jurnal praktikum fitofarmasi fix

Upload: defitritrimardani

Post on 02-Jun-2018

298 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    1/18

    JURNAL PRAKTIKUM FITOFARMASI

    FORMULASI KAPSUL ANDROENERGIK

    EKSTRAK BUAH CABE JAWA (Piperis retrofracti Fructus)

    NAMA KELOMPOK C- 2 :

    NIKMATUR ROHMAH 112210101044

    RATNANING S. 112210101048

    PUTRI EKA M. 112210101050

    IMELDA ROSA I. 112210101056

    NURUL FARIDAH 112210101064

    BINAR INDAH M. 112210101068

    KRISTINE DWI P. 112210101070

    PUTRI AYU A. 112210101072

    NIDYA ANGGARSASI 112210101074

    YORA UTAMI 112210101076

    BAGIAN BIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    2/18

    BAB I. PENDAHULUAN

    Cabe Jawa atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan salah satu tanaman

    obat yang sudah dimanfaatkan sejak zaman dahulu. Sejalan dengan perkembangan industri obat

    tradisional, maka kebutuhan akan buah cabe jamu semakin meningkat terutama untuk pabrik

    obat dan jamu tradisional di dalam negeri (Djauhariya and Rosman 2007).

    Cabe Jawa sebagai obat yang dapat menurunkan demam mengandung senyawa kimia

    piperin yang mempunyai daya antipiretik dan analgetik. Efek tersebut disebabkan karena daya

    hambat piperin terhadap prostaglandin. Sedangkan rasa nyeri ditimbulkan karena senstisasi

    reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi yang disebabkan oeleh prostaglandin.

    Penelitian terhadap efek farmakologi cabe jawa yaitu efek analgetik dan antipiretik pada hewan

    percobaan telah dilakukan Saroni dkk tahun 1992 (Padmadisastra 2009).

    Istilah androgen digunakan secara kolektif untuk senyawa-senyawa yang kerja bilogiknya

    sama dengan testosteron. Fungsi utama kelompok hormon ini adalah merangsang perkembangan

    dan aktivitas organ-organ reproduksi dan sifat-sifat seks sekunder, sedangkan kerja

    kombinasinya disebut kerja androgenik. Androgen juga diperkirakan bertanggungjawab terhadap

    keagresifan dan tingkah laku seksuel pria. Berbagai sumber androgen di alam antara lain terdapat

    dalam tanaman obat dan salah satu tanaman obat yang diduga mempunyai kandungan androgen

    adalah buah Cabe jawa (Piper retrofractumVahl.). Secara empirik buah cabe jawa digunakan

    sebagai obat lemah syahwat, lambung lemah dan peluruh keringat (Wahjoedi, Nuratmi, and

    Astuti 2004).

    Senyawa yang berperan terhadap bioaktivitaspadaCabe Jawa atau cabe jamu (Piper

    retrofractum Vahl.) antara lain adalah :

    1. Buah Cabe Jawa mengandung senyawa asam amino bebas, piperin, piperatin, b-sitosterol dan

    lain-lain. Banyak digunakan sebagai obat demam, mulas perut, dan lain-lain. (Ani Isnawati

    dkk., 2002).

    2.

    Cabe jawa juga mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asampalmitat, asam

    tetrahidropiperat, undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, Nisobutyldeca-trans-2-trans-4-

    dienamide, dan sesamin.9,10 Minyak atsiri cabe jawadiduga dapat menurunkan kolesterol

    dengan memberikan umpan balik negativeyang juga dapat menghambat kerja enzim HMG-

    KoA reduktase. Cabe jawa jugamampu melindungi lemak dalam darah dari kerusakan akibat

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    3/18

    radikal bebas. Daripenelitian sebelumnya dinyatakan bahwa kecepatan oksidasi kolesterol

    dantrigliserida akibat radikal bebas pada kelompok yang diberi diet mengandung cabejawa

    lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberi diet tanpamengandung cabe

    jawa.(Indrapraja 2009)

    3. Cabe Jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek stimulan terhadap

    sel saraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal dari tanaman ini

    dikenal sebagai afrodisiaka. Berdasarkan penelitian secara ilmiah, cabe jawa digunakan

    sebagai afrodisiaka karena mempunyai efek androgenik, untuk anabolik, dan sebagai

    antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka dikatakan bahwa secara umum kandungan kimia atau

    senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid,

    tannin dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. (Nukman Moeloek dkk.,

    2010).

    4. Cabe Jawa memiliki kandungan flavonoid, triferpenoid, dan glikosida pada organ daun,

    batang, buah, dan akar. (Amin Zuchri, 2008). Senyawa lainnya yang dikandung oleh

    tanaman ini adalah piperine (sekitar 4-6%), piperlonguminine, sylvatine, tiltiline,

    sitosterol, sitral, dan linalool. Efekantipiretik dan analgetik yang ditimbulkan diperoleh

    dari piperin hal tersebut disebabkan karena daya hambat piperin terhadap prostaglandin.

    Sedangkan rasa nyeri ditimbulkan karena senstisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi

    mekanik dan kimiawi yang disebabkan oeleh rostaglandin. Peningkatan suhu badan

    (demam) disebabkan karena pelepasan zat pirogen endogen atau sitokin s eperti

    interleukin-1 (IL-1) yang memacu pelepasan prostaglandin yang berlebihan di daerah

    preoptik hipotalamus .(Padmadisastra 2009). Senyawa piperin berasa pedas. ( Menurut

    Diratpahgar, 2008 dalam Amin Zuchri, 2008).

    Padapraktikum kali ini akan memformulasi buahCabe Jawa menjadi bentuk sediaan

    kapsul bahan alam yang standard. Beberapa alasan pemilihan bentuk sediaan kapsul

    adalahbentuknya menarik dan praktis, cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi

    obat yang berasa dan berbau tidak enak, mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam

    lambung sehingga obat cepat diabsorpsi, dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan

    dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien, dan kapsul dapat diisi dengan cepat

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    4/18

    karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun

    tablet.

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    5/18

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kapsul

    Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang

    dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau

    bahan lain yang sesuai (Dirtjen POM,1995) .

    Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang kapsul bagian

    badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini akan saling menutupi bila

    dipertemukan dan bagian tutupnya akan menyelubungi bagian badan kapsul.Gelatin mempunyai

    beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila dalam keadaan

    lembab atau bila disimpan dalam larutan berair (Ansel, 2005).

    Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:

    1.

    Bentuknya menarik dan praktis.

    2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak

    enak.

    3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorpsi.

    4. Dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan

    kebutuhan pasien.

    5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong

    seperti pada pembuatan pil maupun tablet.

    Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul:

    1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan

    penguapan.

    2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).

    3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.

    4. Tidak dapat diberikan untuk balita.

    5. Tidak dapat dibagi-bagi.

    Pembuatan sediaan kapsul terdiri atas beberapa tahapan :

    1. Pembuatan formulasi serta pemilihan ukuran kapsul

    2. Pengisian cangkang kapsul

    3. Pembersihan dan pemolesan kapsul yang telah terisi.

    4. Pengemasan

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    6/18

    Ukuran kapsul

    Ukuran cangkang kapsul bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar

    000. Berurutan dari kecil ke besar 5-4-3-2-1-0-00-000. Semakin kecil nilai cangkang kapsul

    maka semakin besar ukurannya sehingga cangkang kapsul 000 menduduki ukuran paling besar.

    Biasannya ukuran paling besar digunakan sebagai kapsul binatang.

    B. Cabe Jawa (Piper retrofractum. Vahl)

    Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman sirih adalah sebagai berikut :

    Kerajaan : Plantae

    Devisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Ordo : Piperales

    Famili : Piperaceae

    Genus :Piper

    Spesies :P.retrofractum (Depkes RI, 1980).

    Pemerian buah Cabe Jawa adalah bau khas, aromatis, rasa pedas.Secara makroskopik

    yaitubuah majemuk berupa bulir; warna kelabu sampai coklat kelabu atau berwarna hitam kelabu

    sampai hitam, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak mengecil, panjang 2 cm

    sampai 7 cm, garis tengah 4 mm sampai 8 mm, bergagang panjang atau tanpa gagang.

    Permukaan luarnya tidak rata, bertonjolan teratur. Pada irisan melintang bulir, tampak buah-buah

    batu, masing-masing dengan daun pelindung yang tersusun dalam spiral pada poros bulir,

    kadang-kadang bagian tengah bulir berongga. Kulit buahnya berwarna coklat tua sampai hitam,

    kadang-kadang berwarna lebih muda. Warna kulit bijinya coklat. Hampir seluruh inti biji terdiri

    dari perisperm berwarna putih. Buah batu berbentuk bulat telur, berukuran lebih kurang 2 mm.

    daun pelindungnya berbentuk perisai. (Depkes RI, 1977).

