jurnalisme lingkungan dalam konflik pabrik semen di …

169
JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI REMBANG (Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Mengenai Konflik Pembangunan Pabrik PT Semen Indonesia di Kendeng Utara, Rembang, Pada Media Mainstream dan Media Alternatif Periode Juni 2014 - Desember 2015) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Diajukan oleh: Khumaid Akhyat Sulkhan 14321151 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2018

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI

REMBANG

(Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan Mengenai Konflik

Pembangunan Pabrik PT Semen Indonesia di Kendeng Utara, Rembang,

Pada Media Mainstream dan Media Alternatif Periode Juni 2014 - Desember

2015)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Komunikasi pada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia

Diajukan oleh:

Khumaid Akhyat Sulkhan

14321151

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2018

Page 2: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

ii

Page 3: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

iii

Page 4: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

iv

PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK

Bismillahirahmanirrahim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Khumaid Akhyat Sulkhan

Nomor Mahasiswa : 14321151

Melalui surat ini saya menyatakan bahwa:

1. Selama menyusun skripsi ini saya tidak melakukan tindak pelanggaran

akademik dalam bentuk apapun, seperti penjiplakan, pembuatan skripsi

oleh orang lain, atau pelanggaran lain yang bertentangan dengan etika

akademik yang dijunjung tinggi Universitas Islam Indonesia.

2. Karena itu, skripsi ini merupakan karya ilmiah saya sebagai penulis bukan

karya jiplakan atau karya orang lain.

3. Apabila di kemudian hari, setelah saya lulus dari Program Studi Ilmu

Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas

Islam Indonesia, ditemukan bukti secara meyakinkan bahwa skripsi ini

adalah karya jiplakan atau karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi akademis yang ditetapkan Universitas Islam Indonesia.

Demikian pernyataan ini saya setujui dengan sesungguhnya.

Yogyakarta, 24 Mei 2018

Yang menyatakan,

KHUMAID AKHYAT SULKHAN

14321151

Page 5: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur pada Zat yang Maka Kuasa

Allah Subhanahu wa taala

Atas segala rahmat, hidayah, nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada

penulis sehingga penulisan skirpsi ini dapat terselesaikan.

Sholawat dan salam selalu mengiringi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam, keluarga, sahabat dan para kerabat lainnya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada

Bapak dan Ibu tercinta

Bapak Basori Latif dan Ibu Mufidah

Atas cinta dan kasih sayang, dukungan, baik materi maupun moril dalam bentuk

apapun. Mereka adalah orang tua yang hebat yang telah membesarkan dan

mendidik saya dengan pengertian dan penuh kasih sayang.

Selain itu juga terima kasih penulis sampaikan untuk

Ketigaadik sayaTaskiani Himmatushiba, Ahmad Qosidil Haq dan Nafa Syakia

Juga teruntuk keluarga besarku dan kerabat juga teman lainnya yang selalu

mengiringi doa dan selamat untuk kelancaran skripsi.

Page 6: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

vi

MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

(Q.s. al-Mujadalah : 11)

Page 7: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamiin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah

SWT yang telah memberikan hidayah dan ilmu-Nya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya skripsi ini dengan baik dan

semoga lengkap tak kurang suatu apapun .

Dalam skripsi ini,penulis mengungkap dan membahas wacana konflik

pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang dalam perspektif jurnalisme

lingkungan.Subjek dalam penelitian ada dua kategori yaitu media mainstream

atau arus utama dan media alternatif. Media mainstream diwakili oleh

Liputan6.com, sedangkan media alternatif diwakili oleh Selamatkanbumi.com.

Pada penelitian ini, penulis mengurai wacana dari narasi teks dua kategori

media tersebut melalui skema analisis wacana kritis Norman Fairclough. Skema

Fairclough berfokus pada tiga aspek yaitu: teks, praktik kewacanaan, dan praktik

sosial budaya.

Selama melakukan penelitian, banyak pihak yang telah membantu penulis

baik berupa material, moral, maupun spiritual. Maka dari itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Basori Latif dan Ibu Mufidah yang selalu memberikan doa,

mendukung penulis selama proses mengerjakan skripsi ini serta

memberikan dukungan moral dan materi.

2. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan perhatian dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

3. Bapak Muzayin Nazaruddin, S.Sos., M.A selaku Ketua Program Studi

Ilmu Komunikasi FPSB UII sekaligus dosen pembimbing yang dengan

sabar memberi arahan pada penulis sekaligus menjadi partner diskusi.

4. Bapak Ali Minanto, S. Sos., M. A. selaku dosen pembimbing akademik.

5. Para Dosen Ilmu Komunikasi UII yang selama ini sudah memberi banyak

pengetahuan kepada penulis.

Page 8: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

viii

6. Perempuan yang selalu mendampingi penulis di kala senang maupun

susah, Siti Qoniatul Maghfiroh.

7. Saudara-saudari alumni PP. Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang;

Hamdani, Afif, Syifak, Meri, Lisna, Ruroh, Jazila, Nafada.

8. Almarhum Imam At-Tirmidzi, yang tanpanya, penulis tidak akan pernah

berinteraksi dengan konflik lingkungan di Rembang.

9. Teman-teman dari Gerakan Literasi Indonesia, terkhusus Kang Dwicipta,

yang sudah bersedia menjadi partner diskusi tentang konflik di Rembang.

10. Saudara-saudari penulis di Ilmu Komunikasi, LPM Kognisia, Komunitas

Red_Aksi, dan lingkar Persma UII; Rizal, Zakiyah, Satryo, Mirza, Indah,

Nafisah, Niken, Reza, Ranisa, Nurul, Galih, Josi, Cholis, dan teman-teman

lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu karena saking banyaknya.

11. Keluarga KKN 63-64 Fadil, Hani, Adinda, Ajeng, Rahayu, Anjar, Emen,

Kentang, Yudha, Pandu, Syakia, Salma.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan semua yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini,

masih terdapat banyak kekurangan. Maka penulis berharap, kepada siapapun

yang membaca, agar seyogyanya menyampaikan kritik dan saran yang

membangun sehingga penulis dapat menyempurnakan karya ilmiah ini. Penulis

pun berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 9 Mei 2018

Penulis

Khumaid Akhyat Sulkhan

Page 9: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK ................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................... v

MOTTO.................................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

ABSTRAK ........................................................................................................... xiv

ABSTRACT ............................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9

1. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 9

2. Kerangka Teori..................................................................................... 13

a. Wacana dan Analisis Wacana Kritis .............................................. 13

b. Jurnalisme Lingkungan .................................................................. 18

c. Media Mainstream dan Media Alternatif ....................................... 21

F. Metode Penelitian....................................................................................... 23

1. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 23

2. Unit Analisis......................................................................................... 24

3. Tahap Penelitian ................................................................................... 25

a. Teks ................................................................................................ 25

b. Praktik Kewacanaan ....................................................................... 26

c. Praktik Sosial dan Budaya ............................................................. 26

4. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 26

BAB II GAMBARAN UMUM .............................................................................. 28

Page 10: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

x

A. Media Onlinse Liputan6.com ..................................................................... 28

B. Media Online Selamatkanbumi.com .......................................................... 29

C. Konflik Pembangunan Pabrik Semen PT Semen Indonesia di Rembang .. 31

BAB III TEMUAN ANALISIS DATA ................................................................. 34

A. Analisis Teks Liputan6.com....................................................................... 34

1. Judul Teks: Pendirian Pabrik Semen Tuai Protes, Ini Kata Semen

Indonesia ............................................................................................. 34

a. Representasi ................................................................................... 34

b. Relasi .............................................................................................. 35

c. Identitas .......................................................................................... 36

2. Judul Teks: Kalau Semen Indonesia PunyaAmdal, Pembangunan

Pabrik BisaLanjut ................................................................................. 37

a. Representasi ................................................................................... 37

b. Relasi .............................................................................................. 38

c. Identitas .......................................................................................... 39

3. Judul Teks: Warga Blora Tolak Pendirian Pabrik Semen ................... 39

a. Representasi ................................................................................... 40

b. Relasi .............................................................................................. 41

c. Identitas .......................................................................................... 41

4. Judul Teks: Hari Tani, Bupati Kendal Dukung Ratusan Petani Demo 42

a. Representasi ................................................................................... 42

b. Relasi .............................................................................................. 43

c. Identitas .......................................................................................... 44

5. Judul Teks: Kala Puluhan Petani Wanita Salah Mengadu ke KPK .... 45

a. Representasi ................................................................................... 45

b. Relasi .............................................................................................. 46

c. Identitas .......................................................................................... 47

6. Judul Teks: Aksi Massa di Semarang Tolak Pabrik Semen - Aksi

Buruh di Bandung ................................................................................ 47

a. Representasi ................................................................................... 48

b. Relasi .............................................................................................. 48

c. Identitas .......................................................................................... 49

Page 11: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

xi

7. Judul Teks: Pekerjaan Rumah Menanti Bos Baru Semen Indonesia ... 49

a. Representasi ................................................................................... 50

b. Relasi .............................................................................................. 50

c. Identitas .......................................................................................... 51

8. Judul Teks: Dirut Semen Indonesia lapor kemajuan Pabrik Baru ke JK

.............................................................................................................. 51

a. Representasi ................................................................................... 51

b. Relasi .............................................................................................. 52

c. Identitas .......................................................................................... 53

B. Analisis Teks Selamatkanbumi.com .......................................................... 53

1. Judul Teks: Tolak Penambangan dan Pendirian Pabrik Semen di

Rembang .............................................................................................. 53

a. Representasi ................................................................................... 55

b. Relasi .............................................................................................. 55

c. Identitas .......................................................................................... 56

2. Judul Teks: [Seruan Solidaritas] Aksi Warga Rembang Tolak Pabrik

Semen Direpresi Aparat ....................................................................... 56

a. Representasi ................................................................................... 56

b. Relasi .............................................................................................. 57

c. Identitas .......................................................................................... 58

3. Judul Teks: Chronology of Resitance to the Cement Factory In

Rembang .............................................................................................. 58

a. Representasi ................................................................................... 59

b. Relasi .............................................................................................. 60

c. Identitas .......................................................................................... 60

4. Judul Teks: [Rilis solidaritas dari Blora] Tolak Pabrik Semen di

Pegunungan Kendeng Utara! ............................................................... 61

a. Representasi ................................................................................... 61

b. Relasi .............................................................................................. 62

c. Identitas .......................................................................................... 64

5. Judul Teks: Rakyat Melawan: Aksi Protes Rembang, Pandang Raya,

Kulonprogo .......................................................................................... 64

a. Representasi ................................................................................... 65

b. Relasi .............................................................................................. 67

c. Identitas .......................................................................................... 67

6. Judul Teks: Kronologi Represi Aparat Terhadap Ibu-Ibu Penolak

Pabrik Semen di Rembang 27 November 2014 ................................... 67

Page 12: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

xii

a. Representasi ................................................................................... 68

b. Relasi .............................................................................................. 69

c. Identitas .......................................................................................... 70

BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................................ 71

A. Temuan Analisis Teks ................................................................................ 71

1. Liputan6.com ....................................................................................... 71

2. Selamatkanbumi.com ........................................................................... 72

B. Praktik Kewacanaan ................................................................................... 73

C. Praktik Sosial dan Budaya ......................................................................... 79

D. Diskusi Teoritik .......................................................................................... 85

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 96

A. Kesimpulan ................................................................................................ 96

B. Saran ........................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 101

LAMPIRAN ......................................................................................................... 106

Page 13: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 JumlahpendudukRembang (usia 15 tahunkeatas)

berdasarkanlapangankerja) ..................................................................................... 82

Page 14: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

xiv

Abstrak

Khumaid Akhyat Sulkhan. 14321151. Jurnalisme Lingkungan dalam Konflik

Pabrik Semen di Rembang (Analisis Wacana Kritis Terhadap Pemberitaan

Mengenai Konflik Pembanguna Pabrik PT Semen Indonesia di Kendeng

Utara, Rembang, oleh Media Mainstream dan Media Alternatif Periode Juni

2014 - Desember 2015)

Penelitian ini bertujuan mengungkap wacanayang diproduksi oleh media

mainstream dan media alternatif mengenai konflik pembangunan pabrik semen

PT Semen Indonesia di Rembang dalam perspektif jurnalisme lingkungan.Subjek

dari kategori media mainstream adalah Liputan6.com, sedangkan subjek media

alternaitf adalah Selamatkanbumi.com. Fokus penelitian ini adalah pada narasi

teks berita dari periode Juni 2014-Desember 2015. Konflik pembangunan PT

Semen Indonesia di Rembang sendiri terjadi manakala pembangunan pabrik

tersebut disebut mengancam sumber mata air di CAT Watuputih dan mengancam

goa-goa bawah tanah di dasarnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis yang

dikembangkan oleh Norman Fairclough. Fokusnya ada tiga aspek, yaitu teks,

praktik kewacanaan, dan praktik sosial budaya. Sementara itu, penelitian ini juga

menggunakan teori jurnalisme lingkungan Ana Nadya Abrar dan sikap wartawan

lingkungan yang dirumuskan oleh Agus Sudibyo dalam buku 34 Prinsip Etis

Jurnalisme Lingkunganyaitu pro-keberlanjutan, pro-keadilan lingkungan,

biosentris, dan profesional.Dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa

Liputan6.com juga tidak memiliki sikap pro-keadilan lingkungan dan

biosentris.Sebab media Liputan6.com cenderung mendukung wacana “tambang

untuk kesejahteraan.” Narasi yang dihadirkan oleh media tersebut menyudutkan

argumen para penolak pabrik dengan menghadirkan pernyataan-pernyataan dari

para ahli dan politisi, tanpa investigasi mendalam tentang dampak pembangunan

pabrik semen di Rembang.Beritanyacenderung dari satu sisi sehingga kurang

profesional.Sementara itu, Selamatkanbumi.com cukup gencar mengawal isu-isu

lingkungan di Rembang. Wacana besar mereka adalah “tambang merusak

lingkungan.” Selamatkanbumi.com mencakup tiga sikap jurnalisme lingkungan,

kecuali profesionalitas.Sebab konten yang merekasajikan kebanyakan adalah

siaran pers dan satu sisi. Belum memenuhi suatu karya jurnalistik yang bermutu.

Kata kunci: Analisis Wacana Kritis, Konflik Pembangunan Pabrik Semen di

Rembang, Jurnalisme Lingkungan.

Page 15: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

xv

Abstract

Khumaid Akhyat Sulkhan. 14321151. Environmental Journalism in Cement

Conflict in Rembang (Critical Discourse Analysis on Coverage Concerning

Conflict of Cement Plant Development of PT Semen Indonesia in Northern

Kendeng, Rembang, by Mainstream Media and Alternative Media June 2014 -

December 2015 Period)

This research aims to reveal the discourse produced by mainstream media

and alternative media about conflict of cement factory development of PT Semen

Indonesia in Rembang in perspective of environmental journalism. The subject of

the mainstream media category is Liputan6.com, while the alternative media

subject is Selamatkanbumi.com. The focus of this research is on narrative news

texts from June 2014 to December 2015. The conflict of development of PT Semen

Indonesia in Rembang occurs when the construction of a plant has the potential to

threaten the springs in CAT Watuputih and threatens underground caves at the

bottom.

This study uses a critical discourse analysis approach developed by

Norman Fairclough. The focus there are three aspects, namely text, practice of

discourse, and socio-cultural practices. Meanwhile, this research also uses

environmental journalism theory Ana Nadya Abrar and environmental journalist

attitude formulated by Agus Sudibyo in book “34 Prinsip Etis Jurnalisme

Lingkungan” that is pro-sustainability, environmental pro-justice, biocentric, and

professional. In this study, the authors found that Liputan6.com also lacks

environmental and biocentric pro-environmental attitudes.. Because media

Liputan6.com tend to support the discourse of "mine for the welfare."The

narrative presented by the media cornered the arguments of the factory repellent

by presenting statements from experts and politicians, without an in-depth

investigation of the impact of the construction of a cement plant in Rembang. The

news tends to one side so that, of course, is less professional.Meanwhile,

Selamatkanbumi.com quite aggressively raise the news about the conflict

environment in Rembang.Their big discourse is "mine destroys the

environment."Selamatkanbumi.com includes three attitudes of environmental

journalism, except professionalism.Because the content they serve mostly is press

release and one side. Has not fulfilled a quality journalistic work.

Keywords: Critical Discourse Analysis, Conflict of Cement Plant Development in

Rembang, Environmental Journalism.

Page 16: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia, dalam kebijakannya, menjadikan eksploitasi

kekayaan alam sebagai sarana untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi

(Saputra, 2014:4). Kebijakan ini pada akhirnya mendorong penguasaan sumber

daya alam oleh para pemodal yang terus menerus meningkatkan kekayaannya

lewat sektor perkebunan dan pertambangan. Hal tersebut tidak luput dari agenda

neoliberalisasi ekonomi Indonesia yang menganakemaskan industrialisasi sebagai

penguat infrastruktur dan peningkat kesejahteraan.

Sayangnya, kegiatan industrialisasi di Indonesia, baik industri perkebunan

maupun pertambangan, seringkali mengabaikan dampak negatifnya terhadap

kelestarian lingkungan. Padahal permasalahan lingkungan merupakan

permasalahan yang menyangkut masa depan seluruh manusia. Kasus-kasus

kerusakan alam yang mengerikan seperti lumpur Lapindo Sidoarjo dan kebakaran

hutan di Kalimantan menjadi bukti nyata praktik industrialisasi yang justru

kontraproduktif dengan wacana kesejahteraan. Ada pula dampak kerusakan alam

akibat eksploitasi yang tidak bisa dirasakan secara langsung karena efeknya yang

jangka panjang seperti kekeringan air.

Dalam satu dekade terakhir, sebagaimana dikatakan oleh Wiko Saputra

(2013:24), pemerintah benar-benar menggenjot pertumbuhan melalui eksploitasi

sumber daya alam yang masif. Polanya adalah di mana daerah-daerah yang

berpotensi memiliki sumber daya alam yang besar menjadi target dari

pembangunan. Persoalannya ialah ketika kepentingan ekonomi tersebut

menghajar habis-habisan sumber daya alam tanpa ampun. Maka, bila mengacu

pada keterangan Wiko, bisa dikatakan bahwa konflik lingkungan di Indonesia tak

luput dari permasalahan struktural yang melibatkan relasi kuasa pemerintah dalam

melanggengkan industrialisasi.

Page 17: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

2

Pada sisi lain, sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari bahwa

industrialisasi, meskipun menunjang penguatan ekonomi, akan tetapi memiliki

dampak yang berbahaya bagi kelestarian lingkungan hidup. Dari sinilah

perlawanan demi perlawanan mulai timbul, ketika pemerintah dan korporasi

semakin menggalakkan pembukaan lahan demi kegiatan industri. Sengketa

agraria antara masyarakat yang tak ingin lingkungan hidupnya dieksploitasi

dengan pihak korporasi yang mementingkan sektor ekonomi tak dapat dielakkan.

Sepanjang 2015, Konsorsarium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat ada

252 kasus konflik agraria, dengan luas wilayah konflik mencapai 400.430 hektar

yang melibatkan sedikitnya 108.714 kepala keluarga (KPA, 2015:4). Memasuki

2016, jumlah konflik agraria naik menjadi 450 konflik dengan luasan wilayah

1.265.027 hektar yang melibatkan 86.745 kepala keluarga yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia. Sektor perkebunan menduduki peringkat pertama dengan 163

konflik, disusul sektor properti dengan jumlah konflik 117, lalu di sektor

infrastruktur dengan jumlah konflik 100, Kemudian, di sektor kehutanan sebanyak

25 konflik, sementara di sektor pertambangan, tercatat sedikitnya 21 konflik.

Sisanya ialah sektor pesisir dan kelautan dengan 10 konflik dan terakhir sektor

migas serta pertanian yang sama-sama menyumbang sebanyak 7 konflik (KPA,

2016:3-6).

Salah satu konflik lingkungan dalam sengketa agraria, adalah polemik

mengenai keberadaan PT. Semen Indonesia di Rembang yang melibatkan aspek

lingkungan hidup, dan telah menjadi salah satu permasalahan nasional yang

semakin mendesak untuk diselesaikan.

Sebagaimana ditegaskan oleh Ming-Ming Lukiarti, dalam buku Rembang

Melawan (2015:145), bahwa penambangan karst di kawasan Kendeng oleh PT.

Semen Indonesia, akan merusak sumber mata air di Gunung Watuputih yang

dalam kehidupan sehari-hari juga dimanfaatkan oleh PDAM (Perusahaan Air

Minum Daerah) Rembang untuk melayani puluhan ribu Warga Lasem dan

Rembang. Selain itu, pertambangan karst juga dinilai akan menurunkan

produktivitas pertanian karena berpotensi mengakibatkan kekeringan sumber air,

Page 18: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

3

polusi debu, dan terganggunya keseimbangan ekosistem. Pada akhirnya, seperti

dikatakan Ming-Ming, hal tersebut akan menyebabkan hancurnya ketahanan

pangan nasional dan daerah.

Bagaimanapun, konflik lingkungan di Rembang telah menarik perhatian

banyak kalangan, mulai dari aktivis, akademisi, pegiat lingkungan, pejabat publik

hingga para ulama. Banyak mereka yang mendukung pemberhentian operasi

pembangunan pabrik semen di Rembang, meski tak sedikit pula yang kemudian

menyatakan pro terhadap adanya industri semen yang ironisnya banyak datang

dari warga area pertambangan itu sendiri.

Situasi konflik di Rembang pun berkembang dari yang tadinya laten

menjadi konflik manifest (Oktaviana, 2015:77). Banyak asumsi mengenai alasan

mengapa muncul gerakan masyarakat Rembang pro-semen ini, akan tetapi yang

jelas, pemahaman mengenai lingkungan, terutama pentingnya karst, masih minim

di kalangan masyarakat (Cipta, 2015:18). Sehingga hal tersebut acapkali

mengakibatkan masyarakat menelan begitu saja mitos-mitos kesejahteraan yang

dijejalkan oleh korporasi tanpa memahami adanya potensi krisis lingkungan.

Melihat fakta tersebut, pengenalan serta pemahaman mengenai persoalan

lingkungan menjadi penting, dalam konteks masyarakat Rembang juga Indonesia

secara luas agar tidak terjadi distorsi gerakan yang malah mendukung pihak-pihak

yang hendak mengeksploitasi alam secara besar-besaran. Pemahaman tentang

persoalan lingkungan hidup juga akan semakin meningkatkan kesadaran dalam

diri masyarakat, sehingga makin banyak orang yang bersedia berjuang

melestarikan alam.

Tentu saja dalam hal ini, medialah yang memiliki peran penting memberi

pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam.

Sebab, umumnya para pekerja media (pers) di Indonesia secara fundamental juga

mengimani 9 elemen jurnalisme yang dirumuskan oleh Bill Kovach dan

Rossenstiel yang salah satu poin utamanya adalah memprioritaskan kepentingan

masyarakat (Kovach dan Rossenstiel, 2006:6). Maka jelas, media harus turut

Page 19: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

4

mem-blow up konflik Kendeng dengan selalu menampilkan fakta-fakta yang

penting untuk diketahui masyarakat. Terutama mengenai persoalan lingkungan

hidup di Kendeng dan bagaimana dampaknya ketika pendirian pabrik semen

benar-benar dilakukan di sana.

Pentingnya liputan terkait isu lingkungan sebetulnya telah lama disadari

oleh pers. Bahkan hal itu memunculkan suatu tuntutan dan harapan akan

kemampuan pers dalam memotret kompleksitas persoalan lingkungan sekaligus

berkontribusi atas pemecahan masalahnya. Pada gilirannya tuntutan dan harapan

ini pun melahirkan suatu disiplin tersendiri dalam kajian media, yaitu jurnalisme

lingkungan. Ana Nadya Abrar mendefinisikan jurnalisme lingkungan sebagai

cara-cara jurnalistik yang mengedepankan masalah lingkungan hidup dan

berpihak pada kesinambungannya (1993:9).

Peran jurnalisme lingkungan di Indonesia sangat penting. Sebab, seperti

disampaikan Agus Sudibyo dalam buku 34 Prinsip Etis Jurnalisme Lingkungan,

tujuan utama dari jurnalisme lingkungan adalah menyampaikan seruan kepada

publik untuk berpartisipasi terhadap kelestarian lingkungan hidup (2015:4). Oleh

karenanya, hal tersebut berkaitan erat dengan kepentingan publik itu sendiri. Di

sisi lain, aktivitas jurnalisme lingkungan juga didasari atas pemahaman bahwa

persoalan lingkungan hidup acap kali bersentuhan langsung dengan masalah

politik nasional, politik lokal, hubungan internasional, keadilan ekonomi, dan

keadilan sosial.

Sejak kasus Semen di Rembang mencuat, banyak media memberitakan

perkembangan konfliknya, baik media skala regional maupun nasional. Namun,

belum bisa dipastikan sudah sejauh mana media-media di Indonesia mengawal

wacana pembebasan lingkungan di Rembang. Mengingat seringkali media hanya

terpaku pada konflik prosedural, teknis, dan mengabaikan liputan mendalam

mengenai lingkungan. Selain itu, media juga tak lepas dari kepentingan-

kepentingan para pemegang kuasanya.

Page 20: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

5

Bahkan ada beberapa media yang tidak menjadi sarana informasi

mengenai persoalan lingkungan bagi masyarakat, dan justru malah semakin

menambah kesimpang-siuran kabar. Hendra Tri Ardiyanto (Cipta, 2015:110-121)

mengatakan bahwa sejumlah media dengan tega memfitnah ibu-ibu petani

Kendeng yang melakukan perlawanan dengan tinggal di tenda selama ratusan

hari. Salah satu fitnah tersebut, menurut Hendra, datang dari seseorang bernama

Alfin Tofler, wartawan Bareksa.com, yang menyatakan jika ibu-ibu yang tinggal

di tenda merupakan demonstran bayaran.

Memang tak bisa dipungkiri, bahwa media cenderung seringkali menjadi

instrumen bagi pihak yang memiliki kepentingan-kepentingan terselubung. Tak

jarang, media mengonstruk suatu ideologi mengenai apa yang baik dan apa yang

buruk. Kemudian konstruksi ideologi tersebut dimapankan dan disebarkan dengan

tujuan membantu menyebarkan ide atau gagasan dari kelompok dominan untuk

mengontrol kelompok lain (Barrat, 1994: 51-52).

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktur Eksekutif Walhi (Wahana

Lingkungan Hidup) Jawa Barat, Dadan Ramdan, dalam Mongabay.id,

mengungkapkan bila media arus utama atau media mainstream, memang saat ini

justru kurang memberi perhatian terhadap isu-isu lingkungan. Dadan menduga hal

semacam itu terjadi lantaran banyak media di Indonesia dimiliki oleh pengusaha-

pengusaha yang terlibat dalam bisnis yang merusak lingkungan1, memperkuat

asumsi bila media mainstream memang kerapkali ditunggangi kepentingan

pemiliknya.

Kondisi inilah yang kemudian menjadikan kemunculan model media

alternatif berorientasi pemahaman intersubjektif dan kesadaran nyata

masyarakat/komunitas (Karman, 2013: 25). Jika memang begitu, maka bisa

dibilang kemunculan sejumlah media alternatif yang konsen terhadap aktivitas

1 Nugraha, Indra. “Media Arus Utama Masih Minim Angkat Isu Lingkungan,” http://www.mongabay.co.id/2012/10/26/media-arus-utama-masih-minim-angkat-isu-lingkungan/. Diakses 05, April 2017

Page 21: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

6

jurnalisme lingkungan menjadi sebuah perlawanan terhadap dominasi media

mainstream yang lebih mementingkan kemauan pasar.

Oleh karenanya, berdasarkan paparan di atas, maka penulis hendak

menganalisis wacana pemberitaan konflik semen di Rembang dalam media

mainstream dan media alternatif, dari perspektif jurnalisme lingkungan. Penulis

ingin menggali lebih dalam apakah media mainstream dan media alternatif sudah

memuat wacana tentang lingkungan yang menjadi kunci penting dari konflik

tersebut. Bagaimana dua kategori media tersebut memandang praktik

industrialisasi yang dinilai merugikan lingkungan serta bagaimana media

mainstream dan media alternatif mereproduksi wacana kebenaran tentang konflik

semen di Rembang.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skema analisis wacana kritis

yang dikembangkan oleh Norman Fairclough. Analisis wacana kritis Fairclough

ini akan berfokus pada tiga aspek, yaitu teks, praktik kewacanaan, dan praktik

sosial budaya.

Media mainstream dalam konteks penelitian ini adalah Liputan6.com.

Media tersebut dipilih karena pertama, Liputan6.com merupakan berita online

nasional serta memiliki intensitas pemberitaan mengenai konflik pabrik semen di

Rembang yang cukup banyak. Selain itu Liputan6.com menjadi media di

Indonesia dengan peringkat top 8 sites versi alexa.com tahun 2018, mengalahkan

prestasi kompas.com yang memang sudah dikenal sebagai penerbitan besar skala

nasional. Sejumlah penghargaan juga telah diraih media ini. Pada tahun 2016,

Liputan6.com menyabet penghargaan The Best Digital Product (Produk Digital

Terbaik) Kategori "News & Magazine App" dan The Best Website (Situs Terbaik)

di kategori "Situs Berita" pada acara Social Media Award (SMA) dan Digital

Marketing Award (DMA) 2016 yang dihelat di Jakarta.

Sedangkan media alternatif yang dipilih dalam hal ini ialah media online

Selamatkanbumi.com. Media ini disebut sebagai media alternatif dengan

mempertimbangkan asalnya sebagai media yang digagas oleh organisasi Forum

Page 22: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

7

Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA). FKMA merupakan sebuah organisasi

yang dibentuk oleh gerakan-gerakan komunitas petani/masyarakat. Mereka

bergerak secara independen tanpa ada campur tangan LSM, pemerintah, maupun

donatur.

Dalam skripsi ini, peneliti akan memfokuskan analisis pada teks-teks yang

berada pada rentang periode Juni 2014 hingga Desember 2015. Alasannya karena

pada tahun-tahun itulah pertarungan wacana, antara yang pro pembangunan

pabrik semen dengan yang kontra, mulai dimapankan secara masif. Konflik yang

bahkan sampai pada adu fisik antara tentara melawan masyarakat sipil juga

beberapa kali terjadi pada periode tersebut. Lalu, rentang periode 2015 juga

muncul aksi-aksi solidaritas terhadap petani Rembang di beberapa wilayah seperti

Semarang, Blora, dan Yogyakarta.

Sementara alasan pemilihan media baru (online) sebagai subjek penelitian

dibanding media konvensional ini mengacu pada beberapa hal. Pertama,

sebagaimana dalam buku Journalism and New Media karya Jhon Pavlik (2001:4),

media online memiliki beberapa keunggulan dibanding media konvensional yang

diantaranya ialah model komunikasi yang lebar, hyperlink dalam media yang

membuat banyaknya informasi mengenai suatu konflik menjadi terintegrasi dan

mudah diakses, audiens yang lebih interaktif, serta mampu menghadirkan sebuah

kedinamisan pemberitaan. Selain itu, esensi media online sebagai penyampai

informasi kepada khalayak juga menjadikan para jurnalisnya berada dalam suatu

titik silang yang cukup dilematis, antara mengupayakan berakhirnya konflik atau

bahkan memerpanjangnya.

Penelitian ini akan menarik, mengingat masih belum banyak yang

membahas bagaimana konflik lingkungan direkam dan direproduksi dalam media

onlinedi Indonesia. Selain itu, riset ini akan memberikan kontribusi terhadap

minimnya penelitian yang membahas wacana dalam media mainstream dan media

alternatif di Indonesia.

Page 23: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

8

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, rumusan masalahnya bertolak dari pertanyaan,

“bagaimana media mainstream dan media alternatif memproduksi wacana terkait

konflik lingkungan di kawasan Kendeng dalam perspektif jurnalisme

lingkungan?” Analisis wacana dalam penelitian ini menggunakan tiga skema

analisis wacana kritis Norman Fairclough. Sehingga pertanyaan penelitiannya

meliputi tiga skema tersebut, yaitu antara lain:

1. Bagaimana media Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com

menarasikan kebenaran konflik lingkungan di Rembang dalam

teks-teksnya?

2. Bagaimana praktik kewacanaan dalam produksi teks media

Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com?

3. Bagaimana praktik sosial yang memengaruhi praktik kewacanaan

dan produksi teks Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya ingin mengungkap dan mendeskripsikan

secara mendalam mengenai bagaimana wacana lingkungan dalam media

mainstream dan media alternatif diproduksi. Lebih dari itu, penelitian ini juga

ingin mengungkap lebih dalam bagaimana media mainstream dan media

alternatif menciptakan realitas kebenaran mengenai konflik semen di area

pegunungan Kendeng Utara dari perspektif jurnalisme lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini akan menambah kekayaan intelektual para

peneliti di Indonesia. Terutama bagi mereka yang tertarik mengkaji

jurnalisme lingkungan, serta riset media baru. Penelitian ini juga bisa

menjadi rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang hendak

Page 24: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

9

meneliti pertarungan wacana antara media mainstream dan media

alternatif.

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi refleksi

serta acuan bagi para awak jurnalis agar tidak hanya berorientasi pada

kepentingan kapital dan mengabaikan permasalahan lingkungan yang

sebenarnya merupakan urusan bersama. Hasil penelitian ini juga akan

menjadi evaluasi bagi kerja jurnalisme media mainstream dan media

alternatif.

E. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Muhammad Solihin, dalam tesisnya yang meneliti konstruksi berita

mengenai konflik Kendeng di media online Kompas.com dan Suaramerdeka.com

menemukan bahwa media-media tersebut memiliki kecenderungan untuk berperan

netral dan seringkali sebagai pemertajam konflik, di samping lebih menekankan

sisi human interest-nya demi kepentingan pasar (Solihin, 2016:188). Tesis

Muhammad Sholihin ini, meskipun cukup menggambarkan kecenderungan media

mainstream, namun belum mengkaji sisi jurnalisme lingkungan yang ada di

media-media tersebut. Padahal, peran jurnalisme lingkungan dalam persoalan

yang menyangkut lingkungan hidup menjadi suatu hal yang penting.

Perbedaannya dengan riset ini selain dari sisi kajian jurnalismenya juga pada

media yang diteliti.

Selanjutnya skripis milik Rizki Ramadhan Nasution. Pada skripsi tersebut,

Rizki hendak melihat dan mendeskripsikan bagaimana implementasi jurnalisme

lingkungan dalam pemberitaan kabut asap di Harian Waspada edisi 01 September-

13 November 2015. Media tersebut dinilai tepat dijadikan subjek penelitian

karena menurut si peneliti, Harian Waspada telah mempunyai kredibilitas yang

tinggi di tengah kehidupan masyarakat Medan,ditambah media tersebut tergolong

salah satu media tertua di kota itu. Selama 60 tahun berdiri, Harian Waspada juga

Page 25: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

10

menjadi salah satu surat kabar lokal yang konsisten dalam melakukan pemberitaan

mengenai lingkungan hidup (Nasution, 2016:5).

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitatif dan pendekatan

deskriptif untuk mengurai suatu pesan secara rinci dalam setiap teksnya.

Selanjutnya, peneliti memfokuskan penelitiannya pada tiga hal, yaitu

implementasi kode etik jurnalisme lingkungan berkaitan dengan pemberitaan

kabut asap, jenis-jenis berita, posisi penempatan dan frekuensi penggunaan

narasumber pada pemberitaan kabut asap. Penelitian Rizki Ramadhan ini

menunjukkan bahwa media Harian Waspada rupanya tidak memenuhi krtiteria

jurnalisme lingkungan hidup yang ditetapkan oleh Center Of Journalism melalui

code of ethics of environmental journalism. Selain itu, berita mengenai polemik

kabut asap pun relatif sedikit, yaitu sekitar 9, 67% , ini menunjukkan bahwa berita

tentang lingkungan masih belum menjadi prioritas.

Kesamaannya dengan penelitian ini adalah pembahasan soal jurnalisme

lingkungan sebagai kajian pentingnya. Sementara perbedaannya sendiri terletak

pada fokus media yang diteliti serta permasalahan lingkungannya. Dalam

penelitian ini, penulis fokus meneliti media Liputan6.com dan

Selamatkanbumi.com dengan permasalahan pembangunan pabrik semen di

Rembang. Analisis yang digunakan pun berbeda sebab peneliti dalam riset ini

menggunakan pisau analisis Norman Fairclough sebagai metodenya yang tidak

memisahkan teks dengan konteks.

Skripsi Rosalita Dian Utami yang menganalisis framming jurnalisme

lingkungan dalam pemberitaan pembangunan pabrik semen di kawasan

pegunungan Kendeng, Rembang oleh media online Mongabay.id. Dian

menggunakan analisis framming model model Robert N. Entman untuk melihat

bagaimana wacana jurnalisme lingkungan diproduksi oleh Mongabay.id dalam

dua level yakni teks serta konteks. Dalam skripsi tersebut, Dian menemukan

bahwa praktik jurnalisme lingkungan pada Mongabay.id lebih cenderung

menampilkan ancaman-ancaman bila pabrik semen dibangun di pegunungan

Page 26: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

11

Kendeng serta memberikan solusinya dibanding menampilkan konflik

kepentingan (2016:159).

Senada dengan temuan Dian, Ratna Prastika yang juga menggunakan

analisis framming model Robert N. Entman untuk meneliti bingkai jurnalisme

lingkungan pada pemberitaan kabut asap di Riau oleh media online Riau Pos dan

Tribun Pekanbaru juga menemukan pola framming jurnalisme lingkungan yang

sama,yaitu jurnalisme yang tak hanya berfokus pada definisi penyebab masalah

kabut asap di Riau serta dampak-dampaknya. Akan tetapi juga solusi pemerintah

untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut (2015:99-100). Dua penelitian

tersebut walaupun sama-sama mengkaji soal jurnalisme lingkungan, akan tetapi

memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan penelitian ini.

Pertama, penelitian ini hendak mengungkap wacana mengenai konflik

pembangunan pabrik semen di Rembang dalam media mainstream dan alternatif

melalui perspektif jurnalisme lingkungan, khsususnya bagaimana dua kategori

media tersebut mengonstruksi kebenaran yang dimapankan dalam masyarakat.

Kedua, model analisis yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

analisis wacana kritis yang dikembangkan Norman Fairclough.

