k3 dalam kantor

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala

Upload: irmawati-syam-ime

Post on 29-Nov-2015

354 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: k3 Dalam Kantor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita

perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka

menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat

hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.Dalam

pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak

terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko

bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan

sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.

Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505

tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan

muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di

daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057

perawat wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya

hubungan kausal antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi

antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan.

Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di

Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala

Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%,

hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan

kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja

wajib diseleng-garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang

mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat

bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat

sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan

dengan program perlindungan tenaga kerja.

Page 2: k3 Dalam Kantor

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

Page 3: k3 Dalam Kantor

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keselamatan Kerja

Winarsunu (2008) mengemukakan bahwa keselamatan kerja adalah

tingkah laku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja yang secara

khusus berhubungan dengan terbentuknya perilaku aman yang dapat

meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dan terbentuknya perilaku

tidak aman dalam bekerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan

kerja.

Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja.

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya

selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan

salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang

menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini.

2.2 Kesehatan Kerja

Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960,

BAB I pasal 2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan

agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,

baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan

pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Menurut Lalu Husni (2005) kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu

kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang

sempurna baik fisik, mental maupun social.

2.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.3.1 Pengertian

Menurut Depnaker RI (2005) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

adalah segala daya upaya pemikiran yang dilakukan dalam rangka

mencegah, mengurangi, dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan

dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa dan

pengendalian bahaya dengan menerapkan system pengendalian bahaya

Page 4: k3 Dalam Kantor

secara tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan

mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja

kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem

program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya

pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal

yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

2.3.2 Tujuan

Menurut Suma’mur (2006), tujuan kesehatan dan keselamatan

kerja adalah:

1. Para pegawai mendapat jaminan kesehatan kerja baik secara fisik,

social dan psikologis.

2. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi

pegawai.

3. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi

kerja.

4. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

kerja.

5. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan kerja.

6. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan

sebaik-baiknya.

7. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya.

8. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Page 5: k3 Dalam Kantor

2.4 Konsep Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di

Perkantoran dan Laboratorium

2.4.1 Hal-hal yang Berhubungan Pelaksanaan K3 Perkantoran dan

Laboratorium

Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian

sehubungan dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya

harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau

diurai seperti dibawah ini :

1. Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya

terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.

2. Jaringan elektrik dan komunikasi.

3. Kualitas udara.

4. Kualitas pencahayaan.

5. Kebisingan.

6. Display unit (tata ruang dan alat).

7. Hygiene dan sanitasi.

8. Psikososial.

9. Pemeliharaan.

10. penggunaan Komputer.

2.4.2 Permasalahan K3 Perkantoran dan Laboratorim

1. Indoor meliputi hal-hal:

a. Konstruksi gedung:

1) Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap

perencanaan).

2) Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang

membahayakan seperti asbes dll.

3) Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya

penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.

4) Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk

objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran,

tangga, pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit

Page 6: k3 Dalam Kantor

kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll, lampu darurat

menuju exit door).

b. Kualitas Udara:

1) Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang

termometer ruangan.

2) Kontrol terhadap polusi

3) Pemasangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap kelembaban

udara).

4) Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”.

5) Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi

udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan

pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali,

kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan

penyakit “Legionairre Diseases “.

6) Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).

7) Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang

menimbulkan debu, bau dll.

2. Outdoor meliputi hal-hal:

a. Disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat

kesehatan dan keselamatan, dll.

b. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC

mati.

c. Pemasangan fan di dalam lift.

d. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya):

1) Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis

pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang

sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)

2) Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna,

dekorasi dll.

Page 7: k3 Dalam Kantor

3) Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja

dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya

kelelahan mata).

4) Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam

ruang.

5) Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan

memperhatikan warna yang digunakan.

6) Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap

tangga.

e. Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat

dikenali):

1) Internal

a) Over voltage (Kelebihan Tegangan Pada masing-masing

Sumber AC)

b) Hubungan pendek

c) Induksi

d) Arus berlebih

e) Korosif kabel

f) Kebocoran instalasi

g) Campuran gas eksplosif

2) Eksternal

a) Faktor mekanik.

b) Faktor fisik dan kimia.

c) Angin dan pencahayaan (cuaca)

d) Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga

terjadi hubungan pendek.

e) Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.

f) Bencana alam atau buatan manusia.

Page 8: k3 Dalam Kantor

2.4.3 Persyaratan Kesehatan di Perkantoran dan Laboratorium

1. Air Bersih

a. Persyaratan

Memenuhi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan

radioaktif sesuai dengan kepmenkes no. 907/SK/VII/2002 tentang

syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.

b. Tata cara pelaksanaan.

1) Air bersih dapat diperoleh dari PAM, sumber air tanah atau

sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan.

2) Distribusi harus menggunakan perpipaan.

3) Sumber air bersih dan saran distribusinya harus bebas dari

pencemaran fisik, kimia, dan bakteriologis.

4) Sampel air bersih untuk pemeriksaan lab diambil dari sumber

atau bak penampungan dan dari kran terjauh, diperiksa minimal

2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

2. Udara Ruangan

Penyehatan udara ruangan adalah upaya yang dilakukan agar

suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan

mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan.

a. Suhu dan Kelembaban

Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan

perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.

2) Bila suhu > 280C perlu menggunakan alat penata udara seperti

Air Conditioner (AC), kipas angin, dan lain-lain

3) Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunkan pemanas

ruangan

4) Bila kelembaban ruang kerja :

a) > 60% perlu menggunakan alat dehumidifier.

b) < 40% perlu menggunakan alat humidifier (misalnya: mesin

pembentuk aerosol).

Page 9: k3 Dalam Kantor

b. Debu.

Agar kandungan debu di dalam ruang kerja perkantoran memenuhi

persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut:

1) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada

pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau

pompa hampa (vacuum pump).

2) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 (dua) kali

dalam 1 (satu) tahun dan dicat 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

3) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat.

c. Pertukaran Udara.

Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan

baik, perlu dilakukan upaya sebagai berikut:

1) Untuk ruangan kerja yang ber AC harus memiliki lubang

ventilasi minimal 15% dari luas lantai.

2) Ruang ber AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan

mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara

membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin.

3) Membersihkan saringan atau filter udara AC secara periodek

sesuai ketentuan pabrik.

d. Gas Pencemar.

Agar kandungan gas pencemar dalam ruangan kerja perkantoran

tidak melebihi konsentrasi maksimal, maka perlu dilakukan

tindakan sebagai berikut:

1) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik.

2) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur.

3) Dilarang merokok di dalam ruang kerja.

4) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau

yang menyengat.

e. Mikroba.

Agar angka kuman di dalam ruang tdak melebihi batas persyaratan,

perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut:

Page 10: k3 Dalam Kantor

1) Keryawan yang menderita penyakit yang ditularkan melalui

udara untuk sementara waktu tidak boleh bekerja.

2) Lantai dibersihkan dengan antiseptik.

3) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.

4) Memelihara sistem AC sentral.

3. Limbah

a. Limbah padat/sampah Adalah sebuah buangan yang berbentuk

padat termasuk buangna yang berasal dari kegiatan perkantoran.

1) Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah

yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai

permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi

dengan penutup.

2) Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat yang

terpisah.

3) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang

memenuhi syarat.

4) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2

(dua) kali sehari.

5) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang

berlainan dengan menggunakan kantong plastik warna hitam.

6) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran.

b. Limbah cair adalah buangan yang berbentuk cair termasuk tinja.

1) Kualitas effluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan

peraturan perundangan yang berlaku.

2) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat

mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.

3) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu

sebelum dibuang kelingkungan minimal dengan septik tank.

4. Pencahayaan.

a.Jumlah penyinaran pada bidang kerja yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif.

Page 11: k3 Dalam Kantor

b. Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

c.Agar memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan

sebagai berikut:

1) Pencahayaan alam atau buatan diupayakan tidak menimbulkan

kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang

optimum dan bola lampu harus sering dibersihkan.

3) Bola lampu yang tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

5. Vektor penyakit

a. Tata cara pelaksanaan:

1) Pengendalian secara fisika.

a) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan

berkembangbiaknya vektor reservoar penyakit kedalam

ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah

masuknya serangga dan tikus.

b) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi

penumpukan sampah dan sisa makanan.

c) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur.

d) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

2) Pengendalian dengan bahan kimia. Yaitu dengan melakukan:

penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, abatesasi pada

penampungan air bersih.

6. Ruang dan Bangunan

a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih, dan tidak memungkinkan

terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan.

b. Lantai terbuat dari bahan ang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak

licin, dan bersih.

c. Setiap orang mendapatkan ruang udara minimal 10 m3 / karyawan.

d. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang

selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.

Page 12: k3 Dalam Kantor

e. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal

2,50 m dari lantai.

f. Atap kuat dan tidak bocor.

g. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya

cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.

7. Toilet.

Toilet karyawan wanita dan pria terpisah. Setiap kantor harus

memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban, dan peratusan sesuai

dengan jumlah karyawan.

8. Instalasi

a. Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air

limbah, air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk

menunjang kegiata industri.

b. Persyaratan.

1) Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air

limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai

dengan ketentuan teknis berlaku.

2) Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 m atau lebih tinggi

dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan

penangkal petir.

c. Tata cara pelaksanaan

Page 13: k3 Dalam Kantor

1) Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya

menggunakan kode warna dan label.

2) Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik

antara jaringan distribusi air limbah dengan menggunakan air

bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi

syarat estetika.

4) Jaringan instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan

tikus.

9. Food safety

Diluar dari kepmenkes no. 1405/MenKes/SK/XI/2002, maka

ada aspek lain yang patut menjadi perhatian kita yaitu food safety,

karena:

a. Keamanan pangan menjadi issue yang cukup penting di

perkantoran, karena semua pekerja setidaknya makan siang di

kantor, dengan membeli dari food court yang ada.

b. Kemudian adanya petugas cleaning services yang sekaligus

bertugas menyediakan makanan dan minuman bagi pekerja, sudah

dikatagorikan sebagai foohandler.

c. Karena itu seiring dengan tugas tim office hygiene tadi, maka

penerapan kepmenkes no. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang

persyaratan hygiene sanitasi jasaboga perlu mendapatkan perhatian,

salah satunya adalah pelatihan bagi foodhandler dan supervisor

kantin.

2.4.4 Rekomendasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran dan

Laboratorium

1. Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.

2. Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak

berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek

dan kelebihan beban.

Page 14: k3 Dalam Kantor

3. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang

sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.

4. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.

5. Kontrol terhadap kebisingan:

a. Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.

b. Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ” harap tenang, ada rapat “.

c. Dinding isolator khusus untuk ruang genset.

6. Hal-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi

gedung dan tata ruang.

7. Display unit (tata ruang dan letak):

a. Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas

untuk perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi.

b. Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m?).

c. Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.

d. Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang

elektromagnetik.

e. Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.

f. Tempat untuk istirahat dan shalat.

g. Pantry dilengkapi dengan lemari dapur.

h. Ruang tempat penampungan arsip sementara.

i. Workshop station (bengkel kerja).

8. Hygiene dan Sanitasi:

c. Ruang kerja

1) Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang

kerja.

2) Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.

d. Toilet/Kamar mandi

1) Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.

2) Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,

larangan berupa gambar dll.

3) Penyediaan bak sampah yang tertutup.

Page 15: k3 Dalam Kantor

4) Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

e. Kantin

1) Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan

tutup kepala, celemek, sarung tangan dll).

2) Penyediaan air mengalir dan sabun cair.

3) Lantai tetap terpelihara.

4) Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.

Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara

berulang.

5) Penyediaan bak sampah yang tertutup.

6) Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang

berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.

9. Psikososial

a. Petugas keamanan ditiap lantai.

b. Reporting system (komunikasi) ke satuan pengamanan.

c. Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan oleh :

1) Budaya nrimo.

2) Sistem pelaporan macet.

3) Ketakutan melaporkan.

4) Tidak tertarik/cuek dengan lingkungan sekitar.

d. Semua hal diatas dapat diatasi melalui pembinaan mental dan

spiritual secara berkala minimal sebulan sekali.

e. Penegakan disiplin ditempat kerja.

f. Olah raga di tempat kerja, sebelum memulai kerja.

g. Menggalakkan olah raga setiap jumat

10. Pemeliharaan

a.Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau

semester, dengan memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-

faktor konsekuensi, pajanan dan kemungkinan terjadinya.

b. Melakukan corrective action apabila ada hal-hal yang tidak

sesuai dengan ketentuan.

Page 16: k3 Dalam Kantor

c.Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai.

d. Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya

bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.

11. Aspek K3 perkantoran (tentang penggunaan komputer)

a. Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman :

b. Hal-hal yang harus diperhatikan :

c. Memanfaatkan kesepuluh jari.

d. Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.

e. Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.

f. Lakukan peregangan.

g. Sudut lampu 45 derajat.

h. Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari

belakang.

i. Sudut pandang 15 derajat, jarak layar dengan mata 30 – 50 cm.

j. Kursi ergonomis (adjusted chair).

k. Jarak meja dengan paha 20 cm

l. Senam waktu istirahat.

m.Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan

penggunaan komputer disetiap unit kerja.

n. Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat

poster/leaflet.

o. Penggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal

Display)

Page 17: k3 Dalam Kantor

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal

penting yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung

beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran

serta kode pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi,

kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan

alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain

mengenai penggunaan komputer. Hal diatas tidak hanya meningkatkan dari

sisi kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja dalam melakukan

pekerjaan di tempat kerjanya. Harapannya rekomendasi ini dapat dijadikan

sebagai acuan ataupun perbandingan dalam rangka

meningkatkan    pelaksanaan K3 khususnya diperkantoran.

3.2 Saran

3.2.1 Dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat

dianjurkan untuk menerapakan semua sistem K3 dengan sebaik

mungkin,karena ini menyangkut nyawa seseorang sehingga dapat

dilindungi dari hal-hal yang tidak diharapkan (seperti kematian).

3.2.2 Untuk mengetahui keseluruhan tentang bagaimana sebenarnya

penerapan K3 dalam perkantoran penulis menyarankan untuk terjun

langsung kelapangan untuk melihat penggunaanya.

Page 18: k3 Dalam Kantor

DAFTAR PUSTAKA

Awanukaya. 2012. Hal-hal yang Berhubungan dengan Pelaksanaan K3 Perkantoran. [Terhubung berkala]: http://www.awanukaya.com/2012/09/ hal-hal-yang-berhubungan-dengan-pelaksanaan-k3-perkantoran.html. Diakses tanggal 28 September 2013.

Blum, Beskrajna noc Moli. 1981. aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja(K3). Bandung: Rosda karya.

Fero. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). [Terhubung berkala]: http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-BAB%20II_fero.pdf. Diakses tanggal 28 September 2013.

Generousdi. Dinar, D. D. 2004. Peranan “Ahli K3” dalam Mendorong Efektifitas Pengawasan K3 Sangat Penting dan Strategis. Jurnal Teknik Mesin. [Terhubung berkala]: http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JTM/article/ view/340/340. Diakses tanggal 28 September 2013.

Kusuma, Jati, Ibrahim. 2010. “Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang”. Jurnal kesehatan dan keselamatan Kerja. [Terhubung berkala]: http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf. Diakses tanggal 28 September 2013.

Syaaf, Masruri, Fathul. 2008. Analisa Perilaku Tenaga Kerja dalam Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Skripsi. [Terhubung berkala]: http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126237-S-5263-Analisis%20perilaku-Literatur.pdf. Diakses tanggal 28 September 2013.

Triadityo, Y. D. 2008. Hubungan Antara Keselamatan Kerja Dengan Semangat Kerja Karyawan Bagian Produksi Cahaya Timur Offset Yogyakarta. Skripsi. [Terhubung berkala]: http://www.uad-journal.com/index.php/EMPATHY/article/viewFile/1594/944. Diakses tanggal 28 September 2013.

Uhud, Annasyiatul. dkk. 2008. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk Praktek dan Praktikum. [Terhubung berkala]: http://fkg.unair.ac.id/filer/buku%20pedmn%20K3PSTKG.pdf. Diakses tanggal 28 September 2013.

Yulini, Emma (2002). Introduction to Office Hygiene (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). [Terhubung berkala]: http://www.phitagoras.co.id. Diakses tanggal 28 September 2013.