jurnal modernisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan...

18
1

Upload: universitas-negeri-gorontalo

Post on 14-Apr-2017

1.557 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

1

Page 2: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

2

PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA

GORONTALO

ABDUL RIVAI BOTUTIHE1, HARTATI TULI2, NILAWATY YUSUF3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

Abdul Rivai Botutihe. 921 410 068 . 2015. Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo. Skripsi Program Studi S1 Akuntansi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo, dibawah bimbingan Ibu Hartati Tuli, SE.Ak, M.Si dan Ibu Nilawaty Yusuf, SE.Ak, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modernisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan menyebarkan kuesioner. Populasi dalam penelitian sebanyak 8.522 dengan sampel sebanyak 99 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, sementara tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukan bahwa modernisasi administrasi perpajakan terletak pada kategori baik, hal ini mengindikasikan bahwa modernisasi administrasi perpajakan dirasakan oleh responden telah diterapkan dengan baik oleh fiskus. Pada variabel kepatuhan wajib pajak terletak pada kategori baik, mengindikasikan modernisasi administrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor KPP Pratama Gorontalo. Nilai pengaruhnya sebesar 25,6%, hal tersebut terlihat dari koefisien determinasi.

Kata kunci: Modernisasi Administrasi, Perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak

1Abdul Rivai Botutihe, Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo 2Hartati Tuli., SE.Ak., M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo 3Nilawaty Yusuf., SE.Ak., M.Si, Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontal

Page 3: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

3

PENDAHULUAN

Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam

Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana pemerintah dalam

rangka pembiayaan negara yang terbesar, (bppk.kemenkeu.go.id).

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak

adalah dengan melakukan reformasi pajak, Reformasi perpajakan di Indonesia

telah dilakukan pertama kali pada tahun 1983 dimana saat itu terjadi reformasi

atau perubahan sistem mendasar atas pengelolaan perpajakan Indonesia dari

sistem official assessment ke sistem self Assessment.

Direktorat Jenderal perpajakan menggulirkan reformasi administrasi

perpajakan jangka menengah (3-5 tahun). Pada tahun 2002 Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) telah meluncurkan program perubahan (change program) atau

reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut modernisasi

(Rahayu, 2009: 120).

Tujuan modernisasi yang ingin dicapai adalah meningkatkan kepatuhan

sukarela wajib pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan

produktivitas dan integritas aparat pajak. Untuk mewujudkan itu semua program

reformasi administrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara

menyeluruh dan komperhensif. perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi

bidang-bidang, struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi dan

komunikasi, manajemen sumber manusia, pelaksanaan good governance (Laporan

Tahunan 2007, Direktorat Jenderal Pajak).

Salah satu tujuan tersebut menyebutkan tentang kepatuhan pajak yang

tinggi, bisa disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak akan meningkat dengan

diberlakukannya reformasi administrasi perpajakan. Kepatuhan wajib pajak

merupakan suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban

perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya, dalam jurnal legislasi Indonesia

kepatuhan wajib pajak merupakan hal yang sangat penting dalam administrasi

perpajakan yang pada akhirnya bisa menciptakan sistem perpajakan yang baik.

Kepatuhan tersebut merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem

Page 4: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

4

administrasi perpajakan modern (Fuad, 2011), hal ini dibuktikan dengan beberapa

hasil penelitian sebelumnya tentang modernisasi administrasi perpajakan terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Sofyan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Wajib Pajak Besar”, menyimpulkan bahwa sistem administrasi perpajakan

modern mempunyai pengaruh besar terhadap kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di

lingkungan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Besar. dengan dasar teori

Caiden (1991) yang meliputi empat dimensi reformasi administrasi perpajakan,

struktur organisasi, porsedur organisasi, strategi organisasi, budaya organisasi

Madewing (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Utara”, menyimpulkan bahwa

modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak yang terdiri dari, struktur organisasi, proses bisnis

dan teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia,

pelaksanaan good governance.

Dalam penelitian ini, peneliti berlandaskan kebijakan Direktorat Jenderal

Pajak dengan program perubahan, (Annual Report, 2007) yang meliputi :

1. Struktur Organisasi

2. Proses Bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi

3. Manajemen Sumber Daya Manusia

4. Pelaksanaan Good Governance

Penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo

khususnya pada wajib pajak badan, berbeda dengan peneltian sebelumnya yang

dilakukan diluar Propinsi Gorontalo, fenomena yang mendasari penelitian ini

menunjukan pemahaman wajib pajak terhadap ketentuan perpajakan sangat

rendah baik dari segi struktur organisasi, bisinis proses teknologi informasi dan

komunikasi, manajemen sumber daya manusia, pelaksanaan good governance.

