jurusan pemikiran politik islam fakultas...

95
KHILAFAH ISLAMIYAH PERSPEKTIF AHMADIYAH Oleh : AHMAD HUDORI NIM: 204033203106 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H

Upload: dinhtram

Post on 15-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

KHILAFAH ISLAMIYAH PERSPEKTIF

AHMADIYAH

Oleh :

AHMAD HUDORI NIM: 204033203106

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H

Page 2: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

KHILAFAH ISLAMIYAH PERSPEKTIF AHMADIYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Ahmad Hudori

NIM. 204033203106

Pembimbing

Drs. Agus Nugraha, M. Si

NIP. 150 262 447

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 3: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Pengesahan Panitia Ujian

Skripsi berjudul “KHILAFAH ISLAMIYAH PERSPEKTIF AHMADIYAH”,

telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 Maret 2009.

Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 02 Maret 2009

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. Rifqi Muchtar, M.A

NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Sirajuddin Aly, MA. Dr. Yusron Rozak, MA.

NIP. 150 318 684 NIP. 150 216 359

Pembimbing,

Drs. Agus Nugraha, M. Si NIP. 150 299 478

Page 4: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 02 Maret 2009

Ahmad Hudori

Page 5: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas untuk pertama kali diucapkan selain untaian kata

syukur kehadirat Illahi Rabbi – Allah SWT – , atas semua kasih sayangNya, cinta,

dan limpahan rahmatNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada

junjungan kita yang agung pula, yang telah memberi banyak pelajaran hidup

kepada kita, Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

Amin.

Rasa syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan pada sang Robbi, Jika air

mata ini harus tertumpah; jika raga ini harus tersungkur, dan jika jiwa ini harus

berhimpun, maka semua itu adalah ungkapan rasa syukur yang mendalam kepada

Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan atas terselesaikannya skripsi yang penulis beri

judul “Khilafah Islamiyah Perspektif Ahmadiyah” Sebagai sebuah karya,

rasanya skripsi ini akan tidak memiliki makna apa-apa apabila di dalamnya tidak

merajut untaian terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

penyelesaian penulisan skripsi ini. Adapun ucapan terimakasih saya haturkan

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils dan Ibu Dra. Wiwi Sajaroh, M. Ag

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 6: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

4. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.A dan Drs. Rifqi Muchtar, M.A selaku

Ketua dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Drs.Agus Nugraha,M.Si selaku Dosen Pembimbing atas semua

dedikasi dan perhatiannya dalam memberikan masukan dan arahan

selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pemikiran

Politik Islam (PPI) yang telah sangat banyak mentransformasikan ilmu

dan intelektualitas selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

7. Sebesar-besarnya kebanggaan penulis persembahkan kepada orang tua,

Ayahanda, H. Achfas HM dan Ibundaku (Alm) Hj. Rodemah yang

telah melahirkanku dan mengorbanakan hidupnya untuk membesarkan

penulis sehingga menjadi orang berguna bagi diri sendiri dan mudah-

mudah bagi agama dan negara. Dan Ibu Hj. Syamsiyah yang selama ini

telah memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada kak. Nurjanah, Kak. Nurmala Sari. Yang telah memberi

dukungan dan moril. dan kepada abangku Wahid Hilmi, Lukman

Hakim, M. Khoirul Anam. Kepada bang. Ardi dan kak. Anis yang tak

ada hentinya memberikan nasihat dan dukungan semoga Allah

meberikan balasan yang setimpal kepada seluruh keluarga kenanga.

Amiiiiiiiiiiiiiiiin……..

9. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Utama UIN Jakarta,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Freedom

Page 7: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Institute, dan Perpustakaan Nasional Replublik Indonesia, yang banyak

memberikan kemudahan penulis dalam mengakses seluruh literatur.

10. kepada seluruh keluarga besar KH. Syamsul Marif yang telah

mendoakan penulis untuk selalu bersabar dalam menghadapi segala

cobaan.

11. Kepada kekasihku SYARIFAH-AHMAD, untukmu cinta, doa dan

sayang,kaulah yang akan selalu memberikan inspirasi, motivasi, dan

semangat kepada penulis untuk selalu tenang dalam menghadapi

bahtera kehidupan. Semoga cinta kita menjadi yang sejati dan hakiki

dimata Allah SWT. Amiiin….

12. Kepada seluruh teman-teman kelas PPI Angkatan 2004, Tsani,

Sofian,Pojess, Iskak, Mucin Alatas yang telah membantu dalam tim

suksek dalam selesainya skripsi ini , Yusuf Fadli, Zulfikar, Indra, Rei,

Isti, Buhari, Tohid, Sa’di, Aziz, Fadil, Galo, Iin Solihin, Asep, Awe,

Surono, dan lain-lain. Keyakinan dan kesungguhan merekalah yang

menjadi sumber inspirasi penulis.

13. Kepada teman satu kostan, Tsani, Sofian, Iskak, Ahmad. Terimakasih

atas tranformasi pengalaman, ilmu pengetahuan, perubahan sudut

pandang, kebersamaan dan banyak hal lain yang tidak dapat penulis

temukan sebelumnya.

14. Teman-teman alumni El-Masyhar 2004, yang telah memberikan

masukan, terutama Haidar Ali. Dan warnet El-Tajir makasih banget

atas internet geratisan, semoga rame terus. Amiin.

Page 8: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

15. Tentunnya banyak pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu

disini, yang telah memotivasi dan meberi membantuan dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini dan selama penulis menempuh

perkuliahan.

16. Sepinya suasana malam, cinta, gemintang, rembulan, lampu-lampu

jalan, hembusan angin, dan balutan semesta malam yang selalu setia

menemani penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat.

Akhirnya kesempurnaan hanyalah milik-Nya, dan kita sebagai manusia

sangat tidak layak untuk mengakui kesempurnaan itu. Begitu pula skripsi ini,

yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap dari

ketidaksempurnaan itu, akan hadir kebaikan untuk semua.

Ciputat, 02 Maret2009

Ahmad Hudori

Page 9: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………. 11

D. Metode Penelitian …………………………………………. 12

E. Sistematika Penulisan ……………………………………… 12

BAB II KERANGKA TEORI ISLAM DAN POLITIK

A. Pengertian Politik …………………………………………… 13

B. Islam dan Politik …………………………………………… 17

C. Sistim Politik Islam ………………………………………… 22

D. Polemik Tentang Relasi Islam dan Politik ………………… 26

BAB III . HISTOGRAFI AHMADIYAH

A. Sejarah Awal Berdirinya Ahmadiyah ……………………… 29

B. Tokoh-Tokoh Ahmadiyah ...................................................... 32

C. Doktrin-Doktrin Ahmadiyah ……………………………….. 39

D. Perkembangan Ahmadiyah di Indonesia …………………… 49

E. Perbedaan antara Ahmadiyah Qodian dan Lahore ................ 53

Page 10: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

BAB IV. RELASI ISLAM DAN POLITIK PERSPEKTIF AHMADIAH

A. Paradigma Islam dan Politik ……………………………….. 54

B. Pemikiran Politik Islam Perspektif Ahmadiyah …………. 57

C. Relasi Islam dan Politik dalam Negara menurut Ahmadiyah 69

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………… 73

B. Saran ……………………………………………………….. 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Islam dan politik di pandang bukan saja bersifat organis

atau tidak bisa dipisahkan, tapi juga secara struktural di ikat oleh sistem

religius Islam yang formal. Menguatnya revivalisme agama dalam kancah

politik menepis sinyalemen Samuel Hungtington tentang political decay –-

bahwa pembangunan politik itu biasanya ditandai dengan proses

rasionalisasi kekuasaan. 1

Salah satu pangkal pembicaraan yang tak pernah habis dibahas

adalah relasi agama dan politik. Tarik menarik antara keduanya

menghasilkan ketegangan dinamik yang tidak jarang melahirkan benturan.

Bagi penganut aliran mekanik-holistik, Islam dianggap bukan saja sebagai

gugusan dogma-dogma agama yang bersifat kaku saja, tapi juga dipahami

sebagai sistem politik, pandangan hidup dan penafsiran sejarah. Islam juga

di pahami mempunyai watak omnipresent (hadir di mana-mana).

Islam hadir (dihadirkan?) di ranah politik yang seharusnya netral

dan hampa dari kepentingan kelompok manapun. Bagi penganut militan

premis ini bisa jadi mendorongnya untuk memaksakan lewat jalan

kekerasan. Ketika agama ditampilkan melalui cara yang menghalalkan

1 Burhanudian. “Carut Marut Wajah Teknis”. Artikel di akses tanggal 18 Januari 2009,

dari http://carur.marut/politikislam.html

1

Page 12: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

kekerasan, maka tersibaklah wajah Tuhan yang menyeringai seram, penuh

dendam. Sontak A.N Wilson tertawa melihat orang yang tak mau

menggubris tesisnya bahwa agama lebih kejam daripada candu. Atas nama

Tuhan, FPI membakar, merusak, bahkan menjarah kafe-kafe. Atas nama

Tuhan, kedua belah pihak yang bertikai di Ambon saling menghunuskan

pedang, mencari celah dari lemahnya keadaan darurat sipil, untuk menikam

lawan.

Tapi, di atas segalanya, relasi agama dan politik, dalam diskursus

modern hingga detik ini belum juga tuntas. Lebih-lebih Islam yang oleh

penganutnya dilihat memiliki pesona sebagai agama yang syamil, kamil dan

mutakamil. Ilmuwan sekelas Robert N. Bellah dengan civil religion, dan

Jose Casanova dengan public religion pun coba menengahi pandangan

“ekstrem” bahwa agama berkutat pada wilayah private, sementara ruang

publik harus secularized.

Persoalan yang sering kali diperdebatkan tentunya adalah apakah

Islam dan politik tak bisa di pisahkan atau memang antara agama (Islam)

harus dipisahkan dari persoalan politik. Akan tetapi, persoalan sebenarnya

bukan terletak pada perdebatan apakah Islam dan politik harus dipisahkan

atau tidak di pisahkan. Dan karena sebagian besar pemikir dan praktisi

politik Islam terpaku pada soal di pisahkan atau tidak bisa (boleh) di

pisahkannya Islam dari persoalan-persoalan keduniawian, pemikiran politik

Islam sulit beranjak pada tataran atau artikulasi yang lebih baru.

Page 13: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Hampir seluruh artikulasi pemikiran politik Islam tidak lepas dari

pemikiran bahwa (1) Islam dan politik itu tidak bisa dipisahkan; (2) Islam

dan politik itu bisa di pisahkan; dan (3) Islam dan politik mempunyai

keterkaitan yang erat, akan tetapi bentuk hubungannya tidak bersifat legal-

formalistik, tetapi substansialistik. Dan bentuk ketiga ini hampir di miliki

oleh pemikir Islam moderat seperti Nurkholis Majid, Amin Rais dan

sebagian pemikiran Islam lainnya.

Pada masa awalnya, Islam dipahami secara sederhana. Komunitas

awal masyarakat Islam berada langsung dalam bimbingan Nabi

Muhammad SAW dan para khalifah. Mereka hampir tidak pernah terjadi

keributan dan perbedaan pendapat. Kemudian setelah terjadi penyebaran

(futuhat) pemikiran Islam berkembang dan begitu banyak interpretasi yang

dilakukan oleh beberapa kelompok yang merasa dirinya mampu dan berhak

untuk melakukannya. Perkembangan pertama dan paling dominan dalam

Islam adalah masalah teologi. Namun pemikiran teologi ini bukan murni

karena masalah teologi tapi karena politik.2 Pemikiran politik yang

berkaitan atau mempunyai hubungan erat dengan teologi kemudian

berkembang berbarengan dengan perkembangan Islam dan akulturasi

kebudayaan dengan helenisme.

Persoalan penting antara bidang agama dan bidang politik (atau

bidang kehidupan "duniawi" mana pun) ialah bahwa dari segi etis,

khususnya segi tujuan yang merupakan jawaban atau pertanyaan "untuk

2 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Apeknya. (Jakarta: UI Press, 1985).h.88

Page 14: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

apa" tidak dibenarkan lepas dari pertimbangan nilai-nilai keagamaan. Atas

dasar adanya pertimbangan nilai-nilai keagamaan itu diharapkan tumbuh

kegiatan politik bermoral tinggi atau berakhlak mulia. Inilah makna bahwa

politik tidak dapat di pisahkan dari agama. Tetapi dalam hal susunan formal

atau strukturnya serta segi-segi praktis dan teknisnya, politik adalah

wewenang manusia, melalui pemikiran rasionalnya (yang dapat dipandang

sebagian suatu jenis ijtihad). Dalam hal inilah politik dapat dibedakan dari

agama. Maka dalam segi struktural dan prosedural politik itu, Dunia Islam

sepanjang sejarahnya, mengenal berbagai variasi dari masa ke masa dan dari

kawasan ke kawasan, tanpa satu pun dari variasi itu dipandang secara

doktrinal paling absah (kecuali masa kekhalifahan Rasyidah).3

Hubungan antara agama dan politik yang tidak terpisahkan itu

dengan jelas sekali terwujud dalam masyarakat Madinah. Muhammad

S.A.W. selama sekitar sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil sebagai

seorang penerima berita suci (sebagai Nabi) dan seorang pemimpin

masyarakat politik (sebagai Kepala Negara). Dalam menjalankan peran

sebagai seorang Nabi, beliau adalah seorang tokoh yang tidak boleh

dibantah, karena mengemban tugas suci dengan mandat dan wewenang suci.

Sedangkan dalam menjalankan peran sebagai seorang kepala negara, beliau

melakukan musyawarah --sesuai dengan perintah Allah-- yang dalam

musyawarah itu beliau tidak jarang mengambil pendapat orang lain dan

meninggalkan pendapat pribadi. Sebab dalam hal peran sebagai kepala

3 Nurkholis Majid. “Islam dan Politik Suatu Tinjauan Atas Prinsip-Prinsip Hukum dan

Keadilan”. Artikel diakses pada tanggal 20 Januari 2009, dari

http//islamdanpolktik.prinsip.nurkholis.html

Page 15: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

negara atau pemimpin masyarakat itu pada dasarnya beliau melakukan

ijtihad. Jika dalam kenyataan hasil ijtihad beliau hampir selamanya

merupakan yang terbaik di antara para anggota masyarakat beliau, maka hal

itu harus diterangkan sebagai akibat logis segi keunggulan kemampuan

pribadi beliau selaku seorang manusia. Dan pengakuan memang banyak

diberikan orang, baik dari kalangan Islam maupun bukan Islam, bahwa

beliau adalah seorang jenius. Gabungan antara kesucian dan kesempurnaan

tugas kenabian di satu pihak dan kemampuan pribadi yang sangat unggul di

pihak lain telah membuat Nabi Muhammad saw. seorang tokoh yang paling

berhasil dalam sejarah umat manusia.

Sebagaimana Rasulullah membangun negara Madinah, menarik

kita mengkonklusikan pemikiran Ahmadiyah dalam peran agama dengan

politik sebab secara teori Ahmadiyah lahir diakibatkan banyaknya

kemerosotan agama dalam hal ini Islam dalam pentas kekuatan politik yang

di tandai hancurnya kekhalifahan Turki Ustmani.

Gerakan pembaharuan dengan segala variannya muncul sejak masa

kekhalifahan Utsman bin Affan ketika menerapkan kebijakan nepotisme

dalam pemerintahannya. Ketika itu muncul beberapa golongan yang tidak

menyetujui kebijakan Utsman, ditambah lagi terjadinya pertentangan

kelompok Ali yang kurang mendukung kekuasaan Utsman. Puncaknya

terjadi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, dengan kemunculan golongan

khawarij (golongan yang keluar dari jama’ah).

Page 16: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Dalam konteks politik, kemunculan sektarianisme merupakan

akumulasi kekecewaan terhadap kebijakan penguasa. Pada masa Bani

Umayyah, kelompok pendukung Ali disebut sebagai golongan Syi’ah

diposisikan sebagai opasisi penguasa Umayyah. Konflik yang sengit antar

firqah kian mengemuka pada masa kekuasaan Abbasyiah dengan

kemunculan golongan Mu’tazilah yang bercorak rasionalistik. Golongan ini

vis a vis berhadapan dengan faham yang disokong oleh penguasa, yaitu

Ahiussunah wal Jama’ah. Di samping itu hadir pula kalangan inkarussunah

yang berhadapan dengan ahiussunah dengan pencetus Ahmad bin Hanbal.

Kehadiran Ahmadiyah merupakan reaksi yang hampir mirip

dengan kehadiran golongan-golongan keagamaan pada awal-awal

perkembangan Islam. Sebagai gerakan pembaharuan (menurut versi

Ahmadiyah), Ahmadiyah lahir karena kekecewaan terhadap penguasa India

yang berada dibawah imperialisme Inggris.

Perkembangan Ahmadiyah dalam kontek sosial politik keagamaan

telah menjadi polemik berkepanjangan. Ahmadiyah didirikan oleh Hazrat

Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiani, Mujadid abad 14 Hijriah yang bergelar

Almasih dan Mahdi, berdasarkan ilham dari Allah SWT. yang beliau terima

pada tanggal 1 Desember 1888. Pada saat ini Ahmadiyah tersebar di seluruh

dunia, bahkan di Indonesia.

Setelah pendiri Gerakan Ahmadiyah wafat (26 Mei 1908), Gerakan

Ahmadiyah dipimpin oleh Shadr Anjuman Ahmadiyah yang diketuai oleh

Maulvi Hakim Nuruddin. Setelah beliau wafat pada tanggal 13 Maret 1914,

Page 17: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Shadr Anjuman Ahmadiyah dipimpin oleh Mirza Bashiruddin Mahmud

Ahmad, putra pendiri Gerakan Ahmadiyah. Beberapa saat setelah ia terpilih,

timbullah perbedaan pendapat yang penting dan mendasar. Karena

pengakuannya sebagai perwujudan Imam Mahdi bahkan Ahmad yang

tercantum dalam Qur’an Suci 61:6, maka terjadi friksi di tubuh Ahmadiyah.

