jurnal rekayasa lingkungan vol. 16/no. 1/ april...
TRANSCRIPT
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/ April 2016 Page 1
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/ April 2016 Page 2
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/ April 2016 Page 3
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/ April 2016 Page 4
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/ April 2016 Page 5
KAJIAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN PENAMBANGAN BATU
AKIK KECAMATAN SAMIGALUH KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Dwi Herniti
Ika Arsi Anafiati
Primanda Kiky Widyaputra
Abstrak
Tren batu akik mendorong maraknya aktivitas penambangan di lereng dan tebing oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Jika terjadi penambangan yang berlebihan dan tidak diperhitungkan dengan baik,
akan menyebabkan perubahan yang signifikan pada tebing-tebing lereng maupun tebing sungai yang merupakan
lokasi utama pencarian batu akik.. Potensi kerusakan juga dapat muncul jika perburuan batu akik berada di
sekitar tempat-tempat bersejarah. Oleh karena itu, kajian mengenai dampak sosial ekonomi dan lingkungan
untuk penambangan batu akik di Kecamatan Samigaluh Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi
penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi sebelum dan
sesudah adanya maraknya perburuan batu akik dan mengetahui seberapa besar kerusakan lingkungan akibat
penambangan batu akik. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penambangan batu akik wilayah Kecamatan
Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah masyarakat penambang batu akik. Kajiannya meliputi kondisi biofisik, baik kondisi
lingkungan abiotik maupun biotik yang terdapat di Kecamatan Samigaluh. Penelitian ini menggunakan metode
kuisioner dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini adalah dampak sosial ekonomi penambangan batu akik
di Kecamatan Samigaluh, yaitu berubahnya pola pekerjaan dari hanya di bidang pertanian menjadi pencari/
penambang batu akik; menjadi wadah berkembangnya hubungan relasional masyarakat sekaligus mendukung
potensi kebudayaan setempat; meningkatkan pendapatan masyarakat. Dampak Penambangan batu akik terhadap
perubahan lingkungan adalah berubahnya morfologi sungai dan berpotensi menyebabkan tanah longsor apabila
penambangan dilakukan secara besar-besaran dan intensif.
Kata Kunci :batuakik, penambangan, dampak
(Study of Social, Economic, and Environmental Impact of Gemstone Mining in Samigaluh
District, Kulonprogo Regency, Special Region of Yogyakarta)
Abstract
The gemstone trend encourage the rise of mining activity on the slopes and cliffs by the community to contribute
to market needs. Excessive mining may cause a significant change in cliffs slope and cliff a river that is the
primary search locations of gemstone.Potential damage also emerge if the mining or search for gemstone is
located around historical sites.Hence, this research will be focused on the impact of gemstone mining toward
social, economic, and environment in SamigaluhSubdistrict, Kulonprogo District, Yogyakarta Special
Region.The purpose of this research is to find social and economic conditions before and after the activities of
gemstone mining, and to knows the damage to environment due to gemstone mining.This research was carried
out at the site of the gemstone mining in Samigaluh Subdistrict, Kulonprogo District, Yogyakarta Special
Region. The main observation sample is the community of gemstone miners and biophysical conditions of
environmental, biotic and abiotic component contained in Samigaluh Subdistrict. The research method is using
a detailed questionnaire and in-depth interviews. The results of this research is the socio-economic impact of
the gemstone mining in Samigaluh Subdistrict, namely, temporarily changed patterns of work in agriculture into
a gemstone seeker/miners. In social matters, the gemstone trend may growrelational activity of society while
supporting local cultural potential; and thus increasing people's income. The impact of gemstone mining
against environmental is the changing morphology of the river and potentially cause a landslide if the mining is
done massively and intensively.
