documentk3

63
Pra-Rencana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(PRA-RK3) “Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pemakaman dan

Upload: muhammad-irfan-faturahman

Post on 09-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

RK3k proyek diskamtam kota bandung

TRANSCRIPT

Pra-Rencana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(PRA-RK3)

2015JAKARTAPT. BRAHMAKERTA ADIWIRA PT. BACHTIAR MARPA PRIMA-KSO4/1/2015

Pra-Rencana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja(PRA-RK3)Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung (Lelang Ulang)

K S O

Pernyataan Penerapan Kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Penanggung Jawab : Ir. H. YUFIZARNama Perusahaan : PT. BRAHMAKERTA ADIWIRA -PT. BACHTIAR MARPA PRIMA KSOAlamat Perusahaan :Jl. Minangkabau No. 6 LT.3 Manggarai Jakarta SelatanJabatan dalam Perusahaan : Direktur Utama

Menyatakan sesungguhnya serta berkomitmen untuk :

- Melindungi para pekerja, tukang dan orang lain di tempat kerja.- Menjamin agar setiap peralatan dapat dipakai secara aman dan efisien.- Menjamin proses pelaksanaan konstruksi berjalan secara aman dan tepat waktu.- Menjamin pemenuhan terhadap hukum, peraturan lingkungan dan permintaan pelanggan.- Menangani dan mengurangi limbah/ buangan yang timbul.- Mengurangi dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh aspek pekerjaan konstruksi.- Menjamin komitmen terhadap perlindungan dan pemeliharaan lingkungan.

Jakarta, 1 April 2015PT. BRAHMAKERTA ADIWIRAIr. H. YUFIZAR Direktur Utama

BAB I PENDAHULUAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Undang-undang1) Ruang Lingkup Keselamatan Kerja Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerja/ tukang agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Keselamatan kerja tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerja/ tukang, tetapi juga kepada pengusaha PT. BRAHMAKERTA ADIWIRA-PT. BACHTIAR MARPA PRIMA KSO dan DISKAMTAM KOTA BANDUNG: a. Bagi pekerja/tukang, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/tukang akan dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa kecelakaan kerja. b. Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengusaha harus memberikan jaminan sosial.c. Bagi Diskamtam Kota Bandung (dan masyarakat), dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan Diskamtam Kota Bandung untuk menyejahterakan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka Diskamtam Kota Bandung telah melakukan upaya pembinaan norma di bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian pembinaan norma ini sudah mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan norma itu sendiri.Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu : a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun sosial.b. Adanya sumber bahaya.c. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu. Pasal 3 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menentukan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja yang harus diperhatikan oleh pengusaha akan diatur lebih lanjut. Peraturan perundangan yang dijadikan pedoman syarat-syarat keselamatan kerja, yaitu : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan Untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan ini banyak sekali upaya yang dapat dilakukan oleh pengusaha. Dalam (Peraturan Keamanan Kerja), antara lain dinyatakan bahwa agar peralatan kontraktor tidak atau kurang menimbulkan bahaya, maka : 1) Ban penggerak, rantai, dan tali yang berat harus diberikan alat penadah, jika putus tidak akan menimbulkan bahaya. 2) Mesin-mesin harus terpelihara dengan baik, mesin yang berputar harus diberikan penutup agar jangan saampai beterbangan jika kurang tahan dalam putaran yang keras. 3) Ban penggerak, rantai, atau tali yang dilepaskan harus tergantung, maka gantungan itu harus dibuat sedemikian rupa agar tidak menyentuh ban penggerak. 4) Harus tersedia alat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, yang dapat dilakukan dengan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran, memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri bagi pekerja/tukang jika terjadi kebakaran, dan memberikan alat perlindungan lainnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran. c. Mencegah atau mengurangi bahaya peledakan. Peledakan biasanya sering terjadi pada perusahaan-perusahaan yang mengerjakan bahan-bahan yang mudah meledak. Perusahaan-perusahaan yang demikian pada setiap ruangan kerja haruslah disediakan sekurang-kurangnya satu pintu yang cepat terbuka untuk keluar. Bahan-bahan yang akan dikerjakan di ruang kerja tidak boleh melebihi jumlah yang seharusnya dikerjakan. Harus pula dipasang alat-alat kerja yang menjamin pemakaiannya akan aman dari bahaya peledakan. d. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, menyelenggarakan suhu udara yang baik, memelihara ketertiban dan kebersihan, mengamankan dan memelihara bangunan. e. Mencegah agar jangan sampai terkena aliran listrik yang berbahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Bagian alat listrik yang mempunyai tegangan minimal 250 volt haruslah tertutup. 2) Sambungan-sambungan kabel listrik harus diberikan pengaman. 3) Bangunan-bangunan yang diatasnya terbentang kawat listrik harus diperiksa sewaktu-waktu dan jika perlu diberikan pembungkus (isolasi) agar terhindar dari tegangan. Peraturan Menteri Pertukangan pada pasal 2 menetapkan bahwa setiap bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk : a. Menghindarkan kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan. b. Menghindarkan kemungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit atau timbulnya penyakit kerja. c. Memajukan kebersihan dan ketertiban. d. Terdapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. e. Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup. f. Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang tidak menyenangkan. Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini dapat diartikan : suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur aktivitasnya. Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab musababnya demikian pula kecelakaan industri/ kecelakaan kerja ini. Rangkaian kejadian dan faktor penyebab kecelakaan dikenal dengan teori domino, yaitu : a. Kelemahan pengawasan oleh manajemen (lack of control management). Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan (pelaksana) dan pengawasan. Partisipasi aktif manajemen sangat menetukan keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan seorang pimpinan unit disamping memahami tugas operasional tapi juga harus mampu : 1) memahami program pencegahan kecelakaan. 2) memahami standard, mencapai standard. 3) membina, mengukur, dan mengevaluasi performance bawahannya.Inilah yang dimaksud dengan control. b. Sebab dasar. Penyebab dasar terjadinya kecelakaan adalah unsafe condition dan unsafe action. Pendapat berbagai ahli K3 yang cukup radikal, 2 ( dua ) faktor diatas merupakan gejala akibat buruknya penerapan dan kurangnya komitmen manajemen terhadap K3 itu sendiri.Beberapa contoh unsafe condition :1) Peralatan kerja yang sudah usang ( tidak layak pakai ). 2) Tempat kerja yang acak-acakan. 3) Peralatan kerja yang tidak ergonomis.4) Roda berputar mesin yang tidak dipasang pelindung ( penutup ).5) Tempat kerja yang terdapat Bahan Kimia Berbahaya yang tidak dilengkapi sarana pengamanan ( labeling, rambu ) dll. Beberapa contoh unsafe action : 1) Karyawan bekerja tanpa memakai alat pelindung diri pekerja yang mengabaikan Peraturan K3. 2) Merokok di daerah Larangan merokok. 3) Bersendau gurau pada saat bekerja, dll. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang bertindak Kurang aman dalam melakukan pekerjaan, antara lain : - Tenaga kerja tidak tahu tentang : 1) Bahaya bahaya di tempat kerjanya. 2) Prosedur Kerja Aman. 3) Peraturan K3. 4) Instruksi Kerja dll. - Kurang terampil ( unskill ) dalam : 1) Mengoperasikan Mesin Bubut. 2) Mengemudikan Kenderaan. 3) Mengoperasikan Fire Truck. 4) Memakai alat alat kerja ( Tool ) dll. - Kekacauan sistem manajemen K3 1) Menempatkan tenaga kerja tidak sesuai dengan keahliannya. 2) Penegakan Peraturan yang lemah. 3) Paradigma dan Komitmen K3 yang tidak mendukung. 4) Tanggungjawab K3 tidak jelas. 5) Anggaran Tdk Mendukung. 6) Tidak Ada audit K3 dll. c. Sebab yang merupakan gejala (sympton). Disebabkan masih adanya sub-standard practices and conditions yang mengakibatkan terjadinya keselahan. Dalam hal ini kita kenal dengan tindakan tak aman dan kondisi tak aman. Faktor-faktor ini sebenarnya adalah symptom (gejala) atau pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres apakah pada system ataukah pada manajemen. d.Kecelakaan. Jika ketiga urutan diatas tercipta, maka besar atau kecil akan timbul peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan yang dapat mengakibatkan kerugian dalam bentuk cidera dan kerusakan akibat kontak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur. Disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : pertama kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain kerusakan/ kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan. Biaya pengobatan dan perawatan korban. Tunjangan kecelakaan. Hilangnya waktu kerja. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi. Kedua kerugian yang bersifat non ekonomis. Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian, luka/cedara berat maupun ringan. Menurut International Labour Organization (ILO) ada beberapa cara atau langkah yang perlu diambil untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, yaitu melalui : a. Peraturan perundang-undangan. Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi (up to date). Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa. Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-pemeriksaan langsung di tempat kerja. b. Standarisasi. Merupakan suatu ukuran terhadap besaran-besaran nilai. Dengan adanya standard K3 yang maju akan menentukan tingkat kemajuan K3, karena pada dasarnya baik buruknya K3 di tempat kerja diketahui melalui pemenuhan standard K3. c. Inspeksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin, pesawat, alat dan instalasi, sejauh mana masalah-masalah ini masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3. d. Riset, meliputi : Riset teknik, penelitian terhadap benda dan karakteristik bahan-bahan berbahaya. Mempelajari pengaman mesin, pengujian alat pelindung diri, penyelidikan tentang desain yang cocok untuk instalasi industri. Riset medis, meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan penyakit akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari berbagai kecelakaan kerja. Riset psikologis, penelitian terhadap pola-pola pdikologis yang dapat menjurus kearah kecelakaan kerja. e. Pendidikan. Pemberian pengajaran dan pendidikan cara pencegahan kecelakaan yang terjadi melalui pengamatan terhadap jumlah, jenis orangnya (korban), jenis kecelakaan, faktor penyebab, sehingga dapat ditentukan pola pencegahan kecelakaan yang serupa. f. Training (latihan). Pemberian instruksi atau petunjuk-petunjuk melalui praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yang aman. g. Persuasi. Menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sehingga semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diikuti oleh semua tenaga kerja. h. Asuransi. Upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap premi asuransi kepada perusahaan yang melakukan usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja atau yang berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di perusahaannya. i. Penerapan K3 di tempat kerja. Langkah-langkah tersebut haris dapat diaplikasikan di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.2. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Tujuan kesehatan kerja adalah :1.Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. 2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh konisi lingkungan kerja. 3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja. 4. Meningkatkan produktivitas pekerja.

a. Ketentuan Umum Peraturan kesehatan kerja yang terdapat dalam Undang-undang No.13 Tahun 2003 meliputi tentang pekerjaan anak, wanita, waktu kerja, waktu istirahat. Berikut uraian materi peraturan kesehatan kerja. Pekerjaan Anak Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun.68 Undang-undang No.13 tahun 2003 mengatur tentang norma kerja mulai pasal 68, yang mana pasal ini melarang keras pengusaha mempekerjakan anak. Anak dianggap bekerja apabila berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Secara umum larangan mutlak bagi anak untuk melakukan pekerjaan ini adalah tepat, sebab akan terdapat beberapa kerugian atau dampak negative jika anak melakukan pekerjaan, diantaranya adalah : 1. Menghambat atau memperburuk perkembangan jasmani maupun rohani anak. 2.Menghambat kesempatan belajar bagi anak. 3. Dalam jangka panjang perusahaan akan menderita beberapa kerugian apabila mempekerjakan anak, misalnya kwalitas produksi rendah, pemborosan dan lain sebagainya.Undang-undang No.13 Tahun 2003 lebih lanjut mengatur tentang pekerjaan anak ini sebagai berikut : a.Bagi anak yang berumur antara 13 sampai dengan 15 tahun diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan dimaksud harus memenuhi persyaratan : 1) izin tertulis dari orang tua atau wali; 2) perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; 3) waktu kerja maksimal maksimal 3 jam; 4) dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; 5) keselamatan dan kesehatan kerja6) adanya hubungan kerja yang jelas; 7) menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku (pasal 69 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003. b. Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. Pekerjaan tersebut juga dapat dilakukan dengan syarat :1) diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam melakukan pekerjaan; 2) diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. c. Anak dapat juga melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi anak agar pengembangan bakat dan minat anak yang pada umumnya muncul pada usianya tersebut tidak terhambat. Untuk itu, pengusaha yang mempekerjakan anak dalam pekerjaan yang berkaitan dengan perkembangan minat dan bakat ini, diwajibkan untuk memenuhi persyaratan : 1) di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali; 2) waktu kerja paling lama tiga jam sehari ; 3) kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah. Berkaitan dengan larangan untuk mempekerjakan anak, UU No.13 Tahun 2003 lebih menekankan lagi, siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan terburuk. Pekerjaan terburuk yang dimaksud adalah : a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan dan sejenisnya; b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian; c. segala pekerjaan yang memafaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotik, psikotropika,dan zat adiktif lainnya; dan / atau d. semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak. Penanggulangan ini dimaksudkan untuk menghapuskan atau mengurangi anak yang bekerja di luar hubungan kerja tersebut. Upaya itu harus dilakukan secara terencana, terpadu, dan terkoordinasi dengan instansi terkait.Pekerja Perempuan Mempekerjakan perempuan di perusahaan tidak semudah yang dibayangkan. Ada hal-hal yang harus dijadikan bahan pertimbangan, yaitu : a. para wanita umumnya bertenaga lemah, halus tetapi tekun; b.norma-norma susila harus diutamakan, agar tenaga-tenaga kerja wanita tersebut tidak terpengaruh oleh perbuatan-perbuatan negative dari tenaga kerja lawan jenisnya, terutama kalau dikerjakan pada malam hari; c. para tenaga kerja wanita itu umumnya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan halus yang sesuai dengan kahalusan sifat dan tenaganya;d.para tenaga kerja wanita itu ada yang masih gadis dan ada pula yang telah bersuami atau berkeluarga yang dengan sendirinya mempunyai beban-beban rumah tangga yang harus dilaksanakannya pula. Semua itu harus menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan norma kerja bagi perempuan. Ketentuan dalam peraturan perundangan tentang norma kerja perempuan yaitu: 1. Pekerja/tukang perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. 2.Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/tukang perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.3.Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/tukang perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 wajib : a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. Waktu Kerja, Mengaso, dan Istirahat (Cuti) Undang-undang No.13 Tahun 2003 hanya mengenal 2 istilah yaitu waktu kerja dan waktu istirahat. Menurut Iman Supomo dalam hal ini digunakan 3 istilah yaitu waktu kerja, waktu mengaso dan waktu istirahat. Pengertian ketiga istilah itu adalah pertama waktu kerja adalah waktu efektif dimana pekerja/tukang hanya melaksanakan pekerjaannya. Kedua waktu mengaso adalah waktu antara, yaitu waktu istirahat bagi pekerja/tukang setelah melakukan pekerjaan empat jam beturut-turut yang tidak termasuk waktu kerja. Ketiga waktu istirahat adalah waktu cuti, yaitu waktu dimana pekerja/tukang diperbolehkan untuk tidak masuk bekerja karena alasan-alasan tertentu yang diperbolehkan oleh undang-undang. Yang meliputi waktu kerja adalah : 1. 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; 2. 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Waktu kerja tersebut harus diselingi waktu mengaso paling sedikit 30 (tiga puluh) menit setelah pekerja/tukang bekerja selama 4 (empat) jam berturut-turut. Ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. Mempekerjakan pekerja lebih dari waktu kerja sedapat mungkin dihindari, karena pekerja membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaganya dan tentu untuk tetap menjaga kesehatannya. Dalam hal-hal tertentu terdapat kebutuhan yang mendesak, yang harus segera diselesaikan dan tidak dapat dihindari pekerja harus bekerja melebihi waktu kerja. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :1. ada persetujuan pekerja/tukang yang bersangkutan; 2.waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga jam dalam satu hari dan empat belas jam dalam satu minggu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/tukang untuk kerja lembur wajib membayar upah kerja lembur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara yuridis, waktu istirahat (cuti) bagi pekerja ada empat macam, yaitu istirahat (cuti) mingguan, istirahat (cuti) tahunan, istirahat (cuti) panjang, serta istirahat (cuti) hamil / bersalin dan haid bagi pekerja perempuan, yaitu : a.Istirahat (cuti) mingguan. Istirahat mingguan ditetapkan satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu, atau dua hari untuk lima hari kerja dalam satu minggu. b. Istirahat (cuti) tahunan. Sekurang-kurangnya dua belas hari kerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama dua belas bulan secara terus-menerus. Istirahat (cuti) tahunan ini harus dimohonkan kepada pengusaha, artinya harus ada persetujuan pengusaha. Meskipun cuti tahunan ini adalah hak pekerja, ketentuan permohonan ini dilakukan untuk melihat apakah pekerjaan sedang menumpuk atau tidak. Apabila sedang menumpuk maka pengusaha berhak menangguhkan permohonan cuti pekerja. c. Istirahat (cuti) panjang. Cuti panjang ini dilakukan sekurang-kurangnya dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing satu bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama enam tahun berturut-turut pada perusahaan yang sama, dengan ketentuan pekerja tersebut tidak berhak lagi untuk istirahat (cuti) tahunan dalam dua tahun berjalan. Selama pekerja cuti tahunan, pekerja diberikan uang kompensasi hak istirahat tahunan kedelapan (setengah) bulan gaji. Bagi perusahaan yang membuat ketentuan tentang cuti tahunan sendiri yang dianggap lebih baik, perusahaan tersebut tidak diperkenankan merubah ketentuan UU No. 13 Tahun 2003. Pengusaha juga diwajibkan untuk memberikan kesempatan secukupnya kepada pekerja untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan agama.d. Istirahat (Cuti) haid, hamil/bersalin. Bagi pekerja wanita yang merasa sakit sewaktu mengalami haid haru membertitahukan kepada pengusaha, dan tidak wajib bekerja untuk hari pertama dan kedua di masa haidnya tersebut.Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah melahirkan menurut perhitungan dokter atau bidan. Bagi pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak untuk istirahat 1,5 (satu setengah) bulan sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan. Selama menjalankan istirahat/cuti pekerja tetap berhak menerima upah atau gaji penuh.Pasal 85 Undang-undang No.13 tahun 2003 menentukan beberapa hal lain yang berkaitan dengan cuti/ libur : 1. pekerja/tukang tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi. 2. pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/tukang untuk bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/tukang dengan pengusaha. 3. pengusaha yang mempekerjakan pekerja/tukang yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud wajib membayar upah kerja lembur.4. ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. b. Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan ataukesejahteraan orang yang bekerja. Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi. Bahaya Kimia. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan (inhalation), Kulit (skin absorption), Tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya. Korosi. Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa, fosfor. Iritasi. Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak ). Contoh : Kulit : asam, basa, pelarut, minyak. Pernapasan:aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine, bromine, ozone. Reaksi Alergi. Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan. Contoh : Kulit : colophony (rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, Epoxy, hardeners, turpentine. Pernapasan :isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel. Asfiksiasi. Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah.Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit. Contoh : Asfiksian sederhana : Methane, ethane, hydrogen, helium Asfiksian kimia : Carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hydrogen sulphide Bahaya Biologi Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik. Bahaya infeksiPenyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya antara lain.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci.

KebisinganKebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll. Getaran Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti : frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai Raynauds phenomenon atau vibration-induced white fingers(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws. Radiasi Non Mengion Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak. Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker. Contoh : a. Radiasi ultraviolet : pengelasan. b. Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran c. Laser : komunikasi, pembedahanPencahayaan (Illuminasi) Tujuan pencahayaan : a. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan b. Memberi lingkungan kerja yang aman Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja. Bahaya PsikologiStress Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress. Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika. Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll. Bahaya FisiologiPembebanan Kerja Fisik. Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari. Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan. Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.

c. Evaluasi Lingkungan Kerja Dengan Pengukuran Evaluasi lingkungan dilakukan kepada faktor-faktor fisik, kimia, dan lain-lain. Semua faktor ini harus dievaluasi dalam higene perusahaan. Evaluasi faktor-faktor penyebab sakit yang bersifat bahan-bahan kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : 1. subyektif oleh indera manusia, indera manusia kadang-kadang dapat dipakai untuk evaluasi kadar bahan-bahan di lingkungan kerja. Pada jenis zat-zat tertentu manusia dapat mencium, melihat dan merasa kadar zat menurut pengalaman. Dalam beberapa hal, apabila indera manusia telah dapat mengenal adanya suatu zat diudara yang masih ajuh dari nilai ambang batas maka indera manusia digunakan untuk pencegahan agar manusia terhindar dari faktor-faktor kimia dalam lingkungan kerja. 2. dengan menggunakan hewan-hewan, hewan-hewan yang sering digunakan untik menilai bahan-bahan kimia di udara adalah burung kenari, tikus, kelinci, kera dan lain-lain. 3. dengan memakai alat-alat detector, indicator dan detector yang biasanya khusus untuk gas dan uap. Indicator-indikator yang sederhana didasarkan atas perubahan warna sebagai akibat reaksi kimia. Detector adalah alat khusus yang dibuat untuk menentukan bahan-bahan di udara secara kwalitatif maupun kwantitatif. 4. pengambilan sample dan pemeriksaan laboratorium, dilakukan dengan 4 cara. Pertama absorbsi kepada bahan padat. Kedua dengan melalui udara pada cairan yang mampu mengikat bahan-bahan itu di udara. Ketiga kondensasi yaitu dengan menurunkan suhu udara yang mengandung uap, sehingga uapnya mengebun. Keempat dengan membakar bahan-bahan diudara pada kawat pijar dengan katalisator tertentu, yang hasilnya ditampung oleh air atau larutan. d. Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Daya Kerja Perlindungan kesehatan kerja meliputi pengaturan tentang pencegahan gangguan-gangguan kesehatan dan daya kerja. Cara-cara mencegah gangguan tersebut adalah :1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali. 2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan kedalam ruang kerja, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih rendah dari pada kadar yang membahayakan, yaitu kadar Nilai Ambang Batas (NAB). 3. Ventilasi keluar setempat (local exhausters), ialah alat menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan yang membahayakan dapat dihisap dan dialirkan keluar. 4. Isolasi, mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan. 5. Pakaian pelindung, misalnya masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, dan lain-lain. 6. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui keserasian antara pekerja dengan pekerjaan yang akan dijalaninya. 7. Pemeriksaan kesehatan berkala, untuk evaluasi apakah penyebab dari gangguan kesehatan yang dialami pekerja. 8. Penerangan sebelum kerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan, dan pekerja menjadi lebih berhati-hati. 9. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara kontiniu, maksudnya pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaan.

BAB IIPELAKSANAAN K-3

1. Tanggung Jawab Perusahaan Berdasarkan Peraturan Perundangan Materi Undang-undang No.1 Tahun 1970 lebih dominan berisi mengenai hak dan atau kewajiban tenaga kerja dan pengusaha/pengurus dalam pelaksanaan K3, dan kewajiban pengusaha/pengurus adalah : Pasal 3 ayat 1 : Melaksanakan syarat-syarat keselamatan untuk : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Peraturan pelaksananya Kepmenaker RI No. Kep.186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan f. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. Peraturan pelaksananya Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.Ins.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No.Ins.05/M/BW/97 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan AlatPelindung Diri. Dan Surat Edaran Menteri Dirjen Binawas No.SE.06/BW/1997 tentang Pendaftaran Alat Pelindung Diri. g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, dan hembusan h.Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. Peraturan pelaksananya diatur dalam Peraturan Menteri Pertukangan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban m.Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanyan. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaan menjadi bertambah tinggi Pasal 8 Ayat 1 : Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya. Peraturan pelaksananya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per-02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Ayat 2 : Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur. Peraturan pelaksananya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Selain itu ada juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pasal 9 Ayat 1 : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang: a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya Ayat 2 : Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas. Ayat 3 : Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan. Ayat 4 : Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan. Pasal 10 ayat 1 : Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna mengembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas kewajiban bersama di bidang K3, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. Peraturan pelaksananya adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84. Dan juga Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Pasal 11 ayat 1 : Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Peraturan pelaksananya Permenaker RI No. Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. Permenaker RI No. Per.04/Men/1993 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja. Pasal 14 pengurus diwajibkan : a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat-syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja. Peraturan pelaksana dari ketentuan pasal-pasal UU RI No.1 Tahun 1970 (pasal 15 ayat 1 UU RI No.1 Tahun 1970). UU RI No.1 Tahun 1970 masih bersifat umum (lex generalist), peraturan pelaksananya dijabarkan secara teknis dan rinci dalam bentuk PP, Keppres, Permenaker, Kepmenaker, SE Menaker dan Kepdirjen Binwasnaker Depnakertrans RI. Pelanggaran terhadap peraturan pelaksana UU No.1 Tahun 1970 (peraturan perundangan K3) dapat memberikan ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) sebagaimana ditetapkan pada pasal 15 ayat 2 UU RI No.1 Tahun 1970. Ancaman pidana ini tidak akan membuat efek jera bagi pengusaha yang melanggar UU No.1 Tahun 1970 (termasuk peraturan pelaksananya) dilihat dari masa hukuman kurungan begitu singkat dan denda uang yang dikenakan terlalu sedikit mengingat dimungkinkan banyak tenaga kerja pada satu tempat kerja (perusahaan) yang mengalami cidera berat bahkan kematian serta menderita penyakit akibat kerja. Tidak adil apabila masalah K3 ini hanya dilimpahkan kepada perusahaan / pengusaha saja. Karena masalah K3 juga merupakan tanggung jawab pekerja sebagai objek dari K3 ini. Untuk itu pekerja juga memiliki hak dan kewajiban terkait dengan K3 ini yaitu : a. Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/ Ahli K3 b. Memakai alat-alat pelindung diri c. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan d. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan e. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya 2. Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan Terhadap Pelaksanaan K3 Adapun yang menjadi latar belakang pengawasan pelaksanaan K3 : Setiap tenaga kerja selalu berhadapan dengan potensi bahaya terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai dengan jenis atau karakteristik perusahaan tempatnya bekerja. Kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja akan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi tenaga kerja, perusahaan dan masyarakat pada umumnya. Kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah melalui pengawasan ketenagakerjaan di bidang K3 umumnya dan kesehatan kerja khususnya. Pengawasan ketenagakerjaan merupa kan unsur penting dalam perlindungan tenaga kerja, sekaligus sebagai uapaya penegakan hokum ketenagakerjaan secara menyeluruh. Penegakan hukum ditempuh dalam 2 (dua) cara, yaitu preventif dan represif. Pada dasarnya kedua cara itu ditempuh sangat bergantung dari tingkat kepatuhan masyarakat (pengusaha, pekerja, serikat pekerja) terhadap ketentuan hukum ketenagakerjaan. Tindakan preventif dilakukan jika memungkinkan dan masih adanya kesadaran masyarakat untuk mematuhi hukum. Namun, bila tindakan preventif tidak efektif lagi, maka ditempuh tindakan represif dengan maksud agar masyarakat mau melaksankan hukum walaupun dengan keterpaksaan. Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk menjamin pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan (pasal 176 Undang-undang No.13 Tahun 2003). Dengan demikian, sasaran pengawasan ketenagakerjaan ialah meniadakan ataumemperkecil adanya pelanggaran Undang-undang Ketenagakerjaan, sehingga proses hubungan industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis. Yang bertugas mengawasi atas ditaatinya atau tidak peraturan perundangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah : 1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. 2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan pasal 10 Undang-undang No.14 Tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) Undang-undang No.1 Tahun 1970. Secara operasional dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang berfungsi untuk : 1. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan secara efektif dari peraturan-peraturan yang ada. 1) Dalam melaksanakan tugasnya pegawai pengawas berhak dan wajib melakukan : 1. Memasuki semua tempat dimana dijalankan atau biasa dijalankan pekerjaan atau dapat disangka bahwa disitu dijalankan pekerjaan dan juga segala rumah yang disewakan atau dipergunakan oleh pengusaha atau wakilnya untuk perumahan atau perawatan pekerja. 2. Jika terjadi penolakan untuk memasuki tempat-tempat tersebut, petugas pengawas berhak meminta bantuan Polri. 3. Mendapatkan keterangan sejelas-jelasnya dari pengusaha atau wakilnya dan pekerja mengenai kondisi hubungan kerja pada perusahaan yang bersangkutan.4. Menanyai pekerja tanpa dihadiri pihak ketiga. 5. Harus melakukan koordinasi dengan serikat pekerja. 6. Wajib merahasiakan segala keterangan yang di dapat dari pemeriksaan tersebut. 7. Wajib mengusut pelanggaran. Pasal 181 Undang-undang No.13 Tahun 2003 mengaskan bahwa pengawas wajib : pertama merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan. Kedua tidak menyalahgunakan kewenangannya. Yang berhak melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja adalah dokter yang ditunjuk oleh pimpinan tempat perusahaan/ kerja dan yang disetujui oleh Departemen Tenaga Kerja. Pelaksanaan pengawasan kesehatan kerja ditujukan kepada :

1. Tempat Kerja, yaitu : a. Kebersihan dan perawatannya b. Kondisi lingkungan kerja 2. Proses kerja yaitu perlu diteliti bagaimana proses kerjanya dimulai dari gudang bahan baku, persiapan pengolahan pengepakan sampai pendistribusian.3. Tenaga Kerja / Pekerja, yaitu yang perlu diperhatikan : a. Alat pelindung diri b. Sikap kerjanyac. Jenis kelamin d. Usia e. Baban kerja f. Gizi tenaga kerja 4. Pelayanan kesehatan kerja 5. Fasilitas kesehatan Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, aturan-aturan kesehatan ini bersifat memaksa. Dan pihak perusahaanlah yang pada umumnya diwajibkan melaksanakan aturan kesehatan kerja dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Walaupun demikian, pihak perusahaan masih diberi kesempatan untuk mengadakan penyimpangan dalam aturan kesehatan kerja ini, misalnya : 1. Perusahaan dapat melakukan penyimpangan dalam hal waktu kerja. Larangan melakukan pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan lebih dari 40 jam seminggu, dapat dikesampingkan apabila berkaitan dengan pembangunan Negara.2. Perusahaan dapat mengenyampingkan aturan waktu istirahat dan ketentuan hari libur serta larangan bekerja lebih dari 7 jam sehari, 40 jam seminggu apabila dalam waktu tersebut terdapat pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Untuk mengadakan penyimpangan ini pihak perusahaan harus mendapat ijin terlebih dahulu dari Pengawasan Pertukangan. Pemberian ijin ini disebut pengawasan preventif. Pengawasan represif dilakukan oleh pegawai pengawasan pertukangan dengan cara mengunjungi tempat kerja pada pada waktu tertentu. Dengan mengunjungi tempat kerja, pegawai pengawas mepunyai tugas: 1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri ketentuan peraturan perundangan dijalankan oleh perusahaan dan jika tidak, pegawai pengawas dapat mengambil tindakan yang wajar demi menjamin pelaksanaannya. 2. Membantu baik pihak pekerja maupun pengusaha atau pimpinan perusahaan dengan jalan memberi penjelasan teknis dan nasehat yang mereka perlukan agar mereka memahami apa dan bagaimana pelaksanaan peraturan perundangannya. 3. Menyelidiki keadaan pertukangan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun perundang-undangan pertukangan dan penetapan kebijakan Diskamtam Kota Bandung. Pengawasan ketenagakerjaan terhadap pelakasanaan K3 tidak akan efektif apabila tidak dibarengi dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya. Sayangnya Undang-undang Ketenagakerjaan tidak ada mengatur tentang ketentuan pidanaterhadap pelanggaran pelaksanaan K3. Tetapi terdapat ketentuan sanksi administratif : a. Teguran b. Peringatan tertulis c. Pembatasan kegiatan usaha d. Pembekuan kegiatan usaha e. Pembatalan persetujuanf. Pembatalan pendaftaran g. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi h. Pencabutan izin Ketentuan sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran pelaksanaan K3 tidak hanya diatur dalam undng-undang Ketenagakerjaan tetapi juga diatur dalam undang-undang Keselamatan Kerja pasal 15 ayat (2) : peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah). 3. Sistem Manajemen K3 Berdasarkan Permenaker No.5 Tahun 1996 Sistem Manajemen K3 di lingkungan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resikoyang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Pendekatan manajemen secara professional tidak akan efektif apabila tidak memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : 1. Manajer harus memperhatikan adanya alat pelindung (safety) dan kesehatan (health). Beberapa problem seperti ini 85% dapat dikontrol oleh pihak manajemen. 2. Manajer berpengaruh terhadap peluang perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Menekan kerugian dapat meningkatkan keuntungan. 3. Manajemen control kerugian akan menguntungkan seluruh strategi operasional manajemen. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Tujuan lainnya yaitu : 1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (pasal 27 ayat 2) UUD 1945. 9. Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja 2. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan global 3. Proteksi terhadap industri dalam negeri 4. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional 5. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional 6. Pelaksanaan pencegahan kecelakaan masih bersifat parsial 1. Dasar Hukum Penerapan SMK3 1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan2. UU No.13 tahun 2003 pasal 87: - Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem. - Manajemen Ketentuan mengenai penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan pelaksana. 3.UU No.1 tahun 1970 pasal 4 4. UU No. 18 tahun 1999 PASAL 2: Pengaturan Jakon berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. PASAL 22 huruf l : Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan sosial. PASAL 23 (2) : Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, K3, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi PP. NO. 28 / 2000 (Usaha & Peran Masyarakat Jakon) PP. 29 /2000 (Penyelenggaraan Jakon) PP. 30 / 2000 (Pembinaan Jakon) 5. UU No. 28 tahun 2002 : PASAL 2 : Bangunan Gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungan PASAL 3 (2) : Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan PASAL 16 (1) : Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,dan kemudahan PASAL 17 (1),(3)&(4) : Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhdaap bahaya kebakaran melalui sistemproteksi pasif/atau proteksi aktif. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir. RPP. Persyaratan Bangunan Gedung RPP. Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Pembinaan Pengelolaan Bangunan Gedung 2. Ketentuan Umum SMK3 Perusahaan wajib menerapkan system manajemen K3 apabila :(1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3. (2) Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.

Salah satu fungsi manajemen (controlling), fungsi controlling dalam manajemen : 1. Identification of work. Identifikasi masalah untuk menetukan langkah tepat selanjutnya.2. Setting standards/ standards for work performances. Penggunaan standard sebagai acuan dalam menjalankan system manajemen.3. Evaluation, hasil pengukuran perbandingan sasaran yang harus dicapai. 4. Correction, semua kekurangan yang ada dicari solusi untuk perbaikan. Dasar-dasar control kerugian : Prinsip I tindakan yang membahayakan, kondisi yang membahayakan dan kejadian kurang baik, semua itu merupakan beberapa gejala kesalahan dalam suatu system manajemen. Prinsip II harus dapat meramalkan secara pasti sekumpulan tanda-tanda yang kurang baik. Sehingga dapat dikontrol dan diidentifikasi. Prinsip III manajer harus memperhatikan pengadaan alat pengaman / keselamatan / pelindung di setiap bagian yang difungsikan oleh perusahaan. Secara langsung manajemen mengatur adanya safety yang baik pada saat perencanaan, pengorganisasian dan harus selalu diawasi / dikontrol. Prinsip IV kunci efektif pengaturan kebutuhan performen alat pelindung / safety adalah manajemen harus memiliki prosedur yang jelas dan terukur. Prinsip V alat pelindung / safety yang baik adalah tepat guna pada tempatnya dan ketika digunakan tidak rusak serta tidak menimbulkan kejadian yang kurang baik. Ada 2 jalan agar hal ini dapat berjalan dengan baik : a. Harus diketahui apa penyebab utama penyebab terjadinya accident. b. Harus diketahui alat pelindung apa yang paling efektif digunakan sesuai dengan kebutuhan. Manusia melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : a. pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya. b. Keadaan fisik dan mental yang belum siap untuk tugas-tugasnyac. Tingkah laku dan kebiasaan ceroboh, sembrono, terlalu berani tanpa mempedulikan petunjuk, instruksi. d. Kurangnya perhatian dan pengawasan dari manajemen. e. Kondisi berbahaya yang meliputi : Mesin, pesawat, alat, instalasi, bahan dan lain-lain Lingkungan kerja Sifat pekerjaan Cara kerja Proses produksi Pelaksanaan system manajemen K3 dapat berjalan dengan lancar apabila terdapat pengawasan yang maksimal dari pihak pengawas terkait untuk itu system manajemen K3 menerapkan system audit yang dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 tahun.

Tabel IIKeuntungan Tangible (terasa langsung)Keuntungan Intangible (tidak terasa langsung)

Penerapan K3 dapat menghemat uang perusahaan melalui :

Premi asuransi Pengeluaran akibat biaya perkara pengadilan dan pertanggung-jawaban. Kompensasi karyawan Biaya akibat terhambatnya proses produksi Peningkatan moralitas karyawan Penurunan angka absensi Penurunan waktu menganggur peralatan Meningkatkan nilai saham perusahaan. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.Penerapan K3 dapat meningkatkan keuntungan secara tidak langsung dengan cara :

Penerapan K3 akan membangun kepercayaan para pemegang saham dan meningkatkan trans-paransi fungsi-fungsi perusahaan, mengurangi ketidakkonsistenan. Para investor mengenali kwalitas suatu perusahaan sehingga para investor tidak ragu untuk menanamkan modalnya. Pelaksanaan K3 mulai mendapat perhatian lebih luas di kalangan masyarakat, LSM, Diskamtam Kota Bandung, karyawan, rekan bisnis, dan lain-lain sehingga perusahaan yang melaksanakan K3 mendapatkan pencitraan yang baik. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama.

5. Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3 Sistem Kerja a. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan telah menilai resiko-resiko yang timbul dari suatu proses kerja. b. Apabila upaya pengendalian resiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian. c. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas-tugas yang beresiko tinggi. d.Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh resiko yang teridentifikasi didokumentasikan. e. Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan pada saat pengembangan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja.f. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk. g. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai. h. Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan baik dan dipakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku. i. Upaya pengendalian resiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada proses kerja. Emergensi Respons / Tanggap Darurat Kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia dapat berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia. Bila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang trampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek paling sedikit enam bulan sekali. Bagusnya kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Emergency. Dan akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat dicapai. Rencana darurat merupakan suatu rencana formal tertulis, yang berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dpt terjadi di instalasi & konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta bagaimana hrs ditangani Perencanaan darurat harus diperlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola kontraktor & pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya besar. Perencanaan darurat harus mencakup penanganan keadaan darurat di dalam dan di luar kontraktor maupun kantor. Management tanggap darurat termasuk semua aktivitas, langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi dampak bencana. Kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tanggap menghadapi bencana Dan pemulihan setelah terjadi bencana. Agar manusia selamat dan harta benda terlindungi. Tujuan management perusahaan mengurangi dampak bahaya yang ditimbulkan. Menyiapkan langkah-langkah penyelamatan untuk melindungi manusia (Karyawan dan Masyarakat sekitar) dan harta benda. Tanggap saat menghadapi emergency dan menyediakan fasilitas yang diperlukan. Menerapkan sistem pemulihan agar komunitas menjadi normal setelah terjadi bencana. Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat : Mitigation (Mitigasi ) : Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau menurunkan Derajat Resiko jangka panjang terhadap Manusia atau harta Benda yang diakibatkan oleh Bencana. Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan Hasil Mitigasi, yang mencakup Pengembangan Kemampuan Personil, Penyiapan Prasarana, Fasilitas dan Sistem bila terjadi keadaan Emergency. Response (Kesigapan) : Kemampuan penanggulangan saat terjadi keadaan krisis/bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat (termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR, pemadaman kebakaran. dll). Recovery (Pemulihan) : Kegiatan jangka pendek untuk meulihkan kebutuhan pokok minimum kehidupan masrarakat yang terkena bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal. Sumber-Sumber Bencana : Alam, contohnya gunung api meletus, angin taufan, banjir / air bah, gempa bumi , tanah longsor dan sejenisnya. Manusia, contohnya : human error, penebangan hutan, sabotage, pemogokan, peperangan, membuang sampah di sungai, membakar sampah/ hutan sembarangan. Kerugian Akibat Terjadinya Bencana Physik : Metriil, Korban jiwa (mati atau menderita) Korban harta benda dan sarana / materiil untuk kehidupan masyarakat atau sarana produksi bagi kegiatan industri. Non Materiil, terganggunya struktur kegiatan rutin produksi bagi suatu industri atau kegiatan sosial bagi masyarakat. Terganggunya kondisi ekonomi.Berikut merupakan susunan organisasi tanggap darurat kecelakaan industri minimun beserta fungsi masing-masing, meliputi : Ketua : Mengkoordinir penanggulangan bencana di Unit Kerjanya (kontraktor, kantor) Memberikan keputusan pemberhentian Kontraktor/Instalasi. Melaporkan kejadian ke Managemen. Merencanakan perbaikan akibat bencana. Koordinator Operasional : Memimpin langsung pelaksanaan pertolongan pertama pada suatu kejadian bencana. Memerintahkan penutupan sumber-sumber aliran yang dapat memperluas/memperbesar bencana. Memerintahkan beroperasi kepada seluruh Satgas dengan memberikan kode-kode bencana yang berlaku. Satgas Komunikasi : Menghubungi Executive Group. Membunyikan tanda bahaya sesuai perintah koordinator Operasional. Merawat dan memelihara sistem komunikasi yang tersedia di lokasi Kontraktor/Perkantoran. Satgas Pemadam Kebakaran : Memadamkan kebakaran dengan alat pemadam kebakaran yang tersedia. Bertanggung jawab terhadap keamanan dan kesiap siagaan alat-alat pemadam kebakaran yang disediakan. Perusahaan/Dinas Pemadam Kebakaran untuk ditempatkan sesuai dengan fungsinya.Satgas Pengamanan : Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi Bencana sebelum datangnya Anggota Satpam/Polri. Melaksanakan pengamanan area dan jalur jalan masuk/keluar untuk kelancarkeluar/masuknya mobil Unit Damkar, Ambulance dan Tim Evakuasi. Satgas Evakuasi : Mengusahakan pemindahan korban dari area bencana ke lokasi aman Sebelum Tim TKTD tiba di lokasi bencana. Melarang orang yang telah dievakuasi yang akan kembali kelokasi bencana sebelum dinyatakan aman. Satgas SAR : Mencari dan melaksanakan pertolongan/ penyelamatan korban dari area bencana dan membawa ke tempat aman (Shelter). Mengamankan dokumen penting dan barang-barang berharga. Satgas Medis : Mengusahakan pertolongan pertama jika ada korban dengan teknik/sistem P3K. Memelihara peralatan P3K yang diusahakan oleh Perusahaan. Satgas Infentarisasi : Menginventarisasi kerugian akibat bencana. Menghitung jumlah orang/karyawan yang dievakuasi baik yang selamat atau menjadi korban bencana. Membuat laporan kepada Koordinator Operasional. Satgas Pemulihan/perbaikan : Melaksanakan perbaikan setelah kejadian bencana. Melaksanakan pemeliharaan kelancaran saluran air, kelancaran jalan untuk lalu lintas dan sejenisnya. Mengupayakan pencegahan adanya bahaya susulan yang dapat mengancam keselamatan maupun maupun menghambat proses produksi. Melakukan pemulihan kondisi lingkungan yang terkena bencana, termasuk pelestarian lingkungan.Pengawasan dan Pengendalian Tanggap Darurat Pos komando pusat, berfungsi : 1. Pos komando sebaiknya ditempatkan di area yang mudah diakses ke lokasi yang potensial terjadinya bencana dan dibangun anti radioaktif dan aman. 2. Dilengkapi fasilitas yang disesuaikan sebagai suatu unit komando. Kewenangan tim sebaiknya diatur dengan peraturan perusahaan, karena kemungkinan bila keadaan emergency akan memobilisasi fasilitas perusahaan, umum dan pribadi yang ada di area industri. Ukuran keberhasilan tanggap darurat ditentukan oleh: i. Manusia : Dibentuk tim terdiri dari bagian yang terkait, dan dipimpin oleh pimpinan tertinggi perusahaan setempat (diberi pelatihan teori dan praktek menghadapi emergency, untuk meyakinkan bahwa tim memiliki kecepatan,ketepatan dan kesiapsiagaan yang tinggi). ii. Perangkat keras : Seperangkat alat bantu, seperti peta evakuasi, petunjuk arah, alat pelindung diri, alat komunikasi, shelter dan peralatan lain (kesempurnaan alat bantu menentukan cepat dan lambatnya antisipasi terhadap emergency).iii. Perangkat lunak : Interaksi faktor manusia dan perngkat keras dapat terjalin dengan baik dan sinergis bila dilengkapi perangkat lunak yang tepat (perangkat lunak : sisdur, pemberian nomor telepon, tatacara pemeberitahuan bila ada bencana, dll. Agar selalu up to date, perangkat lunak harus selalu diperiksa dan disempurnakan secara periodic). Pengawasan SMK3 oleh Perusahaana. Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan. b. Setiap orang diawasi dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat resiko tugas. c. Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian. d. Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyediaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengurus. e. Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi. Kekurangan yang ada pada SMK3 dibandingkan dengan Manajemen K3 Lainnya Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung mengenai K3 yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini masih dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh negara-negara di Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena memang masih dalam tahap awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja (Diskamtam Kota Bandung) dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan sertifikasi ISO series, OHSAS, yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta. Dan yang utama tentunya adalah peran aktif dari pengusaha Indonesia yang masih belum mengutamakan K3 di Industrinya karena masalah klasik yaitu cost (biaya).

BAB IIIKESIMPULAN

1. Produktivitas Kerja Menurut Beberapa Teori Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah satu situasi yang paradoks, karena belum ada kesepakatan umum tentang pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengukur tingkat produktivitas. Dan tak ada konsepsi, metode penerapan maupun cara pengukuran yang bebas dari kritik. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa : produktivitas menjelaskan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang. L.Greenberg mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Produktivitas juga diartikan sebagai : 1. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil 2. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan unit umum. Sesuai dengan Laporan I Dewan Produktivitas Nasional RI 1983, pengertian produktivitas adalah sebagai berikut : - Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. - Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.- Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi tersebut. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun produktivitas tetap ataupun menurun. - Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk : Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relative lebih kecil. - Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan reknologi pada hakikatnya merupakan hasil karya manusia. - Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. - Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti : pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial pancasila, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi. - Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan pembaharuan pandangan hidup dan cultural dengan sikap mental memuliakan kerja serta perluasan upaya untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian mengenai Produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga yaitu : Pertama rumusan tradisional bagi keseluruhan Produktivitas tidak lain adalah rasio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input). Kedua Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Ketiga Produktivitas merupakan interksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja. Konsep ProduktivitasPiagam produktivitas Oslo 1984 mengemukakan konsep produktivitas sebagai berikut : 1. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang dengan menggunakan semakin sedikit sumber daya. 2. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana pengembangan, dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien namun tetap menjaga kualitas. 3.Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, enerji, dan sumber-sumber daya lainnya untuk perbaikan mutu kehidupan yang baik bagi seluruh manusia, melalui pendekatan konsep produktivitas secara menyeluruh. 4. Produktivitas di masing-masing Negara, sesuai dengan kondisi, potensi dan kekurangan serta harapan-harapan yang dimiliki oleh Negara yang bersangkutan dalam jangka pendek dan jangka panjang, namun masing-masing Negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan, pendidikan, pelayanan masyarakat, dan komunikasi. 5. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu (science), teknologi dan teknik-teknik manajemen, akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap yang didasarkan pada motivasi yang kuat untuk secara terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang lebih baik. Produktivitas dapat didefenisikan sebagai produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja pada suatu waktu tertentu. Kenaikan produktivitas disebabkan oleh beberapa faktor, yang terpenting adalah : a. Kemajuan Teknologi Memproduksi. Kemajuan teknologi menimbulkan dua akibat penting kepada kegiatan produksi dan produktivitas. Pertama memungkinkan penggantian kegiatan ekonomi dari yang menggunakan binatang dan manusia menjadi mesin. Penggantian ini menyebabkan meningkatnya produktivitas. Kedua kemajuan teknologi memperbaiki mutu dalam kegiatan produksi. Untuk dapat tetap bersaing dengan perusahaan lain maka perusahaan selalu berinovasi dan salah satu tujuannya adalah untuk memperbaiki efisiensi. b. Perbaikan Sifat-sifat Tenaga Kerja. Kemajuan ekonomi mempertinggi taraf kesehatan masyarakat, mempertinggi taraf pendidikan dan latihan teknik, dan menambah pengalaman dalam pekerjaan. Faktor-faktor ini besar sekali peranannya dalam mempertinggi produktivitas tenaga kerja. Berdasarkan pada efek dari perbaikan taraf kesehatan, taraf pendidikan, dan taraf ketrampilan ke atas kegiatan memproduksi, pengeluaran Diskamtam Kota Bandung dalam bidang tersebut dinamakan investasi atas modal manusia. c. Perbaikan Dalam Organisasi Perusahaan dan Masyarakat. Produktivitas juga telah menjadi bertambah tinggi sebagi akibat langkah-langkah Diskamtam Kota Bandung memperbaiki infrastruktur seperti jaringan jalan raya, pelabuhan dan telekomunikasi.

2. Sasaran dan Program K3 Sasaran K31. Tidak ada kecelakan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)2. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80 %3. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaannya masing-masing.4. 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)5. Tidak ada barang yang tidak diperlukan di tempat kerja atau lokasi pekerjaan konstruksi. 6. Semua barang mempunyai tempat yang pasti.7. Tidak terdapat kotoran apa saja di tempat kerja.8. Kondisi yang sudah baik terjaga tetap dari waktu ke waktu.9. Semua orang berperilaku sesuai norma kerja positif yang dikembangkan di tempat kerja.

Program K31. Membersihkan tempat kerja setelah selesai melakukan pekerjaan.2. Menjaga kebersihan jalan kerja, papan kerja, tangga dari peralatan atau material. 3. Membersihkan segera tumpahan oli, minyak, dan lain-lain.4. Membuang sampah pada tempatnya.5. Buang air besar/ kecil di Tempatnya.6. Menyingkirkan logam potongan atau paku yang tidak terpasang.7. Menekuk ujung-ujung paku yang runcing pada potongan kayu.8. Peralatan ataupun material sisa dikembalikan pada tempatnya.9. Memasang poster 5R.10. Memasang rambu/ himbauan untuk menjaga kebersihan.11. Memberikan brieffing kepada pekerja.12. Mengadakan inspeksi bersama.

Organisasi K3 :Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Penanggung Jawab K3

Bahaya KebakaranEmergency/ Kedaruratan

Terjadi Kecelakaan Kerja Ringan Dilaksanakan pengobatan P3KPenanganan di RS terdekatLaporkan kepada tim K3 unit proyek (petugas/ satpam) Penanganan (P3K/ perlu dibawa ke RS)Catat Laporan Kecelakaan (Waktu dan Tempat)Kecelakaan Kerja Ringan

Kecelakaan Kerja Berat

SelesaiPenanganan Administrasi (oleh personalia dan keuangan)Pemberian asuransi kepada ybs atau keluargaProses penyembuhan (rawat rumah sakit/ rawat jalan)Proses Klaim Ke Jamsostek. BPJSMonitoring penyakit dan perawatanLaporan ke Jamsostek/ BPJSKorban dibawa ke RSLaporkan kepada tim K3 unit proyek (petugas/ satpam) Terjadi Kecelakaan Berat

Kecelakaan Kerja Meninggal Dunia

Lapor ke Polisi terdekatLapor ke Kepala ProyekSelesaiInvestigasiSantunanMenyiapkan Dokumen Oleh Ahli WarisKorban DimakamkanProses/ Penyelesain Klaim AsuransiAhli WarisLaporan InvestigasiKorban dibawa ke KeluargaLaporkan kepada Jamsostek/ BPJSTerjadi Kecelakaan Kerja Meninggal DuniaKorban Meninggal DuniaLapor ke P2K3 Wilayah/ CabangAmankan TKPJenazah (Visum et Repertum di RS)Lapor Ke Tim K3 ProyekSurat Keterangan PolisiKirim Kabar Pada Keluarga Korban

Tindakan Apabila Terjadi Kebakaran

Padamkan Sendiri : APAR Karung Basah Pasir AirTerjadi Kebakaran

Lapor Security

Langsung ke Lokasi Mengamankan TKPLapor ke Tim/ Unit K3 ProyekMenyiapkan Regu & Alat Pemadam Kebakaran

Lapor ke Dinas Pemadam Kebakaran

Laksanakan Evakuasi PekerjaDatang ke Lokasi TKP

Proses Pemadam Kebakaran di Lokasi

Tempatkan Pada Daerah Yang AmanKoordinasi di TKP

Selesai

Daftar Pekerjaan Dengan Tingkat Resiko Tinggi Beserta Penggulangannya NoJenis PekerjaanLokasiIdentitas Bahaya Dan Resiko K3Pengendalian Resiko K3

1pasangan bekistinglapangan/ areal proyek kecelakaan sewaktu memotong, membelah dan merakit bekisting bahaya akibat polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan tertimpa rakitan bekisting ketika sedang diangkat

pengarahan pekerja, tukang bekisting, dll. menyiapkan bahan & alat kerja check konstruksi dan fasilitas kerja (schafolding, support tolls, dll.) meminta izin kerja, bekerja di ketinggian pekerja diharap menggunakan peralatan pengamanan sewaktu bekerja dan membersihkan tempat kerja pelaksanaan pembuatan bekisting, pembesian dan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga terampil yang berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan, harus memakai perlengkapan k3

2pengecoranlapangan/ areal proyek gangguan kesehatan atau gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai perlengkapan kerja sesuai dengan persyaratan kecelakaan akibat concrete mixer (kena pipa concrete pump, adukan beton) tertimpa adukan beton ketika alat sedang diangkat terjatuh dari tempat pengecoran terluka akibat percikan adukan beton pada saat menuangkan beton dari concrete pump dan truk mixer. terjadi gangguan pada mata, pendengaran akibat getaran vibrator dan debu kecelakaan akibat tertimpa robohnya cor beton pengarahan pekerja, tukang cor, dll. menyiapkan bahan & alat kerja check konstruksi dan fasilitas kerja (schafolding, support tolls, dll.) meminta izin kerja, bekerja di ketinggian semua pipa harus terhindar dari kebocoran adukan beton penyangga pengaduk beton harus dilindungi oleh pagar pengamanan untuk mencegak para pekerja lewat dibawahnya ketika alat yang bersangkutan sedang diangkat operator mixer dilarang menurunkan penyangga sebelum para pekerja berada ditempat aman pada waktu membersihkan pipa concrete pump dan truk mixer, tindakan-tindakan pengamanan harus diambil untuk melindungi para pekerja pekerja diharap menggunakan peralatan pengamanan sewaktu bekerja

terluka akibat sengatan listrk ketika menggunakan vibrator listrik selama pengecoran papan acuan dan penumpuannya harus dicegah terhadap kerusakan

3bongkar bekistinglapangan/ areal proyek kecelakaan tertimpa bongkaran bekisting terluka akibat sisa limbah paku, kayu tajam, dll penyimpanan sisa bongkaran yang tidak rapih dan membahayakan pekerja lapang pengarahan pekerja, tukang bekisting, dll. menyiapkan bahan & alat kerja standar k3 check konstruksi dan fasilitas kerja (schafolding, support tolls, dll.) meminta izin kerja, bila bekerja di ketinggian

4pekerjaan dinding, kolom, baloklapangan/ areal proyek kecelakaan akibat pengoperasian alat pengaduk beton kecelakaan terjatuh dari perancah pada saat melaksanakan pekerjaan pasangan bata, plesteran dan acian jatuh/ terpeleset pada saat melakukan pekerjaan pasangan bata, plesteran dan acian pengarahan pekerja, tukang, dll. menyiapkan bahan & alat kerja check konstruksi dan fasilitas kerja (schafolding, support tolls, dll.) meminta izin kerja, bila bekerja untuk pekerjaan menggali mengkoordinasikan pekerjaan harian yang menggunakan alat bantu ( schafolding, crane, dll) dengan pelaksana/ sm

5fabrikasi besiworkshop/ areal proyek bahaya akibat bahan dan peralatan yang digunakan tidak memenuhi syarat, bahaya akibat cara pengangkutan bahan kurang memenuhi syarat,

pengarahan pekerja, tukang besi, dll. perlengkapan kerja (sarung tangan, sepatu boot, rompi, helm) chek kondisi alat (bar bender, bar cutter) chek jalur aliran listrik perlindungan terhadap air/ hujan

6penggunaan aliran listrikareal proyek/ direksi keet bahaya akibat adanya arus pendek yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan, bahaya akibat bangunan kantor dan fasilitasnya lainnya misal: ada genangan air, bahaya adanya kecerobohan pemasangan instalasi listrik, misal: kabel yang tidak memenuhi standar dan pemasangan yg tidak rapi

pemeriksaan aliran listrik sebelum mulai pekerjaan ijin kerja yang berhubungan dengan listrik chek list instalasi listrik mengamankan jalur pemakain listrik agar tidak menggangu areal yang padat aktivitas pekerja

7mobilisasi dan demobilisasilapangan kecelakaan dan gangguan kesehatan tenaga kerja akibat tempat kerja kurang memenuhi syarat kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja akibat penyimpanan peralatan dan bahan atau material kurang memenuhi syarat, kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja akibat penyimpanan peralatan dan bahan atau material kurang memenuhi syarat, kecelakaan atau gangguan kesehatan akibat kegiatan pembongkaran tempat kerja, instalasi listrik, peralatan dan perlengkapan, pembersihan dan pengembalian kondisi yang kurang baik. pemakaian peralatan perlindungan kerja standar seperti helm, sepatu, kaca mata, masker dan sarung tangan

pemakaian peralatan perlindungan kerja standar seperti helm, sepatu, kaca mata, masker dan sarung tangan

pemakaian peralatan perlindungan kerja standar seperti helm, sepatu, kaca mata, masker dan sarung tangan

pemakaian peralatan perlindungan kerja standar seperti helm, sepatu, kaca mata, masker dan sarung tangan

8kantor, lapangan dan fasilitasnya.areal sekitar proyek bahaya akibat polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan, bahaya akibat bangunan kantor dan fasilitasnya lainnya roboh, bahaya akibat terjadi genangan air dan pencurian pada bangunan kantor dan fasilitas penunjang, bahaya akibat kebakaran di kantor atau di bangunan gudang dan lainnya. harus tersedia pemadam kebakaran dan kebutuhan p3k yang memadai diseluruh barak, kantor, gudang dan bengkel, penyediaan bangunan kantor/ direksi keet harus benar -benar kokoh dan kuat sehingga berhindar dari bahaya bangunan runtuh/ roboh dibuatkan saluran pembuang dan disediakan pompa air, sehingga air yang tergenang segera teratasi harus tersedia pemadam kebakaran dan kebutuhan p3k yang memadai diseluruh barak, kantor, gudang dan bengkel,

9fasilitas dan pelayanan pengujian logistik

lapangan bahaya akibat bahan dan peralatan yang digunakan tidak memenuhi syarat, bahaya akibat cara pengangkutan bahan kurang memenuhi syarat, bahaya akibat penyimpanan kurang memenuhi syarat,

bahaya akibat pembuangan bahan dan material tidak terpakai kurang memenuhi syarat. harus tersedia pemadam kebakaran dan kebutuhan p3k yang memadai diseluruh barak, kantor, gudang dan bengkel, pengangkutan bahan harus sesuai dengan beban lalu lintas pada jalan yang akan dilewati, bahan dan material berbahaya harus disimpan tersendiri dan terlindung dengan baik, pembuangan bahan atau material harus pada tempat yang telah ditetapkan, aman dan tidak mengganggu lalu lintas

10pekerjaan jalan sementaraareal masuk-keluar lokasi proyek bahaya akibat bangunan jalan sementara rusak bahaya lalu lintas akibat jalan masuk ke lokasi pekerjaan tidak tersedia atau tersedia tetapi kurang memenuhi syarat. bangunan jalan harus dibuat dengan struktur dan kekuatan memenuhi syarat, pengaturan lalu lintas sementara dengan rambu

11pengaturan sementara untuk lalu lintasareal masuk-keluar lokasi proyek bahaya akibat tidak tersedia jalan masuk bagi penduduk di permukiman sepanjang dan yang berdekatan dengan lokasi pekerjaan

penyediaan jalan masuk sementara ke permukiman yang aman dan nyaman.

12pemeliharaan untuk keselamatan lalu lintasareal masuk-keluar lokasi proyek kecelakaan akibat bangunan sementara dan ramburambu rusak dan tidak berfungsi, bahaya akibat bahan dan kotoran yang tidak terpakai berceceran sehingga lalu lintas tidak aman. bangunan sementara dan ramburambu harus terpelihara agar tetap aman dan dalam kondisi pelayanan yang memenuhi persyaratan. pembersihan atas bahanbahan yang tidak terpakai.

13galian tanahlapangan tertimbun longsor luka berat terjatuh kelubang luka berat kecelakaan akibat metode pemasangan patok. kecelakaan sewaktu menggali kecelakaan dan gangguan kesehatan tenaga kerja akibat tempat kerja kurang memenuhi syarat,

buat landasan yang kuat pemasangan patok harus benar dan sesuai dengan syarat. menggunakan peralatan pengamanan sewaktu bekerja Berkoordinasi bila akan melakukan penggalian dan meminta alat bantu bila kondisi tidak memungkinkan, misal : alat penerangan, support tools, dll

14pek. bore pile/ pek. pondasi pile caplapangan tertimpa crane terguling berakibat luka berat/kematian terbentur crane pastikan crane laik pakai buat landasan crane yang kuat

15pekerjaan plafondareal gedung kecelakaan akibat pengoperasian alat bantu yang salah pek.plafond, kecelakaan terjatuh dari perancah pada saat melaksanakan pekerjaan pasangan plafond tidak rapinya penyimpanan support tools setelah pemakaian yang membahaya kan pekerja lainnya, misal: paku, palu, baut, sekrup, dll

pengecekan peralatan sebelum mulai pelaksanaan pemeriksaan pendukung kerja dan peralatan yang digunakan. penggunaan peralatan pengaman kerja mengecek gambar bestek, agar tidak terjadi kesalahan dalam pekerjaan dan melaksanakan tata cara standar pengerjaan di ketinggian sesuai standar K-3

16pekerjaan atapareal gedung kecelakaan akibat pengoperasian alat pemotong (bar cutter) kecelakaan terjatuh dari perancah pada saat melaksanakan pekerjaan pasangan baja ringan terlukat pada saat melakukan pemotongan, pemasangan penutup atap pengecekan peralatan sebelum mulai pelaksanaan pemeriksaan pendukung kerja dan peralatan yang digunakan. penggunaan peralatan pengaman kerja

17pekerjaan kusen, pintu, jendela alumunium & acessoriesareal gedung kecelakaan akibat pengoperasian alat cutting ysng salah dan ceroboh kecelakaan terjatuh dari perancah pada saat melaksanakan pekerjaan pasangan kusen, pintu, jendela alumunium & acessories jatuh/terpeleset pada saat melakukan pekerjaan pemasangan kusen pekerja diharap menggunakan peralatan pengamanan sewaktu bekerja dan membersihkan tempat kerja pemeriksaan pendukung kerja dan peralatan yang digunakan. penggunaan peralatan pengaman kerja sewaktu pelaksanaan pekerjaan pastikan alat yang akan dipakai dicek kelayakannya, agar meminimalisir faktor kecelakaan

18pekerjaan sanitairareal gedung gangguan kesehatan atau gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai perlengkapan kerja sesuai dengan persyaratan terluka pada saat melakukan pengeboran untuk pemasangan urinoir, wastafel dan closet bahaya akibat polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan pengeboran pada dinding gangguan kesehatan pada mata akibat debu hasil pengeboran pada dinding bahaya akibat pembuangan bahan dan material tidak terpakai kurang memenuhi syarat pengecekan peralatan sebelum mulai pelaksanaan penggunaan peralatan pengaman kerja pekerja diharap menggunakan peralatan pengamanan sewaktu bekerja dan membersihkan tempat kerja pekerja diharap menggunakan peralatan pengamanan sewaktu bekerja dan membersihkan tempat kerja

19pekerjaan interiorareal gedung gangguan kesehatan atau gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai perlengkapan kerja sesuai dengan persyaratan terluka pada saat melakukan pemotongan dan pengelasan hollow untuk reling tangga bahaya akibat polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan pemotongan dan pengelasan, pengecekan peralatan sebelum mulai pelaksanaan pemeriksaan pendukung kerja dan peralatan yang digunakan. penggunaan peralatan pengaman kerja berkoordinasi mengenai pekerjaan yang beresiko tinggi dan menggunakan alat bantu kepada pelaksana lapangan Berhati-hati pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan keakuratan, agar tidak terjadi kecelakaan

20pekerjaan eksteriorareal luar gedung gangguan kesehatan atau gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai perlengkapan kerja sesuai dengan persyaratan jatuh/terpeleset pada saat melakukan pekerjaan pasangan ornamen bahaya akibat polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan pembuatan gril pengecekan peralatan sebelum mulai pelaksanaan pemeriksaan pendukung kerja dan peralatan yang digunakan. penggunaan peralatan pengaman kerja meminta support tools/ berinisiatif bila memerlukan alat bantu dengan tidak memaksakan pekerja atau tukang lainnya bila keadaan tidak memungkinkan, misal: cuaca hujan, jalan licin, penerangan minim, dsb.

21pekerjaan mekanikal dan elektrikalareal gedung gangguan kesehatan atau gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai perlengkapan kerja sesuai dengan persyaratan kecelakaan terjatuh dari perancah pada saat melaksanakan pekerjaan pemasangan instalasi springker, instalasi hydrant terluka pada saat melakukan pemotongan, pemasangan instalasi perpipaan bahaya akibat polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan pemotongan dan pengelasan, gangguan kesehatan pada mata akibat percikan pemotongan pipa dan asap pada saat pengelasan bahaya akibat pembuangan bahan dan material tidak terpakai kurang memenuhi syarat. pengecekan peralatan sebelum mulai pelaksanaan pemeriksaan pendukung kerja dan peralatan yang digunakan. pekerja diharap menggunakan peralatan pengamanan sewaktu bekerja dan membersihkan tempat kerja berkoordinasi mengenai pekerjaan yang beresiko tinggi dan menggunakan alat bantu kepada pelaksana lapangan Berhati-hati pada pekerjaan yang berhubungan dengan elektrikal, agar tidak terjadi kecelakaan penggunaan peralatan pengaman kerja pembersihan atas bahanbahan yang tidak terpakai, agar tidak membahayakan pekerja yang lain

Manajemen ReviewReview terhadap program K3LM dilakukan oleh Direksi, review ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa Kebijakan dengan program K3LM nya benar-benar dijalankan secara continue.Rencana Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3LM

Pe