jurnal kti smt 2

8
Prosiding Tugas Tekom 2014 Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 1 Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri Pengadaan dan Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda di Lingkungan Perumahan, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota yang Berkelanjutan. Kota Studi: Jakarta Aida Ulfa Faza (21040113120028) Dhita Mey Diana Kusuma (21040113120038) Godlive Handel Immanuel Sitorus (21040113120064) Laras Kun Rahmanti Putri (21040113130114) Jl. Prof. Dr. Soedharto, Tembalang ABSTRAK Kota merupakan tempat bermukim dengan sarana dan prasarana yang memadai. Namum hal yang sering terjadi, sarana dan prasarana ini kurang memperhatikan sektor lingkungan, terkait dengan ruang terbuka hijau (RTH) yang berperan dalam menciptakan keberlanjutan kehidupan. RTH merupakan elemen kota yang penting, memiliki fungsi baik ekonomi, sosial, kesehatan, maupun budaya. Tumbuh-tumbuhan sebagai elemennya menyumbang oksigen bagi kebutuhan makhluk hidup dan menyaring udara yang kotor. Lahan berupa tanah terbuka menjadi lahan resapan bagi air sehingga air hujan yang turun tidak menjadi air yang mengalir di permukaan. Air yang meresap ke dalam tanah penting agar cadangan air dalam tanah dapat dipertahankan. Cadangan air tanah yang cukup ini akan membuat akuifer tetap terjaga dan permukaan tanah tetap stabil pada posisinya. Selain itu, adanya cadangan air tanah yang cukup akan mengurangi tingkat krisi air yang juga berperan dalam keberlangsungan kehidupan. Dalam rangka meningkatkan keberlangsungan tersebut, usaha pemaksimalan RTH harus dilakukan. Pemaksimalan RTH ini dilakukan pada tingkat hierarki paling sederhana terlebih dahulu, yaitu lingkungan perumahan. Dalam upayanya,usaha ini turut dijalankan oleh generasi muda yang memiliki peran tanggungjawab terhadap tatanan masyarakat dan kehidupan negara. Jurnal ini terbagi atas tiga bagian. Bagian pertama membahas degradasi lingkungan yang terjadi di Jakartan, bagian kedua memuat manfaat-manfaat RTH, dan bagian ketiga membahas membahas peran generasi muda yang dilakukan dalam upaya memaksimalkan RTH di lingkungan perumahan. Kata Kunci: RTH, generasi muda, pemaksimalan, langkah-langkah PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini banyak kota yang mengalami degradasi lingkungan, di mana lingkungan di kota-kota tersebut mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas yang dialami oleh kota ditandai dengan adanya penurunan kualitas air, kerusakan ekosistem dan banjir. Kualitas lingkungan kota yang mengalami penurunan merupakan akibat dari adanya ketidakseimbangan lingkungan di kota tersebut. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu elemen kota yang mampu menjaga keseimbangan kota. Adapun pengertian Ruang Terbuka Hijau menurut Purnomohadi dalam (Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2006) adalah: (1) suatu lapangan yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon ( tanaman tinggi berkayu) ; (2)Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang didalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan ( perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai penciri utama dan tumbuhan lainnya ( perdu, semak, rerumputan, dan , dan Laras Kun Rahmanti Putri Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro [email protected] telp: 081548337819

Upload: laras-kun-rahmanti-putri

Post on 22-Jul-2015

85 views

Category:

Data & Analytics


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 1

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

Pengadaan dan Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda di Lingkungan Perumahan, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota yang Berkelanjutan. Kota Studi: Jakarta Aida Ulfa Faza (21040113120028) Dhita Mey Diana Kusuma (21040113120038) Godlive Handel Immanuel Sitorus (21040113120064) Laras Kun Rahmanti Putri (21040113130114) Jl. Prof. Dr. Soedharto, Tembalang