Keywords:gemstone, mining, impact
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 6
I. PENDAHULUAN
Batu akik adalah sebuah hasil karya
alam yang alami tanpa alat elektronik atau
alat pabrik yang memakai proses mesin
dalam pembuatannya. Prosesnya yang
alami yang awalnya hanya sebuah
bongkahan batu besar yang di perkecil
oleh manusia dan dijadikan permata
dengan keindahan yang bermacam-
macam. Secara geologi, batu akik
merupakan hasil pengkristalan satu atau
beberapa macam mineral dalam waktu
yang sangat lama. Batu akik menjadi
banyak dicari karena keunikan dan variasi
warna yang menarik. Beberapa alasan
masyarakat menyukai batu akik yang
pertama adalah adanya alasan mistis
dimana batu tersebut dipercaya memiliki
kegunaan-kegunaan tertentu, diantaranya
untuk kesuksesan, kesehatan, dan lain
sebagainya. Alasan yang kedua, terutama
bagi penggemar energi alam batu cincin,
adalah sebagai salah satu jenis batu yang
terbentuk secara alami dan dipercaya
mampu memberikan energi alam yang
besar. Yang ketiga, bagi penggemar
keindahan, batu akik dicari sebagai
perhiasan seperti cincin ataupun dijadikan
koleksi. Keindahan batu akik dapat dilihat
dari warna warna yang dimiliki.
Salah satu sentra batu akik di Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah di Kecamatan
Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo.
Wilayah Samigaluh didominasi oleh
perbukitan (bagian dari Perbukitan
Menoreh) yang terletak di perbatasan
antara Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah
(Kabupaten Purworejo). Secara geologi,
kecamatan Samigaluh termasuk dalam unit
startigrafis Pegunungan Kulon Progo yang
terdiri dari 5 formasi, diantaranya Formasi
Nanggulan, Formasi Kebo Butak, Batuan
intrusi, Formasi Jonggrangan, serta
Kuarter Koluvium. Secara geomorfologi
daerah penelitian terbagai menjadi 4
satuan yang terdiri dari Satuan
Pegunungan Struktural Denudasional,
Satuan Perbukitan Struktural
Denudasional, Satuan Dataran
Denudasional, dan Satuan Dataran Fuvial.
Proses pengangkatan (uplift) menyebabkan
proses lingkungan pengendapan berupa
laut tersingkap di darat. Akibat proses
pengangkatan tersebut mengakibatkan
patahan-patahan (Sentosa, 2009). Di
kecamatan tersebut banyak dijumpai batu-
batu akik (mineral) yang berasal dari
proses-proses pengangkatan dan akhirnya
tersingkap oleh proses denudasional yang
intensif.
Saat ini batu akik sedang marak di
Indonesia dan banyak dicari di pasaran.
Setelah dilakukan proses pemotongan dan
pemolesan, batu akik menjadi bernilai jual
tinggi. Fenomena ini dapat meningkatkan
ekonomi masyarakat serta memunculkan
sentra-sentra pengrajin batu akik. Bagi
para penambang batu akik, kesempatan ini
juga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pendapatan dengan
menambang atau mencari batu akik secara
manual, baik di sungai ataupun di
perbukitan. Pasaran batu akik juga sangat
luas, dari dalam negeri maupun luar
negeri, sehingga dapat digiatkan untuk
eksport. Harga batu akik dengan
pemolesan dan kondisi yang baik dapat
meningkat tajam hingga 500 persen. Oleh
karena itu, potensi bisnis batu akik ini
berpeluang mengangkat ekonomi rakyat.
Permasalahan
Tren batu akik mendorong maraknya
aktivitas penambangan di lereng dan
tebing oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Jika terjadi penambangan
yang berlebihan dan tidak diperhitungkan
dengan baik, akan menyebabkan
perubahan yang signifikan pada tebing-
tebing lereng maupun tebing sungai yang
merupakan lokasi utama pencarian batu
akik. Hal itu berpotensi menimbulkan
bencana tanah longsor jika dilakukan
secara masif. Karena dilakukan oleh
masyarakat lokal, kegiatan penambangan
atau pencarian batu akik seringkali tidak
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 7
terkontrol dengan baik. Perburuan batu
akik yang yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan dampak kerusakan
lingkungan atau perubahan bentuk lahan
akibat proses antropogenik yang
berlebihan. Potensi kerusakan juga dapat
muncul jika perburuan batu akik berada di
sekitar tempat-tempat bersejarah. Oleh
karena itu, kajian mengenai dampak sosial
ekonomi dan lingkungan untuk
penambangan batu akik di Kecamatan
Samigaluh Kulonprogo Daerah Istimewa
Yogyakarta menjadi penting untuk
dilakukan.