Upaya sosialisasi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo

Page 5: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

5

belum cukup mendongkrak pemahaman dan kepatuhan wajib pajak. Untuk

wilayah Propinsi Gorontalo kepatuhan wajib pajak badan yang menyampaikan

SPT dari tahun 2010 sampai 2013 dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1: Data Penyampaian SPT Masa Wajib Pajak Badan

Tahun Jumlah Wajib Pajak Badan

SPT Masa Wajib Pajak Badan

SPT Tahunan Wajib Pajak

Badan 2010 5471 2600 1811 2011 6152 2938 2112 2012 6867 3051 2113 2013 7805 2965 2037

Sumber: KPP Pratama Gorontalo, Tahun 2010-2013 Mengacu pada tabel di atas tingkat kepatuhan wajib pajak badan Propinsi

Gorontalo dalam kurun waktu lima tahun masih rendah, pada tahun 2010 sampai

dengan 2013 masih banyak yang tidak melaporkan SPT masa.

KAJIAN PUSTAKA

Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan

program perubahan (change program) atau reformasi administrasi perpajakan

yang secara singkat biasa disebut Modernisasi. Modernisasi perpajakan pada

dasarnya merupakan perwujudan atau bagian dari reformasi perpajakan.

Modernisasi perpajakan ini dapat diartikan sebagai penggunaan sarana dan

prasarana perpajakan yang baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu dan

teknologi.

Menurut Diana (2013: 14) untuk mewujudkan program modernisasi

administrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh.

Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:

1. Struktur Organisasi

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern

yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur

organisasi DJP perlu diubah, baik level kantor pusat sebagai pembuat

pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk

memudahkan Wajib Pajak, ke tiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu

Page 6: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

6

Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

(Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan

demikian wajib pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk

menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya. Struktur berbasis fungsi

diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan sistem

administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokrasi pelayanan

sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap wajib pajak untuk lebih

berdasarkan analisis resiko.

2. Business Process Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan business

process, yang mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja. Untuk itu,

perbaikan business process merupakan pilar penting program modernisasi

DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk

pekerjaan yang sifatnya klerikal. Diharapkan dengan full automation, akan

tercipta suatu business process yang efisien dan efektif karena administrasi

menjadi cepat, mudah, akurat, dan paperles, sehiingga dapat meningkatkan

pelayanan terhadap Wajib Pajak, baik dari segi kualitas maupun waktu.

3. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)

Departemen keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan program

reformasi birokrasi sejak akhir tahun 2006. Fokus program reformasi ini

adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM. Dan direncanakan

perubahan yang dilakukan sifatnya lebih menyeluruh. Hal ini perlu

mendesak untuk dilakukan, karena disadari bahwa elemen yang terpenting

dari suatu sistem organisasi adlah manusianya. Secanggih apapun struktur,

sistem, teknologi, informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua

itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa didukung SDM yang

capable dan berintergitas. Harus disadari bahwa yang perlu dan harus

diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan semata-

Page 7: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

7

mata melakukan rasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan

terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas.

4. Pelaksanaan Good Governance

Elemen terakhir adalah pelaksanaan good governance, yang seringkali

dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Suatu organisasi

berkut sistemnya akan berjalan dengan baik manakala terdapat rambu-

rambu yang jelas untuk memandu pelaksanaan tugas dan pekerjaannya,

serta yang lebih penting lagi, konsistensi implementasi rambu-rambu

tersebut.

Menurut Diana (2013: 18) dengan adanya modernisasi ini diharapkan

dapat memberi manfaat bagi wajib pajak sebagai berikut

1. Pelayanan yang lebih baik, terpadu, dan personal, melalui:

a. Konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak (PPh, PPn,

PBB dan BPHTB)

b. Adanya tenaga Account Representative (AR) dengan tugas antara lain:

1. Konsultasi untuk membantu segala permasalahan WP,

2. Mengingatkan Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya,

3. Update atas peraturan perpajakan yang terbaru

2. Penyempurnaan IT secara maksimal: email, e-SPT, e-filing

3. SDM yang profesional

a. Ada fit and proper test dan competency mapping

b. Pelaksanaan kode etik yang tegas dan konsisten

c. Pemberian tunjangan khusus (peningkatan remunerasi)

4. Pemeriksaan yang lebih terbuka dan professional dengan konsep

spesialisasi penerapan.

