jurnal rekayasa lingkungan vol. 16/no. 1/april 2016 page

20
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 1

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 1

Page 2: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 2

Page 3: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

PEMANFAATAN KOMBINASI BAGASSE DAN ARANG SEKAM PADI SEBAGAIADSORBEN DALAM MENURUNKAN PARAMETER WARNA, TSS, DAN COD

PADA LIMBAH CAIR BATIK

Aniska Anggaraini, Diananto Prihandoko, Retno Susetyaningsih

Abstrak

Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata jugamenghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan. Limbah-limbah industri menjadi semakinbertambah seiring dengan pesatnya perkembangan industri, baik volume maupun jenisnya. Salah satuindustri yang menyumbang pencemar di badan air adalah industri batik. Meskipun, alam memilikikemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabiladalam jumlah yang cukup besar akan menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapatmengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut telahmencemari lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kombinasi bagasse danarang sekam padi dapat menurunkan parameter warna, TSS, dan COD pada limbah cair batik.

Penelitian ini dilakukan dengan metode adsorbsi. Metode ini digunakan karena mudahdilakukan. Media yang digunakan adalah limbah dari pertanian yaitu limbah tebu yang tidak terpakailagi yaitu dari proses penggilingan tebu yang biasa disebut bagasse dan limbah dari prosespenggilingan beras yaitu sekam padi yang kemudian diubah bentuk menjadi arang aktif melalui prosespenggarangan dan aktivasi secara kimia dengan larutan H2SO4 1 %. Sedangkan limbah cair yangdigunakan dalam penelitian ini berasal dari limbah cair batik di Yogyakarta. Metode adsorbsi yangdilakukan menggunakan variasi ketebalan media bagasse 0 cm, 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60cm, dan 70 cm, dengan variasi waktu perendaman yaitu pada 30 menit dan 60 menit. Ketebalan arangsekam padi yang digunakan adalah 10 cm. Adapun parameter yang di teliti yaitu parameter warna,TSS, dan COD.

Kombinasi bagasse dan arang sekam padi dapat menurunkan limbah cair batik. Hal iniditunjukkan dari hasil analisa dan effisiensi penurunan kadar yang paling besar terhadap kadar warna,TSS, dan COD yaitu untuk parameter warna, hasil analisis sebesar 2.500 Pt-Co dengan efisiensipenurunan warna sebesar 64,3%. Apabila dengan dibandingkan dengan kadar awal warna sebesar 7000Pt-Co, maka didapat selisih penurunan sebesar 4.500 Pt-Co. Untuk parameter TSS, hasil analisissebesar 6.412 mg/l dengan efisiensi penurunan TSS sebesar 53,8%. Apabila dengan dibandingkandengan kadar awal TSS sebesar 13.888 mg/l, maka didapat selisih penurunan sebesar 7.476 mg/l.Sedangkan untuk parameter COD, hasil analisis sebesar 15.519 mg/l dengan efisiensi penurunan CODsebesar 41,0%. Apabila dengan dibandingkan dengan kadar awal sebesar 26.289 mg/l, maka didapatselisih penurunan sebesar 10.770 mg/l Ketebalan media bagasse yang memberikan hasil terbaik adalahpada ketebalan 70 cm. Waktu perendaman mempengaruhi pada proses adsorbsi yang dilakukan,adapun waktu perendaman yang memberikan hasil terbaik adalah pada waktu perendaman 60 menit.

Kata kunci: Limbah cair batik, Bagasse, Arang sekam padi, Adsorbsi, Zat Warna, TSS, COD

BAGASSE COMBINATION AND UTILIZATION RICEHUSKASADSORBENT INREDUCING THE PARAMETERS OF COLORS, TSS, COD IN WASTE WATER

AND BATIK

Abstract

Industrial activity in addition to aiming to improve the well-being, it also produces waste as environmentalcontaminants. Wastes of the industry is becoming increasingly more in line with the rapid development of theindustry, both the volume and type. One of the industries that contribute pollutants in the water body is the batikindustry. Although, nature has the ability to neutralize the pollution that occurs when the amount is small, but if

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 3

Page 4: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

the amount is large enough to be a negative impact on nature as to result in a change in the balance of theenvironment so that the waste has polluted the environment. The purpose of this study was to determine whetherthe combination of bagasse and rice husk may reduce the color parameters, TSS, and COD in wastewater batik.

This research was conducted by the method of adsorption. This method is used because it is easy to do.The medium used is waste from agriculture, namely sugarcane waste no longer used to that from thesugar mill which is called bagasse and waste from the milling process rice is rice husk which is thentransformed into charcoal through a process penggarangan and activation of chemically treated withH2SO4 solution 1 %. While wastewater used in this study came from liquid waste of batik inYogyakarta. Adsorption methods were performed using bagasse media thickness variation of 0 cm, 10cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm and 70 cm, with variations in immersion time is 30 minutes and60 minutes. The thickness of the rice husk is used is 10 cm. The parameters which are carefully colorparameters, TSS, and COD.

Combination of bagasse and rice husk may reduce the liquid waste of batik. It is shown from theanalysis results and efficiency decreased levels of the most to the levels of color, TSS, and COD are forcolor parameters, the results of the analysis of 2,500 Pt-Co with color removal efficiency of 64.3%.When compared with the levels at the beginning of 7000 colors Pt-Co, the importance of the margindecrease of 4,500 Pt-Co. For TSS parameters, the results of the analysis of 6,412 mg / l with TSSremoval efficiency of 53.8%. When the initial TSS compared with the levels of 13,888 mg / l, theimportance of the difference between a decrease of 7,476 mg / l. As for the COD parameter, the resultsof the analysis of 15 519 mg / l with a COD removal efficiency of 41.0%. When compared with thelevels at the beginning of 26 289 mg / l, the importance of the difference between a decrease of 10,770mg / l bagasse media thickness that gives the best results are at a thickness of 70 cm. Soaking timeaffects the adsorption process is carried out, while the soaking time give the best results at the time ofimmersion is 60 minutes.