Pendapat tersebut yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam

Ahmadiyah. Mereka yang setuju terhadap pendapat tersebut dikenal sebagai

Ahmadiyah Qadian, karena pusatnya di Qadian, India tetapi setelah

Pakistan dan India merdeka pindah ke Rabwah sampai sekarang, meskipun

Khalifahnya berada di Inggris. Kemudian mereka menyebut dirinya sebagai

Jemaat Ahmadiyah.

Sedangkan mereka yang tak setuju terhadap pendapat tersebut

tergabung dalam Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam (Ahmadiyah,

Gerakan Penyiaran Islam) yang berpusat di Lahore dan dikenal sebagai

Ahmadiyah Lahore yang pada saat itu dipimpin oleh Maulana Muhammad

Ali, M.A., LL.B., sekretaris Almarhum Hazrat Mirza Ghulam Ahmad.

Menurut Ahmadiyah Lahore, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukanlah Nabi,

dia adalah seorang Mujaddid. Ahmad dalam Al-Qur’an adalah Nabi suci

Muhammad saw. dan kaum Muslimin yang tidak bai’at kepada beliau

tidaklah kafir.

Faham Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam atau Ahmadiyah

Lahore masuk ke Indonesia pada tahun 1924 dengan perantaraan dua

muballigh, Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad. Berkat rahmat

Page 18: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Allah, pada tanggal 10 Desember 1928 Gerakan Ahmadiyah Indonesia

(sentrum Lahore) didirikan oleh Bapak R.Ng.H.Minhadjurrahman

Djajasugita dkk. yang mendapat Badan Hukum Nomor 1X tanggal 30 April

1930.

Dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya, GAI telah menerbitkan

puluhan judul buku-buku agama dalam bahasa Belanda, Jawa dan Indonesia

serta majalah-majalah. Di samping itu telah pula melahirkan Yayasan

Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) di Yogyakarta dan di berbagai

daerah, yang menyelenggarakan pendidikan (sekolah) mulai tingkat Taman

Kanak-kanak sampai perguruan Tinggi

Nama Ahmadiyah berasal dari nama sifat Rasulullah saw. -- Ahmad

(yang terpuji). Yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan.

Zaman sekarang ini adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban

Rasulullah saw. dan merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap

Allah Ta'ala. Era penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw.

Kondisi Islam di India pada saat di jajah oleh Imperialisme Inggris

benar-benar menyedihkan. Di satu sisi gerakan Kristenisasi sedang gencar-

gencarnya berjalan di India dan menarik ratusan ribu orang masuk ke dalam

agama Kristen dan di sisi lain serangan-serangan pihak Hindu terhadap

Islam, Al-Quran dan terhadap wujud suci Nabi Muhammad Mustafa saw.

Kondisi inilah yang banyak mewarnai kehidupan awal daripada

Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Beliau banyak menelaah literatur-literatur yang

berkaitan dengan agama-agama tersebut. Beliau secara personal banyak

Page 19: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

terlibat dalam upaya-upaya untuk membela Islam dari serangan-serangan di

kedua arah tersebut. Disamping itu beliau sendiri mengalami perkembangan

rohaniah. Konteks berdirinya Ahmadiyah tidak terlepas dari pergolakan

politik di India. Oleh karena itu, Ahmadiyah bukan saja sebuah spektrum

gerakan pembaharuan keagamaan yang banyak disinyalir oleh orang,

melainkan sebagai sebuah gerakan politik yang mengatasnamakan agama.

Tipologi gerakan politik Islam, atau setidak-tidaknyya di

kategorikan sebagai sebuah gerakan politik, menurut Din Syamsuddin

mengandung dua dimensi, pertama: bahwa kulturisasi Islam harus

ditransformasikan ke dalam dunia politik atau domain politisasi; dan kedua:

adanya upaya totalisasi ajaran Islam yang terdiri tidak hanya dari sistem

ibadah tapi juga prinsip-prinsip aqidah, syari’ah, dan jalan hidup sehingga

tidak memisahkan antara yang sakral dan yang profan.4

Berdasarkan asumsi di atas, gerakan Ahmadiyah telah memasuki

gerakan politik Islam, atau organisasi keagamaan yang memiliki agenda

besar dalam skala nasional bahkan internasional. Selain penafsiran yang

dilakukan oleh Din Dyamsuddin, Ahmadiyah dapat di golongkan sebagai

gerakan politik karena meliputi dua hal yaitu adanya sosialisasi ajaran yang

dilakukan secara massif untuk menarik anggota Jemaat sebanyak mungkin.

Gerakan perekrutmen di upayakan melalui jalan dakwah, penyebaran brosur,

buku pamflet, pendirian Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia

(PIRI) di Yogyakarta dan di berbagai daerah, yang menyelenggarakan

4 Din Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru, (Ciputat: Logos,), h. 153

Page 20: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

pendidikan (sekolah) mulai tingkat Taman Kanak-kanak sampai perguruan

Tinggi.5

Kedua, Ahmadiyah menjalankan aktivitas sosial yang memiliki

implikasi politis terhadap kemapanan agama-agama samawi, terutama Islam.

Gejolak yang ditimbulkan dari gerakan Ahmadiyah mendatang dialektika

epistemologis yang mengerucut pada pertentangan ideologis (the clash of

ideology). Perspektif ini diambil dari konsep Samuel Huntington yang

melihat pertentangan kapitalisme dan Islam sebagai tipologi pertentangan

ideo-politik berskala global.6

Berdasarkan pandangan di atas maka diajukan judul penelitian

sebagai berikut: Islam dan Politik dalam Perspektif Ahmadiyah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat kompleksitasnya permasalahan yang akan dibahas

khususnya mengenai Ahmadiyah, maka penulis membatasi

permasalahannya mengenai relasi Islam dan Politik menurut perspektif

Ahmadiyah.

Dari pembatasan tersebut penulis merumuskan permasalahan :

a. Bagaimana relasi Islam dan politik dari pandangan Ahmadiyah?

b. Bagaimana Ahmadiyah bermetamorfosis menjadi sebuah gerakan

politik?

c. Apa yang melatarbelakang kelahiran Ahmadiyah di India?

5 Ahmad Shultoni, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 1999), h. 26

6 Samuel Huntington, Benturan Peradaban, (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2004), h. 68

Page 21: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

d. Bagaimana perkembangan Ahmadiyah di Indonesia pra dan pasca

kemerdekaan?

e. Bagaimana polemik yang muncul di tengah konstelasi kehidupan

sosial-politik di Indonesia terhadap keberadaan Ahmadiyah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pandangan Ahmadiyah tentang relasi Islam dan

politik.

2. Untuk mengetahui paradigma politik Islam Ahmadiyah.

3. Untuk mengetahui prkembangan gerakan Ahmadiyah di Indonesia

sebagai gerakan politik keagamaan.

b. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan oleh penulis agar memberikan

manfaat, antara lain :

1. Bagi Penulis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

perspektif yang baru dalam pengembangan ilmu politik kontemporer

khususnya tentang hubungan Islam dan Politik

2. Bagi. Kaum agamawan, diharapkan penelitian ini menjadi khazanah

yang mampu mendialogkan perbedaan keyakinan sebagai sesuatu yang

tidak terelakkan dalam kehidupan bernegara.

Page 22: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

3. Bagi ilmuwan politik Islam, diharapkan hasil penulisan ini memberikan

nuansa baru dalam memahami perkembangan Ahmadiyah pada pespektif

ilmu politik Islam.

D. Metode Penelitian

Dalam membahas skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (Library Research), yaitu penulis berusaha memperoleh data-data

dan informasi melalui literature-literatur kepustakaan, majalah-majalah

maupun artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dalam

pengolahan data ini penulis menggunakan metode deskripsi analisis.

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, agar lebih terarah dan terperinci

terbagi kedalam bab-bab dalam tiap sub-babnya dijelaskan secara global.

Di dalam bab I yang diawali dengan pendahuluan, ini terdiri atas latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian serta sistematika penelitian.

Di dalam bab II terdiri dari pengertian politik, relasi Islam dan politik

serta sistem politik Islam

Di dalam bab III terdiri dari sejarah berdirinya Ahmadiyah, profil

Mirza Gulam Ahmad dan doktrin-doktrin Ahmadiyah, Perkembangan

Ahmadiyah di Indonesia dan Perbedaan Aliran Ahmadiyah Qodian dan

Lahore

Page 23: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Di dalam bab IV terdiri dari paradigma Islam dan politik, paradigma

politik Islam Ahmadiyah dan relasi Islam dan politik menurut Ahmadiyah

Dan dalam bab V terdiri dari Kesimpulan dan Saran

Page 24: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

BAB II

KERANGKA TEORI : ISLAM DAN POLITIK

Pengertian Politik

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah

bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang

menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan itu.7 Pengambilan keputusan

(decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik

itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala

prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.

Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan

kebijaksanaan-kebijaksanaan umum (public policies) yang menyangkut

pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari

sumber-sumber dan resources yang ada.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu, perlu dimiliki

kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk

membina kerja sama maupun untuk meyelesaikan konflik yang mungkin

timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakainya dapat bersifat persuasif

(meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan

kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent)

belaka.

7 Miriam Budiarjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik.(Jakarta:PTGramedia Pustaka

Utama,2006).cet.20.h.8 13

Page 25: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat

(public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagipula

politik menyangkut kegiatan berbagai-bagi kelompok termasuk partai politik

dan kegiatan orang seorang (individu). Perbedaan-perbedaan dalam definisi

yang kita jumpai, disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu

aspek atau unsur dari politik saja. Unsur itu diperlakukannya sebagai konsep

pokok, yang dipakainya untuk meneropong unsur-unsur lainnya. Dari uraian

di atas teranglah bahwa konsep-konsep pokok itu adalah: Pertama, Negara

(state), Kedua, Kekuasaan (power), Ketiga, Pengambilan keputusan

(decisionmaking), Keempat, Kebijaksanaan (policy,beleid) Kelima, Pembagian

(distribution) atau alokasi (allocation).8

Sedangkan kata politik itu sendiri dan diambil dari bahasa Yunani

atau Latin “politicos” yang berarti “relating to citizen”.keduanya berasal dari

kata polis yang berarti kota. Dalam kamus besar bahasa Indonesia

mengeartikan kata politik sebagai pengetahuan mengenai ketatnegaraan atau

kenegara (seperti sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Atau juga, segala

urusan dan tindakan kebijaksanaan siasat dan sebagainya mengenai

pemerintahan.9

Sedangkan Ramlan Surbakti mengartikan politik yaitu: Pertama,

politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan

dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah segala hal yang

berakaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik

8 Miriam Budiarjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik.h 9

9 Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pusaka, 1998), h.125

Page 26: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan

kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang

berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima,

politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan/atau mempertahankan

sumber-sumber yang dianggap penting.10

David Easton mengatakan : politik adalah keseluruhan dari interaksi-interaksi

yang mengatur pembagian nilai-nilai secara autoratif (berdasarkan wewenang)

untuk dan atas nama masyarakat. Sedangkan Al Ghazali memakai kata siyasah

(politik) lebih luas dari pada makna politik dalam pengertian yang lebih

popular sekarang. Siyasah atau politik diartikan dengan segala hal ihwal,

seperti memperbaiki kehidupan makhluk Tuhan dan menunjukkan ke jalan

yang benar yang menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat.11

Selain kata politik, dalam masyarakat Indonesia dikenal pula kata

siyasah yang berasal dari bahasa Arab. Pemakaian kata siyasah jauh lebih tua

dari perkataan yang memiliki arti senada politik. Namun kepopuleran dan

keluasan pemakaiannya tidak mengimbangi perkataan sesudahnya itu. Siyasah

pada awalnya hanya mengandung arti muslihat dan segala macam usaha serta

ikhtiar untuk mencapai sesuatau atau menyelesaikan suatu perkara. Tetapi

pada akhirnya cenderung mengandung arti kenegaraan sebagai halnya

perkataan politik.

10

Ramlan Surbakti. Memhami Ilmu Politik,(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia,1992). cet.I.h. 1-2 11

Maftuhin, Prinsip Moral dalam Politik Islam (Kajian Terhadap Pemikiran al-

Gazali),(Skripsi S1, FUF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2005),h.17

Page 27: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Siyasah berasal dari bahasa Arab yang merupakan masdar dari kata

sasayasusu yang mengandung arti kepemimpinan. Pelakunya disebut sa’is

berarti pemimpin yang menangani urusan rakyatnya yang mendatangkan

kemaslahatan bagi mereka. Jadi siyasah adalah ilmu memerintah, yaitu

kewajiban menangani sesuatu yang mendatangkan kemaslahatan. Dia harus

dipegang oleh orang yang mengerti betul tentang dasar-dasar pengetahuan dan

peraturan-peraturan dalam negara.12

Dalam perbendaharaan bahasa Indonesia kata siyasah mempunyai

arti yang berbeda dengan siasat. Siyasah mempunyai arti politik, sedangkan

siasat artinya adalah kebijaksanaan atau kecerdikan dalam menyampaikan

suatu maksud atau untuk memperoleh sesuatu. Jadi perbedaan mendasar

antara siyasah. Siasat diartikan segala macam muslihat di dalam berbagai

lapangan, yang biasa disebut “taktik”, sedangkan siyasah mempunyai arti

yang terbatas, ialah soal kenegaraan yang dinamika”politik”.

Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa politik atau siyasah merupakan pola

kenegaraan yang didalamnya terdapat seperangkat pengaturan sosial dalam

masyarakat.

Islam dan Politik

Dalam sejarah agama-agama, pertautan antara politik dan agama

muncul pada politik para raja dan pemimpin untuk melanggengkan kekuasaan

12 Maftuhin, Prinsip Moral dalam Politik Islam , h.22

Page 28: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

mereka. Mereka menafsirkan dalil dan doktrin agama-agama sesuai dengan

kemauan mereka dengan tujuan untuk melindungi kepentingan politik mereka.

Dalam sejarah Islam, politisasi agama sudah berlangsung sejak awal

perkembangan Islam. Para raja dan khalifah berusaha melanggengkan

kekuasaan mereka dengan berbagai cara: menafsirkan secara politis dalil al-

Qur’an dan Hadits sesuai kepentingan para penguasa. Diantaranya adalah ayat

yang berbunyi “Taatlah kepada Allah dan para penguasa di antara kalian”.

Para penguasa menafsirkan ayat ini bahwa para penguasa harus dipatuhi apa

dan bagaimana pun cara mereka memimpin. Ayat ini kemudian oleh para

kritikus disebut “ayat al-umara” (ayat para penguasa).

Watt menggambarkan hubungan agama dan politik dalam Islam

dalam bukunya “Islamic Political Thought”. Pertama, gagasan keagamaan

menjadi semacam kerangka ideologis ketika terlibat dalam bermacam

aktivitas, sehingga aktivitas yang dilakukan memperoleh arti penting.Kedua,

agama dapat menentukan bentuk-bentuk motif Islam aktivitas yang akan

dilakukan. Adanya signifikansi agama dalam politik, diakui oleh Watt bukan

karena agama memberikan penjelasan yang sifatnya terinci terhadap semua

hal,tetapi karena agama memberikan berbagai tujuan umum kepada manusia

dalam kehiduan dan membantunya memusatkan kekuatan untuk mencapai

berbagai tujuan tersebut.

Robert N Bellah menyatakan bahwa masyarakat Islam klasik adalah

modern secara politis. Tidak lagi dipersoalkan, demikian ia menegaskan dalam

bukunya “Beyond Belief”, bahwa di bawah Nabi masyarakat Arab telah

Page 29: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

membuat lompatan jauh ke depan dalam kecanggihan sosial dalam kapasitas

politik.Demikian juga tidak terlalu mengherankan, jika umat Islam

menjadikan sejarah politik Islam dalam periode Nabi sebagai model ideal

yang senantiasa diidamkan sepanjang sejarah Pemikiran politik Islam seperti

juga pemikiran Islam dan gerakan Islam pada umumnya dapat dilihat sebagai

hasil dari kelanjutan dan perubahan yang berlangsung dalam sejarah Islam.13

Di Indonesia, istilah Islam politik sering kali dilawankan dengan

Islam kultural. Islam politik secara umum dapat dipahami sebagai Islam yang

ditampilkan sebagai basis ideologi yang kemudian dalam bentuk partai politik,

atau Islam yang berusaha diwujudkan dalam kelembagaan politik resmi

(eksekutif dan legislative). Sedangkan Islam kultural merujuk pada Islam yang

hanya bergerak di bidang dakwah, pendidkan, seni dan sebagainya tanpa sama

sekali terlibat dalam politik.

Islam dan politik pertama kali digulirkan oleh kalangan Barat yang

menguasai berbagai negeri Islam, yang mengatakan bahwa Islam adalah

agama bukan negara. Di Indonesia, istilah Islam politik seringkali dilawankan

dengan Islam kultural. Islam politik secara umum dapat dipahami sebagai

yang ditampilkan sebagai basis ideologi yang kemudian dalam bentuk partai

politik, atau Islam yang berusaha diwujudkan dalam kelembagaan politik

resmi (eksekutif dan legislative). Sedangkan Islam kultural merujuk pada

Islam yang hanya bergerak di bidang dakwah, pendidikan, seni dan

sebagainya tanpa sama sekali terlibat dalam politik.

