kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan...

104
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN II 2015

Upload: others

Post on 31-May-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan

TRIWULAN II 2015

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 3

Makassar 90113, Indonesia

Telepon: 0411 – 3615188/3615189

Faksimili: 0411 – 3615170

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi iii

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,

keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan

uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah

disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan

moneter, makroprudensial, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, dan pengelolaan uang rupiah juga diharapkan

dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai advisor dan strategic partner

bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Perekonomian Sulsel triwulan II 2015 tumbuh 7,62% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I 2015 (5,36%; yoy).

Percepatan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh meningkatnya kinerja sektor pertanian dan pertambangan seiring

perbaikan produksi. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan investasi (PMTB) dan konsumsi rumah tangga mampu

mengembalikan pertumbuhan ekonomi daerah kembali pada level yang tinggi. Ekspor daerah juga mulai menunjukan

perbaikan, sementara impor seirama dengan kondisi global masih berada dalam fase penurunan. Konsumsi pemerintah

yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada

triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,06% (yoy) lebih tinggi dari triwulan I 2015 (7,13%, yoy) dan inflasi Nasional (7,26%;

yoy). Peningkatan tekanan inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok barang khususnya di

kelompok bahan pangan, sandang dan tarif angkutan sesuai dengan pola musimannya (Ramadhan dan Idul Fitri). Faktor

musiman juga tercermin pada sistem pembayaran tunai, yang ditandai oleh penurunan net inflow yang cukup besar.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi melalui survei

dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran

maupun penyediaan data/informasi secara yang akurat dan berkelanjutan. Saran serta masukan dari para pengguna

sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Makassar, 14 Agustus 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan

Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan

efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam

rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,

dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri

atas:Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork.

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi v

DAFTAR ISI

Daftar Isi

KATA PENGANTAR III

DAFTAR ISI V

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI 9

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 10

1.2. SISI PENGELUARAN 10

1.3. SISI LAPANGAN USAHA 18

2. KEUANGAN PEMERINTAH 29

2.1. STRUKTUR ANGGARAN 30

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 30

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA ANGGARAN APBD KABUPATEN/KOTA SE-SULSEL 33

2.4. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN DI SULSEL 34

2.5. PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 35

3. INFLASI 39

3.1. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 40

3.2. INFLASI MENURUT KOTA IHK 44

3.3. DISAGREGASI INFLASI 45

3.4. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 46

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 53

4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 54

4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 57

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 60

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 63

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 64

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 65

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

DAFTAR ISI

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 67

6.1. TENAGA KERJA 68

6.2. PENDUDUK MISKIN 69

6.3. RASIO GINI 70

6.4. NILAI TUKAR PETANI 71

7. PROSPEK PEREKONOMIANDAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 73

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 74

7.2. PROSPEK INFLASI 79

7.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN 82

LAMPIRAN 85

DAFTAR BOKS

BOKS 1.A. 26

MENGINVENTARIS HAMBATAN PERTUMBUHAN UTAMA SULSEL MELALUI METODE GROWTH DIAGNOSTIC

BOKS 2.A. 37

PENGARUH PERUBAHAN NOMENKLATUR KEMENTERIAN/LEMBAGA TERHADAP PENYERAPAN BELANJA APBN 2015 DI SULSEL

BOKS 3.A. 51

UPAYA STABILITAS HARGA KOMODITAS BAWANG MERAH DI SULAWESI SELATAN

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Gambaran Umum

Perekonomian Sulawesi Selatan

triwulan II-2015kembali

tumbuhlebih tinggi.

Perekonomian Sulsel triwulan II 2015 tumbuh 7,62% (yoy) lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan I 2015 (5,36%; yoy), sementara untuk keseluruhan tahun 2015

diperkirakan berada pada kisaran bawah 7,0%-8,0% (yoy). Percepatan pertumbuhan

terutama didorong oleh meningkatnya kinerja sektor pertanian dan pertambangan,

sementara sektor lain pada umumnya masih menunjukan pertumbuhan yang masih

kuat walaupun sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Dari sisi pengeluaran,

pertumbuhan investasi (PMTB) dan konsumsi rumah tangga menjadi kontributor

utama akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulsel. Sementara kinerja ekspor menunjukan

perbaikan terkait dengan dengan sedikit pulihnya ekspor nikel matte. Sedangkan Impor

masih menunjukan kontraksi, yang dipengaruhi pelemahan ekonomi domestik dan

faktor nilai tukar. Kemudian, konsumsi pemerintah yang diharapkan dapat menjadi

stimulus pertumbuhan, ternyata realisasinya masih rendah, terkendala oleh faktor

teknis. Pertumbuhan Sulsel diperkirakan akan terakselerasi kembali mulai kuartal

ketiga 2015, sehingga keseluruhan tahun 2015 diperkirakan masih berada dalam

rentang pertumbuhan 7,0%-8,0% (yoy). Pertumbuhan investasi yang dilakukan oleh

pemerintah dan swasta akan menjadi kunci masih tingginya pertumbuhan Sulsel tahun

2015 tersebut.

Di sisi lain, laju inflasi Sulsel pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,06% (yoy) lebih

tinggi dari triwulan I 2015 (7,13%, yoy), sementara untuk 2015 diperkirakan masih

dalam rentang target inflasi nasional. Peningkatan tekanan inflasi disebabkan oleh

kenaikan harga pada beberapa kelompok barang khususnya di kelompok bahan

pangan, sandang dan tarif angkutan. Kenaikan harga tersebut akibat dari kegiatan

masyarakat selama triwulan II 2015 seiring terjadi saat Hari Besar Keagamaan Nasional

(bulan Ramadhan dan Idul Fitri) yang jatuh pada bulan Juni 2015, membuat permintaan

barang/jasa meningkat dan menambah tekanan inflasi. Berjalannya koordinasi antar

instansi, ketersediaan pasokan pangan, dan kebijakan pemerintah untuk energi,

menjadi faktor penentu tercapainya target inflasi 2015.

Pertumbuhan Ekonomi

Sektor pertanian dan investasi

menjadi sumber

utamaakselerasi ekonomi Sulsel

di triwulan II 2015

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami akselerasi pertumbuhan di

triwulan II 2015. Pada triwulan pelaporan, ekonomi Sulsel tumbuh sebesar 7,62% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 yang tercatat mencapai (5,36%; yoy).

Percepatan pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya kinerja di sektor primer

(sektor pertanian). Selain pertanian, beberapa sektor yang tercatat tumbuh positif

adalah pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, transportasi, informasi dan

komunikasi, administrasi pemerintahan, dan jasa pendidikan. Di sisi lain, sembilan

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

sektor lain termasuk didalamnya sektor konstruksi yang merupakan salah satu sektor

utama penunjang perekonomian Sulsel mengalami penurunan. Dari sisi pengeluaran,

investasi (PMTB) dan konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan utama di

periode pelaporan. Sementara indikasi masih lemahnya kondisi global terlihat dari

lambatnya kinerja perdagangan baik dari sisi ekspor maupun impor. Selain itu,

konsumsi pemerintah yang awalnya diharapkan dapat menjadi stimulus pertumbuhan

tercatat mengalami koreksi yang cukup dalam.

Keuangan Pemerintah

Kenaikan realisasi pendapatan

pemerintah belum diikuti sisi

belanjanya.

Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel hingga triwulan II 2015 relatif

meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2014. Faktor pendorong adalah

optimalisasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, serta kenaikan pertumbuhan

ekonomi Sulsel pada triwulan II 2015. Demikian pula di sisi persentase realisasi belanja

untuk APBD Provinsi, hingga triwulan II 2015, cenderung lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2014. Sementara persentase penyerapan APBN di Sulsel

masih lebih rendah dari tahun 2014. Diperkirakan faktor kendala teknis memengaruhi

penyerapan anggaran pemerintah pusat di Sulsel

Inflasi

Inflasi meningkat, karena

faktor musiman (Ramadhan).

Laju inflasi Sulsel pada triwulan II 2015 tercatat lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat pada beberapa kelompok

barang/jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Inflasi di triwulan II tercatat sebesar

8,06% (yoy) meningkat dari triwulan I 2015 sebesar 7,13% (yoy). Faktor utama

penyebab kenaikan inflasi adalah kenaikan harga –harga barang pangan menjelang

bulan suci ramadhan yang tercatat mengalami peningkatan dari triwulan I 2015

sebesar 12,87% (yoy) menjadi 15,01% (yoy) pada triwulan II 2015. Selain itu, bila dilihat

per kelompok, hampir seluruh kelompok mengalami peningkatan dari triwulan

sebelumnya.

Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Intermediasi perbankan tetap

tinggi, dengan kualitas kredit

terjaga pada level aman.

Kinerja perbankan cenderung meningkat. Dari indikator utama yaitu aset, dana pihak

ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, memperlihatkan peningkatan

yang lebih baik pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan aset bank umum

didorong oleh peningkatan aset kelompok bank pemerintah. Sementara itu, kegiatan

intermediasi masih tinggi tercermin dari rasio LDR sebesar 128,43% disebabkan

penyaluran kredit lebih besar dibandingkan penghimpunan DPK, meskipun pada

triwulan laporan akselerasi pertumbuhan DPK lebih tinggi daripada kredit. Sementara

itu, risiko kredit perbankan secara umum masih terjaga dengan baik tercermin dari

Rasio Non-Performing Loan (NPL) yang masih berada pada level aman, khususnya

sektor rumah tangga. Kualitas kredit UMKM dan korporasi perlu mendapatkan

perhatian khususnya sektor pertambangan dan konstruksi dimana NPL pada triwulan

laporan sudah melewati batas aman 5%.

Di triwulan I 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh sektor

perdagangan. Kredit korporasi (bukan lembaga keuangan dan sektor swasta lainnya)

pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp18,85 triliun, dengan pangsa terbesar adalah

sektor perdagangan yaitusebesar 50,14%. Adapun untuk porsi kredit yang ditujukan

pada sektor pertanian dan pertambangan masih relatif kecil dimana masing-masing

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 3

tercatat sebesar 0,82%, dan 1,78%.Di sisi lain, Penyaluran kredit bagi UMKM pada

triwulan I 2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit UMKM

tercatat tumbuh melambat sebesar 10,49% (yoy) pada triwulan laporan setelah

sebelumnya sebesar 12,11% (yoy).

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Pada triwulan II terjadi

penurunan besar net inflow

karena masyarakat banyak

melakukan penarikan uang di

Bank untuk menyambut

Ramadhan.

Perkembangan kinerja sistem pembayaran menunjukkan perlambatan pada triwulan

II 2015. Transaksi keuangan non-tunai melalui Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun. Di sisi lain, transaksi keuangan melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami peningkatan di triwulan

II 2015.

Faktor musiman menunjukkan pengaruh terhadap pergerakan aliran uang kartal net

inflow pada triwulan II 2015. Terjadi tren yang sama dari tahun-tahun sebelumnya

yang cenderung inflow di awal tahun, yang berarti terjadi kegiatan penyetoran uang ke

Bank Indonesia. Sementara itu, langkah Bank Indonesia dalam mewujudkan clean

money policy juga senantiasa terus dilakukan melalui kegiatan pengelolaan uang tunai

oleh Bank Indonesia melalui pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, remise,

pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang.

Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran dan

kesejahteraan relatif tidak

berubah signifikan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,80% (Sakernas

Februari 2015) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya (Februari 2014).

Kemudian, tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP)

hingga triwulan II 2015 terpantau melemah dibandingkan triwulan I 2015. Sementara

itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2014 menurun dibanding

Maret 2014 baik di kota maupun di desa. Persentase penduduk miskin di Sulsel (9,5%),

relatif lebih baik dibandingkan Sulampua maupun nasional.

Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulsel pada

triwulan III dan keseluruhan

2015 diperkirakan masih akan

lebih tinggi dari pertumbuhan

Nasional

Perekonomian Sulsel pada triwulan III 2015 dan untuk keseluruhan tahun 2015,

masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,2% - 8,2% (yoy) dan 7,0% -

8,0% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel

2015 akan tetap lebih tinggi. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih akan

ditopang oleh permintaan domestik (konsumsi dan investasi), sementaraekspor luar

negeri masih sangat tergantung pada prospek ekonomi global yang belum pasti. Di sisi

lapangan usaha, peningkatan didukung oleh sektor sekunder dan tersier, didukung oleh

kebijakan pemerintah dan faktor musiman. Sementara tekanan harga pada triwulan III

2015 diperkirakan masih tinggi seiring dengan masuknya bulan ramadhan, sedangkan

untuk tahun 2015 diperkirakan akan tetap terkendali dalam rentang target inflasi

nasional.

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi kebijakan:

mendorong realisasi potensi

ekonomi Sulsel yang masih

besar melalui pembangunan

ekonomi dan pengendalian

inflasi.

Untuk mendorong realisasi potensi ekonomi Sulsel yang masih besar melalui

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan sehingga mampu

memperkuat peran Sulsel sebagai ‘simpul utama’ perekonomian Kawasan Timur

Indonesia serta mengisi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, berikut

ini beberapa kebijakan yang dapat disarankan kepada pemerintah daerah, antara lain

(1) mendorong peningkatan konsumsi domestik, (2) Penyelesaian kendala teknis dalam

realisasi belanja pemerintah, (3) Optimasi penggunaan transfer pemerintah pusat ke

daerah, (4) Menjaga dan meningkatkan keberlanjutan investasi di Sulsel, (5) Konsisten

dalam pembangunan sektor unggulan berbasis ekspor.

Sementara, untuk pengendalian harga-harga barang dan jasa secara umum, sehingga

tercapai level yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, maka

beberapa kebijakan yang dapat disarankan adalah sbb (1) Melakukan langkah cepat

(early warning system), (2) Melakukan intervensi harga dengan melakukan kegiatan

pasar murah ataupun operasi pasar, (3) Menyusun sistem informasi stok bahan

kebutuhan pokok masyarakat yang akurat dan kredibel, (4) Memperkuat koordinasi

anggota TPID beserta semua unsur pendukung termasuk petani, pedagang besar,

aparat keamanan, dan lembaga pembiayaan, (5) Perlunya kebijakan yang sifatnya

jangka menengah panjang.

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

I II III IV I II III IV I II III IV I II

MAKRO

- Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95 118.55

- Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13 119.91

- Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96 115.98

- Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05 121.17 121.30 121.90

- Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93 115.18 116.00 118.27

- Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40 121.88

- Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34 120.46

- Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43 117.84

- Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65

- Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67

- Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06

- Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73

- Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09

- Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.83 8.20

- Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 6.56 7.00 8.25

- Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79 7.19 9.08 8.85

- Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00

- Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81 7.35

- Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59

- Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92 8.22

14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 6,936 -

1. Pertanian 3,787 4,095 4,321 3,329 3,831 4,059 4,491 3,765

2. Pertambangan dan Penggalian 875 1,116 1,091 1,209 1,123 1,181 1,230 1,153

3. Industri Pengolahan 1,948 1,990 2,033 2,079 2,108 2,187 2,210 2,199

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 157 159 164 168 169 173 178 181

5. Konstruksi/Bangunan 841 868 903 955 913 964 1,022 1,058

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,509 2,616 2,738 2,798 2,797 2,876 2,966 3,022

7. Angkutan dan Komunikasi 1,436 1,459 1,502 1,553 1,544 1,613 1,660 1,663

8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 1,129 1,240 1,272 1,338 1,323 1,414 1,468 1,480

9. Jasa-jasa 1,460 1,514 1,522 1,544 1,494 1,529 1,604 1,636

12,293 13,015 14,950 10,551 12,821 14,651

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,445 3,492 4,039 3,995 3,543 3,789

Pertambangan dan Penggalian 7,648 8,213 8,631 8,941 7,920 8,569

Industri Pengolahan 51 55 56 59 55 53

Pengadaan Listrik, Gas 75 77 77 73 75 77

Pengadaan Air 6,494 6,789 7,044 7,301 6,924 7,150

Konstruksi 7,775 8,088 8,620 7,881 8,212 8,656

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,072 2,105 2,193 2,272 2,146 2,253

Transportasi dan Pergudangan 765 797 806 815 804 829

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,492 3,592 3,733 3,743 3,749 3,860

Informasi dan Komunikasi 1,956 2,021 2,013 2,116 2,136 2,072

Jasa Keuangan 2,068 2,124 2,164 2,209 2,252 2,284

Real Estate 245 249 252 254 256 261

Jasa Perusahaan 2,510 2,550 2,653 2,686 2,572 2,679

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,916 2,929 3,105 3,523 3,176 3,195

Jasa Pendidikan 1,065 1,093 1,107 1,169 1,144 1,166

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 707 728 747 761 773 788

Jasa lainnya 55,576 57,918 62,188 58,349 58,558 62,331

14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157

1. Konsumsi 9,586 9,767 9,984 10,142 10,136 10,336 10,675 10,852 35,255 37,835 38,891 42,129 37,158 39,680

2. Investasi 4,070 4,797 4,557 3,387 4,666 5,153 4,323 4,052 20,902 23,641 24,033 22,520 23,507 25,108

3. Ekspor 4,755 5,323 5,659 6,158 5,322 5,634 6,169 6,176 14,700 14,295 15,704 14,782 13,417 13,808

4. Impor 4,269 4,830 4,655 4,713 4,820 5,128 4,339 4,923 15,618 17,694 16,474 20,818 15,524 16,265

14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157 55,577 57,918 62,241 58,349 58,558 62,331

7.90 8.06 8.70 8.88 8.21 6.23 8.26 7.90 7.71 5.36 7.62

269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29 417.56 386.19 360.34 452.96 490.63 444.80 344.16 382.89

223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 193.36 209.93 163.96 194.52

155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 404.72 218.82 123.23 139.10 181.87 149.05 129.39 163.07 180.74

280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.75 216.69 271.11 221.11 258.82 266.39 217.60 326.28 317.63

114.08 147.92 170.67 307.42 102.30 (15.43) 198.75 262.96 221.25 271.09 341.58 315.40 181.09 202.15

*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

***) Sejak tahun 2014 menggunakan Tahun Dasar 2010

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) ***

INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN - PROPINSI SULSEL

INDIKATOR

Indeks Harga Konsumen

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2000 & SNA 1993

2012* 2013* 2015**

Catatan:

Total PDRB (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai

2014**

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008

Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 108,309 - -

45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339 66,112 66,420 68,867

Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154 11,820

Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881

Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 22,166 - -

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563

- Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627

- Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482 16,500

- Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436

119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43% 127.15%- -

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563

- Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788

- Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 537 509 427 390

- Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109

- Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 232 350 382 413

- Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902

- Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003

- Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693

- Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037

- Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681

- Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 36,547 - -

18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 28,301 - -

3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,114 5,297 5,883 6,221 6,679

- Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674 5,038

- Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 1,027 1,048 1,404 1,548 1,642

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - -

8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 10,329 10,885 11,035 10,893 11,161

- Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596 6,860

- Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296 4,300

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - -

5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,046 10,586 10,757 10,313 10,461

- Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488 7,698

- Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825 2,763

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - -

3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36% 3.16%- -

4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21% 5.14%- -

BANK UMUM SYARIAH

3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 - -

1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287

Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 346 380 547 554

Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570

Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 - -

2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582

- Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 985 1,135 1,292 1,535

- Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 670 825 865 1,015

- Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081 3,033

174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36% 169.84%- -

Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara

2012

Kredit Menengah *** (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

INDIKATOR

BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

LDR

NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%)

Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)

FDR

Total Aset (Rp Miliar)

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)

2015****

NPL Total gross - Lokasi Bank (%)

Kredit Mikro* (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

20142013

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 7

C. SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II III IV I II III IV I II

KAS

Inflow (Rp Miliar) 3,872 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,562 4,304 6,184 3,777

Uang Kertas 3,871 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,561 4,304 6,184 3,777

Uang Logam 0.15 0.13 0.02 0.05 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 0.23 0.01 0.004 0.000

Outflow (Rp Miliar) 1,860 3,174 3,575 3,214 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 5,641 4,098 2,248 3,709

Uang Kertas 1,859 3,171 3,574 3,214 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 5,637 4,096 2,247 3,703

Uang Logam 1.80 2.53 0.86 0.34 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 3.93 2.07 1.74 5.66

Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 893 158 51 272 350 502 989 708 748 620 269 403 925

TRANSAKSI RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 11,504 15,473 15,421 19,880 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 22,719 25,647 19,951 26,709

To / Incoming (Rp Miliar) 29,147 37,788 34,631 40,648 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 38,096 41,348 21,897 31,935

From - To (Rp Miliar) 4,578 4,355 4,424 5,049 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 10,970 11,845 3,778 4,272

TRANSAKSI KLIRING

Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,296 9,439 9,466 10,139 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 9,716 11,198 9,757 10,492

Volume Kliring* (Lembar) 281,461 283,706 285,156 294,745 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 260,914 280,987 262,477 279,265

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 558 569 579 605 557 576 874 1,050 675 637 675 805 887 1,027

Volume Kliring Kredit (Lembar) 37,461 38,646 39,105 40,567 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 30,355 32,940 34,547 32,940

RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 9 9 10 9 10 15 17 11 11 11 13 15 17

RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 595 613 621 644 608 580 632 663 487 477 490 515 566 540

Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,737 8,870 8,887 9,534 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 9,041 10,393 8,870 9,465

Volume Kliring Debet (Lembar) 244,000 245,060 246,051 254,178 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 230,559 248,047 227,930 246,325

RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 139 141 141 151 153 157 156 155 147 150 146 162 145 155

RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,873 3,890 3,906 4,035 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 3,719 3,876 3,737 4,038

Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 294 305 296 292 322 352 402 325 317 387 287 343 341 221

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,013 7,732 7,412 7,623 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 6,765 6,008 6,571 5,552

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 5 5 5 5 6 7 5 5 6 5 5 6 4

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 111 123 118 121 126 126 118 107 119 119 109 94 108 91

Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 208 234 208 206 221 259 307 251 230 328 231 270 239 142

Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,563 6,349 6,033 6,020 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 5,313 4,552 5,185 5,303

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 2

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 88 101 96 96 98 103 95 87 95 97 86 71 85 87

*) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari***) Angka sementara

2015***INDIKATOR

20142012 2013

Kliring Debet Penyerahan

Kliring Debet Pengembalian

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

D. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

700

750

800

850

900

950

1000

2009 2010 2011 2012 2013 2014

(Ribu Orang)

% Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 9

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel yang diukur berdasarkan PDRB di triwulan II 2015

mencapai Rp84.842 milyar (ADHB) atau Rp63.331 milyar (ADHK), tumbuh

7,62% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I 2015 (5,36%; yoy).

Percepatan pertumbuhan perekonomian Sulsel di Triwulan II 2015 didorong

oleh peningkatan kinerja sektor pertanian.

Dari semua komponen pengeluaran, akselerasi konsumsi rumah tangga dan

investasi (PMTB) menjadi pendorong utama peningkatan laju pertumbuhan

ekonomi Sulsel di triwulan II 2015. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh

5,51% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan I 2015 (5,32%; yoy).

Meningkatnya permintaan disepanjang bulan Ramadhan dan hari raya Idul

Fitri menjadi penyebab utama peningkatan konsumsi rumah tangga di

periode pelaporan. Sementara itu, investasi (PMTB) tercatat tumbuh 7,32%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 7,13% (yoy). Investasi diperkirakan lebih banyak berasal dari

swasta mengingat realisasi belanja modal pemerintah di triwulan II 2015

lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2014. Sementara

kinerja ekspor mulai menunjukkan perbaikan, sehingga tingkat kontraksinya

mulai mengecil. Di sisi lain, impor masih dalam fase penurunan, yang

dipengaruhi pelemahan ekonomi domestik dan faktor nilai tukar.

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami akselerasi pertumbuhan di triwulan II 2015. Pada triwulan

pelaporan, ekonomi Sulsel tumbuh sebesar 7,62% (yoy)lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 yang tercatat mencapai

(5,36%; yoy). Percepatan pertumbuhan terutama didorongoleh meningkatnya kinerja sektor pertanian dan

pertambangan, sementara sektor lain pada umumnya masih menunjukan pertumbuhan yang masih kuat walaupun

sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya.Dari sisi pengeluaran,pertumbuhan investasi (PMTB) dan konsumsi rumah

tangga menjadi kontributor utama akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulsel. Sementara kinerja ekspor mulai menunjukkan

perbaikan, sehingga tingkat kontraksinya mulai mengecil. Di sisi lain, impor masih dalam fase penurunan, yang

dipengaruhi pelemahan ekonomi domestik dan faktor nilai tukar. Kemudian, konsumsi pemerintah yang diharapkan dapat

menjadi stimulus pertumbuhan, ternyata realisasinya masih rendah, terkendala oleh faktor teknis.

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2. Sisi Pengeluaran Dari semua komponen pengeluaran, akselerasi konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB) menjadi pendorong

utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Sulsel di triwulan II 2015. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh

5,51% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan I 2015 (5,32%; yoy). Meningkatnya permintaan disepanjang bulan

Ramadhan dan hari raya Idul Fitri menjadi penyebab utama peningkatan konsumsi rumah tangga di periode pelaporan.

Sementara itu, investasi (PMTB) tercatat tumbuh 7,32% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat

tumbuh sebesar 7,13% (yoy). Investasi diperkirakan lebih banyak berasal dari swasta mengingat realisasi belanja modal

pemerintah di triwulan II 2015 lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2014.

Selain tingginya konsumsi dan investasi, pertumbuhan ekonomi Sulsel juga dipengaruhioleh membaiknya sisi ekspor

yang ditandai dengan mengecilnya tingkat kontraksi. Kontraksi ekspor Sulsel turun dari -9,64% (yoy) di triwulan I 2015

menjadi -2,9% (yoy) di periode pelaporan. Di sisi lain, impor mengalami kontraksi yang dalam di triwulan pelaporan.

Impor Sulsel tercatat mengalami kontraksi-8,6% (yoy). Kontraksi yang terjadi pada ekspor dan impor menunjukan masih

lemahnya kondisi ekonomi global maupun lokal. Hal ini searah dengan proyeksi beberapa lembaga Nasional dan

Internasional yang menurunkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi Dunia termasuk didalamnya Indonesia.

Tabel 1.1. Pertumbuhan (yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)*

I II III IV TOTAL I II

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.63 6.36 6.2 5.49 5.92 5.32 5.51

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 14.66 15.04 15.41 4.93 11.26 -2.49 -2.13

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.66 4.55 3.89 -2.92 1.88 7.83 2.18

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.48 8.39 5.32 9.03 9.4 7.13 7.23

5. Perubahan Inventori -126.34 -47.60 -608.99 -18.99 -125.22 -161.2 -15.62

6. Ekspor 14.6 11.56 7.62 14.73 11.85 -9.64 -2.94

7. Impor -9.32 -1.06 6.73 9.35 -1.64 0.62 -8.55

PDRB 8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.36 7.62

KomponenTahun Dasar 2000

2014 2015

Tahun Dasar 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka Sangat Sementara

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 11

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi menjadi pendorong utama konsumsi di triwulan II 2015. Secara agregat, pengeluaran konsumsi tumbuh 4,9%

(yoy). Pertumbuhan konsumsi didorong oleh akselerasi konsumsi rumah tangga yang mencapai 5,5% (yoy), lebih tinggi

dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 5,3% (yoy). Di sisi lain, konsumsi pemerintah tercatat melambat

di periode pelaporan. Konsumsi pemerintah tumbuh 2,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mampu tumbuh 7,8% (yoy). Penurunan persentase realisasi belanja pemerintah hingga triwulan II 2015 terutama terjadi

di belanja APBN (dibahas lebih rinci di BAB 2: Keuangan Pemerintah).

Tingginya permintaan sepanjang bulan Ramadhan menjadi pendorong utama peningkatan konsumsi diperiode

pelaporan. Trend peningkatan konsumsi terutama bahan makanan terjadi menjelang dan sepanjang bulan Ramadhan di

setiap tahunnya. Tingginya konsumsi bahan makanan terlihat dari peningkatan laju inflasi di bulan Juni 2015. Inflasi Sulsel

Bulan Juni 2015 tercatat sebesar 8,06% (yoy) dengan penyumbang terbesar berasal dari komoditas volatile food.

Sementara itu, harga BBM bersubsidi yang stabil paska kenaikan terakhir di bulan Maret 2015 cukup menjaga daya beli

masyarakat

Sumber: Pertamina, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.2. Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Grafik 1.3. Perkembangan Inflasi Sulsel

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga searah dengan peningkatan indeks keyakinan konsumen. Hasil Survei Konsumen

Bank Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Makassar pada periode triwulan

laporan mengalalami peningkatan, meskipun secara pertumbuhan masih mengalami perlambatan. IKK Makassar bulan

berada pada level 126,58. IKK diatas 100 menunjukan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi di Sulsel.

Pertumbuhan konsumsi juga terkonfirmasi dari hasil survey penjualan eceran yang menunjukan peningkatan penjualan

sepanjang periode pelaporan. Selain itu, peningkatan konsumsi konsumsi rumah tangga juga dikonfirmasi dari

peningkatan penyaluran kredit konsumsi meskipun dalam tren yang melambat.

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.4. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran

Penerapan kebijakan Loan to Value (LTV) efektif menekan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat terhadap

kendaraan bermotor dan properti. Kenaikan uang muka (down payment / DP) atas pemberian Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) diperkirakan menurunkan konsumsi masyarakat khususnya pada konsumsi

rumah/apartemen. Hal ini terlihat dari penurunan penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A) di triwulan

II 2015, dari 8,86% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi 0,43% (yoy) di triwulan pelaporan. Di sisi lain, koreksi tajam juga

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

terjadi pada kredit kendaraan bermotor yang mengalami koreksi sebesar -5,33% (yoy) di triwulan II 2015, jauh lebih

rendah dibandingkan triwulan I 2015 yang masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 38,23% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.7. Penyaluran Kredit KPR/A

Konsumsi pemerintah belum mampu mendorong pertumbuhan sebagaimana diharapkan. Konsumsi pemerintah

khususnya di belanja modal yang sebelumnya diharapkan dapat menjadi akselerator pertumbuhan malah mengalami

perlambatan di triwulan pelaporan. Dari hasil FGD dengan Kanwil Dirjen Pembendaharaan Negara (DJPbN) Sulawesi

Selatan serta Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulawesi Selatan diketahui bahwa penyerapan belanja

pemerintah pusat (APBN) di Sulsel di triwulan II 2015 tercatat hanya 27,6% lebih rendah dari periode yang sama di tahun

sebelumnya yang mencapai 32,4%. Dari sumber yang sama, diketahui juga bahwa rendahnya realisasi belanja pemerintah

di triwulan II 2015 disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Perubahan Nomenklatur beberapa Kementerian/lembaga

2. Proses pemilihan dan penetapan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang baru

3. Penetapan petunjuk teknis (juknis) dan spek barang

4. Kapasitas PPK yang baru terhadap prosedur pelaksanaan proyek pemerintah yang masih terbatas

5. Pemda memang belum melaksanakan karena kendala pembebasan lahan

6. Proses pengadaan barang dan jasa melalui pihak ketiga yang cukup panjang sehingga penandatanganan

perjanjian/kontrak atas belanja infrastruktur sering mengalami keterlambatan.

Sumber: DJPbN, diolah

Grafik 1.8. Realisasi APBN diSulsel Grafik 1.9. Penyaluran KreditKendaran Bermotor (KKB)

1.2.2 Investasi

Investasi tumbuh stabil di triwulan II 2015. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

tumbuh 7,2% (yoy) relatif stabil dibandingkan triwulan I 2015 (7,1%; yoy). Melambatnya investasi Sulsel lebih lambat

diperkirakan disebabkan oleh rendahnya realisasi belanja modal pemerintah. Pertumbuhan investasi tercermin

terkonfirmasi dari peningkatan impor barang modal di triwulan II 2015. Dirjen Bea Cukai Makassar mencatat impor

barang modal mencapai Rp41,54 triliun atau tumbuh 3,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun 2014. Selain

peningkatan impor barang modal, peningkatan investasi juga tercermin dari peningkatan penyaluan kredit investasi. Di

triwulan II 2015, kredit investasi tercatat mencapai Rp19,43 triliun tumbuh 12,76% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di

triwulan sebelumnya yang mencapai 11,8% (yoy).

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 13

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.10. Impor Barang Modal Grafik 1.11. Penyaluran Kredit Investasi

Di triwulan II 2015, investasi lebih banyak berasal dari pihak swasta. Kegiatan investasi triwulan laporan dominan

dilakukan oleh sektor swasta sedangkan realisasi anggaran belanja modal pemerintah rendah. Tingginya investasi swasta

di triwulan II juga terlihat dari peningkatan rencana proyek baru. Proyek infrastruktur yang direncanakan dimulai di

triwulan II 2015 mencapai Rp5,74 triliun lebih rendah -7,4% dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 . Dari total

investasi Rp5,74 triliun tersebut, 87,91% nya berasal dari sektor swasta untuk keperluan komersial. Beberapa proyek

pemerintah dan swasta diperkirakan akan dimulai pada triwulan II 2015 adalah Hydro Power Plant (2X60 MW), Smelter

Plant – Bantaeng, Penthouse & Residence di Makassar, Dua hotel di Makassar, Wotu Extra High Voltage Substation

275/150 KV, jalan underpass Simpang Mandai Makassar, Phase 2 Balai diklat BPK RI, dan Proyek jalan kab. Luwu – Wotu –

Kayulangi.

Di sisi lain, perubahan stok di triwulan II 2015 masih mengalami kontraksi yang salah satu penyebabnya adalah

penurunan stok hasil olahan industri nikel. Komponen perubahan stok diperiode pelaporan tercatat mengalami

kontraksi sebesar -2,1% (yoy) di posisi Rp894 miliar. Salah satu faktor yang mempengaruhi posisi perubahan stok adalah

stok hasil olahan industri nikel. Berdasarkan data yang di keluarkan oleh perusahaan pengolahan Nikel terbesar di Sulsel,

diketahui bahwa perubahan stok hasil olahan nikel terkontraksi -239,95% (yoy).

Sumber: BCI Asia, diolah Sumber: Produsen, diolah

Grafik 1.12. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel Grafik 1.13. Perubahan Inventori Produsen Nikel

Proyek-proyek multiyears masih akan menjadi motor investasi di Sulsel. Banyaknya proyek infrastruktur berskala besar

di Sulsel diperkirakan masih akan menjadi motor pertumbuhan investasi di Sulsel, yang salah satunya adalah

pembangunan Makassar New Port. Groundbreaking proyek ini telah dilakukan oleh presiden RI pada bulan Mei 2015.

Mega proyek dengan total investasi mencapai lebih dari Rp8 triliun ini direncanakan akan dibagi menjadi beberapa tahap,

yaitu:

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Sumber: berbagai sumber, diolah

Selain proyek new port Makassar, terdapat beberapa proyek multiyearsyang diperkirakan akan mendorong ekonomi

Sulsel kedepan antara lain proyek KA Makassar-Parepare,proyek PLTU Jeneponto, pembangunan tiga smelter di

Bantaeng, dan rencana pengembangan PLT Tenaga Angin.

Tabel 1.2. Perkembangan Proyek Multiyearsdi Sulsel

No Nama Proyek Rencana Pengembangan Perkembangan Terakhir

1 Proyek KA Makassar-

Parepare

Merupakan bagian dari proyek perkeretaapian Trans

Sulawesi ditargetkan akan sepanjang 2.000 km dari

Makassar ke Manado.