Tujuan
1. Mengetahui kondisi sosial ekonomi
sebelum dan sesudah adanya
maraknya perburuan batu akik.
2. Mengetahui seberapa besar kerusakan
lingkungan akibat penambangan batu
akik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia hanya beberapa tempat
yang mengandung batu permata antara lain
di provinsi Banten dengan Kalimaya-nya,
di Lampung dengan batu jenis-jenis
anggur yang menawan dan jenis cempaka,
di Pulau Kalimantan dengan Kecubungnya
(amethys) dan Intan (berlian). Permata
yang paling diminati di dunia adalah yang
berkristal yang selain jenis batumulia
seperti Berlian, Zamrud, Ruby dan Safir,
batu-batu akik jenis anggur seperti Biru
Langit, bungur atau kecubung yang berasal
dari Tanjung Bintang, Lampung saat ini
banyak di buru oleh para kolektor karena
kualitas kristalnya.
a. Jenis Batu Akik
Jenis batu akik sangat banyak, Batu
mulia alami terdiri atas 120 spesies dan
diturunkan menjadi lebih dari 500
varietas.Secara umum, batu mulia
digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu
batu permata(precious stones), batu
setengah/semi permata (semi-precious
stones), danbatu hias (ornamental
stones). Batu permata dan batu setengah
permata umumnya digunakan sebagai
perhiasan, sedangkan batu hias untuk
dekorasiatau penambah keindahan.
Penamaan jenis batumulia asalnya
beranekaragam, mulai dari nama
mineral/batuan, nama ilmiah, nama
perdagangan, sampai kepada nama
tertentu yang biasanya muncul atas
dasar pertimbangan warna, tekstur atau
motif (pattem), kadang tergantung
selera. Penamaan batu akik merupakan
nama perdagangan untuk batu
permata/mulia.
Batu permata mempunyai nama dari
mulai huruf a sampai huruf z yang
diklasifikasikan menurut kekerasannya
yang dikenal dengan Skala Mohs dari 1
sampai 10. Permata yang paling
diminati di dunia adalah yang berkristal
yang selain jenis batu mulia seperti
Berlian, Zamrud, Ruby dan Safir, batu-
batu akik jenis anggur seperti Biru
Langit, bungur atau kecubung yang
berasal dari Tanjung Bintang, Lampung
saat ini banyak di buru oleh para
kolektor karena kualitas kristalnya.
b. Metode Penambangan Batu Akik
Kegiatan penambangan batu akik
berada di sungai dan daerah perbukitan.
Metode penambangan batu akik
dilakukan secara tradisional
(konvensional). Kegiatan penambangan
batu akik di perbukitan dengan cara
melakukan penggalian. Untuk
mendapat 3 kilogram batu akik,
penggalian dilakukan dikedalaman 16-
20 meter. Sedangkan kegiatan
penambangan batu akik di sungai
pencarian seperti penambangan batu
krikil dan pasir, penambang langsung
mengambil batu yang berada di sungai.
c. Dampak Penambangan Batu Akik
1. Dampak Penambangan Batu Akik
dari Segi Ekonomi
Dampak penambangan batu akik dari
segi ekonomi yaitu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 8
Apabila potensi batu akik
dikembangkan maka akan mempunyai
dampak ekonomi seperti meningkatkan
pendapatan daerah, menambah
komiditas ekspor barang mentah,
bertambahnya pajak negara. Melakukan
kontroling dalam rangka konsisten
terhadap Kepmen
No.385/MPP/Kep/06/2004 yang intinya
tentang pelarangan ekspor batu mulia
khususnya fosil kayu dalam bentuk
bahan mentah atau bahan setengah jadi,
menjadikan potensi batu mulia sebagai
salah satu hal yang harus di analisis
lebih mendalam untuk
pengembangannya sehingga dapat
menarik investor baik dalam negeri
maupun luar negeri, dan
mengembangkan sentra-sentra produksi
batu mulia yang masih sporadis dan
berskala kecil sehingga
pemberdayaannya dapat menambah
lapangan kerja, menambah pendapatan
daerah dan menambah pendapatan dari
sisi pajak.
1. Dampak Penambangan Batu Akik
dari Segi Sosial
Apabila potensi batu akik
dikembangkan maka akan mempunyai
dampak positif dari segi sosial seperti
mengurangi angka pengangguran,
menunjukkan jati diri untuk tidak
tergantung pada negara lain bahwa
Indonesia tidak hanya sebagai negara
pengimpor. Akan tetapi dampak negatif
secara sosial pada penambangan batu
akik yaitu timbul kekhawatiran
masyarkat adanya pendatang yang
berbondong-bondong untuk mengambil
hasil kekayaan alam di wilayah
penambangan sehingga merusak
lingkungan masyarakat sekitar daerah
pertambangan, dan konflik antar
sesama penambang akibat berebut
lahan.
3. Dampak Penambangan Batu Akik
dari Segi Lingkungan
Kegiatan penambangan batu akik
hampir seluruhnya tidak
memperhatikan aspek lingkungan dan
keselamatan pekerja tambang.
Karakteristik penambangan batu akik
masih menggunakan cara-cara
tradisional, namun Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tidak bisa diabaikan
begitu saja sebagai payung hukum yang
memberikan perlindungan bagi
keseimbangan ekosistem. Kegiatan
penambangan batu akik berdampak
negatif terhadap lingkungan seperti
rusaknya kawasan hutan lindung,
berubahnya kontur tanah, terjadi
lubang-lubang bekas penambangan
yang ditinggal oleh penambang, adanya
potensi longsor di daerah lereng, lahan
pertanian disekitar penambangan batu
akik akan terganggu, erosi dan
sedimentasi yang mengarah ke sungai
semakin meningkat, dan hilangnya
tempat-tempat bersejarah.
Tempat penambangan batu akik yang
berbahaya di Indonesia yang telah
menelan korban jiwa akibat dari tidak
memperhatikan keselamatan kerja
contohnya di tambang batu akik di
sungai Asana Etan Rajeg, tambang batu
akik sungai Klawing, di sungai Luk ulo,
di Cigunung-Garut, di desa Ulak
Sahung Bandung, tambang batu akik
bukit permata berada di Nagari Pauh
Sangik, dan di Kabupaten Limapuluh
Kota.
III. DATA
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Data primer dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data intensitas penambangan batu akik
di Kecamatan Samigaluh.
2. Data jenis batu akik yang berhasil di
tambang oleh masyarakat penambang
batu akik.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 9
3. Data jumlah rata-rata batu akik yang
berhasil di tambang oleh penambang
batu akik.
4. Data harga jual dan harga pasaran batu
akik yang di jual oleh penambang batu
akik sebelum terjadi booming batu akik
dan sesudah booming batu akik.
5. Data kondisi sosial ekonomi
masyarakat penambang batu akik.
6. Data persepsi masyarakat mengenai
dampak negatif yang diakibatkan oleh
penambangan batu akik.
7. Data fisik lahan penambangan batu
akik berupa data formasi geologi dan
lereng.
8. Data biotik lahan penambangan
berupa jenis tegakan penutup lahan dan
persentase tutupanlahan.
9. Peta lokasi penambangan batu akik di
Kecamatan Samigaluh.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Peta administrasi Kecamatan
Samigaluh.
2. Data monografi Masyarakat
Kecamatan Samigaluh
3. Data Potensi Tambang Batu Akik di
Samigaluh.
4. Data harga berbagai jenis batu akik di
pasaran.
5. Data curah hujan dan jenis tanah di
Kecamatan Samigaluh.
IV. Metode Pengambilan Data
Dalam penelitian ini terdapat tiga
objek pengambilan data. Objek pertama
mengenai lokasi tambang batu akik yang
ditentukan dengan menggunakan GPS.