13 Irfan Indris. “Paradigma Pemikiran Politik Islam Modern” artikel di akses pada tanggal

22 Januari 2009, dari http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=84233

Page 30: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Islam berasal dari kata salam yang berarti tunduk atau berserah diri

pada Allah, atau menerima semua peraturan Tuhan sebagai petunjuk bagi

kehidupan seseorang, taat sepenuh hati, akan keadaan noda dan cela.14

Menurut Hasan al-Banna seperti yang dikutip oleh Yusuf Qardhawy

mengatakan Islam adalah sesuatu yang syumul (menyeluruh), mencakup

semua aspek kehidupan dengan syariat dan pengarahannya. Islam menata

kehidupan manusia sejak dia dilahirkan sampai meninggal dunia. Bahkan

sebelum ia dilahirkan dan sesudah meninggal dunia.15

Selain itu Islam menata

kehidupan individual, kehidupan keluarga, kehidupan sosial dan politik, mulai

beristinja sampai kepada pemerintahan.

Hasan Al-Banna juga menyatakan bahwa ada perbedaan yang

mendasar antara kepartaian dan politik. Keduanya mungkin bisa bersatu dan

mungkin bisa berseteru. Ketika Hasan al-Banna berbicara tentang politik

praktis pada kesempatan ini, maka yang dikehendaki adalah politik secara

umum. Yakin melihat persoalan-persoalan umat, baik internal maupun

eksternal yang sama sekali tidak terkait dengan hizhiyah (kepartaian). Ini yang

pertama.

Kedua, Takala orang-orang nonmuslim awam tentang Islam, oleh

urusan dan kokohnya Islam yang menancap di dalam jiwa para pengikutnya,

atau kesiapan berkorban dengan harta dan jiwa demi tegaknya, maka mereka

tidak berusaha untuk melukai jiwa-jiwa kaum muslimin dengan menodai

14

IAIN Syarif Hidayatillah, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Jambatan, 1992), h. 445 15

Yusuf Qardhawy, Fikih Negara: Ijtihad Baru Seputar Sistem Demokrasi Multi Partai dan

Keterlibatan Wanita di Dewan Perwakilan Partisipasi dalam Pemerintahan Sekuler, terj, Syafril

Halim, (Jakarta: Rabbani Press, 1997), h.18

Page 31: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

nama Islam, syariat, dan undang-undangnya. Namun mereka berusaha

membatasi substansi makna Islam pada lingkup sempit yang menghilangkan

semua sisi kekuatan operasional yang ada di dalamya. Kendati setelah itu yang

tersisa bagi kaum muslimnin adalah kulit luar dari bentuk dan performa yang

sama sekali tidak berguna.16

Sedangkan menurut Moh. Mufid, M.Si, ada dua pandangan berbeda

yang mengkaji masalah legitimasi dalam politik, yaitu: pertama, Barat (Eropa)

dengan ciri skularistiknya berpendapat bahwa pengakuan terhadap suatu

pemerintahan adalah pengakuan yang berasal dari rakyat. Artinya, ketika

seseorang dalam sebuah pemilihan umum secara mayoritas memperoleh suara

terbanyak, maka sejak itu pula ia berhak memperoleh tampuk kekuasaan.

Kedua, legitimasi kepemimpinan/kekuasaan dalam perspekitf

pemikiran politik Islam berbeda dengan Barat. Bagi kelompok ini legitimasi

berasal dari dua sumber, yaitu Tuhan dan manusia. Yang pertama menjadi

keyakinan syiah, bahwa kepemimpinan itu berasal; dari Tuhan, karenanya

mempunyai sifat dan fungsi keagamaan dan ditransmisikan lewat keturunan

Nabi Muhammad lewat jalur Ali bin Abi Thalib. Yang kedua merupakan

preferensi Sunni yang memandang bahwa kepemimpinan merupakan hasil

kesepakatan masyarakat (ijma’) melalui para elit.17

Moh.Mufid,M.Si juga memandang hubungan agama dan politik

(negara) dengan tiga paradigma. Yaitu : Pertama, paradigma integrative,

16

Hasan Al Banna. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Terj. Anis Matta, LC.et.all

(Surakarta:Era Intermedia, 1999). h.70 17 Moh. Mufid, M.Si, Politik Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Press,2004), h.10

Page 32: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

kedua, paradigma simbiotik, dan ketiga,paradigma instrumental. 18

Dalam

paradigma pertama dan kedua hubungan agama dan politik (negara)

merupakan hubungan kemitraan yang saling membutuhkan antara keduanya

tidak dapat dipisahkan, dalam pengembangan dan eksistensi suatu negara,

agama sering dijadikan faktor penentu yang paling dominan. Karenya, baik

keberadaan agama maupun politik (negara) dalam prakteknya saling

melengkapi kebutuhan satu salam lain. Sementara dalam paradigma yang

terakhir, agama hanya sebatas menjadi pelengkap kebutuhan suatu negara

begitupun juga sebaliknya.

Maka mereka berusaha memberikan pemahaman kepada kaum

muslimin bahwa Islam adalah sesuatu, sementara masalah sosial adalah

sesuatu yang lain. Islam adalah sesuatu dan perundang-undangan adalah

sesuatu yang lain. Islam adalah sesuatu dan masalah-masalah ekonomi sesuatu

yang lain, yang tidak ada hubunganya sama sekali. Islam adalah sesuatu dan

peradaban bukan bagian darinya. Islam adalah sesuatu yang harus berada pada

jarak yang jauh dari politik.

Maka Islam dan politik itu, pada dasarnya tidak terpisahkan. Islam

tidak pernah memisahkan antara kegiatan profan dan sakral. Seperti halnya al-

Ghazali yang telah menghubungkan ilmu politik secara erat dengan agama.

Karena pegangan dari semua ilmu itu ialah ajaran kitab-kitab suci yang

diturunkan Tuhan kepada para Nabi dan ucapan-ucapan yang ditinggalkan

oleh orang-orang yang suci.

18 Moh. Mufid, M.Si, Politik Dalam Perspektif Islam, h.44

Page 33: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

C. Sistem Politik Islam

Berbicara tentang sistem politik islam, para pengamat Islam telah

menulis sejumlah buku tentang teori politik islam dalam beberapa topik,

seperti : sistem pemerintahan, hubungan pemerintah dengan rakyat dan jenis

kekuasaan dalam islam (batasan dan tugas-tugas).19

Agaknya sudah merupakan kebiasaan orang-orang tertentu untuk

agak menyamakan Islam dengan salah satu sistem kehidupan tertentu atau

sistem kehidupan lainnya yang dewasa ini tengah menjadi wacana

kontemporer. Ada yang mengatakan bahwa Islam adalah sebuah demokrasi,

dan yang mereka maksudkan dengan ini adalah bahwa tidak ada perbedaan

antara Islam dengan demokrasi yang kini tengah naik daun di barat. Beberapa

orang lainnya menyatakan bahwa komunisme tidak lain merupakan versi lain

dari Islam yanag telah direvisi dan sangatlah cocok bagi kaum muslim untuk

meniru eksperimen-eksperimen komunis soviet rusia. Yang lainnya lagi

membisikan bahwa Islam mengandung unsur-unsur kediktatoran dan kita

harus membangun kembali adat “taat kepada amir (pemimpin)”.20

Seorang orientalis terkemuka, V. Fitzgerald dalam bukunya

Mohamedian Law, mengatakan bahwa Islam bukanlah semata agama (a

religion), namun juga merupakan sebuah sistem politik (a political sistem).

Meskipun pada dekade-dekade terakhir ada beberapa kalangan dari umat

19

Empan Supandi. Islam dan Politik (Kajian Tentang Pemikiran Politik Al

Ghazali.”,(Skripsi SI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri,Jakarta,,

2006),h.16-26 20

Abu A’la Al Maududi. Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam. terj. Drs.Asep Hikmat

(Bandung : Mizan,1995). Cet.IV. h.144

Page 34: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Islam yang mengklaim sebagai kalangan modernis, yang berusaha

memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh gagasan pemikiran Islam dibangun

atas fundamen bahwa kedua sisi itu saling bergandengan dengan selaras dan

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Joseph Schacht, seorang orientalis

lainnya, yang berpendapat bahwa Islam lebih dari sekedar agama, ia

mencerminkan teori-teori perundang-undangan dan politik. Dalam ungkapan

yang lebih sederhana Islam merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang

mencakup agama dan negara secara bersamaan. Dengan demikian, seperti

yang di kemukakan oleh H. A. R. Gibb, jelaslah bahwa Islam bukanlah

sekedar kepercayaan agama individual, namun ia meniscayakan berdirinya

suatu bangunan masyarakat yang independen. Ia mempunyai metode tersendiri

dalam sistem kepemerintahan, perundang-undangan dan institusi.

Pendapat dari para orientalis tersebut diperkuat oleh fakta-fakta

sejarah. Misalnya sistem politik yang dibangun oleh Rasulullah SAW bersama

kaum Mukmin di Madinah jika dilihat dari segi praksis dan diukur dengan

variabel-variabel sistem politik modern, maka dapat dikatakan bahwa sistem

itu adalah sistem politik par excellence, tetapi juga tidak disangkal jika

dikatakan sebagai sistem relegius, karena dilihat dari tujuan-tujuan dan motif-

motif dan fundamental maknawi tempat sistem itu berpijak.

Sebagai sebuah sistem politik dalam perjalanan sejarahnya Islam

diwarnai dengan dinamika pemikiran politik, seperti halnya perjalanan

sejarah pemikiran politik agama-agama lain. Pemikiran politik Yahudi,

Page 35: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Kristen, dan juga Islam tidak terlepas dari unsur kesejarahannya. Teori-

teori politik tidak muncul begitu saja tetapi merupakan satu rangkaian

proses dengan fenomena dan kejadian kesejarahan yang dikaji dan

diteorisasi secara sistematis. Teori-teori politik yang muncul di Barat

sebagaimana telah dimunculkan oleh Hocker, Hobbes, Locke, dan

Rousseou merupakan kecenderungan-kecenderungan politik mereka dan

perhatian mereka terhadap relasi nilai dan kekuasaan, agama dan

kekuasaan, ideologi dan kekuasaan, kepentingan dan kekuasaan, yang

sangat menonjol terjadi di zamannya, di negara-negara mereka atau di

negara-negara yang menjadi perhatian mereka.

Mustafa Muhammad dalam bukunya Rekonstruksi Pemikiran

Menuju Gerakan Islam, mengatakan bahwasanya sistem politik Islam adalah

suatu sistem yang bertolak dari kaidah-kaidah umum, yakin kebebasan,

kesetaraan, keadilan, dan supremasi hukum. Juga konsistensi terhadap

pemilihan pemimpin, dan bahwa pemerintah adalah pelaksana hukum dan

perundang-undangan, pelindung agama dan bertanggung jawab terhadap

rakyat. Di antara rakyat adalah memberi nasihat, mengevaluasi, memecat dan

menggantinya, jika diperlukan. Sistem politik harus ditegakkan di atas prinsip

syura, dan syura menjadi sesuatu yang harus ditegakkan oleh penguasa.21

Abu A’la al-Maududi mengatakan bahwasanya sistem politik Islam

merupakan suatu sistem yang berlandaskan akidah, karena akidah merupakan

suatu sistem yang berlandaskan akidah, karena akidah merupakan suatu sistem

21

Mustafa Muhamad, Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Islam Modern, (Solo: Era

Intermedia,2000), cet ke-1, h. 47

Page 36: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

politik Islam yang ditegakan oleh rasul. Aspek-aspek lain berkisar

disekelilingnya. Akidah inilah yang menjadi landasan pijakan dan paradigma

teori politik Islam. akidah juga merupakan dasar undang-undang politik Islam

yang telah melahirkan bentuk ketahanan politik dan hukum ciptaan manusia,

baik secara individu (ijtihad fardli) maupun kelompok (ijtihad jam’I). Namun

seseorang tidak mempunyai otoritas dalam memeaksakan kehendaknya yang

menginginkan ijtihadnya diikuti dan dipatuhi. Pembuatan hukum Islam mutlak

menjadi hak Allah, dan tidak ada campur tangan manusia.22

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwasannya al-Maududi

dalam menjelaskan tentang sistem politik Islam adalah suatu sistem yang

bermuara pada ketentuan (undang-undang)yang terdapat dalam al-Qur’an.

Al-Nabani mengatakan bahwasannya sistem politik Islam adalah

sistem yang membicarakan tentang kekhalifahan dan konsep-konsep

pemerintahannya. Konsep pemerintahan Islam adalah sistem ”khilafah”, yang

mempuyai pola yang unik yang berbeda dari pola pemerintahan lainnya.

Syariat yang diterapkan untuk mewujudkan pemerintahan. Pengaturan urusan

rakyat dan hubungan luar negerinya, berasal dari Allah Swt. Syariat tersebut

bukan dari rakyat, bukan dari beberapa orang, atau seseorang. Sedangkan ciri-

ciri khas khliafah yang menurut as-Sanhuri, ialah prinsip kesatuan umat.

22

Abul A’la al-Mandudi, Politik Alternatif: Suatu Perspekif Islam, (terjemahan),

(Jakarta:Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-11, h. 35

Page 37: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

D. Polemik Tentang Relasi Agama dalam Konteks Negara-

Bangsa

Perdebatan antara relasi agama dalam konteks negara adalah sebuah

perdebatan panjang yang melelahkan. Diskursus politik kontemporer pun

tidak terlepaskan dari perdebatan tersebut, antara pihak yang memisahkan

agama dari politik, dan menjadikan agama sebagai jiwa spiritual penentu

aturan moral kemasyarakatan dan konstitusi.

Ada golongan yang memandang agama sebagai sebuah ajaran yang

bersifat universal, sehingga konteks kehidupan politik harus dijiwai oleh nilai-

nilai agama. Golongan ini disebut dengan formalisme yakin sebuah aliran

yang berpandangan Islam harus menjadi landasan kehidupan bernegara, Islam

menjadi basis konstitusional negara. Praktek-praktek dalam konteks

ketatanegaraan harus dijiwai oleh nilai-nilai Islam. Tidak ada tempat buat

faham sekulerisme. Tokoh-tokoh yang mengusung tema besar ini adalah

M.Natsir dari Masyumi.

Ada juga golongan yang memandang bahwa agama harus dipisahkan

dari negara. Alasannya sederhana, bahwa wilayah agama adalah wilayah

private (pribadi) karena menyangkut keyakinan akan nilai-nilai supranatural.

Sedangkan wilayah negara adalah domain publik yang membutuhkan

kesepakatan bersama berlandaskan rasionalitas, kemakmuran, dan keadilan.

Perbedaan wilayah publik dan privat menjadi keharusan adanya pemisahan

yang tegas yang cenderung bersifat sekularistik.

Page 38: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Golongan lain adalah menjadi penengah di antara kedua arus besar

tersebut yang bercorak nilai substansialistik. Artinya, golongan kedua ini

membutuhkan ajaran agama sebagai asas moralitas dan etika dalam konteks

politik kenegaraan. Biarpun tidak dilegalkan secara formal, namun nilai-nilai

agama melandasi setiap keputusan hukum, Undang-undang, bahkan ideologi

negara.

Dalam sejarah pembentukan negara modern Indonesia, polemik

seputar kedudukan agama dalam sistem politik kenegaraan terjadi antara

Soekarno yang mewakili kaum nasionalis dengan Natsir dari golongan

agama.23

Perdebatan itu muncul sekitar tahun 1930.

Berbicara singkat tentang hubungan Islam dan negara, Natsir

mengatakan bahwa agama lain dijamin hidupnya dalam suatu negara Islam. Ia

berseru kepada golongan kebangsaan agar kembali ke dalam lingkungan

Islam, apalagi karena bagian terbesar mereka adalah orang Islam.24 Ia

meragukan adanya jaminan perlindungan terhadap Islam dalam suatu negara

yang pemerintahannya dipegang oleh negara yang netral atau dibawah kendali

non-Muslim.

Sedangkan soekarno menekankan bahwa landasan kebangsaan

berdasarkan pada nasionalisme yang luas yang meliputi semua golongan

Islam, kristen, Hindu, Buddha dengan berasaskan konstitusi modern legar-

formal, bukan berasaskan kepada ajaran agama Islam. Rujukan Soekarno

adalah berdirinya negara modern Turki dengan Kemal Attaturk yang menjadi

23

Perdebatan panjang tersebut dapat dilihat dalam karya Deliar Noer, Gerakan Moderen

Islam di Indonesia 1990-1942, (Jakarta: LP3ES, 1995), h. 296-311 24 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia,.h. 299

Page 39: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

pioner. Soekarno mengganggap tidak ada ijma’ ulama yang mengenai

persatuan agama dengan negara, dan ada juga yang mengatakan agama dan

negara terpisah karena memiliki dimensi yang berbeda.25

Zaid Sakhir menjelaskan posisi agama dalam negara dengan

argumentasi apakah Islam sebuah agama atau ideologi.26 Sebaggai sebuah

agama Islam meliputi aspek keyakinan, peribadatan, moralitas, aturan

kemasyarakatan, dan aspek-espek yang lainnya dalam skala yang lebih luas.

Namun di sisi lain, sebagai salah satu agama terbesar di dunia, Islam

dikatakan sebagai sebuah ideologi apabila menghadirkan teori yang dapat

diterpakan yang bersifat lengkap dan universal bagi umat manusia. Ia berkata:

Islam is indeed an ideology as it presents a “complete and universally

applicable theory of man and society.” However, the relevant realm of

action and thought for an ideology is the political, as Scruton points out.

This limitation to the political realm marks where Islam parts with ideology. Islam is not simply concerned with man’s political condition; it

is also concerned with his spiritual condition, and at the heart of the Islamic call is a normative program for spiritual salvation.27

Secara umum hubungan antara Islam dan Negara serta politik dapat

dibedakan kepada tiga golongan: Pertama, golongan formalistik yaitu

golongan yang ingin menjadikan Islam sebagai sebuah konstitusi resmi

Negara, tidak sebatas jargon tetapi ditempatkan sebagai aturan hukum

tertinggi dalam sistem ketatanegaraan. Golongan Hizbut Tahrir, M. Natsir, dan

tokoh-tokoh Masyumi lain; Kedua, golongan substansialistik, bagi golongan

ini yang terpenting bukan menjadikan agama sebagai legal-formal dalam

konteks Negara, melainkan sebuah upaya gerakan –meminjam istilah Quraish

25

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia,.h. 303 26

Zaid Sakhir, Islam: Religion or Ideology?, Zaituna Institute terbit 25 Juli 2006, h. 2 27 Zaid Sakhir, Islam: Religion or Ideology?, h. 4

Page 40: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Syihab “membumikan Al-Qur’an”—kulturisasi nilai-nilai keIslaman yang

tertanam kuat di tengah masyarakat. Tokoh penganjur utama adalah Gus Dur,

Amien Rais, NU, Muhammadiyah, Cak Nur; dan ketiga, golongan

fundamentalis, yaitu yang mengidolakan kondisi Madinah sebagai bentuk

Negara ideal dalam struktur Negara bangsa modern. Kebanyakan golongan ini

lebih bergerak di bawah tanah seperti NII atau juga Ahmadiyah.

Page 41: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

BAB III

HISTOGRAFI AHMADIYAH

Sejarah Berdirinya Ahmadiyah

Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan Islam yang di dirikan oleh Mirza

Gulam Ahmad pada tahun 1889 M bertepatan dengan tahun 1306 H.

Ahmadiyah adalah sebutan singkat dari Jemaat Ahmadiyah. Jemaat berarti

kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program

bersama. Ahmadiyah adalah nama dari Islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu

perkumpulan, himpunan atau organisasi yang bersatu padu dan bekerja untuk

suatu program yang sama, yaitu Islam. Ahmadiyah diambil dari salah satu

nama Rosulullah yang diinformasikan kepada Nabi Isa a.s dalam Surat As-

Shaf ayat enam yang menyatakan bahwa akan datang seorang Nabi dan Rosul

yang bernama Ahmad.

Kemunculan Ahmadiyah di India merupakan salah satu bagian dari

peristiwa sejarah dalam Islam yang tidak terlepas dari konteks sosial pada saat

itu. Kemunduran dunia Islam yang ditandai oleh runtuhnya kerajaan Ustmani

1683. Sementara di Barat perkembangan ilmu pengetahuan dan industri

semakin berkembang pesat, yang ditandai dengan berbagai macam penemuan

yang antara lain ditemukannya alat tranportasi dengan menggunakan tenaga

uap pada tahun 1902 M dan penemuan-penemuan yang lainnya. Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menyebabkan Barat semakin

melebarkan kekuasaan kolonialnya kedunia yang pernah dikuasai oleh Islam.

29

Page 42: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Seperti Inggris dapat menjajah India dan Mesir, Prancis dapat menguasai

Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Barat lainya menduduki bekas Imperium

Islam.

Kerajaan Islam yang menguasai anak benua India adalah kerajaan

Mughal (1526-1858 M) yang saat itu sedang menuju kehancuran. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, melemahnya pemerintahan karena

dekadensi moral dan polah hidup mewah para pejabat pemerintah pasca

Aungrazeb. Kedua, adanya pemberontakan yang dilakukan secara terus

menerus oleh golongan Hindu dan Sikh di India. Walaupun India berada

dalam wilayah kekuasaan kerajaan Islam Mughal, tetapi mayoritas

penduduknya masih beragama Hindu, sebagain lain beragama Kristen, Budha,

Sikh. Tercatat telah terjadi pemberontakan Sikh yang dipimpin Guru Tgh

Bahdur dan Guru Gobin Singh. Golongan Rajput juga mengadakan

pemberontakan dibawah pimpinan raja Udaipur, sedangkan golongan Maratah

di pimpin Sivaji dan anaknya yang bernama Sambaji. Pada masa pemerintahan

raja Bahdur Syah juga terjadi pemberontakan dari golongan Sikh dibawah

pimpinan Bandah yang berhasil merampas kota Sadhaura di sebelah utara

Delhi, dan mengadakan perampasan serta pembunuhan terhadap penduduk

yang beragama Islam di kota Sirhind. Selain itu golongan Maratah yang

dipimpin Raji Rao dapat merampas sebagian daerah Gujarat tahun 1732 M.

Ketiga, adanya campur tangan Inggris yang datang ke India sejak Abad ke 15,

terutama setelah pecahnya revolusi India yang terkenal dengan pemberontakan

Munity 1857 M. Pemberontakan ini berakhir dengan kemenangan East India

Page 43: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Company, dimana Inggris menjadikan India sebagai salah satu keoloninya

yang terpenting di dunia. Dengan runtuhnya kerajaan Mughal di India maka

secara otomatis runtuh pula kekuasaa Islam dan inilah periode kemerosotan

ummat Islam. Secara otomatis dengan berkuasanya Inggris di India maka

sistem pemerintahannya pun berganti dan masuknya kebudayaan Eropa

kedalam India.

Pada masa India berada dalam kekuasaan Inggris terjadi gerakan misi-

misi Kristenisasi yang terjadi hal ini bukan hanya di India akan tetapi di

seluruh dunia yang dilakukan sejak tahun 1804 M, khususnya ketika British

and Foreign Society terbentuk.28

Kelompok Kristen menetapkan pada tahun

1813-1815 M sebagai The Great Century of World Evangelization (Abad

Agung Penginjilan Dunia), dimana anak benua India merupakan sebuah

sasaran yang dijadikan sebuah proyek besar bagi gerakan penginjilan atau

kristenisasi, sehingga jutaan orang masuk kedalam agama Kristen melalui

gerakan missionaris Kristen. Ketika terjadi pergerakan Kristenisasi di India

kondisi umat Islam semakin mengalami kemunduran, kelompok Neo-Hindu

bermunculan, diantara yang paling militan dan agresif adalah sekte Arya

Samaj merupakan gerakan yang ingin mengembalikan kemurnian agama

Hindu dan menampilkan sebagai suatu kebanggaan nasional India, menentang

pemahaman-pemahaman Hindu Brahma yang ortodoks dan sering

melancarkan serangan besar-besaran terhadap ajaran Kristen dan Islam.

28 Husain bin Abu Bakar Al-Habsyi, Ahmadiyah Qadian dan kekafiran.hal. 45

Page 44: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Gerakan ini sudah berkembang dari tahun 1819 M yang dipimpin oleh Swami

Dayananda Saraswati yang diberi gelar Hindu Luther oleh para penentangnya.

Kondisi umat Islam India pada saat itu, mengalami dekadensi moral

dan sekaligus kemunduran dari segi intelektualitas. Sering terjadi perpecahan

dalam diri umat Islam sendiri disebabkan oleh perbedaan-perbedaan

pandangan. Di tengah keadaan sosial dan politik India seperti di atas tadi

Ahmadiyah di lahirkan dengan berorientasi pada pembaharuan pemikiran dan

juga sebagai protes terhadap gerakan kaum misionaris Kristen dan juga

sebagai protes terhadap paham rasionalis dan westernisasi yang dibawah oleh

Sayyid Ahmad Khan yang merupakan pelopor menerapkan ide-ide

pembaharuan demi kemajuan umat Islam di India dengan Aligarh-nya.

Pusatnya ialah Muhammedan Anglo Oriental Colloge yang kemudian menjadi

Universitas di India.

Orientasi kelahiran Ahmadiyah adalah pembaharuan pemikiran ummat

Islam. Pendiri Ahmadiyah Mirza Gulam Ahmad merasa memiliki tanggung

jawab besar yang harus dia pikul untuk memajukan Islam dengan memberikan

interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan zamannya,

dengan menulis kitab yang dijadikan rujukan utama setelah Al-Qur’an nomor

dua yaitu Tadzkirah.

Tokoh-tokoh Ahmadiyah

Mengingat aliran bernama Ahmadiyah ini telah memunculkan

kontroversi tidak saja di Anak Benua (India-Pakistan), bahkan di Afrika dan

Page 45: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Eropa, tetapi juga di berbagai belahan dunia lainnya termasuk Indonesia, maka

menelisik tokoh sekaligus pendirinya jelas sangat penting. Dari perspektif

historis, gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada paruh

akhir tahun abad ke-19 M. jauh hari sebelum terjadi pemisahaan Anak Benua

yang sekarang menjadi Pakistan.

Mirza Ghulam Ahmad lahir pada saat shubuh, bertepatan pada hari

Jum’at tanggal 13 Februari 1835 M yang dalam kalender Islam tepat pada 14

Syawal 1250 H di Qadian India.29

Qodian adalah sebuah desa yang terletak di

distrik Gurdaspur Punjab India, Jaraknya 100 km disebelah Timur laut kota

Lahore. Asal usul kata Qadian berasal dari nenek moyang Mirza Gulam

Ahmad yang bernama Mirza Hadi Beg yang diangkat sebagai qadhi (hakim)

maka tempat itu disebut Islampur Qadhi yang dalam perkembangan

selanjutnya hanya terkenal dengan Qadhi berubah manjadi Qadian ini karena

logat daerah tersebut.

Mirza Gulam Ahmad ayahnya bernama Mirza Ghulam Murtadha yang

meninggal pada tahun 1876, merupakan seorang tabib yang sangat terkenal.

Ibunya bernama Ciraagh Bibi, sedangkan kakeknya adalah Mirza Atha

Muhammad bin Mirza Gul Muhammad adalah keturunan Haji Barlas.30

Yang

berasal dari keluarga Moghul. Haji Barlas adalah raja kawasan Qesh yang

merupakan paman Amir Tughlak. Ketika penyerangan terjadi Haji Barlas

sekeluarga terpaksa mengungsi ke Khurasan dan Samarkhan yang kemudian

29

A. Nahdi, Sejemput Riwayat dan Mukjizat Pendiri Ahmadiya., (Jakarta: Raja Pena,

2001).h. 4 30

Basyiruddim Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad, terj. Malik Aziz

Ahmad Khan. (Parung: Jamaah Ahmadiyah Indonesia, 1995).h. 2.

Page 46: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

menetap disana. Pada tahun 1503 M seseorang keturunan Haji Barlas yang

bernama Mirza Hadi Beg beserta 200 pengikutnya hijrah dari Khurasan ke

daerah Gurdashpur di Punjab yang letaknya 70 mil sebelah Timur Lahore

sekitar kawasan sungai Bias dengan mendirikan perkampungan yang bernama

Islampur.

Dalam bidang pendidikan Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah

menerima pendidikan formal karena dengan situasi sosial dan poltik pada saat

itu di Qadian belum ada sekolah formal. Ia mulai mendapat pendidikan ketika

berusia 6-7 itu pun belajar atas keinginan dari ayahnya untuk memberikan

pendidikan kepada anaknya dengan memanggil seorang guru bernama Fazal

Ilahi untuk belajar membaca Al-Quran, serta beberapa kitab bahasa Parsi yang

bermuatan pendidikan agama Islam.31

Ketika dia berusia 10 Tahun ayahnya

mempekerjakan seorang guru yang bernama Fazal Ahmad untuk mengajar

nahwu dan sharaf.32 Pada saat ia berumur 17 tahun ayahnya kembali

memanggil seorang guru bernama Gul Ali Syah untuk memberikan pengajaran

kepada Mirza Ghulam Ahmad dengan pelajaran Ilmu Mantiq (Logika). Ilmu

tentang pengobatan ia pelajari sendiri kepada ayahnya langsung.

Pada masa ia telah menyelesaikan pendidikan non-formal, dan

stabilnya politik dalam negeri India dengan ditandai tidak adanya

pemberontakan-pemberontakan menentang kolonialisme Inggris, banyak

warga yang ingin memperbaiki kehidupan khususnya dalam bidang ekonomi

dengan bekerja kepada kolonilisme Inggris, demikian juga kelurga Mirza

31

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, (Jakarta : RM Books, 2006).h.39 32

skripsi lihatIhsan Ilahi Zakir, A-Qadaniyah dan I’tiqadnya,terj. Asmuni Dalam Mengapa

Ahmadiyah dilarang. (Jakarta: Darul Falah, 2006).h. 152.

Page 47: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Ghulam Ahmad yang dari semula sudah bekerja untuk pemerintah Inggris di

India maka anaknya pun Mirza Ghulam Ahmad pada usia 29 tahun dia bekerja

pada pemerintahan Inggris di kantor Bupati Sailkot. Setelah empat tahun

bekerja dia dipanggil ayahnya kembali ke kampung halaman untuk menekuni

pekerjaan dalam bidang pertanian. Akan tetapi tidak lama dia menggeluti

bidang pertanian, merasa tidak cocok dengan apa yang dia kerjakan. Mirza

Ghulam Ahmad menghabiskan waktunya dengan mengkaji Al-Quran,

menelaah buku, mengajar, dan berdiskusi tentang agama.33

Pada tahun 1875, Mirza Ghulam Ahmad merasakan kesedihan dengan

melihat golongan Hindu, Nasrani, Sikh, dan golongan lainnya yang

melancarkan serangan kepada Islam. Mirza Ghulam Ahmad melakukan

Mujahadah atau menjalani disiplin asketis dengan melakukan puasa selama 6

bulan berturut-turut. Tujuannya adalah untuk bertawajjuh kepada Allah

dengan media puasa, sholat tahajjud, dan semakin mendalami ajaran Islam.

Dengan memiliki modal dan kekuatan hati Mirza Ghulam Ahmad

dapat memberikan jawaban dan sanggahan terhadap argumentasi kelompok

lain yang mendiskreditkan Islam. Kemudian hasil buah pikirannya ia

publikasikan dalam bentuk artikel di media massa. Puncaknya pada tahun

1880 M, Ghulam Ahmad banyak menulis karyanya lebih dari 86 karya ilmiah

yang telah ia ciptakan.

Ketika dia berusaha semakin mendalami ajaran Islam, dia dihadapkan

pada kesedihan dengan meninggalnya ayahnya pada tahun 1876 M. akan

33 A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h.

Page 48: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

tetapi hal itu tidak mengurangi produktifitas dalam menulis sebuah gagasan.

Karya Mirza Ghulam Ahmad yang sangat monumental adalah Barahin

Ahmadiayah yang berisikan tentang penjelasan keunggulan ajaran ummat

Islam dibanding dengan ajaran-ajaran agama-agama lainnya. Dengan buku itu

maka terjadi pro-kontra dalam kalangan umat beragama India. Tidak seperti

halnya di kalangan non-muslim yang menimbulkan berbagai polemik dan

perbedaan sengit, akan tetapi dikalangan umat Islam sendiri kehadiran buku

tersebut disambut dengan suka cita, karena telah dianggap membela ajaran

Islam dari serangan serangan yang selama ini dilancarkan oleh berbagai pihak,

khususnya dari kalangan neo-Hindu (Arya samaj dan Brahma Samaj), dan

Nasrani. Salah seorang ulama ahli hadist ternama, Maulvi Muhammad Husain

Batalwi, menulis dalam bukunya Isyaat as Sunnah jilid VII, no 6-10, halaman

169-170 dan Swanah Fazl Umar Jilid I, Halaman 20:

Menurut pandangan kami, Pada zaman sekarang dan sesuai dengan

kondisi yang berlaku buku ini adalah sedemikian rupa yang mana sampai saat ini tidak ada bandingannya telah ditulis dalam Islam,

dan tidak ada kabar di masa mendatang karena Allah lah yang lebih mengetahui kejadian setelah ini. Penulisannya pun dalam hal

memberi bantuan terhadap Islam dari segi harta, jiwa, tulisan

maupun lisan, dan langkah-langkahnya adalah sangat teguh dan

kokoh karenanya, sangat sedikit sekali diketemukan contoh seperti

dirinya biarpun dari kalangan umat Islam terdahulu.34

Dengan terbitnya buku Barahin Ahmadiyah yang didalamnya ada

pendakwaan Ghulan Ahmad sebagai Mujahid abad ke 14 M. berdasarkan

ilham-ilham yang diterimanya, maka pada tahun 1883 banyak dari kalangan

umat Islam yang berkeinginan untuk melakukan bai’at (janji setia) menjadi

34

Asep Burhanuddin, Ghulam Ahmad: Jihad Tanpa Kekerasan. (Jogjakarta: Lkis 2005).h.

36

Page 49: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

muridnya, tetapi Ghulam Ahmad sendiri menolak dengan alasan belum

mendapatkan ilham (Mandat) dari Allah untuk menerima bai’at dari orang-

orang. Selanjutnya, berdasarkan ilham yang sudah ia terima pada tahun 1888

M untuk pengambilan bai’at, maka pada tanggal 23 Maret 1889 M. Sebanyak

40 orang melakukan bai’at pertama di tangan Ghulam Ahmad yang

dilaksanakan di rumah Mia Ahmad Jaan, Ludhiana, India.35

Setelah Mirza Ghulam Ahmad mangkat pada 26 Mei 1908, maka

estafet gerakan Ahmadiyah dilanjutkan oleh pengikut setianya, Maulana

Hakim Nuruddin yang dianggap sebagai khalifah Masih I (1908-1914).9

Sebelum kematiannya pada tanggal 13 Maret 1914 ia mengangkat anak

sulung Mirza Ghulam Ahmad yakni Hazrat Basyiruddin Mahmud Ahmad

sebagai khalifah Masih II (1914-1965). Pada masa kekhalifahannya dimulai

penyebaran Ahmadiyah ke Indonesia yang dibawa oleh tiga pemuda asal

Minangkabau yaitu Ahmad Nurdin, Abubakar Ayub, Zaini Dahlan.

Segera ketiga pemuda itu mendapati bahwa sumber dari Ahmadiyah

adalah dari Qadian, dan sekalipun ditentang dan dilarang oleh Anjuman

Isyaati Islam (Ahmadiyah Lahore), ketiga pemuda itu pergi ke Qadian, pusat

Jemaat Ahmadiyah yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.,

Masih Mau’ud. Bukan hal yang aneh ketiga pemuda itu segera baiat di tangan

Hadhrat Khalifah Masih II r.a.. Hadhrat Haji Mirza Basyruddin Mahmud

Ahmad r.a., peristiwa baiat ketiga pemuda itu akan mengubah wajah

masyarakat Islam Indonesia di masa yang akan datang.