Rencana pembangunan 23 stasiun darim total panjang

145,23 km

Pembebasan lahan

Alokasi anggaran 2015

o APBD Rp100 milyar

o APBN Rp971 milyar

Alokasi anggaran 2016

o APBN Rp1,3 triliun

2 PLTU Jeneponto tahap II Tahap I telah dioperasikan pada tahun 2012

Kapasitas PLTU Jeneponto tahap II 2x135 MW (gross

capacity) atau 2x125 (net capacity).

Rencana pembangunan 18 bulan

Nilai proyek (turn key) sebesar Rp 3 triliun

Groundbreaking pada

bulan Maret 2015

3 Smelter PT. A Total Investasi : 6 Triliun Rupiah

Produk utama : Feronikel.

Kapasitas Produksi : 1 Juta metrik ton per tahun

Progress terakhir :

Pematangan Lahan

Estimasi produksi : 2016

4 Smelter PT. B Total Investasi : USD 130 Juta

Produk utama : Feronikel.

Kapasitas Produksi : 50.000 metrik ton per tahun

Progress terakhir : Proses

Konstruksi

Estimasi produksi : 2016

5 Smelter PT. C Total Investasi : USD 300 Juta

Produk utama : Feronikel.

Kapasitas Produksi : 300 ribu metrik ton per tahun

Progress terakhir :

Pembebasan Lahan

Estimasi produksi : 2016

6 PLT Tenaga Angin Rencana lokasi di Kabupaten Jeneponto dan Sidrap.

Sumber dan APBD

Rencana kapasitas 80-250 KW tenaga listrik

Studi Kelayakan

Sumber: berbagai sumber, diolah

1.2.3 Ekspor dan Impor

Ekspor Sulsel di triwulan II 2015 membaik, tingkat kontraksinya mengecil. Nilai ekspor terkontraksi sebesar -2,9% (yoy)

lebih baik dibandingkan dari kontraksi di triwulan I 2015 yang tercatat mencapai -9,6% (yoy). Kontraksi ekspor terjadi baik

pada ekspor dengan tujuan luar negeri (LN) maupun dalam negeri (DN). Ekspor LN yang sebagian besar ditopang dari

ekspor non migas, mengalami kontraksi sebesar -3,4% (yoy) turun tajam dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang masih

mencatatkan pertumbuhan postif sebesar 3,2% (yoy). Penguatan keseluruhan ekspor diperkirakan berasal dari

perdagangan antar pulau (DN) yang tercermin dari dari kinerja ekspor antar daerah yang menunjukan perbaikan

meskipun masih dalam fase kontraksi sebesar -2,7% (yoy). Hal ini terlihat dari kegiatan muat barang dalam negeri di

pelabuhan Makassar yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I 2015. Volume muat barang di pelabuhan

Makassar mencapai 1,14 juta ton lebih tinggi dari total muat barang di triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 1,05 juta ton.

Meskipun meningkat, namun angka ini masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2014. Secara

tahunan, total muat barang di pelabuhan Makassar mengalami kontraksi sebesar -5,78% (yoy).

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 15

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.14. Volume Ekspor Nonmigas Grafik 1.15. Volume Barang yang Dimuat

Perbaikan kinerja ekspor di triwulan II 2015 tidak lepas dari perbaikan kinerja Industri pengolahan Nikel. Berdasarkan

data yang dirilis oleh produsen nikel terbesar di Sulsel, diketahui bahwa produksi dan penjualan nikel matte di periode

pelaporan lebih baik dibandingkan triwulan I 2015. Produksi nikel matte di triwulan II 2015 tercatat mencapai 19,2ribu

metrik ton lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 17,4ribu metrik ton. Nominal penjualan pun

tercatat mengalami peningkatan dari 18,1ribu metrik ton di triwulan I 2015 menjadi 19,0ribu metrik ton di triwulan

pelaporan. Selain nikel, beberapa komoditas ekspor utama Sulsel juga tercatat mengalami peningkatan di triwulan I 2015.

Tercatat komoditas rumput laut, kayu olahan, dan biji kakao mengalami peningkatan volume ekspor.

Sumber: Produsen Nikel Matte Sumber: Produsen Nikel Matte

Grafik 1.16. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.17. Penjualan Nikel dalam Matte

Peningkatan ekspor Sulsel tidak lepas dari membaiknya kondisi ekonomi negara mitra dagang utama. Bila mengacu

pada Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis oleh Markit Survey, diketahui bahwa beberapa negara mitra dagang

utama Sulsel seperti Jepang dan Amerika Serikat menunjukan perbaikan sepanjang triwulan II 2015, termasuk Tiongkok

meski tidak signifikan. Dari lima negara yang dipantau perkembangannya, tercatat hanya Korea Selatan dan Zona Eropa

yang menunjukan penurunan kinerja. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh, mengingat jumlah ekspor ke dua wilayah

tersebut relatif kecil.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bloomberg

Grafik 1.18. Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Grafik 1.19. Purchasing Managers Index

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Di sisi lain, impor Sulsel di triwulan II 2015 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor di

periode pelaporan tercatat tumbuh negatif sebesar-8,6% (yoy) turun tajam dibandingkan triwulan I 2015 yang masih

sempat tumbuh positif sebesar 0,6% (yoy). Penurunan impor terkonfirmasi dari perlambatan impor LN yang di dominasi

oleh komoditas Non Migas, baik secara nilai maupun volume. Nilai impor LN tercatat mengalami kontraksi sebesar -

0,62% (yoy) turun tajam dibandingkan triwulan I 2015 yang mampu tumbuh 17,23% (yoy). Penurunan juga terjadi pada

impor antar daerah (DN). Nilai impor DN tercatat mengalami kontraksi hingga -12,0% (yoy). Penurunan impor DN

terkonfirmasi dari penurunan kegiatan bongkar barang di pelabuhan Makassar dimana pada triwulan II 2015 volume

bongkar muat mengalami pertumbuhan negatif sebesar -4,27% (yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.20. Volume Impor Nonmigas Grafik 1.21. Volume Barang yang Dibongkar

Struktur ekspor maupun impor luar negeri Sulsel di triwulan II 2015 relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan

periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan dalam komposisi barang dari Sulsel yang

dijual ke luar negeri yang diikuti komoditas pertanian. Total impor produk industri mencapai USD288,17 Juta atau 76,26%

dari total ekspor di triwulan II 2015. Sementara itu, impor bahan baku mencatat pangsa terbesar dari total nilai impor

Sulsel di triwulan laporan yang kemudian diikuti oleh impor barang modal dan barang konsumsi. Total impor bahan baku

mencapai USD129,61 juta atau 75,14% dari total impor. Sedangkan impor barang modal dan barang konsumsi memiliki

pangsa masing-masing sebesar 24,08% dan 0,78%.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.22. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Grafik 1.23. Pangsa Impor Menurut Kategori

Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,

sedangkan gandum kembali menjadi komoditas impor dengan pangsa terbesar. Pada triwulan II 2015, komoditas nikel

matte mengambil pangsa sebesar 61,65% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel. Selanjutnya, kakao dan biji-bijian

berminyak dengan pangsa terbesar yaitu masing-masing sebesar 16,7% dan 8,62%. Untuk impor luar negeri, komoditas

gandum mengambil pangsa terbesar dengan total pangsa mencapai 36,99% pada triwulan I 2015. Setelah gandum, impor

mesin dan peralatan listrik dengan pangsa impor yaitu masing-masing 26,24% dan 7,36%.

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 17

Tabel 1.3. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.4. Peringkat Impor Menurut Komoditas

Komoditas (HS)Nilai Ekspor

Triwulan II 2015

(USD)

Pangsa

Nikel 197,775,029 51.65%

Kakao 63,950,325 16.70%

Biji-Bijian Berminyak 32,990,644 8.62%

Ikan dan Udang 30,441,265 7.95%

Kayu dan Barang dari Kayu 11,859,127 3.10%

Buah-Buahan 9,945,855 2.60%

Sayuran 8,427,015 2.20%

Daging dan Ikan Olahan 5,383,277 1.41%

Ampas/Sisa Industri Makanan 4,892,511 1.28%

Garam, Belerang, dan Kapur 2,823,395 0.74%

Komoditas (HS)Nilai Impor

Triwulan II 2015

(USD)

Pangsa

Gandum-Ganduman 66,856,964 36.99%

Mesin-Mesin/Pesawat Mekanik 47,432,883 26.24%

Mesin/Peralatan Listrik 13,305,150 7.36%

Ampas/Sisa Industri Makanan 12,474,663 6.90%

Senjata dan Peledak 8,238,574 4.56%

Bahan Kimia Anorganik 4,497,364 2.49%

Perabot, Penerangan Rumah 4,092,087 2.26%

Kakao 3,401,128 1.88%

Baja dan Besi 3,108,130 1.72%

Pupuk 2,890,000 1.60% Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Berdasarkan negara tujuan, mayoritas ekspor Sulsel ditujukan ke Jepang sedangkan mayoritas impor berasal dari

Australia. Di triwulan II 2015, nilai ekspor Sulsel ke Jepang mencapai USD213,08 juta atau 66,89% dari total ekspor Sulsel

di ikuti oleh Amerika Serikat (12,71%) dan Tiongkok sebesar 11,27%. Dari sisi impor, sebagian besar barang yang masuk

ke Sulsel berasal dari Australia yang mencapai USD47,95 juta atau 26,53% dari total impor Sulsel diikuti oleh Tiongkok

(19,36%), Jerman (11,86%) dan Kanada (10,23%).

Tabel 1.5. Negara Tujuan Utama Ekspor Tabel 1.6. Negara Asal Utama Impor Total Ekspor

FOB (USD)

1 JAPAN 213,088,661 66.89%

2 UNITED STATES OF AMERICA 40,493,805 12.71%

3 R.R.C 35,893,828 11.27%

4 MALAYSIA 32,804,139 10.30%

5 PHILIPPINES 11,210,064 3.52%

6 NETHERLANDS 7,035,451 2.21%

7 SINGAPORE 5,793,320 1.82%

8 SOUTH KOREA 4,541,485 1.43%

9 GERMANY 4,529,575 1.42%

10 HONGKONG 3,878,074 1.22%

No Negara Tujuan Pangsa

Total Impor

CIF (USD)

1 AUSTRALIA 47,954,275 26.53%

2 R.R.C 34,987,489 19.36%

3 GERMANY 21,430,414 11.86%

4 CANADA 18,486,500 10.23%

5 SINGAPORE 11,060,709 6.12%

6 ARGENTINA 10,541,402 5.83%

7 UNITED STATES OF AMERICA 9,845,478 5.45%

8 UKRAINE 8,238,574 4.56%

9 THAILAND 4,540,498 2.51%

10 CAPE VERDE 2,890,000 1.60%

No Negara Asal Pangsa

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Neraca perdagangan Sulsel kembali mengalami defisit di triwulan II 2015. Defisit neraca perdagangan Sulsel di periode

pelaporan mencapai Rp2,45 triliun lebih tinggi dari periode sebelumnya yang mencapai Rp2,11 triliun. Masih tingginya

ketergantungan Sulsel terhadap barang-barang dari luar Sulsel menjadi penyebab semakin tingginya defisit di neraca

perdagangan.

Sumber: BPS Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.24. Neraca Perdagangan Bersih PDRB Grafik 1.25. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

1.3. Sisi Lapangan Usaha

Sektor Pertanian, Pertambangan, dan Perdagangan menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomidi

triwulan II 2015. Sektor Pertanian, Pertambangan, dan Perdagangan tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan masing-

masing dari 4,30% (yoy), 2,83% (yoy), dan 5,62% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi 12,57% (yoy), 8,51% (yoy), dan 7,02%

(yoy) di triwulan II 2015. Di sisi lain, sektor Konstruksi yang merupakan penyumbang PDRB terbesar ke-4 mengalami

perlambatan di triwulan pelaporan. Sektor Konstruksi tercatat tumbuh 5,32% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan di

triwulan I 2015 yang mencapai 6,63% (yoy).

Tabel 1.7. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi*

I II III IV TOTAL I II

1 Pertanian A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.80 12.03 10.83 10.40 9.98 4.30 12.57

2 Pertambangan dan Penggalian B Pertambangan dan Penggalian 8.34 2.54 -0.10 9.60 11.43 2.83 8.51

3 Industri Pengolahan C Industri Pengolahan 3.51 8.03 10.27 15.20 9.45 3.56 4.33

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.87 11.75 10.73

D Pengadaan Listrik, Gas 15.00 10.56 6.62 -3.71

E Pengadaan Air -1.20 2.13 0.58 -0.26

5 Bangunan F Konstruksi 7.98 7.40 5.75 5.10 6.14 6.63 5.32

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.28 9.15 11.41

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.40 7.20 5.62 7.02

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.80 2.14 5.10 4.03

7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.34 3.01 3.56

H Transportasi dan Pergudangan 5.60 7.77 3.60 7.03

J Informasi dan Komunikasi 6.60 5.75 7.34 7.46

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 11.23 7.38 4.57

K Jasa Keuangan 11.90 5.91 9.18 2.52

L Real Estate 9.00 7.97 8.88 7.55

9 Jasa-jasa 6.72 6.10 6.97

M,N Jasa Perusahaan 7.40 6.76 4.77 4.48

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.70 1.03 2.47 5.04

P Jasa Pendidikan 3.10 4.65 8.90 9.07

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.30 10.23 7.41 6.71

R,S,T,U Jasa lainnya 9.40 7.57 9.41 8.16

8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.36 7.62

2015

Tahun Dasar 2010

2014Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2000 Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010Tahun Dasar 2000

PDRB PRDB

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.26. PangsaPDRB Sulsel Menurut Lapangan Usaha (ADHB)

Bila dilihat dari andil terhadap PDRB, Lapangan Usaha

Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar di

triwulan II 2015. Pangsa Sektor Pertanian terhadap total

PDRB di periode pelaporan mencapai 24,78%, tertinggi

dibandingkan 16 sektor ekonomi lainnya. Sektor lainnya

yang menjadi tumpuan perekomian Sulsel adalah Industri

Pengolahan, Pengolahan,dan Konstruksi. Ketiga sektor ini

memiliki pangsa terhadap total PDRB sebesar 13,19%,

12,61%, dan 11,57%.

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian

Berlangsungnya panen raya komoditas tabama mendorong produksi pertanian tumbuh pesat ditriwulan II 2015.

Lapangan usaha pertanian tercatat mengalami percepatan pertumbuhan dari 4,30% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi

12,57% (yoy) ditriwulan II 2015. Setidaknya ada enam wilayah yang memasuki masa panen raya di triwulan II 2015,

diantaranya adalah kab. Sidrap, kab. Sopeng, kab. Bone, kab. Wajo, kab. Sidrap, dan kab. Luwu. Selain itu, cuaca yang

kondusif mendukung kegiatan penangkapan ikan di sepanjang triwulan II 2015.

Penerapan moratorium disubsektor perikanan mulai menunjukan hasil, khususnya bagi nelayan kecil. Pemerintah

melalui kementrian kelautan dan perikanan telah menerbitkan empat kebijakan, yaitu permen no 56/PERMEN/KP/2014

tentang moratorium penghentian perizinan kapal eks asing, Permen No.57/PERMEN/KP/2014 tentang larangan

transhipment dan penggunaan ABK asing, Permen No.1/PERMEN/KP/2015 tentang larangan penangkapan lobster,

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 19

kepiting dan rajungan dengan ukuran tertentu. dan Permen No.2/PERMEN/KP/2015 tentang larangan penggunaan alat

tangkap pukat hela dan pukat tarik. Tujuan dari keempat kebijakan ini adalah mengurangi praktik Illegal, Unreported, and

Unregulated (IUU) di wilayah RI, menjaga kelestarian sumber daya perikanan, membuka kesempatan kerja bagi nelayan

lokal. Di awal penerapannya, kebijakan ini mengakibatkan penurunan bagi perekonomian daerah, khususnya daerah yang

menggantungkan pendapatannya dari sektor perikanan. Pasalnya, kebijakan ini mengakibatkan penurunan produksi ikan

tangkap yang sangat besar. Namun dari laporan berbagai media, diketahui bahwa kebijakan ini mulai menunjukan hasil

yang positif khususnya bagi nelayan kecil. Jumlah ikan dilaporkan meningkat, sehingga nelayan tidak lagi kesulitan

mendapatkan ikan. Meningkatnya ketersediaan ikan tercermin dari peningkatan hasil ikan tangkap di beberapa tempat

pelelangan ikan. Seperti PPS Bitung yang menunjukan peningkatan produksi sepanjang triwulan II 2015. Di Sulsel sendiri,

peningkatan hasil laut terlihat dari meningkatnya ekspor udang ke beberapa negara tujuan. Jumlah ekspor udang tercatat

mencapai 1,1 juta ton lebih tinggi dari triwulan I 2015 yang mencapai 829ribu ton.

Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.27. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Grafik 1.28. Volume Ekspor Udang

Subsektor Perkebunan masih mengalami kontraksi di triwulan II 2015. Hal ini telihat dari kondisi ekspor biji cokelat

yang masih mengalami kontraksi sebesar -25,41% (yoy) di triwulan pelaporan. Meskipun kondisi di triwulan II

menunjukan perbaikan, namun secara keseluruhan kinerja ekspor biji cokelat masih jauh lebih rendah dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya. Penurunan pasokan setelah lewatnya masa panen ditambah produktivitas pohon kakao yang

terus menurun dan memasuki masa replacement pohon kakao mengakibatkan tambahan tekanan di subsektor

perkebunan. Selain itu, harga kakao di pasar global yang terus tumbuh melambat juga menambah tekanan produksi

kakao pada triwulan laporan sehingga subsektor perkebunan tidak dapat melaju lebih cepat. Penurunan produksi kakao

pada akhirnya menurunkan pasokan ke industri (saat ini daya serap Industri sekitar 80% produksi) dan ekspor. Lambatnya

proses pemulihan produksi kakao juga sangat lambat. Dari hasil FGD dengan asosiasi pengusaha kakao Sulsel, diketahui

bahwa lambatnya pemulihan pasokan kakao salah satunya di akibatkan oleh kurang berhasilnya program Gernas Kakao

yang di canangkan pemerintah tahun-tahun sebelumnya. Informasi dari pihak asosiasi disebutkan bahwa bibit tanaman

yang digunakan dalam program Gernas Kakao tidak sesuai dengan kondisi tanah di Sulawesi. Tanaman kakao yang baru

rentan terhadap gangguan angin, karena struktur akar yang tidak kuat. Namun di program Gernas 2015, dinas pertanian

telah menyiapkan jenis bibit baru yang lebih sesuai dengan keadaan iklim di Sulawesi. Diharapkan dalam 3-5 tahun

kedepan, produksi dari tanaman kakao yang baru ini dapat kembali menopang subsektor perkebunan.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

Grafik 1.29. Volume Ekspor Biji Kakao Grafik 1.30. Harga Internasional Kakao

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Lapangan usaha pertambangan dan penggalian meningkat di triwulan II 2015. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh

8,51% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan I 2015 yang mencapai 2,83% (yoy). Meskipun meningkat, secara

keseluruhan volume produksi hasil tambang sepanjang 2015 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Dampak

pelarangan ekspor bahan tambang mentah, ditambah dengan pelemahan harga komoditas diperkirakan masih menjadi

penyebab utama penurunan kinerja lapangan usaha pertambangan. Hampir seluruh komoditas tambang termasuk nikel

terus mengalami penurunan harga sejak pertengahan tahun 2014. Rrata-rata harga komoditas Nikel di triwulan II 2015

berada pada level USD12.947 per metrik ton turun -29,89% dibandingkan rata-rata harga di periode yang sama di tahun

2014. Penurunan harga komoditas tambang diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2015 seiring dengan

penurunan permintaan konsumen utama barang tambang seperti Tiongkok dan Jepang.

Usaha pertambangan mineral diarahkan untuk memenuhi kebutuhan Nasional. Kebijakan pelarangan ekspor bahan

mineral mentah ditujukan untuk mendorong perkembangan industri hilir, terutama industri pengolahan hasil tambang.

Kebijakan ini berdampak pada menjamurnya pembangunan industri pengolahan hasil tambang (Smelter). Di Sulsel

sendiri, setidaknya ada tiga perusahaan dengan paling progresif dalam pembangunan Smelter dan salah satunya telah

memasuki proses konstruksi. Bahkan di tempat lain, seperti Kab Murowali Sulteng telah berdiri Smelter dengan kapasitas

produksi12 juta ton nikel ore per tahun. Tingginya permintaan dalam negeri terhadap bahan hasil tambang menjadikan

aliran produk hasil usaha tambang lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan nasional dan untuk ekspor LN hasil

tambang saat ini hanya mengandalkan hasil tambang non mineral, seperti marmer dan hasil batuan lainnya. Hal ini

terlihat dari data ekspor LN pertambangan yang menunjukan arah berdeda dibandingkan PDRB sektor pertambangan.

Ekspor pertambangan di triwulan II 2015 tercatat mengalami kontraksi -38,96% (yoy) berbeda arah dengan PDRB hasil

tambang yang menunjukan percepatan pertumbuhan.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

Grafik 1.31. Volume Ekspor Pertambangan Grafik 1.32. Harga Komoditas Tambang

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh lebih cepat ditriwulan II 2015. Sektor industri pengolahan tumbuh 4,33%

(yoy) lebih tinggi dari triwulan I 2015 yang tercatat mencapai 3,56% (yoy). Pertumbuhan diperkirakan berasal dari industri

besar, hal ini terindikasi dari indeks Industri Besar dan Sedang (IBS) yang menunjukan peningkatan di triwulan II 2015,

sedangkan indeks kinerja Industri Mikro dan Kecil (IMK) mengalami penurunan. Hal ini diperkuat dari data hasil produksi

industri pengolahan nikel yang meningkat di periode pelaporan. Hasil produksi Nikel Matte tumbuh 0,14% (yoy) setelah di

periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -10,85% (yoy). Membaiknya permintaan dari konsumen utama Nikel

Sulsel yaitu Jepang diperkirakan menajadi salah satu faktor penyebab membaiknya kinerja industri pengolahan khususnya

industri pengolahan hasil tambang. Purchasing Manager Index (PMI) Jepang yang menjadi salah satu indikator perbaikan

Industri di Jepang menunjukan peningkatan dari 50,1 di triwulan I 2015 menjadi 50,2 di periode pelaporan.

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 21

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Produsen NIkel

Grafik 1.33. Pertumbuhan Industri Grafik 1.34. Produksi Nikel Matte

Selain industri pengolahan nikel, pertumbuhan sektor

Industri pengolahan juga didorong oleh pertumbuhan

industri kayu olahan. Pertumbuhan industri pengolahan

kayu terindikasi dari meningkatnya volume ekspor kayu

olahan di triwulan I 2015. Ekspor kayu olahan tumbuh

28,46% (yoy) tumbuh tinggi setelah di periode sebelumnya

mengalami kontraksi di angka -35,99% (yoy). Di sisi lain,

subsektor makanan olahan menunjukan tren penurunan

menunjukkan perlambatan di periode pelaporan.

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.35. Volume Ekspor Hasil Industri

1.3.4 Lapangan Usaha Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)1

Pada lapangan usaha Pengadaan Listrik danGas dan lapangan usaha Pengadaan Air mengalami kontraksi masing-

masing sebesar -3,71% (yoy) dan -0,26% (yoy). Masih terbatasnya daya beli masyarakat diperkirakan menjadi faktor

penyebab penurunan pertumbuhan seiring dengan penurunan harga jual usaha sektor LGA. Hal ini diperkuat dengan

menurunnya kapasitas produksi terpakai sektor LGA dibandingkan periode sebelumnya. Kapasitas terpakai LGA di

triwulan II 2015 berada di angka 60,06%, turun dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 69,39%.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 1.36. Harga Jual Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.37. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor LGA

1Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor LGA dapat di lihat dari lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas dan lapangan usahan Pengadaan Air (Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

1.3.5 Lapangan Usaha Konstruksi

Pada triwulan II 2015, Lapangan Usaha Konstruksi

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di triwulan

pelaporan, sektor ini tumbuh 5,32% (yoy) lebih rendah dari

pertumbuhan di periode sebelumnya yang mencapai 6,63%

(yoy). Penurunan ini tercermin dari hasil survei penjualan

eceran untuk kelompok barang perlengkapan konstruksi di

triwulan II 2015 yang menunjukan perlambatan.

Pertumbuhan indeks penjualan eceran perlengkapan

konstruksi mengalami perlambatan dari 16,89% (yoy) di

triwulan I 2015 menjadi 15,98% (yoy) di periode pelaporan.

Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.38. Penjualan Eceran Perlengkapan Konstruksi

Penurunan sektor konstruksi searah dengan realisasi pengadaan semen dan penyaluran kredit konstruksi. Realisasi

pengadaan semen di triwulan II 2015 mencapai 490ribu ton, tumbuh -3,01% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan

periode triwulan I 2015 (-0,63%; yoy). Sementara penyaluran kredit ke sektor konstruksi juga mengalami perlambatan

dari 34,02% (yoy) di triwulan I 2015 menjadi26,21% (yoy). Kredit konstruksi ini terindikasi dari rendahnya realisasi belanja

modal pemerintah di triwulan II 2015. Berdasarkan hasil FGD dengan pihak perbankan, diketahui bahwa rendahnya

realisasi belanja pemerintah berpengaruh signifikan terhadap bisnis perbankan di Sulsel termasuk didalamnya kredit

konstruksi. Data yang dirilis DJPbN Sulsel, diketahui bahwa realisasi belanja modal di triwulan II 2015 hanya mencapai

11%, lebih rendah dari realisasi pada periode yang sama di tahun 2014 yang mencapai 16,2%.

Sumber: Survei Penjualan Eceran Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.39. Penjualan Eceran Perlengkapan Konstruksi Grafik 1.40. Kredit kepada Sektor Konstruksi

1.3.6 Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)4

Kategori Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Kendaraan mengalami pertumbuhan sebesar 7,02% (yoy),

sedangkan kategori Penyediaan Akomodasi Makan Minum tumbuh sebesar 4,03% (yoy). Bila dibandingkan dengan

periode sebelumnya, lapangan usaha perdagangan mengalami percepatan pertumbuhan di triwulan II 2015. Hal ini

searah dengan penyaluran pembiayaan ke sektor perdagangan yang masih menunjukan pertumbuhan tinggi meski lebih

lambat dibandingkan periode sebelumnya. Kredit ke sektor perdagangan di periode pelaporan mencapai Rp30,36 triliun

atau tumbuh 12,68% dibandingkan periode yang sama di tahun 2014. Pertumbuhan perdagangan diperkirakan ditopang

oleh penjualan makanan jadi khususnya sepanjang bulan Ramadhan dan dan beberapa produk kebutuhan tersier seperti

alat olah raga dan alat musik. Hal ini terlihat dari kenaikan indeks penjualan eceran ketiga kelompok barang tersebut

sepanjang periode triwulan II 2015.

4Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor PHR dapat di lihat dari kategoriPerdagangan Besar dan

Eceran dan Reparasi Kendaraan serta kategoriPenyediaan Komodasi Makan Minum(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 23

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.41. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.42. Penjualan Barang Eceran Riil

Permintaan domestik mendominasi permintaan di lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum. Pelonggaran

kebijakan pelarangan rapat di luar kantor yang dikeluarkan oleh pemerintah5 menjadi pendorong utama peningkatan

permintaan di lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum. Hal ini tercermin dari peningkatan tingkat hunian

kamar hotel dari 41,8% di triwulan I menjadi 61,85%. Hal ini sesuai perkiraan, mengingat sebagian besar hotel di Sulsel

mengandalkan kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, andExhibition) untuk menjalankan kegiatan

operasionalnya. Sementara itu, pariwisata dinilai belum mampu mendorong perkembangan usaha penyediaan akomodasi

makan minum. Hal ini mengacu pada indikator pariwisata internasional seperti jumlah kedatangan wisman di triwulan II

2015 yang masih menunjukan pertumbuhan yang negatif di periode pelaporan. Pertumbuhan kedatangan wisman ke

Sulsel di triwulan II 2015 masih mengalami pertumbuhan negatif sebesar -21,83% (yoy).

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.43. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Grafik 1.44. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

1.3.7 Lapangan Usaha Angkutan dan Komunikasi6

Di triwulan laporan, lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 7,03% (yoy), sedangkan kelompok

Informasi dan Komunikasi tumbuh meningkat sebesar 7,46% (yoy). Pertumbuhanlapangan usaha transportasi dan

pergudangan searah dengan peningkatanaktivitas penumpang di Bandara Sultan Hasanudin. Jumlah penumpang yang

berangkat tercatat dari Bandara Sultan Hasanudin sepanjang triwulan II 2015 mencapai 778ribu penumpang atau tumbuh

0,85% dibandingkan periode yang sama di tahun 2014. Angka ini membaik dibandingkan triwulan I 2015 yang tercatat

mengalami kontraksi sebesar -6,08% (yoy). Namun peningkatan sektor usaha angkutan ini tidak tercermin dari penyaluran

kredit ke sektor pengangkutan yang tercatat mengalami kontraksi -9,33% (yoy).

5Peraturan Menteri PAN RB No. 6/2015 yang terbit di bulan April 2015.

6 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Angkutan dan Komunikasi dapat dilihat dari pendekatan

kategoriTransportasi dan Pergudangan dan kategoriInformasi Dan Komunikasi(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Sumber: Angkasa Pura Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.45. Lalu Lintas Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.46. Kredit Sektor Pengangkutan

Subsektor usaha angkutan laut turun masih terkontraksi di triwulan II 2015. Otoritas pelabuhan Makassar menyebutkan

bahwa di triwulan II 2015, kegiatan lalulintas barang maupun penumpang di pelabuhan Makassar masih mengalami

kontraksi. Total volume bongkar muat barang di pelabuhan Makassar sepanjang triwulan II 2015 mencapai 2,53juta ton,

lebih rendah -4,96% (yoy). Kontraksi juga terjadi di pengangkutan penumpang, tercatat kontraksi di triwulan II 2015

mencapai -11,97% (yoy) lebih tinggi dibandingkan kontraksi di triwulan I 2015 sebesar -9,80% (yoy). Masih terpusatnya

gerbang ekspor Indonesia Timur melalui pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya), menjadi salah satu penyebab rendahnya

lalu lintas kapal di Pelabuhan Makassar.

Sumber: Otoritas Pelabuhan Makassar Sumber: Otoritas Pelabuhan Makassar

Grafik 1.47. Lalu Lintas Barangdi Pelabuhan Makassar Grafik 1.48. Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Makassar.

1.3.8 Lapangan Usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan7

Di triwulan pelaporan, lapangan usaha jasa keuangan tumbuh melambat dari sebesar dari 9,18% (yoy) menjadi 2,52%

(yoy), sedangkan lapangan usahareal estatejuga tumbuh melambat dari 8,88% (yoy) menjadi 7,55% (yoy). Faktor

penyebab perlambatan salah satunya datang dari penurunan kinerja subsektor perbankan. Deselerasi penghimpunan DPK

dan penyaluran kredit mengakibatkanpenurunan nilai tambah bruto perbankan di Sulsel pada triwulan II 2015. Di sisi lain,

penurunan di lapangan usaha Real Estate terlihat dari melambatnya penjualan properti di wilayah Sulsel sepanjang

triwulan II 2015. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) menunjukan tendensi perlambatan melanjutkan tren yang

sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2014.

7 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dapat dilihat

dari pendekatan kategoriJasa Keuangan dan kategori Real Estate(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 25

Grafik 1.49. Nilai Tambah Bank Grafik 1.50. Penjualan Properti

1.3.9 Lapangan Usaha Jasa-jasa8

Di triwulan pelaporan, kategori jasa perusahaan; kategori

administrasi pemerintah; kategori jasa pendidikan;

kategori jasa kesehatan & kegiatan sosial; dan kategori

jasa lainnya, secara berturut-turut tumbuh sebesar 4,48%

(yoy); 5,04% (yoy); 9,07% (yoy); 6,71% (yoy); dan 8,16%

(yoy). Secara agregat, bila dibandingkan dengan

pertumbuhan sektor jasa-jasa triwulan I 2015, maka terjadi

akselerasi pertumbuhan di periode pelaporan. Hal ini

sejalan dengan perkembangan penyaluran kredit ke sektor

jasa sosial masyarakat. Di triwulan I 2015, kredit jasa sosial

masyarakat tumbuh 38,09% (yoy) lebih tinggi dari

pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat

mencapai 29,92% (yoy).

Grafik 1.51. Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat

8 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Jasa-Jasa Perusahaan dapat dilihat dari pendekatan

lapanganusaha yang baru antara lain kategoriJasa Perusahaan, kategoriAdministrasi Pemerintah, kategoriJasa Pendidikan, kategoriJasa Kesehatan & Kegiatan Sosial, dan kategoriJasa Lainnya(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Boks 1.A. Pemetaan Kendala Utama Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (Most Binding Constraint) melalui Metode Growth Diagnostic

Melanjutkan analisis Growth Diagnostic pada Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) pada triwulan IV 2014,

selanjutnya perlu diidentifikasi secara agregate faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan Sulsel. Analisis kali ini

dilakukan berdasarkan teoriComputable General Equilibrium (CGE), dengan asumsi terjadi keseimbangan (equilibrium)

antara faktor input produksi (modal, tenaga kerja, dan tanah), dengan faktor output. Ada pun penghitungan shock dalam

CGE menggunakan program GEMPACK yang dikembangkan oleh CoPS (Centre of Policy Studies), Monash University, yang

telah diaplikasikan di negara Australia, Brazil, Finlandia, Tiongkok, Afrika Selatan, dan Indonesia. Program ini biasanya

untuk menghitung dampak kebijakan kepada indikator makro utama (pertumbuhan, inflasi, penyerapan tenaga kerja,

upah, ekspor, dan import).

Metode penelitian Growth Diagnostic mengadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Hausmann, Rodric, dan

Velasco (2005). Kerangka kerja diagnostik pertumbuhan (growth diagnostic) didasarkan pada strategi untuk

memperhitungkan prioritas kebijakan. Strategi tersebut menyasar pada identifikasi atas kendala mengikat (binding

constraint) pada aktivitas ekonomi, dan perlunya kebijakan yang dapat memecahkannya.

Grafik 1.A.1. Kerangka Berfikir Growth Diagnostic

Menggunakan metode tersebut di atas, dilengkapi dengan beberapa data sekunder, dipetakan faktor-faktor yang

mendukung dan menghambat pertumbuhan Sulsel. Faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan di Sulsel adalah letak

geografis yang strategis, akses yang memadai ke lembaga keuangan, kondisi makroekonomi yang stabil dan kondusif, dan

iklim investasi yang kondusif. Di sisi lain, hambatan pertumbuhan yang teridentifikasi di Sulsel adalah Biaya Dana yang

masih cukup tinggi, ketersediaan tenaga kerja yang rendah (terutama tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan yang

tinggi), kondisi infrastruktur terutama jalan Kabupaten, kehandalan pasokan listrik, penduduk miskin pedesaan dengan

produktivitas terendah, dan kondisi keamanan yang kurang kondusif (tingkat kriminalitas dan konflik).

Untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel telah mencanangkan beberapa

program prioritas. Dengan menghitung dampak kebijakan tersebut secara kuantitatif, akan dicari most binding constraint

terhadap ekonomi Sulsel. Penyelesaian terhadap most binding constraint akan mendorong dampak positif yang besar

terhadap indikator makro utama (PDRB, Inflasi, dll) terhadap Sulsel. Namun perlu menjadi perhatian, bahwa dampak

positif ke Sulsel, belum tentu berdampak positif juga ke provinsi lainnya, karena menggunakan konsep general

equilibrium (GE) antar daerah. Karena antar daerah bersifat borderless, konsep GE akan terus menciptakan keseimbangan

antar faktor produksi yang tradable, seperti tenaga kerja dan modal.

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 27

Tabel 1.A.1. Matriks Temuan Permasalahan Berdasarkan Metode HRV

Low Growth and Investment

Binding Finance Binding Social Return

Low Agregat Saving

Bad Finance

Lack of Complementary Factor Low Appropriability

Human Capital Infrastructure, Public Goods (Geography)

Government Failure Coordination

Ex Ante Ex Post Market Fail

Ex Ante Risk Tax Low Property, rights, crime & corruption

Low R&N, Low Self Discovery

DPK Ratio NPL Indeks Pembangunan Manusia

Panjang Jalan Tingkat Inflasi Tingkat Pajak dan Retribusi

Indeks Persepsi Korupsi Defisit Neraca Perdagangan

Jumlah lembaga keuangan

Alokasi kredit Angka Partisipasi Pendidikan

Pemanfaatan Pelabuhan dan Bandara

Kondisi Fiskal Indeks Iklim Investasi

Suku Bunga Rasio pendidikan pada angkatan kerja

Suply Listrik

LDR Pasokan Air Bersih

Sanitasi

Keterangan:

Beberapa program Pemerintah Daerah/Upaya untuk mengatasi permasalahan utama (most binding constraint)di Sulsel

telah masuk ke dalam RPJMD 2013-2018. Dari hasil matriks tabel 1.A.1 dan tabel 1.A.2, maka penyelesaian dari

pembangunan infrastruktur penunjang terutama listrik, merupakan yang paling penting, oleh karena itu,

pembangunannya perlu dilakukan segera dan tepat waktu/target. Industri semen dan perkebunan kakao merupakan

subsektor yang paling diuntungkan dengan pembangunan infrastruktur. Kedua, perbaikan kualitas sumberdaya manusia

di sektor pertanian (beasiswa sekolah kejuruan), terutama akan meningkatkan pertumbuhan di subsektor perkebunan.

Ketiga, perluasan lahan pertanian bahan makanan akan meningkatkan pertumbuhan di sektor bahan makanan, namun

secara agregate dampaknya terhadap pertumbuhan kecil, karena terjadi trade offdengan sub sektor lainnya. Oleh karena

itu, Pemda perlu menentukan prioritas sektor yang menjadi unggulan daerah.Beberapa rencana reformasi struktural yang

akan dilaksanakan Pemda, dapat dijalankan secara simultan, mengingat hasil yang dicapai terhadap pertumbuhan/tenaga

kerja/inflasi relatif lebih baik.

Tabel 1.A.2.Rencana Pempus/Pemda untuk Mengatasi Most Binding Constraint

Most Binding Constraint

Root Causes Rencana Pempus/Pemda Perhitungan Dampak9

Daya dukung sektor industry (listrik)

Peningkatan daya dukung sektor industri (listrik untuk industri).

Bontobatu (FTP2), 110 Mw, Malea 90 Mw (Sulsel), PLTU Jeneponto (3x135Mw), PLTU Sulsel Barru 2 (2 X 50 MW + 100 MW), dan beberapa mini hydro.

PDRB naik 0,028%.

Inflasi turun 0,023%.

Pengangguran turun 0,021%.

Tenaga kerja Terampil dan Inovatif

Pendidikan kejuruan belum berkembang

Gratis biaya pendidikan (terpilih) pada sekolah Kejuruan Khusus (penerbangan, pramugari, SMK pertanian, perkebunan, perikanan).

PDRB naik 0,005%.

Inflasi turun 0,009%.

Pengangguran turun 0,0004%.

Sarana Pergudangan, dan industri belum terintegrasi dengan Pelabuhan dan Bandara

Sarana penghubung kawasan industri dengan pelabuhan/bandara.

Industri kebutuhan dasar.

Pembangunan Makassar New Port.

Pembangunan jalur kereta api Makassar-Parepare menghubungkan Kota Makassar- Kota Parepare sepanjang 144 kilometer.

PDRB naik 0,008%.

Inflasi turun 0,005%.

Pengangguran turun 0,003%

9Perhitungan menggunakan program GEMPACK (General Equilibrium Modelling PACKage) yang dikembangkan oleh Centre of Policy Studies (CoPS) di

Melbourne, Australia.

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Peningkatan produksi sektor tradable

Pembangunan waduk, dan saluran irigasi.

Pembangunan Waduk Karaloe, Paseloreng,Pamukulu, Jenelata, Nipa-nipa.

PDRB naik 0,001%.

Inflasi turun 0,0003%.

Pengangguran turun 0,001%.

Total

PDRB naik 0,05%.

Inflasi turun 0,05%.

Pengangguran turun 0,03%.

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 29

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2 Keuangan Pemerintah

Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel hingga triwulan

II 2015 relatif meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2014.

Faktor pendorong adalah optimalisasi pemungutan pajak dan

retribusi daerah, serta kenaikan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada

triwulan II 2015.

Demikian pula di sisi persentase realisasi belanja untuk APBD Provinsi,

hingga triwulan II 2015, cenderung lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2014. Sementara persentase

penyerapan APBN di Sulsel masih lebih rendah dari tahun 2014.

Diperkirakan faktor kendala teknis memengaruhi penyerapan

anggaran pemerintah pusat di Sulsel

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

2.1. Struktur Anggaran

Keuangan Pemerintah di Sulsel terdiriatas keuangan pemerintah daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah/APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan keuangan pemerintah pusat di daerah (APBN di Sulsel), dengan porsi

terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota. Pada tahun anggaran 2015, pagu anggaran belanja keuangan pemerintah daerah

dan pemerintah pusat di Sulselmencapai Rp48,5 triliun yang terbagi atas APBD Provinsi 12,7%, APBD Kabupaten/Kota

53,4%, dan APBN di Sulsel 33,9% (Grafik 2.1).

APBD Provinsi

11,66%

APBD Kabupaten/Kota

46,81%

Anggaran APBN di Sulsel

41,53%

Rp5,49 triliun

Rp1,54 triliun

Rp6,19 triliun*)

Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel Tahun 2015

Grafik 2.2. Struktur RealisasiBelanja Keuangan Pemerintah di Sulsel Triwulan II 2015

Pada triwulan II 2015, realisasi belanja APBD Kab/Kota memiliki porsi terbesar dibandingkan kelompok belanja

pemerintah yang lainnya. Realisasi APBD Kab/Kota di triwulan II 2015 diperkirakan mencapai Rp6,19 triliun atau 46,81%

dari total realisasi belanja pemerintah di Sulsel. Sementara realisasi APBN di Sulsel mencapai Rp5,49 triliun (41,53% dari

total realisasi belanja) dan APBD Provinsi mencapai Rp1,54 triliun (11,66% dari total realisasi belanja) (Grafik 2.2).

2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi

2.2.1 Pendapatan 2.2.1.1. Struktur Realisasi Pendapatan

Porsi realisasi pendapatan asli daerah (PAD) menunjukkan peningkatan nilai dan persentase terhadap total

pendapatan APBD Provinsi Sulsel. Pada triwulan II 2015, porsi dana perimbangan mengalami penurunan, sementara PAD

meningkat, yang menunjukkan tingkat ketergantungan Provinsi kepada anggaran pusat semakin menurun. Porsi realisasi

PAD triwulan II 2015 mencapai 49,61%, atau secara nominal mencapai Rp 1,43 triliun, lebih tinggi dari triwulan II 2014

(48,57% atau Rp1,23 triliun). Hal ini dapat sebagai indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada triwulan II

2015 dapat berdampak positif terhadap penambahan PAD Sulsel.

Rp735 Rp879Rp1.063 Rp1.132 Rp1.234

Rp1.432

Rp509Rp541

Rp717Rp783

Rp850Rp847Rp0

Rp0

Rp456

Rp602

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Tw II-2010 Tw II-2011 Tw II-2012 Tw II-2013 Tw II-2014 Tw II-2015

Rp miliar

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah

Sumber:Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel, diolah Grafik 2.3. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 31

2.2.1.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan

Nominal dan persentase10

realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Selatan relatif meningkat hingga triwulan II

2015 dibandingkan tahun 2014 periode berjalan.Hingga triwulan II 2015, realisasi anggaran pendapatan daerah telah

mencapai 46,77%, 1,81% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan tahun lalu yang mencapai 44,96%. Nilai realisasi

anggaran pendapatan daerah hingga triwulan II 2015, telah mencapai Rp.2,89 triliun dari total target pendapatan tahunan

sebesar Rp.6,17 triliun. Nominal pendapatan tahun ini lebih besar Rp.0,35 triliun dibandingkan tahun lalu yang hanya

mencapai Rp.2,54 triliun. Peningkatan pendapatan ini masih didorong oleh realisasi PAD, yang terdiri dari pendapatan

pajak senilai Rp.1,25 triliun (41,03%), pendapatan retribusi senilai Rp. 36,67 miliar (40,81%), dan lain-lain pendapatan PAD

yang sah sebesar Rp.57,26 miliar (34,41%), serta dari hasil pengelolaan kekayaan daerah sebesar Rp.88,53 miliar, yang

mana telah melebihi target sebesar Rp.80,23 miliar.

Tabel 2.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi (Rp Miliar)

Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI

1. PENDAPATAN

1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,128.86 1,234 39.44% 3,380.99 1,431.60 42.34%

- Pendapatan Pajak Daerah 2,807.47 1,127.77 40.17% 3,044.55 1,249.15 41.03%

- Pendapatan Retribusi Daerah 84.30 30.52 36.20% 89.85 36.67 40.81%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 74.60 0.68 0.91% 80.23 88.53 110.34%

- Lain-lain PAD yang Sah 162.50 74.96 46.13% 166.37 57.26 34.41%

1.2. DANA PERIMBANGAN 1,575.57 850 53.97% 1,530.72 847.31 55.35%

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 293.00 122.8 41.92% 272.35 115.87 42.55%

- DAU 1,209.60 705.6 58.33% 1,180.01 688.34 58.33%

- DAK 72.98 21.9 30.00% 78.36 43.10 55.00%

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 932.62 455.8 48.87% 1,248.35 601.64 48.19%

1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 13.52 0.4 3.25% 10.12 5.03 49.76%

JUMLAH PENDAPATAN 5,650.58 2,540.48 44.96% 6,170.18 2,885.59 46.77%

ANGGARAN 2015

Realisasi s/d TRIWULAN II 2015

NO. U R A I A N ANGGARAN 2014

Realisasi s/d TRIWULAN II 2014

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Realisasi dana perimbangan hingga triwulan II 2015 mengalami peningkatan secara persentase namun mengalami

penurunan secara nominal jika dibandingkan dengan tahun lalu. Persentase realisasi dana perimbangan hingga tahun

lalu sebesar 53,97% dengan nominal Rp.850 miliar, sementara tahun ini mencapai 55,35% dengan nominal Rp.847 miliar.

Dari tiga komponen dana perimbangan, yakni dana bagi hasil (DBH) pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum (DAU),

dan dana alokasi khusus (DAK), hanya DAK yang mengalami peningkatan yang signifikan baik secara persentase maupun

secara nominal. DAK hingga triwulan II 2015 mencapai Rp.43,1 miliar (55%), sementara tahun lalu sebesar Rp.21,9 miliar

(30%). DBH mengalami peningkatan secara persentase realisasi dari 41,92% di 2014 menjadi 42,55% di 2015, namun

mengalami penurunan nominal dari Rp.122,88 miliar di tahun 2014 menjadi Rp.115,87 di tahun 2015. Sementara

persentase realisasi DAU dan transfer pemerintah pusat lainnya masing-masing sebesar 58,33% (Rp.688,34 miliar) dan

48,19% (Rp.601,64 miliar) relatif sama dengan triwulan II 2014. Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada pos lain-lain

pendapatan yang sah, di tahun 2014 senilai Rp.0,4 miliar (3,25%), sementara di tahun 2015 senilai Rp.5,03 miliar

(49,67%).

2.2.2 Belanja

2.2.2.1. Struktur Realisasi Belanja

Porsi realisasi belanja modal menunjukkan peningkatan, dari sisi nilai maupun persentase. Pada triwulan II 2015, porsi

belanja modal naik. Porsi realisasi belanja modal triwulan II 2015 sebesar 7,35%, atau sebesar Rp151,98 miliar, lebih tinggi

dari porsi realisasi triwulan II 2014 porsi terhadap total realisasi yang sebesar 6,46% atau secara nominal Rp126,66 miliar.

Sementara porsi belanja operasional cenderung menurun, dari 70,55% pada triwulan II 2014 menjadi 67,62% di triwulan II

2015.

10Persentase realisasi menunjukkan kinerja (performance) realisasi dibandingkan dengan anggaran (perencanaan).

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Rp590 Rp539

Rp1.219 Rp1.305 Rp1.382 Rp1.399Rp30 Rp108

Rp50Rp53

Rp127 Rp152

Rp147Rp365

Rp142

Rp316

Rp450Rp518

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

2.200

Tw II-2010 Tw II-2011 Tw II-2012 Tw II-2013 Tw II-2014 Tw II-2015

Rp miliar

Transfer Belanja Modal Belanja Operasional

(55,0%)(44,6%)(41,3%)

(63,2%)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Grafik 2.4. Proporsi Realisasi Belanja APBD

2.2.2.2. Perkembangan Realisasi Belanja

Persentase realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Selatan hingga triwulan II 2015 relatif mengalami peningkatan

dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014. Hingga triwulan II 2015 ini, tercatat realisasi telah berjalan 33,55% atau

sebesar Rp2,07 triliun dari target tahun 2015 sebesar Rp6,17 triliun. Hal ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi

belanja pada tahun 2014 baik secara nominal maupun secara persentase. Pada tahun 2014, realisasi belanja APBD

Provinsi tercatat sebesar 32,20% (Rp1,96 triliun dari target Rp6,09 triliun).

Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi BelanjaAPBD Provinsi (Rp Miliar)

Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI

2. BELANJA

2.1. BELANJA OPERASI 4,020.51 1,382.41 34.38% 4,179.70 1,399.06 33.47%

- Belanja Pegawai 1,055.92 406.99 38.54% 1,165.82 428.17 36.73%

- Belanja Barang 1,379.90 328.35 23.80% 1,220.48 225.77 18.50%

- Belanja Bunga 22.00 5.47 24.85% 39.50 13.65 34.55%

- Belanja Hibah 969.43 468.96 48.38% 1,264.51 605.61 47.89%

- Belanja Bantuan Keuangan 593.25 172.64 29.10% 489.40 125.85 25.72%

2.2. BELANJA MODAL 955.10 126.66 13.26% 658.61 151.98 23.08%

- Belanja Tanah 53.60 0.00% 136.52 1.54 1.13%

- Belanja Peralatan & Mesin 103.81 17.08 16.45% 88.39 13.77 15.58%

- Belanja Gedung dan Bangunan 105.07 1.96 1.87% 155.84 6.12 3.93%

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 690.57 107.54 15.57% 271.13 128.88 47.54%

- Belanja Aset Tetap Lainnya 1.31 0.00 0.23% 1.03 0.55 54.01%

- Aset Lainnya 0.74 0.07 9.41% 5.71 1.11 19.45%

2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA 5.50 - 0.00% 20.00 - 0.00%

JUMLAH BELANJA 4,981.10 1,509.07 30.30% 4,858.31 1,551.04 31.93%

TRANSFER 1,103.82 450.36 40.80% 1,308.80 517.99 39.58%

TOTAL BELANJA 6,084.92 1,959.43 32.20% 6,167.11 2,069.03 33.55%

SURPLUS / (DEFISIT) (434.34) 581.05 -133.78% 3.07 816.56 26622.63%

3. PEMBIAYAAN

3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 485.34 189 38.99% 132.93 309.74 233.01%

3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 51.00 0 0.00% 136.00 68.00 50.00%

JUMLAH PEMBIAYAAN 434.34 189.23 43.57% (3.07) 241.74 -7881.73%

ANGGARAN 2015

Realisasi s/d TRIWULAN II 2015

NO. U R A I A N ANGGARAN 2014

Realisasi s/d TRIWULAN II 2014

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Realisasi belanja operasional yang bersifat rutin, secara persentase tercatat lebih rendah dari periode yang sama tahun

sebelumnya. Total pos belanja operasional terealisasi hingga triwulan II 2015 sebesar Rp1.399,06 miliar (33,47%) dengan

persentase penyerapan terbesar pada belanja hibah yaitu sebesar 47,89% dan terkecil adalah belanja barang (18,5%).

Sementara untuk belanja rutin yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja bunga, persentasenya masing-masing

sebesar 36,73% dan 34,55%. Belanja pegawai mengalami penurunan sementara belanja bunga mengalami peningkatan

persentase realisasi belanja APBD Provinsi.

Untuk pembangunan infrastruktur yang bersumber dari belanja modal, realisasinya lebih berkembang dibandingkan

dengan periode berjalan tahun sebelumnya. Pada tahun ini realisasi belanja modal telah mencapai 23,08% (Rp191,98

miliar) lebih tinggi 9,82% dibandingkan tahun lalu (13,26%; Rp126,66 miliar). Belanja jalan, irigasi, dan jaringan masih

merupakan pos dengan porsi terbesar. Hingga triwulan II 2015, realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan hampir berjalan

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 33

setengah tahap (47,54%) dari keseluruhan anggaran belanja. Hal ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya yang

hanya mencapai 15,57%. Hal ini akan berdampak baik karena semakin cepat realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan,

maka akan mempercepat peningkatan infrastruktur yang pada akhirnya akan memberikan multiplier effect dalam

pertumbuhan investasi dan ekonomi Sulsel.

Pada triwulan II 2015, realisasi transfer berupa bagi pajak, retribusi, dan pendapatan ke Kabupaten/Kota, mengalami

penurunan secara persentase, namun terjadi peningkatan secara nominal. Tercatat sebesar 39,58% realisasi transfer

pada triwulan II 2015, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 40,80%. Namun terjadi peningkatan nominal,

yakni Rp517,99 miliar di 2015 berbanding Rp450,36 miliar di tahun 2014. Surplus hingga periode triwulan II tahun ini

sebesar Rp816,56 miliar, sementara jumlah pembiayaan daerah sebesar Rp241,74 miliar.

2.3. Perkembangan Realisasi Belanja Anggaran APBD Kabupaten/Kota se-Sulsel11

2.3.1 Struktur Realisasi Belanja

Di tingkat kabupaten dan kota, realisasi belanja

operasional mendominasi dibanding komponen lainnya.

Porsi belanja operasional triwulan I 2015 porsinya sebesar

94,12% (Rp1.756miliar). Sementara belanja modal, belanja

tidak terduga, dan transfer, masing-masing baru terealisasi

Rp108 miliar; Rp268 juta; dan Rp1,05 miliar, dengan porsi

5,81%; 0,01%; dan 0,06%.

Belanja OperasiRp1.756 94,12%

Belanja ModalRp108 5,81%

Belanja tidak

terdugaRp0

0,01%

TransferRp1

0,06%

Grafik 2.5. Proporsi Belanja APBD Kabupaten/Kota di Sulsel

2.3.2 Perkembangan Realisasi Belanja

Hingga triwulan I 2015, persentase realisasi APBD Kabupaten/Kota juga relatif masih rendah. Persentaserealisasi

anggaran sampai dengan triwulan I 2015baru mencapai 7,20% atau baru sekitar 7,20%. Pendorong masih rendahnya

persentase realisasi tersebut juga berasal dari realisasi belanja modal yang masih rendah, atau baru sekitar 2,28%. Bahkan

persentase realisasi belanja operasional juga baru mencapai 10,58%. Diharapkan realisasi APBD Kabupaten dan Kota akan

semakin meningkat pada triwulan II 2015, untuk membantu meningkatkan ekonomi Sulsel yang cenderung melambat di

awal tahun 2015.

Baru sekitar sepertiga jumlah kabupaten dan kota yang persentase realisasi APBD-nya melebihi persentase realisasi

APBD Provinsi. Dengan persentase realisasi APBD Provinsi yang mencapai 10,23%, hanya sekitar 10 kabupaten dan kota

dengan persentase realisasi APBD-nya lebih tinggi. Persentase realisasi APBD tertinggi dicapai oleh Kota Palopo, sebesar

14,23%, sementara realisasi yang terendah dicapai oleh kabupaten Luwu Timur. Ruang Kabupaten dan Kota untuk

mendorong ekonomi Sulsel lebih tinggi lagi sangat terbuka dengan melakukan optimalisasi realisasi penyerapan belanja

APBD, mulai triwulan berikutnya.

11 Realisasi untuk 18 Kabupaten dan Kota di Sulsel, antara lain Kab. Bantaeng, Kab. Barru, Kab. Bone, Kab. Bulukumba, Kab. Enrekang, Kab. Jeneponto,

Kab. Luwu Utara, Kab. Pangkajene Kepulauan, Kab. Kepulauan Selayar, Kab. Sinjai, Kab. Soppeng, Kab. Takalar, Kab. Wajo, Kota Pare-Pare, Kota Makassar, Kota Palopo, Kab. Luwu Timur, dan Kab. Toraja Utara.

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Tabel 2.3.Pagu Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Triwulan I 2015 APBD Kabupaten dan Kota se-Sulsel8

Belanja

Operasi

Belanja

ModalTotal Belanja

Belanja

Operasi

Belanja

ModalTotal Belanja

Belanja

Operasi

Belanja

ModalTotal Belanja

Kota Palopo 618,99 102,76 722,75 100,05 2,80 102,85 16,16% 2,73% 14,23%

Kab. Sinjai 579,26 135,73 717,98 84,82 3,97 88,86 14,64% 2,92% 12,38%

Kab. Wajo 971,56 254,77 1.227,82 142,53 8,73 151,38 14,67% 3,43% 12,33%

Kab. Barru 654,53 154,90 809,43 66,47 32,60 99,07 10,16% 21,05% 12,24%

Kab. Bantaeng 602,39 79,96 683,35 79,26 3,43 82,69 13,16% 4,29% 12,10%

Kab. Bone 1.365,68 237,34 1.766,10 200,09 9,80 210,95 14,65% 4,13% 11,94%

Kab. Luwu Utara 834,32 186,13 1.021,45 114,84 4,43 119,27 13,76% 2,38% 11,68%

Kota Pare-Pare 390,74 137,96 530,20 58,78 0,76 59,54 15,04% 0,55% 11,23%

Kota Makassar 2.576,40 681,04 3.263,87 331,09 20,45 351,54 12,85% 3,00% 10,77%

Kab. Jeneponto 759,39 200,63 965,93 101,24 - 101,24 13,33% 0,00% 10,48%

Kab. Takalar 780,40 119,85 908,31 87,68 1,62 89,29 11,23% 1,35% 9,83%

Kab. Pangkep 777,34 325,22 1.127,76 103,67 2,35 106,02 13,34% 0,72% 9,40%

Kab. Kepulauan Selayar 568,45 161,42 732,03 61,83 4,69 66,52 10,88% 2,91% 9,09%

Kab. Enrekang 637,10 191,14 858,33 77,15 0,13 77,28 12,11% 0,07% 9,00%

Kab. Toraja Utara 584,55 159,96 747,86 57,28 0,28 57,63 9,80% 0,18% 7,71%

Kab. Bulukumba 1.013,76 319,56 1.337,75 48,40 7,61 56,01 4,77% 2,38% 4,19%

Kab. Soppeng 773,91 162,22 937,73 26,42 - 26,42 3,41% 0,00% 2,82%

Kab. Luwu Timur 639,99 455,67 1.105,90 14,48 4,80 19,28 2,26% 1,05% 1,74%

Total 16.598,68 4.754,90 25.931,59 1.756,08 108,44 1.865,84 10,58% 2,28% 7,20%

Kabupaten/Kota

Anggaran 2015 (Rp miliar) Realisasi Triwulan I 2015 (Rp miliar) Realisasi Triwulan I 2015

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

2.4. Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulsel

2.4.1 Struktur Realisasi Belanja

Komponen belanja pegawai memiliki kontribusi terbesar dalam realisasi belanja APBN di Sulsel pada triwulan II 2015.

Pada periode berjalan, porsi belanja pegawai mencapai 49% dari total keseluruhan realisasi belanja APBN di Sulsel,

dengan nominal Rp2,71 triliun. Porsi belanja pegawai ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II tahun 2014

yang hanya mencapai 44% (Rp2,29 triliun). Kemudian, porsi belanja modal juga mengalami peningkatan, dari tahun lalu

sejumlah 14% (Rp0,75 triliun), menjadi 15% (Rp0,84 triliun) pada triwulan II tahun ini. Sementara, belanja barang yang

berkontribusi terbesar kedua dalam belanja APBN di Sulsel, mengalami penurunan porsi dari tahun lalu. Triwulan II tahun

2014, belanja pegawai berkontribusi hingga 32% (Rp1,65 triliun), sedangkan pada tahun ini hanya berkontribusi 26%

(Rp1,42 triliun) dari total belanja APBN di Sulsel hingga triwulan 2014. Di sisi lain, belanja bantuan sosial tidak mengalami

perubahan porsi belanja APBN di Sulsel, masih berada di angka 10% (Rp0,53 triliun pada tahun 2015, dibandingkan

Rp0,55 triliun pada tahun 2014).

Sumber: DJPbN Prov. Sulsel, diolah

Grafik 2.6. Proporsi Belanja APBN di Sulsel di Sulsel

2.4.2 Perkembangan Realisasi Belanja Hingga periode triwulan II 2015, persentase realisasi anggaran belanja APBN di Provinsi/Kabupaten/Kota Sulawesi

Selatan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan II 2014. Pada tahun 2015, realisasi anggaran pada

periode triwulan kedua baru mencapai 29,0%, lebih rendah dibandingkan periode triwulan II 2014 yang telah mencapai

32,45%. Namun, jika perbandingan dilihat dari segi nominal, realisasi belanja APBN di Sulsel sebesar Rp5,49 triliun, lebih

besar dari tahun lalu yang mencapai Rp5,24 triliun. Rendahnya persentase realisasi belanja APBN di Sulsel cenderung

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 35

didorong oleh kendala teknis, karena adanya perubahan nomenklatur Kementerian dan Lembaga untuk dokumen

pencairan anggaran (boks 2.A).

Nominal realisasi anggaran per jenis belanja APBN di Provinsi/Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan dan masih didominasi

oleh belanja pegawai. Hingga periode triwulan II 2015, nominal realisasi belanja pegawai APBN di Sulawesi Selatan

mencapai Rp2,71 triliun dan telah berjalan 44,53% dari anggaran tahunan sebesar Rp6,1 triliun. Realisasi belanja pegawai

ini masih lebih tinggi dibanding tahun lalu baik secara persentase (40,99%), maupun secara nominal (Rp2,3 triliun). Di sisi

lain, belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu secara

persentase, masing-masing sebesar 25%,0; 15,8%; dan 28,3%. Secara nominal, hanya belanja modal yang mengalami

peningkatan diantara tiga jenis anggaran belanja tersebut yakni sebesarRp0,84 triliun, sementara tahun lalu hanya

sebesar Rp0,75 triliun.

Tabel 2.4.Pagu Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja Triwulan I APBN di Sulsel se-Sulsel

Nominal % Realisasi Nominal % Realisasi

Belanja Pegawai 5,589.88 2,291.29 40.99% 6,082.32 2,708.40 44.53%

Belanja Barang 4,769.18 1,648.84 34.57% 5,664.97 1,416.19 25.00%

Belanja Modal 4,485.40 746.03 16.63% 5,323.78 839.56 15.77%

Belanja Bantuan Sosial 1,291.77 549.36 42.53% 1,869.59 528.46 28.27%

JUMLAH BELANJA 16,136.24 5,235.52 32.45% 18,940.66 5,492.61 29.00%

Anggaran 2015Realisasi s/d Triwulan II 2015

U R A I A N Anggaran 2014Realisasi s/d Triwulan II 2014

Sumber: DJPbN Prov. Sulsel, diolah

Masih rendahnya realisasi belanja juga terlihat dari penyerapan anggaran Dana Desa. Berdasarkan data terakhir (1 Juni

2015), total penyerapan anggaran mencapai Rp191,42 milyar atau 30,13% dari total anggaran Rp635,36 milyar. Angka ini

jauh dari target tahap I (April 2015) yang harusnya sudah mencapai 40%. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.

93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa

disebutkan bahwa penyaluran dana desa dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap I, pada bulan April sebesar 40% (empat

puluh per seratus);tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus); dan tahap III, pada bulan Oktober

sebesar 20% (dua puluh per seratus). Dari total 2.253 desa di 24 Kab/Kota se Sulsel, realisasi tertinggi ada di kab. Luwu

(Rp22,72 milyar), di sisi lain terdpat dua kabupaten yaitu kab. Wajo dan kab. Luwu Utara yang belum merealisasikan dana

desa nya sama sekali (Rp0,-)

2.5. Peran Realisasi Keuangan Pemerintah Dalam PDRB

Peran realisasi komponen pendapatan pendapatan terhadap ekonomi daerah12

pada triwulan II 2015 relatif menurun

dibandingkan tahun sebelumnya. Dana perimbangan per PDRB ADHB, rasio triwulan II 2015 sebesar 0,52%, lebih rendah

daripada triwulan II 2014 sebesar 0,60%. Namun, rasio PAD terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)

memperlihatkan peranan yang sedikit naik pada triwulan II 2015 (0,88%) dibandingkan triwulan II 2014 (0,87%) (Grafik

2.7). Pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada triwulan II 2015 di Sulsel, mendorong peningkatan peran PAD terhadap

ekonomi Sulsel. Untuk lebih meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan APBD, dapat dilakukan antara lain melalui

perluasan basis penerimaan pajak, meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan, ataupun pemberdayaan

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Peran realisasi komponen belanja APBD dan APBN di Sulsel hingga triwulan II 2015, untuk stimulus ekonomi

daerah13

menurun. Rasio belanja operasional triwulan II 2015 sebesar 3,38%, lebih rendah dari triwulan II 2014, yang

sebesar 3,74%. Turunnya rasio belanja operasional dan belanja modal searah dengan perlambatan konsumsi pemerintah

pada triwulan II 2015. Di sisi lain, rasio belanja modal terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), relatif stabil hingga

triwulan II 2015 menjadi sebesar 0,61%, sementara triwulan II 2014 juga sebesar 0,61%.

12 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif 13 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

0,90 0,92 0,96 0,92 0,87 0,88

0,62

0,56

0,65 0,63 0,60

0,52

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

0,90

1,00

Tw II-2010 Tw II-2011 Tw II-2012 Tw II-2013 Tw II-2014 Tw II-2015

%

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan

3,64 3,02 4,05 3,87 3,74 3,38

0,52

1,05

0,80 0,80

0,61 0,61

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

Tw II-2010 Tw II-2011 Tw II-2012 Tw II-2013 Tw II-2014 Tw II-2015

%%

Belanja Operasi Belanja Modal - sisi kanan

Grafik 2.7. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB Grafik 2.8. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 37

Boks 2.A. Pengaruh Perubahan Nomenklatur Kementerian/Lembaga Terhadap Penyerapan Belanja APBN 2015 di Sulsel

Struktur kementerian/lembaga mengalami perubahan dalam era Pemerintah periode 2014-2019. Pembentukan dan

perubahan kementerian pada Kabinet Kerja sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 121/P

Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 dan

Peraturan Presiden No 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja mengakibatkan terjadinya

pergeseran tugas dan fungsi antar kementerian negara dan lembaga15

. Beberapa kementerian dan lembaga yang

mengalami perubahan nomenklatur adalah sebagai berikut:

No Nomenklatur Awal No Saat Ini (Perpres No 165/2014)

1 Kementeriaan Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat

1 Kementeriaan Koordinator Bidang Pembangunan

Manusia dan Kebudayaan

2 Kementeriaan Koordinator Bidang Kemaritiman

2 Kementeriaan Pekerjaan Umum 3 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

3 Kementerian Perumahan Rakyat

4 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 4 Kementerian Pariwisata

5 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 5 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

6 Kementerian Riset dan Teknologi 6 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

7 Kementerian Kehutanan 7 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

8 Kementerian Lingkungan Hidup

9 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 8 Kementerian Ketenagakerjaan

10 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal 9 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,

dan Transmigrasi

11 Badan Pertanahan Nasional 10 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN

Perubahan struktur Kementerian/Lembaga (K/L) tersebut untuk mendukung prioritas pembangunan. Pemerintah

mengambil kebijakan untuk mengalokasikan tambahan anggaran belanja untuk berbagai program/kegiatan prioritas,

untuk mendukung pencapaian visi-misi dan prioritas pembangunan Presiden pada tahun 2015. Anggarannya bersumber

antara lain dari penghematan subsidi bahan bakar minyak (BBM) tahun 2015, serta berbagai upaya terkait optimasi

pendapatan negara. Hal ini sejalan dengan konsep penyusunan APBN tahun 2015 yang masih belum menampung

program dan kegiatan yang merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden. Kebijakan tambahan anggaran prioritas

tersebut, dialokasikan untuk beberapa K/L yang penggunaannya diarahkan untuk:

1. Pembangunan sektor unggulan bidang pangan, energi, kemaritiman, pariwisata, dan industri;

2. Pemenuhan kewajiban dasar di bidang pendidikan (melalui KIP), bidang kesehatan (melalui KIS dan supply side SJSN

Kesehatan), dan bidang perumahan;

3. Pengurangan kesenjangan antarpendapatan antara lain melalui KKS, pengembangan penghidupan berkelanjutan,

dan PKH;

4. pengurangan kesenjangan antarwilayah, antara lain melalui pengembangan wilayah perbatasan dan pembangunan

pasar tradisional; dan

5. Pembangunan infrastruktur konektivitas.

Perubahan struktur tersebut mengubah nomenklatur16

K/L, yang secara tidak langsung, akan berimplikasi dalam

eksekusi anggaran.Perubahan nomenklatur K/L mengakibatkan terjadinya pergeseran tugas dan fungsi antar K/L, yang

memengaruhi proses penganggaran, pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban di tahun anggaran 2015. Selain itu,

perubahan nomenklatur K/L ini terdapat masa transisi, yaitu periode jeda antara waktu penetapan DIPA baru dan waktu

15Tugas dan fungsi K/L pada periode 2010-2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Kemudian, acuan tersebut telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketujuh atas Perpres Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. 16 Nomenklatur atau Tata Nama adalah sebutan atau penamaan bagi suatu unit organisasi yang lazim digunakan instansi pemerintah (Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di Lingkungan Departemen Keuangan).

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 2 Keuangan Daerah

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

penonaktifan DIPA lama. Terdapat 11 kementerian/lembaga yang mengalami perubahan nomenklatur17

. Secara nasional,

total anggaran kementerian/lembaga tersebut sebesar Rp201,95 triliun. Sementara di Sulsel, anggaran instansi vertikal

yang terkait dengan K/L tersebut sebesar Rp8,77 triliun. Porsi anggaran instansi vertikal tersebut sebesar 4,34% terhadap

anggaran K/L nasional yang mengalami perubahan nomenklatur, dan 27,38% terhadap total anggaran APBN di Sulsel.

Tabel 2.A.1. Perbandingan Realisasi Belanja APBN di Sulsel antara Nomenklatur K/L Lama dengan Baru

(Dalam Miliar Rupiah)

Kementerian/Lembaga Anggaran

2014 (Rp miliar)

Realisasi Tw II 2014 Kementerian/Lembaga

Anggaran 2015

(Rp miliar)

Realisasi Tw II 2015

Nominal Persentase Nominal Persentase

Kementerian/Lembaga Dengan Perubahan Nomenklatur

5.488 1.547 28,19% Kementerian/Lembaga Dengan Perubahan Nomenklatur

8.772 1.314 14,98%

Badan Pertanahan Nasional 130 40 30,45% Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/BPN

142 31 21,79%

Kementerian Dalam Negeri 395 152 38,42% Kementerian Dalam Negeri

142 18 12,86%

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

1 0 7,91% Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi

155 1 0,49%

Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

184 52 28,15% Kementerian Ketenagakerjaan

193 11 5,64%

Kementerian Lingkungan Hidup

26 7 25,56% Kementerian Lingkungan Hidup

25 2 6,86%

Kementerian Kehutanan 251 68 27,26% Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan

301 57 19,00%

Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

52 11 21,01% Kementerian Pariwisata

54 11 19,72%

Kementerian Pekerjaan Umum

2.610 642 24,60% Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

4.285 673 15,72%

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

1.839 576 31,32% Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

1.734 384 22,12%

- - Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi

1.743 126 7,26%

Kementerian/Lembaga Tanpa Perubahan Nomenklatur

10.886 3.688 33,88% Kementerian/Lembaga Tanpa Perubahan Nomenklatur

14.490 4.179 28,84%

Total 21.862 6.783 31,03% Total 32.035 6.806 21,25%

Sumber : Kanwil Ditjend Perbendaharaan Negara Provinsi Sulsel, diolah

Perubahan nomenklatur secara tidak langsung memengaruhi penyerapan APBN di Sulsel. Hingga triwulan II 2015,

kondisi penyerapan APBN di Sulsel baru berkisar 21,25%, lebih rendah dari triwulan II 2014 (31,03%). Tampak penyerapan

anggaran yang timpang, antara kategori instansi vertikal yang terkait perubahan nomenklatur dengan instansi yang tidak

terkait perubahan nomenklatur. Instansi yang terkait perubahan nomenklatur, penyerapan anggarannya terjadi

penurunan, baik dari sisi nominal maupun persentase realisasinya dibandingkan tahun 2014. Hingga triwulan II 2015,

penyerapan anggaran di instansi yang mengalami perubahan nomenklatur, baru berkisar Rp1,31 triliun (14,98%), turun

dibandingkan triwulan II 2014 (Rp1,55 triliun atau 28,19%). Sementara instasi yang tidak terkait perubahan nomenklatur,

penyerapannya lebih baik. Hingga triwulan II 2015, penyerapan anggaran di instansi yang tidak mengalami perubahan

nomenklatur berkisar Rp4,18 triliun lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 (Rp3,69 triliun), walaupun secara

persentase menurun (28,84% menjadi 33,88%).

Diperkirakan pada semester II 2015, permasalahan nomenklatur tidak memengaruhi penyerapan anggaran. Petunjuk

teknis untuk menindaklanjuti perubahan nomenklatur tersebut telah terbit pada triwulan II 2015, melalui Surat Direktur

Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4160/PB/2015 tanggal 19 Mei 2015 hal Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran dalam

Rangka Perubahan Struktur Organisasi Kementerian Negara/Lembaga.

17 Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-3047/PB/2015 tanggal 16 April 2015 hal Perubahan Struktur Organisasi Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan tindaklanjut atas adanya Perubahan Struktur Organisasi Kementerian Negara/Lembaga berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja dan Proses RAPBN-P Tahun 2015.

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 39

3. INFLASI

Bab 3 Inflasi

Laju inflasi Sulsel pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,06% (yoy) lebih

tinggi dari triwulan I 2015 (7,13%, yoy) yang disebabkan oleh kenaikan

harga pada beberapa kelompok barang khususnya di kelompok bahan

pangan, sandang dan tarif angkutan. Kenaikan harga tersebut akibat dari

kegiatan masyarakat selama triwulan II 2015 seiring terjadi saat Hari Besar

Keagamaan Nasional (bulan Ramadhan dan Idul Fitri) yang jatuh pada

bulan Juni 2015, membuat permintaan barang/jasa meningkat dan

menambah tekanan inflasi.

Meskipun tekanan inflasi meningkat, namun masih relatif terkendali tidak

terlepas dari kontribusi koordinasi anggota TPID. Koordinasi yang dilakukan

sepanjang periode pelaporan dilakukan dengan melibatkan Pemerintah

Provinsi, Kabupaten dan instansi lainnya dan didukung oleh Surat Edaran

Gubernur Sulsel dalam antisipasi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok

masyarakat.

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3Inflasi

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa18

Laju inflasi Sulsel pada triwulan II 2015 tercatat lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh

peningkatan permintaan masyarkat pada beberapa kelompok barang/jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Inflasi di

triwulan II tercatat sebesar 8,06% (yoy) meningkat dari triwulan I 2015 sebesar 7,13% (yoy). Faktor utama penyebab

kenaikan inflasi adalah kenaikan harga–harga barang pangan menjelang bulan suci ramadhan yang tercatat mengalami

peningkatan dari triwulan I 2015 sebesar 12,87% (yoy) menjadi 15,01% (yoy) pada triwulan II 2015. Selain itu, bila dilihat

per kelompok, hampir seluruh kelompok mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya (Tabel 3.1).

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

Bahan

Makanan

Makanan

JadiPerumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM

I 2.68 6.22 3.48 2.16 2.98 7.08 1.18 3.45

I I 7.64 5.23 4.11 7.56 2.73 7.08 1.06 5.00

I I I 13.43 6.21 4.13 7.65 2.92 4.07 1.76 6.58

IV 14.27 5.90 4.14 7.35 3.06 1.80 1.75 6.56

I 13.96 4.47 4.16 8.30 3.08 1.48 1.84 6.32

I I 12.10 5.27 4.57 8.83 6.41 2.43 2.08 6.37

I I I 1.43 4.40 3.70 10.96 7.60 3.00 0.77 3.37

IV 0.24 4.40 3.67 8.69 7.67 2.90 0.73 2.88

I 4.04 4.49 4.18 9.57 7.53 2.94 0.57 4.06

I I 4.94 4.29 3.98 6.99 4.53 2.12 0.47 3.85

I I I 7.81 4.97 3.41 6.51 3.18 1.37 0.63 4.48

IV 6.56 5.03 3.35 7.08 2.83 3.41 1.16 4.40

I 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61

I I 6.22 4.63 3.60 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36

I I I 10.76 4.70 4.76 2.77 3.23 3.66 12.01 7.24

IV 6.97 4.47 6.06 2.36 3.71 1.39 11.58 6.22

I 4.76 5.39 6.25 3.73 3.79 1.33 10.31 5.88

I I 6.15 5.38 5.96 5.65 5.22 1.38 7.91 5.92

I I I 1.97 5.80 6.32 4.12 5.28 1.97 0.87 3.72

IV 16.02 6.21 6.87 3.24 5.08 1.85 10.15 8.61

I 12.87 6.34 7.33 4.51 5.75 2.18 4.35 7.13

I I 15.01 6.54 7.84 4.86 5.52 2.35 6.00 8.06 2015

TAHUN

2014

2012

2013

2011

2010

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kelompok barang lainnya yang mengalami kenaikan

tekanan inflasi yaitu kelompok makanan jadi, perumahan,

sandang, dan transpor. Pada triwulan II 2015, kelompok

tersebut mengalami inflasi masing-masing sebesar 6,54%

(yoy), 7,84% (yoy), 4,86% (yoy) dan 6,00% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 6,34%

(yoy),7,33% (yoy), 4,51% (yoy) dan 4,35% (yoy). Sementara

itu, kelompok yang tercatat mengalami penurunan laju

inflasi tahunan pada triwulan II 2015 terjadi pada kelompok

kesehatan. Tekanan inflasi kelompok kesehatan menurun

dari 5,75% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar

3,59% pada triwulan laporan. Inflasi tahunan Sulsel (8,06%,

yoy) lebih tinggi dari laju inflasi tahunan nasional (7,26%,

yoy) pada triwulan II 2015 (Grafik 3.1). Dilihat secara

triwulanan, inflasi Sulsel pada triwulan II 2015 tercatat

mengalami kenaikan sebesar 1,37% (qtq).

Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

18

Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3 Inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 41

3.1.1 Kelompok Bahan Makanan

Pada triwulan II 2015, inflasi pada kelompok bahan

makanan mengalami peningkatan yang signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan inflasi

terjadi dari 12,87% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi

15,01% (yoy) pada triwulan II 2015 (Grafik 3.2). Naiknya

harga terutama terjadi pada subkelompok padi-padian,

umbi-umbian dan hasilnya, daging dan hasil-hasilnya dan

ikan segar. Komoditas penyumbang inflasi pada triwulan

laporan adalah beras, daging ayam ras, daging sapi, ikan

bandeng, ikan cakalang, ikan layang, ikan teri, dan udang

basah.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Faktor yang bersifat musiman yaitu perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) menjadi salah satu faktor

penyebab naiknya tekanan inflasi. Aktivitas masyarakat yang semakin meningkat pada triwulan laporan mendorong

kenaikan harga pangan. Masuknya musim tanam pada beberapa komoditas seperti beras di daerah Sulawesi Selatan

seperti Kab. Soppeng, Wajo, Sidrap, Bone dan Barru, turut mempengaruhi kenaikan harga pangan. Sementara inflasi pada

komoditas daging seperti daging ayam dan telur yang meningkat diperkirakan merupakan dampak dari kenaikan harga

pakan impor akibat depresiasi rupiah yang berlangsung sejak awal tahun dan pemangkasan DOC (Day Old Chicks)

ditengah permintaan yang meningkat menjelang lebaran.

Komoditas hortikultura menjadi salah satu penahan laju inflasi pada triwulan laporan. Pasokan yang melimpah

menyebabkan harga cabe turun. Selain itu, di beberapa daerah seperti Kabupaten Bulukumba, pemerintah daerah

setempat memiliki program gerakan tanam cabe di pekarangan rumah terutama rumah pegawai negeri. Pada bulan Juni

2015, cabe merah mengalami deflasi sebesar -0,005% (yoy).

3.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan

tembakau pada triwulan II 2015 tercatat mengalami

sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kelompok ini mencatat laju inflasi tahunan sebesar 6,54%

(yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,34% (yoy)

(Grafik 3.3). Naiknya tekanan inflasi pada kelompok ini

terutama didorong oleh kelompok makanan jadi dan

minuman tidak beralkohol. Naiknya inflasi pada kelompok

makanan jadi dipengaruhi oleh peningkatan permintaan

jelang lebaran. Di sisi lain, pergerakan inflasi pada

kelompok tembakau dan minuman beralkohol terpantau

cukup stabil pada triwulan laporan sehingga dapat

menahan laju inflasi kelompok ini.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Peningkatan laju inflasi terjadi di seluruh sub kelompok makanan jadi, sub kelompok minuman yang tidak beralkohol

dan sub kelompok tembakau & minuman beralkohol. Peningkatan laju inflasi terbesar pada subkelompok makanan jadi

dipengaruhi oleh komoditas ayam goreng, ayam bakar, dan biskuit yang disinyalir terjadi akibat peningkatan permintaan

pada saat Ramadhan dan jelang lebaran. Sementara pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol dipengaruhi oleh

komoditas es batu dan air minum kemasan, dan pada subkelompok tembakau & minuman beralkohol dipengaruhi oleh

rokok kretek dan rokok kretek filter.

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3Inflasi

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

3.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Pada triwulan II 2015, laju inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar meningkat dibandingkan

triwulan I 2015. Laju inflasi pada kelompok tersebut tercatat sebesar 7,84% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

(7,33%, yoy) (Grafik 3.4). Secara tahunan, peningkatan inflasi kelompok ini terutama didorong oleh kebijakan pemerintah

untuk menaikkan harga BBM non-subsidi jenis Pertamax dan Solar dan tariff adjustment listrik Rumah

Tangga/bisnis/industri/kantor pemerintah golongan menengah dan besar.

Penerapan kebijakan tariff adjustment Tarif Tenaga Listrik (TTL) menjadi salah satu penyebab utama peningkatan

tekanan inflasi. Kebijakan PLN dalam penyesuaian Tarif Tenaga Listrik dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap

mata uang USD, harga minyak dan inflasi turut mempengaruhi TTL. Sehingga pelemahan rupiah terhadap USD

berpengaruh pada penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) khususnya di kelompok Rumah Tangga/bisnis/industri/kantor

pemerintah golongan menengah dan besar. Selain itu, rata-rata harga minyak dunia pada triwulan II 2015 mencapai 50,94

USD/bbl naik sebesar sebesar 4,92% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya (48,55 USD/bbl) (sumber: World Bank,

2015).

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Survei Harga Properti Residensial

Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Gas, dan Bahan Bakar Grafik 3.5. Indeks Harga Properti Residensial

3.1.4 Kelompok Sandang

Inflasi kelompok sandang mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2015,

inflasi tercatat sebesar 4,86% (yoy) meningkat dibandingkan inflasi di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,51%

(yoy) (Grafik 3.6). Peningkatan laju inflasi terjadi pada subkelompok sandang wanita, anak-anak dan barang pribading dan

sandang lainnya. Peningkatan kelompok sandang diperkirakan disebabkan oleh bulan ramadhan yang terjadi pada bulan

Juni 2015 sehingga menyebabkan konsumsi sandang meningkat.

Penurunan harga emas menjadi faktor penahan tekanan inflasi di kelompok sandang. Pada triwulan II 2015, harga emas

dunia menunjukan penurunan sejak triwulan I 2015. Tercatat pada triwulan II 2015 rata-rata harga emas dunia mencapai

1,201.55 USD/troy oz turun sebesar 1,42% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan harga emas dunia

tersebut mengakibatkan penurunan harga emas perhiasan yang merupakan salah satu komoditas yang diperhitungkan

pada inflasi kelompok sandang.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: World Bank

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Grafik 3.7. Perubahan Harga Emas Internasional

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3 Inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 43

3.1.5 Kelompok Kesehatan

Inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan pada triwulan II 2015. Pada triwulan laporan, kelompok ini mencatat

inflasi sebesar 5,52% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 5,75% (yoy). Sumber utama

penurunan tersebut berasal dari penurunan tekanan inflasi pada subkelompok obat-obatan, jasa perawatan jasmani, dan

perawatan jasmani dan kosmetika.

Harga Eceran Tertinggi Obat Generik diperkirakan menjadi salah satu penyebab penurunan harga obat-obatan. Selain

itu, pemerintah telah berupaya mengakomodir masyarakat untuk mendapatkan akses obat murah yang terlihat dari

prioritas pembahasan UU Paten obat pada tahun 2015. Obat generic telah diberikan ruang dan dapat bersaing sehat

dengan obat paten. Penerapan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga turut berkontribusi menurunkan harga

obat-obatan karena program tersebut memberikan obat generic kepada pasien JKN.

3.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami peningkatan tekanan inflasi pada triwulan II 2015. Pada

triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 2,35% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai

2,18%(yoy) (Grafik 3.9). Peningkatan laju inflasi tersebut dipengaruhi oleh peningkatan inflasi subkelompok subkelompok

jasa pendidikan dan kursus.Inflasi pada subkelompok jasa pendidikan dan kursus didorong siswa/siswi yang akan

menghadapi ujian nasional pada bulan April 2015 maupun ujian kenaikan kelas pada bulan Juni 2015.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Pendidikan

3.1.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Pada triwulan II 2015, tekanan inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami peningkatan

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tercatat sebesar 6,00% (yoy), naik tajam dari 4,35% (yoy) pada

triwulan I 2015 (Grafik 3.10). Subkelompok transpor menjadi penyumbang kenaikan inflasi terbesar, sementara

subkelompok komunikasi dan jasa keuangan relatif stabil.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: World Bank

Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Transpor Grafik 3.11. Perubahan Harga Karet Internasional

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3Inflasi

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Naiknya tarif angkutan umum menjadi faktor utama penyebab meningkatnya inflasi kelompok transpor, komunikasi &

keuangan di triwulan II 2015. Meningkatnya kegiatan masyarakat jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN)

mendorong meningkatnya permintaan sarana transportasi. Selain itu, peningkatan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax

dan Solar, serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD yang sensitif terhadap biaya operasional, turut mendorong

inflasi kelompok ini.

3.2. Inflasi Menurut Kota IHK19

Pada triwulan II 2015, tekanan inflasi Sulsel yang meningkat didorong oleh peningkatan inflasi yang terjadi di beberapa

kota IHK di Sulawesi Selatan (Makassar dan Parepare). Peningkatan inflasi terjadi di Makassar dan Parepare pada

triwulan II 2015, secara berurutan tercatat sebesar 8,61% (yoy) dan 6,98% (yoy). Pada triwulan sebelumnya, laju inflasi di

beberapa kota IHK tersebut tercatat sebesar 7,34%(yoy) dan 6,53% (yoy)(Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Watampone 5.69 4.42 3.94 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 7.86 8.14 4.55 8.22 5.66 4.27

Makassar 4.10 3.91 4.61 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 5.46 5.38 3.57 8.51 7.34 8.61

Palopo 4.27 3.99 4.15 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 6.22 7.36 4.03 8.95 6.95 6.89

Parepare 2.00 2.54 3.78 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 5.58 5.57 3.04 9.38 6.53 6.98

Bulukumba 13.94 14.10 7.30 9.45 6.21 6.12

Sulawasi Selatan 4.06 3.85 4.48 4.40 4.61 4.36 7.24 6.22 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06

20152014Kota

2012 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Musim perayaan yang mendorong peningkatan

permintaan dinilai tetap menjadi penyebab utama

kenaikan inflasi di beberapa kota. Hal tersebut memicu

peningkatan sumbangan inflasi dari beberapa kota IHK di

Sulsel. Bila dilihat secara sebaran Kabupaten/Kota di Sulsel,

sumbangan inflasi terbesar adalah Kota Makassar yaitu

dari 5,73% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 6,73% (yoy)

pada triwulan laporan. Sementara itu, Parepare mencatat

peningkatan yang tidak terlalu besar. Adapun tekanan

inflasi di Watampone mengalami penurunan sedangkan

Palopo tercatat stabil (Tabel 3.3). Faktor lain yang menjadi

pendorong inflasi adalah tariff adjustment Tarif Tenaga

Listrik (TTL) menjadi salah satu penyebab tekanan inflasi.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.12. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Tabel 3.3. Sumbangan Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Watampone 0.20% 0.19% 0.22% 0.22% 0.23% 0.22% 0.36% 0.31% 0.45% 0.47% 0.26% 0.47% 0.33% 0.25%

Makassar 3.42% 3.24% 3.77% 3.71% 3.88% 3.68% 6.10% 5.25% 4.27% 4.20% 2.79% 6.65% 5.73% 6.73%

Palopo 0.22% 0.21% 0.25% 0.24% 0.25% 0.24% 0.40% 0.34% 0.40% 0.47% 0.26% 0.57% 0.44% 0.44%

Parepare 0.22% 0.21% 0.24% 0.24% 0.24% 0.23% 0.39% 0.33% 0.39% 0.39% 0.21% 0.66% 0.46% 0.49%

Bulukumba 0.38% 0.39% 0.20% 0.26% 0.17% 0.17%

Sulawasi Selatan 4.06% 3.85% 4.48% 4.40% 4.61% 4.36% 7.24% 6.22% 5.88% 5.92% 3.72% 8.61% 7.13% 8.07%

20152014Kota

2012 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

19

Mulai Januari 2014, inflasi Sulawesi Selatan dihitung dari agregasi lima kabupaten/kota yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3 Inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 45

3.3. Disagregasi Inflasi20

Meningkatnya tekanan inflasi di Sulsel pada triwulan II 2015 terutama dipengaruhi komponen volatile food dan

administered prices. Komponen volatile food menjadi faktor terbesar yang mendorong peningkatan tingkat inflasi pada

periode laporan ini. Tercatat pada triwulan II 2015 laju inflasi dari komponen volatile food sebesar 16,30% (yoy),

meningkat signifikan dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 13,66% (yoy). Meningkatnya inflasi volatile food

terkait dengan permintaan bahan pangan menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu bulan suci

ramadhan. Sementara dari administered price, komponen pendorong peningkatan tingkat inflasi pada periode laporan

adalah tariff adjustment Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan harga BBM non-subsidi yaitu Solar dan Pertamax. Inflasi kelompok

administered price meningkat dari 8,96% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 10,63% (yoy) pada triwulan II 2015.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%, yoy

Inflasi IHK Administered Price Core Volatile Food

10,63

8,06

16,30

5,02

Sumber: Pertamina Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.13 Perkembangan Harga BBM Jenis Premium dan Solar Grafik 3.14. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Komponen Disagregasi

Inflasi volatile food meningkat pada triwulan II 2015 seiring meningkatnya kegiatan dan permintaan masyarakat

terhadap bahan pangan. Inflasi komponen volatile food di triwulan II 2015 mencapai 16,30% (yoy), meningkat

dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 13,66% (yoy). Selain efek meningkatnya permintaan masyarakat saat

bulan ramadhan dan jelang idul fitri, peningkatan di komponen volatile food juga diakibatkan oleh telah masuknya jadwal

tanam pada beberapa komoditas. Faktor penahan inflasi kelompok ini adalah menurunnya intensitas hujan yang

mempengaruhi kelancaran distribusi barang. Curah hujan dan gelombang laut yang tidak setinggi akhir triwulan

sebelumnya dan terus berangsur membaik hingga akhir periode laporan mendukung kegiatan penangkapan ikan laut,

sehingga pasokan ikan segar meningkat. Meski masih terdapat kendala distribusi terkait infrastruktur yang masih

menghambat pasokan ke beberapa daerah, pasokan bahan pangan secara umum masih mencukupi kebutuhan.

Pada inflasi inti (core inflation), tekanan inflasi berada meningkat namun masih berada pada level yang cukup rendah.

Tercatat pada triwulan II 2015, inflasi pada komponen inti mengalami peningkatan dari 4,74% (yoy) menjadi 5,02% (yoy).

Inflasi pada komponen core inflation dipengaruhi oleh masih kuatnya permintaan pada beberapa subkelompok seperti

subkelompok makanan jadi, perumahan, dan sandang. Faktor penahan inflasi inti adalah turunnya harga emas

internasional mempengaruhi harga acuan emas nasional. Sementara itu, harga makanan jadi meningkat yang dipengaruhi

oleh tepung terigu yang juga berasal dari luar negeri, dimana kurs rupiah terhadap dollar mengalami pelemahan sehingga

harga bahan baku terigu mengalami kenaikan harga. Kelompok sandang mengalami peningkatan seiring dengan tradisi

masyarakat Sulsel menghadapi idul fitri yaitu dengan membeli baju baru sehingga mendorong inflasi subkelompok ini.

20Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3Inflasi

46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

3.4. Koordinasi Pengendalian Inflasi

Koordinasi pengendalian inflasi di Sulsel semakin intensif dalam wadah TPID Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selama

triwulan II 2015 terdapat beberapa kegiatan yang mencakup penguatan kerjasama dan koordinasi di TPID Provinsi dan

Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan, TPID se-wilayah KTI, dan TPID se-Nasional (Tabel 3.4).

Tabel 3.4. Kegiatan TPID Triwulan II 2015

NO TPID KEGIATAN

KET TEMPAT TANGGAL

1 Provinsi Sulawesi Selatan Bali 18 Mei 2015 Rapat Koordinasi Wilayah

(Rakorwil) TPID

2 Provinsi Sulawesi Selatan KPw BI Provinsi Sulsel 22 Mei 2015 Rapat Teknis TPID

3 Provinsi dan Kab/Kota se-Sulsel Jakarta 27 Mei 2015 Rapat Koordinasi Nasional

(Rakornas) TPID

4 Provinsi dan Kab/Kota se-Sulsel Rujab Gubernur Sulsel 16 Juni 2015 HLM

5 Provinsi Sulawesi Selatan Kantor Gubernur DKI Jakarta 25 Juni 2015 Kerjasama Antar Daerah

Pada tanggal 18 Mei 2015, telah dilaksanakan rapat koordinasi wilayah TPID se-KTI (Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan

Nusa Tenggara) di Bali.Rapat tersebut mengundang Ketua TPID se-Sulampua dan Balinusra untuk membicarakan isu

strategis pengendalian inflasi, mendorong kerjasama antar daerah serta upaya pencapaian pemerintah terkait inflasi

3,5±1% pada tahun 2018. Sehubungan dengan hal tersebut, Rakorwil TPID se-Sulampua dan Balinusra menyampaikan

rekomendasi kebijakan sebagai berikut:

1. Percepatan pembangunan proyek infrastruktur pertanian, jalan, kemaritiman, energi untuk meningkatkan kapasitas

dan konektivitas daerah-daerah di KTI.

Jangka pendek:

a. Perlu dipertimbangkan untuk menyediakan tanker Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam rangka memperpendek jalur

distribusi.

Jangka panjang:

a. Mempercepat pembangunan proyek infrastruktur pertanian (a.l waduk dan irigasi) bertujuan untuk meningkatkan

kapasitas produksi pertanian dan memenuhi permintaan, terutama di tingkat kabupaten yang perlu didukung oleh

Pemerintah Pusat karena faktor keterbatasan APBD.

b. Mempercepat pembangunan proyek infrastruktur perikanan untuk mendukung proses pengolahan yang selama ini

banyak dilakukan di Kawasan Barat Indonesia

c. Mempercepat pembangunan proyek infrastruktur jalan dan kemaritiman (a.l jalan, jembatan, pelabuhan, dan tol

laut) perlu segera direalisasikan untuk meningkatkan konektivitas antara daerah di KTI serta peningkatan efisiensi

pengiriman barang.

d. Mempercepat proyek pembangunan infrastruktur energi untuk mendukung pembangunan industri pengolahan di

KTI agar meningkatkan daya saing ekonomi dan peningkatan nilai tambah.

2. Pemberian perlakukan khusus dari Pemerintah Pusat kepada KTI a.l dalam bentuk insentif APBD dan subsidi.

Jangka Pendek:

a. Memberikan dukungan terhadap daerah yang telah berhasil mengendalikan inflasi perlu diberikan dukungan

berupa insentif (misalnya, dalam bentuk bantuan dana pelaksanaan program pengendalian inflasi).

b. Pemerintah pusat perlu perlu mendorong perkembangan industri pengolahan melalui insentif fiskal (kakao,

perikanan).

c. Terkait dengan pertanian, perlu ada insentif bagi petani melalui subsidi bukan hanya pupuk tapi juga melalui

pembiayaan antara lain pemberian grace period.

d. Mengingat kondisi kemaritiman wilayah KTI, biaya logistik secara umum masih tinggi sehingga diusulkan untuk

dimintakan kepada Pemerintah Pusat terkait subsidi ongkos angkut, termasuk ongkos angkut dari daerah surplus

ke daerah defisit, demikian pula antar sektor. Selain itu, kapal – kapal barang komoditas strategis perlu diberikan

subsidi sehubungan dengan operasionalnya.

e. Pemerintah perlu mengupayakan adanya penambahan SPBU untuk nelayan mengingat ketersediaan SPBU yang

masih terbatas.

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3 Inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 47

f. Dalam rangka mendorong pariwisata di wilayah Timur dengan biaya yang terjangkau, Pemerintah dapat

menetapkan tarif batas atas dan tarif batas bawah angkutan udara dengan deviasi yang tidak terlalu tinggi.

g. Pengalihan subisidi BBM diusulkan dialokasikan sebagian besar untuk pembangunan infrastruktur khususnya di

wilayah KTI.

h. Perlunya dialokasikan anggaran APBN/APBD untuk operasi pasar dan penyelenggaraan pasar murah pada saat

harga komoditas tinggi dan atau untuk membeli komoditas saat panen raya untuk melindungi produsen/petani.

3. Kebijakan dan implementasi administered prices yang terkelola dengan baik yang dapat mendukung target pencapaian

inflasi.

a. Implementasi konversi dari minyak tanah ke BBG khususnya LPG 3 kg perlu dipercepat, terkelola dengan baik, dan

merata serta dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah termasuk pengalokasian, pendistribusiannya, dan

jaminan stok.

b. Penguatan sinergitas dan koordinasi TPI Nasional dan Daerah agar dapat merespon dengan cepat permasalahan

inflasi di daerah terkait dengan pengaturan waktu dan besaran kenaikan/penurunan harga komoditas yang diatur

oleh pemerintah seperti TTL, gas LPG, dan BBM.

c. Memberikan dukungan kepada Pemerintah Pusat terkait kebijakan stabilisasi rupiah, upah buruh, dan BBM yang

implikasinya lebih tinggi di Kawasan Indonesia Timur.

4. Peningkatan Perdagangan Antar Daerah di KTI untuk memperlancar arus barang dan jasa dari daerah surplus ke

daerah defisit dengan didukung oleh informasi stok dan harga bahan – bahan pokok dan barang strategis yang

terintegrasi.

a. Perlu sinergitas antar lembaga dalam pemanfaatan kapal barang strategis yang bersubsidi.

b. Perlunya penyediaan kapal khusus pengangkut ternak atau adanya pengolahan RPH di daerah untuk mengurangi

resiko pengangkutan barang.

c. Sistem informasi perdagangan antar daerah yang lengkap dalam hal ini PIHPS Nasional yang terintegrasi dan

mengcover seluruh wilayah di Indonesia agar dapat menyediakan informasi yang akurat, dan up to date terkait

data harga komoditas kebutuhan pokok masyarakat baik di level konsumen dan level produsen. Selain itu, juga

menyediakan data produksi, konsumsi dan surplus defisit komoditas di masing – masing daerah.

d. TPI mendorong peningkatan perdagangan antar daerah yang efektif dan efisien dengan mengoptimalkan

keterlibatan Perum Bulog, PD Pasar, Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Persatuan Penggilingan Padi dan

Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), serta Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi, dan Perbankan

Daerah.

5. Peningkatan peran Bulog dalam menjaga stok dan stabilitas harga beras dan komoditas strategis lainnya yang

berpengaruh besar terhadap inflasi.

Selanjutnya, pada tanggal 22 Mei 2015, telah dilaksanakan rapat teknis TPID Provinsi Sulawesi Selatan di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. Kesimpulan dari pertemuan tersebut antara lain:

1. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan peran TPID, dibutuhkan sekretariat dan desk TPID yang bertugas untuk

memantau stok dan ketersediaan bahan pangan pokok, raskin (Bulog), LPG dan BBM baik pada level anggota TPID

maupun pedagang besar. Data tersebut kemudian diolah ke dalam tabel monitoring kebutuhan pokok masyarakat.

Sumber

2. Sebagai bentuk stabilisasi harga beras, raskin Bulog sangat berperan penting. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian

HPP pada Gabah Kering Panen (GKP) sesuai dengan fenomena yang berkembang.

3. Pemerintah Provinsi membuat kebijakan “Gebyar Perizinan Gratis” dalam kepengurusan dokumen ijin usaha belum

banyak diketahui oleh nelayan. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi kepada nelayan mengenai kemudahan ijin

usaha.

4. Melakukan langkah cepat (early warning system) agar dapat mendeteksi dini fenomena pergerakan harga.

5. Membuat manajemen stok yang valid agar dapat mengetahui pergerakan harga khususnya komoditas yang menjadi

penyumbang inflasi

6. Melakukan kunjungan atau inspeksi pasar dan gudang-gudang di tiap kabupaten/kota.

7. Melakukan penetrasi harga dengan melakukan kegiatan pasar murah dan didukung dengan standing budget untuk

operasi pasar (pengendalian harga).

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3Inflasi

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Kegiatan koordinasi TPID daerah level Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat

diselenggarakan secara rutin setiap tahun oleh Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID pada tanggal 27 Mei 2015 di

Jakarta. Perwakilan TPID se-Sulawesi Selatan yang menghadiri rapat dimaksud baik dari dari perwakilan TPID Provinsi dan

TPID Kabupaten/Kota. Hasil dalam kegiatan tersebut adalah:

1. Pemerintah Daerah diminta untuk menganggarkan biaya untuk kegiatan Operasi Pasar.

2. Fungsi Bulog akan diperluas dimana Bulog tidak hanya akan fokus pada komoditas beras, akan tetapi juga komoditas

pangan strategis lainnya. Perluasan komoditas tersebut masih dalam proses regulasi dan kelembagaan.

3. TPID diharapkan untuk turut melibatkan kejaksaan dan kepolisian dalam stabilisasi harga terutama dalam kegiatan

sidak atau inspekti pasar serta operasi pasar. Pemda diharapkan untuk dapat lebih aktif melakukan Sidak ke Pasar dan

gudang distributor.

4. TPID diharapkan telah terbentuk di semua daerah pada akhir tahun 2015. Provinsi/Kabupaten/Kota yang belum

membentuk TPID hingga akhir tahun 2015, akan diberikan sanksi berupa pengurangan jumlah dana transfer dari pusat

ke daerah.

5. Diperlukan pembenahan infrastruktur dan tata niaga dalam rangka stabilitas harga serta untuk menjaga keterjangkaun

dan ketersediaan barang.

6. Ketersediaan pasokan harus selalu dijaga, oleh karena itu, supply harus terus ditingkatkan terutama komoditas

pertanian.

7. Pemerintah daerah diharapkan dapat mempermudah proses perijinan, dan membangun akses/konektivitas antar

daerah.

8. Pemda diharapkan untuk dapat melakukan hilirisasi produk pertanian dan gerakan yang dapat mendorong

ketersediaan supply seperti gerakan tanam cabai di pekarangan.

9. Kedepan, Pemerintah Pusat akan memberikan insentif anggaran kepada Pemda yang memiliki TPID terbaik.

10. Pemerintah pusat diharapkan dapat memberikan payung hukum yang jelas sehingga daerah memiliki landasan

ketentuan yang jelas dalam melakukan tindakan yang diperlukan dalam pengendalian harga dan pasokan.

High Level Meeting(HLM) TPID Provinsi Sulsel & Kabupaten/Kota se Sulsel dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2015 di

Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan. Agenda HLM tersebut adalah antisipasi kenaikan harga bahan kebutuhan

pokok masyarakat menghadapi puasa dan idul fitri tahun 2015. HLM tersebut dipimpin langsung oleh Gubernur Sulawesi

Selatan dan dihadiri oleh Bupati/Walikota se Sulsel, seluruh anggota TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota se Sulsel.

Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Melakukan koordinasi intensif, khususnya 9 bapok yang ada di Sulawesi Selatan.

2. Distribusi bahan pokok harus dipersiapkan dengan baik melalui TPID Provinsi dan TPID tingkat Kab/Kota, termasuk

menentukan titik-titik distribusi.

3. Pelaporan data harga secara harian dari TPID Kabupaten/Kota ke Bupati/Walikota dan laporan setiap 3 hari ke TPID

Provinsi.

4. Pertukaran informasi dan kerjasama antar daerah surplus-defisit di Kab/Kota se-Sulawesi Selatan.

5. Pengecekan buffer stock dan kondisi di lapangan bersama muspida baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota

dalam rangka ketersediaan pangan utama dan kerawanan pangan.

6. Meningkatkan produksi cabai besar dan bawang merah di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota.

7. Melakukan Operasi Pasar apabila dibutuhkan.

8. Bulog dijadikan sebagai penyangga untuk melakukan pembelian komoditas selain beras, berkoordinasi dengan TPID.

Usulan rekomendasi tersebut akan dikirimkan ke Kantor Pusat dengan tenggat waktu penyusunan konsep adalah 1

minggu.

9. Perlunya petunjuk teknis dari lembaga/instansi berwenang yang didukung dengan keberadaan payung hukum terkait

dukungan fiskal dari Pemda untuk upaya stabilisasi harga didaerah.

10. Pemda akan berkoordinasi dengan TPID agar mengetahui komoditas yang harus diintervensi

11. Dibutuhkan program kerja unggulan dalam pengendalian inflasi dan diusulkan SOP KONRO sebagai alternatif program

kerja unggulan dan menjadi slogan TPID Sulsel. Kepanjangan dari SOP KONRO adalah sebagai berikut:

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3 Inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 49

S = Stok pangan yang selalu tersedia sesuai kebutuhan.

O = Operasi Pasar dan Sidak Pasar untuk menjamin keterjangkauan harga.

P = Pemantauan harga, pasokan dan distribusi secara rutin.

KON = KOordinasi, komuNikasi dan Kerjasama Antar Daerah.

O = Optimalisasi peran TPID dalam pengendalian inflasi melalui Pembentukan TPID Center dan Roadmap

pengendalian inflasi.

12. Mempercepat seluruh proyek pemerintah dengan memperhatikan aturan yang ada untuk meningkatkan serapan

belanja daerah triwulan II sehingga dapat mendorong perekonomian Sulsel.

Kegiatan terakhir pada triwulan II 2015 adalah kerjasama antar daerah yaitu antara Provinsi Sulawesi Selatan dengan

Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 25 Juni 2015 di Kantor Gubernur DKI Jakarta. Kerjasama tersebut bertujuan untuk

mendiskusikan pengiriman produk pangan ke DKI Jakarta, dengan hasil dari rapat tersebut adalah:

1. Kesepakatan Bersama antara Pemprov Sulawesi Selatan dengan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

tentang Kerjasama Perdagangan Untuk Penyediaan Kebutuhan Pangan, seperti Beras, Daging Sapi, Ikan, dan Produk

Pangan lainnya.

2. Pemerintah akan melakukan peningkatan produksi pangan dan kerjasama antar daerah serta mengupayakan untuk

tidak mengambil langkah impor dalam pemenuhan kebutuhan pangan.

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3Inflasi

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Boks 3.A. Upaya Stabilitas Harga Komoditas Bawang Merah di Sulawesi Selatan

Komoditas yang mempengaruhi inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2012-2014 terutama bersumber dari

kelompok volatile food. Pada kelompok volatile food, inflasi didorong oleh kenaikan harga komoditas pangan, dengan

penyumbang tertinggi antara lain berasal dari cabai rawit, beras, cabai merah, ikan bandeng, daging sapi, kangkung,

daging ayam ras, apel, tempe dan bawang merah. Disamping volatile food, inflasi juga bersumber dari kelompok

administered priceyang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti bensin, tarif angkutan dalam kota, tarif listrik,

rokok kretek filter dan bahan bakar rumah tangga (LPG). Adapun untuk kelompok inti yang merupakan kelompok barang

dengan harga yang cenderung stabil, tukang bukan mandor, mie, ayam goreng, besi beton dan ikan bakar merupakan

beberapa komoditas/jasa yang mendorong inflasi pada kelompok dimaksud.

Sebagai salah satu upaya Bank Indonesia dalam mempengaruhi pengendalian harga bawang merah melalui sisi

penawaran, KPw BI Provinsi Sulsel bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Enrekang mengembangkan klaster

Bawang Merah sejak awal tahun 2015. Bentuk fasiltasi Bank Indonesia dalam kerjasama pengembangan klaster bawang

tersebut difokuskan pada ketersediaan benih unggul dan berkualitas serta pengelolaan/manajemen bibit secara teratur

dan kontinyu agar pasokan benih setiap musim tanam selalu tersedia dengan harga yang stabil. Hal ini sebagai salah satu

solusi bagi petani di Enrekang, mengingat setiap kali mengawali musim tanam, benih menjadi langka, mahal dan pada

akhirnya mempengaruhi biaya produksi.

Implementasi kegiatan penyediaan benih dilaksanakan melalui kegiatanstudi banding ke sentra bawang merah di Brebes

dan pelaksanaan sekolah lapang good agriculture practice (SL GAP) Produksi benih bagi 30 orang yang terdiri dari

perwakilan 5 kelompok tani dan penyuluh lapangan.

SL GAP dilaksanakan sebagai sarana pembelajaran bagi petani dan PPL dalam memproduksi benih dengan tambahan

materi dari pakar/ahli ekologi tanah, pupuk organik dan penguatan kelembagaan petani melalui asosiasi petani. Selain itu

kegiatan SL GAP juga disinergikan dengan demplot bawang merah organik menggunakan teknologi MA-11 yang

bersumber dari rumput Alfafa di bawah bimbingan langsung dari narasumber ahli/peneliti formula MA-11. Selanjutnya

diberikan juga pemahaman tentang pentingnya kelembagaan petani yang kuat dan solid sebagai wadah petani dalam

menangani aspek produksi, pemasaran dan sumber pendanaan usaha tani.

Dalam rangka pengendalian harga kelompok volatile food khususnya bawang merah, KPw BI Provinsi Sulsel

mengadakan diskusistabilitasi harga bawang merah. Hal tersebut didasari oleh informasi yang diperoleh dari petani di

Kab. Enrekang bahwa harga jual bawang merah hanya sebesar Rp4.000/kg, sementara rata-rata harga di 3 pasar

(Panampu, Pabaeng-baeng, dan Terong) pada Kota Makassar tanggal 24 Juni 2015 sebesar Rp28.000. Disparitas harga

yang lebar antara tingkat petani dan pengecer dapat berdampak pada menurunnya pendapatan petani sekaligus

berdampak terhadap inflasi

Hasil dari diskusi tersebut menghasilkan beberapa isu dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Peran pemerintah. Pemerintah diharapkan secara konsisten dapat membeli komoditas pangan untuk menjaga stabilitas harga pada saat rendah maupun tinggi. Selain itu, pemerintah diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap petani bawang merah, seperti pemberian subsidi pada petani padi, jagung dan kedelai.

2. Petani menjadi salah satu anggota TPID. Mengikutsertakan petani dalam pengambil kebijakan TPID terkait

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3 Inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 51

dengan pengendalian harga sehingga dapat mencakup kebijakan hulu hingga hilir serta tepat sasaran.

3. Penguatan kelembagaan petani. Penguatan kelembagaan petani dapat dilakukan dengan evaluasi kepada kelompok tani oleh BP4K dalam membina kelompok tani yang lebih baik. Hal tersebut guna meningkatkan bargaining power petani kepada pedagang.

4. Sistem informasi interkoneksi. Dalam fungsi pertukaran informasi antar petani di Sulsel maupun daerah lain, serta di empat daerah pokok seperti Brebes, Nganjuk, Bima dan Enrekang, dapat dibentuk sebuah sistem pertukaran informasi seperti waktu tanam/panen, produksi, harga, dan pengaturan tata niaga.

5. Pembentukan Lembaga Penyangga Pangan. Lembaga tersebut berfungsi untuk melakukan pembelian bawang merah di tingkat petani agar terjadi stabilitas harga pangan.

6. Pemasaran. Dinas Pertanian memiliki kesulitan dalam memasarkan produk pertanian yang surplus karena tugas pokok Dinas Pertanian adalah membina petani dan meningkatkan produktivitas hasil panen, sehingga diharapkan pemerintah dapat membuat mekanisme kerjasama yang jelas dalam penyaluran komoditas surplus/defisit

7. Kebijakan anggaran. Membuat kebijakan anggaran pertanian seperti pola anggaran pendidikan dan kesehatan, dimana dana dari provinsi sebesar 40% dan pemerintah daerah sebesar 60%. Kebijakan anggaran pertanian yang jelas dapat meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran.

8. Sistem Resi Gudang (SRG). Membuat sistem resi gudang untuk menampung hasil panen serta meminimalkan penyusutan untuk menjaga kualitas umbi.

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan stabilitas harga komoditas bawang merah, Bank Indonesia Sulsel berencana

mengundang/memfasilitasi pertemuan Asosiasi Petani Bawang Merah Enrekang, Brebes, Nganjuk dan Bima sebagai disain

awal sistem informasi produksi antar daerah, yang direncanakan pada triwulan III atau IV 2015.

Gambar 3.A.1. Diskusi Upaya Stabilisasi Harga Komoditas Bawang Merah

Gambar 3.A.2. Panen Bawang Merah di Kabupaten Enrekang

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 3Inflasi

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 53

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Bab 4 Sistem Keuangan dan

Pengembangan Akses Keuangan

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, terpantau dari indikator utama yaitu

aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan.

Meskipun demikian, secara kelembagaan, jumlah bank dan kantor bank di

Sulsel justru bertambah. Dengan perlambatan kredit dan DPK, intermediasi

perbankan sedikit mengalami penurunan menjadi 127,15% dibandingkan

triwulan lalu (128,43%) dengan risiko kredit yang masih aman. Berbeda

dengan perbankan umum, kinerja perbankan syariah dan BPR justru

menunjukkan akselerasi pada triwulan II 2015.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun

rumah tangga di Sulawesi Selatan masih kuat. Perlambatan penyaluran

kredit pada korporasi dan rumah tangga mampu memperbaiki kualitas

kredit dengan NPL korporasi dan rumah tangga yang berada pada batas

aman. Penyaluran kredi UMKM juga menunjukkan perlambatan

dibandingkan periode triwulan yang sebelumnya.

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

4.1. Kondisi Umum Perbankan21

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II 2015, jumlah bank umum di Sulsel bertambah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Jumlah bank umum pada triwulan II 2015 tercatat sebanyak 51 bank, sedangkan jumlah BPR masih tetap

sebanyak 29 bank. Terjadi penambahan kantor pada bank konvensional sehingga jumlah kantor cabang (KC) bertambah

sebanyak 5 unit, sementara kantor cabang pembantu (KCP), kantor kas (KK) maupun kantor fungsional (KF) tidak berubah

(Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

I II III IV I II III IV I II III IV I II

Bank Umum (Konv. + Syariah) 41 41 41 41 42 44 45 46 46 47 47 48 48 51

Konvensional 35 35 35 35 36 38 39 40 40 41 41 41 41 43

UUS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 7

Syariah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7

Jumlah Kantor* 848 895 925 936 940 950 959 971 974 979 980 972 973 978**

BPR 27 27 28 28 28 29 29 29 29 29 29 29 29 29

**) Termasuk Kanwil, KP, KC, KCP, BRI Unit, KK, KF (data sementara)

*) Data Bulan Juni 2015

RINCIAN2012 2013 2014 2015*

4.1.2 Aset Perbankan

Total aset bank umum pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset

perbankan tercatat tumbuh sebesar 11,00% (yoy) atau menjadi Rp108,31 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan I

2015 yang tumbuh sebesar 15,41% (yoy) (Tabel 4.2). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan

terutama didorong oleh perlambatan aset pada kelompok bank pemerintah dan swasta nasional masing-masing dari

16,46% (yoy) dan 14,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 10,70% (yoy) dan 11,73% (yoy) pada triwulan

laporan. Sementara itu, pertumbuhan aset kelompok bank asing dan campuran menunjukkan sedikit pemulihan yaitu

dari-9,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -7,19% (yoy) pada triwulan laporan.

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

I II III IV I II I II III IV I II

Total Aset 12,41 12,97 10,28 12,25 15,41 11,00 90.909 97.572 99.571 101.350 104.944 108.309

Bank Pemerintah 8,97 11,72 9,76 9,13 16,46 10,70 52.670 57.579 58.500 58.165 61.182 63.739

Bank Swasta Nasional 17,82 14,87 11,16 16,84 14,41 11,73 37.606 39.391 40.398 42.462 43.112 44.012

Bank Asing dan Bank Campuran 2,01 12,12 3,98 11,76 (9,54) (7,19) 633 602 673 723 649 558

20142014 20152015

Pertumbuhan (%, yoy)

Aset Menurut Kelompok Bank

Nominal (Rp Miliar)

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan II 2015mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Dana yang dihimpun mencapai Rp68,87 triliun atau tumbuh sebesar 12,16% (yoy), lebih kecil

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 14,20% (yoy) (Tabel 4.3). Perlambatan

pertumbuhan DPK didorong oleh perlambatan pada setiap komponensimpanan yaitu giro, tabungan dan deposito.

Pertumbuhan giro pada triwulan II 2015 sebesar 21,48% (yoy), tidak sekuat pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang

21 Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kredit yang disalurkan serta menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 55

sebesar 27,09% (yoy). Deposito juga tumbuh melambat dari 24,78% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 19,79% (yoy)

pada triwulan laporan. Sementara pertumbuhan tabungan relatif tetap sebesar 5,16% (yoy) pada triwulan II 2015.

Kredit yang disalurkan perbankan juga tercatat mengalami sedikit perlambatan pada triwulan II 2015. Kredit tercatat

tumbuh sebesar 10,37% (yoy) menjadi Rp87,56 triliun setelah triwulan sebelumnya tumbuh sebesar tumbuh 12,43%

(yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit didorong oleh penurunan pada seluruh jenis kredit terutama pada kredit

investasi (Tabel 4.3). Kredit investasi tumbuh melambat dari 12,57% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 6,68% (yoy) pada

triwulan laporan. Sementara itu, kredit modal kerja dan konsumsi juga tercatat melambat masing-masing dari 20,25%

(yoy) dan 6,10% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 19,15% (yoy) dan 4,68% (yoy) pada triwulan II 2015.

Secara sektoral, penyaluran kredit juga mengalami perlambatan pada sebagian besar sektor terutama pada sektor

pertambangan, LGA dan konstruksi. Namun demikian, sektor pertanian dan jasa dunia masih mencatat pertumbuhan

kredit masing-masing sebesar 19,25% (yoy) dan 12,20% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 16,01% (yoy) dan -0,37% (yoy) (Tabel 4.4). Penyaluran kredit dengan pangsa yang besar

terutama diberikan kepada sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor jasa dunia

usaha.

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

I II III IV I II I II III IV I II

DPK 11,20 14,86 12,17 9,38 14,20 12,16 58.162 61.402 64.339 66.112 66.419 68.867

a. Giro 2,83 20,24 5,11 1,89 27,09 21,48 7.990 9.730 9.693 7.994 10.154 11.820

b. Tabungan 10,66 10,31 8,58 6,92 5,24 5,16 32.446 33.168 34.828 37.428 34.147 34.881

c. Deposito 16,53 20,97 23,39 17,61 24,78 19,79 17.726 18.504 19.819 20.689 22.118 22.166

Kredit 10,97 8,77 7,26 10,84 12,43 10,37 75.874 79.336 80.463 83.560 85.303 87.563

a. Modal Kerja 4,92 9,01 14,09 15,46 20,25 19,15 27.257 29.062 29.847 31.442 32.776 34.627

b. Investasi 19,70 6,77 (1,98) 12,04 12,57 6,68 14.642 15.467 15.457 16.240 16.482 16.500

c. Konsumsi 12,65 9,48 6,27 6,58 6,10 4,68 33.974 34.807 35.159 35.877 36.045 36.436

LDR (%) 130,45 129,21 125,06 126,39 128,43 127,15

NPLs Gross (%) 3,14 3,54 3,57 3,13 3,36 3,16

2014Komponen 2014

Pertumbuhan (%, yoy)

2015

Nominal (Rp Miliar)

2015

Dengan pertumbuhan DPK dan kredit yang melambat, indikator intermediasi perbankan (LDR) dan risiko perbankan

(NPL) juga tercatat sedikit mengalami penurunan. LDR tercatat sebesar127,15% pada triwulan II 2015, sedikit lebih

rendah dibandingkan triwulan I 2015 yang sebesar 128,43% (Tabel 4.3). Risiko kredit perbankan yang tercermin dalam

indikator NPL juga masih berada dalam rentang aman (3,16%), relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya 3,36%

(yoy).

Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

I II III IV I II I II III IV I II

Kredit 10,97 8,77 7,26 10,84 12,43 10,37 75.874 79.336 80.463 83.560 85.303 87.563

Pertanian 0,18 7,37 3,59 7,60 16,01 19,25 1.405 1.499 1.435 1.506 1.630 1.788

Pertambangan (15,62) 24,84 21,10 28,39 13,16 (30,41) 377 560 537 509 427 390

Industri Pengolahan (26,55) (24,54) (23,94) 13,41 28,49 21,37 3.918 4.210 4.283 4.747 5.035 5.109

Listrik, Gas, Air 63,77 111,80 91,49 83,27 75,06 68,62 218 245 232 350 382 413

Konstruksi 18,62 31,89 40,69 43,92 55,97 33,70 3.043 3.666 4.173 4.366 4.746 4.902

Perdagangan 22,08 11,45 10,23 12,02 14,73 13,35 24.334 25.587 25.748 27.033 27.920 29.003

Pengangkutan 12,48 6,76 3,02 (3,52) (6,00) (8,71) 2.960 2.950 2.951 2.820 2.782 2.693

Jasa Dunia Usaha 15,65 4,79 4,88 3,17 (0,37) 12,20 3.747 3.598 3.581 3.662 3.733 4.037

Jasa Sosial Masyarakat 12,94 19,27 22,03 31,42 35,29 36,25 1.828 1.968 2.115 2.340 2.473 2.681

Lain-lain 9,58 10,18 6,99 7,19 6,26 4,26 34.043 35.053 35.408 36.226 36.173 36.547

20142014Komponen 2015

Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)

2015

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

4.1.4 Bank Syariah

Aset perbankan syariah pada triwulan II 2015 mengalami akselerasi dari capaian triwulan sebelumnya. Aset perbankan

syariah tercatat tumbuh sebesar 10,84% menjadi Rp6,18 triliun, lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan I2015 yang

tumbuh sebesar 7,42% (Tabel 4.5). Peningkatan pertumbuhan aset perbankan syariah pada periode triwulan laporan

terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan aset baik pada kelompok bank swasta nasional maupun bank

pemerintah.

Tabel 4.5. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah

I II III IV I II I II III IV I II

Aset 16,31 9,72 3,68 5,92 7,42 10,84 5.586 5.580 5.619 5.906 6.000 6.184

Bank Pemerintah 15,27 9,78 6,81 9,93 4,65 7,70 1.052 1.051 1.103 1.149 1.101 1.132

Bank Swasta Nasional 16,55 9,71 2,94 4,99 8,06 11,57 4.534 4.529 4.516 4.758 4.899 5.052

DPK 28,28 30,73 10,96 3,70 16,22 17,59 2.742 2.795 2.878 2.991 3.187 3.287

a. Giro (12,64) 12,69 42,14 12,31 147,17 111,60 221 262 346 380 547 554

b. Tabungan 30,17 29,51 15,06 13,13 18,01 24,53 1.261 1.261 1.337 1.479 1.488 1.570

c. Deposito 37,60 36,51 0,56 (8,60) (8,54) (8,63) 1.260 1.272 1.195 1.132 1.153 1.162

Pembiayaan 15,07 17,14 15,49 17,55 17,63 14,65 4.453 4.869 4.926 5.141 5.239 5.582

FDR (%) 162,40 174,20 171,16 171,91 164,36 169,84

NPF Gross (%) 1,65 2,97 3,27 2,74 3,80 2,81

Komponen 2014 20142015

Pertumbuhan (%, yoy)

2015

Nominal (Rp Miliar)

Kinerja indikator perbankan syariah Sulsel pada triwulan II 2015 masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal ini terutama dilihat dari DPK yang mengalami akselerasi pertumbuhan dari 16,22% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi

17,59% (yoy) pada periode laporan. Pertumbuhan DPK terutama didorong oleh akselerasi pertumbuhan pada komponen

tabungan sementara komponen giro dan deposito justru tercatat mengalami perlambatan. Tabungan syariah pada

triwulan II 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 24,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 18,01% (yoy). Berbeda dengan tabungan, giro syariah mengalami perlambatan dari triwulan lalu yang tumbuh

147,17% (yoy) menjadi 111,60% (yoy) pada triwulan II 2015. Sementara deposito masih berada pada pertumbuhan

negatif.

Dari sisi pembiayaan, kredit syariah tercatat masih tumbuh cukup kuat yaitu sebesar 14,65% (yoy), meskipun tidak sekuat

triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,63% (yoy). Dengan peningkatan DPK, Financing to Deposit Ratio (FDR) pada

triwulan II 2015 juga relatif meningkat menjadi 169,84%. Sementara itu, kualitas pembiayaan tetap terjaga pada level

aman yang tercermin dari non performing financing (NPF) sebesar 2,81% pada triwulan laporan, relatif lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya (3,80%).

4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat

Berbeda dengan kinerja perbankan umum, kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) justru mengalami akselerasi pada

triwulan II 2015. Fungsi intermediasi BPR masih sangat tinggi namun sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya,

tercermin dari menurunnya rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dari triwulan I 2015 sebesar 143,56%menjadi 138,89% pada

triwulan II 2015. Menurunnya rasio LDR ditopang oleh akselerasi pertumbuhan yang cukup kuat pada jumlah DPK dari

Rp547 miliar menjadi Rp811 miliar. Sementara pada sisi penyaluran dana, kredit BPR juga tercatat mengalami akselerasi

dari 1,56% (yoy) menjadi 9,77% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 4.1 dan Grafik 4.2). Dengan peningkatan DPK dan

kredit tersebut, aset BPR juga mengalami pertumbuhan yang lebih kuat sebesar 19,41% (yoy), meningkat dibandingkan

triwulan lalu yang tumbuh 10,27% (yoy).

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 57

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Miliar Aset

gAset - Skala Kanan

0

50

100

150

200

250

0

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%Rp Miliar

DPK Kredit LDR - Skala Kanan

Grafik 4.3. Perkembangan Aset BPR Grafik 4.4. Perkembangan Intermediasi BPR

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah

Pada triwulan II 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh sektor perdagangan. Kredit korporasi (bukan

lembaga keuangan dan sektor swasta lainnya) pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp19,24triliun, dengan pangsa

terbesar adalah sektor perdagangan yaitusebesar 49,98%. Adapun untuk porsi kredit yang ditujukan pada sektor

pertanian dan pertambangan masih relatif kecil dimana masing-masing tercatat sebesar 0,84%, dan 1,51%. Rendahnya

porsi sektor pertanian dan sektor pertambangan menunjukkan bahwa peran perbankan bagi sektor utama, khususnya

sektor primer, masih memiliki ruang untuk ditingkatkan (Grafik 4.5).

Pertumbuhan kredit korporasi tercatat sebesar 16,16% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I 2015

yang sebesar 25,71% (yoy).Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh sektor terutama sektor pertanian dan

pertambangan yang menunjukkan penurunan kredit yang semakin dalam. Pada triwulan II 2015, kredit pada sektor

pertanian menunjukkan kontraksi yang semakin besar dari -8,73% (yoy) menjadi -17,78% (yoy). Sementara kredit pada

sektor pertambangan mengalami penurunan sebesar 37,99% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya sempat tumbuh

sebesar 14,72% (yoy). Kredit pada sektor industri, konstruksi dan PHR masih tumbuh cukup baik pada triwulan II 2015

meskipun dalam tren perlambatan.

Pangsa Triwulan II - 2015

Pertanian (0,82%)

Pertambangan (1,51%)

Industri (9,31%)

Konstruksi (21,55%)

PHR (49,98%)

Jasa Dunia Usaha (9,00%)

Lain-lain (7,82%)

-120

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%, yoy%, yoy

Total Pertanian Industri Konstruksi PHR Pertambangan - rhs Grafik 4.5. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Dari sisi kualitas, penyaluran kredit korporasi melanjutkan tren perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan laporan, kualitas penyaluran kredit yang diukur dari NPL tercatat sebesar 4,62% setelah sebelumnya tercatat

sebesar 5,71%, melewati batas aman (Grafik 4.7). Perbaikan kualitas kredit tersebut didorong oleh perbaikan perbaikan

kualitas kredit sektor PHR dan Industri Pengolahan. Namun demikian, kualitas kredit sektor pertambangan dan konstruksi

masih perlu mendapatkan perhatian khusus dikarenakan memiliki NPL yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 21,78%

dan 6,69%. Tingginya NPL kredit sektor pertambangan salah satunya disebabkan oleh kebijakan hilirisasi Minerba atau

larangan ekspor bijih mineral yang berdampak terhadap penurunan penjualan sehingga repayment capacity sektor

korporasi mengalami penurunan. Adapun untuk NPL sektor konstruksi salah satunya disebabkan oleh adanya mismatch

antara cash flow pembayaran angsuran dan bunga dari developer perumahan dengan penghasilan yang diperoleh dari

penjualan rumah. Pertumbuhan kredit konstruksi yang tinggi perlu diiringi dengan pengelolaan cash flow yang lebih baik

sehingga tidak berdampak terhadap NPL.

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Sementara NPL kredit sektor pertanian, industri maupun perdagangan masih relatif aman.NPL ketiga sektor tersebut

relatif mengalami perbaikan kualitas dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama pada sektor PHR (Perdagangan, Hotel

dan Restoran) yang mengalami penurunan NPL cukup signifikan dari 4,90% pada triwulan I 2015 menjadi 3,36% pada

triwulan II 2015. Penurunan NPL pada sektor PHR didorong oleh pelunasan yang terjadi pada sektor perdagangan

terutama pada perdagangan dalam negeri beras; perdagangan bahan-bahan konstruksi; perdagangan pupuk dan obat

hama; perdagangan besar tekstil, pakaian jadi dan kulit; perdagangan eceran barang bukan makanan; perdagangan dalam

negeri makanan, minuman dan tembakau; serta perdagangan eceran bahan bakar dan minyak pelumas. Sementara

sektor pertambangan dan konstruksi masih memliki NPL yang tinggi masing-masing sebesar 21,78% dan 6,69%.

(5)

0

5

10

15

20

25

30

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%%

Total Industri Konstruksi PHR Pertanian - rhs Pertambangan - rhs

Pangsa Triwulan II 2015

Kredit PemilikanRumah, KPR (35,15%)

Kredit KendaraanBermotor, KKB(10,77%)Kredit Multiguna(40,32%)

Kredit Rumah TanggaLainnya (1,99%)

Grafik 4.7. NPL Kredit Korporasi Grafik 4.8. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga

Sejalan dengan kinerja kredit, penghimpunan dana pihak ketiga dari sektor korporasi juga mengalami perlambatan.

DPK sektor korporasi pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp4,97 triliun atau tumbuh sebesar 18,28% (yoy) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (27,74%, yoy). Perlambatan tersebut terutama didorong oleh

perlambatan pada seluruh komponen DPK terutama tabungan dan deposito. Komponen tabungan mengalami penurunan

sebesar 12,26% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 9,27% (yoy). Sementara komponen deposito

hanya mampu tumbuh sebesar 8,72% (yoy) pada triwulan II 2015, mengalami perlambatan yang cukup dalam

dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh sebesar 25,27% (yoy). Komponen giro tumbuh sedikit lebih rendah dari

34,09% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 32,59% (yoy) pada triwulan laporan.

(20)

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%, yoy

DPK Giro Tabungan Deposito

0102030405060708090

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%

Deposito Tabungan Giro

Grafik 4.9. Pertumbuhan DPK Korporasi Grafik 4.10. Komposisi DPK Korporasi

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Kredit mutiguna dan kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi pangsa yang terbesar dalam struktur kredit rumah

tangga pada triwulan II 2015. Dari total kedit yang disalurkan kepada rumah tangga sebesar Rp36,87 triliun, kredit

multiguna dan KPR memiliki pangsa mencapai lebih dari 30%, disusul kredit kendaraan bermotor (KKB) dan terakhir kredit

rumah tangga lainnya (termasuk di dalamnya adalah kredit untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga maupun

kebutuhan rumah tangga lainnya) yang memiliki pangsa terkecil (Grafik 4.8). Adapun kredit lain-lain merupakan kredit

bukan lapangan usaha, serta kredit yang belum diklasifikasikan secara jelas.

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga masih menunjukkan tren perlambatan kinerja pada triwulan II 2015.

Kredit kepada sektor rumah tangga pada triwulan sebelumnya tumbuh 5,88% (yoy) turun menjadi 3,95% (yoy) pada

triwulan laporan. Penurunan terjadi pada hampir seluruh jenis kredit rumah tangga kecuali kredit multiguna yang tumbuh

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 59

sedikit lebih kuat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit Multiguna tumbuh dari 36,22% (yoy) pada triwulan I 2015

menjadi 37,37% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara KKB mencatat pertumbuhan negatif pada triwulan II 2015

sebesar -5,33% setelah sebelumnya tumbuha sebesar 38,23% (yoy). KPR juga mencatat perlambatan yang signifikan dari

8,86% (yoy) menjadi 0,43% (yoy) pada triwulan II 2015(Grafik 4.11).

Kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap terjaga pada tingkat yang aman. Seluruh jenis kredit rumah tangga

memiliki NPL di bawah batas aman 5%. Rasio NPL tercatat sedikit meningkat dari 1,98% menjadi 2,15% pada triwulan

laporan. KPR yang mencatat angka NPL tertinggi masih berada pada batas aman sebesar 4,22%. Berdasarkan kondisi ini,

dapat dikatakan bahwa ketahanan sektor rumah tangga Sulsel masih cukup baik hingga triwulan II 2015 (Grafik 4.12).

(50)

50

150

250

350

450

(60)(50)(40)(30)(20)(10)

01020304050

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%, yoy%, yoy Total KPRKKB RT Lainnya - Skala KananMultiguna - Skala Kanan

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%

Total KPR KKB RT Lainnya Multiguna

Grafik 4.11. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.12. NPL Kredit Rumah Tangga

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dari sektor rumah tangga tumbuh stabil dibandingkan triwulan

sebelumnya.DPK sektor rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 11,58% (yoy) pada triwulan II 2015, relatif stabil

dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh sebesar 11,76% (yoy). Dilihat perkomponennya, pertumbuhan DPK rumah

tangga terutama didorong oleh pertumbuhan komponen tabungan sementara komponen giro dan deposito tumbuh

melambat. Tabungan rumah tangga tumbuh sebesar 5,59% (yoy) pada triwulan II 2015, sedikit lebih kuat dibandingkan

triwulan I 2015 yang tumbuh 4,42% (yoy). Sementara komponen giro dan deposito mengalami perlambatan masing-

masing dari 22,82% (yoy) dan 26,93% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 10,14% (yoy) dan 25,51% (yoy) pada triwulan

laporan. Secara komposisi, DPK rumah tangga masih didominasi oleh tabungan (62,35%) diikuti oleh deposito (32,49%)

dan giro (5,15%).

(40)

(20)

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%, yoy

DPK Giro Tabungan Deposito

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

%

Deposito Tabungan Giro

Grafik 4.13. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga Grafik 4.14. Komposisi DPK Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi relatif lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei

Konsumen Bank Indonesia pada triwulan II 2015, mayoritas pengeluaran rumah tangga pada triwulan II 2015masih

digunakan untuk konsumsi (58,77%), namun terjadi penurunan porsi konsumsi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 68,30%. Porsi konsumsi mengalami pergeseran dengan meningkatnya porsi tabungan menjadi 22,78%, lebih

tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 11,63%. Kondisi ini menunjukkan bahwa rumah tangga menahan

konsumisnya yang juga dikonfirmasi dengan perlambatan penyaluran kredit RT. Porsi tabungan yang meningkan juga

disinyalir didorong peneriman gaji ke-13 bagi para PNS.

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Konsumsi68,30%

Cicilan20,06%

Tabungan11,63%

Konsumsi58,77%Cicilan

18,45%

Tabungan22,78%

Grafik 4.15. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Tw I - 2015 Grafik 4.16 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Tw II - 2015

4.3. Pengembangan Akses Keuangan

Penyaluran kredit bagi UMKM pada triwulan II 2015 masih melanjutkan tren perlambatan dari triwulan sebelumnya.

Kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 6,84% (yoy) pada triwulan laporan, mengalami penurunan dibandingkan

pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 10,49% (yoy). Pangsa kredit UMKM (produktif) terhadap total kredit adalah

32,32% atau sebesar Rp28,30 triliun. Dari nilai tersebut, sekitar 69% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk

modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk investasi (Grafik 4.10). Angka NPL kredit UMKM masih berada di atas

batas aman (5%) pada triwulan II 2015 sebesar 5,14%, meskipun sedikit menurun dibandingkan NPL pada triwulan lalu

yang sebesar 5,21% (Grafik 4.17). Secara sektor ekonomi, UMKM pada sektor pertambangan, konstruksi, jasa dunia usaha

dan industri pengolahan masih perlu mendapatkan perhatian khusus dengan kondisi NPL yang berada di atas batas aman.

0

5

10

15

20

25

30

35

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015

%, yoy%

NPLs UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - Skala Kanan

Total Kredit Non-UMKM

68%

Total Kredit UMKM

Produktif + Konsumtif

32%69%

31%

Pangsa Kredit UMKM

Modal Kerja Investasi

Grafik 4.17. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM Grafik 4.18. Pangsa Kredit UMKM

Peningkatan dan pengembangan akses keuangan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan

dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, KPw BI Provinsi Sulawesi Selatan berupaya

memberikan dan memfasilitasi kegiatan edukasi keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk

dan jasa keuangan serta untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk menabung dan melakukan

pengelolaan keuangan. Pada tanggal 14 April 2015 telah dilakukan kegiatan edukasi keuangan, elektronifikasi, dan

keuangan inklusif kepada pegawai pemerintahan dan masyarakat di Kabupaten Bulukumba sebanyak 100 orang, 29 April

2015 kepada 100 orang mahasiswa dari STIEM Bongaya, 13 Mei 2015 kepada 120 orang Mahasiswa STIE Nitro, 21 Mei

2015 kepada 40 orang petani cabai di Kabupaten Sinjai, 27 Mei kepada 80 orang mahasiwa Universitas Muhammadiyah

Makassar, 10 Juni 2015 kepada 70 orang mahasiswa Universitas Muslim Indonesia. Disamping itu, Bank Indonesia terus

mendorong dan mendukung kegiatan perbankan melalui program Layanan Keuangan Digital (LKD) agar seluruh

masyarakat dapat memperoleh layanan keuangan dengan aman dan terjangkau, serta tanpa menggunakan kantor cabang

bank tradisional.

Indikator akses keuangan di Sulsel terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan, sementara sisi

kredit cenderung stagnan. Rasio jumlah rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Sulsel tetap menunjukkan

tren peningkatan, dimana pada triwulan laporan rasio tersebut tercatat sebesar 142,07%. Rasio yang lebih besar dari

100% menunjukkan bahwa terdapat penduduk angkatan kerja di Sulsel yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu.

Meskipun memiliki rasio yang tinggi, namun akses keuangan di Sulsel belum merata terlihat dari adanya ketimpangan

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 61

dimana terdapat kab/kota yang memiliki rasio yang tinggi seperti Makassar, Parepare dan Palopo. Adapun Luwu, Luwu

Timur, Gowa dan Tana Toraja merupakan Kab/Kota yang memiliki rasio yang cukup rendah. Sementara itu, rasio jumlah

rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Sulsel cenderung tidak mengalami perubahan dan masih rendah di

hampir semua Kabupaten/kota terkecuali Parepare dan Makassar.Kondisi tersebut antara lain mengindikasikan masih

kurangnya kegiatan usaha yang didukung sektor perbankan oleh wirausaha baru, ekspansi kredit masih terkonsentrasi

pada debitur yang sudah ada (eksisting).

15

17

19

21

23

25

27

15

35

55

75

95

115

135

155

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Juni*

2010 2011 2012 2013 2014 2015

%%

Rasio kredit thd penduduk angk kerja yg bekerja - rhsRasio DPK thd penduduk angk kerja yg bekerja

*) Data Tenaga Kerja Februari 2015

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Kep.

Sel

ayar

Bulu

kum

ba

Bant

aeng

Jene

pont

o

Taka

lar

Gow

a

Sinj

ai

Mar

os

Pang

kep

Barr

u

Bone

Sopp

eng

Waj

o

Sidr

ap

Pinr

ang

Enre

kang

Luw

u

Tana

Tor

aja

Luw

u U

tara

Luw

u Ti

mur

Mak

assa

r

Pare

-Par

e

Palo

po

%

Rasio kredit thd penduduk angk kerja yg bekerja

Rasio DPK thd penduduk angk kerja yg bekerja *) Data Tenaga Kerja Februari 2015

Grafik 4.11. Perkembangan Akses Keuangan Sulsel Grafik 4.2. Akses Keuangan di Kab/Kota di Sulsel

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 63

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Bab 5 Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang

Perkembangan kinerja sistem pembayaran menunjukkan perlambatan pada

triwulan II 2015. Transaksi keuangan non-tunai melalui Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun. Namun

demikian, transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

(SKNBI) juga mengalami peningkatan di triwulan II 2015.

Sementara di sisi layanan uang tunai, terjadi penurunan signifikan net inflow

ke Bank Indonesia. Faktor musiman memengaruhi pergerakan aliran uang

kartal pada triwulan lI 2015 sebagaimana tren musiman yang sama dari

tahun-tahun sebelumnya, yaitu terjadi kecenderungan penurunan net inflow

atau terjadi net outflow pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri di

triwulan laporan. Hal ini mengindikasikan ekonomi cenderung berputar

secara optimal sejalan dengan kecenderungan perilaku musiman

masyarakat atas penggunaan uang tunai pada periode tersebut.

Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, langkah Bank

Indonesia dalam mewujudkan clean money policy juga senantiasa terus

dilakukan melalui kegiatan pengelolaan uang tunai oleh Bank Indonesia

melalui pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, remise,

pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata

uang.

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS

Pada triwulan II 2015, transaksi non tunai melalui sistem RTGS mengalami tren pertumbuhan menurun dibanding

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel pada Triwulan II 2015

sebesar Rp62,92 triliun, mengalami sedikit perlambatan sebesar 2,92% (yoy), tetapi dibanding triwulan sebelumnya

meningkat mencapai 22,1% (qtq). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran transaksi yang masuk

(to/incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai Rp31,93 triliun, lebih tinggi dari aliran transaksi yang keluar

(from/outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp26,71 triliun maupun dari aliran transaksi antarbank yang

ada di Sulsel (from-to) sebesar Rp4,27 triliun.

Secara tahunan, pertumbuhan aliran transaksi RTGS baik yang masuk ke Sulsel, serta antara bank-bank di Sulsel

menunjukkan penurunan pada triwulan laporan, hanya transaksi keluar Sulsel yang mengalami peningkatan. Transaksi

RTGS dari perbankan di Sulsel kepada perbankan di luar Sulsel mengalami peningkatan pada triwulan laporan sebesar

24,96% (Grafik 5.1).Penurunan terjadi pada transaksi antarbank di Sulsel hingga sebesar 56,25% (Grafik 5.2). Sementara

transaksi RTGS yang masuk ke perbankan Sulsel dari perbankan di luar Sulsel turun tipis pada triwulan II-2015 sebesar

5,15% (yoy) setelah sebelumnya tercatat naik hingga 17,51% (yoy) (Grafik 5.3).

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyRp TriliunRTGS From

gRTGS From - Skala Kanan

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyRp TriliunRTGS To gRTGS To - Skala Kanan

Grafik 5.1. Transaksi RTGS From/Outgoing (dari Bank di Sulsel) Grafik 5.2. Transaksi RTGS From-To (antarbank di Sulsel)

(80)

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

RTGS From-To gRTGS From-To - Skala Kanan

(50)

0

50

100

150

200

250

300

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun Inflow gInflow - Skala Kanan

Grafik 5.3. Transaksi RTGS To/Incoming (ke Bank di Sulsel) Grafik 5.4. Aliran Uang Kartal Inflow

5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring

Kegiatan kliring pada triwulan II 2015 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun

jumlah warkat (Tabel 5.1). Jumlah warkat yang dikliringkan pada periode laporan tercatat sebanyak 285 ribu lembar

dengan nominal sebesar Rp10,49 triliun. Nilai kliring pada triwulan laporan mengalami peningkatan pertumbuhan

mencapai 9,1% (yoy) setelah triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan yang melambat sebesar 2,9% (yoy).

Peningkatan ini juga terindikasi dari meningkatnya rata-rata perputaran harian transaksi kliring pada triwulan laporan

dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan rata-rata perputaran harian tersebut

terjadi baik secara nominal maupun volume lembar transaksi.

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 65

Kualitas kliring membaik, seiring tolakan yang menurun.Sementara itu, secara nominal, penolakan warkat (Cek/Bilyet

Giro atau BG) menunjukkan penurunan pada triwulan II 2015 yaitu dari 2,69% menjadi 1,50%. Hal ini sejalan dengan

peningkatan dari sisi rasio penolakan jumlah warkat yaitu dari 2,27% menjadi 2,15%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-

rata nilai transaksi yang warkatnya ditolak pada triwulan I 2015 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

2015

II III IV I II III IV I II III IV I II

Total Perputaran Kliring Kredit dan Kliring Debet

Penyerahan

- Nominal (tri l iun rupiah) 9.44 9.47 10.14 9.74 9.98 10.24 10.67 9.48 9.62 9.72 11.20 9.76 10.49

- Lembar (ribuan) 284 285 295 284 286 281 290 260 266 261 281 262 285

Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring Kredit

dan Debet Penyerahan

- Nominal (tri l iun rupiah) 0.15 0.15 0.16 0.16 0.17 0.17 0.17 0.16 0.16 0.16 0.18 0.16 0.17

- Lembar (ribuan) 4.50 4.53 4.68 4.73 4.76 4.68 4.68 4.33 4.43 4.21 4.53 4.30 4.67

Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/BG Kosong

(terhadap Kliring Debet Penyerahan)

- Nominal (%) 2.63 2.34 2.16 2.41 2.75 3.28 2.60 2.61 3.66 2.56 2.60 2.69 1.50

- Lembar (%) 2.59 2.45 2.37 2.38 2.47 2.33 2.17 2.47 2.46 2.30 1.84 2.27 2.15

2013URAIAN

2012 2014

Perputaran Kliring dan cek/BG Kosong

5.2. Pengelolaan Uang Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Perkembangan aliran uang kartal di Sulsel pada triwulan II 2015 menunjukkan net inflow uang tunai. Aliran uang masuk

(inflow) yang terjadi adalah sebesar Rp3,78 triliun pada triwulan laporan, menurun dari triwulan sebelumnya yang

sebesar Rp6,18 triliun atau secara triwulanan menurun hingga 38,93% (Grafik 5.4). Selanjutnya, aliran uang yang keluar

(outflow) dari Bank Indonesia mengalami penurunan dari Rp4,1 triliun pada triwulan IV 2014 menjadi Rp2,25 triliun pada

triwulan laporan (Grafik 5.5).

(50)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun Outflow gOutflow - Skala Kanan

(1,0)

(0,5)

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015

Rp Triliun Net Inflow Net Outflow

Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Outflow Grafik 5.6. Selisih Inflow dan Outflow

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia senantiasa menyelenggarakan layanan penukaran uang demi menjaga ketersediaan uang layak edar

(ULE) di masyarakat.Dalam rangka persiapan menjelang pembangunan gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan, sejaktanggal28 April 2015, Bank Indonesia membuka pelayanan penukaran uang di luar kantor.

Pelayanan tersebut telah dilakukan secara rutin setiap hari Selasa-Rabu-Kamis dengan jam operasi 09.00 s.d. 13.00 WITA

di Wisma Bank Indonesia, Jalan Pasar Ikan No. 8, Makassar.Selain itu, kegiatan kas keliling keluar Kota Makassar juga telah

dilakukan di Kabupaten Bulukumba, tepatnya di Kelurahan Hila-Hila, Kecamatan Kajang dan Kelurahan Tanah Beru,

Kecamatan Bontohari.

Dalam rangka penerapan clean money policy, kegiatan remise ke luar dari Sulsel juga ditempuh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan dalam melakukan distribusi uang ke daerah lain.Selama periode triwulan II

2015, telah dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kegiatan remise ke daerah lain di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yaituKendari

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

(1 Juni 2015) dan Kupang (17 Juni 2015). Bank Indonesia juga melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar

(UTLE). Kegiatan pemusnahan UTLE pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp0,94 triliun, meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar Rp0,92 triliun (Grafik 5.7).

5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pecahan besar yang mendominasi peredaran uang palsu ditemukan sebanyak 298 lembar pada triwulan II

2015.Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan laporan adalah pecahan Rp100.000 (51%), diikuti

Rp50.000 (42%) dan pecahan lainnya sebesar (7%) (Grafik 5.8). Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran uang palsu

sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan senantiasa telah melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah.

(500)

0

500

1.000

1.500

2.000

0,00,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014* 2015

%, yoyRp Triliun Nominal UTLE

51%42%

7% Pecahan 100.000

Pecahan 50.000

Pecahan Lainnya

Grafik 5.7. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Grafik 5.8. Temuan Uang Palsu

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 67

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,80%

(Sakernas Februari 2015) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya

(Februari 2014). Kemudian, tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari

Nilai Tukar Petani (NTP) hingga triwulan II 2015 terpantau melemah

dibandingkan triwulan I 2014.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2014

menurun dibanding Maret 2014 baik di kota maupun di desa. Persentase

penduduk miskin di Sulsel (9,5%), relatif lebih baik dibandingkan Sulampua

maupun nasional.

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

6.1. Tenaga Kerja

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel

mencapai 5,80% (Sakernas Februari 2015) atau stabil

dibandingkan periode yang sama di tahun 2014

(Februari 2014). Secara nominal jumlah pengangguran

terbuka Sulsel naik dari 212,57 ribu orang per Februari

2014 menjadi 218,311 ribu orang per Februari 2015.

Namun demikian, karena jumlah angkatan kerja juga

meningkat pada Februari 2015 yang mencapai 3.755,87

ribu orang dari 3.677,57 ribu orang pada Februari 2014

atau naik 78,29 ribu orang.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Februari Februari

2014 2015

Angkatan Kerja 3,677,576 3,755,870

a. Bekerja 3,464,719 3,537,559

b. Pengangguran 212,570 218,311

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.0% 62.2%

Tingkat Pengangguran Terbuka 5.80% 5.80%

KEGIATAN UTAMA

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sektor pertanian, sektor perdagangan, dan sektor lainnya berhasil menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Secara

sektoral, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian lebih tinggi hampir 41 ribu pekerja dibandingkan tahun 2014,

yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas sektor pertanian. Secara pangsa, sektor pertanian masih memegang

peranan penting karena menyerap 40,97% dari tenaga kerja produktif di Sulsel pada Februari 2015, dan secara persentase

meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran

mengalami kenaikan sekitar9 ribu pekerja atau sebesar 1,32% (yoy) menjadi sekitar 617,09 ribu orang. Kenaikan tertinggi

dicatat oleh sektor lainnya yaitu sekitar 69 ribu pekerja atau sebesar 15,32% (yoy) menjadi sekitar 519,21 ribu orang.

Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan

Pertanian 1,408,447 40.66% -0.17% 1,449,458 40.97% 2.91%

Industri 231,974 6.70% 2.23% 212,802 6.02% -8.26%

Perdagangan 729,346 21.05% 6.22% 738,999 20.89% 1.32%

Jasa 644,253 18.60% 2.82% 617,087 17.44% -4.22%

Lainnya 450,253 13.00% -1.68% 519,213 14.68% 15.32%

Total 3,464,273 100.00% 1.62% 3,537,559 100.00% 2.12%

Februari 2014KEGIATAN UTAMA

Februari 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel tercatat meningkat karena kenaikan jumlah angkatan kerja yang

bekerja lebih tinggi dari kenaikan jumlah penduduk usia kerja. TPAK naik dari 62,0% pada Februari 2014 menjadi 62,2%

pada Februari 2015. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2015mencapai 3,75 juta orang, lebih tinggi daripada periode

setahun sebelumnya sejumlah 3,67 juta orang. Secara sektoral, ditengarai peningkatan TPAK terjadi karena peningkatan

angkatan kerja di sektor pertanian, perdagangan, dan sektor lainnya. Sementara itu, hasil Survei Konsumen Bank

Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja, menunjukkan hasil yang berbeda. Rata-rata pertumbuhan Indeks

Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) menurun sebesar -24,58% (yoy). Sementara itu, Indeks Penghasilan Saat Ini

Dibanding 6 Bulan Lalu (IPD6) juga mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. IPD6 di triwulan Iturun

sebesar -8,34% (yoy).

Sumber: Survei Konsumen, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 6.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Grafik 6.2. Indeks Penghasilan Saat Ini

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 69

6.2. Penduduk Miskin22

Berdasarkan data terakhir, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2014 menurun dibanding Maret 2014,

yang terjadi baik di kota maupun di desa. Jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan menjadi 806,35 ribu

pada September 2014, dari 864,3ribu per Maret 2014, atau turun sebesar -7,56% (yoy). Persentase tersebut turun seiring

dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin di kota maupun di desa. Jumlah penduduk miskin kota mengalami

penurunan sebesar -3,82% (yoy) menjadi 154,4 ribu orang (Grafik 6.3). Hal yang sama juga dialami oleh penduduk

pedesaan yang mengalami penurunan sebesar -6,45% (yoy), menjadi 651,95 ribu orang (Grafik 6.3). Penduduk miskin di

pedesaan menyumbang 80,85% dari total penduduk miskin yang ada, sedangkan sisanya sebesar 19,15% disumbang oleh

penduduk kota.

152.8 150.8 129,2 133,6 148,0 160,5 162,49 154,40

930.3

880.9696,6

672,3639,7

696,9701,81

651,95

10,3%10,3%

10,1%

9,8%

9,5%

10,3% 10,3%

9,5%

9,0%

9,2%

9,4%

9,6%

9,8%

10,0%

10,2%

10,4%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14

ribu orang

Desa Kota % Total Penduduk Miskin - kanan

7,48,3

9,5

12,1 12,813,6

17,418,4

26,327,8

0

5

10

15

20

25

30

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Malut Sulut Sulsel Sulbar Sultra Sulteng Gor Maluku Irjabar Papua

Desa Kota % Total Penddk Miskin - kanan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulampua

Menurut Provinsi September 2014

Pertumbuhan garis kemiskinan pada September 2014 baik di kota maupun di desa mengalami perlambatan di

bandingkan dengan Maret 2014. Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan inflasi pada September 2014

menjadi sebesar 3,72% (yoy) dari yang sebelumnya sebesar 5,88% (yoy) pada Maret 2014. Turunnya inflasi didorong oleh

pelemahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan, kelompok transpor, serta kelompok pendidikan. Pelemahan

tekanan inflasi kelompok bahan makanan terjadi pada komponen volatile food yang didukung membaiknya kondisi cuaca

hingga akhir triwulan III 2014 sehingga aktivitas penangkapan ikan juga ikut membaik. Namun demikian, kondisi

kemiskinan di atas belum mencerminkan dampak setelah kenaikan harga bahan bakar minyak pada November 2014,

sehingga mendorong inflasi pada akhir 2014 meningkat menjadi 8,61% (yoy).

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan Sulsel

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Pertumbuhan YoY Inflasi YoY

Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Sep-13 Mar-14 Sep-14

Kota 215.790 221.892 235.488 240.276 246.416 9,13% 8,29% 4,64% 7,24% 5,88% 3,72%

Desa 183.959 192.161 207.023 211.271 219.109 12,54% 9,94% 5,84%

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain se-

Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan berada pada urutan ketiga terendah (9,5%) setelah Provinsi Maluku

Utara (7,4%) dan Sulawesi Utara (8,3%) (Grafik 6.4). Urutan Provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Utara tersebut juga tidak

mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2014. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi

di Sulampua tercatat sebesar 27,8% dan masih terdapat di Provinsi Papua.

Secara per wilayah, tingkat kemiskinan tertinggi di Kab. Pangkep. Berdasarkan data BPS tahun 2013, tingkat kemiskinan

tertinggi terdapat di Kab. Pangkep yang mencapai 17,75% di ikuti oleh Toraja Utara (16,53%), dan Jeneponto (15,52%).

Sementara itu, daerah dengan tingkat kemiskinan terendah berada di wilayah Makassar dengan persentase kemiskinan

mencapai 4,70% di ikuti oleh Sidrap (6,30%), dan Parepare (6,38%). Namun secara keseluruhan, hampir diseluruh wilayah

terjadi perbaikan jumlah kemiskinan.

22 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Tabel 6.4. Tingkat Kemiskinan Per Kab/Kota se Sulawesi Selatan

Tingkat Kemiskinan (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Selayar 18.49 21.38 15.00 13.49 12.87 14.23

Bulukumba 12.26 13.41 9.02 8.12 7.82 9.04

Bantaeng 10.94 11.23 10.25 9.21 8.89 10.45

Jeneponto 22.48 23.57 19.10 17.16 16.58 16.52

Takalar 12.68 14.19 11.16 10.04 9.59 10.42

Gowa 12.79 16.12 9.49 8.55 8.05 8.73

Sinjai 12.73 14.85 10.68 9.63 9.28 10.32

Maros 18.55 19.86 14.62 13.14 12.55 12.94

Pangkajene Kepulauan 21.36 22.91 19.26 17.36 16.62 17.75

Barru 13.49 14.59 10.69 9.35 9.28 10.32

Bone 17.35 17.23 14.08 12.67 12.25 11.92

Soppeng 11.22 5.97 10.42 9.36 9.12 9.43

Wajo 10.16 10.51 8.96 8.06 7.83 8.17

Sidenreng Rappang 7.64 8.59 7.00 6.29 6.00 6.30

Pinrang 9.65 9.80 9.01 8.12 7.82 8.86

Enrekang 20.51 21.90 16.86 15.18 14.44 15.11

Luwu 19.44 19.65 15.44 13.93 13.00 15.10

Tana Toraja 18.57 18.90 14.62 13.22 12.72 13.81

Luwu Utara 18.38 15.30 16.25 14.64 14.02 15.52

Luwu Timur 10.98 10.31 9.18 8.29 7.71 8.38

Toraja Utara - - 19.08 17.06 16.27 16.53

Makassar 5.36 6.18 5.86 5.29 5.02 4.70

Pare Pare 7.11 7.48 6.53 5.91 5.58 6.38

Palopo 12.83 10.49 11.28 10.22 9.46 9.57 Sumber: BPS, diolah

6.3. Rasio Gini23

Gini ratio Provinsi Sulawesi Selatan cenderung meningkat dan lebih tinggi dari provinsi lain di Sulampua. Nilai gini ratio

selama lima tahun terakhir (2010 sampai dengan 2014) cenderung terus membesar yang menunjukkan ketimpangan

pendapatan penduduk yang semakin besar (Tabel 6.5). Pada 2012, gini ratio Sulsel masih sama dengan nasional yakni

0,41. Namun demikian, pada 2014, gini ratio Sulsel justru meningkat menjadi 0,45 atau lebih tinggi daripada nasional

(0,41).Dibandingkan provinsi lain di Sulampua, nilai gini ratio Sulawesi Selatan termasuk tinggi. Angka gini ratio tertinggi

terjadi di Papua (0,46). Sulsel dan Gorontalo tercatat sebagai provinsi dengan gini ratio kedua terbesar se Sulampua.

Sementara itu, nilai gini ratio terendah (0,32) terjadi di Provinsi Maluku Utara.

Tabel 6.5. Nilai Gini Ratio

Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014

Gorontalo 0.43 0.46 0.44 0.44 0.45

Papua 0.41 0.42 0.44 0.44 0.46

Sulawesi Selatan 0.40 0.41 0.41 0.43 0.45

Sulawesi Tenggara 0.42 0.41 0.40 0.43 0.40

Papua Barat 0.38 0.40 0.43 0.43 0.41

Sulawesi Utara 0.37 0.39 0.43 0.42 0.44

Sulawesi Tengah 0.37 0.38 0.40 0.41 0.35

Maluku 0.33 0.41 0.38 0.37 0.33

Sulawesi Barat 0.36 0.34 0.31 0.35 0.38

Maluku Utara 0.34 0.33 0.34 0.32 0.32

Indonesia 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 Sumber: BookletData Sosial Ekonomi, BPS

23 Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna.

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 71

6.4. Nilai Tukar Petani24

Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif melemah, tercermin dari turunnya pertumbuhan Nilai

Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2015 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata NTP Sulsel pada triwulan

II 2015 menurun menjadi sebesar 103,35 lebih rendah dibandingkan rata-rata NTP pada triwulan sebelumnya (104,23)

(Grafik 6.5). Penurunan NTP tersebut didorong oleh kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah

tangga maupun keperluan produksi pertanian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan indeks harga hasil produksi

pertanian. Meskipun rata-rata Indeks yang Diterima Petani naik sebesar 4,94% (yoy) dari sebesar 116,15 pada triwulan II

2014 menjadi sebesar 121,89 pada triwulan II 2015 (Grafik 6.7), namun rata-rata Indeks yang Dibayar Petani pada

triwulan II 2015 juga tumbuh tinggi sebesar 7,28% (yoy) dari 109,93 pada triwulan II 2014 menjadi 117,93 pada triwulan II

2015 (Grafik 6.6).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

Rata-rata NTP Sulsel di triwulan II 2015 terbesar ke-3 se-Indonesia dibawah Kepulauan Bangka Belitung dan Sulawesi

Barat. Rata-rata NTP Sulsel di triwulan II 2015 mencapai 103,353 turun dibandingkan rata-rata di triwulan I 2015 yang

mencapai 104,227 dan Secara nasional posisi rata-rata nilai NTP Sulsel mengalami penurunan setelah di tahun 2014

sempat mencatatkan nilai rata-rata NTP tertinggi nasional. Meskipun demikian, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan

tahun 2008, dimana NTP Sulsel berada di posisi ke-21.

Peningkatan harga komoditas pangan (inflasi) tidak selalu diikuti perbaikan nilai tukar petani. Keterkaitan (korelasi)

antara inflasi dan nilai tukar petani justru negatif (bertolak belakang) (Grafik 6.8). Bahkan pada periode tahun 2012

hingga 2014, negatif dari korelasi tersebut semakin besar, mencapai -0,672 dibandingkan periode tahun 2009 - 2011. Gap

antara kenaikan inflasi dan perbaikan NTP semakin meningkat, pada saat terjadi peningkatan harga pangan seperti terjadi

pada Januari 2009 (kenaikan harga cabe merah, daging ayam ras, dan bawang merah) dan Juni 2010 (kenaikan harga

beras dan cabe merah). Demikian pula saat kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi di Juli 2013 dan November

2014, gap antara inflasi dan perkembangan NTP semakin besar.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.7. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani Grafik 6.8. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani

24NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Tabel 6.6. Posisi Rata-Rata NTP Sulsel Terhadap Seluruh Provinsi

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 2014 2015-TW1 2015-TW2

Kepulauan Bangka Belitung 99.08 94.41 95.77 99.170 99.170 100.260 101.549 103.477 105.173

Sulawesi Barat 102.13 105.51 105.49 104.310 104.410 104.20 102.958 102.227 103.807

Sulawesi Selatan 100.19 100.65 101.66 107.090 108.050 107.430 105.392 104.227 103.353

Bali 100.69 103.07 103.80 106.520 108.280 107.220 104.859 103.830 103.343

Jawa Timur 100.47 98.21 98.74 101.660 102.170 102.90 104.746 105.243 102.790

Jawa Barat 96.14 97.22 99.28 104.920 108.940 109.530 104.433 105.697 102.780

Banten 97.31 97.76 101.83 104.810 108.450 110.060 104.749 105.233 102.770

Nusa Tenggara Barat 98.84 96.45 95.31 96.140 95.360 94.230 99.822 101.860 102.277

Lampung 104.19 107.96 115.04 121.490 125.420 124.70 104.173 102.90 102.003

Maluku Utara 97.30 99.99 98.79 101.070 100.660 100.440 103.255 102.623 101.777

Nusa Tenggara Timur 96.03 101.40 102.00 102.210 101.80 99.170 100.266 101.207 101.047

Papua Barat 104.55 106.10 103.55 102.950 101.620 99.640 100.170 99.357 101.043

Gorontalo 102.42 99.47 101.66 104.070 102.330 100.660 101.324 101.503 100.910

Maluku 103.07 106.62 103.54 104.810 104.70 105.480 100.510 100.753 100.113

Kalimantan Selatan 97.54 100.42 106.50 108.40 107.840 105.50 99.827 100.543 100.107

DI Yogyakarta 105.28 107.85 112.64 115.120 116.460 116.890 102.202 100.223 99.437

Kepulauan Riau 102.80 100.82 99.94 103.070 104.650 104.960 100.933 100.140 98.923

Sumatera Utara 101.79 100.82 102.36 103.420 101.710 99.490 100.095 98.523 98.597

Kalimantan Tengah 98.74 98.38 102.88 101.080 99.240 97.930 101.285 98.993 98.467

Sulawesi Tenggara 103.51 107.30 108.64 107.620 106.450 105.990 101.317 98.830 98.353

Kalimantan Timur 101.40 101.05 99.83 98.740 98.040 95.070 99.923 99.947 98.333

Jawa Tengah 99.77 98.67 101.62 104.840 105.350 105.90 100.648 100.860 98.087

Sumatera Selatan 101.50 99.70 104.89 109.630 110.130 109.950 100.918 97.843 97.517

Sumatera Barat 105.17 103.71 105.48 106.250 105.020 104.140 100.614 98.723 97.360

Papua 102.85 101.51 102.59 101.310 102.690 100.840 97.335 97.117 96.953

Sulawesi Tengah 101.15 98.58 97.17 98.860 97.790 97.010 102.180 97.990 96.947

Kalimantan Barat 103.47 100.83 101.19 102.630 100.920 97.990 96.628 97.257 96.667

Riau 101.75 99.07 104.11 105.070 104.260 101.40 96.953 96.840 95.973

Aceh 98.64 99.76 104.12 104.30 104.130 103.130 98.170 96.823 95.947

Sulawesi Utara 101.48 101.40 101.04 103.220 101.460 100.560 99.370 98.013 95.680

Jambi 97.93 94.14 96.14 96.250 92.150 88.930 97.044 95.947 95.213

Bengkulu 105.50 103.58 104.67 102.970 102.410 99.620 96.354 95.473 94.123

Sumber: BPS, diolah

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 73

7. PROSPEK PEREKONOMIANDAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Bab 7 Prospek Perekonomian dan

Rekomendasi Kebijakan

Perekonomian Sulsel pada triwulan III 2015 dan untuk keseluruhan tahun

2015, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,2% - 8,2%

(yoy) dan 7,0% - 8,0% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional,

pertumbuhan ekonomi Sulsel 2015 akan tetap lebih tinggi. Di sisi

permintaan, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh permintaan

domestik (konsumsi dan investasi), sementaraekspor luar negeri masih sangat

tergantung pada prospek ekonomi global yang belum pasti. Di sisi lapangan

usaha, peningkatan didukung oleh sektor sekunder dan tersier, didukung oleh

kebijakan pemerintah dan faktor musiman.

Tekanan harga pada triwulan III 2015 diperkirakan masih tinggi sebagai

efek dari Ramadhan dan Idul Fitri di awal periode, sedangkan untuk tahun

2015 diprakirakan akan tetap terkendali dan akan berada dalam rentang

target inflasi nasional. Perencanaan stok bahan makanan dan koordinasi

TPID diharapkan mampu menjaga inflasi terkendali. Faktor risiko perlu

diwaspadai adalah fenomena alam El-Nino dan kegiatan MICE yang

meningkatkan administered price.

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel di triwulan III 2015 diperkirakan akan kembali meningkat, didorong oleh aktivitas semua

komponen PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III 2015 diperkirakan

kembali dalam arah meningkat dalam kisaran 7,2% - 8,2% (yoy). Dari sisi permintaan, permintaan konsumsi rumah tangga

tetap kuat, yang terpantau dari optimisme ekspektasi konsumen dan pedagang (hasil survei penjualan eceran). Investasi

meningkat, terutama investasi yang dibiayai pemerintah dan komersial. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan di tahun

2015 akan terjadi pada hampir semua lapangan usaha, terutama untuk sektor industri pengolahan, konstruksi,

perdagangan, transportasi, penyediaan akomodasi, informasi/komunikasi, real estate, dan jasa-jasa. Faktor pendorong

sisi sektoral adalah kebijakan pemerintah, faktor musiman, dan meningkatnya aktivitas MICE.

Dengan mempertimbangkan kondisi global dan domestik serta perkembangan indikator ekonomi lainnya,

perekonomian Sulsel pada tahun 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,0% - 8,0% (yoy),atau cenderung stabil jika

dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 (7,57%, yoy). Pertumbuhan ekonomi 2015, diperkirakan masih diwarnai dengan

perlambatan permintaan komoditas dari negara mitra dagang yang menyebabkan pelemahan ekspor. Ekonomi global

justru diperkirakan melambat dari tahun 2014. Perbaikan berasal dari ekonomi negara maju (Amerika Serikat, Jepang dan

Kawasan Eropa), serta ASEAN. Sementara ekonomi Tiongkok melambat. Dari sisi domestik, peningkatan beberapa sektor

di Sulsel terkait mulai beroperasinya beberapa hotel baru di Makassar, revisi kebijakan pelarangan kegiatan MICE di hotel,

groundbreaking pelabuhan Makassar New Port, KA Makassar-Parepare, Waduk, dan PLTA. Sebagai faktor risiko adalah

ketidakpastian ekonomi global yang masih akan berlanjut (kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika, krisis ekonomi

Yunani, dan masih berlangsungnya masa penyesuaian ekonomi Tiongkok), tekanan harga komoditas pangan, nilai tukar

rupiah, sinkronisasi kebijakan ekonomi pemerintah pusat dan daerah, serta kesiapan birokrasi.

4

5

6

7

8

9

10

20

12

Q1

20

12

Q2

20

12

Q3

20

12

Q4

20

13

Q1

20

13

Q2

20

13

Q3

20

13

Q4

20

14

Q1

20

14

Q2

20

14

Q3

20

14

Q4

20

15

Q1

20

15

Q2

20

15

Q3

20

15

Q4

%, yoy

2014:7,57%

2015:7,0% - 8,0%

2012:7,61%

2013:8,37%

Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya

7.1.1 Prospek Sisi Pengeluaran

Komponen sisi konsumsi triwulan III 2015 diperkirakan lebih baik dibandingkan triwulan II 2015. Komponen permintaan

yang berasal dari komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, akan terus

mengalami peningkatan. Indikator meningkatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2015 adalah peningkatan daya

beli masyarakat dengan adanya tunjangan hari raya (THR), tendensi ekspektasi konsumen yang kembali membaik (indeks

112,1), disertai dengan peningkatan rencana pembelian barang tahan lama (durable) dengan indeks masih diatas 100.

Jenis barang tahan lama yang diperkirakan meningkat (hasil Survei Penjualan Eceran - Bank Indonesia Sulsel), antara lain

jenis barang peralatan dan komunikasi di toko dan barang budaya dan rekreasi. Di sisi lain, konsumsi pemerintah

diperkirakan juga cenderung meningkat seiring optimalisasi penyerapan anggaran oleh Pemerintah daerah maupun APBN

di Sulsel di Sulsel. Diperkirakan nominal realisasi belanja rutin pemerintah, belanja modal, maupun dana desa, meningkat

signifikan.

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 75

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel 2015 yang berkisar 7,0%-8,0% (yoy) masih akan ditopang oleh

permintaan domestik (konsumsi dan investasi). Dengan adanya beberapa kegiatan musiman, diperkirakan akan

mendongkrak permintaan konsumsi. Kemudian beberapa proyek infrastruktur yang mulai berjalan telah dilakukan oleh

pemerintah maupun swasta. Di sisi lain, perkembangan ekspor luar negeri masih melemah, pelemahan prospek ekonomi

global, sehingga menyebabkan permintaan terhadap komoditas ekspor Sulsel juga masih rendah. Dengan perkembangan

tersebut, untuk keseluruhan tahun 2015, konsumsi rumah tangga dan pemerintah, masing-masing akan tumbuh dalam

kisaran 5,4%-6,4% dan 5,0%-6,0%.

111,8

110,1

111,1110,1 110,7 108,19

96,29106,2

112,1

90

95

100

105

110

115

120

III IV I II III IV I II IIIp

2013 2014 2015

Indeks Tendensi Konsumen Perkiraan Pendapatan RT

Rencana pembelian barang durableSum

be

r :

BP

S

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I IIP

2012 2013 2014 2015

%, yoy

Suku cadang dan aksesori Perlengkapan rumah tangga lainnya

Sumber: Badan Pusat Statistik

p) Perkiraan BPS

Sumber: Survei Penjualan Eceran – BI

P) Ekspektasi Pedagang

Grafik 7.2. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 7.3. Indeks Penjualan Eceran

10,8%

30,9%

52,1%

89,8%

10,0%

29,5%

49,6%

90,1%

11,7%

32,4%

52,8%

91,4%

11,02%

29,00%

53,38%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III-P

2012 2013 2014 2015

p : perkiraan realisasi triwulan III (data historis) Sumber: Kanwil Perbendaharaan Negara Sulsel dan

Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi Sulsel (Realisasi s.d. Maret 2015)

Grafik 7.4. Persentase Realisasi Pagu Anggaran Pemerintah Pusat di Daerah

Komponen investasi Sulsel diprakirakan akan membaik pada triwulan III 2015 dan meningkat pada keseluruhan 2015.

Beberapa proyek pemerintah dan swasta, sesuai rencana akan dimulai pelaksanaannya pada triwulan II 2015 yaitu senilai

Rp9,89 triliun atau tumbuh 574,5% (yoy), mulai membaik jika dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh -7,4% (yoy).

Mulai triwulan III 2015, beberapa proyek pemerintah dijadwalkan mulai berjalan dengan nilai Rp790,04 miliar (tumbuh

39,7%), yaitu antara lain :

1. Pembangunan Jalan (Rp175,22 miliar) berlokasi di Makassar, Toraja dan Watampone.

2. Gedung perkantoran(Rp114,7 miliar) berlokasi di Makassar, Maros, Palopo, Tana Toraja, dan Bantaeng.

3. Sarana pendidikan (Rp237 miliar) berlokasi di Makassar, Gowa, Parepare, dan Maros.

4. Sarana kesehatan (Rp104 miliar) berlokasi di Makassar, Gowa, Parepare, dan Maros.

5. Pelabuhan dan bandara (Rp149,12 miliar) berlokasi di Makassar dan Bulukumba.

6. Rumah ibadah (Rp10,0 miliar) berlokasi di Makassar.

Sementara proyek swasta yang dimulai pada triwulan III 2015 diperkirakan senilai Rp9,10 triliun (tumbuh 914,5%) antara

lain :

1. Pembangkit listrik/power plant sebesar 3 X 135 MW; 2 X 2,3 MW; 2 X 2,6 MW; 2X2 MW; 2X5 MW; dan 2X2 MW,

senilai Rp5,64 triliun berlokasi di Jeneponto, Enrekang, Gowa, dan Toraja Utara.

2. Tambang (Rp2 triliun) berlokasi di Luwu.

3. Pusat perbelanjaan (Rp408,5 miliar) berlokasi di Makassar, Takalar, Tana Toraja, Bone, dan Gowa.

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

4. Hotel dan resort (Rp253 miliar) berlokasi di Makassar dan Bulukumba.

5. Rumah Residensial dan Apartemen (Rp262 miliar) berlokasi di Makassar.

6. Sarana pendidikan (Rp100,5 miliar) berlokasi di Makassar.

7. Sarana kesehatan (Rp432 miliar) berlokasi di Makassar.

8. Rumah ibadah (Rp3,5 miliar) berlokasi di Soppeng dan Bone.

Tabel 7.1. Daftar Pembangunan Proyek Oleh Pemerintah dan Swasta Perkembangan

Kepemilikan Nilai Kepemilikan Nilai (yoy)

Total 2.644.492 Total 988.706 -62,6%

Pemerintah 1.034.610 Pemerintah 264.570 -74,4%

Commercial 1.608.682 Commercial 716.536 -55,5%

Perseorangan 1.200 Perseorangan 7.600 533,3%

Total 6.202.288 Total 5.741.914 -7,4%

Pemerintah 325.388 Pemerintah 694.222 113,4%

Commercial 5.873.900 Commercial 5.047.692 -14,1%

Perseorangan 3.000 Perseorangan - -100,0%

Total 1.467.001 Total 9.895.253 574,5%

Pemerintah 565.481 Pemerintah 790.040 39,7%

Commercial 897.320 Commercial 9.102.963 914,5%

Perseorangan 4.200 Perseorangan 2.250 -46,4%

Total 680.663 Total 6.842.080 905,2%

Pemerintah 208.613 Pemerintah 770.080 269,1%

Commercial 469.050 Commercial 6.071.000 1194,3%

Perseorangan 3.000 Perseorangan 1.000 -66,7%

Total 10.994.444 Total 23.467.953 113,5%

Pemerintah 2.134.092 Pemerintah 2.518.912 18,0%

Commercial 8.848.952 Commercial 20.938.191 136,6%

Perseorangan 11.400 Perseorangan 10.850 -4,8%

Total 2014

Proyek dimulai

Tw I 2015

Proyek dimulai

Tw II 2015

Proyek dimulai

Tw III 2015

Proyek dimulai

Tw IV 2015

Total 2015

KeteranganSulsel Sulsel

Keterangan

Proyek dimulai

Tw I 2014

Proyek dimulai

Tw II 2014

Proyek dimulai

Tw III 2014

Proyek dimulai

Tw IV 2014

Sumber : BCI Asia, 2015

Kinerja ekspor dan impor diprakirakan membaik, termasuk untuk perdagangan antar pulau. Penurunan ekspor Sulsel

pada semester I 2015 diperkirakan akan membaik mulai triwulan III 2015. Rendahnya harga komoditas andalan ekspor

disikapi Pemda dengan melaksanakan kebijakan akselerasi ekspor melalui diversifikasi produk dan Negara tujuan ekspor.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, Gubernur Sulsel telah mencanangkan kenaikan nilai ekspor non-migas menjadi 3

kali lipat dari kondisi sekarang, kepada setiap Kabupaten diminta agar mempunyai komoditi andalan ekspor, yang telah

dimulai pada bulan Agustus 2015. Beberapa indikasi positif berupa mulai pulihnya permintaan negara-negara partner

dagang utama Sulsel (Jepang) memberikan optimisme kenaikan ekspor daerah. Menurut proyeksi World Economic

Outlook (IMF) (Tabel 7.1), perkembangan perekonomian tahun 2015 untuk Jepang tumbuh 0,8% (proyeksi Juli 2015),

meskipun masih terkoreksi ke bawah dibandingkan proyeksi April 2015 (1,0%).

Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

WEO (IMF) WEO (IMF)

Apr-15 Jul-15

2014 2015p 2016p 2014 2015p 2016p

Amerika Serikat 2,4 3,1 3,1 2,4→ 2,5↓ 3,0↓

Kawasan Eropa 0,9 1,5 1,6 0,8↓ 1,5→ 1,7↑

Kawasan Asia 6,8 6,6 6,4 6,8→ 6,6→ 6,4→

Tiongkok 7,4 6,8 6,3 7,4→ 6,8→ 6,3→

Jepang –0,1 1,0 1,2 –0,1→ 0,8↓ 1,2→

Kawasan ASEAN* 4,6 5,2 5,3 4,6→↑ 4,7↓ 5,1↓

Output Dunia 3,4 3,5 3,8 3,4→ 3,3↓ 3,8→

*) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam p) Proyeksi Keterangan: ↑ Lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya → Sama dengan perkiraan sebelumnya ↓ Lebih rendah dari perkiraan sebelumnya

Di sisi harga, harga internasional komoditas pertanian dan pertambangan masih melanjutkan trend pelemahan. Tren

harga internasional tersebut diperkirakan mulai membaik pada akhir tahun 2015 dan secara langsung berimbas positif

pada peningkatan ekspor. Harga komoditas ekspor utama, yaitu nikel trennya masih terus menurun, atau tumbuh -40,1%

(yoy) sehingga terakhir di kisaran harga 11.413 USD /metrik ton (Juli 2015). Sementara harga kakao tumbuh terkoreksi ke

atas 6,14% (yoy) atau menjadi 3,33 USD/kg. Melemahnya harga nikel, karena berkurangnya permintaan industri

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 77

besi/baja, destocking nikel halus Tiongkok, berkontribusi terhadap penurunan harga nikel. Sementara perbaikan harga

kakao terkait dengan menurunnya produksi coklat di Ghana dan Pantai Gading.

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I II III IV Jan I II

III*

20

15

-p

2011 2012 2013 2014 2015

yoy$/mt

Harga Internasional Nikel g.Harga Internasional Nikel - sisi kanan

Sumber: World Bank

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I II III IV Jan I II

III*

20

15

-p

2011 2012 2013 2014 2015

yoyUSD/kg

Harga Internasional Coklat g.Harga Internasional Coklat - sisi kanan

Sumber: World Bank Grafik 7.5. Perkembangan Harga Internasional Nikel Grafik 7.6. Perkembangan Harga Internasional Coklat

Ekspor diperkirakan akan meningkat di triwulan III 2015. Pada tanggal 3 Agustus 2015 yang lalu, pemerintah daerah

telah menginisiasi program ekspor 3 kali lipat dan Sulsel ber SNI sebagai upaya peningkatan ekspor Sulsel. Program ini

dibuka secara simbolis oleh presiden Jokowi. Pada acara tersebut, secara simbolis Presiden melepas ekspor ke 24 negara

tujuan dengan 27 komoditas berbeda dengan nilai Rp62 triliun. Dalam program ini Sulsel membidik 24 negara tujuan

ekspor, diantaranya Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Italia, Puerto Rico, Jerman, Australia, Malaysia, Singapore

Hongkong, Philipina , Inggris, Taiwan, Tiongkok , Israel, Polandia, Denmark, Dubai (Uni Emirat Arab), Kuwait, Saudi Arabia,

Ukraina, Spanyol, Vietnam, Timor leste. Sedangkan komoditi yang di ekspor adalah udang beku, ikan tuna beku, kepiting,

gurita beku, ikan segar, kakao liquer, kakao powder, kopi, kakao, buah markisa, jagung, budsudan (dupa), kayu olahan,

rumput laut, karet, minyak mete, kulit mete, mete kupas, tepung terigu, dedak gandum, reptile skin, semen, nikel,

marmer, ikan hidup, telur ikan terbang, daging kepiting, dan marmer.

Presiden Jokowi membuka gerakan peningkatan Ekspor 3X lipat dan Sulsel berSNI

di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar 3 Agustus 2015 yang lalu.

Perdagangan dalam negeri (antarpulau) diperkirakan lebih tinggi seiring meningkatnya permintaan pada saat

Ramadhan/Lebaran, serta membaiknya fasilitas dan pelayanan antar pulau. Infrastruktur yang semakin membaik akan

mendukung perhubungan antar pulau25

dan memudahkan lalu lintas pengiriman barang antarpulau yang saat ini

25Penambahan dermaga peti kemas, serta mulai beroperasinya lintas penyeberangan Pelabuhan Paciran, Jawa Timur dengan Pelabuhan Garongkong di

Kabupaten Barru.

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

menggunakan truk26

dan fasilitas kapal ro-ro. Selain itu, produksi pangan daerah lain yang relatif menurun, akan dipasok

oleh Sulawesi Selatan. Tercatat pengiriman beras Sulsel kepada 22 provinsi lainnya.

7.1.2 Prospek Sisi Lapangan usaha

Pada triwulan III 2015, diperkirakan hampir semua kategori lapangan usaha (sektor) cenderung meningkat, kecuali di

sektor primer. Lapangan usaha primer, yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan cenderung mengalami

perlambatan. Sementara itu, perkembangan lapangan usaha sekunder (industri pengolahan) meningkat untuk memenuhi

pembangunan infrastruktur. Dengan perkembangan di sisi sektor sekunder dan tersier, pertumbuhan ekonomi Sulsel

triwulan III 2015 akan berkisar 7,2%-8,2% (yoy). Sehingga dengan perkembangan yang akan terjadi sampai dengan kuartal

kedua tersebut, maka pertumbuhan keseluruhan tahun 2015 akan berada pada kisaran 7,0% - 8,0% (yoy).

Tahun 2015 Sulsel diperkirakan tumbuh 7,0-8,0% (yoy) dengan faktor pendorong utama berasal dari sektor sekunder

dan tersier. Peningkatan di sektor sekunder didukung oleh permintaan musiman seperti Ramadhan/Idul Fitri dan

penyelenggaraan kegiatan MICE. Sementara sektor tersier didukung oleh perbaikan ekspektasi pelaku usaha keuangan.

Lapangan usaha pertanian, terutama tanaman bahan makanan, diprakirakan akan melambat pada triwulan III 2014.

Curah hujan yang cenderung rendah, diperkirakan akan memengaruhi peningkatan produksi sektor pertanian. Dari sisi

subsektor perkebunan, tren harga internasional untuk kopi diperkirakan melemah, sehingga menurunkan ekspor

komoditas tersebut.

Lapangan usaha pertambangan diprakirakan akan tumbuh melambat, seiring harga internasional nikel. Untuk

merespons penurunan harga tersebut, perusahaan tambang hanya menargetkan peningkatan sedikit produksi27

.

Perusahaan tambang di Sulsel pada tahun 2015, untuk menyiasati penurunan permintaan pasar dunia akan lebih fokus

pada pemeliharaan alat produksi, penghematan biaya, dan perluasan wilayah konsesi. Dari sisi harga internasional nikel,

hingga Juli 2015, harga nikel turun -40,1% (yoy) hingga level harga 11.413 USD /metrik ton.

Lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan akan meningkat pada triwulan III 2015. Berdasarkan pola historisnya,

pembangunan infrastruktur meningkat pada semester II 2015, sehingga industri semen meningkatkan produksinya. Di sisi

lain, industri bahan makanan diperkirakan juga akan mengalami peningkatan pada triwulan III 2015, karena untuk

memenuhi permintaan saat lebaran/idul fitri.

Lapangan usaha perdagangan besar/eceran kategori diprakirakan akan tumbuh meningkat pada triwulan III 2015.

Kegiatan perdagangan diperkirakan relatif meningkat terkait datangnya bulan Ramadhan dan Lebaran. Indikasi tersebut

sesuai dengan hasil survei penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia. Indeks penjualan eceran pada triwulan III

2015 meningkat, terutama untuk barang makanan membaik (-10,11%; yoy dari triwulan II 2015 -11,97%; yoy), jenis

barang peralatan/komunikasi di toko juga membaik (-2,0%; yoy dari triwulan II 2015 -3,08%; yoy) dan barang budaya dan

rekreasi (10,9%; yoy dari triwulan II 2015 15,83%; yoy).

Lapangan usaha penyediaan akomodasi diperkirakan meningkat seiring pencabutan kebijakan pelarangan kegiatan di

hotel bagi pegawai negeri sipil. Larangan28

untuk melakukan kegiatan dinas dan penyelenggaraan di hotel untuk pegawai

negeri sipil, yang diterapkan pada triwulan IV 2014, telah dicabut pada awal triwulan II 201529

. Dengan adanya revisi

aturan tersebut, maka diperkirakan akan memulihkan kembali tingkat okupansi hotel, terutama dengan kategori bintang

dua ke bawah. Kenaikan tersebut diperkirakan juga sebagai implikasi dari kegiatan organisasi kemasyarakatan yang besar

di Sulsel pada Agustus 2015.

Sementara itu, lapangan usaha jasa keuangan diperkirakan meningkat, sebagaimana ekspektasi pelaku perbankan.

Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia triwulan II 2015, memperkirakan pertumbuhan kredit baru akan menguat pada

triwulan III 2015, seiring membaiknya kondisi ekonomi Indonesia dan meningkatnya kecukupan modal bank. Meskipun

26 Pengiriman barang untuk pengiriman dalam partai kecil,dengan metode tersebut mengurangi biaya bongkar muat barang. 27 Setelah mencapai rekor produksi tahun 2014 sebesar 78.726 ton nikel, tahun ini PT X, produsen nikel terbesar di Sulsel, membidik target produksi

tumbuh tipis 1,6% menjadi 80.000 ton nikel. 28 Surat Edaran Mendagri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,menginstruksikan kepada semua kepala daerah, mulai

dari gubernur, wali kota, hingga bupati, untuk menggelar rapat di kantor masing-masing. 29 PermenPan RB Nomor 6/2015, yang mempersyaratkan rapat di luar kantor dan dibiayai APBN/APBD dapat dilaksanakan di luar kantor, tetapi harus

secara selektif dengan memenuhi beberapa kriteria, antara lain bersifat internasional, memiliki urgensi tinggi, terkait pembahasan materi bersifat strategis, atau memerlukan koordinasi lintas sektoral.

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 79

demikian, hasil dari survei tersebut untuk keseluruhan tahun 2015, kredit akan sebesar 12,2% (yoy) lebih rendah dari hasil

survei sebelumnya (17,1%; yoy)30

.

7.2. Prospek Inflasi

Laju inflasi triwulan III 2015 secara umum diperkirakan akan relatif tinggi, sama dengan triwulan II dengan rentang

7,7% - 8,7% (yoy). Tekanan harga pada triwulan III diharapkan akan relatif mereda setelah bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Kelompok volatile food biasanya cenderung naik harganya selain karena eforia puasa juga adanya budaya nelayan untuk

tidak melaut selama seminggu awal puasa. Komoditas pangan yang biasanya naik harganya adalah beras, cabai merah,

bawang merah, daging ayam ras, ikan tangkap, dan daging sapi. Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) se-Sulsel diharapkan akan meningkatkan koordinasi untuk menjaga ketersediaan stok pangan dan gejolak harga.

Inflasi di akhir tahun 2015 diperkirakan masih dalam rentang target inflasi Nasional. Melihat perkembangan inflasi

sepanjang tahun 2015 yang relatif lebih terkendali dibandingkan tahun 2014 ditambah dengan telah berjalannya fungsi

TPID di seluruh Kab/kota, target inflasi Sulsel pada akhir tahun 2015 dikisaran 4%±1% optimis dapat tercapai, dengan

catatan ketersediaan/distribusi pangan berjalan optimal, serta tidak ada kebijakan dari pemerintah yang dapat

meningkatkan tekanan inflasi secara simultan hingga akhir tahun 2015, seperti kenaikan harga BBM di akhir tahun 2014

yang lalu.

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 . 12

2011 2012 2013 2014 2015

Infl

asi T

ahu

nan

Nasional

Sulsel

Sasaran Inflasi 2013: 4,5% + 1Sulsel 2013: 6,22%Nasional 2013: 8,38%

Sasaran Inflasi 2011: 5% + 1Sulsel 2011: 2,87%Nasional 2011: 3,79%

Sasaran Inflasi 2012: 4,5% + 1Sulsel 2012: 4,41%Nasional 2012: 4,30%

Sasaran Inflasi 2015:

4% + 1

Sasaran Inflasi 2014: 4,5% + 1Sulsel 2014: 8,61%Nasional 2014: 8,36%

Grafik 7.7. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel dan Proyeksinya

Kegiatan untuk menjaga ketersediaan barang dan kelancaran distribusi terus dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Provinsi Sulsel maupun TPID di tingkat kabupaten/kota. Pada triwulan III 2015, TPID akan lebih

meningkatkan koordinasi di tingkat Provinsi untuk mengatisipasi dampak kekeringan (El-Nino). Pemerintah Provinsi Sulsel

berkomitmen untuk mencapai tingkat inflasi 2015 sekitar 4%. Seiring dengan upaya tersebut, realisasi bulan Juli 2015,

terjadi inflasi sebesar 1,19% (mtm) atau inflasi 8,08% (yoy). Tekanan inflasi Lebaran pada lebaran tahun ini cukup

terkendali, dan tercatat di bawah rata-rata historis inflasi bulanan saat lebaran dalam 4 tahun terakhir yang mencapai

kisaran 1,29% (mtm).

Juli 2015 Agustus 2015 September 2015

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Grafik 7.8. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan

30 Statistik Perbankan Indonesia Triwulan II 2015

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Tekanan inflasi volatile food diperkirakan masih tinggi. Dari sisi stok, kecukupan beras akan tersedia untuk 13 bulan ke

depan. Hasil prognosa Dinas Pertanian, pada triwulan III 2015, produksi beras masih akan terjadi surplus pada saat panen

gadu. Namun demikian, faktor cuaca pada triwulan III 2015 juga relatif kering perlu menjadi perhatian untuk keoptimalan

penanaman tanaman bahan makanan. Meningkatnya intensitas El Nino dari moderat menjadi kuat dan terjadi lebih awal,

sejak Agustus 2015 dan puncak kemarau di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan hingga November 2015. Sehubungan

dengan hal tersebut, langkah-langkah antisipasi yang dapat dilakukan antara lain menyiapkan dukungan penyediaan

saprodi (a.l. benih, pupuk, pompa, pengering gabah), mengoptimalkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) termasuk melakukan

sosialisasi terutama pada daerah-daerah yang berpotensi mengalami kekeringan, dan memperkuat kerjasama dengan

daerah lain yang mengalami surplus pangan.

Inflasi administered prices triwulan III tahun 2015 diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi. Risiko inflasi terutama

yang bersumber dari administered prices masih perlu diwaspadai, terutama terkait kegiatan di Sulsel yang akan

meningkatkan tarif angkutan udara. Inflasi administered price kemungkinan dapat terkoreksi ke bawah, seiring turunnya

harga minyak dunia.

Tekanan inflasi komponen core inflation diperkirakan meningkat, didorong oleh ekspektasi konsumen dan pedagang

yang cenderung meningkat. Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang meningkat, yang tercermin

dari hasil Survei Konsumen (SK) (Grafik 7.9), meskipun survei pedagang eceran (SPE) (Grafik 7.10). Survei Konsumen

indeksnya relatif meningkat menjadi 187,67 di triwulan III 2015 dan 190,0 di triwulan IV 2015. Namun demikian, indeks

ekspektasi pedagang terhadap harga 3 (tiga) bulan yang akan datang relatif melambat, menjadi 100,21 di triwulan III

2015 dan 100,0 di triwulan IV 2015. Selain itu, harga emas diperkirakan juga dalam tren melambat sampai triwulan III

2015, namun meningkat sampai dengan akhir tahun 2015.

160

165

170

175

180

185

190

195

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2012 2013 2014 2015

Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad

99,8

99,9

100,0

100,1

100,2

100,3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2012 2013 2014 2015

Ekspektasi Harga Umum 3 bln yad

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 7.9. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Grafik 7.10. Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap Harga

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

I II III

IV

I II III IV

I II III

IV

I II III IV

Jan I II

III*

2015

-p

2011 2012 2013 2014 2015

yoyUSD/troy onz

Emas g.Emas - sisi kanan

Sumber: World Bank

Grafik 7.11. Perkembangan Harga Internasional Emas

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 81

Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun Dasar 2010)

IV Total I II IIIP Total-P

Sisi Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga 6,51 6,98 5,96 5,49 5,92 5,32 5,51 6,2-7,2 5,4-6,4

Konsumsi LNPRT 6,61 7,14 10,36 4,93 11,26 (2,50) (2,13) 5,4-6,4 0,8-1,8

Konsumsi Pemerintah 4,70 4,20 2,70 (2,92) 1,88 6,99 2,18 5,6-6,6 5,0-6,0

Pembentukan Modal Tetap Bruto 12,73 15,67 13,19 9,03 9,40 7,13 7,23 11,8-12,8 9,1-10,1

Ekspor (9,49) (2,04) 3,06 14,73 11,85 (9,37) (2,94) 0,5-1,5 (3,6)-(4,6)

Impor (7,08) 6,11 5,36 9,35 (1,64) 0,41 (8,55) 2,5-3,5 (1,8)-(2,8)

Sisi Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,89 4,58 4,93 10,40 10,00 2,09 12,57 6,4-7,4 7,6-8,6

Pertambangan dan Penggalian (3,80) 5,32 5,63 9,60 11,40 2,83 8,51 7,6-8,6 6,7-7,7

Industri Pengolahan 9,03 8,66 9,22 15,20 9,50 6,05 4,33 5,6-6,6 5,3-6,3

Pengadaan Listrik, Gas 10,08 16,24 8,19 15,00 10,60 7,52 (3,71) 7,2-8,2 4,8-5,8

Pengadaan Air 12,63 3,54 5,50 (1,20) 2,10 0,58 (0,26) 5,5-6,5 2,4-3,4

Konstruksi 6,92 9,86 10,57 5,10 6,10 6,63 5,32 6,3-7,3 6,1-7,1

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10,35 11,86 7,23 3,40 7,10 5,62 7,02 8,6-9,6 7,2-8,2

Transportasi dan Pergudangan 13,05 13,45 6,45 4,80 2,10 3,60 7,03 9,0-10,0 6,6-7,6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,70 11,40 6,76 5,60 7,80 5,81 4,03 7,1-8,1 5,9-6,9

Informasi dan Komunikasi 11,81 20,60 14,07 6,60 5,80 7,34 7,46 8,8-9,8 7,7-8,7

Jasa Keuangan 19,78 15,88 9,28 11,90 5,90 9,18 2,52 7,0-8,0 6,0-7,0

Real Estate 11,13 10,50 8,98 9,00 8,00 8,88 7,55 7,7-8,7 8,0-9,0

Jasa Perusahaan 9,00 8,02 6,97 7,40 6,80 4,77 4,48 8,6-9,6 6,0-7,0

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6,52 2,23 3,07 0,70 1,00 2,47 5,04 6,8-7,8 4,8-5,8

Jasa Pendidikan 10,44 7,50 7,72 3,10 4,70 8,90 9,07 9,1-10,1 8,3-9,3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,04 10,67 8,25 3,30 10,20 7,41 6,71 8,8-9,8 7,8-8,8

Jasa lainnya 6,69 8,11 7,14 9,40 7,60 9,42 8,16 8,2-9,2 8,3-9,3

PDRB 8,13 8,87 7,63 7,71 7,57 5,23 7,62 7,2-8,2 7,0-8,0

Inflasi 2,87 4,41 6,21 8,61 8,61 7,13 8,06 7,7-8,7 4,0±1,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolahp proyeksi Bank Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi dan

Inflasi Provinsi Sulsel2011 2012 2013

2014 2015

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

7.3. Rekomendasi Kebijakan

Untuk mendorong realisasi potensi ekonomi Sulsel yang masih besar melalui pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan dan berkeadilan, mampu memperkuat peran Sulsel sebagai ‘simpul utama’ perekonomian Kawasan

Timur Indonesia, mengisi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, serta mengantisipasi gejolak ekonomi

global, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat disarankan kepada pemerintah daerah, sebagai berikut:

a. Konsumsi rumah tangga masih akan menjadi penopang ekonomi Sulsel, sejalan dengan anugerah usia produktif yang

relatif besar di Sulsel. Dengan konsumsi yang tinggi tersebut, kebijakan devaluasi Tiongkok perlu diantisipasi, jika

tidak ingin barang impor membanjiri Sulsel, antara lain dengan gerakan cinta produk dalam negeri, kewajiban

penggunaan Rupiah untuk bertransaksi di dalam negeri, kebijakan wajib Standard Nasional Indonesia (SNI) untuk

barang impor, mewajibkan pemakaian baju tenun khas lokal Sulsel pada hari-hari tertentu oleh semua pegawai

pemerintah dan swasta, mengkonsumsi makanan-makanan lokal/tradisional termasuk minuman lokal (seperti

coklat, markisa dll) di setiap acara resmi dan sajian wajib di hotel-hotel, event pariwisata yang menarik di Sulsel

sehingga masyarakatnya tidak berlibur ke luar negeri, dan sebagainya.

b. Konsumsi Pemerintah yang diandalkan menjadi penopang masih terkendala permasalahan yang bersifat teknis

administratif, seperti nomenklatur, proses pengadaan, dan pembebasan lahan, yang memerlukan penyelesaian yang

segera.

c. Transfer dari pemerintah pusat ke daerah, akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah apabila dimanfaatkan

secara optimal. Namun ada indikasi dana tersebut justru mengendap di perbankan. Oleh karena itu, perlu dibentuk

sistem pemantauan anggaran berbasis kinerja hingga ke level pemerintah daerah/desa, yang dapat dipantau secara

real time. Pemantauan tersebut dapat melibatkan pihak perguruan tinggi di Sulsel, yang terjamin secara kemampuan

dan netralitasnya.

d. Menjaga dan meningkatkan keberlanjutan investasi di Sulsel, antara lain iklim investasi daerah melalui penciptaan

Investment Board yang lebih aktif dalam menggaet investor dalam negeri maupun luar negeri, menjaga keamanan

berusaha/berinvestasi di Sulsel terutama meningkatnya eskalasi politik menjelang Pilkada serentak, serta

memelihara dan membangun infrastruktur dasar seperti prasarana transportasi (jalan tol, jalan akses pelabuhan dan

pergudangan, City Outer Ring Road, Pelabuhan, Terminal, telekomunikasi, dsb).

e. Konsistensi untuk pengembangan sektor unggulan berbasis ekspor, antara lain :

i. Sektor pertanian sebagai basis ekonomi rakyat melalui program-program peningkatan produksi dan pemasaran

yang konsisten, terkoordinasi antar dinas/sektor, dan yang menciptakan insentif bagi petani. Program

dimaksud termasuk penguatan kelembagaan petani sehingga tercipta kesetaraan bargaining position antara

petani (produsen), perantara (pedagang) dan konsumen akhir; ketersediaan produk pertanian (tanaman

pangan, perkebunan, perikanan, peternakan) yang pasti dan berkelanjutan untuk pasokan industri; dan

efisiensi pasar sehingga menekan harga jual (inflasi).

ii. Memperkuat sektor produksi dan pengolahan lebih lanjut pada berbagai tahap industri pengolahan (hilirisasi),

yang didukung dengan peningkatan kualitas SDM secara berkelanjutan dan lengkap melalui perbaikan sistem

pendidikan dan latihan yang tepat dengan tantangan serta kebutuhan sektor usaha baik skala daerah, nasional,

maupun lintas Negara (MEA). Saat ini kualitas dan produktivitas tenaga kerja di Sulsel masih perlu ditingkatkan.

Untuk pengendalian harga-harga barang dan jasa secara umum, sehingga tercapai level yang mampu menjadi

pendorong pertumbuhan ekonomi diatas, maka beberapa kebijakan yang dapat disarankan adalah sbb.:

a. Melakukan langkah cepat (early warning system) agar dapat mendeteksi dini fenomena pergerakan harga.

b. Melakukan intervensi harga dengan melakukan kegiatan pasar murah ataupun operasi pasar. Pemerintah Daerah

perlu menyiapkan standing budget untuk langkah intervensi tersebut.

c. Menyusun sistem informasi stok bahan kebutuhan pokok masyarakat yang akurat dan kredibel, agar dapat disusun

kebijakan pengaturan stok pangan yang tepat mengingat kondisi surplus pangan di Sulsel ternyata tidak menjamin

keamanan dari sisi harga.

d. Memperkuat koordinasi anggota TPID beserta semua unsur pendukung termasuk petani, pedagang besar, aparat

keamanan, dan lembaga pembiayaan. Melalui koordinasi diharapkan pola tanam dan panen tanaman pangan yang

terjadwal dapat menjamin adanya ketersediaan pasokan pangan serta distribusi yang efisien agar tercipta harga jual

yang wajar.

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 83

e. Perlunya kebijakan yang sifatnya jangka menengah panjang, antara lain:

i. Percepatan pembangunan infrastruktur tanaman pangan seperti waduk, saluran irigasi, pencetakan dan

perluasan area tanam, dan sebagainya. Diharapkan dalam jangka menengah panjang akan meningkatkan

ketersediaan pangan sehingga tujuan kedaulatan pangan di Sulsel dan nasional akan tercapai. Peran Sulsel

sebagai lumbung pangan nasional selama ini diharapkan akan semakin meningkat seiring dengan makin

terbatasnya lahan pertanian di Pulau Jawa.

ii. Mendorong kerjasama antar kabupaten/kota yang surplus dan defisit pangan sehingga ketidakseimbangan stok

pangan dan harganya antar daerah dapat dihindari.

iii. Mendorong peningkatan peran Bulog sebagai penyangga harga pangan daerah, tidak terbatas pada beras saja.

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

84 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 91: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 85

LAMPIRAN

Lampiran

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Miliar)

I II

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 42,326 44,263 46,447 51,084 12,821 14,651

B Pertambangan dan Penggalian 11,897 12,530 13,236 14,748 3,543 3,789

C Industri Pengolahan 25,737 27,966 30,545 33,433 7,920 8,569

D Pengadaan Listrik, Gas 159 185 200 221 55 53

E Pengadaan Air 271 280 296 302 75 77

F Konstruksi 21,430 23,542 26,030 27,628 6,924 7,150

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 25,170 28,155 30,190 32,363 8,212 8,656

H Transportasi dan Pergudangan 7,006 7,948 8,461 8,641 2,146 2,253

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,484 2,767 2,954 3,183 804 829

J Informasi dan Komunikasi 10,008 12,070 13,768 14,560 3,749 3,860

K Jasa Keuangan 6,044 7,004 7,654 8,106 2,136 2,072

L Real Estate 6,587 7,279 7,933 8,565 2,252 2,284

M,N Jasa Perusahaan 811 876 937 1,001 256 261

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,769 9,987 10,293 10,399 2,572 2,679

P Jasa Pendidikan 10,293 11,064 11,919 12,473 3,176 3,195

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,357 3,715 4,021 4,433 1,144 1,166

R,S,T,U Jasa lainnya 2,362 2,554 2,736 2,943 773 788

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 185,708 202,185 217,618 234,084 58,558 62,331

20142015

2011 2012 2013Kategori Uraian

Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar HargaBerlaku TD 2010(Rp Miliar)

I II

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 44,974 51,415 57,367 68,437 18,333 21,026

B Pertambangan dan Penggalian 14,647 16,178 17,837 22,508 5,603 5,838

C Industri Pengolahan 26,936 30,799 35,371 41,279 10,251 11,192

D Pengadaan Listrik, Gas 158 177 178 193 46 60

E Pengadaan Air 286 306 355 355 90 94

F Konstruksi 22,888 26,581 31,516 35,963 9,416 9,813

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 26,493 30,654 33,633 37,624 9,944 10,695

H Transportasi dan Pergudangan 7,318 8,961 10,473 13,345 3,546 3,807

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,647 3,145 3,564 4,106 1,076 1,120

J Informasi dan Komunikasi 10,048 12,129 13,785 14,594 3,702 3,808

K Jasa Keuangan 6,423 8,241 9,597 10,877 2,998 2,937

L Real Estate 7,020 8,322 9,904 11,523 3,224 3,499

M,N Jasa Perusahaan 863 999 1,148 1,297 350 363

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10,698 11,451 12,203 13,294 3,564 3,911

P Jasa Pendidikan 10,893 12,096 13,886 15,498 3,996 4,067

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,549 4,079 4,682 5,509 1,506 1,549

R,S,T,U Jasa lainnya 2,447 2,752 3,184 3,722 1,033 1,063

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 198,289 228,285 258,683 300,124 78,679 84,842

20142015

2013Kategori Uraian 2011 2012

Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Miliar)

I II

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 106,351 113,779 120,561 127,700 32,822 33,277

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,218 2,376 2,622 2,918 710 721

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 21,545 22,451 23,058 23,492 3,626 5,682

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 64,562 74,678 84,528 92,472 23,101 24,214

5 Perubahan Inventori 2,164 5,431 5,452 (1,375) 405 894

6 Ekspor 52,674 51,598 53,179 59,481 13,417 13,808

7 Impor 64,205 68,129 71,783 70,603 15,524 16,265

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 185,708 202,185 217,618 234,084 58,558 62,331

Kategori Uraian 2011 2012 2013 20142015

Page 92: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

86 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Miliar)

I II

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 113,547 129,688 149,121 174,682 47,452 48,822

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,314 2,601 3,083 3,864 1,015 1,048

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23,491 26,124 28,719 31,695 4,858 8,033

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 66,698 82,677 96,605 118,365 30,826 32,920

5 Perubahan Inventori 2,498 5,661 6,395 (1,551) 896 2,010

6 Ekspor 57,273 58,288 58,243 73,178 16,886 16,920

7 Impor 67,533 76,754 83,463 99,859 23,254 24,913

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 198,289 228,285 258,683 300,124 78,679 84,842

Kategori Uraian 2011 2012 2013 20142015

Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Juta)

Penduduk (Jiwa) 8,060,401 8,156,129 8,250,018 8,342,047 8,432,163

PDRB per Kapita (Juta Rp) 21.31 24.31 27.67 31.01 35.59

Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik

Page 93: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 87

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran

Umum Bahan

Makanan

Makanan

Jadi,

Minuman,

Rokok, dan

Tembakau

Perumahan,

Air, Listrik,

Gas, dan

Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi, dan

Olahraga

Transpor dan

Komunikasi

126.75 148.73 131.96 122.00 135.79 119.24 116.86 104.73

130.39 149.06 137.77 126.48 147.55 128.36 120.24 105.50

Triwulan I 132.89 156.33 139.19 128.22 149.63 129.86 120.33 105.61

Triwulan II 133.44 156.50 140.33 129.03 150.10 130.61 120.60 105.92

Triwulan III 135.69 161.48 143.21 129.73 154.94 130.98 121.38 106.22

Triwulan IV 136.14 158.86 144.70 130.72 158.05 132.02 124.35 106.72

Triwulan I 139.01 168.84 145.55 132.61 158.64 132.82 124.59 106.55

Triwulan II 139.26 166.24 146.83 133.67 154.02 133.21 124.61 110.11

Triwulan III 145.51 178.85 149.93 135.89 159.22 135.20 125.82 118.97

Triwulan IV 144.60 169.92 151.18 138.64 161.74 136.89 126.08 119.08

Triwulan I 109.16 111.25 108.80 109.10 108.00 105.49 103.66 110.65

Triwulan II 109.71 111.33 109.77 109.58 108.46 107.25 103.72 111.33

Triwulan III 111.72 114.94 112.34 111.74 110.06 108.51 105.35 111.29

Triwulan IV 116.89 125.03 114.11 114.88 110.82 109.25 105.45 121.49

Triwulan I 116.94 125.83 115.15 117.40 114.32 112.29 105.70 115.08

Triwulan II 118.55 128.30 116.95 118.18 113.74 113.18 106.16 118.01

2015

2014

IHK

(Akhir Periode)

2010

2011

2012

2013

Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

I II III IV I II III IV I II

Makassar 134.91 137.86 138.15 144.29 143.33 143.33 108.94 109.26 111.45 116.50 116.94 118.67

Pa lopo 142.22 144.84 144.26 150.25 149.68 149.68 108.84 110.28 111.34 116.54 116.40 117.88

Parepare 134.76 137.33 137.57 144.44 143.26 143.26 108.29 109.33 110.89 117.71 115.36 116.96

Bone (Watampone) 148.83 151.29 151.92 159.23 159.04 159.04 109.81 111.58 112.81 117.35 116.02 116.35

Bulukumba** 117.21 118.31 119.99 125.61 124.49 125.55

Sumber: Badan Pusat Statis tik

*) Sejak tahun 2014 data IHK menggunakan tahun dasar 2012 **) Dihitung sebagai Kota Inflas i sejak tahun 2014

Kota Inflasi2015*

201320122013 2014*

Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

I II III IV I II III IV I II

Makassar 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 6.24 5.46 5.38 3.57 8.51 7.34 8.61

Pa lopo 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 5.25 6.22 7.36 4.03 8.95 6.95 6.89

Parepare 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 6.31 5.58 5.57 3.04 9.38 6.53 6.98

Bone (Watampone) 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 6.86 7.86 8.14 4.55 8.22 5.66 4.27

Bulukumba** 13.94 14.10 7.30 9.45 6.21 6.12

Sumber: Badan Pusat Statis tik

*) Sejak tahun 2014 data IHK menggunakan tahun dasar 2012 **) Dihitung sebagai Kota Inflas i sejak tahun 2014

20122013

Kota Inflasi2015*2014*

2013

Page 94: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

88 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

C. Perbankan

Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)

Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

6,275 26,446 13,085 45,807 20,074 9,626 23,198 52,898 115.48%

Triwulan I 7,471 25,004 13,259 45,734 20,516 10,025 24,044 54,585 119.35%

Triwulan II 7,282 27,206 13,536 48,024 22,850 10,588 25,597 59,035 122.93%

Triwulan III 7,257 28,545 14,115 49,917 22,385 10,997 27,707 61,090 122.38%

Triwulan IV 7,345 31,466 14,907 53,717 25,506 11,380 29,335 66,221 123.28%

Triwulan I 7,770 29,321 15,211 52,302 25,980 12,232 30,158 68,371 130.72%

Triwulan II 8,092 30,068 15,297 53,457 26,659 14,486 31,793 72,937 136.44%

Triwulan III 9,221 32,076 16,062 57,359 26,160 15,769 33,085 75,014 130.78%

Triwulan IV 7,845 35,007 17,592 60,444 27,231 14,494 33,663 75,388 124.72%

Triwulan I 7,990 32,446 17,726 58,162 27,257 14,642 33,974 75,874 130.45%

Triwulan II 9,730 33,168 18,504 61,402 29,062 15,467 34,807 79,336 129.21%

Triwulan III 9,693 34,828 19,819 64,339 29,847 15,457 35,159 80,463 125.06%

Triwulan IV 7,995 37,428 20,690 66,112 31,442 16,241 35,877 83,560 126.39%

Triwulan I 10,154 34,147 22,118 66,420 32,776 16,482 36,045 85,304 128.43%

Triwulan II 11,820 34,881 22,166 68,867 34,627 16,500 36,436 87,563 127.15%

2015

LDRDPK KREDIT

Periode

2014

2013

2011

2012

Tabel C.2. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)

Pertanian TambangIndustri

Pengolahan

Listrik, Gas,

dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan

Jasa Dunia

Usaha

Jasa Sosial

MasyarakatLain-lain

869 309 3,460 144 2,155 15,072 1,629 2,770 1,555 24,935 52,898

Triwulan I 906 312 3,468 137 2,065 15,459 1,744 2,917 1,570 26,007 54,585

Triwulan II 1,128 363 3,904 124 2,448 17,631 1,730 3,178 1,485 27,045 59,035

Triwulan III 1,171 375 4,008 135 2,582 17,741 1,794 3,131 1,372 28,781 61,090

Triwulan IV 1,215 399 5,250 141 2,674 19,027 2,321 3,105 1,404 30,684 66,221

Triwulan I 1,403 447 5,335 133 2,565 19,933 2,631 3,240 1,619 31,065 68,371

Triwulan II 1,396 449 5,579 116 2,780 22,957 2,763 3,433 1,650 31,814 72,937

Triwulan III 1,385 444 5,631 121 2,966 23,360 2,864 3,414 1,733 33,096 75,014

Triwulan IV 1,400 397 4,186 191 3,034 24,132 2,923 3,550 1,780 33,794 75,388

Triwulan I 1,405 377 3,918 218 3,043 24,334 2,960 3,747 1,828 34,043 75,874

Triwulan II 1,499 560 4,210 245 3,666 25,587 2,950 3,598 1,968 35,053 79,336

Triwulan III 1,435 537 4,283 232 4,173 25,748 2,951 3,581 2,115 35,408 80,463

Triwulan IV 1,506 509 4,747 350 4,366 27,033 2,820 3,662 2,340 36,226 83,560

Triwulan I 1,630 427 5,035 382 4,746 27,920 2,782 3,733 2,473 36,174 85,304

Triwulan II 1,788 390 5,109 413 4,902 29,003 2,693 4,037 2,681 36,547 87,562

2015

2014

Kredit (Lokasi Bank)

Periode Total

2011

2012

2013

Tabel C.3. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

13.55 11.83 12.83 13.34 13.61 14.09 10.62 6.81 28.61 13.45 12.84 13.32

Triwulan I 13.49 11.69 12.79 13.16 13.60 14.56 8.50 7.29 27.35 13.30 12.77 13.46

Triwulan II 13.24 11.34 12.70 12.74 13.62 14.36 9.32 7.91 27.67 13.00 12.60 13.35

Triwulan III 13.21 11.11 12.54 12.55 13.36 14.31 9.53 8.36 26.16 12.90 12.39 13.19

Triwulan IV 12.63 10.92 12.23 12.28 13.09 14.01 8.85 8.07 23.83 12.47 12.19 12.88

Triwulan I 12.56 10.74 12.20 12.31 12.89 14.04 7.21 8.21 23.67 12.40 12.05 12.85

Triwulan II 12.77 10.57 12.12 12.01 12.71 13.89 8.12 8.37 20.92 12.38 11.65 12.74

Triwulan III 12.94 10.79 12.11 12.72 12.99 13.83 9.14 9.16 21.14 12.80 12.02 12.72

Triwulan IV 13.00 11.08 12.18 13.04 13.53 13.91 10.20 10.06 20.92 12.99 12.57 12.78

Triwulan I 13.10 11.15 12.24 13.23 13.67 14.06 10.49 10.68 22.14 13.13 12.71 12.86

Triwulan II 13.26 11.44 12.41 13.51 13.53 14.05 10.08 10.72 22.94 13.33 12.75 12.97

Triwulan III 13.48 11.61 12.44 13.62 13.53 14.10 10.26 10.81 23.49 13.50 12.81 13.00

Triwulan IV 13.46 11.57 12.61 13.48 13.78 14.17 10.77 11.14 23.13 13.44 12.93 13.13

Triwulan I 13.81 12.12 11.45 14.04 15.29 14.74 10.03 11.38 23.11 13.25 13.13 13.59

Triwulan II 13.42 10.40 13.00 12.91 13.75 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.14 13.61

Bank Umum

Periode

2011

2012

2015

2013

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran

2014

Page 95: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 89

D. Sistem Pembayaran

Tabel D.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Triliun)

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 3.87 1.86 2.01 66.21% 48.64% 86.63%

II 2.75 3.17 (0.42) 31.17% 66.32% 319.19%

III 3.93 3.57 0.35 5.71% 9.83% -23.54%

IV 3.20 3.21 (0.01) 30.61% 25.77% 87.00%

13.75 11.82 1.93 29.82% 31.80% 18.87%

I 4.41 1.71 2.69 13.90% -7.82% 33.98%

II 3.24 2.89 0.35 17.50% -9.08% 183.53%

III 4.87 5.31 (0.44) 24.12% 48.62% 225.76%

IV 4.07 4.16 (0.09) 27.33% 29.50% -536.97%

16.59 14.08 2.52 20.66% 19.05% 30.54%

I 5.30 2.35 2.95 20.17% 36.78% 9.61%

II 4.07 3.83 0.24 25.76% 32.70% -31.38%

III 5.56 5.64 (0.08) 14.16% 6.18% 81.98%

IV 4.30 4.10 0.21 5.64% -1.52% 336.57%

19.24 15.91 3.32 15.93% 13.07% 31.92%

I 6.18 2.25 3.94 16.70% -4.14% 33.26%

II 3.78 3.70 0.07 -7.20% -3.29% -69.42%

2014

2014

PeriodeJumlah yoy

2013

2012

2012

2013

2015

Tabel D.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 0.15 1.80 (1.65) -69.71% 714.38% 720.99%

II 0.13 2.53 (2.40) 0.09% 60.57% -65.80%

III 0.02 0.86 (0.84) 200.52% -75.69% 76.17%

IV 0.05 0.34 (0.29) -72.94% -86.00% 87.11%

0.34 5.53 (5.19) -57.62% -28.79% 25.43%

I 0.03 0.28 (0.25) -80.04% -84.46% 84.86%

II 0.08 0.78 (0.70) -39.81% -69.23% 70.77%

III 0.08 2.51 (2.43) 335.68% 192.39% -189.28%

IV 0.10 2.63 (2.53) 95.78% 670.88% -772.95%

0.29 6.20 (5.91) -16.80% 12.07% -13.98%

I 0.14 2.20 (2.05) 388.70% 685.69% -720.65%

II 0.04 3.22 (3.18) -47.69% 314.31% -353.25%

III 0.23 3.93 (3.70) 186.11% 56.42% -52.18%

IV 0.13 2.07 (1.94) 29.30% -21.19% 23.20%

0.54 11.42 (10.88) 89.84% 84.31% -84.05%

I 0.00 1.74 (1.73) -97.54% -20.95% 15.58%

II 0.00 5.66 (5.66) -97.47% 75.61% -77.76%

2014

2014

2015

2012

2012

2013

2013

PeriodeJumlah yoy

Tabel D.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Real Time Gross Settlement (Rp Triliun)

Page 96: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

90 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

From To From-To From To From-To

I 11.50 29.15 4.58 3.26% 24.82% -1.96%

II 15.47 37.79 4.35 27.09% 45.01% -18.06%

III 15.42 34.63 4.42 17.91% 1.86% -17.49%

IV 19.88 40.65 5.05 25.54% 18.28% -17.24%

62.28 142.21 18.41 19.24% 20.75% -14.18%

I 14.45 32.77 4.25 25.59% 12.42% -7.28%

II 17.40 36.12 4.92 12.46% -4.41% 13.00%

III 18.77 37.61 6.75 21.72% 8.61% 52.66%

IV 20.54 41.48 7.30 3.32% 2.05% 44.57%

71.16 147.98 23.22 14.26% 4.06% 26.15%

I 15.66 27.89 4.75 8.39% -14.89% 11.85%

II 21.37 33.67 9.76 22.83% -6.79% 98.44%

III 22.72 38.10 10.97 21.04% 1.28% 62.41%

III 25.66 41.37 11.87 24.93% -0.27% 62.68%

85.41 141.02 37.36 20.03% -4.70% 60.89%

I 14.45 32.77 4.29 -7.73% 17.51% -9.65%

II 26.71 31.93 4.27 24.96% -5.15% -56.25%

2012

PeriodeJumlah yoy

2015

2014

2013

2012

2013

2014

E. Ekspor dan Impor

Tabel E.1. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Juta)

I II III IV I II III IV I II

1 Nikel 967.33 258.41 247.29 215.37 200.77 921.84 213.11 269.36 289.82 266.27 1039 211.88 197.78

2 Biji Coklat 132.48 50.60 28.35 59.06 39.02 177.03 19.95 35.04 27.08 20.08 102 9.42 23.05

3 Rumput Laut 69.87 15.88 21.04 27.43 26.94 91.29 33.32 35.92 38.83 39.18 147 28.15 32.55

4 Coklat Olahan 39.02 4.70 14.72 17.22 28.38 65.02 29.33 34.26 47.81 37.19 149 21.14 40.90

5 Udang Segar/Beku 43.07 11.81 13.91 16.46 19.58 61.76 14.59 18.01 23.09 12.77 68 11.83 14.98

6 Ikan Olahan 65.68 11.11 10.33 15.23 14.38 51.05 8.80 12.16 17.76 15.59 54 9.90 13.10

7 Kayu Lapis 35.63 9.27 8.84 7.77 9.93 35.81 10.53 9.18 8.25 8.58 37 6.24 10.99

8 Biji Mete 17.71 6.75 6.10 6.66 5.54 25.06 5.91 7.81 6.22 5.42 25 8.27 9.93

9 Semen 8.37 2.53 2.44 13.55 3.28 21.80 1.71 0.92 3.35 1.49 7 2.58 0.55

10 Makanan Ternak 26.84 5.97 4.84 4.62 3.93 19.38 4.60 5.23 4.32 3.87 18 6.13 4.89

1555.76 403.02 389.29 417.56 386.34 1596.21 366.41 460.02 499.05 452.63 1,778.10 344.16 382.89

2015**2014*

2014*2013*

20132012KOMODITAS EKSPOR UTAMA

NILAI EKSPOR SULSEL

Tabel E.2. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)

I II III IV I II III IV I II

1 Jepang 1,047.31 222.27 236.10 265.50 276.92 1,000.78 229.81 285.80 311.42 282.42 1,109.45 225.14 213.09

2 Amerika Serikat 97.70 24.96 26.97 23.79 15.90 91.62 26.41 32.15 39.09 35.25 132.90 16.13 40.49

3 Tiongkok 76.40 35.10 30.38 21.97 15.54 102.99 28.28 38.25 40.90 44.01 151.44 28.20 35.89

4 Malaysia 94.45 46.97 49.65 20.35 37.19 154.15 31.36 43.73 37.87 22.78 135.74 22.40 32.80

5 Belanda 9.08 2.98 3.25 2.73 2.04 11.00 3.12 4.08 3.27 5.64 16.11 7.36 7.04

6 Singapura 37.50 4.89 13.67 6.51 10.75 35.82 5.23 8.68 12.43 5.54 31.88 7.96 5.79

7 Korea Selatan 25.90 5.03 5.96 4.22 2.71 17.93 5.46 5.99 10.53 7.10 29.08 6.97 4.54

8 Jerman 17.60 5.85 3.09 4.27 3.06 16.27 6.49 9.62 7.58 6.19 29.88 4.41 4.53

9 Vietnam 24.20 5.51 3.65 5.41 7.42 21.99 6.54 3.61 2.05 4.48 16.68 3.01 3.46

10 Taiwan 7.91 2.56 2.90 2.55 1.20 9.21 1.14 1.43 2.57 1.26 6.40 0.76 1.53

1555.76 386.34 417.56 389.29 403.02 1596.21 366.41 460.02 499.05 452.63 1,778.11 344.16 382.89

2015**2014*

2014*2013

NILAI EKSPOR SULSEL

NEGARA TUJUAN EKSPOR 20122013

Tabel E.3. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Juta)

I II III IV I II III IV I II

1 Gandum 251.76 37.23 56.62 29.66 62.32 185.84 55.11 48.14 59.15 30.29 192.68 43.75 66.86

2 Mesin Khusus Industri 52.65 36.08 18.15 6.78 8.89 69.90 21.57 19.54 20.07 6.17 67.35 13.57 28.71

3 Mesin Industri Umum 129.09 12.75 28.18 7.66 7.75 56.34 13.74 30.79 10.83 5.18 60.55 8.03 18.18

4 Makanan Ternak 65.17 14.07 16.68 19.66 20.16 70.56 11.10 41.00 16.90 27.56 96.56 21.89 12.47

5 Mesin Listrik 11.87 10.91 5.01 0.78 2.39 19.08 0.94 1.69 2.93 1.92 7.48 4.54 8.02

6 Besi dan Baja 11.76 2.41 2.27 1.38 3.22 9.28 6.20 4.64 1.42 8.50 20.77 10.64 5.63

7 Mesin Pembangkit Listrik 63.64 9.83 0.92 0.95 1.97 13.67 2.32 3.85 2.38 0.44 8.99 1.85 5.42

8 Bahan Kimia 15.24 4.85 4.75 2.83 0.00 12.42 3.02 0.84 0.04 4.83 8.73 4.95 4.70

9 Pupuk 38.35 0.00 0.00 7.18 6.25 13.43 1.66 2.51 7.44 5.08 16.69 11.18 2.89

10 Pesawat dan Komponen 0.05 152.31 246.87 121.34 0.00 520.52 3.50 0.00 0.00 0.00 3.50 0.00 0.00

815.69 300.72 404.72 218.82 126.06 1050.31 139.10 181.88 149.05 129.39 599.42 163.07 180.74

2015**2014*2013*

NILAI IMPOR SULSEL

KOMODITAS IMPOR UTAMA 20122013 2014*

Page 97: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 91

Tabel E.4. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Juta)

I II III IV I II III IV I II

1 Australia 181.42 29.36 41.53 29.85 29.35 130.09 40.05 36.63 40.03 18.36 135.07 59.17 47.95

2 Tiongkok 126.69 28.37 2.95 11.29 15.46 58.07 24.59 36.51 29.47 20.99 111.55 29.42 34.99

3 Jerman 36.51 14.31 9.19 0.39 0.75 24.64 0.42 10.07 10.24 2.47 23.20 0.98 21.43

4 Kanada 157.33 12.05 25.18 3.91 12.16 53.29 2.80 15.38 10.27 15.52 43.96 5.29 18.49

5 Singapura 32.42 13.59 11.96 9.63 3.09 38.26 7.90 4.38 8.40 10.86 31.54 26.56 11.06

6 Argentina 56.43 12.57 15.63 13.19 17.78 59.17 10.14 34.03 13.58 19.52 77.27 19.97 10.54

7 Amerika Serikat 48.03 9.77 2.43 7.88 12.16 32.24 25.35 13.44 6.13 8.70 53.62 1.77 9.85

8 Rhailand 54.29 11.31 5.84 3.31 3.16 23.62 9.38 3.38 2.54 7.11 22.41 2.48 4.54

9 Malaysia 3.54 1.47 3.14 2.01 4.15 10.77 5.03 10.68 3.83 1.81 21.35 0.30 2.72

10 Jepang 34.85 2.51 4.49 2.52 0.70 10.21 1.81 0.34 5.58 1.66 9.39 2.31 1.51

815.69 300.72 404.72 218.82 126.06 1050.31 139.10 181.88 149.05 129.39 599.42 163.07 180.74

2015**2014*2013*

NILAI IMPOR SULSEL

NEGARA ASAL IMPOR 20122013

2014*

F. Inklusi Keuangan

Tabel F.1. Perkembangan Rasio Jumlah Rekening terhadap Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan

2012 2013 2014** 2012 2013 2014** 2012 2013 2014**

4,070 4,794 4,959 8,207 8,309 8,408 49.59 57.70 58.98

2012 2013 2014** 2012 2013 2014** 2012 2013 2014**

934 986 1,030 8,207 8,309 8,408 11.38 11.86 12.25

*) Jumlah penduduk merupakan proyeksi dari proporsi jumlah penduduk miskin berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS

**) Data terkini perbankan dan jumlah penduduk miskin

Rasio Jumlah Rekening Kredit

terhadap Jumlah Penduduk (%)Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*

Jumlah Rekening Kredit Lokasi

Proyek (Ribu Rekening)

Jumlah Rekening DPK Lokasi

KC/KCP (Ribu Rekening)Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*

Rasio Jumlah Rekening DPK

terhadap Jumlah Penduduk (%)

G. Indikator Makro Per Kabupaten/Kota

Tabel G.1.PDRB menurut kabupaten/kota atas dasar harga berlaku dan konstan (Rp Milyar)

2012 2013 2012 2013

1 Kep. Selayar 1,709.08 2,015.89 548.62 600.58

2 Bulukumba 5,044.77 5,830.50 2,019.44 2,181.29

3 Bantaeng 2,536.71 2,950.88 878.59 956.12

4 Jeneponto 3,095.25 3,551.62 1,025.84 1,097.35

5 Takalar 2,749.77 3,130.96 1,049.81 1,126.76

6 Gowa 6,791.07 7,832.78 2,153.40 2,320.97

7 Sinjai 3,716.15 4,284.75 1,223.70 1,312.90

8 Maros 3,495.96 4,018.38 1,339.75 1,445.93

9 Pangkep 7,676.58 8,989.03 3,015.46 3,254.59

10 Barru 2,189.89 2,503.11 884.80 910.80

11 Bone 10,372.89 11,788.87 3,685.70 3,910.25

12 Soppeng 3,690.68 4,254.98 1,401.59 1,507.69

13 Wajo 7,736.09 8,941.54 2,953.19 3,189.60

14 Sidrap 4,932.51 5,642.35 1,847.21 1,984.71

15 Pinrang 7,237.53 8,261.56 2,937.28 3,137.43

16 Enrekang 2,680.81 3,316.60 861.34 921.31

17 Luwu 5,030.50 5,784.73 1,954.09 2,106.12

18 Tana Toraja 2,190.12 2,568.00 772.17 830.59

19 Luwu Utara 4,155.74 4,851.43 1,777.25 1,922.37

20 Luwu Timur 10,465.65 12,789.85 4,807.75 5,270.48

21 Toraja Utara 2,204.39 2,611.38 803.97 872.43

22 Makassar 50,702.40 58,802.55 19,582.06 21,327.23

23 Pare-pare 2,376.53 2,771.80 891.92 967.51

23 Palopo 2,637.55 3,081.64 1,087.42 1,185.21

NO KABUPATEN/KOTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU ATAS DASAR HARGA KONSTAN

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Page 98: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

92 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Tabel G.2.Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Harga Konstan (Rp Milyar)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Kep. Selayar 7.89 8.01 8.52 9.18 9.47

2 Bulukumba 6.47 6.27 6.38 8.97 8.01

3 Bantaeng 7.61 7.90 8.43 8.49 8.82

4 Jeneponto 5.38 7.25 7.32 7.27 6.97

5 Takalar 6.58 6.85 7.34 7.40 7.33

6 Gowa 7.99 6.05 6.20 7.28 7.78

7 Sinjai 7.02 6.03 5.90 6.33 7.29

8 Maros 6.27 7.03 7.57 8.00 8.67

9 Pangkep 5.91 6.34 9.17 9.61 7.93

10 Barru 5.72 6.54 7.41 7.77 7.81

11 Bone 7.51 7.63 6.20 8.01 6.09

12 Soppeng 6.81 4.45 7.95 7.48 7.57

13 Wajo 5.10 5.71 10.93 8.71 8.01

14 Sidrap 6.66 4.45 11.82 8.37 7.44

15 Pinrang 7.65 6.22 7.12 8.27 6.81

16 Enrekang 6.62 4.99 6.91 7.18 6.96

17 Luwu 6.82 6.95 7.47 7.49 7.78

18 Tana Toraja 6.10 6.31 7.88 8.02 7.57

19 Luwu Utara 6.68 5.93 7.29 8.03 8.17

20 Luwu Timur -4.04 15.39 -6.62 4.97 9.62

21 Toraja Utara 5.47 7.00 7.90 8.47 8.51

22 Makassar 9.20 9.83 9.65 9.88 8.91

23 Pare-pare 8.09 8.25 7.80 7.92 8.47

24 Palopo 7.86 7.29 8.16 8.68 8.99

NO KABUPATEN/KOTA PERTUMBUHAN PERTAHUN

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Tabel G.3.PDRB Perkapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku (Rp juta rupiah)

2010 2011 2012 2013

1 Kep. Selayar 9.25 11.17 13.61 15.85

2 Bulukumba 9.51 10.74 12.55 14.40

3 Bantaeng 10.33 12.21 14.11 16.30

4 Jeneponto 6.61 7.73 8.88 10.12

5 Takalar 7.60 8.65 9.92 11.16

6 Gowa 7.76 8.87 9.95 11.25

7 Sinjai 12.26 13.98 15.94 18.24

8 Maros 8.12 9.38 10.66 12.11

9 Pangkep 17.54 20.67 24.27 28.06

10 Barru 10.00 11.37 13.00 14.78

11 Bone 10.46 12.19 14.22 16.06

12 Soppeng 12.15 14.28 16.39 18.87

13 Wajo 14.00 17.16 19.87 22.89

14 Sidrap 12.34 15.26 17.63 19.92

15 Pinrang 15.02 17.50 20.20 22.87

16 Enrekang 10.06 11.89 13.78 16.89

17 Luwu 11.15 12.91 14.77 16.83

18 Tana Toraja 6.64 8.04 9.74 11.35

19 Luwu Utara 10.64 12.25 14.12 16.32

20 Luwu Timur 34.02 38.65 40.77 48.63

21 Toraja Utara 6.89 8.31 9.98 11.74

22 Makassar 27.56 31.82 36.55 41.76

23 Pare-pare 13.85 15.77 17.82 20.50

24 Palopo 13.12 14.98 16.84 19.16

No Kabupaten/Kota PDRB perkapita

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Page 99: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 93

Tabel G.4.Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 124,104 125,603 127,220 128,744

2 Bulukumba 399,000 401,897 404,896 407,775

3 Bantaeng 178,596 179,800 181,006 182,283

4 Jeneponto 346,308 348,680 351,111 353,287

5 Takalar 273,891 277,218 280,590 283,762

6 Gowa 668,875 682,597 696,096 709,386

7 Sinjai 231,425 233,200 234,886 236,497

8 Maros 324,097 327,998 331,796 335,596

9 Pangkep 310,288 313,722 317,110 320,293

10 Barru 167,511 168,397 169,302 170,316

11 Bone 724,923 729,516 734,119 738,515

12 Soppeng 224,804 225,180 225,512 225,709

13 Wajo 387,815 389,284 390,603 391,980

14 Sidrap 276,327 279,810 283,307 286,610

15 Pinrang 355,312 358,312 361,293 364,087

16 Enrekang 192,822 194,606 196,394 198,194

17 Luwu 336,989 340,491 343,793 347,096

18 Tana Toraja 223,297 224,812 226,212 227,588

19 Luwu Utara 291,414 294,402 297,313 299,989

20 Luwu Timur 250,223 256,699 263,012 269,405

21 Toraja Utara 219,084 220,777 222,393 224,003

22 Makassar 1,364,955 1,387,033 1,408,072 1,429,242

23 Pare-pare 131,514 133,381 135,192 136,903

24 Palopo 152,573 156,603 160,819 164,903

Sulawesi Selatan 8,156,129 8,250,018 8,342,047 8,432,163 Sumber: BPS, diolah

Tabel G.5.Tingkat Partisipasi Angkatan Lerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Selatan Menurut

Kabupaten/Kota (%)

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 65.1 62.7 61.11 60.6 4.68 3.25 4.62 2.1

2 Bulukumba 64.2 68.4 62.25 65 5.46 2.71 4.16 2.8

3 Bantaeng 65.5 72.2 68.74 71.9 5.54 7.02 6.44 2.4

4 Jeneponto 64.5 67.0 61.96 61.7 5.06 4.35 2.77 2.7

5 Takalar 64.5 62.3 57.69 62.9 5.54 6.21 2.73 2.7

6 Gowa 65.6 62.1 64.17 66.3 7.05 4.01 2.63 2.3

7 Sinjai 65.1 73.1 70.34 68.8 5.59 2.84 0.43 0.9

8 Maros 64.9 64.3 60.98 63.0 6.94 6.43 5.71 4.6

9 Pangkep 65.0 57.6 54.41 57.6 6.09 8.03 5.7 9.9

10 Barru 64.2 56.8 53.43 50.4 5.75 4.78 4.51 2.3

11 Bone 64.0 64.8 63.3 63.9 5.98 3.51 3.8 5

12 Soppeng 63.4 62.1 57.22 57.6 5.16 6.15 6.65 2.4

13 Wajo 67.0 59.9 58.16 55.6 7.45 3.13 3.72 4.9

14 Sidrap 64.6 57.2 52.25 54.0 4.78 6.99 7.62 6.2

15 Pinrang 64.5 55.0 52.07 60.1 6.55 5.35 1.96 2.8

16 Enrekang 66.6 74.5 70.27 68.2 6.66 3.05 1.61 1.4

17 Luwu 65.3 59.7 58.69 62.5 7.41 10.55 7.14 5.1

18 Tana Toraja 67.1 76.3 70.55 80.3 5.56 4.63 3.26 3.3

19 Luwu Utara 65.9 65.6 62.02 66.7 4.47 5.03 4.48 1.8

20 Luwu Timur 68.3 67.3 65.01 67.2 7.16 8.12 6.28 8.1

21 Toraja Utara 63.5 68.3 65.25 69.8 6.05 5.08 2.82 3.7

22 Makassar 61.0 57.9 57.8 56.9 8.41 9.97 9.53 10.9

23 Pare-pare 62.0 60.4 57.72 60.6 7.97 4.21 4.86 7.1

24 Palopo 63.1 59.6 58.13 58.0 9.47 8.43 9.03 8.1

Sulawesi Selatan 64.3 62.8 60.49 62.0 6.56 5.87 5.1 5.1

Kabupaten / KotaTPAK TPT

No

Sumber: BPS, diolah

Page 100: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

94 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Tabel G.6.Indikator Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

Jumlah

(ribu) % P1 P2

Jumlah

(ribu) % P1 P2

1 Kep. Selayar 16.2 12.87 2.34 0.61 18.2 14.23 2.32 0.54

2 Bulukumba 31.5 7.83 0.93 0.18 36.7 9.04 1.01 0.17

3 Bantaeng 16.00 8.90 1.64 0.45 18.9 10.45 1.68 0.49

4 Jeneponto 58.0 16.59 2.64 0.68 58.1 16.52 2.42 0.61

5 Takalar 26.7 9.60 1.57 0.48 29.3 10.42 1.48 0.35

6 Gowa 55.3 8.06 1.66 0.64 61.0 8.73 1.19 0.25

7 Sinjai 21.7 9.29 1.26 0.26 24.3 10.32 1.41 0.33

8 Maros 41.3 12.56 2.36 0.60 43.1 12.94 2.24 0.63

9 Pangkep 52.3 16.63 2.76 0.77 56.4 17.75 3.15 0.85

10 Barru 15.7 9.28 1.50 0.37 17.5 10.32 1.33 0.26

11 Bone 89.5 12.25 1.90 0.51 87.7 11.92 1.75 0.47

12 Soppeng 20.6 9.12 1.08 0.21 21.3 9.43 0.93 0.15

13 Wajo 30.5 7.83 0.87 0.16 31.9 8.17 1.27 0.35

14 Sidrap 16.9 6.00 0.77 0.14 17.9 6.3 1.00 0.23

15 Pinrang 28.1 7.83 1.37 0.40 32.1 8.86 1.16 0.22

16 Enrekang 28.2 14.45 1.79 0.38 29.7 15.11 2.02 0.44

17 Luwu 45.5 13.34 1.97 0.47 52.0 15.10 2.25 0.52

18 Tana Toraja 28.7 12.73 1.98 0.46 31.3 13.81 1.81 0.38

19 Luwu Utara 41.4 14.03 2.68 0.75 46.2 15.52 2.06 0.43

20 Luwu Timur 19.9 7.72 1.13 0.29 2.2 8.38 1.37 0.32

21 Toraja Utara 36.0 16.28 2.44 0.52 36.8 16.53 3.03 0.86

22 Makassar 69.9 5.02 0.76 0.17 66.4 4.7 0.84 0.24

23 Pare-pare 7.5 5.58 0.88 0.21 8.6 6.38 0.83 0.18

23 Palopo 14.9 9.47 1.61 0.44 15.5 9.57 1.42 0.3

Sulawesi Selatan 812.3 9.82 1.68 0.42 863.2 10.32 1.65 0.40

Kabupaten/Kota

2012 2013

NO

Sumber: BPS, diolah

Page 101: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 95

H. Daftar Istilah

Istilah Keterangan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari

resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk

meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan

risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-

2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat

menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,

maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management

protocol

Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung

jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan

nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,

atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Page 102: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

96 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Istilah Keterangan

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,

dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar

keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass

through

Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-

negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau

untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap

sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa

risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah

pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Growth-supporting

funding facility

Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman

kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin

Indeks keparahan

kemiskinan

Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan

dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,

inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Page 103: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi 97

Istilah Keterangan

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan

usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau

bulan) terhadap satu bulan sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara

simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka

pengendalian moneter

Pagu hutang / debt

ceiling

Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan

pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu,

bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan

pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang

selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank

ritel

Page 104: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi …...yang diharapkan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi daerah tercatat masih sangat rendah realisasinya. Sulsel pada Sulsel pada triwulan

LAMPIRAN

98 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan II 2015

Investasi dan Konsumsi Rumah Tangga Mengakselerasi Ekonomi

Istilah Keterangan

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,

atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan

internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur

pertumbuhan secara akumulatif.

Yuan Mata uang Tiongkok