k3-gerry
TRANSCRIPT
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 1/10
© 2003 Digitized by USU digital library 1
UPAYA KESEHATAN DAN K ESELAMATAN KERJA KARYAW AN PT. I NDUSTRI
SANDANG I I UNI T PATAL SECANG MAGELANG
GERRY SILABAN
Bag ian Kesehatan Dan Kese lamatan Ker j a
Faku l t as Kesehatan Masyaraka t
Un ivers i tas Sum atera Utara
I . PENDAHULUAN
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan
tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lainkegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yangmengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat
kerja.
Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah.Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun
waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih-lebih
perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik daripadamenunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebihbesar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya.
Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaanteknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerjaterutama masalah penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang
belum melaksanakan ketentuan-ketentuan yang mengarah kepencegahan penyakit
akibat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memerlukan biaya yang tinggi. Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian danpengetahuan masih terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan
alat pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah
keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harusdilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak baik pemerintah,
perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya (Perguruan Tinggi).
PT. Industri Sandang II Unit Patal Secang merupakan perusahaan pemintalan
benang yang tentunya mempunyai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk
mengenal/mengetahui masalah tersebut di atas, maka observasi yang dilakukanbertujuan untuk :1. Mendapatkan data obyektif dari kondisi lingkungan kerja yaitu faktor fisik (suhu,
penerangan dan kebisingan) dan faktor kimia (debu kapas).2. Mengetahui upaya penanggulangan kecelakaan kerja dan bahaya kebakaran.3. Mengetahui upaya sanitasi lingkungan kerja yang dilakukan untuk mengurangi
paparan debu kapas.4. Memberikan masukan terhadap perusahaan dalam upaya
pencegahan/penanggulangan masalah yang timbul.
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 2/10
© 2003 Digitized by USU digital library 2
I I . T I NJAUAN PUSTAKA
I I .1 . Su h u
Tekanan panas di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara faktoriklim: suhu udara, kelembaban, radiasi dan kecepatan angin dan faktor non-iklim :
panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi (Widarto, 1991).
Pencegahan terhadap tekanan panas (Phoon, 1988 ), antara lain:
Aklimatisasi.
Di negara tropis tidak menjadi kesulitan dalam menghadap heat stress, bukan
berarti tenaga kerjanya kebal terhadap paparan panas. Aklimatisasi dapat dilakukandengan menanggalkan pakaian kerja yang terbuat dari bahan tidak berpori,melonggarkan pakaian agar udara banyak masuk.
a. Ventilisasi yang cukup sehingga terjadi sirkulasi udara dalam ruang kerja.b. Cukup mengkonsumsi air dan garam.
c. Isolasi antara sumber panas dan tenaga kerja.
I I . 2 . Pene r angan
Tenaga kerja harus dengan jelas dapat melihat objek-objek yang sedangdikerjakan, juga harus dapat melihat dengan jelas pula mesin-mesin/peralatan
selama proses produksi agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Untuk itu diperlukanpenerangan di tempat kerja yang memadai. Suma’mur (1993) menyatakan bahwa
untuk setiap jenis pekerjaan diperlukan intensitas penerangan yang tertentu pula.
Hal ini telah diatur dalam P.M.P. No.7 tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan,kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
I I . 3 . Keb is ingan
Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki yang menimbulkanberbagai macam gangguan, yaitu: gangguan pendengaran, fisiologis, komunikasi,
performance, gangguan tidur dan psikologis (Pramudianto, 1991).
Pemerintah telah menetapkan Nilai Ambang Kebisingan sebesar 85 dB(A)
untuk lingkungan kerja yaitu suatu iklim kerja yang oleh tenaga kerja masih dapatdihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari tidak mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidaklebih dari 8 jam seharii
dan 40 jam seminggu. Waldron (1989) menyatakan bahwa kebisingan dapatdikontrol melalui :
a. Pengendalian pada sumber kebisingan.
b. Meningkatkan jarak antara sumber dan penerima kebisingan.c. Mengurangi waktu paparan kebisingan.d. Menempatkan barrier antara sumber dan pekerja yang terpapar.
e. Pemakaian alat pelindung telinga (ear muff, ear plug).
I I . 4 . San i t asi L ingkungan Ke r ja
Salah satu aspek sanitasi lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan yang
diartikan lebih dari menjaga fasilitas pabrik tetap bersih dan bebas dariilimbah/sampah, tetapi juga berarti teratur segala-galanya. Jadi ketata-rumahtanggaan termasuk juga mengatur perkakas alat-alat kerja, penyimpanan
fasilitas dan bahan.
