jurnal8

25
Pengaruh Latihan Treadmill Dibandingkan Dengan Terapi Suspensi Pada Keseimbangan Anak Dengan Sindroma Down Gehan H. El-Meniawy, Hebatallah M. Kamal, Samah A. Elshemy Departemen Terapi Fisik untuk Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak dan Bedah, Fakultas Terapi Fisik, Universitas Kairo, Mesir Abstraksi Latar Belakang dan Tujuan : Mempertahankan keseimbangan bukanlah kebutuhan utama namun sangat diperlukan manusia untuk melakukan tindakan. Hampir semua anak dengan Sindroma Down (DS), yang banyak terjadi di negara ini(Mesir), sudah dibuktikan mengalami gangguan keseimbangan, koordinasi, dan gaya berjalan saat masa kanak-kanak sampai dewasa. Oleh karena itu, diperlukan adanya program terapi fisik untuk membantu memecahkan masalah yang meluas ini. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan pengaruh antara latihan treadmill dan terapi suspensi pada keseimbangan anak dengan sindroma Down. Subyek dan Metode : Sebanyak 30 anak yang terlahir dengan DS dari dua jenis kelamin dalam rentang usia 8 sampai 10 tahun diikutsertakan pada penelitian dengan membagi menjadi dua grup sama rata jumlahnya. Grup penelitian I mendapatkan latihan treadmill sebagai tambahan desain program terapi latihan dan grup penelitian II menerima terapi suspensi sebagai tambahan program terapi latihan yang sama diberikan pada grup I. Indeks stabilitas dievaluasi menggunakan sistem instrumentasi Biodex sebelum dan 3 bulan sesudah menerima terapi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan ketika membandingkan nilai rerata kedua grup sebelum terapi, namun terdapat perbaikan signifikan semua variabel terukur pada kedua grup saat membandingkan nilai rerata sebelum dan sesudah terapi. Terdapat pula perbedaan

Upload: andika-laksmana-kurniadi

Post on 19-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ds

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal8

Pengaruh Latihan Treadmill Dibandingkan Dengan Terapi Suspensi Pada Keseimbangan Anak Dengan

Sindroma Down

Gehan H. El-Meniawy, Hebatallah M. Kamal, Samah A. Elshemy

Departemen Terapi Fisik untuk Gangguan Tumbuh Kembang pada Anak dan Bedah, Fakultas Terapi Fisik, Universitas Kairo, Mesir

AbstraksiLatar Belakang dan Tujuan : Mempertahankan keseimbangan bukanlah kebutuhan utama namun sangat diperlukan manusia untuk melakukan tindakan. Hampir semua anak dengan Sindroma Down (DS), yang banyak terjadi di negara ini(Mesir), sudah dibuktikan mengalami gangguan keseimbangan, koordinasi, dan gaya berjalan saat masa kanak-kanak sampai dewasa. Oleh karena itu, diperlukan adanya program terapi fisik untuk membantu memecahkan masalah yang meluas ini. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan pengaruh antara latihan treadmill dan terapi suspensi pada keseimbangan anak dengan sindroma Down.Subyek dan Metode : Sebanyak 30 anak yang terlahir dengan DS dari dua jenis kelamin dalam rentang usia 8 sampai 10 tahun diikutsertakan pada penelitian dengan membagi menjadi dua grup sama rata jumlahnya. Grup penelitian I mendapatkan latihan treadmill sebagai tambahan desain program terapi latihan dan grup penelitian II menerima terapi suspensi sebagai tambahan program terapi latihan yang sama diberikan pada grup I. Indeks stabilitas dievaluasi menggunakan sistem instrumentasi Biodex sebelum dan 3 bulan sesudah menerima terapi.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan ketika membandingkan nilai rerata kedua grup sebelum terapi, namun terdapat perbaikan signifikan semua variabel terukur pada kedua grup saat membandingkan nilai rerata sebelum dan sesudah terapi. Terdapat pula perbedaan signifikan saat membandingkan hasil sesudah terapi pada kedua grup terutama untuk grup II.Kesimpulan : Terapi suspensi untuk anak-anak dengan DS merupakan sebuah terapi suplemen yang baik untuk dijadwalkan sebagai intervensi latihan fisik secara teratur yang bertujuan memperbaiki derajat stabilitas pasien tersebut.

Kata kunci : Sindroma Down, keseimbangan, treadmill, terapi suspensi

1. Pendahuluan

Sindroma Down (DS) adalah salah satu dari beberapa disabilitas yang secara meyakinkan menimbulkan keterlambatan pada bidang perkembangan [1]. Anak-anak dengan DS melakukan tindakan dengan sangat buruk pada pengukuran kecepatan berlari, keseimbangan, kontrol visual motorik, kekuatan dan motorik kasar, serta

Page 2: jurnal8

kemampuan motorik halus dibandingkan dengan anak-anak normal dengan usia yang sama [2].

Kontrol keseimbangan sangat penting untuk melakukan performa pada hampir seluruh kemampuan fungsional, membantu anak-anak untuk pulih dari gangguan keseimbangan yang tidak diharapkan, baik karena terpeleset dan terjatuh atau instabilitas diri saat melakukan gerakan yang menuju tepi batas stabilitas mereka [3]. Kesulitan pada penentuan penyebab individual dari gangguan keseimbangan dan disabilitas berhubungan dengan berbagai mekanisme yang terlibat. Penurunan kekuatan otot, lingkup gerak sendi, koordinasi motorik, organ-organ sensorik, kognitif, multi-sensori integrasi dan tonus otot abnormal berkontribusu pada gangguan keseimbangan pada level yang berbeda [4].

