jurnal skripsi andreas [buatan baehaqi alanawa, 5215097021]
DESCRIPTION
Perbedaan Hasil Belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik dan Elektronika) Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawPenulis Skripsi : Andreas Sepriano T 5115082293 Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Tahun Lulus 2012 Dosen Pembimbing I : Dr. Sri Sujanti, M.Pd Dosen Pembimbing II: Drs. Irzan Zakir, M.Pd Penulis Jurnal : Baehaqi Alanawa (5215097021) Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika 2009ABSTRACTThis study aims toTRANSCRIPT
Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)
Perbedaan Hasil Belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik dan Elektronika)
Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Penulis Skripsi :
Andreas Sepriano T
5115082293
Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Tahun Lulus 2012
Dosen Pembimbing I :
Dr. Sri Sujanti, M.Pd
Dosen Pembimbing II:
Drs. Irzan Zakir, M.Pd
Penulis Jurnal :
Baehaqi Alanawa (5215097021)
Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektronika 2009
ABSTRACT
This study aims to determine the differences in learning outcomes SKLE between the use of
cooperative learning model of Make a Match type with the cooperative learning model of
Jigsaw type, seen from the average value of student learning outcomes. The study was
conducted in SMK Karya Guna 1 Bekasi of Maret 26, 2012 to May 11, 2012. The sample
used is the class XI students are divided into two classes, namely class XI ITL 1 dan XI ITL 2.
Sampling was done by random sampling method in each class of 25 students per class.
Instrument of research on the cognitive tests in the form of multiple choice.
Key words : The learning outcomes of SKLE, cooperative model of Make a Match type,
cooperative model of Jigsaw type.
PENDAHULUAN
Pendidikan yang baik adalah pendidikan
yang tidak hanya mempersiapkan para
siswanya untuk sesuatu profesi atau
jabatan, tetapi untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan
1
PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 2
sehari-hari di masa depan. Karakter siswa
yang baik akan terbentuk dimulai dari
adanya suatu nilai positif yang tertanam
pada diri siswa yang mengubah pola pikir
siswa yang salah dan menimbulkan suatu
keinginan untuk mau belajar dan berubah.
Belajar merupakan tindakan atau perilaku
siswa yang kompleks. Belajar
mengandung perubahan tingkah laku pada
diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu
dengan lingkungan.
Belajar adalah sebuah proses yang
kompleks yang di dalamnya terkandung
beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut
adalah (1) bertambahnya jumlah
pengetahuan, (2) adanya kemampuan
mengingat dan mereproduksi, (3) ada
penerapan pengetahuan, (4)
menyimpulkan makna, (5) menafsirkan
makna dan mengaitkannya dengan realitas,
dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.
Dalam proses pembelajaran, komponen
utama adalah guru dan siswa. Agar proses
pembelajaran berhasil, guru harus
membimbing siswa. Oleh karena itu
diperlukan suatu model pembelajaran yang
tepat. Kecenderungan pembelajaran yang
berpusat pada guru di tingkat Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan
berdasarkan pengamatan langsung di
lapangan, bagaimana situasi pembelajaran
seharusnya lebih menuntut keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran namun
tidak terealisasi dengan baik.
Keahlian, kecakapan dan potensi siswa
harus dikembangkan pada siswa di
tingkat SMK guna menghasilkan siswa
yang berkualitas dan berkompeten.
Masalahnya adalah realita di lapangan
tidak sesuai dengan tuntutan dikarenakan
pemilihan model pembelajaran yang
tidak tepat dan menyebabkan potensi
siswa tidak berkembang. Kompetensi
siswa yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Potensi yang
ada dalam diri siswa dapat berkembang
dengan cara menuntut siswa untuk lebih
aktif, lebih banyak mengeluarkan
pendapat dan mampu bekerja sama.
Model pembelajaran kooperatif
mengalihkan proses pembelajaran sistem
teacher centered menjadi student
centered. Pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang
dapat memperbaiki sistem pembelajaran
yang selama ini memiliki kelemahan.
Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Penerapan
pembelajaran kooperatif diharapkan
siswa dapat lebih semangat dan
Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)
termotivasi dalam belajar dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam hal ini, pembelajaran tipe Jigsaw
dan Make a Match merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif yang
dapat diterapkan dalam semua mata
pelajaran dan jenjang pendidikan. Oleh
karena itu akan diteliti perbedaan hasil
belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik
dan Elektronika) antara yang
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah terbentuknya
konsep, yaitu kategori yang kita berikan
pada stimulus yang ada di lingkungan,
yang menyediakan skema yang
terorganisasi untuk mengasimilasi
stimulus-stimulus baru dan menentukan
hubungan di dalam dan di antara
kategori-kategori. Hasil belajar
merupakan indikator dari keberhasilan
pencapaian tujuan pengajaran yang
ditetapkan dalam sistem pendidikan
nasional. Pengungkapan hasil belajar
idealnya melalui segenap psikologis
yang berubah akibat dari pengalaman
dan proses belajar mengajar.
Hasil belajar seringkali digunakan
sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai
bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil
belajar dapat optimal, maka kegiatan
pembelajaran harus direncanakan oleh
guru dengan baik dan benar sehingga
proses belajar mengajar dapat berjalan
sesuai rencana dan tujuan yang telah
ditetapkan. Tes merupakan salah satu
jenis instrumen, selain nontes. Tes
sebagai instrumen berhubungan dengan
fungsinya untuk mengukur penampilan
maksimal siswa dalam menerima
pelajaran. Pada umumnya tes hasil
belajar merupakan tes penguasaan,
karena tes ini mengukur penguasaan
siswa terhadap materi yang diajarkan
oleh guru atau dipelajari oleh siswa.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran
SKLE (Sistem Kendali Listrik dan
Elektronika) akan diukur dengan
memberi tes hasil belajar.
Mata Pelajaran SKLE
Mata pelajaran Sistem Kendali Listrik
dan Elektronika (SKLE) merupakan
salah satu mata pelajaran produktif dari
kompetensi keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik di SMK Karya Guna 1
Bekasi.
3
PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 4
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match
Model pembelajaran Make a Match atau
mencari pasangan dikembangkan oleh
Lorna Curran. Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match lahir
sebagai alternatif lain untuk
mengefektifkan proses pembelajaran di
sekolah. Pada dasarnya, model
pembelajaran ini melibatkan materi ajar
yang memungkinkan siswa saling
membantu dan mendukung ketika
mereka belajar materi dan bekerja saling
tergantung (interdependen) untuk
menyelesaikan tugas. Keterampilan
sosial yang dibutuhkan dalam usaha
berkolaborasi harus dipandang penting
dalam keberhasilan menyelesaikan tugas
kelompok. Keterampilan ini dapat
diajarkan kepada siswa dan peran siswa
dapat ditentukan untuk memfasilitasi
proses kelompok.
Dalam hal ini guru berperan sebagai
pemonitor dan fasilitator. Model
pembelajaran Make a Match cocok
diterapkan dalam segala jenis mata
pelajaran dan semua jenjang pendidikan.
Pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match menstimulasikan setiap siswa
agar berpikir dan melakukan tindakan
dengan cepat dan tepat dalam mencari
pasangan antara soal dan jawaban.
Pembelajaran ini dapat membangkitkan
semangat belajar siswa dan
menanamkan suatu nilai untuk dapat
berpikir dan bertindak dengan cepat dan
tepat serta dapat berkolaborasi dengan
baik.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Jigsaw pertama kali
dikembangkan dan diujicobakan oleh
Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman
di Universitas John Hopkins. Teknik
mengajar Jigsaw dikembangkan oleh
Aronson sebagai metode cooperative
learning. Teknik mengajar Jigsaw dapat
digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis, mendengarkan, ataupun
berbicara.
Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)
Dalam teknik mengajar Jigsaw, guru
memperhatikan latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja sama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6
orang secara heterogen dan bekerja sama
saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan
bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang
lain. Jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Dengan demikian, “siswa
saling tergantung satu dengan yang lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang
ditugaskan”.
