kajian daerah rendaman tsunami di pesisir teluk …digilib.unila.ac.id/61531/2/skripsi tanpa bab...

76
KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK LAMPUNG AKIBAT PERUBAHAN TOPOGRAFI GUNUNG ANAK KRAKATAU DI TAHUN 2018 (Skripsi) Oleh RESTI ELIDA NURHAWATI SIREGAR JURUSAN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK

LAMPUNG AKIBAT PERUBAHAN TOPOGRAFI GUNUNG ANAK

KRAKATAU DI TAHUN 2018

(Skripsi)

Oleh

RESTI ELIDA NURHAWATI SIREGAR

JURUSAN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

ii

ABSTRAK

KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK

LAMPUNG AKIBAT PERUBAHAN TOPOGRAFI GUNUNG ANAK

KRAKATAU DI TAHUN 2018

Oleh

RESTI ELIDA NURHAWATI SIREGAR

Akibat erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) pada bulan Desember 2018

menyebabkan sebagian tubuh GAK longsor ke dalam laut dan mengakibatkan

tsunami. Longsoran ini juga menyebabkan perubahan topografi GAK. Jika terjadi

pengulangan bencana dengan kondisi topografi GAK saat ini, tentunya akan

menyebabkan perubahan tinggi gelombang tsunami di bibir pantai yang akan

mempengaruhi perubahan daerah rendaman tsunami. Karena letak wilayah pesisir

Teluk Lampung yang cukup dekat dengan GAK menyebabkan wilayah pesisir

Teluk Lampung rentan terkena bencana tsunami. Sehingga perlu dikaji daerah

rendaman tsunami akibat perubahan topografi GAK saat ini di wilayah pesisir

Teluk Lampung. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode non numerik

untuk mendapatkan tinggi gelombang di bibir pantai dan metode Berryman untuk

mendapatkan daerah rendaman tsunami di wilayah pesisir Teluk Lampung dengan

membuat tiga skenario. Berdasarkan hasil kajian, diketahui tinggi gelombang

tsunami, yaitu 13 meter, 26 meter, dan 39 meter dengan rata-rata waktu tiba

gelombang tsunami di bibir pantai mencapai 57 menit. Di mana terdapat tujuh

Page 3: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

iii

kecamatan yang terendam tsunami dengan jarak rendaman berkisar 160 meter-1,6

kilometer.

Kata kunci: Gunung Anak Krakatau, tinggi gelombang tsunami, dan daerah

rendaman tsunami.

Page 4: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

iv

ABSTRACT

STUDY OF TSUNAMI INUNDATION AREA IN LAMPUNG BAY

COASTAL DUE TO CHANGES IN THE TOPOGRAPHY OF ANAK

KRAKATOA VULCANO IN 2018

By

RESTI ELIDA NURHAWATI SIREGAR

The eruption of the Anak Krakatoa volcano (GAK) in December 2018 caused part

of the body of GAK to collapse into the sea and caused a tsunami. This avalanche

also caused changes in the topography of GAK. If there is a repeat of the disaster

with the current GAK topography, it will certainly cause changes in tsunami wave

height at the shoreline which will affect changes in the tsunami inundation area.

Because the location of the Lampung Bay coastal area which is quite close to GAK

makes the Lampung Bay coastal area vulnerable to the tsunami disaster. So, it is

necessary to study the tsunami inundation area due to changes in the current GAK

topography in the coastal area of Lampung Bay. This study was conducted using

non-numerical methods to obtain wave heights at the shoreline and the Berryman

methods to obtain tsunami inundation areas in the coastal areas of Lampung bay by

making three scenarios. Based on the results of the study, it is known that the height

of tsunami waves, which are 13 meters, 26 meters, and 39 meters with an average

time of arrival of tsunami waves on the shoreline is 57 minutes. Where there are

Page 5: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

v

seven sub-districts submerged by the tsunami with a distance of about 160 meters

to 1.6 kilometers.

Keywords: Anak Krakatoa Volcano, tsunami wave height, and tsunami inundation

area.

Page 6: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

vi

KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK

LAMPUNG AKIBAT PERUBAHAN TOPOGRAFI GUNUNG ANAK

KRAKATAU DI TAHUN 2018

Oleh

RESTI ELIDA NURHAWATI SIREGAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geodesi Dan Geomatika

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 7: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu
Page 8: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu
Page 9: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu
Page 10: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Perumnas II, Kelurahan Kayuringin Jaya,

Kec. Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 11

Februari 1996, anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan

Bapak Hasudungan Siregar dan Ibu Pirma Togatorop.

Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar Negeri Bojong Rawalumbu IX pada tahun 2008, Sekolah

Menengah Pertama Mahanaim pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas

Mahanaim pada tahun 2014. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di tingkat

perguruan tinggi pada tahun 2015 sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi

Geomatika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai lembaga kemahasiswaan

diantaranya menjadi Seketaris Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Geodesi

periode 2015/2016 dan periode 2016/2017. Penulis juga pernah menjadi asisten

praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah. Pada tahun 2018, Penulis melakukan

Kerja Praktik (KP) di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta

dengan tema : “Pembuatan Peta Tutupan Lahan Di Wilayah Lampung Timur

Dengan Path/Row 123/064 Guna Pemantauan Perubahan Lahan Tiap Tahunnya”.

Di tahun yang sama di bulan Juli, penulis menjadi sekretaris desa saat

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung Aji, Kec. Melinting,

Page 11: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xi

Kab. Lampung Timur. Kemudian pada awal tahun 2019 penulis melakukan

penelitian skripsi dengan judul “Kajian Daerah Rendaman Tsunami di Pesisir

Teluk Lampung Akibat Perubahan Topografi Gunung Anak Krakatau di

Tahun 2018” dibawah bimbingan Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Phd. dan Bapak

Ir. Armijon, S.T., M.T.

Page 12: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia, anugerah,

berkat dan pernyataan yang begitu besar kepada penulis.

Karya ini ku persembahkan kepada:

Ayahanda Hasudungan Siregar dan Ibunda Pirma Togatorop

yang selalu mendukung secara moril maupun materiil serta selalu memberi kasih

tanpa syarat, mendokan di setiap saat, memberi nasihat, motivasi, dan menjadi

pendengar yang sangat baik.

Abangku Mario Zacky Zan Siregar, Kakakku Juliet Chornelia Kristiani, dan

ketiga adik-adikku Miranda Claudia Manna Jelita Siregar, Ryzki Stefan

Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar

yang selalu mendoakan, mendukung, memberi semangat dan membuat penulis

rindu.

Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabatku

yang selama ini memberikan doa, motivasi, dan menjadi pendengar yang baik.

Almamaterku, Universitas Lampung.

Page 13: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xiii

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa, yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Kajian Daerah Rendaman Tsunami di Pesisir Teluk

Lampung Akibat Perubahan Topografi Gunung Anak Krakatau di Tahun 2018”

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik di Universitas

Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Suharno, Ph.D., IPU., ASEAN Eng. selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

2. Ir. Setyanto, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geodesi Geomatika Fakultas

Teknik Universitas Lampung.

3. Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Kesatu yang telah

membimbing, membantu, memberikan motivasi kepada penulis dan memberi

kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Armijon, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kedua sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan wawasan

lebih kepada penulis.

Page 14: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xiv

5. Bapak Romi Fadly, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini, serta untuk segala

bantuan dan kemudahan yang telah diberikan.

6. Seluruh Dosen Teknik Geodesi Universitas Lampung yang telah membekali

penulis dengan ilmu dan pengetahuan sehingga dapat tercapainya laporan

penelitian ini.

7. Kedua orangtua penulis yang selalu ada, mendukung, memberi semangat,

memenuhi segala kebutuhan, mendengar setiap keluh kesah, dan memberi

kasih sayang tanpa syarat hingga penulis mampu bertahan dan menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Untuk bapa, engkau adalah panutan, pemberi nasihat

dan motivasi terbaik, tempat untuk menambah wawasan dan membuka pikiran

dengan luas. Kau adalah sosok yang mengajarkan pengorbanan dan

perjuangan. Semua kau kerahkan untuk keberhasilan anak-anakmu. Untuk

mama, kau adalah wanita yang paling sabar dan paling optimis ketika penulis

pesimis. Kau sangat tangguh dan kau adalah tempat terbaik untuk berbagi

cerita. Darimu penulis belajar, cara untuk terus bertahan dengan kuat di setiap

badai kehidupan. Terima kasih untuk bapa dan mama yang selalu mendoakan

dan memberikan semua yang terbaik untuk penulis.

8. Abang, Kakak dan ketiga adik penulis yang telah memberi semangat dan

menjadi tempat berbagi. Terima kasih karena kalian telah melakukan yang

terbaik untuk semua urusan di rumah khususnya selama penulis tidak di sana.

9. Opung Doli dan Opung Boru yang di Kampung, yang selalu mendukung,

memantau, dan menolong penulis dalam segala keadaan.

Page 15: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xv

10. Keluarga besar Mamatua Lina, yang selalu memantau dan membantu penulis

dan keluarga.

11. Keluarga besar, Opung Richard yang menyambut dan menerima penulis

dengan sangat baik dan penuh kasih, yang selalu ramah, mendukung,

menghibur dan menjadi tempat penulis mencurahkan isi hati selama penulis

tinggal di Lampung khususnya Tante Ribka dan Tante Sondang.

12. Teman-teman terdekat penulis, baik yang di Bekasi maupun di Lampung.

Terima kasih karena selalu menjadi pendengar setia, memberi semangat dan

selalu ada di setiap keadaan yang dilewati penulis khususnya teruntuk Hanna

dan Cici.

13. Seluruh teman Teknik Geodesi Geomatika 2015 (Altias, Reni, Nadya, Gita,

Dea, Irena, Aden, Febi, Restiana, Dwi Nanda, Fauzan, Bayu, Hayyan, Nanda

R, Rifqi, M. Reza, Nanda F, Bimo, M. Yoda, Ridho, Fahmi, dan Faisal) yang

mengajarkan penulis berbagai hal dan menjadi keluarga dan teman yang baik

selama penulis berada di Lampung.

14. Seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini, khususnya mereka yang tidak

penulis kenal, terkhusus untuk Bang Alfonsus Jimmy Hutabarat dan Bapak

Abu Ridho. Terima kasih karena telah membantu penulis hingga selesainya

penyusunan skripsi ini.

Bandar Lampung, 6 Februari 2020

Resti Elida Nurhawati Siregar

Page 16: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xvi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

MENGESAHKAN ............................................................................................. viii

PERNYATAAN .................................................................................................... ix

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ x

PERSEMBAHAN ................................................................................................ xii

SANWACANA ................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviiiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xx

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3. Maksud ...................................................................................................... 5

1.4. Tujuan ........................................................................................................ 5

1.5. Batasan Masalah ........................................................................................ 5

1.6. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 6

1.7. Hipotesis .................................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 9

2.1. Bencana ..................................................................................................... 9

2.2. Tsunami ................................................................................................... 12

2.3. Pra Erupsi Gunung Anak Krakatau 2018 ................................................ 13

2.4. Pasca Erupsi Gunung Anak Krakatau 2018 ............................................ 15

2.5. Teluk Lampung ....................................................................................... 16

2.6. Gelombang .............................................................................................. 18

2.7. Teori Gelombang Amplitudo Kecil ......................................................... 19

Page 17: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xvii

2.8. Klasifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif .............................. 21

2.9. Deformasi Gelombang ............................................................................ 22

2.8.1. Gelombang Laut Dalam Ekivalen ............................................. 22

2.8.2. Refraksi Gelombang ................................................................. 22

2.10.Waktu Tiba Gelombang .......................................................................... 26

2.11.Model Genangan Tsunami ...................................................................... 28

2.12.Penelitian Terdahulu ............................................................................... 31

III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 35

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................. 35

3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................ 35

3.3. Diagram Alir ............................................................................................ 37

3.4. Tahap Pembuatan Simulasi Perambatan Gelombang Tsunami ............... 38

3.4.1 Persiapan ................................................................................... 38

3.4.2 Pengolahan Data ....................................................................... 40

3.4.3 Hasil .......................................................................................... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 52

4.1. Hasil Perhitungan Tinggi Gelombang ..................................................... 52

4.2. Hasil Perhitungan Waktu Tiba Gelombang ............................................. 54

4.3. Hasil Daerah Rendaman .......................................................................... 55

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 59

5.1. Simpulan .................................................................................................. 59

5.2. Saran ........................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

LAMPIRAN .......................................................................................................... 64

Page 18: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. 1. Longsornya Gunung Anak Krakatau................................................. 2

Gambar 1. 2. Perubahan Gunung Anak Krakatau ................................................... 2

Gambar 1. 3. Jarak lurus dari Gunung Anak Krakatau ke Pesisir Teluk Lampung 6

Gambar 2. 1. Kerusakan akibat tsunami di Selat Sunda tahun 2018 .................... 11

Gambar 2. 2. Topografi GAK sebelum erupsi di tahun 2018 ............................... 15

Gambar 2. 3. Kondisi GAK pada bulan September 2019 ..................................... 15

Gambar 2. 4. Topografi GAK pada bulan September 2019 .................................. 16

Gambar 2. 5. Peta topografi GAK tahun 2019 ...................................................... 16

Gambar 2. 6. Wilayah Pesisir Teluk Lampung ..................................................... 18

Gambar 2. 7. Sketsa definisi gelombang. .............................................................. 21

Gambar 2. 8. Klasifikasi gelombang menurut kedalaman relatif. ......................... 21

Gambar 2. 9. Refraksi gelombang......................................................................... 23

Gambar 2. 10. Refraksi gelombang pada kontur lurus dan sejajar. ...................... 24

Gambar 3. 1. Wilayah penelitian yaitu wilayah Pesisir Teluk Lampung. ............. 35

Gambar 3. 2. Diagram alir perambatan gelombang. ............................................. 37

Gambar 3. 3. Diagram alir pemetaan daerah rendaman tsunami. ......................... 38

Gambar 3. 4. Hasil pembuatan grid pada data batimetri. ...................................... 40

Gambar 3. 5. Data kedalaman di setiap grid ......................................................... 41

Gambar 3. 6. Hasil hitung tinggi gelombang. ....................................................... 42

Gambar 3. 7. Perambatan gelombang tsunami...................................................... 43

Gambar 3. 8. Hasil proses slope ............................................................................ 45

Gambar 3. 9. Hasil sin slope wilayah penelitian ................................................... 46

Gambar 3. 10. Hasil Hloss .................................................................................... 47

Gambar 3. 11. Hasil Hloss berdasarkan ukuran sel DEM..................................... 47

Gambar 3. 12. Hasil Hloss berdasarkan elevasi wilayah penelitian ..................... 48

Gambar 3. 13. Hasil cost distance analysis ........................................................... 48

Gambar 3. 14. Daerah rendaman tsunami ............................................................. 49

Gambar 3. 15. Hasil perambatan gelombang 3D. ................................................. 49

Gambar 3. 16. Peta rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 13 meter. ........ 50

Page 19: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xix

Gambar 3. 17. Peta rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 26 meter. ........ 50

Gambar 3. 18. Peta rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 39 meter. ....... 51

Gambar 4. 1. Waktu rata-rata gelombang tiba di bibir pantai ............................... 55

Gambar 4. 2. Daerah rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 13 m ............ 56

Gambar 4. 3. Daerah rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 26 m ............ 56

Gambar 4. 4. Daerah rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 39 m ............ 57

Page 20: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

xx

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1. Indeks Kekasaran Permukaan oleh Berryman (2006)......................... 29

Tabel 2. 2. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 33

Tabel 4. 1. Hasil Perhitungan Tinggi Gelombang di Bibir Pantai ........................ 53

Tabel 1. Hasil Perhitungan Tinggi Gelombang dari GAK ke Teluk Lampung .... 65

Tabel 2.Waktu Tiba Gelombang per 1 km ............................................................ 77

Page 21: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

Indonesia. Gunung ini terletak di tengah laut tepatnya di Selat Sunda, antara

Pulau Jawa dan Sumatera. Namun secara administratif Gunung Krakatau ini

terletak di wilayah Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran,

Provinsi Lampung (Wikipedia, 2019).

Gunung Anak Krakatau tergolong gunung api aktif karena gunung ini selalu

mengeluarkan letusan-letusan kecil. Pada tanggal 22 Desember 2018, Gunung

Anak Krakatau mengalami erupsi yang menyebabkan longsoran tubuh gunung

masuk ke dalam laut dan mengakibatkan tsunami setinggi 13 m di bibir pantai.

Bagian tubuh Gunung Anak Krakatau yang longsor adalah bagian barat daya

(Muhari, 2019).

Page 22: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

2

Gambar 1. 1. Longsornya Gunung Anak Krakatau

Sebelum erupsi, tubuh Gunung Anak Krakatau masih berbentuk kerucut

dengan kawah yang berada ditengah dan tinggi 338 meter (Wikipedia, 2019).

Namun setelah erupsi dan longsoran yang terjadi, tinggi Gunung Anak

Krakatau pada bulan September 2019 telah menjadi 158,635 meter (Armijon,

2019). Bahkan longsoran tersebut menyebabkan perubahan topografi pada

tubuh Gunung Anak Krakatau. Kawah Gunung Anak Krakatau menjadi

terbuka ke arah barat daya dan berbentuk seperti tapal kuda dengan pusat

letusan di bawah permukaan laut (Muhari, 2019).

Gambar 1. 2. Perubahan Gunung Anak Krakatau

Page 23: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

3

Berdasarkan perubahan topografi Gunung Anak Krakatau saat ini. Maka akan

terjadi perubahan tinggi gelombang tsunami di bibir pantai seandainya terjadi

kembali pengulangan bencana tsunami yang diakibatkan oleh GAK. Hal ini

disebabkan oleh penyebaran gelombang tsunami. Dimana sebelum terjadi

perubahan topografi Gunung Anak Krakatau, gelombang tsunami menyebar

langsung ke segala arah. Namun setelah perubahan topografi Gunung Anak

Krakatau, gelombang tsunami terlebih dahulu bergerak ke sebelah barat daya

lalu menyebar ke segala arah. Perubahan tinggi gelombang di bibir pantai akan

mempengaruhi perubahan daerah rendaman tsunami di daratan. Daerah

rendaman tsunami yang dimaksud adalah daerah yang terkena limpahan

gelombang tsunami dari bibir pantai hingga daratan berdasarkan besarnya

tinggi gelombang tsunami di bibir pantai, bukan daerah sisaan rendaman

tsunami saat gelombang tsunami kembali ke laut. Salah satu wilayah yang

rentan terendam tsunami adalah wilayah pesisir Teluk Lampung.

Wilayah pesisir Teluk Lampung merupakan salah satu wilayah yang memiliki

potensi besar untuk dilanda bencana tsunami. Hal ini dikarenakan letak Teluk

Lampung yang cukup dekat dengan Gunung Anak Krakatau. Selain itu, kontur

tanah yang rendah dan padatnya penduduk yang tinggal di pesisir Teluk

Lampung menjadikan pesisir Teluk Lampung cukup rawan akan bencana

tsunami.

Didasari akan hal ini, maka peneliti melakukan pemetaan daerah rendaman

tsunami jika bencana tsunami kembali terjadi dengan kondisi topografi Gunung

Page 24: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

4

Anak Krakatau saat ini. Dengan wilayah kajian yaitu pesisir Teluk Lampung

dengan berbagai skenario ketinggian gelombang tsunami di bibir pantai. Besar

tinggi gelombang tsunami yang dihasilkan di bibir pantai didapat berdasarkan

hasil perhitungan menggunakan metode non numerik. Sementara itu, metode

yang digunakan dalam analisis daerah rendaman tsunami adalah metode

Berryman (Berryman, 2006).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi perubahan topografi Gunung Anak Krakatau saat ini,

maka jika terjadi pengulangan bencana tsunami, tentu akan terjadi perubahan

tinggi gelombang di bibir pantai dibandingkan dengan besar ketinggian

gelombang tsunami dengan topografi Gunung Anak Krakatau sebelumnya. Hal

ini juga akan mempengaruhi perubahan daerah rendaman tsunami. Untuk itu,

perlu dilakukan kembali pemetaan daerah rendaman tsunami di wilayah pesisir

Teluk Lampung akibat perubahan topografi Gunung Anak Krakatau setelah

longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau ke dalam laut di tahun 2018, yang

dirumuskan dalam rumusan masalah berikut:

1. Berapa besar tinggi gelombang tsunami di bibir pantai?

2. Berapa waktu tiba gelombang tsunami di bibir pantai?

3. Bagaimana hasil daerah rendaman tsunami di wilayah pesisir Teluk

Lampung?