Berbeda dengan Entman yang melihat teks berita dari dua unsur, yaitu

seleksi isu serta penonjolan isu. Analisis wacana kritis model Fairclough

memandang posisi wacana pada teks sebagai praktik transfer makna yang

berlandaskan pada ideologi-ideologi tertentu sebagai bagian dari pengukuhan

dominasi dan subordinasi terhadap masyarakat. Dalam konsepnya, Fairclough

menawarkan tiga dimensi analisis yaitu teks, praktik kewacanaan, dan praktik

sosial.

Definisi tentang mainstream dan alternatif di sini penulis ambil dari riset

Crhistian Fuhz dalam European Journal of Social Theory yang diterbitkan tahun

2010 berjudul Alternative Media As Critical Media. Riset Fuhz tersebut memang

hendak menarik suatu definisi yang tegas antara mainstream media sebagai media

kapitalis yang tidak independen, dengan penerbitan skala besar, serta

Page 27: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

12

mendominasi wacana, dan alternative media sebagai media kritis, berbasis akar

rumput, dengan skala penerbitan kecil, tetapi independen dan umumnya

memainkan wacana yang kurang dominan.

Penelitian mengenai jurnalisme lingkungan lainnya penulis kutip dari

jurnal Discourse and Communication yang diterbitkan oleh Sagepub.com, yakni

artikel jurnal Monika Bednarek dan Helen Caple yang fokus membahas

bagaimana penerbitan The Sydney Morning Herald (SMH), Australia, memainkan

cerita-cerita fenomena lingkungan di korannya. Dengan menggunakan kerangka

semiotika sosial dan teori penilaian, mereka menganalisa korpus dari 40 cerita

dalam istilah-istilah yang membentuk makna evaluatif melalui judul, gambar,

serta keterangan. Setelah itu mereka menginterpertasikan temuan mereka ke

dalam dua perspektif, yakni melalui perspektif Critical Discourse Analysis (CDA)

dan Positive Discourse Analysis (PDA).

Dalam jurnal tersebut, Monika dan Helen menemukan fakta bahwa SMH

acap kali menyadur judul film dan lagu untuk judul cerita-cerita fenomena

lingkungannya. Seperti salah satu judul beritanya, Dry Hard With A Vengeance

yang merupakan saduran film Die Hard: With A Vengeance dan judul And they

call this Ocean Breeze yang disadur dari lagu And They Call It Puppy Love.

Selain itu, mereka juga menemukan adanya ketidaksesuaian antara judul, gambar,

dengan keterangan cerita. Seperti dalam berita cerita It’s Spraytime On The

Waterfront, dengan judul Spraytime yang menurut peneliti merupakan

perumpamaan dari Playtime disertai gambar sekelompok anak yang tengah

bermain-main air. Padahal di keterangan berita tersebut, secara serius SMH

sedang membicarakan soal badai.

Dari perspektif PDA, dominasi gambar serta judul cerita itu secara positif

dimaknai sebagai sebuah cara agar pembaca tidak bosan sekaligus upaya melawan

pemikiran santai orang-orang dalam menghadapi bencana alam. Namun dari

perspektif CDA, pemberitaan semacam itu cukup problematik karena berpotensi

membuat pembaca meremehkan dampak serius bencana lingkungan yang

mungkin diakibatkan ulah manusia (5-18). Perbedaannya dengan penelitian ini

Page 28: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

13

cukup banyak, sebab penelitian Monika hanya fokus pada permasalahan

bagaimana wacana jurnalisme lingkungan diproduksi di media SMH dari

pandangan PDA serta CDA, sementara penelitian ini berusaha melihat bagaimana

dua kategori media mewacanakan kebenaran atas konflik lingkungan di Rembang.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa

kebaruan dari penelitian ini ialah soal bagaimanamedia mainstream dan media

alternatif memroduksi wacana tentang konflik pembangunan pabrik PT Semen

Indonesia di Rembang. Mengingat media mainstream yang cenderung

berorientasi pada kepentingan pasar serta kemunculan media alternatif yang

menurut Atton dan Hamilton merupakan suatu bentuk kekecewaan terhadap

jurnalisme mainstream (2008:1). Tentu menarik mengkaji bagaimana dua kategori

tersebut memproduksi kebenaran tentang konflik semen di Rembang. Selain itu,

menurut Fuhz riset tentang media alternatif seringkali menjadi bidang riset yang

terbengkalai (2010:174). Oleh karenanya penelitian ini akan berkontribusi dalam

riset-riset mengenai media mainstream dan alternatif di Indonesia yang masih

tergolong minim, terutama dalam hal penarikan definisi antara dua konsepsi

media tersebut secara tegas.

2. Kerangka Teori

a. Wacana dan Analisis Wacana Kritis

Menurut Deddy Mulyana, istilah wacana berasal dari bahasa sansekerta

yaitu wac/wak/uak yang artinya “berkata” atau “berucap” sementara kata ana

merupakan bentuk akhiran yang bermakna membendakan. Secara sederhana

wacana bisa diartikan sebagai perkataan atau tuturan (Mulyana, 2005:3). Di

Indonesia wacana seringkali dipakai oleh para ahli bahasa sebagai terjemahan dari

istilah bahasa Inggris discourse. Discourse sendiri berakar dari bahasa latin

discursus (lari ke sana lari ke mari) (Oetomo, 1993:3). Sementara di Kamus Besar

Bahasa Indonesia Kontemporer, kata wacana memiliki tiga pemahaman. Pertama,

perkataan, tuturan, atau percakapan. Kedua, keseluruhan tutur atau kecakapan

dalam satu kesatuan. Ketiga, sebuah satuan bahasa yang besar dan lengkap yang

direalisasikan dalam suatu bentuk karangan utuh (Salim, 2002:1709).

Page 29: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

14

Meski bisa dipahami dari sisi etimologi, akan tetapi menurut Jorgensen

dan Philips sampai saat ini belum ada konsensus yang jelas mengenai apa itu

wacana dan bagaimana menganalisisnya (2010:1-2). Padahal wacana telah

menjadi suatu bahasan yang populer di mana-mana, baik dalam perdebatan

maupun teks-teks ilmiah. Namun kedua peneliti tersebut mengatakan penggunaan

istilah wacana masih cenderung sembarangan bahkan seringkali tanpa di

definiskan terlebih dahulu.

Hal itu berakibat pada kaburnya makna wacana itu sendiri. Lebih jauh,

Jorgensen dan Philips mengkritik gagasan umum mengenai wacana sebagai

bahasa yang ditata menurut pola-pola yang berbeda dalam konteks-konteks

berbeda. Bagi mereka definisi tersebut belum mampu menjelaskan apa

sesungguhnya wacana itu? Bagaimana wacana berfungsi? Serta bagaimana cara

menganalisisnya? Berangkat dari hal itu, Jorgensen dan Philips pun menawarkan

definisi wacana sebagai “cara tertentu untuk membicarakan dan memahami dunia

(atau aspek dunia) ini.”

Teori mengenai wacana atau discourse sendiri sebetulnya tak bisa lepas

dari pemikiran seorang Michel Foucault. Bagaimanapun, Foucault telah

memainkan peran utama dalam perkembangan analisis wacana melalui karya

teoretis dan penelitian praktis (Jorgensen dan Philips, 2010:23). Hampir di semua

pendekatan analisis wacana, Foucault selalu menjadi sosok utama yang dikutip,

dihubungkan, dikomentari, dimodifikasi, dan juga dikritik.

Menurut Foucault, dalam buku Archaelogy of Knowledge (1972:80),

wacana di definisikan sebagai "general domain of statements.”

"Lastly, instead of gradually reducing the rather fluctuating meaning of

the word 'discourse', I believe that I have in fact added to its meanings:

treating it sometimes as the general domain of all statements, sometimes

as an individualizable group of statements, and sometimes as a regulated

practice that accounts for a certain number of statements" . (Foucault,

1972:80).

Maknanya ialah, wacana acap kali menjadi domain umum dari segala pernyataan,

kadang sebagai pernyataan sekelompok individu, dan bahkan sejumlah praktik

Page 30: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

15

kebijakan bagi sejumlah pernyataan. Artinya wacana adalah berbagai pernyataan

atau ungkapan yang diproduksi sehingga memiliki makna serta efek. Dengan kata

lain, Foucault tidak memandang wacana sebagai teks semata, akan tetapi

bagaimana teks tersebut diproduksi sedemikian rupa sehingga memiliki kekuatan.

Lebih jauh, Foucault menjelaskan bahwa wacana berasal dari kekuasaan

yang bekerja melalui jaringan relasi serta interaksi (Haryatmoko, 2010:12-15).

Kekuasaan bisa di mana saja karena ia tidak berada di luar relasi sosial atau

berada di tangan agen-agen tertentu, melainkan turut bermain di dalamnya. Selain

itu, kekuasaan dalam pandangan Foucault tidak semata-mata dipahami sebagai

bentuk penindasan, akan tetapi sebagai sebuah hal yang memiliki sifat produktif

(Jorgensen dan Philips, 2010:25). Karena itu bagi Foucault, kekuasaan mampu

memproduksi pengetahuan tersendiri mengenai suatu kebenaran yang pada

akhirnya akan berkembang dan melahirkan berbagai wacana.

Misalnya, tata norma dalam masyarakat mengatur bagaimana kita berlaku

secara baik dan benar. Dalam hal ini, tata norma yang berasal dari kesepakatan

masyarakat merupakan wacana yang mengatur gerak laku kita. Darinyalah

berbagai macam tindakan yang dianggap baik atau buruk berasal. Seterusnya,

tindakan kita yang mematuhi wacana norma tersebut juga akan memberi dampak

lain atau katakanlah mempoduksi sesuatu yang lain lagi. Dengan demikian,

wacana akan berlangsung dan berkembang secara terus-menerus dalam

kehidupan.

Teori wacana Foucault ini memberi pengaruh kuat bagi perkembangan

model analisis wacana kritis yang juga memperlakukan kekuasaan sebagai sesuatu

yang produktif serta memandang pentingnya pola-pola dominasi di mana suatu

kelompok sosial merupakan subordinasi kelompok sosial lain.

Tujuan dari analisis wacana kritis atau yang kerap disingkat AWK,

menurut Habermas (dalam Darma, 2009: 53) ialah untuk mengembangkan

asumsi-asumsi ideologis yang terkandung di dalam suatu teks atau ucapan dengan

Page 31: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

16

maksud menjelajah secara sistematis keterkaitan antara praktik-praktik diskursif,

teks, peristiwa, serta sosial budaya yang lebih luas.

Menurut Jorgensen dan Philips (2010:114), analisis wacana kritis

digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara

wacana, perkembangan sosial, serta kultural dalam domain-domain sosial yang

berbeda. Ada lima ciri umum analisis wacana kritis dalam pendekatan-pendekatan

yang berbeda sebagaimana disajikan oleh Jorgensen dan Philips (2010: 115-120)

dari tinjauan Fairclough dan Wodak, yang kurang lebih antara lain:

1. Sifat struktur, proses budaya, dan sosial merupakan sebagian Linguistik-

Kewacanaan. Dengan kata lain, praktik-praktik kewacanaan (dari mulai

produksi hingga konsumsi) dilihat sebagai bentuk dari praktik sosial yang

berkontribusi besar terhadap penyusunan dunia sosial yang mencakup

berbagai hubungan serta identitas sosial.

2. Wacana tersusun dan bersifat konstitutif. Artinnya wacana merupakan

bentuk praktik sosial yang disusun oleh praktik-praktik sosial yang lain.

Sederhananya, kita melihat bagaimana sebuah struktur sosial memainkan

pengaruh terhadap praktik kewacanaan yang pada akhirnya juga

berpengaruh terhadap suatu tatanan sosial.

3. Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis secara empiris sesuai konteks

sosialnya. Ini menegaskan bahwa analisis wacana tak lepas dari bagaimana

bahasa dalam interaksi sosial. Dengan kata lain, mesti memetakan

bagaimana hubungan kultural, sosial, serta nonwacana dalam struktur yang

menyusun konteks wacana itu sendiri.

4. Melihat fungsi wacana secara ideologis. Dalam hal ini, wacana dipandang

sebagai praktik sosial yang mengonstruk representasi dunia, subjek sosial,

dan hubungan-hubungan kekuasaan serta peran kelompok-kelompok

tertentu guna melanggengkan kepentingannya.

5. Analisis wacana kritis bukan pendekatan yang secara politik netral. Sebab

analisis wacana kritis memihak pada kelompok-kelompok sosial yang

tertindas.

Page 32: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

17

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisis wacana kritis

model Fairclough. Bagi Fairclough wacana secara ideologis berkontribusi dalam

usaha untuk mempertahankan dan mentrasformasikan hubungan-hubungan

kekuasaan (Jorgensen dan Philips, 2012:22). Dalam Discourse and Social

Change, Norman Fairclough memandang bahasa sebagai praktik sosial

(Fairclough, 1992:63-64). Pandangan Fairclough ini kemudian menempatkan

wacana sebagai bentuk tindakan seseorang atau kelompok ketika melihat realitas.

Selain itu, pandangan Fairclough juga mengimplikasikan terjadinya hubungan

timbal balik antara wacana dan struktur sosial. Maka analisis wacana kritis model

Fairclough pun, dalam Critical Discourse Analysis, dipusatkan pada bagaimana

bahasa terbentuk dan dibentuk dari hubungan sosial serta konteks sosial tertentu

(Fairclough, 1998: 131-132).

Berkaitan dengan hal tersebut, Fairclough memandang posisi wacana pada

teks sebagai praktik transfer makna yang berlandaskan pada ideologi-ideologi

tertentu sebagai bagian dari pengukuhan dominasi dan subordinasi terhadap

masyarakat. Meski begitu, Fairclough berpendapat bahwa setiap orang bisa

diposisikan ke dalam ideologi-ideologi yang berbeda di mana hal itu berpotensi

menimbulkan persaingan antar kelompok dalam menghegemoni kesadaran publik.

Fairclough menyebut fenomena ini sebagai “keseimbangan yang saling

bertentangan dan tidak stabil” (Jorgensen dan Philips, 2010: 141-142).

Ada tiga dimensi yang ditawarkan Fairclough dalam analisis wacana

kritisnya yang antara lain sebagai berikut:

1. Teks (tuturan, pencitraan visual, atau gabungan ketiganya)

2. Praktik kewacanaan yang melibatkan pemroduksian dan pengonsumsian

teks

3. Praktik sosial, menganalisis hubungan praktik kewacanaan dengan praktik

sosial yang menyusun konteks dari wacana tersebut

Page 33: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

18

Tujuan umum model tiga dimensi itu adalah untuk membentuk suatu

kerangka analitis bagi analisis wacana. Model ini memakai prinsip-prinsip yang

mengatakan bila teks tidak bisa dipahami atau dianalisis secara terpisah,melainkan

hanya bisa dipahami melalui jaringan antartekstualitas serta hubungannya dengan

konteks sosial (Jorgensen dan Philips, 2010:130).

Bertolak dari skema analisis wacana kritis yang ditawarkan Fairclough

inilah, peneliti akan memetakan bagaimana konflik lingkungan dalam media

mainstream dan alternatif diwacanakan melalui teks-teks berita media online

mereka masing-masing untuk menciptakan suatu kebenaran tertentu mengenai

konflik semen di Rembang.

b. Jurnalisme Lingkungan

Ana Nadya Abrar mendefinisikan jurnalisme lingkungan atau

environmetal journalism sebagai cara-cara jurnalistik yang mengedepankan

masalah lingkungan hidup dan berpihak pada kesinambungannya (Abrar, 1993:9).

Di Indonesia, peran jurnalisme lingkungan sangat penting. Sebab, seperti

disampaikan Agus Sudibyo dalam bukunya, bahwa tujuan utama dari jurnalisme

lingkungan adalah usaha menyampaikan seruan kepada publik untuk

berpartisipasi terhadap kelestarian lingkungan hidup (Sudibyo, 2015:4). Oleh

karenanya, hal tersebut berkaitan erat dengan kepentingan publik itu sendri. Di

sisi lain, aktivitas jurnalisme lingkungan juga didasari atas pemahaman bahwa

persoalan lingkungan hidup acap kali bersentuhan langsung dengan masalah

politik nasional, politik lokal, hubungan internasional, keadilan ekonomi, dan

keadilan sosial.

Pada sisi lain, jurnalisme lingkungan sendiri pada dasarnya merupakan

jurnalisme yang mesti berpihak. Dalam artian berpihak pada upaya-upaya

meminimalisir berbagai tindakan yang merugikan lingkungan hidup serta

memihak segala bentuk kegiatan yang bertujuan melestarikan alam. Oleh karena

itu, menurut Muhammad Badri (dalam Agus Sudibyo, 2014: 5-6) ada beberapa

sikap yang mesti tumbuh dalam wartawan lingkungan, di antaranya:

Page 34: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

19

1. Pro-keberlanjutan: artinya turut berkontribusi dalam mewujudkan

lingkungan hidup yang mendukung kehidupan berkelanjutan, yaitu kondisi

lingkungan yang bisa dinikmati generasi saat ini tanpa harus mengurangi

kesempatan generasi mendatang.

2. Biosentris: berkontribusi dalam mewujudkan kesetaraan spesies, mengakui

bahwa setiap spesies memiliki hak yang sama untuk berada di lingkungan

hidup. Sehingga setiap perubahan yang hendak dilakukan mesti

mempertimbangkan keunikan masing-masing spesies dan sistem di

dalamnya.

3. Pro-keadilan lingkungan: berpihak kepada kaum yang lemah, agar bisa

mendapat akses terhadap lingkungan yang bersih, aman, serta bebas dari

berbagai dampak kerusakan lingkungan.

4. Profesional: memahami materi-materi tentang lingkungan, kaidah-kaidah

jurnalistik, taat pada etika profesi serta tunduk pada hukum.

Terkait hal yang disebutkan di atas, ada beberapa persoalan yang cukup

dilematis untuk dicermati. Pertama, jika jurnalisme lingkungan adalah jurnalisme

yang ekosentris, berpihak pada lingkungan, lalu bagaimana jadinya bila prinsip

tersebut berbenturan dengan kepentingan publik? Seperti banyaknya

pembangunan jalan tol. Pada satu sisi hal itu merusak banyak ekosistem tetapi di

sisi lain pembangunan jalan tol mempermudah arus transportasi, mengurangi

kemacetan, dan menghemat BBM. Penggunaan benih transgenik dan pupuk

pestisida berpotensi mengganggu keseimbangan alam, akan tetapi masih banyak

negara yang tetap mengizinkan pemakaiannya demi meningkatkan produktivitas

pertanian. Semua itu adalah upaya-upaya pemenuhan kepentingan publik.

Persoalan berikutnya, bila jurnalisme lingkungan adalah jurnalisme yang

berpihak, lantas bagaimana ia mampu memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik,

bagaimana ia akan menegakkan etika pers yang mesti independen, tidak berpihak,

imparsial, dan selalu proporsional?

Page 35: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

20

I Gede Gusti Maha Adi, Direktur Eksekutif Society Of Indonesian

Environmental, mengatakan jurnalisme lingkungan sebagai jurnalisme yang

rawan terjebak dalam jurnalisme yang ke-aktivis-aktivisan (Sudibyo, 2014:127).

Dampak negatifnya, menurut IGG Maha Adi, ialah kecenderungan penulisannya

yang tidak lengkap, kurang cover both side, serta seringkali jump to conclusion

(langsung menarik kesimpulan).

Semua persoalan tersebut menjadikan jurnalisme lingkungan semakin

menantang untuk dipelajari. Sebab, jurnalisme lingkungan bagaimanapun caranya

mesti tetap berpihak pada kelestarian alam namun tak mengabaikan standar-

standar jurnalistik yang ada di samping tetap mempertimbangkan kemaslahatan

publik. Untuk itu, seorang wartawan lingkungan mesti memegang kode etik

wartawan, selain itu seorang wartawan lingkungan juga wajib menelusuri fakta

hingga tuntas mengenai suatu problema kerusakan alam, bukan fakta yang

setengah-setengah.

Para akademisi serta praktisi media dalam acara Asian Federation of

Environmental Journalists pernah melakukan sebuah ratifikasi code of ethics pada

tahun 1998, tepatnya dalam event 6th world congress of environmental journalism

di Colombo, Sri Lanka2.Adapun poin-poin yang diratifikasi ialah sebagai berikut:

1. Jurnalis lingkungan wajib menginformasikan kepada khalayak mengenai

hal-hal yang menjadi ancaman bagi lingkungan hidup mereka, baik itu

yang berskala regional, nasional, maupun global.

2. Tugas para jurnalis lingkungan adalah untuk meningkatkan kesadaran

publik akan pentingnya isu-isu lingkungan. Karena itu, jurnalis harus

melaporkan dari beragam pandangan.

2Accountablejournalisme.org. “Asian Federation of Environmental Journalists Code of

ethics.”https://accountablejournalism.org/ethics-codes/international-asian-federation-of-

environmental-journalist. Diakses 20 Februari 2018.

Page 36: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

21

3. Tugas jurnalis tidak hanya membangun kewaspadaan masyarakat atas

berbagai macam hal yang dapat mengancam lingkungan mereka, akan

tetapi juga turut membangun kesadaran berkelanjutan. Untuk itu,

wartawan juga mesti berusaha menuliskan solusi-solusi atas permasalahan

lingkungan.

4. Mampu memelihara jarak dari berbagai kepentingan politik baik itu dari

perusahaan, pemerintah, politisi, maupun organisasi sosial dengan tidak

memasukkan kepentingan mereka. Dengan kata lain, hal ini membuat

seorang jurnalis mesti melaporkan berita dari berbagai sisi.

5. Jurnalis harus menghindar sejauh mungkin dari info-info yang sifatnya

spekulatif dan komentar-komentar tendensius. Memastikan otentitas

narasumber dari berbagai pihak mejadi penting.

6. Jurnalis lingkungan harus mengembangkan keadilan informasi, dalam

artian membantu pihak siapapun untuk mendapat informasi tersebut.

7. Jurnalis lingkungan harus menghormati hak-hak individu yang terkena

dampak permasalahan lingkungan, misalnya korban bencana.

8. Jurnalis lingkungan tidak boleh ragu untuk mengoreksi apa saja yang ia

yakini sebagai sebuah kebenaran.

Kehadiran jurnalisme lingkungan dalam kehidupan bangsa Indonesia

memang sangat penting, sebab masih banyak tindakan-tindakan di negeri ini, baik

oleh industri mauapun warga setempat, yang belum memperhatikan kelestarian

lingkungan. Selain itu,kita tak bisa memungkiri bahwa terdapat pemahaman

umum jika respon manusia terhadap lingkungan hidup bergantung pada sejauh

mana pengetahuan dan pengalaman mereka tentang lingkungan hidup itu sendiri

(Abrar, 1993:1).

c. Media Mainstream dan Media Alternatif

Sampai saat ini, di Indonesia belum ada penelitian yang secara tegas dan

eksplisit mendefinisikan media arus utama atau mainstream dan media alternatif.

Karenanya cukup susah menemukan literatur yang spesifik membahas

karakteristik dua media tersebut.

Page 37: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

22

Definisi serta karakteristik mengenai media mainstream dan media

alternatif ini peneliti ambil dari riset Crhistian Fuhz dalam European Journal Of

Social Theory yang diterbitkan tahun 2010 berjudul Alternative Media As Critical

Media. Mengutip salah satu dari empat pendekatan definisi media alternatif

Bailey, Cammaerts, dan Carpentier (Dalam Fuhz, 2010:176), peneliti menemukan

beberapa karakteristik dari media mainstreamdan media alternatif. Pertama, media

mainstream cenderung merupakan media yang memiliki skala penerbitan besar,

bisa dimiliki negara atau bisa komersial, sangat hierarkis, serta mendominasi

wacana sementara media alternatif sebagai media dengan skala penerbitan kecil,

independen, non-hirarkis, dan tidak mendominasi wacana.

Dari segi isi dan bentuk, media mainstream mengarah pada isu apa yang

dianggap populer dan menjual. Walaupun dorongan untuk mendapatkan

keuntungan bisa berakibat pada kurangnya kualitas, kompleksitas, dan

kecanggihan (Dalam hal ini Fuhz menyamakannya dengan jurnalisme kuning

yang menyederhanakan kenyataan dan difokuskan pada contoh tunggal,

emosionalisme, dan sensasionalisme).

Konten-konten dilaporkan seolah itu sesuatu yang penting, namun

sebenarnya tidak terlalu penting bagi masyarakat luas. Bahkan seringkali konten

semacam itu ditujukan untuk mengalihkan perhatian audiens dari konfrontasi

dengan masalah sosial aktual dan penyebabnya. Sebaliknya media alternatif

seringkali ditandai oleh bentuk dan konten kritis. Ada konten oposisi yang

memberikan alternatif bagi perspektif dominan yang mencerminkan peraturan

modal, patriarki, rasisme, seksisme, nasionalisme, dan sebagainya. Isi semacam

itu mengungkapkan sudut pandang oposisi yang mempertanyakan semua bentuk

heteronomi dan dominasi (Fuhz, 2010: 179).

Mengenai struktur organisasi, perusahaan media mainstream yang

kapitalis hierarkis mendapat penghasilan dengan menjual konten ke khalayak dan

atau dengan iklan. Ada kepemilikan pribadi atas perusahaan media dan ada

struktur hierarkis dengan perbedaan kekuatan yang jelas, di mana hal tersebut

Page 38: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

23

menciptakan aktor pembuat keputusan berpengaruh dan peran yang kurang

berpengaruh serta pembagian kerja di dalam organisasi media.

Sedangkan media alternatif biasanya adalah organisasi media akar rumput.

Maksudnya menggunakan sistem keputusan kolektif dan pengambilan keputusan

konsensus oleh mereka yang bekerja dalam organisasi, tidak ada hierarki dan

otoritas, distribusi kekuatan simetris, tidak ada kepemilikan pribadi. Media

semacam ini tidak dibiayai oleh iklan atau penjualan komoditas, namun oleh

sumbangan, pendanaan publik, sumber daya pribadi, atau bahkan tanpa strategi

biaya sama sekali. Pembagian kerja terbagi antara peran penulis, perancang,

penerbit, dan distributor, cenderung saling tumpang tindih (Fuhz, 2010:179).

Dalam media mainstream distribusi merupakan bentuk pemasaran yang

memanfaatkan teknologi tinggi. Ada departemen distribusi, pemasaran dan

hubungan masyarakat, spesialis dan strategi, departemen penjualan, iklan, dan

kontrak distribusi. Dalam media alternatif, teknologi yang digunakan biasanya

diutamakan yang lebih mudah dan murah. Strategi seperti anti hak cipta, akses

gratis, atau konten terbuka memungkinkan konten dibagikan, disalin,

didistribusikan, atau bahkan seringkali diubah secara terbuka.

Semua pengertian di atas barangkali tak sepenuhnya bisa digunakan untuk

melihat konteks dari media mainstream dan media alternatif sepenuhnya. Tetapi

paling tidak, berangkat dari pengertian-pengertian di atas kita bisa memahami

orientasi dari kedua media tersebut, kecenderungan pemberitaannya, serta

karakteristiknya.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model Analisis

Wacana Kritis Fairclough. Penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan

pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Kirk dan

Miller, dalam Moleong 2008: 4). Sementara AWK Fairclough memandang posisi

Page 39: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

24

wacana pada teks sebagai praktik transfer makna yang berlandaskan pada

ideologi-ideologi tertentu sebagai bagian dari pengukuhan dominasi dan

subordinasi terhadap masyarakat.

Sementara itu, penelitian ini menggunakan paradigma kritis. Sebab

paradigma kritis percaya bahwa media adalah sarana di mana kelompok dominan

dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka

dengan menguasai dan mengontrol media (Eriyanto, 2001:24). Dengan kata lain,

menggunakan paradigma kritis, kita akan mampu melihat kekuatan-kekuatan

berbeda yang mengontrol wacana media.

2. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah teks-teks pemberitaan mengenai

konflik pendirian pabrik semen di Rembang periode Juni 2014 sampai Desember

2015. Alasan pemilihan waktu tersebut, karena peneliti berasumsi bahwa tahun

2014-2015 merupakan tahun awal ketika wacana-wacana perlawanan terhadap

pendirian pabrik semen PT. Semen Indonesia mulai dimapankan dan disebarkan

ke khalayak. Sebab pada Juni 2014 lah pembangunan pabrik semen betul-betul

sudah dimulai. Sedangkan sepanjang 2014-2015 perlawanan melalui berbagai

macam bentuk, mulai dari penyebaran wacana sampai aksi massa, gencar

dilakukan tidak hanya oleh masyarakat Rembang tetapi juga para aktivis dan

mahasiswa di luar daerah tersebut.

Adapun dalam pengambilan data teks, penulis melakukan observasi

terhadap semua teks dari periode Juni 2014 - Desember 2015. Lalu, demi

terfokusnya penelitian, maka peneliti hanya mengambil teks yang secara eksplisit

membahas lingkungan di area Kendeng dan yang secara implisit mengarahkan

kebenaran mengenai konflik lingkungan di sana.

Page 40: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

25

3. Tahap Penelitian

Semua data yangsudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan

model analisis wacana kritis Norman Fairclough yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

a. Teks

Fairclough mengusulkan sejumlah piranti yang dapat memudahkan

analisis teks, seperti kendali interaksional, etos, metafora, dan tata bahasa. Piranti-

piranti tersebut digunakan untuk menjelaskan bagaimana wacana dalam diaktifkan

secara tekstual dan memberi kesimpulan serta dukungan terhadap interpertasi-

interpertasi tertentu. Selain itu, dalam buku berjudul Analisis Wacana yang ditulis

oleh Jorgensen dan Philips, analisis teks juga harus dicermati dari dua unsur

gramatikal yang penting, yaitu transitivitas dan modalitas. Transitivitas berfokus

pada bagaimana peristiwa-peristiwa dan proses-proses dikatikan dengan subjek

dan objek, sementara modalitas memusatkan perhatian pada derajat kelekatan

penutur dengan pernyataannya. Pada peneltian ini, untuk analisis teksnya, peneliti

menggunakan skema Norman Fairclough (dalam Eriyanto, 2009:289) yang

mencakup tiga pokok analisis, yaitu representasi, relasi, dan identitas. Secara

rincinya ialah sebagaimana berikut:

- Representasi: bagaimana situasi, orang, peristiwa, kelompok, keadaan,

atau apapun ditampilkan serta dinarasikan dalam teks.

- Relasi: bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, atau

partisipan berita ditampilkan dalam teks.

- Identitas: Bagaimana identitas wartawan, khalayak, atau partisipan

ditampilkan dan dinarasikan dalam teks.

Page 41: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

26

b. Praktik Kewacanaan

Analisis praktik kewacanaan dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi

dan dikonsumsi. Dalam hal ini, peneliti bisa menyelidiki kondisi pemroduksian

suatu teks berita, proses-proses apa sajakah yang dilalui sebuah teks sebelum

dicetak. Dengan melakukan analisis praktik kewacanaan, kita bisa melihat

bagaimana struktur dan isi teks ditransformasikan. Walau di sisi lain, analisis

terhadap praktik kewacanaan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi wacana-

wacana apa yang digunakan dalam teks dan bagaimana wacana itu secara

antartekstual menggunakan teks-teks lain. Pada penelitan ini, peneliti memilih

melakukan analisis dengan cara mengidentifikasi wacana-wacana dalam teks.

c. Praktik Sosial dan Budaya

Sebelum menganalisis praktik sosial, Fairclough terlebih dahulu

menekankan pentingnya mengeksplorasi hubungan praktik kewacanaan dan

tatanan wacana. Baru kemudian memetakan hubungan kultural, sosial, dan

nonwacana serta struktur yang menyusun konteks praktik kewacanaan itu sendiri.

Fairclough menyebutnya matriks wacana. Namun dalam analisis ini, perlu adanya

trans-disiplin teori-teori lain seperti misalnya teori sosial atau teori kultural agar

mampu menjelaskan hubungan antara praktik kewacanaan dan praktik sosial

(Jorgensen dan Philips, 2010: 149-159). Untuk itu, peneliti mengumpulkan

berbagai literatur yang berhubungan dengan konflik lingkungan di Kendeng serta

melakukan pengamatan langsung di tempat terjadinya konflik agar bisa mendapat

gambaran yang utuh.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan mulai dilaksanakan sekitar bulan Agustus

2017 ketika proposal sudah diterima sampai dengan Januari 2018 atau sampai

penelitian ini diselesaikan. Tempat penelitian seperti analisis teks dan lain

sebagainya, sebagian besar akan dilakukan di Yogyakarta. Untuk menganalisis

sosial budaya, selain menganalisis dari berbagai literatur, peneliti juga akan

Page 42: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

27

mengunjungi lokasi konflik, yakni tepatnyadi kawasan Kendeng Utara demi

memperoleh gambaran utuh mengenai konflik tersebut. Adapun jadwal penelitan

ialah sebagai berikut:

3. Tahap analisis teks, Agustus - Oktober 2017

4. Tahap analisis praktik kewacanaan, Oktober 2017 - Januari 2018

5. Tahap analisis praktik sosial budaya, Januari - Februai 2018

6. Tahap penulisan bab Akhir, Februari - Maret 2018

Page 43: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

28

Bab 2

GAMBARAN UMUM

A. Media Online Liputan6.com

Liputan6.com adalah portal media online yang didirikan oleh PT Surya

Citra Media (SCM) pada tanggal 24 Agustus tahun 2000. SCM sendiri merupakan

anak perusahaan PT Elang Media Tekonologi (Emtek), sebuah kelompok

perusahaan modern dan terintegrasi yang berorientasi pada tiga divisi usaha

utama, yaitu Media, Telekomunikasi dan Solusi TI, serta Konektivitas.

Pada saat awal mula dibentuk, Liputan6.com hanya menyajikan berita

yang tayang di channel berita Liputan 6 SCTV. Namun, sejak Emtek Grup

memutuskan untuk berkonsentrasi secara serius membuat portal online, maka

berita-berita yang tayang pun mengalami perubahan besar secara kuantitas pada

bulan Oktober 2012. Di bawah naungan PT Kreatif Media, yang juga merupakan

anak perusahaan Emtek, portal Liputan6.com berkembang pesat3.

Selain telah berdiri sendiri (tidak lagi hanya menayangkan hasil Liputan 6

versi TV), rubrik konten Liputan6.com yang semula hanya berktutat soal politik,

olahraga, dan gaya hidup, ditambah dengan rubrik bisnis, tekno, showbiz, serta

health.

Saat ini, Liputan6.com termasuk salah satu medai pemberitaan yang

diperhitungkan di Indonesia. Ia menempati posisi 3 besar portal berita yang

menempati ratting teratas di Indonesia versi Alexa.com, setelah Detiknews.com

dan Tribunnews.com. Pada tahun 2016, Liputan6.com menyabet penghargaan The

Best Digital Product (Produk Digital Terbaik) Kategori "News & Magazine App"

dan The Best Website (Situs Terbaik) di kategori "Situs Berita" pada acaraSocial

Media Award (SMA) dan Digital Marketing Award (DMA) 2016 yang dihelat di

3Liputan6.com. “Tentang Kami.” https://www.liputan6.com/info/tentang-kami. Diakses 12 Februari 2018.

Page 44: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

29

Jakarta4. Sebelumnya, di tahun 2015, Liputan6.com juga pernah meraih

penghargaan Great Performing Website di kategori "News Portal" dalam ajang

yang sama.

B. Media Online Selamatkanbumi.com

Selamatkanbumi.com merupakan Media online bentukan sejumlah

kelompok gerakan yang mengklaim diri sebagai pejuang dari akar rumput sekitar

tahun 2013. Dalam keterangan yang penulis dapat dari situs webnya secara

langsung, media ini tercetus saat kelompok-kelompok gerakan tersebut

melakukan rapat dalam Forum Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA) ke-2

yang digelar pada tahun 20135. Dalam FKMA, pembentukan media ini

dilatarbelakangi oleh kekurangan media mainstream dalam mengakomodasi krisis

lingkungan yang menimpa masyarakat karena tekanan para pemilik modal.

Kondisi demikian, disadari oleh kelompok gerakan, menjadi penyebab

adanya tarik-menarik kepentingan dalam nalar media. Tepatnya ketika

kepentingan berbalut politik praktis dan modal yang menjadikan logika pasar dan

transaksional kian mendominasi media mainstream. Sehingga terjadilah

ketimpangan pada isu-isu yang diangkat.

Para relawan gerakan FKMA kemudian menginisiasi sebuah ruang tutur

tandingan yang dikerjakan secara jujur, lugas, kritis, inovatif dan berpihak pada

masyarakat. Dari sinilah, kemunculan media selamatkanbumi.com.

Ada tiga tujuan yang diusung oleh media selamatkanbumi.com, diantaranya:

4Jeko I.R. “Liputan6.comTerpilih Sebagai Produk Digital & Situs Terbaik

2016.http://www.liputan6.com/tekno/read/2630637/liputan6com-terpilih-sebagai-produk-

digital-amp-situs-terbaik-2016. Diakses 12 Februari 2018.

5Selamatkanbumi.com. “Mengapa Selamatkanbumi?.” https://selamatkanbumi.com/id/mengapa-selamatkanbumi/. Diakses 11 Januari

2018.

Page 45: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

30

- Membangun jejaring komunikasi, informasi dan pengetahuan antar

komunitas akar rumput, khususnya kelompok warga yang berada dalam

wilayah konflik agraria secara langsung ataupun publik secara luas,

- Penyebarluasan ide dan gagasan perjuangan otonom

- Sekaligus sebagai bentuk advokasi, publikasi dan kampanye perjuangan

komunitas akar rumput.

Guna mewujudkan tiga hal tersebut, maka dalam teknisnya, tim

Selamatkanbumi.com melakukan rapat redaksi bersama warga/para pejuang

secara langsung setiap ada tulisan yang hendak dipublikasikan. Mereka juga

menjalankan riset dan komunikasi langsung bersama warga, khususnya terkait

dengan segala kebutuhan perjuangan. Hal ini dilakukan agar para pejuang merasa

bahwa kepemilikan media sejatinya berasal dari kepentingan mereka sendiri.

Sehingga diharapkan dengan kegiatan tersebut, akan lahir pengetahuan kritis yang

layak dibagikan melalui proses belajar bersama. Adapun konten-konten yang

dimuat oleh selamatkanbumi.com terdiri dari tulisan (opini, berita, press release),

video, dan poster.

Semua konten yang ada di media Selamatkanbumi.com dapat dibagikan

oleh para pembacanya, bahkan bisa direproduksi ulang. Dalam profilnya, jika ada

yang ingin mereproduksi tulisan atau karya apapun dari Selamatkanbumi.com

maka sebaiknya dicantumkan sumber media tersebut.

Hingga saat ini, selamatkanbumi.com masih dikelola secara sukarela. Para

anggota timnya yang terdiri dari buruh atau mahasiswa mesti berusaha membagi

waktu, uang operasional dan tenaga, serta keahlian dengan semampunya untuk

menjalankan media Selamatkanbumi.com. Hal itu juga menjadi salah satu kendala

bagi tim Selamatkanbumi.com dalam merespon setiap isu konflik lingkungan di

Indonesia.

Page 46: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

31

C. Konflik Pembangunan Pabirk Semen PT Semen Indonesia di

Rembang

Pada tanggal 16 Juni 2014, terjadi bentrok antara aparat dengan sebagian

warga Timbrangan dan Tegaldowo, Rembang, Jawa Tengah. Peristiwa tersebut

terjadi lantaran warga Timbrangan dan tegaldowo melakukan aksi protes menolak

pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia tepat ketika perusahaan tersebut

sedang mengadakan acara peletakan batu pertama.

Akibat bentrok itu, dua orang petani, yakni Murtini dan Suparni, pingsan

setelah dilempar oleh tentara ke semak-semak. Dalam buku Rembang Melawan,

Ming-Ming Lukiarti menyebut tentara dan polisi bertindak brutal saat itu. Selain

melakukan kekerasan fisik terhadap para penolak, mereka juga menangkap enam

orang yang sedang melakukan dokumentasi aksi serta mengobrak-abrik tenda

keprihatinan warga (Cipta, et.all, 2015: 68).

Pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Kendeng Utara yang terletak

di kawasan Rembang memang menuai konflik. Meski bentrok pada tanggan 16

Juni cukup keras, namun itu bukanlah puncak dari ketegangan. Sepanjang 2015

sampai detik ini, perlawanan sebagian masyarakat Rembang, khususnya petani

Timbrangan dan Tegaldowo, masih berlanjut. Tidak hanya melalui aksi protes,

tetapi masyarakat juga membentuk jaringan perlawanan dengan para aktivis

lingkungan, pegiat media, budayawan, dan mahasiswa.

Perlawanan masyarakat terhadap pembangunan pabrik ini tidak saja

terpusat di Rembang, tetapi telah menyebar ke sejumlah daerah. Misalnya di

Yogyakarta, beberapa kali mahasiswa dan budayawan berkolaborasi membentuk

aliansi peduli Rembang. Mereka mengadakan aksi, menggelar panggung budaya,

untuk menggalang dukungan.

Bagaimanapun, konflik pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di

Rembang telah berkembang menjadi isu nasional. Masyarakat penolak yang

merasa putus asa dengan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, bahkan menyasar

langsung presiden di Istana. Aksi semen kaki di depan Istana Negara oleh

Page 47: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

32

sembilan Kartini Rembang, yang berujung pada meninggalnya Yu Patmi, adalah

salah satu imbasnya.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan pembangunan PT Semen Indonesia di

Rembang? Mengapa ada penolakan yang kuat dari sebagian masyarakat? Apa

tindakan Gubernur Ganjar Pranowo sampai-sampai masyarakat merasa tidak

puas? Itulah pertanyaan yang akan penulis kaji dalam bab ini.

Sebelumnya, PT Semen Indonesia (dulu masih menggunakan nama Semen

Gresik) sempat ingin membangun pabrik di kawasan Sukolilo, Pati. Namun gagal,

lantaran gugatan warga Sukolilo di Pengadilan Tata Usaha Negara sampai tingkat

kasasi mendapat kemenangan. Peristiwa ini terjadi pada masa Gubernur Jawa

Tengah Bibit Waluyo. Meski gagal, Bibit tetap menerbitkan izin kepada PT

Semen Gresik setahun kemudian di Rembang. Hal ini rupanya diteruskan oleh

Gubernur Jateng periode selanjutnya, yakni Ganjar Pranowo, yang memenangkan

Pemilukada tahun 2013 lalu.

Dalam buku yang ditulis oleh Hendra Tri Ardianto, Ganjar mendukung

proses kelanjutan pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang

(Ardianto, 2015: 62). Sayangnya, ada beberapa hal yang kemudian membuat

sebagian masyarakat Rembang menolak pembangunan pabrik tersebut.

Pertama, PT Semen Indonesia penuh dengan manipulasi dalam upaya

pembangunannya. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang

diterbitkan PT Semen Indonesia tidak sesuai fakta. Djumadi, salah seorang warga

Rembang, (dalam Cipta et.all, 2015: 63) mengatakan dalam Amdal disebut bahwa

kawasan CAT Watuputih hanya memiliki 9 gua bawah tanah dan satu gua besar

yang kering berkedalaman 115 m. Padahal tidak demikian.

Bosman Batubara, mahasiswa doktora lUNESCO-IHE, Institute For Water

Education, Delft, Belanda, menyebut kawasan tersebut memiliki ponor sebagai

lubang masuknya air hujan dan air ini kemudian tersimpan dalam sungai bawah

tanah. Bosman juga menyebut, berdasarkan data lapangan warga, ada 49 goa

bawah tanah dengan 4 diantaranya memiliki sungai bawah tanah (Cipta et.all,

Page 48: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

33

2015: 63). Dengan adanya penambangan di kawasan tersebut, maka keadaan

ponor maupun goa bawah tanah menjadi terancam. Efek jangka panjangnya

adalah hilangnya sumber mata air yang tentu akan mengganggu stabilitas

pertanian dan peternakan di daerah tersebut. Sehingga penghidupan masyarakat

terancam.

Lokasi penambangan PT Semen Indonesia juga bisa dibilang menyalahi

aturan. Sebab berada di kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang

termasuk daerah lindung geologi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun

2007 tentang RTRW Nasional Pasal 53-60 dan dalam Peraturan Daerah (Perda)

No 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang. Sehingga sebetulnya PT

Semen Indonesia telah melanggar aturan. Daerah tersebut juga menjadi pemasok

sumber air terbesar untuk masyarakat kawasan Kendeng.

Selain itu, masyarakat di sana juga berkaca pada aktivitas pertambangan

skala kecil sebelumnya. Lahan yang dekat dengan area pertambangan kapur,

cenderung tidak bisa mendapat hasil baik lantaran sering terkena polusi tambang

berupa debu dan lumpur kala hujan turun (Ardianto, 2016:166-195).

Beberapa hal yang penulis sebut di atas merupakan pemicu mengapa

hingga sekarang sebagian masyarakat Rembang tetap menolak berdirinya pabrik

PT Semen Indonesia. Namun, PT Semen Indonesia tak bergeming. Mereka tetap

hendak mendirikan pabrik semen di kawasan tersebut. Konflik ini mempolarisasi

gerakan masyarakat Rembang. Sebagian dari mereka menolak pabrik sebagiannya

lagi mendukung berdirinya pabrik. Mereka yang mendukung, umumnya mendapat

bantuan materi dari kegiatan CSR PT Semen Indonesia.

Begitulah kurang lebih garis besar konflik yang melanda masyarakat

Rembang. Bertolak dari paparan konflik di atas, penelitian ini akan mengupas

bagaimana campur tangan media jurnalisme antara yang mainstream dan yang

alternatif, dalam membentuk kebenaran tentang polemik pembangunan pabrik

semen di Rembang. Wacana dari dua kategori media tersebut yang penulis lihat

berdasarkan perspektif jurnalisme lingkungan.

Page 49: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

34

BAB 3

TEMUAN ANALISIS DATA

A. Analisis Teks Liputan6.com

Tidak mudah bagi penulis untuk menginterpretasikan wacana apa yang

hendak disampaikan oleh Liputan6.com dalam 8 teks berita mengenai konflik

lingkungan di Kendeng periode Juni 2014 - Desember 2015. Beberapa teks ada

yang secara eksplisit berpihak pada pembangunan pabrik semen, beberapa lagi

berpihak pada masyarakat. Meski begitu, wacana besar dari Liputan6.com bisa

dilihat dari kecenderungan dominasi teks pemberitaan di periode tersebut. Berikut

paparan penulis mengenai analisis terhadap media Liputan6.com:

1. Judul Teks: Pendirian Pabrik Semen Tuai Protes, Ini Kata Semen

Indonesia

Liputan ini ditulis oleh wartawan bernama Nurmayanti pada tanggal 18

Juni 2014. Liputan ini bercerita mengenai pabrik PT Semen di Rembang yang di

tengah pembangunannya, mendapat penolakan dari masyarakat Rembang dengan

alasan “khawatir” lingkungan rumahnya jadi rusak. Padahal dari pihak pabrik

Semen mengaku sudah melakukan pendekatan terhadap masyarakat, selain itu

pabriknya juga diklaim ramah lingkungan. Satu-satunya gambar yang ada di

berita ini ialah logo Semen.

a. Representasi

Dalam berita tersebut pabrik semen digambarkan sebagai pihak yang

sudah legal dan mendapat tempat di Rembang untuk melakukan pembangunan.

Lewat pernyataan Agung Wiharto, sekretaris perusahaan PT Semen Indonesia

Tbk, pihak pabrik mengklaim telah melakukan pendekatan kepada masyarakat

dan memenuhi persyaratan sebagai pabrik ramah lingkungan. Namun, indikator

“pabrik ramah lingkungan” sendiri tidak disebutkan secara rinci, karena hanya

mengacu pada pernyataan Agung bahwa pabrik semen akan berkomitmen

memperhatikan dampak lingkungan. Jadi, maksud ramah lingkungan dalam berita

Page 50: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

35

ini hanya sebatas “perhatian” pabrik terhadap dampak lingkungan serta komitmen

untuk menjaganya. Tidak disebut bagaimana upaya-upaya kongkret seperti upaya

menjaga mata air atau menjaga lahan produktif para petani Rembang, karena dua

hal itulah yang paling meresahkan warga.

Sementara itu, Agung juga mengklaim telah mendapat dukungan banyak

warga. Dalam teks disebutkan, bukti dukungan warga ialah kedatangan mereka

pada saat acara doa bersama. Para ulama dari desa-desa di daerah tersebut juga

dikatakan hadir. Pada titik ini, kehadiran para ulama menjadi justifikasi semen

Indonesia bahwa pabrik buatannya akan memberi manfaat kepada masyarakat

sekitar. Apalagi dalam kultur masyarakat rembang, pengaruh eksistensi ulama

masih cukup kuat. Mereka dipandang memiliki kapasistas yang tinggi dari segi

keilmuan dan spiritualitas sehingga acap kali menjadi rujukan warga untuk

menyelesaikan masalah.

Warga yang menolak pendirian pabrik semen pada teks seakan diposisikan

sebagai orang-orang yang tidak tahu menahu soal keuntungan pendirian pabrik

semen. Sehingga, “upaya menunjukkan keuntungan” sebagaimana dikatakan

Agung, menjadi solusi untuk meredam penolakan warga. Mengenai potensi

kerusakan lingkungan, teks ini menggambarkannya sebatas kekhawatiran warga

semata.

Terkait adanya unsur kekerasan dalam penolakan, teks ini tidak

menyebutnya secara lugas. Memang disebutkan ada bentrokan antara warga dan

aparat. Tetapi keduanya diposisikan sebagai kekuatan yang setara, sebab tidak

ditunjukkan siapa di antara dua pihak tersebut yang menjadi penyerang dan

diserang. Namun, pihak PT Semen Indonesia, Agung Wiharto, membantah bahwa

ada tindak kekerasan dalam proyeknya. Sehingga Agung terkesan menutupi

adanya kekerasan yang terjadi.

b. Relasi

Berita tersebut menempatkan Semen Indonesia sebagai pihak yang merasa

telah melakukan prosedur pembangunan secara legal tetapi ditolak oleh beberapa

Page 51: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

36

masyarakat Rembang. Semen Indonesia, dalam teks, telah dijustifikasi sebagai

pabrik yang memerhatikan dampak lingkungan. Terlebih, Semen Indonesia juga

digambarkan memiliki hubungan baik dengan para ulama, sebagai rujukan

intelektual masyarakat. Dengan justifikasi tersebut, wartawan mencoba mengajak

pembaca agar berpihak terhadap semen.

Sementara pihak penolak, dalam teks, diposisikan sebagai orang-orang

yang tidak tahu mengenai permasalahan lingkungan. Hal ini tampak, ketika

wartawan mengonstruksi alasan kenapa warga menolak semen ialah karena

mereka merasa “khawatir” akan potensi kerusakan lingkungan akibat operasional

pabrik. Selain itu, solusi yang ditampilkan dalam teks tersebut hanya mengacu

pada pernyataan Agung.

Dia berkata bahwa untuk warga yang menolak, pihak semen akan terus

menunjukkan keuntungan-keuntungan berdirinya pabrik. Suatu hal yang di luar

konteks, karena mengapa mesti ditunjukkan “keuntungan” saja? Mengapa bukan

menampilkan teks yang menceritakan komitmen semen terhadap kelestarian

lingkungan? Padahal itulah yang menjadi kekhawatiran masyarakat. Tentu saja itu

karena teks ini ingin, secara implisit, mengatakan bahwa kedatangan pabrik semen

justru merupakan suatu keuntungan tersendiri dalam masyarakat. Intinya,

wartawan berupaya menempatkan warga sebagai penolak yang tidak memiliki

dasar kuat. Karena mereka menolak atas dasar khawatir semata. Sementara semen,

dikonstruksi sebagai pabrik yang ramah lingkungan dan akan membawa

keuntungan terhadap masyarakat secara luas.

c. Identitas

Dalam berita ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai pihak Semen

Indonesia yang mendapat penolakan dari masyarakat Rembang. Dia memandang

argumen penolakan masyarakat masih kurang kuat, sebab pabrik semen

mengklaim dirinya telah berpengalaman dalam masalah ramah lingkungan. Selain

itu, banyak masyarakat yang, dalam teks, diklaim sudah mendukung pendirian

pabrik. Oleh karenanya, wartawan memandang warga yang menolak masih belum

Page 52: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

37

tahu mengenai keuntungan adanya pabrik semen. Sehingga satu-satunya solusi

yang coba ditawarkan ialah dengan menunjukkan keuntungan-keuntungan

pendirian pabrik semen terhadap masyarakat. Dalam hal ini, posisi PT Semen

diidentifikasi sebagai perusahaan yang mengetahui kebutuhan warga.

Sementara konflik antara warga dan pihak Semen tidak di ekspos dengan

jelas. Hanya bentrok antara warga dengan aparat saja yang dimunculkan. Itupun

tidak digali lebih dalam siapa yang menjadi provokator bentrok atau siapa yang

didominasi dan mendominasi. Hal ini menunjukkan wartawan tidak bersimpati

terhadap warga Rembang. Ia mengidentifikasi warga penolak sebagai kelompok

penolak yang tidak mengetahui dampak kesejahteraan pabrik.

2. Judul Teks: Kalau Semen Indonesia Punya Amdal, Pembangunan

Pabrik Bisa Lanjut

Liputan ini ditulis oleh wartawan bernama Septian Deny pada tanggal 19

Juni 2014. Liputan ini memberitakan mengenai pembangunan pabrik Semen

Indonesia yang tetap bisa melanjutkan proyeknya jika sudah memenuhi Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Berita ini dipublish bersama sebuah foto

tumpukan semen, di atasnya ada seorang pekerja pabrik yang tengah memakai

masker lengkap dengan tudung serta baju lengan panjang.

a. Representasi

Dalam berita ini, pembangunan pabrik semen mendapat legitimasi dengan

catatan “jika memang sudah melakukan amdal.” Pernyataan ini mencuat dari

Menteri perindustrian MS Hidayat, yang menjadi satu-satunya narasumber dalam

berita ini. Dengan Legitimasi tersebut posisi semen dalam pembangunan akan

semakin kuat. Boleh dibilang teks ini hanya berbicara bahwa Amdal adalah kunci

bagi pabrik semen untuk bisa tetap beroprasi di tengah penolakan.

Pada teks, narasi yang menyatakan bahwa pabrik semen ramah lingkungan

kembali dimunculkan di paragraf keenam. Sementara warga lagi-lagi

Page 53: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

38

dimunculkan sebagai pihak yang melakukan penolakan hanya atas dasar

“khawatir” lingkungannya rusak.

Kesimpulannya, Semen Indonesia tinggal menunjukkan ijin Amdal saja

untuk tetap membangun. Walaupun ada penolakan, itu tidak menjadi masalah

yang bisa menghambat jalannya pembangunan karena Amdal sudah ada. Selain

itu, waga yang melakukan penolakan juga direpresentasikan sebagai kalangan

yang merasa khawatir saja. Seolah mereka tidak memiliki pengetahuan kuat untuk

menolak pembangunan pabrik semen.

b. Relasi

Dalam berita ini, wartawan mencoba mengajak pembaca untuk

memercayai pembangunan pabrik Semen Indonesia. Lewat pernyataan menteri

perindustrian, pembaca dihubungkan dengan keabsolutan kekuatan Amdal.

Dengan Amdal, masyarakat bisa menyatakan “menolak” akan tetapi tidak bisa

menghalangi pembangunan pabrik semen.

“Karena Amdal itu sudah keluar, dia mempunyai hak untuk melanjutkan

proses-prosesnya. Memang, LSM harus tetap didengarkan, tetapi sebagai

investor mengacunya pada ijin Amdal,” tuturnya.

Pernyataan ini menegaskan bahwa walaupun pihak investor pabrik

dianjurkan mendengar keluhan dari LSM maupun masyarakat, akan tetapi izin

Amdal tetap menjadi acuan utama. Artinya, segala keluhan tidak bisa

mengalahkan absolutnya Amdal dalam kekuatan hukum.

Sementara hubungan antara pihak Semen dengan warga lebih

digambarkan sebagai dua kelompok yang saling bertentangan tetapi memiliki

perbedaan intelektual. Di sini, posisi pabrik Semen mendapat pembenaran karena

sudah ada Amdal. Sementara posisi warga cenderung lemah karena mereka

menolak pembangunan hanya berdasar atas “keluhan.” Ini menunjukkan

perbedaan besar. Artinya berita berupaya mengonstruksi posisi warga sebagai

pihak yang tidak mengetahui konflik lingkungan secara kuat tetapi mau menjegal

Page 54: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

39

pembangunan pabrik semen yang dicitrakan ramah lingkungan dan sudah

mengurus Amdal itu.

Bentrokan antara masyarakat dan polisi, sekali lagi, dinarasikan sebagai

bentrokan dua kekuatan yang imbang. Karena narasi ini tidak secara eksplisit

menunjukkan siapa penyerang dan siapa yang diserang.

c. Identitas

Dalam berita ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai Menteri

Perindustrian yang memandang bahwa Pabrik Semen Indonesia tidak usah takut

apabila Amdalnya sudah ada. Bahkan, pembangunan bisa tetap berlanjut

jikalaupun ada penolakan dari warga. Lebih dari itu, wartawan, pada titik ini,

tidak berpihak terhadap warga Rembang. Karena narasi mengenai warga

Rembang tetap menggambarkan posisi warga sebagai pihak yang menolak atas

dasar resah. Sementara pabrik Semen bisa saja tidak menghiraukannya karena

keabsolutan Amdal itu tadi. Pada teks ini, Menteri perindustrian MS Hidayat

diidentifikasi sebagai pendukung pabrik. Sementara warga penolak diidentifikasi

sebagai kelompok yang belum memahami Amdal.

3. Judul Teks: Warga Blora Tolak Pendirian Pabrik Semen

Liputan ini ditulis oleh wartawan bernama Ado pada tanggal 20 Juni 2014.

Liputan ini memberitakan aksi protes yang dilakukan oleh warga Blora, Jawa

Tengah di depan Kantor Bupati Bolra. Menurut berita ini, mereka melakukan

aksi dengan dalih pembangunan pabrik semen PT. Semen Indonesia akan

membawa dampak buruk ke lingkungan Blora. Aksi yang dilakukan oleh warga

Blora ialah aksi teatrikal, mereka menggambarkan sikap ketidakpedulian

pemerintah sebagai manusia topeng. Selain itu, warga juga membakar lambang

Semen sebagai simbol penolakan.

Liputan ini juga memberitakan penolakan yang dilakukan oleh beberapa

warga Semarang dengan dalih serupa. Mereka menuntut pemerintah agar lebih

memperhatikan sektor pertanian daripada membangun pabrik. Selain tulisan,

Page 55: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

40

liputan ini juga disertai dengan sebuah foto tenda yang di depannya terpampang

kertas-kertas berisi ujaran penolakan terhadap pembangunan pabrik semen.

a. Representasi

Berita ini menggambarkan perlawanan masyarakat Blora sebagai

perlawanan yang berdasarkan “dalih”. Pada paragraf kedua wartawan menulis,

“...,mereka berdalih dampak buruk terhadap lingkungan akan dirasakan warga

Blora jika pembangunan pabrik tetap dilanjutkan.” Kata “dalih” jika kita lihat

pada KBBI berarti alasan yang dicari-cari untuk membenarkan suatu perbuatan,

bahkan bisa juga dimaknai alasan untuk menutupi kesalahan. Ini artinya,

wartawan memosisikan warga Blora sebagai orang-orang yang menolak namun

dasarnya merupakan “alasan yang kurang kuat.” Bahkan mungkin dibuat-buat.

Konstruksi serupa juga ada di bagian paragraf yang menyentil sekilas aksi

penolakan pabrik Semen oleh beberapa warga Semarang. Di paragraf tersebut,

kata “dalih” kembali digunakan untuk menarasikan alasan warga Semarang turut

melakukan penolakan. Dengan demikian, berita ini merepresentasikan warga

penolak, baik Blora maupun Semarang, sebagai kelompok yang tidak memiliki

dasar kuat dan hanya sebuah “dalih” semata.

Kata dalih tersebut juga berpengaruh terhadap narasi aksi. Dengan

menekankan dalih, maka pandangan warga Blora maupun Semarang kepada

pemerintah yang abai terhadap aspirasi mereka, dimaknai sebagai opini sempit.

Selain itu, dalam berita tersebut, tidak disebutkan sedikitpun kejadian nyata yang

menunjukkan abainya pemerintah terhadap warga. Oleh karenanya, hal ini

semakin memerkuat konstruksi warga yang tidak tahu apa-apa tetapi “menolak

dan melakukan aksi.”

Sementara itu, posisi pemerintah, terutama Ganjar Pranowo selaku

Gubernur Jateng, dan pihak pabrik semen tidak dinarasikan secara khusus. Dua

partisipan ini hanya disebut sebagai keluhan atau dalih warga Blora serta

Semarang ketika menolak pembangunan pabrik tersebut.

Page 56: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

41

Terlepas dari semua konstruksi tersebut, berita ini sebenarnya merupakan

berita yang tayang di SCTV Liputan6 Pagi, sebagaimana yang ditulis oleh si

wartawan di paragraf kedua. “Seperti ditayangkan Liputan6 Pagi SCTV....” Hal

lain yang memperkuat asumsi itu ialah tulisan yang seluruhnya merupakan narasi

tanpa kutipan langsung dan penyebutan nama tempat yang salah. Dalam berita ini,

pabrik Semen disebut melakukan pembangunan di wilayah Timbaran padahal

seharusnya Timbrangan.

b. Relasi

Dalam berita ini, wartawan menempatkan hubungan antara warga Blora

dengan warga Semarang dari sisi “penolakan.” Mereka sama-sama menolak

pembangunan Semen Indonesia, meskipun bukan daerah yang secara langsung

bersentuhan dengan pembangunan. Warga Blora meresahkan dampak negatif

pembangunan yang mungkin akan mereka rasakan juga karena dekat. Namun

dalam berita ini, warga Blora diposisikan sebagai penolak tanpa argumen kuat.

Sementara warga Semarang diposisikan lebih politis. Penolakan mereka

selain alasan lingkungan juga agar pemerintah lebih memajukan sektor pertanian

dibanding pertambangan. Sedangkan dari sisi konflik, wartawan memosisikan

hubungan antara warga demonstran dengan pemerintah yang dinilai apatis

terhadap suara masyarakat karena tak mau menghentikan pembangunan pabrik

semen.

c. Identitas

Dalam berita ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai pengamat.

Hal ini karena dalam narasi berita tersebut, wartawan menarasikan dua aksi secara

langsung dalam latar berbeda. Ia melihat ada satu simpul yang sama dalam

penolakan warga Blora maupun warga Semarang, yaitu resah terhadap

pembangunan pabrik. Namun, wartawan memandang argumen dari dua kelompok

demonstran tersebut tidak kuat sehingga ia menarasikannya sebagai “dalih”

semata.

Page 57: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

42

Sementara itu, pemerintah diidentifikasi sebagai kelompok yang apatis,

sebab tidak menemui warga Blora atau Semarang secara langsung ketika

demonstrasi. Pada sisi lain, para penolak diidentifikasi sebagai kelompok yang tak

memiliki argumen kuat dalam tuntutannya.

4. Judul Teks: Hari Tani, Bupati Kendal Dukung Ratusan Petani Demo

Berita ini merupakan salah satu produk jurnalisme warga Liputan6. Ditulis

oleh seseorang bernama Wahyudi dari Kendal pada tanggal 24 September 2014.

Berita ini membahas aksi yang dilakukan oleh ratusan petani dan aktivis yang

menamakan diri mereka Jaringan Masyarakat Kendal (Jamak) dalam rangka

memeringati hari tani.

Rangkaian acara aksi dimulai dengan long march dari Pantura Kendal

menuju gedung DPRD Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Kemudian dilanjutkan

dengan aksi teatrikal, yang menggambarkan penderitaan petani melawan

penindas. Dua aktivis membalut dirinya dengan lumpur, dan membakar boneka

jerami sebagai bentuk perlawanan terhadap penindas.

Aksi tersebut ditujukan untuk menolak semua penggusuran tanah atas

nama kepentingan negara yang prakteknya merampas tanah dan kehidupan rakyat.

Karena itu, Koordinator Aksi, Kelana, mendukung 100 hari bertahannya Ibu-ibu

Rembang dalam usahanya menolak pembangunan pabrik semen. Massa aksi juga

menolak penebangan pohon milik petani yang dilakukan PT Perkebunan

Nusantara di wilayah Banyuringin dan Kaliputih Singorojo, karena dianggap

melanggar konstitusi.

Gambar utama dalam berita ini ialah empat scene foto aksi yang dijadikan

satu frame. Mulai dari long march, teatrikal, hingga orasi-orasi.

a. Representasi

Berita ini secara lugas menampilkan Bupati Kendal, Widya Kandi Susanti,

warga Kendal atau massa aksi sebagai orang-orang yang menjunjung moralitas.

Hal ini bisa dilihat dari sejumlah teks yang mengatakan tujuan-tujuan aksi seperti

Page 58: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

43

“mendukung 100 hari bertahannya ibu-ibu Rembang yang menolak pembangunan

pabrik semen,” “menolak perampasan tanah dan kehidupan rakyat,” dan

“melawan penindas.” Maka dalam teks ini, petani dan aktivis Jamak, menjadi

tokoh protagonis yang membela orang-orang tertindas seperti petani Rembang

maupun petani dari Banyuringin dan Kaliputih Singorojo. Sementara itu, dalam

teks ini, ada kelompok-kelompok yang dinarasikan sebagai tokoh antagonis

dengan menggunakan kata “penindas” beberapa kali. Mereka adalah PT Semen

Indonesia dan PT Perkebunan Nusantara. Mereka dinarasikan sebagai salah satu

golongan yang merampas ruang kehidupan petani.

Di satu sisi, sebagai karya jurnalisme warga, teks berita ini cenderung

banyak yang jump to conclusion. Seperti PT Perkebunan Nusantara yang dinilai

melanggar “konstitusi.” Tidak ada verifikasi lebih lanjut terkait apakah memang

PT Perkebunan Nusantara melanggar konstitusi karena menebang pohon-pohon

petani? Bagaimana detailnya bisa disebut begitu.

Sedangkan dari sisi lain, teks ini boleh dibilang telah mencitrakan sosok

Bupati Kendal. Widya Kandi Susanti, sebagai sosok pemimpin pro rakyat.

Namanya ditonjolkan, bahkan sejak dalam judul.

Dengan demikian teks ini bisa disimpulkan menggambarkan bahwa: petani

merupakan sosok lemah yang kerap dirampas ruang hidupnya atas nama

kepentingan negara oleh kelompok-kelompok investor, untuk itu perlu perjuangan

orang-orang yang menjunjung tinggi nilai moral (menentang penindasan).

Sementara orang-orang yang memiliki moral itu adalah mereka yang membela

kaum tertindas. Bupati Kendal, dalam hal ini, termasuk golongan orang-orang

yang membela kamu tertindas itu.

b. Relasi

Dalam berita ini, aksi massa yang dilakukan oleh Jamak lebih dilihat

hubungannya dengan permasalahan agraria di Rembang dan Kendal. Hal ini

karena aksi tersebut merupakan solidaritas yang ditujukan oleh Jamak untuk Ibu-

ibu Rembang dan Petani yang terancam oleh PT Perkebunan.

Page 59: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

44

Sementara itu, permasalahan dalam agraria dihubungkan dengan kebijakan

pemerintah terkait industrialisasi. Bisa kita lihat di teks, “menolak semua

penggusuran tanah atas nama untuk kepentingan negara yang prakteknya

merampas tanah dan kehidupan rakyat.” Kalimat ini, semacam sindiran untuk

petinggi daerah yang membuka diri untuk dimasuki kelompok industri dengan

dalih pemasukan daerah. Akhirnya, hubungan antara petani dan kelompok industri

lebih dimaknai sebagai antara yang menindas dan ditindas.

Kesimpulannya, para penindas merujuk pada para aktor industri dan upaya

mereka dalam merampas tanah serta kehidupan rakyat. Selain itu, para pejabat

negara yang mendukung industrialisasi dan perampasan atas nama kepentingan

negara juga dapat digolongkan penindas. Sementara mereka yang tertindas adalah

rakyat yang terancam penghidupannya karena tanahnya hendak diambil alih

kelompok industri.

Pada titik ini, teks kemudian memosisikan Bupati Kendal sebagai

pemimpin yang peduli dan pro rakyat karena mendukung aksi solidaritas Jamak

dalam mendukung perlawanan Ibu-ibu Rembang yang terancam ruang hidupnya.

c. Identitas

Wartawan dalam berita ini mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari

Jamak. Hal ini bisa kita lihat dari pemilihan kata “penindas” untuk merujuk

kelompok-kelompok yang merampas lahan petani. Wartawan menggunakan

pilihan kata penindas untuk menyamakan kelompok-kelompok tersebut dengan

orang yang tak memiliki moral kemanusiaan. Selain itu, wartawan juga menyebut

pihak PT Perkebunan melanggar konstitusi tanpa klarifikasi lebih lanjut. Sehingga

bisa disimpulkan bahwa wartawan memihak petani dan cenderung

mengantagoniskan kelompok-kelompok industri. Di samping itu, citra Bupati

Kendal yang dihadirkan dalam teks, mengindikasikan bahwa wartawan, sebagai

bagian dari Jamak, melihat kekuatan politis sang bupati sebagai dukungan.

Sehingga namanya ditonjolkan sejak dalam judul untuk menegaskan bahwa

pemimpin Kendal mendukung masyarakat dan menolak pihak-pihak yang hendak

Page 60: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

45

menindasnya. Namun, hal itu bisa juga karena wartawan mengidentifikasi dirinya

sebagai pendukung sang Bupati dan membantu mencitrakannya di depan

khalayak.

Dalam teks ini, Bupati Kendal dan peserta aksi Jamak diidentifikasi

sebagai sosok pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat petani.

5. Judul Teks: Kala Puluhan Petani Wanita Salah Mengadu ke KPK

Liputan ini ditulis oleh wartawan bernama Putu Merta Surya Putra pada

tanggal 20 November 2014. Liputan ini bercerita tentang para petani dari

Rembang yang mengadu ke KPK mengenai konflik Agraria di daerahnya. Dalam

liputan tersebut diceritakan bahwa para petani, meski tahu bahwa mengadu ke

KPK itu salah, tetapi tetap ingin di dengar aspirasinya oleh komisi pimpinan

Abraham Samad itu. Sebab mereka merasa tidak dihiraukan oleh pemerintah

setempat. Berita ini dilengkapi dengan foto Ibu-Ibu petani yang tengah berdiri di

depan kantor KPK. Mereka mengenakan atribut petani lengkap mulai dari caping,

selendang, jarik, dan lain sebagainya.

a. Representasi

Dalam berita tersebut digambarkan bahwa Petani sebenarnya tahu jika

mereka salah tempat, ini artinya petani dianggap memiliki dasar pengetahuan

mengenai tugas KPK, barangkali “salah tempat” di sini karena KPK dimaknai

oleh wartawan hanya sebatas sebagai penindak korupsi di tingkat pejabat.

Namun, mengapa kemudian para petani memasuki gedung KPK jika

mereka tahu itu salah menunjukkan bahwa KPK telah menjadi simbol kebenaran

dan lawan dari pemerintahan yang lalim. Oleh karena itu, para petani ini percaya

KPK akan mendengarkan aspirasi mereka. Di sisi lain, berita ini juga

menggambarkan Petani seakan tidak punya harapan lagi terhadap pemerintahan

atau aparatur negara, sehingga mereka hanya bisa mengadu ke KPK.

Page 61: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

46

Sosok Gubernur Ganjar Pranowo ditampilkan sebagai sosok pemimpin

yang tak menghiraukan rakyatnya, padahal mereka tengah berjuang melawan

pendirian pabrik Semen Indonesia di Rembang.

Terlebih, para Petani juga ditampilkan sebagai korban dari kekerasan

akibat konflik agraria. Namun, di berita ini, konflik agraria seakan dinaturalisasi

lewat pernyataan Sekjen KPA “Kini petani di Rembang, Jawa Tengah

mendapatkan kesempatan merasakan penderitaan akibat konflik agraria.”

Gabungan kata “mendapatkan kesempatan” ini menunjukkan bahwa seolah

konflik agraria yang menimpa petani Rembang adalah suatu konflik yang pasti

terjadi ketika tiba saatnya.

b. Relasi

Dalam berita tersebut, Pembaca dihubungkan dengan para petani

Rembang yang putus asa terhadap pemerintah sehingga mereka datang ke KPK.

Pada titik ini, wartawan memosisikan petani Rembang sebagai pihak yang tidak

memiliki harapan lagi terhadap pemerintah sehingga mereka hanya bisa mengadu

pada KPK.

Kemudian Pembaca diajak untuk bersimpati terhadap nasib petani

Rembang yang tidak dihiraukan oleh Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.

Gubernur Ganjar Pranowo menjadi sosok pemimpin yang tidak peduli terhadap

rakyatnya. Sementara petani Rembang lebih dilihat sebagai korban kekerasan

karena upaya mereka menolak pendirian pabrik semen.

Namun, posisi dari pelaku kekerasan sendiri tidak ditampilkan seolah

pembaca benar-benar dialihkan untuk bersimpati terhadap apa yang dialami para

petani saja. Di satu sisi, kekerasan terhadap petani Rembang juga lebih disorot

sebagai pemicu konflik agraria itu sendiri dan mengabaikan aspek lain seperti

perampasan lahan atau kerusakan ekosistem. Bisa dilihat dari kutipan tidak

langsung dari Sekjen KPA “kekerasan yang dialami petani Rembang ini semakin

menambah daftar konflik agraria yang mengancam keberlangsungan hidup petani.

Page 62: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

47

c. Identitas

Wartawan mengidentifikasi dirinya seolah merupakan bagian dari pihak

KPK yang melihat bahwa kedatangan para petani ke gedungnya ini salah. Meski

begitu, Wartawan menerima aduan dari petani Rembang. Selain itu, wartawan

juga memosisikan diri sebagai pihak yang ikut mengecam tindakan kekerasan

terhadap para petani. Namun tidak menuliskan siapa subjek kekerasan tersebut.

Ini artinya wartawan tidak berpihak pada petani tetapi hanya sekadar peduli atau

bersimpati pada kekerasan yang menimpa petani saja. Sedangkan para petani

Rembang diidentifikasi sebagai kelompok yang tengah putus asa dalam

perjuangannya menolak pembangunan pabrik PT Semen Indonesia.

6. Judul Teks: Aksi Massa di Semarang Tolak Pabrik Semen - Aksi

Buruh di Bandung

Liputan ini ditulis oleh wartawan bernama Ali pada tanggal 19 Desember

2014. Liputan ini memberitakan aksi massa yang dilakukan oleh warga Rembang

di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang. Menurut berita ini, warga

melakukan aksi jalan kaki dari bundaran Simpang Lima menuju kantor gubernur.

Sampai disana, massa kemudian menggelar orasi. Mereka menilai, pembangunan

pabrik semen akan menghilangkan mata pencaharian mereka sebagai petani serta

merusak sumber mata air yang ada di kawasan Gunung Kendeng.

Oleh karena itu, massa meminta Gubernur Ganjar Pranowo agar

menjadikan Jawa Tengah sebagai lumbung pangan bukan lumbung tambang.

Mereka juga menuntut Ganjar melakukan moratorium penambangan di Jawa

Tengah.

Liputan ini juga memberitakan konvoi ratusan sepeda motor yang

mengantar buruh melakukan aksi di depan kompleks Gedung Sate Jalan

Diponegoro, Bandung, Jawa Barat. Mereka menuntut Gubernur Jawa Barat,

Ahmad Haryawan, untuk segera merevisis UMK yang ditandatangani 21

November 2014 lalu. Sebab, revisi itu berkaitan dengan kenaikan harga BBM

yang berpengaruh terhadap kenaikan berbagai harga kebutuhan. Para buruh

Page 63: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

48

kemudian mengajukan revisi, upah buruh tahun 2015 di Jawa Barat mesti

dinaikkan sebesar 7 hingga 10 persen.

a. Representasi

Dalam berita ini, warga yang melakukan aksi di Semarang serta para

Buruh yang melakukan aksi di Bandung, sama-sama digambarkan sebagai

kelompok yang merasa rugi atas kebijakan Gubernurnya. Selain itu, berita ini

lebih memfokuskan topik pada gagasan mereka masing-masing. Gagasan Warga

Rembang, yang ingin agar Jawa Tengah menjadi lumbung pangan, dan para buruh

di Jawa Barat, yang mengajukan revisi mengenai kenaikan upah buruh,

ditampilkan sebagai wacana dominan. Dengan kata lain, wacana utama teks ini

ialah gagasan kehidupan warga dan buruh.

Gagasan agar Jawa Tengah dijadikan sebagai “lumbung pangan” membuat

warga Rembang seakan ingin menjadi produsen dominan. Lumbung yang secara

harfiah adalah tempat penyimpanan padi diperluas maknanya sebagai tempat

bahkan pusat penyimpanan makanan. Itu artinya, para petani yang melakukan aksi

ingin agar Jawa Tengah menjadi pusat produksi bahan pokok makanan. Lalu

tujuan tuntutan ke Gubernur, selain karena potensi rusaknya alam oleh PT Semen,

ialah agar gagasan itu bisa dikembangkan pemerintah.