    Gambar 1. Buah Cabe Jawa

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    7/18

    Secara mikroskopik, perikarp yaitu epikarp dan hypodermis yang terdapat pada bagian

    ujung atau pada bagian luar dari buah. Epikarpnya terdiri dari sel-sel pipih, bentuk polygonal,

    berisi zat berwarna coklat tua. Hipodermis terdiri dari jaringan parenkim dan sel batu, tunggal

    atau berkelompok. Sel batu berbentuk hampir isodiametris sampai persegi panjang, kadang-

    kadang dengan bagian ujung agak meruncing, dinding sel tebal, berwarna kuning, saluran

    noktahnya jelas, lumen cukup lebar, berlignin. Mesokarp terdiri dari sel-sel parenkimatik, berisi

    butir pati kecil, tersebar di antara parenkim terdapat sel sekresi berisi minyak atau damar minyak

    berwarna kuning sampai kuning jingga, lapisan terakhir terdiri dari lapisan sel minyak yang

    besar berbentuk persegi, berdinding tipis, berisi butir-butir minyak berwarna kuning. Endokarp

    terdiri dari sel-sel pipih dengan dinding radial tebal dan noktah lebar. Endokarp melekat erat

    dengan kulit biji. Kulit bijinya berwarna coklat dan terdiri dari 3 lapisan yang pada irisan

    melintang atau membujur batas-batas sel kurang jelas. Daun pelindungnya berupa epidermis

    berdinding tipis dan mempunyai stomata dan endosperm. (Depkes RI, 1977).

    Habitat Cabe jawa merupakan tumbuhan asli Indonesia, ditanam di pekarangan, ladang,

    atau tumbuh liar di tempat-tempat yang tanahnya tidak lembab dan berpasir seperti di dekat

    pantai atau di hutan sampai ketinggian 600 m dpl. Tempat tumbuh tanaman merambat pada

    tembok, pagar, pohon lain, atau rambatan yang dibuat khusus. Cocok ditanam di tanah yang

    tidak lembab dan porus (banyak mengandung pasir). Perbanyakan tanaman dilakukan dengan

    stek batang yang sudah cukup tua atau melalui biji.

    Kandungan kimia dari cabe jawa (Piper retrofractum. Vahl) berupa Alkaloid piperin,

    kavisin, piperidin, isobutildeka-trans-2-trans-4-m dienamida; saponin, polifenol, minyak atsiri,

    asam palmitat, asam tetrahidropiperat, 1-undesilenil-3,4-metilendioksibenzena, dansesamin. Efek

    farnakologi berupa adroenergik, antipiretik dan analgesik. Kontraindikasi tidak boleh diberikan

    pada wanita hamil dan menyusui. Peringatandapat menimbulkan reaksi anafilaksis bagi yang

    alergi.Efek yang tidak diinginkan dapat menyebabkan respiratory distress syndrome bila

    terinhalasi.

    KLT Densitometri.

    Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen

    menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah

    satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    8/18

    keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam

    kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Prinsip densitometri yaituDensitometri

    adalah metode analisi instrumental yang berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan

    analit yang merupakan bercak atau noda pada lempeng KLT.Interaksi radiasi elektromagnetik

    dengan noda pada lempeng KLT yang ditentukan adalah adsorpsi, transmisi, pantulan (refleksi)

    pendar fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi semula.(Paramita 2012). Kromatografi

    lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium

    oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam.Fasa gerak

    yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada

    polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas,

    sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara trial and

    error.Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap R\f (faktor retensi) yang diperoleh. Faktor

    retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh

    eluen. Rumus faktor retensi adalah:

    Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang

    mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya.

    Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat

    pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara

    0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan

    sebaliknya. (anonim)

    Penetapan kadar senyawa ekstrak dilakukan dengan cara kromatografi lapisan tipis

    (KLT) densitometri menggunakan fase diam silika gel 60 F254dengan fase gerak diklorometana :

    etil asetat (30:10).

    Evaluasi Sediaan

    Pemeriksaan ekstrak yang dapat dilakukan adalah organoleptis (bentuk, warna, bau dan

    rasa). Hasil uji organoleptis ekstrakbuah Cabe Jawa adalah sebagai berikut :

    Tabel 1. Hasil Uji OrganoleptisPiper retrofractum. Vahl

    http://4.bp.blogspot.com/-tJqQKG-ds6c/UYdLR2QIy3I/AAAAAAAAAbg/oUJYIv4noQA/s1600/Rf.PNG
  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    9/18

    Uji Organoleptis Hasil pengamatan

    Bentuk

    Warna

    Bau

    Rasa

    campuran ekstrak kering diuji sifat alirnya menggunakan alat corong dengan mengisi

    tabel berikut :

    Variabel Data

    Berat granul (gram)

    Waktu alir (detik)

    Kecepatan alir (g/detik)

    Tinggi kerucut (cm)

    Jarijari kerucut (cm)

    Tangen sudut diam

    Sudut diam

    Uji keseragaman bobot kapsul menggunakan alat timbangan analitik dengan memenuhi

    persyaratan uji keseragaman bobot kapsul :

    Bobot ratarata isi

    kapsul

    Perbedaan bobot isi kapsul dalam %

    A B

    < 120 mg 10 20

    Lebih dari 120 mg 7,5 15

    Refrance Product Kapsul Cabe Jawa (Padmadisastra 2009)

    Formulasi kapsul cabe jawa

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    10/18

    R/ CABE JAWA 5 MG

    AMIYLUM ORYZAE qs

    AVICEL 100 MG

    MF DA IN CAPS No. 100

    S TDD

    Karakteristik bahan

    - Cabe jawa

    Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris, bagian ujung agak

    mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur, panjang 2-7 cm, garis tengah 4-8

    mm, bertangkai panjang, berwarna hijau coklat kehitaman atau hitam, keras. Biji bulat

    pipih, keras, coklat kehitaman. Bau khas, aromatis, rasa pedas. (Acuan Sediaan Herbal

    2010)

    - Avicel

    Sinonim : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum microcristallinum;

    Celphere; Ceolus KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel; Ethispheres; Fibrocel; MCC

    Sanaq; Pharmacel; Tabulose; Vivapur.Rumus empiris: (C6H10O5)220( BM 36.000 ). Struktur

    formula :

    Gambar 1. Struktur kimia avicel (Rowe et al, 2009).

    Fungsi : Adsorbent; suspending agent; tablet dan capsule diluent; tablet disintegrant.

    Microcrystalline cellulose digunakan secara luas dalam farmasi, umumnya sebagai

    binder/diluent pada tablet oral dan formula kapsul dimana ini digunakan baik dalam

    granulasi basah dan proses kempa langsung. Pada penambahannya sebagai

    binder/diluent, microcrystalline cellulose juga memiliki fungsi sebagai lubrikan dan

    disintegran yang berguna dalam tabletasi.

    Sifat kimia fisika Avicel:

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    11/18

    pH : 5,0-7,5

    Kerapatan : 1,512-1,668 g/cm3

    Titik lebur : 260-270oC

    Distribusi partikel : 20-200 m

    Kelarutan : mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut dalam air,

    asam terlarut, dan sebagian besar pelarut organik.

    Inkompatibilitas : avicel inkompatibel dengan agen oksidator kuat.

    - Amylum oryzae (Depkes RI 1979 ; hal 93)

    Nama resmi : AMYLUM ORYZAE

    Nama lain : Pati beras

    Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.

    Kelarutan : Keasam-basahan, batas jasad renik.

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering

    Fungsi : sebagai glidan (tablet), diluen (kapsul), disintegran (tablet dan

    kapsul), binder (tablet).

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    12/18

    BAB III. METODE

    a. Bahan

    Buah Cabe Jawa (Piperis Retrofracti Fructus)

    b. Pembuatan Ekstrak

    1. Ekstraksi

    Masukan ke maserator, tambah pelarut etanol 96%, tutup

    rapat.Rendam selama 6 jam sambil diaduk, diamkan

    18jam.

    Saring dengan corong Buchner.

    Serbuk simplisia

    Maserat

    Filtrat

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    13/18

    Dipekatkan dengan rotavapor

    Hitung persentase bobot(b/b) dengan serbuk simplisia

    2. Pengeringan Ekstrak

    Aduk selama 3-5 menit, timbang, tambah sorban Aerosi

    sebanyak 1-2%dari bobot ekstrak sambil digerus dalam

    mortar hingga kering.

    c. Penetapan Kadar Senyawa Aktif Ekstrak

    1. Pembuatan Larutan Pembanding Piperin

    Timbang sebanyak 25mg, larutkan dalam 15ml etanol

    di tabung reaksi.

    Saring ke dalam labu tentukur 25ml, tambah etanol ad

    tanda.

    Encerkan

    % rendemen

    Ekstrak kental

    Ekstrak kental

    Ekstrak kering

    Piperin

    Larutan

    Larutan induk

    Larutan pembanding 100, 200, 400,

    800 ppm.

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    14/18

    2. Pembuatan Larutan Uji

    Timbang 25mg, aduk dalam 15 ml etanol di tabung

    reaksi, divorteks.

    Saring dalam labu tentukur 25ml, bilas dengan etanol ad

    tanda.

    3. Penetapan Kadar Piperin menggunakan metode KLT Densitometri

    Penotolan

    Totolkan di tepi lempeng dengan posisi pembanding di

    tengah. Eluasi pada chamber yang sudah jenuh.

    Hitung kadar piperin dalam ekstrak, ulangi 3 kali.

    Hitung nilai koefisien variasi (KV).

    Fase gerak : diklorometana : etil asetat (30:10)

    Fase diam : silica gel 60 F 254

    Deteksi : amati pada UV 254nm.

    Warna noda: gelap (meredam sinar UV). Rf piperin 0,7

    Ekstrak

    Larutan

    Filtrat

    Larutan pembanding 2l dan larutan uji 10l

    Lempeng dengan noda

    Kadar piperin dan koefisien variasi.

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    15/18

    Perhitungan :kadar piperin dalam ekstrak kering dihitung dari kurva baku larutan

    pembanding dan dinyatakan dalam mg piperin/g ekstrak.

    d. Formulasi Kapsul

    Timbang masing-masing, campur rata.

    Bagi rata ke dalam 100 cangkang kapsul, tutup

    rapat cangkang kapsul.

    e. Uji sifat alir

    Timbang. Atur jarak corong dengan alas 10 cm, tutup dasar corong, masukkan ekstrak. Buka

    penutup dasar corong, catat waktu.

    Ukur tinggi kerucut dan jari-jari, hitung tangen dari

    sudut diam(h/r)

    f. Pengisian Kapsul

    Piperin 500mg, avicel 10g, amilum 145mg

    Campuran ekstrak kering

    Kapsul ekstrak piperin.

    Campuran ekstrak kering 100g

    Ekstrak kering membentuk kerucut

    Nilai sudut diam

    Cangkang kapsul

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    16/18

    Letakan pada lubang-lubang, atur ketinggian alat

    hingga lubang kapsul rata dengan alat pengisi

    kapsul. Masukkan ekstrak, ratakan. Tutup badan

    kapsul.

    g. Uji Keseragaman Bobot Kapsul

    Timbang 20 buah lalu timbang satu per satu.

    Keluarkan isi kapsul.

    Hitung bobot rata-rata.

    h. Penetapan Kadar Senyawa Aktif Kapsul

    1. pembuatan larutan uji

    keluarkan, timbang isinya.

    Aduk dalam 15ml etanol di tabung reaksi,

    divorteks.

    Saring ke dalam labu tentukur 25ml, bilas etanol

    sampai tanda.

    2. Penetapan kadar piperin dalam kapsul

    Kapsul ekstrak piperin.

    20 buah kapsul

    Isi kapsul dan cangkang kosong

    Bobot rata-rata kapsul

    Sebuah kapsul

    Isi kapsul

    Larutan

    Filtrat (ulangi 2kali)

    Larutan pembanding piperin

  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    17/18

    Lakukan penetapan kadar, tentukan nilai koefisien

    variasi kadar piperin 3 kapsul.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim.http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html.(diaksestanggal 29

    Maret 2014)

    Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia

    Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia.

    Djauhariya, Endjo, and Rosihan Rosman. 2007. Status Teknologi Tanaman Cabe Jamu (Piper

    Retrofractum Vahl.). Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah Dan Obat 13: 75

    90.

    Kadar piperin dan koefisien variasi.

    http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.htmlhttp://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html
  • 8/10/2019 Jurnal Praktikum Fitofarmasi Fix

    18/18

    Indrapraja, Oktoria. 2009. Efek Minyak Atsiri Bawang Putih (Allium Sativum) Dan Cabe Jawa

    (Piper Retrofractum Vahl.) Terhadap Jumlah Eritrosit Pada Tikus Yang Diberi Diet

    Kuning Telur. Medical faculty. http://eprints.undip.ac.id/7754/.

    Padmadisastra, Yudi. 2009. Formulasi Tablet Ekstrak Buah Cabe Jawa (piper Retrofractum

    Vahl.) Dengan Metode Kempa Langsung. http://pustaka.unpad.ac.id/archives/16627/.

    Paramita, Uzumaki. 2012. Teknik Pemisahan-Kromatografi: Kromatografi Lapis Tipis-

    Densitometri. Teknik Pemisahan-Kromatografi. http://paramita-

    kromatografi.blogspot.com/2012/10/kromatografi-lapis-tipis-densitometri.html.

    Wahjoedi, Bambang, Budi Nuratmi, and Yun Astuti. 2004. Efek Androgenik Ekstrak Etanol

    Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Pada Anak Ayam. Jurnal Bahan Alam

    Indonesia3 (2). http://jbai.iregway.com/index.php/jurnal/article/view/51.