Latihan treadmill digunakan pada anak-anak dengan DS untuk membantu memperbaiki keseimbangan dan membangun kekuatan ekstremitas bawah sehingga anak-anak tersebut dapat berjalan lebih awal dan lebih efisien daripada anak-anak yang tidak mendapatkan program treadmill [5].

Treadmill menstimulasi repetisi dan irama langkah saat pasien disokong pada posisi tegak dan menumpu berat tubuh pada ekstremitas bawah [5]. Sebuah korelasi positif muncul antara gangguan keseimbangan dan penurunan kekuatan ekstremitas bawah. Sebagai tambahan, kontrol trunkus yang buruk secara negatif mempengaruhi keseimbangan keseluruhan [4].

Terapi suspensi adalah sebuah modalitas inovatif dan efektif untuk terapi. Terapi ini dapat dikombinasikan dengan metode terapi fisik konvensional dan dapat secara sukses dikombinasikan dengan hampir semua alat rehabilitasi dan olahraga untuk membantu stabilitas postural dalam menyokong kemandirian yang aman dimana secara signifikan memperbaiki keseimbangan dan koordinasi tubuh dan performa sistem vestibuler, begitu pula membiarkan penggunaan penuh kekuatan dan kemampuan pasien [6].

Sistem stabilitas Biodex adalah penilaian keseimbangan dan sistem latihan yang penting. Sebagai tambahan, keunikan alat ini didesain untuk menstimulasi reseptor mekanik sendi dan menilai kontrol neuromuskuler dengan menghitung kemampuan menjaga stabilitas postural dinamis. Sistem ini juga bertindak sebagai alat latihan yang bernilai untuk meningkatkan kemampuan kinestesi [7].

Sebuah penelitian klinis ini dilakukan untuk membandingkan antara pengaruh latihan treadmill dan terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba pada anak-anak DS yang tidak mampu menjaga keseimbangan.

2. Pasien dan Metode

2.1. Pasien

Sebanyak 30 anak-anak dengan DS dari dua jenis kelamin antara usia 8 sampai 10 tahun (x’ = 9.34 ± 0,62 tahun) diikutsertakan pada penelitian yang diambil dari klinik rawat jalan Fakultas Terapi Fisik, Universitas Kairo. Tinggi badan pasien berada pada rentang 110 sampai 125 cm (x’ = 118 ± 0,09 cm).

Page 3: jurnal8

Pasien-pasien tersebut memiliki fungsi kognitif cukup dan mampu memahami perintah yang diberikan pada mereka. Pasien-pasien dapat berdiri dan berjalan secara mandiri namun sering jatuh.

Pasien yang memiliki masalah keseimbangan diinklusikan pada penelitian setelah dikonfirmasi dengan uji keseimbangan menggunakan tilt board yang dilakukan pada dua kondisi, dengan mata terbuka dan mata tertutup. Anak-anak dianggap mengalami gangguan keseimbangan ketika jumlah rata-rata derajat maksimal dari ayunan empat arah (anterior-posterior dan medial-lateral) dilakukan dengan mata terbuka dan mata tertutup secara berurutan sebesar kurang dari 32,1° dan 25,8° [8].

Anak-anak dengan kondisi medis yang sangat membatasi partisipasinya pada penelitian seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, anomali jantung atau masalah muskuloskeletal diekslusi dari penelitian ini. Tidak ada ras atau jenis kelamin yang menghalangi anak-anak dari yang terdaftar dalam penelitian ini.

Subyek penelitian diklasifikasikan secara acak menjadi dua grup dengan jumlah yang sama. Grup I mendapatkan latihan treadmill dan grup II mendapatkan terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba. Sebagai tambahan kedua grup menerima program terapi latihan untuk memfasilitasi kontrol postural dan keseimbangan.

2.2. Metode

Seluruh prosedur dijelaskan pada orangtua dan peserta, masing-masing dari mereka menandatangani formulir persetujuan partisipasi. Partisipan menerima program terapi pada klinik rawat jalan sebanyak tiga kali/minggu selama 3 bulan berturut-turut. Sesi uji dilakukan sekitar 15 menit dan sesi praktek dilakukan selama 1 jam.

Masing-masing grup menerima program latihan untuk keseimbangan dan kontrol postural selama 30 menit sebagai tambahan 30 menit latihan treadmill(grup I) dan 30 menit terapi suspensi(grup II).

2.2.1. Sesi UjiSistem stabilitas Biodex digunakan untuk menilai keseimbangan

dan stabilitas postural. Masing-masing anak pada kedua grup diminta untuk berdiri pada sisi tengah panggung terkunci di dalam alat dengan kedua kaki posisi berdiri sambil memegang pegangan alat, papan layar diatur sehingga tiap partisipan dapat melihat lurus padanya. Untuk pertama, beberapa parameter dimasukkan ke alat.