Sementara, aksi di Bandung lebih dilihat sebagai salah satu upaya buruh

untuk bertahan hidup di tengah naiknya BBM dan berbagai barang kebutuhan.

Mereka harus memaksa gubernur menyetujui Revisi UMK yang mereka ajukan.

Apa yang bisa kita lihat dalam berita ini ialah, warga memiliki gagasan sendiri

dalam kehidupannya.

b. Relasi

Dalam berita ini, masyarakat Rembang dan aksi Buruh di Jawa Barat

diposisikan dalam keadaan yang sama: Rakyat yang kurang puas dengan kinerja

gubernurnya. Pada teks aksi warga Rembang, masalah dengan pabrik semen lebih

dilihat sebagai kurang tanggapnya gubernur Ganjar Pranowo terhadap dampak

Page 64: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

49

lingkungan di daerah tersebut. Posisi Ganjar, oleh warga, dianggap berkuasa atas

kerja/tidaknya pabrik semen, sehingga warga ingin Ganjar memoratorium pabrik

tersebut. Lebih dari itu, warga ingin agar gagasan Jawa Tengah lumbung pangan

itu dijalankan oleh Ganjar guna membendung arus pertambangan.

Sementara buruh di Jawa Barat yang menginginkan gubernurnya merevisi

kenaikan UMK lebih dilihat sebagai upaya bertahan hidup. Karena alasan utama

warga ialah naiknya segala kebutuhan pokok.

Sayangnya, teks ini tidak menghadirkan tanggapan dari dua gubernur

tersebut. Padahal, respon atau sikap mereka sangat penting untuk ditulis, sebab

pengaruhnya terhadap gagasan-gagasan yang diajukan masyarakat sangat besar.

Dengan begitu, maka teks ini hanya mengajak pembaca untuk bersimpati terhadap

warga maupun buruh.

c. Identitas

Pada berita ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari

warga dan buruh yang melakukan aksi. Karena menyadari bahwa kebijakan

gubernur masing-masing akan mempersulit kehidupan mereka, maka tidak ada

jalan lain, selain turun dan memberikan gagasan. Dalam berita ini, baik warga

Rembang maupun peserta aksi buruh, diidentifikasi sebagai kelompok yang

memiliki gagasan tersendiri bagi kehidupan mereka, sehingga solusi untuk keluar

dari pokok permasalahan adalah dengan menerima serta mewujudkan gagasan

masyarakat atau buruh.

7. Judul Teks: Pekerjaan Rumah Menanti Bos Baru Semen Indonesia

Berita ini ditulis oleh Ilyas Istianur Praditya pada tanggal 24 Januari 2015.

Topiknya fokus pada Suparni yang menjadi Direktur baru PT Semen Indonesia

menggantikan Soetjipto. Dalam berita tersebut, Dwi menyampaikan pesan kepada

Soetjipto perihal rencana-rencana memajukan pabrik semen untuk kedepannya.

Seperti penyelesaian pembangunan di Rembang dan Indarung. Dwi juga berpesan

Page 65: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

50

agar Soetjipto mulai merealisasikan ekspansi bisnis ke luar negeri. Berita ini

tidak dilengkapi foto, hanya gambar logo pabrik semen saja.

a. Representasi

Dalam berita ini, masalah penolakan warga Rembang terhadap

pembangunan pabrik semen, sama sekali tidak disinggung. Teks ini hanya

menampilkan rencana-rencana besar pabrik semen setelah terpilihnya Soetjipto

sebagai Direktur Utama. Lebih jauh, Pabrik Semen hanya disinggung sebagai

perusahaan yang tengah melalui proses penyelesaian rencana-rencananya, seperti

pembangunan di Rembang dan Indayung. Permasalahan lingkungan diabaikan

sepenuhnya. Dengan demikian, teks ini mencitrakan PT Semen sebagai

perusahaan yang memprioritaskan pembangunan seiring dengan meningkatnya

kebutuhan pasar sebagaimana ditunjukkan paragraf dua.

“Pembangunan pabrik dinilai Dwi menjadi satu hal yang harus segera

diselesaikan mengingat mengimbangi permintaan semen ke depan akan terus

meningkat. (Paragraf kedua)”

Selain itu, rencana ekspansi bisnis ke luar negeri juga menjadi bagian dari

teks ini. Sehingga, wacana besar teks ini ialah target-target bisnis Pabrik Semen

yang mesti diwujudkan oleh Direktur Baru. Peran Direktur Baru difokuskan pada

upaya memenuhi kebutuhan bisnis. Dengan demikian, teks ini menaturalisasi

adanya peningkatan pembangunan dengan wacana “memenuhi naiknya

permintaan konsumen.”

Sementara aksi protes warga Rembang dan kemungkinan-kemungkinan

kerusakan lingkungan tidak disinggung. Padahal masalah lingkungan dan

penolakan warga seharusnya juga merupakan PR dari PT Semen.

b. Relasi

Pada teks ini, wartawan cenderung menghubungkan pembaca dengan

rencana-rencana PT Pabrik Semen pasca naiknya Soetjipto sebagai Direktur

Utama. Semua rencana tersebut berhubungan dengan meningkatnya konsumen

Page 66: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

51

dan ekspansi bisnis. Di sini, posisi konflik dengan Rembang sama sekali tidak

disinggung, sehingga hubungan lebih ditekankan kepada naturalisasi

pembangunan atas meningkatnya kebutuhan konsumen semata.

c. Identitas

Wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari pabrik semen. Hal

ini karena, dalam teks, wacana tunggalnya ialah harapan mantan Direktur kepada

Direktur yang baru agar bisa memajukan pabrik menuju skala yang lebih besar.

Tidak ada wacana lain selain cita-cita pembangunan demi memenuhi peningkatan

konsumen. Soetjipto sebagai Direktur Utama, diidentifikasi sebagai sosok yang

akan menggalakkan rencana tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT

Semen Indonesia hadir semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasar yang

meningkat

8. Judul Teks: Dirut Semen Indonesia lapor kemajuan Pabrik Baru ke

JK

Berita ini ditulis Septyan Deny pada tanggal 09 November 2015.

Memberitakan soal Suparni, Direktur Utama PT Semen Indonesia, yang

memberikan laporan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla (Senin, 9/11/2015).

Dalam laporan tersebut, Suparni mengatakan pembangunan pabrik semen yang

berada di Rembang, Jawa Tengah, dan Indarung, Sumatera Barat sudah

berlangsung lebih dari 50 persen. Mendengar hal itu, kata Suparni, JK gembira

dan berpesan agar terus meningkatkan produksi semennya guna meningatkan

kebutuhan proyek infrastruktur.

Berita ini tidak dilengkapi foto JK ataupun Suparni sebagai bukti, hanya

gambar logo semen yang menjadi gambar utama.

a. Representasi

Berita ini menampilkan wacana pembangunan Semen Indonesia sebagai

wacana yang dominan dan tunggal. Sebab dari judul sampai paragaraf terakhir,

pembaca hanya disuguhi soal pembangunan serta rencana-rencana pabrik untuk

Page 67: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

52

meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan konsumen. Sosok Jusuf Kalla

dihadirkan melalui statement Dirut sebagai pendukung pabrik. Dalam berita ini

dikatakan bahwa JK merasa gembira dan berpesan agar Semen Indonesia lebih

mengembangkan lagi kuantitas produknya guna memenuhi kebutuhan proyek

infrastruktur kedepannya. Meilhat ketokohan JK sebagai orang nomor dua di

Indonesia, maka kehadirannya dalam pernyataan sang Dirut merupakan upaya

justifikasi atau pembenaran terhadap proyek pembangunan di Rembang dan

Indarung. Dukungannya terhadap pabrik semen merupakan penguat argumen

bahwa pabrik tersebut bagus. Di satu sisi, teks ini juga mencitrakan JK sebagai

pemimpin yang memerhatikan produksi semen dalam negeri serta infrastruktur.

Namun, wacana mengenai lingkungan sama sekali tidak disinggung.

Bahkan soal Rembang hanya disentil sebagai area pembangunan proyek yang

telah mencapai 60 persen lebih dalam prosesnya. Ketiadaan wacana lingkungan

ini menunjukkan bahwa teks tersebut meminggirkan aksi warga Rembang, lebih

lanjut teks ini mengembangkan mitos pembangunan dan produksi demi memenuhi

permintaan yang semakin meningkat. Selain itu, ada teks yang berbunyi “Suparni

Optimis konsumsi semen nasional tahun ini lebih baik.” Kata “lebih baik” ini

merujuk pada bertambahnya jumlah konsumsi semen, sehingga bisa disimpulkan

bahwa konsumsi yang baik adalah konsumsi yang terus meningkat (konsumtif).

b. Relasi

Pembangunan pabrik semen ini lebih dilihat hubungannya dengan

perkembangan semen dalam negeri. Dalam teks ini posisi Pabrik Semen sebagai

bagian dari BUMN diperkirakan akan menguntungkan pemasukan negara karena

meningkatnya permintaan konsumen. Hal tersebut bisa kita lihat dari pernyataan

Suparni yang mengatakan “JK merasa gembira atas perkembangan Semen

Indonesia.” Artinya kemajuan pabrik semen dihubungkan pada keuntungan yang

akan diperoleh negara, mengingat negara juga memegang saham sekitar 50% atas

perusahaan.

Page 68: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

53

Lebih jauh, wartawan melalui narasi teks, berusaha menghubungkan

pembaca dengan rencana negara (JK) yang sejalan dengan Dirut PT Semen

Indonesia: yakni, peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Sementara hubungan antara pabrik dengan Rembang hanya dinarasikan sebatas

lokasi pembangunan. Terlebih, konflik yang terjadi di sana sama sekali tak

disinggung.

c. Identitas

Dalam teks ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari

pabrik semen. Hal itu bisa dilihat dari wacana pembangunan yang menjadi narasi

tunggal. Sementara masalah lingkungan tidak disinggung sama sekali, bahkan

cenderung terdistorsi karena adanya justifikasi dukungan dari Wakil Presiden.

Dalam teks, JK diidentifikasi sebagai pendukung PT Semen Indonesia.

B. Analisis Teks Selamatkanbumi.com

Dalam analisis teks selamatkanbumi.com, penulis menemukan bahwa

dalam rentang periode 2014-2015, intensitas press release lebih banyak

dibandingkan berita. Pertimbangan untuk menganalisis press release kemudian

didasarkan pada prinsip press release itu sendiri, yang juga menerapkan kaidah

jurnalistik seperti beria, yakni penggunaan 5w+1h dan mementingkan news value.

Sehingga pada dasarnya press release menjadi form dari jurnalisme di media

selamatkanbumi. Berikut analisis penulis mengenai konten-konten di media

tersebut:

1. Judul Teks: Tolak Penambangan dan Pendirian Pabrik Semen di

Rembang

Teks ini merupakan press release yang diposting oleh Tim Penutur

Selamatkan Bumi pada tanggal 15 bulan Juni 2014. Teks tersebut menjelaskan

tujuh poin ketimpangan dalam proyek pembangunan pabrik semen PT Semen

Indonesia. Diantaranya:

Page 69: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

54

Penggunaan kawasan Cekungan Tanah Watu Putih sebagai area

penambangan batuan kapur ternyata melanggar Perda Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 2010 pasal 63 yang menetapkan

tempat tersebut sebagai kawasan lindung imbuhan air serta Perda RTRW

Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 pasal 19 yang menetapkan area ini

sebagai kawasan lindung geologi.

1. Penebangan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan persetujuan prinsip

tukar menukar kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan, surat nomor S.

279/Menhut-II/2013 tertanggal 22 April 2013.

2. Bukti-bukti temuan lapangan mengenai 49 gua, 9 mata air, dan 4 sungai

bawah tanah yang masih mengalir semakin memperkuat bahwa kawasan

karst watu putih harus dilindungi.

3. Kebutuhan lahan yang sangat luas untuk perusahaan-perusahaan semen

akan berdampak pada hilangnya lahan pertanian serta menurunkan

produktivitas sektor pertanian.

4. Ketidaktransparanan pihak pabrik semen kepada warga, padahal dalam

UU 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup, telah diatur

mengenai peran masyarakat.

5. Warga tidak dapat digugat sebagaimana pasal 66 dalam poin UU 32 tahun

2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

6. Temuan Komnas HAM mengenai adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia

di Kecamatan Gunem, Rembang, yang harus ditindak tegas segera.

Atas tujuh poin tersebut, teks ini kemudian menuntut PT Semen Indonesia

agar segera menghentikan operasi, menuntut agar pemerintah provinsi Jawa

Tengah serta pemerintah Kabupaten Rembang segera menghentikan segala

kegiatan PT. Semen Indonesia. Selain itu, dalam teks juga dilayangkan tuntutan

agar Kementrian Lingkungan Hidup bersedia melakukan evaluasi terhadap

AMDAL sekaligus tuntutan terhadap pihak aparat agar bersikap netral.

Page 70: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

55

a. Representasi

Teks ini menggambarkan bahwa konflik antara warga Rembang dengan

pihak PT Semen Indonesia merupakan konflik yang menyangkut lingkungan

hidup. Dalam kasus ini, PT Semen Indonesia dihadirkan sebagai kelompok yang

sama sekali tidak memerhatikan kesejahteraan warga serta lingkungan. Hal ini

mendapat legitimasi dari lima poin yang mendasari tuntutan pada teks tersebut.

Seperti melanggar perda RTRW Jawa Tengah dan Rembang, terancamnya ruang

hidup petani, serta potensi rusaknya mata air bawah tanah. Selain menunjukkan

ketidakramahannya terhadap lingkungan, teks ini juga menjustifikasi pabrik

semen PT Semen Indonesia, dalam pembangunannya, telah melanggar hukum

sekaligus melanggar Hak Asasi Manusia. Mulai dari tidak dilibatkannya warga

Gunem dalam sosialisasi pembangunan sampai pada Amdal yang timpang.

Sementara itu, warga digambarkan sebagai sosok moralis yang

memerhatikan kesejahteraan lingkungan hidupnya. Namun, mereka mendapat

perlakuan tidak adil dari pihak PT Semen Indonesia. Kata “Ketidak Adilan”

dalam teks dinarasikan sebagai sikap yang ditujukan PT Semen Indonesia kepada

warga, seperti kurangnya sosialisasi mengenai dampak-dampak negatif semen dan

tidak dilibatkannya semua warga dalam penyusunan Amdal. Oleh karena itu, teks

ini melegitimasi warga sebagai korban. Pihak yang dibohongi oleh Semen

Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks ini menggiring

pembaca agar berpihak pada masyarakat Gunem serta memusuhi PT Semen

Indonesia.

b. Relasi

Dalam teks ini, konflik warga Rembang dihubungkan langsung dengan PT

Semen Indonesia. Warga diposisikan sebagai kelompok yang memiliki kepedulian

moral terhadap eksistensi ruang hidup serta kesejahteraan lingkungan. Sementara

PT Semen Indonesia diposisikan sebagai kelompok yang tidak memedulikan

kesejahteraan lingkungan serta ruang hidup warga. Selain itu, PT Semen

Indonesia juga dituduh melakukan berbagai pelanggaran dalam upaya

Page 71: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

56

memuluskan rencananya. Sehingga teks ini, secara eksplisit, betul-betul mengajak

pembacanya agar kontra dengan pembangunan pabrik semen yang tak

memerhatikan lingkungan dan berpihak pada warga, selaku pihak yang diabaikan

aspirasinya.

c. Identitas

Dalam teks ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai warga Gunem,

Rembang, yang mendapat perlakuan tidak adil dari PT Semen Indonesia. Hal ini

bisa dilihat dari keseluruhan teks yang fokus terhadap poin-poin ketimpangan PT

Semen Indonesia. Selain itu, teks ini juga memuat tuntutan-tuntutan yang

dilayangkan kepada pihak PT Semen Indonesia. Pada teks ini, PT Semen

Indonesia diidentifikasi sebagai perusahaan yang melanggar aturan demi

melancarkan proyek pembangunannya.

2. Judul Teks: [Seruan Solidaritas] Aksi Warga Rembang Tolak Pabrik

Semen Direpresi Aparat

Teks ini ditulis oleh Tim Penutur Selamatkan Bumi pada tanggal 16 Juni

2014. Bertujuan untuk menggalang solidaritas dari berbagai kalangan dalam

rangka membela warga Gunem, Rembang, yang mengalami tindak kekerasan

ketika berusaha menolak berdirinya pabrik semen.

Dalam teks ini, apa yang menimpa ibu-ibu Rembang dan sejumlah massa

lainnya dianggap sebagai wujud penindasan. Oleh karena itu di akhir teks, ada

himbauan untuk menuntut pembatalan tambang semen dari pegunungan Kendeng

dengan cara mengirim SMS ke nomor gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

dan Kapolres Rembang Kurniawan.

a. Representasi

Teks tersebut mengatakan bahwa apa yang dialami oleh warga Rembang

merupakan salah satu wujud penindasan. Secara kronologi, ketika massa dari

Rembang hendak melakukan aksi, aparat yang terdiri dari tiga peleton polisi, satu

kompi tentara, serta puluhan preman, menghadang mereka. Bentrokan pun terjadi,

Page 72: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

57

warga yang mayoritas adalah ibu-ibu dan petani mengalami berbagai tindakan

represif.

Kata Ibu-ibu dan petani dinarasikan untuk menggambarkan sosok dalam

massa. Sehingga dari situ muncul pertanyaan, mengapa sosok Ibu kembali

ditonjolkan? Dan mengapa sosok ibu dibedakan dari petani? Asumsi yang bisa

kita tangkap ialah, dua sosok itu, dalam teks ini, disimbolkan sebagai mereka

yang tertindas. Ibu-ibu mewakili kaum perempuan sedangkan petani mewakili

masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Dalam teks ini, mereka berjuang menolak pendirian pabrik semen.

Sayangnya alasan mendasar dari penolakan tidak ditampilkan dalam teks,

sehingga hal tersebut justru melemahkan argumen dari para petani itu sendiri.

Aspek yang lebih ditonjolkan disini ialah: aksi massa di Rembang mendapat

tindakan represif dari aparat oleh karena itu butuh uluran solidaritas.

Sementara itu, aparat dinarasikan sebagai kelompok penindas yang tega

melukai ibu-ibu dan para petani. Teks ini menghilangkan sama sekali sisi

kemanusiaan dari aparat, karena mereka mencegat siapapun yang hendak

menolong warga bahkan ambulan sekalipun. Selain itu, aparat juga dinarasikan

sebagai pembohong, yaitu ketika mereka membawa satu truk pendoa yang

dikatakan perwakilan santru NU. Namun demikian, menurut teks, NU telah

mengecam perbuatan adu domba (tidak jelas adu domba seperti apa) di Rembang

serta NU menolak pendirian pabrik semen di sana. Hal itu dikeluarkan dalam

press release Mei 2017. Berangkat dari hal tersebut, maka penolakan rencana

pembangunan pabrik semen juga mendapat justifikasi dari NU, selaku salah satu

Ormas terbesar di Indonesia.

b. Relasi

Pada teks ini, masalah warga Rembang lebih dilihat hubungannya dengan

aparat. Sebab, aparatlah yang menjadi penghalang mereka dalam melakukan aksi

penolakan rencana pembangunan pabrik semen. Warga, dalam hal ini ibu-ibu dan

petani, diposisikan sebagai korban. Mereka mendapat perlakuan represif aparat

Page 73: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

58

untuk sesuatu yang dengan teguh mereka perjuangkan. Sementara aparat

diposisikan sebagai pelaku represif yang selain melakukan tindak kekerasan

terhadap warga, juga menahan berbagai bantuan untuk warga.

Sayang, dalam teks, posisi warga tidak didukung dengan alasan kuat

mengenai kenapa pabrik harus ditolak? Alasan mengenai dampak lingkungan dan

lain sebagainya sama sekali tidak dimunculkan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa teks ini hanya menyorot konflik kekerasan yang dialami warga.

c. Identitas

Pada teks ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari

warga Rembang. Hal itu bisa dilihat dari cara si wartawan menyebut warga

dengan sebuat “dulur” atau dalam bahasa Indonesia berarti saudara. Sementara

itu, warga Rembang yang menolak pendirian pabrik semen diidentifikasi sebagai

korban kekerasan dari aparat yang membela pembangunan pabrik tersebut.

3. Judul Teks: Chronology of Resitance to the Cement Factory In

Rembang

Liputan ini ditulis oleh Tim Penutur Selamatkanbumi pada tanggal 18 Juni

2014. Liputan ini bercerita mengenai aksi massa dari warga desa Tegal Dowo dan

Timbrangan, Kecamatan Gunem, Rembang, yang tergabung dalam JMPPK. Aksi

tersebut ditujukkan untuk menghadang rencana Pabrik Semen PT. Semen

Indonesia yang hendak mengadakan acara peletakkan batu pertama. Namun, aksi

tersebut dibubarkan secara paksa oleh aparat yang terdiri dari TNI dan Polri.

Dalam teks tersebut, disebutkan bahwa alasan aparat membubarkan aksi ialah

karena warga dianggap tidak memenuhi prosedur. Pembubaran paksa tersebut

mengakibatkan dua orang Ibu-ibu pingsan lantaran diseret dan dilempar oleh

polisi. Sementara tim dokumentasi warga ditangkapi dan dituduh telah menjadi

wartawan palsu. Bahkan warga lain yang datang untuk mengirim logistik pun

ditahan oleh aparat. Akan tetapi, setelah melakukan perundingan yang pelik,

kiriman logistik akhirnya diperbolehkan. Warga kemudian mendirikan tenda di

Page 74: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

59

lokasi aksi lalu bertahan sampai banyak kalangan yang bersimpati dan melebur

untuk bersolidaritas.

a. Representasi

Berita ini hanya terfokus pada konflik antara warga desa Tegal Dowo dan

Timbrangan dengan aparat yang terdiri dari TNI serta Polri. Konflik digambarkan

dengan cukup jelas, yaitu warga yang melakukan aksi dibubarkan secara paksa

oleh aparat dengan alasan tidak mematuhi hukum serta, beberapa, disebut menjadi

jurnalis palsu. Warga digambarkan sebagai kelompok yang militan dan gigih

ketika membela kepentingannya. Kalimat “solidaritas” yang dipakai untuk

menarasikan simpati serta langkah konkrit warga ketika membantu jalannya aksi,

menunjukkan bahwa warga juga menjadi kelompok yang moralis. Terutama

mereka yang tergabung dalam JMPPK. Hal ini, selain dilihat dari kata

“solidaritas,” juga bisa dilihat dari narasi bagaimana mereka berunding supaya

diberi akses untuk menyerahkan logistik serta kesehatan pada peserta aksi. Selain

itu, narasi-narasi yang mengatakan bahwa warga melakukan doa, pengajian, dan

sebagainya, juga menunjukkan bahwa warga merupakan kelompok agamis,

religius.

Sayangnya, dari seluruh teks, tidak ditulis alasan spesifik mengapa warga

melakukan aksi ketika ada kabar pabrik semen akan mengadakan acara peletakkan

batu pertama. Hanya ada teks yang menyatakan warga menuntut agar pendirian

pabrik dibatalkan. Sehingga teks ini menggambarkan warga yang tidak memiliki

argumen kuat.

Sementara itu, aparat digambarkan sebagai sosok yang kejam. Dalam

berita tersebut, aparat disebut telah membubarkan paksa warga yang melakukan

aksi, mereka menangkapi tim dokumentasi dari warga seraya menyebutnya

jurnalis palsu. Tak tanggung-tanggung, ketika pembubaran berlangsung, bahkan

aparat menambah personil satu truk dari TNI. Mereka tak hanya membubarkan

secara paksa, melanikan juga melakukan tindak kekerasan terhadap warga yang

mengakibatkan dua Ibu-ibu pingsan. Kata ibu-ibu sengaja dipilih seolah untuk

Page 75: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

60

menarasikan betapa kejamnya aparat karena berani berlaku kasar kepada

perempuan, lebih-lebih seorang “ibu.” Selain itu, aparat juga disebut telah

menahan kiriman logistik dari warga pendukung aksi yang dibubarkan secara

paksa tersebut. Dengan demikian, teks ini tak hanya melegitimasi bahwa aparat

merupakan musuh warga, melainkan juga penindas orang-orang lemah, tidak

memiliki rasa kemanusiaan.

Di sisi lain, teks ini mengesampingkan alasan aparat menahan dan

membubarkan aksi. Hanya dikatakan bahwa alasannya ialah aksi tidak memenuhi

prosedur, tetapi prosedur yang seperti apa? Sehingga dapat dikatakan, meskipun

konflik digambarkan dengan cukup jelas, akan tetapi teks ini gagal menghadirkan

motivasi kuat antara warga dan aparat.

b. Relasi

Berita ini lebih memposisikan konflik warga Tegal Dowo dan Timbrangan

dengan Aparat. Sebab, alasan mengapa warga menolak peletakan batu pertama

pendirian pabrik semen tidak diceritakan secara eksplisit. Pun motivasi kuat

aparat dalam menghentikan paksa aksi tidak disebut. Dengan kata lain, teks ini

hanya berfokus pada konflik semata, dimana warga diposisikan sebagai kelompok

yang memiliki kesadaran moral, tabah dalam menghadapi tekanan, meski dalam

penindasan. Sementara aparat diposisikan sebagai kelompok penindas, tak punya

rasa kemanusiaan, karena tega melempar ibu-ibu dan menahan kiriman logistik

untuk mereka yang melakukan aksi. Demikian teks ini dengan jelas menunjukkan

siapa yang penindas dan siapa yang tertindas. Namun, hubungan konflik ini

dengan pendirian pabrik semen tidak disebutkan dengan jelas. Padahal, itu justru

merupakan kunci penting untuk mengetahui kenapa bisa ada bentrok antara warga

melawan aparat. Konsolidasi macam apa yang sudah dipersiapkan aparat dan

pabrik semen?

c. Identitas

Dalam berita ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai warga yang

hendak melakukan aksi. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana cara si wartawan

Page 76: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

61

menaruh pandangannya dalam tulisan itu. Seperti menarasikan warga dengan

kegiatan solidaritas, perundingan guna menyelamatkan kelompoknya.

Sedangkanaparat diidentifikasi sebagai sosok kejam yang tak hanya

membubarkan paksa aksi, tetapi juga melakukan kekerasan. Hal tersebut semakin

menegaskan keberpihakan si wartawan dan dari sisi mana ia memandang, yaitu

warga.

4. Judul Teks [Rilis solidaritas dari Blora] tolak Pabrik Semen di

Pegunungan Kendeng Utara!

Tulisan ini merupakan rilis dukungan dari Blora mengenai penolakan

pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng. Diposting oleh tim

Selamatkan Bumi pada tanggal 19Juni 2014. Dalam rilis tersebut, wartawannya

menyebut bahwa rencana pembangunan empat pabrik semen di kawasan

pegunungan Kendeng akan berdampak buruk terhadap lingkungan. Empat pabrik

semen itu diantaranya, PT. Semen Indonesia di Rembang, PT. Indocement di Pati,

PT. Vanda Prima Listri di Grobogan, PT. Imasco Tambang Raya di Blora.

Teks ini memandang bahwa pembangunan di Kendeng lebih diproritaskan

ke sektor eknominya dan mengabaikan kelestarian lingkungan. Padahal, di bawah

Kendeng terdapat sumber mata air yang melimpah, yang terancam dengan

berdirinya pabrik semen. Selain menyebut kerusakan lingkungan dari segi

ekologi, teks ini juga menyitir sala satu ayat Al Qur’an Surat An-Naml. Bahkan

mengubungkan adanya perusakan lingkungan dengan agenda konspirasi Yahudi.

Teks ini disertai pula foto aksi massa yang menolak berdirinya pabrik semen.

a. Representasi

Teks ini menampilkan pembangunan pabrik semen di kawasan

pegunungan Kendeng yang belum memerhatikan aspek lingkungan. Dalam teks,

pembangunan pabrik semen tidak hanya tertuju pada Rembang saja, tetapi semua

kabupaten yang berada di wilayah pegunungan Kendeng seperti Pati, Blora, dan

Grobogan. Semua itu, selain tidak memerhatikan aspek lingkungan seperti

Page 77: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

62

kelestarian mata air, juga melanggar Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008

tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah).

Pada teks ini, wartawannya juga menyitir salah satu ayat Al-Qur’an Surat

An-Naml ayat 15 yang artinya “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi

supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-

sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.”

Ayat Al-Qur’an di atas dijadikan dalil untuk memojokkan

kekurangperhatianan pabrik semen terhadap lingkungan. Singkatnya, dalil agama

tersebut dijadikan justifikasi religi, bahwa pembangunan yang tak memedulikan

lingkungan berarti mengingkari firman Tuhan.

Selain itu, teks ini juga menambahkan narasi yang menyatakan

bahwasegala tindakaneksploitasi lingkungan merupakan bagian dari konspirasi

Yahudi. Konspirasi tersebut diwujudkan menjadi proyek HAARP (High

Frequency Active Auroral Research Program). Sebuah program penelitian

gabungan yang didanai Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas

Alaska dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Pada teks

tersebut,dikatakan bahwa tujuan dari proyek HAARP ialah guna membentuk

tatanan dunia baru.Salah satunya dengan mengurangi populasi manusia dari lima

milyar ke satu milyar. Caranya adalah dengan merusak lingkungan hidup mereka.

Akan tetapi teori yang menyangkutpautkan antara rencana pertambangan

karst di Kendeng dan konspirasi global tersebut masih minim data. Sehingga hal

tersebut, di satu sisi, justru berpotensi menurunkan wibawa gerakan itu sendiri

karena terkesan asal tuduh.

b. Relasi

Dalam teks ini, konflik di Kendeng langsung dihubungkan dengan

masalah lingkungan. Pabrik Semen diposisikan sebagai corong bagi kekuatan

industrialisasi yang hanya memikirkan aspek ekonomi dan mengabaikan

Page 78: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

63

lingkungan. Pada titik ini, pembaca diajak untuk bersimpati dengan keadaan

pegunungan Kendeng, sebab dalam teks disebutkan bahwa pembangunan pabrik

tidak saja abai terhadap lingkungan akan tetapi juga menerabas peraturan

pemerintah. Di sisi lain, teks ini juga semakin memojokkan pabrik semen dengan

justifikasi religi melalui Al-Qur’an Surat An-Naml ayat 15. Sehingga teks ini juga

berupaya menggalang dukungan dari umat muslim selaku mayoritas di Indonesia.

Namun, yang cukup berbeda dibanding teks-teks sebelumnya ialah, soal

konspirasi Yahudi. Teks ini menghubungkan konflik lingkungan dengan agenda

Yahudi yang hendak mengurangi populasi manusia. Kemudian mitos tentang

konspirasi tersebut dijadikan argumen untuk mengatakan bahwa Jawa terancam.

Hal ini bisa kita lihat pada teks berikut:

“Menurut American Almanac, memang tujuan dari kelompok

neo-imperialis yang mengendalikan korporasi-korporasi dunia ini adalah

membentuk Tatanan Dunia Baru yang salah satu programnya adalah

mengurangi populasi manusia dari lima milyar menjadi satu milyar

dalam dua atau tiga generasi mendatang.Maka untuk menenggelamkan

kota Blora beserta kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Jawa ini

tidaklah sukar, mungkin hanya dengan waktu bebeberapa menit saja.

Bagaimana masyarakat akan mencari keselamatan bila dataran tinggi

seperti pegunungan sebagai tanggul banjir sudah rata?”6

Kesimpulannya, teks ini memosisikan pembangunan industri semen tidak

hanya dapat mengancam lingkungan, akan tetapi juga mengingkari firman Tuhan

dan membantu agenda konspirasi Yahudi. Namun, tidak ada data kredibel yang

mampu menunjukkan keterkaitan dengan konspirasi tersebut, sehingga teks

semacam ini rawan menurunkan wibawa gerakan lantaran mengkritik tanpa bukti.

6 Tim Penutur Selamatkanbumi. Press Release Tolak Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Utara. https://selamatkanbumi.com/id/press-release-tolak-pabrik-semen-di-pegunungan-kendeng-utara/. Diakses 10 Februari 2018.

Page 79: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

64

c. Identitas

Dalam teks ini, jelas terlihat bahwa wartawan atau jurnalis

mengidentifikasi dirinya sebagai warga yang menolak berdirinya pabrik semen di

area Kendeng. Hal itu, selain bisa dilihat dari dominannnya wacana mengenai

ancaman kerusakan lingkungan, juga ajakan untuk menggalang solidaritas guna

menolak berdirinya pabrik semen. Sementara itu, PT Semen Indonesia

diidentifikasi sebagai pihak yang tidak peduli pada lingkungan. Bahkan disebut

bahwa kegiatan eksploitasi alam PT Semen Indonesia merupakan agenda

konspirasi global.

5. Judul Teks: Rakyat Melawan: Aksi Protes Rembang, Pandang Raya,

Kulonprogo

Liputan ini ditulis oleh Tim Penutur Selamatkanbumi pada tanggal 23

September 2014. Liputan ini bercerita mengenai aksi protes yang dilakukan oleh

warga dari beberapa daerah dengan tujuan sama: menolak perampasan tanah.

Liputan pertama bercerita mengenai aksi JMPPK Rembang, Jawa Tengah, dalam

rangka memeringati 100 hari berdirinya tenda perjuangan menolak pendirian

pabrik semen di pegunungan Kendeng, khususnya di wilayah kecamatan Gunem

dan Bulu. Peserta aksi tersebut di dominasi oleh Ibu-ibu. Mereka membawa

berbagai hasil bumi menuju ke Kantor Bupati. Namun, dalam berita ditulis bahwa

tidak ada satu pun pejabat yang datang menemui peserta aksi.

Liputan kedua bercerita tentang aksi yang dilakukan oleh AMARA

(Aliansi Masyarakat Pandang Raya). Mereka berunjuk rasa di depan kantor Badan

Pertanahan Nasional (BPN) Makassar. Hal itu mereka untuk menuntut

pengembalian hak mereka atas lahan yang sekarang sudah rata dengan tanah.

Mereka menuntut pengusutan atas surat putusan eksekusi yang dinilai cacat

hukum dan mengindikasikan adanya mafia dalam kasus tersebut.

Selanjutnya, liputan terakhir bercerita mengenai rakyat tani yang

tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) Kulon Progo. Mereka melakukan

aksi blokade jalur lintas selatan Jawa (Jalan Daendels). Berbagai benda, mulai

Page 80: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

65

dari kayu, bebatuan, sekam, sampai gajebo, digunakan sebagai alat untuk

memblokir jalan tersebut.

Aksi tersebut merupakan buntut dari ketidakkonsistenan pemerintah ketika

melakukan sosialisasi pembangunan bandara di Kecamatan Temon, Kulonprogo.

Dalam berita tersebut, diceritakan bahwa warga dihadang oleh aparat saat hendak

mengikuti sosialisasi. Padahal mereka adalah orang-orang terdampak. Bahkan

aparat kemudian menyemprot warga yang protes menggunakan mobil

waterkanon.

Berita ini disertai foto aparat yang tengah berhadapan dengan warga, tidak

jelas apakah foto tersebut diambil di Rembang, Makassar, atau Kulon Progo. Di

dalam foto, tampak aparat berkumpul di depan warga yang sedang melakukan

aksi.

a. Representasi

Berita tersebut menggambarkan bagaimana pemerintah telah menjadi

musuh dari rakyat. Kata “rakyat” dipilih untuk menjustifikasi bahwa pemerintah

telah ditentang oleh mereka yang harusnya mendapat kesejahteraan dan

perlindungan di bawah negara. Selain itu, rakyat juga merupakan elemen penting

di negara yang menganut demokrasi seperti Indonesia. Dengan demikian,

pemerintah (bupati dan lain sebagainya), selain telah dianggap musuh rakyat

dalam demokrasi, juga dalam teks ini, dibuat seolah bukan dari bagian rakyat itu

sendiri. Rakyat seperti kelas yang sama sekali berbeda dengan pemerintah.

Ada perbedaan makna dalam narasi tiga aksi tersebut yang bisa kita

analisis. Pertama, di Rembang, teks ini menyebut bahwa aksi di dominasi “Ibu-

ibu.” Para Ibu itu juga membawa hasil bumi dari pegunungan Kendeng, daerah

yang rencananya akan dibangun pabrik semen. Ibu-ibu di sini, secara implisit

dihubungkan dengan hasil bumi. Pemilihan kata “Ibu” dibanding perempuan dan

teks dimana mereka dikatakan membawa hasil bumi seolah bertujuan untuk

menarasikan pembangunan semen yang telah mendurhakai sosok Ibu, yaitu bumi

itu sendiri.

Page 81: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

66

Kedua, massa dari Aliansi Masyarakat Pandang Raya (AMARA) yang

berunjuk rasa di depan Kantor Badan Pertahanan Nasional dan menuntut

pengembalian hak mereka atas tanah di Pandang Raya. Dalam teks ini, pelaku

penggusuran tidak disebut. Teks hanya fokus pada aksi yang dilakukan oleh

AMARA serta apa yang menimpa mereka, yaitu berupa “kedzaliman” pemerintah.

Masyarakat yang tergabung dalam AMARA dinarasikan sebagai korban yang

mesti tergusur rumahnya walaupun secara hukum mereka berhak atas lahan yang

sudah digusur tersebut. Lebih tepatnya, korban yang tabah dan tetap melawan.

Ketiga, di Kulon Progo, massa yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal

melakukan aksi blokade jalur Lintas Selatan Jawa (Jalan Daendels). Dalam teks

ini, digambarkan bahwa pemerintah bersikap inkonsisten dalam rencana proyek

Bandara di Kulon Progo. Atas dasar itulah masyarakat geram dan melakukan aksi

blokade tersebut.

Dalam teks ini, rakyat disebut dengan istilah rakyat tani yang berarti,

singkatnya, mereka yang berprofesi sebagai petani. Fokus teks ini lebih mengarah

pada kekerasan yang dilakukan aparat terhadap para petani. Para petani

dinarasikan sebagai kelompok yang tertindas karena menjadi korban dari

ketidakkonsistenan pemerintah dalam rencana proyek pembangunan bandara.

Sudah tidak diperbolehkan ikut sosialisasi, melakukan aksi pun malah mendapat

tindak kekerasan dari aparat. Dengan demikian, teks ini melegitimasi petani

sebagai kelompok yang tersubordinasi oleh sikap pemerintah.

Dari ketiga aksi tersebut, teks ini kemudian menjustifikasi bahwa

pemerintah justru kerap kali menjadi masalah dalam kehidupan rakyat.

Pemerintah menjadi sosok penindas yang menggunakan tangan aparat untuk

mengendalikan warga lewat tindakan-tindakan represif, seperti menghadang aksi

dan membubarkannya dengan kekerasan. Selain itu, pemerintah juga digambarkan

sebagai kelompok yang justru berada di luar rakyat, padahal kita sering

mendengar bahwa mereka adalah wakil rakyat. Hal ini bisa kita lihat dari aksi

JMPPK yang bahkan tidak disambut oleh bupatinya serta aksi blokade di Kulon

Progo yang dibubarkan paksa oleh aparat.

Page 82: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

67

Namun, narasi tentang peran pemerintah tidak ada dalam teks yang

bercerita tentang aksi AMARA. Akar mula konflik penggusuran juga tidak

ditampilkan sama sekali. Berbeda dengan dua narasi lainnya yang menyentil akar

konflik daerahnya walaupun dalam skala minim. Dapat disimpulkan, teks ini lebih

menyorot bagaimana rakyat mendapat perlakuan tidak adil oleh pemerintah.

b. Relasi

Dalam berita tersebut, konflik yang terjadi lebih dihubungkan dengan

sikap pemerintah. Rakyat diposisikan sebagai pihak yang terdzalimi sehingga

mereka tidak punya jalan lain selain melawan. Terdzalimi di sini berhubungan

dengan pendirian pabrik semen di Rembang dan pembangunan bandara di Kulon

Progo yang sama-sama mengancam lingkungan hidup masyarakat. Akan tetapi,

masalah dampak lingkungan sendiri sama sekali tidak disinggung dalam teks dan

hanya mengacu pada konflik pertentangan dengan pemerintah.

Sementara itu, pemerintah digambarkan sebagai sosok yang dzalim,

merampas ruang hidup rakyat, tetapi tidak peduli dengan semua itu. Hal ini bisa

dilihat dari narasi berita, dimana pemerintah absen, tak mau menanggapi

persoalan, bahkan menggunakan tangan aparat untuk menekan warga yang

melawan.

c. Identitas

Wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari rakyat. Kita bisa

melihat dari bagaimana ia memosisikan pemerintah, menjustifikasi pemerintah

sebagai pihak yang dzalim. Sedangkan JMPPK, AMARA, WTT, diidentifikasi

sebagai masyarakat yang kecewa dengan pemerintahlantaran berlaku tidak adil

kepada mereka. Pemerintah sendiri diidentifikasi sebagai kelompok dzalim yang

merampas ruang hidup rakyat.

Page 83: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

68

6. Judul Teks: Kronologi Represi Aparat Terhadap Ibu-Ibu Penolak

Pabrik Semen di Rembang 27 November 2014

Teks ini ditulis oleh Tim Penutur Selamatkan Bumi pada tanggal 28

November 2014. Bercerita seputar kronologi tindakan represif yang dilakukan

oleh aparat terhadap ibu-ibu penolak pabrik semen PT Semen Indonesia. Berawal

dari aksi blokade jalan menuju tapak pabrik oleh warga Rembang yang kemudian

disambut dengan berbagai tindakan represif aparat dan preman pabrik semen.

Aparat dan preman merampas atribut aksi warga seperti lesung, bendera, poster,

dan alat peraga lainnya. Tak berhenti sampai disitu, mereka juga memukuli

sejumlah warga. Berita ini ditulis secara kronologis. Dengan kejelasan waktu serta

tempat kejadian perkara.

a. Representasi

Berita ini merepresentasikan sosok aparat yang kejam, represif, dan tidak

berpihak pada masyarakat Rembang. Hal ini terutama ditujukan dalam salah satu

dialog antara aparat dengan ibu-ibu di tenda perlawanan.

Kapolres datang ke tenda bersama anggota TNI, preman, satpam, dan

wartawan. Di sana, ia marah-marah:

Kapolres: “Jadi ini seperti kemarin tidak bisa di atur?”

Warga: “Njeh, pak!” (terj-Iya, pak!)

Kapolres: “Jadi kalo ibu-ibu tetap seperti kemarin, maka pihak keamanan

akan melakukan langkah seperti kemarin juga (kekerasan)”

Warga: “Iya, pak, tidak apa-apa kita sudah biasa dikasari oleh pihak

polisi. Ya dari tanggal 16 Juni sampai sekarang perlakuan yang sama

tidak pernah berubah, yang dilakukan oleh pihak keamanan dimana

Page 84: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

69

seharusnya melindungi masyarakat tetapi kenyataanya terbalik, justru

pihak keamanan malah melindungi pemodal, apakah kami salah kalo

ingin menyelamatkan lingkungan, apakah kami salah kalo ingin

menyelamatkan anak cucu kelak, apakah kami salah kalo ingin

menyelamatkan bumi pertiwi?” (Kutipan berita Selamatkanbumi.com,

kronologi 09:35)7

Dialog tersebut menampilkan aparat yang represif dan gemar mengancam

warganya lewat kekerasan bahkan bersekongkol dengan preman. Kalimat “pihak

keamanan akan melakukan langkah seperti kemarin (kekerasan),” menunjukkan

bahwa aparat tidak sekali ini saja melakukan tindak kekerasan terhadap warga.

Kemudian jawaban balasan dari warga menjustifikasi bahwa aparat adalah

kelompok yang mengalami disorientasi. Karena mereka harusnya melindungi

masyarakat bukannya pemodal. Dengan demikian, teks ini secara eksplisit,

melegitimasi aparat sebagai kelompok represif, oposisi warga dalam

memerjuangkan lingkungan.

Sementara itu, warga rembang ditampilkan sebagai kelompok yang

moralis, memikirkan nasib lingkungan dan masa depan anaknya. Mereka

direpresentasikan sebagai kelompok yang berjuang gigih menolak pendirian

pabrik semen. Walaupun mesti berhadapan dengan kekerasan aparat. Selain itu,

warga juga menjadi kelompok yang memiliki ikatan dengan lingkungan. Hal ini

bisa kita lihat penggunaan kata “ibu-ibu” dengan “ibu pertiwi”. Ada ikatan

tersendiri ketika menyebut “ibu pertiwi” sebagai bumi dengan “Ibu-ibu” yang

merupakan mayoritas massa aksi. Yaitu, keduanya sama-sama melahirkan

kehidupan.

b. Relasi

Dalam berita ini, konflik lebih dilihat hubungannya dengan warga dan

aparat. Warga yang hendak menghentikan pembangunan karena mereka khawatir

7 Tim Penutur Selamatkan Bumi. “Kronologi Represi Aparat Terhadap Ibu-Ibu Penolak Pabrik

Semen di Rembang. https://selamatkanbumi.com/id/kronologi-represi-aparat-terhadap-ibu-ibu-

penolak-pabrik-semen-di-rembang-27-november-2014/. Diakses 12 Februari 2018

Page 85: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

70

akan ancaman lingkungan sementara aparat berupaya menghentikan upaya

tersebut. Pada titik ini, wartawan memposisikan warga sebagai pihak yang

tertindas, padahal mereka berupaya membela lingkungan dan masa depannya.

Sementara aparat diposisikan sebagai pihak penindas yang bersekongkol dengan

preman demi memperlancar proyek pembangunan pabrik semen. Sementara itu,

konflik lingkungan dalam teks ini dihadirkan sebagai alasan fundamental

mengapa warga melakukan penolakan proyek pembangunan pabrik semen di

Kendeng.

c. Identitas

Dalam teks ini, wartawan mengidentifikasi dirinya sebagai warga. Hal

tersebut bisa dilihat dari pemilihan kata serta dialog yang menarasikan aparat

sebagai tokoh antagonis. Sementara warga diidentifikasi sebagai korban dari

kekerasan aparat yang dalam teks dinarasikan sebagai penindas.

Page 86: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

71

BAB 4

PEMBAHASAN

A. Temuan Analisis Teks

1. Liputan6.com

Secara umum, teks berita di portal Liputan6.com pada periode Juni 2014

hingga Desember 2015 didominasi oleh narasi-narasi yang mendukung berdirinya

pabrik semen PT Semen Indonesia di kawasan pegunungan Kendeng Utara yang

berada di daerah Rembang. Sejumlah teks menyatakan bahwa berdirinya pabrik

semen di Kendeng telah memenuhi prosedur ramah lingkungan, dibuktikan

dengan kekuatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang telah

mereka kantongi.

Selain itu, teks ini juga menyatakan bahwa PT Semen Indonesia telah

mendapat dukungan dari kalangan ulama dan sebagian warga Rembang dalam

proses pembangunannya. Pada titik ini, teks berita menempatkan orang-orang di

balik adanya prosedur Amdal, ulama, serta sebagian warga, sebagai pihak yang

netral, seolah tidak memiliki kepentingan apapun selain memajukan ekonomi.

Sehingga dukungan mereka menjadi legitimasi moral bagi pabrik. Pada saat yang

bersamaan, beberapa berita melemahkan argumen warga yang berupaya

memertahankan lingkungannya, terutama sumber mata air, agar tidak rusak karena

pembangunan pabrik.

Berita yang melemahkan tersebut, umumnya menarasikan perlawanan

warga sebagai buah dari kekhawatiran semata, tanpa didukung bukti yang bisa

dipertanggungjawabkan. Bahkan masyarakat penolak dianggap sebagai kelompok

yang belum mengetahui bahwa berdirinya pabrik PT Semen Indonesia akan

membawa keuntungan bagi masyarakat Rembang secara luas.

Dukungan terhadap pembangunan pabrik semen kian masif dalam

pemberitaan Liputan6.com setelah adanya teks yang memuat dukungan Wakil

Presiden RI Jusuf Kala. Dalam berita tersebut, Jusuf Kala mendukung upaya

pengembangan pabrik semen demi memenuhi peningkatan konsumsi semen

Page 87: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

72

masyarakat serta pembangunan infrastruktur. Konflik lingkungan yang melibatkan

warga Rembang malah sama sekali tidak tersentuh oleh orang nomor dua di

Indonesia itu.

Anehnya, kambing hitam di teks periode Juni 2014 - Desember 2015 ini

justru lebih mengarah ke Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, selaku pihak

yang dinilai memiliki kekuasaan untuk mencabut izin PT Semen Indonesia.

Pasalnya, Ganjar tidak sama sekali diberi ruang untuk berkomentar terkait

perlawanan masyarakat Rembang pada periode tersebut. Padahal beberapa teks

menyebut namanya sebagai gubernur yang tak memerhatikan rakyat. Namun,

pihak Liputan6.com sendiri tampaknya belum memverifikasi ke pihak Ganjar

pada periode itu. Sehingga kesannya, Ganjar betul-betul terlihat apatis/tidak

peduli dengan masyarakat Rembang yang melawan, karena tak memberikan

tanggapan.

Beberapa teks mungkin kelihatan pro dengan masyarakat Rembang. Akan

tetapi, teks-teks yang tampaknya mendukung perlawanan itu cenderung

mengarahkan pembaca untuk bersimpati saja terhadap massa yang melawan.

Dalam artian, tidak memperkuat wacana lingkungan yang coba disuarakan oleh

masyarakat Rembang.

2. Selamatkanbumi.com

Selamatkanbumi.com, sebagai media yang berpihak terhadap lapisan

masyarakat kelas bawah telah menunjukkan keberpihakannya secara jelas.

Sebagian besar teksnya, baik press release maupun berita, mendukung perjuangan

masyarakat Rembang untuk menolak pendirian pabrik semen PT Semen Indonesia

di kawasan Kendeng Utara, tepatnya di Gunem, Rembang.

Dalam konteks polemik pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia

di Rembang, menurut penulis ada tiga aspek problema lingkungan yang

ditunjukkan Selamatkanbumi.com. Pertama, segala aktivitas pembangunan PT

Semen Indonesia akan mengancam kelestarian sumber mata air dan goa bawah

tanah di sekitar kawasan CAT Watuputih, Kendeng. Kedua, kerusakan-kerusakan

Page 88: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

73

itu terjadi disebabkan karena penggunaan alat-alat tambang yang akan

menghancurkan titik-titik resapan air. Ketiga, terjadi konflik sosial baik warga

dengan warga maupun warga dengan aparat. Konflik sosial ini merupakan

dampak dari pembangunan pabrik tersebut.

Sejauh ini, selamatkanbumi.com telah menghadirkan paparan poin dari

kemungkinan dampak negatif terhadap lingkungan Kendeng yang akan terjadi

bila pabrik semen berdiri. Namun sayangnya, sebagian besar teks justru terfokus

pada pelanggaran HAM, yakni aksi kekerasan aparat yang berusaha menghalau

warga Rembang. Sementara wacana-wacana ekologis justru terpinggirkan.

Kekurangan lainnya dari Selamatkanbumi.com ialah, beritanya cenderung

satu arah saja dan narasinya menghadirkan suatu konflik yang hitam putih: antara

para petani yang tertindas dan pabrik semen yang menindas melalui aparat. Jelas,

media ini belum memenuhi kaidah jurnalistik yang ideal. Apalagi tidak ada

keterangan disclaimer atau sanggahandari pihak aparat maupun PT Semen.

Sehingga terkesan tidak ada upaya untuk cover both side.

Selain itu, beberapa teks dalam Selamatkanbumi.com juga menuduh tanpa

bukti kuat. Seperti salah satu teks yang menyebut bahwa upaya perusakan

ekosistem di lingkungan Kendeng menjadi bagian dari konspirasi Illuminati.

Argumen tersebut terkesan mengada-ada karena belum ada bukti kuatnya

sehingga, pada titik tertentu, justru berpotensi menurunkan kredibilitas gerakan

media tersebut.

B. Praktik Kewacanaan

Analisis praktik kewacanaan berupaya mengungkap bagaimana suatu teks

diproduksi. Dalam hal ini, peneliti menyelidiki kondisi yang melatarbelakangi

produksi teks berita di media Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com, proses-

proses apa sajakah yang dilalui sebuah teks sebelum dicetak. Dengan melakukan

analisis praktik kewacanaan, kita bisa melihat bagaimana struktur dan isi teks

ditransformasikan.

Page 89: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

74

Pertama, kita akan membahas bagaimana proses produksi wacana

Liputan6.com. Berdasarkan wawancara dengan Harun Mahbub, redaktur

pelaksana atau penanggungjawab berita-berita daerah di Liputan6.com, intinya

Liputan6.com bukan platform ideologis dan politis, mereka tidak mengawal satu

isu tertentu (Harun Mahbub, wawancara, 13 Februari 2018). Dalam sistem

kerjanya, Harun lebih mengandalkan kontributor dari berbagai daerah untuk

liputan daripada wartawan yang sudah menjadi pegawai tetap Liputan6.com.

Sebab kebanyakan wartawan Liputan6.com berada di Jakarta atau setidaknya di

pusat-pusat kota di tiap daerah. Perlu diketahui, kontributor dalam sistem kerja

Liputan6.com dibayar per konten, tidak ada gaji tetap, namun kerja mereka terikat

kontrak. Kontrak ini bisa diputus bila kontributor sudah tidak produktif dalam

beberapa waktu tertentu.

Sebagai redaktur pelaksana, Harun menentukan isu serta konten tulisan

model apa saja yang akan dimuat. Ia juga menetapkan standar kepenulisan, mulai

dari kategori berita, sampai jumlah kata. Dalam struktur kerja Liputan6.com,

redaktur pelaksana dibawahi oleh redaktur eksekutif yang memantau kerja harian.

Sementara pemimpin redaksi (pemred), ranah kerjanya lebih ke lobby-lobby

politik ke semua pihak eksternal dan menjaga stabilitas kinerja redaksi.

Pada Liputan6.com, Harun menekankan penulisan berita-berita dalam

bentuk feature atau story, yang lebih mengekspos sisi human interest melalui

kedalaman narasi. Kedalaman narasi yang penulis maksud adalah tulisan-tulisan

desktirptif yang panjang dan memiliki alur cerita. Tulisan-tulisan ini bisa dilihat di

kanal regional Liputan6.com.

Mengenai polemik pembangunan Pabrik PT Semen Indonesia di

Rembang, Harun mengaku tidak tertarik. Baginya isu-isu terkait konflik agraria di

Kendeng tidak seksi. Dalam artian tidak mendatangkan traffic. Oleh karena itu, ia

tidak mengirim wartawan maupun kontributor ke daerah tersebut. Adapun berita-

berita yang berkaitan dengan Rembang pada periode Juni 2014 - Desember 2015,

merupakan hasil liputan ketika massa penolak pabrik semen dari Rembang

Page 90: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

75

melakukan aksi di Semarang atau Jakarta. Selebihnya berasal dari press

release/siaran pers PT Semen Indonesia.

Sikap ini yang memengaruhi perspektif Liputan6.comdalam memberitakan

Rembang. Misalnya, seperti pengkambinghitaman Ganjar Pranowo secara sepihak

tanpa ada konfirmasi darinya. Menurut Harun hal ini terjadi lantaran memang

tidak ada niat dari Liputan6.com untuk mengawal konflik di Rembang. Sehingga

berita yang dimuat cenderung dari bahan seadanya tanpa ada reportase mendalam.

Lebih jauh, sikap ini juga membuat Liputan6.com cenderung memuat berita yang

sepotong-sepotong dan satu sisi.

Sedikitnya berita tentang konflik di Rembang ini rupanya berbanding

terbalik dengan berita-berita tentang upaya pengembangan PT Semen Indonesia.

Berita di Liputan6.com yang memuat pencitraan tentang semen lebih banyak.

Umumnya, berita-berita terkait PT Semen Indonesia ini memuat pencitraan

mereka sebagai pabrik ramah lingkungan yang mesti dikembangkan guna

memenuhi ‘permintaan pasar’ dan peningkatan ‘infrastruktur’. Wacana ini

dilegitimiasi secara moral lewat narasi yang memberitakan dukungan Jussuf Kala,

“sebagian besar warga Rembang,” serta dukungan“ulama,” terhadap

pembangunan pabrik PT Semen Indonesia. Selain justifikasi moral, teks-teks

Liputan6.com juga menjustifikasi pembangunan pabrik semen secara prosedural

dengan menarasikan Amdal sebagai kekuatan mutlak bahwa pabrik telah

memenuhi syarat.

Teks mengenai pencitraan-pencitraan PT Semen Indonesia ini, dalam

analisis penulis, lebih kuat dibanding argumen masyarakat Rembang terkait

penolakannya. Ada beberapa poin yang bisa dicermati mengenai hal ini. Pertama,

jika teks mengenai pembangunan semen diperkuat dengan dukungan dari Wakil

Presiden RI serta ulama, ditambah justifikasi Amdal, maka teks-teks tentang

penolakan warga cenderung dinarasikan sebagai suatu kekhawatiran tanpa ada

bukti kuat. Kedua, tidak ada justifikasi moral dari tokoh atau justifikasi prosedural

guna memperkuat argumen warga, misalnya dengan menulis dari perspektif pegiat

lingkungan yang memang konsen terhadap isu di sana. Ketiga, argumen warga

Page 91: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

76

diperlemah lewat pernyataan Sekretaris PT Semen Indonesia, bahwa mereka yang

melakukan penolakan perlu diberi tahu mengenai dampak kesejahteraan yang

akan dibawa oleh pabrik semen.

Demikian, dapat disimpulkan bahwa karena Liputan6.com enggan

mengawal konflik di Rembang, maka wacana-wacana yang terbentuk pada

periode Juni 2014 - Desember 2015, cenderung melemahkan massa yang menolak

pabrik. Dalam hal ini, konflik lingkungan lebih dilihat sebagai konteks saja tanpa

ada pendalaman lebih jauh. Selebihnya, mereka lebih banyak memuat press

release dari pabrik PT Semen Indonesia, sehingga berita-berita yang memuat

pencitraan mereka porsinya relatif lebih banyak.

Proses produksi wacana dari Liputan6.com selaku media yang dimiliki

salah satu perusahaan teknologi ternama di Indonesia (Elang Media Teknologi

Group), lebih memerhatikan content include traffic daripada mengawal satu isu

tertentu. Traffic ini mendukung Liputan6.com untuk mendapat uang dari para

pengiklan. Sebagaimana logika media online mainstream, kalau pengunjung

situsnya banyak, mudah dijual untuk bisnis ke para pengiklan. Berbeda dengan

Selamatkanbumi.com yang secara ideologis sarat akan upaya advokasi terhadap

masyarakat yang terancam ruang hidupnya.

Peneliti telah melakukan wawancara dengan Abdus Somad, salah seorang

pendiri media selamatkanbumi.com. Perlu dicatat, bahwa sebetulnya tidak ada

hierarki di Selamatkanbumi.com. Namun, tugas Somad secara keredaksian sama

dengan kerja redaktur media pada umumnya.

Berdasarkan penuturan Somad, Tim Selamatkanbumi.com memposisikan

diri mereka sebagai media alternatif yang berpihak pada masyarakat. Secara

spesifik, mereka berpihak terhadap masyarakat yang terancam ruang hidupnya.

Maka, wacana-wacana yang diproduksi kebanyakan bertutur soal perampasan

lahan serta pembangunan pabrik yang berpotensi merusak lingkungan (Abdus

Somad, wawancara, 28 Oktober 2017).

Page 92: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

77

Dalam pemberitaannya, tim media Selamatkanbumi.com mengacu pada

jurnalisme lingkungan karena berita-berita mereka didominasi oleh persoalan

lingkungan dengan berbagai macam dinamikanya. Namun, tim media

Selamatkanbumi.com juga menganut jurnalisme advokasi. Artinya mereka

mengawal isu lingkungan secara berkesinambungan serta membangun ruang bagi

masyarakat. Implementasi ruang ini diwujudkan melalui jurnalisme warga yang

kemudian lebih banyak berisi siaran pers/press release dari masyarakat (Abdus

Somad, wawancara, 8 Februari 2018). Sebelumnya, tim Selamatkanbumi.com

juga telah memberi pelatihan kepada masyarakat yang mereka advokasi, seperti

pelatihan menulis dan penggunaan media sosial. Pelatihan ini dilakukan di

beberapa daerah seperti Rembang dan Kulonprogo.

Dinamika di ruang redaksi Selamatkanbumi.com, seperti penulis katakan

tadi, tidaklah hierarkis. Karena semangat keberpihakan terhadap masyarakat itu,

mereka kemudian menerima semua teks press release dari masyarakat. Dengan

catatan, selama press release itu berisikan informasi mengenai perampasan lahan

atau ancaman terhadap lingkungan hidup. Jika memang ada tulisan yang dirasa

belum layak untuk dipublikasikan, entah karena kesalahan ejaan atau kurangnya

data, tim Selamatkanbumi.com tidak serta merta langsung menolaknya begitu

saja. Sebaliknya mereka akan berdiskusi dengan si wartawan dulu sembari

memberi masukan-masukan.

Intinya, semua tulisan baik dalam bentuk berita maupun press release

akan tetap dimuat, asalkan bercerita seputar ancaman lingkungan hidup

masyarakat. Dalam hal ini, jumlah pemuatan press release yang lebih banyak

daripada berita juga dipengaruhi oleh terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM)

Selamatkanbumi.com. Sebab, media tersebut hanya dijalankan oleh enam orang.

Dengan sedikitnya jumlah SDM itu, mereka membagi tugas di wilayah yang

berbeda-beda. Ada yang mengawal konflik di daerah Surabaya, ada yang di Jogja,

Malang, dan lain sebagainya. Target berita sebulan tiga kali.

Selain SDM, faktor keuangan juga menjadi sebab mengapa pada periode

itu press release lebih banyak daripada berita langsung. Dengan mengandalkan

Page 93: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

78

uang pribadi untuk menghidupi media, tim Selamatkanbumi.com seringkali tidak

bisa menjangkau daerah-daerah konflik secara maksimal. Oleh karena itu, mereka

memanfaatkan suara warga melalui press release untuk dimuat. Paling tidak,

dengan press release itu ada informasi yang tetap bisa mereka sampaikan

walaupun tidak berada langsung di lokasi kejadian.

Begitulah konteks umum produksi pemberitaan Selamatkanbumi.com,

juga ketika mereka memuat informasi mengenai konflik pembangunan Pabrik PT

Semen Indonesia di Rembang pada periode 2014-2015. Selanjutnya, penulis

membaca bahwa Selamatkanbumi.com memproduksi beberapa wacana untuk

membentuk suatu konstruksi kebenaran terkait Rembang. Diantaranya

Selamatkanbumi.com lebih banyak memuat narasi mengenai kekerasan aparat

terhadap masyarakat Rembang yang melakukan perlawanan terhadap

pembangunan pabrik semen.

Menurut Somad, melalui narasi tersebut, Selamatkanbumi.com

menunjukkan bahwa militerisme menjadi hambatan besar bagi perjuangan

masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan hidupnya. Tindakan-tindakan

kekerasan aparat menunjukkan bahwa mereka merasa berkuasa atas masyarakat.

Terkait dengan adanya press release yang menghubungkan konflik di

Rembang dengan konspirasi Yahudi, Somad mengaku punya data untuk

mendukung tulisan itu. Meski begitu, press release tersebut sebenarnya dimuat

hanya untuk melihat reaksi apa yang akan muncul dari pihak korporasi. Tim

Selamatkanbumi.com tidak khawatir mengenai kemungkinan turunnya

kredibilitas gerakan di mata warga, sebab segala data yang mereka peroleh sudah

didiskusikan lebih dulu dengan warga.

Dalam produksi wacana, Selamatkanbumi.com menyimbolkan perlawanan

dengan sosok “Ibu.” Hal ini bisa dilihat dari banyaknya narasi tentang Ibu di

dalam teks yang digunakan untuk menyebut sebagian besar massa penolak pabrik

semen. Somad bertutur alasannya ialah karena sosok Ibu dinilai lebih peka

melihat realitas sosial sekaligus sosok yang selalu melindungi. Dalam konteks

Page 94: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

79

konflik lingkungan di Rembang, Ibu menjadi simbol dari sosok yang melihat

ancaman alam dan berupaya melindunginya.

Kesimpulannya, media Selamatkanbumi.com sebagai sebuah platform

yang ideologis dan memiliki keberpihakan terhadap upaya pembebasan

lingkungan hidup dari eksploitasi sektor industri, membuka ruang bagi

masyarakat untuk menyerukan perlawanannya. Semangat sebagai media

komunitas yang dapat menjadi alternatif bagi gerakan lingkungan membuat

Selamatkanbumi.com nyaris tidak pernah menyeleksi teks dari masyarakat.

Bagi tim Selamatkanbumi.com, sebagaimana disampaikan Somad,

masyarakat tidaklah bodoh. Masyarakat memahami lingkungannya sendiri dan

mereka tahu kapan mesti diam, kapan mesti melawan. Oleh karena itu,

Selamatkanbumi.comada untuk menjadi wadah bagi masyarakat yang tengah

berjuang memertahankan lingkungannya sendiri. Sehingga setiap wacana yang

berkaitan dengan seruan pembebasan lingkungan akan tetap dimuat, dalam bentuk

berita maupun press release. Dalam hal ini, ruang redaksi Selamatkanbumi.com

memposisikan diri sebagai mitra warga dengan mendiskusikan segala tulisan yang

hendak dimuat.

C. Praktik Sosial Budaya

Konstruksi kebenaran yang diwacanakan oleh dua media tersebut,

tentunya tidak lepas dari kondisi sosial budaya yang melatarbelakanginya.

Sehingga perlu dipetakan bagaimana sesungguhnya kondisi sosial budaya di

Rembang yanga telah memengaruhi produksi wacana media

Selamatkanbumi.comdan Liputan6.com.

Konflik lingkungan yang terjadi di Rembang tidak bisa dipisahkan dari

konstruksi makna “tambang untuk kesejahteraan.” Dalam buku berjudul Mitos

Tambang untuk Kesejahteraan yang ditulis oleh Hendra Tri Ardianto, disebutkan

bahwa wacana kesejahteraan muncul di era gubernur Bibit Waluyo pada periode

2008-2013. Saat itu, Jawa Tengah memiliki angka kemiskinan yang tinggi, yaitu

Page 95: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

80

sekitar 6,6 juta orang atau 20,43% dari seluruh masyarakat Jawa Tengah.

Konsentrasi kemiskinan ini berada di kawasan pedesaan.

Rembang, merupakan salah satu kabupaten yang memiliki desa-desa

dengan tingkat kemiskinan tinggi. Bibit bahkan menyebut Rembang menjadi kota

termiskin nomor 2 di Jawa Tengah. Kondisi kemiskinan ini dimaknai oleh Bibit

sebagai akibat dari tidak terkelolanya potensi-potensi daerah di Rembang

(Ardianto, 2016: 26). Selanjutnya, untuk mengentaskan kemiskinan, Bibit

menyatakan ada dua bidang yang harus diperbaiki: infrastruktur dan energi.

Dengan keberadaan infrastruktur yang baik dan energi yang tercukupi, menurut

Bibit, dapat membuka peluang masuknya investasi-investasi ekonomi skala besar.

Dalam hal ini, pertambangan semen, dinilai sebagai salah satu investasi

yang potensial. Sebab Jawa Tengah memiliki jumlah karst yang cukup melimpah.

Dukungan terhadap pertambangan semen ini ditegaskan dalam RPJMD Provinsi

Jateng 2008-2013.

PT Semen Indonesia sendiri memperoleh izin untuk membangun pabrik di

daerah Rembang sekitar tahun 2012. Sebelumnya, PT Semen Indonesia sudah

terlebih dahulu memasuki wilayah Pati, ketika namanya masih Semen Gresik.

Akan tetapi kalah dalam gugatan sidang PTUN tahun 2010. Masuknya PT Semen

Indonesia dengan kucuran dana sekitar tiga triliunan ini digadang-gadang akan

mampu memperkuat ekonomi daerah. Tak pelak, makna “tambang untuk

kesejahteraan” pun digaungkan oleh Bibit hingga periode gubernurnya habis dan

digantikan Ganjar Pranowo, yang juga melanggengkan makna tersebut hingga

sekarang.

Makna “tambang untuk kesejahteraan” ini lahir dari konstruksi bahwa

kemiskinan hadir karena adanya potensi yang belum dimanfaatkan dan investasi

tambang skala besar menjadi salah satu solusi untuk hal itu. Konstruksi ini

disokong dengan sejumlah kegiatan yang memperkuat posisi pabrik semen

sebagai industri ramah lingkungan sebagaimana UU No. 4 Tahun 2009 tentang

pertambangan Minerba. Kegiatan-kegiatan pendukung itu ialah: pertama, adanya

Page 96: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

81

penghargaan-penghargaan atas Good Minning Practice (GMP) seperti, Proper

Emas tahun 2012-2013, Green Industry tahun 2012 & 2013 dan Indonesian

Green Award tahun 2013. Penghargaan-penghargaan ini dijadikan legitimiasi

bahwa pembangunan pabrik semen tidak akan merusak lingkungan.

Kedua, melalui aktivitas Corporate Social Responsibility, PT Semen

Indonesia mengklaim kedatangannya menyumbang pengaruh positif terhadap

sosiokultural masyarakat Rembang. Diwujudkan dengan berbagai bantuan materi

untuk pembangunan masjid, pelatihan tenaga kerja, pinjaman pada UKM, dan lain

sebagainya. Ketiga, adanya justifikasi kalangan akademisi dari berbagai

perguruan tinggi ternama seperti Eko Haryono dan Heru Handayana dari

Universitas Gadjah Mada, serta Ika Bagus Priyambadan dari Universitas

Diponegoro (Undip). Selain pakar intelektual, justifikasi ini diperkuat lewat

testimoni warga yang sudah diberi bantuan CSR dan juga statement tokoh ulama

besar seperti KH. Maimun Zubair (Ardianto, 2016: 82-113).

Semua itu dilakukan guna memperkuat wacana kesejahteraan perusahaan

tambang. Dengan menempatkan institusi pemberi penghargaan, akademisi, warga,

dan para ulama sebagai kelompok netral, PT Semen Indonesia hendak

menunjukkan pada publik bahwa pertambangan tidak akan menyebabkan

kerusakan ekologis namun justru menguntungkan bagi perekonomian penduduk.

Namun, wacana kesejahteraan yang coba digalakkan PT Semen Indonesia

ini justru mendapat perlawanan dari sebagian masyarakat Rembang. Perlawanan

ini berakar dari konteks sosial budaya yang ada di dalam struktur masyarakat.

Dalam kesehariannya, sebagian besar warga Rembang menjadikan

kegiatan bertani sebagai ‘soko’ kehidupan (Ardianto, 2016:167). Hal ini juga

ditunjukkan lewat data dari BPS Jawa Tengah dan Bapeda Jawa Tengah yang

dihimpun dalam catatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), sebagaimana

berikut:

Page 97: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

82

Tabel 1.1 Jumlah penduduk Rembang (usia 15 tahun ke atas)

berdasarkan lapangan kerja)

Lapangan Pekerjaan Utama

Jumlah Jiwa

Pertanian

145.046

Industri (manufaktur)

18.247

Konstruksi

18.273

Pertambangan dan galian, listrik, gas, dan

air bersih

1.305

Perdagangan

60.531

Transportasi

8.868

Keuangan

3.361

Jasa

55.162

Total 310.793

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2014. BPS Prov. Jawa Tengah dan

Bappeda Prov. Jawa TengahdalamPeran Perbankan dalam Pengembangan

Industri Semen di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih Rembang (2015:7)

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pertanian merupakan

profesi yang dominan di Rembang. Menurut Hidayat (dalam Ardianto, 2016:169),

Page 98: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

83

di Desa Tegaldowo dan Timbrangan yang menjadi lokasi konflik, sekitar 70%

warganya menjadi petani sekaligus beternak Kambing dan Sapi.iijn

Secara umum, ada dua jenis lahan yang digarap para petani di daerah

tersebut, yaitu sawah yang sifatnya basah dan tegalan yang sifatnya kering.

Namun, kedua-duanya masih relatif menggunakan sistem tadah hujan karena tidak

ada aliran sungai besar di sana. Selain tadah hujan, masyarakat juga kerap

mengangkat air dari sumur atau sumber mata air baik secara manual maupun

menggunakan mesin diesel. Selain itu, masyarakat juga telah memiliki mekanisme

pemenuhan kebutuhan pokok. Misalnya, dengan menyimpan hasil pertanian padi

dalam bentuk gabah untuk mencukupi bahan pangan dan menjual hasil pertanian

lain seperti ketela, jagung, jahe, kunyit, sukun, dan nangka ke pasar. Meski tak

menutup kemungkinan juga mereka akan menjual gabah untuk kepentingan

tertentu, akan tetapi secara umumnya gabah cenderung disimpan karena tahan

lama dibanding hasil pertanian lainnya.

Dengan konteks sosial budaya demikian, maka masyarakat di kawasan

Rembang, khususnya Timbrangan dan Tegaldowo, cenderung melihat

pembangunan pabrik semen sebagai ancaman. Ada beberapa hal yang membuat

mereka berpikiran seperti itu. Pertama, cara-cara penyerobotan lahan yang

dilakukan PT Semen Indonesia penuh dengan manipulasi. Kedua, masyarakat di

sana juga berkaca pada aktivitas pertambangan skala kecil sebelumnya. Lahan

yang dekat dengan area pertambangan kapur, cenderung tidak bisa mendapat hasil

baik lantaran sering terkena polusi tambang berupa debu dan lumpur kala hujan

turun (Ardianto, 2016:166-195).

Selain itu, lokasi penambangan PT Semen Indonesia berada di kawasan

Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang termasuk daerah lindung geologi

berdasarkan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2007 tentang RTRW Nasional

Pasal 53-60 dan dalam Peraturan Daerah (Perda) No 14 Tahun 2011 tentang

RTRW Kabupaten Rembang. Sehingga sebetulnya PT Semen Indonesia telah

melanggar aturan. Daerah tersebut juga menjadi pemasok sumber air terbesar

untuk masyarakat kawasan Kendeng.

Page 99: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

84

Selain itu, Bosman Batubara menyebut pertambangan di kawasan

Kendeng memiliki ponor sebagai lubang masuknya air hujan dan air ini kemudian

tersimpan dalam sungai bawah tanah. Bosman juga menyebut, berdasarkan data

lapangan warga, ada 49 goa bawah tanah dengan 4 diantaranya memiliki sungai

bawah tanah (Cipta et.all, 2015: 63). Dengan adanya penambangan di kawasan

tersebut, maka keadaan ponor maupun goa bawah tanah menjadi terancam. Efek

jangka panjangnya adalah hilangnya sumber mata air yang tentu akan

mengganggu stabilitas pertanian dan peternakan di daerah tersebut. Sehingga

penghidupan masyarakat terancam.

Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwa ada dua pertarungan wacana

yang terjadi sepanjang konflik pembangunan PT Semen Indonesia di Rembang.

Antara “tambang untuk kesejahteraan” yang dikontruksi oleh PT Semen Indonesia

melawan “tambang mengancam lingkungan” yang merupakan produk perlawanan

masyarakat Rembang yang menolak pabrik serta sejumlah pegiat lingkungan.

Kedua wacana inilah yang kemudian memengaruhi berita-berita di media

massa. Tak terkecuali Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com. Media

Liputan6.com menjadi alat bagi PT Semen Indonesia dalam menyebarkan wacana

“tambang untuk kesejahteraan.” Hal ini karena berita-berita di Liputan6.com,

secara umum, menyatakan bahwa PT Semen Indonesia mendapat justifikasi moral

dari berbagai kalangan serta justifikasi prosedural Amdal sebagai pertambangan

yang akan mendatangkan keuntungan ekonomi bagi daerah.

Selanjutnya, argumen massa penolak justru dikerdilkan dengan

menarasikan mereka sebagai pihak yang melawan atas dalih dan kekhawatiran

semata. Kesimpulan ini didukung pula dengan pernyataan redaktur pelaksana

Liputan6.com, bahwa ia lebih banyak mendapat press release dari PT Semen

Indonesia padahal ia sendiri tidak tertarik mengawal konflik di Rembang.

Media Selamatkanbumi.com menjadi basis dari gerakan masyarakat,

mengampanyekan wacana “tambang merusak lingkungan” melalui berita-

Page 100: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

85

beritanya. Dari mulai militerisme yang menindas masyarakat sampai poin-poin

negatif hadirnya PT Semen Indonesia.

D. Diskusi Teoritik

Bagian ini akan melihat dan mendiskusikan bagaimana produk-produk

berita Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com bila dilihat dari perspektif

jurnalisme lingkungan? Namum sebelumnya, kita perlu melihat definisi dari

jurnalisme lingkungan itu sekali lagi.