35

Asep Burhanuddin, Ghulam Ahmad: Jihad Tanpa Kekerasan ,h. 37 9 Husain bin Abu Bakar Al-Habsyi,Ahmadiyah Qadian dan kekafiran,hal.17

Page 50: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Ketiga pemuda Indonesia itu melanjutkan studi mereka di Madrasah

Ahmadiyah. Tidak lama kemudian mereka merasa perlu membagi berkat

karunia Tuhan yang telah mereka terima itu dengan rekan-rekan mereka di

Sumatera Tawalib. Mereka mengundang rekan-rekan pelajar mereka di

Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian duapuluh

tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung dengan ketiga

pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk

ke dalam Jemaat Ahmadiyah.

Dua tahun setelah orang indonesia yang pertama baiat ke dalam

Ahmadiyah, Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. pergi ke Inggris untuk

menghadiri Seminar Agama-agama di Wembley, kemudian mengadakan

kunjungan di Eropa. Setelah Hadhrat Khalifah kembali dari lawatan ke barat,

para pelajar Indonesia menginginkan sekali agar negara mereka, Indonesia,

mendapatkan karunia dari Hadhrat Masih Mau’ud a.s. melalui khalifahnya.

Para pelajar kemudian mengundang Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. dalam

suatu jamuan teh, yang didalamnya (alm) Haji Mahmud – juru bicara para

pelajar indonesia – menyampaikan sambutan dalam Bahasa Arab,

mengungkapkan harapan mereka bahwa sebagaimana Hadhrat Khalifatul

Masih II r.a. telah mengunjungi barat, mereka mengharapkan Hadhrat

Khalifatul Masih II r.a. berkenan mengunjungi ke timur, yaitu ke Indonesia.

Hadhrat Khalifatul Masih II r.a menjawab dalam Bahasa Arab bahwa mereka

jangan khawatir dan berduka cita, karena itu adalah tanda-tanda ornag-orang

tidak beriman. Dan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a meyakinkan mereka

Page 51: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

bahwa karena Hadhrat Masih Mau’ud r.a adalah Zulqarnain (yang memiliki

dua tanduk), satu mengarah ke barat dan yang lain mengarah ke timur, maka

pesan Hadhrat Masih r.a juga meyakinkan mereka bahwa meskipun beliau

sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau

ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat II r.a. dikirim sebagai

muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya. Pada hari yang dibasahi

hujan, pertengahan musim panas tahun 1925, Hadhrat Khalifatul Masih II r.a,

Hadhrat Haji Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. memimpin pelepasan

(alm) Maulana Rahmat Ali r.a. berangkat ke Indonesia. Pondasi

perkembangan Ahmadiyah di Indonesia telah diletakkan.

Kemudian kekhalifahan berpindah kepada Mirza Nasir Ahmad,

khalifah ketiga (1965 – 2003), sebagai khalifah III. Pada khalifah ketiga inilah

yang pertma kali berkunjung ke Indonesia dan diterima langsung oleh

Presiden Abdurrahman Wahid pada waktu itu. Setelah itu kekuasaan beralih

ke tangan Mirza Masroor Ahmad (2003 – sekarang).

Saat itulah dinyatakan sebagai peletak batu pertama berdirinya

organisasi al-Jamaah al-Islamiyah Ahmadiyah (Jamaah Islam Ahmadiyah).

Doktrin-Doktrin Ahmadiyah

1. Masalah Kenabian

Ahmadiyah secara teologis, memiliki banyak doktrin yang dijadikan

landasan dalam keyakinan para pengikutnya. Akan tetapi doktrin-doktrin

Ahmadiyah bukanlah doktrin pokok dalam ajaran tersebut. Beberapa

Page 52: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

doktrin Ahmadiyah yang dianggap tidak paralel dengan umat Islam pada

umumnya, termasuk pemahaman para ulama. Doktrin-doktrin yang

dikategorikan sebagai doktrin terpenting di kalangan Ahmadiyah, antara

lain yaitu tentang kenabian, al-Mahdi dan al-Masih, Wahyu, khilafah, dan

jihad. Untuk lebih jelasnya, berikut penulis akan uraikan.

Masalah Kenabian

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa telah terjadi

perpecahan di dalam tubuh Ahmadiyah sehingga terbentuk dua kubu yaitu

Ahmadiyah Qadian dan Ahmadiyah Lahore akibat beberapa perbedaan

pandangan tentang doktrin yang mereka anut. Salah satu dari doktrin

tersebut adalah mengenal pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad sebagai

Nabi. Maka ketika berbicara mengenai kenabian, akan terlihat jelas

perbedaan argumen yang dikumandangkan oleh masing-masing kelompok

tersebut.

Sedangkan istilah nabi sendiri berasal dari kata naba’ yang berarti

membawa kabar gaib, juga berarti ramalan tentang peristiwa yang akan

terjadi. Sedangkan menurut Ahmadiyah, istilah nabi secara syar’i hanya

diterapkan kepada manusia pilihan Allah dan ia diutus untuk

menyampaikan perintah Allah kepada manusia. Ia juga disebut rasul

(utusan Allah). Dengan demikian, semua nabi adalah rasul dengan kata

lain, nabi dan rasul adalah satu, tidak berbeda. Mengenai nabi dan rasul,

golongan Ahmadiyah Lahore memberi penjelasan berbeda, bahwa semua

nabi itu utusan Allah dan semua nabi adalah rasul. Bedanya, kata nabi

Page 53: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

hanya diterapkan kepada manusia, sedangkan kata rasul selain diterapkan

kepada manusia juga diterapkan kepada malaikat. Dasar yang dipakai oleh

kelompok ini adalah firman Allah surat al-Hajj (22):”Allah memilih para

utusan dari kalangan Malaikat dan dari manusia”.

Adapun menurut pandangan Ahmadiyah Qadian tentang kenabian,

bahwa kenabian itu terus menerus berlangsung hingga hari kiamat.

Ahmadiyah sangat tidak setuju kepada pendapat, bahwa setelah Nabi

Muhammad Saw. tidak ada lagi. Menurut Ahmadiyah Qadian, bahwa Nabi

Muhammad Saw merupakan nabi penutup yang membawa syari’at. Akan

tetapi bukan penutup nabi-nabi yang tidak membawa syari’at. Maka dari

itu tetap terbuka di utusnya nabi yang tidak membawa syari’at setelah

Nabi Muhammad Saw, atau dengan perkataan lain sesudah pengangkatan

Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi, Tuhan tetap mengangkat terus nabi-

nabi.

2. Masalah al-Mahdi dan al-Masih

Mengenai doktrin ini, antara Ahmadiyah Lahore maupun Ahmadiyah

Qadian sama sekali tidak ada perbedaan. Menurut Ahmadiyah, doktrin

tentang al-Mahdi tidak dapat dipisahkan dari masalah kedatangan Isa al-

Masih di akhir zaman. Hal itu karena al-Mahdi dan al-Masih adalah satu

tokoh, satu pribadi yang kedatangannya telah dijanjikan Tuhan. Ia

ditugaskan untuk membunuh Dajjal dan mematahkan tiang salib, yakni

mematahkan argumen-argumen agama Nasrani dengan dalil-dalil atau

Page 54: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

bukti-bukti yang meyakinkan serta menujukkan kepada para pemeluknya

tentang kebenaran Islam. Selain itu, ia ditugaskan untuk menegakkan

kembali syari’at Nabi Muhammad Saw, sesudah umatnya mengalami

kemerosotan dalam kehidupan beragama.

Mengenai kedatangan al-Mahdi dan al-Masih yang dijanjikan,

mereka menggunakan sabda Nabi Saw. Sebagai dasar, yang diriwayatkan

oleh Imam Bukhari dan Ibnu Bukair, dari al-Laits dari Yunus, dari Ibnu

Syihab, dari Nafi’ Maulana Abi Qatadah al-Anshari, dari Abu Hurairah,

bahwa kata-kata imamukum minkum menunjukan seseorang di antara umat

Islam sendiri. Artinya, bukan seorang imam yang datang dari luar umat

Islam, misalnya dari Bani Israil. Dengan demikian, al-Masih yang akan

datang di akhir zaman itu bukanlah Nabi Isa a.s yang telah wafat,

melainkan seorang muslim yang mempunyai perangai atau sifat-sifat

seperti nabi Isa a.s dalam pandangan Ahmadiyah, al-Masih yng dijanjikan

itu adalah Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian.

Menurut Ahmadiyah, hadis tentang turunnya al-Masih (Nuzul al-

Masih) tidak dapat dipahami secara harfiah, tetapi harus di pahami secara

kiasan. Alasan yang mereka gunakan adalah: Pertama, Sabda Nabi Saw

secara lahiriah ditunjukan kepada sahabatnya, akan tetapi secara hakikat ia

ditunjukan kepada umat Islam zaman akhir; kedua, Nabi a.s tidak dapat

digolongkan ke dalam kata antum (kaum umat Muhammad). Sebab, (a)

Nabi Isa memang bukan umat Muhammad; (b) Nabi Isa adalah Imam Bani

Page 55: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Israil; (c) Nabi Isa sudah wafat; (d) Orang yang sudah wafat tidak akan

bangkit lagi ke dunia sebelum hari kiamat datang.

Sedangkan Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa sendainya Nabi

Isa benar-benar akan dibangkitkan kembali maka hal itu berarti

membongkar segel penutup kenabian. Ini merusak dasar akidah Islamiyah

bahwa Nabi Muhammad Saw adalah penutup para nabi. Sementara jika

kedatangan al-Masih bukan sebagai nabi, melainkan sebagai umat, maka

hal itu berarti menrunkan derajat Nabi Isa a.s dari derajat nabi menjadi

umat biasa.

3. Masalah Wahyu

Wahyu menurut Ahmadiyah ialah pembucaraan Allah dengan

hamba-Nya dalam bentuk lafadz-lafadz, yang terdengar oleh orang-orang

yang menerimanya.

Ia berpendapat bahwa wahyu Allah yang dimaksud dalam al-

Qur’an adalah kenyataan yang universal. Wahyu Allah tidak hanya

diturunkan kepada para nabi dan utusan Allah saja, tetapi dikaruniakan

juga kepada semua umat manusia, dan bahkan dikaruniakan kepada semua

ciptaan-Nya. Seorang propagandis Ahmadiyah Qadian dari Sialkot, Nazir

Ahmad, menjelaskan bahwa wahyu yang terputus sesudah Rasulullah

adalah wahyu tasyri atau wahyu syari’at, bukan wahyu mutlak.

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan wahyu terakhir

Page 56: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

ini tidak dikhususkan hnya untuk para nabi saja, akan tetapi diberikan juga

kepada selain mereka.

Dalam menggunakan istilah wahyu dan ilham, Mirza Ghulam

Ahmad semula mengakui bahwa petunjuk yang diterimanya dari Tuhan

sebagai ilham, kemudian oleh para pengikutnya dinyatakan sebagai

wahyu. Pernyataan seperti itu tidak dibantah sama sekali oleh Ghukam

Ahmad, bhakan ia mengakui kebenarannya. Dengan demikian, Ahmadiyah

tidak membedakan antara ilham dan wahyu.

4. Masalah Khilafah

Pemahaman terhadap konsep khilafah dikalangan dua kubu

Ahmadiyah, Lahore dan Qadian, sama-sama mendasarkan pada ayat al-

Qur’an, akan tetapi memiliki perbedaan dalam tingkat pemahaman.

Menurut Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad yang beraliran Ahmadiyah

Qadian, perkataan khilafah (pengganti), di dalam al-Qur’an digunakan

dalam tiga pengertian:

Pertama, khalifah dipergunakan untuk nabi-nabi yang seakan-akan

menjadi pengganti Allah di dunia. Misalnya Nabi Adam disebut khalifah

dan Nabi Daud disebutkan juga sebagai khalifah.

Kedua, khalifah diartikan sebagai kaum yang datang kemudian.

Dalam pengertian ini dartikan sebagai pengganti nabi, dipilih oleh

Page 57: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

kaumnya sendiri. Sebagai contoh adalah khalifah Abu Bakar yang

menggantikan Nabi Muhammad Saw.

Ketiga, khalifah dipergunakan untuk para pengganti nabi karena

mereka mengikuti jejak para nabi sebelum mereka. Khalifah-khalifah

semacam itu dapat diangkat oleh Tuhan sendiri. Khalifah yang berpangkat

nabi ini adalah pembantu bagi nabi yang ada sebelumnya atau pada

masanya. Umpamanya Nabi Harun adalah khalifah bagi Nabi Musa.

Dari ketiga pengertian khalifah di atas, diambil suatu kesimpulan

bahwa khalifah hanyalah pemimpin-pemimpin rohani. Aliran Ahmadiyah

Qadian menjelaskan bahwa tidak semua nabi dan rasul yang disebutkan di

dalam Al-Qur’an menjabat sebagai pemimpin ruhani sekaligus pemimpin

pemerintahan. Di antara sekian banyak nabi dan rasul yang disebutkan

dalam al-Qur’an hanya beberapa orang saja yang menjadi pemimpin

rohani dan sekaligus pemimpin pemerintahan.

Berbeda dengan pandangan Ahmadiyah aliran Qadian, Ahmadiyah

aliran Lahore menyatakan bahwa ada dua macam khalifah:

1. Khalifah yang sesuai dengan makna khalifah dalam Al-Qur’an (Q.S.

An Nur:55). Dalam ayat tersebut dijelaskam bahwa umat Islam adalah

umat yang akan memimpin peradaban di muka bumi, karena itu

dibutuhkan sistem kekhalifahan untuk membangun pemerintahan

tersebut. Nabi Muhammad Saw adalah khalifah pertama yang

kemudian dilanjutkan oleh para sahabatnya khulafaur rasyiddin..

Page 58: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

2. Khalifah yang dimaknai sebagai mujaddid dan para tokoh spiritual

yang mendirikan sebuah organisasi atau komunitas terstruktur yang

akan meneruskan syariat.

Dikalangan aliran Ahmadiyah pun terjadi perbedaan pendapat

mengenai posisi setelah Ghulam Ahmad meninggal. Menurut Ahmadiyah

Qadian setelah Ghulam Ahmad meninggal, maka berdirilah sistem

khilafah dalam Ahmadiyah yang dikenal dengan khalifah Al Masih.

Doktrin khalifah Al Masih ini didasarkan dan dimotivasi oleh wasiat

Ghulam Ahmad mengenai keharusan adanya khalifah yang

menggantikannya.36

Sedangkan aliran Ahmadiyah Lahore dengan dasar Al Qur’an surat

An Nur ayat 55 dan wasiat dari Ghulam Ahmad sebagai landasannya,

bahwa setelah kekhalifahan Ghulam Ahmad, maka berakhir sudah sistem

khilafah dalam Ahmadiyah. Setelah kepemimpinan Ghulam Ahmad

tampuk kepemimpinan dan keputusan tertinggi berada di tangan Sadr

Anjuman Ahmadiyah. Sementara dengan sangat diplomatis aliran ini

mengatakan bahwa seandainya masih dibutuhkan khalifah, maka tidak

wajib ditaati karena khalifah hanya berfungsi sebagai penerima baiat saja,

sementara tanggung jawab kepemimpinan tetap berada di tangan Pusat

Anjuman Ahmadiyah dan keputusannya wajib ditaati. Menurut Aliran

Ahmadiyah Lahore bahwa setelah khilafah rasyidah dan termasuk setelah

36 A. Fajar Kurniawan. Teologi Kenabian Ahmadiyah, h.77

Page 59: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Ghulam Ahmad tidak ada lagi khalifah, yang ada hanya mujaddid yang

muncul setiap satu abad sekali.

5. Masalah Jihad

Pengertian Jihad menurut Ahmadiyah, Lahore maupun Qadian

adalah mencurahkan segala kesanggupan dalam menghadapi pertempuran,

menyampaikan pesan. Kebenaran atau dengan kata lain jihad adalah tidak

menahan apapun, mengarahkan segala daya dengan memaksakan diri

dalam mencapai suatu tujuan.

Ahmadiyah mengklasifikasikan jihad menjadi tiga kategori, yaitu:

Pertama, jihad shagir adalah perjuangan membela agama, nusa, dan

bangsa dengan mempergunakan senjata terhadap musuh-musuh yang

menggunakan kekerasan dan senjata dengan tujuan memusnahkan agama,

nusa, dan bangsa. Ahmadiyah meyakini bahwa perjuangan atau jihad

dengan senjata untuk membela agama sudah tidak diperlukan lagi saat ini,

karena tidak ada orang atau pihak yang mempergunakan senjata untuk

membela dan mengembangkan agama. Kedua, Jihad Kabir adalah

perjuangan atau jihad dengan mempergunakan dalil-dalil atau keterangan,

baik lisan maupun tulisan untuk meyebarluaskan ajaran al—Qur’an

kepada kaum kafir dan musyrik. Jihad dalam bentuk ini yang sedang

dilancarkan oleh Ahmadiyah saat ini. ketiga, Jihad Akbar adalah

perjuangan atau jihad terhadap godaan setan dan hawa nafsu akan terus

Page 60: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

dilakukan setiap saat.37

Jihad dalam bentuk ini dilakukan setiap saat sama

seperti ketika kita terus melakukan aktivitas.

