kajian afta 2010

3
AFTA 2010 ; Tantangan Baru Dunia Kedokteran * Diberlakukannya AFTA 2010 bisa jadi ancaman sekaligus peluang bagi rumah sakit di Indonesia. Dengan 10-15 persen rumah sakit mampu bersaing dengan layanan kesehatan di Singapura dan Malaysia, kita tampaknya lebih siap sebagai pangsa pasar.” Perjanjian AFTA atau ASEAN Free Trade Area dibuat pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan menjadi perwujudan kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. Rencana ini ditujukan untuk menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993- 2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Kesepakatan itu disetujui oleh 6 negara anggota. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand pada tahun 2010, Sedangkan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. AFTA 2010 diperkirakan setidaknya akan berpengaruh cukup besar terhadap 12 aspek di negeri ini, antara lain produk berbasis argo, perjalanan udara, E-ASEAN, elektronik, perikanan, produk berbasis kayu, dan yang terpenting dalam ruang lingkup mahasiswa kedokteran ialah sektor kesehatan. Meminjam istilah mantan sekjen ISMKI, Sutarman, Dokter dan tenaga kesehatan merupakan individu bagian dari masyarakat global dan memiliki kepentingan di atas globalisasi ini. Maka, di tengah kuatnya imbas euforia dunia global di tahun 2010 ini, kita dituntut untuk mampu menjawab satu pertanyaan besar, “Dokter seperti apakah yang dibutuhkan oleh masyarakat global?” Hal pertama yang harus dilakukan praktisi kesehatan Indonesia ialah menyadari keberadaan AFTA 2010 sebagai tantangan baru yang harus dilihat dari kaca mata kompetisi. Dimulai dari semangat untuk menjadi yang terbaik, maka praktisi kesehatan kita akan berlomba-lomba memenuhi standar kompetensi yang digunakan oleh masyarakat dunia. Standar kompetensi minimum internasional yang harus dimilki oleh semua lulusan dokter ini ditetapkan oleh sebuah lembaga yang disebut The Institute for International Medical Education (IIME). IIME menetapkan terdapat 7 standar kompetensi minimum yang harus dikuasai oleh seorang tenaga kesehatan; (1) professional values, attitudes, behavior and ethics, (2) scientific foundation of medicine, (3) clinical skills, (4) communication skills, (5) population health and health systems, (6) management of information, (7) critical thinking and research.

Upload: tommi-faruq-elfath

Post on 25-Oct-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

afta

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian AFTA 2010

AFTA 2010 ; Tantangan Baru Dunia Kedokteran *

“Diberlakukannya AFTA 2010 bisa jadi ancaman sekaligus peluang bagi rumah sakit di Indonesia. Dengan 10-15

persen rumah sakit mampu bersaing dengan layanan kesehatan di Singapura dan Malaysia, kita tampaknya lebih siap

sebagai pangsa pasar.”

Perjanjian AFTA atau ASEAN Free Trade Area dibuat pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV

di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan menjadi perwujudan kesepakatan dari negara-negara ASEAN

untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan

regional ASEAN. Rencana ini ditujukan untuk menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang akan dicapai

dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi

tahun 2002.

Kesepakatan itu disetujui oleh 6 negara anggota. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah

adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam, Indonesia,

Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand pada tahun 2010, Sedangkan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan

Vietnam pada tahun 2015.

AFTA 2010 diperkirakan setidaknya akan berpengaruh cukup besar terhadap 12 aspek di negeri ini, antara

lain produk berbasis argo, perjalanan udara, E-ASEAN, elektronik, perikanan, produk berbasis kayu, dan yang

terpenting dalam ruang lingkup mahasiswa kedokteran ialah sektor kesehatan. Meminjam istilah mantan sekjen

ISMKI, Sutarman, Dokter dan tenaga kesehatan merupakan individu bagian dari masyarakat global dan memiliki

kepentingan di atas globalisasi ini. Maka, di tengah kuatnya imbas euforia dunia global di tahun 2010 ini, kita dituntut

untuk mampu menjawab satu pertanyaan besar, “Dokter seperti apakah yang dibutuhkan oleh masyarakat global?”

Hal pertama yang harus dilakukan praktisi kesehatan Indonesia ialah menyadari keberadaan AFTA 2010

sebagai tantangan baru yang harus dilihat dari kaca mata kompetisi. Dimulai dari semangat untuk menjadi yang

terbaik, maka praktisi kesehatan kita akan berlomba-lomba memenuhi standar kompetensi yang digunakan oleh

masyarakat dunia. Standar kompetensi minimum internasional yang harus dimilki oleh semua lulusan dokter ini

ditetapkan oleh sebuah lembaga yang disebut The Institute for International Medical Education (IIME). IIME

menetapkan terdapat 7 standar kompetensi minimum yang harus dikuasai oleh seorang tenaga kesehatan; (1)

professional values, attitudes, behavior and ethics, (2) scientific foundation of medicine, (3) clinical skills, (4)

communication skills, (5) population health and health systems, (6) management of information, (7) critical thinking

and research.

Ketujuh aspek yang disebut dengan Global Minimum Essential Requirements (GMER) inilah yang menjadi

fokus bagi pemerintah untuk bekerja keras menyiapkan tenaga-tenaga kesehatan dengan kompetensi tinggi dan

dapat bersaing di level internasional. Untuk mencapainya, diperlukan berbagai inovasi dan strategi yangdimulai pada

level sistem pendidikan kedokteran itu sendiri. Dalam rangka penyiapan standar kompetensi sumber daya tenaga

kesehatan di seluruh dunia, IIME dipercaya untuk menetapkan minimum essential competences dalam tiga fase

pelatihan dan persiapan lulusan tenaga kesehatan.

1. Fase pertama, pendefinisian kompetensi minimum: Mengembangkan Global Minimum Essential

Requirements (GMER) yang memasukkan pengetahuan, skills, etika dan perilaku yang wajib dimiliki oleh

setiap dokter. Selain itu, mengidentifikasi dan mengembangkan metode yang diperlukan untuk penilaian

kompetensi lulusan dan mengevaluasi apakah sekolah yang menyediakan sarana pendidikan tersebut telah

memenuhi kompetensi yang diharapkan.

Page 2: Kajian AFTA 2010

2. Fase kedua, Implementasi eksperimental: yaitu dengan menggunakan metode penilaian kompetensi untuk

mengevaluasi outcome yang ada. Selain itu, dengan memulai program untuk menganalisis kekurangan-

kekurangan dalam proses pembelajaran dan mencari terobosan baru untuk menutupi kekurangan tersebut.

3. Fase ketiga yaitu Membandingkan 'produk-produk' sistem pembelajaran tersebut dengan memasuki

persaingan global di level internasional. Ada tiga aspek yang kita pandang berkaitan dengan usaha

peningkatan mutu sumber daya dan profesionalitas tenaga kesehatan di era global.

Terkait usaha peningkatan mutu sumber daya dan profesionalitas tenaga kesehatan Indonesia di era global,

setidaknya terdapat tiga aspek penting yang harus diperhatikan. Pertama, aspek analisis tantangan tenaga kesehatan

di era global. Salah satu imbas adanya AFTA 2010 (Asean Free Trade Area) adalah semakin luasnya aspek

perdagangan dunia. Aliran perdagangan yang terjadi tidak hanya aliran barang publik, tetapi juga perdagangan jasa

termasuk jasa tenaga kesehatan yang dapat mengakses dengan bebas ke berbagai Negara. Sebagai langkah antisipasi,

pemerintah perlu mengembangkan standar kompetensi untuk penyiapan skills dan endurance tenaga kesehatan

lebih baik lagi.

Kedua, aspek proses pengembangan SDM kesehatan. Satu hal yang perlu diperhatikan untuk menyesuaiakan

perkembangan dunia adalah dengan meningkatkan akses informasi dunia luar sehingga akan menghasilkan lulusan-

lulusan yang mempunyai cakrawala berpikir yang luas dan terbuka dengan perkembangan dunia luar. Perlu juga

menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan di luar negeri untuk memaksimalkan usaha tersebut.

Ketiga, melakukan berbagai inovasi sistem pembelajaran yang memudahkan mahasiswa memahami ilmu

kedokteran dengan lebih tersistematis dan komprehensif. Selain itu, kontrol kualitas perlu dilakukan dengan proses

assesment yang bagus dan objektif.

AFTA 2010 adalah tantangan baru bagi dunia kedokteran yang tidak memberi ruang pilihan lain bagi kita

selain bersiap dengan sebaik-baiknya untuk menghadapinya. Berkompetisi atau tergantikan! Sebagai bekal, dapat

dikatakan bahwa syarat mutlak modal para tenaga kesehatan khususnya dokter terletak pada penguasaan skills yang

spesifik dan memenuhi standar kompetensi pelayanan internasional.

Kini, perjuangan yang relatif panjang di bangku pendidikan dokter bukanlah akhir, melainkan awal dari

kompetisi nyata yang sesungguhnya: persaingan global! Jelaslah jika profesi dokter ialah gelar sekaligus label

‘pembelajar’ yang menuntut pertanggungjawaban pengembannya untuk terus belajar dan belajar hingga akhirnya

maut menjemput.

So, selamat berjuang rekan-rekan untuk mengembangkan diri tidak hanya sekedar menjadi mahasiswa kedokteran,

tapi MAHASISWA KEDOKTERAN!! ^_^

Hidup Mahasiswa!!

*Dipublikasikan oleh Dinas Kajian Strategis dan Advokasi (Kastrad)

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Universitas Lampung periode 2009-2010

Kepala Dinas : Tommi Faruq Nahdi

Staff Ahli Dinas :

Annida Nurul Haq Oktariana Amindyta

Arief Yudho Prabowo Rico Piawan Sutanto

Cintya Naya Danastri Saga Malela Aria Sabara

Nora Ramkita Yoga Karsenda

Kritik dan saran hubungi 085716140761 atau [email protected]