Keywords: wastewater of batik, Bagasse, rice husk charcoal, adsorption, Dyes, TSS, COD

I. PENDAHULUANUnit usaha industri batik dalam

prosesnya menghasilkan limbah cair yangdibuang ke lingkungan sekitarnya. Dalamproses pembuatannya, terutama prosesbasah industri batik menggunakan bahankimia sebagai bahan tambahan yangberupa zat warna, kanji, minyak, lilin,soda api (NaOH), deterjen, dan lain – lain.Sebagian besar bahan tersebut bersifatnon-biodegradeble. (Anonim, 1985).

Limbah cair yang dihasilkan dapatberasal dari proses pencelupan warna,proses pelodoran (penghilangan lilin)dalam air mendidih, dan proses pencuciantersebut mengandung grease, wax, logamberat, surfaktan, senyawa terklorinasi,padatan tersuspensi, dan warna (organikdan sintetik). Secara kimia dan fisikakarakteristik limbah batik memiliki warnayang keruh, berbau, berbusa, pH tinggi,konsentrasi BOD (Biochemical Oxygen

Demand tinggi, kandungan lemak alkalidan zat warna yang didalamnya terdapatkandungan logam berat (Siregar, 2005).

Air limbah yang mengandungbahan pencemar zat warna dan zat padattersuspensi pada kenyataannya dapatmenyebabkan gangguan estetikalingkungan. Apabila kondisi tersebutberlangsung secara terus menerus dapatmengakibatkan terputusnya sikluspendukung lingkungan hidup (Fardiaz,1993). Konsentrasi COD limbah cair batiksangat tinggi sehingga dapat menurunkankandungan oksigen didalam badan air.Kadar warna, zat tersusupensi dan CODdi dalam air dapat diturunkan melaluimetode adsorpsi dengan menggunakanampas tebu (bagasse) dan arang sekampadi sebagai adsorbennya.

Senyawa utama dinding sel sekampadi adalah polisakirida yaitu serat kasar,atau selulosa, lignin, dan hemiselulosa

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 4

Page 5: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

yang memiliki gugus hidroksil yang dapatberperan dalam proses adsorpsi. Gugus –

OH selulosa dalam sekam padi mampubereaksi dengan gugus-gugus yang adapada zat warna tekstil, sehingga zat warnatersebut dapat terikat pada sekam padi(Aryanti, 2009). Selain itu, arang sekampadi merupakan bahan yang mempunyaidaya serap tinggi, sehingga arang sekampadi dapat dimanfaatkan sebagai bahan isiuntuk penyerapan warna sintetis terlarutpada limbah batik.

Ampas tebu (bagasse) adalahlimbah padat industri gula tebu yangmengandung serat selulosa yang cukuppotensial sebagai bahan adsorbensehingga dapat dimanfaatkan sebagaipenurunan parameter zat warna, TSS, danCOD pada limbah cair batik

II. TINJAUAN PUSTAKA1. Industri Tebu

Industri tebu adalah industri yangmenghasilkan gula dan semua produkyang dapat dihasilkan dari perkebunantebu seperti gula kemas, alkohol, bahankosmetik, bumbu masak, pakan ternak,particle board, pupuk, dll).

Secara morfologis ampas tebuterdiri dari:a. Jaringan Epidermis, merupakan

bagian permukaan yang menutupidan melindungi batang yang tidakdapat tembus oleh pengaruh luar.

b. Pentosa, terdiri dari serat–serat yangagak panjang dengan dinding yangagak tebal, yang sebagian terdapatdi sekitar pembuluh di sepanjangbatang, berfungsi sebagaipenyokong kekuatan dari batangtebu

c. Gabus (pith) terdiri dari sel-sel yangberdinding tipis, berasal dari jarigandasar (parenkim) yang berfungsisebagai tempat menyimpan zatmakanan atau bahan gula (sakarosadan monosakarida)

2. Ampas Tebu (Bagasse)

Bagasse merupakan limbah padatyang dihasilkan pada unit penggilingantebu. Dalam proses produksi gula, darisetiap tebu yang diproses dihasilkanampas tebu sebesar 90%, gula yangdimanfaatkan hanya 5% dan sisanyaberupa tetes tebu (molase) dan air(Witono, 2003). Ampas tebumerupakan limbah pabrik gula yangsangat mengganggu apabila tidakdimanfaatkan. Ampas tebumengandung serat (selulosa, pentosan,dan lignin), abu, dan air (Syukur,2006). Ampas tebu pada umumnyatersusun oleh air 46-52%, serat 43-52%, dan bahan yang mudah larutdalam air terutama gula sebanyak 2-6% dari berat keringnya.

3. Arang AktifArang aktif merupakan salah satu

adsorben yang banyak dan seringdigunakan, karena disamping dapatmengurangi kadar bahan organik yangterlarut dalam air juga dapat digunakanuntuk mengurangi partikel-partikeldalam air termasuk benda yang tidakdapat diuraikan (non biodegredeble)ataupun bau, warna, dan rasa(Sugiharto,1987).

Arang aktif adalah arang yangdihasilkan dari proses pengaktifandengan menggunakan bahan pengaktifsehingga memperluas permukaanarang dengan membuka pori-pori yangtertutup sehingga daya adsorbsinyalebih tinggi. Arang aktif mempunyaibentuk amorf yang terdiri dari pelat-pelat datar yang disusun oleh atom-atom karbon (C) yang terikat secarakovalen dalam suatu kisi heksagon.Proses pembuatan arang ada 2 tahapyaitu tahap karbonisasi dan tahapaktivasi.

4. AdsorpsiAdsorpsi adalah proses

pengumpulan subtansi terlarut(soluble) yang ada dalam larutan oleh

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 5

Page 6: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

permukaan benda penyerap di manaterjadi suatu ikatan kimia fisika antarasubtansi dan penyerapnya (Sembiring,2003). Adsorpsi terjadi padapermukaan akibat gaya-gaya atom danmolekul-molekul pada permukaantersebut. Zat yang menjerap disebutadsorben, sedangkan zat yang terjerapdisebut adsorbat.

5. WarnaSenyawa zat warna di lingkungan

perairan sebenarnya dapat mengalamidekomposisi secara alami oleh adanyacahaya matahari, namun reaksi iniberlangsung relatif lambat, karenaintensitas cahaya UV yang sampai kepermukaan bumi relatif rendahsehingga akumulasi zat warna ke dasarperairan atau tanah lebih cepatdaripada fotodegradasinya (Dae-Hee etal. 1999 dan Al-kdasi 2004).

Zat warna merupakan senyawaorganik yang mengandung guguskromofor sebagai pembawa warna danauksokkrom sebagai pengikatwarna.Untuk zat warna reaktif inimerupakan zat warnayang banyakdigunakan untuk pewarna batik.

6. TSSMenurut Sumestri dan Alearts

(1987), bahwa TSS (Total SuspendedSolid) adalah zat-zat yang beradadalam suspense, dapat dibedakanmenurut ukurannya sebagai partikeltersuspensi koloid (partikel koloid) danpartikel tersuspensi biasa (partikeltersuspensi).

Zat padat tersuspensi dapatdiklasifikasikan menjadi zat padatterapung yang bersifat anorganik danzat padat terendapkan yang bersifatorganik dan anorganik.Padatan tersuspensi merupakanpadatan yang menyebabkan kekeruhanair, tidak terlarut, dan tidak dapatmengendap langsung. Padatan

tersuspensi terdiri dari partikel-partikelyang ukurannya maupun beratnya lebihdari sedimen.

7. CODCOD (Chemical Oxygen Demand)

merupakan jumlah total oksigen yangdibutuhkan untuk oksidasi bahanorganik secara kimiawi, baik yangdapat didegradasi secara biologismaupun yang sukar didegradasi secarabiologi menjadi CO2 dan H2O.

III. TAHAPAN PENELITIAN- Mempersiapkan alat dan bahan

yang akan digunakan.- Memasukan media adsorben

dengan variasi perbandinganketebalan media kombinasi arangsekam padi dan bagasse yaitu 10cm : 10 cm, 10 cm : 20 cm, 10cm : 30 cm, 10 cm : 40 cm, 10cm : 50 cm, 10 cm : 60 cm,dan10 cm : 70 cm ke dalam masing-masing tabung adsorben

- Masukkan batu kira-kiraberukuran 2-3 cm untukpemberat ampas tebu sebanyak 3buah.

- Masukkan limbah batik ke dalamtabung setinggi 97 cm yaitusebanyak 12 liter 300 ml kesetiap tabung.

- merendam media tersebut selama30 menit.

- Membuka outlet keran air danmengambil sampel airnya.

- Mengulangi urutan penelitiantahapan (a – f) untuk waktuperendaman selama 60 menit.

a. Filter

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 6

Page 7: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

b. Analisis DataData dari hasil analisis akan

disajikan dalam bentuk tabel dan grafikdan dianalisa secara deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian denganmenggunakan media bagasseyangdikombinasikan dengan media arangsekam padi untuk menurunkanparameter warna, TSS, dan COD padalimbah cair batik dengan variasiketebalan media bagasse yaitu 0 cm,10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm,60 cm, dan 70 cm dengan variasiwaktu perendaman selama 30 menitdan 60 menit. Media arang sekam padiyang digunakan tidak dilakukanvariasi. Ketebalan media arang sekampadi yang digunakan adalah 10 cmdengan ukuran butiran sebesar 40-60mess. Penelitian ini dilakukan dengancara batch.

1.1. WarnaData hasil penelitian yang telah

dilakukan untuk parameter warnadengan perbandingan waktuperendaman 30 menit dan 60 menit,dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kadar WarnaLimbah Cair Batik Pada BerbagaiVariasi Ketebalan Dan WaktuPerendaman

Kadar Awal Warna (Co) = 7.000 Pt-Co

No.

KetebalanMediaBagasse

(cm)

Kadar Akhir Warna( Pt-Co )

30 menit(Ct)

60 menit(Ct)

1 0 7.000 6.8002 10 6.800 3.7503 20 6.250 3.5004 30 5.625 3.7505 40 5.625 3.1256 50 3.500 3.1257 60 3.500 3.1258 70 3.200 2.500

Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel diatas dapatdigambarkan suatu grafik hubunganantara ketebalan media bagasse,waktu perendaman 30 menit, dankadar warna, dapat dilihat padaGambar 4.1.

0 10 20 30 40 50 60 700

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

f(x) = − 611.31 x + 7938.39R² = 0.92

30 Menit

Linear (30 Menit)

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Ka

da

r W

arn

a (

Ct)

Pt-

Co

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.1. Grafik HubunganVariasi Antara Tebal MediaBagasse Dan Waktu Perendaman30 Menit Terhadap Kadar Warna

Dari grafik di atas menunjukkanbahwa penelitian yang dilakukan dapatmenurunkan parameter warna. Selainitu, semakin lama waktu perendamanmaka penurunan kadar akhir warnasemakin besar. Hasil paling baikdalam menurunkan parameter warnaadalah ketebalan media bagasse 70 cmdengan waktu perendaman 60 menitdibandingkan dengan variasi ketebalanmedia bagasse lainnya dengan waktu

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 7

Page 8: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

perendamannya. Parameter warna yangawalnya 7.000 Pt-Co menjadi 2.500 Pt-Co.

Pada Gambar 4.1 menunjukkanuntuk waktu perendaman 30 menitdidapat nilai R2 = 0,921, yang berartipenurunan kadar warna 92,1 %dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 7,9 % dipengaruhioleh faktor lain.

Efisiensi penurunan kadar warnadari tebal media bagasse dan waktuperendaman dapat dilihat pada Tabel4.2.

Tabel 4.2. Efisiensi Penurunan KadarWarna Dengan Variasi KetebalanMedia Bagasse Dan WaktuPerendaman 30 Menit

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel di atas dibuatgrafik hubungan antara variasiketebalan media bagasse, waktuperendaman 30 menit, dan efisiensipenurunan kadar warna dapat dilihatpada Gambar. 4.2.

0 10 20 30 40 50 60 700

10

20

30

40

50

60

30 menit

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Efi

sie

ns

i P

en

uru

na

n Z

at

Wa

rna

(%

)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.2. Grafik HubunganAntara Ketebalan Media BagasseDan Waktu Perendaman 30 MenitTerhadapDengan EfisiensiPenurunan Kadar Warna

Dari grafik di atas dapatdisimpulkan bahwa variasi ketebalanmedia bagasse dan lama waktuperendaman berpengaruh terhadapefisiensi penurunan kadar warna. DariTabel 4.1 dapat digambarkan suatugrafik hubungan antara ketebalan

media bagasse, waktu perendaman60 menit, dan kadar warna, dapatdilihat pada Gambar 4.3.

0 10 20 30 40 50 60 700

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

f(x) = − 416.37 x + 5583.04R² = 0.6

60 Menit

Linear (60 Menit)

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Ka

da

r W

arn

a (

Ct)

Pt-

Co

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.3. Grafik HubunganVariasi Antara Tebal MediaBagasse Dan Waktu Perendaman60 menit Terhadap Kadar Warna

Dari grafik diatas menunjukkanbahwa penelitian yang dilakukan dapatmenurunkan parameter warna. Hasilpaling baik dalam menurunkanparameter warna adalah ketebalan

media bagasse 70 cm. Parameterwarna yang awalnya 7.000 Pt-Comenjadi 2.500 Pt-Co.

Pada Gambar 4.1 menunjukkanuntuk waktu perendaman 60 menitdidapat nilai R2 =0,602, yang berartipenurunan kadar warna 60,2 %dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 39,8 %dipengaruhi oleh faktor lain.

Efisiensi penurunan kadar warnadari tebal media bagasse dan waktuperendaman 60 menit dapat dilihatpada Tabel 4.3.

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 8

KetebalanMedia

Bagasse

KadarAwal(Co)

30 Menit(Ct)

Effisiensi (

C 0−CtCo

x100 %

)0 cm

7.000

0 010 cm 200 2,920 cm 750 10,730 cm 1375 19,640 cm 1375 19,650 cm 3500 50,060 cm 3500 50,070 cm 3800 54,3

Page 9: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

Tabel 4.3. Efisiensi Penurunan KadarWarna Dengan Variasi KetebalanMedia Bagasse Dan WaktuPerendaman 60 Menit

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel di atas dibuatgrafik hubungan antara variasiketebalan media bagasse, waktuperendaman 60 menit, dan efisiensipenurunan kadar warna dapat dilihatpada Gambar. 4.4.

1 2 3 4 5 6 7 80.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

60 menit

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Efi

sie

nsi P

en

uru

na

n Z

at

Wa

rna

(%

)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.4. Grafik HubunganAntara Ketebalan Media BagasseDanWaktu Perendaman 60 MenitTerhadap Efisiensi PenurunanKadar Warna

Dari grafik di atas dapatdisimpulkan bahwa variasi ketebalanmedia bagasse berpengaruh terhadapefisiensi penurunan kadar warna.

1.2. TSS (Total Suspended Solid)Data hasil penelitian yang telah

dilakukan untuk parameter TSSdengan perbandingan waktuperendaman 30 menit dan 60 menit,dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.4. Hasil Analisa TSS LimbahCair Batik Pada Berbagai VariasiKetebalan Dan Waktu Perendaman

Kadar Awal TSS (Co) = 13.888 mg/l

No.

KetebalanMedia

Bagasse (cm)

Kadar Akhir TSS (mg/l)30 menit

(Ct)60 menit

(Ct)1 0 10.900 10.7882 10 9.752 9.5293 20 8.836 9.8724 30 8.728 8.9205 40 7.412 8.8366 50 7.704 7.6727 60 7.528 6.7688 70 7.364 6.412

Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel di atas dapatdigambarkan suatu grafik hubunganantara ketebalan media bagasse,waktu perendaman 30 menit, dankadar TSS, dapat dilihat padaGambar 4.5.

0 10 20 30 40 50 60 700

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

f(x) = − 483.14 x + 10702.14R² = 0.85

30 Menit

Linear (30 Menit)

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Ka

da

r T

SS

(mg

/l)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.5. Grafik HubunganVariasi Antara TebalMediaBagasse Dan WaktuPerendaman 30 menit TerhadapKadar TSS

Dari grafik diatas menunjukkanbahwa penelitian yang dilakukandapat menurunkan parameter warna.Hasil paling baik dalam menurunkanparameter TSS adalah ketebalanmedia bagasse 70 cm Parameter TSSyang awalnya 13.888 mg/l menjadi7.364 mg/l.

Pada Gambar 4.3 menunjukkanuntuk waktu perendaman 30 menitdidapat nilai R2 = 0,849, yang berartipenurunan kadar TSS 84,9%dipengaruhi oleh ketebalan media

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 9

KetebalanMedia

Bagasse

KadarAwal(Co)

60 Menit(Ct)

Effisiensi(

C 0−CtCo

x100 %

)0 cm

7.000

200 2,910 cm 3.250 46,420 cm 3.500 50,030 cm 3.250 46,440 cm 3.875 55,450 cm 3.875 55,460 cm 3.875 55,470 cm 4.500 64,3

Page 10: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

bagasse dan sisanya 15,1%dipengaruhi oleh faktor lain. Efisiensipenurunan kadar TSS dari ketebalanmedia bagasse dan waktuperendaman dapat dilihat pada Tabel4.5.

Tabel 4.5. Efisiensi Penurunan KadarTSS Dengan VariasiKetebalanMedia Bagasse DanWaktu Perendaman 30 Menit

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel diatas dibuatgrafik hubungan antara variasiketebalan media bagasse, waktuperendaman 30 menit, dan efisiensipenurunan kadar TSS.

0 10 20 30 40 50 60 700.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

50.0

30 menit

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Efi

sie

nsi P

en

uru

na

n T

SS

(%

)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.6. Grafik HubunganAntara Ketebalan Media BagasseDanWaktu Perendaman 30 MenitTerhadapDengan EfisiensiPenurunan TSS

Dari grafik di atas dapatdisimpulkan bahwa variasi ketebalanmedia bagasse dan lama waktuperendaman berpengaruh terhadapefisiensi penurunan kadar TSS.

Dari Tabel 4.4 dapatdigambarkan suatu grafik hubunganantara ketebalan media bagasse,waktu perendaman 60 menit, dankadar TSS, dapat dilihat padaGambar 4.7.

0 10 20 30 40 50 60 700

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

f(x) = − 608.58 x + 11338.25R² = 0.95

60 Menit

Linear (60 Menit)

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Ka

da

r T

SS

(mg

/l)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.7. Grafik HubunganVariasi Antara Tebal MediaBagasse Dan Waktu Perendaman

60 menit Terhadap Kadar TSS

Dari grafik diatas menunjukkanbahwa penelitian yang dilakukan dapatmenurunkan parameter TSS. Hasil palingbaik dalam menurunkan parameter TSSadalah ketebalan media bagasse 70 cm.Parameter TSS yang awalnya 13.888 mg/lmenjadi 7.364 mg/l.

Pada Gambar 4.7 menunjukkanuntuk waktu perendaman 60 menitdidapat nilai R2 =0,946, yang berartipenurunan kadar TSS 94,6 %dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 5,4 %dipengaruhi oleh faktor lain.

Efisiensi penurunan kadar TSSdari ketebalan media bagasse danwaktu perendaman dapat dilihat padaTabel 4.6.

Tabel 4.6. Efisiensi Penurunan KadarTSS Dengan Variasi KetebalanMedia Bagasse Dan WaktuPerendaman 60 Menit

Sumber: Data Primer 2016

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 10

KetebalanMedia

Bagasse

KadarAwal(Co)

30Menit(Ct)

Effisiensi(

C 0−CtCo

x100 %

)0 cm

13.888

2.988 21,510 cm 4.136 29,820 cm 5.052 36,430 cm 5.160 37,240 cm 6.476 46,650 cm 6.184 44,560 cm 6.360 45,870 cm 6.524 47,0

KetebalanMedia

Bagasse

KadarAwal(Co)

60 Menit(Ct)

Effisiensi(

C 0−CtCo

x100 %

)0 cm

13.888

3.100 22,310 cm 4.359 31,420 cm 4.016 28,930 cm 4.968 35,840 cm 5.052 36,450 cm 6.216 44,860 cm 7.120 51,370 cm 7.476 53,8

Page 11: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

Berdasarkan tabel diatas dibuatgrafik hubungan antara variasiketebalan media bagasse, waktuperendaman 60 menit, dan efisiensipenurunan kadar TSS.

0 10 20 30 40 50 60 700.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

60 menit

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Efi

sie

nsi P

en

uru

na

n T

SS

(%

)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.8. Grafik HubunganAntara Ketebalan Media BagasseDan Waktu Perendaman 60 MenitTerhadap Dengan EfisiensiPenurunan TSS

Dari grafik di atas dapatdisimpulkan bahwa variasi ketebalanmedia bagasse dan lama waktuperendaman berpengaruh terhadapefisiensi penurunan kadar TSS.

1.3. COD (Chemical Oxygen Demand)Data hasil penelitian yang telah

dilakukan untuk parameter CODdengan perbandingan waktuperendaman 30 menit dan 60 menit,dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Analisa CODLimbah Cair Batik Pada BerbagaiVariasi Ketebalan Dan WaktuPerendaman

Kadar Awal COD (Co) = 26.289 mg/l

No.

KetebalanMedia

Bagasse (cm)

Kadar Akhir COD (mg/l)30 menit

(Ct)60 menit

(Ct)1 0 23.943 24.9432 10 23.597 23.5973 20 22.924 20.2314 30 21.577 20.9045 40 20.231 19.5586 50 20.904 16.8657 60 19.558 16.5968 70 19.530 15.519

Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel diatas dapatdigambarkan suatu grafik hubunganantara ketebalan media bagasse,waktu perendaman 30 menit, dankadar COD, dapat dilihat padaGambar 4.9.

0 10 20 30 40 50 60 700

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

f(x) = − 696.33 x + 24666.5R² = 0.93

30 Menit

Linear (30 Menit)

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Ka

da

r C

OD

(mg

/l)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.9. Grafik HubunganVariasi Antara Tebal MediaBagasse Dan Waktu PerendamanTerhadap Kadar COD

Dari grafik di atas menunjukkanbahwa penelitian yang dilakukandapat menurunkan parameter COD.Parameter COD yang awalnya 26.289mg/l menjadi 19.530 mg/l.

Pada Gambar 4.5 menunjukkanuntuk waktu perendaman 30 menitdidapat nilai R2 = 0,925, yang berartipenurunan kadar warna 92,5%dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 7,5%dipengaruhi oleh faktor lain.

Efisiensi penurunan kadar CODdari ketebalan media bagasse denganwaktu perendaman 30 menit dapatdilihat padaTabel 4.8.

Tabel 4.8. Efisiensi Penurunan KadarCOD Dengan Variasi KetebalanMedia Bagasse Dan WaktuPerendaman 30 Menit

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel diatas dibuatgrafik hubungan antara variasiketebalan media bagasse, waktuperendaman 30 menit, dan efisiensi

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 11

KetebalanMedia

Bagasse

KadarAwal(Co)

30Menit(Ct)

Effisiensi(

C 0−CtCo

x100 %

)0 cm

26.289

2.346 8,910 cm 2.692 10,220 cm 3.365 12,830 cm 4.712 17,940 cm 6.058 23,050 cm 5.385 20,560 cm 6.731 25,670 cm 6.759 25,7

Page 12: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

penurunan kadar COD dapat dilihatpada Gambar 4.10.

0 10 20 30 40 50 60 700.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

30 menit

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Efi

sie

nsi P

en

uru

na

n C

OD

(%

)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.10. GrafikHubungan Antara Ketebalan MediaBagasse Dan Waktu Perendaman30 Menit TerhadaP Dengan EfisiensiPenurunan COD

Dari grafik diatas dapatdisimpulkan bahwa variasi ketebalanmedia bagasse dan lama waktuperendaman berpengaruh terhadapefisiensi penurunan kadar COD.

Dari tabel di atas dapatdigambarkan suatu grafik hubunganantara ketebalan media bagasse,waktu perendaman 60 menit, dankadar COD, dapat dilihat padaGambar 4.11.

0 10 20 30 40 50 60 700

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

f(x) = − 1338.3 x + 25798.96R² = 0.95

60 Menit

Linear (60 Menit)

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Ka

da

r C

OD

(mg

/l)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.11. Grafik HubunganVariasi Antara Tebal MediaBagasse Dan Waktu Perendaman60 Menit Terhadap Kadar COD

Dari grafik di atas menunjukkanbahwa penelitian yang dilakukandapat menurunkan parameter COD.Parameter COD yang awalnya 26.289mg/l menjadi 19.530 mg/l.