ABSTRAK Kota merupakan tempat bermukim dengan sarana dan prasarana yang memadai. Namum hal yang sering terjadi, sarana dan prasarana ini kurang memperhatikan sektor lingkungan, terkait dengan ruang terbuka hijau (RTH) yang berperan dalam menciptakan keberlanjutan kehidupan. RTH merupakan elemen kota yang penting, memiliki fungsi baik ekonomi, sosial, kesehatan, maupun budaya. Tumbuh-tumbuhan sebagai elemennya menyumbang oksigen bagi kebutuhan makhluk hidup dan menyaring udara yang kotor. Lahan berupa tanah terbuka menjadi lahan resapan bagi air sehingga air hujan yang turun tidak menjadi air yang mengalir di permukaan. Air yang meresap ke dalam tanah penting agar cadangan air dalam tanah dapat dipertahankan. Cadangan air tanah yang cukup ini akan membuat akuifer tetap terjaga dan permukaan tanah tetap stabil pada posisinya. Selain itu, adanya cadangan air tanah yang cukup akan mengurangi tingkat krisi air yang juga berperan dalam keberlangsungan kehidupan. Dalam rangka meningkatkan keberlangsungan tersebut, usaha pemaksimalan RTH harus dilakukan. Pemaksimalan RTH ini dilakukan pada tingkat hierarki paling sederhana terlebih dahulu, yaitu lingkungan perumahan. Dalam upayanya,usaha ini turut dijalankan oleh generasi muda yang memiliki peran tanggungjawab terhadap tatanan masyarakat dan kehidupan negara. Jurnal ini terbagi atas tiga bagian. Bagian pertama membahas degradasi lingkungan yang terjadi di Jakartan, bagian kedua memuat manfaat-manfaat RTH, dan bagian ketiga membahas membahas peran generasi muda yang dilakukan dalam upaya memaksimalkan RTH di lingkungan perumahan. Kata Kunci: RTH, generasi muda, pemaksimalan, langkah-langkah PENDAHULUAN Latar Belakang

Dewasa ini banyak kota yang mengalami degradasi lingkungan, di mana lingkungan di kota-kota tersebut mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas yang dialami oleh kota ditandai dengan adanya penurunan kualitas air, kerusakan ekosistem dan banjir. Kualitas lingkungan kota yang mengalami penurunan merupakan akibat dari adanya ketidakseimbangan lingkungan di kota tersebut. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu elemen kota yang mampu menjaga keseimbangan kota. Adapun pengertian Ruang Terbuka Hijau menurut Purnomohadi dalam (Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2006) adalah: (1) suatu lapangan yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon ( tanaman tinggi berkayu) ; (2)“ Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang didalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan ( perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai penciri utama dan tumbuhan lainnya ( perdu, semak, rerumputan, dan , dan

Laras Kun Rahmanti Putri

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro

[email protected]

telp: 081548337819

Page 2: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 2

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan , serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan”. Generasi muda memiliki peran dalam perbaikan dari penurunan kualitas lingkungan kota karena pada dasarnya generasi muda adalah generasi yang menjadi harapan untuk menjadi problem solver di waktu mendatang. Generasi muda pada waktu sekarang merupakan calon pemimpin di masa mendatang dan penentu kehidupan selanjutnya, yang dalam hal ini penataan lingkungan kota menjadi tanggung jawab dari generasi muda pula.

Adapun tujuan dari perbaikan kualitas lingkungan kota yang mengalami penurunan adalah untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan, di mana kota diharapkan mampu mewadahi masyarakat untuk masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu, penulis melakukan studi tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai solusi atas memburuknya penurunan kualitas lingkungan kota dengan menjadikan generasi muda sebagai subjek yang akan memperbaiki kualitas lingkungan kota yang mengalami penurunan. Metode penulisan yang digunakan penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi literatur atau kajian pustaka. Berdasarakan kajian pustaka yang telah dirujuk, penulis dapat menyimpulkan bahwa generasi muda memiliki peran yang penting dalam memaksimalkan RTH dalam rangka mewujudkan kota yang berkelanjutan.

Karya tulis ilmiah ini membahas pengadaan dan pemaksimalan RTH sebagai salah satu unsur pengelolaan lingkungan di Jakarta dan peran pemuda sebagai subjek yang memperbaiki penurunan kualitas lingkungan kota Jakarta, khususnya untuk lingkungan perumahan. Bagian pertama dari karya ilmiah ini membahas tentang penurunan kualitas lingkungan kota Jakarta yang telah terjadi di masa sekarang. Adapun penurunan kualitas kota Jakarta dipaparkan dalam tiga bagian yaitu penurunan muka tanah kota Jakarta, krisis air bersih di kota Jakarta, dan kenaikan permukaan air laut di kota Jakarta. Bagian kedua membahas manfaat dari RTH yang harus disosialisasikan oleh generasi muda dan yang seharusnya diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Manfaat RTH akan dijelaskan dalam tiga aspek yaitu, manfaat RTH untuk sebagai konservasi air dan tanah, manfaat RTH di bidang ekonomi dan kesehatan, serta pengadaan dan pemaksimalan RTH di lingkungan perumahan.

