bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 depskripsi...

28
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Depskripsi Subjek Penelitian Peneliti memilih tempat untuk penelitian di SMA Kristen 1 Salatiga, sekolah ini beralamatkan di kota Salatiga Jln. Osamaliki no. 32 dengan pimpinan Ibu kepala sekolah Drs. Kriswinarti. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga, dengan jumlah 19 siswa yang memiliki kategori rendah kemampuan komunikasi interpersonalnya. Subyek penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Delapan (8) siswa kelas XI IPS 1 untuk kelompok eksperimen dan sebelas (11) siswa kelas XI IPS 2 dan 3 untuk kelompok kontrol. 4.2 Pelaksanaan Penelitian 4.2.1 Tes Awal (Pre test) Tes awal (pre test) dilakukan pada tanggal 23-24 Juli 2013 dengan cara menyebarkan skala kemampuan komunikasi interpersonal yang terdiri dari 35 item pernyataan. Skala kemampuan komunikasi interpersonal ini dibagikan kepada 74 siswa SMA Kristen 1 Salatiga, yang terdiri dari 3 kelas XI IPS 1, 2 dan 3. Hasil dari pengolahan data diperoleh bahwa ada 19 siswa kelas XI IPS yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal dalam katagori rendah. Kesembilanbelas

Upload: vutruc

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Depskripsi Subjek Penelitian

Peneliti memilih tempat untuk penelitian di SMA Kristen 1

Salatiga, sekolah ini beralamatkan di kota Salatiga Jln. Osamaliki no. 32

dengan pimpinan Ibu kepala sekolah Drs. Kriswinarti. Subyek penelitian

ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga, dengan jumlah 19

siswa yang memiliki kategori rendah kemampuan komunikasi

interpersonalnya. Subyek penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Delapan (8) siswa kelas XI IPS 1

untuk kelompok eksperimen dan sebelas (11) siswa kelas XI IPS 2 dan 3

untuk kelompok kontrol.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Tes Awal (Pre test)

Tes awal (pre test) dilakukan pada tanggal 23-24 Juli 2013 dengan

cara menyebarkan skala kemampuan komunikasi interpersonal yang

terdiri dari 35 item pernyataan. Skala kemampuan komunikasi

interpersonal ini dibagikan kepada 74 siswa SMA Kristen 1 Salatiga,

yang terdiri dari 3 kelas XI IPS 1, 2 dan 3. Hasil dari pengolahan data

diperoleh bahwa ada 19 siswa kelas XI IPS yang memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal dalam katagori rendah. Kesembilanbelas

53

siswa tersebut dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 8 siswa kelas XI IPS 1

kelompok eksperimen dan 11 siswa kelas XI IPS 2 dan 3 kelompok

kontrol. Pembagian kelompok eksperimen dan kontrol ini berdasarkan

nilai skor dari hasil penyebaran skala sikap kemampuan komunikasi

interpersonal. Selanjutnya kelompok eksperimen akan diberikan

layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan.

Tabel 4.1 Data Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

No Kode Nama Skor No Nama Kode Skor

1 DS 107 1 AL 112

2 ER 100 2 VT 93

3 FB 98 3 YD 105

4 NA 107 4 CN 104

5 NV 103 5 DN 100

6 WG 101 6 IT 100

7 YN 98 7 NY 110

8 ND 104 8 RY 105

9 AN 96

10 VN 108

11 YH 104

Total 818 Total 1137

Rata-rata 102,3 Rata-rata 103,4

Hasil yang didapat dari tabel 4.1 di atas dapat dijabarkan bahwa data skor

pre test perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat

selisih nilai rata-rata yaitu nilai rata-rata pada kelompok eksperimen sebesar 102,3

sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 103,4.

54

Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney Homogenitas Pre test Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai Kelompok

eksperimen 8 10.31 82.50

kelompok kontrol 11 9.77 107.50

Total 19

Test Statisticsb

Nilai

Mann-Whitney U 41.500

Wilcoxon W 107.500

Z -.209

Asymp. Sig. (2-tailed) .835

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .840

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Hasil pengolahan uji statistik pada tabel 4.2 di atas dari hasil pre test

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui uji Mann-Whitney

diperoleh hasil yaitu Asymp. Sign. 2-tailed sebesar 0,835>0,050. Sedangkan mean

rank pre test kelompok eksperimen adalah 10,31 dan mean rank pre test

kelompok kontrol adalah 9,77 dengan selisih perbedaan sebesar 0,54. Dari hasil

perhitungan dapat dikatakan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak ada perbedaan (homogen) secara signifikan dalam kemampuan komunikasi

interpersonal.

55

4.2.2 Layanan (Treatment)

Pelaksanaan pemberian layanan (treatment) untuk kelompok

eksperimen dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran BK yang

disepakati oleh guru BK dan 8 siswa kelompok eksperimen. Layanan

bimbingan kelompok dilakukan secara bertahap pada hari kamis pukul

12.05 WIB, dan bisa juga hari lain yang memang sudah disepakati.

Materi layanan bimbingan kelompok yang diberikan berdasarkan dari

indikator yang terendah yaitu yang membahas mengenal komunikasi

interpersonal, empati, perspektif sosial, keluwesan perilaku,

mendengarkan, pengetahuan akan situasi pada waktu berkomunikasi,

memonitor diri dan kepekaan. Kegiatan bimbingan kelompok ini

dimulai pada tanggal 10 Oktober sampai dengan 14 November 2013

sebanyak 8 pertemuan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan bimbingan

kelompok sebagai berikut:

a. Tahap pertama dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2013

Tahap Pembentukan

Tahap pertaman ini fasilitator memulai dengan menjelaskan

secara singkat mengenai bimbingan kelompok, azas-azasnya dan

cara melaksanakan bimbingan kelompok dengan teknik permainan.

Setelah itu dilanjutkan dengan kesepakatan kontrak waktu antara

fasilitator dengan anggota kelompok. Fasilitator dan angggota

56

kelompok saling memperkenalkan diri masing-masing. Selanjutnya

menjelaskan aturan permainan mengenai komunikasi interpersonal.

Tahap Peralihan

Fasilitator menjelaskan kembali mengenai kegiatan

kelompok, menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memasuki kegiatan dan melakukan permainan yang diberikan oleh

fasilitator.

Tahap Kegiatan

Pada tahap kegiatan ini fasilitator membagikan kertas

kepada anggota kelompok dan menyuruh anggota kelompok untuk

menuliskan pesan berupa unek-unek, pendapat atau hal lainnya

yang ingin disampaikan kepada salah satu peserta lainnya.

Selanjutnya dari isi pesan yang sudah dituliskan tadi, peserta

disuruh untuk mengungkapkan secara langsung kepada peserta

yang dimaksud dalam tulisan tersebut untuk menanggapinya.

Setelah itu fasilitator menjelaskan mengenai materi komunikasi

interpersonal, kemudian diskusi dan sharing mengenai komunikasi

interpersonal melalui permainan yang baru saja dilakukan.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap pertama ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

57

kelompok yang baru saja dilakukan. Fasilitator membahas

mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan tahap

kedua. Kemudian, fasilitator menutup kegiatan bimbingan

kelompok ini dengan ucapan terima kasih atas partisipasi anggota

kelompok.

Berdasarkan hasil observasi, pada kegiatan ini anggota

kelompok kurang bersemangat untuk mengikuti kegiatan

permainan ini, anggota kelompok kurang memahami tujuan dari

layanan ini sehingga, belum tercapai sesuai dengan harapan. Pada

tahap ini masih ada anggota kelompok yang tidak fokus dan

kurang berkonsentrasi. Sehingga pada kegiatan tahap pertama ini

belum bisa dikatakan berhasil.

b. Tahap kedua dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2013

Tahap Pembentukan

Fasilitator mengumpulkan anggota kelompok diruang

kelas untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok tahap kedua.

Sebelum memulai kegiatan fasilitator menanyakan mengenai topik

minggu lalu kepada anggota kelompok. Selanjutnya fasilitator

melakukan apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan.

Pada tahap ini topik yang akan dibahas adalah empati.

58

Tahap Peralihan

Fasilitator menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memulai kegiatan ini. Kemudian fasilitator menjelaskan mengenai

tujuan dan tata cara permainan pada pertemuan tahap kedua ini.

Permainan ini diberi judul “dengarkan ceritaku”. Fasilitator

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok bertanya

mengenai permainan pada tahap kedua ini.

Tahap Kegiatan

Fasilitator membacakan sebuah cerita pendek yang

berjudul “Pengorbanan”. Setiap anggota kelompok diminta untuk

memperhatikan dan mendengarkan cerita yang dibacakan oleh

fasilitator dengan baik. Setelah cerita selesai dibacakan, setiap

anggota kelompok diharapkan bisa memberikan tanggapan dan

respon atas cerita yang sudah didengarkan. Dan terakhir saling

berdiskusi apakah peserta sudah bersikap empati dengan cerita

yang dibacakan tadi. Selanjutnya fasilitator menjelaskan mengenali

empati kepada anggota kelompok.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap kedua ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

kelompok yang baru saja dilakukan. Fasilitator membahas

59

mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan

selanjutnya tahap ketiga. Kemudian, fasilitator menutup kegiatan

bimbingan kelompok ini dengan ucapan terima kasih atas

partisipasi anggota kelompok.

Berdasarkan hasil observasi, pada kegiatan ini bisa

dikatakan berhasil karena peserta lebih bisa menunjukkan

perasaannya saat mendengarkan cerita yang sedih dan terharu.

Merespon apa yang disampaikan dengan baik. Pada tahap diskusi

peserta juga mengikuti dengan baik, dengan cara dapat

menjelaskan, menjawab apa yang ditanyakan oleh fasilitator

dengan baik. Pada pertemuan ini dapat berjalan sesuai harapan

fasilitator.

c. Tahap ketiga dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2013

Tahap Pembentukan

Fasilitator mengumpulkan anggota kelompok diruang

kelas untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok tahap ketiga.

Sebelum memulai kegiatan fasilitator menanyakan mengenai topik

minggu lalu kepada anggota kelompok. Pada tahap ini topik yang

akan dibahas mengenai perspektif sosial. Fasilitator menjelaskan

sedikit gambaran mengenai apa itu perspektif sosial kepada

anggota kelompok yaitu mengungkapkan pandangan dan pendapat

mengenai kemungkinan-kemungkinan perilaku lawan bicaranya.

60

Tahap Peralihan

Fasilitator menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memulai kegiatan ini. Kemudian fasilitator menjelaskan mengenai

tujuan dan tata cara permainan pada pertemuan tahap ketiga ini.

Permainan ini diberi judul “buah komunikasi”. Fasilitator

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok bertanya

mengenai permainan pada tahap ketiga ini.

Tahap Kegiatan

Permainan pada tahap ini anggota kelompok dibagi

menjadi 4 kelompok yamg terdiri dari 2 orang berpasang-pasangan.

Setiap anggota kelompok disuruh memilih buah yang paling

disukai. Setelah itu secara acak pasangan yang terpilih maju dalam

waktu 5 menit setiap pasangan menyebutkan buat yang peserta

pilih secara pergantian begitu seterusnya sampai pada pasangan

yang terakhir. Setelah semua peserta bermain, lalu diadakan diskusi

dan disimpulkan mengenai permainan yang baru saja dimainkan.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap ketiga ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

kelompok yang baru saja dilakukan. Fasilitator membahas

mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan

61

selanjutnya tahap keempat. Kemudian, fasilitator menutup kegiatan

bimbingan kelompok ini dengan ucapan terima kasih atas

partisipasi anggota kelompok.

Berdasarkan hasil observasi, pada tahap kegiatan ini bisa

dikatakan cukup berhasil, namun masih ada peserta yang kurang

begitu fokus mengikuti kegiatan tersebut. Peserta melaksanakan

permainan sangat bersemangat tetapi saat giliran peserta lain yang

bermain peserta tidak fokus, sibuk sendiri dan kurang konsentrasi.

Pada tahap ini dapat dikatakan cukup berhasil karena masih ada

yang kurang sesuai dengan harapan fasilitator..

d. Tahap keempat dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2013

Tahap Pembentukan

Fasilitator mengumpulkan anggota kelompok diruang

kelas untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok tahap

keempat. Sebelum memulai kegiatan fasilitator menanyakan

mengenai topik minggu lalu kepada anggota kelompok.

Selanjutnya fasilitator melakukan apersepsi mengenai materi yang

akan disampaikan. Pada tahap ini topik yang akan dibahas

mengenai keluwesan perilaku.

Tahap Peralihan

Fasilitator menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memulai kegiatan ini. Kemudian fasilitator menjelaskan mengenai

62

tujuan dan tata cara permainan pada pertemuan tahap keempat ini.

Permainan ini diberi judul “lakukan untukku”. Fasilitator

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok bertanya

mengenai permainan pada tahap keempat ini.

Tahap Kegiatan

Sebelum kegiatan dilakukan fasilitator membagi anggota

kelompok menjadi berpasang-pasangan. Setiap pasangan diberikan

masing-masing kertas lipat, dan diminta untuk membuat sesuatu

dari kertas lipat tersebut, namun sesuai dengan apa yang diminta

oleh pasangan masing-masing dalam waktu 10 menit. Anggota

kelompok tersebut saling menanggapi hasilnya apa sudah sesuai

dengan yang diharapkan. Setelah itu anggota kelompok diajak

berdiskusi mengenai permainan yang telah dilakukan. Hal ini

bertujuan bahwa setiap orang harus bisa bersikap fleksibel dan

tidak kaku dan itu semua tergantung dari bagaimana anggota

kelompok melakukan dan menanggapinya.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap keempat ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

kelompok yang baru saja dilakukan. Fasilitator membahas

mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan

63

selanjutnya tahap kelima. Kemudian, fasilitator menutup kegiatan

bimbingan kelompok ini dengan ucapan terima kasih atas

partisipasi anggota kelompok.

Berdasarkan dari observasi, kegiatan ini bisa dikatakan

berhasil karena keantusiasan anggota kelompok untuk dapat

membuatkan sesuatu untuk temannya ya walaupun kadang ada

yang belum sesuai dengan harapan temannya tapi peserta tetap

menikmatinya. Sampai ada yang berusaha membuatkan walaupun

sebenarnya tidak bisa tapi pasangannya tetap menyemangati untuk

dapat berhasil dan menyelesaikannya. Pada tahap diskusi setiap

anggota kelompok berusaha untuk mengutarakan pendapatnya

masing-masing, bertanya dan berusaha menjawab apa yang

fasilitator tanyakan. Anggota kelompok sudah mulai fokus

mengikuti dan memperhatikan kegiatan yang dilakukan, sehingga

pada pertemuan kali ini bisa berjalan sesuai dengan harapan

fasilitator.

e. Tahap kelima dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2013

Tahap Pembentukan

Fasilitator mengumpulkan anggota kelompok diruang

kelas untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok tahap

kelima. Sebelum memulai kegiatan fasilitator menanyakan

mengenai topik minggu lalu kepada anggota kelompok.

64

Selanjutnya fasilitator melakukan apersepsi mengenai materi yang

akan disampaikan. Pada tahap ini topik yang akan dibahas

mengenai mendengarkan.

Tahap Peralihan

Fasilitator menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memulai kegiatan ini. Kemudian fasilitator menjelaskan mengenai

tujuan dan tata cara permainan pada pertemuan tahap kelima ini.

Permainan ini diberi judul “sepatu lapangan”. Fasilitator

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok bertanya

mengenai permainan pada tahap kelima ini.

Tahap Kegiatan

Fasilitator membagi anggota kelompok menjadi dua

kelompok yang masing-masing peserta terdiri dari 4 orang.

Fasilitator menyuruh setiap kelompok memilik salah satu anggota

kelompok untuk menjadi pembicara kelompok. Selanjutnya setiap

kelompok diberi waktu selama 5 menit untuk mendiskusikan

tentang sepatu lapangan apa yang cocok untuk bekerja di

“lapangan” dan peralatan apa lagi yang dibutuhkan. Setelah itu

pembicara kelompok diminta untuk menyampaikan hasil diskusi ini

sekaligus memperkenalkan nama anggota kelompoknya dan apa

pendapat yang berbeda dan pendapat yang sama dari setiap peserta

dikelompoknya masing-masing. Setelah semua kelompok selesai,

kemudian saling berdiskusi dan sharing apakah pembicara telah

65

menyampaikan pendapat semua anggota kelompoknya secara

tepat? Adakah yang dikurangi dan yang ditambah? Sudahkan

pembicara menjadi pendengar yang baik?.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap kelima ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

kelompok yang baru saja dilakukan. Fasilitator membahas

mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan

selanjutnya tahap keenam. Kemudian, fasilitator menutup kegiatan

bimbingan kelompok ini dengan ucapan terima kasih atas

partisipasi anggota kelompok.

Berdasarkan dari observasi, pada kegiatan ini bisa

dikatakan berhasil karena anggota kelompok saat antusias dalam

mengikuti permainan “sepatu lapangan” yang dibuat oleh

fasilitator, serta pembicara kelompok bisa penyebutkan pendapat

dari setiap anggota kelompoknya dengan baik. Pada tahap diskusi

anggota kelompok juga dapat menjelaskan tentang menjadi

pendengar yang baik dan menjawab setiap pertanyaan yang

disampaikan oleh fasilitator, sehingga pada tahap ini berjalan

sesuai dengan harapan fassilitator.

66

f. Tahap keenam dilakukan pada tanggal 5 November 2013

Tahap Pembentukan

Fasilitator mengumpulkan anggota kelompok diruang

kelas untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok tahap

keenam. Sebelum memulai kegiatan fasilitator menanyakan

mengenai topik minggu lalu kepada anggota kelompok. Pada tahap

ini topik yang akan dibahas mengenai pengetahuan akan situasi

pada waktu berkomunikasi. Fasilitator menjelaskan sedikit

gambaran mengenai apa itu pengetahuan akan situasi pada waktu

berkomunikasi kepada anggota kelompok.

Tahap Peralihan

Fasilitator menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memulai kegiatan ini. Kemudian fasilitator menjelaskan mengenai

tujuan dan tata cara permainan pada pertemuan tahap keenam ini.

Pada pertemuan kali ini anggota kelompok akan bermain peran.

Fasilitator memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

bertanya mengenai permainan bermain peran pada tahap keenam

ini.

Tahap Kegiatan

Pada permainan ini fasilitator menjelaskan tentang

skenario ceritanya pada semua anggota kelompok, agar lebih bisa

pemahami, fokus dan menghayati peran yang akan mereka

perankan. Diharapkan dalam berperan anggota kelompok dapat

67

berekspresi, spontan dan apa adanya. Setelah selesai bermain peran

fasilitator dan anggota kelompok saling berdiskusi dan sharing

terhadap permainan bermain peran tadi dan pengalaman apa saja

yang didapatkan dari permainan tersebut.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap keenam ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

kelompok yang baru saja dilakukan. Fasilitator membahas

mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan

selanjutnya tahap ketujuh. Kemudian, fasilitator menutup kegiatan

bimbingan kelompok ini dengan ucapan terima kasih atas

partisipasi anggota kelompok.

Berdasarkan dari observasi, kegiatan ini berhasil karena

anggota kelompok sangat antusias dan senang mengikuti

permainan bermain peran ini. Anggota kelompok berusaha

menjiwai peran yang diberikan dengan semangat dan penuh

ekspresi. Yang menjadi penonton memberikan komentar yang

sangat membangun. Pada tahap diskusi anggota kelompok juga

dapat berinteraksi dengan baik, menjawab pertanyan dan bisa

saling melengkapi sehingga, pertemuan kali ini berjalan sesuai

dengan harapan fasilitator.

68

g. Tahap ketujuh dilakukan pada tanggal 7 November 2013

Tahap Pembentukan

Fasilitator mengumpulkan anggota kelompok diruang kelas

untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok tahap ketujuh.

Sebelum memulai kegiatan fasilitator menanyakan mengenai topik

minggu lalu kepada anggota kelompok. Selanjutnya fasilitator

melakukan apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan.

Pada tahap ini topik yang akan dibahas mengenai memonitor diri.

Tahap Peralihan

Fasilitator menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memulai kegiatan ini. Kemudian fasilitator menjelaskan mengenai

tujuan dan tata cara permainan pada pertemuan tahap ketujuh ini.

Permainan ini diberi judul “sambung kata”. Fasilitator memberikan

kesempatan kepada anggota kelompok bertanya mengenai

permainan pada tahap ketujuh ini.

Tahap Kegiatan

Fasilitator membagi anggota kelompok menjadi 2

kelompok yang beranggotakan 4 orang peserta dari masing-masing

kelompok. Selanjutnya diminta masing-masing kelompok berdiri

berbanjar dengan pemimpin kelompok berada dipaling ujung.

Pemimpin kelompok disuruh mengambil kertas yang didalamnya

berisikan sebuah pesan yang harus disampaikan kepada anggota

69

kelompoknya, tetapi hanya boleh diulang sebanyak 2 kali saja.

Kemudian pesan tersebut disampaikan secara berurutan oleh

anggota kelompok lainnya dengan benar dan sesuai, itulah

pemenangnya. Setelah itu fasilitator dan anggota kelompok

berdiskusi.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap ketujuh ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

kelompok yang baru saja dilakukan. Fasilitator membahas

mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan

selanjutnya tahap kedelapan. Kemudian, fasilitator menutup

kegiatan bimbingan kelompok ini dengan ucapan terima kasih atas

partisipasi anggota kelompok.

Berdasarkan dari observasi, kegiatan ini berhasil karena

anggota kelompok sangat antusias mengikuti permainan “sambung

kata”. Meskipun pesan ditentukan dan dibatasi oleh fasilitator,

tetapi anggota kelompok tidak ada yang keberatan dan tetap

berusaha menyampaikan pesan tersebut dengan baik dan berusaha

mengingatnya. Pada tahap diskusi setiap anggota kelompok dapat

menjelaskan, serta dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

Anggota kelompok sangat senang dan menikmati permainan. Yang

70

diperoleh pada tahap ini anggota kelompok dapat belajar

berkomunikasi dengan orang lain, penyampaikan pesan yang benar

dan baik, belajar lebih jeli, fokus dan konsentrasi serta lebih

perhatian. Sehingga, pada tahap ini dapat dikatakan berjalan sesuai

dengan harapan fasilitator.

h. Tahap kedelapan dilakukan pada tanggal 14 November 2013

Tahap Pembentukan

Fasilitator mengumpulkan anggota kelompok diruang kelas

untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok tahap kedelapan.

Sebelum memulai kegiatan fasilitator menanyakan mengenai topik

minggu lalu kepada anggota kelompok. Selanjutnya fasilitator

melakukan apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan.

Pada tahap ini topik yang akan dibahas mengenai kepekaan.

Tahap Peralihan

Fasilitator menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk

memulai kegiatan ini. Kemudian fasilitator menjelaskan mengenai

tujuan dan tata cara permainan pada pertemuan tahap kedelapan

ini. Permainan ini diberi judul “lanjutkan ceritaku”. Fasilitator

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok bertanya

mengenai permainan pada tahap kedelapan ini.

71

Tahap Kegiatan

Pada permainan ini setiap anggota kelompok diharapkan

dapat fokus dalam cerita yang disampaikan fasilitator. Supaya saat

anggota kelompok ditunjuk untuk melanjutkan cerita bisa

melanjutkan cerita dengan baik dan menyambung secara bergiliran

sesuai dengan urutan yang ditunjuk. Setelah semua anggota

kelompok bercerita, fasilitator mengajak anggota kelompok untuk

berdiskusi tentang permainan yang baru saja dilakukan.

Selanjutnya fasilitator menjelaskan dan memberikan pertanyaan

pada anggota kelompok.

Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini fasilitator memberitahukan

bahwa kegiatan tahap kedelapan ini akan diakhiri. Fasilitator

menanyakan kesan-kesan kepada anggota kelompok. Fasilitator

memberikan penilaian segera terhadap kegiatan bimbingan

kelompok yang baru saja dilakukan. Kemudian, fasilitator

menutup kegiatan bimbingan kelompok ini dengan ucapan terima

kasih atas partisipasi anggota kelompok selama kegiatan ini

berlangsung.

Berdasarkan dari observasi, kegiatan ini berhasil karena

anggota kelompok sangat antusias dan senang mengikuti

permainan “lanjutkan ceritaku” ini dan peserta dapat melanjutkan

cerita dan bisa menjadikan cerita ini lebih baik lagi dengan

72

kreatifitas dan imajinasi yang dimiliki. Pada tahap diskusi anggota

kelompok juga melaksanakan dengan baik dengan memberikan

pendapat, bertanya maupun menjawab pertanyaan dari fasilitator

maupun dari anggota kelompok lain. Saat mengikuti layanan ini

yang diperoleh Anggota kelompok yaitu mendapat pengalaman,

dapat berimajinasi, belajar lebih peka lagi saat berkomunikasi, bisa

menjelaskan peka itu seperti apa dan bisa berkreasi. Pada tahap

terakhir ini berjalan sesuai dengan harapan pemimpin kelompok.

4.2.3 Tes Akhir (Post test)

Tes akhir (post test) dilakukan pada tanggal 21-22 November

2013 di SMA Kristen 1 Salatiga. Peneliti menyebarkan skala

kemampuan komunikasi interpersonal yang sudah valid yang

berjumlah 35 item pernyataan kepada 19 siswa yang terbagi menjadi 2

kelompok yaitu 8 kelompok eksperimen kelas XI IPS 1 yang sudah

diberikan layanan (treatment)dan 11 kelompok kontrol kelas XI IPS 2

dan 3 yang tidak diberikan layanan (treatment)SMA Kristen 1

Salatiga. Hasil dari post test skala kemampuan komunikasi

interpersonal yang disebarkan tadi diolah melalui SPSS 16.0 dengan

teknik analisis Mann-Whitney yang dapat dilihat sebagai berikut ini :

73

Tabel 4.3 Data Skor Post Test Kelompok Eksperimen

No Kode Nama Skor

1. DS 115

2. ER 105

3. FB 103

4. NA 115

5. NV 116

6. WG 108

7. YN 105

8. ND 117

Total 884

Rata-rata 110,5

Hasil yang didapat dari tabel 4.3 di atas dapat dijabarkan, data skor post test

kelompok eksperimen siswa yang telah melakukan layanan (treatment) skor

terendah adalah 103 dan skor tertinggi adalah 117 dengan nilai rata-rata 110,5.

Tabel 4.4 Data Skor Post Test Kelompok Kontrol

No Kode Nama Skor

1. AL 112

2. VT 93

3. YD 105

4. CN 104

5. DN 100

6. IT 100

7. NY 110

8. RY 105

9. AN 96

10. VN 108

11. YH 104

Total 1137

Rata-rata 103,4

74

Hasil yang didapat dari tabel 4.4 di atas dapat dijabarkan, data skor post

test kelompok kontrol siswa yang tidak diberikan layanan (treatment) yaitu skor

terendah adalah 93 dan skor tertinggi adalah 112 dengan nilai rata-rata 103,4.

Tabel 4.5 Hasil Uji Mann-Whitney Post Test Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai Eksperimen 8 13.31 106.50

Kontrol 11 7.59 83.50

Total 19

Test Statisticsb

Nilai

Mann-Whitney U 17.500

Wilcoxon W 83.500

Z -2.202

Asymp. Sig. (2-tailed) .028

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .026

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Hasil pengolahan uji statistik pada tabel 4.5 di atas dari hasil post test antara

kelompok eksperimen dan kontrol melalui uji Mann-Whitney diperoleh hasil yaitu

Asymp. Sign. 2-tailed sebesar 0,028˂0,050. Sedangkan mean rank post test

kelompok eksperimen adalah 13,31 dan mean rank post test kelompok kontrol

adalah 7,59 dengan selisih perbedaan sebesar 5,72. Sehingga dapat dikatakan

75

adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol yang

diberi layanan (treatment) dengan yang tidak mengenai komunikasi

interpersonalnya.

Tabel 4.6 Perbedaan Data Skor Pre test dan Post Test Kelompok Eksperimen

Hasil dari tabel 4.6 diatas dapat dijelaskan bahwa perbedaan antara pre test

dan post test kelompok eksperimen setelah diberikan layanan (treatment)

bimbingan kelompok dengan teknik permainan oleh peneliti terdapat selisih nilai

rata-rata yaitu nilai rata-rata pre test sebelum diberikan layanan sebesar 102,3

sedangkan nilai rata-rata post test setalah diberikan layanan sebesar 110,5.

Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pre Test dan Post Test Kelompok

Eksperimen

Ranks

Kel.Eksp

erimen N Mean Rank Sum of Ranks

Nilai Pre test 8 5.44 43.50

Post test 8 11.56 92.50

Total 16

No Kode Nama Skor Pre Test Skor Post Test

1. DS 107 115

2. ER 100 105

3. FB 98 103

4. NA 107 115

5. NV 103 116

6. WG 101 108

7. YN 98 105

8. ND 104 117

Total 818 884

Rata-rata 102,3 110,5

76

Test Statisticsb

Nilai

Mann-Whitney U 7.500

Wilcoxon W 43.500

Z -2.583

Asymp. Sig. (2-tailed) .010

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .007

a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable:

Kel.Eksperimen

Hasil pengolahan uji statistik pada tabel 4.7 di atas dari hasil pre test dan

post test kelompok eksperimen melalui uji Mann-Whitney diperoleh hasil yaitu

Asymp. Sign. 2-tailed sebesar 0,010˂0,050. Sedangkan mean rank pre test

kelompok eksperimen adalah 5,44 dan mean rank post test kelompok eksperimen

adalah 11,56 dengan peningkatan sebesar 6,12. Sehingga dapat dikatakan adanya

peningkatan komunikasi interpersonal pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Kristen

1 Salatiga yang yang sangat signifikan setelah diberikannya layanan (treatment)

bimbingan kelompok dengan teknik permainan.

4.3 Uji Hipotesis

Hasil dari analisis yang telah dilakukan, maka terdapat perbedaan

kemampuan komunikasi interpersonal antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga,

setelah kelompok eksperimen diberikan layanan bimbingan kelompok.

Hal ini dapat dilihat dari hasil uji nampak Asymp. Sign. 2-tailed

sebesar 0,010˂0,050. Sedangkan mean rank pre test adalah 5,44 dan mean

77

rank post test adalah 11,56 dengan peningkatan sebesar 6,12. Sehingga

dapat dikatakan adanya peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal

pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Kristen 1 Salatiga yang yang sangat

signifikan setelah diberikannya layanan (treatment) bimbingan kelompok

dengan teknik permainan.

Sedangkan dari hasil uji Mann-Whitney post test antara kelompok

eksperimen dan kontrol diperoleh hasil Asymp. Sign. 2-tailed sebesar

0,028˂0,050 dapat dikatakan ada perbedaan yang signifikan antara

kelompok eksperimen dan kontrol yang diberikan layanan dan yang tidak

diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan.

Sehingga, hipotesis yang berbunyi “Layanan bimbingan kelompok

dengan teknik permainan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

interpersonal secara signifikan siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1

Salatiga” yang diajukan peneliti dinyatakan diterima.

4.4 Pembahasan

Hasil penelitian pengungkapkan bahwa bimbingan kelompok

dengan teknik permainan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

interpersonal pada siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga, secara

signifikan pada dilihat dari hasil Asymp. Sign. 2-tailed sebesar

0,028˂0,050 dapat dikatakan ada perbedaan yang signifikan antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Serta mean rank pre test

sebesar 5,44 dan mean rank post test sebesar 11,56, meningkat sebesar

78

6,12. Sehingga dapat dikatakan adanya peningkatan komunikasi

interpersonal pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Kristen 1 Salatiga yang

yang sangat signifikan setelah diberikannya layanan (treatment)

bimbingan kelompok dengan teknik permainan.

Maka hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Siti (2010) yang menunjukkan bahwa bimbingan kelompok

sangat berperan dalam upaya meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa

kelas VII SMP Negeri 2 Brebes Tahun 2010/2011 dengan teknik

permainan. Begitupun dengan hasil penelitian Rani (2009) menunjukkan

bahwa siswa yang telah memperoleh layanan bimbingan kelompok dengan

teknik permainan perilaku komunikasi antapribadinya mengalami

peningkatan yang signifikan.

Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) atau

komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau

beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara

langsung, dan penerima dapat menanggapi secara langsung pula (Hardjana,

2007). Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, melalui

layanan bimbingan kelompok peneliti menggunakan teknik permainan

untuk dapat meningkatkan komunikasi interpersonal siswa.

Melalui layanan bimbingan kelompok siswa yang menjadi

kelompok eksperimen tidak merasa terbebani, namun dapat merasa senang

dengan melakukan permainan dalam setiap kegiatan yang sedang dilakukan

untuk dapat membantu meningkatkan komunikasi interpersonalnya. Hal itu

79

bisa dilihat dari hasil observasi yang peneliti lakukan selama layanan

berlangsung siswa-siswa merasa bebas untuk dapat berekspresi, melakukan

permainan dengan semangat, cepat tanggap dalam menjalankan tugas yang

diberikan peneliti, menjawab pertanyaan dengan baik dan antusias. Teknik

permainan merupakan pilihan yang bisa dikatakan tepat untuk dapat

meningkatkan komunikasi interpersonal siswa, karena siswa tidak akan

merasa sedang dibimbing.