Khalifah II Ahmadiyah Bashirudin Mahmud Ahmad

menyimpulkan bahwa banyak orang yang mempunyai pemahaman keliru

tentang Ahmadiyah terkait pemahaman jihad. Menurut pandangannya

dan kemudian menjadi paham Ahmadiyah, bahwa peperangan itu terbagi

menjadi dua macam, yaitu : Pertama, perang jihad dan kedua, perang

lumrah.38

Perang jihad adalah perang yang terjadi karena dorongan

mempertahankan keyakinan dan kepercayaan agama, sementara musuh

yang dihadapi adalah sekelompok orang atau pihak yang mencoba

membinasakan dan melakukan tindak kekerasan dengan maksud dan

tujuan mengubah dan memaksa seseorang atau kelompok untuk

melepaskan kepercayaan dan keyakinan agamanya. Isu yang menjadi

mainstream dalam peperangan tersebut adalah perang agama atau perang

suci(holy war). Kemudian khalifah II menjelaskan lebih lanjut bahwa jika

seandainya peperangan melawan kelompok bersenjata dengan motivasi

seperti di atas, maka wajib bagi setiap kaum muslimin untuk berjihad.

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa jihad yang

digambarkan adalah hanya jihad untuk membela agama bukan membela

negara. Ini terlihat jelas keberpihakan Ahmadiyaha terhadap Inggris ketika

menjajah India dengan alasan Inggris tidak mengancam kebebasan agama.

37

A. Fajar Kurniawan. Teologi Kenabian Ahmadiyah, h.67 38 A. Fajar Kurniawan. Teologi Kenabian Ahmadiyah, h.68

Page 61: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Perkembangan Ahmadiyah di Indonesia

Tiga pemuda dari Sumatera Tawalib yakni suatu pesantren di

Sumatera Barat meninggalkan negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka

adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini

Dahlan. Awalnya mereka akan berangkat ke Mesir, karena saat itu Kairo

terkenal sebagai Pusat Studi Islam.

Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena

negara tersebut mulai menjadi pusat pemikiran Modernisasi Islam.

Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu

dengan Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah

Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun ingin melihat sumber

dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian. Dan setelah mendapatkan

penjelasan dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat

Khalifatul Masih II., Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad.

Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di Madrasah

Ahmadiyah yang kini disebut Jamiah Ahmadiyah. Merasa puas dengan

pengajaran di sana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di Sumatera

Tawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian dua puluh tiga

orang pemuda Indonesia dari Sumatera Tawalib bergabung dengan ketiga

pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat

masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.

Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia

menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II. berkunjung ke Indonesia.

Page 62: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar

Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat

Khalifatul Masih II.. Beliau meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri

tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke

Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali Haot dikirim sebagai

muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya. Tanggal 17 Agustus 1925,

Maulana Rahmat Ali Haot dilepas Hadhrat Khalifatul Masih II berangkat

dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat

Ali Haot di Tapaktuan, Aceh. Kemudian berangkat menuju Padang,

Sumatera Barat. Banyak kaum intelek dan orang orang biasa

menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat

Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi.

Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali Haot berangkat ke

Jakarta, ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin

cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan

(alm) R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya.

Terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di

dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang

ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) R. Muhyiddin.

Beliau dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena beliau

merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada

beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara.

Page 63: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-

masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) Mln. Abdul Wahid

dan (alm) Mln. Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio,

menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Sementara

itu, muballigh yang lain (alm) Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan

salah satu tokoh penting sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik

Indonesia, di kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau

untuk dedikasi beliau kepada negara.

Di tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan

legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia. Yakni dengan

dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA.

5/23/13 tertanggal 13-3-1953. Ahmadiyah tidak pernah berpolitik,

meskipun ketegangan politik di Indonesia pada tahun 1960-an sangat

tinggi.

Pergulatan politik ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden

pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak korban. Satu

lambang era baru di Indonesia pada masa itu adalah gugurnya mahasiswa

kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim, yang tidak lain

melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah

ketegangan politik masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa

itu. Oleh karena itu ia pun diberikan penghargaan sebagai salah satu

Pahlawan Ampera.

Page 64: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Di Era 70-an, melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-

jadi di awal 1970-an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka.

Maka ketika Rabithah Alam al Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non

muslim pada tahun 1974, hingga MUI memberikan fatwa sesat terhadap

Ahmadiyah. Sebagai akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang

dirubuhkan oleh massa yang di pimpin oleh ulama. Selain itu, banyak

Ahmadi yang menderita serangan secara fisik.

Periode 90-an menjadi periode pesat perkembangan Ahmadiyah di

Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem Television

Ahmadiyya (MTA). Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri

wilayah Indonesia setelah jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor

Timur ingin lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan kepada

Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim

Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara terbuka. Ketika Tahun 2000,

tibalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia datang dari London

menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dan mendapat

sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid

dan Ketua MPR, Amin Rais.39

Sedangkan Ahmadiyah Aliran Lahore dikembangkan oleh Mirza

Wali Ahmad Beig. Tahun 1924 dua pendakwah Ahmadiyah Lahore Mirza

Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad, datang ke Yogyakarta.

Minhadjurrahman Djojosoegito, seorang sekretaris di organisasi

39

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat, (Jakarta: Cahaya Kirana Rajasa,

2006), h. 59

Page 65: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Muhammadiyah, mengundang Mirza dan Maulana untuk berpidato dalam

Muktamar ke-13 Muhammadiyah, dan menyebut Ahmadiyah sebagai

"Organisasi Saudara Muhammadiyah".

Pada tahun 1926, Haji Rasul mendebat Mirza Wali Ahmad Baig,

dan selanjutnya pengajaran paham Ahmadiyah dalam lingkup

Muhammadiyah dilarang. Pada Muktamar Muhammadiyah 18 di Solo

tahun 1929, dikeluarkanlah pernyataan bahwa "orang yang percaya akan

Nabi sesudah Muhammad adalah kafir". Djojosoegito yang diberhentikan

dari Muhammadiyah, lalu membentuk dan menjadi ketua pertama dari

Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang resmi berdiri 4 April 1930.40

Perbedaan antara Ahmadiyah Qodian dan Lahore

Pada tahun 1914 Gerakan Ahmadiyah pecah menjadi dua golongan

karena perbedaan aqidah, yaitu:

Ahmadiyah Qadian, berpusat di Qadian, di bawah pimpinan Mirza

Basyiruddin Mahmud Ahmad putera almarhum Mirza Ghulam Ahmad (pada

tanggal 31 Agustus 1947 pindah ke Rabwah, Pakistan, dan pada awal tahun

1985 pindah ke London, Inggris setelah mendapat tekanan terus-menerus di

Pakistan). Ahmadiyah Qadian meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi

dan dialah Ahmad yang diramalkan dalam QS. ash-Shaff (61): 6, meskipun

hanya Nabi yang menghidupkan kembali ajaran Rasulullah Muhammad

40 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Apakah Ahmadiyah itu?, 1963, Jakarta, Djemaat

Ahmadiyah Indonesia. h. 23

Page 66: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

S.A.W. dan bukan Nabi yang membawa syari'at baru. Sosok nabi tidak

berhenti sampai Mirza Ghulam Ahmad saja, tetapi akan terus ada yang disebut

nabi buruzi, yaitu nabi yang tidak membawa syariat. Menurut golongan

Qadian, Jemaat Ahmadiyah harus dipegang oleh seorang Khalifah dan

khalifah itu memegang kekuasaan tertinggi.41

Ahmadiyah Lahore, berpusat di Lahore, Pakistan, di bawah pimpinan

Maulana Muhammad Ali M.A. LL.B., sekretaris almarhum Mirza Ghulam

Ahmad. Ahmadiyah Lahore menganggap Mirza Ghulam Ahmad sekedar

seorang mujaddid (pembaharu) untuk abad yang bersangkutan, tak beda

dengan pembaharu-pembaharu untuk abad-abad terdahulu seperti Iman Syafi'i,

Al-Ghazali, Ibnu Taimiah, dan lain-lain. Para pembaharu ini menurut mereka

juga menerima wahyu hanya saja bukan wahyu kenabian. Menurut golongan

Lahore, Gerakan Ahmadiyah dipegang oleh Pedoman Besar (Shadr Anjuman

Ahmadiyah) dan kekuasaan tertinggi terletak pada Kongres.

Pada tahun 1973, Pakistan menetapkan undang-undang yang

menyatakan bahwa Ahmadiyah berada di luar Islam dan pada tahun 1974,

Pakistan menempatkan Ahmadiyah sebagai minoritas non-muslim dalam

konstitusi negaranya.

Kini, pimpinan rohani tertinggi dari Jemaat Ahmadiyah (Qadian) di

seluruh dunia adalah Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad (dilantik 22

April 2003) yang berkedudukan di London, Inggris, yaitu "negara sahabat"

dimana dahulu Mirza Ghulam Ahmad pernah menjalin hubungan baik dengan

41

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit LKiS,

2005),h. 67

Page 67: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

pemerintah kolonoal Inggris. Berbeda dengan Jemaat Ahmadiyah (Qadian)

yang memiliki struktur organisasi internasional yang berpusat di London,

maka Gerakan Ahmadiyah (Lahore) merupakan organisasi jaringan tanpa

otoritas internasional yang terpusat.42

Di Indonesia, baik Ahmadiyah Qadian maupun Ahmadiyah Lahore,

sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa al-Masih

yang telah dijanjikan (al-Masih al-Mau'ud) oleh Nabi Muhammad SAW.

Akan tetapi, dua golongan tersebut memiliki perbedaan prinsip: Ahmadiyah

Qadian, dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), berpusat di

Bogor, yakni golongan yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad

adalah seorang mujaddid dan seorang nabi. Pimpinan organisasinya adalah

Pengurus Besar JAI dan berada di bawah otoritas Khalifatul Masih V yang

berkedudukan di London, Inggris.43

Ahmadiyah Lahore, dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia

(GAI), berpusat di Yogyakarta, yakni golongan yang mempercayai Mirza

Ghulam Ahmad sebagai mujaddid dan tidak menganggapnya sebagai nabi.

Pimpinan organisasinya adalah Pedoman Besar GAI, tanpa otoritas

internasional yang membawahinya.44

42

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia,h.73 43

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia,h.76 44 Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, h..79

Page 68: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

BAB IV

ISLAM DAN POLITIK PERSPEKTIF AHMADIYAH

A. Paradigma Islam dan Politik

Pandangan Ahmadiyah yang paling kontroversial sepenjang sejarah

berdirinya sampai sekarang adalah keyakinan Mirza Ghulam Ahmad (MGA)

yang di yakini sebagai sosok Nabi di mata para pengikutnya. Pengakuan MGA

sebagai pengganti Nabi atau jelmaan Al-Masih merupakan keyakinan yang

bukan barang baru dalam sejarah pertumbuhan aliran-aliran dalam Islam.

Dalam golongan Syi’ah Imamiyah juga terdapat sempalan yang serupa.

Bahkan untuk kasus terbaru di Indonesia, seorang mantan guru olahraga,

Ahmad Mosadeq mengaku sebagai seorang Nabi.

Untuk mengetahui sejauh mana pengakuan kenubuwatan MGA

tersebut dapat dilihat dengan pernyataan-pernyataannya sebagi berikut:

Akidah tentang Wahyu, Alquran, dan Penutup Para Nabi

"Aku bersumpah dengan Allah yang nyawaku dalam genggaman-Nya, Dialah

yang mengutusku dan menamai aku nabi dan memanggilku dengan nama Al-

Masih yang dijanjikan. Dan Dialah yang menurunkan bukti-bukti untuk

menunjukkan kebenaran pengakuanku, yang jumlahnya mencapai tiga ratus

ribu bukti."

"Dialah Tuhan yang sebenarnya, yang telah mengutus Rasulnya di Al-Qadian

(tampat kelahirannya), dan sesungguhnya Allah menjaga Al-Qadiyan dan

memeliharanya dari penyakit Tha'un meskipun ia berlangsung tujuh puluh

54

Page 69: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

tahun, karena aku tempat tinggal rasulnya, dan ini adalah tanda (kebenaran)

bagi manusia."

Dia mengatakan, "Sesungguhnya Allah menurunkan ayat-ayat untuk

membuktikan kebenaran risalahku, yang sekiranya ayat-ayat itu dibagi kepada

seribu nabi, niscaya cukuplah ayat tersebut membuktikan kenabian mereka

semua, akan tetapi setan manusia tidak percaya hal ini."

"Adalah merupakan nikmat Allah bahwa para nabi itu senantiasa datang dan

mata rantai mereka tidak terputus. Ini adalah peraturan Allah yang kamu tidak

mampu menghadapinya."

"Ali (Jibril) datang kepadaku lalu ia memilih dan memutar-mutar telunjuknya

dan menunjuk aku dan mengatakan bahwa Allah menjagamu dari musuh."

"Demi Allah Yang Maha Agung, aku beriman kepada wahyu sebagaimana

aku beriman kepada Alquran dan kitab-kitab lainnya yang diturunkan dari

langit. Aku percaya bahwa ucapan yang turun kepadaku berasal dari Allah,

sebagaimana aku percaya Alquran itu turun dari sisi-Nya."

Pahamilah apa itu syariah. Syariah ialah penjelasan tentang perintah dan

larangan, orang melakukan itu dan menetapkan peraturan-peraturan untuk

pengikutnya, maka ia telah menjadi shahibisy syariah (pembuat syariah), maka

aku shahibisy syariah karena Dia mewahyukan kepadaku perintah dan

larangan. Syariah itu tidak harus membawa hukum-hukum baru, karena

Page 70: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

ajaran-ajaran yang ada dalam Alquran, ada pula dalam Taurat. Itulah yang

diisyaratkan oleh Tuhan."45

Cukup jelas bahwa diterima dan tidak diterimanya Ahmadiyah

sebagai bagian dari agama Islam bersifat tekstual maupun kontekstual, dan

sejarah telah mencatat berkali-kali tentang apa yang disebut sebagai

Ahmadiyah. Misalnya saja perbedaan mendasar yang tertulis dalam kitab-

kitab yang menjadi pegangan penganut ajaran Ahmadiyah, dimulai dengan

pernyataan-pernyataan "hukum" Mirza Ghulam Ahmad yang dibangun secara

gradual. Misalnya saja pernyataanya bahwa dirinya adalah Messiah dan

Mahdi, serta klaim memiliki keserupaan spiritual dengan Yesus Kristus

(Tadzkirah). Lebih lengkapnya dalam Tazkiratush-Shahadatain, Mirza juga

menuliskan tentang pencapaian kebenaran ramalan dalam Al-Quran dan

Hadist yang dikait-kaitkan dengan dirinya, khususnya sebagai Messiah yang

dijanjikan.

Dalam ayat yang lebih kontroversial misalnya dalam kitab suci

Tadzkirah yang artinya: “Dialah tuhan yang mengutus rasulnya “Mirza Ghulam Ahmad” dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar

Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya. Tidaklah

mengherankan bila akhirnya titik awal gesekan keyakinan berawal dari

kasus pangklaiman sosok nabi.

Ada beberapa hal yang menunjukan bentuk politik Ahmadiyah

terutama di Indonesia:

1. Ahmadiyah sebagai Organisasi Eksklusif

Karena pelarangan dari lembaga formal keagamaan (MUI), mau

tidak mau Ahmadiyah bercorak eksklusif tidak terbuka untuk

berdialog, beribadah, beraktivitas, bahkan dalam interaksi sosial

semacam pernikahan. Ketertutupan Ahamadiyah dilakukan untuk

memperkuat basis ideologis keagamaan versi Mirza Ghulam

45 Asy-Syekh Manzhur Ahmad Chinioti, Al-Qadiani wa Mu'taqaduhu, Pakistani, 1958, h.

12-17

Page 71: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Ahmad agar tidak terkooptasi oleh pengkafiran golongan lain.

Semakin eksklusif suatu gerakan semakin berbau politis gerakan

organisasi tersebut.

2. Dakwah Secara Tersembunyi

Sebagai sebuah entitas politik keagamaan, Ahmadiyah dirancang dalam melakukan dakwah secara sistematis, komprehensif, dan

persuasif. Model-model pendekatan itu diupayakan dapat menjaring massa sebanyak mungkin tanpa menimbulkan resiko.

Untuk mengurangi resiko dari resistensi mayoritas, Ahmadiyah bergerak secara tersembunyi. Seandainya dakwah diucapkan di

depan publik, maka diupayakan penyamaran maksud dan tujuan

seruan tersebut.

B. Pemikiran Politik Islam Perspektif Ahmadiyah

Sejak penciptaan awal manusia, kedatangan seorang nabi selalu

merupakan manifestasi daripada rahmat Ilahi dan menjadi sumber dari

berbagai berkat. Dengan wafatnya Nabi bersangkutan, muncul manifestasi

kedua dari rahmat dan karunia Ilahi dalam bentuk lembaga Khilafat. Lembaga

Khilafat merupakan sistem Ilahi yang unik. Khilafat merupakan jabatan dan

kawasan dari seorang Khalifah atau penerus seorang Nabi, yang dipilih

sebagai pemimpin tertinggi dari komunitas mukminin. Yang bersangkutan

menduduki posisi akhlak tertinggi di masanya dan dalam dirinya terkandung

kewenangan absolut dalam segala hal yang berkaitan dengan agama. Artikel

ini memberikan uraian singkat tentang beberapa keberhasilan akbar dari para

penerus Rasulullah s.a.w. dan Masih Maud a.s. yang menggambarkan

bagaimana lembaga Khilafat telah menjadi sarana penegakan hegemoni ruhani

dan politis Islam.

Konteks hubungan antara politik dan Islam atau sebaliknya menurut

Abdul Ghaffar Aziz terletak pada tujuan diturunkannya agama yakni untuk

Page 72: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

menegakkan kebenaran dan mencegah permusuhan di antara sesama umat

manusia.46

Maka, tujuan yang paling mendasar bagi semua agama samawi

adalah mengukuhkan adanya keadilan sosial. Karenanya, mendirikan sebuah

negara merupakan bagian dari ajaran agama untuk mencapai salah satu tujuan,

yaitu keadilan sosial tadi, dengan menggunakan kekuatan politik, di samping

mimbar-mimbar dakwah dan tabligh-tabligh umum maupun khusus yang

selalu harus bekerja sama dengan kekuatan politik.