4. Bagaimana hasil peta rendaman tsunami di wilayah pesisir Teluk

Lampung?

Page 25: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

5

1.3. Maksud

Adapun maksud dari dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui

daerah rendaman tsunami akibat perubahan topografi Gunung Anak

Krakatau di tahun 2018 dengan wilayah kajian yaitu wilayah pesisir Teluk

Lampung.

1.4. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu:

1. Menghitung tinggi gelombang tsunami di bibir pantai dengan tinggi

awal gelombang di Gunung Anak Krakatau yang bervariasi.

2. Menghitung waktu tiba gelombang tsunami di bibir pantai.

3. Menentukan daerah rendaman tsunami di wilayah pesisir Teluk

Lampung.

4. Membuat peta rendaman tsunami di wilayah pesisir Teluk Lampung.

1.5. Batasan Masalah

Pada penyusunan penelitian ini terdapat batasan-batasan yang digunakan

oleh penulis. Batasan masalah tersebut meliputi:

1. Data penelitian yang digunakan merupakan wilayah pesisir Teluk

Lampung

2. Perhitungan tinggi gelombang tsunami dilakukan dengan metode

pendekatan yaitu metode non numerik dengan variasi tinggi awal

gelombang di Gunung Anak Krakatau yang ditentukan berdasarkan

sejarah.

Page 26: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

6

3. Dalam perhitungan tinggi gelombang, tidak diperhitungkan daerah

penghalang atau gelombang dianggap bergerak bebas tanpa halangan.

Hal ini dikarenakan jarak lurus dari Gunung Anak Krakatau menuju

Teluk Lampung bebas dari halangan.

Gambar 1. 3. Jarak lurus dari Gunung Anak Krakatau ke Pesisir Teluk

Lampung

4. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu peta daerah rendaman tsunami yang

terdiri dari tiga peta berdasarkan skenario ketinggian gelombang

tsunami.

5. Hasil model rendaman tsunami dibandingkan dengan hasil model

rendaman yang sebelumnya terjadi, yang dibandingkan dalam hal ini

adalah tinggi gelombang tsunami dan wilayah yang terendam tsunami.

1.6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan daerah rendaman tsunami

akibat perubahan topografi Gunung Anak Krakatau di wilayah pesisir Teluk

Page 27: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

7

Lampung setelah erupsi dan longsoran tubuh GAK ke dalam laut pada tahun

2018.

Pada bulan Desember 2018, terjadi erupsi pada GAK. Erupsi ini

menyebabkan sebagian tubuh gunung masuk ke dalam laut dan

menyebabkan tsunami di Selat Sunda. Tidak hanya itu, longsoran tubuh

GAK menyebabkan perubahan topografi GAK. Jika terjadi pengulangan

bencana akibat GAK dengan kondisi topografi saat ini, maka akan terjadi

perubahan tinggi gelombang tsunami di bibir pantai dan mempengaruhi

perubahan daerah rendaman tsunami. Untuk mengetahui perubahan daerah

rendaman tsunami, terlebih dahulu dihitung tinggi gelombang tsunami di

bibir pantai menggunakan metode non numerik. Tinggi gelombang dapat

dihitung berdasarkan tinggi awal gelombang tsunami di episenter yang telah

diketahui berdasarkan sejarah, jarak dari episenter ke bibir pantai,

kedalaman laut, cepat rambat gelombang dan periode gelombang.

Selanjutnya dihitung bahaya tsunami untuk mendapatkan daerah rendaman

tsunami dengan melakukan proses slope pada data DEM dan pemasukkan

nilai koefisien kekasaran pada data tutupan lahan yang selanjutnya

dilakukan proses perhitungan Hloss untuk mendapatkan nilai penurunan air

saat masuk ke daratan. Lalu dilakukan operasi cost distance untuk

menghasilkan daerah rendaman tsunami dari garis pantai hingga ke daratan.

Page 28: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

8

1.7. Hipotesis

Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung api aktif yang berada

di Selat Sunda yang jika sewaktu-waktu meletus dapat menyebabkan

terjadinya tsunami di Selat Sunda khususnya di wilayah pesisir Teluk

Lampung. Wilayah pesisir Teluk Lampung merupakan salah satu wilayah

yang rentan akan bencana tsunami. Hal ini dikarenakan padatnya

pemukiman dan fasilitas umum yang ada di sekitar wilayah pesisir Teluk

Lampung. Pada bulan Desember 2018, Gunung Anak Krakatau erupsi dan

menyebabkan sebagian tubuh Gunung Anak Krakatau longsor ke dalam

laut. Longsornya tubuh Gunung Anak Krakatau menyebabkan perubahan

topografi Gunung Anak Krakatau. Jika bencana tsunami kembali terjadi

dengan kondisi perubahan topografi Gunung Anak Krakatau saat ini, maka

akan terjadi perubahan pada besarnya tinggi gelombang tsunami di bibir

pantai yang akan mempengaruhi perubahan daerah rendaman tsunami.

Diprediksi tinggi gelombang di bibir pantai lebih kecil dibandingkan dengan

tinggi gelombang tsunami yang sebelumnya pernah terjadi saat Gunung

Anak Krakatau meletus sehingga daerah rendamannya pun akan semakin

berkurang dibanding dengan daerah rendaman tsunami yang pernah terjadi

sebelumnya dan rata-rata waktu tiba gelombang tsunami di bibir pantai di

prediksi lebih lambat.

Page 29: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Bencana

Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,

bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengganggu

kehidupan dan penghidupan masayarakat, disebabkan oleh faktor alam dan non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologi.

Definisi bencana seperti dipaparkan di atas mengandung tiga aspek dasar yaitu:

1. Terjadinya peristiwa atau gangguan terhadap masyarakat.

2. Peristiwa atau gangguan tersebut membahayakan kehidupan dan fungsi

dari masyarakat.

3. Mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk

mengatasi sumber daya mereka.

Ada banyak jenis bencana, salah satunya bencana alam. Bencana alam yang

dimaksud seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin topan, gunung

meletus, kekeringan dan tsunami. Bencana yang terjadi ini sering kali

menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Kejadian ini diakibatkan oleh

ketidaksiapan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana yang

Page 30: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

10

terjadi. Maka dari itu dibutuhkan pemahaman masyarakat dan pemerintah

tentang mitigasi bencana.

Secara umum mitigasi bencana dapat diartikan sebagai pengurangan dampak

bencana atau usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika

bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan

mitigasi bencana pada suatu daerah, langkah awal yang harus dilakukan ialah

melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam menghitung

resiko bencana suatu daerah, terlebih dahulu harus diketahui bahaya,

kerentanan, dan kapasitas daerah tersebut. Bahaya (hazard) merupakan suatu

kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan,

cedera, hilang nyawa atau kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa

menimbulkan bencana atau tidak. Bahaya dianggap bencana (disaster) jika

telah menimbulkan korban dan kerugian. Selanjutnya kerentanan

(vulnerability), yaitu rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik

bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan

bencana atau tidak. Sementara itu kapasitas dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap situasi tertentu dengan

sumber daya yang tersedia (fisik, manusia, keuangan, dan lainnya).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa resiko bencana merupakan

kemungkinan terjadinya kerusakan akibat bencana pada satu daerah, akibat

dari kombinasi bahaya, kerentanan dan kapasitas dari daerah yang

bersangkutan.

Page 31: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

11

Rumus resiko bencana:

Resiko (R) = Bahaya (H) x Kerentanan (V) / Kapasitas (C)

Berdasarkan rumus diatas, dapat disimpulkan bahwa resiko bencana dapat

dikurangi dengan cara meningkatkan kapasitas pada suatu daerah.

Ada beberapa langkah untuk meningkatkan kapasitas, yaitu:

1. Mengenali lokasi rawan bencana di suatu wilayah. Hal ini dapat dilihat

dari peta rawan bahaya atau peta bencana yang tersedia

2. Mitigasi bencana, dapat dilakukan secara struktural maupun non-struktural

3. Pembuatan skenario terburuk untuk menghadapi bencana. Hal ini dapat

dilakukan dengan membuat pemodelan

4. Pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi penduduk

Salah satu bencana alam yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan kerugian

besar baik kerugian jiwa maupun benda adalah bencana alam tsunami. Seperti

halnya tsunami yang baru terjadi di bulan Desember tahun 2018 silam. Maka

untuk mengurangi resiko yang disebabkan oleh tsunami, perlu dilakukan

langkah untuk meningkatkan kapasitas. Salah satunya adalah pembuatan peta

daerah rendaman tsunami. Seperti yang terdapat pada poin satu diatas.

Gambar 2. 1. Kerusakan akibat tsunami di Selat Sunda tahun 2018

Page 32: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

12

2.2.Tsunami

Tsunami (berasal dari Bahasa Jepang: Tsu = pelabuhan, Nami = gelombang,

secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) yang artinya adalah

perpindahan badan air atau gelombang laut yang terjadi karena adanya

gangguan impulsif akibat adanya perubahan bentuk dasar laut yang disebabkan

oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba atau dalam

arah horizontal. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh

gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,

longsor bawah laut atau hantaman meteor di laut.

Gelombang tsunami yang terjadi bervariasi dari 0,5 meter hingga 30 meter dan

periode beberapa menit sampai sekitar satu jam. Cepat rambat gelombang

tsunami bergantung pada kedalaman laut. Semakin besar kedalaman, semakin

besar kecepatan rambatnya. Di lokasi pembentukan tsunami (daerah

episentrum gempa) tinggi gelombang tsunami diperkirakan antara 1 meter

sampai 2 meter. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya

tsunami) menuju pantai, tinggi gelombang, menjadi semakin besar karena

pengaruh perubahan kedalaman laut.