Bagian ketiga berisikan pemaksimalan RTH yang dapat dilaksanakan oleh generasi muda untuk mewujudkan kota Jakarta yang berkelanjutan. Pemaksimalan RTH oleh generasi muda tersebut merupakan suatu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan kota Jakarta dalam rangka mewujudkan keberlanjutan kota tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk pemaksimalan RTH akan dijelaskan. Bentuk pemaksimalann RTH yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat juga akan dijelaskan.

Tujuan Penulisan Penulisan karya ilmiah ini memiliki tujuan: - Mengetahui dampak-dampak yang terjadi akibat kurangnya jumlah RTH di

perkotaan, khususnya Kota Jakarta - Mengetahui manfaat-manfaat RTH dari berbagai sisi - Memberi masukan dan solusi dalam upaya pengadaan dan pemaksimalan RTH di

lingkungan perumahan - Sebagai bahan studi bagi studi-studi selanjutnya.

PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN KOTA JAKARTA Penurunan muka tanah di Jakarta

Penurunan kualitas lingkungan kota Jakarta dapat ditunjukkan dengan adanya penurunan muka tanah di Kota Jakarta. Penurunan muka tanah di Jakarta berkisar antara 3-5 sentimeter per tahun dengan kecepatan penurunan (land subsidence rate) mencapai 60-100 sentimeter dalam waktu 20 tahun. Penurunan muka tanah di Jakarta ditunjukkan dengan hasil pengolahan citra satelit ALOS (The Advanced Land Observing Satellite)- PALSAR di pusat remote sensing Jepang (RESTEC) dimana dari citra tersebut dapat terlihat bahwa penurunan tanah di Jakarta dan sekitarnya pada tahun 2007-2008 turan

Page 3: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 3

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

kurang lebih 2-24 sentimeter. Adapun pada Jakarta bagian utara terdapat sekitar 3 titik pengamatan yang mengalami penurunan muka tanah sekitar 8 meter dan di daerah Jakarta Pusat menapai 4-6 sentimeter (Joga & Ismaun 2011) Krisis air bersih di Jakarta

Krisis air bersih pada dasarnya merupakan dampak dari perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi secara global memberikan dampak bagi permukaan bumi. Krisis air di Jakarta merupakan salah satu bentuk nyata dari dampak perubahan iklim yang terjadi. Menurut BPLHD DKI Jakarta 2009 dalam (Joga & Ismaun 2011) total kebutuhan air bersih warga Jakarta sebesar 547,5 juta m

3 tahun sedangkan PDAM hanya sanggup

memenuhi 295,65 juta m3/ tahun (54%), sisanya diambil dari air tanah 251,8 juta m

3/

tahun(46%), dengan potensi air tanah di Jakarta yang dapat dimanfaatkan hanya 186,2 juta m

3/ tahun. Pada dasarnya kondisi air tanah di Jakarta mengalami pencemaran di

mana proporsi air tanah yang tercemar berat sebesar 77%, tercemar sedang 18%, dan tercemar ringan sebesar 5%.

Krisis air bersih di Jakarta pada dasarnya memiliki hubungan yang erat dengan kondisi ekologis di Jakarta. Krisis air bersih memiliki kolerasi dengan tataguna lahan suatu kota, di mana komposisi lahan terbangun dan tidak terbangun akan memberikan pengaruh bagi pasokan air di suatu kota. Krisis air bersih disebabkan oleh kurangnya pasokan air di tanah. Berkurangnya pasokan air tanah tersebut disebabkan oleh air hujan yang seharusnya mengisi air tanah ternyata justru menjadi air larian (run off). Air larian tersebut pada hakikatnya terjadi karena ketiadaan lahan resapan yang disebabkan oleh dominasi lahan terbangun daripada lahan tidak terbangun. Air hujan yang menjadi air larian pada akhirnya akan menyebabkan tanah yang kekurangan kandungan air tanah dan selain itu banjir juga menjadi bencana yang tidak dapat dihindari (Anon n.d.)