Dalam paradigma tersebut, tentunya Ahmadiyah sangat kental

dengan muatan politik, dalam artian memiliki tujuan tertentu melalui upaya

dakwah yang dijalankan secara sistematis. Beberapa ajaran Ahmadiyah yang

menjadi parameter politik Islam Ahmadiyah adalah sebagai berikut:

1. Konsep Jihad

Bagi Ahmadiyah, konsep jihad didefinisikan sebagai tindakan

mencurahkan segala macam kesanggupan, kemampuan, dan kekuatan

yang dimiliki dalam menghadapi pertempuran, menyampaikan pesan

kebenaran, ataupun mengerahkan seluruh daya kemampuan dalam

menghadapi suatu urusan atau dengan kata lain adalah tidak menahan

apapun, mengerahkan segala upaya dengan memaksakan diri dalam

mencapai suatu tujuan.47

Ahmadiyah mengklasifikasikan jihad menjadi tiga kategori, yaitu pertama,

Jihad Shagir adalah perjuangan membela agama, nusa, dan bangsa dengan

46

Abdul Ghaffar Aziz, Islam Politik Pro dan Kontra, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h.

32 47

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, (Jakarta: Penerbit RMBooks, 2006),

h. 66

Page 73: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

mempergunakan senjata terhadap musuh-musuh ang menggunakan

kekerasan dan senjata dengan tujuan memusnahkan agama, nusa, dan

bangsa. Ahmaduyah meyakini bahwa perjuangan atau jihad dengan senjata

untuk membela agama sudah tidak diperlukan lagi saat ini, karena tidak

ada orang atau pihak yang mempergunakan senjata untuk membela atau

mengembangkan agama. Kategori jihad ini merupakan jihad yang paling

rendah nilainya. Kedua, Jihad Kabir adalah perjuangan atau jihad dengan

mempergunakan dalil-dalil atau keterangan, baik lisan ataupun tulisan

untuk menyebarluaskan ajaran Al-Qur’an kepada kaum kafir dan musyrik.

Jihad ini ang sedang dilancarkan pihak Ahmadiyah. Ketiga, Jihad Akbar

adalah perjuangan atau jihad terhadap godaan setan dan hawa nafsu

amarah sendiri, jihad yang ketiga ini merupakan bentuk jihad yang paling

berat, karena menghadapi setan dan hawa nafsu setiap saat selalu

dilakukan.48

2. Konsep Khilafah

Khilafah merupakan tujuan dari pergerakan keagamaan yang

muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. dalam hal ini,

berdirinya Ahmadiyah tidak terlepaskan dari upaya memperteguh

eksistensi sistem khilafah yang sudah tidak berdaya lagi menahan

gempuran pihak kolonial Barat.

Sejak penciptaan awal manusia, kedatangan seorang nabi selalu

merupakan manifestasi daripada rahmat Ilahi dan menjadi sumber dari

48 A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 67

Page 74: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

berbagai berkat. Dengan wafatnya Nabi bersangkutan, muncul manifestasi

kedua dari rahmat dan karunia Ilahi dalam bentuk lembaga Khilafat.

Lembaga Khilafat merupakan sistem Ilahi yang unik. Khilafat merupakan

jabatan dan kawasan dari seorang Khalifah atau penerus seorang Nabi,

yang dipilih sebagai pemimpin tertinggi dari komunitas mukminin. Yang

bersangkutan menduduki posisi akhlak tertinggi di masanya dan dalam

dirinya terkandung kewenangan absolut dalam segala hal yang berkaitan

dengan agama. Analisis ini memberikan makna tersendiri tentang beberapa

keberhasilan akbar dari para penerus Hazrat Rasulullah s.a.w. dan Hazrat

Masih Maud a.s. yang menggambarkan bagaimana lembaga Khilafat telah

menjadi sarana penegakan hegemoni ruhani dan politis Islam.49

Khilafah Ahmadiyah didasarkan pada keyakinan bahwa Mirza

Ghulam Ahmad muncul sebagai seorang Mesianis sejati, seorang

mujaddid yang berupaya mereformasi tatanan nilai dan sistem

kepercayaan yang dianggap melenceng dari ajaran Al-Qur’an maupun

Nabi Muhammad. Ahmadiyah mendasarkan pada ucapan Baginda Nabi

Muhammad dengan sabdanya:

”Nabi Suci Muhammad saw. bersabda bahwa sesungguhnya Allah

akan membangkitkan untuk umat ini pada permulaan tiap abad orang

yang akan memperbaharui agamanya baginya”. (H.r. Abu Daud dari

Abu Hurairah r.a)

Berdasarkan Hadits sahih di atas, Allah SWT. pada tiap-tiap

permulaan abad membangkitkan seorang Mujadid atau orang yang

49

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat…?, (Jakarta: PT. Cahaya Kirana

Rajasa, 2006), h. 22

Page 75: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

memperbaharui agama di dalam Islam. Pembaharuan mereka itulah yang

disebut gerakan pembaharuan di dalam Islam. Pada zaman akhir ini

gerakan itu bernama Ahmadiyah. Jadi Ahmadiyah adalah Gerakan

Pembaharuan di dalam Islam.

Perkembangan khilafah yang dijalankan Ahmadiyah melalui proses

pengorganisasian, suatu konsolidasi internal gerakan yang berupaya

menjalankan sistem pembaharuan pada msyarakat Islam dunia.

Ahmadiyah berjuang hanya untuk membela dan menyiarkan Islam melalui

lima cabang kegiatan dakwah Islam yang telah digariskan oleh Mujadid

dalam kitab Fathi Islam (1893), yaitu:

1. Menyusun karangan-karangan atau buku-buku dan menerbitkannya

2. Menyiarkan brosur-brosur dan maklumat-maklumat yang dilanjutkan

dengan pembahasan dan diskusi

3. Komunikasi langsung dengan kunjung-mengunjung, mengadakan

ceramah-ceramah dan majelis taklim

4. Korespondesi dengan mereka yang mencari atau menolak kebenaran

Islam

5. Bai’at50

Setelah konsep pembaiatan dilaksanakan, militansi keanggotaan

Jamaah Ahmadiyah dapat terjaga untuk berjuang dijalan Allah. Model

pembaiatan ini sesungguhnya mencirikan bahwa Gerakan Ahmadiyah

50

Asep Burhanuddin, Ghulam Ahmad Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKis, 2006),

h. 35

Page 76: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

bersifat politis daripada organisasi yang bergerak di bidang pembaharuan

keagamaan.

Konsep khilafah Ahmadiyah didasarkan pada firman Allah yang

menggariskan adanya seorang khalifah di antara manusia. Allah SWT

telah menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh, bahwa

sepeninggal Rasulullah SAW, Allah SWT akan membangkitkan khalifah-

khalifah.

FirmanNya:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara

kamu dan berbuat amal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka

itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah kepada

orang-orang yang sebelum mereka: dan Dia akan meneguhkan bagi

mereka agama mereka. yang telah Dia ridhai bagi mereka; dan niscaya

Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan

keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan

mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah

itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka “(An-Nur, 24:55)

Rasulullah SAW-pun telah mengkhabar-ghaibkan bahwa akan ada

empat periode yang mewarnai kepemimpinan Muslimin sepanjang

perjalanan sejarahnya, yaitu masing-masing adalah: Masa Kenabian, Masa

Page 77: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Khilafah yang mengikuti jejak kenabian lalu Masa kerajaan dan manakala

masa kerajaan berakhir, kepemimpinan Muslimin akan kembali memasuki

Masa Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwah, Khilafah yang berpola/mengikuti

jejak kenabian. Sebagaimana yang dapat kita baca dari hadits berikut:

“Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin al-Yaman ra, berkata:

Rasulullah SAW, bersabda: Adalah masa Kenabian itu ada di tengah-

tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah

mengangkalnya apabila Ia telah menghendaki untuk mengangkatnya.

Kemudian adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak Kenabian (Khilafah

‘Ala Minhajin Nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah

mengangkalnya apabia Ia telah menghendaki untuk mengangkatnya.

Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adhan),

adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia

telah menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa

Kerajaan yang menyombong ((Mulkan Jabariyyah), adanya atas kehendak

Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia telah menghendaki

untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang mengikuti

jejak Kenabian (Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah). Kemudian (Nabi),

diam”51

.

Lalu seperti apakah sebenarnya bentuk dari kekhalifahan Islamiyah

yang dimaksud Allah dan Rasulullah tersebut? Apakah itu suatu lembaga

yang bercorak politis ataukah lembaga yang hanya bercorak agamis? Pada

kenyataannya memang terjadi pemahaman dan penafsiran yang berbeda

atas kedudukan Khilafah Islamiyah tersebut, dimana sebagian memahami

bahwa Khilafah itu adalah suatu lembaga yang bercorak politis, namun

sebagian lagi memahami bahwa itu hanya bercorak agamis semata.

Bagi Ahmadiyah, sistem khilafah yang harus berdiri itu adalah

Khilafah Ala Minhajin Nuhuwwah, maka itu artinya kekhalifahan ini

coraknya adalah agamis, bukan politis. Bila diperhatikan, maka semenjak

51 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Jilid 4, Kairo: Maktabah Mishriyyah, h. 273

Page 78: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

ke-khilafahan Turki Usmani runtuh (1924), upaya untuk mendirikan

kembali Khilafah banyak dilakukan oleh para pemimpin dunia Islam,

seperti misalnya: tahun 1926, di Kairo, Mesir, dan di Mekah, Saudi

Arabia, berlangsung Kongres Islam Sedunia, atas prakarsa Ulama Al-

Azhar dan Raja Ibnu Sa’ud. Mewakili Muslim Indonesia, hadir H.O.S.

Tjokro Aminoto dari Syarikat Islam, K.H. Mas Mansur dari

Muhamadiyah, dan H.A. Karim Amarullah. Tetapi, kongres ini tidak

berhasil mewujudkan apa yang menjadi cita-cita.

Tahun 1974, di Lahore, Pakistan, berlangsung Konferensi Tingkat

Tinggi (KTT) Islam, dihadiri 38 negara. Pesertanya terdiri atas Kepala

Negara, Perdana Menteri, dan Menteri-Menteri Luar Negeri. Masalah

Khilafah juga menjadi salah satu agenda pembahasan KTT. Tetapi, KTT

tidak berhasil mewujudkan apa yang menjadi harapan dan cita-cita ummat

Islam. KTT gagal mewujudkan Khilafah Islamiyah.

Hizbut Tahrir adalah satu diantara kelompok Islam yang tak pernah

surut berjuang untuk menegakan kembali lembaga Khilafah. Hizbut Tahrir

mengklaim sebagai partai politik idiologis dengan tujuan menjadikan

idiologi Islam sebagai lampu penerang dalam kegelapan sekularistik yang

membelenggu dunia saat ini. Tidak heran, jika ditengah krisis multi

dimensi yang melanda dunia, termasuk melanda bangsa Inonesia saat ini,

Hizbut Tahrir menawarkan sistim Khilafah Islamiyah, mengantikan sistim

Demokrasi yang diusung Sekularisme dan Kapitalisme. Tetapi semua

Page 79: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

usaha-usaha tersebut menghadapi kegagalan yang berarti di mata

Ahmadiyah.52

Adalah kelompok Muslim Ahmadiyah yang meng-klaim bahwa

sebenarnya Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah Itu telah berdiri, yang

terwujud dalam Khilafah Ahmadiyah dimana silsilah Khilafah ini berdiri

semata-mata hanya untuk melaksanakan tugas Risalah An-Nubuwwah

Muhammad Rasulullah SAW, yakni: “Memenangkan agama (Islam)

diatas semua agama” (Ash-Shaf, 61:9).53

Selama 100 tahun masa ke-Khilafahan telah 5 kali berganti

Khilafah. dengan susunan nama dan masa ke-Khalifahan, sbb: 1) Al-Haj

Maulana Hakim Nuruddin. Khalifatul Masih I 1908-1914).2) AI-Haj

Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II (1914-1965).

3).AI-Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III (1965-1982).

4).Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV (1982-2003).

5).Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih V (2003-Sekarang).

Bagi Ahmadiyah, khilafah dibentuk untuk menghancurkan

beberapa rintangan yang menghadang umat Islam dalam mengembangkan

syari’at Islam.54

Rintangan pertama yang harus diperjuangkan oleh umat

pada jalannya menuju pintu Khilafah adalah masalah pengembalian

kepercayaan diri yang sebelumnya berusaha ditanggalkan oleh kaum kafir

dari akal dan hati umat. Kaum kafir dengan segala kebohongan dan tipu

52 Abdullah Hasan Alhadar, Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah, (Bandung:

PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980), h. 39 53

Abdullah Hasan Alhadar, Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung, h. 44 54 Abdullah Hasan Alhadar, Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung, h. 56

Page 80: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

dayanya berupaya meyakinkan umat bahwa umat ini tidak akan pernah

bisa kembali seperti dahulu dan wajib menjadi pengikut Barat, berpegang

pada ekor Barat dan memandang seperti pandangan Barat. Para pejuang

Khilafah dan mereka yang berjalan ke arah pintu kemuliaannya telah

berhasil mengembalikan kepercayaan diri umat. Mereka telah berhasil

menjadikan umat mengerti siapa jati diri umat. Mereka berhasil

memahamkan umat bahwa ucapan kaum kafir semuanya adalah kedustaan

dan kebohongan yang tidak memiliki dasar sama sekali.

Tidak belebihan jika dikatakan bahwa rintangan-rintangan berat itu

hampir lenyap secara total dari tengah jalan kaum Muslim. Adapun

mengenai ucapan beberapa orang yang mengulang-ulang perkataan bahwa

pertolongan telah tertunda dan waktu sudah berlalu sekian lama tetapi

belum terealisir pertolongan itu, sesungguhnya maksud di balik ucapan itu

tidak lain hanyalah ingin menancapkan rasa frustrasi dalam diri umat dan

para pengemban dakwah. Umat dan khususnya para pengemban dakwah

sudah semestinya meyakini bahwa pertolongan itu berkaitan dengan

kehendak dan keinginan Allah semata.

Ahmadiyah menggunakan pendekatan kooperatif kepada pihak

penguasa atau pemerintahan resmi dengan tujuan mendukung upaya-upaya

yang akan dilakukan jamaah Ahmadiyah, atau setidak-tidaknya

Ahmadiyah dapat eksis dalam percaturan politik tingkat nasional. Sebelum

sistem kholafah terbentuk, Ahmadiyah berusaha merangkul kaum

Page 81: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

pergerakan di masa penjajahan atau mendukung program-program

pemerintah.

Pada masa Mirza Ghulam Ahmad masih hidup, beliau berusaha

memberikan keyakinan kepada kaum Muslimin India untuk tidak melawan

kaum Inggris. Maka, banyak tulisan Mirza Ghulam Ahmad yang mengkaji

persoalan Jihad.55 . Bahkan sikap ini dilanjutkan oleh anaknya yang

dipandang sebagai khalifah kedua, Hazrat Bashiruddin sebagai khalifah

dengan gagahnya berkata:

"Pada zaman sekarang ini tindakan yang gila untuk berpropaganda guna

hancurnya suatu agama melalui jalan kekerasan senjata telah lenyap.

Karena itu Agama Islam tidak lagi memerlukan pertahanan dirinya dengan

kekuatan senjata."56

Demikian pula pada zaman pergerakan kemerdekaan, Ahmadiyah

melakukan sebuah pendekatan kooperatif terhadap tokoh-tokoh

pergerakan dan founding fathers untuk dapat mensosialisasikan ajaran

khilafah ‘ala minhaaji nubuwwah . mereka tidak segan-segan membantu

perlawanan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajahan Belanda,

walaupun dalam kondisi terbatas.

Mungkin karena jasa Ahmadiyah dalam perjuangan kemerdekaan

RI inilah founding father bangsa ini, Ir. Soejkarnom bersikap simpatik

terhadap Jemaat Ahmadiyah. Rasa simpati presiden pertama RI ini

55

Abdullah Hasan Alhadar, Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung, h. 63 56Bashiruddin M.A., Apakah Ahmadiyah itu? terjemah Abdulwahid H.A., (Djakarta

Djemaah Ahmadiyah Indonesia, 1963), h. 21-22.

Page 82: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

dibadikan dalam bukunya ‘Di Bawah Bendera Revolusi’ itu juga (jilid I).

Di halaman 389 Soekarno menulis: “Ya,……. Ahmadiyah tentu ada

cacadnya, - dulu pernah saya terangkan di dalam suratkabar

‘Pemandangan’ apa sebabnya saya tidak mau masuk Ahmadiyah – tetapi

satu hal adalah nyata sebagai batukarang yang menembus air laut:

Ahmadiyah adalah salah satu faktor penting di dalam pembaharuan

pengertian Islam di India, dan satu faktor penting pula di dalam

propaganda Islam di benua Eropa khususnya, di kalangan kaum

intelektuil seluruh dunia umumnya. Buat jasa ini – cacad saya tidak

bicarakan di sini – ia pantas menerima salut penghormatan dan pantas

menerima terima kasih. Salut penghormatan dan terima kasih itu, marilah

kita ucapkan kepadanya di sini dengan cara yang tulus dan ikhlas”57

Sistem khilafah yang akan dikembangkan Ahmadiyah adalah

berusaha meniadakan sistem pemerintahan yang berdasarkan geografis,

ikatan primordialisme kesukuan atau kebangsaan, melainkan ikatan

khilafah berdasarkan pan-islamisme yang bersifat universal. Hal itu

dijelaskan oleh Hazrat Nashiruddin sebagai berikut:

"Islam bukan kaum muslimin tanah Arab; Islam bukan kaum Muslimin

Afghanistan, Syria, Iran. Islam adalah mempunyai claim international.

Islam harus dalam satu jemaat Islami dengan seorang imam dan

pengganti-penggantinya sebagai khalifah."58

Pernyataan Bashir tersebut diperpanjang maka dapat dipastikan

pula bahwa Islam bukan kaum Muslimin Kremia, Islam bukan kaum

57

Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi Jilid I, Jakarta: PT. Djambatan, h. 389 58 Bashiruddin M.A., Apakah Ahmadiyah itu, h. 24

Page 83: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

muslimin Turkistan; Islam bukan kaum muslimin Palestina. Sebab Islam,

mempunyai klaim internasional maka harus ada organisasinya yang

internasional; harus ada Jema'at Islami di bawah seorang imam dan

diganti dengan khalifah-khalifah. Jika semua itu belum ada maka orang-

orang Ahmadiyah akan menjawab di hadapan Allah Ta'ala bahwa masih

belum tiba waktunya untuk jihad di saat saat itu.

C. Relasi Islam dan Politik dalam Negara menurut Ahmadiyah

Hubungan antara Islam dan politik dalam negara adalah substansi

dari politik Islam yang dikembangkan pada awal-awal abad ke-19. secara

umum, pandangan para sarjana Muslim menghubungkan antara Islam dan

politik dalam konsep khilafah atau imamah.59 Khilafah adalah memerintah

rakyat sesuai aturan syara’, demi kebaikan akhirat mereka dan juga

kebaikan dunia yang kembali kepada kepentingan akhirat, sebab menurut

syara’ kepentingan dunia semua kembali kepada kepentingan akhirat.60

Sedangkan imamah adalah ungkapan tentang kepemimpinan umum

dalam urusan dunia dan agama menggantikan Nabi Muhammad saw.61

Orang yang memegang kekuasaan atas umat Islam disebut dengan

”Imam”. Khalifah disebut juga Imam, sebab para khalifah adalah

59

Ali Abd ar-Raziq, Islam Dasar-Dasar Pemerintahan: Kajian Khilafah dan Pemerintahan

Dalam Islam, (Yogyakarta: Jendela, 2002). h. 4 60

Ibnu Khaldun, Muqaddimah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002). h. 37 61 Ali Abd ar-Raziq, Islam Dasar-Dasar Pemerintahan, h. 5

Page 84: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

pemimpin (imam) yang wajib ditaati, manusia berjalan di belakangnya,

seperti manusia shalat di belakang ma’mum.62

Sesuai pandangan di atas, sistem pemerintahan menurut

Ahmadiyah harus didasarkan pada sifat-sifat kenabian, bukan pada sifat-

sifat kemanusiaan. Oleh karena itu, yang berhak memegang tampuk

kekuasaan atas umat Islam dunia adalah orang yang secara langsung

mendapatkan wahyu dari Allah. Ahmadiyah dilahirkan sebagai upaya

meneruskan estafet kepemimpinan yang terputus sejak Nabi Muhammad

meninggal. Secara historis, berdirinya Ahmadiyah tidak terlepas dari

sejarah Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri gerakan ini. Mirza lahir

pada 13 Pebruari 1835 di desa Qodian Punjab, India dan meninggal tahun

1908 di Lahore. Ia memiliki darah ningrat, karena ia keturunan Haji

Barlas, raja kawasan Qesh yang merupakan paman Amir Tughlak Temur,

dinasti Mughal. Gerakan Ahmadiyah lahir di India pada tahun 1888.63

Sesudah India menjadi koloni Inggris, umat Islam India semakin

terisolasi dengan sikap-sikap lama (baca: konservatif) yang masih

dipelihara. Keadaan umat Islam India ini semakin buruk terutama sesudah

terjadi pemberontakan Mutiny tahun 1857 masehi. Titik pijak kelahiran

Ahmadiyah dimulai ketika umat Islam India mengalami kemunduran

dalam bidang agama, politik, ekonomi, dan lainnya.

Sebagai sebuah sekte mesiah dalam Islam, kekuasaan Ahmadiyah

bersifat monolitik di tangan keturunan Mirza Ghulam Ahmad dan

62

Ali As-Salus, Imamah dan Khilafah: Dalam Tinjauan Syar’I, (Jakarta: Gema insani

Press, 1997), h. 16 63 Iskandar Zulkarnaen, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, h. 68

Page 85: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

keluarganya yang sekarang berada di London, Inggris. Pendekatan

kekuasaan dijalankan dengan menggunakan kekuasaan “wahyu” yang

diturunkan sebagai penobatan kenabian Mirza Ghulam, meskipun menjadi

perdebatan di antara sekte Qodian dan Lahore.

Kedatangan Imam Mahdi digambarkan sebagai pemberian otoritas

dalam memerintahkan umat Islam dunia. Bagi kalangan Ahmadiyah,

kekuasaan diperoleh melalui otoritas wahyu bukan proses dialektika

demokrasi yang mengatasnamakan rakyat, atau melalui mekanisme

pemilihan umum.

Pendekatan kekuasaan yang diberlakukan Ahmadiyah lebih

menonjolkan aspek imamah atau khilafah dibandingkan dimensi sosial,

ekonomi, dan budaya yang lebih mengena. Barangkali hal itu terjadi

lantaran kemunculan Ahmadiyah, selain faktor imperialisme Inggris, juga

terjadi kontradiksi antara Pan-Islamisme yang digagas Jamaluddin Al-

Afghani dengan dunia barat. Salah satu cara untuk aman dari benturan dua

kekuatan tersebut adalah bersikap depensif. Hal itu diutarakan oleh

Abdullah Ahmad Hasan Alhadar sebagai berikut:

Demikian hebatnya Pan Islamisme menentang dunia Barat

terutama kolonialisme Inggris. Sebaliknya, Inggris telah

menancapkan cengkeramannya dalam-dalam terhadap kaum

Muslimin India. Adanya kontradiksi yang hebat itu, maka tidak

mustahil atau bisa diduga-duga jika orang-orang seperti Mirza

Ghulam Ahmad cepat-cepat mencari posisi yang enak di tengah-

tengah arena politik kaum Muslimin India yang hangat. Dan yang

paling enak atau paling mudah untuk bersih diri, ialah membantah

dirinya dari kaum Turki.64

64

Abdullah Hasan Alhadar, Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung, h. 71

Page 86: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Tujuan Jemaat Ahmadiyah adalah Yuhyiddiyna wayuqiymus-

syariah. Menghidupkan kembali agama Islam, dan menegakkan kembali

Syariat Qur'aniah. Dalam arti yang lebih mendalam adalah untuk

menghimbau ummat manusia kepada Allah Ta'ala dengan

memperkenalkan mereka sosok sejati Rasulullah saw., dan menciptakan

perdamaian serta persatuan antar berbagai kalangan manusia. Ahmadiyah

berusaha menghapuskan segala kendala yang timbul karena perbedaan ras

dan warna kulit sehingga umat manusia dapat bersatu dan mengupayakan

perdamaian semesta.

Dalam kata pengantar seabad kelahiran Ahmadiyah, pengurus

Jemaat Ahmadiyah Indoneisa menegaskan posisi Ahmadiyah dalam

konstelasi politik nasional. Golongan Ahmadiyah menjunjung tinggi

kebebasan suara hati lebih dari segala kemerdekaan dan sebagai hak-hidup

setiap makhluk manusia. Kami memandang tidak ada dosa yang begitu

keji seperti tindakan paksa atau kekerasan dalam urusan agama.

Ahmadiyah memandang haram untuk berperang atau memerangi

pemerintah atau bangsa yang memberi kemerdekaan penuh kepada

penyuaraan kata hati dan agama orang-orang yang menghuni wilayah-

wilayahnya. Kami memandang orang-orang Islam yang mensahkan perang

disebabkan perbedaan dalam urusan agama adalah sebagai kesalahan besar

Page 87: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

dalam memegang akidah yang sama-sekali tidak sesuai dengan jiwa agama

Islam yang hakiki ini.65

65

Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Akidah Dan Tujuan Jemaat Ahmadiyah; Suvenir

Peringatan Seabad Gerhana Bulan & Gerhana Matahari 1894-1994, , 1994, h.46-47

Page 88: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jemaat Ahmadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan oleh Mirza

Gulam Ahmad pada tahun 1889 M bertepatan dengan tahun 1306 H.

Ahmadiyah adalah sebutan singkat dari Jemaat Ahmadiyah. Jemaat berarti

kumpulan individu yang bersatu padu dan bekerja untuk suatu program

bersama. Ahmadiyah adalah nama dari Islam, jadi Ahmadiyah adalah suatu

perkumpulan, himpunan atau organisasi yang bersatu padu dan bekerja untuk

suatu program yang sama, yaitu Islam. Ahmadiyah diambil dari salah satu

nama Rosulullah yang diinformasikan kepada Nabi Isa a.s dalam Surat As-

Shaf ayat enam yang menyatakan bahwa akan datang seorang Nabi dan Rosul

yang bernama Ahmad.

Kemunculan Ahmadiyah di India merupakan salah satu bagian dari

peristiwa sejarah dalam Islam yang tidak terlepas dari konteks sosial pada saat

itu. Kemunduran dunia Islam yang ditandai oleh runtuhnya kerajaan Ustmani

1683. Sementara di Barat perkembangan ilmu pengetahuan dan industri

semakin berkembang pesat, yang ditandai dengan berbagai macam penemuan

yang antara lain ditemukannya alat tranportasi dengan menggunakan tenaga

uap pada tahun 1902 M dan penemuan-penemuan yang lainnya. Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menyebabkan Barat semakin

melebarkan kekuasaan kolonialnya kedunia yang pernah dikuasai oleh Islam.

Seperti Inggris dapat menjajah India dan Mesir, Prancis dapat menguasai

73

Page 89: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Barat lainya menduduki bekas Imperium

Islam.

Orientasi kelahiran Ahmadiyah adalah pembaharuan pemikiran ummat

Islam. Pendiri Ahmadiyah Mirza Gulam Ahmad merasa memiliki tanggung

jawab besar yang harus dia pikul untuk memajukan Islam dengan memberikan

interpretasi baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan zamannya,

dengan menulis kitab yang dijadikan rujukan utama setelah Al-Qur’an nomor

dua yaitu Tadzkirah.

Mengenai kedatangan al-Mahdi dan al-Masih yang dijanjikan, mereka

menggunakan sabda Nabi Saw. Sebagai dasar, yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari dan Ibnu Bukair, dari al-Laits dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dari

Nafi’ Maulana Abi Qatadah al-Anshari, dari Abu Hurairah, bahwa kata-kata

imamukum minkum menunjukan seseorang di antara umat Islam sendiri.

Artinya, bukan seorang imam yang datang dari luar umat Islam, misalnya dari

Bani Israil. Dengan demikian, al-Masih yang akan datang di akhir zaman itu

bukanlah Nabi Isa a.s yang telah wafat, melainkan seorang muslim yang

mempunyai perangai atau sifat-sifat seperti nabi Isa a.s dalam pandangan

Ahmadiyah, al-Masih yng dijanjikan itu adalah Mirza Ghulam Ahmad dari

Qadian.

Khalifah hanyalah pemimpin-pemimpin rohani. Aliran Ahmadiyah

Qadian menjelaskan bahwa tidak semua nabi dan rasul yang disebutkan di

dalam Al-Qur’an menjabat sebagai pemimpin ruhani sekaligus pemimpin

pemerintahan. Di antara sekian banyak nabi dan rasul yang disebutkan

Page 90: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

dalam al-Qur’an hanya beberapa orang saja yang menjadi pemimpin

rohani dan sekaligus pemimpin pemerintahan.

Pengertian Jihad menurut Ahmadiyah, Lahore maupun Qadian

adalah mencurahkan segala kesanggupan dalam menghadapi pertempuran,

menyampaikan pesan. Kebenaran atau dengan kata lain jihad adalah tidak

menahan apapun, mengarahkan segala daya dengan memaksakan diri

dalam mencapai suatu tujuan.

Bagi Ahmadiyah, sistem khilafah yang harus berdiri itu adalah

Khilafah Ala Minhajin Nuhuwwah, maka itu artinya kekhalifahan ini

coraknya adalah agamis, bukan politis. Tetapi memiliki implikasi politis

ketika bersinggungan dengan sistem pemerintahan.

Ahmadiyah dalam strategi perjuangan meraih kekuasaan didapat

dengan dua cara: pertama, pendekatan kooperatif kepada penguasa atau

tidak melakukan serangan ke pihak lawan dan kedua, melalui legitimasi

wahyu. Sedangkan hubungan Islam dan politik dalam pandangan

Ahmadiyah terletak pada sistem khilafah ala minhaajin Nubuwah dan

sistem imamah (kepemimpinan) yang bersifat otokratis.

Saran

Adapun saran-saran ang diajukan adalah sebagai berikut:

Hendaknya bagi kalangan agamawan berusaha menemukan kata dialog

dalam mensikapi perbedaan keyakinan yang berurat akar, dicarikan

solusi setiap permasalahan dengan Ahmadiyah.

Page 91: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Bagi kalangan sarjana politik Islam, diharapkan dapat

mengembangkan lebih jauh tentang politik Islam dalam pandangan

Ahmadiyah agar menjadi bahan dialog dalam membangun

peradaban yang saling menghargai perbedaan

bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

referensi guna menjembatani perbedaan teologis yang sulit

dipertemukan.

Page 92: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Daftar Pustaka

Alhadar, Abdullah Hasan. Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah,

Bandung: PT. Alma’arif, Cetakan Pertama 1980

Aziz, Abdul Ghaffar. Islam Politik Pro dan Kontra. Jakarta: Pustaka Firdaus,1993

Banna, Hasan Al. Risalah Pergreakan Ikhwanul Muslimin. Terj. Anis Matta,

LC.et.all. Surakarta:Era Intermedia, 1999

Bashiruddin M.A., Apakah Ahmadiyah itu? Terjemah Abdul wahid H.A.Djakarta

Djemaah Ahmadiyah Indonesia, 1963

Bashiruddin, Mahmud Ahmad, Apakah Ahmadiyah itu?, Jakarta, Djemaat

Ahmadiyah Indonesia, 1963

Bashiruddin, Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad, terj.

Malik Aziz Ahmad khan. Parung: Jamaah Ahmadiyah Indonesia,1995

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2006

Burhanuddin, Asep. Ghulam Ahmad: Jihad Tanpa Kekerasan. Jogjakarta: Lkis,

2005

Burhanuddin, “Carut Marut Wajah Teknis”. Artikel di akses tanggal 18 Januari

2009, dari http://carur.marut/politikislam.html

Chinioti, Asy-Syekh Manzhur Ahmad. Al-Qadiani wa Mu’taqaduhu,

Pakistan,1958

Huntington, Samuel. Benturan Peradaban, Yogyakarta:Penerbit Qalam, 2004

IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam. Jakarta: Jambatan, 1992

Indris, Irfan. “Paradigma Pemikiran Politik Islam Modern” artikel di akses pada

tanggal 22 Januari 2009, dari http:// detak.fajar.co.id/ newa.php?

Newsid=84233

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka, 1998

Khaldun, Ibnu. Muqaddimah. Jakarta: Pustaka Firdaus,2002

Kurniawan, A. Fajar. Teologi Kenabian Ahmadiyah. Jakarta: RM Books, 2006

Page 93: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Maftuhin, “Prinsip Moral dalam Politik Islam (Kajian Terhadap Pemikiran Al-

Gazahli)”. Skripsi SI, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005

Mahally, Abdul Halim. Benarkah Ahmadiyah Sesat. Jakarta: Cahaya Kirana

Rajasa, 2006

Majid, Nurkholis. “Islam dan Politik Suatu Tinjauan Atas Prinsip-Prinsip Hukum

dan Keadilan”. Artikel diakses pada tanggal 20 Januari 2009, dari

http//islamdanpolitik.prinsip.nurkholis.html

Maududi, Abu A’la Al-, Politik Alternatif: Suatu Perspektif Islam. Jakarta: Gema

Insani Press, 1994

Maududi, Abu A’la Al-, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam. Terj. Drs.

Asep Hikmat. Bandung:Mirza,1995

Mufid, Moh. M.Si. Politik Dalam Perspekitf Islam. Jakarta: UIN Press,2004

Muhammad, Mustafa. Rekonstruksi Pemikiran Menuju Gerakan Islam Modern

Solo: Era Intermedia,2000

Nahdi, A. Sejemput Riwayat dan Mukjizat Pendiri Ahmadiyah., Jakarta: Raja

Pena, 2001

Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1985

Noer, Deliar. Gerakan Modren Islam di Indonesia 1990-1942, Jakarta: LP3ES

1995

Qardhawy, Yusuf, Fikih Negara: Ijitihad Baru Seputar Sistem Demokrasi Multi

Partai dan Keterlibatan Wanita di Dewan Perwakilan Partisipasi dalam

Pemerintahan Sekuler, terj, Syarif Halim. Jakarta: Rabbani Press,1997

Raziq, Ali Abd ar-. Islam Dasar-Dasar Pemerintahan: Kajian Khilafah dan

Pemerintahan Dalam Islam. Yogyakarta: Jendela, 2002

Sakhir, Zai., Islam: Religelion or Ideology. Zaituna Institute: 2006

Salus,Ali As-. Imamah dan Khilafah: Dalam Tinjauan Syar’I. Jakarta: Gema

insani Press, 1997

Shultoni, Ahmad. Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Yogyakarta: LkiS, 1999

Soekarno, Di Bawa Bendera Revolusi Jilid I, Jakarta: PT. Djambatan

Page 94: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1992

Syamsuddin, Din. Islam dan Politik Era Orde Baru. Ciputat: Logos,

Zulkarnain, Iskandar. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit

LkiS, 2005

Page 95: JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19213/1/AHMAD...merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima