jurnalis, jurnalisme, dan saya

25
T3/PIJ/2013 Dhisa Yunita Advika Sari Agustin 210 110 120 432 ILKOM K Jurnalis, Jurnalisme, dan Saya Bab I Jurnalisme dan Kepentingan Publik 1. Negara, Istana, dan Wartawan (Arys Hilman) Pada agustus 2007, Arys Hilman bergabung dengan para wartawan dari sembilan negara ASEAN. Ia menemui Perdana Menteri Singapura, Lee Hsie Loong. Ia bertanya tentang defence cooperation agreement (DCA) dan perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura. Pemerintah RI menilai DCA menguntungkan Singapura karena menjadikan wilayah Natuna sebagai tempat latihan jet tempur mereka yang tidak layak dibarter dengan perjanjian ekstradisi. PM Lee menjawab dengan lugas, ia menyatakan bahwa negosiasi ini sebenarnya dipersulit oleh DPR. Arys pun membantah dengan mengatakan bukan hanya DPR yang keberatan, tetapi para menteri juga mempersoalkan hal ini. PM Lee pun berkata, “tidak ada perlunya bagi kami untuk bernegosiasi melalui anda.” Saya lupa bahwa kebebasan pers di Singapura tidak seperti di Indonesia. Kepala pemerintahan tak terbiasa mendengar pers yang berbeda pendapat dengannya. Singapura dalam indeks kebebasan pers berada pada urutan 141, sementara Indonesia ada di urutan 100. Pers Singapura jauh dari hingar bingar politik, headline koran setempat seperti kecelakaan, media sebagai institusi bisnis dan lain-lain. Situasi yang sama ditemui dia di Kuala Lumpur. Bahasan yang menyita perhatian masyarakat Malaysia adalah pertumbuhan ekonomi. Namun ketika ada isu besar, pers Malaysia mengambil posisi pada sisi pemerintah dan

Upload: dhisa-yunita-advika

Post on 04-Jan-2016

145 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

rangkuman dari buku Jurnalis, jurnalisme, dan saya

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

T3/PIJ/2013

Dhisa Yunita Advika Sari Agustin

210 110 120 432

ILKOM K

Jurnalis, Jurnalisme, dan Saya

Bab I

Jurnalisme dan Kepentingan Publik

1. Negara, Istana, dan Wartawan (Arys Hilman)Pada agustus 2007, Arys Hilman bergabung dengan para wartawan dari sembilan

negara ASEAN. Ia menemui Perdana Menteri Singapura, Lee Hsie Loong. Ia bertanya

tentang defence cooperation agreement (DCA) dan perjanjian ekstradisi antara Indonesia

dan Singapura. Pemerintah RI menilai DCA menguntungkan Singapura karena menjadikan

wilayah Natuna sebagai tempat latihan jet tempur mereka yang tidak layak dibarter dengan

perjanjian ekstradisi. PM Lee menjawab dengan lugas, ia menyatakan bahwa negosiasi ini

sebenarnya dipersulit oleh DPR. Arys pun membantah dengan mengatakan bukan hanya

DPR yang keberatan, tetapi para menteri juga mempersoalkan hal ini. PM Lee pun berkata,

“tidak ada perlunya bagi kami untuk bernegosiasi melalui anda.” Saya lupa bahwa

kebebasan pers di Singapura tidak seperti di Indonesia. Kepala pemerintahan tak terbiasa

mendengar pers yang berbeda pendapat dengannya.

Singapura dalam indeks kebebasan pers berada pada urutan 141, sementara

Indonesia ada di urutan 100. Pers Singapura jauh dari hingar bingar politik, headline koran

setempat seperti kecelakaan, media sebagai institusi bisnis dan lain-lain. Situasi yang sama

ditemui dia di Kuala Lumpur. Bahasan yang menyita perhatian masyarakat Malaysia adalah

pertumbuhan ekonomi. Namun ketika ada isu besar, pers Malaysia mengambil posisi pada

sisi pemerintah dan masyarakat menyuarakan perbedaan mereka melalui blog di internet.

Disana, koran Malaysia setiap tahun harus memperpanjang lisensi, semacam SIUPP pada

orde baru.

Indonesia pada awal reformasi pernah menempati urutan 50-an namun sekarang

sudah terlempar jauh dari 100 besar. Namun, pers Indonesia masih memiliki daya ketika

berhadapan dengan pemerintah. Presiden sulit mengelak dari pers. Bahkan sampai

sekelompok wartawan Australia bertanya kenapa pers Indonesia begitu galak pada Presiden

SBY. Menghadapi pertanyaan itu Arys menjawab, “sikap pers Indonesia kepada Presiden

SBY sama seperti sikap pers Australia kepada PM Kevin Rudd.” Pers Australia masuk

dalam deretan papan atas kebebasan pers dunia, bahkan melampaui Amerika Serikat.

Page 2: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

Namun pers Australia tidak ada apa-apanya dibandingkan negara Skandinavia. Pers Swedia

misalnya yang selau masuk deratan 10 besar didunia. Bahkan di Gutenberg, Raja Swedia

dapat berjalan-jalan tanpa kawalan. Arys pernah mewawancarai PM Blair di rumah dubes

Inggris dengan mengajukan pertanyaan kapan anda berani bilang ‘tidak’ pada Amerika.

Pertanyaan seperti ini bukanlah hal istimewa mengingat Inggris berada pada urutan kisaran

20.

Apresiasi: Ceritanya sangat menarik. Dari cerita ini saya bisa mengetahui bahwa

setiap negara itu memiliki kebebasan pers yang berbeda-beda. Ada yang masih

dikendalikan oleh pemerintah dan ada juga yang bebas dari kendali pemerintah.

2. Jurnalis, Keberpihakan, dan Keselamatan (Sri Lestari)Sri sudah sepuluh tahun bekerja di media dan sebagian besar pengalamannya

bergelut di dunia jurnalistik radio. Karirnya di jurnalistik radio dimulai dari kantor berita

swasta KBR 68H. Setelah delapan tahun, dia pindah ke BBC Siaran Indonesia yang

merupakan bagian dari BBC World Service. Kebijakan BBC Indonesia berujuk kepada

induknya di London. Kebijakannya tak hanya kebijakan editorial tetapi aturan lain yang

mungkin dianggap sepele oleh media lokal. Contoh : ketika meliput anak-anak, mengambil

gambar atau mewawancarai baru bisa dilakukan jika sudah mendapat izin dari orang tua

atau wali mereka karena anak-anak adalah kelompok yang harus dilindungi. Anak-anak

yang menjadi korban eksploitasi seksual dan sasaran kejahatan atau tersangka perilaku

kriminal tidak boleh ditampilkan identitas lengkapnya misalnya wajahnya disamarkan,

ditampilkan dari belakang, dan lain sebagainya. Karena dianggap dapat memicu tindakan

kekerasan.

Berbeda dengan media Indonesia yang pernah mewawancarai anak dan orang tua

distudio, si anak menggunakan topeng sementara orang tua tampil apa adanya. Ini sama aja

mengabaikan hak anak untuk dilindungi identitasnya. Masalah lain yang disoroti ketika

media sibuk untuk mendapatkan wawancara dengan koruptor M. Nazaruddin. Mereka

memanfaatkan BlackBerry Massanger sampai wawancara melalui skype. Sri tidak mendapat

tekanan dari atasannya untuk mewawancarai eksklusif Nazaruddin karena BBC tidak

mengizinkan mewawancarai orang yang terlibat kasus hukum karena media tempat ia

bekerja tidak ingin dimanfaatkan demi keuntungan mereka.

Selain kebijakan editorial, perbedaan bergabung di media internasional adalah

perlindungan terhadap keselamatan jurnalis dalam peliputan seperti memberikan pelatihan

bagaimana meliput di wilayah bencana, medan perang, hutan dan lain-lain. Selain itu,

mereka harus mengisi formulir yang menggambarkan kondisi daerah liputan dan

kemungkinan bahaya yang akan dihadapi.

Bagi Sri ada persamaan bekerja di media lokal dan media asing. Sama-sama

memiliki keleluasan untuk dapat memberikan ruang atau tempat bagi mereka yang

Page 3: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

terpinggirkan. Hal yang terpenting adalah bagaimana media memberitakan suara mereka

yang menjadi korban.

Apresiasi: Dari cerita ini saya dapat pelajaran bahwa seorang wartawan itu harus

memperhatikan keselamatan narasumbernya dan harus menyembunyikan identitas

narasumber yang terlibat dalam kasus kejahatan atau menjadi korban asusila. Wartawan

juga harus memberikan ruang atau tempat bagi mereka yang terpinggirikan untuk

mengeluarkan suara.

3. Jurnalis : Pembawa Kebenaran, Bukan Kebetulan (Rieska Wulandari)Reiska diterima menjadi koresponden lokal di Jawa Barat saat masih berstatus

mahasiswa. Atasannya tidak memaksa untuk bekerja sangat produktif namun terkadang

situasi memaksa atau mengizinkan ia untuk ‘panen’ berita. Motif lain ia memproduksi banyak

berita ialah bonus yang didapatkan dari setiap laporan mendalam plus foto-fotonya. Pada

juni 2003 World Wide Fund (WWF) mengundang dia dan temannya untuk meliput

pembalakan liar di Kalimantan Barat dan Malaysia. Disana ia melihat betapa luar biasanya

Malaysia mengeksploitasi Indonesia. Kayu Indonesia yang di cap kayu Malaysia lalu di

ekspor dan mendirikan sebuah hotel bintang empat yang viewnya mengarah ke Danau

Sentarum di Indonesia. Untuk mencapai Malaysia dari Kalimantan Barat ternyata terdapat

shuttle bus liar yang mobilnya dijual oleh orang Malaysia dengan murah karena disana

terdapat asuransi yang akan menggantikan mobil baru apabila mobil lama dicuri. Setelah

tiba di Jawa ia membuat berita dengan jujur dan sebenarnya. Dengan berita ini pemerintah

mulai sadar pembalakan liar harus segera diberantas.

Rieska diterima menjadi wartawan di media Jepang, Jiji Press. Setelah satu bulan ia

bekerja disana, Indonesia digemparkan dengan Bom Bali 2. Setelah di konfirmasi ternyata

pelakunya adalah Muhammad Salik Firdaus yang pernah bersekolah di pesantren Abu

Bakar Baasyir. Berbekal dengan informasi yang ada ia dan atasannya berangkat ke

Majalengka untuk mencari informasi yang mendalam tentang siapa Salik sebenarnya.

Kontrak kerja dengan Jiji Press habis. Ia pun diterima menjadi asisten Kepala Biro Mainichi

Shimbun di Jakarta. Bekerja di Mainichi Shimbun ia ditantang terus membuat feature dan

melakukan riset. Mereka membuat mengenai pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Jepang.

Selanjutnya mereka melakukan investigasi ke Lamalera, Flores tentang perburuan paus.

Usut punya usut ternyata LSM mendesak mereka menangkap tuna dengan peralatan yang

canggih. Dengan demikian, laut akan terancam terpolusi solar dan jumlah paus yang mati

akan meningkat. Disini bisa dilihat, tidak semua ‘berjubah malaikat’ itu membawa kebaikan.

Jurnalis harus menggali dan melakukan investigasi untuk membawa kebenaran bukan

kebetulan.

Apresiasi: Setelah membaca cerita ini saya mengetahui bahwa seorang wartawan itu

dalam meliput berita harus mencari sumber dan akar dari permasalahannya. Mereka harus

Page 4: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

menginvestigasi berita tersebut sampai tuntas agar bisa menyampaikan informasi ke

khalayak secara utuh dan menyampaikan kebenaran.

4. Pemain yang Tiba-tiba Mesti Menjadi Wasit (Nursyawal)Nursyawal terpilih sebagai komisioner KPID Jabar periode 2009-2012 pada Mei

2009. Sebagai Koordinator Bidang Isi Siaran, ia memiliki dua tugas yaitu menindaklanjuti

aduan masyarakat atas isi siaran dan melakukan pengawasan isi siaran. Ia harus menilai

sebuah perbuatan hukum lalu menetapkan keputusan apakah perbuatan itu melanggar atau

tidak, serta apa tindakan hukum yang adil sebagai sanksi.

Sebagai praktisi ia tidak pernah berpikir jauh tentang tanggapan publik terhadap

karya jurnalistiknya. Yang terpenting karya itu mengangkat isu yang sedang aktual, datanya

akurat, presentasinya menarik, dan redaksi mau menyiarkannya. Ia tidak bertanya apakah

penguasa itu benar-benar telah diawasi oleh saya? Apakah hati nurani masyarakat sama

dengan suara hati saya? Pasal 6 UU 40/1999 menyebut peranan pers sebagai berikut :

a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui

b. Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan

HAM serta menghormati kebhinekaan

c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan

benar

d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal yang berkaitan

dengan kepentingan umum

e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran

Dan inilah yang ia hadapi setiap hari. Ia kagum dengan teknik penyiaran anak zaman

sekarang. Namun, secara substansif ia mulai ragu apakah mereka telah menjalankan

peranan jurnalis seperti yang diamanahkan oleh UU pers pasal 6 itu. Pengetahuan

substansif yang kurang bahkan membuat presenter televisi membuat kesalahan sepele.

Ketika melakukan siaran live dari sebuah gedung bimbingan belajar yang runtuh akibat

gempa di Padang, presenter siaran ini mencegat tim SAR dari Jepang dengan menanyakan

pertanyaan dalam bahasa Inggris. Namun orang Jepang itu menghindari mikrofon dan pergi

menjauh. Presenter tersebut berkata didepan kamera, “baiklah, mungkin yang bersangkutan

tidak paham Bahasa Inggris.” Bayangkan disaat yang kritis ada seorang wartawan yang

sibuk meminta keterangan dari tim SAR pada detik-detik berharga yang masih bisa

menyelamatkan anak-anak yang tertimbun beton itu.

Ia juga melibatkan diri dalam tim penyusun naskah revisi Pedoman Perilaku

Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) 2011. Dengan ini diharapkan adanya

kesadaran dari teman seprofesi. KPI dan KPID sendiri berusaha seminimal mungkin ikut

campur dengan tugas Dewan Pers. Suatu saat, peranan lembaga ini untuk menyusun

peraturan isi siaran harus dikurangi dan makin melibatkan para perilaku penyiaran itu sendiri

bersama masyarakat sebagai pemegang hak tunggal kedaulatan atas isi siaran yang baik.

Page 5: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

Apresiasi: Pelajaran yang saya dapatkan setelah membaca cerita ini ialah bahwa

setiap wartawan itu tidak pernah berpikir jauh tentang apa tanggapan publik terhadap

karyanya yang penting mereka telah memberikan informasi yang aktual, datanya akurat, dan

dikemas secara menarik. Satu lagi yang penting setiap wartawan harus memiliki

pengetahuan substansif seperti yang diamanahkan oleh UU pers pasal 6.

5. Media Literacy: The Unknown Area (Santi Indra Astuti)Media literacy adalah arena yang kering dan asing bagi orang komunikasi Indonesia,

khususnya jurnalistik yang lebih berorientasi pada media. Lima tahun silam, seorang anak

kecil tewas setelah meniru adegan smackdown yang mereka tonton bersama teman-

temannya. KPI, KPID, dan togatoma mengimbau kepada Lativi untuk memberhentikan

penyiaran smackdown. Namun, setelah basa basi mengatakan berbela sungkawa, petinggi

Lativi mengatakan bahwa mereka tidak bisa memberhentikan program tersebut karena

terikat kontrak ekonomi dengan importir Amerika Serikat. Jika kontrak itu dibatalkan, bangsa

Indonesia akan dinilai ingkar janji dan merusak reputasi negara. Namun, tanpa disangka

smackdown hilang begitu saja. Ternyata tersebar pesan yang sama dimasyarakat untuk

tidak menonton Lativi mulai dari mulut ke mulut, arisan ke arisan, pertemuan warga, dan

lain-lain. Tragedi smackdown Lativi memperlihatkan potret kemenangan publik.

Data penggunaan media setelah diakumulasikan tidak kurang dari 70 persen waktu

kita dihabiskan bersama media. Data UNICEF pada 2007 menunjukkan bahwa anak-anak

Indonesia rata-rata menonton televisi 5 jam sehari dalam weekdays, bukan weekend.

Banyak program televisi yang mengandung unsur kekerasan. Bukan hanya

kekerasan yang dialamiahkan dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam kartun “Tom and

Jerry” atau “Naruto” namun juga dalam program pemberitaan. Seperti meng-shoot extreme

close up orang yang telah meninggal karena bunuh diri, memvisualisasikan pekerja kelab

malam berbusana minim dan berdandan menyolok hasil razia aparat, membolak balikkan

jenazah didepan sorotan kamera untuk mencari dompetnya dan membeberkan identitas

korban. Sepertinya Awak liputan semakin “ganas” memainkan kamera dari berbagai angle.

Dalam program talkshow presenter adalah seorang moderator ia tidak boleh menyudutkan

narasumbernya. Namun, sekarang ini banyak presenter yang seolah-olah menjadi seorang

investigator.

Ini menunjukkan betapa pentingnya media literacy. Media literacy bertujuan untuk

memberikan kemampuan khalayak untuk menggunakan media secara sehat, masuk akal,

dan memaanfaatkannya sesuai kebutuhan, serta untuk menangkal dampak negatif media.

Apresiasi: Setelah membaca cerita ini, saya jadi mengetahui istilah “media literacy”.

Saya mendapatkan pelajaran bahwa media harus memberikan

tontonan/informasi/gambaran yang bermutu dan khalayak pun harus mampu menyaring

dampak negatif yang datang dari media dengan cara menggunakan media itu secara sehat

dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.

Page 6: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

BAB II

Integritas Wartawan

1. Jurnalisme si Kancil (Yayu Yuniar)Yayu merupakan seorang koresponden media asing. Ia menjadi satu diantara tiga

wartawan surat kabar terbitan Amerika Serikat, The Washington Post, di Jakarta. Biro Asia

Tenggara ini ia gawangi bersama Ellen Nakashima dan Alan Sipress. Mereka sangat

berharap bisa meliput ke Papua. Pada tahun 2006, akhirnya mereka meliput ke Papua dari

ujung utara Manokwari, Bintuni, Wamena, dan Jayapura.

Di manokwari mereka menelusuri penebangan ilegal pohon merbau yang akan dijual

ke Malaysia dan China. Di setiap daerah mereka memiliki fixer, yaitu orang yang bisa

membantu memetakan logistik dan menjadi narasumber untuk memahami setiap tempat

yang mereka datangi. Saat di Bintuni ketika mereka ingin mewawancarai ketua adat, mereka

telah ditunggu oleh sejumlah orang dengan wajah garang. Namun, akhirnya mereka bisa

dilepaskan karena Yayu mengaku mengenal Bupati Bintani dan Kepala Polisi Bintani. Tapi,

fixer mereka ditahan, babak belur diarak telanjang. Mereka mengalami petualangan bak

detektif. Ketika sampai di Jayapura mereka berhasil menemui mantan pejabat Polda Papua

yang tersangka pembalakan kayu triliunan rupiah. Wawancara berlangsung selama tiga jam

dan tersangka memberikan berkas sebagai bentuk pembelaan.

Pada akhirnya jurnalis andal adalah jurnalis berintegritas. Mereka jujur, objektif, gigih,

dan profesional. Teknik dan kelihaian akan terasah seiring pengalaman dan waktu.

Apresiasi: Saya sangat suka dengan cerita yang disuguhkan oleh si penulis. Inti dari

cerita ini adalah wartawan harus bisa bersikap seperti detektif. Menyelinap, bersembunyi,

menyembunyikan identitas diri dan mencari cara untuk mencapai tujuan. Yang paling

penting adalah wartawan harus cerdik seperti kancil.

2. Mengenal Diri dalam Kelebatan Waktu (Siska Widyawati)Siska merupakan seorang wartawan di Jiji Press. Tugasnya adalah memburu

dokumen dan harus melakukan follow up berita exclusive. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli

dengan isi dokumen namun itu merupakan salah satu dari tugasnya. Ia selalu

menyembunyikan mimpi untuk menuliskan perspektif-perspektifnya sendiri. Terkadang ia

menulis dan dimuat di koran nasional.

Mimpinya adalah berkeliling dunia. Dengan memburu dokumen ia sudah berkeliling

dunia ke 13 negara. Meskipun mimpinya tercapai tapi jiwanya tetap rindu untuk

menuangkan sesuatu yang lebih personal, menuangkan perspektif-perspektifnya dalam

tulisan.

Dengan pekerjaannya sebagai pemburu dokumen banyak hal yang ia dapatkan. Ia

mengenal istilah “draft” bahwa kita bisa memberitakan isi konferensi sebelum konferensi

berlangsung. Ia juga belajar menangkap berita dengan cepat, melaporkan dengan akurat,

Page 7: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

menulis dengan tepat, dan lain-lain. Tapi sampai akhirnya ia memutuskan untuk hengkang

dari tempat ia bekerja dan ingin melanjutkan sekolah di Belanda. Namun, ada berita yang

menggembirakan bahwa ia sedang hamil. Rencana sekolahnya pun dibatalkan dan biarlah

Tuhan yang menentukan kemana arah perjalanan kapal dirinya.

Apresiasi: Dari cerita ini saya dapat mengambil pelajaran bahwa dari sekarang kita

harus mengenali passion kita itu dibidang apa agar kita tidak salah jalan di masa yang akan

datang. Jangan sampai kita baru mengenali diri kita sendiri saat menjalankan sesuatu yang

bukan passion dari kita.

3. Tak Puas dengan Berita, Narasumber Menginterogasi (Media Sucahya)Pada awal tahun 1997, majalah bulanan Info Bisnis menurunkan laporan utama

“Obsesi Bisnis Korps...” yang memberitakan tentang rencana pembangunan mal oleh

yayasan yang dibentuk korps itu. Dalam rapat redaksi mereka mempertimbangkan layak

tidaknya berita ini dijadikan laporan utama, layak atau tidak menurunkan judul sampul

seperti itu, serta menampilkan wajah pimpinan korps tersebut apakah perlu izin dari yang

bersangkutan. Dan mereka memutuskan untuk mengedarkan majalah ini. Setelah sebulan

majalah ini beredar, mereka diundang untuk “bersilaturrahmi” dengan pimpinan korps

dimarkasnya. Sebelum acara dimulai, mereka digeledah seperti orang yang melakukan

pelanggaran. Pimpinan korps menyatakan keberatannya terhadap berita yang diturunkan.

Pertama, mengapa tidak mengajukan surat izin permohonan wawancara dan surat izin

pemuatan foto wajah dirinya. Kedua, ia mempertanyakan kenapa tidak menulis keberhasilan

Serka Asmujiono anggota korps itu dalam mencapai puncak Gunung Everest. Ia mencurigai

ada orang yang “mengorder” tulisan tersebut karena tidak suka dengan dirinya, korpsnya,

dan keluarga cendana.

Ia dan teman-temannya diberi waktu 4 x 24 jam untuk menyerahkan sebuah nama

siapa yang menyuruh mereka menulis laporan utama tersebut. Jika tidak, pimpinan korps

akan melakukan tindakan yang kami tidak ketahui. Mereka pun meminta tolong kepada

Pemimpin Umum Agung Laksono. Mereka menceritakan kasus yang sedang dihadapi.

Agung pun membuat surat secara khusus yang ditujukan kepada pimpinan korps tersebut.

Setelah seminggu peristiwa itu terjadi, ia tidak mendapatkan informasi apa-apa lagi. Mereka

menyimpulkan bahwa Agung sudah menyelesaikan kasus ini secara baik-baik

Apresiasi: Pekerjaan wartawan adalah hal paling sering dihadapkan dengan bahaya

apalagi menuliskan berita tentang orang yang berkuasa. Berita yang tidak terdapat unsur

pemojokan pun akan dianggap memojokkan dan dikira tulisan itu telah diorder oleh

seseorang. Dari cerita ini dapat memberikan sedikit perspektif tentang perilaku sebuah rezim

terhadap kebebasan pers.

4. Media itu Aku: Sekelumit Ingatan dari Catatan Harian (Hawe Setiawan)Pada tahun 2011 ia merupakan juri MLA (Mochtar Lubis Award) untuk kategori

feature. Baginya ada 3 hal yang perlu ditekankan tentang feature. Pertama, feature adalah

Page 8: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

salah satu bentuk komposisi jurnalistik yang memiliki karakteristik dan gaya penulisan

tersendiri. Kedua, gaya menulis feature yang baik tentu ditopang oleh kreativitas yang baik

pula pada diri jurnalis. Ketiga, kehadiran feature mengingatkan kembali masyarakat akan

pentingnya mengelola dan mengisi media jurnalistik secara kreatif.

Ketika diminta ikut menulis di buku Jurnalis, Jurnalisme, dan Saya ia diharapkan oleh

Yus untuk menuliskan pengalamannya mengelola Cupumanik. Namun, rasanya tidak baik

menulis lagi apa yang sudah tertuang. Baginya menulis dari ingatan adalah kegiatan yang

runyam. Sebagai orang yang bekerja dibidang tulis menulis, ia menyadari perubahan yang

dahsyat dalam media yang ia manfaatkan akibat kemajuan teknologi

komunikasi&informatika.

Ia mengidentifikasi sedikitnya tiga gejala perubahan jurnalistik yang begitu kentara.

Gejala pertama memperlihatkan bahwa membaca itu menulis dan sebaliknya.orang dapat

mengakses informasi dari berbagai sumber di internet dan mengekspresikan komentarnya.

Gejala kedua memperlihatkan bahwa jagat sosial itu kian personal dan sebaliknya. Weblog

atau blog adalah jurnal pribadi yang bisa diakses banyak orang. Gejala ketiga

memperlihatkan pijakan lokal dengan jangkauan global.

Menurutnya, apabila jurnalis mengabaikan tiga hal inventio, elucutio, dan compositio

yang disampaikan oleh Aristoteles berarti mereka sedang melakukan bunuh diri bahkan bisa

membunuh orang lain. Kelangsungan hidup jurnalisme ditentukan oleh sejauh mana jurnalis

mengindahkan ketiga matra Retorika tersebut.

Apresiasi: Penulis dalam cerita ini tidak memberikan cerita yang menarik namun

lebih memberi pembaca tentang pengetahuan. Seperti apa itu feature, feature yang baik itu

seperti apa, apa saja tiga gejala perubahan jurnalistik, dan tiga hal yang tidak boleh

diabaikan dalam retorika. Namun dari ceritanya, saya dapat menyimpulkan bahwa

perubahan teknologi sangat mempengaruhi dunia jurnalistik.

BAB III

Manajemen Media

1. Alhamdulillah its’s Friday (Hagi Hagoromo)

Hagi adalah seorang pemimpin redaksi di Four Four Two Indonesia (FFTI) yang

merupakan sister magazine dari majalah Playboy Indonesia (PBI). Di PBI ia menjabat wakil

pemimpin redaksi. PBI tutup dan FFTI kerap telat terbit karena terhambat soal dana.

Ditengah situasi ini, ia bertemu dengan teman-temannya dan diajak mebuat majalah baru

dengan konsep mengenai Islam. Ia pun tertarik dengan ajakan ini. Nama majalahnya adalah

AliF yaitu Alhamdulillah its’s Friday.

Mereka menyusun formasi. Mereka sedikit menghadapi kendala dari segi tampilan.

AliF edisi pertama pun terbit dan dibagikan gratis di masjid-masjid besar se-Jakarta.

Page 9: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

Sambutannya sangat bagus meski harus banyak yang harus dibenahi. Manajemen AliF

mencantumkan nama Hagi di boks redaksi dan membuat kegemparan di FFTI. Akhirnya

persoalan ini diakhiri dengan damai. Di edisi ketiga, perbaikan mulai terasa. Di edisi ketujuh,

mereka mulai kian berbenah diri. Divisi marketing belum bisa menarik pengiklan disebabkan

strategi marketing yang tidak tepat sesuai sasaran. Setelah setahuan setengah terbit AliF

berganti format menjadi versi online yang konsekuensinya perampingan skuad. Tiga bulan

setelah berganti format Hagi pun memutuskan untuk mengundurkan diri.

Apresiasi: Yang saya dapatkan dari membaca cerita ini ialah pembenahan dalam

setiap media memang diperlukan namun perlu diimbangi dengan strategi yang matang dan

tepat pada setiap divisi usaha. Ini bisa dijadikan pembelajaran bahwa jika satu sisi tidak

berjalan dengan baik maka sisi satunya tak bisa berdiri sendiri.

2. Sampai Jumpa, Advertorial...(Nigar Pandrianto)Salah satu konsekuensi industrialisasi pers ialah semakin pentingnya kehadiran iklan

disurat kabar maupun majalah. Media cetak tidak dapat lagi mengandalkan sirkulasi maupun

loyalitas pembaca, melainkan bergantung pada iklan. Mau tidak mau, iklan menjadi ujung

tombak keberlangsungan media. Kreativitas media memegang peranan penting. Mereka

harus menemukan cara-cara inovatif untuk mengambil kue iklan. Adu kreativitas, adu

konsep, maupun adu ide menjadi warna diantara penulis iklan media agar pengiklan mau

membeli space iklan.

Iklan advertorial dan display sudah dianggap basi. Dulu copywriter yang awalnya

bekerja untuk menulis advertorial sekarang harus memikirkan bentuk iklan yang menarik.

Penulis iklan harus memikirkan kebutuhan pembaca, mencari korelasi dengan keseharian

pembaca, mendekatkan dengan masalah pembaca, akan membuat sisipan-sisipan sejenis

yang lebih diperhatikan dan lebih memberikan manfaat untuk pembaca. Belakangan ada

kecendrungan disejumlah media untuk menarik iklan adalah dengan membuat suplemen

khusus. Seperti tabloid Nova yang menerbitkan Nova Choice sebulan sekali. Nigar ikut serta

dalam pembuatan suplemen khusus ini. Trik untuk menarik pengiklan adalah membuat tema

yang kemungkinan banyak menarik iklan. Membuat tema “rambut sehat” misalnya, sudah

pasti bakal menarik minat pengiklan produk kesehatan rambut.

Singkatnya seiring perubahan-perubahan yang terjadi didunia pers dan komunikasi

pemasaran, seorang copywriter dituntun lebih kreatif agar kesempatan baru dapat tercipta

dan media cetak pun dapat tetap menjalankan fungsinya di masyarakat.

Apresiasi: Setelah saya membaca cerita ini, saya menjadi tahu bahwa seorang

copywriter tidak lagi dituntut untuk membuat editorial namun mereka dituntut harus memiliki

ide kreatif dalam memikirkan bentuk iklan, juga harus memikirkan konten yang dibutuhkan

oleh masyarakat dan memikirkan kebutuhan dalam kegiatan komunikasi pemasaran.

Page 10: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

3. Menguji Nyali di Ranah Digital (Irfan Junaidi)Pada akhir September 2009, keluar surat keputusan yang mengharuskan Irfan untuk

hijrah ke Jakarta. Sampai di Jakarta ia mendapat tantangan yaitu ditempatkan menjadi

Kepala Republika Online, situs berita tertua di Indonesia. Dalam setahun kedepan ia diminta

untuk menaikkan kunjungan tiga kali lipat dan pendapatan iklan yang berlipat-lipat. Ia

bertemu dengan salah seorang yang berperan penting dalam pengembangan detik.com.

setelah pertemuan itu ia mendapat pencerahan soal positioning. Ia berpikir untuk

menentukan titik pijak Republika Online yang bernapaskan Islam.

Untuk mendukung perjalanan Republika Online, mereka memindahkan server

supaya performa website lebih cepat, menata kembali tampilan web yang dijalankan dengan

perubahan engine. Engine yang baru dipakai sempat tidak berjalan baik dan menjadikan

peringkat Republik Online di Alexa terjun bebas. Alexa adalah situs pemeringkat website

yang dilihat dari banyak rujukan bagi para pemasang iklan dan paling banyak dikunjungi.

Diganti lah dengan engine baru dan diberlakukan penggantian sumber daya manusia yang

“lebih segar”. Selanjutnya membangun jejaring seperti akun di Facebook dan Twitter,

bekerja sama dengan Yahoo Indonesia, kunjungan ke sekolah-sekolah “Rol to School”, dan

hadir di Google News.

Upaya yang dilakukan pun tak sia-sia. Target melipatkan kunjungan pun tercapai dari

tiga juta per bulan menjadi 12 juta per bulan. Kenaikan pemasangan iklan pun mulai terasa

meskipun belum mencapai target hanya mencapai 70 persen dari target. Namun, ditahun

kedua sudah mulai membaik dan memudahkan tenaga marketing untuk menggaet klien.

Apresiasi: Pendapat saya setelah membaca tulisan ini adalah seorang wartawan

harus selalu siap kemanapun mereka ditugaskan, harus selalu mencari ide-ide yang kreatif

untuk mencapai target yang telah ditetapkan, dan menggunakan kecanggihan teknologi

yang ada untuk merubah media yang ia naungi menjadi lebih modern sesuai dengan

perkembangan zaman.

4. Bertahan sebagai Koresponden (Adi Marsiela)Adi sudah delapan tahun bekerja di Suara Pembaharuan. Sejak awal bekerja ia tidak

pernah menandatangani kontrak kerja. Tidak ada gaji tetap setiap bulannya. Gajinya akan

bertambah jika ia mendapat honor berita yang dimuat. Hal ini membuat para koresponden

dan kontributor melakukan kloning berita seperti saling “menitip” berita atau tempel

menempel kabel lewat kamera televisi.

Organisasi kewartawanan seperti Aliansi Jurnalis Independen masih memandang

sebelah mata wartawan yang menyandang status koresponden dan kontributor.

Koresponden diming-imingi menjadi karyawan tetap dan mendapat gaji pokok. Namun

perusahaan malah menawarkan peluang bisnis program iklan. Pemasukan koresponden

akan bertambah melalui honor penjualan iklan. Di perusahaan media elektronik, para

koresponden hanya dibayar dari honor pemuatan berita mereka. Diperusahaan lain

Page 11: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

koresponden bisa menjadi karyawan tetap asalkan mengikuti prosedur penerimaan

wartawan dari awal.

Program sertifikasi wartawan yang dilakukan Persatuan wartawan Indonesia (PWI)

dilakukan untuk menjaga profesionalisme wartawan. Standarisasi dibuat karena banyak

wartawan yang bekerja tidak sesuai standard dan kode etik. Beberapa wartawan yang

sudah mengikuti sertifikasi mengaku tidak ada perubahan dalam pola kerjanya.Karya

jurnalistik memang bukan sesuatu yang bisa ditawar atau dihargai dengan uang. Namun,

tidak tertutup peluang untuk bersinergi. Sehingga hak masyarakat untuk mendapatkan

informasi tetap ada dan pemodal pun tidak kehilangan investasinya.

Apresiasi: Yang saya dapatkan setelah membaca cerita ini adalah saya baru

mengetahui bahwa wartawan yang berstatus koresponden kadang tidak diperlakukan

dengan adil oleh perusahaanya. Gajinya pun jauh lebih kecil dibandingkan dengan

wartawan tetap. Namun masih ada wartawan freelance yang tetap memjadi koresponden

karena merasa lebih independen dan tidak terikat oleh aturan perusahaan.

BAB IV

Meliput Konflik

1. Minus Rencana ke Jalur Gaza (Ismail Fahmi)Ismail ditugaskan bersama Firtra untuk berangkat ke Jalur Gaza meliput kabar

serangan Israel ke Palestina. Mereka ditugaskan untuk bersiaran langsung hampir setiap

saat. Mereka pertama kali tiba di Yordania. Disana akses internet tidak memadai padahal

sistem siaran langsung yang digunakan berbasis internet. Setelah beberapa hari di

Yordania, mereka berangkat menuju Mesir melalui Aqaba, menyeberangi teluk aqaba, dan

tiba di Taba. Saat sampai di Taba mereka diperiksa oleh para petugas. Mereka diperiksa

bak pelaku kejahatan. Tidak lama kemudian, mereka dijemput petugas dari Kedutaan Besar

RI untuk dibawa ke KBRI Kairo. Di Kairo mereka menyempatkan diri meliput korban perang

di rumah sakit terbesar di Mesir.

Mereka pun berangkat menuju perbatasan Rafah, pintu penghubung Mesir dan Jalur

Gaza. Sepanjang perjalanan mereka melewati 15 check point. Setelah melalui “pagar-pagar”

penjagaan akhirnya tiba di Rafah. Sesuai penyerahan bantuan, sebagian anggota tim

kemanusiaan ada yang memutuskan untuk balik ke Indonesia. Akhirnya setelah lama

menunggu, pintu perbatasan tiba-tiba dibuka, para wartawan berlarian dan tas kamera dia

terjatuh. Ketika ia berbalik badan tidak satu pun wartawan yang terlihat. Ia pun nekat naik

bus pengangkut petugas medis. Namun bus hanya mengantar penumpang melintasi pintu

perbatasan dan ia diturunkan di lahan parkir tempat taksi mangkal. Setelah tawar menawar

harga taksi, ia pergi menuju kantor berita APTN, setelah itu menuju Rumah Sakit As-Syifa.

Disana ia bertemu dengan tim medis Indonesia. Ternyata Ismail adalah wartawan pertama

Page 12: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

yang berhasil masuk Jalur Gaza karena wartawan yang berlarian tadi tertahan disuatu

ruangan untuk pendataan.

Keberuntungan sepertinya ada di pihak Ismail dan Firtra. Seusai melakukan siaran

langsung di depan gedung parlemen Hamas, mereka ditawari oleh polisi untuk mengelilingi

Jalur Gaza. Mereka menceritakan kepada polisi itu bahwa mereka ingin menemui Ismail

Haniya (Perdana Menteri Palestina dari Hamas). Beberapa hari kemudian, mereka

mendapat kabar bahwa Fauzi Barhoum (juru bicara Hamas) ingin menemui mereka.

Pertemuan khusus dengan Barhoum adalah satu cerita menarik dan mengesankan selama

di Jalur Gaza.

Apresiasi: Setelah membaca cerita ini, saya mengetahui bahwa tugas seorang

wartawan yang dikirimkan ke daerah konflik sangatlah berat. Mereka harus meliput langsung

kejadian yang bisa membahayakan diri mereka sendiri. Selain itu, wartawan kadang

memang tak perlu rencana yang matang, ikuti saja alurnya, mainkan perannya, dan lihat

hasilnya.

2. Senyum Sang Komandan (Galuh Pangestu)Galuh mengalami momentum perubahan dari wartawan investigasi menjadi

wartawan peliput daaerah konflik: Filipina. Sebelum berangkat, ia melakukan riset bukan

hanya membaca berita atau sejarah konflik secara lengkap. Ia mendapat informasi

komprehensif dari Prof. Lingga direktur institut Bangsamoro di Manila. Galuh juga secara

tidak sengaja bertemu dengan Romeo atau Rommy wartawan asal Filipina yang memiliki

semua jaringan yang ia butuhkan untuk liputan. Dalam liputan konflik yang ia utamakan

adalah korban sipil yang mengungsi, menceritakan soal survival, dan juga memilihi fokus

pada anak-anak. Berdasarkan hasil riset dan wawancara ia membagi stakeholders konflik

Mindanau dalam dua kelompok yaitu MILF dan MNLF.

Ia mengontak Mr.Quds, orang dekat Nur Misuari yang pernah menjadi ketua MNLF

yang kontaknya ia dapat dari Rommy. Nur mengizinkan Galuh bertandang ke Pulau Jojo

untuk menemui sang komandan, Khaber Malik yang sedang buron karena menculik

Jenderal Dolorfino. Sebelum menyebrang ke Pulau Jolo ia sempat bertemu dengan Jenderal

Dolorfino untuk wawancara situasi akhir Pulau Jolo dan bagaimana ceritanya saat ia diculik.

Sampai di Pulau Jojo ia membuat janji dengan Prof. Adju, “kuncen” hutan terlarang tersebut.

Galuh diselidiki tentang identitas dan tujuannya datang kesini. Ia pun dibawa ke sebuah

perkampungan ditengah hutan. Penjagaan mulai terlihat ketat. Tak lama kemudian, muncul

satu pasukan dengan laras panjang mengiringi Sang Komandan dengan garang. Sang

Komandan pun tersenyum menyambut kehadiran mereka. Ia pun merasa keangkeran Pulau

Jojo berakhir karena senyuman sang komandan, Khaber Malik.

Apresiasi: Dari cerita ini, saya mendapatkan bahwa seorang jurnalis itu harus

membangun dan mempunyai banyak jaringan agar bisa dengan mudah mendapat akses

meliput. Seorang jurnalis juga harus memiliki keberanian dan tekad yang besar saat meliput

Page 13: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

kedaerah konflik agar siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Selain itu, sebelum

pergi meliput seorang wartawan harus mengetahui seluk beluk tentang apa yang akan ia

liput dilokasi.

BAB V

Pernak-Pernik di Lapangan

1. Jurnalisme dan Sinema: Romantisme Berkali-kali (Bobby Batara)Bobby adalah seorang wartawan yang profesi idamannya jurnalis spesialis film.

Namun saat itu perfilman Indonesia sedang terpuruk di bioskop. Ia pun bergabung dimajalah

Gamma pada 1999 dan tak lama bergabung di media online. Disaat waktu luang ia

sempatkan untuk bergaul dengan rekan-rekan pecinta film. Di lokasi syuting ia bertemu

dengan Rudi Soedjarwo dan dari perkenalan itu ia diundang untuk ikut konferensi pers film

kedua Rudi yang bertajuk Tragedy. Inilah kesempatan pertamanya meliput sebuah film.

Wartawan film senior Arya Gunawan memberikan kiat bagaimana menjadi wartawan film

yang baik yaitu tonton film sebanyak-banyaknya, baca referensi film atau apapun yang

berkaitan dengan film. Pada awal tahun 2008 perfilman Indonesia mulai meroket. Ia pun

bergabung dalam situs 21ciplex.com yang pada awalnya hanya berisi sinopsis dan jadwal

pemutaran film. Bobby datang membawa revolusi dengan mencatat peristiwa film sebanyak-

banyaknya yang titik beratnya pada perfilman nasional, bentuk dari rasa nasionalisme.

Pada dekade 2000-an jurnalisme film berjalan terseok-seok. Penyebabnya adalah

tidak ada media yang secara khusus menulis laporan atau kritik terhadap film Indonesia,

yang ada hanya media partner untuk mempromosikan sebuah film. Penyebab lain adalah

masalah rotasi. Sangat langka wartawan yang benar-benar berada dalam bidang liputannya

selama bertahun-tahun.

Apresiasi: Setelah membaca cerita ini, saya mengetahui bahwa menjadi wartawan itu

tidak mudah, apalagi wartawan yang berada di bidang khusus film. Tidak banyak yang

bertahan dalam hal ini. Namun, sekali wartawan konsisten dan berdedikasi tinggi ia akan

dihargai oleh narasumber. Jadi, menjadi jurnalisme film memang memerlukan konsistensi

dan kesetiaan yang besar.

2. Susah dan (Mudah-mudahan) Senang Jadi Jurnalis Lifestyle (Yudhanti Budi)Yudhanti bekerja di majalah fit. Bidang liputannya adalah kesehatan, diet dan nutrisi,

fitnes, dan kecantikan. Narasumbernya sebagian besar adalah dokter spesialis, ahli gizi,

beautician, instruktur, dll. Senangnya adalah mendapat banyak pengetahuan. Tantangannya

adalah harus banyak tahu mengenai istilah kedokteran, fitnes, nutrisi dan ketika

mewawancarai instruktur ia harus siap-siap capek karena terkadang harus ikut

mempratikkan gerakan fitnes.

Sebagai reporter majalah ia juga bertanggung jawab terhadap foto artikel meskipun

ada stylist. Ia harus tetap membantu agar foto tidak lari dari tema tulisan. Tantangan saat

Page 14: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

pemotretan itu adalah misalnya ketika foto dan tulisan step by step gerakan fitness harus

tepat dan tidak boleh salah, karena bisa menyebabkan cedera pada pembaca. Tantangan

berikutnya adalah membuat teks foto yang singkat tapi harus menjelaskan dengan detil

setiap gerakan. Pemotretan juga bisa mengancam dompet. Ketika pemotretan untuk buklet

perkawinan, mereka meminjam baju pengantin dari desainer ternama yang harganya sampe

belasan atau puluhan juta.

Mewawancarai narasumber juga mendatangkan banyak pengalaman seru. Ia pernah

menulis profil grand master reiki. Reiki adalah metode pengobatan alternatif dari

Jepang.beberapa kali mereka bertemu untuk mewawancara ia dan istrinya. Ia memaksa

untuk membaca tulisan Yudhanti sebelum diterbitkan. Setelah itu ia meminta untuk tidak

mencantumkan nama anak dan istrinya. Yudhanti memasang foto master reiki, istri dan

anak-anaknya dengan mencantumkan nama mereka. Setelah seminggu terbit, Yudhanti

mendapat telepon yang langsung melabraknya dengan kata-kata pedas. Ternyata ibu yang

ada di yayasan itu bukan istrinya master reiki. Istrinya ada di Australia dan menangis karena

melihat terbitan majalah itu. Ini bukan kesalahan Yudhanti karena master reiki sendiri yang

memperkenalkan ibu tersebut sebagai istrinya. Namun case closed karena surat keberatan

tentang tulisan yang dimuat dari istri pertama tak kunjung datang.

Melalui media tempat ia bekerja ini, ia berharap bisa memberikan informasi

mengenai hidup sehat yang benar, fun, seru dan tentu saja gaya.

Apresiasi: Ceritanya sangat menarik dan merupakan salah satu yang paling saya

sukai. Yang saya dapat dari cerita ini adalah seorang wartawan mempunyai kepuasan

tersendiri kalau ia bisa menyampaikan informasi dan hal-hal yang bermanfaat bagi orang

lain. Namun wartawan juga harus berhati-hati, kalau sampai salah menyampaikan akan

menyebabkan kerugian bagi orang banyak.

3. Meliput, Ya; Berhaji, Ya (H. Sarnapi) Bagi seorang wartawan, pengalaman meliput haji maupun umrah merupakan

kenikmatan yang tiada tara. Disana, wartawan harus pintar-pintar menemukan jalur

pengiriman berita. Tidak ada warnet di Mekkah atau Madinah pada saat itu. Namun mereka

bisa mendapatkan akses internet di rumah mukimin dengan memberikan “mahar” 100 real

Saudi. Setiap siang penulis bisa bebas menuliskan hasil pengalaman atau pengamatan

selama berhaji dengan datang kerumah mukimin tersebut.

Ketika masa puncak haji selesai, selesai pula masa edar dari rubrik khusus haji.

Tugas meliput pun lebih ringan dan bisa berkonsentrasi untuk ibadah kecuali ada kejadian

yang besar sehingga perlu digali lebih dan diinformasikan kembali kepada pembaca di tanah

air. Penulisan liputan selama haji lebih banyak didominasi karangan khusus sebab apabila

mengandalkan berita akan membuat bosan pembaca. Semua pengalaman ringan seperti

antre untuk mendapatkan Alquran gratis,mencari obat wasir sampai tengah malam karna

Page 15: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

terkendala bahasa, pedagang kaki lima yang berlarian ketika ada polisi itu dituliskan lalu

dikirim ke Bandung dengan komputer sewaan dari seorang mukimin.

Apresiasi: Setelah membaca cerita ini saya mengambil kesimpulan bahwa seorang

wartawan harus bisa fokus terhadap dua hal di waktu yang sama. Melakukan ibadah haji

dengan khusyu’ tetapi juga tetap memperhatikan hal disekitar yang bisa diinformasikan

terhadap masyarakat.

4. Wartawan Juga Harus Pintar “Berperan” (Resi Fahma Gustiningsih)Sebelum ditugaskan, biasanya redaktur menanyakan isu terhangat yang bisa digali.

Ketika itu sedang ramai dibicarakan adalah kasus penjiplakan karya ilmiah yang dilakukan

sejumlah rektor. Untuk melihat sisi lain dari kasus tersebut, redaktur meminta Resi mencari

tahu seberapa besar pengaruh kasus penjiplakan terhadap jasa pembuatan skripsi. Salah

satu tempat pembuatan skripsi ilegal di Jakarta adalah di perempatan Mataram, Jakarta

Pusat. Ia pun langsung pergi menuju lokasi.

Di kios pertama, ketika menanyakan bisa buat skripsi kepada Bapak penjaga kios,

Bapak itu menjawab ketus tanpa senyuman dan meminta untuk menunggu sebentar. Resi

pun berusaha bertanya-tanya kepada anak buah Bapak itu namun ia juga mendapatkan

jawaban yang ketus. Ketika bapak itu kembali, ia mengatakan tidak bisa membuat skripsi.

Ketika menanyakan di kios kedua, Bapak penjaganya menanyakan kepada Resi apakah ia

seorang wartawan. Resi pun menutupi identitas dengan mengaku bahwa ia adalah seorang

mahasiswa. Bapak itu bercerita bahwa orang disekitaran sangat membenci wartawan

bahkan pernah ada wartawan yang dipukuli ketika sedang meliput. Resi pun memutuskan

untuk “berperan” berpura-pura sebagai mahasiswa yang ingin minta dibuatkan skripsi. Saat

di kios yang ketiga, ia disambut ramah. Ia mendapatkan informasi dari kios tersebut.

Kemudia ia lanjut menuju kios yang keempat, kios ini menjual skripsi dalam bentuk softcopy.

Ketika asik mengobrol ia merasa ada yang memperhatikannya. Saat ia dalam perjalanan

menuju kios yang kelima ia sangat yakin bahwa ada yang membuntutinya dan ia pun

memutuskan untuk kembali ke kantor. Kali ini ia benar-benar merasakan bahwa wartawan

adalah profesi yang kompleks namun begitu sederhana. Kompleks karena harus mampu

berperan sebagai apapun dan memposisikan diri dengan tepat.

Apresiasi: Cerita ini merupakan salah satu yang saya favoritkan. Di cerita ini

diperlihatkan bahwa seorang wartawan harus bisa berperan dan memposisikan diri dengan

tepat. Setiap wartawan harus bisa masuk kedalam hal yang ia liput supaya mendapatkan

hasil liputan yang bagus pula.

5. Bisa “Keliling Dunia” Gratis (Achmad Setiyaji)Berawal dari cita-cita keliling dunia dengan cara “murah” dan “meriah” dan

ketertarikannya terhadap orang yang gemar membawa tustel dan notes (wartawan).

Kebiasaan menulis demi meraih nafkah sehari-hari dan memupuk hasrat keliling dunia terus

melekat pada dirinya hingga ke bangku SMA dan Perguruan Tinggi.

Page 16: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

Ketika duduk di bangku kuliah semester lima ia magang di redaksi koran Pikiran

Rakyat dan pada saat itu ada perubahan politik di RRC. Ia pun memandang peristiwa itu

sebagai peluang. Ia menggagas dan mengorganisir acara muhibah ke RRC. Momentum di

RRC tak disia-siakan. Dibuat program tambahan ke negara tetangga yaitu Hongkong. Inilah

awal ia keliling dunia dengan cara “murah” dan “meriah”. Empat tahun kemudian, ia diminta

untuk membimbing jemaah calon haji plus membuat tulisan yang menarik. Suatu hari ia

berpikir negara mana yang belum. Ia menemukan potensi peluang yakni adanya kasus

ekspansi pasukan AS dan sekutunya ke Irak. Ia membuat proposal untuk mengajukan ke

Direktur Utama PR tentang rencana meliput ke Irak. Dengan trik-trik dan usaha yang

meyakinkan ia pun diizinkan meliput ke Irak. Sepulang dari Irak, ia mencermati potensi

kedekatannya dengan Aa Gym. Aa Gym pun tertarik mengajaknya berkolaborasi membuat

liputan dan “jalan-jalan” dakwah ke London. Rumusannya “keliling dunia” dengan cara

“murah” dan “meriah” terus menyelinap. Ia merenung mencermati potensi peluang dan

lingkungan. Ia memanfaatkan kedekatannya dengan sebuah jamaah kontroversional Darul

Arqam di Malaysia. Ia pun diajak ke Malaysia, Singapura, dan Thailand. Achmad tidak bisa

mengikuti mereka ke Eropa karena harus meliput jatuhnya pesawat Adam Air di perairan

Sulawesi. Dengan sejumlah trik dan semangat yang menggelora, profesi jurnalistik telah

mengantarkan ia berkeliling dunia dengan “murah” dan “meriah”.

Apresiasi: Penulis berhasil menyampaikan bahwa cita-cita itu bisa dicapai dengan

kerja keras dan dengan semangat yang menggelora pula. Pantang menyerah dan tidak

pernah puas untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi. Cerita ini sangat menginspirasi

saya bahwa dengan memikirkan segala potensi yang ada disekitar kita maka apapun cita-

cita kita bisa terwujud.

6. Dasi Kupu-Kupu dan Bulu Dada (Budi Suwarna)Budi bercerita tentang dua liputan yang memaksa dia untuk masuk ke dua situasi

yang berbeda. Pertama, ia meliput tur kemiskinan di Jakarta. Kedua, meliput tur kemewahan

di Pulau Bali. Ia merasakan tur kemiskinan bersama tiga orang lainnya dari Australia.

Mereka menyusuri kawasan kumuh sekitar rel kereta api Stasiun Senen, Jakarta Pusat.

Mereka menyaksikan orang yang tinggal dalam kardus, mencium bau busuk air comberan,

dan telinga mendengar kisah yang tragis. Tur kemiskinan juga mengunjungi pinggiran Kali

Ciliwung, Galur, Luar Batang, dan lain-lain. Setelah “bergelimang” dengan kemiskinan, suatu

ketika ia mendapat tugas ikut tur kemewahan di Bali. Ia merasakan spa yang pernah

dinobatkan sebagai The Best Romantic Spa in Asia tahun 2004 dan 2005 di Kirana Spa dan

mampir ke Ayana Hotel and Spa dan merasakan tempat spa mewah yang dinobatkan

sebagai spa terbaik di dunia tahun 2010.

Bidang yang ia liput kebanyakan bersentuhan dengan kehidupan manusia urban,

yang merupakan ladang subur perburuan kisah manusia. Ia pernah melihat cewek-cewek

cantik berebut membeli celana pendek di Pensylvania dan Cleveland, melihat ibu-ibu kaya

Page 17: Jurnalis, jurnalisme, dan saya

histeris berebut tas hermes yang harganya nyaris setengah miliar rupiah. Inilah dunia yang

ia liput. Ia mesti punya banyak perspektif untuk melihat sebuah persoalan. Dan wartawan

bisa memiliki banyak perspektif jika dia belajar dan tidak malas menyelami persoalan.

Apresiasi: Setelah membaca cerita ini, saya mengetahui bahwa seorang jurnalis

dapat merasakan suasana yang berbeda disetiap waktu. Pagi hari mungkin bisa meliput

didaerah kumuh dan malam hari bisa meliput di hotel mewah. Contoh-contoh yang diberikan

pada cerita ini sangat membekas dipikiran pembaca, seperti ibu-ibu kaya yang histeris

berebut tas hermes. Kemasan ceritanya sangat menarik.