Kenaikan muka air laut di pesisir Jakarta

Kenaikan muka air laut di pesisir Jakarta merupakan bentuk nyata dari penurunan kualitas lingkungan kota. Pada dasarnya, pemanasan bumi memberikan dampak berupa kenaikan permukaan air laut. Pemanasan global telah membuat es di kutub mencair sehingga volume air laut pun bertambah. Berdasarkan simulasi gambar satelit, Kota Jakarta mengalami perubahan yang drastis. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan merambahnya permukaan air laut di pesisir pantai utara Jakarta pada tahun 2010. Kenaikan muka air laut mengakibatkan air menjadi payau (tidak layak dikonsumsi) dan menyebabkan korosi fondasi bangunan. Pada dasarnya pemanasan bumi yang mengakibatkan kenaikan muka air laut adalah akibat dari perubahan iklim.

MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) Manfaat RTH sebagai konservasi tanah dan air

Permukaan lahan yang tertutup perkerasan pada akhirnya dapat menyebabkan tidak diresapnya air hujan oleh tanah (proses infiltrasi) dan mengakibatkan peresapan air tanah ( dangkal) terhambat. Pada dasarnya keberdaan RTH sangat penting untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, meyuplai cadangan air tanah, dan mengaktifkan siklus hidrologi (Joga & Ismaun 2011). Pemeliharaan RTH terhadap kondisi tanah dan air atau dapat dikatakan sebagai konservator tanah dan air dilakukan oleh akar-akar tanaman yang bersifat penghisap di aman akar tersebut dapat menyerap dan mempertahankan air dalam tanah di sekitarnya. Selain mempertahankan air dalam tanah, RTH mampu menjadi filter alami bagi limbah cair maupun sampah organik. Adapun untuk setiap 1.000.000 penduduk yang menghasilkan sekitar 4,5 juta liter limbah per hari diperlukan RTH seluas 522 hektar (Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2006). Pohon ataupun vegetasi lainnya pada dasarnya memiliki peran yang penting bagi lingkungan. Pohon atau vegetasi tersebut mampu melindungi tanah, mengatur kelembaban tanah dan air tanah serta limpasan air (Jack Petit, Debra L. Bassert 1995). Selain itu, peningkatan RTH memiliki hubungan yang erat dengan keberlanjutan lingkungan di perkotaan (Nurdiansyah et al. 2012)

Page 4: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 4

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

Penurunan muka tanah, krisis air bersih dan kenaikan permukaan air laut pada dasarnya disebabkan oleh perubahan iklim di mana pemanasan global menjadi momok utamanya. Suhu yang meningkat di berbagai belahan dunia mengakibatkan fenomena pemanasan global yang tidak dapat dihindari. Menurut Purnomohadi (1995) dalam (Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2006) suhu di sekitar kawasan RTH (di bawah pohon teduh) dibandingkan dengan suhu di luarnya dapat mencapai perbedaan hingga 2-4 derajat celcius. Manfaat RTH di bidang ekonomi

Selain perannya sebagai pemelihara kondisi tanah dan air, RTH juga memiliki peran sebagai penunjang dalam fungsi ekonomi. Peran RTH dalam bidang ekonomi tersebut terletak pada kemampuan tumbuhan (komponen utama RTH) dalam memproduksi sebagian besar kebutuhan hayati manusia. Sebagian besar kebutuhan hayati manusia berasal dari tumbuhan seperti beras, sayur, beraneka ragam buah dan lain-lainnya. Pada dasarnya tumbuhan memiliki hasil produksi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan dalam proses produksi tersebut tumbuhan tidak memberikan limbah bagi manusia, bahkan proses produksi dari tumbuhan sendiri pun telah memberikan manfaat bagi manusia. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan tumbuhan untuk mengurangi pencemaran udara dan kemampuan tumbuhan memasok oksigen bagi kehidupan di bumi ini. Kemampuan tersebut menjadi nilai tambah bagi RTH. Manfaat RTH di bidang kesehatan

Pada dasarnya, suatu Ruang Terbuka (RT) memilik peran dalam menjaga lingkungan kesehatan. Hal tersebut diungkapkan oleh Departemen Geografi UCL, London WC1E 6BT, United Kingdom bahwasanya kesehatan kardiometabolik dipengaruhi oleh tingkat keluasan, kehijauan dan fungsi aktif atau pasifnya Ruang Terbuka (Paquet et al. 2013). Adanya peran tingkat kehijauan dalam hal tersebut menunjukkan bahwa RTH memiliki fungsi dalam pemeliharaan lingkungan sehat bagi masyarakat kota(Richardson et al. 2013). Selain itu suhu udara juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan manusia dan kesejahteraan manusia (Zhang et al. 2014)

Selain itu tingkat kehijuan suatu lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. RTH juga memiliki peran dalam pemeliharaan udara. Pemeliharaan udara yang dimaksudkan adalah kegiatan tanaman yang khususnya pada siang hari di mana tanaman tersebut menghasilkan oksigen (O2) dalam jumlah besar dan menyerap karbon dioksida ( CO2) dan zat pencemar lain seperti karbon monoksida (CO) yang dapat membahayakan kesehatan pernafasan. (Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2006). Pembuktian kemampuan tumbuhan dalam membentuk udara bersih dapat diketahui dari hasil studi penelitian Bernatzky yang terdapat dalam (1978 : 21-24) yang menunjukkan bahwa setiap satu ha RTH yang ditanam pepohonan, perdu, semak dan penutup tanah, dengan jumlah permukaan daun seluas lima ha, maka sekitar 900 Kg CO2 akan dihisap dari udara dan melepaskan sekitar 600 Kg O2 dalam waktu 12 jam (Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2006) Peneliti Inggris juga menemukan bahwa tinggal di kota dengan ruang terbuka hijau memiliki dampak yang berkelanjutan, bukan seperti dampak yang diberikan oleh kanikan upah atau promosi yang memberikan efek yang hanya sementara. Peneliti Mathew dari Pusat Eropa untuk Lingkungan dan Kesehatan Manusia di Universitas Exeter, Inggris melakukan studi studi yang menunjukkan bahwa orang yang tinggal di kota yang lebih hijau memiliki tanda depresi atau kecemasan yang lebih sedikit(Geographic 2014). Pengadaan RTH di Lingkungan Rumah

Usaha untuk memaksimalkan RTH diawali dari hal yang paling dekat dan sederhana, yaitu lingkungan rumah. Lingkungan rumah haruslah memiliki ruang terbuka hijau agar kandungan oksigen di udara tetap terjaga dan dapat memberi rasa nyaman kepada penghuninya. Asap-asap kendaraan serta udara kotor pun dapat terolah oleh tumbuhan hijau menjadi oksigen. Selain itu, uap air yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau juga dapat

Page 5: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 5

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

memberi kelembapan udara dan menurunkan suhu lingkungan. Hal yang demikian dapat memberi rasa nyaman bagi penduduk dan saat penghuni rumah dan warga merasa nyaman, konflik sosial dapat diminimalkan. Secara sosial dan kesehatan, keberlanjutan terjadi.

Pengadaan RTH di lingkungan perumahan dilakukan dengan memanfaatkan pekarangan atau halaman rumah yang ditanami dengan tumbuh-tumbuhan hijau. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang akan ditanami atau dibudidayakan ini dapat mengacu pada program gerakan percepatan optimalisasi pekarangan melalui Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak tahun 2012. Konsep budidaya dapat dilakukan dengan cara ekstensifikasi untuk pekarangan rumah yang luas dan dengan cara intensifikasi lahan untuk kondisi lahan yang sempit. Alternatif budidaya tanaman pada lahan pekarangan dapat berupa: a) Penanaman satu pohon serbaguna per rumah

Pohon serbaguna yang dimaksud adalah pohon yang mempunyai manfaat lain selain kayu, misalnya bunga, buah, dan lain-lain. Contoh jenis pohon serbaguna adalah pohon buah-buahan, seperti mangga, jambu, lengkeng, dan sebagainya. Tumbuhan-tumbuhan ini selain mampu menyerap polutan seperti gas CO

2 dan debu, juga dapat

memberikan suasana yang sejuk, menambah kerindangan, sebagai penghasil O2, akarnya

juga dapat menahan tanah pekarangan rumah dari erosi, serta buahnya juga dapat dikonsumsi sebagai penambah gizi bagi keluarga. b) Penanaman Tanaman Sayur-Sayuran (Warung Hidup)

Pada lahan yang terbatas, penanaman sayur-sayuran memungkinkan untuk dilakukan, seiring dengan berkembangnya teknik dan teknologi bercocok tanam. Penanaman dapat dilakukan dengan metode vertikultur. Adanya penanaman berbagai sayuran akan dapat menambah asupan gizi bagi anggota keluarga, dan tidak tertutup kemungkinan dapat menambah penghasilan keluarga. Paling tidak terdapat pengeluaran belanja untuk sayur-mayur yang dapat ditabung atau dialihkan untuk membeli perlengkapan rumah tangga yang lain. c) Penanaman Tanaman Obat Keluarga (Apotik Hidup)

Saat ini, kecenderungan untuk mengkonsumsi obat herbal semakin meningkat. Oleh karena itu, penanaman tanaman obat sangat dianjurkan untuk dilakukan. Apabila terdapat keluhan penyakit ringan, obat yang diperlukan untuk menanganinya dapat dijangkau dengan mudah dan sangat hemat, sehingga keluarga yang bersangkutan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat ke dokter. Penduduk sekitar mampu memperkenalkan kepada anggota keluarga akan jenis tanaman dan fungsinya bagi kesehatan, sehingga pengetahuan akan penggunaan obat herbal dapat terjaga dan terpelihara hingga generasi berikutnya. d) Penaman Tanaman Hias

Tanaman hias akan menambah nilai estetika lahan pekarangan dan rumah. Pemilihan kombinasi tanaman hias dapat dilakukan dengan memperhatikan warna, habitus, juga aroma tanamannya. Dengan demikian akan terwujud taman yang mampu berfungsi sebagai tempat bercengkerama dan rekreasi bagi seluruh anggota keluarga, sehingga keakraban antara anggota keluarga dapat terjalin dengan baik, tanpa perlu mengeluarkan biaya yang banyak.

Penanaman tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, obat, maupun tanaman hias selain dilakukan langsung di pekarangan, juga dapat dilakukan menggunakan wadah yang berasal dari limbah rumah tangga. lebih baik apabila pengelolaan tanamannya dilakukan secara organik, yakni tidak menggunakan unsur-unsur kimia terutama untuk proses pemupukan tanaman. Pupuk dapat diperoleh dari kompos yang berasal dari lubang-lubang biopori; pupuk berasal dari proses pembuatan kompos dimana ranting-ranting dan daun-daun diolah dan dijadikan kompos.

Budidaya tumbuhan di pekarangan rumah sebagai upaya untuk mengadakan dan memaksimalkan RTH tidak hanya memberikan kebaikan dari segi sosial maupun kesehatan, melainkan juga ekonomi. Warga tidak perlu membeli baik sayur, buah, maupun tumbuhan obat karena sudah tersedia di pekarangan rumah. Tanaman hias juga

Page 6: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 6

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

dapat diambil dan dijual sebagai tambahan penghasilan. Secara tidak langsung, pengadaan dan pemaksimalan RTH di lingkungan rumah ini juga memberi ketahanan pangan bagi masyarakatnya. Selain manfaat-manfaat di atas, RTH yang diusahakan dari pemanfaatan lahan pekarangan ini menciptakan lingkungan yang asri, indah dan sehat, serta menciptakan keakraban antar anggota keluarga. Keakraban ini secara terus-menerus dapat menciptakan budaya yang ramah, peka, serta peduli.

Sebagai tambahan, untuk menambah lahan resapan air di lingkungan perumahan, selain melalui pekarangan rumah yang dimanfaatkan untuk penanaman tumbuhan, juga dengan penggunaan paving block. Paving block memungkinkan air untuk meresap ke dalam tanah dengan melewati celah-celah paving yang ada. Air yang kemudian meresap ke dalam tanah ini akan menambah cadangan air tanah, yang mana berguna bagi kehidupan manusia.

PEMAKSIMALAN RTH OLEH GENERASI MUDA

Pemaksimalan RTH menjadi tanggungjawab bersama, termasuk para pemuda. Pemuda memiliki tanggungjawab besar dalam tatanan masyarakat dan dalam kehidupan bernegara. Menurut Ginandjar Kartasasmita, kepeloporan pemuda menunjukkan sikap berdiri di muka, merintis, membuka jalan, dan memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dipikirkan oleh yang lain. Salah satu hal yang dapat dipelopori ialah usaha memaksimalkan RTH ini, yang kemudian diikuti, dilanjutkan, dikembangkan dan dipikirkan oleh yang lain. Pemuda sebagai perintis disini difokuskan pada mahasiswa.

Hal yang dapat dilakukan pemuda dalam merintis pemaksimalan RTH dimulai dari hal yang paling dasar dan sederhana, yaitu sosialisasi. Secara logika, bagaimana seseorang dapat menjalankan sesuatu, mengkritik, menginterupsi atau memberi masukan jika ia sendiri memiliki keterbatasan pengetahuan atas apa yang dihadapinya. Yang kedua ialah simulasi dan yang ketiga ialah aksi penyebarluasan pengetahuan. Langkah Sosialisasi

Langkah awal berupa sosialisasi dapat dilakukan dengan sasaran pelajar baik tingkat SD, SMP, ataupun SMA. Untuk tingkat SMA, dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan turun langsung ke sekolah-sekolah dan memberi sosialisasi. Agar siswa-siswa tertarik untuk mendengarkan dan untuk menimbulkan rasa ingin tahu, sosialisasi perlu untuk disampaikan secara menarik, menyenangkan, tetapi tetap ilmiah dan berbobot. Hal tersebut dapat dilakukan dengan media komunikasi berupa tayangan video. Video yang ditampilkan mampu menjelaskan hubungan, alur kejadian, dan mekanisme yang umum mengenai air hujan yang turun; run off water; lahan resapan; proses presipitasi; proses-proses air dalam tanah; keluaran atau manfaat dari RTH dilihat dari segi sosial, ekonomi, dan budaya; serta dampak-dampak yang terjadi akibat minimnya RTH. Setelah itu, dikenalkan pula mengenai budidaya tanaman di pekarangan rumah sebagai usaha memaksimalkan RTH.

Dalam video tersebut, perlu digunakan warna-warna baik yang kontras maupun harmonis untuk menarik perhatian, bukan warna-warna yang saling bertabrakan. Jenis tulisan dan animasi yang digunakan juga harus merupakan hal yang baru, canggih, serta indah yang belum diketahui oleh kebanyakan siswa-siswa SMA. Hal-hal demikian dapat memberi kesan bahwa mahasiswa yang memberi sosialisasi ialah mahasiwa cerdas dan kemudian dapat efek psikologis menghormati.

Tak hanya sosialisasi langsung, mahasiswa juga memberikan sosialisasi tidak langsung melalui poster dan bahan majalah dinding. Poster dan bahan majalah dinding ini dititipkan untuk ditempelkan di majalah dinding masing-masing SMA. Tentu saja, bahan majalah dinding ini juga dibuat dengan tampilan yang menarik tetapi tetap ilmiah dan berbobot.

Page 7: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 7

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

Langkah Simulasi Simulasi berarti latihan memperagakan. Simulasi ini harus dilakukan karena teori

tidak mungkin menghasilkan tanpa praktik langsung. Simulasi yang dilakukan mahasiswa ditekankan pada siswa-siswa SMA, yang terdapat pertemuan langsung. Simulasi yang dilakukan dapat berupa memperlihatkan bibit tumbuhan-tumbuhan yang akan dibudidayakan, beberapa peralatan, serta persiapan. Selain memperlihatkan bibit tumbuhan, mahasiswa juga menjelaskan sifat-sifat tumbuhan yang bersangkutan, seperti kebutuhan akan air, ketahanan terhadap suhu, perawatan khusus, dan lain-lain. Kemudian mahasiswa mencontohkan cara penanamannya, penyiramannya, serta pemeliharaannya. Jika perlu, mahasiswa juga menjelaskan hal-hal apa yang perlu dilakukan jika suatu waktu tumbuhan yang ditanam terserang penyakit. Langkah Penyebarluasan

Langkah terakhir ialah mengajak siswa-siswa SMA untuk turut menyebarkan pesan dan pengetahuan yang baru saja mereka dapatkan kepada teman-teman, kerabat, atau saudara. Mahasiswa sebagai induk proyek dapat meng-upload video yang ditayangkan tersebut di media youtube, yang kemudian alamat link-nya disebarluaskan melalui social media. Seperti diketahui bahwa social media saat ini sangat marak dan terjangkau oleh banyak orang. Sebagai tambahan, mahasiswa dapat membuat slogan atau hashtag yang bersifat mengajak untuk mengetahui pengetahuan ini dan untuk lebih menyebarluaskannya. Dari sini, siswa-siswa SMP menjadi terjangkau untuk diberi sosialisasi.

Tak hanya SMP, pengetahuan mengenai pentingnya RTH juga perlu disampaikan kepada siswa-siswa SD dan masyarakat bukan pelajar. Di sini, mahasiswa tidak menyampaikan langsung seperti kepada siswa-siswa SMA, melainkan melalui perantara. Untuk siswa SD, dapat dititipkan melalui pengajar di pengajian atau sekolah minggu dan semacamnya. Untuk masyarakat luas, dapat dititipkan melalui perangkat desa/RT. Oleh karena itu, generasi muda perlu untuk melakukan pendekatan terlebih dulu, memberi sosialisasi kepada perantara dan memastikan perantara sudah memahami benar hal apa yang ingin mahasiswa titipkan. SIMPULAN

Adanya penurunan kualitas lingkungan kota Jakarta yang telah terjadi mengindikasikan bahwa pada dasarnya kota Jakarta membutuhkan ruang terbuka hijau (RTH). Karena itu, kegiatan pengadaan dan pemaksimalan RTH harus dilakukan. Kegiatan ini dapat diinisiasi oleh generasi muda, dalam hal ini mahasiswa, di hierarki paling sederhana, yaitu lingkungan perumahan. Beberapa hal yang perlu dijalankan ialah kegiatan sosialisasi, simulasi, dan ekspansi. Sosialisasi bertujuan untuk menyebarkan pengetahuan mengenai pentingnya RTH, dampak-dampak yang akan terjadi jika terjadi kekurangan jumlah, serta upaya paling dekat dan sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah RTH tersebut, yaitu dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Simulasi bertujuan untuk mengenalkan praktik langsung agar teori yang didapat tidak hanya menjadi wacana. Harapannya, dari kegiatan simulasi ini, kemudian diaplikasikan di kehidupan bertetangga.

Ekspansi bertujuan untuk menyebarluaskan pengetahuan dan ide melalui perantara, dalam hal ini siswa SMA yang telah diberi sosialisasi dan simulasi tersebut. Harapannya, siswa-siswa di jenjang SMP hingga SD pun dapat terjangkau dan praktik pengadaan serta pemaksimalan RTH di lingkungan perumahan dapat maksimal. Jika hal ini berjalan di setiap lingkungan perumahan di setiap RT, RW, kelurahan, kecamatan, bahkan kota, dampak yang terjadi tentu berarti. Kelemahan dari gagasan ini ialah minimnya pengawasan yang dapat dilakukan oleh generasi muda, tetapi dalam hal ini dapat dilakukan melalui perantara seperti kepala sekolah dan perangkat desa/RT. Untuk rekomendasi penelitian lebih lanjut, diharapkan untuk memberi inovasi ide mengenai pengawasannya, agar ide pengadaan dan pemaksimalan RTH ini benar-benar berjalan dengan baik dan manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang.

Page 8: Jurnal KTI Smt 2

Prosiding Tugas Tekom 2014 – Peran Generasi Muda dalam Perencanaan Kota di Indonesia 8

Pemaksimalan Ruang Terbuka Hijau oleh Generasi Muda, Sebuah Langkah Awal dalam Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan, Faza, Kusuma, Sitorus, Putri

DAFTAR ACUAN

Anon, Kenaikan Permukaan Laut Dunia. Available at: http://www.pemanasanglobal.net/kutub/kenaikan_permukaan_laut_dunia.htm [Accessed June 15, 2014].

Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Geographic, N., 2014. Manfaat Ruang Terbuka Hijau untuk Kesehatan. National Geographic. Available at: http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/01/manfaat-ruang-terbuka-hijau-untuk-kesehatan [Accessed June 15, 2014].

Jack Petit, Debra L. Bassert, C. kollin, 1995. Building Greener Neighborhoods, Washington DC: American Forests and National Association of Home Builders.

Joga, N. & Ismaun, I., 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau, Jakarta: Gramedia Utama.

Nurdiansyah, F., Bambang, A.N. & Purnaweni, H., 2012. TINGGAL DI KAWASAN PERKOTAAN ( STUDI KASUS DI KELURAHAN PANJUNAN ,. , IV(3), pp.39–47.

Paquet, C. et al., 2013. Are accessibility and characteristics of public open spaces associated with a better cardiometabolic health? Landscape and Urban Planning, 118, pp.70–78. Available at: <Go to ISI>://WOS:000324448300009\nhttp://ac.els-cdn.com/S0169204612003283/1-s2.0-S0169204612003283-main.pdf?_tid=df36680a-5fce-11e3-9f9f-00000aacb362&acdnat=1386482966_8e264b85585adab0294dfc6250c7a3d5 [Accessed January 12, 2014].

Richardson, E. a et al., 2013. Role of physical activity in the relationship between urban green space and health. Public health, 127(4), pp.318–24. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23587672 [Accessed January 11, 2014].

Zhang, B. et al., 2014. The cooling effect of urban green spaces as a contribution to energy-saving and emission-reduction: A case study in Beijing, China. Building and Environment, 76, pp.37–43. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0360132314000559 [Accessed May 27, 2014].