Koordinat lokasi penambangan batu akik
ditandai dengan GPS. Koordinat yang
telah diperoleh dengan GPS kemudian
dimasukkan dalam software ArcGIS untuk
diolah lebih lanjut menjadi peta lokasi dan
persebaran tambang batu akik. Selanjutnya
pada objek kedua mengenai kondisi sosial
ekonomi masyarakat penambang batu
akik. Data yang diambil dari masyarakat
penambang batu akik berupa data sosial
ekonomi, data jenis dan jumlah hasil
tambang batu akik dalam satu kali
menambang, dan data harga jual batu akik
antara sebelum booming batu akik dan
sesudah booming batu akik.
Pengambilan data sosial ekonomi
bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
karakteristik sosial ekonomi masyarakat
penambang batu akik. Pengambilan data
dilakukan melalui metode wawancara
terbuka dengan menggunakan kuesioner
kepada tiap responden penambang batu
akik. Data sosial ekonomi tersebut
meliputi : usia, jumlah anggota keluarga,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
dan pekerjaan, kondisi kesejahteraan dan
sebagainya. Pengambilan data jenis batu
akik yang ditambang bertujuan untuk
mengetahui variasi batu akik yang
ditambang oleh masyarakat penambang
batu akik. Adapun pengambilan data
jumlah rata-rata batu akik yang berhasil
ditambang dan harga jual batu akik
bertujuan untuk mengetahui kuantitas dan
potensi penghasilan yang diperoleh.
Pengambilan data menggunakan metode
wawancara menggunakan kuesioner.
Format pertanyaan wawancara berupa
pertanyaan terbuka .
Objek pengambilan data yang ketiga
adalah kondisi biofisik lokasi
penambangan batu akik. Pengambilan data
biofisik berupa data jenis dan kerapatan
vegetasi yang diperoleh dari interpretasi
visual citra satelit dan pengamatan
lapangan. Tujuan pengambilan data
biofisik tersebut bertujuan untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas pertambangan batu akik terhadap
kondisi tutupan lahan dan potensi
terjadinya perubahan morfologi sungai dan
tanah longsor akibat penambangan batu
akik secara masif.
1. Penentuan Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi
responden adalah masyarakat penambang
batu akik dan masyarakat sekitar lokasi
penambangan batu akik yang terdapat di
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 10
Kecamatan Samigaluh. Wawancara
menggunakan kuesioner yang dilakukan
secara purposive sampling.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara
deskriptif dan secara kuantitatif. Secara
deskriptif menjelaskan mengenai kondisi
sosial ekonomi masyarakat penambang
batu akik, lokasi dan sebaran tambang batu
akik sedangkan secara kuantitatif
menjelaskan mengenai jenis, jumlah,
intensitas penambangan, harga jual batu
akik dan nilai ekonomi tambang batu akik
bagi masyarakat penambang batu akik.
Analisis nilai ekonomi batu akik
berdasarkan harga pasar yang dipengaruhi
oleh mekanisme penawaran dan
permintaan. Pada saat ini jumlah
permintaan batu akik meningkat tajam
sedangkan penawaran batu akik belum
mampu mengimbangi jumlah permintaan
sehingga terjadi peningkatan harga jual
batu akik yang menguntungkan bagi
pebisnis batu akik. hal tersebut seharusnya
memiliki pengaruh terhadap tingkat
pendapatan penambang batu akik yang
nantinya akan meningkatkan kondisi
kesejahteraan penambang batu akik.
Analisis kondisi biofisik lahan dilihat dari
hubungan terjadinya potensi perubahan
morfologi sungai dan potensi tanah
longsor pada kawasan penambangan batu
akik dengan intensitas dan besarnya
penambangan batu akik. Selain itu bisa
diketahui dampak penambangan batu akik
terhadap kondisi lingkungan biotik di
sekitarnya, seperti terganggunya ekosistem
sungai.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil observasi,
survey, dan wawancara sebagai data
primer dan data sekunder dari berbagai
sumber untuk mengkajiberbagai
dampakyang ditimbulkan oleh keberadaan
aktifitas penambangan,diperoleh hasil
analisis berbagai dampak di bidang
ekonomi, sosial, dan lingkungan akibat
kegiatan penambangan akik di Kecamatan
Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo.
Adapun dampak tersebut diuraikan di
bawah ini.
1. Dampak Sosial Kegiatan
Penambangan Batu Akik
Pengamatan dilakukan pada pencari/
penambang batu akik di Desa Purwoharjo,
Kecamatan Samigaluh. Hasil pengamatan
di lapangan menunjukkan bahwa
pekerjaan mencari batu akik adalah
sebagai pekerjaan sampingan dan sebagai
aktivitas sosial dimana pada beberapa
kalangan masyarakat, batu akik menjadi
topik perbincangan yang menarik, baik di
pertemuan di desa maupun pada acara-
acara formal yang lain. Aktivitas pencarian
batu akik dilakukan dengan menyusur
sungai yang melewati desa (Gambar 1).
Batu akik banyak dijumpai setelah terjadi
banjir di sungai tersebut.
Gambar 1. Lokasi Pencarian Batu Akik (Foto:
Primanda Kiky, 2015)
Kondisi sosial masyarakat penduduk
Kecamatan Samigaluh secara umum
merupakan petani dan peternak. Jumlah
petani mencapai 11.198 jiwa, sementara
peternak mencapai 12.522 jiwa
(Kecamatan Samigaluh Dalam Angka,
2013). Adapun luas tanah sawah 892,490
Ha dan tanah kering 4.229,320 Ha, yang
sangat memungkinkan untuk
berkembangnya pola aktivitas pertanian
dan perkebunan. Maraknya aktifitas
penambang/ pencari batu akik
menyebabkan munculnya kegiatan baru.
Perubahan pola pekerjaan dari hanya di
bidang pertanian menjadi pencari/
penambang batu akik.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 11
Gambar 2.Wawancara dengan Pengrajin Batu Akik
Batu akik dari sudut pandang sosial
memiliki nilai positif sebagai sarana
peningkatan relasi dari komunitas
masyarakat ataupun individu penggemar
akik. Menurut hasil wawancara mendalam
dengan pengrajin akik, salah satu dampak
positif batu akik adalah kesenjangan sosial
yang hilang atau seolah menyatu, sehingga
seolah-olah berada dalam satu tingkatan
yang sama (Gambar 2). Hubungan
relasional tersebut dapat mengeratkan
masyarakat sekaligus mendukung potensi
kebudayaan setempat. Batu akik selain
digemari sebagai seni juga digemari
karena kepercayaan untuk menyimpan
petuah (filosofi), energi alam dan spiritual,
serta dipercaya memiliki manfaat untuk
kesehatan.
Tidak dijumpai dampak negatif yang
dirasakan oleh masyarakat karena adanya
batu akik. Seluruh pengrajin
menyampaikan bahwa penambangan/
pencarian akik dapat membantu
meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan. Hanya saja,
penambangan/pencarian batu akik sebagai
mata pencaharian sampingan juga tidak
setiap hari dilakukan, tergantung pada
kebutuhan pesanan. Selain itu pengrajin
akik tidak semuanya mencari sendiri batu
akiknya, sebagian hanya menampung dari
para pencari/penambang akik yang lain.
Oleh karena itu masyarakat di lokasi
penelitian tidak dapat menggantungkan
sepenuhnya pada kegiatan penambangan/
pencarian batu akik tersebut.
2. Dampak Kegiatan Penambangan
Terhadap Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa penambang dalam satu bulan belum
tentu melakukan penambangan karena bisa
tergantung pesanan atau tergantung
musim, kalau musim hujan biasanya
intensitas menambang lebih sering bila
dibandingkan dengan musim kemarau.
Penambang tiap kali melakukan kegiatan
penambangan biasanya memperoleh
beberapa bongkahan ada yang kecil dan
ada yang besar. Dengan adanya booming
batu akik khususnya di Kecamatan
Samigaluh Kabupaten Kulonprogo
membawa dampak positif di bidang
ekonomi diantaranya dapat meningkatkan
pendapatan per bulan masyarakat
penambang batu akik. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sebelum adanya
booming batu akik pendapatan per bulan
sekitar Rp. 100.000 – Rp. 300.000, dan
setelah adanya booming batu akik terjadi
peningkatan penghasilan per bulan yaitu
berkisar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000. Hal
ini menunjukkan bahwa penambangan
batu akik di Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Kulonprogo rata-rata
meningkatkan pendapatan masyarakat
penambang. Meningkatnya pendapatan
masyarakat penambang batu akik juga
dibarengi dengan pengeluaran mereka tiap
bulannya. Rata-rata pengeluaran
masyarakat penambang yaitu untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan
biaya sekolah anak-anak mereka yang
berkisar Rp 500.000 untuk tiap bulannya.
3. DampakKegiatanPenambanganTer
hadap Lingkungan
Kegiatan penambangan batu akik di
Kecamatan Samigaluh Kulonprogo
dilakukan secara konvensional. Lokasi
penambangan berada disepanjang sungai
yang terdapat di Kecamatan Samigaluh
dan bersifat sporadis. Kegiatan
penambangan batu akik dilakukan saat
aliran sungai deras, hal ini dikarenakan
untuk mempermudah untuk mendapatkan
atau mengambil batuan akik tersebut.
Berdasarkan pengamatan dilapangan dan
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 12
dari data sekunder hasil dari kondisi
lapangan penambangan batu akik di
Kecamatan Samigaluh sebagai berikut :
a. Kondisi iklim daerah penelitian
Kondisi iklim daerah peneliltian
merupakan iklim dengan tipe iklim D
(sedang) berdasarkan klasifikasi Schmidt-
Ferguson.
b. Kondisi geomorfologi daerah
penelitian.
Daerah penelitian merupakan dataran
tinggi atau perbukitan dengan ketinggian
antara 500 – 1000 m dari permukaan air
laut seluas 3767 Ha (Mohamad,2003).
Proses geomorfologi yang terbentuk
didaerah penelitian yaitu proses struktural,
denudasional dan fluvial.
Berdasarkan hasil analisis peta kemiringan
lereng (Lampiran 1), kondisi kemiringan
lereng di daerah penelitian terdapat 6 klas
yaitu kemiringan lereng datar (0-3%),
landai (3-8%), miring (8-15%), curam (15-
25%), sangat curam (25-45%) dan terjal
(>45%). Kemiringan terjal dengan nilai
kemiringan lebih dari 45% berada di
samigaluh wilayah utara dan timur
(Herwanto,2013).
c. Kondisi geologi daerah penelitian
Formasi geologi di daerah penelitian
terdiri dari formasi batuan andesit tua,
formasi Jonggrangan, formasi Endapan
Kolovial, formasi Endapan Merapi Muda
(Lampiran 2). Formasi andesit tua terdiri
dari satuan batuan Breksi volkanik dengan
sisipan lava andesit dan satuan batuan batu
pasir tufan. Formasi Jonggrangan terdiri
dari satuan batuan napal tufan, satuan
batuan batu pasir gampingan dengan
sisipan lignit dan ke arah atas berubah
menjadi batu gamping berlapis dan satuan
batuan batu gamping terumbu. Formasi
batuan andesit tua dan formasi
Jonggrangan termasuk dalam batuan
sedimen. Batuan sedimen di Samigaluh
mencapai 6929 Ha (Mohamad,2003).
Formasi Endapan Koluvial terdiri dari
material koluvial hasil rombakan andesit
tua. Formasi Endapan Merapi Muda terdiri
dari satuan batuan tuf, satuan batuan abu,
satuan bantuan breksi, satuan batuan
aglomerat dan satuan leleran lava
(Rahardjo, 1977).
d. Kondisi hidrologi daerah penelitian
Kondisi iklim daerah penelitian
termasuk dalam kategori sedang menurut
klasifikasi Schmidt-Ferguson. Sehingga
kondisi relatif cukup untuk mengalirkan
sungai sepanjang tahun. Kegunaan sungai
di daerah penelitian dpergunakan untuk
pengairan sawah irigasi.
e. Kondisi penggunaan lahan daerah
penelitian.
Penggunaan lahan di daerah penelitian
terdiri dari sawah irigasi, sawah tadah
hujan, kebun, ladang permukiman dan
semak. Sedangkan kondisi kerapatan
vegetasi di daerah penelitian yaitu 67%
dari luas wilayah Kecamatan Samigaluh,
kondisi ini termasuk dalam kondisi baik
(Lampiran 3).
Berdasarkan data dan pengamatan
dilapangan, kerusakan lingkungan akibat
penambangan batu akik di kecamatan
Samigaluh mempunyai dampak kecil, akan
tetapi jika dilakukan secara terus menerus
dan dalam skala besar maka akan menjadi
dampak besar. Kerusakan lingkungan
akibat penambangan batu akik seperti
berubahnya morfologi sungai, banjir dan
rusaknya situs sejarah. Penambangan atau
pencarian batu akik yang dilakukan oleh
remaja atau pun anak-anak di bawah umur
dilarang karena pengetahuan tentang
lingkungan masih sangat kurang, mereka
mencari batu akik di situs bersejarah
sehingga akan merusak situs sejarah
tersebut, selain itu juga demi keselamatan
jiwa. Penambangan batu akik di sungai
juga dapat membahayakan manusia,
misalnya tenggelam dan terseret arus
sungai. Sehingga keselamatan juga harus
diperhatikan.Upaya untuk mencegah dan
mengatasi kerusakan lingkungan dengan
cara membuat zonasi penambangan,
mengatur intensitas dan jumlah
penambangan, dan membuat peraturan
perundang-undangan.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 13
VI. KESIMPULAN
1. Dampak sosial ekonomi penambangan
batu akik di Kecamatan Samigaluh,
Kulon Progo, adalah:
a. Berubahnya pola pekerjaan dari hanya
di bidang pertanian menjadi pencari/
penambang batu akik.
b. Menjadi wadah berkembangnya
hubungan relasional masyarakat
sekaligus mendukung potensi
kebudayaan setempat.
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Dampak penambangan batu akik
terhadap perubahan lingkungan adalah
berubahnya morfologi sungai dan
berpotensi menyebabkan tanah longsor
apabila penambangan dilakukan secara
besar-besaran dan intensif.
4. SARAN
Saran untuk mencegah dan mengatasi
kerusakan lingkungan sebagai dampak
penambangan batu akik adalah:
1. Membuat Zonasi Penambangan.
2. Mengatur Intensitas dan Jumlah
Penambangan.
3. Membuat Peraturan Perundang-
Undangan.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Kecamatan Samigaluh Dalam
Angka. Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia.
Bramastya. K. ______. Geologi Regional
Kulon Progo.
Herwanto, Janu E, 2013, Pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis Untuk
Evaluasi Kemampuan Lahan dan
Arahan Penggunaan Lahan di
Kecamatan Samigaluh Kabupaten
Kulon Progo. Geomedia Volume 11
Nomor 1.
Mohamad, M., 2003, Kajian Zona
Kerentanan Tingkat Bahaya Dan
Resiko Gerakan Tanah Berdasarkan
Penggunaan Lahan Untuk
Permukiman, Persawahan Dan Jalan
Terhadap RTRW Kabupaten Kulon
Progo, Tesis. Program Pascasarjana
Magister Pembangunan Kota
Universitas Diponegoro.
Rahardjo. W., dkk, 1977, Peta Geologi
Lembar Yogyakarta Bandung :
Direktorat Geologi.
Republik Indonesia. 2004. Kepmen
No.385/MPP/Kep/06/2004 Tentang
Ketentuan Umum di Bidang Eksport.
Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan Republik Indonesia.
Republik Indonesia. 2009. Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Republik Indonesia.
Sentosa, Erwan Dedi ,2009, Geologi
Daerah Kali Tinalah Dan Sekitarnya,
Kecamatan Samigaluh, Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewa
Yogyakarta.Paper.Geological
Engineering Department Diponegoro
University.
https://www.academia.edu/9244035/Geolo
gi_Regional_Kulon_Progo.
http://akikindo.blogspot.com/2014/06/men
genal-mineral-batu-mulia-permata.html.
https://siakgemstone.wordpress.com/2014/
12/11/jenis-dan-macam-batu-
muliapermata/
www.kompas.com, diakses 2 Maret 2015.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 14
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 15
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.1/April 2016 Page 16