kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi sulawesi selatan · konsumsi pemerintah penopang laju...

105
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2015

Upload: buicong

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan

TRIWULAN IV 2015

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 3

Makassar 90113, Indonesia

Telepon: 0411 – 3615188/3615189

Faksimili: 0411 – 3615170

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,

keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan

uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah

disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan

moneter, makroprudensial, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, dan pengelolaan uang rupiah juga diharapkan

dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Dengan demikian,

keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulsel diharapkan dapat semakin berperan sebagai

advisor dan strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Perekonomian Sulsel 2015, tumbuh membanggakan 7,15% (yoy) lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan ekonomi

nasional (4,79%; yoy). Kondisi eksternal yang belum sepenuhnya membaik, telah berdampak pada pencapaian

pertumbuhan ekonomi Sulsel yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam hal ini, pelemahan

ekonomi negara-negara mitra dagang dan penurunan harga komoditas andalan Sulsel di pasar internasional, terutama

nikel telah berimbas pada melemahnya ekspor Sulsel. Sementara itu, musim kemarau yang lebih panjang akibat

fenomena El Nino telah berdampak pada mundurnya musim tanam dan masa panen. Diperkirakan musim panen akan

terjadi di awal 2016, sehingga akan berimbas positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel di 2016. Di sisi lain, berkat

upaya pengendalian inflasi yang gigih dan terus dilakukan, inflasi Sulsel pada 2015 telah dapat diturunkan ke tingkat yang

lebih rendah (4,48%;yoy). Hal demikian tentu berdampak positif terhadap daya beli masyarakat, sehingga konsumsi

sektor rumah tangga telah turut menopang perekonomian Sulsel di 2015. Demikian pula, realisasi penyerapan anggaran

belanja pemerintah yang tergolong tinggi, baik yang melalui APBD maupun APBN di Sulsel, tampaknya juga turut

menahan perlambatan ekonomi Sulsel sehingga tidak turun lebih dalam. Selanjutnya, agar kedepan pencapaian

pertumbuhan ekonomi Sulsel lebih baik, kami berharap, pada 2016 akan terjadi koordinasi yang lebih baik antara

pemerintah pusat dan daerah, terutama dalam kaitannya dengan upaya percepatan pembangunan infrastruktur. Selain

itu, koordinasi dalam pengendalian inflasi yang dilakukan melalui forum TPID kita harapkan juga semakin baik, sehingga

kontinuitas pasokan barang tetap terjaga, proses distribusi berjalan lancar dan harga barang yang tersedia terjangkau

oleh masyarakat.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data dan informasi yang sudah tersedia dari berbagai

institusi, serta dari hasil survei dan liaison. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam sharing pemikiran

dan penyediaan data serta informasi yang akurat dan terkini. Saran serta masukan dari para stakeholder sangat kami

harapkan agar kedepan laporan yang kami susun menjadi semakin lebih baik.

Makassar, Februari 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

ttd

Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iv

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan

efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam

rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,

dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri

atas:Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork.

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 v

DAFTAR ISI

Daftar Isi

KATA PENGANTAR III

DAFTAR ISI V

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI 9

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 10

1.2. SISI PENGELUARAN 10

1.3. SISI LAPANGAN USAHA 18

2. KEUANGAN PEMERINTAH 31

2.1. STRUKTUR ANGGARAN 32

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 32

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN DI SULSEL 35

2.4. PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 36

3. INFLASI DAERAH 37

3.1. INFLASI UMUM 38

3.2. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 38

3.3. INFLASI MENURUT KOTA IHK 43

3.4. DISAGREGASI INFLASI 44

3.5. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 45

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 53

4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 54

4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 58

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 61

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 63

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 64

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 65

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 69

6.1. TENAGA KERJA 70

6.2. PENDUDUK MISKIN 71

6.3. RASIO GINI 73

6.4. NILAI TUKAR PETANI 73

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

DAFTAR ISI

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 75

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 76

7.2. PROSPEK INFLASI 80

7.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN 83

LAMPIRAN 84

DAFTAR BOKS

BOKS 1.A.

PEMETAAN DAYA SAING EKONOMI & KEMUDAHAN BERUSAHA 2015 29

BOKS 3.A.

BERAS, KOMODITI PENYUMBANG INFLASI TERBESAR DI SULSEL 48

BOKS 3.B.

UPAYA MEMBANTU PENANGANAN EL NINO DENGAN MEMBANGUN POMPA AIR TENAGA SURYA MELALUI PROGRAM SOSIAL

BANK INDONESIA 49

BOKS 3.C.

UPAYA MENDUKUNG PROGRAM KETAHANAN PANGAN DAN PENGENDALIAN INFLASI MELALUI PENGEMBANGAN KLASTER 50

BOKS 5.A.

PEMBUKAAN LAYANAN KAS TITIPAN PAREPARE 67

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Gambaran Umum

Perekonomian Sulsel triwulan

IV 2015 dan 2015 melambat,

namun ada peluang rebound di

2016

Perekonomian Sulsel triwulan IV 2015 dan 2015 tumbuh 7,24% dan 7,15% (yoy),

melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan dan tahun sebelumnya. Secara

sektoral, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh menurunnya kinerja di sektor

primer, yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Sementara itu, penguatan

sektor konstruksi dan sektor administasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

mampu menahan perlambatan. Dari sisi pengeluaran, perlambatan disebabkan oleh

menurunnya kinerja ekspor. Sementara itu, melambatnya inflasi di akhir 2015

diperkirakan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga konsumsi rumah tangga

masih bertahan kuat. Di akhir 2015 juga ditutup dengan kinerja perbankan dan sistem

pembayaran yang meningkat di atas perkiraan. Peluang ekonomi Sulsel rebound di

2016 akan terjadi apabila ekonomi global membaik dan terjadi koordinasi yang baik

antara pemerintah pusat dan daerah.

Laju inflasi Sulsel pada 2015 tercatat 4,48% (yoy), dalam rentang sasaran inflasi

nasional 4±1%. Penurunan inflasi terjadi akibat terkendalinya harga semua kelompok

komoditas, meskipun tekanan terhadap harga kelompok bahan makanan cukup tinggi.

Kondisi tersebut juga diiringi dengan berlalunya base effect kenaikan harga BBM di

akhir 2014 yang lalu. Namun demikian, inflasi Sulsel tercatat lebih tinggi dari inflasi

nasional yang tercatat 3,35% (yoy), yang antara lain dikarenakan harga sejumlah

komoditas bahan pangan ikut terdorong naik, akibat dari tingginya permintaan

pedagang dari wilayah di luar Sulsel. Peran serta, komunikasi, dan koordinasi yang

berjalan baik diantara anggota TPID, menjadi kunci keberhasilan dalam mengendalikan

inflasi, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga ketersediaan dan kelancaran

arus distribusi bahan pangan ke berbagai daerah di Sulsel dan sekitarnya.

Pertumbuhan Ekonomi

Kinerja ekspor dan sektor

primer yang menurun telah

memperlambat ekonomi Sulsel

di triwulan IV 2015 dan

keseluruhan 2015

Perlambatan pertumbuhan perekonomian disebabkan oleh penurunan kinerja

terutama di ekspor dan di sektor primer. Pada triwulan IV 2015 dan 2015, ekspor

tercatat tumbuh negatif -28,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan kontraksi di triwulan

dan tahun sebelumnya. Volume maupun nilai ekspor menurun signifikan, terutama

ekspor barang pertanian dan pertambangan. Di sisi lain, konsumsi pemerintah dan

investasi (PMTB) menjadi faktor penahan perlambatan di triwulan IV 2015 dan 2015.

Sedangkan secara sektoral, perlambatan disebabkan oleh penurunan kinerja sektor

pertanian, pertambangan dan penggalian, dan transportasi dan pergudangan. Sektor-

sektor tersebut mengalami penurunan produksi karena pergeseran panen dan tren

harga komoditas internasional yang terus rendah. Penopang pertumbuhan berasal dari

sektor sekunder dan tersier, terutama penguatan sektor konstruksi, perdagangan, dan

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

administasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial, yang mencerminkan

gencarnya belanja pemerintah di Sulsel.

Keuangan Pemerintah

Nominal realisasi pendapatan

dan belanja daerah

menunjukkan peningkatan

Nominal realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel 2015 lebih tinggi dibandingkan

pencapaian 2014, namun secara persentase tercatat lebih rendah. Realisasi

pendapatan daerah pada 2015 sebesar Rp6,17 triliun, sedikit lebih besar Rp0,67 triliun

dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp5,5 triliun. Peningkatan pendapatan

bersumber dari peningkatan realisasi PAD, yang terdiri dari pendapatan pajak sebesar

Rp2,81 triliun (91,73%), pendapatan retribusi sebesar Rp94,2 miliar (101,16%), hasil

pengelolaan kekayaan daerah sebesar Rp88,98 miliar (99,96%), dan lain-lain PAD yang

sah sebesar Rp252,93miliar (138,17%).

Nominal realisasi penyerapan APBD Provinsi Sulsel 2015 juga mengalami

peningkatan, namun secara persentase juga tercatat lebih rendah dibandingkan

2014. Sebagian besar penyerapan APBD untuk belanja operasional, sementara

sebagian lainnya untuk belanja modal, yang diantaranya untuk pembangunan jalan,

jaringan irigasi, dan pembangunan gedung. Penyerapan belanja modal pada 2015

tercatat lebih besar dibandingkan 2014. Sementara itu, realisasi belanja APBN di Sulsel

meningkat 34,3% dari tahun sebelumnya. Dengan kondisi demikian, maka realisasi

penyerapan anggaran APBD dan APBN di Sulsel mampu menahan perlambatan

ekonomi Sulsel 2015.

Inflasi

Tekanan harga terkendali,

inflasi Sulsel tahun 2015 berada

dalam sasaran inflasi Nasional,

Laju inflasi Sulsel pada tahun 2015 relatif terkendali dan berada dalam rentang

sasaran inflasi nasional 4±1%. Inflasi Sulsel di akhir 2015 tercatat 4,48% (yoy), jauh

lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang tercatat 8,36% (yoy). Secara umum,

penurunan inflasi terjadi akibat terkendalinya harga semua kelompok komoditas,

meskipun tekanan terhadap harga kelompok bahan makanan cukup tinggi. Kondisi

tersebut juga diiringi dengan berlalunya base effect kenaikan harga BBM di akhir 2014

yang lalu. Namun demikian, inflasi Sulsel tercatat masih lebih tinggi dari inflasi nasional

yang tercatat 3,35% (yoy).

Terkendalinya harga di 2015 juga atas peran serta komunikasi dan koordinasi yang

berjalan baik diantara anggota TPID. Pelaksanaan koordinasi di sepanjang periode

laporan dilakukan dengan melibatkan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan

instansi lainnya melalui pelaksanaan rapat koordinasi TPID Provinsi Sulsel.

Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Intermediasi perbankan

berjalan dengan baik, dengan

kualitas kredit terjaga pada

level aman

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset, dana pihak ketiga (DPK), dan

kredit/pembiayaan mengalami peningkatan, baik itu di bank umum, syariah, maupun

bank perkreditan rakyat (BPR). Di sisi lain, risiko kredit terpantau relatif aman, dengan

kegiatan intermediasi tetap berjalan baik. Secara kelembagaan, jumlah bank di Sulsel

tidak berubah, namun terdapat penambahan kantor.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah

tangga di Sulsel tetap kuat. Kualitas kredit di sektor korporasi semakin membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari NPL yang menurun menjadi 3,19%

pada triwulan IV 2015. Penyaluran kredit ke sektor UMKM juga terus tumbuh, sehingga

pangsa kredit UMKM terhadap total kredit tetap terjaga di atas 30%.

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 3

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Sesuai siklus ekonomi, kinerja

sistem pembayaran melambat

di triwulan IV 2015

Perkembangan kinerja sistem pembayaran melambat pada triwulan IV 2015.

Transaksi keuangan non-tunai melalui Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) masih

menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun. Namun transaksi keuangan melalui

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) justru mengalami peningkatan. Hal ini

sejalan dengan diimplementasikannya ketentuan batas minimal transaksi melalui BI-

RTGS sebesar Rp500 juta dan diberlakukannya kebijakan penambahan waktu

pelayanan SKNBI menjadi 5 (lima) kali sehari. Sementara di sisi layanan uang tunai

terjadi net inflow yang mengindikasikan adanya penurunan kebutuhan uang kartal,

seiring dengan penurunan aktivitas ekonomi Sulsel di triwulan IV.

Bank Indonesia meningkatkan pelayanan sistem pembayaran yang efektif dan

handal. Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, Bank Indonesia

senantiasa terus mendorong clean money policy melalui kegiatan pengelolaan uang

tunai dengan melakukan pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, remise,

pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang rupiah

Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran dan

kemiskinan Sulsel meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan kemiskinan di Sulsel mengalami kenaikan.

TPT di Sulsel mencapai 5,95% (Agustus 2015) lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama di tahun 2014 (5,10%). Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga

September 2015 meningkat dibanding September 2014 baik di kota maupun di desa.

Persentase penduduk miskin di Sulsel (10,12%), tergolong cukup rendah jika

dibandingkan Provinsi lain di Sulampua maupun Nasional (11,13%). Di sisi lain, tingkat

kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) hingga triwulan IV 2015

secara tahunan terpantau membaik dibandingkan triwulan III 2015.

Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulsel pada

triwulan I dan keseluruhan

2016 diprakirakan masih lebih

tinggi dari pertumbuhan

Nasional

Perekonomian Sulsel pada triwulan I 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,9% -

7,9% (yoy). Sementara untuk keseluruhan 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran

7,5% - 8,5% (yoy), membaik dibandingkan 2015. Jika dibandingkan dengan ekonomi

nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2016 diperkirakan tetap lebih tinggi.

Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan ditopang terutama

oleh konsumsi dan investasi, serta perbaikan ekspor. Di sisi lapangan usaha,

peningkatan pertumbuhan terutama didukung oleh sektor primer dan tersier. Faktor

risiko yang perlu diwaspadai ke depan adalah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi

global, rebound-nya harga minyak dunia, pergerakan nilai tukar rupiah, dan

permasalahan hormonisasi kebijakan ekonomi pemerintah pusat dan daerah.

Tekanan harga triwulan I 2016 dan sampai dengan akhir 2016 diperkirakan

melemah, sebagai implikasi lanjutan tren penurunan harga minyak dunia, sehingga

terjadi penyesuaian harga administered price. Oleh karena itu, inflasi 2016

diprakirakan tetap terkendali dan berada dalam rentang target inflasi nasional. Namun

demikian, koordinasi tetap menjadi kata kunci keberhasilan dalam mengendalikan

inflasi, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga ketersediaan dan kelancaran

arus distribusi bahan pangan ke berbagai daerah di Sulsel.

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi kebijakan:

apabila realisasi belanja

Pemerintah berjalan secara

optimal di 2016, maka ekonomi

Sulsel 2016 akan tetap mampu

tumbuh tinggi

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul

Jejaring Akselerasi Kesejahteraan, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat

disarankan kepada pemerintah daerah (i) Peningkatan harmonisasi kebijakan antara

pemerintah pusat dan daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan

infrastruktur.; (ii) mengoptimalkan penggunaan dana transfer dari pemerintah pusat,

serta menghindari adanya pengendapan dana di perbankan; (iii) Penerapan UU No.2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 30 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum secara lebih konsisten, untuk mengatasi

kendala penyediaan lahan untuk infrastruktur; (iv) Dengan adanya dana desa, maka

seluruh desa/daerah akan melaksanakan pembangunan pada waktu yang bersamaan,

sehingga ketersediaan material dan sumber daya manusia (SDM) tukang, berpotensi

menjadi sebuah masalah. Oleh karena itu, perusahaan rekanan proyek-proyek

pemerintah perlu mengantisipasi dengan baik agar material dan SDM tersedia secara

berkelanjutan; (v) Potensi laut yang dimiliki Provinsi Sulsel sangat besar, namun hingga

saat ini belum terdapat industri pengolahan hasil perikanan yang memadai, sehingga

pembangunan industri pengolahan tersebut perlu segera diupayakan; (vi) Koordinasi

pembangunan infrastruktur antar instasi terkait di daerah masih lemah, sehingga perlu

ada instansi atau badan khusus yang diberi wewenang dalam menjembatani koordinasi

antar instansi tersebut; (vii) Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran antara

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) serta

antar SKPD, dalam penyusunan program pengendalian harga;(viii) Meningkatkan

kerjasama antara pusat dengan daerah (baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota)

dalam hal produksi dan stabilisasi harga, serta pemenuhan bahan pokok; (ix) Perlunya

dilakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke gudang-gudang pedagang besar guna

memastikan tidak adanya penimbunan barang secara berlebihan, yang mengarah pada

upaya praktek pembentukan harga barang (khususnya beras) secara tidak wajar

dengan tujuan untuk mengendalikan harga di pasar; (x) Perlunya dibuatkan ketentuan

guna mengatur arus keluar barang, yang mewajibkan kepada pedagang besar (antar

provinsi) agar mengalokasikan minimal sekian persen dari barang/komoditas tertentu

yang dikuasai (khususnya beras) untuk dijual di pasar, guna mencukupi kebutuhan

masyarakat Sulsel.

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III* IV**

MAKRO

- Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95 118.55 121.06 122.13

- Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13 119.91 121.26 125.20

- Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96 115.98 117.72 120.22

- Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05 121.17 121.30 121.90 121.71 125.51

- Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93 115.18 116.00 118.27 120.89 121.33

- Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40 121.88 120.41 122.98

- Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34 120.46 121.29 125.22

- Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43 117.84 118.00 120.34

- Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65 119.84 122.78

- Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67 124.73 127.83

- Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06 8.36 4.48

- Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56

- Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09 7.39 4.30

- Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.83 8.20 7.63 3.59

- Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 6.56 7.00 8.25 6.11 5.34

- Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79 7.19 9.08 8.85 7.64 6.15

- Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00 5.36 4.17

- Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81 7.35 6.86 2.27

- Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59 6.49 5.07

- Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92 8.22 6.6 4.52

48,358 50,842 52,812 50,172 51,268 54,406 57,699 54,217 55,565 57,882 62,159 58,393 58,742 62,488 66,878 62,621

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,794 11,700 12,802 8,967 10,729 11,880 14,029 9,809 12,293 13,015 15,191 10,582 12,722 14,526 15,982 10,727

Pertambangan dan Penggalian 2,937 3,287 3,083 3,224 3,016 3,292 3,496 3,436 3,450 3,498 3,793 3,971 3,533 3,780 4,251 4,304

Industri Pengolahan 6,708 6,923 7,101 7,234 7,322 7,769 7,696 7,758 7,648 8,162 8,577 8,890 8,091 8,773 8,951 9,692

Pengadaan Listrik, Gas 43 45 47 48 49 49 50 51 51 55 56 60 51 51 53 58

Pengadaan Air 70 69 71 70 71 75 75 74 75 77 77 73 75 77 75 76

Konstruksi 5,526 5,730 5,971 6,314 6,019 6,343 6,720 6,948 6,494 6,789 7,044 7,340 6,961 7,188 7,689 8,129

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6,659 6,940 7,312 7,243 7,114 7,645 7,806 7,624 7,775 8,088 8,619 7,881 8,212 8,623 9,405 8,675

Transportasi dan Pergudangan 1,954 1,965 2,002 2,027 2,020 2,103 2,166 2,164 2,061 2,094 2,181 2,260 2,150 2,243 2,407 2,389

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 674 693 692 708 710 730 742 771 765 797 806 815 804 829 855 877

Informasi dan Komunikasi 2,820 2,912 3,050 3,287 3,332 3,440 3,485 3,511 3,492 3,592 3,733 3,743 3,749 3,860 4,036 4,069

Jasa Keuangan 1,657 1,730 1,784 1,833 1,884 1,944 1,902 1,896 1,950 2,017 2,008 2,090 2,144 2,077 2,194 2,248

Real Estate 1,755 1,798 1,841 1,885 1,919 1,969 2,019 2,026 2,068 2,124 2,164 2,209 2,252 2,284 2,320 2,341

Jasa Perusahaan 213 218 220 225 230 233 238 237 245 249 252 254 256 261 270 273

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,426 2,535 2,488 2,538 2,471 2,510 2,644 2,667 2,510 2,575 2,698 2,772 2,648 2,758 2,949 3,027

Jasa Pendidikan 2,603 2,743 2,757 2,961 2,789 2,781 2,932 3,416 2,916 2,929 3,105 3,523 3,176 3,195 3,402 3,606

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 888 921 947 959 927 959 1,004 1,131 1,065 1,093 1,107 1,169 1,144 1,177 1,232 1,292

Jasa lainnya 630 632 643 648 665 682 693 696 707 728 747 761 773 788 808 839

48,358 50,842 52,812 50,172 51,268 54,406 57,699 54,217

1. Konsumsi 31,561 34,304 34,784 37,957 32,784 36,021 36,851 40,586 35,255 37,835 38,891 42,129 37,158 39,735 41,045 44,894

2. Investasi 19,124 21,553 20,988 18,444 21,526 24,330 21,015 20,074 20,668 23,151 23,343 22,160 23,068 25,335 26,744 27,333

3. Ekspor 12,570 11,931 13,127 13,590 13,148 12,827 15,256 11,132 14,947 14,401 15,995 14,405 13,861 13,733 14,663 10,301

4. Impor 14,898 16,946 16,087 19,818 16,191 18,772 15,423 17,575 15,306 17,505 16,069 20,301 15,344 16,315 15,574 19,907

48,358 50,842 52,812 50,172 51,268 54,406 57,699 54,217 55,565 57,882 62,159 58,393 58,742 62,488 66,878 62,621

6.02 7.01 9.25 8.06 8.38 6.39 7.73 7.70 5.72 7.96 7.59 7.24

269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29 417.56 386.19 360.34 452.96 490.63 444.80 344.16 382.89 381.25 333.28

223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 193.36 209.93 163.96 194.52 216.82 172.10

155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 404.71 218.81 126.06 139.10 181.87 149.05 129.39 163.90 172.50 271.92 149.65

280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.75 216.67 271.29 221.11 258.82 266.39 217.60 326.31 317.63 264.12 273.69

114.08 147.92 170.67 307.42 102.30 (15.43) 198.76 260.13 221.25 271.09 341.58 315.40 180.26 210.39 109.33 183.62

*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

Catatan:

Total PDRB (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai

Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) ***

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008

Indeks Harga Konsumen

2012* 2013* 2015**INDIKATOR

2014

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 108,309 113,101 117,572 - -

45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339 66,112 66,420 68,867 72,433 78,467

Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154 11,820 12,471 13,165

Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881 37,491 42,221

Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 22,166 22,472 23,091 - - -

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981

- Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627 34,876 36,730

- Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482 16,500 17,476 20,538

- Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436 37,558 37,713

119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43% 127.15% 124.13% 121.05%- -

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981

- Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788 2,303 2,461

- Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 537 509 427 390 383 410

- Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109 5,304 7,487

- Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 232 350 382 413 398 379

- Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902 5,417 5,491

- Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003 29,373 31,424

- Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693 2,672 2,781

- Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037 4,024 4,221

- Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681 2,388 2,549

- Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 36,547 37,648 37,777 - - -

18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 28,301 28,501 30,641 - - -

3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,114 5,297 5,883 6,221 6,679 6,880 7,892

- Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674 5,038 5,144 5,542

- Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 1,027 1,048 1,404 1,548 1,642 1,735 2,351

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 10,329 10,885 11,035 10,893 11,161 11,580 12,412

- Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596 6,860 7,039 7,188

- Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296 4,300 4,541 5,224

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,046 10,586 10,757 10,313 10,461 10,042 10,337

- Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488 7,698 7,272 7,577

- Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825 2,763 2,770 2,760

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36% 3.16% 3.85% 3.19%- - -

4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21% 5.14% 5.40% 4.26%- - -

- BANK UMUM SYARIAH 0

3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 6,489 6,975 - - -

1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287 3,382 3,853

Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 346 380 547 554 355 598

Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570 1,667 1,765

Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 1,360 1,490 - - -

2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582 5,750 5,684

- Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 985 1,135 1,292 1,535 1,572 1,526

- Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 670 825 865 1,015 1,170 1,152

- Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081 3,033 3,008 3,006

174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36% 169.84% 170.02% 147.53%

Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara

2012

Kredit Menengah *** (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

INDIKATOR

BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

LDR

NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%)

Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)

FDR

Total Aset (Rp Miliar)

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)

2015****

NPL Total gross - Lokasi Bank (%)

Kredit Mikro* (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

20142013

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 7

C. SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

KAS

Inflow (Rp Miliar) 3,872 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,562 4,304 6,184 3,777 4,815 3,791

Uang Kertas 3,871 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,561 4,304 6,184 3,777 4,815 3,791

Uang Logam 0.15 0.13 0.02 0.05 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 0.23 0.01 0.004 0.001 0.034 0.003

Outflow (Rp Miliar) 1,860 3,174 3,575 3,214 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 5,641 4,098 2,248 3,703 4,930 3,208

Uang Kertas 1,859 3,171 3,574 3,214 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 5,637 4,096 2,247 3,699 4,927 3,202

Uang Logam 1.80 2.53 0.86 0.34 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 3.93 2.07 1.74 4.03 3.59 5.84

Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 893 158 51 272 350 502 989 708 748 620 269 403 925 943 719 790

TRANSAKSI RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 11,504 15,473 15,421 19,880 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 22,719 25,647 19,951 26,709 19,338 14,217

To / Incoming (Rp Miliar) 29,147 37,788 34,631 40,648 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 38,096 41,348 21,897 31,935 40,378

From - To (Rp Miliar) 4,578 4,355 4,424 5,049 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 10,970 11,845 3,778 4,272 3,478

TRANSAKSI KLIRING

Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,296 9,439 9,466 10,139 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 9,716 11,198 9,757 10,492 11,363 13,952

Volume Kliring* (Lembar) 281,461 283,706 285,156 294,745 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 260,914 280,987 262,477 279,265 296,973 314,492

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 558 569 579 605 557 576 874 1,050 675 637 675 805 887 1,027 1,617 4,280

Volume Kliring Kredit (Lembar) 37,461 38,646 39,105 40,567 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 30,355 32,940 34,547 32,940 53,395 86,793

RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 9 9 10 9 10 15 17 11 11 11 13 15 17 27 68

RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 595 613 621 644 608 580 632 663 487 477 490 515 566 540 875 1,378

Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,737 8,870 8,887 9,534 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 9,041 10,393 8,870 9,465 9,746 9,673

Volume Kliring Debet (Lembar) 244,000 245,060 246,051 254,178 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 230,559 248,047 227,930 246,325 243,578 227,699

RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 139 141 141 151 153 157 156 155 147 150 146 162 145 155 160 154

RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,873 3,890 3,906 4,035 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 3,719 3,876 3,737 4,038 3,993 3,614

Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 294 305 296 292 322 352 402 325 317 387 287 343 320 312 300 311

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,013 7,732 7,412 7,623 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 6,765 6,008 6,048 6,621 6,274 6,003

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 5 5 5 5 6 7 5 5 6 5 5 5 5 5 5

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 111 123 118 121 126 126 118 107 119 119 109 94 99 109 103 95

Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 208 234 208 206 221 259 307 251 230 328 231 270 229 212 218 242

Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,563 6,349 6,033 6,020 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 5,313 4,552 4,787 5,301 5,012 4,702

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 88 101 96 96 98 103 95 87 95 97 86 71 78 87 82 75

*) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari***) Angka sementara

2015***INDIKATOR

2012 2013 2014

Kliring Debet Penyerahan

Kliring Debet Pengembalian

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

D. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

*) Data Agustus 2015 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*) Data September 2015 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

2.88%

11.56%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

13%

15%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Rasio PDRB KTI terhadap PDB Nasional

Rasio PDRB Sulsel terhadap PDB Nasional5.48%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

11%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)

Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (yoy)

7.24%

02468101214161820

-40

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Konsumsi Rumah Tangga Konsumi LNPRTKonsumsi Pemerintah PMTBPerubahan Stok Net EksporPDRB

%yoy%yoy

-505

1015202530354045

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi

Perdagangan Sektor Lainnya PDRB

%yoy

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

Inflasi Nasional (yoy)

Inflasi Sulsel (yoy)

BI Rate

100%110%120%130%140%150%160%170%180%190%200%

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

(Rp Triliun)Aset

DPK Lokasi Bank Pelapor

Kredit Lokasi Bank

LDR - Skala Kanan

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

7400

7600

7800

8000

8200

8400

8600

8800

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*

(Ribu Orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan

JumlahPenduduk

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

700

750

800

850

900

950

1000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*

(Ribu Orang) % Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

% Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 9

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel pada triwulan IV 2015 bila diukur berdasarkan PDRB nilainya

mencapai Rp86.426 milyar (ADHB) atau Rp62.621 milyar (ADHK), tumbuh 7,24%

(yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan III 2015 (7,59%; yoy). Perlambatan

pertumbuhan perekonomian terutama disebabkan oleh penurunan kinerja di

sektor eksternal (ekspor) dan di sektor primer.

Pada triwulan IV 2015 ekspor tercatat tumbuh negatif -28,49% (yoy), lebih rendah

dibandingkan kontraksi di triwulan sebelumnya. Volume maupun nilai ekspor

menurun signifikan, terutama ekspor barang pertanian dan pertambangan. Di sisi

lain, konsumsi pemerintah dan investasi (PMTB) menjadi faktor penahan

perlambatan di triwulan IV 2015.

Sedangkan secara sektoral, perlambatan disebabkan oleh penurunan kinerja sektor

pertanian, pertambangan dan penggalian, dan transportasi dan pergudangan.

Sektor-sektor tersebut mengalami penurunan produksi karena pergeseran panen

dan tren harga komoditas internasional khususnya nikel yang terus rendah.

Penopang pertumbuhan berasal dari sektor sekunder dan tersier, terutama

penguatan sektor konstruksi, perdagangan, dan administasi pemerintahan,

pertahanan dan jaminan sosial, yang mencerminkan gencarnya belanja pemerintah

di Sulsel.

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami perlambatan pertumbuhan di triwulan IV 2015. Pada triwulan

laporan, ekonomi Sulsel tumbuh sebesar 7,24% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang tumbuh 7,59%

(yoy). Perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh menurunnya kinerja di beberapa sektor termasuk diantaranya dua

sektor unggulan, yaitu sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Di sisi lain, penguatan sektor industri

pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan mampu menahan perlambatan sehingga tidak jatuh lebih dalam.

Dari sisi pengeluaran, perlambatan disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor, serta peningkatan impor di periode

laporan. Namun, meningkatnya konsumsi rumah tangga, pengeluaran lembaga non profit rumah tangga, pengeluaran

konsumsi pemerintah dan investasi (PMTB) menjadi faktor penahan perlambatan pertumbuhan di triwulan IV 2015. Hal

ini karena seiring tetap berlangsung dan bertambahnya realisasi proyek pembangunan oleh pemerintah, serta inflasi yang

terjaga sehingga mendorong daya beli masyarakat.

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2. Sisi Pengeluaran Perlambatan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2015 terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor. Pada

triwulan IV 2015 ekspor tercatat tumbuh negatif -28,49% (yoy), lebih rendah dibandingkan kontraksi di triwulan

sebelumnya -8,33% (yoy). Sementara itu, impor masih mengalami pertumbuhan negatif, namun mengalami perbaikan

dari -3,08% (yoy) menjadi -1,94% (yoy) di triwulan laporan. Kelompok pengeluaran lain yang mengalami kontraksi adalah

perubahan inventori 201,48% (yoy) pada Tw III 2015 menjadi -132,85% (yoy) pada Tw IV 2015.

Konsumsi pemerintah dan investasi (PMTB) menjadi faktor penahan perlambatan di triwulan IV 2015. Sesuai dengan

perkiraan, konsumsi pemerintah dan investasi tumbuh lebih tinggi di triwulan IV 2015. Konsumsi pemerintah tumbuh

11,09% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan III 2015 yang mencapai 8,69% (yoy). Sementara investasi (PMTB)

tumbuh dari 10,34% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 11,10% (yoy) ditriwulan IV 2015. Kelompok pengeluaran lain yang

mengalami percepatan pertumbuhan adalah Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,36% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang mencapai 5,03% (yoy) dan kelompok konsumsi LNPRT 2,90% (yoy)

pada Tw III 2015 menjadi 6,28% (yoy) pada Tw IV 2015.

Dengan perkembangan tersebut, perekonomian Sulsel keseluruhan tahun 2015 melambat, terutama didorong oleh

melemahnya kinerja ekspor dan peningkatan impor. Ekspor tahun 2015 tercatat terkontraksi -12,04% (yoy) dari tahun

sebelumnya tumbuh 11,85% (yoy). Peningkatan juga terjadi di tahun 2015 dari -1,64% (yoy) menjadi -2,95 (yoy).

Komponen lain yang mengalami perlambatan yaitu investasi tercatat tumbuh 8,34% (yoy) dari tahun sebelumnya 9,4%

(yoy), dan konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh dari 5,49% (yoy) menjadi 5,31% (yoy). Motor pendorong

pertumbuhan di tahun 2015 yang sekaligus menjadi faktor penahan ekonomi tidak terdeselerasi lebih lanjut adalah

komponen pengeluaran pemerintah. Di tahun 2015, komponen pengeluaran pemerintah tercatat mengalami

pertumbuhan tertinggi dibandingkan komponen sisi permintaan lainnya yang tumbuh 8,34% (yoy).

6.3 6.4 6.2 6.1 6.0 5.8 5.6 5.7 5.2 5.12 5.01 5.01 4.73 4.66 4.74 5.04

7.90 8.068.70 8.88

8.21

6.23

8.26 7.90 8.017.36

8.237.71

5.72

7.96 7.59 7.24

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014* 2015**%

yoy Nasional yoy Sulsel

TD 2000 TD 2010

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 11

Tabel 1.1. Pertumbuhan (yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)*

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka Sangat Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Pengeluaran (ADHB)

Apabila dilihat dari andil terhadap PDRB,

komponen konsumsi RT dan PMTB masih

menjadi penyumbang terbesar di triwulan IV

2015 dan keseluruhan tahun 2015. Pangsa

konsumsi RT mencapai di atas 50% dari total

PDRB, sementara porsi PMTB di atas 35% pada

triwulan IV 2015 dan keseluruhan 2015.

Kelompok pengeluaran lain yang memiliki share

lebih dari 10% adalah konsumsi pemerintah (di

atas 10%), ekspor (di atas 10%) dan impor (di

atas 25%). Sementara kelompok dengan

pengeluaran yang memiliki pangsa di bawah

10% adalah konsumsi LNPRT (1%) dan

perubahan persediaan (1%).

1.2.1 Konsumsi

Secara agregat, pengeluaran konsumsi masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, diantaranya

didorong oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah. Total konsumsi triwulan IV 2015 tumbuh 6,56% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 5,54% (yoy). Konsumsi pemerintah berperan besar dalam pertumbuhan konsumsi

di triwulan ini yaitu tumbuh 11,09% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 8,69% (yoy). Sementara itu,

konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2015 yang

mencapai 5,03% (yoy).

Percepatan konsumsi pemerintah searah dengan peningkatan realisasi pendapatan dan belanja daerah. Pada 2015,

realisasi anggaran pendapatan daerah mencapai 95,77%, lebih rendah dibandingkan 2014 yang terealisasi 97,39%. Secara

nominal, realisasi anggaran pendapatan daerah pada 2015 mencapai Rp6,17 triliun dari total target pendapatan tahunan

sebesar Rp6,45 triliun. Dari sisi belanja, pada tahun 2015 tercatat terealisasi 91,65% atau sebesar Rp6,06 triliun (target

realisasi Rp6,62 triliun). Hal ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nominal realisasi belanja pada 2014, yang tercatat

sebesar Rp5,6 triliun (92,04% dari target Rp6,08 triliun).

Secara keseluruhan tahun 2015, konsumsi rumah tangga tumbuh menguat dibandingkan tahun 2014, meskipun secara

triwulanan tumbuh melambat. Terjaganya inflasi di sepanjang tahun 2015 diperkirakan menjadi salah satu penyebab

peningkatan konsumsi RT. Laju inflasi Sulsel pada tahun 2015 tercatat 4,48% (yoy) lebih rendah dari 2014 (8,61%; yoy).

Sementara itu, kebijakan pemerintah melalui paket kebijakan 1 hingga 9 diperkirakan baru akan terasa paling cepat di

periode yang akan datang. Sebagai contoh, paket kebijakan pemerintah ke-9 yang salah satu poinnya pengembangan

logistik dan distribusi, perbaikan tata niaga dan penguatan kelembagaan peternak dalam rangka stabilisasi pasokan dan

harga daging sapi, maka dampaknya terhadap konsumsi masyarakat diperkirakan baru akan terasa di tahun 2016. Selain

itu, harga BBM yang stabil di sepanjang tahun 2015 juga mendorong konsumsi rumah tangga.

I II III IV TOTAL I II* III* IV** TOTAL

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tanggaa 6.63 6.36 6.2 5.49 5.92 5.32 5.51 5.03 5.36 5.31

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 14.66 15.04 15.41 4.93 11.26 -2.49 -2.13 2.90 6.28 1.13

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.66 4.55 3.89 -2.92 1.88 7.83 3.17 8.69 11.09 8.15

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.48 8.39 5.32 9.03 9.4 5.26 6.23 10.34 11.10 8.34

5. Perubahan Inventori -126.34 -47.60 -608.99 -18.99 -125.22 -193.14 76.37 201.48 -132.85 -579.81

6. Ekspor 14.6 11.56 7.62 14.73 11.85 -7.27 -4.64 -8.33 -28.49 -12.04

7. Impor -9.32 -1.06 6.73 9.35 -1.64 0.25 -6.80 -3.08 -1.94 -2.95

PDRB 8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.72 7.96 7.59 7.24 7.15

Komponen

Tahun Dasar 2000

2014

Tahun Dasar 2010

2015

Konsumsi RT 56,32%

Konsumsi LNPRT 1,33%

Konsumsi Pemerintah

16,70%

PMTB 42,12%

Perubahan Persediaan

1,04%

Ekspor 14,76%

Impor 32,27%

SHARE

PDRB

TW IV 2015

Konsumsi RT 54,58%

Konsumsi LNPRT 1,25%

Konsumsi Pemerintah

10.67%

PMTB 38,14%

Perubahan Persediaan

1,65%

Ekspor 20,51%

Impor 26,80%

SHARE

PDRB

2015

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran

Terjaganya konsumsi rumah tangga selama tahun 2015 terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran yang

menunjukkan peningkatan. Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan indeks

semakin membaik meskipun masih kontraksi -2,81% (yoy) di sepanjang 2015. Penguatan tercermin dari subsektor barang

budaya dan rekreasi, serta barang lainnya (pakaian, kosmetik, LPG) yang menunjukkan terjadi pertumbuhan angka

penjualan masing-masing 17,54% (yoy) dan 8,66% (yoy) pada tahun 2015. Jika dilihat secara triwulanan, perlambatan

konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2015 terkonfirmasi melalui Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Nilai rata-

rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Makassar mengalami kontraksi -21,11% (yoy) berada di angka 108,37. Meski

masih dalam level optimis (>100), namun angka indeks ini merupakan yang terendah sejak triwulan II tahun 2011.

Konsumsi yang melambat tidak mempengaruhi

penyaluran kredit konsumsi. Kredit konsumsi di triwulan IV

2015 tercatat tumbuh 7,36% (yoy) sedikit meningkat

dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang

mencapai 7,16% (yoy). Peningkatan terjadi pada

pertumbuhan kredit untuk pembelian

peralatan/perlengkapan rumah tangga dan rumah tangga

lainnya. Kredit perlengkapan rumah tangga tercatat

tumbuh 36,06% (yoy) lebih tinggi dari triwulan III 2015 yang

terkontraksi -8,20% (yoy). Sementara kredit rumah tangga

lainnya tumbuh membaik menjadi 4,41% (yoy),

dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami

kontraksi -31,11% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Peralatan/Perlengkapan RT Grafik 1.7. Penyaluran Kredit RT Lainnya

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Growth yoy (%) - Skala Kanan

Indeks

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Alat Tulis gIndeks - Skala Kanan

Indeks YOY

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

% (

yoy)

Kredit Peralatan/Perlengkapan Rumah Tangga Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

Rp Miliar

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

-

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

% (

yoy)

Rp

Tri

liun

Kredit Rumah Tangga Lainnya Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 13

1.2.2 Investasi

Investasi meningkat di triwulan IV 2015. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh

11,10% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 (10,34%; yoy). Percepatan pertumbuhan investasi diperkirakan

disebabkan oleh meningkatnya penyerapan anggaran pemerintah khususnya di kelompok belanja modal. Realisasi belanja

modal APBD maupun APBN di Sulsel tercatat mengalami peningkatan cukup signifikan di periode laporan. Hingga akhir

periode realisasi belanja APBD mencapai Rp843,27 milyar dengan angka realisasi sebesar 83,86%. Angka ini lebih tinggi

dibandingkan realisasi di periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 70,80%. Di sisi lain, angka realisasi belanja APBN

di Sulsel mencapai Rp6,14 triliun di periode triwulan IV 2015 lebih tinggi dari Rp3,77 triliun di periode yang sama tahun

sebelumnya.

Peningkatan investasi juga terkonfirmasi dari kinerja impor barang modal dan kredit investasi. Impor barang modal

tercatat tumbuh 33,42% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 13,34% (yoy). Adanya impor

besi/baja, peralatan sipil dan konstruksi, dan mesin lainnya untuk industri tertentu menjadi salah satu pendorong

peningkatan impor barang modal di periode laporan. Sementara dari sisi pembiayaan, peningkatan investasi juga

tercermin dari masih tingginya penyaluran kredit investasi di periode laporan yang tumbuh 22,23% (yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.8. Impor Barang Modal Grafik 1.9. Penyaluran Kredit Investasi

Selain dari sektor pemerintah, investasi juga didorong oleh pihak swasta. Tingginya investasi swasta di triwulan IV 2015

terlihat dari peningkatan rencana proyek baru. Berdasarkan data BCI Asia, jumlah proyek infrastruktur yang dimulai di

triwulan IV 2015 sebagian besar berupa pembangunan jalan. Setidaknya ada tiga proyek infrastruktur swasta yang di

mulai pada triwulan laporan yaitu fase 1 jalan tol maminasata di Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar, Makassar

middle ring road yang menghubungkan jalan tol dengan jalan dalam kota, dan fase 1 underpass simpang Mandai –

Makassar.

Pada komponen perubahan inventori, peningkatan pertumbuhan didorong oleh meningkatnya inventori hasil olahan

industri nikel. Komponen perubahan inventori di periode pelaporan tercatat mengalami kenaikan, disebabkan oleh

perusahaan utama nikel di Sulsel menahan pengiriman barang akibat harga komoditas nikel yang memburuk sepanjang

tahun 2015.

Sumber: BCI Asia, diolah Sumber: Produsen, diolah

Grafik 1.10. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel Grafik 1.11. Perubahan Inventori Produsen Nikel

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyUS$ Juta

Impor Barang Modal gImpor Barang Modal

(10)

0

10

20

30

40

50

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan

-500

0

500

1000

1500

2000

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014 2015

Nilai Proyek Infrastruktur BaruPertumbuhan Nilai Proyek - Skala Kanan

Rp Milyar

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014 2015

%, yoyUS$ Juta

Posisi Stok gPerubahan Stok - Skala Kanan

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Proyek-proyek multiyears masih akan menjadi motor investasi di Sulsel. Banyaknya proyek infrastruktur berskala besar

di Sulsel diperkirakan masih akan menjadi motor pertumbuhan investasi di Sulsel. Proyek yang telah direalisasikan selama

tahun 2015 dalam mendukung bidang ketahanan pangan perlu mendapat perhatian khusus, karena sektor utama Sulsel

sebagian besar dari sektor pertanian. Beberapa proyek ketahanan pangan tersebut adalah:

Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang

Proyek ketahanan pangan merupakan proyek multiyear yang diperkirakan akan mendorong ekonomi Sulsel ke depan,

antara lain Bendung Baliase, Bendungan Karalloe, Bendungan Paselloreng, dan Waduk Tunggu Nipa Nipa. Selain itu,

terdapat proyek ketahanan pangan yang bersumber dari APBD, yaitu untuk proyek pembangunan jaringan irigasi,

rehabilitasi bendung dan pengerukan kolam dengan total anggaran selama tahun 2015 sebesar Rp73,32 miliar.

Tabel 1.2. Perkembangan Proyek Multiyears di Sulsel No Nama Proyek Rencana Pengembangan Perkembangan Terakhir

1 Bendung Baliase Lokasi : Kabupaten Luwu Utara

Target : Desember 2015 – Desember 2019

APBN : ±200 Miliar

Ags 2015: Penandatanganan MOU

Sept 2015 : Pembebasan Lahan

Des 2015: Persiapan pembangunan (tenaga kerja, peralatan, dan material)

2 Bendungan Karalloe Lokasi : Kabupaten Gowa

Target : Desember 2013 – Desember 2017 APBN : ±500 Miliar

Groundbreaking pada bulan Maret 2014

2015: Pengadaan lahan (109,32 ha dari 215 ha)

3 Bendungan Paselloreng Lokasi : Kabupaten Wajo

Target : Juni 2015 – Desember 2019

APBN : ±800 Miliar

Progress terakhir : Pembebasan Lahan

Estimasi Pembangunan: 2016

4 Waduk Tunggu Nipa Nipa Lokasi : Kabupaten Maros dan Gowa

Target : Desember 2015 – Desember 2017

APBN : ±400 Miliar

Progress terakhir : Pembebasan Lahan

Estimasi Pembangunan: 2016

Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang

1.2.3 Ekspor dan Impor

Ekspor Sulsel di triwulan IV 2015 kembali tumbuh menurun. Nilai ekspor terkontraksi -28,49% (yoy), lebih dalam

dibandingkan dari kontraksi di triwulan III 2015 yang tercatat mencapai -8,33% (yoy). Kontraksi ekspor terjadi pada ekspor

dengan tujuan luar negeri (LN). Ekspor LN yang sebagian besar ditopang oleh ekspor non migas, mengalami kontraksi

-17,20% (yoy) lebih dalam dibandingkan kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai -9,97% (yoy). Tidak berbeda

dengan eskpor luar negeri, ekspor dalam negeri (DN) juga mengalami kontraksi. Di periode laporan, ekspor DN

terkontraksi -45,38% (yoy), jauh lebih dalam dibandingkan kondisi di triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif

-2,85% (yoy). Ekspor DN sepanjang triwulan IV 2015 sebagian besar diperkirakan terjadi antar wilayah di pulau Sulawesi

melalui jalur darat, mengingat volume muat barang dalam negeri di Pelabuhan Makassar justru mengalami penurunan

pertumbuhan. Volume barang yang dimuat di pelabuhan mengalami kontraksi -22,54% (yoy) lebih dalam dibandingkan

kontraksi di periode sebelumnya yang mencapai -20,51% (yoy).

Ketahanan Pangan

•2015

•Irigasi : 9.026 Ha

•Rehab Iriasi: 6.130 Ha

•Tambak: 2.466 Ha

•Rehab Tambak: 450 Ha

•APBN: Rp349,3 M

Ketahanan Air

•2015

•Embung: 5 bh

•Danau: 1 bh

•Waduk: 2 bh

•APBN: Rp362,3M

Keberlanjutan (Operasi dan Pemeliharaan)

•2015

•Irigasi: 245.088 Ha

•Banjir: 71 Km

•Lahar: 22 bh

•Pantai: 0,26 Km

•Waduk: 6 bh

•Embung: 45 bh

•APBN: Rp853M

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 15

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.12. Volume Ekspor Nonmigas Grafik 1.13. Volume Barang yang Dimuat

Penurunan kinerja ekspor secara keseluruhan tidak lepas dari penurunan kinerja ekspor Nikel. Ekspor Nikel sebagai

komoditas yang menyumbang 52,99% dari total ekspor LN Sulsel di triwulan IV 2015 mengalami perlambatan. Nilai ekspor

nikel tercatat mengalami kontraksi -33,67% (yoy) lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi di periode sebelumnya yang

mencapai -29,79% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari masih melemahnya harga komoditas nikel di pasar internasional.

Sepanjang triwulan IV 2015, harga nikel mengalami kontraksi -40,59% (yoy), meskipun menguat dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai -43,08% (yoy).

*) Data Sementara

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: World Bank

Grafik 1.14. Nilai Ekspor Nikel Matte Grafik 1.15. Perkembangan Harga Nikel

Selain nikel, beberapa komoditas unggulan Sulsel juga mengalami penurunan di periode laporan. Beberapa komoditas

seperti rumput laut, olahan kakao, dan udang tercatat mengalami penurunan nilai ekspor. Secara berurut nilai ekspor

ketiga komoditas ini terkontraksi -32,12% (yoy), -16,76% (yoy), dan -36% (yoy) lebih rendah dibandingkan kontraksi di

periode sebelumnya yang secara berurut terkontraksi -9,39% (yoy), -4,77% (yoy), dan -18,33% (yoy). Menurunnya

permintaan dari mitra dagang menjadi penyebab penurunan kinerja ekspor komoditas tersebut.

Menurunnya permintaan ekspor terkait dengan kondisi ekonomi mitra dagang utama yang masih lemah. Bila mengacu

pada Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis oleh Markit Survey, diketahui bahwa beberapa negara mitra dagang

utama Sulsel seperti Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Zona Eropa menunjukkan penurunan kinerja ekonomi.

Tercatat hanya Korea Selatan yang menunjukkan peningkatan di triwulan III 2015.

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%; yoyRibu Ton

Volume Ekspor gVolume Ekspor - Skala Kanan

gNilai Ekspor - Skala Kanan

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%; yoyRibu Ton

Volume Muat Barang Dalam Negeri gVolume Muat - Skala Kanan

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2012 2013 2014 2015

Ekspor Nikel Pertumbuhan Ekspor - Skala Kanan

Juta USD YOY

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0.0

5,000.0

10,000.0

15,000.0

20,000.0

25,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoy$/mtNikel

gHarga - Skala Kanan

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bloomberg

Grafik 1.16. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Grafik 1.17. Purchasing Managers Index

Di sisi lain, impor Sulsel di triwulan IV 2015 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dan masih

dalam fase kontraksi. Impor di periode laporan tercatat mengalami kontraksi -1,94% (yoy) lebih baik dibandingkan

kondisi di triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi -3,08% (yoy). Penurunan impor terkonfirmasi dari

penurunan impor luar negeri (LN) yang di dominasi oleh komponen non migas. Nilai impor LN tercatat tumbuh 15,66%

(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 82,43% (yoy). Di sisi lain, impor dalam negeri

tercatat tumbuh 2,91% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi -13,33%. Impor dalam negeri

sebagian besar diperkirakan berasal dari wilayah Sulawesi melalui jalur darat, mengingat volume kegiatan bongkar

barang dalam negeri di pelabuhan Makassar menurun. Volume bongkar di periode laporan mencapai 1,5 juta ton tumbuh

1,93% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan yang tumbuh 1,93% (yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.18. Volume Impor Nonmigas Grafik 1.19. Volume Barang yang Dibongkar

Struktur ekspor maupun impor luar negeri Sulsel di triwulan IV 2015 relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan

periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan dalam komposisi barang dari Sulsel yang

dijual ke luar negeri, yang kemudian diikuti komoditas pertanian. Total impor produk industri mencapai USD117,6 juta

atau 35,30% dari total ekspor di triwulan IV 2015. Sementara itu, impor bahan baku mencatat pangsa terbesar dari total

nilai impor Sulsel di triwulan laporan, yang kemudian diikuti oleh impor barang modal dan barang konsumsi. Total impor

bahan baku mencapai USD114,07 juta atau 76,22% dari total impor. Sedangkan impor barang modal dan barang konsumsi

memiliki pangsa masing-masing sebesar 23,59% dan 0,19%.

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Rumput Laut Olahan Kakao Biji Kakao Udang

YOY

46

48

50

52

54

56

58

I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015

Indeks

Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRibu Ton

Total Volume Impor

gVolume Impor (yoy) - Skala Kanan

gNilai Impor (yoy) - Skala Kanan

(20)

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%; yoyRibu Ton

Volume Bongkar Barang Dalam Negeri gVolume Bongkar - Skala Kanan

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 17

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.20. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Grafik 1.21. Pangsa Impor Menurut Kategori

Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,

sedangkan gandum menjadi penyumbang terbesar dalam impor di triwulan IV 2015. Pada triwulan IV 2015, komoditas

nikel matte mengambil pangsa 52,99% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel diikuti oleh coklat olahan dan ganggang

laut dengan pangsa terbesar yaitu masing-masing 9,01% dan 5,63%. Untuk impor luar negeri, impor gandum sebagai

komoditas impor terbesar di triwulan IV 2015. Pangsa gandum mencapai 20,61% dari total impor di triwulan IV 2015,

disusul besi/baja (16,50%), dan maanan ternak lainnya (14,49%).

Tabel 1.3. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.4. Peringkat Impor Menurut Komoditas

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Berdasarkan negara tujuan, mayoritas ekspor Sulsel masih ditujukan ke Jepang, sedangkan untuk impor didominasi

oleh komoditas yang berasal dari Tiongkok. Di triwulan IV 2015, nilai ekspor Sulsel ke Jepang mencapai 56,97% dari total

ekspor Sulsel diikuti oleh Amerika Serikat (9,38%), dan Malaysia (8,95%). Dari sisi impor, sebagian besar barang yang

masuk ke Sulsel berasal dari Tiongkok yang mencapai 23,93% dari total impor Sulsel diikuti oleh Rusia (19,73%) dan

Canada (15,22%).

Tabel 1.5. Negara Tujuan Utama Ekspor Tabel 1.6. Negara Asal Utama Impor

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Defisit neraca perdagangan Sulsel meningkat di triwulan IV 2015. Defisit neraca perdagangan Sulsel pada periode

pelaporan mencapai Rp15,1 triliun, lebih tinggi dari periode sebelumnya yang mencapai Rp1,36 triliun. Defisit neraca

perdagangan pada triwulan berjalan dikarenakan tingginya impor barang-barang untuk mendukung proyek pembangunan

infrastruktur Sulsel di tahun 2016 seperti besi/baja, peralatan sipil dan konstruksi.

20.77%

78.64%

0.59% Pangsa Triwulan IV 2015

Komoditas Pertanian:US$69,2 Juta

Komoditas Industri:US$262,1 Juta

Komoditas Pertambangan:US$2,0 Juta

23.59%

76.22%

0.19%Pangsa Triwulan IV 2015

Barang Modal:US$35,31 juta

Bahan Baku:US$114,07 juta

Barang Konsumsi:US$0,28 juta

Komoditas (HS)

Nilai Ekspor

Triwulan IV 2015

(USD)

Pangsa

Nikel 176,609,541 52.99%

Coklat Olahan 30,020,793 9.01%

Ganggang Laut 18,756,549 5.63%

Udang Segar/Beku 16,531,697 4.96%

Biji Coklat 15,354,705 4.61%

Ikan Olahan 14,155,407 4.25%

Kayu Lapis 13,288,512 3.99%

Buah/Sayuran Olahan 11,640,182 3.49%

Industri Lainnya 7,161,105 2.15%

Ikan Lainnya 5,839,625 1.75%

Komoditas (HS)

Nilai Impor

Triwulan IV

(USD)

Pangsa

Gandum 30,837,328 20.61%

Besi/Baja 24,692,054 16.50%

Makanan Ternak Lainnya 21,684,902 14.49%

Alat Listrik 9,338,575 6.24%

Pupuk 6,218,280 4.16%

Peralatan sipil dan konstruksi 6,065,441 4.05%

Peralatan (mesin) pemanas dan pendingin 4,034,119 2.70%

Bahan Makanan anorganik 3,697,086 2.47%

Mesin Lainnya Untuk Industri Tertentu 3,243,597 2.17%

Produk Keramik 2,703,907 1.81%

No Negara TujuanTotal Ekspor FOB

(USD)Pangsa

1 JAPAN 189,871,543.45 56.97%

2 AMERIKA SERIKAT 31,258,963.16 9.38%

3 MALAYSIA 29,830,606.53 8.95%

4 R.R.C 26,195,991.67 7.86%

5 VIETNAM 8,398,699.89 2.52%

6 KOREA SELATAN 5,970,661.12 1.79%

7 SINGAPORE 4,619,731.51 1.39%

8 AUSTRALIA 4,151,205.29 1.25%

9 HONGKONG 3,765,455.40 1.13%

10 BELANDA 3,634,612.66 1.09%

TOTAL EKSPOR 333,278,191.68 100.00%

No Negara AsalTotal Impor CIF

(USD)Pangsa

1 R.R.C 65,494,096.79 23.93%

2 RUSSIA 54,000,000.00 19.73%

3 CANADA 41,644,105.11 15.22%

4 AUSTRALIA 33,160,188.59 12.12%

5 BRAZIL 32,889,696.50 12.02%

6 JAPAN 14,229,965.49 5.20%

7 ARGENTINA 13,840,000.00 5.06%

8 AMERIKA SERIKAT 11,032,323.18 4.03%

9 THAILAND 4,218,097.26 1.54%

10 SINGAPORE 834,297.71 0.30%

TOTAL IMPOR 273,692,874.85 100.00%

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Sumber: BPS Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.22. Neraca Perdagangan Bersih Grafik 1.23. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

1.3. Sisi Lapangan Usaha

Melambatnya kinerja sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan transportasi dan pergudangan menjadi

penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2015. Sektor pertanian tercatat tumbuh 1,37% (yoy), jauh

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 5,21% (yoy). Searah

dengan sektor pertanian, sektor transportasi dan pergudangan juga menunjukkan perlambatan dari 10,38% (yoy) di

triwulan III 2015 menjadi 5,70% (yoy). Sektor lain yang tercatat tumbuh melambat adalah sektor pertambangan dan

penggalian dari 12,07% (yoy) menjadi 8,38% (yoy), sektor jasa keuangan dari 9,24% (yoy) menjadi 7,56% (yoy), sektor real

estate dari 7,21% (yoy) menjadi 6,01% (yoy), jasa pendidikan dari 9,56% (yoy) menjadi 2,35% (yoy), jasa kesehatan dan

kegiatan sosial dari 11,35% (yoy) menjadi 10,55% (yoy) dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan

sosial wajib dari 9,29% (yoy) menjadi 9,21% (yoy).

Di sisi lain, penguatan sektor konstruksi dan sektor perdagangan mampu menahan perlambatan pertumbuhan. Sektor

konstruksi tercatat tumbuh 10,75% (yoy) di triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 9,16%

(yoy). Sektor perdagangan mengalami peningkatan pertumbuhan dari 9,12% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 10,08%

(yoy) di triwulan IV 2015. Sektor lain yang mengalami percepatan pertumbuhan adalah sektor pengolahan dari 4,35%

(yoy) menjadi 9,02% (yoy), sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dari 5,99% (yoy) menjadi 7,66% (yoy), sektor

informasi dan komunikasi dari 8,11% (yoy) menjadi 8,69% (yoy), sektor jasa perusahaan dari 6,79% (yoy) menjadi 7,40%

(yoy), sektor pengadaan listrik, gas dari -5,59% (yoy) menjadi -3,34% (yoy), sektor jasa lainnya dari 8,16% (yoy) menjadi

10,20% (yoy).

Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Sulsel di tahun 2015 di topang oleh akselerasi kinerja sektor sekunder dan

tersier. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah sektor administasi pemerintahan, pertahanan dan

jaminan sosial, dimana pada tahun 2015 tercatat tumbuh 7,83% (yoy) disusul oleh sektor transportasi dan pergudangan

6,91% (yoy), dan sektor konstruksi 8,32% (yoy). Sementara itu, sektor yang mengalami penurunan adalah sektor

pengadaan listrik dan gas turun -4,0% (yoy).

(16,000)

(14,000)

(12,000)

(10,000)

(8,000)

(6,000)

(4,000)

(2,000)

0

(25,000)

(20,000)

(15,000)

(10,000)

(5,000)

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Rp MiliarRp Miliar

Ekspor ADHK Impor ADHK Neraca Perdagangan Bersih - Skala Kanan

(100)

0

100

200

300

400

500

600

700

(600)

(400)

(200)

0

200

400

600

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

US$ JutaUS$ Juta

Ekspor Luar Negeri NonmigasImpor Luar Negeri NonmigasNeraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Nonmigas - Skala Kanan

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 19

Tabel 1.7. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.24. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Lapangan Usaha (ADHB)

Apabila dilihat dari andil terhadap PDRB, sektor

Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar baik

di triwulan IV 2015 maupun keseluruhan tahun 2015.

Pangsa Sektor Pertanian terhadap total PDRB di

periode pelaporan mencapai di atas 15%. Sektor

lainnya yang menjadi tumpuan perekomian Sulsel

adalah sektor Perdagangan, Industri Pengolahan, dan

Konstruksi, yang masing-masing memiliki pangsa

terhadap total PDRB di atas 10%. Sementara untuk

sektor non utama merupakan gabungan dari sektor

lainnya.

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutananan, dan Perikanan.

Musim kemarau yang lebih panjang dan dampak fenomena El Nino mengakibatkan perlambatan di sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan. Dari hasil FGD dengan instansi terkait diperoleh informasi bahwa dampak El Nino di Sulsel

menyebabkan mundurnya musim tanam menjadi bulan November – Desember 2015 sehingga menyebabkan musim

panen mundur. Mundurnya musim panen tersebut mempengaruhi produksi beras di wilayah Sulawesi Selatan.

Sumber: Kementerian Pertanian Grafik 1.25. Perkiraan Produksi Beras

Total luas wilayah kekeringan akibat El Nino mencapai

116.000 ha dengan rincian :

Rendah yaitu masih terdapat 75% lahan yang dapat

panen dengan total kekeringan sebesar 30.000 ha.

Sedang yaitu masih terdapat 50% lahan yang dapat

panen dengan total kekeringan sebesar 20.000 ha.

Tinggi yaitu masih terdapat 25% lahan yang dapat

panen dengan total kekeringan sebesar 50.000 ha.

Puso yaitu masih terdapat 0% lahan yang dapat

panen dengantotal kekeringan sebesar 16.000 ha.

Penurunan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan lebih disebabkan oleh perlambatan kinerja di subsekor

perkebunan. Volume ekspor komoditas kakao sebagai salah satu indikator subsektor perkebunan masih mengalami

penurunan dari -6,64% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi -10,06% (yoy) di periode laporan. Secara nilai, total ekspor kakao

juga masih menunjukkan kontraksi -20,78% (yoy) atau sebesar USD45,38 juta.

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III* IV** TOTAL

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -0.60 1.53 9.59 9.39 4.93 14.58 9.55 8.29 7.88 9.98 3.49 11.61 5.21 1.37 5.63

B Pertambangan dan Penggalian 2.70 0.16 13.42 6.59 5.68 14.40 6.23 8.49 15.56 11.11 2.40 8.06 12.07 8.38 7.85

C Industri Pengolahan 9.16 12.21 8.39 7.24 9.22 4.45 5.06 11.44 14.59 8.94 5.79 7.49 4.35 9.02 6.70

D Pengadaan Listrik, Gas 12.52 8.26 5.73 6.09 8.04 5.12 12.20 11.59 17.54 11.69 0.01 -6.86 -5.59 -3.34 -4.00

E Pengadaan Air 1.60 8.86 5.95 5.61 5.50 5.54 2.38 1.99 -1.25 2.13 0.58 -0.26 -2.54 3.74 0.34

F Konstruksi 8.92 10.69 12.54 10.04 10.57 7.88 7.04 4.83 5.64 6.29 7.20 5.88 9.16 10.75 8.32

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.83 10.16 6.75 5.27 7.23 9.28 5.79 10.42 3.36 7.20 5.62 6.61 9.12 10.08 7.89

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.38 7.06 8.15 6.79 6.36 1.99 -0.44 0.70 4.42 1.68 5.10 4.03 5.99 7.66 5.71

H Transportasi dan Pergudangan 5.39 5.32 7.22 9.01 6.76 7.78 9.13 8.66 5.61 7.77 4.36 7.09 10.38 5.70 6.91

J Informasi dan Komunikasi 18.16 18.12 14.26 6.81 14.07 4.81 4.42 7.10 6.61 5.75 7.34 7.46 8.11 8.69 7.92

K Jasa Keuangan 13.73 12.38 6.61 3.41 8.88 3.51 3.75 5.58 10.22 5.76 9.96 2.95 9.24 7.56 7.41

L Real Estate 9.34 9.52 9.65 7.48 8.98 7.79 7.84 7.18 9.03 7.97 8.88 7.55 7.21 6.01 7.39

M,N Jasa Perusahaan 7.99 6.88 7.92 5.14 6.97 6.20 7.22 6.19 7.41 6.76 4.77 4.48 6.79 7.40 5.87

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.85 -0.96 6.29 5.09 3.07 1.56 2.58 2.05 3.94 2.55 5.50 7.08 9.29 9.21 7.83

P Jasa Pendidikan 7.15 1.39 6.36 15.36 7.72 4.57 5.31 5.88 3.13 4.65 8.90 9.07 9.56 2.35 7.25

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.37 4.19 6.07 17.88 8.25 14.91 13.88 10.21 3.32 10.23 7.41 7.75 11.35 10.55 9.31

R,S,T,U Jasa lainnya 5.53 7.88 7.81 7.34 7.14 6.25 6.79 7.74 9.44 7.57 9.42 8.16 8.16 10.20 8.99

6.02 7.01 9.25 8.06 7.62 8.38 6.39 7.73 7.70 7.54 5.72 7.96 7.59 7.24 7.15PRDB

20142013 2015Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

Pertanian 18,56%

Industri Pengolahan

15,07%

Konstruksi, 13,69%Perdagangan

12,98%

Non Sektor Utama39,70%

SHARE PDRB

Tw IV 2015

Pertanian 22,99%

Industri Pengolahan

13,81%

Konstruksi 12,34%

Perdagangan 12,81%

Non Sektor Utama38,05%

SHARE PDRB

2015

-7.0

2.8

-0.7

5.9

2.9

10.9

0.7

7.7

3.6

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi (Juta Ton) gProduksi (%) - rhs

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

Grafik 1.26. Volume Ekspor Biji Kakao Grafik 1.27. Harga Internasional Kakao

Di sisi lain, perbaikan kinerja sub sektor perikanan menjadi faktor penahan perlambatan di sektor pertanian. Salah satu

indikator yang menunjukkan perbaikan kinerja di subsektor perikanan adalah peningkatan ekspor komoditas perikanan.

Peningkatan ekspor perikanan tercatat baik dari sisi volume maupun nilai. Secara volume, ekspor meningkat cukup

signifikan 20,95% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dari periode sebelumnya (-16,74% yoy). Secara nilai, ekspor

perikanan tercatat tumbuh 11,17% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 yang terkontraksi -33,04% (yoy).

Peningkatan ekspor diperkirakan terjadi akibat pengaruh cuaca yang membaik sehingga tangkapan ikan meningkat.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.28. Volume Ekspor Komoditas Ikan Grafik 1.29. Nilai Ekspor Komoditas Ikan

Meskipun sektor pertanian mengalami perlambatan, hal ini tidak mempengaruhi kinerja penyaluran dana ke sektor

pertanian. Di triwulan IV 2015, kredit yang disalurkan ke sektor pertanian mencapai Rp2,17 triliun tumbuh 42,04% (yoy).

Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di periode yang sama tahun 2014 yang tumbuh 11,30% (yoy).

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit di Sektor Pertanian

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Pertumbuhan - Skala Kanan

Juta Ton YOYJuta Ton YOY

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015

Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Pertumbuhan - Skala Kanan

Juta USD YOY

-120%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

JutaTon YOY

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

Juta USD YOY

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Pertanian gKredit Pertanian

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 21

1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Lapangan usaha pertambangan dan penggalian melambat di triwulan IV 2015. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh

8,38% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya 8,38% (yoy). Hal ini searah dengan pertumbuhan

ekspor pertambangan yang menunjukkan penurunan di periode laporan, baik secara nilai maupun volume. Secara

volume, total ekspor pertambangan mencapai 13,86 juta ton tumbuh negatif -52,97% (yoy). Kondisi pertumbuhan ekspor

tambang menurun bila dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi -30,48% (yoy). Namun

secara nilai impor pertambangan meningkat di periode laporan mencapai USD17,8 ribu atau tumbuh 58,78% (yoy), lebih

tinggi dari impor pada periode yang sama tahun 2014 yang mencapai USD11,26 ribu.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.31. Volume Ekspor Pertambangan Grafik 1.32. Nilai Ekspor Pertambangan

Secara keseluruhan volume produksi hasil tambang sepanjang 2015 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Dampak pelarangan ekspor bahan tambang mentah, yang dibarengi dengan pelemahan harga komoditas masih menjadi

penyebab utama penurunan kinerja lapangan usaha pertambangan. Hampir seluruh komoditas tambang termasuk nikel

terus mengalami penurunan harga sejak pertengahan tahun 2014. Rata-rata harga komoditas Nikel di triwulan IV 2015

berada pada level USD9.422 per metrik ton turun -40,59% dibandingkan rata-rata harga di periode yang sama di tahun

2014.

Meskipun masih mengalami kontraksi, namun kredit di sektor pertambangan menunjukkan perbaikan di triwulan IV

2015. Sepanjang tahun 2015 kredit ke sektor pertambangan tercatat tumbuh negatif. Di periode triwulan IV 2015, kredit

sektor tambang mengalami kontraksi sebesar -14,82% (yoy), menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya -

30,79% (yoy).

Sumber: World Bank Sumber: LBU, diolah

Grafik 1.33. Harga Komoditas Tambang Grafik 1.34. Kredit Sektor Pertambangan

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh meningkat di triwulan IV 2015. Sektor industri pengolahan tumbuh 9,02%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan III 2015 yang mencapai 4,35% (yoy). Peningkatan diperkirakan didorong oleh penguatan

ekspor komoditas hasil industri di triwulan IV 2015, yang nilainya mencapai USD 262,10 juta, atau mengalami kontraksi

-25,78% (yoy), lebih baik dibandingkan kondisi di periode sebelumnya yang terkontraksi -27,52% (yoy).

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyJuta Ton

Ekspor Pertambangan gEkspor - Skala Kanan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyJuta USD

Ekspor Pertambangan gEkspor - Skala Kanan

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Nikel Timah Seng Timah Hitam

gYOY

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Pertambangan gKredit Pertambangan

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.35. Pertumbuhan Industri Grafik 1.36. Nilai Ekspor Hasil Industri

Penguatan sektor industri pengolahan berjalan searah

dengan peningkatan kredit di sektor ini. Kredit industri

pengolahan tercatat mencapai Rp8,46 triliun atau tumbuh

53,80% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan di

triwulan sebelumnya 20,83% (yoy).

Sumber: LBU

Grafik 1.37. Kredit Industri Pengolahan

Industri Besar dan Sedang (IBS) serta Industri Mikro dan Kecil (IMK) ditengarai menjadi penahan pertumbuhan. Hal ini

terindikasi dari penurunan Indeks Industri Besar dan Sedang (IBS) yang semula tumbuh 6,91% (yoy) di triwulan III 2015

turun menjadi 1,87% (yoy) di periode laporan. Perlambatan pertumbuhan diperkirakan berasal dari penurunan kinerja

industri pengolahan Nikel, dimana salah satu industri pengolahan Nikel terbesar di Sulsel memiliki hasil produksi dan

penjualan yang sedikit menurun di tahun 2015. Total produksi Nikel dalam Matte mencapai sekitar 21.126 metrik ton

atau tumbuh 2,62% (yoy), lebih rendah dari peningkatan di periode sebelumnya yang mencapai 14,67% (yoy). Sejalan

dengan hasil produksi yang menurun, hasil penjualan Nikel dalam matte terkontraksi -1,97% (yoy) dari sebelumnya

tumbuh 14,73% (yoy).

P : Perkiraan Sementara

Sumber: Industri Pengolahan Nikel

P : Perkiraan Sementara

Sumber: Industri Pengolahan Nikel

Grafik 1.38. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.39. Penjualan Nikel dalam Matte

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoy

IMK IBS

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

050

100150200250300350400450500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyJuta USD

Ekspor Industri gEkspor - Skala Kanan

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Industri Pengolahan gKredit Industri Pengolahan

-30-20-10010203040506070

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014 2015

Rib

u

Produksi Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IVP

2012 2013 2014 2015

Rib

u

Penjualan Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 23

1.3.4 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas

Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas kinerjanya terlihat semakin membaik meskipun masih terjadi kontraksi.

Melanjutkan tren di triwulan sebelumnya, lapangan usaha ini tercatat mengalami kontraksi -3,34% (yoy). Angka ini lebih

baik dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi -5,59% (yoy). Masih terbatasnya daya beli

masyarakat diperkirakan menjadi faktor penyebab penguatan pertumbuhan yang masih terbatas. Namun hasil survei

konsumen memperlihatkan ekspektasi pengeluaran untuk kebutuhan Listrik, Gas, dan Bahan Bakar dibandingkan 3 bulan

sebelumnya terjaga pada tingkat optimis (>100) sebesar 184,93. Pertumbuhan negatif pada sektor ini terkonfirmasi dari

data penurunan pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor Listrik, Gas dan Air (LGA). Pada triwulan IV 2015, kredit LGA

tercatat tumbuh 27,19% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya 29,15% (yoy). Selain itu,

sesuai dengan hasil FGD terkontraksinya sektor ini diindikasikan dari tidak berjalannya pembangkit listrik tenaga air milik

PLN, akibat sumber air yang tidak mencukupi, sehingga lebih diprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan air minum,

irigasi di sektor pertanian dan sektor pariwisata.

Sumber: Survei Konsumen Sumber: LBU

Grafik 1.40. Ekspektasi Pengeluaran Dibanding 3 bulan Sebelumnya

Untuk Komoditas Listrik, Gas, & Bahan Bakar

Grafik 1.41. Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air

1.3.5 Lapangan Usaha Pengadaan Air

Lapangan usaha pengadaan air tercatat mengalami pertumbuhan. Lapangan usaha ini tumbuh 3,74% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi -2,54% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan

terkait dengan telah masuknya musim hujan pada bulan November – Desember 2015 sehingga sumber air tersedia dalam

jumlah yang cukup.

1.3.6 Lapangan Usaha Konstruksi

Pada triwulan IV 2015, Lapangan Usaha Konstruksi tumbuh

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring

penyaluran belanja modal yang relatif meningkat. Di triwulan

laporan, sektor ini tumbuh 10,75% (yoy) lebih tinggi dari

pertumbuhan di periode sebelumnya yang mencapai 9,16%

(yoy). Meningkatnya sektor konstruksi dan indikator

pendukung lainnya didorong oleh peningkatan realisasi belanja

modal pemerintah. Realisasi belanja modal APBD maupun

APBN di Sulsel mengalami peningkatan cukup signifikan di

periode laporan. Hingga akhir periode triwulan IV 2015,

realisasi belanja APBD mencapai Rp843 milyar atau 83,86% dari

pagu anggaran. Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi di

periode yang sama tahun 2014 yang mencapai 70,80%.

Peningkatan angka realisasi belanja juga terjadi pada APBN di

Sulsel yang mencapai Rp6,14 triliun, lebih tinggi dari triwulan IV

2014 sebesar Rp3,77 triliun.

Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.42. Penjualan Eceran Semen

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

165

170

175

180

185

190

195

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Perumahan, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks % YOY

(50)

0

50

100

150

200

250

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Listrik, Gas, dan Air gKredit Listrik, Gas, dan Air

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

% YOY

Semen

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Penguatan sektor konstruksi searah dengan realisasi pengadaan semen dan hasil Survei Penjualan Eceran. Realisasi

pengadaan semen di triwulan IV 2015 mencapai 797 ribu ton, tumbuh 16,19% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode

triwulan III 2015 (3,53%; yoy). Sementara penyaluran kredit ke sektor konstruksi tumbuh stabil di angka 6,35% (yoy), dari

triwulan III 2015 yang tercatat 6,26% (yoy). Selain itu, peningkatan juga terkonfirmasi dari hasil penjualan eceran

komoditas semen yang menunjukkan peningkatan di triwulan laporan. Indeks penjualan eceran semen tumbuh 55,95%

(yoy), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan periode sebelumnya 54,03% (yoy).

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.43. Pengadaan Semen Grafik 1.44. Kredit kepada Sektor Konstruksi

1.3.7 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran tercatat tumbuh lebih tinggi di triwulan IV 2015. Di triwulan laporan,

lapangan usaha ini tumbuh 10,08% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat

9,12% (yoy). Hal ini searah dengan penyaluran pembiayaan ke sektor perdagangan yang menunjukkan peningkatan

pertumbuhan. Kredit ke sektor perdagangan tercatat mencapai Rp31,99 triliun atau tumbuh 13,58% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2014 sebesar 12,60% (yoy). Adanya rangkaian hari besar keagamaan (tahun

baru Islam dan natal) diperkirakan menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan di sektor ini. Pertumbuhan sektor

perdagangan juga terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran, terutama untuk penjualan produk di kelompok bahan

bakar kendaraan bermotor, kelompok barang lainnya seperti alas kaki, tas, dan farmasi, dan kelompok barang budaya dan

rekreasi seperti kertas karton dan alat tulis.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.45. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.46. Penjualan Barang Eceran Riil

1.3.8 Lapangan Usaha Transportasi dan Penggudangan

Lapangan transportasi dan penggudangan tumbuh melambat di triwulan laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh

5,70% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,38% (yoy). Hal ini diantaranya dikarenakan

mobilitas masyarakat kembali normal pasca event mudik Idul Fitri dan Idul Adha, meski di periode laporan terdapat

perayaan tahun baru Islam dan Natal, serta liburan sekolah. Namun demaikian penyaluran kredit ke sektor pengangkutan

tercatat tumbuh positif 0,90% (yoy), setelah pada periode sebelumnya tumbuh negatif -5,38% (yoy).

(5)

0

5

10

15

20

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRibu Ton

Realisasi Pengadaan Semen Sulsel (Ton)gRealisasi - Skala Kanan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Konstruksi gKredit Konstruksi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Perdagangan gKredit Perdagangan

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%YOYBahan Bakar Kendaraan Bermotor

Barang Lainnya

Barang Budaya & Rekreasi

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 25

Moda transportasi udara mengalami penurunan yang cukup tinggi. Sepanjang triwulan IV 2015, angkasa pura dan

otoritas pelabuhan Makassar menunjukkan perbedaan pola pertumbuhan penumpang. Lalulintas penumpang pesawat

udara cenderung menunjukkan perlambatan, berkebalikan arah dengan pertumbuhan penumpang angkutan laut yang

justru mengalami perbaikan meskipun masih terjadi kontraksi. Di sisi lain, aktifitas penggudangan diperkirakan menurun

seiring dengan penurunan volume bongkar muat barang di pelabuhan Makassar.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: PT Angkasa Pura I

Grafik 1.47. Perkembangan Kredit Pengangkutan Grafik 1.48. Lalu Lintas Penumpang Pesawat Udara

Sumber: Otoritas Pelabuhan Makassar Sumber: Otoritas Pelabuhan Makassar

Grafik 1.49. Lalu Lintas Barangdi Pelabuhan Makassar Grafik 1.50. Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Makassar

1.3.9 Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh lebih tinggi pada triwulan IV 2015. Di triwulan

laporan lapangan usaha ini tumbuh 7,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 5,99%

(yoy). Berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (tahun baru Islam dan Natal), serta libur sekolah menjadi faktor

pendorong pertumbuhan sektor ini.

Sumber: Survei Penjualan Eceran, diolah

Grafik 1.51. Perkembangan Pengeluaran Masyarakat Pada Komoditas

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Pengangkutan gKredit Pengangkutan

-20

-10

0

10

20

30

40

0100200300400500600700800900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Penumpang Penerbangan Domestik (Orang) yoy (%) - Axis Kanan

Ribu

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRibu Ton

Volume Bongkar Barang Dalam Negeri Volume Muat Barang Dalam Negeri

gTotal Bongkar & Muat

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

050

100150200250300350400450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRibu Orang

Kedatangan Dalam Negeri

Keberangkatan Dalam Negeri

gPenumpang - Skala Kanan

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

182184186188190192194196198200202

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks % YOY

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

1.3.10 Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi

Lapangan usaha informasi dan komunikasi menguat di triwulan laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 8,69%

(yoy) di periode laporan, sedikit lebih rendah dari triwulan III 2015 yang tumbuh 8,11% (yoy). Penguatan sektor ini

diindikasi pengaruh dari traffic layanan SMS dan suara pada kegiatan natal dan tahun baru. Hal ini dikonfirmasi dari hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha, pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang menunjukkan kenaikan SBT menjadi 3,3%

pada triwulan laporan, dibanding triwulan III 2015 (2,10%).

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, diolah

Grafik 1.52. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha Pada Sektor

Pengangkutan dan Komunikasi

1.3.11 Lapangan Usaha Jasa Keuangan

Lapangan usaha jasa keuangan tumbuh 7,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya (9,24%; yoy). Hal

ini sejalan dengan hasil survei konsumen pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan yang juga

menunjukkan penurunan pertumbuhan pada triwulan laporan. Terjaganya kinerja sektor jasa keuangan lebih

dipengaruhi oleh kinerja positif perbankan di Sulsel pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Indikator utama yang menguat yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan.

Dana yang dihimpun mencapai Rp78,47 triliun atau tumbuh 18,69% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

pada triwulan sebelumnya 12,58% (yoy). Sementara kredit tercatat tumbuh 13,67% (yoy) menjadi Rp94,98 triliun lebih

tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,74% (yoy). Selain itu hasil survei konsumen pada

kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan juga menunjukkan penurunan pertumbuhan pada triwulan laporan.

Sumber: Survei Penjualan Eceran, diolah

Grafik 1.53. Perkembangan Pengeluaran Masyarakat Pada Kelompok Transport,

Komunikasi, dan Jasa Keuangan

1.3.12 Lapangan Usaha Real Estate

Lapangan usaha real estate tercatat melemah. Di periode laporan, lapangan usaha ini tumbuh 6,01% (yoy) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 7,215% (yoy). Perlambatan di sektor ini sejalan

dengan pelemahan ekonomi yang berimplikasi terhadap permintaan rumah atau properti residensial. Hasil Survei Harga

-2

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2011 2012 2013 2014 2015

% SBT

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks % YOY

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 27

Properti Residensial (SHPR) menunjukkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) sedikit melambat menjadi 13,12%

(yoy) pada triwulan IV 2015 dibandingkan triwulan sebelumnya (14,5%; yoy). Perlambatan terutama terjadi pada rumah

tipe menengah, yaitu dengan luas 22m2

- 70m2 dan tipe besar, yaitu dengan luas di atas 70 m

2.

Sumber: Survei Harga Properti Residensial, diolah

Grafik 1.54. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

1.3.13 Lapangan Usaha Jasa Perusahaan

Lapangan usaha jasa perusahaan tumbuh lebih tinggi di periode laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 7,40%

(yoy) di triwulan IV 2015, lebih tinggi dari periode sebelumnya tahun 2015 yang tecatat 6,79% (yoy). Hal ini searah dengan

pertumbuhan kredit jasa dunia usaha yang menunjukkan peniningkatan pertumbuhan menjadi 10,89% (yoy), setelah di

periode sebelumnya hanya tumbuh 3,57% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.55. Perkembangan Kredit Jasa Dunia Usaha

1.3.14 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Sosial Wajib

Lapangan usaha administrasi pemerintahan tumbuh stabil di periode laporan. Searah dengan kinerja keuangan daerah

yang stabil pada triwulan laporan, lapangan usaha administrasi pemerintahan tumbuh 9,21% (yoy), tumbuh stabil

dibandingkan pertumbuhan sebelumnya 9,29% (yoy). Keuangan pemerintah sendiri tercatat tumbuh lebih baik di triwulan

IV 2015, baik dari sisi realisasi pendapatan maupun belanja. Hingga triwulan IV 2015, realisasi anggaran pendapatan

daerah telah mencapai 95,77%, menurun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2014 yang mencapai

97,39%. Secara nominal, realisasi anggaran pendapatan daerah hingga triwulan IV 2015 telah mencapai Rp6,17 triliun dari

total target pendapatan tahunan sebesar Rp6,45 triliun. Dari sisi belanja, hingga triwulan IV 2015, tercatat realisasi telah

mencapai 91,65% atau sebesar Rp6,06 triliun. Secara persentase hal ini lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi

belanja pada triwulan IV 2014 yang tercatat 92,04% (Rp5,6 triliun dari target Rp6,08 triliun).

1.3.15 Lapangan Usaha Jasa Pendidikan

Lapangan usaha jasa pendidikan tumbuh lebih lambat di periode laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 2,35%

(yoy) di triwulan IV 2015, turun cukup dalam dibandingkan periode triwulan III 2015 yang tumbuh 9,56% (yoy). Penurunan

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoy

Umum Kecil Menengah Besar

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Jasa Dunia Usaha gKredit Jasa Dunia Usaha

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

pertumbuhan sektor jasa pendidikan terjadi seiring dengan masa libur semester dan akhir tahun baik di tingkat sekolah

dasar, sekolah menengah, maupun universitas. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran, yang menunjukkan

perlambatan penjualan kertas, karton dan cetakan.

Sumber: Survei Penjualan Eceran, diolah

Grafik 1.56. Perkembangan Penjualan Kertas, Karton dan Cetakan

1.3.16 Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh melambat. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 10,55%

(yoy) di triwulan IV 2015, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 11,35% (yoy). Perlambatan

diperkirakan berasal dari penurunan kebutuhan masyarakat terhadap jasa kesehatan. Sementara kegiatan sosial juga

mengalami penurunan, yang dikonfirmasi menurunnya kredit yang disalurkan ke sektor jasa sosial masyarakat.

Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.57. Perkembangan Kredit Jasa Sosial Masyarakat

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Kertas, Karton, Cetakan Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks YOY

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun

Jasa Sosial Masyarakat gKredit Jasa Sosial Masyarakat

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 29

Boks 1.A. Pemetaan Daya Saing Ekonomi & Kemudahan Berusaha 2015

Bank Indonesia melaksanakan survei kemudahan berusaha ke sejumlah kota. Survei ini mengadopsi survei Doing

Business yang dilakukan oleh World Bank, dengan maksud untuk mengukur seberapa mudah atau sulitnya pengusaha

dalam membuka, mengembangkan, dan mengoperasikan usaha skala kecil, menengah, maupun besar, bila dikaitkan

dengan berbagai regulasi terkait1. Survei kemudahan berusaha yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia ini dimaksudkan

untuk mengetahui level kemudahan berusaha per area dalam rangka pemetaan daya saing ekonomi.

Grafik 1.A.1 Index Total kemudahan Berusaha per Kota Grafik 1.A.2 Mapping Index per Kota Dengan Jumlah Perusahaan Perdagangan

Menurut hasil Survei Kemudahan Berusaha yang dilaksanakan Bank Indonesia tersebut, Kota Makassar menempati

urutan ke 9 dengan capaian index kemudahan berusaha 76,69 (sangat mudah), yang berarti di atas rata-rata index

kemudahan berusaha 72,43. Untuk kawasan timur Indonesia, Kota Makassar berada pada urutan kedua di bawah Kota

Ambon. Survei Kemudahan Berusaha dilaksanakan pada 29 Kota/Kabupaten di 21 Provinsi, dengan target populasi

perusahaan perdagangan (retail). Jumlah sampel pada Survei Kemudahan Berusaha sebanyak 580 responden atau 20

responden per Kota/Kabupaten. Index yang digunakan adalah mean konversi skala 1-4, dimana 1=0 dan 4=100.

Kemudahan berusaha di Kota Makassar terutama

disumbang oleh kemudahan akses kredit (93,33),

kualitas layanan port (91,67), pembayaran pajak (88,75),

dan prosedur memulai usaha (65,67). Berdasarkan hasil

survei, kemudahan akses kredit di Kota Makassar

memiliki nilai tertinggi dibanding kota lainnya, baik dari

prosedur, kecepatan, maupun biaya resmi yang

dikeluarkan. Namun beberapa parameter kemudahan

berusaha di Kota Makassar masih berada di bawah total

rata-rata di Indonesia, yaitu prosedur mendirikan

bangunan (62,50), kualitas listrik (75,00), dan regulasi

tenaga kerja (68,33).

Grafik 1.A.3 Parameter Index Kemudahan Berusaha Kota Makassar

Secara umum masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait kemudahan berusaha di Indonesia, diantaranya

adalah adanya oknum dari pejabat terkait yang ikut bermain pada prosedur memulai usaha, biaya yang besar/mahal pada

prosedur mendirikan bangunan, listrik sering mati, akses online yang sering bermasalah terkait ekspor impor pada

kualitas layanan port, proses pembayaran pajak yang memakan waktu lama, prosedur pengajuan kredit yang sulit

sehingga menghambat akses kredit, dan regulasi tenaga kerja yang kurang memperhatikan kondisi pasar.

1 Berdasarkan survei World Bank (2015), Indonesia menempati peringkat ke 114 dalam kemudahan berusaha, dari 189 negara yang di survei.

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 31

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2 Keuangan Pemerintah

Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel 2015 lebih

rendah dibandingkan pencapaian 2014, namun secara nominal

tercatat lebih tinggi. Sumber pendapatan sebagian besar berasal

dari transfer pemerintah pusat (dana perimbangan dan transfer

lainnya) dengan nilai yang lebih besar dibandingkan tahun

sebelumnya.

Persentase realisasi penyerapan APBD Provinsi Sulsel 2015 juga

mengalami penurunan, namun secara nominal juga tercatat lebih

besar dibandingkan 2014. Sebagian besar penyerapan APBD untuk

belanja operasional, sementara sebagian lainnya untuk belanja

modal, yang diantaranya untuk pembangunan jalan, jaringan irigasi,

dan pembangunan gedung. Penyerapan belanja modal pada 2015

tercatat lebih besar dibandingkan 2014.

Sementara itu, realisasi belanja APBN di Sulsel meningkat 34,3%

dari tahun sebelumnya.

Dengan kondisi demikian, maka realisasi penyerapan anggaran

APBD dan APBN di Sulsel mampu menahan perlambatan ekonomi

Sulsel 2015.

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 2 Keuangan Daerah

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

2.1. Struktur Anggaran

Keuangan Pemerintah di Sulsel terdiri atas keuangan pemerintah daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah/APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan keuangan pemerintah pusat di daerah (APBN di Sulsel), dengan porsi

terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota. Pada tahun anggaran 2015, pagu anggaran belanja keuangan pemerintah daerah

dan pemerintah pusat di Sulsel mencapai Rp55,3 triliun yang terbagi atas APBD Provinsi 11,2%, APBD Kabupaten/Kota

46,9%, dan APBN di Sulsel 42,0% (Grafik 2.1).

Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel

Tahun 2015 Grafik 2.2. Struktur Realisasi Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel 2015

(* angka perkiraan)

Sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi belanja APBD Kab/Kota memiliki porsi paling besar dibandingkan kelompok

belanja pemerintah lainnya. Realisasi APBD Kab/Kota pada 2015 mencapai Rp23,29 triliun atau 47,8% dari total realisasi

belanja pemerintah di Sulsel, sementara realisasi APBN di Sulsel mencapai Rp19,76 triliun atau 40,6% dari total realisasi

belanja. Sedangkan APBD Provinsi mencapai Rp5,67 triliun atau 11,6% dari total realisasi belanja (Grafik 2.2).

2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi

2.2.1 Pendapatan 2.2.1.1. Struktur Realisasi Pendapatan

Nilai realisasi pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Sulsel pada 2015 sedikit mengalami peningkatan. Secara nominal

mencapai Rp3,25 triliun atau 45,9% dari total pendapatan, yang berarti lebih tinggi dari pencapaian tahun lalu sebesar

Rp3,03 triliun. Nilai PAD yang masih meningkat mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi 2015 masih berdampak

positif terhadap penambahan PAD Sulsel. Sementara di sisi lain, nilai realisasi transfer dana perimbangan dari pemerintah

pusat mencapai Rp2,92 triliun meningkat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya Rp1,53 triliun. Transfer dana dari

pemerintah pusat kepada APBD dan alokasi dana dekonsentrasi telah turut menopang ekonomi Sulsel di 2015.

Sumber:Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel, diolah

Grafik 2.3. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel

APBD Provinsi11,2%

APBD Kabupaten/

Kota46,9%

Anggaran APBN di Sulsel42,0%

Rp6,17

triliun

Rp23,20 triliun

Rp25,93

triliun

APBD Provinsi11,6%

APBD Kabupaten

/ Kota47,8%

Anggaran APBN di

Sulsel40,6%

Rp5,67 triliun

Rp19,76 triliun

Rp23,29*)

triliun

Rp884M Rp875M Rp933M Rp913M

Rp1.104M

Rp2.234M Rp2.298MRp1.531M Rp2.915M

Rp1.973M

Rp2.199M Rp2.560MRp3.029M

Rp3.250M

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2011 2012 2013 2014 2015Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya

(63%)

(41%) (45%)(55%)

(46%)

(36%)

(42%) (40%)(28%) (41%)

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 33

2.2.1.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan

Persentase2realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel pada 2015 mencapai 95,77% dari target yang dianggarkan.

Persentase realisasi pendapatan ini lebih rendah dari pencapaian tahun lalu 97,39%. Secara nominal, realisasi pendapatan

daerah pada 2015 sebesar Rp6,17 triliun, sedikit lebih rendah dari total target pendapatan tahunan sebesar Rp6,45

triliun. Realisasi pendapatan tersebut lebih besar Rp0,67 triliun dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp5,5 triliun.

Peningkatan pendapatan bersumber dari peningkatan realisasi PAD, yang terdiri dari pendapatan pajak sebesar Rp2,81

triliun (91,73%), pendapatan retribusi sebesar Rp94,2 miliar (101,16%), hasil pengelolaan kekayaan daerah sebesar

Rp88,98 miliar (99,96%), dan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp252,93miliar (138,17%).

Tabel 2.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Realisasi dana perimbangan pada 2015 mengalami peningkatan baik secara nominal maupun persentase dibandingkan

dengan tahun lalu. Persentase realisasi dana perimbangan tahun lalu 97,20% dengan nominal Rp1,53 triliun, sementara

realisasi tahun ini 97,54% dengan nominal Rp2,91 triliun. Dari tiga komponen dana perimbangan, yakni dana bagi hasil

(DBH) pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK), hanya DAK yang mengalami

peningkatan yang signifikan baik secara persentase maupun nominal. DAK 2015 telah mencapai Rp616,48 miliar

(221,47%), sementara tahun lalu hanya sebesar Rp72,98 miliar (100,0%). DBH telah mencapai Rp204,82 miliar (72,69%),

sementara tahun lalu sebesar Rp248,81 miliar (84,92%); DAU telah mencapai Rp1,18 miliar (100,0%), sementara tahun

lalu sebesar Rp1,21 triliun (100,0%); dan transfer pemerintah pusat lainnya telah mencapai Rp913,45miliar (73,18%),

sementara tahun lalu sebesar Rp932,76 miliar (100,02%). Namun demikian terjadi penurunan pada pos lain-lain

pendapatan yang sah, di tahun 2014 senilai Rp9,89 miliar (73,17%), sedangkan di tahun 2015 senilai Rp8,59 miliar

(34,83%).

2.2.2 Belanja

2.2.2.1. Struktur Realisasi Belanja

Nilai dan porsi realisasi belanja modal menunjukkan peningkatan. Pada 2015, porsi belanja modal naik menjadi 13,9%,

atau senilai Rp 843,27 miliar, lebih tinggi dari porsi realisasi tahun sebelumnya 12,1% atau sebesar Rp 676,24 miliar.

Sementara itu nilai belanja operasional dan transfer menunjukkan peningkatan menjadi Rp1,18 triliun, lebih tinggi dari

realisasi 2014 sebesar Rp 1,1 triliun. Sedangkan belanja operasional meningkat menjadi Rp4,05 triliun di 2015, dari tahun

sebelumnya sebesar Rp3,82 triliun.

2Persentase realisasi menunjukkan kinerja (performance) realisasi dibandingkan dengan anggaran (perencanaan).

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH 3.128,86 3.029,11 96,81% 3.432,70 3.250,00 94,68%

- Pendapatan Pajak Daerah 2.807,47 2.667,27 95,01% 3.067,50 2.813,88 91,73%

- Pendapatan Retribusi Daerah 84,30 94,60 112,22% 93,12 94,20 101,16%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 74,60 74,60 100,00% 89,01 88,98 99,96%

- Lain-lain PAD yang Sah 162,50 192,65 118,56% 183,06 252,93 138,17%

DANA PERIMBANGAN 1.575,57 1.531,39 97,20% 2.988,42 2.914,76 97,54%

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 293,00 248,81 84,92% 281,79 204,82 72,69%

- DAU 1.209,60 1.209,60 100,00% 1.180,01 1.180,01 100,00%

- DAK 72,98 72,98 100,00% 278,36 616,48 221,47%

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 932,62 932,76 100,02% 1.248,26 913,45 73,18%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 13,52 9,89 73,17% 24,66 8,59 34,83%

JUMLAH PENDAPATAN 5.650,58 5.503,15 97,39% 6.445,78 6.173,35 95,77%

U R A I A N

ANGGARAN

PERUBAHAN

2014

REALISASI 2014 ANGGARA

N 2015

REALISASI 2015

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 2 Keuangan Daerah

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Grafik 2.4. Proporsi Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel

2.2.2.2. Perkembangan Realisasi Belanja

Nilai realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel pada 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan 2014, namun dengan tingkat

persentase yang sedikit menurun. Realisasi belanja pada 2015 tercatat sebesar Rp6,07 triliun atau 91,65% dari yang

ditargetkan. Dengan demikian realisasi ini lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi belanja 2014 sebesar Rp5,6

triliun atau secara persentase 92,04% dari target sebesar Rp6,08 triliun.

Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi BelanjaAPBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Realisasi belanja operasional 2015 yang bersifat rutin, secara persentase tercatat sedikit lebih rendah dari tahun 2014.

Total pos belanja operasional hingga akhir tahun 2015 terealisasi sebesar Rp4,05 triliun (93,26%), sedikit lebih rendah

dibandingkan 2014 sebesar Rp3,82 triliun (95,06%). Persentase realisasi belanja operasional yang lebih tinggi terjadi pada

belanja bantuan keuangan (95,95%) dan belanja bunga (73,42%). Sementara untuk belanja operasional yang cenderung

menurun antara lain belanja hibah (96,28%), belanja pegawai (92,44%), dan belanja barang (90,21%).

Rp2.078MRp3.549M Rp3.587M Rp3.822M Rp4.048M

Rp468MRp377M Rp490M

Rp676M Rp843M

Rp630M Rp677M Rp843M Rp1.101M Rp1.176M

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2011 2012 2013 2014 2015

Belanja Transfer Belanja Modal Belanja Operasional

(65%)(77%) (73%)

(68%) (67%)

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

BELANJA

BELANJA OPERASIONAL 4.020,51 3.821,79 95,06% 4.340,27 4.047,64 93,26%

- Belanja Pegawai 1.055,92 1.020,47 96,64% 1.158,45 1.070,87 92,44%

- Belanja Barang 1.379,90 1.308,99 94,86% 1.405,43 1.267,85 90,21%

- Belanja Bunga 22,00 16,15 73,42% 29,10 28,16 96,77%

- Belanja Hibah 969,43 950,68 98,07% 1.269,06 1.221,91 96,28%

- Belanja Bantuan Sosial 0,00%

- Belanja Bantuan Keuangan 593,25 525,49 88,58% 478,23 458,85 95,95%

BELANJA MODAL 955,10 676,24 70,80% 1.005,56 843,27 83,86%

- Belanja Tanah 53,60 1,06 1,99% 112,03 88,42 78,92%

- Belanja Peralatan & Mesin 103,81 98,66 95,04% 158,60 140,44 88,55%

- Belanja Gedung dan Bangunan 105,07 71,65 68,19% 154,41 145,23 94,06%

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 690,57 502,93 72,83% 561,82 460,82 82,02%

- Belanja Aset Tetap Lainnya 1,31 1,22 92,78% 1,19 1,14 95,43%

- Aset Lainnya 0,74 0,72 96,80% 17,51 7,24 41,33%

BELANJA TIDAK TERDUGA 5,50 0,96 17,51% 4,50

JUMLAH BELANJA 4.981,10 4.498,99 90,32% 5.350,33 4.890,91 91,41%0,00%

TRANSFER 1.103,82 1.101,35 99,78% 1.269,19 1.175,95 92,65%0,00%

TOTAL BELANJA 6.084,92 5.600,34 92,04% 6.619,51 6.066,86 91,65%

SURPLUS / (DEFISIT) (434,34) (97,19) 22,38% (173,73) 106,49 -61,29%0,00%

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 485,34 339,68 69,99% 309,73 309,74 100,00%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 51,00 51,00 100,00% 136,00 136,00 100,00%

JUMLAH PEMBIAYAAN 434,34 288,68 66,46% 173,73 173,74 100,01%

U R A I A N

ANGGARAN

PERUBAHAN

2014

REALISASI 2014 ANGGARA

N 2015

REALISASI 2015

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 35

Pembangunan infrastruktur yang bersumber dari realisasi belanja modal pada 2015 lebih besar dibandingkan realisasi

pada 2014. Pada tahun ini realisasi belanja modal telah mencapai 83,36% (Rp843,27 miliar) lebih tinggi dibandingkan

tahun lalu 70,80% (Rp676,24 miliar). Belanja jalan, irigasi, dan jaringan masih merupakan pos dengan porsi terbesar,

dimana pada 2015 terealisasi 82,02%, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 72,83%.

Realisasi belanja tanah dan peralatan/mesin juga cukup baik yaitu masing-masing sebesar 78,92% dan 88,55%, lebih tinggi

dari periode yang sama tahun sebelumnya 1,99% dan 95,04%. Hal ini tentu akan berdampak positif bagi perekonomian

Sulsel ke depan, karena percepatan pembangunan infrastruktur akan memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan

investasi dan ekonomi.

Pada 2015, realisasi transfer berupa bagi hasil pajak, retribusi, dan pendapatan ke Kabupaten/Kota, mengalami

penurunan secara persentase, namun terjadi peningkatan secara nominal. Realisasi transfer pada 2015 tercatat 92,65%,

lebih rendah dari tahun sebelumnya 99,78%. Namun secara nominal mengalami peningkatan menjadi Rp1,18 triliun pada

2015 dari tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp1,1 triliun.

Secara tahunan APBD Provinsi Sulsel terdapat surplus Rp106,49 miliar. Hal ini berbeda dengan 2014 yang justru defisit

Rp97,19 miliar. Dengan kondisi demikian, maka pembiayaan 2015 juga tercatat lebih rendah sebesar Rp173,74 miliar, dari

tahun sebelumnya sebesar Rp288,68 miliar.

2.3. Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulsel

2.3.1 Struktur Realisasi Belanja

Realisasi belanja modal pada APBN di Sulsel 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2014. Pada 2015,

porsi belanja modal mengalami peningkatan menjadi 31,10% (Rp6,14 triliun), dari tahun lalu 25,66% (Rp3,77 triliun).

Sementara porsi belanja pegawai mencapai 32,84% dari total keseluruhan realisasi belanja APBN di Sulsel sebesar Rp6,49

triliun. Porsi belanja pegawai ini relatif turun dibandingkan 2014 yang mencapai 36,35% (Rp5,35 triliun). Sementara, porsi

belanja barang tercatat 29,06%, relatif sama dibandingkan periode 2014. Sementara itu, porsi belanja untuk bantuan

sosial pada 2015 relatif tidak berubah di kisaran 7% (Rp1,38 triliun pada 2015, sedangkan pada 2014 sebesar Rp1,28

triliun).

Sumber: DJPbN Prov. Sulsel, diolah

Grafik 2.5. Proporsi Belanja APBN di Sulsel

2.3.2 Perkembangan Realisasi Belanja Persentase realisasi belanja APBN Sulsel pada 2015 lebih rendah jika dibandingkan dengan 2014, dikarenakan adanya

peningkatan pagu yang signifikan, namun secara nominal meningkat. Pada 2015, realisasi belanja APBN di Sulsel hanya

mencapai 87,68%, lebih rendah dari pencapaian 2014 (91,14%). Namun, jika dilihat dari segi nominal, realisasi belanja

APBN di Sulsel tercatat sebesar Rp19,76 triliun, lebih besar dari realisasi tahun lalu sebesar Rp14,71 triliun. Peningkatan

nominal penyerapan anggaran belanja APBN di Sulsel ini dikarenakan berbagai kendala yang bersifat teknis administratif

telah berhasil diselesaikan.

Nominal realisasi anggaran per jenis belanja APBN di Sulsel masih didominasi oleh belanja pegawai. Pada 2015,

nominal realisasi belanja pegawai APBN di Sulsel mencapai Rp6,49 triliun atau 97,35% dari pagu anggaran. Realisasi

belanja pegawai ini lebih tinggi dibanding pencapaian tahun lalu, baik secara persentase (95,64%) maupun secara nominal

Rp3.845M Rp4.308M Rp4.778M Rp5.346M Rp6.489M

Rp2.950M Rp3.247M Rp4.037MRp4.308M

Rp5.741M

Rp3.962M Rp4.467MRp4.930M

Rp3.774M Rp6.144M

Rp1.718M Rp1.727M Rp1.425M Rp1.279M Rp1.384M

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

2011 2012 2013 2014 2015

Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 2 Keuangan Daerah

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

(Rp5,35 triliun). Sementara itu, realisasi persentase belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial masing-

masing 87,49%; 79,57%; dan 87,35%, menurun dibandingkan tahun lalu masing-masing 90,33%; 84,14%; dan 98,98%.

Namun secara nominal, belanja barang, belanja modal, dan belanja bantuan sosial mengalami peningkatan masing-

masing menjadi sebesar Rp5,74 triliun, Rp6,14 triliun dan Rp1,38 triliun dari realisasi tahun lalu masing-masing sebesar

Rp4,31 triliun, Rp3,77 triliun dan Rp1,28 triliun.

Tabel 2.3. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulsel 2015 Per Jenis Belanja

Sumber: DJPbN Prov. Sulsel, diolah

Realisasi transfer untuk Dana Desa telah terealisasi sesuai tahapan3. Total penyerapan anggaran mencapai Rp635,36

milyar atau 100,0% dari total anggaran. Angka ini sesuai dengan target tahap III (Oktober 2015). Dari total 2.253 desa di

21 Kabupaten se-Sulsel, alokasi tertinggi terdapat di Kabupaten Bone (Rp89,57 milyar), diikuti Kabupaten Luwu (Rp56,82

miliar), Kabupaten Luwu Utara (Rp46,31 miliar), dan Kabupaten Wajo (Rp38,8 miliar).

2.4. Peran Realisasi Keuangan Pemerintah Dalam PDRB

Peran realisasi komponen pendapatan terhadap ekonomi daerah4 pada 2015 cenderung meningkat dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya, terutama peran transfer pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur

(belanja modal). Rasio dana perimbangan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada 2015 tercatat 0,85%,

lebih tinggi dari 2014 yang tercatat 0,51%. Sementara itu, rasio PAD terhadap PDRB ADHB memperlihatkan sedikit

penurunan pada 2015 (0,95%) dibandingkan 2014 (1,01%) (Grafik 2.6). Hal ini dapat sebagai indikator bahwa peran

transfer dari pemerintah pusat (dana perimbangan) mampu menahan perlambatan ekonomi Sulsel di 2015.

Grafik 2.6. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB Grafik 2.7. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

Peran realisasi komponen belanja APBD dan APBN di Sulsel pada 2015, untuk stimulus ekonomi daerah5 cenderung

meningkat. Rasio belanja operasional terhadap PDRB ADHB pada 2015 sebesar 5,17%, lebih tinggi dari 2014 yang tercatat

4,5%. Naiknya rasio belanja operasional searah dengan peningkatan konsumsi pemerintah pada 2015. Demikian pula,

rasio belanja modal terhadap PDRB ADHB pada 2015 meningkat menjadi 2,04% dari sebelumnya 1,49% pada 2014.

Realisasi pembangunan jaringan irigasi, jalan nasional, bendungan, dan gedung/bangunan yang dilakukan pada 2015 telah

mendorong peran belanja modal meningkat relatif signifikan.

3Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan

Evaluasi Dana Desa disebutkan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap I pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus); tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus); dan tahap III pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus). 4 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif. 5 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif.

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

Belanja Pegawai 5.589,88 5.346,13 95,64% 6.666,25 6.489,32 97,35%

Belanja Barang 4.769,18 4.308,16 90,33% 6.562,07 5.741,41 87,49%

Belanja Modal 4.485,40 3.773,88 84,14% 7.722,19 6.144,31 79,57%

Belanja Bantuan Sosial 1.291,77 1.278,55 98,98% 1.584,60 1.384,12 87,35%

JUMLAH BELANJA 16.136,24 14.706,71 91,14% 22.535,11 19.759,17 87,68%

REALISASI 2015U R A I A N

ANGGARAN

2014

REALISASI 2014 ANGGARAN

2015

1,00 0,96

0,99 1,01

0,95

0,56

0,98

0,89

0,51

0,85

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

0,90

1,00

1,10

2011 2012 2013 2014 2015

%

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan

4,47

4,86 4,79

4,50

5,17

2,23 2,12 2,09

1,49

2,04

0,50

0,70

0,90

1,10

1,30

1,50

1,70

1,90

2,10

2,30

2,50

3,90

4,10

4,30

4,50

4,70

4,90

5,10

5,30

2011 2012 2013 2014 2015

%%

Belanja Operasi Belanja Modal

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 37

3. INFLASI DAERAH

Bab 3 Inflasi Daerah

Laju inflasi Sulsel pada triwulan IV 2015 tercatat 4,48% (yoy) lebih rendah

dari triwulan III 2015 (8,36%, yoy), yang secara umum disebabkan oleh

berlalunya base effect kenaikan BBM di akhir 2014 yang lalu. Penurunan

tekanan inflasi terjadi di seluruh kelompok komoditas, dengan penurunan

terbesar terjadi di kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Selain hilangnya base effect kenaikan BBM, penurunan tekanan inflasi juga

disebabkan oleh kembali normalnya permintaan paska meningkat tinggi di

triwulan sebelumnya seiring dengan berlangsungnya perayaan Hari Besar

Keagamaan Nasional (Idul Fitri dan Idul Adha) yang jatuh pada bulan Juli

dan September 2015.

Terkendalinya harga di 2015 juga tidak terlepas dari komunikasi dan

koordinasi yang berjalan baik diantara anggota TPID. Pelaksanaan

koordinasi di sepanjang periode laporan dilakukan dengan melibatkan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi lainnya melalui

pelaksanaan rapat koordinasi TPID Provinsi Sulsel.

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

3.1. Inflasi Umum

Laju inflasi Sulsel pada 2015 relatif terkendali dan berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 4±1%. Inflasi Sulsel di

akhir 2015 tercatat 4,48% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang tercatat 8,36% (yoy). Secara

umum, penurunan inflasi terjadi akibat terkendalinya harga semua kelompok komoditas, meskipun tekanan terhadap

harga kelompok bahan makanan cukup tinggi. Kondisi tersebut juga diiringi dengan berlalunya base effect kenaikan harga

BBM di akhir 2014 yang lalu. Namun demikian, inflasi Sulsel tercatat lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat 3,35%

(yoy).

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

3.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa6

Berdasarkan kelompok komoditas, penurunan tekanan inflasi terjadi di seluruh kelompok komoditas yang terjadi di

akhir 2015. Penurunan tekanan inflasi terbesar terjadi di kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dari

7,20% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi -0,99% (yoy) pada triwulan laporan (Tabel 3.1.). Deflasi di kelompok ini

didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada subkelompok transpor akibat penyesuaian tarif angkutan pasca penurunan

harga BBM bersubsidi di triwulan IV 2015.

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: Badan Pusat Statistik

6Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

Bahan

Makanan

Makanan

JadiPerumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM

I 4.04 4.49 4.18 9.57 7.53 2.94 0.57 4.06

II 4.94 4.29 3.98 6.99 4.53 2.12 0.47 3.85

III 7.81 4.97 3.41 6.51 3.18 1.37 0.63 4.48

IV 6.56 5.03 3.35 7.08 2.83 3.41 1.16 4.40

I 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61

II 6.22 4.63 3.60 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36

III 10.76 4.70 4.76 2.77 3.23 3.66 12.01 7.24

IV 6.97 4.47 6.06 2.36 3.71 1.39 11.58 6.22

I 4.76 5.39 6.25 3.73 3.79 1.33 10.31 5.88

II 6.15 5.38 5.96 5.65 5.22 1.38 7.91 5.92

III 1.97 5.80 6.32 4.12 5.28 1.97 0.87 3.72

IV 16.02 6.21 6.87 3.24 5.08 1.85 10.15 8.61

I 12.87 6.34 7.33 4.51 5.75 2.18 4.35 7.13

II 15.01 6.54 7.84 4.86 5.52 2.35 6.00 8.06

III 16.11 6.23 6.48 6.95 5.28 2.63 7.20 8.36

IV 8.78 5.48 4.13 6.01 5.02 2.57 (0.99) 4.48

TAHUN

2014

2012

2013

2015

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 39

3.2.1 Kelompok Bahan Makanan

Pada akhir 2015, inflasi kelompok bahan makanan

mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Tekanan inflasi menurun dari 16,11% (yoy)

pada triwulan III 2015 menjadi 8,78% (yoy) di triwulan IV

2015. Penurunan tekanan inflasi terjadi pada 9

subkelompok yaitu subkelompok bumbu-bumbuan,

subkelompok kacang-kacangan, subkelompok padi-

padian, subkelompok lemak dan minyak, subkelompok

ikan segar, subkelompok sayur-sayuran, subkelompok

daging dan hasil-hasilnya, subkelompok ikan diawetkan,

dan subkelompok bahan makanan lainnya. Sementara itu,

subkelompok telur, susu dan hasil-hasil lainnya, serta

subkelompok buah-buahan mengalami peningkatan

tekanan inflasi di akhir 2015.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Lebih rinci di tingkat komoditas, cabai menjadi komoditas utama pendorong penurunan tekanan inflasi di akhir 2015.

Cabai rawit tercatat deflasi -54,26% (yoy) dan memberikan andil -0,51% dari total inflasi Sulsel di akhir tahun 2015.

Komoditas cabai merah juga tercatat deflasi -60,43% (yoy) dengan andil inflasi -0,18% dari total inflasi tahunan Sulsel.

Selain kedua komoditas ini, minyak goreng juga mengalami deflasi -2,02% (yoy) dengan andil -0,02% dari total inflasi

Sulsel.

Selain itu, terjaganya pasokan hasil laut dan berakhirnya base effect kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir tahun

2014 juga menjadi penyebab penurunan inflasi kelompok ini. Sebagaimana diketahui, peningkatan inflasi pada akhir

tahun 2014 lalu terjadi hampir di seluruh komoditas, tidak terkecuali komoditas yang masuk dalam bahan makanan.

Sebagai contoh, Cabai Rawit dan Cabai Merah mengalami inflasi pada Desember 2014 131% (yoy) dan 89,76% (yoy).

Kondisi ini kemudian berangsur stabil hingga Desember 2015.

Sementara itu, komoditas beras masih menjadi salah satu permasalahan penyebab inflasi Sulsel yang belum

terpecahkan di 2015. Komoditas beras tercatat mengalami inflasi 18,32% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,80% terhadap

inflasi tahunan Sulsel, terbesar di antara seluruh komoditas yang masuk dalam sampel perhitungan inflasi di Sulsel.

Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014, beras mengalami peningkatan inflasi dari 8,46% (yoy) di 2014

menjadi 18,32% (yoy) di tahun 2015. Hal ini menjadi indikasi permasalahan beras yang semakin besar dan dibutuhkan

komitmen yang tinggi dari seluruh pemangku kebijakan agar permasalahan beras bisa cepat diatasi (lihat Boks 3.A).

3.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau pada akhir triwulan IV 2015 tercatat

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok

ini mencatat laju inflasi tahunan 5,48% (yoy) pada triwulan

laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 6,23% (yoy) (Grafik 3.3). Penurunan tekanan

inflasi terjadi pada subkelompok makanan jadi dari 7,66%

(yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 6,34% yoy) pada

triwulan IV 2015, serta subkelompok tembakau dan

minuman beralkohol turun dari 1,63% (yoy) menjadi 1,39%

(yoy). Sementara itu, subkelompok minuman tidak

beralkohol tercatat mengalami kenaikan inflasi dari 7,17%

(yoy) di triwulan III 2015 menjadi 7,37% (yoy) di triwulan

laporan.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Lebih rinci ke tingkat komoditas, 20 dari 49 komoditas di kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok mengalami

penurunan tekanan inflasi. Komoditas kue basah, ikan bakar, rokok kretek, bubur, dan sari jeruk tercatat sebagai lima

komoditas utama penyumbang inflasi di periode laporan. Khusus komoditas kue basah dan ikan bakar, meskipun

mengalami penurunan tekanan inflasi, kedua komoditas menjadi penyumbang inflasi terbesar di kelompok komoditas ini.

Penurunan tekanan inflasi di kelompok makanan jadi antara lain juga disebabkan oleh telah berakhirnya base effect

kenaikan harga BBM di akhir tahun 2014. Dibandingkan periode yang sama tahun 2014, inflasi kelompok makanan jadi,

minuman rokok, dan tembakau mengalami penurunan dari 5,80% (yoy) menjadi 5,48% (yoy) di akhir tahun 2015. Selain

itu, relatif stabilnya harga BBM juga turut membantu penurunan inflasi di kelompok komoditas ini.

3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Pada triwulan IV 2015, laju inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga menurun dibandingkan

triwulan III 2015. Laju inflasi pada kelompok tersebut tercatat 4,13% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 6,48%

(yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi di subkelompok biaya tempat tinggal, subkelompok bahan bakar, penerangan dan

air, serta subkelompok perlengkapan rumah tangga. Di periode laporan, inflasi ketiga subkelompok ini secara berurutan

masing-masing 3,87% (yoy), 3,86% (yoy), dan 4,80% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi di triwulan sebelumnya yang

secara berurutan mengalami inflasi masing-masing 4,69% (yoy), 12,02% (yoy), dan 5,05% (yoy). Sementara itu,

subkelompok penyelenggaraan rumah tangga tercatat mengalami sedikit peningkatan inflasi dari 4,95% (yoy) di triwulan

III 2015 menjadi 5,05% (yoy) di triwulan laporan.

Lebih rinci per komoditas, 37 dari 65 komoditas pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

mengalami penurunan tekanan inflasi di periode laporan. Lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi di kelompok ini

adalah sabun detergen, kusen, pasir, jasa pembuangan sampah, dan piring. Di periode laporan, kelima komoditas

tersebut secara berurutan mengalami inflasi 12,57% (yoy), 7,80% (yoy), 3,49% (yoy), 2,75% (yoy) dan 11,12% (yoy), yang

secara masing-masing memberikan andil inflasi 0,20%, 0,12%, 0,12%, 0,08%, dan 0,05% terhadap total inflasi Sulsel.

Selain berlalunya base effect kenaikan harga BBM di akhir 2014, penurunan tekanan inflasi juga disebabkan oleh

penurunan harga minyak dunia sepanjang triwulan IV 2015 yang berpengaruh terhadap penurunan harga BBM, TDL,

dan LPG. Di luar harga pertamax yang mengikuti pergerakan harga minyak dunia, penurunan harga minyak ini juga

mengakibatkan penurunan harga BBM bersubsidi khususnya Solar. Di triwulan IV 2015, harga Solar mengalami penurunan

sebesar Rp200 per liter. Selain itu, penyesuaian harga juga terjadi pada harga LPG 12 kg di bulan Oktober 2015 sebesar

Rp10.000 per tabung dan tarif listrik khususnya golongan 1.300VA-2.200VA, yang mengalami tariff adjustment di bulan

Desember 2015 sesuai dengan harga keekonomiannya.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Survei Harga Properti Residensial Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Gas, dan Bahan Bakar Grafik 3.5.Indeks Harga Properti Residensial

Penurunan tekanan inflasi di kelompok ini terkonfirmasi juga dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang

dilaksanakan Bank Indonesia. Hasil SHPR triwulan IV 2015 menunjukkan terjadinya perlambatan Indeks Harga Properti

Residensial (IHPR) dibandingkan periode sebelumnya. IHPR di triwulan laporan tercatat sebesar 204,26 dengan

pertumbuhan 13,22% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya 14,50% (yoy).

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 41

3.2.4 Kelompok Sandang

Inflasi kelompok sandang mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2015,

inflasi kelompok ini tercatat 6,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,95% (yoy). Penurunan

tekanan inflasi terjadi di subkelompok sandang laki-laki, subkelompok sandang anak-anak, serta subkelompok barang

pribadi dan sandang lainnya. Inflasi di periode laporan ketiga subkelompok ini secara berurutan mencapai 6,24% (yoy),

8,82% (yoy), dan 3,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan III 2015 yang secara berurutan mencapai

6,40% (yoy), 9,38% (yoy), dan 7,62% (yoy). Sementara itu, subkelompok sandang wanita mengalami peningkatan inflasi

dari 5,19% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 6,54% (yoy) di periode laporan.

Lebih rinci per komoditas, 36 dari 69 komoditas pada kelompok sandang mengalami penurunan tekanan inflasi di

periode laporan. Di antara komoditas yang mengalami inflasi, lima komoditas dengan andil inflasi tertinggi adalah baju

kaos berkerah pria, kaos berkerah wanita, kaos berkerah anak-anak, pembalut wanita, dan tas tangan wanita. Di periode

laporan, secara berurutan kelima komoditas ini mengalami inflasi 13,25% (yoy), 13,25% (yoy), 13,25% (yoy), 18,37% (yoy),

dan 14,59% (yoy) dan secara berurutan memberikan andil inflasi 0,07%, 0,07%, 0,07%, 0,03%, dan 0,03% terhadap total

inflasi Sulsel.

Selain itu, penurunan harga emas juga mempengaruhi turunnya tekanan inflasi di kelompok sandang. Penurunan harga

emas disebabkan oleh trend harga emas global yang masih dalam fase kontraksi. Meskipun relatif membaik dibandingkan

periode triwulan III 2015, pertumbuhan harga emas dunia masih mengalami kontraksi -7,91% (yoy) di angka USD

1.104/troy oz.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: World Bank

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Grafik 3.7.Perubahan Harga Emas Internasional

3.2.5 Kelompok Kesehatan

Tekanan inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan pada triwulan IV 2015. Pada triwulan laporan, kelompok ini

mencatat inflasi 5,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang mencapai 5,28% (yoy). Penurunan tekanan

inflasi didorong oleh penurunan inflasi subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika dari 4,28% (yoy) pada triwulan III

2015 menjadi 3,96% (yoy), subkelompok jasa perawatan jasmani menurun dari 2,07% (yoy) menjadi 1,68% yoy), dan

subkelompok obat-obatan menurun dari 4,79% (yoy) menjadi 4,52% (yoy). Sementara itu, subkelompok jasa kesehatan

tercatat mengalami peningkatan dari 14,80% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 15,08% (yoy) di triwulan IV 2015.

Lebih rinci per komoditas, 18 dari 40 komoditas pada kelompok kesehatan mengalami penurunan tekanan inflasi di

periode laporan. Di antara komoditas yang mengalami inflasi, lima komoditas dengan andil inflasi tertinggi adalah

kacamata plus minus, tarif gunting rambut wanita, obat dengan resep, deodorant, dan tarif puskesmas. Di periode

laporan, secara berurutan kelima komoditas ini mengalami inflasi 18,19% (yoy), 27,21% (yoy), 48,32% (yoy), 7,93% (yoy),

dan 29,05% (yoy), dan secara berurutan memberikan andil inflasi 0,04%, 0,04%, 0,03%, 0,01% dan 0,01% terhadap total

inflasi tahunan Sulsel.

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

3.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga juga mengalami penurunan tekanan inflasi pada akhir triwulam IV 2015.

Pada triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat 2,57% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 2,63% (yoy).

Penurunan ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dari 1,16% (yoy)

pada triwulan III 2015 menjadi 0,94% (yoy), subkelompok rekreasi menurun dari 1,67% (yoy) menjadi 1,62% (yoy), dan

subkelompok olahraga menurun dari 4,01% (yoy) menjadi 3,88% (yoy). Inflasi di subkelompok kursus-kursus/pelatihan

juga relatif rendah, meskipun meningkat dari 2,64% (yoy) menjadi 2,82% (yoy) di triwulan laporan. Adapun inflasi

subkelompok pendidikan tercatat stabil di angka yang relatif terkendali yaitu 3,83% (yoy).

Lebih rinci per komoditas, 14 dari 44 komoditas pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami

penurunan tekanan inflasi pada periode laporan. Di antara komoditas yang mengalami inflasi, lima komoditas dengan

andil inflasi tertinggi adalah biaya Akademi/Perguruan Tinggi, Rekreasi, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah

Pertama, dan Sekolah Dasar. Di periode laporan, secara berurutan kelima komoditas ini mengalami inflasi 4,93% (yoy),

1,62% (yoy), 3,16% (yoy), 2,87% (yoy), dan 2,18%, yang masing-masing memberikan andil 0,07%, 0,03%, 0,02%, 0,01%,

dan 0,01% terhadap total inflasi tahunan Sulsel.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

3.2.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Pada triwulan IV 2015, tekanan inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok ini tercatat mengalami deflasi -0,99% (yoy) di triwulan IV 2015,

setelah di triwulan sebelumnya mengalami inflasi 7,20% (yoy). Deflasi di kelompok ini didorong oleh penurunan tekanan

inflasi pada subkelompok transpor dari 9,50% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi -2,26% (yoy), yang disebabkan oleh

penyesuaian tarif angkutan pasca penurunan harga BBM bersubsidi. Deflasi juga didorong oleh penurunan tekanan inflasi

di subkelompok sarana dan penunjang transpor dari 9,65% (yoy) menjadi 9,38% (yoy), dan subkelompok jasa keuangan

yang menurun dari 8,92% (yoy) menjadi 0,01% (yoy). Subkelompok komunikasi dan pengiriman juga tercatat deflasi -

0,01% (yoy) di triwulan laporan, sedikit naik dari triwulan III 2015 yang mencapai -0,04% (yoy).

Lebih rinci per komoditas, 18 dari 38 komoditas pada kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami

penurunan tekanan inflasi di periode laporan. Di antara komoditas yang mengalami inflasi, lima komoditas dengan andil

inflasi tertinggi adalah Angkutan Udara, Mobil, Kendaraan Carter/Rental, Cuci Kendaraan, dan Tarif Sewa Motor. Di

periode laporan, secara berurutan kelima komoditas ini mengalami inflasi 31,38% (yoy), 5,66% (yoy), 25,40% (yoy),

29,50% (yoy), dan 15,57% (yoy), yang secara berurutan memberikan andil inflasi 0,23%, 0,15%, 0,08%, 0,05%, dan 0,03%

terhadap total inflasi tahunan Sulsel. Meningkatnya kegiatan masyarakat saat momen Hari Besar Keagamaan Nasional

(HBKN) pada periode ini telah mendorong peningkatan permintaan sarana transportasi, sehingga harga sewa /tarifnya

naik. Sementara itu, penetapan penurunan harga bensin oleh pemerintah telah menahan laju inflasi kelompok ini,

sehingga bensin menyumbang deflasi pada periode akhir pelaporan.

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 43

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: World Bank

Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Grafik 3.11. Perubahan Harga Karet Internasional

3.3. Inflasi Menurut Kota IHK7

Secara spasial, penurunan tekanan inflasi Sulsel triwulan IV 2015 disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi di seluruh

kota/kabupaten IHK di Sulsel. Di akhir triwulan IV 2015, Kota Makassar, Palopo, Parepare, Watampone, dan Bulukumba

masing-masing tercatat mengalami inflasi 5,18% (yoy), 3,38% (yoy), 1,58% (yoy), 0,97% (yoy), dan 2,17% (yoy), lebih

rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumya yang masing-masing tercatat 8,95% (yoy), 7,19% (yoy), 7,02% (yoy), 4,33

% (yoy), dan 6,63% (yoy). Tekanan inflasi yang tinggi di daerah perkotaan (Makassar, Palopo, dan Parepare)

mencerminkan karakteristik daerah perkotaan yang memiliki permintaan tinggi, namun produksi relatif rendah,

khususnya untuk komoditas pangan. Kondisi ini menyebabkan daerah perkotaan harus dipasok dari daerah lain, dengan

jalur distribusi yang relatif panjang.

Tabel 3.2. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.12. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

7Mulai Januari 2014, inflasi Sulawesi Selatan dihitung dari agregasi lima kota/kabupaten, yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 4.10 3.91 4.61 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 5.46 5.38 3.57 8.51 7.34 8.61 8.95 5.18

Palopo 4.27 3.99 4.15 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 6.22 7.36 4.03 8.95 6.95 6.89 7.19 3.38

Parepare 2.00 2.54 3.78 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 5.58 5.57 3.04 9.38 6.53 6.98 7.02 1.58

Watampone 5.69 4.42 3.94 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 7.86 8.14 4.55 8.22 5.66 4.27 4.33 0.97

Bulukumba 13.94 14.10 7.30 9.45 6.21 6.12 6.63 2.17

Sulawasi Selatan 4.06 3.85 4.48 4.40 4.61 4.36 7.24 6.22 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06 8.36 4.48

20152014Kota

2012 2013

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Dilihat dari kinerja per kota, Bulukumba tercatat sebagai daerah yang konsisten melakukan perbaikan pengendalian

inflasi. Semenjak dimasukkan sebagai salah satu kota inflasi di awal tahun 2014, Bulukumba secara konsisten berhasil

menurunkan tingkat inflasinya. Inflasi Bulukumba berhasil diturunkan dari 14,10% (yoy) di awal 2014 menjadi 2,17% (yoy)

di akhir 2015. Namun secara level, inflasi Bulukumba di akhir 2015 masih berada di bawah pencapaian inflasi Watampone

dan Parepare yang mampu menekan tingkat inflasi hingga di bawah 2%. Sementara itu, Kota Makassar yang merupakan

kota dengan bobot inflasi terbesar di Sulsel (78,12%) masih memiliki inflasi tertinggi di Sulsel pada tahun 2015 yaitu 5,18%

(yoy). Manajemen pasokan khususnya pada komoditas pangan utama seperti Beras, Cabai, dan Bawang Merah menjadi

permasalahan utama pengendalian inflasi di Kota Makassar.

Penurunan tekanan inflasi juga disebabkan oleh penurunan harga minyak dunia sepanjang triwulan IV 2015 yang

berpengaruh terhadap harga BBM, TDL, dan LPG. Di luar harga pertamax yang mengikuti pergerakan harga minyak

dunia, penurunan harga minyak ini juga mengakibatkan penurunan harga BBM bersubsidi khususnya Solar. Di triwulan IV

2015, harga Solar mengalami penurunan sebesar Rp200 per liter. Selain itu, penyesuaian harga juga terjadi pada harga

LPG 12 kg di bulan Oktober 2015 sebesar Rp10.000 per tabung. Tarif listrik khususnya golongan 1.300VA-2.200VA juga

mengalami tariff adjustment di bulan Desember 2015 sesuai dengan harga keekonomianya.

Tabel 3.3. Sumbangan Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

3.4. Disagregasi Inflasi8

Penurunan inflasi Sulsel di akhir triwulan IV 2015

terutama bersumber dari penurunan tekanan inflasi di

kelompok adminstered price dan volatile food. Kelompok

administered price tercatat deflasi -1,74% (yoy), volatile

food mengalami inflasi 9,29% (yoy), sementara inflasi inti

(core) tercatat stabil di angka 4,78% (yoy). Ketiga kelompok

ini tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi

dibandingkan triwulan III 2015. Penurunan paling signifikan

terjadi di kelompok administered price yaitu dari 9,30%

(yoy) di triwulan III 2015 menjadi -1,74% (yoy) di triwulan

IV 2015. Sementara kelompok volatile food turun dari

16,30% (yoy) menjadi 9,29% (yoy), dan kelompok core

turun dari 5,43% (yoy) menjadi 4,78% (yoy).

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.13. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Komponen Disagregasi

Penurunan inflasi kelompok administered price didorong oleh penurunan harga minyak dunia yang direspon dengan

penurunan harga BBM di Indonesia. Meskipun harga minyak dunia menunjukkan peningkatan, namun masih dalam fase

kontraksi. Di penutup tahun 2015, harga minyak dunia menyentuh harga terendah dalam 5 tahun terakhir, yaitu

USD37,23 per barel, terkontraksi -37,18% dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Meski tidak elastis, penurunan

harga minyak dunia ini direspon dengan penurunan harga BBM bersubsidi khususnya solar. Selain itu, penurunan di

kelompok ini juga didorong oleh penurunan harga LPG 12 kg pada bulan Oktober 2015. Meskipun terdapat time lag,

penurunan dua komoditas ini mendorong penurunan harga di beberapa komoditas lainnya.

8Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 3.42% 3.24% 3.77% 3.71% 3.88% 3.68% 6.10% 5.25% 4.27% 4.20% 2.79% 6.65% 5.73% 6.73% 6.99% 4.05%

Palopo 0.22% 0.21% 0.25% 0.24% 0.25% 0.24% 0.40% 0.34% 0.40% 0.47% 0.26% 0.57% 0.44% 0.44% 0.46% 0.22%

Parepare 0.22% 0.21% 0.24% 0.24% 0.24% 0.23% 0.39% 0.33% 0.39% 0.39% 0.21% 0.66% 0.46% 0.49% 0.46% 0.11%

Watampone 0.20% 0.19% 0.22% 0.22% 0.23% 0.22% 0.36% 0.31% 0.45% 0.47% 0.26% 0.47% 0.33% 0.25% 0.25% 0.06%

Bulukumba 0.38% 0.39% 0.20% 0.26% 0.17% 0.17% 0.23% 0.06%

Sulawasi Selatan 4.06% 3.85% 4.48% 4.40% 4.61% 4.36% 7.24% 6.22% 5.88% 5.92% 3.72% 8.61% 7.13% 8.07% 8.39% 4.48%

20152014Kota

2012 2013

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 45

Sumber: Pertamina Sumber: World Bank

Grafik 3.14 Perkembangan Harga BBM Jenis Premium dan Solar Grafik 3.15. Harga Minyak Mentah Global

Meskipun secara umum turun, namun inflasi kelompok volatile food masih menghadapi persoalan tingginya harga

beras. Komoditas beras tercatat mengalami inflasi 18,32% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,80% terhadap inflasi tahunan

Sulsel, terbesar di antara seluruh komoditas yang masuk dalam sampel perhitungan inflasi di Sulsel. Dibandingkan dengan

periode yang sama di tahun 2014, beras mengalami peningkatan inflasi dari 8,46% (yoy) di 2014 menjadi 18,32% (yoy) di

tahun 2015. Kondisi ini perlu diatasi dengan tepat agar harga beras lebih stabil, antara lain melalui peningkatan

koordinasi dan komitmen yang tinggi dari seluruh pemangku kebijakan, karena Sulsel merupakan daerah produsen beras.

Pada inflasi inti (core), tekanan inflasi relatif stabil pada rentang 4-5% (yoy). Secara umum, inflasi di kelompok ini masih

berasal dari subkelompok makanan jadi, perumahan, dan sandang akibat tingginya permintaan di akhir tahun. Selain itu,

masih tingginya biaya bahan baku impor juga menjadi salah satu sumber tekanan inflasi di kelompok inti, khususnya

komoditas berbahan baku kedelai yang sebagian besar merupakan hasil impor.

3.5. Koordinasi Pengendalian Inflasi

Koordinasi pengendalian inflasi di Sulsel terus dilakukan secara intensif melalui melalui TPID Provinsi maupun TPID

Kabupaten/Kota. Selama triwulan IV 2015, terdapat beberapa kegiatan yang mencakup penguatan kerjasama dan

koordinasi di TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan (Tabel 3.4).

Tabel 3.4.Kegiatan TPID Triwulan III 2015

NO TPID KEGIATAN

KET TEMPAT TANGGAL

1 Provinsi Sulawesi Selatan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan

7 Oktober 2015 Rapat Teknis

2 Provinsi Sulawesi Selatan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan

22 Oktober 2015 Rapat Koordinasi

3 Provinsi Sulawesi Selatan Hotel M Regency, Makassar 9-10 November 2015 Rapat Koordinasi

4 Zona Bulukumba Ruang Pertemuan Bupati

Jeneponto 21 Desember 2015 High Level Meeting (HLM)

5 Kabupaten Bone Hotel Novena, Watampone,

Bone 29 Desember 2015 High Level Meeting (HLM)

Pada tanggal 7 Oktober 2015, telah dilaksanakan Rapat Teknis TPID Prov. Sulsel di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan. Rapat tersebut bertujuan untuk membahas persiapan kegiatan Rakorpusda Pokjanas TPID

2015 untuk Kawasan Timur Indonesia dan membahas mekanisme kerjasama antar daerah, roadmap pengendalian inflasi

dan rencana pengembangan PIHPS. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan,antara lain:

1. Pengaturan perdagangan antar pulau seperti pada komoditas gula pasir, dimana dapat diperdagangkan melalui

persetujuan dan rekomendasi kepala daerah pemasok yang memuat keterangan kelebihan persediaan gula dan

kepala daerah penerima yang memuat keterangan kekurangan gula.

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

2. Meningkatkan koordinasi dan intensitas komunikasi yang efektif antara kabupaten/kota dan provinsi dalam sistem

data kebutuhan bahan pokok agar dapat saling membantu pasokan kebutuhan bahan pokok.

3. Menyatukan tiga pihak yaitu Pemerintah (Gubernur), Pengusaha (KADIN), dan pekerja melalui konsep Tripartit.

4. Penggunaan data perdagangan komoditas pangan sehingga dapat menjadi acuan bagi perusahaan jasa pengiriman

dalam mengetahui dan mengkonfirmasi komoditas yang akan diperdagangkan.

5. Berdasarkan pemantauan harga di lapangan, agar dilakukan pengawasan lebih intensif terhadap beberapa

komoditas yang berpeluang menjadi penyumbang inflasi, antara lain cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras,

minyak goreng, dan beras.

Pada tanggal 22 Oktober 2015, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulsel dengan BAPPENAS di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan,antara lain:

1. Peningkatan koordinasi pemerintah (pusat/daerah/BI/TPID/SKPD) serta terus menerus memantau perkembangan

harga, terutama bahan kebutuhan pokok.

2. Penyusunan mekanisme perdagangan komoditas pangan strategis antar daerah, yang dituangkan dalam MoU antar

kepala daerah, untuk menjamin kontinyuitas ketersediaan pangan bagi daerah defisit dari daerah surplus.

3. Penyusunan roadmap pengendalian inflasi daerah sebagai acuan untuk pengambilan kebijakan guna menjamin

kontinyuitas ketersediaan pangan dan harga yang wajar.

4. Pengawasan harga dengan melibatkan aparat penegak hukum untuk mencegah adanya kegiatan penimbunan

barang dan tindakan spekulatif lainnya.

5. Penguatan infrastruktur pangan dan sistem informasi yang dapat menggambarkan kondisi neraca pangan secara

terkini di masing-masing daerah untuk memantau ketersediaan pasokan serta sebagai salah satu indikator dalam

pengambilan kebijakan.

6. Penguatan kelembagaan Bulog dari sisi finansial dan regulasi, serta peninjauan HPP Bulog secara berkala disesuaikan

dengan perkembangan harga pasar.

7. Diperlukan sentra-sentra pasar komoditas pangan strategis termasuk komoditas hortikultura dan revitalisasi pasar-

pasar tradisional.

8. Diperlukan pengawasan lebih terhadap beberapa komoditas yang berpeluang menjadi salah satu penyumbang

inflasi di bulan Oktober seperti wortel, sawi hijau, tomat buah, cakalang dan cabai rawit.

Pada tanggal 9-10 November 2015, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Pusat Daerah TPID se-KTI di Makassar. Rapat

tersebut bertujuan untuk mendiskusikan permasalahan dan solusi terkait isu pengendalian inflasi di daerah. Beberapa

rekomendasi yang dihasilkan,antara lain:

1. Perlunya kerjasama antara pusat-daerah (baik tingkat provinsi/kabupaten/kota) dalam hal produksi dan stabilisasi

harga, pemenuhan bahan pokok yang kredibel serta dapat diakses.

2. Meningkatkan alokasi anggaran APBD dalam upaya peningkatan produksi pangan. Pada saat penyusunan rencana

kegiatan dan anggaran, pemerintah daerah dapat bersama-sama dengan TPID membahas anggaran mengenai

program/kegiatan dalam upaya stabilitas harga pangan.

3. Mendorong awareness dan komitmen seluruh Bupati dan Walikota akan pentingnya stabilisasi harga di daerah.

4. Melakukan penyusunan peta surplus dan defisit pangan yang terupdate secara rutin.

5. Mempercepat penyusunan roadmap pengendalian inflasi yang sinergis antara TPI dan TPID sebagai salah satu acuan

pengendalian inflasi.

6. Berdasarkan pemantauan harga komoditas di lapangan diperlukan pengawasan lebih dari pemerintah terhadap

beberapa komoditas yang berpeluang menjadi salah satu penyumbang inflasi di bulan November seperti ikan layang,

cabai rawit, kontrak rumah, bawang merah dan kangkung.

Pada tanggal 21 Desember 2015, telah dilaksanakan HLM Zona Bulukumba di Ruang Pertemuan Bupati Jeneponto.

Rapat tersebut bertujuan untuk Persiapan antisipasi inflasi akhir tahun 2015. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan,

antara lain:

1. Peningkatan pengawasan ketersediaan pangan di seluruh daerah dengan bekerjasama dengan TNI/POLRI guna

melakukan tindakan terhadap kegiatan penimbunan.

2. Kegiatan koordinasi akan dilakukan bergilir di tiap daerah guna meningkatkan antusias dan kesadaran daerah dalam

pengendalian inflasi.

3. Mendorong inovasi pengendalian harga di tiap daerah.

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 47

4. Meningkatkan pemantauan harga komoditas di lapangan, khususnya komoditas yang berpeluang menjadi salah satu

penyumbang inflasi di bulan Januari seperti cabai rawit, angkatan udara, beras, tarif listrik dan ikan merah.

Pada tanggal 21 Desember 2015, telah dilaksanakan HLM Kab. Watampone di Bone. Rapat tersebut bertujuan untuk

program kerja yang akan dilakukan untuk mengatasi tekanan harga. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan, antara lain:

1. Melakukan pemantauan perkembangan harga dan sumber-sumber atau kondisi yang dapat berpotensi

menyebabkan tekanan inflasi melalui kepala daerah dan seluruh TPID di Kab/Kota serta mengusulkan/mengambil

kebijakan yang antisipatif maupun responsif dalam pengendalian inflasi.

2. Meningkatkan peran aktif TPID sebagai strategic partner pemerintah daerah, sehingga dapat turut serta dalam

mengevaluasi kebijakan yang dilakukan Pemda terkait pengendalian inflasi daerah, sehingga lebih efektif dalam

mengatasi tekanan harga.

3. Cabai menjadi salah satu komoditas utama yang sering muncul dan memberikan andil inflasi terbesar di Kabupaten

Bone dan beberapa daerah lain di Sulawesi Selatan. Gerakan tanam cabai pekarangan yang dilakukan kab Bone

hendaknya bisa di adopsi menjadi gerakan Gerakan Tanam Cabai di Pekarangan se Sulsel, sehingga ke depan

permasalahan cabai bisa teratasi di seluruh daerah Sulawesi Selatan.

4. Berdasarkan pemantauan harga komoditas di lapangan, kami menyarankan agar dilakukan pengawasan lebih dari

pemerintah terhadap beberapa komoditas yang berpeluang menjadi salah satu penyumbang inflasi di bulan tersebut

seperti cabai rawit, angkatan udara, beras, tarif listrik dan ikan merah.

Dalam tataran impementasi, banyak langkah yang telah di tempuh terkait pengendalian inflasi, baik oleh pemerintah

daerah maupun stakeholder terakit lainnya termasuk Bank Indonesia. Dalam rangka mendukung pengendalian inflasi di

Sulawesi selatan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Melalui Program Sosial Bank Indonesia

(PSBI) memberikan bantuan pompa air tenaga surya kepada para petani di salah satu wilayah Bone. Selain meningkatkan

produktifitas kegiatan pertanian, pompa tenaga surya ini juga menjadi salah satu solusi permasalahan El Nino yang rutin

melanda Sulsel di akhir tahun (lihat Boks 3.B). Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pengembangan klaster cabai

merah di Maros, klaster padi di Soppeng, klaster Sapi di Barru, klaster bawang merah di Enrekang dan klaster cabai

merah/cabai rawit di Sinjai sebagai upaya mendukung program ketahanan pangan dan pengendalian inflasi di Sulsel (lihat

Boks 3.C).

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Boks 3.A. Beras, Komoditi Penyumbang Inflasi Terbesar di Sulsel

Dari release terakhir BPS terlihat bahwa Provinsi Sulsel merupakan salah satu Provinsi yang berhasil mencatatkan

pertumbuhan ekonomi relatif tinggi, di tengah pelemahan kondisi ekonomi global dan nasional. Pada 2015 ekonomi

Sulsel tumbuh 7,15% (yoy), melampaui capaian pertumbuhan ekonomi Nasional 4,79% (yoy). Tidak hanya mencatat

pertumbuhan yang baik, Sulsel juga mampu menekan tingkat inflasi ke 4,48% dari pencapaian tahun sebelumnya 8,61%.

Meski demikian, inflasi Sulsel tersebut masih di atas inflasi Nasional yang tercatat 3,35% (yoy).

Menurut hasil identifikasi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan inflasi Sulsel masih tergolong tinggi. Dari

sekian banyak faktor yang menjadi penyebab, faktor utama muncul dari sisi penawaran, yang dalam hal ini bisa terkait

dengan ketersediaan barang maupun aspek distribusinya. Selain itu, struktur pasar yang tidak bekerja dengan sempurna

ditengarai juga menjadi salah satu faktor penyebab kenaikan harga beberapa komoditi penyumbang inflasi.

Secara umum, 10 (sepuluh) kelompok komoditas yang selama 2015 sering memberikan andil penyumbang inflasi yang

relatif tinggi di Sulsel adalah sebagai berikut:

Tabel 3.A.1. 10 Komoditas Penyumbang Inflasi Tertinggi per Kelompok Sepanjang Tahun 2015

Berdasarkan pemantauan di sepanjang 2015, diketahui bahwa Beras merupakan komoditi penyumbang inflasi terbesar

di Sulsel, dengan andil inflasi mencapai 0,78% dan muncul sebagai penyumbang inflasi di 10 bulan dari sepanjang

tahun 2015. Hal ini tentu terlihat ironis, dikarenakan Sulsel merupakan salah satu Provinsi yang terkenal sebagai lumbung

beras Nasional. Melihat kondisi demikian, maka perlu upaya tertentu terutama dari Pemerintah agar kedepan

permasalahan kenaikan harga beras di Sulsel dapat dikendalikan dengan baik, agar tidak menggerogoti daya beli

masyarakat Sulsel. Dalam hal ini, sudah saatnya pemerintah Pusat dan Daerah perlu bersinergi dalam menangani

permasalahan kenaikan harga komoditas pangan terutama beras. Dalam kaitannya dengan hal ini, Pemerintah Daerah

perlu menyusun kerangka kerjasama perdagangan komo ditas beras antar daerah, mengupayakan manajemen stok yang

baik di setiap daerah, serta perlu membentuk badan/lembaga daerah yang ditugaskan untuk menyangga ketersediaan

stok pangan khususnya beras.

Selain beras, komoditas makanan lain yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah ikan bandeng. Sepanjang 2015,

ikan bandeng muncul sebanyak 8 kali (bulan) sebagai komoditi penyumbang inflasi dengan total andil inflasi mencapai

0,17%. Secara frekuensi, kemunculan komoditi ikan bandeng sebagai penyumbang inflasi Sulsel tersebut mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya muncul 6 kali. Hal ini sudah barang tentu perlu segera dicarikan jalan

keluarnya.

Kelompok Bahan MakananTotal

AndilFrekuensi

Beras 0.79% 10

Bandeng/Bolu 0.17% 8

Telur Ayam Ras 0.12% 8

Layang/Benggol 0.11% 9

Daging Ayam Ras 0.11% 9

Wortel 0.10% 9

Bawang Merah 0.10% 8

Daging Sapi 0.09% 10

Cakalang/Sisik 0.09% 8

Pisang 0.07% 9

Kelompok Makanan JadiTotal

AndilFrekuensi

Nasi dengan Lauk 0.10% 9

Martabak 0.10% 11

Mie 0.08% 9

Es 0.06% 8

Gula Pasir 0.05% 10

Ayam Goreng 0.03% 8

Kue Kering 0.03% 6

Donat 0.03% 3

Teh Manis 0.03% 6

Sop 0.03% 6

Kelompok PerumahanTotal

AndilFrekuensi

Tukang Bukan Mandor 0.20% 8

Bahan Bakar Rumah Tangga 0.12% 9

Kontrak Rumah 0.12% 9

Tarip Listrik 0.08% 7

Kain Gorden 0.05% 6

Kayu Balokan 0.04% 9

Cat Tembok 0.03% 9

Tempat Tidur 0.03% 8

Lemari Pakaian 0.03% 6

Pasir 0.03% 7

Kelompok SandangTotal

AndilFrekuensi

Baju Kaos Berkerah Pria 0.07% 6

Baju Kaos Berkerah Wanita 0.07% 6

Baju Kaos Berkerah Anak 0.07% 6

Pembalut Wanita 0.03% 6

Tas Tangan Wanita 0.03% 4

Ongkos Jahit 0.02% 8

Baju Anak Stelan 0.02% 2

Celana Dalam Wanita 0.01% 9

Blus wanita 0.01% 8

Blus anak 0.01% 8

Kelompok KesehatanTotal

AndilFrekuensi

Dokter Spesialis 0.04% 5

Bedak 0.04% 8

Tarip Gunting Rambut Wnt 0.03% 9

Tarip Gunting Rambut Pria 0.01% 6

Facial 0.01% 5

Hand Body Lotion 0.01% 8

Creambath 0.01% 9

Parfum 0.00% 11

Pasta Gigi 0.00% 9

Shampo 0.00% 9

Kelompok PendidikanTotal

AndilFrekuensi

Akademi/Perguruan Tinggi 0.07% 3

Rekreasi 0.03% 7

Sekolah Menengah Atas 0.02% 1

Sekolah Menengah Pertama 0.01% 1

Sekolah Dasar 0.01% 1

Televisi Berwarna 0.01% 4

Kursus Bahasa Asing 0.01% 3

Taman Kanak-Kanak 0.01% 2

Biaya Foto Copy 0.01% 3

VCD / DVD Player 0.01% 2

Kelompok TransportTotal

AndilFrekuensi

Angkutan Udara 0.23% 2

Mobil 0.15% 7

Kendaraan Carter/Rental 0.08% 3

Cuci Kendaraan 0.05% 7

Tarip Sewa Motor 0.03% 3

Tarip Parkir 0.02% 1

Tarip Sewa Becak 0.02% 4

Pemeliharaan/Service 0.02% 3

Tarip Taksi 0.01% 1

Sepeda Motor 0.01% 5

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 49

Boks 3.B. Upaya Membantu Penanganan El Nino Dengan Membangun Pompa Air

Tenaga Surya Melalui Program Sosial Bank Indonesia

El Nino merupakan suatu gejala penyimpangan kondisi laut yang disebabkan oleh meningkatnya suhu permukaan laut

di Samudra Pasifik khususnya di sekitar equator bagian tengah dan timur. Dampak El-Nino terhadap iklim di Indonesia

akan terasa kuat jika terjadi bersamaan dengan musim kemarau, dan akan berkurang (atau bahkan tidak terasa) jika

terjadi bersamaan dengan musim penghujan. El Nino pada tahun 2015 perlu mendapat perhatian karena terjadi pada

musim kemarau, yang apabila tidak ditangani dengan baik dikhawatirkan akan berpengaruh pada hasil panen sejumlah

komoditas khususnya padi/beras. Beras merupakan komoditi andalan Provinsi Sulawesi Selatan, namun secara ironis juga

sebagai salah satu komoditi penyumbang inflasi di wilayah ini terutama pada beberapa tahun terakhir.

KPw BI Provinsi Sulsel turut membantu penanganan El Nino di Kabupaten Bone. Melalui Program Sosial Bank Indonesia

(PSBI), Bank Indonesia pada 2015 telah berupaya membantu petani dalam meningkatkan produktivitas hasil panennya,

yang sekaligus sebagai upaya mendukung Sulsel menjadi lumbung pangan, sebagaimana yang telah dicanangkan oleh

Menteri Pertanian. Bantuan yang diberikan oleh KPw BI Provinsi Sulsel tersebut berupa pompa air tenaga surya untuk

irigasi sawah tadah hujan. Dengan penggunaan secara optimal, pompa air tenaga surya sepanjang 10 km yang mengambil

sumber air dari aliran sungai terdekat, akan mampu mengairi lebih dari 1.500 ha sawah yang sebelumnya merupakan

sawah tadah hujan. Melalui bantuan ini, petani diharapkan dapat menanam padi hingga 3 – 4 kali dalam 1 tahun,

sehingga produksi padi dapat ditingkatkan dan dengan demikian kesejahteraan petani khususnya di Bone juga akan

semakin meningkat.

Gambar 3.B.1. Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulsel Melakukan Pemeriksaan Debit Pompa Air Tenaga Surya

Gambar 3.B.1. Survei Lokasi Sumber Air

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Boks 3.C. Upaya Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Pengendalian Inflasi

Melalui Pengembangan Klaster

Beberapa komoditas volatile food (pangan) berpengaruh besar terhadap perkembangan inflasi Sulsel. Beberapa

komoditas penyumbang inflasi yang termasuk dalam kelompok volatile food selama 4 tahun terakhir (2011-2015) yaitu

beras, ikan bandeng, daging sapi, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, ikan cakalang, ikan layang,

telur ayam ras dan wortel. Bobot inflasi volatile food relatif besar, mencapai 23,58% pada Desember 2015. Di sisi lain,

fluktuasi harganya juga besar, dengan standard deviasi mencapai 0,41% dari rata-rata 0,37%.

Untuk mendorong upaya peningkatan produksi dan produktivitas pangan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Selatan (KPwBI Sulsel) mengembangkan klaster ketahanan pangan. Beberapa Klaster yang telah dibentuk

sebagian telah memasuki masa passing out diantaranya klaster cabai merah di Maros, klaster padi di Soppeng, dan klaster

Sapi di Barru. Sementara pada 2015, KPwBI mengembangkan klaster baru untuk komoditas bawang merah di Kabupaten

Enrekang dan cabai merah/cabai rawit di Kabupaten Sinjai. Dalam pengembangan Klaster tersebut KPw BI Provinsi Sulsel

bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.

Penandatangan Nota Kesepahaman Pengembangan Klaster Bawang

Merah di Kab. Enrekang antara Kepala Perwakilan BI Sulsel dan Bupati Enrekang

Monitoring Penggunaan MA 11 oleh Dr. Nugroho Widiasmadi

Gambar 3.C.1. Foto Kegiatan Kerjasama KPw BI Sulsel dan Pemerintah Kabupaten Enrekang

Pengembangan klaster bawang merah di Kabupaten Enrekang, difokuskan pada upaya peningkatan kualitas produksi

benih, agar kedepan daerah ini mampu menyediakan benih secara mandiri. Kabupaten Enrekang dipilih karena

merupakan sentra produksi bawang merah, yang selama ini telah berperan turut menyokong pasokan bawang merah

untuk Kawasan Timur Indonesia. Setelah melakukan diskusi guna mengidentifikasi permasalahan melalui Focus Group

Discussion (FGD), KPw BI Sulsel dan Pemerintah Kabupaten Enrekang membuat kesepakatan yang dituangkan dalam

bentuk Memorandum of Understanding (MOU). Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Enrekang berkomitmen

menyediakan lahan demplot dan menyiapkan kelompok-kelompok tani, sementara KPw BI Sulsel memfasilitasi

pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang – Good Agriculture Practice (SL GAP) dan memfasilitasi pelaksanaan studi banding

ke Brebes Jawa Tengah. Kegiatan ini dimaksudkan agar petani memiliki wawasan dan pemahaman bertani yang baik,

sehingga semakin terampil dalam menghasilkan benih yang berkualitas baik, serta mampu bertani dengan sistem organik.

Selain itu, KPwBI juga memberikan bantuan alat produksi berupa shading net (jaring plastik) yang bertujuan untuk

mengurangi serangan hama.

Selain mengembangkan Klaster bawang merah, KPwBI Sulsel juga mengembangkan Klaster cabai di Kabupaten Sinjai.

Komoditas cabai merupakan salah satu komoditas unggulan daerah tersebut. Hasil produksi cabai di Sinjai merupakan

penyangga supply untuk daerah Makassar dan Gowa, serta provinsi lainnya (Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur).

Daerah Sinjai Barat dan Sinjai Borong dipilih untuk pengembangan Klaster dikarenakan memiliki luas lahan yang paling

potensial. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sinjai, pada 2015 potensi lahan

yang tersedia untuk seluruh Kabupaten mencapai 1.250 ha.

Produktivitas cabai di Sulawesi Selatan pada 2014 mencapai 7,86 Ton/Ha atau meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya 7,58 Ton/ha. Produktivitas tersebut masih tergolong rendah, sehingga dibutuhkan inovasi teknologi dan

perencanaan yang tepat. Adapun target produktivitas cabai dapat mencapai 18-20 Ton/Ha. Saat ini Sulawesi hanya

memiliki andil 5,5% dari total share nasional, dimana sentra produksi cabai masih didominasi oleh Pulau Jawa dan Bali

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 51

(55%), serta wilayah Sumatera (34%).

Gambar 3.C.1. Survei Awal Pengembangan Klaster Cabai dan GTCK di

Kabupaten Sinjai Gambar 3.C.1. Penyemaian benih cabai di Kelurahan Pasir Putih,

Kabupaten Sinjai

Gambar 3.C.1. Pelatihan Edukasi Keuangan dan Akses Perbankan

KPwBI Provinsi Sulsel dan Pemkab Sinjai mengembangkan Klaster cabai melalui beberapa tahapan. Tahap pertama

berupa pilot project yang dilengkapi dengan fasilitas sarana irigasi perpipaan di area dengan luas lahan percontohan

mencapai 10,5 ha, yang terbagi di 2 (dua) lokasi yaitu Kelurahan Pasir Putih dan Desa Batu Belerang, Kecamatan Sinjai

Borong. Pada tahap pertama ini kegiatan dikaitkan dengan program Gerakan Tanam Cabai di Musim Kemarau (GTCK).

Selanjutnya, pada tahap kedua pelaksanaan kegiatan lebih diarahkan pada aspek pendampingan dan kegiatan Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Sedangkan, pada tahap akhir, KPw BI Provinsi Sulsel bekerjasama dengan

Perbankan untuk mendorong peningkatan akses keuangan dan pemahaman tentang pengelolaan keuangan yang lebih

baik bagi petani cabai.

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 3INFLASI

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 53

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Bab 4 Sistem Keuangan dan

Pengembangan Akses Keuangan

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, terpantau dari indikator utama yaitu

aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan,

dengan Makassar menjadi motor pertumbuhan industri perbankan. Risiko

kredit terpantau relatif aman. Secara kelembagaan, jumlah bank di Sulsel

tidak berubah, namun terdapat penambahan kantor.

Pada triwulan IV 2015, dinamika aktivitas perbankan diwarnai dengan

meningkatnya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi

dibandingkan penyaluran kredit. Kondisi demikian mendorong intermediasi

perbankan lebih seimbang dengan rasio LDR 121,05% sedikit menurun

dibandingkan triwulan lalu (124,13%). Searah dengan pertumbuhan

perbankan umum, kinerja perbankan syariah dan BPR juga menunjukkan

peningkatan.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun

rumah tangga di Sulsel masih kuat, yang tercermin dari perkembangan

penyaluran kredit dan penghimpunan DPK. Kualitas kredit di sektor

korporasi semakin membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin

dari NPL yang menurun menjadi 3,19% pada triwulan IV 2015.

Penyaluran kredit ke sektor UMKM juga terus tumbuh, sehingga pangsa

kredit UMKM terhadap total kredit tetap terjaga di atas 30%.

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

4.1. Kondisi Umum Perbankan9

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan IV 2015, jumlah bank umum di Sulsel tidak berubah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Jumlah bank umum pada triwulan IV 2015 tercatat sebanyak 51 bank, sedangkan jumlah BPR masih tetap

sebanyak 29 bank. Jumlah kantor mengalami penambahan pada triwulan IV 2015. Jumlah kantor keseluruhan mencapai

985 kantor, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 978 kantor. Penambahan tersebut terdiri dari 1 (satu) Kantor

Wilayah, 2 (dua) Kantor Cabang, dan 4 (empat) Kantor Fungsional (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

4.1.2 Aset Perbankan

Pertumbuhan total aset bank umum pada triwulan IV 2015 mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Aset perbankan tercatat sebesar Rp117,57 triliun, tumbuh 16,01% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya 13,59% (yoy) (Tabel 4.2). Percepatan pertumbuhan didorong oleh peningkatan aset di kelompok bank

pemerintah yang tumbuh 21,85% (yoy). Sementara itu, total aset kelompok bank swasta nasional tercatat tumbuh

melambat 8,71% (yoy) di triwulan laporan. Sedangkan total aset bank asing dan bank campuran justru mengalami

kontraksi -25,86% (yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi di triwulan sebelumnya -21,91% (yoy).

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan IV 2015 mengalami percepatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Dana yang dihimpun mencapai Rp78,47 triliun atau tumbuh 18,69% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 12,58% (yoy) (Tabel 4.3). Percepatan terjadi di

seluruh komponen DPK, baik Giro, Tabungan, maupun Deposito. Namun, di antara ketiga kategori DPK tersebut Giro

menunjukkan pertumbuhan tertinggi yaitu 64,69% (yoy). Sementara tabungan dan deposito masing-masing tumbuh

12,81% (yoy) dan 11,61% (yoy). Meningkatnya DPK merupakan efek dari penurunan daya beli masyarakat searah dengan

perlambatan perekonomian Sulsel, yang menyebabkan masyarakat cenderung memilih untuk melakukan saving.

Kredit yang disalurkan perbankan juga tercatat mengalami percepatan pertumbuhan pada triwulan IV 2015. Kredit

tercatat tumbuh 13,67% (yoy) menjadi Rp94,98 triliun lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh

11,74% (yoy). Secara penggunaan, percepatan pertumbuhan didorong oleh percepatan penyaluran kredit di kelompok

investasi. Kelompok kredit tersebut tumbuh 26,47% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang

tercatat 13,07% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh relatif stabil di kisaran 16,82%, sedangkan kredit

konsumsi hanya tumbuh 5,12% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 6,82%. Secara sektoral, percepatan

9 Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kredit yang disalurkan serta menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Bank Umum (Konv. + Syariah) 41 41 41 41 42 44 45 46 46 47 47 48 48 51 51 51

Konvensional 35 35 35 35 36 38 39 40 40 41 41 41 41 43 43 43

UUS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7

Syariah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7

Jumlah Kantor 848 895 925 936 940 950 959 971 974 979 980 972 973 978 978 985

BPR 27 27 28 28 28 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

RINCIAN2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset 12.41 12.97 10.28 12.25 15.41 11.00 13.59 16.01 90,909 97,572 99,571 101,350 104,944 108,309 113,101 117,572

Bank Pemerintah 8.97 11.72 9.76 9.13 16.46 10.70 15.34 21.85 52,670 57,579 58,500 58,165 61,182 63,739 67,472 70,874

Bank Swasta Nasional 17.82 14.87 11.16 16.84 14.41 11.73 11.65 8.71 37,606 39,391 40,398 42,462 43,112 44,012 45,104 46,161

Bank Asing dan Bank Campuran 2.01 12.12 3.98 11.76 (9.54) (7.19) (21.91) (25.86) 633 602 673 723 649 558 525 536

Nominal (Rp Miliar)

201520142014Aset Menurut Kelompok Bank 2015

Pertumbuhan (%, yoy)

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 55

pertumbuhan kredit didorong oleh percepatan penyaluran kredit disektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan,

dan jasa dunia usaha. Kredit di empat sektor ini secara berurutan, tumbuh masing-masing 63,36% (yoy), 57,71% (yoy),

16,25% (yoy), dan 15,25% (yoy). Di sisi lain, kredit sektor pertambangan dan pengangkutan melanjutkan tren kontraksi,

masing-masing -19,45% (yoy) dan -1,38% (yoy).

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

Dengan pertumbuhan kredit yang rendah dibandingkan pertumbuhan DPK, indikator intermediasi perbankan (LDR)

semakin seimbang, sedangkan risiko perbankan (NPL) terlihat semakin membaik. Kedua indikator tersebut tercatat

masing-masing 121,05% dan 3,19% pada triwulan IV 2015, lebih rendah dibandingkan triwulan III 2015 yang tercatat

masing-masing 124,13% dan 3,85% (Tabel 4.3).

Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

4.1.4 Bank Syariah

Aset perbankan syariah mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset perbankan

syariah pada triwulan IV 2015 tercatat tumbuh 18,10% menjadi Rp6,98 triliun, lebih tinggi dari triwulan III 2015 yang

tumbuh 15,49% (Tabel 4.5). Peningkatan pertumbuhan aset perbankan syariah pada periode triwulan laporan didorong

oleh meningkatnya pertumbuhan aset baik pada kelompok bank swasta nasional maupun bank pemerintah. Pangsa aset

perbankan syariah terhadap total aset perbankan sedikit mengalami peningkatan menjadi 5,93% dari triwulan

sebelumnya 5,74%.

Kinerja indikator perbankan syariah Sulsel pada triwulan IV 2015 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Penghimpunan DPK menunjukkan peningkatan pertumbuhan di periode pelaporan. DPK mengalami

akselerasi 28,83% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 18,55% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK

didorong oleh peningkatan kinerja Giro dan Deposito yang tumbuh masing-masing 57,57% (yoy) dan 31,58% (yoy), lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya masing-masing 22,23% (yoy) dan 11,68% (yoy). Sementara Tabungan menunjukkan

perlambatan pertumbuhan dari 23,74% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 19,34% (yoy) pada triwulan IV 2015. Di sisi

lain, pembiayaan mengalami perlambatan dari 16,73% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 10,56% (yoy) pada triwulan IV

2015. Dengan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan, mengakibatkan

Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami penurunan. Di triwulan III 2015, FDR mencapai 147,53% lebih rendah dari

triwulan sebelumnya 168,54%. Sementara itu, kualitas pembiayaan terlihat semakin membaik yang tercermin dari

penurunan rasio non performing financing (NPF) dari 4,17% di triwulan III 2015 menjadi 3,97% pada triwulan pelaporan.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

DPK 11.20 14.86 12.17 9.38 14.20 12.16 12.58 18.69 58,162 61,402 64,339 66,112 66,419 68,867 72,433 78,467

a. Giro 2.83 20.24 5.11 1.89 27.09 21.48 28.66 64.69 7,990 9,730 9,693 7,994 10,154 11,820 12,471 13,165

b. Tabungan 10.66 10.31 8.58 6.92 5.24 5.16 7.65 12.81 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881 37,491 42,221

c. Deposito 16.53 20.97 23.39 17.61 24.78 19.79 13.39 11.61 17,726 18,504 19,819 20,689 22,118 22,166 22,472 23,091

Kredit 10.97 8.77 7.26 10.84 12.43 10.37 11.74 13.67 75,874 79,336 80,463 83,560 85,303 87,563 89,911 94,981

a. Modal Kerja 4.92 9.01 14.09 15.46 20.25 19.15 16.85 16.82 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627 34,876 36,730

b. Investasi 19.70 6.77 (1.98) 12.04 12.57 6.68 13.07 26.47 14,642 15,467 15,457 16,240 16,482 16,500 17,476 20,538

c. Konsumsi 12.65 9.48 6.27 6.58 6.10 4.68 6.82 5.12 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436 37,558 37,713

LDR (%) 130.45 129.21 125.06 126.39 128.43 127.15 124.13 121.05

NPLs Gross (%) 3.14 3.54 3.57 3.13 3.36 3.16 3.85 3.19

2015

Pertumbuhan (%, yoy)

2014Komponen 2014 2015

Nominal (Rp Miliar)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Kredit 10.97 8.77 7.26 10.84 12.43 10.37 11.74 13.67 75,874 79,336 80,463 83,560 85,303 87,563 89,911 94,981

Pertanian 0.18 7.37 3.59 7.60 16.01 19.25 60.46 63.36 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788 2,303 2,461

Pertambangan (15.62) 24.84 21.10 28.39 13.16 (30.41) (28.74) (19.45) 377 560 537 509 427 390 383 410

Industri Pengolahan (26.55) (24.54) (23.94) 13.41 28.49 21.37 23.85 57.71 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109 5,304 7,487

Listrik, Gas, Air 63.77 111.80 91.49 83.27 75.06 68.62 71.61 8.24 218 245 232 350 382 413 398 379

Konstruksi 18.62 31.89 40.69 43.92 55.97 33.70 29.82 25.78 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902 5,417 5,491

Perdagangan 22.08 11.45 10.23 12.02 14.73 13.35 14.08 16.25 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003 29,373 31,424

Pengangkutan 12.48 6.76 3.02 (3.52) (6.00) (8.71) (9.45) (1.38) 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693 2,672 2,781

Jasa Dunia Usaha 15.65 4.79 4.88 3.17 (0.37) 12.20 12.40 15.25 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037 4,024 4,221

Jasa Sosial Masyarakat 12.94 19.27 22.03 31.42 35.29 36.25 12.91 8.96 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681 2,388 2,549

Lain-lain 9.58 10.18 6.99 7.19 6.26 4.26 6.33 4.28 34,043 35,053 35,408 36,226 36,173 36,547 37,648 37,777

2015

Pertumbuhan (%, yoy)

2015

Nominal (Rp Miliar)

20142014Komponen

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Tabel 4.5. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah

4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat

Kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) juga cenderung meningkat di periode pelaporan. Dari indikator aset, aset BPR di

triwulan IV 2015 tumbuh 21,06% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 19,82 (yoy). DPK tumbuh 37,91%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 41,86%% (yoy), sementara Kredit tercatat tumbuh 19,31% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 12,83% (yoy) (Grafik 4.1 dan Grafik 4.2). Dengan peningkatan kredit

tersebut, loan to deposit ratio (LDR) sedikit mengalami peningkatan. Pada periode pelaporan LDR BPR tercatat 130,43%,

sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 129,74%.

Grafik 4.1. Perkembangan Aset BPR Grafik 4.2. Perkembangan Intermediasi BPR

4.1.6 Perbankan per Kabupaten/Kota

Perbankan di Kabupaten Sinjai mencatat pertumbuhan aset tertinggi di triwulan IV 2015. Namun demikian, perbankan

di Kota Makassar dengan kepemilikan aset yang paling besar tetap menjadi pendorong utama perekonomian di Sulsel.

Total aset perbankan di Makassar pada triwulan IV 2015 mencapai Rp84,04 triliun atau porsinya 71,48% dari total aset

perbankan di Sulsel. Sementara pangsa aset perbankan di 23 kab/kota lainnya terhitung relatif masih sangat kecil, rata-

rata kurang dari 5% dari total aset perbankan di Sulsel. Pertumbuhan aset perbankan di Kota Makassar tercatat 18,15%

(yoy). Pertumbuhan aset 5 daerah tertinggi lainnya terjadi di Kabupaten Sinjai (28,26%; yoy), Luwu Utara (27,77%; yoy),

Soppeng (26,53%; yoy), Gowa (24,16%; yoy), dan Maros (22,05%; yoy).

Kabupaten Sinjai merupakan daerah dengan pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan IV 2015. Kredit di Kab. Sinjai

tumbuh 27,37% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,26% (yoy). Daerah lain yang

memiliki pertumbuhan kredit di atas 20% adalah Kabupaten Luwu Utara (26,79%; yoy), Soppeng (21,75%; yoy), dan

Maros (21,27%; yoy). Namun, bila dilihat dari sisi pangsa kredit, keempat daerah ini hanya menyumbang 5,04% dari total

kredit Sulsel. Kredit terbesar masih berada di Kota Makassar dengan total portfolio sebesar Rp65,94 triliun atau 69,42%

dari total kredit di Sulsel. Di triwulan IV 2015 ini kredit di Makassar tumbuh 15,27% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya 11,84% (yoy). Hal ini menunjukkan, konsentrasi pertumbuhan ekonomi masih

terpusat di Kota Makassar.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Aset 16.31 9.72 3.68 5.92 7.42 10.84 15.49 18.10 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 6,489 6,975

Bank Pemerintah 15.27 9.78 6.81 9.93 4.65 7.70 11.90 41.36 1,052 1,051 1,103 1,149 1,101 1,132 1,235 1,624

Bank Swasta Nasional 16.55 9.71 2.94 4.99 8.06 11.57 16.37 12.50 4,534 4,529 4,516 4,758 4,899 5,052 5,255 5,352

DPK 28.28 30.73 10.96 3.70 16.22 17.59 18.55 28.83 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287 3,411 3,853

a. Giro (12.64) 12.69 42.14 12.31 147.17 111.60 22.23 57.57 221 262 346 380 547 554 423 598

b. Tabungan 30.17 29.51 15.06 13.13 18.01 24.53 23.74 19.34 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570 1,654 1,765

c. Deposito 37.60 36.51 0.56 (8.60) (8.54) (8.63) 11.68 31.58 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 1,335 1,490

Pembiayaan 15.07 17.14 15.49 17.55 17.63 14.65 16.73 10.56 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582 5,750 5,684

FDR (%) 162.40 174.20 171.16 171.91 164.36 169.84 168.54 147.53

NPF Gross (%) 1.65 2.97 3.27 2.74 3.80 2.81 4.17 3.97

Nominal (Rp Miliar)

Komponen 2014 20142015

Pertumbuhan (%, yoy)

2015

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 57

Tabel 4.6. Perkembangan Aset Perbankan per Kabupaten/Kota

Tabel 4.7. Perkembangan Kredit Perbankan per Kabupaten/Kota

Kabupaten Luwu merupakan daerah dengan pertumbuhan DPK tertinggi di triwulan IV 2015. Kabupaten Luwu

mencatatkan diri sebagai wilayah dengan pertumbuhan DPK tertinggi yaitu 83,79% (yoy) diikuti oleh Sinjai (70,36%; yoy),

Soppeng (38,90%; yoy), Maros (36,24%; yoy), dan Jeneponto (29,69%; yoy). Sementara itu, DPK perbankan di Kota

Makassar tumbuh 19,39% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 8,19% (yoy). Total DPK di Kota

Makassar mencapai Rp52,97 triliun atau 67,50% dari total DPK Sulsel sebesar Rp78,47 triliun. Sementara itu, pangsa DPK

di 23 kabupaten/kota lainnya masih relatif kecil. Tercatat hanya terdapat 2 kabupaten/kota yang memiliki pangsa DPK di

atas 3%, yaitu Parepare (3,53%) dan Palopo (3,51%). Melihat potensi perekonomian yang dimiliki beberapa Kabupaten di

Sulsel yang relatif besar, perbankan dapat meningkatkan upaya penghimpunan DPK di luar Kota Makassar, melalui inovasi

produk yang semakin menarik atau pengembangan branchless banking.

Tabel 4.8. Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 63,193,234 68,456,575 69,403,511 71,132,434 73,848,748 75,845,382 78,466,554 84,043,381 11.21% 12.22% 9.35% 12.12% 16.86% 10.79% 13.06% 18.15%

Pinrang 1,378,048 1,408,966 1,443,501 1,298,572 1,404,261 1,349,728 1,508,561 1,401,600 13.89% 11.11% 9.53% 2.09% 1.90% -4.20% 4.51% 7.93%

Gowa 1,333,884 1,469,332 1,457,978 1,371,424 1,456,946 1,602,648 1,735,899 1,702,710 10.66% 13.02% 10.29% 11.77% 9.23% 9.07% 19.06% 24.16%

Wajo 1,872,823 1,957,611 2,014,949 1,913,810 1,925,314 1,991,624 2,215,356 2,171,439 14.41% 13.79% 7.44% 2.51% 2.80% 1.74% 9.95% 13.46%

Bone 2,355,814 2,478,921 2,580,276 2,743,499 2,572,693 2,692,550 2,809,802 2,517,841 18.08% 19.34% 13.62% 14.06% 9.21% 8.62% 8.90% -8.23%

Tana Toraja 1,045,636 1,111,721 1,200,044 1,180,292 1,137,758 1,218,190 1,328,488 1,405,397 17.08% 16.78% 14.17% 12.88% 8.81% 9.58% 10.70% 19.07%

Maros 1,012,129 1,038,080 1,075,916 1,100,454 1,225,641 1,213,205 1,268,432 1,343,087 11.16% 7.49% 8.37% 9.21% 21.10% 16.87% 17.89% 22.05%

Luwu 243,671 256,836 248,006 241,218 278,749 343,429 393,380 291,958 -0.61% 13.32% 11.14% 11.54% 14.40% 33.72% 58.62% 21.03%

Sinjai 864,552 931,303 952,001 920,800 1,120,833 1,149,123 1,265,144 1,181,006 9.34% 13.78% 12.24% 7.97% 29.64% 23.39% 32.89% 28.26%

Bulukumba 1,419,979 1,485,698 1,521,701 1,614,990 1,494,683 1,589,904 1,648,019 1,762,233 21.39% 15.84% 15.05% 9.74% 5.26% 7.01% 8.30% 9.12%

Bantaeng 519,713 554,626 565,444 565,995 580,437 606,633 646,758 674,923 17.36% 16.32% 14.34% 10.31% 11.68% 9.38% 14.38% 19.25%

Jeneponto 789,638 813,536 835,308 863,357 878,584 919,596 961,742 1,021,145 13.68% 11.33% 9.91% 11.81% 11.26% 13.04% 15.14% 18.28%

Selayar 476,574 522,988 530,241 489,733 541,127 552,018 580,130 548,753 22.78% 24.56% 16.02% 20.61% 13.55% 5.55% 9.41% 12.05%

Takalar 1,032,922 1,081,355 1,123,347 1,124,058 1,159,579 1,230,935 1,338,075 1,310,387 17.09% 15.47% 15.64% 11.12% 12.26% 13.83% 19.12% 16.58%

Barru 631,415 637,442 694,797 706,553 720,682 740,815 876,392 850,054 16.54% 11.98% 13.25% 17.64% 14.14% 16.22% 26.14% 20.31%

Sidrap 992,577 1,039,742 1,134,360 1,206,153 1,198,835 1,243,009 1,400,104 1,275,917 14.37% 12.74% 16.49% 20.73% 20.78% 19.55% 23.43% 5.78%

Pangkep 1,015,646 985,815 1,062,605 1,011,552 1,111,143 1,061,717 1,143,839 1,105,549 13.01% 10.92% 10.81% -3.68% 9.40% 7.70% 7.64% 9.29%

Soppeng 741,441 812,491 909,068 902,299 944,645 1,063,938 1,189,063 1,141,686 8.21% 12.63% 13.29% 17.84% 27.41% 30.95% 30.80% 26.53%

Enrekkang 759,154 855,338 861,189 876,152 886,831 964,605 1,112,177 1,008,206 15.09% 18.06% 12.90% 15.12% 16.82% 12.77% 29.14% 15.07%

Luwu Timur 771,774 782,208 877,836 760,727 895,955 986,298 890,271 721,345 9.19% 4.60% 8.74% 7.81% 16.09% 26.09% 1.42% -5.18%

Luwu Utara 1,100,220 1,150,183 1,199,810 1,274,398 1,283,859 1,424,624 1,512,535 1,628,286 22.13% 17.57% 16.53% 18.85% 16.69% 23.86% 26.06% 27.77%

Parepare 4,269,413 4,456,449 4,494,344 4,609,794 4,697,122 4,938,228 5,114,166 4,949,089 17.78% 17.77% 12.02% 5.65% 10.02% 10.81% 13.79% 7.36%

Palopo 3,088,860 3,284,835 3,384,907 3,442,604 3,580,207 3,580,883 3,696,556 3,516,382 14.25% 15.19% 14.70% 10.93% 15.91% 9.01% 9.21% 2.14%

Kabupaten/Kota 2014 20142015

ASET - Rp Juta gASET - % (YOY)

2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 51,339,005 54,053,483 54,605,953 57,202,225 58,449,372 59,770,786 61,070,966 65,937,699 9.47% 7.48% 6.04% 11.77% 13.85% 10.58% 11.84% 15.27%

Pinrang 1,249,856 1,264,142 1,286,816 1,263,434 1,210,324 1,257,828 1,307,321 1,356,638 12.18% 6.60% 4.75% 1.30% -3.16% -0.50% 1.59% 7.38%

Gowa 1,185,818 1,257,610 1,295,780 1,292,792 1,290,086 1,356,996 1,422,694 1,497,291 9.85% 10.33% 9.96% 10.08% 8.79% 7.90% 9.79% 15.82%

Wajo 1,654,611 1,707,624 1,704,340 1,709,338 1,710,673 1,758,469 1,761,154 1,724,665 11.29% 8.52% 5.47% 3.09% 3.39% 2.98% 3.33% 0.90%

Bone 1,995,211 2,019,433 2,042,789 2,074,673 2,126,680 2,205,792 2,258,128 2,083,175 17.41% 10.71% 8.22% 7.50% 6.59% 9.23% 10.54% 0.41%

Tana Toraja 865,246 894,250 904,520 911,839 903,610 928,282 949,726 1,000,293 16.38% 13.45% 9.41% 7.08% 4.43% 3.81% 5.00% 9.70%

Maros 987,885 1,009,614 1,041,948 1,062,776 1,082,675 1,137,342 1,215,002 1,288,852 11.41% 8.27% 8.57% 9.36% 9.60% 12.65% 16.61% 21.27%

Luwu 208,448 215,509 223,192 229,738 234,922 248,318 263,663 270,589 9.43% 9.00% 12.32% 12.60% 12.70% 15.22% 18.13% 17.78%

Sinjai 852,924 872,262 883,476 900,419 1,036,999 1,066,222 1,097,804 1,146,907 8.10% 6.76% 5.44% 6.66% 21.58% 22.24% 24.26% 27.37%

Bulukumba 1,100,470 1,142,943 1,146,980 1,166,858 1,172,101 1,222,741 1,291,757 1,361,630 8.37% 6.67% 7.25% 7.93% 6.51% 6.98% 12.62% 16.69%

Bantaeng 499,116 521,060 532,122 543,466 559,107 582,687 616,715 647,900 19.74% 16.04% 13.32% 11.71% 12.02% 11.83% 15.90% 19.22%

Jeneponto 782,364 796,730 821,830 846,776 859,893 893,649 926,728 985,320 13.70% 9.38% 9.54% 9.95% 9.91% 12.16% 12.76% 16.36%

Selayar 258,359 261,319 273,267 284,956 291,130 305,451 317,218 325,054 10.80% 5.77% 6.39% 13.89% 12.68% 16.89% 16.08% 14.07%

Takalar 1,015,635 1,052,448 1,075,470 1,100,046 1,114,386 1,148,274 1,203,601 1,283,220 18.34% 14.49% 13.85% 10.91% 9.72% 9.11% 11.91% 16.65%

Barru 593,920 611,381 632,991 649,976 657,486 676,217 703,814 744,219 16.09% 11.61% 9.78% 11.50% 10.70% 10.60% 11.19% 14.50%

Sidrap 980,989 1,009,458 1,051,507 1,104,850 1,135,338 1,198,286 1,248,932 1,148,314 17.64% 12.96% 13.05% 15.12% 15.73% 18.71% 18.78% 3.93%

Pangkep 874,350 889,789 967,513 973,139 969,151 983,688 1,010,101 1,014,397 11.17% 10.63% 13.36% 12.02% 10.84% 10.55% 4.40% 4.24%

Soppeng 634,870 647,342 660,062 678,512 707,957 738,096 775,593 826,100 4.88% 4.22% 4.79% 8.11% 11.51% 14.02% 17.50% 21.75%

Enrekkang 576,703 593,161 610,207 625,347 632,834 647,567 671,580 721,700 14.56% 14.27% 12.74% 10.24% 9.73% 9.17% 10.06% 15.41%

Luwu Timur 424,468 443,882 465,520 494,431 520,079 551,973 564,929 581,815 11.91% 11.57% 13.62% 17.57% 22.52% 24.35% 21.35% 17.67%

Luwu Utara 1,088,647 1,121,187 1,170,893 1,206,009 1,239,634 1,360,437 1,456,400 1,529,152 23.84% 17.44% 15.65% 16.75% 13.87% 21.34% 24.38% 26.79%

Parepare 4,044,773 4,196,144 4,244,009 4,318,282 4,420,933 4,556,238 4,695,131 4,607,896 18.47% 17.84% 11.81% 6.81% 9.30% 8.58% 10.63% 6.71%

Palopo 2,659,891 2,755,306 2,821,428 2,920,360 2,978,330 2,967,569 3,081,776 2,898,975 12.88% 11.42% 10.94% 10.30% 11.97% 7.70% 9.23% -0.73%

KREDIT - Rp Juta

2015Kabupaten/Kota 2014 2014 2015

gKREDIT - % (YOY)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 38,444,057 40,202,526 42,418,354 44,363,230 42,932,358 43,906,451 45,891,183 52,965,328 10.07% 13.44% 11.27% 8.01% 11.67% 9.21% 8.19% 19.39%

Pinrang 760,396 801,186 870,317 869,725 811,798 852,610 942,380 1,007,942 15.71% 12.70% 17.47% 6.47% 6.76% 6.42% 8.28% 15.89%

Gowa 1,053,497 1,184,727 1,209,472 1,172,086 1,177,269 1,297,704 1,372,836 1,509,299 2.52% 14.60% 19.05% 20.97% 11.75% 9.54% 13.51% 28.77%

Wajo 1,624,206 1,713,045 1,767,127 1,739,434 1,747,744 1,879,970 2,066,062 2,033,112 15.45% 19.59% 10.47% 8.80% 7.61% 9.74% 16.92% 16.88%

Bone 1,982,879 2,061,530 2,165,411 2,183,934 2,152,597 2,282,034 2,357,929 2,111,519 15.50% 17.37% 10.73% 12.37% 8.56% 10.70% 8.89% -3.32%

Tana Toraja 977,207 1,019,270 859,224 1,036,690 1,075,740 1,146,823 1,213,516 1,259,943 16.80% 14.77% -9.26% 12.88% 10.08% 12.51% 41.23% 21.54%

Maros 724,848 770,000 764,615 733,908 1,083,324 1,003,166 1,068,595 999,843 3.26% 16.32% 8.77% 11.08% 49.46% 30.28% 39.76% 36.24%

Luwu 206,096 238,657 222,801 125,839 241,214 324,626 252,387 231,280 -1.68% 16.70% 14.38% 43.39% 17.04% 36.02% 13.28% 83.79%

Sinjai 429,279 443,310 492,960 570,987 655,968 913,535 1,041,542 972,721 -14.79% -11.12% 16.75% 8.61% 52.81% 106.07% 111.28% 70.36%

Bulukumba 1,165,322 1,260,349 1,298,810 1,258,031 1,355,908 1,379,750 1,399,517 1,386,440 20.04% 21.66% 13.52% 10.57% 16.35% 9.47% 7.75% 10.21%

Bantaeng 338,046 393,348 373,800 355,712 409,647 431,000 505,393 421,760 0.03% 11.40% 1.57% 14.38% 21.18% 9.57% 35.20% 18.57%

Jeneponto 395,043 486,577 508,578 414,258 504,163 604,097 670,170 537,269 14.46% 30.22% 37.32% 23.87% 27.62% 24.15% 31.77% 29.69%

Selayar 444,986 484,146 484,954 434,831 495,356 512,310 530,937 464,125 24.21% 25.38% 16.81% 16.75% 11.32% 5.82% 9.48% 6.74%

Takalar 341,318 356,206 376,936 438,929 386,664 398,499 440,658 682,926 14.99% 15.69% 13.34% 0.04% 13.29% 11.87% 16.91% 55.59%

Barru 570,160 589,408 636,242 601,846 670,709 696,718 810,731 751,260 18.62% 17.97% 15.18% 15.51% 17.64% 18.21% 27.42% 24.83%

Sidrap 698,228 771,196 823,683 819,416 917,739 926,559 1,113,253 952,149 13.17% 22.98% 17.96% 26.06% 31.44% 20.15% 35.16% 16.20%

Pangkep 746,226 716,789 738,304 843,764 1,001,816 946,210 1,009,420 930,694 6.19% -0.30% -1.10% -4.50% 34.25% 32.01% 36.72% 10.30%

Soppeng 685,880 756,247 828,286 749,967 890,907 1,004,401 1,107,310 1,041,695 8.34% 14.91% 13.72% 18.39% 29.89% 32.81% 33.69% 38.90%

Enrekkang 685,666 808,593 801,073 761,391 840,342 835,730 1,048,176 921,389 26.95% 28.33% 19.05% 20.48% 22.56% 3.36% 30.85% 21.01%

Luwu Timur 737,025 753,966 802,329 666,715 855,220 954,231 839,837 585,057 10.02% 5.43% 5.28% -1.29% 16.04% 26.56% 4.67% -12.25%

Luwu Utara 801,562 886,464 909,699 918,436 1,017,692 1,160,131 1,162,034 1,179,794 22.03% 31.46% 29.35% 28.66% 26.96% 30.87% 27.74% 28.46%

Parepare 2,222,365 2,400,925 2,534,938 2,579,445 2,613,764 2,813,141 2,909,004 2,766,350 16.40% 20.09% 18.14% 9.36% 17.61% 17.17% 14.76% 7.25%

Palopo 2,127,461 2,303,426 2,451,413 2,473,589 2,582,006 2,597,787 2,680,471 2,755,086 18.51% 24.44% 21.44% 13.00% 21.37% 12.78% 9.34% 11.38%

Kabupaten/Kota 2014 20142015

DPK - Rp Juta gDPK - % (YOY)

2015

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Kualitas kredit relatif terjaga di seluruh kab/kota, dengan sebagian besar kabupaten/kota merupakan daerah lending

(LDR > 100%). Kualitas kredit yang tercermin dari tingkat NPL di seluruh kabupaten/kota masih dalam level aman. Seluruh

kab/kota memiliki tingkat NPL di bawah angka psikologis (5%). Sementara dari sisi intermediasi perbankan, lebih dari

separuh daerah merupakan daerah lending, yang tercermin dari LDR lebih dari 100%. Terdapat 13 Kabupaten/Kota yang

memiliki LDR di atas 100% yaitu Makassar, Pinrang, Maros, Luwu, Sinjai, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Sidrap, Pangkep,

Luwu Utara, Parepare, dan Palopo. Untuk perbankan yang berlokasi di 13 kabupaten/kota tersebut, masih memiliki

potensi untuk penghimpunan DPK, terutama yang berupa dana murah (tabungan). Sementara daerah funding, dengan

LDR kurang dari 100%, masih memiliki potensi yang besar untuk mendorong kredit/pembiayaan.

Tabel 4.9. Perkembangan NPL dan Intermediasi Perbankan per Kabupaten/Kota

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi10 Daerah

Pada triwulan IV 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh sektor perdagangan. Kredit korporasi pada

triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp21,08 triliun, dengan pangsa terbesar adalah sektor perdagangan (49,7%). Adapun

untuk porsi kredit yang ditujukan pada sektor penyumbang utama PDRB yaitu sektor pertanian masih relatif kecil tercatat

1,65%. Rendahnya porsi sektor pertanian menunjukkan bahwa peran perbankan bagi sektor utama masih berada di

bawah kapasitas potensialnya (Grafik 4.5).

Kredit korporasi tercatat tumbuh 16,81% (yoy), mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan III 2015

17,26% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut, disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi di lima sektor

yaitu Industri Pengolahan (13,35%; yoy), LGA (6,11%; yoy), Konstruksi (24,85%; yoy), Jasa Dunia Usaha (12,82%, yoy), dan

Jasa Sosial Masyarakat (73,25%; yoy). Sementara itu, pangsa kredit korporasi di sektor pertanian hanya 1,65% dari total

kredit korporasi telah mengalami percepatan pertumbuhan dari -22,59% (yoy) ditriwulan III 2015 menjadi 75,01% (yoy) di

periode pelaporan. Sedangkan, tiga sektor yang mengalami pertumbuhan negatif di triwulan laporan adalah sektor

Pertambangan (-22,18%; yoy), Pengangkutan (-20,12%; yoy), dan Lain-lain (-49,40%; yoy).

Grafik 4.3. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Korporasi

10Bukan lembaga keuangan dan sektor swasta lainnya.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 3.31% 3.81% 3.79% 3.38% 3.62% 3.41% 4.55% 3.93% 133.54% 134.45% 128.73% 128.94% 136.14% 136.13% 133.08% 124%

Pinrang 2.24% 2.30% 2.09% 1.33% 1.79% 1.49% 1.20% 0.86% 164.37% 157.78% 147.86% 145.27% 149.09% 147.53% 138.73% 135%

Gowa 2.46% 2.53% 2.86% 2.80% 3.54% 2.89% 1.78% 0.84% 112.56% 106.15% 107.14% 110.30% 109.58% 104.57% 103.63% 99%

Wajo 2.06% 2.45% 4.02% 3.77% 4.35% 5.63% 5.80% 2.32% 101.87% 99.68% 96.45% 98.27% 97.88% 93.54% 85.24% 85%

Bone 3.93% 3.89% 3.94% 2.66% 3.06% 3.12% 3.14% 3.79% 100.62% 97.96% 94.34% 95.00% 98.80% 96.66% 95.77% 99%

Tana Toraja 0.69% 1.02% 0.95% 0.62% 0.93% 1.06% 0.73% 0.48% 88.54% 87.73% 105.27% 87.96% 84.00% 80.94% 78.26% 79%

Maros 0.73% 1.04% 1.01% 0.78% 0.81% 0.70% 0.56% 0.46% 136.29% 131.12% 136.27% 144.81% 99.94% 113.38% 113.70% 129%

Luwu 0.56% 0.55% 0.60% 0.42% 0.22% 0.26% 0.30% 0.33% 101.14% 90.30% 100.18% 182.57% 97.39% 76.49% 104.47% 117%

Sinjai 2.50% 2.46% 2.21% 1.65% 2.17% 2.08% 1.72% 1.16% 198.69% 196.76% 179.22% 157.70% 158.09% 116.71% 105.40% 118%

Bulukumba 2.67% 2.89% 3.18% 2.00% 1.96% 2.15% 2.07% 1.61% 94.43% 90.68% 88.31% 92.75% 86.44% 88.62% 92.30% 98%

Bantaeng 1.19% 1.07% 1.21% 0.92% 1.26% 0.94% 0.70% 0.57% 147.65% 132.47% 142.35% 152.78% 136.49% 135.19% 122.03% 154%

Jeneponto 3.38% 3.27% 2.95% 2.19% 2.70% 2.37% 1.64% 1.32% 198.05% 163.74% 161.59% 204.41% 170.56% 147.93% 138.28% 183%

Selayar 0.39% 0.47% 0.71% 0.51% 0.53% 0.39% 0.26% 0.17% 58.06% 53.98% 56.35% 65.53% 58.77% 59.62% 59.75% 70%

Takalar 2.65% 2.61% 2.19% 2.44% 3.42% 2.99% 2.22% 1.30% 297.56% 295.46% 285.32% 250.62% 288.21% 288.15% 273.14% 188%

Barru 2.32% 2.40% 1.97% 1.45% 1.41% 1.32% 0.96% 0.61% 104.17% 103.73% 99.49% 108.00% 98.03% 97.06% 86.81% 99%

Sidrap 2.04% 2.01% 2.07% 1.64% 1.84% 2.13% 2.22% 0.76% 140.50% 130.90% 127.66% 134.83% 123.71% 129.33% 112.19% 121%

Pangkep 2.27% 2.08% 1.73% 1.44% 1.67% 1.50% 1.23% 0.86% 117.17% 124.14% 131.05% 115.33% 96.74% 103.96% 100.07% 109%

Soppeng 1.20% 1.05% 1.02% 0.74% 0.86% 1.00% 0.71% 0.51% 92.56% 85.60% 79.69% 90.47% 79.46% 73.49% 70.04% 79%

Enrekkang 0.83% 1.16% 1.02% 0.74% 1.10% 1.25% 1.12% 0.72% 84.11% 73.36% 76.17% 82.13% 75.31% 77.49% 64.07% 78%

Luwu Timur 1.97% 1.83% 1.66% 1.64% 1.58% 1.08% 1.09% 0.91% 57.59% 58.87% 58.02% 74.16% 60.81% 57.84% 67.27% 99%

Luwu Utara 1.21% 1.35% 1.23% 0.85% 1.19% 1.00% 0.89% 0.68% 135.82% 126.48% 128.71% 131.31% 121.81% 117.27% 125.33% 130%

Parepare 4.76% 5.02% 5.65% 5.24% 4.64% 4.30% 4.01% 2.64% 182.00% 174.77% 167.42% 167.41% 169.14% 161.96% 161.40% 167%

Palopo 4.13% 4.64% 4.57% 3.96% 4.06% 3.10% 3.01% 1.70% 125.03% 119.62% 115.09% 118.06% 115.35% 114.23% 114.97% 105%

2015

NPL - %

Kabupaten/Kota 2014 2014

LDR - %

2015

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 59

Dari sisi kualitas, penyaluran kredit korporasi menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan laporan, kualitas penyaluran kredit yang diukur dari NPL tercatat 6,29%, lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya 7,81% (Grafik 4.7). Peningkatan kualitas kredit disebabkan oleh menurunnya kredit bermasalah di

sektor industri pengolahan. NPL di sektor ini menurun dari 36,29% di triwulan III 2015 menjadi 30,32% di periode

pelaporan. Selain itu, rasio NPL di sektor pertambangan dan konstruksi juga mengalami penurunan dari 20,30% dan

6,26% pada triwulan III 2015 menjadi 7,40% dan 5,25% pada triwulan pelaporan. Penurunan rasio NPL di sektor

perdagangan (3,36%) yang merupakan sektor dengan pangsa kredit korporasi terbesar, turut memberi andil dalam

menahan tekanan kredit bermasalah di kelompok kredit korporasi.

Grafik 4.5. NPL Kredit Korporasi

Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga dari sektor korporasi juga mengalami percepatan pertumbuhan pada

triwulan IV 2015. DPK sektor korporasi tercatat sebesar Rp9,12 triliun atau tumbuh 65,79% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 24,12% (yoy). Percepatan pertumbuhan tersebut terutama didorong

oleh percepatan pertumbuhan Giro. Komponen Giro mengalami peningkatan pertumbuhan dari 44,78% (yoy) di triwulan

III 2015 menjadi 82,19% (yoy) di triwulan pelaporan. Sementara itu Tabungan dan Deposito juga mengalami peningkatan

dari semula -15,63% (yoy) dan 10,76% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 56,77% (yoy) dan 33,58% (yoy) di triwulan

laporan.

Grafik 4.6. Pertumbuhan DPK Korporasi Grafik 4.7. Komposisi DPK Korporasi

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Kredit multiguna dan kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi pangsa yang terbesar dalam struktur kredit rumah

tangga. Dari total kedit yang disalurkan kepada rumah tangga yang pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp37,78

triliun, kredit multiguna dan KPR memiliki pangsa paling tinggi mencapai 75%, disusul kredit kendaraan bermotor (KKB)

dan terakhir kredit rumah tangga lainnya, termasuk di dalamnya adalah kredit untuk perlengkapan/peralatan rumah

tangga maupun kebutuhan rumah tangga lainnya (Grafik 4.11). Adapun kredit lain-lain merupakan kredit bukan lapangan

usaha, serta kredit yang belum diklasifikasikan secara jelas.

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Grafik 4.8. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di

triwulan IV 2015, kredit sektor rumah tangga tumbuh 4,95% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya tumbuh 6,34%

(yoy). Perlambatan terjadi di jenis Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Multiguna. Penurunan KPR disebabkan oleh

penurunan pertumbuhan kredit kepemilikan rumah tipe 21, rumah tipe di atas 70, dan kredit rumah apartemen tipe 21.

Sementara Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) masih menunjukkan pertumbuhan negatif di periode pelaporan. Di sisi lain,

kredit rumah tangga lainnya mengalami pertumbuhan dari -32,56% (yoy) di triwulan III 2015 menjadi 20,16% (yoy) di

triwulan pelaporan (Grafik 4.12).

Kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap terjaga pada tingkat yang aman. Seluruh jenis kredit rumah tangga

memiliki rasio NPL di bawah batas aman 5%. Secara umum, rasio NPL semakin membaik yaitu tercatat menurun dari

2,09% menjadi 1,80% pada triwulan pelaporan. Berdasarkan kondisi ini, dapat dikatakan bahwa ketahanan sektor rumah

tangga Sulsel masih cukup baik hingga triwulan IV 2015 (Grafik 4.13).

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.10. NPL Kredit Rumah Tangga

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dari sektor rumah tangga tumbuh stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

DPK sektor rumah tangga tercatat tumbuh 11,84% (yoy) pada triwulan IV 2015, relatif stabil dibandingkan triwulan III

2015 yang tumbuh 11,83% (yoy). Dilihat perkomponennya, pertumbuhan DPK rumah tangga terutama didorong oleh

pertumbuhan komponen tabungan sementara komponen giro dan deposito tumbuh melambat. Tabungan rumah tangga

tumbuh 12,16% (yoy) pada triwulan IV 2015, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,12% (yoy).

Sementara komponen giro dan deposito mengalami perlambatan masing-masing dari 10,13% (yoy) dan 18,04% (yoy)

pada triwulan III 2015 menjadi 3,84% (yoy) dan 12,48% (yoy) pada triwulan laporan. Secara komposisi, DPK rumah tangga

masih didominasi oleh tabungan (65,66%) diikuti oleh deposito (29,65%) dan giro (4,69%). Hal ini berarti sebagian besar

sumber pendanaan perbankan didominasi oleh dana jangka pendek.

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 61

Grafik 4.11. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga Grafik 4.12. Komposisi DPK Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei

Konsumen Bank Indonesia pada Desember 2015, mayoritas pengeluaran rumah tangga pada triwulan IV 2015 masih

digunakan untuk konsumsi (62,08%), meskipun sedikit terjadi penurunan porsi konsumsi dibandingkan triwulan

sebelumnya 63,00%. Sementara itu, porsi untuk tabungan relatif stabil di kisaran 21,59%. Di sisi lain, porsi pengeluaran

rumah tangga untuk pembayaran cicilan utang/kredit mengalami peningkatan dari 15,11% di triwulan III 2015 menjadi

16,33% pada periode pelaporan.

Grafik 4.13. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Tw III - 2015 Grafik 4.14 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Tw IV - 2015

4.3. Pengembangan Akses Keuangan

Penyaluran kredit bagi UMKM pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kredit UMKM di triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp30,64 triliun, tumbuh 10,72% (yoy) dibandingkan

periode sebelumnya 6,47% (yoy). Pangsa kredit UMKM (produktif) terhadap total kredit adalah 32,26%. Dari nilai

tersebut, sekitar 66,27% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk

investasi (Grafik 4.10). Angka rasio NPL kredit UMKM masih berada di bawah batas aman (5,0%) pada triwulan IV 2015

sebesar 4,26%, menurun dibandingkan rasio NPL pada triwulan lalu 5,41% (Grafik 4.17). Secara sektor ekonomi, UMKM

pada sektor pertambangan, konstruksi, dan jasa dunia usaha perlu mendapatkan perhatian khusus dikarenakan memiliki

rasio NPL di atas batas aman.

Grafik 4.15. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM Grafik 4.16. Pangsa Kredit UMKM

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Indikator akses keuangan di Sulsel terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan. Rasio jumlah

rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Sulsel menunjukkan tren peningkatan, dimana pada triwulan laporan

rasio tersebut tercatat 157,07%. Rasio yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa terdapat penduduk angkatan

kerja di Sulsel yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu. Meskipun memiliki rasio yang tinggi, namun akses

keuangan di Sulsel belum merata terlihat dari adanya ketimpangan. Terdapat kabupaten/kota yang memiliki rasio yang

tinggi seperti Kota Makassar, Parepare dan Palopo, sementara Luwu, Luwu Timur, Gowa dan Jeneponto merupakan

kabupaten yang memiliki rasio yang cukup rendah.

Indikator akses keuangan di Sulsel dari sisi kredit cenderung stagnan. Rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk

angkatan kerja di Sulsel cenderung tidak mengalami perubahan dan masih rendah di hampir semua Kabupaten/kota

terkecuali Parepare, Makassar,dan Palopo. Kondisi tersebut antara lain mengindikasikan masih kurangnya kegiatan

usaha/wirausaha baru yang didukung sektor perbankan atau dengan kata lain ekspansi kredit masih terkonsentrasi pada

debitur yang sudah ada.

Grafik 4.17. Perkembangan Akses Keuangan Sulsel Grafik 4.18. Akses Keuangan di Kab/Kota di Sulsel

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 63

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Bab 5 Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang

Perkembangan kinerja sistem pembayaran melambat pada triwulan IV

2015, mengikuti siklus perekonomian Sulsel. Transaksi keuangan non-tunai

melalui Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) masih menunjukkan tren

pertumbuhan yang menurun. Namun transaksi keuangan melalui Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) justru mengalami peningkatan. Hal

ini sejalan dengan diimplementasikannya ketentuan batas minimal transaksi

melalui BI-RTGS sebesar Rp500 juta dan disisi diberlakukannya kebijakan

penambahan waktu pelayanan SKNBI menjadi 5 (lima) kali sehari.

Sementara di sisi layanan uang tunai terjadi net inflow yang

mengindikasikan adanya penurunan kebutuhan uang kartal, seiring dengan

penurunan aktivitas ekonomi Sulsel di triwulan IV.

Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, Bank Indonesia

senantiasa terus mendorong clean money policy melalui kegiatan

pengelolaan uang tunai dengan melakukan pembukaan layanan penukaran

uang, kas keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi

ciri-ciri keaslian mata uang rupiah.

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1.1 Perkembangan Transaksi Kliring

Transaksi non-tunai melalui sarana kliring mengalami peningkatan pada triwulan IV 2015 (Tabel 5.1). Jumlah warkat

yang dikliringkan pada periode laporan tercatat sebanyak 314 ribu lembar dengan nominal sebesar Rp13,95 triliun. Nilai

kliring pada triwulan laporan mengalami peningkatan pertumbuhan mencapai 24,6% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat 16,9% (yoy). Peningkatan ini juga terindikasi dari pertumbuhan

nominal rata-rata perputaran harian transaksi kliring dari 18,9% (yoy) menjadi 22,6% (yoy) di angka Rp0,22 triliun.

Sementara itu, rasio Penolakan Cek/BG Kosong (terhadap Kliring Debet Penyerahan) menunjukkan sedikit peningkatan

pada triwulan IV 2015 menjadi 2,50% dari triwulan sebelumnya 2,24%.

Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

5.1.2 Perkembangan Transaksi RTGS11

Pada triwulan III 2015, transaksi non tunai melalui sistem RTGS masih tumbuh negatif dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel pada Triwulan III 2015 sebesar Rp63,19 triliun tumbuh -

13,96% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya tercatat -1,80% (yoy). Transaksi BI-RTGS

pada periode laporan masih didominasi aliran transaksi yang masuk (to/incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai

Rp40,38 triliun, lebih tinggi dari aliran transaksi yang keluar (from/outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar

Rp19,34 triliun, serta dari aliran transaksi antarbank yang ada di Sulsel (from-to) sebesar Rp3,48 triliun.

Pada triwulan III 2015, aliran dana masuk (RTGS-To) mengalami percepatan sementara aliran dana keluar (RTGS-From)

dan aliran dana antar wilayah (RTGS-From/To) mengalami perlambatan pertumbuhan. Transaksi RTGS-To tercatat

tumbuh 3,5% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat -2,95% (yoy). Sementara transaksi

RTGS-From dan RTGS-From/To tercatat mengalami perlambatan, secara berurut dari 24,93% (yoy) dan -55%,27% (yoy) di

triwulan III 2015 menjadi -16,92% (yoy) dan -69,29% (yoy) pada triwulan II 2015.

Grafik 5.1. Transaksi RTGS From/Outgoing (dari Bank di Sulsel) Grafik 5.2. Transaksi RTGS From-To (antarbank di Sulsel)

11 Sejak implementasi RTGS Gen II (16 November 2016), data regional RTGS hanya bisa dipilah untuk data from per propinsi. Data To dan data From-To

tidak dapat lagi disediakan.

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Total Perputaran Kliring Kredit dan Kliring

Debet Penyerahan

- Nominal (triliun rupiah) 9.30 9.44 9.47 10.14 9.74 9.98 10.24 10.67 9.48 9.62 9.72 11.20 9.76 10.49 11.36 13.95

- Lembar (ribuan) 281 284 285 295 284 286 281 290 260 266 261 281 262 285 297 314

Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring

Kredit dan Debet Penyerahan

- Nominal (triliun rupiah) 0.15 0.15 0.15 0.16 0.16 0.17 0.17 0.17 0.16 0.16 0.16 0.18 0.16 0.17 0.19 0.22

- Lembar (ribuan) 4.47 4.50 4.53 4.68 4.73 4.76 4.68 4.68 4.33 4.43 4.21 4.53 4.30 4.67 4.87 4.99

Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/BG Kosong

(terhadap Kliring Debet Penyerahan)

- Nominal (%) 2.38 2.63 2.34 2.16 2.41 2.75 3.28 2.60 2.61 3.66 2.56 2.60 2.58 2.24 2.24 2.50

- Lembar (%) 2.28 2.59 2.45 2.37 2.38 2.47 2.33 2.17 2.47 2.46 2.30 1.84 2.10 2.15 2.06 2.07

2013URAIAN

2012 2014 2015

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 65

Grafik 5.3. Transaksi RTGS To/Incoming (ke Bank di Sulsel) Grafik 5.4. Aliran Uang Kartal Inflow

5.2. Pengelolaan Uang Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Perkembangan aliran uang kartal di Sulsel pada triwulan IV 2015 menunjukkan net inflow. Aliran uang masuk (inflow)

tercatat sebesar Rp3,79 triliun menurun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp4,82 triliun atau secara triwulanan menurun

hingga -21,27% (Grafik 5.6). Meskipun demikian, aliran uang yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia juga mengalami

penurunan dari Rp4,93 triliun pada triwulan III 2015 menjadi Rp3,20 triliun pada triwulan laporan (Grafik 5.5) sehingga

tercatat net inflow sebesar Rp0,59 triliun. Untuk meningkatkan kualitas layanan distribusi uang kartal, Bank Indonesia

mambuka kantor layanan kas titipan di Kota Parepare. Dengan adanya kas titipan tersebut, diharapkan kebutuhan uang

kartal di wilayah Kota Parepare dan sekitarnya dapat terpenuhi (Lihat Boks 5.A).

Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Outflow Grafik 5.6. Aliran Uang Kartal Inflow

Grafik 5.7. Selisih Inflow dan Outflow

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia senantiasa menyelenggarakan layanan penukaran uang demi menjaga ketersediaan uang layak edar

(ULE) di masyarakat. Dalam rangka persiapan menjelang pembangunan gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun Outflow gOutflow - Skala Kanan

(30)

(10)

10

30

50

70

90

110

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun Inflow gInflow - Skala Kanan

(1.0)

(0.5)

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Rp Triliun

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Provinsi Sulawesi Selatan, sejak tanggal 28 April 2015, Bank Indonesia membuka pelayanan penukaran uang di luar

kantor. Pelayanan tersebut telah dilakukan secara rutin setiap hari Selasa-Rabu-Kamis dengan jam operasi 09.00 s.d.

13.00 WITA di Wisma Bank Indonesia, Jalan Pasar Ikan No. 8, Makassar. Selain itu, kegiatan kas keliling keluar Kota

Makassar juga telah dilakukan di Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Bantaeng.

Dalam rangka penerapan clean money policy, kegiatan remise ke luar dari Sulsel juga ditempuh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. Selama periode triwulan IV 2015, telah dilakukan sebanyak 13 (tiga belas) kali

kegiatan remise ke daerah lain di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yaitu ke Provinsi Maluku sebanyak 4 (empat) kali,

Sulawesi Tenggara sebanyak 3 (tiga) kali, Nusa Tenggara Timur sebanyak 2 (dua) kali, Sulawesi Barat sebanyak 2 (dua) kali,

Sulawesi Utara dan Papua masing-masing 1 (satu) kali. Bank Indonesia juga melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak

layak edar (UTLE). Kegiatan pemusnahan UTLE pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp0,79 triliun, meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp0,72 triliun (Grafik 5.7).

5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pecahan besar yang mendominasi peredaran uang palsu ditemukan sebanyak 435 lembar pada triwulan IV 2015.

Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan laporan adalah pecahan Rp50.000 (60%), diikuti

Rp100.000 (34%) dan pecahan lainnya sebesar 6% (Grafik 5.8). Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran uang palsu

sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan senantiasa telah melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah.

Grafik 5.8. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Grafik 5.9. Temuan Uang Palsu

Grafik 5.10. Temuan Uang Palsu Per Nominal

(500)

0

500

1,000

1,500

2,000

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

%, yoyRp Triliun Nominal UTLE gUTLE - Skala Kanan

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

TEMUAN UANG PALSU Y.O.Y.

34%

60%

6%Pecahan100.000

Pecahan50.000

PecahanLainnya

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 67

Boks 5.A. Pembukaan Layanan Kas Titipan Parepare

Sesuai dengan Undang-undang No. 23 pasal 20 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diamandemen

dengan UU No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan

dan mengedarkan uang Rupiah. Terkait dengan kewenangan tersebut Bank Indonesia mempunyai kewajiban untuk

senantiasa menyediakan uang kartal dalam jumlah yang cukup, dalam pecahan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, pada waktu yang tepat, dan dalam kondisi yang layak edar. Guna mewujudkan hal tersebut, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan telah berencana untuk membuka pelayanan Kas Titipan di Kota

Parepare, bekerjasama dengan PT Bank Sulselbar.

Rencana pembukaan Kas Titipan diawali dengan melakukan kajian dan survei, guna memetakan kondisi dan

karakteristik wilayah. Kondisi yang diamati antara lain transportasi, komunikasi, dan kelayakan sarana perbankan daerah

setempat yang dapat mendukung diselenggarakannya Layanan Kas Titipan. Selain itu, Bank Indonesia mengamati data

sekunder seperti data perbankan, pertumbuhan dan perekonomian daerah, kondisi geografis dan demografis, serta

informasi terkait lainnya.

Gambar 5.A.1. Pertumbuhan PDRB Parepare dan Sulsel Gambar 5.A.1. Komposisi PDRB Parepare 2014

Gambar 5.A.1. Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Sulsel 2014 Gambar 5.A.1. Kontribusi Parepare terhadap PDRB Sulsel

Sumber: BPS

Dari hasil kajian, kota Parepare merupakan 10 daerah dengan pertumbuhan ekonomi terbesar pada periode 2010-2013

di Sulawesi Selatan. Bahkan pada 2011 dan 2013, pertumbuhan ekonomi Kota Parepare lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Sulsel. Pertumbuhan ekonomi Kota Parepare yang relatif cukup pesat terutama ditopang dari

sektor jasa, kontruksi dan perdagangan. Dengan kondisi ekonomi yang sangat dinamis, tidak mengherankan jika tingkat

kebutuhan uang kartal yang layak edar sebagai alat pembayaran di kota ini terus menunjukkan peningkatan. Sementara

dari sisi jarak tempuh untuk dijangkau dengan kegiatan kas keliling dari Kota Makassar lumayan jauh, sehingga inisiasi

untuk membuka Kas Titipan di Kota Parepare menjadi pilihan yang tepat.

Selain itu, kota Parepare merupakan salah satu pusat pertumbuhan (growth pole) di Sulsel, selain kota Makassar. Kota

Parepare merupakan kutub pertumbuhan ekonomi untuk zona Parepare, yang antara lain mencakup wilayah Kabupaten

Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Barru, dengan pangsa mencapai 10,90% terhadap perekonomian Sulsel. Infrastruktur

perhubungan di kota Parepare relatif lengkap dan baik, yang diantaranya ditunjang oleh Pelabuhan Ajattapareng,

Pelabuhan KH Ambo Dalle, dan Pelabuhan Rakyat Lontangnge. Dengan adanya Kas Titipan di Paparepare, kedepan

diharapkan pemenuhan kebutuhan uang tunai akan dapat lebih cepat terpenuhi, sehingga perputaran arus kas di Kota

Parepare dan beberapa wilayah Kabupaten di sekitarnya menjadi lancar.

7.99

8.428.80

7.97

6.09

8.63

8.13

8.87

7.63

7.57

6

6.5

7

7.5

8

8.5

9

2010 2011 2012 2013 2014

Pare Pare Sulsel

%yoy

6.6%

16.7%

14.9%

6.1%

9.2%

11.2%

22.0%

13.3%

Pertanian

Konstruksi

Perdagangan

Akomodasi, Makan dan Minum

Real Estate

Adm. Pemerintah, Pertahanan &Jaminan Sosial Wajib

Jasa

Lain-lain

10.16

7.39

6.09

7.57

0

2

4

6

8

10

12

Ke

pu

lau

an

Se

laya

r

Bu

luku

mb

a

Ba

nta

en

g

Jen

ep

on

to

Ta

kala

r

Go

wa

Sin

jai

Ma

ros

Pa

ng

kep

Ba

rru

Bo

ne

Sop

pe

ng

Wa

jo

Sid

rap

Pin

ran

g

En

reka

ng

Luw

u

Ta

na

To

raja

Luw

u U

tara

Luw

u T

imu

r

To

raja

Uta

ra

Ma

kass

ar

Pa

re P

are

Pa

lop

o

Suls

el

%yoy

1.15

2.77

1.64

2.04

1.93

3.98

2.15

4.90

5.29

1.46

6.55

2.05

4.51

2.67

3.77

1.53

2.99

1.42

2.51

6.76

1.68

1.47

1.58

0 5 10 15 20 25 30

Kepulauan Selayar

Bulukumba

Bantaeng

Jeneponto

Takalar

Gowa

Sinjai

Maros

Pangkep

Barru

Bone

Soppeng

Wajo

Sidrap

Pinrang

Enrekang

Luwu

Tana Toraja

Luwu Utara

Luwu Timur

Toraja Utara

Makassar

Pare Pare

Palopo

33.21

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Gambar 5.A.1. Walikota Parepare, Taufan Pawe (kiri) dan Kepala Perwakilan BI Sulsel, M. Dadi Aryadi (kanan) dalam

penandatanganan perjanjian kerjasama kas titipan

Gambar 5.A.1. Foto Bersama Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Kas Titipan di Bank Sulselbar Cabang Parepare

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 69

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel mencapai 5,95% (Agustus

2015) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun 2014

(5,10%). Kemudian, tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai

Tukar Petani (NTP) hingga triwulan IV 2015 secara tahunan terpantau

membaik dibandingkan triwulan IV 2014.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2015

meningkat dibanding September 2014 baik di kota maupun di desa.

Persentase penduduk miskin di Sulsel (10,12%), tergolong cukup rendah jika

dibandingkan Provinsi lain di Sulampua maupun Nasional.

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

6.1. Tenaga Kerja

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel

mencapai 5,95% (Agustus 2015) lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama 2014. Secara nominal

jumlah pengangguran terbuka Sulsel naik dari 188,77

ribu orang per Agustus 2014 menjadi 220,64 ribu orang

per Agustus 2015. Persentase pengangguran kelihatan

lebih tinggi, karena juga terjadi penurunan jumlah

angkatan kerja sebanyak 9.673 orang atau turun -0,26%

dibandingkan periode yang sama di tahun 2014.

Tabel6.1. PendudukUsia 15 TahunKeAtasMenurutKegiatanUtama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sektor pertanian masih menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbanyak. Pada periode Agustus 2015, sektor pertanian

menyerap 41,73% dari total tenaga kerja atau 1,45 juta orang. Angka ini turun -1,36% dibandingkan periode yang sama

2014. Selain sektor pertanian, penurunan jumlah tenaga kerja juga terjadi di sektor Jasa dari 703,9 ribu pada Agustus

2014 menjadi 616,3 ribu di Agustus 2015. Di sisi lain, tenaga kerja di sektor Industri, Perdagangan, dan lainnya mengalami

peningkatan masing-masing sebesar 14,10% (yoy), 2,17% (yoy) dan 4,85% (yoy).

Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel tercatat menurun karena kenaikan jumlah angkatan kerja yang bekerja

lebih rendah dari kenaikan jumlah penduduk usia kerja. TPAK turun dari 62,0% pada Agustus 2014 menjadi 60,9% pada

Agustus 2015. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 mencapai 3,70 juta orang, lebih rendah dari periode yang sama

di tahun 2014 sejumlah 3,72 juta orang. Secara sektoral, penurunan TPAK diperkirakan terjadi karena penurunan

angkatan kerja di sektor pertanian dan sektor jasa. Kondisi demikian, dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank

Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja yang menunjukkan hasil serupa. Rata-rata pertumbuhan Indeks

Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) meningkat sebesar -29,24% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya (26,24%).

Sementara itu, Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan Lalu (IPD6) juga mengalami penurunan dibandingkan

periode sebelumnya sebesar -32,25% (yoy).

Sumber: Survei Konsumen, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 6.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Grafik 6.2. Indeks Penghasilan Saat Ini

KEGIATAN UTAMA Agustus Agustus

2014 2015

Angkatan Kerja 3,715,801 3,706,128

a. Bekerja 3,527,036 3,485,492

b. Pengangguran 188,765 220,636

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.0% 60.9%

Tingkat Pengangguran Terbuka 5.10% 5.95%

Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan

Pertanian 1,474,491 41.81% -3.14% 1,454,451 41.73% -1.36%

Industri 202,003 5.73% -2.81% 230,495 6.61% 14.10%

Perdagangan 673,726 19.10% -10.38% 688,331 19.75% 2.17%

Jasa 703,903 19.96% -14.91% 616,355 17.68% -12.44%

Lainnya 472,913 13.41% -1.89% 495,860 14.23% 4.85%

Total 3,527,036 100.00% -6.68% 3,485,492 100.00% 1.19%

KEGIATAN UTAMAAgustus 2014 Agustus 2015

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Ketersediaan lapangan kerja

Growth yoy (%) - Skala Kanan

Indeks

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015

Penghasilan saat ini

Growth yoy (%) - Skala Kanan

Indeks

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 71

6.2. Penduduk Miskin12

Berdasarkan data September 2015, jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulsel hingga September 2015 menjadi

864 ribu orang atau 10,12% dari total penduduk, meningkat dibanding periode yang sama .di tahun 2014. Jumlah

penduduk miskin di Sulsel mengalami peningkatan dari 806 ribu orang di September 2014 menjadi 864 ribu orang di

September 2015, atau naik 7,21% (yoy). Persentase tersebut naik seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin

di kota maupun di desa. Jumlah penduduk miskin kota mengalami peningkatan 1,80% (yoy) menjadi 157 ribu orang

(Grafik 6.3). Hal yang sama juga dialami oleh penduduk pedesaan yang mengalami peningkatan 8,50% (yoy), menjadi 707

ribu orang (Grafik 6.3). Penduduk miskin di pedesaan menyumbang 81,82% dari total penduduk miskin yang ada,

sedangkan sisanya 18,18% disumbang oleh penduduk kota.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulampua Menurut Provinsi September 2015

Peningkatan kemiskinan terjadi baik di kota maupun di desa. Peningkatan tersebut sejalan dengan angka inflasi yang

cukup tinggi pada periode Juni sd. September 2015 di atas 8,00% (yoy). Tingginya inflasi didorong oleh tekanan harga di

seluruh kelompok barang dan jasa. Peningkatan harga tersebut selain diakibatkan oleh excess demand juga disebabkan

oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah, sehinggag mendorong peningkatan harga beberapa produk pangan (tahu dan

tempe), yang sebagian besar bahan bakunya berupa kedele masih diimpor. Sementara disisi lain, peningkatan upah

minimum regional (UMR) 11,11% menjadi Rp2.000.000/bulan, lebih banyak dinikmati oleh penduduk di perkotaan/kaum

urban, sehingga laju pertumbuhan penduduk miskin di pedesan relatif tinggi, yang pada akhirnya secara keseluruhan

rasio penduduk miskin cenderung meningkat dibandingkan tahun 2014.

Tingkat kemiskinan dan andil inflasi beras memiliki

korelasi positif. Korelasi antara tingkat kemiskinan

dan andil inflasi beras mencapai 70,05%. Korelasi

positif tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi

kenaikan harga beras, maka akan berdampak

meningkatkan kemiskinan di Sulsel. Sementara itu,

korelasi kemiskinan dengan inflasi memiliki

kecenderungan yang sama. Inflasi yang semakin

meningkat akan menurunkan daya beli masyarakat,

sehingga kesejahteraan menurun. Dengan demikian,

upaya pengendalian inflasi perlu ditingkatkan, agar

tingkat kemiskinan dapat ditekan menurun. Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.5. Grafik Kemiskinan dan Andil Inflasi Beras

12BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

152.8 150.8 129.2 133.6 148.0 160.5 162.49154.40146.42157.18

930.3

880.9

696.6672.3

639.7

696.9701.81

651.95 651.3

707.34

10.3% 10.3%

10.1%

9.8%

9.5%

10.3%10.3%

9.5%

9.39%

10.12%

8.8%

9.0%

9.2%

9.4%

9.6%

9.8%

10.0%

10.2%

10.4%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15

ribu orang

Desa Kota % Total Penduduk Miskin - kanan

8.98

14.07

10.12

13.74

18.16

11.9

19.36

6.22

25.73

28.4

0

5

10

15

20

25

30

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sulut Sulteng Sulsel SultraGorontaloSulbar Maluku Malut Irjabar Papua

Desa Kota % Total Penddk Miskin - kanan

-0.05

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

2011 2012 Mar2013

Sept2013

Mar2014

Sept2014

Mar2015

Sept2015

Kemiskinan Inflasi Andil_Beras - Skala Kanan

R2Kemiskinan - Andil Beras: 70,05%

%yoy %yoy

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan Sulsel

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Secara spasial, persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah jika dibandingkan dengan

provinsi lain se-Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan berada pada urutan ketiga terendah (10,12%)

setelah Provinsi Maluku Utara (6,22%) dan Sulawesi Utara (8,98%) (Grafik 6.4). Sedangkan persentase jumlah penduduk

miskin tertinggi di Sulampua tercatat 28,4% dan masih terdapat di Provinsi Papua.

Tabel 6.4. Perkembangan Kemiskinan di KawasanTimur Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Secara per wilayah, tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kab. Pangkep. Berdasarkan data BPS tahun 2014, tingkat

kemiskinan di Kab. Pangkep mencapai 16,38% di ikuti oleh Jeneponto (15,31%), dan Toraja Utara (15,10%). Sementara itu,

daerah dengan tingkat kemiskinan terendah berada di wilayah Makassar dengan persentase kemiskinan mencapai 4,48%

di ikuti oleh Sidrap (5,82%), dan Parepare (5,88%). Secara keseluruhan, hampir di seluruh wilayah terjadi peningkatan

kemiskinan.

Tabel 6.5. Tingkat Kemiskinan Per Kab/Kota se Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15

Kota 235,488 240,276 246,416 264,163 274,140 9.13% 8.29% 4.64% 9.94% 11.25% 7.24% 5.88% 3.72% 8.61% 8.36%

Desa 207,023 211,271 219,109 240,175 254,524 12.54% 9.94% 5.84% 13.68% 16.16%

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Pertumbuhan YoY Inflasi YoY

Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total

Sulut 60.08 137.48 197.56 5.57 10.47 8.3 60.71 147.83 208.54 5.52 11.27 8.65 58.00 159.14 217.14 5.26 12.1 8.98

Sulteng 71.65 315.41 387.06 10.35 14.66 13.6 77.97 343.66 421.63 10.93 15.9 14.66 79.25 327.09 406.34 11.06 15.07 14.07

Sulsel 154.40 651.95 806.35 4.93 12.25 9.5 146.42 651.3 797.72 4.61 12.23 9.39 157.18 707.34 864.52 4.93 13.22 10.12

Sultra 45.79 268.30 314.09 6.62 15.17 12.8 52.06 269.82 321.88 7.24 15.19 12.9 56.77 288.25 345.02 7.84 16.12 13.74

Gorontalo 23.88 171.22 195.10 6.24 23.21 17.4 25.37 181.48 206.85 6.48 24.62 18.32 27.01 179.51 206.52 6.84 24.17 18.16

Sulbar 29.87 124.82 154.69 9.99 12.67 12.1 27.39 133.09 160.48 10.52 12.87 12.4 22.51 130.7 153.21 8.69 12.7 11.9

Maluku 47.58 259.44 307.02 7.35 25.49 18.4 51.77 276.64 328.41 7.91 26.9 19.51 51.6 276.17 327.77 7.83 26.7 19.36

Malut 11.17 73.62 84.79 3.58 8.85 7.4 12.25 67.65 79.9 3.85 7.95 6.84 8.29 64.35 72.64 2.61 7.57 6.22

Irjabar 14.06 211.40 225.46 5.52 35.01 26.3 19.34 206.03 225.37 5.86 37.97 25.82 18.82 206.72 225.54 5.68 37.94 25.73

Papua 35.61 828.50 864.11 4.46 35.87 27.8 37.27 821.88 859.15 4.61 36.66 28.17 30.28 867.93 898.21 3.61 37.34 28.4

Sep-15

Jumlah PersentaseProvinsi

Mar-15Sep-14

Persentase JumlahJumlah Persentase

No Tingkat Kemiskinan (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 18.49 16.41 15.00 13.49 12.87 14.23 13.13

2 Bulukumba 12.26 10.50 9.02 8.12 7.82 9.04 8.37

3 Bantaeng 10.94 9.96 10.25 9.21 8.89 10.45 9.68

4 Jeneponto 22.48 20.58 19.10 17.16 16.58 16.52 15.31

5 Takalar 12.68 11.06 11.16 10.04 9.59 10.42 9.62

6 Gowa 12.79 10.93 9.49 8.55 8.05 8.73 8.00

7 Sinjai 12.73 11.37 10.68 9.63 9.28 10.32 9.56

8 Maros 18.55 16.35 14.62 13.14 12.55 12.94 11.93

9 Pangkep 21.36 19.35 19.26 17.36 16.62 17.75 16.38

10 Barru 13.49 11.43 10.69 9.59 9.28 10.32 9.74

11 Bone 17.35 15.19 14.08 12.67 12.25 11.92 10.88

12 Soppeng 11.22 9.95 10.42 9.36 9.12 9.43 8.76

13 Wajo 10.16 8.93 8.96 8.06 7.83 8.17 7.74

14 Sidrap 7.64 6.73 7.00 6.29 6.00 6.30 5.82

15 Pinrang 9.65 8.70 9.01 8.12 7.82 8.86 8.20

16 Enrekang 20.51 18.10 16.86 15.18 14.44 15.11 13.90

17 Luwu 19.44 16.96 15.44 13.93 13.33 15.10 13.95

18 Tana Toraja 18.57 16.14 14.62 13.22 12.72 13.81 12.77

19 Luwu Utara 18.38 16.40 16.25 14.64 14.02 15.52 14.31

20 Luwu Timur 10.98 8.91 9.18 8.29 7.71 8.38 7.67

21 Toraja Utara - - 19.08 17.06 16.27 16.53 15.10

22 Makassar 5.36 5.52 5.86 5.29 5.02 4.70 4.48

23 Pare-pare 7.10 6.52 6.53 5.91 5.58 6.38 5.88

23 Palopo 12.83 11.85 11.28 10.22 9.46 9.57 8.80

Sulawesi Selatan 13.41 11.93 11.40 10.27 9.82 10.32 9.54

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 73

6.3. Rasio Gini13

Gini ratio Provinsi Sulawesi Selatan menurun di 2015. Nilai gini ratio Sulsel tahun 2015 sebesar 0,42 menurun

dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,45. Namun secara tren dari 2012, angka ini cenderung mengalami

peningkatan. Pada 2012, gini ratio Sulsel masih sama dengan nasional yakni 0,41. Dibandingkan provinsi lain di Sulampua,

nilai gini ratio Sulawesi Selatan termasuk tinggi. Angka gini ratio tertinggi terjadi di Papua Barat (0,44). Sulsel, Gorontalo,

dan Papua tercatat sebagai provinsi dengan gini ratio kedua terbesar se Sulampua. Sementara itu, nilai gini ratio terendah

(0,28) terjadi di Provinsi Maluku Utara.

Tabel 6.6. Nilai Gini Ratio

Sumber: BookletData Sosial Ekonomi, BPS

6.4. Nilai Tukar Petani14

Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif baik, tercermin dari stabilnya Nilai Tukar Petani (NTP) pada

triwulan IV 2015 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NTP pada triwulan IV 2015 (106,39) stabil dibandingkan

triwulan III 2015 (106,43). NTP relatif stabil dengan kenaikan yang pararel antara indeks harga barang dan jasa yang

dikonsumsi oleh rumah tangga maupun indeks harga keperluan produksi pertanian (Grafik 6.5). NTP tetap tumbuh

meningkat 2,13% (yoy) pada triwulan IV 2015. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kenaikan indeks harga produksi

pertanian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah

tangga maupun keperluan produksi pertanian. Lebih lanjut, rata-rata indeks yang dibayar petani tumbuh 5,81% (yoy). Hal

ini menjadi penting untuk diperhatikan karena jenis barang/jasa dalam keranjang inflasi merupakan komponen dalam

indeks yang dibayar petani (subkelompok konsumsi rumah tangga).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 6.7. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

Peningkatan harga komoditas dalam inflasi tidak selalu diikuti perbaikan nilai tukar petani, karena petani juga

merupakan net consumer. Keterkaitan (korelasi) antara inflasi dan nilai tukar petani justru negatif (bertolak belakang)

(Grafik 6.8). Pada periode tahun 2009 – 2011 negatif dari korelasi tersebut mencapai -0,38 dan periode tahun 2012

hingga 2015 mencapai -0,69. Gap antara kenaikan inflasi dan perbaikan NTP semakin meningkat, pada saat terjadi

peningkatan harga pangan seperti terjadi pada Januari 2009 (kenaikan harga cabe merah, daging ayam ras, dan bawang

13Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. 14NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).

Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gorontalo 0.43 0.46 0.44 0.44 0.45 0.42

Papua 0.41 0.42 0.44 0.44 0.46 0.42

Sulawesi Selatan 0.40 0.41 0.41 0.43 0.45 0.42

Sulawesi Tenggara 0.42 0.41 0.40 0.43 0.40 0.40

Papua Barat 0.38 0.40 0.43 0.43 0.41 0.44

Sulawesi Utara 0.37 0.39 0.43 0.42 0.44 0.37

Sulawesi Tengah 0.37 0.38 0.40 0.41 0.35 0.37

Maluku 0.33 0.41 0.38 0.37 0.33 0.34

Sulawesi Barat 0.36 0.34 0.31 0.35 0.38 0.36

Maluku Utara 0.34 0.33 0.34 0.32 0.32 0.28

Indonesia 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41

-4

-2

0

2

4

6

8

85

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyIndeks Nilai Tukar Petani

gIndeks - Skala Kanan

-4-2024681012

90 95

100 105 110 115 120 125 130

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015

%, yoyIndeks

Indeks yang Dibayar Petani

gIndeks - Skala Kanan

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

merah) dan Juni 2010 (kenaikan harga beras dan cabe merah). Demikian pula saat kenaikan harga bahan bakar minyak

bersubsidi di Juli 2013 dan November 2014, gap antara inflasi dan perkembangan NTP semakin besar.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.8. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani Grafik 6.9. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani

Namun demikian, secara spasial NTP Sulsel di triwulan IV 2015 menduduki peringkat ke-3 terbesar dibanding provinsi

lainnya, di bawah Jawa Barat dan Banten. Posisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi Sulsel di triwulan sebelumnya

yang mampu menempati urutan keempat secara Nasional. Posisi rata-rata nilai NTP Sulsel (104,72) mengalami penurunan

-0,64% (yoy) di tahun 2014 (105,39). Penurunan NTP tersebut didorong oleh peningkatan Indeks yang Dibayar Petani

4,26% (yoy) dari 117,34 pada triwulan IV 2014 menjadi 122,34 pada triwulan IV 2015, meskipun Indeks yang Diterima

Petani juga meningkat 6,48% (yoy) dari 122,24 pada triwulan III 2015 menjadi 130,16 pada triwulan IV 2015.

Tabel6.6. Perkembangan NTP per Provinsi se Indonesia

Sumber: BPS, diolah

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

yoy

Inflasi Nilai Tukar Petani

r 2012-2015 = -0,69r 2009-2011 = -0,38

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015-Tw1 2015-Tw2 2015-Tw3 2015-Tw4

Jawa Barat 96.13 97.21 99.28 104.90 108.93 108.81 104.43 105.70 102.78 104.74 107.08

Banten 97.30 97.75 101.83 104.80 108.44 109.62 104.75 105.23 102.77 104.02 107.02

Sulawesi Selatan 100.19 100.64 101.66 107.09 108.05 107.02 105.39 104.23 103.35 105.09 106.21

Nusa Tenggara Barat 98.83 96.45 95.32 96.14 95.36 95.00 99.82 101.86 102.28 104.26 106.21

Sulawesi Barat 102.12 105.50 105.49 104.31 104.40 103.95 102.96 102.23 103.81 105.22 106.16

Jawa Timur 100.49 98.19 98.74 101.65 102.16 102.91 104.75 105.24 102.79 105.14 106.15

Bali 100.69 103.06 103.81 106.52 108.27 107.02 104.86 103.83 103.34 104.46 105.15

Gorontalo 102.43 99.47 101.66 104.08 102.33 100.78 101.32 101.50 100.91 102.49 104.21

Lampung 104.18 107.94 115.04 121.48 125.41 122.80 104.17 102.90 102.00 103.77 103.99

Kepulauan Bangka Belitung 99.08 94.41 95.77 99.16 99.17 100.33 101.55 103.48 105.17 106.30 103.86

Nusa Tenggara Timur 96.05 101.39 101.99 102.20 101.81 99.28 100.27 101.21 101.05 102.21 103.19

DI Yogyakarta 105.27 107.83 112.64 115.11 116.45 115.62 102.20 100.22 99.44 101.80 103.06

Maluku Utara 97.30 99.99 98.79 101.06 100.66 100.48 103.26 102.62 101.78 101.15 102.81

Maluku 103.06 106.64 103.54 104.81 104.70 105.22 100.51 100.75 100.11 100.30 102.02

Jawa Tengah 99.78 98.66 101.62 104.83 105.35 105.73 100.65 100.86 98.09 100.11 101.87

Sulawesi Tenggara 103.52 107.28 108.64 107.62 106.45 105.91 101.32 98.83 98.35 100.21 100.76

Papua Barat 104.55 106.12 103.55 102.95 101.63 99.72 100.17 99.36 101.04 100.97 100.10

Sumatera Utara 101.78 100.63 102.36 103.42 101.71 99.52 100.10 98.52 98.60 97.67 99.64

Sulawesi Tengah 101.13 98.58 97.17 98.86 97.79 97.12 102.18 97.99 96.95 98.14 99.37

Kalimantan Selatan 97.53 100.40 106.50 108.40 107.85 105.25 99.83 100.54 100.11 99.99 99.32

Kepulauan Riau 102.80 100.82 99.94 103.08 104.66 104.67 100.93 100.14 98.92 99.95 98.78

DKI Jakarta - - - - - - 100.49 98.84 98.34 97.34 98.19

Kalimantan Tengah 98.73 98.37 102.88 101.10 99.25 97.80 101.29 98.99 98.47 99.03 98.14

Kalimantan Timur 101.39 101.06 99.84 98.75 98.04 95.53 99.92 99.95 98.33 98.33 97.86

Aceh 98.64 99.17 104.12 104.30 104.14 102.70 98.17 96.82 95.95 96.02 97.75

Sumatera Barat 105.18 103.70 105.48 106.25 105.03 103.82 100.61 98.72 97.36 97.14 97.73

Sulawesi Utara 101.49 101.40 101.04 103.22 101.47 100.40 99.37 98.01 95.68 95.47 96.74

Papua 102.84 101.52 102.59 101.31 102.70 100.73 97.34 97.12 96.95 96.75 96.58

Kalimantan Barat 103.47 100.82 101.19 102.63 100.92 98.00 96.63 97.26 96.67 96.70 96.30

Sumatera Selatan 101.49 99.68 104.89 109.63 110.13 109.20 100.92 97.84 97.52 95.94 96.19

Jambi 97.92 94.14 96.14 96.25 92.16 89.66 97.04 95.95 95.21 95.13 95.45

Riau 101.75 99.06 104.11 105.07 104.27 101.06 96.95 96.84 95.97 93.55 94.61

Bengkulu 105.50 103.57 104.68 102.98 102.42 99.51 96.35 95.47 94.12 92.71 93.36

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 75

7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Bab 7 Prospek Perekonomian dan

Rekomendasi Kebijakan

Perekonomian Sulsel pada triwulan I 2016 diperkirakan tumbuh pada

kisaran 6,9% - 7,9% (yoy). Sementara untuk keseluruhan 2016 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 7,5% - 8,5% (yoy), membaik dibandingkan 2015.

Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel

triwulan I 2016 diperkirakan tetap lebih tinggi. Di sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan ditopang terutama oleh

konsumsi dan investasi, serta perbaikan ekspor. Di sisi lapangan usaha,

peningkatan pertumbuhan terutama didukung oleh sektor primer dan tersier.

Faktor risiko yang perlu diwaspadai ke depan adalah berlanjutnya

ketidakpastian ekonomi global, rebound-nya harga minyak dunia,

pergerakan nilai tukar rupiah, dan permasalahan hormonisasi kebijakan

ekonomi pemerintah pusat dan daerah.

Tekanan harga triwulan I 2016 dan sampai dengan akhir 2016

diperkirakan melemah, sebagai implikasi lanjutan tren penurunan harga

minyak dunia, sehingga terjadi penyesuaian harga administered price. Oleh

karena itu, inflasi 2016 diprakirakan tetap terkendali dan berada dalam

rentang target inflasi nasional.

Namun demikian, koordinasi tetap menjadi kata kunci keberhasilan dalam

mengendalikan inflasi, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga

ketersediaan dan kelancaran arus distribusi bahan pangan ke berbagai

daerah di Sulsel.

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel di triwulan I 2016 diperkirakan tetap tumbuh kuat, yang diperkirakan masih ditopang oleh

konsumsi dan investasi serta perbaikan aktivitas ekspor. Perekonomian Sulsel pada triwulan I 2016 diperkirakan tetap

tumbuh kuat dalam kisaran 6,9% - 7,9% (yoy). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih cukup kuat dan relatif

stabil, sebagaimana tercermin dari optimisme konsumen (hasil survei BPS dan BI), dengan indeks keyakinan konsumen

stabil di atas angka 100. Investasi diperkirakan tetap berjalan, meskipun di awal tahun cenderung melambat. Sementara

aktivitas ekspor diperkirakan akan sedikit membaik, disertai risiko permintaan negara mitra dagang yang masih lemah,

dengan disinsentif harga internasional. Dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan di triwulan I 2016

diperkirakan akan terjadi pada sektor pertanian, penyediaan akomodasi, real estate, dan jasa-jasa.

Dengan mempertimbangkan kondisi terkini indikator ekonomi domestik dan global, perekonomian Sulsel pada 2016

diperkirakan tumbuh sedikit membaik dibandingkan pertumbuhan 2015 (7,15%, yoy). Pertumbuhan ekonomi pada

2016, diperkirakan mengalami perbaikan, dengan asumsi terjadi perbaikan harga komoditas internasional dan ekonomi

negara mitra dagang, khususnya dari negara maju (Amerika Serikat, Kawasan Eropa, dan ASEAN). Dari sisi domestik,

pendorong berasal dari realisasi penyaluran belanja pemerintah pusat dan pembangunan infrastruktur. Faktor risiko yang

perlu diwaspadai ke depan adalah ketidakpastian ekonomi global yang masih akan berlanjut, kembali rebound-nya harga

minyak dunia, pergerakan nilai tukar rupiah, dan permasalahan hormonisasi kebijakan ekonomi pemerintah pusat dan

daerah.

Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya

7.1.1 Prospek Sisi Pengeluaran

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2016 yang berkisar 6,9%-7,9% (yoy) masih akan ditopang

oleh permintaan domestik. Permintaan domestik yang masih tumbuh meningkat terutama konsumsi rumah tangga dan

pemerintah, dengan perkiraan masing-masing akan tumbuh pada kisaran 4,9%-5,9% dan 9,1%-10,1%. Sementara itu,

kegiatan investasi diperkirakan tetap baik, dengan berlanjutnya proyek infrastruktur multiyears dan percepatan

pelaksanaan lelang proyek. Sedangkan, ekspor luar negeri Sulsel diperkirakan masih rendah, di tengah pelemahan

ekonomi negara-negara mitra dagang dan harga komoditas yang trennya terus turun.

Konsumsi pada triwulan I 2016 diperkirakan tetap kuat dibandingkan triwulan sebelumnya. Komponen konsumsi rumah

tangga meningkat tercermin dari indeks tendensi konsumen yang berada di level 104,4, terutama untuk ekspektasi

pendapatan mencapai 104,9, sedangkan indeks keyakinan konsumen berada pada level 103,42. Di sisi lain, konsumsi

pemerintah diperkirakan cenderung masih lemah di awal tahun dikarenakan masih dalam masa konsolidasi anggaran.

Dana desa juga belum dapat disalurkan secara optimal di triwulan ini, dan diperkirakan baru akan banyak terealisasi mulai

triwulan II 201615

.

15 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan

Evaluasi Dana Desa disebutkan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap I pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus); tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus); dan tahap III pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus).

4

5

6

7

8

9

10

20

13

Q1

20

13

Q2

20

13

Q3

20

13

Q4

20

14

Q1

20

14

Q2

20

14

Q3

20

14

Q4

20

15

Q1

20

15

Q2

20

15

Q3

20

15

Q4

20

16

Q1

20

16

Q2

20

16

Q3

20

16

Q4

%, yoy

2015:7,15%

2016:7,5% - 8,5%

2013:7,63%

2014:7,57%

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 77

Sumber: Badan Pusat Statistik p) Perkiraan BPS Sumber: Survei Konsumen – BI

Grafik 7.2. Indeks Tendensi Konsumen BPS Grafik 7.3. Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Kanwil Perbendaharaan Negara Sulsel dan

Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi Sulsel

Grafik 7.4. Persentase Realisasi Pagu Anggaran Pemerintah Pusat di Daerah

Komponen investasi Sulsel pada triwulan I 2016 tetap tumbuh tinggi dan diperkirakan dalam tren meningkat sampai

dengan keseluruhan 2016. Beberapa proyek unggulan yang masih terus berlangsung selama 2016 antara lain:

1. Pelabuhan Makassar (Makassar New Port) dengan kapasitas 3 juta teus, yang berlangsung 2015 – 2018, yang

membutuhkan biaya sebesar Rp1,8 Triliun. Kemajuan pekerjaan mencapai 10 %, antara lain jalan menuju proyek,

dan struktur dermaga yang ada pada pinggir pantai.

2. Tiga Proyek Jalan Yakni Bypass Mamminasata, Middle Ring Road Dan Elevated Poros Maros-Bone, yang berlangsung

2015 – 2018 yang membutuhkan biaya Rp251,25 Miliar. Kemajuan pekerjaan penandatanganan kontrak untuk

pengerjaan tahap pertama.

3. Proyek kereta api Trans Sulawesi trace Makassar - Parepare, yang berlangsung 2015 – 2018, pada tahun 2016

membutuhkan biaya Rp1,3 triliun (APBN). Kemajuan pekerjaan konstruksi telah mencapai 10 Km dan pembebasan

lahan tahap I sepanjang 30 Km telah selesai 90%.

4. Pembangkit Listrik (Kapasitas PLTU Jeneponto tahap II 2x135 MW (gross capacity) atau 2x125 (net capacity), yang

berlangsung 2015-2016 membutuhkan biaya Rp 3 triliun. Kemajuan pekerjaan berupa groundbreaking yang telah

dilakukan pada Maret 2015.

5. Bendung Baliase yang berlangsung 2015 – 2019, membutuhkan biaya Rp200 miliar. Kemajuan pekerjaan berupa

mobilisasi, tenaga, alat, material on site.

6. Bendungan Karalloe yang berlangsung 2013 – 2017, membutuhkan biaya Rp500 miliar. Kemajuan pekerjaan berupa

pembebasan lahan.

7. Bendungan Paselloreng yang berlangsung 2015 – 2019, membutuhkan biaya Rp800 miliar. Kemajuan

pekerjaan berupa pembebasan lahan.

8. Waduk Tunggu Nipa Nipa yang berlangsung 2015 – 2017, membutuhkan biaya Rp400 miliar. Kemajuan

pekerjaan berupa pembebasan lahan.

9. Bendung Baliase yang berlangsung 2015 - 2019, membutuhkan biaya Rp200 miliar. Kemajuan pekerjaan tahap

negosiasi dengan masyarakat.

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ip

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

10,8%

30,9%

52,1%

89,8%

10,0%

29,5%

49,6%

90,1%

11,7%

32,4%

52,8%

91,4%

9,64%

24,37%

47,23%

88,60%

10,52%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV IP

2012 2013 2014 2015 2016

p : perkiraan realisasi triwulan I (data historis)

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

10. Perbaikan Irigasi (Sekunder) yang berlangsung 2016, membutuhkan biaya Rp31,6 miliar. Kemajuan pekerjaan sampai

pada tahap kontrak kerja.

11. Perbaikan Irigasi (Tersier) yang berlangsung 2016, membutuhkan biaya Rp5,8 miliar. Kemajuan pekerjaan sampai

pada tahap kontrak kerja.

Kinerja ekspor dan impor diprakirakan semakin membaik, termasuk untuk perdagangan antar pulau. Rendahnya harga

komoditas andalan ekspor disikapi Pemda dengan melaksanakan kebijakan akselerasi ekspor melalui diversifikasi produk

dan Negara tujuan ekspor. Untuk mendukung kebijakan tersebut, Gubernur Sulsel telah mencanangkan kenaikan nilai

ekspor non-migas menjadi 3 kali lipat dari kondisi sekarang, dan kepada setiap Kabupaten diminta agar mempunyai

komoditi andalan ekspor, dan kebijakan ini telah dimulai sejak Agustus 201516

. Sebagai indikator dampak positif dari

kebijakan ini, volume ekspor Sulsel 2015 mengalami peningkatan 36,20% (yoy) atau sebesar 274,96 ribu ton untuk produk

pertanian.

Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

WEO (IMF) WEO (IMF) Jan-16 Okt-15

2014 2015p 2016p 2014 2015p 2016p

Amerika Serikat 2,4 2,6 2,8 2,4→ 2,5↓ 2,6↓

Kawasan Eropa 0,9 1,5 1,6 0,9→ 1,5→ 1,7↑

Kawasan Asia 6,8 6,5 6,4 6,8→ 6,6↑ 6,3↓

Tiongkok 7,3 6,8 6,3 7,3→ 6,9↑ 6,3→

Jepang –0,1 0,6 1,0 0,0↑ 0,6→ 1,0→

Kawasan ASEAN* 4,6 4,6 4,9 4,6→ 4,7↑ 4,8↓

Output Dunia 3,4 3,1 3,6 3,4→ 2,6↓ 3,4↓ *) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam p) Proyeksi Keterangan: ↑ Lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya → Sama dengan perkiraan sebelumnya ↓ Lebih rendah dari perkiraan sebelumnya

Sementara itu, harga internasional komoditas pertanian dan pertambangan diperkirakan semakin membaik dengan

tingkat yang rendah. Namun tren harga internasional tersebut diperkirakan baru mulai membaik pada akhir tahun 201617

dan secara langsung akan berimbas positif pada peningkatan ekspor. Harga komoditas ekspor utama, yaitu nikel trennya

akan membaik di akhir 2016, atau akan tumbuh 6,12% (yoy), dimana pada akhir 2015 harga nikel berada pada kisaran

10.000 USD/metrik ton. Saat ini, harga nikel tercatat 8.507,29 USD/metrik ton. Masih rendahnya harga nikel, dikarenakan

berkurangnya permintaan dari industri besi/baja, destocking sektor stainless steel, dan tetap rendahnya output China,

sehingga berkontribusi terhadap penurunan harga nikel.

Sumber: World Bank

Sumber: World Bank

Grafik 7.5. Perkembangan Harga Internasional Nikel Grafik 7.6. Perkembangan Harga Internasional Coklat

16

Program ini dibuka secara simbolis oleh presiden Jokowi,yang melepas ekspor ke 24 negara tujuan dengan 27 komoditas berbeda dengan nilai Rp62

triliun. Dalam program ini Sulsel membidik 24 negara tujuan ekspor, diantaranya Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Italia, Puerto Rico, Jerman, Australia, Malaysia, Singapore Hongkong, Philipina , Inggris, Taiwan, Tiongkok , Israel, Polandia, Denmark, Dubai (Uni Emirat Arab), Kuwait, Saudi Arabia, Ukraina, Spanyol, Vietnam, Timor leste. Sedangkan komoditi yang di ekspor adalah udang beku, ikan tuna beku, kepiting, gurita beku, ikan segar, kakao liquer, kakao powder, kopi, kakao, buah markisa, jagung, budsudan (dupa), kayu olahan, rumput laut, karet, minyak mete, kulit mete, mete kupas, tepung terigu, dedak gandum, reptile skin, semen, nikel, marmer, ikan hidup, telur ikan terbang, daging kepiting, dan marmer.

17 Commodity Market Outlook, Januari 2016.

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 79

Perdagangan dalam negeri (antarpulau) diperkirakan lebih tinggiseiring masuknya musim panen di Sulsel, serta

membaiknya fasilitas infrastruktur dan pelayanan antar pulau. Infrastruktur yang semakin membaik akan mendukung

perhubungan antar pulau18

dan memudahkan lalu lintas pengiriman barang antar pulau yang saat ini menggunakan truk19

dan fasilitas kapal ro-ro. Selain itu, produksi pangan daerah lain yang relatif menurun, akan dipasok oleh Sulsel. Dalam hal

ini Sulsel telah mencatat pengiriman beras kepada 22 provinsi lainnya melalui mekanisme move Bulog dan memasok

bahan pangan lainnya (makanan jadi, hortikultura, dll) untuk kawasan timur Indonesia serta Kalimantan.

7.1.2 Prospek Sisi Lapangan usaha

Pada triwulan I 2016, sektor primer dan tersier diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel.

Perkembangan sektor primer (pertanian) meningkat seiring dengan pembangunan beberapa sarana terkait dan telah

masuknya musim panen. Sementara beberapa sektor tersier diperkirakan meningkat seiring adanya pelonggaran

kebijakan dan perbaikan ekspektasi pelaku usaha keuangan. Sementara itu, perkembangan sektor sekunder (industri dan

konstruksi) diharapkan akan terdapat perbaikan.

Lapangan usaha pertanian, terutama tanaman bahan makanan, diprakirakan akan meningkat pada triwulan I 2016.

Curah hujan yang cenderung menengah pada triwulan I 2016, diperkirakan optimal untuk penanaman tabama maupun

penangkapan ikan. Namun demikian, peningkatan produksi diperkirakan hanya terjadi pada produksi padi, sementara

produksi jagung dan kedelai diperkirakan turun. Produksi padi 2016 diperkirakan meningkat 8,4% (yoy), sementara

produksi jagung dan kedelai 2016 masing-masing akan turun 3,13% dan 18,43% (yoy). Dari sisi subsektor perkebunan,

tren harga internasional untuk kopi dan coklat diperkirakan masih lemah, sehingga ekspor komoditas tersebut juga

diperkirakan masih tertahan.

Lapangan usaha pertambangan diprakirakan tumbuh melambat, seiring dengan perkiraan harga internasional nikel

yang terus turun dan mencapai terendah dalam kurun 10 tahun terakhir. Perusahaan tambang masih untung dengan

harga nikel yang rendah, selama harga minyak bumi juga tetap rendah. Perkembangan harga internasional nikel, sampai

dengan Januari 2016 telah mengalami penurunan -42,7% (yoy) hingga level harga 8.507,29 USD /metrik ton. Harga bahan

bakar minyak dimanfaatkan perusahaan dengan meningkatkan produksi nikel perusahaan20

, dan dengan demikian

pendapatan perusahaan meningkat. Sebagai indikator, volume ekspor nikel pada 2014 tercatat 99,42 ribu ton sementara

2015 tercatat meningkat 3,13% (yoy) menjadi 102,53 ribu ton. Dalam menyiasati penurunan permintaan pasar dunia,

perusahaan tambang di Sulsel pada 2016, akan menunda belanja modal, yang berarti tidak ada ekspansi usaha pada 2016.

Lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan terkoreksi ke atas pada triwulan I 2016. Industri semen yang sempat

terbakar pada triwulan III 2015 sudah kembali beroperasi normal, sehingga sektor ini diperkirakan sudah mulai terkoreksi

ke atas produksinya. Di sisi lain, industri bahan makanan diperkirakan belum menggenjot produksinya karena permintaan

yang masih rendah.

Lapangan usaha konstruksi diperkirakan masih tertahan pada triwulan I 2016. Beberapa proyek pembangunan skala

besar telah mulai berjalan pada 2015, dan masih berlanjut di 2016. Sementara itu, realisasi pembangunan infrastruktur

baru diperkirakan masih minim di awal tahun. Kenaikan NJOP hingga 300% di Kota Makassar yang merupakan pusat

pertumbuhan sektor konstruksi di Sulsel diperkirakan berpengaruh signifikan21

terhadap penyediaan lahan di Makassar.

Lapangan usaha perdagangan besar/eceran diprakirakan masih rendah pada triwulan I 2016. Kegiatan perdagangan

diperkirakan belum meningkat signifikan. Hasil survei penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia memperlihatkan

indeks penjualan eceran pada triwulan I 2016 meningkat tipis (0,89%; yoy). Perbaikan penjualan triwulan I 2016

diperkirakan terjadi pada suku cadang; makanan, minuman dan tembakau; serta bahan bakar kendaraan bermotor

masing-masing 1,28%; -0,35%; dan 8,62% (yoy) dari triwulan sebelumnya masing-masing -3,52%; -3,43%; dan 6,72% (yoy).

18 Penambahan dermaga peti kemas, serta mulai beroperasinya lintas penyeberangan Pelabuhan Paciran, Jawa Timur dengan Pelabuhan Garongkong di

Kabupaten Barru. 19 Pengiriman barang untuk pengiriman dalam partai kecil,dengan metode tersebut mengurangi biaya bongkar muat barang. 20

produksi nikel yang dilakukan perusahaan pengolahan nikel meningkat menjadi 58.875 mt pada 2015 dari sebelumnya hanya 58.141

mt pada 2014. 21

Dari hasil FGD dengan REI Sulsel, diperoleh informasi bahwa kebijakan kenaikan NJOP mengakibatkan beberapa kontraktor urung melanjutkan proyek

pembangunan infrastruktur karena biaya pembebasan lahan yang meningkat signifikan.

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Grafik 7.7. Perkembangan Survei Penjualan Eceran

Lapangan usaha penyedia jasa akomodasi diperkirakan belum meningkat signifikan di awal 2016. Kegiatan MICE di awal

tahun 2016 relatif belum banyak terselenggara, karena masih dalam tahap konsolidasi internal institusi. Sementara itu,

tren pertumbuhan lapangan usaha ini akan meningkat pada 2016, seiring penambahan unit dan kamar hotel22

baru.

Sementara itu, lapangan usaha jasa keuangan diperkirakan juga meningkat, sebagaimana yang diekspektasikan

kalangan banker. Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia triwulan IV 2015, memperkirakan pertumbuhan kredit pada

2016 akan menguat, seiring optimisme perkiraan kondisi ekonomi tahun 2016 yang lebih baik dari tahun sebelumnya,

menurunnya risiko penyaluran kredit, dan rencana penurunan suku bunga kredit. Hasil dari survei tersebut

memperkirakan untuk keseluruhan 2016, secara nasional kredit akan tumbuh 12,0% (yoy) lebih tinggi dari hasil survei

sebelumnya (9,8%; yoy)23

.

7.2. Prospek Inflasi

Laju inflasi triwulan I 2016 secara umum diperkirakan stabil dengan rentang 4,0%±1,0% (yoy). Tekanan inflasi khususnya

dari kelompok volatile food diperkirakan melemah, seiring masuknya musim panen sehingga pasokan bahan pangan

mengalami penambahan. Tren penurunan harga minyak dunia diikuti penyesuaian harga/tarif administered price, akan

menjadi faktor penahan laju inflasi. Selain itu, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sulsel

akan meningkatkan koordinasi untuk menjaga ketersediaan stok pangan guna meminimalisir gejolak harga.

Inflasi di akhir 2016 diperkirakan masih dalam rentang target inflasi Nasional. Melihat pola historis inflasi pada lima

tahun terakhir, akan terjadi koreksi inflasi pada awal tahun, seiring masuknya musim panen bahan makanan. Selain itu,

harga komoditas minyak dunia dalam level terendah dalam sepuluh tahun terakhir. Target inflasi Sulsel pada 2016 di

kisaran 4%±1% optimis akan dapat tercapai, dengan catatan ketersediaan/distribusi pangan berjalan optimal,

berlanjutnya tren penurunan harga minyak dunia, diikuti dengan tiadanya kebijakan dari pemerintah yang dapat

meningkatkan tekanan inflasi secara simultan, serta telah berjalannya fungsi TPID di seluruh Kab/kota secara optimal.

Grafik 7.8. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulsel

22 Jumlah kamar tersedia di Makassar 2015 mencapai 11.550 unit kamar. Pada 2016, akan bertambah 1.800 kamar, sehingga mencapai 13.350 kamar

dengan rencana pengoperasian 11 hotel baru sepanjang 2016. 23 Statistik Perbankan Indonesia Triwulan IV 2015.

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV IP

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy

Indeks Total Suku cadang

Makanan, Minuman & Tembakau Bahan bakar kendaraan bermotor

Peralatan dan komunikasi di toko Perlengkapan rumah tangga lainnya

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 .12

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Infl

asi T

ahu

nan

Nasional

Sulsel

Sasaran Inflasi 2013: 4,5%+1Sulsel 2013: 6,22%Nasional 2013: 8,38%

Sasaran Inflasi 2011: 5%+1Sulsel 2011: 2,87%Nasional 2011: 3,79%

Sasaran Inflasi 2012: 4,5%+1Sulsel 2012: 4,41%Nasional 2012: 4,30%

Sasaran Inflasi 2015:4% + 1

Sasaran Inflasi 2014: 4,5%+1Sulsel 2014: 8,61%Nasional 2014: 8,36%

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 81

Kegiatan untuk menjaga ketersediaan barang dan kelancaran distribusi terus dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Provinsi Sulsel maupun TPID di tingkat kabupaten/kota. Pada triwulan I 2016, TPID akan lebih

meningkatkan koordinasi di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota untuk menjaga ketersediaan pasokan dan

kelancaran distribusi. Pemerintah Provinsi Sulsel berkomitmen untuk mencapai tingkat inflasi 2016 sekitar 4%. Koordinasi

menjadi krusial seiring peningkatan tekanan inflasi karena aliran distribusi pasokan bahan pangan ke daerah lain yang ikut

mengerek harga di Sulsel. Kondisi tersebut mendorong realisasi inflasi pada Januari 2016, yang naik menjadi 5,94% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan akhir 2015 (4,48%; yoy).

Tekanan inflasi volatile food diperkirakan melemah. Pergeseran jadwal tanam di beberapa wilayah di Sulsel yang semula

direncanakan pertengahan November 2015 menjadi pertengahan Desember 2015, sehingga pasokan pangan diperkirakan

akan tinggi pada triwulan I 2016, dengan berlangsungnya musim panen. Intensitas El Nino yang kuat, telah diantisipasi

dengan menyiapkan dukungan penyediaan saprodi (a.l. benih, pupuk, pompa, pengering gabah), mengoptimalkan

Sekolah Lapang Iklim (SLI) termasuk melakukan sosialisasi terutama pada daerah-daerah yang berpotensi mengalami

kekeringan, dan memperkuat kerjasama dengan daerah lain yang mengalami surplus pangan. Selain itu, pada triwulan I

2016, faktor cuaca relatif kondusif dengan curah hujan menengah yang menjamin ketersediaan air bagi lahan pertanian.

Tekanan inflasi administered prices triwulan I tahun 2016 diperkirakan relatif rendah. Inflasi administered price

kemungkinan dapat terkoreksi ke bawah, seiring tren turunnya harga minyak dunia, yang berimplikasi terhadap

penurunan harga bahan bakar minyak24

dan tarif listrik25

. Dengan kondisi ini, hasil liaison menyatakan harga jual untuk

produk makanan jadi, tetap dipertahankan sama dengan harga pada tahun 2015.

Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016

Keterangan:

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Grafik 7.9. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan

Tekanan inflasi komponen core inflation diperkirakan melemah, didorong oleh ekspektasi konsumen terhadap harga

yang cenderung turun dan stabilnya harga komoditas emas. Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan

datang melemah, yang tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) (Grafik 7.9), demikian pula indeks survei pedagang

eceran (SPE) (Grafik 7.10). Survei Konsumen indeksnya turun menjadi 182,0 pada triwulan I 2016 dari indeks triwulan

sebelumnya 188,67. Sementara indeks ekspektasi pedagang terhadap harga 3 (tiga) bulan yang akan datang sedikit

melambat menjadi 100,07 pada triwulan I 2016 dari indeks triwulan sebelumnya 100,13. Sementara itu, tren harga emas

diperkirakan stabil sampai dengan triwulan I 2016.

24

Harga bensin Premium turun menjadi Rp 7.150 per liter dari harga semula Rp 7.300 per liter. Sedangkan harga Solar turun menjadi Rp 5.950 per

liter dari harga sebelumnya Rp 6.700 per liter. Perubahan harga ini berlaku mulai 5 Januari 2016. 25

Tarif Rumah Tangga daya 1.300 Volt Ampere (VA) ke atas turun dari Rp 1.509,38 per kilo Watt hour (kWh) pada bulan Desember 2015, menjadi Rp

1.409,16 pada Januari 2016. Tarif bisnis daya 6.000 VA ke atas dan kantor pemerintah daya 6.600 VA ke atas juga turun hingga Rp 100,00. Kemudian tarif industri juga mengalami penurunan tipis.

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 7.10. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Grafik 7.11. Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap Harga

Sumber: World Bank

Grafik 7.12. Perkembangan Harga Internasional Emas

Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun Dasar 2010)

99,95

100,00

100,05

100,10

100,15

100,20

100,25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV IP

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspektasi Harga Umum 3 bln yad

IV Total I II III IV Total IP TotalP

Pertumbuhan Ekonomi 7,70 7,54 5,72 7,96 7,59 7,24 7,15 6,9-7,9 7,5-8,5

Sisi PengeluaranKonsumsi Rumah Tangga 5,5 5,9 5,3 5,5 5,0 5,4 5,3 4,9-5,9 4,7-5,7

Konsumsi LNPRT 4,9 11,3 (2,5) (2,1) 2,9 6,3 1,1 4,1-5,1 5,2-6,2

Konsumsi Pemerintah (2,1) 1,9 7,8 3,2 8,7 11,1 8,2 9,1-10,1 8,9-9,9

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,3 8,8 5,3 6,2 10,3 11,1 8,3 7,1-8,1 15,0-16,0

Ekspor Luar Negeri 7,8 9,8 (0,5) (8,0) (14,5) (15,5) (10,1) 0,8-1,8 4,9-5,9

Impor Luar Negeri 7,6 (35,8) 0,0 (3,8) 72,1 12,3 19,2 0,5-1,5 5,2-6,2

Net Ekspor Antardaerah 3,8 (0,5) (45,5) 14,9 41,7 (31,4) 9,1 (2,8)-(1,8) 6,9-7,9

Sisi Lapangan UsahaPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,9 10,0 3,5 11,6 5,2 1,4 5,6 5,5-6,5 5,7-6,7

Pertambangan dan Penggalian 15,6 11,1 2,4 8,1 12,1 8,4 7,9 2,7-3,7 5,3-6,3

Industri Pengolahan 14,6 8,9 5,8 7,5 4,4 9,0 6,7 7,4-8,4 7,8-8,8

Pengadaan Listrik, Gas 17,5 11,7 0,0 (6,9) (5,6) (3,3) (4,0) 5,5-6,5 3,8-4,8

Pengadaan Air (1,2) 2,1 0,6 (0,3) (2,5) 3,7 0,3 4,2-5,2 2,8-3,8

Konstruksi 5,6 6,3 7,2 5,9 9,2 10,7 8,3 8,4-9,4 8,2-9,2

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,4 7,2 5,6 6,6 9,1 10,1 7,9 5,9-6,9 7,1-8,1

Transportasi dan Pergudangan 4,4 1,7 4,4 7,1 10,4 5,7 6,9 5,0-6,0 6,8-7,8

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,6 7,8 5,1 4,0 6,0 7,7 5,7 6,7-7,7 7,0-8,0

Informasi dan Komunikasi 6,6 5,8 7,3 7,5 8,1 8,7 7,9 6,6-7,6 7,4-8,4

Jasa Keuangan 10,2 5,8 10,0 3,0 9,2 7,6 7,4 10,7-11,7 9,7-10,7

Real Estate 9,0 8,0 8,9 7,6 7,2 6,0 7,4 11,2-12,2 8,7-9,7

Jasa Perusahaan 7,4 6,8 4,8 4,5 6,8 7,4 5,9 7,0-8,0 6,4-7,4

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,9 2,6 5,5 7,1 9,3 9,2 7,8 8,0-9,0 8,0-9,0

Jasa Pendidikan 3,1 4,7 8,9 9,1 9,6 2,3 7,3 10,0-11,0 7,3-8,3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,3 10,2 7,4 7,8 11,3 10,5 9,3 8,8-9,8 9,2-10,2

Jasa lainnya 9,4 7,6 9,4 8,2 8,2 10,2 9,0 8,0-9,0 7,5-8,5

Inflasi Sulsel 8,6 8,6 7,1 8,1 8,4 4,5 4,5 4,0±1,0 4,0±1,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

p proyeksi Bank Indonesia

201620152014Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Provinsi Sulsel

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 83

7.3. Rekomendasi Kebijakan

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan

kawasan, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat disarankan kepada pemerintah daerah di Provinsi Sulsel:

a. Peningkatan harmonisasi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah, terutama dalam pelaksanaan

pembangunan infrastruktur.

b. Mengoptimalkan penggunaan dana transfer dari pemerintah pusat, serta menghindari adanya pengendapan

dana di perbankan.

c. Penerapan UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 30 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi

Kepentingan Umum secara lebih konsisten, untuk mengatasi kendala penyediaan lahan untuk infrastruktur.

d. Dengan adanya dana desa, maka seluruh desa/daerah akan melaksanakan pembangunan pada waktu yang

bersamaan, sehingga ketersediaan material dan sumber daya manusia (SDM) tukang, berpotensi menjadi sebuah

masalah. Oleh karena itu, perusahaan rekanan proyek-proyek pemerintah perlu diantisipasi dengan baik agar

material dan SDM tersedia secara berkelanjutan, yang tertuang dengan jelas dalam perjanjian kerja.

e. Potensi laut yang dimiliki Provinsi Sulsel sangat besar, namun hingga saat ini belum terdapat industri pengolahan

hasil perikanan yang memadai. Potensi hasil laut Sulsel yang cukup besar diantaranya berupa komoditi udang,

cakalang, rumput laut, dan bandeng.

f. Koordinasi pembangunan infrastruktur antar instasi terkait di daerah masih lemah, sehingga perlu ada instansi

atau badan khusus yang diberi wewenang untuk dapat menjembatani koordinasi antar instansi tersebut.

g. Sementara dari sisi inflasi rekomendasi yang dapat kami tawarkan adalah:

i. Meningkatkan kerjasama antara pusat dengan daerah (baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota) dalam

hal produksi dan stabilisasi harga, serta pemenuhan bahan pokok.

ii. Menyusun sistem informasi yang dapat menggambarkan kondisi neraca pangan secara terkini (stok pangan,

surplus/defisit pangan daerah, harga, musim panen/ tanam, dan perdagangan antar daerah) di masing-

masing daerah sebagai acuan pengambilan kebijakan.

iii. Sinkronisasi perencanaan dan penganggaran antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah (Provinsi

dan Kabupaten/Kota) serta antar SKPD, dalam penyusunan program pengendalian harga.

iv. Anomali harga beras (produksi mengalami surplus, namun menjadi penyumbang utama inflasi) yang terjadi di

Sulsel perlu dikaji lebih mendalam untuk mengetahui akar penyebabnya, sehingga pemecahannya lebih

komprehensif, konkrit dan aplikatif.

v. Perlunya dilakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke gudang-gudang pedagang besar guna memastikan tidak

adanya penimbunan barang secara berlebihan, yang mengarah pada upaya praktek pembentukan harga

barang (khususnya beras) secara tidak wajar dengan tujuan untuk mengendalikan harga di pasar.

vi. Perlunya dibuatkan ketentuan guna mengatur arus keluar barang, yang mewajibkan kepada pedagang besar

(antar provinsi) agar mengalokasikan minimal sekian persen dari barang/komoditas tertentu yang dikuasai

(khususnya beras) untuk dijual di pasar, guna mencukupi kebutuhan masyarakat Sulsel.

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 84

LAMPIRAN

Lampiran

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010(Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

I II III IV I II III* IV**

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 42.33 44.26 46.45 12.29 13.01 15.19 10.58 12.72 14.53 15.98 10.73

B Pertambangan dan Penggalian 11.90 12.53 13.24 3.45 3.50 3.79 3.97 3.53 3.78 4.25 4.30

C Industri Pengolahan 25.74 27.97 30.55 7.65 8.16 8.58 8.89 8.09 8.77 8.95 9.69

D Pengadaan Listrik, Gas 0.16 0.18 0.20 0.05 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.06

E Pengadaan Air 0.27 0.28 0.30 0.07 0.08 0.08 0.07 0.08 0.08 0.07 0.08

F Konstruksi 21.43 23.54 26.03 6.49 6.79 7.04 7.34 6.96 7.19 7.69 8.13

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 25.17 28.15 30.19 7.77 8.09 8.62 7.88 8.21 8.62 9.41 8.68

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.01 7.95 8.45 2.06 2.09 2.18 2.26 2.15 2.24 2.41 2.39

H Transportasi dan Pergudangan 2.48 2.77 2.95 0.77 0.80 0.81 0.81 0.80 0.83 0.85 0.88

J Informasi dan Komunikasi 10.01 12.07 13.77 3.49 3.59 3.73 3.74 3.75 3.86 4.04 4.07

K Jasa Keuangan 6.04 7.00 7.63 1.95 2.02 2.01 2.09 2.14 2.08 2.19 2.25

L Real Estate 6.59 7.28 7.93 2.07 2.12 2.16 2.21 2.25 2.28 2.32 2.34

M,N Jasa Perusahaan 0.81 0.88 0.94 0.24 0.25 0.25 0.25 0.26 0.26 0.27 0.27

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9.77 9.99 10.29 2.51 2.58 2.70 2.77 2.65 2.76 2.95 3.03

P Jasa Pendidikan 10.29 11.06 11.92 2.92 2.93 3.10 3.52 3.18 3.19 3.40 3.61

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.36 3.71 4.02 1.06 1.09 1.11 1.17 1.14 1.18 1.23 1.29

R,S,T,U Jasa lainnya 2.36 2.55 2.74 0.71 0.73 0.75 0.76 0.77 0.79 0.81 0.84

185.71 202.18 217.59 55.56 57.88 62.16 58.39 58.74 62.49 66.88 62.62

Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

PRDB

2011 2012 20132014 2015

I II III IV I II III* IV**

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 44.97 51.41 57.37 15.94 17.19 20.39 14.91 18.19 20.84 23.49 16.04

B Pertambangan dan Penggalian 14.65 16.18 17.88 5.14 5.48 5.62 6.41 5.64 5.87 6.03 5.81

C Industri Pengolahan 26.94 30.80 35.49 9.42 10.08 10.77 11.36 10.61 11.60 11.95 13.02

D Pengadaan Listrik, Gas 0.16 0.18 0.18 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05

E Pengadaan Air 0.29 0.31 0.35 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09

F Konstruksi 22.89 26.58 31.52 8.23 8.68 9.25 9.87 9.47 9.86 11.01 11.84

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 26.49 30.65 33.63 8.89 9.29 9.98 9.45 9.94 10.65 11.98 11.22

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.32 8.96 10.43 2.65 2.80 3.08 3.47 3.20 3.38 3.72 3.75

H Transportasi dan Pergudangan 2.65 3.15 3.56 0.96 1.01 1.05 1.08 1.08 1.12 1.16 1.19

J Informasi dan Komunikasi 10.05 12.13 13.79 3.55 3.61 3.75 3.69 3.70 3.81 4.07 4.14

K Jasa Keuangan 6.42 8.24 9.60 2.57 2.68 2.70 2.88 2.99 2.93 3.12 3.22

L Real Estate 7.02 8.32 9.90 2.72 2.77 2.83 3.20 3.22 3.37 3.45 3.55

M,N Jasa Perusahaan 0.86 1.00 1.15 0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.38 0.39

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.70 11.45 12.24 2.97 3.24 3.57 3.89 3.71 3.92 4.27 4.43

P Jasa Pendidikan 10.89 12.10 13.89 3.38 3.57 4.13 4.42 4.00 4.07 4.48 4.76

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.55 4.08 4.68 1.24 1.30 1.45 1.52 1.51 1.56 1.68 1.77

R,S,T,U Jasa lainnya 2.45 2.75 3.18 0.86 0.91 0.95 1.01 1.03 1.06 1.11 1.16

198.29 228.29 258.84 68.97 73.05 79.98 77.62 78.75 84.54 92.03 86.43

2014 20152013Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

PRDB

2011 2012

Page 91: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 85

Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Miliar)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Juta)

Sumber : Badan Pusat Statistik

I II III IV I II III IV I II III* IV**

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 106.35 113.78 29.25 29.70 30.67 30.94 120.56 31.16 31.54 32.36 32.64 127.70 32.82 33.28 33.99 34.39 134.47

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.22 2.38 0.62 0.64 0.67 0.70 2.62 0.73 0.74 0.72 0.73 2.92 0.71 0.72 0.74 0.78 2.95

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 21.55 22.45 2.91 5.68 5.51 8.95 23.06 3.36 5.56 5.81 8.76 23.49 3.63 5.74 6.32 9.73 25.41

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 64.56 74.68 18.97 20.26 21.55 22.19 82.98 21.33 22.09 22.83 24.04 90.29 22.45 23.47 25.19 26.71 97.82

5 Perubahan Inventori 2.16 5.43 2.55 4.07 -0.54 -2.12 3.97 -0.66 1.06 0.52 -1.88 -0.97 0.62 1.87 1.56 0.62 4.66

6 Ekspor 52.86 51.22 13.15 12.83 15.26 11.13 52.36 14.95 14.40 16.00 14.40 59.75 13.86 13.73 14.66 10.30 52.56

7 Impor 63.99 67.75 16.19 18.77 15.42 17.57 67.96 15.31 17.51 16.07 20.30 69.18 15.34 16.31 15.57 19.91 67.14

PDRB 185.71 202.18 51.27 54.41 57.70 54.22 217.59 55.56 57.88 62.16 58.39 234.00 58.74 62.49 66.88 62.62 250.73

20132014

20142015

2015No Komponen 2011 20122013

I II III IV I II III IV I II III* IV**

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 113.55 129.69 34.61 35.35 38.26 38.42 146.64 39.40 40.15 42.04 43.60 165.19 44.64 45.72 47.48 48.68 186.52

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.31 2.60 0.72 0.73 0.80 0.83 3.08 0.91 0.95 0.99 1.01 3.86 1.00 1.03 1.09 1.15 4.27

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23.49 26.12 3.42 6.93 7.33 11.04 28.72 4.25 7.46 8.35 11.64 31.70 4.86 7.99 9.19 14.43 36.48

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 66.70 82.68 20.78 22.79 25.09 26.22 94.88 25.98 27.48 28.76 30.94 113.16 29.14 31.00 33.80 36.41 130.34

5 Perubahan Inventori 2.50 5.66 3.13 4.78 -0.86 -2.62 4.42 -1.02 2.00 0.85 -3.39 -1.55 0.90 2.01 1.84 0.90 5.64

6 Ekspor 57.26 58.19 13.84 14.71 16.61 14.76 59.93 18.36 18.40 20.76 20.49 78.01 18.91 18.67 19.75 12.76 70.08

7 Impor 67.52 76.66 17.19 21.15 17.62 22.87 78.84 18.90 23.38 21.76 26.68 90.73 20.69 21.88 21.11 27.89 91.57

PDRB 198.29 228.29 59.30 64.14 69.60 65.80 258.84 68.97 73.05 79.98 77.62 299.63 78.75 84.54 92.03 86.43 341.75

20132014

20142015

2015No Komponen 2011 20122013

Penduduk (Jiwa) 8,060,401 8,156,129 8,250,018 8,342,047 8,432,163 8,520,300

PDRB per Kapita (Juta Rp) 21.31 24.31 27.67 31.01 35.59 39.90

2015P2014Kategori 2010 2011 2012 2013

Page 92: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

86 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran

Sumber: BPS, diolah

Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Umum Bahan

Makanan

Makanan

Jadi,

Minuman,

Rokok, dan

Tembakau

Perumahan,

Air, Listrik,

Gas, dan

Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi, dan

Olahraga

Transpor

dan

Komunikasi

126.75 148.73 131.96 122.00 135.79 119.24 116.86 104.73

130.39 149.06 137.77 126.48 147.55 128.36 120.24 105.50

Triwulan I 132.89 156.33 139.19 128.22 149.63 129.86 120.33 105.61

Triwulan II 133.44 156.50 140.33 129.03 150.10 130.61 120.60 105.92

Triwulan III 135.69 161.48 143.21 129.73 154.94 130.98 121.38 106.22

Triwulan IV 136.14 158.86 144.70 130.72 158.05 132.02 124.35 106.72

Triwulan I 139.01 168.84 145.55 132.61 158.64 132.82 124.59 106.55

Triwulan II 139.26 166.24 146.83 133.67 154.02 133.21 124.61 110.11

Triwulan III 145.51 178.85 149.93 135.89 159.22 135.20 125.82 118.97

Triwulan IV 144.60 169.92 151.18 138.64 161.74 136.89 126.08 119.08

Triwulan I 109.16 111.25 108.80 109.10 108.00 105.49 103.66 110.65

Triwulan II 109.71 111.33 109.77 109.58 108.46 107.25 103.72 111.33

Triwulan III 111.72 114.94 112.34 111.74 110.06 108.51 105.35 111.29

Triwulan IV 116.89 125.03 114.11 114.88 110.82 109.25 105.45 121.49

Triwulan I 116.94 125.83 115.15 117.40 114.32 112.29 105.70 115.08

Triwulan II 118.55 128.30 116.95 118.18 113.74 113.18 106.16 118.01

Triwulan III 121.06 133.46 119.33 118.99 117.71 114.24 108.12 119.30

Triwulan IV 122.13 136.01 120.36 119.63 117.48 114.73 108.16 120.29

2015

2014

IHK

(Akhir Periode)

2010

2011

2012

2013

I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 134.91 137.86 138.15 144.29 143.33 143.33 108.94 109.26 111.45 116.50 116.94 118.67 121.42 122.54

Palopo 142.22 144.84 144.26 150.25 149.68 149.68 108.84 110.28 111.34 116.54 116.40 117.88 119.35 120.48

Parepare 134.76 137.33 137.57 144.44 143.26 143.26 108.29 109.33 110.89 117.71 115.36 116.96 118.67 119.57

Bone (Watampone) 148.83 151.29 151.92 159.23 159.04 159.04 109.81 111.58 112.81 117.35 116.02 116.35 117.70 118.49

Bulukumba** 117.21 118.31 119.99 125.61 124.49 125.55 127.95 128.34

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Sejak tahun 2014 data IHK menggunakan tahun dasar 2012 **) Dihitung sebagai Kota Inflasi sejak tahun 2014

Kota Inflasi2015*

201320122013 2014*

I II III IV I II III IV I II III IV

Makassar 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 6.24 5.46 5.38 3.57 8.51 7.34 8.61 8.95 5.18

Palopo 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 5.25 6.22 7.36 4.03 8.95 6.95 6.89 7.19 3.38

Parepare 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 6.31 5.58 5.57 3.04 9.38 6.53 6.98 7.02 1.58

Bone (Watampone) 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 6.86 7.86 8.14 4.55 8.22 5.66 4.27 4.33 0.97

Bulukumba** 13.94 14.10 7.30 9.45 6.21 6.12 6.63 2.17

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Sejak tahun 2014 data IHK menggunakan tahun dasar 2012 **) Dihitung sebagai Kota Inflasi sejak tahun 2014

20122013

Kota Inflasi2015*2014*

2013

Page 93: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 87

C. Perbankan

Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)

Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

6,275 26,446 13,085 45,807 20,074 9,626 23,198 52,898 115.48%

Triwulan I 7,471 25,004 13,259 45,734 20,516 10,025 24,044 54,585 119.35%

Triwulan II 7,282 27,206 13,536 48,024 22,850 10,588 25,597 59,035 122.93%

Triwulan III 7,257 28,545 14,115 49,917 22,385 10,997 27,707 61,090 122.38%

Triwulan IV 7,345 31,466 14,907 53,717 25,506 11,380 29,335 66,221 123.28%

Triwulan I 7,770 29,321 15,211 52,302 25,980 12,232 30,158 68,371 130.72%

Triwulan II 8,092 30,068 15,297 53,457 26,659 14,486 31,793 72,937 136.44%

Triwulan III 9,221 32,076 16,062 57,359 26,160 15,769 33,085 75,014 130.78%

Triwulan IV 7,845 35,007 17,592 60,444 27,231 14,494 33,663 75,388 124.72%

Triwulan I 7,990 32,446 17,726 58,162 27,257 14,642 33,974 75,874 130.45%

Triwulan II 9,730 33,168 18,504 61,402 29,062 15,467 34,807 79,336 129.21%

Triwulan III 9,693 34,828 19,819 64,339 29,847 15,457 35,159 80,463 125.06%

Triwulan IV 7,995 37,428 20,690 66,112 31,442 16,241 35,877 83,560 126.39%

Triwulan I 10,154 34,147 22,118 66,420 32,776 16,482 36,045 85,304 128.43%

Triwulan II 11,820 34,881 22,166 68,867 34,627 16,500 36,436 87,563 127.15%

Triwulan III 12,471 37,491 22,472 72,433 34,876 17,476 37,558 89,911 124.13%

Triwulan IV 13,165 42,221 23,091 78,477 36,730 20,538 37,713 94,982 12105.00%

2015

LDRDPK KREDIT

Periode

2014

2013

2011

2012

Page 94: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

88 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Tabel C.2. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)

Tabel C.3. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank

Pertanian TambangIndustri

Pengolahan

Listrik, Gas,

dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan

Jasa Dunia

Usaha

Jasa Sosial

MasyarakatLain-lain

869 309 3,460 144 2,155 15,072 1,629 2,770 1,555 24,935 52,898

Triwulan I 906 312 3,468 137 2,065 15,459 1,744 2,917 1,570 26,007 54,585

Triwulan II 1,128 363 3,904 124 2,448 17,631 1,730 3,178 1,485 27,045 59,035

Triwulan III 1,171 375 4,008 135 2,582 17,741 1,794 3,131 1,372 28,781 61,090

Triwulan IV 1,215 399 5,250 141 2,674 19,027 2,321 3,105 1,404 30,684 66,221

Triwulan I 1,403 447 5,335 133 2,565 19,933 2,631 3,240 1,619 31,065 68,371

Triwulan II 1,396 449 5,579 116 2,780 22,957 2,763 3,433 1,650 31,814 72,937

Triwulan III 1,385 444 5,631 121 2,966 23,360 2,864 3,414 1,733 33,096 75,014

Triwulan IV 1,400 397 4,186 191 3,034 24,132 2,923 3,550 1,780 33,794 75,388

Triwulan I 1,405 377 3,918 218 3,043 24,334 2,960 3,747 1,828 34,043 75,874

Triwulan II 1,499 560 4,210 245 3,666 25,587 2,950 3,598 1,968 35,053 79,336

Triwulan III 1,435 537 4,283 232 4,173 25,748 2,951 3,581 2,115 35,408 80,463

Triwulan IV 1,506 509 4,747 350 4,366 27,033 2,820 3,662 2,340 36,226 83,560

Triwulan I 1,630 427 5,035 382 4,746 27,920 2,782 3,733 2,473 36,174 85,304

Triwulan II 1,788 390 5,109 413 4,902 29,003 2,693 4,037 2,681 36,547 87,563

Triwulan III 2,303 383 5,304 398 5,417 29,373 2,672 4,024 2,388 37,648 89,911

Triwulan IV 2,461 410 7,487 379 5,491 31,424 2,781 4,221 2,549 37,777 89,911

2015

2014

Kredit (Lokasi Bank)

Periode Total

2011

2012

2013

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

13.55 11.83 12.83 13.34 13.61 14.09 10.62 6.81 28.61 13.45 12.84 13.32

Triwulan I 13.49 11.69 12.79 13.16 13.60 14.56 8.50 7.29 27.35 13.30 12.77 13.46

Triwulan II 13.24 11.34 12.70 12.74 13.62 14.36 9.32 7.91 27.67 13.00 12.60 13.35

Triwulan III 13.21 11.11 12.54 12.55 13.36 14.31 9.53 8.36 26.16 12.90 12.39 13.19

Triwulan IV 12.63 10.92 12.23 12.28 13.09 14.01 8.85 8.07 23.83 12.47 12.19 12.88

Triwulan I 12.56 10.74 12.20 12.31 12.89 14.04 7.21 8.21 23.67 12.40 12.05 12.85

Triwulan II 12.77 10.57 12.12 12.01 12.71 13.89 8.12 8.37 20.92 12.38 11.65 12.74

Triwulan III 12.94 10.79 12.11 12.72 12.99 13.83 9.14 9.16 21.14 12.80 12.02 12.72

Triwulan IV 13.00 11.08 12.18 13.04 13.53 13.91 10.20 10.06 20.92 12.99 12.57 12.78

Triwulan I 13.10 11.15 12.24 13.23 13.67 14.06 10.49 10.68 22.14 13.13 12.71 12.86

Triwulan II 13.26 11.44 12.41 13.51 13.53 14.05 10.08 10.72 22.94 13.33 12.75 12.97

Triwulan III 13.48 11.61 12.44 13.62 13.53 14.10 10.26 10.81 23.49 13.50 12.81 13.00

Triwulan IV 13.46 11.57 12.61 13.48 13.78 14.17 10.77 11.14 23.13 13.44 12.93 13.13

Triwulan I 13.81 12.12 11.45 14.04 15.29 14.74 10.03 11.38 23.11 13.25 13.13 13.59

Triwulan II 13.42 10.40 13.00 12.91 13.75 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.14 13.61

Triwulan III 13.28 10.26 13.22 13.01 13.69 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76

Triwulan IV 12.95 9.53 13.31 12.86 13.34 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.30 13.82

Bank Umum

Periode

2011

2012

2015

2013

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran

2014

Page 95: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 89

D. Sistem Pembayaran

Tabel D.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Triliun)

Tabel D.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 3.87 1.86 2.01 66.21% 48.64% 86.63%

II 2.75 3.17 (0.42) 31.17% 66.32% 319.19%

III 3.93 3.57 0.35 5.71% 9.83% -23.54%

IV 3.20 3.21 (0.01) 30.61% 25.77% 87.00%

13.75 11.82 1.93 29.82% 31.80% 18.87%

I 4.41 1.71 2.69 13.90% -7.82% 33.98%

II 3.24 2.89 0.35 17.50% -9.08% 183.53%

III 4.87 5.31 (0.44) 24.12% 48.62% 225.76%

IV 4.07 4.16 (0.09) 27.33% 29.50% -536.97%

16.59 14.08 2.52 20.66% 19.05% 30.54%

I 5.30 2.35 2.95 20.17% 36.78% 9.61%

II 4.07 3.83 0.24 25.76% 32.70% -31.38%

III 5.56 5.64 (0.08) 14.16% 6.18% 81.98%

IV 4.30 4.10 0.21 5.64% -1.52% 336.57%

19.24 15.91 3.32 15.93% 13.07% 31.92%

I 6.18 2.25 3.94 16.70% -4.14% 33.26%

II 3.78 3.70 0.07 -7.20% -3.29% -69.42%

III 4.82 4.93 (0.11) -13.42% -12.67% -40.51%

IV 3.79 3.21 0.58 -11.93% -21.73% 182.83%

18.57 14.09 4.48 -3.47% -11.49% 34.93%

2015

2015

2014

2014

PeriodeJumlah yoy

2013

2012

2012

2013

Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow

I 0.15 1.80 (1.65) -69.71% 714.38% 720.99%

II 0.13 2.53 (2.40) 0.09% 60.57% -65.80%

III 0.02 0.86 (0.84) 200.52% -75.69% 76.17%

IV 0.05 0.34 (0.29) -72.94% -86.00% 87.11%

0.34 5.53 (5.19) -57.62% -28.79% 25.43%

I 0.03 0.28 (0.25) -80.04% -84.46% 84.86%

II 0.08 0.78 (0.70) -39.81% -69.23% 70.77%

III 0.08 2.51 (2.43) 335.68% 192.39% -189.28%

IV 0.10 2.63 (2.53) 95.78% 670.88% -772.95%

0.29 6.20 (5.91) -16.80% 12.07% -13.98%

I 0.14 2.20 (2.05) 388.70% 685.69% -720.65%

II 0.04 3.22 (3.18) -47.69% 314.31% -353.25%

III 0.23 3.93 (3.70) 186.11% 56.42% -52.18%

IV 0.13 2.07 (1.94) 29.30% -21.19% 23.20%

0.54 11.42 (10.88) 89.84% 84.31% -84.05%

I 0.00 1.74 (1.73) -97.54% -20.95% 15.58%

II 0.00 5.66 (5.66) -100.00% 75.61% -77.79%

III 0.03 3.59 (3.56) -84.91% -8.54% 3.84%

IV 0.00 5.84 (5.84) -97.69% 182.13% -200.88%

0.04 16.83 (16.79) -92.44% 47.38% -54.34%

2014

2014

2015

2015

2012

2012

2013

2013

PeriodeJumlah yoy

Page 96: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

90 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Tabel D.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Real Time Gross Settlement (Rp Triliun)

E. Ekspor dan Impor

Tabel E.1. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Ribu)

Sumber: Bea Cukai, diolah

Tabel E.2. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)

Ket: 10 besar negara tujuan ekspor sepanjang 2015

Sumber: Bea Cukai, diolah

From To From-To From To From-To

I 11.50 29.15 4.58 3.26% 24.82% -1.96%II 15.47 37.79 4.35 27.09% 45.01% -18.06%III 15.42 34.63 4.42 17.91% 1.86% -17.49%IV 19.88 40.65 5.05 25.54% 18.28% -17.24%

62.28 142.21 18.41 19.24% 20.75% -14.18%I 14.45 32.77 4.25 25.59% 12.42% -7.28%II 17.40 36.12 4.92 12.46% -4.41% 13.00%III 18.77 37.61 6.75 21.72% 8.61% 52.66%IV 20.54 41.48 7.30 3.32% 2.05% 44.57%

71.16 147.98 23.22 14.26% 4.06% 26.15%I 15.66 27.89 4.75 8.39% -14.89% 11.85%II 21.37 33.67 9.76 22.83% -6.79% 98.44%III 22.72 38.10 10.97 21.04% 1.28% 62.41%

III 25.66 41.37 11.87 24.93% -0.27% 62.68%

85.41 141.02 37.36 20.03% -4.70% 60.89%

I 14.45 32.77 4.29 -7.73% 17.51% -9.65%

II 26.71 31.93 4.27 24.96% -5.15% -56.25%

III 19.34 40.38 3.48 -14.88% 5.99% -68.29%

2012

PeriodeJumlah yoy

2015

2014

2013

2012

2013

2014

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Nikel 258,413 247,288 215,371 200,767 921,839 213,110 269,360 289,821 266,267 1,038,558 211,882 197,775 172,672 176,610 758,939

2 Cokelat Olahan 4,696 14,722 17,225 28,377 65,019 29,325 34,256 47,805 37,194 148,581 21,144 40,898 31,884 30,021 123,947

3 Ganggang Laut 15,882 21,039 27,430 26,942 91,292 33,321 35,918 38,832 39,176 147,247 28,146 32,547 26,357 18,757 105,807

4 Biji Cokelat 50,603 28,346 59,061 39,017 177,026 19,952 35,040 27,076 20,085 102,154 9,422 23,052 27,395 15,355 75,224

5 Udang Segar 11,805 13,911 16,464 19,577 61,757 14,593 18,007 23,090 12,773 68,463 11,834 14,979 14,107 16,532 57,452

6 Ikan Olahan 11,111 10,330 15,233 14,376 51,050 8,803 12,162 17,765 15,593 54,322 9,900 13,105 11,894 14,155 49,053

7 Buah/Sayur Olahan 6,848 6,214 6,677 5,646 25,385 5,926 7,916 6,292 5,543 25,677 8,386 10,161 10,570 11,640 40,757

8 Kayu Lapis 9,267 8,843 7,771 9,927 35,809 10,534 9,175 8,248 8,581 36,538 6,236 10,994 9,932 13,289 40,450

9 Sayur-Sayuran 65 199 295 165 723 175 139 105 5,242 5,661 30 8,427 9,797 260 18,514

10 Dedak/Bekatul 5,974 4,844 4,624 3,934 19,375 4,603 5,231 4,317 3,871 18,022 6,125 4,893 2,841 3,385 17,243

403,019 389,288 417,565 386,338 1,596,210 460,017 499,048 452,629 344,161 1,755,855 344,161 382,893 350,441 333,278 1,410,774

2015**2015**

KOMODITAS EKSPOR UTAMA 2014*2014*

2013*2013

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Jepang 276,916 265,502 236,096 222,268 1,000,782 229,808 285,800 311,425 282,417 1,109,450 225,143 213,089 188,475 189,872 816,578

2 Malaysia 15,544 21,970 30,383 35,098 102,995 28,276 38,252 40,895 44,010 151,433 28,197 35,894 35,508 29,831 129,429

3 Amerika Serikat 37,186 20,355 49,647 46,967 154,155 31,358 43,734 37,866 22,781 135,739 22,395 32,804 41,494 31,259 127,952

4 Philipina 15,896 23,792 26,969 24,962 91,618 26,414 32,148 39,092 35,247 132,900 16,135 40,494 23,936 3,499 84,063

5 Singpura 3,759 4,103 4,511 3,529 15,902 4,784 4,348 5,126 9,554 23,811 2,212 11,210 12,884 4,620 30,926

6 Belanda 10,747 6,511 13,668 4,892 35,819 5,235 8,685 12,434 5,537 31,890 7,958 5,793 6,022 3,635 23,408

7 Korea Selatan 2,041 2,727 3,249 2,982 10,999 3,121 4,085 3,269 5,640 16,115 7,360 7,035 4,995 5,971 25,361

8 Jerman 2,714 4,225 5,959 5,027 17,925 5,462 5,994 10,525 7,103 29,084 6,972 4,541 7,410 2,760 21,683

9 Australia 3,061 4,265 3,095 5,854 16,274 6,494 9,624 7,580 6,191 29,890 4,414 4,530 3,952 4,151 17,047

10 Hongkong 4,514 4,803 3,702 4,110 17,129 4,296 3,314 5,116 3,646 16,373 4,460 3,346 3,888 3,765 15,459

366,672 338,889 362,336 335,808 1,403,705 318,197 400,004 428,820 389,604 1,536,625 344,161 382,891 350,441 333,278 1,410,772

2015**2015**

2014*2014*

2013

NILAI EKSPOR SULSEL

NEGARA TUJUAN EKSPOR2013

Page 97: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 91

Tabel E.3. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ ribu)

Ket: 10 komoditas impor sepanjang 2015 Sumber: Bea Cukai, diolah

Tabel E.4. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Ribu)

Ket: 10 besar negara importir sepanjang 2015

Sumber: Bea Cukai, diolah

F. Inklusi Keuangan

Tabel F.1. Perkembangan Rasio Jumlah Rekening terhadap Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Kapal Terbang dan Bagiannya - - - - - - - - - - - - 124,230 - 124,230

2 Bahan Kimia Anorganik 37,228 56,624 29,661 62,323 185,835 55,107 48,136 59,146 30,292 192,681 43,748 66,857 273 369,709 480,587

3 Karpet dan Alas Lantai 56,173 47,354 15,453 18,483 137,463 34,678 52,658 32,731 26,309 146,375 23,114 47,433 - - 70,547

4 Gandum-Ganduman - - - - - - - - - - - - 44,440 3,083,733 3,128,172

5 Aluminium 14,065 16,677 19,661 20,156 70,559 11,103 40,995 16,902 27,845 96,845 21,885 12,475 28 59,578 93,965

6 Mesin/Mesin/Pesawat Mekanik - - - - - - 41 43 202 287 32 47 31,330 3,778,722 3,810,131

7 Ampas/Sisa Industri Makanan - - - - - - - - - - - - 18,588 2,168,490 2,187,079

8 Kain Khusus 13,822 6,086 1,859 3,382 25,150 4,827 3,723 4,913 1,977 15,440 5,075 13,305 - - 18,380

9 Bulu dan Bunga Buatan - 3,070 2,277 210 5,557 1,570 - 2,581 1,436 5,588 13,900 538 - - 14,438

10 Sereal,Tepung, dan Susu 101 - 7,183 6,250 13,534 1,657 2,508 7,449 5,079 16,692 11,185 2,890 132 84 14,291

300,716 404,717 218,820 126,061 1,050,313 139,097 181,875 149,053 129,393 599,417 163,902 180,739 270,064 149,655 764,360 NILAI IMPOR SULSEL

KOMODITAS IMPOR UTAMA2013 2014* 2015**

2015*2014*2013*

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Rusia 151,252 248,147 121,335 11,978 532,711 586 557 6,325 2,069 9,536 946 - 132,603 13,334 146,883

2 Tiongkok 28,368 2,948 11,288 15,463 58,066 24,588 36,507 29,472 20,987 111,554 29,420 34,987 59,722 60,503 184,632

3 Australia 29,359 41,531 29,849 29,355 130,093 40,047 36,627 40,027 18,364 135,066 59,175 47,954 16,828 9,655 133,612

4 Kanada 12,049 25,176 3,905 12,160 53,291 2,799 15,376 10,268 15,521 43,963 5,293 18,487 22,930 10,637 57,347

5 Singapura 13,586 11,955 9,626 3,094 38,262 7,901 4,377 8,400 10,861 31,538 26,556 11,061 3,437 9,330 50,383

6 Argentina 12,569 15,635 13,186 17,778 59,168 10,141 34,030 13,582 19,518 77,272 19,975 10,541 9,303 5,364 45,182

7 Jerman 14,314 9,187 393 749 24,643 424 10,070 10,238 2,471 23,203 978 21,430 170 1,839 24,417

8 Amerika Serikat 9,774 2,429 7,879 12,155 32,238 25,350 13,445 6,130 8,696 53,620 1,771 9,845 2,412 4,976 19,005

9 Thailand 11,310 5,838 3,313 3,155 23,616 9,381 3,380 2,539 7,106 22,406 2,477 4,540 4,573 2,444 14,035

10 Malaysia 1,470 3,137 2,006 4,153 10,766 5,031 10,675 3,832 1,811 21,350 300 2,722 5,723 1,153 9,898

300,716 404,717 218,820 126,061 1,050,313 139,097 181,875 149,053 129,393 599,417 163,067 180,739 270,064 149,655 763,524 NILAI IMPOR SULSEL

NEGARA ASAL IMPOR2013

2014*2015**

2015**2014*

2013*

2012 2013 2014** 2015** 2012 2013 2014** 2015** 2012 2013 2014** 2015**

4,079 4,806 5,182 5,540 8,207 8,309 8,408 8,520 49.70 57.84 61.64 65.02

2012 2013 2014** 2014** 2012 2013 2014** 2015** 2012 2013 2014** 2015**

894 872 870 916 8,207 8,309 8,408 8,520 10.89 10.49 10.34 10.75

*) Jumlah penduduk merupakan proyeksi dari proporsi jumlah penduduk miskin berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS

**) Data terkini perbankan dan jumlah penduduk miskin

Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Jumlah

Penduduk (%)

Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Jumlah

Penduduk (%)Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*

Jumlah Rekening Kredit Lokasi Proyek (Ribu

Rekening)

Jumlah Rekening DPK Lokasi KC/KCP (Ribu

Rekening)Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*

Page 98: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

92 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

G. Indikator Makro Per Kabupaten/Kota

Tabel G.1.PDRB menurut kabupaten/kota atas dasar harga berlaku dan konstan (Rp Milyar)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1 Kep Selayar 2,464.94 2,879.79 346,352.00 212,281.00 231,779.00 253,065.00

2 Bulukumba 6,243.26 7,170.12 834,526.00 548,324.00 591,022.00 639,565.00

3 Bantaeng 3,825.42 4,337.70 49,368.00 323,446.00 352,595.00 380,522.00

4 Jeneponto 4,720.38 5,258.35 613,998.00 414,746.00 442,331.00 476,431.00

5 Takalar 4,366.04 4,962.95 580,996.00 380,914.00 414,447.00 451,763.00

6 Gowa 9,380.48 10,702.76 1,200,182.00 828,911.00 907,149.00 970,144.00

7 Sinjai 4,926.59 5,600.99 64,828.00 436,671.00 470,726.00 503,579.00

8 Maros 10,428.66 11,885.15 1,475,054.00 904,451.00 961,278.00 101,155.00

9 Pangkep 11,766.21 13,508.09 1,592,163.00 1,028,864.00 1,124,899.00 1,239,177.00

10 Barru 3,363.62 3,816.79 439,691.00 300,072.00 323,815.00 345,322.00

11 Bone 14,833.10 16,656.17 1,973,912.00 1,273,012.00 135,336.00 1,474,106.00

12 Soppeng 4,761.84 5,401.13 617,604.00 425,955.00 456,799.00 487,675.00

13 Wajo 10,166.67 11,620.59 1,356,844.00 881,911.00 942,444.00 102,866.00

14 Sidrap 6,108.34 6,937.94 803,628.00 529,754.00 56,652.00 610,475.00

15 Pinrang 8,738.25 9,847.32 1,135,826.00 77,089.00 827,031.00 894,122.00

16 Enrekang 8,738.25 4,121.14 461,789.00 30,212.00 319,779.00 338,582.00

17 Luwu 6,698.54 7,679.83 900,639.00 59,151.00 637,302.00 692,957.00

18 Tana Toraja 3,232.30 3,701.18 426,752.00 279,372.00 299,715.00 319,381.00

19 Luwu Utara 5,560.28 6,339.52 755,898.00 4,911.00 527,463.00 57,213.00

20 Luwu Timur 15,266.46 16,623.15 2,036,359.00 1,196,326.00 1,271,759.00 1,379,439.00

21 Toraja Utara 3,546.30 4,248.57 504,516.00 297,171.00 326,143.00 35,074.00

22 Makassar 78,013.04 88,169.95 1,000,265.00 7,085,104.00 7,690,741.00 82,592.00

23 Pare-pare 3,501.13 3,938.49 442,805.00 315,026.00 340,132.00 360,858.00

23 Palopo 3,690.92 4,180.46 474,386.00 336,325.00 363,487.00 387,703.00

NO KABUPATEN/KOTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU ATAS DASAR HARGA KONSTAN

Page 99: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 93

Tabel G.2.Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Harga Konstan (Rp Milyar)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Tabel G.3.PDRB Perkapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku (Rp juta rupiah)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 8.88 7.88 9.18 9.18

2 Bulukumba 5.49 9.65 7.79 8.21

3 Bantaeng 9.38 9.67 9.01 7.92

4 Jeneponto 8.44 7.55 6.65 7.71

5 Takalar 7.59 6.58 8.80 9.00

6 Gowa 7.46 8.15 9.44 6.94

7 Sinjai 7.60 7.32 7.80 6.98

8 Maros 11.24 11.14 6.28 5.23

9 Pangkep 9.84 8.26 9.33 10.16

10 Barru 8.13 8.39 7.91 6.64

11 Bone 6.40 8.21 6.31 8.92

12 Soppeng 7.17 6.93 7.24 6.76

13 Wajo 10.11 6.50 6.86 9.15

14 Sidrap 9.63 8.93 6.94 7.76

15 Pinrang 7.71 8.51 7.28 8.11

16 Enrekang 8.08 7.30 5.84 5.88

17 Luwu 7.89 7.00 7.74 8.73

18 Tana Toraja 7.78 8.58 7.28 6.56

19 Luwu Utara 8.04 6.81 7.40 8.47

20 Luwu Timur -4.29 5.62 6.31 8.47

21 Toraja Utara 8.36 9.45 9.75 7.54

22 Makassar 10.36 9.64 8.55 7.39

23 Pare-pare 8.42 8.80 7.97 6.09

24 Palopo 7.90 7.00 8.08 6.66

NO KABUPATEN/KOTA PERTUMBUHAN PERTAHUN

2010 2011 2012 2013

1 Kep. Selayar 9.25 11.17 13.61 15.85

2 Bulukumba 9.51 10.74 12.55 14.40

3 Bantaeng 10.33 12.21 14.11 16.30

4 Jeneponto 6.61 7.73 8.88 10.12

5 Takalar 7.60 8.65 9.92 11.16

6 Gowa 7.76 8.87 9.95 11.25

7 Sinjai 12.26 13.98 15.94 18.24

8 Maros 8.12 9.38 10.66 12.11

9 Pangkep 17.54 20.67 24.27 28.06

10 Barru 10.00 11.37 13.00 14.78

11 Bone 10.46 12.19 14.22 16.06

12 Soppeng 12.15 14.28 16.39 18.87

13 Wajo 14.00 17.16 19.87 22.89

14 Sidrap 12.34 15.26 17.63 19.92

15 Pinrang 15.02 17.50 20.20 22.87

16 Enrekang 10.06 11.89 13.78 16.89

17 Luwu 11.15 12.91 14.77 16.83

18 Tana Toraja 6.64 8.04 9.74 11.35

19 Luwu Utara 10.64 12.25 14.12 16.32

20 Luwu Timur 34.02 38.65 40.77 48.63

21 Toraja Utara 6.89 8.31 9.98 11.74

22 Makassar 27.56 31.82 36.55 41.76

23 Pare-pare 13.85 15.77 17.82 20.50

24 Palopo 13.12 14.98 16.84 19.16

No Kabupaten/Kota PDRB perkapita

Page 100: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

94 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Tabel G.4.Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota

Sumber: BPS, diolah

Tabel G.5.Tingkat Partisipasi Angkatan Lerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Selatan Menurut

Kabupaten/Kota (%)

Sumber: BPS, diolah

No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 124,104 125,603 127,220 128,744

2 Bulukumba 399,000 401,897 404,896 407,775

3 Bantaeng 178,596 179,800 181,006 182,283

4 Jeneponto 346,308 348,680 351,111 353,287

5 Takalar 273,891 277,218 280,590 283,762

6 Gowa 668,875 682,597 696,096 709,386

7 Sinjai 231,425 233,200 234,886 236,497

8 Maros 324,097 327,998 331,796 335,596

9 Pangkep 310,288 313,722 317,110 320,293

10 Barru 167,511 168,397 169,302 170,316

11 Bone 724,923 729,516 734,119 738,515

12 Soppeng 224,804 225,180 225,512 225,709

13 Wajo 387,815 389,284 390,603 391,980

14 Sidrap 276,327 279,810 283,307 286,610

15 Pinrang 355,312 358,312 361,293 364,087

16 Enrekang 192,822 194,606 196,394 198,194

17 Luwu 336,989 340,491 343,793 347,096

18 Tana Toraja 223,297 224,812 226,212 227,588

19 Luwu Utara 291,414 294,402 297,313 299,989

20 Luwu Timur 250,223 256,699 263,012 269,405

21 Toraja Utara 219,084 220,777 222,393 224,003

22 Makassar 1,364,955 1,387,033 1,408,072 1,429,242

23 Pare-pare 131,514 133,381 135,192 136,903

24 Palopo 152,573 156,603 160,819 164,903

Sulawesi Selatan 8,156,129 8,250,018 8,342,047 8,432,163

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 65.1 62.7 61.11 60.6 4.68 3.25 4.62 2.1

2 Bulukumba 64.2 68.4 62.25 65 5.46 2.71 4.16 2.8

3 Bantaeng 65.5 72.2 68.74 71.9 5.54 7.02 6.44 2.4

4 Jeneponto 64.5 67.0 61.96 61.7 5.06 4.35 2.77 2.7

5 Takalar 64.5 62.3 57.69 62.9 5.54 6.21 2.73 2.7

6 Gowa 65.6 62.1 64.17 66.3 7.05 4.01 2.63 2.3

7 Sinjai 65.1 73.1 70.34 68.8 5.59 2.84 0.43 0.9

8 Maros 64.9 64.3 60.98 63.0 6.94 6.43 5.71 4.6

9 Pangkep 65.0 57.6 54.41 57.6 6.09 8.03 5.7 9.9

10 Barru 64.2 56.8 53.43 50.4 5.75 4.78 4.51 2.3

11 Bone 64.0 64.8 63.3 63.9 5.98 3.51 3.8 5

12 Soppeng 63.4 62.1 57.22 57.6 5.16 6.15 6.65 2.4

13 Wajo 67.0 59.9 58.16 55.6 7.45 3.13 3.72 4.9

14 Sidrap 64.6 57.2 52.25 54.0 4.78 6.99 7.62 6.2

15 Pinrang 64.5 55.0 52.07 60.1 6.55 5.35 1.96 2.8

16 Enrekang 66.6 74.5 70.27 68.2 6.66 3.05 1.61 1.4

17 Luwu 65.3 59.7 58.69 62.5 7.41 10.55 7.14 5.1

18 Tana Toraja 67.1 76.3 70.55 80.3 5.56 4.63 3.26 3.3

19 Luwu Utara 65.9 65.6 62.02 66.7 4.47 5.03 4.48 1.8

20 Luwu Timur 68.3 67.3 65.01 67.2 7.16 8.12 6.28 8.1

21 Toraja Utara 63.5 68.3 65.25 69.8 6.05 5.08 2.82 3.7

22 Makassar 61.0 57.9 57.8 56.9 8.41 9.97 9.53 10.9

23 Pare-pare 62.0 60.4 57.72 60.6 7.97 4.21 4.86 7.1

24 Palopo 63.1 59.6 58.13 58.0 9.47 8.43 9.03 8.1

Sulawesi Selatan 64.3 62.8 60.49 62.0 6.56 5.87 5.1 5.1

Kabupaten / KotaTPAK TPT

No

Page 101: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 95

Tabel G.6.Indikator Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

Jumlah

(ribu) % P1 P2

Jumlah

(ribu) % P1 P2

1 Kep. Selayar 16.2 12.87 2.34 0.61 18.2 14.23 2.32 0.54

2 Bulukumba 31.5 7.83 0.93 0.18 36.7 9.04 1.01 0.17

3 Bantaeng 16.00 8.90 1.64 0.45 18.9 10.45 1.68 0.49

4 Jeneponto 58.0 16.59 2.64 0.68 58.1 16.52 2.42 0.61

5 Takalar 26.7 9.60 1.57 0.48 29.3 10.42 1.48 0.35

6 Gowa 55.3 8.06 1.66 0.64 61.0 8.73 1.19 0.25

7 Sinjai 21.7 9.29 1.26 0.26 24.3 10.32 1.41 0.33

8 Maros 41.3 12.56 2.36 0.60 43.1 12.94 2.24 0.63

9 Pangkep 52.3 16.63 2.76 0.77 56.4 17.75 3.15 0.85

10 Barru 15.7 9.28 1.50 0.37 17.5 10.32 1.33 0.26

11 Bone 89.5 12.25 1.90 0.51 87.7 11.92 1.75 0.47

12 Soppeng 20.6 9.12 1.08 0.21 21.3 9.43 0.93 0.15

13 Wajo 30.5 7.83 0.87 0.16 31.9 8.17 1.27 0.35

14 Sidrap 16.9 6.00 0.77 0.14 17.9 6.3 1.00 0.23

15 Pinrang 28.1 7.83 1.37 0.40 32.1 8.86 1.16 0.22

16 Enrekang 28.2 14.45 1.79 0.38 29.7 15.11 2.02 0.44

17 Luwu 45.5 13.34 1.97 0.47 52.0 15.10 2.25 0.52

18 Tana Toraja 28.7 12.73 1.98 0.46 31.3 13.81 1.81 0.38

19 Luwu Utara 41.4 14.03 2.68 0.75 46.2 15.52 2.06 0.43

20 Luwu Timur 19.9 7.72 1.13 0.29 2.2 8.38 1.37 0.32

21 Toraja Utara 36.0 16.28 2.44 0.52 36.8 16.53 3.03 0.86

22 Makassar 69.9 5.02 0.76 0.17 66.4 4.7 0.84 0.24

23 Pare-pare 7.5 5.58 0.88 0.21 8.6 6.38 0.83 0.18

23 Palopo 14.9 9.47 1.61 0.44 15.5 9.57 1.42 0.3

Sulawesi Selatan 812.3 9.82 1.68 0.42 863.2 10.32 1.65 0.40

Kabupaten/Kota

2012 2013

NO

Page 102: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

96 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

H. Daftar Istilah

Istilah Keterangan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari

resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk

meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan

risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-

2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat

menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,

maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management

protocol

Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung

jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan

nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,

atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Page 103: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 97

Istilah Keterangan

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,

dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar

keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass

through

Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-

negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau

untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap

sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa

risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah

pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Growth-supporting

funding facility

Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman

kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin

Indeks keparahan

kemiskinan

Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan

dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,

inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

Page 104: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

98 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015

Istilah Keterangan

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan

usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau

bulan) terhadap satu bulan sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara

simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka

pengendalian moneter

Pagu hutang / debt

ceiling

Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan

pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu,

bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan

pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang

selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank

ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Page 105: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 iii KATA PENGANTAR Kata Pengantar ... Mencapai stabilitas nilai

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan IV 2015

Konsumsi Pemerintah Penopang Laju Ekonomi Sulsel 2015 99

Istilah Keterangan

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,

atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan

internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur

pertumbuhan secara akumulatif.

Yuan Mata uang Tiongkok