repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 jurusan pendidikan...

15

Upload: hoanghanh

Post on 06-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah
Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah
Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

700 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR, RESPON POSITIF, DAN

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH LUAS BANGUN DATAR TAK

BERATURAN MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN OPEN ENDED

1Kadir 2Maifalinda Fatra dan 3Ikhsan Saeful 1 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[email protected] 2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[email protected] 3 SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang, Tangerang Selatan

[email protected]

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan aktivitas belajar, respon, dan kemampuan

menentukan luas bangun datar tidak beraturan melalui penerapan pendekatan Open Ended. Penelitian

dilakukan di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tahun Pelajaran 2010/2011. Metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus melalui

tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tahap refleksi. Pengumpulan data menggunakan test,

wawancara, lembar observasi, dan jurnal harian.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan open ended dapat aktivitas belajar,

respon positif terhadap pembelajaran matematika, dan kemampuan menentukan luas bangun datar

tidak beraturan. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase aktivitas dari 64,58% pada siklus I menjadi

80,20%, dimana capaian aktivitas pada siklus II. Sedangkan persentase tanggapan positif siswa

mengalami peningkatan dari 62,90% pada siklus I menjadi 80,65% pada siklus II. Selanjutnya rata-rata

kemampuan siswa menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa meningkat dari 68,52 pada siklus

I menjadi 85,03 pada siklus II. Temuan prosentase aktivitas belajar, respon positif, dan kemampuan

menentukan luas bangun datar tidak beraturan telah melampaui kriteria yang ditetapkan, yaitu 70%.

Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan aktivitas

belajar, respon positif, dan kemampuan luas bangun datar tidak beraturan.

Kata kunci: pendekatan open ended, aktivitas belajar, respon, luas bangun datar tdak beraturan

PENDAHULUAN eran pendidik memainkan peran sebagai sutradara sekaligus sebagai aktor dalam proses

pembelajaran. Dalam pandangan yang lama peserta didik hanya akan dapat belajar dengan

kehadiran pendidik. Dominasi guru dalam proses pembelajaran sangat tinggi sebagai pengajar dan

sumber utama belajar. Perkembangan teknologi dan informasi, paradigma mengajar perlahan-lahan

mulai ditinggalkan dan digantikan dengan paradigma baru yaitu paradigma pembelajaran yang

menekankan dalam kegiatan belajar mengajar dimana peserta didik yang menjadi fokus perhatian

(learner centered) dan pengajar hanyalah salah satu faktor eksternal dalam pembelajaran. Keaktifan,

interaksi, dan keterlibatan, dan kebermaknaan belajar menjadi hal penting dalam proses pembelajaran.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah Bab I Pendahuluan ditentukan bahwa proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS)

yang di selenggarakan oleh International Association for Evaluation of Educational Achievment

(IEA) tahun 2011 menunjukan bahwa kemampuan matematika siswa kelas delapan di Indonesia

berada pada peringkat ke-38 dari 45 negara, dan soal-soal matematika tidak rutin yang meliputi

pengetahuan kognitif, penalaran, dan aplikasi pada umumnya tidak berhasil dijawab dengan benar.

P

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Kadir, dkk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015 701

Hal ini menunjukan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, karena

kemampuan berpikir kritis merupakan tujuan dari pembelajaan matematika (Ina, 2012: 42).

Proses pembelajaran selama ini, menunjukkan peserta didik masing kurang aktif, kemampuan

pemecahan masalah matematika juga belum berkembang dengan baik. Pada umumnya masalah

matematika yang dibahas adalah masalah rutin yang penyelesaiannya menuntut prosedur, penerapan

rumus-rumus umum atau prinsip tertentu. Dengan kata lain proses pembelajaran hanya mampu

meningkatkan kemampuan matematika tingkat rendah (Low Order Mathematical Thinking) dan masih

sedikit yang membahas masalah non-rutin yang melibatkan penalaran, penyusunan model, representasi

dan penarikan kesimpulan yang mendukung kemampuan matematika tingkat tinggi (High Order

Mathematical Thinking).

Disamping itu, menurut Igusti Putu Sudiarta (2005) proses pembelajaran yang selama ini

dilakukan oleh guru disekolah cenderung mengajarkan masalah-masalah matematika yang bersifat

tertutup (closed problem). Dimana dalam mencari solusi dari masalah yang disajikan hanya

mempunyai satu jawaban yang benar atau satu pemecahan masalah saja. Dalam hal ini pembelajaran

dilakukan secara terstruktur dan eksplisit. Proses pembelajaran dimulai dari apa-apa yang diketahui,

apa-apa yang ditanyakan, dan apa yang digunakan. Artinya ide-ide, konsep serta pola hubungan

matematika dan strategi disajikan secara eksplisit sehingga memungkinkan siswa lebih mudah dalam

menjawab solusi yang disajikan. Proses pembelajaran ini berdampak negatif, misalnya peserta didik

cenderung mengalami kebingungan ketika soal yang diberikan berbeda dari yang dijelaskan guru.

Salah satu pendekatan yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa

dapat berekplorasi dan mengungkapkan segala kemampuan yang ia miliki dalam proses pembelajaran

adalah pendekatan open ended. Pendekatan ini melaksanakan pembelajaran yang berorientas pada

masalah matematika yang bersifat terbuka (Contextual open ended problem solving). Pendekatan open

ended menyajikan satu masalah yang memiliki metode atau penyelesaian yang lebih dari satu jawaban.

Sehingga dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, menemukan,

mengenali dan memecahkan masalah yang disajikan. Pendekatan pembelajaran ini juga dapat

menumbuhkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika di kelas melalui penyelesaian

masalah yang berbeda dan bervariasi serta mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga

kemampuan intelektual siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan

pendekatan open ended.

2. Mengkaji perubahan dan peningkatan respon positif dari respon negatif pada beberapa siklus

pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended.

3. Menganalisis peningkatan kemampuan menyelesaikan masalah matematika berkaitan dengan luas

bangun datar tidak beraturan pada pembelajaran dengan penerapan pendekatan open ended

Adapun manfaat penelitian adalah:

1. Bagi siswa, melalui pendekatan open ended dapat mengenal cara yang beragam untuk

menyelesaikan masalah matematika sehingga pelaksanaan proses pembelajaran melibatkan siswa

lebih aktif, interaktif, beranian mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan saran meningkat.

2. Bagi guru, pendekatan open ended merupakan salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif guna mengatasi kurangnya keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah, menjadi bahan acuan secara teoretis dan praktis untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas proses dan hasil (outcome) pembelajaran matematika.

KAJIAN TEORI A. Kemampuan Menyelesaikan Masalah Luas Bangun Datar Tak Beraturan

Luas bangun datar merupakan topik esensial dalam pembelajaran matematika jenjang

SMP/MTs. Hal terpenting yang harus dilakukan siswa ialah memahami konsep dari luas bangun datar

dan menerapkan dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan luas bangun datar tak beraturan.

Kemampuan Pemecahan Masalah National Council of Teacher of Mathematics (NTCM) pada awal dekade 1980-an menerbitkan

berjudul an Agenda for Action recommendation for School Mathematics of 1980’s, rekomendasi

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Meningkatkan Aktivitas Belajar Kadir, dkk

702 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015

pertamanya yaitu menyatakan bahwa: “ Pemecahan masalah harus menjadi fokus dalam pembelajaran

matematika disekolah”. Rekomendasi ini merupakan dasar bagi pengembangan pemecahan masalah

dalam proses pembelajaran matematika. Pemecahan masalah dijadikan sebagai cara, keterampilan dan

tujuan pengajaran matematika.

Untuk menyelesaikan masalah yang muncul maka seseorang harus mengoptimalkan

kemampuan yang ada pada dirinya.

Kemampuan tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif

yang digunakan seseorang dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan taksonomi Bloom yang

mencakup: ingatan, pemahamah, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam menyelesaikan

sebuah permasalahan dibutuhkan kemampuan kognitif dari tingkat yang rendah seperti ingatan,

pemahaman, sampai tingkat yang lebih tinggi seperti analisis sintesis dan evaluasi. Suatu masalah

matematika dapat dikatakan sebagai suatu masalah jika menunjukan suatu tantangan (challenge) yang

tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin (routine procedure).

Masalah dapat digolongkan menjadi masalah rutin dan non rutin. Contoh masalah rutin: “Budi

mempunyai empat buah buku lalu ia dibelikan lagi lima buah buku oleh ayahnya. Berapakah jumlah

buku Budi sekarang?”. Sedangkan contoh masalah non rutin ialah: “Anto mempunyai tanah berbentuk

persegi panjang, jika kelilingnya 12 cm dan panjangnya dua kali lipat lebarnya. Berapa luas persegi

panjang tersebut?”.

Menurut Nahrowi Adji (2008), bahwa ilmu matematika tumbuh dan berkembang bersadarkan

kebutuhan manusia dalam menghadapi persoalan hidup. Masalah yang kita hadapi berhubungan

dengan masalah translasi, masalah aplikasi, masalah proses dan masalah teka-teki.

Masalah translasi ialah masalah dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan perpindahan

dari bentuk verbal kebentuk matematika dalam menyelesaiakan masalah tersebut. Dalam

menyelesaikan masalah ini dibutuhkan kemampuan menafsirkan dan menerjemahkan masalah

kedalam kalimat biasa dan simbol matematika yang selanjutkan akan dicari solusinya. Proses translasi

dapat bersifat sederhana sampai kompleks sesuai dengan informasi yang disajikan melibatkan konsep

matematika yang ada, dan operasi hitung yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Masalah translasi dibedakan menjadi translasi sederhana dan kompleks. Masalah translasi

sederhana, misalah “Jika alas sebuah segitiga ialah 4 cm dan tingginya 5 cm. hitunglah luas banagun

tersebut”. Sedangkan masalah translasi kompleks, “Sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang

mempunyai panjang dua kali dari lebarnya dan kelilingnya 1.500 m. Tanah tersebut ditanami kacang

tanah yang masing-masing kacang tanah berjarak satu sama lain 10 cm. Pada perbatasan tanah tersebut

juga ditanami. Bila satu kg kacang tanah berisi 1.500 butir kacang tanah, barapa Kg kacang tanah

yang dibutuhkan untuk menanami sebidang tanah tersebut”

Masalah aplikasi ialah masalah yang berkaitan dengan penerapan konsep matematika.

Contohnya: “Pak Joko memiliki kebun yang berbentuk persegi panjang berukuran 25 𝑚 × 16 𝑚.

Disekeliling bagian luar kebun tersebut akan ditanami rumput selebar 1 m. jika harga rumput

Rp.12.000,00 per m2., maka biaya yang diperlukan untuk membeli rumput tersebut ialah?” Sedangkan

masalah proses ialah masalah yang berkaitan dengan langkah-langkah merumuskan pola dan strategi

khusus dalam menyelesaikan masalah, misalnya “Luas sebuah trapesium sama dengan luas sebuah

jajargenjang. Diketahui jajargenjang tersebut memiliki panjang alas 12 cm dan tinggi 8 cm. Bila

trapesium tersebut mempunyai tinggi 8 cm dan panjang salah satu sisi sejajarnya ialah 10 cm,

berapakah panjang sis sejajar yang lain?” Selanjutnya masalah teka-teki ialah masalah yang

dimaksudkan untuk rekreasi dan kesenangan serta alat yang digunakan untuk mencapai alat afektif

dalam pembelajaran matematika, misalnya “Masukanlah bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 kedalam

kotak-kotak 3 × 3 sedemikian rupa sehingga jumlah bilangan mendatar, menurun, dan diagonal

berjumlah 15”.

Polya (1985) memberikan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami masalah,

(2) merencanakan solusi atau penyelesaian, (3) melaksanakan rencana, dan (4) memeriksa kebenaran

proses dan menemukan jawaban itu sendiri.

Luas Bangun Datar Tidak Beraturan

Luas ialah sesuatu yang menyatakan besarnya daerah lengkungan (kurva) tertutup sederhana,

sedangkan daerah ialah kurva tertutup sederhana digabung dengan bagian didalamnya (Husen

Windayana, 2008: 60). Ragam bangun datar dapat berbentuk persegi, persegi panjang, belah ketupat,

jajargenjang, trapesium, layang-layang, maupun bangun segi-n lainya yang beraturan atau tidak

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Kadir, dkk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015 703

beraturan. Salah satu cara menentukan luas bangun datar tidak beraturan ialah dengan membuat sekat-

sekat sehingga luasnya dapat dihitung dengan menerapkan gabungan konsep luas bangun datar.

B. Pendekatan Open Ended Pembelajaran open ended mula-mula berkembang di Jepang sejak tahun 70-an berdasarkan

penelitian Shimada. Model pembelajaran ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari jenis

pembelajaran problem based learning. Perbedaanya terletak pada tuntunanya dan karakteristik dari

masalah matematika yang dijadikan bahan pengajaran. Jenis dan karakteristik masalah yang dijadikan

fokus masalah ialah masalah yang tergolong il-problem yaitu masalah matematika yang disusun

sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa jawaban yang masuk akal (multiple reasonable

solusion), dan lebih dari satu pemecahan masalah yang masuk akal saja (multiple reasonable algoritm

and prosedurer).

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended dilakukan dengan

memberikan problem terbuka kepada siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan untuk dapat

menjawab permasalahan dengan anyak cara atau bahkan dengan banyak jawaban. Proses pembelajaran

ini pada akhirnya dapat memancing siswa untuk dapat meningkatkan potensi intelektual dalam proses

menemukan sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran.

Menurut Shimada dalam NTCM (1997) dalam pembelajaran matematika rangkaian

pengetahuan, keterampilan, konsep, prinsip, atau aturan diberikan kepada siswa diberikan langkah

demi langkah. Langkah demi langkah tersebut diberikan tidak sebagai hal yang terpisah atau saling

lepas, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap dari

setiap siswa, sehingga dalam pikiranya akan terjadi pengorganisasian yang optimal.

Tujuan pembelajaran open ended menurut Nohda dalam Suherman (2000) ialah untuk

membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving

secara simultan. Dengan kata lain bahwa kegiatan kreatif dan pola pikir matematika siswa harus

dikembangkan semaksimal mungkin agar siswa dapat berpikir secara bebas sesuai minat dan

kemampuan siswa yang dapat memicu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

Pendekatan open ended pada dasarnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menginvestigasi berbagai masalah yang diberikan mencari solusi yang dilakukan sendiri sesuai

kemampuan kognisi yang dimiliki siswa tersebut. Hal ini memungkinkan siswa lebih kreatif dalam

berfikir dan dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa dalam proses balajar mengajar.

Adapun pembelajaran matematika yang dilakukan dengan terbuka harus memenuhi tiga aspek sebagai

berikut:

1) Kegiatan siswa harus terbuka

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan harus bersifat terbuka. Proses pembelajaran yang

terbuka ialah proses pembelajaran yang mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan sesuatu

sesuai keinginan siswa tersebut. Misal guru memberikan masalah kepada siswa sebagai berikut:

“Dengan menggunakan berbagai cara hitunglah jumlah sepuluh bilangan ganjil yang pertama”, jika

dalam proses pembelajaran guru memberikan pertanyaan seperti itu maka siswa mempunyai

kesempatan untuk menjawab permasalahan dengan beragam cara dan pemahaman mereka, sehingga

sampailah ia pada pemikiran sebagai berikut:

(i) (1 + 19) + (3 + 17) + (5 + 15) + (7 + 13) + ( 9 + 11) = 20 × 5 = 100

(ii) (1 + 9) + (3 + 7) + (5 + 5) + (7 + 3) + ( 9 + 1) = (10 × 5) = 100

(iii) 1 + 3 = 4, 4 + 5 = 9, 9 + 7= 16, 16 + 9 = 25,……

Dari jawaban (iii) siswa ada yang menemukan pola bahwa,

1 + 3 = 2 × 2, 4 + 5 = 3 × 3, 9 + 7 = 4 × 4, …, 81 + 19 = 10 ×10, Artinya, 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 +

13 + 15 + 19 = 10 × 10 = 100 (jumlah sepuluh bilangan ganjil yang pertama 102 = 100).

2) Kegiatan matematika adalah ragam berfikir

Kegiatan matematika akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam dunia

matematika. Sebagai contoh, kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses

pengabstrakan dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari kedalam dunia matematika. Oleh

sebab itu, dalam hal ini maka penerapan pendekatan open ended dalam pembelajaran harus dibuat

sedapat mungkin sebagai perujuk dan pelengkap dari problem.

3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan suatu kesatuan

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Meningkatkan Aktivitas Belajar Kadir, dkk

704 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015

Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman siswa,

bagaimana memecahkan permasalahan dan perluasan serta pendalaman dalam berfikir matematika

sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing. Guru dapat melakukan kegiatan

pembelajaran kepada siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau

kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang memiliki kemampuanya rendah.

Pendekatan pembelajaran matematika open ended ini terdiri atas lima tahap utama (sintaks),

yaitu: Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah matematika open ended; Tahap 2: Mengorganisasikan

siswa dalam belajar pemecahan masalah; Tahap 3: Membimbing penyelidikan baik secara individual

maupun didalam kelompok.; Tahap 4: Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya; Tahap 4:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Evaluasi dilakukan dengan penilaian

autentik. Berdasarkan kerangka teoretik yang telah dipaparkan diatas maka dapat diduga penerapan

pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan

siswa.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan praktek pembelajaran matematika. Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi

pendahuluan (pra penelitian). Berdasarkan pemetaan dan penemuan akar masalah dari pra-penelitian

disusun intervensi ke dalam empat tahap, yaitu: Planning, Acting, Observing, dan Reflecting. Secara

lebih rinci desain penelitian digambar sebagai berikut:

Gambar 1: Desain Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Penelitian

dilaksanakan pada Februari-Maret 2011. Subyek penelitian ini siswa kelas VIIB. Guru matematika

sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator, bekerja sama dengan peneliti membuat desain

pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer,

yaitu mengevaluasi intervensi pembelajaran dengan pendekatan open ended dan mengamati aktivitas

belajar matematika siswa.

Penelitian menggunakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan dan menyiapkan skenario pembelajaran dan instrument penelitian yang

terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar kerja kelompok, lembar observasi

dan lembar wawancara.

b. Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah melaksanaka skenario pembelajaran yang telah

direncanakan, yaitu dengan pendekatan open ended. penelitian ini dirancang dalam dua siklus

dimana setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan. Pada siklus I siswa akan diajarkan menghitung

luas bangun datar tak beraturan mengguanakan konsep luas persegi panjang, luas persegi, luas

segitiga, dan luas jajargenjang. Sedangkan, pada siklus II siswa akan diajarkan menghitung luas

bangun datar tak beraturan menggunakan konsep luas gabungan diantara persegi, persegi panjang,

segitiga, dan jajargenjang serta luas gabungan persegi panjang dan segitiga.

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Kadir, dkk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015 705

c. Observasi (Observing)

Pada tahap observasi, peneliti bersama observer mengamati aktivitas dan respon siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan dengan cara

mengamati, mengenali dan mendokumentasikan segala

aktivitas siswa selama proses pembelajaran, selain itu juga peneliti mencatat semua hal yang

diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

d. Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh

dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat

diketahui apakah kegiatan yang dilakukan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu

adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus

selanjutnya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrument sebagai berikut:

a. Soal Tes, digunakan untuk mengukur kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan dan

hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan.

b. Jurnal Harian Siswa, digunakan mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran pada

setiap pengamatan.

c. Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran

dilakukan.

d. Pedoman wawancara, wawancara dilakukan terhadap tiga orang siswa pada akhir siklus

pembelajaran. Wawancara menitik beratkan pada tanggapan siswa terhadap matematika, kegiatan

diskusi siswa selama proses pembelajaran, serta untuk mengetahui

e. respon siswa terhadap pendekatan open ended.

f. Dokumentasi, digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran yang dilakukan selama

penelitian.

Proses analisis data dimulai selama dan setelah pengumpulan data dilapangan. Data selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftif. Tahap analisis dimulai dengan membaca

keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, menyusun

dalam tema-tema, dan mengkatagorikanya. Data yang diperoleh dalam kalimat-kalimat dan aktivitas

siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan alami.

Proses intervensi tindakan akan dihentikan jika telah mencapai Kriteria keberhasilan: (1) Data

hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukan rata-rata persentase kelas mencapai 75%, (2) Data

respon positif siswa pada jurnal harian siswa menunjukan rata-rata persentase kelas mencapai 75%,

(3) Data hasil tes kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa menunjukan rata-rata

nilai kelas yang diperoleh minimal 70.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Deskripsi data temuan penelitian berkaitan dengan aktivitas, respon dan kemampuan

menyelesaikan masalah luas bangun datar tidak beraturan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan

pendekatan open ended pada siklus I dan siklus II disajikan sebagai berikut.

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Meningkatkan Aktivitas Belajar Kadir, dkk

706 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015

Aktivitas Belajar Matematika

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas

belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 15,62%, yaitu 65,58% pada siklus I menjadi 80,20%

pada siklus II. Rata-rata persentase aktivitas pada siklus II sudah mencapai indikator kebehasilan

(tolok ukur) yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 75%.

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Deskripsi respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended,

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II

No Aktivitas Belajar

Siswa Siklus I Siklus II

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

1 Menginventarisasi dan mempersiapkan logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran

2 2 3 4 4 3 4 4

2 Membaca lembar tugas kelompok

3 3 4 4 3 4 4 4

3 Mengidentifikasi masalah yang disajikan

2 2 3 2 2 3 4 4

4 Memaparkan hasil diskusi dihadapan kelas

2 2 2 3 3 3 3 3

5 Menyusun laporan hasil diskusi dan ringkasan

1 2 2 2 1 2 2 3

6 Mengikuti assessment dan menyerahkan tugas kelompok

3 3 3 3 4 4 3 3

Jumlah 13 14 17 18 17 19 20 21

Persentase

54,1

6

58,3

3

70,8

3

75,0

0

70,8

3

79,1

6

83,3

3

87,5

0

Rata-rata Persentase 64,58 80,20

Keterangan: Pertemuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 (P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8)

Tabel 2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

Respon Siklus I Siklus II

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8

Po

sitif

1 Siswa lebih mengerti belajar seperti ini.

2 9 10 17 10 17 5

2 Siswa senang belajar karena lebih menarik.

16 5 11 6 11 6 10 12

3 Saya menjadi lebih semangat dan lebih seru.

- 6 - - - - - 4

Jumlah 18 20 19 21 21 23 27 29

Persentase (%)

58,0

4

64,5

2

61,2

9

67,7

4

67,7

4

74,1

9

87.1

0

93.5

5

Respon Positif (%) 62,90 80,65

Neg

atif

1 Siswa pusing, susah belajar, kurang menyenangkan.

9 7 3 1 6 7 3 1

2 Siswa menjadi bingung dengan pembelajaran seperti ini.

- - 7 1 - - 7 1

3 Pembelajar biasa saja kurang menarik.

4 4 2 8 4 4 2 8

Jumlah 13 11 12 10 10 8 4 2

Persentase (%)

41,9

3

35,4

8

38,7

1

32,2

5

32,2

9

25,8

0

12,9

0

6,4

5

Respon Negatif (%) 37,09 19.36

Keterangan: Pertemuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 (P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8)

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Kadir, dkk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015 707

Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata persentase respon

positif siswa mengalami peningkatan sebesar 17,75%, yaitu 62,90% pada siklus I menjadi 80,65%

pada siklus II. Sedangkan rata-rata persentase respon negatif siswa mengalami penurunan sebesar

17,73%, yaitu 37,09% pada siklus I menjadi 19,36% pada siklus II. Rata-rata persentase respon pada

siklus II sudah mencapai indikator kebehasilan (tolok ukur) yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 75%.

Kemampuan Menyelesaikan Masalah Luas Bangun Datar Tidak Beraturan

Kemampuan menyelesaikan masalah luas bangun datar beraturan dan tidak beraturan setelah

pembelajaran dengan pendekatan open ended pada siklus I dan siklus II, disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Kemampuan Menyelesaikan Masalah Siklus I dan Siklus II

Dari hasil analisis pada tabel di atas, terlihat pada siklus I rata-rata nilai kemampuan

menentukan luas bangun datar beraturan siswa ialah 68,52 mengalami peningkatan pada siklus II

menjadi 85,03. Peningkatan rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar beraturan siswa

sebesar 16,51. Sedangkan rata-rata kemampuan menentukan luas bangun datar tidak beraturan

beraturan siswa pada siklus I sebesar 69,19 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,80.

Peningkatan rata-rata nilai kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa sebesar

14,41.

Pada siklus I siswa masih belum dapat mamahami soal dengan baik sehingga siswa belum dapat

mendefinisikan ukuran luas bangun datar beraturan yang digunakan untuk menentukan luas bangun

datar tak beraturan. Selain itu siswa masih belum dapat mentranslasi solusi dari permasalahan yang

disajikan dalam satuan baku. Ini menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan luas

bangun datar tak beraturan masih perlu ditingkatkan. Namun pada siklus II sudah terjadi perubahan,

siswa telah dapat merumuskan permasalahan yang disajikan mendefinisikan strategi dan pemecahan

yang digunakan untuk mencari penyelesaian permasalahan yang disajikan. Selain itu siswa telah dapat

mentranslasi solusi permaslahan yang disajikan dalam satuan baku. Hal ini menunjukan bahwa

kemampuan siswa menentukan luas bangun datar tak beraturan meningkat.

Pembahasan Beberapa temuan penting penelitian setelah intervensi pembelajaran dengan pendekatan open

ended pada siklus I sampai siklus II. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan

menyelesaikan masalah luas bangun datar tak beraturan dengan pendekatan open ended mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Capaian kemampuan ini ternyata didukung oleh kemampuan

menentukan luas bangun datar. Temuan ini bermakna bahwa proses penentuan luas bangun datar tidak

beraturan dilakukan dengan menggunakan pendekatan luas bangun datar beraturan yang telah

dipelajari sebelumnya, seperti luas persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang. Temuan penelitian

serupa dengan penelitian Dhian Desianasari (2007) yang menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan

open ended dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan luas daerah segiempat siswa

kelas VII.

Aktivitas menyelesaikan masalah luas bangun datar tak beraturan dilakukan siswa dengan

menggunakan definisi bangun datar persegi satu satuan atau berukuran luas 1 cm2 , dua satuan atau

berukuran luas 2 cm2 dan seterusnya. Setelah memahami definisi bangun datar yang akan digunakan,

selanjutnya siswa menggambar bangun datar tersebut pada gambar bangun datar tak beraturan pada

lembar kerja kelompok. Selanjutnya siswa mengisi semua bagian pada gambar tersebut sampai terisi

Data

Luas Bangun Datar Beraturan

Luas Bangun Datar Tidak Beraturan

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Nilai tertinggi 80,00 100,00 85,00 90,00

Nilai terendah 40,00 61,00 58,00 70,00

Rata-rata 68,52 85,03 69,19 83,80

Median 71,53 86,89 71,67 84,00

Modus 74,88 90,00 74,87 83,50

Kurtosis 0,11 0,25 0,39 0,38

Skewness -0,57 -0,49 - 0,72 - 0,07

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Meningkatkan Aktivitas Belajar Kadir, dkk

708 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015

penuh dengan gambar bangun datar dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Siswa

menghitung luas bangun datar pada gambar bangun datar tak beraturan, dengan ketentuan jika luas

bangun datar yang di gambar siswa pada bangun datar tak beraturan kurang dari setengah satuan maka

luas bangun datar tersebut dianggap nol satuan. Sedangkan jika luas bangun datar beraturan siswa

lebih dari setengah atau satu satuan maka luas bangun datar tersebut dianggap satu satuan. Penentuan

luas bangun tidak beraturan dihitung berdasarkan jumlah bangun datar yang ada pada bangun datar tak

beraturan dan mengalikannya dengan ukuran luas bangun datar yang telah di definisikan diawal.

Temuan penelitian berkaitan aktivitas siswa dalam menentukan luas bangun datar tidak

beraturan dengan menggunakan pendekatan persegi, persegi panjang, dan jajar genjang.

a. Persegi, dalam menyelesaikan soal luas bangun datar tidak beraturan menggunakan ukuran

persegi 0,5cm x 0,5cm, 1cm x 1cm, dan 2cm x 2cm.

Gambar 1: Partisi Berukuran 0,5𝑐𝑚 𝑥0,5 𝑐𝑚

b. Persegi Panjang, dalam menyelesaikan soal luas bangun datar tidak beraturan menggunakan

ukuran persegi panjang 1 cm x 0,5cm, dan 2cm x 0,5 cm.

c. Segitiga, dalam menyelesaikan soal luas bangun datar tidak beraturan menggunakan ukuran

persegi alas x tinggi = 0,5cmx1cm, 1cmx1cm, 1cmx 0,5cm.

d. Jajargenjang, dalam menyelesaikan soal luas bangun datar tidak beraturan menggunakan ukuran

persegi panjang 2 cm x 1cm, dan 1cm x 0,5 cm.

Temuan di atas mengungkapkan bahwa pendekatan open ended memberikan kesempatan bagi

siswa untuk melakukan eksplorasi dalam proses pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan open ended dapat membuat siswa senang dan

bersemangat dalam belajar matematika. Hal sejalan Nohda dalam Erman (2000) bahwa tujuan

pembelajaran open ended ialah membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir

matematika siswa melalui problem solving secara simultan.

Partisi 1cm x 0,5 cm

Partisi 2 cm x 0,5 cm

Partisi 0,5cm x 1cm

Partisi 1 cm x 1cm

Partisi 1 cm x 0,5cm

Partisi 2 cm x 1 cm

Partisi 1 cm x 0,5 cm

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2 Jurusan Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta linfatra@uinjkt.ac.id 3 SMP Muhammadiyah

Kadir, dkk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNAPTIKA) 2015, Palembang 16 Mei 2015 709

KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open ended dapat meningkatkan

aktivitas belajar matematika siswa. Aktivitas belajar siswa sudah tergolong baik. Hal ini terlihat

dari peningkatan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dari 65,58% pada siklus I menjadi

80,20% pada siklus II. Aktivitas belajar tersebut meliputi: menginventarisasi dan mempersiapkan

logistik yang diperlukan dalam proses pembelajaran, membaca lembar tugas kelompok,

mengidentifikasi masalah, memaparkan hasil diskusi dihadapan kelas, menyusun laporan hasil

diskusi dan ringkasan, mengikuti assessmen dan menyerahkan tugas kelompok.

2. Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan open

ended. Hal ini dapat dilihat respon siswa yang yang menyatakan siswa merasa senang dengan

menggunakan pendekatan open ended, merasa lebih mudah memahami proses pembelajaran.

Respon respon tersebut ditandai dengan menurunnya respon negatif dari 37,09% pada siklus I

menjadi 19,36% pada siklus II. Sebaliknya rata-rata persentase respon positif siswa mengalami

peningkatan yaitu sebesar 62,90% pada siklus I menjadi 80,65% pada siklus II.

3. Pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan

menentukan luas bangun datar tak beraturan siswa. Kemampuan menentukan luas bangun datar tak

beraturan mengalami peningkatan cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kemampuan siswa

menentukan luas bangun datar tak beraturan pada siklus I siswa sebesar 69,84 meningkat menjadi

83,80 pada siklus II. Selain itu capaian kemampuan menentukan luas bangun datar tak beraturan

juga terlihat variasi bentuk dan ukuran bangun datar yang digunakan siswa dalam menyelesaikan

masalah luas bangun datar tak beraturan. Kemampuan siswa yang lain terlihat dari kemampuan

memahami masalah, memilih pendekatan penyelesaian masalah, membuat model, mentranslasi

masalah untuk menentukan solusi terhadap masalah.

SARAN Saran yang dapat penulis sumbangkan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai

beriku

1. Hendaknya guru menerapkan pendekatan open ended sebagai alternatif pembelajaran matematika

untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa untuk materi pembelajaran

matematika.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis problem open ended, sebaiknya menyediakan masalah

menantang, dan kontekstual sehingga mendukung peningkatan kreativitas peserta didik.

3. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open ended diperlukan perhatian khusus

dalam merencanakan waktu dan memilih materi yang akan diajarkan sehingga dengan perencanaan

yang seksama dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang dan materi yang disampaikan

dapat lebih mudah diserap oleh peserta didik.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini, dengan

menggunakan pendekatan lain untuk menentukan luas bangun datar tidak beraturan.

DAFTAR RUJUKAN

Adji, Nahrowi. Pemecahan Masalah Matematika Bandung: UPI Press, 2008.

Ina V.S. Mullis. Et al. TIMMS 2011 International Result in Mathematics. Chestnut Hill, MA: Boston College.,

2012.

NCTM. The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. ed. Becker and Shimada.

Reston: NTCM INC.

Polya, G. How to Solve It: A New Aspects of Mathematical Method. New Jersey: Princeton University Press,

1985.

Sudiarta, Igusti Putu. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah

Kontekstual Open Ended. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 38, no 1. Tahun 2005, h, 582.

Suherman, Erman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI, 2003.