Menurut Nurmantu dalam Sofyan (2005), kepatuhan perpajakan

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Terdapat dua macam

kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal

adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara

formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya

Page 8: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

8

ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan. Apabila wajib pajak

telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan

sebelum batas waktu maka dapat dikatakan bahwa wajib pajak telah memenuhi

ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material.

Kepatuhan material yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara

substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan

jiwa undang-undang perpajakan. Wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material

adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat

Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum

batas waktu berakhir.

Menurut Eliyani dalam Jatmiko (2006), kepatuhan Wajib Pajak

didefinisikan sebagai memasukkan dan melaporkan tepat waktu informasi yang

diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak terutang dan membayar pajak pada

waktunya tanpa tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul kalau salah satu

syarat defenisi tidak terpenuhi.

Tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem

administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan

hukum perpajakan, Pemeriksaan pajak dan tarif pajak. Kesadaran dan kepatuhan

memenuhi kewajiban perpajakan juga tergantung pada kemauan wajib pajak,

sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Menurut Hanggana dalam Fasmi (2014), penelitian tentang kepatuhan

Wajib Pajak dalam membayar pajak belum banyak dilakukan, hal ini disebabkan

kesulitan mendapatkan responden. Secara intuitif, dapat diduga tidak seorangpun

suka membayar pajak, ketidaksukaan membayar pajak akan dilakukan dengan

tidak mentaati peraturan perpajakan, khususnya besarnya pajak yang dibayarkan.

Wajib Pajak memiliki naluri alamiah menyembunyikan informasi perilaku

ketidakpatuhan mereka dan berusaha menyembunyikan kejahatan perpajakan

yang dilakukan kepada siapapun juga.

Page 9: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

9

Dalam KUP pasal 17C menegaskan adanya wajib pajak dengan kriteria

tertentu. Kriteria inilah yang dijadikan acuan oleh Menteri yang diatur dalam

Keputusan Menteri Keuangan No.74/PMK.03/2012 yang mengatur pengembalian

pendahuluan kelebihan pembayaran pajak bagi wajib pajak patuh.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No.74/PMK.03/2012 Pasal 2, untuk dapat ditetapkan sebagai wajib pajak

dengan kriteria tertentu, wajib pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

b) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengansur atau menunda

pembayaran pajak;

c) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama

3 (tiga) tahun berturut-turut; dan

d) Tidak pernah dipidana karena melakukan tidak pidana di bidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

METODE PENELITIAN

Objek dari penelitian ini terdiri dari satu variabel independen (bebas) dan

satu variabel dependen (terkait). Adapun Populasi merupakan objek atau subjek

yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Yang menjadi

populasi sasaran dalam penelitian ini adalah wajib pajak badan yang akan

menyampaikan SPT masa maupun tahunan sebelum dan sesudah melaporkan.

Berdasarkan data dari KPP Pratama Gorontalo hingga akhir tahun 2014 tercatat

sebanyak 8522 wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama Gorontalo.

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah kuesioner. Tehnik ini digunakan untuk mengumpul data dengan

menyebarkan sejumlah pertanyaan secara tertulis kepada responden yang telah

Page 10: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

10

ditetapkan dalam sampel. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah

sebagai berikut:

Y’= a + bX

Dimana:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X = Modernisasi Administrasi Perpajakan

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Untuk

menguji hipotesis, digunakan pengujian yakni Uji F, Uji T dan Koefisien

Determinasi.

HASIL PENELITIAN

Jumlah responden yang menjadi subjek penelitian sebanyak 99 responden

yang memenuhi standar sampel penelitian. Rincian pengiriman dan pengembalian

kuisioner (response rate) disajikan pada tabel 2:

Tabel 2 : Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuisioner

Keterangan Jumlah Kuisioner yang disebar 105 Kuisioner yang kembali 105

Kuisioner yang dapat digunakan 84

Kuisioner yang tidak kembali 0

Tingkat pengembalian yang digunakan (84/105 x 100%) 80% Sumber: Olahan, 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengembalian

kuisioner (response rate) dan dapat digunakan (respon use) sebesar 80%,

dihitung dari presentase jumlah kuisioner yang kembali yang dapat digunakan (84

kuisioner) dibagi total yang dikirim (105 kuisioner).

Setelah data penelitian berhasil dikumpulkan maka selanjutnya akan

dilakukan proses analisis data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan

dalam penelitian ini. Salah satu analisis yang dilakukan adalah analisis desktriptif

Page 11: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

11

yang bertujuan untuk melihat gambaran awal mengenai obyek/variabel yang

diteliti.

Masing-masing pernyataan kuisioner variabel X dan Y akan dikategorikan

berdasarkan kriteria rentang klasifikasi. Menurut Sugiyono (2012) kriteria

interpretasi skor berdasarkan jawaban responden dapat ditentukan dengan skor

maksimum setiap kuisioner adalah 5 dan skor minimum adalah 1 maka dapat

diketahui rentang skala adalah dengan mengalikan skor tertinggi dengan jumlah

responden dan mengalikan skor terendah dengan jumlah responden jumlah

responden. Diketahui repsonden dalam penelitian ini sebanyak 84 orang dengan

nilai skor tertinggi 5 dan skor terendah 1 sehingga perhitungan rentang skala. Skor

tertinggi = 5 X 84 = 420 dan skor terendah =1 X 84 = 84 sehingga rentang skala

dapat dihitung 420-84/5 = 67,2. Sehingga berdasarkan rentang skala tersebut

dibuat penilaian (mengacu pada Narimawati, 2007: 85).

Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengukur pengaruh penerapan

modernisasi administrasi perpajakan dalam penelitian ini sebanyak 10 pernyataan.

Dalam pengujian validitas, pernyataan dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari

rtabel. Nilai rtabel didapatkan dari tabel rtabel dimana n=25 dan tingkat signifikan 5%

maka nilai rtabel sebesar 0,3961. Dengan demikian dari 10 pernyataan yang

digunakan untuk mengukur pengaruh dari variabel modernisasi administrasi

perpajakan, semua pernyataan telah memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel

0,3961 sehingga dikatakan memenuhi uji validitas dan dapat digunakan untuk

pengumpulan data penelitian.

Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel kepatuhan

wajib pajak dalam penelitian ini sebanyak 6 pernyataan. Dalam pengujian

validitas, pernyataan dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel. Nilai rtabel

didapatkan dari tabel dimana n=25 dan tingkat signifikan 5% maka nilai rtabel

sebesar 0,3961. Dengan demikian dari 6 pernyataan yang digunakan untuk

mengukur pengaruh dari variabel Kepatuhan Wajib Pajak, semua pernyataan telah

memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel 0,3961 sehingga dikatakan memenuhi uji

validitas dan dapat digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

Page 12: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

12

Hasil analisis regresi sederhana. Hasil analisis dengan bantuan program

SPSS disajikan pada tabel 3:

Tabel 3: Hasil Analisis Regresi

Mengacu pada hasil analisis di atas, maka regresi linear sederhana yang

bangun adalah:

Ŷ = 7,618 + 0,333X

Kepatuhan WP = 7,618 + 0,333 Modernisasi administrasi perpajakan

Berdasarkan model persamaan regresi tersebut, dapat diinterpretasikan

hal-hal sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 7,618 menunjukan Jika tidak terdapat pengaruh

dari variabel Modernisasi Administrasi Perpajakan, maka rata-rata nilai

dari variabel Kepatuhan Wajib Pajak pada Wajib Pajak Kantor Pelayanan

Pajak Pratama (KPP) Gorontalo adalah sebesar 7,618 satuan.

b. Nilai koefisien regresi variabel X (Modernisasi Administrasi Perpajakan),

menunjukan setiap perubahan variabel Modernisasi Aministrasi

Perpajakan sebesar 1 satuan akan mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

sebesar 0,333 kali satuan.

c. Nilai Koefisien regresi dengan arah postif menunjukan terdapat pengaruh

yang positif Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP)

Gorontalo.