Ketatarumahtanggaan yang baik tidak dapat dicapai dengan suatupembersihan menyeluruh yang dilakukan hanya sekali-kali saja. Bila pabrik akandibersihkan dan secara teratur, rencana ini harus disusun dengan baik. Rencana
untuk kebersihan pabrik harus menjadi suatu kegiatan yang terus menerus dan
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 3/10
© 2003 Digitized by USU digital library 3
dengan cara-cara pelaksanaan untuk pengecekan dan evaluasi yang baik harusditegakkan (Soeripto, 1991).
I I . 5 . Pencegahan Kece lakaan Ker ja
Pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab
para manajemen yang wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan
ketentuan pabrik. Di pihak lain, para kepala urusan wajib senantiasa mencegah jangan sampai terjadi kecelakaan.
Umumnya kejadian kecelakaan kerja disebabkan kesalahan manusia (human
error), dimana penyebab kecelakaan bermula pada kegiatan tidak selamat manusia
itu sendiri. Silalahi ( 1991) menyatakan bahwa ada beberapa perbuatan yang meng-usahakan keselamatan, antara lain:
a. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang diberikan.
b. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepadaatasan.
c. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipatuhii
secermat mungkin.
d. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akanperbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
e. Peralatan dan per lengkapan keselamatan dan kesehatan kerja dipakaii
(digunakan) bila perlu.
I I . 6 . Byssinos i s
Byssinosis adalah penyakit tergolong pneumoconiosis yang penyebabnya
terutama debu kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri textil. Penyakit initerutama bertalian erat dengan pekerjaan blowing dan carding. tapi terdapat pula
pada pekerjaan-pekerjaan lainnya. bahkan dari permulaan proses (pembuangan bijikapas) sampai kepada proses akhir (penenunan). Masa inkubasi rata-rata terpendek
adalah 5 tahun bagi para pekerja pada blowing dan carding. Bagi pekerja lainnyalebih dari waktu 5 tahun (Suma’mur. 1993).
Upaya-upaya untuk mencegah byssinosis adalah :
a. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan textil sehingga debu kapassangat sedikit di udara.
b. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara.c. Membersihkan lantai dengan sapu tidak baik.
d. Ventilasi umum dengan sistim hisap.e. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala.
f. Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
I I I . D I SKRI PSI PT. I NDUSTRI SANDANG I I UNI T PATAL SECANG
I I I . 1 . Se ja r ah Singka t Per usahaan
Pembangunan di mulai tahun 1962 atas bantuan kredit dari PemerintahInggris. Pada awalnya pembangunan dilaksanakan LEPPIN KARYA YASA, kemudian
dijadikan proyek Mendataris Presiden dan pada tahun 1965 pengelolaannya dialihkan
kepada KOPROSAN Departemen Industri Sandang dan pada tanggal 10 Pebruari1966 diresmikan oleh Menteri Perindustrian. Dari tahun 1961 sampai dengan tahun
1918 berada di bawah PN Industri Sandang (BUMN), kemudian pada tahun 1978sampai saat ini menjadi salah satu unit produksi dari PT. Industri Sandang II yang
berkantor pusat di Surabaya.
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 4/10
© 2003 Digitized by USU digital library 4
Adapun unit-unit produksi PT. Industri Sandang Unit II yaitu: Patal Tohpati(Denpasar), Patal Grati (Pasuruan), Patal Lawang (Lawang), Patal Secang
(Magelang), Patun Madurateks (Madura) dan Patun Maketeks (Ujung Pandang).Berdasarkan Keppres RI No. 14 tahun 1983 terhitung 1 Januari 1982 Perusda
Sandang Jateng diintegrasikan ke dalam PT. Industri Sandang terdiri dari: Patal
Cilacap (Cilacap), Pabriteks (Tegal), Patun Muriateks (Kudus) dan Patun Infiteks
(Ceper, Jawa Tengah).
I I I . 2 . St r uk t u r Or gan isasi
Patal Secang dipimpin oleh seorang General Manager yang dibantu oleh 5
orang Kepala Bagian yaitu : Kabag. Keuangan dan Umum, Kabag. Produksi, KabagPemasaran, Kabag Kesehatan dan Kabag Teknik. Selain itu dibantu sebanyak 14
Kepala Seksi dan 30 Kepala Urusan.
I I I . 3 . Lokas i dan Areal Fa ta l Secang
Patal Secang berada pada wilayah Kecamatan Secang Dati II Magelang (±9
Km Sebelah Utara Kota Magelang) Propinsi Jawa Tengah dan terletak pada
ketinggian 471 m dari atas permukaan laut.
Patal Secang mempunyai areal 16,58 ha yang terdiri dari: rumah dinas 2.555m2, prasarana jalan 14.580 m2, taman/kebun/penghijauan 123.276,50 m2, ruang
pabrik 15.123 m2, ruang diesel 425 m2, bengkel 450 m2, water softner 15 m2, rumahpompa 39 m2, rumah trafo 6 m2, penjagaan 36 m2, tempat sepeda 465 m2, ruang
pertemuan 660 m2, ruang kantor 533,5 m2, balai pengobatan 364 m2, masjid 650m2 dan lapangan tennis 612 m2.
I I I . 4 . Kond isi dan P r asa r ana Pr oduks i
Mesin-mesin produksi berasal dari Inggris (Plaat Bross Inc.) buatan tahun
1961, sehingga kondisinya cukup tua, hanya dengan dukungan perawatan yang baikmesin-mesin tersebut masih efektif.
Untuk meningkatkan produksi, kualitas dan daya saing dipasaran, PatalSecang telah menempuh langkah-langkah yaitu: restrukturisasi, meningkatkan
pelayanan kepada para pelanggan dan pembinaan sumber daya manusia.
I I I . 5 . Kapasi t as P r oduks i dan Pem asa r an
Kapasitas produksi pada saat ini adalah 36.732 mata pintal dengan totalproduksi 17.023 bales (1 bales = 6karung dengan berat 181,4 kg) benang tenunpertahun atau ± 45 bales per hari dengan nomor benang : Ne 1 S, Ne 20 S s/d. Ne
42 Carded, Ne 40 s/d. Ne 80 combed, ,juga memproduksi benang double terutama
Ne 40/2 dan Ne 42/2 untuk melayani permintaan industri kecil. Jenis benang yangdiproduksi adalah cotton, rayon dan rayon cotton. Dari total produksi tersebutdibutuhkan bahan baku kapas ataupun rayon sejumlah 3.462 ton atau tiap bulan 285
ton bahan baku. Bahan baku kapas 98 % diimport dari Amerika, China dan Australia,
sedangkan sisanya 2 % dari dalam negari yang berasal dari Kudus, Asem Bagus(Jawa Timur), Lombok dan Sulawesi.
Pemasaran benang tenun Patal Secang diutamakan untuk memenuhi bahan
baku pabrik tekstil baik ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) maupun ATM (Alat TenunMesin) di Jawa Tengah, tetapi sekarang ini telah mencapai daerah Jawa Barat danJawa Timur. Pelanggan umumnya berasal dari pabrikan, pengusaha ekonomi lemah
dan pedagang.
I I I . 6 . Te n ag a K er j a
Patal Secang mempunyai tenaga kerja sebanyak 612 orang ditambah 1 orang
Manager (598 orang pria dan 15 orang wanita) yang terdiri dari 465 orang karyawan
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 5/10
© 2003 Digitized by USU digital library 5
tetap (organik) dan 148 orang karyawan kontrak. Umur tenaga kerja : (20 –29tahun) 71 orang; (30 -39 tahun) 86 orang; (40 -49 tahun) 295 orang; ( > 50 tahun)
160 orang. Pendidikan tenaga kerja : SD 303 orang; SLTP 172 orang; SLTA 120orang;Sarjana Muda/DIII 9 orang dan Sarjana 8 orang. Masa kerja tenaga kerja : (0-6 tahun) 78 orang; (7 -12 tahun) 41 orang; (13 -18 tahun) 127 orang; (19 -24
tahun) 237 orang; ( > 25 tahun) 129 orang. Shift kerja terbagi atas Shift I (07.00 -
15.00), Shift II (15.00 -23.00) dan Shift III (23.00 -07.00) yang terdiri dari 4 group.Dari data tersebut di atas terlihat bahwa dari segi skill dan pengalaman kerja,
karyawan Patal Secang sudah matang dan siap untuk mengemban tugas
pekerjaannya, hal ini terlihat dalam dedikasi serta loyalitas yang tinggi sehingga
tujuan perusahaan dapat direalisasikan dengan baik.Walaupun demikian terdapat pula kendala antara lain karena faktor usia dan
pendidikan yang rata-rata rendah, sehingga dalam pembinaan personil diperlukan
kiat-kiat khusus antara lain dengan menumbuhkan keikutsertaan seluruh karyawanuntuk memecahkan problema yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan yang timbuldalam pelaksanaan pekerjaan di perusahaan baik lewat jalur manajemen maupun
lewat gugus kendali mutu.
I I I . 7 . Kese jah t e r aan Ka r yaw an
Karyawan selain mendapatkan gaji ,juga diberikan upah lembur, tunjangan
transport, makan/minum, sewa rumah, biaya pengobatan, THR, asuransi (programJamsostek dan asuransi jiwa Dwiguna), pesangon, pensiun, pengantin cuti,tunjangan sekolah untuk 3 orang anak, beasiswa untuk anak yang berprestasi di
sekolah, cincin mas untuk purna bakti dan koperasi (simpan pinjam, toko, paket
dapur, kantin).
I V. PROSES PEMBUATAN BENANG
Pada pabrik pemintalan kapas Patal Secang, jenis benang yang dibuat, yaitu :1. Benang Carded
2. Benang Combed
3. Benang BlandedBenang Carded dan Combed bahan bakunya kapas sedangkan benang Blanded
campuran antara kapas dengan trivera.
1. Proses Pem buatan Benang Carded
a. Bill Store
Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, kapas yang masih dalam keadaan
terbungkus dan terikat pada gudang, di bawa ke Bill Store untuk dibuka dandilepaskan ikatannya agar kapas kembali ke dalam bentuk semula dan dibiarkan
untuk diangin-anginkan selama ±24 jam agar kapas dapat berkembang danberadaptasi untuk menyesuaikan kandungan airnya ± 8,5% juga mengembalikan
elastisitasnya sehingga dalam proses mudah dibersihkan setelah kapas mengalamiproses pada Bill Store.
b. Mesin Blowing
Kapas yang masih dalam keadaan berlapis-lapis, dari Bill Store disobek-sobek
sebesar telapak tangan dan dimasukan pada mesin blowing. Kapas pada mesinblowing mengalami pembukaan dan pembersihan dengan dicabik-cabik sedemikian
rupa sehingga kotoran-kotoran yang ada berupa ranting, biji kapas dan kotoranlainnya dapat lepas dan jatuh. Setelah mengalami proses, kapas akan keluar dalam
bentuk lap yang berupa lembaran panjang seperti kain dengan tebal 1 inchi dandigulung pada alat scuhter, kemudian ditimbang dengan berat per lap ± 17,5 kg. Bila
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 6/10
© 2003 Digitized by USU digital library 6
beberapa lap melebihi atau kurang dari ketentuan di atas toleransinya maka lapharus kembali pada mesin blowing.
c. Mesin Carding
Pada mesin ini kapas berupa gulungan (lap) akan mengalami penarikan.
d. Mesin Drawin g Sliver I yang dihasilkan dari mesin carding, seratnya belum betul-betul searah
dan belum rata. Selanjutnya untuk lebih menyearahkan serat dan meratakan, maka
dilakukan perangkapan beberapa sliver menjadi satu. Untuk itu pada mesin drawing
dilakukan pencampuran 8 sliver (8 cone) dengan ditarik dan ditekan akanmenghasilkan sliver yang baru dengan ukuran yang sama sebelum diangkat dari
sliver tersebut dimasukkan pada cone secara melingkar-lingkar dan selanjutnya
dikerjakan pada mesin speed frame.
e. Mesin Speed fram e
Pada mesin RSF 8 sliver (8 utas) dari cone dijadikan satu. Sliver tarik sedikit
puntiran untuk setiap inchi, maka akan diperoleh benang yang disebut roving dandigulung pada bobong. Roving merupakan ukuran (diameter) lebih kecil daripada
sliver. Roving kemudian pada mesin selanjutnyan untuk dipasang dijadikan benang
tunggal.
f. Mesin Ring Spinning Fram e (RSF)
Roving dari RSF dalam bentuk tube dikarenakan pada mesing finishing untuk
dibuat beberapa bentuk. Pada mesin cone jika diinginkan bentuk hank, maka harusdikerjakan pada mesin reeling. Dan untuk benang rangkap, benang bentuk tube
dikerjakan pada mesin serta yang panjang dapat terarah. Serat pendek yangterpisah akan digulung sendiri sedang serta panjang akan dimasukkan dan akhirnya
diubah menjadi sliver.
g. Quick Traverse (double winder)
Bila benang rangkap memerlukan pilinan (plintir) harus dikerjakan pada mesinring doubling. Biasanya benang 30 Sc, 40 Sc dirangkap dan jadi 20/2; 30/2; 40/3;
40/4 selanjutnya benang yang sudah dirangkap dan dipilin dikerjakan pada mesincone untuk diperdagangkan dalam bentuk hank, perlu diketahui benang dalam
bentuk hank sebelumnya dibungkus baru kemudian diperdagangkan.
2. Proses Benang Com bed
Pembuatan benang combed dimulai dari blowing yaitu kapas yang dibuat lapkemudian dikerjakan pada mesin carding, lap akan mengalami pembersihan,
pemisahan, penarikan dengan mesin pre drawing untuk dapat dibuat sliver,selanjutnya dikerjakan pada mesin yang lebih rata seratnya, dengan jalan 8 sliver
dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol. Selain lebih rata juga seratnya terarahselanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver
dimasukkan pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya serah panjang dan pendekterpisah maka lap dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul menjadi
kotoran , sedang serat panjang dibuat silver yang terdiri serat panjang saja. Serat
silver yang dapat diproses kembali untuk dijadikan benang carded dengan nomor 15dan 35 atau sebagai campuran untuk membuat benang-benang carded dengan No.
30 S dan 40 S. Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan pada mesin drawing (Idan II) untuk dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing merupakan bahan
baku untuk pembuatan benang halus dan ini diproses pada mesin speed frame.Dengan sedikit ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 7/10
© 2003 Digitized by USU digital library 7
yang disebut roving. Roving ini hasil speed frame dibuat benang tunggal selanjutnyadapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin cone winder) atau
benang double mesin quick traverse, hant dan lain-lain. Proses dari blowing sampaicombing untuk mendapatkan serat yang standard untuk dijadikan benang bermututinggi.
3. Proses Benang BlandedBenang Blanded merupakan benang berkualitas tinggi dibanding benang carded
dan combed, karena merupakan campuran antara kapas dengan trivera. Dengan
demikian diperlukan kapas yang mempunyai mutu sama dengan trivera untuk dibuat
benang blanded. Agar mempunyai mutu sama maka kapas dikerjakan pada blowingdan carding karena serat-seratnya seragam panjangnya. Selanjutnya sliver dari
kapas hasil combing dicampur dengan sliver dari trivera carding dan dimasukkan
pada drawing satu sebanyak 6 utas yang terdiri 3 sliver trivera dan 3 sliver kapas,berarti berbanding 50% kapas, sliver hasil drawing satu masuk ke drawing dua agarserat-serat lebih rata dan searah. Pada proses mesin drawing dua selanjutnya
dikerjakan pacta mesin speed frame untuk ditarik dan dipilih dibuat roving, roving ini
kemudian dibuat benang pada mesin ring spinning frame berupa benang tunggal.Hasil dari proses inilah disebut benang blanded dan dapat dibuat dalam beberapa
bentuk sesuai yang dibutuhkan.
Hasil benang blanded mempunyai nomor : 40 S; 60 S atau 40/2; 60/2; 62/2.
V. HASI L DAN PEMBAHASAN
V.1 . Kond is i L ingkun gan Ker j a .
Kondisi lingkungan kerja yang penting dipehatikan dalam industri pemintalankapas yaitu faktor fisik, antara lain: suhu, penerangan, kebisingan, faktor kimia
(debu kapas) dan sanitasi lingkungan kerja.Pada tabel 1 tertera hasil pengukuran kondisi lingkungan kerja yang
dilakukan oleh instansi Depnaker Dati II Magelang dapat diinterpretasikan bahwa :
a. Suhu lingkungan kerja pacta lokasi penyimpanan bahan baku I(bill store) hinggaproses pemintalan kapas menjadi benang (finishing) melebihi ambang batas
kenyamanan bekerja 21-30 °C. walaupun di dalam ruangan dilengkapi AG. ACdiatur sedemikian rupa agar suhu dan kelembaban udara terjaga untuk
mempertahankan kualitas benang. Tingginya suhu tidak menjadi hambatan bagipekerja karena telah mengalami aklimatisasi (penyesuaian) dan upaya mengatasi
hal ini pekerja juga menyediakan atau cukup mengkonsumsi air minum.
b. Penerangan pacta setiap tempat pemrosesan pemintalan kapas umumya masihkurang dari yang disyaratkan (100 lux) untuk penerangan yang cukup agar
pekerja dapat membedakan barang-barang kecil secara sepintas.c. Tingkat kebisingan yang melebihi ambang bat as pendengaran (>85 dB) terdapat
pada mesin speed. spinning dan finishing. Untuk mengatasi kebisingan ini.Perusahaan telah menyediakan alat pelindung pendengaran (ear plug/sumbat
telinga). Oleh karena sifat dari ear plug tersebut lama-lama menjadi kerassehingga pekerja tidak memakainya dan berusaha untuk menggantikan dengan
memakai sumbat kapas. Upaya proteksi pendengaran ini masih belum maksimal.
oleh karena ada pekerja yang sama sekali tidak memakai alat pelindungpendengaran.
d. Pada proses pemintalan. limbah debu kapas (flying waste) paling banyakdidapat pada proses blowing. carding dan spinning. Limbah aktual pada
pekerjaan blowing dan carding masing-masing sebesar 3.5% dan 2.5%. Hasilpengukuran terhadap kandungan debu kapas pada dua titik pengukuran pada
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 8/10
© 2003 Digitized by USU digital library 8
setiap ruangan dengan waktu yang berbeda ternyata pada debu kapasnya.mengingat limbah kapas yang dihasilkan paling banyak. Potensi paparan debu
kapas di ketiga lokasi tersebut di atas mengisyaratkan pekerja harusmemakai masker. namun sewaktu observasi belum semua pekerja disiplinterhadap pemakaian masker (kadang-kadang masker dilepas) dan bahkan
ada yang tidak memakainya. Keadaan ini tidak disadari dampak negatif dari
paparan debu kapas terhadap kesehatan, hal ini disebabkan oleh masihrendahnya pengetahuan (tingkat pengetahuan) pekerja atau mungkindisebabkan perilaku yang menyepelekan bahaya paparan debu kapas.
Secara umum sanitasi lingkungan kerja pabrik terlaksana dengan baik tidakterlihat adanya sampah-sampah yang berserakan yang mengganggu estetika
lingkungan. namun yang menjadi masalah terhadap lingkungan adalah adanya
limbah kapas yang berterbangan (flying waste) dan berserakan di ruangan pabrikmaupun di luar pabrik (halaman dan sekitarnya). Upaya mengurangi flying waste initelah dipasang alat pengisap debu kapas dan cerobong-cerobong dalam pabrik diberi
kisi-kisi/saringan. demikian pula di luar pabrik telah diupayakan reboisasi (hutan
buatan) sebagai paru-paru pabrik untuk mengurangi flying waste disekitarlingkungan pabrik. Limbah kapas yang dihasilkan 8% selama proses pemintalan
dikumpulkan untuk dijual yang terdiri dari kapas yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk jok (tempat duduk). kasur dan kapas pembalut. dan kapas yang telahtercampur debu/kotoran digunakan untuk media pertumbuhan jamur merang.
Sanitasi terhadap fasilitas di pabrik seperti kamar mandi. WC. tempat ganti
pakaian. dan ruang transit pekerja telah terlaksana dengan baik. Salah satu bagian
yang penting pada sanitasi lingkungan kerja adalah ketatarumahtanggaan (layoutmesin-mesin dan peralatan). Sehubungan dengan adanya penambahan/modifikasi
mesin untuk meningkatkan produksi benang terlihat bahwa layout mesin tidaktertata dengan rapi sehingga membuat ruangan menjadi sempit dan dapat
mengganggu ruang gerak untuk bekerja serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
V.2 . Kese lamat an Dan Kesehatan Ker ja
Untuk mencegah atau penanggulangan terhadap timbulnya kebakaran, PatalSecang memiliki :
a. Sprinkler (sistim penyembur) yang ditempatkan di dalam ruang pabrik, secaraotomatis dapat pecah pada suhu tertentu bila ada panas/api akibat terbakar atau
korsluiting listrik pada mesin-mesin pemintal kapas.b. Hydrant box yang ditempatkan di dalam ruang pabrik yang terdiri dari selang
landas (landing valve), pipa kopel pemadam (copling fire hose) dan pipa semprot
(nozzle), atau kumparan selang (hose reel).c. Alat pemadam kebakaran dengan jenis serbuk kering (dry chemical), gas (CO2)
dan busa.d. Tower untuk memudahkan penyemprotan air.