(1) Tinggi badan, berat badan, dan usia anak(2) Level stabilitas (kekokohan panggung)

Masing-masing partisipan lalu diminta untuk mencapai posisi tengah pada panggung yang tidak stabil dengan menggeser posisi kaki

Page 4: jurnal8

sampai pada posisi yang mudah untuk menjaga kursor tetap ditengah(mewakili pusat panggung) garis layar saat berdiri dengan nyaman pada posisi tegak. Saat partisipan sudah di pusat panggung, kursor berada pada pusat target layar, partisipan diminta untuk mempertahankan posisi kakinya sampai panggung stabil. Koordinat tumit dan sudut kaki dari panggung dicatat sebagai berikut : koordinat tumit diukur dari pusat tumit bagian belakang, dan sudut kaki ditentukan dengan mempertemukan garis paralel pada panggung ke garis pusat kaki.

Pengujian dimulai setelah memasukkan sudut kaki dan koordinat tumit ke dalam sistem Biodex. Panggung kemudian berada pada posisi tidak stabil, lalu anak diinstruksikan supaya fokus pada umpan balik visual pada layar didepan pasien dengan posisi kedua tangan pada sisi tubuh tanpa memegang pegangan alat dan mencoba untuk mempertahankan kursor pada tengah target pada layar. Durasi pengujian dilakukan selama 30 detik untuk masing-masing partisipan dan rerata dari tiga repetisi ditentukan.

Pada akhir pengujian didapatkan hasil cetakan meliputi indeks stabilitas keseluruhan, indeks stabilitas antero-posterior, dan indeks stabilitas medio-lateral. Nilai yang tinggi menunjukkan jika anak mengalami kesulitan keseimbangan.

Tes pengujian ini dilakukan pada masing-masing anak pada kedua grup sebelum dan 3 bulan sesudah program terapi.

Catatan: Sesi keakraban dilakukan sebelum sesi pengujian. Sesi ini terutama diperlukan untuk partisipan dengan DS untuk memastikan kenyamanan mereka dengan tim peneliti dan pelaksana uji. Dalam sesi ini, partisipan berlatih berjalan di atas treadmill dan latihan dalam kandang laba-laba. Begitu pula, sesi penjelasan pada sistem instrumentasi Biodex dilakukan untuk lebih menyadari langkah-langkah pengujian yang berbeda.

2.2.2. Sesi PraktekUntuk grup penelitian I: karena sulit bagi anak-anak dengan DS

untuk melaporkan secara baik kecepatan berjalan mereka yang nyaman di treadmill, Oleh karena itu berdasarkan penelitian pendahuluan peneliti dan penelitian lain serta fakta bahwa kecepatan dengan treadmill yang nyaman lebih lambat dari pada berjalan atas tanah [9], kecepatan treadmill nyaman terpilih untuk semua peserta sebesar 75% dari kecepatan partisipan yang nyaman saat berjalan di atas tanah [10].

Penelitian pendahuluan peneliti menunjukkan bahwa kecepatan dipilih sendiri pada kondisi stabil setelah di beberapa kunjungan ke klinik rawat jalan.

Partisipan berjalan terus menerus beberapa kali bolak-balik melintasi ruangan sebagai pemanasan selama kurang lebih 5 menit.

Page 5: jurnal8

Latihan di atas treadmill (En Tred) dilakukan pada 75% dari kecepatan berjalan di atas tanah dan kemiringan nol derajat selama 20 menit, tiga kali seminggu selama 3 bulan, berturut-turut [11].

Anak-anak tetap pada posisi berdiri tegak dengan kaki mendatar di atas alas treadmill dan ketinggian pegangan tangan diatur untuk menyesuaikan posisi tiap anak. Sangat penting untuk menjaga untuk anak tetap melihat ke depan sesering mungkin untuk menstimulasi kondisi berjalan mandiri

Dalam protokol latihan treadmill, setiap menit dibagi menjadi 15 detik dengan kedua tangan berpegangan pada treadmill, 15 detik dengan satu tangan di pegangan, dan 30 detik tanpa berpegangan pada treadmill, manuver ini diulang dua puluh kali [10]. Pendinginan dilakukan selama 5 menit setelah akhir prosedur.

Anak-anak berlatih sambil mengenakan pakaian biasa dan memakai sepatu olahraga. Untuk semua anak-anak, percakapan tentang kegemaran mereka dilakukan sebagai tambahan dorongan verbal dan visual untuk memotivasi mereka.

Untuk grup penelitian II: Anak-anak menerima sebuah desain program terapi fisik dalam ''kandang laba-laba”. Setiap anak ditempatkan dalam posisi berdiri di tengah kandang. Mereka terhubung di kandang laba-laba melalui sabuk melingkari pinggang mereka yang melekat pada kandang menggunakan kabel elastis. Sabuk itu difiksasi ke trunkus dengan tali Velcro. Kabel elastis yang dipakai dalam bentuk laba-laba. Sistem suspensi ''kandang laba-laba'' ini memberikan suspensi fungsional dinamika dengan fitur horizontal dan vertikal sebagai dukungan, bantuan, atau bahkan tahanan selama latihan. Sistem suspensi ini juga memberikan sejumlah yang tepat dari dukungan yang diperlukan untuk mengamankan dan menyeimbangkan pasien saat berlatih atau melakukan gerakan yang dibutuhkan [12]. Berbagai jenis tipe latihan yang diterapkan sesuai dengan tali yang digunakan.

(1) Tali samping: Di mana tingkat tali yang terhubung ke kandang berada pada tingkat yang sama dengan tali yang terhubung ke sabuk sehingga seluruh berat tubuh jatuh pada tungkai bawah untuk memberi posisi tumpuan berat badan sepenuhnya. Pada awalnya, ketegangan tali sama satu sama lain. Ini memungkinkan anak untuk mengasumsikan posisi tengah atau tegak. Kemudian ketegangan tali menurun secara bertahap. Tali diperiksa harus cukup elastis untuk memungkinkan anak untuk menyesuaikan kembali dirinya dan untuk mengembangkan kontrol mereka sendiri. Ketegangan dari tali depan dan belakang yang secara bergantian berkurang sembari mengulangi latihan yang sama. Latihan yang berbeda yang diterapkan untuk meningkatkan keseimbangan dari posisi yang berbeda meliputi; berlutut, setengah

Page 6: jurnal8

berlutut, berjalan dengan berlutut, membungkuk dan menegakkan badan, standing weight shift, jongkok dari posisi berdiri (keseimbangan jongkok), menendang bola, melempar bola, melangkah, melompat di tempat, melompat ke luar, berdiri satu kaki dan berdiri di atas papan keseimbangan.

(2) Suspensi lengkap: Pada tipe ini tingkat tali yang terhubung ke kandang berada di atas tingkat tali yang terhubung dengan sabuk di mana anak itu sepenuhnya tergantung (kaki anak itu terlepas dari tanah). Jenis suspensi yang digunakan bersifat sebagai stimulasi vestibular, untuk memberikan kesiagaan tubuh dan untuk mendorong atau mengembangkan refleks postural (reaksi ekstensi proteksi, meluruskan atau reaksi keseimbangan). Terapis menarik anak ke belakang, sehingga dia berayun maju dan mundur melalui ruang udara sampai ia berhenti, juga menarik ke atas dan ke bawah, dan geraka sisi ke sisi juga diperbolehkan. Setiap anak diminta untuk menjaga keseimbangan, sementara ia bergerak melalui ruang udara. Durasi setiap latihan adalah 1-2 menit dengan waktu istirahat (1-2 menit) di antara latihan [13].

Kedua kelompok di samping itu, menerima desain program latihan untuk keseimbangan dan kontrol postural termasuk beberapa macam berikut ini dengan instruksi yang jelas kepada anak untuk melakukan:

(1) Berdiri dengan kedua kaki sementara terapis duduk belakang dan secara manual mengunci lutut anak, dan kemudian perlahan-lahan menggoyangkan anak untuk tiap sisi samping, depan dan belakang.

(2) Melangkah berdiri dengan terapis di belakang anak membimbing anka untuk menggeser berat badan ke depan lalu ke belakang bergantian.

(3) Berdiri sambil melangkah dan mencoba untuk tetap seimbang. (4) Berdiri dengan penguncian manual dari lutut kemudian mencoba

aktif membungkuk dan menegakkan badan. (5) Latihan equilibrium, meluruskan dan reaksi proteksi.

Karena kemampuan berjalan merupakan komponen keseimbangan dinamis yang penting, oleh karena itu latihan berjalan sangat penting untuk latihan keseimbangan. Berikut latihan dilakukan:

Berjalan maju, mundur, dan ke samping antara palang sejajar

(latihan berjalan lingkungan tertutup). Pemberian hambatan termasuk gulungan dan ganjalan dengan

diameter dan tinggi berbeda yang ditempatkan di dalam palang sejajar.

Latihan berjalan lingkungan terbuka dilakukan dengan hambatan sebelumnya tapi tanpa palang sejajar.

Page 7: jurnal8

3. Hasil

Data yang terkumpul dari penelitian ini merupakan analisi statistik indeks stabilitas termasuk indeks stabilitas keseluruhan, indeks stabilitas antero-posterior (A/P) dan indeks stabilitas medio-lateral (M/L) dari indeks stabilitas tes keseimbangan dinamis pada tingkat stabilitas 8 (panggung yang lebih stabil) yang diukur sebelum dan tiga bulan sesudah terapi kedua grup. Data mentah dari variabel terukur untuk kedua grup secara statistik diperlakukan untuk menentukan rerata dan standar deviasi. Pengujian student t-test kemudian diterapkan untuk menentukan signifikansi terapi yang dilakukan untuk setiap grup. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan ketika membandingkan nilai rerata sebelum terapi dari dua kelompok. Perbaikan signifikan diamati pada semua variabel pengukuran kedua grup penelitian I dan II, ketika membandingkan nilai rerata sebelum dan sesudah terapi. Setelah terapi, terdapat perbedaan signifikan ketika membandingkan nilai hasil setelah terapi dari kedua grup, terutama untuk grup II.

Seperti terlihat dari tabel 1 dan gambar 1, penurunan signifikan terlihat pada nilai rerata indeks stabilitas untuk studi grup I pada akhir terapi dibandingkan dengan sesuai nilai rerata sebelum terapi.

Begitu pula pada tabel 2 dan gambar 2, menunjukkan penurunan yang signifikan pada nilai rerata indeks stabilitas untuk grup II di akhir terapi dibandingkan dengan sesuai nilai rerata sebelum terapi.

Perbaikan signifikan juga terjadi ketika membandingkan nilai rerata setelah terapi dari indeks stabilitas kedua grup, yang terutama untuk grup II (P <0,05) seperti ditunjukkan pada Gambar. 3.

Gambar 1. Ilustrasi nilai rerata indeks stabilitas Grup I sebelum-sesudah terapi

4. Diskusi

Gangguan keseimbangan, gangguan gaya berjalan dan sering jatuh adalah masalah umum pada anak-anak DS. Pada Sindroma Down umum ditemukan adanya defisit dalam sistem kontrol postural yang mungkin memberikan penjelasan parsial untuk masalah keseimbangan [14]. Penelitian meta-analisis terbaru menemukan

Page 8: jurnal8

bahwa kelainan gaya berjalan atau keseimbangan adalah prediktor yang paling konsisten untuk terjadinya jatuh [15].

Tabel 1. Nilai rerata indeks stabilitas Grup I sebelum-sesudah terapi

Tabel 2. Nilai rerata indeks stabilitas Grup II sebelum-sesudah terapi

Gambar 2. Ilustrasi nilai rerata indeks stabilitas Grup II sebelum-sesudah terapi

Gambar 3. Ilustrasi nilai rerata indeks stabilitas kedua grup setelah terapi (grup I dan grup II)

Page 9: jurnal8

Unruh [16] melaporkan bahwa anak-anak dengan DS memiliki dominasi primitif, melalui medula spinalis pengendalian pola respon otot lebih terintegrasi secara sentral dan pola gerakan terkoordinasi yang disebabkan proses mielinisasi yang jelek dari penururun neuron otak dan batang otak dan juga pengurangan baik dalam jumlah dan koneksi dari neuron pada pusat saraf lebih tinggi sebagai korteks motorik, ganglia basalis, otak kecil dan batang otak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan antara efek latihan treadmill dan terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba pada keseimbangan anak-anak dengan DS.

Studi dilakukan pada anak-anak usia 8 sampai 10 tahun disebabkan berdasarkan fakta bahwa pasien DS usia antara 7 dan 14 tahun menunjukkan kecacatan dalam kelincahan dan keseimbangan[17].

Hal ini juga sesuai dalam tulisan Westcott dan rekan [18] yang menegaskan bahwa bayi dan anak-anak (usia 4 bulan sampai 2 tahun) tergantung pada sistem visual untuk mempertahankan keseimbangan, sementara pada usia 3 sampai 6 tahun, anak mulai menggunakan informasi somatosensori secara. Akhirnya, pada usia 7 sampai 10 tahun, anak mampu menyelesaikan konflik sensorik dan secara tepat memanfaatkan sistem vestibular sebagai referensi. Penulis tersebut menambahkan bahwa, kontrol postural secara esensial seperti pada dewasa sekitar usia 7 sampai 10 tahun.

Kelompok usia ini dipilih karena mereka memiliki praktik kegiatan fungsional yang signifikan dan perubahan antropometri akan cukup stabil selama beberapa tahun [10].

Sistem stabilitas Biodex digunakan untuk evaluasi menggunakan uji keseimbangan dinamis yang dilakukan pada tingkat kestabilan 8. Hal ini sesuai dengan Revel dan rekan [19] yang melaporkan bahwa penilaian keseimbangan harus berusaha untuk merangsang kondisi dinamis bertujuan untuk menekan sistem kontrol postural sepenuhnya dan mengungkapkan adanya gangguan keseimbangan.

Nilai rerata sebelum terapi indeks stabilitas keseluruhan, indeks stabilitas anteroposterior dan indeks stabilitas mediolateral dari uji keseimbangan dinamis menunjukkan peningkatan signifikan dalam nilai-nilai mereka yang menunjukkan bahwa anak-anak ini memiliki masalah keseimbangan signifikan.

Hasil sebelum terapi penelitian ini konsisten dengan yang dilaporkan oleh Testerman dan Griend [20] yang menekankan bahwa semakin besar nilai numerik dari Indeks stabilitas (mewakili varian perpindahan panggung dalam berbagai tingkat derajat), semakin besar tingkat kesulitan atau ketidakstabilan dalam menyeimbangkan panggung. Ini sesuai dalam persetujuan dengan Rozzi dan rekan [7] yang menyimpulkan bahwa, dibandingkan dengan indeks stabilitas rendah, indeks stabilitas tinggi menunjukkan gerak panggung yang lebih besar selama sikap dan oleh karena itu yang menunjukkan lemahnya stabilitas.

Hasil pasca terapi dari grup studi I memperkuat efektivitas latihan treadmill pada perbaikan keseimbangan dengan mengadopsi program uji treadmill berjalan.

Hal ini sesuai dengan Dingwell dan rekan [15] yang merekomendasikan bahwa penelitian-penelitian harus dilakukan untuk melihat efek jangka panjang

Page 10: jurnal8

latihan treadmill pada kemampuan anak untuk mengatasi hambatan dalam jalur jalan dan menjaga keseimbangan dinamis karena orang tua mengatakan bahwa anak-anak dengan DS lebih rentan untuk jatuh ketika menghadapi hambatan dalam lingkungan mereka.

Hal ini juga sesuai dengan Carmeli dan rekan [21] yang mengungkapkan efek dari program treadmill program pada kekuatan otot dan keseimbangan pada orang dewasa tua dengan DS.

Perbaikan terlihat pada grup studi I mungkin disebabkan karena latihan melangkah dengan latihan treadmill yang memperkuat dan menstabilkan jaringan saraf yang terlibat dalam memproduksi pola ini dan memperbaiki mekanisme kontrol postural tertentu yang diperlukan untuk menjaga bakeseimbangan ketika mentransfer berat dari satu kaki ke kaki yang lain, sehingga, treadmill sebagai contoh latihan melangkah, memfasilitasi dan memperkuat hubungan saraf yang timbul dari input kopling sensorik multimodal yang dihasilkan oleh anak melalui peningkatan perhatian dan kesadaran citra posisi tubuh dalam kaitannya dengan lingkungannya [22].

Hasil setelah terapi grup I juga sesuai dengan Matsuno dan rekan [23] yang menyimpulkan bahwa treadmill dianggap sebagai permukaan bergerak, sehingga, anak-anak memerlukan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan kedua kaki di permukaan selama siklus berjalan daripada ketika mereka berjalan di atas tanah. Akibatnya, mereka menghabiskan lebih sedikit waktu dengan hanya satu kaki di permukaan selama berjalan di treadmill daripada selama berjalan di atas tanah. Dia menambahkan bahwa, salah satu faktor yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan stabilitas dan keseimbangan adalah peningkatan basis dukungan.

Hasil penelitian kami bertentangan Carmeli dan rekan [24] yang menilai keseimbangan setelah latihan bola dan latihan treadmill. Terdapat kurangnya perbaikan dicatat pada kedua kontrol postural dan keseimbangan sampel sebagai akibat dari 6 bulan intervensi.

Terkait dengan grup studi II yang menerima terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba, terdapat perbaikan yang signifikan dalam nilai rata-rata indeks stabilitas.

Perbaikan dalam grup studi II ini mungkin disebabkan penggunaan kandang laba-laba. Ini memberikan lebih banyak stabilisasi ke anak yang meminimalkan perpindahan pusat tekanan (COP) di bawah masing-masing kaki, sehingga menjaga COP mendekati tengah. Selain itu, membantu anak untuk menjaga amplitudo kecil gerakan COP dan penurunan ayunan postural yang mencerminkan kontrol keseimbangan yang baik dan cenderung untuk mencapai sikap tenang [25].

Selain itu, hasil setelah terapi grup studi II mungkin dikaitkan dengan pengaruh kandang laba-laba pada perbaikan hubungan agonis/antagonis otot ekstremitas bawah melalui bongkar muat(gangguan sendi dan/atau pendekatan) mengakibatkan perbaikan aktivitas terkait berat tubuh melalui perubahan sensasi proprioseptif. Hasil penelitian ini sesuai dengan Stillman [26] yang melaporkan bahwa kesadaran proprioseptif dari postur dan gerakan adalah diperlukan selama mempelajari keterampilan baru. Dia menambahkan bahwa, dengan gerakan lambat sistem proprioseptif dapat memantau dan menyesuaikan gerakan yang terjadi. Sistem

Page 11: jurnal8

ini mampu memicu langsung, cepat dan tepat-disesuaikan kompensasi kontraksi otot secara refleks dalam menanggapi perubahan tak terduga kekuatan eksternal maupun internal; misalnya seperti yang diperlukan selama keseimbangan berdiri.

Hal ini menegaskan temuan Keen [27] yang melaporkan bahwa pelatihan dengan menggunakan kandang laba-laba membantu pasien awalnya untuk mengatasi efek gravitasi pada pola statis dan dinamis dan secara sekunder untuk memodulasi tonus otot, yang membantu dalam menjaga tubuh dari terjatuh.

Sudah terbukti bahwa ada kelainan pada fungsional aparat vestibular pada individu dengan DS sebagai sistem vestibular perifer termasuk sel ganglion Scarpa dan sel-sel rambut vestibular, juga terpengaruh [28,29].

Perbaikan yang diamati pada grup studi II mungkin karena efek terapi suspensi yang membantu dalam pengembangan reaksi kesetimbangan untuk mempertahankan dan mendapatkan kembali keseimbangan selama pola berdiri. Hal ini dapat dicapai terutama dari input vestibular dan secara sekunder dari propriosepsi dan visual. Jika kecepatan atau besarnya perpindahan pusat gravitasi anak terlalu besar, maka sistem vestibular, propriosepsi dan visual (reaksi kesetimbangan) akan membantu untuk mendapatkan kembali keseimbangan dalam kasus tersebut. Terapi ini memberikan stabilitas postural sembari mendorong kemandirian secara aman yang secara signifikan meningkatkan keseimbangan, koordinasi tubuh dan kinerja sistem vestibuler [30].

Perbaikan yang terjadi dalam grup I dan II mungkin dikaitkan dengan efek dari program terapi latihan untuk keseimbangan dan kontrol postural. Hal ini sesuai dengan temuan Carvalho dan Almeida [31] yang menyatakan bahwa informasi proprioseptif sangat penting untuk sistem kontrol motorik untuk memilih strategi motor yang sesuai dari aktivasi timbal balik antara agonis dan antagonis secara efisien menjaga keseimbangan. Perbedaan signifikan yang diamati ketika membandingkan setelah terapi memperlihatkan hasil dari dua grup terutama penelitian grup II yang menerima terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba. Hasil ini mungkin dikaitkan dengan pengaruh kandang laba-laba pada peningkatan fungsi sistem vestibular. Stimulasi respon vestibular yang dihasilkan oleh kandang laba-laba merangsang organ-organ otolith melalui perpindahan linear. Temuan ini sesuai dengan Rine [32] yang melaporkan bahwa stimulasi organ otolitik oleh percepatan linear sementara dan/atau perubahan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi membangkitkan refleks vestibulookuler fasik dan tonik serta vestibulospinalis, yang bertindak di kepala dan anggota badan untuk mempertahankan postur. Dia menambahkan bahwa orientasi dalam ruang udara bergantung pada masukan perpanjangan tinggi dari reseptor vestibular, isyarat visual, impuls dari proprioseptor dalam kapsul sendi dan dari reseptor luar kulit terutama dari sentuhan dan tekanan. Keempat input terintegrasi pada berbagai tingkat dari sistem saraf untuk mempertahankan postur.

Kesimpulan penelitian ini, baik latihan treadmill dan terapi suspensi menggunakan kandang laba-laba efektif dalam terapi untuk anak sindrom Down dengan rekomendasi yang tinggi untuk menggukan terapi suspensi.

Page 12: jurnal8

Pengakuan

Proyek ini didukung sebagai bagian dari Fakultas Terapi Fisik Universitas Kairo. Komentar kritik yang didapatkan pada proposal awal penulisan ini oleh rekan-rekan dari Departemen Terapi Fisik Gangguan Tumbuh Kembang Anak dan Bedah sangat bermanfaat.

Referensi

1. Ulrich DA, Lioyd MC, Tiernan CW, Looper JE. Effect of intensity of treadmill training on developmental outcomes and stepping in Infants with Down syndrome: a randomized trial. Phys Ther 2008;88(1):114–22.

2. Kessel S, Carmeli E, Coleman R, Ayalon M. Effects of a treadmill walking program on muscle strength and balance in elderly people with Down’s syndrome. J Gerontol A Biol Sci Med ScL 2002;57:106–10.

3. Woollacott MH, Shumway-Cook A. Postural dysfunction during standing and walking in children with CP: what are the underlying problem and what new therapies might improve balance? Neural Plas 2005;12:2–3.

4. de Oliveira CB, de Medeiros IR, Frota NA, Greters ME, Conforto AB. Balance control in hemiparetic stroke patients: main tools for evaluation. J Rehabil Res Dev 2008;45(8):1215–26.

5. Marc E, Garcez M, William P, Mirian S. Oxidative stress and hematologic and biochemical parameters in individuals with DS. Mayo Clin Proc 2005;80(12):1607–11.

6. Levinson GM. Institute’s intensive therapy programs provide alternative treatment for individuals with cerebral palsy and brain trauma. J Excep Parent (EP) 2003;12:42–7.

7. Rozzi SL, Lephart SM, Sterner R, Kuligowski L. Balance training for persons with functionally unstable ankles. JOSPT 1999;29(8):478–86.

8. Crowe TK, Horak FB. Motor proficiency associated with vestibular deficits in children with hearing impairments. Phys Ther 1988;68(16):1493–9.

9. Alton F, Baldey L, Caplan S, Morrissey LC. A kinematic comparison of over ground and treadmill walking. Clin Biomech 1998;13:434–40.

10. Smith BA, Kubo M, Black DP, Holtr G, Mirich BD. Effect of practice on a novel task – walking on a treadmill: preadolescents with and without Down syndrome. Phys Ther 2007;87(6):766–77.

11. Combs SA, Dugan EL, Passmore M, Riesner C, Whipker D, Yingling E, Curtis AB. Balance, balance confidence, and health related quality of life in persons with chronic stroke after body weight – supported treadmill training. Arch Phys Med Rehabilit 2010;91(12):1914–9.

12. Koscielny I, Koscielny R. Suit performs physical therapy: space like device helps ease movement with cerebral palsy. <http://www.sunbeamtherapy.com/therasuit.html> 2002.

13. Kelly G. Vestibular stimulation as a form of therapy. Physiotherapy 1989;75(3):136–40.

14. Galli M, Rigoldi C, Mainardi L, Tenore N, Onorati P, Albertini G. Postural control in patients with Down syndrome. Disabil Rehabilit 2008;30(17):1274–8.

Page 13: jurnal8

15. Dingwell JB, Robb RT, Troy KL, Grabiner MD. Effects of an attention demanding task on dynamic stability during treadmill walking. J Neuroeng Rehabil 2008;5(12).

16. Unruh JF. Down syndrome: Successful Parenting of Children with Down syndrome. Eugene, OR: Fern Ridge Press; 1994.

17. Henderson SE, Morris J, Frith U. The motor deficit in Down syndrome children: a problem of aiming. J Child Psychol Psychiatry 1981;22:233–44.

18. Westcott SL, Lowes LP, Richardson PK. Evaluation of postural stability in children: current theories & assessment tools. Phys Ther 1997;77(6):629–45.

19. Revel M, Mingret G, Ergoy P. Changes in Cervicocephalic kinesthesia after a proprioceptive rehabilitation program in patients with neck pain. Arch Phys Med Rehabil 1999;72:288–91.

20. Testerman C, Griend RV. Evaluation of ankle instability using the Biodex stability system. Foot Ankle Int 1999;20(5):317–21.

21. Carmeli E, Kessel S, Coleman R, Ayalon M. Effects of a treadmill walking program on muscle strength and balance in elderly people with Down syndrome. J Gerontol Series A-Biol Sci Med Sci 2002;57(2):M106–10.

22. Ulrich DA, Ulrich BD, Angulo-Kinzler RM, Yun J. Treadmill training of infants with Down syndrome: evidence-based developmental outcomes. Pediatrics 2001;108:84–91.

23. Matsuno VM, Camargo MR, Palma GC, Alveno D, Barela AM. Analysis of partial body weight support during treadmill and over ground walking of children with CP. Rev Bras fisider 2010;14(5).

24. Carmeli E, Bar-Crad S, Lotan M, Coleman R. Five clinical tests to assess balance following ball exercises and treadmill training in adult persons with intellectual disability. J Gerontol Series A-Bio Sci Med Sci 2003;58(8):767–72.

25. McCollum G, Leen T. The form and exploration of mechanical stability limits in erect stance. In: Cook AS, Woollacott MJ, editors. Motor Control Theory and Practical Applications. Philadelphia: Lippinocott; 2001. p. 197.

26. Stillman BC. Making sense of proprioception: the meaning of proprioception: Kinaestnesia and related terms. Physiotherapy 2002;88(11):667–76.

27. Keen PA. Well-suited for therapy. Device helps children with cerebral palsy gain motor skills. Curr Newspaper Art 2003;11:16–20.

28. Inagaki T, Morita M, Cureoglu S, Schachern PA, Nomiya S, Nomiya R, Paparella MM. Peripheral vestibular system in Down syndrome: quantitative assessment of vestibular histo-pathology. Otolaryngol-Head & Neck Surg 2011;144(2):280–3.

29. Cabeza-Ruiz R, Pada RA, Beas-Jimenez JD, Colado JC, Gonzalez LM. Time and Frequency analysis of the static balance in young adults with Down syndrome. Gait and Posture 2011;33(1):23–8.

30. Senior R. Cage-fighters children use a ‘spider cage’ to combat neurological conditions. Adv Phys Ther Rehabilit Med 2007;18(25):32–4.

31. Carvalho RL, Almeida Gil L. The effect of vibration on postural response of Down syndrome individual on the seesaw. Res Dev Disabil 2009;30(6):1124–31.

32. Rine RM. Management of the pediatric patient with vestibular hypofunction. In: Herdman SJ, editor. Vestibular Rehabilitation. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2007. p. 360–75.

Page 14: jurnal8

Journal Reading VIII

Pengaruh Latihan Treadmill Dibandingkan Dengan Terapi Suspensi Pada Keseimbangan Anak Dengan

Sindroma DownRole of treadmill training versus suspension therapy on balance in children with Down

Syndrome

Gehan H. El-Meniawy, Habatallah M. Kamal, Samah A. Elshemy

The Egyptian Journal of Medical Human Genetics (2012) 13, 37-43

Oleh:Andika Laksmana Kurniadi

PROGRAM STUDI / SMF REHABILITASI MEDIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RSUP DR.KARIADI SEMARANG2014

Kepada Yth. :Rencana diajukan tanggal : 13 Agustus 2014Moderator : dr. I Made Widagda, SpKFR

Page 15: jurnal8

LAPORAN JOURNAL READING VIII

Presentan : dr. Andika Laksmana KurniadiModerator : dr. I Made Widagda, SpKFRHari/Tanggal : Rabu, 13 Agustus 2014Judul : Pengaruh Latihan Treadmill Dibandingkan Dengan Terapi Suspensi

PadaKeseimbangan Anak Dengan Sindroma DownPeneliti : Gehan H. El-Meniawy, Hebatallah M. Kamal, Samah A. ElshemySumber : The Egyptian Journal of Medical Human Genetics (2012) 13, 37-43Tujuan : Mempertahankan keseimbangan bukanlah kebutuhan utama namun sangat

diperlukan manusia untuk melakukan tindakan. Hampir semua anak dengan Sindroma Down (DS), yang banyak terjadi di negara ini(Mesir), sudah dibuktikan mengalami gangguan keseimbangan, koordinasi, dan gaya berjalan saat masa kanak-kanak sampai dewasa. Oleh karena itu, diperlukan adanya program terapi fisik untuk membantu memecahkan masalah yang meluas ini. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan pengaruh antara latihan treadmill dan terapi suspensi pada keseimbangan anak dengan sindroma Down.

Metode : Sebanyak 30 anak yang terlahir dengan DS dari dua jenis kelamin dalam rentang usia 8 sampai 10 tahun diikutsertakan pada penelitian dengan membagi menjadi dua grup sama rata jumlahnya. Grup penelitian I mendapatkan latihan treadmill sebagai tambahan desain program terapi latihan dan grup penelitian II menerima terapi suspensi sebagai tambahan program terapi latihan yang sama diberikan pada grup I. Indeks stabilitas dievaluasi menggunakan sistem instrumentasi Biodex sebelum dan 3 bulan sesudah menerima terapi.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan ketika membandingkan nilai rerata kedua grup sebelum terapi, namun terdapat perbaikan signifikan semua variabel terukur pada kedua grup saat membandingkan nilai rerata sebelum dan sesudah terapi. Terdapat pula perbedaan signifikan saat membandingkan hasil sesudah terapi pada kedua grup terutama untuk grup II.

Kesimpulan : Terapi suspensi untuk anak-anak dengan DS merupakan sebuah terapi suplemen yang baik untuk dijadwalkan sebagai intervensi latihan fisik secara teratur yang bertujuan memperbaiki derajat stabilitas pasien tersebut.

Nilai :

Pembimbing

dr. I Made Widagda, SpKFR

Presentan

dr. Andika Laksmana Kurniadi