Page 13: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

13

Setelah diperoleh model persamaan regresi, maka langkah selanjutnya

melakukan pengujian hipotesis, yang hasilnya pengujian dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4 : Hasil Uji Hipotesis

Hasil analisis pada tabel 4 menunjukan bahwa nilai t-hitung untuk variabel

Modernisasi Administrasi Perpajakan diperoleh sebesar 5,309, sedangkan nilai t-

tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas n-k-1 =84-1-1= 82 sebesar

1,989 (pengujian dilakukan dengan metode 2 pihak didasarkan pada hipotesis

yang dibangun). Jika kedua nilai t ini dibandingkan maka nilai t-hitung masih lebih

besar dibandingkan dengan nilai t-tabel (5,309>1,989) sehingga H0 ditolak dan H1

diterima artinya signifikan.

Selain itu apabila kita membandingkan nilai signifikan (Pvalue), maka dapat

dilihat bahwa nilai Pvalue (0,000) dari pengujian ini lebih kecil dari 0.05. Dengan

kata lain pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan dari Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP)

Gorontalo.

PEMBAHASAN

Penerapan modernisasi perpajakan telah mulai dicanangkan oleh pihak

Dirjen Pajak dalam rangka meningkatkan pendapatan negara melalui perpajakan.

Cara ini merupakan suatu langkah konkrit yang dapat memudahkan pihak wajib

pajak dalam melakukan pembayaran, dengan adanya kemudahan tersebut tentunya

akan berdampak pada kesadaran dalam membayar pajak. Hasil pengujian

deksriptif menemukan bahwa modernisasi perpajakan terletak pada kriteria yang

baik dengan skor 77,5%. Hasil ini tentunya menggambarkan bahwa modernisasi

yang telah dilakukan oleh pihak fiskus mendapat respon positif bagi wajib pajak

terutama wajib pajak badan.

Page 14: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

14

Meskipun terletak pada kriteria yang baik, namun masih ada hal-hal yang

perlu dibenahi yang berdasarkan pada statsitik deskriptif ditemukan item tersebut

memiliki banyak jawaban tidak setuju dan ragu-ragu sehingga berdampak pada

skor yang rendah. Hal tersebut terkait dengan pengembangan SDM terutama

pihak fiskus, direktorat jenderal pajak dapat menerapkan kebijakan “right man in

the right place”, di mana seorang pegawai dapat menempati suatu jabatan yang

tepat sesuai dengan keahliannya, dan sebaiknya suatu jabatan diisi oleh pegawai

yang tepat sesuai dengan standar kompetensinya. Perlunya pengembangan dan

inovasi atas hal-hal terkait dengan modernisasi perpajakan terutama dalam hal e-

filling, e-spt, e-registration, e-reg. Karena sistem ini masih banyak kekurangan,

untuk itu perlunya pengembangan atau pelatihan bagi SDM yang akan melakukan

sosialisasi mengenai modernisasi administrasi perpajakan.

Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa modernisasi

administrasi perpajakan dapat berdampak pada meningkatnya kepatuhan wajib

pajak dalam melakukan pembayaran pajak. Sebagaimana menurut Rahayu dan

Lingga (2009) bahwa konsep modernisasi administrasi perpajakan pada

prinsipnya adalah merupakan perubahan pada sistem administrasi perpajakan

yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi

sehingga dapat menjadikan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menjadi suatu

institusi yang profesional dengan citra yang baik di masyarakat. Program

reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem

administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain struktur

organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi tidak lagi menurut seksi-seksi

berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap Wajib Pajak melalui

pembentukan account representative dan compliant center untuk menampung

keberatan Wajib Pajak.

Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta

melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Sebagaimana hasil pengujian deskriptif

ditemukan bahwa nilai skor untuk kepatuhan wajib pajak yakni sebesar 76,9%.

Nilai ini terletak pada kriteria yang baik. Hal tersebut berarti bahwa masyarakat

Page 15: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

15

yang merupakan wajib pajak meyakini bahwa mereka dalam hal perpajakan telah

patuh atas aturan-aturan perpajakan yang telah ditetapkan. Meskipun terletak pada

kriteria yang baik, namun dapat dilihat masih banyaknya jawaban tidak setuju dan

ragu-ragu yang berrati masih adanya hal-hal yang harus dibenahi. Aspek tersebut

mengenai yakni mengenai tunggakan perpajakan, Perlunya bagi wajib pajak untuk

melakukan hal-hal lain yang bukan hanya terkait dengan tindakan-tindakan

intensifikasi pajak yaitu melalui cara penyempurnaan administrasi pajak,

peningkatan mutu pegawai atau petugas pemungut, penyumpurnaan undang-

undang pajak dan untuk tindakan ekstensifikasi melalui cara perluasan wajib

pajak penyempurnaan tariff perluasan obyek pajak.

Hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa nila thitung lebih besar dari nilai

ttabel sehingga dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95% (alpha 5%)

ditemukan bahwa Modernisasi Administrasi Perpajakan berpengaruh signifikan

dan positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama

(KPP) Gorontalo. Pengaruh positif menunjukan bahwa apabila terjadi peningkatan

pada modernisasi administrasi perpajakan, akan berdampak pada semakin

patuhnya responden atau wajib pajak tersebut.

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi ditemukan bahwa

besaran pengaruh dari Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak sebesar 25,6%. Nilai ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang

cukup besar dari Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Gorontalo. Hal

tersebut semestinya menjadi acuan bagi pihak fiskus dalam mengembangkan serta

melakukan hal-hal terkait dengan ekstensifikasi perpajakan salah satunya

modernisasi administrasi perpajakan sehingga wajib wajib dalam membayar

tunggakan pajaknya sesuai waktu yang telah ditentukan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Rapina,

Jerry, dan Carolina (2011).

Page 16: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

16

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa modernisasi administrasi perpajakan berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor pelayanan Pajak Pratama

Gorontalo. Terlihat dari nilai t hitung yang lebih besar dari nilai ttabel baik pada taraf

signifikan α sebesar 5%. Nilai pengaruhnya sebesar 25,6%, hal tersebut terlihat

dari koefisien determinasi. Hal ini menunjukan bahwa pentingnya modernisasi

administrasi perpajakan dalam mencapai penerimaan pajak yang diharapkan oleh

pemerintah semakin meningkat

SARAN

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Perlunya pengembangan dan inovasi atas hal-hal terkait dengan

modernisasi administrasi perpajakan terutama dalam hal e-filling, e-spt, e-

registration, e-reg. Karena sistem ini masih banyak kekurangan, untuk itu

perlunya pengembangan atau pelatihan bagi SDM yang akan melakukan

sosialisasi mengenai modernisasi perpajakan.

2. Perlunya bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo untuk

melakukan hal-hal lain yang bukan hanya terkait dengan tindakan-tindakan

intensifikasi pajak yaitu melalui cara penyempurnaan administrasi pajak,

peningkatan mutu pegawai atau petugas pemungut, penyumpurnaan

undang-undang pajak dan untuk tindakan ekstensifikasi melalui cara

perluasan wajib pajak penyempurnaan tariff perluasan obyek pajak.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan penelitian,

terutama terkait dengan variabel lain secara teori dapat mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak.

Page 17: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

17

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Anggito. 01 Februari 2015 3:16:40 AM. Reformasi Perpajakan Perlu

Dukungan Masyarakat. Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan

Kerjasama Internasional, (Online), (http://www.fiskal.depkeu.go.id/,

diakses 03 februari 2015).

Annual Report. 2007, Modernisasi Administrasi Perpajakan. Direktorat Jenderal

Pajak, (Online), (http://www.pajak.go.id/content/laporan-tahunan-djp-

2007, diakses 03 april 2015).

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementrian Keuangan. Pengelolaan

Sumber Penerimaan Pajak Sebagai Sumber Pendanaan Utama dalam

Pembangunan, (Online),

(http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel, diakses 03 januari

2015).

Diana Sari. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. PT Refika Aditama. Bandung

Fasmi. 2014. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Tingkat

Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak. Jurrnal Akuntansi Multi Paradigma,

Vol.5, No.1 April 2014

Bawazier Fuad. 2011. Reformasi Perpajakan Sebagai Perlindungan Hukum yang

Seimbang Antara Wajib Pajak Dengan Fiskus Sebagai Pelaksanaan

Terhadap Undang-Undang Perpajakan. Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 8

No. 1-April 2011

Jatmiko. 2006, Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda,

Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota

Semarang). Tesis Universitas Diponegoro.

Madewing. 2013, Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Utara. Skripsi Universitas Hasanudin.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara

Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.

Page 18: Jurnal Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pratama Gorontalo

18

Rapina, Jerry, Yenni Carolina. 2011. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi

Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying), (Online), Vol.III

No.2

Rahayu, Sri dan Lingga Ita. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei atas Wajib Pajak

Badan pada KPP Pratama Bandung ”X”), Vol.1 No.2.

Sofyan, Marcus Taufan. 2005. Pengaruh Sistem Modernisasi Administrasi

Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi.

Tanggerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung