jurnet

Upload: senju-seno-justin

Post on 10-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penelitian

TRANSCRIPT

IEEE Paper Template in A4 (V1)

Penentuan Tingkat Kebisingan di Lantai Produksi PT. X (Studi Kasus di Pabrik Plastik)Dini Wahyuni1, Senju21,2Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera UtaraEmail : [email protected]

Kenyamanan pekerja di pabrik tidak terlepas dari faktor lingkungan kerja. Dari faktor ini biasanya pabrik setiap tahun terjadi kecelakaan kerja. Dalam kasus ini, di pabrik plastik setiap tahun pasti terjadi kecelakaan kerja dan menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja, cacat bahkan berakibat fatal dan kematian. Meningkatnya jumlah permintaan terhadap produk pabrik ini diiringi dengan meningkatnya penggunaan mesin, alat dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan salah satunya yaitu kebisingan. Paparan kebisingan yang secara kontinu melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan mengakibatkan timbulnya efek fisiologis, gangguan psikologis maupun gangguan komunikasi. Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran pada 6 titik selama 3 hari dengan rentang waktu pukul 08.00-17.00. Alat ukur yang digunakan adalah 4 in 1 envinronmeter. Software yang digunakan dalam mengolah data adalah software surfer 8. Rumus yang digunakan adalah rumus untuk mencari tingkat kebisingan ekivalen. Hasil yang didapatkan yaitu bahwa seluruh titik berada melewati nilai ambang batas yang ditentukan yaitu 85 dB. Pada kontur kebisingan, kebisingan tertinggi yakni 103,5 dB ditandai dengan warna violet, tingkat kebisingan 103 dB ditandai dengan warna merah dan tingkat kebisingan 102,5 dB ditandai dengan warna kuning, serta 102 dB ditandai dengan warna hijau sedangkan 101,5 dB ditandai dengan warna biru muda dan tingkat kebisingan 101 dB ditandai dengan warna biru. Kata kunci : kebisingan, lingkungan kerja, nilai ambang batas (NAB), kontur kebisingan.1. PENDAHULUAN Setiap tahun di pabrik plastik terjadi kasus kecelakaan kerja dan sebagian besar menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja, cacat bahkan berakibat fatal dan kematian. Dari sekian penyebab maka faktor yang mendapat perhatian adalah lingkungan kerja. Salah satu sektor yang bermasalah dalam lingkungan kerja ditemui di pabrik pengolahan plastik menjadi botol. Meningkatnya jumlah permintaan terhadap produk pabrik ini diiringi dengan meningkatnya penggunaan mesin, alat dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Salah satunya yaitu kebisingan yang diakibatkan oleh mesin pembuat botol. Paparan kebisingan yang secara kontinu melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan mengakibatkan timbulnya efek fisiologis, gangguan psikologis maupun gangguan komunikasi. Penelitian ini dilakukan di sebuah pabrik plastik yang berlokasi di kota Medan dan diketahui bahwa operator kurang nyaman dalam bekerja akibat dari paparan kebisingan di lantai produksi sehingga perlu dilakukan pengukuran tingkat kebisingan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu. Gangguan bunyi hingga tingkat tertentu dapat diadaptasi oleh fisik, namun syaraf dapat terganggu. Kriteria kebisingan disebut juga bunyi latar yang diperkenankan adalah tingkat kebisingan terendah yang dipersyaratkan untuk ruang tertentu menurut fungsi utamanya. Nilai ambang batas kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/ hari atau 40 jam/ minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01 /MEN/ 1978, nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja untuk beberapa level kebisingan adalah sebagai berikut:

82 dB : 16 jam per hari

85 dB : 8 jam per hari

88 dB : 4 jam per hari

91 dB : 2 jam per hari

97 dB : 1 jam per hari

100 dB : jam per hari

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan yaitu alat 4 in 1 environmeter. Setelah itu dilakukan pemetaan kebisingan dengan menggunakan software surfer 10. 3. METODE PENELITIAN Pengukuran dilakukan selama 3 hari dengan rentang pengukuran setiap 1 jam dari pukul 08:00-17.00. Langkah-langkah melakukan pengukuran adalah pertama, menentukan titik pengukuran dengan asumsi 6 titik pada area lantai produksi kemudian dilakukan pengukuran kebisingan di setiap titik. Alat ukur yang digunakan adalah 4 in 1 envinronmeter. Pengolahan Data dilakukan dengan cara mengolah data primer yang telah diperoleh sebelumnya dari pengamatan langsung dengan menggunakan software Excel dan Surfer. Langkah- langkah dalam pengolahan data dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Blok Diagram Pengolahan Data Dalam mengolah data kebisingan ini, rumus yang digunakan dalam mencari tingkat kebisingan ekivalen adalah

Leq = 10 Log (f1.10 0,1 L1 + f2.10 0,1. L2++ fn. 10 0,1. Ln) (1) Setelah hasil didapatkan dari rumus 1 diatas maka hasilnya dibandingkan dengan nilai ambang batas kebisingan. Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan yaitu 85 dB menurut surat keputusan dari menteri kesehatan. Setelah itu dibuat solusi pada permasalahan ini. Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi butir-butir penting dalam penelitian ini.4. HASIL DAN PEMBAHASANData yang diukur dalam penelitian ini adalah TABEL 1

Nilai rata-rata Tingkat Kebisingan yang diperoleh Selama 3 Hari Waktu (WIB)Titik 1Titik 2Titik 3Titik 4Titik 5Titik 6

08.00-09.00101,3 dB101,4 dB99,8 dB100,3 dB101,4 dB101,5 dB

09.00-10.0099,8 dB100,6 dB101,7 dB99,7 dB100,8 dB102,2 dB

10.00-11.00102,5 dB102,3 dB103,7 dB102,5 dB102,6 dB103,6 dB

11.00-12.00103,4 dB103,6 dB101,5 dB103,5 dB103,4 dB102,9 dB

13.00-14.00102,6 dB101,5 dB102,8 dB100,4 dB103,1 dB102,4 dB

14.00-15.00101,7 dB100,6 dB102,5 dB101,7 dB101,7 dB102,3 dB

15.00-16.00102,5 dB103,4 dB101,4 dB103,5 dB102,4 dB103,1 dB

16.00-17.00101,9 dB102,8 dB101,2 dB102,4 dB102,6 dB101,6 dB

Setelah didapat hasil pengukuran maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus (1). Hasil pengolahan data dapat ditunjukkan pada Tabel 2. TABEL 2Hasil Perbandingan Tingkat Ekivalen Kebisingan dengan Nilai Ambang Batas kebisingan

TitikTingkat kebisingan Ekivalen (dB)NAB (dB)

1102,3485

2102,1985

3102,2185

4102,1685

5102,2185

6102,3785

Pada Tabel 2 didapat bahwa seluruh titik pada area lantai produksi PT. X melewati nilai ambang batas yang ada yaitu 85 Db. Perbandingan kondisi aktual dan kondisi standar tingkat kebisingan dapat dilihat pada grafik yang dapat ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Kondisi Aktual dan Kondisi Standar Tingkat Kebisingan pada Lantai Produksi PT. X Berdasarkan grafik pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa semua titik pada lantai produksi memiliki kondisi aktual yang berada di atas dari kondisi standar yang ditetapkan. Jadi, nilai tingkat kebisingan ekivalen pada lantai produksi dapat dibuat gambaran kontur kebisingan. Kontur kebisingan pada lantai produksi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kontur Kebisingan Lantai Produksi Berdasarkan kontur kebisingan di atas, dapat dilihat bahwa seluruh titik berada pada zona berbahaya yaitu titik 1,2,3,4,5 dan 6 dengan tingkat kebisingan melewati 100 dB. Hal ini dipengaruhi karena titik-titik tersebut berada dekat dengan sumber kebisingan yaitu mesin pembuat botol. Kebisingan tertinggi yakni 103,5 dB ditandai dengan warna violet, tingkat kebisingan 103 dB ditandai dengan warna merah dan tingkat kebisingan 102,5 dB ditandai dengan warna kuning, serta 102 dB ditandai dengan warna hijau sedangkan 101,5 dB ditandai dengan warna biru muda dan tingkat kebisingan 101 dB ditandai dengan warna biru.

Solusi yang ditawarkan adalah secara teknis dan non teknis, hal yang dilakukan adalah

1. Meredam sumber bising

Sumber bisingnya adalah mesin pembuat botol. Cara meredamnya adalah antara mesin yang satu dengan mesin yang lain dapat diletakkan sekat agar bisingnya tidak terlalu besar.

2. Membenahi lingkungan kerja dan peralatan

Lingkungan kerja yang dibenahi adalah seperti membuat lubang pada dinding pabrik agar suara mesin tidak bergema

3. Memakai Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri yang digunakan adalah earplug dan earmuff.

Solusi non teknisnya adalah

1. Memeriksa sistem kerja yang ada di pabrik

2. Memeriksa kesehatan secara berkala5. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah 1. Tingkat kebisingan pada lantai produksi PT.X pada keenam titik pengukuran telah melebihi standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja no. 261/MENKES/SK/II/1998 yaitu 85 dB. Tingkat kebisingan bersumber dari mesin pembuat botol yang bekerja selama 8 jam/hari. 2. Pemetaan kebisingan pada lantai produksi PT. X dengan mengunakan software surfer 8. Hasil perhitungan grid data dan kontur mapping menunjukkan area kerja berada pada zona tidak aman yaitu warna violet, merah, orange, hijau dan kuning pada kontur mapping.UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada orangtua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dalam penyelesaian laporan ini, Ibu Ir. Dini Wahyuni, M.T. sebagai dosen pembimbing saya, Perusahaan Uniplastindo Sumatera yang telah memberikan izin untuk melakukan kerja praktek di dalam pabrik dan kepada seluruh teman satu kerja praktek maupun teman lainnya yang telah memberikan ide dalam laporan kerja praktek ini DAFTAR PUSTAKA

Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU RepositoryDepartemen Teknik Industri .2015. Buku Pedoman Kerja Praktek. Universitas Sumatera Utara, Medan.http:// indonetwork.co.id/ Pallscientific/ 2336115/ alat untuk - mengukur - intensitas -cahaya- temperature.htmIngard, Uno. Noise Reduction Analysis. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers. 2010.Satwiko, Prasetya. 2008. Fisika Bangunan. Penerbit Andi : Yogyakarta. h .265 EMBED Visio.Drawing.11

_1480626947.vsdIdentifikasi masalah

Penentuan titik pengukuran

Penentuan tingkat kebisingan

Pemetaan kebisingan

Solusi masalah