Selain upaya pencegahan kebakaran, pembuatan papan peringatan dan
prosedur kerja telah dilaksanakan agar pekerja tidak lalai dalam melaksanakanpekerjaan sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja.
Selama lima tahun terakhir ini kejadian kecelakaan kerja yang diakibatkan
mesin di Patal Secang tidak ada (zero accident), walaupun sekali-kali ada kasuskecelakaan yang sifatnya ringan seperti terjepit. Walaupun demikian pihak
perusahaan perlu memikirkan upaya pembuatan pagar pengaman (safe guard)terutama pada mesin carding yang mempunyai roda penggerak dari tali kipas
penggerak yang dapat mengundang kecelakaan kerja.
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 9/10
© 2003 Digitized by USU digital library 9
Dengan bekal pengalaman (masa kerja) yang umumnya cukup lama sangat berperanbagi pekerja agar lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan pekerjaan, sehingga
kecelakaan kerja dapat terhindari.
V.3. Pelayanan Kesehat an
Pelayanan kesehatan di Patal Secang terdiri dari pre-ployment examination
(pemeriksaan kesehatan sebelum tenaga kerja diterima) dan periodical examination(pemeriksaan kesehatan secara periodik) bagi pekerja terutama pemeriksaan fotothor'ax/x-ray setiap tahunnya) serta pelayanan kesehatan untuk penyakit-penyakit
umum. Pelayanan kesehatan (pelayanan kuratif) yang dilaksanakan sifatnya gotong
royong, artinya kerja yang sehat tidak menerima uang (biaya) pemeliharaankesehatan melainkan biaya ini dipakai untuk pengobatan kerja/anggota keluarganya
yang sakit. Besarnya anggaran biaya pelayanan kesehatan (kuratif) di Patal Secang
setiap bulanya Rp. 12,5 juta.
KESI MPULAN DAN SARAN
Kes impu lan
Dari hasil observasi lapangan dapat disimpulkan bahwa :
1. Suhu lingkungan kerja melebihi ambang batas kenyamanan kerja.2. Penerangan di ruang kerja masih kurang dari yang disyaratkan terutama untuk
pekerjaan yang memerlukan penglihatan objek yang jelas.
3. Tingkat kebisingan yang melebihi ambang bat as kebisingan terjadi pada mesin
speed, spinning dengan finishing.4. Konsentrasi paparan debu kapas terbanyak pada pekerjaan blowing.
5. Sanitasi lingkungan kerja telah terlaksana dengan baik.6. Kejadian kecelakaan kerja tidak ada (zero accident).
7. Tidak didapati adanya kasus penyakit akibat kerja terutama byssinosis.
Saran
1. Perlu penegakan disiplin karyawan terhadap pemakaian alat pelindung diriterutama masker dan sumbat telinga.
2. Perlu rutinitas pemeriksaan kesehatan secara periodik terutama pemeriksanaanfoto thorax sebagai upaya pendeteksian dini penyakit byssinosis.
3. Perlu dipikirkan pemasangan dan pagar pengaman ( safe guard) pada mesin-mesin yang mempunyai roda penggerak dan tali penggerak.
4. Kontinuitas kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang
kesehatan dan keselamatan kerja, dan keterampilan para pekerja.
5/14/2018 K3-gerry - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/k3-gerry 10/10
© 2003 Digitized by USU digital library 10
DAFTAR PUSTAKA
Phoon. W.O. 1988. Practical Occupational Health . JWB Printers and Binders Pte. Ltd.Singapore.
Pramudianto. 1991. Hearing Conservation Program . Modul Kursus Tertulis Bagi
Dokter Hiperkes. Depnaker RI. Jakarta.
Soeripto. 1991. Sanitasi Industri . Modul Kursus Tertulis Bagi Dokter Hiperkes.
Depnaker RI. Jakarta.
Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja . PT Pustaka
Binaman Presindo. Jakarta.
Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja . Cetakan ke-9. CVHaj i Hasagung. Jakarta.
Waldron, H.A. 1989. Occupational Health Practice . 3th Edition. Butterworths. London.
Winarto. 1991. Tekanan Panas Dan Cara Penilaiannya . Modul I Kursus Tertulis Bagi
Dokter Hiperkes. Depnaker RI. Jakarta.