Pembelajaran kooperatif Jigsaw
melibatkan keaktifan siswa secara
keseluruhan. Siswa dituntut untuk
mampu bekerja sama dengan baik dan
memberikan pendapat dalam
kelompoknya masing-masing. Siswa
diberikan fasilitas oleh guru dalam
berdiskusi kelompok dan guru
memonitoring siswa dalam kelompok
selama proses pembelajaran. Kecakapan
guru dalam memfasilitasi dan memantau
kondisi pembelajaran sangat diperlukan
dan berperan penting. Siswa juga
dituntut untuk mampu memberikan
kesimpulan pada setiap pembelajaran.
Pendalaman akan suatu materi lebih luas
dan mendalam karena siswa berusaha
untuk memberikan pengetahuan yang
dimiliknya dalam kelompok dan mampu
bekerja sama dengan baik dengan siswa
lain dalam kelompoknya. Kondisi kelas
akan terlihat tertib dan rapi apabila guru
5
PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 6
mampu mengkondisikan kelas dengan
baik dan siswa mampu bekerja sama
dengan guru untuk menciptakan suasana
kelas yang tertib. Tujuan pembelajaran
akan tercapai apabila kondisi kelas tertib
dan siswa mampu bekerja sama dengan
siswa lain dalam kelompoknya dengan
baik.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang menggunakan metode
eksperimen karena perlakuan terhadap
dua variabel bebas serta mengamati
variabel terikat untuk melihat perbedaan
antara kedua variabel bebas tersebut.
Metode eksperimen itu sendiri bertujuan
untuk menetapkan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi dengan
perlakuan berbeda (metode) terhadap
dua variabel (kelompok belajar) yang
diasumsikan sama, untuk kemudian
dibandingkan berdasarkan pengaruh
penerapan metode tersebut.
B. Desain Penelitian
Pada kelas XI ITL 1 mendapat perlakuan
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match. Setelah kegiatan
pembelajaran selesai dilaksanakan,
diadakan postest untuk mendapatkan
hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match. Pada kelas XI ITL 1 mendapat
perlakuan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Setelah kegiatan
pembelajaran selesai dilaksanakan,
diadakan postest untuk mendapatkan
hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
C. Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi yang menjadi target
penelitian ini adalah siswa kelas XI ITL
1 dan XI ITL 2 di SMK Karya
Guna 1 Bekasi.
2. Sampel
Sampel penelitian ini dipilih
secara acak dari siswa kelas XI ITL 1
dan XI ITL 2 di SMK Karya Guna
1 Bekasi. Jumlah sampel seluruhnya
adalah 50 orang dimana tiap kelas
diambil 25 orang sebagai sampel.
D. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah hasil belajar SKLE
(Sistem Kendali Listrik dan
Elektronika).
b. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match ;
model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw.
Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen ini disusun berdasarkan jenis
data yang diperlukan dalam pengujian
hipotesis penelitian. Instrumen pokok
yang digunakan adalah tes tertulis
berupa soal pilihan ganda. Tes
digunakan untuk memperoleh data hasil
belajar siswa (aspek kognitif) yang
dilakukan setelah tindakan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match dan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Sebanyak 25 soal
diuji coba kepada siswa kelas XII ITL
untuk menguji validitas soal.
Selanjutnya, soal-soal yang telah diuji
validitasnya dijadikan sebagai instrumen
penelitian untuk mendapatkan hasil
belajar SKLE (Sistem Kendali Listrik
dan Elektronika).
F. Analisis Penelitian
Sebanyak 25 butir soal diuji validitasnya
dengan menggunakan rumus product
moment Pearson dan hasilnya 5 butir
soal terbuang. 20 butir soal digunakan
sebagai instrumen penelitian.
Perhitungan nilai reliabilitas
menggunakan rumus KR-20 dengan 20
item soal sebesar 0,89 dan dikategorikan
memiliki reabilitas yang tinggi. Peneliti
membandingkan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw terhadap hasil belajar SKLE
(Sistem Kendali Listrik dan
Elektronika), sehingga dapat
disimpulkan manakah yang memberikan
hasil belajar yang lebih tinggi. Sesudah
dilakukan perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match pada kelas XI ITL 1 dan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada kelas XI ITL 2, kemudian diadakan
postest. Berdasarkan pengujian hipotesis
yang dihitung dengan rumus uji t didapat
harga thitung adalah 3,13 dan ttabel pada
taraf signifikansi 5% dengan derajat
kebebasan 48 adalah 1,67, sehingga
thitung > ttabel. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa hasil belajar SKLE
(Sistem Kendali Listrik dan Elektronika)
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match.
Kesimpulan
Penelitian berhasil menguji hipotesis
yang diajukan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
pada mata pelajaran SKLE (Sistem
Kendali Listrik dan Elektronika) dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw lebih baik
7
PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 8
dibandingkan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran Make
a Match. Nilai rata-rata pada kelas XI
ITL 2 lebih tinggi dari kelas XI ITL 1.
Pada kelas XI ITL 2 didapat nilai rata-
rata sebesar 71,2 dan pada kelas XI ITL
1 didapat nilai rata-rata sebesar 79,06.
Dan telah dibuktikan dengan
menggunakan uji t menghasilkan thitung
sebesar 3,13 sedangkan ttabel sebesar 1,67
dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan
derajat kebebasan = 48. Karena thitung >
ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Implikasi
Penelitian ini berhasil menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa pada mata
pelajaran SKLE (Sistem Kendali Listrik
dan Elektronika) dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil
belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match. Implikasi dari penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw yang aktif, efektif
dan menyenangkan agar diterapkan oleh
guru guna meningkatkan hasil belajar
siswa.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi
di atas, maka disarankan :
1. Bagi Sekolah
Penerapan proses pembelajaran yang
hampir sama pada semua kelas yang
cenderung berpusat pada guru terutama
pada ranah kognitif harus segera
diperhatikan dan diperbaiki. Pihak
sekolah harus berani menuntut guru agar
dapat menciptakan pembelajaran yang
aktif, efektif dan menyenangkan yang
tidak lagi berpusat pada guru saja.
2. Bagi Guru
Guru harus lebih kreatif lagi dapat
mengembangkan proses pembelajaran
yang lebih aktif dan menyenangkan,
tidak lagi berpusat pada guru. Guru juga
harus kreatif dalam menerapkan model
pembelajaran yang tepat yang menuntun
keaktifan siswa selama proses
pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Melihat bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan, siswa
harus berani mengajukan adanya
perubahan model pembelajaran kepada
guru sehingga dapat menciptakan
Perbedaan Hasil Belajar SKLE Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match dengan Kooperatif Tipe Jigsaw (Andreas Sepriano T)
suasana pembelajaran yang
menyenangkan tidak hanya berpusat
pada guru saja, terutama model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pengembangan ide, inovasi dan
kreativitas dalam penelitian yang sejenis
yang dapat menghasilkan karya yang
berkualitas sehingga dapat
meningkatkan pembelajaran yang lebih
berkualitas.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Departemen Pembinaan SMK. 2008.
Teknik Penyusunan KTSP dan
Silabus SMK. Departemen
Pembinaan SMK : Jakarta.
Emildadiany, Novi. 2008. Cooperative
Learning – Teknik Jigsaw.
http://akhmadsudrajat.wordpress.
com/2008/07/31/cooperative-
learning-teknik-jigsaw/. (Diakses
tanggal 31 Juli 2008).
Husni, Jumrida. Pendekatan
Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning).
2011.http://jumridahusni.blogspo
t.com/2011/06/pendekatan-
pembelajaran-kooperatif.html.
(Diakses tanggal 16 Juni 2011
pukul 01.20).
Isjoni. 2007. Cooperative Learning.
Bandung : Alfabeta.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008.
Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta :
Multi Presindo.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning.
Jakarta : Grasindo.
Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar.
Surakarta : Pustaka Belajar.
Ramadhan, Tarmizi. Model
Pembelajaran Kooperatif Make a
Match. 2010.
http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2073915-
model-pembelajaran-kooperatif-
match/. (Diakses tanggal 13
November 2010).
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2007.
Buku Ajar Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Negeri Jakarta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Uno, B. Hamzah. 2008. Teori Motivasi
dan Pengukurannya. Jakarta :
Bumi Aksara.
9
PEVOTE, Vol.6 No.5 April 2012 : 1-10 10
Wahyu, Dian. Model Pembelajaran
Kooperatif - Make a Match.
2012.
http://prillygeography.blogspot.c
om/2012_04_01_archive.html.
(Diakses tanggal 29 April 2012
pukul 21.10).