jurnal kibar rizky 5215 08 0276

8
Pembuatan Media Pembelajaran berupa Video dengan Materi Pengukuran Besaran Listrik pada Mata Pelajaran Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik di SMKN 26 Jakarta. Arief Neiriza (Penulis) Alumni Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektro 2011 Massus Subekti (Pembimbing) Dosen Pembimbing Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Abstrak : Innovative Works aims to create a learning medium in magnitude of Electrical Measurements on Conducting Subject Electricity Using Measurement Results. Innovative's work is done in SMK 26 Jakarta. K ata kunci : Media Pembelajaran,Video,dan Pengukuran Besaran Listrik I. PENDAHULUAN Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga terampil dan berpengetahuan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Pendidikan di SMK ini berhubungan langsung dengan bagaimana cara mempersiapkan kompetensi tamatan yang mampu untuk bekerja, dan mencapai karier sesuai bidang keahlian yang diperolehnya selama masa pendidikan sekolah menengah kejuruan. SMK Bisa !!!, inilah yang di cetuskan oleh KEMENDIKNAS untuk mendongkrak kualitas kelulusan SMK. Namun, slogan tersebut belum di barengi dengan peningkatan kualitas kelulusannya. Hal tersebut disebabkan karena sedikitnya jumlah lapangan pekerjaan, kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dan kurang ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan seperti alat pengukur besaran listrik sehingga peserta didik tidak dapat menggunakan alat – alat dengan teknologi terbaru karena tidak di ajarkan pada saat di sekolah. Peserta didik tidak dapat menggunakan alat – alat dengan teknologi terbaru dikarenakan sekolah yang belum menyediakan alat – alat yamg telah disyaratkan oleh MENDIKNAS sebagai media pendukung dalam proses belajar dan mengajar di sekolah. Jika kita memperhatikan output pendidikan di SMK yang belum optimal, maka perlu adanya pembenahan sistem pendidikan di SMK agar mampu menciptakan SDM yang terampil. Upaya untuk menciptakan keterampilan adalah dengan memperkaya pelatihan praktik dengan ditunjang bimbingan yang praktis, yaitu harus merujuk Pembuatan Media Pembelajaran berupa Video dengan Materi Pengukuran Besaran Listrik pada Mata Pelajaran Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik di SMKN 26 Jakarta.(Arief Neiriza, Massus Subekti) 1

Upload: qbarrizky

Post on 20-Jul-2015

285 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

Pembuatan Media Pembelajaran berupa Video dengan Materi Pengukuran Besaran Listrik pada Mata Pelajaran Menggunakan

Hasil Pengukuran Listrik di SMKN 26 Jakarta.

Arief Neiriza (Penulis)Alumni Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektro

2011

Massus Subekti (Pembimbing)Dosen Pembimbing Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektro

Abstrak :

Innovative Works aims to create a learning medium in magnitude of Electrical Measurements on Conducting Subject Electricity Using Measurement Results. Innovative's work is done in SMK 26 Jakarta.

Kata kunci: Media Pembelajaran,Video,dan Pengukuran Besaran Listrik

I. PENDAHULUAN Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga terampil dan berpengetahuan sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Pendidikan di SMK ini berhubungan langsung dengan bagaimana cara mempersiapkan kompetensi tamatan yang mampu untuk bekerja, dan mencapai karier sesuai bidang keahlian yang diperolehnya selama masa pendidikan sekolah menengah kejuruan. SMK Bisa !!!, inilah yang di cetuskan oleh KEMENDIKNAS untuk mendongkrak kualitas kelulusan SMK. Namun, slogan tersebut belum di barengi dengan peningkatan kualitas kelulusannya. Hal tersebut disebabkan karena sedikitnya

jumlah lapangan pekerjaan, kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dan kurang ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan seperti alat pengukur besaran listrik sehingga peserta didik tidak dapat menggunakan alat – alat dengan teknologi terbaru karena tidak di ajarkan pada saat di sekolah. Peserta didik tidak dapat menggunakan alat – alat dengan teknologi terbaru dikarenakan sekolah yang belum menyediakan alat – alat yamg telah disyaratkan oleh MENDIKNAS sebagai media pendukung dalam proses belajar dan mengajar di sekolah. Jika kita memperhatikan output pendidikan di SMK yang belum optimal, maka perlu adanya pembenahan sistem pendidikan di SMK agar mampu menciptakan SDM yang terampil. Upaya untuk menciptakan keterampilan adalah dengan memperkaya pelatihan praktik dengan ditunjang bimbingan yang praktis, yaitu harus merujuk

Pembuatan Media Pembelajaran berupa Video dengan Materi Pengukuran Besaran Listrik pada Mata Pelajaran

Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik di SMKN 26 Jakarta.(Arief Neiriza, Massus Subekti) 1

Page 2: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

kepada perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dalam hal ini media audio visual dalam bentuk video. Penggunaan video sebagai sumber pembelajaran sangatlah penting, seperti dikemukakan para ahli, dalam menyimpan dan memproses informasi secara linear, rangsangan otak akan lebih mudah menerimanya dalam bentuk gambar, warna-warni, simbol, bunyi dan perasaan. Dengan menggunakan video sebagai sumber pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Hal inilah yang menjadi landasan peneliti membuat suatu media pembelajaran dalam bentuk media audio visual guna mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. Dengan banyaknya aspek ilmu pengetahuan yang ada, maka dalam skripsi ini hanya dibatasi dalam pembuatan video pembelajaran dalam melakukan pengukuran besaran listrik pada mata pelajaran di SMKN 26 jakarta. Melalui pembuatan media pembelajaran berupa video, prosedur tentang penggunaan alat – alat pengukuran pada besaran listrik dalam mata pelajaran menghitung hasil pengukuran, diharapkan seluruh informasi penggunaan alat – alat pengukuran pada besaran listrik akan lebih mudah dipahami. Dan juga, menggunakan video sebagai media pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan sesuai indikator rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dicapai. Sehingga suatu media pembelajaran dalam bentuk media audio visual guna mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. Penggunaan video ini digunakan sebagai media pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa, program studi keahlian teknik ketenagalistrikan. Selain itu, video pembelajaran ini juga bisa digunakan oleh masyarakat luas yang ingin

mempelajari mengenai pengukuran besaran listrik. Dengan media pembelajaran ini, peserta didik dapat mengulang materi dalam video tersebut di rumah sehingga peserta didik mengetahui dengan baik prosedur penggunaan alat – alat pengukuran besaran listrik. Dan melalui pembuatan media pembelajaran inilah peserta didik diharapakan tidak perlu repot - repot mencari informasi ke luar sekolah untuk memahami cara pengukuran besaran listrik yang ada di industri. Jadi media pembelajaran dalam bentuk media video ini dapat mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. Sehingga peserta didik lebih siap menghadapi dunia kerja dengan bekal yang lebih baik.

II. Media Pembelajaran

2.1 Definisi Media Pembelajaran Kata Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiahnya berarti pengantar atau perantara. Dalam Bahasa Arab, media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang juga berarti tengah atau juga berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara (wasilah). Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Comunication Technology/ AECT) di Amerika misalnya, membatasi media dengan berbagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan dan memberikan informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan

2 PEVOTE VOL 6 NO. 11 September 2011

Page 3: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi program instruksional.

2.2 Fungsi Media Pembelajaran Fungsi media pembelajaran yang didasarkan pada media mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai sumber belajar, fungsi semantik, dan fungsi manipulatif.

A. Media pembelajaran sebagai sumber belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Media disini berperan sebagai penyalur, penyampai, ataupun penghubung dari sumber belajar, maka secara tidak langsung media dapat dijadikan sumber belajar.

B. Fungsi SemantikYakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang maknanya benar-benar dapat dipahami peserta didik (tidak verbalistik). Misalnya apabila seorang guru ingin menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan suatu objek seperti jantung manusia, ikan paus ataupun Candi Borobudur maka guru tersebut dapat menggunakan mock up jantung manusia, gambar ikan paus ataupun foto Candi Borobudur. Namun bila hal yang akan disampaikan berhubungan dengan suatu peristiwa, sifat sesuatu, tindakan, hubungan konsep, dan lain-lain, guru dapat menyiasatinya dengan memberikan penjelasan melalui bahasa dramatisasi, simulasi, cerita

(mendongeng), cerita bergambar, dan lain-lain.

C. Fungsi ManipulatifSebagai fungsi manipulatif, media dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu seperti menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan alam bentuk aslinya, ataupun peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat. Media juga dapat mengatasi keterbatasan inderawi, seperti membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kecil ataupun terlalu besar, suatu objek yang bergerak terlalu lambat ataupun terlalu cepat, ataupun memahami suatu objek yang membutuhkan kejelasan suara seperti cara membaca Alqur’an sesuai kaidah tajwid, belajar bahasa asing, belajar menyanyi dan bermusik.

2.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran Berdasarkan jenis indera yang terlibat, media dapat dibedakan menjadi tiga jenis:

A. Media audio, yakni media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette tape recorder.

B. Media visual, yakni media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Yang termasuk media visual meliputi gambar, foto, serta benda nyata yang tidak bersuara.

C. Media audio visual, yakni media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Beberapa contoh media audio visual meliputi televisi, video, film, atau demonstrasi langsung.

Pembuatan Media Pembelajaran berupa Video dengan Materi Pengukuran Besaran Listrik pada Mata Pelajaran

Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik di SMKN 26 Jakarta.(Arief Neiriza, Massus Subekti) 3

Page 4: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

III. VIDEO DAN MULTIMETER

3.1 Definisi Video Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik mewakili gambar bergerak. Atau dengan kata lain video merupakan rangkaian gambar-gambar yang bergerak cepat serta kontinu. Gambar-gambar yang bergerak cepat memberikan proses visual yang melukiskan suatu peristiwa atau cerita-cerita benda murni seperti sesungguhnya. Video adalah hasil dari proses pengambilan gambar oleh kamera yang disusun sedemikian rupa, sehingga menghasilkan alur cerita yang bermakna. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per second). Karena dimainkan dalam kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus, semakin besar nilai frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang ditampilkan Semenjak ditemukannya video, para pendidik melirik dan memanfaatkannya bagi pendidikan. Video bagi dunia pendidikan dimanfaatkan sebagai media belajar guna membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi. Media video pada dasarnya merupakan media yang memanfaatkan kreativitas manusia untuk menggabungkan unsur gambar dan suara dalam menyampaikan pesan. Kesadaran manusia tentang kuatnya pengaruh gambar dan suara untuk menyampaikan pesan menjadikan media ini sebagai salah satu sarana yang tepat untuk digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa keuntungan dari video adalah :

1. Video sangat baik untuk menjelaskan suatu proses, bila perlu dengan menggunakan “slow motion”

2. Tiap murid dapat belajar sesuatu dari video baik itu yang pandai maupun yang kurang pandai

3. Video sejarah dapat menggambarkan peristiwa-peristiwa masa yang lalu secara realistis dalam waktu yang singkat

4. Video dapat membawa anak dari negara yang satu ke negara yang lain dan dari masa yang satu ke masa yang lain

5. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan

Video menarik sekali dipergunakan sebagai alat pengajaran dan dapat membuat perhatian yang lebih banyak. Di negara maju telah banyak terdapat perpustakaan video yang meminjamkan video tentang segala macam topik dalam setiap bidang studi universitas, demikian pula sekolah-sekolah telah banyak mempunyai perpustakaan video sendiri. Video disana bukan merupakan barang luks lagi. Salah satu dari beberapa studi yang menunjukkan kelebihan video dalam menolong siswa menerapkan pengertian konseptual ke suatu permasalahan adalah yang dilakukan oleh Rulon (1933) yang menggunakan sebuah video yang didesain khusus untuk membandingkan antara penggunaan buku teks di tambah video dengan buku teks saja dalam mengajarkan sains.Hasilnya menunjukkan bahwa untuk belajar butiran-butiran yang bersifat faktual. Kelompok siswa yang menggunakan teks berikut video, 14,8 % lebih baik pada test permulaan dan 33,4 % lebih baik pada test berikutnya. Sedang untuk aplikasi atau penerapan informasi yang didapatkan dari video dan buku teks 24,1 % lebih baik daripada test permulaan dan 41 % lebih baik pada test berikutnya

4 PEVOTE VOL 6 NO. 11 September 2011

Page 5: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

3.2 Multimeter Multimeter adalah suatu alat yang dipakai untuk menguji atau mengukur komponen disebut juga Avometer, dapat dipakai untuk mengukur ampere, volt dan ohm meter. Multimeter yang biasa digunakan ada dua jenis, yaitu multimeter analog dan multimeter digital.a. Multimeter Analog Dasar multimeter analog dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian utama yaitu jaringan pengukuran, rangkaian penguat dan penggerak meter analog. Dalam kasus pengukuran arus dan tegangan jaringan kerja berupa pembagi tegangan yang membatasi tegangan yang diberikan pada penguat terutama berkaitan dengan pengaturan cakupan instrumen. Multimeter memiliki skala penuh tegangan DC dan AC yang rendah sampai 0,1 V. Cakupan pengukuran arus DC, AC dari skala penuh 50uA sampai 0,25A. untuk cakupan pengukuran dari 0,1V sampai 1000V (FSD). Saklar pemilih fungsi memberi pilihan cakupan Volt Amper dan Ohm. Multimeter ini dirancang menggunakan penguat IC monolitik dengan penguat masukan berupa FET, sehingga tahanan input tinggi (10 – 20MΩ), sehingga dapat mengurangi kemungkinan kesalahan ukur yang disebabkan oleh pembebanan rangkaian yang di uji. Multimeter lebih disukai karena beberapa alasan yang menguntungkan :

1. Resistansi masukan multimeter lebih tinggi dan stabil disemua cakupan pengukuran

2. Pada saat berfungsi sebagai pengukur arus resistansi multimeter cukup rendah sehingga dapat mencegah kesalahan ukur karena efek pembebanan.

3. Skala resistansi dari multimeter arah penyimpangan jarum sama seperti pada pengukuran tegangan atau arus sehingga tidak membingungkan.

4. Digunakan tegangan rendah sehingga memungkinkan untuk mengukur resistansi junction tanpa merusakkan transistor.

b. Multimeter Digital Multimeter digital (Digital Multi Meter) adalah alat pengukuran yang memperagakan hasil pengukuran berupa angka diskrit ini lebih baik dari pada penunjukan simpangan jarum pada skala sebagaimana yang digunakan pada instrument analog. DMM bertambah popular karena harga instrument menjadi kompetitif. Keunggulan dibanding meter analog hasil pengukuran terbaca langsung mengurangi kesalahan manusia, kesalahan paralaks dan pengukuran lebih cepat. Pengembangan selanjutnya adanya otomasi cakupan pengukuran dan polaritas sehingga dapat mengurangi kesalahan pengukuran dan lebih jauh lagi tidak ada kemungkinan kerusakan meter yang disebabkan oleh adanya beban lebih atau terbalik polaritasnya. Dalam beberapa kasus disediakan hard copy hasil pengukuran dalam bentuk kartu atau pita berlubang. Digital multimeter sampai sekarang masih terbatas dalam parameter non linier tidak dapat diukur.Lebih jauh lagi keakuratan sekarang ini tidak sebanding dengan harganya.

IV. STRATEGI DAN PROSEDUR PEMBUATAN

4.1 Strategi Pembuatan Adapun strategi dalam pembuatan video ini sebagai berikut : memilih sebuah subjek dengan hati-

hati. Subjek yang baik akan menghasilkan video yang baik pula;

mempersiapkan skenario pengambilan gambar.

mempersiapkan sebuah papan pencatat (Story Board), untuk mencatat adegan dalam video yang

Pembuatan Media Pembelajaran berupa Video dengan Materi Pengukuran Besaran Listrik pada Mata Pelajaran

Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik di SMKN 26 Jakarta.(Arief Neiriza, Massus Subekti) 5

Page 6: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

akan disusun menurut urutan tertentu;

kerjasama dengan berbagai macam pihak, sehingga akan mempermudah pada saat pembuatan video;

periksalah semua peralatan yang akan dipergunakan;

pergunakan Tripod, agar kamera tidak bergerak dan gambar menjadi bagus;

jagalah kamera yang akan dipergunakan, lensa kamera harus senantiasa baik dan bersih;

mengikuti script sebagaimana yang telah direncanakan;

pastikan semua pemain menempati posisinya, dan bermain sesuai peran masing-masing;

meneliti video, adegan yang kurang jelas dapat dipotong dan diganti dengan adegan yang baru;

hubungkan tiap bagian video dengan hati-hati;

transfer hasil bagian-bagian video yang telah dibuat dan dijadikan satu ke dalam format VCD/ DVD dan lakukan pengujian video kepada responden sebelum digandakan.

Pada garis besarnya sebuah video dapat dibuat melalui prosedur sebagai berikut: Tahap Perencanaan Tahap Perekaman Tahap Produksi

4.2 Prosedur Pembuatan Pada garis besarnya sebuah video dapat dibuat melalui prosedur sebagai berikut :

A. Tahap PerencanaanPada tahap perencanaan yang

dilakukan adalah : Pematangan ide cerita atau

skenario. Berfungsi sebagai alur yang akan diikuti atau pedoman dalam membuat video. Sebagai media pembelajaran ide cerita

sesuai dengan materi pembelajaran yang didasarkan pada Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ada di sekolah.

Dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini dikembangkan menjadi sebuah naskah video dalam bentuk story board, kemudian disempurnakan menjadi naskah cerita. Naskah video adalah pemaparan data audio visual yang akurat dengan kejadian yang diharapkan.

Mencari kru (pemain, kameraman dan editor)

Mempersiapkan peralatan shooting yang diperlukan, seperti : kamera, tripod, lampu (pencahayaan)

Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipakai, seperti alat tulis, alat praktik.

B. Tahap Perekaman Pada tahap perekaman yang dilakukan adalah beberapa proses pengambilan gambar, diantaranya adalah : Penataan ruangan Penataan cahaya (lighting) Pengambilan gambar

Pada saat pengambilan gambar diperlukan pengetahuan tentang teknik pengkameraan yang baik. Teknik pengkameraan digunakan untuk menampilkan objek berdasarkan ukuran-ukuran tertentu dan menampilkan objek berdasarkan sudut pengambilannya tujuannya agar terjadi kontinuitas atau kesinambungan gambar sehingga pemaparannya menjadi logis

C. Tahap ProduksiPada tahap produksi yang dilakukan adalah beberapa penyelesaian agar di

6 PEVOTE VOL 6 NO. 11 September 2011

Page 7: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

dapat hasil video yang baik, diantaranya adalah : Pada tahap produksi peralatan yang digunakan berupa komputer, perlengakapan perekaman suara seperti microphone wireless, dan amplifier. Komputer yang digunakan harus memiliki spesifikasi yang tinggi, agar mampu memenuhi standar penggunaan software Ulead VideoStudio 10.

4.3Teknik Evaluasi Evaluasi video dilakukan guna mengetahui tanggapan responden terkait dengan layak atau tidaknya video untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telat terkumpul tanpa maksud membuat kesimpulan secara umum atau generalisasi. Pengolahan data dari hasil korespondensi dengan para ahli adalah dengan menggunakan penilaian kecenderungan memusat, karena cara yang paling tepat untuk merangkum data adalah dengan mencari satu indeks yang dapat mewakili seluruh himpunan ukuran. Selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi yang didapat akan menjadi landasan dalam revisi atau perbaikan, sehingga dapat dicapai tujuan yang diharapkan. Skala yang digunakan dalam point-point pendapat adalah skala Likert. (Method of Summated Ratings). Skala jenis Likert merupakan sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap. Dalam memberikan respons terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala ini, subjek menunjukan apakah ia sangat setuju, setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak setuju, atau sangat tidak setuju terhadap tiap pernyataan itu.

Dalam instrumen yang dibuat, peneliti menyatakan pernyataan sikap dengan rentang nilai dari 1 – 5.Skala Sikap

Presentasi Penilaian

KETERANGAN

1 1 – 20 % Sangat Kurang

2 21 – 40 % Kurang

3 41 – 60 % Cukup

4 60 – 80 % Baik

5 81 – 100 % Sangat Baik

Untuk penilaian perlu dibuat uji coba instrumen yang dilakukan guna mengetahui kelayakan dari produk yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik . 19-maret-2011.

Jakarta. Judul : Meningkatnya Tingkat Penganguran di indonesia, Didownload : 23 maret 2011. http://bps.go.id/tingkat _pengangguran_di_indonesia

D. Cooper. William. 1985. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta : Erlangga

F. Suryatmo. 1997. Teknik Pengukuran Listrik dan Elektronika. Jakarta : Bumi Aksara

Fakultas Teknik. 2009. Buku Pedoman Skripsi/ Komprehensif/ Karya Inovatif (S1). Jakarta : Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usana Offset Printing

Gene L. Wilkinson. 1984. Media dalam Pembelajaran, Jakarta : Pustekkom Dikbud dan CV Rajawali

Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana

Pembuatan Media Pembelajaran berupa Video dengan Materi Pengukuran Besaran Listrik pada Mata Pelajaran

Menggunakan Hasil Pengukuran Listrik di SMKN 26 Jakarta.(Arief Neiriza, Massus Subekti) 7

Page 8: Jurnal kibar rizky  5215 08 0276

Oemar, Hamalik. 1994. Media Pembelajaran. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Prof. Dr. Soedjana Sapiie dan Dr. Osamu Nishino. 2000.Pengukuran dan alat - alat ukur listrik. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Prof.Dr.Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabet

Rahadi, Aristo. 2004. Media Pembelajaran, Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional

Sukarno, Winarso. Adi. 1997. Pengukuran Listrik. Bandung : Angkasa

Tridoyo. 2010. Pembelajaran Penginstalasian Sistem Operasi Berbasis GUI melalui Film. Jakarta : UNJ

8 PEVOTE VOL 6 NO. 11 September 2011