jurnal jagung febri irawan 05091002006 teknik pertanian unsri

47
JURNAL JAGUNG (Zea mays L.) I. Taksonomi Jagung Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn (Anonima, 2000). Sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) SubDivisio : Angiospermae (berbiji tertutup) Classis : Monocotyledone (berkeping satu) Ordo : Graminae (rumput-rumputan) Familia : Graminaceae Genus : Zea Species : Zea mays L. II. Deskripsi Jagung Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu kali siklus hidupnya berkisar antara 80 – 150 hari. Paruh pertama pertumbuhan jagung merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua merupakan tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung bervariasi tergantung dari varietas dan lingkungan tempat tumbuhnya. Meskipun umumnya tanaman jagung berketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, ada varietas yang dapat mencapai ketinggian 6 meter. Akar tanaman jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 meter, meskipun sebagian besar ada pada kisaran 2 meter. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu tetapi tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat

Upload: febri-irawan-putra-zenir

Post on 20-Jun-2015

4.897 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

JURNAL

JAGUNG

(Zea mays L.)

I. Taksonomi Jagung

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui

kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal

menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya

mais dan orang Inggris menamakannya corn (Anonima, 2000).

Sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

SubDivisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

II. Deskripsi Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu kali siklus hidupnya berkisar

antara 80 – 150 hari. Paruh pertama pertumbuhan jagung merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua merupakan tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung bervariasi tergantung dari varietas dan lingkungan tempat

tumbuhnya. Meskipun umumnya tanaman jagung berketinggian antara 1 meter

sampai 3 meter, ada varietas yang dapat mencapai ketinggian 6 meter. Akar tanaman

jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 meter, meskipun

sebagian besar ada pada kisaran 2 meter. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa

muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu

menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu tetapi tidak

seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat

Page 2: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

sehingga tanaman berbentuk roset. Batang berbentuk ruas dan terbungkus oleh

pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak

mengandung banyak lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya

memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar

dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.

Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap

stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting

dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu

tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur bunga khas yang

disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal:

gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga

(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina

tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah

daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol

produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat

menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.

Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada

bunga betinanya (protandri) (Wenny,2007). Tanaman jagung berasal dari daerah

tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut.

Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada

berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Jagung dapat

ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang

memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum

antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman

jagung (Anonima, 2000). Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang

fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Ciri jagung yang siap dipanen adalah:

a.Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.

b. Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai

dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.

Page 3: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

c. Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh.

Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar,

dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila

biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk

makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan

lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun

dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat

kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit

dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

Gambar 1 Morfologi Jagung

Gambar 2 Tanaman Jagung yang Masih Muda

Gambar 3 Tanaman Jagung yang Mulai Berbuah

Gambar 4 Tanaman Jagung yang Siap Panen

III. Jenis - jenis Jagung

a.Menurut umur,dibagi menjadi3 golongan:

• Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah Kertas,

Abimanyu dan Arjuna.

• Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP 1 dan

CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.

• Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning, Bima

dan Harapan.

b. Menurut bentuk biji dibagi menjadi 7 golongan yaitu :

1. Dent Corn

2. Flint Corn

3. Sweet Corn

4. Pop Corn

5. Flour Corn

Page 4: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

6. Pod Corn

7. Waxy Corn

c. Varietas Jagung

Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan

penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas.

(Anonima, 2000).

Beberapa contoh varietas unggul jagung dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Varietas Jagung Bersari Bebas dan Hibrida Unggul yang Dilepas dalam

Kurun Waktu 1980 – 1999

Macam Varietas Umur

(hari) Produktivitas

(t/ha) Tahun

dilepas

A. Varietas bersari bebas :

1. Arjuna

2. Wisanggemi

3. bisma

90

90

96

4,3

6,0

6,5

1980

1995

1995

B. Varietas Hibrida

1. C – 2

2. C – 3

Page 5: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

3. CPI – 2

4. Semar – 3

5. BISI-1

6. BISI-1

7. Semar-3

8. Semar-6

9. Semar-7

10. Semar-8

11. Semar-9

12. Semar-4

13. Semar-5

14. Semar-6

15. Semar-7

16. Semar-8

17. Semar-9

97

95

97

98

92

103

100-105

96

100

100

100

90

98

98

98

94

Page 6: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

95

6,7

6,4

6,2

6,4

7,0

8,9

8,5

9,0

8,8

8,8

9,0

8,5

9,0

9,0

9,0

9,0

8,5

1989

1992

1992

1992

1995

1995

1996

1996

1996

1996

1996

1999

1999

Page 7: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

1999

1999

1999

1999

Keterangan : Varietas-varietas tersebut tahan terhadap penyakit bulai dan karat daun.

(Wirawan, 1996).

IV. Produksi Jagung

Produksi jagung tiap tahun fluktuatif. Menurut press releases dari Badan Pusat

Statistik (BPS) produksi jagung sampai tahun 2006 adalah sebagai berikut :

• Produksi jagung tahun 2003 (Angka Tetap) naik 12,76 persen dibandingkan dengan

produksi tahun 2002 disebabkan naiknya luas panen dan produktivitas.

• Produksi jagung tahun 2004 (Angka Tetap) sebesar 11,23 juta ton pipilan kering

atau naik sebesar 3,11 persen dibandingkan dengan produksi jagung tahun 2003.

Kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh kenaikan produktivitas dengan

adanya perubahan varitas yang ditanam petani dari varietas lokal ke varitas komposit

atau hibrida.

• Produksi jagung tahun 2005 (Angka Tetap) sebesar 12,52 juta ton pipilan kering,

naik sebesar 1,30 juta ton (11,57 persen) dibandingkan dengan produksi jagung tahun

2004. Peningkatan produksi jagung disebabkan oleh kenaikan luas panen dan

produktivitas baik di Jawa maupun di Luar Jawa.

• Angka Tetap (ATAP) produksi jagung tahun 2006 sebesar 11,61 juta ton pipilan

kering. Dibandingkan produksi tahun 2005, terdapat penurunan sebesar 914,43 ribu

ton (7,30 persen). Penurunan produksi karena luas panen mengalami penurunan

seluas 280,18 ribu hektar (7,73 persen), meskipun produktivitas meningkat sebesar

0,16 kuintal/hektar (0,46 persen).

V. PenangananPasca Panen

Penanganan lepas panen bertujuan untuk mendapatkan jagung tongkol atau jagung

pipil sesuai standar mutu perdagangan. Dalam perdagangan, jagung tongkol tidak

banyak diperjualbelikan tetapi banyak yang menyimpan dalam bentuk jagung

tongkol. Oleh karena itu, perlu dikerjakan penanganan yang baik sehingga diperoleh

jagung tongkol kering, bebas hama dan penyakit serta kerusakan.

Page 8: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Tabel 2 Standar Mutu Jagung

Karakteristik Syarat-syarat

Mutu I Mutu II Mutu III

Kadar air % bobot/bobot( maks)

Biji pecah-pecah % bobot/bobot (maks)

Kadar kotoran % bobot/bobot (maks)

Rusak dan kutuan % bobot/bobot (maks) 14,0

3,0

3,0

5,0 15,5

5,0

4,0

8,0 15,5

9,0

5,0

11,0

Sumber: Standar Perdagangan, 1975. Departemen Perdagangan. Penanganan jagung

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu perdagangan jagung tongkol dan jagung

pipil.

• Tahap-tahap Penanganan Jagung Tongkol

Gambar 5 Tahap - tahap Penanganan Jagung Tongkol

• Tahap- tahap Penanganan Jagung Pipil

VI. Struktur dan Komposisi Kimia Jagung

A. Struktur Biji Jagung

Secara struktural, biji jagung yang telah matang terdiri atas empat bagian utama,

yaitu perikarp, lembaga, endosperm, dan tip kap (Gambar 7).

Perikarp merupakan lapisan pembungkus biji yang berubah cepat selama proses

pembentukan biji. Pada waktu kariopsis masih muda, sel-selnya kecil dan tipis, tetapi

Page 9: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

sel-sel itu berkembang seiring dengan bertambahnya umur biji. Pada taraf tertentu

lapisan ini membentuk membran yang dikenal sebagai kulit biji atau testa/aleuron

yang secara morfologi adalah bagian endosperm. Bobot lapisan aleuron sekitar 3%

dari keseluruhan biji (Inglett (1987) dalam Suarni dan Widowati (2006)). Perikarp

merupakan lapisan luar biji yang dilapisi oleh testa dan lapisan aleuron. Lapisan

aleuron mengandung 10% protein (Mertz (1972) dalam Suarni dan Widowati

(2006)).

Lembaga merupakan bagian yang cukup besar. Pada biji jagung tipe gigi kuda,

lembaga meliputi 11,5% dari bobot keseluruhan biji. Lembaga ini sendiri sebenarnya

tersusun atas dua bagian yaitu skutelum dan poros embrio (embryonic axis).

Lembaga terdiri atas plumula, radikel, dan skutelum, yaitu sekitar 10% dan perikarp

5%. Setiap tip cap adalah bagian yang menghubungkan biji dengan janggel. Lapisan

aleuron, perikarp, dan lembaga mengandung protein dengan kadar yang berbeda.

Lembaga juga mengandung lemak dan mineral (Inglett (1987) dalam Suarni dan

Widowati (2006)).

Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji jagung, yaitu sekitar 85%, hampir

seluruhnya terdiri atas karbohidrat dari bagian yang lunak (floury endosperm) dan

bagian yang keras (horny endosperm) (Wilson (1981) dalam Suarni dan Widowati

(2006)).

Setiap tip cap adalah bagian yang menghubungkan biji dengan janggel. Lapisan

aleuron, perikarp, dan lembaga mengandung protein dengan kadar yang berbeda.

Lembaga juga mengandung lemak dan mineral (Inglett (1987) dalam Suarni dan

Widowati(2006)).

B. Komposisi Kimia Jagung

Tabel 3 Komposisi Kimia Jagung Berdasarkan Bobot Kering

Komponen Dalam persen

Biji Utuh Endosperma Lembaga Kulit ari Tip cap

Protein 3.7 8.0 18.4 3.7 9.1

Lemak 1.0 0.8 33.2 1.0 3.8

Serat Kasar 86.7 2.7 8.8 86.7 -

Abu 0.8 0.3 10.5 0.8 1.6

Page 10: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Pati 71.3 87.6 8.3 7.3 5.3

Gula 0.34 0.62 10.8 0.34 1.6

Sumber : Inglett (1987) dalam Suarni dan Widowati (2006)

Kulit ari jagung dicirikan oleh kandungan serat kasar yang tinggi, yaitu 86,7% (Tabel

1), yang terdiri atas hemiselulosa (67%), selulosa (23%), dan lignin (0,1%) (Burge

and Duensing (1989) dalam Suarni dan Widowati (2006)). Di sisi lain, endosperma

kaya akan pati (87,6%) dan protein (8%), sedangkan kadar lemaknya relative rendah

(0,8%). Lembaga dicirikan oleh tingginya kadar lemak (33%), protein (18,4%), dan

mineral (10,5%). Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan apakah produk yang

akan diolah memerlukan biji jagung utuh, atau yang kulit ari atau lembaganya

dihilangkan.

Tabel 4. Komposisi Kimia Berbagai Tipe Jagung

Varietas air abu protein Serat Kasar Lemak Karbohidrat

…………………………………………..(%)

………………………………………….

Kristalin 10.5 1.7 10.3 2.2 5.0 70.3

Floury 9.6 1.7 10.7 2.2 5.4 70.4

Starchy 11.2 2.9 9.1 1.8 2.2 72.8

Manis 9.5 1.5 12.9 2.9 3.9 69.3

Pop 10.4 1.7 13.7 2.5 5.7 66.0

Hitam 12.3 1.2 5.2 1.0 4.4 75.9

Srikandi Putih* 10.08 1.81 9.99 2.99 5.05 73.07

Srikandi Kuning* 11.03 1.85 9.95 2.97 5.10 72.07

Anoman* 10.07 1.89 9.71 2.05 4.56 73.77

Lokal Pulut* 11.12 1.99 9.11 3.02 4.97 72.61

Lokal Nonpulut* 10.09 2.01 8.78 3.12 4.92 74.20

Bisi 2** 9.70 1.00 8.40 2.20 3.60 75.10

Lamuru** 9.80 1.20 6.90 2.60 3.20 76.30

Sumber : Cortez dan Wild-Altamirano (1972) dalam Widowati et al. (2005).

Page 11: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

*Suarni dan Firmansyah (2005).

**Suharyono et al. (2005).

Tabel 5. Komposisi Kimia dan Zat Gizi Jagung Kuning pipilan per 100 gr

Komponen Jumlah

Energi

Protein

Lemak

Karbohidrat

Ca

Fe

Vitamin A

Vitamin B1

Air

Bagian yang dapat dimakan 307,00 K

7,90 K

3,40 K

63,60 K

148,00 mg

2,10 mg

440,00 SI

0,33 mg

24,00 %

90,00 %

Sumber : Anonimc, 2005

Tabel 6. Penyebaran Komponen Kimia Jagung Tanpa Air pada Struktur Biji

Bagian Biji Pati Protein Lemak Gula Abu

………………………………..(%)…………………………………

Endosperma

Lembaga

Kulit Ari

Tip Cap 86,4

Page 12: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

8,2

7,3

5,3 9,4

18,8

3,7

9,1 0,8

34,5

1,0

3,8 0,6

10,8

0,3

1,6 0,3

10,1

0,8

1,6

Sumber : Anonimc, 2005

Tabel 7. Kandungan Zat Gizi Jagung dan Jagung Manis

Zat Gizi Jagung Biasa Jagung manis

Energi (cal)

Protein (gr)

Lemak (gr)

Karbohidrat (gr)

Kalsium (gr)

Fosfor (mg)

Besi (mg)

Vitamin A (SI)

Vitamin B (mg)

Vitamin C (mg)

Air (gr) 129

4,1

1,3

Page 13: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

30,3

5,0

108,0

1,1

117,0

0,18

9,0

63,0 96,0

3,5

1,0

22,8

3,0

111

0,7

400

0,15

12,0

72,7

Sumber : Wahyudi, 2005

Tabel 8. Nilai Nutrisi Jagung per 100 gr Porsi Makan

Jagung Putih Manis, Mentah Jagung Kuning Manis, Mentah

Air, 75.9 g

Energi, 86 kcal

Energi, 360 kj

Protein, 3.22 g

Total Lemak, 1.18 g

Karbohidrat, 19.02 g

Serat, 2.7 g

Ampas, 0.62 g

Page 14: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Mineral

Kalsium, Ca, 2 mg

Besi, Fe, 0.52 mg

Magnesium, Mg, 37 mg

Phospor, P, 89 mg

Potassium, K, 270 mg

Sodium, Na, 15 mg

Seng, Zn, 0.45 mg

Tembaga, Cu, 0.054 mg

Mangan, Mn, 0.161 mg

Selenium, Se, 0.6 mcg

Vitamin

Vitamin C, asam ascorbic, 6.8 mg

Thiamin, 0.2 mg

Riboflavin, 0.06 mg

Niacin, 1.7 mg

Asam Pantothenic, 0.76 mg

Vitamin B-6, 0.055 mg

Folate, 45.8 mcg

Vitamin B-12, 0 mcg

Vitamin A, 0 IU

Vitamin A, RE, 0 mcg_RE

Vitamin E, 0.09 mg_ATE

Lemak

Asam Lemak Jenuh, saturated, 0.182 g

16:0, 0.171 g

18:0, 0.011 g

Asam Lemak Tak Jenuh, monounsaturated, 0.347 g

18:1, 0.347 g

Asam Lemak Tak Jenuh, polyunsaturated, 0.559 g

18:2, 0.542 g

Page 15: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

18:3, 0.016 g

Kolesterol, 0 mg

Asam Amino

Tryptophan, 0.023 g

Threonine, 0.129 g

Isoleucine, 0.129 g

Leucine, 0.348 g

Lysine, 0.137 g

Methionine, 0.067 g

Cystine, 0.026 g

Phenylalanine, 0.150 g

Tyrosine, 0.123 g

Valine, 0.185 g

Arginine, 0.131 g

Histidine, 0.089 g

Alanine, 0.295 g

Asam Aspartic, 0.244 g

Asam Glutamic, 0.636 g

Glycine, 0.127 g

Proline, 0.292 g

Serine, 0.153 g Air, 75.96 g

Energi, 86 kcal

Energi, 360 kj

Protein, 3.22 g

Total Lemak, 1.18 g

Karbohidrat, 19.02 g

Serat, 2.7 g

Ampas, 0.62 g

Mineral

Kalsium, Ca, 2 mg

Besi, Fe, 0.52 mg

Page 16: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Magnesium, Mg, 37 mg

Phospors, P, 89 mg

Potassium, K, 270 mg

Sodium, Na, 15 mg

Seng, Zn, 0.45 mg

Tembaga, Cu, 0.054 mg

Mangan, Mn, 0.161 mg

Selenium, Se, 0.6 mcg

Vitamin

Vitamin C, asam ascorbic, 6.8 mg

Thiamin, 0.2 mg

Riboflavin, 0.06 mg

Niacin, 1.7 mg

Asam Pantothenic, 0.76 mg

Vitamin B-6, 0.055 mg

Folate, 45.8 mcg

Vitamin B-12, 0 mcg

Vitamin A, 281 IU

Vitamin A, RE, 28 mcg_RE

Vitamin E, 0.09 mg_ATE

Lemak

Asam Lemak Jenuh, saturated, 0.182 g

4:0, 0 g

6:0, 0 g

8:0, 0 g

10:0, 0 g

12:0, 0 g

14:0, 0 g

16:0, 0.171 g

18:0, 0.011 g

Asam Lemak Tak Jenuh, monounsaturated, 0.347 g

Page 17: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

16:1, 0 g

18:1, 0.347 g

20:1, 0 g

22:1, 0 g

Asam Lemak Tak Jenuh, polyunsaturated, 0.559 g

18:2, 0.542 g

18:3, 0.016 g

18:4, 0 g

20:4, 0 g

20:5, 0 g

22:5, 0 g

22:6, 0 g

Kolesterol, 0 mg

Asam Amino

Tryptophan, 0.023 g

Threonine, 0.129 g

Isoleucine, 0.129 g

Leucine, 0.348 g

Lysine, 0.137 g

Methionine, 0.067 g

Cystine, 0.026 g

Phenylalanine, 0.150 g

Tyrosine, 0.123 g

Valine, 0.185 g

Arginine, 0.131 g

Histidine, 0.089 g

Alanine, 0.295 g

Asam Aspartic, 0.244 g

Asam Glutamic, 0.636 g

Glycine, 0.127 g

Proline, 0.292 g

Page 18: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Serine, 0.153 g

Sumber : Anonimd, 2005

a. Pati

Menurut Suarni dan Widowati (2006), komponen utama jagung adalah pati, yaitu

sekitar 70% dari bobot biji. Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana yaitu

glukosa, sukrosa dan fruktosa, 1-3% dari bobot biji. Sedangkan menurut Richana

(2006) biji jagung mengandung pati 54,1 – 71 7%, sedangkan kandungan gulanya 2,6

– 12,0%. Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati,

sedangkan komponen lainnya dalah pentosan, serat kasar, dekstrin, sukrosa dan gula

pereduksi.

• Bentuk dan granula ukuran pati

Bentuk dan granula ukuran pati jagung dipengaruhi oelh sifat biokima dari

khloroplas atau amyloplasnya. Pati jagung mempunyai ukuran granula yang cukup

besar dan tidak homogen yaitu 1-7 m untuk yang kecil dan 15-20 m untuk yang

besar. Granula besar berbentuk oval polyhedral dengan diameter 6-30 μm. Granula

pati yang lebih kecil akan memperlihatkan ketahanan yang lebih kecil terhadap

perlakuan panas dan air dibanding granula yang besar.

Gambar granula pati tepung dan pati jagung dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 8. Gambar granula tepung dan pati jagung

• Amilosa dan Amilo pektin Pati

Dibanding sumber pati lain, jagung mempunyai beragam jenis pati, mulai dari

amilopektin rendah sampai tinggi. Jagung dapat digolongkan menjadi empat jenis

berdasarkan sifat patinya, yaitu jenis normal mengandung 74- 76% amilopektin dan

24-26% amilosa, jenis waxy mengandung 99% amilopektin, jenis amilomaize

mengandung 20% amilopektin atau 40-70% amilosa, dan jagung manis mengandung

sejumlah sukrosa di samping pati. Jagung normal mengandung 15,3 25,1% amilosa,

jagung jenis waxy hampir tidak beramilosa, jagung amilomize mengandung 42,6

67,8% amilosa, jagung manis mengandung 22,8% amilosa (Tabel 9).

Page 19: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Tabel 9. kandungan Amilosa, Daya Pengembangan dan Nisbah Kelarutan Air

Pati Jagung Amilosa Daya Absorbsi (g/g) kelarutan

(%) (0C) (0C)

Jagung normal 15,3-25,1 14,9-17,9 (90) 12,5-20,3 (90)

Waxy 0 30,2 (90) 10,5 (90)

Amilomize 42,6-67,8 6,3 (95) 12,4 (95)

Jagung Manis 22,8 7,8 (90) 6,3 (90)

Sumber : Singh et al. (2005) dalam Richana (2006).

Menurut Suarni dan Widowati (2006), komposisi amilosa dan amilopektin di dalam

biji jagung terkendali secara genetik. Secara umum, baik jagung yang mempunyai

tipe endosperma gigi kuda (dent) maupun mutiara (flint), mengandung amilosa 25-

30% dan amilopektin 70-75%. Namun jagung pulut (waxy maize) dapat mengandung

100% amilopektin. Suatu mutan endosperma yang disebut amylose-extender (ae)

dapat menginduksi peningkatan nisbah amilosa sampai 50% atau lebih. Gen lain,

baik sendiri maupun kombinasi, juga dapat memodifikasi nisbah amilosa dan

amilopektin dalam pati jagung. Amilopektin berpengaruh terhadap sifat sensoris

jagung, terutama tekstur dan rasa. Pada prinsipnya, semakin tinggi kandungan

amilopektin, tekstur dan rasa jagung semakin lunak, pulen, dan enak. Komposisi

tersebut juga berpengaruh terhadap sifat amilografinya. Kandungan amilosa beberapa

varietas lokal dan unggul nasional dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kandungan Amilosa Biji Jagung dari Beberapa Varietas

Varietas Amilosa (%) Amilopektin (%)

Srikandi Putih 31,05 68,95

Srikandi Kuning 30,14 69,86

Anoman 29,92 70,08

Lokal Nonpulut 28,50 71,50

Lokal Pulut 4,25 95,75

Sukmaraga 34,55 65,45

Sumber : Suarni (2005) dalam Suarni dan Widowati (2006).

Page 20: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

b. Protein

Protein jagung terkonsentrasi pada lembaga, terdiri dari lima fraksi yaitu fraksi

albumin, globulin, prolamin, glutein dan nitrogen nonprotein. Mutu dan kadar

protein jagung yang banyak ditanam dan dikonsumsi di daerah marginal relatif

rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan protein masyarakat kurang

mampu apalagi bagi mereka yang kekurangan gizi.

Penelitian untuk meningkatkan nilai gizi jagung telah dilakukan oleh berbagai

lembaga nasional dan internasional (Vasal (2001) dalam Suarni dan Widowati

(2006)). Centro Internacional de Mejoramiento de Maiz y Trigo (CIMMYT) telah

memproduksi jagung khusus yang merupakan kombinasi dari jagung yang

mempunyai mutu gizi sangat bagus opaque-2 dengan struktur biji jagung

konvensional yang diberi label quality protein maize (QPM). Beberapa genotipe

QPM telah ditanam di Sulawesi Selatan untuk mengetahui tipe yang paling sesuai

dengan kondisi lokal (Suharyono et al. 2005 dalam Suarni dan Widowati (2006)).

Mutu gizi jagung sebagai bahan pangan ditentukan oleh asam amino penyusun

protein. Jagung biasa mengandung lisin dan triptofan lebih rendah dibanding jagung

QPM. Jagung biasa mengandung leusin yang tinggi, sebaliknya pada jagung QPM

rendah. Kadar asam amino penyusun protein biji jagung varietas Srikandi Kuning,

Srikandi Putih, dan lokal disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Kadar Asam Amino Penyusun Protein Jagung Varietas Srikandi dan Lokal

Asam

Amino Srikandi Putih Srikandi Kuning Lokal Nonpulut

………………………………(%)………………………………….

Aspartat

Glutamat

Serin

Histidin

Glisin

Threonin

Arginin

Page 21: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Alanin

Tirosin

Methionin

Valin

Fenilalanin

I-Leusin

Leusin

Lisin

Triptofan 0,83

2,28

0,48

0,45

0,53

0,34

0,60

0,89

0,36

0,28

0,53

0,54

0,48

1,41

0,43

0,13 0,86

2,27

0,46

0,43

0,52

0,31

0,58

0,87

Page 22: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

0,34

0,27

0,52

0,55

0,49

1,39

0,43

0,12 0,44

0,64

0,19

0,49

0,20

0,11

0,20

0,19

1,05

0,38

0,44

1,58

0,13

0,24

0,20

0,04

Sumber : Suarni dan Firmansyah (2005) dalam Suarni dan Widowati (2006)

Orang dewasa hanya memerlukan protein setengah lengkap, tetapi yang sangat

memerlukan protein lengkap adalah anak-anak usia tumbuh, usia di bawah lima

tahun, ibu hamil dan menyusui. Kekurangan dari jagung biasa untuk dikonsumsi

sebagai pangan adalah rendahnya kadar asam amino lisin dan triptofan. Jagung QPM

mengandung asam amino lisin dan triptofan yang berimbang/memadai. Asam amino

lisin dan triptofan termasuk asam amino esensial. Masyarakat yang mengonsumsi

jagung sebagai pangan pokok dapat terhindar dari busung lapar, tetapi rawan gizi,

Page 23: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

kecuali bila jagung dikonsumsi dengan kacang-kacangan. Kandungan asam amino

lisin pada jagung rendah, sedangkan pada kacang-kacangan tinggi. Sebaliknya,

kandungan asam amino metionin dalam jagung tinggi sedangkan dalam kacang-

kacangan rendah. Jadi kedua bahan pangan tersebut dapat saling melengkapi asam

amino tersebut.

Kandungan protein biji jagung pada umumnya 8-11%, dengan kandungan asam

amino lisin 0,05% dan triptofan 0,225%. Angka ini kurang dari separuh konsentrasi

yang dianjurkan oleh WHO/FAO (1985, dalam Widowati et al. (2005) dalam Suarni

dan Widowati (2006)), bahwa jagung QPM mengandung lisin 0,11% dan triptofan

0,475%.

Tabel 12. Mutu Protein Jagung dan Serealia Lain

Komoditas Serealia Mutu Protein (% kasein)

Jagung biasa

Jagung Opaque-2

Jagung QPM

Beras

Gandum

Oats

Sorgum

Barley

Juwawut

Rey 32.1

96.8

82.1

79.3

38.7

59.0

32.5

58.0

35.7

Page 24: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

64.8

Sumber : FAO corporate doc. Repository

c. Lemak

Asam lemak pada jagung meliputi asam lemak jenuh (palmitat dan stearat) serta

asam lemak tidak jenuh, yaitu oleat (omega 9) dan linoleat (omega-6). Kandungan

lemak biji jagung terkendali secara genetic berkisar antara 3-18%. Pada QPM

terkandung linolenat (omega-3). Linoleat dan linolenat merupakan asam lemak

esensial. Lemak jagung terkonsentrasi pada lembaga, sehingga dari sudut pandang

gizi dan sifat fungsionalnya, jagung utuh lebih baik daripada jagung yang

lembaganya telah dihilangkan.

Tabel 13. Kandungan Asam Lemak Jenuh dan Tidak Jenuh Biji Jagung

Varietas Asam Lemak Jenuh

(%) Asam Lemak Tidak Jenuh

(%)

Srikandi Putih

Srikandi Kuning 1,10

1,61 2,31

5,06

Sumber : Suarni dan Firmansyah (2005) dalam Suarni dan Widowati (2006)

d. Serat Pangan

Jagung mengandung serat pangan yang tinggi. Kandungan karbohidrat kompleks

pada biji jagung, terutama pada perikarp dan tipkarp, juga terdapat pada dinding sel

endosperma dan dalam jumlah kecil pada dinding sel lembaga (Tabel 8). Perbedaan

antara serat pangan larut dan tidak larut sangat kecil, meskipun nutrisi QPM

mempunyai total kadar serat pangan yang lebih tinggi dibanding jagung biasa,

terutama karena kadar serat pangan tidak larutnya tinggi.

Selain dapat membantu mencegah kanker, terutama kanker usus, serat pangan juga

dapat membantu menurunkan kolesterol total dan LDL, serta kadar glukosa darah.

Page 25: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Dilaporkan bahwa kulit ari (bran) jagung terdiri atas 75% hemiselulosa, 25%

selulosa, dan 0,1% lignin (bk). Kadar serat pangan pada jagung tanpa kulit ari

(dehulled) sangat rendah dibanding biji utuh.

Tabel 14. Kandungan Serat Pangan Larut dan Tidak Larut pada Jagung Biasa dan

QPM

Tipe Jagung Serat Pangan

Tidak Larut Larut Total

Dataran Tinggi

Dataran Rendah

Nutrida QPM 10,94 1,26

11,15 1,08

13,77 1,25 0,41

1,64 0,73

1,14 12,19 1,30

12,80 1,47

14,91

Sumber : Bressani (1990) dalam Suarni dan Widowati (2006).

e. Karbohidrat Lain

Dalam keadaan cukup tua, biji jagung mengandung karbohidrat dalam jumlah kecil.

Gula total pada jagung berkisar antara 1-3%. Sukrosa merupakan komponen utama

dan terkonsentrasi pada lembaga. Monosakarida, disakarida, dan trisakarida terdapat

pada konsentrasi yang cukup tinggi di dalam biji jagung yang sudah tua. Pada 12 hari

setelah polinasi, kandungan gula relative tinggi dan kadar pati rendah. Seiring

dengan meningkatnya ketuaan biji jagung, kandungan gula menurun dan kadar pati

meningkat. Oleh sebab itu, jagung muda yang dikonsumsi langsung lebih disukai

daripada jagung tua, karena lebih manis.

f. Mineral

Biji jagung mengandung abu sekitar 1,3%, sedikit di bawah serat kasarnya. Kadar

mineral jagung dapat dilihat pada Tabel 9. Kadar mineral mungkin dipengaruhi oleh

Page 26: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

faktor lingkungan. Lembaga mengandung mineral yang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan endosperma. Kandungan mineral utama adalah fosfor, dalam

bentuk kalium dan magnesium fitat, dan keberadaannya terkonsentrasi pada lembaga.

Kandungan Fe dalam biji beragam bergantung pada warna biji. Jagung kuning-

oranye mengandung Fe lebih tinggi dibanding jagung kuning, sedangkan jagung

putih memiliki kandungan Fe sangat rendah.

Tabel 15. Kandungan Mineral pada Biji Jagung

Mineral Konsentrasi (mg/100gr)

P

K

Ca

Mg

Na

Fe

Cu

Mn

Zn 299,6 57,6

324,8 33,9

46,3 12,3

107,9 9,4

59,2 4,1

4,8 1,9

1,3 0,2

1,0 0,2

4,6 1,2

Sumber : Bessani (1990) Suarni dan Widowati (2006).

g. Vitamin

Jagung mengandung dua vitamin larut lemak, yaitu provitamin A atau karotenoid dan

vitamin E. Karotenoid umumnya terdapat pada biji jagung kuning, sedangkan jagung

Page 27: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

putih mengandung karotenoid sangat sedikit, bahkan tidak ada. Sebagian besar

karotenoid terdapat dalam endosperma. Lembaga hanya mengandung sedikit

karotenoid. Betakaroten sangat penting sebagai sumber vitamin A. Kandungan

karotenoid pada jagung biji kuning berkisar antara 6,4-11,3 g/g, 22% di antaranya

adalah betakaroten dan 51% kriptosantin. Kadar vitamin A jagung biji kuning 1,5-

2,6 g/g. Karotenoid pada jagung kuning rentan terhadap kerusakan selama

penyimpanan. Vitamin larut lemak lainnya, yaitu vitamin E, juga terkonsentrasi di

dalam lembaga. Empat macam tokoferol merupakan sumber vitamin E, dan a-

tokoferol mempunyai aktivitas biologi yang paling tinggi, sedangkan g-tokoferol

kemungkinan lebih aktif sebagai antioksidan dibanding a-tokoferol.

Kandungan vitamin larut air pada biji jagung paling banyak terdapat pada lapisan

aleuron, kemudian pada lembaga dan endosperma. Informasi distribusi tersebut

penting dalam pengolahan, sehingga dapat diketahui tahap di mana kehilangan

vitamin yang larut dalam air. Tiamin (vitamin B1) dan riboflavin (vitamin B2)

merupakan vitamin larut air utama di dalam biji jagung. Asam nikotinat (vitamin B3)

berkaitan dengan defisiensi niasin atau pelagra, yang banyak terjadi pada populasi

yang mengonsumsi jagung dalam jumlah besar. Niasin terdapat dalam bentuk ikatan,

dan tidak terdapat pada komoditas hewani. Konsumsi jagung sering dikaitkan dengan

kejadian pelagra akibat kandungan niasin pada jagung sangat sedikit, meskipun

ketidakseimbangan asam amino, seperti nisbah leusin terhadap isoleusin, dan

ketersediaan triptofan juga merupakan faktor penting (Patterson et al. 1980). Jagung

tidak mengandung vitamin B12 (cobalamin). Biji tua mengandung sangat sedikit

asam askorbat (vitamin C) dan piridoksin (vitamin B6). Vitamin lainnya yang

terdapat dalam jumlah sedikit yaitu asam kholat, folat, dan pantotenat.

VII. Teknologi Pengolahan Jagung

A. Produk Setengah Jadi

a.Tepung dan Beras Jagung

Jagung dapat disiapkan menjadi bahan setengah jadi (primer) sebagai bahan baku

industri. Bentuk produk ini umumnya bersifat kering, awet, dan tahan disimpan lama,

antara lain adalah beras jagung, tepung, dan pati. Jagung sosoh dapat diolah menjadi

bassang, yaitu makanan tradisional Sulawesi Selatan, sedangkan beras jagung dapat

Page 28: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

ditanak seperti layaknya beras biasa. Tepung jagung dapat diolah menjadi berbagai

makanan atau mensubstitusi terigu pada proporsi tertentu, sesuai dengan bentuk

produk olahan yang diinginkan (Suarni dan Firmansyah (2005) dalam Richana dan

Suarni (2006)).

Tepung jagung bersifat fleksibel karena dapat digunakan sebagai bahan baku

berbagai produk pangan dan relatif mudah diterima masyarakat karena telah terbiasa

menggunakan bahan tepung, seperti halnya tepung beras dan terigu. Kandungan

nutrisi biji jagung mengalami penurunan setelah diolah menjadi bahan setengah jadi

(Tabel 16).

Tabel 16. Kandungan Nutrisi Biji, Beras dan Tepung Jagung

Komposisi/Varietas Air (%) Abu Lemak Protein Serat Kasar Karbohidrat

……………………………(% bb)……………………….

MS2

Biji

Beras jagung

Tepung metode basah

Tepung metode kering

Srikandi Putih

Biji

Beras jagung

Tepung metode basah

Tepung metode kering

Lokal Pulut

Biji

Beras jagung

Tepung metode basah

Tepung metode kering

Lokal Nonpulut

Biji

Page 29: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Beras jagung

Tepung metode basah

Tepung metode kering

10.72

10.55

10.15

9.45

10.08

10.08

10.05

9.24

11.12

10.45

11.00

9.86

10.00

10.45

10.82

9.59

1.89

1.72

0.98

1.05

1.81

1.64

0.94

1.08

1.99

1.89

0.98

1.15

Page 30: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

2.01

1.78

0.79

1.08

5.56

3.12

1.99

2.05

5.05

4.25

2.08

2.38

4.97

3.25

1.78

2.25

4.92

3.87

1.86

2.17

9.91

8.24

6.70

7.89

9.99

8.22

7.24

7.89

9.11

7.22

Page 31: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

6.80

7.45

8.78

7.99

6.97

7.54

2.05

1.88

1.05

1.31

2.99

2.05

1.05

1.09

3.02

1.88

1.15

1.62

3.12

2.19

1.06

1.89

71.98

76.31

79.98

79.51

73.07

75.89

79.70

79.45

Page 32: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

72.81

77.23

79.46

79.28

74.20

75.99

79.56

79.75

Sumber : Suarni et al (2005) dalam Richana dan Suarni (2006).

Pemanfaatan tepung jagung komposit pada berbagai bahan dasar pangan antara lain

untuk kue basah, kue kering, mie kering, dan roti-rotian. Tepung jagung komposit

dapat mensubstitusi 30-40% terigu untuk kue basah, 60-70% untuk kue kering, dan

10-15% untuk roti dan mie ((Antarlina dan Utomo 1993, Munarso dan Mudjisihono

1993, Azman 2000, Suarni 2005a) dalam Richana dan Suarni (2006).

Pada proses pembuatan beras jagung terdapat hasil sampingan berupa bekatul yang

dapat dimanfaatkan sebagai sumber serat kasar yang sangat berguna bagi tubuh

(dietary fiber). Bekatul dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain dalam

pembuatan kue kering berserat tinggi (Suarni (2005b) dalam Richana dan Suarni

(2006)).

b. Pati Jagung

Gambar pembuatan pati jagung (Anonime, 2006) dapat dilihat pada gambar 10.

Proses pembuatan pati metode basah (wet milling) menurut Richana dan Suarni

(2006)dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. proses penggilingan jagung basah (wet milling)

Dari 100 kg jagung pipilan kering dapat diperoleh 3,4-4,0 kg minyak jagung, 27-30

kg bungkil, dan 64-67 kg pati, sedangkan 15-25 kg sisanya hilang terbuang dalam

tahapan prosesing. Pati jagung dianggap baik mutunya untuk penggunaan normal

Page 33: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

biasanya mengandung 0,025-0,030% protein terlarut dengan protein total 0,35-

0,45%. Pati jagung normal mengandung 74-76% amilopektin dan 24-26% amilosa,

jenis pulut mengandung 95-99% amilopektin, sedangkan amilomaize hanya

mengandung 20% amilopektin dan 80% amilosa. Penggunaan pati dalam makanan

sangat terbatas, karena tidak tahan terhadap asam, suhu, dan shear. Ketiga faktor

tersebut sangat berperan dalam proses suatu makanan. Masalah ini dapat diatasi

dengan cara memodifikasi pati secara kimia atau enzimatik. Pengaruh modifikasi

terhadap sifat fungsional pati bergantung kepada jenis pati dan pereaksi yang

digunakan.

Pati yang telah mengalami gelatinisasi dapat dikeringkan, tetapi molekul-molekul

tersebut tidak dapat kembali lagi ke sifat-sifat asalnyaseperti sebelum digelatinisasi.

Bahan yang telah kering tersebut masih mampu menyerap air kembali dalam jumlah

yang ebsar. Sifat inilah yang digunakan agar instant rice dan instant pudding dapat

menyerap air kembali dengan mudah, yaitu dengan menggunakan pati yang telah

emngalami gelatinisasi. Pati jagung emmiliki suhu gelatinisasi berkisar antara 62 –

700C (Winarno,2002). Tepung maizena tergolong gluten-free, dibuat dari pati

jagung, umumnya digunakan sebagai bahan utama pada custard. Biasa digunakan

untuk pengental pada sup mopun saus, memberi tekstur halus dan lembut pada

sponge cake dan puding, serta efek renyah pada kue kering (Lia, 2006).

B. Produk Jadi

Aneka produk jadi olahan biji jagung dalam bidang pangan antara lain : marning

jagung, emping jagung, beras jagung instant, bahan pemanis (glukosa, fruktosa,

maltosa dan sorbitol), oyek jagung, susu jagung dll.

a. Marning Jagung

Jagung marning adalah sejenis makanan ringan (snack) yang dikonsumsi setelah

mengalami proses pengolahan sederhana. Proses pembuatan marning jagung dapat

dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Tahapan Pembuatan Marning Jagung

Page 34: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Aroma dan rasa dapat dperbaiki dengan cara menambahkan bumbu masak seperti

garam, cabai, bawang putih, bawang merah, dan merica (sesuai selera konsumen).

Bumbu masak dihaluskan dan ditumis, kemudian dicampurkan pada jagung yang

sudah digoreng, diaduk hingga merata, dan dikemas dalam kantong plastik. Jagung

pulut mengandung amilosa rendah dan amilopektin tinggi, sehingga sesuai untuk

olahan jagung marning dan emping (Suarni2003).

b.Emping Jagung

Proses pembuatan emping jagung hampir sama dengan jagung marning, hanya pada

emping ada proses pemipihan sebelum penjemuran, dan penggorengan (Suarni

2005a).

c.Beras Jagung Instant

Dalam rangka mendukung pengembangan jagung menjadi pangan pokok, diperlukan

teknologi pengolahan untuk menghasilkan produk jagung yang dapat diterima secara

organoleptik serta praktis (convinient) atau sudah cara persiapannya. Salah satu

produk yang dapat dikembangkan adalah beras jagung instan.

Beras jagung instan adalah beras jagung yang siap dimasak menjadi nasi jagung

instan. Pemasakannya cukup dengan air direbus atau susu dalam waktu singkat.

Produk yang memiliki rasa sama dengan nasi jagung yang diolah secara tradisional

ini siap dimasak dalam waktu 5 menit dan telah dikembangkan oleh peneliti PSPG

IPB. Produk ini dibuat melalui proses penggilingan biji jagung yang diikuti dengan

proses pre-gelatinisasi (pre-cooking) dan pengeringan. Produk nasi jagung instan

telah diuji dan dapat diterima secara organoleptik oleh konsumen (Anonimf, 2008).

Menurut Richana dan Suarni (2006), cara pembuatannya, jagung pipilan digiling

kasar, lalu diayak menggunakan ayak dengan ukuran lubang 1,4 mm. Fraksi yang

lolos ayakan adalah dedak, kemudian ditampi untuk menghilangkan kotoran, lalu

dicuci, dan direndam selama dua jam, seterusnya ditiriskan, dikeringkan hingga

permukaan kering. Rebus hingga terbentuk bubur, ditandai oleh mengentalnya

adonan. Kemudian bubur jagung didinginkan, lalu dikemas dalam plastik. Masukkan

kemasan tersebut ke dalam freezer (Suhu -200C). Setelah pembekuan selama 24 jam

lalu produk dilunakkan (thawing) dengan perendaman air yang diganti setiap lima

menit. Kemudian bubur jagung dikeringkan pada suhu 60-700C selama tiga jam.

Page 35: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Kemas beras jagung instan dengan kemasan plastik. Dengan sentuhan teknologi,

pengolahan jagung menjadi jagung instan (bahan baku bassang) akan mempersingkat

waktu penyiapan dari 15-18 jam menjadi 1/2 jam. Produk jagung instan cepat

mengalami kerusakan, maka diperlukan upaya untuk memperpanjang masa simpan,

yaitu dengan cara pemberian kemasan yang sesuai.

Proses instanisasi pada beras padi dapat diterapkan pada beras jagung. Pada proses

instanisasi beras jagung (bahan bassang) dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

perendaman, pengeluaran kulit, pengukusan (steaming), dan pengeringan (drying).

Perendaman bertujuan untuk memperoleh absorbsi yang cepat dan seragam dari air

(Tawali et al. 2003).

Gambar14. Beras Jagung Instant

d. Pemanis (Glukosa, Fruktosa, Maltosa dan Sorbitol)

Gula alternatif yang sekarang sudah digunakan antara lain adalah gula siklamat,

stearin, dan gula dari hidrolisa pati. Gula dari pati dapat berupa sirup glukosa,

fruktosa, maltosa, manitol, dan sorbitol. Gula pati tersebut mempunyai rasa dan

tingkat kemanisan yang hampir sama dengan gula tebu (sukrosa), bahkan beberapa

jenis lebih manis. Gula pati dibuat dari bahan berpati seperti tapioka, umbi-umbian,

sagu, dan jagung (Richana dan Suarni (2006).

1. Glukosa

Sirup glukosa atau gula cair mengandung D-glukosa, maltosa, dan polimer D-

glukosa dibuat melalui proses hidrolisis pati. Bahan baku yang dapat digunakan

adalah bahan berpati seperti tapioka, pati umbi-umbian, sagu, dan jagung.

Sirup glukosa dapat dibuat dengan cara hidrolisis asam atau secara enzimatis.

Rendemen glukosa secara enzimatis dipengaruhi oleh tinggi dan panjang rantai

amilosa, semakin panjang rantai amilosa, semakin tinggi rendemen.

Hidrolisis enzimatis jagung jenis amylomaize menghasilkan rendemen hidrolisat pati

lebih tinggi dibanding jagung jenis normal maupun pulut. Dalam pembuatan sirup

glukosa, pemilihan sumber pati harus mempertimbangkan kandungan amilosa dan

amilopektinnya. Sumber pati yang mempunyai amilopektin tinggi lebih baik karena

Page 36: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

memiliki pati ISP (Insoluble Starch Particles) yang dapat dihidrolisis secara asam

maupun enzimatik. Proses pembuatan sirup glukosa dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Proses produksi glukosa cair dari pati jagung

2. Fruktosa

Sirup fruktosa dibuat dari glukosa melalui proses isomerisasi menggunakan enzim

glukosa isomerase (Mercier dan Colonna 1988 dalam Richana dan Suarni (2006).

Fruktosa dan glukosa sama-sama mempunyai rumus molekul C6H12O6 yang hanya

dibedakan jumlah ring dan posisi gugus hidroksil (-OH)nya. Dengan perubahan

konfigurasi glukosa menjadi fruktosa menyebabkan sifat sirup stabil dan memiliki

tingkat kemanisan yang lebih tinggi. Menurut Anonim (2004) dalam Richana dan

Suarni (2006), sirup fruktosa memiliki tingkat kemanisan (relative sweetness) 2,5

kali lebih tinggi dibanding sirup glukosa dan 1,4-1,8 kali lebih tinggi dibanding gula

sukrosa. Sirup fruktosa memiliki indeks glikemik lebih rendah dibanding glukosa.

Berdasarkan keunggulannya maka fruktosa tidak hanya dapat digunakan untuk

penderita diabetes tetapi juga untuk produk soft drink, sirup, jelly, jam, coctail, dan

sebagainya.

Bahan baku utama fruktosa adalah sirup glukosa, dan bahan pembantu sama dengan

produk sirup glukosa, kecuali enzimnya berupa enzim glukoisomerase. Tahapan

pembuatan fruktosa meliputi isomerisasi, penukar ion, penguapan, dan pemisahan

fruktosa dengan glukosa menggunakan F/G separator. Isomerisasi bertujuan untuk

mengkonversi glukosa menjadi fruktosa dengan bantuan enzim glukoisomerase.

Proses ini berlangsung pada kolom isomerasi, suhu 600C, dan pH 7,2-8,0. Untuk

mencapai hasil optimal, sirup glukosa yang akan diproses harus sesuai dengan

kondisi kerja enzim. Prinsip alat F/G separator sama dengan khromatografi, dengan

resin sebagai medium pemisah. Dari proses pemisahan akan diperoleh sirup HFS

dengan kandungan sekitar 85% sebagai hasil proses dan sirup glukosa yang akan

dikembalikan lagi ke proses isolerasi.

3. Maltosa

Page 37: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Maltosa adalah disakarida yang terdiri atas ikatan glukosa dan glukosa. Sifat dan

pemanfaatannya hampir sama dengan sirup glukosa. Pembuatan sirup maltosa

hampir sama dengan glukosa, hanya jenis enzimnya yang berbeda. Maltosa memiliki

karakteristik yang khas, mengatur viskositas, tidak mempengaruhi flavor, tekanan

osmotik dan kelarutan tinggi, dan tidak mengubah tekstur produk.

4. Sorbitol

Sorbitol merupakan polihidrat, serupa dengan gliserin dan merupakan gula alkohol

yang mudah larut dalam air. Sorbitol secara komersial dibuat dari glukosa dengan

Brix 45-50, dihidrogenasi tekanan tinggi atau reduksi elektrolit melalui reaksi kimia

ataudapat dengan teknik fermentasi. Bahan pembantu adalah katalis nikel untuk

proses hidrogenasi, MgO sebagai aktivator, dan gas hidrogen untuk hidrogenasi dan

gas nitrogen pada perlakuan purging, sebelum bahan masuk ke autoklaf. Konversi

glukosa ke dalam bentuk sorbitol merupakan reaksi adisi dua unsur hidrogen

terhadap aldosa (glukosa) melalui pemutusan ikatan rangkap C dan O pada gugus

fungsional aldehid. Proses tersebut terjadi pada tahap hidrogenasi.

Sebagai gula alkohol, sorbitol digunakan untuk bahan pemanis yang tidak

meningkatkan kadar gula dalam darah, seperti halnya fruktosa. Indonesia mempunyai

sumber bahan baku gula alternatif yang melimpah. Seandainya sebagian produk

sirup, jelly, soft drink, dan produk beverage lainnya sudah menggunakan gula pati

maka akan ada pergeseran kebutuhan gula sukrosa ke gula pati. Jika hal tersebut

terwujud maka pasokan gula tidak hanya dari gula sukrosa/gula pasir tapi juga dari

gula fruktosa dan jenis gula pati lainnya. Hal ini akan berdampak terhadap

pemanfaatan sumber bahan berpati yang ketersediaannya melimpah. Dengan

produksi yang meningkat akan menekan biaya produksi, sehingga harga dapat

bersaing dengan gula pasir.

e. Oyek Jagung

Di beberapa daerah tertentu, misalnya daerah Madura, Bojonegoro, Wonosobo,

Grobogan, dan daerah Utara Jawa Tengah, jagung merupakan bahan pangan utama.

Walaupun produksi dan potensi jagung sebagai bahan pangan penunjang tinggi,

tetapi jagung tidak tahan lama. Jagung tongkol hanya tahan sampai 2 bulan, jagung

pipilan ± 3 bulan, dan jagung berkulit ± 5 bulan. Untuk memperpanjang daya

Page 38: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

simpang jagung dapat diolah menjadi oyek jagung. Dengan pengolahan yang baik,

oyek jagung ini tahan sampai 1-2 tahun. Proses pembuatan oyek jagung dapat dilihat

pada gambar 16.

Setyono (1982) dalam Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita

dalam Pembangunan PDII-LIPI (2000).

f. Susu Jagung

Susu jagung manis dikenal pula dengan sebutan corn milk, adalah produk inovasi

baru dengan rasa unik. Dari segi kelebihan, minuman ini dapat memulihkan energi

atau stamina dalam waktu cepat dan menjaga kesehatan mata, hati, lambung, usus

serta diyakini sebagai minuman bebas kolesterol. Kandungan seratnya yang tinggi

memperlancar pencernaan dan kadar gula yang rendah sehingga cocok untuk diet.

Juga dapat mengobati penyakit diabetes dikarenakan jagung manis mengandung gula

alami. Proses pembuatan susu jagung dapat dilihat pada gambar 17.

Ada beberapa manfaat dari susu jagung, diantaranya yaitu:

1. Dapat memulihkan energi atau stamina dalam waktu cepat

2. Menjaga kesehatan mata, hati, lambung, usus serta diyakini sebagai minuman

bebaskolesterol.

3. Kandungan seratnya yang tinggi memperlancar pencernaan dan kadar gula yang

rendah cocok untuk diet.

4. Dapat mengobati penyakit diabetes dikarenakan jagung manis mengandung gula

alami (Anita, 2008).

Gambar 18. Contoh Produk Susu Jagung

VII. Teknologi Pengolahan Limbah Jagung

Limbah jagung meliputi jerami dan tongkol. Penggunaan jerami jagung semakin

populer untuk makanan ternak, sedangkan untuk tongkol belum ada pemanfaatan

yang bernilai ekonomi.

Page 39: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Tabel 17. Komposisi Kimia Limbah Jagung

Komponen (%) Tongkol Jagung

Air

Serat

Selulosa

Xilan

Lignin 7,68

39,99 (crude fat)

19,49

12,4

9,1

Sumber : Richana et al (2004) dalam Richana dan Suarni (2006).

Limbah jagung sebagian besar adalah bahan berlignoselulosa yang memiliki potensi

untuk pengembangan produk masa depan. Seringkali limbah yang tidak tertangani

akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Pada dasarnya limbah tidak memiliki

nilai ekonomi, bahkan mungkin bernilai negatif karena memerlukan biaya

penanganan. Namun demikian, limbah lignoselulosa sebagai bahan organik memiliki

potensi besar sebagai bahan baku industri pangan, minuman, pakan, kertas, tekstil,

dan kompos. Di samping itu, fraksinasi limbah ini menjadi komponen penyusun yang

akan meningkatkan daya gunanya dalam berbagai industri.

Lignoselulosa terdiri atas tiga komponen fraksi serat, yaitu selulosa, hemiselulosa,

dan lignin. Dari ketiga komponen tersebut, selulosa merupakan komponen yang

sudah dimanfaatkan untuk industri kertas, sedangkan hemiselulosa belum banyak

dimanfaatkan.

Komponen penyusun hemiselulosa terbesar adalah xilan yang memiliki ikatan rantai

ß-1,4-xilosida, dan biasanya tersusun atas 150-200 monomer xilosa (Kulkarni et al.

1999 dalam Richana dan Suarni, 2006).

Xilan dapat larut dalam larutan alkali (NaOH atau KOH 2-15%) dan air. Xilan

terdapat hampir pada semua tanaman, khususnya limbah tanaman pangan seperti

tongkol jagung, bagas tebu, jerami padi, dedak gandum, dan biji kapas. Menurut

Page 40: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Jaeggle (1975) dalam Richana dan Suarni (2006), bahan-bahan tersebut mengandung

xilan 16-40%.

Sebagai bahan baku industri, xilan dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan

pembuatan nilon dan resin. Di samping itu, hidrolisa xilan menghasilkan furfural

yang dapat digunakan sebagai bahan pelarut industri minyak bumi, pelarut reaktif

untuk resin fenol, disinfektan, dan sebagai bahan awal untuk memproduksi berbagai

bahan kimia dan polimer lainnya (Sjostrom 1995, Mansilla et al. 1998 dalam

Richana dan Suarni 2006). Xilan juga dapat diproses menjadi gula xilitol, melalui

proses hidrolisis xilan menjadi xilosa, kemudian dihidrogenasi menjadi xilitol.

Tongkol jagung memiliki kandungan xilan yang lebih tinggi dibanding sekam,

bekatul, ampas pati garut, dan onggok (Richana et al. 2004 dalam Richana dan

Suarni 2006). Demikian,juga gula xilosa yang dibuat dari beberapa limbah pertanian,

ternyata tongkol jagung mengandung xilan yang lebih tinggi (Tabel 18).

Tabel 18. Kandungan xilan dari beberapa limbah pertanian

Bahan Xilan (%)

Bagas tebu

Oat hulis

Tongkol jagung

Sekam

Kulit kacang

Kulit biji kapas 9,6

12,3

12,9

6,3

6,3

10,2

Sumber : Richana et al (2004) dalam Richana dan Suarni (2006).

Kandungan xilan atau pentosan pada tongkol jagung berkisar antara 12,4-12,9%. Biji

jagung jenis normal mengandung xilan 5,8-6,6% dan kandungan xilan pada dedak

Page 41: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

jagung 41%. Dengan demikian, ampas pembuatan pati masih memungkinkan untuk

diekstrak xilannya.

Tongkol jagung mempunyai prospek sebagai bahan baku industri maupun

pengolahan berbasis xilan, yaitu furfural dan xilitol. Pada dasarnya semua bahan

yang mengandung xilan dapat dimanfaatkan untuk produk tersebut. Namun perlu

mempertimbangkan efisiensi dan potensi bahan baku. Seperti halnya produk furfural

menurut aturan UNCTAD/GATT (1979) dalam Richana dan Suarni (2006), bahan

baku yang disarankan adalah yang mengandung minimal 12-20% xilan. Dengan

demikian, tongkol jagung layak dikembangkan untuk produk furfural maupun xilitol.

• Produk Furfural

Furfural selama ini diproduksi dari tongkol jagung. Proses furfural melalui distruksi-

destilasi menggunakan asam sulfat. Fraksi hemiselulosa (xilan) dari tongkol jagung

dihidrolisis dan menghasilkan pentosa (gula xilosa). Kemudian xilosa dihidrogenasi

dengan panas tinggi dan menghasilkan furfural, yang kemudian dimurnikan

menggunakan destilasi uap. Proses pembuatan furfural dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 19. Proses produksi furfural dari tongkol jagung

Furfural dipasarkan langsung atau dalam bentuk turunannya. Furfural digunakan

sebagai pelarut, bahan pernis, atau campuran insektisida. Pemanfaatan produk

turunan furfural cukup beragam, antara lain asam adipat untuk bahan nilon, asam

susinat untuk pernis, cat, bahan fotografi, butanediol untuk resin dan plastik. Secara

teoritis, rendemen furfural dari tongkol jagung berkisar antara 21-23%, namun

kenyataannya hanya berkisar 10%.

• Xilitol

Tongkol jagung dan limbah lignoselulosa lain dari jagung ternyata dapat digunakan

untuk bahan baku produk furfural dan derivatifnya selain itu juga dapat digunakan

sebagai produk gula xilitol.

Menurut Kulkarni et al. (1999) dalam Richana dan Suarni (2006), Xilitol termasuk

gula alkohol dengan lima karbon (1,2,3,4,5 pentahydroxy pentane) dengan formulasi

molekul C5H12O5. Sebetulnya beberapa jenis buah-buahan dan sayuran

mengandung xilitol walaupun dalam jumlah kecil, misalnya strawberi. Namun

Page 42: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

demikian, untuk mengekstrak xilitol dari bahan tersebut tidak ekonomis karena

kandungannya terlalu kecil.

Xilitol dapat diproduksi dengan menghidrogenasi xilosa. Menurut Biswas and

Vashishtha (2004) dalam Richana dan Suarni (2006), di Taiwan, produksi xilitol

menggunakan bahan baku bagas tebu, di India menggunakan bagas tebu atau tongkol

jagung. Proses pembuatan xilitol dapat dilihat pada gambar 19.

Xilitol mempunyai kelebihan dibanding gula pasir (sukrosa), yaitu sebagai pemanis

rendah kalori (4 kal/g), indeks glutemik jauh lebih rendah sehingga tidak

meningkatkan gula darah dan metabolisme tanpa insulin, sehingga sangat baik untuk

penderita diabetes.

Menurut Anonim (2004) dalam Richana dan Suarni (2006), Xilitol dapat digunakan

tanpa campuran atau dikombinasikan dengan pemanis nonkariogenik (tidak

menyebabkan diabetes) untuk membuat produk non-sugar sweetener seperti permen

karet, Permen karet, coklat rendah gula, gelatin, pudding, jam, roti, dan ice cream.

Saat ini xilitol banyak digunakan untuk pasta gigi karena dapat menguatkan gusi.

Xilitol merupakan gula alternatif yang mempunyai sifat nonkariogenik dan anti

kariogenik, anti caries, dan prebiotik, sehingga baik untuk kesehatan dan dapat

meng- hambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Konsumsi manusia untuk xilitol

adalah 15 g/bobot badan atau + 100 g/orang (Schmidl and Labuza (2000) dalam

Richana dan Suarni (2006).

IX. Pemanfaatan Lain

• Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan

baku hayati. Etanol adalah ethyl alkohol (C2H5OH) yang dapat dibuat dengan cara

sintesis ethylen atau dengan fermentasi glukosa. Bioetanol dapat dibuat dari pati

jagung yang telah diproses menjadi glukosa.

Menurut Gokarn et al. (1997) dalam Richana dan Suarni (2006), etanol diproduksi

melalui hidrasi katalitik dari etilen atau melalui proses fermentasi gula menggunakan

ragi Saccharomyces cerevisiae. Beberapa bakteri seperti Zymomonas mobilis juga

diketahui memiliki kemampuan untuk melakukan fermentasi dalam memproduksi

etanol.

Page 43: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

• Lain – lain

Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat

dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Menurut Anonim (2008), manfaat

jagung antara lain:

a. Batang dan daun muda dapat digunakan sebagai pakan ternak

b. Batang dan daun tua (setelah panen) sebagai pupuk hijau atau kompos

c. Batang dan daun kering sebagai kayu bakar

d. Batang jagung lanjaran sebagai turus dan pulp dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pembuatan kertas

e. Batang jagung muda sebagai sayuran, bergedel, bakwan, dan makanan lain

f. Biji jagung tua sebagai pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung,

bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku

industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Surahman. 2008. Memeras Untung dari Susu Jagung.

http://www.rajabrosur.com. diakses 8 Oktober 2008.

Anonima. 2008. Jagung. http://www.ristek.go.id.

Anonimb. 2008. Standar Perdagangan Tahun 1975. Direktorat Standarisasi,

Normalisasi, dan Pengendalian Mutu. Direktorat Perdagangan Luar Negeri.

Departemen Perdagangan.

Anonimc. 2005. Tanaman Penghasil Pati. http://www.ristek.go.id.

Anonimd. 2005. Nutrients.http://www.asiamaya.com/nutrients.

Anonime. 2006. Contoh Teknologi Pengolahan Pangan pada Kelompok Bahan

Pangan. Subdit Teknologi Pengolahan Dit. Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Tanaman Pangan Ditjen BP2H (diolah BBKP). (Diakses tanggal 17 Oktober 2008)

http://www.bp2hp.go.id

Anonimf. 2008. Apakah Beras Jagung Instant.

Page 44: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

http://seafast.ipb.ac.id/pspg/kegiatan/diversifikasi/produk/berasjagung/apakah.html.

Anonimg. 2004. Alternative sweeteners: a balancing act. J. Asia Pacific Food

Industries. p. 51-54.

Antarlina, S.S. dan J. S. Utomo. 1993. Kue kering dari bahan tepung campuran

jagung, gude, dan kedelai. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan 1992.

Balittan Malang.

Azman, K.I. 2000. Kue kering dari tepung komposit terigu-jagung dan ubi kayu.

Sigma Vol. III (2). April-Juni.

Bressani, R. 1990. Chemistry, technology and nutritive value of maize tortillas. Food

Rev. Int, 6: 225-264.

Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan

PDII-LIPI. 2000. http://www.ristek.go.id. diakses 8 Oktober 2008.

Burge, R.M. and W.J. Duensing. 1989. Processing and dietary fiber ingredient

applications of combran. Cereal Foods World, 34: 535-538.

FAO Corporate Doc. Repository. Maize in Human Nutrition. (www.fao.org/docrep

/T0395E/T0395Eob. htm). Diakses Juli 2005.

Gokarn, R.R., M.A. Eitman, and J. Sridhar. 1997.Production of succinate by

anaerobic microorganisms in fuels and chemicals from biomass. In: B.C. Saha and J.

Woodward (Eds.). American Chemical Society. Washington-DC. p. 237-263.

Hadiwiyoto, Soewedo Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.

Inglett, G. E. 1987. Kernel, Structure, Composition and Quality. Ed. Corn: Culture.

Processing and Products. Avi Publishing Company, Westport.

Jaeggle, W. 1975. Integrated production of furfural and acetic acid from fibrous

residues in a continous process. Escher Wyss News 2:1-15.

Kulkarni, N., A. Shendye and M. Rao. 1999. Molecular and biotechnological aspects

of xylanases. FEMS Microbiol Rev. 23:411-456.

Lehninger, A.L. 1982. Principles of Biochemistry (Dasar-dasar Biokimia Jilid 1,

Diterjemahkan oleh M. Thenawijaya). Penerbit Erlangga, Jakarta.

Page 45: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Lia. 2006. Macam-macam Tepung Cookies.http://www.abanaiche.glogsome.com.

Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian secara

Klinis. UI-Press. Jakarta. p. 27-33.

Mercier, C. and P. Colonna. 1988. Starch and enzymes : Innovations in the products,

process and uses. Biofutur. Chimic. p. 55-60.

Merts. 1972. Recent improvement in corn protein. In: G.E. Inglett. (Ed.). Symposium

Seed Protein. The AVI Publ. Co. Inc. New York.

Munarso, J. dan R. Mudjisihono, 1993. Teknologi pengolahan jagung untuk

menunjang agroindustri pedesaan, Makalah Simposium Penelitian Tanaman Pangan

III. Jakarta/Bogor, 23-25 Agustus 1993. Puslitbangtan, Bogor.

Richana, N., P. Lestina, dan T.T. Irawadi. 2004. Karakterisasi lignoselulosa dari

limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan bakteri RXA III-5

penghasil xilanase. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 23(3):171-176.

Schmidl, K.M. and T.P. Labuza. 2000. Essentials of functional foods. An Aspen

Publication. p. 323-325.

Singh, N., K. S. Sandhu, and M. Kaur. 2005. Physicochemical properties including

granular morphology, amylose content, swelling and solubility, thermal and pasting

properties of starches from normal, waxy, high amylose and sugary corn. Progress in

Food Biopolymer Research. Vol 1: 43-55. http://www.ppti.usm.my/pfbr.

Sjostrom, E. 1995. Food Chemistry. Jilid II. Diterjemahkan oleh Hardjono S. UGM

Pres Yogyakarta.

Suarni. 2003. Jagung pulut: Pemanfaatan dan pengolahan sebagai pangan lokal

potensial di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna

Perteta dan LIPI. Bandung. p. 112-118.

Suarni. 2005. Pengembangan produk kue kering berbasis tepung jagung dalam

rangka menunjang agroindustri. Prosiding Seminar Nasional Perteta, Fak. Tek.

Pertanian Unpad, TTG LIPI. p. 88-93.

Suarni. 2005b. Teknologi pembuatan kue kering (cookies) berserat tinggi dengan

penambahan bekatul jagung. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif

Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. p. 521-526.

Suarni dan Widowati. 2005. Struktur Komposisi dan Nutrisi Jagung. Balai Penelitian

Page 46: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Tanaman Serealia, maros. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen

Pertanian. Bogor.

Suarni. 2005. Karakteristik fisikokimia dan amilograf tepung jagung sebagai bahan

pangan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Makassar, 29- 30 Sepetember 2005. p. 440-444.

Suarni dan I.U. Firmansyah. 2005. Pengaruh umur panen terhadap kan- dungan

nutrisi biji jagung beberapa varietas. Hasil penelitian Balitsereal Maros. Belum

dipublikasi. 14 p.

Suharyono, S.U.,Nurdin, R.W. Arief dan Murhadi. 2005. Protein quality of

Indonesian common maize does not less superior to quality protein th maize.

Makalah pada 9 ASEAN Food Conference. Jakarta 8-10 Agustus 2005.

Tawali, A.B., A. Laga, dan M. Mahendradatta. 2003. Pengembangan produksi

bassang. Laporan Kemajuan Penelitian. RUSNAS Diversifikasi Pangan Pokok. Fak.

Pertanian dan Kehutanan, Univ. Hasanuddin.18 p.

UNCTAD/GATT. 1979. Making and marketing furfural. Added value for agro-

industrial waste. In Abstracts for information services. International Trade Centre,

Geneva. p. 3-7.

Vasal, S.K. 2001. High Quality Protein Corn. In Specialty Corns (Second edition).

Hallauer, A.R. (Ed.). CRC Press. Florida.

Wardlaw, G.M. 1999. Protein. In Perspectives in nutrition. The McGraw-Hill. San

Francisco.

Wahyudi, Johan. 2005. Jagung Manis Boleh untuk Diabetes.http://www.iptek.net.id.

Wenny. 2007. Manfaat Jagung Muda.http://www.mail-archive.com/balita-

[email protected]/msg51636.html

Widowati, S., B.A. S. Santosa, dan Suarni. 2005. Mutu gizi dan sifat fungsional

jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Makassar, 29-30 September 2005. p. 343-350.

Wilson, C.M. 1981. Variations in soluble endosperm proteins of corn (Zea mays L.)

in breeds as detected by disc gel electrophoresis Cereal Chem. 58(5):401-408.

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.

Wirawan, Gede N dan Muhammad Ismail Wahab. 1996. Teknologi Budidaya

Page 47: Jurnal Jagung Febri Irawan 05091002006 Teknik Pertanian UNSRI

Jagung. Rakitan Paket Teknik untuk mendukung Program Peningkatan Produksi

Jagung di Jawa Timur. SATPEL Bimas Propinsi Jawa Timur 1996. Proyek

Pembinaan Pembangunan Pertanian Terpadu di Kabupaten/Dati II se Jawa Timur

Tahun 1999/2000.

Nilai Gizi Jagung (Zea mays L) dan Aneka Produk Olahannya