Pada Gambar 4.11 menunjukkanuntuk waktu perendaman 60 menitdidapat nilai R2 =0,945, yang berartipenurunan kadar warna 94,5%dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 5,5%dipengaruhi oleh faktor lain

Efisiensi penurunan kadar CODdari ketebalan media bagasse denganwaktu perendaman 60 menit dapatdilihat pada Tabel 4.9.Tabel 4.9. Efisiensi Penurunan Kadar

COD Dengan VariasiKetebalanMedia Bagasse DanWaktu Perendaman 60 Menit

Sumber: Data Primer 2016

Berdasarkan tabel di atas dibuatgrafik hubungan antara variasiketebalan media bagasse, waktuperendaman 60 menit, dan efisiensipenurunan kadar COD dapat dilihatpada Gambar 4.12.

0 10 20 30 40 50 60 700.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

60 menit

Ketebalan Media Bagasse (cm)

Efi

sie

nsi P

en

uru

na

n C

OD

(%

)

Sumber: Data Primer 2016

Gambar 4.12. Grafik HubunganAntara Ketebalan Media BagasseDan Waktu Perendaman 60Menit TerhadapDengan EfisiensiPenurunan COD

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 12

KetebalanMedia

Bagasse

KadarAwal(Co)

60Menit(Ct)

Effisiensi(

C 0−CtCo

x100 %

)0 cm

26.289

2.346 8,910 cm 2.692 10,220 cm 3.365 12,830 cm 4.712 17,940 cm 6.058 23,050 cm 5.385 20,560 cm 6.731 25,670 cm 6.759 25,7

Page 13: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

Dari grafik di atas dapatdisimpulkan bahwa variasi ketebalanmedia bagasse dan lama waktuperendaman berpengaruh terhadapefisiensi penurunan kadar COD.

V. PEMBAHASANDari hasil penelitian yang telah

dilakukan, dapat dilihat bahwa hasilanalisa dengan proses adsorbsimenggunakan kombinasi bagasse danarang sekam padi dengan variasiketebalan media bagasse, ketebalanarang sekam padi 10 cm, dan variasiwaktu perendaman memberikan hasilyang berbeda.

Pada data parameter warna yangdiuji didapat hasil yang paling baikyaitu pada ketebalan media bagasse70 cm selama waktu perendaman 60menit dengan hasil analisis sebesar2.500 Pt-Co dengan efisiensipenurunan warna sebesar 64,3%.Apabila dengan dibandingkan dengankadar awal warna sebesar 7000 Pt-Co, maka didapat selisih penurunansebesar 4.500 Pt-Co. Hasil analiadapat dilihat padaGambar 4.13 danGambar 4. 14

Pada data parameter TSS yangdiuji didapat hasil yang paling baikyaitu pada ketebalan media bagasse70 cm selama waktu perendaman 60menit dengan hasil analisis sebesar6.412 mg/ldengan efisiensipenurunan TSS sebesar 53,8%.Apabila dengan dibandingkan dengankadar awal TSS sebesar 13.888 mg/l,maka didapat selisih penurunansebesar 7.476mg/l.

Pada data parameter COD yangdiuji didapat hasil yang paling baikyaitu pada ketebalan media bagasse70 cm selama waktu perendaman 60menit dengan hasil analisis sebesar15.519 mg/l dengan efisiensipenurunan COD sebesar 41,0%.Apabila dengan dibandingkan dengankadar awal sebesar 26.289mg/l, maka

didapat selisih penurunan sebesar10.770mg/l.

Dalam penelitian ini, variasi padaketebalan bagasse yaitu 0 cm, 10 cm,20 cm, 30cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm,dan 70 cm. Hasil yang paling baikdidapat dari variasi ketebalan mediabagasse 70 cm. Hal ini disebabkankarena waktu kontak dengan mediabagasse menjadi lebih lama dan pori-pori bagasse yang dilewati pun lebihbanyak, maka limbah batik yangmengalir melewati bagasse akantersaring dengan lebih lama.

Selain itu, dalam penelitian inidilakukan variasi waktu perendamanyaitu 30 menit dan 60 menit.Perlakuan yang mengalamipenurunan paling besar yaitu terjadipada waktu perendaman 60 menit.Hal ini disebabkan karena lamanyawaktu perendaman media bagasseterhadap limbah cair batik makaproses adsorbsi yang terjadi semakinbaik karena ruang pori-pori mediabagasse akan sepenuhnya terisi olehlimbah cair batik. Salain itu, semakinlama waktu kontak dapatmemungkinkan proses difusi danpenempelan molekul adsorbatberlangsung lebih baik. Konsentrasizat-zat organik akan turun apabilakontaknya cukup.

Lamanya waktu perendaman danketebalan media bagasse ternyataberpengaruh terhadap hasil kadarakhir dengan ditunjukkannya hasildari proses adsorbsi pada waktuperendaman 60 menit pada ketebalanmedia bagasse 70 cm diperolehefisiensi penurunan kadar parameterwarna, TSS, dan COD paling besaryaitu warna sebesar 64,3%, TSSsebesar 53,8% , dan COD sebesar41,0%.

Hasil dari uji statistik regresilinier untuk parameter warna denganwaktu perendaman selama 30 menitdiperoleh nilai R2 sebesar 0,921 yangberarti penurunan kadar warna 92,1

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 13

Page 14: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

% dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 7,9 %dipengaruhi oleh faktor lain. Untukpersamaan hubungan antarakedalaman dengan waktuperendaman 30 menit dankadar warna adalah y = -611,3x+7938. Sedangkan untukwaktu perendaman 60 menit didapatnilai R2 sebesar0,602, yang berartipenurunan kadar warna 60,2 %dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 39,8 %dipengaruhi oleh faktor lain. Untukpersamaan hubungan antarakedalaman dengan waktuperendaman 60 menit dan kadarwarna adalah y = -416,3x + 5583.

Hasil dari uji statistik regresilinier untuk parameter TSS denganwaktu perendaman selama 30 menitdiperoleh nilai R2 sebesar 0,849 yangberarti penurunan kadar TSS 84,9%dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 15,1%dipengaruhi oleh faktor lain. Untukpersamaan hubungan antara ketebalanmedia bagasse dengan waktuperendaman 30 menit dan kadar TSSadalah y = -483,1x + 10702.Sedangkan untuk waktu perendaman60 menit didapat nilai R2

sebesar0,946, yang berarti penurunankadar TSS 94,6 % dipengaruhi olehketebalan media bagasse dan sisanya5,4 % dipengaruhi oleh faktorlain.Untuk persamaan hubunganantara kedalaman dengan waktuperendaman 60 menit dan kadar TSSadalah y = -608,5x + 11338

Hasil dari uji statistik regresilinier untuk parameter COD denganwaktu perendaman selama 30 menitdiperoleh nilai R2 sebesar 0,925 yangberarti penurunan kadar warna 92,5%dipengaruhi oleh ketebalan mediabagasse dan sisanya 7,5%dipengaruhi oleh faktor lain. Untukpersamaan hubungan antara ketebalanmedia bagasse dengan waktu

perendaman 30 menit dan kadar CODadalah y = -696,3x + 24667.Sedangkan untuk waktu perendaman60 menit didapat nilai R2

sebesar0,945, yang berarti penurunankadar warna 94,5% dipengaruhi olehketebalan media bagasse dan sisanya5,5% dipengaruhi oleh faktorlain.Untuk persamaan hubunganantara kedalaman dengan waktuperendaman 60 menit dan kadar CODadalah y = -1338,x + 25799.

Faktor lain yang mempengaruhipenurunan kadar warna, TSS, danCOD, sebagai berikut:1. Distribusi ukuran pori

Distribusi pori akanmempengaruhi distribusi ukuranmolekul adsorbat yang masukdalam partikel adsorben.Ukuranpori-pori media bagasse dan arangsekam padi yang digunakanberbeda. Hal ini ditunjukkan padamedia bagasse yang digunakanyaitu serat-serat didalam ampastebu yang digunakan tidak sama.Walaupun potongan bagasseyangdigunakan berukuran sama yaitu 1cm x 1 cm. Namun tinggipotongan bagasse tidak sama.

Untuk arang sekam padiberukuran 40-60 mess penyebaranpori tidak rata, ada yang berukuranmikropore yaitu dengan ukuran >50 nm, mesophore denga ukuran2-50 nm dan mikrophone denganukuran < 2 nm (IUPAC). Hal initerjadi setelah karbon diaktifkanmaka pori-pori pada karbonterbentuk dan tersebar dipermukaan karbon.

2. Jumlahvolume pori-pori didalamadsorben

Jumlah volume pori-porididalam adsorben mempengaruhijumlah zat yang terjerap di dalamadsorben. Semakin banyak pori-pori didalam adsorben makajumlah zat yang terjerap semakinbanyak.

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 14

Page 15: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

Dalam penelitian ini arang sekampadi memberikan pengaruh terhadaphasil kadar akhir parameter warna,TSS, dan COD. Hal ini ditunjukkandari perlakuan ketebalan mediabagasse 0 cm yang dikombinasikandengan ketebalan media arang sekampadi 10 cm selama waktuperendaman 30 menit dan 60 menitmampu menurunkan parameterwarna, TSS, dan COD. Dari hasilanalisa data diperoleh effisiensipenurunan warna dengan waktuperendaman 30 menit sebesar 0% dan60 menit sebesar 2,9%, effisiensipenurunan TSS dengan waktuperendaman 30 menit sebesar 21,5%dan 60 menit sebesar 22,3%, daneffisiensi penurunan COD denganwaktu perendaman 30 menit sebesar8,9% dan 60 menit sebesar 41,0%.

Hal ini disebabkan karena sekampadi mengandung seratsellulosayang merupakanpolisakarida dengan rumus (C6H10O5)n

yang banyak terdapat pada jaringantanaman. Serat ini mempunyaikemampuan untuk menyerap zat–zatyang ada, kemampuannya sampai 80%-85 % (Gliksman, 1984), hal iniberarti sekam padi mampu dijadikanbahan adsorben.

Dalam penelitian ini terjadiproses adsorbsi dan sedimentasisehingga dapat menurunkanparameter warna, TSS, dan COD.Proses adsorbsi terjadi karena akibatadanya perbedaan muatan antarapermukaan butiran dengan partikeltersuspensi yang ada di sekitarnyasehingga terjadi gaya tarik-menarik.Hal ini terjadi karena ampas tebu dansekam padi dapat digunakan sebagaiadsorben karena memiliki kandunganserat selulosa. Kandungan seratselulosa pada ampas tebu sebesar37,65% dan pada sekam padi sebesar35,68% (Husin,2007). Serat selulosaatau serat kasar adalah polisakaridadengan rumus (C6H10O5)n yang

banyak terdapat pada jaringantanaman. Serat ini mempunyaikemampuan untuk menyerap zat–zatyang ada, kemampuannya sampai 80%-85 % (Gliksman, 1984).

Adanya kandungan selulosa danligninpada ampas tebu dan sekampadi berpotensi untukdikonversimenjadi sumber karbonsehinggaberperan penting padaprosesadsorpsi. Kandungan ligninampas tebu sebesar 22,09 %(Husin,2007) dan sekam padi sebesar9,5%-18,4% (Champagne,2004).

Selain itu, bagasse dan arangsekam padi memiliki kandungansilika yang merupakan bahan dasardari karbosil. Karbosil adalahcampuran dari karbon dan silika.Kedua unsur tersebut berfungisebagai adsorben atau penyerap.Kandungan silika (SiO2) padabagasse sebesar 3,01% (Husin,2007)dan pada sekam padi sebesar 16,89%(UNESA Journal of Chemistry,2013).

Proses adsorbsi dapatberlangsung jika suatu permukaanpadatan dan molekul-molekul gasatau cair, dikontakkan dneganmolekul-molekul tersebut, makadidalamnya terdapat gaya kohesiftermasuk gaya hidrostatik dan gayaikatan hydogen yang bekerja diantaramolekul seluruh material. Gaya-gayayang tidak seimbang pada fasetersebut menyebabkan perubahan –perubahan konsentrasi molekul padainterface solid/fliuda. Untukmengetahui karakteristik yang terjadidalam proses adsorbsi dapatdiilustrasikan dengan Gambar 2.1

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 15

Page 16: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

Gambar 4.13. Adsorbsi dan Desorbsi

Selain proses adsorbsi, terjadijuga proses filtrasi dan pengendapan.Di dalam proses filtrasi terjadipemisahan zat padat dari cairannyadengan melewatkan air limbah batikpada lubang pori-pori yang terbentukdari susunan dari tumpukan mediabagasse dan ukuran arang sekam padiyang berbeda yaitu 40-60 mess.Dasar pemisahan metode ini adalahperbedaan ukuran partikel antarapelarut dan zat terlarutnya. Penyaringakan menahan zat padat yangmempunyai ukuran partikel lebihbesar dari pori saringan danmeneruskan pelarut.

Pada proses pengendapan terjadipada saat limbah cair batik dialirkanmelalui media kemudian direndamdalam waktu yang ditentukansebelum keluar dari tabung adsorbsi.Didalam proses pengendapan terjadipenahanan pengotor air limbah batikpada kombinasi media bagasse danarang sekam padi. Hal ini disebabkankarena ampas tebu memiliki serat-serat dan arang sekam padi memilikipori-pori sehingga dapat menyaerapkandungan warna, TSS, dan COD.Selain itu, penahananpartikeldisebabkan karena tumpukanantar bagasse dan tumpukan antarbutiran arang sekam padi di dalamtabung adsorbsi.

Senyawa utama dinding selsekam padi dan serat ampas tebu

adalah polisakirida yaitu serat kasar,atau selulosa, lignin, danhemiselulosa yang memiliki gugushidroksil yang dapat berperan dalamproses adsorpsi. Gugus –OH selulosadalam sekam padi mampu bereaksidengan gugus-gugus yang ada padazat warna tekstil, sehingga zat warnatersebut dapat terikat pada sekampadi dan serat ampas tebu.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan, maka dapat diambilkesimpulan sebagai berikut:1. Kombinasi arang sekam padi dan

bagasse dapat menurunkan limbahcair batik khususnya parameterwarna, TSS, dan COD.

2. Ketebalan media bagasse yangdikombinasikan dengan arangsekam padi menentukan hasilpenurunan kadar parameter warna,TSS, dan COD.

3. Waktu perendaman menentukanhasil penurunan kadar parameterwarna, TSS, dan COD.

2. Saran a. Sebaiknya limbah cair tidak

mencemari lingkungan khususnyabadan air, sebelum dibuanghendaknya dilakukan pengolahanuntuk menurunkan kadarnyasesuai baku mutu yang telahditetapakan.

b. Penggunaan pada kombinasimedia yang berbeda.

c. Penggunaan pada limbah cair yangberbeda.

d. Adanya penambahan variasi waktuperendaman yang lebih lama padaproses adsorbsi.

e. Dilakukan proses adsorbsi secarakontinyu.

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 16

Page 17: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

Alerts & Srisumerti S. 1987. MetodePenelitian Air.Usaha Nasional.Surabaya.

Al-Kdasi, A., Idris, A., Saed, K. danGuan, C.T. 2004. Treatment of textilewaste water by advanced oxidationprocesses. Global Nest the Int. J. 6:222-230.

Anonim. (1985-1986). Pencegahan danPenanggulangan PencemaranIndustri Batik. Balai Besar Penelitiandan Pengembangan IndustriKerajinan Batik. Yogyakarta.

Fardiaz, 1993. Polusi Air dan Udara.Kanisius. Yogyakarta.

Honig, P.,1953, Principles of SugarTechnology,Elshevier PublishingCo.,Amsterdam

Kaur S, Walia TPS, Mahajan RK. 2008.Comparative Studies of Zinc,Cadmium, Lead, and Copper onEconomically Viable Adsorbents.Journal ofEnvironmental andEngineering Sciences 7:83-90.

Lembar Informasi Pertanian. 2005.Fermentasi Ampas Tebu untukPakanTernak.http://www.iptek.net.id/ind/htm.

Muliah. 1975. Ampas Tebu dan PengaruhPenyimpanannya. Berita SelulosaVol. XI, No. 1. Pp 1 -10.LembagaPenelitian Selulosa, Bandung.

Nugroho, Rudi dan Ikba, 2005. KinetikaProses AOPs untuk penghilanganWarna Air Limbah Produksi Batik.

Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip-prinsipKimia Modern Jilid 1 Edisi4.Erlangga.Jakarta.

Paturau, J.M., 1982, “By Product of CaneSugar Industry”, New York: Elsevier

Scientific Publishing Company,Asterdam-Oxford.

Rahardjo, P. Nugroho. 2008. KajianAspek Kebijakan dan Regulasi dalamMasalah Pengolahan Limbah CairIndustri Rumah Tangga.

Siregar, A.S. 2005, Instalansi PengolahanAir Limbah. Kanisius. Yogyakarta.

Sugiharto.1987.Dasar dasar PengolahanAir Limbah, Universitas Indonesia(UI Press), Jakarta.

Sukawati, 2008. COD (Chemical OxygenDemand).

http://lingkungan.ft.unand.ac.id//images/fileTL/Dampak%2011-1/3-SSA%20v.pdf

Soeparman.1967.Teknologi KimiaTekstil. Balai Penelitian danKerajinan Batik. Yogyakarta.

Syukur DA. 2006. Integrasi UsahaPerternakan Sapi pada PerkebunanTebu.http//www.disnakkeswanlampung.go.id/i ndex.php.htm.

UNESA Journal of Chemistry. 2013.Pemanfaatan Limbah Padat ProsesSintesis Pembuatan Furfural DariSekam Padi Sebagai Arang Aktif,Vol. 2 No. 2 May 2013

Widodo.1983. Batik Seni Tradisional, PT.Penebar Swadaya, Yogyakarta.

Witono JA. 2003. Produksi Furfural danTurunannya: Alternatif PeningkatanNilai Tambah Ampas Tebu Indonesia.http//www.chem-is try.org/sect=fokus/htm.

Yayasan Harapan Kita.2006. IndonesiaIndah Batik. TMII, Jakarta.

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 17

Page 18: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page 18

Page 19: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.15/NO.1/April 2015 Page 19

Page 20: JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL. 16/NO. 1/April 2016 Page

JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.15/NO.1/April 2015 Page 20