jurnal skripsi andreas [buatan baehaqi alanawa, 5215097021]

10
Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T) Perbedaan Hasil Belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik dan Elektronika) Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Penulis Skripsi : Andreas Sepriano T 5115082293 Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Tahun Lulus 2012 Dosen Pembimbing I : Dr. Sri Sujanti, M.Pd Dosen Pembimbing II: Drs. Irzan Zakir, M.Pd Penulis Jurnal : Baehaqi Alanawa (5215097021) Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika 2009 ABSTRACT This study aims to determine the differences in learning outcomes SKLE between the use of cooperative learning model of Make a Match type with the cooperative learning model of Jigsaw type, seen from the average value of student learning outcomes. The study was conducted in SMK Karya Guna 1 Bekasi of Maret 26, 2012 to May 11, 2012. The sample used is the class XI students are divided into two classes, namely class XI ITL 1 dan XI ITL 2. Sampling was done by random sampling method in each class of 25 students per class. Instrument of research on the cognitive tests in the form of multiple choice. Key words : The learning outcomes of SKLE, cooperative model of Make a Match type, cooperative model of Jigsaw type. PENDAHULUAN Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan 1

Upload: baehaqialanawa

Post on 05-Aug-2015

97 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Perbedaan Hasil Belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik dan Elektronika) Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawPenulis Skripsi : Andreas Sepriano T 5115082293 Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Tahun Lulus 2012 Dosen Pembimbing I : Dr. Sri Sujanti, M.Pd Dosen Pembimbing II: Drs. Irzan Zakir, M.Pd Penulis Jurnal : Baehaqi Alanawa (5215097021) Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika 2009ABSTRACTThis study aims to

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)

Perbedaan Hasil Belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik dan Elektronika)

Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Penulis Skripsi :

Andreas Sepriano T

5115082293

Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Tahun Lulus 2012

Dosen Pembimbing I :

Dr. Sri Sujanti, M.Pd

Dosen Pembimbing II:

Drs. Irzan Zakir, M.Pd

Penulis Jurnal :

Baehaqi Alanawa (5215097021)

Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika 2009

ABSTRACT

This study aims to determine the differences in learning outcomes SKLE between the use of

cooperative learning model of Make a Match type with the cooperative learning model of

Jigsaw type, seen from the average value of student learning outcomes. The study was

conducted in SMK Karya Guna 1 Bekasi of Maret 26, 2012 to May 11, 2012. The sample

used is the class XI students are divided into two classes, namely class XI ITL 1 dan XI ITL 2.

Sampling was done by random sampling method in each class of 25 students per class.

Instrument of research on the cognitive tests in the form of multiple choice.

Key words : The learning outcomes of SKLE, cooperative model of Make a Match type,

cooperative model of Jigsaw type.

PENDAHULUAN

Pendidikan yang baik adalah pendidikan

yang tidak hanya mempersiapkan para

siswanya untuk sesuatu profesi atau

jabatan, tetapi untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dalam kehidupan

1

Page 2: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 2

sehari-hari di masa depan. Karakter siswa

yang baik akan terbentuk dimulai dari

adanya suatu nilai positif yang tertanam

pada diri siswa yang mengubah pola pikir

siswa yang salah dan menimbulkan suatu

keinginan untuk mau belajar dan berubah.

Belajar merupakan tindakan atau perilaku

siswa yang kompleks. Belajar

mengandung perubahan tingkah laku pada

diri individu berkat adanya interaksi antara

individu dengan individu dan individu

dengan lingkungan.

Belajar adalah sebuah proses yang

kompleks yang di dalamnya terkandung

beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut

adalah (1) bertambahnya jumlah

pengetahuan, (2) adanya kemampuan

mengingat dan mereproduksi, (3) ada

penerapan pengetahuan, (4)

menyimpulkan makna, (5) menafsirkan

makna dan mengaitkannya dengan realitas,

dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.

Dalam proses pembelajaran, komponen

utama adalah guru dan siswa. Agar proses

pembelajaran berhasil, guru harus

membimbing siswa. Oleh karena itu

diperlukan suatu model pembelajaran yang

tepat. Kecenderungan pembelajaran yang

berpusat pada guru di tingkat Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dan

berdasarkan pengamatan langsung di

lapangan, bagaimana situasi pembelajaran

seharusnya lebih menuntut keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran namun

tidak terealisasi dengan baik.

Keahlian, kecakapan dan potensi siswa

harus dikembangkan pada siswa di

tingkat SMK guna menghasilkan siswa

yang berkualitas dan berkompeten.

Masalahnya adalah realita di lapangan

tidak sesuai dengan tuntutan dikarenakan

pemilihan model pembelajaran yang

tidak tepat dan menyebabkan potensi

siswa tidak berkembang. Kompetensi

siswa yang dihasilkan tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Potensi yang

ada dalam diri siswa dapat berkembang

dengan cara menuntut siswa untuk lebih

aktif, lebih banyak mengeluarkan

pendapat dan mampu bekerja sama.

Model pembelajaran kooperatif

mengalihkan proses pembelajaran sistem

teacher centered menjadi student

centered. Pembelajaran kooperatif

merupakan bentuk pembelajaran yang

dapat memperbaiki sistem pembelajaran

yang selama ini memiliki kelemahan.

Model pembelajaran kooperatif

mengutamakan kerja sama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk

menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran. Penerapan

pembelajaran kooperatif diharapkan

siswa dapat lebih semangat dan

Page 3: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)

termotivasi dalam belajar dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam hal ini, pembelajaran tipe Jigsaw

dan Make a Match merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yang

dapat diterapkan dalam semua mata

pelajaran dan jenjang pendidikan. Oleh

karena itu akan diteliti perbedaan hasil

belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik

dan Elektronika) antara yang

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah terbentuknya

konsep, yaitu kategori yang kita berikan

pada stimulus yang ada di lingkungan,

yang menyediakan skema yang

terorganisasi untuk mengasimilasi

stimulus-stimulus baru dan menentukan

hubungan di dalam dan di antara

kategori-kategori. Hasil belajar

merupakan indikator dari keberhasilan

pencapaian tujuan pengajaran yang

ditetapkan dalam sistem pendidikan

nasional. Pengungkapan hasil belajar

idealnya melalui segenap psikologis

yang berubah akibat dari pengalaman

dan proses belajar mengajar.

Hasil belajar seringkali digunakan

sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang menguasai

bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil

belajar dapat optimal, maka kegiatan

pembelajaran harus direncanakan oleh

guru dengan baik dan benar sehingga

proses belajar mengajar dapat berjalan

sesuai rencana dan tujuan yang telah

ditetapkan. Tes merupakan salah satu

jenis instrumen, selain nontes. Tes

sebagai instrumen berhubungan dengan

fungsinya untuk mengukur penampilan

maksimal siswa dalam menerima

pelajaran. Pada umumnya tes hasil

belajar merupakan tes penguasaan,

karena tes ini mengukur penguasaan

siswa terhadap materi yang diajarkan

oleh guru atau dipelajari oleh siswa.

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran

SKLE (Sistem Kendali Listrik dan

Elektronika) akan diukur dengan

memberi tes hasil belajar.

Mata Pelajaran SKLE

Mata pelajaran Sistem Kendali Listrik

dan Elektronika (SKLE) merupakan

salah satu mata pelajaran produktif dari

kompetensi keahlian Teknik Instalasi

Tenaga Listrik di SMK Karya Guna 1

Bekasi.

3

Page 4: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 4

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match

Model pembelajaran Make a Match atau

mencari pasangan dikembangkan oleh

Lorna Curran. Salah satu keunggulan

teknik ini adalah siswa mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu

konsep atau topik dalam suasana yang

menyenangkan. Model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match lahir

sebagai alternatif lain untuk

mengefektifkan proses pembelajaran di

sekolah. Pada dasarnya, model

pembelajaran ini melibatkan materi ajar

yang memungkinkan siswa saling

membantu dan mendukung ketika

mereka belajar materi dan bekerja saling

tergantung (interdependen) untuk

menyelesaikan tugas. Keterampilan

sosial yang dibutuhkan dalam usaha

berkolaborasi harus dipandang penting

dalam keberhasilan menyelesaikan tugas

kelompok. Keterampilan ini dapat

diajarkan kepada siswa dan peran siswa

dapat ditentukan untuk memfasilitasi

proses kelompok.

Dalam hal ini guru berperan sebagai

pemonitor dan fasilitator. Model

pembelajaran Make a Match cocok

diterapkan dalam segala jenis mata

pelajaran dan semua jenjang pendidikan.

Pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match menstimulasikan setiap siswa

agar berpikir dan melakukan tindakan

dengan cepat dan tepat dalam mencari

pasangan antara soal dan jawaban.

Pembelajaran ini dapat membangkitkan

semangat belajar siswa dan

menanamkan suatu nilai untuk dapat

berpikir dan bertindak dengan cepat dan

tepat serta dapat berkolaborasi dengan

baik.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif

dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran untuk mencapai prestasi

yang maksimal. Jigsaw pertama kali

dikembangkan dan diujicobakan oleh

Elliot Aronson dan teman-teman di

Universitas Texas, dan kemudian

diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman

di Universitas John Hopkins. Teknik

mengajar Jigsaw dikembangkan oleh

Aronson sebagai metode cooperative

learning. Teknik mengajar Jigsaw dapat

digunakan dalam pengajaran membaca,

menulis, mendengarkan, ataupun

berbicara.

Page 5: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)

Dalam teknik mengajar Jigsaw, guru

memperhatikan latar belakang

pengalaman siswa dan membantu siswa

mengaktifkan skemata ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna.

Selain itu, siswa bekerja sama dengan

sesama siswa dalam suasana gotong

royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa

anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6

orang secara heterogen dan bekerja sama

saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan

bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari dan menyampaikan materi

tersebut kepada anggota kelompok yang

lain. Jigsaw didesain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab

siswa terhadap pembelajarannya sendiri

dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain. Dengan demikian, “siswa

saling tergantung satu dengan yang lain

dan harus bekerja sama secara kooperatif

untuk mempelajari materi yang

ditugaskan”.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw

melibatkan keaktifan siswa secara

keseluruhan. Siswa dituntut untuk

mampu bekerja sama dengan baik dan

memberikan pendapat dalam

kelompoknya masing-masing. Siswa

diberikan fasilitas oleh guru dalam

berdiskusi kelompok dan guru

memonitoring siswa dalam kelompok

selama proses pembelajaran. Kecakapan

guru dalam memfasilitasi dan memantau

kondisi pembelajaran sangat diperlukan

dan berperan penting. Siswa juga

dituntut untuk mampu memberikan

kesimpulan pada setiap pembelajaran.

Pendalaman akan suatu materi lebih luas

dan mendalam karena siswa berusaha

untuk memberikan pengetahuan yang

dimiliknya dalam kelompok dan mampu

bekerja sama dengan baik dengan siswa

lain dalam kelompoknya. Kondisi kelas

akan terlihat tertib dan rapi apabila guru

5

Page 6: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 6

mampu mengkondisikan kelas dengan

baik dan siswa mampu bekerja sama

dengan guru untuk menciptakan suasana

kelas yang tertib. Tujuan pembelajaran

akan tercapai apabila kondisi kelas tertib

dan siswa mampu bekerja sama dengan

siswa lain dalam kelompoknya dengan

baik.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang menggunakan metode

eksperimen karena perlakuan terhadap

dua variabel bebas serta mengamati

variabel terikat untuk melihat perbedaan

antara kedua variabel bebas tersebut.

Metode eksperimen itu sendiri bertujuan

untuk menetapkan kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi dengan

perlakuan berbeda (metode) terhadap

dua variabel (kelompok belajar) yang

diasumsikan sama, untuk kemudian

dibandingkan berdasarkan pengaruh

penerapan metode tersebut.

B. Desain Penelitian

Pada kelas XI ITL 1 mendapat perlakuan

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Make a Match. Setelah kegiatan

pembelajaran selesai dilaksanakan,

diadakan postest untuk mendapatkan

hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match. Pada kelas XI ITL 1 mendapat

perlakuan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Setelah kegiatan

pembelajaran selesai dilaksanakan,

diadakan postest untuk mendapatkan

hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi yang menjadi target

penelitian ini adalah siswa kelas XI ITL

1 dan XI ITL 2 di SMK Karya

Guna 1 Bekasi.

2. Sampel

Sampel penelitian ini dipilih

secara acak dari siswa kelas XI ITL 1

dan XI ITL 2 di SMK Karya Guna

1 Bekasi. Jumlah sampel seluruhnya

adalah 50 orang dimana tiap kelas

diambil 25 orang sebagai sampel.

D. Variabel Penelitian

a. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah hasil belajar SKLE

(Sistem Kendali Listrik dan

Elektronika).

b. Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match ;

model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw.

Page 7: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen ini disusun berdasarkan jenis

data yang diperlukan dalam pengujian

hipotesis penelitian. Instrumen pokok

yang digunakan adalah tes tertulis

berupa soal pilihan ganda. Tes

digunakan untuk memperoleh data hasil

belajar siswa (aspek kognitif) yang

dilakukan setelah tindakan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

Make a Match dan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Sebanyak 25 soal

diuji coba kepada siswa kelas XII ITL

untuk menguji validitas soal.

Selanjutnya, soal-soal yang telah diuji

validitasnya dijadikan sebagai instrumen

penelitian untuk mendapatkan hasil

belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik

dan Elektronika).

F. Analisis Penelitian

Sebanyak 25 butir soal diuji validitasnya

dengan menggunakan rumus product

moment Pearson dan hasilnya 5 butir

soal terbuang. 20 butir soal digunakan

sebagai instrumen penelitian.

Perhitungan nilai reliabilitas

menggunakan rumus KR-20 dengan 20

item soal sebesar 0,89 dan dikategorikan

memiliki reabilitas yang tinggi. Peneliti

membandingkan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match dengan

model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw terhadap hasil belajar SKLE

(Sistem Kendali Listrik dan

Elektronika), sehingga dapat

disimpulkan manakah yang memberikan

hasil belajar yang lebih tinggi. Sesudah

dilakukan perlakuan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match pada kelas XI ITL 1 dan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

pada kelas XI ITL 2, kemudian diadakan

postest. Berdasarkan pengujian hipotesis

yang dihitung dengan rumus uji t didapat

harga thitung adalah 3,13 dan ttabel pada

taraf signifikansi 5% dengan derajat

kebebasan 48 adalah 1,67, sehingga

thitung > ttabel. Oleh karena itu,

disimpulkan bahwa hasil belajar SKLE

(Sistem Kendali Listrik dan Elektronika)

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan

dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Make a Match.

Kesimpulan

Penelitian berhasil menguji hipotesis

yang diajukan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

pada mata pelajaran SKLE (Sistem

Kendali Listrik dan Elektronika) dengan

menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw lebih baik

7

Page 8: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 8

dibandingkan hasil belajar siswa yang

menggunakan model pembelajaran Make

a Match. Nilai rata-rata pada kelas XI

ITL 2 lebih tinggi dari kelas XI ITL 1.

Pada kelas XI ITL 2 didapat nilai rata-

rata sebesar 71,2 dan pada kelas XI ITL

1 didapat nilai rata-rata sebesar 79,06.

Dan telah dibuktikan dengan

menggunakan uji t menghasilkan thitung

sebesar 3,13 sedangkan ttabel sebesar 1,67

dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan

derajat kebebasan = 48. Karena thitung >

ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Implikasi

Penelitian ini berhasil menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa pada mata

pelajaran SKLE (Sistem Kendali Listrik

dan Elektronika) dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil

belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match. Implikasi dari penelitian ini

adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yang aktif, efektif

dan menyenangkan agar diterapkan oleh

guru guna meningkatkan hasil belajar

siswa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi

di atas, maka disarankan :

1. Bagi Sekolah

Penerapan proses pembelajaran yang

hampir sama pada semua kelas yang

cenderung berpusat pada guru terutama

pada ranah kognitif harus segera

diperhatikan dan diperbaiki. Pihak

sekolah harus berani menuntut guru agar

dapat menciptakan pembelajaran yang

aktif, efektif dan menyenangkan yang

tidak lagi berpusat pada guru saja.

2. Bagi Guru

Guru harus lebih kreatif lagi dapat

mengembangkan proses pembelajaran

yang lebih aktif dan menyenangkan,

tidak lagi berpusat pada guru. Guru juga

harus kreatif dalam menerapkan model

pembelajaran yang tepat yang menuntun

keaktifan siswa selama proses

pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Melihat bahwa model pembelajaran

kooperatif merupakan pembelajaran

yang aktif dan menyenangkan, siswa

harus berani mengajukan adanya

perubahan model pembelajaran kepada

guru sehingga dapat menciptakan

Page 9: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)

suasana pembelajaran yang

menyenangkan tidak hanya berpusat

pada guru saja, terutama model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pengembangan ide, inovasi dan

kreativitas dalam penelitian yang sejenis

yang dapat menghasilkan karya yang

berkualitas sehingga dapat

meningkatkan pembelajaran yang lebih

berkualitas.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen

Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Departemen Pembinaan SMK. 2008.

Teknik Penyusunan KTSP dan

Silabus SMK. Departemen

Pembinaan SMK : Jakarta.

Emildadiany, Novi. 2008. Cooperative

Learning – Teknik Jigsaw.

http://akhmadsudrajat.wordpress.

com/2008/07/31/cooperative-

learning-teknik-jigsaw/. (Diakses

tanggal 31 Juli 2008).

Husni, Jumrida. Pendekatan

Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning).

2011.http://jumridahusni.blogspo

t.com/2011/06/pendekatan-

pembelajaran-kooperatif.html.

(Diakses tanggal 16 Juni 2011

pukul 01.20).

Isjoni. 2007. Cooperative Learning.

Bandung : Alfabeta.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008.

Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta :

Multi Presindo.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning.

Jakarta : Grasindo.

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar.

Surakarta : Pustaka Belajar.

Ramadhan, Tarmizi. Model

Pembelajaran Kooperatif Make a

Match. 2010.

http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2073915-

model-pembelajaran-kooperatif-

match/. (Diakses tanggal 13

November 2010).

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2007.

Buku Ajar Teori Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta :

Universitas Negeri Jakarta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Uno, B. Hamzah. 2008. Teori Motivasi

dan Pengukurannya. Jakarta :

Bumi Aksara.

9

Page 10: Jurnal Skripsi Andreas [Buatan BAEHAQI ALANAWA, 5215097021]

PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 10

Wahyu, Dian. Model Pembelajaran

Kooperatif - Make a Match.

2012.

http://prillygeography.blogspot.c

om/2012_04_01_archive.html.

(Diakses tanggal 29 April 2012

pukul 21.10).