jurnal gue

15
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASKA IMUNISASI DPT 1 DENGAN KECEMASAN IBU UNTUK MELAKUKAN IMUNISASI DPT 2 DI PUSKESMAS BANJARBARU UTARA Dewi Hartati* *Poltekkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan Jl. HM Cokrokusumo No 3A Kelurahan Sei Besar Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714 Email : [email protected] ABSTRAK Imunisasi DPT merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus. Namun, terkadang orang tua khawatir melakukan imunisasi DPT pada anaknya karena takut anaknya menjadi demam, padahal itu adalah hal yang wajar setelah melakukan imunisasi DPT. Dalam hal ini, pengetahuan seorang ibu pada efek samping imunisasi sangatlah penting karena pengetahuan ibu yang baik tentang efek samping imunisasi DPT dapat mengurangi kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi pada anaknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisasi DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kolerasi dengan metode pendekatan Cross Sectional. Sampel adalah semua ibu yang anaknya mengalami efek samping dari imunisasi DPT 1 dan datang kembali ke Puskesmas Banjarbaru Utara untuk melakukan imunisasi DPT 2. Pada penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah jenis accidental Sampling Cara pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Dari hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisai DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara.

Upload: dewii-hartati

Post on 08-Jul-2016

231 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

dewi hartati

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Gue

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASKA

IMUNISASI DPT 1 DENGAN KECEMASAN IBU UNTUK MELAKUKAN

IMUNISASI DPT 2 DI PUSKESMAS BANJARBARU UTARA

Dewi Hartati**Poltekkes Banjarmasin Jurusan Keperawatan Jl. HM Cokrokusumo No 3A Kelurahan Sei

Besar Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714Email : [email protected]

ABSTRAK

Imunisasi DPT merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus. Namun, terkadang orang tua khawatir melakukan imunisasi DPT pada anaknya karena takut anaknya menjadi demam, padahal itu adalah hal yang wajar setelah melakukan imunisasi DPT. Dalam hal ini, pengetahuan seorang ibu pada efek samping imunisasi sangatlah penting karena pengetahuan ibu yang baik tentang efek samping imunisasi DPT dapat mengurangi kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi pada anaknya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisasi DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kolerasi dengan metode pendekatan Cross Sectional. Sampel adalah semua ibu yang anaknya mengalami efek samping dari imunisasi DPT 1 dan datang kembali ke Puskesmas Banjarbaru Utara untuk melakukan imunisasi DPT 2. Pada penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah jenis accidental Sampling Cara pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji chi square.

Dari hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisai DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara.

Kata Kunci : Pengetahuan, Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI), Kecemasan untuk Melakukan Imunisasi DPT 2

Dalam era globalisasi, imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit infeksi menuju masa depan anak yang lebih sehat. Peningkatan pemberian imunisasi harus diikuti dengan peningkatan efektifitas dan keamanan vaksin. Faktor terpenting yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan vaksin adalah keseimbangan antara imunitas yang akan dicapai dengan reaksi yang tidak diinginkan yang mungkin timbul yang sering disebut dengan efek samping. Rasa

ketakutan pada efek samping vaksinasi menjadi lebih dominan dibandingkan dengan ketakutan terhadap penyakitnya. Padahal akibat dari penyakit jelas lebih membahayakan dibandingkan dengan dampak imunisasi.

Dalam jurnal penelitian Ertawati M.M, Dorce Sisfiani. S, dan Amatus Yudi I. (2014) mengatakan bahwa efek samping dari vaksinasi ini dikenal dengan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization

Page 2: Jurnal Gue

(AEFI) yaitu kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensivitas, efek farmakologis, atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan (Brunswick, 2011). Gejala klinis KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat KIPI terjadi, makin cepat gejalanya (PP KIPI, 2005).

Dalam jurnal penelitian Sumy Dwi A. dan Koekoeh Hardjito (2012) megatakan bahwa imunisasi yang penting untuk mencegah penyakit berbahaya salah satunya adalah imunisasi DPT (Diphteria, Pertussis, Tetanus). Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus (A. Aziz, 2008). Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah yang wajar, namun seringkali ibu-ibu tegang, cemas dan khawatir (Tecyya 2009). Selain itu, banyak ibu yang cemas sekali karena timbul bengkak di bekas tempat suntikan. Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DPT tetap aman dan tidak membahayakan, tetapi banyak ibu yang cemas (Hemas 2007). Adapun penyebab kecemasan ibu dikarenakan pemberitaan miring tentang efek samping imunisasi (Ani M dan Ai S 2009). Menurut laporan WHO angka cakupan imunisasi untuk DPT secara global adalah 78%. Berarti terdapat 28 juta anak di dunia yang belum mendapat imunisasi DPT. 75% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara, diantaranya Indonesia (Harsono Salimo 2009).

Dari hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 untuk provinsi Kalimantan Selatan, persentase imunisasi dasar anak umur 12-23 bulan untuk jenis imunisasi DPT-HB-3 masih merupakan jenis imunisasi yang paling

rendah persentasinya yaitu 72,0 % dibandingan jenis imunisasi yang lainnya. Dari hasil RISKESDAS 2013 berdasarkan karakteristik orang tua, 8,7 % anak umur 12-23 bulan belum pernah diberikan imunisasi hal ini banyak dipengaruhi oleh alasan bahwa orang tua tidak mengimunisasikan anaknya karena takut anaknya menjadi panas atau demam dengan jumlah persentasi 28,8 %. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah persentasi dengan alasan tidak mengimunisasikan anak karena anak sering sakit (6,8 %), tidak tahu tempat imunisasi (6,7%), tempat imunisasi jauh (21,9%), ataupun sibuk atau repot (16,3 %).

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karena suatu pengetahuan tentang program imunisasi amat diperlukan dalam pelaksanaan imunisasi (Mirzal Tawi, 2008). Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu pengembangan program kesehatan (Manjunath U, 2003). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lynda M. Baker (2007) di Amerika Serikat, pengetahuan ibu berkaitan imunisasi DPT hanya 4 ibu dari 30 ibu yang tahu nama dan tujuan dari pemberian vaksin pada anak anak mereka dan 26 ibu yang tidak tahu nama dan tujuan dari vaksin DPT (Lynda M. Baker 2007).

Berdasarkan penelitian dari Hayana, Sri Wahyuni, dan Adriani Kadir (2013) menyatakan bahwa dari total 33 orang responden (55%) dengan kategori pengetahuan Tahu, 10 orang responden (16.7%) dalam tingkat kecemasan yang tinggi dan 23 orang responden (38.3%) lainnya pada tingkat kecemasan yang rendah. Sedangkan dari total 27 orang responden (45%) dengan kategori pengetahuan Tidak Tahu, 15 orang responden (25%) dengan tingkat kecemasan yang tinggi dan 12 orang (20%) lainnya dengan tingkat kecemasan yang rendah.

Page 3: Jurnal Gue

Selain itu berdasarkan penelitian Ani M. M . dan Ai S. (2007) menyebutkan, dari 8 ibu yang berpengetahuan rendah, sebanyak 2 ibu (5,4%) memiliki tingkat kecemasan rendah, 5 ibu (5,4%) memiliki kecemasan sedang dan seorang ibu (2,7%) memiliki tingkat kecemasan tinggi paska imunisasi polio pada anaknya. Dari 12 ibu yang berpengetahuan sedang, 3 ibu (8,1%) memiliki tingkat kecemasan rendah dan 9 ibu (24,3%) memiliki tingkat kecemasan sedang paska imunisasi polio. Dan dari 17 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 16 ibu (43,2%) memiliki tingkat kecemasan rendah dan seorang ibu (2,7%) memiliki tingkat kecemasan sedang paska imunisasi polio pada balita. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio maka semakin rendah tingkat kecemasan ibu paska imunisasi polio.

Berdasarkan data yang didapatkan penulis dari Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru didapatkan hasilbahwa jenis antigen yang paling banyak menimbulkan KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) adalah jenis antigen untuk imunisasi DPT. Kemudian berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Banjarbaru Utara selama 1 minggu tentang hubungan pengetahuan ibu tentag kejadian ikutan paska imunisasi DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2, didapatkan hasil jumlah persentase bayi yang melakukan imunisasi DPT/HB total 1 yaitu 78,9% yang persentasinya menurun pada imunisasi DPT/HB total 2 menjadi 75,0%, kemudian menurun lagi pada imunisasi DPT/HB total 3 yang kemudian hanya menjadi 73,8%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan jumlah bayi yang melakukan imunisasi DPT/HB 1 ke imunisasi DPT 2 dan DPT/HB 3 diwilayah Puskesmas Banjarbaru Utara. Dari data-data tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang

kejadian ikutan paska imunisasi DPT dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT lanjutan yang menyebabkan menurunnya jumlah bayi yang melakukan imunisasi DPT lanjutan diwilayah Puskesmas Banjarbaru Utara.

Bahan dan Metode PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kolerasi dengan metode pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang datang ke poli imunisasi di Puskesmas Banjarbaru Utara untuk membawa anaknya melakukan imunisasi DPT 2. Sedangkan sampelnya adalah semua ibu yang anaknya mengalami efek samping dari imunisasi DPT 1 dan datang kembali ke Puskesmas Banjarbaru Utara untuk melakukan imunisasi DPT 2. Pada penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah jenis accidental Sampling. Cara pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji chi square.

Hasil1. Gambaran Umum Responden

a. Umur RespondenTabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur Responden di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.4. tentang distribusi frekuensi responden berdasarkan usia terlihat bahwa dari 50 responden, sebagian besar responden adalah kelompok usia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 37 responden (74%).

No Umur Frekuensi %

1 20 – 35 tahun

37 74 %

2 > 35 tahun 13 26 %Jumlah 50 100 %

Page 4: Jurnal Gue

b. Pendidikan Terakhir RespondenTabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.5. tentang distribusi

frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan terlihat bahwa dari 50 responden, sebagian besar tingkat pendidikan yang dapat dicapai responden adalah tamat SLTA dengan 23 responden (46 %).

c. Jumlah Anak RespondenTabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.6. tentang distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak terlihat bahwa dari 50 responden, sebagian besar respoden memiliki 1 orang anak dengan jumlah 23 responden (46%). Jumlah anak dimasukan disini untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu, yang merupakan faktor internal yang mempengruhi kecemasan seperti yang ada pada kerangka konsep.

2. Gambaran Khusus Respondena.Pengetahuan Ibu

Tabel 4.7. Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Paska Imunisasi DPT Di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

No Pengetahuan Ibu

Jumlah %

1 Baik 16 32%2 Cukup 23 46%3 Kurang 11 22% Total 50 100 %

Berdasarkan tabel 4.7. tentang pengetahuan ibu terhadap kejadian ikutan paska imunisasi terlihat bahwa dari 50 responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup dengan jumlah 23 responden (46%).

b. Kecemasan IbuTabel 4.8. Kecemasan Ibu Tentang Kejadian Paska Imunisasi DPT Di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

No Kecemasan Ibu

Jumlah %

1 Tidak ada kecemasan

9 18 %

2 Kecemasan Ringan

17 34 %

3 Kecemasan Sedang

21 42 %

4 Kecemasan Berat

3 6 %

Total 50 100 %Berdasarkan tabel 4.8. tentang

kecemasan ibu terhadap Kejadian Ikutan Paska Imunisasi dari 50 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang dengan jumlah 21 responden (42%).

c. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Paska Imunisasi DPT 1 dengan Kecemasan Ibu untuk melakukan

No Pendidikan terakhir ibu Jumlah %

1 Sarjana 9 18 % 2 Diploma 2 4 % 3 SLTA 23 46 % 4 SLTP 14 28 % 5 SD 2 4 % Jumlah 50 100 %

No. Jumlah Anak Jumlah %

1 1 orang 23 46 %2 2 orang 15 30 %3 3 orang 9 18 %4 4 orang 3 6 % Jumlah 50 100 %

Page 5: Jurnal Gue

imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015Tabel 4.9. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Paska Imunisasi DPT 1 dengan Kecemasan Ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Setelah dilakukan analisis pada tabel 4.9 ditemukan nilai expected yang kurang dari 5 sebanyak 8 cell atau 66,7% (hasil analisis terdapat pada lampiran 8). Sehingga untuk kepentingan analisis peneliti menggabungkan kategori cemas sedang dan cemas berat, yang kemudian dianalisis kembali sebagai berikut :

Tabel 4.10. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Paska Imunisasi DPT 1 dengan Kecemasan Ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Tabel 4.10 merupakan tabel hasil penggabungan antara kecemasan berat dan kecemasan sedang. Setelah dilakukan analisis dari tabel 4.10 ditemukan nilai expected yang kurang dari 5 sebanyak 4 cell atau 44,4% (hasil analisis terdapat pada lampiran 9). Sehingga untuk kepentingan analisis peneliti menggabungkan kategori pengetahuan cukup dan kurang, yang kemudian dianalisis kembali sebagai berikut :

Tabel 4.11. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Paska Imunisasi DPT 1 dengan Kecemasan Ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Tabel 4.11 merupakan tabel hasil penggabungan antara pengetahuan kurang dengan pengetahuan cukup. Dari tabel 4.11 dapat diketahui. bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan baik hanya mengalami kecemasan ringan (62,50%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup atau kurang sebagian besar mengalami kecemasan sedang (67,64%).Hasil Uji Statistik Chi Square menggunakan program komputer dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh hasil nilai ρ = 0,000 ini berarti ρ < α (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisai DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara

Pembahasan1. Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Paska

Imunisasi DPT Di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 16 orang (32%), pengetahuan cukup 23 orang (46%), dan pengetahuan kurang 11 orang (22%). Dari hasil ini terlihat bahwa sebagian besar ibu yang membawa anaknya melakukan

Pengetahuan

Kecemasan IbuJumlah Tidak

CemasCemas Ringan

Cemas Sedang

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %Baik 5 31,25 10 62,50 1 6,25 16 100Cukup 4 11,77 7 20,59 23 67,64 34 100∑ 9 18 17 34 24 48 50 100 α = 0,05 ρ = 0,000

Pengetahuan

Kecemasan IbuJumlah Tidak

CemasCemas Ringan

Cemas Sedang

Cemas Berat

∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %Baik 5 31,25 10 62,50 1 6,25 0 0 16 100Cukup 4 17,40 6 26,08 13 56,52 0 0 23 100

Kurang 0 0 1 9,10 7 63,63 3 27,27 11 100

∑ 9 18 17 34 21 42

3 650

100

Pengeta

huan

Kecemasan IbuJumlah Tidak

CemasCemas Ringan

Cemas Sedang

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %Baik 5 31,25 10 62,50 1 6,25 16 100Cukup 4 17,40 6 26,08 13 56,52 23 100

Kurang 0 0 1 9,10 10 90,90 11 100

∑ 9 18 17 34 24 48 50 100

Page 6: Jurnal Gue

imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara memiliki pengetahuan cukup.

Perbedaan tingkat pengetahuan ibu ini sebabkan karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap suatu informasi yang di dapatkan. Pengetahuan manusia diperoleh melalui alat indra dan pengetahuan yang baik dipengaruhi oleh faktor ingatan, pemahaman, dan penerapan tentang sesuatu yang dipelajari.

Dalam penelitian ini responden terbanyak berada pada rentang usia 20-35 tahun dengan jumlah 37 responden (74%). Pada dasarnya umur mempengaruhi pengetahuan ibu, khususnya mengenai pengalaman ibu sehingga dengan perbedaan usia ibu berbeda pula pengalaman ibu. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman dan Riyanto (2013) bahwa usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pernyatanan tentang bertambahnya usia seseorang akan bertambah juga daya tangkap dan pola pikirnya disini dimaksudkan untuk orang-orang dengan usia produktif.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu mayoritas adalah SLTA dengan jumlah 23 responden (46%). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengaruh pada pengetahuan yang rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Dari hasil penelitian ini memang rata-rata pendidikan ibu adalah SLTA, namun dalam penerimaan informasi

tentang imunisasi khususnya gejala KIPI untuk imunisasi DPT, ibu mengatakan kurang mendapatkan informasi tersebut dalam sekolahnya (pendidikan formal). Sehingga informasi tentang KIPI lebih banyak diperoleh dari pendidikan non formal yaitu penyuluhan dari bidan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekidjo Notoatmodjo yang dikutip oleh Mirzal Tawi (2008) bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu sangat mempengaruhi terlaksananya kegiatan pelaksanaan imunisasi anak bayi diperoleh baik pendidikan formal maupun non formal.

Dalam penelitian ini persentase terbanyak adalah ibu yang memiliki jumlah anak 1 orang dengan persentasi 46% atau 23 responden. Dalam hal ini jumlah anak juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena pengetahuan diperoleh berdasarkan pengalaman yang didapat pada anak sebelumnya. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa seorang ibu yang telah memiliki anak lebih dari 1 cenderung memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang imunisasi dibandingkan ibu yang baru pertama kali memiliki anak.

2. Kecemasan Ibu Tentang Kejadian Paska Imunisasi DPT Di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden yang membawa ankanya melakukan imunisasi DPT 2, didapatkan hasil bahwa 9 responden (18 %) tidak mengalami kecemasan, 17 responden (34 %) mengalami kecemasan ringan, 24 responden (48 %) mengalami kecemasan sedang dan berat.

Perbedaan rasa cemas ini disebabkan karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam menanggapi suatu respon yang didapatkan. Dalam setiap individu, otak memiliki reseptor khusus yang membantu regulasi kecemasan sehingga setiap individu secara otomatis menanggapi rasa cemas berbeda. Sikap orang tua yang cenderung

Page 7: Jurnal Gue

mengalami kecemasan ini terjadi karena kemungkinan adanya situasi yang mengancam pada bayinya dan adanya pemberitaan miring tentang efek samping negatif dari imunisasi.

Dalam penelitian ini didapatkan responden terbanyak berada pada rentang usia 20-35 tahun dengan jumlah 37 responden (74%). Faktor yang mempengaruhi kecemasan salah satunya yaitu usia ibu, ketika usia seorang ibu belum matang untuk memiliki anak maka timbul kecemasan-kecemasan saat menghadapi masalah kesehatan yang terjadi pada anak. Hal ini sesuai dengan teori Stuart (2006) yaitu seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua.

Dari hasil penelitian ini juga dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu mayoritas adalah SLTA dengan jumlah 23 responden (46%). Pendidikan dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu karena semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh, sehingga dapat meminimalkan reaksi kecemasan. Hal ini sesuai dengan teori Stuart dan Sundeen (1998) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru.

Dalam penelitian ini persentase terbanyak adalah ibu yang memiliki jumlah anak 1 orang dengan persentasi 46% atau 23 responden. Jumlah anak juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu. Seorang ibu yang mempunyai jumlah anak lebih dari satu dan selalu melakukan imunisasi DPT tanpa mendapatkan efek samping paska imunisasi DPT, maka hal tersebut akan dilakukan kembali pada anak berikutnya. Sebaliknya ibu yang baru mempunyai seorang anak, pengalamannya tentang

imunisasi DPT masih kurang karena hal tersebut baru didapatkan pada anak pertama sehingga timbul kecemasan untuk melakukan imunisasi pada anaknya.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Paska Imunisasi DPT 1 dengan Kecemasan Ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara Tahun 2015

Dari hasil uji statistik Chi Square menggunakan program komputer dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 diperoleh hasil nilai ρ = 0,000 ini berarti ρ < α (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisai DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang ibu yang tidak mengalami kecemasan ataupun hanya mengalami kecemasan ringan lebih banyak memiliki pengetahuan yang baik terhadap imunisasi DPT. Sedangkan seorang ibu yang mengalami kecemasan sedang untuk melakukan imunisasi DPT lebih banyak memiliki pengetahuan cukup hingga kurang terhadap imunisasi DPT.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hayana, Sri Wahyuni, dan Adriani Kadir (2013) di wilayah kerja Puskesmas Samataring Kabupaten Sinjai yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Sebelum Pemberian Imunisasi DPT Pada Bayi.

Walaupun dalam penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisasi DPT 1 terhadap kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 tetapi, masih terdapat 1 orang responden yang memiliki pengetahuan baik namun masih mengalami kecemasan sedang ini terjadi karena pengalaman yang buruk terhadap imunisasi DPT yang terjadi pada anak sebelumnya. Pengalaman yang buruk itu berupa efek samping imunisasi pada anak

Page 8: Jurnal Gue

sebelumnya yang menyebabkan kejang sehingga ibu merasa cemas untuk mengimunisasikan anak selanjutnya karena takut hal tersebut terulang kembali. Hal ini sesuai dengan teori Horney yang menyatakan bahwa penyebab kecemasan dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang. Sebaliknya, ada juga 4 orang responden yang memiliki pengetahuan yang cukup namun tidak memiliki kecemasan ini disebabkan karena responden tersebut sudah memiliki anak lebih dari 2 sehingga meskipun ibu hanya memiliki pengetahuan cukup tentunya mereka sudah dapat menggambil pelajaran tentang bagaimana mengatasi anak yang mengalami efek samping dari imunisasi DPT pada anak sebelumnya. Selain jumlah anak, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor usia ibu yang berada pada usia 30 tahun keatas, dengan rentang usia tersebut tentu saja pengalaman dan pendidikan non formal tentang imunisasi DPT lebih banyak didapatkan pada ibu yang memiliki usia matang. Ini sesuai dengan teori Stuart, 2006 yang mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua. Selain itu, ada pula seorang ibu yang berusia 20 tahun memiliki anak pertama, namun dalam perawatan anaknya semua dilimpahkan kepada salah satu keluarganya sehingga saat anaknya sakit ibu tersebut tidak memiliki kecemasan karena merasa ada saja orang lain yang merawat anaknya sehingga timbul rasa acuh tak acuh pada anaknya itulah yang menyebebkan meskipun ibu tersebut hanya memiliki pengetahuan cukup namun tidak memiliki kecemasan.

Simpulan1. Pengetahuan ibu di Puskesmas

Banjarbaru Utara tentang kejadian ikutan paska imunisasi sebagian besar adalah cukup

2. Dari ibu yang datang melakukan imunisasi DPT 2 ke Puskesmas

Banjarbaru Utara sebagian besar mengalami kecemasan sedang

3. Dari hasil analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisai DPT 1 dengan kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT 2 di Puskesmas Banjarbaru Utara.

Saran1. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat lebih aktif mencari informasi yang akurat, baik dari petugas kesehatan maupun media lainnya mengenai efek samping atau kejadian ikutan paska imunisasi DPT sehingga tidak menimbulkan persepsi yang negatif tentang imunisasi yang dapat menimbulkan kecemasan untuk melakukan imunisasi DPT yang sebenarnya memiliki manfaat penting untuk melindungi anak dari penyakit.

2. Bagi Puskesmas atau instansi terkaitPetugas pelayanan kesehatan dapat lebih aktif memberikan penyuluhan mengenai efek samping dari imunisasi DPT pada bayi agar masyarakat mengetahui lebih banyak tentang hal tersebut dan diharapkan dapat mengurangi kecemasan untuk melakukan imunisasi DPT.

3. Bagi Peneliti LainBagi peneliti selanjutnya, peneliti mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai kecemasan ibu untuk melakukan imunisasi DPT dengan variabel yang berbeda seperti bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan paska imunisasi DPT dengan kecemasan ibu sebelum dan sesudah melakukan imunisasi DPT. Ataupun variabel lain seperti hubungan kecemasan ibu terhadap kejadian ikutan paska imunisasi dengan banyaknya kasus drop out pada imunisasi DPT.

Daftar Pustaka

Page 9: Jurnal Gue

1. Alimul H, Aziz. 2011. Pengantar Ilmu kesehatan Anak untuk pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

2. Alimul H. Aziz. 2007. Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

3. Antono, Dwi S. dan Hardjito, Koekoeh. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Bayi tentang Reaksi Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo dengan Kecemasan Ibu Sebelum Melaksanakan Imunisasi di Polindes Desa Karangejo Wilayah kerja Puskesmas Ngasem Kediri. Jurnal Penelitian. Kediri.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Jakarta.

5. Budiman dan Riyanto, Agus. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian. Jakarta: Salemba medika.

6. Bakhtiar, Amsal. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

7. Feist, Jess dan Feist J. Gregory. 2012. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika

8. Fios, Frederikus. 2013. Pengantar Filsafat Ilmu dan Logika. Jakarta: Salemba Humanika

9. Hayana, Wahyuni, Sri, dan Kadir, Adriani. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Ibu Sebelum Pemberian Imunisasi DPT Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Samataring Kabupaten Sinjai . Jurnal Penelitian. Makasar.

10. Mahayu, Putri. 2014. Imunisasi dan Nutrisi. Jogjakarta: Buku Biru.

11. Mahmudah M. Ani dan Susilowati, Ai, .2007. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Polio dengan Tingkat Kecemasan Paska Imunisasi Polio Pada Anaknya di Posyandu Margasari Tasikmalaya Tahun 2007 . Jurnal Penelitian. Jogjakarta.

12. Mandesa, M.S, Sarimin, D.S, dan Ismanto, A.Y. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). Jurnal Penelitian. Manado.

13. Muslim, Muhammad, dkk. 2012. Pedoman Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan KEMENKES Banjarmasin. Banjarbaru.

14. Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya

15. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

16. Proverawati, Atikah dan Andhini S. D. Citra. 2010. Imunisasi dan Vaksinisasi. Jogyakarta: Nuha Offset

17. Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

18. Wawan, A dan M. Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap,dan Perilaku Manusia. Jogjakarta: Nuha Medika.