jurnal genta mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

30
Jurnal Genta Mulia Volume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155 126 MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DI MAS DARUL AITAMI PAISE RAJA ACEH SELATAN Jamalludin 1) 1 Guru MAS Darul Aitami Pasie Raja Abstrak Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia materi sifat koligatif larutan di kelas XII MAS Darul Aitami Aceh Selatan. Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus 2015 sampai Oktober 2015 dengan perhitungan waktu kurang lebih 12 minggu. Tempat Penelitian di kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa terdiri dari siswa laki-laki 9 siswa dan perempuan 16 siswa. Pengumpulan data yaitu dengan LKS, tes formatif dan observasi keaktifan belajar siswa. Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Penerapan model pembelajaran PBI dapat meningkatkan kualitas belajar siswa kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja, dapat dibuktikan dengan perolehan hasil observasi siswa persiklus. Penerapan model pembelajaran PBI dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja, dapat dibuktikan dengan perolehan hasil tes formatif individu siswa persiklus. 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di indonesia sejauh ini masih disominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Pembelajaran di kelas, masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar (Depdiknas, 2002a). Menurut Mulyasa (2002), muatan pada proses pembelajaran disekolah selama ini menjadi miskin variasi, berbasis pada standar nasional yang kaku, dan diimplementasikan di sekolah atas dasar petunjuk-petunjuk yang serba detail. Disamping itu, peserta didik dievaluasi atas dasar akumulasi

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

126

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA MELALUIMODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DI MAS DARUL

AITAMI PAISE RAJA ACEH SELATAN

Jamalludin 1)

1 Guru MAS Darul Aitami Pasie Raja

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia materi sifat

koligatif larutan di kelas XII MAS Darul Aitami Aceh Selatan. Waktu yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus 2015

sampai Oktober 2015 dengan perhitungan waktu kurang lebih 12 minggu. Tempat

Penelitian di kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Tahun

Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII MAS

Darul Aitami Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan

jumlah siswa sebanyak 25 siswa terdiri dari siswa laki-laki 9 siswa dan perempuan 16

siswa. Pengumpulan data yaitu dengan LKS, tes formatif dan observasi keaktifan belajar

siswa. Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data

secara kualitatif dan kuantitatif. Penerapan model pembelajaran PBI dapat

meningkatkan kualitas belajar siswa kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja, dapat

dibuktikan dengan perolehan hasil observasi siswa persiklus. Penerapan model

pembelajaran PBI dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa kelas XII MAS Darul

Aitami Pasie Raja, dapat dibuktikan dengan perolehan hasil tes formatif individu siswa

persiklus.

1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di indonesia

sejauh ini masih disominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan

sebagai perangkat fakta-fakta yang

harus dihapal. Pembelajaran di kelas,

masih berfokus pada guru sebagai

sumber utama pengetahuan,

kemudian ceramah menjadi pilihan

utama strategi belajar (Depdiknas,

2002a). Menurut Mulyasa (2002),

muatan pada proses pembelajaran

disekolah selama ini menjadi miskin

variasi, berbasis pada standar

nasional yang kaku, dan

diimplementasikan di sekolah atas

dasar petunjuk-petunjuk yang serba

detail. Disamping itu, peserta didik

dievaluasi atas dasar akumulasi

Page 2: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

127

pengetahuan yang telah

diperolehnya, sehingga lulusan

hanya mampu menghapal atau

memahami.

Berdasarkan observasi awal

yang dilakukan pada proses belajar

mengajar kimia pada materi sifat

koligatif larutan, di kelas XII MAS

Darul Aitami Pasie Raja Aceh

Selatan, tampak bahwa keaktifan dan

kinerja siswa belum optimal. Di

kelas XII dari keseluruhan jumlah

siswa yaitu 25 siswa, yang terlibat

aktif dalam pembelajaran dan

mencapai ketuntasan hanya sekitar

28 %. Sebagaian besar siswa kurang

memberikan respons terhadap

pertanyaan yang disampaikan oleh

guru. Hanya siswa tertentu yang mau

menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapat.

Pengetahuan siswa bergantung pada

guru, sehingga tidak ada keinginan

yang muncul dari diri siswa untuk

mencari sendiri pemecahan masalah

yang dipaparkan. Pembelajaran yang

berlangsung di kelas masih berpusat

pada guru sebagai sumber utama

pengetahuan. Pembelajaran aktif

yang berpusat pada siswa sangat

jarang dilakukan. Metode

pembelajaran yang dilakukan oleh

guru terbatas pada ceramah sehingga

kurang bervariasi. Guru jarang

mengaitkan materi pelajaran dengan

masalah nyata kehidupan sehari-hari

siswa. Pada umumnya guru

memberikan materi sesuai bahan

pelajaran yang diperoleh dari buku-

buku acuan dan motivasi siswa untuk

belajar masih rendah.

Upaya memandirikan siswa

untuk belajar, bekerjasama, dan

menilai diri sendiri sanagat perlu

diutamakan agar siswa mampu

membangun pemahaman dan

pengetahuan. Kegiatan belajar

mengajar perlu memberikan

pengalaman nyata dalam kehidupan

sehari-hari dan di dunia kerja yang

terkait dengan penerapan konsep,

kaidah dan prinsip disiplin ilmu yang

dipelajari.

Pembelajaran konvensional

dimana proses belajar mengajar

terfokus pada guru perlu diubah dari

sekedar mememahami konsep dan

prinsip keilmuan, siswa juga harus

memiliki kemampuan untuk berbuat

sesuatu dengan menggunakan konsep

dan prinsip keilmuan yang telah

dikuasai. Bagi siswa, untuk benar-

benar mengerti dan dapat

menerapkan ilmu pengetahuan,

Page 3: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

128

mereka harus bekerja untuk

memecahkan masalah, menemukan

sesuatu bagi diri nya sendiri dan

bergulat dengan ide-ide (Nur, 2000).

Tugas seorang guru dalam

hal ini adalah membuat agar proses

pembelajaran pada siswa

berlangsung secara efektif dan

bermakna. Untuk itu diperlukan

sebuah strategi belajar yang lebih

memberdayakan siswa. Strategi

belajar itu harus dapat membantu

peserta didik memahami teori secara

mendalam melalui pengalaman

belajar praktik empirik serta

menerapkan pengetahuannya itu

dalam kehidupannya.

Salah satu upaya yang dapat

dilakukan guru untuk meningkatkan

pembelajaran agar efektif dan

berkualitas adalah melalui model

pembelajaran Problem Based

intruction (PBI). Kualitas adalah

ukuran baik buruknya sesuatu, kadar,

mutu, derajad/ taraf

(kependidikan/kecakapan dan

sebagainya).

Pembelajaran adalah suatu

upaya untuk mengubah tingkah laku

siswa ke arah yang lebih baik.

Kualitas proses pembelajaran dapat

dilihat dari aktivitas belajar dan

pemahaman siswa berdasarkan

kopetensi dasar dan indikator yang

harus dicapai, serta kinerja guru yang

mendukung proses pembelajaran.

Penerapan PBI ini penting

karena tujuan pembelajaran ini

adalah memecahkan masalah

keseharian (authentik) sehingga anak

sudah dibiasakan dengan situasi

nyata sehari-hari. Dengan PBI guru

dapat melatih siswa untuk menjadi

orang yang mandiri dan terbiasa

memandang suatu masalah dari

berbagai sudut pandang disiplin ilmu

yang berbeda.

Proses belajar yang

berorientasi PBI adalah membantu

siswa untuk menjadi mandiri. Siswa

yang mandiri (otonom) yang percaya

pada ketrampilan intelektual mereka

sendiri, memerlukan keterlibatan

aktif dalam lingkungan yang

berorientasi pada inkuiri. Peran

utama guru pada PBI adalah

membimbing dan memfasilitasi

sehingga siswa dapat belajar berpikir

dan memecahkan masalah oleh

mereka sendiri (Ibrahim, 2002). PBI

dilandasi oleh teori pembelajaran

konstruktivisme, kelas demokratis,

dan pembelajaran penemuan

(Ibrahim, 2000).

Page 4: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

129

Model Pembelajaran Problem

Based Instruction (PBI)

Model pembelajaran PBI

adalah berpusat pada siswa dan

mendorong inkuiri terbuka dan

berfikir bebas. Seluruh proses belajar

mengajar yang berorientasi PBI

adalah membantu siswa untuk

menjadi mandiri. Ibrahim (2000)

menyebutkan bahwa PBI dilandasi

oleh teori pembelajaran

konstruktivisme, kelas demokratis

dan pembelajaran penemuan.

Menurut Arend (2008:57), model

pembelajaran PBI terdiri dari 5 tahap

utama yaitu:

Orientasi siswa kepada masalah,

mengkoordinasi siswa untuk belajar,

membantu penyelidikan mandiri

ataupun kelompok, menyajikan hasil,

menganalisis, dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah.

Berdasarkan penjelasan

diatas, dapat disimpulkan model

pembelajaran PBI didasarkan pada

teori psikologi kognitif. Fokus

pengajaran pada model PBI pada

kognitif siswa, yaitu dapat berupa

pengaitan informasi yang dilakukan

oleh siswa dengan informasi yang

telah diperoleh siswa dengan

informasi baru dan terdapat dalam

struktur kognitif seseorang.

Keunggulan Dan Kelemahan

Problem Based Instruction (PBI)

Menurut Santoso (2011)

bebrapa kelemahan model Problem

Based Instruction adalah sebagai

berikut:

a. Membutuhkan waktu yang

banyak.

b. Membutuhkan fasilitas yang

memadai seperti

laboratorium, tempat duduk

siswa yang terkondisi untuk

belajar kelompok, perangkat

pembelajaran dll.

c. Menuntut guru membuat

perencanaan pembelajaran

yang lebih matang.

d. Kurang efektif jika jumlah

siswa terlalu banyak.

Sedangkan kelebihan PBI dalam

Arends (2008:45) sebagai suatu

model pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Pembelajaran berbasis

masalah mendorong

kolaborasi dan penyelesaian

bersama berbagai tugas.

Page 5: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

130

b. Pembelajaran berbasis

masalah Memiliki elemen-

elemen yang mendorong

observasi dan dialog dengan

pihak lain agar seorang siswa

mampu melaksanakan

observasi.

c. PBI dapat melibatkan siswa

dalam penelitian yang

memungkinkan mereka untuk

menjelaskan berbagai

permasalahan nyata dan

mengkonstruksi pemahaman

mereka sendiri.

d. Membantu siswa menjadi

pembelajar yang independen

dan belajar mandiri.

Langkah-Langkah Penerapan

Problem Based Instruction (PBI)

Model pembelajaran PBI

dilaksanakan mengacu pada langkah-

langkah berikut:

a. Orientasi siswa pada

masalah yaitu mengajukan

permasalah melalui

pertanyaan serta

menyampaikan tujuan

pembelajaran dan

memotivasi siswa untuk

mengikuti pembelajaran.

b. Mengorganisasi siswa untu

belajar, membentuk

kelompok kecil untuk

mengidentifikasi masalah.

c. Membimbing penyelidikan

individu atau kelompok yaitu

membimbing serta

memfasilitasi siswa dalam

melaksanakan percobaan

sesuai dengan pemecahan

masalah yang telah

direncanakan.

d. Mengembangkan dan

menyajikan karya yaitu

membimbing siswa

mengerjakan lembar kerja

siswa dan menyajikan hasil

karya lain

e. Mengeanalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah yaitu

membimbing siswa

mempresentasikan

pemecahan masalah yang

dilakukan dan menganalisis

serta mengevaluasi proses

pemecahan masalah yang

dilakukan.

Salah satu pokok bahasan pada

pembelajaran kimia adalah sifat

koligatif larutan. Sifat-sifat larutan

seperti rasa, warna, dan kekentalan

(viskositas) merupakan sifat-sifat

yang bergantung pada jenis zat

Page 6: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

131

terlarut. Sebagai contoh, larutan

NaCl (garam dapur) terasa asin,

namun larutan CH3COOH (asam

cuka) terasa asam. Adapun sifat-sifat

larutan yang tidak bergantung pada

jenis zat terlarut, yang disebut sifat

koligatif. Sifat koligatif larutan

adalah sifat-sifat yang hanya

bergantung pada jumlah (kuantitas)

partikel zat terlarut dalam larutan dan

tidak bergantung pada jenis atau

identitas partikel zat terlarut-tidak

peduli dalam bentuk atom, ion,

ataupun molekul. Sifat koligatif

merupakan sifat yang hanya

memandang “kuantitas”, bukan

“kualitas”. Sifat-sifat koligatif

larutan antara lain: penurunan

tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan

osmosis.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi permasalahan

berdasarkan uraian latar

belakang masalah diatas

sebagai berikut:

a. Pembelajaran kimia

masih berpusat pada

guru dan keaktifan

siswa kurang optimal

b. Model pembelajaran

menggunakan PBI

belum pernah

diterapkan di Mas

Darul Aitami Pasie

Raja Aceh Selatan.

C. Rumusan Penelitian

Perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah

dengan menerapkan model

pembelajaran PBI dapat

meningkatkan kualitas

pembelajaran kimia pada

materi sifat koligatif larutan

di kelas XII MAS Darul

Aitami Pasie Raja Aceh

selatan.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas

pembelajaran kimia materi

sifat koligatif larutan di kelas

XII MAS Darul Aitami Aceh

Selatan.

E. Kerangka Berfikir

Rendahnya hasil

pembelajaran Kimia tentang sifat

koligatif larutan menjadi rujukan

awal penelitian ini dilakukan. Usaha

untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan aktivitas belajar

siswa memerlukan metode yang

efektif dan efisien. Penerapan model

PBI dengan dalam pembelajaran

Page 7: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

132

Kimia tentang sifat koligatif larutan

diharapkan membangun rasa ingin

tahu dan minat siswa serta motivasi

untuk belajar, juga dapat

mempermudah siswa dalam

memahami materi dan informasi

yang disampaikan. Dengan

demikian, penerapan metode PBI

diharapkan dapat meningkatkan

kualitas dan aktivitas belajar siswa

kelas XII MAS Darul Aitami Pasie

Raja Aceh Selatan.

Dalam bentuk bagan

kerangka pikir penelitian tindakan

kelas dengan menerapkan model PBI

sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan kegiatan

penelitian ini adalah 3 bulan,

yaitu dari bulan Agustus 2015

sampai Oktober 2015 dengan

perhitungan waktu kurang

lebih 12 minggu.

2. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini

penulis mengambil lokasi di

kelas XII MAS Darul Aitami

Pasie Raja Kabupaten Aceh

Selatan Tahun Pelajaran

2015/2016. Penulis

mengambil lokasi atau tempat

ini dengan pertimbangan

bekerja pada sekolah

tersebut, sehingga

memudahkan dalam mencari

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi akhir

Pembelajaran tidak menerapkan model PBI

Pembelajaran menerapkan model PBI

Kualitas dan aktivitas belajar siswarendah

Kualitas dan aktivitas belajar siswameningkat

Page 8: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

133

data, peluang waktu yang

luas dan subjek penelitian

yang sangat sesuai dengan

profesi penulis.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam

penelitian ini adalah siswa kelas

XII MAS Darul Aitami Pasie

Raja Kabupaten Aceh Selatan

Tahun Pelajaran 2015/2016

dengan jumlah siswa sebanyak

25 siswa terdiri dari siswa laki-

laki 9 siswa dan perempuan 16

siswa.

C. Data dan Sumber Data

Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah sumber data primer dan

sumber data sekunder. Sumber

data primer adalah siswa kelas

XII MAS Darul Aitami Pasie

Raja Kabupaten Aceh Selatan

Tahun Pelajaran 2015/2016.

Adapun sumber data sekunder

berasal dari sumber data yang

berasal dan pihak yang masih

ada kaitannya dengan siswa,

akan tetapi tidak secara

langsung mengetahui

keberadaan siswa atau

berhubungan langsung dengan

siswa, misalnya obsever dan

kepala sekolah. Dalam

penelitian ini, data primer yang

digunakan adalah nilai hasil

belajar. Ada tiga macam nilai

yang diambil dari subjek

penelitian yaitu kondisi awal,

pretes dan nilai akhir siklus.

Dari data-data tersebut akan

dipergunakan untuk menentukan

terjadinya peningkatan hasil

belajar adalah nilai kondisi awal

dan nilai akhir siklus.

D. Teknis dan Alat Pengumpulan

Data

Untuk mendapatkan data

dalam pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini diperlukan

teknik dan alat pengumpulan

data. Dengan menggunakan

teknik pengumpulan data yang

tepat. Sedangkan alat

pengumpulan data yang tepat

dan benar akan mempeoleh data

yang akurat yang sangat

dibutuhkan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi.

1. Teknik Pengumpulan

Data

Teknik pengumpulan

data dalam pelaksanaan

penelitian ini menggunakan

:

Page 9: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

134

a. Pedoman observasi

Lembar observasi

yang digunakan yaitu

mengamati tentang

aktivitas siswa serta

sejauhmana tingkat

pemahaman siswa

tentang sifat koligatif

larutan dan sejauhmana

keberhasilan penerapan

model pembelajaran.

b. Lembar Kegiatan Siswa

(LKS).

Data atau hasil

kerja dari LKS ini

akan digunakan sebagai

patokan untuk

melakukan refleksi dan

rancangan pelaksanaan

pembelajaran

selanjutnya.

c. Alat Evaluasi

Untuk mengetahui

atau mengukur tingkat

pemahaman siswa

terhadap materi atau

konsep yang telah

dipelajari maka diadakan

post test (tes akhir).

Selain itu post test

juga bertujuan untuk

menemukan apakah

pembelajaran akan

dilanjutkan pada

tindakan berikutnya

atau dilakukan dilakukan

pengulangan untuk

perbaikan.

2. Alat Pengumpul Data

Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini dilakukan

dalam dua siklus, maka tes

perbuatan juga dilakukan dua

kali, yaitu pada akhir siklus I

dan akhir siklus II. Perangkat

tes terdiri dari butir soal,

kunci jawaban, kriteria dan

hasil tes terlampir.

E. Validitas Data

Validitas suatu instrumen

selalu bergantung pada situasi

dan tujuan penggunaan instrumen

tersebut. Suatu tes yang valid

untuk satu situasi mungkin tidak

valid untuk situasi yang lain.

Tujuan penggunaan tes

merupakan faktor utama penentu

validitas, perbedaan tujuan tes

memerlukan validitas yang

berbeda pula.

F. Analisa Data

Pengolahan data dalam

penelitian ini adalah dengan

Page 10: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

135

100% xMaksimalSkor

SkorPerolehanNilai

% xc

ba 100

n

YX

menggunakan analisis data secara

kualitatif dan kuantitatif.

Data yang diperoleh

diambil dari LKS, panduan

observasi atau pengamatan, hasil

evaluasi individu. Data hasil

pengolahan LKS, panduan

observasi atau pengamatan, hasil

evaluasi individu, ditulis dalam

bentuk deskripsi. Evaluasi siswa

secara kelompok dan individu

ditulis dalam bentuk tabel

sehingga nilai yang diperoleh

siswa dapat dilihat dengan

jelas. Setelah dimasukkan ke

dalam tabel, kemudian nilainya

diolah untuk dicari rata-

ratanya.

Selain itu pula akan

ditentukan nilai minimum dan

maksimum yang diperoleh siswa

pada setiap siklus. Siswa yang

menguasai materi pelajaran 70%

ke atas memperoleh skor 78 ke

atas dari hasil belajarnya maka

siswa tersebut dianggap

kompeten. Sedangkan perolehan

hasil belajar di bawah 78

dianggap belum kompeten.

Perolehan nilai setiap siswa

melalui tes hasil belajar secara

tertulis diolah dengan rumus :

1) Ketuntasan Belajar Klasikal

Keterangan :

A = Ketuntasan

B = Jumlah Siswa Tuntas

(siswa mendapat nilai di

atas 68)

C = Jumlah Seluruh Siswa

2) Nilai rata-rata

Keterangan :

X = Nilai Rata-rata

∑Y= Jumlah Nilai Seluruh

Siswa

n = Jumlah Seluruh Siswa

G. Prosedur Penelitian

PTK merupakan kegiatan

perbaikan pembelajaran yang

terdiri dari beberapa rangkaian

kegiatan yang saling berkaitan

dan berdaur atau siklus dengan

empat langkah utama yaitu

perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi

dan refleksi. Tahapan PTK di

sini sebenarnya merupakan

Page 11: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

136

reflektif guru pada permasalahan

yang dihadapi dalam kelasnya.

Dari sinilah penelitian tindakan

kelas akan dilakukan.

Penjelasan secara rinci

mengenai daur siklus PTK

sebagaimana gambar 3.1 di

bawah ini

Gambar 3.1 Daur PTK (dimodifikasi dari Rusna Ristasa, 2006 : 46)

Prosedur sebagaimana

dijelaskan pada daur PTK di

atas, selanjutkan ditindaklanjuti

dengan kegiatan-kegiatan :

1. Perencanaan

Perencanaan selalu

mengacu kepada tindakan

apa yang dilakukan, dengan

mempertimbangkan

keadaan dan suasana

obyektif dan subyektif.

2. Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan

semata-mata merupakan

pelaksanaan perencanaan

itu. pelaksanaan tindakan

boleh jadi berubah atau

dimodifikasi sesuai dengan

keperluan di lapangan.

3. Pengamatan

Hal yang tidak bisa

dilupakan, bahwa sambil

melakukan tindakan

hendaknya juga dilakukan

pemantauan secara cermat

tentang apa yang terjadi.

Dalam pemantauan itu,

lakukan pencatatan-

pencatatan sesuai dengan

form yang telah disiapkan.

Catat pula gagasan-gagasan

dan kesan-kesan yang

muncul, dan segala sesuatu

yang benar-benar terjadi

Page 12: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

137

dalam proses pembelajaran.

Secara teknis operasional,

kegiatan pemantauan dapat

dilakukan oleh Guru lain.

4. Refleksi

Refleksi adalah

suatu upaya untuk mengkaji

apa yang telah terjadi, yang

telah dihasilkan, atau apa

yang belum dihasilkan, atau

apa yang belum tuntas dari

langkah atau upaya yang

telah dilakukan. Dengan

perkataan lain, refleksi

merupakan pengkajian

terhadap keberhasilan atau

kegagalan pencapaian

tujuan.

Penelitian Tindakan Kelas ini

akan dilaksanakan selama dua

siklus. Setiap siklus terdiri

perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Secara

terperinci kegiatan per-siklus

sebagaimana dijelaskan di bawah

ini :

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menelaah materi

pembelajaran kelas

XII.

2) Menyusun perangkat

pembelajaran berupa

silabus, RPP, materi

pembelajarn, media

pembelajaran, lembar

kerja siswa, soal

evaluasi, kunci

jawaban, dan

pedoman penilaian

berdasarkan indikator

yang ditetapkan.

3) Menetapkan sumber

belajar yang sesuai

materi pembelajaran

tentang sifat koligatif

larutan

4) Memilih dan

menetapkan media

atau alat peraga yang

sesuai dengan

pembelajaran kimia.

5) Membuat lembar

observasi pengamatan

aktivitas ssiswa dalam

pembelajaran kimia

melalui model PBI..

b. Pelaksanaan

1) Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran

2) Guru mengajukan

permasalahan melalui

pertanyaan

Page 13: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

138

3) Guru memotivasi

siswa untuk mengikuti

pembelajaran

4) Guru membentuk

kelompok kecil untuk

menidentifikasi

masalah dalam

pembelajaran

5) Guru membimbing

kelompok dan

memfasilitasi dalam

melaksanakan

percobaaan sesuai

dengan pemecahan

masalah yang

direcnanakan

6) Membimbing siswa

mengerjakan LKS

7) Guru dan siswa

Menganalisis dan

mengevaluasi prose

pemecahan

permasalahan yaitu

membimbing siswa

mempresentasikan

pemecahana masalah

yang ditemukan.

8) Guru melakukan

evaluasi pembelajaran

c. Observasi

Pengamatan oleh

teman sejawat selama

kegiatan pembelajaran

berlangsung. Pengamatan

meliputi aktivitas siswa

.Sumber data dalam

penelitian ini adalah

siswa, observer. Jenis

data yang diperoleh

adalah proses belajar

mengajar..

d. Refleksi

Menganalis dan

menginterpretasikan data

hasil pekerjaan siswa dan

hasil tersebut akan

digunakan untuk

menentukan penyusunan

langkah-langkah pada

siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Melakukan perbaikan

model pembelajaran.

2) Menyusun perangkat

pembelajaran berupa

silabus, RPP, materi

pembelajarn, media

pembelajaran, lembar

kerja siswa, soal

evaluasi, kunci

jawaban, dan

pedoman penilaian

Page 14: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

139

berdasarkan indikator

yang ditetapkan.

3) Menetapkan sumber

belajar yang sesuai

materi pembelajaran

tentang sifat koligatif

larutan

4) Memilih dan

menetapkan media

atau alat peraga yang

sesuai dengan

pembelajaran kimia.

5) Membuat lembar

observasi pengamatan

aktivitas ssiswa dalam

pembelajaran kimia

melalui model PBI..

b. Pelaksanaan

1) Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran

2) Guru mengajukan

permasalahan melalui

pertanyaan

3) Guru memotivasi

siswa untuk mengikuti

percobaan

4) Guru membentuk

siswa dalam

kelompok kecil untuk

melakukan percobaan

dan mengdentifikasi

masalah

5) Guru membimbing

kelompok dan

memfasilitasi dalam

melaksanakan

percobaaan sesuai

dengan pemecahan

masalah yang

direcnanakan

6) Guru menegaskan

akan adanya penyajian

hasil dari masing

kelompok setelah

menemukan hasil

percobaan dan konsep

yang ditemukan

7) Guru Membimbing

siswa mengerjakan

LKS

8) Guru mendampingi

siswa dalam

mempresentasikan

hasil temuan

9) Guru dan siswa

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan

permasalahan ,

10) Guru

melakukan evaluasi

pembelajaran

b. Observasi

Page 15: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

140

Penulis dan teman

sejawat mengamati

dampak pelaksanaan

perbaikan pembelajaran.

c. Refleksi

Dengan menganalisis

dan menginterprestasikan

data selanjutnya,

mengetahui tindakan

yang dilakukan pada

siklus II telah mencapai

tujuan atau tidak.

H. Indikator Kinerja

Siswa dinyatakan tuntas

dengan kriteria mencapai

penguasaan materi di atas KKM

atau mendapat nilai minimal 78.

Adapun indikator yang

digunakan untuk mengukur

peningkatan keaktifan belajar

jika siswa memberikan respon

aktif terhadap penjelasan dan

pertanyaan yang diajukan guru,

aktif dalam melaksanakan tugas

guru, aktif belajar dan bekerja

kelompok, serta aktif

mengkomunikasi hasil proses

pembelajaran.

Kriteria untuk mengukur

tingkat keberhasilan upaya

perbaikan pembelajaran adalah

sebagai berikut.

1. Kriteria siswa tuntas belajar

apabila telah mencapai

tingkat penguasaan materi

pembelajaran sebesar 78% ke

atas atau mendapat nilai 78.

2. Proses perbaikan

pembelajaran dinyatakan

berhasil apabila 85% dari

jumlah siswa tuntas belajar.

3. Proses perbaikan

pembelajaran (peningkatan

keaktifan siswa) dinyatakan

berhasil jika 85% dari jumlah

siswa terlibat aktif dalam

proses pembelajaran.

3.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pra Siklus

Hasil tes awal sebelum

pelaksanaan siklus digunakan

untuk pedoman pelaksanaan

perbaikan pembelajaran. Hasil

tes tersebut menggambarkan

kualitas belajar siswa yang

masih rendah dalam proses

pembelajaran khususnya pada

pembelajaran kimia.

Rekapitulasi perolehan nilai

Page 16: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

141

siswa dapat diamati pada lampiran.

Tabel 4.1 Perolehan Nilai pra siklus

Nilai ∑ Siswa Capaian Tuntas

Ya % Tidak %

50-59 0 0

60-69 12 750 √ 72

70-79 13 987 √ 28

80-89 0 0

90-99 0 0

100 0 0

Jumlah 25 1737 - 28 - 72

Nilai ≥ KKM 78

Nilai Rata-rata 69,48

Dari tabel di atas

menunjukan bahwa dari 25

orang siswa, yang

dikategorikan lulus adalah

sebanyak 7 siswa yaitu yang

memperoleh nilai 78-79, bila

dipersentasekan maka

diperoleh sebesar 28% tingkat

ketuntasan siswa pada pra

siklus. Sementara sebanyak 18

siswa atau setara dengan 72%

siswa dinyatakan tidak

mencapai ketuntasan.

Pencapaian ketuntasan

berpedoman pada nilai KKM

yaitu sebesar 78. Pada pra

siklus ini diperoleh nilai rata-

rata siswa yaitu 69,48.

Adapun penjelasan

mengenai hasil observasi siswa

pada kegiatan pembelajaran

sebagaimana tabel di bawah

ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Pra siklus

No Rentang Kriteria Jumlah Persentase Ket

1 00-24

Sangat

Kurang 0 0.00 Belum Tuntas

2 25-49 Kurang 0 0.00 Belum Tuntas

3 50-74 Cukup 14 56.00 Belum Tuntas

4 75-100 Baik 11 44.00 Tuntas

Page 17: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

142

Indikator aktivitas siswa yang

diamati yaitu:

a. Memperhatikan

penjelasan guru.

b. Keinginginan

melakukan percobaan

dan diskusi.

c. Minat keikutsertaan

melakukan percobaan

dalam pemecahan

masalah.

d. Menganalisis dan

membuat konsep hasil

pemecahan masalah.

Data hasil pengamatan

observasi aktivitas siswa pada

pra siklus dapat diamati pada

lampiran 13.

Berdasarkan tabel di atas,

dari 4 indikator yang diamati

menunjukkan bahwa siswa

yang memiliki keaktivan

belajar yang baik sebanyak 11

siswa atau dalam persentase

sebesar 44%, sementara siswa

yang tidak atau belum

memiliki keinginan yang serius

untuk melakukan pembelajaran

adalah sebanyak 14 siswa atau

sebesara 56%.

2. Siklus I

a. Perencanaan

a) Menelaah materi

pembelajaran kelas XII.

b) Menyusun perangkat

pembelajaran berupa

silabus, RPP, materi

pembelajarn, media

pembelajaran, lembar

kerja siswa, soal

evaluasi, kunci jawaban,

dan pedoman penilaian

berdasarkan indikator

yang ditetapkan.

c) Menetapkan sumber

belajar yang sesuai

materi pembelajaran

tentang sifat koligatif

larutan

d) Memilih dan menetapkan

media atau alat peraga

yang sesuai dengan

pembelajaran kimia.

e) Membuat lembar

observasi pengamatan

aktivitas ssiswa dalam

pembelajaran kimia

melalui model PBI

b. Pelaksanaan

Proses pelaksanaan ini

adalah proses pengambilan

Page 18: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

143

data

di lapangan di mana peneliti

mengajarkan materi

pelajaran dengan

menggunakan strategi yang

digunakan untuk perbaikan.

Dalam proses

pelaksanaan ini peneliti

dibantu oleh pengamat

untuk mengamati dan

mengumpulkan data yang

tidak dapat dilakukan oleh

peneliti sendiri,

seperti data aktivitas guru

dan siswa.

Adapun aktivitas guru

dan siswa dalam

pelaksanaan penelitian pada

siklus I sebagai berikut:

Pada awal kegiatan

guru memberikan salam.

Selanjutnya Guru

menyampaikan tujuan

pembelajaran. Kemudian

Guru mengajukan

permasalahan melalui

pertanyaan tentang sifat

koligatif larutan. Guru

menjelaskan adanya

percobaan untuk menjawab

permasalahan yang

ditanyakan. Guru

membentuk kelompok kecil

untuk dapat melakukan

percobaan. Dan

menjelaskan jalan atau

sistematika proses

pembelajaran. Guru

memotivasi siswa untuk

mengikuti pembelajaran.

Tiap kelompok kecil

diberikan permasalahan

yang berbeda untuk

dipecahkan. Guru

membimbing kelompok dan

memfasilitasi dalam

melaksanakan percobaaan

sesuai dengan pemecahan

masalah yang direncanakan.

Guru Membimbing siswa

mengerjakan LKS yang

disediakan. Selajutnya siswa

diberi kesempatan untuk

masing-masing kelompok

membacakan hasil temuan

atau mempresentasikan

konsep yang ditemukan.

Setelah dirasa cukup, guru

membagikan soal tes

formatif akhir siklus, dan

siswa diminta mengerjakan

secara individual. Setelah

selesai siswa diminta

mengumpulkan hasil

Page 19: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

144

pekerjaannya untuk

diberikan penilaian. Guru

melakukan evaluasi

pembelajaran. Guru

memberikan konsep materi

berdasarkan hasil pada

pemecahan masalah.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus Pertama

Nilai ∑

Siswa

Capaian Tuntas

Ya % Tidak %

50-59 0 0

60-69 12 750 √ 48,00

70-79 4 298 √ 4,00 √ 12,00

80-89 9 728 √ 36,00

90-99 0 0

100 0 0

Jumlah 25 1776 - 40,00 - 60,00

Nilai ≥ KKM 78

Nilai Rata-rata 71,04

Dari tabel di atas

menunjukan bahwa dari 25

orang siswa, yang

dikategorikan lulus adalah

sebanyak 10 siswa yaitu yang

memperoleh nilai 78-89, bila

dipersentasekan maka

diperoleh sebesar 40% tingkat

ketuntasan pada siklus I.

Sementara sebanyak 15 siswa

atau setara dengan 60% siswa

dinyatakan tidak mencapai

ketuntasan. Pada siklus I ini

diperoleh nilai rata-rata siswa

yaitu 71,04. Dengan perolehan

skor nilai tertinggi mencapai

82. Dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran dengan

penerapan PBI diperoleh

kenaikan jumlah siswa yang

tuntas, selain itu juga

meningkatnya nilai rata-rata

kelas. artinya model

pembelajaran PBI berpengaruh

pada proses dan kualitas

pembelajaran kimia pada siswa

kelas XII MAS Darul Aitami

Pasie Raja. Dalam hal ini

mengamati dari hasil

ketuntasan pembelajaran

Page 20: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

145

diperlukan adanya perbaikan

pada siklus ke II.

c. Pengumpulan data observasi

Proses pengamatan

aktivitas siswa dilakukan

oleh observer, yaitu salah

satu guru di MAS Darul

Aitami Pasie Raja. Indikator

yang diamati adalah sikap

perhatian siswa terhadap

penjelasan guru, keinginan

siswa untuk melakukan

percobaan dan diskusi,

minat siswa dalam

keterlibatan melakukan

percobaan pemecahana

masalah dan kemampuan

menganalisis dan membuat

konsep dari hasil temuan

percobaan dari proses

pemecahan masalah.

Adapun penjelasan

mengenai hasil observasi

siswa pada kegiatan

pembelajaran pada siklus ke

I, dijabarkan sebagai

berikut.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Pada Siklus Pertama

No Rentang Kriteria Jumlah Persentase Ket

1 00-24

Sangat

Kurang 0 0.00

Belum

Tuntas

2 25-49 Kurang 0 0.00

Belum

Tuntas

3 50-74 Cukup 10 40.00

Belum

Tuntas

4 75-100 Baik 15 60.00 Tuntas

Berdasarkan tabel di

atas, dari 4 aspek aktivitas

siswa yang diamati

menunjukkan bahwa siswa

yang berada pada kriteria

baik mencapai 16 siswa

yaitu sebesar 64%.

Selanjutnya jika diamati

siswa yang aktivitasnya

cukup dalam proses

pembelajaran sebanyak 9

siswa tau 36%. Diamati

dalam hal keaktivan siswa

yang menjadi kendala

adalah membuat suatu

konsep temuan dari

Page 21: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

146

percobaan pemecahan

masalah.

d. Refleksi

Setelah proses

pembelajaran dilakukan

dengan penerapan model

pembelajaran PBI,

kemudian berdasarkan hasil

yang diperoleh dilakuakn

evaluasi dan refleksi

terhadap proses

pembelajaran. Hasil refleksi

pelaksanaan siklus pertama

dijelaskan sebagai berikut.

1) Guru tidak

memberitahukan inti dari

percobaan yang

dilakukan.

2) Guru kekurangan waktu

untuk mendampingi

kelompok dalam

pelaksanaan percobaan.

Sehingga ada anak yang

kebingungan dalam

proses percobaan.

3) Keterbatasan waktu yang

diberikan kepada siswa

dalam pengambilan

kesimpulan atau

merumuskan konsep

yang ditemukan.

4) Beberapa siswa masih

belum mengerti dengan

proses pembelajaran

yang sedang dilakukan

sehingga hanya

mengamati tanpa

memahami.

5) Siswa belum terbiasa

menganalis suatu

masalah sehingga sulit

menemukan maksud dari

percobaan.

Upaya yang dilakukan

untuk mengatasi

permasalahan pada siklus

pertama adalah

1) Guru harus menjelaskan

dengan rinci proses

pelaksanaan PBI.

2) Guru harus menjelaskan

tema inti pada setiap

pecobaan yang

dilakukan.

3) Hendaknya guru

mendampingi kelompok

secara bergantian.

4) Hendaknya guru

memberikan waktu yang

lebih banyak pada siswa

dalam merumuskan

konsep yang ditemukan

dari percobaan.

Page 22: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

147

Dengan berpedoman pada

perbaikan tersebut maka

dilakukan perbaikan pada

siklus ke II.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan yang

dilakukan pada siklus II

dilakukan berdasarkan data

dan hasil yang diperoleh

pada refleksi pada siklus I.

Langkah yang harus

dipersiapkan sebagai

berikut.

1) Melakukan perbaikan

pada langkah model

pembelajaran PBI.

2) Menyusun perangkat

pembelajaran berupa

silabus, RPP, materi

pembelajarn, media

pembelajaran, lembar

kerja siswa, soal

evaluasi, kunci

jawaban, dan

pedoman penilaian

berdasarkan indikator

yang ditetapkan.

3) Menetapkan sumber

belajar yang sesuai

materi pembelajaran

tentang sifat koligatif

larutan

4) Memilih percobaan

yang tepat untuk

menemukan konsep

yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

5) Membuat lembar

observasi pengamatan

aktivitas siswa dalam

pembelajaran kimia

melalui model PBI.

b. Pelaksanaan

Sistematika pembelajaran

yang dilakukan sama

dengan siklus I. dengan

beberapa perbaikan. Tiap

kelompok kecil diberikan

permasalahan yang berbeda

untuk dipecahkan. Guru

membimbing kelompok dan

memfasilitasi dalam

melaksanakan percobaaan

sesuai dengan pemecahan

masalah yang direncanakan.

Guru Membimbing siswa

mengerjakan LKS yang

disediakan. Guru

mendampingi dari satu

kelompok ke kelompok lain

secara bergantian.

Page 23: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

148

Selajutnya siswa diberi

kesempatan untuk masing-

masing kelompok

membacakan hasil temuan

atau mempresentasikan

konsep yang ditemukan.

Kemudian, guru

membagikan soal tes

formatif akhir siklus. siswa

diminta mengerjakan secara

individual. Setelah selesai

siswa diminta

mengumpulkan hasil

pekerjaannya untuk

diberikan penilaian. Guru

melakukan evaluasi

pembelajaran. Guru

memberikan konsep materi

berdasarkan hasil

padapercobaan pemecahan

masalah.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus Kedua

Nilai ∑

Siswa

Capaian Tuntas

Ya % Tidak %

50-59 0 0

60-69 0 0

70-79 13 982,5 √ 28,00 √ 16,00

80-89 13 1092 √ 52,00

90-99 1 90 √ 4,00

100 0 0

Jumlah 25 2008,5 - 84,00 16,00

Nilai ≥ KKM 78

Nilai Rata-rata 80.54

Dari tabel di atas

menunjukan bahwa dari 25

orang siswa, yang

dikategorikan lulus adalah

sebanyak 21 siswa yaitu yang

memperoleh nilai 78-99, bila

dipersentasekan maka

diperoleh sebesar 84% tingkat

ketuntasan pada siklus II.

Sementara sebanyak 4 siswa

atau setara dengan 16% siswa

dinyatakan tidak mencapai

ketuntasan. Pada siklus II ini

diperoleh nilai rata-rata siswa

meningkat mencapai 80,54.

Dengan perolehan skor nilai

Page 24: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

149

tertinggi mencapai 90.

Sementara skor nilai terendah

yang dicapai siswa adalah 70.

Artinya dengan penerapan dan

perbaikan proses pembelajaran

dengan menggunakan model

PBI dapat meningkatkan

kualitas belajar siswa yaitu

diamati dari ketuntasan

pencapaian yang mencapai

KKM dan aktivitas siswa yang

mandiri dalam pengambilan

konsep inti dari hasil

pemecahan masalah. Untuk

hasil yang diperoleh dirasa

cukup untuk melakukan

penelitian, sesuai indikator dan

kriteria pencapaian

keberhasilan pembelajaran

yang telah ditetapkan.

c. Pengumpulan data

Observasi

Adapun penjelasan mengenai

hasil observasi siswa pada

kegiatan pembelajaran pada

siklus ke II, dijabarkan

sebagai berikut.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Pada Siklus Kedua

No Rentang Kriteria Jumlah Persentase Ket

1 00-24

Sangat

Kurang 0 0.00

Belum

Tuntas

2 25-49 Kurang 0 0.00

Belum

Tuntas

3 50-74 Cukup 3 12.00

Belum

Tuntas

4 75-100 Baik 22 88.00 Tuntas

Berdasarkan tabel di

atas, dari empat aspek

aktivitas siswa yang diamati

menunjukkan bahwa siswa

yang berada pada kriteria

baik mencapai 22 siswa

yaitu sebesar 88%.

Selanjutnya jika diamati

siswa yang aktivitasnya

cukup dalam proses

pembelajaran sebanyak 3

siswa tau 12%.

d. Refleksi

Dari perolehan hasil

pada siklus II, maka

evaluasi yang dilakukan

Page 25: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

150

adalah penetapan langkah

PBI yang dimodifikasi

untuk penerapan

selanjutnya, sesuai dengan

perbaikan pelaksaan pada

siklus ke II. Hasil dari siklus

II menunjukkan

peningkatan kualitas belajar

siswa yang baik, baik dari

kriteria prestasi maupun

keaktivan dalam proses

pembelajaran. .

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penerapan model

pembelajaran Problem Based

Learning (PBI) dikategorikan

berhasil meningkatkan kualitas

belajar siswa kelas XII MAS Darul

Aitami Pasie Raja, kabupaten Aceh

Selatan. Dari perolehan hasil Siklus I

dan ke II dapat diamati aktifitas

belajar siswa mengarah pada

kemandirian dapat diterapkan.

Berdasarkan empat aspek yang

diobservasi yaitu memperhatikan

penjelasan guru, keinginan siswa

melakukan percobaan dan diskusi,

minat siswa dalam keikutsertaan

melakukan percobaan dalam

pemecahana masalah dan

kemampuan siswa menganalisis dan

membuat konsep hasil pemecahan

masalah berdasarkan temuan. Aspek

yang prioritas menjadi kendala pada

siswa adalah mengeanalisis dan

membuat konsep hasil pemecahan

masalah. Karna pada aspek ini siswa

dituntut merangkum kesimpulan

singkat tentang konsep dari inti

percobaan. Pada aspek lainnya siswa

cenderung memiliki keinginan dan

minat yang kuat untuk ikut serta.

Hasil dari penelitian dan

penjabarannya setiap siklus dapat

diamati sebagai berikut:

1. Hasil Observasi Siswa

Perolehan data mengenai

terhadap aktivitas siswa selama

proses pembelajaran dari keadaan

awal, siklus I dan siklus II dapat

dirangkum sebagaimana tabel di

bawah ini.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa

pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II

No Kriteria Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II Ket

∑ % ∑ % ∑ %

1 Sangat Baik 0 0,00 0 0,00 0 0,00 T

2 Baik 0 0,00 0 0,00 0 0,00 T

Page 26: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

151

3 Cukup 14 56,00 9 36,00 3 12,00 BT

4 Kurang 11 44,00 16 64,00 22 88,00 BT

Jumlah 25 100 25 100 25 100

Dari tabel di atas dapat

dijelaskan bahwa hasil observasi

terhadap aktifitas belajar siswa

selama proses pembelajaran

mengalami pengembangan kearah

lebih baik dibuktikan dengan

meningkatnya jumlah siswa yang

ingin dan mau belajar secara

mandiri. Pada siklus I jumlah siswa

yang aktif sebanyak 16 siswa atau

64%. Selanjutnya pada siklus ke II

keterlibatan siswa dalam percobaan

pemecahan masalah dan penguasaan

konsep meningkat menjadi 22 siswa

yaitu mencapai 88%.

Hasil ini didukung oleh hasil

Penelitian yang dilakukan oleh

Purwaningsih, I, tahun 2012 tentang

model pembelajaran problem based

Instruction (PBI) untuk

meningkatkan keaktifan belajar dan

kemampuan berfikir kritis siswa

diperoleh hasil bahwa penerapan

model pembelajaran PBI dapat

meningkatkan keaktifan belajar dan

kemampuan berfikir kritis siswa

kelas XI IPS SMA Negeri 1

Ngadirojo Kabupaten Pacitan.

2. Tes Hasil Belajar

Analisis data tes hasil belajar

didasarkan pada hasil tes formatif

yang dilaksanakan pada setiap

siklusnya. Data-data tersebut

dianalisis sehingga dapat dirangkum

sebagaimana tabel berikut.

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Tes Belajar pada Pra siklus, Siklus I

dan Siklus II

SiklusNilai

Rata-rataTuntas %

Belum

Tuntas%

Awal 69,48 7 28 18 72

Siklus I 71,04 10 40 15 60

Siklus II 80,54 21 84 4 16

Dari tabel di atas dapat

dijelaskan bahwa pada pra siklus

nilai rata-rata 69,48 dan hanya ada 7

siswa atau 28% siswa yang

Page 27: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

152

dinyatakan tuntas karena

memperoleh nilai minimal ≥78

sesuai dengan KKM. Pada siklus

pertama setelah pembelajaran

dilakukan dengan menerapkan model

PBI, hasil belajar meningkat menjadi

10 siswa atau 40% dengan nilai

rata-rata sebesar 71,04. Pada siklus

kedua diperoleh nilai rata-rata 80,54

dengan tingkat ketuntasan belajar

siswa sebesar 84%. Hasil persentase

tersebut didukung dengan hasil

observasi yang telah dipaparkan

sebelumnya. Siswa yang memiliki

keaktifan dan keinginan yang tinggi

memiliki kecendrungan

peningakatan pada perolehan hasil

belajar.

. Artinya penerapan model

pembelajaran Problem Based

Instructions (PBI) dapat

meningkatkan kualitas belajar siswa.

Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Rakhmawati,F, tahun 2013

tentang peningkatan kemampuan

pemecahan masalah kimia dengan

strategi PBI melalui penggunaan alat

peraga electric cube diperoleh hasil

dalam kemampuan siswa terhadap

penyelesaian dari perencanaan

pemecahan masalah mengalami

peningkatan. Yaitu dalam persentase

diperoleh 35,3% pada siklus I,

selanjutnya mengalami peningkatan

yaitu 73,52% pada Siklus ke II dan

selanjutnya kemampuan siswa

mencapai 82,35% di akhir siklus

yaitu siklus ke III. Selain itu juga

PBI dapat meningkatkan kemampuan

menafsirkan hasil yang ditemukan.

Dengan perolehan persentase 29,4%

pada siklus I, berikutnya diperoleh

52,9% pada siklus II dan

peningkatan mencapai 88,2% pada

siklus ke III. Dapat disimpulkan PBI

dapat meningkatkan kemampuan

dalam penyelesaian masalah dan

kemampuan menafsirkan masalah.

Hasil penelitian Nurfitria, L,

tahun 2006 yaitu dengan menerapkan

pendekatan SETS dan model PBI

diperoleh hasil ketuntasan siswa

dalam persentase yaitu 37% pada

siklus I, kemudian mengelami

perubahan yaitu 60% pada siklus II

dan peningkatan ketuntasan

mencapai 86% pada proses

pembelajaran siklus ke III. Artinya

dari penerapan model pembelajaran

PBI yang di variasikan dapat

disimpulkan terjadinya peningkatan

hasil kualitas pembelajaran pada

materi konsep lingkungan di kelas X

E SMA Masehi 1 PSAK Semarang.

Page 28: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

153

4.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dengan penerappan model

pembelajaran Problem based

Instruction (PBI) pada siswa kelas

XII MAS Darul Aitami Pasie

Raja, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penerapan model

pembelajaran PBI dapat

meningkatkan kualitas

belajar siswa kelas XII

MAS Darul Aitami Pasie

Raja, dapat dibuktikan

dengan perolehan hasil

observasi siswa

persiklus.

2. Penerapan model

pembelajaran PBI dapat

meningkatkan kualitas

hasil belajar siswa kelas

XII MAS Darul Aitami

Pasie Raja, dapat

dibuktikan dengan

perolehan hasil tes

formatif individu siswa

persiklus.

5.DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri.,.2008. Strategi

Pembelajaran di SD,

Jakarta: Universitas

Terbuka.

Arend, I. Richard..2008. Prosedur

penelitian suatu pendekatan

praktik. PT. Rineka Cipta:

Jakarta.

Argiani, A.R. 2013. Peningkatan

Kualitas pembelajaran IPA

melalui model problem

Based instruction (PBI)

dengan media kartu pintar

pada siswa kelas IV SDN

Patemon 01. Skripsi.

Pendidikan guru sekolah

dasar. Fakultas ilmu

pendidikan Universitas

Negeri Semarang.

Depdiknas.2004. Kualitas.

Pembelajaran. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Fathurrohman ,Pupuh, Sobry S.

2001. Strategi belajar

mengajar melalui penerapan

konsep umum dan konsep

islami. CV. Maulana.

Bandung.

Ibrahim, M.dan M.Nur. 2000.

Pembelajaran berdasarkan

Page 29: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

154

masalah. University

Press,UNESA. Surabaya

Ibrahim,M 2002. Pengajaran

berdasarkan masalah:

uraian, contoh pelaksanaan,

dan lembar observasi

keterlaksanaannya. Makalah

pembelajaran KBK kepada

para guru MIPA SMUN

Kabupaten Sidoarjo.

Program Pascasarjana

UNESA. Surabaya.

Karso., dkk. 2008. Pendidikan

Kimia, Universitas Terbuka:

Jakarta.

Khafid, M., Suyati., 2004. Pelajaran

Kimia Untuk SD. Erlangga:

Jakarta.

Makmun, Abin Syamsuddin. 1995.

Psikologi Kependidikan.

Bandung: Rosda

Menurut Rusman.2012:238

Muhsetyo, Gatot..2009.

Pembelajaran Kimia SD,

Jakarta: Universitas

Terbuka.

Mulyasa. 2002.Kurikulum

Cooperative learning di

ruang-ruang Kelas.

Grasindo. Jakarta.

Nur,M.dan Prima ,R.W.. 2000

pengajaran berpusat kepada

siswa dan pendekatan

konstruktivis dalam

pengajaran. UNESA-

University Press. Surabaya..

Nurfitria, L. 2006. Meningkatkan

kualitas pembelajaran pada

konsep lingkungan melalui

pendekatan sets dengan

model PBI di SMA masehi

1 PSAK semarang.Skripsi.

Pendidikan Biologi

Universitas Negeri

Semarang.

Nurhasan. 1994. konvensi nasional

pendidikan indonesia II

kurikulum untuk abad ke-

21. PT.Grasindo:Jakarta.

Santoso , Eko, Budi.2011.kelamahan

model pembelajaran

problem based Instruction.

http://ras-

eko.blogspot.com/favvicon.i

co. diakses pada Agustus

2015.

Sumantri, Mulyani., Syaodih,

Nana.2009. Perkembangan

Peserta Didik. Universitas

Terbuka: Jakarta

Supardi, D. 2014. Sifat Koligatif

Larutan. Alamat web.

https://dsupardi.wordpress.c

om/kimia-xii-2/sifat-

Page 30: Jurnal Genta Mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id

Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155

155

koligatif-larutan/. Diakses

Agustus 2015.

Suprijono.2009. cooperative

learning. Pustaka

pelajar.Yogyakarta.

Tim Bina Karya Guru., 2005.

Terampil Berhitung Kimia:

Erlangga: Jakarta:

Wahyudin, Dinn.2009. Pengantar

Pendidikan: Universitas

Terbuka: Jakarta.