68 149.68 108.84 110.28 111.34

Parepare 130.22 134.76 137.33 137.57 144.44 143.26 143.26 108.29 109.33 110.89

Bone (Watampone) 143.59 148.83 151.29 151.92 159.23 159.04 159.04 109.81 111.58 112.81

Bulukumba** 117.21 118.31 119.99

2014*Kota Inflasi 20132011 2012

2013

I II III IV I II III

Makassar 2.87 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 6.24 5.46 5.38 3.57

Palopo 3.35 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 5.25 6.22 7.36 4.03

Parepare 1.60 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 6.31 5.58 5.57 3.04

Bone (Watampone) 3.94 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 6.86 7.86 8.14 4.55

Bulukumba** 13.94 14.10 7.30

Sumber: Badan Pusat Statistik*) Sejak tahun 2014 data IHK menggunakan tahun dasar 2012 **) Dihitung sebagai Kota Inflasi sejak tahun 2014

2014*Kota Inflasi 20132011 2012

2013

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 75

C. Perbankan

Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)

Tabel C.2. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)

Tabel C.3. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank

Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

6,275 26,446 13,085 45,807 20,074 9,626 23,198 52,898 115.48%

Triwulan I 7,471 25,004 13,259 45,734 20,516 10,025 24,044 54,585 119.35%

Triwulan II 7,282 27,206 13,536 48,024 22,850 10,588 25,597 59,035 122.93%

Triwulan III 7,257 28,545 14,115 49,917 22,385 10,997 27,707 61,090 122.38%

Triwulan IV 7,345 31,466 14,907 53,717 25,506 11,380 29,335 66,221 123.28%

Triwulan I 7,770 29,321 15,211 52,302 25,980 12,232 30,158 68,371 130.72%

Triwulan II 8,092 30,068 15,297 53,457 26,659 14,486 31,793 72,937 136.44%

Triwulan III 9,221 32,076 16,062 57,359 26,160 15,769 33,085 75,014 130.78%

Triwulan IV 7,845 35,007 17,592 60,444 27,231 14,494 33,663 75,388 124.72%

Triwulan I 7,990 32,446 17,726 58,162 27,257 14,642 33,974 75,874 130.45%

Triwulan II 9,730 33,168 18,504 61,402 29,062 15,467 34,807 79,336 129.21%

Triwulan III 9,693 34,828 19,819 64,339 29,847 15,457 35,159 80,463 125.06%

LDRDPK KREDIT

Periode

2014

2013

2011

2012

Pertanian TambangIndustri

Pengolahan

Listrik, Gas,

dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan

Jasa Dunia

Usaha

Jasa Sosial

MasyarakatLain-lain

869 309 3,460 144 2,155 15,072 1,629 2,770 1,555 24,935 52,898

Triwulan I 906 312 3,468 137 2,065 15,459 1,744 2,917 1,570 26,007 54,585

Triwulan II 1,128 363 3,904 124 2,448 17,631 1,730 3,178 1,485 27,045 59,035

Triwulan III 1,171 375 4,008 135 2,582 17,741 1,794 3,131 1,372 28,781 61,090

Triwulan IV 1,215 399 5,250 141 2,674 19,027 2,321 3,105 1,404 30,684 66,221

Triwulan I 1,403 447 5,335 133 2,565 19,933 2,631 3,240 1,619 31,065 68,371

Triwulan II 1,396 449 5,579 116 2,780 22,957 2,763 3,433 1,650 31,814 72,937

Triwulan III 1,385 444 5,631 121 2,966 23,360 2,864 3,414 1,733 33,096 75,014

Triwulan IV 1,400 397 4,186 191 3,034 24,132 2,923 3,550 1,780 33,794 75,388

Triwulan I 1,405 377 3,918 218 3,043 24,334 2,960 3,747 1,828 34,043 75,874

Triwulan II 1,499 560 4,210 245 3,666 25,587 2,950 3,598 1,968 35,053 79,336

Triwulan III 1,435 537 4,283 232 4,173 25,748 2,951 3,581 2,115 35,408 80,463

2014

Kredit (Lokasi Bank)

Periode Total

2011

2012

2013

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

13.55 11.83 12.83 13.34 13.61 14.09 10.62 6.81 28.61 13.45 12.84 13.32

Triwulan I 13.49 11.69 12.79 13.16 13.60 14.56 8.50 7.29 27.35 13.30 12.77 13.46

Triwulan II 13.24 11.34 12.70 12.74 13.62 14.36 9.32 7.91 27.67 13.00 12.60 13.35

Triwulan III 13.21 11.11 12.54 12.55 13.36 14.31 9.53 8.36 26.16 12.90 12.39 13.19

Triwulan IV 12.63 10.92 12.23 12.28 13.09 14.01 8.85 8.07 23.83 12.47 12.19 12.88

Triwulan I 12.56 10.74 12.20 12.31 12.89 14.04 7.21 8.21 23.67 12.40 12.05 12.85

Triwulan II 12.77 10.57 12.12 12.01 12.71 13.89 8.12 8.37 20.92 12.38 11.65 12.74

Triwulan III 12.94 10.79 12.11 12.72 12.99 13.83 9.14 9.16 21.14 12.80 12.02 12.72

Triwulan IV 13.00 11.08 12.18 13.04 13.53 13.91 10.20 10.06 20.92 12.99 12.57 12.78

Triwulan I 13.10 11.15 12.24 13.23 13.67 14.06 10.49 10.68 22.14 13.13 12.71 12.86

Triwulan II 13.26 11.44 12.41 13.51 13.53 14.05 10.08 10.72 22.94 13.33 12.75 12.97

Triwulan III 13.48 11.61 12.44 13.62 13.53 14.10 10.26 10.81 23.49 13.50 12.81 13.00

2013

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran

2014

Bank Umum

Periode

2011

2012

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

D. Sistem Pembayaran

Tabel D.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Wilayah I (Sulampua) (Rp Triliun)

Tabel D.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Wilayah I (Sulampua) (Rp Miliar)

Tabel D.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Real Time Gross Settlement (Rp Triliun)

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 3.87 1.86 2.01 66.24% 48.52% 86.83%

II 2.75 3.17 (0.42) 31.17% 66.32% 316.30%

III 3.93 3.57 0.35 5.71% 9.93% -23.94%

IV 3.20 3.21 (0.01) 30.62% 25.87% 87.00%

13.75 11.82 1.93 29.83% 31.86% 18.68%

I 4.41 1.71 2.69 13.90% -7.74% 33.88%

II 3.24 2.88 0.35 17.51% -9.03% 184.18%

III 4.87 5.31 (0.44) 24.12% 48.58% 224.77%

IV 4.07 4.16 (0.08) 27.33% 29.43% -531.87%

16.59 14.07 2.52 20.66% 19.06% 30.49%

I 5.30 2.34 2.96 20.17% 36.67% 9.67%

II 4.07 3.83 0.24 25.76% 32.62% -30.61%

III 5.56 5.64 (0.08) 14.15% 6.16% 82.72%

2014

PeriodeJumlah yoy

2013

2012

2012

2013

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 0.15 1.80 (1.65) -69.71% 714.38% 720.99%

II 0.13 2.53 (2.40) 0.09% 60.57% -65.80%

III 0.02 0.86 (0.84) 200.52% -75.69% 76.17%

IV 0.05 0.34 (0.29) -72.94% -86.00% 87.11%

0.34 5.53 (5.19) -57.62% -28.79% 25.43%

I 0.03 0.28 (0.25) -80.04% -84.46% 84.86%

II 0.08 0.78 (0.70) -39.81% -69.23% 70.77%

III 0.08 2.51 (2.43) 335.68% 192.39% -189.28%

IV 0.10 2.63 (2.53) 95.78% 670.88% -772.95%

0.29 6.20 (5.91) -16.80% 12.07% -13.98%

I 0.14 2.20 (2.05) 388.70% 685.69% -720.65%

II 0.04 3.22 (3.18) -47.69% 314.31% -353.25%

III 0.23 3.93 (3.70) 186.11% 56.42% -52.18%

2014

2013

PeriodeJumlah yoy

2013

2012

2012

From To From-To From To From-To

52.23 117.78 21.45 5.19% 26.86% 13.94%I 11.50 29.15 4.58 3.26% 24.82% -1.96%II 15.47 37.79 4.35 27.09% 45.01% -18.06%III 15.42 34.63 4.42 17.91% 1.86% -17.49%IV 19.88 40.65 5.05 25.54% 18.28% -17.24%

62.28 142.21 18.41 19.24% 20.75% -14.18%I 14.45 32.77 4.25 25.59% 12.42% -7.28%II 17.40 36.12 4.92 12.46% -4.41% 13.00%III 18.77 37.61 6.75 21.72% 8.61% 52.66%IV 20.54 41.48 7.30 3.32% 2.05% 44.57%

71.16 147.98 23.22 14.26% 4.06% 26.15%I 15.66 27.89 4.75 8.39% -14.89% 11.85%II 21.37 33.67 9.76 22.83% -6.79% 98.44%III 22.72 38.10 10.97 21.04% 1.28% 62.41%

2013

2012

2013

2014

2011

2012

PeriodeJumlah yoy

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 77

E. Ekspor dan Impor

Tabel E.1. Perkembangan Ekspor dan Impor Antardaerah Provinsi Sulawesi Selatan (Rp Miliar)

Tabel E.2. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Juta)

Tabel E.3. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)

Indikator Ekspor-Impor

Sulawesi Selatan I II III IV

Ekspor Antar Provinsi (Rp miliar) 12,879 15,383 4,289 4,787 5,029 5,504 19,608

Kontribusi Thd Seluruh Ekspor 42.65% 48.36% 52.10% 53.08% 50.76% 52.91% 52.21%

Impor Antar Provinsi (Rp miliar) 22,348 32,625 8,724 9,834 9,681 12,020 40,259

Kontribusi Thd Seluruh Impor 63.20% 70.17% 63.53% 62.62% 69.90% 74.39% 67.73%

Sumber: Badan Pusat Statistik

20132013

2011 2012

I II III IV I II III

1 Nikel 1,271.61 967.33 258.41 247.29 215.37 200.77 921.84 213.11 269.36 289.82

2 Biji Coklat 186.73 132.48 50.60 28.35 59.06 39.02 177.03 19.95 35.04 27.08

3 Rumput Laut 78.71 69.87 15.88 21.04 27.43 26.94 91.29 33.32 35.92 38.83

4 Coklat Olahan 71.62 39.02 4.70 14.72 17.22 28.38 65.02 29.33 34.26 47.81

5 Udang Segar/Beku 52.89 43.07 11.81 13.91 16.46 19.58 61.76 14.59 18.01 23.09

6 Ikan Olahan 31.61 65.68 11.11 10.33 15.23 14.38 51.05 8.80 12.16 17.76

7 Kayu Lapis 41.84 35.63 9.27 8.84 7.77 9.93 35.81 10.53 9.18 8.25

8 Biji Mete 17.46 17.71 6.75 6.10 6.66 5.54 25.06 5.91 7.81 6.22

9 Semen 11.81 8.37 2.53 2.44 13.55 3.28 21.80 1.71 0.92 3.35

10 Makanan Ternak 17.26 26.84 5.97 4.84 4.62 3.93 19.38 4.60 5.23 4.32

1980.92 1555.76 403.02 389.29 417.56 386.34 1596.21 366.41 460.02 499.05

2014*2013*

2013*KOMODITAS EKSPOR UTAMA

NILAI EKSPOR SULSEL

2011 2012

I II III IV I II III

1 Jepang 1,350.43 1,047.31 222.27 236.10 265.50 276.92 1,000.78 229.81 285.80 311.42

2 Malaysia 146.55 94.45 46.97 49.65 20.35 37.19 154.15 31.36 43.73 37.87

3 Tiongkok 96.75 76.40 35.10 30.38 21.97 15.54 102.99 28.28 38.25 40.90

4 Amerika Serikat 95.47 97.70 24.96 26.97 23.79 15.90 91.62 26.41 32.15 39.09

5 Singapura 33.51 37.50 4.89 13.67 6.51 10.75 35.82 5.23 8.68 12.43

6 Korea Selatan 28.33 25.90 5.03 5.96 4.22 2.71 17.93 5.46 5.99 10.53

7 Vietnam 22.30 24.20 5.51 3.65 5.41 7.42 21.99 6.54 3.61 2.05

8 Taiwan 10.51 7.91 2.56 2.90 2.55 1.20 9.21 1.14 1.43 2.57

9 Jerman 36.04 17.60 5.85 3.09 4.27 3.06 16.27 6.49 9.62 7.58

10 Belanda 11.52 9.08 2.98 3.25 2.73 2.04 11.00 3.12 4.08 3.27

1980.92 1555.76 386.34 417.56 389.29 403.02 1596.21 366.41 460.02 499.05

Sumber: Bea Cukai

* Angka sementara

2014*2013*

NILAI EKSPOR SULSEL

NEGARA TUJUAN EKSPOR 2011 20122013*

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Tabel E.4. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Juta)

Tabel E.5. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Juta)

F. Inklusi Keuangan

Tabel F. Perkembangan Rasio Jumlah Rekening terhadap Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan

I II III IV I II III

1 Gandum 242.33 251.76 37.23 56.62 29.66 62.32 185.84 55.11 48.14 59.15

2 Mesin Khusus Industri 83.49 52.65 36.08 18.15 6.78 8.89 69.90 21.57 19.54 20.07

3 Makanan Ternal 39.33 65.17 14.07 16.68 19.66 20.16 70.56 11.10 41.00 16.90

4 Pesawat dan Komponen 7.33 0.05 152.31 246.87 121.34 0.00 520.52 3.50 0.00 0.00

5 Mesin Industri Umum 50.00 129.09 12.75 28.18 7.66 7.75 56.34 13.74 30.79 10.83

6 Besi dan Baja 36.19 11.76 2.41 2.27 1.38 3.22 9.28 6.20 4.64 1.42

7 Pupuk 6.17 38.35 0.00 0.00 7.18 6.25 13.43 1.66 2.51 7.44

8 Bahan Kimia 13.88 15.24 4.85 4.75 2.83 0.00 12.42 3.02 0.84 0.04

9 Mesin Listrik 31.82 11.87 10.91 5.01 0.78 2.39 19.08 0.94 1.69 2.93

10 Mesin Pembangkit Listrik 109.14 63.64 9.83 0.92 0.95 1.97 13.67 2.32 3.85 2.38

702.15 815.69 300.72 404.72 218.82 126.06 1050.31 139.10 181.88 149.05

2014*2013*

NILAI IMPOR SULSEL

KOMODITAS IMPOR UTAMA 2011 20122013*

I II III IV I II III

1 Australia 145.69 183.47 31.07 42.16 30.08 29.35 132.66 40.26 37.22 41.23

2 Tiongkok 188.78 126.69 28.37 2.95 11.29 15.46 58.07 24.59 36.51 29.47

3 Thailand 18.10 54.29 11.31 5.84 3.31 3.16 23.62 9.38 3.38 2.54

4 Malaysia 3.42 3.54 1.47 3.14 2.01 4.15 10.77 5.03 10.68 3.83

5 Argentina 35.90 56.43 12.57 15.63 13.19 17.78 59.17 10.14 34.03 13.58

6 Amerika Serikat 71.98 48.03 9.77 2.43 7.88 12.16 32.24 25.35 13.44 6.13

7 Jerman 49.19 36.51 14.31 9.19 0.39 0.75 24.64 0.42 10.07 10.24

8 Singapura 37.86 32.42 13.59 11.96 9.63 3.09 38.26 7.90 4.38 8.40

9 Rusia 18.50 8.80 151.25 248.15 121.33 11.98 532.71 0.59 0.56 6.33

10 Kanada 26.48 157.33 12.05 25.18 3.91 12.16 53.29 2.80 15.38 10.27

702.15 815.69 300.72 404.72 218.82 126.06 1050.31 139.10 181.88 149.05

Sumber: Bea Cukai

* Angka sementara

2014*2013*

NILAI IMPOR SULSEL

NEGARA ASAL IMPOR 2011 20122013*

2012 2013 2014** 2012 2013 2014** 2012 2013 2014**

4,070 4,794 4,959 8,207 8,309 8,408 49.59 57.70 58.98

2012 2013 2014** 2012 2013 2014** 2012 2013 2014**

934 986 1,030 8,207 8,309 8,408 11.38 11.86 12.25

*) Jumlah penduduk merupakan proyeksi dari proporsi jumlah penduduk miskin berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS

**) Data terkini perbankan dan jumlah penduduk miskin

Rasio Jumlah Rekening Kredit

terhadap Jumlah Penduduk (%)Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*

Jumlah Rekening Kredit Lokasi

Proyek (Ribu Rekening)

Jumlah Rekening DPK Lokasi KC/KCP

(Ribu Rekening)Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*

Rasio Jumlah Rekening DPK

terhadap Jumlah Penduduk (%)

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 79

G. Daftar Istilah

Istilah Keterangan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat

menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management protocol

Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan, atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda, dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan industrialisasi

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel

Istilah Keterangan

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass through

Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate governance

Tata kelola yang baik

Growth-supporting funding facility

Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin

Indeks keparahan kemiskinan

Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional, inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi … · Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel ... TABEL INDIKATOR EKONOMI 5 1. ... momen perayaan serta

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan III 2014

Sektor Primer Kembali Mendorong Pertumbuhan Sulsel 81

Istilah Keterangan

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau bulan) terhadap satu bulan sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter

Pagu hutang / debt ceiling

Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan, triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur pertumbuhan secara akumulatif.

Yuan Mata uang Tiongkok