Menurut Ana Nadya Abrar, jurnalisme lingkungan adalah cara-cara

jurnalistik yang mengedepankan masalah lingkungan hidup dan berpihak pada

kesinambungannya (Abrar, 1993:9). Genre ini senantiasa berbicara mengenai

problema lingkungan hidup dengan segala konsekuensi juga solusinya. Problema

lingkungan hidup, menurut Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (KMNLH)

dan Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan (LP3Y) (dalam Abrar, 1993:21),

memilik tiga aspek, yaitu problema lingkungan alam, lingkungan buatan, dan

lingkungan sosial.

Problema lingkungan hidup alam berkaitan dengan gangguan manusia

terhadap keseimbangan sumber daya di suatu lingkungan. Misalnya penggunaan

bom untuk menangkap ikan yang berdampak pada kerusakan terumbu karang.

Implikasinya, jika banyak terumbu karang rusak, biota laut akan susah

menemukan tempat tinggal untuk berkembang biak sehingga hal tersebut

berpengaruh terhadap menurunnya jumlah ikan di laut. Sedangkan problema

lingkungan hidup buatan biasanya menyangkut bagaimana manusia mengatur

penggunaan sumber daya yang ada. Sementara problema lingkungan hidup sosial

terjadi manakala timbul benturan kepentingan antar individu atau kelompok yang

mengakibatkan ketidakserasian hidup.

Demikian jurnalisme lingkungan paling tidak harus meng-cover tiga aspek

sebagaimana penulis paparkan di atas. Karena tujuan utamanya adalah untuk

menyampaikan seruan kepada publik agar berpartisipasi terhadap kelestarian

lingkungan hidup (Sudibyo, 2015:4).

Page 101: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

86

Jika menilik Liputan6.com, bisa dibilang media tersebut memiliki kinerja

yang tidak maksimal dalam memuat berita-berita berkaitan dengan konflik

lingkungan di Rembang pada perode Juni 2014- Desember 2015. Sebagaimana

yang penulis temukan dalam analisis teks sepanjang periode tersebut. Bahwa

narasi tentang pertambangan sebagai kesejahteraan lebih mendominasi daripada

argumen massa penolak. Dominasi ini dikukuhkan, terutama dalam teks berjudul

“Pendirian Pabrik Semen Tuai Protes, Ini Kata Semen Indonesia,” “Kalau Semen

Indonesia Punya Amdal, Pembangunan Pabrik Bisa Lanjut” dan “Dirut Semen

Indonesia lapor kemajuan Pabrik Baru ke JK.”

Inti dari teks-teks itu hendak mengonstruksi suatu kebenaran bahwa PT

Semen Indonesia telah memenuhi prosedur ramah lingkungan, dibuktikan dengan

adanya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Terlebih PT Semen

Indonesia akan memperkuat sektor ekonomi di daerah tersebut. Selain itu,

pembangunan pabrik dilakukan untuk menunjuang kegiatan infrastruktur dan

memenuhi konsumsi semen yang semakin meningkat.

Adapun narasi-narasi yang menyorot massa penolak, cenderung hanya

mengalihkan simpati saja. Misalnya, teks berjudul Kala Puluhan Petani Wanita

Salah Mengadu ke KPK, Liputan6.com hanya sekadar memuat aksi massa yang

sampai berorasi di depan gedung KPK sebab merasa tidak ada pemerintah mau

mendengar mereka. Juga dalam teks berudujul Warga Blora Tolak Pendirian

Pabrik Semen, teks ini hanya menarasikan aksi warga di Blora dan Semarang

yang menolak berdirinya pabrik PT Semen Indonesia. Dalam berita tersebut,

argumen para penolak itu justru dikerdilkan dengan menarasikan bahwa mereka

menolak atas dasar “khawatir” serta “dalih.” Tidak ada legitimasi intelektual dari

pegiat lingkungan atau dari kajian literatur. Pembaca seolah hanya diminta untuk

bersimpati atas aksi mereka berjalan ke Semarang dan Gedung KPK di Jakarta.

Mengenai solusi atas masalah lingkungan di Rembang, Liputan6.com

cenderung tidak memiliki ketegasan dalam berpihak. Malah, mereka justru

mendukung kelancaran pembangunan pabrik. Bahkan Liputan6.com

menjustifikasi pembangunan pabrik itu sendiri menjadi solusi atas peningkatan

Page 102: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

87

sektor ekonomi. Hal ini ditunjukkan dalam narasi berita berjudul Pendirian

Pabrik Semen Tuai Protes, Ini Kata Semen Indonesia. Berdasarkan pernyataan

sekretaris PT Semen Indonesia, pihaknya akan berupaya mengenalkan

keuntungan berdirinya pabrik semen kepada pihak-pihak yang masih menolak.

Intinya, seakan-akan solusi agar konflik selesai dengan baik adalah

memberitahu/mengedukasi masyarakat Timbrangan dan Tegaldowo bahwa

pertambangan semen akan memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka.

Sementara itu, pada media Selamatkanbumi.com, tiga aspek problema

lingkungan itu juga belum tercover dengan cukup baik dalam teks-teks mereka.

Alih-alih membahas bagaimana dampak alat-alat tambang terhadap lingkungan di

area Kendeng secara lebih terperinci, kebanyakan teks cenderung menarasikan

benturan kepentingan antara aparat dengan warga sebagai dampak konflik

lingkungan tersebut. Benturan kepentingan yang lebih mengarah pada

pelanggaran HAM dalam rentang waktu Juni 2014-Desember 2015.

Logika yang coba disampaikan media tersebut ialah, pabrik semen PT

Semen Indonesia dalam pembangunannya mengancam sumber mata air di

kawasan CAT Watuputih, Kendeng. Dalam proses legalisasinya pun PT Semen

Indonesia sudah menyalahi RTRW Nasional Pasal 53-60 dan dalam Peraturan

Daerah (Perda) No. 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang yang

menetapkan kawasan tersebut sebagai daerah lindung geologi. Akan tetapi, dari

pihak pemerintah, seperti gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo maupun Bupati

Rembang, mendukung pembangunan tersebut. Hal ini memicu reaksi keras

sebagian masyarakat yang kemudian berupaya menghentikan pembangunan

pabrik. Namun, aksi masyarakat yang menolak ini mendapat sambutan dari aparat

berupa kekerasan-kekerasan fisik.

Sepanjang periode tersebut satu-satunya solusi yang coba ditawarkan

dalam teks-teks Selamatkanbumi.com hanya satu hal: menghentikan

pembangunan pabrik PT Semen Indonesia. Sayangnya, dari segi kajian

lingkungan, belum ada pembahasan yang cukup mendalam. Misalnya melakukan

Page 103: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

88

wawancara dengan pegiat lingkungan yang memang konsen terhadap isu di

Rembang, melakukan penelitian secara langsung atau memgumpulkan berbagai

kajian pustaka.

Selain dilihat dari cakupan isu, untuk melihat apakah sebuah media sudah

menerapkan kerja yang bermutu untuk memuat berita lingkungan dalam

perspektif jurnalisme lingkungan, dapat ditinjau dari beberapa sikapnya.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku 34 Prinsip Etis Jurnalisme Lingkungan yang

ditulis Agus Sudibyo. Sikap-sikap itu ialah seperti berikut:

1. Pro-keberlanjutan: berkontribusi dalam kelestarian lingkungan hidup,

dengan tujuan agar dapat dinikmati di masa sekarang hingga masa

mendatang.

2. Biosentris: memandang kesetaraan spesies dan menghargai sistem

kehidupan di dalamnya.

3. Pro-keadilan lingkungan: berpihak kepada kaum yang lemah agar dapat

merasakan lingkungan yang bebas dari kerusakan.

4. Profesional: memahami materi dan isu-isu tentang problema lingkungan,

serta menerapkan kaidah jurnalistik yang benar (Sudibyo, 2015:6).

Selain sikap-sikap tersebut, kita juga bisa meniliknya dari kode etik jurnalisme

lingkungan yang disusun AsianFederation of Environmental Journalistsdalam event

6th world congress of environmental journalism di Colombo, Sri Lanka, 1998.

Adapun poin-poin yang diratifikasi ialah sebagai berikut:

1. Jurnalis lingkungan wajib menginformasikan kepada khalayak mengenai

hal-hal yang menjadi ancaman bagi lingkungan hidup mereka, baik itu

yang berskala regional, nasional, maupun global.

2. Tugas para jurnalis lingkungan adalah untuk meningkatkan kesadaran

publik akan pentingnya isu-isu lingkungan. Karena itu, jurnalis harus

melaporkan dari beragam pandangan.

3. Tugas jurnalis tidak hanya membangun kewaspadaan masyarakat atas

berbagai macam hal yang dapat mengancam lingkungan mereka, akan

Page 104: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

89

tetapi juga turut membangun kesadaran berkelanjutan. Untuk itu,

wartawan juga mesti berusaha menuliskan solusi-solusi atas permasalah

lingkungan.

4. Mampu memelihara jarak dari berbagai kepentingan politik baik itu dari

perusahaan, pemerintah, politisi, maupun organisasi sosial dengan tidak

memasukkan kepentingan mereka. Dengan kata lain, hal ini membuat

seorang jurnalis mesti melaporkan berita dari berbagai sisi.

5. Jurnalis harus menghindar sejauh mungkin dari info-info yang sifatnya

spekulatif dan komentar-komentar tendensius. Memastikan otentitas

narasumber dari berbagai pihak mejadi penting.

6. Jurnalis lingkungan harus mengembangkan keadilan informasi, dalam

artian membantu pihak siapapun untuk mendapat informasi tersebut.

7. Jurnalis lingkungan harus menghormati hak-hak individu yang terkena

dampak permasalahan lingkungan, misalnya korban bencana.

8. Jurnalis lingkungan tidak boleh ragu untuk mengoreksi apa saja yang ia

yakini sebagai sebuah kebenaran.

Selamatkanbumi.com, berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu

pendirinya, memiliki sikap pro-keberlanjutan. Hal ini bisa dilihat dari teks-teks

yang muncul sepanjang periode Juni 2014-Desember 2015. Teks-teks tersebut,

konsisten mengawal penolakan pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di

Rembang. Selamatkanbumi.comjuga menunjukkan sikap biosentris sekaligus pro-

keadilan lingkungan dengan terus menyuarakan perjuangan masyarakat Rembang

supaya tetap bisa menjaga sistem hubungan mereka dengan alam Kendeng yang

dinilai terancam oleh adanya tambang semen tersebut.

Sayangnya, Selamatkanbumi.com masih belum menunjukkan sikap

profesionalitas. Pertama, berita-berita yang dipublikasikan pada periode Juni

2014-Desember 2015 hanya memuat satu sisi, yaitu dari massa penolak. Kedua,

lebih banyak press release dari masyarakat daripada beritanya. Bambang

Muryanto, mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen di Yogyakarta, berpendapat

media Selamatkanbumi.com tidak memenuhi standar tulisan berita yang ideal

Page 105: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

90

(Bambang Muryanto, wawancara, 5 Maret 2018). Menurut Bambang, walaupun

Selamatkanbumi.commenganut jurnalisme advokasi, namun tidak seharusnya

mereka terjebak dalam aktivisme dengan menonjolkan suara dari kelompok-

kelompok yang mereka perjuangkan semata. Selamatkanbumi.com tetap wajib

menekankan cover both side bahkan multiside.

Mengenai bentuk jurnalisme warga yang berupa press release, Bambang

berpendapat meskipun sah bagi Selamatkanbumi.com mengakui itu sebagai

jurnalisme mereka akan tetapi pemuatan press release secara langsung justru

membuat media tersebut kelihatan tidak berkualitas. Press release idealnya mesti

diolah lagi menjadi berita yang sesuai kaidah-kaidah jurnalistik.

Pemuatan press release dengan intensitas yang cukup banyak ini juga

membuat media Selamatkanbumi.com tidak mampu mengambil jarak dari

kepentingan-kepentingan organisasi sosial tertentu. Dalam artian mereka hanya

menjadi corong bagi beberapa aliansi mayarakat untuk bersuara ketimbang

menjadi media yang mengedepankan reportase mendalam dan pengamatan dari

berbagai sisi. Terlebih, pemuatan press release tanpa adanya saring itu pada

akhirnya justru membuat Selamatkanbumi.com tidak bisa menghindari info-info

yang bersifat spekulaitf. Contohnya, tentang salah satu press release yang

membicarakan konspirasi global. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kode etik

jurnalisme lingkungan yang telah disusun oleh Asian Federation of Environmental

Journalists.

Meski begitu, perlu diakui bahwa memang Selamatkanbumi.com memiliki

tantangan dengan SDM terbatas, sehingga masuk akal bila mereka memilih

strategi semacam itu. Kedua, keterbatasan biaya juga kerap membuat mereka sulit

menjangkau daerah berkonflik. Selain itu, ketika meminta klarifikasi mereka

seringkali ditolak oleh perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan konflik.

Sedangkan, Liputan6.com tidak memiliki sikap-sikap media jurnalisme

lingkungan dalam konteks konflik semen di Rembang. Harun selaku redaktur

mengklaim Liputan6.com sebagai media yang objektif dan tidak berupaya

Page 106: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

91

mengawal isu apapun. Terlebih, ia sama sekali tidak memandang konflik di

Rembang penting untuk diberitakan. Sehingga otomatis Liputan6.com tidak

memiliki sikap pro-keberlanjutan, biosentris, apalagi pro-keadilan lingkungan.

Sikap ini juga tidak sesuai dengan kode etik jurnalisme lingkungan Asian

Federation of Environmental Journalists yang mementingkan keterbukaan informasi,

edukasi, serta semangat pelestarian lingkungan untuk masyarakat.

Hal ini bisa dilihat dari teks-teks berita yang dimuat pada periode Juni

2014-Desember 2015. Berita-berita tersebut, sebagaimana penulis katakan,

didominasi oleh narasi-narasi yang tidak memihak masyarakat Rembang.

Sebaliknya narasi yang dominan adalah legitimasi pembangunan pabrik semen.

Liputan6.com sebagai media arus utama mengesampingkan konflik

lingkungan di Rembang. Padahal konflik itu menyangkut keberlangsungan ruang

hidup dan kelestarian alam masyarakat di sana. Sebaliknya

Liputan6.comcenderung lebih banyak menerbitkan press release dari PT Semen

Indonesia.

Alih-alih melakukan reportase lebih mendalam, Liputan6.com malah

memuat mentah-mentah pernyataan direktur utama dan sekretaris PT Semen

Indonesia, serta beberapa pernyataan yang mendukung berdirinya pabrik tersebut.

Sementara argumen masyarakat penolak cenderung dinarasikan sebagai suatu

kekhawatiran belaka.

Berita Liputan6.com mengenai Rembang ini, dalam kajian jurnalisme,

menjadi problematik. Sebab, bagaimana bisa sebuah media yang mendapat

penghargaan sebagai media online terbaik mengabaikan suatu isu yang

berhubungan dengan keberlangsungan ruang hidup masyarakat luas di Rembang?

Jawabannya adalah, pertama, Liputan6.com tidak memandang isu di

Rembang sebagai berita yang dapat mendatangkan klik banyak dari warganet.

Pernyataan ini sudah jelas mendapat klarfikasi dari Harun Mahbub, selaku

redaktur. Kedua, media mainstream cenderung suka meminimalisir pengeluaran

sehingga hal itu menyebabkan mereka acap kali enggan mengirim wartawan ke

Page 107: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

92

daerah-daerah jauh. Poin kedua ini berdasarkan pendapat Bambang Muryanto

dalam wawancara tanggal 5 Maret 2018.

Problem selanjutnya adalah, media ini tidak menjelaskan lebih detail

mengapa masyarakat khawatir. Padahal sebuah produk jurnalisme seyogyanya

perlu diperkuat dengan reportase lapangan guna memverifikasi kebenarannya,

bukan cuma mengutip pernyataan-pernyataan narasumber saja. Menurut Agus

Sudibyo, wartawan mesti terjun langsung mengamati kondisi kejadian agar bisa

melahirkan berita yang mendalam dan bijaksana (Sudibyo, 2015:72). Sehingga

jika ada masyarakat mengatakan khawatir mengenai ancaman terhadap

lingkungan, wartawan Liputan6.com mestinya juga meyelidiki kondisi di

daerahnya.

Masalah paling mengakar dari Liputan6.com adalah karena media tersebut

tidak memandang konflik di Rembang sebagai kepentingan masyarakat luas.

Jurnalisme lingkungan sebagaimana prinsip jurnalisme secara umum juga

berorientasi pada masyarakat luas. Seperti dirumuskan dalam 9 elemen jurnalisme

Bill Kovach dan Rossenstiel(2006:6). Adapaun jika argumen dari redakturnya

ialah soal objektifitas, maka itu bukan alasan yang tepat untuk tidak berpihak

terhadap masyarakat. Andreas Harsono, wartawan cum pegiat HAM, mengatakan

bahwa sebetulnya objektifitas merupakan metode dalam jurnalsitik, bukan tujuan

(Harsono, 2010:22). Objektif lebih dipahami sebagai upaya seorang wartawan

untuk memuat berita yang berimbang, akurat, jujur, dan transparan.

Tentu saja bila mengacu pada makna yang dijabarkan Andreas,

Selamatkanbumi.com juga belum bisa dibilang telah menerapkan metode objektif

mengingat teks-teks mereka yang cenderung satu sisi dan lebih banyak muatan

press release-nya.

Demikian, dapat dikatakan bahwa bila ditinjau dari perspektif jurnalisme

lingkungan Selamatkanbumi.com dan Liputan6.com, memiliki perbedaan yang

cukup mendasar ketika melihat permasalahan di Rembang. Selamatkanbumi.com

melihat pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Kendeng Utara, Rembang,

Page 108: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

93

sebagai ancaman terhadap lingkungan hidup masyarakat sana. Media tersebut

telah berupaya meng-cover seluruh isu tentang lingkungan di sana, walaupun

belum bisa menghadirkan berita berkualitas karena masih memuat perspektif dari

satu sisi dan teksnya kebanyakan press release.

Selamatkanbumi.com juga telah menunjukkan sikap pro-keadilan

lingkungan secara berkelanjutan dan biosentris, dibuktikan dengan kekonsistenan

mereka mengadvokasi penolakan terhadap berdirinya pabrik semen di Rembang.

Media tersebut terus berpihak terhadap masyarakat yang terancam ruang

hidupnya.

Sementara Liputan6.com tidak tertarik terhadap permasalahan di

Rembang lantaran ingin menjadi media yang objektif dan tidak mengawal satu isu

tertentu. Jumlah pengunjung menjadi pertimbangan redaktur juga, karena ia

melihat isu di Rembang tidak seksi untuk diberitakan. Dalam perspektif

jurnalisme lingkungan, media ini tidak meng-cover problema lingkungan secara

maksimal. Bahkan sama sekali tidak memiliki sikap pro-keadilan lingkungan

apalagi pro-keberlanjutan. Lebih jauh, media ini lebih condong memperkuat

argumen PT Semen Indonesia melalui teks-teksnya lantaran banyak press release

dari PT Semen Indonesia yang masuk.

Media Liputan6.com menjadi kontradiktif tidak saja dalam perspektif

jurnalisme lingkungan akan tetapi juga jurnalisme secara umum. Karena

jurnalisme seharusnya berpihak terhadap kepentingan masyarakat luas, bukan

mementingkan seksi atau tidaknya suatu isu. Apalagi menekankan citra dari suatu

instansi tertentu. Sehingga mediat Liputan6.com justru mirip media Humas

daripada media jurnalistik.

Meski begitu, dua media tersebut sama-sama belum bisa memberikan

berita-berita mengenai lingkungan yang berkualitas dan memenuhi standar

jurnalistik sepanjang periode Juni 2014-Desember 2015.

Bila ditarik ke ranah ideologi, pembangunan pabrik semen PT Semen

Indonesia di kawasan pegunungan Kendeng, Rembang, mengacu pada faham

Page 109: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

94

antroposentrisme. Sebuah teori yang memandang bahwa manusia merupakan

pusat semesta.

Dalam buku Etika Lingkungan Hidup karya Sonny Keraf,

antroposentrisme memandang bahwa manusia dan kepentingannyalah yang sangat

menentukan tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil berkaitan

dengan alam, baik secara langsung ataupun tidak (Keraf, 2010:47). Karena bagi

antroposentrisme, manusialah yang paling bernilai sementara selain manusia

hanya akan bernilai bila dapat menunjuang kepentingan manusia.

Namun, antroposentris juga dilihat sebagai teori yang instrumentalistik.

Alam tidak lain, merupakan alat pemenuh kebutuhan manusia. Kalaupun manusia

memiliki sikap peduli pada alam, itu semata-mata demi menjamin tercapainya

kebutuhan mereka.

Oleh karena itu, peneliti berkesimpulan bahwa baik narasi dari

Liputan6.com maupun Selamatkanbumi.com, keduanya sama-sama menonjolkan

ideologi antroposentrisme. Bedanya, Liputan6.com yang mendukung

pembangunan pabrik semen, sebab dinilai akan memberi manfaat bagi banya

orang, terutama dalam ranah pembangunan infrastruktur. Sementara

Selematkanbumi.com berupaya melawan wacana tersebut, dengan wacana lain

mengenai terancamnya ruang hidup petani dan sumber air.

Pada titik ini, narasi dari kedua media itu punya satu kesamaan:

pertarungan kepentingan antar manusia. PT Semen Indonesia yang menginginkan

CAT Watuputih karena keberadaan karst yang bagus dan melimpah dan

masyarakat Rembang yang tak mau lingkungan hidupnya rusak. Sebab, dapat

mengancam keberlangsungan hidup mereka untuk jangka waktu lama.

Bila ditarik lebih makro, narasi mengenai pembangunan pabrik semen PT

Semen Indonesia ini merupakan bagian dari “modernisasi masyarakat.” Sebab,

dalam modernisasi, industri merupakan anak emas dan memang itulah tujuan

utamanya.

Page 110: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

95

Hal ini bisa kita lihat melalui teori pertumbuhan ekonomi Rostow, salah

satu versi dari modernisasi. Teori yang mulanya dikembangkan untuk

membendung pengaruh sosialisme pada saat perang dingin ini dikembangkan oleh

pemerintahan militer Indonesia di bawah Soeharto sejak tahun 1967 (Fakih, 2009:

50).

Modernisasi mencita-citakan perubahan sosial masyarakat dari tradisional

menuju ke masyarakat industri atau masyarakat konsumsi masa tinggi. Teori ini

sebetulnya juga bertolak dari uraian Adam Smith, pandangan ekonomi klasik,

yang menyatakan bahwa kegiatan ekonomi bertumpu pada industri sementara

proses produksi dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan konsumen

(Fakih: 2009:42). Untuk tercapainya hal itu, dibutuhkan akumulasi modal melalui

tabungan, hutang luar negeri, dan investasi.

Teori modernisasi merupakan cikal lahirnya teori pembangunan atau

developmentalisme. Menurut Mansour Fakih, dalam buku Runtuhnya Teori

Pembangunan dan Globalisasi, developmentalisme dikembangkan dalam rangka

membendung semangat masyarakat antikapitalisme dan merupakan siasat baru

untuk mengganti formasi sosial kolonialisme yang baru runtuh (Fakih, 2009:178).

Amerika Serikat menyebarkan paham ini dengan berbagai cara untuk

mendukung ekonomi yang kapitalistik. Dalam konteks Indonesia,

developmentalisme dimapankan oleh para akademisi, LSM, dan praktik-praktik

pengukuhan ideologi melalui sosial budaya oleh pemerintah negara.

Namun, pada praktiknya developmentalisme mengalami berbagai

permasalahan. Faham ini dianggap tidak dapat menyelesaikan berbagai problem

masyarakat seperti kesenjangan antar kelas, dominasi ideologi, budaya, persoalan

gender, dan bahkan persoalan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan

(sustainable development), dalam praktiknya justru kontra produktif dengan

wacana kesejahteraan yang ada di dalam masyarakat.

Page 111: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

96

BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap wacana pemberitaan

tentang konflik pendirian Pabirk PT Semen Indonesia di Rembang dalam media

Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com pada periode Juni 2014-Desember 2015.

Jurnalisme lingkungan digunakan sebagai perspektif untuk melihat bagaimana dua

media tersebut, yang secara orientasi berbeda, mewartakan isu lingkungan di

Rembang. Karena tak bisa dipungkiri, konflik lingkungan merupakan dasar dari

polemik yang melanda warga Timbrangan dan Tegaldowo saat ini.

Dalam Liputan6.com kebanyakan teks mendukung wacana “semen untuk

kesejahteraan.” Alih-alih bersikap netral, seperti kata redakturnya, Liputan6.com

justru banyak memuat siaran pers dari PT Semen Indonesia. Siaran pers ini bisa

dilihat dari berita-berita yang menarasikan bahwa pembangunan PT Semen

Indonesia telah mendapat legitimasi dari sebagian warga Rembang, Wakil

Presiden dan juga sudah mendapat legitimasi Amdal. Sementara itu, warga

penolak dalam sebagian besar teks yang penulis analisis, diposisikan sebagai

pihak yang menolak tanpa argumen kuat. Beberapa teks mungkin kelihatan pro

dengan masyarakat Rembang yang menolak semen. Akan tetapi, teks-teks yang

tampaknya mendukung perlawanan itu cenderung mengarahkan pembaca untuk

bersimpati saja terhadap massa yang melawan. Dalam artian, tidak memperkuat

wacana lingkungan yang coba disuarakan oleh masyarakat Rembang.

Sedangkan Selamatkanbumi.com sebagai media yang ideologis dan

membela masyarakat penolak pabrik terus menarasikan wacana “tambang

merusak lingkungan.” Beberapa teks berita dalam Selamatkanbumi.com menyorot

konflik antara warga penolak dengan aparat yang membela pabrik semen. Dalam

teks-teks berita tersebut, aparat diposisikan sebagai corong bagi pabrik semen

untuk berdiri. Mereka bukannya membela masyarakat namun justru melakukan

Page 112: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

97

kekerasan terhadap masyarakat yang menolak pembangunan pabrik PT Semen

Indonesia. Padahal masyarakat sedang membela lingkungan hidupnya.

Selebihnya, tulisan-tulisan dalam media Selamatkanbumi.com didominsasi

siaran pers dari warga langsung. Siaran-siaran Pers tersebut secara umum

menuntut agar pihak pabrik PT Semen Indonesia menghentikan pembangunannya.

Untuk memerkuat argumen, siaran-siaran pers warga juga memaparkan dampak

negatif bila pabrik semen berdiri di kawasan CAT Watuputih seperti potensi

rusaknya sumber mata air dan menurunnya kegiatan ekonomi petani. Sayangnya,

teks-teks dalam media Selamatkanbumi.com cenderung melihat dari satu pihak

saja, hal itu berlangsung sepanjang periode 2014-2015, sehingga konflik

cenderung ditampilkan hitam putih.

Definisi dari jurnalisme lingkungan, menurut Ana Nadya Abrar, adalah

segala kegiatan jurnalistik yang mengedepankan problema lingkungan hidup dan

segala solusinya. Problema lingkungan hidup dirincikan menjadi tiga aspek,

sebagaimana menurut keterangan Kementrian Lingkungan Hidup dan Lembaga

Penelitian Pendidikan Penerbitan. Tiga aspek tersebut yaitu problema lingkungan

alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.

Dalam jurnalisme lingkungan, menurut Agus Sudibyo, setiap pers juga

mesti menerapkan 4 sikap, yaitu pro-keberlanjutan, biosentris, pro-keadilan

lingkungan, dan profesional. Selain itu, Asian Federation of Environmental

Journalistsdalam konferensi di Sri Lanka tahun 1998 juga telah meratifikasi 8 poin

kode etik jurnalisme lingkungan yang spiritnya adalah meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap isu lingkungan.

Menilik dari perspektif tersebut, Liputan6.com dalam analisis penulis,

bukan media yang maksimal dalam pemberitaan mengenai problema lingkungan.

Dalam berita-berita Liputan6.com, konflik lingkungan cenderung ditampilkan

sebagai kekhawatiran warga semata tanpa ada dukungan lebih lanjut dengan

reportase mendalam maupun pernyataan pakar lingkungan terkait hal tersebut.

Dengan kata lain, wacana lingkungan media ini lemah. Sebaliknya, media ini

Page 113: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

98

justru memerkuat makna “tambang untuk kesejahteraan” dengan menghadirkan

narasi yang melegitimasi pembangunan semen, baik narasi prosedural seperti

telah sahnya Amdal maupun narasi dukungan dari pihak-pihak tertentu, seperti

Wakil Presiden Jusuf Kala.

Media Liputan6.com, berdasarkan analisis penulis, juga tidak memiliki 4

sikap dalam mengawal isu lingkungan sebagaimana dipaparkan Agus Sudibyo.

Harun Mahbub, redaktur pelaksana kanal regional media tersebut, menyatakan

bahwa media Liputan6.com adalah media yang objektif dan tidak tertarik pada isu

di Rembang. Pernyataan ini kontradiktif dengan teori jurnalisme secara umum

yang menyatakan bahwa kepentingan publik adalah yang utama. Apalagi konflik

lingkungan di Rembang telah mendapat perhatian dari berbagai kalangan pada

periode tersebut. Dengan demikian secara kode etik Asian Federation of

Environmental Journalists, media ini jelas tidak memiliki semangat meningkatkan

kesadaran masyarakat mengenai isu lingkungan.

Sementara itu, alih-alih menjadi objektif, media Liputan6.com justru

menjadi corong bagi PT Semen Indonesia untuk mengukuhkan kebenaran

“tambang untuk kesejahteraan.”

Berbanding terbalik dengan Liputan6.com, Selamatkanbumi.com lebih

maksimal dalam mengawal isu lingkungan di Rembang pada periode Juni 2014-

Desember 2015. Dalam analisis penulis, media tersebut telah menerapkan sikap

pro-keberlanjutan, biosentris, dan mendukung keadilan lingkungan. Hal ini bisa

dilihat dari konsistensi Selamatkanbumi.com dalam mengawal isu lingkungan di

Rembang. Namun, kelemahan dari media ini ialah, lebih banyak press release

dibanding beritanya. Meskipun press release tersebut, berdasarkan kesepakatan

redaksi Selamatkanbumi.com, menjadi bagian dari jurnalisme warganya. Akan

tetapi, menerbitkan press release tanpa mengolahnya terlebih dahulu menjadi

suatu berita, menjadikan tulisan-tulisan di media tersebut kurang berkualitas.

Media ini terjebak pada aktivisme, sehingga hanya menyuarakan massa yang

diperjuangkannya. Meski begitu, minimnya produksi berita di media ini juga

disebabkan masalah sedikitnya SDM dan kurangnya dana operasional.

Page 114: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

99

Boleh dibilang dua media tersebut belum menampilkan tulisan-tulisan

jurnalistik yang ideal. Bahkan bila dikaji secara kode etik jurnalisme lingkungan

dari Asian Federation of Environmental Journalists, dua media tersebut belum dapat

memenuhi semua kriterianya.

Alih-alih menjadi media jurnalisme yang mewartakan berita secara

proporsional dan berimbang, Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com sebetulnya

sama-sama terjebak menjadi media propaganda, yang satu memerkuat makna

tambang untuk kesejahteraan, sedang satunya memerkuat makna tambang

mengancam lingkungan.

Pada kondisi ini kedua media itu mendukung faham

antroposentrisme.Pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia berkiblat pada

developmentalisme yang menekankan industrialisasi sebagai bagian dari agenda

modernisasi, terutama di bidang ekonomi.Sedangkan melawan pembangunan

tambang semen berdasar pada pemahaman bahwa developmentalisme sudah gagal

membawa kesejahtraan bagi masyarakat.

Keduanya masih dalam ranah antroposentris karena hanya berbicara

mengenai kepentingan manusia. Adapun Selamatkanbumi.com, meski bicara

lingkungan, namun semata-mata dalam kaitannya dengan keberlangsungan hidup

masyarakat Rembang. Bukan bicara lingkungan dengan nilainya sendiri.

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran untuk media

Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com. Pertama, untuk Liputan6.com,

hendaknya menjadi media yang betul-betul memerhatikan kepentingan

masyarakat bukan hanya traffic. Objektifitas sebaiknya digunakan sebagai metode

agar memeroleh keutuhan informasi, bukan dijadikan tujuan. Sebab merasa

objektif berakibat pada staganansi. Selain itu, jangan sampai media Liputan6.com

menjadi media yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang justru memiliki agenda

yang kontra terhadap kepentingan masyarakat luas.

Page 115: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

100

Kedua, untuk Selamatkanbumi.com, memang betul bahwa kita mesti

mengawal segala isu yang berkaitan dengan masyarakat luas seraya memberi

ruang bagi siapapun untuk menyampaikan gagasannya. Penulis juga sependapat

bahwa media mesti berpihak pada masyarakat luas, tidak bisa tidak. Namun,

sebagai media alternatif yang berorientasi pada konten jurnalistik, jangan

kemudian menjadi media yang propagandis.

Alih-alih, menayangkan berita berkualitas, yang ada justru kebanyakan

press release dari aliansi-aliansi masyarakat. Meski tujuannya untuk masyarakat,

akan tetapi hal ini justru akan menjadikan media Selamatkanbumi.com hanya

menampilkan info-info yang sifatnya spekulatif dan komentar-komentar

tendensius. Memastikan otentitas narasumber dari berbagai pihak sangat penting.

Ketiga, untuk kedua media tersebut, sebaiknya menerapkan reportase yang

lebih investigatif, mendalam. Supaya dapat menyajikan laporan yang utuh dan

dapat mengedukasi masyarakat.Jangan sampai satu sisi saja. Bila memang ditolak

oleh pihak yang berkaitan dengan konflik, hendaknya penolakan atau sangkalan

tersebut juga ditulis. Paling tidak, dengan begitu kita bisa tahu bahwa ada upaya

memenuhi kaidah jurnalistik.

Terakhir, karena penelitian ini masih berfokus pada bagaimana suatu teks

diproduksi dalam sebuah media dengan tujuan yang tidak netral, politis. Sehingga

kekurangan penelitian ini terletak pada pembuktian apakah teks-teks tersebut

memberi pengaruh pada pembaca dan sejauh mana pengaruh itu. Maka, untuk

para peneliti selanjutnya yang tertarik mengkaji jurnalisme lingkungan, penulis

menyarankan agar melakukan penelitian analisis resepsi atau penelitian-penelitian

yang mengkaji dampak.

Page 116: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

101

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abrar, Ana Nadya. Mengenal Jurnalisme Lingkungan Hidup. Yogyakarta :

Gajah Mada University Perss, 1993.

Ardianto, Hendra Tri. Mitos Tambang Untuk Kesejahteraan: Pertarungan

Wacana Kesejahteraan dalam Kebijakan Pertambangan.Yogyakarta:

Penerbit PolGov, 2016

Barrat, David. Media Sociology. London and New York: Routledge, 1994

Cipta, Dwi, et.al. Rembang Melawan: Membongkar Fantasi

Pertambangan Semen di Pegunungan Kendeng. Yogyakarta: Literasi

Press, 2015

Darma, Y. A. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, 2009

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. LKIS:

Yogyakarta, 2001

Fairclough, Norman. Discourse and Social Change. Cambridge: Polity

Press, 1992.

Fairclough, Norman. Critical Discourse Analysis. London and New York:

Longman, 1998.

Fakih, Mansour. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.

INSISTPress: Yogyakarta, 2009.

Foucault, Michel. The Archaelogy of Knowledge. (trans. A. M. Sheridan

Jurnal Poetika Vol. IV No. 2, Desember 2016 118 Smith). London:

Routledge, 1972.

Harsono, Andreas. Agama Saya Adalah Jurnalisme. Yogyakarta: Kanisius,

2010.

Page 117: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

102

Haryatmoko. Michel Foucault dan Politik Kekuasaan: Membongkar

Teknik, Mekanisme, dan Strategi Kekuasaan. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2010.

Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. Analisis Wacana: Teori dan

Metode. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2010

Kartomihardjo, S. Bahasa dan Cermin Kehidupan Masyarakat.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta, 1998.

Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan Hidup. Kompas: Jakarta, 2010.

Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. Sembilan Elemen Jurnalisme (terj.).

Jakarta: Pantau, 2001.

Konsorsarium Pembaruan Agraria. Laporan Akhir Tahun 2015

Konsorsarium Pembaruan Agraria: Reforma Agraria dan Penyelesaian

Konflik Agraria Disandera Birokrasi. Jakarta: KPA, 2015

Konsorsarium Pembaruan Agraria. Laporan Akhir Tahun 2016

Konsorsarium Pembaruan Agraria: Liberalisasi Agraria Diperhebat,

Reforma Agraria Dibelokkan. Jakarta: KPA, 2016

Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya:

Bandung, 2008.

Mulyana, Deddy. Kajian Wacana: Teori , Metode Aplikasi, dan Prinsip-

prinsip Analisis Wacana.Tiara Wacana: Yogyakarta, 2005

Oetomo, Dede. Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana. Kanisius:

Yogyakarta, 1993

Pavlik, John V. Journalism and New Media. New York: Columbia

University Press, 2001

Page 118: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

103

Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kontemporer. Modern English Press: Jakarta, 2002.

Saputra, Wiko. MP3EI: Pembangunan Ekonomi dan Terancamnya Hak

Dasar Masyarakat (Kritik dan Kajian Terhadap Kebijakan Masterplan

Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

Jakarta: Perkumpulan Prakarsa, 2014

Sudibyo, Agus. 34 Prinsip Etis Jurnalisme Lingkungan: Panduan Praktis

Untuk Jurnalis. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2014

Jurnal :

Bednarek, Monica and Helen Caple. “Playing With Environmental Stories

In The News—Good or Bad Practice?,” Discourse & CommunicationNo.

4 (2010). Halaman 6-23

Fuhz, Crhistian. “Alternative Media As Ceritical Media,” European

Journal Of Social Theory No. 2 (2010). Halaman 174-179

Karman. “Media dan Kepentingan Publik: Praktik Media Massa Menurut

Teori Normatif,” Jurnal INSANI, No. 15 (Desember, 2013), halaman 21-

25

Skripsi :

Ganies, Oktaviana. “Analisis Konflik Sumber Daya Alam di Pegunungan

Kendeng Utara, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah:Studi kasus :

Rencana pembangunan pabrik semen oleh PT. SMS di Kecamatan

Tambakromo dan Kayen ” Skripsi Sarjana, Departemen Sains Komunikasi

dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut

Pertanian Bogor, Bogor, 2015.

Page 119: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

104

Nasution, Rizki Ramadhani. “Analisis Isi Penerapan Jurnalisme

Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01

September-13 November 2015,” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan, 2016.

Solihin Mohammad. “Konstruksi Berita Konflik Pabrik Semen Kendeng

di Media Berita Online:Analisis Framming Kompas.com dan

Suaramerdeka.com,” TesisPascasarjana, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2016.

Prastika, Ratna. “Bingkai Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan

Kabut Asap di Riau Pada Media Online: Studi Kualitatif Dengan

Pendekatan Analisis Framming Mengenai Bingkai Jurnalisme Lingkungan

Pemberitaan Kabut Asap di Riau Pada Media Online Riau Pos dan Tribun

Pekanbaru Edisi Maret 2014,” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Bandung, Bandung, 2015.

Utami, Dian Rosalita. “Praktik Jurnalisme Lingkungan Dalam

Pemberitaan Pembangunan Pabrik Semen Di Kawasan Pegunungan

Kendeng Rembang (Analisis Framming Praktek Jurnalisme Lingkungan

pada Media Mongabay.co.id, Periode Februari-Agustus 2014)” Skripsi

Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atmajaya,

Yogyakarta, 2016

Refrensi Online :

Accountablejournalisme.org. “Asian Federation of Environmental

Journalists Code of Ethics.” https://accountablejournalism.org/ethics-

codes/international-asian-federation-of-environmental-journalists. Diakses

20 Februari 2018.

Page 120: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

105

Jeko I.R. “Liputan6.comTerpilih Sebagai Produk Digital & Situs Terbaik

2016.http://www.liputan6.com/tekno/read/2630637/liputan6com-terpilih-

sebagai-produk-digital-amp-situs-terbaik-2016. Diakses 12 Februari 2018.

Liputan6.com. “Tentang Kami.” https://www.liputan6.com/info/tentang-

kami. Diakses 12 Februari 2018.

Liputan6.com. Susunan Redaksi. https://www.liputan6.com/info/redaksi.

Diakses 13 Januari 2018.

Nugraha, Indra. “Media Arus Utama Masih Minim Angkat Isu

Lingkungan,” http://www.mongabay.co.id/2012/10/26/media-arus-utama-

masih-minim-angkat-isu-lingkungan/. Diakses 05, April 2017.

Tim Penutur Selamatkanbumi. Press Release Tolak Pabrik Semen di

Pegunungan Kendeng Utara. https://selamatkanbumi.com/id/press-release-

tolak-pabrik-semen-di-pegunungan-kendeng-utara/. Diakses 10 Februari

2018.

Tim Penutur Selamatkanbumi. “Kronologi Represi Aparat Terhadap Ibu-

Ibu Penolak Pabrik Semen di Rembang.”

https://selamatkanbumi.com/id/kronologi-represi-aparat-terhadap-ibu-ibu-

penolak-pabrik-semen-di-rembang-27-november-2014/. Diakses 10

Februari 2018.

Page 121: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

LAMPIRAN

1. Lampiran Teks Media Liputan6.com

Pendirian Pabrik di Rembang Tuai

Protes, Ini Kata Semen Indonesia

Nurmayanti

18 Jun 2014, 17:09 WIB

10

Di tengah dimulainya pembangunan pabrik milik Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) tersebut, terselip masih adanya penolakan dari masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Semen Indonesia (Persero) memulai pembangunan

pabrik baru berkapasitas 3 juta ton per tahun di Kabupaten Rembang, Jawa

Tengah terhitung Senin (16/6/2014). Pembangunan pabrik yang disebut ramah

lingkungan ini menelan investasi hingga Rp 3,7 triliun.

Page 122: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Di tengah mulainya pembangunan pabrik milik Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) tersebut, masih adanya penolakan dari masyarakat sekitar.

Baca Juga

Dikabarkan warga khawatir pembangunan akan merusak lingkungan tempat

tinggalnya. Bahkan, dilaporkan sempat ada bentrokan antara masyarakat setempat

dengan aparat di lokasi pembangunan pada Senin (16/6/2014).

Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk, Agung Wiharto memberikan

penjelasan soal ini kepada Liputan6.com, Rabu (18/6/2014).

Menurut dia, sejauh ini perusahaan sudah melakukan hal yang bersifat legal

maupun pendekatan kepada masyarakat terkait pembangunan pabrik semen di

Rembang, Jawa Tengah tersebut.

"Jadi sudah sah, kami memenuhi semua. Seperti soal kawasan geologi di aturan

bisa dilakukan, seperti ada 25 aturan dipenuhi," ujar dia.

Dia menuturkan, untuk membangun pabrik ini perusahaan meminta persetujuan

ke lima desa. Dukungan pun mengalir dengan kedatangan warga pada acara doa

bersama, dilihat dari kehadiran para ulama dari desa-desa tersebut.

Agung mengaku, jauh sebelum pembangunan dimulai, pihaknya juga sudah

melakukan pendekatan ke masyarakat. Jika kemudian ada yang kontra, Semen

Indonesia akan terus berusaha menunjukkan keuntungan dari pembangunan

pabrik tersebut.

Pabrik ini juga dikatakan ramah lingkungan. Menurut Agung, itu artinya sudah

memperhatikan dampak lingkungan. "Dan kami berkomitmen menjaga hal itu,"

tegas dia.

Dia meminta masyarakat tak khawatir karena perusahaan disebut berpengalaman

dalam membangun pabrik semen.

Bahkan, dia memastikan jika secara hukum kemudian ditemukan pelanggaran

pada pembangunan pabrik ini maka perusahaan siap untuk

mempertanggungjawabkannya. Misalkan pembangunan harus dihentikan. "Kalau

ada kekuatan legal hendaknya diputuskan secara legal," lanjut dia.

Pada kesempatan ini, dia membantah jika terjadi kekerasan pada proses

pembangunan pabrik. "Kalau kami melihat di lapangan menurut pendapat saya

tidak seheboh digambarkan. Saya sarankan lihat sendiri ke lapangan," tambahnya.

Page 123: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Lebih lanjut dia menjamin pihaknya akan melakukan cara silaturahmi dan

pendapatan yang baik kepada masyarakat agar pada akhirnya warga mau

menerima keberadaan pabrik Semen Indonesia. (Nrm/Igw)

Kalau Semen Indonesia Punya Amdal,

Pembangunan Pabrik Bisa Lanjut

Septian Deny

19 Jun 2014, 18:57 WIB

0

11

Page 124: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

(foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Proses pembangunan pabrik PT Semen Indonesia

(Persero) di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terus mendapatkan penolakan

dari warga sekitar. Warga melakukan penolakan karena pembangunan pabrik

tersebut disinyalir bisa merusak lingkungan di sekitarnya.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan,

sebenarnya jika dalam proses pembangunan, perusahaan tersebut telah melakukan

analisis dampak lingkungan (Amdal) dan sudah mendapatkan izin untuk hal

tersebut maka proses pembangunan bisa terus dilaksanakan.

"Sebetulnya kalau sudah mencanangkan pembangunan, mestinya izin Amdal-nya

sudah keluar. Kalau perizinannya sudah keluar, meskipun ada protes dari LSM

dan sebagainya dia (PT Semen Indonesia) bisa melanjutkan," ujarnya di Hotel Le

Meridien, Jakarta, Kamis (19/6/2014).

Dia menjelaskan, dengan adanya izin Amdal tersebut, bisa dijadikan pegangan

resmi bagi perusahaan untuk melanjutkan pembangunan namun dengan tetap

menampung keluhan dari masyarakat dan LSM.

"Karena Amdal itu sudah keluar, dia mempunyai hak untuk melanjutkan proses-

prosesnya. Memang, LSM harus tetap didengarkan, tetapi sebagai investor

mengacunya pada izin Amdal," tutur dia.

Untuk diketahui, Semen Indonesia mulai pembangunan pabrik baru berkapasitas 3

juta ton per tahun di Kabupaten Rembang, terhitung Senin (16/6/2014).

Page 125: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Pembangunan pabrik yang disebut ramah lingkungan ini menelan investasi

hingga Rp 3,7 triliun.

Di tengah jalan, pembangunan pabrik milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

tersebut mendapat penolakan dari masyarakat sekitar. Dikabarkan warga khawatir

pembangunan akan merusak lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan, dilaporkan

sempat ada bentrokan antara masyarakat setempat dengan aparat di lokasi

pembangunan pada Senin kemarin. (Dny/Gdn)

Page 126: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Warga Blora Tolak Pendirian Pabrik

Semen

Liputan6

20 Jun 2014, 04:52 WIB

11

PT Semen Indonesia (Persero) memulai pembangunan pabrik baru berkapasitas 3

juta ton per tahun di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Liputan6.com, Blora - Puluhan warga Blora, Jawa Tengah, turun ke jalan

memprotes rencana pembangunan pabrik Semen Indonesia di Desa Timbaran,

Kabupaten Rembang yang berbatasan dengan Blora.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (20/6/2014), mereka berdalih

dampak buruk terhadap lingkungan akan dirasakan warga Blora jika

pembangunan pabrik tetap dilanjutkan.

Di depan Kantor Bupati Blora, Kamis 19 Juni 2014, para demonstran menggelar

aksi teatrikal serta menyindir sikap tidak peduli pemerintah yang mengabaikan

Page 127: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

aspirasi warganya yang digambarkan sebagai manusia topeng. Unjuk rasa pun

dilanjutkan dengan membakar lambang Semen Indonesia sebagai simbol

penolakan.

Selain itu, unjuk rasa menolak pembangunan pabrik Semen Indonesia juga

dilakukan sejumlah warga Semarang. Mereka membentangkan sejumlah spanduk

penolakan di kawasan Tugu Muda, Kota Semarang.

Para pengunjuk rasa berdalih pembangunan pabrik semen akan merusak

lingkungan Pegunungan Kendeng tempat pabrik itu dibangun.

Mereka juga menambahkan, untuk memajukan perekonomian warga, pemerintah

semestinya mengembangkan sektor pertanian bukan membangun pabrik.

Karenanya mereka mendesak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

menangguhkan izin pembangunan pabrik semen tersebut. (Ado)

Page 128: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Investasi Pabrik Semen Indonesia

Bengkak Gara-gara Rupiah Merosot

Fiki Ariyanti

22 Mar 2015, 17:45 WIB

Ilustrasi semen indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menyatakan,

investasi pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah terkerek naik

signifikan karena nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat

(AS).

Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia, Agung Wiharto menyampaikan hal itu,

seperti ditulis Minggu (22/3/2015). "Yang cukup berdampak lebih ke investasi

pembangunan pabrik baru, packing plant. Meskipun sebagian besar peralatannya

dari Eropa dan membayar pakai mata uang Euro tapi ada yang harus bayar pakai

dolar AS," terang dia.

Baca Juga

Page 129: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Ekspor Melemah, Neraca Dagang April Diprediksi Turun

Aksi Ambil Untung Bikin Rupiah Melemah Tipis

Bank Dunia: Rupiah Paling Stabil Dibanding Mata Uang Lain

Investasi pembangunan pabrik Rembang berkapasitas 3 juta ton, sambung Agung,

contohnya yang semula ditaksir dengan perhitungan Rp 3,7 triliun (kurs sekira Rp

10 ribu per dolar AS) pada 2012, kini melonjak karena depresiasi kurs rupiah.

"Sekarang menjadi Rp 4,4 triliun dengan kurs hampir Rp 13 ribu per dolar AS.

Jadi selisih penambahannya mencapai Rp 700 miliar," jelas Agung.

Lebih jauh dia mengatakan, saat ini pembangunan pabrik Rembang milik PT

Semen Indonesia Tbk terus berjalan dan diperkirakan rampung pada akhir 2016.

Sehingga perseroan harus mengkalkulasi kembali investasi proyek tersebut sejak

2012 sampai sekarang.

"Perkiraan dana Rp 4,4 triliun sampai selesai nanti dengan perhitungan kurs yang

sekarang. Tapi kalau kurs dolar AS turun, maka biaya juga akan turun," pungkas

Agung.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai

tukar rupiah melemah tipis menjadi 13.075 per dolar AS dari periode 19 Maret

2015 di level 13.008.

Nilai tukar rupiah telah mengalami depresiasi sekitar 4,8 persen dari awal 2015 di

kisaran 12.474 per dolar AS menjadi 13.075 per dolar AS pada Jumat 20 Maret

2015. (Fik/Ahm)

Page 130: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Semen Indonesia Bangun Pabrik di

Papua

Arthur Gideon

02 Apr 2015, 16:25 WIB

43

Ilustrasi semen indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) akan membangun

pabrik semen di Jayapura, Papua dengan nilai investasi mencapai US$ 150 juta

atau Rp 1,95 triliun (estimasi kurs: Rp 13.000 per dolar AS). Dalam

pembangunannya pabrik tersebut, perseroan menjalin kerja sama dengan Badan

Usaha Milik Daerah (BUMN) Pemerintah Kabupaten Jayapura.

Direktur Pengembangan Usaha dan Strategi Bisnis Semen Indonesia, Rizkan

Chandra menjelaskan, kapasitas pabrik tersebut mencapai 1 juta ton semen per

tahun. Pemancangan tiang pertama ditargetkan pada Januari 2016. Kami berharap

pabrik semen ini akan selesai dalam waktu sekitar tiga tahun ke depan," jelasnya

seperti tertulis dalam keterangan tertulis, Kamis (2/4/2015).

Page 131: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Mengenai pembagian tugasnya, pembangunan dan pembiayaan akan

dikoordinasikan oleh Semen Indonesia, sedangkan Pemerintah Kabupaten

Jayapura akan membantu dalam sosialisasi serta pembicaraan dengan masyarakat

setempat yang lokasinya akan digunakan untuk pabrik.

Menurut Rizkan, kerja sama dengan Pemerintahan Kabupaten Jayapura menjadi

sangat penting terutama karena pengadaan lahan, terlebih tanah di Papua yang

sifatnya ulayat, sosialiasi dan dialog dengan para masyarakat adat memerlukan

pendekatan lokal yang kuat bila ingin berhasil.

Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw menambahkan, prospek bisnis semen di

Jayapura cukup cerah. Konsumsi semen di Papua saat ini cukup tinggi. Selain itu,

ada peluang untuk ekspor ke Papua New Guinea (PNG).

"Di sisi lain, kami penduduk Jayapura ingin berbagai industri strategis yang

membutuhkan semen mudah dikembangkan di sini supaya ekonomi Jayapura

dapat berkembang lebih pesat," jelasnya. Menurut kebutuhan semen di Papua saat

ini sudah cukup besar yaitu mencapai 800 ribu ton.

Sebelum membangun pabrik semen ini, Semen Indonesia sebenarnya telah

Page 132: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

menancapkan bisnis di Papua dengan membuka pabrik pengantongan semen

(packing plant) di Sorong. Dengan adanya pabrik semen ini diharapkan bisnis

Semen Indonesia menjadi terintegrasi.

Selain membangun pabrik di Papua, Semen Indonesia juga akan membangun

pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah. Rencananya, pabrik tersebut akan

berkapasitas 3 juta ton dengan biaya investasi sebesar kurang lebih di kisaran Rp

4 4,4 triliun. Pembangunan pabrik Rembang ini diperkirakan rampung pada akhir

2016.

Untuk diketahui, Semen Indonesia mencatatkan laba yang dapat diatribusikan

kepada pemilik entitas induk mengalami kenaikan tipis 3,64 persen pada 2014.

Perseroan mencetak laba menjadi Rp 5,56 triliun pada 2014 dari periode 2013

sebesar Rp 5,37 triliun.

Kenaikan laba juga diikuti pendapatan. PT Semen Indonesia Tbk mampu

mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 10,14 persen menjadi Rp 26,98 triliun

sepanjang 2014.

Beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 15,38 triliun pada 2014 dari periode

2013 sebesar Rp 13,55 triliun. Hal itu membuat laba kotor perseroan naik tipis

5,98 persen menjadi Rp 11,59 triliun pada 2014. (Gdn)

Page 133: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Kala Puluhan Petani Wanita Salah

Mengadu ke KPK

Putu Merta Surya Putra

20 Nov 2014, 23:16 WIB

Para petani dari Rembang mengadukan nasib tanah mereka ke KPK.

(Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Puluhan petani yang didominasi kaum wanita

menyambangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ). Meski menyadari

salah tempat, para petani ini meminta KPK mendengarkan aspirasinya.

Dengan berpakaian ala petani, lengkap dengan topi campingnya, para petani yang

datang dari Rembang itu meminta pertolongan komisi yang dipimpin Abraham

Samad agar dapat menghentikan pembangunan pabrik semen di daerahnya.

"Kami adalah ibu-ibu yang semuanya petani. Bumi adalah ibu, karena itu apabila

bumi rusak maka kehidupan tidak ada lagi. Tanah kami rusak maka kami bekerja

Page 134: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

dimana lagi, kami sudah menentang pabrik ini sejak lima bulan lalu," ujar salah

satu petani bernama Narty, di Gedung KPK, Kamis (20/11/2014).

Menurut Narty, selama lima bulan, dia dan kawan-kawannya tidur di tenda.

Namun Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak menghiraukannya.

"Kami tidur di tenda siang malam tak peduli dingin dan panas, Pak Ganjar

Pranowo tidak pernah menghiraukannya," jelas dia.

Mereka pun menyadari kedatangannya ke KPK salah tempat. Tapi berharap KPK

dapat mendengarkan aspirasinya. "Mohon maaf kalau kami salah datang ke sini,

tapi kami hanya berharap agar harapan kami didengar," pungkas Narty.

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) sebelumnya pernah mengecam tindak

kekerasan terhadap para petani di Rembang yang menolak penambangan Karst

dan Pembangunan Pabrik Semen Indonesia di Rembang.

Menurut KPA, kekerasan yang dialami petani Rembang ini semakin menambah

panjang daftar konflik agraria yang mengancam berlangsungan hidup petani.

"Kini petani di Rembang, Jawa tengah mendapatkan kesempatan merasakan

penderitaan akibat konflik agraria," ujar Sekretaris Jenderal KPA, Iwan Nurdin.

(Ali)

Page 135: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Aksi Massa di Semarang Tolak Pabrik

Semen - Aksi Buruh di Bandung

Liputan6

19 Des 2014, 04:30 WIB

0

17

(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Semarang - Aksi ribuan warga dilakukan dengan menggelar jalan

kaki dari Bundaran Simpang Lima menuju depan Kantor Gubernur Jawa Tengah

di Jalan Pahlawan, Semarang pada Kamis (18/12/2014) siang.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Kamis (18/12/2014), massa

kemudian menggelar orasi di depan Kantor Gubernur guna menolak rencana

pembangunan Pabrik Semen Indonesia di wilayah mereka.

Page 136: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Mereka menilai, pembangunan pabrik semen akan menghilangkan mata

pencaharian mereka sebagai petani serta merusak sumber mata air yang ada di

sekitar kawasan Gunung Kendeng.

Massa meminta Gubernur Ganjar Pranowo menjadikan Jawa Tengah sebagai

lumbung pangan bukan lumbung tambang. Mereka juga menuntut Gubernur

Ganjar untuk melakukan moratorium penambangan di Jawa Tengah.

Sementara itu, konvoi ratusan sepeda motor mengantar buruh melakukan aksi di

depan kompleks Gedung Sate Jalan Diponegoro, Bandung, Jawa Barat.

Melalui aksi yang disertai orasi itu, para pendemo yang mengaku buruh dari

Aliansi Jawa Barat itu menuntut Gubernur Ahmad Heryawan segera merevisi

UMK yang ditandatangani 21 November lalu.

Revisi itu terkait dengan kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan

berbagai harga kebutuhan. Dengan revisi itu, upah buruh tahun 2015 di provinsi

Jawa Barat dinaikkan sebesar 7 hingga 10 persen dari yang ditetapkan

sebelumnya. Mereka juga meminta Pemprov mendesak Apindo Jawa Barat

menyetujui revisi yang diajukan buruh saat aksi. (Vra/Ali)

Page 137: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Pekerjaan Rumah Menanti Bos Baru

Semen Indonesia

Ilyas Istianur Praditya

24 Jan 2015, 16:13 WIB

27

Ilustrasi semen indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia

(Persero), Dwi Soetjipto menyambut positif dengan ditetapkannya Suparni

menggantikan dirinya menjadi orang nomor satu di perusahaan.

Namun begitu, Dwi mengaku memiliki pesan kepada Suparni untuk menjadikan

Semen Indonesia lebih maju dan mampu berdaya saing yang tinggi.

"PR nya selalu banyak, karena memang misalnya terkait pembangunan pabrik,"

kata Dwi seperti yang ditulis, Sabtu (24/1/2015).

Pembangunan pabrik dinilai Dwi menjadi satu hal yang harus segera diselesaikan

Page 138: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

mengingat mengimbangi permintaan semen kedepan akan terus meningkat.

Hal itu seiring dengan program pemerintahan Kabinet Kerja yang akan

memprioritaskan pembangunan sektor infrastruktur di dalam negeri.

"Saat ini dua pabrik nanti akan ada tiga pabrik lagi di domestik," tegas Dwi.

Saat ini perseroan tengah membangun pabrik semen di Rembang, Jawa Timur

dan Indarung, Sumatera barat dengan kapasitas masing-masing pabrik sekitar 3

juta ton per tahun.

Tidak hanya itu, pekerjaan rumah lain yang juga harus segera digeber Suparni dan

jajaran direksi lainnya adalah realisasi ekspansi bisnis ke luar negeri, khususnya di

regional.

"Kemudian diluar negeri sudah ada beberapa yang saat ini diproses, cita-citanya

untuk menjadi perusahaan global sudah ditetapkan. Saya kira itu menjadi PR yang

tidak mudah direalisasikan," pungkas Dwi. (Yas/Ndw)

Page 139: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Dirut Semen Indonesia Lapor

Kemajuan Pabrik Baru ke JK

Septian Deny

09 Nov 2015, 17:14 WIB

37

Ilustrasi semen indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Semen Indonesia, Suparni

mendatangi Kantor Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) Senin (9/11/2015), siang.

Selain melaporkan soal perkembangan industri semen dalam negeri,

kedatangannya tersebut juga memberikan informasi mengenai perkembangan

pembangunan dua pabrik baru milik perseroan.

Suparni mengatakan, pihaknya saat ini tengah dalam proses merampungkan dua

pabrik semen baru di dua lokasi yang berbeda, yaitu di Rembang, Jawa Tengah

Page 140: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

dan Indarung, Sumatera Barat.

"Kami juga melaporkan perkembangan proyek. Kami membangun dua pabrik saat

ini, satu di Rembang dan satu di Indarung karena beliau (JK) pernah mengunjungi

proyek itu," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (9/11/2015).

Baca Juga

Bos Semen Indonesia Sambangi Wapres JK, Ini yang Dibahas

Pendapatan Semen Indonesia Turun 12%

Proyek Infrastruktur Berjalan, Saham Semen Indonesia Naik 11%

Dia melanjutkan, perkembangan dua pabrik tersebut kini sudah lebih dari 50

persen. Bila tidak ada halangan, maka keduanya ditargetkan bisa mulai beroperasi

pada akhir tahun depan.

"Progress-nya yang di Rembang itu 66,7 persen dan Indarung progresnya berada

pada kisaran 64 persen. Dan diharapkan pabrik-pabrik nanti akan beroperasi di

akhir tahun 2016," kata dia.

Menurut Suparni, JK gembira mendengar perkembangan ini. JK memberikan

pesan agar Semen Indonesia mempersiapkan diri untuk meningkatkan produksi

semennya untuk memenuhi kebutuhan proyek infrastruktur ke depannya.

"Beliau (JK) dilaporin itu senang, karena beliau kan pernah dateng ke proyek

Indarung dan saya mengantar beliau ke proyek itu. Beliau gembira lah,"

tandasnya.

Sekedar informasi, proyek pabrik semen di Rembang memiliki nilai investasi

sebesar US$ 403 juta dengan kapasitas produksi 3 juta ton per tahun. Sedangkan

pabrik di Indarung menelan investasi sebesar US$ 352 juta dengan kapasitas

produksi 3 juta ton per tahun.

Suparni juga melaporkan kepada JK bahwa konsumsi semen saat ini terus

mengalami kenaikan. Hal ini sejalan dengan mulai bergeliatnya proyek

pembangunan menyusul percepatan penyerapan anggaran pemerintah.

"Kami melaporkan ke Pak Wapres bahwa konsumsi semen saat ini tinggi, semua

pabrik lancar beroperasi," ujarnya.

Dia menjelaskan mulai Agustus lalu konsumsi semen nasional mengalami

pertumbuhan sebesar 17,8 persen. Tren ini terus berlanjut pada September dan

Oktober.

"Kemudian September tumbuh dan Oktober ini permintaannya tinggi. Kalau

Page 141: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

dibandingkan dengan tahun lalu, bulan September tumbuh sekitar 5 persenan dari

tahun lalu. Di Oktober ini juga tumbuh 5-6 persen dari tahun lalu," ia

menjelaskan.

Jika melihat tren pertumbuhan konsumsi tersebut, Suparni optimistis konsumsi

semen nasional pada tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

Setidaknya akan ada pertumbuhan antara 2-3 persen dibanding tahun sebelumnya.

(Dny/Gdn)

Page 142: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

2. Lampiran Teks Media Selamatkanbumi.com

Solidaritas

Tolak penambangan dan pendirian Pabrik Semen di Rembang By Tim Penutur Selamatkan Bumi | Juni 15, 2014

Rembang – Senin, 16 Juni 2014, 500 Warga Desa Sekitar lokasi rencana penambangan

dan tapak pabrik akan menduduki rencana lokasi tapak pabrik dikarenakan tidak ada

itikad baik dari Semen Indonesia dalam seluruh rencana proses penambangan dan

pendirian pabrik di Rembang.

Aksi ini menjadi pilihan terakhir setelah warga tidak pernah diberi kesempatan untuk

menyuarakan berbagai pelanggaran yang telah dilakukan selama persiapan proyek

pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang ini. Warga tidak pernah

tahu informasi yang jelas mengenai rencana pendirian pabrik semen. Tidak pernah ada

sosialisasi yang melibatkan warga desa secara umum, yang ada hanya perangkat desa

dan tidak pernah disampaikan kepada warga. Dokumen AMDAL tidak pernah

disampaikan terhadap warga. Tidak pernah ada penjelasan mengenai dampak-dampak

negatif akibat penambangan dan pendirian pabrik semen.

Intimidasi sering terjadi seiring gerakan warga yang ingin memperjuangkan haknya

untuk memperoleh informasi yang jelas dan memperoleh lingkungan hidup yang sehat.

Telah ditemukan dugaan pelanggaran hukum antara lain :

1. Penggunaan kawasan Cekungan Air Tanah Watuputih sebagai area penambangan

batuan kapur untuk bahan baku pabrik semen melanggar Perda Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 pasal 63 yang menetapkan

area ini sebagai kawasan lindung imbuhan air dan Perda RTRW Kabupaten Rembang

Nomor 14 Tahun 2011 pasal 19 yang menetapkan area ini sebagai kawasan lindung

geologi.

2. Penebangan kawasan hutan tidak sesuai dengan Persetujuan prinsip tukar menukar

kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan, surat Nomor S. 279/Menhut-II/2013 tertanggal

22 April 2013, dalam surat tersebut menyatakan bahwa kawasan yang diijinkan untuk

ditebang adalah kawasan hutan KHP Mantingan yang secara administrasi Pemerintahan

terletak pada Desa Kajar dan Desa Pasucen kecamatan Gunem Kabupaten Rembang

provinsi Jawa Tengah. Namun fakta dilapangan, Semen Indonesia menebang kawasan

hutan Kadiwono kecamatan Bulu seluas kurang lebih 21,13 hektar untuk tapak pabrik.

Perlu diketahui dalam Perda no 14 tahun 2011 tentang RTRW Kab. Rembang Kecamatan

Bulu tidak diperuntukkan sebagai kawasan industri besar.

Page 143: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

3. Bukti-bukti lapangan mutakhir seperti ditemukannya 109 mata air, 49 gua, dan 4

sungai bawah tanah yang masih mengalir dan mempunyai debit yang bagus, serta fosil-

fosil yang menempel pada dinding gua, semakin menguatkan keyakinan bahwa kawasan

karst Watuputih harus dilindungi. Proses produksi semen berpotensi merusak sumber

daya air yang berperan sangat penting bagi kehidupan warga sekitar dan juga warga

Rembang dan Lasem yang menggunakan jasa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

yang mengambil air dari gunung Watuputih.

4. Kebutuhan lahan yang sangat luas untuk perusahaan-perusahaan semen akan

berdampak pada hilangnya lahan pertanian, sehingga petani dan buruh tani akan

kehilangan lapangan pekerjaan. Selain itu, hal ini juga akan menurunkan produktivitas

sektor pertanian pada wilayah sekitar, karena dampak buruk yang akan timbul,

misalnya, matinya sumber mata air, polusi debu, dan terganggunya keseimbangan

ekosistem alamiah. Pada ujungnya, semua hal ini akan melemahkan ketahanan pangan

daerah dan nasional.

5. Dalam UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

telah diatur mengenai peran masyarakat, pasal 70: (1) Masyarakat memiliki hak dan

kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. (2) Peran masyarakat dapat berupa: a) Pengawasan sosial; b)

Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan dan /c. Menyampaikan

informasi dan atau laporan. (3) Peran masyarakat dilakukan untuk: a. Meningkatkan

kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b. Meningkatkan

kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;; c. Menumbuhkembangkan

kemampuan dan kepeloporan masyarakat; d. Menumbuhkembangkan

ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; dan e.

Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian

fungsi lingkungan hidup. Namun ketidaktransparanan dan ketidakadilan yang terjadi di

lapangan saat ini telah mengakibatkan terjadinya perampasan hak rakyat atas informasi

terkait rencana pembangunan pabrik semen. Ketidaktransparanan dan ketidakadilan ini

muncul dalam proses penyusunan AMDALl, kebohongan publik dengan menggeneralisir

bahwa seluruh masyarakat setuju dengan pembangunan pabrik semen, dan tidak

adanya partisipasi masyarakat yang menolak rencana pembangunan ini.

6. Dalam UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

pasal 66 : Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan

sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.

7. Temuan KOMNAS HAM akan adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia di Kecamatan

Gunem Rembang harus segera ditindak tegas. Aparat POLRI dan TNI harus netral.

Tuntutan :

1. MENUNTUT PT. SEMEN INDONESIA UNTUK MENARIK SEMUA ALAT BERAT YANG

SEDANG BEROPERASI.

Page 144: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

2. MENUNTUT PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN

REMBANG UNTUK MENGHENTIKAN SEMUA KEGIATAN PT. SEMEN INDONESIA DI

REMBANG KARENA TELAH MELANGGAR PERATURAN YANG ADA.

3. MENUNTUT KEMENTERIAN LINGKUHAN HIDUP MELAKUKAN EVALUASI TERHADAP

AMDAL.

4. MENUNTUT KEMENTERIAN KEHUTANAN UNTUK MELAKUKAN EVALUASI TERHADAP

IJIN PRINSIP KAWASAN

5. MEMINTA TNI DAN POLRI UNTUK BERSIKAP NETRAL

6. SELAMATKAN ALAM PEGUNUNGAN KENDENG DARI KEHANCURAN!

Page 145: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Solidaritas

[Seruan Solidaritas] Aksi Warga Rembang Tolak Pabrik Semen

Direpresi Aparat By Tim Penutur Selamatkan Bumi | Juni 16, 2014

Aksi warga yang menolak tambang dan pendirian pabrik Semen di Rembang hari

ini, Senin, 16 Juni 2014, kian memanas. Sejak pagi tadi, setidaknya tiga peleton

polisi, satu kompi tentara, dan puluhan preman bayaran terus berjaga-jaga di

sekitar titik yang rencananya akan menjadi lokasi peletakan baru pertama PT.

Semen Indonesia di Kecamatan Gunem, Rembang, Jawa Tengah. Water canon

pun sudah dipersiapkan untuk menghalau rakyat yang tidak bersepakat dan semua

akses menuju tapak pabrik diblokade aparat.

Aksi warga yang menjadi pilihan terakhir setelah sekian lama suara mereka

dibungkam dan perjuangan mereka senantiasa mendapat intimidasi ini, dijawab

dengan tindakan represif yang bertubi digencarkan oleh aparat dan preman

bayaran. Bentrokan dalam aksi yang mayoritas diikuti oleh kaum ibu dan petani

ini pun tak terhindarkan. Tentara juga dikerahkan untuk menyisir dulur-dulur

yang bersembunyi di pertigaan jalan masuk pabrik.

Beberapa ibu yang turut dalam aksi mengalami cedera dan jatuh pingsan,

sementara warga lain mengalami luka-luka. Namun, tentara mencegah siapapun

yang hendak menolong korban dan melarang ambulans yang sedianya akan masuk

ke dalam lokasi.

Page 146: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Empat orang warga yang mendokumentasikan kejadian, sempat ditangkap dan

dituduh sebagai wartawan palsu, serta disekap di mobil polisi selama beberapa

jam. Meski akhirnya mereka dibebaskan, namun kamera mereka disita.

Wartawan dari beberapa media ditengarai sudah dikondisikan oleh pihak pabrik

semen, agar mereka tidak turut mewartakan aksi ini. Sementara, kawan-kawan

yang bersolidaritas dan berusaha mendokumentasikan aksi, dilarang masuk oleh

aparat sejak pagi. Penyisiran juga terus dilakukan terhadap semua aktivitas

dokumentasi, semua peliput berita diharuskan menunjukkan kartu pers.

Dengan dikawal tentara dan polisi, sempat pula terlihat 1 truk bermuatan para

pendoa yang dikatakan perwakilan santri NU, memasuki tapak pabrik untuk

menggelar doa peletakan batu pertama. Namun demikian, pihak NU mengecam

keras adu domba ini karena tokoh dan pimpinan NU telah secara tegas menolak

pembangunan pabrik semen sebagaimana disampaikan dalam press release

mereka Mei lalu.

Hingga sore ini, sejumlah warga masih menduduki pertigaan jalan menuju lokasi

pabrik. Sempat pula mereka melaksanakan shalat berjamaah dengan dikelilingi

penjagaan ketat aparat. Rencananya mereka akan bermalam di lokasi dan aksi

blokade akan terus digencarkan hingga tuntutan warga agar aktifitas fisik pabrik

dihentikan dan alat berat hengkang dari lokasi, terpenuhi.

Mari bersolidaritas dengan cara apapun.

Mari turun ke lokasi dan bantu saudara-saudara kita. Mari wartakan kejujuran atas

penindasan ini. Mari sebarkan tuntutan pembatalan tambang semen apapun dari

Pegungungan Kendeng. Sms bisa dikirimkan pula kepada Gubernur Jawa Tengah

GANJAR PRANOWO (0811990931) dan Kapolres Rembang KURNIAWAN

(08131101199).

Mari kita eratkan kembali kekuatan perjuangan massa!

Page 147: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

K R O N I K

Chronology of Resitance to

the Cement Factory in

Rembang (15th -18th June

2014) By Tim Penutur Selamatkan Bumi | Juni 18, 2014

Minggu, 15 Juni 2014

Pada hari minggu, warga Desa Tegal Dowo dan Timbrangan, Kecamatan

Gunem yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan

Kendeng-Rembang (JMPPK Rembang) mendapatkan informasi bahwa

akan ada acara peletakan batu pertama pendirian pabrik Semen Indonesia

di dekat lokasi desa mereka. Isu yang didapatkan warga, peletakan batu

pertama akan dilakukan pada hari senin, 16 Juni 2014. Mendapatkan

kabar ini, warga berencana akan mendatangi lokasi pendirian pabrik

semen pada keesokan harinya.

Senin, 16 Juni 2014

05.30 WIB : Warga secara berkelompok mulai mendatangi lokasi tapak

pabrik dan selanjutnya hendak menggelar aksi jika isu peletakan batu

pertama benar-benar terjadi. Setibanya di dekat lokasi, warga dihadang

oleh aparat kepolisian dan menyatakan bahwa kedatangan dan rencana

aksi mereka tidak boleh dilakukan karena tidak menyampaikan surat

pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak kepolisian. Menghadapi

situasi ini warga tetap menjalankan rencana berupa tetap berusaha untuk

melihat acara peletakan batu pertama. Aparat kepolisian menyatakan

bahwa tidak benar adanya kegiatan peletakan batu pertama, melainkan

hanya kegiatan doa bersama untuk kesuksesan dan kelancaran operasi

pendirian pabrik semen.

Page 148: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

06.00 WIB : Saat hendak menuju lokasi tapak pabrik, tampak aparat TNI

mulai berdatangan. Melihat situasi demikian, tim dokumentasi warga

mulai merekam peristiwa yang terjadi.

07.30 WIB : Satu truk TNI kembali ditambahkan untuk menghadang dan

membubarkan aksi warga. Hal ini direspon oleh warga dengan tetap

bertahan di jalan dekat lokasi pabrik berdiri.

08.30 WIB : Warga lain mulai berdatangan dan ikut melebur dengan

barisan massa yang sudah berkumpul sebelumnya. TNI dan Polri kembali

membentak dan menginstruksikan agar warga pulang ke rumah masing-

masing karena aksi yang dilakukan tidak sesuai prosedur yang berlaku.

08.45 WIB : TNI-Polri membubarkan paksa aksi warga. Dalam kejadian

ini 4 orang “tim dokumentasi warga” yang sedang merekam peristiwa

pembubaran tersebut ditangkap oleh polisi dengan alasan tidak memiliki

kartu pers. Bahkan menuduhnya sebagai jurnalis palsu. Mereka

selanjutnya ditahan di mobil polisi yang terparkir tidak jauh dari lokasi

kejadian. Dalam kejadian ini, satu orang “tim dokumentasi warga”

berhasil lolos dari penangkapan dan selanjutnya memberikan informasi

tentang kejadian tersebut kepada rekan-rekannya yang lain.

09.00 WIB : Pembubaran ini mengakibatkan 2 orang warga (ibu-ibu)

pingsan karena diseret dan dilempar oleh polisi. TNI juga tetap melakukan

intimidasi dengan pernyataan “warga bisa dihukum karena aksi yang

dilakukan tidak sesuai prosedur”.

09.30-10.30 WIB : Tidak ada tim dokumentasi yang meliput kejadian

pembubaran.

11.00 WIB : Beberapa tim dokumentasi warga yang “baru” mulai masuk ke

lokasi kejadian, dan situasi di lapangan masih mencekam. TNI-Polri masih

tetap melakukan razia terhadap orang-orang yang dianggap sebagai tim

dokumentasi warga.

14.00 WIB : Tim dokumentasi warga yang ditangkap dilepaskan pihak

kepolisian.

Page 149: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

14.30 WIB : Situasi di lapangan masih dalam keadaan panik dan

mencekam. Para ibu-ibu merawat 2 orang peserta aksi yang belum

sadarkan diri.

15.00 WIB : Mendapatkan kabar bahwa rekan-rekan mereka mengalami

bentrokan dengan TNI-Polri, warga yang berasal dari Desa Tegal Dowo

dan Timbrangan mulai berdatangan untuk melebur dan ikut

bersolidaritas. Namun aksi ini kembali dihalang-halangi oleh pihak TNI-

Polri. Posisi mereka ditahan untuk tidak boleh mendekat dan melebur

dengan rekan-rekan mereka.

18.00 WIB : Warga Desa Tegal Dowo dan Timbrangan berniat untuk

mengirimkan logistik berupa makanan dan alat penerangan kepada

peserta aksi. Namun saat hendak mengantarkan ke lokasi aksi, TNI-Polri

melarang pengiriman logistik tersebut. Selanjutnya tim pengirim logistik

kembali ke desa dan menaruhnya di rumah Kepala Desa Timbrangan.

18.30 WIB : Tim JMPPK Rembang yang lain kembali mendatangi lokasi

kejadian dan melakukan perundingan kepada TNI-Polri agar logistik

diperbolehkan masuk. Namun TNI-Polri meresponnya dengan kalimat

“kami masih menunggu perintah dari atasan”. Dalam situasi ini para ibu-

ibu peserta aksi melakukan zikir dan doa bersama. Situasi perundingan ini

berjalan pelik, namun pada akhirnya logistik diperbolehkan masuk dan

selanjutnya peserta aksi mulai mendirikan tenda.

20.30 WIB : Bantuan dan solidaritas dari warga Rembang mulai

berdatangan. Salah satunya berupa bantuan kesehatan.

Selanjutnya warga tetap bertahan di lokasi aksi dengan mendirikan tenda

sebagai tempat istirahat. TNI-Polri masih berjaga hingga keesokan

harinya.

Selasa, 17 Juni 2014

07.00-12.00 WIB : Warga masih tetap bertahan di lokasi aksi, dan tetap

menuntut agar rencana pendirian pabrik semen dibatalkan serta alat-alat

Page 150: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

berat yang beroperasi di tapak pabrik segera ditarik keluar. Pada hari

kedua aksi ini, TNI-Polri masih berjaga di sekitar lokasi aksi.

12.00-18.00 WIB : Aksi ini mendapatkan simpati dan dukungan tambahan

dari banyak komunitas dan organisasi dari luar Rembang. Tampak hadir

di lokasi aksi beberapa perwakilan ataupun individu dari beberapa daerah,

seperti Pati, Blora, Semarang dan Yogyakarta.

20.00-23.00 WIB : Warga masih tetap bertahan di lokasi aksi walaupun

dalam kondisi hujan. Kegiatan pengajian, doa bersama dll masih terus

dilakukan.

23.00 – 24.00 WIB : Saat menjelang tidur, beberapa orang warga merasa

terganggu oleh teriakan beberapa orang aparat kepolisian yang masih

berjaga di sekitar lokasi aksi. Teriakan tersebut berbunyi “tidak ada pabrik

semen disini”.

Rabu, 18 Juni 2014

07.00-12.00 WIB : Warga masih tetap bertahan di lokasi aksi, dan tetap

menuntut agar rencana pendirian pabrik semen dibatalkan serta alat-alat

berat yang beroperasi di tapak pabrik segera ditarik keluar. Pada hari

ketiga aksi ini, TNI-Polri masih berjaga di sekitar lokasi aksi.

12.00-14.00 WIB : Hujan kembali datang, namun warga masih tetap

bertahan di lokasi aksi.

18.00-20.00 WIB : Warga menggelar pengajian dan doa bersama di lokasi

aksi.

20.00-22.00 WIB : Camat Gunem mendatangi warga di lokasi aksi.

Kedatangan ini mengundang perdebatan sengit antara peserta aksi dan

Camat Gunem.

23.00 – 24.00 : Warga masih tetap bertahan di lokasi aksi.

Page 151: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

S O L I D A R I T A S

[Rilis Solidaritas dari Blora] Tolak Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng Utara! By Tim Penutur Selamatkan Bumi | Juni 19, 2014

Berbicara mengenai kekayaan alam, masyarakat Jawa mempunyai Pegunungan Kendeng Utara yang terletak di bagian utara Pulau Jawa. Menurut legendanya ini adalah moksanya Nagaraja setelah mengajarkan Aji Ismu Gineng Sukmawedha kepada Prabu Anglingdarma. Liuk tubuhnya melewati batas-batas administratif yang ada, membujur dari Barat ke Timur melingkupi Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora di Jawa Tengah hingga Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di Provinsi Jawa Timur.

Pegunungan yang terbentuk pada masa Meosen Tengah – Meosen Atas atau kurang lebih 25 juta tahun yang lalu berdasarkan skala waktu geologi tersebut merupakan lipatan perbukitan yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati. Walaupun sangat kering di permukaannya, namun di bagian bawah kawasan ini banyak ditemukan sumber-sumber mata air seperti sungai bawah tanah di mana air keluar melalui rekahan-rekahan batuannya.

Terkait dengan hal tersebut maka rencana pendirian pabrik semen di 4 (empat) kabupaten yaitu: PT. Semen Indonesia di Rembang, PT. Indocement di Pati, PT. Vanda Prima Listri di Grobogan, PT. Imasco Tambang Raya di Blora rasanya sangat perlu mendapat perhatian kita bersama.

Pegunungan Kendeng yang dulu potensial menjadi kawasan lindung, saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Rencana perusahaan semen yang akan menggerus sisi-sisinya berpotensi besar membawa akibat semakin menyusutnya debit sumber seperti mata air Pantilan, Sumber Mermo, Sendang Kaputren di Desa Waru, Mata Air Sumberan di Dusun Sumberan, Sumber Sayuran di Dusun Sayuran, Sumber Soka di Dusun Soka, Sendhang Duwur di Dusun Kembang, Sendang Nglinggang, Sendang Nglengkir, Sendang Mrecep, Sendang Panasan, Sumber Blimbing, Sumber Gendono dan Sumber Cerawa di Kec Bogorejo yang merupakan hulu sungai Lusi di Kab Blora hingga ratusan mata air seperti Mata Air Kajar di

Page 152: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Desa Kajar Kec Gunem dan Sumber Semen di Desa Tahunan Kec Sale Kab Rembang.

Dalam Al Qur’an Surat An-Naml ayat 15 sudah dijelaskan bahwa: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” Lalu, kita yang mengaku sebagai orang beragama, akankah kita mengingkari ayat Tuhan kita sendiri?

Begitu juga Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Nasional menyatakan bahwa kawasan karst masuk dalam areal Kawasan Lindung Nasional. Ini adalah regulasi pemerintah yang mengatur dan melarang penambangan di kawasan karst pegunungan Kendeng.

Pembangunan yang selama ini dilakukan umumnya masih didasarkan atas perhitungan-perhitungan ekonomi. Perhatian masih kurang untuk kepentingan kelestarian ekologi serta sosial. Akibatnya penurunan kuantitas dan kualitas terus berlanjut. Berbagai masalah sosial dan bencana alam pun terus terjadi seiring dengan menguatnya cengkeraman dan hisapan sistem neoliberalisme yang berkedok kemajuan. Kegiatan industrialisasi telah banyak menyebabkan kerusakan lingkungan, mulai hilangnya mata air, polusi, berkurangnya vegetasi dan degradasi keanekaragaman hayati serta terkuak pula kebohongan-kebohongan perusahaan yang pada awalnya menjanjikan hal yang sama, yakni kesejahteraan masyarakat dan peningkatan ekonomi namun faktanya menyatakan sebaliknya, yaitu menciptakan kerusakan lingkungan dan kemiskinan global.

Selama semua pihak masih memandang kawasan karst dari segi ekonomi dan sektoral, maka laju pengrusakan kawasan karst tidak akan terkendali. Janji peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah omong kosong besar. Walaupun ada hal itu tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan. Hanyalah segelintir elit politik yang akan mendapatkan keuntungan. Setelah bahan tambang habis, pemerintah daerah hanya mewarisi lingkungan alam yang gersang, porak poranda, masyarakat yang bertambah miskin dan berpenyakitan.

Apakah kalian semua sudah tahu bahwa di balik upaya penghancuran pegunungan ini adalah konspirasi Illuminati penghancuran dan penguasaan bumi?

Sebetulnya ini adalah informasi rahasia. Sebuah proyek bernama HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) merupakan suatu program penelitian gabungan yang dilakukan dan dibiayai oleh Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas Alaska dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Proyek penelitian ini dimulai pada tahun 1993, yang salah satu stasiun buminya ada di Alaska.

Page 153: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

HAARP menembakkan gelombang radio frekuensi dari yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi sebesar 3,6 juta watt hingga milyaran watt ke atas atmosfir. Efek tembakan tersebut akan terlihat di atas atmosfir langit (Aurora Borealis) . Gelombang frekuensi tersebut lalu terpantul oleh ionosfir dan kembali lagi ke bumi, kkemudian masuk ke tanah hingga ke kerak bumi, bahkan bisa menembus mantel bumi lebih jauh dari dalamnya samudera. Apalagi jika di wilayah itu memang terletak di patahan yang tak stabil maka yang terjadi berikutnya adalah gempa bumi yang luar biasa, dan bila itu terjadi di laut maka kemungkinan besar memicu timbulnya gelombang tsunami yang amat mengerikan!

Tidak ingatkah kita gempa dan tsunami berskala 9,1 Skala Richter pada tanggal 26 Desember 2004 yang telah melanda 12 negara di dua benua, Asia dan Afrika hingga menelan 280.000 korban jiwa manusia dengan korban terbesar 81,4% warga di satu propinsi Indonesia yaitu Serambi Mekah Nanggroe Aceh Darussalam? Ya, inilah “percobaan” teknologi mutakhir HAARP!

Menurut American Almanac, memang tujuan dari kelompok neo-imperialis yang mengendalikan korporasi-korporasi dunia ini adalah membentuk Tatanan Dunia Baru yang salah satu programnya adalah mengurangi populasi manusia dari lima milyar menjadi satu milyar dalam dua atau tiga generasi mendatang.

Maka untuk menenggelamkan kota Blora beserta kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Jawa ini tidaklah sukar, mungkin hanya dengan waktu bebeberapa menit saja. Bagaimana masyarakat akan mencari keselamatan bila dataran tinggi seperti pegunungan sebagai tanggul banjir sudah rata? Siapa yang akan bertanggung jawab atas pembunuhan massal terencana yang sukses karena kebodohan kita sendiri? Dengan membangun pabrik semen dan menghancurkan pegunungan Kendeng maka kita sebagai orang Jawa sama saja dengan menghancurkan benteng terakhir dan membuat kuburan bagi orang Jawa beserta seluruh peradabannya.

Mari bersama kita tumbuhkan kesadaran untuk memperjuangkankan, melindungi, menghijaukan dan melestarikan pegunungan ini agar kembali dapat memberi manfaat positif bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Saatnya menanam, bukan menambang; dan bagian langsung dari dukungan penyelamatan lingkungan hidup ini salah satunya adalah dengan menghentikan rencana pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng Utara Jawa Tengah.

Kang krasa lan rumangsa wadjib tumindak apa mesthine, sami hamemayu hayuning bawana sak isine.

TOLAK PABRIK SEMEN! SELAMATKAN PEGUNUNGAN KENDENG DAN PERADABAN JAWA DARI KEHANCURAN!

Page 154: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …
Page 155: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Berita

Rakyat melawan: Aksi protes Rembang, Pandang Raya dan

Kulonprogo By Tim Penutur Selamatkan Bumi | September 23, 2014

Hari ini, Selasa (23/9/2014), telah terjadi aksi protes di tiga titik berbeda. Aliansi

Masyarakat Pandang Raya (Makassar), JMPPK Rembang (Rembang), dan

Wahana Tri Tunggal (Kulonprogo) turun ke jalan untuk menggugat pemerintah

dan korporasi yang dianggap telah merampas hak rakyat.

JMPPK (Rembang, Jawa Tengah)

Petani Rembang yang didominasi ibu-ibu menggelar aksi damai di depan Kantor

Pemerintah Kabupaten Rembang. Aksi ini dilakukan dalam rangka peringatan 100 hari tenda perjuangan menolak pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng,

khususnya di wilayah Kecamatan Gunem dan Bulu. Sejak pagi, ibu-ibu beriringan

menuju Kantor Bupati dengan membawa berbagai hasil bumi. Namun, hingga

selesai aksi, tak ada satupun perwakilan dari pemerintah yang datang menemui

mereka. Alih-alih pejabat, massa malah dihadapkan dengan barisan polisi.

Selain di Rembang, aksi solidaritas juga berlangsung di berbagai kota. Di

antaranya, Yogyakarta, Bandung, Kendal, Semarang, Surabaya, dsb.

Page 156: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

AMARA (Pandang Raya, Makassar)

Massa yang tergabung dalam AMARA (Aliansi Masyarakat Pandang Raya)

berunjuk rasa di depan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Makassar.

Warga yang pemukimannya digusur pada 12 September lalu ini menuntut

pengembalian hak mereka atas tanah di Pandang Raya. Karena, berdasarkan fakta

hukum, warga berhak atas lahan yang sekarang sudah rata dengan tanah. Mereka

menuntut pengusutan atas surat putusan eksekusi yang dinilai cacat hukum dan

terindikasi adanya mafia dalam kasus tersebut.

Sejak penggusuran, warga masih bertahan di sekitar puing bekas lokasi

pemukiman mereka. Warga pun dengan tegas menolak menyerah atas kedzaliman

yang dilakukan pemerintah.

WTT (Kulonprogo, Yogyakarta)

Rakyat tani yang terwadahi dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) melakukan aksi

blokade Jalur Lintas Selatan Jawa (Jalan Daendels). Massa memblokir jalan

dengan berbagai benda, mulai dari kayu, bebatuan, sekam yang dibakar, hingga

sebuah gajebo. Aksi ini pun dibubarkan oleh aparat gabungan, TNI dan Polri.

Aksi blokade merupakan buntut dari ketidakkonsistenan pemerintah dalam acara

sosialisasi pembangunan bandara di Kecamatan Temon, Kulonprogo. Ribuan

massa yang hendak menghadiri acara sosialisasi dihadang oleh barisan aparat.

Padahal mereka adalah warga yang akan terdampak langsung jika bandara jadi

berdiri.

Akibat larangan tersebut, rakyat marah dan memblokir jalan yang menjadi akses

strategis tersebut. Sempat terjadi bentrok antara massa aksi dan aparat, bahkan

massa disemprot dengan mobil waterkanon. Namun, situasi segera kembali

redam. Hingga artikel ini dibuat, rakyat masih bertahan di lokasi.

Page 157: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

K R O N I K

Kronologi represi Aparat

terhadap Ibu-Ibu penolak

Pabrik Semen di Rembang –

27 november 2014 By Tim Penutur Selamatkan Bumi | November 28, 2014

Hingga hari ini, warga Kecamatan Gunem, Rembang, Jawa Tengah masih

tetap menolak keberadaan pabrik semen PT Semen Indonesia di

daerahnya. Berbagai upaya mereka lakukan, mulai dari audiensi, gugatan

ke PTUN hingga aksi blokir jalan. Kamis kemarin (27/11/2014), warga

yang didominasi ibu-ibu memblokade jalan menuju tapak pabrik. Aksi itu

pun direspon dengan keras oleh aparat. Pasukan keamanan perusahaan

yang terdiri dari polisi, TNI, satpam pabrik dan preman sipil diturunkan

untuk membubarkan aksi ibu-ibu. Berikut kronologi peristiwa yang

disusun oleh Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK)

Rembang:

Pkl 05.30 WIB

Mobil pengangkut alat-alat berat tiba di pertigaan jalan menuju tapak

pabrik PT Semen Indonesia di Bulu, Rembang

Pkl 06.00 WIB

Ibu-ibu yang piket jaga, mulai datang ke tenda penolakan pendirian pabrik

semen. Ketika melihat kendaraan berat berhenti di pertigaan jalan menuju

tapak pabrik, ibu-ibu langsung memblokir jalan. Hampir mayoritas semua

perempuan, dari muda hingga tua.

Pkl 07.00 WIB

Datang preman pabrik semen mendatangi ibu-ibu dan langsung

mengangkat lesung. Tak terima, ibu-ibu marah dan beradu mulut dengan

prema. Selang 5 menit kemudian preman pabrik semen, bernama Sakir

Page 158: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

asal Desa Timbrangan, meludahi ibu-ibu. Karena warga tidak terima

akhirnya dibalas pula hal yang sama oleh ibu-ibu. Sontak Sakir langsung

memukul Ibu Paedah dan mengenai kepala perempuan paruh baya

tersebut hingga jatuh pingsan.

Pkl 07.15 WIB

Kapolsek bulu beserta preman dan satpam pabrik semen datang ke tenda

warga dan bertanya:

Kapolsek bulu: “Ada apa ini kok rame-rame?”

Warga: “Blokir jalan karena mau ada truk masuk lokasi (pabrik semen–

red)”

Pkl 09.35 WIB

Kapolres datang ke tenda bersama anggota TNI, preman, satpam, dan

wartawan. Di sana, ia marah-marah:

Kapolres: “Jadi ini seperti kemarin tidak bisa di atur?”

Warga: “Njeh, pak!” (terj-Iya, pak!)

Kapolres: “Jadi kalo ibu-ibu tetap seperti kemarin, maka pihak keamanan

akan melakukan langkah seperti kemarin juga (kekerasan)”

Warga: “Iya, pak, tidak apa-apa kita sudah biasa dikasari oleh pihak polisi.

Ya dari tanggal 16 Juni sampai sekarang perlakuan yang sama tidak

pernah berubah, yang dilakukan oleh pihak keamanan dimana seharusnya

melindungi masyarakat tetapi kenyataanya terbalik, justru pihak

keamanan malah melindungi pemodal, apakah kami salah kalo ingin

menyelamatkan lingkungan, apakah kami salah kalo ingin menyelamatkan

anak cucu kelak, apakah kami salah kalo ingin menyelamatkan bumi

pertiwi?”

Pkl 09.40 WIB

Pasukan brimob dan satpam semen memeriksa warga yang tidak

mempunyai identitas Tegaldowo (yang tidak mempunyai identitas

Tegaldowo di suruh pergi dari lokasi tenda), dan melarang tim

dokumentasi untuk mengambil gambar.

Pkl 09.45 WIB

Pasukan brimob dan TNI mulai menambah pasukannya untuk menggusur

warga.

Page 159: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Pkl 10.00 WIB

Ibu-ibu memainkan lesung dan nembang Ibu Pertiwi sebagai bentuk

perlawanan terhadap aparat.

Pkl 10.15 WIB

Pasukan brimob merampas lesung, bendera, poster, dan alat peraga lainya

hingga terjadi bentrok antara Polisi, Preman, Satpam, TNI melawan ibu-

ibu.

Pkl 10.21 Wib

Banyak ibu-ibu yang terkena pukulan aparat, hingga Ibu Murtini dipukul

oleh anggota brimob bernama Mahmud ketika mau menyelamatkan

lesung. Akibat bentrok dengan pasukan brimob kaki Bu Murtini diinjak

hingga kuku kakinya terkelupas dan berdarah. Kemudian salah satu

pemuda desa yang bernama Jedor dikeroyok aparat hingga terjatuh dan

diinjak-injak aparat saat berusaha merebut lesung yang ditaruh di atas

mobil polisi.

Pkl 11.30 WIB

Warga melantunkan tembang Ibu Pertiwi sambil berdoa.

Pkl 12.21 WIB

Pasukan brimob dan satpam pabrik semen mendirikan tenda di pertigaan

dekat dengan tenda ibu-ibu dan menutup jalan masuk menuju tenda

warga.

Pkl 17.00 WIB

Bapak-bapak yang hendak mengirim logistik untuk ibu-ibu di tenda,

dilarang masuk oleh pihak brimob dan satpam semen.

Pkl 18.00 WIB

Salah satu warga yang ingin mengirim makanan untuk istrinya yang

berada di tenda pun dilarang pihak brimob dan preman pabrik semen

untuk masuk lokasi tenda.

Hingga kronologi ini dibuat Pkl 23.00 Wib (27 November 2014), situasi di

tenda masih mencekam. Banyak ibu-ibu yang kelaparan karena bapak-

bapak tidak diperbolehkan mengantar logistik ke tenda. RELATED ITEMS

Page 160: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Tim Penutur Selamatkan Bumi

Page 161: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

3. Transkrip Wawancara Redaktur Pelaksana Koordinator Regional

Liputan6.com, Harun Mahbub, 13 Februari 2018

Sulkhan: Kalau rapat redaksi dibahas kan isu Rembang itu?

Harun: Nyaris enggak pernah

Sulkhan: Tapi kenapa ada liputan kesana mas? Intensitas berita Rembang juga

lumayan banyak? Itu liputan langsung kan wartawan liputan6?

Harun: aku belum sempat bikin liputan khusus ke sana wartawanku adanya di

Semarang, jadi kalau pas ada aksi di Semarang aja kuminta liput. Rembang malah

enggak ada reeporter, seingatku cuma sekali, si pemred tanya bagaimana

sebenarnya cerita Semen Rembang

Sulkhan: Oh gitu. Tapi ada satu yang ngeliput di tenda Rembang mas, nah itu

wartawannya ada yg kesana berarti? Mungkin sesekali?

Harun: Sing berita endi? Aku pernah pesen sih ke wartawanku di Semarang, kalau

sempat main ke Rembang, pas lagi ramai-ramainya

Harun: habis aksi di istana kalau nggak salah

Sulkhan: Ini sih yang "Warga Blora tolak Pendirian Pabrik Semen" itu kan

infonya di depan kantor bupati Blora

Harun: sopo sing nulis? Felek?

Sulkhan: Ado

Harun: berita Antara mungkin?

Harun: Ado iku editor neng Jakarta

Sulkhan: Kurang paham, tapi emang ini di liputan6 kok mas Harun. Sudah saya

kumpulkan file liputan6

Sulkhan: Oiya sebelumnya kenapa mas Harun enggak menempatkan wartawan di

Rembang? Kan isunya lagi seksi tuh

Harun: nggak sexy han. Kujelaskan sekilas ya petanya. Aku penanggung jawab

pemberitaan daerah, sumber kontenku dari para kontributor yang kubayar per

konten. Selain itu, kantor berita. kalau sekarang nambah dengan media lokal

rekanan

Harun: Konteks yang jangan Sulhan lupakan, Lip6 bukan media ideologis atau

politis. Jadi isu yang dimainkan floating alias enggak ada preferensi atas isu

Page 162: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

tertentu. Nah konsep konten yang kukembangkan adalah story yang referensial.

Info atau cerita unik daerah setempat

Harun: Jarang aku mainkan peristiwa

Harun: Misal bocah liputan peristiwa, juga kuminta jadikan story

Harun: Soal Semen Rembang, ya aku enggak begitu tertarik isunya, jadi nggak ku

push.

Harun: Paling pas ada aksi eye catching aja, misal yang jalan 100 KM mau

nemuin gubernur.

Harun: atau pas gubernur ungkap ada nama-nama fiktif yang lucu2

Harun: begitu petanya

Sulkhan: Oke mas aku mengerti. Kalau kontributor daerah itu terikat engga sama

media liputan6?

Sulkhan: Kontributor wartawan

Harun: terikat tapi bukan karyawan

Sulkhan: Sistem terikatnya gimana kalau kontributor itu?

Sulkhan: Tapi liputan6 juga punya banyak wartawan yang sudah karyawan kan?

Harun: ya kayak wartawan dii jakarta, cuma nggak tak gaji

Sulkhan: Nah itu yg liputan daerah apa cuma dari kontributor atau ada juga dari

wartawan yg asli karyawan?

Harun: iya reporter ada sekitar 50-an orang

Harun: kontributor, aku nggak pernah ngirim wartawan ke Rembang

Harun: kecuali pegunungan kendeng meletus, atau keluar lumpur kayak Lapindo,

baru tak kirim.

Sulkhan: Kalau terkait banyaknya info yg masuk dari Semen Indonesia itu asalnya

press release apa gmna mas?

Harun: seingetku press release

Sulkhan: Oiya story yg mas Harun maksud itu berita2 human interest atau sesuatu

yg unik dari daerah tertentu gtu?

Harun: Story, bukan berita. Era breaknews udah selesai, berita lengkap udah

selesai

Harun: apapu bisa jadi story

Page 163: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Sulkhan: Yang kaya gmna tuh mas contohnya

Harun: woconen kanal Regional

Sulkhan: Kalau Nerima press release dari PT Semen itu benefitnya apa mas? Apa

secara konten atau materi

Harun: Konten include trafik

Sulkhan: Mereka bayar atau ngasih apa gitu g kalau minta diberitakan?

Harun: Apa sudah seburuk itu kah citra media?

Harun: Liputan6 menang tak seideologis mediaku dulu, tapi integritas tetap

dijaga.

Harun: Kalau soal berita tentu murni kurasi redaksi, berdasar news value. Bisa

juga pertimbangan traffic kalau media online.

Harun: Yang berbayar ada jalur sendiri, via iklan. Terserah mau jualan selebay

apapun, tapi format iklan, bukan berita

Sulkhan: Mas Harun, kalau dimuat tidaknya berita itu keputusannya di mas Harun

selaku redaktur daerah, atau ke pimred?

Harun: Cukup rapat kecil di desk aja

Sulkhan: Tapi keputusannya lebih besar di mas Harun kan?

Sulkhan: Lebih kuat maksudku

Harun: Ya kan aku redpelnya, kalau deadlock kuputuskan

Sulkhan: Kalau pimred ranahnya lebih kemana mas?

Harun: Udah lebih ke loby

Sulkhan: Loby narasumber ya?

Harun: Loby semua pihak eksternal. Kalau ke internalnya ya cuna jaga spirit dan

inovasi

Harun: Di bawah pemred ada redaktur eksekutif, yang memantau teknis harian.

Jadi keredaksian ditentukan di level desk/kompartemen

Sulkhan: Apa redaktur eksekutif beda sama redpel?

Harun: Redpel2 report ke redaktur eksekutif

Sulkhan: Mas Harun, kalau kontributor itu terikat tapi dibayar per konten.

Maksudnya terikat kontrak gitu? Aku masih belum ngeh soal kontributor

Harun: Beda media beda gaya.

Page 164: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Sulkhan: Kalau liputan6 gmna sistemnya mas?

Harun: Pertemanan aja saling percaya.

Sulkhan: Ada terikat kontrak gitu kontributor? Atau bebas?

Harun: Bebas.

Sulkhan: Tapi bayarannya per konten kan mas?

Harun: Per konten Sulhan.

Sulkhan: Ada konsekuensi tertentu ga kalao kontributor gapernah nulis? Atau

cuma ga dapet bayaran aja?

Harun: Gak dapat bayaran

Harun: Kalau udah mals ya diputus 'kontraknya'

Sulkhan: Ngelamar nda mas Hadi kontributor itu?

Sulkhan: Apa tinggal kirim tulisan aja?

Harun: Ngelamar. Kan kumodali ID Card

Sulkhan: Ada tenggat kontraknya mas? Dua atau tiga tahunan gtu?

Harun: Sementara enggak

Sulkhan: Oke mas Harun, makasih banyak atas infonya. Semoga Liputan6 makin

berjaya.

4. Transkrip Wawancara Abdus Somad, 27 Oktober 2017

Sulkhan: Mas, bisa jelaskan gambaran sistem redaksi Selamatkanbumi.com?

Somad: Gini, informasi di media kita lebih ke menyampaikan informasi ke

warganya. Kita penulisannya lebih ke feature sama Depth News, karena enggak

mau buru-buru, diutamakan pakai data. Media ini sistemnya kolektif, enggak

pakai funding buat ngelola. Jadi temen-temen ngelola patungan.

Sulkhan: Hierarkinya kuat enggak?

Somad: Kalau di kita sih enggak, semuanya bisa menulis dan bisa jadi admin.

Jadi semua bisa posting. Kontrolnya di redaksi, tulisan yang misalnya masih

kurang mendalam bukan dibuang begitu saja tetapi kita kasih masukan. Bebas,

yang penting sesuai kode etik jurnalistik. Ada transkrip dan wawancaranya. Bisa

dipertanggungjawabkan kalau ada yang nanya beritanya.

Sulkhan: Kenapa memuat banyak Press Release pada periode 2014-2015 dalam

konteks konflik di Rembang?

Page 165: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

Somad: Press release itu suara warga langsung. Intinya, selagi itu berorientasi

pada perjuangan warga dan warga merasa itu perlu disampaikan, akan kami

posting. Warga bisa membuat rilis itu sudah bagus, tapi kita sediakan platform

untuk mereka. Sebelumnya ada pelatihan menulis untuk warga, khususnya anak-

anak mudanya. Yang penting mereka terlibat dengan media kita. Bukan cuma

redaksi kita saja yang nulis. Harapannya media ini jadi media bersama,

kedepannya ada upaya untuk memposting poster atau karya dari seniman di sini.

Sulkhan: Strategi liputan Selamatkanbumi.com gimana?

Somad: Kita terjun langsung kesana. Di kami polanya kita tidak sekadar terjun,

kita meminta warga bercerita terus kita berkeliling ke lokasi konflik yang

ditunjukkan warga untuk mendapat gambaran konfliknya. Proses liputan kami

agak panjang. Karena kami juga berusaha mengedukasi warga. Misalnya ketika

terjadi konflik kita berusaha agar warga berani menyampaikan pandangannya.

Kemudian kita kemas dalam satu narasi. Kendala kami di proses pencarian

informasinya, karena orang-orang yang kami tuduh pelaku perampasan lahan,

biasanya menolak kalau dimintai klarifikasi.

Sulkhan: Kendala dalam memroduksi konten, selain susah klarifikasi, apa lagi?

Somad: Karena anggota kita Cuma 6, ada banyak pekerjaan, kita punya target

sebulan hanya tiga berita dan harus panjang Dua di Jogja, satu Jawa Timur,

satunya web, konten video, dan platform percetakan. 6 orang ini kumpulnya tidak

pernah satu kantor, tetapi rapat online. Agak susah bisa optimal mengelola

webnya. Soalnya di kita ada yang dokumenter. Aktivis. Ada yang murni jurnalis.

Walhi. Itu yang membuat manajemen kita kurang baik.

Kita sempat mengundang kontributor opini, Cuma karena mungkin tema terlalu

berat. Ada banyak yang ngirim tapi enggak masuk seleksi di kitanya.

Page 166: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

5. Transkrip Wawancara Abdus Somad, 08 Februari 2018

Sulkhan: Saya menemukan bahwa pada periode 2014-2015, dalam konteks

konflik lingkungan di Rembang, Selamatkanbumi lebih banyak press release

daripada beritanya, mengapa demikian?

Somad: Reporternya kurang, dulu sistem medianya enggak terikat sama

jurnalisnya. Sehingga di tahun itu, di Jogja kosong, tidak ada informasi yang

ditulis. Maka, siaran pers sebagai bentuk upaya Selamatkanbumi.com berada di

lingkaran warga. Saat itu juga banyak warga enggak punya platform. Temen-

temen ada obrolan, yaudah siaran-siaran pers warga kita muat soalnya mereka

tidak punya saluran informasi.

Sulkhan: Ini prinsipnya jurnalisme warga enggak?

Somad: Waktu itu belum, semangat kami lebih kepada ingin menanmpung

aspirasi mereka (warga). Dulu tahun 2014 polanya begitu, tapi seiring

perkembangan informasi dan pemahaman jurnalisme, di penghujung 2014, kita

memutuskan kalau siaran press release warga menjadi bagian dari jurnalisme

warga Selamatkanbumi. Dulu kita kenalnya itu suara warga. Semua siaran pers

warga yang dikirim ke Selamatkanbumi, kita tampung. Kita buatkan platform

khusus yang namanya “solidaritas.”

Sulkhan: Saya menemukan bahwa wacana cenderung lebih ke konflik

masyarakat ditindas aparat, tetapi isu lingkungannya cenderung sedikit, apa

tanggapan mas?

Somad: Militerisme cukup kuat waktu itu. Kita menyikapi aparatnya, tapi kita

tetap mencantumkan isu-isu lingkungan. Judulnya memang lebih menyorot

militerisme tetapi kontennya tetap mengangkat isu-isu lingkungan. Itu dipilih

karena, kita meydari bahwa militer merasa berkuasa atas masyarakat, jadi kita

mencoba melawan militerisme itu. Kedua, kita tak bisa lepas dari isu lingkungan,

jadi walau menyorot militerisme isu lingkungan tetap kita angkat.

Sulkhan: Kalau soal pertimbangan prioritas isu gimana?

Somad: Sebelum sebuah tulisan dirilis, kita ada forum diskusi. Kita bahas semua

konten, termasuk poin-poin penyikapannya akan dimuat apa tidak. Pada konteks

2014-2015 itu kebanyakan warga nulis dulu, terus mereka mengontak kami “ini

mau dimuat di Selbum tidak?” Nah redaksi punya kewenangan menerbitkan atau

tidak, lalu dibicarakan dalam suatu forum. Tapi semuanya bakal dimuat, selagi itu

perjuangan warga kita wajib menyuaraknnya. Ada lima orang di redaksi rapat

untuk isu,Kalau berita-berita kronologi dibantu oleh teman-teman aktivis. Tapi

kalau pernyataan sikap atau siaran pers, itu dari warga sendiri. Posisi kita

mengadvokasi. Kita menempatkan posisi sebagai partner warga, kami tidak

menggurui warga, tidak menganggap mereka bodoh. Kita coba untuk

Page 167: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

menyediakan ruang aspirasi mereka, jadi silahkan ditulis kami muat begitu. Ya

kadang-kadang mereka pengen minta dituliskan, poin-poin sikapnya dari mereka.

Tapi penjelasan yang berakitan dengan hukum atau ilmu tertentu kita bantu.

Sulkhan: Saya menemukan satu teks Rilis dari Blora, yang menyangkutkan

permasalahan di Rembang dan Blora dengan konspirasi Yahudi. Bukankah ini

terkesan spekulatif dan malah bisa menjatuhkan harga diri gerakan? Apa

tanggapan mas?

Sebenarnya itu adalah pembacaan teman-teman, kita punya bukti, tapi rilis itu

hanya untuk mengukur respon dari perusahaan. Karena kami sadar ada konspirasi

besar di sana, Iluminati itu kan bagian dari World Bank kaya gitu-gitu lo. Itu kami

ada. Hanya saja, rilis itu memang tujuannya kami pengen tahu perusahaan terusik

apa tidak. Kalau mereka lapor, kami bisa mengajukan data.

Sulkhan: Tapi perusahaan itu risih engga?

Somad: Engga sih, engga ada yang protes

Sulkhan: Mas Somad enggak khawatir kredibilitas turun di masyarakat?

Somad: Enggak kami prinsipnya semua dari warga. Sehingga kami berupaya

untuk menjahit warga antar satu dengan yang lain, walaupun kita menyadari

kepentingan warga beda-beda. Polanya adalah kita tidak hanya mencari informasi

tetapi juga membagikannya ke warga. Segala data yang kami dapat kita

diskusikan dengan warga, jadi feedback itu langsung sampai ke warga. Kesannya

enggak mengambil informasi dari warga saja.

Sulkhan: Apakah Tim Selamatkanbumi sempat membuat pelatihan jurnalistik

atau semacamnya di Rembang?

Somad: Iya, waktu itu pelatihan jurnalistik di Rembang dan pengenalan sosial

media di Kulon Progo. Kebutuhannya adalah untuk mengampanyekan kehidupa

mereka sehari-hari. Di Rembang ada sepuluhan orang lebih yang ikut, pemuda

dan orangtua.

Sulkhan: Dari kebanyakan teks, Selamatkanbumi menyebut massa penolak

pabrik semen dengan sebutan Ibu-ibu. Kenapa tidak perempuan yang lebih

umum? Apa makna Ibu-ibu yang coba Selamatkanbumi sampaikan?

Somad: Ibu-ibu punya satu ke khasan tersendiri. Kayak Ibu lebih peka melihat

realitas sosial ketimbang perempuan yang konotasinya ke gerakan, radikal,

melawan. Jadi makna Ibu itu di sini menjadi simbol dari perlawanan mereka.

Perempuan itu lebih umum. Kalau analisis kami, kelompok-kelompok perempuan

Page 168: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …

dianggap bebal oleh mereka. Ibu-ibu dimunculkan sebagai sosok yang selalu

melindungi di saat kamu lapar, di saat kamu butuh perhatian.

Sulkhan: Apa itu ada hubungannya dengan Ibu Bumi?

Somad: Belum, Ibu Bumi muncul baru-baru ini. Kami juga melihat realita Ibu-

ibu memang yang bergerak melawan pembangunan PT Semen Indonesia..

Anggapannya kalau sudah Ibu turun, berarti itu ada masalah. Karena Ibu lebih

peka ketimbang perempuan.

Sulkhan: Pada periode tersebut, kenapa berita yang dimuat cenderung satu sisi?

Somad: Genrenya memang sengaja seperti itu di tahun 2014-2015, kita

sebenarnya sudah sempat meminta klarifikasi ke pihak perusahaan PT Semen

Indonesia, cuma ditolak. Sampai sekarang kita sering ditolak karena kritiknya

dianggap keras. Pernah kami mencoba menganalisis pembaca kami di Jogja, dari

kalangan DPR, akademisi, teman-teman aktivis. Bahkan terakhir kami sudah

diawasi Badan Inteligen Nasional. Kalau di Hack susah, kami punya tim IT

khusus untuk menjaga Selamatkanbumi. Dia khusus IT dan tinggalnya enggak di

sini. Kami sempat konsultasi ke AJI, mereka mengatakan berita kami tidak

berimbang. Maka di tahun 2016 dan di tahun 2017 kita evaluasi, kita menulisnya

feature.

Sulkhan: Berapa jumlah reporter?

Somad: Sekarang masih 5 reporter Selamatkanbumi.com.

Sulkhan: Apa yang coba teman-teman sampaikan kepada pembaca?

Somad: Kita menyadari bahwa karst adalah lindung yang punya daya tampung air

untuk kehidupan manusia. Ketika masuk pabrik semen alam bakal rusak dan

ekosistem terganggu. Itu yang coba kami tampilkan ke publik. Apalagi ini suara

langsung dari warga. Cuma kurangnya kami adalah bagaimana menarasikan

siaran pers itu sebagai suatu yang layak. Di masa-masa itu memang belum kami

lakukan.Pertama, karena ditolak. Kedua, masakah SDM. Ketiga, akomodasi

Kami itu tidak seperti media mainstream yang memproduksi informasi lalu selesai

begitu saja. Kami memproduksi informasi dan kami harus bertanggungjawab

dengan turun ke warga.

Page 169: JURNALISME LINGKUNGAN DALAM KONFLIK PABRIK SEMEN DI …