Setelah sampai di pantai, gelombang naik (run up) ke daratan dengan

kecepatan tinggi yang bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai.

Kembalinya air laut setelah mencapai puncak gelombang (run up) bisa

menyeret segala sesuatu kembali ke laut. Gelombang tsunami dapat

menimbulkan bencana di daerah yang sangat jauh dari pusat terbentuknya

(Andini, 2015).

Page 33: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

13

Di Indonesia, salah satu penyebab terjadinya tsunami adalah letusan gunung api

atau erupsi gunung api yang berada di dalam atau tengah laut, seperti halnya

letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dan erupsi Gunung Anak Krakatau tahun

2018.

2.3.Pra Erupsi Gunung Anak Krakatau 2018

Dilansir dari website Indonesia.go.id, seorang geolog Belanda, JMW Nash,

pada Januari 1928 datang ke bekas kaldera Krakatau, dan mencatat munculnya

lapisan pasir yang membentuk pulau baru separuh lingkaran dengan panjang

sekitar 10 meter. Di pusat lengkungan itu, tampak gundukan batuan yang

berasap setinggi 8,93 meter dpl. Inilah embrio Anak Krakatau, si pulau gunung

api.

Merujuk artikel Igan S. Sutawidjaja dalam majalah Geomagz (2011), seorang

Penyelidik Bumi Badan Geologi di Kementerian ESDM, sejarah setidaknya

telah mencatat tiga kali Gunung Krakatau mengalami penghancuran dan

pembangunan tubuhnya kembali. Pada tahun 416, tahun 1200, dan tahun 1883.

Sebelum letusan yang menghancurkan tubuh ibunya pada 1883 dan kemudian

disusul lahirnya si-anaknya sekarang, ditaksir tinggi Gunung Rakata mencapai

822 m dpl, Gunung Danan 450 m dpl, dan Gunung Perbuwatan berkisar 120 m

dpl.

Menarik dicatat, sejak kemunculannya di permukaan laut hingga saat ini,

pertumbuhan Gunung Anak Krakatau terbilang cepat. Posisinya di zona

subduksi membuat tubuhnya menjadi tumbuh bongsor. Tercatat pada 2010

Page 34: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

14

gunung ini memiliki tinggi mencapai 320 m dpl. Artinya sepanjang 80 tahun

sejak kemunculannya rata-rata pertumbuhan gunung ini mencapai 4 meter per

tahun.

Winchester memiliki hitungan yang berbeda. Menurutnya sejak kelahirannya

setiap tahun ia tumbuh menjadi lebih tinggi 20 kaki, dan lebih lebar sekitar 40

kaki. Yang berarti jikalau dihitung menggunakan skala meter, gunung ini

menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter dan lebih besar sekitar 12 meter.

Namun demikian pada fase tertentu tampaknya pertumbuhan tinggi dan besar

gunung tidak selalu konstan. Sutawidjaja (2006) mencatat, sepanjang 1992-

2001 Anak Krakatau itu tumbuh tinggi lebih dari 100 meter, dan penambahan

luas areanya sebanyak 378.527 m2. Ini berarti tubuh gunung tumbuh lebih dari

10 meter setiap tahunnya. Sutawidjaja juga menggarisbawahi hasil analisis

kecepatan pertumbuhan yang dihitung Suktino Bronto (1990), yang menaksir

kecepatan pertumbuhan Gunung Anak Krakatau mencapai 0,051 km³ per

tahun.

Volume diameter tubuh Gunung Anak Krakatau, pada 1981 mencapai 2,35

km³. Selang dua tahun, pada 1983 membesar menjadi 2,87 km³. Tujuh tahun

kemudian, yaitu pada 1990 tumbuh mencapai 3,25 km³. Dan pada pengukuran

terakhir, yaitu pada tahun 2000, tubuhnya sudah membengkak mencapai 5,52

km³. Merujuk data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Kementerian ESDM, catatan terakhir sebelum terjadi letusan pada 22

Desember 2018 lalu, tinggi tubuh gunung itu mencapai 338 meter dpl.

Page 35: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

15

Gambar 2. 2. Topografi GAK sebelum erupsi di tahun 2018

2.4.Pasca Erupsi Gunung Anak Krakatau 2018

Berdasarkan hasil foto udara dan UAV yang dilakukan oleh Armijon pada

bulan Sepetember 2019 di ketahui panjang terjauh GAK antar Barat laut ke

tenggara ± 1817 m sedangkan lebar terjauh dari timur laut ke barat daya ± 2320

m dengan lebar terjauh kawah ± 440 m jarak bibir kawah kelaut terdekat (yang

menghadap ke barat daya) ± 235 m. Luas GAK dihasilkan 3,126 km dengan

keliling 7,483 km.

Gambar 2. 3. Kondisi GAK pada bulan September 2019

Page 36: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

16

Gambar 2. 4. Topografi GAK pada bulan September 2019

Gambar 2. 5. Peta topografi GAK tahun 2019

2.5.Teluk Lampung

Teluk Lampung adalah sebuah teluk di perairan Selat Sunda yang terletak di

Selatan Lampung, Indonesia. Di teluk ini, bermuara dua sungai yang membelah

Page 37: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

17

Kota Bandar Lampung. Teluk ini berada diantara Kota Bandar Lampung,

Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Pesawaran, Pelabuhan Panjang

juga terdapat di teluk ini. Luas teluk Lampung sekitar 1.888 km². Teluk

Lampung merupakan wilayah perairan dangkal dengan kedalaman rata-rata

mencapai 20 meter. Pulau Pasaran, Pulau Sebesi, Pulau Sebuku, Pulau

Legundi, Pulau Kelagian, Pulau Condong Laut, Pulau Tangki, Pulau Tegal dan

pulau kecil lainnya adalah gugusan kepulauan yang berada di Teluk Lampung

(Wikipedia, 2019).

Pesisir Teluk Lampung meliputi daratan dan perairan, dengan posisi geografis

terletak antara 104º56’-105º45’ BT dan 5º25’-5º59’ LS. Luas total wilayah

daratan adalah 127.902 ha, dan luas perairan adalah 161.178 ha. Wilayah yang

berbatasan langsung dengan laut (Teluk Lampung) memiliki kelerengan datar

(0-3%), dengan elevasi 0-10 m dari permukaan laut (dpl) sedangkan wilayah

ke arah daratan memiliki kelerengan beragam mulai dari landai (3-8%) sampai

dengan sangat curam (>40%), dengan elevasi beragam mulai dari 10 sampai

dengan >1.000 m dpl. Kelompok relief pada wilayah ke arah laut tergolong

dataran (flat) dan ke arah daratan beragam yaitu berombak (undulating),

bergelombang (rolling), dan berbukit (hummocky, hillocky, dan hilly)

(Wiryawan, dkk, 1999).

Page 38: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

18

Gambar 2. 6. Wilayah Pesisir Teluk Lampung

2.6.Gelombang

Gelombang merupakan fenomena alam, penaikan dan penurunan air secara

periodik dan dapat dijumpai di semua tempat di seluruh dunia. Gelombang

juga didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi di permukaan air dan sebagai

sesuatu yang terjadi secara periodik terutama gelombang yang disebabkan oleh

adanya peristiwa pasang surut.

Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari riak dengan

ketinggian beberapa centimeter sampai pada gelombang badai yang dapat

mencapai ketinggian 30 m. Selain oleh angin, gelombang dapat juga

ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor

bawah air yang menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (tsunami) serta

Page 39: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

19

oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang

dikenal sebagai gelombang pasang surut.

Gelombang yang disebabkan oleh tsunami merupakan bentuk gelombang yang

dibangkitkan dari dalam laut yang disebabkan oleh adanya aktivitas vulkanis

seperti letusan gunung api bawah laut, maupun adanya peristiwa patahan atau

pergeseran lempengan samudera (aktivitas tektonik). Panjang gelombang tipe

ini dapat mencapai 160 km dengan kecepatan 600-700 km/jam. Pada laut

terbuka dapat mencapai 10-12 meter dan saat menjelang atau mendekati pantai

tingginya dapat bertambah bahkan dapat mencapai 20 meter serta dapat

menghancurkan wilayah pantai dan membahayakan kehidupan manusia.

2.7.Teori Gelombang Amplitudo Kecil

Teori Gelombang Amplitudo Kecil digunakan untuk melakukan perhitungan

tinggi gelombang di bibir pantai yang disebabkan oleh angin. Namun teori ini

juga dapat digunakan untuk menghitung tinggi gelombang di bibir pantai yang

disebabkan oleh tsunami (Andini, 2015).

Beberapa notasi yang digunakan di dalam perhitungan gelombang amplitudo

kecil adalah:

d : jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut)

ƞ(x,t) : fluktuasi muka air terhadap muka air diam = ƞ = 𝑎 cos(𝑘𝑥 − 𝜎𝑡)

a : amplitudo gelombang

H : tinggi gelombang = 2 a

Page 40: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

20

L : panjang gelombang, yaitu interval waktu yang diperlukan oleh

partikel air untuk kembali pada kedudukan yang sama dengan

kedudukan sebelumnya

T : periode gelombang, yaitu interval waktu yang diperlukan oleh

partikel air untuk kembali pada kedudukan yang sama dengan

kedudukan sebelumnya

C : kecepatan rambat gelombang = L/T

k : angka gelombang = 2π/L

𝜎 : frekuensi gelombang = 2π/T

g : gravitasi = 9,81 m/d²

Hubungan cepat rambat gelombang dengan panjang gelombang dan kedalaman

adalah:

𝐶 =𝑔𝑇

2𝜋𝑡𝑎𝑛ℎ

2𝜋𝑑

𝐿=

𝑔𝑇

2𝜋tanh 𝑘𝑑 (2.1)

Dan hubungan panjang gelombang sebagai fungsi kedalaman adalah:

𝐿 =𝑔𝑇²

2𝜋𝑡𝑎𝑛ℎ

2𝜋𝑑

𝐿=

𝑔𝑇²

2𝜋tanh 𝑘𝑑 (2.2)

k = 2π/L (2.3)

jika kedalaman air dan periode gelombang diketahui, maka dengan cara coba-

banding (iterasi) akan didapat panjang gelombang L.

Page 41: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

21

Gambar 2. 7. Sketsa definisi gelombang.

2.8.Klasifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif

Berdasarkan kedalaman relatif, yaitu perbandingan antara kedalaman air dan

panjang gelombang L. (d/L), gelombang dapat diklasifikasikan menjadi tiga

macam. Dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Gambar 2. 8. Klasifikasi gelombang menurut kedalaman relatif.

Page 42: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

22

2.9.Deformasi Gelombang

2.9.1. Gelombang Laut Dalam Ekivalen

Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep

gelombang laut dalam ekivalen, yaitu tinggi gelombang laut dalam

apabila gelombang tidak mengalami refraksi. Pemakaian gelombang ini

bertujuan untuk menetapkan tinggi gelombang yang mengalami

refraksi, difraksi dan transformasi lainnya, sehingga perkiraan

transformasi dan deformasi gelombang dapat dilakukan lebih mudah.

Tinggi gelombang di laut dalam ekivalen diberikan oleh bentuk :

𝐻₁ = 𝐾𝑠 𝐾𝑟 𝐻₀ (2.4)

dimana:

𝐻1 : tinggi gelombang laut dalam ekivalen

𝐻0 : tinggi gelombang laut dalam

𝐾𝑠 : koefisien shoaling

𝐾𝑟 : koefisien refraksi

2.9.2. Refraksi Gelombang

Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Di

daerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang

gelombang, yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi

dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi

gelombang. Di daerah ini, apabila ditinjau satu garis puncak

gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang

Page 43: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

23

lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih kecil dari

pada bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang

akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kedalaman

laut. Garis ortogonal gelombang, yaitu garis yang tegak lurus dengan

garis puncak gelombang dan menunjukkan arah penjalaran gelombang,

juga akan membelok, dan berusaha untuk menuju tegak lurus dengan

garis kontur dasar laut.

Gambar 2. 9. Refraksi gelombang.

Gambar 2.4 menunjukkan contoh refraksi gelombang didaerah pantai

yang mempunyai garis kontur dasar laut dan garis pantai yang tidak

teratur. Suatu deretan gelombang yang di laut dalam mempunyai panjang

gelombang L₀ dan garis puncak gelombang sejajar bergerak menuju

pantai. Terlihat dalam gambar bahwa garis puncak gelombang berubah

bentuk dan berusaha untuk sejajar garis kontur dan garis pantai. Garis

ortogonal gelombang membelok dalam arah menuju tegak lurus. Pada

Page 44: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

24

lokasi 1, garis ortogonal gelombang menguncup sedang di lokasi 2 garis

ortogonal gelombang menyebar. Karena energi di antara dua garis

ortogonal adalah konstan sepanjang lintasan, berarti energi gelombang

tiap satuan lebar di lokasi 1 adalah lebih besar dari pada di lokasi 2 (jarak

antara garis ortogonal di lokasi 1 lebih kecil dari pada di laut dalam

sedang di lokasi 2 jarak tersebut lebih besar).

Dipandang dua garis ortogonal yang melintas dari laut dalam menuju

pantai dan dianggap tidak ada energi yang merambat ke arah garis

puncak gelombang, seperti gambar dibawah ini

Gambar 2. 10. Refraksi gelombang pada kontur lurus dan sejajar.

Tenaga yang terkandung diantara dua garis ortogonal dapat dianggap

konstan. Apabila jarak antara garis ortogonal adalah b, maka tenaga

gelombang di laut dalam dan di suatu titik yang ditinjau adalah:

(𝑏𝑛𝐸

𝑇) 0 = (

𝑏𝑛𝐸

𝑇) 1 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (2.5)

Page 45: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

25

Apabila energi total gelombang adalah 𝐸𝑟 = 𝐸𝑘 + 𝐸𝑝 = 𝜌𝑔𝐻²𝐿

8 dan

disubtitusikan ke dalam persmaan diatas maka:

𝐻₁

𝐻₀= √

𝑛₀𝐿₀

𝑛₁𝐿₁√

𝑏₀

𝑏₁ (2.6)

Suku pertama adalah pengaruh pendakalan sedang suku kedua adalah

pengaruh garis ortogonal menguncup (konvergen) atau menyebar

(divergen) yang disebabkan oleh refraksi gelombang.

Proses refraksi gelombang adalah sama dengan refraksi cahaya yang

terjadi karena cahaya melintasi dua media perantara berbeda. Dengan

kesamaan tersebut maka pemakaian hukum Snell pada optik dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah refraksi gelombang yang

disebabkan karena perubahan kedalaman.

Dipandang satu deretan gelombang yang menjalar dari laut dengan

kedalaman d₀ menuju kedalaman d₁, dengan perubahan kedalaman

mendadak (seperti anak tangga) dan dianggap tidak ada refleksi

gelombang pada perubahan tersebut. Karena adanya perubahan

kedalaman maka cepat rambat dan panjang gelombang berkurang dari C₀

dan L₀ menjadi C₁ dan L₁. Sesuai dengan hukum Snell, berlaku:

Sin α₁ = 𝐶₁

𝐶₀ sin α₀ (2.7)

dengan:

α₁ : sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar dimana

gelombang melintas

α₀ : sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang

Page 46: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

26

melintas kontur dasar berikutnya

C₀ : kecepatan gelombang pada kedalaman di kontur pertama

C₁ : kecepatan gelombang di kontur berikutnya

Seperti terlihat dalam gambar 2.5, jarak antara ortogonal di dalam dan

dititik satu adalah b₀ dan b₁. Apabila kontur dasar laut adalah lurus dan

sejajar maka jarak x di titik 0 dan 1 adalah sama sehingga:

𝑥 = 𝑏₀

𝑐𝑜𝑠𝛼₀=

𝑏₁

𝑐𝑜𝑠𝛼₁ (2.8)

Dan koefisien refraksi adalah:

𝐾𝑟 = √𝑏₀

𝑏₁= √

𝑐𝑜𝑠𝛼₀

𝑐𝑜𝑠𝛼₁ (2.9)

Analisis refraksi dapat dilakukan secara analitis apabila garis kontur

lurus dan saling sejajar dengan menggunakan hukum Snell secara

langsung.

Untuk menghitung koefisien pendangkalan digunakan rumus:

𝐾𝑠 = √𝑛₀𝐿₀

𝑛₁𝐿₁ (2.10)

dengan n didapat dari rumus:

𝑛 =1

2(1 +

2𝑘𝑑

sinh 2𝑘𝑑) (2.11)

2.10.Waktu Tiba Gelombang

Untuk mencari waktu tiba gelombang di pusat pengamatan dilakukan

menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh Thorne Lay dan Terry C.

Wallace (Sutrisno, 2006). Sebelum mencari waktu tiba gelombang, terlebih

dahulu dicari kecepatan gelombang tsunami dengan persamaan berikut:

Page 47: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

27

𝑣 = √𝑔. ℎ (2.12)

dimana:

v = kecepatan gelombang tsnumani (m/s)

g = kecepatan gravitasi bumi (10 m/s²)

h = kedalaman laut (m)

Bila episenter dianggap sebagai asal mula terbentuknya tsunami di lautan,

maka bila profil kedalaman laut dari episenter ke kota di pesisir laut

diketahui, maka dapat dibuat grafik hubungan kecepatan terhadap jarak.

Untuk memudahkan perhitungan kecepatan gelombang tsunami maka

diwakili oleh kecepatan rata-ratanya, melalui perhitungan dengan rumus:

�̅� =∫ 𝑣(𝑥)𝑑𝑥

𝑥0

𝑥 (2.13)

Dalam prakteknya, perhitungan diatas disederhanakan menjadi:

�̅� =(𝑣(𝑥1).∆𝑥+𝑣(𝑥2).∆𝑥+⋯+𝑣(𝑥𝑛).∆𝑥)

𝑛−1 (2.14)

�̅� = (𝑣0 + 𝑣1 + 𝑣2 + 𝑣3 + 𝑣𝑛∆𝑥

𝑛−1=

∑ 𝑣(𝑥)

𝑛−1 (2.15)

Untuk mengetahui jarak dari titik episenter ke titik kota pengamatan

digunakan perhitungan dengan rumus segitiga bola, yaitu:

cos ∆ = sin ∅𝑒 sin ∅𝑝 + cos ∅𝑒 cos ∅𝑝 cos(𝜆𝑝 − 𝜆𝑒) (2.16)

dimana:

∅𝑒 = lintang posisi episenter

∅𝑝 = lintang posisi kota pengamatan

𝜆𝑒 = bujur posisi episenter

𝜆𝑝 = bujur posisi kota pengamatan

Page 48: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

28

Dengan didapatnya kecepatan rata-rata gelombang tsunami (�̅�), maka waktu

penjalaran gelombang tsunami dapat diketahui melalui perhitungan dengan

rumus:

𝑡 =𝑥

�̅� (2.17)

Dimana:

t = waktu tempuh/travel time (sec)

x = jarak dari episenter ke kota (m)

�̅� = kecepatan rata-rata (m/s)

2.11.Model Genangan Tsunami

Model genangan tsunami dibuat dengan perangkat lunak SIG menggunakan

formula yang dikembangkan oleh Berryman (2006). Metode Berryman ini

menggunakan 3 variabel dalam perhitungan bahaya tsunami, antara lain

yaitu elevasi, kekasaran permukaan dan ketinggian gelombang.

1. Elevasi

Data elevasi diperoleh dari DEMNAS yang diklasifikasi kembali

menjadi kelas kelerengan. Elevasi digunakan untuk memperhitungkan

area yang terendam oleh rendaman tsunami dan area yang berpotensi

terjangkau gelombang tsunami. Semakin tinggi permukaan tanah satu

tempat, maka tingkat kerentanan terhadap bahaya tsunami akan semakin

kecil. Kemiringan lereng mempengaruhi nilai bahaya rendaman

gelombang tsunami (Hloss). Rendaman yang masuk ke daratan akan

semakin berkurang jika kemiringan lereng besar (S. Hidayatullah

Santius, 2015).

Page 49: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

29

2. Kekasaran permukaan

Kekasaran permukaan adalah sistem pemberian nilai koefisien yang

didasarkan pada tipe jenis penutupan lahan. Kekasaran permukaan

disertakan dalam penentuan zona bahaya tsunami karena setiap

penggunaan lahan yang berada di area pesisir memiliki tingkat

ketahanan yang berbeda terhadap tekanan gelombang tsunami yang

masuk menuju daratan. Perbedaan spesifik pada kekasaran permukaan

terletak pada area terbangun, vegetasi, dan area terbuka. Kekasaran

permukaan disajikan dalam indeks oleh Berryman (2006) pada tabel

dibawah ini.

Tabel 2. 1. Indeks Kekasaran Permukaan oleh Berryman (2006)

Jenis Penggunaan / Penutupan

Lahan

Nilai Koefisien

Kekasaran

Badan air 0.007

Belukar/semak 0.040

Hutan 0.070

Kebun/perkebunan 0.035

Lahan kosong/terbuka 0.015

Lahan pertanian 0.025

Pemukiman/lahan terbangun 0.045

Mangrove 0.025

Tambak/empang 0.010

3. Ketinggian gelombang

Ketinggian gelombang adalah dasar penentuan multi skenario dalam

analisis bahaya tsunami. Ketinggian gelombang adalah multi skenario

probabilitas kejadian gelombang tsunami pada ketinggian gelombang

tertentu. Ketinggian gelombang tsunami yang diperhitungkan adalah

ketinggian gelombang pada garis pantai. Ketinggian gelombang tsunami

Page 50: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

30

didapat dari hasil perhitungan menggunakan metode gelombang

amplitudo kecil dengan tinggi awal gelombang di episenter ditentukan

berdasarkan data historis.

Berikut ini formula untuk menghitung sebaran rendaman tsunami:

𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = (167𝑛2

𝐻01/3 ) + 5 sin 𝑆 (2.18)

dimana:

𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 : nilai penurunan air saat masuk ke daratan

n : koefisien kekasaran permukaan

𝐻0 : ketinggian gelombang tsunami di garis pantai

S : besarnya lereng permukaan (dalam derajat)

Hasil dari besarnya nilai kelerengan (S) adalah dalam bentuk derajat

maka perlu dilakukan konversi derajat ke radian dengan menggunakan

rumus berikut:

sin 𝑆 = sin(𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 ∗ 0.01745) (2.19)

Nilai 0.01745 didapat dari hasil pi/180. Prinsip ini berlaku di dalam

prinsip trigonometri spasial untuk satu data dengan satuan derajat.

Operasi matematika pada model ini berbasis piksel. Maka besarnya

Hloss harus dibagi ukuran sel dari DEM yang digunakan dengan

menggunakan rumus berikut:

𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑚 =𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠

𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙 𝐷𝐸𝑀 (2.20)

Page 51: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

31

Penelitian ini juga menggunakan metode potong ketinggian (cut

elevation), dimana pada metode ini wilayah-wilayah yang memiliki

ketinggian di atas tinggi gelombang tsunami di garis pantai dikeluarkan

dari kalkulasi Hloss karena wilayah yang memiliki ketinggian di atas

tinggi gelombang tsunami tidak akan tergenangi. Selanjutnya pengaruh

ketinggian belum dimasukkan dalam persamaan tersebut sehingga

dapat terjadi overestimate akibat pengaruh lereng. Maka dilakukanlah

perhitungan dengan membatasi nilai ketinggian gelombang tsunami

yang hilang sesuai dengan besarnya nilai 𝐻0 dengan menggunakan

rumus berikut:

𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠_𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 = 𝑆𝑒𝑡𝑁𝑢𝑙𝑙 (𝐷𝐸𝑀 > 𝐻0, 𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑚) (2.21)

Hloss hanya menunujukkan berapa air yang hilang dan bukan arah air.

Untuk mengetahui arah air maka dilakukanlah operasi cost distance.

Cost distance analysis menentukan jarak terdekat dari satu piksel ke

piksel lain menuju lokasi sumber gelombang, dalam hal ini adalah garis

pantai. Hasil dari dari operasi Hloss dan cost distance menghasilkan

peta rendaman tsunami (Qoriatu Zahro, 2017). Adapun rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

𝐵𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑠𝑢𝑛𝑎𝑚𝑖 = 𝐻0 − 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 (2.22)

2.12.Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan sebagai referensi dan pembanding dalam mengerjakan

penelitian yang dibuat.

Page 52: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

32

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dede Sugianto, dkk

(2017) yang berjudul “Potensi Rendaman Tsunami di Wilayah Lebak

Banten”. Dalam penelitiannya ini, ia mengkaji tentang potensi bahaya

tsunami yang terjadi di pesisir Lebak Banten yang disebabkan oleh

pergerakkan lempeng. Dalam penelitiannya ia melakukan perhitungan

tinggi gelombang dan waktu tempuh gelombang tiba di bibir pantai dengan

menggunakan pemodelan numerik menggunakan model TUNAMI-2 dan

mengetahui potensi rendaman di wilayah tersebut. Kekuatan gempa yang ia

gunakan sebesar Mw 8,7. Hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa run-

up yang dapat terjadi akibat tsunami dari gempa bumi di celah ketempatan

sekitar Palung Jawa umumnya mengikuti pola topografi ketinggian wilayah.

Waktu tempuh yang diperlukan untuk tiba di wilayah pesisir Lebak berkisar

15-17 menit. Potensi rendaman tsunami wilayah pesisir Lebak

dikategorikan sangat berbahaya karna tinggi run-up yang mencapai 3 meter

dari permukaan dan jarak maksimum rendaman mencapai 1,7 km dari garis

pantai dengan luas genangan 1271,34 ha.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Toga Persada Tarigan (2015)

yang berjudul “Analisa Spasial Kerawanan Bencana Tsunami di Wilayah

Pesisir Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta”. Dalam

penelitiannya, ia menganalisis kerawanan bencana tsunami di Kabupaten

Kulon Progo DIY dengan metode kuantitatif dengan mengambil titik

wilayah penelitian yang acak berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).

Parameter yang digunakan adalah ketinggian daratan, jarak dari garis pantai,

Page 53: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

33

jarak dari sungai, dan kegunaan lahan. Berdasarkan hasil penelitiannya,

didapatlah nilai luas, persentase luas dalam tingkat kerawanan dan kelas

rawan tsunami seluruh wilayah di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Achmad Yasir Baeda pada

tahun 2012. Dimana ia meneliti tentang “Kajian Potensi Tsunami Akibat

Gempa Bumi Bawah Laut di Perairan Pulau Sulawesi”. Dalam

penelitiannya, ia membahas tentang area potensial gempa bumi bawah laut

yang menyebabkan tsunami dan melakukan kajian tsunami diberbagai area

dengan membuat pemodelan tsunami. Yang mana hampir semuanya

berpusat di lautan dan berkemampuan untuk membangkitkan tsunami.

Tabel 2. 2. Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul

Penelitian

Permasalahan Hasil

Dede Sugianto,

dkk (2017)

Potensi

Rendaman

Tsunami di

Wilayah Lebak

Banten

Berapa besar

tinggi

gelombang di

bibir pantai dan

berapa waktu

tempuh

gelombang tiba

di bibir pantai

yang disebabkan

oleh

pergerakkan

lempeng

Metode yang

digunakan

adalah metode

pemodelan

numerik

menggunakan

rum-up yang

dapat terjadi

akibat tsunami

dari gempa bumi

di celah

ketempatan

sekitar Palung

Jawa umumnya

mengikuti pola

topografi

ketinggian

wilayah. Waktu

tempuh yang

diperlukan untuk

tiba di wilayah

pesisir Lebak

berkisar 15-17

menit. Potensi

rendaman

tsunami wilayah

Page 54: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

34

model

TUNAMI-2

pesisir Lebak

dikategorikan

sangat berbahaya

karna tinggi rum-

up yang

mencapai 3

meter dari

permukaan dan

jarak maksimum

rendaman

mencapai 1,7 km

dari garis pantai

dengan luas

genangan

1271,34 ha.

Toga Persada

Tarigan (2015)

Analisa Spasial

Kerawanan

Bencana

Tsunami di

Wilayah Pesisir

Kabupaten

Kulon Progo

Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Bagaimana

kerawanan

bencana tsunami

di Kabupaten

Kulon Progo

Daerah

Istimewa

Yogyakarta

Metode yang

digunakan

adalah metode

kuantitatif

berbasis SIG

(Sistem

Informasi

Geografis)

Didapat nilai

luas, persentase

luas dalam

tingkat

kerawanan dan

kelas rawan

tsunami seluruh

wilayah di

Kabupaten

Kulon Progo

daerah Istimewa

Yogyakarta.

Achmad Yasir

Baeda (2012)

Kajian Potensi

Tsunami

Akibat Gempa

Bumi Bawah

Laut di Perairan

Pulau Sulawesi

Bagaimana area

potensial gempa

bumi bawah laut

yang

menyebabkan

tsunami di

Perairan Pulau

Sulawesi

Hampir semua

area potensial

gempa bumi

bawah laut di

Perairan Pulau

Sulawesi

berpotensi

membangkitkan

tsunami.

Page 55: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

35

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan di Gedung G Teknik Geodesi Universitas Lampung.

Adapun wilayah penelitian yaitu wilayah sekitar pesisir Teluk Lampung. Lama

penelitian lebih kurang 6 bulan.

Gambar 3. 1. Wilayah penelitian yaitu wilayah Pesisir Teluk Lampung.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.2.1 Alat

Page 56: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

36

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua, yaitu:

1. Perangkat keras

Perangkat keras ini berupa seperangkat laptop untuk pengolahan

data dan printer untuk mencetak laporan hasil penelitian

2. Perangkat lunak

Perangkat lunak yang digunakan, yaitu:

a. Perangkat lunak ArcGIS 10.4.1 sebagai pengolah sistem

informasi geografis.

b. Perangkat lunak SAS Planet sebagai pengunduh citra satelit

c. Perangkat lunak Global Mapper sebagai pengolah gelombang

tsunami untuk simulasi 3D

d. Perangkat lunak Microsoft Excel 2013 sebagai pengolah data

tabular

e. Perangkat lunak Microsoft Word 2013 sebagai pengolah data

laporan

f. Perangkat lunak Microsoft Visio 2013 sebagai pengolah

diagram alir

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data batimetri yang diunduh dari GEBCO tahun 2019

2. Data DEMNAS tahun 2019 yang diunduh dari Badan Informasi

Geospasial (BIG)

3. Peta Batas Administrasi Provinsi Lampung yang didapat dari

Pemerintah Provinsi Lampung tahun 2019

Page 57: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

37

4. Data garis pantai yang yang didapat dari Pemerintah Provinsi

Lampung tahun 2019

5. Peta tutupan lahan tahun 2017 yang diunduh dari KLHK

(Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)

6. Citra satelit tahun 2019 dari Google Earth

3.3. Diagram Alir

Pada penelitian ini, pengolahan data dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Pembuatan simulasi perambatan gelombang tsunami

Secara garis besar, pembuatan simulasi perambatan gelombang tsunami

melalui beberapa proses yang dapat dilihat dari diagram alir berikut:

Gambar 3. 2. Diagram alir perambatan gelombang.

Page 58: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

38

2. Pembuatan peta rendaman tsunami

Pembuatan peta rendaman tsunami ini meliputi beberapa proses yang dapat

dilihat dari diagram alir berikut:

Gambar 3. 3. Diagram alir pemetaan daerah rendaman tsunami.

3.4. Tahap Pembuatan Simulasi Perambatan Gelombang Tsunami

Pada diagram alir, pembuatan simulasi perambatan gelombang terbagi atas 3

tahap, yaitu:

3.4.1 Persiapan

Pada tahap ini dipersiapkan seluruh data yang diperlukan untuk

pengolahan pembuatan simulasi perambatan gelombang tsunami dan

peta daerah rendaman tsunami, yaitu:

Page 59: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

39

1. Data batimetri yang diunduh dari GEBCO tahun 2019. Data ini

merupakan data yang akan digunakan untuk mencari nilai

kedalaman laut sebagai data awal untuk menghitung tinggi

gelombang di bibir pantai dan untuk menghitung waktu tiba

gelombang.

2. Peta tutupan lahan yang diunduh dari KLHK (Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan) tahun 2017. Data ini digunakan

sebagai data topografi wilayah penelitian.

3. Data batas administrasi dari pemerintah Provinsi Lampung tahun

2019. Data ini digunakan sebagai data batas administrasi wilayah

penelitian.

4. Data DEMNAS (Digitial Elevation Model Nasional) yang diunduh

dari Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2019. Data ini

merupakan data DEM (Digital Elevation Model) yang akan

digunakan sebagai data kemiringan lereng wilayah penelitian.

5. Data garis pantai yang didapat dari pemerintah Provinsi Lampung

tahun 2019. Data ini digunakan untuk membuat daerah rendaman

tsunami.

6. Citra satelit. Data citra ini hanya digunakan sebagai tampilan saat

pembuatan peta daerah rendaman tsunami.

Page 60: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

40

3.4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data ini dibagi atas dua tahap, yaitu tahap untuk

membuat simulasi perambatan gelombang tsunami dan tahap

pembuatan peta daerah rendaman tsunami.

1. Tahap pembuatan simulasi perambatan gelombang tsunami

a. Pengolahan nilai kedalaman laut

Langkah awal dalam pembuatan simulasi perambatan

gelombang tsunami yaitu pengolahan nilai kedalaman laut.

Untuk mendapatkan nilai kedalaman laut, terlebih dahulu

dilakukan pembuatan grid untuk mendapatkan nilai kedalaman

laut di setiap titik yang dibagi per jarak 1 km.

Gambar 3. 4. Hasil pembuatan grid pada data batimetri.

Data grid kemudian diolah untuk mendapatkan nilai koordinat

dan kedalaman laut di setiap titiknya. Pengolahan dilakukan

dengan mengekstrak titik grid menjadi nilai koordinat dan

kedalaman.

Page 61: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

41

Gambar 3. 5. Data kedalaman di setiap grid

b. Perhitungan tinggi gelombang

Nilai ketinggian gelombang di setiap titik, dihitung

menggunakan teori gelombang amplitudo kecil, dengan

menggunakan rumus pada persamaan (2.4). Untuk mendapatkan

tinggi gelombang tsunami di setiap titik, maka perlu diketahui

terlebih dahulu tinggi awal gelombang tsunami di Gunung Anak

Krakatau berdasarkan sejarah yaitu 1-3 meter. Berdasarkan hasil

perhitungan, didapatlah tinggi gelombang tsunami yang berbeda

di setiap titiknya seperti pada gambar dibawah ini.

Page 62: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

42

Gambar 3. 6. Hasil hitung tinggi gelombang.

c. Pembuatan Gelombang Tsunami

Gelombang tsunami dibuat berdasarkan tinggi gelombang di

setiap titik yang telah diinterpolasi. Dari hasil interpolasi

tersebut dibuatlah gelombang dari Gunung Anak Krakatau

hingga bibir pantai. Setelah itu, dibuatlah simulasi perambatan

gelombang tsunami dalam bentuk 2D seperti gambar dibawah

ini.

Page 63: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

43

Gambar 3. 7. Perambatan gelombang tsunami.

2. Tahap pembuatan peta rendaman tsunami

Proses pembuatan peta rendaman tsunami dilakukan

menggunakan metode pemodelan penurunan tinggi tsunami saat

mencapai daratan dengan menggunakan skenario variasi tinggi

gelombang tsunami pada garis pantai. Pembuatan peta rendaman

tsunami juga dipengaruhi oleh kemiringan lereng dan koefisien

kekasaran permukaan yang dibuat oleh Berryman (2006) dengan

persamaan (2.18). Parameter ketinggian gelombang tsunami di

garis pantai didapat berdasarkan perhitungan tinggi gelombang

menggunakan metode non numerik. Sementara itu, parameter

Page 64: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

44

kemiringan lereng menggunakan data DEMNAS dan koefisien

kekasaran permukaan menggunakan data tutupan lahan.

Parameter ini digunakan sebagai parameter tambahan untuk

menyusun peta rendaman tsunami.

Berikut ini, dijelaskan proses pembuatan peta rendaman tsunami:

a. Perhitungan tinggi gelombang

Proses perhitungan tinggi gelombang sama seperti perhitungan

yang dilakukan pada proses pembuatan simulasi perambatan

gelombang tsunami. Namun dalam hal ini, tinggi gelombang

yang dihitung hanya tinggi gelombang di bibir pantai. Dari hasil

perhitungan didapatlah tiga skenario tinggi gelombang tsunami

di bibir pantai yaitu 13 m, 26 m, dan 39 m.

b. Perhitungan waktu tiba gelombang

Perhitungan waktu tiba gelombang dilakukan untuk mengetahui

berapa lama waktu tiba gelombang dari Gunung Anak Krakatau

hingga ke bibir pantai. Perhitungan ini dilakukan dengan

menggunakan rumus pada persamaan (2.17). Berdasarkan rumus

tersebut didapatlah waktu penjalaran gelombang tsunami yaitu

57 menit.

c. Pemasukkan nilai koefisien kekasaran permukaan

Pada data tutupan lahan, dimasukkan nilai koefisien kekasaran

permukaan untuk setiap kelas tutupan lahan yang mengacu pada

tabel (2.1). Nilai koefisien kekasaran akan mempengaruhi

daerah rendaman tsunami. Hal ini dikarenakan semakin tinggi

Page 65: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

45

nilai koefisien kekasaran, maka akan semakin mampu

menghadang genangan tsunami. Sebaliknya, kekasaran

permukaan yang mempunyai nilai koefisien kecil memiliki

faktor hambatan yang kecil juga terhadap genangan yang masuk

ke daratan.

d. Pemotongan wilayah penelitian

Dikarenakan peta tutupan lahan yang digunakan merupakan peta

tutupan lahan seluruh Lampung, maka perlu dilakukan

pemotongan peta tutupan lahan dengan peta batas wilayah

penelitian. Sehingga dihasilkan peta tutupan lahan wilayah

pesisir Teluk Lampung.

e. Pengolahan data DEMNAS

Data DEMNAS diolah untuk mendapatkan nilai kemiringan

wilayah penelitian. Dimana data DEMNAS, diolah pada

perangkat lunak ArcGIS dengan melakukan proses slope untuk

mendapatkan nilai kemiringan lereng wilayah penelitian.

Gambar 3. 8. Hasil proses slope

Page 66: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

46

Selanjutnya dihitung sudut sin dari hasil slope dengan

menggunakan rumus pada persamaan (2.19). Setelah sudut

kemiringan didapat, dilakukan pemotongan data DEMNAS

dengan batas wilayah penelitian. Hal ini dikarenakan data

DEMNAS yang digunakan merupakan data DEMNAS seluruh

Lampung. Sehingga didapatlah data DEM wilayah pesisir Teluk

Lampung.

Gambar 3. 9. Hasil sin slope wilayah penelitian

f. Perhitungan penurunan ketinggian tsunami di daratan

Ketika tinggi gelombang di bibir pantai telah diketahui, maka

dihitunglah titik-titik penurunan ketinggian tsunami di daratan

(Hloss) menggunakan rumus pada persamaan (2.18). Rumus ini

merupakan nilai penurunan air dari bibir pantai hingga daratan.

Page 67: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

47

Gambar 3. 10. Hasil Hloss

Hasil perhitungan Hloss pada model ini berbasis piksel. Maka

besarnya Hloss harus dibagi ukuran sel dari DEM yang

digunakan dengan menggunakan rumus pada persamaan (2.20).

Gambar 3. 11. Hasil Hloss berdasarkan ukuran sel DEM

Pada proses ini, pengaruh ketinggian belum dimasukkan dalam

persamaan tersebut sehingga dapat terjadi overestimate akibat

pengaruh lereng. Maka dilakukanlah perhitungan dengan

membatasi nilai ketinggian gelombang tsunami yang hilang

sesuai dengan besarnya nilai 𝐻0 dengan menggunakan rumus

pada persamaan (2.21).

Page 68: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

48

Gambar 3. 12. Hasil Hloss berdasarkan elevasi wilayah

penelitian

Selanjutnya dilakuakan cost distance analysis untuk

menentukan arah aliran air dan menentukan jarak terdekat dari

satu piksel ke piksel lain menuju lokasi sumber gelombang yaitu

garis pantai.

Gambar 3. 13. Hasil cost distance analysis

Hasil dari dari operasi Hloss dan cost distance menghasilkan

bahaya tsunami atau daerah rendaman tsunami dengan

menggunakan rumus pada persamaan (2.22).

Page 69: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

49

Gambar 3. 14. Daerah rendaman tsunami

3.4.3 Hasil

Terdapat dua hasil akhir dari pengolahan ini, yaitu:

1. Perambatan gelombang tsunami dari episenter (Gunung Anak

Krakatau) hingga bibir pantai dalam bentuk 3D

Untuk mendapatkan kenampakan 3D saat simulasi perambatan

gelombang tsunami, maka gelombang tsunami di overlay

dengan data DEMNAS dan citra satelit, seperti tampak pada

gambar dibawah ini.

Gambar 3. 15. Hasil perambatan gelombang 3D.

Page 70: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

50

2. Peta daerah rendaman tsunami

Terdapat tiga peta yang dihasilkan berdasarkan perbedaan tinggi

awal gelombang yang digunakan.

Gambar 3. 16. Peta rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 13

meter.

Gambar 3. 17.Peta rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 26

meter.

Page 71: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

51

Gambar 3. 18. Peta rendaman tsunami dengan tinggi gelombang 39

meter.

Page 72: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, yaitu jika terjadi kembali

pengulangan bencana dengan perubahan topografi Gunung Anak Krakatau saat

ini, maka terjadi juga perubahan daerah rendaman tsunami. Hal ini dapat dilihat

dari ketiga skenario daerah rendaman tsunami dan tinggi gelombang tsunami

yang dihasilkan di bibir pantai. Diketahui tinggi gelombang di bibir pantai

dipengaruhi oleh tinggi awal gelombang di pusat letusan Gunung Anak

Krakatau, kedalaman laut, kecepatan perambatan gelombang dan jarak dari

episenter ke bibir pantai. Semakin tinggi gelombang di bibir pantai maka

semakin jauh jarak rendaman dari bibir pantai ke daratan. Semakin banyak

wilayah yang terendam tsunami. Tidak hanya itu, penggunaan lahan dan

ketinggian juga memengaruhi laju tsunami. Semakin tinggi nilai koefisien

kekasaran pada penggunaan lahan, akan memperlambat laju tsunami.

Di wilayah pesisir Teluk Lampung, penggunaan lahan didominasi oleh

pemukiman dan lahan pertanian. Keduanya dapat menghambat laju tsunami.

Namun tetap saja wilayah pesisir Teluk Lampung dapat dikatakan cukup rentan

akan bencana tsunami karena padatnya pemukiman dan fasilitas umum yang

terdapat di sekitar wilayah pesisir Teluk Lampung yang dapat terhempas oleh

Page 73: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

60

gelombang setinggi 13 m, 26 m, dan 39 m dengan jarak rendaman tsunami

mencapai 1,6 km dari garis pantai sehingga dapat menyebabkan korban jiwa.

Wilayah yang rentan terendam tsunami yaitu Kecamatan Bumi Waras,

Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Timur,

Kecamatan Teluk Betung Utara, Kecamatan Panjang, Kecamatan Padang

Cermin, dan Kecamatan Katibun. Dimana rata-rata waktu tiba gelombang

tsunami di bibir pantai mencapai 57 menit.

5.2. Saran

Pada penelitian ini, tinggi gelombang tsunami di bibir pantai dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Dimana salah satu dari faktor tersebut dianggap sebagai

konstanta dan terdapat salah satu faktor yang tidak diperhitungkan. Untuk itu,

penulis menyarankan untuk mengubah konstanta menjadi parameter dan

memperhitungakan faktor yang diabaikan.

Page 74: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

61

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Zaenudin, dkk. 2018. Land Subsidence Analysis in Bandar Lampung City

based on InSAR. IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 1080

(2018) 012043 (1080). pp 1-7. ISSN doi: 10.1088/1742-

6596/1080/1/012043

Andini, Nur. Makalah Teknik Pantai. 10 April 2015.

https://www.slideshare.net/diniWithYunho/makalah-teknik-pantai diakses

pada 7 November 2019.

Armijon. 2019. Modeling of Cold Lava Flow Spatial Analysis for Mitigation of

Volcano Disaster Merapi. In: Peran Ilmu Teknik dan Kajian Multidisiplin

dalam Mitigasi Bencana Nasional.SIMTEK 2019 Fakultas Teknik

Universitas Lampung, Simposium Nasional Ilmu Teknik 2019-12

November 2019-Emersia Hotel & Resort Bandar Lampung-Indonesia.

Armijon. 2019. Pemetaan Digital Praktis. Pemetaan Digital, 1 (1). Aura. ISBN 978-

623-211-066-3.

Armijon, dkk. 2019. Kajian Pembaharuan Model Rendaman Tsunami Pesisir Teluk

Lampung Akibat Pengaruh Perubahan Morfologi Gunung Anak Krakatau.

Lampung : Universitas Lampung.

Berryman, K. 2006. Review of Tsunami Hazard and Risk in New Zealand. New

Zealand: Institute of Geological Ana Nuclear Science

Dewi, Citra, dkk. 2014. Analysis of Making Tsunami disaster Zone Map in Coastal

Area (Location Study: Bandar Lampung City Coastal). Proseding Seminar

Bisnis & Teknologi. ISSN 2407-6171

Fajriyanto, Ahmad, dkk. 2012. Potensi Bahaya Gempa dan Analisis Regangan di

Selat Sunda Berbasis GPS (Global Positioning System). Rekayasa, Jurnal

Teknik Sipil dan Perencanaan, 16 (3). pp. 141-150. ISSN 0852-7733.

Page 75: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

62

Hidayatullah, S. 2015. Pemodelan Tingkat Resiko Bencana Tsunami Pada

Permukiman di Kota Bengkulu Menggunakan Sistem Informasi Geografis.

Jurnal Permukiman, Volume 10, Nomor 2, Tahun 2015.

Islam, Faiz. 2014. Penentuan Resiko dan Kerentanan Tsunami di Kebumen Dengan

Citra Alos. Jurnal Geodesi Undip Januari 2014.

Krakatau. https://id.wikipedia.org/wiki/Krakatau diakses pada 10 Oktober 2019

Latief, H. 2013. Pedoman Teknik Pembuatan Peta Bahaya Rendaman Tsunami.

Bandung: Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung.

Persada Tarigan, Togi. 2015. Analisa Spasial Kerawanan Bencana Tsunami di

Wilayah Pesisir Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jurnal Oseanografi Undip, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015.

Prahasta, E. 2001. Sistem Informasi Geografis :Tutorial Arc View. Bandung : CV.

Informatika.

Putra, Kelana. Arus dan Gelombang Air Laut.

https://www.academia.edu/9110059/ARUS_DAN_GELOMBANG_AIR_

LAUT diakses pada 17 November 2019.

Rahmadhani, Nia. 2012. Analisis Aksesibilitas Evakuasi Tsunami di Kota Padang

Berbasis Sistem Informasi Geografis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Reynold, A. C. 1978, Boundary condition for the numerical solution of wave

propagation problems, Geophysics, Vol. 43 No. 6, pp.1099-1110.

Riadi, Muchlisin. Teori Gelombang Laut. 11 Januari 2016.

https://www.kajianpustaka.com/2016/01/teori-gelombang-laut.html

diakses pada 17 November 2019

Susanti S, Ida dan Armijon. 2013. Pengaruh Perkembangan Infrastruktur Jalan

Terhadap Pertumbuhan Pemanfaatan Lahan Kota. Jurnal Rekayasa Sipil dan

Desain (JRSDD), 17 (1). ISSN 2303-0011.

Page 76: KAJIAN DAERAH RENDAMAN TSUNAMI DI PESISIR TELUK …digilib.unila.ac.id/61531/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jeremi Siregar, dan Surya Family Maruli Tumpal Siregar yang selalu

63

Sutrisno. 2006. Penentuan Waktu Datang Gelombang Tsunami Di beberapa Kota

Pantai Selatan Jawa Barat Sebagai Informasi Penting Dalam Usaha

Penyelamatan Secara Preventif Menghadapi Bencana Tsunami. Jakarta :

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sugianto, Dedi. 2017. Potensi Luasan Daerah Rendaman Tsunami di Wilayah

Lebak Banten. (Tesis). Institut Teknologi Bogor. Bogor.

Tarigan, M. 1986. Studi Pendahuluan Energi Gelombang di Teluk Ambon Bagian

Luar. Ambon: Puslitbang Oseanologi-LIPI.

Trianawati, Nanin. 2008. Tsunami. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset

Yogyakarta

W, Michael. 2010. Pengetahuan Tentang Resiko. Jakarta: GITEWS Capacity

Building in Local Communities.

Wiryawan, B., dkk. 2000. Atlas Sumber Daya Wilayah Pesisir Teluk Lampung.

Bandar Lampung. Pemda Tk 1 Lampung-CRMP Lampung.

Yasir Baeda, Achmad. 2012. Kajian Potensi Tsunami Akibat Gempa Bumi Bawah

Laut di Perairan Pulau Sulawesi. Jurnal Teknik Sipil, Volume 19, Nomor 1,

Tahun 2012 (ISSN 0853-2982).

Zahro, Q. 2017. Kajian Spasial Resiko Bencana Tsunami Kabupaten Serang,

Banten. Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 12, No. 1,

Tahun 2017.

Zakaria, A., 2003, Numerical modelling of wave propagation using higher order

finite difference formulas, Thesis (Ph.D.), Curtin University f Technology,

Perth, Western Ausstralia, 247 hal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana